skripsi - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/410/1/skripsi.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DENGAN USIA
MENOPAUSE PADA WANITA DI KELURAHAN
NGAPAAHA KECAMATAN TINANGGEA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan
OLEH
SRI ATIN NIM. P00312016143
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN KENDARI
2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DENGAN USIA MENOPAUSE
PADA WANITA DI KELURAHAN NGAPAAHA KECAMATAN TINANGGEA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2017
Diajukan Oleh:
SRI ATIN P00312016143
Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi dihadapan Tim
Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan.
Kendari, Desember 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes Fitriyanti, SST, M.Keb Nip. 198004202001122002 Nip. 198007162001122001
Mengetahui Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Sultina Sarita, SKM, M.Kes Nip. 196806021992032003
iii
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DENGAN USIA MENOPAUSE
PADA WANITA DI KELURAHAN NGAPAAHA KECAMATAN TINANGGEA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2017
Disusun dan diajukan oleh
SRI ATIN P00312016143
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh tim penguji Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tim Penguji
1. Sultina Sarita, SKM, M.Kes ( ……………….. )
2. Askrening, SKM, M.Kes ( ………………… )
3. Hasmia Naningsih,SST,M.Keb ( ………………… )
4. Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes ( …………………. )
5. Fitriyanti, SST, M.Keb ( …………………. )
Mengetahui Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Sultina Sarita, SKM, M.Kes Nip. 196806021992032003
iv
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Penulis
a. Nama : Sri Atin
b. Tempat,Tanggal lahir : Sidomukti, 28 Oktober 1970
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
f. Status : Menikah
g. Alamat Kelurahan Ngapaaha, Kecamatan .
Tinannggea, Kabupaten Konawe Selatan
2. Riwayat pendidikan
a. SD Negeri 179 Sidomukti tamat tahun 1984
b. SMP Negeri Bone – bone tamat tahun 1987
c. SPK PPNI Kendari tamat tahun 1990
d. D1 Kebidanan Depkes Kendari tamat tahun 1991
e. Akademi Kebidanan Pelita Ibu Kendari Lulus tahun 2012
f. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D-IV Kebidanan tahun 2016
samapai sekarang
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “hubungan antara usia menarche dengan
usia menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan
Tinanggea”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini ada banyak pihak yang
membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih sebesar-
besarnya terutama kepada Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes selaku Pembimbing
I dan Ibu Fitriyanti, S.Si.T, M.Keb selaku Pembimbing II yang telah banyak
membimbing sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
3. Bapak dr.Johannis Isak Penggele selaku Kepala Puskesmas Tinanggea
yang telah memberikan izin dan dukungan untuk melanjutkan
pendidikan.
4. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku penguji 1, Ibu Askrening, SKM,
M.Kes selaku penguji 2, Ibu Hasmia Naningsi,SST, M.Keb selaku penguji
3 dalam skripsi ini.
vi
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu pengetahuan
selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan arahan dan
bimbingan.
6. Suamiku Drs. Amiruddin dan anak-anakku tersayang terima kasih atas
doa, dukungan moril dan materil.
7. Seluruh teman-teman D-IV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Kendari, Desember 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… iii
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR......................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. x
INTISARI………………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Perumusan Masalah....................................................... 6
C. Tujuan Penelitian............................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.......................................................... 7
E. Keaslian Penelitian......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 9
A. Telaah Pustaka............................................................... 9
B. Landasan Teori............................................................... 39
C. Kerangka Teori............................................................... 41
D. Kerangka Konsep........................................................... 42
E. Hipotesis Penelitian........................................................ 42
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 43
A. Jenis Penelitian............................................................... 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian......................................... 43
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................... 44
D. Variabel Penelitian.......................................................... 45
E. Definisi Operasional........................................................ 45
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian.................................. 46
viii
G. Instrumen Penelitian....................................................... 46
H. Alur Penelitian................................................................. 47
I. Pengolahan dan Analisis Data........................................ 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 50
A. Hasil Penelitian .............................................................. 50
B. Pembahasan .................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 61
A. Kesimpulan .................................................................... 61
B. Saran............................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 63
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian 41
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian 42
Gambar 3 Skema rancangan Cros Sectional 43
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Ketenagaan Kesehatan Puskesmas Tinanggea 52
Tabel 2 Karakteristik Responden 53
Table 3 Distribusi Usia Menarche di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea
54
Table 4 Distribusi Usia Menopause di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea
55
Table 5 Hubungan Usia Menarche dengan Usia Menopause di
Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea
56
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Izin Penelitian
2. Surat Izin penelitian
3. Lembar Persetujuan menjadi Responden
4. Kuesioner Penelitian
5. Master Tabel
6. Hasil Analisis
7. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
xii
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DENGAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI KELURAHAN NGAPAAHA KECAMATAN TINANGGEA
KABUPATEN KONAWE SELATAN PROPINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2017
Sriatin1 Kartini2Fitriyanti2
Latar belakang: Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti
akan dialami oleh semua wanita. Menopause merupakan periode peralihan dari masa subur menuju masa tua. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia menarche dengan usia menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah wanita usia di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan yang berjumlah 45 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner tentang usia menarche dan usia menopause. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan OR. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan usia menarche wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar dalam kategori usia menarche lambat (usia >14 tahun). Usia menopause wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar dalam kategori usia menopause normal (usia 45-55 tahun). Ada hubungan usia menarche dengan usia menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan (X2=13,518; p=0,001).
Kata kunci : usia menopause, usia menarche
1 Mahasiswa Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes Kendari
2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti
akan diami oleh semua wanita. Menopause merupakan periode peralihan
dari masa subur menuju masa tua. Masa ini mengingatkan seorang
wanita akan menjadi tua karena organ reproduksinya sudah tidak
berfungsi lagi (Kasdu, 2012). Untuk sebagian wanita menjadi tua
seringkali menjadi momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal
dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan
tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan
menyakitkan. Padahal, masa tua dan menopause merupakan salah satu
tahap yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti
halnya tahap-tahap kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa
reproduksi. Namun munculnya rasa kekhawatiran yang berlebihan itu
menyebabkan wanita sangat sulit menjalani masaini (Kasdu, 2012).
Perkembangan manusia tidak pernah statis, semenjak terjadinya
pembuahan hingga kematian selalu terjadi perubahan. Setelah lahir
kehidupan seorang wanita dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa
kanak-kanak, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium
(Prawirohardjo, 2005).
2
Definisi menarche menurut World Health Organization (WHO)
adalah datangnya haid pertama bagi remaja. Peristiwa terpenting yang
terjadi pada gadis remaja ialah datangnya haid yang pertama ini datang
dinamakan menarche. Menarche sebenarnya hanyalah puncak dari
serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang gadis yang sedang
menginjak dewasa.
Datangnya menarche juga dapat berarti bahwa organ-organ vital
yang ada sudah berfungsi untuk dibuahi. Menarche merupakan proses
pertumbuhan yang terjadi pada wanita normal. Pada dasawarsa terakhir
ini usia menarche telah begeser ke usia yang lebih muda (Prawirohardjo,
2005).
Menstruasi terjadi secara periodik satu bulan sekali. Saat wanita
tidak mampuh lagi melepaska ovum karena sudah habis tereduksi,
menstruasi pun tidak teratur lagi, sampai kemudian terhenti sama sekali.
Masa ini disebut menopause ( Proverwati,2009)
Pada masa menopause tejadi penurunan fungsi generative dan
endokrinologik serta terjadi perubahan psikologis s e h i n g g a
mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa
menopause. Beberapa perubahan yang terjadi pada masa menopause
yaitu perubahan mood, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya,
merasa tidak berharga, sering keringat malam, jantung berdebar-debar
(Glasier, 2015).
3
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
prevalensi sindrom diseluruh dunia sebesar 70-80%, di Eropa 60%, di
Amerika 57%, di Malaysia 18%, di Cina dan 10% di Jepang dan
Indonesia 40%. Gejala yang dirasakan yaitu hot flashes 38%, sulit tidur
37%, cepat lelah dalam bekerja 35%, sering lupa 33%, mudah tersinggung
26%, nyeri pada sendi dan merasa sakit kepala yang berlebih (Saifuddin
dkk, 2012).
Usia terjadinya menopause pada wanita berbeda-beda, bergantung
pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun, masa ini umumnya
terjadi pada usia 50 tahun. Studi epidemiologis mengungkapkan
fenomena yang menunjukan fakta bahwa usia menopause wanita di
berbagai belahan dunia akhir-akhir ini semakin cepat. Sebelum tahun
2000, rata-rata usia menopause wanita adalah 51,3 tahun. Sementara
pada tahun 2010, di dapati rata-rata usia menopause wanita di Negara-
negara seperti Paraguay, Colombia, Italia dan negara-negara di Asia
seperti Korea, Jepang, Malaysia rata-rata usia menopause wanita menjadi
lebih awal, yaitu sekitar 46,9 tahun di Negara majupun seperti Amerika
Serikat usia menopause dari 53,2 tahun menjadi 47,5 tahun. Usia
menopause pada wanita di Amerika Latin yaitu 43,8 hingga 53 tahun,
Amerika Utara yaitu 50,5 hingga 51,4 tahun, Eropa yaitu 50,1 hingga 52,8
tahun. Usia menopause di Asia yaitu 42,1 hingga 49,5 tahun (Rosenthal,
2013). Di ndonesia dari rata-rata usia menopause 47 tahun sebelum tahun
4
2000, pada tahun 2010 rata-rata usia menopause menjadi 45 tahun
(Rismala, 2010).
Pada tahun 2030, jumlah perempuan di seluruh dunia memasuki
masa menopause di perkirakan mencapai 1, 2 miliar orang (WHO, 2014).
