ipdk sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan …
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN KHUSUS
IPDK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA DI UNIT PEMBAKARAN DAN
PENDINGINAN PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk.
PABRIK TUBAN JAWA TIMUR
Puri Antika
R.0008062
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan judul : IPDK sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan
dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Jawa Timur
Puri Antika, NIM : R.0008062, Tahun : 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari ………….Tanggal ………….. 20 …….
Pembimbing I Pembimbing II
Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok Live Setyaningsih, SKM
NIP. 19481105 198111 1 001 NIP. 19850811 201101 2020
Ketua Program
D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sumardiyono, SKM, M.Kes
NIP. 19650706 1988303 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Pengesahan perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Puri Antika, 2010. IPDK sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Jawa Timur. PROGRAM D.III
HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.
Manusia, mesin, proses kerja, lingkungan kerja, peralatan, dan material
mengandung faktor dan potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Maka dari itu, perlu adanya identifikasi, penilaian resiko,
dan pengendalian resiko. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
dan potensi bahaya, serta dampak yang ditimbulkan dari kegiatan atau pekerjaan
di unit pembakaran dan pendinginan, serta upaya pengendalian yang dilakukan
oleh perusahaan.
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah potensi dan faktor bahaya yang ada
di tempat kerja dimana di dalamnya terdapat tenaga kerja, mesin, proses kerja,
lingkungan kerja, peralatan, dan material. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, maka perusahaan melakukan Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) yang dilaksanakan di setiap unit kerja dan kegiatan
tenaga kerja kontraktor di unit tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif yang
memberikan gambaran tentang Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut. Pengambilan data diperoleh melalui
observasi, wawancara, data dari perusahaan, dan studi kepustakaan. Data yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya,
tinjauan pustaka, dan peraturan perundangan yang berlaku.
Perusahaan telah melaksanakan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit
pembakaran dan pendinginan sesuai dengan Permenaker No. PER-05/MEN/1996
mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Saran
yang diberikan adalah sebaiknya perusahaan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada seluruh stakeholders di
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Kata kunci : IPDK, Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
Kepustakaan : 12, 1996-2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan, kekuatan, dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta
penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul “IPDK sebagai Upaya
Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan
Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Tuban Jawa Timur”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu, praktek kerja lapangan ini dilaksanakan
untuk menambah wawasan mengenai implementasi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di perusahaan.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sampai Mei 2011.
3. Sumardiyono, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.Ok selaku mantan Ketua Program Diploma
III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta,
periode sampai Juni 2011 dan selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Live Setyaningsih, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
6. Hendro Wartono selaku Kepala Bagian Diklat PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. yang telah memberikan ijin untuk pelaksaan Praktek Kerja Lapangan.
7. Dodi selaku Kepala Diklat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
yang telah memberikan dukungan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
8. Syahri selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk.
9. Kuswandi selaku Kepala Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dan Bapak Awan Nugroho selaku
pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan laporan ini.
10. Seluruh karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang telah
memberikan bantuan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
11. Bapak dan ibu serta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa
untuk keberhasilan dalam penyusunan laporan ini.
12. Teman-teman Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja 2008 yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan
laporan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
13. Semua pihak yang telah membantu penulisan dalam penyusunan laporan
penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, khususnya mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan implementasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.
Surakarta, Mei 2011
Penulis,
Puri Antika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN .............................................. iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 54
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 55
A. Metode Penelitian ...................................................................... 55
B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 55
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ....................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
D. Sumber Data .............................................................................. 56
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 57
F. Pelaksanaan .............................................................................. 58
G. Analisa Data .............................................................................. 59
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 60
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 60
B. Pembahasan ............................................................................... 105
BAB V. SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI ..................................... 132
A. Simpulan .................................................................................... 132
B. Saran .......................................................................................... 133
C. Implikasi ................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 138
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja ................................................. 28
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Resiko ............................................................... 43
Tabel 3. Ukuran Kuantitatif Likelihood Menurut Standar AS/NZS 4360 ...... 43
Tabel 4. Ukuran Kuantitatif Concequence Menurut Standar AS/NZS
4360 ................................................................................................... 44
Tabel 5. Kecelakaan Kerja Unit Pembakaran dan Pendinginan Tahun 2010. 60
Tabel 6. Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja ............................................................................... 79
Tabel 7. Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Lingkungan ...................... 79
Tabel 8. Nilai Keparahan IPDK Unit Kerja ................................................... 80
Tabel 9. Nilai Kemungkinan IPDK Unit Kerja .............................................. 81
Tabel 10. Nilai Peluang IPDK Kontraktor ....................................................... 82
Tabel 11. Nilai Keparahan atau Akibat IPDK Kontraktor ............................... 82
Tabel 12. Keterangan Peringkat Resiko IPDK Kontraktor .............................. 83
Tabel 13. Penyajian IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan ....................... 86
Tabel 14 IPDK Mengoperasikan Blending Silo ............................................ 87
Tabel 15. IPDK Penembusan Air Slide Kiln Feed yang Buntu ..................... 87
Tabel 16. IPDK Mengoperasikan Kiln .......................................................... 88
Tabel 17. IPDK Mengoperasikan Cooler ...................................................... 89
Tabel 18. IPDK Mengoperasikan EP Cooler ................................................ 90
Tabel 19. IPDK Pengoperasian Clinker Transport ....................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Tabel 20. IPDK Mengoperasikan Coal Mill ................................................. 91
Tabel 21. IPDK Bongkar Pasang Batu Tahan Api atau Brick dan Castable . 92
Tabel 22. IPDK Pembersihan Jalan All Area Pabrik Tuban ......................... 94
Tabel 23. IPDK Membuat Kantongan di Lantai 5 Preheater 442 PH 2
Tuban 2 ..................................................................................... 94
Tabel 24. IPDK Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3 ................................ 95
Tabel 25. IPDK Feeding BBA Sekam di Kiln 436 BC 7 .............................. 96
Tabel 26. IPDK Loading Sludge Oil di 442 Kl 1 Tuban 2 ............................ 97
Tabel 27. IPDK Mengganti Actuator Cooler Compartment 5 441 CC 1 ...... 97
Tabel 28. IPDK Mengganti Main Gear 443 Kl 1 dan Potong Kiln Shell
443 Kiln 1 Tuban 3 .................................................................... 98
Tabel 29. IPDK Memasang Blower Cooling Shell Kiln Tuban 2 ................. 99
Tabel 30. IPDK Menambal Cyclone Redspot 443 PH 1 Lantai 6 dan
Lantai 11 Tuban 3 ...................................................................... 100
Tabel 31. IPDK Perbaikan Rekondisi Lift 443 EL 1 Tuban 3 ...................... 101
Tabel 32. IPDK Tembus Inlet Kiln dan Hammer Cooler 441 KL 1
Tuban 1 ............................................................................................. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Domino ............................................................................ 21
Gambar 2. Teori Gunung Es ....................................................................... 27
Gambar 3. Rasio Kecelakaan Menurut Dupont .......................................... 32
Gambar 4. Matrik penilaian Resiko ............................................................ 42
Gambar 5. Risk Matrik Peringkat Resiko .................................................... 44
Gambar 6. Kerangka Pemikiran .................................................................. 54
Gambar 7. Blending Silo ............................................................................. 64
Gambar 8. Suspension Preheater ................................................................ 67
Gambar 9. Rotary Kiln ................................................................................ 68
Gambar 10. Grate Cooler ............................................................................. 70
Gambar 11. Coal Mill ................................................................................... 72
Gambar 12. Electrostatic Precipitator (EP) ................................................. 74
Gambar 13. Risk Matrik Peringakat Resiko IPDK Unit Kerja ...................... 81
Gambar 14. Risk Matrik Penilaian Resiko IPDK Kontraktor ....................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Panggilan Kerja Praktek Lapangan/Magang
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktek Lapanga/Magang
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Kerja Praktek Lapangan/Magang
Lampiran 4. Presensi selama Kerja Praktek Lapangan/Magang
Lampiran 5. Formulir Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) Unit
Kerja
Lampiran 6. Formulir Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
Kontraktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat menuntut
dunia industri untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang
dihasilkan. Seperti yang kita ketahui bahwa sebuah perusahaan sudah barang
tentu menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Maka dari itu,
perusahaan meningkatkan aktivitas produksi untuk meningkatkan jumlah
produk yang dihasilkan. Hal ini didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang telah menghasilkan mesin-mesin produksi yang semakin
canggih. Namun demikian, dalam melaksanakan suatu aktivitas produksi
tidaklah mudah. Setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin, proses
kerja, lingkungan kerja, peralatan, dan material tentunya mengandung risiko.
Dalam perspektif Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) risiko timbul akibat
dari adanya sumber bahaya yang mengandung potensi dan faktor bahaya yang
mana apabila tidak dikendalikan dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
menyatakan bahwa upaya pencegahan kecelakaan, kebakaran, dan penyakit
akibat kerja merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan di instansi baik
milik pemerintah maupun swasta. Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan
upaya pengendalian terhadap potensi dan faktor bahaya guna mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
terjadi. Kerugian dapat berupa kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi.
Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan
menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya citra
perusahaan.
Setiap perusahaan tentunya tidak ingin mengalami kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang menyebabkan
membengkaknya biaya produksi. Maka dari itu, dalam upaya pencegahan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, perusahaan harus melakukan
Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control (HIRARC), serta
melakukan pengawasan dan peninjauan ulang terhadap identifikasi bahaya,
penilaian risiko, dan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Dalam hal ini,
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan identifikasi bahaya, penilaian,
dan pengendalian risiko dalam bentuk Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK).
Melalui observasi yang dilakukan di unit pembakaran dan pendinginan PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban, peneliti mencoba untuk
menggambarkan identifikasi potensi dan faktor bahaya, penilaian risiko atau
dampak yang ditimbulkan, dan upaya pengendalian yang dilakukan guna
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam Identifikasi
dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan
serta Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor pada unit
tersebut melalui laporan dengan judul “IPDK sebagai Upaya Pencegahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Unit Pembakaran dan
Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Jawa
Timur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit
pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban?
2. Bagaimana Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga
kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban?
3. Bagaimana tindak lanjut dari pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Untuk mengetahui Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
3. Untuk mengetahui tindak lanjut dari pelaksanaan Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan guna mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
D. Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
Dapat memperoleh masukan mengenai Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) yang diterapkan sehingga dapat melakukan
perbaikan atau menindak lanjuti terhadap saran-saran yang disampaikan.
2. Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Dapat memperoleh masukan terkait identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko di tempat kerja guna melengkapi kurikulum
sehingga manghasilkan lulusan yang dapat bersaing di dunia kerja.
b. Dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat tentang
identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dimana dalam
hal ini adalah Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit
pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban serta Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
kontraktor di unit tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Peneliti
Dapat mengetahui potensi dan faktor bahaya, dampak atau risiko yang
ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang dilakukan
pada setiap kegiatan produksi dan kegiatan tenaga kerja kontraktor di unit
pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban.
4. Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca khususnya
mengenai identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dimana
dalam hal ini adalah Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban serta Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
kontraktor di unit tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
a. Keselamatan kerja
1) Definisi keselamatan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan
kerja, dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerajaan
dan proses produksi (Tarwaka, 2008).
2) Syarat-syarat keselamatan kerja
Syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada Undang-
undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat
1 yaitu :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
c) Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
d) Memberi pertolongan pada kecelakaan.
e) Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
f) Mencegah atau mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara,
cuaca, sinar radiasi, kebisingan, dan getaran.
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
h) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
i) Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.
j) Menyelenggarakan udara penyegaran udara yang cukup.
k) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
l) Menerapkan ergonomi di tempat kerja.
m) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan
barang.
n) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
o) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan, dan penyimpanan barang.
p) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
q) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
3) Tujuan keselamatan kerja
a) Melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b) Melindungi sumber-sumber produksi agar dapat dipakai dan
digunakan secara efisien.
c) Menjaga proses produksi agar dapat berjalan dengan aman
tanpa hambatan apapun.
b. Kesehatan kerja
1) Definisi kesehatan kerja
Kesehatan (kedokteran) kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
sebaik-baiknya (dalam hal dimungkinkan, bila tidak cukup derajat
kesehatan yang optimal), fisik, mental, emosional, maupun sosial
dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
pekerjaan dan atau lingkungan kerja serta terhadap penyakit pada
umumnya (Suma’mur, 2009).
Dalam rangka upaya menjadikan tenaga kerja yang sehat dan
produktif, kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan
penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat,
produktif dalam bekerja, berada pada keseimbangan yang mantap
antara kapasitas kerja, beban kerja, dan keadaan lingkungan kerja
serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja (Suma’mur, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan atau
kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha
preventif dan kuratif serta rehabilitatif terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik
fisik, mental, maupun sosial (Tarwaka, 2008).
2) Tujuan kesehatan kerja
Menurut Tarwaka (2008) penyelenggaraan kesehatan kerja di
perusahaan bertujuan untuk :
a) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental, dan sosial di semua
lapangan pekerjaan.
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan kerja.
c) Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang
ditimbulkan akibat pekerjaan.
d) Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisik, faal tubuh, dan mental psikologis tenaga
kerja yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Keselamatan dan kesehatan kerja
1) Definisi keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi
didefinisikan sebagai upaya dan pemikiran untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah diri
manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta
hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil,
makmur, dan sejahtera (Tarwaka, 2008).
Secara keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
didefinisikan sebagai ilmu dan penerapannya secara teknis dan
teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan
yang dilakukan (Tarwaka, 2008).
Sedangkan dari sudut pandang ilmu hukum Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) didefinisikan sebagai suatu upaya
perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan
selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan
secara aman, efisien, dan produktif (Tarwaka, 2008).
2) Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
a) Melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b) Melindungi sumber-sumber produksi agar dapat diakui dan
digunakan secara aman dan efisien.
c) Menjaga proses produksi agar dapat berjalan lancar tanpa
hambatan apapun.
2. Tempat kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja,
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
3. Bahaya
a. Definisi bahaya
Pengertian hazard atau potensi bahaya adalah sesuatu yang
berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit,
kecelakaan, atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang
berhubungan dengan proses dan sistem kerja (Tarwaka, 2008).
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,
kerusakan, atau gangguan lainnya (Ramli, 2010).
Bahaya adalah sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi
menciderai manusia atau sakit penyakit (3.8) atau kombinasi dari
semuanya (OHSAS 18001: 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Jenis bahaya
Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Bahaya mekanis
Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara
manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda,
bubut, potong, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain.
Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti
garakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan, dan
bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan
cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau
terkupas.
2) Bahaya listrik
Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi
listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti
kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat. Di lingkungan
kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik,
maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi
listrik.
3) Bahaya fisis
Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
a) Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan
indera pendengaran.
b) Tekanan
c) Getaran
d) Suhu panas atau dingin.
e) Cahaya atau penerangan.
f) Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra
merah.
4) Bahaya biologis
Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber
dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di
lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya
ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian, kimia,
pertambangan minyak, dan gas bumi.
5) Bahaya kimia
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai
dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat
bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan
kimia antara lain :
a) Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).
b) Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam
keras, cuka, air aki, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c) Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia
memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, misalnya golongan
senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG,
dan lain-lain.
d) Polusi dan pencemaran lingkungan.
c. Sumber bahaya
Menurut Ramli (2010) sumber bahaya dapat berasal dari unsur-
unsur produksi, antara lain :
1) Manusia
Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu
pada saat melakukan aktivitas masing-masing. Misalnya pada saat
seseorang melakukan pekerjaan pengelasan, maka dalam proses
pekerjaan tersebut akan terkandung atau timbul berbagai jenis
bahaya.
2) Peralatan
Di tempat kerja akan digunakan berbagai peralatan kerja seperti
mesin, pesawat uap, pesawat angkat, alat angkut, tangga, perancah,
dan lain-lain. Semua peralatan tersebut dapat menjadi sumber
bahaya bagi manusia yang menggunakannya. Misalnya tangga
yang tidak baik atau rusak dapat mengakibatkan bahaya jatuh dari
ketinggian. Mesin yang berputar dapat menimbulkan bahaya
mekanis atau fisis. Mesin kempa dapat menimbulkan bahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kinetik. Peralatan listrik dapat menimbulkan bahaya listrik seperti
terkena sengatan listrik.
3) Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan
antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya
sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing. Material
yang berupa bahan kimia mengandung bahaya seperti keracunan,
iritasi, kebakaran, dan pencemaran lingkungan.
4) Proses
Kegiatan produksi menggunakan berbagai jenis proses baik
yang bersifat fisis atau kimia. Sebagai contoh dalam proses
pengolahan minyak digunakan proses fisis dan kimia dengan
kondisi operasi seperti temperatur yang tinggi atau rendah,
tekanan, aliran bahan, perubahan bentuk dari reaksi kimia,
penimbunan, dan lain-lain. Semuanya mengandung bahaya.
Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.
5) Sistem dan prosedur
Proses produksi dikemas melalui suatu sistem dan prosedur
operasi yang diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan.
Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun
dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Sebagai
contoh, sistem pengaturan kerja bagi seorang sopir selama delapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
jam terus-menerus akan menimbulkan kelelahan. Faktor kelelahan
ini akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya
menurunnya konsentrasi, mengantuk, dan kehilangan daya reaksi
yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya kecelakaan.
4. Kecelakaan kerja
a. Definisi kecelakaan kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian
baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang
terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan
dengannya (Tarwaka, 2008).
b. Unsur-unsur kecelakaan kerja
Menurut Tarwaka (2008) kecelakaan kerja mengandung unsur-
unsur sebagai berikut :
1) Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan
tidak terdapat unsur kesengajaan atau perencanaan.
2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa
kecelakaan akan selalu disertai dengan kerugian baik fisik maupun
mental.
3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-
kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Klasifikasi kecelakaan kerja
Tarwaka (2008) menyatakan bahwa kecelakaan kerja di industri
dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu :
1) Kecelakaan industri (industrial accident).
Kecelakaan industri yaitu suatu kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.
2) Kecelakaan di dalam perjalanan (community accident).
Kecelakaan di dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi
di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan
kerja.
Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan
kerja di industri dapat diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen
penyebab atau objek kerja, jenis cidera atau luka, dan lokasi tubuh
yang terluka. Klasifikasi kecelakaan kerja di industri secara garis besar
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.
a) Terjatuh
b) Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja.
c) Tersandung benda atau objek, terbentur benda, terjepit antara
dua benda.
d) Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan.
e) Terpapar atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi.
f) Terkena arus listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
g) Terpapar bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
2) Klasifikasi menurut agen penyebab.
a) Mesin, seperti mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin
transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan,
mesin-mesin pertanian, dan lain-lain.
b) Sarana alat angkat dan angkut, seperti forklift, alat angkut
kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan,
alat angkut di udara, dan lain-lain.
c) Peralatan-peralatan lain, seperti bejana tekan, tanur atau dapur
peleburan, instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat
tangan listrik, perkakas, tangga, perancah, dan lain-lain.
d) Bahan-bahan berbahaya dan radiasi, seperti bahan mudah
meledak, debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi, dan lain-lain.
e) Lingkungan kerja, seperti tekanan panas dan tekanan dingin,
intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang bawah tanah, dan
lain-lain.
3) Klasifikasi menurut jenis luka atau cidera.
a) Patah tulang
b) Keseleo atau dislokasi atau terkilir.
c) Kenyerian otot dan kejang.
d) Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya.
e) Amputasi dan enukleasi.
f) Luka tergores dan luka luar lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
g) Memar dan retak.
h) Luka bakar
i) Keracunan akut
j) Aspixia atau sesak napas.
k) Efek terkena arus listrik.
l) Efek terkena paparan radiasi.
m) Luka pada banyak tempat di bagian tubuh dan lain-lain.
