skripsi oleh:

71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Skripsi Oleh: RITA JIWA SETYANI X 4306016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: ngongoc

Post on 13-Jan-2017

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU

DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN

MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

Skripsi

Oleh:

RITA JIWA SETYANI

X 4306016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU

DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN

MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

Oleh:

RITA JIWA SETYANI

X 4306016

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK Rita Jiwa Setyani. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATI F JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DA N MENTAL SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA . Skripsi , Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, februari 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa di kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata berdasarkan lembar observasi keaktifan belajar siswa pra siklus sebesar 54,36%, siklus 1 sebesar 67,06% dan siklus 2 sebesar 79,36%. Hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan keaktifan belajar siswa sebesar 68,91%, siklus 1 sebesar 73,49%, dan siklus 2 sebesar 81,05%.

Kata kunci: Jigsaw, keaktifan.

Page 6: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Rita Jiwa Setani. X 4306016. THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW COOPERATIF LEARNING TO IMPROVE ACTIVENESS IN BIOLO GY INCLUDE STUDENT’S ORAL, WRITING AND MENTAL ACTIVITY TO THE EIGHT-A GRADE STUDENTS OF SMP 14 SURAKARTA. Skr ipsi , Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, February 2011.

The purpose of this study was to increase student’s learning activeness in biology teaching and learning activities with the implementation of Jigsaw cooperative learning.

This research was a classroom action research. This research was done in two cycles, each cycle consisted of the planning, action, observation, analysis, and reflection. The subjects of the research were the students of VIII-A SMP Negeri 14 Surakarta in academic year of 2010/2011. The source of the data were gained from the teacher and student’s interview, observation, and documentation. The techniques of collecting data was questionnaire, observation, and interviews. The validity of the data used triangulation technique of methods. Thr data were analyzed by using qualitative analysis. The research procedure is a spiral model of inter-related.

The results showed that the application of Jigsaw cooperative learning strategies could increase student’s activeness biology learning the VIIIA of SMP Negeri 14 Surakarta academic year of 2010/2011. The Improvement of student learning activeness could be viewed through a 1) questionnaire and 2) observation sheet. The student’s based on the observation sheet, the student’s activeness average percentage in the pretes was 54,36%, first cycle 67,06% and the second cycle 79,36%. Based on the questionnaire, the student’s activeness was 68,91% in the pretes, 73,49% in the first cycle, and 81,05% in the second cycle.

Keyword : Jigsaw, activeness.

Page 7: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan

janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

(Q. S Al Lukman : 18)

Rasulullah SAW bersabda ” Barangsiapa menuntut ilmu dan mendapatkannya,

maka Allah mencatat baginya pahala 2 bagian. Dan barangsiapa menuntut ilmu

tetapi ia tidak mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya pahala 1 bagian.

(H.R Thabrani)

”Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, jangan pernah menyesali

kegagalan karena bisa jadi dari kegagalan itu kita mendapatkan yang

terbaik”

(Penulis)

”Terimalah segala sesuatu dengan penuh keikhlasan, karena dengan keikhlasan

kita tidak akan merasa berat untuk menjalani semuanya”

(Penulis)

Page 8: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan

karya ini untuk:

� Bapak dan Ibuku... untuk semua kasih sayang, do'a, perhatian dan

dukungannya.terima kasih atas semuanya

� Nenek tercinta, terimakasih atas doa yang selalu tercurah kepadaku.

� Ibu Harlita S.Si,M.Si dan bapak Joko AriyantoS.Si,M.Si

terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya

� Bapak dan ibu narbiyanto, trimakasih atas doa dan semangatnya

selama ini

� Mas Fendi terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungannya

yang selalu kau berikan untukku dalam suka maupun duka

� Kakak dan Adikku terimakasih atas dukungan dan semangat yang

selalu kau berikan untukku

� Bulek dan om makasih atas doa dan dukungannya selama ini.

� Sahabatku danik, lilin, putri terimakasih atas dukungan dan

kerjasamanya

� Teman-teman biologi ’06, terimakasih atas kebersamaannya selama

ini.

� Almamaterku tercinta.

Page 9: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS

LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP

NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam

mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.

2. Ketua Jurusan P. MIPA yang telah menyetujui permohonan penyusunan

skripsi.

3. Ketua Program Pendidikan Biologi yang memberikan ijin untuk penulisan

skripsi.

4. Harlita S.Si,M.Si yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

penelitian.

5. Joko Ariyanto S.Si,M.Si, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.

6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberi izin dan tempat

pengambilan data dalam penelitian.

7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberi

bimbingan dan bantuan selama penelitian.

8. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan dukungan penuh.

Page 10: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Harapan

penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

Page 11: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

1

4

4

4

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

B. Kerangka Berpikir

6

13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

B. Metode Penelitian

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

D. Teknik Analisis Data

E. Pemeriksaan Validitas Data

F. Indikator Keberhasilan

G. Prosedur Penelitian

16

16

17

19

19

20

20

Page 12: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

B. Deskripsi Siklus 1

C. Deskripsi Siklus 2

D. Deskripsi Antar Siklus

E. Pembahasan

24

28

35

40

43

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

B. Implikasi

C. Saran

54

54

54

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN

Page 13: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perhitungan Skor Perkembangan 9

Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok 9

Tabel 3. Skor Penilaian Angket 18

Tabel 4. Target keberhasilan penelitian 20

Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus

25

Tabel 6. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus

26

Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I

30

Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Bioloi Siswa Siklus I

31

Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II

37

Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II

37

Tabel 11. Persentase Capaian Indikator pada Oservasi Keaktifan Belajar Biologi Setiap Siklus

40

Tabel 12. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Setiap Siklus

42

Page 14: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 15

Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian 20

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 23

Gambar 4. Persentase Siswa Tiap Indikator Para Siklus Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

26

Gambar 5. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktivaan Belajar Biologi Siswa

32

Gambar 6. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

33

Gambar 7. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

38

Gambar 8. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

39

Gambar 9. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Lembar Observasi

41

Gambar 10. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Angket

42

Page 15: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

a. Silabus 58

b. RPP Siklus 1 60

c. RPP Siklus II 75

d. Kisi-kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa 89

e. Angket Keaktifan Belajar Siswa 90

f. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa 96

g. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa 97

h. Pedoman Wawancara Guru 103

i. Pedoman Wawancara Siswa 106

j. Lembar Kerja Siswa Siklus I 109

k. Lembar Kerja Siswa Siklus II 113

Lampiran 2. Hasil Penelitian

a. Daftar Siswa Kelas VIIIA SMP N 14 Surakarta 119

b. Daftar presensi siswa 120

c. Daftar kelompok 122

d. Hasil Observasi Pra Siklus 123

e. Hasil Observasi Siklus I 125

f. Hasil Observasi Siklus II 127

g. Angket Keaktifan Pra Siklus 129

h. Angket Keaktifan Siklus I 131

i. Angket Keaktifan Siklus II 133

j. Analisis Lembar Observasi Pra Siklus 135

k. Analisis Lembar Observasi Siklus I 136

l. Analisis Lembar Observasi Siklus II 137

m. Analisis Angket Keaktifan Pra Siklus 138

n. Analisis Angket Keaktifan Siklus I 139

o. Analisis Angket Keaktifan Siklus II 140

p. Hasil Wawancara Guru Pra Siklus 141

Page 16: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

q. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus I 142

r. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus II 143

s. Hasil Wawancara Siswa Tahap Observasi Awal 145

t. Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus 147

u. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 149

v. Hasil Wwawancara Siswa Pasca Siklus II 152

w. Dasar Pembagian Kelompok 155

x. Daftar Nilai Siswa Observasi Awal 156

Lampiran 3. Dokumentasi

a. Dokumentasi Pra Siklus 157

b. Dokumentasi Siklus I 158

c. Dokumentasi Siklus II 160

Lampiran 4. Perijinan

a. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 162

b. Surat Permohonan Ijin Research 163

c. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan 164

d. Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP

Negeri 14 Surakarta

e. Surat Permohonan Mengadakan Observasi 166

Page 17: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran biologi mencakup proses mengajar dan proses belajar.

Proses mengajar dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan proses belajar

dilaksanakan oleh siswa sebagai peserta didik. Biologi cenderung dipandang

sebagai mata pelajaran yang kurang disukai oleh sebagian siswa, karena pelajaran

biologi lebih banyak menghafal sehingga butuh ketekunan dan kemampuan

menghafal yang cukup tinggi. Guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam

mengajar untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dan tidak monoton

sehingga siswa merasa senang dan menyukai pelajaran biologi, siswa dapat lebih

aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya(Syaodih, 2004: 3). Peran aktif

siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif yang mampu

menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain, interaksi antara

guru dan siswa dapat berjalan dengan baik,siswa dapat mengemukakan

gagasannya. Guru diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam

sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Keaktifan siswa dapat

meningkat maka hasil belajar siswa juga meningkat.

SMP Negeri 14 Surakarta merupakan sekolah yang mempunyai input

siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda, mulai dari siswa yang

memiliki kemampuan belajar rendah, sedang dan tinggi. Perbedaan kemampuan

belajar tersebut membuat siswa dalam menyikapi kegiatan belajar dikelas sangat

beragam, yaitu ada siswa yang sangat antusias dengan pelajaran sehingga siswa

terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran tetapi sebagian besar siswa masih

terlihat sangat pasif dalam pembelajaran.

Berdasar hasil observasi pada kegiatan belajar mengajar biologi di SMP

Negeri 14 Surakarta kelas VIIIA dengan jumlah 36 siswa diperoleh hasil bahwa

kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, siswa mengantuk, siswa bersikap

pasif, banyak siswa yang ngobrol dan bercanda dengan teman lain, tidak ada

interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa artinya siswa hanya duduk dan

mendengarkan guru menjelaskan materi, saat guru memberi pertanyaan siswa

Page 18: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tidak mau menjawab jika tidak ditunjuk oleh guru. Siswa banyak yang tidak

mencatat dan tidak mengerjakan soal yang diberi guru. Siswa hanya diam dan

tidak mau bertanya pada guru bila ada materi yang belum dipahami, sebagian

besar siswa tidak membawa buku panduan, banyak yang tidak mengumpulkan

tugas. Keadaan tersebut karena dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan

metode yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa bosan dengan kegiatan

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi tersebut masalah yg mendesak dan

memungkinkan untuk diselesaikan adalah masalah keaktifan. Keaktifan itu

beranekaragam bentuknya yaitu aktif secara jasmani dan rohani meliputi keaktifan

indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi(Sriyono 1992: 75).

