skripsi olahraga

46
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga telah mengalami perkembangan di masyarakat, karena pemerintah telah mencanangkan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar semua lapisan masyarakat dapat melaksanakan kegiatan olahraga. Karena melalui olahraga akan dapat membentuk manusia seutuhnya. Jadi manusia seutuhnya dapat ditafsirkan sebagai insane yang berkembang jasmani, moral, intelektual dan estetikanya secara keseluruhan, sehingga akan menjadi suatu pribadi yang sehat jasmani dan rohani. Untuk meningkatkan prestasi yang tinggi diperlukan kesegaran jasmani dan rohani. Sehingga dengan prestasi prestasi yang tinggi kita dapat mengangkat martabat bangsa. Oleh karena itu, pendidikan olahraga merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan pendidikan. Konsep ini diberikan setiap jenjang pendidikan dimulai dari TK, SD, SMP dan SMA serta perguruan tinggi. Sebagai mata pelajaran yang menitik beratkan perhatian pada ranah jasmani dan psikomotor, tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif. Pelajaran pendidikan jasmani adalah mencakup kegiatan pokok terdiri atas : senam, atletik, permainan dan renang. Sedangkan kegiatan Pilihan adalah pencak silat, bulu tangkis, tenis meja, catur dan permainan tradisional, dan lain sebagainya. Atletik dalam sejarah dunia olahraga merupakan induk dari semua olahraga seperti misalnya : jalan, lari, lempar dan lompat. Karena itu atletik sering disebut sebagai “Ibu dari olahraga” karena didalam cabang-cabang olahraga lainnya terdapat unsur-unsur, seperti jalan, lari, lempar, lompat tersebut, sehingga para atlet dalam pelaksanaan kegiatan olahraga sebelum mulai kegiatan inti terlebih dahulu melakukan gerakan jalan, lari-lari kecil atau lompat. Pada cabang atletik pendidikan jasmani dapat : (1) Meningkatkan aktivitas tubuh, yakni peredaran darah, pencernaan dan pernapasan; (2) Meningkatkan pertumbuhan jasmani seperti bertamahnya tinggi badan dan berat badan; (3) Menanamkan nilai nilai disiplin, kerjasama, sportifitas, dan tenggang rasa; (4) Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam melakukan kegiatan olahraga serta memiliki sikap positif terhadap kegiatan jasmani (Depdikbud, 1997:vi). Pada zaman purba gerakan-gerakan atletik pada dasarnya difungsikan sebagai pertahanan dalam kelangsungan hidupnya pada zaman Yunani Kuno cabang olahraga atletik sudah mulai diperlombakan seperti : jalan, lari, lempar dan lompat pada olimpiade yang pertama yang dilakukan di Yunani. Sedangkan pada zaman modern secara perlahan-lahan sudah mulai mengalami perubahan- perubahan baik dalam sistemnya, tekniknya maupun bentuk latihan- latihannya. Sehingga secara perlahan-lahan mulailah bermunculan top-

Upload: putusrtj2133

Post on 31-Jul-2015

208 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI OLAHRAGA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan olahraga telah mengalami perkembangan di

masyarakat, karena pemerintah telah mencanangkan untuk

memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar

semua lapisan masyarakat dapat melaksanakan kegiatan olahraga.

Karena melalui olahraga akan dapat membentuk manusia seutuhnya.

Jadi manusia seutuhnya dapat ditafsirkan sebagai insane yang

berkembang jasmani, moral, intelektual dan estetikanya secara

keseluruhan, sehingga akan menjadi suatu pribadi yang sehat jasmani

dan rohani. Untuk meningkatkan prestasi yang tinggi diperlukan

kesegaran jasmani dan rohani. Sehingga dengan prestasi prestasi yang

tinggi kita dapat mengangkat martabat bangsa.

Oleh karena itu, pendidikan olahraga merupakan salah satu

mata pelajaran yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan

pendidikan. Konsep ini diberikan setiap jenjang pendidikan dimulai

dari TK, SD, SMP dan SMA serta perguruan tinggi. Sebagai mata

pelajaran yang menitik beratkan perhatian pada ranah jasmani dan

psikomotor, tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif.

Pelajaran pendidikan jasmani adalah mencakup kegiatan pokok terdiri

atas : senam, atletik, permainan dan renang. Sedangkan kegiatan

Pilihan adalah pencak silat, bulu tangkis, teni s meja, catur dan

permainan tradisional, dan lain sebagainya.

Atletik dalam sejarah dunia olahraga merupakan induk dari

semua olahraga seperti misalnya : jalan, lari, lempar dan lompat.

Karena itu atletik sering disebut sebagai “Ibu dari olahraga” karena

didalam cabang-cabang olahraga lainnya terdapat unsur-unsur, seperti

jalan, lari, lempar, lompat tersebut, sehingga para atlet dalam

pelaksanaan kegiatan olahraga sebelum mulai kegiatan inti terlebih

dahulu melakukan gerakan jalan, lari -lari kecil atau lompat.

Pada cabang atletik pendidikan jasmani dapat : (1)

Meningkatkan aktivitas tubuh, yakni peredaran darah, pencernaan dan

pernapasan; (2) Meningkatkan pertumbuhan jasmani seperti

bertamahnya tinggi badan dan berat badan; (3) Menanamkan nilai—

nilai disiplin, kerjasama, sportifitas, dan tenggang rasa; (4)

Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dalam melakukan

kegiatan olahraga serta memiliki sikap positif terhadap kegiatan

jasmani (Depdikbud, 1997:vi).

Pada zaman purba gerakan-gerakan atletik pada dasarnya

difungsikan sebagai pertahanan dalam kelangsungan hidupnya pada

zaman Yunani Kuno cabang olahraga atletik sudah mulai

diperlombakan seperti : jalan, lari, lempar dan lompat pada olimpiade

yang pertama yang dilakukan di Yunani. Sedangkan pada zaman

modern secara perlahan-lahan sudah mulai mengalami perubahan-

perubahan baik dalam sistemnya, tekniknya maupun bentuk latihan -

latihannya. Sehingga secara perlahan-lahan mulailah bermunculan top-

Page 2: SKRIPSI OLAHRAGA

2

top organisasi atletik atau induk organisasi yang bertarap Nasional dan

yang bertarap Internasional seperti PASI (Persatuan Aletik Seluruh

Indonesia) dan IAAF (International Amateur Atletik Federation)

sehingga sampai sekarang keberadaan induk-induk organisasi seperi

tadi, sangat berperan dalam pelestarian dan penyelenggaraan diset iap

perlombaan cabang atletik baik Nasional maupun Internasional seperti

PON, Sea Games, Asia Games dan Olympiade.

Dalam upaya untuk mencari dan meningkatkan atlet -atlet yang

berbakat dan berprestasi yang maksimal khususnya dicabang atletik

nomor tolak peluru diperlukan pelatihan and Penerapan metode

pengajaran serta pembelajaran siswa yang optimal demi peningkatkan

prestasi siswa secara maksimal. Sesuai yang dicanangkan oleh Ketua

Umum KONI pusat bahwa atletik sebagai cabang olahraga tertua harus

terus terbina, ditingkatkan prestasinya demi keharuman nama Nusa

dan Bangsa Indonesia. Terkait dengan hal itu dalam GBHN 1996

ditegaskan bahwa tujuan olahraga untuk membentuk warga Negara

Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, jujur, trampil, berdedikasi

tinggi, serta bertanggung jawab, cinta tanah air, memiliki tenggang

rasa disiplin serta beriman. Olahraga sangat diperlukan dan merupakan

suatu keharusan untuk menciptakan badan yang sehat, baik jasmani

dan rohaninya, tentu mereka akan berperan aktif di dalam set iap aspek

kehidupan baik dari segi politik, ekonomi, social, budaya, pertahanan

dan keamanan. Siswa sebagai bagian dari pada warga Negara

Indonesia yang menjadi objek dalam penelitian ini diupayakan dapat

meningkatkan prestasinya dalam salah satu cabang at letik.

Pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan

secara sistematis, terprogram dan terus menerus dengan pembebanan

yang meningkat secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan

yang mengarah pada perbaikan prestasi. Maka disini perlu partisi pasi

aktip dari atlet yang akan menerapkan program tersebut. Jad maju

mundurnya prestasi tergantung dengan kesadaran atlet itu sendiri dan

harus tertanam tekad yang kuat. Tanpa pelatihan berat tidak mungkin

akan tercapai prestasi puncak atau maksimal (Ngurah Nala : 1992).

Dalam teori pelatihan, setiap gerakan yang khusus tertuju pada

suatu prestasi cabang olahraga tertentu, berorientasi pada komponen

biomotorik kegugaran fisik. Demikian halnya, dalam gerakan

pelatihan tolak peluru mencangkup komponen biomotorik, seperti :

daya tahan, kecepatan, Ketepatan, kelincahan daya ledak, kekuatan,

keseimbangan, koordinasi, kecepatan Reaksi, dan kelentukan. Diantara

sepuluh komponen biomotorik yang paling berpengaruh dalam

pelatihan tolak perlu adalah daya ledak o tot lengan dan kelentukan.

Yang dimaksud dengan daya ledak adalah kemampuan otot untuk

mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat

(Harsono, 1996:200).

Hal tersebut ditegaskan pula bahwa daya ledak ini sangat

diperlukan pada cabang-cabang olahraga yang memerlukan tenaga

(power), seperti : tolak peluru. Gerakan ini dilakukan secara tiba -tiba

dengan kekuatan penuh dan cepat. Demikian pula, kelentukan

Page 3: SKRIPSI OLAHRAGA

3

merupakan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan gerak

yang luas dalam ruang sendi tanpa mengalami cedera pada persendian

dan alat-alat di sekitar persendiannya. Kelentukan penting sekali

dalam hampir setiap cabang olahraga, terutama olahraga yang selalu

menuntut gerakan sendi, seperti pada tolak peluru. (Karna, 1997:12).

Hal-hal yang menyebabkan kurangnya kemampuan daya ledak

otot lengan dimungkinkan karena tidak adanya kekuatan otot -otot

yang dimiliki oleh setiap atlet sehingga gerakan-gerakan tersebut yang

dilakukan kurang efektif, kurang efisien dan kurang akurat. Dengan

kenyataan ini maka kemampuan tolakan akan menjadi lebih baik dan

akurat Apabila adanya kekuatan-kekuatan dan daya ledak otot yang

baik. Untuk meningkatkan daya ledak otot lengan yang kuat, pelatihan

dengan beban yang cukup dapat meningkatkan tolakan secara akurat.

Mengembangkan kekuatan otot merupakan salah satu faktor untuk

meningkatkan prestasi, karena kekuatan otot adalah sumber dari

perubahan keadaan. Besarnya kekuatan penampang otot, maka makin

besar pula kekuatannya. Otot yang meningkat kekuatannya, maka

makin meningkat pula batas kemampuannya (Iman Hidayat, 1998:38).

Kekuatan otot untuk dapat dilatih dengan melakukan

pembebanan maksimal. Kemampuan otot ini umumnya adalah o tot

lengan, tangan, dada, pinggul, perut dan tungkai. Kekuatan otot

tungkai yang sangat berat tugasnya yaitu menyangga badan baik pada

waktu jalan, lari, melompat dan lain sebagainya. Kemudian otot

punggung berfungsi sebagai penahan agar tubuh tetap tegak,

sementara lengan dan tungkai berfungsi untuk memukul dan

menyepak. Untuk memenuhi hal-hal tersebut, maka perlu diadakan

pelatihan secara mengkhusus agar langsung mengarah pada prestasi

yang diinginkan. Pelatihan yang dapat diberikan sebagai salah satu

cara peningkatan daya ledak o tot adalah dengan pelatihan mendorong

beban keatas dengan posisi berdiri yang disesuaikan dengan

perkembangan jasmani siswa.

Berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan

menunjukkan bahwa siswa-siswa SMA Negeri 3 Amlapura belum

pernah meraih juara khususnya pada even tolak peluru, baik di

Kecamatan maupun di Kabupaten pada saat PORSENIJAR. Hal ini

disebabkan mungkin karena kurangnya pembebanan dalam pelatihan.

Oleh karena itu masalah pembebanan dalam pelatihan. Oleh karena itu

masalah pembebanan merupakan masalah yang sangat penting dan

harus ditangani oleh para guru, Pembina dan pelatih.

Bertitik tolak dari uraian diatas maka peneliti mengadakan

penelitian yang berjudul : Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas

Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3

set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X

SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat

Rumusan masalahnya sebagai berikut :

Page 4: SKRIPSI OLAHRAGA

4

Apakah ada pengaruh dan perbedaan pengaruh Pelatihan

Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5

repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran

2009/2010.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian akan berhasil Apabila mempunyai

tujuan yang jelas, Sehubungan dengan hal tersebut diatas

tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengetahuan.

Berdasarkan latar belakang dan Rumusan masalah

diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut : untuk mengetahui pengaruh dan

perbedaan pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas

Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10

repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru

siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran

2009/2010.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dan

ditujukan kepada guru olahraga dan Pembina atau pelatih, bila

penelitian ini mempunyai pengaruh maka penelitian ini

berguna sebagai berikut :

1.3.2.1 Kegunaan Teoritis

1.3.2.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan Sumbangan terhadap ilmu

pengetahuan dan pendidikan olahraga,

khususnya dalam tolak peluru.

1.3.2.1.2 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

informasi kepada pelatih, Pembina, guru

olahraga dan atlet untuk dapat digunakan

sebagai landasan dalam meningkatkan

prestasi.

1.3.2.1.3 Merangsang peneliti lain untuk meneliti lebih

mendalam terhadap hal-hal yang belum

tergambar dalam penelitian ini.

1.3.2.2 Kegunaan Praktis

1.3.2.2.1 Dengan hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini diharapkan dapat

dipergunakan sebagai dalam membina

atlet yang menekuni cabang olahraga yang

mempergunakan kekuatan untuk mencapai

prestasi yang optimal.

1.3.2.2.2 Untuk melengkapi kebutuhan perpustakan

di IKIP PGRI Bali yang nantinya dapat

Page 5: SKRIPSI OLAHRAGA

5

dipakai sebagai literature bagi mahasiswa

yang berkepentingan.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Mengingat demikian luasnya masalah tersebut diatas dan

karena terbatasnya fasilitas-fasilitas seperti biaya, tenaga, waktu dan

kemampuan penulis maka ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas

pada hal-hal sebagai berikut :

1.4.1 Objek penelitian

Objek penelitian adalah berkisar pada Pelatihan Mendorong

Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6

set dan 10 repetisi 3 set dan jauhnya tolakan pada tolak

peluru.

1.4.2 Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian yang digunakan sebagai populasi

dalam penelitian ini berkaitan erat dengan objek penelitian

adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun

pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 108 orang.

1.4.3 Data Penelitian

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil tes awal

dan tes akhir tolak peluru, yang diukur adalah jauhnya tolakan

dengan menggunakan meteran dengan satuan centimeter.

1.5 Hipotesis

Istilah hipotesis diartikan Dugaan sementara seorang peneliti

sebelum penelitian dilakukan dilapangan. Dugaan itu mungkin benar

atau mungkin juga salah. Hal ini akan ditolak jika salah atau palsu dan

akan diterima jika fakta-fakta membenarkan. Penolakan dan

penerimaan hipotesis sangat tergantung kepada hasil penelitian

terhadap fakta-fakta yang terkumpul (Sutrisno Hadi, 1990 : 63).

Jadi yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan

yang belum sepenuhnya diakui kebenarannya. Lebih lanjut dikatakan

bahwa hipotesis dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1.5.1 Hipotesis nol (Ho) : Adalah selalu menyatakan bahwa tidak

ada pengaruh atau dinyatakan dengan

kalimat negatif.

1.5.2 Hipotesis Alternatif (Ha) : Adalah selalu menyatakan ada

hubungan atau pertalian antara dua

variabel dan biasanya dinyatakan dalam

kalimat positif.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis

alternative yang bunyinya :bahwa ada pengaruh dan perbedaan

pengaruh Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas Dengan Posisi Berdiri

seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3

Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

Page 6: SKRIPSI OLAHRAGA

6

1.6 Pengertian Beberapa Istilah

Untuk menghindari adanya salah pada penafsiran pada istilah-

istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini. Maka, dalam

penjelasan istilah akan diuraikan istilah yang dipergunakan dalam

judul penelitian ini sehingga memperoleh pengertian yang jelas serta

tidak memunculkan salah tafsir tentang istilah-istilah yang digunakan.

Istilah-istilah tersebut akan diuraikan secara singkat satu-persatu yaitu

sebagai berikut :

1.6.1 Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses yang sistematik, dilakukan

secara berulang-ulang dengan beban semakin bertambah serta

membiasakan seorang atlet pada tingkat tertinggi

penampilanya (Kanca, 1992 : 4). Pelatihan adalah adanya

pengulangan gerakan yang dilakukan secara teratur dan

berencana dengan takaran tertentu sehingga menyebabkan

terjadinya suatu perubahan, baik itu perubahan fisik maupun

sikap (Sajoto, 1990:74).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapatlah

disimpulkan yang dimaksud dengan pelatihan adalah sejumlah

rangsangan yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang

dengan peningkatan serta penambahan beban pelatihan yang

bertujuan untuk meningkatkan prestasi pelatihan dalam

penelitian ini adalah Pelatihan Mendorong Beban Ke Atas

Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10

repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru

siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran

2009/2010.

1.6.2 Mendorong beban

Mendorong berarti (1) menolak dari bagian belakang

atau bagian depan; Menyorong; (2) Menganjur (ke depan)

bergerak kemuka kuat-kuat (3) mendesak atau memaksa

supaya berbuat sesuatu. (Poerwadarminta, 1990:242) jadi,

dapat dinyatakan bahwa Mendorong dalam hubungannya

dengan penelitian ini, adalah menyorong (menganjut) sesuatu

ke atas kuat-kuat atau menekan sesuatu ke atas dengan kuat.

Sedangkan beban adalah barang (yang berat) yang dibawa

(dipikul, dijunjung, diangkat, dan lain sebagainya); muatan

(yang ditaruhkan di punggung kuda) (Poerwadarminta,

1990:336).

Jadi pengertian “Mendorong beban” adalah

menyorong (menekan) kuat-kuat beban keatas. Dalam

penelitian ini beban yang didorong adalah beban berupa barbel

seberat 5 kg.

1.6.3 Tolak Peluru

Tolak peluru adalah suatu gerak melontarkan peluru

dengan kecepatan maksimal dengan hasil sejauh-jauhnya

(Nanang Sudrajat, 1996:96). Untuk mencapai tolakan yang

sejauh-jauhnya dalam tolakan yang benar, terlebih dahulu

Page 7: SKRIPSI OLAHRAGA

7

seorang penolak peluru harus memahami unsur-unsur pokok

(dasar) dalam tolak peluru. Unsur-unsur pokok tersebut

meliputi: sikap awal, awalan, tolakan dan lepasnya peluru,

keseimbangan tubuh. Ada 3 macam gaya tolak peluru, yaitu

gaya menyamping, gaya membelakangi, dan gaya berputar.

Dalam penelitian ini dipergunakan gaya menyamping

(samping).

1.6.4 Repetisi dan Set

Repetisi adalah ulangan dari pada pelatihan

(Soekarman, 1997:33) sedangkan set adalah satu rangkaian

dari repetisi (Nala, 1997:12).

Dalam penelitian ini repetisi dan set yang

dipergunakan untuk membentuk daya ledak otot lengan,

kekuatan, kelentukan, daya tahan, keseimbangan dan

koordinasi sehingga berpengaruh pada jauhnya tolakan pada

tolak peluru adalah sebanyak 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3

set.

Page 8: SKRIPSI OLAHRAGA

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umum

Setiap kali hasil pelatihan kalau tidak dipelihara akan

kembali pada keadaan semula. Oleh karena itu seseorang yang ingin

berprestasi harus berlatih secara terus menerus untuk memelihara

kondisinya. (Soekarman, 1997:60).

2.1.1 Pelatihan

Yang dimaksud pelatihan adalah pengulangan suatu

yang dilakukan secara teratur dan berencana, sehingga

menyebabkan terjadinya suatu perubahan fisik maupun

perubahan yang lain (Nala, 2002:26). Pelatihan adalah suatu

proses yang sistematis dari melatih yang dilakukan secara

berulang-ulang dengan peningkatan pembebanan secara

bertahap (Harsono, 1997:3). Pelatihan adalah adanya

pengulangan gerakan yang dilakukan secara teratur dan

berencana dengan takaran tertentu sehingga menyebabkan

terjadinya suatu perubahan, baik itu perubahan fisik maupun

sikap (Sajoto, 1990:74). Pelatihan adalah rangsangan yang

dilakukan dengan teratur untuk meningkatkan kemampuan

pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu

kecakapan, misalnya gerak badan (Poewadarminta,

1990:570). Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik atau

aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan

berulang-ulang dalam jangka waktu durasi lama, dengan

pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual

yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi

biologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga

dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2002:1).

Pelatihan adalah usaha untuk mencapai prestasi yang

setinggi-tingginya, syarat adalah dimana organ-organ tubuh

dikembangkan melalui pelatihan (Manuaba, 1997:2).

Pelatihan secara umum diarahkan kepada rangsangan gerak

untuk prestasi tertentu, sebab geraklah yang dari semua

rangsangan itu membentuk organ yang paling baik.

Seseorang yang kekuatan ototnya sudah meningkat dan

berkembang disebabkan karena adanya pelatihan-pelatihan

yang dilakukan secara kontinyu, berkelanjut dan terus

menerus. Dengan kata lain, pelatihan dapat didefinisikan

sebagai upaya sadar yang direncanakan secara teratur,

sistematis dan peningkatan yang berdasarkan kepada ilmu

pengetahuan dan teknologi, kecakapan dan kemampuan

biomotorik bawaan sehingga memiliki daya adaptasi yang

maksimal, baik fisik, psikologis, teknis dan praktis guna

melahirkan kinerja atau tampilan yang optimal dalam

menghadapi tantangan dan kompetisi dengan penuh

konsentrasi.

Page 9: SKRIPSI OLAHRAGA

9

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat

dinyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses kegiatan

yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus secara

bertahap menyebabkan terjadinya perubahan sesuai dengan

prosedur latihan, yaitu adanya pemanasan, gerakan inti, dan

termasuk peregangan.

Jadi Sehubungan dengan penelitian ini maka

pelatihan yang dimaksud adalah Pelatihan Mendorong Beban

Ke Atas Dengan Posisi Berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set

dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun

Pelajaran 2009/2010.

Setiap pelatihan diarahkan pada tujuan-tujuan

tertentu. Adapun tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan

kondisi fisik secara umum, penyempurnaan tehnik, disiplin,

dan koordinasi gerak. Disamping itu tujuan pelatihan

diarahkan untuk meningkatkan kepribadian seperti

kemampuan yang keras, kepercayaan diri, ketekunan

semangat, disiplin dan untuk mencegah cedera dan lain -lain

(Bompa, 1990:97). Tujuan utama pelatihan adalah untuk

mencapai penyesuaian biologis agar dalam tugas khusus

dapat terlaksana secara maksimal.

