skripsi hubungan perilaku 3m plus dengan …

123
SKRIPSI HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes Aegypti DI KELURAHAN BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH NAHDAH K111 11 621 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes Aegypti DI KELURAHAN

BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH

NAHDAH

K111 11 621

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

RINGKASAN

Universitas HasanuddinFakultas Kesehatan Masyarakat

Kesehatan LingkunganMakassar, Mei 2013

NAHDAH HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH (xiii+80 Halaman +17 Tabel+2 Gambar+9 Lampiran+12 Singkatan)

Kelurahan Birobuli Selatan merupakan Wilayah kerja Puskesmas Bulili yang setiap tahun jumlah kasus DBD selalu ada. Pada tahun tahun 2008 dilaporkan sebanyak 35 penderita DBD,pada tahun 2009 terjadi 25 penderita DBD,tahun 2010 terjadi 63 penderita DBD,tahun2011 tejadi 37 penderita DBD sedangkan tahun 2012 terjadi 78 penderita DBD.Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Hubungan perilaku 3M plus dengan densitas Larva Aedes aegypti,dan secara khusus mengetahui hubungan jenis kontainer dengan keberadaan larva, peranan jumantik serta densitas larva Aedes aegypti berdasarkan indikator House indeks dan Densityfigure

Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study. Populasi adalah seluruh rumah yang berada diKelurahan Birobuli Selatan sebanyak 1185 rumah, dengan jumlah sampel 90 rumah, sampel diambil dengan metode Proportional random sampling. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas dan data primer diperoleh dari identifikasi rumah dilakukan dengan wawancara dan menggunakan lembar observasi. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dianalisis statistic dengan uji chi Square. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh hasil nilai p = 0.002. yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. ada hubungan antara sikap dengan keberadaan larva Aedes aegypti (p=0.032).Ada hubungan antara tindakan dengan keberadaan larva Aedes aegypti(p=0.035).Ada hubungan antara Jenis kontainer dengan keberadaan larva Aedes aegypti (p= 0.000), Peranan jumantik di Birobuli Selatan kota Palu belum maksimalkarena pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali setahun. Densitas larva Aedes aegypti tergolong kepadatan sedang dengan Density figure 5. Hal ini menunjukkan masih besarnya resiko penularan penyakit DBD di Kelurahan Birobuli Selatan.Disarankan pada warga masyarakat di Kelurahan Birobuli Selatan untuk lebih meningkatkan kegiatan 3M Plus.

Daftar Pustaka :36 (1999-2012) Kata kunci : 3M Plus, Densitas Larva Aedes aegypti

ABSTRACT Hasanuddin University

Faculty of Public HealthEnvironmental healthMakassar, May 2013

Nahdah “Relationship Behavior 3M Plus With Density Aedes Aegypti Larvae In Village Birobuli South City Palu , Central Sulawesi” (xiii+80 Pages+17 Tables+2 Pictures+9 Attachment +12 Resume)

The village of Birobuli south is an area of work Bulili center health that every year the number of dengue cases is always there. In 2008 were reported as many as 35 patients with DHF , in 2009 there was 25 patients with DHF, in 2010 occurred 63 DHF patients, 37 patients with DHF occurred tahun 2011 whereas in 2012 this happened 78 patients DBD.Research generally aims to determine the relationship of behavior 3M plus with density of Aedes aegypti larvae, andspecifically determine the relationship of types of containers with presence of larvae, as well as the role jumantik density of Aedes aegypti larval indices based on indicator House and density figure.

The type of research is an Observational research approach Cross sectional analytic study. Population is the entire house is the village Birobuli south many as 1185 home, with a sample of 90 homes, samples taken with proportional random sampling method. Secondary data obtained from health centers and primary data obtained from interviews conducted with identification and use of observation sheets. Data are presented in tabular form and analyzed the distribution of the test statistic Chi Square.

Based on the obtained results of the Chi Square test p-value = 0.002. whichmeans that there is a relationship between knowledge of the presence of Aedesaegypti larvae. there is a relationship between attitudes in the presence of Aedesaegypti larvae (p = 0.032). There is a relationship between the action in the presence of Aedes aegypti larvae (p = 0.035). There is a relationship between the of containers type with presence Aedes aegypti larvae (p = 0.000),Role jumantik inBirobuli southern city of Palu is not maximized because larvae monitoring only done1 time a year. Density of Aedes aegypti larvae classified as medium density withDensity figure 5.This demonstrates that the risk of transmission of dengue disease in the Village of South Birobuli still high. This demonstrates that the risk of transmission of dengue disease in the Village of South Birobuli. Advised theresidents in the Village of South Birobuli to further enhance 3M activity plus.

Bibliograf : 36 (1999-2012) Keywords : 3M Plus, Density,Larvae Aedes aegypti

KATA PENGANTAR

حِـــــــیم نِ ٱلرَّ ٰـ حۡـمَ بسِۡـــــــــمِ ٱ�ِ ٱلرَّ

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan

3M plus dengan Densitas larva aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota

Palu Sulawesi Tengah” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin

Makassar. Teriring salam dan shalawat semoga tercurah kepada teladan dan

junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat,dan

orang-orang yang senantiasa istiqamah mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir

zaman.

Penyusunan skiripsi ini bukanlah hasil kerja keras penulis semata. Bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kontribusi yang sangat berarti bagi

penulis. Sebab itu,dengan segala hormat dan ketulusan, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Bapak dr.H. Hasanuddin Ishak

M.Sc,Ph.D sebagai pembimbing I dan Bapak Agus Bintara Birawida S.Kel.M.Kes

sebagai pembimbing II yang dengan segala kesabaran dan kelapangan telah

meluangkan waktu dan pikiran ditengah jadwal yang padat, untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyususnan skripsi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak dr.Muh.Rum Rahim,MSc, Bapak Ruslan,SKM,MPH, Ibu Jumriani Ansar,

SKM.M.Kes, Bapak Dian Sidik Arsyad,SKM.M.Kes, Bapak Anwar SKM.M.Sc.

Sebagai tim penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi

penyempurnaan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof.Dr.dr.H.M.Alimin Maidin,MPH sebagai Dekan FKM UNHAS

beserta staf akademik dan pegawai yang telah memberikan pelayanannya

selama penulis menjalani pendidikan di FKM Unhas.

3. Bapak dan Ibu Dosen FKM Unhas, Khususnya pada bagian Kesehatan

Lingkungan atas segala ilmu yang telah diajarkan selama penulis menempuh

pendidikan di FKM Unhas.

4. Kepala Badan Perizinan Terpadu Daerah Propinsi Sulawesi Tengah,Kepala

Badan Kesbang Sulawesi Tengah, kepala dinas Kesehatan kota Palu dan staf,

kepala Puskesmas Bilili kota Palu dan staf , kepala Kelurahan Birobuli

Selatan dan staf atas bantuan dan izin yang diberikan.

5. Kepada seluruh Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini,

terima kasih telah meluangkan waktu dan informasi yang diberikan.

6. Sutriani atas segala pelayanan yang diberikan selama menempuh pendidikan

di FKM Unhas terkhusus di jurusan Kesehatan lingkungan.

7. Buat teman teman angkatan 2009 maupun Tubel 2011, Khusus teman-teman

seperjuanganku di Jurusan Kesling

8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi

ini.

Terakhir penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada ayahanda Syarifuddin, dan Ibunda Nuraini serta suami dan

anakku tercinta atas doa, dukungan dan pengorbanannya kepada penulis selama

ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan

kritikan yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Makassar,Mei

2013

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL

.................................................................................................................. ………....

i

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI………..…….……………………………........ii

RINGKASAN……………………………………………………………………...…..

iii

KATA PENGANTAR

................................................................................................................... ……..…..

iv

DAFTAR

ISI…………………………………………………………….……………...vi

DAFTAR TABEL

................................................................................................................... ……...….

vii

DAFTAR GAMBAR

................................................................................................................... …..…..…

xi

DAFTAR LAMPIRAN

................................................................................................................... ……...…

xii

DAFTAR

SINGKATAN………………………………………………………………xiii

BAB I PENDAHULUAN

................................................................................................................... …..……

…1

A. Latar Belakang

............................................................................................ …………

1

B. Rumusan Masalah

............................................................................................ …………

5

C. Tujuan Penelitian……

............................................................................................ …………

5

D. Manfaat Penelitian ............................................................... ………

............................................................................................ …6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. ……...

................................................................................................................... ….7

A. Tinjauan Umum Tentang Demam berdarah dengue

…………...…….7

1. Pengertian demam

berdarah…………………………………….… 7

2. Faktor Penyebab meluasnya penyakit DBD

diindonesia……….. ...7

3. Mekanisme

penularan……………………………………………..9

4. Tanda dan gejala penyakit demam

berdarah…………………..….9

5. Pencegahan penyakit DBD

………………………………………..11

6. Distribusi Epidemiologi penyakit Demam

Berdarah…………....13

B. Tinjauan Umum Tentang Aedes

aegypti……………………………..14

1. Ciri- ciri nyamuk Aedes

aegypti……………………………………..14

2. Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes

aegypti………………………...15

3. Sifat-sifat Jentik Nyamuk Aedes

aegypti……………………......15

4. Sifat-sifat Kepompong Aedes

aegypti………………………......16

5. Sifat-sifat Nyamuk Aedes

aegypti………………………………16

C. Tinjauan Umum Tentang densitas larva

……………………………18

a. Survey

nyamuk……………………………………………...…19

b. Survei

larva/jentik……………………………………………..20

c. Survei dengan Perangkap Telur

(Ovitrap)…………………….22

D. Tinjauan Umum 3M

plus…………………………………………...25

E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

Masyarakat…………………….27

1. Konsep perilaku …………………………………………………27

2. Bentuk perilaku………………………………………………….29

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat………30

F. Tinjauan Umum Tentang

Jumantik………………………………...34

G. Kerangka

Teori……………………………………………………..36

BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................. ……..37

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .................................... ...........37

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................... ...........39

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... ……...42

A. Jenis Penelitian ................................................................... ……...42

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………………....42

C. Populasi dan Sampel ............................................................ ……...42

D. Cara pengambilan sampel…………………………………………...44

E. Pemeriksaan Objek Larva

DBD………………………………….....45

F. Metode Pengambilan Data

………………………………………....45

G. Pengolahan Dan analisis data

Data………………………………....46

H. Penyajian

data………………………………………………………47

BAB V HASIL DAN

PEMBEHASAN………………………………………..48

A. Hasil………………………………………………………………..

.48

B. Pembahasan

………………………………………………………..64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……………………………………………………….

79

B. Saran

………………………………………………………………80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal

Tabel 1 Indeks Tingkat kepadatan

jentik……………………………………………..22

Tabel 2 Distribusi jumlah rumah dan bangunan berdasarkan RW yang akan

diteliti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota

Palu………………………….…45

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Kelurahan Birobuli,

Tahun

2013………………………………………………………………….49

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan

Birobuli selatan, Tahun

2013………………………………………………………………....

50

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Kelurahan

Birobuli,Tahun

2013……………..……………………………..…………..50

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Di Kelurahan Birobuli

selatan, Tahun

2013………………………………………..………………………

………..51

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Di Kelurahan

Birobuli selatan, Tahun

2013………………………………………………...52

Tabel 8 Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 3M plus responden

per RW di Kelurahan Birobuli Selatan Kota

Palu………………………………………54

Tabel 9 Distribusi jenis Kontainer Berdasarkan Keberadaan Larva Aedes

aegypti dikelurahan Birobuli Selatan Kota

Palu……………………………….…..55

Tabel 10 Distribusi Berdasarkan Keberadaan larva Aedes aegypti Di

Kelurahan Birobuli, Tahun

2013……………………………………….…….…………………..

56

Tabel 11 Densitas Larva Aedes aegypti Di Kelurahan Birobuli Selatan Kota

Palu Tahun 2013…………………………………………

Tabel 12 House indeks larva pada PJB dan Observasi di Kelurahan Birobuli

Selatan Kota

Palu…………………………………………………………………

………….57

Tabel 13 Hasil pemeriksaan jentik berkala di Kecamatan Birobuli Selatan

oleh jumantik/petugas puskesmas dari bulan Februari sampai Juni

Tahun

2012………………………………………………………………....

