skripsi oleh : daniel silaban 1701012160repository.helvetia.ac.id/2522/6/skripsi.pdf ·...

92
IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN MINANG JALAN MELATI RAYA KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH : DANIEL SILABAN 1701012160 PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella

    typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN

    MINANG JALAN MELATI RAYA

    KOTA MEDAN

    SKRIPSI

    OLEH :

    DANIEL SILABAN

    1701012160

    PROGRAM STUDI S1 FARMASI

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella

    typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN

    MINANG JALAN MELATI RAYA

    KOTA MEDAN

    SKRIPSI

    Dijaukan Sebagai Salah Satu Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

    (S.Farm)

    OLEH :

    DANIEL SILABAN

    1701012160

    PROGRAM STUDI S1 FARMASI

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • Telah Diuji Pada Tanggal : 17 September 2019

    Panitia Penguji Skripsi

    Ketua : Leny, S.Farm., M.Si., Apt

    Anggota : 1. Jacub Tarigan Drs., M.Kes., Apt

    2. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt

  • ii

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    BIODATA

    Nama : Daniel Silaban

    Tempat/Tanggal Lahir : Pantai Buaya, 13 Maret 1995

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Kristen Protestan

    Anak Ke : 5 (Lima)

    Alamat : Jl. Budi Luhur (Kapten Muslim) Gg. Lestari No.10

    Nama Orang Tua

    Nama Ayah : Haposan Silaban

    Pekerjaan : Tani

    Nama Ibu : Nuraini Br. Tobing

    Pekerjaan : IRT

    Alamat : Kota Batak, Des. Pantai Cermin, Kab. Kampar,

    Riau

    Riwayat Pendidikan

    2001-2007 : SD Negeri 013 Mukti Sari

    2007-2010 : SMP Swasta Santo Thomas 4 Medan

    2010-2013 : SMA Negeri 1 Tapung

    2013-2016 : D3 Analisa Farmasi dan Makanan Universitas

    Sari Mutiara Indonesia

    2017-2019 : S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia

  • i

    ABSTRAK

    IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli DAN Salmonella

    typhi PADA LALAPAN SELADA DI RUMAH MAKAN

    MINANG JALAN MELATI RAYA

    KOTA MEDAN

    DANIEL SILABAN

    1701012160

    Program Studi Sarjana Farmasi

    Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditif hortikultura

    yang banyak dikonsumsi masyarakat. Daun selada kaya akan antioksidan seperti

    betakaroten, folat dan lutein serta mengandung indol yang berkhasiat melindungi

    tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan

    organ-organ pencernaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

    bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi pada Lalapan Selada di Rumah

    Makan Minang jalan Melati Raya kota Medan.

    Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode

    MPN (Most Probable Number) SNI-1992, Metode ini terdiri dari tiga tahap

    pengujian yaitu uji praduga (presumtive test), uji penegasan (confirmed test), dan

    uji pelengkap (complete test). Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan

    sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme

    yang pas atau sesuai. Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi

    pertumbuhan tabung positif jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda

    adanya gas di dalam tabung durham.

    Hasil penelitian ini menunjukkan dari delapan sampel yang di telah uji

    terdapat 2 sampel positif tercemari yaitu sampel C dan sampel E tercemari bakteri

    Escherichia coli dan tidak ada satupun dari delapan sampel yang di uji yang

    tercemari bakteri Salmonella typhi.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari delapan sampel selada terdapat

    dua sampel positif tercemari bakteri Escherichia coli dan tidak ada satupun

    sampel selada yang tercemari bakteri Salmonella typhi yang diatur dalam

    peraturan SNI ISO 21527-2:2012.

    Kata kunci : Selada, Escherichia coli, Salmonella typhi.

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,

    sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Identifikasi Bakteri

    Escherichia coli dan Salmonella typhi pada Lalapan Selada di Rumah

    Makan Minang Jalan Melati Raya Kota Medan” yang disusun sebagai salah

    satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 Farmasi di Institut

    Kesehatan Helvetia Medan.

    Selama Proses penyusunan proposal ini penulis banyak mendapatkan

    bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

    1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.kes., M.sc., selaku Ketua Pembina

    Yayasan Helvetia Medan.

    2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia

    Medan.

    3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.si., selaku rektor Institut Kesehatan Helvetia

    Medan.

    4. Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes selaku wakil Rektor Institut Kesehatan

    Helvetia Medan

    5. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.si.,Apt., Selaku Dekan Falkultas Farmasi dan

    Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.

    6. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut

    Kesehatan Helvetia Medan.

    7. Leny, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

    menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan

    kepada penulis selama penyusunan Skripsi ini.

    8. Jacub Tarigan, Drs., M.Kes., Apt., selaku Dosen Pembimbing II yang

    memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan Skripsi ini.

  • iv

    9. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt selaku Dosen Penguji yang telah

    menyediakan waktu dan tenaga untuk memberikan saran, kritik dan arahan

    kepada penulis selama penyusunan skripsi ini

    10. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan

    Ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.

    11. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda dan Ibunda serta saudara – saudara

    tercinta yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat dan

    doa kepada penulis.

    12. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Farmasi yang telah

    membantu dan mendukung penyelesain skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

    kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala

    kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

    membangun demi kesempurnaan Skripsi ini dan demi peningkatan mutu

    penulisan Skripsi di masa yang akan datang.

    Akhir kata penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

    manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.Amin.

    Medan, September 2019

    Penulis

    Daniel Silaban

    NIM 1701012160

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii

    ABSTRAK ...................................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................... v

    DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

    DAFTAR TABEL........................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 4 1.3. Hipotesis Penelitian ............................................................ 4 1.4. Tujuan Penelitian ................................................................ 4 1.5. Manfaat Penelitian .............................................................. 4 1.6. Kerangka Penelitian ............................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

    2.1. Selada (Lactuca satiya L.) .................................................. 6 2.1.1. Morfologi Tanaman Selada ....................................... 7 2.1.2. Taksonomi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) ...... 8 2.1.3. Manfaat Tanaman Selada .......................................... 9

    2.2. Bakteri Pada Makanan ........................................................ 10 2.3. Bakteri ................................................................................. 11 2.4. Bakteri Escherichia coli ...................................................... 13

    2.4.1. Morfologi dan Taksonomi ......................................... 13 2.4.2. Sifat Pertumbuhan Escherichia coli .......................... 15 2.4.3. Patogenitas Escherichia coli ...................................... 15

    2.5. Bakteri Salmonella typhi ..................................................... 16 2.5.1. Morfologi Salmonella typhi ...................................... 18

    2.6. Metode MPN (Mot Probable Number) ................................ 18

    BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 22

    3.1. Rancangan Penelitian .......................................................... 22 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 22

    3.2.1. Waktu Penelitian ....................................................... 22 3.2.2. Tempat Penelitian ...................................................... 22

    3.3. Sampel Penelitian ............................................................... 22 3.4. Alat dan Bahan .................................................................... 22

    3.4.1. Alat ............................................................................ 22 3.4.2. Bahan ......................................................................... 23

    3.5. Prosedur Penelitian ............................................................. 23

  • vi

    3.5.1. Sterilisasi Alat ........................................................... 23 3.5.2. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium ........................ 23

    3.6. Pengujian MPN ................................................................... 30 3.7. Prosedur Salmonella typhi .................................................. 31

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 33

    4.1. Hasil ..................................................................................... 33 4.2. Pembahasan ......................................................................... 34

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 36

    5.1. Kesimpulan .......................................................................... 36 5.2. Saran .................................................................................... 36

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37

    LAMPIRAN ................................................................................................... 39

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Kandungan gizi selada dalam tiap 100 g ....................................... 9

    Tabel 4.1 Hasil Pengujian Escherichia coli .................................................. 33

    Tabel 4.2 Hasil pengujian Salmonella typhi .................................................. 34

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Tanaman Selada ........................................................................ 6

    Gambar 2.2 Struktur sel bakteri ................................................................... 11

    Gambar 2.3 Perbedaan Bakteri Gram Negatif (a) dan Gram Positif (b) ...... 12

    Gambar 2.4 Morfologi Escherichia coli ....................................................... 13

    Gambar 2.5 Escherichia coli ........................................................................ 14

