skripsi hubungan upaya pencegahan terhadap ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfskripsi...

140
SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMAHARJO KABUPATEN PACITAN Oleh : FITRI NUHA ROMANDANI NIM : 201503019 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019

Upload: others

Post on 18-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

SKRIPSI

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP

KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA

GEMAHARJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GEMAHARJO KABUPATEN PACITAN

Oleh :

FITRI NUHA ROMANDANI

NIM : 201503019

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP

KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA

GEMAHARJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GEMAHARJO KABUPATEN PACITAN

Diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :

FITRI NUHA ROMANDANI

NIM : 201503019

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

iii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

iv

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT

yang Maha Agung, karena atas Rahmat dan RIDho-Nya yang begitu besar penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancer. Tanpa suatu perjuangan

dan Ridho Allah SWT mungkin skripsi ini tidak dapat dapat terselesaikan dengan

tepat waktu. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah mendukung dan memberikan mitivasi dalam penulisan skripsi ini,

adapun pihak-pihak yang telah mendukung adalah:

1. Kedua orang tua, bapak dan ibu yang senantiasa memberikan semangat

dan doa-doanya yang tak pernah putus supaya cita-cita saya terkabul dan

menjadi orang sukses berhasil serta selalu mendidik saya untuk selalu

berdoa, berusaha, bersabar dan tawaduk dalam segala hal yang baik.

2. Kedua kakak kandung, kak Rahmat dan kak Hadi yang selalu

menyemangati dan mendoakan agar saya cepat menyelesaikan skripsi dan

lulus.

3. Ibu Avicena Sakufa S.KM.,M.Kes selaku Ketua Prodi dan pembimbing

satu skripsi yang selalu memberikan support serta bimbingan yang

maksimal dalam penulisan dan penyelesaian skripsi.

4. Ibu Riska Ratnawati S.KM.,M.Kes selaku pembimbing dua skripsi yang

selalu memberikan support serta bimbingan yang maksimal dalam

penulisan dan penyelesaian skripsi.

5. Ibu Hanifah Ardiani S.KM.,M.KM selaku penguji, saya mengucapkan

terimakasih banyak bu sudah menjadi penguji dan terima kasih atas semua

ilmunya.

6. Semua Dosen Kesmas yang sudah memberikan saya ilmu-ilmu yang

bermanfaat sehingga membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada semua teman-teman dan sahabat yang tercinta yang tidak bisa

disebutkan satu persatu terima kasih kalian sudah selalu memberikan saya

semangat, motivasi agar segera menyelesaikan skripsi.

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

vi

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Fitri Nuha Romandani

Jenis Kelamin :Perempuan

Tempat Tanggal Lahir :Pacitan, 13 Januari 1997

Agama : Islam

Alamat :Desa Gemaharjo RT 04/RW 07

Kec.Tegalombo Kab.Pacitan

Email :[email protected]

Riwayat Pendidikan 1. TK Beringin Putra Gemaharjo

Tahun 2003

2. SDN Gemaharjo III Tahun 2009

3. SMP Negeri 2 Tegalombo Tahun

2012

4. SMAN Tegalombo Tahun 2015

5. Stikes Bhakti Husada Mulia

Madiun Tahun 2015-Sekarang

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

viii

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

ix

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRAK

Fitri Nuha Romandani

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN

PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMAHARJO

117 halaman + 17 tabel + 10 gambar + 10 lampiran

Latar belakang: Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang utama di Indonesia. Angka Kejadian DBD Provinsi Jawa Timur

pada tahun 2017-2018 dengan jumlah kasus kesakitan sebanyak 16.941. Angka

kesakitan di Kabupaten Pacitan tahun 2017 yaitu 399 kasus, dan pada tahun 2018

276 kasus.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan upaya

pencegahan terhadap kejadian penyakit DBD.

Metode: Jenis penelitian ini menggunakan desain case control study. Populasi

studi adalah seluruh penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo.

Jumlah sampel adalah 64 responden dengan 32 kasus dan 32 kontrol. Teknik

analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (p=0,05) dan

untuk mengetahui besarhya resiko menggunakan odd ratio.

Hasil: Variabel yang terbukti berhubungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja

Puskesmas Gemaharjo adalah penerapan 4M Plus p=0,001 (OR=6,600;

95%CI=2,208-19,728), pengelolaan sampah p=0,034 (OR=5,063; 95%CI=1,255-

20,424), peran kader kesehatan P=0,000 (OR=21,211; 95%CI=2,565-175,404).

Simpulan: Penerapan 4M Plus, pengelolaan sampah, dan peran kader kesehatan

merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD. Peran serta

masyarakat diharapkan dengan peduli lingkungan dan perilaku untuk

meminimalisir kejadian DBD.

Kata Kunci : Lingkungan, Perilaku, Demam Berdarah Dengue

Kepustakaan : 51 (2008-2018)

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

x

Study Program Public health

Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2018

ABSTRACT

Fitri Nuha Romandani

RELATIONSHIP OF PREVENTION EFFORTS ON THE EVENT OF DHF

IN THE GEMAHARJO VILLAGE COMMUNITY IN THE WORKING AREA

OF GEMAHARJO HEALTH CENTER

117 pages + 17 tables + 10 pictures + 10 appendixs

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the main public health

problems in Indonesia. The incidence of DHF East Java province in 2017-2018

with the number of cases of pain as much as 16,941. The morbidity rate in

Pacitan Regency in 2017 was 399 cases, and in 2018 was 276 cases.

Purpose: the purpose of this research was to analyze the relationship of

prevention efforts against the disease occurrence DHF.

Method: The kind of this research was epidemiology used of case-control study.

The population of all patients with DHF in Primary Health centers of Gemaharjo

area. The numbers of samples were 64 patients with 32 cases and 32 controls.

Data analysis technique used chi-square test with significancel (p = 0.05) and to

know the risk of using odd ratio.

Results: Variable are were the existence of DHF in Primary Health centers

Gemaharjo area were the application of 4M Plus p = 0.001 (OR = 6,600; 95% CI

= 2,208-19,728), waste management p = 0,034 (OR = 5,063; 95% CI = 1,255-

20,424), the role of the health cadres P = 0.000 (OR = 21,211; 95% CI = 2,565-

175,404).

Summary: The application of 4M Plus, waste management, and the role of the

health cadres is a factor related to the incidence of DHF. The role of the

community as well as expected with care for the environment and behaviour to

minimize the incidence of DHF.

Keywords: Environment, Behavior, Dengue Dengue Fever

Bibliography: 51 (2008-2018)

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

SAMPUL DALAM .......................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

ABSTRACT ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................. 7

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 10

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Demam Berdarah Dengue ..................................................................... 12

2.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue ............................................. 12

2.1.2 Etiologi DBD .............................................................................. 13

2.1.3 PemberantasanVektor DBD ........................................................ 19

2.1.4 Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue .............. 21

2.1.5 Penularan Penyakit DBD ............................................................ 22

2.1.6 Bionomik Vektor DBD ............................................................... 25

2.1.7 Epidemiologi DBD ..................................................................... 26

2.2 Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue .................................. 29

2.2.1 Penerapan 4M Plus ..................................................................... 29

2.2.2 Pengelolaan Sampah ................................................................... 31

2.2.3 Peran Kader Kesehatan ............................................................... 33

2.3 Masyarakat ............................................................................................ 35

2.3.1 Definisi Masyarakat .................................................................... 35

2.3.2 Ciri-ciri Masyarakat .................................................................... 35

2.4 Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ........... 36

2.4.1 Agent ......................................................................................... 36

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xii

2.4.2 Host ............................................................................................. 36

2.4.3 Environment .............................................................................. 50

2.5 KerangkaTeori ....................................................................................... 53

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 54

3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 55

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 56

4.2 Populasi dan Sampel ............................................................................. 57

4.2.1 Populasi ...................................................................................... 57

4.2.2 Sampel ........................................................................................ 57

4.3 Teknik Sampling ................................................................................... 59

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ..................................................................... 59

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ........................ 61

4.5.1 Variabel Penelitian ..................................................................... 61

4.5.2 Definisi Operasional ................................................................... 62

4.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. 65

4.6.1 Uji Validitas ................................................................................ 65

4.6.2 Uji Reliabilitas ............................................................................ 66

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 66

4.7.1 Lokasi Penelitian ........................................................................ 66

4.7.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 67

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 67

4.8.1 Data Primer ................................................................................. 67

4.8.2 Data Sekunder ............................................................................. 67

4.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data .......................................... 68

4.9.1 Pengolahan Data ......................................................................... 68

4.9.2 Analisis Data ............................................................................... 69

4.10 Etika Penelitian .................................................................................... 72

4.10.1 Informed Consent (Informasi untuk responden) ......................... 72

4.10.2 Anonymity (Tanpa Nama) ........................................................... 73

4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan) ...................................................... 73

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Uum Lokasi Penelitian ....................................................... 75

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Gemaharjo .................................. 76

5.2 Analisis Univariat................................................................................. 76

5.3 Hasil Penelitian .................................................................................... 80

5.3.1 Analisis Bivariat ......................................................................... 80

5.4 Pembahasan ......................................................................................... 82

5.4.1 Penerapan 4M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo ... 82

5.4.2 Pengelolaan sampah di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo .. 84

5.4.3 Peran kader kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gemaharjo ................................................................................... 85

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xiii

5.4.4 Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo ........... 85

5.4.5 Hubungan Penerapan 4M Plus dengan Kejadian DBD .............. 86

5.4.6 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian DBD ............ 89

5.4.7 Hubungan Peran Kader Kesehatan dengan Kejadian DBD ........ 91

5.5 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 95

BAB 6 94KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 98

6.2 Saran ................................................................................................. 99

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100

LAMPIRAN .................................................................................................... 104

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........................................................................... 10

Table 4.1 Definisi Operasional ......................................................................... 63

Table 4.2 Ganchart Rencana Kegiatan ............................................................ 67

Table 4.3 Coding data Variabel ........................................................................ 68

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 77

Table 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Usia ...................... 78

Table 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan

Tingkat Pendidikan .......................................................................... 78

Table 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan .............. 79

Table 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Kejadian DBD...... 79

Table 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan

Penerapan 4M Plus .......................................................................... 80

Table 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan

Pengelolaan Sampah ........................................................................ 80

Table 5.8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Peran

Kader Kesehatan .............................................................................. 80

Table 5.9 Hubungan Penerapan 4M Plus Dengan Kejadian DBD ................... 81

Table 5.10 Hubungan Pengelolaan Sampah Dengan Kejadian DBD .............. 81

Table 5.11 Hubungan Peran Kader Kesehatan Dengan Kejadian DBD .......... 83

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Telur Nyamuk Aedes Aegypti ...................................................... 15

Gambar 2.3 Jentik Nyamuk Aedes Aegypti ..................................................... 17

Gambar 2.4 Kepompong Nyamuk Aedes Aegypti ........................................... 18

Gambar 2.5 Nyamuk Aedes Aegypti ............................................................... 19

Gambar 2.6 Pemilahan Sampah Sesuai Jenisnya ............................................. 48

Gambar 2.7 Kerangka Teori ............................................................................. 53

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 54

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Case Control ................................. 57

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 60

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo ................................. 75

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Untuk Menjadi Responden .............................. 100

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 101

Lampiran 3 Lembar Observasi ......................................................................... 103

Lampiran 4 Hasil Output Validitas dan Reliabilitas ........................................ 104

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 114

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian ke Kesbangpol ............................................. 115

Lampiran 7 Surat Balasan Penelitian dari Puskesmas Gemaharjo ................... 117

Lampiran 8 Form Bimbingan Penelitian .......................................................... 118

Lampiran 9 Hasil Output Karakteristik Responden ........................................ 119

Lampiran 10 Hasil Output Uji Korelasi ........................................................... 121

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 124

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

xvii

DAFTAR SINGKATAN

3R : Reduse, Reuse, Recycle

4M : Menguras, menutup, mengubur, dan memantau

ABJ : Angka Bebas Jentik

B3 : Bahan berbahaya dan beracun

DBD : Demam Berdarah Dengue

DHF : Dengue Hemorrhagic Fever

Dinkes : Dinas Kesehatan

Jumantik : Juru Pemantau Jentik

Kemekes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kemen PUPR :Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik

Indonesia

PHC : Primary Health Care

PJB : Pemeriksaan Jentik Berkala

PJR : Pemantauan Jentik Rutin

PSN : Pembrantasan Sarang Nyamuk

PWS : Pemantauan Wilayah Setempat

SKPD : Satuan Kerja Perangkt Desa

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

TPA : Tempat Pemrosesan Akhir

TPA : Tempat Penampungan Air

WHO : World Health Organization

WC : Water Closed

Bti : Bacillus thuringiensis

UU : Undang-undang

PP : Peraturan Pemerintah

SNI : Standar Nasional Indonesia

CI : Confident Interval

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

OR : Odds Ratio

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue hemorrhagic fever

(DHF) merupakan penyakit demam akut disertai dengan adanya pendarahan

dalam yang memiliki kecenderungan untuk menimbulkan syok atau kejang-

kejang dan dapat menyebabkan kematian, umumnya penyakit ini menyerang

anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun namun saat ini penderitanya

dapat berasal dari orang dewasa. DBD adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan sebagian besar penularannya berasal dari

gigitan nyamuk Aedes, baik aedes aegypti ataupun aedes albopictus.

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang

seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan

dan perilaku masyarakat. DBD pertama kali diketahui pada tahun 1950an

namun, pada tahun 1975 hingga sekarang merupakan penyebab kematian

utama pada anak-anak di negara-negara Asia. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan bahwa 2,5 milyar atau 40% populasi di dunia

berisiko terhadap penyakit DBD terutama yang tinggal di daerah perkotaan di

negara tropis dan subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 390 juta infeksi

dengue yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun (WHO, 2015).

Di Indonesia sendiri, demam berdarah dengue pertama kali ditemukan

di Surabaya dan Jakarta tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

2

24 orang diantaranya meninggal dunia, dengan angka kematian mencapai

41.3%. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017 terdapat

68.407 kasus kesakitan demam berdarah dengan jumlah kematian sebanyak

493 orang, sedangkan jumlah kasus tahun 2016 terdapat 204.171 kasus

kesakitan dengan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang. Angka kesakitan

atau Incedence Rate DBD tahun 2016 ke tahun 2017 yaitu 78,85 per 100.000

penduduk menjadi 26,10 per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2017).

Provinsi di Indonesia dengan IR (Incidence Rate) tinggi adalah

Sulawesi Selatan (62,57%), Kalimantan Barat (52,61%), dan Bali (49,93%).

Provinsi Jawa Timur berada diurutan no-6 dengan IR (Incidance Rate)

(43,14%). Tercatat pada tahun 2017 sebanyak 7.854 kasus dengan jumlah

pasien meninggal 105 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 9.087 kasus

dengan korban 93 orang. Di Jawa Timur wilayah yang menduduki peringkat

pertama yaitu Kabupaten Pacitan dengan jumlah kasus DBD tahun 2017 dari

24 Puskesmas yang berada di wilayah kabupaten Pacitan yaitu sebesar 399

penderita dan tahun 2018 sebanyak 276 penderita (Kemenkes, 2018).

Wilayah Desa Gemaharjo mencapai urutan ke-6 untuk kasus kejadian

penyakit DBD se Kabupaten Pacitan pada tahun 2017, sedangkan pada

tahun 2018 kasus DBD di Desa Gemaharjo berada di urutan ke-3 se

Kabupaten Pacitan (Dinkes Kab. Pacitan, 2018). Angka bebas Jentik (ABJ) di

Desa Gemaharjo masih 88% dari target >95%, kegiatan jumantik (juru

pemantau jentik) sudah tidak ada lagi, kegiatan fogging DBD masih rendah,

sedangkan target prosentase fogging daerah endemis DBD adalah 100%.

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

3

Pada tahun 2017 sebanyak 21 kasus kesakitan dan pada tahun 2018 naik

menjadi 32 kasus kesakitan, hal ini menunjukkan di Puskesmas Gemaharjo

mengalami kenaikan sebesar 0,87% pada tahun 2017 dan 2018. Selama 2

tahun berturut-turut Puskesmas Gemaharjo masuk ke dalam 10 besar penyakit

DBD pada tahun 2017 dan tahun 2018. Jika dibandingkan dengan puskesmas

lain di Kabupaten Pacitan. Puskesmas Gemaharjo setiap tahun mengalami

kenaikan kasus DBD (Puskesmas Gemaharjo, 2018).

