skripsi oleh : asmarani

163
FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh : ASMARANI 1702042002 PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN

TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI

DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2019

SKRIPSI

Oleh :

ASMARANI

1702042002

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 2: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN

TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI

DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memeroleh Gelar Sarjana Kesehatan (S.Kes)

pada Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia

Oleh :

ASMARANI

1702042002

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

MEDAN

2019

Page 3: SKRIPSI Oleh : ASMARANI
Page 4: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

Telah diuji pada tanggal : 22 Juli 2019

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Sri Agustina Meliala, SKM., MKM

Anggota : 1. Andini Mentari Tarigan, S.Tr.Keb., MKM

2. dr. Chairulsyah Putra, MKM

Page 5: SKRIPSI Oleh : ASMARANI
Page 6: SKRIPSI Oleh : ASMARANI
Page 7: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

ABSTRAK

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN

TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI

DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2019

ASMARANI

NIM: 1702042002

Penjelasan tentang Informed consent/persetujuan tindakan medis merupakan

salah satu hal yang sangat penting sebelum dilakukan tindakan operasi. Dalam

pelaksanaannya setiap rumah sakit harus memliki prosedur tetap sebagai acuan.

Dari survei awal pada bulan Februari 2019 terhadap pasien dan keluarga pasien

yang sudah dilakukan tindakan operasi, pemberian informed consent masih belum

sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dari 30 orang terdapat 12 orang (40%)

belum paham dengan isi dari informasi medis yang disampaikan dokter berupa

risiko, komplikasi dan tindakan bedah.

Desain penelitian ini menggunakan survey analitic cross sectional yang

bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi pemahaman pasien

terhadap penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar.

Populasinya adalah pasien dan keluarga yang mewakili pasien yang telah

dilakukan tindakan operasi besar. Pengambilan sampel dengan metode total

sampling yaitu 223 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa

data menggunakan univariat, bivariat dengan uji chi-square dan multivariat

dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pemahaman pasien terhadap

penjelasan informed consent operasi dalam kategori paham (97,3%). Dari hasil uji

regresi logistik tahap I didapatkan faktor yang memengaruhi tingkat pemahaman

pasien terhadap penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani

Pematangsiantar adalah Pendidikan, Waktu Penyampaian Informasi dan

Psikologi. Dari hasil uji regresi logistik tahap II didapatkan variabel yang paling

dominan berpengaruh adalah waktu penyampaian informasi dengan nilai

sig=0,010.

Kesimpulannya adalah tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan

informed consent operasi dalam kategori paham dan faktor yang secara signifikan

memengaruhi pemahaman pasien adalah faktor akses informasi berupa waktu

penyampaian informasi. Saran yang diberikan adalah sebaiknya dalam

memberikan penjelasan informed consent perlu diperhatikan waktu penyampaian

informasinya dan haruslah mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan.

Kata Kunci : Pasien Operasi, Pemahaman, Persetujuan Tindakan Medis

Page 8: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN

TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI DI RS

VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019”. Skripsi ini sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.Kes pada Program Studi S1

Administrasi Rumah Sakit Institut Kesehatan Helvetia.

Selama Penulisan Skripsi, penulis telah mendapatkan bimbingan dan

petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan

Helvetia Medan

2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes., selaku Ketua Yayasan

Helvetia

3. Dr. H. Ismail Effendy., M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia

Medan

4. Dr. Asriwati, S.Kep.,Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat

5. Sri Agustina Meliala, SKM., MKM., selaku Ketua Program Studi

Administrasi Rumah Sakit dan Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing dan memberikan masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini

Page 9: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

ii

6. Andini Mentari Tarigan, S.Tr.Keb., MKM., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah membimbing dan memberikan masukan untuk kesempurnaan

Skripsi ini

7. dr.Chairulsyah Putra, MKM., selaku dosen Penguji yang telah menguji dan

memberikan masukan untuk kesempurnaan Skripsi ini

8. Seluruh Dosen Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit yang telah

memberikan ilmu selama masa pendidikan

9. Pimpinan tempat penulisan yang dilakukan

10. Teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit

11. Teristimewa kepada Ayahanda Selamat dan Ibunda Asmaniar Lubis, serta

seluruh keluarga dan rekan kerja yang telah memberikan segala bentuk

dukungan dalam masa studi

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat demi

kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan

rahmatNya kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2019

Penulis,

ASMARANI

Page 10: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Asmarani

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 04 April 1989

Agama : Islam

Anak ke : Tiga

Alamat : Jl. Mesjid Lingk I Silumangi, Kel.Mekar Nauli

Kec. Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar

Status : Belum Menikah

II. Data Orang Tua

Nama Ayah : Selamat

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Asmaniar Lubis

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Mesjid Lingk I Silumangi, Kel.Mekar Nauli

Kec. Siantar Marihat, Kota Pematangsiantar

III. Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 122347 Pematangsiantar

Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 8 Pematangsiantar

Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 4 Pematangsiantar

Tahun 2007 – 2010 : Diploma III Manajemen Informatika,

AMIK PARBINA NUSANTARA Pematangsiantar

Tahun 2017 – 2019 : Strata 1 Administrasi Rumah Sakit

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Helvetia Medan

Page 11: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

iv

DAFTAR ISI

Judul Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

PERNYATAAN

ABSTRACT

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 8

1.3. TujuanPenelitian ......................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

1.4.1. Bagi Rumah Sakit ........................................................... 8

1.4.2. Bagi Dokter, Pasien dan Keluarga Pasien ....................... 8

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

2.1. Keaslian Penelitian ..................................................................... 10

2.2. Telaah Teori ................................................................................ 12

2.2.1. Rumah Sakit .................................................................... 12

a. Pengertian Rumah Sakit ............................................. 12

b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .................................. 13

c. Tujuan Rumah Sakit ................................................... 13

d. Persyaratan Rumah Sakit ........................................... 14

e. Pelayanan Rumah Sakit .............................................. 14

f. Peraturan Internal Rumah Sakit ................................. 18

2.2.2. Rekam Medis .................................................................. 20

a. Pengertian Rekam Medis ........................................... 20

b. Kegunaan Rekam Medis ............................................ 20

c. Manfaat Rekam Medis ............................................... 24

d. Isi Rekam Medis ......................................................... 24

2.2.3. Operasi ............................................................................ 25

a. Pengertian Operasi ..................................................... 25

b. Indikasi Operasi .......................................................... 26

Page 12: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

v

c. Klasifikasi Operasi ..................................................... 26

d. Reaksi pasien terhadap Operasi .................................. 28

2.2.4. Akses Informasi .............................................................. 29

a. Pengertian Informasi .................................................. 29

b. Informasi yang harus disampaikan ............................. 30

c. Cara memberikan Informasi ....................................... 34

2.2.5. Informed Consent ............................................................ 35

a. Pengertian Informed Consent ..................................... 35

b. Fungsi dan Tujuan Informed Consent ........................ 36

c. Bentuk Informed Consent ........................................... 37

d. Tata Laksana Informed Consent ................................. 38

e. Pihak yang Memberi Persetujuan ............................... 39

2.2.6. Pemahaman ..................................................................... 44

a. Pengertian Pemahaman .............................................. 44

b. Konsep Pemahaman ................................................... 44

c. Faktor yang Memengaruhi Pemahaman ..................... 45

2.3. Kerangka Teori ........................................................................... 48

2.4. Hipotesis ..................................................................................... 49

2.5. Kerangka Konsep ........................................................................ 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 50

3.1. Desain Penelitian ........................................................................ 50

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 50

3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 50

3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 51

3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 51

3.3.1. Populasi ........................................................................... 51

3.3.2. Sampel ............................................................................. 51

3.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ............................. 52

3.4.1. Definisi Operasional ....................................................... 52

a. Variabel Dependent (Y) ............................................. 52

b. Variabel Independent (X) ........................................... 53

3.4.2. Aspek Pengukuran .......................................................... 54

3.5. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 55

3.5.1. Jenis Data ........................................................................ 55

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 55

a. Data Primer ................................................................ 55

b. Data Sekunder ............................................................ 55

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 56

3.6.1. Uji Validitas .................................................................... 56

3.6.2. Uji Reliabilitas ................................................................ 57

3.7. Metode Pengolahan Data ........................................................... 58

a. Editing .................................................................................. 58

b. Coding .................................................................................. 58

c. Data Entry atau Processing ................................................. 58

d. Pembersihan Data (Cleaning) .............................................. 58

Page 13: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

vi

3.8. Analisis Data ............................................................................... 58

3.8.1. Analisis Univariat ........................................................... 59

3.8.2. Analisis Bivariat .............................................................. 59

3.8.3 Analisis Multivariat......................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 60

4.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 60

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................ 60

4.1.2. Analisa Data Penelitian ................................................... 66

a. Analisis Univariat ....................................................... 66

1) Deskripsi Karakteristik Pasien ............................... 66

2) Deskripsi Akses Informasi..................................... 68

3) Deskripsi Psikologi Pasien .................................... 70

4) Deskripsi Pemahaman terhadap Informed Consent 71

b. Analisis Bivariat ......................................................... 72

1) Variabel Karakteristik Pasien ................................ 73

2) Variabel Akses Informasi ...................................... 75

3) Variabel Psikologi ................................................. 77

c. Hasil Analisa Statistik ................................................ 78

4.2. Pembahasan ................................................................................ 80

4.2.1. Pengaruh Karakterisitk Pasien Terhadap Pemahaman

Tentang Penjelasan Informed Consent ............................ 81

4.2.2. Pengaruh Akses Informasi Terhadap Pemahaman

Tentang Penjelasan Informed Consent ............................ 85

4.2.3. Pengaruh Psikologi Pasien Terhadap Pemahaman

Tentang Penjelasan Informed Consent ............................ 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 92

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 92

5.2. Saran ........................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96

LAMPIRAN .................................................................................................. 100

Page 14: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

vii

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 2.1. Format Dokumentasi Pemberian Informasi .............................. 32

Gambar 2.2. Format Dokumentasi Pemberian Informasi di RS Vita Insani . 33

Gambar 2.3. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran/Informed Consent 42

Gambar 2.4. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran di RS Vita Insani .. 43

Gambar 2.5. Kerangka Teori ......................................................................... 48

Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 49

Gambar 4.1. Struktur Organisasi RS Vita Insani Pematangsiantar ............... 63

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani .... 65

Page 15: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

viii

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ...... 10

Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen dan Dependen .......... 54

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas ................................................................... 56

Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 57

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien berdasarkan Umur.. 66

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien berdasarkan

Pendidikan ................................................................................ 66

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien berdasarkan

Pekerjaan .................................................................................. 67

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan

Bagian Informasi yang diterima. .............................................. 67

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan

Kategori Baik dan Kurang Baik.. ............................................. 69

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Waktu Penyampaian Berdasarkan

Kategori Baik dan Kurang Baik. .............................................. 69

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Bahasa Penyampaian Berdasarkan

Kategori Baik dan Kurang Baik. .............................................. 69

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Psikologi Pasien Berdasarkan

Kategori Baik dan Kurang Baik ............................................... 70

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pemahaman berdasarkan

Page 16: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

ix

Informasi yang diterima ........................................................... 70

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pemahaman tentang Informed

Consent berdasarkan Kategori Paham dan Kurang Paham ...... 71

Tabel 4.11. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Umur dengan

Pemahaman Tentang Informed Consent dan Kurang Paham ... 72

Tabel 4.12. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pendidikan dengan

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ....................... 73

Tabel 4.13. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pekerjaan dengan

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ....................... 74

Tabel 4.14. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Kelengkapan Informasi

dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 75

Tabel 4.15. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Waktu Penyampaian

dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 75

Tabel 4.16. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Bahasa Penyampaian

dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 76

Tabel 4.17. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Psikologi Pasien

dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent ........... 77

Tabel 4.18. Hasil uji variabel dengan chi-square ........................................ 78

Tabel 4.19. Hasil uji regresi logistik tahap I................................................ 79

Tabel 2.10. Hasil uji regresi logistik tahap II .............................................. 79

Page 17: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

x

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Responden .............................................. 100

Lampiran 2 Kuesioner .................................................................................. 101

Lampiran 3 Surat Permohonan Survei Awal di RS Vita Insani ................... 105

Lampiran 4 Surat Ijin Survei Awal di RS Vita Insani ................................. 106

Lampiran 5 Surat Permohonan Uji Validitas ............................................... 107

Lampiran 6 Surat Ijin Uji Validitas di RS Tiara Kasih Sejati ...................... 108

Lampiran 7 Surat Permohonan Penelitian di RS Vita Insani ....................... 109

Lampiran 8 Surat diberikan Ijin Penelitian di RS Vita Insani ..................... 110

Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian di RS Vita Insani ................................ 111

Lampiran 10 Data Responden Penelitian ....................................................... 112

Lampiran 11 Foto-Foto Kegiatan Penelitian .................................................. 116

Lampiran 12 Printout Hasil SPSS ................................................................. 122

Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi....................................................... 145

Page 18: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada

masyarakat. Rumah Sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan

dan pusat penelitian medik (1).

Salah satu hal yang sangat penting sebelum melakukan pelayanan

kesehatan/pelayanan kedokteran bagi pasien yaitu informed consent/persetujuan

tindakan medis/persetujuan tindakan kedokteran. Persetujuan tindakan kedokteran

adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah

penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

yang akan dilakukan terhadap pasien (2).

Informed consent memberikan perlindungan kepada pasien terhadap

tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medis tidak ada

dasar kebenaran yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya serta memberi

perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif,

dan pada setiap tindakan medis melekat suatu risiko. Suatu persetujuan dianggap

sah apabila pasien telah diberi penjelasan/ informasi, pasien atau yang sah

mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/

persetujuan, dan persetujuan harus diberikan secara sukarela (3).

Page 19: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

2

Informed consent berisikan dua hak pasien yang esensiil dalam relasinya

dengan dokter. Hak tersebut adalah hak atas informasi dan hak atas persetujuan

atau consent. Informed consent sangat penting terkait dengan aspek hukum,

tanggung jawab dan tanggung gugat. Informed consent melindungi pasien dari

pembedahan yang lalai dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu

lembaga hukum. Sebelum pasien menandatangani lembar informed consent,

dokter ahli bedah harus memberikan penjelasan tentang pembedahan yang akan

dijalani pasien, dalam hal ini perawat bertanggung jawab untuk memastikan

pasien telah mendapat penjelasan dan bahwa informed consent telah didapat

secara sukarela dari pasien oleh dokter (4).

Tiga komponen dari Informed Consent, yaitu : (a). Informasi, yang

sebenarnya mencakup keterangan mengenai tindakan yang akan dilakukan,

berbagai risiko yang mungkin terjadi, manfaat yang diharapkan, tindakan

alternatif untuk kepentingan pasien. (b). Pemahaman, merupakan fungsi dari

kemampuan. Dokter harus memastikan bahwa informasi yang diberikan telah

dipahami sepenuhnya, (c). Kerelaan, menuntut adanya kebebasan fisik maupun

psikis. Semakin rentannya pasien, semakin ia berhak untuk memperoleh

perlindungan lebih banyak terhadap tekanan atau bujukan yang mungkin tidak

tepat untuk dilakukannya tindakan medik tertentu (5).

Dalam dunia kedokteran saat ini informasi merupakan hak yang harus

diperoleh setiap orang sebagai hak asasinya seorang pasien atau keluarga pasien.

Berdasarkan informasi itulah kemudian pasien atau keluarga pasien dapat

Page 20: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

3

mengambil keputusan suatu tindakan medik yang akan dilakukan pada diri atau

keluarganya (6).

Bila kita perhatikan akhir-akhir ini di media massa secara cermat, sebagian

besar perselisihan (dalam bentuk tuntutan hukum) yang timbul antara dokter

dengan pasien dan dokter dengan keluarga pasien yang dikenal dengan sebutan

malpraktik, karena kurangnya pemahaman terhadap informasi yang diberikan oleh

dokter, misalnya pemberitaan dugaan malpraktik dokter di Rumah Sakit Swasta di

Jakarta Barat, yaitu pada kasus Selvy, seperti yang diberitakan di media massa.

“Pengacara kondang Hotman Paris Hutapea mendatangi Rumah Sakit Grha

Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (10/7). Hotman ingin meminta penjelasan dari

pihak rumah sakit atas dugaan malpratik oleh oknum dokter terhadap wanita

bernama Selphie Bong, yang terjadi pada 2015. Hotman menjelaskan, Selphie saat

itu menjalani operasi kista di RS Graha Kedoya. Dalam operasi itu, dokter turut

mengangkat dua indung telur Selphie tanpa izin. "Begitu saya tahu bahwa keluhan

dia, dia mengaku dua indung telurnya diambil tanpa izin, masa depannya hancur,

saya pikir ini masalah serius," terangnya. Hotman dan Selphie kemudian

mengadakan pertemuan dengan pihak rumah sakit. Usai pertemuan, Hotman

tampaknya kecewa dengan penjelasan pihak rumah sakit. Tapi, pihak rumah sakit

sudah memberi sanksi skors kepada dokter yang melakukan operasi kepada

Selphie. "Jadi kami sudah bertemu manajemen rumah sakit, pada dasarnya tidak

mau menjawab substansi karena itu masalah medis, tapi mereka sudah mengakui,

sudah skors (dokternya)," terangnya (7).

Page 21: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

4

Kasus dugaan malpraktik juga terjadi di RS Vita Insani Pematangsiantar

pada tahun 2015, seperti yang diberitakan oleh media massa lokal sumatera utara

yang isinya : “Samsudin mengatakan, Monita Sinaga warga Kelurahan Parapat,

Kecamatan Girsang Sipanganbolon menjalani operasi melahirkan (caesar) pada

tanggal 16 Juli 2015 lalu. Namun bayi yang dilahirkan meninggal beberapa jam

setelah lahir tanpa ada penjelasan penyebabnya dari pihak rumah sakit, dan

Monita mengalami infeksi dan cedera kantung kemih, sehingga melanjutkan

pengobatannya ke Penang. Sementara itu Ketua Umum LSM Pendoa, Ungkap

Marpaung mengatakan, akibat kelalaian itu Monita mengalami kerugian baik

moril maupun materil, serta guncangan psikologis, dan pihak RS Vita Insani

mengacuhkan masalah yang terjadi. Sementara itu, Humas RS Vita Insani, Cokky

Pardede kepada sejumlah wartawan mengatakan, pihak rumah sakit sudah

melakukan penanganan sesuai prosedur medis dan kedokteran terhadap Monita

Sinaga. Jika keberatan dan tidak merasa puas dengan pelayanan rumah sakit,

Cokky mempersilakan pihak keluarga menempuh upaya hukum. Dia

menambahkan, pihak RS Vita Insani juga siap memberikan rekam medis pasien

jika dibutuhkan, termasuk oleh pihak penegak hukum dan majelis etik kedokteran

(8).

Ungkapan malpraktik banyak digunakan oleh para pengacara, LSM, dan

media pada setiap kasus klinik dengan hasil yang tidak sesuai dengan harapan.

Opini masyarakat diarahkan bahwa penyebab-penyebab kasus tertentu adalah

kesalahan dokter, dimana dokter beserta rumah sakit harus dituntut. Ini sudah

mengarah kepada upaya peradilan oleh masyarakat atau media. Padahal

Page 22: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

5

kenyataannya belum tentu seperti yang dituduhkan. Profesi medis atau dokter

adalah penuh risiko, baik yang diketahui sebelumnya atau tidak, yang dapat

dicegah atau adakalanya tidak dapat diatasi. Asuhan medis merupakan proses

yang rumit dimana hasilnya tergantung kepada banyak variabel bukan hanya

dokter saja. Semua itu tidak akan terjadi bila pasien dan keluarganya dalam

pemahaman Informed Consent benar-benar dilaksanakan, salah satu cara dengan

melaksanakan konsep Komunikasi Efektif Dokter-Pasien (9).

Kurangnya informasi yang disebarluaskan oleh media massa tentang

Komunikasi Efektif Dokter-Pasien, Persetujuan Tindakan Medik atau Informed

Consent, dan informasi- informasi lainnya yang menggambarkan antara dokter

dan pasien yang menyebabkan miskinnya informasi dan ketidak pahaman

masyarakat tentang Persetujuan Tindakan Medik atau Informed Consent.

