skripsi - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/418/1/skripsi.pdftelah...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DALAM
PERSALINAN PADA KAMPUNG BAJO DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TINANGGEA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan
OLEH
NIMADE RINIYANTI NIM. P00312016082
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV
TAHUN 2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DALAM PERSALINAN PADA KAMPUNG BAJO DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TINANGGEA
Diajukan oleh
Nimade Riniyanti P00312016082
Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi dihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan
Kendari, Desember 2017
Pembimbing I
DR. Nurmiaty, S.Si.T, MPH NIP.19800819 200212 2 001
Pembimbing II
Feryani, S.Si.T, MPH NIP.19810222 200212 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Kebidanan
Sultina Sarita,SKM, M. Kes NIP.196806021992032003
iii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DALAM
PERSALINAN PADA KAMPUNG BAJO DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TINANGGEA
Disusun dan Diajukan Oleh:
Nimade Riniyanti P00312016082
Skripsi ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang
dilaksanakan tanggal 14 Desember 2017
1. Siti Aisa, AM.Keb, S.Pd,M.Pd ………………………………)
2. Hj. Nurnasari, SKM, M.Kes (………………………………)
3. DR. Kartini, S.Si.T, M.Kes
(………………………………)DR. Nurmiaty, S.Si.T, MPH
(……. ……………………….)
4. Feryani, S. Si.T, MPH (………………………………)
Mengetahui
Ketua jurusan kebidanan Politeknik kesehatan kendari
Sultina Sarita, SKM, M. Kes NIP.196806021992032003
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Nimade Riniyanti
2. Nim : P00312016082
3. Tempat/Tanggal lahir : Lapulu, 15 Mei 1984
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Hindu
6. Suku/Bangsa : Bali/Indonesia
7. Alamat : Jl Poros Tinanggea, Konawe Selatan
2. PENDIDIKAN :
1. SD Negeri 1 Lapulu, tamat tahun 1997
2. SLTP Negeri 1 Tinanggea, tamat tahun 2000
3. SMU Negeri 1 Tinanggea, tamat tahun 2003
4. D-III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari, tamat tahun 2006
5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D-IV Kebidanan 2016
sampai sekarang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiarat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi
yang berjudul “Hubungan Faktor Budaya Dan Dukungan Suami Dengan
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Dalam Persalinan Pada Kampung Bajo
Di Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea”. Penulisan Skripsi ini untuk
memenuhi persyaratan mencapai Derajat Sarjana Terapan Kebidanan
pada Program Studi Diploma IV Jurusan Kebidanan. Penulis menyadari
bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak
sangatlah sulit untuk menyelesesaikan skripsi ini. Sehingga penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Ibu DR
Nurmiaty, S.Si.T, MPH selaku pembimbing I dan Ibu Feryani, S.Si.T,
MPH selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing penulis mulai dari proposal, pelaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
Melalui kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes kendari yang telah memberkan izin untuk melakukan
penelitian.
2. Sultina Sarita, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
3. Melania Asi, S.Si.T, M.Kes, selaku Kepala Program Studi DIV
Kebidanan.
vi
4. Dewan Penguji Siti Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd, selaku Penguji I,
Hj. Nurnasari, SKM,M.Kes, selaku penguji II dan DR. Kartini, S.Si.T,
M.Kes yang telah memberikan saran dan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Kebidanan yang telah memberikan
bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Dr. Johannis Isak Penggele, selaku Kepala Puskesmas Tinanggea
yang telah memberikan izin penelitian dan seluruh stafnya,
khususnya rekan-rekan bidan yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini
7. Teristimewa orang tua tercinta ayahanda I Nyoman Natra dan ibunda
Ni Nyoman Muliati, ibu mertua Ni Nyoman Nastri yang telah
melahirkan, memelihara, membesarkan serta selalu memberikan
dorongan dan semangat, mencurahkan bantuan dan doanya kepada
penulis.
8. Kepada kakak dan adik tercinta: Ni Putu Sumiantri, AMG, I Made Ray
Sudarsono,S.Gz.MPH, I Nyoman Giri Muliarta,S.Kep, Ni Made Wiwik
Astuti , terimakasih atas doa, dukungan moril dan material sejak
penulis memulai studi sampai pada tahap penyelesaian.
9. Kepada Suami tercinta Kadek Kusmayudi, terima kasih atas
kesabaran mendampingi dalam suka maupun duka, memberi
semangat, dukungan moral dan materil serta curahan doa kepada
penulis.
vii
10. Kepada buah hati tersayang Gede Erlangga Putra Dan Kadek Dwipa
Kusuma Wardana, Terima kasih atas pengorbanan, dukungan,
pengertian dan doa kalian selama ibu mengikuti pendidikan
11. Kepada rekan-rekan mahasiswa Program studi DIV kebidanan
Angkatan 2017, terima kasih atas kebersamaan, dalam suka dan
duka, bantuan dan dukungan serta motivasi selama perkuliahan.
Semoga seluruh bantuan, simpati dan doa yang disampaikan
untuk penulis mendapatkan balasan pahala dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan, Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
untuk kesempurnaan Skripsi ini.
Kendari, 5 Desember 2017
PENULIS
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………… ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………… iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................ v
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xii
INTISARI............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
E. Keaslian Penelitian .......................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 9
A. Telaah Pustaka ................................................................. 9
B. Landasan Teori. ................................................................ 27
C. Kerangka Teori ................................................................. 29
D. Kerangka Konsep ............................................................. 30
E. Hipotesis Penelitian .......................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 31
A. Jenis Penelitian ................................................................. 32
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 32
D. Variabel Penelitian ............................................................ 33
E. Definisi Operasional ......................................................... 34
ix
F. Instrumen Penelitian ......................................................... 35
G. Alur Penelitian .................................................................. 36
H. Analisis Data ................................................................... 37
I. Etika Penelitian ................................................................. 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 40
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea .. 40
B. Hasil Analisis .................................................................... 43
C. Pembahasan ................................................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 53
A. Kesimpulan ...................................................................... 53
B. Saran ................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Teori 29
Gambar 2 Kerangka Konsep 30
Gambar 3 Desain Penelitian Cross Sectional 31
xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 1 Distribusi laju kematian kasar, Kelahiran,
Kematian bayi di Puskesmas Tinanggea Tahun
2016
41
Tabel 2 Jumlah Petugas Tenaga Kesehatan Puskesmas
Tinanggea tahun 2016
42
Tabel 3 Karakteristik Ibu bersalin menurut Golongan
Umur dan Pendidikan di Kampung Bajo Wilayah
Kerja Puskesmas Tinanggea Tahun 2016
43
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Fasilitas
Persalinan, Faktor Budaya dan Dukungan
Keluarga di Kampung Bajo Wilayah Kerja
Puskesmas Tinanggea Tahun 2016
44
Tabel 5 Hubungan Variabel faktor Budaya Dengan
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan dalam
Persalinan
45
Tabel 6 Hubungan Variabel Dukungan Keluarga Dengan
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan dalam
Persalinan
46
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lembar permohonan menjadi responden
2 Infomed Consent
3 Lembar Kuisioner
4 Master tabel
5 Hasil Perhitungan Uji chi square
6 Surat Izin Penelitian
7 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian
xiii
INTISARI
Hubungan Faktor Budaya dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan dalam Persalinan pada Kampung
Bajo di Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea
Nimade Riniyanti1, Nurmiaty2, Feryani2
Penelitian bertujuan mengetahui hubungan faktor budaya dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan pada kampung bajo di wilayah kerja Puskesmas Tinanggea Provinsi Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian adalah observasional analitik desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di desa Torokeku dan Bungin Permai, wilayah kerja Puskesmas Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Sampel penelitian ini adalah ibu bersalin di Kampung Bajo Desa Torokeku dan Bungain Permai pada tahun 2016 berjumlah 50 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Uji statistik dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian diperoleh ada hubungan antara faktor budaya dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan (p-value < 0,05), artinya ada hubungan antara dukungan suami dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan.
Saran: Perlunya peningkatan kerjasama lintas sektor, tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam sosialisasi pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan secara terus menerus. Melibatkan suami dan keluarga dalam setiap penyuluhan dan perencanaan persalinan.
Kata kunci : faktor budaya, dukungan keluarga, pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan.
1 Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
2 Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebid
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator upaya kesehatan ibu dalam menurunkan AKI
dan AKB menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-
2019 adalah menetapkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan,
menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan data Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016,
terdapat 79,72% ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh
tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Secara
nasional, indikator tersebut telah memenuhi target Renstra sebesar 75%.
Namun demikian masih terdapat 18 provinsi (52,9%) yang belum
memenuhi target tersebut termasuk provinsi Sulawesi Tenggara yaitu
sebesar 52,30 % (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia 90% terjadi pada saat persalinan.
Selain itu penyebab tidak langsung dari kematian ibu adalah faktor
keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk
ketempat pelayanan kesehatan, sebagai contohnya adalah terlambat
mengenali tanda bahaya sehingga ibu sampai di tempat pelayanan
kesehatan sudah dalam kondisi darurat (Kemenkes RI, 2015).
Berbagai upaya yang dilakukan dalam penurunan AKI dan AKB
salah satunya adalah melalui program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitik beratkan pada totalitas
2
monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari resiko
pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal di tingkat Puskesmas (PONED) dan Pelayanan
Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal Konprehensif di Rumah Sakit
(PONEK). Pelaksanaan P4K di desa -desa perlu dipastikan agar mampu
membantu keluarga dalam membuat perencanaan persalinan yang baik
dan meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda
bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan
yang tepat (Dinkes Sultra, 2016).
Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2015. Meskipun persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, akan tetapi AKI masih tinggi. Hal ini disebabkan karena
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan masih banyak dilakukan
di rumah. Oleh karena itu mulai tahun 2015, penekanan persalinan yang
aman adalah persaslinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).
