bab ii tinjauan pustaka 2.1 teknik relaksasi nafas...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM Menurut Smeltzer (2002) dalam buku Brunner dan Suddarth (2002), teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan Latihan nafas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk, 2002). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002). 2.1.1 Tujuan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Smeltzer dan Bare (2002), menyatakan bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merilekskan tegangan otot, meningkatkan efesiensi 6

Upload: vuongngoc

Post on 02-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

Menurut Smeltzer (2002) dalam buku Brunner dan Suddarth (2002), teknik

relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan

intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

tegangan otot yang menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa

relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan Latihan nafas dalam adalah

bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan

abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk, 2002).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana

cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)

dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan

intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi

paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

2.1.1 Tujuan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam

Smeltzer dan Bare (2002), menyatakan bahwa tujuan relaksasi pernafasan

adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,

mencegah atelektasi paru, merilekskan tegangan otot, meningkatkan efesiensi

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

7

batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan

intensitas nyeri (mengontrol atau mengurangi nyeri) dan menurunkan kecemasan.

Selain itu menurut Suddarth dan Brunner (2002), tujuan nafas dalam adalah untuk

mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja

bernafas, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot,

menghilangkan ansietas, menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernafasan yang

tidak berguna, tidak terkoordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan,

mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja bernafas.

2.1.2 Patofisiologi Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap nyeri

Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan

meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Relaksasi

melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah

dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari penurunan oleh

teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan

bagian dari sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan

internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,

prostaglandin dan substansi p yang akan merangsang saraf simpatis sehingga

menyebabkan saraf simpatis mengalami vasokonstriksi yang akhirnya

meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek spasme otot yang

akhirnya menekan pembuluh darah. Mengurangi aliran darah dan meningkatkan

kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari

medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri (Brunner,

Suddarth.2002).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

8

2.1.3 Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan menurut

(Smeltzer & Bare,2002) :

a. Posisi relaksasi dengan terlentang

Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua

tangan rileks disamping bawah lutut dan kepala diberi bantal.

b. Posisi relaksasi dengan berbaring miring

Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan

dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung.

c. Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring terlentang

Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua

lengan disamping telinga.

d. Posisi relaksasi dengan duduk

Duduk membungkuk, kedua lengan diatas sandaran kursi atau diatas

tempat tidur, kedua kaki tidak boleh menggantung.

2.1.4 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Prosedur teknik relaksasi nafas dalam menurut Priharjo (2003), yakni

dengan bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan

diafragma yang mengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi

yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan

udara masuk selama inspirasi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

9

Adapun langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan

udara melalui hitungan 1,2,3

4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali

6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui

mulut

7. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

8. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam

terhadap penurunan nyeri

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), teknik relaksasi nafas dalam

dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu :

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi

vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke

daerah yang mengalami spasme dan iskemic.

b. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh

untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

10

c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat

Relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan

alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.

2.2. NYERI

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan.

Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam

hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Musrifatul dan Hidayat, 2011).

Menurut Mc, Coffery (1979) yang dikutip oleh Aziz Alimul Hidayat,

(2011), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut

pernah mengalaminya. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial sehingga

menjadikan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan

(Smletzer & Bare, 2002).

Pendapat Kozier dan Erb (1983) dalam Tamsuri (2007), nyeri adalah

sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang

diakibatkan persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka. Sementara

Barbara (1996) mengungkapkan bahwa, nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman

yang bersifat benar-benar subjektif dan hanya orang yang menderitanya yang

dapat menceritakan dan mengevaluasi, masih menurut Barbara (1996), nyeri juga

dapat diartikan sebagai bentuk pengalaman yang dapat dipelajari oleh pengaruh

dari situasi hidup masing-masing orang.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

11

2.2.1 Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku (Mc. Nair,

1990 dalam Potter dan Perry, 2005), munculnya nyeri sangat berkaitan erat

dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri adalah nociceptor, yang

merupakan ujuang-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang

tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,

hati dan kantong empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya

stimulasi atau rangsangan (Musrifatul dan Hidayat, 2011). Stimulus penghasil

nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Menurut Jones dan Cory

(1990), ada dua tipe serabut saraf perifer yang mengonduksi stimulus nyeri yaitu:

a. Reseptor A-delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det).

memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apabila penyebab

nyeri dihilangkan (Tamsuri, 2007).

b. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang

terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit

dilokalisasi (Tamsuri. 2007). Serabut saraf memasuki medulla spinalis dan

menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa

berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi

dengan sel-sel saraf inhibitor mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

12

otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus

mencapai korteks cerebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri dan

memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta

asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Mc. Nair, 1990 dalam

Potter dan Perry, 2005).

2.2.2 Teori nyeri

Menurut Long (1989) dalam Hidayat (2011), terdapat beberapa teori tentang

terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :

1. Teori pemisahan ( specificity theory ). menurut teori ini rangsangan sakit

masuk ke medula spinalis ( spinal cord ) melalui kornu dorsalis yang

bersinaps di daerah posterior. Kemudian naik ke tractus lissur dan

menyilang di garis median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris

tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

2. Teori Pola, (pattern theory) rangsangan nyeri masuk mellaui akar ganglion

dorsal ke medula spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi,

yaitu korteks cerebri, serta konstraksi menimbulkan persepsi dan otot

berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh

modalitas respon dari reaksi sel T.

3. Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory) menurut Melzack dan

Wall (1965) yang dikutip oleh Qittum (2008), mengusulkan bahwa impuls

nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

13

sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan

saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar

teori menghilangkan nyeri. Menurut Teori ini nyeri bergantung dari kerja

saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.

Rangsangan pada serat besar akan meningkatkan aktivitas substansia

gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga

aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan

terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang ke korteks

cerebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medula spinalis

melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T.

Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia

gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas

sel T yang selanjutnya akan mengahantarkan rangsangan nyeri.

Sedangkan menurut Smelzer & Bare (2002), Prinsip yang

mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi

sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang

mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat

terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin, prostaglandin dan

substansi p, akan merangsang syaraf simpatis sehingga menyebabkan

vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan

berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh

darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

14

otot yang menimbulkan pengiriman implus nyeri dari medulla spinalis ke

otak dan dipresepsikan sebagai nyeri.

4. Menurut Long (1989) dalam Hidayat (2011), Teori Transmisi dan Inhibisi.

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls saraf,

sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang

spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-

impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada

serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.

2.2.3 Respon Tubuh terhadap Nyeri

Terdapat beberapa respon tubuh terhadap nyeri, diantaranya respon

fisiologis, respon psikologis dan respon perilaku.

a. Respon Fisiologis

Respon fisiologis yang ditunjukkan oleh tubuh terhadap nyeri terdiri

atas respon Simpatis dan parasimpatis. Berikut ini perbedaan respon

simpatis dan parasimpatis menurut Prasetyo (2010).

Tabel 2.1 Respon Fisiologis Tubuh

Respon Simpatis Respon Parasimpatis a) Dilatasi saluran bronkhial dan

peningkatan respirasi rate

b) Peningkatan heart rate

c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan

tekanan darah

d) Peningkatan nilai gula darah

e) Diaphoresis

f) Peningkatan kekuatan otot

g) Dilatasi pupil

h) Penurunan motilitas Gastrointestinal

a) Muka pucat

b) Otot mengeras

c) Penurunan denyut jantung dan

tekanan darah

d) Nafas cepat dan irreguler

e) Nausea dan vomitus

f) Kelelahan dan keletihan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

15

b. Respon Psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap

nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Menurut Qittun (2008), arti nyeri bagi

setiap individu berbeda-beda antara lain : Bahaya atau merusak, komplikasi

seperti infeksi, kehilangan mobilitas, hukuman untuk berdosa, Tantangan,

Penghargaan terhadap penderitaan orang lain, sesuatu yang harus ditoleransi, dan

bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki. Pemahaman tentang arti nyeri

sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga

faktor sosial budaya.

c. Respon perilaku

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal

(mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur), perilaku vokal, ekspresi wajah

(meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir), gerakan tubuh (gelisah,

imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan), kontak fisik

dengan orang lain atau perubahan respon terhadap lingkungan (menghindari

percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada

aktivitas menghilangkan nyeri) (Brunner & Sudarth, 2002).