2.1.2 Komponen Pelatihan

Komponenph adalah penting dalam penyusunan

program atau takaran pelatihan. Komponen tersebut adalah

Frekuensi pelatihan intensitas pelatihan, lamanya pelatihan

9Nala, 1997:27).

Dalam usaha untuk meningkatkan gerakan otot -otot

tubuh sehingga mencapai kekuatan yang efektif harus

memperhatikan beberapa komponen pelatihan tersebut diatas.

Berikut ini akan diuraikan komponen-komponen pelatihan

sebagai berikut :

2.1.2.1 Frekuensi Latihan

Frekuensi atau kekerapan pelatihan per

minggu atau sering pula kekerapan melakukan

pelatihan adalah gerakan aktivitas yang disebut

dengan pengulangan (Repesisi) (Nala, 2002:7).

Frekuensi pelatihan adalah beberapa kali seorang

melakukan latihan dalam satu minggu (Sajoto,

1998:204). Dalam Frekuensi pelatihan diusahakan

agar tidak ada hari istirahat dua hari berturut -turut

(Umar, 2004:91). Adapun Frekuensi pelatihan dalam

penelitian ini adalah 4 kali dalam seminggu. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa para

pelatih pada umumnya setuju untuk menjalankan

Page 10: SKRIPSI OLAHRAGA

10

program pelatihan 4 kali setiap minggu agar tidak

terjadi kelelahan yang kronis. (Sadoso, 1996:42).

2.1.2.2 Intensitas Pelatihan

Intensitas adalah kesanggupan berat

ringannya suatu aktivitas dilakukan yang sering

dinyatakan dengan waktu, beban, pengulangan dan

denyut jantung (Nala, 2002:12) intensitas adalah

suatu dosis latihan yang harus dilakukan atlet

Menurut program yang ditentukan (Sajoto, 1994:204)

pelatihan olahraga fisik yang dilakukan hendaknya

intensitas pelatihan sebesar 65-90% dari denyut nadi

maksimal (Sadoso, 2004:64) Pembebanan kerja

dilakukan berulang-ulang dapat mempertinggi

kemampuan fungsi organ terutama tergantung pada

perbandingan antara volume dan intensitas kerja,

pelatihan kerja dan interval.

Untuk mengukur prestasi tolak peluru ini

siswa melakukan tes awal an tes akhir sebelum dan

sesudah di laksanakan pelatihan Mendorong beban

keatas dengan posisi berdiri seberat 5 Kg 5 repetisi 6

set dan 10 repetisi 3 set.

2.1.2.3 Lamanya Latihan (Durasi)

Durasi adalah waktu lamanya aktivitas itu

dilaksanakan dalam setiap pelatihan (Nala, 2002 :

42). Durasi adalah lamanya aktivitas pelatihan

(termasuk instirahat) yang harus dilaksanakan dalam

satu session, sekali pelatihan atau lamanya berada

dalam keadaan. (Nala, 2002:1). Banyak peneliti

menyatakan bahwa Frekuensi atau kekerapan

pelatihan itu penting, tetapi yang lebih penting

adalah intensitas dan lamanya pelatihan. Pelatihan

dilakukan selama 6 minggu dengan jadwal seminggu

4 kali yaitu Senin, Rabu, Jumat dan Minggu. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari adanya waktu

istirahat lebih dari 2 kali 24 jam (Soekarman,

1997:52).

2.1.3 Prinsip-prinsip Pelatihan

Berdasarkan teori yang ada dalam melakukan

pelatihan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu

adanya prinsip-prinsip pelatihan yang mestinya diketahui dan

dipegang oleh pelatih dalam melaksanakan pelatihan. Secara

umum prinsip-prinsip pelatihan tersebut dapat dikatagorikan

menjadi beberapa macam yaitu :

2.1.3.1 Prinsip Beban Berlebih (Over load)

Dalam pelatihan selalu meningkatkan suatu

efek pelatihan yang baik. Untuk mendapatkan efek

pelatihan yang baik, maka organ tubuh harus

Page 11: SKRIPSI OLAHRAGA

11

diberikan beban berlebih dari beban yang biasa

diterima dalam aktivitas sehari-hari.

2.1.3.2 Prinsip Beban Bertambah

Agar prinsip beban berlebih (over load)

memiliki efek, haruslah mengikuti prinsip beban

bertambah. Prinsip over load secara progresif berarti

beban dalam pelatihan mendekati maksimal dan

secara terus menerus meningkat, sebagai akibatnya

kapasitas seseorang semakin meningkat pula.

Peningkatan dapat dilakukan dengan cara :

meningkatkan beban, set, repetisi, frekuensi maupun

lamanya pelatihan. (Bomba, 1993 : 68).

2.1.3.3 Prinsip Interval

Dikatakan bahwa, interval adalah istirahat,

jeda, pause, waktu diantara babak satu dan dua, yang

lamanya tergantung pada peraturan permainan itu

sendiri. Dikatakan pula interval adalah jarak antara

dua nilai yang diketahui antara dua macam bentuk

pelatihan yang dilakukan (Poerwadarminta,

1990:812).

2.1.3.4 Prinsip Individu

Didalam melakukan pelatihan yang efektif

maka harus mengetahui tingkatan masing-masing

individu agar dapat dilatih secara sistematis dan

metodis untuk mencapai prestasi. Pelatihan adalah

masalah individual, faktor-faktor seperti umur,

pekerjaan, beban studi, keadaan tubuh, waktu yang

tersedia untuk tidur dan istirahat merupakan

pertimbangan dalam menyusun program pelatihan

untuk setiap orang (Abdullah, 1994:141).

2.1.3.5 Prinsip Kekhususan

Dalam beberapa hal, pelatihan berbeban

hendaknya bersifat khusus. Setiap cabang olahraga

atau bagian dari abang memerlukan Persiapan-

persiapan khusus dan khas dalam menyusun program

pelatihan.

Beban pelatihan harus mengikuti azas

frekuensi dan intensitas. Beban harus berat dan

frekuensi ditentukan sehingga tubuh dapat

menyesuaikan sampai batas maksimalnya dalam satu

aktivitas tertentu (Abdullah, 1994:143).

2.1.3.6 Prinsip Beban Sepanjang Tahun Tanpa Selingan

Mengingat penyesuaian kualitas gerak

terhadap beban itu bersifat lebih dan sementara.

Maka untuk mencapai prestasi maksimal merupakan

suatu keharusan bahwa beban pelatihan diberikan

sepanjang tahun secara teratur dan kontinyu. Atlet

Page 12: SKRIPSI OLAHRAGA

12

yang telah mempunyai prestasi tinggi hendaknya

menyesuaikan beban pelatihannya agar prestasinya

tidak menurun lagi, sehingga dapat mempertahankan

prestasi yang telah dicapai.

2.1.3.7 Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stres

Beban pelatihan harus dapat menimbulkan

kelelahan local maupun kelelahan total dari jasmani

seseorang. Kelelahan local itu disebabkan oleh beban

yang diberikan dengan waktu tetap dan intensitas

maksimal yang mengakibatkan kelelahan sistem

fungsi otot. Sedangkan kelelahan total disebabkan

oleh beban latihan yang diberikan dengan volume

yang besar dan intensitas yang tinggi. Beban gawat

diberikan untuk meningkatkan peredaran darah dan

pernapasan yang diperlukan organ-organ tubuh

seseorang dalam meningkatkan prestasi olahraga.

(Sadoso, 2001:47).

2.1.3.8 Prinsip Edukatif

Prinsip edukatif dalam pelatihan menyangkut

perubahan sikap yang ditimbulkan sebagai akibat

pelatihan. Perubahan sikap tercermin dalam

kemampuan diri meraih prestasi yang dicapai secara

optimal sehingga kemampuan itu memberikan

dampak yang positif terhadap diri atlet dan orang lain

untuk mentaati aturan-aturan yang berlaku.

2.1.3.9 Prinsip Nutrisi

Prinsip makanan sangat penting bagi tubuh

seseorang untuk meningkatkan prestasi serta kondisi

fisik agar tetap prima. Keseimbangan kebutuhan zat

makanan dengan pengeluaran tenaga, akan dapat

mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan dan

menurunnya kemampuan fisik dan psikis akibat

kelebihan pelatihan.

2.1.4 Komponen Biomotorik yang menunjang kebugaran Fisik

Pada umumnya kebugaran fisik itu selalu diidentikan

dengan daya tahan. Padahal kebugaran fisik itu memiliki

pengertian lebih luas dari itu. Kebugaran fisik menyangkut

banyak unsur. Unsur-unsur tersebut sering disebut dengan

komponen biomotorik kebugaran fisik. Ada sepuluh

komponen biomotorik yang menunjang kebugaran fisik, yaitu

:

2.1.4.1 Kekuatan (Strength)

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal

tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan

maksimal dalam menerima beban sewaktu melakukan

aktivitas (Nala, 2002:6). Kekuatan adalah komponen

yang sangat penting guan meningkatkan fisik

seseorang secara keseluruh (James tangkudung,

Page 13: SKRIPSI OLAHRAGA

13

2006:63). Kekuatan adalah komponen kondisi fisik

seseorang tentang kemampuan dalam

mempergunakan otot untuk menerima beban suatu

pekerjaan 9Sajoto, 1990:16).

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa

kekuatan adalah otot seseorang untuk membangkitkan

tegangan dalam menerima beban pada waktu bekerja.

Beban dapat berupa anggota tubuh kita sendiri

maupun dari luas.

2.1.4.2 Daya tahan (Endurance)

Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam

melakukan aktivitas dengan terus menerus yang

berlangsung cukup lama (Nala, 2002:7). Daya tahan

adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu

untuk bekerja dalam waktu yang lama tanpa

mengalami kelelahan yang berlebihan setelah

menyelesaikan pekerjaan (Kosasih, 1993:117).

Dari pendapat diatas dapat didefinisikan

bahwa daya tahan merupakan keadaan atau kondisi

tubuh untuk mampu bekerja dalam waktu yang lama,

tanpa kelelahan yang berlebihan setelah

menyelesaikan suatu kegiatan.

2.1.4.3 Kecepatan (Speed)

Kecepatan adalah kemampuan untuk

mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta

berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat -

singkatnya ((Nala, 2002::9). Kecepatan adalah

kemampuan untuk berjalan, berlari dan bergerak

dengan sangat cepat atau waktu yang sesingkat -

singkatnya (James tangkudung, 2006:67). Adalah

kemampuan seseorang untuk mengejar gerakan-

gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang

sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto,

1990:17).

Jadi dapat dinyatakan bahwa kecepatan

adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan

setiap gerakan dalam waktu yang sesingkat -

singkatnya.

2.1.4.4 Kelentukan (Flexibility)

Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau

gerak anggota tubuh untuk melaksanakan gerakan

pada sebuah atau beberapa sendi seluas-luasnya

(Nala, 2002:9). Kelentukan adalah kemampuan untuk

melakukan gerakan persendian melalui jangkauan

gerak yang luas (James Tangkudung, 2006:67).

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa

kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk

beraktivitas dengan gerakan yang luas dalam ruang

Page 14: SKRIPSI OLAHRAGA

14

gerak sendi tanpa mengalami cedera pada persendian

dan otot-otot disekitar persendian.

2.1.4.5 Ketepatan (Accuracy)

Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk

mengendalikan gerakan bebas menuju ke suatu

sasaran (Nala, 2002:10). Ketepatan adalah

kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-

gerak bebas terhadap suatu sasaran. (Sajoto,

1998:59). Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk

menempatkan meletakan suatu benda dengan efektif,

efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi

kesalahan sekecil mungkin (Syarifuddi, 2003:126).

