skripsi peningkatan pembangunan desa guna menekan …

75
SKRIPSI PENINGKATAN PEMBANGUNAN DESA GUNA MENEKAN LAJU URBANISASI DI KABUPATEN GOWA Studi Kasus Desa Je’netallasa, Desa Bontoala, Desa Taeng Yang Ada Di Kecamatan Pallangga FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

PENINGKATAN PEMBANGUNAN DESA GUNA MENEKAN

LAJU URBANISASI DI KABUPATEN GOWA

Studi Kasus Desa Je’netallasa, Desa Bontoala, Desa Taeng Yang Ada Di

Kecamatan Pallangga

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2015

SKRIPSI

PENINGKATAN PEMBANGUNAN DESA GUNA MENEKAN

LAJU URBANISASI DI KABUPATEN GOWA

Studi Kasus Desa Je’netallasa, Desa Bontoala, Desa Taeng Yang Ada Di

Kecamatan Pallangga

ARIF HIDAYATULLAH

10571 0177511

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2015

MOTTO

Ku Olah Kata, Kubaca Makna, Kuikat Dalam Alinea, Kubingkai Dalam Bab

Sejumlah Lima, Jadilah Mahakarya, Gelar Sarjana Kuterima.

Jadilah Seperti Karang Di Lautan Yang Kuat Dihantam Ombak Dan

Kerjakanlah Hal Yang Bermanfaat Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain, Karena

Hidup Hanyalah Sekali. Ingat Hanya Pada Allah Apapun dan Di Manapun

Kita Berada Kepada Dia-Lah Tempat Meminta Dan Memohon..

Berangkat Dengan Penuh Keyakinan. Berjalan Dengan Penuh Keikhlasan.

Istiqomah Dalam Menghadapi Cobaan. Yakin, Ikhlas, Istiqomah.

ABSTRAK

ARIF HIDAYATULLAH. 2015. Menigkatkan pembangunan desa guna

menekan laju urbanisasi di kab.gowa, kec. Pallangga. Jurusan Iesp Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai pengaruh antara pembangunan

Desa dengan tingkat urbanisasi di kab. Gowa, kec. Pallangga, Desa Je‟netallasa,

Desa Bontoala‟, dan Desa Taeng. pengumpulan data digunakan dengan jenis data

deskriptif kulitatif .

Hasil penilitiaan ini menujukkan bahwa mengkatakan pembangunan desa

guna menekan laju urbaisasi di kab. Gowa, kec. Pallangga. Sangat berpengaruh

terhadap laju urbanisasi di tiga desa yang berada di kec. Pallanga.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „alamin, puji dan syukur hanya kepada Allah SWT

dan Rasullulah SAW, Rabb semesta alam yang senantiasa memberikan

kelimpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang dicurahkan kepada penulis

sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Peningkatan Desa Guna Menekan Laju Urbanisasi” dapat diselesaikan,

walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,

bantuan, masukan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis

menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. H. Irwan Akib,. M.Pd sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis.

3. Ibu Hj. Naidah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Muh. Rusydi Rahman.M.Si selaku pembimbing I dan Ibu

Asriati.S.E.,M.Si. selaku pembimbing II yang dengan sabar dalam memberikan

arahan, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis terutama dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sanusi A.M, SE. M.Si selaku penasehat akademik selama penulis

menempuh bangku perkuliahan.

6. Seluruh bapak dan ibu Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Universitas Muhammadiyah yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

yang sangat besar kepada penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh staf Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang senantiasa membantu dalam

hal administrasi.

8. Kepada ibu camat pallangga, Kepada Kepala Desa Je‟netallasa, Kepala Desa

Taeng, dan Kepala Desa Bontoala. Telah memberikan bantuan data untuk

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua Orang Tuaku Bapak dan Mama Tercinta yang dengan ketulusan dan

keikhlasannya telah memberikan nasihat, saran, dukungan, semangat dan doa

yang tidak pernah putus-putusnya mendoakan ananda agar sukses meraih

masa depan.

10. Saudara-saudaraku yang selama ini memberikan doa, materi dan supportnya.

11. Teman-teman IESP 01.2011. Terkhusus buat Irwan, Nurhaq,Linardi,

Salmiah, Ardiana, Salmia dan Hardiana Terima kasih atas bantuannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi

ini.

Tiada kata-kata yang lebih selain ucapan Terima Kasih, semoga Allah

SWT memberikan balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan kepada

penulis. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat

bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….ii

MOTTO……………………………………………………………………..iii

ABSTRAK………………………………………………………...................iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………...v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………..5

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan…………………………………..5

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitia…………………………………...5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..7

A. Pengertian Urbanisasi……………………………………………….7

B. Pengertian Pendapatan……………………………………………….12

C. Pengetian Urbanisasi…………………………………………………13

D. Proses Urbanisasi…………………………………………………….15

E. Faktor Penyebab Terjadinya Peroses Urbanisi………………………..16

F. Dampak Urbanisasi Terhadap Lingkungan Kota………………………17

G. Urbanisasi, Kawasan Kumuh dan Ruang Terbuka Hijau………………20

H. Kebijakan Urbanisasi di Indonesia…………………………………..21

I. Dampak Positif dan Negativ Urbanisasi………………………………24

J. Upayah Pemecahan Masalah…………………………………………27

K. Pendekatan Sistem………………………………………..………….28

L. Kerangka Fikir…………………………………………..…………… 34

BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………….35

A. Lokasi dan waktu Penelitian………………………………………….35

B. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………35

C. Jenis Data……………..……………………………………………….35

D. Populasi dan Sampel……………………………………………….....36

E. Metode Analisis Data…………………………………………………36

F. Defenisi Oprasional…………………………………………………...36

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………...38

A. Gambaran Umum……………………………………………………..38

B. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan……………………....43

C. Faktor-Faktor Pembangunan Desa…………………………………….45

D. Pembangunan Desa…………………………………………………...46

E. Pemeran Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat……………48

F. Tingkat Urbanisasi……………………………………………………50

G. Hubungan Antara Pembangunan Desa dan Urbanisasi …………….53

H. Urbanisasi dan Pembangunan ………………………………………55

I. Pemecahan Masalah Urbanisasi …………………………………...55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….…………………………57

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 57

B. Saran………………………………………………………………….58

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah penduduk diperinci menurut Desa Je’netalasa Desa Taeng dan

Desa Bontoala tahun2011…………………………………………………………........39

Tabel 2 : Jumlah penduduk diperinci menurut Desa Je‟netallasa Desa Taeng dan

Desa Bontoala tahun 2012……………………………………….…..40

Tabel 3 : Jumlah penduduk diperinci menurut Desa Je‟netallasa Desa Taeng dan

Desa Bontoala tahun 2013…………………………………………...40

Tabel 4 : klasifikasi kemiskinan di Desa Je;netallasa, Desa Taeng dan Desa

Bontoala menurut jumlah Ruta PPLS11………………………………41

Tabel 5 : kepadatan penduduk per kilometer…………………………………...41

Tabel 6 : Tingkat urbanisasi di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala.

Pada tahun 2012 menurut jenis kelaminnya…………………………51

Tabel 7 : Tingkat urbanisasi di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala

pada tahun 2013,menurut jenis kelaminya………………………….51

Tabel 8 : Tingkat urbanisasi di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoal.

Pada tahun 2014, menurut jenis kelaminya………………………….52

Tabel 9 : Hubungan antra pembangunan Desa dan Urbanisasi di Desa Je‟netallasa,

Desa Taeng dan Desa Bontoala pada tahun2012-2014……………..53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maraknya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat memacu

pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya, kota-kota tersebut akan menjadi

magnet bagi penduduk di berbagai daerah/desa untuk berdatangan mencari

pekerjaan dan bertempat tinggal. di samping karena faktor penduduk desa yang

memiliki sumber daya yang kurang ataupun tidak dimanfaatkan secara optimal

untuk perkembangan kegiatan ekonomi desa, sehingga alasan tersebut dijadikan

sebagai salah satu faktor pertimbangan untuk melakukan urbanisasi secara besar-

besar oleh penduduk desa ke kota, dan ini menyebabkan terjadinya suatu system

yang saling berkaitan antar pengaruh perkembangan desa dan kota.

Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius. Persebaran penduduk yang

tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan

kehidupan sosial kemasyarakatan. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk

melakukan urbanisasi dengan tujuan bisa mendapat kehidupan yang layak. Selain

itu, daya tarik daerah tujuan juga menentukan masyarakat untuk melakukan

urbanisasi. Para urban yang tidak memiliki skill kecuali bertani akan kesulitan

mencari pekerjaan di daerah perkotaan, karena lapangan pekerjaan di kota

menuntut skill yang sesuai dengan bidangnya. Ditambah lagi, lapangan pekerjaan

yang juga semakin sedikit sehingga adanya persaingan ketat dalam mencari

pekerjaan. Masyarakat yang tidak memiliki skill hanya bisa bekerja sebagai buruh

1

kasar, pembantu rumah tangga, tukang kebun, dan pekerjaan lainnya yang lebih

mengandalkan otot dari pada otak. Sedangkan masyarakat yang tidak mempunyai

pekerjaan, umumnya hanya menjadi tunawisma, tunakarya dan tunasusila.

Hal ini tentunya memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan kota

sehingga menambah permasalahan yang ada di kota. Berdasarkan data

kementrian koordinator perekonomian, pada 1975 lebih banyak penduduk

Indonesia mencapai sekitar 150-an juta jiwa, penduduk urban hanya sekitar 25 %

saja. Penduduk urban mencapai sekitar 50% pada decade ini.Saat jumlah

penduduk Indonesia hampir menyentuh 250 juta. Saat ini, sudah menginjak

53%.Diperkirakan pada 2015 dan seterusnya, jumlah kaum urban akan melebihi

kaum rural.

Dalam Visi Ekonomi Indonesia 2025, 65% dari populasi diprediksikan

tinggal di kota-kota besar. Perencanaan tata ruang secara komprehensif tentunya

amat penting, guna mengantisipasi berkembangnya area metropolitan (Ramitha,

2011).

Dengan uraian yang telah dijelaskan tadi maka, proposal ini akan mencoba

untuk mengulas tentang dampak-dampak yang terjadi akibat adanya suatu

urbanisasi yang tak terkendali pada suatu perkotaan serta upaya kebijakan yang

perlu dilakukan guna menekan laju tingkat urbanisasi, tanpa melupakan peranan

penting Desa sebagai salah satu faktor yang perlu dibina agar berkembang dengan

potensi sumber daya yang dimilikinya untuk menciptakan bangkitan ekonomi

bagi penduduknya yang secara langsung maupun tidak langsung mempunyai

pengaruh besar terhadap penekanan laju urbanisasi penduduk desa kekota.