Keaktifan belajar siswa yang kurang pada kelas antara lain adalah aspek aktivitas

langsung, mencatat dan mental. Keaktifan sangat penting untuk diselesaikan

karena dalam proses pembelajaran keaktifan dapat merangsang dan

mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat memecahkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari keaktifan siswa yang

rendah tersebut maka hasil belajar siswa juga sangat rendah. Hal ini bisa dilihat

dari nilai hasil ulangan siswa yang rendah. Berdasar hasil wawancara dengan guru

biologi didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai ulangan

dibawah 60.

Mendukung hasil observasi awal, maka dilakukan observasi lanjutan

menggunakan indikator keaktifan. Hasil observasi lanjutan sebagai berikut,

mengajukan pertanyaan kepada guru adalah 15 siswa (41,67%), bertanya kepada

teman adalah 21 siswa (58,33%), berperan serta dalam diskusi kelompok 16

siswa(44,44%), mengeluarkan pendapat pada saat presentasi 14 siswa(38,89%),

mencatat materi pelajaran 26 siswa(72,22%), siswa mengerjakan soal yang diberi

guru adalah 20 siswa(55,56%), mempelajari buku catatan dan buku panduan di

kelas adalah 25 siswa(69,44%).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penyebab rendahnya keaktifan

belajar siswa adalah cara mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran

kurang bervariasi dan siswa bertindak sebagai obyek dalam pembelajaran. Hasil

Page 19: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

wawancara guru mengajar dengan ceramah disertai tanya jawab, sehingga

kegiatan belajar mengajar terkesan sangat monoton dan membosankan. Siswa

banyak yang tidak mencatat, enggan untuk bertanya mengenai materi yang belum

dipahami, malas mengemukakan pendapat, tidak mengerjakan soal dengan

sungguh-sungguh, sebagian besar siswa bahkan tidak membawa buku panduan.

Metode ceramah umum digunakan guru karena beberapa alasan, yaitu

memberikan pengarahan diawal pembelajaran, mengejar mater dan keterbatasan

staf pengajar.

Tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah keaktifan siswa yang

rendah maka dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu strategi

pembelajaran kooperatif yang membuat siswa bisa bekerjasama dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa

aktif pada saat pelajaran berlangsung yaitu siswa mencatat, membawa buku

panduan belajar, bertanya apabila ada materi yang belum dipahami, mengerjakan

soal, mengeluarkan pendapat dan aktif dalam kegiatan diskusi.

Jenis pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan guru untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah Jigsaw pada materi sistem rangka

manusia. Alasan pemilihan pembelajaran kooperatif Jigsaw karena melalui teknik

ini siswa dilibatkan secara aktif dalam situasi yang menyenangkan. Pembelajaran

kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

untuk mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut kerjasama dan

saling ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Masing-

masing anggota kelompok dalam metode Jigsaw mempelajari materi yang

berbeda dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari

bagiannya masing-masing. Keaktifan siswa yang rendah dapat teratasi melalui

belajar menjelaskan kepada teman, diskusi dan presentasi.

Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mendorong siswa aktif

dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi

yang maksimal. Pembelajaran kooperatif melibatkan peran serta siswa dalam

Page 20: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pembelajaran, siswa dilibatkan dalam sebuah kelompok kecil dan masing-masing

siswa diberi sebuah tanggung jawab dalam kelompok. Siswa saling bekerja sama

untuk mendiskusikan materi yang menjadi tanggung jawab masing-masing siswa

sehingga terbentuk interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lain. Melalui

pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa menjadi lebih aktif dalam kelompok, berani

bertanya dan bebas menyampaikan pendapat, rajin mencatat dan mengerjakan soal

dari guru. Berdasar latar belakang masalah di atas, maka telah dilakukan

penelitian dengan judul PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI

DITINJAU DARI ASPEK AKTIFITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN

MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2010/2011.

B.Perumusan Masalah

Bagaimana pembelajaran biologi dengan penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi ditinjau dari

aspek aktifitas langsung, mencatat dan mental siswa kelas VIII A SMP Negeri 14

Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 ?

C.Tujuan Penelitian

Mengetahui peningkatan keaktifan belajar biologi ditinjau dari aspek

aktifitas langsung, mencatat dan mental siswa dengan penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun

pelajaran 2010/2011.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada aspek aktifitas langsung,

mencatat dan mental terhadap pembelajaran biologi.

Page 21: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

b. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak monoton dalam

kegiatan belajar biologi sehingga siswa merasa senang dan dapat lebih

aktif dalam belajar biologi.

2. Bagi guru

a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang

membutuhkan penyelesaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif

Jigsaw.

b. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi

pembelajaran yang dapat digunakan.

3. Bagi sekolah

a. Memberikan sumbangan bagi sekolah agar dapat melakukan perbaikan

proses pembelajaran.

b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan

proses pembelajaran pada tahap berikutnya.

Page 22: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

a. Pembelajaran Kooperatif

Dibutuhkan metode yang tepat dalam pembelajaran agar kegiatan

pembelajaran tidak monoton, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Metode

yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas.

Salah satu metode yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling

bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif

(Cooperative learning) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh

guru (Suprijono,2009:54).

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran untuk

mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa,terutama untuk

mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Guru harus

berusaha menanamkan dan membina sikap demokrasi diantara para siswanya ketika

pembelajaran kooperatif dilaksanakan (Isjoni 2009 : 21-23).

Lie (2008:31) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal,

terdapat lima prinsip pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar

anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak nilai diantaranya adalah

meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan

penyesuaian sosial, terbentuknya nilai-nilai sosial dan komitmen, menghilangkan

sifat mementingkan diri sendiri atau egois, membangun persahabatan, meningkatkan

Page 23: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

rasa saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kemampuan memandang

masalah situasi dari berbagai perspektif, kesediaan menggunakan ide orang lain dan

kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan (Sugiyanto,2008: 41).

Gocer (2010:441) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

upaya yang dilakukan siswa, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil menuju

tujuan umum mempelajari materi untuk menyelesaikan masalah atau melakukan

tugas dengan cara kerja kolektif.

Ciri dari pembelajaran kooperatif adalah 1)setiap anggota memiliki peran 2)

terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa 3)setiap anggota kelompok

bertanggungjawab atas belajarnya dan teman kelompoknya 4)guru membantu

mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok 5)guru hanya berinteraksi

dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2009: 27).

b. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut

kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.

Pelaksanaan dari metode ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil dan dibuat

kelompok secara heterogen baik dari segi prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul

dan sebagainya (Isjoni 2009:77-79).

Proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif Jigsaw mempunyai

kelebihan yaitu dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dan menggunakan kata-kata

yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman lain, sehingga menguntungkan

semua anggota kelompok dengan mengajar dan belajar dari teman. Gocer (2010: 442)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan oleh Aronson

yaitu siswa dibagi dalam 5 – 6 kelompok secara heterogen. Setiap kelompok yang

diberikan materi yang dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai dengan

jumlah anggota sehingga setiap siswa diberi bagian. Setelah masing-masing siswa

Page 24: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

belajar materi tersebut, maka dilakukan diskusi dan setiap anggota mengajarkan

bagiannya ke anggota lain dari kelompoknya. Siswa melakukan pertukaran

pertanyaan dan memahami materi dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya perwakilan

anggota kelompok melakukan presentasi berdasar catatan hasil diskusinya. Proses

pembelajaran keterampilan lain sperti keterampilan berbahasa dalam berpendapat

juga sangat penting. Penerapan pembelajaran Jigsaw dapat membuat siswa bebas

berbahasa untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa takut.

Trianto (2007: 56-57) menyatakan langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai

berikut: a) siswa dibagi atas beberapa kelompok, tiap kelompok 5-6 orang b) materi

diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub

bab, c) setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung

jawab untuk mempelajarinya, d) anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari

sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi, e) setiap anggota

kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya.

Menurut Slavin (2008:238-244) pelaksanaan metode Jigsaw meliputi 2 tahap ,

yaitu: a) Persiapan, meliputi : (1) menentukan materi yang akan dipelajari, (2) siswa

dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen.

b) Pelaksanaan, meliputi empat tahap antara lain : (1) membaca, (2) diskusi kelompok

ahli, (3) laporan tim atau kelompok, (4) tes, (5) penghargaan.

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan guru dengan

melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menghitung skor individu

Trianto (2007:55) menjelaskan bahwa penskoran perkembangan individu

dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 25: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Tabel 1. Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor perkembangan

a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal.

b. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor

awal.

c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal.

d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal.

e. Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor).

5 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

2. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan

anggota kelompok , yaitu menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh

anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok seperti tercantum pada

Tabel 2 (Trianto,2007:55-56).

Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata tim Predikat

0 ≤ x ≤ 5

5 ≤ x ≤ 15

15 ≤ x ≤ 25

25 ≤ x ≤ 30

-

Tim baik

Tim hebat

Tim super

2. Keaktifan Belajar Siswa

a. Proses Pembelajaran

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu

lingkungan pendidikan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-

nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia

yang merupakan tempat sekaligus memberi dukungan dan hambatan bagi

Page 26: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

berlangsungnya proses pembelajaran. Proses pendidikan mendapat dukungan dari

lingkungan fisik berupa sarana, prasarana dan fasilitas yang digunakan. Tersedianya

sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jenis, jumlah dan kualitas yang memadai

akan mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana,

prasarana dan fasilitas fisik akan menghambat proses pendidikan dan menghambat

pencapaian hasil yang maksimal (Syaodih,2004 :5).

Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan

merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi,serta sesuai dengan

kebutuhan,perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa,2006: 102).

Keberhasilan pengajaran dilihat dari segi hasil yang dicapai,mengharapkan bahwa

semua hasil yang diperoleh membentuk satu sistem nilai yang membentuk

kepribadian siswa, sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatannya

(Sudjana,2005: 38).

Saefudin (2008: 99) menyatakan bahwa proses pembelajaran tidak diarahkan

semata-mata agar siswa mampu menguasai sejumlah materi pembelajaran tetapi lebih

diarahkan kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum. Faktor-

faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor dalam dan luar diri siswa.

Faktor yang berada dalam diri siswa seperti kemampuan, motivasi, persepsi, ingatan

sedang faktor yang berada diluar diri siswa seperti kondisi belajar dan tujuan belajar

(Sukartawi,1995:58). Keaktifan belajar biologi siswa dalam hal ini masuk kedalam

faktor dari luar diri siswa yaitu kondisi belajar siswa.

b. Keaktifan Belajar Siswa

Perubahan perilaku pada proses pembelajaran terjadi karena adanya latihan

atau pengalaman seseorang. Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu

dan situasi disekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakan pengembangan

dari kompetensi dasar. Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan siswa

yang belajar secara fisik namun juga keaktifan secara mental. Justru keaktifan secara

Page 27: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mental merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif

dibandingkan keaktifan fisik. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk

membangun pengetahuan dalam dirinya (Yamin 2007: 81-82).

Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah

makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai

kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga

tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain, setiap proses belajar siswa selalu

menampakkan keaktifan. Keaktifan beranekaragam bentuknya, mulai dari kegiatan

fisik sampai psikis (Dimyati dan Mujiono 2002 : 44).

Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar

mengaja adalah a) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.

b)Tekanan pada aspek afektif dalam belajar. c) Partisipasi siswa dalam kegitan

pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa. d) Kekompakan kelas

sebagai kelompok belajar. e) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan

kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses

pembelajaran. f) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik

berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Keaktifan dapat diartikan saat guru mengajar maka harus mengusahakan agar

murid-muridnya aktif jasmani dan rohani meliputi :

1) Keaktifan indera yaitu murid-mirid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat

indera sebaik mungkin

2) Keaktifan akal yaitu anak-anak harus aktif untuk memecahkan masalah,

menimang-nimbang, berpendapat dan mengambil keputusan.

3) Keaktifan ingatan yaitu pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan

pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.

4) Keaktifan emosi yaitu dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha

mencintai pelajarannya (Sriyono 1992 : 75).

Page 28: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Keaktifan siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif, yang

mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Guru

diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai

tingkat kemampuan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat

merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat

memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Yamin 2007: 77)

Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Sardiman (2007: 101) meliputi:

1) Visual activities (aktivitas melihat) misalnya: membaca, memperhatikan, gambar

demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities (aktivitas langsung) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan

interupsi.

3) Listening activities (aktivitas mendengarkan) meliputi: uraian, percakapan, diskusi,

musik pidato.

4) Writing activities (aktivitas menulis), seperti: menulis cerita, karangan, laporan,

angket dan menyalin.

5) Drawing activities (aktivitas menggambar), misalnya: menggambar, membuat

grafik, peta dan diagram.

6) Motor aktivities (aktivitas motorik), seperti: melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan beternak.

7) Mental activities (aktivitas mental), misalnya: menganggap, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8) Emosional activities (aktivitas emosi), seperti: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Page 29: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

B.Kerangka Berpikir

Siswa SMP Negeri 14 memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dari

segi keluarga, ekonomi, tingkat kemampuan belajar, dan tingkat kemampuan

menyerap materi yang berbeda. Perbedaan tersebut memiliki pengaruh yang sangat

besar terhadap proses pembelajaran sehingga menimbulkan berbagai permasalahan

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu permasalahan yang timbul

adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas yang rendah. Siswa merasa bosan

dalam mengikuti pembelajaran dikelas, sebagian besar siswa tidak memperhatikan

pelajaran tetapi mengobrol dengan teman lain,siswa sebagian besar tidak mencatat.

Siswa tidak berani mengutarakan pendapatnya sehingga kurang terjadi interaksi

antara siswa satu dengan siswa lain serta antara siswa dengan guru.

Keaktifan siswa yang rendah disebabkan metode pembelajaran yang

digunakan guru kurang mengaktifkan siswa. Guru dalam pembelajaran lebih bersikap

aktif, sedangkan siswa bersikap pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari

guru, siswa kurang terlibat didalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak terjadi

interaksi antara guru dengan siswa.

Mengatasi permasalahan yang terjadi maka dilakukan perubahan terhadap

metode pembelajaran yaitu dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Melalui penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw maka siswa dapat ikut berperan

serta dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa dapat berinteraksi dan bekerjasama

dengan baik pada saat dilakukan diskusi kelompok dan berani bertanya kepada guru

jika ada kesulitan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan

suatu pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran serta siswa didalamnya. Siswa

dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan setiap siswa diberi materi yang akan

menjadi tanggungjawab masing-masing siswa untuk mempelajarinya. Selanjutnya

dilakukan diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain yang mempelajari materi yang

sama berkumpul dalam satu kelompok ahli untuk diskusi. Setiap anggota kelompok

ahli kembali kekelompok awal dan bertugas mengajar temannya dan berdiskusi.

Page 30: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Perwakilan masing-masing kelompok maju ke depan untuk presentasi hasil diskusi.

Melalui langkah-langkah dalam Jigsaw tersebut maka keaktifan siswa dapat

meningkat. Adapun bagan paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 31: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

PERMASALAHAN Metode yang digunakan kurang mengaktifkan siswa

Perbedaan kemampuan pada siswa

Keaktifan siswa ditinjau dari aspek aktivitas langsung, mencatat dan mental dalam pembelajaran di kelas kurang

Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw

Pembelajaran di kelas

Interaksi antar siswa meningkat meningkat

Interaksi antara siswa dengan guru meningkat

TARGET Keaktivan siswa meningkat

Page 32: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14

Surakarta pada siswa kelas VIII A Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar,dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu:

a. Bulan Februari 2010 - Juni 2010: tahap persiapan meliputi kegiatan observasi

di kelas, pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi, seminar

proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan, dan

konsultasi instrument penelitian.

b. Bulan Agustus 2010 - September 2010: tahap penelitian meliputi semua

kegiatan yang dilaksanakan di lapangan, yaitu pengambilan data.

c. Bulan September - selesai: tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan

penyusunan laporan.

B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian berisi tentang informasi yang bermanfaat untuk mengambil suatu

keputusan yang bijak tentang metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran

demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas, dan sekolah secara

keseluruhan. Penelitian tindakan kelas diterapkan metode pembelajaran kooperatif

Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa. Pelaksanaan dari

penelitian tindakan kelas dengan metode kooperatif Jigsaw dilakukan dalam beberapa

siklus. Sukardi (2001: 214-215 ) menyatakan penelitian tindakan kelas secara garis

besar terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakkan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Page 33: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

a. Data Penelitian

Data penelitian diperoleh dari dokumentasi observasi yang berasal dari

catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Hasil

observasi berdasarkan pengamatan digunakan lembar observasi,wawancara dengan

guru dan siswa dan pemberian angket.

b. Sumber Data

Tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran penggalian dan

pengumpulan data serta informasi penelitian adalah

1) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran siswa kelas VIIIA

SMP Negeri 14 Surakarta

2) Informan meliputi guru biologi, dan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14

Surakarta.

3) Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran(RPP) dan buku referensi mengajar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran,

wawancara dengan guru dan siswa, pemberian angket dan dokumentasi.Secara

lengkap teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Kajian dokumen

Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip setiap kurikulum, silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, nilai siswa, presensi siswa, buku atau materi

pelajaran.

b) Angket

Angket yang digunakan didasarkan pada skala Likert (Sukardi, 2001: 146-147)

yang sudah dimodifikasi. Angket berbentuk cek-list, yaitu suatu bentuk angket

Page 34: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(Sudjana, 1991: 84)

dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah

disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Teknik angket digunakan untuk

mengukur keaktifan belajar siswa. Untuk item positif skor yang diberikan mulai dari

5 sampai 1, dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skor Penilaian Angket

Skor Untuk Aspek Yang Dinilai Skor

(+) (-)

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak Punya Pendapat (TB)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2

1

1

2

3

4

5

c) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran dan dengan siswa yang

diambil secara acak. Wawancara bertujuan untuk mengadakan informasi balikan

terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Waktu dan tempat wawancara

dilakukan untuk mendapat masukan yang mendalam setiap proses pembelajaran yang

dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.

d) Observasi

Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data

tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Penelitian ini metode

observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa terhadap materi

yang diajarkan guru. Pengisian dilakukan dengan memberi tanda check (V) pada

pilihan yang tepat.

Page 35: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai

berakhirnya pengumpulan data. Data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan

dianalisis secara deskripsi kualitatif. Analisis kualitatif mengacu pada model analisis

Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian

singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data

dilakukan dalam rangka menorganisasikan data yang merupakan penyusunan

informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi masing-masing siklus. Penarikan

kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat

keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara

sistematis dan bermakna.

E. Pemeriksaan Validitas Data

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau

kesahihan suatu data. Informasi yang digunakan sebagai data penelitian perlu

diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

mewakili atau mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti yang nantinya dapat

dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik suatu kesimpulan.

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini

adalah teknik triangulasi. Menurut Maleong (2002:178) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu.

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode.

