strategi komisi pemilihan umum dalam menekan angka

24
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik http://jurmafis.untan.ac.id; http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id 1 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA GOLONGAN PUTIH PADA PEMILIHAN GUBERNUR TAHUN 2018 DI KECAMATAN PONTIANAK BARAT Oleh: BAGAS SAPUTROJATI 1 * NIM. E1051141053 Dr. Jumadi, S.Sos, M.Si 2 , Herri Junius Nge, S.Sos, M.Si 2 *Email: [email protected] 1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. 2. Dosen Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Abstrak Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui strategi KPU dalam menekan angka Golput pada pemilihan Gubernur tahun 2018 di kecamatan Pontianak Barat. Adapun teori yang digunakan ialah tentang Strategi Politik Miriam Budiardjo, ia mengemukakan dalam sebuah strategi politik terdapat tiga aspek penting dalam pelaksanaannya yaitu pendidikan politik rakyat, fungsi partai politik, dan sosialisasi oleh penyelenggaraan pemilu. Penelitian menggunakan metode deskripstif kualitatif. Sumber data berupa hasil wawancara dengan informan baik dari penyelenggara maupun masyarakat, informan dipilih dengan sengaja (purposive). Teknik pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga aspek penting dalam pelaksanaanya yaitu pendidikan politik rakyat, fungsi partai politik, sosialisasi oleh penyelenggara pemilu dari tiga aspek tersebut kegiatan atau strategi sosialisasi oleh penyelenggaraan pemilu merupakan aspek yang paling dominan karena berkaitan dengan pengenalan akan pentingnya pemilu kepada masyarakat itu sendiri dan bukan berarti mengabaikan aspek lain tetapi dalam pelaksanaanya sosialisasi memang sangat berpengaruh, dengan tim penyelenggara pemilu akan lebih sering mensosialisasikan tentang pemilu, maka akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Kata Kunci : Golongan Putih, Partisipasi Politik, Pemilihan Gubernur.

Upload: others

Post on 26-May-2022

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

1 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053

Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

GOLONGAN PUTIH PADA PEMILIHAN GUBERNUR TAHUN 2018 DI

KECAMATAN PONTIANAK BARAT

Oleh:

BAGAS SAPUTROJATI 1*

NIM. E1051141053

Dr. Jumadi, S.Sos, M.Si2, Herri Junius Nge, S.Sos, M.Si2

*Email: [email protected]

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Tanjungpura Pontianak.

2. Dosen Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Tanjungpura Pontianak

Abstrak

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui strategi KPU dalam menekan angka

Golput pada pemilihan Gubernur tahun 2018 di kecamatan Pontianak Barat. Adapun

teori yang digunakan ialah tentang Strategi Politik Miriam Budiardjo, ia

mengemukakan dalam sebuah strategi politik terdapat tiga aspek penting dalam

pelaksanaannya yaitu pendidikan politik rakyat, fungsi partai politik, dan sosialisasi

oleh penyelenggaraan pemilu. Penelitian menggunakan metode deskripstif kualitatif.

Sumber data berupa hasil wawancara dengan informan baik dari penyelenggara

maupun masyarakat, informan dipilih dengan sengaja (purposive). Teknik

pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga

aspek penting dalam pelaksanaanya yaitu pendidikan politik rakyat, fungsi partai

politik, sosialisasi oleh penyelenggara pemilu dari tiga aspek tersebut kegiatan atau

strategi sosialisasi oleh penyelenggaraan pemilu merupakan aspek yang paling

dominan karena berkaitan dengan pengenalan akan pentingnya pemilu kepada

masyarakat itu sendiri dan bukan berarti mengabaikan aspek lain tetapi dalam

pelaksanaanya sosialisasi memang sangat berpengaruh, dengan tim penyelenggara

pemilu akan lebih sering mensosialisasikan tentang pemilu, maka akan

mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat.

Kata Kunci : Golongan Putih, Partisipasi Politik, Pemilihan Gubernur.

Page 2: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

2 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053

Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

GENERAL ELECTION COMMISSION STRATEGY IN PRESSURE THE WHITE

GROUP OF NUMBERS IN THE SELECTION OF THE GOVERNOR OF 2018 IN

PONTIANAK WEST DISTRICT

A Thesis By:

BAGAS SAPUTROJATI1*

NIM. E1051141053

Dr. Jumadi, S. Sos, M.Si2, Herry Junius Nge, S. Sos, M.Si2

*Email: [email protected]

1. A student of Political Science Ttudy Program, Fakulty of Social and Political Sciences,

Tanjungpura University Pontianak

2. Political Science Study Program, Fakulty of Social and Political Sciences,

Tanjungpura University Pontianak

Abstract

This research aims to find out of strategis of General Elections Commissionn (KPU)

in reducing the member of abstentions in 2018 governor election in West Pontianak

Sub-District. The theory used is Political Strategy by Miriam Budiharjo who states

that there are three importantt aspects in a political strategy in the implementation

consisting of people’s political education, functions of political parties, and

socialization by the holding of elections. This research uses qualitative descriptive

method. The source of data is in the result from of interviews with informants from

both the organizers and the community chosen purposively. The technique of data

collection is through interviews. Research results indicate that there are three

important aspects consisting of people’s political education, functions of political

parties, and socialization by the holding of elections. From those three aspects,

activity or socialization strategy was the most dominant aspect because it correlates to

the introduction of how important elections are to the community. However, it does

not mean other aspects were ignored. In the implementation, socialization was very

influential with election organizing team holding socialization more ofhen. As a

result, it affected the level of community participation.