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa

Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk

mengendalikan suatu gerakan bebas menuju ke suatu

sasaran. Sasaran yang di maksud baik yang berupa

jarak atau suatu objek langsung yang harus dikenal.

2.1.4.6 Reaksi (Reaction)

Reaksi adalah kemampuan tubuh atau anggota

tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada

rangsangan yang oleh reseptor somatic, kimostetik

atau vestibular (Nala, 2002:10). Kecepatan Reaksi

adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban

secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan

(Sumosarjono, 1999:155).

Jadi yang dimaksud Reaksi adalah

kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban

secepatnya secara kinetis terhadap suatu rangsangan

yang terjadi secara cepat..

2.1.4.7 Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh

untuk melakukan Reaksi atas setiap perubahan posisi

tubuh, sehingga tubuh tetap stabil terkendali. (Nala,

2002:11). Keseimbangan adalah wujud dari

kemampuan tubuh memelihara posisi diam atau

bergerak dengan maksud tertentu sambil melawan

tenaga gravitasi (Redhana, 2008:34) Keseimbangan

adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap dan

posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri atau pada

saat melakukan gerakan. (Adisaputra, 1999:5).

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa

keseimbangan adalah kemampuan untuk tetap

memelihara posisi tubuh secara tepat baik pada saat

bergerak maupun diam.

2.1.4.8 Daya Ledak (Power)

Page 15: SKRIPSI OLAHRAGA

15

Daya ledak adalah kemampuan untuk

melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan dengan

menggerakan seluruh kekuatan dalam waktu yang

singkat (Nala, 2002:9). Daya ledak adalah

kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kekuatan

maksimal dalam waktu yang singkat (Hasan Said,

1999:51). Daya ledak adalah kemampuan otot untuk

mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu

yang cepat (Harsono, 1998:20).

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa

daya ledak adalah kemampuan otot untuk

berkontraksi dengan kekuatan maksimal dalam waktu

yang singkat.

2.1.4.9 Kelincahan (Agility).

Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau

bagian tubuh untuk mengubah arah gerak secara

mendadak dalam kecepatan yang tinggi (Nala,

2002:10). Kelincahan merupakan kemampuan

seseorang mengubah posisi di area tertentu atau

seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang

berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi

yang baik (Nugroho, 2005:129). Kelincahan adalah

kemampuan tubuh mengubah arah gerakan ke segala

arah dengan mudah dan cepat (Engkos Kokasih,

1993:36).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang

untuk bergerak mengubah arah posisi tubuh dengan

mudah, cepat dan tepat tanpa kehilangan

keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.

2.1.4.10 Koordinasi

Koordinasi adalah k emampuan tubuh untuk

mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda

menjadi gerakan tunggal yang harmonis dan efektif.

(Nala, 2002:12). Koordinasi adalah kemampuan

untuk melakukan gerakan dengan berbagai tingkat

kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh

ketepatan. (James Tangkudung, 2006:68). Koordinasi

didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk

mengintegrasikan macam-macam gerakan dalam

pola-pola yang khusus. (Krempel dalam Kanca,

1990:10).

Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa

koordinasi adalah kemampuan biomotorik dalam

menyatukan berbagai gerak yang terpisah ke dalam

pola penampilan yang harmonis dan terpadu.

Page 16: SKRIPSI OLAHRAGA

16

2.2 Khusus

2.2.1 Pelatihan Mendorong Beban Keatas

Untuk memperoleh kemampuan fisik yang baik atau

yang tinggi maka perlu adanya pelatihan-pelatihan yaitu

jumlah semua rangsangan yang dilaksanakan pada ja rak-jarak

waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi

khusus yang erat hubungan dengan penggunaan lengan, dan

pelatihan-pelatihan itu yang dimaksud untuk mencapai

perubahan-perubahan penyesuaian fungsional, bentuk dan

kemampuan organ-organ tubuh dan salah satu peralatan yang

dapat meningkatkan kemampuan organ-organ tubuh

khususnya lengan adalah dengan pelatihan mendorong beban

ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan

10 repetisi 3 set.

Pengaruh yang ditimbulkan terhadap pelatihan ini

membesarkan penampang otot kerangka. Otot yang terlatih

pada umumnya akan menjadi lebih besar dan lebih kuat

daripada yang tidak terlatih. Ukuran penampang lintangannya

maupun volumenya menjadi lebih besar. Besarnya kekuatan

tergantung dari besarnya penampang otot. Mungkin besar

penampang otot makin besar pula batas kemampuan dalam

perbandingan yang kira-kira sama juga tenaga ototnya

meningkat. Pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set

merupakan salah satu pelatihan yang dapat meningkatkan dan

membesarkan kekuatan tulang dan kerangka yang akan

Berguna bagi kegiatan yang memerlukan kemampuan sistem

rangka. Disamping itu pembinaan prestasi lewat

pengembangan kemampuan otot dan analisis gerakan yang

dilakukan perlu diperhatikan masalah-masalah: kelelahan,

otot, pemanasan, kekuatan otot, dan reflek serta koordinasi

gerak (Karna, 1997:13).

Dalam kehidupan sehari-hari gerak tubuh diperlukan

untuk hal-hal yang berhubungan dengan penyesuaian

terhadap lingkungan perlindungan terhadap kondisi yang

berbeda dan untuk mempertahankan kehidupan selanjutnya.

Pada individu normal, gerak tubuh tidak hanya sekedar

untuk jalan, lari, berpakaian tetapi dapat juga ditingkatkan

menjadi suatu gerak yang lebih ekonomis dan terampil.

Demikian juga dalam bidang olahraga, suatu gerak tubuh

memiliki unsur kekuatan, kecepatan, dan daya tahan tertentu,

yang hampir sempurna bukan mustahil untuk dicapai.

Keberhasilan seseorang untuk melakukan cabang olahraga

ditentukan oleh banyak faktor, antara lain : faktor fisik, skill

dan lingkungan.

Dalam penelitian ini hanya dibahas upaya untuk

meningkatkan kekuatan otot lengan dengan pelatihan

Page 17: SKRIPSI OLAHRAGA

17

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan

pada tolak peluru

2.2.2 Tolak Peluru

Tolak peluru adalah suatu gerakan melontarkan

peluru dengan kecepatan maksimal dengan hasil sejauh-

jauhnya (Nanang Sudrajat 1996:96). Untuk mencapai tolakan

yang sejauh-jauhnya dalam tolakan yang benar, terlebih

dahulu seorang penolak peluru harus memahami unsur -unsur

pokok (dasar) dalam tolak peluru. Unsur -unsur pokok

tersebut meliputi : sikap awal, awalan, tolakan dan lepasnya

peluru, keseimbangan tubuh. Tujuan awalan atau ancang-

ancang dalam tolak peluru adalah untuk mencapai kecepatan

maksimal. Tujuan dari pada tolakan peluru adalah untuk

mengarahkan jatuhnya peluru yang didapat dengan

mengarahkan kecepatan dan kekuatan sebesar mungkin.

Dalam tolak peluru, untuk memperoleh kemampuan

fisik yang baik atau tinggi maka perlu adanya pelatihan -h

yaitu jumlah semua rangsangan yang dilaksanakan pada

jarak-jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan

prestasi khusus yang erat hubungannya dengan penggunaan

otot lengan. Salah satu pelatihan meningkatkan kemampuan

organ tubuh khususnya otot lengan adalah dengan melakukan

pelatihan mendorong beban keatas seberat 5kg.

Kelangsungan gerak pada tolak peluru dapat dirinci sebagai

berikut

2.2.2.1 Awalan

Awalan dilakukan dimana Penolakan berdiri

di dalam lingkaran muka batas belakang, badan

segaris dengan arah tolakan. Peluru diletakan pada

batas leher dengan pundak dibawah telinga, siku

diangkat setinggi bahu. Lengan kiri dimuka dada

sedikit ditekuk, setelah itu kaki kanan di tekuk

rendah. Berat badan seluruhnya diterima oleh kaki

kanan.

2.2.2.2 Tolakan dan Lepasnya Peluru

Kaki kanan menolak kuat dibantu dengan

kaki kiri mengangkat panggul kedepan atas disertai

dengan panggul dan badan diputar kekiri. Kepala

menghadap kearah lemparan agak menengadah,

pandangan agak ke atas. Dengan didahuli siku kanan,

peluru didorong atau ditolakkan sekuat-kuatnya

badan yang dicondongkan ke depan mengikuti

ayunan lengan menolak peluru.

2.2.2.3 Memelihara Keseimbangan

Lepasnya peluru diikuti dengan kaki kanan

melangkah kemuka. Bersamaan dengan mendaratnya

Page 18: SKRIPSI OLAHRAGA

18

kaki kanan, kaki kiri digerakkan kebelakang dan

tetap terangkat untuk memberikan keseimbangan

pada kaki kanan yang harus berjengket-jengket dalam

usahanya mengerem lajunya awalan. Lengan ikut

memelihara keseimbangan badan dengan cara yang

menjadi kebiasaan masing-masing.

2.2.3 Komponen Biomotorik yang menunjang dalam pelatihan

Sehubungan dengan pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10

repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru,

maka komponen biomotorik yang paling dominant digunakan

adalah :

2.2.3.1 Kekuatan

Kekuatan diperlukan untuk melatih kekuatan

otot lengan pada saat mendorong beban 5 kg ke atas

hingga lengan lurus keatas. Beban seberat 5 kg harus

digenggam sekuat-kuatnya agar mencapai tolakan

sejauh mungkin. Dalam melakukan gerakan

mendorong beban seberat 5 kg keatas, harus

dilakukan dengan kekuatan maksimal sehingga beban

dapat terdorong lurus keatas.

2.2.3.2 Kelentukan

Kelentukan dipentingkan ketika saat

mendorong beban dan kembali lagi keposisi semula

diperlukan otot-otot lengan dan tungkai yang lentuk,

sehingga gerakan demi gerakan dapat dilaksanakan

berdasarkan repetisi dan set yang ditentukan

kelentukan juga diperlukan ketika tangan mendorong

beban untuk memperoleh tolakan sejauhnya dan pada

saat kaki diayunkan sebelum tolakan terjadi.

2.2.3.3 Kecepatan

Kecepatan dipentingkan pada sat tangan

mendorong beban. Semakin cepat gerakan dorongan

beban dapat dilakukan oleh siswa, maka kekuatan

otot-otot lengan akan semakin baik.

2.2.3.4 Daya Tahan

Daya tahan diperlukan untuk menyelesaikan

gerakan dari satu set ke set lain. Daya tahan

menyangkut stamina yang dimiliki oleh sampel untuk

menyelesaikan rangkaian gerakan dalam pelatihan.

daya tahan merupakan tenaga yang masih tersimpan

untuk melakukan gerakan-gerakan berikutnya.

2.2.3.5 Keseimbangan

Keseimbangan diperlukan ketika mendorong

beban keatas dan kembali ditarik. Sikap tungkai yang

diubah-ubah memerlukan keseimbangan yang stabil.

Keseimbangan diperlukan untuk menjaga berat tubuh

Page 19: SKRIPSI OLAHRAGA

19

dan posisi tangan seimbang pada saat mendorong

beban dan untuk menghindari kemungkinan

terjadinya cedera dalam pelatihan.

2.2.3.6 Koordinasi

Koordinasi merupakan serangkaian gerak

yang menjadi satu kesatuan sehingga melahirkan

gerakan yang teratur, sistematis dan harmonis dalam

pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3

set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru.

Dalam hal ini proses mendorong beban dan kembali

menarik dengan membuka dan merapatkan lutut harus

terjadi dari koordinasi gerakan secara menyeluruh

sehingga terwujud suatu gerakan yang harmonis

dalam pelatihan.