Informasi bermakna yang menggambarkan suatu objek, diharapkan dapat

menentukan persepsi yang baik pada diri seseorang. Persepsi merupakan proses

kedua pada manusia berkenaan dengan stimuli sesudah sensasi dan proses

pertama dalam memberi tanggapan pada stimuli yang diterima oleh indera (10).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman pasien,

mengingat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan informasi medis terus

meningkat. Faktor-faktor tersebut antara lain umur, budaya, kebiasaan dan tingkat

pendidikan serta kelengkapan informasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Tri Purnama Sari dan Doni Jepisah di Rumah Sakit Umum kelas C Se-Kota

Pekanbaru pada tahun 2018 menunjukan hasil persentase responden yang

mendapatkan informasi yang tidak lengkap sebanyak 119 responden (63,1%)

Page 23: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

6

sedangkan yang mendapatkan informasi dengan lengkap sebanyak 75 (36,9%).

Responden yang mendapatkan informasi yang tidak lengkap cenderung memiliki

pemahaman rendah tentang persetujuan tindakan medis sebesar 2,857 kali

dibandingkan dengan responden yang mendapatkan informasi yang lengkap, hal

ini menunjukan bahwa ada hubungan antara kelengkapan informasi dengan

pemahaman tentang persetujuan tindakan medis (11).

Penelitian yang dilakukan oleh Edison Perangin-angin di RSU Pirngadi

Kota Medan pada tahun 2009 tentang “Hubungan karakteristik pasien pelayanan

bedah dengan pemahaman pasien pada pelaksanaan persetujuan tindakan

kedokteran” dengan hasil penelitian menyatakan bahwa Variabel dari karakteristik

pasien yang mempunyai hubungan dengan pemahaman persetujuan tindakan

kedokteran adalah pekerjaan dan penyampaian informasi sedangkan yang tidak

mempunyai hubungan adalah umur, pendidikan, status perkawinan dan jenis

tindakan bedah (12).

Rumah Sakit Vita Insani yang terletak di pusat kota Jalan Merdeka No. 329

Pematangsiantar merupakan rumah sakit swasta tipe B Non Pendidikan di

Pematangsiantar yang menyediakan pelayanan pembedahan. Pelayanan Bedah

yang dapat dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani diantaranya

Tindakan operasi oleh spesialis Obgyn & Ginekologi, Bedah Umum, serta 3 sub

spesialis bedah yaitu Orthopedi, Urologi dan Bedah Plastik. Instalasi Bedah

Sentral RS Vita Insani memiliki 4 ruang operasi, 19 orang perawat bedah, 2 orang

spesialis anestesi, 5 orang spesialis Obgyn & Ginekologi, 3 orang spesialis bedah

umum, 2 orang spesialis Orthopedi, 1 orang spesialis Urologi dan 1 orang

Page 24: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

7

spesialis Bedah Plastik. Data yang diperoleh dari Instalasi Bedah Sentral RS Vita

Insani Pematangsiantar pada tahun 2018 setiap bulannya melakukan tindakan

operasi rata-rata 300 orang (13).

Dari survei awal yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2019 di ruang

rawat inap terhadap pasien dan keluarga pasien yang sudah dilakukan tindakan

operasi mayor/operasi besar, dimana Informed Consent masih belum dilaksanakan

sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku, seperti pemberian informed consent

untuk tindakan operasi elektif masih ada dilakukan di bagian penerimaan pasien

diruang operasi dan materi yang berkaitan dengan informed consent tidak semua

dijelaskan kepada pasien atau keluarga pasien. Dari 30 orang pasien dan keluarga

pasien operasi yang sudah dilakukan tindakan operasi, 12 (40%) orang belum

paham dengan isi dari informasi medis yang disampaikan dokter berupa risiko,

komplikasi dan tindakan bedah yang sudah dilakukan dokter kepadanya atau

keluarganya. Begitu juga dari 30 Surat Ijin Operasi yang dilampirkan pada berkas

rekam medik pasien yang telah dilakukan operasi, ternyata 18 (60%) berkas

rekam medis masih belum memenuhi standar prosedur yang berlaku, seperti :

tidak diisinya kolom indikasi tindakan, tata cara, dan kolom biaya.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Faktor Yang Memengaruhi Pemahaman Pasien Terhadap

Penjelasan Informed Consent Operasi di Rumah Sakit Vita Insani

Pematangsiantar Tahun 2019.

Page 25: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan di atas dapat

dirumuskan permasalahan penelitian :

1) Bagaimana tingkat pemahaman pasien operasi terhadap penjelasan

informed consent di RS Vita Insani Pematangsiantar tahun 2019

2) Faktor apa saja yang dapat memengaruhi tingkat pemahaman pasien

operasi terhadap penjelasan informed consent di RS Vita Insani

Pematangsiantar tahun 2019.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui tingkat pemahaman

pasien dan faktor yang dapat memengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap

penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar tahun

2019.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Rumah Sakit

Mengetahui faktor apa saja yang dapat memengaruhi pemahaman pasien

operasi terhadap penjelasan informed consent sehingga pelayanan kepada pasien

dapat diperbaiki atau ditingkatkan.

1.4.2. Bagi dokter, pasien dan keluarga pasien

a. Dokter dapat lebih meningkatkan pelayanannya dalam memberikan

Page 26: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

9

penjelasan informed consent pada pasien operasi secara jelas, lengkap

dan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pasien.

b. Bagi pasien dan keluarga mengerti hak dan kewajibannya serta tidak

mudah dan cepat menganggap hasil dari tindakan operasi yang tidak

sesuai dengan harapan sebagai tindakan kelalaian atau malpraktik.

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang factor yang dapat

memengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan informed

consent operasi.

b. Sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi atau penelitian

selanjutnya.

Page 27: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keaslian Penelitian

Tabel 2.1. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya N

o

Nama

Peneliti

Tujuan

Penelitian

Rancangan

Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

1 Tri

Purnama

Sari, Doni

Jepisah

(2018)

Untuk

mengetahui

hubungan

kelengkapan

informasi

dengan

pemahaman

tentang

persetujuan

tindakan

medis di

Rumah Sakit

Kelas C Se-

Kota

Pekanbaru

Cross

sectional

Ada

hubungan

antara

kelengapan

informasi

dengan

pemahaman

tentang

persetujuan

tindakan

medis

Rancangan

Penelitian 1. Lokasi

Penelit

ian

2. Variab

el lain

3. Durasi

penga

mbilan

data

4. Analisi

s Data

2 Herman

Warouw

(2017)

Untuk

mengetahui

adanya

hubungan

pengetahuan

dengan

pelaksanaan

persetujuan

setelah

penjelasan

atau

informed

consent (IC)

pada pasien

di IRDB

BLU RSUP

Prof Dr R.D

Kandou

Analitik

kuantitatif

dengan

pendekatan

cross

sectional

Bahwa

pengetahuan

yang dimiliki

seseorang

sangat

mempengaru

hi dirinya

dalam

mengambil

sebuah

keputusan

Rancangan

Penelitian

1. Lokasi

Penelit

ian

2. Variab

el

lainny

a

3. Durasi

penga

mbilan

data

3

Dewangga

Primanand

a Susanto

Mengetahui

pengaruh

pemberian

Quasi

experiment

al

Bahwa

pemahaman

kelompok

Analisis

Data

1. Lokasi

Penelit

ian

Page 28: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

11

(2017) media

photonovela

jenis

traditional

comic strip

terhadap

tingkat

pemahaman

informed

consent

pasien Sectio

Caesarea

(SC)

yang

mendapat

media lebih

tinggi secara

bermakna

dalam hal

penjelasan

indikasi , tata

cara, tujuan,

alternatif

lain, resiko,

komplikasi

dan biaya SC

dibandingkan

kelompok

pasien tanpa

media

photonovela.

2. Variab

el

lainny

a

3. Durasi

penga

mbilan

data

4 Nurfarhati

(2015)

Mengetahui

tingkat

pemahaman

informasi

medis pada

pasien di

Puskesmas

Woha Bima

cross-

sectional

analytic

Faktor yang

mempengaru

hi tingkat

pemahaman

informasi

medis

(p<0,05)

pasien rawat

jalan di

Puskesmas

Woha Bima

yaitu faktor

variabel

pasien.

1. Rancan

gan

Peneliti

an

2. Analisis

Data

3. Lokasi

Penelit

ian

4. Variab

el

lainny

a

5. Durasi

penga

mbilan

data

5 Edison

Perangin-

angin

(2009)

Untuk

menganalisis

hubungan

karakteristik

pasien

pelayanan

bedah

dengan

pemahaman

pasien pada

pelaksanaan

persetujuan

tindakan

kedokteran.

Survey

dengan tipe

explanatory

Variabel dari

karakteristik

pasien yang

mempunyai

hubungan

dengan

pemahaman

persetujuan

tindakan

kedokteran

adalah

pekerjaan

dan

penyampaian

informasi

Analisis

Data

1. Lokasi

Penelit

ian

2. Variab

el

lainny

a

3. Durasi

penga

mbilan

data

(Sumber : Jurnal Artikel)

Page 29: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

12

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Rumah Sakit

a. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (14). Rumah sakit merupakan sarana

pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau

dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (15). Rumah sakit adalah suatu

organisasi yang memiliki tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana

kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan

keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

diderita oleh pasien (16).

Rumah sakit merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan untuk

mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah. Oleh karenanya

rumah sakit harus mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional

dengan Dinas Kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan lain. Rumah sakit wajib

berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit, pelaporan

penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan

daerah, serta dalam melaksanakan program prioritas pemerintah (17).

Page 30: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

13

b. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas, Rumah Sakit mempunyai

fungsi :

1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis;

3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan (14).

c. Tujuan Rumah Sakit

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan :

1) Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan;

2) Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

3) Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

sakit;

Page 31: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

14

4) Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit (14).

d. Persyaratan Rumah Sakit

Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau

swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang

kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan

Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (14).

Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang

kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Rumah Sakit harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Persyaratan lokasi;

2) Persyaratan bangunan;

3) Persyaratan prasarana;

4) Persyaratan sumber daya manusia;

5) Persyaratan kefarmasian;

6) Persyaratan peralatan (14).

e. Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam

mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut

untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang

ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat (17).

Page 32: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

15

Rumah Sakit di kelompokkan menjadi berbagai jenis pelayanan sebagai

berikut :

1) Pelayanan Medik Umum;

(1) Pelayanan Medik Dasar;

(2) Pelayanan Medik Gigi Dasar;

(3) Pelayanan KIA/KB;

2) Pelayanan Gawat Darurat;

3) Pelayanan Spesialis Dasar;

(1) Pelayanan Penyakit Dalam;

(2) Pelayanan Kesehatan Anak;

(3) Pelayanan Bedah;

(4) Pelayanan Obstetri dan Ginekologi;

4) Pelayanan Spesialistik Penunjang;

(1) Pelayanan Anestesiologi;

(2) Pelayanan Radiologi;

(3) Pelayanan Rehabilitasi Medik;

(4) Pelayanan Patologi Klinik;

(5) Pelayanan Patologi Anatomi;

5) Pelayanan Medik Spesialistik Lain;

(1) Pelayanan Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan;

(2) Pelayanan Spesialis Orthopaedi;

(3) Pelayanan Spesialis Kesehatan Jiwa;

(4) Pelayanan Spesialis Penyakit Saraf;

Page 33: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

16

(5) Pelayanan Spesialis Penyakit Mata;

(6) Pelayanan Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin;

(7) Pelayanan Spesialis Jantung;

(8) Pelayanan Spesialis Paru;

(9) Pelayanan Spesialis Urologi;

(10) Pelayanan Spesialis Bedah Syaraf;

(11) Pelayanan Spesialis lainnya;

6) Pelayanan Spesialistik Gigi Mulut;

(1) Pelayanan Orthodons;

(2) Pelayanan Prosthodonsi;

(3) Pelayanan Konservasi /endodonsi;

7) Sub Spesialis;

(1) Sub Spesialis Pelayanan Bedah;

(2) Sub Spesialis Pelayanan Penyakit Dalam;

(3) Sub Spesialis Pelayanan Kesehatan Anak;

(4) Sub Spesialis Pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan;

(5) Sub Spesialis Pelayanan Mata;

(6) Sub Spesialis Pelayanan THT;

(7) Sub Spesialis Pelayanan Kulit dan Kelamin;

(8) Sub Spesialis Pelayanan Syaraf;

(9) Sub Spesialis Pelayanan Jiwa;

(10) Sub Spesialis Pelayanan Orthopedi;

(11) Sub Spesialis Pelayanan Jantung;

Page 34: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

17

(12) Sub Spesialis Pelayanan Paru;

(13) Sub Spesialis Pelayanan Spesialis Gigi dan Mulut;

(14) Sub Spesialis lainnya;

8) Pelayanan Keperawatan;

1) Keperawatan Umum;

2) Keperawatan Spesialis : penyakit dalam, bedah, anak, ibu, jiwa,

gadar;

9) Pelayanan Penunjang Klinik;

(1) Perawatan Intensif;

(2) Pelayanan Darah;

(3) Pelayanan Gizi;

(4) Pelayanan Farmasi;

(5) Pelayanan Sterilisasi Instrumen;

(6) Rekam Medik;

(7) Pelayanan Keterapian Fisik;

10) Pelayanan Penunjang Non Klinik;

(1) Laundry/Linen;

(2) Pelayanan Jasa Boga/Dapur;

(3) Pelayanan Tehnik dan Pemeliharaan Fasilitas;

(4) Pengelolaan Limbah;

(5) Gudang;

(6) Transportasi (Ambulance);

(7) Komunikasi;

Page 35: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

18

(8) Pemulasaraan Jenazah;

(9) Pemadam Kebakaran;

(10) Penampungan Air Bersih;

11) Pelayanan Administrasi;

(1) Informasi dan penerimaan pasien;

(2) Keuangan;

(3) Personalia;

(4) Keamanan;

(5) Sistem Informasi Rumah Sakit (17).

f. Peraturan Internal Rumah Sakit

Peraturan internal rumah sakit (hospital by laws) adalah suatu produk

hukum yang rnerupakan konstitusi sebuah rumah sakit yang ditetapkan oleh

pemilik rumah sakit atau yang mewakili. Peraturan internal rumah sakit terdiri

dari corporate by laws yang mengatur hubungan pemilik atau yang mewakili

dengan pengelola rumah sakit dan medical staff by laws yang mengatur staf klinis

(17).

Peraturan internal rumah sakit mengatur, yaitu:

1) Organisasi pemilik atau yang mewakili;

2) Peran, tugas dan kewenangan pemilik atau yang mewakili;

3) Peran, tugas dan kewenangan Direktur rumah sakit;

4) Organisasi staf medik;

5) Peran, tugas dan kewenangan staf medik (17).

Page 36: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

19

Rumah sakit mempunyai kebijakan tertulis, sistem, prosedur dan hospital by

laws dan medical staff by laws dilaksanakan oleh rumah sakit. Hospital by laws

mengatur hubungan antara governing body, manajemen, dan tenaga fungsional,

serta antara tenaga fungsional dengan pasien. Prosedur yang harus dimiliki

minimal mencakup:

1) Pendaftaran dan pemulangan pasien;

2) Prosedur untuk tidak menolak merawat pasien atas dasar ras, usia,

agama, warga negara, jenis kelamin, kecacatan, penyakit (HIV/AIDS

dan penyakit lain), kemampuan membayar atau cumber pembayaran;

3) Pertolongan pertama kepada pasien tidak sadar, ibu melahirkan dan

pasien gawat darurat tanpa meminta biaya pelayanan terlebih dahulu;

4) Rujukan pasien inter dan antar sarana pelayanan kesehatan lain;

5) Informed consent/Persetujuan tindakan Medis;

6) Prosedur yang terkait dengan masalah bioetika, misalnya penghentian

life support, penolakan pengobatan, penolakan perawatan, transplantasi/

donasi organ, dan lain sebagainya;

7) Akuntansi sesuai dengan pedoman akuntansi yang berlaku;

8) Pembayaran di unit gawat darurat terutama bagi keluarga miskin dan

kebijakan perkecualian bagi keluarga miskin;

9) Identifikasi pasien yang digunakan mulai dari pendaftaran hingga

pemulangan pasien;

10) Manajemen keluhan bagi pasien, keluarga, pengunjung dan yang

bekerja di rumah sakit, mencakup identifikasi keluhan, waktu yang

Page 37: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

20

dibutuhkan untuk merespon, mekanisme review dan pencarian solusi

keluhan, dan tindak lanjut;

11) Seleksi dan rekruitmen tenaga struktural dan fungsional rumah sakit;

12) Penyusunan dan penyampaian uraian tugas kepada tenaga di rumah

sakit;

13) Penyampaian informasi mengenai hak-hak pasien (17).

2.2.2.Rekam Medis

a. Pengetian Rekam Medis

Rekam medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen pengobatan

tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat

inap, maupun gawat darurat baik di kelola pemerintah maupun swasta, adapun

tujuan dibuatnya rekam medis untuk menunjang tercapainya tertib administrasi

dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (18).

b. Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :

1) Aspek Administrasi

Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,

karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan

tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai

tujuan pelayanan kesehatan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya dalam bidang teknologi informasi yang sudah memasuki

Page 38: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

21

bidang kesehatan, maka penggunaannya di dalam rekam medis saat ini

sangat diperlukan karena kita melihat proses pengobatan dan tindakan

yang diberikan atas diri seorang pasien dapat diakses secara langsung

oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan tersebut.

Kemudian pengolahan data-data medis secara komputerisasi juga

akan memudahkan semua pihak yang berwenang dalam hal ini petugas

administrasi di suatu instansi pelayanan kesehatan dapat segera

mengetahui rincian biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama

pasien yang menjalani pengobatan di rumah sakit.

2) Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan

tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam

rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui

kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis serta

keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.

3) Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan

bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan, Rekam Medis

adalah milik Dokter dan Rumah Sakit sedangkan isinya yang terdiri dari

Identitas Pasien, Pemeriksaan, Pengobatan, Tindakan dan Pelayanan

Page 39: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

22

lain yang telah diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang

dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

4) Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya

mengandung data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat

sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja

yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan di

rumah sakit, oleh karena itu penggunaan sistem teknologi komputer

didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan sekali

untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.

5) Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya

menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang

kesehatan.

6) Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi

tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran

dibidang profesi pendidikan kesehatan.

Page 40: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

23

7) Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya

menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informas dapat

diaplikasikan penerapannya didalam penyelenggaraan dan pengelolaan

rekam medis yang cukup efektif dan efisien. Pendokumentasian data

medis seorang pasien dapat dilaksanakan dengan mudah dan efektif

sesuai aturan serta prosedur yang telah ditetapkan (18).

Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis

mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara

pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan rekam medis secara

umum adalah :

1) Sebagai alat komunikasi antara dokter antara tenaga ahli lainnya yang

ikut ambil bagian didalam proses pemberian pelayanan, pengobatan,

dan perawatan kepada pasien;

2) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien;

3) Sebagai bukti tertulis maupun terekam atas segala tindakan pelayanan,

pengobatan dan perkembangan penyakit selama pasien

berkunjung/dirawat di rumah sakit;

4) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi

terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan kepada pasien;

Page 41: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

24

5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun

dokter dan tenaga kesehatan lainnya;

6) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan

penelitian dan pendidikan;

7) Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis

yang diterima oleh pasien;

8) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai

bahan pertanggung jawaban dan laporan (18).

c. Manfaat Rekam Medis

Pemanfaatan Rekam medis dapat dipakai sebagai :

1) Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

2) Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan

kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran

gigi;

3) Keperluan penelitian dan pendidikan;

4) Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan;

5) Dasar statistik kesehatan (14).

d. Isi Rekam Medis

Isi Rekam Medis secara umum yaitu :

1) Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan

pasien, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik

dilakukan oleh dokter dan dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya

sesuai dengan kompetensinya;

Page 42: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

25

2) Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain

foto rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan

kompetensi keilmuannya (19).