4) Klasifikasi menurut bagian tubuh yang terluka.
a) Kepala, leher, badan, lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya.
b) Luka umum dan lain-lain.
d. Teori domino
Dalam buku Accident Prevention, Heinrech (1972) mengemukakan
suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal
dengan teori domino. Dari teori tersebut digambarkan bahwa
timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh lima faktor
penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu
dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut adalah :
1) Domino kebiasaan
2) Domino kesalahan
3) Domino tindakan dan kondisi tidak aman.
4) Domino kecelakaan
5) Domino cidera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Selanjutnya Heinrech (1972) menjelaskan bahwa untuk mencegah
terjadinya kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu
domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut.
Berdasarkan teori dari Heinrech (1972) tersebut, Bird dan Germain
(1986) memodifikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam
hubungan manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian
kecelakaan. Model penyebab kerugian melibatkan lima faktor
penyebab secara berurutan. Kelima faktor yang dimaksud adalah :
1) Kurangnya pengawasan, meliputi ketidaktersediaan program,
standar program, dan tidak terpenuhinya standar.
2) Sumber penyebab dasar, meliputi faktor personal dan pekerjaan.
3) Penyebab kontak, meliputi tidakan dan kondisi yang tidak sesuai
dengan standar.
4) Insiden, hal ini terjadi karena adanya kontak dengan energy atau
bahan-bahan berbahaya.
5) Kerugian, akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan
kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti, dan
proses produksi.
Sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Lack of
Control
Inadequate
Program
Inadequate
Program
Standart
Inadequate
to Standart
Basic
Causes
Personal
Factor
Job Factor
Immediate
Causes
Unsafe act
Unsafe
Conditions
Accident
Contact
with
Energy or
Substance
Loss
People
Property
Process
Gambar 1. Teori Domino
Sumber : Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Di
Departemen Pipe And Off Line PT Citra Tubindo Tbk. Batam,
2007
Selanjutnya Bird dan Germain (1986) menjelaskan bahwa upaya
pencegahan kecelakaan akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan
memperbaiki manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
tempat kerja. Setelah dilakukan perbaikan manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), selanjutnya dapat dilakukan identifikasi dan
evaluasi sumber-sumber penyebab, memprediksi gejala yang timbul,
dan mencegah kontak dengan atau kepada objek kerja. Pada akhirnya
kerugian kecelakaan dapat dihindarkan seminimal mungkin.
Tarwaka (2008) menyatakan bahwa secara umum penyebab
kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sebab dasar atau asal mula.
Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari
secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab
dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau
pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di perusahaannya.
b) Manusia atau para pekerjanya sendiri.
c) Kondisi tempat kerja, sarana kerja, dan lingkungan kerja.
2) Sebab utama
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya
faktor dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab
utama kecelakaan kerja meliputi faktor :
a) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman
(unsafe actions).
Yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja
yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab, antara lain
:
(1) Kurang pengetahuan dan keterampilan.
(2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal.
(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak.
(4) Kelelahan dan kejenuhan.
(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
(6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru
belum dapat dipahami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(7) Belum menguasai atau belum terampil dengan peralatan
atau mesin-mesin baru.
(8) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat melakukan
pekerjaan.
(9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja.
(10) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja.
(11) Kurang adanya kepuasan kerja.
(12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.
b) Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman
(unsafe conditions).
Yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat,
bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat
pekerjaan, dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas
dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-
faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman
manusia yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan
organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi,
dan politik yang bisa mengganggu konsentrasi.
c) Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja.
Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan
sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara
keduanya tidak sesuai, maka akan menyebabkan terjadinya
suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kerja. Dengan demikian, penyediaan sarana kerja yang sesuai
dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia
harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja.
e. Kerugian akibat kecelakaan kerja
Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian, dan kerusakan
pada manusia, harta benda atau properti, dan proses produksi.
Implikasi yang berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya
berupa gangguan kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan
perusahaan. Pada dasarnya, akibat dari peristiwa kecelakaan dapat
dilihat dari besar kecilnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya suatu
peristiwa kecelakaan. Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja
cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas
kerja perusahaan (Tarwaka, 2008).
Tarwaka (2008) menyatakan bahwa secara garis besar kerugian
akibat kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi :
1) Kerugian atau biaya langsung (Direct Costs).
Yaitu suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari
mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti :
a) Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan
keluarganya.
b) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.
c) Biaya pengobatan dan perawatan.
d) Biaya angkut dan biaya rumah sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e) Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan.
f) Upah selama tidak mampu bekerja.
g) Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dan lain-lain.
2) Kerugian atau biaya tidak langsung (Indirect Costs).
Yaitu merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan
meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu
setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini antara lain
mencakup :
a) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat
kecelakaan.
b) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin
tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan
memberikan pertolongan pada korban, mengantar ke rumah
sakit, dan lain-lain.
c) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian
target, kehilangan bonus, dan lain-lain.
d) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas, atau peralatan
kerja lainnya.
e) Biaya penyelidikan dan sosial lainnya, seperti :
(1) Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat
kecelakaan.
(2) Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(3) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk
meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita
kecelakaan.
(4) Merekrut dan malatih tenaga kerja baru.
(5) Timbulnya ketegangan dan stres serta menurunnya moral
dan mental tenaga kerja.
Pada umumnya, fokus hanya tertuju pada kerugian atau biaya
langsung, padahal pada kenyataannya, kerugian atau biaya-biaya
yang tidak langsung dan terselubung jauh lebih besar dan
mempunyai dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari
fenomena gunung es dimana puncak gunung es yang nampak
hanya sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang
terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian.
Dengan demikian, jelas bahwa di samping kerugian langsung
akibat kejadian kecelakaan, kerugian tidak langsung harus
mendapatkan perhatian yang serius karena sangat mempengaruhi
kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan
(Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
A : biaya langsung
B : biaya tidak langsung
Gambar 2. Teori Gunung Es
Sumber : Bird and Germain, 1990
Sedangkan Bird dan Germain (1986), membedakan jenis-jenis
kerugian yang disebabkan karena kecelakaan kerja secara lebih
detail seperti yang tersebut dalam tabel di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Tabel 1. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
No. Jenis kerugian No. Komponen kerugian
1. Waktu kerja hilang dari korban. 1.1 Waktu produktif hilang oleh karena
pekerja mengalami cidera dan tidak
dapat diganti dengan kompensasi atau
asuransi.
2. Waktu kerja hilang dari teman-
teman korban.
2.1
2.2
2.3
Waktu kerja hilang oleh teman korban
yang ada di tempat kejadian,
membantu, dan memberi pertolongan
pada korban, dan lain-lain.
Waktu kerja hilang karena simpati atau
rasa keingitahuan, dan gangguan
pekerjaan pada saat kejadian dan
membicarakan kasus yang terjadi,
saling bercerita mengenai kejadian
yang serupa, kasak-kusuk mengenai
kejadian kecelakaan, dan lain-lain.
Waktu kerja hilang insidentil untuk
membersihkan tempat kejadian,
mengumpulkan dana untuk membantu
korban dan keluarganya, dan lain-lain.
3. Waktu kerja hilang dari
supervisor.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
Waktu kerja hilang dari supervisor
untuk membantu dan memberi
pertolongan korban.
Investigasi penyebab kecelakaan,
seperti investigasi awal, tindak lanjut,
penelitian untuk upaya pencegahan,
dan lain-lain.
Mengatur kelangsungan pekerjaan,
mendapatkan material baru,
menjadwal ulang pekerjaan, dan lain-
lain.
Memilih dan melatih pekerja baru atau
memindah tugaskan pekerja lain.
Menyiapkan laporan kecelakaan,
seperti laporan sakit atau cidera,
laporan kerusakan properti, laporan
insiden, dan lain-lain.
Partisipasi untuk ikut mendengarkan
pada kasus kecelakaan, dan lain-lain.
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sambungan…….
4. Kerugian umum 4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Waktu produktif hilang akibat
kesedihan, shock, trauma, proses kerja
menjadi lambat, dan lain-lain.
Kerugian akibat dari penghentian
mesin-mesin produksi, kendaraan,
pabrik, fasilitas, dan lain-lain. Serta
pengaruh peralatan dan jadwal kerja
baik yang bersifat sementara maupun
jangka panjang.
Efektifitas korban sering berkurang
setelah kembali kerja yang mungkin
disebabkan karena cacat fisik atau
trauma psikologis.
Kerugian usaha secara umum karena
penurunan public image.
Biaya dapat meningkat untuk
pembayaran asuransi karena sering
terjadi kecelakaan di tempat kerja.
Aneka ragam kerugian lain yang
berhubungan dengan kasus kecelakaan
tertentu.
5. Kerugian properti 5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
Biaya pengeluaran untuk keadaan
emergensi.
Biaya untuk penyelamatan dan
penggantian peralatan dan material.
Biaya untuk perbaikan material dan
peralatan.
Biaya untuk waktu perbaikan dan
pemindahan peralatan yang
menyebabkan penurunan produktivitas
dan penundaan jadwal pemeliharaan
paralatan lainnya.
Baiaya untuk tindakan korektif selain
perbaikan.
Kerugian karena suku cadang
peralatan yang rusak.
Biaya untuk penyelamatan dan
emergensi peralatan.
Kerugian produksi selama periode
kejadian kecelakaan, dan lain-lain.
Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi K3 di
Tempat Kerja 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5. Penyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja. Setiap penyakit akibat kerja yang
ditemukan dalam pemeriksaan kesehatan berkala atau khusus harus
dilaporkan secara tertulis kepada Dinas Tenaga Kerja setempat selambat-
lambatnya 2x24 jam setelah dilakukan diagnosa. Pengurus wajib dengan
segera melakukan tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja
yang sama tidak terulang kembali. Pengusaha wajib menyediakan sacara
cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya
oleh tenaga kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri).
6. Identifkasi bahaya
a. Definisi identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah untuk menjawab pertanyaan apa potensi
bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi atau perusahaan
dan bagaimana terjadinya (Ramli, 2010).
Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya suatu
bahaya (3.6) dan menetukan karakteristiknya (OHSAS 18001 : 2007).
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan
untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Manfaat identifikasi bahaya
Menurut Ramli (2010) identifikasi bahaya memberikan berbagai
manfaat antara lain :
1) Mengurangi peluang kecelakaan. Identifikasi bahaya dapat
mengurangi peluang terdainya kecelakaan karena identifikasi
bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan
melakukan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang
merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan kemudian
dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah 1 : 30 : 300 : 3000 :
30.000, yang artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan
tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan
fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali kecelakaan serius, dan
3000 kecelakaan ringan. Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa
dengan mengurangi sumber penyebab kecelakaan yang menjadi
dasar dari piramida, maka peluang untuk terjadinya kecelakaan
dapat diturunkan. Oleh karena itu, harus diupayakan
mengidentifikasi seluruh sumber bahaya yaitu kondisi tidak aman
dan perilaku tidak aman yang ada di tempat kerja.
Gambaran rasio kecelakaan menurut Dupont adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 3. Rasio Kecelakaan Menurut Dupont
Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS
Risk Management 2010.
2) Memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen
dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas
perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam
menjalankan operasi perusahaan.
3) Menjadi landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan
mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala
prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risiko sehingga
diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber
bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya
pemangku kepentingan. Dengan demikian mereka dapat
1Fatal
30Kecelakaan
Berat
300Kecelakaan serius
3000Kecelakaan Ringan
30000Tindakan dan Kondisi Tidak Aman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan
dilakukan.
c. Syarat identifikasi bahaya
Ramli (2010) menjelaskan bahwa identifikasi bahaya harus
dilakukan secara terencana dan komprehensif. Banyak perusahaan
yang telah melakukan identifikasi bahaya, tetapi ternyata angka
kecelakaan masih dinilai tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses
identifikasi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif. Ada
beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi
bahaya, antara lain :
1) Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas
perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Hal ini sangat
menentukan dalam memilih teknik identifikasi bahaya yang tepat
bagi perusahaan. Bagi perusahaan dengan risiko rendah, tentu tidak
perlu melakukan identifikasi bahaya dengan teknik yang sangat
komprehensif misalnya teknik kuantitatif.
2) Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan
adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang
sebelumnya belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi
besar. Oleh karena itu, dalam melakukan identifikasi bahaya pasti
selalu mempertimbangkan kemungkinan adanya teknik baru atau
sistem pencegahan yang telah dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3) Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya.
Proses identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui
konsultasi dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Mereka
paling mengetahui adanya bahaya di lingkungan kerjanya masing-
masing. Mereka juga berkepentingan dengan pengendalian bahaya
di tempat kerjanya. Identifikasi bahaya juga berdasarkan masukan
dari pihak lain misalnya konsumen atau masyarakat sekitar.
Konsumen biasanya mengetahui berbagai kelemahan dan kondisi
berbahaya yang ada dalam jasa atau produk yang dihasilkan
perusahaan.
4) Ketersediaan metode, peralatan, referensi, data, dan dokumen
untuk mendukung kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu sumber
informasi misalnya data kecelakaan yang pernah terjadi baik
internal maupun eksternal perusahaan.
5) Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas
perusahaan termasuk juga pedoman industri dan data seperti
MSDS (Material Safety Data Sheet).
d. Sumber informasi bahaya
Menurut Ramli (2010), bahaya dapat diketahui dengan berbagai
cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau
kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja,
melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari
pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
data sheet), dan lain sebagainya. Ramli (2010) juga menjelaskan
tentang cara mengetahui sumber bahaya dilihat dari kejadian
kecelakaan dan kecenderungan kejadian sebagai berikut :
1) Kejadian kecelakaan
Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah
melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya. Setiap
orang harus belajar dari kejadian dengan maksud agar peristiwa
serupa tidak terulang kembali. Informasi dari kejadian-kejadian
sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya
akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa.
Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk
mengenal bahaya misalnya :
a) Lokasi kejadian
b) Peralatan atau alat kerja.
c) Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan.
d) Data-data korban berkaitan dengan usia, pengalaman,
pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik
serta informasi lainnya.
e) Waktu kejadian
f) Bagian badan yang cidera.
g) Keparahan kejadian
Informasi yang diperoleh akan memberikan gambaran tentang
suatu bahaya yang ada di tempat kerja. Sebagai contoh dari suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kecelakaan yang terjadi ketika bekerja pada mesin yang berputar
dan menyebabkan jari tangan putus dapat diperoleh berbagai
informasi mengenai bahaya. Misalnya adanya bahaya mekanis,
bahaya fisis, ergonomis, dan lain sebagainya.
2) Kecenderungan kejadian
Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari
kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya
dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita
penyakit pernapasa, terkena semburan bahan kimia, dan jatuh dari
tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi
bahaya yang ada di tempat kerja.
e. Teknik identifikasi bahaya
Identifikasi bahaya adalah suatu teknik komprehensif untuk
mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau sistem. Ramli
(2010) mengklasifikasikan teknik identifikasi bahaya sebagai berikut :
1) Teknik pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya
sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya
bahaya lubang di jalan setelah tersandung atau terperosok ke
dalamnya. Kita tahu bahaya listrik setelah tersengat arus listrik.
Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah
terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah pencegahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Teknik semi proaktif
Teknik ini lebih baik daripada teknik pasif karena tidak perlu
mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya.
Namun, teknik ini juga kurang efektif karena :
a) Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan
dampak kejadian kecelakaan.
b) Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada
pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.
c) Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan
kerugian, walaupun menimpa pihak lain.
Sejalan dengan hal ini, setiap sistem Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) mensyaratkan untuk melakukan
penyelidikan kecelakaan sebagai lesson learning agar kejadian
serupa tidak terulang kembali. Di berbagai kalangan masih ada
anggapan bahwa kecelakaan adalah aib bagi perusahaan, sehingga
data-data dan informasi tentang kejadian sulit diperoleh. Jika
diekspos, mungkin kejadiannya sudah dipoles sedemikian rupa
sehingga tidak sesuai lagi dengan fakta kejadian sebenarnya. Di
berbagai negara, hasil penyelidikan kecelakaan dipublikasikan dan
dijadikan bahan pembelajaran.
3) Teknik proaktif
Metoda terbik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara
proaktif atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan
proaktif memiliki kelebihan sebagai berikut :
a) Bersifat preventif karena banyak dikendalikan sebelum
menimbulkan kecelakaan atau cidera.
b) Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement)
karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya
perbaikan.
c) Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerjaan setelah
mengetahui dan mengenal adanya bahaya di sekitar tempat
kerjanya.
d) Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan karena adanya
bahaya dapat menimbulkan kerugian. Misalnya ada katup pipa
bahan kimia yang bocor tanpa diketahui akan terus menerus
mengeluarkan bahan atau bocoran sehingga menimbulkan
kerugian.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik
identifikasi bahaya yang bersifat proaktif antara lain :
a) Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3.
b) Analisa bahaya awal (Preliminary Hazards Analisys-PHA).
c) Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analisys-FTA).
d) Analisa What If (What If Analisys-ETA).
e) Analisa moda kegagalan dan efek (Failure Mode and Effect
Analisys-FMEA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
f) Hazops (Hazards and Operability Study).
g) Analisa keselamatan pekerjaan (Job Safety Analisys-JSA).
h) Analisa resiko pekerjaan (Task Risk Analisys-TSA).
7. Penilaian risiko
a. Definisi penilaian risiko
Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.
Sedangkan tingkat risiko merupakan perkalian antara tingkat
kekerapan (probability) dan keparahan (consequence or severity) dari
suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau
cidera, dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di
tempat kerja (Tarwaka, 2008).
b. Proses penilaian risiko
Proses penilaian risiko menurut Tarwaka (2008) adalah sebagai
berikut :
1) Estimasi tingkat kekerapan.
Estimasi terhadap tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya
kecelakaan atau penyakit akibat kerja harus mempertimbangkan
tentang berapa sering dan berapa lama seorang tenaga kerja
terpapar potensi bahaya. Dengan demikian harus dibuat keputusan
tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk
setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. Untuk dapat membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
estimasi terbaik maka harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a) Jumlah orang yang terpapar potensi bahaya.
b) Berapa sering mereka terpapar dan berapa lama waktu
pemaparan dalam setiap harinya.
c) Laporan kecelakaan yang lalu, laporan kejadian hampir celaka,
dan laporan yang dibuat oleh tenaga kerja dan supervisor.
d) Laporan pertolongan pertama pada kecelakaan.
e) Laporan kompensasi jaminan sosial tenaga kerja yang
berhubungan dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
f) Sarana pengendalian risiko yang telah diimplementasikan di
temapat kerja.
g) Informasi yang didapat selama proses identifikasi potensi
bahaya.
Tingkat kekerapan atau keseringan (probability) kecelakaan
atau penyakit akibat kerja dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu
sebagai berikut :
a) Sering (frequent), kemungkinan terjadinya sangat sering dan
berulang (nilai 4).
b) Agak sering (probable), kemungkinan terjadi beberapa kali
(nilai 3).
c) Jarang (occasional), kemungkinan jarang terjadi atau terjadinya
sekali waktu (nilai 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
d) Jarang sekali (remote), kemungkinan terjadinya kecil tetapi
tetap ada kemungkinan (nilai 1).
2) Estimasi tingkat keparahan.