Triangulasi metode berarti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan tehnik

atau metode pengumpulan data yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang berupa

wawancara, observasi selama KBM berlangsung dan angket. Skema triangulasi dapat

dilihat pada Gambar 2 (Sutopo, 2002: 81)

Page 36: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian

F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau

setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik

ataupun mental dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2006: 101). Penelitian ini dapat

dihentikan apabila setiap indikator dari aspek yang diukur sudah mencapai target

yang ditentukan, sebaliknya jika masing-masing variabel yang diukur belum

memenuhi target capaian maka dilanjutkan siklus berikutnya untuk mencapai target

yang ditetapkan. Daftar target dari masing-masing variabel yang akan diukur dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Target keberhasilan Penelitian Aspek Target yang harus dicapai

Observasi keaktifan belajar siswa ≥ 75% Angket keaktifan belajar siswa Wawancara

≥ 75% ≥ 75%

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah penelitian yang digunakan mengikuti model

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Robin MC Taggart dalam Sukardi (2001:

214-215) yang berupa model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral

refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi,

perencanaan kembali merupakan suatu dasar untuk pemecahan masalah. Langkah-

Wawancara

Angket

Observasi

Data Siswa

Page 37: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, tindakan,

pengamatan, refleksi. Tahap pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan

Tahap Perencanaan merupakan tahap untuk menentukan materi

pembelajaran yaitu sistem rangka manusia, materi pada siklus I adalah organ

penyusun sistem gerak dan mcam-macam tulang, sedangkan materi pada siklus II

adalah persendian, otot dan kelainan pada tulang. Penyusunan perangkat

pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus yang

digunakan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada penerapan Pembelajaran

kooperatif Jigsaw. Instrumen penelitian disusun pada tahap ini yaitu angket, lembar

observasi keaktifan belajar biologi siswa serta pedoman wawancara bagi guru dan

siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan pembelajaran kooperatif

Jigsaw pada pokok bahasan sistem rangka manusia. Tiap siklus terdiri dari dua kali

pertemuan. Pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan memberikan

penjelasan materi secara garis besar. Tahap selanjutnya guru memberi pengarahan

tentang pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Guru membagi siswa

menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Tiap anggota

kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membaca dan mempelajari

materi yang telah dibagi oleh guru. Tahap selanjutnya siswa bertemu dalam

kelompok ahli untuk melakukan diskusi dan mencatat hasil diskusi kepada teman satu

kelompok.

Pertemuan kedua siswa kembali ke kelompok awal dan dan wajib

menjelaskan hasil diskusi. Perwakilan kelompok melakukan presentasi berdasarkan

hasil diskusi. Tahap akhir dalam penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah

membuat kesimpulan hasil diskusi kelas dan mengerjakan soal postes. Siswa

selanjutnya mencocokkan jawaban soal postes dan menghitung skornya, kemudian

Page 38: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan penghargaan sesuai kriteria yang

telah ditentukan, tetapi pemberian sertifikat penghargaan tim dilakukan pada lain

waktu.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan

penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Kegiatan pada tahap ini adalah

mengamati, mencatat serta mendokumentasikan kegiatan siswa selama pembelajaran

berlangsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terfokus yaitu maksud

dan sasaran observasi telah ditentukan sebelumnya. Lembar observasi digunakan

untuk mempermudah mengamati setiap indikator yang diukur. Tahap ini dilakukan

pengisian angket keaktifan belajar oleh siswa yang digunakan sebagai data sekunder.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis, interprestasi dan evaluasi atas

informasi yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar dan keaktifan

belajar siswa selama proses pembelajaran. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan

observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi atau diberi makna sehingga

dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan.

Kegiatan refleksi diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas agar tindakan

yang dilakukan dapat dievaluasi keefektifannya. Hasil dari refleksi digunakan untuk

menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian dapat dihentikan apabila target yang

diukur telah tercapai, apabila target yang diukur belum tercapai dapat dilanjutkan

pada siklus selanjutnya dengan melakukan perbaikan. Prosedur penelitian tindakan

kelas ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 39: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pengamatan

Pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Evaluasi Evaluasi keaktifan belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara

Pelaksanaan

Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw

Perencanaan

Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I

Penyusunan instrumen pembelajaran: angket keaktifan belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus II, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

Refleksi Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, serta melihat ketercapaian indikator

Pelaksanaan

Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw

Tindak Lanjut

Perbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah penelitian.

Refleksi

Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, jika indikator belum tercapai diteruskan siklus II

Perencanaan

Penyusunan instrument pembelajaran: angket keaktifan belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus I, lembar observasi, dan pedoman wawancara.

Pengamatan Pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Evaluasi Evaluasi keaktifan belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara siswa.

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sukardi, 2001: 215)

Page 40: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta siswa kelas VIIIA.

Kegiatan awal penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi dan diskusi

dengan guru mata pelajaran biologi untuk mengetahui kondisi awal kelas VIIIA yang

berkaitan dengan pembelajaran biologi di kelas.

Hasil observasi diperoleh data selama kegiatan pembelajaran siswa bersikap

pasif, guru menggunakan metode kurang bervariasi. Selama pembelajaran

berlangsung sebagian besar siswa duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru,

siswa banyak mengobrol dengan teman lain, tidak mencatat materi dari guru, tidak

berani bertanya kepada guru bila ada materi yang kurang jelas. Sebagian besar siswa

tidak membawa buku literature atau buku paket biologi, siswa kurang berinteraksi

dengan teman lain dalam kegiatan diskusi. Usaha mengerjakan tugas dari guru masih

rendah, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas dan ada yang tidak

mengerjakan tugas.

Berdasar hasil observasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa keaktifan

belajar biologi siswa kurang. Sebagai penguat observasi digunakan lembar observasi

dengan item yang mewakili tiap indikator dari keaktifan belajar siswa yang akan

diukur. Berikut rincian presentasi pada setiap indikator dari berbagai aspek keaktifan

belajar siswa berdasar lembar observasi.

Page 41: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus

No

INDIKATOR Persentase

Tiap Indikator (%) Persentase Rata-Rata

Tiap Aspek (%) 1 Mengajukan pertanyaan kepada

guru 41,67 Aktivitas langsung

45,83 2 Bertanya kepada teman 58,33 3 Berperan serta dalam diskusi

kelompok 44,44

4 Mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

38,89

5 Mencatat materi pelajaran 72,22 Aktivitas mencatat 72,22

6 Siswa mengerjakan soal yang diberi guru

55,56 Aktivitas mental 62,5

7 Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas

69,44

Jumlah Rata-rata

380,56 180,55 54,36 60,18

Tabel 5 diketahui bahwa capaian rata-rata indikator pada observasi masih

tergolong rendah, indikator keaktifan belajar biologi siswa berkisar antara 38,89% -

72,22% dengan nilai rata-rata 54,36%. Rata-rata presentase tertinggi yaitu pada

indikator mencatat materi pelajaran dengan presentase 72,22%, persentase terendah

38,89% pada indikator mengeluarkan pendapat pada saat presentasi.

Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi

siswa pra siklus dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 42: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

0

20

40

60

80

A B C D E F G

mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru

mencatat materi pelajaran

mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

berperan serta dalam diskusi kelompok

bertanya kepada teman

Mengajukan pertanyaan kepada guru

Gambar 4. Persentase Siswa Tiap Indikator Pra Siklus Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Data mengenai keaktifan belajar biologi siswa selain diperoleh dari hasil

observasi, juga diperoleh dari angket dengan item tiap indikator yang akan diukur.

Berikut rincian besarnya keaktifan setiap indikator berdasarkan perhitungan angket.

Tabel 6. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus

No Indikator Capaian Indikator %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mengajukan pertanyaan terhadap guru Bertanya kepada teman lain Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat di depan kelas Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal-soal dikelas Mempelajari materi dari buku paket,lks dan buku lain sebagai penunjang

69,67 67,44 69,63 68,89 68,06 69,17 69,54

Rata-rata 68,91

Berdasar Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai keaktifan belajar biologi siswa

berkisar antara 67,44%-69,67% dengan nilai rata-rata persentase sebesar 68,91%.

Indikator keaktifan yang memiliki persentase tertinggi adalah mengajukan pertanyaan

Page 43: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

terhadap guru dengan besar persentase 69,67%. Indikator yang memiliki persentase

terendah adalah bertanya kepada teman lain dengan besar presentase 67,44%.

Berdasar perhitungan rata-rata keaktifan belajar biologi ditinjau dari aspek

aktivitas langsung, mencatata dan mental menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

persentase antara lembar observasi dan perhitungan angket pra siklus. Perbedaan

terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai

keaktifan belajar biologi siswa. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi secara

subjektif menurut sudut pandang siswa sendiri. Kegiatan observasi dilakukan secara

objektif oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi

dan angket keaktifan belajar biologi siswa pra siklus digunakan sebagai pembanding

untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa melalui tindakan yang

diberikan.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang

maksimal. Pembelajaran kooperatif Jigsaw menyangkut kerjasama, saling

ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, memacu siswa

berpikir kritis dan menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada

teman lain, sehingga menguntungkan semua anggota kelompok dengan mengajar dan

belajar dari teman.

Hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa siswa selama proses

pembelajaran kurang aktif, hal ini karena siswa hanya mendengarkan penjelasan dari

guru, sebagian besar siswa tidak mencatat materi yang diajarkan, tidak berani

bertanya dan mengemukakan pendapat karena takut dan malu, siswa tidak

mengerjakan soal yang diberi guru dengan sungguh-sungguh, hal ini terbukti bahwa

sebagian besar siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. Hasil wawancara

dengan guru menyatakan bahwa selama pembelajaran guru menggunakan metode

yang kurang bervariasi, guru memberikan tugas kepada siswa tetapi siswa

mengerjakan dengan mencontek teman lain dan mengumpulkan tidak tepat waktu.

Page 44: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Siswa banyak yang tidak mencatat materi dan tidak membawa buku panduan biologi

saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Terdapat 2 siklus untuk menyelesaikan masalah keaktifan yang terjadi di

kelas dengan penerapan metode kooperatif Jigsaw yang terdiri dari beberapa tahap

yaitu (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap

observasi dan evaluasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.