    Gambar 2.6 Salmonella typhi ....................................................................... 16

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Proses Escherichia coli ............................................................. 39

    Lampiran 2 Media dan alat penelitian .......................................................... 41

    Lampiran 3 Media penelitian ....................................................................... 42

    Lampiran 4 Hasil Media EMB agar ............................................................. 46

    Lampiran 5 Hasil positif pada media ........................................................... 49

    Lampiran 6 Proses Salmonella Typhi ........................................................... 50

    Lampiran 7 Sampel dalam Media ................................................................ 52

    Lampiran 8 Hasil dalam media .................................................................... 53

    Lampiran 9 Hasil Identifikasi Tanaman Selada ........................................... 54

    Lampiran 10 Surat Balasan Izin Penelitian .................................................... 55

    Lampiran 11 Hasil Penelitian ......................................................................... 56

    Lampiran 12 Lembar Bimbingan Skripsi I .................................................... 64

    Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi II ................................................... 65

    Lampiran 14 Tabel SNI ISO 21527–2:2012 Sayuran Beku .......................... 66

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap

    saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi

    tubuh. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan

    masyarakat tanpa terkecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Makanan yang

    menarik, nikmat, dan tinggi gizinya menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak

    aman untuk dikonsumsi. Ini dapat disebabkan karena makanan bertindak sebagai

    perantara atau untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain

    penyebab penyakit (1).

    Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peranan penting

    dalam pembentukkan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan

    menyebabkan makanan tidak layak untuk dimakan. Makanan yang aman adalah

    makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri,

    dan bahan kimia berbahaya. Karena itu kualitas kualitas makanan baik secara

    bakteriologi, kimia dan fisik harus selalu diperhatikan (2).

    Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, air, protein, lemak, serat,

    dan asam amino, yang paling mudah didapatkan dengan harga terjangkau.

    Mengkonsumsi sayur hijau secara teratur dapat menurunkan risiko penyakit kronis

    seperti penyakit kardiovaskuler, kanker, stress, oksidatif, diabetes mellitus,

    kelebihan berat badan, anemia dan sebagainya. Sayuran dalam bidang

    hortikultura dapat diartikan sebagai bagian dari tunas, daun, buah, dan akar

  • 2

    tanaman yang lunak dan dapat dimakan secara utuh atau sebagian dalam keadaan

    segar atau mentah (lalapan) atau dimasak, sebagai pelengkap pada makanan

    berpati dan daging (3).

    Semua jenis sayur pada umumnya memiliki kadar air tinggi, nutrisi,

    pembentuk sifat basa, kaya akan vitamin dan mineral, rendah kalori, serta kaya

    akan serat. Sayur yang segar dan bebas dari bahan-bahan kimia seperti pestisida

    dipercaya sebagai makanan bergizi dan vital bagi kesehatan (4).

    Lalapan adalah sayuran yang biasa disajikan beserta masakan Indonesia

    dalam keadaan mentah. Lalap menyerupai salad yang banyak dijumpai pada

    makanan barat, walau begitu ciri khas dari lalap yaitu sayur lalap tidak dimakan

    bersama saus (dressing) atau bumbu-bumbu. Lalapan bermanfaat bagi kesehatan

    karena mengandung zat gizi relatif tinggi seperti vitamin dan mineral yang sangat

    dibutuhkan tubuh. Sayuran yang sering digunakan sebagai lalapan di warung

    makan meliputi timun, kemangi, selada, kacang, kubis, dan tomat (5).

    Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditif hortikultura

    yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selada banyak dipilih oleh masyarakat

    karena tekstur dan warna yang membuat makanan menjadi menarik sehingga

    mampu menambah selera makan. Konsumsi selada di Indonesia pada tahun 2005

    ialah 35,30 kg/kapita/tahun (6). Daun selada kaya akan antioksidan seperti

    betakaroten, folat dan lutein serta mengandung indol yang berkhasiat melindungi

    tubuh dari serangan kanker. Kandungan serat alaminya dapat menjaga kesehatan

    organ-organ pencernaan. Keragaman zat kimia yang dikandungnya menjadikan

  • 3

    tanaman selada multikhasiat. Selada juga dapat berfungsi sebagai obat pembersih

    darah, mengatasi batuk, radang kulit, sulit tidur serta gangguan wasir (5)

    Nilai gizi selada memang lebih baik dari pada sayuran matang, tetapi

    resiko untuk tertular bakteri penyakit jauh lebih besar karena lalapan selada tidak

    dimasak terlebih dahulu Natalia, 2014. Banyak factor yang dapat menjadi

    kontaminan sayuran mentah yaitu seperti pestisida dan mikroba patogen dari

    tanah tempat tanaman tersebut tumbuh, terutaman sayuran yang berkontak

    langsung dengan tanah seperti sayuran selada. Penggunaan air dari irigasi yang

    tercemar dan penggunaan pupuk kandang atau kotoran manusia sebagai pupuk

    sayuran beresiko terhadap kontaminasi oleh mikroorganisme seperti Escherichia

    coli yang dapat menyebabkan wabah penyakit. Bakteri yang menyebabkan diare

    atau foodborne diease masuk melalui berbagai cara yaitu oral, lingkungan yang

    tercemar, makanan dan lain-lain sehingga kondisi seperti ini sangatlah tergantung

    dengan pedagang, bagaimana pedagang tersebut tetap mempertahankan

    kehigenisan makanan yang dijualnya agar tidak terkontaminasi (7).

    Kontaminasi sering berada pada makanan adalah Escherichia coli yang

    menyebabkan diare. Diare merupakan penyakit yang menjadikan seseorang buang

    air besar dengan tekstur lunak bahkan berupa air saja dalam jangka waktu sedikit

    namun terjadi lebih dari 3 kali. Syarat utama dalam menentukan kiualitas

    makanan yang baik adalah dengan meninjau ilmu sanitasi karena secara langsung

    maupun tidak langsung lingkungan kita berhubungan dengan mengelolah atau

    menyediakan makanan (8).

  • 4

    Penelitian (9), di Medan, dari 10 sampel sayuran segar yang diuji dapat

    diketahui bahwa semua sampel positif mengandung Escherichia coli. Keberadaan

    bakteri E.coli dijadikan sebagai indikator pencemaran air oleh tinja manusia yang

    menandakan bahwa sayuran segar tercemar oleh bakteri.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam

    penelitian ini adalah apakah terdapat bakteri Escherichia coli dan Salmonella

    typhi pada lalapan selada di Rumah Makan Padang jalan Melati raya kota Medan?

    1.3. Hipotesis Penelitian

    Di dalam Lalapan Selada di Rumah Makan Padang jalan Melatih Raya

    kota Medan terkandung bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhi.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri

    Escherichia coli dan Salmonella typhi pada Lalapan Selada di Rumah Makan

    Padang jalan Melati Raya kota Medan.

    1.5. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi baru kepada

    masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi makanan yang tercemari bakteri, dan

    sebagai masukan dan pengalaman bagi penulis kedepannya.

  • 5

    1.6. Kerangka Penelitian

    Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

    Lalapan Selada Most Probable Number

    Escherichia Coli

    Salmonella Typhi

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Selada (Lactuca sativa L)

    Selada adalah tanaman yang termasuk dalam famili Compositae. Sebagian

    besar selada dimakan dalam keadaan mentah. Selada merupakan sayuran yang

    populer karena memiliki warna, tekstur, serta aroma yang menyegarkan tampilan

    makanan. Tanaman ini merupakan tanaman setahun yang dapat dibudidayakan di

    daerah lembab, dingin, dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi

    yang beriklim lembab produktivitas selada cukup baik. Tanaman selada di daerah

    pegunungan dapat membentuk bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah

    dataran rendah, daun selada terbentuk krop kecil dan berbunga (10).

    Gambar 2.1 Tanaman Selada

    Selada tumbuh baik pada tanah yang subur, banyak mengandung humus

    dan remah dengan pH tanah yang diinginkan antara 5-6,5. Daerah yang sesuai

    untuk penanaman selada berada pada ketinggian 500-2.000 Meter di atas

  • 7

    permukaan laut (Pracaya, 2004). Suhu optimun bagi pertumbuhan selada adalah

    15-25o

    C (Aini dkk, 2010). Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan,

    walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau dengan pengairan

    atau penyiraman yang cukup (11).