2.2.3.7 Daya Ledak

Daya ledak ini dapat dilakukan pada saat

menggunakan kekuatan yang maksimal dalam waktu

yang sangat cepat, dalam hal ini yang dimaksud yaitu

otot lengan pada saat bergerak mendorong ke atas.

Page 20: SKRIPSI OLAHRAGA

20

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu metode studi memiliki

penyelidikan yang dilakukan secara hati -hati, sistematis, memperhatikan

berbagai kriteria untuk memperoleh pemecahan masalah yang tepat.

Dengan demikian penelitian merupakan upaya yang dilakukan secara

sadar untuk mengetahui, mempelajari, menjelaskan, suatu masalah yang

dihadapinya (Gorda, 1994:10).

3.1 Jenis Penelitian

Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah yang

harus dipecahkan, dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara

atau pendekatan dan strategi yang mudah dan efekt if. Dari rancangan

yang efektif akan menentukan rancangan penelitian yang paling

akhir, penggolongan penelitian dapat dilakukan berdasarkan sifat -

sifat masalah yang terjadi, maka penelit ian dapat didefinisikan.

Untuk menentukan jenis tersebut adalah sebagai berikut :

3.1.1 Penelitian Eksperimen

Penelitian eksperimen ini mencoba menjawab

bagaimana kedudukan atau hubungan klausal antara variabel-

variabel yang diteltii dengan mengadakan manipulasi

terhadap objek penelitian dan mengadakan kontrol, penelitian

eksperimen dapat mengubah teori-teori yang telah usang,

menguji hipotesis dan menemukan hubungan kausal yang

baru (Sautrisno Hadi, 1990:43).

Ciri-ciri penelitian ini adalah :

3.1.1.1 Menurut pengaturan variabel-variabel dan kondisi-

kondisi eksperimental secara tertib, ketat baik

dengan control maupun manipulasi langsung atau

randomisasi.

3.1.1.2 Menggunakan kelompok control sebagai garis

dasar.

3.1.1.3 Adanya control variasi

3.1.1.4 Interval validitas merupakan tujuan utama dan

pertimbangan mengenai ekternal validitas

(ISPI,1991: 47-48).

3.1.2 Penelitian Deskriptif

Fokus penelitian deskriptif adalah pemecahan yang ada

pada masa kini yang dapat menyangkut status suatu objek,

kelompok manusia, suatu sistem pemikiran dan suatu

peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

secara sistematis, factual, akurat dan fakta -fakta, sifat-

sifat serta hubungannya antara gejala yang diselidiki

(Sutrisno Hadi, 1990:40).

Ciri-ciri penelitian ini adalah :

Page 21: SKRIPSI OLAHRAGA

21

3.1.2.1 Sifatnya membuat deskripsi umum dalam arti

merupakan akumulasi data dasar dengan cara

deskriptif semata.

3.1.2.2 Ruang lingkupnya adalah mencari informasi,

mengindetifikasi, mendapatkan justifikasi

(kebenaran), membuat komparasi (perbandingan)

dan evaluasi (ISPI, 1991:41).

3.1.3 Penelitian Historis

Penelitian ini bertujuan untuk merekontruksi masa

lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara

mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta

menyintesiskan bukit-bukti untuk menegakkan fakta guna

memperoleh kesimpulan yang kuat.

Ciri-ciri penelitian ini adalah :

3.1.3.1 Lebih tergantung pada data yang observasi oleh

orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti

3.1.3.2 Pelaksanaannya harus tertib, ketat, sistematis, dan

tuntas untuk menghindari informasi yang tidak layak,

tidak reliable, dan berat sebelah.

3.1.3.3 Berdasarkan informasi yang luas tidak terbatas pada

dokumen yang diterbitkan (ISPI, 1991:48).

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka

jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian

eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki

kemungkinan saling berhubungan sebab akibat dengan cara

mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen

dengan satu atau lebih kondisi perlakuan. Penelitian ini

menggunakan kelompok eksperimen dengan dua perlakuan,

dan membandingkan hasilnya dengan kelompok eksperimen

pertama dan kelompok eksperimen kedua.

Dalam hal ini perlakuan terhadap kelompok

eksperimen pertama berupa pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan

kelompok eksperimen kedua berupa pelatihan mendorong

beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3

set. Kedua kelompok eksperimen ini saling mengontrol satu

sama lain.

3.2 Variabel dan Data Penelitian

3.2.1 Variabel Penelitian

Yang dimaksud dengan variabel adalah, gejala yang

menjadi fokus peneliti untuk diamati, variabel itu sebagai

akibat dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai

variasi (dalam hal ini repetisi dan set) dengan yang lainnya

dalam kelompok tersebut (Husin Umar, 2005:25).

3.2.1.1 Variabel Bebas

Yang dimaksud dengan variabel bebas

adalah, suatu faktor atau unsur yang dianggap dapat

Page 22: SKRIPSI OLAHRAGA

22

menentukan variabel yang lainnya

(Poerwardarminta, 1990:1001) yang dimaksud

dengan variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3

set.

3.2.1.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah gejala yang muncul

atau berubah dalam pola yang teratur dan bisa

diamati atau berubahnya variabel lain

(Poerwardarminta, 1990:1001) dalam hal ini yang

dimaksud dengan variabel terikat adalah jauhnya

tolakan pada tolak peluru.

3.2.2 Data Penelitian

Yang dimaksud dengan data adalah keterangan yang

benar dan nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan bahan

kajian (analisis) keterampilan. Selanjutnya data diperlukan

untuk menjawab masalah-masalah penelitian untuk dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

3.2.2.1 Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diperoleh

langsung dari subjek yang bersangkutan atau orang

yang diteltii atau sumber pertama. Data ini

merupakan data kongkrit yang dihasilkan oleh sampel

penelitian (Chaval, 2004:123). Ata kualitatif

merupakan atau yang tidak berbentuk angka yang

diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara atau

bahan tertulis.

3.2.2.2 Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk

angka yang diperoleh dari penjumlahan atau

pengukuran (Poerwadarminta, 1990:187) Data

kuantitatif adalah data yang telah dicatat atau

diinventarisasi oleh seorang dan data ini merupakan

data hasil dari sampel penelitian (Husin Umar, 2005 :

83).

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan maka

data yang dimaksud adalah hasil tes (awal dan akhir) prestasi

tolak peluru, yang diukur adalah jauhnya tolakan dengan alat

ukur (meteran) dalam satuan centimeter. Jadi data hasil

penelitian ini digolongkan dalam data kuantitatif.

3.3 Lama, Waktu dan Tempat Penelitian

3.3.1 Lama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, karena

kemajuan yang telah dicapai akan tampak hasilnya (efek

pelatihan) setelah waktu itu, hal ini diperkuat dengan

Page 23: SKRIPSI OLAHRAGA

23

pendapat yang menyatakan bahwa pelatihan yang telah

dijalankan dengan tekun akan tampak hasilnya setelah 6-8

minggu pelatihan (Nala, 1992:89) sedangkan tes awal dan tes

akhir tidak dimasukkan dalam lamanya penelitian.

3.3.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan pelatihan mengangkat beban ke atas

dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10

repetisi 3 set dilakukan pada waktu sore hari pada pukul

15.00 Wita sampai selesai, karena siswa masuk pagi sehingga

tidak mengganggu proses belajar mengajar para siswa.

Pelatihan diambil setiap hari Senin, Rabu Jumat, dan Minggu

hal ini mengacu pada teori bahwa lama pelatihan akan

mendapat efek yang permanent bila dilakukan selama 6-8

minggu (Nala, 1992 : 89). Hal ini juga untuk menghindari

terjadinya waktu senggang lebih dari 2 hari (2x 24 jam)

karena jika berturut-turut terdapat istirahat selama lebih dari

dua hari dikawatirkan kondisi fisik subjek akan kembali

dalam kondisi semula seperti sebelum melakukan pelatihan

(Nala, 1994 : 9).

3.3.3 Tempat Penelitian

Pelaksanaan pelatihan mengangkat beban ke atas

dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10

repetisi 3 set akan dilaksanakan di Lapangan Ki Kopang

Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, Kabupaten

Karangasem demikian pula tes awal dan tes akhir dilakukan

di tempat yang sama.

3.4 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Dalam menentukan subjek penelitian di bahas mengenai populasi dan

sampel.

3.4.1 Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai-nilai yang

mungkin hasil penelitian menghitung ataupun pengukuran

kuantatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas ( Sujana,

1995:5). Populasi adalah sekelompok individu yang memiliki

satu atau lebih karakteristik umumnya yang menjadi pusat

perhatian penelitian (Warsito, 1992 : 324) Ada juga yang

mengatakan populasi sebagai seluruh individu yang menjadi

subjek penelitian (Sutrisno Hadi, 1990:19)

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif

maupun kualitatif mengenai karakteristik dari sekelompok

individu yang diteliti.

Page 24: SKRIPSI OLAHRAGA

24

Dalam penelitian ini yang termasuk populasi adalah

seluruh siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura tahun

pelajaran 2009/2010. berikut ini data jumlah populasi yang

digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 : Populasi siswa putra kelas X SMA Negeri 3

Amlapura tahun pelajaran 2009/2010

No Kelas Jumlah

1 X A 22 orang

2 X B 30 orang

3 X C 26 orang

4 X D 30 orang

Jumlah 108 orang

Sumber : SMA Negeri 3 Amlapura tahun pelajaran

2009/2010

3.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan

diteltii dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan

(Sutrisno Hadi, 1990:70). Sampel diperoleh dengan cara acak

(random) tanpa memandang siapa-siapa yang akan dipilih

atau yang dipergunakan sebagai sampel penelitian. Dengan

demikian yang dimaksud dengan sampel adalah sejumlah

individu yang lebih kecil yang dapat mewakili populasi yang

akan diteltii atau diselidiki. Pengambilan sampel sebagai

wakil populasi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

seperti keterbatasan dalam bidang biaya, waktu dan tenaga.

Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi

subyek penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian

yaitu mengadakan penelitian pada sebagian dari populasi.

Metode sampling adalah suatu cara pengambilan

subjek penelitian, dimana subjek yang akan diteliti itu terdiri

dari jumlah individu yang mewakili jumlah yang besar.

Penelitian terhadap sampel bertujuan untuk mereduksi subjek

penelitian dan mengadakan generalisasi penelitian, yaitu

mengadakan penelitian pada bagian saja dari populasi.

Sedangkan generalisasi hasil penelitian, maksudnya

mengikuti sertakan populasi penelitian pada kesimpulan yang

dicapai dalam penelitian terhadap sampel.

Adapun tehnik yang digunakan untuk mengambil

sampel dalampn ini dipergunakan tehnik quota sampling,

proporsional sampling dan random sampling. Yang dimaksud quota sampling adalah pengambilan sampel

dilakukan dengan menetapkan jumlah sampel telah dahulu.

Sedangkan proporsional sampling adalah pemasukan unsur

atau kategori-kategori Menurut pertimbangan sample

(Sutrisno Hadi, 1990 : 228).

Page 25: SKRIPSI OLAHRAGA

25

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang ditetapkan

dengan tehnik quota sampling sebanyak 68 orang. untuk

mendapat perhitungan di masing-masing sub populasi sebagai

sampel dipergunakan tehnik proporsional sampling.

Proporsional sampling adalah tehnik pengambilan sampel

dengan memporsikan populasi pada masing-masing sub

populasi, Apabila pada sub populasi jumlah populasinya

banyak maka harus diwakili oleh jumlah sampel yang

banyak. Begitu juga sebaliknya jika pada sub populasi jumlah

populasinya sedikit maka harus diwakili oleh jumlah sample

yang sedikit. Adapun tehnik pemporsian tersebut

menggunakan formulasi rumus sebagai berikut :

n

Spl = –––––––– x Js

N

Keterangan :

Spl = Jumlah sampel pada tiap-tiap sub populasi

n = Jumlah responden dalam sub populasi

N = Jumlah responden dalam populasi

Js = Jumlah sample yang ditetapkan.