....................58

Tabel 14 Distribusi Keberadaan jentik Berdasarkan Pengetahuan Responden

di Kelurahan Birobuli Selatan Tahun

2013…………………………………………………….60

Tabel 15 Distribusi Keberadaan larva aedes aegypti Berdasarkan Sikap

Responden Di Kelurahan Birobuli Tahun

2013……………………………………..…………..61

Tabel 16 Distribusi Keberadaan larva aedes aegypti Berdasarkan Tindakan

RespondenDi Kelurahan Birobuli selatan Tahun

2013…………….………......62

Tabel 17 Hubungan jenis Kontainer TPA dengan keberadaan larva Aedes

aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan

………………………………………………….…63

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori…………………………………………………………………. 36

2. Kerangka konsep variabel penelitian…………………………………................38

3. Peta lokasi penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian

2. Master Tabel Penelitian

3. Hasil Analisis

4. Surat keterangan izin penelitian dari Dekan fakultas Kesehatan masyarakat

Universitas Hasanuddin

5. Surat izin Penelitian pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu daerah (KP2TD)

6. Pemerintah Kota Palu C.q. Badan kesatuan Bangsa,Politik and Perlindungan

Mayarakat

7. Surat keterangan Selesai Penelitian dari Kelurahan Birobuli Selatan

8. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

9. Peta lokasi penelitian

10. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR SINGKATAN

DBD : Demam Berdarah Dengue

PKM : Puskesmas

P2M : Pemberantasan Penyakit Menular

ABJ : Angka Bebas Jentik

TPA : Tempat Penampungan Air

DF : Density Figure

BI : Breteau indeks

CI : Container Indeks

HI : House Indeks

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk

KO : Kriteria Objektif

DO : Definisi Operasional

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia dan sering

menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian

yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor ) penyakit DBD yang

penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi

sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes

aegypti (Fathy, 2005). Nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas

permukaan air laut (Zulkarnaini.,dkk, 2009)

Tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti adalah di

lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air di dalam

maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan

yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada

siang hari, memegang peranan paling besar dalam penularan virus dengue

(Gama & Betty, 2010).

Berbagai upaya pemberantasan penyakit demam berdarh dengue yang

meliputi kegiatan seperti pencegahan, pelaporan, pertolongan penderita

pengendalian vektor dan pemberantasan saran nyamuk telah dilakukan,

namun ternyata hasilnya belum mampu untuk menekan kasus. Setiap tahun

terus mengalami penigkatan hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus di

Sulawesi Tengah pada tahun 2008 sebanyak 1389 kasus 17 diantarannya

meninggal, pada tahun 2009 sebanyak 952 kasus 7 diantarannya meninggal

dunia, pada tahun 2010 terjadi 2092 kasus, pada tahun 2011, terjadi 2045

kasus 31 diantaranya meninggal dunia. Oleh karena itu diperlukan

kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyakat untuk memberantas

demam berdarah dengan 3M ( menguras, menutup dan mengubur)

(Dinkes Sulteng, 2010)

Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung

lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3%

pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil

menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat,

penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga

golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus

tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80 %) akibat DBD, di

beberapa wilayah masih cukup tinggi di atas target nasional 1 % antara lain

Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu, Lampung, NTT, Jambi,

Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah (Dit PPBB -Ditjen PP dan

PL– Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Menurut Data Profil kesehatan Indonesia Tahun 2011, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 jumlah penderita DBD di

indonesia mencapai 65.432 kasus,sekitar 596 (CFR=0,91%) diantaranya

meninggal dunia sedangkan di Provinsi Sulawesi Tengah dengan 2.045 2.045

kasus dan Meninggal 31, orang. Case Fatality Rate (%)1,52, Incidence Rate

76,16 per 100.000 Penduduk. Sementara kasus tertinggi terjadi di Kota Palu,

yakni 1.325 kasus.

Menurut Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinas

Kesehatan Kota Palu, dari data yang ada kasus DBD di Kota Palu sejak

Januari 2012 hingga awal November sebanyak 837 kasus 6 orang

diantaranya meninggal dunia. Kasus tersebut terbanyak terjadi pada bulan

Februari 205 kasus sedangkan Januari hanya 175 kasus dan Maret

kembali menurun yakni 158 kasus. Penurunan kasus DBD yang cukup

signifikan mulai terjadi pada bulan April hanya 83 kasus, kemudian Mei 64

kasus, Juni 42 kasus, Juli 43 kasus,Agustus 29 kasus dan bulan September 27

kasus (Yeni, 2012). Berdasarkan data dari puskesmas Bulili, kasus Demam

Berdarah di Kelurahan Birobuli Selatan tahun 2008 terjadi 35 penderita

DBD, pada tahun 2009 terjadi 25 penderita DBD, tahun 2010 terjadi 63

penderita DBD, tahun2011 tejadi 37 kasus penderita DBD sedangkan tahun

2012 terjadi 78 penderita DBD.

Kota Palu yang merupakan daerah perkotaan dengan peningkatan arus

transportasi dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dimana Kepadatan

penduduk Kota Palu Tahun 2008 tercatat 781 jiwa/km², dengan luas wilayah

Kota Palu 395,06 km² . Secara administratif, Kota Palu dengan wilayah

seluas 395,06 km2 adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah yang berada

pada kawasan dataran Lembah Palu dan Teluk Palu yang secara astronomis

terletak antara 0,35 - 0,56″ Lintang Selatan dan 119,45- 120,1″ Bujur Timur,

tepat berada dibawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0 – 700 meter dari

permukaan laut (Dinkes palu, 2008)

Keberadaan larva yang digambarkan dengan angka bebas jentik pada

tahun 2008 sebesar 83,7% yang masih dibawah angka standar nasional

yaitu < 95%.Di Kota Palu upaya penanggulangan penyakit demam

berdarah telah dilakukan melalui serangkaian kegiatan yaitu pemeriksaan

jentik berkala yang dilakukan minimal 3 bulan sekali, abatisasi selektif dan

abatisasi massal yang dilakukan di kelurahan endemis DBD, fogging

fokus/pengasapan pada wilayah yang ada kasus DBD, penyuluhan / sosialisasi

penyakit DBD melalui media elektronik dan media cetak, pertemuan

Pokjanal DBD tingkat Kota Palu dengan melibatkan sektor terkait guna

mengevalusi program pemberantasan penyakit DBD serta pemantapan

kelurahan percontohan PSN-DBD (Dinkes palu, 2008).

Keberhasilan program pencegahan DBD bergantung pada cara

masyarakat memandang nyamuk sebagai penyebab serta memahami

pentingnya upaya pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di

lingkungan masing-masing, terutama dengan langkah langkah 3M plus yang

benar (Pujiyanti & Triratnawati, 2011)

Chadijah,dkk (2005) , menyatakan bahwa kebutuhan air yang

mendesak serta suplai air yang tidak lancar dari PDAM setempat , khususnya

di daerah perumahan menyebabkan masyarakat selalu menyediakan wadah

dalam jumlah yang banyak didalam dan diluar rumah. Banyaknya tempat

penampungan air yang rata-rata tidak ditutup telah menjadi tempat

perkembang biakan Aedes aegypti diwilayah ini dan menyebabkan angka

kesakitan yang selalu tinggi sepanjang tahun diwilayah kota Palu.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Perilaku 3 M plus dengan densitas larva Aedes

aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu Sulawesi Tengah”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan

perilaku 3M plus dengan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli

Selatan kota Palu, Sulawesi Tengah.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Perilaku 3M plus dengan Densitas larva

Aedes aegypti dikelurahan Birobuli Selatan kota Palu Sulawesi Tengah.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan Perilaku ( Pengetahuan, Sikap, Tindakan) 3 M

(menutup,menguras,mengubur) Plus menabur larvasida,menggunakan

kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, tidak mengantung pakaian

dalam waktu yang lama, menyemprot dengan insektisida) dengan

densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu.

b. Mengetahui Hubungan jenis kontainer dengan densitas larva Aedes

aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu dengan densitas larva

Aedes aegypti

c. Mengetahui Peranan jumantik dalam menurunkan HI,BI,CI, dalam

peningkatan Angka bebas jentik dan densitas larva Aedes aegypti di

Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Sebagai informasi dan

bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan

bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah penyakit DBD

agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program

pemberantasan penyakit menular (P2M).

2. Bagi Masyarakat

Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam

upaya pencegahan dan pemberantasan larva Aedes aegypti melalui 3 M

Plus.

3. Bagi Peneliti menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam

melakukan penelitian ilmiah terhadap hubungan 3 M Plus dengan densitas

larva Aedes aegypti yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus

DBD.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang Demam Berdarah

1. Pengertian Demam Berdarah

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang

berbahaya yang ditandai dengan demam mendadak, perdarahan baik

dikulit maupun dibagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shok dan

kematian

2. Faktor Penyebab meluasnya penyakit DBD diindonesia antara lain:

a. Faktor Manusia dan Sosial Budaya

1). Faktor manusia, kepadatan penduduk sangat berpengaruh pada

kejadian kasus DBD, makin padat penduduk makin tinggi kasus

DBD di kota tersebut. Hal ini karena berkaitan dengan

penyediaan infra struktur yang kurang memadai seperti

penyediaan sarana air bersih, sarana pembuangan sampah,

sehingga terkumpul barang bekas yang dapat menampung air dan

menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti,

penular DBD.

2). Mobilitas manusia : perpindahan manusia dari satu kota ke kota

lain mempengaruhi penyebaran penyakit DBD.

3). Perilaku manusia : kebiasaan menampung air untuk keperluan

sehari-hari seperti menampung air hujan, air sumur, harus

membeli air didalam bak mandi, membuat bak mandi atau

drum/tempayan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk .

4). Kebiasaan menyimpan barang bekas atau kurang memeriksa

lingkungan terhadap adanya air yang tertampung didalam

wadah2 dan kurang melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS (

Menguras, Menutup dan Mengubur PLUS menaburkan Larvasida

, memelihara ikan pemakan jentik dan lain-lain. )

b. Faktor agen dan lingkungan

1). Faktor agen/ virus DBD : ada 4 serotipe yang tersebar luas di

seluruh wilayah Indonesia, dan bersirkulasi sepanjang tahun,

Dipertahankan siklusnya didalam tubuh nyamuk

2). Faktor nyamuk penular, yaitu Aedes aegypti yang tersebar luas

diseluruh pelosok tanah air, populasinya meningkat pada saat

musim hujan.

3). Faktor lingkungan: Musim hujan meningkatkan populasi nyamuk,

namun di Indonesia musim kering pun populasinya tetap banyak

karena orang cenderung menampung air dan di daerah sulit air

orang menampung air di dalam bak air atau drum, sehingga

nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun

3. Mekanisme penularan

Merujuk dari depkes RI 2005 dalam widiaekawati (2009)

menjelaskan mekanisme penularan DBD yaitu Seseorang yang di dalam

darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD.

Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum

demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam

darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya

virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh

nyamuk, termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah

menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan

kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik).

Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.

Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus

dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena

setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah

akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah

yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

4. Tanda dan gejala penyakit demam berdarah

a. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus

menerus

berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian

naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.

b. Tanda-tanda perdarahan

Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya

berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu

atau lebih manifestasi perdarahan. Petekie merupakan tanda

pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada

hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang

ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya

menyertairenjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan

konjungtiva serta hematuri.

c. Pembesaran hati (hepatomegali)

Sifat pembesaran hati:

1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan

penyakit

2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit

3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus

d. Renjatan (syok)

Tanda-tanda renjatan:

1. Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari

tangan dan kaki

2. Penderita menjadi gelisah

3. Sianosis di sekitar mulut

4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba

5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau

kurang

Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke

daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.

e. Trombositopeni

Jumlah trombosit ≤ 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-

7

sakit, pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa

jumlah

trombosit dalam batas normal menurun. Pemeriksaan dilakukan pada

saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiga hari

sampai suhu turun.

f. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)

Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) ≥20% menggambarkan

hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang

peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan

hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit

mendahului peningkatan hematokrit (Depkes RI, 2005: 2 dalam

Mahardika 2009).

5. Pencegahan penyakit DBD

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian

vektornya yaitu nyamuk Aedes aegypti pengendalian nyamuk tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu :

a. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengendalian sampah

padat, memodifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping

kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh :

1) Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya

sekali seminggu.