2.2.4 Klasifikasi Nyeri

menurut Aziz Alimul Hidayat (2011), klasifikasi nyeri secara umum

dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

16

a. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot. Nyeri akut disebabkan oleh eksternal atau

penyakit dalam, dan daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti

(Hidayat,2011).

b. Menurut Long (1989) dalam Hidayat.A. (2011) Nyeri kronis merupakan

nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam

waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Nyeri kronis penyebabnya

tidak diketahui atau karena pengobatan yang terlalu lama, dan daerah nyeri

sulit dibedakan intensitasnya, sehingga sulit di evaluasi. Yang termasuk

dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis

dan nyeri psikomatis.

Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik,

diantarnya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri alih (referent pain), nyeri

psikogenik, nyeri phantom dan ekstremitas, nyeri neurologis dan lain-lain

(Musrifatul,2011).

Klasifikasi nyeri menurut lokasi serangan (Long B.C, 1996), adalah sebagai

berikut :

1) Nyeri Somatik

Terbagi menjadi dua jenis yaitu nyeri superficial, yang merupakan nyeri

akibat kerusakan jaringan kulit dan nyeri deep somatic merupakan nyeri yang

ditimbulkan karena kerusakan di dalam ligamen dan tulang.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

17

2) Nyeri Viceral

Nyeri viceral merupakan nyeri yang timbul akibat adanya gangguan pada

organ bagian dalam, misalnya pada abdomen, cranium dan thoraks.

3) Nyeri Alih

Merupakan nyeri yang menjalar dan terasa pada lokasi lain dari lokasi yang

sebenarnya terkena serangan.

4) Nyeri Psikogenik

Nyeri psikogenik merupakan nyeri yang tidak diketahui penyebab

fisiologisnya.

5) Nyeri Phantom

Nyeri phantom merupakan nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah satu

ekstremitas yang telah di amputasi.

6) Nyeri Neurologis

Merupakan nyeri dalam sistem neurologis yang timbul dalam berbagai bentuk,

seperti neuralgia.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Respon Nyeri

Dalam bukunya, Potter & Perry (2005) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi nyeri terdiri atas:

1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak-anak lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara

kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia. Anak

belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

18

pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan

mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang

dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani

dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri

diperiksakan (Potter&Perry, 2005).

2. Jenis kelamin

Gill (1990), mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara

signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya dan

faktor biokimia. Dari data diatas penulis menyimpulkan tidak pantas jika laki-laki

mengeluh nyeri sedangkan wanita boleh mengeluh nyeri (Potter&Perry,2005).

3. Kebudayaan

Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang

berespons terhadap nyeri, bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berperilaku

dalam berespons terhadap nyeri. Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi

persepsi nyeri (Zatzick & Dimsdale, 1990 dalam Brunner & Sudarrth, 2003).

Harapan budaya tentang nyeri yang individu pelajari sepanjang hidupnya

jarang dipengaruhi oleh pemajanan terhadap nilai-nilai yang berlawanan dengan

budaya lainnya. Akibatnya, individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka

terhadap nyeri adalah normal dapat diterima. Akibatnya individu yakin bahwa

persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri adalah normal dapat diterima. Nilai-

nilai budaya perawat dapat berbeda dengan nilai-nilai budaya pasien dari budaya

lain. Harapan dan nilai-nilai budaya perawat dapat mencakup menghindari

ekspresi nyeri yang berlebihan seperti meringis, dan menangis berlebihan

(Brunner&Sudarrth, 2003).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

19

4. Makna nyeri

Individu akan mempersepsikan dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri

tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.