(Bambang Soepeno, 1997:90).

Berdasarkan rumus tersebut diatas dapat dihitung

jumlah sampel pada masing-masing sampel di tiap kelas

sebagai berikut :

22

Kelas A = ––––– x 68 = 13,85 (dibulatkan 14 orang)

108

30

Kelas B = ––––– x 68 = 18,88 (dibulatkan 19 orang)

108

26

Kelas C = ––––– x 68 = 16,37 (dibulatkan 16 orang)

108

30

Kelas D = ––––– x 68 = 18,88 (dibulatkan 19 orang)

108

Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 68 orang

Karena hasil yang diharapkan harus bulat, maka hasil

perhitungan diatas dibulatkan. berdasarkan hasil perhitungan

dengan rumus proporsional sampling, didapat jumlah sampel

68 orang. hal ini disebabkan karena pembulatan yang penulis

lakukan dengan ketentuan : 0,5 keatas dibulatkan menjadi

satu dan yang dibawah dari 0,5 dibulatkan kebawah atau

Page 26: SKRIPSI OLAHRAGA

26

dihapus. Dan agar semua populasi mendapat kesempatan

yang sama menjadi sampel maka dilaksanakan pengundian di

masing-masing sub populasi dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

3.4.2.1 Pada kelas A cara pengundiannya yaitu dengan

membuatkan gulungan kertas sebanyak 22 gulungan,

14 gulungan berisi kode nomor urut, sedangkan 8

gulungan kosong. Seluruh gulungan diletakkan dalam

kardus kemudian setiap siswa putra pada kelas itu

diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan kertas.

Siswa yang mendapatkan gulungan kertas yang

bernomor berhak menjadi sample yaitu sebanyak 14

orang.

3.4.2.2 Pada kelas B dibulatkan 30 gulungan kertas dengan

19 gulungan berkode nomor urut dan 11 gulungan

kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan

dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas

itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan

kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas

bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 19

orang.

3.4.2.3 Pada kelas C dibulatkan 26 gulungan kertas dengan

16 gulungan berkode nomor urut dan 10 gulungan

kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan

dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas

itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan

kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas

bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 16

orang.

3.4.2.4 Pada kelas d dibulatkan 30 gulungan keras dengan 19

gulungan berkode nomor urut dan 11 gulungan

kosong. Selanjutnya seluruh gulungan ditempatkan

dalam kardus kemudian seluruh siswa putra di kelas

itu diberikan kesempatan mengambil 1 gulungan

kertas. Siswa yang mendapatkan gulungan kertas

bernomor berhak menjadi sampel yaitu sebanyak 19

orang.

Setelah didapat jumlah sampel 68 orang sesuai

dengan kuantum maka langkah selanjutnya dilakukan undian

lagi untuk membagi sampel menjadi 2 kelompok yaitu

kelompok I sebanyak 34 orang yang diberikan pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

repetisi 6 set. Dan kelompok II sebanyak 34 orang yang

diberikan pelatihan mendorong beban keatas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set. Adapun cara

pengundiannya adalah sebagai berikut :

Dibulatkan gulungan kertas sebanyak 68 gulungan,

dimana 34 gulungan berisi kode E.I dan 34 lagi berisi kode

Page 27: SKRIPSI OLAHRAGA

27

E.II Gulungan kertas tersebut diletakkan dalam kardus

kemudian dikocok dan seluruh sampel diberi kesempatan

masing-masing untuk mengambil 1 gulungan kertas. Sampel

yang mengambil gulungan kertas berkode E.I menjadi

kelompok I sedangkan sampel yang mengambil gulungan

kertas berkode E.II menjadi kelompok II.

3.5 Metode Pelatihan

Dalam penelitian ini pelatihan diberikan kepada dua

kelompok pelatihan berupa perbuatan mendorong beban ke atas

dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3

set. Sebelum pelatihan dimulai, terlebih dahulu disiapkan

media/tempat pelatihan yaitu menyediakan barbell seberat 5 kg.

setelah itu akan dimulai pelatihan dengan langkah sebagai berikut :

3.5.1 Kelompok Eksperimen Pertama

Sebelum pelatihan mendorong beban dimulai, siswa

diberikan pemanasan terlebih dahulu selama ± 15 menit

untuk menghindari terjadinya cedera otot atau sendi saat

pelatihan dilaksanakan. Setelah pemanasan lalu gerakan

dimulai dengan mengambil sikap permulaan, berdiri tegak,

kedua tangan memegang barbell seberat 5 Kg sudah siap

dalam posisi mendorong ke atas, setelah aba-aba “ya” atau

bunyi tiupan pluit siswa melakukan gerakan mendorong

beban ke atas seberat 5 kg. Gerakan ini dilakukan dengan

seluruh kekuatan maksimal secara berulang-ulang dalam 5

repetisi 6 set. Setiap set diberikan waktu istirahat 1 menit

dan dilanjutkan dengan set berikutnya.

3.5.2 Kelompok Eksperimen Kedua Sebelum pelatihan mendorong beban dimulai, siswa

diberikan pemanasan terlebih dahulu selama ± 15 menit

untuk menghindari terjadinya cedera otot atau sendi saat

pelatihan dilaksanakan. Setelah pemanasan lalu gerakan

dimulai dengan mengambil sikap permulaan, berdiri tegak,

kedua tangan memegang barbel seberat 5 kg suah siap dalam

posisi mendorong ke atas, setelah aba-aba “ya” atau bunyi

tiupan pluit siswa melakukan gerakan mendorong beban ke

atas seberat 5 kg. Gerakan ini dilakukan dengan seluruh

kekuatan maksimal secara berulang-ulang dalam 10 repetisi 3

set. Setiap set diberikan waktu isti rahat 1 menit dan

dilanjutkan dengan set berikutnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah kegiatan yang sangat

penting dalam penelitian. Sebab data tersebut akan diolah pada

langkah selanjutnya sesuai dengan tujuan penelitian yang diinginkan.

Jadi dalam pengumpulan data ini, kegiatan yang dilakukan adalah

Page 28: SKRIPSI OLAHRAGA

28

mengumpulkan bahan-bahan yang tepat untuk disajikan dalam

pengumpulan data. Metode pengumpulan data sebenarnya ada

macam-macam seperti kusioner, tes, wawancara, pengukuran, dan

observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut

3.6.1 Metode Tes

Yang dimaksud dengan metode tes adalah sesuatu

cara untuk memperoleh suatu data yang berbentuk suatu

tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh seseorang

atau sekelompok orang yang dapat menghasilkan nilai dan

nilai-nilai tersebut dapat dibandingkan dengan suatu standar.

Tes sering kali diadakan sebagai alat untuk mengumpulkan

keterangan. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan

(Suharmini, 1995:51).

Berdasarkan atas pendapat diatas maka dapatlah

dikatakan metode tes adalah suatu cara untuk mencari data

dengan memberikan tugas pada seluruh sampel yang nantinya

akan menghasilkan suatu nilai dan nilai tersebut dapat di

bandingkan dengan nilai yang lain maupun suatu standar. Tes

yang diberikan dalam penelitian ini adalah tes jauhnya

tolakan pada tolak peluru sebagai tes awal dan tes akhir.

Berat peluru yang digunakan adalah 5 kg. Siswa melakukan

tolakan sebanyak 3 kali kesempatan dan data yang diambil

adalah tolakan yang terjatuh. Tes awal dilakukan sehari

sebelum pelatihan, sedangkan tes akhir diberikan sehari

setelah pelatihan selama 6 minggu selesai dilaksanakan. Tes

awal dan tes akhir diberikan kepada kedua kelompok

pelatihan eksperimen I dan II.

3.6.2 Metode Pengukuran

Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan

data atau rata-rata dengan jalan menentukan jumlah dari pada

sesuatu. Alt ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah

mempergunakan meteran dengan satuan meter (M) ataupun

centimeter (CM) sebagai alat ukurnya (Soekatamsi

1994:127). Pengukuran adalah suatu cara untuk mendapatkan

data dengan jalan menentukan jumlah dari pada sesuatu

capaian tujuan (Harahap, 1992:120). Dalam penelitian ini

yang diukur adalah jauhnya hasil tolakan peluru sebanyak 3

kali, dan yang diambil adalah tolakan yang terjatuh, dengan

menggunakan meteran dalam satuan ukur centimeter baik

dalam tes awal maupun dalam tes akhir pada kedua kelompok

perlakuan.

3.7 Metode Analisis Data

Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, maka langkah

selanjutnya dalam suatu penelitian adalah menganalisa data yang

telah terkumpul. Untuk pengolahan data tersebut maka digunakan

Page 29: SKRIPSI OLAHRAGA

29

suatu metode yang disebut metode pengolahan data. Dalam

metodologi penelitian dibedakan menjadi 3 macam metode

pengolahan data yaitu metode deskripsi, metode komperatif, dan

metode analisis (Sutrisno Hadi, 1990:81).

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik.

Metode analisis statistik adalah suatu analisis yang menggunakan

rumus-rumus matematika (Sutrisno Hadi, 1990:82). Sebab

dipergunakannya analisis statistik karena datanya bersifat kuantitatif

atau angka, maka dipergunakan dalam pengolahan datanya adalah

metode analisis t-tes yang formulasi rumusnya sebagai berikut :

t =

)1(

2

21

NN

SD

XX

Keterangan :

1X = Rata-rata hasil tes akhir

2X = Rata-rata hasil tes awal

∑ = Sigma atau jumlah

SD = Simpangan baku (standar deviasi) D-MD

N = Jumlah sampel

1 = Bilangan konstan (Sutrisno, 1983:278).

Taraf signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis di

atas dengan taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (N-1).

Apabila ternyata nilai t-test yang didapat dalam penelitian ini

adalah lebih besar atau sama dengan nilai t -test pada tabel, maka

hipotesis nol yang diajukan ditolak. Demikian sebaliknya,

Apabila ternyata nilai t-test yang didapat dalam penelitian ini

adalah lebih kecil dengan nilai t-test pada tabel, maka hipotesis

nol yang diajukan diterima.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisis

data-data tersebut adalah sebagai berikut

3.7.1 Merumuskan hipotesis nol;

3.7.2 Menyusun tabel kerja;

3.7.3 Memasukkan data ke dalam rumus;

3.7.4 Menentukan taraf signifikansi.

3.7.5 Menguji nilai t

3.7.6 Menarik kesimpulan.

Page 30: SKRIPSI OLAHRAGA

30

BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

4.1 Penyusunan Data

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, sehingga

memudahkan perhitungan dan analisis data, maka data tentang

pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi

3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X

SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka

dilakukan tes awal dan tes akhir tolak peluru yang hasilnya disusun

dalam bentuk tabel, seperti dalam tabel berikut ini.