2) Mengganti menguras vas bunga dan tempat minum burung

seminggu sekali.

3) Menutup dengan rapat tempat penampungan air

4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas disekitar

rumah dan lain sebagainnya

b. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan

jentik (ikan adu/ikan cupang)

c. Kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan :

1) Pengasapan / foging yaitu dengan menggunakan malathion dan

fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan

sampai batas waktu tertentu.

2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat

penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-

lain.

6. Distribusi Epidemiologi penyakit Demam Berdarah

Distribusi epidemiologi penyakit demam berdarah dengue terdiri atas :

a. Person (orang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah

jika dilihat dari segi orangnya adalah sebagai berikut :

1). Umur

Penyakit DBD paling sering ditemukan pada anak-anak yang

berumur 15 tahun (usia sekolah) hal ini disebabkan karena pada

pagi hari yaitu antara pukul 09.00-15.00 anak-anak banyak berada

disekolah atau didalam rumah dimana puncak aktif nyamuk yaitu

pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.

2). Jenis kelamin

Rata – rata orang yang menderita menderita demam berdarah

dengue adalah wanita, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak

berada dirumah pada pagi hari sehingga rentan terkena DBD.

b. Time (waktu)

Rata – rata penyakit demam berdarah dengue lebih banyak terjadi

pada musim penghujan, hal ini dikarenakan pada musim penghujan

sering terjadi genangan – genangan air yang merupakan tempat

perkembang biaknya jentik-jentik yang dapat menyebabkan penyakit

DBD.

c. Place (tempat)

Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus

DBD adalah sebagai berikut :

1). Umurnya nyamuk ini berada pada daerah pemukiman yang padat

penduduknya dimana tempat perindukannya pada genangan

bersih buatan manusia didaerah pemukiman.

2). Lingkungan biologik yang mempengaruhi yaitu banyaknya

tanaman hias dan tanaman pekarangan yang dapat mempengaruhi

kelembaban dan pencahayaan didalam rumah dan halamannya.

B. Tinjauan Umum Tentang Aedes aegypti

Aedes aegypty adalah spesies nyamuk tropis yang ditemukan dibumi,

biasannya antara garis lintang 35U dan 35S, berhubungan dengan musim

dingin isotherm 10C, Aedes aegypty juga dibatasi oleh ketinggian dan

biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 meter (WHO, 1999)

1. Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan ukuran nyamuk rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang

hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada

kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang

mempunyai gambaran lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya.

Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih

perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur

bersisik putih pada permukaan posterior dan setengan basal, anterior dan

tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Tarsi belakang

berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat dan kelima

berwarna putih. Sayap berukuran 2,5 – 3,0 mm bersisik hitam, Aedes

aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur – larva – pupa –

nyamuk dewasa (Sitio, 2008). Telur, larva, dan pupa nyamuk Aedes

aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air. Genangan yang disukai

sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang

tertampung di suatu wadah yang disebut kontainer atau tempat

penampungan air (TPA).

2.Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes aegypti

a). Setiap kali nyamuk betina bertelur, mengeluarkan telur ± 100 butir

yang

diletakkan satu-satu pada diniding bejana

b). Telur warna hitam, ukuran ± 0,8 mm, di tempat kering (tanpa air) dapat

bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam

waktu

kurang 2 hari setelah terendam air.

3. Sifat-sifat Jentik Nyamuk Aedes aegypti

a). Jentik yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjang

0,5-1 cm

b). Selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari

bawah ke atas permukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali

ke bawah dan seterusnya.

c). Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan

air.

Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air.

d). Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang menjadi kepompong.

e). Jentik memerlukan 4 tahap perkembangan, pengaruh makanan, suhu

menentukan kecepatan perkembangan, perkembangan jentik imago

kondisi optimal perlu waktu 7 hari.

4. Sifat-sifat Kepompong Aedes aegypti

a).Berbentuk seperti koma, gerakan lambat, sering berada di permukaan

air

b).Setelah 1-2 hari kepompong menjadi nyamuk baru

5. Sifat-sifat Nyamuk Aedes aegypti

a). Berwarna hitam dan belang-belang ( loreng ) putih pada seluruh

tubuhnya

b). Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat-tempat

umum ( pasar, sekolah, masjid, gedung-gedung dan sebagainya )

c). Mampu terbang sampai 100 meter

d). Nyamuk betina aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari

sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari

bunga/tumbuhan yang mengandung gula

e). Umur nyamuk rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian dapat hidup sampai

2-3

bulan

f). Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari.

Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang

dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari

tempat hinggap untuk beristirahat

g). Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda tergantung seperti

pakaian,kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat berkembang

biak. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.

h). Setelah masa istirahat selesai, nyamuk lain akan meletakkan telurnya

pada dinding bak, tempayan, drum, kaleng, ban bekas yang berisi air.

Biasanya sedikit di atas permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan

mencari mangsanya untuk menghisap darah dan seterusnya

(Mahardika, 2009)

Nyamuk Aedes aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada

dinding vertical bagian dalam tempat-tempat yang berisi sedikit air. Air harus

jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air yang dipilih

ialah tempat air didalam dan dekat rumah. Larva Aedes aegypti umumnya

ditemukan di drum, tempayang, gentong atau bak mandi dirumah keluarga

Indonesia yang kurang diperhatikan kebersihannya. Di daerah yang

sumurnya berair asin atau persediaan air minumnnya tidak terdapat secara

teratur (Soedarmono, 2005 ). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Santoso di Palembang tahun 2005 bahwa sebagian besar larva

Aedes aegypti 76 % ditemukan pada TPA yang terletak di dalam rumah dan

24 % sisanya ditemukan pada kontainer yang terletak di luar rumah.

Perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan

makanan ,kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum, waktu yang

dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan

belangsung selama 7 hari termasuk 2 hari menjadi pupa. Tapi pada suhu

rendah akan membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk

dewasa (WHO,2004). Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap

darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Umur

nyamuk betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1 ½

bulan, tergantung suhu dan kelembaban udara disekelilingnya .

Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembang

biakannya (Hadinegoro, 2002).

Aedes aegipti suka beristirahat ditempat yang gelap ,lembab dan

tersembunyi didalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar tidur, kamar

mandi, maupun dapur . Tempat istirahat yang mereka suka adalah dibawah

furniture, benda yang tergantung seperti baju, korden, serta di dinding

(WHO,2004).

C. Tinjauan Umum Tentang Densitas Larva

Pengertian Densitas adalah Kepadatan populasi (Anonim) sedangkan

Pengertian Larva adalah Tingkat kehidupan suatu hewan sesudah menetas

dari telur (Anonim). Untuk mengetahui kepadatan (densitas) populasi

nyamuk Aedes aegypti disuatu lokasi dapat dilakukan beberapa survey

dirumah yang dipilih secara acak (Sitio, 2008)

a. Survei nyamuk

Survey nyamuk dilakukan dengan cara penagkapan nyamuk umpan

orang didalam dan luar rumah Sampling Vektor nyamuk dewasa dapat

memberikan data yang berharga untuk mengetahui kecenderungan

populasi musiman, dinamika penularan, resiko penularan dan evaluasi

terhadap usaha pemberantasan nyamuk.

Beberapa cara untuk survey nyamuk dewasa:

1. Landing Bitting collection (LBR)

nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan

orang di dalam atau diluar rumah masing-masing 20 menit per rumah.

Angka hasil tangkapan yang menggunakan jaring tangan atau

aspirator waktu nyamuk melekat atau hinggap pada umpan disebut

landing bitting rate.

Jumlah penangkapan x jumlah jam penangkapan LBR =

Jumlah Aedes aegypti betina tertangkap umpan orang

2. Resting Collection

Pada periode inaktif, nyamuk dewasa istirahat di dalam rumah

terutama di kamar tidur dan di tempat yang gelap seperti tempat

gantungan pakaian dan tempat-tempat terlindung. Jumlah nyamuk

dewasa yang tertangkap istirahat dengan aspirator per rumah atau

jumlah nyamuk dewasa yang tertagkap istirahat dengan aspirator per

jam per rumah disebut resting rate.

Jumlah rumah yang diperiksa Resting rate = x 100%

Aedes aegypti yang tertangkap aspirator

b. Survei larva/jentik

Survei larva/jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1). Single larva

Cara ini dilakukan dengan mengambil 1 jentik di setiap tempat

genangan air yang ditemukan jentik untuk identifikasi lebih lanjut

jenis jentiknya.

2). Visual

Survey ini cukup dilakukan dengan melohat ada tidaknya jentik

disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya (Syukur,

2012)

Jumlah populasi larva nyamuk Aedes aegypti berhubungan erat

dengan meningkatnya kasus DBD (Sudibyo, 2012). Densitas larva Aedes

aegypti disuatu lokasi dapat diukur dengan menggunakan parameter ABJ

menurut Santoso & Budiyanto (2008).

Jumlah rumah tanpa jentik ABJ (Angka Bebas Jentik) = ---------------------------------------- X 100 %

Jumlah rumah diperiksa

Sedangkan Kepadatan populasi nyamuk (Density Figure) diperoleh dari

gabungan dari HI, CI dan BI :

Jumlah rumah yang ditemukan jentik (+)

House Indeks (HI) = X 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa

Jumlah kontainer dengan jentik (+) Container Indeks (CI) = X 100

% Jumlah Kontainer yang diperiksa

Jumlah kontainer dengan jentik (+) Breteau Indeks (BI) = X 100

Jumlah rumah yang diperiksa

Angka bebas jentik dan House indeks lebih menggambarkan luasnya

penyebaran nyamuk disuatu wilayah. Tidak ada teori yang pasti berapa angka

bebas jentik dan House indeks yang dipakai standar, hanya berdasarkan

kesepakatan, disepakati house indeks minimal 5% yang berarti presentase

rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh melebihi 5% atau 95%

rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif

Pengukuran kepadatan Aedes aegypti dapat digunakan untuk

mengetahui ambang batas kritis yang merupakan indikator adanya ancaman

wabah penyakit demam Berdarah. Oleh ahli WHO telah ditetapkan bahwa

daerah dengan Densitas figure diatas 5 (Breteu Index > 50 ) besar sekali

kemungkinan terjadinya transmisi penyakit Demam berdarah, sedangkan

Densitas figure dibawah 5 (Breteau index < 50) kemngkinan transmisi

penyakit demam berdarah dianggap kecil sekali.

Kepadatan populasi nyamuk (Density Figure) diperoleh dari gabungan

dari HI, CI, dan BI dengan kategori kepadatan jentik penentuannya sebagai

berikut :

a. Density Figure = 1 menunjukkan kepadatan rendah

b. Density Figure = 2 - 5 menunjukkan kepadatan sedang

c. Density Figure = 6 - 9 menunjukkan kepadatan tinggi

Untuk lebih jelasnya angka index tingkat kepadatan jentik Aedes

aegypti berdasarkan beberapa Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel

1:

Tabel 1 Index tingkat kepadatan jentik

Tingkat kepadatan

House indeks

Container indeks

Breteau indeks

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 – 3 4 – 7

8 – 17 18 – 28 29 – 37 38 – 49 50 – 59 69 – 76

77+

1 – 3 3 – 5 6 – 9

10 – 14 15 – 20 21 – 27 28 – 31 32 – 40

41+

1 – 4 5 – 9

10 – 19 20 – 34 35 – 49 50 – 74 75 – 99

100 – 199 200 +

(Sumber : Santoso 2008)

c. Survei dengan Perangkap Telur (Ovitrap)

Ovitrap adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya

Aedes aegypti dan Aedes albopictus di mana kepadatan populasinya

rendah dan survey jentik kebanyakan tidak produktif, misalnya jika BI<

5. Ovitrap standar adalah gelas dengan mulut lebar dengan volume

sekitar 0,5 liter, dicat hitam bagian dalamnya dilengkapi dengan

hardboard atau kertas filter yang dijepitkan secara vertikal pada dinding

gelas. Gelas diisi dengan air sebagian dan diletakkan kira-kira di daerah

habitatnya, umumnya di dalam atau di sekitar rumah

Untuk mengukur kepadatan nyamuk dengan indikator kepadatan

telurnya dengan ovitrap, dapat dilakukan dengan cara meletakkan ovitrap

di dalam dan di luar rumah di tempat yang gelap dan lembab. Setelah

satu minggu dilakukan pemeriksaan ada atau tidak telur nyamuk di kertas

filter dan dilakukan pengukuran kepadatan telurnya. Ada tidaknya telur

serta banyak sedikitnya telur tergantung faktor bionomik nyamuk. Untuk

mengetahui gambaran kepadatan populasi nyamk penular serta lebih

tepat, maka telur-telur tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlahnya

pada masing ovitrap (Sitio, 2008)

Kondisi sanitasi lingkungan rumah tangga yang mempengaruhi

densitas larva Aedes aegipty adalah :

1. Kondisi penyediaan air hal ini didukung oleh penelitian Dameria di Dumai

tahun 2008 bahwa rata-rata kondisi penyediaan air bersih rumah tangga

menunjukkan kondisi baik (1,0%), sedangkan yang kondisi penyediaan air

bersih rumah tangganya cukup (35,3%) dan kurang (63,7%). Hal ini

menunjukkan bahwa kebutuhan air rumah tangga masih belum mencukupi.