Setelah mengasumsikan tingkat kekerapan kecelakaan atau
sakit yang terjadi, selanjutnya membuat keputusan tentang
seberapa parah kecelakaan atau sakit yang mungkin terjadi.
Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga
memerlukan suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang
ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh
mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya.
Tingkat keparahan (concequence or severity) kecelakaan atau
sakit dapat dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu sebagai
berikut :
a) Bencana (catastrophic), kecelakaan yang banyak menyebabkan
kematian (nilai 5).
b) Fatal, kecelakaan yang menyebabkan kematian tunggal (nilai
4).
c) Cidera berat (critical), kecelakaan yang menyebabkan cidera
atau sakit yang parah untuk waktu yang lama tidak mampu
bekerja atau menyebabkan cacat tetap (nilai 3).
d) Cidera ringan (marginal), kecelakaan yang menyebabkan
cidera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja kembali atau
tidak menyebabkan cacat tetap (nilai 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
e) Hampir cidera (negligible), kejadian hampir celaka yang tidak
mengakibatkan cidera atau tidak memerlukan perawatan
kesehatan (nilai 1).
3) Penentuan tingkat risiko.
Setelah dilakukan estimasi atau penaksiran terhadap tingkat
kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang
mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari
masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai. Cara
menentukan tingkat risiko dapat digunakan matrik seperti gambar
di bawah ini.
Concequence
Probability
Frequent
4
Probable
3
Occasional
2
Remote
1
Catastrophic 5 20
Urgent
15
Urgent
10
High
5
Medium
Fatal 4 16
Urgent
12
High
8
Medium
4
Low
Critical 3 12
High
9
Medium
6
Medium
3
Low
Marginal 2 8
Medium
6
Medium
4
Low
2
Low
Negligible 1 4
Low
3
Low
2
Low
1
None
Gambar 4. Matrik Penilaian Risiko
Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja 2008.
4) Prioritas risiko
Setelah dilakukan penetuan tingkat risiko, selanjutnya harus
dibuat skala prioritas risiko untuk setiap potensi bahaya yang
diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian risiko.
Potensi bahaya (hazard) dengan tingkat risiko urgent harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
menjadi prioritas utama, diikuti tingkat risiko high, medium, dan
yang terakhir tingkat risiko low. Sedangkan tingkat risiko none
untuk sementara dapat diabaikan dari rencana pengendalian risiko,
namun tidak menutup kemungkinan untuk tetap menjadi prioritas
terkhir.
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Risiko
Tingkat resiko Tingkat bahaya Klasifikasi
Urgent Tingkat bahaya sangat tinggi Hazard kelas A
High Tingkat bahaya serius Hazard kelas B
Medium Tingkat bahaya sedang Hazard kelas C
Low Tingkat bahaya kecil Hazard kelas D
None Hampir tidak ada bahaya Hazard kelas E
Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja 2008.
Sedangkan menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau
likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai
dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat. Untuk keparahan
dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cidera atau
hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan
kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap asset
perusahaan.
Tabel 3. Ukuran Kuantitatif Likekihood Menurut Standar AS/NZS 4360
Level Descriptor Uraian
A Almost certain Dapat terjadi setiap saat
B Likely Kemungkinan terjadi sering
C Possible Dapat terjadi sekali-kali
D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang
Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS
Risk Management 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 4. Ukuran Kuantitatif Concequence Menurut Standar AS/NZS 4360
Level Descriptor Uraian
1 Insignifant Tidak terjadi cidera, kerugian finansial kecil.
2 Minor Cidera ringan, kerugian finansial sedang.
3 Moderate Cidera sedang, perlu penanganan medis,
kerugian finansial besar.
4 Major Cidera berat lebih dari satu orang, kerugian
besar, gangguan produksi.
5 Catastrophic Fatal lebih dari satu orang, kerugian sangat
besar dan dampak luas yang berdampak
panjang, terhentinya seluruh kegiatan.
Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS
Risk Management 2010.
Standar AS/NZS 4360 membuat peringkat risiko sebagai berikut :
1) E : risiko sangat tinggi (extreme risk).
2) H : risiko tinggi (high risk).
3) M : risiko sedang (moderate risk).
4) L : risiko rendah (low risk).
Dengan risk matrik peringkat risiko sebagai berikut :
Likelihood Concequence
1 2 3 4 5
A H H E E E
B M H H E E
C L M H E E
D L L M H E
E L L M H H
Gambar 5. Risk Matrik Peringkat Risiko
Sumber : Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3
OHS Risk Management 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
8. Pengendalian risiko
Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja
telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus
diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas yang
dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan, dan standar yang berlaku
(Tarwaka, 2008).
Tarwaka (2008) menyatakan bahwa dalam memperkenalkan suatu
sarana pengendalian risiko, harus mempertimbangkan apakah sarana
pengendalian risiko tersebut dapat diterapkan dan dapat member manfaat
kepada masing-masing tempat kerjanya. Sehingga perlu
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Tingkat keparahan potensi bahaya atau risikonya.
b. Adanya pengetahuan tentang potensi bahaya atau risiko dan cara
memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau risiko.
c. Ketersediaan dan kesesuaian sarana untuk memindahkan atau
meniadakan potensi bahaya.
d. Biaya untuk memindahkan atau meniadakan potensi bahaya atau
risiko.
Tarwaka (2008) juga menjelaskan bahwa pengendalian risiko dapat
mengikuti pendekatan hierarki pengendalian. Hierarki pengendalian risiko
adalah suatu urut-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang
mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Di
dalam hierarki pengendalian risiko terdapat dua pendekatan, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a. Pendekatan long term gain.
Pendekatan long term gain yaitu pengendalian berorientasi jangka
panjang dan bersifat permanen dimulai dari pengendalian substitusi,
eliminasi, rekayasa teknik, isolasi atau pembatasan, administrasi, dan
terakhir jatuh pada pilihan penggunaan alat pelindung diri.
b. Pendekatan short term gain.
Pendekatan short term gain yaitu pengendalian berorientasi jangka
pendek dan bersifat temporari atau sementara. Pendekatan
pengendalian ini diimplementasikan selama pengendalian yang bersifat
lebih permanen belum dapat diterapkan. Pilihan pengendalian risiko
ini dimulai dari penggunaan alat pelindung diri menuju ke atas sampai
dengan substitusi.
Penjelasan tentang hierarki pengendalian oleh Tarwaka (2008) adalah
sebagai berikut :
a. Eliminasi, merupakan suatu pengendalian risiko yang bersifat
permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja
atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang
kehadirannya pada batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan,
peraturan atau standar baku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan.
Eliminasi adalah cara pengendalia risiko yang paling baik karena risiko
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat potensi bahaya ditiadakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Namun, pada prakteknya pengendalian dengan cara eliminasi banyak
mengalami kendala karena keterkaitan antara sumber bahaya dan
potensi bahaya saling berkaitan atau menjadi sebab dan akibat.
b. Substitusi, merupakan pengendalian yang dimaksudkan untuk
menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan
bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih
aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat
diterima.
c. Rekayasa teknik, merupakan pengendalian yang merubah struktur
objek kerja untuk mencegah seseorang terpapar kepada potensi bahaya,
seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan, pembuatan
struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu
mekanik, pemberian absorber suara pada dinding ruang mesin yang
menghasilkan kebisingan tinggi, dan lain-lain.
d. Isolasi, merupakan pengendalian risiko dengan cara memisahkan
seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin produksi
dari tempat tertutup (control room) menggunakan remote control.
e. Pengendalian administrasi, merupakan pengendalian yang dilakukan
dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi
kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode pengendalian
ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan
pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi
ini. Metode ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kabosanan dan kejenuhan,
penerapan prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training
keahlian, dan training Keselamatan dan Keselamatan Kerja (K3).
f. Alat Pelindung Diri (APD), secara umum merupakan sarana
pengendalian yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat
sementara mana kala sistem pengendalian yang lebih permanen belum
dapat diimplementasikan. Alat Pelindung Diri (APD) merupakan
pilihan terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja.
Hal ini disebabkan karena penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
1) Alat Pelindung Diri (APD) tidak menghilangkan risiko bahaya
yang ada, tetapi hanya membatasi antara terpaparnya tubuh dengan
potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan Alat pelindung
Diri (APD) gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan
mengenai tubuh pekerja,
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dirasakan tidak nyaman
karena kekurangleluasaan gerak pada waktu kerja dan dirasakan
adanya beban tambahan karena harus dipakai selama bekerja.
OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih
spesifik untuk bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
pendekatan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a. Eliminasi
b. Substitusi
c. Pengendalian teknis (engineering control).
d. Pengendalian administratif
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Menurut standar AS/NZS 4360, pengendalian risiko secara umum
dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
a. Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan
kegiatan dan penggunaan proses, bahan, dan alat yang berbahaya.
b. Mengurangi kemungkinan terjadi (reduce likelihood).
c. Mengurangi konsekuensi kejadian (reduce concequences).
d. Pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer).
e. Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin
menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen sehingga masih ada
sisa risiko (residual risk) yang harus ditanggung perusahaan.
Proses pengendalian risiko menurut AS/NZS 4360 adalah sebagai
berikut :
a. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi risiko dapat ditentukan apakah
suatu risiko dapat diterima atau tidak. Jika risiko dapat diterima,
tentunya tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut. Cukup
dengan melakukan pemantauan dan monitoring berkala dalam
pelaksanaan operasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Dalam peringkat risiko, dikategorikan sebagai risiko sedang atau
medium sehingga dapat diterima perusahaan. Karena itu tidak perlu
dilakukan tindakan pengendalian lebih lanjut. Perusahaan cukup
melakukan pemantauan berkala baik di tempat kerja maupun terhadap
tenaga kerja untuk mengetahui apakah ada efek yang tidak diinginkan.
c. Jika risiko berada di atas batas yang dapat diterima, maka perlu
dilakukan pengendalian lebih lanjut untuk menekan risiko dengan
beberapa pilihan yaitu :
1) Mengurangi kemungkinan (reduce likelihood).
2) Mengurangi keparahan (reduce concequence).
3) Alihkan sebagian atau seluruhnya.
4) Hindari (avoid)
Ramli (2010) juga memaparkan tentang strategi pengendalian risiko,
yaitu :
a. Menekan likelihood
Strategi pertama dalam pengendalian risiko adalah dengan
menekan kemungkinan terjadinya (likelihood). Pengurangan
kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu :
1) Pendekatan teknis (engineering control).
a) Eliminasi, risiko dapat dihindari dengan menghilangkan
sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang
akan timbul dapat dihindarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Substitusi, mengganti bahan, alat, atau cara kerja dengan yang
lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
c) Isolasi, kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat dikurangi
atau dihilangkan menggunakan teknik isolasi artinya sumber
bahaya dengan penerima diisolir dengan penghalang (barrier)
atau dengan pelindung diri. Jika sumber bahaya dan penerima
dipasang barrier atau alat pelindung diri, maka kemungkinan
bahaya dapat dikurangi.
d) Pengendalian jarak, kemungkinan kecelakaan atau risiko dapat
dikurangi dengan melakukan pengendalian jarak antara sumber
bahaya (energi) dengan penerima. Semakin jauh manusia dari
sumber bahaya semakin kecil kemungkinan mendapat
kecelakaan. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kontrol jarak jauh (remote control) dari ruang
kendali. Dengan demikian, kontak manusia dengan sumber
bahaya dapat dikurangi.
2) Pendekatan administratif
Pengendalian ini dilakukan untuk mengurangi kontak antara
penerima dengan sumber bahaya.
3) Pendekatan manusia (human control).
Memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja
yang aman, budaya keselamatan, dan prosedur keselamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Menekan konsekuensi
Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan
menekan keparahan atau konsekuensi yang ditimbulkannya. Berbagai
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsekuensi
antara lain :
1) Tanggap darurat
Keparahan suatu kejadian dapat ditekan jika perusahaan
memiliki sistem tanggap darurat yang baik dan terencana.
2) Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bukan untuk mencegah
kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari
suatu kejadian.
3) Sistem pelindung
Dengan memasang sistem pelindung, dampak kejadian dapat
ditekan.
c. Pengalihan risiko
Opsi ketiga adalah pengalihan risiko ke pihak lain, sehingga beban
risiko yang ditanggung perusahaan menurun. Hal ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya :
1) Kontraktual, yang mengalihkan tanggung jawab Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada pihak lain, misalnya pemasok atau
pihak ketiga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2) Asuransi, dengan menutup asuransi untuk melindungi potensi
risiko yang ada dalam perusahaan.
9. Evaluasi sarana pengendalian risiko.
Evaluasi terhadap sarana pengendalian risiko yang telah
diimplementasikan dimaksudkan untuk mengecek dan melihat apakah
risiko yang telah dinilai sebelumnya telah dapat dikurangi atau
dikendalikan secara efektif. Langkah ini dapat dilakukan dengan
mengulangi proses identifikasi hazard, penilaian risiko, dan pemilihan
prioritas pengendalian risiko untuk menjamin bahwa seluruh risiko
kecelakaan dan sakit yang disebabkan oleh karena potensi bahaya tertentu
telah dapat dikendalikan seefektif mungkin (Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 6. Kerangka Pemikiran
Potensi dan Faktor Bahaya
Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Pengendalian Tanpa Pengendalian
Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK)
Identifikasi dan
Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK)
Kontraktor
Identifikasi dan
Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK)
Unit Kerja
Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja
Kerugian
Risiko Kecelakaan dan
Penyakit Akibat Kerja Turun
Produktivitas Kerja
Optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dimana
penulis berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya tentang Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan PT.
Semen Gresik (persero) Tbk. Pabrik Tuban dan Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor sebagai upaya pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang berlokasi di Desa Sumberarum,
Kecamatan Kerek, Tuban, Jawa Timur.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Objek penelitian
Sebagai objek penelitian adalah Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit pembakaran dan
pendinginan, tenaga kerja baik tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban maupun tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dan pendinginan, mesin produksi, proses kerja, kondisi lingkungan,
peralatan, dan material yang digunakan dalam proses pembakaran dan
pendinginan.
2. Ruang lingkup penelitian
a. Data kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit pembakaran dan
pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
b. Proses kerja, mesin produksi, kondisi lingkungan, peralatan, dan
material di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
c. Jenis kegiatan atau pekerjaan tenaga kerja PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban dan tenaga kerja kontraktor di unit pembakaran dan
pendinginan.
d. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran
dan pendinginan dan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan.
e. Tindak lanjut dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
yang telah dibuat.
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan sumber data
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1. Data primer
Data primer yaitu data yang secara langsung diambil dari objek atau
objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo,
2009). Data primer diperoleh antara lain dari hasil observasi, wawancara,
dan lain sebagainya.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder diperoleh antara lain dari
arsip-arsip perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian
yang sudah ada, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan
identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti saat melaksanakan
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan yang
dilakukan selama magang.
2. Wawancara
Wawancara yaitu mengadakan wawancara langsung baik dengan
pembimbing, tenaga kerja perusahaan, dan tenaga kerja kontraktor di
lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencatat dan melihat dokumen-dokumen yang ada
di kantor K3 serta data-data mengenai temuan hasil identifikasi bahaya
dan kecelakaan kerja.
4. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu melakukan studi kepustakaan dengan
mengumpulkan data dari buku-buku kepustakaan, laporan-laporan
penelitian yang sudah ada, arsip-arsip perusahaan, dan literatur-literatur
lain yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
F. Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1–28 Pebruari 2011, dengan waktu
5 hari kerja, mulai pukul 08.00–16.00 WIB. Sedangkan pelaksanaan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Observasi ke semua unit di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban.
2. Observasi ke unit pembakaran dan pendinginan yang menjadi objek
penelitian.
3. Observasi ke beberapa kegiatan kontraktor di unit pembakaran dan
pendinginan.
4. Wawancara kontraktor terkait Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) kontraktor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5. Tanya jawab dengan pembimbing, tenaga kerja di unit pembakaran dan
pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk., dan tenaga kerja
kontraktor.
6. Mencari data sebagai pelengkap baik data primer maupun data sekunder.
G. Analisa Data
Analisa data yang digunakan termasuk analisa deskriptif atau
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya mengenai Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan pendinginan dan Identifikasi
dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut serta
tindak lanjut dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang
telah dilakukan dalam upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Data yang diperoleh selanjutnya dibahas dan dibandingkan dengan
kondisi penerapan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) di
lapangan, tinjauan pustaka, dan peraturan perundangan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data kecelakaan dan penyakit akibat kerja unit pembakaran dan
pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
a. Kecelakaan kerja yang terjadi di unit pembakaran dan pendinginan PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban selama tahun 2010 adalah
sebagai berikut :
Tabel 5. Kecelakaan Kerja Unit Pembakaran dan Pendinginan Tahun 2010
No. Waktu
kejadian
Tempat kejadian Keparahan
1. 6 Januari Bottom Calciner SLC Tuban 3 (443 PH1) Meninggal
2. 6 Januari Bottom Calciner SLC Tuban 3 (443 PH1) Luka berat
3. 6 Januari Bottom Calciner SLC Tuban 3 (443 PH1) Luka berat
4. 12 Januari Preheater Tuban 2 P3K
5. 3 Juli Cooler Tuban 1 P3K
6. 1 September Preheater Tuban 1 Lantai 2 P3K
7. 7 Oktober Kiln Tuban 3 (di dalam tanur putar) Luka ringan
8. 7 Oktober Kiln Tuban 3 (di dalam tanur putar) Near miss
9. 10 Desember Kiln 442 KL 1 P3K
Sumber : Rekapitulasi Data Kecelakaan Tahun 2010 PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
b. Penyakit akibat kerja yang ditemukan pada tenaga kerja di unit
pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik
Tuban adalah gangguan pendengaran dan iritasi pada mata (Balai
Pengobatan dan Rumah Sakit Bersalin Bogorejo).
2. Jenis pekerjaan atau kegiatan di unit pembakaran dan pendinginan PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
a. Karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban pada
umumnya melakukan kegiatan atau pekerjaan antara lain sebagai
berikut :
1) Operator
2) Pemeliharaan instrumen
3) Inspeksi
b. Tenaga kerja kontraktor.
Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja
kontraktor pada bulan Pebruari di unit pembakaran dan pendinginan
antara lain :
1) Pembersihan jalan all area pabrik Tuban.
2) Membuat kantongan di lantai 5 preheater 442 PH 2 Tuban 2.
3) Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3.
4) Feeding BBA sekam di kiln 463 BC 7.
5) Loading sludge oil di 442 KL 1 Tuban 2.
6) Mengganti actuator cooler compartment 5 441 CC 1.
7) Mengganti main gear 443 KL 1 dan potong kiln shell 443 KL 1
Tuban 3.
8) Memasang blower cooling shell kiln Tuban 2.
9) Menambal cyclone redspot 443 PH 1 lantai 6 dan lantai 11 Tuban
3.
10) Perbaikan rekondisi lift 443 EL 1 Tuban 3.
11) Tembus inlet kiln dan hammer cooler 441 KL 1 Tuban 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3. Proses kerja unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
a. Blending silo dan umpan kiln
Produk roller mill dimasukkan ke dalam blending silo yang
masing-masing berkapasitas 20.000 ton. Tipe blending silo adalah
continous flow silo. Blending silo berfungsi sebagai mixing chamber
dan storage silo. Dengan mengatur pergantian pembukaan dan
penutupan saluran keluar material maka lapisan material-material di
dalam silo akan turun dengan kecepatan yang berbeda sehingga
komposisi material dalam silo akan lebih homogen. Pemasukan tepung
baku ke masing-masing silo diatur secara bergantian dengan timer
setiap 36 menit. Pemasukan tepung baku produk dari roller mill ke
dalam blending silo diatur lewat distribusi sepuluh buah air slide.
