skripsi pengaruh relaksasi nafas dalam dan …

89
SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2018 FEBRIANI SYAFITRI P07524414017 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

SKRIPSI

PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS

NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN

TAHUN 2018

FEBRIANI SYAFITRI P07524414017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Page 2: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

SKRIPSI

PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS

NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN

TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan

FEBRIANI SYAFITRI P07524414017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN

PRODI D IV KEBIDANAN TAHUN 2018

Page 3: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 4: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 5: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Medan, saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Febriani Syafitri

NIM : P07524414017

Program Studi : D IV Kebidanan

Jurusan : Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclusive

Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang berjudul Pengaruh Relaksasi Nafas

Dalam Dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 13 Medan Tahun 2018.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatikan. mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Medan, Juli 2018 Yang Menyatakan

Febriani Syafitri

Page 6: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

PERNYATAAN

PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA

PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2018 Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2018

Febriani Syafitri P07524414017

Page 7: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN SKRIPSI, JULI 2018

Febriani Syafitri [email protected]

Pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan Tahun 2018

x + 58 halaman + 9 tabel + 5 gambar + 4 skema + 14 lampiran

ABSTRAK

Dismenore adalah nyeri perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung

yang disebabkan oleh peningkatan hormon prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi. Angka kejadian dismenore primer di Indonesia sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore menyebabkan terhambatnya pekerjaan pada sekitar 34-50% wanita dan 40% absen dari sekolah. Terapi menggunakan nonfarmakologis untuk menurunkan intensitas nyeri salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan relaksasi nafas dalam dan massage effleurage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang lebih besar antara relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimental (Eksperimen Semu) dengan rancangan penelitian two group comparison pretest-posttest design. Populasi siswi SMA Negeri 13 Medan dengan sampel 40 orang menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji paired t-test.

Penurunan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam sebesar 4,70 skala nyeri sedangkan massage effleurage 4,25 skala nyeri. Hasil uji paired t-test p = 0,000 < α (0,05). Nilai korelasi relaksasi nafas dalam > Nilai korelasi massage effleurage.

Relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore dibandingkan massage effleurage. Bagi remaja putri yang mengalami dismenore, relaksasi nafas dalam atau massage effleurage dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri dismenore yang mereka alami.

Kata Kunci : Dismenore, Relaksasi Nafas Dalam, Massage Effleurage Bahan bacaan : 19 (2012-2017)

Page 8: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH EXTENTION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY THESIS, JULY 2018

Febriani Syafitri [email protected] The Effect of deep breathing relaxation and massage effleurage to decrease the intensity of dysmenorrhea pain in adolescent girls in Senior High School 13 Medan 2018

x + 58 pages+ 9 table + 5 pictures + 4 schemes 14 attachments

ABSTRACT

Dysmenorrhea is lower abdominal pain, waist and even back caused by the

increase of hormone prostaglandin which makes the uterine muscles (uterus) contract. The incidence of primary dysmenorrhea in Indonesia is 54.89% while the rest are secondary type sufferers. Dysmenorrhea causes inhibition of occupation in approximately 34-50% of women and 40% absent from school. Non-pharmacological therapy to reduce pain intensity can be done by using breath relaxation in effleurage and massage. This study aims to determine the greater influence between deep breathing relaxation and massage effleurage to decrease the intensity of dysmenorrhea pain.

The type of research used in this study was Quasi Experimental (Quasi Experiment) with a two group comparison pretest-posttest design. The population is Students of Senior High School 13 of Medan with sample is 40 respondent using purposive sampling technique.

The mean decrease in pain intensity before and after deep breathing relaxation was 4.70 pain scale while massage effleurage 4.25 pain scale. The result of paired t-test p = 0,000 <α (0,05). Correlation value of deep breathing relaxation > Correlation value of massage effleurage.

Deep breathing relaxation is more effective in reducing the intensity of dysmenorrhea pain than effleurage massage. For teenagers who experience dysmenorrhea, deep breathing relaxation or effleurage massage can be used to reduce the intensity of dysmenorrhea pain.

Keywords : Dysmenorrhea, Deep Breathing Relaxation, Massage Effleurage Reference : 19 (2012-2017)

Page 9: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Relaksasi Nafas Dalam & Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 13 Medan Tahun 2018”, sebagai salah

satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi

D IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Dalam penyusunan skiripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih yang tulus kepada:

1. Dra. Ida Nurhayati,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI

Medan.

2. Betty Mangkuji, SST,M.Keb Selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes RI Medan.

3. Melva Simatupang, SST,M.Kes selaku ketua prodi D IV Kebidanan periode

2014/2018 Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.

4. Yusniar Siregar, SST,M.Kes selaku ketua prodi D IV Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes RI Medan periode selanjutnya.

5. Yulina Dwi Hastuty S.Kep,Ners.M.Biomed selaku pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi dan

bersedia memberikan masukan, kritik, dan saran dalam menyelesaikan skiripsi

ini.

6. Suswati,SST,M.Kes selaku pembimbing pendamping sekaligus penguji pertama

yang telah meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk berkonsultasi

dan memberikan kritikan serta saran dalam penulisan skiripsi ini.

7. Eva Mahayani,SST,M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan kritikan

dan masukan dalam penulisan skiripsi ini.

8. Harryjun K Siregar, SST, FT, M.Fis selaku enumerator dalam penelitian ini yang

telah memberikan pelatihan, kritikan, masukan dan saran dalam penulisan skripsi

ini.

9. Kepala SMA Negeri 13 Medan selaku pimpinan SMA Negeri 13 Medan yang

telah mengizinkan untuk melakukan penelitian dan membimbing dalam

pembuatan skiripsi ini.

10. Adik-adik SMA Negeri 13 Medan yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Page 10: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

11. Hormat dan kasih sayang yang besar ananda kepada kedua orang tua,

ayahanda tercinta dan ibunda tersayang yang telah membesarkan, membimbing

dan mengasuh penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang yang selalu

menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk penulis dan juga telah memberikan

dukungan moril dan material sehingga skiripsi ini dapat diselesaikan.

12. Keluarga besar Rachmat Avandy Laadi, SH, Rosa M A Laadi, S.Psi, Imam Ali

Akbar Laadi, S.Kom dan Ibunda Rosmala Dewi Zebua yang selalu membantu

dan mendukung penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

13. Teman satu bimbingan Yolanda Damaris,Str.Keb dan Rini Amalia Batubara,

STr.Keb, yang selalu mendukung, bekerja sama dan saling memotivasi selama

penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini.

14. Saudara Angkat terkasih dan tersayang (Precious Family) Kak Rumelia Lubina

Br Sembiring, SST,M.Keb, Kak Eka Safitri Pandia, Amd.Keb, Kak Insyirah

Sembiring, STr.Keb, Kak Pindi Seprilla, Amd.Keb, dan Fitria Amelia yang selalu

mendukung, memotivasi dan membantu penyusunan skripsi ini hingga selesai.

15. Khaira Ulma, Andita Sahasrani Fitri, Eva Nuningsih (Madifiva) yang selalu

mendukung dan memotivasi penulis selama penyusunan hingga penyelesaian

skripsi ini.

16. Sahabat penulis Natalia Girsang, Hafizah Nurwindayu, Sharfina Haslin, Ayu, Rika

Wita Sandi, Desy Simpan Hati, Kak Mairida Hasanah, Yolanda Riski dan Welan

Sari yang selalu mengingatkan dan memotivasi hingga penyelesaian skripsi ini.

17. Keluarga besar Babarsari Tante Lina, Kak Siska, Kak Ayu Febrina, Wilfa

Muslimah Sihaloho, Novita Yolanda Tambunan, Prawita Sila Oktavina, yang tak

pernah henti mengingatkan, mendukung, saling memotivasi dan saling

membantu dalam keadaan apapun hingga penulis dapat sampai ditahap ini dan

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

18. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes Medan

yang telah memberikan dorongan moril terhadap penulis dalam pembuatan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skiripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari

teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya skiripsi ini. Semoga

dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2018

Febriani Syafiri

Page 11: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK .......................................................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................... iii DAFTAR ISI ....................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................ viii DAFTAR SKEMA ............................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3 C. Tujuan ................................................................................................. 3

C.1. Tujuan Umum ............................................................................. 3 C.2. Tujuan Khusus ........................................................................... 4

D. Manfaat .............................................................................................. 4 D.1. Teoritis ........................................................................................ 4 D.2. Praktis ......................................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ............................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7 A. Tinjauan Teori .................................................................................... 7

A.1. Masa Pubertas ........................................................................... 7 A.2. Remaja ....................................................................................... 7 A.3. Menstruasi .................................................................................. 9 A.4. Dismenore .................................................................................. 10 A.5. Terapi Nafas Dalam (Deep Breathing Exercise) ....................... 17 A.6. Massage Effleurage ................................................................... 19 A.7. Konsep Nyeri .............................................................................. 24

B. Kerangka Teori ................................................................................... 33 C. Kerangka Konsep .............................................................................. 34 D. Definisi Operasional ........................................................................... 34 E. Hipotesis ............................................................................................. 36

BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 37 A. Jenis Dan Desain Penelitian ............................................................. 37 B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................ 38

B.1. Lokasi Penelitian (Lokus) .......................................................... 38 B.2. Waktu Penelitian ........................................................................ 38

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ...................................................... 38 C.1. Populasi ..................................................................................... 38 C.2. Sampel....................................................................................... 38

D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data .................................................. 39 E. Prosedur Penelitian ............................................................................ 41 F. Pengolahan Dan Analisis Data .......................................................... 42 F.1. Pengolahan Data ........................................................................ 42 F.2. Analisis Data ............................................................................... 43

Halaman

Page 12: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 44 A. Hasil Penelitian ................................................................................. 44 B. Pembahasan ..................................................................................... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 56 A. Kesimpulan ....................................................................................... 56 B. Saran ................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 58 LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 5 Tabel 1.2 Perbedaan penelitian....................................................................... 6 Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia ................................ 15 Tabel 2.4 Defenisi Operasional ....................................................................... 34 Tabel 4.1 Intensitas nyeri kelompok relaksasi nafas dalam ........................... 44 Tabel 4.2 Intensitas nyeri kelompok massage effleurage ............................... 45 Tabel 4.3 Perbedaan Intensitas nyeri relaksasi nafas dalam ......................... 46 Tabel 4.4 Perbedaan Intensitas nyeri massage effleurage ............................ 46 Tabel 4.5 Efektivitas relaksasi nafas dalam dan massage effleurage ............ 47

Halaman

Page 14: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Palm Stroking ........................................................................... 19 Gambar 2.2 Thumb Stroking ........................................................................ 19 Gambar 2.3 Finger Stroking ......................................................................... 19 Gambar 2.4 Skala Nyeri Muka ..................................................................... 31 Gambar 2.5 Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale) ...... 32

Halaman

Page 15: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori ...................................................................... 33 Skema 2.2 Kerangka Konsep .................................................................. 34 Skema 3.1 DesainPenelitian .................................................................... 37 Skema 3.2 Prosedur Penelitian ............................................................... 41

Page 16: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat permohonan Izin Penelitian Ke Dinas Pendidikan 2. Surat Balasan Dinas Pendidikan 3. Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 13 Medan 4. Etical Clearance 5. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 6. Informed Consent Menjadi Responden 7. Lembar Observasi (Pre Test) 8. Lembar Observasi (Post Test) 9. Prosedur Relaksasi Nafas Dalam 10. Prosedur Massage Effleurage 11. SOP Relaksasi Nafas Dalam 12. SOP Massage Effleurage 13. Hasil Uji Statistik 14. Lembar Konsultasi

Page 17: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), masa remaja adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu

terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga

mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik,

mental, maupun peran sosial (Sari, 2013).

Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh

dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas). Salah satu tanda seorang wanita

mulai memasuki masa pubertas adalah menstruasi, menstruasi adalah proses

peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh

darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang

masa menopause yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun (Sari,2013).

Menstruasi merupakan proses alamiah dan fisiologis pada seorang wanita.

Pada remaja awal, menstruasi kadang menimbulkan ketakutan dan

kekhawatiran, sebab ketika menstruasi datang biasanya disertai beberapa

keluhan salah satunya adalah nyeri haid (Dismenore). Dismenore didefinisikan

sebagai gejala kekambuhan atau dalam istilah medis disebut catmenial pelvic

pain, merupakan keadaan seorang perempuan mengalami nyeri saat menstruasi

yang berefek buruk menyebabkan gangguan melakukan aktivitas harian karena

nyeri yang dirasakannya. Kondisi inidapat berlangsung 2 hari atau lebih dari

lamanya hari menstruasi yang dialami setiap bulan (Afiyanti& Pratiwi, 2016).

Angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi. Studi di Iran 2015

mengatakan bahwa sekitar 29-90% wanita di dunia terkena dismenore setiap

menstruasi. Selain itu, pada statistik ditunjukkan 10-12% wanita menderita

dismenore primer. Dismenore menyebabkan terhambatnya pekerjaan pada

sekitar 34-50% wanita, 40% absen dari sekolah disebabkan oleh dismenore.

Menurut laporan tahunan di Amerika Serikat, dismenore menyebabkan hilangnya

sekitar 600 juta jam kerja atau dua juta dolar setiap tahunnya dan mengurangi

kualitas kinerja wanita (Khodakarami, Masoumi, et al, 2015).

Page 18: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Di India tahun 2013 insiden dismenore sekitar 33,5% pada remaja putri. Nag

George dan Bhaduri menemukan dismenore menjadi masalah umum di India

dengan prevalensi 87,87% (Shah, Monga, et al). Di Irak 2013, Prevalensi

dismenore di antara mahasiswa Universitas Hong Kong dilaporkan 80% (95% CI;

75, 85%). Studi yang dilakukan di Irak mengungkapkan bahwa frekuensi

dismenore diperkirakan 85,31%. (Chia, Lai, et al, 2013)

Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89% sedangkan

sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenore menyebabkan 14% dari

pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-

hari. Prevalensi dismenore primer di Indonesia cukup tinggi yaitu 60-70 % dan

15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat, pada umumnya terjadi pada usia

remaja dan dewasa.

Wanita yang mengalami dismenore primer tidak dapat melakukan kegiatan

olah raga atau berkonsentrasi dalam belajar karena rasa nyeri yang mereka

rasakan begitu hebat, penurunan kualitas hidup ini juga dapat dirasakan oleh

wanita yang sudah bekerja karena nyeri haid yang hebat, aktifitas kerja jadi

terganggu sehingga tidak dapat melakukan tugas dengan maksimal. Masalah ini

biasanya tidak terdiagnosa dan tidak diberikan perawatan (Purwanti,2013).

Terapi menggunakan metode nonfarmakologis untuk menurunkan intensitas

nyeri salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan massage effleurage

dan teknik nafas dalam. Effleurage adalah bentuk masage dengan menggunakan

telapak tangan yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan

arah sirkular secara berulang. Teknik ini bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi

darah, memberi tekanan dan menghangatkan otot abdomen serta meningkatkan

relaksasi fisik dan mental. Effleurage merupakan teknik massage yang aman,

mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan banyak alat, tidak memerlukan biaya,

tidak memiliki efek samping dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan

orang lain (Tikamala, 2016).

Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik melakukan nafas dalam, nafas

lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan (Smeltzer &

Bare, 2002). Selain melakukan nafas dalam, klien diarahkan untuk

berkonsentrasi pada daerah yang mengalami ketegangan otot (Potter & Pery,

2005). Relaksasi secara umum sebagai metode yang paling efektif terutama

pada pasien yang mengalami nyeri. (Hapsari&Anasari,2013).

Page 19: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari

relaksasi nafas dalam seperti Retno Wida Hapsari (2013) mendapatkan hasil

yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore. Sedangkan, Trie

Wahyu Agustina (2016) mendapatkan hasil bahwa massage effleurage juga

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri

dismenore. Namun, belum diketahui manakah di antara kedua kedua terapi ini

yang memiliki pengaruh lebih besar dalam menurunkan intensitas nyeri

dismenore.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan berdasarkan

wawancara peneliti dengan guru piket di UKS di SMA Negeri 13 Medan

didapatkan keterangan bahwa sering kali siswi-siswi perempuan yang masuk ke

UKS disebabkan karena mengalami dismenore dan biasanya sering minta izin

pulang sebelum jam pulang sekolah dengan alasan mereka tidak sanggup

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Upaya penanganan dismenore yang

dilakukan oleh sebagian siswi adalah mengoleskan minyak kayu putih pada

daerah nyeri, tiduran, dan minum obat pengurang rasa sakit.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage

terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri

13 Medan tahun 2018.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui bagaimanakah

pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan

intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan tahun

2018?

C. Tujuan C.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage

effleurage terhadap penurunan skala nyeri dismenore terhadap remaja putri di

SMA Negeri 13 Medan.

Page 20: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

C.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan

relaksasi nafas dalam pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.

b. Mengetahui intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan

massage effleurage pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.

c. Mengetahui perbedaan rata-rata intensitas nyeri dismenore sebelum

dan sesudah diberikan relaksasi nafas dalam pada remaja putri di SMA

Negeri 13 Medan.

d. Mengetahui perbedaan rata-rata intensitas nyeri dismenore sebelum

dan sesudah diberikan massage effleurage pada remaja putri di SMA

Negeri 13 Medan.

e. Mengetahui efektifitas pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage

effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja

putri di SMA Negeri 13 Medan.

D. Manfaat D.1. Teoritis

a. Institusi

Sebagai tambahan referensi tentang Pengaruh relaksasi nafas dalam

dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore

terhadap remaja putri di SMA Negeri 13 Medan untuk menambah

wawasan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Medan.

D.2. Praktis

a. Lahan praktek

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan bagi guru piket UKS di SMA Negeri 13 Medan sehingga

siswi yang mengalami dismenore mendapatkan pelayanan khususnya

mengenai relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap

penurunan intensitas nyeri dismenore.

Page 21: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

b. Remaja putri

Relaksasi nafas dalam dan massage effleurage yang diperoleh dari

penelitian ini diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri dismenore pada

remaja putri.

c. Peneliti Lain

Sebagai bahan perbandingan dan masukan untuk melakukan penelitian

selanjutnya tentang pelaksanaan pengaruh relaksasi nafas dalam dan

massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore

dengan jenis penelitian lain atau penambahan variabel penelitian yang

lebih lengkap dengan metode penelitian yang berbeda.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian

Nama, Tahun dan

Tempat Penelitian

Rancangan Penelitian

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Trie Wahyu Agustina

1. Pre Eksperimen

2. Metode one group pretest-posttest

Bebas: Effleurage massage aromatherapy jasmine Terikat:

Penurunan skala intensitas dismenore

Hasil uji statistik menggunakanpaired t-test diperoleh asymp.sig (2-tailed) 0,000 <

0,05.

2. Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat terhadap penurunan intensitas

Retno Wida Hapsari & Tri Anasari

Quasi Eksperimental Design

Two group comparison pretest-

Bebas: Teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat Terikat:

Penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sebesar 2,400. Hasil uji

Page 22: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

dismenore pada remaja putri di SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO

posttest design

Penurunan skala intensitas dismenore

paired t-test p=0,000 < α (0,05).

Tabel 1.2 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

Pembeda Trie Wahyu Agustina Retno Wida Hapsari

& Tri Anasari Febriani Syafitri

Judul Penelitian

Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Efektifitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat terhadap penurunan intensitas dismenore pada remaja putri di SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO

Pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage

terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore terhadap remaja putri di SMA Negeri13 Medan

Tahun, Tempat Penelitian

2016, Yogyakarta 2013, Purwokerto 2018, Medan

Rancangan Penelitian

Pre Eksperimen

Metode one group pretest-posttest

Quasi Eksperimental Design

Two group comparison pretest-posttest design

Quasi Eksperimental Design

Two group comparison pretest-posttest design

Variabel Penelitian

Variabel Bebas: Effleurage massage

aromatherapy jasmine

Variabel Terikat: Penurunan skala

intensitasdismenore

Variabel Bebas: Teknik relaksasi nafas dalam dan

metode pemberian cokelat

Variabel Terikat: Penurunan skala

intensitas dismenore

Variabel Bebas: Teknik relaksasi nafas dalam dan

Massage Effleurage

Variabel Terikat: Penurunan skala

intensitas dismenore

Page 23: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori A.1. Masa Pubertas

Masa pubertas adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai dengan

perubahan-perubahan pada perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada

periode sebelumnya dalam rentang kehidupan manusia. Karakteristik pertama

dari masa pubertas adalah masa pubertas sebagai periode yang tumpang tindih,

dikarenakan terjadi tumpang tindih antara tahun terakhir kanak-kanak dengan

awal masa remaja. Selama masa pubertas, anak mulai matang secara seksual

anak dan lebih dikenal sebagai remaja muda.

Karakteristik kedua, masa pubertas adalah periode yang singkat, karena

hanya berlangsung selama 2-4 tahun.Selama ini pula banyak terjadi perubahan

dan berlangsung sangat cepat. Meskipun demikian, ternyata bagi sebagian

pubertas memerlukan waktu sekitar 3-4 tahun untuk menyelesaikan masa

peralihan menjadi orang dewasa, sehingga dianggap sebagai pubertas yang

lambat matang, dan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa anak

pubertas perempuan lebih cepat matang ketimbang pubertas laki-laki.

Karakteristik yang ketiga adalah masa pertumbuhan dan perubahan yang

cepat dikarenakan masa pubertas merupakan salah satu dari dua periode

rentang kehidupan manusia yang mengalami pertumbuhan sangat pesat,

terutama pada pertumbuhan fisik (Herri Zan Pitter, 2013).

A.2. Remaja A.2.1. Pengertian

Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah lain, seperti

puberteit, adolescene, dan youth. Remaja atau adolescene (Inggris), berasal dari

bahasa Latin “adolescene” yang berarti tumbuh ke arah kematangan.

Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga

kematangan social dan psikologi.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

menurut peraturan menteri kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja adalah

Page 24: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut sensus

penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di

Dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah

penduduk dunia (WHO, 2014 dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

A.2.2. Batasan Usia Remaja

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak

berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari

masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan

usia remaja.

Dengan demikian dari segi program pelayanan, defenisi remaja yang

digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19

tahun dan belum kawin. Sementara itu menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan

Perlindungan Hak Reproduksi) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan

belum menikah. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014)

A.2.3. Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur

Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a) Lebih dekat dengan teman sebaya.

b) Ingin bebas.

c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

d) Mulai berpikir abstrak.

2. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)

a) Mencari identitas diri.

b) Timbul keinginan untuk berkencan.

c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.

d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

Page 25: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

e) Berkhayal tentang aktivitas seks.

3. Remaja akhir

a) Pengungkapan kebebasan diri.

b) Lebih efektif dalam mencari teman sebaya.

c) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri.

d) Dapat mewujudkan rasa cinta.

A.2.4. Perubahan fisik pada masa remaja

Masa remaja terjadi ketika seseorang mengalami perubahan struktur tubuh

dari anak-anak menjadi dewasa (pubertas).Pada masa ini terjadi suatu

perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk didalamnya

pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai

kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi

reproduksi.Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi

adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (Menarche). (Kumalasaridan

Andhyantoro,2013)

A.3. Menstruasi

Haid (Menstruasi) ialah proses peluruhan lapisan dalam atau endometrium

yang banyak mengandung pembuluh darah dari uterus melalui vagina.

Menstruasi merupakan perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa

alat kandungan dalam tubuh seorang wanita menjalankan fungsinya.Pangjang

siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya

haid yang baru.Hari mulainya perdaarahan dinamakan hari pertama siklus.

Panjang siklus haid yang dianggap normal biasanya 28 hari, tetapi variasinya

cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang

sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 – 35 hari.

(Haryono,2016)

Page 26: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

A.4. Dismenore A.4.1. Defenisi

Dismenore (dysmenorrhea) adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu

haid/menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan

yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun

panggul.Gangguan sekunder menstruasi yang paling dikeluhkan adalah nyeri

sebelum, saat atau sesudah menstruasi.Nyeri tersebut timbul akibat adanya

hormone prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim) berkontraksi.Bila

nyerinya ringan dan masih dapat beraktivitas berarti masih wajar.Namun, bila

nyeri yang terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktivitas ataupun tidak

mampu melakukan aktivitas, maka termasuk pada gangguan.Nyeri dapat

dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.

Dismenore yang sering terjadi adalah dismenore fungsional (wajar) yang

terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat penekanan pada

kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenore akan menghilang atau

membaik seiring hari berikutnya menstruasi. Dismenore yang non fungsional

(abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang dirasakan terus menerus, baik

sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya.Kalau hal itu terjadi,

penyebab paling sering yang dicurigai adalah endometriosis atau kista ovarium.

A.4.2. Etiologi

Penyebab dismenore bermacam-macam, bisa karena penyakit (radang

panggul), endometriosis, tumor atau kelainan uterus, selaput dara atau vagina

tidak berlubang, stress atau cemas yang berlebihan. Penyebab lain dari

dismenore diduga terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada

hubungan dengan organ reproduksi.

A.4.3. Klasifikasi Dismenore

Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya

kelainan atau sebab yang dapat diamati.

Page 27: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

a. Dismenore berdasarkan jenis nyeri

- Dismenore Spasmodik

Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah

perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.Dismenore

spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40

tahun ke atas.Sebagian wanita yang mengalami dismenore spasmodic,

tidak dapat melakukan aktivitas.