Bupati Pacitan melakukan upaya pemecahan masalah guna menekan

kasus penyakit yang diakibatkan nyamuk (demam berdarah dan malaria)

adalah dengan menggalakkan kegiatan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)

melalui Surat Edaran Bupati Pacitan ke seluruh SKPD (Satuan Kerja

Perangkat Desa), Camat, Desa dan Kelurahan di Kabupaten Pacitan agar

masyarakat lebih mengutamakan gerakan PSN. Tujuannya adalah

perkembangbiakan nyamuk dapat diminimalisir agar kasus demam berdarah

dan malaria dapat diminimalkan. Selain melaksanakan fogging juga kegiatan

penyuluhan keliling dengan mobil Puskesmas Keliling tentang pentingnya

PSN. Selain itu, kader kesehatan yang menjadi contoh di masyarakat juga

dinilai masih minim dalam tindakan pencegahan demam berdarah dengue

(Dinkes Pacitan, 2018).

Faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit Demam Berdarah

dari faktor lingkungan seperti perilaku penerapan 4M Plus, pengelolaan

sampah dan peran Kader Kesehatan dalam menangani masalah penyakit

Demam Berdarah. Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan cara merubah

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

4

perilaku mayarakat agar lebih mengutamakan pola hidup bersih untuk

menghindari dari berbagai macam penyakit.

4M Plus adalah program yang berisi kegiatan berupa; menguras

tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur

dan menyingkirkan barang bekas, memantau keberadaan jentik dan

pengelolaan lingkungan berlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan

kebersihan lingkungan dan sebagainya. Semakin tinggi kesadaran masyarakat

untuk melakukan gerakan 4M Plus dan kesadaran mengelola lingkungan,

kasus DBD akan menurun dengan sendirinya. Perilaku masyarakat seperti

kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti menampung air

hujan, air sumur, membuat bak mandi atau drum/tempayan sebagai tepat

perkembangbiakan nyamuk; kebiasaan menyimpan barang-barang bekas atau

kurang memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang tertampung di dalam

wadah-wadah (Respati, 2016).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Februari 2019 di

Desa Gemaharjo masih banyak air yang menggenang di vas bunga pada tiap

rumah dan terdapat jentik nyamuk didalamnya, serta selokan disekitar rumah

yang tersumbat yang menjadi tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti.

Selain itu adanya kebiasaan warga yang menggunakan kontainer

penampungan air bersih seperti: ember, gentong air, drum-drum maupun bak-

bak penampungan air lainnya sehingga dapat berpotensi sebagai tempat

perkembangbiakan nyamuk vektor penyakit DBD. Kebiasaan ini disebabkan

karena terkadang sulitnya mencari air bersih, sehingga masyarakat

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

5

menampung air bersih di tempat tersebut dalam waktu yang cukup lama

untuk keperluan sehari-hari. Upaya pencegahan yang dilakukan masyarakat

juga masih minim seperti menguras bak mandi yang tidak rutin, tidak

mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air, kurang rutinnya

membersihkan selokan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi

lingkungan. Lingkungan yang buruk dapat menimbulkan masalah seperti

dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk.

Selain faktor penerapan 4M Plus, faktor lingkungan yang lain yang

mempengaruhi penyakit DBD yaitu pengelolaan sampah. Tindakan

pengelolaan sampah rumah tangga yang tidak benar dapat menjadi sarang

nyamuk. Cara mengolah sampah dengan dibakar, ditimbun dan dibuang

kesungai adalah cara yang kurang benar. Kebiasaan masyarakat membakar

sampah menunggu sampah terkumpul banyak dan cukup untuk dibakar.

Selang waktu menunggu tersebut dengan membiarkan sampah diletakkan di

tempat terbuka dan terkena hujan,kondisi tersebut dapat dijadikan nyamuk

untuk menetaskan telurnya, dan apabila sampai dengan 12 hari tidak diolah

maka telur nyamuk tersebut akan berubah menjadi nyamuk dewasa dan

menambah populasi nyamuk (Pratiwi, 2017).

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, di Desa Gemaharjo

pengelolaan sampahnya masih kurang mendapat perhatian dan penanganan

yang optimal dari berbagaai pihak, baik dari masyarakat maupun pemerintah,

sehingga menimbulkan masalah lingkungan seperti menurunnya kandungan

organik kebun dan pertanian, sanitasi lingkungan semakin buruk dan

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

6

meningkatnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh

sampah yaitu DBD. Sampah plastik, botol-botol bekas, ban bekas dan lain-

lain yang dapat menampung air dapat menjadi sarang berkembangnya jentik

nyamuk. Mayoritas masyarakat untuk menyelesaikan permasalah sampah

hanya dibakar selain itu hanya dibuang ke pekarangan sekitar rumah yang

bisa menjadi tempat bersarangnya jentik nyamuk dan bisa menyebabkan

timbulnya masalah kesehatan yang lain selain penyakit DBD.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian DBD yaitu peran

kader Kesehatan seperti peran Jumantik (Juru Pemantau Jentik). Peran

jumantik dalam sistem kewaspadaan dini DBD sangat penting dalam kagiatan

pencegahan DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan

menghambat perkembangan awal dari vektor penular DBD (Pangestika,

2017).

Di desa Gemaharjo kader Jumantik belum melakukan kegiatan

pemantauan jentik rutin (PJR) ke rumah-rumah penduduk untuk mencegah

DBD. Hal tersebut dapat memicu terjadinya kasus DBD, karena masyarakat

tidak memperhatikan kebersihan. Banyak penderita yang berobat keluar

Pacitan sehingga Penyelidikan Epidemiologi sedini mungkin terhambat.

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setiap 3 bulan oleh petugas puskesmas

belum dilakukan dengan maksimal. Upaya promotif dan preventif dalam

rangka pengendalian DBD belum optimal (Puskesmas Gemaharjo, 2018).

Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian DBD

diantaranya PSN seperti pemeriksaan jentik dan upaya pencegahan DBD

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

7

dengan 4M Plus (menguras tempat penampunga air, menutup tempat

penampungan air, mengubur tempat penampungan air yang tidak digunakan,

memantau jentik seminggu sekali plusnya dengan menggunakan obat anti

nyamuk, menggunakan kelambu) untuk menurunkan angka kejadian Demam

Berdarah Dengue, tetapi belum bisa menurunkan angka kejadian DBD.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan DBD

di Desa Gemaharjo wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo Kabupaten Pacitan,

karena sebelumnya di wilayah tersebut belum pernah dilakukan penelitian

mengenai faktor-faktor upaya pencegahan penyakit DBD.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit

DBD pada masyarakat Desa Gemaharjo di wilayah kerja Puskesmas

Gemaharjo Kabupaten Pacitan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan upaya pencegahan terhadap kejadian

penyakit DBD pada masyarakat Desa Gemaharjo di wilayah kerja Puskesmas

Gemaharjo Kabupaten Pacitan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penerapan 4M Plus terhadap kejadian penyakit DBD di

Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesma Gemaharjo Kabupaten

Pacitan.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

8

2. Mengidentifikasi pengelolaan sampah terhadap kejadian penyakit DBD

di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesma Gemaharjo Kabupaten

Pacitan.

3. Mengidentifikasi peran kader kesehatan terhadap kejadian penyakit DBD

di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesma Gemaharjo Kabupaten

Pacitan.

4. Menganalisis hubungan antara 4M Plus terhadap kejadian penyakit DBD

di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesma Gemaharjo Kabupaten

Pacitan.

5. Menganalisis hubungan antara pengelolaan sampah terhadap kejadian

penyakit DBD di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesma Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

6. Menganalisis hubungan antara peran kader kesehatan terhadap kejadian

penyakit DBD di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesma Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangan teori

terkait dengan upaya pencegahan DBD dan menambah dan memperluas

pengetahuan mengenai hubungan upaya pencegahan terhadap kejadian

penyakit DBD di Desa Gemaharjo wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

9

1.4.2 Puskesmas Gemaharjo

Sebagai informasi, memberikan masukan kepada Puskesmas

Gemaharjo dan untuk menambah bahan evaluasi mengenai hubungan upaya

pencegahan terhadap kejadian penyakit DBD di Desa Gemaharjo wilayah

kerja Puskesmas Gemaharjo Kabupaten Pacitan.

1.4.3 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Untuk memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan

masyarakat dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam

pengerjaan tugas serta untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan

penyakit DBD.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

10

1.5 Keaslian Penelitian

Berikut merupakan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan upaya pencegahan penyakit DBD.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Perbedaan Peneliti Sebelumnya Peneliti

Istiqomah, Syamsulhuda,

Besar Tirto Husodo

Nila Prastiana Dewi Iroma, Ratih, Liestiani

1 Judul

Penelitian

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan

upaya pencegahan demem

berdarah dengue (DBD)

pada ibu rumah tangga di

kelurahan kramas kota

semarang

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan

praktik pemberantasan

sarang nyamuk demam

berdarah dengue (PSN

DBD) keluarga di

kelurahan mulyoharjo

kecamatan jepara

kabupaten jepara

Analisis hubungan

karakteristik kepala

keluarga dengan perilaku

pencegahan demam

berdarah di pakijang brebes

Hubungan upaya

pencegahan terhadap

kejadian penyakit

DBD Di Wilayah

kerja Puskesmas

Gemaharjo

Kabupaten Pacitan

2 Tempat dan

Tahun

Penelitian

Kelurahan Kramas Kota

Semarang Tahun 2017

Kelurahan Mulyoharjo

Jepara Tahun 2015

Brebes Tahun 2016 Desa Gemaharjo

Kabupaten Pacitan

Tahun 2019

3 Metode Jenis penelitian ini adalah

deskriptif analitik dengan

pendekatan pendekatan

Jenis penelitian ini

adalah deskriptif

analitik dengan

Jenis penelitian ini adalah

deskriptif analitik dengan

pendekatan cross-

Jenis penelitian ini

adalah deskriptif

analitik dengan

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

11

Perbedaan Peneliti Sebelumnya Peneliti

Istiqomah,

Syamsulhuda, Besar

Tirto Husodo

Nila Prastiana Dewi Iroma, Ratih, Liestiani

cross-sectional pendekatan pendekatan

cross-sectional

Sectional pendekatan case

control

4 Variabel

Penelitian

Variabel Bebas: usia,

pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap,

persepsi, kebijakan, sarana

prasarana, dukungan

gasurkes, dukungan kader.

Variabel Terikat:

pencegahan penyakit

DBD

Variabel Bebas: umur,

pendidikan, pekerjaan,

pengalaman sakit

DBD, pengetahuan,

sikap, dukungan

petugas kesehatan, dan

pengalaman mendapat

penyuluhan kesehatan.

Variabel Terikat:

pemberantasan sarang

nyamuk demam

berdarah (DBD)

Variabel Bebas:

Pendidikan, usia, pekerjaan,

jenis kelamin

Variabel Terikat:

Pencegahan penyakit DBD

Variabel Bebas:

Penerapan 4M Plus

dan pengelolaan

sampah

Variabel Terikat:

Upaya pencegahan

penyakit DBD

5 Hasil

Penelitian

Ada hubungan antara

sikap (p=0,005),

ketersediaan sarana

prasarana (p=0,003), dan

dukungan kader (p=0,002)

Ada hubungan antara

pengalaman sakit

(p=0,002),

pengetahuan

(p=0,002), sikap

(p=0,003), dukungan

petugas kesehatan

(p=0,42), pengalaman

mendapat penyuluhan

(p=0,002)

Tidak ada hubungan antara

antara karakteristik

responden (p=o,126) dengan

perilaku pencegahan DBD

(p=0,456) karena masing-

masing karakteristik

berhubungan dengan faktor

lain dalam mempengaruhi

perilaku pencegahan DBD.

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

12

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Definisi Demam berdarah

World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD)

merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti

yang terinfeksi dengan salah satu dari tempat virus dengue. Virus tersebut

dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (WHO, 2015).

Sedangkan menurut (Depkes RI, 2016) DBD adalah penyakit akut yang

disebabkan oleh Virus DBD dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang terinfeksi virus DBD.

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan

demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus

selama 2-7 hari, manifestasi pendarahan (petekie, purpura, pendarahan

konjungtiva, epistaksis, pendarahan mukosa, pendarahan gusi,

hematermesis, melena, hematuri) termasuk uji torniquet (Rumple Leede)

posistif, trombositopenia (jumlah trombosit ≤100.000) hemakonsentrasi

(peningkatan hematokrit ≥20%) disertai atau tanpa pembesaran hati

(Rerung, 2015).

Nyamuk Aedes (Stegomyia) betina biasanya akan terinfeksi virus

dengue saat mengisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

13

(viremik) akut pentakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai

10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan

ketika nyamuk yang infektif menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka

gigitan pada orang lain. Masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari

(rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak. Penyakit tersebut

ditandai dengan demam. Sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan

berbagai tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan

ruam kulit.

2.1.2 Etiologi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh gigitan nyamuk

Aedes Aegypti yang mengandung virus Dengue. pada saat nyamuk Aedes

Aegypti maka virus dengue akan masuk ke dalam tubuh, setelah masa

inkubasi sekitar 3-15 hari penderita bisa mengalami demam tinggi 3 hari

berturut-turut. Banyak penderita mengalami kondisi fatal karena

menganggap ringan gejala tersebut.

2.1.2.1 Ciri-ciri nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (Aedes

Aegypti) yaitu:

1. Badan nyamuk yang berwarna hitam dan belang-belang putih pada

seluruh tubuhnya (loreng).

2. Nyamuk ini dapat berkembangbiak pada Tempat Penampungan Air

(TPA) dan pada barang-barang yang memungkinkan untuk digenangi

air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, barang bekas dan

lain-lain.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

14

3. Nyamuk Aedes Aegypti tidak dapat berkembangbiak di got atau

selokan ataupun kolam yang airnya langsung berhubungan dengan

tanah.

4. Nyamuk Aedes Aegypti biasanya menggigit manusia pada pagi dan

sore hari.

5. Nyamuk ini termasuk jenis nyamuk yang dapat terbang hingga 100

meter.

6. Hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar (Hermayudi,

2017).

2.1.2.2 Daur hidup Aedes Aegypti :

1. Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya.

2. Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian

berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk

(perkembang-biakkan dari telur - jentik - kepompong - nyamuk

membutuhkan waktu 7-10 hari).

3. Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (betina) akan

menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan

perkawinan dengan nyamuk jantan.

4. Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu

proses pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah

tumbuh-tumbuhan atau benda yang tergantung di tempat perkembang-

biakannya.

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

15

5. Bila menghisap darah seorang penderita Demam Berdarah Dengue

(DBD) atau carrier, maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat

menularkan virus itu.

6. Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari.

7. Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.

2.1.2.3 Tahapan siklus nyamuk Aedes Aegypti yaitu:

1. Telur

Telur nyamuk Aedes Aegypti memliki dinsing bergaris-garis

dan membentuk bangunan seperti kasa. Telur berwarna hitam dan

diletakkan satu per satu pada dinding perindukan. Panjang telur 1 mm

dengan bentuk bulat oval atau memanjang, apabila dilihat dengan

mikroskop bentuk seperti cerutu. Telur dapat bertahan berbulan-bulan

pada suhu -2°C sampai 42°C dalam keadaan kering. Telur ini akan

menetas jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4 atau 5 hari.

Gambar 2.1 Telur Nyamuk Aedes Aegypti (Sumber: Kemenkes

RI, 2012).

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

16

2 Larva

Perkembangan larva tergantung pada suhu, kepadatan

populasi, dan ketersediaan makanan. Larva berkembang pada suhu

28°C sekitar 10 hari, pada suhu air antara 30-40°C larva akan

berkembang menjadi pupa dalam waktu 5-7 hari. Larva lebih

menyukai air bersih, akan tetapi tetap dapat hidup dalam air yang

keruh baik bersifat asam atau basa.

Larva beristirahat di air kemudian membentuk sudut dengan

permukaan dan menggantung hampir tegak lurus. Larva akan

berenang menuju dasr tempat atau wadah apabila tersentuh dengan

gerakan gerakan jungkir balik. Larva mengambil oksigen diudara

dengan berennag menuju permukaan dan menemlkan siphonnya diatas

permukaan air. Larva Aedes Aegypti memiliki empat tahapan

perkembangan yang disebut instar meliputi: instar I, II, III, dan IV, di

mana setiap pergantian instar ditandai dengan pergantian kulit yang

disebut ekdisi. Larva instar IV mempunyai ciri siphon pendek, sangat

gelap dan kontras dengan warna tubuhnya. Gerakan larva instar IV

lebih lincah dan sensitif terhadap rangsangan cahay. Dalam keadaan

normal (cukup makan dan suhu sir 25-27°C) perkembangan larva

instar ini sekitar 6-8 hari.

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

17

Gambar 2.2 Jentik Nyamuk Aedes Aegypti (Sumber: Kemenkes

RI, 2012).