Berkas Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan

sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal

terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun

dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan

persetujuan tindakan medik. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik

harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal

dibuatnya ringkasan tersebut (20).

2.2.3.Operasi

a. Pengertian Operasi

Operasi atau yang disebut juga dengan pembedahan adalah semua tindakan

pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

bagian tubuh (21). Pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada

bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri

dengan penutupan dan penjahitan luka (22). Pembedahan dilakukan untuk

mendiagnosa atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta mengobati

kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan

sederhana (23).

Ada 3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan yaitu penyakit pasien,

jenis pembedahan dan pasien itu sendiri. Dari ketiga faktor tersebut, tindakan

Page 43: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

26

pembedahan adalah hal yang baik/benar. Bagi pasien sendiri, pembedahan adalah

hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut di

atas, sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah langkah pre

operatif (24).

b. Indikasi Operasi

Tidakan pembedahan/operasi dilakukan dengan berbagai indikasi

diantaranya adalah :

1) Diagnostik : biopsi atau laparotomy explorasi;

2) Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami

inflamasi;

3) Reparatif : memperbaiki luka multiple;

4) Rekontruksif/kosmetik : mammaoplasty, atau bedah platik;

5) Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,

contoh : pemasangan selang gastrotomi yang dipasang untuk

mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan (21).

c. Klasifikasi Operasi

1) Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan

pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, antara lain :

(1) Kedaruratan/Emergency : pasien membutuhkan perhatian segera,

gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan

pembedahan tanpa ditunda, misal : pendarahan hebat, obstruksi

kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak

atau tusuk, luka bakar sangat luas;

Page 44: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

27

(2) Urgen : pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat

dilakukan dalam 24-30 jam, misal : infeksi kandung kemih akut,

batu ginjal atau batu pada uretra;

(3) Diperlukan : Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan

dapat diriencanakan dalam beberapa minggu atau bulan, misal :

Hyperplasia prostate tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan

tyroid, katarak;

(4) Elektif : pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi

pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu

membahayakan, misal : perbaikan sesar, hernia sederhana,

perbaikan vaginal;

(5) Pilihan : keputusan tentang dilakukannya pembedahan diserahkan

sepenuhnya kepada pasien. Indikasi pembedahan merupakan

pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika, misal : bedah

kosmetik.

2) Sedangkan menurut faktor risikonya, tindakan pembedahan di bagi

menjadi :

(1) Minor

Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan

yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,

sirkumsisi;

(2) Mayor

Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat

Page 45: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

28

serius. Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon (25).

Operasi mayor dideskripsikan sebagai tindakan operasi

dengan melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada

bagian tubuh dan menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan

(23).

d. Reaksi pasien terhadap Operasi

Prosedur pembedahan dapat memberikan suatu reaksi emosional seperti

ketakutan, marah, gelisah dan kecemasan bagi pasien sebelum menghadapinya.

Kelainan yang berbeda juga akan timbul setelah tindakan pembedahan itu

dilakukan yang dapat terjadi karena tindakan pembedahannya (luka bedah), akibat

anastesinya, atau akibat faktor lain. Faktor lain ini termasuk status imunologi,

seperti komorbiditas atau masalah psikologis praoperasi (26) .

Respon paling umum pada pasien pra-operasi salah satunya adalah respon

psikologi (kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi

pembedahan harus dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap

penyuntikan, nyeri luka, anesthesia, bahkan terdapat kemungkinan cacat atau mati

(22).

Definisi Psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang

gejala-gejala kejiwaaan manusia yang berbentuk tingkah laku. Psikologi juga

berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu

yang berhubungan dengan alam sekitarnya (27).

Page 46: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

29

2.2.4.Akses Informasi

a. Pengertian Informasi

Informasi identik dengan penerangan; pemberitahuan; kabar atau berita

tentang sesuatu; keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat dalam

bagian-bagian amanat itu (28).

Informasi adalah data yang dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan

berguna bagi manusia. Secara umum informasi dapat dikatakan sebagai data yang

diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi yang menerimanya (29).

Karakteristik informasi yang baik adalah :

1) Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan

tidak bias atau menyesatkan, akurat yang berarti informasi harus jelas

mencerminkan maksudnya;

2) Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan

harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi tidak

lengkap akan memengaruhi pemahaman dalam pengambilan

keputusan;

3) Correctness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus

memiliki kebenaran;

4) Security, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus

memiliki keamanan;

5) Timelines (tepat waktu), berarti informasi yang datang pada penerima

tidak boleh terlambat. Informasi yang usang tidak akan memiliki arti;

6) Relevance, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk

Page 47: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

30

pemakai;

7) Ekonomis, informasi yang disajikan mempunyai manfaat yang lebih

besar dibandingkan dengan biaya mendapatkannya (29).

b. Informasi yang harus disampaikan

1) Informasi yang diberikan spesifik, dapat mebantu klien dalam

mengambil keputusan;

2) Informasi disesuaikan dengan situasi pasien dan mudah dimengerti;

3) Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut ;

(1) Singkat dan tepat;

(2) Menggunakan bahasa sederhana;

(3) Gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan;

(4) Beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-

hal penting (29).

Batasan minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :

1) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

2) Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

3) Alternatif tindakan lain dan risikonya;

4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;

5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (30).

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia terdapat 12 kunci informasi yang

sebaiknya diberikan kepada pasien :

1) Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak

diobati;

Page 48: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

31

2) Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis

banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan

pengobatan;

3) Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi

kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati;

4) Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari

prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan

subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya

mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan

sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang

serius;

5) Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang

kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan

diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi,

dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut;

6) Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih

eksperimental;

7) Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan

dimonitor atau dinilai kembali;

8) Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk

pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim

lainnya;

9) Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau

Page 49: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

32

pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam

rangkaian tindakan yang akan dilakukan;

10) Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya

setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab

penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut;

11) Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari

dokter lain;

12) Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya (3).

Gambar 2.1. Format Dokumentasi Pemberian Informasi

(Sumber: Buku Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran)

Page 50: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

33

CONTOH FORMAT DOKUMENTASI PEMBERIAN INFORMASI

Gambar 2.2. Format Dokumentasi Pemberian Informasi di RS Vita Insani

(Sumber: Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan RS Vita Insani)

Page 51: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

34

c. Cara memberikan Informasi

Cara memberikan informasi kepada pasien sama pentingnya dengan

informasi apa yang akan di berikan kepada pasien. Pasien tidak dapat memberikan

persetujuan yang sah kecuali mereka telah diberitahu sebelumnya. Untuk

membantu pasien membuat keputusan, diharapkan mempertimbangkan hal-hal di

bawah ini:

1) Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang

mereka. Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin

merupakan suatu sikap yang penting, baik dia seorang profesional

ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan

persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan interpreter

bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi;

2) Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi

lain apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang

bersifat rinci. Pastikan bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan

informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet yang menjelaskan

tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas

kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk

berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada

diskusi;

3) Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa

keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan

tape recorder;

Page 52: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

35

4) Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress)

agar diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka

untuk konseling bila diperlukan;

5) Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam

diskusi, misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada

pasien maupun untuk turut membantu memberikan penjelasan;

6) Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas;

7) Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi

yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat

klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan (3).

Penyampaian informasi pada pasien harus diberikan dengan bahasa yang

dapat diterima, dipahami, dimengerti dan sejelas-jelasnya oleh pasien (20).

2.2.5. Informed Consent

a. Pengertian Informed Consent

Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) terdiri dari kata

“informed” yang artinya “setelah menerima dan memahami informasi”, dan kata

“consent” yang berarti “persetujuan”. Oleh sebab itu, Informed Consent sebagai

istilah medis dapat didefinisikan sebagai izin dari pasien yang diberikan dengan

bebas, rasional dan sukarela, untuk tindakan medis yang akan dilakukan setelah

pasien memperoleh informasi yang cukup untuk mempertimbangkan apakah

mereka ingin melanjutkan prosedur pengobatan yang diberikan (6).

Page 53: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

36

Informed Consent atau Persetujuan tindakan adalah persetujuan yang

diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara

lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan

terhadap pasien (2).

Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi atau Informed

Consent adalah persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana

tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter

gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan.

Persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi adalah pernyataan sepihak

dari pasien dan bukan perjanjian antara pasien dengan dokter atau dokter gigi,

sehingga dapat ditarik kembali setiap saat. Persetujuan tindakan kedokteran atau

kedokteran gigi merupakan proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang

efektif antara pasien dengan dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar

penandatanganan formulir persetujuan (3).

b. Fungsi dan Tujuan Informed Consent

Fungsi dari Informed Consent adalah :

1) Promosi dari hak otonomi perorangan;

2) Proteksi dari pasien dan subyek;

3) Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;

4) Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan

introspeksi terhadap diri sendiri;

5) Promosi dari keputusan-keputusan rasional;

6) Keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai

Page 54: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

37

suatu nilai social dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan

biomedik (31).

Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan/ tujuannya dibagi tiga,

yaitu :

1) Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek

penelitian);

2) Yang bertujuan untuk mencari diagnosis;

3) Yang bertujuan untuk terapi (31).

Tujuan dari Informed Consent adalah :

1) Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan

tanpa sepengetahuan pasien;

2) Memberikan perlindungan hukum terhadap akibat yang tidak terduga

dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak

mungkin dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan

semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti

(31).

c. Bentuk Informed Consent

Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus

mendapat persetujuan. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan

(2).

Ada dua bentuk Informed Consent, yaitu :

1) Implied Consent (tersirat/dianggap diberikan). Umumnya implied

consent diberikan dalam keadaan normal, artinya dokter dapat

Page 55: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

38

menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang

diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus emergency

sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam

keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada

ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan medik terbaik

menurut dokter;

2) Expressed Consent (dinyatakan). Dapat dinyatakan secara lisan maupun

tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung

risiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau

yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi

(31).

d. Tata Laksana Informed Consent

1) Pertama mengungkapan dan penjelasan (disclosure and explanation)

kepada pasien atau keluarga dalam bahasa yang dapat dimengerti

tentang penegakan diagnosanya, sifat dan prosedur atau tindakan medik

yang diusulkan, kemungkinan timbulnya risiko, manfaatnya, alternatif

jika ada;

2) Kedua memastikan pasien atau keluarga mengerti apa yang telah

dijelaskan kepadanya (harus diperhitungkan tingkat kapasitas

intelektualnya), bahwa pasien atau keluarga telah menerima risiko-

risiko tersebut, bahwa pasien mengizinkan dilakukan prosedur/ tindakan

medik tersebut;

3) Ketiga proses tersebut kemudian harus didokumentasikan sebagai tanda

Page 56: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

39

bukti telah terjadi persetujuan setelah penjelasan (3).

e. Pihak yang memberi persetujuan

Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Ditinjau dari segi usia,

maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau lebih atau

telah pernah menikah. Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih

tetapi belum berusia 18 tahun dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran

tertentu yang tidak berisiko tinggi apabila mereka dapat menunjukkan

kompetensinya dalam membuat keputusan. Alasan hukum yang mendasarinya

adalah sebagai berikut :

1) Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang

yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai

orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan;

2) Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka

setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang

yang sudah bukan anak-anak. Dengan demikian mereka dapat

diperlakukan sebagaimana orang dewasa yang kompeten, dan oleh

karenanya dapat memberikan persetujuan;

3) Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang

masih tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai hak

individu untuk berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU No 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka mereka dapat

diperlakukan seperti orang dewasa dan dapat memberikan persetujuan

tindakan kedokteran tertentu, khususnya yang tidak berrisiko tinggi.

Page 57: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

40

Untuk itu mereka harus dapat menunjukkan kompetensinya dalam

menerima informasi dan membuat keputusan dengan bebas. Selain itu,

persetujuan atau penolakan mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau

wali atau penetapan pengadilan (3).

Sebagaimana uraian di atas, setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih

dianggap kompeten. Seseorang pasien dengan gangguan jiwa yang berusia 18

tahun atau lebih tidak boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti terbukti tidak

kompeten dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang normalnya kompeten,

dapat menjadi tidak kompeten sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok,

pengaruh obat tertentu atau keadaan kesehatan fisiknya. Anak-anak berusia 16

tahun atau lebih tetapi di bawah 18 tahun harus menunjukkan kompetensinya

dalam memahami sifat dan tujuan suatu tindakan kedokteran yang diajukan. Jadi,

kompetensi anak bervariasi – bergantung kepada usia dan kompleksitas tindakan

(3).

Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan persetujuan, apabila :

1) Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan

cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah

yang terlalu teknis;

2) Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan;

3) Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu

yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya

untuk membuat keputusan secara bebas (3).

Page 58: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

41

Keluarga terdekat atau pengampu umumnya dianggap dapat memberikan

persetujuan tindakan kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten.

Yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami atau isterinya, orangtua

yang sah atau anaknya yang kompeten, dan saudara kandungnya. Sedangkan

hubungan kekeluargaan yang lain seperti paman, bibi, kakek, mertua, ipar,

menantu, keponakan dan lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga terdekat,

meskipun mereka pada keadaan tertentu dapat diikutsertakan ke dalam proses

pemberian informasi dan pembuatan keputusan (3).

Pada pasien yang tidak mau menerima informasi perlu dimintakan siapa

yang dia tunjuk sebagai wakil dalam menerima informasi dan membuat keputusan

apabila ia menghendakinya demikian, misalnya wali atau keluarga terdekatnya.

Demikian pula pada pasien yang tidak mau menandatangani formulir persetujuan,

padahal ia menghendaki tindakan tersebut dilakukan (3).

Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan gawat darurat

medis, sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak

ditemukan, maka dokter dapat melakukan tindakan kedokteran demi kepentingan

terbaik pasien. Dalam hal demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian (3).

Page 59: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

42

Gambar 2.3. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran/Informed Consent

(Sumber: Buku Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran)

Page 60: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

43

CONTOH FORMAT PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Gambar 2.4. Format Persetujuan Tindakan Kedokteran di RS Vita Insani

(Sumber: Instalasi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan RS Vita Insani)

Page 61: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

44

2.2.6.Pemahaman

a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,

sedangkan pemahaman merupakan proses pembuatan cara memahami (32).

Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti : pengertian; pendapat,

pikiran; aliran, haluan, pandangan; mengerti benar (akan), tahu benar (akan);

pandai dan mengerti benar (tentang suatu hal). Sedangkan Pemahaman adalah

proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan (28).

b. Konsep Pemahaman

Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan,

menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri

tentang pengetahuan yang pernah diterimanya (33).

Pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,

membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan

memperkirakan. Dengan pemahaman, seseorang diminta untuk membuktikan

bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep

(34).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari

bahan yang dipelajari. Pemahaman dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai menerjemahkan

dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-

prinsip;

Page 62: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

45

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan

bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau

menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan

yang pokok dengan yang tidak pokok;

3) Tingkat ekstrapolasi yang berarti seseorang bisa melihat dibalik yang

tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian

dan kondisi serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan

dengan implikasi dan konsekuensi (33).

Model penerapan konsep pemahaman dalam bentuk aksi adalah melakukan

perubahan atau melanjutkan tindakan yang sudah seseorang pahami.

c. Faktor yang Memengaruhi Pemahaman

Proses dalam penyampaian informasi sampai dapat dipahami oleh seseorang

tergantung pada kemahiran intelektualnya. Untuk menangkap rangsangan atau

stimulus dari orang lain sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari orang yang

bersangkutan. Faktor karakteristik seseorang digunakan untuk menggambarkan

fakta bahwa tiap individu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Hal

ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang berbeda-beda (35).

Ciri-ciri individu yang dimaksud misalnya, dilihat dari ciri-ciri demografi

seperti umur. Untuk orang dewasa daya berfikir untuk dapat memahami lebih

tinggi dari pada umur orang yang masih anak-anak. Semakin dewasa usia,

semakin tumpul daya ingat seseorang, tetapi sebaliknya daya pikir dan

pemahamannya semakin baik. Sedangkan pada usia anak - anak proses

mengingatnya jauh lebih baik dan lebih pandai menjawab pertanyaan - pertanyaan

Page 63: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

46

yang bersifat ingatan ketimbang pertanyaan yang bersifat pemikiran dan

pemahaman (34).

Selain itu struktur sosial seperti, lingkungan, suku, tingkat pendidikan,

pekerjaan, tingkat ekonomi atau pendapatan juga sangat mempengaruhi perilaku

manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu informasi

ataupun konsep. Lingkungan merupakan tempat terjadinya interaksi antara

manusia. Apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya

maka dapat diterima juga oleh individu yang bersangkutan, sedangkan tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang. Pada tingkat sekolah

dasar metode pembelajaran lebih pada proses mengingat dan menghafal. Pada

tingkat sekolah lanjutan metode pembelajaran sudah pada tingkat berpikir

ketimbang hanya menghafal. Begitu selanjutnya, semakin tinggi tingkat sekolah

maka proses untuk berpikir, memahami dan menganalisa semakin ditekankan

(34).

Untuk dapat mengerti ataupun paham tentang informasi yang disampaikan

seseorang kepada yang lain haruslah melalui beberapa proses antara lain :

1) Sensasi

Sensasi berasal dari kata sense yang artinya adalah alat penginderaan

yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.Sensasi adalah

pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian

verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan

dengan kegiatan alat indra. Pada fase ini yang paling berperan untuk

dapat mencerna informasi adalah alat- alat indera. Semua alat indera

Page 64: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

47

akan diaktifkan untuk dapat menginterpretasi rangsangan atau stimulus

yang diterima dari lingkungan luar;

2) Persepsi

Adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Defenisi lain dari persepsi adalah memberikan makna pada stimuli

inderawi (sensory stimuly). Banyak hal yang mempengaruhi persepsi

seseorang tentang hal yang dilihatnya seperti pengaruh kebutuhan,

kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang budaya. Namun

yang menentukan persepsi bukanlah jenis ataupun bentuk rangsangan

yang diterima tetapi karakteristik orang yang memberikan respon

terhadap rangsangan tersebut;

3) Memori

Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunaan

pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Secara singkat,

memori melewati tiga proses: perekaman (encoding), penyimpanan

(storage), dan pemanggilan (retrieval);

4) Berfikir

Adalah proses untuk menarik kesimpulan untuk membuat keputusan.

Dengan berfikir seseorang akan dapat menyimpulkan arti dari

rangsangan yang diterimanya melalui indera yang menangkap

rangsangan tersebut. Pada tahap ini orang tersebut sudah mendapat

Page 65: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

48

gambaran yang nyata.

Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya idealistis yang

mempergunakan abstraksi-abstraksi (ideas). Dalam berpikir. Orang

meletakkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang ada pada

dirinya yang berupa pengertian-pengertian (35).

2.3. Kerangka Teori

Gambar 2.5. Kerangka Teori

(Sumber : Teori Arikunto, Manual Konsil Kedokteran, Sjamsuhidayat)

Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Pemahaman Terhadap

Penjelasan Informed Consent

Faktor Karakteristik Pasien

Suku

Lingkungan

Umur

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Tingkat Ekonomi

Faktor Akses Informasi

Bahasa Penyampaian

Waktu Penyampaian

Kelengkapan Informasi

Sumber Informasi

Faktor Psikologi

Pasien

Page 66: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

49

10

2.4. Hipotesis

1) Ada pengaruh Faktor Karakteristik pasien terhadap pemahaman tentang

penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar

tahun 2019.

2) Ada pengaruh Faktor Akses Informasi terhadap pemahaman pasien

tentang penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani

Pematangsiantar tahun 2019.

3) Ada pengaruh Faktor psikologi pasien terhadap pemahaman tentang

penjelasan informed consent operasi di RS Vita Insani Pematangsiantar

tahun 2019.