Tanda dismenore spasmodic, antara lain:

1) Pingsan

2) Mual

3) Muntah

4) Dismenore spasmodic dapat dikurangi atau diobati dengan

melahirkan, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.

- Dismenore Kongesif

Dismenore kongesif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid

datang.Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang

dari 2 minggu.Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri.

Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenore kongesif akan

merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongesif,

antara lain:

1) Pegal (pada bagian paha)

2) Sakit pada daerah payudara

3) Lelah

4) Mudah tersinggung

5) Kehilangan keseimbangan

6) Ceroboh

7) Gangguan tidur

b. Dismenore berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab

- Dismenore Primer

Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca

menarche (menstruasi yang pertama kali).Hal itu karena siklus

menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche biasanya

bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri.Rasa nyeri timbul sebelum

Page 28: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa

jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung sampai

beberapa hari.Sifat nyeri adalah kejang yang berjangkit, biasanya

terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat ke daerah pinggang dan

paha.Nyeri dapat disertai mual, muntah, sakit kepala dan

diare.Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian

besar disebabkan oleh dismenore primer.

Beberapa faktor berikut ini memegang peranan penting sebagai

penyebab dismenore primer, antara lain:

1) Faktor kejiwaan

Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika tidak

mendapat penyuluhan yang baik tentang proses menstruasi, mudah

mengalami dismenore primer. Faktor ini bersama dismenore

merupakan kandidat terbesar insomnia. (Wiknjosastro, 1999)

2) Faktor konstitusi

Faktor ini erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap nyeri.Faktor-faktor ini adalah

anemia, penyakit menahun, dan sebagainya. (Wiknjosastro, 1999)

3) Faktor obstruksi kanalis servikalis (leher rahim)

Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan dismenore

primer adalah stenosis kanalis servikalis.Sekarang hal tersebut tidak

lagi dianggap sebagai faktor penting sebagai penyebab dismenore

primer, karena banyak perempuan menderita dismenore primer tanpa

stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi, begitu juga

sebaliknya.Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium

dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi

kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

4) Faktor endokrin

Umumnya ada gangguan bahwa kejang yan terjadi pada dismenore

primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.Hal itu

disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi (fase

pramenstruasi) memproduksi prostaglandin F2 alfa yang

menyebabkan kontraksi otot polos.Jika jumlah prostaglandin F2 alfa

berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore,

Page 29: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea (mual), dan muntah

(Wiknjosastro, 1999).

- Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan congenital atau

kelainan organic di pelvis yang terjadi pada masa remaja. Rasa nyeri

yang timbul diakibatkan Karena adanya kelainan pelvis, misalnya

endometriosis, mioma uteri (tumor jinak kandungan), stenosis serviks dan

malposisi uterus. Dismenore yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu

gangguan tertentu biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, tetapi jarang

terjadi pada tahun-tahun pertama setelah menarche. Dismenore

merupakan nyeri bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi

uterus oleh progesterone yang dilepaskan saat pelepasan endometrium.

Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung dan paha,

seringkali disertai mual pada sebagian perempuan (Dr. Dito Anugrah,

Majalah Dokter Kita, Edisi 7-Thn II-Juli 2007)

A.4.4. Faktor Resiko Dismenore

Menurut Harlow (1996), faktor-faktor resiko berikut ini berhubungan

dengan episode dismenorea yang berat (Severe episodes of dysmenorrheal):

1. Menstruasi pertama pada usia amat dini <11 tahun (earlier age at

menarche).

Pada usia<11 tahun jumlah folikel-folikel ovary primer masih dalam

jumlah sedikit sehingga produksi estrogen masih sedikit juga.

2. Kesiapan dalam menghadapi menstruasi

Kesiapan sendiri lebih banyak digabungkan dengan faktor

psikologis.Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat,

khususnya thalamus dan korteks.Derajat penderitaan yang dialami akibat

rangsang nyeri sendiri dapat tergantung pada latar belakang pendidikan

penderita.Pada dismenore, faktor pendidikan dan faktor psikologis sangat

berpengaruh.Nyeri dapat ditimbulkan atau diperberat oleh keadaan

psikologis penderita, seringkali setelah perkawinan dismenore hilang, dan

jarang menetap setelah melahirkan.Mungkin kedua keadaan tersebut

Page 30: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada

genitalia maupun perubahan psikis. (Sarwono 1999)

3. Periode menstruasi yang lama (long menstruasi periods)

Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak haid

yang setiap bulannya relative tetap yaitu selama 28 hari.Jika meleset pun,

perbedaan waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda, tetap pada kisaran

21 hingga 35 hari, dihitung dari hari pertama haid sampai bulan

berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar sampai bersih, antara 2-10

hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari belum dapat dikatakan

sebagai haid.Namun bila telah lebih dari 10 hari, dapat dikategorikan

sebagai gangguan.

4. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstruasi flow)

Jumlah darah haid biasanya sekitar 50 ml hingga 100 ml, atau tidak lebih

dari 5x ganti pembalut per harinya. Darah menstruasi yang dikeluarkan

seharusnya tidak mengandung bekuan darah, jika darah yang dikeluarkan

sangat banyak dan cepat enzim yang dilepaskan di endometriosis

mungkin tidak cukup atau terlalu lambat kerjanya.

5. Merokok (smoking)

Gangguan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tersebut dapat

bermacam-macam bentuknya, mulai dari gangguan haid, early

menopause (lebih cepat berhenti haid) hingga sulit untuk hamil.Pada

wanita perokok terjadi pula peningkatan risiko munculnya kasus

kehamilan di luar kandungan dan keguguran.Sejauh ini terdapat kurang

lebih dua puluh penelitian yang memaparkan kaitan merokok dengan

infertilitas.Nikotin dalam rokok menyebabkan gangguan pematangan

ovum (sel telur). Selain itu, nikotin juga menyebabkan gangguan pada

proses pelepasan ovum dan memperlambat motilitas tuba, sehingga

resiko seorang wanita perokok untuk mengalami kehamilan di luar

kandungan menjadi sekitar 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan wanita

bukan perokok. Nikotin juga menyebabkan gangguan haid pada wanita

perokok, nikotin mempengaruhi metabolism estrogen. Sebagai salah satu

hormone yang bertugas mengatur proses haid, kadar estrogen harus

cukup dalam tubuh. Gangguan pada metabolismenya akan menyebabkan

Page 31: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

haid tidak teratur. Bahkan dilaporkan bahwa wanita perokok akan

mengalami nyeri perut yang lebih berat saat haid. (Kisromantoro, 2009).

6. Riwayat keluarga yang positif (positive family history)

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetic.Wanita yang memiliki ibu

atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko

lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen

abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan

menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi

sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa

gangguan sekresi estrogen dan progesterone yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan

pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan

tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesterone

dalam tubuh. (James, 2002)

7. Nuliparity (belum pernah melahirkan anak)

8. Kegemukan (obesity)

Perempuan obesitas biasanya mengalami anovulatory chronic atau haid

tidak teratur secara kronis.Hal ini mempengaruhi kesuburan, di samping

juga faktor hormonal yang ikut berpengaruh (Karyadi, 2009).Perubahan

hormonal atau perubahan pada sistem reproduksi bisa terjadi akibat

timbunan lemak pada perempuan obesitas.Timbunan lemak memicu

pembuatan hormone, terutama estrogen.(Kadarusman, 2009).

Menurut FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa pembatasan

berat badan normal orang dewasa ditentukan nilai Body Mass Indexs

(BMI) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks Masa

Tubuh (IMT).

Tabel 2.1 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan berat badan tingkat

berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat

ringan 17,0 – 18,5

Normal 18,5 – 25,0

Page 32: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Obesitas

Kelebihan berat badan tingkat

ringan >25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27

9. Konsumsi alkohol

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa konsumsi alcohol juga dapat

meningkatkan kadar estrogen yang efeknya dapat memicu lepasnya

prostaglandin (zat yang membuat otot-otot rahim berkontraksi).

A.4.5. Penatalaksanaan

Menurut Sarwono (1999), penatalaksanaan yang dapat dilaksanakna

untuk pasien dismenore adalah:

1. Penjelasan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan

yang tidak berbahaya untuk kesehatan.Penjelasan dapat dilakukan

dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan, kegiatan, dan

lingkungan penderita.Nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang

cukup, dan olahraga dapat membantu.

2. Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan

sebagai terapi siptomatik.Jika rasa nyeri berat, diperlukan istirahat di

tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi

keluhan.Obat analgesic yang sering diberikan adalah kombinasi aspirin,

fanasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara

lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi.Tindakan ini bersifat

sementara dengan maksud membuktikan bahwa ganggaun yang terjadi

benar-benar dismenore primer, atau jika diperlukan untuk membantu

penderita untuk melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa

gangguan.Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil

kombinasi kontrasepsi.

Page 33: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

4. Terapi alternative

Terapi alternative dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau

botol air panas pada perut atau punggung bawah.Mandi air hangat juga

bisa membantu. Terapi alternative lainnya dapat berupa olahraga,

relaksasi nafas dalam, massage dan lain-lain. (Judha, M, dkk, 2012)

A.5. Terapi Nafas Dalam (Deep Breathing Exercise) A.5.1. Pengertian

Terapi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa

nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.Relaksasi sempurna dapat

mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah

menghebatnya stimulus nyeri (D‟silva & Muninarayanappa, 2014 dalam Yusuf,

Ah, dkk, 2017).

A.5.2. Tujuan

Tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi

paru, oksigenasi darah, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

A.5.3. Metode

Metode Terapi Nafas Dalam menurut priharjo (2004) adalah sebagai berikut:

1. Persiapan sebelum pelaksanaan:

a. Persiapan ruangan yang nyaman dan meminimalkan kebisingan dan

gangguan dengan menutup ruang UKS (ruangan yang digunakan dalam

melakukan intervensi).

b. Persiapan klien dengan meminta klien untuk berbaring atau duduk

sesuai dengan kenyamanan klien.

2. Langkah-langkah tindakan relaksasi nafas dalam:

1. Mencari posisi yang paling nyaman.

2. Rileks, bernapas normal dengan perlahan-lahan.

Page 34: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

3. Kemudian dalam keadaan yakin hitung sampai 4, tarik napas pada

hitungan 1 dan 2, tahan 3-5 detik, keluarkan napas pada hitungan

3 dan 4.

4. Ulangi selama 3 kali, kemudian istirahat dengan bernapas dengan irama

normal kembali selama ± 5 detik.

5. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut

secara perlahan-lahan.

6. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.

7. Usahakan agar tetap konsenterasi atau mata sambil terpejam.

8. Pada saat konsenterasi pusatkan pada daerah yang nyeri.

9. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.

10. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap kali.

11. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara singkat dan

cepat.

(Yusuf,dkk, 2017)

A.5.3. Bukti-Bukti Penelitian

Dalam penelitian Retno Wida Hapsari dan Tri Anasari (2013) yang

membandingkan pengaruh relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat

terhadap penurunan intensitas dismenore pada remaja putri di SMK Swagaya 2

Purwokerto menunjukkan penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah

dilakukan teknik relaksasi nafas dalam sebesar 2,400 sedangkan metode

pemberian cokelat sebesar 1,733. Hasil uji paired t-test p = 0,000 < α (0,05). Nilai

korelasi teknik relaksasi nafas dalam > nilai korelasi metode pemberian

cokelat.Teknik relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan skala

intensitas dismenore dibandingkan dengan metode pemberian cokelat (Hapsari,

W R dan Anasari, 2013).

Page 35: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

A.6. Massage Effleurage A.6.1. Defenisi Massage

Massage dapat didefinisikan secara umum sebagai “metode perawatan

tubuh menggunakan teknik mengusap, memukul, meremas, memutar,

menggetar, dan menekan otot persendian guna meningkatkan peredaran darah

dan getah bening serta mengendurkan otot di daerah yang bersangkutan

(Sutanto dan Batihalim, 2015).