Untuk memperoleh hasil pencampuran yang terbaik perlu menjaga isi
setiap silo separuh dari kapasitas silo (10.000 ton).
Material keluar dari silo menuju junction box melalui 3 dari 7 flow
gate dimana pengaturan pembukaan dan penutupan flow gate diulang
dalam siklus waktu tertentu. Dalam satu siklus lengkap membutuhkan
waktu 12 menit. Material dari junction box kemudian dialirkan ke kiln
feed bin yang kapasitasnya 90 ton. Umpan kiln yang telah siap
nantinya akan dialirkan menuju suspension preheater menggunakan
air slide dan bucket elevator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Umpan kiln feed yang ada di air slide diambil sampelnya dengan
alat sampler masuk ke dalam sampel transport, dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis komposisinya. Dari kiln feed bin, umpan
kiln dibagi dalam bin kalibrasi yang masing-masing berkapasitas 50
ton. Keluar dari bin kalibrasi ditimbang oleh flowmeter yang kemudian
diumpankan ke ILC dan SLC preheater. Agar tetap konstan maka feed
dilengkapi dengan 3 buah control loop. Control loop pertama akan
mengontrol level material di dalam feed bin dimana jumlah material
dapat diketahui dengan adanya loadcell yang dipasang pada feed bin.
Perbedaan dari hasil pengukuran loadcell yang dipasang pada feed bin
dibandingkan dengan set point akan memerintahkan membuka atau
menutup control gate pada silo dan mengatur aliran material yang
masuk ke dalam feed bin.
Control loop kedua akan mengatur level material yang ada pada
masing-masing bin kalibrasi. Aliran material yang lewat control gate
diatur, dan set point menjaga jumlah material di dalam bin. Control
loop ketiga mengontrol feed yang masuk ke dalam preheater. Material
yang meninggalkan kedua bin kalibrasi dikontrol oleh schenk
flowmeter yang akan menginstruksikan untuk membuka dan menutup
control gate.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 7. Blending Silo
Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban
Keterangan gambar :
1) Material Layer
2) Funnel
3) Aerated Section
4) Valve
5) Flow Control Gate
1
2
3
4
8
5
7
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
6) Rotary Air Compressor
7) Centrlal Hopper
8) Dust Collector
b. Suspension preheater
Jenis preheater yang digunakan oleh PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban adalah double string preheater dengan 4 stages,
yang dilengkapi dengan ILC dan SLC Calciner. Aliran material
berlawanan arah atau counter current dengan gas panas, yaitu umpan
masuk dari atas cyclone, sedangkan gas panas dari bawah cyclone.
Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan antara gas panas dan material
di dalam preheater maka pada stage I dipasang double cyclone. Pada
stage I sampai dengan stage III berfungsi sebagai pemanas awal
umpan kiln, sedangkan pada stage IV digunakan untuk memisahkan
produk yang keluar dari calciner yang telah terkalsinasi.
Proses pemanasan umpan pada stage I sampai III terjadi karena
adanya perpindahan panas antara gas panas yang keluar kiln dan
calciner dengan umpan kiln yang masih dingin. Suhu umpan masuk
riser duct stage I yaitu 50–60C. Umpan kiln yang masih dingin masuk
ke dalam riser duct stage pertama dengan laju alir 260 ton/jam,
kemudian bercampur dengan aliran gas panas ikut masuk kedalam
cyclone. Di dalam cyclone umpan kiln dipisahkan dari campuran antara
gas dan material. Campuran antara umpan kiln dan gas panas masuk ke
dalam cyclone dengan arah tangensial, sehingga akan terjadi pusaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
angin. Pusaran angin tersebut mengakibatkan terjadinya gaya
sentrifugal, gaya gravitasi, dan gaya angkat gas di dalam cyclone.
Untuk material kasar gaya gravitasi dan gaya sentrifugal lebih
dominan. Gaya sentrifugal menyebabkan material menumbuk dinding
cyclone sehingga akan jatuh ke down pipe karena gaya gravitasi. Untuk
material halus gaya angkat gas sangat dominan sehingga material akan
terangkat gas keluar dari cyclone.
Material umpan kiln masuk ke dalam riser duct masuk ke down
pipe cyclone stage II, kemudian mengalami proses seperti pada stage
pertama, demikian pula pada stage III dan IV. Material yang keluar
dari cyclone stage III akan masuk ke dalam ILC dan SLC calciner
yang masing-masing berkapasitas 260 ton/jam dan mengalami
kalsinasi sampai 90%. Kemudian material akan terbawa aliran gas
masuk ke dalam cyclone stage IV dan keluar dari cyclone stage IV
melewati riser duct dan akan diumpankan ke dalam kiln.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gas dari coolerKe Kiln
Calciner
Stage 4
Stage 3
Stage 2
Stage 1
Feed ILC
Calciner
Feed SLC
Aliran Feed
Aliran Gas
Gambar 8. Suspension Preheater
Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban
c. Rotary kiln
Rotary kiln digunakan untuk membakar umpan kiln menjadi
clinker sumber panas dalam rotary kiln dihasilkan dari pembakaran
batu bara. Rotary kiln dibagi menjadi 4 zone sesuai dengan reaksi yang
terjadi pada suhu dimana reaksi tersebut berlangsung. Zone-zone
tersebut adalah :
1) Zone Kalsinasi, pada kondisi suhu 900–1100C.
2) Zone Transisi, pada kondisi suhu 1100–1200C.
3) Zone Klinkerisasi, pada kondisi suhu 1250–1450C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4) Zone Pendinginan, pada kondisi suhu 1450–1300C.
Material keluar dari preheater bersuhu 800C masuk ke dalam
rotary kiln dengan laju alir 7800 ton/jam, umpan kiln tersebut
mengalami pemanasan oleh gas panas dari batu bara. Pemanasan
berlangsung secara counter current, sehingga kontak antara panas dan
umpan kiln lebih efisien. Akibat kontak antar partikel maka akan
terjadi perpindahan panas dari gas panas menuju ke umpan kiln.
Umpan kiln terus terbakar dan meleleh hingga akhirnya akan terbentuk
senyawa-senyawa semen yang disebut clinker. Senyawa tersebut
adalah C2S, C3S, C4AF, dan C3A.
Gambar 9. Rotary Kiln
Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban
Keterangan gambar :
1) Inlet chamber
2) Girth gear
3) Speed reducer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
4) Main gear
5) Nose ring
6) Burner
7) Burner Fan
8) Fan pendingin
d. Clinker cooler
Clinker panas yang keluar dari clinker cooler dengan suhu sekitar
1400oC turun ke cooler dan didinginkan di dalam reciprocating grate
cooler yang terdiri dari 16 kompartemen. Sebagai media pendingin
digunakan udara yang dihasilkan oleh 19 fan dan dihembuskan ke
dalam undergate cooler atau kompartemen untuk mendinginkan
clinker sampai 82oC. Tujuan didinginkannya clinker secara mendadak
oleh clinker cooler adalah sebagai berikut :
1) Clinker tidak menjadi bentuk kristal tetapi menjadi amorf dan
rapuh sehingga mudah diproses lebih lanjut.
2) Clinker lebih tahan terhadap sulfat.
3) Mencegah terbentuknya MgO.
4) Menghalangi perubahan C3S menjadi C2S.
Clinker yang berukuran besar sebelum keluar dari cooler
dihancurkan dulu oleh clinker breaker. Pendinginan menggunakan tipe
air quenching grate. Udara yang digunakan untuk mendinginkan
clinker masih digunakan oleh kiln, calciner, dan roller mill. Udara dari
kompartemen 1, 2, 3 digunakan sebagai udara pembakar sekunder,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sedangkan kebutuhan udara pembakar untuk calciner diambilkan dari
cooler kompartemen 5, 6, 7, 8, dan sisa udara cooler dikeluarkan ke
EP atau ditarik dari cooler kompartemen 9,10,11, lewat booster fan
menuju roller mill system. Reciprocating grate cooler digerakkan oleh
tiga penggerak secara hidrolik. Primary drive berada pada
kompartemen 1, secondary drive pada kompartemen 7, sedangkan
tertiarry drive pada kompartemen 16.
Gambar 10. Grate Cooler
Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban
e. Coal mill
Umpan masuk coal mill dengan kadar air 15 %. Raw coal sebanyak
55 ton per jam mengalami proses pengeringan dan penggilingan.
Kebutuhan udara panas, disuplai dari exit preheater dengan suhu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sekitar 375oC yang sudah sedikit kandungan oksigennya. Produk hasil
gilingan dengan kehalusan 80% lolos ayakan 90 mikron, ditangkap
dust collector kemudian disimpan di dalam pulverized coal bin. Dari
pulverized coal bin batubara halus ditransfer dengan menggunakan FK
pump atau spare FK pump menuju pulverized coal bin yang
berkapasitas 70 ton atau ke pulverized coal bin yang bekapasitas 120
ton. Ketiga pulverized coal bin dilengkapi dengan alat penimbang
yang berupa load cell.
Pulverized coal bin diletakkan dekat dengan bangunan cooler
untuk mensuplai bahan bakar kiln. Batubara halus yang ditransfer ke
SLC burner ditimbang oleh pfister proportioning rotor scale (pfister
feeder). Pulverized coal bin diletakkan dekat preheater untuk
mensuplai kebutuhan bahan bakar ILC dan SLC calciner.
Batubara halus yang ditransfer ke SLC burner ditimbang oleh
pfister feeder dengan lewat 2 buah burner. Sedangkan yang ke ILC
burner ditimbang oleh pfister feeder lewat satu burner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 11. Coal Mill
Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban
f. Electrostatic Precipitator (EP)
Gas atau udara yang mengandung debu dialirkan ke dalam alat
pengumpul debu yang terdiri dari dua atau lebih daerah-daerah yang
letaknya terpisah. Daerah tersebut semuanya disusun secara seri dan
setiap daerah tersebut mengandung medan elektrostatik yang diatur
melalui arus dan tegangan. Di dalam alat pengumpul debu, terdapat
elektroda pengumpul debu dan elektroda pelepasan. Elektroda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pengumpul adalah plat yang dihubungkan berderet dan dihubungkan
dengan bumi. Sedangkan elektroda pelepasan adalah kawat yang
diletakkan berderet dan berdekatan dengan elektroda pengumpul.
Diantara elektroda pengumpul dan elektroda pelepasan terdapat
suatu tegangan (Direct Current) DC yang tinggi. Tegangan ini
menyebabkan gerakan dari elektron yang terdapat pada elektroda
pelepasan cenderung pindah ke elektroda pengumpul yang positif.
Setelah melewati tegangan tersebut, debu yang terkandung dalam
gas panas akan menjadi bermuatan negatif. Adanya beda potensial
listrik, menyebabkan perpindahan partikel debu yang bermuatan
negatif dari plat elektroda pelepas ke plat elektroda pengumpul yang
bermuatan positif dan melepaskan muatan listriknya. Potensial listrik
akan membantu partikel bergerak ke arah elektroda positif karena
adanya gaya coloumb. Kemudian partikel tersebut dinetralkan dan
diendapkan. Partikel debu yang menempel pada elektroda pengumpul
akan terjatuh pada saat elektroda pengumpul dipukul dengan martil
secara teratur. Partikel tersebut akan jatuh dalam dust bin yang terletak
di bawah plat-plat tersebut yang selanjutnya akan dihisap dengan
tekanan angin (pneumatic) kemudian dimasukkan sebagai poduk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 12. Electrostatic Precipitator (EP)
Sumber : Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban
4. Prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk.
Dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
yang terintegrasi dalam Sistem Managemen Semen Gresik (SMSG)
terdapat prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit
kerja, yang memuat hal-hal sebagai berikut :
a. Tujuan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
Menjamin bahwa identifikasi aspek dan penilaian dampak kegiatan
terhadap lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja yang terkait
dengan kegiatan, produk dan jasa perusahaan, sebagai dasar penetapan
skala prioritas dan kerangka acuan dalam penetapan kebijakan
perusahaan sehingga dapat mencegah potensi timbulnya kerugian
terhadap perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Ruang lingkup
Prosedur ini meliputi pelaksanaan identifikasi dan penilaian
dampak kegiatan di area perusahaan.
c. Definisi
1) Aspek unit kerja
Aspek unit kerja yaitu unsur kegiatan atau produk atau jasa
yang dilakukan oleh unit kerja yang dapat menimbulkan dampak
atau risiko terhadap lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
2) Kegiatan unit kerja
Kegiatan unit kerja yaitu suatu aktifitas untuk merubah input
menjadi output sesuai dengan uraian jabatan unit kerja.
3) Dampak
Dampak yaitu setiap perubahan, baik yang merugikan atau
bermanfaat yang keseluruhannya atau sebagian disebabkan oleh
aspek.
4) Aspek signifikan
Aspek signifikan yaitu aspek yang memerlukan pengendalian
lanjutan untuk mengurangi tingkat dampak atau risiko terhadap
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
5) Nilai keparahan
Nilai keparahan yaitu angka yang menunjukkan besarnya
dampak atau risiko dari aspek yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
6) Nilai kemungkinan
Nilai kemungkinan yaitu angka yang menunjukkan besarnya
peluang atau probabilitas dari kejadian yang ditimbulkan dari
aspek yang ada.
7) Nilai risiko
Nilai risiko yaitu angka yang diperoleh dari matrik perkalian
antara nilai keparahan (R) dan nilai kemungkinan (L).
8) Tingkat risiko
Tingkat risiko yaitu pengelompokan nilai risiko.
9) Normal
Normal yaitu keadaan dimana kegiatan berjalan sesuai dengan
situasi atau kondisi operasional biasa.
10) Abnormal
Abnormal yaitu keadaan dimana kegiatan tidak dapat dikendalikan.
d. Prosedur
1) Kepala unit kerja bertanggung jawab melakukan identifikasi,
menilai, dan mengendalikan terhadap aspek-aspek yang berpotensi
atau menimbulkan dampak atau risiko lingkungan, keselamatan,
dan kesehatan kerja dengan mempertimbangkan keadaan normal
dan/atau abnormal maupun insiden atau bencana yang mungkin
terjadi dan membuat checklist pemantauan serta melakukan review
atas dokumen aspek yang telah teridentifikasi. Semua kegiatan,
produk, dan jasa di masing-masing unit kerja harus sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
wewenang dan tanggung jawabnya yang tercantum dalam uraian
jabatan, dan melakukan review setiap tahunnya atau apabila ada
perubahan kegiatan, produk, dan jasa yang menjadi lingkup uraian
jabatannya.
2) Kepala unit kerja bertanggung jawab menyerahkan hasil
identifikasi dan penilaian dampak kegiatan serta checklist
pemantauan kepada koordinator yang terdiri dari :
a) Bagian Keselamatan Kerja dan Lingkungan untuk dampak
keselamatan kerja.
b) Bagian Pengujian Bahan dan Lingkungan untuk dampak
lingkungan kerja.
c) Bagian Kepegawaian untuk dampak kesehatan kerja.
3) Koordinator bertanggungjawab melakukan klarifikasi atas hasil
identifikasi penilaian dampak dan checklist pemantauan terhadap
kenyataan di area yang menjadi lingkup tanggung jawab unit kerja
tersebut. Selanjutnya koordinator melakukan kesesuaian terhadap
Undang-undang dan peraturan lain yang terkait. Hasil klarifikasi
terhadap penilaian dan rencana pengendalian yang sudah sesuai
dan benar dibuatkan rekapitulasi terhadap identifikasi dan penilaian
dampak kegiatan, sedangkan yang belum sesuai disampaikan
kembali ke unit kerja terkait untuk dilakukan identifikasi aspek,
penilaian, dan pengendalian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4) Koordinator bertanggung jawab melakukan pemilahan terhadap
aspek signifikan berdasar hasil rekapitulasi yang telah dibuat dan
disampaikan ke wakil manajemen untuk ditindaklanjuti. Hasil
pemilahan terhadap aspek yang tidak signifikan disampaikan ke
unit kerja terkait untuk dilakukan pengendalian.
5) Wakil manajemen bertanggung jawab mengkoordinasikan atas
rencana pengelolaan dan pemantauan aspek signifikan.
6) Kepala unit kerja bertanggungjawab melakukan pengendalian
terhadap aspek yang tidak signifikan tersebut agar tidak menjadi
aspek yang signifikan.
7) Kepala unit kerja bertanggungjawab melakukan pengendalian
terhadap aspek yang tidak signifikan tersebut agar tidak menjadi
aspek yang signifikan. Hasil monitoring yang sudah sesuai dengan
pengendalian yang direncanakan di sampaikan ke unit kerja terkait
untuk dimasukkan ke dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK). Sedangkan hasil monitoring yang tidak sesuai
dilakukan tindakan koreksi dan pencegahan.
e. Kriteria keberhasilan
Seluruh aspek dan dampak kegiatan, produk dan jasa serta
lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja yang terkait telah
diidentifikasi, dinilai, dan dikendalikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
5. Ketentuan aspek dan dampak dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Ketentuan aspek dan dampak dalam mengidentifikasi bahaya dan
menilai risiko terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai sebagai berikut :
Tabel 6. Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
No. Aspek Dampak
1. Bising Gangguan pendengaran
2. Emisi debu Gangguan pernapasan dan mata
3. Emisi gas Gangguan pernapasan dan mata
4. Getaran Kenyamanan
5. Tumpahan atau ceceran minyak pelumas
bekas.
Terpeleset dan terbakar
6. Tumpahan atau ceceran material non B3. Terpeleset
7. Tumpahan atau ceceran B3 atau limbah
B3.
Terpeleset dan terbakar
8. Tumpahan atau ceceran limbah non B3. Terpeleset
9. Ketinggian Jatuh
10. Kontak atau radiasi panas Terbakar
11. Pancaran atau radiasi cahaya Gangguan mata dan terbakar
12. Percikan api Gangguan mata dan terbakar
13. Sengatan listrik Tersengat listrik
14. Gerakan atau putaran alat Terjepit
Sumber : Tata cara pengisian formulir IPDK P/IDN/01 PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk.
Sedangkan ketentuan aspek dan dampak dalam mengidentifikasi
bahaya dan menilai risiko terkait dengan lingkungan adalah sebagai
sebagai berikut :
Tabel 7. Ketentuan Aspek dan Dampak terhadap Lingkungan
No. Aspek Dampak
1. Bising Kenyamanan lingkungan
2. Emisi debu Pencemaran udara
3. Emisi gas Pencemaran udara
4. Getaran Kenyamanan lingkungan
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Sambungan…….
5. Tumpahan atau ceceran minyak pelumas
bekas.
Pencemaran tanah dan air
6. Tumpahan atau ceceran material non B3 Pengurangan SDA
7. Tumpahan atau ceceran B3 atau limbah B3 Pencemaran tanah dan air
8. Tumpahan atau ceceran limbah non B3 Pengurangan SDA
Sumber : Tata cara pengisian formulir IPDK P/IDN/01 PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk.
6. Ketentuan kriteria penilaian risiko dalam Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Ketentuan kriteria penilaian risiko yang digunakan untuk kegiatan unit
kerja berbeda dengan ketentuan kriteria penilaian risiko yang digunakan
untuk kegiatan kontraktor dalam hal penggunaan istilah dan simbol. Akan
tetapi, pada dasarnya definisi yang digunakan adalah sama. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai ketentuan kriteria penilaian risiko yang
digunakan oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban dalam
melaksanakan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK).
a. Ketentuan kriteria penilaian risiko dalam Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja.