Masalah kecukupan air pada rumah tangga sangat penting kaitannya

dengan pengendalian vektor dengue. Jika persediaan air tidak mencukupi

maka orang akan menyimpan air dalam berbagai wadah. Kebiasaan

penyimpanan air untuk keperluan rumah tangga yang mencakup gentong,

baik terbuat dari tanah liat, semen maupun keramik serta drum penampung

air yang tidak rapat akan menjadi tempat perkembangan vektor dengue.

2. Tempat sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari

sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab

penyakit (bacteri patogen) dan juga binatang serangga pemindah/penyebar

penyakit (vektor) (Notoatmojo, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Irfansyah di Kelurahan Banta-bantaeng kota

Makassar tahun 2005 bahwa ditemukanya jentik pada 13 (10,8%)

pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat di lokasi penelitian

mengakibatkan hasil analisis statistik menunjukkan ada pengaruh yang

bermakna kondisi pengelolaan sampah terhadap densitas jentik Aedes

aegypti.

3. Wadah produktif non TPA, batasan pengertian terhadap konteiner

bukan tempat penampungan air sebagai tempat-tempat yang biasa

menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat

minum hewan piaraan, vas bunga, perangkap semut, penampungan air

dispenser, tanaman hias, dan lain-lain.

Hal ini dibuktikan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah di

Makassar, Meskipun jumlahnya sedikit hanya 6% yang ditemukan jentik

dari 100 wadah yang diteliti, tetapi dari hasil analisis statistik ditemukan

bahwa kondisi wadah produktif non TPA mempunyai pengaruh yang

bermakna terhadap densitas jentik Aedes aegypti.

4. Praktik rumah tangga dalam PSN-DBD , Praktik rumah tangga dalam

pemberantasan nyamuk DBD memiliki peran yang sangat

mempengaruhi/dominan terhadap keberadaan jentik vektor dengue hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh damiria dkk didumai yaitu

Rata-rata upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) yang

dilakukan oleh keluarga menunjukkan baik (2,0%). Rumah tangga yang

praktik PSN-DBDnya dinyatakan cukup sebesar 35,3%. Dan rumah

tangga yang praktik PSN-DBDnya dinyatakan kurang sebesar 62,7%.

Kondisi ini menggambarkan bahwa kegiatan pengendalian vektor DBD

dengan PSN-DBD oleh masyarakat masih sangat kurang sehingga hal ini

berpotensi terhadap penularan penyakit DBD.

d. Tinjauan Umum Tentang 3 M Plus

Dalam pengertiannya 3M plus adalah menguras, menutup, mengubur/

menimbun plus memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot

dengan insektisida (admin, 2010). Menurut Hadinegoro, 2002 Cara ini yang

dilakukan masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular demam

berdarah yaitu 3 M:

1. Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate ketempat

penampungan air bersih (TPA)

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA)

3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik, dan barang

bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi

sarang nyamuk Aedes aegypti.

Sedangkan 3 M plus merupakan kombinasi dari 3 M itu sendiri yang

dikemukakan oleh ahira yaitu :

1. Memelihara ikan pemakan jentik dikolam. hal ini dimaksudkan agar kolam

terbebas dari nyamuk sumber penyebab demam berdarh dengue.

2. Menyebarkan bubuk abate pada tempat penampungan air seperi vas bunga

atau tempat penampungan air.

3. Memasang kasa nyamuk dirumah, agar nyamuk tidak dapat leluasa masuk

kedalam rumah.

4. Menggunakan kelambu pada waktu tidur.

5. Menggunakan obat oles pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk

kimia. Sebenarnya cara ini kurang dianjurkan karena efek bahan kimia

yang bersifat racun.

6. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala

7. Melakukan foging ( pengasapan ), jika dalam jarak tertentu ditemukan

kasus demam berdarah.

Adapun pokok-pokok 3M menurut Hadinegoro, 2002 meliputi ;

1. Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat

kabar, dan lain-lain, penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap

muka oleh kader didesa termasuk kader dasawisma , tokoh masyarakat dan

agama.

2. Kerja bakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan termasuk

tempat tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, setiap

minggu,baik dirumah,disekolah maupun ditempat umum lainnya.

3. Kunjungan dari rumah kerumah untuk memeriksa jentik ditempat yang

dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan menaburkan

bubuk abate apabila masih ditemukan jentik nyamuk.

e. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Masyarakat

1. Konsep prilaku

Menurut Notoatmodjo, 2007 Prilaku dari pandangan biologis

merupakan suatu kegiatan atau aktifitas orgnisme yang bersangkutan, jadi

perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan ,

berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya.

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif

untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi

diri dari ancaman penyakit (Depkes RI, 2002 dalam Mahardika 2009).

Seorang ahli kesehatan Becker (Notoatmodjo, 2007)

mengklarifikasikan perilaku kesehatan yaitu :

1). Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan

atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan. Termasuk tindakan- tindakan untuk mencegah penyakit,

kebersihan, perorangan memilih makanan, sanitasi, dan

sebagainnya.

2). Perilaku sakit (illness behavior)

Segala sesuatu tindakanatau kegiatan yang dilakukan oleh individu

yang merasa sakit,untuk merasakan dan mengenal keadaan

kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau

pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab

penyakit, serta usaha- usaha mencegah penyakit tersebut.

3). Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang

sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping

berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri juga

berpengaruh terhadap orang lain. Terutama kepada anak-anak yang

belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap

kesehatannya.

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon

seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

Perilaku ini antara lain mencakup

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya

komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan

kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor yang menyangkut

segi-segi hygiene pemeliharaan tehnik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan rumah sehat, yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai, dan sebagainya

d. Perilaku yang sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun

limbah cair. Termasuk di dalamnya system pembuangan sampah dan

air limbah serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.

e. Perilaku yang sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.

Kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti

menampung air hujan, air sumur, harus membeli air didalam bak mandi,

membuat bak mandi atau drum/tempayan sebagai tempat perkembang

biakan nyamuk . Kebiasaan menyimpan barang bekas atau kurang

memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang tertampung didalam

wadah dan kurang melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS ( Menguras,

Menutup dan Mengubur plus menaburkan Larvasida , memelihara ikan

pemakan jentik dll. (Kemenkes RI, 2011)

2. Bentuk prilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme

atau seseorang terhadap rangsang (stimulus) dari luar objek tersebut.

Respon ini terbentuk dua macam yaitu ;

a). Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri

mansia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain,

misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

b). Bentuk aktif adalah apabila itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat

Menurut Benyamin bloom (1908) membagi perilaku kedalam 3 domain

(ranah/ kawasan) yaitu :

a). Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(Knowledge).

b). Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

c). Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan

dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)

Hal- hal yang mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu :

1). Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a). Faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat kondisi

fisik

b). Faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana

c). Faktor upaya belajar, misalnya Strategi dan metode dalam

pembelajaran.

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai

hasil penggunaan pancainderanya Tingkat pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know), yang termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu tentang speifik seluruh bahan yang

dipelajari atau merangsang yang diterima,oleh sebab itu tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension). Orang yang telah paham objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari

c. Aplikasi, aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya.

d. Analysis, merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

satu struktur dan masih ada kaitan satu sama lain.

e. Sintesis, suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formuasi yang lama.

f. Evaluasi, yaitu berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu cerita yang

ditentukan sendiri menggunakan cerita yang telah ada.

2. Sikap (Atitude)

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berapa batasan lain

tentang sikap antara lain, sikap sesorang terhadap objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu

aspek lingkungan sekitarnya. Dari batasan-batasan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa sikap adalah merupakan penilaian tentang keadaan

sekitar yang ditunjukkan dengan perasaan. Sikap mempunyai 3

komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Tingkatan sikap pada seseorang terdiri dari:

a. Menerima: diartikan bahwa orang (subjek), mau memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding): memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan adalah

indikasi dari sikap, terlepas dari benar atau salah adalah berarti

orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing): mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible): bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah

merupakan sikap yang paling tinggi

Pengukuran sikap dilakukan dengan langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat reponden. Pengukuran perilaku dapat dilakukan

secara tidak langsung, yakni dengan cara wawancara terhadap kegiatan

yang telah dilakukan beberapa jam, hari, minggu, bulan yang lalu.

Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan responden.

Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dibidang kesehatan

adalah pendidikan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki, nilai yang

ada pada dirinya, kebiasaan serta keadaan sosial budaya yang

berperilaku. Jika faktor ini bersifat menguntungkan maka diharapkan

akan muncul perilaku yang baik.

3. Praktik atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas.

Tingkat-tingkat praktik atau tindakan :

a). Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil.

b). Rasespon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

dengan contoh.

c). Mekanisme

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d). Adaptasi

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik.

f. Tinjauan Umum Tentang Jumantik

Jumantik adalah juru pemantau jentik yang bertugas memeriksa

genangan-genangan air di dalam maupun luar rumah, menemukan larva yang

terdapat di dalam tempat-tempat yang dapat menampung air,

mengindentifikasi rumah-rumah yang tidak berpenghuni dan mengajak

pemilik rumah atau bangunan untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur.

Peran Jumantik atau kader sangat penting untuk menggerakkan peran

serta masyarakat dalam gerakan Pengendalian DBD. Jumantik adalah salah

satu ujung tombak dari pengendalian DBD. Kecepatan dan ketepatan di

dalam mengenali gejala demam dan DBD tentu saja akan mengurangi resiko

kematian akibat DBD (Anonim, 2012). Jumantik merupakan salah satu

bentuk pemberdayaan masyarakat agar ada solusi untuk menekan populasi

jentik Aedes aegypti, karena jumantik bertugas melakukan pemeriksaan jentik

secara berkala dan terus menurus. Terjadinya peningkatan ABJ dan

penurunan HI, BI dan CI dengan memberdayakan jumantik. Pemberdayaan

jumantik dalam PSN-DBD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan ABJ dan penurunan House Index dalam Bentuk PSM (peran

serta masyarakat), hasil penelitian Chadijah,dkk (2005) tentang

pengendalian DBD di dua kelurahan di kota Palu dengan memberdayakan

jumantik dalam PSN DBD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan ABJ dan penurunan angka House Index (HI)

Gambar 1

Kerangka Teori

Rumah/bangunan

Musim

Kasus Demam berdarah

Prilaku rumah tangga Peran Jumantik

Cuaca

1. Penyediaan air bersih 2. Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga 3. Wadah produktif non

TPA 4. Praktek rumah tangga

dalam PSN-DBD (3M plus)

House index (HI)

Counter Index (CI)

Breteau index (BI)

Pecahayaan Kelembaban

Larva aedes aegypty

Sumber : Zulkarnaini.,dkk, 2009 (modifikasi)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran variabel penelitian

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

ialah penyakit yang di sebabkan oleh virus dengue yang di tularkan dari

orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan sampai saat ini

menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian

Kabupaten/Kota di Indonesia karena insidennya masih tinggi dan sering

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Mengingat bahwa kasus DBD

semakin meluas maka perlu peran sektor dan masyarakat itu sendiri untuk

memberantas penyakit DBD melalui pemberantasan nyamuk dan jentiknya

melaui peran serta ibu rumah tangga dan peran jumantik (juru pemantau

jentik) dalam peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penurunan House

index (HI), Brteau Index(BI) dan Container Index (CI).