A.6.2. Teknik Massage

1. Stroking/effleurage

a. Palm Stroking – meluncur dengan telapak tangan

b. Thumb Stroking – meluncur dengan ibu jari tangan

c. Finger Stroking – meluncur dengan 4 jari tangan kecuali ibu jari

Lokasi : Lembaga Pendidikan dan

Pelatihan Mooryati Soedibyo

Lokasi : Lembaga Pendidikan dan

Pelatihan Mooryati Soedibyo

Lokasi : Lembaga Pendidikan dan

Pelatihan Mooryati Soedibyo

Gambar 2.1 PalmStroking

Gambar 2.2

Thumb Stroking

Gambar 2.3

Finger Stroking

Page 36: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

2. Friction-Gerakan Memutar

3. Petrisage-Gerakan Mencubit

4. Pressure – Gerakan Menekan

5. Tapotement – Gerakan Menepuk

6. Hacking – Gerakan mencincang dengan sisi telapak tangan

7. Pummeling/ponding – gerakan menumbuk

A.6.3. Deskripsi Aplikasi Massage

Pelopor pijat terapi Gertrude Beard dan kecenderungan pijat terapi terkini,

mendeskripsikan aplikasi pemijatan sebagai berikut:

a. Kedalaman tekanan

Kedalaman tekanan dapat diberikan dengan ringan, sedang, dalam atau

bervariasi. Sebagian besar permukaan jaringan lunak pada tubuh terdiri dari

tiga sampai lima lapisan jaringan, termasuk kulit, fasia superfisial, lapisan

superfisial tengah, dan dalam pada otot, dan berbagai selaput fasia dan

struktur jaringan ikat. Tekanan harus diberikan melalui setiap lapisan secara

berturut-turut guna dapat mencapai lapisan-lapisan dalam tanpa merusak

dan menimbulkan gangguan atau ketidaknyamananpada jaringan superfisial.

Makin dalam tekanan yang diberikan, makin luas daerah kontak yang

diperlukan di permukaan badan. Jaringan yang tebal dan padat

membutuhkan tekanan yang lebih besar daripada jaringan lunak dan tipis.

Kedalaman tekanan juga diperlukan bagi pemeriksaan dan penanggulangan

disfungsi jaringan lunak.

b. Tarikan

Tarikan atau drag mendeskripsikan besarnya peregangan pada jaringan.

Tarikan dapat dilakukan untuk berbagai macam pemeriksaan palpasi untuk

disfungsi jaringan lunak, termasuk pemeriksaan tarikan kulit dan teknik

fungsional untuk mengidentifikasi area kemudahan (ease) diidentifikasi saat

jaringan bergerak dengan bebas, sedangkan keterbatasan (bind) adalah

keadaan jaringan yang diperiksa dalam keadaan saling menempel, kasar

atau tebal. Tarikan juga metode yang digunakan untuk mengatasi disfungsi

jaringan lunak dan saluran limfatik.

Page 37: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

c. Arah

Arah pijat dapat bergerak sentrifugal yaitu dari pusat tubuh ke luar,

maupun sntripetal yaitu dari titik luar menuju pusat tubuh. Arah pijat juga

dapat bergerak mendekat, kemudian menjauh atau sebaliknya dari otot,

mengikuti serat-serat otot, melintang dari serat otot atau melingkari serat

otot. Arah pijat merupakan faktor bagi peregangan jaringan yang mengalami

disfungsi jaringan lunak dan mempengaruhi darah dan cairan limfatik.

d. Kecepatan

Kecepatan adalah laju pengaplikasian metode pemijatan yang dapat

cepat, lambat atau bervariasi tergantung kepada kebutuhan jaringan yang

sedang ditangani oleh kondisi klien. Pemijatan dapat cepat jika dibutuhkan

stimulasi, lebih lambat dan berirama jika digunakan untuk menenangkan.

e. Ritme

Ritme mengacu kepada keteraturan aplikasi teknik pemijatan. Metode

pijat yang diaplikasikan dengan selang waktu teratur tersebut disebut

beritme rata atau berirama, sedangkan yang diberikan dengan putus-putus

atau tidak teratur disebut beritme tidak rata atau tidak berirama. Ritme

tekanan yang diberikan pada titik picu untuk mendorong sirkulasi ke bagian

tertentu, harus teratur, seperti aplikasi pengaliran limfa. Sedangkan gerakan

mendorong dan menggoyangkan dapat berirama atau tidak berirama.

f. Frekuensi

Frekuensi adalah ukuran jumlah pengulangan penerapan suatu metoda

pijat dalam jangka waktu tertentu. Pada pemijatan aspek ini berhubungan

dengan seberapa sering suatu penanganan, seperti kompresi atau gerakan

luncur (Gliding) diberikan kepada klien, pada umumnya praktisi pijat

mengulang setiap metode tiga kali sebelum beralih ke metode lainnya.

Pengaplikasian yang pertama dapat dipandang sebagai pemeriksaan,

kedua sebagai perlakuan pengaplikasian dan ketiga sebagai pasca

pemijatan. Jika pada pasca penyembuhan masih terdapat indikasi disfungsi

yang belum tertangani maka frekuensi pijat perlu ditingkatkan untuk

mengulang aplikasi pasca pemijatan.

g. Durasi

Durasi adalah lama waktu pengaplikasian metode pijat atau lama waktu

terjadinya menipulasi pada lokasi yang sama. Pada umumnya durasi metode

Page 38: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

tertentu berlangsung selama satu menit meskipun metode fungsional yang

menempatkan jaringan atau sendi pada kemudahan atau keterbatasannya,

dapat menjadi pengecualian dan tidak perlu dilakukan dalam waktu yang

panjang. Durasi berhubungan dengan seberapa lama kompresi diberikan

pada daerah jaringan lunak yang mengalami disfungsi atau seberapa lama

peregangan dilakukan.

Berikut adalah contoh yang memperlihatkan bagaimana beberapa contoh

yang memperlihatkan pemijatan yang digunakan untuk mempengaruhi faskia

superfisial menggunakan tekanan ringan dengan tarikan yang berkelanjutan

untuk menimbulkan tegangan, meregangkan jaringan hingga batas ujunhnya

ke berbagai arah dalam durasi satu menit dan diulang tiga kali. (Sutanto dan

Batihalim, 2015).

A.6.4. Massage Effleurage

Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan

menenangkan (Lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus) saat

memulai dan mengakhiri pijatan.Gerakan ini bertujuan untuk meratakan minyak

dan menghangatkan otot agar lebih rileks.Teknik ini menimbulkan efek

relaksasi.Karena efek relaksasi itulah, maka effleurage telah digunakan sejak

dahulu dalam dunia keperawatan untuk meningkatkan istirahat dan

relaksasi.Dalam menurunkan nyeri dismenore, effleurage dilakukan dengan

menggunakan ujung jari yang ditekan lembut dan ringan (Putra, 2016).

Gate Control Theory dapat digunakan untuk pengukuran efektifitas cara

ini. Ilustrasi Gate Control Theory bahwa serabut nyeri membawa stimulasi nyeri

ke otak lebih kecil dan perjalanan sensasinya lebih lambat dari pada serabut

sentuhan yang luas.Ketika sentuhan dan nyeri dirangsang bersamaan, sensasi

sentuhan berjalan ke otak dan menutup pintu gerbang dalam otak, pembatasan

jumlah nyeri di rasakan dalam otak.Effleurage atau pijatan bada abdomen yang

teratur digunakan untuk mengalihkan wanita dari nyeri saat dismenore. Begitu

pula adanya massage yang mempunyai efek distraksi juga dapat meningkatkan

pembentukan endorphine dalam sistem kontrol desenden. Massage dapat

membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat relaksasi otot.

(Wahyuningsih,2014)

Page 39: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan

prostaglandin F2 alpha (PGF2 alpha) (Kelompok persenyawaan mirip hormon

kuat yang terdiri dari asam lemak esensial.Prostaglandin F2 alpha merangsang

otot uterus dan mempengaruhi pembuluh darah) yang menyebabkan iskemia

uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui kontraksi miometrium (otot

dinding rahim) dan vasokontriksi (Penyempitan pembuluh darah).Massage

effleurage dapat meredakan nyeri ini dengan cara menstimulasi kulit (Serabut

taktil) yang dapat menghambat sinyal nyeri dari area tubuh.Cara kerja dari teknik

effleurage sebagai penghambat nyeri yaitu mempengaruhi hipotalamus dan pintu

gerbang nyeri yang merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan endorphin

yang dapat menimbulkan perasaan nyaman dan enak (Danu atmaja, 2004).

Sedangkan menurut Potter dan Perry (2006) mengatakan bahwa stimulasi

kutaneus (kulit) mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih

besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C

dan deltaAberdiameter kecil. Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai

stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respons relaksasi. (Andria dan

Sudarti, dkk, 2016)

A.6.5. Metode

Metode massage effleurage menurut Suntanto dan Batihalim (2015)

adalah sebagai berikut:

1. Persiapan sebelum pelaksanaan

a. Persiapan ruangan yang nyaman, terhindar dari kebisingan, bersih dan

tertutup.

b. Menyiapkan:

- 1 buah handuk kecil

- Lotion/baby oil

2. Langkah-langkah dalam melakukan massage effleurage adalah sebagai

berikut:

1. Mencuci tangan

2. Melakukan usapan pada kedua telapak tangan

3. Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen

Page 40: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

4. Dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis pubis

5. Arahkan tangan kesamping perut

6. Kemudian ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicusdan kembali ke

perut bagian bawah diatas simpisis bentukpola gerakan seperti “kupu-

kupu”, lakukan gerakan 4 kali dalam hitungan 1-8, kemudian istirahat

sejenak dalam hitungan 1-4.

7. Ulangi gerakan selama 15 menit dan berikan lotion atau minyak/baby oil

jika dibutuhkan.

Intervensi diberikan selama 4 kali pengulangan, yaitu:

1. Sebelum haid : 1 kali sehari

2. Saat haid : 2 kali sehari (Pagi dan Sore hari)

3. Setelah haid : 1 kali sehari

A.6.6. Bukti-Bukti Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Trie Wahyu Agustina dan Suri

Salmiyati (2016) yang mengidentifikasi pengaruh pemberian effleurage massage

aromatherapy jasmine terhadap tingkat dismenore pada mahasiswi keperawatan

semester iv di universitas „aisyiyah yogyakarta menunjukkan hasil uji normalitas

Shapiro wilk Tingkat dismenore pada mahasiswi keperawatan semester IV di

Universitas „Aisyiyah Yogyakarta memiliki selisih rata-rata sebelum dan setelah

diberikan effleurage massage aromatherapy jasmine yaitu 2,1. Hasil uji statistik

dengan menggunakan paired t-test, diperoleh asymp.sig (2-tailed) 0,000 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian effleurage

massage aromatherapy jasmine terhadap tingkat dismenore. (Agustina dan

Salmiyati, 2016)

A.7. Konsep Nyeri A.7.1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri

adalah alasan seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan (Smeltzer

Page 41: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

& Bare, 2002). Menurut Smeltzer & Bare (2002), International Association for the

Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subyektif dan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di

mana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005). Nyeri biasa terjadi karena adanya

rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit di ujung-ujung syaraf bebas

yang disebut nosireseptor. Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada

yang singkat, berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi

menjadi dua, yaitu nyeri kronis dan nyeri akut, beda diantara keduanya adalah:

- Nyeri akut

Sebagian besar, diakibatkan oleh penyakit, radang, atau injuri

jaringan.Nyeri jenis ini biasanya datang tiba-tiba, sebagai contoh, setelah trauma

atau pembedahan dan mungkin menyertai kecemasan atau distress

emosional.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera sudah

terjadi.Nyeri akut biasanya berkurang sejalan dengan terjadinya

penyembuhan.Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 (enam) bulan. Penyebab

nyeri yang paling sering adalah tindakan diagnose dan pengobatan. Dalam

beberapa kejadian jarang menjadi kronis.

- Nyeri kronik

Nyeri kronik konstan dan intermitten yang menetap sepanjang suatu

periode waktu.Nyeri kronik menjadi lebih berat yang dipengaruhi oleh lingkungan

dan faktor kejiwaan.Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama (lebih dari enam

bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap pengobatan.Nyeri

ini dapat dan sering mengakibatkan masalah yang berat bagi pasien.

A.7.2. Jenis-Jenis Nyeri

Price & Wilson (2005), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau

sumber, antara lain:

1) Nyeri somatik superficial (Kulit)

2) Nyeri somatik dalam

3) Nyeri visera

4) Nyeri alih

5) Nyeri neuropati

Page 42: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

A.7.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Perry &

Potter (2005), antara lain:

1) Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan

diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan

lansia bereaksi terhadap nyeri.

2) Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon

terhadap nyeri.Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor

biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa

memperhatikan jenis kelamin.

3) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri. Menurut Clancy dan Vicar (Cit Perry & Potter, 2005), menyatakan

bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang.

Dengan demikian, hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis

opiate endogen dan sehingga terjadilah persepsi nyeri.

4) Makna nyeri

Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini

juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu

tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda

apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan,

hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang melahirkan akan

mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena pukulan pasangannya.

Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan nyeri klien berhubungan

dengan makna nyeri.

5) Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat

sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsenterasi klien pada

stimulus yang lain, ini termasuk nyeri pada kesadaran yang perifer.

Page 43: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat,

khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama waktu

pengalihan.

6) Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.Ansietas seringkali

meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu

perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan

anisietas. Price (Cit Perry, Potter 2005), melaporkan suatu bukti bahwa

stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbic dapat memproses

reaksi emosi seseorang, khususnya ansietas.Sistem limbik dapat

memproses reaksi emosi seseorang terhadap nyeri, yakni memperburuk

atau menghilangkan nyeri.

7) Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkn kemampuan koping.Hal ini

dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita

penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur,

maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika mengalami suatu proses

periode tidur yang baik maka nyeri berkurang.

8) Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan

menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri

tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan juga sebaliknya.

Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang

diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

9) Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.

10) Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran

orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang bermakna bagi pasien

akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga

Page 44: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin

tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang yang member dukungan

sangat berguna karena membuat seseorang merasa lebih nyaman.

A.7.4. Tanda Dan Gejala Nyeri

Secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon

psikologis berupa:

1) Suara

- Menangis

- Merintih

- Menarik/menghembuskan nafas

2) Ekspresi wajah

- Meringis

- Menggigit lidah, mengatupkan gigi

- Dahi berkerut

- Tertutup rapat/membuka mata atau mulut

- Menggigit bibir

3) Pergerakan tubuh

- Kegelisahan

- Mondar-mandir

- Gerakan menggosok atau berirama

- Bergerak melindungi bagian tubuh

- Immobilisasi

- Otot tegang

4) Interaksi sosial

- Menghindari percakapan dan kontak sosial

- Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri

- Disorientasi waktu

Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian dalam melakukan

penatalaksanaan nyeri dengan manajemen non farmakologis tidak begitu banyak

dilakukan.Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri ini

sifatnya sesaat, maka penggunaan yang tepat adalah menggunakan

distraksi/relaksasi cukup efektif.Terapi distraksi/relaksasi yang umum digunakan

Page 45: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

adalah menarik nafas dalam yang diberikan atau dilakukan bersamaan dengan

munculnya rasa nyeri akibat dari suatu hal misalnya saat mengganti balutan.

Terapi lain yang juga dapat dilakukan adalah terapi sentuhan/counter

pressure yang dilakukan pada saat orang yang akan melahirkan timbul his.

Terapi ini cukup efektif, karena pada saat muncul his yang menyebabkan nyeri,

maka jarak spinal dan syaraf yang menghantar nyeri akan di blockade sehingga

tidak sampai ke pusat nyeri di otak. Keefektifan tindakan counter pressure

dibuktikan dengan pasien selalu meminta agar daerah lumbar di gosok-gosok

dan menurutnya teknik ini sangat efektif untuk mengurangi nyeri akibat his.

Tindakan lain yang juga sangat sederhana dan dapat mengurangi rasa

nyeri adalah mengurangi nyeri dengan kompres hangat. Terapi ini dapat

diberikan pada saat seseorang mengalami kolik renal.Untuk nyeri-nyeri kronik

yang sudah lama dan muncul secara terus menerus dan hebat, dapat digunakan

teknik mengaliri aliran listrik yang kecil atau bisa juga memberikan pancaran

panas dengan skala kecil dengan menerapkan terapi distraksi/relaksasi dan

ditambah dengan nafas dalam.

A.7.5. Pengkajian Terhadap Nyeri

Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara

lain:

a. Intensitas nyeri

Membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Missal, tidak nyeri, sedikit

nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, sangat nyeri atau dengan membuat skala nyeri

yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan

menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri sangat

hebat.

b. Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,

durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus menerus,

hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas) dan kualitas

(nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau bahkan

seperti di gencet).Karakteristik nyeri dapat juga dilihat berdasarkan metode

Page 46: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

PQRST, P Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time. Berikut ini

keterangan lengkapnya:

1. P : Provocate

Tenaga kesehatan harus mengkaji penyebab terjadinya nyeri pada penderita,

dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana yang

mengalami cedera termasuk menghubungkan antara nyeri yang diderita

dengan faktor psikologisnya, karena bisa terjadinya nyeru hebat karena dari

faktor psikologis bukan dari lukanya.

2. Q : Quality

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh

klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti

ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial atau bahkan seperti di

gencet.

3. R : Region

Untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk

menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman.Untuk

melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan meminta

penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal sampai kea rah

nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang

dirasakan bersifat menyebar atau difuse.

4. S : Severe

Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan oleh

penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus

bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.

5. T : Time

Tenaga kessehatan mengkaji tentang frekuensi, durasi dan rangkaian

nyeri.Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama

menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.

c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri

Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti gerakan

tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan sebagainya.Selain itu

adalah apa-apa yang dipercaya sifatnya psikologis pada penderita dapat

membantu mengatasi nyeri.

Page 47: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti sulit

tidur, tidak nafsu makan, sulit konsenterasi.Nyeri akut sering berkaitan dengan

ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.

e. Kekhawatiran individu tentang nyeri

Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri seperti

beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pengaruh terhadap peran dan

perubahan citra diri.

f. Mengkaji respon fisiologis dan perilaku terhadap nyeri

Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indicator nyeri yan lebih

akurat.Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan,

pucat dan berkeringat adalah indicator rangsanga saraf otonom dan bukan

nyeri.Respon perilaku terhadap nyeri dapat berupa menangis, merintih,

merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau menarik diri.

Respon lain dapat berupa mudah marah atau tersinggung.

A.7.6. Skala Atau Pengukuran Nyeri

Ada beberapa skala atau pengukuran nyeri, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik

3. Skala Nyeri “Muka”

Gambar 2.4

Skala Nyeri Muka

4. Skala Nyeri dengan “Observasi Perilaku”

5. Skala Peringkat Intensitas Nyeri

6. Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)

Page 48: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Gambar 2.5

Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)

(Judha, M, dkk, 2012)

Page 49: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Skema 2.1

Kerangka Teori

B. Kerangka Teori

(Sumber : Yusuf, Kebutuhan Spiritual, 2017)

Meningkatkan istirahat Dan relaksasi

Peningkatan Beta Endorphin

Menghambat pelepasan substansi P

Inhibitor nyeri serabut Beta - A

Pintu gerbang tertutup

Konsenterasi tubuh

dan fikiran

Aktivasi gelombang alfa di otak

Endorphin

Perasaan nyaman

(Comfort)

Memperbaiki energi pada organ reproduksi

Massage Effleurage

Siklus Menstruasi

Sekresi Prostaglandin pada Fase Lutheal

Menstruasi: Kontraksi uterus

Spasme & Hipoksia lapisan endometrium

DISMENORE Relaksasi Nafas dalam

Penurunan konsumsi O2,

frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan

ketegangan otot

Penurunan Intensitas Nyeri

Gate Control

Theory

Page 50: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

C. Kerangka Konsep

Variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Variabel independen yaitu relaksasi nafas dalam dan massage effleurage

sedangkan variabel dependen adalah Intensitas nyeri dismenore.

D. Definisi Operasional

VARIABEL DEFENISI

OPERASIONAL CARA UKUR HASIL UKUR SKALA

Independen

Relaksasi Nafas dalam

Pemberian intervensi dengan cara melakukan relaksasi nafas dalam (menarik nafas yang dalam dari hidung dengan hitungan 1,2,3 kemudian tahan selama 3-5 detik lalu hembuskan melalui mulut secara perlahan) dan ulangi prosedur tersebut sampai 15 kali selama 15 menit.

Lembar observasi, wawancara

a. 1= 0-5 menit b. 2= 6-10menit c. 3= 11-15menit

Nominal

Variabel Dependen

Intensitas Nyeri Dismenore

Variabel Independen

Relaksasi nafas dalam

Massage Effleurage

Skema 2.2

Kerangka Konsep

Page 51: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Massage Effleurage

Effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan pada abdomen (Lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus) di lakukan pada bagian segitiga mikel dengan perhitungan satu sampai delapan dan dilakukan secara berulang sampai 15 menit.

Lembar observasi, SOP, dan wawancara

a. 1= 0-5 menit b. 2= 6-10menit c. 3=11-15menit

Nominal

Dependen

Intensitas

nyeri

dismenore

Tingkat nyeri

yang dirasakan

remaja pada

saat dismenore

Dikaji dengan

Menggunakan

kuesioner,

Numeric

Rating Scale

(NRS), alat ini

menggunakan

warna dan

kode untuk

mempermudah

pemahaman

para remaja

putri yang

dismenore.

Dengan

gambar

rentang angka.

a. 0=

Tidak Nyeri

b. 1-3 Nyeri Ringan

c. 4-6 Nyeri Sedang

d. 7-10 Nyeri Berat

Ordinal

Page 52: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah relaksasi nafas dalam lebih efektif

dibandingkan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri

dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.

Page 53: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi

Eksperimental (Eksperimen Semu) dengan rancangan penelitian two group

comparison pretest-posttest design yaitu rancangan eksperimen dengan cara

sampel mengukur intensitas nyeri dismenore remaja putri sebelum dan setelah

dilakukan treatment (perlakuan) untuk mengidentifikasi pengaruh relaksasi nafas

dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore

pada remaja putri, sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Desain ini

digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.1

Desain Penelitian

Keterangan:

A1 : Kelompok remaja putri yang mengalami dismenore dengan intervensi

relaksasi nafas dalam

A2 : Kelompok remaja putri yang mengalami dismenore dengan intervensi

massage effleurage

O1 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan

relaksasi nafas dalam pada bulan pertama

O2 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan

massage effleurage pada bulan pertama

X1 : Treatment (Relaksasi nafas dalam)

X2 : Treatment (Massage effleurage)

O3 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore setelah dilakukan

relaksasi nafas dalam pada bulan kedua

A1

A2

O1

O2

X1

X2

O3

O4

Page 54: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

O4 : Hasil pengukuran intensitas nyeri dismenore setelah dilakukan

massage effleurage pada bulan kedua

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian B.1. Lokasi Penelitian (Lokus)

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 13 Medan.

B.2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan selama 10 minggu, mulai Februari sampai

dengan Mei 2018. Proses penelitian dari pembuatan proposal sampai

penyusunan laporan penelitian berlangsung mulai bulan November 2017 sampai

dengan Juli 2018.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian C.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putrid yang mengalami

dismenore di kelas X 1-4 IPA berjumlah 40 orang.

C.2. Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling yaitu sample penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang

diinginkan peneliti. Dalam penelitian ini semua anggota populasi dijadikan

sebagai sampel penelitian. (Hidayat, 2012)

Pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menentukan

criteria sampel yang meliputi criteria inklusi dan criteria eksklusi. Kriteria inklusi

merupakan criteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman

dalam menentukan criteria inklusi. Sedangkan criteria eksklusi merupakan

kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak

memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. (Hidayat, A, 2012)

Page 55: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini adalah:

a. Remaja perempuan pada usia remaja pertengahan.

b. Mengalami dismenore pada siklus menstruasi dalam 6 bulan terakhir.

c. Tidak menggunakan terapi farmakologis seperti analgesik ataupun NSAID‟s

selama tidak dilakukan penelitian.

d. Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.

e. Bersedia mengikuti prosedur penelitian.

f. Bersedia menjadi responden penelitian.

Kriteria eksklusi pada sampel penelitian ini adalah:

a. Memiliki penyakit ginekologis tertentu atau dismenore sekunder yang dapat

mempengaruhi menstruasi.

b. Tingkat nyeri sangat berat.

D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang diperoleh atau diambil langsung oleh peneliti terhadap responden

sebelum dan setelah diberikan intervensi relaksasasi nafas dalam dan massage

effleurage. Cara pengumpulan data berisi urutan prosedural penggunaan alat

penelitian. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Peneliti mengajukan permohonan melakukan penelitian di SMA Negeri 13

Medan. Kemudian, setelah izin penelitian diperoleh. Kemudian responden

diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden.

Kemudian peneliti mempresentasikan materi dismenore dan relaksasi nafas

dalam serta massage effleurage kepada responden serta

mendemonstrasikan metode tersebut. Kemudian peneliti membagi

responden menjadi dua kelompok, yaitu kelompok relaksasi nafas dalam dan

kelompok massage effleurage. Kemudian, peneliti membuat perjanjian untuk

pengukuran intensitas nyeri dismenore sebelum dan setelah diberikan

intervensi sebagai hasil pengukuran.

2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti meminta izin untuk menyiapkan sebuah ruangan khusus untuk

pelaksanaan relaksasi nafas dalam dan massage effleurage kepada pihak

Page 56: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

sekolah untuk penggunaan ruang UKS. Peneliti melakukan observasi

keadaan umum dan pengukuran intensitas nyeri pertama (Pretest) dengan

memperhatikan wajah responden untuk mengetahui tingkatan intensitas

nyeri berdasarkan lembar observsi gambar skala intensitas nyeri dan

hasilnya dituliskan dalam lembar observasi. Kemudian peneliti membimbing

responden melakukan relaksasi nafas dalam pada kelompok nafas dalam,

dan massage effleurage pada kelompok massage effleurage dengan SOP

yang telah ditetapkan dengan durasi selama 15 menit. Kemudian peneliti

melakukan pengukuran intensitas nyeri (Post test) setelah melakukan

relaksasi nafas dalam dan massage effleurage dengan melihat ekspresi

wajah responden setelah melakukan intervensi berdasarkan gambar skala

intensitas nyeri dan hasilnya dituliskan dalam lembar observasi. Lembar

observasi dituliskan oleh peneliti dan di periksa kelengkapannya kemudian di

analisis. Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang ahli

fisioterapi sebagai enumerator. Pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti di bawah pengawasan dari ahli fisioterapi dimana peneliti diberikan

terlebih dahulu sebelum memberikan intervensi terhadap responden.