B.Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan Tindakan Siklus I

Keaktifan belajar biologi siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan

pembelajaran kooperatif Jigsaw yang dapat mendorong kerjasama dan saling

ketergantungan antar siswa. Tahap perencanaan pada siklus I memerlukan beberapa

persiapan penyusunan instrumen yaitu:

a) Penyusunan silabus mata pelajaran biologi materi pokok sistem rangka manusia

b) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), tiap siklus terdiri dari 2 kali

pertemuan

c) Penyusunan lembar observasi keaktifan belajar biologi siswa

d) Penyusunan angket keaktifan belajar biologi siswa

e) Penyusunan pedoman wawancara tentang keaktifan belajar biologi siswa

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tahap pelaksanaan tindakan siklus I guru menerapkan pembelajaran

kooperatif Jigsaw yang terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing pertemuan dengan

alokasi waktu 2x40 menit. Pertemuan pertama, guru memulai pelajaran dengan

melakukan apersepsi mengenai materi rangka manusia. Apersepsi dilakukan untuk

membuat siswa terangsang untuk berfikir dan lebih konsentrasi sebelum pelajaran

dimulai. Langkah selanjutnya guru memberi soal pretest untuk mengetahui

kemampuan awal siswa dan bagaimana kesiapan siswa terhadap pelajaran. Guru

menjelaskan materi rangka secara garis besar setelah siswa selesai mengerjakan soal

pretest. Tahap selanjutnya guru memberi pengarahan tentang pelaksanaan penerapan

Page 45: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pembelajaran kooperatif Jigsaw, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mengalami

kebingungan selama proses pembelajaran.

Guru memulai penerapan metode Jigsaw yaitu guru membagi siswa menjadi

6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Pembagian kelompok

dilakukan secara heterogen yaitu setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan

tingkat kecerdasan yang berbeda, pada masing-masing kelompok diberikan bahan

diskusi. Tiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membaca

dan mempelajari sub bab atau materi yang telah dibagi. Siswa dari kelompok lain

yang mempelajari sub bab sama bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan

diskusi dan mencatat hasil diskusi. Akhir pembelajaran pertemuan pertama guru

membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan memberi penjelasan siswa agar

mempelajari materi rangka untuk melanjutkan diskusi pada pertemuan selanjutnya.

Guru memulai pembelajaran pada pertemuan kedua dengan melakukan

apersepsi dan memotivasi siswa agar siswa terangsang untuk berfikir dan siap

mengikuti pembelajaran. Tahap selanjutnya guru mengulas materi pada pertemuan

sebelumnya secara garis besar untuk mengingatkan siswa pada materi yang sudah

dipelajari. Guru melanjutkan diskusi yang telah dilakukan pada pertemuan pertama,

yaitu siswa pada pertemuan sebelumnya melakukan diskusi kelompok ahli maka

kembali ke kelompok awal. Siswa dari kelompok ahli tersebut manjelaskan hasil

diskusi kepada teman lain dikelompok awal dan melakukan diskusi lagi. Tahap

selanjutnya setiap kelompok memilih satu siswa untuk melakukan presentasi di

depan. Guru membahas hasil diskusi dan membetulkan konsep siswa jika terjadi

miskonsepsi dan memperkuat konsep yang telah didiskusikan siswa. Guru membagi

soal kuis kepada siswa untuk dikerjakan. Tahap selanjutnya guru meminta siswa

untuk mencocokan hasil kuis dan menghitung skor masing-masing individu dan

kelompok. Guru mengumumkan skor individu dan skor kelompok. Tahap akhir, guru

mengumumkan kelompok yang menduduki peringkat I, II, dan III. Pemberikan

penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan kriteria sebagai tim super, tim

Page 46: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

hebat dan tim baik berdasarkan peringkat yang diperoleh masing-masing tim

diberikan pada hari yang berbeda.

3.Observasi Siklus I

Observasi dilakukan bersamaan dengan jalannya proses pembelajaran

Biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Observasi dilakukan

melalui pengamatan secara langsung terhadap keaktifan belajar biologi siswa dan

penyebaran angket. Berdasarkan observasi yang dilakukan didapat hasil sebagai

berikut:

a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Hasil observasi terhadap keaktifan belajar biologi siswa dalam pembelajaran

pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I

No Indikator Capaian indiKator % 1 2 3 4 5 6 7

Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas

52,78 75,00 61,11 55,56 80,56 69,44 75,00

Rata-rata 67,06

Page 47: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Hasil angket keaktifan belajar biologi siklus I dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I

No Indikator Capaian indikator % 1 2 3 4 5 6 7

Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas

72,56 73,89 74,44 74,81 73,61 73,19 71,94

Rata-rata 73,49

4. Analisis dan Refleksi

a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Berdasarkan perhitungan, keaktifan siswa pada siklus 1 mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan keaktifan pada pra siklus. Rata-rata persentase

keaktifan belajar biologi siswa siklus I adalah sebesar 67,06%. Persentase tertinggi

rata-rata keaktifan belajar biologi siswa adalah mencatat materi pelajaran dengan

rata-rata presntase sebesar 80,56%.

Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi

siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 48: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

0102030405060708090

A B C D E F G

mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru

mencatat materi pelajaran

mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

berperan serta dalam diskusi kelompok

bertanya kepada teman

Mengajukan pertanyaan kepada guru

Gambar 5. Presentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I

Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Melalui tindakan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siklus 1

keaktifan belajar biologi siswa mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.

Siklus 1 target belum tercapai, target pada penelitian ini adalah rata-rata capaian

indikator keaktifan belajar biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%.

b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Hasil perhitungan angket keaktifan belajar biologi siswa setelah dilakukan

tindakan pada siklus 1 yaitu penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw, keaktifan

belajar biologi siswa berdasarkan angket dari hasil pra siklus sebesar 68,91%

meningkat menjadi 73,49%. Persentase indikator pada siklus 1 berdasarkan angket

berkisar antara 71,94 - 74,81%. Indikator tertinggi adalah mengeluarkan pendapat

saat presentasi sebesar 74,81%, sedang indikator terendah adalah mempelajari buku

catatan dan buku panduan di kelas yaitu 71,94%.

Persentase hasil capaian indikator pada angket keaktifan belajar biologi

siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 49: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

0

20

40

60

80

A B C D E F G

Persentase keaktifan belajar siswa

mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru

mencatat materi pelajaran

mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

berperan serta dalam diskusi kelompok

bertanya kepada teman

Mengajukan pertanyaan kepada guru

Gambar 6. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

c. Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh bahwa penerapan

pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningktkan keaktifan belajar siswa. Hal ini

terbukti dengan jumlah siswa yang antusias dengan pembelajaran semakin besar yaitu

siswa yang mencatat materi, mempelajari buku panduan dan buku catatan, siswa

berani bertanya dan mengemukakan pendapat semakin meningkat. Penerapan

pembelajaran kooperatif Jigsaw membuat siswa aktif dalam kegiatan diskusi, siswa

mengerjakan soal dari guru dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tepat

waktu.

Berdasar pengamatan pada siklus 1 ditemukan beberapa hal yang perlu

diperbaiki antara lain :

1) Awal pembelajaran guru kurang memberikan apersepsi sehingga siswa kurang

antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

2) Saat diskusi, guru terlalu banyak mengulur waktu, sehingga pelaksanaan

pembelajaran tidak sesuai dengan alokasi waktu yang telah disusun di Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran.

Page 50: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3) Siswa hanya bertanya jika ditunjuk oleh guru sehingga pembelajaran berlangsung

sangat pasif.

4) Siswa mengulur waktu untuk diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi sehingga

pelaksanaan pembelajaran tidak tepat waktu.

5) Siswa kurang berani mengemukakan pendapat pada saat presentasi sehingga

siswa masih pasif dalam melakukan presentasi dan pembelajaran belum terlihat

aktif.

Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka tindakan yang tepat untuk

dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya adalah:

1) Awal pembelajaran guru lebih memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan

yang berhubungan dengan pembelajaran, sehingga siswa terangsang untuk

mempelajari materi.

2) Saat dilakukan diskusi guru memperhatikan waktu, sehingga kegiatan

pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

disusun

3) Guru lebih terampil dalam menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa

dalam pembelajaran,sehingga siswa terangsang untuk berperan aktif dalam

pembelajaran.

4) Siswa yang selalu mengulur waktu diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi,

dapat diatasi dengan ketegasan guru terhadap sikap siswa

5) Guru berusaha meyakinkan siswa agar lebih percaya diri dalam mengemukakan

pendapat pada saat presentasi didepan kelas, siswa diyakinkan agar tidak merasa

takut dan malu.

Siklus I terdapat beberapa kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa

meningkat, diantaranya :

1) Siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat sungguh-sungguh, hal ini terlihat

dari siswa semakin antusias dalam mencatat materi pelajaran, karena siswa sadar

bahwa siswa harus memiliki catatan untuk belajar.

Page 51: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Siswa mempelajari buku panduan pelajaran biologi, baik buku paket dan lks. Hal

ini karena siswa terdorong untuk belajar agar dapat menjelaskan materi kepada

teman lain pada saat dilakukan diskusi dan siswa harus belajar agar tidak

mendapat kesulitan dalam mengerjakan soal.

3) Saat diberi soal oleh guru siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan

mengumpulkan jawaban tepat waktu. Hal ini karena siswa berlomba-lomba ingin

mendapatkan nilai yang baik sehingga mendapatkan penghargaan yang baik pula.

4) Siswa berusaha untuk bertanya kepada teman yang sudah paham jika ada materi

yang belum dipahami.

Pada siklus 1 target belum tercapai, tetapi sudah ada peningkatan keaktifan

belajar biologi siswa meskipun tidak signifikan. Peningkatan keaktifan belajar biologi

siswa disebabkan pada siklus I diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran

Jigsaw menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa yang satu

dengan siswa yang lain. Pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat memacu siswa

berpikir kritis dan menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada

teman lain, sehingga menguntungkan semua anggota kelompok dengan mengajar dan

belajar dari teman lain. Mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan,

dilakukan tindakan untuk siklus berikutnya, dengan perbaikan sesuai yang

dikemukakan pada refleksi tindakan pada siklus I.

C. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan Tindakan Siklus II

Perencanaan siklus II dilakukan dengan pemberian beberapa tindakan untuk

memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga tercipta proses

pembelajaran yang membuat keaktifan belajar biologi siswa meningkat agar dapat

mencapai prestasi yang maksimal. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II akan

membawa pengaruh terhadap pembelajaran sehingga ketercapaian target pada siklus

Page 52: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

II dapat terpenuhi. Pelaksanaan pada siklus II menggunakan penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw. Instrument yang digunakan berupa silabus, RPP, angket keaktifan

belajar biologi dan lembar observasi keaktifan belajar biologi siswa. Pembelajaran

dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan,dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah

2 x 40 menit.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan

tindakan siklus I. Pelaksanaan siklus II menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw

seperti pada siklus I, tetapi dilakukan tindakan-tindakan perbaikan pembelajaran.

Materi pada siklus II adalah persendian, otot dan kelainan tulang. Awal pembelajaran

guru lebih banyak memberikan apersepsi berupa pertanyaan-pertanyaan supaya siswa

memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang materi pelajaran. Melalui tanya jawab

mendorong siswa untuk lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Langkah-

langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw pertemuan pertama dan kedua sama seperti

pada siklus I, yang membedakan pada siklus II adalah dilakukan perbaikan pada

proses pembelajaran seperti yang tertulis pada perencanaan tindakan siklus II.

Perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II adalah:

1) Awal pembelajaran guru lebih memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan

yang berhubungan dengan pembelajaran, sehingga siswa terangsang untuk

mempelajari materi.

2) Saat dilakukan diskusi guru memperhatikan waktu, sehingga kegiatan

pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

disusun

3) Guru lebih terampil dalam menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa

dalam pembelajaran,sehingga siswa terangsang untuk berperan aktif dalam

pembelajaran.

4) Siswa yang selalu mengulur waktu diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi,

dapat diatasi dengan ketegasan guru terhadap sikap siswa

Page 53: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

5) Guru berusaha untuk meyakinkan siswa agar mempunyai rasa percaya diri dalam

mengemukakan pendapat pada saat presentasi di depan kelas, siswa diyakinkan

agar tidak takut dan malu.

3. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II

Berdasar hasil penelitian proses penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw

pada siklus II diperoleh data-data sebagai berikut:

a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Hasil observasi keaktifan belajar biologi siswa pada siklusII dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II

No Indikator Capaian indikator % 1 2 3 4 5 6 7

Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas

75,00 83,33 75,00 75,00 86,11 83,33 77,78

Rata-rata 79,36

b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Hasil angket keaktifan belajar biologi siswa siklus II dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II

No Indikator Capaian indikator % 1 2 3 4 5 6 7

Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas

84,78 80,00 80,37 80,00 85,14 77,08 80,00

Rata-rata 81,05

Page 54: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

4. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II

a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Capaian persentase keaktifan siswa siklus II mengalami peningkatan jika

dibandingkan dengan persentase keaktifan pada siklus I. Rata-rata persentase

keaktifan belajar biologi siswa siklus II sebesar 79,36%. Persentase tertinggi rata-rata

keaktifan belajar biologi siswa adalah mencatat materi pelajaran yaitu 86,11%.

Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi siswa

siklus II dapat dilihat pada Gambar 7.

0102030405060708090

A B C D E F G

mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru

mencatat materi pelajaran

mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

berperan serta dalam diskusi kelompok

bertanya kepada teman

mengajukan pertanyaan kepada guru

Gambar 7. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Hasil perhitungan angket keaktifan belajar biologi siswa setelah dilakukan

tindakan pada siklus II yaitu penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw, keaktifan

belajar biologi siswa berdasarkan angket meningkat menjadi 81,05%. Persentase

indikator pada siklus 1 berdasarkan angket berkisar antara 77,08 - 85,14%. Indikator

tertinggi adalah mencatat materi pelajaran sebesar 85,14%, sedang indikator terendah

adalah mengerjakan soal di kelas yaitu 77,08%.

Page 55: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Persentase hasil capaian indikator pada angket keaktifan belajar biologi

siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 8.

0

20

40

60

80

100

A B C D E F G

Presentase Keaktivan Siswa Siklus II

Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelasSiswa mengerjakan soal yang diberi guru

Mencatat materi pelajaran

Mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

Berperan serta dalam diskusi kelompok

Bertanya kepada teman

Mengajukan pertanyaan kepada guru

Gambar 8. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II

Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Siklus II rata-rata capaian indikator keaktifan belajar biologi siswa yang

diukur telah mencapai target minimal 75% sehingga pemberian tindakan tidak perlu

dilanjutkan pada siklus berikutnya.

c. Hasil Wawancara

Hasil wawancara dengan siswa diperoleh bahwa dengan penerapan

pembelajaran kooperatif Jigsaw keaktifan siswa meningkat. Hal ini terbukti dengan

banyaknya siswa yang berani bertanya kepada guru apabila ada materi yang kurang

jelas, siswa rajin mengerjakan soal dan mengumpulkan tepat waktu. Kegiatan diskusi

melibatkan siswa aktif baik dalam diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Siswa

berani mengemukakan pendapat pada saat presentasi di depan kelas. Keinginan siswa

untuk mencatat juga semakin meningkat.

Hasil wawancara dengan guru pelajaran Biologi, secara umum respon siswa

terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada proses pembelajaran

adalah positif. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw keaktifan belajar

Page 56: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

biologi siswa meningkat. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan diskusi, berani bertanya

kepada guru dan mencatat materi meningkat menjadi lebih banyak.

D. Deskripsi Antar Siklus

Hasil deskripsi antara pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya

peningkatan keaktifan yang berarti. Hasil ini dapat dilihat berdasarkan observasi yang

dilakukan saat proses pembelajaran untuk mengetahui keaktifan belajar biologi siswa.

Angket keaktifan belajar biologi diberikan kepada siswa di akhir siklus untuk

menggali informasi tentang keaktifan siswa selama pembelajaran dari sudut pandang

siswa. Hasil observasi dan pengisian angket menunjukkan adanya peningkatan tiap

akhir siklus. Uraian hasil peningkatan keaktifan belajar biologi siswa dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Hasil Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Perbandingan antara hasil observasi keaktifan belajar biologi siswa pada setiap

siklus dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Persentase Capaian Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Setiap Siklus

No Indikator Capaian Indikator % Pra

Siklus Siklus I Siklus II

1 2 3 4 5 6 7

Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas

41,67 58,33 44,44 38,89 72,22 55,56 69,44

52,78 75,00 61,11 55,56 80,56 69,44 75,00

75,00 83,33 75,00 75,00 86,11 83,33 77,78

Rata-rata 54,36 67,06 79,36

Page 57: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Gambar 9. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Lembar Observasi

Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai keaktifan belajar

biologi siswa (pra siklus) sebelum diberi tindakan penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw masih rendah. Keaktifan belajar siswa pra siklus yang teramati

sebesar 54,36%. Pada siklus I, telah diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw, rata-

rata capaian indikator keaktifan belajar biologi siswa mencapai 67,06%. Keaktifan

belajar biologi siswa di akhir siklus II meningkat dari 67,06% menjadi 79,36%.

Siklus I target belum tercapai, rata-rata capaian indikator sebesar 54,36%

sedangkan target pada penelitian ini rata-rata capaian indikator keaktifan belajar

biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%. Pada siklus II terjadi peningkatan

sehingga target telah tercapai, rata-rata capaian indikator lebih dari 75% yaitu sebesar

79,36%.

Peningkatan persentase tersebut menunjukkan ada perubahan tingkah laku

siswa selama proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Jumlah siswa yang

aktif dalam pembelajaran berupa kegiatan bertanya, berpendapat, mengerjakan soal,

mencatat, berdiskusi dan mempelajari buku mengalami peningkatan yang berarti

(Gambar 9)

Page 58: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa

Perbandingan antara hasil observasi keaktifan belajar biologi siswa pada

setiap siklus dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Setiap Siklus

No Indikator Capaian Indikator % Pra

Siklus Siklus I Siklus II

1 2 3 4 5 6 7

Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas

69,67 67,44 69,63 68,89 68,06 69,17 69,54

72,56 73,89 74,44 74,81 73,61 73,19 71,94

84,78 80,00 80,37 80,00 85,14 77,08 80,00

Rata-rata 68,91 73,49 81,05

Gambar 10. Persentase Keaktifan Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Angket

Keaktifan belajar siswa menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II

menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat

dilihat bahwa nilai keaktifan belajar biologi siswa pra siklus sebelum diberi tindakan

penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw masih rendah. Keaktifan belajar siswa pra

Page 59: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

siklus yang teramati sebesar 69,81%. Pada siklus I, telah diterapkan pembelajaran

kooperatif Jigsaw, rata-rata capaian indikator keaktifan belajar biologi siswa

mencapai 73,49%. Keaktifan belajar biologi siswa di akhir siklus II meningkat dari

73,49% menjadi 81,05%.

Siklus I target belum tercapai, rata-rata capaian indikator sebesar 73,49%

sedangkan target pada penelitian ini rata-rata capaian indikator keaktifan belajar

biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%. Siklus II terjadi peningkatan

sehingga target telah tercapai, rata-rata capaian indikator lebih dari 75% yaitu sebesar

81,05%.

Peningkatan persentase tersebut menunjukkan ada perubahan tingkah laku

siswa selama proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Jumlah siswa yang

aktif dalam pembelajaran berupa kegiatan bertanya, berpendapat, mengerjakan soal,

mencatat, berdiskusi dan mempelajari buku mengalami peningkatan yang berarti.

Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siklus I dan siklus II sudah mampu

memberikan perbaikan terhadap masalah di dalam kelas sehingga tidak perlu

dilanjutkan siklus berikutnya. Kesesuaian hasil antara data yang diperoleh melalui

angket, observasi maupun wawancara menunjukkan bahwa data hasil penelitian

tentang penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa dalam pembelajaran biologi siswa SMP N 14 Surakarta Kelas VIIIA

dapat dikatakan valid. Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa.

E. PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta Tahun

Pelajaran 2010/2011 dilakukan berdasar hasil observasi diketahui bahwa keaktifan

belajar biologi siswa di kelas tersebut masih rendah. Salah satu upaya untuk

meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas adalah dengan melakukan perbaikan

dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar dituntut untuk

mengembangkan potensinya, salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran

Page 60: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

kooperatif yang lebih inovatif sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut

siswa untuk aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yaitu

dengan diskusi, presentasi, menjawab soal. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat

dilihat melalui pemberian angket, observasi serta wawancara dengan guru dan siswa

tentang keaktifan belajar siswa. Analisis kenaikan persentase capaian tiap indikator

keaktifan belajar biologi siswa adalah :

1. Mengajukan pertanyaan kepada guru

Hasil observasi pra siklus untuk indikator mengajukan pertanyaan kepada

guru sebesar 41,67%, capaian siklus I adalah 52,78 dan capaian pada siklus II sebesar

75%. Berdasar angket indikator mengajukan pertanyaan kepada guru pada pra sikus

69,67%, pasca sikls I sebesar 72,56% dan pada siklus II mengalami penigkatan

menjadi 84,78%. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru pada

pra siklus masih sangat rendah karena siswa kurang percaya diri dan takut untuk

bertanya kepada guru. Siswa lebih memilih untuk diam bila ada materi yang belum

dipahami. Pada siklus I persentase indikator mengajukan pertanyaan mengalami

peningkatan, hal ini karena pada pembelajaran siklus I telah diterapkan pembelajaran

kooperatif Jigsaw. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan

dikarenakan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa lebih diberi kesempatan

untuk mengajukan pertanyaan terutama pada diskusi kelompok. Siswa lebih leluasa

untuk menyampaikan pertanyaan kepada iswa lain tentang semua yang belum

dipahami daripada bertanya kepada guru.

Siklus II guru sudah baik dalam menggunakan respon dan pertanyaan kapada

siswa sehingga siswa aktif untuk bertanya. Setiap akhir pembelajaran diadakan tes

individu dan penghargaan kelompok, sehingga siswa memiliki keadaran untuk

bertanya kepada guru dengan tujuan siswa tidak mengalami kesulitan dalam

mengerjakan tes dan mendapatkan penghargaan yang baik.

Page 61: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Bertanya kepada teman

Hasil angket pra siklus indikator bertanya kepada teman masih rendah yaitu

67,44%, pada siklus I sebesar 73,89% dan pada siklus II sebesar 80,00%. Hasil

observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar 58,33%, pada siklus

I sebesar 75% dan pada siklus II yaitu 83,33%. Capaian presentase pra siklus masih

rendah karena siswa merasa malas untuk mendiskusikan dan bertanya kepada teman

yang lebih pintar bila ada materi yang belum paham. Siswa lebih cenderung diam

meskipun aada beberapa hal yang belum dipahami.

Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa persentase indikator bertanya

pada teman mengalami peningkatan karena siswa sadar untuk rajin bertukar

komunikasi dengan teman lain agar dapat menyelesaikan bahan diskusi dengan baik

dan benar. Indikator bertaya kepada teman pada siklus II mengalami peningkatan

yang besar, karena siswa merasa wajib untuk mendapatkan informasi dan

berkomunikasi dengan teman lain agar tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan

bahan diskusi. Peningkatan persentase indikator bertanya pada teman pada siklus I

dan II meningkat jika dibandingkan dengan pra siklus sebab pada kegiatan diskusi,

siswa memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan bahan diskusi.

3. Berperan serta dalam diskusi kelompok

Hasil angket pra siklus indikator berperan serta dalam diskusi kelompok

masih rendah yaitu 69,63%, pada siklus I sebesar 74,44% dan pada siklus II sebesar

80,37%. Hasil observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar

44,44%, pada siklus I sebesar 61,11% dan pada siklus II yaitu 75,00%. Peningkatan

presentase berperan serta dalam diskusi kelompok pada siklus I karena pada

pembelajaran telah diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw.

Melalui tahap diskusi siswa akan meningkatkan kerjasama dan saling

ketergantungan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Tahap diskusi mewajibkan

siswa untuk menguasai materi bahan diskusi yang telah dibagikan, siswa saling

bertukar pikiran sehingga setiap siswa harus aktif dalam diskusi agar dapat mengisi

bahan diskusi dan mendapat penghargaan yang baik. Melalui kelompok ahli maka

Page 62: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

siswa akan belajar untuk bertukar informasi sehingga siswa berperan serta secara

maksimal. Siklus II dilakukan perbaikan yaiu guru sudah memperhatikan waktu

diskusi, bertindak tegas kepada siswa yang sulit diatur sehingga pelaksanaan diskusi

berjalan dengan baik.

4. Mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

Capaian angket pra siklus indikator mengeluarkan pendapat pada saat

presentasi masih rendah yaitu 68,89%, pada siklus I sebesar 74,81% dan pada siklus

II sebesar 80,00%. Hasil observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus

sebesar 38,89%, pada siklus I sebesar 55,56% dan pada siklus II yaitu 75%. Hasil

observasi pra siklus menunjukkan siswa yang mengeluarkan pendapat pada saat

presentasi masih sangat rendah karena siswa selalu merasa takut untuk mengeluarkan

pendapat pada saat pembelajaran. Pada siklus I diterapkan pembelajaran kooperatif

Jigsaw sehingga siswa yang berani mengemukakan pendapatnya semakin banyak.

Persentase capaian Indikator mengeluarkan pendapat pada saat presentasi

pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik karena pada pembelajaran

kooperatif Jigsaw siswa wajib mempresentasikan hasil diskusi. Guru selalu berusaha

meyakinkan siswa agar tidak merasa malu dan takut untuk mengemukakan pendapat

sehingga melalui tahap presentasi maka siswa akan belajar untuk mengeluarkan

pendapat di depan kelas dan siswa yang lain akan menanggapi hasil diskusi yang

dipresentasikan teman di depan kelas.

5. Mencatat materi pelajaran

Capaian angket pra siklus indikator mencatat materi pelajaran masih rendah

yaitu 68,06%, pada siklus I sebesar 73,61% dan pada siklus II sebesar 85,14%. Hasil

observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar 72,22%, pada siklus

I sebesar 80,56% dan pada siklus II yaitu 86,11%. Indikator mencatat materi

pelajaran pada pra siklus rendah karena guru menjelaskan materi kurang bervariasi

sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk mencatat materi yang disampaikan

guru. Hasil observasi siklus I siswa sudah mulai merasa senang pembelajaran yang

berlangsung, karena siswa merasa ada yang baru dalam pembelajaran yaitu dengan

Page 63: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

penerapan kooperatif Jigsaw sehingga siswa mulai tertarik untuk mencatat. Hasil

siklus II semakin meningkat karena diawal pembelajaran guru memberikan apersepsi

yang baik sehingga siswa semangat untuk mencatat materi dari guru. Siswa semakin

senang dengan pembelajaran menggunakan kooperatif Jigsaw sehingga siswa

semakin sadar untuk mencatat, karena pada pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa

harus memiliki catatan selengkap mungkin untuk informasi awal untuk bekal

mengerjakan soal diskusi dengan baik dan untuk belajar dalam mengerjakan kuis

diakhir pembelajaran.

6. Mengerjakan soal di kelas

Capaian angket pra siklus indikator mengerjakan soal di kelas masih rendah

yaitu 69,17%, pada siklus I sebesar 73,19% dan pada siklus II sebesar 77,08%. Hasil

observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar 55,56%, pada siklus

I sebesar 69,44% dan pada siklus II yaitu 83,33%.

Hasil observasi siklus I da II menunjukkan bahwa siwa sudah rajin untuk

mengerjakan soal yang diberi oleh guru secara maksimal. Siklus II guru memberikan

smangat kepada siswa melalui apersepsi sehingga siswa semangat untuk mengerjakan

soal dari guru. Hal ini karena siswa memiliki kesadaran untuk mengerjakan soal dari

guru tanpa mencontek dengan tujuan mendapatkan nilai yang baik.

7. Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas

Capaian angket pra siklus indikator mempelajari buku catatan dan buku

panduan di kelas masih rendah yaitu 69,54%, pada siklus I sebesar 71,94% dan pada

siklus II sebesar 80%. Hasil observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus

sebesar 69,44%, pada siklus I sebesar 75% dan pada siklus II yaitu 77,78%. Indikator

mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas pada pra siklus masih rendah

karena guru menjelaskan dengan ceramah,sehingga siswa tidak tertarik untuk

membaca buku tetapi siswa hanya mendengarkan tidak sungguh-sungguh.

Siklus I dan II indikator mempelajari buku catatan dan buku panduan telah

mengalami peningkatan, hal ini karena melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa

sadar untuk mempelajari buku, karena dengan mempelajari buku maka akan

Page 64: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

menambah informasi bagi siswa untuk mengerjakan soal diskusi dengan benar. Guru

dalam memotivasi siswa dilakukan dengan baik sehingga siswa semangat mengikuti

pembelajaran dan mempelajari buku panduan yang dimiliki. Melalui membaca siswa

akan memiliki bekal untuk menjelaskan mayeri diskusi kepada teman dan

mengerjakan soal diskusi kepada teman dan mengerjakan soal kuis diakhir

pembelajaran.

Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran biologi ditinjau dari aspek

aktivitas langsung, mencatat dan mental meningkat dengan penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw, hal ini karena penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw membuat

siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran dan siswa merasa dihargai

dengan adanya penghargaan. Ciri khas pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah siswa

dituntut untuk menjelaskan materi diskusi kepada teman, sehingga ada

tanggungjawab bagi setriap siswa. Tanggung jawab yang diberikan kepada masing-

masing siswa untuk menjelaskan materi kepada teman dapat meningkatkan dorongan

siswa untuk mempelajari buku panduan dan buku catatan yang dimiliki. Setiap siswa

harus menjelaskan materi sebaik mungkin kepada siswa lain agar masing-masing

siswa dalam anggota kelompok dapat memahami apa yang diajarkan. Penguasaan

materi yang baik akan menghantarkan siswa untuk mendapatkan penghargaan yang

baik bagi kelompok dan diakhir pembelajaran siswa dapat mengerjakan kuis dengan

baik. Tahap presentasi membuat siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat dan

siswa akan berusaha untuk menyajikan presentasi sebaik mungkin. Penerapan

pembelajaran kooperatif Jigsaw melibatkan siswa untuk berperan aktif dan dapat

mengatasi kebosanan siswa terhadap metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh

guru, sehingga timbul kesenangan dari diri siswa pada saat kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran di kelas telah meningkatkan keaktifan belajar

biologi siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yaitu berdasar hasil

observasi pra siklus rata-rata 54,36% karena pada pra siklus guru belum menerapkan

pembelajaran kooperatif Jigsaw, tetapi guru dalam pembelajaran masih menggunakan

Page 65: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

metode ceramah, belum melakukan diskusi, belum ada interaksi antar siswa dan

siswa dengan guru. Beberapa siswa tidak membawa buku panduan dan tidak berani

bertanya kepada guru jika ada materi yang belum dipahami. Selama pembelajaran

guru tidak pernah memberi penghargaan kepada siswa.