Derajat dan kualitas nyeri akibat cedera karena hukuman dan tantangan. Makna

nyeri oleh seseorang akan berbeda jika pengalamannya tentang nyeri juga

berbeda. Selain pengalaman, Makna nyeri juga dapat ditentukan dari cara

seseorang beradaptasi terhadap nyeri yang dialami. Misalnya, seseorang wanita

yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda dengan seorang

wanita yang mengalami nyeri akibat cedera pukulan pasangannya (Potter&Perry,

2005).

5. Perhatian

Menurut Gill (1990) yang dikutip oleh Priyanto (2009), “tingkat seorang

klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan

upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun”. Konsep ini

merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam keperawatan.

6. Ansietas

Menurut Gil (1990) dalam Potter dan Perry (2005), hubungan antara nyeri

dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri,

tetapi juga seringkali menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan

otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sama hubungan cemas

meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang

cemas. Sulit untuk memisahkan dua sensasi, stimulus nyeri mengaktifkan bagian

sistem limbik yang diyakinkan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

20

7. Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat

ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.

Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu

dalam mengatasi nyeri (Priyanto,2009)

2.2.6 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua

orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik

tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak

dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Ada beberapa skala yang digunakan dalam pengukuran intensitas nyeri,

diantaranya :

a. Skala intensitas nyeri menurut Agency for Health Care Policy and

Research (AHCPR). Acute Pain Management: Operative or medical

Prosedures and Trauma (1992), dalam Brunner dan Suddarth (2002 )

terdiri atas tiga bentuk, yaitu.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

21

1) Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

Gambar 2.1 Skala intensitas nyeri Deskriptif

2) Skala intensitas nyeri numerik

Gambar 2.2 Skala intensitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

Gambar 2.3 Skala analog visual

b. Skala Nyeri Menurut Bourbanis

Gambar 2.4 Skala Bourbanis

0 10 Tidak Nyeri sangat Nyeri Hebat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

22

Keterangan :

0 : Tidak nyeri,

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik,

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi,

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

c. Skala Wajah

Berikut ini adalah Skala nyeri menurut Hockenberry, MJ : Wong’s nursing

care of infants and children, ed 7, St. Louis 2003. Mosby (Jackson. M &

Jackson. L, 2011)

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Sangat Nyeri Nyeri Hebat Nyeri Sedikit lebih Berat

Gambar 2.5 Skala Wajah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

23

2.3 SECTIO CAESARIA

Sectio caesaria adalah tindakan yang digunakan untuk mengakhiri kehamilan

atau persalinan bila tidak mungkin melakukan persalinan pervaginam. Sehingga

tidak perlu mencari indikasi khusus untuk melakukan operasi ini (Martinus

Gerhard, 1997).

Menurut Prawirohardjo (1999), seksio sesarea adalah pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Sedangkan

menurut Farrer (2001), Sectio caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk

melahirkan bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan

dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah

tranversal, dilanjutkan dengan pendapat Cunningham (2006), sectio caesaria

adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan

dinding uterus (histeretomi).

Jadi operasi Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan

guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen

dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut

dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Alsatrio,2012)

2.3.1 Indikasi

Indikasi seksio sesarea antara lain : disproporsi janin-panggul, gawat janin,

plasenta previa, pernah seksio sesarea, kelainan letak, partus tak maju, kehamilan

dengan resiko tinggi, pre-eklampsia dan hipertensi (Prawirohardjo, 2005).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

24

Sedangkan menurut Mochtar R (2002), indikasi sectio caesaria terbagi atas :

1. Indikasi Ibu

a) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior).

b) Panggul sempit.

c) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran

kepala dengan panggul.

d) Partus lama (prolonged labor)

e) Ruptur uteri mengancam

f) Partus tak maju (obstructed labor)

g) Distosia serviks

h) Pre-eklampsia dan hipertensi

i) Disfungsi uterus

j) Distosia jaringan lunak.

2. Indikasi janin dengan sectio caesarea:

a) Letak lintang

b) Letak bokong

c) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.

d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-

cara lain tidak berhasil.

e) Gemelli menurut Eastman, sectio caesarea di anjurkan:

1. Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder

presentation)

2. Bila terjadi interlok (locking of the twins)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

25

3. Distosia oleh karena tumor.

4. Gawat janin

f) Kelainan Uterus :

Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala

janin ke pintu atas panggul.