    2.1.1. Morfologi Tanaman Selada

    Selada secara umum dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan

    perbedaan dalam bentuk, tekstur, dan warna yaitu, jenis selada kepala (head

    lettuce), selada rapuh (cos lettuce), selada daun (leaf lettuce), dan selada batang

    (sten lettuce). Secara umum selada yang berkualitas bagus memiliki rasa yang

    tidak pahit, aromanya menyegarkan, renyah, tampilan fisik menarik serta

    kandungan seratnya rendah. Daerah-daerah yang ditanami selada terletak pada

    ketinggian 400-2.200 m di atas permukaan laut dengan derajat keasaman tanah

    6,5-7 (11). Morfologi pada selada antara lain :

    1. Akar

    Akar yang dimiliki oleh tanaman selada adalah akar tunggang dan serabut.

    Akar tunggang tersebut tumbuh ke dalam tanah lurus cukup, sedangkan

    akar serabutnya menempel pada batang selada kemudian menyebar,

    tumbuh hingga sekitar 20 cm- 50cm. Juga mudah tumbuh dengan baik

    pada tanah subur, mudah menyerap air dan gembur.

    2. Batang

    Batang pada selada merupakan batang sejati, yang membentuk crop dan

    tidak membentuk crop. Batang tersebut pendek dan hampir tidak terlihat

  • 8

    pada bagian dasar di dalam tanah. Batang yang dimiliki selada memiliki

    sifat kokoh, tegap, serta kuat berdiameter antara 2-7 cm.

    3. Daun

    Bentuk daun selada keriting adalah bulat panjang bergerigi atau panjang

    dengan warna hijau muda, terang, dan merah. Tangkai pada daun selada

    lebar dan tulang daunnya menyirip yang mana setiap tangkainya kuat dan

    juga halus. Daun selada memiliki sifat lunak dan renyah serta memiliki

    rasa manis ketika di makan. Daun selada tersebut memiliki ukuran sekitar

    20-25 cm panjangnya sedangkan lebarnya 15 cm.

    4. Bunga

    Bunga tanaman selada berwarna kuning yang tumbuh dalam satu

    rangkaian secara lengkap.

    5. Biji

    Biji yang dimiliki oleh selada termasuk ke dalam biji berkeping dua yang

    berbentuk lonjong pipih, agak keras, berbulu dan memiliki warna cokelat

    tua serta berukuran sangat kecil sekitar 4 mm panjangnya dan 1 mm

    lebarnya.

    2.1.2. Taksonomi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

    Kedudukan tanaman selada dalam sistematik tumbuhan adalah sebagai

    berikut :

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

  • 9

    Famili : Compositae

    Genus : Lactuca

    Spesies : Lactuca sativa L

    2.1.3. Manfaat Tanaman Selada

    Selada memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan tubuh. Beberapa

    kandungan serat dan vitaminnya dapat memberikan suplai nutrisi bagi tubuh.

    Mengonsumsi daun selada segar dapat mencegah panas dalam, melancarkan

    metabolisme, membantu menjaga kesehatan rambut, mencegah kulit menjadi

    kering, dan dapat mengobati insomnia. Menurut Supriati 2014, kandungan gizi

    yang terdapat pada selada adalah serat, provitamin A (karotenoid), kalium, dan

    kalsium (12).

    Kandungan gizi selada dalam setiap 100 g disajikan pada Tabel 1.

    Menurut (13). Selada sangat baik untuk dikonsumsi karena memiliki manfaat

    untuk kesehatan yaitu untuk memperlancar pencernaan serta dapat berfungsi

    sebagai obat penyakit dalam.

    Tabel 2.1. Kandungan gizi selada dalam tiap 100 g

    Nilai Gizi Komposisi Satuan

    Kalori 17,00 Kalori

    Protein 1,70 G

    Lemak 0,30 G

    Karbohidrat 3,00 G

    Kalsium 182,00 Mg

    Fosfor 27,00 Mg

    Zat besi 2,50 Mg

    Vitamin A 2,42 SI

    Vitamin B1 0,08 Mg

    Vitamin C 50,00 Mg

    Air 94,80 G

    Sumber : (13).

  • 10

    Sebagian besar selada dikonsumsi mentah dan merupakan komponen

    utama dalam pembuatan salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi

    karbohidrat dan protein rendah (11).

    2.2. Bakteri Pada Makanan

    Makanan yang terkontaminasi dengan keadan suhu dan waktu yang cukup

    serta kondisi yang memungkinkan suburnya mikroorganisme atau kuman

    penyakit, maka makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman

    untuk berkembang biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan.

    Beberapa penyakit yang berhubungan dengan aspek higenis makanan atau

    minuman. Penyakit yang berhubungan dengan unsur makanan atau minuman

    lazim disebut sebagai water and food borne disease. Penyakit yang ditularkan

    oleh mikroorganisme yang ada pada makanan/minuman tersebut biasanya berupa

    penyakit infeksi (14).

    Mikroorganisme yang tumbuh didalam makanan dapat mengubah

    makanan tersebut menjadi zat-zat organik yang berkurang energinya. Didalam

    perubahan tersebut bakteri memperoleh energi yang dibutuhkannya. Akan tetapi

    ada beberapa spesies yang hasil metabolismenya merupakan eksotoksin yang

    berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika toksin itu masuk dalam alat pencernaan

    manusia, maka akan timbul gejala-gejala keracunan seperti sakit perut, muntah-

    muntah, dan diare (15).

    Mikroorganisme yang menyebabkan gastroentoritis (peradangan diperut

    dan usus) akut dipindah sebarkan lewat makanan tercemar yang dimakan.

    Makanan yang selalu dikonsumsi hampir selalu dicemari berbagai

  • 11

    mikroorganisme, tetapi biasanya tidak menjadi infeksi atau keracunan, atau

    karena mikroorganisme yang mencemari makanan tersebut masih dalam jumlah

    yang sedikit. Mikroorganisme yang sering ditemukan dalam makanan kita

    beragam spesiesnya. Mikroorganisme ini tidak hanya hinggap pada makanan

    mentah atau yang sudah dimasak, berikut mikroorganisme yang mengontaminasi

    makanan (16).

    1. Staphylococcus SP

    2. Bacillus cereus

    3. Colstridium botulinum

    4. Vibrio parahaemolyticus

    5. Escherichia coli SP

    6. Comphylobacter

    7. Salmonella

    Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. No. 16 Tahun

    2016 tentang kriteria Mikrobiologi dalam pangan olahan Sayur, Kacang dan Biji-

    Bijian Beku , Escherichia coli pada Sayur batas mikroba 1 dan

  • 12

    Nama bakteri berasal dari bahasa Yunani dari kata Bacterion yang berarti

    batang kecil. Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu prokariotik yang

    hidup bebas dan dapat ditemukan di beberapa lingkungan sperti di udara, tanah,

    debu, air, serta hidup di dalam tubuh tumbuhan, hewan atau manusia.

    Untuk memahami beberapa kelompok organisme diperlukan klasifikasi,

    hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada dinding sel

    bakteri, sehingga dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram positif dan

    bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif adalah bakteri yang mempertahankan

    zat warna kristal violet sewaktu pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah

    bila diamati dengan mikroskop. Dan, bakteri gram positif akan berwarna ungu.

    Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada

    komponen dinding selnya. Bakteri gram positif memiliki membran tunggal yang

    dilapisi peptidoglikan yang tebal sedangkan bakteri negatif lapisan peptidoglikan

    tipis (17).

    (a) (b)

    Gambar 2.3. Perbedaan Bakteri Gram Negatif (a) dan Gram Positif (b).

    Bakteri yang termasuk ke dalam bakteri gram positif di antaranya

    Staphylococcus, Streptococcus, Enterococcus, Bcillus, Corynebacterium,

    Nocardia, Clostridium, Actinobacteria, Listeria. Sedangkan bakteri yang

  • 13

    termasuk ke dalam bakteri gram negatif jenis-jenisnya, yaitu : Enterobactericeae

    (Escherichia coli, Salmonella, Shigella), Pseudomonas, Moraxella, Helicobacter,

    Stenotrophomas, Bdellovibro, Bakteri asam laknat, Legionella, Cyanobacteria,

    Sprichaeta, Gren sulfur & non-sulfur bacteria, Alpha-proteobacteria (18).