Page 31: SKRIPSI OLAHRAGA

31

Tabel 01. Data tentang Hasil tes awal dan tes akhir, kelompok

pelatihan pertama yang mendapat pelatihan mendorong

beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA

Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010

No Nama Siswa Tes Akhir

(cm)

Tes Awal

(cm)

Beda

(cm)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Ade Suryantara I Putu 580 531 49

2 Aditya Agung P. I Nyoman 580 535 45

3 Agus Suparwata I Kadek 620 580 40

4 Ari Kama Jaya I Made 722 680 42

5 Aripta Sujana I Gede 701 681 20

6 Arinata I Made 634 619 15

7 Ariawan I Kadek 703 681 11

8 Bayu Arya Werdi S. I Putu 597 550 47

9 Budi Antara I Nyoman 619 594 25

10 Budi Astawa I Made 676 644 32

11 Dedi Agus Suarsana I Gede 728 708 20

12 Edi Diana I Komang 782 770 12

13 Eka Juliantara I Komang 612 589 23

14 Ganda Subrata I Wayan 804 770 34

15 Joni Asta Giri I Komang 734 684 50

16 Kariasa I Kadek 781 762 19

17 Kusuma I Gede 603 583 20

18 Lianto I Made 666 638 28

19 Marianto I Made 661 615 46

20 Muliada I Wayan 631 593 38

21 Muliasa Arsana I Gede 757 712 45

22 Nastra I Putu 626 582 42

23 Pancayasa I Komang 657 639 18

24 Pika Astsawa I Kadek 672 624 48

25 Rinchi Sambora I Wayan 625 591 34

26 Roy Birawa I Kadek 571 529 42

27 Suadra I Ketut 655 634 21

28 Suartana I Wayan Putu 755 726 29

29 Suarjaya I Ketut 623 588 35

30 Sulestra Adi S. I Made 718 700 18

31 Surata I Nengah 638 611 27

32 Suryanata I Gede 677 661 16

33 Widiasa I Ketut 796 774 22

34 Widiana I Made 558 522 36

Jumlah 22762 21711 1049

Rata-rata 669,471 638,559 30,853

Tabel 02. Data tentang Hasil tes awal dan tes akhir, kelompok

pelatihan kedua yang mendapat pelatihan mendorong

beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

Page 32: SKRIPSI OLAHRAGA

32

repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA

Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010

No Nama Siswa Tes Akhir

(cm)

Tes Awal

(cm)

Beda

(cm)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Adi I Nyoman 569 529 40

2 Agus Subawa I Wayan 577 535 42

3 Agus Tedi Aryawan I Wayan 720 685 35

4 Agus Widi Indranata I Kadek 718 684 26

5 Aristana I Wayan 791 776 15

6 Astawa I Wayan 641 619 22

7 Budi Astawa I Ketut 704 692 12

8 Eka Adnyaan I Wayan 695 650 45

9 Eka Mahastika I Putu 723 694 29

10 Juliastra Jaya I Wayan 775 744 31

11 Juniarsa I Ketut 726 706 20

12 Kantor I Wayan 786 772 14

13 Karang I Gede 611 589 22

14 Lantur I Wayan 781 761 20

15 Maha Cipta Atmaja I Gede 646 603 43

16 Lantur I Wayan 596 547 49

17 Mawa Astawa I Wayan 736 715 21

18 Marta Widana I Gede 731 712 19

19 Ngurah Senjata I Made 615 583 32

20 Noviana I Kadek 624 582 42

21 Ogi Adnya I Gede 774 754 20

22 Putusa I Wayan 631 586 45

23 Retika I Made 717 702 15

24 Rena I Nyoman 669 644 25

25 Rijana I Gede 699 670 29

26 Rio Susata I Gede 659 628 31

27 Suardika Kusuma I Wayan 605 570 35

28 Suarsana I Nyoman 771 750 21

29 Suastika I Made 670 634 36

30 Sugiana I Wayan 639 597 42

31 Sugita I Made 768 750 18

32 Toniarta M I Nyoman 640 615 25

33 Wira A tmaja I Komang 641 600 41

34 Yogi I Made 743 721 22

Jumlah 23391 22399 984

Rata-rata 687,971 658,794 28,941

4.2 Persiapan Perhitungan

Dalam persiapan perhitungan ini akan dibahas petunjuk

statistik yang digunakan dalam analisis data. Persoalan pokok

pembicaran dalam penelitian ini adalah menguji hipotesis yang

menyatakan bahwa “ada pengaruh dan perbedaan pengaruh pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg 5 repetisi

Page 33: SKRIPSI OLAHRAGA

33

6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran

2009/2010”.

Untuk menguji hipotesis di atas digunakan t -tes yang

formulasinya adalah sebagai berikut :

t =

)1(

2

21

NN

SD

XX

Keterangan :

1X = Rata-rata hasil tes akhir

2X = Rata-rata hasil tes awal

SD = Simpangan baku (standar deviasi)

N = Jumlah sampel (Sutrisno, 1983:278).

Taraf signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis

adalah taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan (N-1). Jika t-

test > nilai t-tabel, maka hipotesis nol yang diajukan ditolak.

Demikian sebaliknya, jika nilai t -test < nilai t-tabel, maka hipotesis

nol yang diajukan diterima.

4.3 Perhitungan Statistik/Perhitungan Data

4.3.1 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes awal dan

tes akhir tolak peluru bagi siswa yang mendapat pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru

siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun

Pelajaran 2009/2010.

4.3.1.1 Merumuskan Hipotesis nol

Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi

tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set

terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa

putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun

Pelajaran 2009/2010.

4.3.1.2 Menyusun Tabel Kerja

Untuk mencari nilai t-tes pengaruh pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri

seberat 5 kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan

pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3

Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka

disusunlah tabel kerja seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 03 : Tabel kerja untuk mencari nilai t, sebelum dan

sesudah pelatihan kelompok/eksperimen pertama

yang mendapat pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi

Page 34: SKRIPSI OLAHRAGA

34

6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru

siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura

Tahun Pelajaran 2009/2010 No X1 X2 D SD

SD

2

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 580 531 49 18,147 329,313609

2 580 535 45 14,147 200,137609

3 620 580 40 9,147 83,667609

4 722 680 42 11,147 124,255609

5 701 681 20 -10,853 117,787609

6 634 619 15 -15,853 251,317609

7 703 681 11 -19,853 394,141609

8 597 550 47 16,147 260,725609

9 619 594 25 -5,853 34,257609

10 676 644 32 1,147 1,315609

11 728 708 20 -10,853 117,787609

12 782 770 12 -18,853 355,435609

13 612 589 23 -7,853 61,669609

14 804 770 34 3,147 9,903609

15 734 684 50 19,147 366,607609

16 781 762 19 -11,853 140,493609

17 603 583 20 -10,853 177,787609

18 666 638 28 -2,853 8,139609

19 661 615 46 15,147 229,431609

20 631 593 38 7,147 51,079609

21 757 712 45 14,147 200,137609

22 626 582 42 11,147 124,255609

23 657 639 18 -12,853 165,199609

24 672 624 48 17,147 294,019609

25 625 591 34 3,147 9,903609

26 571 529 42 11,147 200,137609

27 655 634 21 -9,853 97,081609

28 755 726 29 -1,853 3,433609

29 623 588 35 4,147 17,197609

30 718 700 18 -12,853 165,199609

31 638 611 27 -3,853 14,845609

32 677 661 16 -14,853 220,611609

33 796 774 22 -8,853 78,375609

34 558 522 36 5,147 26,491609

Σ 22762 21711 1049 4932,146706

X 669,471 638,559 30,853

X1 = Hasil tes akhir

X2 = Hasil tes awal

D = Defferences (perbedaan)

SD = Simpangan baku (standar deviasi) d = D –

MD

∑ = Jumlah

X = Rerata

4.3.1.3 Memasukkan data ke dalam Rumus

Page 35: SKRIPSI OLAHRAGA

35

Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung

komponen-komponen sebagai berikut :

∑D

MD = ––––––

∑N

1049

= –––––––

34

= 30,853

∑SD2 = 4932,146706

Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut

di atas maka dapatlah dicari “t” nya :

t =

)1(

2

21

NN

SD

XX

=

)134(34

146706,4932

559,638471,669

=

1122

146709,4932

912,30

= 395852679,4

912,30

= 096628884,2

912,30

= 14,74366791

= 14,744

4.3.1.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat Kebebasan

Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban

[db] dapat dihitung dengan rumus :

db = [N - 1]

= 34 - 1

= 33

Keterangan

Db = Derajat kebebasan

N = Jumlah Sampel

1 = Bilangan konstan

4.3.1.5 Menguji nilai t

Page 36: SKRIPSI OLAHRAGA

36

Berdasarkan taraf signifikansi 5 dan db = 33, di

dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel

nilai-nilai t sebesar = 2,042. Sedangkan nilai t yang

diperoleh dalam penelitian 14,744. Hal ini berarti bahwa

nilai t yang didapat melampaui batas angka Penolakan

hipotesis nol.

4.3.1.6 Menarik Kesimpulan

Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol

yang diuji berbunyi :tidak ada pengaruh pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5

kg 5 repetisi 6 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura

Tahun Pelajaran 2009/2010, ditolak.

4.3.2 Perhitungan statistik/Analisis data tentang nilai tes awal dan

tes akhir tolak peluru bagi siswa yang mendapat pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri sebe rat 5 kg

10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru

siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun

Pelajaran 2009/2010.

4.3.2.1 Merumuskan Hipotesis nol

Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi

tidak ada pengaruh pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3

set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa

putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun

Pelajaran 2009/2010.

4.3.2.2 Menyusun Tabel Kerja

Untuk mencari nilai t-tes pengaruh pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri

seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA

Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010, maka

disusunlah tabel kerja seperti pada tabel berikut ini :

Page 37: SKRIPSI OLAHRAGA

37

Tabel 04: Tabel kerja Hasil tes awal dan tes akhir

kelompok/ eksperimen kedua yang mendapat

pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap

jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra

kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran

2009/2010 No X1 X2 D SD

SD

2

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 569 529 40 11,059 122,301481

2 577 535 42 13,059 170,537481

3 720 685 35 6,059 36,711481

4 718 684 26 -2,941 8,649481

5 791 776 15 -13,941 194,351481

6 641 619 22 -6,941 48,177481

7 704 692 12 -16,941 286,997481

8 695 650 45 16,059 257,891481

9 723 694 29 0,059 0,003481

10 775 744 31 2,059 4,239481

11 726 706 20 -8,941 79,941481

12 786 772 14 -14,941 223,233481

13 611 589 22 -6,941 48,177481

14 781 761 20 -8,941 79,941481

15 646 603 43 14,059 197,655481

16 596 547 49 20,059 402,263481

17 736 715 21 -7,941 63,059481

18 731 712 19 -9,941 98,823481

19 615 583 32 3,059 9,357481

20 624 582 42 13,059 170,537481

21 774 754 20 -8,941 79,941481

Page 38: SKRIPSI OLAHRAGA

38

22 631 586 45 16,059 257,891481

23 717 702 15 -13,941 48,177481

24 669 644 25 -3,941 15,531481

25 699 670 29 0,059 0,003481

26 659 628 31 2,059 4,239481

27 605 570 35 6,059 36,711481

28 771 750 21 -7,941 63,059481

29 670 634 36 7,059 49,829481

30 639 597 42 13,059 170,537481

31 768 750 18 -10,941 119,705481

32 640 615 25 -3,941 15,531481

33 641 600 41 12,059 145,419481

34 743 721 22 -6,941 48,177481

Σ 23391 22399 984 3557,608354

X 687,971 658,794

X1 = Hasil tes akhir

X2 = Hasil tes awal

D = Defferences (perbedaan)

SD = Simpangan baku (standar deviasi) d = D –

MD

∑ = Jumlah

X = Rerata

4.3.2.3 Memasukkan data ke dalam Rumus

Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung

komponen-komponen sebagai berikut :

∑D

MD = ––––––

∑N

984

= –––––––

34

= 28,941

∑SD2 = 3557,608354

Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut

di atas maka dapatlah dicari “t” nya :

t =

)1(

2

21

NN

SD

XX

=

)134(34

608354,3557

794,658971,687

Page 39: SKRIPSI OLAHRAGA

39

=

1122

608354,3557

177,29

= 1707773934,3

177,29

= 78066671,1

177,29

= 16,3854377

= 16,385

4.3.2.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat

Kebebasan

Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban

[db] dapat dihitung dengan rumus :

db = [N - 1]

= 34 - 1

= 33

Keterangan

Db = Derajat kebebasan

N = Jumlah Sampel

1 = Bilangan konstan

4.3.1.5 Menguji nilai t

Berdasarkan taraf signifikansi 5 dan db = 33, di

dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel

nilai-nilai t sebesar = 2,042. Sedangkan nilai t yang

diperoleh dalam penelitian 16,385. Hal ini berarti bahwa

nilai t yang didapat melampaui batas angka penolakan

hipotesis nol.