2.3.2 Klasifikasi Sectio Caesaria

Menurut Mochtar R (2002), tindakan sectio caesarea dapat dibagi menjadi 3

(tiga) jeniS:

1. Sectio Caesaria Klasik

Insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah

dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan

sectio caesaria transperitonialis profunda. Sectio Caesaria Klasik dilakukan

dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang

10 cm.

2. Sectio Caesaria iskemia rafunda

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen

bawah rahim (Low servikal Transversal) kira-kira 10 cm.

Segmen bawah insisi melintang

Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil,

luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan berhenti di dekat

daerah pembuluh-pembuluh darah uterus. Kepala janin yang pada sebagian

besar kasus terletak dibalik insisi di ekstraksi atau di dorong, diikuti oleh

bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

26

Segmen Bawah : Insisi membujur

Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus seperti pada

insisi melintang. Insisi membujur dibuta dengan skapel dan dilebarkan

dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.

3. Sectio Caesaria Extraperitoenal (SCEP)

Pembedahan ekstraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya

histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan

mencegah peritonitis generalisasi yang bersifat fatal (Farrer,2001).

2.3.3 Manifestasi Klinis

Menurut Prawirohardjo (1999), manifestasi klinis pada klien dengan post

sectio caesarea, antara lain :

a) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml,

b) Terpasang kateter : urine jernih dan pucat,

c) Abdomen lunak dan tidak ada distensi,

d) Bising usus tidak ada,

e) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru,

f) Balutan abdomen tampak sedikit noda,

g) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

27

2.3.4 Komplikasi Sectio Caesaria

Komplikasi sectio caesaria menurut Farrer (2001), yakni :

a. Nyeri pada insisi

b. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostatis

karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah

pemanjangan masa persalinan.

c. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih besar bila

sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila terdapat infeksi

dalam rahim.

d. Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang lebar

e. Infeksi akibat luka pasaca operasi

f. Bengkak pada ekstremitas bawah

g. Gangguan laktasi

h. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul, dan

i. Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional.

2.3.5 Penatalaksanaan Nyeri Pada Pasien Post operasi Sectio Caesaria

Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan nyeri untuk klien post sectio

caesarea meliputi :

1. Pentalaksanaan Farmakologi

a. Meperidine/Petidine

Terdapat berbagai macam analgesik opioid yang digunakan

untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri (Sulistia, 2007).

Salah satunya yakni Meperidine atau biasa dikenal dengan petidine.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

28

Meperidin mempunyai efek farmakodinamik pada susunan saraf

pusat. Efek analgetik meperidin mulai timbul 15 menit setelah

pemberian oral dan mencapai puncak dalam 2 jam. Efek analgetik

timbul lebih cepat setelah pemberian subkutan atau IM yaitu dalam 10

menit, mencapai puncak dalam waktu 1 jam dan masa kerjanya 3-5

jam. Pada saluran nafas, meperidine dalam dosis ekuianalgetik

menimbulkan depresi nafas sama kuat dengan morfin dan mencapai

puncaknya dalam 1 jam setelah suntikan IM. (Sulistia, 2007).