Konsepsi pembangunan sesungguhnya tidak perlu dihubungkan dengan

aspek-aspek spesial. Pembangunan yang sering dirumuskan melalui kebijakan

ekonomi dalam banyak hal membuktikan keberhasilan. Hal ini antara lain dapat

dilukiskan di negara-negara Singapura, Hongkong, Australia, dan negara -negara

maju lain. Kebijakan ekonomi di negara-negara tersebut umumnya dirumuskan

secara konsepsional dengan melibatkan pertimbangan dari aspek sosial

lingkungan serta didukung mekanisme politik yang bertanggung jawab sehingga

setiap kebijakan ekonomi dapat diuraikan kembali secara transparan, adil dan

memenuhi kaidah-kaidah perencanaan. Dalam aspek sosial, bukan saja aspirasi

masyarakat ikut dipertimbangkan tetapi juga keberadaan lembaga-lembaga

sosial (social capital) juga ikut dipelihara bahkan fungsinya

ditingkatkan. Sementara dalam aspek lingkungan, aspek fungsi kelestarian natural

capital juga sangat diperhatikan demi kepentingan umat manusia. Dari semua itu,

yang terpenting pengambilan keputusan juga berjalan sangat bersih dari beragam

perilaku lobi yang bernuansa kekurangan (moral hazard) yang dipenuhi

kepintingan tertentu (vested interest). Demikianlah, hasil- hasil pembangunan

dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil melintasi (menembus) batas

ruang (inter-region) dan waktu (inter-generation). Implikasinya kajian aspek

spasial menjadi kurang relevan dalam keadaan empirik yang telah dilukiskan di

atas (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).

Namun demikian, konsepsi pembangunan yang dikemukakan di atas

sejalan dengan kajian terhadapnya maupun implementasi diberbagai negara dan

wilayah lain, dikemukakan berbagai kelemahan. Kelemahan tersebut muncul

seiring ditemukannya fenomena yang khas, antara lain kesenjangan, kemiskinan,

pengelolaan public good yang tidak tepat, lemahnya mekanisme kelembagaan

dan sistem politik yang kurang berkeadilan. kelemahan-kelemahan itulah yang

menjadi penyebab hambatan terhadap gerakan maupun aliran penduduk,

barang dan jasa, prestasi, dan keuntungan (benefit) dan kerugian (cost)

didalamnya.Seluruh sumber daya ekonomi dan non-ekonomi menjadi

terdistorsi alirannya sehingga divergence menjadi makin parah. Akibatnya,

hasil pembangunan menjadi mudah diketemukan antar wilayah, sektor,

kelompok masyarakat, maupun pelaku ekonomi. implisit, juga terjadi

dichotomy antar waktu dicerminkan oleh ketidakpercayaan terhadap

sumberdaya saat ini karena penuh dengan berbagai resiko (high inter

temporal opportunity cost). Keadaan ini bukan saja jauh dari nilai-nilai moral

tapi juga cerminan dari kehancuran (in sustainability). Ikut main di dalam

permasalahan di atas adalah mekanisme pasar yang beroperasi tanpa batas.

Perilaku ini tidak mampu dihambat karena beroperasi sangat massif, terus-

menerus, dan dapat diterima oleh logika ekonomi disamping didukung oleh

kebanyakan kebijakan ekonomi secara sistematis.

Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus

tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam era

seperti ini, kondisi persaingan antar pelaku ekonomi (badan usaha dan/atau

negara) akan semakin tajam. Dalam kondisi persaingan yang sangat tajam ini,

tiap pelaku ekonomi (tanpa kecuali) dituntut menerapkan dan

mengimplementasikan secara efisien dan efektif strategi bersaing yang tepat

(Kuncoro, 2004). Dalam konteksi inilah diperlukan ”strategi berperang”

modern untuk memenangkan persaingan dalam lingkungan hiperkompetitif

diperlukan tiga hal (D‟Aveni, 1995), pertama, visi terhadap perubahan dan

gangguan. Kedua, kapabilitas, dengan mempertahankan dan mengembangkan

kapasitas yang fleksibel dan cepat merespon setiap perubahan. Ketiga, taktik

yang mempengaruhi arah dan gerakan pesaing.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada

penulisan skripsi ini yaitu bagaimana pengaruh perkembangan desa terhadap laju

Urbanisasi dan cara penaggulangan peningkatan Urbanisasi.

C. Tujuan Penelitian

Bedasarkan pada uraian dari permasalahan tersebut diatas maka, tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan

desa terhadap laju urbanisasi serta cara penggulangan peningkatan Urbanisasi di

perkotaan.

D. Manfaat Penelitian dan Kegunaan penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Diharapkan dapat memberi wawasan dan masukan kepada pemerintah selaku

penentu kebijakan dalam perencanaan dan pengembangan ekonomi.

2. Dapat menambah pengetahuan, wawasan keilmuan serta memberikan

pengalaman, khususnya bagi penulis dan pada umumnya bagi pembaca.

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca

untuk mengetahui perkembangan desa terhadap laju urbanisasi serta cara

penanggulangan peningkatan urbanisasi di perkotaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembangunan Desa

Pembangunan Desa adalah strategi pembangunan yang merupakan

perkembangan lebih lanjut dari strategi pembangunan desa. Dalam pembangunan

desa dilakukan usaha yang intensif dengan tujuan dan kecenderungan

memberikan fokus kepada kelompok maupun daerah tertentu, melalui

penyampaian pelayanan, bantuan dan informasi kepada masyarakat desa

(Poostchi,1986). Dengan demikian, strategi ini lebih banyak menaruh pada proses

penyampaian dari pada mengembangkan kapasitas dan respon masyarakat. Karena

masyarakat desa mempunyai beberapa aspek, pembangunan desa yang bersifat

menyeluruh semestinya juga meliputi keseluruhan aspek tersebut.

Untuk menghidari tumpang tindih penanganan akan seluruh aspek yang

ada, perlu adanya suatu pendekatan yang mampu mengkoordinasikan dan

mensinergikan program-program yang bersifat sektoral tersebut. Strategi yang

dimaksud adalah integrated rural development (pembangunan desa terpadu)

dalam pandangan ini pembangunan desa terpadu adalah suatu strategi untuk

mencapai tujuan melalui sinkronisasi yang lebih baik dari berbagai kegiatan, mata

rantai, usaha, serta koordinasi yang efektif dari berbagai instansi terkait

(FOA,1977 :3). Pada sumber yang sama disebutkan bahwa pembangunan desa

terpadu bukan hanya menjangkau sektor ekonomi masyarakat, naumun juga

7

menjangkau sektor yang lain seperti pertanian. Maka dari itu pembangunan desa

terpadu disebut juga sebagai multidisiplin.

Dapat dipahami pembangunan desa adalah strategi yang mengadopsi

sistem approach dalam pelaksanaan pembangunan mayarakat. Strategi ini

memandang bahwa sektor ekonomilah yang berperan dalam pembangunan.

Sedangkan sektor politik, pendidikan, lingkungan, sosial, kultural, psikologis,

teknik yang saling terintegrasi, berinterpendensi dan saling mendukung.

Dengan melihat karakteristiknya seperti itu, maka untuk mengembangkan

konsep pembangunan terpadu tidak cukup menggunakan satu kontribusi dari satu

disiplin ilmu pengetahuan, tetapi berbagai disilpin ilmu pengetahuan yang relefan

dan terkait dengan aspek-aspek yang terdapat dalam proses pembangunan desa

tersebut. Sebagai suatu kebulatan yang di dalamnya mengandung berbagai aspek,

proses yang menggunakan pendekatan ini akan mengandung unsur-unsur yang

sangat esensial beupa : multifungsi, intersektorall, dan interaksi.

Berdasarkan berbagai hal yang sudah diuraikan tadi, barangkali cukup

bermanfaat untuk memerhatikan tiga persoalan yang dikemukakan oleh Honadle

dan VanSant(1985:5) di sekitar pelaksanaan strategi pembangunan desa terpadu

ini. Pertama, pernyataan formal tentang tujuan program, filosofi,dari pendekatan

pembangungan terpadu serta dimensi teknis dari pendekatan terintegrasi itu

sendiri jarang memperoleh penjelasan yang cukup memadai. Kedua, proses dalam

mengimlementasikan pendekatan pembangunan desa terpadu sering mengandung

kontradiksi yang mendasar, misalnya trade off antara harapan perolehan hasil fisik

dengan pengembangan kapasitas masyarakatnya. Ketiga, kegagalan program

seringkali bukan disebabkan oleh kurangnya kemauan politik (political will),

tetapi disebabkan adanya konflik serta dampak dari konflik dalam organisasi dan

menejemen pelaksanaanya

Pembangunan desa terpadu dapat dilihat sebagai suatu metode, proses, dan

sasaran dari proses itu sendiri. Sebagai suatu metode, karena pendekatan ini

merupakan suatu salah satu cara untuk melakukan pembangunan desa dengan

melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan mengait seluruh aspek kehidupan

masyarakatnya. Sebagai suatu proses, karena pendekatan ini mencoba

mentransformasikan kehidupan desa yang berorientasi tradisional menuju ke

kehidupan yang berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Sebagai sasaran, karena proses

yang menggunakan pendekatan ini menuju pada suatu peningkatan kualitas hidup

yang lebih baik, peluang yang semakin terbuka untuk mengembangkan diri dan

pengembangan institusi sosial ekonomi dan pelayanan yang setara dengan

masyarakat kota.

1. Pihak yang Menyampaikan Program

Rekomendasi Honadle dan Vansan agar sebelum implementasi,

dipersiapkan hal–hal sebagai berikut. Pertama, dibuat suatu statemen formal yang

jelas dan rinci tentang tujuan program, filosofi dan dimensi teknis dari pendekatan

yang terpadu. Kedua, proses implementasi IRD sering terkendala oleh berbagai

kontradiksi yang mendasar seperti trade off antara pencapaian hasil segera dengan

pengembangan kapasitas masyarakat. Ketiga, kegagalan program mungkin bukan

karena kurangnya kemauan politik, melainkan adanya konflik atau dampak

konflik organisasi dan manajemen program.

Bagi instansi yang akan melaksanakan program, terutama apabila

merupakan instansi pemerintah, persoalan terdepan adalah perubahan pola

berpikir dan pola kerja dari pendekatan sektoral yang mungkin selama ini telah

banya digunakan menjadi pendekatan integral sesuai dengan sifat strategi IRD.