3 Pupa

Pupa Aedes Aegypti berbentuk bengkok dengan kepala besar

sehingga menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thoraks untuk

bernafas. Pupa nyamuk Aedes Aegypti bersifat aquatik dan tidak

seperti kebanyakan pupa serangga lain yaitu sangat aktif dan

seringkali disebut akrobat (tumbler). Pupa Aedes Aegypti tidak makan

tetapi masih memerlukan oksigen untuk bernafas melalui sepasang

struktur seperti terompet yang kecil pada thoraks. Pupa pada tahap

akhir akan membungkus tubuh larva dan mengalami metamorfosis

menjadi Aedes Aegypti dewasa.

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

18

Gambar 2.3 Kepompong Nyamuk Aedes Aegypti (Sumber:

Kemenkes RI, 2012)

4 Imago (nyamuk dewasa)

Pupa membutuhkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu

untuk menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih

dahulu dari pada nyamuk betina. Nyamuk betina setelah dewasa

membutuhkan darah untuk dapat mengalami kopulasi.

Klasifikasi dari Aedes Aegypti adalah sebagai berikut:

Fillum : Arthopoda

Kelas : Insecta

Ordo : Nematocera

Infra Ordo : culicom Orfa

Super Famili : Culicoides

Sub Famil : Culicoidea

Genus : Aedes

Species : Aedes Aegypti

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

19

Gambar 2.4 Nyamuk Aedes Aegypti (Sumber: Kemenkes RI, 2012).

Dalam meneruskan keturunnya, nyamuk Aedes Aegypti betina

hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi 24-

28 hari dari saat nyamuk dewasa (Hermayudi, 2017).

2.1.3 Pemberantasan Vektor DBD

2.1.3.1 Pemberantasan nyamuk dewasa

Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara

penyemprotan dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang

hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak

dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk menular

malaria.

Alat yang digunakan adalah mesin fog (pengasapan) dan

penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek risedu.untuk

membeasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus

dengan interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua

nyamuk yang mengandung virus dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya

akan amti. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

20

diantaranya akan menghisap darah pada penderita viremia (pasien yang

positif terinfeksi DBD) yang masih ada yang dapat menimbulkan

terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan

penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan

terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.

Tindakan penyemprotan dapar membasmi penularan, akan tetapi

tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar

populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah-rendahnya.

2.1.3.2 Pemberantasan Jentik

Menurut (Depkes RI, 2016) dalam pemberantasan jentik nyamuk

Aedes Aegypti yang dikenal dengan PSN DBD dilakukan dengan cara:

1. Fisik

Pemberantasan dengan cara ini dikenal sebagai kegiatan 3M yaitu

menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, menutup tempat

penampungan air, mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barang-

barang bekas. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu

dilakukan secara eratur sekurang-kurangnya satu mingggu sekali agar

nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. Bila PSN-DBD

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk Aedes

Aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular

lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus

dilakukan secara terus menerus dan berkesinambunga, oleh kaena

keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

21

2. Kimia

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegypti dengan

menggunakan insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah

larvasida.

3. Biologi

Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik (ikan

kepala timah, ikan gupi, ikan cupang). Dapat juga menggunakan Bacillus

thuringiensis (Bti).

2.1.4 Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat

dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

2.1.4.1 Diagnosa Klinis

1. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

2. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie

(bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit),

Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis

(pendarahan hidung), perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),

Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

3. Perdarahan pada hidung dan jusi.

4. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

5. Pembesaran hati (hepatomegali).

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

22

6. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,

tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

7. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya

selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala

(Monica, 2012).

2.1.4.2 Gejala lainnya adalah:

1. Tidak ada nafsu makan

2. Berubahnya indra perasa

3. Konstipasi

4. Nyeri perut

5. Nyeri pada lipatan paha

6. Radang tenggorokan

7. Depresi (Misnadiarly, 2009).

2.1.4.3 Diagnosa Laboratoris

1. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000 /mmHg.

2. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih

(Monica, 2012).

2.1.5 Penularan Penyakit DBD

Damam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue, anggota dari genus Flavivirus dalam famili

Flaviviridae. Terdapat 3 faktor yang memegang peranan pada penularan

infeksi virus ini, yaitu manusia, virus, dan faktor perantara (Yekti, 2015).

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

23

2.1.5.1 Mekanisme Penularan DBD

Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia

melalui gigitan. Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada

organ targetnya seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian

menginfeksi sel-sel darah putih dan jaringan limfatik.

Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah. Di tubuh manusia

virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik 4-6 hari sebelum

menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan mengisap virus yang ada di

daerah manusia. Kemudian virus bereplikasi di usu dan organ lain yang

selanjutnya akan menginfeksi kelenjar ludah nyamuk.

Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya

siap-siap ditularkan kembali kepada manusia lainnya. Periode ini disebut

masa tunas ekstrinsik, yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk dan

berkembang biak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat

menularkan virus selama hidupnya (infektif) (Kuswiyanto, 2016).

Virus hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup sehingga harus

sama dalam kebutuhan protein. Persaingn pada daya tahan tubuh manusia.

Sebagai sering timbul infeksi yang akan menyebabkan:

1) Aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang

menyebabkan peningkatan permebilitas kapiler sehingga terjadi

perembesan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler.

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

24

2) Agregasi trombosit menurun. Apabila kelainan ini berlanjut akan

menyebabkan kelainan fungsi trombosit dan erjadi mobilitas sel

trombosit muda dari sum-sum tulang.

3) Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau

mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga hal tersebut akan menyebabkan peningkatan permeabilitas

kapiler dan kelainan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati,

trombositopenia, dan kuagulopati (Yekti, 2015).

2.1.5.2 Tempat potensial bagi penularan nyamuk

Pada musim hujan tempat perkembangbiakan Aedes Aegypti yang

pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air sehingga dapat

digunakan sebagai tempat berkembangbiak nyamuk Aedes Aegypti. Telur-

telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas. Oleh karena itu

pada musim hujan populasi nyamuk Aedes Aegypti terus meningkat

(Shafrin, 2016).

Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat terjadi di semua

tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Oleh karena itu, tempat potensail

untuk terjadi penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah:

1. Wilayah yang banyak kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

2. Tempat-tempat umum yang menjadi temapt berkumpulnya orang-oramg

yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya

pertukaran beberpa tipe virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah,

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

25

Rumah Sakit atau Puskesmas, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan,

pasar, restoran, tempat ibadah).

3. Pemukiman baru dipinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya

berasal dari berbagai wilayah maka diantaranya terdapat penderita yang

membawa tipe virus Dengue yang berbeda dari masing-masing lokasi

(Hermayudi, 2017).

2.1.6 Bionomik vektor DBD

2.1.6.1 Tempat perindukan nyamuk

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang

tertampung di suatu tempat.

1. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti,

drum, bak mandi/WC, tempat ember dan lain-lain.

2. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti, tempat

minum burung, vas bunga, bak bekas, kaleng bekas, botol-botol bekas

dan lain-lain.

3. Tempat penampungan air alamiah seperti, lubang pohon, lubang batu,

pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan

lain-lain.

2.1.6.2 Kesenangan nyamuk menggigit

Nyamuk betina biasa mencari mangsanya pada siang hari.

Aktivitas menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan

puncak aktivitasnya antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-1700 berbeda

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

26

dengan nyamuk yang lainnya, Aedes Aegypti mempunyai kebiasaan

menghisap darah berulang kali.

2.1.6.3 Kesenangan nyamuk istirahat

Nyamuk Aedes hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang di luar

berdekat dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang

agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu

proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur

selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat-tempat

perkembangbiakannya, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur

akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah telur

terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur

sebanyak 100 butir telur tersebut dapat bertahan sampai berbulan-bulan

bila berada di tempat kering dengan suhu 2°C dan bila menetas lebih cepat

(Hermayudi, 2017).

2.1.7 Epidemiologi DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga

epidemiologi, yaitu adanya agent host dan lingkungan.

2.1.7.1 Agent (Virus Dengue)

Agent penyebab penyakit Demama Berdarah Dengue (DBD)

berupa virus atau suatu substansi elemen tertentu yang kurang

kehadirannya atau tidak hadirnya dapat menimbulkan atau

mempengaruhi perjalanan suatu penyakit atau di kenal ada empat virus

Dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4.

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

27

Virus Dengue Ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama

yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam

masa tersebut penderita merupakan sumber penularan penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD).

2.1.7.2 Host (Pejamu)

Faktor utama adalah semua faktor yang tedapat pada diri manusia

yang terdapat mempengaruhi timbulnya setta pelayanan suaru penyakit.

Faktor-faktor yang mempengruhi manusia dalam penyakit Demama

Berdarah Dengue (DBD).

1. Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

terhadap infeksi virus Dengue. Semua golongan umur dapat terserang

virus Dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir.

2. Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dikaitkan dengan

perbedaan jenis kelamin (gender).

3. Nutrisi

Teori nutrisi mempenharuhi derajat ringan penyakit dan ada

hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik yang

mempengaruhi peningkatan antibodi yang cukup biak, maka terjadi

infeksi virus Dengue yang berat.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

28

4. Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus Dengue, karena daerah yang berpenduduk

padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus Demam Berdarah

Dengue (DBD) tersebut.

5. Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

penularan infeksi virus Dengue.

2.1.7.3 Lingkungan (Environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit Dengue atau

di renal dengan kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi

kehidupan dan perkembangan sesuatu organisasi.

1. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus Dengue ditemukan tersebar luas

di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang

terletak antara 30°C Lintang Utara dan 40°C Lintang Selatan seperti

Asia Tenggara, Pasifik Barat dengan tingkat kejadian sekitar 50-100

juta setiap tahunnya.

2. Musim

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim

hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal

tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

29

karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi

(Hermayudi, 2017).

3. Suhu udara

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi

metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun

sampai di bawah 10°C. Pada suhu yang lebih tinggi 35°C, nyamuk

juga akan mengalami perubahan, dalam arti lebih lambatnya proses-

proses fisiologi. Rata-rata ideal untuk pertumbuhan nyamuk adalah

25°C-27°C. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu

kurang 10°C atau lebih dari 40°C.

2.2 Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,

menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan

(Untari, 2017). Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit DBD, antara

lain:

2.2.1 Penerapan 4M Plus

Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan

kasus DBD sangat diperlukan. Oleh karenanya program Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus perlu dilakukan secara

berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program

PSN, yaitu:

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

30

2.2.1.1 Menguras Tempat Penampungan Air

Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan

air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum,

penampungan air lemari es dan lain-lain.

2.2.1.2 Menutup Temapat Penampungan Air

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi,

toren air, dan lain sebagainya.

2.2.1.3 Mengubur barang bekas

Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak layak dipakai dan

mendaur ulang barang-barang yang masih bisa digunakan kembali yang

memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular

Demam Berdarah Dengue (DBD).

2.2.1.4 Memantau Temapat Penampungan Air

Memantau wadah penampungan air dan bak sampah yang

berpotensi menjadi sarang berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan

pencegahan seperti:

1. Menaburkan bubuk larvasida (abatisasi)

2. Menggunakan obat anti nyamuk atau obat naymuk

3. Menggunakan kelambu saat tidur

4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk

5. Menanam tanaman pengusir nyamuk

6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

31

7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang

bias menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain (Dinkes Aceh,

2019)

2.2.2 Pengelolaan Sampah

2.2.2.1 Pengertian Sampah

Sampah (wastes) diartikan sebagai benda yang tidak dipakai, tidak

diinginkan, dan dibuang yang berasal dari aktifitas dan bersifat padat.

Dengan kata lain sampah adalah barang-barang atau sesuatu benda yang

tidak dipakai lagi yang tidak diinginkan dan dibuang (Suprapto, 2012).

Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,

disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses

alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau

anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap

sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan (Muchlisin, 2015).

2.2.2.2 Jenis-jenis Sampah

Berdasarka asalnya, sampah padat digolongkan menjadi 2 (dua)

yaitu sebagai berikut:

1. Sampah organik

Merupakan sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang

dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini

dengan mudah dapat diuraikan melalui prose salami. Sampah rumah

tangga sebagian besar merupakan bahan organic. Termasuk sampah

organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

32

(selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan

ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah

organic seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain.

2. Sampah Anorganik

Merupakan sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati,

baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan

bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi: sampah logam dan

produk-produk olahannya,sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan

keramik, sampah setergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai

oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable).

Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang

lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik,

botol gelas, tas plastik, dan kaleng (Muchlisin, 2015).

2.2.2.3 Dampak Terhadap Kesehatan

Penyakit diare, kolera, tifus menyebar cepat karena virus yang

berasal dari smpah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air

minum. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat juga meningkat

dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

2.2.2.4 Dampak terhadap lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase akan

mencemari air. Berbagai organism termasuk ikan dapat mati sehingga

beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya

ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang di buang ke dalam

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

33

air akan menghasilkan asam anorganik dan gas cair anirganik, seperti

metana. Selian berbau kurag sedap, gas ini pada konsentrasi tinggi dapat

meledak (Muchlisin, 2015).

2.2.2.5 Pengelolaan sampah dengan konsep 3R

Pengelolaan sampah 3R adalah upaya pengurangan pembuangan

sampah, melalui program menggunakan kembali (reuse), mengurangi

(reduse), dan mendaur ulang (recycle).

1. Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah

secara leangsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.

2. Reduse (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang

menybabkan timbulnya sampah.

3. Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah

mengalami proses pengolahan.

Mengurangi sampah dari sumber timbulan, diperlukan upaya untuk

mengurangi sampah mulai dari hulu sampai hilir. Upaya-upaya yang dapat

dilakukan dalam mengurangi sampah dari sumber sampah (darihulu)

adalah menerapkan prinsip 3R (Muchlisin, 2015).

2.2.3 Peran Kader Kesehatan

Pelayanan kesehatan dalam hal ini dilihat upaya pencegahan DBD

yang dilakukan oleh jumantik. Jumantik berperan penting dalam upaya

pencegahan DBD. Peran jumantik dalam pencegahan DBD adalah sebagai

anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum, memberikan penyuluhan

kepada keluarga dan masyarakat, ,melakukan PSN bersama warga

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

34

(Kemenkes, 2012). Tugas Jumantik dalam upaya pencegahan DBD

dijelaskan sebagai berikut:

2.2.3.1 Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

PJB adalah pemantauan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk

Aedes Aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau

jumantik di rumah warga dan tempat-tempat umum. PJB dilakukan

minimal 1 minggu sekali untuk melihat keberhasilan PSN DBD baik itu di

rumah warga maupun tempat-tempat umum (Kemenkes, 2011).

2.2.3.2 Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan sesorang melakui teknik praktik belajar atau instruksi dengan

tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara

individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya

menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2012).

2.2.3.3 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD

Salah satu tugas jumantik dalam upaya pencegahan DBD adalah

menggerakkan masyarakat dalam PSN DBD secara terus menerus dan

berkesinambungan. PSN DBD merupakan kegiatan memberantas telur,

jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD (Aedes Aegypti) di tempat

perkembangbiaknya untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes

Aegypti, sehingga penularan DBD bias dicegah atau dikurangi (Kemenkes,

2011).

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

35

2.3 Masyarakat

2.3.1 Definisi Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau

dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu

dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup

karena proses masyarakat. Masyarakat terbentuk melalui hasil interkasi

yang kontinyu antar individu, dalam kehidupan bermasyarakat selalu

dijumpai saling pengaruh mempengaruhi antar kehidupan individu dengan

kehidupan bermasyarakat.

2.3.2 Ciri-ciri masyarakat

Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan berama manusia, yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang.

2. Bergaul dalam waktu cukup lama, sebagai akibat hidup bersama itu,

timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur

hubungan antar manusia.

3. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu

kesatuan.

4. Menghasilkan kebudayaan yang mengembangkan kebudayaan (Ayu,

2014).

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

36

2.4 Upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga Epidemiologi

yang digunakan untuk menganalisis terjadinya penyakit. Segitiga ini terdiri atas

penjamu (host), agen (agent), dan lingkungan (environment)). Konsep yang

bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular

dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun

selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya

penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen (Notoatmodjo,

2018).

2.4.1 Agent (faktor penyebab)

Agent adalah penyebab penyakit, bisa bakteri, virus, parasit, jamur, atau

kapang yang merupakan agen yang ditemukan sebagai penyebab penyakit

infeksius. Untuk penyebab terjadinya DBD yaitu virus dengue. Virus

ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang

terinfeksi. Virus yang banyaj berkembang di masyarakat adalah virus dengue

tipe satu dan tipe tiga (Soegijanti, 2006). Virus ini memiliki masa inkubasi

yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh

manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit

DBD.