Farmakoinetik dari meperidin, yakni jalur pemberian meperidin

sama seperti dengan morfin. Pada pemberian secara intramuskuler,

meperidin diabsorbsi secara cepat dan komplit, dimana kadar puncak

dalam plasma dicapai dalam waktu 20 – 60 menit. Bioavailabilitas

secara oral mencapai 45% - 75%. Meperidin 64% terikat pada protein

plasma, dengan lama kerja 2 – 4 jam dan waktu paruh eliminasinya

adalah 3 – 4 jam. Rata – rata metabolisme meperidin adalah 17% per

jam. Meperidin 80% dimetabolisir di hati melalui proses hidrolisis dan

dimetilasi menjadi normeperidin dan asam meperidinat. Setelah

mengalami konjugasi akan dikeluarkan melalui ginjal. Sebanyak 5% -

10% meperidin diekskresi melalui ginjal tanpa mengalami perubahan,

sedangkan kurang dari 10% diekskresi melalui sistem bilier

(Sasongko,2005). Metabolisme meperidine terutama berlangsung

dihati (Sulistia,2007).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

29

b. Asam Mafenamat

Menurut Purnamasari (2012), Asam Mefenamat merupakan

kelompok antiinflamasi nonsteroid bekerja dengan cara menghambat

sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat

enzim siklo oksiginase sehingga mempunyai efek analgesik,

antiinflamasi dan antipiretik. Karena Asam Mefenamat termasuk ke

dalam golongan (NSAIDS), maka kerja utama (Farmakodinamik) dari

obat ini kebanyakan nonsteroidal anti inflammatory drugs (NSAIDS)

adalah sebagai penghambat sintesis prostaglandin, sedangkan kerja

utama obat antiradang glukortikoid menghambat pembebasan asam

arakidonat.

Sedangkan farmakokinetik asam mafenamat, yakni Asam

Mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran gastrointestinal

apabila diberikan secara oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1

sampai 2 jam setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul asam mefenamat.

Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg memberikan

kadar plasma puncak selama 2 sampai 4 jam dengan t ½ dalam plasma

sekitar 2 jam (Purnamasari, 2012).

c. Kaltrofen

Kaltrofen adalah obat yang mengandung ketoprofen dan

termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid (AINS),

derivat asam propionat. Obat anti inflamasi non steroid merupakan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

30

obat yang mempunyai efek analgesik (penghilang rasa sakit),

antipiretik (penurun panas) dan antiinflamasi (menghilangkan

pembengkakan). Farmakodinamik dari Kaltrofen yakni dengan cara

menghambat sintesa prostaglandin, yang merupakan suatu zat yang

dapat menyebabkan inflamasi (Chandra, 2010).

Sedangkan Farmakokinetik dari Kaltrofen yakni Kaltrofen

diabsorbsi dilambung dan waktu paruh plasma untuk mengabsorbsi

yakni selama 2 jam (Chandra, 2010).

Menurut Neeza (2010), Pemberian dosis dari kaltrofen yakni :

- Kaltrofen 50 mg tablet : 1 tablet 3-4 kali sehari

- Kaltrofen 100 mg tablet : 1 tablet 2-3 kali sehari atau menurut

petunjuk dokter,sebaiknya diberikan bersamaan dengan makanan

atau susu.

- Kaltrofen OD 200 mg kapsul : 1 kapsul 1 kali sehari Bentuk sediaan

pelepasan lambat sebaiknya tak digunakan untuk nyeri akut.

- Kaltrofen 10 mg suppositoria : Jika dikombinasikan dengan preparat

oral, maka pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang

dimasukkan ke dalam rektum. Jika tidak dikombinasikan, dosis

lazim adalah 1 supositoria 2 kali sehari. Menurut Sunardi (2012)

pemberian analgetik ketoprofen. suppositoria biasanya diberikan 2

kali/12 jam.

- Injeksi Intra Muscular : 50 -100 mg tiap 4 jam, dapat diulangi hingga

maksimum 200 mg dalam 24 jam. Diberikan secara injeksi intra

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

31

muskular dalam pada kuadran lateral atas bokong. Penggunaan

secara injeksi sebaiknya tidak lebih dari 3 hari. Bila responnya baik,

maka dapat dialihkan ke terapi oral dalam bentuk tabiet/kapsul.

Penatalaksanaan medis pasien sectio lainnya yakni dengan pemberian

oksitosin. Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar mamae. Adapun

efek farmakodinamik dan farmakokinetik Oksitosin Menurut Sulistia (2007) yang

dikutip oleh Martin (2011) yakni :

Farmakodinamik

- Efek pada mamae:

Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → bersifat selektif dan

cukup kuat pada pasca persalinan.

Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta

mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.