Sudah barang tentu persiapan dan implementasi strategi ini hanya

menyangkut sikap dan kinerja aparat pelaksana, tetapi juga menyangkut

pengorganisasian dalam pelaksanaannya. Ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam bentuk dan pola pengorganisasian tersebut (Honadle dan

VantSant, 1995:8). Pertama, pertimbangan tentang fragmentasi dari instansi

terkait akan menentukan bentuk dan pola koordinasi yang dibutuhkan. Kedua,

pilihan antara otoritas yang terpusat atau pembagian ototritas. Ketiga, pilihan

antara organisasi permanen atau organisasi sementara.

Dari hasil studi pengalaman pelaksanaan pembangunan desa di beberapa

Negara sedang berkembang dapat diinventarisasi beberpa model

pengorganisasiannya. Masing-masing model memiliki tingkat penyesuaian

dengan kondisi yang berbeda dan masing – masing juga memiliki kekurangan dan

kelebihan. Ronddinelli (1978:116) menyatakan, bahwa pada umumnya Negara-

negara sedang berkembang memilih satu di antara tiga pilihan dalam menentukan

organisasi penyelenggara. Pertama, memberi tugas kepada badan-badan

pemerintah yang sudah ada. Kedua, membentuk badan koordinasi atau suatu

kemite yang bertugas mengintegrasikan input dari beberapa departemen yang

berbeda, dari lembaga nondepartemen dan lembaga swadaya masyarakat. Ketiga,

membentuk satuan implementasi proyek yang otonom dan berada di luar struktur

berokrasi pemerintah yang regular.

Sehubungan dengan berbagai pola organisasi pengelola penyelenggara

pembangunan desa terpadu tersebut, Honadle dan VantSant (1985:12-21)

memberikan lebih banyak variasi dan berabagai alternative, yaitu sebagai berikut.

2. Badan Pelaksana Pembangunan Desa Tingkat Nasional

Model badan pelaksana tingkat nasional, yang pada umumnya berupa suatu

Badan Koordinasi Nasional. Dalam praktik pelaksanaannya di lapangan, sering

dijumpai berbagai satuan manajemen proyek sebagai alternative model pertama

yang sudah terbentuk dan menjalankan program pembangunan desa terpadu

kemudian berkoordinasi dan terjadi amalgamasi dalam suatu otoritas pada tingkat

nasional. Secara sepintas hal tersebut seolah-olah sama dengan model keempat

ini. Memang benar, diantara keduanaya model dan pendekatannya sama-sama

bersifat top-down, tetapi dilihat dari prosesnya merupakan kebalikannya terhadap

yang lain.

Keberadaan badan koordinasi nasional sebagai otoritas penyelenggara

pembangunan desa terpadu ini banya dijumpai di Amerika Latin. Rural Sector

Grant (RSG) di Botswana dapat dijadikan contoh model badan tingkat nasional

yang terbetuk lebih dulu, yang kemudian mendorong munculnya proyek dan

aktivitas local.

3. Lembaga Swadaya Masyarakat

Alternatif ini merupakan suatu model yang menggunakan dana masyarakat

dan swasta guna membiayai program pembangunan desa pada komunitas terpilih.

Dalam beberapa hal model ini juga dapat dikatakan sebagai penerapan strategi

community development dalam versi yang terintegrasi.

B. Pengertian Pendapatan

Menurut Samuelson (1981) ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk

mengetahui besarnya tingkat pendapatan pada suatu negara, masyarakat maupun

individu. kedua pendekatan itu adalah:

1. Flow of product approach

2. Earning or income approach

Flow of product approach yaitu suatu pendekatan yang menentukan

besarnya pendapatan masyarakat atau individu dengan melihat aliran produksi

barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh masyarakat atau individu yang

bersangkutan dan biasanya diukur dalam jangka waktu tertentu dengan jenjang

waktu biasanya satu tahun. Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan

hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan

yang tersaji dalam laporan laba rugi. Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan

adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba,

tanpa laba, maka tidaka ada perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas

dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi perusahaan.

Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini

ada beberapa pandangan yang menegaskan arrti konseptual dari pendapatan.

Sebelum penulis lebih lanjut menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka

terlebih dahulu perlu diketahui mengenai konsep kesatuan usaha.

C. Pengertian urbanisasi

Pengertian urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan dari

desa ke kota. Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu

proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.

Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua

pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara

esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan

kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah

dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu kesempatan kerja.

Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh ( Dr. PJM Nas dalam

bukunya Pengantar Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga 2011 ). Pada

pengertian pertama diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses

pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam

masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan

dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan

masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat

kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi

menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari

sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.

Sedangkan menurut (Tjipherijanto,2007). Berarti presentasi penduduk yang

tinggal didaerah perkotaan. Sedangkan mereka yang awam dengan ilmu

kependudukan seringkali mendefinisikan urbanisasi sebagai perpindahan

penduduk dari desa kekota. Padahal perpindahan penduduk adalah salah satu

penyebab proses urbanisasi, di samping penyebab-penyebab lain seperti

pertumbuhan alami penduduk perkotaan, perluasan wilayah, maupun perubahan

status wilayah dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan, dan semacam itu.

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisai

adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebran penduduk yang

tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permaslahan

kehidupan social kemasyarakatan. Jumlah penigkatan penduduk kota yang

signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan,

fasislitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain

sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segerah dicarikan jalan

keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, defenisi urbanisasi

persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari

desa kekota hanya salah satu penyebab urbanisasi. Perpindahan itu sendiri

dikategorikan 2 macam, yakni : migrasi penduduk dan mobilitas penduduk,

bedanya migrasi penduduk lebih bermakna perpindhan penduduk dari desa kekota

yang bertujuan untuk tinggal menetap tinggal di kota.sedangakan mobiltas

penduduk berarati perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara atau

tidak menetap. (Wikipedia,2010)

D. Proses Urbanisasi

Urbanisasi memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung sudut

pandang yang di ambil. Jika dilihat dari segi Geografis, urbanisasi ialah sebuah

kota yang bersifat integral, dan yang memiliki pengaruh atau merupakan unsur

yang dominan dalam sistem keruangan yang lebih luas tanpa mengabaikan adanya

jalinan yang erat antara aspek politik, sosial dan aspek ekonomi dengan wilayah

sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, urbanisasi memiliki Pandangan

inilah yang mejadi titik tolak dalam menjelaskan proses urbanisasi. Menurut King

dan Colledge (1978), urbanisasi dikenal melalui empat proses utama keruangan

(four major spatial processes), yaitu :

1) Adanya pemusatan kekuasaan pemerintah kota sebagai pengambil keputusan

dan sebagai badan pengawas dalam penyelenggaraan hubungan kota dengan

daerah sekitarnya.

2) Adanya arus modal dan investasi untuk mengatur kemakmuran kota dan

wilayah disekitarnya. Selain itu, pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi

mempunyai pengaruh terhadap arus bolak-balik kota-desa.

3) Difusi inovasi dan perubahan yang berpengaruh terhadap aspek sosial,

ekonomi, budaya dan politik di kota akan dapat meluas di kota-kota yang

lebih kecil bahkan ke daerah pedesaan. Difusi ini dapat mengubah suasana

desa menjadi suasana kota.

4) Migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh kota secara terus-

menerus masuk ke daerah pedesaan. Perubahan pola ekonomi dan perubahan

pandangan penduduk desa mendorong mereka memperbaiki keadaan soasial

masyarakat.

E. Faktor Penyebab Terjadinya Urbanisasi

Pada umumnya, masyarakat melakukan urbanisasi karena adanya pengaruh

yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak

kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa berasal

dari daerah asal (faktor pendorong) maupun daerah tujuan (faktor penarik).

Latar belakang atau sebab-sebab terjadinya urbanisasi (Soefaat, 1999 : 36),

yaitu:

1. Pertambahan penduduk yang disebabkan oleh migrasi penduduk dari daerah

luar kota ke dalam kota, atau dari kota lain ke kota tertentu (aspek

demografis)

2. Perubahan mata pencaharian yang semula bersumber pada pertanian

menjadi berorientasi pada industri, dagang dan berbagai jenis jasa lainnya

(aspek demografis)

3. Perubahan perubahan lahan yang semula agraris menjadi berorientasi

kepada industri, dagang dan jasa (aspek ruang dan ekonomi)

Perubahan gaya hidup penduduk yang berimigrasi seperti tersebut di atas

dari gaya pedesaan menjadi gaya perkotaan (urban) (aspek sosial).

3.1 Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi

a. Kehidupan kota yang lebih moderen dan mewah

b. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap

c. Banyak lapangan pekerjaan di kota

d. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng

e. Pengaruh buruk sinetron Indonesia

3.2 Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

a. Lahan pertanian yang semakin sempit

b. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya

c. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa

d. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa

e. Diusir dari desa asal

f. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

F. Dampak Urbanisasi Terhadap Lingkungan Kota

Akibat dari meningkatnya proses urbanisasi menimbulkan dampak-dampak

terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun keadaan

sekitarnya. Dampak urbanisasi terhadap lingkungan kota antara lain:

1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan

Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti

kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan

sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu

lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk

Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang

terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai

lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal.

Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian

umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak

memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman

liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah

perkotaan.

2. Menambah polusi di daerah perkotaan

Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari

pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan.

Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota

yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pencemaran seperti polusi

udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia.

3. Penyebab bencana alam

Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya

menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah

Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman

maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan

tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi

penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung

air hujan lagi.

4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi

Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi

masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di

kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa

memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk

memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian,

penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang

sejenis. Bahkan,masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi

tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.

5. Penyebab kemacetan lalu lintas

Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana,

ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak

memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di

sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain

itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum

kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

6. Merusak tata kota

Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan

banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta

gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang

telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru

digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar

tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi. (Andiantara,

2010).

G. Urbanisasi, Kawasan Kumuh dan Ruang Terbuka Hijau

Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti

dihilangkan, tetapi tidak dengan menggusur masyarakat yang telah bermukim

lama di lokasi tersebut. Menggusur hanyalah memindahkan kemiskinan dari

lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang

tergusur, malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka

karena mesti beradaptasi dengan lokasi permukiman yang baru.

Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik,

tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan

masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan

karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.

Tingginya laju urbanisasi juga menyebabkan tingginya permintaan

terhadap lahan untuk menampung kegiatan perkotaan termasuk perkantoran, jasa,

perdagangan, hotel dan perumahan. Kawasan ruang terbuka hijau merupakan

“korban” dari konversi lahan untuk kegiatan perkotaan. Dari tahun ke tahun

kawasan ruang terbuka hijau wilayah Makassar terus berkurang, seiring dengan

tuntutan ruang akibat laju urbanisasi.

Pada saat ini, kawasan ruang terbuka hijau (RTH) yang masih terjaga di

Kota Makassar hanya berada di Kawasan UNHAS dan Kantor Gubernur Sulsel.