2.4.2 Host (Pejamu)

Host (Pejamu) yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan

terpapar terhadap penyakit DBD dan pejamu pertama yang dokenal virus.

Virus bersikulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih saat

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

37

manusia mengalami demam. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina yang dapat

menularkan virus dengue dan menyebabkan adanya gejala demam berdarah.

Faktor yang terkait penularan DBD dari vector nyamuk pada manusia

diantaranya faktor perilaku. Perilaku sehat salah satunya yaitu tindakan

proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,

melindungi diri dari ancaman penyakit (Luluk, 2016).

2.4.2.1 Penerapan 4M Plus

Dalam penanganan kasus DBD, peran serta masyarakat untuk

menekan kasus ini sangat menentukan. Oleh karenanya program

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus perlu terus

dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim

penghujan.Program PSN , yaitu:

1. Menguras Tempat Penampungan Air

Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan

tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan

air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Hal ini karena dengan

pertimbangan nyamuk harus dibunuh sebelum menjadi nyamuk dewasa,

karena periode pertumbuhan telur, jentik, dan kepompong selama 8-12 hari,

sehingga sebelum 8 hari harus sudah dikuras supaya mati sebelum menjadi

nyamuk dewasa (Dinkes Aceh, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Budiman, 2016) di

Kelurahan Kawua Kabupaten Poso menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara kegiatan menguras tempat penampungan air dengan upaya

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

38

pencegahan penyakit DBD. Berdasarkan observasi peneliti, sebagian

masyarakat di Kelurahan Kawua belum melakukan kegiatan pelaksanaan

menguras tempat penampungan air dengan rutin setiap sekali seminggu,

disebabkan karena tempat penampungan air yang ada berada di luar rumah,

berbentuk bak luas dan dalam, hal ini membuat responden kesulitan dalam

menyikat sampai dasar bak.

2. Menutup Tempat Penampungan Air

yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti

drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya. Namun apabila tetap ditemukan

jentik, maka air harus dikuras dan dapat diisi kembali ditutup rapat (Dinkes

Aceh, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Winarsih, 2013) di

Kelurahan Gajah Mungkur Kota Semarang di peroleh p-velue sebesar 0,070

karena p-velue > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara

menutup tempat penampungan air dengan kejadian Demam Berdarah

Dengue di Kelurahan Gajahmungkur Kota Semarang.

Tempat penampungan air yang tertutup dapat mencegah nyamuk

untuk bersarang dan bertelur dibandingkan dengan tempat penampungan air

yang kondisinya terbuka. Sistem penyediaan air dimasyarakat baik yang

melalui perpipaan maupun sumber lain seperti sungai, sumur gali, sumur

pompa, masih memerlukan tempat penampungan air baik besar maupun

kecil berupa ember, drum, maupun bak permanen. Tempat penampungan air

ini juga merupakan media yang cukup di sukai oleh nyamuk Aaedes Aegypti

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

39

untuk berkembang biak. Dengan cara menutup berarti kita tidak

menyediakan tempat hidup bagi perkembangan nyamuk aedes aegypti

(Winarsih, 2013).

3. Mengubur barang bekas

Mengubur barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan

memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki

potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam

Berdarah. Banyak barang bekas yang dapat digunakan kembali dan bernilai

ekonomis, dengan cara mengolah kembali bahan-bahan media

penampungan air menjad produk atau barang-barang yang telah

diperbaharui bernilai ekonomis (Dinkes Aceh, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Winarsih, 2013), di

Kelurahan Gajahmungkur Kota Semarang diperoleh p-alue sebesar 0,004

karena p-value<0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara

mengubur barang bekas dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di

Kelurahan Gajahmungkur Kota Semarang. Didapatkan responden yang

tidak mengubur barang bekas mempunyai risiko 4,747 kali lebih besar

menderita DBD daripada responden yang mengubur barang bekas

(Winarsih, 2013).

Menurut Depkes RI (2010), tempat perkembangbiakan nyamuk

selain di tempat penampungan air juga pada kontainer (barang bekas) yang

memungkinkan air hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah, seperti

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

40

kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain

yang dibuang di sembarang tempat.

4. Memantau jentik nyamuk

Memantau wadah penampungan air dan bak sampah. Memantau

jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat dilakukan secara mandiri di

rumah masing-masing.

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan

pencegahan seperti:

1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit

dibersihkan;

2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;

3. Menggunakan kelambu saat tidur;

4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;

5. Menanam tanaman pengusir nyamuk;

6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah;

7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa

menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Setiap rumah juga

dihimbau untuk punya satu orang pemantau jentik (jumantik) (Dinkes

Aceh, 2019).

2.4.2.2 Pengelolaan Sampah

Pencemaran lingkungan yang semakin meningkat disebabkan

oleh berbagai hal, seperti bertambahnya populasi manusia yang

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

41

mengakibatkan meningkatnya jumlah sampah yang dibuang (Ayu,

2016).

a. Pengertian Sampah

Menurut American Public Health Association, sampah (waste)

diartikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri, 2013). Sampah

merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber

aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair,

dan gas (Ayu, 2016).

Perilaku masyarakat dalam penggunaan barang barang non

biodegradable seperti plastik yang sangat tinggi menyebabkan plastik

menjadi penampungan air hujan, dan dapat menjadi tempat

perkembangbiakan vektor. Adanya tempat perindukan nyamuk

(breeding place) dapat dipengaruhi oleh praktik individu dalam

membuang sampah yang dapat menampung air di sekitar halam rumah

(Shafrin, 2016).

b. Timbulan Sampah

Menurut SNI 19-2452-2008 definisi timbulan sampah adalah

banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume

maupun per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang

jalan. Timbulan sampah sendiri juga memiliki definisi lain menurut

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

42

(Departemen PU, 2009), yaitu volume sampah atau berat sampah yang

dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu persatuan

waktu. Timbulan sampah sangat diperlukan untuk menentukan dan

mendesain peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah,

fasilitas recovery material, dan fasilitas Temapat Pembuangan Akhir

(TPA).

Menurut Fidiawati (2009), Operasional Pengelolaan Sampah

dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Pemilahan

Pemilahan sampah sesuai Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008

dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak

dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara

efektif yang diawali dari pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

pengolahan yang berwawasan lingkungan.

Pemilahan sanpah berdasarkan PP No. 81 Tahun 2012, dilakukan

melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima)

jenis sampah yang terdiri dari :

a) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah

bahan berbahaya dan beracun,

b) Sampah yang mudah terurai,

c) Sampah yang dapat digunakan kembali,

d) Sampah yang dapat didaur ulang, dan

e) Sampah lainnya.

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

43

Gambar 2.5 Pemilihan sampah sesuai jenisnya

Sumber 2.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah

Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Sedangkan sampah sendiri adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang

dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai

ekonomis. Bentuk sampah bisa berasa dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair,

dan gas. Secara sederhana, jenis sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya sesuai

Undang-undang nomor 18 tahun 2008 pasal 22. Sampah dipilah menjadi sampah

organic dan anorganik. Sampah organic atau sampah dapur. Sampah jenis ini

sangat mudah terurai secara alami (degradable). Sementara itu, sampah anorganik

atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable).

Karet, plastic, kaleng, dan logam merupakan bagian dari sampah kering.

Sampah-sampah yang telah dipilah kemudian dapat didaur ulang menjadi

barang-barang yang berguna. Jika setiap tempat aktivitas melakukan pemilahan,

maka pengangkutan sampah menjadi lebih teratur. Dinas kebersihan tinggal

mengangkutnya setiap hari dan tidak lagi kesulitan untuk memilahnya.

Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta dapat memproses sampah-sampah

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

44

tersebut menajdi barang yang berguna. Dengan cara ini, maka volume sampah

yang sampai ke TPA dapat dikurangi sebanyak mungkin.

1) Pengumpulan

Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola

kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas

umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya serta pemerintah

kabupaten/kota. Pada saat pengumpulan, sampah yang sudah terpilah

tidak diperkenankan dicampur kembali.

a) Pengumpulan sampah dari sumbernya dapat dilakukan secara

langsung dengan alat ukur (untuk sumber sampah besar atau daerah

yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi) atau tidak langsung

dengan menggunakan gerobak (untuk daerah yang tidak teratur).

b) Penyapuan jalan diperlakukan pada daerah pusat kota seperti ruas

jalan protokol, pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain.

2. Pemindahan

a) Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut

(truk) dilakukan di transfer depo atau container untuk meningkatkan

efisiensi pengangkutan.

b) Lokasi pemindahan harus dekat dengan daerah pelayanan atau radius

± 500 m.

3. Pengangkutan

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

45

Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber

atau tempat penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah

terpadu atau tempat pemrosesan akhir (TPA) dengan menggunakan

kendaraan bermotor yang didesain untuk mengangkut sampah.

Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan :

a) Pengangkutan secara langsung setiap sumber harus dibatasi pada

daerah pelayanan yang tidak memungkinkan, cara operasi lainya

ataupada daerah pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan

keamanan maupun estetika dengan memperhitungkan besarnya biaya

operasional yang harus dibayar oleh pengguna jasa

b) Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil

survey time motion study untuk mendapatkan hasil yang efisien.

Pemindahan dan pengangkutan sampah dimaksudkan sebagai

kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu

siklus pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada pengumpulan

dengan pola individual langsung atau dari tempat

pemindahan/penampungan sementara (TPS) atau tempat penampungan

komunal sampai ke tempat pengolahan/pemrosesan akhir (TPA/TPST).

Metode pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari

pola pengumpulan yang dipergunakan.

Berdarsarkan atas operasional pengelolaan sampah, maka

penmindahan dan pengangkutan sampah merupakan tanggung jawab dari

Pemerintah Kota atau Kabupaten. Sedangkan pelaksanaan adalah

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

46

pengelola kebersihan dalam suatu kawasan atau wilayah, badan usaha

dan kemitraan. Pelaksanaan pengelola kebersihan sangat tergantung dari

struktur organisasi di wilayah yang bersangkutan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Hadrtiyanti dkk,

2018), terdapat 43 responden yang tidak memiliki penyediaan tempat

pembuangan sampah dan terdapat 52 responden yang memiliki tempat

pembuangan sampah. Hasil statistik Chi Square diperoleh nilai p-

velue=0,002 (p≤0,05), artinya bahwa ada hubungan bermakna antara

penyediaan tempat sampah dengan kejadian demam berdarah dengue di

wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2016.

Menurut WHO (2010) upaya pengendalian vektor harus

mendorong penanganan sampah yang efektif dan memperhatikan

lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar “mengurangi,

menggunakan ulang, dan daur ulang.” Ban bekas adalah bentuk lain dari

sampah padat yang sangat penting untuk pengendalian Aedes Aegypti

perkotaan; ban bekas ini harus didaur ulang atau dibuang dengan

pembakaran yang tepat dalam fasilitas transformasi sampah (misalnya

alat pembakar, tumbuhan penghisap energi).

4. Pengolahan sampah

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume

sampah atau merubah menjadi lebih bermanfaat, antara lian dengan cara

pengurangan, pemilahan, pengumpulan, pengnkutan, pengolahan, dan

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

47

pemrosesan akhir sesuai Peraturan. Adapun teknik pengolahan sampah

adalah sebagai berikut:

a) Pengomposan (composting), pengomposan adalah suatu cara

pengolahan sampah organic dengan memanfaatkan aktifitas bakteri

untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan).

Pengomposan dilakukan terhadap sampah organik.

b) Pembakaran sampah, pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu

tempat, msialnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak

mengganggu. Namun, demikian pembakaran ini sulit dikendalikan

bila terdapat angin kencang. Sampah, arang sampah, abu, debu, dan

asap akan terbawa ke tempat-tempat sekitarnya yang akhirnya akan

menimbulkan gangguan.

c) Mendaur ulang kembali menjadi barang baru (recycle). Merupakan

salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan pemisahan

atas benda-benda bernilai ekonomis seperti: kertas, plastic, karet, dan

lain-lain dari sampah atau berbeda dari bentuk semula.

d) Memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak terpakai (reuse),

merupakan teknik pengolahan dengan lamgsung digunakan tanpa ada

pengolahan terlebih dahulu.

e) Mengurangi pemakaian barang yang tidak terlalu dibutuhkan (reduse),

adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya

tidak menggunakan bungkus kantong plastic yang berlebih.

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

48

5. Pembuangan akhir

Pembuangan akhir dilakukan di TPA terhadap sampah yang

benar-benar sudak tidak dapat dimanfaatkan lagi. Tujuan pembuangan

akhir adalah untuk memusnahkan sampah di suatu tempat pembuangan

akhir dengan cara sedemikian rupa sehingga seminimal mungkin

gangguan terhadap lingkungan. Pembuanagn di TPA dianjurkan

menggunakan metode controlled landfill atau sanitary landfill dan tidak

menggunakan lagi metode open dumping. Hal ini merupakan upaya

mengurangi dampak negative TPA terhadap lingkungan, khususnya

terhadap air dan tanah.

2.4.2.3 Peran kader kesehatan

a. Kader Kesehatan

Kader kesehatan merupakan warga yang terpilih dan diberi bekal

keterampilan kesehatan melalui pelatihan oleh sarana pelayanan

kesehatan/Puskesmas setempat. Menjadi kader kesehatan merupakan

salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam Primary Health

Care (PHC). Kader kesehatan ini selanjutnya akan menjadi motor

penggerak atau pengelola dari upaya kesehatan primer (Notoatmodjo,

2018).

1. Pengertian Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik)

Kader juru pemantau jentik (jumantik) adalah kelompok kerja

kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di tingkat

Desa dalam wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Menurut

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

49

pandangan masyarakat, jumantik adalah petugas khusus yang berasal dari

lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk

melakukan pemantauan jentik nyamuk DBD Aedes Aegypti di

wilayahnya serta melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan

berkesinambungan (Pratamawati, 2012).

2. Tujuan Kader Jumantik

Jumantik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a) Membuat rencana atau jadwal kunjungan seluruh rumah yang ada

di wilayah kerjanya.

b) Memberikan penyuluhan (perorangan atau kelompok) dan

melaksanakan pemberantasan jentik di rumah-rumah atau

bengunan.

c) Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam

PSN DBD.

d) Membuat catatan atau rekapitulasi hasil pemantauan jentik.

e) Melaporkan hasil pemantauan jentik ke puskesmas sebulan

sekali.

f) Bersama supervisor, melakukan pemantauan wilayah setempat

(PWS) dan pemetaan per rw hasil pemantauan jentik sebulan

sekali (Kemenkes, 2012).

3. Peran kader Jumantik

Peran Jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan dini

mewabahnya DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

50

menghambat perkembangan awal vektor penular DBD. Keaktifan kader

jumantik dalam memantau lingkungannya diharapkan dapat menurunkan

angka kasus DBD. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan

keaktifan jumantik melalui motivasi yang dilakukan oleh dinas

kesehatan.

2.4.3 Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar

manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyebaran DBD antara lain (Widodo,

2012).

a. Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus Dengue ditemukan tersebar luas di

berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak

antara 30°C Lintang Utara dan 40°C Lintang Selatan seperti Asia

Tenggara, Pasifik Barat dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta

setiap tahunnya.

b. Musim

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan

dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut

menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena

didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi (Hermayudi,

2017).

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

51

c. Suhu udara

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi

metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai

di bawah 10°C. Pada suhu yang lebih tinggi 35°C, nyamuk juga akan

mengalami perubahan, dalam arti lebih lambatnya proses-proses

fisiologi. Rata-rata ideal untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25°C-27°C.

Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 10°C

atau lebih dari 40°C.

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

52

2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.6 Kerangka Teori

Sumber: Segitiga Epidemiologi

Agent

Host

Environment

Peran kader

kesehatan

Penerapan 4M Plus

Virus Dengue

Letak Geografis

Musim

Pengelolaan

sampah

Suhu Udara

Kejadian penyakit

Demam Berdarah

Dengue

Kader Jumantik

Nyamuk Aedes

Aegypti

Timbulan Sampah

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

53

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasi suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat

diamati dan dapat diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam

variable-variabel. Dari variable itulah konsep dapat diamati dan diukur. Jadi,

dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kerangka

konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep

atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang

dimaksud (Notoatmodjo, 2018).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independent

1. Penerapan 4M Plus

2. Pengelolaan Sampah

3. Peran Kader Kesehatan

(Jumantik)

Variabel Dependent

Kejadian Penyakit

Demam Berdarah

Dengue (DBD)

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

54

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang akan

diteliti. Hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salah

dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat penelitian yang menyusun dan

mengujinya (Sugiyono, 2014).