    2.4. Bakteri Escherichia coli

    2.4.1. Morfologi dan Taksonomi

    Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di saluran pencernaan

    manusia maupun hewan. Escherichia coli merupakan bakteri anaerobik fakultatif

    yang dapat tumbuh pada keadaan aerob maupun anaerob, bakteri yang tergolong

    dalam anaerob fakultatif merupakan bakteri patogen yang sering dijumpai,

    Escherichia coli memiliki bentuk batang pendek (coccobasil) dengan ukuran 0,4-

    0,7 µm x 1,4 µm, bersifat motil (dapat bergerak), tidak memiliki nukleus, organel

    eksternal maupun sitoskeleton tetapi memiliki organel eksternal yakni vili yang

    merupakan filamen tipis dan lebih panjang.

    Gambar. 2.4. Morfologi Escherichia coli

  • 14

    Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif bersifat anaerob

    fakultatif dan tidak dapat membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup pada berbagai

    substrat dengan melakukan fermentasi anaerobik menghasilkan asam laknat,

    suksinat, asetat, etanol, dan karbondioksida. Escherichia coli termasuk famili

    Enterobacteriaceae, bentuknya batang atau koma, terdapat tunggal atau

    berpasangan dalam rantai pendek. Memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7

    um, lebar 0,4-0,7 µm (19).

    Gambar 2.5. Escherichia coli

    Klasifikasi Escherichia coli sebagai berikut :

    Kingdom : Bacteria

    Filum : Proterobacteria

    Kelas : Gamma Proterobacteria

    Ordo : Eubacteriales

    Famili : Euteroatericea

    Genus : Escherichia

    Spesies : Escherichia coli

    Escherichia coli merupakan golongan bakteri mesofilik yaitu bakteri yang

    suhu pertumbuhan optimumnya 15-45oC dan dapat hidup pada pH 5,5-8.

  • 15

    Escherichia coli akan tumbuh secara optimal pada suhu 37oC. Menurut penelitian

    yang dilakukan oleh Hawa, et al., (2011), Escherichia coli memiliki suhu

    maksimum pertumbuhan 40-45oC, di atas suhu tersebut bakteri akan mengalami

    inaktivasi. Penentuan serotif bakteri Escherichia coli berdasarkan antigen dinding

    sel (O), kapsular (K), dan flagela (H). Diperkirakan terdapat 173 antigen O, 80

    antigen kapsular, 56 antigen H yang telah diisolasi (20).

    2.4.2. Sifat Pertumbuhan Escherichia coli

    Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh berlebihan jika mengkonsumsi

    makanan yang terkontaminasi oleh bakteri seperti, daging mentah, lalapan sayuran

    yang tidak bersih pencuciannya, daging yang tidak sempurna pengolahananya,

    susu, ataupun feses yang tercemar dalam pangan atau air, bakteri Escherichia coli

    dapat menjadi patogen jika kandungan dalam jumlah yang banyak. Bakteri

    Escherichia coli yang patogen dapat tumbuh pada suhu rendah yaitu sekitar 7oC

    dan juga suhu tinggi yaitu sekitar 44oC tetapi pertumbuhan Escherichia coli lebih

    optimal pada suhu antara 35oC-37

    oC pH optimum 7-7,5,. Selain itu, bakteri

    Escherichia coli dapat hidup ditempat lembab, relatif sensitif terhadap panas, dan

    akan mati dengan pasteurisasi atau proses pemasakan dengan suhu yang relatif

    tinggi (20).

    2.4.3. Patogenitas Escherichia coli

    Escherichia coli adalah anggota flora normal usus. Escherichia coli

    berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu,

    asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia coli termasuk

  • 16

    ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat organik yang

    dibutuhkannya.

    Escherichia coli menjadi patogen, jika jumlah bakteri ini dalam saluran

    pencernaan meningkat atau berada diluar usus. Escherichia coli menghasilkan

    enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli

    berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel

    (21).

    2.5. Bakteri Salmonella typhi

    Salmonella termasuk dalam family Enterobacteriaceae yang kemudian

    dikelompokkan menjadi salmonella typhi dan salmonella paratyphi. Pertumbuhan

    terjadi antara suhu 4°-47°C (optimal pada suhu 37°C) dengan pH minimum 4.

    Bakteri ini bersifat parasit dan patogenik bagi banyak hewan dan manusia (22).

    Gambar 2.6. Salmonella typhi

    Kingdom : Bacteria

    Filum : Proteobacteria

    Kelas : Gamma Proteobakteria

    Ordo : Enterobakteriales

    Famili : Enterobakteriakceae

  • 17

    Genus : Salmonella

    Spesies : Salmonella typhi

    Salmonella typhi adalah bakteri penyebab salmonellosis yang merupakan

    penyakit serius di Indonesia dan masih bersifat endemis. Hal ini terjadi karena

    kendala dalam kelompok gambaran klinis, diagnose dan pengobatannya. Penyakit

    ini dianggap serius karena dapat disertai berbagai penyakit dan juga mempunyai

    angka kematian yang cukup tinggi, yaitu 1-5% dari penderita (23).

    Bakteri Salmonella typhi ditularkan melalui makanan dan minuman yang

    terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang penderita demam typoid.

    Bakteri ini akan masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman kemudian

    hanyut ke saluran pencernaan. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia,

    tubuh akan berusaha untuk mengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan

    dan jumlah yang masuk cukup banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus

    halus. Kemudian bakteri berusaha masuk ke dalam tubuh yang akhirnya dapat

    merangsang sel darah putih untuk menghasilkan interleukin yang merangsang

    terjadinya gejala demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang,

    sakit perut, gangguan buang air besar (25).

    Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut,

    dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang

    terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual

    dan muntah-muntah. Salmonella typhi menyebabkan penyakit demam tifus

    (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan

    gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi (26).

  • 18

    2.5.1. Morfologi Salmonella typhi

    Bentuk dari bakteri Salmonella typhi adalah batang, tidak berspora, ukuran

    103,5 µm x 0,5-0,8 µm, besarnya koloni rata-rata 2-4 mm, memiliki flagela

    peritrikh. Bakteri ini memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa membentuk

    gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Sebagian besar isolat

    Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S (26).

    Isolat Salmonella typhi pada media BSA (Bismuth Sulphite Agar) ketika

    suhu 37oC maka menunjukkan koloni yang tampak cembung, transparan dan

    memiliki bercak hitam dibagian pusat Bakteri Salmonella typhi akan mati pada

    suhu 60°C selama 15-20 menit melalui pasteurisasi, pendidihan dan khorinasi

    (27).

    2.6. Metode MPN (Most Probable Number)

    Metode MPN adalah singkatan dari Most Probale Number yaitu jumlah

    perkiraan terdekat. Pemeriksaan bakteri Coliform dapat menggunakan metode

    MPN (Most Probable Number). Pada metode ini menggunakan medium cair di

    dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung

    yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan

    waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati

    timbulnya kekeruhan, dan terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung

    durham) yang di letakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk

    gas. Untuk setiap pengenceran padan umumnya digunakan menunjukkan

    ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak

    (28).

  • 19

    Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di

    dalam sampel yang bebentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel

    yang berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel

    tersebut. Kelompok jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga

    bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan (15).

    Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan sampel sampai tingkat

    tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai.

    Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif

    jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda adanya gas di dalam tabung

    durham. Semakin besar jumlah sampel yang di masukkann (semakin rendah

    jumlah pengenceran yang dilakukan), maka semakin sering tabung positif yang

    muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi

    pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul.

    Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung

    positif. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tegantung dengan

    probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media.

    Oleh karena itu, homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)

    atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel

    sebelum diencerkan (29).

    Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh atau unit pembentuk

    koloni dalam sampel. Satuan umumnya digunakan, umumnya per 100 mL atau

    per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya

    dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada

  • 20

    setiapn gramnya. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95% sehingga pada

    setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN tertinggi dan terendah (15).