Keywords: Abstention, Political Participation, Governor Election.

Page 3: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

3 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

A. PENDAHULUAN

Pemilihan Umum (pemilu)

merupakan salah satu bentuk

partisipasi politik sebagai

perwujudan dari kedaulatan rakyat,

karena pada saat pemilu, rakyat

menjadi pihak yang paling

menentukan bagi proses politik di

suatu wilayah dengan memberikan

suara secara langsung pada Pasal 1

ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun

1945 menyatakan : “bahwa

kedaulatan berada ditangan rakyat

dan dilaksanakan menurut Undang

Undang Dasar”. Amanat konstitusi

tersebut untuk memenuhi tuntutan

perkembangan demokrasi yang

sejalan dengan pertumbuhan

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Indonesia merupakan salah

satu negara demokrasi sehingga

setiap warga negara yang sudah

memiliki hak pilih maka sudah bisa

menggunakan hak pilihnya dalam

pemilu. Pemilu merupakan kegiatan

dimana semua masyarakat dapat

berpartisipasi dalam memilih seorang

yang pantas untuk menjadi pemimpin

di suatu wilayah yang ia duduki.

Penggunaan hak pilih oleh

masyarakat merupakan suatu hal

yang sangat penting karena

kemenangan pasangan calon untuk

menjadi pemimpin ditentukan oleh

seberapa banyak ia memperoleh

suara dalam pemilu.

Di Indonesia pemilu

diselenggarakan oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU), dimana

KPU memiliki tugas dan

kewenangan sebagai penyelenggara

atau penyaji pemilihan umum.

Terdapat beberapa macam pemilu

yang ada di Indonesia seperti,

Pemilihan Presiden (Pilpres),

Pemilihan Legislatif (Pileg),

Pemilihan Gubernur (Pilgub) dan

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

KPU dalam menjalankan tugasnya

harus sesuai dengan kedudukannya,

dalam hal ini ialah KPU Kota

Pontianak yang akan melaksanakan

Pemilihan Presiden (Pilpres) dan

Pemilihan Legislatif (Pileg). KPU

mempunyai tugas dan tanggung

jawab dalam kegiatan Pilpres dan

Pileg. Pilpres dan Pileg dilaksanakan

5 (lima) tahun sekali, agar

masyarakat dapat memilih calon

Page 4: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

4 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

pemimpin yang sesuai dengan hati

nurani mereka masing – masing.

Masalah yang sering dialami

oleh pemerintahan di Indonesia pada

saat pemilu adalah banyaknya

golongan putih (golput). Golput

merupakan seorang yang sudah

memiliki hak pilih, namun enggan

menggunakan hak pilihnya dengan

berbagai macam alasan tertentu

seperti tidak mengetahui pasangan

calon yang mengikuti pemilu,

ketidakpercayaan masyarakat

terhadap mentalitas pejabat pasca

pemilu dan lain sebagainya. Dalam

penyelenggaraan Pemilu, KPU dapat

merancang program yang dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat

sesuai dengan wewenang tugas dan

fungsinya. Selain itu, dalam

melakukan tugas dan fungsinya KPU

harus mampu bertindak secara

profesional menentukan langkah-

langkah strategis yang dapat

memberikan pemahaman akan

pentingnya partisipasi politik

masyarakat terhadap Pemilu sebagai

bentuk hak dan kewajiban warga

negara.

Berbicara tentang partisipasi

politik, ada sebuah fenomena yang

sampai sekarang masih krusial untuk

ditangani, yaitu Golput.

Sederhananya, golput adalah bentuk

ketidakpedulian (apatis) masyarakat

terhadap penyelenggaran Pemilu

dengan tidak ikut serta memberikan

hak suaranya. golput berbeda dengan

perilaku non voting, golput

digunakan untuk merujuk pada:

1. Orang yang tidak menghadiri

tempat pemungutan suara sebagai

aksi protes.

2. Orang yang menghadiri tempat

pemungutan suara tetapi tidak

menggunakan hak pilihnya

secara benar.

3. Orang yang menggunakan hak

pilihnya namun dengan

menusuk bagian putih pada

kertas suara.

Sementara non voting ditujukan

kepada perilaku tidak memilih

karena tidak adanya motivasi untuk

memilih. Namun kedua istilah

tersebut sebenarnya merujuk pada

hasil perbuatan yang sama yaitu

tidak menggunakan hak pilih.

Page 5: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

5 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Strategi

Kata strategi berasal dari kata

strategia yang merupakan bahasa

Yunani diartikan sebagai the art of

general ialah “seni seorang panglima

yang biasanya digunakan dalam

peperangan”. Strategia adalah cara

untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Clausewitz (dalam

Cangara 2016, 252) strategi adalah

“suatu seni menggunakan sarana

pertempuran untuk mencapai tujuan

perang”. Menurut Mulgan (dalam

Muhammad 2009, 257) “strategi

mengisi ruang yang luas hampir tak

terbatas, dari apa yang mungkin

terjadi di masa depan yang tampak

dalam waktu dekat dengan langkah-

langkah sederhana”.