Tabel 8. Nilai Keparahan IPDK unit kerja
Tingkat Kriteria Dampak
Keselamatan
Dampak Kesehatan
1 Sangat ringan Tidak ada cidera Tidak menggangu kesehatan
dan kenyamanan
2 Ringan Cidera ringan,
P3K
Perlu pertolongan P3K, kasus
rawat jalan, dan gangguan
kenyamanan.
3 Sedang Cidera sedang,
perawatan medis
Memerlukan perawatan
intensif di rumah sakit.
4 Berat Cacat permanen Mengancam jiwa,
menimbulkan kecacatan, dan
penyakit kronis.
5 Bencana Menyebabkan
kematian
Kematian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 9. Nilai Kemungkinan IPDK Unit Kerja
Tingkat Kriteria Penjelasan
5 Hampir pasti Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi
(90% terjadi), selalu terjadi sampai satu kali
dalam seminggu.
4 Mungkin terjadi Suatu kejadian akan terjadi pada hampir semua
kondisi atau cenderung untuk terjadi (60-90%
terjadi), kurang dari satu kali dalam seminggu
sampai satu kali dalam sebulan.
3 Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa
kondisi tertentu atau mungkin dapat terjadi (40-
60% terjadi), krang dari satu kali dalam sebulan
sampai satu kali dalam tiga bulan.
2 Kecil
kemungkinannya
Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa
kondisi tertentu namun kecil kemungkinan
terjadinya, kurang dari satu kali dalam satu bulan
sampai satu kali dalam satu tahun.
1 Jarang terjadi Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada suatu
kondisi yang khusus atau luar biasa atau setelah
bertahun-tahun, lebih dari satu kali dalam
setahun.
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Akibat
Peluang 1 2 3 4 5
5 5
M
10
H
15
H
20
E
25
E
4 4
L
8
M
12
H
16
H
20
E
3 3
L
6
M
9
M
12
H
15
H
2 2
L
4
L
6
M
8
M
10
H
1 1
L
2
L
3
L
4
L
5
M
Gambar 13. Risk Matrik Peringakat Risiko IPDK Unit Kerja
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peringkat risiko yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1) L : Low risk (risiko rendah)
2) M : Medium risk (risiko sedang)
3) H : High risk (risiko tinggi)
4) E : Extreme
b. Ketentuan kriteria penilaian risiko dalam Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor.
Tabel 10. Nilai Peluang IPDK Kontraktor
Tingkat kriteria Penjelasan
a Hampir pasti Suatu kejadian akan terjadi pada semua
kondisi.
b Mungkin terjadi Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada
semua kondisi atau cenderung untuk terjadi.
c Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa
kondisi tertentu atau mungkin dapat terjadi.
d Kecil
kemungkinannya
Suatu kejadian mungkin terjadi pada
beberapa kondisi tertentu namun kecil
kemungkinannya terjadi.
e Jarang terjadi Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada
suatu kondisi yang khusus atau luar biasa
atau setelah bertahun tahun.
Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 11. Nilai Keparahan atau Akibat IPDK Kontraktor
Tingkat Kriteria Penjelasan
1 Tidak signifikan Tidak ada cidera, kerugian materi kecil,
pencemaran sangat kecil.
2 Minor Cidera ringan atau P3K, kerugian materi sedang,
pencemaran kecil.
3 Sedang Hilang hari kerja, kerugian cukup besar,
pencemaran lokasi area.
4 Mayor Cacat, kerugian materi besar, pencemaran ke
masyarakat sekitar.
5 Bencana Terkait dengan peraturan perundangan yang
berlaku, menyebabkan kematian, kerugian materi
sangat besar, pencemaran global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Peluang Akibat
1 2 3 4 5
a h h f f f
b m h h f f
c l m h f f
d l l m h f
e l l m h f
Gambar 14. Risk Matrik Penilaian Risiko IPDK Kontraktor
Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 12. Keterangan Peringkat Risiko IPDK Kontraktor
Kriteria Keterangan
f Risiko berlebihan
h Risiko tinggi
m Risiko sedang
l Risiko rendah
Sumber : Formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
7. Pengendalian terhadap aspek dan dampak yang dilakukan oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Setelah penilaian risiko dilakukan, upaya selanjutnya adalah menyusun
upaya pengendalian guna mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta pencemaran lingkungan. Maka dari itu, PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban melakukan upaya pengendalian, yang mana
pengendalian yang dilakukan lebih mengutamakan upaya mengeliminasi
sumber dampak dari pada mereduksi dampak yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Eliminasi sumber yaitu upaya yang dilakukan dalam rangka
pencegahan timbulnya aspek dan dampak atau risiko. Upaya tersebut
meliputi :
a. Penggunaan bahan baku dan bahan bakar pengganti atau konversi
bahan baku dan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan aman
terhadap tenaga kerja.
b. Perubahan proses, teknologi, atau rekayasa teknik yang lebih ramah
lingkungan dan aman terhadap tenaga kerja.
c. Pengendalian administrasi atau penanganan proses dengan prosedur
atau interaksi kerja yang ada.
d. Upaya efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan bakar.
Sedangkan tingkat keberhasilan dari upaya pengendalian ini
ditunjukkan oleh nilai kemungkinan dari masing-masing aspek tersebut.
Reduksi dampak yaitu upaya yang dilakukan dengan mengelola
dampak atau risiko yang ditimbulkan. Upaya tersebut meliputi :
a. Penggunaan kembali (reuse) secara internal yaitu penggunaan kembali
bahan atau barang yang mempunyai dampak terhadap lingkungan,
keselamatan, dan kesehatan kerja di dalam pabrik, bila kegiatan
pengurangan atau eliminasi sumber tidak memungkinkan dilakukan.
b. Penggunaan kembali (reuse) secara eksternal yaitu penggunaan
kembali bahan atau barang yang mempunyai dampak terhadap
lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja di luar pabrik, apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
penggunaan kembali secara internal tidak memungkinkan untuk
dilakukan.
c. Pengelolaan limbah bahan yang mempunyai dampak terhadap
lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja yaitu kegiatan
pengelolaan limbah secara internal maupun eksternal untuk upaya
mengurangi konsentrasi bahan yang mempunyai dampak terhadap
lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja apabila kegiatan
penggunaan kembali tidak memungkinkan untuk dilakukan.
d. Pemusnahan limbah atau penimbunan limbah, yaitu upaya pembakaran
yang dilakukan oleh perusahaan atas pihak lain atas ijin instansi yang
bersangkutan, sebagai upaya terakhir untuk pencegahan pencemaran.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai persyaratan yang
berlaku.
Sedangkan tingkat keberhasilan dari upaya pengendalian ini dapat
ditunjukkan oleh nilai keparahan dari masing-masing aspek tersebut.
8. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan
pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Unit pembakaran dan pendinginan adalah salah satu unit kerja dengan
potensi dan faktor bahaya yang cukup banyak. Dari segi konstruksi
bangunan, mesin-mesin produksi, proses kerja, peralatan, dan bahan yang
digunakan mengandung potensi bahaya yang dapat membahayakan
keselamatan tenaga kerja. Maka dari itu, perlu adanya identifikasi bahaya
dan penilaian risiko untuk mengetahui upaya pengendalian risiko yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tepat dan efisien guna mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta pencemaran terhadap lingkungan. PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. melakukan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control
(HIRARC) dalam bentuk Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) dengan memperhatikan aspek dan dampak dari suatu kegiatan atau
pekerjaan.
Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang terdapat dalam
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan
pendinginan disajikan secara sederhana dalam bentuk sebagai berikut :
Tabel 13. Penyajian IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Keterangan :
R : Nilai Keparahan
L : Nilai Kemungkinan
Nr : Nilai Risiko
Tr : Tingkat Risiko
Berikut adalah hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan upaya
pengendalian dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
unit pembakaran dan pendinginan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 14. IPDK Mengoperasikan Blending Silo
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Bising
Kenyamanan
lingkungan
Isolasi sumber kebisingan,
pengukuran tingkat kebisingan
secara berkala.
1 1 1 L
Gangguan
pendengaran
Isolasi sumber kebisingan,
pemasangan rambu norma K3,
penggunaan APD, pengukuran
tingkat kebisingan secara
berkala.
2 3 6 M
Emisi debu
Pencemaran
udara
Pemasangan dan maintenance
bag filter, pembersihan area silo.
2 1 2 L
Gangguan
pernapasan,
mata
Maintenance bag filter,
pembersihan area silo,
pemasangan rambu norma K3,
pemakaian APD.
2 2 4 L
Tumpahan
atau ceceran
material
non B3
Pengurangan
SDA
Pemeliharaan silo system, reuse. 1 1 1 L
Terpeleset Pemasangan handrail,
pembersihan rutin.
2 1 2 L
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 15. IPDK Penembusan Air Slide Kiln Feed yang Buntu
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Emisi debu
Pencemaran
udara
Instruksi kerja 2 1 2 L
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemakaian masker dan safety
goggle.
2 2 4 L
Tumpahan
atau ceceran
material
non B3
Pengurangan
SDA
Instruksi kerja, reuse. 1 1 1 L
terpeleset Pemasangan handrail,
pembersihan rutin.
2 1 2 L
Ketinggian Jatuh dari
ketinggian
Pemasangan handrail,
pembersihan rutin.
2 1 2 L
Gerakan
atau putaran
alat
Terbentur Pemakaian tools yang sesuai. 2 1 2 L
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 16. IPDK Mengoperasikan Kiln
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Bising
Kenyamanan
lingkungan
Pengukuran tingkat kebisingan
secara berkala.
2 1 2 L
Gangguan
pendengaran
Pemasangan rambu norma K3,
pengguanaan APD, pengukuran
tingkat kebisingan secara
berkala.
1 5 5 M
Emisi gas
atau asap
Pencemaran
udara
Instruksi kerja 4 2 8 M
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemasangan rambu norma K3,
penggunaan APD
2 1 2 L
Emisi debu
Pencemaran
udara
Perawatan actuator inlet kiln
seal, perawatan dust collector di
kiln feed.
4 3 12 H
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemasangan rambu norma K3,
penggunaan APD safety goggle
dan masker.
2 1 2 L
Tumpahan
atau ceceran
minyak
pelumas
bekas
Pencemaran
tanah dan air
Membuat penampungan pelumas
bekas, pembersihan rutin,
pemeliharaan.
2 4 8 M
Terpeleset Membuat penampungan pelumas
bekas, pembersihan rutin,
pemasangan rambu norma K3.
2 2 4 L
Tumpahan
atau ceceran
B3 atau
limbah B3
Pencemaran
tanah dan air
Mengurangi sumber kebocoran
B3, pembersihan rutin.
2 2 4 L
Terpeleset Mengurangi kebocoran B3,
pembersihan rutin, pemasangan
handrail.
2 2 4 L
Tumpahan
atau ceceran
batubara
Pengurangan
SDA
Ceceran batubara dimasukkan ke
dalam pile (reuse).
2 4 8 M
Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan
rambu norma K3.
2 2 4 L
Kontak atau
radiasi
material
panas
Luka bakar Pemakaian cattle pack,
pemakaian APD.
2 2 4 L
Pancaran
atau radiasi
Gangguan
mata
Pemakaian check hole glass. 2 2 4 L
Arus listrik Tersengat
listrik
Pemeliharaan isolator electrical,
inspeksi rutin.
3 1 3 L
Bersambung……
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Sambungan……
Gerakan
atau putaran
alat
Terjepit Pemasangan casing,
pemasangan rambu norma K3.
3 1 3 L
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 17. IPDK Mengoperasikan Cooler
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Bising
Kenyamanan
lingkungan
Pengukuran tingkat kebisingan
secara berkala.
2 1 2 L
Gangguan
pendengaran
Pemasangan rambu norma K3,
penggunaan APD, pengukuran
tingkat kebisingan secara
berkala.
2 5 10 H
Emisi debu
Pencemaran
udara
Pemeliharaan dust collector,
tapping valve compartment
cooler.
3 2 6 M
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemeliharaan dust collector,
tapping valve compartment
cooler, pemakaian APD.
2 1 2 L
Tumpahan
atau ceceran
minyak
pelumas
bekas
Pencemaran
air dan tanah
Pemeliharaan sistem hidrolik
cooler, pemasangan tampungan
kebocoran oli di pompa hidrolis.
3 2 6 M
Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan
rambu norma K3.
3 1 3 L
Tumpahan
atau ceceran
material
non B3
Pengurangan
SDA
Mengurangi kebocoran comp
cooler.
2 2 4 L
Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan
rambu norma K3.
3 1 2 L
Kontak atau
radiasi
material
panas
Luka bakar Pemakaian APD, pemasangan
rambu norma K3.
3 1 3 L
Gerakan
atau putaran
alat
Terjepit Pemasangan safety guard
peralatan.
4 1 4 L
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 18. IPDK Mengoperasikan EP Cooler
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Emisi debu
Pencemaran
udara
Mengendalikan temperatur inlet
EP, pemeliharaan EP dan dust
transport, pembatasan waktu up
set EP (interlock system).
3 2 6 M
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemakaian APD 2 1 2 L
Tumpahan
atau ceceran
material
non B3
Pengurangan
SDA
Mengurangi kebocoran pada EP
cooler.
2 2 4 L
Terpeleset Pemasangan rambu norma K3,
pemakaian APD.
3 1 3 L
Kontak atau
radiasi
material
panas
Luka bakar Pemakaian APD 3 1 3 L
Gerakan
atau putaran
alat
Terjepit Pemasangan safety guard
peralatan.
4 1 4 L
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 19. IPDK Pengoperasian Clinker Transport
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Emisi debu
Pencemaran
udara
Pemeliharaan clinker transport
dan dust collerctor.
2 2 4 L
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemakaian APD 2 1 2 L
Tumpahan
atau ceceran
material
non B3
Pengurangan
SDA
Pemeliharaan clinker transport
dan dust collerctor.
2 2 4 L
Terpeleset Pemasangan handrail,
pembersihan rutin.
3 1 3 L
Kontak atau
radiasi
material
panas
Luka bakar Safety guard dan pemakaian
APD.
2 1 2 L
Gerakan
atau putaran
alat
Terjepit Safety guard dan pemakaian
APD.
4 1 4 L
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 20. IPDK Mengoperasikan Coal Mill
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Bising
Kenyamanan
lingkungan
Isolasi sumber kebisingan,
pengukuran tingkat kebisingan
secara berkala.
2 1 2 L
Gangguan
pendengaran
Isolasi sumber kebisingan,
pemasangan rambu norma K3,
pemakaian APD, pengukuran
tingkat kebisingan secara
berkala.
2 2 4 L
Emisi debu
Pencemaran
udara
Pemeliharaan coal transport dan
dust collector, pemasangan
water spray di raw coal
transport.
4 3 12 H
Gangguan
pernapasan,
mata
Pemakaian APD 2 1 2 L
Getaran
Kenyamanan
lingkungan
Pemeliharaan berkala coal mill. 1 1 1 L
Kenyamanan
kerja
Pangaturan operasionalisasi coal
mill.
3 1 3 L
Tumpahan
atau ceceran
minyak
pelumas
bekas
Pencemaran
tanah dan air
Pemeliharaan sistem hidrolik
coal mill, pemasangan
tampungan kebocoran oli di coal
mill.
2 2 4 L
Terpeleset Pemasangan rambu norma K3,
pemakaian APD.
3 1 3 L
Tumpahan
atau ceceran
B3 atau
limbah B3
Pencemaran
air dan tanah
Pemeliharaan raw dan pulv coal
transport.
2 2 4 L
Terbakar Pembersihan, pemasangan
APAR dan hydrant, dan water
spray atau springkler.
3 2 6 M
Terpeleset Pembersihan rutin, pemasangan
handrail, pemakaian APD,
pemasangan rambu norma K3.
3 1 3 L
Percikan api Gangguan
mata
Pembatasan kadar O2 dan CO di
coal mill system, pemasangan
injector CO2, pemasangan
APAR dan hydrant.
3 1 3 L
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sambungan…….
Gerakan
atau putaran
alat
Terjepit Pemasangan safety guard dan
pemakaian APD.
4 2 8 M
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 21. IPDK Bongkar Pasang Batu Tahan Api atau Brick dan Castable
Identifikasi
Aspek
Bahaya atau
Potensi
Dampak
Pengendalian Yang Ada R L Nr Tr
Bising Gangguan
pendengaran
Pemakaian APD, pengaturan
jadwal operator.
1 1 1 L
Emisi gas
buang alat
angkut
Pencemaran
udara
Pengaturan sistem ventilasi
udara dalam kiln, pemeliharaan
rutin alat angkut.
2 2 4 L
Gangguan
pernapasan,
mata
Pengaturan sistem ventilasi
udara dalam kiln, pemakaian
APD.
2 1 2 L
Emisi debu
Pencemaran
udara
Pengaturan sistem ventilasi
udara dalam kiln dan cooler.
1 1 1 L
Gangguan
pernapasan,
mata
Pengaturan sistem ventilasi
udara dalam kiln dan cooler,
pemakaian APD.
2 2 4 L
Tumpahan
atau ceceran
material
non B3
Lingkungan
kotor
Melakukan pembersihan 1 1 1 L
Kejatuhan
material
Pengaturan posisi pembongkaran
dan pemasangan material,
pemakaian APD.
3 1 3 L
Lalu lintas
kerja alat
angkut
Tertabrak Operator punya SIO,
pemasangan rambu norma K3.
3 1 3 L
Gerakan
atau putaran
alat
Terjepit atau
terpukul
Pengaturan posisi, penggunaan
tools yang baik dan sesuai,
pemakaian APD.
3 1 3 L
Sumber : IPDK Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
9. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja
kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Aktivitas produksi yang dilakukan secara terus menerus menyebabkan
konstruksi bangunan pabrik dan mesin produksi mengalami kerusakan.
Jika kerusakan yang terjadi tidak segera ditangani, maka akan menjadi
persoalan serius yang akan mengganggu kelancaran proses produksi. Di
samping itu, juga akan menimbulkan potensi bahaya baru yang akan
membahayakan keselamatan tenaga kerja. Kebersihan lingkungan atau
area pabrik juga sangat penting, terutama bagi industri penghasil semen
yang setiap harinya memproduksi dan mengeluarkan hasil samping berupa
debu. Banyaknya debu di lingkungan tempat kerja dapat mengganggu
kelancaran produksi dan kesehatan tenaga kerja serta pencemaran terhadap
lingkungan. Maka dari itu, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
memanfaatkan jasa tenaga kerja kontraktor guna melakukan pekerjaan
perbaikan maupun pembersihan area pabrik.
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan perlindungan terhadap
tenaga kerja kontraktor dengan cara memberlakukan sistem ijin kerja
melalui wawancara dengan safety officer dari masing-masing kontraktor
yang akan dipekerjakan. Dalam formulir wawancara tersebut terdapat
Identifikasi dan penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) dari pekerjaan atau
kegiatan yang akan dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor. Sehingga
diharapkan tenaga kerja kontraktor yang akan melakukan suatu pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
di lingkungan pabrik benar-benar mengetahui dan mengerti tentang
kondisi tempat kerjanya termasuk potensi dan faktor bahaya dari pekerjaan
yang akan dilakukannya tersebut.
Berikut adalah beberapa hasil Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) dalam wawancara kontraktor pada bulan Pebruari tahun
2011 di unit pembakaran dan pendinginan.