Ditinjau dari operasi rumusnya, ada dua jenis hipotesis yaitu:

1. Hipotesis nol atau hipotesis nihil, hipotesis ini ditulis dengan “Ho” adalah

hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau meniadakan

hubungan sebab akibat antar variable.

2. Hipotesis Ha, hipotesis ini ditulis dengan “Ha”. Hipotesis ini digunakan

untuk menolak atau menerima hipotesis nihil (nol). Hipotesis ini

menyatakan adanya hubungan antar variable.

Dari penjelasannya diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Ha = Ada hubungan antara penerapan 4M Plus terhadap kejadian penyakit

DBD di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo Kabupaten

Pacitan.

2. Ha = Ada hubungan antara pengelolaan sampah terhadap kejadian

penyakit DBD di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

3. Ha = Ada hubungan antara peran kader kesehatan terhadap kejadian

penyakit DBD di Desa Gemaharjo wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

55

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakekatnya merupakan suatu strategi untuk

mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai

pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Pemilihan

desain harus disesuaikan dengan topik penelitian, dengan menilih yang paling

efisien dan dengan hasil yang memuaskan (Rosjidi, 2017).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

yang dilakukan dengan menyebar kuesioner dan wawancara kepada

responden secara langsung dengan pendekatan case control. Penelitian case

control merupakan rancangan penelitian yang membandingkan antara

kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui proporsi kejadian

berdasarkan ada tidaknya paparan. Rancangan penelitian ini dikenal dengan

sifat retrospektif yaitu rancang bangun dengan melihat ke belakang dari suatu

kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti (Hidayat,

2012). Rancangan penelitian case control dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

56

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian Case Control

Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi variable-variabel penelitian (faktor resiko dan efek)

b. Menetapkan subjek penelitian (populasi dan sampel)

c. Identifikasi kasus

d. Pemilihan subjek sebagai kontrol

e. Melakukan pengukuran retrospektif (melihat kebelakang) untuk melihat

faktor resiko

f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variable objek

penelitian dengan variable-variabel control.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni,

2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita penyakit DBD

Faktor Resiko +

Faktor Resiko -

Faktor Resiko +

Faktor Resiko -

Retrospektif

(kasus)

Retrospektif

(kontrol)

Populasi

(Sampel)

Efek+

Efek-

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

57

yang tercatat dalam catatan medik di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan sebanyak 32 kasus dengan perbandingan 1 : 1 yang terdiri

dari populasi kasus sebanyak 32 responden dan populasi kontrol 32

responden. Jadi, populasi dalam penelitian ini adalah 64 responden.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. Populasi yang terlalu besar peneliti

tidak mungkin mengambil semuanya untuk dijadikan responden, karena

keterbatasan data, waktu, dan tenaga, maka peneliti menggunakan sampel

yang diambil dari populasi. Sampel yang diambil harus mewakili populasi

dan valid (Sujarweni, 2014).

Sampel dalam penelitian ini adalah total pupolasi yang diambil 32

responden untuk kasus dan 32 responden kelompok pembanding atau kontrol

adalah keluarga yang anggotanya tidak/ belum pernah ada yang menderita

DBD dengan perbandingan 1 : 1. Sehingga jumlah sampel yang

memungkinkan pada penelitian ini adalah 64 sampel. Ada beberapa kriteria

sampel sebagai berikut:

1. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi

sebagai berikut:

a. Untuk Kasus

1) Warga yang telah terdiagnosa penyakit DBD dan terdaftar di

Puskesmas Gemaharjo Kabupaten Pacitan.

2) Dapat berkomunikasi dengan baik.

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

58

b. Untuk Kontrol

1) Orang yang tidak menderita DBD.

2) Dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).

a. Untuk Kasus

a. Pindah tempat tinggal saat dilakukan penelitian

b. Untuk Kontrol

a.Subyek tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian

4.3 Teknik Sampling

Sampling adalah suatu bagian dari proses penelitian yang

mengumpulkan data dari target penelitian yang terbatas (Nursalam, 2013).

Teknik sampling adalah cara atau teknik-teknik tertentu dalam mengambil

sampel penelitian sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili

populasinya. Teknik sampel diambil dengan menggunkaan teknik total

sampling. Total sampling yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai

sampel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Karena jumlah populasi yang kurang

dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja atau operasional adalah kegiatan penelitian yang akan

dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan diteliti untuk mencapai

tujuan penelitian (Nursalam, 2013). Berikut adalah kerangka kerja pada

penelitian ini:

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

59

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi

Seluruh penderita DBD di Desa Gemaharjo Kabupaten Pacitan

berjumlah 64 responden

Sampel

Penderita DBD dan tidak menderita DBD di wilayah kerja Puskesmas

Gemaharjo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan sebanyak 32

orang sebagai kasus dan 32 orang sebagai kontrol dengan

perbandingan 1 : 1

Teknik Sampling

Total Sampling

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuesioner

Pengumpulan Data

Wawancara, observasi dan kuesioner

Pengolahan Data

Editing, coding, entry, cleaning, tabulating

Analisis Data

Chi-square

Hasil Penelitian dan Kesimpulan

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

60

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variable penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri

yang diambil oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan

yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2018). Variable ini

dibedakan menjadi dua yaitu variable independen (variable bebas) dan

variable dependen (variable terikat).

4.5.1.1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variable independen adalah variable yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (Sugiyono,

2014). Variable independent dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD), antara lain:

1. Penerapan 4M Plus

2. Pengelolaan sampah

3. Peran kader kesehatan

4.5.1.2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya veriabel bebas (Sugiyono, 2014). Dalam

penelitian ini variable terikatnya adalah upaya pencegahan penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) Di wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

61

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi opasional adalah menjelaskan semua variable dan semua

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga

mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian

(Nursalam, 2013). Adapun definisi operasional ini akan diuraikan dalam

table berikut:

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

62

Table 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

Data

Skor Kategori

Variable Dependen

1 Kejadian

penyakit DBD

Mayarakat desa

Gemaharjo yang sudah

menderita penyakit DBD

yang tercatat di

Puskesmas Gemaharjo

1. Kasus, warga yang

tercatat sebagai

penderita DBD di

wilayah Puskesmas

Gemaharjo

2. Kontrol, warga yang

tidak menderita

DBD yang menjadi

keluarga/tetangga

dari penderita

Data sekunder

dari Puskesmas

(kasus) dan

ceklist (kontrol)

Nominal 1 = Kasus

2 = Kontrol

1= Kasus, warga

yang tercatat

sebagai penderita

DBD di wilayah

puskesmas

Gemaharjo

2= Kontrol, warga

yang tidak tercatat

sebagai penderita

DBD di wilayah

puskesmas

Gemaharjo

Variable Independen

2 Penerapan 4M

Plus

Kebiasaan memberantas

sarang nyamuk dengan

kegiatan 4M Plus

1. Menguras

2. Menutup

3. Mengubur

4. Memantau

5. Menggunakan bubuk

abate

Tindakan responden

memberantas sarang

nyamuk dengan kegiatan

4M Plus dilakukan

minimal sekali dalam

seminggu

(Kemenkes RI, 2012)

Kuesioner dan

observasi

Nominal 1 = Tidak

2 = Ya

1 = kurang baik jika

total skor ≤50%

2 = baik jika total

skor >50%

(Sunyoto, Danang,

2013))

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

63

No Variable Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala

Data

Skor Kategori

3 Pengelolaan

Sampah

Pengelolaan sampah

meliputi pengumpulan,

pengangkutan, sampai

dengan pemusnahan atau

pengelolaan sampah

sedemikian rupa

sehingga sampah tidak

mengganggu kesehatan

masyarakat dan

lingkungan hidup

1. Pengelolaan sampah

dikatakan kurang baik

jika, tidak melakukan

pemilahan sampah

sampai pengolahan

sampah

2. Pengelolaan sampah

dikatakan baik jika,

melakukan pemilahan

sampah sampai

pengolahan sampah

(Kemenkes RI, 2012)

Kuesioner dan

observasi

Nominal 1 = Tidak

2 = Ya

1 = kurang baik jika

total skor ≤50%

2 = baik jika total

skor >50%

(Sunyoto, Danang,

2013)

4 Peran Kader

Jumantik

Peran jumantik sebagai

kelompok kerja kegiatan

pemberantasan penyakit

demam berdarah dengue

di tingkat Desa dalam

wadah Lembaga

Ketahanan Masyarakat

Desa

1.Peran kader jumantik

tidak aktif jika, tidak

melakukan pemeriksaan

jentik minimal sekali

dalam 1 bulan

2.Peran kader jumantik

aktif jika, melakukan

pemeriksaan jentik

minimal sekali dalam 1

bulan

(Kemenkes RI, 2012)

Kuesioner Nominal 1 = Tidak

2 = Ya

1 = tidak aktif jika

< 1 kali dalam 1

bulan

2 = aktif ≥ 1 kali

dalam 1 bulan

(Kemenkes RI,

2012)

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

64

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data instrumen penelitian tersebut dapat berupa kuesioner (data

pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018).

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan sumber data primer, yaitu dari pengisian lembar kuesioner dan

lembar observasi. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang tersusun

dengan baik, sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban.

Kuesioner berisi daftar pertanyaan terkait identitas responden dan variable

dalam penelitian yang diajukan peneliti terhadap responden. Pertanyaan yang

digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur dimana angket tersebut

dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban

yang sudah tersedia.

Sebelum melakukan penelitian, kuesioner yang akan diajukan

dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

4.6.1 Uji Validitas

Untuk menguji validitas instrument digunakan rumus korelasi

Product Moment. Penentuan kevalidan suatu instrument diukur dengan

membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Adapun penentuan disajikan

sebagai berikut:

1. r-hitung > r-tabel atau nilai sig r < 0,05 : valid

2. r-hitung < r-tabel atau nilai sig r > 0,05 : tidak valid

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

65

Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut

dikeluarkan dan proses analisis diulang untuk butiran yang valid saja.

Hasil r hitung dibandingkan r-tabel dimana df=n-2 dengan sig 5%.

Jika r-tabel < r-hitung maka valid, dan jika r-tabel > r-hitung maka tidak

valid (Sujarweni, 2014).

Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 20 uji kuesioner

dilakukan di Puskesmas Tegalombo Kabupaten Pacitan dengan jumlah

responden 20 (10 untuk responden kasus dan 10 untuk responden kontrol)

maka nilai r-tabel dapat diperoleh melalui table r product moment pearson

dengan df (degree of freedom) = n-2, sehingga df = 20-2=18, maka r

table= 0,378. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel.

Dapat dilihat dari Corrected Item Total Correlation. Analisis output bisa

dilihat dibawah ini:

Tabel 4.2 Data Validitas Instrumen Penelitian

No Butir R hitung R tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,970 0,378 Valid

Pertanyaan 2 0,789 0,378 Valid

Pertanyaan 3 0,915 0,378 Valid

Pertanyaan 4 0,853 0,378 Valid

Pertanyaan 5 0,970 0,378 Valid

Pertanyaan 6 0,287 0,378 Tidak valid

Pertanyaan 7 0,970 0,378 Valid

Pertanyaan 8 0,481 0,378 Valid

Pertanyaan 9 0,072 0,378 Tidak valid

Pertanyaan 10 0,692 0,378 Valid

Pertanyaan 11 0,970 0,378 Valid

Sumber: data primer Validitas Instrumen Penelitian

Disimpulkan dari tabel di atas bahwa 9 butir pertanyaan dinyatakan

valid karena melebihi r tabel ≥0,378 dan 2 butir pertanyaan dinyatakan

tidak valid karena < r tabel 0,378.

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

66

4.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reabilitas menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran alat ukur tersebut tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018).

Uji reabilitas dilakukan dengan cara membandingkan angka

cronbach alpha dengan ketentuan nilai cronbach alpha minimal adalah

0,6. Artinya jika nilai cronbach alpha yang didapatkan dari hasil

perhitungan SPSS lebih besar dari 0,6 maka disimpulkan kuesioner reabel,

sebaliknya jika conbach alpha lebih kecil dari 0,6 maka disimpulkan tidak

reabel.

Tabel 4.3 Data Reliabilitas Instrumen Penelitian

Cronbach’s Alpha Keterangan

0,771 Reliable

Sumber: Sumber data Reliabilitas Instrumen Penelitian

Diperoleh r hitung > r tabel maka dinyatakan valid. Berdasarkan

uji reliabilitas didapatkan hasil Cronbach’s Alpha sebesar 0,771 yang

artinya reliable. Sehingga kuesioner penelitian ini dapat digunakan sebagai

alat pengumpulan data pada sumber penelitian.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan.

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

67

4.7.2 Waktu Penelitian

Table 4.4 Waktu Kegiatan

No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

1 Pengajuan judul 2 Februari 2019

2 Penyusunan dan bimbingan

proposal

22 Februari 2019

3 Ujian proposal 18 Mei 2019

4 Revisi proposal 19-31 Mei 2019

5 Pengambilan data 19 Juli 2019

6 Penyusunan dan konsul

skripsi

19-31 Juli 2019

7 Ujian skripsi 10 Agustus 2019

8 Revisi skripsi

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari survey ke lokasi di Desa

Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan dan wawancara

langsung kepada responden dengan menggunakan lembar kuesioner dan

lembar observasi.

4.8.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Gemaharjo maupun data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan serta data Profil

Puskesmas Gemaharjo Kabupaten Pacitan.

4.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

4.9.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan

dianalisa menggunakan SPSS for windows. Teknik pengolahan data yang

dilakukan pada penelitian ini yaitu meliputi:

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

68

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan

kembali data maupn kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.

Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian

kuesioner, dan setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2018).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numeric (angka)

terhadap data bertujuan untk membedakan berdasarkan karakter

(Notoatmodjo, 2018). Coding pada penelitian ini dilakukan dengan

cara memberikan kode angka pada setiap jawaban untuk

mempermudah dalam pengolahan dan analisis data.

Table 4.5 Tabel Coding

No Variable Coding

1 Kejadian penyakit DBD 1 = kasus

2 = control

2 Penerapan 4M Plus 1 = kurang baik

2 = baik

3 Pengelolaan sampah 1 = kurang baik

2 = baik

4 Peran kader kesehatan

(jumantik)

1 = tidak aktif

2 = aktif

3. Entry

Entry adalah mengisi masing-masing jawaban dari responden

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau “software” computer (Notoatmodjo, 2018).

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

69

4. Cleaning

Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

5. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui

editing dan coding ke dalam suatu table tertentu menurut sifat-siat

yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian. Table ini terdiri atas

kolom dan baris. Kolom pertama yang terletak paling kiri digunakan

untuk nomor urut atau kode responden. Kolom yang kedua dan

selanjutnya digunakan untuk variable yang terdapat dalam

dokumentasi. Baris digunakan setiap responden.

4.9.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan setiap variable penelitian. Pada umumnya pada

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dan

setiap variable (Notoatmodjo, 2018).

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing-masing variable, baik variable bebas (Penerapan 4M

Plus, Pengelolaan sampah, dan Peran Kader Kesehatan) dan variable

terikat (upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue).

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

70

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi dua variable baik berupa komparatif, asosiatif maupun

korelatif (Sugiyono, 2013). Analisis bivariat untuk mengetahui

kemaknaan hubungan antara variable dependen dan independen,

analisis bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit DBD di Desa

Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Penelitian ini menggunakan Uji Chi-Square, uji ini digunakan

untuk mengetahui hubungan variable yang mempunyai data kategorik.

Data atau variable kategorik pada umumnya berisi skala data nominal

dan ordinal (Notoatmodjo, 2018). Prinsip Uji Chi-Square adalah

membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi

harapan (ekspektasi), apabila nilai frekuensi observasi dengan nilai

frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang

bermakna, sebaliknya bila berbeda maka dikatakan ada perbedaan

yang signifikan. Syarat dari Uji Chi-Square yaitu sebagai berikut

(Sopiyudin Dahlan, 2014).

a. Sampel dipilih acak

b. Untuk table lebih 2x2 Pearson chi-square dan continuity

correction untuk table 2x2 dengan expected count < 5.

c. Sedangkan Fisher’s Exact digunakan untuk tabel silang

(kontingensi) 2x2 dengan expected count < 5.

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

71

d. Bila tabel lebih dari 2x2 maka uji yang digunakan adalah person

chi-square. Bila p-value<0,05 artinya Ho ditolak, Ha diterima

yang berarti ada hubungan antara variable dependen dengan

variable independen. Bila p-value>0,05, artinya Ho diterima, Ha

ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variable independen

dan dependen.