Di Indonesia, pada tahun 2025 di perkirakan akan ada 60 juta perempuan
menopause. Pada tahun 2016 saat ini di Indonesia baru mencapai 14 juta
perempuan menopause atau 7,4 % dari total populasi yang ada. Angka
harapan hidup perempuan melonjak dari 40 tahun pada tahun 1930
menjadi 67 tahun pada tahun 1998. Sementara perkiraan umur rata-rata
usia menopause di Indonesia adalah 48 tahun. Peningkatan usia harapan
hidup menyebabkan jumlah perempuan yang mengalami menopause
semakin banyak (Kemenkes RI, 2014). Menurut Badan Pusat Statistik
tahun 2015, jumlah penduduk wanita di Sulawesi Tenggara adalah
2.499.540 jiwa dengan jumlah penduduk wanita 1.243.484 jiwa,
sedangkan pada kelompok umur 50-59 tahun dan di perkirakan telah
memasuki usia menopause sebanyak 84.120 jiwa (6,76 % ). Pada tahun
2014 jumlah penduduk wanita di Konawe Selatan adalah 136.154 jiwa,
sedangkan pada tahun 2015 ada sebanyak 144.913 jiwa, dengan jumlah
penduduk wanita yang berusia 50-59 tahun 9.342 jiwa. Pada tahun 2015
jumlah penduduk di Kecamatan Tinanggea adalah 23.797 jiwa, dengan
jumlah penduduk wanita wanita adalah 11.695 jiwa dan jumlah wanita
pada kelompok umur 50-59 tahun 674 jiwa (5,7%) (BPS, 2015).
5
Banyak faktor yang berpengaruh pada usia menopause, di antaranya
faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan,
status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor reproduksi yang berpengaruh yaitu
paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan
kontrasepsi oral (Rebbeca& Brown, 2015). Faktor gaya hidup yang
berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas fisik (Wendy, 2015). Semakin
cepat usia menarche maka makin lambat menopause, demikian pula
sebaliknya makin lambat usia menarche makin cepat menopause
(Saifuddin, 2012). Semakin sering seorang wanita melahirkan, semakin
lama mengalami menopause. Hal ini di karenakan kehamilan dan
persalinan akan memperlambat system kerja organ reproduksi wanita
dan juga dapat memperlambat penuaan tubuh (Yatim, 2011). Wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral akan lebih lama mengalami
menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang
menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur
(Kasdu, 2012). Teori ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang
menyatakan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral ≥ 3 tahun
berisiko 1,12 kali mengalami menopause yang lebih cepat (Rebbeca&
Brown, 2015).
Hasil studi awal yang dilakukan di Kelurahan Ngapaaha data
jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah 1969 jiwa, dengan jumlah
penduduk wanita 967 jiwa, dan pada tahun 2016 jumlah penduduk 1783
jiwa dengan jumlah penduduk wanita 894 jiwa. Diperoleh data jumlah
6
wanita menopause pada tahun 2015 sebanyak 101 wanita (10,4%) dan
tahun 2016 sebanyak 114 wanita (12,7%). Data penyakit yang diperoleh di
Puskesmas Tinanggea yang berhubungan dengan ibu menopause
khususnya yang berdomisili di Kelurahan Ngapaaha pada tahun 2016
sebanyak 24 kasus, yaitu hipertensi sebanyak 8 orang, Asam urat
sebanyak 3 orang, nyeri sendi sebanyak 5 orang, insomnia sebanyak 4
orang, DM sebanyak 2 orang, cephalgia sebanyak 2 orang. Berdasarkan
fenomena tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
hubungan antara usia menarche dengan usia menopause pada wanita di
Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
masalah yaitu apakah ada hubungan antara usia menarche dengan usia
menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia
menarche dengan usia menopause pada wanita di Kelurahan
Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui usia menarche di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
7
b. Untuk mengetahui usia menopause di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
c. Untuk menganalisis hubungan usia menarche dengan usia
menopause di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Menopause
Sebagai Informasi dan menambah pengetahuan ibu-ibu tentang
kesehatan wanita menopause.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai tolak ukur dalam menilai tingkat pelayanan kesehatan
dan bahan kajian serta informasi bagi tenaga kesehatan dalam
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi pada ibu
menghadapi menopause, mengadakan konseling dan
penyuluhan-penyuluhan tentang menopause.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
untuk menambah informasi tentang usia menarche terhadap
menopause
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Anindita (2015) berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di
RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Jakarta.
8
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anindita (2015) adalah
variabel bebas penelitian. Variebel dalam penelitian ini adalah usia
menarche sedangkan variabel penelitian Anindita adalah faktor
sosial demografi, reproduksi, gaya hidup.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Usia Menopause
a. Pengertian Menopause
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan di alami
oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun.
Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak
arti. Men dan pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali
digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menurut
kepustakaan abad ke-17 dan ke-18, menopause dianggap suatu
bencana dan malapetaka, sedangkan wanita postmenopause
dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Kasdu, 2012).
Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti
“bulan” dan “penghentian sementara”, yang secara linguistik lebih
tepat disebut menocease. Secara medis istilah menopause berarti
menocease, karena berdasarkan defenisinya menopause itu
berarti berhentinya menstruasi (bukan istirahat). Arti menopause
yang tidak jelas ini dikarenakan gejala-gejala yang muncul
sebelum menstruasi juga berhenti.
Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon
estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan
10
membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik
maupun psikis (Yudomustopo, 2015).
Menopause menandai akhir haid. Menopause di definisikan
sebagai perdarahan uterus terakhir yang di induksi oleh fungsi
ovarium. Menopause biasanya terjadi antara umur 45 samapi 55
tahun. menopause bisa terjadi pada usia 30-an atau pertengahan
50-an. Jika terjadi sebelum usia 45, disebut menopause dini
(Manuaba, 2012).
Secara umum, menopause di definisikan sebagai masa
dimana terjadinya penghentian menstruasi secara permanen
akibat hilangnya aktivitas ovarium. Seorang wanita dikatakan
mengalami menopause jika telah mengalami amenorrhea (tidak
menstruasi) selama sekurang-kurangnya satu tahun
(Sastrawinata, 2014)
Berdasarkan penegertian menopause diatas yang sudah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa menopause suatu
peristiwa yang ditandai dengan berhentinya haid pada perempuan
yang dialami pada umur antara 45 sampai 55 tahun, yang di
akibatkan oleh penurunan hormon estrogen
b. Batasan Usia Menopause
Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada
masa remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita
barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia 12 tahun,
11
sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif
sedikit wanita mulai menopause padausia 40 tahun dan beberapa
mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan
masa pra menopause (Kemenkes RI, 2015). Menurut Boyke dii
Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun.
Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah
mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai
masa pra-menopause (Northrup, 2015).
c. Fisiologis Menopause
Menurut Aina (2013) secara endokrinologis, wanita
mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah
7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin
yang berusia 22-24 minggu dan berkurang akibat penghancuran
sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 2.000.000
buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat mendapat haid
pertamanya pada masa pubertas. Semakin sedikit folikel
berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium,
yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak
teratur hingga akhirnya endometrium akan kehilangan
rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti,
disebut proses menopause (Kasdu, 2012).
Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada
masa pramenopause adalah bahwa kadar estrogen turun drastis.
12
Ini merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan dan
terlalu sering mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak
terlalu nyaman menjadi semakin parah. Dalam menopause
alamiah, perubahan hormonal pertama yang terjadi adalah
turunnya kadar progesteron secara gradual, sementara kadar
estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau bahkan
meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi
satu sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun
maka yang lain naik, penurunan drastis pada kadar progesteron
memungkinkan kadar estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa
penyeimbang yang biasanya ada. Akibatnya adalah terjadi ekses
estrogen, suatu kondisi yang sering dinamakan dominasi estrogen
yang justru merupakan kebalikan dari pandangan konvensional
(Northrup, 2015).
d. Jenis Menopause
Adapun jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2012):
1. Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara
usia 45 dan 55, pada diri wanita yang paling tidak punya satu
indung telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus, adalah lima
hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang
kadang waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi
mungkin berhenti selama beberapa bulan dan kemudian
13
kembali dan durasi intensitas dan alirannya mungkin
bertambah atau berkurang.
2. Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang
pertama, pada wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun
yang mempunyai setidaknya satu indung telur. Durasinya
biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu
hingga tiga tahun.
3. Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak,
karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan
pada fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.
e. Perubahan Yang Terjadi Karena Adanya Menopause
1. Perubahan Fisik
Menurut Aina (2013), yang mengutip pendapat Hurlock,
ketika seorang memasuki menopause, fisik mengalami ketidak
nyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara
tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada
bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat di ikuti dengan
rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat
marah, dan berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang
merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual).
Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron
mereka selama pramenopause ini dapat mengakibatkan
14
hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita
masalah libido terkait dengan kurangnya hormon estrogen
atau menipisnya jaringan vagina (Northrup, 2015).
b. Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling
sering, perdarahan vagina yang berlebihan).
Ketika seorang wanita mengalami perubahan hormon
dimasa pramenopause, segala macam perdarahan mungkin
terjadi, mulai dari menstruasi yang menjadi sangat ringan
dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan
atau lebih. Dan sebagian wanita mempunyai pola
perdarahan yang begitu tidak menentu sehingga tampak
seperti bukan menstruasi samasekali.
c. Pembengkakan (retensi air).