Akhir siklus I terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari hasil

pengisian angket dan lembar observasi. Rata-rata persentase angket keaktifan belajar

siswa meningkat, pada pra siklus sebesar 68,91% menjadi 73,49% pada akhir siklus I.

Rata-rata persentase observasi keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 54,36%

pada pra siklus menjadi 67,06% pada akhir siklus I. Peningkatan rata-rata persentase

keaktifan belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan tingkah laku

siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Hal ini karena pada siklus

I telah diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw, siswa dapat ikut serta didalam

pembelajaran. Setiap siswa harus menjelaskan materi sebaik mungkin kepada siswa

lain agar masing-masing siswa dalam anggota kelompok dapat memahami apa yang

diajarkan, melalui membaca buku panduan dan buku catatan siswa akan memiliki

bekal untuk menjelaskan materi diskusi kepada teman. Melalui kooperatif Jigsaw

siswa aktif dalam kegiatan diskusi, sehingga interaksi antar siswa dapat tercipta,

siswa yang bertanya juga meningkat, siswa semakin rajin untuk mempelajari buku

panduan dan mencatat materi pelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapatnya melalui tahap presentasi di depan kelas.

Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Gocer(2010:443) bahwa keuntungan dari pembelajaran menggunakan teknik

Jigsaw antara lain adalah memberikan efek positif pada proses pembelajaran. Selain

itu, dengan mengaplikasikan teknik ini, siswa akan lebih bisa belajar dengan

pemahaman secara permanen, meningkatkan komunikasi dan solidaritas diantara

siswa, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama melalui kegiatan

diskusi kelompok. Berdasar penelitian ini pembelajaran menggunakan teknik Jigsaw

berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa

termasuk memberikan kesempatan pada semua siswa untuk mempelajari kemampuan

Page 66: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dan pengetahuan yang beragam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

bahwa dengan memberi kesempatan siswa untuk berperan serta dalam pembelajaran

maka akan meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Keaktifan belajar biologi siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Rata-

rata persentase angket keaktifan belajar biologi siswa meningkat sebesar 7,56% dari

akhir siklus I sebesar 73,49% menjadi 81,05% pada akhir siklus II. Sedangkan rata-

rata persentase observasi keaktifan belajar biologi siswa meningkat sebesar 12,30%

dari akhir siklus I sebesar 67,06% menjadi 79,36% pada akhir siklus II. Peningkatan

keaktifan pada siklus II semakin besar karena pada siklus II siswa sudah paham

dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dan siswa terlihat sangat

senang dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan

bersaing untuk mendapatkan penghargaan dari guru. Pada siklus II guru lebih baik

dalam memberikan apersepsi dan motivasi sehingga siswa semakin antusias terhadap

pembelajaran. Guru lebih tegas mengambil tindakan terhadap siswa yang sulit diatur,

guru lebih terampil menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa sehingga

siswa aktif bertanya serta meyakinkan siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

Pembelajaran dengan Jigsaw merupakan pembelajaran yang menarik, karena setiap

siswa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain

sehingga mendorong siswa untuk belajar. Pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat

melibatkan seluruh siswa dalam belajar, sehingga keaktifan belajar siswa di kelas dan

rasa percaya diri bisa dilatih.

Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siklus II dapat

meningkatkan interaksi sosial siswa yaitu siswa aktif dalam berdiskusi, siswa berani

bertanya kepada guru dan teman. Melalui penilaian kelompok yang diperoleh dari

poin tiap individu dari masing-masing anggota kelompok maka keberhasilan

kelompok pada pembelajaran kooperatif Jigsaw tergantung dari keberhasilan individu

jadi tiap-tiap siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, dan harus aktif agar dapat

menjelaskan materi baik kepada temannya dan memberikan kontribusi nilai yang baik

bagi kelompok dan diri siswa itu sendiri. Adanya tugas untuk mengajarkan materi

Page 67: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

kepada siswa yang lain telah meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri siswa

untuk berinteraksi dengan lingkungan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Hanse(2007) bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada prestasi (hasil)

belajar yang dicapai siswa antara metode konvensional dengan teknik Jigsaw namun,

hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pengalaman siswa yang

dibagi pada 3 kebutuhan dasar siswa (otonomi, kompetensi, dan interaksi sosial pada

pembelajaran), aktivitas kognitif, dan peningkatan motivasi intrinsik.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan di kelas pada

materi sistem rangka manusia dan dapat digunakan pada mata materi lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa pembelajaran Jigsaw

cukup efektif dan membuat siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran di kelas. Isjoni (2009:77-79) mengemukakan pembelajaran kooperatif

Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong

siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai

prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut kerjasama dan saling

ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pelaksanaan metode

ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil dan dibuat kelompok secara

heterogen baik dari segi prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul dan sebagainya.

Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah(2007)

bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membawa siswa ke dalam

suasana belajar yang baik karena siswa dapat secara aktif bekerjasama dengan

sesama siswa dalam suasana gotong royong dalam upaya menggali informasi dan

meningkatkan kemampuan berkomunikasi untuk meningkatkan pemahaman pada

materi pokok yang sedang dipelajari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keaktifan belajar biologi

siswa dalam proses pembelajaran telah memenuhi rata-rata indikator capaian minimal

75%. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran,

berdasarkan Mulyasa (2006) bahwa suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan

Page 68: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa

terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.

Terpenuhinya rata-rata indikator capaian minimal 75% membuktikan bahwa melalui

penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan keaktifan belajar

biologi siswa yang ditunjukkan pada peningkatan hasil angket, observasi dan

wawancara siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dalam proses pembelajaran

biologi.

Penelitian lain dilakukan oleh Mulyanto (2007:4-5) menyatakan bahwa dari

tindakan kelas menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan proses belajar

mengajar untuk setiap siklusnya baik yang dilakukan guru maupun siswa.

Peningkatan proses belajar mengajar matematika tampak pada aspek : (1) aktifitas

kerja kelompok yang diperlihatkan oleh siswa yang tampak antusias, bergairah dan

bersemangat, dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. (2) penerapan

pendekatan cooperative learning untuk setiap siklus hasilnya sangat memuaskan

dilihat dari hasil rata-rata tugas yang diselesaikan para siswa yang pencapaiannya

rata-rata diatas 85% dari target yang sudah ditentukan.

Berdasar hasil penelitian yang dilakukan Haetami (2008) dapat diketahui

bahwa secara psikologis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini

memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain : (1) memotivasi

siswa untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta

menyadari akan penilaian yang berkelanjutan, (2) menghilangkan rasa takut pada

anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan, dan (3)

menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa, berfikir kritis dan kemampuan

membantu teman. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa akan lebih berani

mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan, menumbuhkan kerjasama siswa.

Peningkatan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat sesuai dengan hasil

penelitian yang dapat dilihat dari presentase hasil observasi pra siklus sebesar

38,89%, pada siklus I sebesar 55, 56%, pada akhir siklus II meningkat menjadi

Page 69: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

63,89%. Meningkatnya kerjasama siswa dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa

dalam kegiatan diskusi pada pra siklus masih sangat rendah yaitu sebesar 44,44%,

pada siklus I sebesar 61,11% pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86,11%.

Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta berhasil menerapkan

pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih efektif daripada pembelajaran konvensional

untuk melatih kemampuan siswa dan dapat melatih siswa untuk melakukan kerjasama

lebih baik dengan teman dan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pernyataan

tersebut sesuai dengan penelitian Azizah (2006) yaitu penelitian tentang studi

komparasi metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan konvensional. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih efektif daripada

metode pembelajaran konvensional karena mampu meningkatkan hasil belajar

akuntansi pokok bahasan jurnal khusus pada siswa kelas II MAN Suruh tahun

pelajaran 2005/2006 mengarah pada ketercapaian belajar tuntas.

Page 70: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua

siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat

meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14

Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:

a. Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis

lebih lanjut.

b. Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi strategi

pembelajaran dalam mengajar biologi.

c. Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran,

khususnya mata pelajaran biologi.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran

Biologi di SMP Negeri 14 Surakarta, yaitu keaktifan belajar biologi siswa dalam

pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif

Jigsaw

C. Saran

1. Bagi Guru

a. Pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw memerlukan peran

guru sebagai fasilitator pembelajaran, oleh sebab itu hendaknya guru

memantau siswa selama kegiatan belajar berlangsung agar kegiatan

pembelajaran berjalan dengan efektif.

Page 71: Skripsi Oleh:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Guru diharapkan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat

mengikutsertakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran agar

keaktifan belajar siswa meningkat.

c. Guru hendaknya lebih inovatif lagi pada saat memberikan apersepsi dan

motivasi kepada siswa, misalnya dengan menggunakan model atau alat bantu

dalam proses belajar mengajar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik

untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

2. Bagi Siswa

a. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti proses

pembelajaran misalnya lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-

sumber internet supaya dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

b. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan diskusi maupun pada saat

presentasi.

c. Siswa hendaknya lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber

lain selain buku paket sehingga akan menambah wawasan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

3. Bagi Peneliti Lain

Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih

luas sehingga dapat diketahui sejauh mana efektifitas penerapan pembelajaran

kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.