Penurunan luas RTH dalam rencana tata ruang kota Makassar tersebut

menunjukkan ketidakmampuan pemerintah untuk mempertahankan RTH sebagai

komponen penting dalam ruang kota. Hal ini diakibatkan lemahnya penegakan

rencana tata ruang dan tingginya permintaan lahan perkotaan untuk mewadahi

tingginya laju urbanisasi.

H. Kebijaksanaan Urbanisasi di Indonesia

Ada dua kelompok besar kebijaksanaan pengarahan urbanisasi Indonesia

yang saat ini sedang di kembangkan. Pertama, mengembangkan daerah-daerah

pedesaan agar memiliki ciri-ciri sebagai daerah perkotaan.Upaya tersebut saat ini

dikenal dengan istilah “urbanisasi pedesaan”.

Kedua, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, atau

dikenal dengan istilah “daerah penyangga pusat pertumbuhan”. Kelompok

kebijaksanaan pertama merupakan upaya untuk “mempercepat” tingkat urbanisasi

tanpa menunggu pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melakukan beberapa

terobosan yang bersifat “non-ekonomi”. Bahkan perubahan tingkat urbanisasi

tersebut diharapkan memacu tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk itu perlu

didorong pertumbuhan daerah pedesaan agar memiliki ciri-ciri perkotaan, namun

tetap “dikenal” pada nuansa pedesaan. Dengan demikian, penduduk daerah

tersebut dapat dikategorikan sebagai “orang kota” walaupun sebenarnya mereka

masih tinggal di suatu daerah yang memiliki nuansa pedesaan.

Beberapa cara yang sedang dikembangkan untuk mempercepat tingkat

urbanisasi tersebut antara lain dengan “memodernisasi” daerah pedesaan sehingga

memiliki sifat-sifat daerah perkotaan. Pengertian “modernisasi” daerah pedesaan

tidak semata-mata dalam arti fisik, seperti misalnya membangun fasilitas

perkotaan, namun membangun penduduk pedesaan sehingga memiliki ciri-ciri

moderen penduduk perkotaan. Dalam hubungan inilah lahir konsep “urbanisasi

pedesaan”. Konsep “urbanisasi pedesaan” mengacu pada kondisi di mana suatu

daerah secara fisik masih memiliki ciri-ciri pedesaan yang “kental”, namun karena

“ciri penduduk” yang hidup didalamnya sudah menampakkan sikap maju dan

mandiri, seperti antara lain mata pencaharian lebih besar di nonpertanian, sudah

mengenal dan memanfaatkan lembaga keuangan, memiliki aspirasi yang tinggi

terhadap dunia pendidikan, dan sebagainya, sehingga daerah tersebut dapat

dikategorikan sebagai daerah perkotaan.

Dengan demikian, apa yang harus dikembangkan adalah membangun

penduduk pedesaan agar memiliki ciri-ciri penduduk perkotaan dalam arti positif

tanpa harus merubah suasana fisik pedesaan secara berlebihan. Namun, daerah

pedesaan tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai daerah perkotaan. Sudah

barang tentu bersamaan dengan pembangunan penduduk pedesaan tersebut

diperlukan sistem perekonomian yang cocok dengan potensi daerah pedesaan itu

sendiri. Jika konsep urbanisasi pedesaan seperti di atas dapat dikembangkan dan

disepakati, maka tingkat urbanisasi di Indonesia dapat dipercepat

perkembangannya tanpa merusak suasana tradisional yang ada di daerah pedesaan

dan tanpa menunggu pertumbuhan ekonomi yang sedemikian tinggi. Bahkan

sebaliknya, dengan munculnya “para penduduk” di daerah “pedesaan” yang

“bersuasana perkotaan” tersebut, mereka dapat menjadi motor pertumbuhan

ekonomi dengan tetap mempertahankan aspek keserasian, keseimbangan, dan

keselarasan antara tuntutan pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan ekosistem

serta lingkungan alam.

Kelompok kebijaksanaan kedua merupakan upaya untuk mengembangkan

kota-kota kecil dan sedang yang selama ini telah ada untuk mengimbangi

pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan. Pada kelompok kini, kebijak

sanaan pengembangan perkotaan di klasifikasikan dalam tiga bagian yaitu:

1. Kebijak sanaan ekonomi makro yang ditujukan terutama untuk menciptakan

lingkungan atau iklim yang merangsang bagi pengembangan kegiatan

ekonomi perkotaan. Hal ini antara lain meliputi penyempurnaan peraturan

dan prosedur investasi, penetapan suku bunga pinjaman dan pengaturan

perpajakan bagi peningkatan pendapatan kota;

2. Penyebaran secara spesial pola pengembangan kota yang mendukung pola

kebijaksanaan pembangunan nasional menuju pertumbuhan ekonomi yang

seimbang, serasi dan berkelanjutan, yang secara operasional dituangkan

dalam kebijaksanaan tata ruang kota/ perkotaan, dan

3. Penanganan masalah kinerja masing-masing kota.

Dengan demikian, kebijaksanaan pengembangan perkotaan di Indonesia

dewasa ini dilandasi pada konsepsi yang meliputi: (i) pengaturan mengenai

sistem kota-kota; (ii) terpadu; (iii) berwawasan lingkungan, dan (iv)

peningkatan peran masyarakat dan swasta. Dengan makin terpadunya sistem-

sistem perkotaan yang ada di Indonesia, akan terbentuk suatu hierarki kota

besar, menengah, dan kecil yang baik sehingga tidak terjadi “dominasi” salah

satu kota terhadap kota-kota lainnya.

Urbanisasi merupakan proses yang wajar dan tidak perlu dicegah

pertumbuhannya. Karena, proses urbanisasi tersebut dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Namun demikian, proses urbanisasi tersebut

perlu diarahkan agar tidak terjadi tingkat primacy yang berlebihan. Pada saat ini

pemerintah telah mengembangkan dua kelompok kebijaksanaan untuk

mengarahkan proses urbanisasi, yaitu mengembangkan apa yang dikenal dengan

istilah “urbanisasi pedesaan” dan juga mengembangkan “pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi baru”. Diharapkan dengan makin bertumbuhnya daerah

pedesaan dan juga menyebarnya daerah-daerah pertumbuhan ekonomi, sasaran

untuk mencapai tingkat urbanisasi sebesar 75 persen pada akhir tahun 2025, dan

dibarengi dengan makin meratanya persebaran daerah perkotaan, akan dapat

terwujud. (Tjiptoherijanto, 2007).

I. Dampak positif dan negatif urabinisasi

1. Dampak Positif

Masalah utama yang menjadi pemicu meningkatnya urbanisasi adalah

keinginan untuk merubah keadaan hidup menjadi lebih baik dan pandangan

masyarakat bahwa kehidupan masyarakat perkotaan lebih baik dari pada

kehidupan masyarakat di pedesaan. Hal ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran

tanpa dukungan sumber daya manusia yang memadai maka terjadi peningkatan

tingkat pengangguran, kriminalitas dan sebagainya di kota besar.

Urbanisasi mempunyai dampak positif apabila para pendatang mempunyai

kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat kota, ataupun

yang dibutuhkan oleh industri-industri yang banyak berkembang di kota. Dengan

demikian hal tersebut akan membawa dampak positif terhadap para pendatang dan

para pelaku usaha atau pemilik industri dan masyarakat perkotaan pada umumnya

karena pertumbuhan ekonomi akan ikut meningkat.

Selain itu, urbanisasi juga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di

kota apabila didukung oleh para pendatang yang mampu membuka usaha-usaha

baru yang belum pernah ada sebelumnya di kota. Hal tersebut tentu saja harus

didukung kemampuan untuk dapat membaca kesempatan yang ada dan

mengelolanya sehingga dapat terwujud tujuan tersebut. Misalnya banyak para

pendatang membuka usaha kuliner khas daerah (restoran atau rumah makan),

usaha kerajinan, dan sebagainya. Hal ini sangat positif bagi pertumbuhan ekonomi

kota. Pertumbuhan ekonomi di daerah asal juga akan meningkat apabila para

pendatang yang sudah sukses merintis usaha di kota, juga melibatkan daerah asal

dalam menjalankan usahanya, terutama dari segi sumber daya manusia dan

sumber daya alam yang ada di daerah asal.

Kesempatan atau peluang yang dapat diambil oleh para pendatang di kota

diantaranya adalah kesempatan membuka usaha yang baru yang belum pernah ada

atau masih sedikit di kota. Tentunya hal ini harus didukung juga oleh kemampuan

para pendatang itu untuk membaca kesempatan yang ada dan kemampuan untuk

mengelola atau memanfaatkan kesempatan tersebut. Bagi para pendatang yang

sudah mempunyai usaha di daerah asalnya, dapat mengembangkan usahanya di

kota, karena di kota merupakan pusat perekonomian, dan pusat kegiatan usaha.

Sehingga akan lebih mudah dalam menjalankan usaha di kota dari pada di desa,

sehingga usahanya akan lebih cepat berkembang.

2. Dampak Negatif

Pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan akibat urbanisasi

menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Terbatasnya lapangan pekerjaan

dan tingginya persaingan di kota besar menyebabkan bertambahnya jumlah

pengangguran. Tidak adanya keahlian dan sedikitnya kaum pendatang yang

memiliki modal yang cukup untuk membuka usaha di kota mengakibatkan

meningkatnya tindakan kriminalitas.

Terbatasnya tempat tinggal mengakibatkan munculnya banyak rumah

kumuh tidak layak huni yang membuat tata letak kota menjadi berantakan dan

tidak tertata dengan baik. Apalagi banyak pendatang ini yang kemudian

mendirikan gubuk-gubuk liar di pinggiran sungai dan rel kereta api yang

merupakan daerah hijau yang tidak boleh ditempati. Para pendatang tentunya akan

menghadapi tantangan atau hambatan untuk hidup di kota. Mereka akan bersaing

dengan masyarakat kota, dan tentu juga dengan sesama pendatang. Gaya hidup

masyarakat perkotaan yang individualis, diakibatkan oleh persaingan yang ketat

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membuat mereka tidak peduli dengan

sesamanya.

Dari uraian di atas ada beberapa solusi agar urbanisasi dapat diminimalisir

dan mempunyai dampak positif, yaitu perlu adanya pengendalian arus urbanisasi

dari pemerintah kota maupun pemerintah desa, terutama pada momen pasca-

Lebaran, sebab momen tersebut yang paling sering dimanfaatkan berurbanisasi.

Perlu diadakan penyuluhan kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatu

yang bersangkutan dengan urbanisasi. Harus ada peraturan yang tegas, terutama di

daerah kota tujuan urbanisasi tentang tata kota dan kependudukan.