    Pada metode MPN terdapat tiga kali pengujian, yaitu:

    1. Uji Praduga

    Uji praduga merupakan uji kuantitatif Coliform menggunakan metode

    MPN. Tes praduga dapat menunjukkan adanya bakteri Coliform berdasarkan dari

    terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh

    bakteri golongan coli. Tingkat kekeruhan pada media laktosa menandakan adanya

    gas yang dihasilkan bakteri. Tabung dinyatakan positif jika terbentuknya gas

    sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Kandungan

    bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang

    menunjukkan reaksi positif tebentuknya asam dan gas dibandingkan dengan tabel

    MPN (30).

    2. Uji Penegasan

    Tabung positif yang didapatkan dari uji praduga dilanjutkan dengan uji

    penegas. Sampel positif yang menunjukkan gas diinokulasikan pada media

    Brillian Green Lactose Broth, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.

    Apabila dihasilkan gas, maka uji penegasan ini dinyatakan positif. Pernyataan

    hasil dari uji MPN Coliform ini yaitu jumlah tabung yang positif gas dicatat dan

    dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah

    bakteri coliform dalam tiap gram/mL sampel diuji (31).

  • 21

    3. Uji Pelengkap

    Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasikan koloni bakteri pada

    medium agar dengan cara digoreskan dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu

    35oC. Agar yang digunakan adalah EMB agar. Pembenihan pada media agar ini

    mengakibatkan media agar menjadi berwarna merah menyala dikarenakan adanya

    pertumbuhan bakteri Escherichia coli (32).

    MPN cocok untuk sampel dengan konsentrasi mikroorganisme rendah

    khususnya dari jenis sampel air, susu, atau makanan terutama yang memiliki

    partikel-partikel yang larut didalamnya. Partikel-partikel tersebut dimungkinkan

    mampu mempengaruhi keakuratan perhitungan bakteri jika menggunakan metode

    penanaman pada cawan petri dan metode lainnya. Hal ini dikarenakan sel bakteri

    yang terpisah dapat mengelompok pada partikel makanan dan mungkin tidak

    terpisah pada proses homogenisasi dalam pengenceran bertingkat sehingga saat

    diplating satu kumpulan tersebut menjadi satu koloni dan membuat data plate

    count menjadi bias. Metode MPN dapat mengeliminasi kekurangan ini (34).

  • 22

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Rancangan Penelitian

    Jenis Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode MPN

    (Most Probable Number) SNI-1992 .

    3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

    3.2.1. Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2019.

    3.2.2. Tempat Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan

    Standardisasi Industri Jalan Sisingamangaraja No.24 Medan.

    3.3. Sampel Penelitian

    Sampel yang digunakan adalah Lalapan Selada yang diambil dari delapan

    Rumah Makan Minang yang berada di Jalan Melati Raya, Kota Medan.

    3.4. Alat dan Bahan

    3.4.1. Alat

    Autoklaf, Oven, Inkubator, kulkas, Bunsen, Spatul, Sarung tangan steril,

    Korek api, Blender, Timbangan, Tisu, Kapas, Aluminium Foil, Erlenmeyer 250

    mL, Tabung reaksi, Beaker glass, Rak tabung, Pipet ukur, Pipet tetes, Bola

    aspirator, Tabung durham, Kapas, Kawat ose.

  • 23

    3.4.2. Bahan

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Lalapan Selada, Media

    LB ( Laktosa Broth), PPW, EC Broth, EMB Agar, Indol, Mrpp,

    3.5. Prosedur Penelitian

    3.5.1. Sterilisasi Alat

    Sterilisasi alat yang akan digunakan dengan autoklaf. Semua alat glas yang

    digunakan untuk pengujian ini dicuci, dibilas kemudian dikeringkan dan

    dilakukan strerilisasi alat menggunakan media autoklaf.

    3.5.2. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium

    Sampel dibeli dari Rumah Makan Minang di Jl Melati Raya kota Medan,

    kemudian sampel yang dibeli dimasukkan kedalam plastik steril lalu diikat

    menggunkan karet. Lalu sampel dimasukkan di lemari es dengan suhu 3oC

    sehingga kondisi sampel tidak mengalami perubahan. Ketika sampel akan

    digunakan sampel ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian dilakukan pengenceran

    menggunakan media PPW.

    Adapun proses pembuatan masing-masing media sebagai berikut:

    1. Pembuatan Media LB

    Untuk mendapatkan larutan Lactose Broth sebanyak 1000 mL diperlukan 13

    gram Lactose Broth. Dalam penelitian dibutuhkan 2000 mL larutan LB untuk

    30 tabung (10 mL per tabung) sebanyak 8 sampel, maka total diperlukan LB

    sebanyak 26 gram.

    a. Menimbang LB sebanyak 3,9 gram (untuk 1 sampel) menggunakan neraca

    analitik

  • 24

    b. Melarutkan dengan aquadest 300 mL dalam erlenmeyer 500 mL dan

    mengaduknya hingga homogen.

    c. Menyiapkan tabung reaksi yang telah berisi tabung durham, dengan posisi

    mulut terbalik atau menghadap ke dasar tabung reaksi.

    d. Masukkan larutan LB ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet

    volume, 10 mL tiap tabung.

    e. Menutup mulut tabung reaksi dengan kapas yang telah di wraping dan

    mengikatnya menjadi satu. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada

    suhu 121oC, 1 atm selama 15 menit.

    2. Pembuatan Media BGLB

    a. Dibersihkan meja kerja, kemudian disterilkan dengan alkohol

    b. Timbangan neraca dibuat seimbang terlebih dahulu pada posisi nol

    c. Kemudian disiapkan tabung reaksi yang di dalamnya sudah diisi dengan

    tabung durham

    d. Ditimbang media BGLB sebanyak 32 gram, dimasukkan ke dalam labu

    Erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquadest 800 mL, aduk sampai

    homogen

    e. Kemudian dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 mL, tutup dengan

    kapas steril dan wraping.

    f. Dimasukkan ke dalam keranjang dan ikat. Ditulis BGLB, tanggal dan

    bulan pembuatan

    g. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, setelah

    selesai kemudian dinginkan.

  • 25

    3. Pembuatan Media Pengencer Peptone Water

    a. Timbang 1 gram peptone

    b. Lalu siapkan aquadest sebanyak 1 Liter

    c. Larutkan media yang ditimbang ke dalam aquadest sampai homogen

    d. Sterilkan media pada suhu 121oC selama 15 menit.

    4. Pembuatan Eescherichia Coli (EC) broth

    a. Timbang tryptone sebanyak 20 gram

    b. Timbang lactose sebanyak 5 gram

    c. Timbang Bile salts no. 3 sebanyak 1.5 gram

    d. Timbang dipotassium hydrogen phosphate 4 gram

    e. Timbang potassium dihydrogen phosphate 1,5 gram

    f. Timbang natrium klorida 5 gram

    g. Lalu siapkan 1 liter aquadest

    h. Kemudian larutkan bahan-bahan diatas ke dalam aquadest. Jika perlu

    panaskan bahan-bahan hingga benar-benar larut.

    i. Tuangkan 10 mL ke dalam masing-masing tabung yang telah disi tabung

    durham terbalik.

    j. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.

    5. Pembuatan media EMB Agar

    a. Timbang peptone 10 gram

    b. Timbang lactose 10 gram

    c. Timbang K2HPO4 sebanyak 2 gram

    d. EMB Agar 15 gram

  • 26

    e. Siapkan 1 Liter aquadest

    f. Siapkan Eosine (Larutan 2% w/v) methylen blue sebanyak 20 mL

    g. Larutan 0,25% w/v sebanyak 25 Ml

    h. Kemudian larutakn bahan-bahan ke dalam aquadest sampai homogen,

    panaskan hingga larut.

    i. Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit.

    6. Pembuatan Media Nutrient Agar

    a. Timbang Beef extract 3 gram

    b. Timbang peptone 5 gram

    c. Timbang agar 15 gram

    d. Siapkan 1 Liter aquadest

    e. Larutkan bahan-bahan ke dalam aquadest, masukkan kedalam labu.

    f. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.