Menurut Anderson (dalam

Cangara 2016, 252) strategi adalah

“seni dimana melibatkan

kemampuan intelegensi/pikiran

untuk membawa semua sumber daya

yang tersedia dalam mencapai tujuan

dengan memperoleh keuntungan

yang maksimal dan efisien”.

a. Komisi Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum

adalah lembaga negara yang

menyelenggarakan pemilihan umum

di Indonesia. Menurut UU Nomor 7

tahun 2017 tentang pemilihan umum

penyelenggaraan pemilu adalah

lembaga yang menyelenggarakan

pemilu terdiri dari Komisi Pemilihan

Umum (KPU) dan Badan Pengawas

Pemilu (BAWASLU) sebagai satu

kesatuan fungsi penyelenggaraan

pemilu untuk memilih anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilan Daerah (DPD),

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD), Presiden dan Wakil

Presiden secara langsung oleh rakyat,

serta untuk memilih Gubernur,

Bupati, dan Walikota secara

demokratis.

KPU juga dibagi menurut UU

No.15 Tahun 2011 yang mana terdiri

dari KPU provinsi, KPU

kabupaten/kota yang bertugas di

masing-masing daerah. Komisi

Pemilihan Umum bebas dari

Page 6: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

6 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

pengaruh pihak mana pun berkaitan

dengan tugas dan wewenangnya.

b. Sistem Pemilihan Umum

Dalam sebuah negara yang

demokratis, sistem pemilihan umum

erat kaitannya dengan badan

perwakilan rakyat. Pemilihan Umum

disebut juga Political Market oleh

Samego (dalam Rahman 2007, 186)

yang artinya Pemilu adalah “pasar

politik tempat individu/masyarakat

berinteraksi untuk melakukan

kontrak sosial (perjanjian

masyarakat) antara peserta Pemilu

(partai politik) dengan pemilih”.

Menurut Reynolds (dalam

Labolo 2015, 102) Pemilu adalah

“metode yang didalamnya suara-

suara yang diperoleh dalam

pemilihan diterjemahkan menjadi

kursi-kursi yang dimenangkan dalam

parlemen oleh partai-partai dan para

kandidat”. Setiap sistem pemilihan

umum, yang biasanya diatur dalam

peraturan perundang-undangan,

setidak-tidaknya mengandung tiga

variabel pokok, yaitu penyuaraan,

distrik pemilihan, dan formula

pemilihan.

Dalam ilmu politik dikenal

bermacam-macam sistem pemilihan

umum, akan tetapi pada umumnya

ada dua prinsip pokok, yaitu single

member constituency yang berarti

satu daerah pemilihan memilih satu

wakil, biasanya disebut sistem

distrik. Dan multi member

constituency yang berarti satu daerah

pemilihan memilih beberapa wakil,

biasanya dinamakan propotional

representation atau perwakilan

berimbang.

c. Kampanye Politik

Menurut Kotler dan Roberto

(dalam Cangara 2016, 245)

kampanye ialah sebuah upaya yang

diorganisasi oleh suatu kelompok

(agen perubahan) yang ditujukan

untuk mempersuasi target sasaran

agar bisa menerima, modifikasi atau

membuang ide, sikap dan prilaku

tertentu. Kampanye politik menurut

Roger dan Storey (dalam Venus

2004, 7) merupakan serangkaian

tindakan komunikasi yang terencana

Page 7: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

7 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

dengan tujuan menciptakan efek

tertentu pada sejumlah besar

khalayak yang dilakukan secara

berkelanjutan pada kurun waktu

tertentu. Beberapa ahli komunikasi

mengakui bahwa definisi yang

diberikan Rogers dan Storey adalah

yang paling popular dan dapat

diterima oleh kalangan ilmuan

komunikasi. Hal ini didasarkan

kepada dua alasan, yaitu; pertama,

definisi tersebut secara tegas

menyatakan bahwa kampanye

merupakan wujud tindakan

komunikasi. Kedua, adalah bahwa

definisi tersebut dapat mencakup

keseluruhan proses dan fenomena

politik kampanye yang terjadi di

lapangan. Menurut Lilleker ( dalam

Firmanzah 2012, 271) kampanye

politik adalah periode yang diberikan

oleh panitia pemilu kepada semua

kontestan baik partai politik atau

perorangan untuk memaparkan

program–program kerja dan

mempengaruhi opini publik

sekaligus memobilisasi masyarakat

agar memberikan suara kepada

mereka sewaktu pencoblosan. Oleh

karena itu, kampanye politik dalam

kaitan ini dilihat sebagai suatu

aktivitas pengumpulan massa,

parade, orasi politik, pemasangan

atribut partai (umbul-umbul,

bendera, poster, spanduk, baliho,

stiker) dan pengiklanan partai atau

kandidat.

d. Partisipasi Politik

Kegiatan yang dapat

dikategorikan sebagai partisipasi

politik menunjukkan berbagai bentuk

dan intensitas. Biasanya diadakan

pembedaan jenis partisipasi menurut

frekuensi dan intensitasnya. Orang

yang mengikuti kegiatan secara tidak

intensif, yaitu kegiatan yang tidak

banyak menyita waktu dan yang

biasanya tidak berdasarkan prakarsa

sendiri (seperti memberikan suara

dalam pemilihan umum) besar sekali

jumlahnya. Sebaliknya, kecil sekali

jumlah orang yang secara aktif dan

sepenuh waktu melibatkan diri dalam

politik. Kegiatan sebagai aktifis

politik ini mencakup antara lain

menjadi pemimpin partai atau

kelompok kepentingan.