Perlu ditanamkan rasa cinta kepada kampung halamannya sendiri

semenjak kecil. Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah, pembangunan

sarana dan prasarana, jalan, jembatan, saluran irigasi, sekolah, puskemas dan

pasar. Perlunya kebijakan dari pemerintah, diantaranya adanya bantuan kredit bagi

masyarakat pedesaan untuk membuka usaha di daerah masing-masing.

Memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di

pedesaan, sehingga dorongan penduduk desa untuk berurbanisasi ke kota dapat

berkurang.

J. Upaya Pemecahan Masalah

Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran

antar pulau, propinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan

Persebaranyang tidak merata berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Daerah-

daerah yang padat penduduknya terjadi exploitasi sumber alam secara berlebihan

sehingga terganggulah keseimbangan alam. Sebagai contoh adalah hutan yang

terus menyusut karena ditebang untuk dijadikan lahan pertanian maupun

pemukiman. Dampak buruk dari berkurangnya luas hutan adalah:

1. Terjadi banjir karena peresapan air hujan oleh hutan berkurang

2. Terjadi kekeringan

3. Tanah sekitar hutan menjadi tandus karena erosi

Untuk mengatasi masalah pemerataan penduduk, program pemerintah

yang terkenal dalam upaya mengatasi masalah tersebut adalah transmigrasi, yaitu

pemindahan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke daerah yang belum

padat penduduk. Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu:

- Meratakan persebaran penduduk di Indonesia.

- Peningkatan taraf hidup transmigran.

- Pengolahan sumber daya alam.

- Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

- Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran.

- Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

- Meningkatkan pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.

Transmigrasi bukan hanya memindahkan penduduk, tetapi harus juga

menyiapkan aspek sosial, SDM, dan teknis. Aspek sosial, masyarakat yang akan

dipindahkan harus dipersiapkan agar mudah beradaptasi dengan lingkungan yang

baru. Aspek SDM, peningkatan skill perlu diberikan kepada masyarakat yang

akan dipindahkan. Aspek Teknis, mempersiapkan prasarana dasar yang

menunjang daerah transmigrasi, tidak hanya rumah dan sepetak tanah. Ditemui

berbagai kendala misalnya masyarakat tidak kerasan ditempat barunya, sehingga

mereka kembali ke kota. Banyak proyek transmigrasi yang tidak dilakukan sesuai

prosedur, yaitu penyiapan prasarana dasar secukupnya, dan diselewengkan

,sehingga penduduk yang dipindahkan teraniaya.

K. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem selalu mencari keterpaduan antarbagian melalui

pemahaman yang utuh, sehingga diperlukan kerangka pikir pendekatan sistem.

Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan

identifikasi sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi

sistem yang efektif. Pendekatan ini menunjukkan kinerja intelektual berdasarkan:

perspektif, pedoman, model, metodologi, dan sebagainya, yang diformulasikan

untuk mengupayakan perbaikan secara terorganisasi tingkah laku dan perbuatan

manusia (ZHU (1998) dalam Djakapermana, 2010 : 2).

Untuk mengatasi permasalahan urbanisasi yang dari tahun ke tahun terjadi

di perkotaan akibat kurang mendukungnya potensi kehidupan yang ada pada

pedesaan yang menyebabkan terjadinya urbanisasi secara besar-besaran ke kota,

maka diperlukan berbagai upaya untuk menekan hal tersebut dengan

memperhatikan segala dampak system yang saling berhubungan. Dimana

pengembangan pedesaan jika hanya memperhatikan satu faktor pendukung seperti

potensi sumber daya tanpa adanya dukungan terhadap sistem sarana dan prasarana

yang memadai untuk mengelola potensi tersebut maka hanya akan sia-sia, dan ini

akan menimbulkan dampak negative hingga ke perkotaan akibat terjadinya

urbanisasi oleh penduduk pedesaan.

Salah satu contoh program Pemerintah yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan pengembangan Desa yaitu, meningkatkan desa swadaya

(tradisional), melalui desa swakarya (transisi), menjadi desa swasembada. Usaha

untuk menigkatkan kemajuan desa-desa swadaya dan swakarsa menjadi Desa

Swasembada (Maju). Pada pengembangan desa ini Pemerintah merupakan pihak

yang sangat berperan penting terhadap pengembangan desa-desa tersebut. Adapun

beberapa upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi masalah urbanisasi di

antaranya :

1. Melalui peningkatan aspek pendidikan.

Aspek aksibilitas serta pengembangan aspek potensi desa.

a) Pertama, upaya peningkatan aspek pendidikan di desa dapat dilakukan

dengan menggalakkan pendidikan menengah yang bersifat kejuruan.

Pendidikan menengah yang bersifat kejuruan tentunya akan sangat

membantu mengembangkan bakat peserta didik yang sifatnya praktis

sesuai dengan peminatan yang diinginkan. Selain itu, peningkatan aspek

ini dapat juga digunakan untuk mendorong munculnya jiwa kewirausahaan

sehingga bisa menyediakan lapangan pekerjaan di desanya.Tentunya

dengan adanya lapangan pekerjaan di desa akan mengurangi laju

urbanisasi yang terjadi.

b) Kedua, aspek aksesibilitas (dalam hal transportasi) di desa merupakan

faktor penting untuk menunjang aktivitas ekonomi, walau pada faktanya

masih banyak desa di negara kita yang masih memiliki aksesibilitas yang

buruk. Padahal aksesibilitas tersebut berfungsi sebagai jalur penghubung

terjadinya aliran barang dan jasa (aktivitas ekonomi).Melalui peningkatan

aksesibilitas di desa seperti pembangunan jalan dan jembatan serta sarana

telekomunikasi, pemberdayaan potensi sumber daya yang terdapat di desa

dapat dikembangkan secara optimal. Adanya kemudahan akses tersebut

juga bisa menjadi faktor penarik bagi pihak pemerintah dan swasta untuk

bermitra dan mengembangkan aspek unggulan desa yang bersangkutan.

c) Ketiga, pemberdayaan potensi utama desa dapat dilakukan untuk menekan

urbanisasi. Salah satu cara untuk mengembangkan potensi desa dapat

dilakukan sesuai dengan sumber daya yang ada seperti potensi agrobisnis

maupun aspek pariwisatanya. Potensi agrobisnis di desa dapat dilakukan

dengan pengembangan dan pemasaran yang lebih ”menjual” sehingga

potensi tersebut dapat terberdayakan.Dengan sendirinya lapangan

pekerjaan akan tersedia sehingga dapat mengurangi laju urbanisasi yang

terjadi. Demikian pula dengan aspek pariwisata yang mampu menambah

lapangan pekerjaan di desa. Pada akhirnya, berbagai upaya yang dilakukan

untuk mengurangi urbanisasi memerlukan kerja sama dari berbagai pihak

mulai dari pemerintah dan penduduknya. Tanpa adanya sinergi dalam

melaksanakan upaya penekanan urbanisasi, maka urbanisasi akan terus

terjadi. (Anggigeo,2010).

2. Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia

Pembangunan ini dimaksud untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

wilayah pedesaan. Dimana Pembangunan wilayah pedesaan ini dilakukan oleh

berbagai Departemen Pemerintahan. Pembangunan masyarakat desa sebagai suatu

strategi untuk memajukan kehidupan social dan kehidupan ekonomi bagi

kelompok tertentu, yaitu penduduk miskin dipedesaan.

Pembangunan dalam wilayah pedesaan dapat dibagi menjadi dua bagian

(Jayadinata, 1999 : 93), yaitu :

a. Perumahan;

b. Pelayanan sosial dan ekonomi: pendidikan, kesehatan, kebudayaan, agama,

rekreasi, dan olah raga, penyediaan ruang terbuka (taman dan sebagainya),

administrasi, pertahanan, pasar, dan pertokoan, tempat penggudangan, dan

tempat pengolahan hasil;

c. Utilitas umum (utility): air minum, saluran air limbah, penyediaan energy,

dan pengaturan pembuangan sampah;

d. Pelayanan perhubungan: jalan raya, kereta api, jalur lalu lintas, sungai,

jembatan, pengangkutan umum, radio, televisi, dan telekomunikasi.

Dengan adanya suatu upaya pengembangan desa melalui peningkatan hasil

kegiatan usaha maupun peningkatan sarana dan prasarana ini, diharapkan bisa

menjadi faktor pendukung untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada pada

wilayah pedesaan sehingga membuat penduduk pedesaan bisa tetap tinggal

melakukan aktifitas ekonomi secara lancar tanpa perlu untuk keluar dari desanya

seperti melakukan urbanisasi ke perkotaan untuk memperbaiki nasib tanpa

dibekali skill yang mendukung yang ujung-ujungnya kebanyakan penduduk desa

tersebut hanya menciptakan lingkungan kumuh bagi perkotaan.

Keterkaitan desa dan Kota Studi ekonomi secara ruang di mana masyarakat

sebagai aktor ekonomi,dapat tergabung dalam usaha formal (perusahaan) dan

informal yang dapat dikategorikan pada kegiatan di wilayah pedesaan dan

perkotaan. Petani pada umumnya adalah actor ekonomi di pedesaan yang

tergolong pada kegiatan usaha subsistem, usaha kecil, dan menengah.Studi

PARUL (Poverty Alleviation Through Rural Urban Linkages) di Indonesia, telah :

1) Melakukan kajian beberapa keterkaitan desa-kota di dalam kegiatan ekonomi

lokal dan kebutuhan intervensi pemerintah untuk memperkuat pengelolaan

keterkaitan di tiga provinsi (Sulsel, Sulut, Irian jaya-Sorong),

2) Membentuk konsensus dalam perencanaan dan pengelolaan keterkaitan desa-

kota dilihat dari aspek mata rantai produksi di tingkat kabupaten.

3) Mengevaluasi program yang ada untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan

keterkaitan desa-kota.

Pendekatan dalam pengelolaan adalah dengan membangun kapasitas

pengelolaan yang bertumpu pada inisiatif dan partisipasi masyarakat, bersama

kelompok swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan aparat birokrasi di tingkat

lokal.

Dengan studi pengembangan ekonomi ini, yang dipertimbangkan adalah

pengembangan komoditi, mata rantai keterkaitan industry local dan global

(perdagangan, tenaga kerja, kapital, pemasaran, transportasi, kawasan desa-kota),

kemitraan antara ekonomi lemah dan ekonomi kuat, dan keterpaduan program

serta kegiatan yang dilaksanakan para pihak yang berkepentingan.

Dengan mengaitkan program desa dan kota itu, diharapkan sebagai hasil :

1). Terciptanya produksi komoditi unggulan yang kompetitif

2).Terciptanya lapangan kerja yang produktif, masyarakat yang berpendapatan

tinggi, dan berjiwa kewiraswastaan.