Penekanan untuk melakukan persalinan difasilitas kesehatan
diperkuat dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesian
nomor 97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil,
masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan, pelayanan
kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual. Pada bagian ketiga
tentang persalinan, pasal 14 ayat 1: persalinan harus dilakukan di fasilitas
kesehatan.
3
Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) masih
merupakan masalah utama di dunia karena masih terbilang tinggi. Data
World Health Organisation (WHO) pada tahun 2015 menyatakan bahwa
sekitar 800 ibu meninggal setiap harinya, di seluruh dunia akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Risiko kematian ibu yang
berhubungan dengan persalinan 23 kali lebih besar terjadi di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju (WHO, 2015).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Menurut survei penduduk
antar sensus (SUPAS) tahun 2015, AKI di Indonesia sebanyak 305 per
100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu di Sulawesi Tenggara pada
tahun 2015 sebesar 67 kasus kematian dan di kabupaten Konawe Selatan
8 kasus kematian ( Dinkes Sultra, 2016).
Pemilihan tempat persalinan yang aman merupakan salah satu cara
untuk mengurangi AKI dan AKB. Beberapa faktor yang menyebabkan
ibu memilih tempat persalinan yaitu kepercayaan terhadap tenaga
kesehatan, biaya, akses ke pelayanan kesehatan, faktor budaya dan
dukungan keluarga. Faktor budaya mempengaruhi pemilihan tempat
persalinan. Budaya adalah sekumpulan nilai, norma, dan simbol yang
memiliki arti, yang membentuk perilaku manusia dan hasil karya (benda,
kerajinan, atau karya seni) serta diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Dukungan keluarga menjadi salah satu yang berpengaruh dalam
menentukan tempat bersalin. Faktor sosial yang mempengaruhi
4
keputusan dibedakan menurut faktor kelompok referensi, opini pemimpin,
dan anggota keluarga. Dalam sebuah keluarga, seseorang dapat
berperan sebagai initiator, influencer, pengambil keputusan, serta pembeli
dan atau pengguna. Sedangkan yang berpengaruh dalam pemilihan
tempat bersalin yaitu suami dan orang tua, hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh keluarga terdekat sangat besar terhadap pengambilan
keputusan responden memilih tempat bersalin (Supriyanto dan Ernawaty,
2010).
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara dalam lima tahun
terakhir cenderung meningkat dari 83,98% di tahun 2011 menjadi 85,19%
pada tahun 2015, meskipun demikian, secara nasional cakupanan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
Sulawesi Tenggara belum mencapai target Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2015 yaitu sebesar 90% (Dinkes Sultra, 2016).
Data rekapan persalinan pada tahun 2016 di kabupaten Konawe
selatan, dari 23 puskesmas terdapat 5.492 persalinan. Dari keseluruhan
persalinan tersebut terdapat 4.930 persalinan (89%) yang ditolong di
fasilitas kesehatan dan 562 persalinan (11%) ditolong di non fasilitas
kesehatan (Dinkes Konsel, 2017).
Berdasarkan pengambilan data awal tahun 2017 jumlah persalinan
di Puskesmas Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2016
adalah 492 pesalinan. Persalinan di fasilitas kesehatan berjumlah 320
(65,04%) sedangkan persalinan di non fasilitas kesehatan sebesar 172
5
(34,96%) persalinan. Di wilayah kerja Puskesmas Tinanggea terdapat dua
desa pesisir yang penduduknya mayoritas suku bajo dan memiliki
persalinan yang lebih banyak dilakukan di rumah yaitu desa Torokeku
(83.33%) dari 24 persalinan dan desa Bungin Permai (62,07%) dari 29
persalinan ( Hasil Cakupan Persalinan Puskesmas Tinanggea Tahun
2016).
Persalinan di fasilitas kesehatan di Desa Torokeku berjumlah 4
orang (16.67%) dan persalinan di non fasilitas kesehatan berjumlah 20
orang (83.33%). Dari 20 orang yang bersalin di non fasilitas kesehatan, 16
orang (80%) bersalin ditolong dukun, 4 orang (20%) ditolong oleh bidan.
Di Desa Bungin Permai, persalinan di fasilitas kesehatan berjumlah 11
orang (37,93%) dan persalinan di non fasilitas kesehatan berjumlah 18
orang (62,07%). Dari 18 orang yang bersalin di non fasilitas kesehatan
tersebut, 8 orang (44,44%) ditolong oleh dukun dan 10 orang (55,56%)
ditolong oleh bidan.
Berdasarkan fakta-fakta yang telah dijelaskan di atas, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai hubungan faktor budaya
dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja puskesmas Tinanggea.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
6
1. Bagaimana hubungan faktor budaya dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja
Puskesmas Tinanggea?
2. Bagaiman hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja
Puskesmas Tinanggea?
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor budaya dan
dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja Puskesmas
Tinanggea.
2.Tujuan Khusus
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui:
a. Mengetahui prevalensi pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja Puskesmas
Tinanggea.
b. Mengetahui prevalensi faktor budaya dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja
Puskesmas Tinanggea
c. Mengetahui prevalensi dukungan keluarga dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan pada Kampung Bajo di
wilayah kerja Puskesmas Tinanggea.
7
d. Mengetahui hubungan faktor budaya dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan pada Kampung Bajo di wilayah kerja
Puskesmas Tinanggea.
e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan pada Kampung Bajo di
wilayah kerja Puskesmas Tinanggea.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Untuk menambah wawasan keilmuan dalam mengatasi masalah
kematian ibu dan bayi sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan.
2. Praktis
a. Bagi tempat penelitian, untuk memberikan pelayanan dan informasi
tentang pentingnya pemanfaatan fasiltas kesehatan dalam persalinan.
b. Bagi masyarakat, dapat berperan aktif dalam mengatasi masalah
kesehatan ibu dan anak dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan
dalam persalinan.
c. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman tentang
penanganan masalah kesehatan ibu dan anak dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan.
d. Bagi pengambil kebijakan, untuk dapat menetapkan peraturan untuk
melakukan intervensi pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan.
8
E. Keaslian Penelitian
1. Nara (2012) dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi Dan Dukungan
Keluarga Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan Yang Memadai.
Jenis penelitian analitik dengan pendekatan crossectional. Variabel
penelitian adalah pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan,
jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga. Perbedaan dengan
penelitian ini yaitu pada variabel yaitu faktor budaya dan dukungan
keluarga.
2. Plaun (2012), judul penelitian adalah Peran Budaya dan Dukungan
Keluarga Dalam Pemilihan Pertolongan Persalinan Pada Dukun
Bersalin. Jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif .
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat penelitian
menggunakan variabel pertolongan persalinan pada dukun bersalin
sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah persalinan di
fasilitas kesehatan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pemanfaatan Pelayanan /Fasilitas Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan
sendiri atau bersama-sama di suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan kelompok dan masyarakat
( Depkes RI, 2009) .
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses
pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku pencarian pengobatan adalah
perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan
atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di
masyarakat terutama di negara sedang berkembang sangat
bervariasi .
Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun
2016 dijelaskan bahwa fasilitas pelayan kesehatan adalah suatu alat
atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan/atau masyarakat. Jenis fasilitas kesehatan sebagaimana yang
dimaksud adalah tempat praktik mandiri tenaga kesehatan, puskesmas,
klinik, rumah sakit.
10
Menurut Green dalam Notoatmojo (2007) faktor keputusan
pasien untuk tetap memanfaatkan jasa pelayanan medis yang
ditawarkan rumah sakit tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki
oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan
penyebab perilaku dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu :
a. Predisposing Faktors
Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini
adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai tradisi dan persepsi
yang berkenan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk
bertindak.
b. Enabling Faktors
Faktor ini adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk
dalam faktor ini adalah keterampilan, sumber daya pribadi dan
komunitas. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan,
keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan.
c. Reinforcing Faktors
Faktor ini adalah faktor yang menentukan apakah tindakan
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu
saja tergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan
pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain dan
keluarga. Untuk menentukan penguat positif atau negatif,
tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan.
11
Menurut Anderson dalam Notoadmodjo (2010), proses
penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat
atau konsumen adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik predisposisi ( predisposing characterists)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan
kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu,
yang digolongkan ke dalam 3 kelompok.
1) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.
2) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan,
kesukuan atau ras, dan sebagainya.
3) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa
pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan
penyakit.
b. Karakteristik pendukung (enabling characteristics)
Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun
mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan
kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakanya
kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan layanan
kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen
untuk membayar.
c. Karakteristik kebutuhan (need characteristics)
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk
mencari pengobatan akan terwujud di dalam tindakan apabila hal
12
tersebut dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain
kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk
menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat
predisposisi dan pendukung itu ada.
2. Budaya
Budaya merupakan cara berpikir dan merasa untuk
kemudian dinyatakan dalam seluruh kehidupan sekelompok
manusia yang membentuk masyarakat dalam suatu ruang dan waktu
tertentu. Budaya merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat (Sidi Gazalba dalam Lasari, 2012). Kebudayaan
merupakan keseluruhan kompleks pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan- kemampuan dan
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota
masyarakat (Edw`ard Burnett Tylor dalam Lasari, 2012).
Kebudayaan adalah sebuah sistem berupa konsepsi-konsepsi
yang diwariskan dalam bentuk simbolik sehingga dengan cara inilah
manusia mampu berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan
pengetahuan serta sikapnya terhadap kehidupan (Cilfford Geertz
dalam Lasari, 2012).
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
13
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
a. Wujud kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman dalam Koentjaranigrat (2000), wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
1) Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat
diraba atau disentuh. Wujud pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada
dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.
2 ) Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
14
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat diamati dan didokumentasikan.
3) Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa
hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara
ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan
bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya kebudayaan dapat digolongkan
atas dua komponen utama:
1) Kebudayaan material.