Page 8: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

8 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

e. Golongan Putih

Menurut Arifin (2014, 92)

“Golput mencakup semua suara yang

rusak dan semua orang yag tidak

datang memberikan suaranya dalam

pemilu baik karena sikap politik

memprotes, maupun karena tidak

terdaftar sebagai pemilih atau karena

alasan lainnya”. Menurut Saint (

dalam Efriza 2012, 548) “gerakan

protes politik yang didasarkan pada

segenap problem kebangsaan,

sasaran protes dari gerakan golput

adalah penyelenggaraan pemilu”.

Dalam Pemilu, golput sering

dimaksudkan sekelompok orang

yang tidak mau ikut serta dalam

memberikan suara untuk partai

politik atau calon kandidat. Beberapa

alasan mereka memilih golput

menurut Cangara (2009, 226) antara

lain:

a. Masyarakat jadi apatis karena

korupsi dan janji-janji palsu

para kandidat.

b. Karakter yang ditunjukkan para

anggota eksekutif maupun

legislatif yang tidak

mencerminkan perilaku

teladan, misalnya narkoba,

mafia proyek, perselingkuhan,

dan sebagainya.

c. Pemilu hanya menarik bagi

para penikmat Pemilu, yakni

para aktor politik, peserta

Pemilu, KPU, Bawaslu, dan

petugas TPS.

d. Sistem kampanye yang diambil

alih oleh KPU sehingga terlihat

kurang meriah dan tidak

menggairahkan masyarakat

untuk ikut memilih.

2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu ini menjadi

salah satu acuan peneliti dalam

melakukan penelitian sehingga

peneliti dapat memperkaya teori

yang digunakan dalam mengkaji

penelitian yang dilakukan. Dari

penelitian terdahulu, peneliti tidak

menemukan penelitian dengan judul

yang sama seperti judul penelitian

peneliti. Namun peneliti mengangkat

beberapa penelitian sebagai referensi

dalam memperkaya bahan kajian

pada penelitian peneliti. Berikut

merupakan penelitian terdahulu

berupa beberapa jurnal terkait

dengan penelitian yang dilakukan

peneliti Ardian, mahasiswa program

studi ilmu politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Tanjungpura pada tahun 2014

Page 9: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

9 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

melakukan penelitian dengan judul

“Strategi Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Kota Pontianak Dalam Upaya

Meningkatkan Partisipasi Pemilih

Pada Pemilihan Presiden 2014 di

Kota Pontianak”. Adapun latar

belakang dari penelitian ini berawal

dari fenomena masyarakat Kota

Pontianak yang tidak memahami

partisipasi politik yang dilakukannya.

Hal tersebut yang menjadi sebuah

pertanyaan tentang apakah yang

menyebabkan terjadinya

ketidakmampuan tingkat partispasi

politik pemilih. Kecenderungan

bahwa pengetahuan partisipasi

politik para pemilih pemula

dipengaruhi oleh faktor utama yaitu

tingkat pendidikan dan pengetahuan

soal politik. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan

strategi atau upaya yang akan

diberikan kepada masyarakat ketika

Pilpres 2014. Teori yang digunakan

adalah teori strategi partisipasi

politik oleh Budiardjo (2002).

Metode penelitian menggunakan

metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif.

Adapun hasil dari penelitian ini

menunjukkan tentang deskripsi

pelaksanaan strategi yang dilakukan

KPU Kota Pontianak kepada

masyarakat Kota Pontianak,

kurangnya wawasan masyarakat

mengenai informasi seputar Pemilu

menjadikan KPU memberikan

pendidikan politik melalui cara yakni

sosialisasi kepada masyarakat

untuk memberikan pemahaman

seputar Pemilu yang akan

diselenggarakan. Dengan harapan

akan meningkatkan partisipasi

masyarakat Kota Pontianak dalam

pemilu. Adapun perbedaan dari

penelitian ini terletak pada objek

penelitian yaitu penelitian ini

dilaksanakan di Kecamatan

Pontianak Barat, selain itu penelitian

itu juga meneliti pemilihan gubernur.

Rudini Apiran, mahasiswa program

studi ilmu politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Tanjungpura pada tahun 2017

melakukan penelitian dengan judul

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Partisipasi Politik Masyarakat Dalam

Pemilihan Kepala Daerah Serentak

Tahun 2015 di Kecamatan Delta

Page 10: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

10 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

Pawan Kabupaten Ketapang”. Dalam

penelitian penelitian ini adalah

bentuk partisipasi politik masyarakat

Kec. Delta Pawan dalam

menggunakan hak suara pilih pada

pemilihan kepala daerah serentak

tahun 2015 masih tergolong rendah,

bahkan lebih tinggi jumlah angka

tidak menggunakan hak suara pilih

dibandingkan dengan jumlah angka

yang memilih. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui gambaran

mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya partisipasi

politik masyarakat dalam

menggunakan hak suara pilih pada

saat pemilihan kepala daerah

serentak tahun 2015 di Kec. Delta

Pawan Kab. Ketapang. Metode

penelitian menggunakan metode

kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif. Adapun hasil penelitian

menunjukkan faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya partisipasi

politik masyarkat Kec. Delta Pawan

dalam menggunakan hak suara

pilihnya pada Pilkada 2015, yaitu

faktor kesadaran politik dalam hal ini

terdapat tiga aspek, seperti

kurangnya kesadaran akan hak dan

kewajiban, kurangnya pengetahuan

politik, serta kurangnya minat dan

perhatian. Faktor kedua adalah

kepercayaan terhadap pemerintah hal

ini terdapat dua aspek, yaitu

penilaian terhadap pemerintah tidak

dapat dipercaya dan tidak dapat

dipengaruhi. Faktor ketiga adalah

status sosial dalam hal ini terdapat

tiga aspek, yaitu keturunan,

pendidikan, dan pekerjaan. Faktor

keempat adalah status ekonomi dapat

dilihat dalam dua aspek, yaitu

pendapatan dan kekayaan. Perbedaan

hasil penelitian adalah lokasi

penelitian di Kecamatan Pontianak

Barat, subjek penelitian, dan objek

penelitian selain itu penelitian ini

juga meneliti pemilihan gubernur.

3. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir

di atas, dapat dijelaskan bahwa

identifikasi masalah yang ada dalam

penelitian ini adalah rendahnya

partisipasi pemilih dalam pemilihan

legislatif di Kecamatan Pontianak

Barat tahun 2018. Melihat

identifikasi masalah tersebut peneliti

merumuskan masalah bagaimana

Page 11: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

11 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

strategi Komisi Pemilihan Umum

dalam menekan angka gologan putih

tahun 2018 pada pemilihan Gubernur

di Kecamatan Pontianak Barat.

Untuk meneliti masalah tersebut,

peneliti menggunakan teori strategi

meningkatkan partisipasi pemilih

oleh Budiardjo (2002) yang mana

strategi tersebut dapat dilakukan

melalui pendidikan politik rakyat;

fungsi partai politik, seperti sarana

komunikasi politik, sosialisasi

politik, sarana rekrutmen, dan

pengatur konflik; serta sosialisasi

oleh penyelenggara Pemilu, seperti

memaksimalkan proses sosialisasi,

pendidikan bagi pemilih, survei atau

jejak pendapat, peningkatan kinerja

Pemilu, lembaga penyelenggara

Pemilu bekerja sama dengan pihak

eksternal. Dengan demikian,

penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui bagaimana strategi

Komisi Pemilihan Umum dalam

menekan angka golongan putih pada

pemilihan Gubernur tahun 2018 di

Kecamatan Pontianak Barat.

4. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana strategi KPU Kota

Pontianak dalam meniingkatkan

partisipan pemilih melalui

pendidikan politik?

2. Bagaimana upaya KPU dalam

memandang keterlibatan partai

politik melalui fungsi-fungsinya

dalam strategi meningkatkan

partisipasi pemilih?

3. Bagaimana sosialisasi oleh KPU

selaku penyelenggara Pemilu

dalam strategi meningkatkan

partisipasi pemilih?

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang

sebagai suatu penelitian kualitatif,

penelitian merupakan suatu kegiatan

ilmiah yang sangat penting bagi

pengembangan ilmu dan pemecahan

suatu masalah (Satori dan Komariah,

2009, 1). Jenis penelitian yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif. Jenis penelitian deskriptif

bertujuan untuk menggambarkan,

meringkas berbagai kondisi, berbagai

situasi, atau berbagai fenomena

realitas sosial yang ada

dimasyarakat, dan berupaya menarik

realitas itu ke permukaan sebagai

suatu ciri, karakter, sifat, tanda atau

Page 12: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

12 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

gambar tentang kondisi, situasi,

ataupun fenomena tertentu.

Metode penelitian pada

dasarnya merupakan cara ilmiah

mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009,

2). Dalam penelitian ini, penelitian

menggunakan metode kualitatif.

Metode penelitian kualitatif biasanya

dikenal dengan metode penelitian

naturalistik. Hal ini dikarenakan

penelitiannya dilakukan pada kondisi

yang alamiah. Kondisi yang alamiah

adalah kondisi yang apa adanya

dilapangan pada saat penelittian,

tidak dimanipulasi oleh penelitian

sehingga kondisi pada saat penelitian

memasuki objek, setelah berada

diobjek dan setelah keluar dari objek

relatif tidak berubah.

1. Subjek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah

implementasi Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 2017 Tentang

Pemilihan Umum. Sementara subjek

penelitian sebagai sumber informasi

bagi peneliti untuk mendapatkan

informasi tentang objek penelitian

adalah informan dari KPU serta

masyarakat. Dalam menentukan

subjek penelitian sebagai informan,

digunakan teknik purposive, yaitu

teknik untuk menentukan informan

berdasarkan tujuan atau keperluan

yang ditetapkan peneliti itu sendiri

(Moleong, 2007, 97) dalam strategi

KPU dalam menekan angka golput

pada pilgub tahun 2018 Di

Kecamatan Pontianak. Dengan

demikian yang menjadi subjek

penelitian ini adalah :

a. Ketua dan Anggota Komisi

Pemilihan Umum Kota

Pontianak.

b. Anggota Bawaslu Kota

Pontianak.

c. Partai Politik Kecamatan

Pontianak Barat.

d. Camat Pontianak Barat.

e. Tokoh Masyarakat

Kecamatan Pontianak Barat.

Selain unsur di atas,

penelitian ini juga menggunakan

masyarakat sebagai sumber

informasi. Masyarakat dalam hal ini

adalah mereka yang tinggal di

wilayah Kecamatan Pontianak Barat.