Tersedianya prasarana dan sarana ekonomi yang produktif :

1). Terdapat akumulasi kapital untuk produksi

2).Terbentuknya jaringan kerja produksi, pengelolaan produk, pemasaran dan

perdagangan

3).Kuatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan

ekonomi lokal.

Urbanisasi

Masyarakat

Pembangunan desa

Desa Je’nettallasa Desa Bontoala Desa Taeng

L. Kerangka fikir

Urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang cukup serius dalam

suatu kota yang berkembang, karena persebaran penduduk yang tidak merata

antara desa dengan kota yang menimbulkan berbagai masalah kehidupan sosial

masyarakat yang terdapat di Desa Je‟netallasa‟, Desa Bontoala‟, Dan Desa Taeng.

di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, karena kebanyakan penduduk

pedesaan ingin berpindah ke kota untuk meningkatkan taraf pendapatan

masyarakat.

Akan tetapi dengan adanya pembangunan desa, yakni fokus pada

pemberdayaan desa maka diharapkan dapat menekan laju urbanisasi.

Kerangka pemikiran dapat di sajikan dalam gambaran sederhana.

Gambar 1: Skema kerangka pemikira

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Je‟netallasa‟, Desa Bontoala‟ dan Desa

Taeng. Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Adapun waktu pelaksanaan

penelitian diperlukan selama 2 (dua ) bulan dari bulan Maret – April 2015.

B. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah ;

1. Wawancara yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung dengan

responden.

2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat

dokumentasi maupun mengumpulkan arsip-arsip data tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan urbanisasi.

3. Koesioner adalah daftar pertanyaan tertulis kepada masyarakat yang akan di

wawancara dan menjadi responden penelitian.

C. Jenis Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Data kuantitatif

Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik,

Kantor Camat Pallangga, Kantor Desa Je‟netallasa, Kantor Desa Taeng dan

35

Kantor Desa Bontoala yang meliputi: data yang mengenai Peningkatan

Pembangunan Desa Guna Menekan Laju Urbanisasi di Kabupaten Gowa, dan

lain-lain yang berkaitan dengan mashalah penelitian.

2. Data kulitatif

Data ini diperoleh dari buku-buku acuan yang bersumber dari perpustakaan

dan artikel-artikel yang berguna bagi terlaksananya penulisan ini. Adapun sumber

data yang digunakan yaitu berasal dari kantor atau instansi yang terkait dengan

permasalahan tersebut.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel penelitian jumlah penduduk di Desa Je‟netallasa‟, Desa

Bontoala‟, dan Desa Taeng. maka semua sampel adalah sampel jenuh yang

dimana dari beberapa masyarakat dengan jumlah 50 orang yang berurbanisasi di

Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

E. Metode Analisis Data

Dalam Penelitian Ini, Peneliti Menggunakan metode deskriptif kualitatif

menjelaskan dan menggambarkan data yang berkaitan dengan situasi, sikap dan

pandangan yang terjadi didalam masyarakat.

F. Defenisi operasional

Definisi oprasional variabel ini diperlukan sebagai batasan operasional

masing-masing variabel yang diteliti untuk memperjelas arah dan ruang lingkup

variabel penelitian. Adapun batasan oprasional masing-masing variabel yang di

makasud adalah :

1. Pembangunan desa.

Pemberdayaan masyarakat adalah peroses pembangunan dimana masyarakat

berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi

dan kondisi diri sendiri.

2. Urbanisasi.

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota, urbanis adalah

persebran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan

menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Pallangga

1. Letak Geografi dan Batas Wilayah

Secara Geografis Kecamatan Pallangga Berada di Kabupaten Gowa Provinsi

Sulawesi Selatan dengan batas wilayah

Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Sombaopu.

Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Bontomarannu.

Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bajeng.

Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Barombong.

Sebagian besar fotografi wilayah Desa merupakan daerah daratan rendah

dengan ketinggian 0-499,9 meter diatas permukaan air laut, dengan Desa

Bontoramba sebagai wilayah terluas, namun sebagian besar penduduk tersebar di

Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala.

2. Penduduk

Adapun jumlah penduduk di kecamatan pallangga pada tahun 2011

berjumlah 99.715 jiwa, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan

sekitar 101.371 jiwa atau 1,66% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan

104.523 jiwa atau 3.16% Yang tersebar di 16 desa dan kelurahan.Adapun yang

kami teliti hanya memilih tiga Desa yaitu. Desa je‟netallas, Desa Taeng dan Desa

Bontoala.

3. Kepadatan penduduk per kilometer.

38

Desa Je‟netallasa dengan luas wilayah 3,23 km, menurut registrasi

penduduk akhir tercatat 16.200 jiwa, Desa Taeng luas wilayah 2,27 km, menurut

register penduduk akhir tercatat 7,210 jiwa, dan Desa Bontoala luas wilayah 1,25

km, menurut registrasi penduduk akhir tercatat 18,699 jiwa.

Adapun jumlah penduduk Desa Je‟netallasa, Desa Taeng, dan Desa

Bontoala, Pada tahun 2011 dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Diperinci Menurut Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan

Desa Bontoala Pada Tahun 2011.

NO DESA JUMLAH PENDUDUK

1 Je‟netallasa 15.454

2 Taeng 6.879

3 Bontoala 17.839

Jumlah 40.172

Sumber : Kantor Desa Je‟netallasa, Kantor Desa Taeng Dan Kator Desa Bontoala‟

2011 (hasil registrasi penduduk akhir).

Jumlah penduduk dalam Desa je‟netallasa, Desa Taeng, dan Desa Bontoala‟

adalah sebanyak 40,172 jiwa.

Adapun jumlah penduduk Desa Je‟netallasa, Desa Taeng, dan Desa

Bontoala, Pada tahun 2012 dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini :

Table 2 : Jumlah Penduduk Diperinci Menurut Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan

Desa Bontoala Pada Tahun 2012

NO DESA JUMLAH PENDUDUK

1 Je‟netallasa 15.711

2 Taeng 6.993

3 Bontoala 18.135

Jumlah 40.839

Sumber : Kantor Desa Je‟netallasa, Kantor Desa Taeng Dan Kator Desa Bontoala‟

2012 (hasil registrasi penduduk akhir).

Jumlah penduduk dalam desa je‟netallasa, desa taeng, dan desa bontoala‟

adalah sebanyak 40.839 jiwa.

Adapun jumlah penduduk desa je‟netallasa, desa taeng, dan desa

bontoala, Pada tahun 2013 dapat di lihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Diperinci Menurut Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan

Desa Bontoala Pada Tahun 2013.

NO DESA JUMLAH PENDUDUK

1 Je‟netallasa 16.200

2 Taeng 7.210

3 Bontoala 18.699

Jumlah 42.109

Sumber : Kantor Desa Je‟netallasa, Kantor Desa Taeng Dan Kator Desa Bontoala‟

2013 (hasil registrasi penduduk akhir).

Jumlah penduduk di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng, dan Desa Bontoala‟

adalah sebanyak 42.109 jiwa.

Adapun klasifikasi kemiskinan di Desa Je;netallasa, Desa Taeng dan

Desa Bontoala menurut jumlah Ruta PPLS11 dapat di lihat pada tabel 4 berikut

ini :

Tabel 4 : Klasifikasi kemiskinan di Desa Je;netallasa, Desa Taeng dan Desa

Bontoala menurut jumlah Ruta PPLS11

NAMA DESA

JUMLAH

TOTAL SM M HM RML

Je‟netallasa 105 200 253 488 1.046

Taeng 87 129 199 368 783

Bontoala 82 145 206 443 876

Sumber : Kantor Badan Pusat statistik Kabupaten Gowa 2011.

Kepadatan penduduk di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa

Bontoala, menurut letak geografis pada tahun 2013 rata-rata 23.166 per kilometer

persegi dengan rincian untuk tiga Desa dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 5 : Kepadatan Penduduk Per Kilometer

DESA

RATA-RATA

PENDUDUK PER

DESA

LUAS

(KM²)

KEPADATAN

PENDUDUK PER

KM²

Je;ntallasa 16.200 3,22 5.031

Taeng 7.210 2,27 3.176

Bontoala 18.699 1,25 14,959

Sumber : Kantor Camat Pallangga 2013 (Hasil registrasi penduduk akhir)

Berdasarkan tabel 5 dapat di liahat bahwa kepadatan penduduk per km

persegi dari tahun ketahun mengalami penigkatan begitu pula mengenai rata-rata

penduduk desa dari tahun ketahun juga mengalami peningkatan.

4. Mata pencaharian

Pada dasarnya mata pencaharian penduduk suatu daerah tergantung pada

geografis daerah yang bersangkutan, yaitu keadaan alam sera tingkat pendidikan,

keteranpilan dan teknologi yang dimiliki.

Demikian pula halnya dengan mata pencaharian penduduk di Desa

Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala sebagian besar menjadi buruh harian,

petani, pedagang dan menjadi pegawai.

5. Ketenaga kerjaan

Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan karena

semakin besar penduduk suatu daerah semakin banyak pula tenaga kerja yang

tersedia. Tenaga kerja merupakan salah satu factor penting dalam proses produksi

selain sumber daya alam, modal dan lain-lain.

Laju urbanisasi yang relatif tinggi berkaitan dengan masalah ekonomi

karena mengakibatkan bertambah besarnya proporsi penduduk usia kerja.

Banyaknya penduduk usia kerja harus diimbangi dengan adanya kesempatan kerja

melaluai penciptaan lapangan kerja baru yang memadai.

Perluasan kesempatan kerja harus diimbangi pula dengan tingkat

produktivitas dan ketrampilan, ketrampilan yang tinggi dapat menciptakan

lapangan kerja baru yang berorintasi pada penekanan urbanisasi. Oleh karena itu

pendidikan dan ketranpilan yang dimiliki oleh setiap orang.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Sebagai mana yang telah di uraikan pada bab terdahulu, bahwa besar

kecilnya pendapatan masyarakat di tentukan dari beberapa karakteristik. Tapi

pada garis besarnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern.

1. Faktor interen

Faktor ini erat kaitannya dengan karakteristik dari seseorang. Misalanya

tingkat pendidikan, umur, tingkat pekerjaan, pengalaman kerja dan beberapa

komponen lainya yang data dari diri seseorang.

Sejalan dengan itu pendapatan penduduk di Desa je‟netallasa, Desa

Taeng, dan Desa Bontoala, jika dilihat dari faktor internnya, maka pada

hakekatnya besar kecilnya pendapatan itu sebagai akibat berperannya berbagai

faktor yaitu :

a. Tingkat pendidikan

Bagi masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, umumnya

banyak terserap untuk bekerja pada kantor swasta, maupun kantor

pemirintahan. Di pihak lain bagi yang mempunyai tingkat pendidikan

rendah umumnya terserap pada bidang pekerjaan lain seperti pertanian,

perdagangan (wirasuasta), buruh, supir angkutan, tukang dan sebagaian

besar berpindah tempat ke tempat lain (uranisasi).

b. Pengalaman berusaha

Faktor pengalaman dalam berusaha sangat berpengaruh terhadap seseorang.