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Karakteristik Pasien ( X1)

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pekerjaan

Faktor Psikologi Pasien ( X3)

Faktor Akses Informasi ( X2 )

1. Kelengkapan Informasi

2. Waktu Penyampaian

3. Bahasa Penyampaian

Pemahaman Pasien tentang

Informed Consent (Y)

1. Diagnosis

2. Dasar Diagnosis

3. Tindakan

4. Indikasi Tindakan

5. Tata Cara

6. Tujuan

7. Risiko

8. Komplikasi

9. Prognosis

10. Alternatif & Risiko

11. Biaya

Page 67: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian survei analitik

dengan rancangan penelitian cross-sectional pada pasien dan keluarga yang

mewakili pasien yang telah dilakukan tindakan operasi di RS Vita Insani

Pematangsiantar. Metode penelitian cross-sectional dipilih karena sampel diambil

dalam satu waktu yang kemudian dilakukan analisis. Setiap pasien dan keluarga

yang mewakili pasien yang telah dilakukan tindakan operasi akan dilakukan

wawancara dan ditanya mengenai beberapa hal sesuai dengan pertanyaan yang

telah disediakan pada kuesioner.

Survey analitic cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan

(36).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RS Vita Insani Pematangsiantar yang berada

di Jalan Merdeka No.329 Kota Pematangsiantar.

Page 68: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

51

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak survei awal 12 Februari sampai dengan 20

Juni 2019.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (37).

Populasi dalam penelitian ini adalah pemberi persetujuan, yaitu pasien dan

keluarga yang mewakili pasien yang telah dilakukan tindakan operasi

mayor/Besar di Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani Pematangsiantar dengan

jumlah 223 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi (37). Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 223

orang.

Page 69: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

52

3.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.4.1. Definisi Operasional

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang

digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh

satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tententu. Varibael juga dapat

diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (36). Dalam

penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu :

a. Variabel Dependen (Y)

Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel independen (36). Variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu pemahaman (Y). Pemahaman adalah kemampuan

seseorang untuk dapat menjelaskan kembali informasi yang diterimanya

meliputi : diagnosis, dasar diagnosis, tindakan, indikasi tindakan, tata cara,

tujuan, risiko, komplikasi, prognosis, alternative & risiko, dan biaya.

1) Diagnosis adalah penentuan diagnosa penyakit;

2) Dasar Diagnosis adalah cara yang digunakan dalam penentuan

penyakit;

3) Tindakan adalah tindakan medik yang langsung dapat memengaruhi

keutuhan jaringan;

4) Indikasi Tindakan adalah alasan dilakukannya tindakan operasi;

5) Tata Cara adalah cara melakukan tindakan operasi;

Page 70: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

53

6) Tujuan adalah tujuan dilakukan tindakan operasi;

7) Risiko adalah kejadian yang tidak diinginkan;

8) Komplikasi adalah hal yang dapat terjadi diluar risiko operasi;

9) Prognosis adalah gambaran yang terjadi akibat tindakan yang

dilakukan;

10) Alternatif & Risiko adalah tawaran terhadap beberapa pilihan &

kejadian yang tidak diinginkan dari pilihan tersebut;

11) Biaya adalah perkiraan besaran jasa operasi yang dibayar oleh pasien.

b. Variabel Independen (X)

Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (36). Variabel

independen dalam penelitian ini yaitu:

1) Karakteristik Pasien adalah identitas atau ciri khas yang dimiliki

seseorang yang dapat berasal dari dalam dirinya sendiri atau dari luar

dirinya sendiri yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain yang

meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan dengan defenisi sebagai berikut :

(1) Umur adalah lamanya masa hidup yang dihitung mulai sejak lahir

sampai ulang tahun terakhir pada saat wawancara;

(2) Pendidikan adalah tingkat keberhasilan seseorang yang diperoleh

dalam pendidikan formal yang ditempuhnya;

(3) Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

2) Akses informasi adalah sifat-sifat informasi yang mudah diperoleh oleh

Page 71: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

54

seseorang meliputi: kelengkapan informasi, bahasa penyampaian dan

waktu penyampaian dengan defenisi sebagai berikut :

(1) Kelengkapan informasi adalah keseluruhan informasi yang

disampaikan;

(2) Waktu penyampaian adalah keadaan atau situasi dalam

menyampaikan informasi;

(3) Bahasa penyampaian adalah penggunaan bahasa dalam

menyampaikan informasi.

3) Psikologi pasien adalah keadaan pasien pada saat menerima informasi.

3.4.2. Aspek Pengukuran

Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen (X) dan Dependen (Y)

No Nama

Variabel

Jlh

Pern

yata

an

Cara dan

Alat Ukur

Skala

Pengukuran Value

Jenis

Skala

Ukur

Variabel X1

1 Umur 1 Kuesioner < 21 tahun

21 – 40 tahun

> 40 tahun

1

2

3

Nominal

2 Pendidikan 1 Kuesioner SD

SMP/ SMA

Perguruan Tinggi

1

2

3

Nominal

3 Pekerjaan 1 Kuesioner Tidak Bekerja

Buruh/Tani

Wiraswasta

PNS/Swasta

1

2

3

4

Nominal

Variabel X2

4 Kelengkapan

Informasi

11 Kuesioner,

menghitung

skor

kelengkapan

(skor

Skor < 4

Skor 4-7

Skor >7

Tidak Baik (1)

Kurang Baik (2)

Baik (3)

Ordinal

Page 72: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

55

max=11)

5 Waktu

Penyampaian

5 Kuesioner Skor < 50%

Skor < 50 – 70%

Skor > 70%

Tidak Baik (1)

Kurang Baik (2)

Baik (3)

Ordinal

6 Bahasa

Penyampaian

3 Kuesioner Skor < 50%

Skor < 50 – 70%

Skor > 70%

Tidak Baik (1)

Kurang Baik (2)

Baik (3)

Ordinal

Variabel X3

7 Psikologi

Pasien 5 Kuesioner

Skor < 50%

Skor < 50 – 70%

Skor > 70%

Tidak Baik (1)

Kurang Baik (2)

Baik (3)

Ordinal

Variabel Y

8 Pemahaman

Pasien tentang

IC

11 Kuesioner Skor 11-17

Skor 18 -25

Skor 26-33

Tidak Paham (1)

Kurang Paham (2)

Paham (3)

Interval

(Sumber : Kerangka Konsep Penelitian)

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah Data primer dan

Data sekunder

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung

kepada pasien dan keluarga yang mewakili pasien yang telah dilakukan

tindakan operasi dengan berpedoman pada kuesioner penelitian.

b. Data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dengan mengutip data dari daftar pasien

yang sudah dilakukan tindakan operasi besar di Instalasi Bedah Sentral

rumah sakit Vita Insani Pematangsiantar.

Page 73: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

56

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1.Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan keandalan atau kesahian

suatu alat ukur dengan kata lain sejauh mana dari kacamata suatu alat ukur dalam

mengukur suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam

kuesioner) dengan cara melakukan korelasi antara skor r masing-masing

pertanyaan dengan skor totalnya dalam suatu variabel. Teknik korelasi yang

digunakan adalah Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS (38).

Kriteria validitas instrument yaitu jika r hitung > r tabel maka butir

instrument dinyatakan valid, jika r hitung < r tabel maka butir instrument

dinyatakan tidak valid (38).

Uji Validitas dilakukan di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar

pada tanggal 20-21 Mei 2019 dengan jumlah responden sebanyak 10 orang.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas

Variabel Item

Pernyataan

Corrected Item-

Total Correlation R tabel Keterangan

Waktu

Penyampaian Waktu_P1 0,905 0,632 Valid

Waktu_P2 0,757 0,632 Valid

Waktu_P3 0,905 0,632 Valid

Waktu_P4 0,873 0,632 Valid

Waktu_P5 0,429 0,632 Tidak Valid

Bahasa

Penyampaian Bahasa_P1 0,873 0,632 Valid

Bahasa_P2 0,667 0,632 Valid

Bahasa_P3 0,816 0,632 Valid

Psikologi Psikologi1 0,713 0,632 Valid

Psikologi2 0,894 0,632 Valid

Psikologi3 0,852 0,632 Valid

Page 74: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

57

Psikologi4 0,877 0,632 Valid

Psikologi5 0,671 0,632 Valid

(Sumber : Output SPSS uji validitas, 2019)

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.2 menunjukan bahwa hampir

semua item pernyataan valid, hanya ada 1 item pernyataan kuesioner pada

variabel waktu penyampaian yaitu pernyataan ke 5 yang tidak valid karena nilai r

hitung < r tabel.

3.6.2.Uji Reliabilitas

Setelah semua pernyataan dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji

reliabilitas. Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil. Untuk mengetahui reliabilitas suatu

pertanyaan dapat dilakukan melalui uji reliabilitas dengan menggunakan metode

alpha (Cronbach’s) dengan bantuan SPSS. Nilai Cronbach’s Alpha (Reliabilitas)

yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel

dengan ketentuan jika r hitung > r tabel maka tes tersebut reliabel (38).

Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Jumlah

Item

Cronbach’s

Alpha Keterangan

Waktu Penyampaian 4 0,908 Valid

Bahasa Penyampaian 3 0,690 Valid

Psikologi 5 0,840 Valid

(Sumber: Output SPSS uji reliabilitas, 2019)

Berdasarkan tabel 3.3 yaitu hasil pengolahan data mengenai reliabilitas yang

menunjukkan variabel waktu penyampaian, bahasa penyampaian dan psikologi

Page 75: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

58

memiliki nilai Cronbach’s Alpha diatas 0,6 sehingga dapat dikatakan variabel-

variabel ini reliabel.

3.7. Metode Pengolahan Data

a. Editing

Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner (36).

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan (36).

c. Data Entry atau Processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software

komputer (36). Dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 21.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (36).

3.8. Analisis Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan komputer. Analisis data yang

digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat.

Page 76: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

59

3.8.1.Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan presentase dari tiap variabel (36). Analisis univariat yang dihasilkan

dalam penelitian ini berupa distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel

(37).

3.8.2.Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (36). Analisis bivariat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis Chi Square. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui hubungan variabel karakteristik pasien, akses informasi dan psikologi

terhadap tingkat pemahaman pasien tentang penjelasan informed consent operasi

(37).

3.8.3.Analisis Multivariat

Uji statistik multivariat digunakan untuk menguji hubungan simultan lebih

dari dua variabel (37). Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah logistic regresion (regresi berganda binary). Analisis ini digunakan untuk

mengetahui besarnya faktor risiko karakteristik pasien, akses informasi dan

psikologi terhadap tingkat pemahaman pasien tentang penjelasan informed

consentoperasi(37).

Page 77: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Gambaran Umum Rumah Sakit Vita Insani

Rumah Sakit Vita Insani yang terletak di pusat kota jalan Merdeka No. 329

Pematangsiantar, didirikan pada tanggal 14 Agustus 1982 oleh: Tuan Dokter

Sarmedi Purba, SpOG, Tuan Insinyur Marasi Sibarani, Tuan Insinyur Frank

Jingga, dan Tuan dokter Poltak Naiborhu, SpR, yang berbentuk badan hukum

yayasan yaitu Yayasan Vita Insani, yang kemudian seiring dengan perkembangan

zaman, badan hukum yayasan tersebut diubah menjadi badan hukum Perseroan

Terbatas dengan nama PT. Vita Insani Sentra Medika (39).

Rumah Sakit Vita Insani merupakan Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan

yang telah terakreditasi dengan peringkat paripurna oleh Komisi Akreditasi

Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya (KARS) Depkes RI Pada Desember

2016. Rumah Sakit Vita Insani dibangun secara bertahap, dengan luas lahan saat

ini 6.495 M2, memiliki 250 tempat tidur (39).

Adapun jenis pelayanan yang ada di Rumah Sakit Vita Insani

Pematangsiantar adalah :

a. Instalasi Gawat Darurat (IGD) & PONEK 24 Jam

b. Instalasi Rawat Jalan terdiri dari :

1) Poli Umum

Page 78: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

61

2) Poli Penyakit Dalam

3) Poli THT

4) Poli Kulit dan Kelamin

5) Poli Kebidanan/Obgyn

6) Poli Anak

7) Poli Paru

8) Poli Bedah Umum

9) Poli Bedah Plastik

10) Poli Urologi

11) Poli Kardiologi/Treadmill

12) Poli Orthopedi

13) Poli Neurologi/Syaraf

c. Instalasi Rawat Inap dengan kelas rawatan mulai dari kelas 3, 2, 1,

kelas utama, VIP dan Sweet Room

d. Instalasi Bedah Sentral dengan keunggulan bedah laparoskopi

e. Instalasi Kamar Bersalin

f. Instalasi Rehabilitasi Medik

g. Instalasi Laboratorium

h. Instalasi Rontgen, dengan keunggulan Histerosalpingografi (HSG)

i. Instalasi Farmasi

j. Instalasi Gizi

k. Pelayanan Rohani

l. Pemulsaran Jenazah dan Fasilitas lainnya (39).

Page 79: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

62

b. Visi dan Misi RS Vita Insani Pematangsiantar

Visi RS Vita Insani Pematangsiantar adalah Menjadi Rumah Sakit Rujukan

Terbaik Kelas B Non pendidikan di Pematangsiantar tahun 2020.

Misi RS Vita Insani Pematangsiantar adalah :

1) Memberikan pelayanan dengan ramah kepada pelanggan

2) Melengkapi sarana prasarana, peralatan diagnostik dan terapi sesuai

dengan kelas B Non Pendidikan

3) Menyediakan pelayanan dan manajemen rumah sakit sesuai dengan

akreditasi KARS 2012

4) Menciptakan rumah sakit yang ramah lingkungan (39)

Page 80: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

63

Gam

bar

4.1

. S

tru

ktu

r O

rga

nis

asi

Ru

mah

Sak

it V

ita

In

san

i P

ema

tan

gsi

an

tar

(Su

mb

er :

Ped

om

an

Pen

gorg

an

isasi

an

RS

Vit

a I

nsa

ni

P.S

ian

tar)

c. S

tru

ktu

r O

rga

nis

asi

Ru

ma

h S

ak

it V

ita I

nsa

ni

Pem

ata

ngsi

an

tar

Page 81: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

64

d. Gambaran Umum Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani

Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani Pematangsiantar terletak di lantai 6

gedung 3, Memiliki 4 Ruang Operasi, 1 Ruang Recovery Room, 1 Ruang

Persiapan Operasi, 19 orang perawat bedah, 1 orang administrasi, 2 spesialis

anestesi, 5 spesialis Obgyn & Ginekologi, 3 spesialis bedah umum, 2 spesialis

Orthopedi, 1 spesialis Urologi dan 1 spesialis Bedah Plastik (40).

Sebagai Instalasi yang melakukan pelayanan pembedahan, Instalasi bedah

Sentral melaksanakan pelayanan pembedahan secara elektif (terencana),

pelayanan pembedahan emergency, dan pembedahan one day care (ODC) (40).

Jenis tindakan Bedah yang dapat dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RS

Vita Insani diantaranya :

1) Bedah Obstetri & Ginekologi

2) Bedah Umum

3) Bedah Orthopedi

4) Bedah Urologi

5) Bedah Plastik (40).

e. Falsafah dan Tujuan Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani

Falsafah Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani Pematangsiantar adalah

Memberikan pelayanan kamar operasi kepada pasien, keluarga pasien dan

masyarakat secara profesional dan holistik, dengan mengedepankan nilai-nilai

kemanusiaan dan solusi tanpa membeda bedakan bangsa, suku, agama dan

dilaksanakan oleh seluruh perawat kamar operasi secara cepat, dan ramah (13).

Page 82: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

65

Tujuan Pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani adalah

Memberikan Pelayanan kamar operasi yang bermutu, professional, kompeten,

serta cepat dan tepat dalam melayani pasien (13).

Gambar 4.3. Struktur Organisasi Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani

(Sumber : Pedoman Pengorganisasian IBS RS Vita Insani)

Page 83: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

66

4.1.2. Analisa Data Penelitian

a. Analisis Univariat

1) Deskripsi Karakteristik Pasien

(1) Umur

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase (%)

<21 Tahun 1 0,4

21-40 Tahun 149 66,8

>40 Tahun 73 32,7

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa hasil distribusi

responden hampir seluruhnya sudah dikategorikan dewasa yaitu di atas 21 tahun

(66,8%). Dari kategori dewasa, sebagian besar (32,7%) pemberi persetujuan

tindakan bedah adalah golongan umur lebih dari 40 tahun, dan hanya 1 responden

saja (0,4%) pemberi persetujuan di bawah umur 21 tahun.

(2) Pendidikan

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan

Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 6 2,7

SMP/SMA 150 67,3

Perguruan Tinggi 67 30,0

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Page 84: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

67

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa sebagian besar (67,3%) responden

dengan tingkat pendidikan SMP/SMA, sebagian kecil (2,7%) berpendidikan SD

dan sebagian lain (30,0%) telah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

(3) Pekerjaan

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Tidak Bekerja 54 24,2

Buruh/Tani 11 4,9

Wiraswasta 53 23,8

PNS/Swasta 105 47,1

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sebagian besar

(47,1%) responden bekerja sebagai PNS/Swasta, sebagian kecil (4,9%) bekerja

sebagai buruh/tani, ada yang tidak bekerja (24,2%) dan sebagian lainnya (23,8%)

bekerja sebagai wiraswasta.

Page 85: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

68

2) Deskripsi Akses Informasi

(1) Kelengkapan Informasi

a) Distribusi Kelengkapan Informasi Berdasarkan Bagian Informasi

Yang Diterima

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan Bagian

Informasi Yang Diterima

Kelengkapan Ada Tidak Ada Jumlah

Diagnosis 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

Dasar Diagnosis 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

Tindakan 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

Indikasi Tindakan 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

Tata Cara 222 1 223

Persentase (%) 99,6 0,4 100,0

Tujuan 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

Risiko 187 36 223

Persentase (%) 83,9 16,1 100,0

Komplikasi 185 38 223

Persentase (%) 83 17 100,0

Prognosis 222 1 223

Persentase (%) 99,6 0,4 100,0

Alternatif & Risiko 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

Biaya 223 0 223

Persentase (%) 100,0 0 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada tabel 4.4. dapat dilihat Distribusi Frekuensi

Kelengkapan Informasi Berdasarkan Bagian Informasi Yang Diterima, seluruhnya

Page 86: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

69

(100%) menerima penjelasan informasi lengkap tentang diagnosis, dasar

diagnosis, tindakan, indikasi tindakan, tujuan, alternatif & risiko, biaya. Namun

masih ada yang tidak lengkap menerima penjelasan yaitu penjelasan tentang tata

cara (99,6%), risiko (83,9%), komplikasi (83%), prognosis (99,6%).

b) Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan Kategori

Baik dan Kurang Baik

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kelengkapan Informasi Berdasarkan

Kategori Baik dan Kurang Baik Kategori Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 1 0,4

Baik 222 99,6

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya

(99,6%) kelengkapan informasi yang disampaikan dalam kategori baik dan hanya

(0,4%) dengan kategori kurang baik.

(2) Waktu Penyampaian

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Waktu Penyampaian Berdasarkan Kategori

Baik dan Kurang Baik

Kategori Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 20 9,0

Baik 203 91,0

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Page 87: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

70

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.6.dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya

(91%) waktu penyampaian informasi dalam kategori baik dan hanya (9%) dengan

kategori kurang baik.

(3) Bahasa Penyampaian

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Bahasa Penyampaian Berdasarkan Kategori

Baik dan Kurang Baik

Kategori Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 30 13,5

Baik 193 86,5

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya

(86,5%) waktu penyampaian informasi dalam kategori baik dan hanya (13,5%)

dengan kategori kurang baik.

3) Deskripsi Psikologi Pasien

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Psikologi Pasien Berdasarkan Kategori Baik

dan Kurang Baik

Kategori Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 15 6,7

Baik 208 93,3

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya

(93,3%) psikologi pasien saat menerima informasi dalam kategori baik dan hanya

(6,7%) dengan kategori kurang baik.