Page 57: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

Relaksasi nafas dalam Massage effleurage

Pengukuran intensitas nyeri (pretest) menggunakan lembar

observasi

Membimbing responden melakukan relaksasi nafas

dalam selama 15 menit

Pengukuran intensitas nyeri (posttest) menggunakan lembar observasi

Pengukuran intensitas nyeri (pretest) menggunakan

lembar observasi

Remaja putri yang dismenore

Membimbing responden melakukan massage

effleurage selama 15 menit

Membandingkan pengaruh kedua intervensi terhadap penurunan intensitas nyeri

dismenore

Page 58: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

F. Pengolahan Dan Analisis Data F.1. Pengolahan Data

Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan

kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Editing

Peneliti memeriksa kembali lembar observasi dan data responden dan

melihat kelengkapan nya setelah data terkumpul.

2. Coding

Setelah dilakukan editing, tahap selanjutnya peneliti melakukan pengkodean

untuk mempermudah analisis data.

a. Intervensi

Kode 1 : Relaksasi Nafas Dalam

Kode 2 : Massage Effleurage

b. Waktu

Kode 1 : 0-5 Menit

Kode 2 : 6-10 Menit

Kode 3 : 11-15 Menit

3. Entri data

Setelah data dikumpulkan dan dilakukan pengkodean, data tersebut

dimasukkan ke dalam master tabel. Kemudian memasukkan data yang

terkumpul kedalam program pengolahan data melakukan analisis

menggunakan program statistik dengan komputer.

4. Cleaning (Pembersihan)

Setelah data di entri, selanjutnya peneliti memeriksa kembali seluruh proses

mulai dari pengkodean serta memastikan bahwa data yang diinput tidak

terdapat kesalahan sehingga analisis dilakukan dengan benar.

F.2. Analisis Data F.2.1. Analisis Univariat

Analisa univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dari masing-

masing variabel yang diteliti untuk data numeric dengan menghitung mean,

median, nilai minimal dan maksimal. Pengujian masing-masing variable dengan

Page 59: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

Analisa deskripsi pada penelitian ini menjelaskan atau mendeskripsikan

intensitas nyeri dismenore sebelum maupun sesudah intervensi.

F.2.2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan kedua variabel.

Pada penelitian ini, uji bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan intensitas

nyeri pada kelompok relaksasi nafas dalam dan kelompok massage effleurage.

Uji yang digunakan adalah uji paired t-test dengan nilai α = 0,05. Uji paired t-test

berfungsi untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua kelompok data yang

dependen (Syarifudin, 2010).

Page 60: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disampaikan hasil penelitian yang meliputi analisis

univariat dan analisis bivariat. Pada analisis univariat akan dipaparkan tabel

analisa deskripsi pada penelitian ini yang menjelaskan atau mendeskripsikan

intensitas nyeri dismenore sebelum maupun sesudah intervensi. Sedangkan

pada analisis bivariat akan ditampilkan hasil analisis perbandingan pengaruh

relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan intensitas

nyeri dismenore sebelum dan setelah dilakukan intervensi.

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 40 responden remaja putri

mengenai “Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Dan Massage Effleurage Terhadap

Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 13

Medan Tahun 2018” maka didapat hasil sebagai berikut.

A.1. Analisa Data Univariat A.1.1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Diberikan

Intervensi Relaksasi Nafas Dalam

Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri pada relaksasi nafas

dalam dan massage effleurage sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi intensitas nyeri pada kelompok relaksasi nafas dalam

sebelum dan sesudah diberikan intervensi

Intensitas Nyeri

Dismenore

Pre Intervensi Post Intervensi

F % F %

Tidak Nyeri 0 0 7 35

Ringan 1 5 13 65

Sedang 16 80 0 0

Berat 3 15 0 0

Jumlah 20 100 20 100

Page 61: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden, sebelum intervensi

mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 16 responden. Setelah

diberikan intervensi mayoritas responden mengalami penurunan tingkat nyeri

yaitu nyeri ringan sebanyak 13 responden.

A.1.2. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Dan Sesudah Diberikan Intervensi Massage Effleurage

Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri pada massage effleurage

sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi intensitas nyeri pada kelompok massage eflleurage sebelum dan

sesudah diberikan intervensi

Intensitas Nyeri

Dismenore

Pre Intervensi Post Intervensi

F % F %

Tidak Nyeri 0 0 5 25

Ringan 1 5 15 75

Sedang 14 70 0 0

Berat 5 25 0 0

Jumlah 20 100 20 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden, sebelum intervensi

mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 14 responden. Setelah

diberikan intervensi mayoritas responden mengalami penurunan tingkat nyeri

yaitu nyeri ringan sebanyak 15 responden.

A.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian tentang

pengaruh relaksasi nafas dalam dan massage effleurage terhadap penurunan

intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di SMA Negeri 13 Medan.

Page 62: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

A.2.1. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas Dalam

Perbandingan rerata perubahan intensitas nyeri menurut tahap pengukuran

pada relaksasi nafas dalam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah

Intervensi Relaksasi Nafas Dalam

Mean Selisih Mean

Standar Deviasi

T Df P

Pre 5,60 4,70 1,261 16,671 19 0,000

Post 0,90

Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri

pada kelompok relaksasi nafas dalam sebelum dan sesudah intervensi diperoleh

t(df)= 16,672(19), Perbedaan M = 4,70, Perbedaan SD= 1,261 dan nilai

p = 0,000. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri

dismenore sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.

A.2.2. Perbedaan Rata-rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Massage Effleurage

Perbandingan rerata perubahan intensitas nyeri menurut tahap pengukuran

pada massage effleurage dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah

Intervensi Massage Effleurage

Mean Selisih Mean

Standar Deviasi

T Df P

Pre 5,40 4,25 1,333 14,261 19 0,000

Post 1,15

Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri

pada kelompok massage effleurage sebelum dan sesudah intervensi diperoleh

t(df)= 14,261(19), Perbedaan M = 4,25, Perbedaan SD= 1,333 dan nilai

p = 0,000. Nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha

Page 63: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

diterima yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri

dismenore sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi massage effleurage.

A.2.3. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore

Tabel 4.5 Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage

Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore

Intervensi t hitung T table Nilai korelasi

df P

Relaksasi Nafas Dalam

16,672 1,761 0,633 19 0,000

Massage Effleurage

14,261 1,761 0,578 19 0,000

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai t hitung relaksasi nafas dalam =

16,672 dan nilai p = 0,000 sedangkan nilai t hitung massage effleurage = 14,261

dan nilai p= 0,000. Nilai t hitung dari masing-masing intervensi > t tabel = 1,761,

begitu pula nilai p < nilai α = 0,05, yang berarti ada perbedaan yang signifikan

antara intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah intervensi pada dua

kelompok yaitu relaksasi nafas dalam dan massage effleurage.

Nilai t hitung relaksasi nafas dalam lebih besar dibandingkan dengan nilai t

hitung massage effleurage dan nilai kerelasi relaksasi nafas dalam = 0,633 lebih

besar dibandingkan dengan nilai korelasi massage effleurage = 0,578, yang

berarti relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri

dismenore dibandingkan dengan massage effleurage.

Page 64: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

B. PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan pembahasan dan diskusi tentang hasil-hasil

penelitian dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau

teori-teori yang mendukung atau berlawanan dengan temuan baru. Pembahasan

diawali dengan intensitas nyeri dismenore sebelum dan sesudah diberikan

intervensi relaksasi nafas dalam dan massage effleurage. Pada bagian

berikutnya dibahas tentang perbedaan rata-rata intensitas nyeri dismenore

sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam dan massage effleurage. Dan pada

bagian akhir bab dibahas tentang efektifitas pengaruh relaksasi nafas dalam dan

massage effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore.

B.1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage

B.1.1. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Relaksasi Nafas Dalam

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 40 sampel penelitian kemudian

membagi sampel menjadi 2 kelompok (1. 20 responden kelompok relaksasi

nafas dalam; 2. 20 responden kelompok massage effleurage). Skala intensitas

nyeri dismenore sebelum diberikan intervensi relaksasi nafas dalam di SMA

Negeri 13 Medan menunjukkan bahwa dari 20 responden, sebelum intervensi

mayoritas mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 16 responden, 3 responden

mengalami nyeri berat dan 1 responden mengalami nyeri ringan. Skala tersebut

menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan responden pada saat mengalami

dismenore adalah nyeri ringan sampai nyeri berat.

Gejala yang dialami responden pada saat menstruasi, sesuai dengan

pendapat Judha (2012) gejala yang dirasakan pada saat dismenore adalah nyeri

pada perut bagian bawah, pinggang bahkan punggung.Dismenore sangat

mengganggu aktivitas dan sering dikeluhkan pada sebelum, saat dan setelah

menstruasi.Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormone prostaglandin yang

membuat otot uterus (rahim) berkontraksi (Judha, dkk, 2012).

Setelah diberikan intervensi relaksasi nafas dalam terjadi penurunan

intensitas nyeri dari 16 responden yang mengalami nyeri sedang 10 diantaranya

menurun menjadi nyeri ringan dan 6 responden lainnya tidak mengalami nyeri

Page 65: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

lagi. Kemudian dari 1 responden yang mengalami nyeri ringan setelah diberi

intervensi tidak mengalami nyeri lagi dan 3 responden yang mengalami nyeri

berat menurun menjadi nyeri ringan. Skala tersebut menunjukkan bahwa nyeri

yang dirasakan responden sesudah relaksasi nafas dalam adalah tidak nyeri dan

nyeri ringan.

Responden yang mengalami dismenore dituntut pada saat melakukan

relaksasi nafas dalam harus dalam keadaan rileks, posisi yang nyaman, tenang

dan tidak terdapat beban pikiran. Ulangi sampai 15 kali nafas dengan diselingi

istirahat singkat setiap 5 kali. Pada saat penelitian responden mengikuti arahan

dengan sangat baik sehingga dapat menurunkan nyeri dismenore yang sedang

dialami dengan baik pula.

B.1.2. Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Massage Effleurage

Pada kelompok massage effleurage setelah diberikan intervensi terjadi

penurunan intensitas nyeri dari 14 responden yang mengalami nyeri sedang 10

responden diantaranya menurun menjadi nyeri ringan dan 4 responden lainnya

tidak mengalami nyeri lagi. Kemudian 1 responden yang mengalami nyeri ringan

setelah diberikan intervensi tidak megalami nyeri dan 5 responden yang

mengalami nyeri berat menurun menjadi nyeri ringan.

Massage effleurage dalam penelitian ini dilakukan selama 4 kali yaitu

sebelum, saat dan setelah menstruasi. Hal ini dilakukan berdasarkan teori dalam

Judha (2012) yang menyebutkan bahwa nyeri dismenore sering kali dikeluhkan

pada sebelum, saat dan setelah menstruasi. Kemudian peneliti juga

menggunakan media seuai dengan permintaan responden (Baby oil, minyak

zaitun atau lotion), hal ini dilakukan agar responden merasa nyaman dengan

tindakan atau intervensi yang diberikan oleh peneliti. Dalam penelitian ini

pengukuran dilakukan sekali yaitu pada saat menstruasi (Dismenore).

Setelah diberikan intervensi massage effleurage terjadi penurunan intensitas

nyeri dari 14 responden yang mengalami nyeri sedang 12 diantaranya menurun

menjadi nyeri ringan dan 2 responden lainnya tidak mengalami nyeri lagi.

Kemudian dari 1 responden yang mengalami nyeri ringan setelah diberi

intervensi tidak mengalami nyeri lagi dan 5 responden yang mengalami nyeri

Page 66: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

berat menurun menjadi nyeri ringan dengan Mean= 0,90, nilai minimum = 0 dan

nilai maximum= 2. Skala tersebut menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan

responden sesudah relaksasi nafas dalam adalah tidak nyeri dan nyeri ringan.

B.2. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas Dalam

Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri

dismenore pada kelompok relaksasi nafas dalam sebelum dan sesudah diberi

intervensi diperoleh t(df) = 16,672(19), perbedaan Mean = 4,70 Perbedaan

SD = 1,261 dan nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi

nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dismenore secara signifikan

sehingga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri

sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vetty Priscilla, dkk (2012) dengan

judul penelitian Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan

Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja di SMA Negeri

3 Padang dengan jumlah jumlah responden 32 remaja putri yang dibagi menjadi

dua kelompok intervensi dan durasi relaksasi nafas dalam selama 20 menit

disebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara relaksasi

nafas dalam dan kompres hangat dalam menurunkan nyeri dismenore (Priscilla,

dkk, 2012).