    7. Pembuatan Media Indole

    a. Timbang tryptone 10 gram

    b. Timbang NaCL 5 gram

    c. Timbang DL-Tryptophane 1,0 gram

    d. Siapkan aquadest 1 Litet

    e. Larutkan bahan-bahan dalam aquadest, atur pH 7,0

    f. Sterilkan dalam autoklaf suhu 121OC selama 15 menit

    8. Pembuatan Media TB (Tryptone Broth)

    a. Timbang 10 gram tryptone

    b. Larutkan ke dalam 1 Liter aquadest

  • 27

    c. Tuangkan setiap 5 mL ke dalam tabung

    d. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit

    9. Pembuatan Media MR-VP Medium

    a. Timbang peptone 7 gram

    b. Timbang glucose 5 gram

    c. Timbang NaCl 30 gram

    d. Timbang K2HPO4 sebanyak 5 gram

    e. Siapkan 1 liter aquadest

    f. Larutkan bahan-bahan ke dalam aquadest, atur pH 6,9

    g. Masukkan 10 mL ke dalam tabung

    h. Sterilkan selama 15 menit pada suhu 121oC

    10. Pembuatan Media BSA (Bismuth Sulphite Agar)

    a. Timbang peptone 10 gram

    b. Timbang beef extract 5 gram

    c. Timbang glucose 5 gram

    d. Timbang disodium phosphate 4 gram

    e. Timbang ferous sulphat 0,3 gram

    f. Timbang bismuth sulphite, Bi3(SO3)3 8 gram

    g. Timbang brilliant green 0,025 gram

    h. Timbang agar 20 gram

    i. Siapkan aquadest 1 liter

    j. Campurkan bahan-bahan tersebut ke dalam aquadest lalu panaskan hingga

    larut sempurna

  • 28

    k. Simpan di lemari pendingin selama 24 jam

    11. Pembuatan Media XLD (Xylose Lysine Desoxycholate Agar)

    a. Timbang yeast extract 3 gram

    b. Timbang L-lysine 5 gram

    c. Timbang xylose 3,75 gram

    d. Timbang sukrosa 7,5 gram

    e. Timbang sodium chloride 5 gram

    f. Timbang phenol red 0,08 gram

    g. Timbang agar 15 gram

    h. Siapkan 1 liter aquadest

    i. Larutkan bahan-bahan dalam aquadest

    j. Sterilkan pada suhu 121oC selama 15 menit.

    k. Lalu tambahkan larutan tiosuilfat-sitrat +100 mL aquadest dan 25 Ml

    larutan Natrium disoksikolat. Lalu tuang ke dalam cawan petri steril.

    12. Pembuatan Media HE (Hektoen Enteric ) agar

    a. Timbang proteose peptone 13 gram

    b. Timbang yeast extract powder 3 gram

    c. Timbang lactose 12 gram, sucrosa 12 gram, galicin 2 gram

    d. Timbang bile salt no. 3 sebanyak 9 gram

    e. Timbang sodium chlorida 5 gram, sodium ferric citrate 1,5 gram

    f. Timbang acid fuchsin 0,1 gram

    g. Timbang bromthymol 0,065 gram, agar 15 gram

    h. Siapkan 1 liter aquadest

  • 29

    i. Larutkan ke dalam aquadest aduk selama 10 menit. Panaskan tidak lebih

    dari 1 menit hingga mendidih, aduk sampai agarnya larut.

    j. Lalu dinginkan dan tuang ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL

    13. Pembuatan Media Urea Agar

    a. Timbang peptone 1 gram, glucose 1 gram, NaCl 5 gram

    b. Timbang KH2PO4 2 gram, phenol red 0,012 gram

    c. Timbang agar 15 gram, siapkan 1 liter aquadest

    d. Timbang urea 400 gram

    e. Larutkan bahan-bahan dalam aquadest, lalu sterilkan selama 20 menit suhu

    121oC

    14. Pembuatan Media TSIA ( Triple Sugar Iron Agar)

    a. Timbang meat extract 3 gram, yeast extract 3 gram

    b. Timbang peptone 20 gram, NaCl 5 gram

    c. Timbang lactose , sucrose masing-masing 10 gram

    d. Timbang glucose 1 gram

    e. Timbang ferric citrate 0,3 gram

    f. Timbang sodium thio sulphate 0,3 gram

    g. Timbang Phnol red 0,024 gram

    h. Timbang agar 12 gram, dan siapkan 1 liter aquadest

    i. Larutkan bahan-bahan masukkan ke dalam tabung sebanyak 10 mL

    j. Sterilkan selama 10 menit suhu 121oC

  • 30

    3.6. Pengujian MPN

    Metode ini terdiri dari tiga tahap pengujian yaitu uji praduga (presumtive

    test), uji penegasan (confirmed test), dan uji pelengkap (complete test).

    1. Test Praduga (Presumtive Test)

    Test praduga dengan menggunakan metode MPN (Most Probable Number)

    menggunakan 3 seri tabung, adalah sebagai berikut:

    a. Disiapkan 3 tabung LB (Lactose Broth) yang di dalamnya sudah diisi dengan

    tabung durham dalam posisi terbalik

    b. Sampel uji dikocok sampai homogen

    c. Kemudian 3 tabung LB masing-masing diinokulasikan dengan 1 mL sampel

    d. Kemudian semua tabung LB yang berisi sampel diinkubasi pada suhu 37oC

    selama 24-48 jam.

    2. Test Penegasan (Confirmative Test)

    Test ini menggunkan media BGLB (Bile Green Laktosa Broth). Test ini

    dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan.

    a. Dari setiap tabung yang menunjukkan gas positif pada uji presumtive, dikocok

    dan masing-masing diambil 1-2 ose

    b. Kemudian diinokulasi pada tabubg BGLB setelah itu tabung BGLB diinkubasi

    pada suhu 37oC selama 24-48 jam.

    c. Amati terbentuknya asam dan gas pada tabung durham. Adanya asam dan gas

    disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri Coliform, asam dilihat dari

    perubahan warna dan gas dapat dilihat dalam tabung durham berupa

    gelembung udara.

  • 31

    d. Catat jumlah tabung BGLB yang positif gas dan perubahan warna dicatat dan

    hasilnya dirujuk ke tabel MPN.

    e. Angka yang diperoleh dari tabel menunjukkan MPN Coliform per 100 mL

    contoh sampel uji.

    3. Uji Pelengkap (Complete Test)

    Test ini menggunakan media indol yang digunakan untuk menegaskan sampel

    yang tercemari bakteri Escherichia coli, adalah sebagai berikut

    a. Ditanam 1-2 ose biakan yang positif pada Brilliant Green Lactose Bile Broth

    (BGLB) ke pembenihan EMB Agar dalam cawan petri

    b. Kemudian diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC

    c. Diamati dan dipilih koloni yang berwarna merah menyala

    Hasil dari uji penegasan dengan mengetahui jumlah tabung yang positif

    terkontaminasi oleh bakteri Coliform akan dihitung dan kemudian dirujuk dengan

    tabel MPN untuk mengetahui jumlah bakteri yang terkandung. Jika jumlah bakteri

    melebihi batas yang telah ditetapkan oleh BPOM RI NO. 94.2

    Menkes/SK/VII/2003, maka sampel tersebut tidak layak untuk dikunsumsi karena

    dapat menyebabkan penyakit. Dan pada uji pelengkap untuk mengetahui bakteri

    Coliform jenis apa yang ada didalam sampel. Jenis Coliform yang ingin dicari

    yaitu jenis bakteri Escherichia coli, sehingga persiapan penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui bakteri Escherichia coli.

    3.7. Prosedur Escherichia coli

    Adapun prosedur Escherichia coli adalah sebagai berikut,

    a. Ditimbang setiap sampel sebanyak 25 gram

  • 32

    b. Kemudian dilakukan pengenceran sampel terhadap media PPW sebanyak

    250 gram.

    c. Sampel dimasukkan ke dalam media PPW, di inkubasi selama 24 jam suhu

    36oC

    d. Lalu dimasukkan 1 mL media yang telah diencerkan ke dalam media LB,

    lalu diinkubasi selama 2x24 jam suhu 36ºC

    e. Lalu sampel yang positif dimedia LB, dimasukkan ke media EC Broth. Di

    inkubasi selama 2x24 jam suhu 44ºC

    f. Kemudian digores ke media EMBA, inkubasi selama 24 jam suhu 36ºC

    g. Kemudian di inokulasikan ke media NA miring, inkubasi selama 24 jam

    suhu 36ºC

    h. Lalu dilakukan penegasan media menggunakan Indol TB (inkubasi 24 jam

    suhu 36ºC), MR-VP (inkubasi selama 24 jam suhu 36ºC), dan sitrat (

    inkubasi selama 2x24 jam suhu 36ºC).