Dalam menigkatkan pendapatannya dan dapat memperkecil kesalahan-

kesalahan yang ditemuinya, serta sukses dalam usahanya.

c. Faktor umur

Umur seseorang juga senatiasa mempengaruhi besar kecilnya pendapatan

seseorang. Hal ini dimaklumi bahwa dengan adanya perbedaan umur

seseorang menyebabkan adanya perbedaan dalam beberapa hal seperti

perbedaan dalam hal kemampuan kerjanya juga semakin menurun

dibandikan dengan orang yang masih muda lanjut usia maka pemerintah dan

pimpinan perusahaan memberikan hak pension.

d. Tanggungan keluarga

Keluarga adalah semua orang yang tinggal atau tidak bersama akan tetapi

masih dalam tanggungan. Besarnya tanggungan keluarga dapat

mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan seseorang misalnya pegawai

pemerintah.

2. Faktor Eksteren

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan

masyarakat desa adalah tempat kerjanya semakin jauh seseorang tinggal dari

tempat kerjanya maka semakin besar pula ongkos yang harus dikeluarkan, selain

itu secara pisikologis jika terlalu jauh tempat dimana seseorang bekerja, maka

dapat mempengaruhi kerajinan untuk bekerja, salah satu faktor yang dapat

menigkatkan kinerjanya adalah motivasi dari seorang pemimpin.

C. Faktor-Faktor Pembangunan Desa

Adapun faktor-faktor yang berperan penting didalam pembangunan desa

ada dua yaitu :

1. Faktor Dalam, antara lain :

Warga Desa, dalam arti sampai dimana taraf pengetahuan masyarakat desa

setempat

Sumber tanaman di Desa, dalam arti macam-macam tanaman yang dapat

tumbuh dan berguna bagi penduduk untuk sendiri dan perdagangan.

Sumber air dalam arti sungai, sumur atau curah hujan yang cukup untuk

menghidupi tiga bentuk hidup di dalam Desa yaitu manusia, hewan, dan

tanaman.

Sumber tanah, dalam artian tanah yang produktif, yang masih mempunyai

tingkat kesuburan yang cukup lama.

2. Faktor Luar, antara lain :

Hubungan lalu-lintas antara desa dengan desa-desa atau kota-kota di luar

desa itu.

Pengaruh dari luar, dalam hal ini dari jawatan-jawatan atau instansi-instansi

vertikal yang mengurusi persoalan-persoalan desa.

Pengaruh topografi, dalam artian pengaruh terhadap pertambahan areal

tempat kediaman penduduk.

D. Pembangunan Desa

Didalam membangun desa tidak lepas dari peranan pemerintah oleh

sebab itu pemeritah harus berperan penting terhadap pembangunan desa. Adapun

cara pemerintah membangun desa di ataranya yaitu :

Memberdayakan masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau

menyatu satu sama lain karena mereka saling membagi identitas, kepentingan-

kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama

(suriadi,2005.41), menurut kuadratnya manusia tidak dapat menyendiri, tetapi

harus hidup bersama atau berkelompok dengan manusia lain yang dalam

hubungannya harus saling membantu satu samalain untuk dapat mencapai tujuan

hidup menurut kemampuan dan kebutuhannya masing-masing atau dengan istilah

lain adalah saling berintraksi.

Menurut kataren (2008:178-183) pemberdayaan adalah sebuah “ proses

menjadi”, bukan sebuah “ proses instan”, sebagai proses pemberdayaan

mempunyai tiga tahapan yaitu :

a. Penyadaran

Pada tahapan penyadaran ini target yang hendak diberdayakan diberi

pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak

untuk mencapai „suatu‟ prinsip dasarnya adalah adalah membuat target,mengerti

bahwa mereka perlu ( membangun ”demad” ) di berdayakan, dan proses

pemberdayaan itu di mulai dari dalam diri mereka, ( bukan dari diri orang luar ).

b. Pengkapasitasan atau menampung

Untuk diberi daya atau kuasa, artinya memberikan kapasitas kepada

individu atau kelompok manusia supaya mereka nanti mampu memberikan daya

atau kekuasaan yang akan di berikan.

c. Pemberian daya itu sendiri

Pada tahapan ini, kepada target di berikan daya, kekuasaan, otoritas atau

peluang, namun pemberian ini harus sesuai dengan kulitas kecakapan yang telah

dimiliki mereka.

Menurut ndraha (1990.16), pembangunan ialah upayah untuk

meingkatakan. Kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depan ada

beberapa inplikasi utama defenisi tersebut yaitu :

1. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik

manusia ataupun kelomok (capacity).

2. Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan pemarataan

nilai dan kesejahteraan (eguity).

3. Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk

membangun dirinya. Kepercaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang

sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment)

4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara

mandiri (sustainability)

5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantunga Negara yang satu dengan

Negara yang lain dn menciptakan saling menguntungkan dan saling

menghormati (interdependency)

E. Peranan Pemerintah Desa Memberdayakan Masyarakat

Pelaksanaan mengenai tugas dan fungsi seorang kepala desa dalam

pemerintahan merupakan salah satu bentuk kegiatan aparat pemerintah dalam

upaya meningkatkan, kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa bidang yang dapat

dijabarkan didalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu:

1. Pembinaan terhadap masyarakat

a. Pembinaan masyarakat dalam bidang ekonomi

Usaha untuk mengalangkan pembangunan desa dimaksudkan untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup, serta kondisi sosial masyarakat

desa yang merupakan dan yang terbesar dari masyarakat

Indonesia.melibatkan tiga pihak yaitu: pemerintah,swasta, dan warga desa.

Didalam prakteknya, peranana dan prakarsa pemerintah masih dominan

dalam perencanaan dan pelaksanaa maupun untuk meningkatkan kesadaran

dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan desa.Berbagai teori

mengatkan, bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci

keberhasilan pembangan desa

b. Pembinaan masyarakat desa dalam bidang hkum.

Pembinaan dalam bidang hokum dilakukan dalam pemerintah desa dengan

bekerjasama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang dimaksudkan

agar pemuda dapat membirakan kemasyarakatan dan pengatasan anak

dilembaga-lembaga kemasyarakatan anak Negara contoh: Pemuda berkumpul

untuk mendiskusikan bahaya akibat narkotika, diberi penyuluhan akibat

adanya perkelahiaan pelajar.

c. Pembinaan masyarakat dalam bidang agama.

Pembinaan ini untuk menunjukkan kehidupan beragama dikalangan pemuda

contohnya: mengadakan pengajian setiap minggu serta kerja bakti untuk

membagun tempat ibadah.

d. Pembinaan masyarakat pada bidang kesehatan

Pembinaan ini ditunjukkan untuk membentuk generasi muda yang sehat, baik

fisik maupun mental serta mampu berperan dalam upaya meningkatkan

kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pembinaan yang paling giat dilakukan

oleh pemerintah desa yaitu pembinaan dalam kegiatan keagamaan, sosial

budaya dan pembinaan dalam kepala ibu PKK. Fasiitas kegiatan ditindak

lanjuti dengan pemberian bantuan alat-alat seni dan ceramah agama yang

biasanya didatangkan dari luar Desa.

Kegiatan yang telah disusun oleh pemerintah Desa untuk melakukan

kegiatan pembersihan secara bergotong royong di tempat ibadah maupun didesa

setiap 2 minggu sekali maerupakan bentuk kepeduliaan untuk membangun desa

taeng yang sejahtera dan makmur.

Pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat diharapkan menjadi

lebih responsive terhadap kepentingan masyarakat itu sendi, dimana paradigma

dari pelayanan yang berjalanan selama ini beralih dari pelayanan yang sifatnya

sentralisik kepeleayanan yang lebih memberikan focus pada pengelolaan

beriorentasi kepuasan masyarakat.

Adapun pemberdayaan masyarakat yang berada di Kecamatan Pallangga

yaitu pemerintah memberikan peluang usaha kepada masyarakat yang memiliki

modal, sedangkan masyarakat yang tidak memiliki modal usaha dapat

berpartisipasi menjadi kariyawan pabrik pembuatan, roti, kecap, garam,Tepung

terigu dan usaha-usaha rumah tangga. Sedangkan masyarakat yang memiliki lahan

pertanian pemerintah kecamatan pallangga memberikan arahan tentang pertanian

agar hasilnya lebih bagus, harga jualnya meningkat dan memberikan pupuk

dengan harga yang rendah

F. Tingkat Urbanisasi

Urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan dari desa ke

kota, pada dasarnya urbanisasi tiap tahun ketahun dapat meningkat karena

tingginya taraf ekonomi dan kurangnya lapangan pekerjaan di desa.

Tingkat urbanisasi didesa je‟netallasa, desa taeng dan desa bontoala

dapat di lihat pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, dan untuk lebih

memperjelas tingkat urbanisasi maka dapat disajiakan melalui tabel berikut ini.

Tabel 6 : Tingkat urbanisasi di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala.

Pada tahun 2012 menurut jenis kelaminnya.

NO DESA Laki-laki Perempuan 2012

1 Je‟netallasa 5 18 23

2 Taeng - - -

3 Bontoala 4 15 19

Jumlah 9 33 42

Sumber : Kantor Camat Pallangga tahun 2012 (Hasil registrsi penduduk akhir)

Berdasarkan tabel diatas dapat di jelaskan bahwa Penduduk Desa

Jenetallasa yang berurbanisasi sebanyak 23 orang, penduduk desa taeng tidak

mengalami urbanisasi dan penduduk yang berurbanisasi desa bontoala sebanyak

19 orang.

Tabel 7 : Tingkat urbanisasi di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala

pada tahun 2013, menurut jenis kelaminya.

NO DESA Laki-laki Perempuan 2013

1 Je‟netallasa 15 10 25

2 Taeng 6 - 6

3 Bontoala 10 5 15

Jumlah 31 11 46

Sumber : Kantor Camat Pallangga 2013, (Hasil registrasi penduduk akhir).

Berdasarkan tabel diatas dapat di jelaskan bahwa penduduk yang

berurbanisasi desa je‟netallasa sebanyak 25 orang, sedangkan penduduk yang

berurbanisasi desa taeng sebanyak 6 orang dan penduduk yang berurbanisasi desa

bontoala sebanyak 13 orang.

Tabel 8 : Tingkat urbanisasi di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoal.

pada tahun 2014, menurut jenis kelaminya.