Keterbatasan penggunaan Uji Chi-Square adalah tehnik Uji

Chi-Square memakai data yang diskrit dengan pendekatan distribusi

kontinu. Dekatnya pendekatan yang dihasilkan tergantung ukuran pada

berbagai sel dari table kontingensi, untuk menjamin pendekatan yang

memadai digunakan aturan dasar frekuensi harapan tidak boleh terlalu

kecil.

Keputusan dari hasil pengujian Chi-Square adalah sebagai berikut:

1. Jika ρ value ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya

ada hubungan antara variable independent dengan variable

dependent.

2. Jika ρ value > 0,05, maka Ho diterima dan Ho ditolak yang artinya

tidak ada hubungan antara variable independent dengan variable

dependent.

Syarat OR (Odds Ratio), sebagai berikut (Suryono, 2013):

1. OR (Odds Ratio) < 1, artinya faktor yang diteliti merupakan faktor

protektif resiko untuk terjadi efek.

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

72

2. OR (Odds Ratio) > 1, artinya faktor yang diteliti merupakan faktor

resiko.

3. OR (Odds Ratio) = 1, artinya faktor yang diteliti bukan faktor

risiko.

4. Derajat Kepercayaan (Confident Interval 95%), batas kemaknaan α

= 0,05 (5%).

a. Jika CI melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti

merupakan bukan faktor risiko

b. Jika CI tidak melewati angka 1 artinya faktor yang diteliti

faktor risiko.

4.10 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar

manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga

penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan

manuisa. Etika yang harus diperharikan antara lain:

4.10.1 Informed Consent (Informasi untuk responden)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

informan dengan memeberikan lembar persetujuan melalui informed

consent, kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan. Setelah calon

responden memahami penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya

peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditandatangani oleh

sampel penelitian.

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

73

4.10.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Anonymity merupakan yang telah dikumoulkan dari responden

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini data yang sudah

terkumpul dari responden bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan di file

khusus milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden yang

mengetahui.

4.10.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Segala informasi yang didapat oleh peneliti baik dari responden

langsung maupun dari hasil pengamatan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.

Pada kuesioner penelitian responden hanya mengisi pertanyaan dan peneliti

memberikan kode pada kuesioner sehingga identitas responden tidak

diketahui.

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

74

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo merupakan Puskesmas yang

terletak disebelah utara Kabupaten Pacitan berbatasan dengan Kabupaten

Ponorogo. Desa Gemaharjo mencakup 4 desa dari wilayah Kecamatan

Tegalombo, yaitu: Desa Gemaharjo, Desa Tahunan, Desa Tahunan Baru, dan

desa Ploso. Luas wilayah Puskesmas Gemaharjo adalah 52,78 Km². Secara

fisik Puskesmas Gemaharjo Kecamatan Tegalombo memiliki batas-batas

wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara : Desa Wates Kecamatan Slahung Ponorogo

b. Sebelah Timur : Desa Tugurejo Kecamatan Slahung

c. Sebelah Selatan : Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo

d. Sebelah Barat : Desa Watu Pathok Kecamatan Bandar

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Sumber: Profil Puskesmas Gemaharjo

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

75

Menurut data profil desa, penduduk wilayah kerja Puskesmas

Gemaharjo tahun 2018 yaitu sebanyak 17.467 jiwa. Jumlah kepala keluarga

di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo adalah sebanyak 5.516 KK.

5.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Gemaharjo

Puskesmas Gemaharjo yang melayani UGD 24 jam adalah satu-

satunya lembaga kesehatan terdekat yang dituju masyarakat gemaharjo

untuk melakukan pengobatan atau konsultasi masalah kesehatan selain

akses yang mudah djangkau tempat keberadaannya juga sangat strategis

berada di seberang jalan raya pacitan-ponorogo atau jalur provinsi.

Puskesmas Gemaharjo berada di Desa Gemaharjo Kabupaten Pacitan

namun orang yang berobat tidak hanya dari kabupaten Pacitan saja,

bahkan orang yang berasal dari Kabupaten Ponorogo ada yang berobat ke

Puskesmas tersebut. Dapat dikatakan bahwa Puskesmas Gemaharjo

merupakan puskesmas terbesar dibandingkan puskesmas lainnya.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas

Gemaharjo.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 27 42,2

2 Perempuan 37 57,8

Total 64 100,0

Sumber : Data Primer Penelitian 2019

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

76

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas terlihat bahwa jenis kelamin reponden

terbanyak dalam kategori perempuan yaitu sebanyak 37 orang (57,8%).

5.2.2 Karakteristtik Responden Berdasarkan Usia

Table 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1 <35 28 43,8

2 ≥35 36 56,2

Total 64 100,0

Sumber : Data Primer Penelitian 2019

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas terlihat bahwa presentase terbesar responden

yang berumur ≥ 35 tahun sebanyak 36 orang (56,2%).

5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Table 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja

Puskesmas Gemaharjo.

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

2 Dasar 22 34,4

3 Menengah 27 42,2

4 Tinggi 15 23,4

Total 64 100,0

Sumber : Data Primer Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 5.3 diatas, bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat pendidikan Menengah yaitu sebanyak 35 orang (54,7%).

5.2.4 Karakteristtik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Table 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan di

Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

77

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Wirausaha 7 10,9

2 IRT 20 31,2

3 Petani 34 53,1

4 Swasta 3 4,7

Total 64 100,0

Sumber : Data Primer Penelitian 2019

Berdasarkan table 5.4 diatas, bahwa sebagian besar responden memiliki

pekerjaan sebagai Petani yaitu sebanyak 34 orang (53,1%). Sedangkan

sebagian kecil responden memiliki pekerjaan sebagai Swasta sebanyak 3

orang (4,7%).

5.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan 4M Plus

Table 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penerapan 4M Plus di Desa

Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

No Penerapan 4M Plus Jumlah (N) Prosentase (%)

1 Kurang baik 30 46,9

2 Baik 34 53,1

Total 64 100,0

Sumber: Data Primer Penelitia, 2019

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas frekuensi penerapan 4M Plus sebagian besar

responden yang kurang baik penerapannya sebanyak 30 orang (46,9%).

5.2.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Sampah

Table 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengelolaan Sampah di Desa

Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

No. Frekuensi Pengelolaan

Sampah

Jumlah (N) Prosentase (%)

1 Kurang baik 15 23,4

2 Baik 49 76,6

Total 64 100,0

Sumber: Data Primer Penelitian 2019

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

78

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas frekuensi pengelolaan sampah diketahui

sebagian besar responden dengan pengelolaan sampah kurang baik

sebanyak 15 orang (23,4%).

5.2.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Kader Kesehatan

Table 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Kader Kesehatan di

Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

No Peran kader

kesehatan

Jumlah (N) Prosentase (%)

1 Tidak aktif 14 21,9

2 Aktif 50 78,9

Total 64 100,0

Sumber: Data Primer Penelitian 2019

Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui peran kader kesehatan sebagian

besar tidak aktif sebanyak 14 orang (21,9%).

5.3 Hasil Penelitian

5.3.1 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan dan

besarnya nilai odd ratio faktor resiko, dan digunakan untuk mencari

hubungan antara variable bebas dan variable terikat dengan uji statistic

yang disesuaikan dengan skala data yang ada. Uji statistic yang digunakan

Chi-Square dan penentuan Odds Ratio (OR) dengan taraf kepercayaan (CI)

95% dan tingkat kemaknaan 0,05. Berikut adalah hasil analisis bivariat:

5.3.1.1 Hasil Analisis Hubungan Penerapan 4M Plus dengan kejadian DBD

di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Table 5.9 Hubungan Penerapan 4M Plus dengan kejadian DBD di Desa

Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

79

Penerapan

4M Plus

Kejadian DBD P-value

OR

(95%CI) Kasus Kontrol

N % N %

0,001

6,600

(2,208-

19,728)

Kurang baik 22 73,3 8 26,7

Baik 10 29,4 24 70,6

Total 32 100,0 32 100,0

Sumber: Data Primer Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa responden yang

kurang baik penerapan 4M Plus pada kelompok kasus sebanyak 22

(73,3%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 8 (26,7%).

Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat koreksi

(Continuity Correction) dengan P-Value Sig. 0,001 artinya ada hubungan

antara penerapan 4M Plus dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja

Puskesmas Gemaharjo dengan nilai OR sebesar 6,600 atau > 1 yang

artinya bahwa responden yang tidak menerapkan 4M Plus pada

kelompok kasus 6,600 kali lebih besar berisiko terkena DBD

dibandingkan dengan responden yang menerapkan 4M Plus pada

kelompok kontrol.

5.3.1.2 Hasil Analisa Hubungan Pengelolaan Sampah dengan kejadian DBD

di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Table 5.10 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan kejadian DBD di

Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Pengelolaan

Sampah

Kejadian DBD P-value

OR

(95%CI) Kasus Kontrol

N % N %

0,034

5,063

(1,255-

20,424)

Kurang baik 12 80,0 3 20,0

Baik 20 40,8 29 59,2

Total 32,0 100,0 32,0 100.0

Sumber: Data Primer Penelitian 2019

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

80

Berdasarkan table 5.10 diatas dapat diketahui bahwa responden

yang pengelolaan sampahnya kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 12 (80,0%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 3

(20,0%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

Fisher’s Exact Test dengan P-value Sig. 0,032 sehingga, dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan

kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo. Dengan nilai OR

sebesar 5,063 atau > 1 yang artinya bahwa responden yang pengelolaan

sampahnya kurang baik pada kelompok kasus sebanyak 5,063 kali lebih

besar beresiko terkena DBD dibandingkan dengan responden yang

pengelolaan sampahnya baik pada kelompok kontrol.

5.3.1.3 Hasil Analisa Hubungan Peran Kader Kesehatan dengan kejadian

DBD di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Table 5.11 Hubungan Peran Kader Kesehatan dengan kejadian DBD di

Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo.

Peran Kader

Kesehatan

Kejadian DBD P-value

OR

(95%CI) Kasus Kontrol

N % N %

0,000

21,211

(2,565-

175,404)

Tidak aktif 13 92,9 1 7,1

Aktif 19 38,0 31 62,0

Total 32,0 100,0 32,0 100.0

Sumber: Data Primer Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 5.11 diatas dapat diketahui bahwa responden

menjawab peran kader tidak aktif pada kelompok kasus sebanyak 13

(92,9%), lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya 1 (7,1%).

Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat Fisher’s Exact

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

81

Test dengan P-value Sig. 0,000 sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara peran kader kesehatan dengan kejadian DBD di wilayah

kerja Puskesmas Gemaharjo. Dengan nilai OR sebesar 21,211 atau > 1

yang artinya bahwa kader kesehatan yang tidak aktif pada kelompok

kasus sebanyak 21,211 kali lebih besar beresiko terkena DBD

dibandingkan dengan kader kesehatan yang aktif pada kelompok control.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Penerapan 4M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Penerapan 4M Plus di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

berdasarkan analisis Univariat diperoleh frekuensi penerapan 4M Plus

sebagian besar responden yang kurang baik sebanyak 30 orang (46,9%)

dan frekuensi responden yang baik sebanyak 34 orang (53,1%).

Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan

kasus DBD sangat diperlukan. Oleh karenanya program Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus perlu dilakukan secara

berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan.

Kegiatan tersebut dilakukan agar populasi nyamuk Aedes aegypti dapat

ditekan semaksimal mungkin sehingga penularan DBD tidak terjadi

(Depkes RI, 2016).

Hal tersebut didukung ketika melakukan wawancara dengan

responden mengenai penerapan 4M Plus serta observasi langsung terdapat

jentik apa tidak ditempat penampungan air, tertutup apa tidak tempat

penampungan air, dan terdapat genangan air apa tidak disekitar rumah.

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

82

Hasil dari pertanyaan di kuesioner dan observasi, sebagian responden tidak

tidak menerapkan 4M Plus dengan baik. Dalam penelitian ini masyarakat

dalam pelaksanaan penerapan 4M Plus masih kurang berjalan secara

optimal, dari segi pengetahuan tentang cara menerapkan 4M Plus sebagian

responden sudah mengetahui dengan baik. Kemauan dan tingkat

kedisiplinan untuk menguras tempat penampungan air minimal seminggu

1 kali pada masyarakat memang perlu ditingkatkan, mengingat bahwa

kebersihan air selain untuk keselamatan manusia juga menciptakan kondisi

lingkungan yang bersih. Dengan kebersihan lingkungan diharapkan dapat

menekan terjadinya berbagai penyakit yang timbul akibat dari lingkungan

yang tidak bersih.

5.4.2 Pengelolaan Sampah di wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Pengelolaan sampah di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

berdasarkan analisis Univariat diperoleh frekuensi pengelolaan sampah

sebagian besar responden yang kurang baik sebanyak 15 orang (23,4%)

dan frekuensi responden yang baik sebanyak 49 orang (76,6%).

Pencemaran lingkungan yang semakin meningkat disebabkan oleh

berbagai hal, seperti bertambahnya populasi manusia yang mengakibatkan

meningkatnya jumlah sampah yang dibuang (Ayu, 2016). Pengelolaan

sampah rumah tangga yang tidak benar dapat menjadi sarang nyamuk.

Upaya pengendalian vector harus mendorong penanganan sampah yang

efektif dan memperhatikan lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar

“mengurangi, menggunakan ulang, dan daur ulang”

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

83

Hal tersebut didukung ketika melakukan wawancara dengan

responden mengenai pengelolaan sampah serta observasi langsung dengan

melihat terdapat tempat pembuangan sampah dan peralatan yang

digunakan. Hasil dari pertanyaan di kuesioner dan observasi, sebagian

responden tidak mengelola sampah dengan baik sebanyak 15 orang

(23,4%). Responden tidak mengelola sampah dengan baik karena

masyarakat sibuk dengan pekerjaannya seperti ke sawah, ke kebun dan

pekerjaan lainnya, sehingga mereka tidak sempat mengelola sampah

dengan baik. Hal tersebut yang menimbulkan nyamuk dapat berkembang

biak dan penularan DBD semakin meningkat.

5.4.3 Peran Kader Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

Peran kader kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Gemaharjo

berdasarkan analisis Univariat diperoleh frekuensi peran kader kesehatan

sebagian besar responden yang menjawab tidak aktif sebanyak 14 orang

(21,9%) dan frekuensi responden yang menjawab aktif sebanyak 50 orang

(78,9%).

Peran kader kesehatan sangat penting dalam system kewaspadaan

dini mewabahnya DBD karena berfungsi untuk memantau keberadaan dan

menghambat perkembangan awal vektor penular DBD. Keaktifan kader

kesehatan dalam memantau lingkungannya diharapkan dapat menurunkan

angka kasus DBD. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan

keaktifan kader melalui motivasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan.

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

84

Hal tersebut didukung ketika peneliti melakukan wawancara

dengan responden mengenai peran kader kesehatan . Hasil dari pertanyaan

di kuesioner sebagian responden menjawab bahwa kader kurang aktif,

dikarenakan bahwa kader kesehatan tidak rutin melakukan survey

kesehatan.

5.4.4 Hubungan Penerapan 4M Plus dengan Kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Gemaharjo

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan penerapan 4M Plus dengan kejadian DBD diperoleh

nilai P-Value Sig. 0,001 berati ada hubungan yang signifikan antara

penerapan 4M Plus dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas

Gemaharjo. Dan diketahui nilai OR sebesar 6,600 berati bahwa responden

yang tidak menerapkan 4M Plus pada kelompok kasus 6,600 kali lebih

berisiko terkena DBD dibandingkan dengan responden yang menerapkan

4m plus pada kelompok kontrol.

Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu dilakukan secara

teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat

berkembangbiak. Selain itu PSN DBD perlu dilaksanakan oleh seluruh

masyarakat, agar populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan

semaksimal mungkin sehingga penularan DBD tidak terjadi (Depkes RI,

2016), untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus

dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan, karena keberadaan

jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

85

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nila Pratiwi (2015) yang

diperoleh hasil ada hubungan praktik PSN dengan kejadian DBD di

Kelurahan Mulyoharjo Jepara dan tidak sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Hardayati (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada

hubungan antara sikap dengan praktik PSN DBD di Kecamatan Pekanbaru

Kota Riau.

Timbulnya kemauan atau kehendak adalah sebagai bentuk lanjutan

dari kesadaran dan pemahaman terhadap objek dalam hal ini adalah

praktik PSN DBD. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan

untuk melakukan suatu tindakan. Teori ini menyebutkan bahwa sikap

sebagai indikasi akan timbulnya suatu tindakan (Notoatmodjo, 2018).

Hal tersebut didukung ketika melakukan wawancara dengan

responden mengenai penerapan 4M Plus serta observasi langsung terdapat

jentik apa tidak ditempat penampungan air, tertutup apa tidak tempat

penampungan air, dan terdapat genangan air apa tidak disekitar rumah.