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat
yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan- temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
15
2) Kebudayaan non material
Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng,
cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Pada kasus persalinan, dukun tidak hanya berperan saat
proses tersebut berlangsung, namun juga pada saat upacara-
upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan bagi ibu
dan anaknya seperti upacara tujuh-bulanan kehamilan, tatobik
(mandi dengan air panas) dan hatukahai (pendiangan di atas bara
api).
Upacara adat ini tentunya tidak sejalan dengan aktivitas
medis dan tidak dapat dilakukan oleh seorang bidan. Hal inilah
yang menyebabkan dukun memiliki tempat yang terhormat dan
memperoleh kepercayaan lokal yang jauh lebih tinggi dari pada
bidan. Dukun dipercayai memiliki kemampuan yang diwariskan
turun-temurun untuk memediasi pertolongan medis dalam
masyarakat. Sebagian dari mereka juga memperoleh citra sebagai
“orang tua” yang telah “berpengalaman”. Profil sosial inilah yang
berperan dalam pembentukan status sosial dukun yang karismatik
dalam pelayanan medis tradisional (Imran, 2011).
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan
kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat
dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses
16
persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena
penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor
keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Terutama di
daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang
akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau
keputusan berada di tangan suami yang sering kali menjadi panik
melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan
akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat
tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat (Imran, 2011).
Tidak jarang nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman
atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan
ini seringkali pula diperberat oleh faktor geografis, dimana jarak
rumah ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak
tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana
ada anggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan
memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam
pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi,
keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya
suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala
sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan
(Imran, 2011).
Menurut Koentjaraningrat dalam Rusnawati (2012)
mengatakan, bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,hukum,adat istiadat
17
dan lain kebiasan kebiasan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Beberapa indikator dari aspek budaya:
a. Norma
Suatu aturan khusus atau seperangkat peraturan tentang
apa yang harus dan tidak harus dilakukan oleh manusia adalah
merupakan norma, norma mengungkapkan bagaimana
seharusnya berprilaku atau bertindak. Norma yang berkembang
di masyarakat mempunyai beberapa hal yang berkaitan dengan
persalinan maupun dengan pemilihan tempat persalinan.
b. Keyakinan
Sebagai mahluk sosial, manusia secara umum dan ibu
bersalin secara khususnya akan menanggapi dan memberikan
pandangan tentang tenaga dan tempat persalinan berdasarkan
keyakinan yang dimilikinya. Secara psikologis, faktor keyakinan
berperan besar dalam menentukan persepsi seseorang terhadap
orang lain, demikian juga dengan ibu bersalin. Prilaku
masyarakat terhadap kehamilan dan persalinan sangat
ditentukan oleh persepsi atau keyakinan tentang kehamilan dan
persalinan yang dimiliki oleh masyarakat.
Budaya Indonesia menghormati orang tua didalam keluarga
memberi pengaruh kepada pengambilan keputusan dalam
keluarga, kehadiran orangtua di dalam keluarga juga
mempengaruhi dalam upaya kesehatan keluarga. Misalnya ibu
18
yang akan melahirkan dapat dipengaruhi oleh orang tua dalam
pengambilan keputusan untuk melahirkan di rumah atau di
fasilitas kesehatan.
3. Dukungan Keluarga
a. Pengertian dukungan keluarga/suami
Kuntjoro dalam Fithriany ( 2011), mengatakan bahwa
pengertian dari dukungan adalah informasi verbal atau non verbal,
saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal -hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya atau dukngan adalah keberadaan,
kesediaan, kepedulian dari orang- orang yang diandalkan,
menghargai dan menyayangi kita.
Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang
wanita hamil. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama kehamilan
akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih
mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit
resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua
kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu
menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta
kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap anaknya
(Rukiah, 2014).
19
1) Peran keluarga
Menurut Friedman dalam fithriany 2011, peran keluarga
adalah sebagai berikut :
a) Peran formal
Peran ini berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga,
yaitu sejumlah perilaku yang lebih bersifat homogen,
keluarga membagi peran secara merata kepada anggota
keluarga seperti masyarakat membagi perannya, menurut
bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi
berfungsinya suatu sistem.
b) Peran informal
Peran informal bersifat ancaman yang tidak tampak dan
hanya untuk menjaga keseimbangan
2 ) . Fungsi Keluarga
Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh
Friedman, yaitu :
a) Afektif
Berhubungan erat dengan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga.
Fungsi ini berguna untuk pemenuhan kebutuhan
sikososial. Fungsi afektif meliputi saling mengasuh, saling
menghargai, dan ikatan keluarga. Sosialisasi adalah
proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
20
berperan dalam lingkungan sosial.
b) Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
c) Ekonomi
Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga.
d) Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan berfungsi untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota
keluarga yang sakit.
b. Tugas keluarga dalam kesehatan
Menurut Friedman dalam Fithriany 2011, ada 5 tugas
kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :
1) Mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota
keluarga.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
bagi keluarga.
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit
dan tidak dapat membantu dirinya.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
kesehatan keluarga dan perkembangan kepribadian keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari
lembaga- lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan
21
dengan fasilitas kesehatan yang ada.
c. Bentuk dukungan
Cohen et all dalam Fithriany, 2011 mendefinisikan dukungan
sosial adalah bentuk hubungan sosial meliputi emotional,
informational, instrumental dan appraisal. Secara rinci dijabarkan
sebagai berikut:
1) Emotional yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan
kepercayaan dari orang lain terutama suami sebagai motivasi.
2) Informational adalah dukungan yang berupa informasi,
menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan
keluar atau memecahkan masalah seperti nasehat atau
pengarahan.
3) Instrumental menunjukkan ketersediaan sarana untuk
memudahkan perilaku menolong orang yang menghadapi
masalah berbentuk materi berupa pemberian kesempatan dan
peluang waktu.
4) Appraisal berupa pemberian penghargaan atas usaha yang
dilakukan, memberikan umpan balik mengenai hasil atau
prestasi yang dicapai serta memperkuat dan meninggikan
perasaan harga diri dan kepercayaan akan kemampuan
individu.
Menurut Heaney and Israel dalam Fithriany 2011, ada
empat jenis perilaku atau tindakan yang mendukung yaitu:
a) Dukungan informasi (informational), dalam hal ini keluarga
22
memberikan informasi, penjelasan tentang situasi dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapi oleh seseorang. Mengatasi permasalahan dapat
digunakan seseorang dengan memberikan nasehat, anjuran,
petunjuk dan masukan.
b) Dukungan penilaian (appraisal) yaitu: keluarga berfungsi
sebagai pemberi umpan balik yang positif, menengahi
penyelesaian masalah yang merupakan suatu sumber dan
pengakuan identitas anggota keluarga. Keberadaan informasi
yang bermanfaat dengan tujuan penilaian diri serta penguatan
(pembenaran).
c) Dukungan instrumental (instrumental) yaitu: keluarga
merupakan suatu sumber bantuan yang praktis dan konkrit.
Bantuan mencakup memberikan bantuan yang nyata dan
pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu
seseorang yang membutuhkan. Dukungan ekonomi akan
pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu
seseorang yang membutuhkan. Dukungan ekonomi akan
membantu sumber daya untuk kebutuhan dasar dan kesehatan
anak serta dukungan pengeluaran akibat bencana.
d) Emosional (emotional) yaitu: keluarga berfungsi sebagai suatu
tempat berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh terhadap
ketenangan emosional, mencakup pemberian empati, dengan
mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih sayang,
23
kepercayaan,dan perhatian. Dukungan emosional akan
membuat seseorang merasa lebih dihargai, nyaman, aman dan
disayangi.
Dukungan moril dari suami/keluarga secara psikologis
dapat memberikan perasaan aman dalam menjalani proses
kehamilan dan persalinan. Selain itu dukungan keluarga
memberikan pengaruh yang besar dalam menentukan pemilian
penolong dan tempat persalinan ( Rusnawati, 2012).
4. Kampung Bajo
Bajo berasal dari nama seorang leluhur mereka. Yang sangat hebat
dalam melaut, dan hebat juga dalam bercocok tanam. Kemudian kampung
Karang Bajo adalah nama wilayah keturunan dari Bajo. Konon Suku Bajo
berasal dari Laut Cina Selatan. Versi lain menyebutkan nenek moyang
mereka berasal dari Johor, Malaysia. Mereka keturunan orang-orang Johor
atau keturunan Suku Sameng yang ada di semananjung Malaka Malaysia
yang diperintahkan raja untuk mencari putrinya yang kabur dari istana.
Orang-orang tersebut mengarungi lautan ke sejumlah tempat sampai ke
Pulau Sulawesi. Kabarnya sang puteri berada di Sulawesi, menikah dengan
pangeran Bugis kemudian menempatkan rakyatnya di daerah yang
sekarang bernama Bajo. Sedangkan orang-orang yang mencarinya juga
lambat laun memilih tinggal di Sulawesi, enggan kembali ke Johor.
Keturunan mereka lalu menyebar ke segala penjuru wilayah Indonesia
semenjak abad ke-16 dengan perahu. Itulah sebabnya mereka digolongkan
suku laut nomaden atau manusia perahu (seanomedic).
24
Asal-usul suku Bajo sesungguhnya dari pulau Sulawesi. Selain
menguasai bahasa daerah setempat, mereka juga berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Bajo, serumpun dengan bahasa Bugis – Sulawesi
Selatan. Di mana dua atau tiga warga Bajo berkumpul, mereka diwajibkan
menggunakan bahasa Bajo. Kecuali kalau berada di antara atau bersama
warga penduduk setempat. Mereka adalah orang pelaut yang tidak bisa
hidup di gunung. Bajo, identik dengan air laut, perahu, dan permukiman dia
atas air laut. Bajo artinya mendayung perahu dengan alat yang disebut
bajo.