Ketidak nyamanan menahan kencing (lepasnya air kencing
saat batuk, bersin, tertawa dsb) terjadi dikarenakan
menipisnya lapisan saluran kencing luar yang sangat
bergantung pada estrogen. Gejala-gejala kencing sering
dapat diatasi dengan penggunaan secolek kecil krim
estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel juga dapat
meningkatkan aliran darah kearea itu dan membantu
mengatasi ketidak mampuan menahan kencing (Northrup,
2015).
d. Mengembang dan melembutnya payudara.
15
Banyak wanita mengalami payudaranya melembut tepat
sebelum menstruasi mereka datang. Tapi selama pra
menopause, payudara akan terus lembut atau membesar
jauh lebih sering. Ini jauh lebih umum jika seorang wanita
mengalami dominasi estrogen.
e. Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan
depresi). Banyak wanita merasakan bahwa perubahan
suasana hati mereka lebih parah dibanding sebelumnya
menjelang haid mereka datang, meningkatnya suasana hati
yang negatif dan gelap, bersifat abnormal.
f. Berkeringat di malam hari.
Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan
dengan gelora panas. Terlebih pada pukul 3 dan 4 pagi
merupakan saat yang paling umum dimana wanita pra
menopause mandi keringat. Sehingga perlu mengganti
pakaian di malam hari. Berkeringat malam hari tidak saja
mengganggu tidur rmelainkan juga teman atau pasangan
tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih
mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak. Cara
kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran
panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur
thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya
suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak
16
menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta
mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu,
2012).
g. Jantung berdebar-debar.
Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari
ringan sampai berat. Gejala ini jarang yang berbahaya,
meskipun kadang-kadang bisa terasa sangat menakutkan.
Itu merupakan akibat ketidak seimbangan antara sistem
syaraf simpatik dan parasimpatik dan sering terkait dengan
ketakutan dan kecemasan.
h. Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi.
Kadar hormon yang tidak seimbang ikut menambah apa
yang dinamakan migrain menstruasi selama masa pra
menopause dan menopause. Jenis sakit kepala ini biasanya
datang tepat sebelum menstruasi, ketika kadar estrogen
maupun progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan
wanita dapat sembuh dari migrain menstruasi dan migrain
menopause mereka sepenuhnya dengan menggunakan krim
progesteron (Yatim, 2011).
i. Gelora Panas.
Gelora panas adalah gejala pra menopause yang paling
umum dalam budaya kita terja di sekitar 70 sampai 85 %
dari semua wanita pra menopause. Gelora panas itu bisa
17
sangat ringan atau sangat berat sehingga mengakibatkan
kurang tidur dan depresi. Itu dimulai dengan sensasi hangat
yang muncul tiba-tiba dan selintas yang kemudian dapat
menjadi sangat panas di wajah, kulit kepala,dan area dada,
kadang-kadang bisa disertai dengan kulit kemerahan dan
keringat. Kadang-kadang itu disertai frekuensi jantung yang
meningkat, di ikuti dengan rasa kedinginan. Pada
kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai tepat
sebelum atau selama periode menstruasi dimasa
pramenopause (Hurlock, 2013).
2. Perubahan Psikologis
Seperti halnya gangguan gelombang hormon dan
kebutuhan untuk beradaptasi dengan cara-cara baru membuat
masa pubertas dan remaja menjadi masa yang sulit. Beberapa
wanita menemukan perubahan gelombang hormon dan
kebutuhan untuk menyesuaikan dengan perubahan membuat
menopause menjadi sangat sulit (Jones, 2015).
Perubahan ini seperti kehilangan seseuatu yang
dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan
gejala menopause yang asing baginya. Ketidak teraturan haid
secara bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa
daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Menjadi tua, merasa
18
ditolak dan mencapai akhir dari kehidupan. Emosi yang negatif
ini tentu saja hanya berlangsung sementara (Mustopo, 2015).
Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa
menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan
dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana
perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup
singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung
berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan
suasana hati yang lainya muncul. Yang ketiga merasa ditolak
oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si
wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua
kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai mimpi
buruk (Yatim, 2011).
Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun
hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai
keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa
keluhan-keluhan ketidak nyamanan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari (Glasier & Geb bie, 2015) seperti:
1. Depresi.
Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami
pada ibu menopause yang di karenakan perubahan
perubahan yang ada pada diri setiap seorang wanita
19
karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh (Nirmala,
2015).
2. Kecemasan.
Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian
dari satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara
alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu
yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun
kecemasan ini umumnya bersifat relatif artinya ada orang-
orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah
mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya
namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas
meskipun orang di sekitarnya memberikan dukungan.
Kecemasan yang timbul pada wanita menopause
sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatirkan. Meski cemas dengan berakhirnya masa
reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan
fisik. Apa lagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua
yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal
itu vilatitas dan fungsi organ-organ tubunya akan
menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya
sebagai seorang wanita. Keadaan ini di khawatirkannya
20
akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun
dengan lingkungan sosialnya.
3. Mudah tersinggung.
Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan.
Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap
sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu.
Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause
maka wanita menjadi sangat menyadari proses yang
sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi
sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang
disekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di
persiapkan sebagai proses penerimaan yang sedang
terjadi dalam dirinya.
4. Stres.
Perubahan yang terjadi pada masa menopause dengan
menyebabkan stres pada wanita serta merupakan reaksi
tubuh terhadap kecemasan yang dihadapinya pada saat
situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada
orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan
cemas termasuk wanita menopause. Ketegangan
perasaan atau stres selalu berdebar dalam lingkungan
pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan
bahkan menyusup kedalam tidur. Kalau tidak di
21
tanggulangi stres dapat menyita energi, mengurangi
produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit. Namun demikian stres tidak hanya memberikan
dampak negatif tetapi juga dampak positif tergantung
bagaimana individu memandang dan mengendalikannya
karena stres sangat individual sifatnya (Anwar, 2013).
f. Dampak Yang Terjadi Karena Menopause
Menurut Mustopo (2015) gangguan-gangguan yang sering terjadi
selama menopause adalah:
1. Osteoporosis
2. Penyakit jantung koroner.
Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi
oleh estrogen. Setelah menopause risiko terkena penyakit
jantung koroner dua kali lipat pada wanita karena lemak
golongan atherogenik (yang memproduksi lemak pada arteri)
meningkat pada sekitar usia 60 tahun.
3. Kanker.
Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga
menyebabkan perubahan-perubahan tidak saja pada organ
reproduksi juga bagian tubuh lainnya, salah satu proses
degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini
adalah suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal.
22
4. Demensia tipe alzhaimer.
Selama periode pra menopause dan pasca menopause
terjadi penurunan kadar hormon seks steroid. Penurunan ini
menyebabkan beberapa perubahan neuro endokrin sistem
susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak.
Padahal sistem susunan saraf pusat merupakan target organ
yang penting bagi hormon seks steroid seperti estrogen.
Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron
(kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama
di daerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan.
5. Berat badan meningkat.
Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat
turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar
metabolisme lemak. Selain pada usia ini biasanya aktivitas
tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun,
yang memudahkan lemak disimpan dalam tubuh.
6. Perubahan kulit.
Gangguan di atas dasarnya terjadi karena hormon estrogen
yang mulai tertekan. Estrogen berperan dalam menjaga
elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan
terasa tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar
wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata
23
menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam
di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.
1. Dampak Menopause dini pada seorang wanita
Meskipun terjadi lebih awal, menopause dini tetap memiliki efek
yang sama seperti menopause pada usia lanjut. Hal ini dikarenakan
perubahan hormon estrogen, hanya saja pada menopause dini
sudah terjadi saat usia yang lebih muda. Berikut beberapa efek
yang menopause dini:
a. Gangguan emosi seperti perubahan mood dan depresi
b. Kulit, mata, dan mulut terasa kering
c. Vagina terasa lebih tipis dan kurang fleksibel
d. Menurunnya libido
e. Tubuh sering merasa panas dan berkeringat
f. Mudah lelah
g. Tulang keropos
h. Tidak dapat memiliki keturunan
i. Lebih rentan terhadap penyakit jantung dan stroke
j. Lebih rentan terhadap kanker usus dan ovarium
k. Lebih rentan terhadap penyakit gusi dan gigi
Menopause biasanya ditandai dengan perubahan hormon saat
masa transisi yang disebut dengan premenopause. Transisi ini
terjadi dalam jangka waktu beberapa tahun, dan berakhir satu
tahun sebelum mengalami menstruasi terakhir. Fase ini dimulai
24
saat berusia menjelang 50 tahun, namun hal ini dapat terjadi lebih
cepat dan dengan waktu yang lebih singkat pada perempuan yang
mengalami menopause dini atau sebelum berusia 40 tahun.
Waktu yang lebih singkat akan dialami jika organ reproduksi sudah
mengalami gangguan atau tidak dapat memproduksi hormon lagi.
Perempuan yang baru menjalani operasi pengangkatan organ
reproduksi biasanya juga akan langsung mengalami menopause.
2. Dampak yang terjadi jika terlambat Menopause
Sejak masih di dalam kandungan, wanita diberkahi ribuan sel telur
yang akan habis pada saat wanita memasuki masa menopause.
Semakin baiknya asupan gizi dan fasilitas kesehatan di Indonesia
ternyata ikut berpengaruh terhadap usia menopause kaum
wanitanya. Saat ini, usia menopause rata-rata wanita Indonesia
berkisar antara 48-50 tahun.
Bagi beberapa wanita yang diberkahi dengan sel telur yang lebih
banyak, usia menopause bisa lebih tertunda, yaitu di atas usia 55
tahun dan itu dikategorikan sebagai late menopause. Namun,
ternyata itu bukan selalu berarti kabar baik. Menurut Prof. Dr. Ali
Baziad SpOG, wanita yang masih mengalami menstruasi hingga
usia 56 tahun justru lebih rentan terhadap risiko kanker rahim. Hal
ini dikarenakan dinding rahim terlalu lama terekspos oleh hormon.