    3.8. Prosedur Salmonella typhi

    Adapun prosedur Salmonella typhi adalah sebagai berikut

    a. Ditimbang setiap sampel masing-masing sebanyak 25 gram

    b. Kemudian dilakukan pengenceran sampel terhadap media PPW sebanyak

    250 gram.

    c. Sampel dimasukkan ke dalam media PPW, di inkubasi selama 24 jam suhu

    36oC

    d. Kemudian dipipet 10 mL setiap sampel dimasukkan ke dalam tabung

    reaksi yang berisi 100 mL media TTB, inkubasi selama 24 jam suhu 43oC

  • 33

    e. Sampel yang positif digores ke dalam media BSA, XLD, dan HE, inkubasi

    selama 24 jam suhu 36oC

    f. Amati pertumbuhan koloni pada setiap media

    g. Media yang positif diisolasi ke dalam media NA, inkubasi selama 24 jam

    suhu 36oC

    h. Kemudian dilakukan uji penegasan terhadap sampel yang positif, dengan

    uji biokimia dengan menggunakan media TSI Agar, Urea Agar, Lisi, Beta

    galaktosidase, Vp, dan Indol.

  • 34

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode MPN 3 tabung, SNI-

    1992, maka didapatkan hasil seperti pada tabel:

    Tabel 4.1. Hasil Pengujian Escherichia coli

    No Sampel Uji Praduga Uji

    Konfirmasi

    Uji

    Pelengkap Hasil

    1 Sampel A Positif Negatif Negatif Negatif

    2 Sampel B Positif Negatif Negatif Negatif

    3 Sampel C Positif Positif Positif Positif

    4 Sampel D Positif Positif Negatif Negatif

    5 Sampel E Positif Positif Positif Positif

    6 Sampel F Positif Negatif Negatif Negatif

    7 Sampel G Positif Negatif Negatif Negatif

    8 Sampel H Positif Negatif Negatif Negatif

    Dari hasil tabel diatas terdapat 2 sampel positif tercemari bakteri

    Escherichia coli yaitu sampel C dan sampel E. Pada penelitian ini setiap sampel

    Selada hijau dilakukan 1 kali pengujian dengan metode 3 tabung. Pada uji praduga

    semua sampel terdapat gelembung gas di dalam tabung durham, menunjukkan

    semua sampel positif tercemari bakteri Escherichia coli. sampel yang positif

    tercemari Escherichia coli dilanjutkan ke tahap uji selanjutnya yaitu uji

    Konfirmasi. Pada uji ini media yang digunakan EC Broth. Pengamatan pada

    media ini sampel yang positif tercemari bakteri menujukkan terdapat koloni

    positif berwarna hitam logam. Didapatlah hasil sampel C, D, dan E positif

    Tercemari bakteri. Selanjutnya dilakukan uji penegas untuk memastikan sampel

    C,D dan E benar-benar tercemari Escherichia coli. Pada tahap uji penegas

    pengamatan media pada suhu 36oC selama 24 jam terdapat cincin merah pada

  • 35

    setiap sampel. maka Didapatlah hasil seperti pada tabel 4.1.1 diatas sampel C dan

    sampel E positif tercemaari bakteri Escherichia coli.

    Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode MPN 3 Tabung

    SNI-1992, didapat hasil pada tabel berikut :

    Tabel 4.2. Hasil pengujian Salmonella typhi

    No Sampel Uji Praduga Uji

    Konfirmasi

    Uji

    Pelengkap Hasil

    1 Sampel A Positif Negatif Negatif Negatif

    2 Sampel B Positif Negatif Negatif Negatif

    3 Sampel C Positif Negatif Negatif Negatif

    4 Sampel D Positif Positif Negatif Negatif

    5 Sampel E Positif Negatif Negatif Negatif

    6 Sampel F Positif Positif Negatif Negatif

    7 Sampel G Positif Negatif Negatif Negatif

    8 Sampel H Positif Negatif Negatif Negatif

    Pada uji praduga pengamatan sampel positif pada media BSA

    menunjukkan terdapat koloni coklat abu-abu sampai hitam atau kilat logam. Pada

    media XLB koloni merah muda dengan bintik hitam ditengah, dan pada media HE

    koloni biru hijau tidak atau tanpa bintik hitam ditengah. Pada tahap ini semua

    sampel positif tercemari. Kemudian sampel positif dilanjutkkan ke uji konfirmasi,

    pada uji ini semua sampel negatif tercemari bakteri Salmonella typhi.

    4.2 Pembahasan

    Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan sampel sampai tingkat

    tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai.

    Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif

    jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda adanya gas di dalam tabung

    durham. Semakin besar jumlah sampel yang di masukkann (semakin rendah

    jumlah pengenceran yang dilakukan), maka semakin sering tabung positif yang

  • 36

    muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi

    pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul.

    Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung

    positif. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tegantung dengan

    probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media.

    Oleh karena itu, homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)

    atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel

    sebelum diencerkan (29).

    Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap

    saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi

    tubuh. Makanan mempunyai peranan sangat penting dalam kesehatan masyarakat

    tanpa terkecuali adalah konsumen makanan itu sendiri. Makanan yang menarik,

    nikmat, dan tinggi gizinya menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak aman untuk

    dikonsumsi. Ini dapat disebabkan karena makanan bertindak sebagai perantara

    atau untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain (1).

    Makanan yang terkontaminasi dengan keaadan suhu dan waktu yang

    cukup serta kondisi yang memungkinkan suburnya mikroorganisme atau kuman

    penyakit, maka makanan akan menjadi media yang menguntungkan bagi kuman

    untuk berkembang biak dan apabila dikonsumsi akan berbahaya bagi kesehatan..

    Penyakit yang ditularkan oleh mikroorganisme yang ada pada makanan/minuman

    tersebut biasanya berupa penyakit diare (14).

    Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan

    Standarisasi Industri Medan (BARISTAND) terhadap sampel Selada Hijau yang

  • 37

    diambil dari Rumah Makan Minang Jalan Melati Raya Kota Medan, diperoleh

    hasil uji Eschericia coli dari 8 sampel, terdapat 2 sampel positif terkontaminasi

    Eschericia coli yaitu sampel C dan Sampel E, sedangkan 6 sampel negatif

    Eschericia coli yaitu, Sampel A, Sampel B, Sampel D, Sampel F, Sampel G,

    Sampel H.

    Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Balai Riset dan

    Standarisasi Industri Medan (BARISTAND) terhadap sampel Selada Hijau yang

    diambil dari Rumah Makan Minang Jalan Melati Raya Kota Medan, diperoleh

    hasil uji Salmonella typhi dari 8 sampel selada hijau Negatif terhadap bakteri

    salmonella typhi.

  • 38

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap delapan sampel

    selada hijau yang diambil dari rumah makan minang jalan melati raya kota medan

    dapat disimpulkan bahwa delapan sampel selada hijau dua positif tercemari

    bakteri Eschericia coli yaitu sampel C dan sampel E. Sedangkan hasil pengujian

    terhadap Salmonella typhi diperoleh hasil delapan sampel negatif tercemari

    bakteri salmonella typhi.

    5.2 Saran

    Pada kesempatan ini peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya

    untuk mengidentifikasi cemaran bakteri patogen lainnya, peneliti juga

    menyarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti lalapan lainnya seperti, kol,

    mentimun, dan daun singkong yang dijual di rumah makan minang. Peneliti juga

    menyarankan peneliti selanjutnya menggunakan metode Angka Lempeng Total

    untuk menghitung total keseluruhan jumlah bakteri yang terkandung di sampel

    yang diteliti.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Dr. Agung Suprihatin MS, editor. Kesehatan Lingkungan. II. Yogyakarta:

    Gava Media; 2015. 14 p.