Masyarakat kampung Bajo percaya bahwa laut merupakan
kehidupan mereka. Laut adalah ombok lao, atau raja laut, sehingga filosofi
tersebut berakibat pada penggolongan manusia dalam suku Bajo. Suku
Bajo, dalam menempatkan orang membaginya ke dalam dua kelompok,
yaitu Sama„ dan Bagai. Sama„ adalah sebutan bagi mereka yang masih
termasuk ke dalam suku Bajo sementara Bagai adalah suku di luar Bajo.
Penggolongan tersebut telah memperlihatkan kehati-hatian dari suku Bajo
untuk menerima orang baru. Mereka tidak mudah percaya sama pendatang
baru.
Masyarakat Kampung Bajo memiliki suatu filosofis „Papu Manak Ita
Lino Bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna
mangelolana„, artinya Tuhan telah memberikan dunia ini dengan segala
isinya, kita sebagai manusia yang memikirkan bagaimana cara
memperoleh dan mempergunakannya. Sehingga laut dan hasilnya
merupakan tempat meniti kehidupan dan mempertahankan diri sambil terus
25
mewariskan budaya leluhur suku Bajo. Dalam suku Bajo, laki-laki atau pria
biasa dipanggil dengan sebutan Lilla dan perempuan dengan sebutan
Dinda.
Dahulu kala masyarakat Bajo kerap berpindah-pindah dari satu
tempat ke temat lainnya mencari sumber kehidupan seperti masyarakat
gipsy atau nomaden. Namun saat ini meskipun masih ada yang
meneruskan tradisi berpindah tempat, sebagian lainnya memilih menetap di
lokasi tertentu dengan pola hidup yang sangat sederhana seperti di Desa
Torokeku dan Bungin Permai di Kecamatan Tinanggea, Kabupaten
Konawe Selatan. Kehidupan mereka hampir sama antara satu daerah
dengan daerah lainnya. Masyarakat bajo hidup berdampingan dalam satu
komunitas mereka dan menempati wilayah yang sedikit terpisah dengan
komunitas suku lain. Rumah-rumah yang mereka huni secara keseluruhan
berada diatas laut sehingga membuat komunitas suku lain agak sulit
melakukan interaksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Rumah
suku Bajo merupakan rumah panggung yang berdiri diatas tonggak-
tonggak kayu diatas laut yang saling berhubungan.
Ada dua analogi atau metafora sistem kehidupan masyarakat Bajo,
khususnya menyangkut hubungan antara sesama manusia serta hubungan
antara manusia dengan alam semesta dalam kerangka ruang dan waktu.
Pertama, tubuh manusia sebagai simbol masyarakat suku Bajo, dimana
pimpinan mereka menempati posisi bagian kepala. Kedua, masyarakat
manusia sebagai suatu simbol dari “entire Badjao moltitude”, termasuk
realitas kehidupan dan kematian. Dalam perspektif analogi yang kedua
26
tersebut, Umboh merupakan pimpinan/kepala yang memiliki otoritas,
sebagai pusat koordinasi, dan kepala-leluhur. Dalam hubungan ini, tubuh
manusia menjadi cermin dari alam dan menjadi suatu medium dalam mana
dan melaluinya manusia mengorientasi dan mengorganisasikan kosmos.
Rumah sebagai tempat tinggal adalah sebuah kosmos kecil, menjadi
meniatur kosmos yang lebih besar, dan perbedaan rumah sebagai kosmos
kecil mudah dikontrol dan diatur, sedangkan alam semesta sebagai kosmos
yang lebih besar tidak mudah dikontrol dan diatur ( Anonim , 2013).
Orang- orang Bajo enggan membangun rumah didarat karena
banyak tradisi dan ritual hidup yang harus dilakukan dilaut. Zaman dahulu,
setiap bayi orang Bajo harus dicelupkan kelaut untuk mengakrabkan
mereka dengan laut yang dianggap saudara. Belum lagi budaya
masyarakat Bajo seperti perkawinan dan selamatan. Adat perkawinan
masyarakat Bajo saat malam pertama biasanya pasangan suami istri baru
di lepas ke laut dengan perahu.
Pengetahuan masyarakat Bajo dilihat dari perspektif sosial/budaya
antara lain direfleksikan dalam sebuah pandangan yang sejalan dengan
teori dan fenomena sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sama dan
bagai. Selain itu, orang Bajo dapat diidentifikasi dari bahasanya, yaitu
baong sama (bahasa Bajo) yang dapat menyatukan mereka dalam suatu
komunitas besar masyarakat Bajo meskipun asal dan tempat tinggalnya
berbada-beda daerah.
Masalah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak sesungguhya
tidak terlepas dari faktor-faktor budaya dan lingkungan didalam masyarakat
27
dimana mereka berada. Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan
seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan pada faktor jarak
antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang
tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering
melupakan faktor persepsi atau konsep masyarakat itu sendiri. Pada
kenyataannya didalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat
sakit yang diberikan provider ( Notoatmodjo, 2007)
Ada tiga sumber utama nilai-nilai yang membentuk sistem
kepercayaan dalam konsep sehat sakit dan nilai-nilai transendental dalam
masyarakat Bajo, yaitu ajaran-ajaran agama, keyakinan kepada
keberadaan dan kekuatan leluhur atau makhluk gaib yang dapat
mendatangkan kebaikan/rezeki dan bencana/penyakit dan keyakinan
kepada sanro atau dukun yang dapat berdoa untuk kebaikan, menolong
orang susah, menolak bencana dan menyembuhkan penyakit. Keyakinan
kepada sandro atau dukun ini juga sangat kuat dalam menghapi
persalinan pada masyarakat bajo sehingga persalinan lebih banyak
dilakukan dirumah dan ditolong oleh sandro/ dukun.
B. Landasan Teori
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses
pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Pelayanan
kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta
memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat.
28
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Prilaku masyarakat terhadap
kehamilan dan persalinan sangat ditentukan oleh persepsi atau keyakinan
tentang kehamilan dan persalinan yang dimiliki oleh masyarakat. Budaya
Indonesia menghormati orang tua didalam keluarga memberi pengaruh
kepada pengambilan keputusan dalam keluarga, kehadiran orangtua di
dalam keluarga juga mempengaruhi dalam upaya kesehatan keluarga
termasuk dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan.
Dukungan sosial adalah bentuk hubungan sosial meliputi emotional
(rasa empati,cinta,kepercayaan), informational, (dukungan informasi),
instrumental (ketersediaan sarana) dan appraisal (pemberian
penghargaan). Dukungan moril dari suami/keluarga secara psikologis
dapat memberikan perasaan aman dalam menjalani proses
kehamilan dan persalinan. Selain itu dukungan keluarga memberikan
pengaruh yang besar dalam menentukan pemilian penolong dan
tempat persalinan.
Masalah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak sesungguhya
tidak terlepas dari faktor-faktor budaya dan lingkungan didalam masyarakat
dimana mereka berada. Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan
seringkali penyebabnya dilemparkan pada faktor jarak antara fasilitas
tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan
yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering melupakan faktor
29
persepsi atau konsep masyarakat itu sendiri. Pada kenyataannya didalam
masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit yang diberikan
provider.
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari Anderson dalam
Notoadmodjo (2011),Taylor, Koentjanigrat,Cohen et al.
Faktor Budaya:
1. Pengetahuan 2. Kepercayaan 3. Kesenian 4. Moral 5. Adat istiadat
Dukungan Keluarga:
1. Emosional
2. Informational
3. Instrumental/keters
ediaan sarana
4. Appraisal/penilaian
Pemanfaatan
Fasilitas Kesehatan
Dalam Persalinan
30
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan:
variabel bebas : Faktor budaya, dukungan keluarga.
variabel terikat : Pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan.
E. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor budaya dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan.
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan.
Faktor Budaya
Dukungan keluarga
Pemanfaatan
Fasilitas Kesehatan
Dalam persalinan
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian observasional analitik yang digunakan adalah
desain cross sectional dimana peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variable independent dan variabel dependent di lakukan
pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Gambar 3.1 Desain Penelitian Cross Sectional
Faskes
Non Faskes
Non Faskes
Faskes
Non Faskes
Faskes
Faskes
Non Faskes
Positif
Negatif
Mendukung
Tidak
Mendukung
Budaya
Dukungan
Keluarga
Ibu
Bersalin
32
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Torokeku dan Bungin Permai
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi
tenggara, pada tanggal 15 - 21 nopember tahun 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua ibu bersalin di desa Torokeku dan Bungin Permai pada
tahun 2016 sebanyak 53 orang.
2. Sampel
Semua ibu bersalin tahun 2016 di desa Torokeku berjumlah 24
orang dan Bungin Permai berjumlah 29 orang. Besar sampel penelitian
dapat ditetepkan dengamenggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2005)
sebagai berikut:
n=N/N(d)2+1
Keterangan:
n= Jumlah Sampel
N=populasi
d= nilai presisi 95% dan sig=0.05
Sampel penelitian yang akan diambil di desa Torokeku sebagai berikut:
n= 24/24(0.05)2+1
= 24/24(0.0025)+1
= 24/1.06
= 22.64, dibulatkan menjadi 23 orang.
Sampel penelitian yang akan diambil di desa Bungin Permai sebagai
33
berikut:
N= 29/29(0.05)2+1
= 29/1.0725
= 27.03, dibulatkan menjadi 27
Jadi total sampel adalah 50 orang.
3. Tehnik sampling
Penelitian ini menggunakan tehnik Non probability Sampling
dengan jenis teknik consecutive sampling dimana semua subjek yang
ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai jumlah yang subjek yang diperlukan terpenuhi (Sudikdo 2011
dalam Nara 2014).
D. Variabel Penelitian.
a. Variabel independen (bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel lain, artinya apabila variabel independen berubah maka akan
mengakibatkan perubahan variabel lain. Nama lain variabel independen
adalah variabel bebas, risiko, prediktor, kausa (Riyanto, 2011). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah faktor budaya dan dukungan
keluarga.
b. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan pada
variabel bebas. Nama lain variabel dependen adalah variabel terikat,
efek, hasil, outcame, respon, atau event (Riyanto, 2011). Variabel
34
dependen dalam penelitian ini adalah pemanfaatan fasilitas kesehatan
dalam persalinan.