Hasil dari pertanyaan di kuesioner dan observasi, sebagian responden tidak

tidak menerapkan 4M Plus dengan baik dan mengalami DBD. Hal ini juga

dapat dilihat hasil analisis dari kelompok kasus yaitu sebanyak 10 (29,4%)

responden dengan penerapan 4M Plus dalam kategori baik dan pada

kelompok kontrol sebanyak 8 (26,7%) responden dengan penerapan 4M

Plus dalam kategori kurang baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kategori

baik dalam penerapan 4M Plus karena masyarakat dapat menerapkan 4M

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

86

Plus dengan cara menguras, menutup, mengubur dan memantau jentik

serta menggunakan bubuk abate di tempat penampungan air. Namun,

sebanyak 10 (29,4%) responden kategori baik kemungkinan dapat tertular

DBD karena masyarakat yang berada disekitar rumahnya tidak

menerapkan 4M Plus dengan baik. Serta mobilitas penduduk,

memudahkan penularan dari suatu wilayah ke wilayah lain dibawa oleh

orang-orang yang terinfeksi virus dengue yang berpindah dari suatu tempat

ke tempat lain (Kemenkes RI, 2010).

Dalam penelitian ini, penerapan 4M Plus dengan kategori kurang

baik sebanyak 8 (26,7%) responden namun tidak pernah mengalami DBD

hal tersebut dikarenakan bahwa responden meletakkan tempat

penampungan air dengan tengkurap, meskipun tidak menguras tempat

penampungan air, setelah digunakan ditengkurapkan dan barang-barang

bekas yang dapat menampung air jika sudah menumpuk langsung dijual.

Sehingga dapat mengurangi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Hal tersebut diharapkan, masyarakat yang sudah melakukan kegiatan PSN

di rumah dan lingkungan, dapat memberi motivasi kepada masyarakat lain

untuk menyisihkan waktu melakukan PSN yang berada di dalam maupun

dilingkungan.

5.4.5 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Gemaharjo

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian DBD

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

87

didapatkan nilai P-Value Sig. 0,034 berati ada hubungan yang signifikan

antara pengelolaan sampah dengan kejadian DBD di wilayah kerja

Puskesmas Gemaharjo. Dan diketahui nilai OR sebesar 5,063 berati bahwa

responden yang pengelolaan sampahnya kurang baik pada kelompok kasus

5,063 kali lebih besar berisiko terkena DBD dibandingkan dengan

responden yang pengelolaan sampahnya baik pada kelompok kontrol.

Menurut Pratiwi (2017) pengelolaan sampah rumah tangga yang

tidak benar dapat menjadi sarang nyamuk. Tindakan membakar sampah

yang dilakukan oleh sebagain warga Desa Payaman tidak secara langsung,

tetapi menunggu sampah yang terkumpul banyak dan cukup untuk dibakar.

Selang waktu menunggu tersebut dengan membiarkan sampah diletakkan

di tempat terbuka dan terkena hujan, kondisi tersebut dapat dijadikan

nyamuk untuk menetaskan telurnya, dan apabila sampai 12 hari tidak

diolah maka telur nyamuk tersebut akan berubah menjadi nyamuk dewasa

dan menambah populasi nyamuk di Desa Payaman.

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lia Fentia (2017)

mengenai faktor lingkungan fisik dengan kejadian DBD menyatakan hasil

p-value 0,003 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan

fisik dengan penyakit DBD. Penelitian lain yang mendukung adalah

penelitian Luluk (2017) yang meneliti hubungan faktor lingkungan fisik

dan perilaku dengan kejadian DBD hasil penelitian tersebut menunjukkan

ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan sampah yang kurang

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

88

baik akan menjadi faktor penyebaran DBD karena dapat memicu

bersarangnya nyamuk Aedes aegypti.

Hal tersebut didukung ketika melakukan wawancara dengan

responden mengenai pengelolaan sampah serta observasi langsung dengan

melihat terdapat tempat pembuangan sampah dan peralatan yang

digunakan. Kebiasaan masyarakat Desa Gemaharjo membuang sampah

dengan cara langsung dibuang ke pekarangan rumah dapat menjadi tempat

bersarangnya nyamuk, adapun sebagian masyarakat membuat tempat

pembuangan sampah seperti lubang besar dibelakang rumah untuk

membuang sampah. Hasil dari pertanyaan di kuesioner dan observasi,

sebagian responden tidak mengelola sampah dengan baik dan mengalami

DBD. Hal ini juga dapat dilihat hasil analisis dari kelompok kasus yaitu

sebanyak 20 (40,8%) responden dengan pengelolaan sampah dalam

kategori baik dan pada kelompok kontrol sebanyak 3 (20,0%) responden

dengan pengeloaan sampah dalam kategori kurang baik.

Hasil penelitian menunjukkan responden kategori baik dengan

pengelolaan sampahnya karena masyarakat dapat mengelola sampah

dengan baik dengan cara mengumpulkan, pengangkutan, sampai dengan

pemusnahan atau pengelolaan sampah sedemikian rupa sehingga sampah

tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Namun,

sebanyak 20 (40,8%) responden kategori baik kemungkinan dapat tertular

DBD karena keberadaan barang-barang bekas disekitarnya yang tidak

terawat.

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

89

Dalam penelitian ini, pengelolaan sampah dengan kategori kurang

baik sebanyak 3 (20,0%) responden namun tidak pernah mengalami DBD

hal tersebut dikarenakan bahwa responden tidak menumpuk sampah terlalu

lama jika sudah menumpuk langsung dibuang. Sehingga dapat mengurangi

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Hal tersebut diharapkan,

masyarakat yang sudah melakukan kegiatan PSN di rumah dan

lingkungan, dapat memberi motivasi kepada masyarakat lain untuk

menyisihkan waktu melakukan PSN yang berada di dalam maupun

dilingkungan.

5.4.6 Hubungan Peran Kader Kesehatan dengan Kejadian DBD di Wilayah

Kerja Puskesmas Gemaharjo

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan peran kader kesehatan dengan kejadian DBD

didapatkan nilai P-Value Sig. 0,000 berati ada hubungan yang signifikan

antara peran kader kesehatan dengan kejadian DBD di wilayah kerja

Puskesmas Gemaharjo. Dan diketahui nilai OR sebesar 21,211 berati

bahwa kader kesehatan yang tidak aktif pada kelompok kasus 21,211 kali

lebih besar berisiko terkena DBD dibandingkan dengan kader kesehatan

yang aktif pada kelompok kontrol.

Menurut Pangestika (2017) dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada kelompok responden yang memiliki sarana prasarana

pelaksanaan dan pelaporan pemantauan jentik yang kurang (56,6%)

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

90

dibandingkan dengan responden yang memiliki sarana prasarana

pelaksanaan dan pelaporan pemantauan jentik yang baik (39,6%).

Kader kesehatan terdiri dari Kader Posyandu Balita, Kader

Posyandu Lansia, Kader Masalah Gizi, Kader Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), Kader Keluarga Berencana (KB), Kader Upaya Kesehatan kerja

(UKK), Kader Promosi Kesehatan (Promkes), Kader Upaya Kesehatan

Sekolah (UKS) dan salah satunya adalah Kader Juru Pemantau Jentik

(Jumantik). Tugas Kader Jumantik tidak hanya memantau jentik saja

melainkan mensosialisasikan PSN kepada seluruh anggota

keluarga/penghuni rumah, serta hasil pemantauan jentik dan pelaksanaan

PSN dicatat pada kartu jentik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu kader kesehatan

sekitar ada 10 kader kesehatan yang ada di Puskesmas Gemaharjo dan

diperoleh bahwa 6 di antaranya masih belum sepenuhnya menjalankan

kewajibannya sebagai kader. Hal ini disebabkan karena mereka

mempunyai pekerjaan yang lainnya. Terkadang sikap mereka menjadi tak

acuh terhadap kejadian penyakit DBD di daerahnya.

Tenaga kader kesehatan program DBD Puskesmas Gemaharjo

sudah menjalankan upaya pengendalian DBD. Akan tetapi perilaku

pengendalian DBD oleh kader di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo

kurang maksimal, karena masih ada kader yang tidak mengikuti evaluasi

pengendalian setiap bulannya. Sehingga mengakibatkan pelaporan

terlambat.

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

91

Hal tersebut didukung ketika peneliti melakukan wawancara

dengan responden mengenai peran kader kesehatan. Hasil dari pertanyaan

di kuesioner sebagian responden menjawab bahwa kader kurang aktif. Hal

ini juga dapat dilihat hasil analisis dari kelompok kasus sebanyak 19

(38,0%) responden dengan menjawab bahwa kader kesehatan aktif dan

pada kelompok kontrol sebanyak 1 (7,1%) responden dengan menjawab

bahwa kader kesehatan tidak aktif.

Hasil penelitian menunjukkan responden dengan menjawab bahwa

kader kesehatan aktif sebanyak 19 (38,0%) responden namun pernah

mengalami DBD dikarenakan menganggap peran kader kesehatan tidak

begitu penting dan tidak menghiraukan pesan kader kesehatan. Sehingga

penularan DBD semakin cepat terjadi.

Peran kader kesehatan sebanyak 1 (7,1%) responden menjawab

bahwa kader kesehatan tidak aktif. Hal tersebut dikarenakan masyarakat

menganggap bahwa kader kesehatan tidak rutin melakukan survey

kesehatan.

Peran kader kesehatan bertujuan untuk melakukan pemeriksaan

jentik nyamuk penular DBD dan memotivasi keluarga atau masyarakat

dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. PSN DBD

adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular

DBD di tempat perkembangbiakannya. Program PJB dilakukan oleh kader,

PKK, jumantik atau tenaga pemeriksa jentik lainnya.

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

92

Kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk termasuk memotivasi

masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD. Dengan kunjungan yang

berulang-ulang disertai dengan penyuluhan masyarakat tentang penyakit

DBD diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD secata teratur

dan terus-menerus. Setiap warga masyarakat mempunyai kewajiban

berperilaku hidup bersih dan sehat, serta menjaga dan memelihara

lingkungan sekitarnya dengan cara berperan aktif melakukan

pemberantasan sarang nyamuk, sehingga tidak ada jentik nyamuk Aedes

aegypti di rumah dan pekarangannya. Tata cara pelaksanaan PJB yaitu:

1. Dilakukan dengan cara mengunjungi rumah-rumah dan tempat-tempat

umum untuk memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA), non-TPA

dan tempat penampungan air alamiah di dalam dan diluar rumah atau

bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada

keluarga dan masyarakat.

2. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat-tempat

umum diminta untuk ikut melihat atau menyaksikan kemudian

lanjutkan dengan PSN DBD (3m atau 3m plus).

3. Memberikan penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan

petugas kebersihantempat-tempat umum.

4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik di Kartu Jentik Rumah/Bangunan

yang ditinggalkan di rumah yang diperiksa serta pada Formulir Juru

Pemantau Jentik (JPJ-1) untuk pelaporan ke puskesmas dan dinas yang

terkait lainnya (Depkes 2016).

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

93

5. Berdasarkan hasil pemantauan yang tertulis di formulir JPJ-1 maka

dapat dicari ABJ dan dicatat di formulir JPJ-2.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Ketersediaan waktu responden saat penelitian berlangsung.

Keterbatasan waktu wawancara antara peneliti dan responden,

dikarenakan responden memeiliki aktivitas lain sehingga waktu yang

diperlukan dalam mengorek jawaban kurang, terutama terkait perilaku

responden. Selain itu, saat wawancara peneliti mengandalkan metode

recall, sehingga kemungkinan yang terjadi adalah recall bias yang

dapat dilihat saat responden terkadang cenderung berfikir dan sulit

megingat kebiasaan kesehariannya terutama pada kelompok kasus

sebelum sakit sehingga belum menggambarkan perilaku yang

sebenarnya. Namun, untuk meminimalisir hal tersebut peneliti

melakukan pengamatan menggunakan penglihatan dan untuk

memeriksa jentik menggunakan alat bantu senter.

2. Kuesioner dalam penelitain ini disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan teori tentang penyakit DBD, dikarenakan belum ada

kuesioner yang baku. Maka penelitian ini melakukan uji validitas dan

reliabilitas kuesioner untuk membuktikan ketepatan dan kelayakan

kuesioner untuk membuktikan ketepatan dan kelayakan kuesioner

untuk mengukur variabel yang diteliti.

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

95

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dalam penelitian tentang

hubungan upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit DBD pada

masyarakat di desa gemaharjo wilayah kerja puskesmas gemaharjo dapat

diambil kesimpulan sebagai berkut:

1. Penerapan 4M Plus oleh responden dalam kategori kurang baik sebanyak

30(46,9%) dan dalam kategori baik sebanyak 34(53,1%).

2. Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh responden dalam kategori

kurang baik sebanyak 15(23,4%) dan dalam kategori baik sebanyak

49(76,6%).

3. Peran kader kesehatan dalam kategori tidak aktif sebanyak 14(21,9%)

dan dalam kategori aktif sebanyak 50(78,9%).

4. Ada hubungan antara perenapan 4M Plus dengan kejadian DBD di

wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo karena nilai p-value Sig. 0,001<

0,05, OR = 6,600 (95% CI = 2,208-19,728).

5. Ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian DBD di

wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo karena nilai p-value Sig. 0,034<

0,05, OR = 5,063 (95% CI = 1,255-20,424).

6. Ada hubungan antara peran kader kesehatan dengan kejadian DBD di

wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo karena nilai p-value Sig. 0,000<

0,05, OR = 21,211 (95% CI = 2,565-175,404).

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

96

6.2 Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

dijadikan sebagai sumber referensi penelitian dan disarankan untuk

meneliti upaya pencegahan yang lain yang berhubungan dengan kejadian

DBD, seperti kebiasaan menggantung pakaian. Karena setelah

melakukan penelitian di Desa Gemaharjo tersebut ditemukan bahwa

kebiasaan menggantung pakaian juga sangat penting untuk diteliti,

karena merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kejadian DBD.

2. Bagi Puskesmas

Dari hasil penelitian ini diharapkan puskesmas dapat meningkatkan

program pencegahan penyakit DBD dengan cara mengadakan pelatihan

kader dan dukungan dari berbagai sektor agar kader dapat meningkatkan

ketrampilannya dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan

upaya pencegehan terhadap penyakit DBD dan lebih rutin melakukan

survey kesehatan minimal 1 kali dalam sebulan.

3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

referensi bagi pembaca untuk lebih mengetahui tentang hubungan upaya

pencegahan terhadap kejadian penyakit DBD.

.

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

97

DAFTAR PUSTAKA

Amrul, H. 2012. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan

Pencegahan gigitan Nyamuk Aedes aegypti dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue di Kota Bandar Lampung. Tesis. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Ayu, Putri. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Nuha Medika: Yogyakarta.

Budiman. 2016. Hubungan Pelaksanaan Kegiatan 3M Dengan Kepadatan Jentik

Aedes aegypti Di Kelurahan Kawua Kabupaten Poso. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadyah Palu.

Dahlan, Sopiyudin. 2014. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif,

Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS.

Jatinagor: Alqaprint.

Departemen Kesehatan RI. 2016. Pemberantasan Demam Berdraah Dengue.

Jakarta.

Dewi, Nila Prastiana. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN

DBD) Di Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Jepara Kabupaten

Jepara. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Pacitan

2018. Pacitan: Dinkes Kab. Pacitan.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur 2018. Surabaya: Dinkes Jatim.

Dinkes Aceh. 2019. Giatkan PSN dan 4M Plus untuk Berantas Demam Berdarah.

Aceh: Dinkes Aceh.

Fitria, N., N.E, Wahyuningsih., R, Muwarni. 2016. Hubungan Praktik Buang

Sampah, Praktik Penggunaan Insektisida, Container Index, dan

Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian DBD (Sudi Di Empat

Rumah Sakit Di Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.

4, No. 5. Oktober 2016.

Hardayati, W., Mulyadi, A., Daryono. 2011. Analisis Perilaku Masyarakat

terhadap Angka Bebas Jentik dan Demam Berdarah Dengua di

Kecamatan Pekanbaru KotaRiau. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Hartiyanti, Tri dkk. 2018. Pengembangan Model Jumantik Bergilir Berbasis Dasa

Wisma Dan Pengaruhnya Terhadap Angka Bebas Jentik. Jurnal

Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

98

Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang. ISSN 2527-

9252.

Hermayudi, Ariani, A.P. 2017. PENYAKIT DAERAH TROPIS. Yoyakarta: Nuha

Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Jakarta: Salemba.

Istiqomah, Syamsulhuda BM, Besar Tirti Husodo. 2017. Fakto-faktor yang

berhubungan dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue

(DBD) pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kramas Kota Semarang.