Penelitian lain yang mendukung penelitian tentang pengaruh relaksasi nafas

dalam terhadap intensitas nyeri dismenore adalah penelitian yang dilakukan oleh

Retno Wida Hapsari dan Tri Anasari (2013). Dimana dalam penelitian tersebut

peneliti membandingkan relaksasi nafas dalam dengan pemberian coklat.

Penelitian tersebut dilakukan pada 15 responden yang mengalami dismenore

primer dengan metode relaksasi nafas dalam yang sama dengan penelitian ini.

Hasil akhir menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan intensitas

nyeri yang signifikan dengan nilai signifikansi p=0,000. Hasil akhir dalam

penelitian tersebut menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam lebih efektif

terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore dibandingkan dengan metode

pemberian cokelat (Hapsari dan Anasari T, 2013).

Page 67: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian ini dimana skala

intensitas nyeri dismenore sebelum relaksasi nafas dalam di SMA Negeri

13 Medan tahun 2018 diperoleh skala intensitas nyeri dismenore sebelum

intervensi M= 5,60, SD= 1,603. Kemudian skala intensitas nyeri dismenore

sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam di SMA Negeri 13 Medan tahun 2018

diperoleh sklaa sesudah diberi intervensi M= 0,90, SD= 0,788. Hasil tersebut

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada rata-rata intensitas nyeri

sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam atau dengan kata lain

secara signifikan bahwa relaksasi nafas dalam dapat menurunkan rata-rata

intensitas nyeri sebesar 4,70 (α<0,05).

Responden yang mengalami dismenore dianjurkan pada saat melakukan

relaksasi nafas dalam harus dalam keadaan rileks dengan posisi yang nyaman,

tenang dan tidak terdapat beban pikiran. D‟silva dan Muninarayanappa (2014)

menyebutkan bahwa relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk

mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.Relaksasi

sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan

sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri (Yusuf, dkk, 2017).

Dismenore yang dialami responden sesaat sebelum dilakukan teknik

relaksasi nafas dalam, keadaan responden tidak rileks dan pikiran responden

hanya tertuju pada nyeri tanpa melakukan relaksasi terhadap nyeri yang

dirasakan.Teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan oleh responden hanya

berfokus pada daerah yang mengalami nyeri atau ketegangan otot pada perut

bagian bawah dan merelaksasi perut bagian bawah yang mengalami nyeri atau

ketegangan otot sampai responden mencapai relaksasi penuh.

Kegiatan relaksasi nafas dalam menciptakan sensasi melepaskan

ketidaknyamanan dan stres. Secara bertahap, klien dapat merelaksasi otot tanpa

harus terlebih dahulu menegangkan otot-otot tersebut. Saat klien mencapai

relaksasi penuh, maka otak akan mngaktivasi gelombang alfa di otak dan

merangsang hipotalamus mengeluarkan hormone endorphine sehingga

menimbulkan sehingga persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas terhadap

pengalaman nyeri menjadi minimal (Hapsari & Tri Anasari, 2013).

Page 68: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

B.3. Perbedaan Rata-Rata Intensitas Nyeri Sebelum Dan Sesudah Massage Effleurage

Hasil analisis dengan uji paired t-test menunjukkan skala intensitas nyeri

dismenore pada kelompok massage effleurage sebelum dan sesudah diberi

intervensi diperoleh t(df) = 14,261(19), perbedaan Mean = 4,25 Perbedaan

SD = 1,333 dan nilai p = 0,000. Nilai p value menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan dari sebelum (pretest) dilakukan massage effleurage dengan

setelah dilakukan tindakan (Dahlan, 2013 dalam Trie Wahyu Agustina, 2016).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa massage effleurage dapat menurunkan

intensitas nyeri dismenore secara signifikan sehingga menunjukkan perbedaan

yang signifikan antara skala intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan

massage effleurage.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri

setelah pemberian massage effleurage. Salah satu hal yang dapat menurunkan

nyeri yaitu karena pemberian massage effleurage pada abdomen yang

menstimulasi serabut taktil dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Stimulasi

pada kulit dengan effleurage dapat menghasilkan pesan yang dikirim melalui

serabut A-α, yang mengakibatkan gerbang tertutup sehingga korteks serebri

tidak menerima sinyal nyeri dan intensitas nyeri berubah karena serabut ini dapat

menghantarkan nyeri secara cepat, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Hapsari & Anasari T (2013).

Penelitian lain yang mendukung penelitian tentang pengaruh relaksasi

nafas dalam terhadap intensitas nyeri dismenore adalah penelitian yang

dilakukan oleh Agustina (2016). Dimana dalam penelitian tersebut peneliti

memberikan intervensi massage effleurage dengan aromatherapy jasmine.

Penelitian tersebut dilakukan pada 20 responden yang mengalami dismenore

primer tanpa kelompok pembanding, dalam pengukuran pre test post test

dilakukan 2 kali yaitu ada pemijatan pertama dan pemijatan ke dua. Hasil akhir

menunjukkan bahwa responden mengalami penurunan intensitas nyeri yang

signifikan dengan nilai signifikansi p=0,000. Hasil akhir dalam penelitian tersebut

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh massage effleurage terhadap penurunan

intensitas nyeri dismenore.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian Wardina S Abunawas (2017)

dengan judul penelitian Perbedaan Pengaruh Stretching dan Massage Effleurage

Page 69: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Terhadap Penurunan Nyeri Haid Pada Mahasiswi Fisioterapi DI UNISA

Yogyakarta dengan jumlah responden 22 mahasiswi yang dibagi menjadi dua

kelompok intervensi menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pemberian stretching dan massage effleurage terhadap penurunan

nyeri haid (Abunawas, Dian W S, 2017).

Mekanisme penghambatan nyeri dengan massage effleurage berdasarkan

pada konsep Gate Control Theory. Berdasarkan teori tersebut stimulus serabut

taktil kulit dapat menghambat sinyal nyeri dari area tubuh yang sama atau area

lainnya. Stimulasi serabut taktil kulit dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

yaitu massage, rubbing, usapan, fibrasi dan obat olesanan algesik

(Wahyuningsih, 2014).

Massage effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah,

memberi tekanan, menghangatkan otot abdomen dan meningkatkan relaksasi

fisik dan mental. Massage effleurage merupakan teknik masase yang aman,

mudah, tidak perlu banyak alat, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping

dan dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain. Stimulasi taktil

dengan massage effleurage menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat

serabut saraf yang lebih besar (Serabut A Delta). Serabut A Delta akan menutup

gerbang sehingga Cortex Cerebri tidak menerima pesan nyeri karena sudah

diblokir oleh Counter stimulasi dengan massage effleurage sehingga persepsi

nyeri berubah, karena serabut di permukaan kulit (Cutaneus) sebagian besar

adalah serabut saraf yang berdiameter luas. Massage ini juga memfasilitasi

distraksi dan menurunkan transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen

sehingga mengurangi ketidaknyamanan pada area yang sakit. Sebagai teknik

relaksasi, massage effleurage mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan

sirkulasi area yang sakit serta mencegah terjadinya hipoksia (Wahyuningsih,

2014).

B.4. Efektivitas Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami

penurunan intensitas nyeri setelah diberikan intervensi baik relaksasi nafas

dalam maupun massage effleurage. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

Page 70: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

durasi intervensi selama 15 menit, pada menit ke 15 seluruh responden

mengatakan sudah merasa lebih baik dan rasa nyeri hilang. Penurunan nyeri

pada masing-masing responden berada pada durasi dan tingkat nyeri yang

berbeda-beda.

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh nilai t hitung relaksasi nafas dalam

yaitu 16,672 dan nilai p = 0,000 sedangkan nilai t hitung massage effleurage

yaitu 14,261 dan nilai p = 0,000. Nilai t hitung dari masing-masing

intervensi > t tabel = 1,761, begitu pula nilai p < nilai α = 0,05, yang berarti ada

perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri dismenore sebelum dan

sesudah intervensi pada dua kelompok yaitu relaksasi nafas dalam dan massage

effleurage.

Nilai t hitung relaksasi nafas dalam lebih besar dibandingkan dengan nilai t

hitung massage effleurage dan nilai kerelasi relaksasi nafas dalam = 0,633 lebih

besar dibandingkan dengan nilai korelasi massage effleurage = 0,578, yang

berarti relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri

dismenore dibandingkan dengan massage effleurage.

Nilai korelasi relaksasi nafas dalam adalah 0,633 menunjukkan bahwa

korelasi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore

sangat kuat. Teknik relaksasi nafas dalam berupaya agar responden fokus pada

daerah yang mengalami nyeri atau ketegangan otot pada perut bagian bawah

sehingga daerah yang mengalami nyeri akan berkurang, sementara nlai korelasi

massage effleurage adalah 0,578 menunjukan bahwa korelasi massage

effleurage terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore sedang.

Efek yang ditimbulkan dari kedua perlakuan sebenarnya tergantunng dari

sifat nyeri, kenyamanan dan lingkungan responden saat melakukan kedua

intervensi untuk menurunkan nyeri. Nyeri yang dialami responden sangat

subjektif, tidak bisa dirasakan oleh orang lain dan hanya responden yang dapat

menjelaskan bagaimana keadaan nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai pendapat

Judha (2012) sifat nyeri sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada

setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialami.

Page 71: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pada analisis hasil dan pembahasan dapat diambil

kesimpulan tentang penurunan intensitas nyeri dismenore pada remaja putri di

SMA Negeri 13 Medan sebagai berikut:

1. Skala intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam

adalah M = 5,60. SD= 1,603, nilai minimum = 3 dan nilai maksimum = 10.

2. Skala intensitas nyeri dismenore sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam

adalah M = 0,90. SD= 0,788, nilai minimum = 0 dan nilai maksimum = 2.

3. Skala intensitas nyeri dismenore sebelum dilakukan massage effleurage

adalah M = 5,40. SD= 1,603, nilai minimum = 3 dan nilai maksimum = 8.

4. Skala intensitas nyeri dismenore sesudah dilakukan massage effleurage

adalah M = 0,90. SD= 0,671, nilai minimum = 0 dan nilai maksimum = 2.

5. Ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri dismenore

sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam dengan nilai

p=0,000.

6. Ada perbedaan yang signifikan antara skala intensitas nyeri dismenore

sebelum dan sesudah dilakukan massage effleurage dengan nilai p=0,000.

7. Relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri

dismenore dibandingkan massage effleurage.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Lahan praktek (SMA Negeri 13 Medan)

a. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat di aplikasikan oleh

guru piket UKS di SMA Negeri 13 Medan sehingga siswi yang

mengalami dismenore mendapatkan pelayanan khususnya mengenai

relaksasi nafas dalam dan massage effleurage sehingga dapat

mengurangi nyeri dismenore yang dialami.

Page 72: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

b. Untuk organisasi Dokter Remaja semoga dapat mensosialisasikan

relaksasi nafas dalam dan massage effleurage kepada seluruh remaja

putri di SMA Negeri 13 Medan sehingga kedua intervensi ini dapat

dilketahui oleh para remaja putri tersebut.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat dipublikasikan secara luas kepada pihak akademis, sehingga dapat

dijadikan sumber referensi dalam memberikan asuhan pada pasien

dismenore. Dan bagi institusi pendidikan agar selalu meningkatkan

penelitian-penelitian di bidang kesehatan.

3. Bagi responden penelitian

Sesuai yang telah disampaikan dalam penelitian bahwa dismenore

sifatnya fisiologis, semoga dengan telah dilaksanakannya penelitian ini

responden dapat mengaplikasikan dan membagi ilmu yang didapat pada

remaja yang lain agar dapat menanggapi dismenore dengan rileks dan

terapi nonfarmakologis.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan

desain true experiment dengan menggunakan durasi intervensi yang

berbeda dan pengukuran berulang.