E. Definisi Operasional
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan yaitu perilaku ibu
dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan ketika bersalin. Skala ukur
adalah ordinal. Kriteria objektif:
a. Fasilitas kesehatan : Rumah sakit, puskesmas, klinik, polindes.
b. Non fasilitas kesehatan : Rumah ibu, dukun.
(Nara, 2014)
2. Faktor Budaya dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan adalah reaksi atau respon dari responden tentang ada
tidaknya anjuran, dukungan dan larangan kepada ibu bersalin dalam
kepercayaan, kebiasaan, dan adat istiadat yang ada dalam keluarga
dan masyarakat secara turun temurun dalam pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan. Skala ukur adalah nominal. Dalam
penelitian ini, untuk jawaban positif (budaya mendukung) diberi skor 1;
sedangkan untuk jawaban negative (budaya tidak mendukung) diberi
skor 0. Adapun kriteria objekti:
- Budaya positif = ≥60
- Budaya negatif =<60
(Nara,2014)
3. Dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan adalah reaksi atau respon dari responden tentang ada
tidaknya dukungan dari suami/keluarga dalam pemanfaatan fasilitas
35
kesehatan dalam persalinan. Skala ukur adalah ordinal. Kuisioner
bersifat tertutup dengan alternatif jawaban terdiri dari lima (5) pilihan,
yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Penilaian
bersifat mendukung (favourable) diberi nilai 5-1 (No1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14) dan pertanyaan tidak mendukung (unfavourable)
diberi nilai 1-5 (No 5, 15), dengan skor nilai tertinggi 75. Kriteria objektif:
- Mendapat dukungan = ≥ 60
- Tidak mendapat dukungan =< 60
(Nurmiaty, 2016)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa : kuesioner
(daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan
lembar kuesioner.
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, tabel, atau daftar periksa, dan film dokumenter
(Alimul, 2007).
Kuesioner diartikan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010)
36
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi
dan lembar kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang terdiri
dari 20 pertanyaan tertutup dan terstruktur. Pertanyaan dalam penelitian
ini yang berhubungan dengan faktor budaya sebanyak 15 pertanyaan dan
dukungan keluarga dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan sebanyak 15 pertanyaan.
G. Alur Penelitian
Proses pengumpulan data dalam melakukan penelitian untuk
mendapatkan responden meliputi langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mendapat surat pengantar dari jurusan prodi DIV Poltekkes Kemenkes
Kendari
2. Mengurus surat perijinan Kepala Puskesmas Tinanggea kecamatan
Tinanggea kabupaten konawe Selatan provinsi Sulawesi tenggara
Setelah mendapat ijin, peneliti mendatangi calon responden dengan
kunjungan rumah. Memberikan penjelasan tentang tujuan dari
penelitian kepada calon responden dan memohon kesediaan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila mereka bersedia menjadi
responden maka dipersilahkan untuk menandatangani informed
consent.
3. Responden yang bersedia menandatangani informed consent maka
peneliti akan memberikan kuisioner melalui wawancara.
4. Setelah responden mengisi kuisioner, akan dilakukan pengolahan,
pengecekan kelengkapan, mengedit, memberi kode, memberi skor, dan
mentabulasi data.
37
H. Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dilakukan editing untuk melihat kembali
kelengkapan sesuai daftar pertanyaan kemudian dilakukan pemasukan
data ke dalam komputer selanjutnya diberikan kode dan dilakukan
distribusi frekuensi. Selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan uji
chi-square dengan program SPSS versi 20 menggunakan komputer.
1. Univariat
Analisis secara univariat bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi
frekuensi masing-masing variabel penelitian baik variabel bebas
maupun variabel terikat. Dalam penelitian ini menunjukkan sejauh
mana hubungan faktor faktor budaya dan dukungan keluarga
terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan.
2. Bivariat
Analisis secara bivariat bertujuan untuk mengetahui
hubungan dan kemaknaan antara variabel bebas dengan variabel
terikat yang masing-masing variabel berskala ordinal dan nominal.
Analisis bivariat menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95%.
I. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku
untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti,
pihak yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan
memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).
38
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan rekomendasi
dari Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari, selanjutnya peneliti
mengajukan permohonan ijin Kepala Puskesmas Tinanggea Kecamatan
Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara untuk
studi pendahuluan dan penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah
melakukan penelitian dengan memberikan informed consent dan
kesempatan pada responden untuk menerima atau menolak menjadi
responden, peneliti menemui subyek yang akan dijadikan responden
untuk menjelaskan beberapa hal yang meliputi :
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya (Alimul,
2007).
2. Tanpa nama (anonimity)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Alimul,
2007).
39
3. Kerahasiaan (confidentialy)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah
- masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Alimul, 2007).
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea
1. Geografi
Puskesmas Tinanggea terletak di Kelurahan Ngapaaha,
Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, sekitar 19 km dari
Ibukota Kabupaten serta kondisi geografis daerah dataran rendah dan
daerah pesisir dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lalembuu
a. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Palangga dan
Kecamatan Palangga Selatan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Tiworo
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bombana
Luas wilayah Puskesmas Tinanggea sekitar 354,74 km2. Dari
luas daratan Kecamatan Tinanggea terdiri dari 2 kelurahan dan 22
desa.
2. Demografi
a. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kecamatan Tinanggea adalah 67,08
jiwa per kilometer persegi. Desa Wundumbolo merupakan desa
dengan tingkat kepadatan penduduk terendah, sedangkaan
Kelurahan Tinanggea merupakan wilayah yang terpadat .
41
Jumlah Penduduk di Kecamatan Tinanggea adalah
sebanyak 23.796 jiwa yang terdiri atas laki-laki 12.102 jiwa dan
Perempuan 11.694.
b. Natalitas (Kelahiran)
Angka kelahiran atau fertilitas di Wilayah Puskesmas
Tinanggea sebesar 24,46 per 1000 penduduk tergolong pada laju
kelahiran sedang.
c. Mortalitas (Kematian)
Angka kematian di Wilayah Puskesmas Tinanggea sebesar
4,79 per 1000 penduduk per Tahun tergolong rendah.
Tabel.1 Distribusi Laju Kematian Kasar, Kelahiran, Kematian Bayi
di Puskesmas Tinanggea Tahun 2016
Indikator Tahun 2016
Laju kematian kasar per 1000 penduduk 4.79
Laju kematian Bayi per 1000 penduduk 22.6
Laju kelahiran Normal per 1000 penduduk 20.46
Sumber : Data sekunder KIA Puskesmas Tinanggea, 2016
3. Jumlah Sarana Sosial
Puskesmas Tinanggea dalam melaksanankan kegiatannya baik
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative ditunjang oleh jaringan
fasilitas layanan kesehatan yakni :
a. Puskesmas Pembantu sebanyak 2 unit terdiri dari :
1) Pustu Moolo Indah
2) Pustu Lalonggasu
42
b. Polindes atau Poskesdes sebanyak 2 buah terdapat di :
1) Desa Lalowatu
2) Desa Lanowulu
c. Kendaraan roda empat sebanyak 1 unit
d. Kendaraan roda dua 3 unit
e. Posyandu aktif sebanyak 28 unit
f. Posyandu Usia Lanjut (Posbindu sebanyak 5 unit)
g. Dukun terlatih sebanyak 20 orang
h. Kader posyandu sebanyak 209 orang
i. Toko obat berizin sebanyak 1 Buah
Puskesmas Tinanggea merupakan puskesmas dengan
kapasitas tempat tidur 17 buah yang terdiri dari perawatan persalinan
dengan kapasitas tempat tidur 6 buah dan perawatan umum dengan
kapasitas tempat tidur 11 buah.
4. Ketenagaan
Jumlah tenaga Puskesmas Tinanggea sebanyak 68 orang yang
terdiiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 30 orang dan Non
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 38 orang.
Tabel . 2 Jumlah Petugas Tenaga Kesehatan Puskesmas Tinanggea
Tahun 2016
Tanaga Kesehatan Jumlah
Dokter Umum PNS 1 Orang
Dokter Gigi PNS 1 Orang
Bidan PNS 10 Orang
Bidan PTT 12 Orang
Bidan Mengabdi 11 Orang
Perawat PNS 14 Orang
43
Perawat Mengabdi 7 Orang
Sanitarian PNS 2 Orang
Nutrisionis PNS 1 Orang
Nutrisionis Kontrak 3 Orang
Analis Kesehatan Kontrak 2 Orang
Apotekker 1 Orang
Asisten Apotekker 1 Orang
Perawat Gigi 1 Orang
Kesehatan Masyarakat PNS 1 Orang
B. Hasil Analisis
1. Karakteristik Ibu Bersalin
Tabel.3
Karakteristik Ibu Bersalin Menurut Golongan Umur Dan
Pendidikan di Kampung Bajo Wilayah Kerja
Puskesmas Tinanggea Tahun 2016
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Umur
<2 1 2
20-35 39 78
>35 10 20
Pendidikan
Tidak tamat SD 8 16
SD 25 50
SMP 14 28
SMA 3 6
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel 3, bahwa Umur Ibu bersalin <20 tahun
sebesar 2%, umur >35 tahun sebesar 20% dan proporsi terbesar
pada umur 20-35 tahun sebesar 78%. Jenis pendidikan responden
sangat bervariasi dari yang terendah yaitu tidak tamat SD sebesar
44
16%, proporsi terbanyak adalah ibu berpendidikan SD sebesar 50%,
pendidikan SMP sebesar 28%, sedangkan ibu yang menyelesai
pendidikan sampai tingkat SMA hanya sebesar 6%.