Pertimbangan pemilihan masyarakat

sebagai informan adalah untuk

Page 13: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

13 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

menggali informasi mengenai

pandangan atau penilaian masyarakat

terhadap upaya KPU dalam menekan

angka golput. Tehnik yang

digunakan untuk memilih

masyarakat sebagai informan adalah

insidental, yaitu tehnik penentuan

informan berdasarkan kebetulan,

yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai informan,

bila kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data (Sugiyono,

2007, 90).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Pontianak Barat.

Pertimbangan dalam penelitian

tempat penelitian yaitu ingin

mengetahui strategi Komisi

Pemilihan Umum dalam menekan

angka golput pada pilgub tahun 2018

di Kecamatan Pontianak Barat,

dengan berbagai pertimbangan

sebagai berikut:

1. Adanya Golput yang tinggi

dalam pemilihan gubernur di

Kecamatan Pontianak Barat.

2. Terdapat permasalahan yang

menarik untuk diteliti

mengenai golput.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling

strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah

mendapat data. Tanpa data

mengetahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan

mendapat data yang memenuhi

standar (Sugiyono, 2009, 62).

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Teknik interview atau

wawancara. Wawancara

adalah merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui

Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam

suatu topic tertentu.

b. Teknik dokumentasi, dengan

teknik ini peneliti melakukan

pengumpulan data dengan

cara menggunakan arsip-arsip

(berupa tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari

Page 14: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

14 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

seseorang). Teknik ini

pelengkap dari penggunaan

metode wawancara dalam

penelitian kualitatif.

4. Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji kreadibilitas

data, peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Menurut Sugiyono

(2011, 241) triangulasi diartikan

sebagai teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data

dari sumber data yang telah ada.

Kemudian Sugiyono (2011, 369)

juga mengemukakan triangulasi

dalam pengujian kreadibilitas ini

diartikan sebagai “pengecekan data

dari berbagai sumber, dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu”.

Dengan demikian terdapat triangulasi

sumber. Triangulasi teknik

pengumpulan data dan triangulasi

waktu.

D. PEMBAHASAN DAN HASIL

1. Pendidikan Politik Rakyat

Pendidikan politik dikenal

sebagai political forming, political

education, atau politischa bildung.

Disebut sebagai “forming dan

education” karena terkandung niat

untuk membentuk dan mendidik

secara intensional insan politik

(political man) yang menyodori

kedudukan politiknya di tengah

masyarakat. Kemudian disebut

sebagai “bildung” (pembentukan

atau pendidikan tersendiri), karena

istilah tersebut mengandung

pengertian pembentukan diri sendiri

dengan kesadaran dan tanggung

jawab sendiri untuk menjadi insan

politik.

Pendidikan politik yang

menjadi bagian dari pendidikan

orang dewasa itu tidak menonjolkan

kultivasi individu sebagai “pembeo

politik”, atau sebagai “pribadi

terisolasi” dari masyarakat dan ada

dalam menara gading keilmuan, akan

tetapi menekankan realisasi diri

manusia di tengah medan sosial,

dalam suatu konteks politik dengan

semua aspek sosial budayanya. Juga

di tengah situasi-situasi konflik yang

disebabkan oleh macam-macam

perbedaan atau pluriformitas.

Sebagai akibat dari kepentingan dan

visi yang berbeda-beda, yaitu yang

didukung oleh kelompok yang pro

atau justru ditentang oleh kelompok

Page 15: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

15 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

yang kontra, maka politik adalah

proses untuk mempengaruhi

kebijakan pemerintah. Perubahan

sikap dari yang pasif kepada sikap

aktif positif demokratis itu perlu,

sebab setiap warga negara harus ikut

membangun masyarakat dan negara,

turut aktif pula merenovasikan

lembaga-lembaga masyarakat, agar

menjadi maju politiknya.

2. Fungsi Partai Politik

Berdasarkan hasil wawancara

dapat diketahui bahwa lemahnya

pelembagaan partai politik, terutama

disebabkan oleh belum munculnya

pola partai kader. Partai politik

cenderung membangun partai massa

yang memiliki ciri-ciri:

meningkatnya aktivitas hanya

menjelang pemilu, menganut sistem

keanggotaan yang amat longgar,

belum memiliki sistem seleksi dan

rekrutmen keanggotaan yang

memadai serta belum

mengembangkan sistem pengkaderan

dan kepemimpinan politik yang kuat.

Kelemahan yang mencolok partai

politik yang berorientasi pada massa

adalah kurang intensif dan efektifnya

kerja partai. Sepanjang tahun

sebagian besar kantor partai hampir

tidak memiliki agenda kegiatan yang

berarti. Hal ini ditandai dengan tidak

dimilikinya rencana kerja partai yang

bersifat jangka panjang, menegah

dan jangka pendek. Partai politik

semestinya merupakan suatu

kelompok terorganisir yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi,

nilai-nilai, serta cita-cita yang sama,

dan yang mempunyai visi, misi,

program dan tujuan untuk

memperoleh kekuasaan politik dan

melalui kekuasaan politik itu

memperjuangkan kepentingan

rakyat. Sebagai akibatnya, partai

politik tidak memiliki program yang

jelas dalam melakukan pendidikan

politik kepada masyarakat,

melakukan artikulasi dan agregasi

kepentingan, belum

dapat membangun sosialisasi politik

dan komunikasi politik untuk

menjembatani rakyat dengan

pemerintah.