Page 88: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

71

4) Deskripsi Pemahaman Terhadap Informed Consent

a) Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Berdasarkan Informasi

yang diterima

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Berdasarkan Informasi

yang diterima

Penjelasan Paham Kurang

Paham

Tidak

Paham Jumlah

Diagnosis 217 6 0 223

Persentase (%) 97,3 2,7 0 100,0

Dasar Diagnosis 217 6 0 223

Persentase (%) 97,3 2,7 0 100,0

Tindakan 204 19 0 223

Persentase (%) 91,5 8,5 0 100,0

Indikasi Tindakan 215 8 0 223

Persentase (%) 96,4 3,6 0 100,0

Tata Cara 193 27 3 223

Persentase (%) 86,5 12,1 1,3 100,0

Tujuan 215 7 1 223

Persentase (%) 96,4 3,1 0,4 100,0

Risiko 133 56 34 223

Persentase (%) 59,6 25,1 15,2 100,0

Komplikasi 126 59 38 223

Persentase (%) 56,5 26,5 17,0 100,0

Prognosis 204 18 1 223

Persentase (%) 91,5 8,1 0,4 100,0

Alternatif & Risiko 221 1 1 223

Persentase (%) 99,1 0,4 0,4 100,0

Biaya 223 0 0 223

Persentase (%) 100,0 0 0 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.9. dapat dilihat hanya pada penjelasan

tentang biaya yang semua responden paham (100%), sedangkan tingkat

pemahaman terendah ada pada penjelasan tentang komplikasi (56,5%).

Page 89: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

72

b) Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Berdasarkan Kategori

Paham dan Kurang Paham

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pemahaman Pasien Tentang Informed

Consent Berdasarkan Kategori Paham dan Kurang Paham

Kategori Jumlah Persentase (%)

Kurang Paham 6 2,7

Paham 217 97,3

Total 223 100,0

(Sumber : Output SPSS Data Primer, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.10. dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya

(97,3%) pemahaman pasien tentang informed consent dalam kategori paham dan

hanya (2,7%) dengan kategori kurang paham.

b. Analisis Bivariat

Masing-masing varibel bebas yaitu karakteristik pasien (umur, pendidikan,

pekerjaan), akses informasi (kelengkapan informasi, waktu penyampaian, bahasa

penyampaian) dan psikologi diatas kemudian dilakukan analisis dengan

menggunakan metode uji chi-square untuk menilai signifikansi masing-masing

variabel.

Page 90: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

73

1) Variabel Karakteristik Pasien

(1) Umur

Tabel 4.11. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Umur dengan Pemahaman

Pasien Tentang Informed Consent

Umur

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

<21 Tahun 0 0 1 0,5 1 0.5

0,654 21-40 Tahun 3 1,3 146 65,5 149 66,8

>40 Tahun 3 1,3 70 31,4 73 32,7

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.11 dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara umur dengan pemahaman pasien tentang informed consent diperoleh bahwa

sebanyak 3 dari 149 (1,3%) dan 3 dari 73 (1,3%) yang kurang paham tentang

penjelasan informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p (sig) =

0,654 lebih besar dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara umur dengan tingkat pemahaman pasien tentang informed consent.

(2) Pendidikan

Tabel 4.12. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pendidikan dengan

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Pendidikan

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

SD 2 0,9 4 1,8 6 2,7

0,000

SMP/SMA 2 0,9 148 66,4 150 67,3

Perguruan

Tinggi 2 0,9 65 29,1 67 30,0

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Page 91: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

74

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.12 dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara pendidikan dengan pemahaman pasien tentang informed consent diperoleh

bahwa sebanyak 0,9% dari pendidikan tingkat SD, SMP/SMA dan perguruan

tinggi yang kurang paham tentang penjelasan informed consent operasi. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,000 lebih kecil dari 0,05; maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat pemahaman

pasien tentang informed consent.

(3) Pekerjaan

Tabel 4.13. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Pekerjaan dengan

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Pekerjaan

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

Tidak

Bekerja 0 0 54 24,2 54 24,2

0,008

Buruh/Tani 2 0,9 9 4,0 11 4,9

Wiraswasta 1 0,5 52 23,3 53 23,8

PNS/Swasta 3 1,3 102 45,8 105 47,1

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.13 dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara pekerjaan dengan pemahaman pasien tentang informed consent diperoleh

bahwa sebanyak 2 dari 223 (0,9%) dari pekerjaan Buruh/Tani, sebanyak 1 dari

223 (0,5%) pekerjaan wiraswasta dan sebanyak 3 dari 223 (1,3%) responden

yang bekerja sebagai PNS/Swasta yang kurang paham tentang penjelasan

informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,008 lebih

Page 92: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

75

kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan

dengan tingkat pemahaman pasien tentang informed consent.

2) Variabel Akses Informasi

(1) Kelengkapan Informasi

Tabel 4.14. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Kelengkapan Informasi

dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kelengkapan

Informasi

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

Kurang Baik 1 0,5 0 0 1 0,5

0,003 Baik 5 2,2 217 97,3 222 99,5

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.14.dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara kelengkapan informasi dengan pemahaman pasien tentang informed

consent diperoleh bahwa sebanyak 1 dari 223 (0,5%) kelengkapan informasi

dengan kategori kurang baik dan sebanyak 5 dari 223 (2,2%) kelengkapan

informasi dengan kategori baik yang kurang paham tentang penjelasan informed

consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,003 lebih kecil dari

0,05; maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan informasi

dengan tingkat pemahaman pasien tentang informed consent.

Page 93: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

76

(2) Waktu Penyampaian Informasi

Tabel 4.15. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Waktu Penyampaian

Informasi dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Waktu

Penyampaian

Informasi

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

Kurang Baik 3 1,35 17 7,6 20 8,95

0,004 Baik 3 1,35 200 89,7 203 91,05

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.15 dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara waktu penyampaian informasi dengan pemahaman pasien tentang informed

consent diperoleh bahwa sebanyak 3 dari 223 (1,35%) waktu penyampaian

informasi dengan kategori kurang baik dan kategori baik yang kurang paham

tentang penjelasan informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p(sig) = 0,004 lebih kecil dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara waktu penyampaian informasi dengan tingkat pemahaman pasien tentang

informed consent.

(3) Bahasa Penyampaian Informasi

Tabel 4.16. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Bahasa Penyampaian

Informasi dengan Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Bahasa

Penyampaian

Informasi

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

Kurang Baik 0 0 30 13,4 30 13,4

0,709 Baik 6 2,7 187 83,9 193 86,6

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Page 94: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

77

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.16 dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara bahasa penyampaian informasi dengan pemahaman pasien tentang

informed consent diperoleh bahwa sebanyak 6 dari 223 (2,7%) bahasa

penyampaian informasi dengan kategori baik yang kurang paham tentang

penjelasan informed consent operasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p(sig) =

0,709 lebih besar dari 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara bahasa penyampaian informasi dengan tingkat pemahaman pasien tentang

informed consent.

3) Variabel Psikologi

Tabel 4.17. Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Psikologi Pasien dengan

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Psikologi

Pasien

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent Jumlah

p (Sig) Kurang

Paham Paham

f % f % F %

Kurang Baik 1 0,5 14 6,3 15 6,8

0,873 Baik 5 2,2 203 91,0 208 93,2

Total 6 2,7 217 97,3 223 100

(Sumber : Output SPSS uji chi-square, 2019)

Dari Tabel diatas pada Tabel 4.17 dapat dilihat hasil analisis hubungan

antara psikologi pasien dengan pemahaman pasien tentang informed consent

diperoleh bahwa sebanyak 1 dari 223 (0,5%) psikologi pasien dengan kategori

kurang baik dan sebanyak 5 dari 223 (2,2%) psikologi pasien dengan kategori

baik yang kurang paham tentang penjelasan informed consent operasi. Hasil uji

statistik diperoleh nilai p(sig) = 0,873 lebih besar dari 0,05; maka dapat

Page 95: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

78

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara psikologi pasien dengan tingkat

pemahaman pasien tentang informed consent.

c. Hasil Analisa Statistik

1) Uji Chi-Square

Dari hasil Analisis dengan menggunakan metode chi-square diatas

didapatkan 4 variabel (pendidikan, pekerjaan, kelengkapan informasi, waktu

penyampaian informasi) yang memiliki signifikansi atau nilai p<0,05. Seperti

yang tercantum pada tabel berikut ini :

Tabel 4.18. Hasil uji variabel dengan chi-square

Faktor Risiko Signifikansi (p)

Karakteristik Pasien Variabel umur 0,654

Variabel Pendidikan 0,000

Variabel Pekerjaan 0,008

Akses Informasi Variabel Kelengkapan Informasi 0,003

Variabel Waktu Penyampaian 0,004

Variabel Bahasa Penyampaian 0,709

Psikologi Variabel Psikologi 0,873

(Sumber : Output SPSS Uji chi-square, 2019)

2) Uji Regresi Logistik

Hasil uji regresi logistik tahap 1 (Metode Enter) didapatkan variabel yang

berpengaruh terhadap pemahaman penjelasan informed consent dengan nilai sig <

0,25 adalah variabel pendidikan, waktu penyampaian dan psikologi pasien.

Seperti yang tercantum pada tabel 4.19 berikut ini :

Page 96: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

79

Tabel 4.19. Hasil Output Uji Regresi Logistik Tahap 1

(Sumber : Output SPSS Uji Regresi Logistik 1, 2019)

Untuk mengetahui variabel berpengaruh (dominan) maka dilakukan uji

regresi tahap 2 (Metode Forward: Conditional) terhadap variabel yang

mempunyai nilai sig < 0,25 yaitu variabel pendidikan, waktu penyampaian dan

psikologi pasien. Variabel dikatakan berpengaruh jika nilai sig < 0.05.

Dari hasil uji regresi logistik tahap 2 didapatkan variabel waktu

penyampaian yang dominan memengaruhi pemahaman pasien terhadap penjelesan

informed consent operasi dengan nilai sig < 0,05 yaitu 0,010. Seperti yang

tercantum pada tabel 4.20 berikut ini :

Tabel 4.20. Hasil Output Uji Regresi Logistik Tahap 2

(Sumber : Output SPSS Uji Regresi Logistik 2, 2019)

Page 97: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

80

4.2. Pembahasan

Setelah dilakukan penelitian terhadap pasien post operasi di Ruang Rawat

Inap, Ruang Tunggu Kamar Operasi dan di Recovery Room Rumah Sakit Vita

Insani Pematangsiantar dengan 223 orang responden di dapatkan sebanyak 6

orang (2,7%) memiliki tingkat pemahaman dengan kategori kurang paham dan

sebanyak 217 orang (97,3%) dengan kategori paham.

Dari variabel karakteristik pasien berdasarkan uji chi-square didapatkan dua

subvariabel yang memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman pasien tentang

penjelasan informed consent operasi yaitu subvariabel pendidikan dengan nilai

p=0,000, subvariabel pekerjaan dengan nilai p=0,008, dan dari hasil uji regresi

logistik tahap I diperoleh subvariabel pendidikan yang memiliki pengaruh

terhadap pemahaman pasien tentang penjelasan informed consent operasi.

Dari variabel akses informasi berdasarkan uji chi-square didapatkan dua

subvariabel yang memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman pasien tentang

penjelasan informed consent operasi yaitu subvariabel kelengkapan informasi

dengan nilai p=0,003, subvariabel waktu penyampaian informasi dengan nilai

p=0,004, dan dari hasil uji regresi logistik tahap I dan II diperoleh subvariabel

waktu penyampaian informasi yang memiliki pengaruh terhadap pemahaman

pasien tentang penjelasan informed consent operasi.

Variabel psikologi pasien berdasarkan uji chi-square tidak memiliki

hubungan dengan tingkat pemahaman tentang penjelasan informed consent

operasi, namun dari hasil uji regresi logistik tahap I diperoleh pengaruh psikologi

terhadap pemahaman pasien tentang penjelasan informed consent operasi

Page 98: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

81

4.2.1. Pengaruh Karakteristik Pasien Terhadap Pemahaman tentang

Penjelasan Informed Consent Operasi

a. Pengaruh Umur Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan Informed

Consent Operasi

Tingkat pemahaman seseorang terhadap informasi yang diterimanya

berbeda-beda karena setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda, salah

satunya seperti umur. Umur merupakan salah satu karakteristik pemberi

persetujuan, karena umur dapat memengaruhi tingkat pemahaman seseorang

tentang Informed Consent Operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.

Dari hasil uji regresi logistik tahap I menunjukkan pengaruh umur dengan

tingkat pemahaman tentang Informed Consent Operasi tidak berpengaruh dengan

nilai sig > 0,25 yaitu 1,000, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pemberi

persetujuan sebagian besar tergolong usia dewasa sehingga menyebabkan umur

tidak berpengaruh terhadap pemahaman tentang Penjelasan Informed Consent

Operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa Orang dewasa

daya berfikir untuk dapat memahami lebih tinggi dari pada umur orang yang

masih anak-anak. Semakin dewasa usia, semakin tumpul daya ingat seseorang,

tetapi sebaliknya daya pikir dan pemahamannya semakin baik, sedangkan pada

usia anak-anak proses mengingatnya jauh lebih baik dan lebih pandai menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ingatan ketimbang pertanyaan yang bersifat

pemikiran dan pemahaman (34).

Demikian juga dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah

Sakit Umum Pirngadi Medan, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

Page 99: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

82

faktor karakteristik pasien seperti umur terhadap pemahaman pasien tentang

persetujuan tindakan kedokteran (12).

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui

umur responden pemberi persetujuan 99,5 % tergolong dewasa (dewasa menurut

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu telah berusia 21 tahun) dan hanya

0,5 % berumur dibawah 21 tahun. Walaupun kecilnya persentase pemberi

persetujuan, di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hal ini tidak

dibenarkan, kecuali telah menikah. Dari jumlah pemberi persetujuan dibawah

umur 21 tahun merupakan 1 pasien yang dilakukan tindakan operasi sistoskopi

berstatus pelajar dan belum menikah, dalam hal ini pasien memberikan

persetujuannya karena keluarga yang mendampingi kurang kompeten serta risiko

dari tindakan operasi tersebut tidak tinggi.

b. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan

Informed Consent Operasi

Pemahaman terhadap suatu informasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,

salah satunya faktor pendidikan. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi umumnya memiliki pengetahuan yang luas dan cara berpikir yang lebih

baik sehingga dapat memengaruhinya dalam proses pemahaman suatu informasi.

Pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditempuh

dibangku sekolah. Sama seperti umur, pendidikan juga termasuk karakteristik

pemberi persetujuan. Sebagian besar pemberi persetujuan telah menyelesaikan

pendidikan ditingkat SMP/SMA dan sebagian yang lain telah menyelesaikan

Page 100: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

83

pendidikannya ditingkat perguruan tinggi. Akan tetapi masih ada pemberi

persetujuan yang hanya menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD.

Berdasarkan uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05) yaitu

sebesar 0,000, dengan kata lain tingkat pendidikan memiliki hubungan terhadap

pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita

Insani Pematangsiantar. Hasil uji regresi logistik tahap I menunjukan adanya

pengaruh faktor pendidikan terhadap tingkat pemahaman tentang penjelasan

informed consent operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan pemberi persetujuan, semakin tinggi pula tingkat

pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita

Insani Pematangsiantar. Dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi tentu

banyak memengaruhi perilaku seseorang dalam pengetahuan dan pemahamannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa struktur sosial

seperti pendidikan sangat memengaruhi perilaku manusia dalam hal pengetahuan

dan pemahaman terhadap suatu informasi ataupun konsep. Tingkat pendidikan

dapat memengaruhi cara berpikir seseorang. Pada tingkat sekolah dasar metode

pembelajaran lebih pada proses mengingat dan menghafal, pada tingkat sekolah

lanjutan metode pembelajaran sudah pada tingkat berpikir ketimbang hanya

menghafal, dan selanjutnya, semakin tinggi tingkat sekolah maka proses untuk

berpikir, memahami dan menganalisa semakin ditekankan (34).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan di

Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, tidak ada hubungan yang bermakna antara

faktor karakteristik pasien seperti pendidikan terhadap pemahaman pasien tentang

Page 101: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

84

persetujuan tindakan kedokteran (12).

Menurut asumsi peneliti, jenjang pendidikan memiliki hubungan dan

pengaruh terhadap tingkat pemahaman pasien tentang penjelasan informed

consent operasi di RS Vita Insani, jenjang pendidikan yang lebih tinggi banyak

memengaruhi perilaku seseorang dalam pengetahuan dan pemahamannya,

sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat

pemahamannya.

c. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan

Informed Consent Operasi

Pemahaman tentang informed consent operasi sangat penting sebelum

dilakukan tindakan operasi. Lingkungan sekitar pasien seperti lingkungan

pekerjaan dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan atau wawasan

seseorang. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk

memperoleh penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pengelompokan pekerjaan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis

pekerjaan yang biasa dilakukan atau dikerjakan oleh kebanyakan penduduk

diindonesia seperti Buruh/Tani, Wiraswasta, Pegawai Negeri (PNS) dan Pegawai

Swasta. Jika kita perhatikan pekerjaan responden pada Tabel 4.3, sebagian besar

bekerja sebagai PNS/Swasta dan sebagian kecil yang bekerja sebagai Buruh/Tani.

Setelah dilakukan uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05)

yaitu sebesar 0,008, dengan kata lain pekerjaan memiliki hubungan dengan

tingkat pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit

Vita Insani Pematangsiantar. Namun hasil uji regresi logistik tahap I

Page 102: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

85

menunjukkan tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap tingkat pemahaman tentang

penjelasan informed consent operasi. Hasil penelitian ini hanya menunjukkan

bahwa ada hubungan pekerjaan dengan tingkat pemahaman tentang penjelasan

informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada, bahwa selain itu

struktur sosial seperti pekerjaan, tingkat ekonomi atau pendapatan memengaruhi

perilaku manusia dalam hal pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu

informasi (34).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan di

Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan, bahwa ada hubungan yang bermakna antara

faktor karakteristik pasien seperti pekerjaan terhadap pemahaman pasien tentang

persetujuan tindakan kedokteran (12).

Menurut asumsi peneliti bahwa pekerjaan memiliki hubungan dengan

tingkat pemahaman seseorang tetapi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat

pemahaman seseorang karena sesuatu yang memiliki hubungan belum tentu

memiliki pengaruh.

4.2.2. Pengaruh Akses Informasi Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan

Informed Consent Operasi

a. Pengaruh Kelengkapan Informasi Terhadap Pemahaman tentang

Penjelasan Informed Consent Operasi

Pemahaman seseorang tentang informed consent bergantung terhadap

informasi yang disampaikan tentang informed consent tersebut. Tidak mungkin

seseorang paham akan suatu informasi jika informasi itu tidak pernah ia terima

Page 103: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

86

sebelumnya serta tidak lengkap. Kelengkapan informasi merupakan bagian

terpenting dari akses informasi. Jika kelengkapan informasi atau hal apa yang

akan disampaikan kepada seseorang tidak ada atau tidak lengkap tentu informasi

itu sia-sia saja diberikan karena akan menimbulkan ketidak pahaman bagi

penerimanya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan hanya 0,5% dengan

kategori kurang baik dalam kelengkapan informasi yang disampaikan dokter

kepada pasien/pemberi persetujuan operasi, selebihnya 99,5% dalam kategori

baik.

Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05) yaitu

sebesar 0,003. Dengan demikian ada hubungan antara kelengkapan informasi

dengan pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit

Vita Insani Pematangsiantar. Dari hasil uji regresi logistik tahap I menunjukkan

bahwa tidak ada pengaruh kelengkapan informasi terhadap pemahaman tentang

penjelasan informed consent operasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan kelengkapan informasi dengan pemahaman tentang penjelasan informed

consent operasi tetapi tidak menunjukan adanya pengaruh kelengkapan informasi

terhadap pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di RS Vita

Insani Pematangsiantar

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang ada, bahwa karakteristik

informasi yang baik adalah Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau

dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi tidak

lengkap akan memengaruhi pemahaman dalam pengambilan keputusan (29).

Demikian juga dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan di seluruh

Page 104: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

87

Rumah Sakit tipe C sekota Pekanbaru, bahwa ada hubungan yang bermakna

antara kelengkapan informasi terhadap pemahaman pasien tentang persetujuan

tindakan kedokteran (11).