2. Analisis Univariat
Analisis univariat ini digunakan untuk memperoleh gambaran
setiap variabel yang diteliti baik variabel independent maupun variabel
dependent. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Fasilitas persalinan, Faktor Budaya
Dan Dukungan Keluarga di Kampung Bajo Wilayah Kerja Puskesmas
Tinanggea tahun 2016
Variabel Frekuensi (N) Presentase (%)
Tempat persalinan
Fasilitas kesehatan 15 30
Non Fasilitas kesehatan 35 70
Budaya
Positif 19 38
Negatif 31 62
Dukungan Keluarga
Mendukung 22 44
Tidak mendukung 28 56
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan Tabel 4, dari 50 orang ibu bersalin terdapat
persalinan di fasilitas kesehatan 30 % lebih sedikit dibandingkan
dengan persalinan di non fasilitas kesehatan sebanyak 70%. Ibu
bersalin yang memiliki budaya positif tentang persalinan di fasilitas
kesehatan sebesar 38%, lebih kecil dibandingkan dengan budaya
negatif tentang persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 62%.
Demikian juga untuk dukungan keluarga, ibu yang mendapatkan
45
dukungan keluarga untuk bersalin di fasilitas kesehatan sebesar 44%
lebih sedikit dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga untuk bersalin di fasilitas kesehatan
sebesar 56%.
3. Analisis Bivariat
a) Hubungan Antara Faktor Budaya Dengan Pemanfaatan Fasilitas
Kesehatan Dalam Persalinan
Tabel 5
Hubungan Variabel Faktor Budaya Dengan Pemanfaatan Fasilitas
Kesehatan Dalam Persalinan
Budaya
Pemanfaatan Fasilitas
kesehatan Persalinan
Total
N=50
X2
(p-value) OR 95% CI Fasilitas
kesehatan
Non Fasilitas
kesehatan
N % N %
Positif 12 63 7 37 19
16
0.00
16
(3.52-72.58) Negatif 3 10 28 90 31
Total 15 73 35 127 50
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 19
responden yang budayanya positif, bersalin di fasilitas kesehatan
sebesar 63% sedangkan yang bersalin di non fasilitas kesehatan
37%. Dari 31 responden yang budayanya negatif bersalin di
fasilitas kesehatan sebesar 10% sedangkan yang bersalin di non
fasilitas kesehatan sebesar 90%. Hasil uji statistik chi square
diperoleh nilai P-value 0,00 < 0,05 dan X2hit ( 16 ) > X2
tab (3.841). Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor budaya
46
dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan. Nilai
Odd Ratio sebesar 16, OR>1, artinya budaya yang mendukung
mempunyai pengaruh 16 kali lebih kuat terhadap pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan.
b) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Fasilias
Kesehatan Dalam Persalinan
Tabel 6
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilias
Kesehatan dalam Persalinan
Dukungan keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan persalinan
Total N=50
X2
(p-value) OR 95 % CI Fasilitas
kesehatan Non fasilitas kesehatan
N % N %
Mendukung 13 59 9 41 22 15,8
(0.000)
18.8
(3.53-99.80) Tidak
mendukung 2 7 26 93 28
Total 15 66 35 134 50
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 22
responden yang mendapatkan dukungan keluarga, bersalin di
fasilitas kesehatan sebesar 59%. sedangkan yang bersalin di non
fasilitas kesehatan sebesar 41%. Penelitian yang dilakukan pada 28
responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga,bersalin di
fasilitas kesehatan sebesar 7% sedangkan yang bersalin di non
fasilitas kesehatan sebesar 93%. Hasil uji statistik chi square
diperoleh nilai P-value 0,00 < 0,05 dan X2hit (18,8) > X2
tab (3.841) .
Hal ini menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan.
47
Sedangkan korelasi dengan Odd Ratio nilainya sebesar 18,8, hasil
ini menunjukan OR>1, artinya ibu bersalin yang mendapatkan
dukungan dari keluarga akan memiliki kemungkinan 18,8 atau 19
kali lebih kuat untuk bersalin di fasilitas kesehatan.
C. Pembahasan
1. Karakterisrik Ibu bersalin
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa mayoritas umur ibu
bersalin adalah kisaran 20-35 tahun sebesar 78% yang termasuk
dalam kategori dewasa dan berada pada usia reproduksi sehat. Pada
umumnya pendidikan responden berada pada kategori rendah (SD)
yaitu sebesar 50% dan masih ada pula yang tidak tamat SD sebesar
16%. Sedangkan yang berpendidikan SMP sebesar 28% dan
pendidikan paling tinggi SMA hanya sebesar 6%. Hal ini dapat
disebabkan salah satunya karena akses menuju lembaga pendidikan
SMP maupun SMA cukup sulit karena harus menyeberangi laut dan
menggunakan jasa ojek untuk mencapai sekolah sehingga
memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar.
2. Gambaran Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Dalam Persalinan
Hasil penelitian menunjukan ibu yang memilih bersalin di fasilitas
kesehatan sebesar 30% lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang
memilih bersalin di non fasilitas kesehatan sebesar 70%. Hal ini tidak
sesuai dengan Depkes RI, 2009 yang menyatakan bahwa tujuan
persiapan persalinan aman adalah agar ibu hamil dan keluarga tergerak
merencanakan tempat dan penolong persalinan yang aman. Menurut
48
Kemenkes RI 2011, persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dan
ditolong oleh tenaga kesehatan. Ketentuan tersebut juga tertuang
dalam Permenkes 97 tahun 2014 pasal 14 ayat (1) yaitu persalinan
harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses
pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku pencarian pengobatan adalah
perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan
atau mencari pengobatan. Begitu pula halnya dalam pencarian
penolong maupun tempat untuk bersalin.
3. Hubungan Faktor Budaya Dengan Pemanfaatan Fasilitas
Kesehatan Dalam Persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara faktor dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Plaun (2012), bahwa peran budaya dalam pemilihan
pertolongan perslinan pada dukun bersalin masih tinggi dibandingkan
dengan pertolongan persalinan pada bidan/petugas kesehatan.
Penelitian ini juga serupa dengan hasil penelitian Amalia (2011), yakni
ada pengaruh antara tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu, jarak ke
tempat pelayanan kesehatan, sosial budaya dan pendapatan keluarga
dengan pemilihan penolong persalinan.
Menurut Soekanto (2006), kebudayaan terdiri dari segala yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya mencakup
49
segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Setiap manusia mempunyai kebudayaan sendiri. Menurut
Koentjaraningrat (2005), kebudayaan mempunyai sedikitnya tiga wujud
yaitu : wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma, dan peraturan-peraturan, wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat, dan wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Prilaku masyarakat
terhadap kehamilan dan persalinan sangat ditentukan oleh persepsi
atau keyakinan tentang kehamilan dan persalinan yang dimiliki oleh
masyarakat.
Kehidupan masyarakat Indonesia masih terkait erat dengan faktor
budaya yang juga turut mempengaruhi dalam pemanfaatan fasilitas
persalinan. Demikian pula yang terjadi di Kampung Bajo, Wilayah Kerja
Puskesmas Tinanggea, kebiasaan bersalin dilakukan dirumah dengan
kepercayaan yang tinggi terhadap dukun. Hal ini dapat terlihat dari
hasil kuisioner yang menunjukkan bahwa orang pertama yang diminta
pertolongan ketika ibu akan bersalin adalah dukun dan mencari
pertolongan ke puskesmas jika persalinan ibu mengalami hambatan
50
sehingga terkadang ibu terlambat mendapatkan pertolongan
diakibatkan lamanya mencapai puskesmas / fasilitas kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada namun masih
terdapat sebagian kecil ibu bersalin yang memiliki budaya positif tetapi
tidak melakukan persalinan di fasilitas kesehatan. Hal ini dapat
disebabkan oleh adanya faktor lain yang memrpengaruhi ibu dalam
pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan seperti tingkat
pendidikan, pengetahuan ibu, pendapatan ataupun jarak ke tempat
fasilitas kesehatan tersebut. Budaya negatif yang telah lama
berkembang secara turun temurun ini memerlukan waktu dan usaha
yang lebih giat serta kesabaran untuk merubahnya menjadi budaya
positif yaitu budaya yang mendukung pemanfaatan fasilitas kesehatan
dalam persalinan.
4. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Fasilitas
Kesehatan Dalam Persalinan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Agustina
Nursita, dkk (2016), yaitu terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan pertolongan persalinan ibu.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Yanti (2007), bahwa
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan
pelayanan antenatal. Dalam penelitian Yanti (2007), banyak faktor yang
dapat menyebabkan ibu hamil memanfaatkan pelayanan, salah satunya
51
faktor psikologis, dimana dukungan moral dari suami/keluarga memiliki
andil yang besar.
Menurut Kuntjoro dalam Fithriany (2011), dukungan merupakan
informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek
didalam lingkungan. Atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita.
Dukungan moril dari suami/keluarga secara psikologis dapat
memberikan perasaan aman dalam menjalani proses kehamilan
dan persalinan. Selain itu dukungan keluarga memberikan
pengaruh yang besar dalam menentukan pemilian penolong dan
tempat persalinan ( Rusnawati, 2012)
Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga memiliki peran
yang besar dalam mempengaruhi keputusan ibu memilih tempat
bersalin. Keadaan sulit dalam menghadapi persalinan tentunya
memerlukan bantuan baik secara fisik maupun moril dari keluarga,
termasuk dalam membantu mengurus anak ibu dirumah ketika bersalin
di puskesmas. sehingga tanpa dukungan keluarga sangat sulit seorang
ibu untuk bersalin di fasilitas kesehatan. Dalam penelitian ini juga
menunjukkan bahwa tidak semua ibu yang mendapatkan dukungan
dari keluarga memilih bersalin di fasilitas kesehatan. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi ibu dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam persalinan seperti faktor
52
budaya, tingkat pendidikan, pengetahuan ibu, akses ke fasilitas
kesehatan atau pendapatan ibu. Sehingga walaupun ibu memiliki
dukungan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam
persalinan tanpa didukung oleh faktor lainnya, maka pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan tidak tercapai secara optimal.
5. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional
yakni kedua variabel bebas dan terikat diukur pada saat yang
bersamaan, sehingga tidak dapat menjelaskan adanya hubungan
sebab akibat tetapi hubungan yang ada hanya menunjukan hubungan
keterkaitan saja. Penelitian ini mengukur variabel dependent yaitu
pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam persalinan dan variabel
independent yaitu faktor budaya dan dukungan keluarga. Sebenarnya
secara teori banyak faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan, namun penelitian ini hanya
meneliti faktor budaya daan dukungan keluarga ini disebabkan karena
adanya keterbatasan dari peneliti.
Data primer diperoleh dari kuisioner yang telah diisi oleh
responden yang jawabannya sangat subyektif karena berdasarkan apa
yang diingat oleh responden. Bias informasi pada setiap penelitian
kemungkinan selalu ada karena informasi yang diperoleh tergantung
pada kemampuan mengingat kembali serta tergantung dari kejujuran
responden dalam menjawab pertanyaan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Ibu bersalin di fasilitas kesehataan sebesar 30%.
2. Ibu bersalin yang memiliki budaya positif sebesar 38% .
3. Ibu bersalin yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 44%.
4. Ada hubungan antara faktor budaya dan pemanfaatan fasilitas
kesehatan dalam persalinan.
5. Ada hubungan antara faktor dukungan keluarga dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan dalam persalinan.
B. SARAN
1. Bagi semua ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea
khususnya di desa Torokeku dan Bungin Permai, diharapkan agar
bersalin di tolong bidan/petugas kesehatan di fasilitas kesehatan.
2. Bagi Puskesmas Tinanggea.
a. Diharapkan agar Kepala Puskesmas mendukung dan memfasilitasi
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan persalinan di
fasilitas kesehatan / puskesmas.
b. Melakukan kerjasama dan pendekatan dengan aparat desa dan
tokoh masyarakat serta dukun secara berkesinambungan melalui
kemitraan dukun dan bayi, sosialisasi dalam rapat lintas sektor,
melalui Majelis ta‟lim, Karang taruna, kelompok nelayan.
54
c. Melibatkan suami/keluarga dalam setiap sosialisasi atau penyuluhan
khususnya dalam upaya pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam
persalinan.
d. Pemanfaatan optimal stiker P4K dalam persiapan persalinan,
khususnya untuk pemilihan tempat bersalin. Meningkatkan kualitas
anamnesis sehingga bidan mengetahui pengambil keputusan dalam
keluarga dan pada akhirnya keluarga dapat memberikan dukungan
bagi ibu untuk bersalin di fasilitas kesehatan.
3. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan agar penelitian ini bermanfaat
dalam ilmu kebidanan dan penilitian selanjutnya dapat meneliti variabel
lain seperti jarak ke fasilitas kesehatan, pendapatan ibu, pengetahuan
ibu atau variabel lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, R, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC
Agustina, N., Iryanti, H., Maryam, S, 2017. Hubungan Tingkat Ekonomi Dan Dukungan Keluarga Dengan Penolong Persalinan ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambung Mekar Tahun 2016. FKM UNISKA. Jurnal.
Alimul, A, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika Amalia, L, 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemilihan
Penolong Persalinan. Universitas Negeri Gorontalo. Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Dinkes Sultra, 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2015. Kendari : Dinkes Sultra
Dinkes Konsel, 2017. Rekapan Persalinan Konawe Selatan Tahun 2016. Andoolo : Dinkes Konsel
Fitriany, 2011. Faktor- faktor Yang Berhubungan Dengan Keputusan Memilih Layanan Rawat Inap di RS PMI Bogor Tahun 2010. FKM UI
Plaun, A, 2012. Peran Budaya Dan Dukungan Keluarga Dalam Pemilihan Pertolongan Persalinan Pada Dukun Bersalinan Oleh Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kabupaten Manggarai . MKM
Puskesmas Tinanggea, 2017. Rekapan Tahunan PWS KIA tahun 2016. Puskesmas Tinanggea
2016. Profil Puskesmas Tinangea. Puskesmas Tinanggea
Imran, 2011. Sistem Nilai Budaya. Jakarta: Renika Cipta
Kementrian Kesehatan RI. 2009. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI
2011. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI
, 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011.
Jakarta: Kemenkes RI
Koentjaranigrat, 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Lasari, 2012. Pengaruh Faktor Budaya Dalam Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Negara. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Nara, A, 2014. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan,
Jumlah Sumber Informasi Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan Yang Memadai Oleh Ibu Bersalin Di Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur. Universitas Udayana Denpasar. Tesis
Nurmiaty. 2016. Pengaruh Pendidikan Laktasi Dan Dukungan Sosial Pada Ibu Hamil Dan Menyusui Terhadap Pertumbuhan Bayi 0-6 Bulan Di Kota Kendari. Universitas Hasanuddin.
Notoadmojo, S, 2007. Promosi kesehatan dalam Prilaku. Jakarta : EGC.
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Yokyakarta: Nuha Medika.
Rusnawati, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tempat Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Negara Kec. Daha Utara Kab.Hulu Sungai Selatan Prov. Kalimantan Selatan Tahun 2012. Depok:Fakultas Kesehatan Masyarakat
Rukiyah, 2014. Asuhan Kebidanan Jakarta : Trans Info Media
Sastroasmoro, S, 2011. Dasar-dasar metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Soekanto, S, 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiono, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta : Gramedia
Sunarto, A, 2012. Peran Budaya dan Dukungan Keluarga Dalam Pemilihan Pertolongan Persalinan Pada Dukun Bersalin. Tesis
Supriyanto., Ernawati, 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Yokyakarta: Andi Ofset.
Yanti. 2007. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal. Stikes Mataram.
World Health Organization, 2015. Maternal Mortality. Geneva: WHO
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth. Ibu bayi / balita di Desa Torokeku / Bungin Permai
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Kendari Program Studi DIV Kebidanan :
Nama : NIMADE RINIYANTI
NIM : P00312016082
Akan mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Faktor Budaya Dan
Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Dalam
Persalinan Pada Kampung Bajo Di Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea
“. Untuk itu kami mohon bantuan kepada ibu, kiranya bersedia memberikan
informasi dengan cara lembar rekapitulasi terlampir. Kerahasiaan semua
informasi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian, kerjasama dan kesediaannya dalam berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian ini, saya menyampaikan banyak terima
kasih dan berharap informasi anda akan berguna, khususnya dalam penelitian
ini.
Hormat Saya
Nimade Riniyanti
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, bersama ini kami
menyatakan tidak keberatan untuk menjadi responden dalam studi penelitian
yang berjudul “Hubungan Faktor Budaya Dan Dukungan Keluarga Dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Dalam Persalinan Pada Kampung
Bajo Di Wilayah Kerja Puskesmas Tinanggea.”
Demikian pernyataan yang kami buat tanpa ada kepaksaan dan
tekanan dari pihak manapun.
Kendari, 2017
Responden
Lembar Kuesioner
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR BUDAYA DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATAN DALAM PERSALINAN
PADA KAMPUNG BAJO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TINANGGEA
A. Identitas Responden
Nama :…………………………………………………………….
Umur :……………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………….
Suku :………………………………………………………………
Pendidikan Terakhir:
1. Tidak pernah sekolah 5. Tamat SLTA/SMK
2. Tidak Tamat SD 6. Tamat D1/D2/D3
3. Tamat SD 7. Tamat PT/S1/S2/S3
4. Tamat SLTP
Pekerjaan :
1. Tidak Kerja
2. PNS
3. Wiraswasta
4. Petani
5. Nelayan
A. Kuesioner Faktor Budaya
Pilihlah salah satu jawaban yang Anda anggap paling benar.
1. Secara adat istiadat ditempat ibu, dimanakah tempat melahirkan yang
lebih baik dan nyaman?
a. Di rumah
b. Di Puskesmas
2. Menurut kepercayaan di lingkungan ibu, siapakah penolong
persalinan yang paling baik ?
a. Dukun bayi
b. Bidan / petugas kesehatan
3. Secara adat istiadat di tempat ibu, apakah ada larangan untuk bersalin
di Puskesmas / atau tenaga kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
4. Secara adat istiadat kemanakah ibu disarankan untuk bersalin ketika
akan melahirkan?
a. Puskesmas / tenaga kesehatan
b. Dukun bayi
5. Menurut kebiasaan di tempat Ibu, apa yang dilakukan jika ada ibu
bersalin di rumah ditangani oleh dukun bayi tetapi tidak ada kemajuan
persalinan (bayi tidak juga lahir) ?
a. Memanggil dukun lain
b. Membawa ibu ke puskesmas / petugas kesehatan
6. Menurut kebiasaan di tempat ibu, siapakah yang pertama kali diminta
pertolongan ketika akan bersalin?
a. Bidan
b. Dukun
7. Secara adat istiadat di tempat ibu, adakah larangan untuk ke
puskesmas pada malam hari jika ibu akan bersalin?
a. Ya
b. Tidak
8. Menurut kebiasaan di tempat ibu, apakah bayi yang baru lahir harus
dicelupkan segera setelah lahir kedalam air laut ?
a. Ya
b. Tidak
9. Menurut kepercayaan di tempat ibu, apakah air jimat dari sandro/dukun
dapat mengatasi semua masalah dalam persalinan ?
a. Ya
b. Tidak
10. Menurut adat istiadat ibu, apakah melahirkan di puskesmas / Rs lebih
aman daripada melahirkan di rumah?
a. Ya
b. Tidak
11. Menuribut kebiasaan ditempat ibu, apakah ibu yang melahirkan di
puskesmas tidak dipungut biaya (gratis)?