- Efek Kardiovaskuler:

Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)

Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke

ekstremitas menurun, takikardi dan curah jantung menurun

Farmakokinetik

Hasil baik pada pemakaian parenteral

Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian

tablet isap

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

32

Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil

aminopeptidase → berfungsi mengaktifkan oksitoksin → enzim

tersebut berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh plasenta.

Waktu paruh oksitosin sangat singkat, antara 3-5 menit. Oksitosin

tidak terikat oleh protein plasma dan dieliminasi oleh ginjal dan hati

(sulistia,2007)

2. Pentalaksanaan Non Farmakologi

Menurut Cuningham (2006), pentalaksanaan non farmakologi

nyeri dari pasien post sectio caesaria, adalah :

a. Tanda-tanda vital

Setelah dipindahkan ke ruang rawat, maka tanda-tanda vital pasien harus

di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta

keadaan fundus uteri harus diperiksa, adanya abnormalitas harus

dilaporkan.Selain itu suhu juga perlu diukur.

b. Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan, termasuk Ringer Laktat,

terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya.

Meskipun demikian, jika output urin di bawah 30 ml perjam, pasien harus

dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau

sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah

pembedahan.Jika tidak, pemberian infus boleh diteruskan.Paling lambat pada hari

kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan

biasa.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

33

c. Vesika urinaria dan usus

Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam

post operasi. Kemampuan mengosongkan urinaria harus dipantau sebelum terjadi

distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi

gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan

diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan

keluhan pasien.

d. Ambulasi

Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat

bangun dari tempat tidur sebentar sekurang-kurangnya sebanyak 2 kali. Ambulasi

dapat ditentukan waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik yang

baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat

berjalan ke kamar mandi dengan pertolongan.Dengan ambulasi dini, trombosit

vena dan emboli pulmoner jarang terjadi.

e. Perawatan luka

Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative

ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan.Secara normal jahitan kulit

diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga

post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

f. Laboratorium

Secara rutin Ht diukur pada pagi hari setelah operasi, Ht harus segera

dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau

keadaan lain yang menunjukan hipovolemia. Jika Ht stabil, pasien dapat

melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi

kehilangan darah lebih lanjut.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

34

2.3.6 Nyeri pada ibu Post Operasi Sectio Caesaria

Pada Proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri

pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar dan efek

anastesi habis bereaksi, pasien akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang

mengalami pembedahan. Pada operasi Sectio Caesaria ada 7 lapisan perut yang

harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7 lapisan tersebut dijahit

satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Rasa nyeri didaerah

sayatan yang membuat terganggu dan pasien merasa tidak nyaman (Walley,

2008).

Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan memiliki

pengaruh negatif pada penyembuhan nyeri. Kontrol nyeri sangat penting

dilakukan sesudah pembedahan. Nyeri yang dibebaskan dapat mengurangi

kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang

cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus digunakan untuk

memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat dibebaskan. (Potter dan Perry,

2006).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

35

2.4 KERANGKA TEORI

Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam

Gambar 2.6 Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Teknik Relaksasi Nafas Dalam

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin

b. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh

c. Relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain

Nyeri Respon tubuh :

1. Respon Fisiologis 2. Respon Psikologis 3. Respon Perilaku

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Nyeri :

1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Kebudayaan 4. Makna nyeri 5. Perhatian 6. Ansietas 7. Pengalaman masa lalu

Intensitas Nyeri :

0 = Tidak Nyeri 1 = Nyeri sedikit 2 = Nyeri 3 = Nyeri lebih berat 4 = Sangat Nyeri 5 = Nyeri Hebat

Skala Wajah

Pasien Sectio Caesaria

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEKNIK RELAKSASI NAFAS …eprints.ung.ac.id/3221/3/2013-1-14201-841409089-bab2... · Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

36

2.5 KERANGKA KONSEP

Secara garis besar mengenai sistem keterkaitan antara konsep penelitian

adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.7 Kerangka konsep

Ket : = Variabel yang diteliti

2.6 HIPOTESIS PENELITIAN

Ha : Terdapat pengaruh antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas

nyeri pada pasien post operasi sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Prof.

Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Teknik relaksasi nafas dalam

Nyeri Post-Operasi Sectio Caesaria