Menurut asumsi peneliti bahwa kelengkapan informasi sangat berhubungan

dengan pemahaman seseorang terhadap informasi yang diterimanya, karena

bagaimana mungkin seseorang dapat memahami suatu informasi jika informasi

yang diterimanya tidaklah lengkap.

b. Pengaruh Waktu Penyampaian Informasi Terhadap Pemahaman

tentang Penjelasan Informed Consent Operasi

Waktu penyampaian informasi adalah keadaan atau situasi dalam

menyampaikan informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan. Waktu

dan suasana penyampaian informasi dapat memengaruhi pemahaman seseorang

terhadap sebuah informasi seperti apakah penyampaian informasi itu sifatnya

santai atau kurang santai, disampaikan pada saat mau operasi atau bahkan jauh

hari sebelum operasi, diruang mana disampaikannya informasi, apakah dokter

memberikan kesempatan bertanya atau berdiskusi saat menjelaskan informasi,

serta apakah dokter didampingi petugas kesehatan lain saat menyampaikan

informasi. Dari hasil penelitian sebagian besar (91,05%) waktu penyampaian

informasi dengan kategori baik dan sebagian kecil (8,95%) dengan kategori

kurang baik.

Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p dibawah nilai α (0,05) yaitu

sebesar 0,004. Dengan demikian ada hubungan antara waktu penyampaian

informasi dengan pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di

Page 105: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

88

Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar. Hasil uji regresi logistik tahap II

menunjukkan bahwa nilai sig < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa waktu

penyampaian informasi sangat berpengaruh terhadap pemahaman tentang

penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar..

Hal ini mungkin disebabkan sebagian besar pelaksanaan tindakan operasi adalah

elektif dan sebagian kecil tindakan operasi emergency.

Sesuai dengan yang tertulis di Buku Manual Persetujuan Tindakan

Kedokteran bahwa Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami

informasi yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat

klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan (3).

Menurut asumsi peneliti bahwa waktu penyampaian informasi memengaruhi

pemahaman seseorang terhadap informasi yang diterimanya seperti penyampaian

informasi itu sifatnya santai atau kurang santai, disampaikan pada saat mau

operasi atau bahkan jauh hari sebelum operasi.

c. Pengaruh Bahasa Penyampaian Informasi Terhadap Pemahaman

tentang Penjelasan Informed Consent Operasi

Dalam menyampaikan informasi khususnya tentang informed consent perlu

memperhatikan kemampuan bahasa dari penerima informasi agar apa yang

disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima informasi. Bahasa dalam

penyampaian informasi adalah penggunaan bahasa dalam memberikan informasi

mengenai Informed Consent Operasi. Dengan mempersamakan bahasa yang

digunakan sehari-hari oleh pasien/pemberi persetujuan tentunya akan

memudahkan untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan,

Page 106: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

89

sedangkan bahasa yang sulit diterima adalah penggunaan bahasa yang masih asing

ditelinga, misalnya kata-kata atau istilah medis/ kedokteran yang hanya

dimengerti oleh kalangan medis. Dari hasil penelitian sebagian besar (86,6%)

bahasa yang disampaikan oleh dokter saat menyampaikan informasi kepada

pasien/ pemberi persetujuan tindakan bedah dengan kategori baik dan sebagian

kecil (13,4%) dengan kategori kurang baik.

Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p lebih besar dari nilai α, yaitu

sebesar 0,709. Dari nilai p yang lebih besar dari nilai alpha dapat dikatakan bahwa

tidak ada hubungan antara bahasa dalam penyampain informasi dengan

pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita

Insani Pematangsiantar. Begitu juga dengan hasil uji regresi logistik yang

dilakukan dimana tidak ada pengaruh bahasa penyampaian informasi terhadap

pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi. Hal ini disebabkan

pemberi informasi dalam menyampaikan informasi tidak menggunakan bahasa

medis atau bahasa medis yang kemudian dijelaskan. Dengan kata lain bahwa

pemberi informasi menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan

penerima informasi mengerti dengan bahasa si pemberi informasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan ketentuan yang ada, bahwa Penyampaian

informasi pada pasien harus diberikan dengan bahasa yang dapat diterima,

dipahami, dimengerti dan sejelas-jelasnya oleh pasien (20).

Menurut asumsi peneliti bahwa bahasa dalam penyampaian informasi itu

berhubungan dengan tingkat pemahaman seseorang karena tidak akan mungkin

seseorang paham akan informasi yang disampaikan jika dia tidak mengerti dengan

Page 107: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

90

bahasa penyampai informasi tersebut.

4.2.3. Pengaruh Psikologi Pasien Terhadap Pemahaman tentang Penjelasan

Informed Consent Operasi

Untuk dapat mengerti atau paham tentang informasi yang disampaikan

seseorang kepada orang lain haruslah melalui beberapa proses yaitu sensasi,

persepsi, memori dan berfikir. Proses itu semua dipengaruhi oleh psikologi dari

penerima informasi. Psikologi dapat dikatakan hal yang mempelajari tentang

tingkah laku individu yang berhubungan dengan alam sekitarnya. Psikologi pasien

dalam penelitian ini adalah keadaan, perasaan, reaksi, situasi atau kondisi serta

persiapan mental pasien/pemberi persetujuan saat menerima informasi tentang

Informed Consent Operasi, misalnya perasaan penerima informasi saat

mengetahui tentang penyakitnya, reaksinya dalam menerima informasi tersebut,

yang dirasakannya saat menerima informasi tentang kemungkinan terburuk atas

tindakan operasi yang akan dilakukan.

Dengan memperhatikan atau turut berempati dengan keadaan, perasaan,

situasi atau kondisi penerima informasi, maka dapat memudahkan dalam

menyampaikan informasi tentang informed consent serta diharapkan penerima

informasi dapat untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan. Dari

hasil penelitian sebagian besar (93,2%) psikologi pasien/pemberi persetujuan saat

menerima informasi tentang informed consent operasi dengan kategori baik dan

sebagian kecil (6,8%) dengan kategori kurang baik.

Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p lebih besar dari nilai α, yaitu

sebesar 0,873. Dari nilai p yang lebih besar dari nilai alpha dapat dikatakan bahwa

Page 108: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

91

tidak ada hubungan antara psikologi pasien/pemberi persetujuan dengan

pemahaman tentang penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita

Insani Pematangsiantar. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi psikologi

penerima informasi saat menerima informasi tersebut dalam keadaan baik.

Dari hasil uji regresi logistik tahap I dihasilkan bahwa terdapat pengaruh

faktor psikologi terhadap pemahaman tentang penjelasan informed consent

operasi di Rumah Sakit Vita dengan nilai sig < 0,25.

Menurut asumsi peneliti bahwa tidak ada hubungan tetapi ada pengaruh

antara psikologi pasien/pemberi persetujuan terhadap pemahaman tentang

penjelasan informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.

Hal ini dapat disebabkan karena kondisi psikologi penerima informasi saat

menerima informasi tersebut dalam keadaan baik.

Page 109: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1) Berdasarkan karakteristik responden dari segi umur pemberi persetujuan

operasi 99,5 % dewasa (telah berusia 21 tahun) menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, namun demikian masih dijumpai pemberi

persetujuan dibawah umur 21 tahun (0,5 %), hal ini disebabkan keluarga

yang mendampingi kurang kompeten serta risiko dari tindakan operasi

tersebut tidak tinggi sehingga pasien tersebut yang menerima informasi serta

menandatangani surat ijin operasinya;

2) Berdasarkan karakteristik responden dari segi pendidikan, mayoritas

pemberi persetujuan 150 orang (67,3%) berpendidikan ditingkat SMP/SMA,

minoritas 6 orang (2,7%) berpendidikan tingkat SD;

3) Berdasarkan karakteristik responden dari segi pekerjaan, mayoritas

responden 105 orang (47,1%) bekerja sebagai PNS/Swasta dan minoritas

11 orang (4,9%) bekerja sebagai Buruh/Tani;

4) Berdasarkan Akses Informasi dari segi kelengkapan informasi, maka

kelengkapan informasi dengan kategori baik berjumlah 222 (99,6%) dan

kategori kurang baik berjumlah 1 (0,4%). Namun jika dilihat kelengkapan

berdasarkan isi informasi yang disampaikan maka terdapat 36 responden

Page 110: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

93

yang tidak menerima informasi tentang risiko dari tindakan dan 38

responden yang tidak menerima informasi tentang komplikasi dari tindakan

operasi yang dilakukan, padahal risiko dan komplikasi operasi itu

merupakan hal yang sangat penting yang harus disampaikan dan dijelaskan

kepada pasien;

5) Berdasarkan Akses Informasi dari segi waktu penyampaian informasi, maka

waktu penyampaian informasi dengan kategori baik berjumlah 203 (91,0%)

dan kategori kurang baik berjumlah 20 (9,0%);

6) Berdasarkan Akses Informasi dari segi bahasa penyampaian informasi,

maka bahasa penyampaian informasi dengan kategori baik berjumlah 193

(86,5%) dan kategori kurang baik berjumlah 30 (13,5%);

7) Berdasarkan Psikologi pasien, maka psikologi pasien dengan kategori baik

berjumlah 208 (93,3%) dan kategori kurang baik berjumlah 15 (6,7%);

8) Tingkat pemahaman pasien/pemberi persetujuan dengan kategori paham

berjumlah 217 (97,3%) dan kategori kurang paham berjumlah 6 (2,7%);

9) Faktor yang memengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan

informed consent operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar dari

hasil uji regresi logistik tahap I didapatkan yaitu Faktor Karakteristik

Pasien/Pemberi Persetujuan dari segi Pendidikan, Faktor Akses Informasi

berupa Waktu Penyampaian dan Faktor Psikologi Pasien. Dari ketiga

variabel yang berpengaruh, Faktor Waktu Penyampaian yang sangat

berpengaruh terhadap pemahaman tentang penjelasan informed consent

operasi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar;

Page 111: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

94

10) Masih ada ditemukan Formulir Pemberian informasi operasi yang belum

diisi tetapi pasien sudah menerima informasi dan telah selesai dilakukan

tindakan operasi, sementara menurut preraturan di Rumah Sakit Vita Insani

Pematangsiantar seharusnya sebelum operasi dokter mendokumentasikan isi

informasi yang disampaikannya di Formulir Pemberian informasi di Berkas

Rekam Medis Pasien.

5.2. Saran

1) Penyampaian informasi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik pemberi

persetujuan terutama yang berhubungan dengan tingkat pendidikan,

sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelah tindakan operasi

diharapkan pasien atau keluarga sudah siap menerimanya;

2) Sebaiknya dalam menyampaikan penjelasan tentang informed consent perlu

diperhatikan waktu penyampaian informasi tersebut karena hal itu

memengaruhi tingkat pemahaman penerima informasi, waktu penyampaian

informasi yang tepat akan menghasilkan informasi yang jelas dan lengkap

serta mudah dipahami oleh penerima informasi;

3) Sebaiknya dalam menyampaikan penjelasan tentang informed consent

diperhatikan kondisi psikologi penerima informasi karena hal tersebut dapat

memengaruhi tingkat pemahaman penerima informasi tentang penjelasan

tentang informed consent;

4) Hendaklah dalam tatacara pelaksanaan pemberian informed consent operasi

mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan seperti penyampaian

Page 112: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

95

informed consent untuk operasi elektif dilakukan di poli rawat jalan atau

ruangan rawat inap;

5) Sebaiknya sebelum melakukan tindakan operasi dokter mendokumentasikan

isi informasi yang disampaikannya di Formulir Pemberian informasi di

Berkas Rekam Medis Pasien;

6) Sebaiknya mengevaluasi kembali apakah semua dokter yang melakukan

tindakan bedah sudah melaksanakan penjelasan informed consent operasi

sesuai dengan peraturan yang berlaku di RS Vita Insani Pematangsiantar

Page 113: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

96

DAFTAR PUSTAKA

1. Organization WH. Definisi Rumah Sakit.

2. Kesehatan K. Peraturan Menteri Kesehatan No.290 Tahun 2008. Tentang

Persetujuan Tindakan Kedokteran.

3. Indonesia KK. Manual persetujuan tindakan kedokteran. Jakarta Kons

Kedokteran Indonesia. 2006;

4. Suddarth B&. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 1 (edisi8).

Jakarta: EGC; 2009.

5. Wiradharma D. Penuntun Kuliah Etika Profesi Medis. Jakarta: Universitas

Trisakti; 2011.

6. Susilo MC dan AP. Komunikasi Petugas Kesehatan dan Pasien dalam

Konteks Budaya Asia Tenggara. Jakarta: EGC; 2017.

7. Klien Jadi Korban Dugaan Malpraktik, Hotman Paris Gugat Rumah Sakit.

Available from: https://kumparan.com/@kumparannews/klien-jadi-korban-

dugaan-malpraktik-hotman-paris-gugat-rumah-sakit-27431110790542635

8. RS Vita Insani Siantar di desak tutup. Available from:

www.medanbisnisdaily.com/news/read/?id=202788

9. Warouw H. Hubungan Pengetahuan Dengan Pelaksanaan Persetujuan

Setelah Penjelasan (Informed Consent) Pada Pasien di IRDB BLU RSUP

Prof Dr RD Kandou. Jurnal Ilmiah Perawat Manado. 2(1).

10. Nurfarhati N. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman

Informasi Medis pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas WOHA BIMA.

Page 114: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

97

Universitas Mataram; 2015.

11. Sari TP, Jepisah D. Hubungan Kelengkapan Informasi dengan Pemahaman

tentang Persetujuan Tindakan Medis di Rumah Sakit Umum Kelas C Se-

Kota Pekanbaru. Menara Ilmu. 2018;13(1).

12. Perangin-angin E. Hubungan Karakteristik Pasien dengan Pemahaman

Persetujuan Tindakan Kedokteran pada Tindakan Bedah di Rumah Sakit

Umum dr Pirngadi Kota Medan tahun 2009. 2009.

13. Pedoman Pengorganisasian Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani

Pematangsiantar. 2018.

14. Undang Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta;

2009.

15. Kesehatan K. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan.

Jakarta; 2004.

16. Prof. DR. Dr.Azrul Azwar M. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa

Aksara. Jakarta; 2010.

17. Kesehatan K. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit.

Jakarta; 2008.

18. Kesehatan K. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di

Indonesia. Jakarta; 2006.

19. Indonesia KK. Manual Rekam Medis. Jakarta Kons Kedokt Indones. 2006;

20. Kesehatan K. Permenkes-nomor-269-Menkes-per-III-2008. Jakarta:

Kemenkes; 2008.

Page 115: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

98

21. Lemone, P., & Burke K. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC; 2009.

22. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Jakarta: EGC; 2010.

23. Perry P&. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4. Vol. 1. Jakarta:

EGC; 2009.

24. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Seri Asuhan Keperawatan Klien

Gangguan Ginjal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, hal. Jakarta: EGC;

2009. p. 1–145.

25. Sari AN. Konsep Dasar Keperawatan Perioperatife. Jakarta: Academia;

2018.

26. Mulyawati I, Azam M, Ningrum DNA. Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Tindakan Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesarea. Jurnal

Kesehatan Masyarakat. 2011;7(1).

27. Drs.Sunaryo MK. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2014.

28. Kamus besar bahasa Indonesia. Badan Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2017.

29. Krisdiana Wijayanti, Vina Aditya Astuti AF. Komunikasi Dalam Praktik

Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media; 2016.

30. Undang Undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta;

2004.

31. Busro A. Aspek Hukum Persetujuan Tindakan Medis (Inform Consent)

Dalam pelayanan Kesehatan. Law, Dev Justice Rev. 2018;1(1).

32. Senja EZF dan RA. Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa

Page 116: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

99

Publisher; 2008.

33. A.M.Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

PT.Grafindo Indonesia; 2011.

34. Arikunto S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara; 2009.

35. Soekidjo N. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;

2013.

36. Soekidjo N. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2017.

37. Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta; 2015.

38. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan

Menggunakan Metode Penelitian Ilmiah. Medan: Cita Pustaka Media

Perintis; 2017.

39. Company Profile RS Vita Insani Pematangsiantar. 2018.

40. Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral RS Vita Insani

Pematangsiantar. 2018.

Page 117: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

100

Lampiran 1

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………………

Umur : ……….Tahun

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya bersedia secara sukarela untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan judul ”Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Pemahaman Pasien Terhadap Penjelasan Informed Consent Operasi di

Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2019”, yang dilakukan oleh

Asmarani, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia

Medan, Semester 4 Extensi Angkatan 2017.

Saya telah menerima penjelasan dari peneliti terkait dengan segala sesuatu

mengenai penelitian ini. Saya mengerti bahwa informasi yang saya berikan akan dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti. Selain itu, jawaban yang saya berikan ini adalah jawaban

sebenarnya sesuai dengan apa yang diketahui tanpa ada paksaan dari pihak lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Pematangsiantar, 2019

Responden

(………………………….)

Page 118: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

101

KUESIONER

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN

TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI

DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019”

I. Karakteristik Responden

1. Nomor Responden :

2. Nama Responden :

3. Umur : < 21 tahun

21 – 40 tahun

> 40 tahun

4. Pendidikan : SD SMP/SMA

Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : Tidak Bekerja Buruh/Tani

Wiraswasta PNS/Swasta

II. AKSES INFORMASI

a. Kelengkapan Informasi

1. Informasi / penjelasan apa saja yang disampaikan kepada saudara

mengenai tindakan operasi ?

No Jenis Informasi Ada Tidak Ada

1. Diagnosis

2. Dasar Diagnosis

3. Tindakan

4. Indikasi Tindakan

5. Tata Cara

6. Tujuan

7. Risiko

8. Komplikasi

9. Prognosis

10. Alternatif & Risiko

11. Biaya

Lampiran 2

Page 119: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

102

b. Waktu Penyampaian

1. Keadaan atau situasi bagaimanakah saudara rasakan dokter

menyampaikan informasi ?

a. Santai

b. Kurang Santai

2. Kapan dokter menyampaikan informasi kepada saudara ?

a. 1 hari sebelum tindakan dilakukan

b. Beberapa Jam sebelum tindakan dilakukan

3. Dimana Dokter menyampaikan informasi kepada saudara ?

a. Di Ruang Rawat Inap/VK/IGD/Poli

b. Di Ruang Operasi

4. Apakah dokter memberikan waktu bertanya atau berdiskusi kepada

saudara setelah dokter menjelaksan semua informasi ?

a. Iya

b. Tidak

5. Apakah dokter didampingi anggota tim pelayanan kesehatan atau

perawat saat menyampaikan informasi ?

a. Iya

b. Tidak

c. Bahasa Penyampaian

1. Dengan menggunakan bahasa apa dokter menyampaikan informasi

kepada saudara ?

a. Bahasa Indonesia

b. Bahasa sehari-hari

c. Bahasa/Istilah Medis

2. Apakah saudara dapat mengerti bahasa yang disampaikan oleh dokter ?

a. Mengerti

b. Kurang Mengerti

c. Tidak Mengerti

Page 120: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

103

3. Apakah dokter menggunakan alat bantu saat memberikan informasi

kepada saudara, seperti audio visual atau leaflet ?

a. Iya

b. Tidak

III. FAKTOR PSIKOLOGI PASIEN

1. Bagaimana perasaan saudara saat menerima informasi mengenai

penyakit yang saudara alami.?

a. Biasa saja / Tenang

b. Takut

c. Terkejut

2. Bagaimana reaksi saudara saat menerima informasi mengenai penyakit

yang saudara derita.?

a. Menerima

b. Sulit Menerima

c. Tidak Menerima

3. Apa yang anda rasakan saat dokter menginformasikan kemungkinan

terburuk (risiko & komplikasi) dari tindakan operasi yang akan

dilakukan ?

a. Pasrah

b. Sangat takut

c. Cemas

4. Dengan keadaan saudara saat menerima informasi, apakah saudara

mengerti Informasi yang disampaikan dokter ?

a. Mengerti

b. Kurang Mengerti

c. Tidak Mengerti

5. Persiapan mental apa yang saudara lakukan saat akan menjalani operasi?

a. Banyak berdoa

b. Menenangkan Diri

c. Tidak Ada

Page 121: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

104

IV. PEMAHAMAN TENTANG INFORMED CONSENT

No Pertanyaan

Paha

m

(P)

Kurang

Paham

(KP)

Tidak

Paham

(TP)

1.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang penyakit yang diderita sehingga

dilakukan tindakan operasi ?

2.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang dasar dokter menetapkan penyakit

yang diderita ?