NO DESA Laki-laki Perempuan 2014

1 Je‟netallasa 2 3 5

2 Taeng - - -

3 Bontoala 19 8 27

Jumlah 21 11 32

Sumber : kantor camat pallangga 2014, (hasil registrasi penduduk akhir).

Berdasarkan tabel diatas dapat di jelaskan bahwa penduduk yang

berurbanisasi di Desa Je‟netallasa sebanyak 5 orang, sedangkan penduduk di Desa

Taeng tidak mengalami urbanisasi dan penduduk yang berurbanisasi di Desa

Bontoala sebanyak 27 orang.

Berdasarkan tabel-tabel diatas kita dapat ketahui bahwa masyarakat yang

memilih berubanisasi pada tahun 2012 sebanyak 42 orang sedangkan pada tahun

2013 mengalami penigkatan sebanyak 45 orang itu dikarenakan berkurangnya

lahan pertanian dan lapangan pekerjaan di desa, dan pada tahun 2014 mengalami

penurunan, sebanyak 32 orang, ini disababkan infrastruktur di desa mulai

membaik dan dapat membantu masyarakat dalam hal peningkatan pendapatan.

G. Hubungan Antara Pembangunan Desa dan Urbanisasi

Adapun hubungan antara pembangunan desa dengan urbanisasi yang

berada di Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontoala dapat kita lihat di

tabel berikut ini.

Tabel 9 : Hubungan antra pembangunan Desa dan Urbanisasi di Desa Je‟netallasa,

Desa Taeng dan Desa Bontoala pada tahun 2012 – 2014.

TAHUN PEMBANGUNAN DESA URBANISASI

2012 Memberikan bantuan modal

untuk pengusaha kecil.

Mendirikan koperasi.

Memberikan raskin kepada

orang yang membutuhkan.

42 orang

2013 Memperbaiki infrasturuktur

jalan .

Memberikan raskin kepada

orang yang membutuhkan.

Membuat saluran irigasi.

46 orang

2014 Menigkatkan mutu pendidikan

di antaranya :

- Penambahan guru.

- Sarana prasarana mengajar.

- Renofasi sekolah.

- Memberikan bantuan kepada

siswa yang kurang mampu

Menigkatakan kualitas

kesehatan di antranya :

- Pustu.

- Pusiandu.

- Sunat massal.

- Pengobatan gratis.

Membuat irigasi pertanian .

Pembebasan lahan perumahan.

32 orang

Sumber : Kantor Camat Pallangga.

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2012

pembangunan Desa masih mengenai pendapatan masyarakat di dalam hal usaha

kecil dan pemberian raskin kepada masyarakat, mengakibatkan urbanisasi sekitar

42 orang. sedangkan pada tahun 2013 pemerintah Kecamatan Pallangga

memindahkan pasar tradisional ke Kacamatan Somba Opu, maka tingkat

pendapatan masyarakat menurun mengakibatkan urbanisasi menigkat sekitar 46

orang atau 8,69 %. dan pada tahun 2014 Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa

Bontoala, memberikan suatu puluang usaha kepada pengusaha kecil dan

memberikan suatu arahan-arahan untuk menigkatkan hasil pertanian yang ada di

Desa Je‟netallasa, Desa Taeng dan Desa Bontola, dan tingkat urbanisasi

mengalami penurunan sekitar 32 orang atau 30,4 %. Dari hasil diatas

pembangunan desa dengan urbanisasi sangat berkaitan dari tahun ketahun.

H. Urbanisasi dan Pembangunan

Urbanisasi memperburuk keseimbangan struktur antara Desa dan kota

secara langsung dimana dalam 2 hal yaitu yang pertama desisi penawaran

urbanisasi internal secara berlebihan akan meningkatkan jumlah pencari kerja

diperkotaan yang melampaui tingkat atau batasan pertumbuhan penduduk,

sebenarnya masih dapat didukung oleh segenap kegiatan ekonomi dan jasa-jasa

pelayanan yang ada di daerah perkotaan. Yang kedua desisi permintaan

terciptanya kesempatan di daerah perkotaan lebih sulit dan jauh lebih mahal dari

pada penciptaan lapangan-lapangan kerja diperdesaan karena kebanyakan jenis

pekerjaan sector-sektor industri diperkotaan membutuhkan aneka input-input

komplemenser yang sangat banyak dan sangat banyak jumlah ataupun jenisnya.

I. Pemecahan Masalah Urbanisasi

Masalah urbanisasi ini dapat ditangani dengan memperlambat laju

pertumbuhan populasi kota yaitu diantaranya dengan membangun desa, adapun

program-program yang dikembangkan diantaranya:

1. Intensifikasi pertanian

2. Mengurangi/ membatasi tingkat pertambahan penduduk lewat pembatasan

kelahiran, yaitu program keluarga berencana

3. Memperluas dan mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan

di pedesaan

4. Program pelaksanaan transmigrasi

5. Memperluas dan mengembangkan lapangan pekerjaan di kota

6. Penyebaran pembangunan fungsional di seluruh wilayah

7. Pengembangan teknologi menengah bagi masyarakat desa

8. Perlu dukungan politik dari pemerintah, diantaranya adanya kebijakan

seperti reformasi tanah. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka yang yang

berperan adalah pemerintah setempat dalam penerapannya. Pemerintah

daerah perlu berbenah diri dan perlu mengoptimalkan seluruh potensi

ekonomi yang ada di daerah, sehingga terjadi kegiatan ekonomi dan bisnis

yang benarbenar berorientasi pada kepentingan warganya. Tapi bukan

berarti pemerintah daerah saja yang berperan, di tingkat pusat, pemerintah

juga perlu membuat kebijakan lebih adil dan tegas terkait pemerataan

distribusi sumber daya ekonomi. Arus balik ialah fenomena tahunan.

Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik untuk mengantisipasi

meledaknya jumlah penduduk perkotaan dengan segala macam

persoalannya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulisan merumuskan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dapat dipahami pembangunan desa adalah strategi yang mengadopsi sistem

approach dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Strategi ini

memandang bahwa sektor ekonomilah yang berperan dalam pembangunan.

Sedangkan sektor politik, pendidikan ,lingkungan, sosial, kultural, psikologis,

teknik yang saling terintegrasi, berinterpendensi dan saling mendukung.

2. Urbanisasi umumnya yang kita kenal adalah perpindahan dari desa ke kota.

Sedangkan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses

kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain

itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua

pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara

esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah karena percepatan

kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya penduduk yang

pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu kesempatan

kerja.

57

B. Saran

Adapun saran yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada pihak pemerintah hendaknya didalam mengabil kebijaksanaan

kiranya mampu melihat kondisi masyarakat yang minim terhadap kebutuhan

pokonya dan mampu memberikan dispensasi dari bantuan-bantuan yang

telah disalurkan oleh pihak pemerintah pusat dan bantuan dari pihak lain

2. Pemerintah desa juga harus berperan penting untuk menekan laju urbanisasi

yang dari tahun ketahun semakin menigkat.

KOESIONER

A. Identitas responden

Nama :

Alamat sekarang :

Nomor hp :

Isilah pertanyaan di bawa ini dengan membutuhkan tanda ( x ) pada

jawaban yang di anggap benar !

B. Faktor internal

1. Apakah pendidikan terakhir anda ?

a. SD. c .SMA.

b. SMP. d. Lainya sebutkan…

2. Keahlian apa yang anda miliki ?

a. Menjahit. c. Bahasa Asing.

b. Elektornik. d. Lainya sebutkan...

3. Sarana apa yang belum ada di desa anda ?

a. Kesehatan. c. Pusat perbelanjaan.

b. Pendidikan. d.Tempat hiburan.

C. Kemiskinan.

1. berapa penghasilan anda setiap bulan waktu berada di desa asal anda ?

( dalam ruiah ).

a. 500.000. c. 1.000.000 – 2.000.000.

b. 500.000. d. ≥ 2.000.000.

2. Berapakah pengeluaran anda setiap bulan waktu berada

di daerah asal ?

a. 500.000. c. 1.000.000 – 2.000.000.

b. 500.000. d. ≥ 2.000.000.

3. Dari manakah sumber pendapatan anda peroleh ?

a. Gaji. c. Orang tua.

b. Sumbangan. d. Lainya sebutkan..

4. Pekerjaan anda sewaktu di desa ?

a. Pegawai negri. c. Buruh.

b. Petani. d. Lainya Seutkan…

5. Pekerjaan anda sekarang ?

a. Pegawai negri. c. Buruh.

b. Petani. d. Lainya Sebutkan…

6. Berapakah Penghasilan anda perbulan setelah hidup

dikota?

a. ≤ 500.000. c. 1.000.000. – 2.000.000.

b. 500.000. d. ≥ 2.000.000.

7. Berapakah pengeluaran anda perulan setelah berada di

kota?

a. ≤ 500.000. c. 1.000.000. – 2.000.000.

b. 500.000. d. ≥ 2.000.000.

Berikan tanda ( √ ) pada kolom S (setuju), N (Netral), dan TS (Tidak

Setuju) yang ada anggap paling tepat.

No PERTANYAAN

S N TS

3 2 1

1.

Saya memiliki lahan untuk dioleh

didesa

2.

Penghasilan saya didesa cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidup

3.

Saya dapat bantuan danja dari

pemerintah untuk mendirikan usaha

kecil menengah di desa

4. Saya perlu mencari uang tambahan

5.

Saya merasa kebijakan pemerintah

mengenai harga tidak adil

6.

Saya merasa harus membuka usaha

baru di desa

7.

Desa memberikan peluang untuk

berbisnis

8.

Saya memiliki ketrampilan

membuka usaha di desa

9.

Saya harus kekota mencari

pekerjaan baru

10.

Saya memiliki ketrsmpilan cukup

untuk bekerja di kota

11.

Saya pergi kekota dan bekerja

disana atas inisiatif sendiri

12.

Saya pergi kekota atas ajakan

teman

13.

Teman-teman tetangga telah lebih

dulu meninggalkan desa dan

menetap dikota kebanyakan dari

meraka berhasil

14.

Menurut saya hidup dikota lebih

menguntungkan dari pada didesa

15.

Kota lebih memiliki banyak

peluang usaha dari pada di desa

16.

Didesa penghasilan hanya perbulan

hanya cukup untuk membeli

kebutuhan pokok saja

17.

Dikota dengan penghasilan saya

sekarang saya dapat membeli

kebutuhan primer dan tersier

18.

Saya akan menetap secara

permanen dikota

19.

Menurut saya banyak barang yang

seperti saya (pendapata dari desa

kekota)

20.

Saya setuju sekarang makin padat

penduduknya

21.

Saya bekerja dikota dan berhasil

sukses

22.

Saya akan mengajak tetangga/

kerabat saya untuk mencari

pekerjaan dikota.