Page 16: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

16 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

3. Sosialisasi Oleh Penyelenggara

Pemilu

Dalam sosialisasi Komisi

Pemilihan Umum sebagai

penanggung jawab utama

penyelenggaraan Pemilu menjamin

hak pilih baik pemilih yang sudah

terdaftar maupun belum terdaftar

sepanjang memenuhi syarat sebagai

pemilih. Ketentuan pindah memilih

yang berbeda dengan pemilu

sebelumnya dan putusan Mahkamah

Konstitusi terhadap ketentuan surat

keterangan, menjadi tantangan besar

bagi KPU untuk memastikan

distribusi dan ketersediaan surat

suara dan dukungan lainnya dalam

proses pemungutan dan

penghitungan suara. Partai politik

peserta Pemilu dan aktor politik baik

lokal maupun nasional menjadi kunci

untuk memberikan pendidikan

politik yang berkualitas, menciptakan

pesan kampanye damai dan

menerima hasil pemilu serta

melakukan gugatan atau sengketa

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Penguatan calon

perempuan menjadi penting untuk

semakin meningkatkan representasi

perempuan dalam politik elektoral.

Pemerintah menjamin hak politik

warga negara dengan melakukan

percepatan terhadap pemenuhan dan

perbaikan administrasi

kependudukan sekaligus menjamin

rasa aman dan ketentraman pemilih

pada saat melangsungkan hak

suaranya. Menjamin netralitas

aparatus sipil negara untuk tidak

aktif melakukan tindakan

menguntungkan peserta pemilu

tertentu. Demikian juga masyarakat

pemilih mempunyai tantangan untuk

memperkuat hak pilih bagi

penyandang disabilitas, masyarakat

adat dan kalangan minoritas lainnya.

E. PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah

peneliti kemukakan pada Bab-bab

terdahulu maka sampailah peneliti

pada bab terakhir yaitu berupa

simpulan, dan saran dari pada pokok-

pokok pembahasan skripsi yang

sekaligus merupakan upaya

pembuktian hipotesis yang peneliti

kemukakan dalam setiap Bab.

Page 17: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

17 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

Selanjutnya untuk mengetahui dan

memahami materi yang terdapat

dalam Bab-bab terdahulu, maka

peneliti menarik kesimpulan, sebagai

berikut:

a. Perlunya pendidikan politik yang

diusahakan secara sadar dan

berencana, bersumber dari aspirasi

yang digali dari kepribadian bangsa

Indonesia sendiri dan yang telah

disepakati secara nasional. Serta

masyarakat dapat menggunakan hak

pilihnya, tata cara pemberian suara

pada surat suara, serta memberikan

informasi kepada masyarakat di

Kecamatan Pontianak Barat,

memaparkan tentang urgensi

pengawasan partisipatif yakni

memback-up panwas dalam

menjalankan tugas pengawasan serta

menjadi persemaian bagi tumbuh

kembangnya partisipasi masyarakat

dalam pengawasan pemilu untuk

mengembalikan posisi pemilu.

dengan berlangsungnya kegiatan ini

juga diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan informasi kepada

masyarakat di Kecamatan Pontianak

Barat serta mendorong tingkat

partisipasi masyarakat untuk

menggunakan hak pilihnya Maka

pendidikan politik itu, diharapkan

bisa memberikan sumbangan bagi

proses demokratisasi.

b. Fungsi partai politik terhadap

negara adalah menciptakan

pemerintahan yang efektif dan

adanya partisipasi politik terhadap

pemerintahan yang berkuasa.

Sedangkan fungsi partai politik

terhadap rakyat adalah

memperjuangkan kepentingan,

aspirasi, dan nilai-nilai pada

masyarakat serta memberikan

perlindungan dan rasa aman.

Kebanyakan partai politik pada saat

ini belum sepenuhnya memberikan

pendidikan politik dan melakukan

pengkaderan serta rekrutmen politik

yang efektif untuk menghasilkan

keder-kader pemimpin yang

memiliki kemampuan di bidang

politik. Partai politik semestinya

merupakan suatu kelompok

terorganisir yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi,

nilai-nilai, serta cita-cita yang sama,

dan yang mempunyai visi, misi,

program dan tujuan untuk

Page 18: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

18 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

memperoleh kekuasaan politik dan

melalui kekuasaan politik itu

memperjuangkan kepentingan

rakyat. Sebagai akibatnya, partai

politik tidak memiliki program yang

jelas dalam melakukan pendidikan

politik kepada masyarakat,

melakukan artikulasi dan agregasi

kepentingan, belum

dapat membangun sosialisasi politik

dan komunikasi politik untuk

menjembatani rakyat dengan

pemerintah.

c. Biasanya informasi ini

disampaikan oleh tokoh masyarakat

pada jama'ah yasin tahlil, kelompok2

di masyarakat. Bukan tanpa kendala

bahwa harapan ini bisa

berjalan. Tingkat serapan

masyarakat, dan kesempatan

menyampaikan yang terbatas

menjadi catatan bersama, hal yang

lebih mengena dalam sosialasasi

adalah sosialiasi informal door to

door. Kegiatan ini menimbulkan

diskusi sehingga memiliki

pemahaman mendalam. Harapan dari

sosialisasi ini muncul pemahaman

terkait kepemiluan sehingga

memiliki kemampuan dalam

mensosialisasikan kepada

masyarakat di sekitar. Dalam hal ini

KPU beserta jajaran dibawahnya

mulai dari PPK,PPS dan KPPS harus

betul-betul menjadi penyelenggara

yang berkualitas, netral, jujur dan

adil, selain itu harus bisa bersinergi

dengan Bawaslu sebagai lembaga

pengawas dan juga masyarakat agar

pelaksanaan nanti bisa berjalan

sesuai tahapan, sesuai aturan dan

tanpa adanya kecurangan dalam

pemilu.