3.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang tindakan operasi yang dilakukan

dokter ?

4.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang alasan tindakan operasi yang

dilakukan dokter ?

5.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang tata cara dokter melakukan

tindakan operasi tersebut ?

6. Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang tujuan tindakan operasi tersebut ?

7.

Apakah saudara paham dengan

penjelasan tentang hal-hal yang tak

diinginkan (risiko) yang mungkin bisa

terjadi jika operasi dilakukan ?

8.

Apakah saudara paham dengan

penjelasan tentang hal-hal yang tak

diinginkan (komplikasi) yang mungkin

bisa terjadi dimeja operasi atau setelah

operasi ?

9.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang gambaran yang terjadi akibat

tindakan yang dilakukan ?

10.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang alternatif & risiko dari tindakan

lainnya ?

11.

Apakah saudara paham dengan penjelasan

tentang besar biaya yang diperlukan untuk

tindakan operasi tersebut ?

Page 122: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

105

Lampiran 3

Surat Permohonan Survei Awal

Page 123: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

106

Lampiran 4

Surat Ijin Survei Awal di RS Vita Insani Pematangsiantar

Page 124: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

107

Lampiran 5

Surat Permohonan Uji Validitas

Page 125: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

108

Lampiran 6

Surat Ijin Uji Validitas di RS Tiara Kasih Sejati

Page 126: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

109

Lampiran 7

Surat Permohonan Penelitian di RS Vita Insani Pematangsiantar

Page 127: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

110

Lampiran 8

Surat diterima Penelitian di RS Vita Insani Pematangsiantar

Page 128: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

111

Lampiran 9

Surat telah Selesai Penelitian di RS Vita Insani Pematangsiantar

Page 129: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

Jenis

Kasus Emergency Elektif

1 21-05-2019 Mrs X 315789 45 Obgyn SOD + SOS V

2 21-05-2019 Mrs X 315703 30 Bedah Umum debridement ganggren V

3 21-05-2019 Mrs X 315738 45 Urologi sistoskopi + litotripsi V

4 21-05-2019 Tn X 315679 67 Urologi sistoskopy + sacshe V

5 21-05-2019 Mrs X 315826 56 Urologi sistoskopi + litotripsi V

6 21-05-2019 Tn X 255977 54 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V

7 21-05-2019 Mrs X 315869 29 Obgyn sc V

8 22-05-2019 Tn X 315892 30 Orthopedi artrotomy + gips V

9 22-05-2019 Mrs X 288184 29 Obgyn sc V

10 22-05-2019 Mrs X 315878 23 Obgyn sc V

11 22-05-2019 Mrs X 315777 43 Obgyn TAH + BSO V

12 22-05-2019 Mrs X 315829 47 Obgyn STAH+SOD+Salpingectomie sinistra V

13 22-05-2019 Tn X 315884 44 Urologi sistoskopi + litotripsi V

14 22-05-2019 Mrs X 315881 49 Urologi sistoskopi + litotripsi V

15 22-05-2019 Mrs X 315886 59 Urologi sistoskopi + litotripsi V

16 22-05-2019 Mrs X 315879 50 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V

17 22-05-2019 Mrs X 315922 40 Orthopedi debridement + repair tendon V

18 22-05-2019 Mrs X 315880 40 Bedah Umum exp.lap + suture gastric ulcer V

19 22-05-2019 Mrs X 314976 31 Obgyn sc V

20 23-05-2019 Tn X 315837 36 Orthopedi debridement + arthrotomy + synevectomy V

21 23-05-2019 Mrs X 314997 35 Obgyn sc V

22 23-05-2019 Mrs X 315938 25 Obgyn sc V

23 23-05-2019 Mrs X 315981 26 Obgyn sc V

24 24-05-2019 Mrs X 220656 32 Orthopedi debridement + sequestrectomy V

25 24-05-2019 Tn X 316031 37 Orthopedi orif V

26 24-05-2019 Mrs X 315995 32 Obgyn sc + kontap V

27 24-05-2019 Mrs X 134405 40 Obgyn sc + kontap V

28 24-05-2019 Mrs X 316000 56 Obgyn TVH + vagina plastik V

29 24-05-2019 Mrs X 315973 43 Bedah Umum drainase perut ec asites, sirosis hepatis V

30 24-05-2019 Mrs X 315979 28 Orthopedi orif V

31 25-05-2019 Tn X 316009 45 Orthopedi orif wrist joint V

32 25-05-2019 Mrs X 119488 32 Obgyn sc V

33 25-05-2019 Mrs X 316052 37 Obgyn sc + kontap V

34 25-05-2019 Mrs X 316050 26 Obgyn sc V

35 26-05-2019 Tn X 316080 38 Orthopedi debridement digiti V

36 26-05-2019 Mrs X 300603 32 Obgyn lap KET V

37 26-05-2019 Mrs X 316079 37 Obgyn sc+STAH V

38 26-05-2019 Mrs X 316081 38 Obgyn sc + kontap V

39 26-05-2019 Mrs X 316086 35 Obgyn sc+kontap+STAH+SOS V

40 26-05-2019 Tn X 316085 30 Bedah Umum debridement vl V

41 26-05-2019 Mrs X 225998 26 Obgyn sc V

42 26-05-2019 Mrs X 316067 45 Bedah Umum debridement,psg gips + laparotomi V

43 26-05-2019 Mrs X 163407 29 Obgyn sc V

44 27-05-2019 Tn X 316114 41 Orthopedi debridement V

45 27-05-2019 Tn X 302747 33 Orthopedi debridement + repair tendon V

46 27-05-2019 Mrs X 316120 29 Obgyn sc V

47 27-05-2019 Mrs X 316123 33 Obgyn sc V

48 27-05-2019 Mrs X 316107 25 Obgyn sc V

49 27-05-2019 Mrs X 316066 32 Orthopedi debridement + repair tendon V

50 27-05-2019 Mrs X 316144 42 Obgyn sc + kontap V

51 27-05-2019 Mrs X 253897 38 Obgyn sc+STAH V

52 27-05-2019 Tn X 316127 56 Urologi sistoskopi + litotripsi V

53 27-05-2019 Tn X 316130 46 Urologi sistoskopi + litotripsi V

54 27-05-2019 Mrs X 306084 46 Urologi sistoskopi + litotripsi V

55 27-05-2019 Mrs X 316134 46 Urologi sistoskopi + litotripsi V

"FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAHAMAN PASIEN

TERHADAP PENJELASAN INFORMED CONSENT OPERASI DI RS VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2019"

DAFTAR RESPONDEN PENELITIAN

Cara MasukNo Tgl Operasi Nama Responden No RM Umur Tindakan Operasi

Page 130: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

56 27-05-2019 Tn X 316156 56 Bedah Umum exp.lap + suture gastric ulcer V

57 28-05-2019 Mrs X 316242 29 Orthopedi debridement + orif femur V

58 28-05-2019 Mrs X 316201 27 Obgyn sc V

59 28-05-2019 Tn X 316199 57 Orthopedi debridement+orif V

60 28-05-2019 Mrs X 128749 62 Orthopedi debridement + eksisi gout bodies V

61 28-05-2019 Tn X 316208 56 Urologi sistoskopi + litotripsi V

62 28-05-2019 Mrs X 316206 45 Urologi sistoskopi + litotripsi V

63 28-05-2019 Mrs X 227632 43 Urologi sistoskopi + litotripsi V

64 28-05-2019 Mrs X 138182 35 Obgyn sc + kontap V

65 28-05-2019 Tn X 229050 34 Bedah Umum drainase perut ec asites, sirosis hepatis V

66 29-05-2019 Tn X 288018 67 Orthopedi Bipolar HIP Replacement V

67 29-05-2019 Mrs X 316254 32 Obgyn sc V

68 29-05-2019 Mrs X 307790 36 Obgyn sc V

69 29-05-2019 Mrs X 221512 39 Obgyn sc + kontap V

70 29-05-2019 Tn X 316181 41 Bedah Umum repair luka di bibir V

71 29-05-2019 Mrs X 315834 43 Bedah Umum haemorhoidectomie V

72 29-05-2019 Tn X 179134 39 Urologi sistoskopi + litotripsi V

73 29-05-2019 Mrs X 316067 45 Bedah Umum re laparotomie + aff bandage control V

74 29-05-2019 Tn X 316235 43 Bedah Umum eksisi lipom V

75 30-05-2019 Mrs X 316300 32 Obgyn sc V

76 30-05-2019 Mrs X 316330 36 Obgyn sc V

77 30-05-2019 Tn X 316329 38 Orthopedi debridement + repair capsul V

78 30-05-2019 Tn X 316333 32 Orthopedi debridement + repair tendon V

79 31-05-2019 Mrs X 316356 30 Obgyn sc V

80 31-05-2019 Mrs X 316357 29 Obgyn sc V

81 31-05-2019 Mrs X 316121 32 Obgyn sc + kontap V

82 31-05-2019 Tn X 316307 46 Bedah Umum debridement + repair luka V

83 31-05-2019 Mrs X 316341 32 Bedah Umum laparotomie + appendectomie V

84 31-05-2019 Tn X 220176 32 Bedah Umum laparotomie + appendectomie V

85 31-05-2019 Mrs X 316324 61 Orthopedi Bipolar HIP Replacement V

86 31-05-2019 Tn X 316306 36 Orthopedi orif cruris V

87 31-05-2019 Tn X 316343 33 Orthopedi debridement open fracture V

88 31-05-2019 Mrs X 226620 34 Bedah Umum debridement gangren V

89 01-06-2019 Mrs X 270615 27 Obgyn laparotomie kista, SOD V

90 01-06-2019 Mrs X 316321 31 Obgyn lap kista (D) & (S) V

91 01-06-2019 Mrs X 316418 26 Obgyn sc V

92 01-06-2019 Tn X 316406 63 Orthopedi orif + debridement V

93 01-06-2019 Mrs X 240862 24 Orthopedi orif V

94 01-06-2019 Tn X 316441 27 Orthopedi debridement open fracture V

95 01-06-2019 Tn X 114340 21 Orthopedi debridement + PA V

96 01-06-2019 Mrs X 205265 27 Obgyn sc V

97 01-06-2019 Mrs X 316424 30 Obgyn sc V

98 01-06-2019 Mrs X 270356 28 Obgyn sc V

99 01-06-2019 Mrs X 316409 38 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V

100 01-06-2019 Tn X 316448 63 Bedah Umum laparotomi + suture gastric ulcer V

101 02-06-2019 Mrs X 316490 30 Obgyn sc V

102 02-06-2019 Tn X 306444 21 Orthopedi debridement + psg gips V

103 02-06-2019 Mrs X 316456 24 Orthopedi debridement + ORIF V

104 02-06-2019 Mrs X 316466 30 Obgyn sc + kontap V

105 02-06-2019 Mrs X 316434 44 Obgyn TAH + BSO V

106 02-06-2019 Mrs X 316493 26 Obgyn sc V

107 02-06-2019 Mrs X 211377 21 Obgyn sc V

108 02-06-2019 Mrs X 104006 39 Bedah Umum appendectomie V

109 03-06-2019 Tn X 316566 33 Orthopedi debridement repair luka V

110 03-06-2019 Mrs X 171610 32 Orthopedi Removal Tumor + Release Tendon V

111 03-06-2019 Mrs X 275366 33 Obgyn sc + kontap V

112 03-06-2019 Mrs X 316552 35 Bedah Umum appendectomie V

113 03-06-2019 Mrs X 316496 35 Bedah Umum debridement + repair luka V

114 04-06-2019 Tn X 316615 40 Orthopedi debridement + repair luka V

115 04-06-2019 Tn X 316603 28 Orthopedi orif clavicula V

116 04-06-2019 Mrs X 315830 50 Obgyn TVH + Vagina plastik V

Page 131: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

117 04-06-2019 Mrs X 316495 54 Obgyn STAH + BSO V

118 04-06-2019 Tn X 316573 41 Orthopedi orif femur V

119 04-06-2019 Mrs X 316610 30 Obgyn sc V

120 04-06-2019 Mrs X 316613 37 Obgyn sc + kontap V

121 04-06-2019 Mrs X 316628 38 Obgyn sc + kontap V

122 04-06-2019 Mrs X 316501 53 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V

123 04-06-2019 Tn X 316596 40 Bedah Umum appendectomie V

124 04-06-2019 Tn X 316608 35 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V

125 04-06-2019 Mrs X 255775 38 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V

126 05-06-2019 Tn X 316668 39 Orthopedi debridement + repair luka V

127 05-06-2019 Mrs X 316638 33 Obgyn sc, histerectomie (STAH+BSO) V

128 06-06-2019 Mrs X 235766 28 Obgyn sc V

129 06-06-2019 Mrs X 208788 24 Obgyn sc V

130 06-06-2019 Mrs X 316708 26 Obgyn sc V

131 06-06-2019 Tn X 316709 29 Bedah Umum laparotomy + appendectomie V

132 07-06-2019 Mrs X 316760 32 Orthopedi orif cruris V

133 07-06-2019 Mrs X 316748 31 Orthopedi orif humerus V

134 07-06-2019 Mrs X 316736 25 Obgyn sc V

135 07-06-2019 Mrs X 148672 38 Obgyn sc + kontap V

136 07-06-2019 Tn X 229091 65 Bedah Umum debridement DM V

137 07-06-2019 Mrs X 316744 38 Obgyn sc + kontap V

138 08-06-2019 Mrs X 190026 28 Obgyn sc V

139 08-06-2019 Tn X 316753 35 Orthopedi debridement+fasciotomy+necrotomy V

140 08-06-2019 Tn X 316819 38 Orthopedi orif femur V

141 08-06-2019 Mrs X 141535 34 Obgyn sc + kontap V

142 08-06-2019 Tn X 316772 45 Bedah Umum appendectomie V

143 08-06-2019 Tn X 316738 29 Bedah Umum laparotomi V

144 09-06-2019 Mrs X 248321 27 Obgyn sc V

145 09-06-2019 Mrs X 316856 29 Obgyn sc + kontap V

146 09-06-2019 Mrs X 124698 35 Obgyn sc + kontap V

147 10-06-2019 Mrs X 316242 25 Orthopedi debridement arthrotomy V

148 10-06-2019 Mrs X 316872 31 Obgyn sc V

149 10-06-2019 Mrs X 277820 25 Obgyn sc V

150 10-06-2019 Mrs X 305917 29 Obgyn sc V

151 10-06-2019 Tn X 245390 52 Orthopedi orif V

152 10-06-2019 Mrs X 316927 32 Obgyn sc V

153 11-06-2019 Mrs X 316974 42 Obgyn sc + kontap V

154 11-06-2019 Mrs X 316814 58 Orthopedi orif femur + hecting wajah V

155 11-06-2019 Tn X 303948 50 Orthopedi revision orif + bone graft V

156 11-06-2019 Mrs X 316492 37 Urologi URS + DJ STEN V

157 11-06-2019 Tn X 285326 53 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

158 11-06-2019 Tn X 316982 64 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

159 11-06-2019 Mrs X 316958 37 Obgyn sc + kontap V

160 11-06-2019 Mrs X 316979 26 Obgyn sc V

161 11-06-2019 Mrs X 316973 31 Obgyn sc V

162 11-06-2019 Tn X 251752 31 Bedah Umum hernia repair V

163 12-06-2019 Mrs X 142910 27 Orthopedi debridement, ORIF, external immobilisasi V

164 12-06-2019 Tn X 317075 27 Urologi vesicostomy V

165 12-06-2019 Mrs X 317081 48 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

166 12-06-2019 Tn X 316844 48 Urologi sistoskopy + sacshe V

167 12-06-2019 Mrs X 317071 19 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

168 12-06-2019 Mrs X 205458 34 Obgyn sc + kontap V

169 12-06-2019 Mrs X 112284 23 Obgyn sc V

170 12-06-2019 Mrs X 257435 33 Obgyn sc V

171 12-06-2019 Tn X 317001 42 Bedah Umum explo laparot + reseksi usus V

172 12-06-2019 Mrs X 112528 35 Bedah Plastik debridement combutio V

173 13-06-2019 Mrs X 230756 29 Obgyn sc V

174 13-06-2019 Tn X 130693 29 Orthopedi debridement+sequestrectomy, bone graft V

175 13-06-2019 Tn X 317134 34 Orthopedi debridement + orif V

176 13-06-2019 Tn X 317125 32 Orthopedi debridement + orif V

177 13-06-2019 Tn X 317175 32 Orthopedi orif V

Page 132: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

178 13-06-2019 Mrs X 317182 39 Orthopedi orif V

179 13-06-2019 Mrs X 317155 40 Obgyn lap KET + Kontap tuba kiri V

180 13-06-2019 Tn X 275759 30 Bedah Plastik release contracture & syndactyly digiti 2,3 manus D V

181 14-06-2019 Mrs X 317198 30 Obgyn sc V

182 14-06-2019 Mrs X 138840 29 Orthopedi orif elbow V

183 14-06-2019 Tn X 308080 32 Orthopedi revison ORIF V

184 14-06-2019 Mrs X 317265 36 Obgyn sc + kontap V

185 14-06-2019 Mrs X 317200 23 Obgyn sc V

186 14-06-2019 Mrs X 317202 33 Obgyn sc + kontap V

187 14-06-2019 Mrs X 317195 26 Obgyn sc V

188 14-06-2019 Mrs X 317194 28 Obgyn sc V

189 15-06-2019 Mrs X 316155 34 Obgyn sc V

190 15-06-2019 Mrs X 245210 27 Obgyn sc V

191 15-06-2019 Tn X 317184 48 Orthopedi ORIF V

192 15-06-2019 Mrs X 317243 45 Obgyn STAH + Kistektomie kiri V

193 15-06-2019 Mrs X 255789 26 Obgyn sc V

194 16-06-2019 Mrs X 316367 65 Orthopedi bipolar HIP Replacement V

195 16-06-2019 Mrs X 317341 30 Obgyn sc V

196 17-06-2019 Tn X 315494 34 Orthopedi osteotomy+ORIF+debridementdement V

197 17-06-2019 Tn X 316148 40 Orthopedi amputasi + debridementdement V

198 17-06-2019 Mrs X 254511 28 Obgyn sc V

199 17-06-2019 Mrs X 317377 43 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

200 17-06-2019 Tn X 316852 55 Urologi sistoskopy + sacshe V

201 17-06-2019 Mrs X 268811 56 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V

202 17-06-2019 Tn X 317359 64 Bedah Umum laparotomi+appendectomie V

203 18-06-2019 Tn X 317430 58 Orthopedi debridement + ORIF V

204 18-06-2019 Tn X 293789 48 Orthopedi orif + bone graft V

205 18-06-2019 Tn X 314509 29 Orthopedi orif V

206 18-06-2019 Tn X 317453 48 Urologi URS + DJ STEN V

207 18-06-2019 Tn X 317454 57 Urologi URS + DJ STEN V

208 18-06-2019 Tn X 239317 42 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V

209 18-06-2019 Mrs X 315319 40 Urologi sistoskopie + evakuasi clot V

210 18-06-2019 Mrs X 317445 30 Obgyn sc V

211 18-06-2019 Mrs X 306034 25 Obgyn sc V

212 18-06-2019 Mrs X 317513 33 Obgyn sc + kontap V

213 18-06-2019 Mrs X 317452 29 Obgyn sc V

214 18-06-2019 Tn X 317276 50 Bedah Umum psg wsd, debridement, ORIF V

215 18-06-2019 Tn X 315642 40 Bedah Umum repair hernia + reseksi omentum V

216 19-06-2019 Tn X 317522 38 Orthopedi amputasi transfemoral + debridementdement V

217 19-06-2019 Tn X 317557 48 Orthopedi debridement V

218 19-06-2019 Mrs X 165143 54 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

219 19-06-2019 Tn X 317525 55 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