Dalam penelitian ini akan digambarkan beberapa hal sehubungan

dengan densitas larva Aedes aegypti, yang secara rinci variabel-variabel yang

akan diteliti sebagai berikut :

1. Perilaku (Pengetahuan, Sikap, Tindakan) 3 M plus (menutup, menguras,

mengubur, Plus Menaburkan bubuk abate, Memasang kasa nyamuk

dirumah Menggunakan kelambu. Menggunakan obat oles pencegah

nyamuk atau menyemprot nyamuk, Menghindari kebiasaan menggantung

pakaian

2. Jenis Kontainer tempat perkembang biakan larva Aedes aegypti

3. Peran serta jumantik dalam menurunkan HI,BI,CI, dalam peningkatan

Angka bebas jentik.

4. Densitas larva Aedes aegypti yang terdapat pada penampungan air TPA,

non TPA..

Pola fikir variabel :

Keterangan : =Variabel bebas

Perilaku 3 M plus

Peran serta jumantik

Densitas larva

Aedes aegipty

1. Menguras 2. Menutup 3. Mengubur

PLUS 4. Menaburkan bubuk abate 5. Memasang kasa nyamuk

dirumah 6. Menggunakan kelambu. 7. Menggunakan obat oles

pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk

8. Menghindari kebiaasaan menggantung pakaian

Jenis kontainer

= Variabel Terikat

Gambar 2 Kerangka konsep Penelitian

B. Definisi operasional dan Kriteria objektif

Untuk mendapatkan persamaan pengertian dalam penelitian ini maka peneliti

memberikan definisi operasional :

a. Perilaku 3M Plus

1. Pengetahuan Adalah ingatan dan pemahaman responden tentang

pengertian 3 M plus, perlunya 3M plus dilakukan, ciri-ciri nyamuk,

waktu menggigit, kesenangan tempat beristirahat nyamuk, tempat

perkembang biakan nyamuk, upaya pencegahan dan pemberantasan

sarang nyamuk 3M plus (Menguras, menutup, mengubur, memakai

kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menaburkan bubuk abate,

memasang kasa nyamuk, memakai lotion anti nyamuk atau memakai

obat nyamuk). Yang digali melalui pertanyaan wawancara yang

mendalam untuk memberi kesempatan kepada responden untuk

mengeluarkan keseluruhan kesan dalam pikirannya

Kriteria objektif :

a. Cukup jika jawaban yang diketahui responden mencapai skor > 50%

b. Kurang jika tidak mencapai 50%

2. Sikap Adalah respon atau reaksi responden tentang 3M plus yang

diukur dengan menanyakan pendapat responden tentang PSN

dengan 3 M plus, melalui panduan suatu kuesioner.

Kriteria objektif:

a. Positif jika jawaban yang diberikan menunjukkan positif / sangat

setuju responden mencapai skor > 50 %

b. Negatif jika jawaban yang diberikan menunjukkan negative / tidak

setuju < 50 %

3. Praktek/tindakan adalah out come responden dalam melakukan 3M

plus (menguras,mengubur,menutup,kebiasaan menggantung pakaian,

penggunaan lotion anti nyamuk dan obat nyamuk, menaburkan bubuk

abate ) serta diukur dengan observasi Larva Aedes aegypti langsung

di kediaman reponden.

Kriteria objektif :

a. Baik jika jawaban yang diberikan mencapai skor > 50 %

b. Buruk jika jawaban yang diberikan mencapai skor < 50 %

b. Jenis Kontainer dengan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan

Birobuli Selatan Kota Palu dengan Densitas Larva Aedes aegypti

Kriteria objektif :

TPA : Tempat penampungan air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari seperti drum,bak

mandi,gentong,tempayang,ember.

Non TPA : Tempat penampungan air yang bukan untuk keperluan

sehari-hari seperti vas bunga,ban bekas,pot bunga,ban bekas,

botol bekas, tempat minum hewan peliharaan,talang kulkas

dan talang dispenser.

c. Peran serta jumantik bertugas memeriksa genangan air di dalam maupun

luar rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat

yang dapat menampung air dan mengajak pemilik rumah atau bangunan

untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara

teratur.

a. Maksimal apabila PJB dilakukan terus menerus dan Density figure

dan ABJ sesuai standar yang ditetapkan WHO.

b. Tidak maksimal apabila PJB hanya dilakukan setahun sekali dan

Density figure dan ABJ sesuai standar yang ditetapkan WHO.

d. Densitas larva Aedes aegypti adalah adanya larva Aedes aegypti yang

ditemukan pada setiap wadah yang dapat menampung air. Densitas larva

dapat diukur dengan rumus House index, Container index dan breteau

index.

HI adalah % rumah yang positif larva Aedes aegypti

CI adalah kontainer yang positif larva Aedes aegypti

BI adalah jumlah wadah / kontainer yang positif larva Aedes aegypti

per rumah yang diperiksa.

Kriteria objektif :

a. Positif : jika ditemukan larva Aedes aegypti serta HI dan BI nya

diatas angka 2 adalah padat

b. Negative : jika tidak ditemukan larva Aedes aegypti serta HI dan BI

nya dibawah angka 2 adalah tidak padat

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian observasional

analitik dengan pendekatan Cross sectional study dengan maksud untuk

melihat hubungan 3M plus dengan densitas larva Aedes aegypti di Birobuli

Selatan kota Palu Sulawesi Tengah.

B. Waktu dan lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Februari 2013 Adapun lokasi penelitian berada di Kelurahan Birobuli Selatan

wilayah kerja Puskesmas Bulili kota Palu , jumlah Rumah 1185, Jumlah

penduduk 11037, dengan jumlah kepala keluarga 1311. Dengan

pertimbangan bahwa kasus penyakit Demam berdarah diwilayah tersebut

selalu ada setiap tahun dan bahkan biasa menyebabkan kejadian luar biasa

(KLB).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah di kelurahan Birobuli

Selatan Kecamatan Palu Selatan sebanyak 1185 rumah.

2. Sampel

Besarnya sampel agar sampel yang diambil dalam penelitian dapat

mewakili populasi maka ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan

menggunakan rumus Lamesshow yaitu:

n=NZ

2pq

d2�N-1�+Z2pq

Keterangan:

n = jumlah sampel keseluruhan

N =besarnya populasi

p = perkiraan proporsi kejadian variabel yang diteliti = 0,5

q =1-p=1- 0,5= 0,5

Z =derajat kepercayaan (1,96)

d =tingkat ketelitian yang diinginkan (0,1)

maka besarnya sampel adalah :

n =NZ2pq

d2(N-1)+Z2pq

n =1185×(1,96)2×0,5×0,5

(0,1)2(1185-1)+(1,96)2 × (0,5)×(0,5)

n =2070×3,8416×0,25

0,01× 1184 + 0,9604

n = 113.074

21.8004

n = 88,90 = 90 rumah

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 90 sampel yang terdiri dari

rumah dan banggunan.

D. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional

random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi

secara acak proporsional, dalam hal ini sampel setiap rumah dan

bangunan diambil pada setiap RW agar pertimbangan sampel dari tiap –

tiap rumah dan bangunan disetiap RW dapat terwakili.

Adapun cara pengambilan sampel untuk tiap - tiap rumah dan

bangunan disetiap RW digunakan rumus :

Nh = ��

� x n

Keterangan :

Nh : jumlah sampel setiap kelompok

N : besarnya populasi

NH : banyaknya elemen dari tiap kelompok

n : jumlah sampel

Sehingga dari rumus tersebut didapat bahwa jumlah sampel rumah

dan bangunan untuk setiap RW adalah sebagai berikut :

Tabel 2 Distribusi jumlah rumah dan bangunan berdasarkan RW yang akan

diteliti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu

No

Nama RW

Jumlah rumah dan

bangunan

Jumlah sampel per RW

1 2 3 4 5 6

RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6

182 173 291 156 220 163

14 13 22 12 16 13

Jumlah 1185 90

E. Pemeriksaan objek larva

1. Periksa bak mandi, gentong, ember plastic, drum dan tempat – tempat

penampungan air lainnya.

2. Jika tidak tampak tunggu sampai 1 menit, jika ada jentik akan muncul

kepermukaan air

3. Ditempat yang gelap agar menggunakan senter

F. Metode Pengambilan Data

1. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan

mengunakan kuesioner dan malakukan pengamatan langsung pada

penampungan air dan tempat sampah. Penelitian dilakukan dengan

cara mengadakan kunjungan kerumah warga yang termasuk sampel.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Kesehatan Kota Palu,

Puskesmas Bulili dan instansi terkait lainnya

G. Pengolahan data dan analisis Data

1. Pengolahan data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

komputer melalui program SPSS yang sesuai.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan tabulasi data dan hipotesis.

Analisis data di lakukan analisis univariat yaitu analisis distribusi

frekwensi dan presentase data presentase tunggal terkait dengan tujuan

penelitian dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

variabel dependen dengan independen dalam bentuk tabulasi silang

(crosstab) dengan menggunakan system komputerisasi program SPSS.

H0 akan diuji dengan kemaknaan 0,05. uji statistik yang digunakan

adalah uji statistik Chi-Square.

Dengan interpretasi sebagai berikut :

1. Jika p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian

ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.

2. Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dengan demikian

tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.

H. Penyajian data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekwensi dan crosstab yang disertai dengan penjelasannya masin-masing.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu.

Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 28 Januari sampai dengan 24

Februari 2013. Pegumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara primer

dimana peneliti bertemu dan melakukan wawancara langsung kepada para

responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan melakukan

observasi untuk mendeteksi keberadaan larva. Data yang telah terkumpul

selanjutnya dilakukan screening data untuk memeriksa kebenaran informasi

sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini diperoleh 90

responden.

Setelah dilakukan pengolahan data, dilakukan analisis univariat yaitu

analisis distribusi frekwensi dan presentase data presentase tunggal terkait

dengan tujuan penelitian dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

hubungan variabel dependen dengan independen dalam bentuk tabulasi silang

(crosstab) dengan menggunakan system komputerisasi program SPSS. H0

akan diuji dengan kemaknaan 0,05.uji statistic yang digunakan adalah uji

statistik Chi-Square sebagai berikut :

1. Analisis Univariat Variabel Penelitian

Analisis univariat hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk Tabel

distribusi Variabel independen dan variabel Dependen yang disertai

dengan tabel. Dengan tujuan untuk mengetahui besarnya variabel

independen dan variabel Dependen. Deskripsi variabel penelitian terdiri

dari variabel dependen yaitu keberadaan larva dan variabel independen

yaitu Perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) 3M plus ( menguras,

menutup, mengubur Plus Menaburkan bubuk abate, Memasang kasa

nyamuk dirumah ,Menggunakan kelambu, Menggunakan obat oles

pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk, Menghindari kebiaasaan

menggantung pakaian.

a. Umur

Pada Tabel 3 dibawah ini dapat diamati distribusi responden

berdasarkan umur responden :

Tabel 3

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Di Kelurahan Birobuli Selatan , Tahun 2013

Umur Responden Jumlah (n) Persen (%)

10 – 19 14 15.56 20 – 29 8 8.89 30 – 39 16 17.78 40 – 49 30 33.33 50 – 59 14 15.56 60 – 69 6 6.67

70 + 2 2.22 Jumlah 90 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden paling dominan

pada umur 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 30 responden (33.33%)

sedangkan yang paling sedikit adalah umur 70+ tahun yaitu sebanyak 2

responden (2.22%)

b. Jenis Kelamin

Pada Tabel 4 dibawah ini dapat diamati distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 4

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Birobuli Selatan, Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)

Laki-laki 19 21.1 Perempuan 71 78.9

Jumlah 90 100.0 Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 71 responden (78.9%).

c. Perilaku (Pengetahuan, sikap, Tindakan) 3M Plus

1. Distribusi pengetahuan responden mengenai pelaksanaan 3 M plus

Pada Tabel 5 dibawah ini dapat diamati distribusi

responden berdasarkan pengetahuan responden :

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Di Kelurahan Birobuli,Tahun 2013

Pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)

Cukup 49 54.4 Kurang 41 45.6 Jumlah 90 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempunyai pengetahuan yang cukup adalah sebanyak 49

responden (54.4%) sedangkan yang kurang 41 responden (45.6%).