Vol 5. No 1.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI.

Kuswiyanto. 2016. Buku Ajar Virologi Untuk Analisis Kesehatan. Jakarta: EGC.

Luluk Lidya. 2017. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dan Perilaku dengan

Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)di Wilayah Kerja

Puskesmas Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Skripsi.

Unuversitas Negeri Semarang.

Mayangsari, Ayu Senja. 2017. Mengetahui tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Pembuat Gula Merah Desa Rejodadi Kecamatan Cimangu Kabupaten

Cilacap. Kajian Kesehatan Masyarakat

Misnadiarly. 2009. Demam Berdarah Dengue (Dengue) Ekstrak Daun Jambu Biji

Bisa untuk Mengatasi DBD. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Monica Ester. 2012. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan,

Pencegahan, dan Pengendalian. Jakarta: EGC.

Mumpuni, Yekti dan Widayati Lestari. 2015. Cekal (cegah & tangkal) Sampai

Tuntas Demam Berdarah. Yogyakarta: ANDI

Muninjaya, A.A.G. 2012. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3.Jakarta:

Salemba Medika.

Pangestika, T.L dkk. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Jumantik

Dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue Di

Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

99

Kelurahan Sendangmulyo. Jurnal Kesehatam Masyarakat. Vol..5 No.

5. Oktober 2017.

Pangestika, T.L., dkk. 2017. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Jumantik Dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue

Di Kelurahan Sendangmulyo.Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 5

No. 5. ISSN: 2356-3346.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI. 2013.Penyelenggaraan Prasarana dan

Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga

dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Menteri

Pekerjaan Umum RI.

Pratamawati, D.A. 2012. Peran Juru Pemantau Jentik dalam Sistem

Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 6, No. 6.

Pratiwi, D.I., dan Hargono, R. 2017. Analisis Tindakan Warga Desa Payaman

Dalam Mencegah Penyakit DBD. Jurnal Promkes. Vol. 5 No.2.

Desember 2017

Pratiwi, I.P., Hargono, R. 2017. Analisis Tindakan Warga Desa Payaman Dalam

Mencegah Penyakit DBD. Jurnal Promkes. Vol. 5 No. 2 Desember:

181-192.

Puskesmas Gemaharjo. 2018. Profil Puskesmas Gemaharjo. Gemaharjo:

Puskesmas Gemaharjo.

Rerung AK. 2015. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Pada

Dewasa Di Rumah Sakit Universitas Hasanudin Periode 1 Januari-31

Desember 2014. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanudin.

Respati, T., dkk. 2016. Pemanfaatan Kalender 4M Sebagai Alat Bantu

Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan dan

Pencegahan Demam Berdarah. Vol. 4 No. 2 Tahun 2016.

Riadi, Muchlisin. 2015. Pengertian, Jenis dan Dampak Sampah. Kajian Pustaka.

07 Maret.

Rosjidi, Cholik Harun., Laily Isro’in dan Nurul Sri Wahyuni. 2017. Penyusunan

Proposal dan Laporan Penelitian Step By Step. Ponorogo: Unmuh

Ponorogo Press.

Shafrin, K.A. N.E. Wahyuningsih., dan Suhartono. 2016. Hubungan Keberadaab

Breeding Places Dan Praktik Buang Sampah Dengan Kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Semarang. Jurnal

Kesehatan Masyarakt. Vol. 4, No.4.

SNI 19-2452-2008. Tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman.

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

100

Soegijanti, Soegeng. 2016. Buletin Patogenesa dan Perubahan Patifisiologi

Infeksi Virus Dengue. Surabaya: Airlangga Uneversity Press.

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan ke 25. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit

Gava Media.

Sumantri, Arif. 2013. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya

Manusia (Praktik Penelitian). Yogyakarta : Center of Academic

Publishing Service.

Suprapto. 2012. Artikel Dampak Masalah Sampah Terhadap Kesehatan

Masyarakat. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 10 Desember. Vol.

1 No. 2.

Suryono, Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Suwerda, Bmbang. 2012. BANK SAMPAH (Kajian Teori dan Penerapan).

Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Untari Ida. 2017. 7 Pilar Utama Ilmu Kesehatan Masyarakt. Yogyakarta: Thema

Plublishing.

Winarsih, Sri. 2013. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dan Perilaku PSN

Dengan Kejadian DBD. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. ISSN

2252 6781.

World Health Organization (WHO). 2015. Penyakit Demam Berdarah Dengue

dab Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

101

LAMPIRAN

Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

102

LAMPIRAN 1

SURAT PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :…………………………

Alamat :…………………………

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan

kewajiban sebagai responden. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-

sungguh bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang

berjudul “Hubungan upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit DBD

pada masyarakat Desa Gemaharjo di wilayah kerja Puskesmas Gemaharjo

Kabupaten Pacitan”.

Surat persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran

tanpa ada paksaan dari pihak lain. Data informasi tidak akan disebarluaskan

dan hanya akan dipergunakan untuk pembelajaran/penelitian saja.

Peneliti Pacitan, …………….2019

Responden

(Fitri Nuha Romandani) ( ……………………… )

Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

103

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT

DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GEMAHARJO KABUPATEN PACITAN

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tanggal Pengisian :

No responden :

Kelompok : (kasus / kontrol ) coret salah satu

Nama :

Tanggal lahir :

Alamat :

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : Tidak sekolah Tidak tamat SD

SD SLTP

SLTA Perguruan Tinggi

Pekerjaan : Buruh tani Petani

Wirausaha Pensiunan

IRT Swasta

Lainnya…

Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

104

B. Penerapan 4M Plus

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Berapa kali anda menguras tempat

penampungan air dalam 1

minggu?

2 Apakah anda menutup tempat

penampungan air di didalam dan

diluar rumah?

3 Apakah anda mengubur barang-

barang bekas yang sudah tidak

terpakai?

4 Berapa kali anda memantau jentik

di tempat penampungan air

dalam?

5 Apakah anda menggunakan bubuk

abate di tempat penampungan air

selain air yang dikonsumsi?

C. Pengelolaan Sampah

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda mengumpulkan

sampah terlebih dahulu sebelum

dibuang?

2 Apakah ada pemindahan sampah

dari alat pengumpul kealat

angkut?

3 Apakah dilingkungan anda ada

pengolahan sampah ?

D. Peran Kader Kesehatan (Jumantik)

Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai menurut anda.

No Pertanyaan Aktif Tidak aktif

1 Berapa kali kader jumantik

melakukan survey pemeriksaan

jentik ?

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

105

LAMPIRAN 3

LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT

DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GEMAHARJO KABUPATEN PACITAN

Kelompok : (kasus / kontrol ) coret salah satu

Nama :

Tanggal lahir :

Alamat :

Berilah tanda centang (√) pada kolom dibawah ini

No Penerapan 4M Plus Ceklist (√)

1 Menutup tempat penampungan

air di dalam maupun diluar

rumah

2 Terdapat jentik di tempat

penampungan air

3 Terdapat genangan air disekitar

rumah

No Pengelolaan Sampah Ceklist (√)

1 Ada tempat sampah di dalam

disetiap rumah warga

2 Terdapat tempat pembuangan

akhir sampah disekitar rumah

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

106

LAMPIRAN 4

HASIL OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Uji Validitas

No No Butir Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 21

2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21

3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 20

4 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 18

5 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 19

6 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 18

7 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 20

8 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 20

9 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 20

10 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13

11 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 21

12 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 12

13 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 20

14 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 20

15 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 21

16 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 20

17 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 20

18 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 12

19 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 12

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

107

Lampiran uji kuesioner dengan 11 butir pertanyaan yang diberikan kepada 20 responden

Correlations

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012

VAR00001 Pearson Correlation

1 .787** .882

** .882

** 1.000

** .192 1.000

** .467

* -.058 .577

** 1.000

** .970

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .416 .000 .038 .808 .008 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00002 Pearson Correlation

.787** 1 .663

** .663

** .787

** -.105 .787

** .303 -.032 .524

* .787

** .789

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .000 .660 .000 .195 .895 .018 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00003 Pearson Correlation

.882** .663

** 1 .762

** .882

** .218 .882

** .378 .066 .655

** .882

** .915

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .355 .000 .100 .783 .002 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00004 Pearson Correlation

.882** .663

** .762

** 1 .882

** .218 .882

** .378 -.154 .436 .882

** .853

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 .000 .355 .000 .100 .518 .054 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00005 Pearson Correlation

1.000** .787

** .882

** .882

** 1 .192 1.000

** .467

* -.058 .577

** 1.000

** .970

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .416 .000 .038 .808 .008 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00006 Pearson Correlation

.192 -.105 .218 .218 .192 1 .192 -.192 .302 .333 .192 .287

Sig. (2-tailed) .416 .660 .355 .355 .416 .416 .416 .196 .151 .416 .220

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00007 Pearson Correlation

1.000** .787

** .882

** .882

** 1.000

** .192 1 .467

* -.058 .577

** 1.000

** .970

**

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

108

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .416 .038 .808 .008 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00008 Pearson Correlation

.467* .303 .378 .378 .467

* -.192 .467

* 1 -.290 .346 .467

* .481

*

Sig. (2-tailed) .038 .195 .100 .100 .038 .416 .038 .215 .135 .038 .032

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00009 Pearson Correlation

-.058 -.032 .066 -.154 -.058 .302 -.058 -.290 1 -.101 -.058 .072

Sig. (2-tailed) .808 .895 .783 .518 .808 .196 .808 .215 .673 .808 .762

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00010 Pearson Correlation

.577** .524

* .655

** .436 .577

** .333 .577

** .346 -.101 1 .577

** .692

**

Sig. (2-tailed) .008 .018 .002 .054 .008 .151 .008 .135 .673 .008 .001

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00011 Pearson Correlation

1.000** .787

** .882

** .882

** 1.000

** .192 1.000

** .467

* -.058 .577

** 1 .970

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .416 .000 .038 .808 .008 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

VAR00012 Pearson Correlation

.970** .789

** .915

** .853

** .970

** .287 .970

** .481

* .072 .692

** .970

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .220 .000 .032 .762 .001 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

109

Rangkuman hasil uji validitas

No Butir R hitung R tabel Keterangan

Pertanyaan 1 0,970 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 2 0,789 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 3 0,915 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 4 0,853 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 5 0,970 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 6 0,287 <0,378 Tidak valid

Pertanyaan 7 0,970 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 8 0,481 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 9 0,072 <0,378 Tidak valid

Pertanyaan 10 0,692 ≥0,378 Valid

Pertanyaan 11 0,970 ≥0,378 Valid

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

110

2. UJI RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 95.2

Excludeda 1 4.8

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.771 12

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted Scale Variance if

Item Deleted Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 34.1500 46.766 .966 .740

VAR00002 34.2500 47.461 .761 .746

VAR00003 34.2000 46.800 .903 .741

VAR00004 34.2000 47.221 .834 .744

VAR00005 34.1500 46.766 .966 .740

VAR00006 34.8000 51.642 .247 .772

VAR00007 34.1500 46.766 .966 .740

VAR00008 34.1500 49.924 .432 .763

VAR00009 34.3500 52.555 .002 .781

VAR00010 34.4000 47.937 .652 .750

VAR00011 34.1500 46.766 .966 .740

VAR00012 17.9500 13.208 1.000 .910

Dari hasil analisis di dapat nilai Alpha sebesar 0,771 > 0,60 maka dapat

disimpulkan bahwa butir-butir instrument penelitian tersebut reliabel.

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

111

LAMPIRAN 5

Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

112

LAMPIRAN 6

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

113

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

114

LAMPIRAN 7

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

115

LAMPIRAN 8

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

116

LAMPIRAN 9

Hasil Output Hubungan Upaya Pencegahan Terhadap Kejadian Penyakit

DBD Pada Masyarakat Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas

Gemaharjo Kabupaten Pacitan

1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

JENIS_KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 27 42.2 42.2 42.2

PEREMPUAN 37 57.8 57.8 100.0

Total 64 100.0 100.0

2. Distribusi Frekuensi Umur

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <35 28 43.8 43.8 43.8

<35 36 56.2 56.2 100.0

Total 64 100.0 100.0

3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Dasar 22 34.4 34.4 34.4

Menengah 27 42.2 42.2 76.6

Tinggi 15 23.4 23.4 100.0

Total 64 100.0 100.0

Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

117

4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pekerjaan

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid wirausaha 7 10.9 10.9 10.9

IRT 20 31.2 31.2 42.2

Petani 34 53.1 53.1 95.3

Swasta 3 4.7 4.7 100.0

Total 64 100.0 100.0

5. Distribusi Frekuensi Penerapan 4M Plus

Penerapan_4M_Plus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang baik 30 46.9 46.9 46.9

Baik 34 53.1 53.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

6. Distribusi Frekuensi Pengelolaan Sampah

Pengelolaan_Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang baik 14 21.9 21.9 21.9

Baik 50 78.1 78.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

7. Distribusi Frekuensi Peran Kader Kesehatan

Peran_Kader_Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak aktif 14 21.9 21.9 21.9

Aktif 50 78.1 78.1 100.0

Total 64 100.0 100.0

Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

118

LAMPIRAN 10

HASIL OUTPUT UJI KORELASI (CHI-SQUARE)

1. Hubungan Penerapan 4M Plus dengan Kejadian DBD

Crosstab

Penyakit_DBD Total

kasus kontrol

Penerapan_4M_Plus

kurang baik Count 22 8 30

Expected Count 15.0 15.0 30.0

% within Penerapan_4M_Plus

73.3% 26.7% 100.0%

Baik Count 10 24 34

Expected Count 17.0 17.0 34.0

% within Penerapan_4M_Plus

29.4% 70.6% 100.0%

Total Count 32 32 64

Expected Count 32.0 32.0 64.0

% within Penerapan_4M_Plus

50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.298a 1 .000

Continuity Correctionb 10.604 1 .001

Likelihood Ratio 12.734 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 12.106 1 .001

N of Valid Casesb 64

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Penerapan_4M_Plus (kurang baik / baik)

6.600 2.208 19.728

For cohort Penyakit_DBD = kasus 2.493 1.419 4.381

For cohort Penyakit_DBD = kontrol .378 .201 .711

N of Valid Cases 64

Page 135: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

119

2. Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian DBD

Crosstab

Penyakit_DBD Total

kasus kontrol

Pengelolaan_Sampah

kurang baik Count 11 3 14

Expected Count 7.0 7.0 14.0

% within Pengelolaan_Sampah

78.6% 21.4% 100.0%

Baik Count 21 29 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within Pengelolaan_Sampah

42.0% 58.0% 100.0%

Total Count 32 32 64

Expected Count 32.0 32.0 64.0

% within Pengelolaan_Sampah

50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.851a 1 .016

Continuity Correctionb 4.480 1 .034

Likelihood Ratio 6.145 1 .013

Fisher's Exact Test .032 .016

Linear-by-Linear Association

5.760 1 .016

N of Valid Casesb 64

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pengelolaan_Sampah (kurang baik / baik)

5.063 1.255 20.424

For cohort Penyakit_DBD = kasus 1.871 1.223 2.863

For cohort Penyakit_DBD = kontrol .369 .132 1.035

N of Valid Cases 64

Page 136: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

120

3. Hubungan Peran Kader Kesehatan dengan Kejadian DBD

Crosstab

Penyakit_DBD Total

kasus kontrol

Peran_Kader_Kesehatan

tidak aktif Count 13 1 14

Expected Count 7.0 7.0 14.0

% within Peran_Kader_Kesehatan

92.9% 7.1% 100.0%

Aktif Count 19 31 50

Expected Count 25.0 25.0 50.0

% within Peran_Kader_Kesehatan

38.0% 62.0% 100.0%

Total Count 32 32 64

Expected Count 32.0 32.0 64.0

% within Peran_Kader_Kesehatan

50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 13.166a 1 .000

Continuity Correctionb 11.063 1 .001

Likelihood Ratio 15.112 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association

12.960 1 .000

N of Valid Casesb 64

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Peran_Kader_Kesehatan (tidak aktif / aktif)

21.211 2.565 175.404

For cohort Penyakit_DBD = kasus 2.444 1.667 3.583

For cohort Penyakit_DBD = kontrol .115 .017 .771

N of Valid Cases 64

Page 137: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

121

LAMPIRAN 11

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan responden Kasus

Gambar 2. Wawancara dengan responden kontrol

Gambar 3. Tempat pembuangan sampah

Page 138: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

122

Gambar 4. Melakukan observasi jentik nyamuk

Gambar 5. Barang-barang bekas

Page 139: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

123

Page 140: SKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP ...repository.stikes-bhm.ac.id/589/1/1.pdfSKRIPSI HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI DESA GEMAHARJO

124