Apalagi pada usia tersebut, hormon estrogen menjadi lebih
25
dominan di banding hormon progesteron dan hal itulah yang
menjadi salah satu pemicu kanker rahim. Salah persepsi tentang
menopause terkadang membuat sebagian wanita merasa kurang
nyaman fisik dan psikologis bila tidak mengalami haid lagi.
Akhirnya, mereka menyelesaikan masalah dengan mengonsumsi
pil KB, yang membuat mereka terus mengeluarkan darah haid.
Padahal, pil KB mengandung hormon estrogen. Akibatnya, hormon
tersebut semakin dominan di dalam tubuh. Inilah yang
menimbulkan kerentanan terhadap kanker rahim maupun kanker
payudara. Jadi, menurut Prof. Ali, selain untuk keperluan
kontrasepsi, sebaiknya wanita menghindari konsumsi pil KB. Gaya
hidup tak sehat dan berat badan berlebih juga merupakan pemicu
lain late menopause. Karena, wanita penderita obesitas memiliki
kadar hormon estrogen yang tinggi, sehingga rahim terus terpicu
untuk berproses sampai menimbulkan pendarahan yang celakanya
sering di salah artikan sebagai darah haid. Padahal, proses yang
tak wajar itu dapat memicu kanker.
Namun, bukan berarti late menopause sepenuhnya berakibat
buruk. Ada juga sisi positifnya, yaitu memelihara kesehatan tulang
dan otak. Dengan kata lain, wanita yang mengalami late
menopause tentunya secara alami tidak terlalu rentan
terhadap sejumlah penyakit degeneratif seperti osteoporosis dan
demensia ( Baziad, A, 2013).
26
g. Upaya Menghadapi Menopause
1. Pola Makan yang Tepat dan Aktivitas Fisik yang Cukup
Kehilangan estrogen pada wanita menopause
menimbulkan berbagai macam penyakit seperti penyakit
jantung dan osteoporosis. Karena itu pengaturan asupan gizi
sangat berpengaruh untuk mempertahankan kondisi tubuh yang
maksimal. Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi
keluhan-keluhan yang terjadi pada wanita menopause. Selain
itu, akupuntur juga dapat menolong untuk mengurangi ketidak
nyamanan yang disebabkan oleh menopause (Rosenthal,
2013). Alternatif lain yang dapat dicoba adalah yoga. Yoga
dapat menyeimbangkan perubahan hormonal, mengurangi
keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang dan mencegah
kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta
meningkatkan daya tahan tubuh (Francine, 2014). Menurut
Rosenthal (2013), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
a. Kebutuhan kalori dan zat gizi harus cukup
b. Makanan yang tinggi serat dan rendah lemak
c. Makanan yang tinggi kalsium dan zat besi
d. Vitamin. Vitamin yang diperlu kan antara lain vitamin A, C
dan E untuk antioksidan, vitamin D untuk penyerapan
kalsium, vitamin B kompleks.
27
e. Hindari kafein,kopi, alkohol, minuman bersoda, rempah-
rempah, dan makanan berlemak. Kopi dan alkohol dapat
menghambat absorbsi kalsium.
2. Terapi Sulih Hormon
Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement
Therapy) merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan-
keluhan yang timbul pada wanita yang mengalami menopause
(Baziad, 2013). Atas dasar bahwa keluhan-keluhan tersebut
terutama di sebabkan oleh kekurangan hormon estrogen,
maka pengobatan pilihan utama adalah pemberian substitusi
estrogen dengan ketentuan tidak menderita tumor yang
bergantung estrogen (estrogen dependent), misalnya miom
uterus (Jones, 2015).
Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian
estrogen saja, terutama estrogen lemah seperti estriol, selama
21 hari berturut-turut di susul dengan masa istirahat selama 7
hari. Selama masa istirahat itu perlu di perhatikan apakah
keluhan-keluhan telah hilang atau menetap. Jika keluhannya
hilang maka pengobatan dapat di hentikan, tetapi jika tidak
berubah maka pengobatan di lanjutkan. Namun demikian,
mengingat bahwa estrogen juga dapat mempengaruhi
payudara dan mungkin dapat menimbulkan keganasan. Maka
sangat di anjurkan untuk selalu menggabungkan pengobatan
28
estrogen itu dengan progesteron. Pemberian estrogen
beberapa tahun ternyata dapat menurunkan kejadian patah
tulang sebesar 50-60 %, dan mencegah terjadinya penyakit
jantung koroner sebesar 40-50 %. Atas dasar ini dianjurkan
untuk memberikan estrogen sejak wanita masa
perimenopause. Estrogen dapat diberikan 8-10 tahun, bahkan
bila perlu bisa sampai 30-40 tahun (Jones, 2015).
Menurut Jacoeb (2008), sediaan estrogen tidak
diberikan jika di temukan keadaan-keadaan berikut:
1. Trombo emboli, penderita penyakit hati, kolelitiasis,
2. Sindrom Dubin Johnson-Rotor (gangguan sekresi
bilirubin),
3. Riwayat ikterus dalam kehamilan,
4. Karsinoma endometrium, karsinoma mamma, riwayat
gangguan penglihatan, anemia berat,
5. Varises berat, tromboflebitis,
6. Penyakit ginjal.
Syarat minimal yang harus dipenuhi sebelum
pemberian estrogen di mulai adalah tekanan darah tidak boleh
tinggi, pemeriksaan sitologik (uji Pap) normal, besar uterus
normal (tidak ada miom uterus), tidak ada varises di
ekstremitas bawah, tidak terlalu gemuk, kelenjar tiroid normal,
kadar normal: Hemoglobin, kolesterol total, HDL, trigliserida,
29
kalsium, dan fungsi hati, nyeri dada, hipertensi kronik,
hiperlipidemia, diabetes melitus perlu di konsultasikan lebih
dahulu kespesialis penyakit dalam.
Perlu diketahui bahwa tidak semua keluhan yang ada
dapat di hilangkan hanya dengan pemberian substitusi
hormonal (estrogen dan progesteron). Semua faktor yang
dapat menimbulkan keluhan seorang pasien perlu dipelajari
terlebih dahulu, seperti faktor psikis, sosio-budaya, atau
memang hanya terdapat kekurangan estrogen. Jika ada,
maka keluhan-keluhan tersebut di atasi sesuai dengan
penyebabnya (Jones, 2015).
Bilamana telah di putuskan untuk melakukan
substitusi estrogen, maka pemberiannya harus lebih dahulu
dimulai dengan estrogen lemah (estriol) dan juga dimulai
dengan dosis rendah. Pemberian estrogen lemah pada
umumnya tidak perlu digabung dengan progesteron. Pada
pemakaian jangka panjang, pengaruhnya terhadap
endometrium dan payudara sangat lemah, sehingga jarang
terjadi perdarahan maupun keganasan. Tetapi penggunaan
estrogen jenis lain, seperti etinilestradiol maupun estrogen
konjugasi perlu di gabung dengan progesteron (Jones, 2015).
30
h. Faktor Yang mempengaruhi Usia Menopause
Banyak faktor yang berpengaruh pada usia menopause, di
antaranya faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan,
status pendidikan, status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor
reproduksi yang berpengaruh yaitu paritas, usia menarche, usia
pertama melahirkan, riwayat penggunaan kontrasepsi oral (Rebbeca
& Brown, 2015). Faktor gaya hidup yang berpengaruh yaitu status
merokok, aktivitas fisik (Wendy, 2015).
Semakin cepat usia menarche maka makin lambat
menopause, demikian pula sebaliknya makin lambat usia
menarche makin cepat menopause (Saifuddin, 2012). Teori ini
berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang menyatakan
semakin cepat usia menarche berisiko 0,3 tahun lebih cepat
mengalami menopause di bandingkan usia menarche yang lambat
(Spritzer & Denise, 2013). Semakin sering seorang wanita
melahirkan, semakin lama mengalami menopause. Hal ini
dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat
sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat
memperlambat penuaan tubuh (Yatim, 2011).
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral akan lebih
lama mengalami menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara
kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak
memproduksi sel telur (Kasdu, 2012). Teori ini berbanding terbalik
31
dengan hasil penelitian yang menyatakan wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral ≥3 tahun berisiko 1,12 kali
mengalami menopause yang lebih cepat (Rebbeca & Brown
(2015).
2. Usia Menarche
a. Pengertian Menarche
Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama
kali pada seorang wanita yang sedang menginjak dewasa. Usia
remaja putri pada waktu mengalami menarche berbeda-beda,
sebab hal itu tergantung kepada faktor genetik (keturunan), bentuk
tubuh, serta gizi seseorang. Umumnya menarche terjadi pada usia
10 – 15 tahun, tetapi rata-rata terjadi pada usia 12,5 tahun. Namun,
ada juga yang mengalami lebih cepat/dibawah usia tersebut.
Menarche yang terjadi sebelum usia 8 tahun disebut menstruasi
precox (Sarwono, 2007).
Menarche merupakan menstruasi pertama yang bisa terjadi
dalam rentan usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di
tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi
(Proverawati, 2013).
Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan
badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin skunder, menarche,
dan perubahan psikis. Menarche merupakan perbedaan yang
mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Pengaruh
32
peningkatan hormon yang pertama-tama nampak adalah
perubahan badan anak yang lebih cepat terutama ekstremitasnya,
dan badan lambat laun mendapat bentuk sesuai dengan jenis
kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon somatotropin, diduga
pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh
estrogen. Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan
penutupan garis epifis tulang-tulang, sehingga pertumbuhan badan
berhenti. Pengaruh esterogen yang lain ialah pertumbuhan
genetalia interna, genetalia eksterna, dan ciri-ciri kelamin sekunder.