220 19-06-2019 Tn X 317535 54 Urologi Sistoskopi + litotripsi V

221 19-06-2019 Mrs X 197795 26 Obgyn sc V

222 19-06-2019 Mrs X 317563 29 Obgyn sc + kontap V

223 19-06-2019 Tn X 296215 35 Bedah Plastik debridement + skin graft V

Page 133: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

116

Lampiran 11

Foto-foto Kegiatan Penelitian

Tgl 23/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral

Tgl 23/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral

Page 134: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

117

Tgl 29/05/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap

Tgl 30/05/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap

Page 135: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

118

Tgl 12/06/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap

Tgl 13/06/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap

Page 136: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

119

Tgl 13/06/2019, Penandatanganan Surat Persetujuan Responden

di Ruang Rawat Inap

Tgl 24/05/2019, Penandatanganan Surat Persetujuan Responden

Page 137: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

120

Tgl 24/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral

Tgl 28/05/2019, Wawancara di Ruang Konsultasi, Instalasi Bedah Sentral

Page 138: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

121

Tgl 24/05/2019, Wawancara di Ruang Recovery Room, Instalasi Bedah Sentral

Tgl 25/05/2019, Wawancara di Ruang Rawat Inap

Page 139: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

122

Frequencies Statistics

Umur Pendidikan Pekerjaan Kelengkapan Informasi

Waktu Penyampaian

N Valid 223 223 223 223 223

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Bahasa Penyampaian

Psikologi Pasien Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

N Valid 223 223 223

Missing 0 0 0

Frequency Table Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<21 Tahun 1 ,4 ,4 ,4

21-40 Tahun 149 66,8 66,8 67,3

>40 Tahun 73 32,7 32,7 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 6 2,7 2,7 2,7

SMP/SMA 150 67,3 67,3 70,0

Perguruan Tinggi 67 30,0 30,0 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Bekerja 54 24,2 24,2 24,2

Buruh/Tani 11 4,9 4,9 29,1

Wiraswasta 53 23,8 23,8 52,9

PNS/Swasta 105 47,1 47,1 100,0

Total 223 100,0 100,0

Kelengkapan Informasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Baik 1 ,4 ,4 ,4

Baik 222 99,6 99,6 100,0

Total 223 100,0 100,0

Waktu Penyampaian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Baik 20 9,0 9,0 9,0

Baik 203 91,0 91,0 100,0

Total 223 100,0 100,0

Lampiran 12

Page 140: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

123

Bahasa Penyampaian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Baik 30 13,5 13,5 13,5

Baik 193 86,5 86,5 100,0

Total 223 100,0 100,0

Psikologi Pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Baik 15 6,7 6,7 6,7

Baik 208 93,3 93,3 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang Paham 6 2,7 2,7 2,7

Paham 217 97,3 97,3 100,0

Total 223 100,0 100,0

Frequencies Statistics

Diagnosis Dasar_Diagnosis

Tindakan Indikasi_Tindakan

Tata_Cara Tujuan

N Valid 223 223 223 223 223 223

Missing 0 0 0 0 0 0

Statistics

Risiko Komplikasi Prognosis Alternatif&Risiko Biaya

N Valid 223 223 223 223 223

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Diagnosis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Dasar_Diagnosis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Page 141: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

124

Indikasi_Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Tata_Cara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 1 ,4 ,4 ,4

1 222 99,6 99,6 100,0

Total 223 100,0 100,0

Tujuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Risiko

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 36 16,1 16,1 16,1

1 187 83,9 83,9 100,0

Total 223 100,0 100,0

Komplikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 38 17,0 17,0 17,0

1 185 83,0 83,0 100,0

Total 223 100,0 100,0

Prognosis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

0 1 ,4 ,4 ,4

1 222 99,6 99,6 100,0

Total 223 100,0 100,0

Alternatif&Risiko

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Biaya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 223 100,0 100,0 100,0

Page 142: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

125

Frequencies Statistics

Pemahaman_Diagnosis

Pemahaman_DasarDiagnos

is

Pemahaman_Tindakan

Pemahaman_IndikasiTindak

an

Pemahaman_TataCara

N Valid 223 223 223 223 223

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Pemahaman_Tujuan

Pemahaman_Risiko

Pemahaman_Komplikasi

Pemahaman_Prognosis

Pemahaman_Alternatif&Risi

ko

N Valid 223 223 223 223 223

Missing 0 0 0 0 0

Statistics

Pemahaman_Biaya

N Valid 223

Missing 0

Frequency Table

Pemahaman_Diagnosis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

2 6 2,7 2,7 2,7

3 217 97,3 97,3 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_DasarDiagnosis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

2 6 2,7 2,7 2,7

3 217 97,3 97,3 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

2 19 8,5 8,5 8,5

3 204 91,5 91,5 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_IndikasiTindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

2 8 3,6 3,6 3,6

3 215 96,4 96,4 100,0

Total 223 100,0 100,0

Page 143: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

126

Pemahaman_TataCara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 3 1,3 1,3 1,3

2 27 12,1 12,1 13,5

3 193 86,5 86,5 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_Tujuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 1 ,4 ,4 ,4

2 7 3,1 3,1 3,6

3 215 96,4 96,4 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_Risiko

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 34 15,2 15,2 15,2

2 56 25,1 25,1 40,4

3 133 59,6 59,6 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_Komplikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 38 17,0 17,0 17,0

2 59 26,5 26,5 43,5

3 126 56,5 56,5 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_Prognosis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 1 ,4 ,4 ,4

2 18 8,1 8,1 8,5

3 204 91,5 91,5 100,0

Total 223 100,0 100,0

Pemahaman_Alternatif&Risiko

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 1 ,4 ,4 ,4

2 1 ,4 ,4 ,9

3 221 99,1 99,1 100,0

Total 223 100,0 100,0

Page 144: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

127

Pemahaman_Biaya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3 223 100,0 100,0 100,0

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Umur * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Umur * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent 223 100,0%

Umur * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Total

Kurang Paham Paham

Umur

<21 Tahun

Count 0 1 1

Expected Count ,0 1,0 1,0

% within Umur 0,0% 100,0% 100,0%

21-40 Tahun

Count 3 146 149

Expected Count 4,0 145,0 149,0

% within Umur 2,0% 98,0% 100,0%

>40 Tahun

Count 3 70 73

Expected Count 2,0 71,0 73,0

% within Umur 4,1% 95,9% 100,0%

Total

Count 6 217 223

Expected Count 6,0 217,0 223,0

% within Umur 2,7% 97,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square ,850a 2 ,654

Likelihood Ratio ,825 2 ,662 Linear-by-Linear Association ,846 1 ,358

N of Valid Cases 223

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.

Page 145: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

128

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R -,062 ,071 -,920 ,359

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,062 ,072 -,919 ,359c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Pendidikan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Pendidikan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent 223 100,0%

Pendidikan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Total

Kurang Paham

Paham

Pendidikan

SD

Count 2 4 6

Expected Count ,2 5,8 6,0

% within Pendidikan 33,3% 66,7% 100,0%

SMP/SMA

Count 2 148 150

Expected Count 4,0 146,0 150,0

% within Pendidikan 1,3% 98,7% 100,0%

Perguruan Tinggi

Count 2 65 67

Expected Count 1,8 65,2 67,0

% within Pendidikan 3,0% 97,0% 100,0%

Total

Count 6 217 223

Expected Count 6,0 217,0 223,0

% within Pendidikan 2,7% 97,3% 100,0%

Page 146: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

129

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 22,596a 2 ,000

Likelihood Ratio 8,355 2 ,015 Linear-by-Linear Association 1,819 1 ,177

N of Valid Cases 223

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,16.

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R ,091 ,108 1,351 ,178

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,064 ,098 ,957 ,340c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on normal approximation.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Pekerjaan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Pekerjaan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent 223 100,0%

Pekerjaan * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Total

Kurang Paham Paham

Pekerjaan Tidak Bekerja

Count 0 54 54

Expected Count 1,5 52,5 54,0

% within Pekerjaan 0,0% 100,0% 100,0%

Buruh/Tani Count 2 9 11

Page 147: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

130

Expected Count ,3 10,7 11,0

% within Pekerjaan 18,2% 81,8% 100,0%

Wiraswasta

Count 1 52 53

Expected Count 1,4 51,6 53,0

% within Pekerjaan 1,9% 98,1% 100,0%

PNS/Swasta

Count 3 102 105

Expected Count 2,8 102,2 105,0

% within Pekerjaan 2,9% 97,1% 100,0%

Total

Count 6 217 223

Expected Count 6,0 217,0 223,0

% within Pekerjaan 2,7% 97,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11,717a 3 ,008

Likelihood Ratio 7,624 3 ,054 Linear-by-Linear Association ,218 1 ,641

N of Valid Cases 223

a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,30.

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R -,031 ,050 -,466 ,642

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,024 ,058 -,364 ,716c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Page 148: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

131

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0%

Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Kurang Paham

Kelengkapan Informasi

Kurang Baik

Count 1

Expected Count ,0

% within Kelengkapan Informasi 100,0%

Baik

Count 5

Expected Count 6,0

% within Kelengkapan Informasi 2,3%

Total

Count 6

Expected Count 6,0

% within Kelengkapan Informasi 2,7%

Kelengkapan Informasi * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Total

Paham

Kelengkapan Informasi

Kurang Baik

Count 0 1

Expected Count 1,0 1,0

% within Kelengkapan Informasi

0,0% 100,0%

Baik

Count 217 222

Expected Count 216,0 222,0

% within Kelengkapan Informasi

97,7% 100,0%

Total

Count 217 223

Expected Count 217,0 223,0

% within Kelengkapan Informasi

97,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 36,330a 1 ,000

Page 149: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

132

Continuity Correctionb 8,587 1 ,003

Likelihood Ratio 7,403 1 ,007

Fisher's Exact Test ,027 ,027

Linear-by-Linear Association

36,167 1 ,000

N of Valid Cases 223

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R ,404 ,185 6,558 ,000

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,404 ,185 6,558 ,000c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Kurang Paham

44,400 18,665 105,619

N of Valid Cases 223

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0%

Page 150: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

133

Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham

Paham

Waktu Penyampaian

Kurang Baik

Count 3 17

Expected Count ,5 19,5

% within Waktu Penyampaian

15,0% 85,0%

Baik

Count 3 200

Expected Count 5,5 197,5

% within Waktu Penyampaian

1,5% 98,5%

Total

Count 6 217

Expected Count 6,0 217,0

% within Waktu Penyampaian

2,7% 97,3%

Waktu Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Total

Waktu Penyampaian

Kurang Baik

Count 20

Expected Count 20,0

% within Waktu Penyampaian 100,0%

Baik

Count 203

Expected Count 203,0

% within Waktu Penyampaian 100,0%

Total

Count 223

Expected Count 223,0

% within Waktu Penyampaian 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12,715a 1 ,000

Continuity Correctionb 8,075 1 ,004

Likelihood Ratio 7,071 1 ,008

Fisher's Exact Test ,010 ,010

Linear-by-Linear Association

12,658 1 ,000

N of Valid Cases 223

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,54.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 151: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

134

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R ,239 ,121 3,656 ,000

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,239 ,121 3,656 ,000c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Waktu Penyampaian (Kurang Baik / Baik)

11,765 2,203 62,819

For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Kurang Paham

10,150 2,191 47,014

For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Paham

,863 ,717 1,038

N of Valid Cases 223

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0%

Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Kurang Paham

Bahasa Penyampaian Kurang Baik

Count 0

Expected Count ,8

% within Bahasa Penyampaian 0,0%

Page 152: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

135

Baik

Count 6

Expected Count 5,2

% within Bahasa Penyampaian 3,1%

Total

Count 6

Expected Count 6,0

% within Bahasa Penyampaian 2,7%

Bahasa Penyampaian * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien

Tentang Informed Consent

Total

Paham

Bahasa Penyampaian

Kurang Baik

Count 30 30

Expected Count 29,2 30,0

% within Bahasa Penyampaian

100,0% 100,0%

Baik

Count 187 193

Expected Count 187,8 193,0

% within Bahasa Penyampaian

96,9% 100,0%

Total

Count 217 223

Expected Count 217,0 223,0

% within Bahasa Penyampaian

97,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,958a 1 ,328

Continuity Correctionb ,139 1 ,709

Likelihood Ratio 1,759 1 ,185

Fisher's Exact Test 1,000 ,416

Linear-by-Linear Association

,954 1 ,329

N of Valid Cases 223

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,81.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R -,066 ,015 -,977 ,330

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,066 ,015 -,977 ,330c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Page 153: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

136

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Paham

1,032 1,006 1,058

N of Valid Cases 223

Crosstabs Case Processing Summary

Cases

Valid Missing

N Percent N Percent

Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0% 0 0,0%

Case Processing Summary

Cases

Total

N Percent

Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

223 100,0%

Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham Paham

Psikologi Pasien

Kurang Baik

Count 1 14

Expected Count ,4 14,6

% within Psikologi Pasien 6,7% 93,3%

Baik

Count 5 203

Expected Count 5,6 202,4

% within Psikologi Pasien 2,4% 97,6%

Total

Count 6 217

Expected Count 6,0 217,0

% within Psikologi Pasien 2,7% 97,3%

Psikologi Pasien * Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Crosstabulation

Total

Psikologi Pasien

Kurang Baik

Count 15

Expected Count 15,0

% within Psikologi Pasien 100,0%

Baik

Count 208

Expected Count 208,0

% within Psikologi Pasien 100,0%

Total

Count 223

Expected Count 223,0

% within Psikologi Pasien 100,0%

Page 154: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

137

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,971a 1 ,324

Continuity Correctionb ,025 1 ,873

Likelihood Ratio ,714 1 ,398

Fisher's Exact Test ,345 ,345

Linear-by-Linear Association

,967 1 ,326

N of Valid Cases 223

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,40.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Error

a

Approx. Tb Approx. Sig.

Interval by Interval

Pearson's R ,066 ,099 ,983 ,327

c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,066 ,099 ,983 ,327c

N of Valid Cases 223

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Psikologi Pasien (Kurang Baik / Baik) 2,900 ,317 26,549 For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Kurang Paham

2,773 ,346 22,246

For cohort Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent = Paham

,956 ,834 1,097

N of Valid Cases 223

Page 155: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

138

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 223 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 223 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 223 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kurang Paham 0 Paham 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding

(1) (2) (3)

Pekerjaan

Tidak Bekerja 54 1,000 ,000 ,000

Buruh/Tani 11 ,000 1,000 ,000

Wiraswasta 53 ,000 ,000 1,000

PNS/Swasta 105 ,000 ,000 ,000

Umur

<21 Tahun 1 1,000 ,000

21-40 Tahun 149 ,000 1,000

>40 Tahun 73 ,000 ,000

Pendidikan

SD 6 1,000 ,000

SMP/SMA 150 ,000 1,000

Perguruan Tinggi 67 ,000 ,000

Psikologi Pasien Kurang Baik 15 1,000

Baik 208 ,000

Waktu Penyampaian Kurang Baik 20 1,000

Baik 203 ,000

Bahasa Penyampaian Kurang Baik 30 1,000

Baik 193 ,000

Kelengkapan Informasi Kurang Baik 1 1,000

Baik 222 ,000

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Kurang Paham

Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent Kurang Paham 0

Page 156: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

139

Paham 0

Overall Percentage

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Paham

Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 6

Paham 217

Overall Percentage

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Percentage Correct

Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham ,0

Paham 100,0

Overall Percentage 97,3

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 3,588 ,414 75,170 1 ,000 36,167

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables

umur ,850 2 ,654

umur(1) ,028 1 ,868

umur(2) ,786 1 ,375

pendidikan 22,596 2 ,000

pendidikan(1) 22,113 1 ,000

pendidikan(2) 3,224 1 ,073

pekerjaan 11,717 3 ,008

pekerjaan(1) 1,970 1 ,160

pekerjaan(2) 10,606 1 ,001

pekerjaan(3) ,172 1 ,679

Kategori_KL_Inform(1) 36,330 1 ,000

Kategori_WP(1) 12,715 1 ,000

Kategori_BP(1) ,958 1 ,328

Kategori_FP(1) ,971 1 ,324

Overall Statistics 58,731 11 ,000

Page 157: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

140

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 29,296 11 ,002

Block 29,296 11 ,002

Model 29,296 11 ,002

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 25,926a ,123 ,561

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Classification Tablea

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Kurang Paham

Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 3

Paham 0

Overall Percentage

Classification Tablea

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Paham

Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 3

Paham 217

Overall Percentage

Classification Tablea

Observed Predicted

Percentage Correct

Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 50,0

Paham 100,0

Overall Percentage 98,7

a. The cut value is ,500

Page 158: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

141

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig.

Step 1a

umur 2,064 2 ,356

umur(1) -4,095 40356,127 ,000 1 1,000

umur(2) 2,423 1,687 2,064 1 ,151

pendidikan 4,475 2 ,107

pendidikan(1) -3,859 3,126 1,524 1 ,217

pendidikan(2) 2,119 1,662 1,626 1 ,202

pekerjaan ,345 3 ,951

pekerjaan(1) 20,589 3625,208 ,000 1 ,995

pekerjaan(2) 1,693 2,916 ,337 1 ,561

pekerjaan(3) ,548 1,643 ,111 1 ,739

Kategori_KL_Inform(1) -21,627 40192,970 ,000 1 1,000

Kategori_WP(1) -4,549 1,681 7,323 1 ,007

Kategori_BP(1) 21,293 5233,675 ,000 1 ,997

Kategori_FP(1) -2,907 1,778 2,673 1 ,102

Constant 2,590 1,011 6,560 1 ,010

Variables in the Equation

Exp(B)

Step 1a

umur

umur(1) ,017

umur(2) 11,280

pendidikan

pendidikan(1) ,021

pendidikan(2) 8,326

pekerjaan

pekerjaan(1) 874114263,890

pekerjaan(2) 5,438

pekerjaan(3) 1,730

Kategori_KL_Inform(1) ,000

Kategori_WP(1) ,011

Kategori_BP(1) 1767300299,321

Kategori_FP(1) ,055

Constant 13,325

a. Variable(s) entered on step 1: umur, pendidikan, pekerjaan, Kategori_KL_Inform, Kategori_WP, Kategori_BP, Kategori_FP.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 223 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 223 100,0 Unselected Cases 0 ,0 Total 223 100,0

Page 159: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

142

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Kurang Paham 0 Paham 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding

(1) (2)

Pendidikan

SD 6 1,000 ,000

SMP/SMA 150 ,000 1,000

Perguruan Tinggi 67 ,000 ,000

Psikologi Pasien Kurang Baik 15 1,000

Baik 208 ,000

Waktu Penyampaian Kurang Baik 20 1,000

Baik 203 ,000

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Kurang Paham

Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 0

Paham 0

Overall Percentage

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Paham

Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 6

Paham 217

Overall Percentage

Classification Tablea,b

Observed Predicted

Percentage Correct

Step 0 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham ,0

Paham 100,0

Overall Percentage 97,3

Page 160: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

143

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 3,588 ,414 75,170 1 ,000 36,167

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables

pendidikan 22,596 2 ,000

pendidikan(1) 22,113 1 ,000

pendidikan(2) 3,224 1 ,073

Kategori_WP(1) 12,715 1 ,000

Kategori_FP(1) ,971 1 ,324

Overall Statistics 32,422 4 ,000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1

Step 15,046 4 ,005

Block 15,046 4 ,005

Model 15,046 4 ,005

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 40,176a ,065 ,297

a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Kurang Paham

Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 1

Paham 1

Overall Percentage

Classification Tablea

Observed Predicted

Pemahaman Pasien Tentang

Informed Consent

Paham

Page 161: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

144

Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 5

Paham 216

Overall Percentage

Classification Tablea

Observed Predicted

Percentage Correct

Step 1 Pemahaman Pasien Tentang Informed Consent

Kurang Paham 16,7

Paham 99,5

Overall Percentage 97,3

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

pendidikan 7,375 2 ,025

pendidikan(1) -1,720 1,314 1,713 1 ,191 ,179

pendidikan(2) 1,660 1,196 1,925 1 ,165 5,259

Kategori_WP(1) -2,608 1,012 6,648 1 ,010 ,074

Kategori_FP(1) -1,444 1,343 1,157 1 ,282 ,236

Constant 3,738 ,763 23,972 1 ,000 42,005

a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan, Kategori_WP, Kategori_FP.

Page 162: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

145

Lampiran 13

Lembar Bimbingan Skripsi

Page 163: SKRIPSI Oleh : ASMARANI

146