Tabel 22. IPDK Pembersihan Jalan All Area Pabrik Tuban
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu,
safety glass.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Pahami kondisi area kerja,
koordinasi dengan tenaga
kerja yang berada di atas
dan/atau di bawah, gunakan
safety hat dan safety shoes.
Alat
bergerak,
sapu dan
sekop
Terjepit,
tertimpa
3 d m Bekerja sesuai prosedur,
tenaga kerja sudah
berpengalaman, koordinasi
yang baik antar pekerja.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Gambar 23. IPDK Membuat Kantongan di Lantai 5 Preheater 442 PH 2 Tuban 2
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Meminimalisasi terjadinya
polusi debu, gunakan
masker debu dan pelindung
mata (safety goggle),
gunakan sarung tangan bila
perlu.
Material
panas
Luka bakar 4 d h Posisikan diri aman saat
bekerja, pakai baju lengan
panjang, jangan beristirahat
di area kerja.
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Sambungan…….
Tempat
ketinggian
Terjatuh,
terpeleset
4 c h Pasang scaffolding dan
pastikan pijakan kuat, aman,
dan nyaman, pakai safety
belt, dan tali tambang
standar sebagai life line.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 c h Amankan area bawah,
pahami kondisi area kerja,
koordinasi dengan tenaga
kerja yang berada di atas
dan/atau di bawah, gunakan
safety hat dan safety shoes.
Tegangan
listrik
(trafo las)
Tersengat
arus listrik
5 e f Las arde langsung,
koordinasi dengan sie listrik
saaf pasang power trafo las,
alat listrik dan sambungan
dalam kondisi baik dan
kedap air.
Alat
bergerak
(katrol tali
tambang)
Terjepit,
tertimpa
4 d h Bekerja sesuai prosedur,
pastikan alat bantu kerja
dalam kondisi baik, tenaga
kerja sudah berpengalaman.
Explotion,
percikan
api (las,
blander)
Kebakaran 3 d m Amankan lingkungan kerja,
amankan bahan yang mudah
terbakar, pastikan tidak ada
kebocoran gas, pastikan
posisi tabung blander
berdiri dan terikat.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 24. IPDK Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
pelindung mata (safety
goggle).
Material
panas
Kulit
melepuh
4 d h Gunakan sarung tangan.
Tempat
ketinggian,
dalam
ruang atau
bejana
Terjatuh,
terpeleset
4 c h Pasang scaffolding dan
pastikan pijakan kuat, aman,
dan nyaman, pakai safety
belt dengan benar, amankan
area bawah, pastikan
sirkulasi udara aman.
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Sambungan…….
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 c h Pahami kondisi area kerja,
koordinasi dengan tenaga
kerja yang berada di atas
dan/atau di bawah, gunakan
safety hat dan safety shoes.
Tegangan
listrik
(trafo las)
Tersengat
arus listrik
5 e f Las arde langsung,
koordinasi dengan sie listrik
saat pasang power trafo las,
alat listrik dan sambungan
dalam kondisi baik dan
kedap air.
Explotion,
percikan
api (las,
blander)
Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang
mudah terbakar, pastikan
tidak ada kebocoran gas,
amankan lingkungan kerja.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 25. IPDK Feeding BBA Sekam di Kiln 436 BC 7
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
safety glass.
Tempat
ketinggian
Terjatuh,
terpeleset
4 d h Berpijak pada tempat yang
aman, pastikan kondisi
lingkungan kerja dan posisi
kerja aman.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Pahami kondisi area kerja,
gunakan safety hat dan
safety shoes.
Alat
bergerak
(wheel
loader dan
BC)
Terjepit,
tertabrak
4 d h Bekerja sesuai prosedur,
gunakan alat bantu kerja
yang sesuai dan baik,
koordinasi yang baik
dengan operator loader,
amankan diri dari lintasan
loader, jangan beristirahat
di area kerja atau lintasan
Alat-Alat Berat (AAB).
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 26. IPDK Loading Sludge Oil di 442 Kl 1 Tuban 2
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
safety glass.
Tempat
ketinggian
Terjatuh 3 d m Pastikan pijakan kuat dan
aman.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Pahami kondisi area kerja,
koordinasi dengan tenaga
kerja yang berada di atas
dan/atau di bawah, gunakan
safety hat dan safety shoes.
Alat
bergerak
(forklift
dan OH
crane)
Terjepit,
tertimpa
3 d m Bekerja sesuai prosedur,
amankan lintasan forklift
dan OH crane, tenaga kerja
sudah berpengalaman,
koordinasi yang baik antar
tenaga kerja.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 27. IPDK Mengganti Actuator Cooler Compartment 5 441 CC 1
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
pelindung mata (safety
goggle).
Material
panas
Luka bakar 4 c f Pastikan semua fan dalam
kondisi mati agar tidak ada
semburan material panas
yang keluar, pakai pakaian
lengan panjang, dan
gunakan sarung tangan.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Koordinasi dengan tenaga
kerja yang berada di atas
dan/atau di bawah, gunakan
safety hat.
Tegangan
listrik
(trafo las,
gerinda)
Tersengat
arus listrik
5 d f Pasang arde langsung,
koordinasi dengan sie listrik
saat pasang power trafo las,
pastikan kondisi kabel dan
sambungan baik dan kedap
air.
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Sambungan…….
Alat
bergerak
(actuator)
Terjepit 3 d m Koordinasi dengan operator,
pastikan power switch
actuator dalam kondisi off.
Explotion,
percikan
api (las,
blander)
Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang
mudah terbakar, pakai
sarung tangan las, pastikan
tidak ada kebocoran gas,
letakkan tabung LPG di
tempat yang aman dan jauh
dari percikan api serta posisi
tabung harus berdiri dan
terikat.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 28. IPDK Mengganti Main Gear 443 Kl 1 dan Potong Kiln Shell 443 Kiln 1
Tuban 3
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
2 a h Gunakan masker debu dan
pelindung mata (safety
goggle).
Tempat
ketinggian
Terjatuh,
terpeleset
4 e h Pastikan pijakan kuat dan
aman, gunakan safety belt.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Gunakan safety hat dan
safety shoes, pahami kondisi
area kerja, koordinasi
dengan tenaga kerja yang
berada di atas dan/atau di
bawah.
Tegangan
listrik
(trafo las,
lampu
penerang)
Tersengat
arus listrik
5 e f Pasang arde langsung,
koordinasi dengan sie listrik
saat pasang power trafo las,
pastikan peralatan listrik
dan sambungan dalam
kondisi baik dan kedap air.
Alat
bergerak
(crane 80
T, kiln)
Terjepit,
tertimpa
4 d h Pastikan kondisi alat off,
operator crane dan rigger
harus berpengalaman, punya
Surat Ijin Operator (SIO).
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Sambungan…….
Explotion,
percikan
api (las,
blander)
Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang
mudah terbakar, pakai
sarung tangan las, pastikan
tidak ada kebocoran gas,
letakkan tabung LPG di
tempat yang aman (jauh dari
percikan api).
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Tabel 29. IPDK Memasang Blower Cooling Shell Kiln Tuban 2
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
pelindung mata (safety
goggle).
Material
panas
Luka bakar 2 c m Gunakan sarung tangan.
Tempat
ketinggian
Terjatuh,
terpeleset
3 c h Pastikan pijakan kuat dan
aman, pasang scaffolding
standar, pakai dan kaitkan
safety belt dengan benar.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Pahami kondisi area kerja,
gunakan safety hat dan
safety shoes.
Tegangan
listrik
(trafo las,
lampu,
gerinda)
Tersengat
arus listrik
5 e f Las arde langsung,
koordinasi dengan sie listrik
saat pasang power trafo las,
pastikan peralatan listrik
dan sambungan dalam
kondisi baik dan kedap air.
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Sambungan…….
Alat
bergerak
(mobile
crane)
Terjepit,
tertimpa
4 d h Gunakan alat bantu kerja
yang baik dan standar,
koordinasi yang baik antar
tenaga kerja, amankan
lintasan crane, tenaga kerja
sudah berpengalaman.
Explotion,
percikan
api (las,
blander)
Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang
mudah terbakar, pastikan
tidak ada kebocoran gas,
amankan lingkungan kerja.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk Pabrik Tuban.
Tabel 30. IPDK Menambal Cyclone Redspot 443 PH 1 Lantai 6 dan Lantai 11
Tuban 3
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
pelindung mata (safety
goggle).
Material
panas
(debu
panas)
Luka bakar 4 c f Gunakan sarung tangan,
baju lengan panjang.
Tempat
ketinggian
Terperosok,
terjatuh
3 d m Pastikan pijakan aman dan
pahami area kerja, gunakan
safety belt dengan benar.
Kejatuhan
benda
Cidera
kepala, tubuh
3 c h Pahami kondisi area kerja,
gunakan safety hat dan
safety shoes.
Tegangan
listrik
(trafo las)
Tersengat
arus listrik
5 d f Las arde langsung,
koordinasi dengan sie listrik
saat pasang power trafo las,
pastikan peralatan listrik
dan sambungan dalam
kondisi baik dan kedap air.
Explotion,
percikan
api (las,
blander)
Kebakaran 3 d m Amankan bahan yang
mudah terbakar, pastikan
tidak ada kebocoran gas,
pastikan posisi tabung LPG
berdiri dan terikat, amankan
lingkungan kerja.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 31. IPDK Perbaikan Rekondisi Lift 443 EL 1 Tuban 3
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
pernapasan,
iritasi mata
1 b m Gunakan masker debu dan
safety glass.
Tempat
ketinggian,
dalam
ruang atau
bejana
Terjatuh 4 d h Pastikan pijakan kuat dan
aman, pakai dan kaitkan
safety belt dengan benar.
Tegangan
listrik
(gerinda)
Tersengat
arus listrik
4 d h Pastikan peralatan listrik
dan sambungan dalam
kondisi baik, amankan
lintasan electrical lift.
Alat
bergerak
(electrical
lift)
Terjepit,
tertimpa
3 d m Bekerja sesuai prosedur,
tenaga kerja sudah
berpengalaman, koordinasi
dengan sie listrik,
komunikasi yang baik antar
tenaga kerja.
Explotion,
percikan
api
(gerinda
tangan)
Kebakaran,
luka bakar
3 d m Pastikan tenaga kerja
menggunakan sarung
tangan, amankan
lingkungan kerja.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk Pabrik Tuban.
Tabel 32. IPDK Tembus Inlet Kiln dan Hammer Cooler 441 KL 1 Tuban
Identifikasi
Aspek Dampak
Penilaian Risiko Pengendalian Risiko
Akibat Peluang Nilai
Debu Gangguan
perrnapasan,
iritasi mata
1 c l Gunakan masker debu dan
safety goggle.
Material
panas
Luka bakar
pada anggota
tubuh
4 b f Gunakan baju tahan panas
lengkap, koordinasi dengan
operator saat tembus
material, posisi tembak
jangan di depan hole, jangan
beristirahat di sekitar area
kaluarnya debu panas.
Bersambung…….
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Sambungan…….
Tempat
ketinggian
Terjatuh 4 d h Pastikan lingkungan kerja
atau lintasan aman, berdiri
pada posisi aman saat
bekerja, gunakan safety belt
bila perlu.
Kejatuhan
benda atau
tumpahan
material
dari atas
Cidera
kepala, tubuh
3 d m Pahami area kerja, gunakan
safety hat, koordinasi
dengan tenaga kerja yang
berada di atas dan/atau di
bawah.
Tegangan
listrik
Tersengat
arus listrik
5 d f Koordinasi dengan sie
listrik saat pasanga power
(trouble power woma
pump).
Alat
bergerak
(woma
pump)
Tertimpa,
terpukul
4 d f Tenaga kerja yang
melakukan tembus harus
sudah berpengalaman
menggunakan woma pump,
bekerja sesuai prosedur.
Sumber : Laporan wawancara kontraktor atau pengunjung PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk Pabrik Tuban.
10. Tindak lanjut dari IPDK yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang sudah dibuat
oleh masing-masing unit kerja digunakan sebagai dasar atau acuan dalam
melakukan wawancara dengan tenaga kerja kontraktor yang akan
melakukan pekerjaan di sebuah unit kerja. Wawancara terjadi antara safety
officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban dengan safety officer tenaga kerja kontraktor.
Dalam wawancara, safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan
(K3) Pabrik Tuban harus mengisi dan melakukan Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja kontraktor yang terdapat
pada formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Sehingga dengan adanya
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja ini, safety
officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban dapat
dengan mudah melakukan proses wawancara dan pengisian Identifikasi
dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor. Maka dari itu, setiap
unit kerja harus melakukan revisi pada Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) yang telah dibuat sebelumnya secara periodik atau ketika
dan setiap terjadi perubahan baik pada lingkungan kerja, peralatan, bahan,
mesin produksi, maupun proses kerja. Sehingga potensi bahaya baru yang
ditimbulkan akibat perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan segera
dan dilakukan upaya pengendalian.
Saat wawancara berlangsung safety officer tenaga kerja kontraktor
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh safety
officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban.
Pertanyaan yang diajukan pada umumnya berupa deskripsi pekerjaan,
aspek (potensi dan faktor bahaya) dan dampak atau risiko dari pekerjaan
serta upaya pengendalian yang akan dilakukan oleh pihak kontraktor
sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengendalian risiko tentunya tidak luput dari perihal kelengkapan Alat
Pelindung Diri (APD) yang dimiliki oleh pihak kontraktor. Kelengkapan
Alat Pelindung Diri (APD) selalu menjadi persoalan klasik dari setiap
kontraktor. Jika Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki pihak kontraktor
tidak mencukupi kebutuhan tenaga kerjanya, maka Seksi Keselamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban memberikan pinjaman Alat
Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kekurangan sehingga semua tenaga
kerja kontraktor terjamin keselamatannya dalam bekerja. Akan tetapi,
terbatasnya jumlah Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki Seksi
Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban sering menjadi
persoalan tersendiri.
Setelah melakukan wawancara, safety officer tenaga kerja kontraktor
wajib menginformasikan kepada tenaga kerjanya terkait hal-hal
keselamatan dan kesehatan saat bekerja serta memberikan Alat Pelindung
Diri (APD) yang dipersyaratkan. Hasil wawancara merupakan salah satu
dari sistem ijin kerja dan kontrak perjanjian antara pihak kontraktor
dengan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja. Sehingga upaya pengendalian yang tertuang dalam
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) harus dipenuhi oleh
pihak kontraktor dibantu dan diawasi oleh Seksi Keselamatan Kerja dan
Kebersihan (K3) Pabrik Tuban. Sedangkan hasil wawancara ini
merupakan bukti bahwa PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. telah menjamin
dan memenuhi kebutuhan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.
Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban,
melakukan pengawasan berupa inspeksi terhadap tenaga kerja kontraktor
yang sedang melakukan pekerjaan di area pabrik. Inspeksi yang dilakukan
dititikberatkan pada unsafe action yang dilakukan oleh tenaga kerja
kontraktor. Jika ditemukan pelanggaran, maka safety officer Seksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) akan memberikan peringatan
secara lisan. Akan tetapi, jika tenaga kerja kontraktor tidak kunjung jera
dan terus melakukan pelanggaran, maka safety officer Seksi Keselamatan
Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban membuat laporan temuan
pelanggaran yang selanjutnya akan ditidaklanjuti yang pada umumnya
akan bermuara pada dijatuhkannya sanksi. Pada umumnya sanksi yang
diberikan adalah kontraktor yang melakukan pelanggaran tersebut tidak
diberi pekerjaan selama kurun waktu tertentu.
B. Pembahasan
1. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja di unit pembakaran dan pendinginan
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Potensi bahaya di unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. cukup banyak dan berisiko tinggi. Terbukti dengan
terjadinya Sembilan kasus kecelakaan kerja dari skala ringan cukup
dengan bantuan pertolongan pertama hingga kematian.
Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya menimbulkan kerugian baik
bagi tenaga kerja maupun bagi PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Maka
dari itu, guna mencegah kecelakaan yang sama terulang kembali, Seksi
Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) melakukan investigasi
kecelakaan sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimana pasal 11 ayat 1
menyatakan bahwa pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk
oleh menteri tenaga kerja, dan sebagai petunjuk pelaksanaan pelaporan
kecelakaan tersebut adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
Dengan dilakukannya investigasi kecelakaan, maka dapat diketahui
penyebab terjadinya kecelakaan sehingga dapat dilakukan revisi atau
masukan baik pada aspek, dampak, maupun tindakan pengendalian yang
terdapat pada Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit
kerja maupun dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK)
kontraktor dengan jenis pekerjaan yang sama.
Sedangkan menurut keterangan dari petugas medical check up Balai
Pengobatan dan Rumah Sakit Bersalin Bogorejo, penyakit akibat kerja
yang ditemukan pada tenaga kerja pada unit pembakaran dan pendinginan
pada umumnya adalah berupa gangguan pendengaran dan iritasi pada
mata. Hal ini terbukti ketika penulis melakukan kunjungan ke unit
pembakaran dan pendinginan, salah seorang operator kiln berbicara sangat
keras seolah lawan bicara tidak mendengar apa yang ia katakan. Hal ini
mengindikasikan bahwa operator kiln tersebut telah mengalami penurunan
nilai ambang batas pendengaran.
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan pemeriksaan kesehatan
karyawan sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang No. 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 23 yang menyatakan bahwa
kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. Pemeriksaan kesehatan
hanya diperkenankan bagi karyawan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Sedangkan untuk tenaga kerja kontraktor tidak dilakukan upaya
pemeriksaan kesehatan dikarenakan di luar tanggung jawab dari PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. sehingga tidak dapat diketahui secara pasti
jenis penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja dan jumlah
tenaga kerja yang terkena dampak dari paparan faktor bahaya di unit
pembakaran dan pendinginan. Sebagai contoh tidak ditemukannya tenaga
kerja yang mengalami gangguan pernapasan akibat timbunan debu semen.
Padahal kadar debu di lingkungan kerja terhitung tinggi, dan tenaga kerja
khususnya tenaga kerja kontraktor selalu terpapar debu ketika bekerja.
Apalagi kesadaran tenaga kerja akan keselamatan dan kesehatan kerja
sangat kurang yang menyebabkan minimnya tingkat kedisiplinan tenaga
kerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam hal ini
masker. Terlebih lagi, pola hidup tenaga kerja yang kurang sehat yaitu
perokok menjadi faktor tersendiri penyebab rusaknya paru-paru.
2. Jenis pekerjaan atau kegiatan di unit pembakaran dan pendinginan PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Setiap jenis pekerjaan baik yang dilakukan oleh karyawan PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban maupun tenaga kerja kontraktor
seharusnya dilengkapi dengan dengan deskripsi pekerjaan yang dalam hal
ini adalah Job Safety Analisys (JSA). Hal ini diharapkan, ketika melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
wawancara dan mengisi lembar Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) kontraktor, safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan
Kebersihan (K3) sudah memahami langkah-langkah pekerjaan yang akan
dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor. Adanya Job Safety Analisys (JSA)
diharapkan identifikasi potensi dan faktor bahaya dapat dilakukan secara
detail dari setiap tahapan proses pekerjaan tersebut yang memungkinkan
atau dapat menimbulkan serta berisiko terjadinya kecelakaan atau penyakit
akibat kerja sehingga dapat segera menentukan langkah pengendalian
risiko dengan tepat dan efisien. Job Safety Analisys (JSA) tenaga kerja
kontraktor bisa disusun pada pekerjaan yang sering dilakukan, dalam hal
ini di unit pembakaran dan pendinginan, misalnya membuat kantongan
pada dinding cyclone di preheater dan tembus inlet kiln dan hammer
cooler.
3. Prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk.
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. mempunyai prosedur Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang baik. Akan tetapi, koordinasi
antara unit kerja dengan Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3)
masih kurang. Setiap personil unit kerja yang menemukan kondisi tidak
aman di area kerjanya tidak segera melaporkan pada Seksi Keselamatan
Kerja dan Kebersihan (K3) sehingga temuan kondisi tidak aman tersebut
tidak segera dapat ditangani. Padahal Seksi Keselamatan Kerja dan
Kebersihan (K3) menjadi pintu masuk tenaga kerja kontraktor dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
ditentukan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sehingga
jika temuan kondisi tidak aman di area kerja tidak segera ditangani, maka
akan menjadi potensi bahaya baru yang akan membahayakan keselamatan
dan kesehatan baik bagi tenaga kerja unit kerja sendiri maupun tenaga
kerja kontraktor.
Jika dalam melakukan tinjauan ulang terhadap Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja ditemukan aspek penyebab
dampak yang baru, maka unit kerja harus segera melakukan revisi
terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit kerja
sebelumnya. Hasil dari revisi Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) unit kerja segera diberitahukan kepada pihak-pihak yang terkait
terutama Bagian Keselamatan Kerja dan Lingkungan. Namun, hal ini
belum berjalan dengan baik. Sehingga Seksi Keselamatan Kerja dan
Kebersihan (K3) harus mendatangi setiap unit kerja dan menanyakan
sekaligus mensosialisasikan perihal Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) melalui program safety talk yang terjadwal untuk setiap unit kerja.
Penting bagi Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3)
melakukan verifikasi terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) unit kerja yang telah disusun maupun hasil revisi dari Identifikasi
dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan oleh
masing-masing unit kerja. Verifikasi yang dilakukan dapat menjadi
kontrol atau pengawasan bagi setiap unit kerja, terkait Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
4. Ketentuan aspek dan dampak dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Ketentuan aspek dan dampak dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) hanya untuk Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) unit kerja. Sedangkan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) kontraktor tidak ada kententuan terkait aspek dan dampak dari
kegiatan mereka. Hai ini dikarenakan, aspek dan dampak dari kegiatan
produksi dan kegiatan tenaga kerja kontraktor tidak sama. Pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor cenderung menimbulkan aspek dan
dampak baru terhadap keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Namun
demikian, aspek dan dampak dari pekerjaan tenaga kerja kontraktor
mengacu pada aspek dan dampak pada kegiatan produksi. Hal ini
dikarenakan pekerjaan tenaga kerja kontraktor dilakukan pada unit dimana
kegiatan produksi berlangsung yang menyebabkan tenaga kerja kontraktor
mau tidak mau harus menghadapi potensi dan faktor bahaya yang ada di
unit kerja tersebut.
5. Ketentuan nilai Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Ketentuan kriteria penilaian risiko yang ditetapkan dan digunakan oleh
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. sudah terdefinisi dengan jelas sehinga
dalam penggunaanya tidak mengalami kesulitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
6. Pengendalian terhadap aspek dan dampak yang dilakukan oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian
kegiatan-kegiatan, produk barang, dan jasa yang dapat menimbulkan risiko
kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan
mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagi tempat kerja,
perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk
mengatur dan mengendalikan risiko yang ada pada kegiatan, produk
barang dan jasa seperti yang telah diisyaratkan dalam Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. Per. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Upaya pengendalian aspek dan dampak yang dilakukan oleh PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. sudah sesuai dengan hierarki pengendalian
risiko. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. melakukan teknik pengendalian
risiko dengan cara menekan kemungkinan dan konsekunsi atau keparahan
yang akan terjadi serta pengalihan risiko.
Dalam menekan kemungkinan yang akan terjadi PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. melakukan upaya eliminasi terhadap sumber dampak
dengan cara pendekatan teknis (engineering control) dan pendekatan
administratif. Sedangkan untuk pendekatan manusia (human control)
seperti pelatihan kepada tenaga kerja mengenai cara kerja yang aman,
budaya keselamatan, prosedur keselamatan belum dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
optimal, sehingga kecelakaan yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh
faktor manusia.
Pendekatan teknis yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik (Persero)
Tbk. antara lain :
a. Melakukan subtitusi bahan baku dan bahan bakar yang lebih aman
terhadap lingkungan dan tenaga kerja.
b. Melakukan efisiensi terhadap penggunaan bahan baku dan bahan
bakar.
c. Melakukan isolasi energi dengan prosedur draw out-in.
d. Melakukan pengamanan terhadap gerakan atau putaran alat maupun
potensi ketinggian dengan pemasangan guarding.
e. Melakukan proses produksi secara otomatis yang dikendalikan dari
control room.
Pendekatan administratif dilakukan untuk mengurangi kontak antara
tenaga kerja dengan sumber bahaya. Maka dari itu, dibuatlah prosedur dan
instruksi kerja yang wajib dipatuhi oleh tenaga kerja guna mengurangi
dampak dari paparan faktor bahaya yang diterimanya di tempat kerja.
Sedangkan pendekatan yang dilakukan untuk menekan keparahan atau
konsekuensi yang ditimbulkan, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
melakukan upaya penggunaan kembali (reuse) bahan atau barang baik
secara internal maupun eksternal, pengelolaan limbah, sistem tanggap
darurat yang terencana, dan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki Seksi Keselamatan Kerja dan
Kebersihan (K3) Pabrik Tuban jumlahnya terbatas, akan tetapi perusahaan
telah berusaha menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) secara cuma-cuma
kepada tenaga kerja. Hal ini berarti sesuai dengan Undang-undang No. 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 ayat 3 yang menyatakan
bahwa kewajiban pengurus untuk menyediakan alat pelindung diri kepada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya secara cuma-cuma. Hal
ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2 ayat 1, 2,
dan 3 yang menyatakan bahwa pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja atau buruh di tempat kerja (1), APD yang dimaksud sebagaimana
ayat 1 harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar
yang berlaku (2), APD sebagaimana dimaksud ayat 1 wajib diberikan oleh
pengusaha secara cuma-cuma (3).
Kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
terbilang masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan
tenaga kerja kontraktor yang masih rendah sehingga kesadaran akan
bahaya dan pengetahuan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
masih sangat kurang. Disamping itu, rendahnya tingkat kedisiplinan
tenaga kerja dalam pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) juga disebabkan
karena mereka tidak merasa nyaman ketika harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) saat bekerja. Pada dasarnya mereka sadar akan
pentingnya kelengkapan alat keselamatan dan kesehatan kerja dan mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
juga paham jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang nyaman dipakai dan
tidak mengganggu saat mereka melakukan pekerjaan. Akan tetapi, hal ini
tidak didukung oleh kondisi finansial dari pihak kontraktor yang
memperkerjakan mereka. Kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian Alat
Pelindung Diri (APD) diatur dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja pasal 12 (b) yang meyatakan bahwa tenaga
kerja wajib memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan, serta dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.
08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 6 ayat 1 yang
menyatakan bahwa pekerja atau buruh dan orang lain yang memasuki
tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan
potensi bahaya dan risiko. Maka dari itu, perlu untuk dilakukan sosialisasi
tentang pentingnya Alat Pelindung Diri (APD) baik secara formal dengan
penyuluhan maupun informal dengan memberikan peringatan dan
pengertian kepada tenaga kerja saat melakukan inspeksi unsafe action
maupun unsafe condition di lapangan.
Pengendalian dalam rangka mereduksi dampak juga dilakukan dengan
cara pengalihan risiko. Upaya yang ditempuh dalam rangka pengalihan
risiko adalah pemusnahan limbah, salah satunya dengan cara pembakaran
yang diserahkan oleh pihak lain atas ijin instansi yang bersangkutan
sebagai upaya terakhir dalam pencegahan pecemaran. Upaya lain yang
ditempuh adalah dengan mengasuransikan seluruh aset perusahaan dan
tenaga kerjanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
7. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan
pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran
dan pendinginan mencakup semua aktivitas produksi pada unit tersebut.
Pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) pada
unit pembakaran dan pendinginan telah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dalam Sistem Manajemen Semen Gresik (SMSG). Revisi
terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit
pembakaran dan pendinginan yang seharusnya dilakukan setiap tahun
sekali, belum berjalan dengan baik. Maka dari itu, penulis melakukan
observasi langsung ke lapangan guna memverifikasi apakah telah terjadi
perubahan aspek dan dampak di lapangan atau belum. Dari observasi yang
dilakukan langsung di lapangan, dapat diketahui bahwa :
a. Mengoperasikan blending silo.
Dalam mengoperasikan blending silo faktor bahaya tertinggi
adalah kebisingan yang berasal dari air slide sebagai alat transportasi
dari umpan kiln. Besar intensitas kebisingan tidak dapat disebutkan
karena merupakan rahasia perusahaan. Akan tetapi, penting bagi
operator blending silo untuk memakai alat pelindung telinga berupa
ear plug untuk mengurangi paparan bising yang diterimanya. Kadar
debu di udara tempat kerja akan meningkat ketika dilakukan kegiatan
pembersihan. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran baik dari petugas
kebersihan maupun operator blending silo, akan pentingnya kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
yaitu dengan penggunaan pelindung pernapasan berupa respirator dan
safety glass untuk melindungi mata dari terjadinya iritasi akibat debu.
Pada dasarnya, tidak ada perubahan dari aspek dan dampak pada
kegiatan atau pekerjaan mengoperasikan blending silo.
b. Penembusan air slide kiln feed yang buntu.
Debu merupakan faktor bahaya tertinggi ketika melakukan
penembusan air slide kiln feed yang buntu. Ketika penembusan
dilakukan maka akan terjadi semburan debu. Karena air slide kiln feed
merupakan alat transportasi umpan kiln, maka debu yang disemburkan
berupa debu panas, sehingga sangat berbahaya. Selain itu, pekerjaan
ini dilakukan di ketinggian, maka dari itu dilakukan upaya
pengendalian dengan memasang handrail di sekitar area tempat kerja
untuk mencegah potensi bahaya terjatuh. Pada dasarnya, tidak ada
perubahan dari aspek dan dampak pada kegiatan atau pekerjaan
penembusan air slide kiln feed yang buntu.
c. Mengoperasikan kiln.
Potensi dan faktor bahaya yang perlu diwaspadai dalam kegiatan
atau pekerjaan mengoperasikan kiln adalah kebisingan, emisi gas atau
asap, debu, tumpahan atau ceceran minyak pelumas bekas, dan
tumpahan atau ceceran batu bara. Intensitas kebisingan di area kiln
cukup tinggi, hampir mencapai Nilai Ambang Batas (NAB) 85 dB
dalam waktu paparan 8 jam sehari. Angka pasti dari besar intensitas
kebisingan tidak dapat disebutkan karena merupakan rahasia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
perusahaan. Maka dari itu, perlu adanya kesadaran dari tenaga kerja
dalam hal ini operator kiln untuk menggunakan alat pelindung telinga
berupa ear plug untuk mengurangi paparan bising yang diterimanya.
Temuan gangguan pendengaran pada operator kiln disebabkan oleh
kurangnya kedisiplinan dari operator kiln sendiri dalam pemakaian ear
plug. Jika ini berlangsung lama, maka bukan tidak mungkin bagi
operator kiln untuk mengalami penurunan nilai ambang batas
pendengaran.
Kadar debu di area kiln, dalam hal ini preheater, cukup tinggi
karena material yang diproses di preheater adalah umpan kiln yang
merupakan produk dari raw mill berupa debu. Tingginya kadar debu di
lingkungan disebabkan oleh banyaknya debu yang keluar dari proses,
akibat dari bocornya mesin maupun alat tranportasi dari debu itu
sendiri. Hal ini sangat berbahaya karena debu yang dikeluarkan adalah
debu panas. Maka dari itu, operator harus menggunakan masker atau
respirator dan safety glass untuk mengurangi papaparan debu yang
diterimanya.
Faktor bahaya berupa emisi gas buang atau asap juga perlu
diperhatikan. Kadar gas buang di area kiln cukup tinggi terutama pada
saat kondisi start up karena menggunakan bahan bakar fosil yaitu
minyak IDO (Industrial Diesel Oil). Disamping itu juga berasal dari
sisa pembakaran batu bara sebagai bahan bakar utama proses
pembakaran umpan kiln.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Tumpahan atau ceceran batu bara dan minyak pelumas bekas juga
menjadi fokus tersendiri, karena dapat menimbulkan bahaya
kebakaran.
Selain aspek tersebut di atas, bahaya kontak atau radiasi material
panas tidak boleh diabaikan. Sebagai contoh, tindakan mencorat-coret
dinding cyclone yang berada di preheater. Tindakan ini, selain
mengotori cyclone itu sendiri juga membahayakan bagi oknum yang
melakukan tidakan tersebut. Karena dinding cyclone semakin ke
bawah mendekati inlet kiln akan semakin panas. Maka dari itu, perlu
dibuatkan rambu norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terkait
larangan mencorat-coret dinding cyclone yang berada di preheater.
Disamping itu, suhu kiln shell juga sangat panas, mengingat suhu
dalam rotary kiln untuk proses pembakaran mencapai 1400oC.
d. Mengoperasikan cooler.
Dari Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) dapat
diketahui bahwa faktor bahaya tertinggi bagi operator cooler adalah
kebisingan yang berasal dari fan yang digunakan untuk mendinginkan
clinker. Besar intensitas kebisingan di cooler tidak dapat disebutkan
karena merupakan rahasia perusahaan akan tetapi intensitas kebisingan
di area cooler telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) 85 dB dalam
waktu paparan 8 jam sehari. Maka dari itu, operator harus
menggunakan alat pelindung telinga minimal ear plug saat berada di
area cooler dan tidak berada di area tersebut dalam waktu yang lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
untuk mengurangi paparan bising yang diterimanya. Sedangkan faktor
bahaya dengan tingkat risiko medium adalah debu dan tumpahan atau
ceceran minyak pelumas bekas. Selain itu, produk yang didinginkan
dalam cooler adalah output dari kiln yang berupa clinker yang masih
berwujud bara api. Maka dari itu, operator harus berhati-hati ketika
melakukan kegiatan inspeksi di area cooler.
e. Mengoperasikan EP cooler.
Dalam mengoperasikan EP cooler, tingkat risiko tertinggi adalah
emisi debu yang mana berdampak pada pencemaran udara dikarenakan
EP cooler memproses debu yang terdapat dalam udara panas dari
proses pendinginan. Dalam waktu yang sudah ditentukan secara
periodik sisa debu beserta udara panas akan dikeluarkan melalui
cerobong EP. Maka dari itu, perlu adanya upaya peningkatan
pemeliharaan EP agar EP dapat berfungsi dengan optimal untuk
mengendalikan debu sebagai upaya pencegahan pencemaran udara.
f. Mengopersikan clinker transport.
Sumber bahaya dari kegiatan atau pekerjaan mengoperasikan
clinker transport adalah clinker transport itu sendiri yang mana berupa
alat gerak. Gerakan atau putaran alat tersebut mengandung potensi
bahaya terjepit. Maka dari itu, dilakukan upaya pengendalian dengan
cara memasang guarding pada clinker transport tersebut dan
membatasi akses untuk masuk ke area tersebut. Terlebih material yang
diangkut berupa clinker yang masih panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
g. Mengoperasikan coal mill.
Potensi dan faktor bahaya yang perlu diwaspadai dalam
mengoperasikan coal mill adalah tumpahan atau ceceran B3 atau
limbah B3, debu, dan gerakan atau putaran alat. Tumpahan atau
ceceran B3 atau limbah B3 terutama sludge oil dapat menyebabkan
kebakaran. Tidak lupa bahwa produk dari coal mill adalah batu bara
halus, jadi potensi bahaya kebakaran di coal mill sangat tinggi.
Terlebih di area coal mill banyak kegiatan pengelasan yang mana jika
tidak dikendalikan akan menjadi trigger atau pemicu terjadinya
kebakaran. Maka dari itu, setiap dilakukan kegiatan pengelasan di area
coal mill, Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban
melakukan siaga sebagai upaya penceggahan kebakaran. Salah satu
upaya pencegahan kebakaran adalah isolasi dengan cara membasahi
area kerja di sekitar kegiatan pengelasan yang banyak terdapat ceceran
batu bara. Perlu diingat bahwa tanpa adanya pemicu pun batu bara
dapat menyala sendiri dikarenakan batu bara mempunyai titik nyala
atau flash point yang rendah. Maka dari itu, area coal mill menjadi
tempat yang rawan terjadi kebakaran.
Batu bara halus juga menjadi ancaman tersendiri bagi lingkungan
dan kesehatan. Maka dari itu, dilakukan upaya pengendalian guna
mencegah terjadinya pencemaran udara.
Selain itu, di area coal mill juga banyak terdapat alat transportasi
material coal mill yang mengangkut batu bara, berupa belt conveyor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
yang mana mengandung potensi bahaya terjepit dari gerakan atau
putaran belt conveyor tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya
pengendalian dengan cara pemasangan guarding disekitar alat yang
berputar termasuk motor penggerak yang ada di area coal mill.
h. Bongkar pasang batu tahan api atau brick dan castable.
Tingkat risiko dari beberapa aspek dan dampak yang teridentifikasi
pada kegiatan atau pekerjaan bongkar pasang batu tahan api atau brick
dan castable adalah rendah. Akan tetapi, untuk emisi debu dan gas
buang alat angkut perlu diperhatikan. Dalam melakukan
pembongkaran batu brick banyak menghasilkan debu yang dapat
menyebabkan gangguan pernapasan dan iritasi pada mata. Maka dari
itu, operator harus bekerja sesuai dengan prosedur dan melengkapi
Alat pelindung Diri (APD) yang dipersyaratkan dalam melakukan
pekerjaannya.
8. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja
kontraktor di unit pembakaran dan pendinginan PT. semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban.
a. Pembersihan jalan all area pabrik Tuban.
Faktor bahaya yang perlu diperhatikan bagi petugas kebersihan
saat melakukan kegiatan pembersihan jalan di area pabrik adalah debu,
karena debu adalah material utama yang harus dibersihkan. Dalam
kegiatan membersihkan debu alat yang digunakan adalah sapu dan
sekop. Ketika melakukan kegiatan pembersihan, tentunya banyak debu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
yang berhamburan. Maka dari itu, petugas kebersihan harus
menggunakan alat pelindung pernapasan saat bekerja dan jika
memungkinkan menggunakan safety glass. Sedangkan potensi bahaya
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kejatuhan benda
atau material dari atas yang dapat mengakibatkan cidera kepala atau
tubuh. Maka dari itu, penting bagi petugas kebersihan untuk
memahami area kerja terutama pada tempat-tampat di bawah belt
conveyor maupun saat melakukan pembersihan di mana di atas atau di
bawahnya sedang ada kegiatan lain.
b. Membuat kantongan di lantai 5 preheater 442 PH 2 Tuban 2.
Pekerjaan pembuatan kantongan ini banyak mengandung risiko.
Kantongan dibuat ketika ditemukan redspot pada preheater yang jika
tidak segera ditangani akan menimbulkan bahaya semburan atau
lelehan debu panas. Dalam membuat kantongan aspek bahaya dengan
tingkat risiko berlebihan adalah tersengat listrik dari trafo las yang
digunakan. Sedangkan aspek bahaya dengan tingkat risiko tinggi
adalah material panas yang dapat menyebabkan luka bakar, tempat
ketinggian, kejatuhan benda atau tumpahan material dari atas, dan
terjepit alat gerak dalam hal ini adalah katrol tambang.