2. Distribusi sikap responden mengenai pelaksanaan 3M plus

Pada Tabel 6 dibawah ini dapat diamati distribusi

responden berdasarkan Sikap responden :

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Di Kelurahan

BirobuliSelatan Tahun 2013

Sikap Jumlah (n) Persen (%)

Positif 40 44.4

Negatif 50 55.6

Jumlah 90 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempunyai sikap yang positif dengan jumlah responden sebanyak

40 orang (44.4%) sedangkan yang memiliki sikap negative

sebanyak 50 responden (55.6%).

3. Tindakan

Pada Tabel 7 menunjukkan sebanyak 46 responden (51.1%)

bertindak buruk sedangkan yang bertindak baik sebanyak 44

responden (48.9%)

Tabel 7

Distribusi Berdasarkan Tindakan di Kelurahan Birobuli Selatan

Tahun 2013

Tindakan Jumlah (n) Persen (%)

Baik

Buruk

44

46

48.9

51.1

Jumlah 90 100.0

Sumber : Data primer, 2013

Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa

untuk tindakan 3M plus dari 90 responden yang melakukan

pengurasan TPA terdapat 21 responden (23.3 %) yang melakukan

pengurasan TPA dengan frekwensi 1 Minggu sekali dengan sikat,

dan terdapat 11 responden (12.2%) yang melakukan pengurasan 1

minggu sekali dengan membuang airnya saja sedangkan 58

responden (64.4%) melakukan pengurasan pada TPA pada saat

airnya sudah kotor.

Untuk kondisi TPA dari 90 responden, terdapat 7 (7.8%)

responden menutup rapat TPA airnya, 54 (60.0%) responden

memiliki penutup TPA yang longgar dan 29 (32.2%) responden

yang tidak memiliki penutup. Untuk tindakan membuang sampah

dirumah responden terdapat 4 (4.4%) responden yang membuang

sampah di tempatnya dan membakarnya jika sudah penuh,dan

terdapat 40 (44.4%) responden membuang sampahnya ditempat

sampah,sedangkan 46 (51.1%) responden membuang sampahnya

ditempat lain.

Untuk responden yang menggantung pakaian setelah habis

pakai terdapat 6 (6.7%) responden yang tidak menggantung lama

pakaian dan terdapat 54 (60.0%) responden yang mengantung

pakaian sebelum dicuci,sedangkan terdapat 30 (33.3%) responden

yang menggantung pakaian dalam waktu yang lama.

Untuk responden yang memakai kelambu pada waktu tidur

terdapat 4 (4.4%) responden yang memakai kelambu pada pagi dan

sore hari waktu tidur,dan terdapat 21 (23.3%) responden yang

menggunakan kelambu pada waktu malam hari saja sedangkan 65

(75.2%) responden tidak pakai kelambu pada waktu tidur.

Untuk menghindari gigitan nyamuk terdapat 19 (21.1% )

responden memakai lotion anti nyamuk pada saat pergi keluar

rumah dan pada saat tidur pagi dan sore hari, dan 45 (50.0%)

responden hanya menggunakan lotion atau anti nyamuk pada

malam hari saja, sedangkan 26 (28.9%) yang tidak memakai anti

nyamuk apapun. Untuk tindakan responden memberantas jentik

nyamuk di TPA terdapat 27 (30.0%) responden yang menabur

abate di TPA sesuai takaran,dan 27 (30.0%) responden

menaburkan abate seadannya,sedangkan 36 (40.0) responden tidak

memberikan abate di TPA .

Tabel 8 Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 3M plus

responden per RW di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu

RW

Pengetahuan

Sikap Tindakan

Cukup Kurang Positif Negatif Baik Buruk

1 2 3 4 5 6

7 6

12 5

11 8

7 7

10 7 5 5

7 4 9 6 7 7

7 9

13 6 9 6

9 6

11 5 6 7

5 7

11 7

10 6

Total 49 41 40 50 44 46

Sumber : Data primer 2013

Berdasarkan tabel 8 daapat dilihat distribusi responden

berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden per RW, 90

responden dari RW 1 sampai RW 6 ada 49 responden yang memiliki

pengetahuan cukup,40 responden memiliki sikap positif dan tindakan

yang baik sebanyak 44 responden, sedangkan responden yang

pengetahuan kurang sebanyak 41, memiliki sikap yang negative

sebanyak 50 responden serta memiliki tindakan yang buruk ada 46

responden.

d. Jenis Kontainer tempat perkembang biakan larva Aedes aegypti

Pada tabel 9 dibawah ini dapat diamati jenis kontainer

berdasarkan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli

Selatan Kota Palu :

Tabel 9

Distribusi jenis kontainer Berdasarkan Keberadaan Larva Aedes

aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu

Jenis Kontainer

Keberadaan larva Total Positif Negatif

n % n % n % Bak mandi 8 19.0 34 81.0 42 100.0 Drum 7 70.0 3 30.0 10 100.0 Ember 11 12.8 75 87.2 86 100.0 Gentong 6 42.9 8 57.1 14 100.0 Tempayan 4 11.1 32 88.9 36 100.0 Ban bekas 2 50.0 2 50.0 4 100.0 Botol bekas 2 33.3 4 66.7 6 100.0 Kaleng bekas 1 33.3 2 66.7 3 100.0 Pot bunga 3 42.9 4 57.1 7 100.0 Tempat minum hewan

1 33.3 2 66.7 3 100.0

Talang dispenser 2 11.8 15 88.2 17 100.0

Talang kulkas 2 33.3 4 66.7 6 100.0 Vas bunga 0 0.0 1 100 1 100.0

Total 49 20.9 186 79.1 235 100.0

Sumber : Data primer 2013

Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa dari 235 kontainer

yang diperiksa sebanyak 49 kontainer positif terdapat larva dan 186

kontainer tidak terdapat larva. Jenis kontainer positif terdapat larva

paling banyak yaitu ember 11 (12.8%). Sedangkan untuk jenis

kontainer tidak terdapat larva paling banyak juga ember yaitu 75

(87.2%).

e. Keberadaan densitas Larva Aedes aegypti

Pada Tabel 9 dibawah ini dapat diamati distribusi berdasarkan

variabel keberadaan larva yang dilakukan di Kelurahan Birobuli

Selatan :

Tabel 10 Distribusi Berdasarkan Keberadaan larva Aedes aegypti

Di Kelurahan Birobuli, Tahun 2013

Keberadaan Jentik Jumlah (n) Persen (%)

Positif 44 48.9

Negatif 46 51.1

Jumlah 90 100.0

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah responden yang

memiliki larva Aedes aegypti di rumahnya yaitu sebanyak 44

responden (48.9%) sedangkan yang tidak memiliki larva yaitu

sebanyak 46 responden (51.1%).

Indeks kepadatan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli

Selatan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Densitas Larva Aedes aegypti Di Kelurahan Birobuli Selatan Kota

Palu Tahun 2013

RW

sampel per RW

Rumah positif larva

Jumlah kontainer

Jumlah positif larva

HI CI Density figure

1 2 3 4 5 6

14 13 22 12 16 13

4 7 13 6 4 10

39 29 53 31 49 34

6 6

17 8 5 7

28,6 53,9 59 50 25 77

15,4 20,6 32 25,9 10,2 20,5

4,5 6,5 6,5 6,5 4

6,5

Jumlah 90 44 235 49 48,8 20,7 5,5 Sumber : Data primer 2013

Berdasarkan Tabel 11 diatas, dari 90 rumah yang diperiksa

ditemukan 44 rumah yang positif terdapat jentik Aedes aegypti, dan

235 kontainer yang diperiksa ditemukan 49 kontainer yang positif

terdapat larva Aedes aegypti.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat terlihat House

indeks 48.8, Container indeks 20.7, Hal ini berarti densitas larva

Aedes aegypti terbilang padat (kepadatan sedang) dengan nilai Density

Figure berada pada angka 5 sesuai peraturan WHO.

Tabel 12 House indeks larva pada PJB dan Observasi di Kelurahan

Birobuli Selatan Kota Palu

RW

PJB

House indeks (%)

Sampel

House indeks

(%)

1 2 3 4 5 6

78 64

195 97 86 82

6,4 17,2 9,1 11,3 16,2 15,9

14 13 22 12 16 13

28,6 53,9 59 50 25 77

Total 602 12 90 48,8

Sumber : Data primer 2013

Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat house indeks PJB tertinggi

pada RW 2 yaitu 17,2 dan terendah pada RW 1 yaitu 6,4 sedangkan

pada observasi tertinggi di RW 6 yaitu 77 dan terendah di RW 5 yaitu

25.

f. Peran serta jumantik

Secara teoritis dinyatakan bahwa, angka bebas jentik (ABJ)

akan berbanding terbalik dengan angka kesakitan DBD. Bila ABJ nya

rendah maka kemungkinan besar angka kesakitannya akan tinggi,

karena risiko penularannya pun tinggi. Angka bebas jentik ini sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor selain perilaku, sikap, nilai-nilai

lainnya dan juga keadaan curah hujan. Oleh karena itu kebijakan

dalam pelaksanan PSN-DBD menetapkan bahwa, ABJ dengan nilai

ambang batas 95 %, apabila ABJ kurang dari angka tersebut maka,

risiko penularan DBD akan tinggi dan harus menjadi perhatian semua

pihak. Adapun hasil pemeriksaan jentik di tempat-tempat pemukiman

penduduk oleh petugas di puskesmas Bulili pada bulan Februari

sampai juni yaitu :

Tabel 13 Hasil pemeriksaan jentik berkala di Kecamatan Birobuli Selatan

oleh jumantik/petugas puskesmas dari bulan Februari sampai Juni Tahun 2012

RW

PJB

Rumah positif larva

Jumlah kontainer diperiksa

Jumlah kontainer

positif larva

HI

CI

Density Figure

1 2 3 4 5 6

78 64

195 97 86 82

5 11 18 11 14 13

82 138 293 127 142 119

5 12 18 12 16 13

6,4 17,2 9,1 11,3 16,2 15,9

6 8,7 6

9,5 11,3 10,9

3 3 3 3 4 4

Total 602 72 901 76 12 8,4 3,3

Sumber : Data sekunder 2012

Berdasarkan data dari petugas jumantik yang ada di Puskesmas

Bulili pada tahun 2012 jumlah rumah yang diperiksa di Kelurahan

Birobuli Selatan adalah 602 rumah dan ditemukan 72 rumah yang positif

larva Aedes aegypti, dari 901 kontainer yang diperiksa ditemukan positif

terdapat larva yaitu 76 kontainer dimana House indeks 12 dan kontainer

indeks 8,4 maka didapatkan Density Figure adalah 3 Hal ini berarti

densitas jentik terbilang padat (kepadatan sedang) dengan sesuai

peraturan WHO dan dari data tersebut dapat dihitung angka bebas jentik

(ABJ) di Kelurahan Birobuli Selatan yaitu :

Jumlah rumah tanpa Jentik ABJ = x 100 %

Jumlah rumah yang diperiksa 530 = x 100% = 88,04 % 602

Pemantauan Jentik Berkala yang dilaksanakan di Kelurahan

Birobuli Selatan pada bulan februari 2012 sampai bulan juni 2012

menunjukkan hasil masih rendahnya ABJ di pemukiman penduduk,

menunjukan bahwa, peran serta jumantik belum maksimal karena

pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun tidak

mencakup semua rumah warga. Begitu pula peran masyarakat dalam

mendukung gerakan PSN-3M plus masih belum memadai karena adanya

ketergantungan masyarakat terhadap pelaksanaan fogging sebagai satu-

satunya metode pemberatasan DBD yang dianggap paling baik dari pada

pelaksanaan PSN (3 M Plus) akan menjadi kendala dalam pemberantasan

DBD secara umum.

2. Analisis Statistik Variabel

Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antar variabel dependen dan variabel independen. Seperti yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa variabel dependen pada

penelitian ini adalah Keberadaan Jentik. Sedangkan variabel independen

yang diteliti hubungannya dengan variabel dependen.