Dalam masa pubertas genetalia interna dan genetalia eksterna
lambat laun tumbuh untuk mencapai bentuk dan sifat seperti pada
masa dewasa. (Sarwono, 2007).
b. Usia Menarche
Usia remaja putri saat mengalami menarche sangat
bervariasi yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia
12,5 tahun. Statitik menunjukan bahwa usia menarche dipegaruhi
faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono,
2015). Secara global perempuan mengalami menstruasi dini
(premature). Hal ini disebabkan factor internal dan factor
eksternal. Factor internal karena ketidak seimbangan hormone
bawaan lahir. Hal ini juga berkolerasi dengan factor eksternal
seperti asupan gizi pada makanan yang dikomsumsi (Proverawati,
2013). Haid pertama kali disebut menarche, terjadi pada usia 11-
33
13 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan ada pula remaja di
bawah usia 11 tahun sudah mengetahui haid (BKKBN, 2010).
c. Fisiologi Menstruasi
Kajian menstruasi di pengaruhi beberapa faktor yang
mempunyai system tersendiri yaitu system susunan saraf pusat
dengan panca indranya, system hormonal aksis hipotalamo-
hipofisis-ovarial, perubahan yang terjadi pada ovarium, perubahan
yang terjadi pada uterus sbagai organ akhir dan rangsangan
estrogen dan progesterone pada panca indra, lansung pada
hipotalamus, dan melalui perubahan emosi (Manuaba, 2012)
Selain estrogen dan progesterone, hormone-hormon yang
berpengaruh terhadap Terjadinya proses menstruasi yaitu
hormone perangsang folikel (FSH), berfunsi merangsang folikel
primodial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormone
estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder wanita,
Luteinizing Hormon (LH) yang berfungsi merangsang indung telur
( Manuaba, 1999)
Proses menstruasi diawali dengan ovulasi ( pelepasan sel
telur) yang ditandai dengan peningkatan produksi estrogen,
menyebabkan menebalnya dinding dalam rahim (fase poliferasi).
Estrogen tersebut menekan hormone FSH tetapi juga merangsang
LH, sehingga LH merangsang folikel Graaf melepas sel telur. Sel
telur di tangkap oleh rumbai fallopi dan di bungkus oleh korona
34
radiata. Falikel Graaf yang mengalami ovulasi berubah menjadi
korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan
mengeluarkan hormone estrogen juga progesterone. Estrogen
menyebabkan endometrium atau dinding dalam rahim menebal
dan mengalami fase skresi, dimana pembuluh darah dominan
mengeluarkan cairan. Karena tidak terjadi pembuahan, korpus
luteum mati menyebabkan tidak mampu menahan endometrium,
oleh karena estrogen dan Progesteron berkurang sampai
menghilang (fase vasokontriksi atau pengerutan pembuluh darah).
Akhirnya endometrium kekurangan aliran darah di ikuti vasodilatas
(pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan atau peluruhan
endometrium berupa darah dalam bentuk menstruasi (Sarwono,
2015)
d. Faktor yang mempengaruhi Usia Menarche
1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi ketika mendapat haid yang
pertama adalah vaginabtidak tumbuh dan berkembang
dengan baik, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang
tidak tumbuh. Bererapa wanita remaja tidak mendapat haid
karena vaginanya mempunyai sekat. Tidak jarang
ditemukan kelainan lebih kompleks lagi, yaitu wanita remaja
tersebut tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh
35
dengan sempurna yang disertai tidak adanya lubang
kemaluan.
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (end organ)
sehingga dipengaruhi oleh sistim hormonal yang kompleks.
Perubahan yang berlansung dalam diri seorang wanita
pada masa pubertas dikendalikan oleh hipotalamus, yakni
suatu bagian tertentu pada otak manusia. Hormon pertama
yang akan dihasilkan adalah perangsang kantong rambut
(FSH; Folikel Stimulating Hormon). Hormon ini merangsang
pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dalam
indung telur. Karena terangsang oleh FSH, folikel itu pun
akan menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian
dada dan kemaluan gadis.
Peningkatan taraf estrogen dalam darah mempunyai
pengaruh pada pada hipotalamus yang disebut feed back
negatieve, ini menyatakan berkurangnya factor FSH. Akan
tetapi juga membuat hipotalmus melepaskan zat yang
kedua, yaitu factor pelepas berupa hormone lutinasi pada
giliranmya hal ini menyebabkan kelenjar bawah otak
melepaskan hormonblutinasi (LH; Luteinizing Hormone).
Hormone LH menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan
akan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan
36
Terjadinya pembuahan. Korpus lutium selanjutnya
menghasilkan estrogen, lalu mengluarkan zat baru yang
disebut Progesteron.
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab
terlambatnya haid adalah infeksi, kanker payudara.
Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah
sehingga datangnya haid aka tertunda. (Lestari,2011)
2. Faktor Eksternal
a. Gizi
Keadaan gizi gadis remaja dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian
perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat
ditentukan berdasarkan keadaan status gizi. Semakin
lengkap status gizinya , maka semakin cepat usia
menarche.
b. Pengetahuan orang tua
Setiap wanita remaja mengalami transisi kedewasaan atau
mulai menampakkan tanda-tanda pubertas, terutama
menarche akan mengalami kecemasan. Penjelasan dari
orang tua tentang menarche dan permasalahannya akan
mengurangi kecemasan remaja puteri ketika menarche
datang. Disinilah orang tua sangat dibutuhkan terutama ibu.
37
c. Gaya hidup
Gaya hidup berperan sangat penting dalam menentukan
usia menarche, pada anak-anak remaja mempunyai
aktivitas olahraga, aktivitas lapangan. Remaja puteri yang
memiliki pola makan sehat dan olah raga baik akan
memperoleh menarche dengan normal dan baik.
(Lestari,2011)
3. Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Menopause
Haid pertama (menarche) dan terakhir (menopause) mempunyai
kesamaan. Kedua hal itu merupakan proses bertahap yang dilalui
setiap wanita. Kata mensntruasi diambil dari bahasa latin, mens yang
artinya “ bulan”. Kata menopause berasal dari bahasa Yunani kata
menos berarti “bulan”. Sedangkan kata pause artinya “berhenti”.
Usia menarche terjadi pada usia 11 sampai 13 tahun sedangkan
Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45
dan 55 tahun, meskipun begitu menopause bisa terjadi pada usia 30-
an atau pertengahan 50-an. Jika terjadi sebelum 45, disebut
Menopause dini (Kasdu, 2005)
Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun
akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid
lebih dini sering kali akan mengalami Menopause sampai pada
usianya mencapai 50 tahun (Baziad, A, 2011).
38
Beberapa penelitian di berbagai Negara menunjukan bahwa ada
kecederungan usia yang lebih panjang pada usia menopause.
Perubahan hormonal terbukti berperan didalamnya. Namun disamping
itu, terdapat beberapa factor lain yang diyakini berhubunga dengan
usia menopause termasuk di dalamnya usia menarche.
Rose A. Frisch dari Harvard University menyatakan bahwa makin
dini usia menarche akan semakin lambat usia menopause alamiah
(spontaneous menopause). Di dunia barat rata-rata menopause
alamiah adalah 51,4 tahun (95 % populasi pada 40-58 tahun). Pada
umumnya zaman dulu perempuan mengalami menstruasi pertama
pada usia 17 tahun. Kini tidak sedikit yang premature atau lebih cepat
(Proverawati, 2009).
Dari hasil disebutkan bahwa ada hubungan antara usia pertama
kali haid seorang wanita memasuki menopause. Semakin seseorang
mengalami haid pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki
menopause.
Penurunan fungsi indung telur mengakibatkan menurunnya
hormone-hormon yang berperan pada siklus seksual. Ciri khas dari
masa menopause ini ditandai berakhirnya menstruasi. Seorang wanita
dikatakan berada pada masa ini setelah sekurang-kurangnya dalam
satu tahun tidak mengalami menstruasi. Berhentinya menstruasi dapat
didahului oleh siklus menstruasi yang lebih panjang, dengan
perdarahan yang kurang. Masa ini berbeda-beda untuk tiap individu
39
tergantung dari keturunan, kesehatan secara umum dan pola
kehidupan. Pada saat ini terdapat kecenderungan masa menopause
terjadi pada masa yang lebih tua. Hal tersebut tampaknya
berhubungan dengan terjadinya menarche. Makin dini menarche
terjadi maka makin lambat menopause timbul sampai batas tertentu.
(Proverawati, 2009)
B. Landasan Teori
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh
setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan
suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena
penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan indung telur.
Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan
baik fisik maupun psikis (Yudomustopo, 2015). Menopause terjadi pada
akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya
menarche. Umumnya wanita barat pertama kali mendapat menstruasi
pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53
tahun. Relatif sedikit wan ita mula menopause pada usia 40 tahun dan
beberapa mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal
dengan masa pra- menopause (Depkes RI, 2015). Menurut Boyke di
Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun,
proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita
berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause
(Northrup, 2015).
40
Banyak faktor yang berpengaruh pada usia menopause, diantaranya
faktor sosial demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan,
status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor reproduksi yang berpengaruh yaitu
paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan
kontrasepsi oral (Rebbeca & Brown, 2015). Faktor gaya hidup yang
berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas fisik (Wendy, 2015).
Semakin cepat usia menarche maka makin lambat menopause,
demikian pula sebaliknya makin lambat usia menarche makin cepat
menopause (Saifuddin dkk, 2012). Teori ini berbanding terbalik dengan
hasil penelitian yang menyatakan semakin cepat usia menarche berisiko
0,3 tahun lebih cepat mengalami menopause di bandingkan usia menarche
yang lambat. Semakin sering seorang wanita melahirkan, semakin lama
mengalami menopause. Hal ini di karenakan kehamilan dan persalinan
akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga dapat
memperlambat penuaan tubuh (Yatim, 2011).