Page 73: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

DAFTAR PUSTAKA

Abunawas, Dian W S.2017. Perbedaan Pengaruh Stretching dan Massage Effleurage Terhadap Penurunan Nyeri Haid Pada Mahasiswi Fisioterapi DI UNISA Yogyakarta. Program Studi Fisioterapi S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah. Yogyakarta

Afiyanti, Y dan Pratiwi, A.2016. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. RajaGrafindo Persada. Jakarta

Agustina, T W.2016. Pengaruh Pemberian Effleurage Massage Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Keperawatan Semester IV Di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah. Yogyakarta

Chia, C F and JHY, Lai,et al.2013. Dysmenorrhoea among Hong Kong university students: prevalence, impact, and management.Medical Journal 3(19)

Hapsari, R W dan Anasari, T.2013. Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Metode Pemberian Cokelat Terhadap Penurunan Intensitas Dismenore Pada Remaja Putri Di Smk Swagaya 2 Purwokerto. Jurnal Involusi Kebidanan 3(5):26-38

Haryono, R.2016. Siap Menghadapi Menstruasi & Menopause. Gosyen Publishing. Yogyakarta

Hidayat, A A.2012. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta Selatan

Judha, M, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika. Yogyakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Juni. Jakarta

selatan

Khodakarami, B and Masoumi, SZ,et al. 2015. The Severity of Dysmenorrhea and its Relationship with Body Mass Index among Female Adolescents. Journal Of Midwifery And Reproductive Health 3(4):444-450

Kumalasari, I dan Andhyantoro, I. 2013. Kesehatan Reproduksi. Salemba Medika. Jakarta

Pitter, H Z dan Lubis, N L.2013. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Kencana. Jakarta

Priscilla, dkk.2012. Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang. Ners Jurnal Keperawatan 8(2):187-195

Page 74: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Putra, RS. 2016. Cara Mudah Melahirkan dengan Hypnobirthing. Laksana. Jakarta

Shah, M and Monga, A,et al. 2013. A study of prevalence of primary dysmenorrhea in young students-A cross-sectional study. Health Line (4):30-34

Sutanto, K dan Batihalim, L.2015. SPA.Kompas Gramedia.Jakarta

Tikamala, D.2016. Teknik Effleurage Massage Untuk Mengurangi Nyeri Kontraksi Uterus Pada Ny F Umur 27 Tahun Di Bpm Ajijah Bulus pesantren Kebumen. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah. Gombong

Wahyuningsih, M.2014. Efektivitas Aromaterapi Lavender (Lavandola Angustifolia) dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida di BPS Utami dan Ruang Ponek RSUD Karanganyar. Skripsi. Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma Husada. Surakarta

Yusuf, Ah, dkk. 2017. Kebutuhan Spiritual. Mitra Wacana Media. Jakarta

Page 75: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 76: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 77: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 78: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 79: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …
Page 80: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 5

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE EFFLEURAGE

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE

PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN

TAHUN 2018

Oleh : Febriani Syafitri

Nim : P07524414017

Saya adalah mahasiswi Prodi D IV Kebidan Medan Poltekkes Kemenkes

RI Medan. Ingin melakukan penelitian di SMA Negeri 13 Medan dengan tujuan

untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam & Massage Effleurage

Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri. Penelitian

ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Prodi D IV

Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Saya mengharapkan kesediaan adik-adik untuk menjadi responden dalam

penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk

pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden

penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika adik-adik bersedia untuk

mengizinkan menjadi responden silahkan adik-adik menandatangani formulir

persetujuan ini.

Medan, 2018

No. responden :

Tanda tangan :

Page 81: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 6

INFORMED CONSENT MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

No. Responden :

Umur :

Kelas :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden Skripsi sebagai tugas

akhir mahasiswa Prodi D IV Kebidanan Medan dengan senang hati dan sukarela

menerima intervensi Relaksasi Nafas Dalam / Massage Effleurage yang

dilakukan mahasiswa

Nama : Febriani Syafitri

Nim : P07524414017

Semester/Tahun Akademik : VII/2017-2018

Medan,

( )

Page 82: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE EFFLEURAGE

TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA

REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2017

(PRE TEST)

Kelompok: No. Responden:

A. Karakteristik Responden

Petunjuk pengisian :

Isilah titik dan tanda (√) pada pilihan di bawah ini sesuai dengan

jawaban Anda.

1. Inisial Responden :

2. Umur Responden (tahun)

15-16

16-17

17-18

> 18

B. Skala Pengukuran Intensitas Nyeri Sebelum Tindakan

Petunjuk Pengisian:

Pada skala nyeri di bawah ini, tulis angka yang merupakan angka

yang mewakili rasa nyeri yang responden rasakan saat ini.

Skala nyeri responden :

Relaksasi Nafas Dalam

Massage Effleurage

Page 83: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 8

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM & MASSAGE

EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI

DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13 MEDAN

TAHUN 2017

(POST TEST)

Kelompok: No. Responden:

A. Karakteristik Responden

Petunjuk pengisian :

Isilah titik dan tanda (√) pada pilihan di bawah ini sesuai dengan

jawaban Anda.

3. Inisial Responden :

4. Umur Responden (tahun)

15-16 17-18

16-17 > 18

B. Skala Pengukuran Intensitas Nyeri Setelah Tindakan

Petunjuk Pengisian:

Pada skala nyeri numerik di bawah ini, tulis angka yang

merupakan angka yang mewakili rasa nyeri yang responden rasakan

saat ini.

Skala nyeri responden :

Relaksasi Nafas Dalam

Massage Effleurage

Page 84: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 9

PROSEDUR RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI

DI SMA NEGERI 13 MEDAN

Beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai!

Ya : Jika kegiatan dilakukan sesuai dengan prosedur

Tidak : Jika kegiatan tidak dilaksanankan

Responden :

Tanggal :

Observer :

Lembar Check List Relaksasi Nafas Dalam pada remaja putri dengan

dismenore (Diambil dari Ah. Yusuf, 2017)

No

TINDAKAN TEKNIK Relaksasi Nafas Dalam

Ya Tidak

1.

Persiapan sebelum pelaksanaan: a. Persiapan ruangan yang nyaman dan meminimalkan

kebisingan dan gangguan dengan menutup ruang UKS (ruangan yang digunakan dalam melakukan intervensi).

b. Persiapan klien dengan meminta klien untuk berbaring atau duduk sesuai dengan kenyamanan klien.

2. Mencari posisi yang paling nyaman.

3. Rileks, bernapas normal dengan perlahan-lahan.

4. Kemudian dalam keadaan yakin hitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, tahan 3-5 detik, keluarkan napas pada hitungan 3 dan 4.

5. Ulangi selama 3 kali, kemudian istirahat dengan bernapas dengan irama normal kembali selama ± 5 detik.

6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan.

7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.

8. Usahakan agar tetap konsenterasi atau mata sambil terpejam

9. Pada saat konsenterasi pusatkan pada daerah yang nyeri.

10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.

11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap kali.

12 Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara singkat dan cepat.

Nb: Intervensi dilakukan dalam waktu 15 menit. Tuliskan menit ke berapa mengalami

pengurangan rasa nyeri.

Page 85: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 10

PROSEDUR MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 13

MEDAN

Beri tanda check list (√) pada kolom yang sesuai!

Ya : Jika kegiatan dilakukan sesuai dengan prosedur

Tidak : Jika kegiatan tidak dilaksanankan

Responden :

Tanggal :

Observer :

Enumerator : Harryjun K Siregar, SST, FT, M.Fis

Lembar Check List Teknik Massage Effleurage pada remaja putri dengan

dismenore (Diambil dari Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009)

No TINDAKAN TEKNIK

MASSAGE EFFLEURAGE Ya Tidak

1 Mencuci tangan

2 Menuangkan minyak ke wadah

3 Bebaskan daerah abdomen dari pakaian

4 Ambil minyak, ratakan pada kedua telapak tangan

5 Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen

6 Dimulai dari abdomen bagian bawah diatas simpisis pubis

7 Arahkan tangan kesamping perut

8 Kemudian ke fundus uteri kemudian turun ke umbilicus

dan kembali ke perut bagian bawah diatas simpisis bentuk

pola gerakan seperti “kupu-kupu”, lakukan gerakan 4 kali

dalam hitungan 1-8, kemudian istirahat sejenak dalam

hitungan 1-4.

9 Ulangi gerakan selama 15 menit

10 Ambil handuk kecil, bersihkan bagian abdomen dan tutup

kembali pakaian klien

Nb: Intervensi dilakukan dalam waktu 15 menit. Tuliskan menit ke berapa

mengalami pengurangan rasa nyeri

Page 86: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

JUDUL SOP:

RELAKSASI NAFAS DALAM

1. PENGERTIAN Relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.

2. TUJUAN 1. Menurunkan ketegangan otot. 2. Meningkatkan ventilasi paru. 3. Oksigenasi darah. 4. Menurunkan intensitas nyeri. 5. Menurunkan tingkat kecemasan

3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan pre menstrual syndrome. (3-5 hari sebelum menstruasi)

2. Klien dengan nyeri dismenore primer.

3. Klien setelah mestruasi. (2-3 hari setelah menstruasi)

4. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri dan identifikasi klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.

2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.

3. Siapkan peralatan yang diperlukan 4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik 5. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan

nyaman

5. PERSIAPAN ALAT 1. Timer 2. Lembar Observasi

6. PERSIAPAN SEBELUM PELAKSANAAN

1. Persiapan ruangan yang nyaman dan meminimalkan kebisingan dan gangguan dengan menutup ruangan.

7. CARA KERJA PROSEDUR 1. Jelaskan prosedur pada klien. 2. Atur posisi klien (boleh berbaring/duduk) 3. Ciptakan lingkungan yang tenang. 4. Usahakan tetap rileks dan tenang, bernafas

normal dengan perlahan-lahan. 5. Kemudian dalam keadaan yakin hitung

sampai 4, tarik nafas pada hitungan 1 dan 2, tahan 3-5 detik, keluarkan nafas pada

Lampiran 11 SOP Relaksasi Nafas Dalam

Page 87: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

hitungan 3 dan 4. 6. Ulangi selama 3 kali, kemudian istirahat

dengan bernafas dengan irama normal kembali selama ± 5 detik.

7. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan.

8. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks. 9. Usahakan agar tetap konsenterasi atau mata

sambil terpejam. 10. Pada saat konsenterasi pusatkan pada

daerah yang nyeri. 11. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga

nyeri terasa berkurang. 12. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi

istirahat singkat setiap 3 kali. 13. Ulangi prosedur selama 15 menit. 14. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat

bernafas secara singkat dan cepat.

8. EVALUASI 1. Evaluasi hasil yang dicapai (penurunan skala

nyeri)

2. Beri reinforcement positif pada klien.

3. Mengakhiri pertemuan dengan baik

Page 88: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

Lampiran 12 SOP Massage Effleurage

6. PERSIAPAN ALAT 1. Baby oil 2. Tisu 3. Handuk kecil

7. CARA KERJA Prosedur

1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.

JUDUL SOP: MASSAGE EFFLEURAGE

1. PENGERTIAN Massage effleurage adalah istilah untuk gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan (Lembut, Lambat dan panjang atau tidak putus-putus) teknik pijatan yang dilakukan untuk membantu mempercepat proses pemulihan nyeri dengan menggunakan sentuhan tangan pada abdomen klien untuk menimbulkan efek relaksasi.

2. TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah. 2. Menurunkan respon nyeri dismenore. 3. Menurunkan ketegangan otot.

3. INDIKASI 1. Klien dengan keluhan pre menstrual syndrome. (3-5 hari sebelum menstruasi)

2. Klien dengan nyeri dismenore primer.

3. Klien setelah mestruasi. (2-3 hari setelah menstruasi)

4. KONTRA INDIKASI

1. Luka pada daerah yang akan dimassage. 2. Gangguan atau penyakit kulit. 3. Jangan melakukan pemijatan langsung pada

daerah tumor. 4. Jangan melakukan massage pada daerah yang

sedang lebam. 5. Jangan melakukan massage pada daerah yang

sedang inflamasi. 6. Hati-hati saat melakukan massage pada daerah

yang mengalami gangguan sensasi seperti penurunan sensasi maupun hiperanastesia (Tappan & Benjamin, 2014)

5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri dan identifikasi klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.

2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.

3. Siapkan peralatan yang diperlukan 4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik 5. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan

nyaman

Page 89: SKRIPSI PENGARUH RELAKSASI NAFAS DALAM DAN …

2. Bebaskan bagian abdomen dari pakaian klien. 3. Mencuci tangan. 4. Menuangkan minyak wadah. 5. Ambil minyak, ratakan pada kedua telapak tangan. 6. Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen. 7. Dimulai dari abdomen bagian bawah di atas simfisis

pubis. 8. Arahkan tangan ke samping perut. 9. Kemudian ke fundus uteri kemudian turun ke

umbilikus dan kembali ke perut bagian bawah diatas simpisis bentuk pola gerakan seperti “kupu-kupu”, lakukan gerakan 4 kali dalam hitungan 1-8, kemudian istirahat sejenak dalam hitungan 1-4.

10. Ulangi gerakan selama 15 menit. 11. Ambil handuk kecil, bersihkan bagian abdomen dan

tutup kembali pakaian klien. 12. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai. 13. Bereskan alat-alat yang telah digunakan. 14. Cuci tangan.

8. EVALUASI 4. Evaluasi hasil yang dicapai (penurunan skala nyeri)

5. Beri reinforcement positif pada klien. 6. Mengakhiri pertemuan dengan baik