Material berupa debu panas perlu diperhatikan dalam melakukan
kegiatan ini, karena lokasi yang berada di lantai lima dekat dengan
inlet kiln yang berada di lantai 2 dan suhu di dalamnya sangat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
kurang lebih 800oC. Perlu diingat bahwa dalam preheater semakin ke
bawah mendekati inlet kiln, suhunya semakin tinggi.
Tenaga kerja harus memakai safety belt ketika bekerja di
ketinggian. Akan tetapi, walaupun tenaga kerja sudah dilengkapi
dengan safety belt, terkadang tenaga kerja tidak memakainya dengan
baik dan benar. Sering ditemukan tenaga kerja tidak mengkaitkan
safety belt yang dikenakannya saat bekerja. Alasan mereka melakukan
hal tersebut adalah, mereka merasa terganggu jika harus selalu
memindahkan kait safety belt yang dikenakannya. Mereka merasa
safety belt justru mengganggu akses atau keleluasaan gerakan mereka
saat bekerja. Padahal safety belt melindungi mereka dari risiko yang
berlebih ketika kecelakaan terjadi. Walaupun safety belt sudah tidak
direkomendasikan lagi sebagai Alat Pelindung Diri (APD) dikarenakan
dapat menyebabkan patah tulang belakang jika tenaga kerja terjatuh,
namun masih banyak digunakan dikarenakan full body harness yang
dimiliki masih dalam jumlah yang tebatas.
c. Tambal TAD SLC 443 PH 1 Tuban 3.
Membuat tambalan hampir sama dengan membuat kantongan.
Hanya saja tambalan dibuat ketika kondisi redspot dinilai belum begitu
parah sehingga tidak perlu dicor, hanya menggunakan plat besi.
Potensi bahaya yang perlu diperhatikan adalah material panas dari
Tertiary Air Duct (TAD) Separate Line Calciner (SLC) itu sendiri
yang dapat membuat kulit melepuh. Maka dari itu, tenaga kerja harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
menggunakan sarung tangan ketika bekerja. Selain material panas,
aspek yang berdampak pada keselamatan dan kesehatan adalah
ketinggian, kejatuhan material, dan tersengat arus listrik.
d. Feeding BBA sekam di kiln 463 BC 7.
Sebagai upaya efisiensi bahan bakar, maka PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. Pabrik Tuban memanfaatkan sekam sebagai bahan
bakar alternatif. Dalam kegiatan feeding bahan bakar alternatif sekam
ini, potensi bahaya tertinggi adalah terjatuh dari ketinggian, terjepit
alat tranportasi material dalah hal ini belt conveyor, dan tertabrak
wheel loader. Hal yang masih belum begitu mendapat perhatian dalam
keselamatan kerja adalah jalur alat transportasi seperti dump truck,
wheel loader, mobile crane, forklift, mobil karyawan, dan sebagainya
yang belum dibuat dan dirancang dengan baik sehingga berpotensi
terjadi tabrakan antara alat tranportasi satu dengan yang lain. Hal ini
juga belum disertai dengan pengawasan dan pengamanan yang baik
pada kegiatan yang melibatkan alat tranportasi terutama alat berat. Di
samping itu, perlu adanya rambu-rambu lalu lintas dalam area pabrik
yang menjadi petunjuk bagi pengendara atau operator alat berat.
e. Loading sludge oil di 442 KL 1 Tuban 2.
Slugde oil juga digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Lumpur
oli dimasukkan dalam kantong-kantong yang kemudian di bawa ke
hopper kiln untuk di bakar. Dalam proses loading sludge oil tersebut,
potensi bahaya yang perlu diperhatikan adalah terjatuh dari ketinggian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
kejatuhan material, terjepit atau tertimpa alat angkut dalam hal ini
adalah forklift dan OH crane. Sedangkan faktor bahaya yang perlu
diperhatikan adalah debu.
f. Mengganti actuator cooler compartment 5 441 CC 1.
Pekerjaan mengganti actuator cooler sangat berisiko terlebih
kegiatan ini dilakukan saat proses pendinginan clinker masih
berlangsung. Risiko berlebih yang membahayakan tenaga kerja adalah
material panas berupa clinker yang masih membara yang dapat
menyebabkan luka bakar, dan tersengat arus listrik dari trafo las dan
gerinda yang digunakan. Sebelum memulai kegiatan, pastikan bahwa
fan benar-benar sudah dimatikan atau dalam kondisi off agar tidak
terjadi semburan dari material panas yang dapat menciderai tenaga
kerja. Tidak lupa untuk memastikan bahwa kabel dan sambungan
listrik dalam kondisi baik dan kedap air.
Bising tidak teridentifikasi dalam Identifikasi dan Penilaian
Dampak (IPDK), padahal bising di area cooler ini sangat tinggi yang
mana jika diabaikan dapat berakibat menimbulkan penurunan nilai
ambang batas pendengaran tenaga kerja yang cukup berarti.
g. Mengganti main gear 443 KL 1 dan potong kiln shell 443 KL 1 Tuban
3.
Kegiatan penggantian main gear dan pemotongan kiln shell
dilakukan saat proses pembakaran dan pendinginan tidak berlangsung.
Tenaga kerja harus menggunakan masker atau respirator untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
menghindari paparan debu berlebih yang berasal dari sisa-sisa
pembakaran dalam kiln. Posisi kiln mengharuskan tenaga kerja untuk
bekerja di ketinggian. Penggunaan alat-alat listrik yang dalam hal ini
adalah trafo las dan lampu penerang, selalu menjadi potensi bahaya
dengan tingkat resiko berlebih jika tanaga kerja tersengat arus listrik.
Operator OH crane dan rigger harus berpengalaman dan mempunyai
Surat Ijin Operator (SIO), karena harus mengangkat dan mengangkut
kiln shell yang sangat berat. Jika operator tidak bersertifikat dan tidak
memiliki kompetensi mengoperasikan OH crane maka akan
membahayakan tenaga kerja lain disekitarnya karena benda yang
diangkat bisa terjatuh dan crane bisa membentur konstruksi bangunan
yang berada di sekitarnya.
h. Memasang blower cooling shell kiln Tuban 2.
Blower digunakan untuk menghisap atau mengurangi udara panas
pada kiln shell. Di samping itu juga bertujuan untuk mengurangi panas
di lingkungan sekitar kiln. Blower terletak berjajar di samping kanan
kiri sebelah bawah kiln. Oleh karena letaknya yang dekat dengan kiln
maka tenaga kerja diharuskan untuk bekerja di ketinggian dan terpapar
radiasi dan udara panas dari kiln. Bising kembali tidak teridentifikasi
dalam Identifikasi dan Penilaian Dampak (IPDK), padahal bising di
area blower dan kiln ini cukup tinggi.
Bahaya tersengat listrik hampir ada pada setiap kegiatan, dengan
tingkat risiko berlebih. Perlu diperhatikan juga lintasan mobile crane,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
harus bebas dari adanya tenaga kerja atau orang lain yang berada di
bawahnya.
i. Menambal cyclone redspot 443 PH 1 lantai 6 dan lantai 11 Tuban 3.
Potensi bahaya yang perlu diwaspadai pada kegiatan menambal
redspot yang ditemukan di dinding cyclone adalah bahaya material
berupa debu panas yang diproses dalam cyclone tersebut. Semburan
debu panas dapat menyebabkan luka bakar yang serius. Potensi
terjatuh dari ketinggian juga menjadi bahaya tersendiri dari kegiatan
ini, mengingat konstruksi bangunan dari preheater sangat tinggi.
Kejatuhan benda atau tumpahan material dari atas juga membahayakan
tenaga kerja. Terlebih oleh tumpukan debu yang dibiarkan dan tidak
segera dibuang setelah melakukan kegiatan pembersihan di area
tersebut, dapat jatuh sewaktu-waktu. Disamping itu, percikan api dari
las listrik yang digunakan berpotensi menyebabkan kebakaran dan
sengatan listrik yang dapat membahayakan tenaga kerja.
j. Perbaikan rekondisi lift 443 EL 1 Tuban 3.
Kondisi lift di Tuban 3 cukup tidak aman bagi pengguna, karena
selain tidak berpintu, terkadang juga macet secara mendadak. Sehingga
upaya rekondisi perlu dilakukan. Potensi bahaya dalam kegiatan
rekondisi lift adalah terjatuh dari ketinggian, kejatuhan benda atau
material dari atas, terjepit lift, dan tersengat listrik dari peralatan
(gerinda) yang digunakan. Sedangkan faktor bahaya yang perlu
diperhatikan adalah debu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
k. Tembus inlet kiln dan hammer cooler 441 KL 1 Tuban 1.
Tembus inlet kiln dan hammer cooler dilakukan ketika terjadi
penyumbatan pada kedua tempat tersebut oleh material yang dapat
mengganggu berlangsungnya proses produksi. Potensi bahaya dengan
tingkat risiko berlebih pada kegiatan tembus inlet kiln dan hammer
cooler adalah semburan material berupa debu panas saat tembus
dilakukan dan sengatan listrik akibat dari penggunaan woma pump
terutama saat memasang power woma pump. Saat melakukan tembus,
tenaga kerja atau operator yang melakukan penembusan tidak boleh
berada tepat di depan hole dan tenaga kerja yang melakukan
penembusan harus menggunakan baju tahan panas untuk melindungi
diri dari semburan debu panas yang keluar.
Potensi bahaya lain adalah terjatuh dari ketinggian, sehingga
tenaga kerja harus berdiri pada posisi yang aman dan menggunakan
body harness bila perlu. Tenaga kerja yang melakukan penembusan
harus tenaga kerja yang berpengalaman menggunakan woma pump
agar tidak menciderai diri sendiri maupun tenaga kerja lain. Tenaga
kerja diharapkan bekerja sesuai dengan prosedur kerja aman agar tidak
terjadi kecelakaan kerja.
9. Tindak lanjut dari IPDK yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban belum optimal, terlebih untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) tenaga kerja
kontraktor. Kendala yang dihadapi terutama pada masalah pengendalian
risiko yang telah disusun belum dapat dilaksanakan dengan maksimal. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa aspek sebagai berikut :
a. Biaya (cost)
Biaya menjadi faktor utama dalam sebuah upaya pengendalian
risiko. Ketika biaya yang dimiliki tidak cukup mendukung, maka
pelaksanaan dari pengendalian risiko yang telah direncanakan tersebut
akan tersendat seiring dengan kurangnya dukungan finansial. Maka
dari itu, kuatnya komitmen perusahaan terhadap penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat diperlukan guna
mendukung pelaksanaan upaya pengendalian risiko.
b. Manusia (humanity)
Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam
suksesnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Ketika
pengetahuan dan kesadaran tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dari sumber daya manusia di perusahaan sudah baik, maka
kebutuhan akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan timbul
dengan sendirinya dari masing-masing individu. Hal ini sudah barang
tentu akan memudahkan penerapan pengendalian risiko di perusahaan.
Jumlah anggota Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3)
yang tebatas, merasa kualahan dalam menangani masalah Keselamatan
Kerja dan Kebersihan (K3) seluruh area pabrik Tuban. Maka dari itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
sangat diperlukan upaya sosialisasi terkait pentingnya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) kepada seluruh tenaga kerja PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban sehingga budaya keselamatan
dapat melekat erat pada diri masing-masing individu.
c. Hukum (law)
Kekuatan dari kebijakan dan peraturan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
terkadang masih belum terlalu dianggap penting. Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan yang bersifat
mandatori ini sering kali diabaikan. Padahal Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah hal penting yang menyangkut
kelangsungan hidup perusahaan dan keselamatan serta kesehatan
tenaga kerja. Menyadari hal ini, Seksi Keselamatan Kerja dan
Kebersihan (K3) PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
berusaha dengan keras dalam upaya menegakkan peraturan-peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di seluruh Pabrik Tuban.
Evaluasi terhadap sarana pengendalian risiko di tempat kerja perlu
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengendalian risiko yang telah
diimplementasikan dapat mengurangi atau mengendalikan risiko yang
telah dinilai sebelumnya. Evalusi dapat dilakukan dengan cara mengulangi
proses Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) sehingga dapat
diketahui sejauh mana keefektifan pengendalian risiko yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
dilakukan serta dapat membuat perencanaan pengendalian lebih lanjut
terhadap risiko yang selama ini belum dapat dikendalikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI
A. Simpulan
1. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan
pendinginan memuat identifikasi aspek (potensi dan faktor bahaya) yang
ada di unit pembakaran dan pendinginan, dampak atau risiko yang
ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang dilakukan oleh
perusahaan.
2. Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor terdapat
pada formulir laporan wawancara kontraktor atau pengunjung yang
memuat identifikasi aspek (potensi dan faktor bahaya), dampak atau risiko
yang ditimbulkan, penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang harus
dilakukan kontraktor sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja saat melakukan sebuah kegiatan atau pekerjaan di
unit pembakaran dan pendinginan. Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) kontraktor merupakan bukti dimana keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja kontraktor yang bekerja di PT. Semen
Gresiko (Persero) Tbk. telah terjamin.
3. Tindak lanjut dari pelaksanaan Identifikasi dan Penialaian Dampak
Kegiatan (IPDK) yang telah dilakukan guna mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja belum maksimal terutama dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
pelaksanaan upaya pengendalian risiko. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa
aspek yaitu biaya (cost), manusia (humanity), dan hukum (law).
B. Saran
1. Sebaiknya tenaga kerja unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban yang menemukan kondisi maupun
tindakan tidak aman di area kerjanya segera melaporkan hal tersebut pada
Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban untuk
ditindaklanjuti. Sebagai contoh dalam safety talk yang diadakan di bengkel
listrik, ada keluhan dari tenaga kerja yang menyatakan bahwa ada
tumpukan material debu yang menghalangi akses untuk masuk ke area
kerja yang mengandung potensi bahaya longsor. Akan tetapi, hal tersebut
tidak segera disampaikan pada Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan
(K3), melainkan menunggu Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3)
melakukan safety talk di unit kerja tersebut.
2. Saran untuk pelaksanaan Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) kontraktor adalah sebagai berikut :
a. Sebaiknya safety officer pihak kontraktor menyampaikan hasil
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor secara
menyeluruh kepada tenaga kerja yang dipekerjakannya, sehingga dapat
bekerja sesuai dengan prosedur kerja aman.
b. Sebaiknya setiap pekerjaan atau kegiatan perbaikan dan pembersihan
yang sering dilakukan oleh tenaga kerja kontraktor dibuat Job Safety
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Analisys (JSA) agar Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan
(IPDK) kontraktor dapat dilakukan lebih detail dalam setiap tahapan
proses kerja yang akan dilakukan.
c. Sebaiknya safety officer Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3)
lebih teliti dalam melakukan Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) kontraktor agar tidak ada aspek bahaya yang
terlewatkan, sebagai contoh aspek bising pada pekerjaan mengganti
actuator cooler compartment 5 441 CC 1 tidak teridentifikasi
d. Sebaiknya Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban meningkatkan pengawasan
terhadap tenaga kerja kontraktor untuk menurunkan tingkat
pelanggaran terkait tindakan tidak aman yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja yang masih sering dilakukan.
3. Saran untuk tindak lanjut dari IPDK yang telah dilakukan guna mencegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut :
a. Sebaiknya evaluasi terhadap Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) unit kerja secara periodik setiap satu tahun sekali
benar-benar dilaksanakan oleh setiap unit kerja seperti yang tetuang
dalam prosedur Identifikasi dan Penilaian dampak Kegiatan (IPDK)
untuk mengetahui keefektifan pengendalian risiko yang telah
diiplementasikan dan untuk mengetahui sumber bahaya baru yang
ditemukan di setiap unit kerja. Evaluasi secara periodik terhadap
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
dilaksanakan dengan maksimal oleh setiap unit kerja. Identifikasi dan
Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang dimiliki oleh Seksi
Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) Pabrik Tuban belum berubah
sejak beberapa tahun yang lalu. Sebaiknya setiap kali dilakukan
evaluasi diberi waktu pelaksanaan evaluasi dan ditandatangi serta
diserahkan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Sebaiknya manajemen PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
memperhatikan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban karena jika terjadi
kecelakaan atau penyakit akibat kerja baik yang menimpa tenaga kerja
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban maupun tenaga kerja
kontraktor akan jelas siapa yang wajib bertanggung jawab.
c. Sebaiknya Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban menanamkan safety behavior pada
seluruh stakeholders di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban
sehingga pengetahuan dan kesadaran akan bahaya melekat erat pada
diri masing-masing individu sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
d. Sebaiknya personil Seksi Keselamatan Kerja dan Kebersihan (K3) PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. menunjukkan betapa pentingnya masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada manajemen dan tenaga
kerja dengan cara menunjukkan keuntungan yang didapat oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
perusahaan dan tenaga kerja ketika Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) sudah diimplementasikan dengan baik.
C. Implikasi
Unit pembakaran dan pendinginan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
Pabrik Tuban merupakan unit terpenting dalam proses produksi untuk
menentukan kualitas semen yang dihasilkan. Proses produksi di unit
pembakaran dan pendinginan tentunya tidak lepas dari potensi dan faktor
bahaya yang mana potensi dan faktor bahaya tersebut perlu diidentifikasi dan
dikendalikan sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat
kerja sehingga risiko dapat ditekan seminimal mungkin.
Salah satu upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah
dengan melakukan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control
(HIRARC). Maka dari itu, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. membuat
prosedur Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan yang disingkat dengan
IPDK sebagai bentuk penerapan Hazard Identification, Risk Assessment, and
Risk Control (HIRARC) di perusahaan. Identifikasi dan Penilaian Dampak
Kegiatan (IPDK) diperuntukkan untuk setiap unit kerja di PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk. dan sistem ijin kerja dalam wawancara kontraktor.
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan
pendinginan memuat identifikasi aspek (potensi dan faktor bahaya) yang ada
di unit pembakaran dan pendinginan, dampak atau risiko yang ditimbulkan,
penilaian risiko, dan pengendalian risiko yang dilakukan di unit tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) unit pembakaran dan
pendinginan digunakan sebagai acuan dalam Identifikasi dan Penilaian
Dampak Kegiatan (IPDK) kontraktor di unit tersebut.
Identifikasi dan Penilaian Dampak Kegiatan (IPDK) yang dilakukan oleh
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban cukup berhasil untuk
meminimalisasi angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja, walaupun masih
banyak kekurangan yang pada umumnya disebabkan oleh kurangnya
kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
DAFTAR PUSTAKA
Departermen Tenaga Kerja RI. 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Depnaker RI.
.1998. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
Jakarta : Depnaker RI.
. 1999. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
03/MEN/1999 tentang Syarat-Syarat K3 Lift untuk Pengangkutan Orang
dan Barang. Jakarta : Depnaker RI.
.. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
51/MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja.
Jakarta : Depnaker RI.
. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Jakarta : Depnakertrans RI.
Indah, L dan Yusuf, E (ed). 2005. Himpunan Perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Indonesia : PortalK3.com.
OHSAS 18001. 2007. Occupational Health and Safety Management Systems-
Requirements.
Soehatman, R. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Resiko dalam Perspektif K3
OHS Risk Management. Jakarta : Dian Rakyat, p : 84, 92, pp : 52-57, 65-76,
104-110.
Handoko, R. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto, pp : 1-2.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ”Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja”. Surakarta : CV. Harapan Press, p : 2,
169, pp : 4-15, 22-23, 171-177.
Zulmiar, Y. 2005. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja.
Indonesia : Lembaga ASEAN Oshnet.