    2. Prof. DR.H.Arif Sumantri, S.KM. MK. Kesehatan Lingkungan. 4th ed.

    Suwito, editor. Depok: Kencana; 2010. 140 p.

    3. Zulkarnain PDH. Budidaya Sayuran Tropis. 1st ed. Suryani, editor. PT.

    Bumi Aksara. Jakarta. jakarta: PT.Bumi Aksara; 2013. 120 p.

    4. Sunarjono H. Bertanam 30 Jenis Sayur. jakarta: penebar swadaya; 2010. p.

    43.

    5. Wahyudi I. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran - Ir. 1st ed. M.Niksion T,

    editor. Jakarta Selatan: PT.Agro Media Pustaka; 2010. 19 p.

    6. Agromedia. Menanam sayur dipekarangan rumah. 4th ed. 2005. 75 p.

    7. Zahrotu Romadhon. Identifikasi Bakteri Escherichia coli dan Salmonella

    sp Pada Siomay Yang Dijual di Kantin SD Negeri Kelurahan Pisangan,

    Cirendeu, dan Cempaka Putih. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2016.

    8. Lily Arsanti Lestari , Eni Harmayani , Tyas Utami , Puspita Mardika Sari

    SN. Dasar-Dasar Mikrobiologi Makanan di Bidang Gizi dan Kesehatan.

    2nd ed. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 2018. 103 p.

    9. Hasna M. Perbedaan pencucian menggunakan air mengalir dan

    menggunakan teknik blansir terhadap pertumbuhan koloni bakteri pada

    lalapan selada (Lactuca sativa L.) di warung makan kelurahan Jati Kota

    Padang. [Padang]: Universitas Andalas; 2016.

    10. Nugraheni W. 29 jenis sayur dalam pot. 2nd ed. Nina K, editor.

    Yogyakarta: Lyli Publisher; 2015. 195 p.

    11. Rubatzky VE. Sayuran dunia. 1st ed. Yamaguchi M, editor. Bandung: ITB

    Bandung; 1998. 106 p.

    12. Dr. Rahmat Rukmana, Herdi Yudiracman M. Budidaya Sayur Lokal. 1,

    editor. Agribisnis Sayuran; 2016.

    13. Sukamto BS.c. Bertanam Selada -: PT. Musi Perkasa Utama;

    14. Mukono, H.J, 2006. Higien Sanitasi Hotel dan Restoran. Cetakan 1.

    Airlangga, Surabaya: University Press.

    15. Dwidjoseputro, D. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi, KDT Jakarta :

    Perpustakaan Nasional 1.

    16. Michael, Pelczar, jr dan Chan E.S.C. 2009, Dasar-Dasar Mikrobiologi.

    Jakarta: UI-Press.

    17. Helmiyati dan Nurahman, 2010. Pengaruh Konsentrasi Tawas Terhadapat

    Pertumbuhan Gram Positif dan Negatif. Jurnal Pangan dan Gizi Vol.1 No.

    1.

    18. Pratia dan Putra, 2012. Isolasi dan identifikasih Bakteri Termofilik dari

    Sumber Mata Air Panas Songgoriti Setelah Dua Hari Inkubasi. Jurnal

    Teknik Pomits Vol.1, No. 1-5.

    19. Hendrayati, Teksis Irena. 2012, Perubahan Morfologi Escherichia coli

    akibat paparan ekstrak etanol biji kakao secara vitro, Jember: Universitas

    Jember.

  • 40

    20. Juwita Christine, 2014. Jumlah Bakteri Coliform dan Deteksi Escherichia

    coli pada daging ayam di Pekan Baru. JOM FMIPA:1 (2): 48-55.

    21. Sari, Mulia. 2015, Uji Bakteriologis dan Resistensi Antibiotik Terhadap

    Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada Makanan Gado-Gado di

    Kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015

    22. Brooker, Robert J.2005. Genetic. Analysis and Principle, McGraw Hill,

    New York: 22.

    23. Parama, Y.C. 2011, Salmonella typhi :Jurnal, Kesehatan Masyarakat,

    2011.(6)-1.

    24. Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press. Hal.

    129.

    25. Juli, Soemirat Slamet. 2009. Kesehatan lingkungan. Gadjah mada

    university press. Yogyakarta.

    26. Djoko, Hadikunarso. 1987, Beberapa Catatan Tentang Salmonella, Vol.

    XII.

    27. Ferdiaz, Srikandi. 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta. Raja

    Grafindo Perkasa.

    28. Siagian, A, 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber

    Pencemarannya, USU digital library, 2005.

    29. Friedheim, E and Michaelis, L. 2007. Biol. Chem, 91,55-368, Cit.

    30. Widiyanti dan Ristiati, 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform pada

    Depot Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi

    Kesehatan, Vol. 3 No. 1:64-73.

    31. BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Jakarta:

    BPOM RI.

    32. Williey, Joanne M, Linda M, Christoper 2008. Prescott, Harley, and

    Klein’s Microbiology. New York: Mc Graw Hill, pp 272-274.

    33. Rahaja, Z.T. 2015. Identifikasi Escherichia coli pada Air Minum Isi Ulang

    dari Depot di Kelurahan Pisangan dan cirendeu(skripsi). Universitas Islam

    Negeri Jakarta.

  • 41

    Lampiran 1. Proses Escherichia coli

    Sampel Selada Hijau A, B, C, D, E, F, G, H

    Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan

  • 42

    Lampiran 1. Media pengencer

    Media Buffered Peptone Water (BPW)

    Sampel di dalam Media BPW

  • 43

    Lampiran 2. Media dan alat penelitian

    Media Lactose Broth

    Inkubaotor Memmert

  • 44

    Lampiran 3. Media penelitian

    Sampel A Media Escherichia Coli Broth

    Sampel B Media Escherichia Coli Broth

  • 45

    Lampiran 3. Media penelitian

    Sampel C Media Escherichia Broth

    Sampel D Media Escherichia Coli Broth

  • 46

    Lampiran 3. Media EC Borth dalam sampel E

    Sampel E Escherichia Coli Broth

    Sampel F Escherichia Coli Broth

  • 47

    Lampiran 3. Media EC Broth dalam sampel G

    Sampel G Media Eschericia Coli Broth

    Sampel H Media Escherichia Coli Broth

  • 48

    Lampiran 4. Hasil Media EMB agar

    Media EMB Agar

    Negatif Media EMB Agar

  • 49

    Lampiran 4. Hasil media EMB Agar

    Sampel C Positif Media EMB Agar

    Sampel E Positif Media EMB Agar

  • 50

    Lampiran 4. Hasil

    Sampel F Positif, Media EMB Agar

    Sampel G Positif, Media EMB Agar

  • 51

    Lampiran 5. Hasil positif pada media

    Sampel C Positif, Media Indol , MR VP, FP, dan Sitrat

    Sampel E Positif, Media Indol, MR VP, VP dan Sitrat

  • 52

    Lampiran 6. Proses Salmonella Typhi

    Sampel Selada Hijau

    Media Pengencer Buffered Peptone Water (BPW)

  • 53

    Lampiran 6. Media penelitian

    Media Tetrathionate Brilliant Green Broth

    Bismuth Sulfite Agar (BSA), Xylose Lysine Desoxycholate (XLD),

    Hektone Enteric Agar (HE)

  • 54

    Lampiran 7. Sampel dalam Media

    Sampel H Media HE

    Sampel H, Media Nutrien Agar

  • 55

    Lampiran 8. Hasil dalam media

    Hasil Media TSI, Urea Agar, Lisin, Beta, FP Indol

  • 56

    Lampiran 9. Hasil Determinasi Tanaman Selada

  • 57

    Lampiran 10. Surat Balasan Izin Penelitian

  • 58

    Lampiran 10. Lanjutan

  • 59

    Lampiran 11. Hasil Penelitian

  • 60

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 61

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 62

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 63

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 64

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 65

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 66

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 67

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 68

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 69

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 70

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 71

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 72

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 73

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 74

    Lampiran 11. Lanjutan

  • 75

    Lampiran 12. Lembar Bimbingan Skripsi I

  • 76

    Lampiran 13. Lembar Bimbingan Skripsi II

  • 77

    Lampiran 14. Tabel SNI ISO 21527–2:2012 Sayuran Beku