a. Ya
b. Tidak
12. Menurut adat istiadat ditempat ibu apakah percaya persalinannya di
tolong oleh bidan yang belum pernah bersalin ?
a. Ya
b. Tidak
13. Menurut adat istiadat ditempat ibu , apakah percaya jika di puskesmas
ibu ditolong oleh bidan yang umurnya relatif masih muda?
a. Ya
b. Tidak
14. Dalam adat istiadat ibu, apakah tabu jika ibu di periksa atau ditolong
persalinannya oleh dokter laki-laki?
a. Ya
b. Tidak
15. Menurut kepercayaan di tempat ibu, apakah bersalin dirumah lebih baik
karena mendapat pertolongan dari dukun dan roh-roh leluhur ?
a. Ya
b. Tidak
B. KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda (√) pada setiap kolom yang tersedia di
bawah ini sesuai dengan kondisi dan situasi yang ibu alami, dimana
keterangan SL: selalu, S: sering, K: kadang kala, J: jarang, TP: tidak
pernah
No Pernyataan SL S K J TP
1. Suami dan keluarga menyampaikan informasi tentang persalianan di fasilitas kesehatan (puskesmas,rumah sakit) kepada ibu
2. Suami / keluarga membicarakan tentang manfaat melahirkan di fasilitas kesehatan.
3. Suami / keluarga memberi tanggapan yang positif ketika ibu mendiskusikan masalah tentang persalinan difasilitas kesehatan
4. Suami menyediakan dana untuk persalinan ibu
5. Suami tidak pernah memberikan saran ketika ibu menyampaikan maslah kesehatan yang dihadapi
6. Suami menanggapi dengan penuh perhatian masalah ibu dalam menghadapi persalinan
7. Suami memotifasi ibu untuk mencari informasi tentang persalinan di fasilitas kesehatan.
8. Suami menyiapkan kendaraan untuk persalinan ibu
9. Suami mengantar ibu ke puskesmas ketika akan melahirkan.
10. Suami menemani ibu di puskesmas / faskes ketika sedang bersalin
11. Dalam memilih tempat persalinan, ibu membicarakannya terlebih dahulu dengan suami/keluarga
12. Menurut keluarga puskesmas / Rs merupakan tempat bersalin yang paling baik
13. Suami mengurus semua keperluan yang ibu butuhkan selama bersalin di puskesmas / Rs
14. Keluarga mengurus rumah / anak ibu selama ibu bersalin di Puskesmas / Rs
15. Suami dan keluarga sangat mempercayai dukun beranak dalam membantu persalinan ibu
C. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Dalam persalinan
Ibu melakukan persalinan dimana?
a. Fasilitas Kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit)
b. Non Fasilitas Kesehatan ( Rumah, dukun)
MASTER TABEL
HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS KESEHATANDALAM PERSALINAN PADA KAMPUNG BAJO DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TINANGGEA
NO NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT SKOR
BUDAYA
SKOR DUKUNGAN KELUARGA
PEMANFAATAN FASKES
1 Ny. D 35 SD Nelayan Torokeku 13 65 2
2 Ny. N 25 SLTP wiraswasta Torokeku 13 50 2
3 Ny. H 25 SLTP wiraswasta Torokeku 13 58 2
4 Ny. P 27 SLTP Nelayan Torokeku 13 56 2
5 Ny. D 38 SLTP Nelayan Torokeku 12 70 2
6 Ny. M 23 SD Nelayan Torokeku 13 61 2
7 Ny. D 36 SMA Nelayan Torokeku 13 56 2
8 Ny. D 28 SLTP Nelayan Torokeku 10 61 2
9 Ny. N 22 SLTP Nelayan Torokeku 10 53 2
10 Ny. A 25 SD Nelayan Torokeku 8 53 2
11 Ny. S 32 SLTP Nelayan Torokeku 13 70 2
12 Ny. L 25 SD Nelayan Torokeku 9 50 1
13 Ny. N 30 SD Nelayan Torokeku 7 35 1
14 Ny. R 41 SD Nelayan Torokeku 5 30 1
15 Ny. R 37 SLTP Nelayan Torokeku 4 30 1
16 Ny. S 39 SLTP wiraswasta Torokeku 10 50 1
17 Ny. N 36 SD Nelayan Torokeku 5 24 1
18 Ny. F 28 SLTP Nelayan Torokeku 6 25 1
19 Ny. W 22 SLTP Nelayan Torokeku 8 40 1
20 Ny. N 36 SLTP wiraswasta Torokeku 9 56 1
21 Ny. W 42 SD Nelayan Torokeku 4 24 1
22 Ny. N 22 SD Nelayan Torokeku 7 27 1
23 Ny. N 40 SD Nelayan Torokeku 7 43 1
24 Ny. R 39 TS Nelayan Bungin. P 6 22 1
25 Ny. E 18 SD Nelayan Bungin. P 9 26 1
26 Ny. N 20 SLTP Nelayan Bungin. P 9 56 1
27 Ny. M 33 SD Nelayan Bungin. P 6 50 1
28 Ny. C 36 TS Nelayan Bungin. P 4 24 1
29 Ny. S 20 SLTP Nelayan Bungin. P 8 23 1
30 Ny. M 20 SD Nelayan Bungin. P 5 26 1
31 Ny. Y 24 SMA wiraswasta Bungin. P 10 43 2
32 Ny. K 30 TS Nelayan Bungin. P 6 26 1
33 Ny. S 35 TS Nelayan Bungin. P 7 60 1
34 Ny. D 30 SD Nelayan Bungin. P 6 34 1
35 Ny. N 23 SMA Nelayan Bungin. P 7 45 2
36 Ny. N 20 SD Nelayan Bungin. P 8 62 1
37 Ny. H 34 SD wiraswasta Bungin. P 13 59 2
38 Ny. A 30 TS Nelayan Bungin. P 7 60 1
39 Ny. F 25 SD Nelayan Bungin. P 8 26 1
40 Ny. N 30 TS Nelayan Bungin. P 5 21 1
41 Ny. R 29 TS Nelayan Bungin. P 11 51 1
42 Ny. L 23 SD Nelayan Bungin. P 7 28 1
43 Ny. I 25 SD Nelayan Bungin. P 5 24 1
44 Ny.ND 28 SLTP Nelayan Bungin. P 3 22 2
45 Ny. S 25 SD Nelayan Bungin. P 6 24 1
46 Ny. N 34 SD Nelayan Bungin. P 7 25 1
47 Ny. H 27 SD Nelayan Bungin. P 6 31 1
48 Ny. A 35 SD Nelayan Bungin. P 4 25 1
49 Ny. R 27 SD Nelayan Bungin. P 11 26 1
50 Ny. F 30 SD Nelayan Bungin. P 4 27 1
Frequencies
Statistics
Budaya Dukungan Fasilitas kesehatan
N Valid 50 50 50
Missing 0 0 0
Frequency Table
Budaya
Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Budaya negatif 31 62.0 62.0 62.0
Budaya positif 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Dukungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tidak mendapat dukungan
28 56.0 56.0 56.0
Mendapat dukungan
22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Fasilitas kesehatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Non fasilitas
kesehatan 35 70.0 70.0 70.0
Fasilitas kesehatan
15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Budaya * Fasilitas
kesehatan 50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Budaya * Fasilitas kesehatan Crosstabulation
Fasilitas kesehatan
Total Non
fasilitas kesehata
n
Fasilitas kesehata
n
Budaya
Budaya negatif
Count 28 3 31
% within Budaya
90.3% 9.7% 100.0%
% within Fasilitas
kesehatan 80.0% 20.0% 62.0%
% of Total 56.0% 6.0% 62.0%
Budaya positif
Count 7 12 19
% within Budaya
36.8% 63.2% 100.0%
% within Fasilitas
kesehatan 20.0% 80.0% 38.0%
% of Total 14.0% 24.0% 38.0%
Total
Count 35 15 50
% within Budaya
70.0% 30.0% 100.0%
% within Fasilitas
kesehatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.044a 1 .000
Continuity Correctionb 13.599 1 .000
Likelihood Ratio 16.366 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association
15.723 1 .000
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.70.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Budaya (Budaya negatif / Budaya positif)
16.000 3.527 72.583
For cohort Fasilitas kesehatan = Non fasilitas kesehatan
2.452 1.346 4.467
For cohort Fasilitas kesehatan = Fasilitas kesehatan
.153 .050 .474
N of Valid Cases 50
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan * Fasilitas kesehatan
50 100.0% 0 0.0% 50 100.0%
Dukungan * Fasilitas kesehatan Crosstabulation
Fasilitas kesehatan Total
Non fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan
Dukungan
tidak mendapat dukungan
Count 26 2 28
% within Dukungan
92.9% 7.1% 100.0%
% within Fasilitas
kesehatan 74.3% 13.3% 56.0%
% of Total 52.0% 4.0% 56.0%
Mendapat dukungan
Count 9 13 22
% within Dukungan
40.9% 59.1% 100.0%
% within Fasilitas
kesehatan 25.7% 86.7% 44.0%
% of Total 18.0% 26.0% 44.0%
Total
Count 35 15 50
% within Dukungan
70.0% 30.0% 100.0%
% within Fasilitas
kesehatan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 70.0% 30.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square
15.832a 1 .000
Continuity Correctionb
13.455 1 .000
Likelihood Ratio 16.909 1 .000
Fisher's Exact Test
.000 .000
Linear-by-Linear Association
15.515 1 .000
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.60.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Dukungan (tidak mendapat dukungan / Mendapat dukungan)
18.778 3.533 99.808
For cohort Fasilitas kesehatan = Non fasilitas kesehatan
2.270 1.359 3.790
For cohort Fasilitas kesehatan = Fasilitas kesehatan
.121 .030 .480
N of Valid Cases 50
DOKUMENTASI PENGISIAN KUISIONER DI KAMPUNG BAJO
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TINANGGEA