4.3.2.6 Menarik Kesimpulan

Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol

yang diuji berbunyi :tidak ada pengaruh pelatihan

mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5

kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura

Tahun Pelajaran 2009/2010, ditolak.

4.3.3 Perhitungan statistik/Analisis data tentang perbedaan

pengaruh pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set

terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas

X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

4.3.3.1 Merumuskan Hipotesis nol

Adapun hipotesis nol yang diuji berbunyi

tidak ada perbedaan pengaruh pelatihan mendorong

beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5

repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

Page 40: SKRIPSI OLAHRAGA

40

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA

Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

4.3.3.2 Menyusun Tabel Kerja

Untuk mencari nilai t-tes perbedaan pengaruh

pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3

set terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa

putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun

Pelajaran 2009/2010, maka disusunlah tabel kerja

seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 05: Tabel pengujian hipotesis perbedaan pengaruh

pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

Page 41: SKRIPSI OLAHRAGA

41

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10

repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3

Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010 No X1 X2 D SD

SD

2

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 49 40 9 0,088 0,007744

2 45 42 3 -5,912 34,951744

3 40 35 5 -3,912 15,303744

4 42 26 16 7,088 50,239744

5 20 15 5 -3,912 15,303744

6 15 22 7 -1,912 3,655744

7 11 12 1 -7,912 62,599744

8 47 45 2 -6,912 47,775774

9 25 29 4 -4,912 24,127744

10 32 31 1 -7,912 62,599744

11 20 20 0 -8,912 79,423744

12 12 14 2 -6,912 47,775774

13 23 22 1 -7,912 62,599744

14 34 20 14 5,088 25,887744

15 50 43 7 -1,912 3,655744

16 19 49 30 21,088 444,703744

17 20 21 1 -7,912 62,599744

18 28 19 9 0,088 0,007744

19 46 32 14 5,088 25,887744

20 38 42 4 -4,912 24,127744

21 45 20 25 16,0888 258,823744

22 42 45 3 -5,912 34,951744

23 18 15 3 -5,912 34,951744

24 48 25 23 14,088 198,471744

25 34 29 5 -3,912 15,303744

26 42 31 11 2,088 4,359744

27 21 35 14 5,088 25,887744

28 29 21 8 -0,912 0,831744

29 35 36 1 -7,912 62,599744

30 18 42 24 15,088 227,647744

31 27 18 9 0,088 0,007744

32 16 25 9 0,088 0,007744

33 22 41 19 8,912 79,423744

34 36 22 14 5,088 25,887744

Σ 1049 984 303 2062,391296

X 30,853 28,941 8.912

X1 = Perbedaan hasil tes awal dan tes akhir

eksperimen I

X2 = Perbedaan hasil tes awal dan tes akhir

eksperimen II D = Defferences (perbedaan)

SD = Simpangan baku (standar deviasi) d = D –

MD

∑ = Jumlah

Page 42: SKRIPSI OLAHRAGA

42

X = Rerata

4.3.3.3 Memasukkan data ke dalam Rumus

Sebelum menghitung nilai t, maka perlu dihitung

komponen-komponen sebagai berikut :

∑D

MD = ––––––

∑N

303

= –––––––

34

= 8,912

∑SD2 = 2062,391296

Setelah mendapatkan komponen-komponen tersebut

di atas maka dapatlah dicari “t” nya :

t =

)1(

2

21

NN

SD

XX

=

)134(34

391296,2062

941,28853,30

=

1122

391296,2062

912,1

= 83813841,1

912,1

= 355779632,1

912,1

= 1,410258684

= 1,410

4.3.3.4 Menentukan Taraf signifikansi, dan Derajat

Kebebasan

Taraf signifikansi yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah taraf signifikansi 5% Derajat beban

[db] dapat dihitung dengan rumus :

db = [N - 1] + (N – 1)

= (34 - 1) + (34-1)

= 66

Keterangan

Db = Derajat kebebasan

Page 43: SKRIPSI OLAHRAGA

43

N = Jumlah Sampel

1 = Bilangan konstan

4.3.3.5 Menguji nilai t

Berdasarkan taraf signifikansi 5% dan db = 66, di

dapat batas angka penolakan hipotesis nol dalam tabel

nilai-nilai t sebesar = 2,000. Sedangkan nilai t yang

diperoleh dalam penelitian 1,410. Hal ini berarti bahwa

nilai t yang didapat lebih kecil dari pada angka penolakan

hipotesis nol.

4.3.3.6 Menarik Kesimpulan

Berdasarkan analisis diatas, maka hipotesis nol

yang diuji berbunyi :tidak ada perbedaan pengaruh antara

pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi berdiri

seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set

terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra

kelas X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran

2009/2010, diterima.

4.4 Pengkajian atau Interpretasi Data

Setelah dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan taraf

signifikansi 5% maka hasilnya dapat diinterpretasikan sebagai tabel

dibawah ini :

Tabel 06 : Rekapitulasi hasil analisis pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set

dan 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3 Amlapura

Tahun Pelajaran 2009/2010.

Kelompok Db

Nilai t-tabel

signifikan

5% (0,05)

Nilai

t-test

Keterangan

Ho Ha

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Eks. I 33 2,042 14,744 Ditolak Diterima

Eks. II 33 2,042 16,385 Ditolak Diterima

Beda I & II 66 2,000 1,410 Diterima Ditolak

Page 44: SKRIPSI OLAHRAGA

44

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan analisis data, maka pada bab ini dibuat

kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Ada pengaruh yang signifikan pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set

terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas

X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

terbukti hasil t-hitung menunjukkan 14,744 angka ini lebih

besar dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel

nilai t sebesar 2,042, dengan taraf signifikansi 5%, Db = 33.

5.1.2 Ada pengaruh yang signifikan pelatihan mendorong beban ke

atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set

terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas

X SMA Negeri 3 Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010.

terbukti hasil t-hitung menunjukkan 16,385 angka ini lebih

besar dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel

nilai t sebesar 2,042, dengan taraf signifikansi 5% db = 33.

5.1.3 Tidak ada perbedaan yang signifikan pelatihan mendorong

beban ke atas dengan posisi berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6

set dibandingkan pelatihan mendorong beban ke atas dengan

posisi berdiri seberat 5 kg 10 repetisi 3 set terhadap jauhnya

tolakan pada tolak peluru siswa putra kelas X SMA Negeri 3

Amlapura Tahun Pelajaran 2009/2010. terbukti hasil t -hitung

menunjukkan 1,410 angka ini lebih kecil dari angka batas.

Penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai t sebesar 2,000

dengan taraf signifikansi 5% db = 66.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, dapat disimpulkan

saran-saran sebagai berikut :

5.2.1 Dianjurkan kepada guru, Pembina, dan pelatih olahraga

dalam upaya untuk meningkatkan jauhnya tolakan pada tolak

peluru siswa putra sekolah menengah agar menggunakan

bentuk pelatihan mendorong beban ke atas dengan posisi

berdiri seberat 5 kg 5 repetisi 6 set dan 10 repetisi 3 set.

Karena kedua pelatihan ini sama-sama memberikan

peningkatan terhadap jauhnya tolakan pada tolak peluru.

5.2.2 Disarankan Kepada Guru, Pembina, dan pelatih olahraga agar

dalam memberikan pelatihan selalu berpedoman pada

komponen-komponen dan prinsip-prinsip pelatihan agar tidak

terjadi kelelahan berlebih dalam pelatihan.

5.2.3 Disarankan bagi peneliti lain agar mengadakan penelitian

yang lebih mendalam dengan mencoba, mengatur,

memainkan variabel, repetisi dan set yang berbeda dari

penelitian ini.

Page 45: SKRIPSI OLAHRAGA

45

DAFTAR PUSTAKA

Aif, Syarifudin, 2003. Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta: CV Baru.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bambang. Soepeno. 1997. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu

dan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Anggota IKAPI.

Bompa. 1990. Theory And Methadologi of Training The Key To Atletik

Training. Dubuque. I A WC Brown.

Bompa. 1993. Bimbingan Bermain Bulu Tangkis . Jakarta: Akademi

Pressido,

Depdikbud. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Senam. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Engkos, Kokasih. 1993. Olahraga Tehnik dan Program Pelatihan.

Jakarta: Akademika Pressindo.

Gorda. 1994. Metode Penelitian Ekonomi. Denpasar: Widya Kriya

Gatama.

Harsono. 1991. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching.

Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Harsono. 1998. Biomekanika. Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan

IKIP Bandung.

ISPI. 1991. Scoring Tables of Men’s Track and Field Events. Balai

Pustaka.

ISPI. 1994. Buku Penelitian Bagi Pengembangan Propesi. Singaraja:

STKIP.

James Tangkudung. 2006. Kepelatihan Olahraga. Cerdas Cermat.

Jonath, U. 1998. Atletik. Jakarta: PT. Rosda Jaya Putra.

Kappi. 1993. Metode Penelitian. Institut IKIP Yogyakarta.

Karna, Ketut. 1997. Otot dan Gerakan dalam Olahraga. Denpasar:

Yayasan Ilmu Faal Widya Laksana,

Krempel dalam Kanca. 1990. Atletik I. Jakarta: PT. Rasida.

Nala, Ngurah. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Koni

Provinsi Bali.

Nala, Ngurah. 1994. Komponen Kondisi Fisik. Bali Post. Sabtu 1994.

Nala, Ngurah. 1998. Komponen Kondisi fisik. Bali Post Sabtu 1994.

Nala, Ngurah. 1998. Kesegaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal

Widya Laksana.

Nala, Nagurah. 2002.Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Koni Daerah

Bali.

Nanang, Sudrajat. 1996. 1996. Tes dan Pengukuran. Bandung: Tarsito.

Manuaba. 1997. Pendekatan Ilmiah dalam Olahraga. UNUD Denpasar:

Yayasan Ilmu Faal Widhaya Laksana.

Sajoto. 1990. Peningkatan dan Pembina Kekuatan Kondisi Fisik dalam

Olahraga. Semarang: Dahara Prise.

Sajoto. 1996. Pembina Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta.

Soekarman R. 1997. Dasar Olahraga Untuk Pembina, Pelatihan dan

Atlet. Inti Idayu Press.

Page 46: SKRIPSI OLAHRAGA

46

Soekatamsi. 1994. Permainan Boal Besar Sepak Bola. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sujana. 1992. Periode Penelitian. IKIP Yogyakarta: Institut Press.

Sujana. 1995. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Instittut Press.

Sumosardjono, Sadoso. 1996. PengetahuanPraktis dalam Olahraga.

Jakarta: PT. Gramedia.

Sutrisno, Hadi. 1990. Metodelogi Risearch. Jogyakarta: Andi Offse.

Sutrisno, Hadi 1993, Statistik Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit

Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Warsito, Guntur Mulyadi. 1992. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito

WJS, Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

PN Balai Pustaka.

Wiratha, Redhana. 2008. Rahasia Berprestasi Dalam Olahraga.

Denpasar: KONI Provinsi Bali.