1. Hubungan perilaku (Pengetahuan,sikap,tindakan) 3M plus dengan

keberadaan larva Aedes aegypti

a. Pengetahuan dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel

pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan

secara signifikan dengan keberadaan jentik pada penelitian ini

tergambar pada tabel dibawah ini:

Tabel 14 Distribusi Keberadaan Jentik Berdasarkan Pengetahuan

Responden Di Kelurahan Birobuli Tahun 2013

Sumber: Data Primer, 2013

Tabel 14 menunjukkan bahwa yang yang memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 49 responden. Yang terdiri dari, yang

keberadaan jentiknya negatif sebanyak 33 responden (67.3%) dan yang

Pengetahuan

Keberadaan Jentik Jumlah

p Negatif Positif

n % n % n %

Cukup 33 67.3 16 32.7 49 100.0

0.002 Kurang 13 31.7 28 68.3 41 100.0

Jumlah 46 51.1 44 48.9 90 100.0

keberadaan jentiknya positif yaitu sebanyak 16 responden (32.7%).

Sedangkan pengetahuan yang kurang sebanyak 41 responden yang

terdiri dari keberadaan larva Aedes aegypti. yang negative sebanyak 13

responden (31.7%) sedangkan yang positif 28 responden (68.3%). Dari

uji statistic menggunakan uji chi square diperoleh hasil nilai p = 0.002.

yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan

keberadaan larva Aedes aegypti.

a. Sikap dengan Keberadaan larva Aedes aegypti

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel

sikap merupakan salah satu faktor yang berhubungan secara signifikan

dengan keberadaan larva Aedes aegypti pada penelitian ini tergambar

pada tabel dibawah ini:

Tabel 15 Distribusi Keberadaan larva Aedes aegypti Berdasarkan Sikap

Responden Di Kelurahan Birobuli Tahun 2013

Sumber: Data primer 2013

Sikap Keberadaan Jentik

Jumlah p Negatif Positif

n % n % n % Positif 26 65.0 14 35.0 40 100.0

0.032 Negatif 20 40.0 30 60.0 50 100.0 Jumlah 46 51.1 44 48.9 90 100.0

Tabel 15 menunjukkan bahwa yang yang memiliki sikap

positif sebanyak 40 responden. Yang terdiri dari, yang keberadaan

larva Aedes aegypti nya negatif sebanyak 26 responden (65.0%) dan

yang keberadaan larva Aedes aegypti nya positif yaitu sebanyak 14

responden (35.0%). Sedangkan sikap yang negatif sebanyak 50

responden yang terdiri dari keberadaan larva Aedes aegypti yang

negative sebanyak 20 responden (40.0%) sedangkan yang positif 30

responden (60.0%). Dari uji statistic menggunakan uji chi square

diperoleh hasil nilai p = 0.032. yang berarti bahwa ada hubungan

antara sikap dengan keberadaan larva Aedes aegypti.

b. Tindakan dengan Keberadaan larva Aedes aegypti

Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel

tindakan merupakan salah satu faktor yang berhubungan secara

signifikan dengan keberadaan larva Aedes aegypti pada penelitian ini

tergambar pada tabel dibawah ini:

Tabel 16

Distribusi Keberadaan larva Aedes aegypti Berdasarkan Tindakan

Responden Di Kelurahan Birobuli Selatan Tahun 2013

T

a

T

abel 16 menunjukkan bahwa yang yang memiliki tindakan yang baik

sebanyak 44 responden. Yang terdiri dari, yang keberadaan larvanya

negatif sebanyak 28 responden (63.6%) dan yang keberadaan larvanya

Tindakan Keberadaan Jentik

Jumlah p Negatif Positif

n % n % n % Baik 28 63.6 16 36.4 44 100.0

0.035 Buruk 18 39.1 28 60.9 46 100.0 Jumlah 46 51.1 44 48.9 90 100.0

positif yaitu sebanyak 16 responden (36.4%). Sedangkan tindakan yang

buruk sebanyak 46 responden yang terdiri dari keberadaan larvanya yang

negative sebanyak 18 responden (39.1%) sedangkan yang positif 28

responden (60.9%). Dari uji statistic menggunakan uji chi square

diperoleh hasil nilai p = 0.035. yang berarti bahwa ada hubungan antara

tindakan dengan keberadaan larva Aedes aegypti.

2. Jenis kontainer dengan keberadaan larva Aedes aegypti

Hubungan tingkat responden tentang pelaksanaan 3M plus dengan

keberadaan larva Aedes aegypti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17 Hubungan jenis Kontainer TPA dengan keberadaan larva Aedes

aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu Jenis kontainer Keberadaan larva Total Uji statistik

Positif Negatif n % n % n %

P= 0.000 Bak Drum Ember Gentong Tempayan

8 7 11 6 4

19.0 70.0 12.8 42.9 11.1

34 3 75 8 3

81.0 30.0 87.2 57.1 88.9

42 10 86 14 36

100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Jumlah 36 19.1 152 80.9 188 100,0

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 17 menunjukkan bahwa keberadan larva yang positif paling

banyak pada ember dan bak mandi yaitu 11 (12.8%) dan 8 (19.0).Dari hasil

uji chi sguare diperoleh hasil nilai P=0.000 yang berarti ada hubungan antara

jenis kontainer dengan keberadaan larva Aedes aedypti

B. PEMBAHASAN

1. Perilaku 3M Plus dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti

a. Pengetahuan 3M plus Responden dengan Keberadaan larva

Dari Hasil Penelitian yang telah dilakukan pada 90 responden

di Kelurahan Birobuli Selatan Tahun 2013 tentang Pengetahuan

Responden terhadap 3M plus secara umum. Distribusi responden

dilihat dari tingkat Pengetahuan sebanyak 49 orang (54.4%)

memiliki Pengetahuan Baik dan 41 orang (45.6%) dengan

pengetahuan kurang.

Hasil uji statistik untuk mengetahui besarnya kolerasi antara

variabel pengetahuan PSN-3M Plus dengan keberadaan larva Aedes

aegypti Di Kelurahan Birobuli selatan Tahun 2013 dengan hasil p =

0,002, ini berarti terdapat hubungan antara variabel Pengetahuan

PSN 3M plus dengan keberadaan Larva.

Responden dengan pengetahuan baik tetapi masih positif

larva , berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari frekwensi

pengetahuan bahwa masih terdapat responden yang salah dalam

menjawab pertanyaan. Dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa

masih ada responden yang kurang pengetahuan dalam hal tempat

perindukan nyamuk dan berapa hari sekali tempat tersebut harus

dikuras untuk mencegah dijadikannya tempat penampungan air

tersebut sebagai tempat yang potensial berkembangnya nyamuk.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Santoso dan Budiyanto (2008) mengenai hubungan pengetahuan

sikap dan perilaku masyarakat terhadap vector di kota Palembang

dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan vector DBD ( p value =0,000). Selain itu menurut hasil

penelitian yang dilakukan MuliaIdris Ramly (2003) di kota Jambi

bahwa Pengetahuan Responden yang tinggi tentang pemberantasan

Sarang Nyamuk (DBD) terkait erat dengan perubahan Perilaku

masyarakat terhadap pemberantasan nyamuk Aedes aegypti, dimana

masyarakat yang berpengetahuan baik tentang PSN – DBD sebesar

65 %. Hasil penelitian yang dilakukan Laksmono dikelurahan

Grondol Wetan, semarang menyatakan bahwa sebagian besar

responden yakni sekitar 73,3 % dari total responden memiliki

pengetahuan yang kurang, Sejalan juga dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sri wahyuni Tahun 1999 dikelurahan Padang Bulan

yang menyatakan bahwa mayoritas responden yang memiliki tingkat

pengetahuan Cukup. Hal ini menunjukan bahwa tingkat Pengetahuan

Masyarakat mengenai PSN masih belum dikatakan cukup baik

khususnya bagi masyarakat yang berada di luar daerah perkotaan

(Kelurahan) karena akses informasi 3 M dan sebagainya masih

belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.

Pengetahuan Baik dan Kurang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti sumber Informasi dan faktor pendidikan serta

sektor lingkungan semakin banyak orang mendapatkan informasi

baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga dari petugas

kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang.

Menurut Depkes RI (2005) Bahwa pengetahuan baik diproleh

dari proses pembelajaran yang baik. Dengan demikian penyebab

tingginya angka responden yang memiliki angka kurang baik, salah

satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat

mendapatkan pendidikan.

Sehingga dapat disimpulkan responden yang berpengetahuan

kurang baik mampu ditingkatkan untuk menjadi lebih baik lagi,

berdasarkan hasil pengamatan hal ini bisa jadi disebabkan kurangnya

minat masyarakat untuk menonton, membaca dan mendengarkan

hal-hal yang berhubungan dengan layanan kesehatan khususnya

mengenai PSN atau pemberantasan jentik. Pengetahuan Responden

terhadap upaya pemberantasan sarang Nyamuk khususnya

pelaksanaan 3 M

( Menguras, menutup, mengubur/menimbun) adalah untuk

mengetahui sejauh mana responden mengetahui cara-cara untuk

memberantasnya sehingga kejadian penyakit DBD atau malaria

dapat ditekan.

Menurut Notoatmodjo (1993) perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari dengan pengetahauan. Untuk itu diperlukan partisipasi aktif

dari seluruh masyarakat dan keluarga secara bersama-sama yang

berkesinambungan untuk melakukan Gerakan 3 M ( Menguras,

Menutup, Mengubur) di sekitar lingkungannya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993).

Penelitian Rogers (1974) dalam (Notoatmodjo, 1993)

mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku

baru, di dalam diri orang tersebut telah terjadi beberapa proses yang

berurutan antara lain (1) Awareness (kesadaran), dimana orang

tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (obyek), 2) Interest, dimana orang mulai tertarik kepada

stimulus, (3) Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap orang

tersebut sudah lebih baik lagi, (4) Trial, dimana orang telah mencoba

perilaku baru dan (5) Adoption dimana subyek telah berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap

stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Namun

demikian dari penelitian selanjutnya Roger smenyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas.

b. Sikap dengan Keberadaan larva

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 90 Responden di

Kelurahan Birobuli selatan tahun 2013 tentang Sikap terhadap PSN

dengan keberadaan jentik nyamuk secara umum sikap responden

dapat terlihat pada tabel distribusi menurut sikap responden terlihat

bahwa sikap baik oleh responden sebanyak 40 orang(44.4 %) dan

sikap yang kurang sebanyak 50 orang (55.6%).Sikap yang kurang

mengenai PSN pada responden lebih besar dibandingkan sikap yang

baik.

Hasil uji statistik untuk mengetahui besarnya kolerasi antara

variabel Sikap responden terhadap PSN dengan keberadaan larva Di

Kelurahan Birobuli selatan dengan hasil p = 0,032 berarti terdapat

hubungan antara variabel Sikap terhadap PSN dengan keberadaan

larva. Berdasarkan data hasil penelitian mengenai sikap tentang

tempat penampungan air yang tidak mungkin dikuras diberi abate

masih banyak responden yang menyatakan sikap kurang baik . Hal

ini akan memicu tindakan yang kurang untuk pencegahan penyakit

DBD dengan membersihkan tempat penampungan air dari jentik

nyamuk maupun telurnya. Padahal salah satu cara PSN – DBD pada

tempat penampungan air yang tidak mungkin dikuras yaitu dengan

abate dan atau ikanisasi. Selain itu pada pernyataan tentang sikap

pengasapan lebih efektif dari 3M, lebih banyak responden yang

menunjukan sikap kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Trinasari mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di wilayah kerja

Puskesmas Kanten Pelembang Tahun 2009. Yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan Kejadian DBD ( OR=

4,991 ).

Selain itu sejalan pula dengan penelitian fitrajaya mengenai

“Pengetahuan dan sikap masyarakat Kelurahan Tanjung Hulu

terhadap pemberantasan Sarang Naymuk (PSN DBD) Di Kota

Pontianak Tahun 2002” yang mana hasilnya adalah responden yang

bersikap positif lebih banyak atau cendrung melaksanakan PSN

(76,8%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang bersikap

negatif (62,5%).

Sikap merupakan merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek yang

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Newcomb,salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 1997).

Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) Notoatmodjo (2003)

bahwa sikap berhubungan dengan Motivasi individu atau kelompok

dalam melakukan sesuatu, dengan demikian sikap positif dapat

memotivasi individu dalam melakukan kegiatan pemberantasan

jentik nyamuk sehingga angka kejadian DBD dapat dikurangi.