41
C. Kerangka Teori
Faktor Sosio Demografi
1. Tahun Lahir
2. Status Perkawinan
3. Status Pendidikan
4. Status Pekerjaan
Faktor Reproduksi
1. Paritas
2. Usia Menarche
3. Usia Pertama
Melahirkan
4. Riwayat
Penggunaan
Kontrasepsi Oral
Faktor Gaya Hidup
1. Status Merokok
2. Aktifitas Fisik
Usia Menopause
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Dimodifikasi dari Kemenkes RI (2015);
Baziad (2013); Lestary (2010); Rebbec caand Brown (2015);
Wendy,(2015); Proverawati (2013)
42
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
Variabel terikat (dependent): usia menopause.
Variabel bebas (independent): usia menarche.
E. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara usia menarche dengan usia menopause.
Usia Menarche Usia Menopause
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara usia menarche dengan usia
menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea.
Rancangan penelitian menggunakan crosssectional (belah lintang)
karena data penelitian (variable independen dan variable dependen)
dilakukan pengukuran pada waktu yang sama/sesaat. Berdasarkan
pengolahan data yang digunakan, penelitian ini tergolong penelitian
kuantitatif (Notoatmodjo, 2012)
Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional
B. WaktudanTempat Penelitian
Penelitian ini telah di laksanakan di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Oktober
tahun 2017.
Wanita
Usia Menache Usia Menopause
Diukur pada waktu yang bersamaan
44
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita menopause di
Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
Selatan yang berjumlah 114 orang.
2. Sampel dalam penelitian adalah wanita menopause Kelurahan
Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
Penentuan jumlah sampel dengan rumus besar sampling yaitu
( )
Keterangan :
n : besarnya sampel
N : populasi
d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%)
Z : derajat kemaknaan dengannilai (1,96)
: perkiraan populasi yang diteliti (0,05)
q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)
(Notoatmodjo, 2012)
( )
( ) ( )
45
Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini 45 wanita menopause.
Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Adapun
kriteria inklusi, eksklusi dan drop out sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah
a. Bersedia mengikuti penelitian dengan menanda tangani
lembar persetujuan.
b. Wanita yang telah mengalami menopause.
2. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah
a. Tidak bersedia mengikuti penelitian
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu usia menopause.
2. Variabel bebas (independent) yaitu usia menarche.
E. Definisi Operasional
1. Usia menopause adalah usia terakhir mengalami menstruasi
setelah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-
turut. Skala ukur adalah ordinal.
Kriteria Objektif
a. Cepat, bila usia menopause <45 tahun
b. Normal, bila usia menopause 45 hingga 55 tahun
c. Lambat, bila usia menopause >55 tahun (Baziad,A,2013)
46
2. Usia menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Skala ukur
adalah ordinal.
Kriteria Objektif
a. Cepat, bila usia menarche < 12 tahun
b. Normal, bila usia menarche 12-14 tahun
c. Lambat, bila usia menarche >14 tahun (Sarwono,2012)
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer dan sekunder. Data Primer di
peroleh dari wawancara pada wanita menopause di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017. Data
sekunder berupa gambaran wilayah Kelurahan Ngapaaha Kecamatan
Tinanggea dan jumlah ibu menopause.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
mengenai usia menopause dan usia menarche.
47
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:
I. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah di kumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
Populasi
Wanita menopause di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea yang berjumlah 114 orang
Sampel
Wanita menopause di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea yang berjumlah 45 orang
Pengumpulan data
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
48
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukan kedalam bentuk
table distribusi.
b. Analisis data
Analisis data yang di gunakan dalam pengolahan data dengan
menggunakan:
1. Analisis Univariat
Anlisis univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil
penelitian (Notoatmojo, 2002). Untuk mengetahui karakteristik
umur analisis yang di gunakan adalah analisis univariat
menggunakan distribusi frekuensi dengan presentase.
Data diolah dan disajikan kemudian di presentasikan dan
diuraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:
Keterangan : f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2002). Peneliti
Kxn
fX
49
akan menggunakan analisis bivariat ini untuk mengetahui
hubungan antara usia menarche dengan usia menopause.
Jenis analisis yang di gunakan adalah uji chi square dengan
menggunakan SPSS versi 24. Alasan menggunakan uji chi
square test adalah data yang digunakan adalah data deskrit
bersekala nominal. Data usia berupa skala nominal
diklasifikasikan dalam bentuk katagori umur < 12 tahun dan
umur > 14 tahun. Data Menopause berupa skala nominal
diklasifikasikan dalam bentuk katagori umur < 45 tahun dan
umur > 55 tahun yaitu:
a. Jika p< £ (0,5), maka hasil signifikansi Ha diterima dan Ho
ditolak, berarti ada hubungan yang positif dan signifkan
antara usia menarche dengan kejadian menopause.
b. Jika p ≥ £ (0,05), maka hasil signifikansi Ha ditolak dan Ho
diterima, berarti tidak ada hubungan antara usia menarche
dengan kejadian menopause.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian hubungan antara usia menarche dengan usia
menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan telah dilaksanakan pada bulan Oktober tahun
2017. Sampel penelitian adalah wanita menopause di Kelurahan
Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan yang
berjumlah 45 ibu. Data yang telah terkumpul diolah, dianalisis dan
disajikan dalam bentuk tabel yang disertai penjelasan. Hasil penelitian
terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, usia menarche, usia
menopause. Hasil penelitian akan ditampilkan sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Kelurahan Ngapaaha terletak ± 3000 meter dari permukaan laut,
dan definitif pada tahun 1980 dan merupakan salah satu
Kelurahan yang teletak di kecamatan Tinanggea Kabupaten
Konawe Selatan, yang memiliki 4 Lingkungan yaitu :
1. Lingkungan I
2. Lingkungan II
3. Lingkungan III
4. Lingkungan IV
51
Kelurahan Ngapaaha memiliki luas wilayah ± 880.000 M2 (880,65
Ha ) dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lalonggasu
b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tinanggea
c) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Asingi
d) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lasuai
b. Keadaan Demografi
Berdasarkan hasil pendataan falidasi data penduduk pada bulan
Januari 2017 jumlah Penduduk Kelurahan Ngapaaha sebanyak
1783 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 889 jiwa dan
perempuan 894 jiwa, kepala keluarga sebanyak 390 KK
c. Keadaan social Ekonomi
Keadaan Sosial Ekonomi ditinjau dari mata pencaharian yang
terbanyak adalah pedagang dan petani.
d. Keadaan Agama
Kelurahan Ngapaaha mayoritas penduduk menganut Agama Islam
dapat dilihat dari bangunan suci Masjid , namun ada sebagian kecil
masyarakat yang menganut Agama Kristen Protestan
e. Sarana Pelayanan dan tenaga Kesehatan
Untuk menunjang pelaksanaan kesehatan di Kelurahan Ngapaaha
dilengkapi dengan sarana pelayanan kesehatan yaitu Posyandu
dan Puskesmas Perawatan. Puskesmas tersebut terletak di
52
Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
selatan. Data ketenagaan Kesehatan Puskesmas Tinanggea
Tabel 1 Ketenagaan Kesehatan Puskesmas Tinanggea
No JenisTenaga Status Kepegawaian
Jumlah PNS Kontrak Sukarela
1. DokterUmum 1 - - 1
2. Dokter Gigi 1 - - 1
3 S1 Keperawatan 9 2 11
4. S1 Kesmas 7 1 8
5. S1 Farmasi - 2 2
6. D IV Kebidanan 1 1
7. D IV Gizi 1 1
8. D III Kebidanan 19 11 31
9. D III Keperawatan - 2 8 10
10. D III Gizi 1 2 3
11. D III Kesling 1 1
12 D III Farmasi - - - -
13 D III Analis 2 2
14 D III Perawat Gigi 1 1
15 Perawat ( SPK ) 3 3
16 Administrasi - - 1 1
Jumlah 43 8 25 76
2. Analisis Univariabel
Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk
memperoleh gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi.
Variabel yang dianalisis pada analisis univariabel adalah karakteristik
responden, usia menarche, usia menopause. Hasil analisis univariabel
sebagai berikut:
53
a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur,
pendidikan, pekerjaan. Hasil karakteristik responden dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik Responden
Karakteristik n %
Umur 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-69 Tahun 70-79 Tahun
3
12 27 3
6,7
26,7 60,0 6,7
Pendidikan PGSD
SD SMP SMA
2
19 3
21
4,4
42,2 6,7
46,7
Pekerjaan IRT
Pedagang PNS Tani
35 4 5 1
77,8 8,9
11,1 2,2
Kesimpulan pada tabel 2 yaitu sebagian besar responden
berusia 60-69 tahun sebanyak 27 orang (60,0%), pendidikan terakhir
adalah SMA sebanyak 21 orang (46,7%), responden tidak memiliki
pekerjaan sebanyak 35 orang (77,8%).
b. Usia menarche pada wanita menopause di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan
Usia menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Usia
menarche pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu cepat,
normal, lambat. Naamun setelah dilakukan penelitian menjadi dua
54
kategori karena tidak ada usia menarche responden dalam kategori
cepat. Hasil penelitian tentang usia menarche dapat dilihat pada tabel
3.