2. SARAN

Adapun saran hasil penelitian ini

adalah beberapa hal sebagai berikut :

1. KPU Kota Pontianak dalam

pelaksanaan pemilihan

berikutnya memaksimalkan

strategi rasionalisasi dan

strategi konfrontasi pada

tahapan pemuktahiran daftar

pemilih dan tahapan

sosialisasi sehingga target

partisipasi pemilih dapat

tercapai.

2. Partai politik sebagai wadah

aspirasi masyarakat harus

memberikan pendidikan

Page 19: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

19 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

politik secara maksimal dan

terbuka kepada masyarakat

secara langsung terkait

pemilu.

3. Dalam rangka mengurangi

angka golput melalui

pemutakhiran daftar pemilih,

hendaknya KPU membuat

sistem pemutakhiran yang

mudah untuk dapat diakses

oleh masyarakat ketika

melakukan pengecekan dalam

daftar pemilih. Sistem yang

dibangun tersebut dapat

bersinergi dengan sistem

pemutakhiran penduduk yang

dimiliki oleh Kementerian

Dalam Negeri RI sehingga

dapat menghilangkan data

ganda. Pada saat melakukan

Coklit petugas PPDP

berperan aktif dan melakukan

tugasnya secara optimal

dengan adanya pengawasan

dari PPK maupun PPS

setempat.

4. Dalam hal peningkatan

partisipasi pemilih dalam hal

sosialisasi oleh

penyelenggara pemilu

hendaknya memaksimalkan

peran masyarakat dalam

memberikan hak suara baik

dipilih maupun memilih

dalam pesta demokrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 2009. Mewujudkan

Pemilu yang Lebih

Berkualitas Rajawali pers.

Jakarta.

Arifin, Anwar. 2011. Komunikasi

Politik: filsafat-paradigma-teori-

tujuan strategi. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Agustino, Leo.2007. Perihal Ilmu

Politik. Yogyakarta: Grahan Ilmu.

Budiardjo, Miriam. 2015.Dasar-

Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Cet 5.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data

Penelitian Kualitatif. Jakarta:

PT. Grafindo Persada.

Cangara, Hafield. 2015. Pengantar

Ilmu Komunikasi. Cetakan

Kedua. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Efriza, 2012. Political Explore:

sebuah kajian ilmu politik. Bandung:

Alfabeta.

Fahmi, Irham. 2013. Manajemen

Strategi: teori dan aplikasi. Bandung:

Alfabeta,cv.

Page 20: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

20 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

Fatah, R. Eep Saefulloh. 1994.

Masalah dan Prospek

Demokrasi di Indonesia

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Firmanzah, 2008. Mengelola Partai

Politik: komunikasi dan

positioning ideologi politik di

era demokrasi. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy J 2009. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ramlan, Surbakti. 1992. Memahami

Ilmu Politik. Jakarta: PT.

Gramedia Widiasarana

Indonesia

Salviana, 2006. Perilaku Partai

Politik. Malang UMM Press.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kuantitatif dan

R&D. Bandung: Alpabeta.

Surbakti, Ramlan. 1998. Memahami

Ilmu Politik, Gramedia Widia

Saran Indonesia, Jakarta.

Sutarto. 2006. Dasar-dasar

Organisasi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University

Press.

Skripsi

Ardian. 2014. Strategi Komisi

Pemilihan Umum Kota

Pontianak dalam upaya

meningkatkan partisipasi

pemilih pada pemilihan

presiden tahun 2014.

Cahyadi, Robi. 2011. Identifikasi

dan Pemetaan Golput

Pilwakot Bandar Lampung

Tahun 2010.

Sumber Internet

Suprojo, Agung. 2017. Strategi

Komisi Pemilihan Umum.

Diakses dari

https://www.neliti.com/id/p

ublications/102244/strategi-

komisi-pemilihan-umum-

dalam-upaya-

meningkatkan-partisipasi-

politik-masy. Pada 7 Mei

2019, Pkl. 19.35 WIB.

KPU Kota Pontianak. diakses melalui

website http://kpu-

pontianakkota.go.id/ pada 8

Mei 2019, Pkl. 21.09 WIB.

Wulandari, Rapika. 2013. Strategi

Kampanye Politik Koalisi

Partai Pengusung Afi-

Mukmin Dalam Pemilihan

Gubernur Tahun 2013.

diakses melalui website

ejournal.ilkom.fisip-

unmul.ac.id/site/?p=1070

pada tanggal 7 Mei 2019,

Pkl. 21.46 WIB.

Peraturan Perundang-undangan

Page 21: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

21 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017

Tentang Pemilihan Umum.

Undang-undang Nomor 10 Tahun

2016 Tentang Pemilihan

Kepala Daerah.

Undang-undang Nomor 22 Tahun

2007 Tentang Penyelenggara

Pemilu.

Page 22: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

21 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

Page 23: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik

http://jurmafis.untan.ac.id;

http://jurnalmhsfisip.untan.ac.id

21 BAGAS SAPUTROJATI, NIM. E1051141053 Program Studi Ilmu Politik FISIP Untan Pontianak

Page 24: STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENEKAN ANGKA

24