Tabel 3 Distribusi Usia Menache di Kelurahan Ngapaaha KecamatanTinanggea
Kabupaten Konawe Selatan
Usia Menache Jumlah
n %
Cepat Normal Lambat
0
16
29
0
35,6
64,4
Total 45 100
Sumber: Data Primer
Hasil penelitian pada tabel 3 terlihat bahwa usia menarche
terbanyak dalam kategori lambat sebanyak 29 orang (64,4%). Kesimpulan
dari tabel 3 yaitu sebagian besar usia menarche pada wanita menopause
di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
Selatan adalah lambat.
c. Usia menopause pada wanita menopause di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan
Usia menopause adalah usia terakhir mengalami menstruasi
setelah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Usia
menopause pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu cepat,
normal, lambat. Hasil penelitian tentang usia menarche dapat dilihat pada
tabel 4.
55
Tabel 4 Distribusi Usia Menopause di Kelurahan Ngapaaha KecamatanTinanggea
Kabupaten Konawe Selatan
Usia Menopause Jumlah
n %
Cepat Normal Lambat
2
37
6
4,4
82,2
13,3
Total 45 100
Sumber: Data Primer
Hasil penelitian pada tabel 4 terlihat bahwa usia menopause
terbanyak dalam kategori normal sebanyak 37 orang (82,2%). Kesimpulan
dari tabel 4 yaitu sebagian besar usia menopause pada wanita
menopause di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten
Konawe Selatan adalah normal.
3. Analisis Bivariabel
Analisis bivariabel adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariabel bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Uji yang digunakan adalah Uji Kai Kuadrat atau Chi
Square. Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu hubungan usia
menarche dengan usia menopause di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Hubungan usia menarche dengan
usia menopause dapat di lihat pada tabel 5.
56
Tabel 5 Hubungan Usia Menarche dengan Usia Menopause di Kelurahan
Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan
Usia Menarche
Usia Menopause X2
(p-value) Cepat Normal Lambat
n % n % n %
Cepat 0 0 0 0 0 0 13,153 (0,001) Normal 0 0 10 22,2 6 13,3
Lambat 2 4,4 27 60,0 0 0
Total 2 4,4 38 82,2 6 13,3 Sumber: Data Primer
p<0,05, X2tabel: 3,84
Pada tabel 5 terlihat bahwa dari 2 orang ibu menopause cepat
terdapat 2 ibu (4,4%) dengan usia menarche normal dan lambat. Dari 38
ibu menopuase normal terdapat 10 ibu (22,2%) dengan usia menarche
normal dan 27 ibu (60,0%) dengan usia menarche lambat. Dari 6 ibu
menopause lambat terdapat 6 ibu (13,3%) dengan usia menarche normal.
Ada hubungan usia menarche dengan usia menopause (X2=13,153;
p=0,001). Kesimpulan yang diperoleh dari tabel 5 adalah ada hubungan
usia menarche dengan usia menopause di Kelurahan Ngapaaha
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan.
B. Pembahasan
Hasil penelitian hubungan antara usia menarche dengan usia
menopause pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea
Kabupaten Konawe Selatan menyatakan bahwa ada hubungan usia
menarche dengan usia menopause. Hasil penelitian ini sesuai dengan
57
hasil penelitian Anindita (2015) berjudul faktor-faktor yang berhubungan
dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu
Utara Jakarta Timur Jakarta bahwa ada hubungan antara usia menarche
dengan usia menopause.
Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti
akan dialami oleh semua wanita. Menopause merupakan periode peralihan
dari masa subur menuju masa tua. Masa ini mengingatkan seorang
wanita akan menjadi tua karena organ reproduksinya sudah tidak
berfungsi lagi (Kasdu, 2012). Untuk sebagian wanita menjadi tua
seringkali menjadi momok yang menakutkan. Kekhawatiran ini berawal
dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan
tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan
menyakitkan. Padahal, masa tuadan menopause merupakan salah satu
tahap yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya. Seperti
halnya tahap-tahap kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak dan masa
reproduksi. Namun munculnya rasa kekhawatiran yang berlebihan itu
menyebabkan wanita sangat sulit menjalani masa ini (Kasdu, 2012).
Menurut Aina (2013) secara endokrinologis, wanita mengalami
proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel)
terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan
berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi
wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat
mendapat haid pertamanya pada masa pubertas. Semakin sedikit folikel
58
berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium, yaitu
hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur hingga
akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen.
Lambat laun haidpun berhenti, disebut proses menopause (Kasdu,2012).
Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada masa
pramenopause adalah bahwa kadar estrogen turun drastis. Ini
merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan dan terlalu sering
mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak terlalu nyaman menjadi
semakin parah. Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal
pertama yang terjadi adalah turunnya kadar progesteron secara gradual,
sementara kadar estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau
bahkan meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi
satu sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang
lain naik, penurunan drastis pada kadar progesteron memungkinkan kadar
estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa penyeimbang yang biasanya
ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu kondisi yang sering
dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan dari
pandangan konvensional (Northrup, 2015).
Usia terjadinya menopause pada wanita berbeda-beda, bergantung
pada faktor-faktor mempengaruhinya. Namun, masa ini umumnya terjadi
pada usia 50 tahun. Berdasarkan hasil penelitian bahwa usia menopause
di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe
Selatan berkisar usia 45 hingga 55 tahun. Hasil penelitian ini sesuai
59
dengan studi epidemiologis mengungkapkan fenomena yang menunjukan
fakta bahwa usia menopause wanita diberbagai belahan dunia akhir-akhir
ini semakin cepat antara 45 hingga 55 tahun. Sebelum tahun 2000, rata-
rata usia menopause wanita adalah 51,3 tahun. Sementara pada tahun
2010, di dapati rata-rata usia menopause wanita-wanita di negara-
negara seperti Paraguay, Colombia, Italia dan negara-negara di Asia
seperti Korea, Jepang, Malaysia rata-rata usia menopause wanita menjadi
lebih awal, yaitu sekitar 46,9 tahun di Negara majupun seperti Amerika
Serikat usia menopause dari 53,2 tahun menjadi 47,5 tahun. Usia
menopause pada wanita di Amerika Latin yaitu 43,8 hingga 53 tahun,
Amerika Utara yaitu 50,5 hingga 51,4 tahun, Eropa yaitu 50,1 hingga 52,8
tahun. Usia menopause di Asia yaitu 42,1 hingga 49,5 tahun
(Rosenthal,2013). Di Indonesia dari rata-rata usia menopause 47 tahun
sebelum tahun 2000, pada tahun 2010 rata-rata usia menopause menjadi
45 tahun (Rismala, 2010).
Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin lambat usia menarche
maka wanita akan memasuki masa menopause dalam usia normal.
Wanita dengan usia menarche akan memasuki masa menopause di usia
normal dan lambat. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa semakin cepat usia menarche maka makin lambat
menopause, demikian pula sebaliknya makin lambat usia menarche
makin cepat menopause (Saifuddin, 2012). Demikian pula teori ini yang
menyatakan semakin cepat usia menarche berisiko 0,3 tahun lebih cepat
60
mengalami menopause dibandingkan usia menarche yang lambat
(Sprinzer & Denise, 2013). Semakin sering seorang wanita melahirkan,
semakin lama mengalami menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan
persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan
juga dapat memperlambat penuaan tubuh (Yatim, 2011).
Banyak faktor yang berpengaruh pada usia menopause selain usia
menarche, diantaranya faktor sosial demografi (tahun lahir, status
perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan) (Baziad (2013). Faktor
reproduksi yang berpengaruh yaitu paritas, usia menarche, usia pertama
melahirkan, riwayat penggunaan kontrasepsi oral (Rebbeca & Brown, 2015).
Faktor gaya hidup yang berpengaruh yaitu status merokok, aktivitas fisik
(Wendy, 2015).
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Usia menarche wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar dalam
kategori usia menarche lambat (usia > 14 tahun).
2. Usia menopause wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan sebagian besar dalam
kategori usia menopause normal (usia 45 - 55 tahun).
3. Ada hubungan usia menarche dengan usia menopause pada
wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea Kabupaten
Konawe Selatan.
B. Saran
1. Wanita usia subur agar dapat meningkatkan informasi tentang
menopause dan faktor yang berhubungan dengan usia
menopause sehingga dapat mengurangi kecemasan dalam
memasuki usia menopause.
2. Bidan agar lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
tentang faktor yang mempengaruhi usia menopause baik melalui
konseling maupun penyuluhan, sehingga diharapkan dapat
dilakukan penanganan atau upaya secara dini terhadap wanita
sebelum memasuki masa menopause.
62
3. Disarankan pada wanita menopause untuk mengetahui beberapa
gejala dan efek dari menopause dapat dikurangi dengan cara
mengatur pola hidup yang sehat. Olah raga yang teratur dan rutin
dapat membantu mencegah penyakit jantung koroner dan
osteoporosis.
4. Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan sebagai masukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program Kesehatan reproduksi
wanita terutama pada wanita menopause.
5. Bagi peneliti selanjutnya untuk melengkapi lebih lanjut tentang
variable-variabel lain seperti psikologis, pekerjaan pendidikan,
penyakit yang mempengaruhi usia menopause.
63
DAFTAR PUSTAKA
Aina, S, (2013) BeberapaFaktor Yang Mempengaruhi Usia Menopause Pada Wanita Di Kelurahan Titi Papan Kota Medan Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Anwar, Q. (2013) Manajemen stres. Jakarta: P. T. Al. Mawardi Prima. Baziad, A. (2013) Menopausedan Andropause. Edisi1., Jakarta: EGC. Chandra, B. (2014) Biostatistik Untuk Kedoktran & Kesehatan. Jakarta:
EGC. Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., 2010.
Obstetrical hemmorrhage. In: Williams Obstetric. 23rd Ed. New York: Mc Graw Hill Medical.
Kemenkes, RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta:
Kemenkes RI.
Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fritz, M.A., Speroff, L. ( 2010) Clinical Gynecologic Endrocinology and
Infertility. Lippincott Williams & Wilkins.
Glasier, A., Gebbie, A. (2015) Keluarga berencana & kesehatan reproduksi, Jakarta: EGC.
Guyton AC, Hall JE. (2011) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
11. Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC. Francine R, Pascale S, Aline H. ( 2 0 1 4 ) Congenital Anomalies:
Prevalence and risk factors. Univers J Public Health. 2014; 2 (2):
58-63.
HurlockB. E. (2013). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. Lima. Jakarta: Erlangga.
Indriani, N. (2007) Perbedaan Sikap Wanita dalam Menghadapi Masa Klimakterium Dilihat dari Pengetahuan Tentang Menopause Di Desa Kampung Islam Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten
64
Klungkung Bali, Malang. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Available from: lib.uin-malang.ac.id/abstrak/a03410068.pdf. [Accesed 1 Desember 2016].
Jones, (2015) Setiap Wanita. Jakarta: Della Pratasa Publishing.
Kasdu, D. ( 2012) Kiat Sehat dan Bahagia Diusia Menopause. Jakarta:
Puspa Swara.
Kuncara, Z. S. (2014) Menopause. http://www.e-
psikologi.com/usia/270902.htm. Diakses tanggal 15 Desember
2016.
Kuswita, ( 2012) Gambaran Pengetahuan Wanita Menopause Tentang
Masa Klimakterium. KTI. Pidie
Lestary, D. (2010) Seluk Beluk Menopause. Jogjakarta: Gerai Ilmu. Manuaba, IBG, (2012) Ilmu Kebinanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mansjoer, A., (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapsius. Mustopo, S. (2015) Perawatan Kesehatan Menopause Alami. Jakarta:
Harapan Baru. Nirmala, (2015) Hidup Sehat Dengan Menopause. Jakarta: Buku Populer
Nirmala. Northrup, C. (2015) Bijak Disaat Menopause. Bandung: Q-press. Nursalam, ( 2009) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Notoatmodjo, S., (2010) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. Northrup, C. (2016) Bijak di Saat Menopause. Bandung: Penerbit Pustaka
Hidayah. Proverawati (2013) Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogjakarta: Nuha
Medika. Rebbecca, F. S., Brown, P. (2015) Menopause. Jakarta: Erlangga.
65
Rosenthal, M. S. ( 2013) The Gynecological Sourcebook: When They Tell
YouIt’s Cancer. USA : Mc-Graw Hill, 272-279.
Saifuddin, A.B. (2012) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.
Sastrawinata, S., (2014) Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, ed.
2. Jakarta: EGC. Spritzer, Denise, L. ( 2013) Panicand Panaceas: Hormon Replacement
Therapy and the Menopausal Syndrome. Journal of Atlantis. 27, 2. Wendy, G. (2015) 50 Hal Yang Bisa Anda Lakukan Hari Ini Untuk
Mengatasi Menopause. Jakarta: Gramedia. Wijayanti, D. ( 2013) Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jogjakarta: Bookmarks.
Yatim, F (2011). Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Yudomustopo, B. (2015) Problema Wanita Menghadapi Menopause.
Kumpulan Makalah Ilmiah Populer. Jakarta: Penerbit Rumah Sakit
Pertamina.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.
Ibu responden
Di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea
Nama saya Sri Atin, mahasiswa Program D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Kebidanan.Saatini saya sedang melakukan penelitian yang
bertujuan mengetahui hubungan antara usia menarche dengan usia menopause
pada wanita di Kelurahan Ngapaaha Kecamatan Tinanggea, yang mana penelitian
ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes
Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu bersedia,
saya akan memberikan lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah di
sediakan untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu.Jawaban yang ibu berikan di gunakan hanya
untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya di
sampaikan terimakasih.
Kendari, 2017 Responden Peneliti
…………… (………………….)
KUESIONERPENELITIAN HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DENGAN USIA MENOPAUSE
PADA WANITA DI KELURAHAN NGAPAAHA KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN
PROPINSI SULAWESI TENGGARA
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Usia Pertama Kali Haid :
6. Usia Menopause :
MASTER TABEL PENELITIAN
HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI KELURAHAN
NGAPAAHA KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN
NO NAMA RESPONDEN
UMUR (tahun)
PENDIDI KAN
PEKER JAAN
USIA MENARCHE
USIA MENOPAUSE
1. Ny. S 67 SD IRT 13 thn 58 thn
2. Ny. W 61 SD IRT 13 thn 56 thn
3 Ny. B 55 SD IRT 14 thn 48 thn
4 Ny. S 51 SMP IRT 18 thn 46 thn
5. .Ny. S 63 SD IRT 15 thn 52 thn
6 Ny. W 67 SMP IRT 14 thn 49 thn
7. Ny. N 48 SD IRT 17 thn 46 thn
8 Ny. R 67 SD IRT 15 thn 48 thn
9. Ny. S 58 SMP IRT 14 thn 50 thn
10 Ny. S 63 SMP IRT 18 thn 53 thn
11. Ny.T 63 SMP Pedagang 18 thn 40 thn
12 Ny. M 53 SMP IRT 14 thn 50 thn
13. Ny. H 72 SD IRT 16 thn 48 thn
14. Ny.S 55 SD Tani 14 thn 43 thn
15. Ny. A 52 SMP Pedagang 18 thn 48 thn
16 Ny. B 65 SMP IRT 14 thn 45 thn
17. Ny. N 71 SMP IRT 16 thn 52 thn
18 Ny. D 53 SD IRT 13 thn 48 thn
19 Ny. M 66 SMP IRT 18 thn 53 thn
20 Ny. T 60 SMP IRT 15 thn 49 thn
21 Ny. S 58 SMP Pedagang 15 thn 46 thn
22 Ny. M 67 SD IRT 14 thn 50 thn
23 Ny. Y 60 SMP IRT 14 thn 54 thn
24 Ny. R 67 SMP IRT 13 thn 56 thn
25 Ny. W 60 SMP IRT 12 thn 58 thn
26 Ny. S 63 SD IRT 13 thn 60 thn
27 Ny. M 70 SD IRT 13 thn 62 thn
28 Ny. R 62 SMP IRT 15 thn 50 thn
29 Ny. H 58 SMA PNS 14 thn 50 thn
30 Ny. M 61 PGSD PNS 16 thn 52 thn
31 Ny. S 63 SMP IRT 15 thn 48 thn
32 Ny. N 47 SD IRT 15 thn 46 thn
33 Ny. M 55 SMA PNS 15 thn 50 thn
34 Ny. H 62 SMP IRT 16 thn 50 thn
35 Ny. B 57 SD IRT 15 thn 46 thn
36 Ny. R 61 SMP IRT 15 thn 50 thn
37 Ny. B 64 SD IRT 15 thn 55 thn
38 Ny. N 61 SMP Pedagang 15 thn 46 thn
39 Ny. B 62 SD IRT 16 thn 52 thn
40 Ny. N 65 SD IRT 15 thn 55 thn
41 Ny. R 58 SMA PNS 15 thn 55 thn
42 Ny. D 48 SD IRT 15 thn 44 thn
43 Ny. D 58 SD IRT 16 thn 51 thn
44 Ny. O 63 SMP IRT 15 thn 50 thn
45 Ny. R 63 PGSD PNS 16 thn 52 thn
HASIL ANALISIS
UMUR
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
40-49 TAHUN 3 6,7 6,7 6,7
50-59 TAHUN 12 26,7 26,7 33,3
60-69 TAHUN 27 60,0 60,0 93,3
70-79 TAHUN 3 6,7 6,7 100,0
Total 45 100,0 100,0
PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
PGSD 2 4,4 4,4 4,4
SD 19 42,2 42,2 46,7
SMA 3 6,7 6,7 53,3
SMP 21 46,7 46,7 100,0
Total 45 100,0 100,0
PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
IRT 35 77,8 77,8 77,8
Pedagang 4 8,9 8,9 86,7
PNS 5 11,1 11,1 97,8
Tani 1 2,2 2,2 100,0
Total 45 100,0 100,0
USIA_MENARCHE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
NORMAL 16 35,6 35,6 35,6
LAMBAT 29 64,4 64,4 100,0
Total 45 100,0 100,0
USIA_MENOPAUSE
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
CEPAT 2 4,4 4,4 4,4
NORMAL 37 82,2 82,2 86,7
LAMBAT 6 13,3 13,3 100,0
Total 45 100,0 100,0
CROSSTABS
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
USIA_MENARCHE *
USIA_MENOPAUSE
45 100,0% 0 0,0% 45 100,0%
USIA_MENARCHE * USIA_MENOPAUSE Crosstabulation
USIA_MENOPAUSE Total
CEPAT NORMAL LAMBAT
USIA_MEN
ARCHE
NORMAL
Count 0 10 6 16
% within USIA_MENARCHE 0,0% 62,5% 37,5% 100,0%
% within USIA_MENOPAUSE 0,0% 27,0% 100,0% 35,6%
% of Total 0,0% 22,2% 13,3% 35,6%
LAMBAT
Count 2 27 0 29
% within USIA_MENARCHE 6,9% 93,1% 0,0% 100,0%
% within USIA_MENOPAUSE 100,0% 73,0% 0,0% 64,4%
% of Total 4,4% 60,0% 0,0% 64,4%
Total
Count 2 37 6 45
% within USIA_MENARCHE 4,4% 82,2% 13,3% 100,0%
% within USIA_MENOPAUSE 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 4,4% 82,2% 13,3% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 13,153a 2 ,001
Likelihood Ratio 15,393 2 ,000
Linear-by-Linear Association 11,698 1 ,001
N of Valid Cases 45
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is ,71.