Diharapkan sikap yang baik dari masyarakat didukung

dengan perilaku pemberantasan jentik sebagai upaya pencegahan

DBD sehingga angka kejadian DBD dapat dikurangi. Kemaknaan

antara sikap dengan tindakan PSN-DBD mungkin saja terjadi karena

biasanya semakin positif sikap atau pandangan seseorang terhadap

suatu hal seperti misalnya sikap terhadap pemberantasan jentik,

maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan dalam hal tersebut.

c. Tindakan dengan Keberadaan larva

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden di

Kelurahan Birobuli selatan Tahun 2013 secara umum dapat dilihat

pada tabel distribusi menurut Tindakan responden. Terlihat bahwa

Tindakan baik oleh responden tentang PSN- DBD sebanyak 76

orang (46,9 %) dan tindakan yang negative sebanyak 46 orang

(51,1%). Tindakan kurang mengenai PSN-DBD lebih dominan

dibandingkan tindakan yang positif mengenai PSN-DBD (3M

plus).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Umiyati SR 1992

mengenai faktor yang berhubungan dengan keberadaan vector. Hasil

uji statistik untuk mengetahui besarnya kolerasi antara variabel

Tindakan responden dalam PSN DBD dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti dengan hasil p = 0,035 ini berarti terdapat hubungan

antara variabel Tindakan PSN-DBD dengan keberadaan jentik

Aedes aegypti.

Sampai sekarang belum jelas hubungan antara kepadatan

populasi Aedes aegypti / Aedes albopictus dengan timbulnya wabah.

Ada wabah DBD meskipun populasi nyamuk Aedes aegypti rendah

atau sebaliknya (M Hasyimi, 1997).

Mengingat kebiasaan masyarakat yang masih kurang paham

mengenai PSN dalam hal ini 3M plus, sehingga perlu kegiatan

pengendalian vektor yang dianggap murah, aman, mudah serta

mempunyai nilai keberhasilan yang tinggi bila dilakukan secara

serentak dan berkesinambungan hal ini guna mensukseskan Program

Gerakan PSN DBD adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan

pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai

pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus.

Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari

keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan

bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta perilaku

sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera.

Gerakan PSN DBD ini bertujuan untuk membina peran serta

masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam

memberantas jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan

penyakit DBD dapat dicegah. Adapun sasaran utama gerakan PSN

DBD adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat umum

melakukan PSN DBD serta menjaga kebersihan lingkungan di

rumah dan lingkungannya masing-masing secara terus menerus.

Secara garis besar sasaran gerakan PSN DBD tercapainya angka

bebas jentik (ABJ) > 95% di Kecamatan endemis dan Kecamatan

sporadis DBD, dan > 80%di seluruh wilayah.

Secara umum tindakan diketahui adalah respon atau reaksi

individu terhadap stimulasi baik berasal dari dalam dirinya. Respon

atau reaksi individu terhadap stimulasi atau rangsangan terdiri

daridua bentuk yakni respon yang berupa tindakan yang dapat di

lihatdari luar dan dapat diukur di sebut sebagai perilaku yang tampak

(overt behavior). Dan juga respon yang berupa tindakan yang tidak

dapat dilihat langsung disebut sebagai perilaku yang tidak tampak

(covert behavior).

Dalam (Notoadmojo, 2007). Tindakan memiliki tingkatan-

tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah :

persepsi(perception), respon terpimpin (guided response),

mekanisme (Mecanisme ) dan adaptasi (Adaptation). Suatu sikap

belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudkannya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor

fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain

misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain

(Notoatmodjo, 1997)

2. Jenis kontainer dengan keberadaan larva

Jenis kontainer yang diperiksa pada 90 rumah yang berada di

Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu terdiri dari TPA dan Non TPA .

Jenis TPA terdiri dari bak,drum,ember,gentong,tempayan sedang Non

TPA yaitu ban bekas,botol bekas,kaleng bekas,pot bunga,tempat minum

hewan talang dispenser talang kulkas,dan vas bunga.

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 235 kontainer yang

diperiksa sebanyak 49 kontainer positif terdapat larva dan 186 kontainer

tidak terdapat larva. Jenis kontainer positif terdapat larva paling banyak

yaitu ember 11 (12.8%). Sedangkan untuk jenis kontainer tidak terdapat

larva paling banyak juga ember yaitu 75 (87.2%).

Dari uji statistik menggunakan Chi square diperoleh nilai p=

0.000 yang berarti ada hubungan antara jenis kontainer dengan

keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan.

Kebersihan kontainer merupakan faktor penting menyangkut .

membersihkan wadah/kontainer dapat dilakukan dengan pengurasan

yang rutin akan mengurangi habitat perkembang biakan nyamuk Aedes

aegypti. wadah TPA paling tinggi positif terdapat larva hal ini

disebabkan karena TPA merupakan tempat penampungan air untuk

keperluan sehari hari maupun bukan untuk keperluan sehari hari serta

membersihkan wadah belum menjadi kebiasaan yang kontinyu atau

rutin, teknik pengurasan yang kurang tepat, waktu pengurasan lebih dari

satu minggu dan lingkungan ruang maupun air yang mendukung

perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Agus,dkk di kota Palu (2007). Dari hasil statistic menggunakan Chi

square diperoleh nilai P=0.002 yang menunjukkan ada hubungan antara

jenis kontainer dengan keberadaan larva didaerah endemis DBD di kota

Palu.

3. Peranan jumantik

Berdasarkan Data dari jumantik di puskesmas Bulili Tahun

2012 dari 602 rumah yang diperiksa terdapat 72 rumah yang terdapat

larva, dan dari 901 kontainer yang diperiksa terdapat 76 positif larva

sehingga angka bebas jentik dikelurahan Birobuli selatan adalah

88.04% sedangkan standar Angka bebas jentik nasional yaitu > 95 %.

Sehingga dalam hal ini Peran serta jumantik belum maksimal karena

pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun tidak

mencakup semua rumah warga hal ini dapat menyebabkan adanya

kejadian DBD tiap tahun diwilayah tersebut. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Chadijah (2011) di Kelurahan

Palupi menunjukkan ABJ sebesar 68%, dan terjadi peningkatan pada

saat survei jentik akhir menjadi 89%. Hal ini menunjukkan terjadi

peningkatan ABJ, walaupun masih dibawah ABJ nasional yang

diharapkan sebesar 95%. Hasil uji T berpasangan mendapatkan hasil

yaitu pemberdayaan jumantik dalam PSN DBD memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap peningkatan ABJ dan penurunan angka HI

(p=0,00).

Di Sulawesi Tengah, khususnya beberapa tahun terakhir,

kegiatan Jumantik (juru pemantau jentik) dapat dikatakan tidak ada.

Padahal jumantik merupakan salah satu bentuk pemberdayaan

masyarakat agar ada solusi untuk menekan populasi jentik Aedes

aegypti, karena jumantik bertugas melakukan pemeriksaan jentik secara

berkala dan terus menurus. sehingga pemantauan jentik itu dilakukan

oleh Petugas kesehatan yang ada di Puskesmas.

4. Densitas Larva

Pada penelitian yang dilakukan di Kelurahan Birobuli Selatan

kota Palu, diperoleh hasil yaitu dari 90 rumah responden yang diperiksa

diketahui positif jentik 44 rumah. Sedangkan 235 kontainer/wadah yang

diperiksa terdapat 49 positif larva

Kepadatan larva Aedes aegypti yang digunakan sebagai dasar

berfikir adalah kepadatan jentik yang digambarkan dengan berbagai

indeks (HI,BI,dan CI). Dan dengan indeks ini kemudian dikorelasikan

dengan angka Density figure yang ditetapkan oleh WHO.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa dari 90 rumah responden yang diperiksa ,didapatkan House

indeks (HI) 48.1% Container indeks (CI) 20.9%, dan Breteau indeks

(BI)54.4%, sehingga nilai Density figure berada pada angka 5

menunjukkan kepadatan sedang, dengan kepadatan sedang akan

mempengaruhi penyebaran distribusi penyakit DBD sehingga

memungkinkan terjadinya penyakit DBD tiap tahunnya selalu ada. Para

ahli dari WHO telah menetapkan indikator adanya ancaman wabah

dengue apabila daerah-daerah dengan Density figure diatas 5, ini berarti

besar sekali kemungkinan terjadinya transmisi penyakit demam

berdarah dengue, sedangkan apabila Density figure 1 , maka

kemungkinan transmisi penyakit demam berdarah dengue dianggap

kecil sekali. Hal ini didukung dengan kurang maksimalnya pelaksanaan

kegiatan 3M plus sehingga sering ditemukan kasus DBD diwilayah

Kelurahan Birobuli selatan. Dari 90 rumah yang diperiksa diketahui

Angka Bebas jentiknya (ABJ) sebesar 51,1% masih jauh dari standar

nasional (>95%). Dengan ABJ yang jauh dari standar yang diharapkan,

dapat dilihat dari jumlah kasus penderita DBD yang terus menerus ada

setiap tahunnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pemberantasan

vektor Demam Berdarah secara maksimal sebelum penyebaran penyakit

semakin bertambah luas.

Hasil penelitian yang dilakukan Syukur (2012), didapatkan 114

rumah dimana ditemukan 40 rumah yang positif larva Aedes aegypti,

jumlah kontainer 317 dimana ditemukan 54 positif larva Aedes aegypti

sehingga diperoleh House indeks 35,1%, container indeks 17.0 %, dan

Breteau indeks 47,1% yang tergolong dalam Density figure 5 tergolong

kepadatan sedang.

Mengigat kepadatan populasi vektor pada daerah tersebut cukup

tinggi maka disarankan kepada penduduk setempat agar melakukan

tindakan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk melalui

kegiatan 3M plus secara teratur dan berkesinambungan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Birobuli Selatan Kota palu

Sulawesi Tengah yang dilaksanakan mulai tanggal 24 Januari sampai

dengan 12 februari 2013. Adapun hal yang menjadi keterbatasan dalam

penelitian ini dalam memperoleh hasil yang tepat dan akurat antara lain :

1. Keterbatasan peneliti dalam merancang instrument penelitian

(Kuesioner) sehingga memungkinkan terjadinya bias pada hasil yang

diperoleh

2. Tidak ditelitinya beberapa faktor variabel yang dapat mempengaruhi

keberadaan larva Aedes aegypti seperti suhu, kelembaban, curah hujan,

musim dan kondisi lingkungan

3. Masih adanya responden yang kurang respon saat pengambilan data

primer dengan menggunakan kuesioner dan ketika melakukan

observasi didalam rumah. Hal ini disebabkan oleh kurang mengertinya

responden maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan walaupun

peneliti sudah berusaha menjelaskan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Hubungan perilaku 3 M plus dengan

keberadaan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan antara Perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) 3M

plus dengan keberadaan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan

Birobuli Selatan Kota Palu.

2. Terdapat hubungan Jenis kontainer di TPA dengan keberadaan larva

Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu. Jenis wadah

paling banyak ditemukan larva Aedes aegypti yaitu pada ember yaitu 11 (

12.8%)

3. Peranan jumantik dalam menurunkan HI,BI,CI, dalam peningkatan Angka

bebas jentik dan densitas larva Aedes aegypti di Birobuli Selatan kota

Palu belum maksimal, Dari perhitungan House indeks dan kontainer

indeks maka didapatkan Density figure adalah 3 Hal ini berarti densitas

larva terbilang padat (kepadatan sedang) dengan nilai Density figure

berada pada angka 3 Sesuai peraturan WHO dan ABJ (angka bebas jentik)

di Kelurahan Birobuli selatan adalah 88.04% sedangkan standar Angka

bebas jentik nasional yaitu > 95 % hal ini disebabkan karena

pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun tidak

mencakup semua rumah warga hal ini dapat menyebabkan adanya

kejadian DBD tiap tahun diwilayah tersebut. .

4. Densitas larva Aedes aegypti pada hasil observasi masuk dalam kategori

kepadatan sedang dengan Density figure 5. Hal ini masih menunjukkan

masih besarnya resiko penularan penyakit DBD di Kelurahan Birobuli

Selatan.

B. Saran

1. Kepada pemerintah dan instansi yang terkait dalam hal ini Dinas

Kesehatan untuk mengintensifkan kegiatan pemberantasan Vektor

demam berdarah sehingga populasi nyamuk dapat diturunkan dan

ditiadakan.

2. Kepada warga masyarakat di Kelurahan Birobuli Selatan agar lebih

meningkatkan kegiatan 3M plus untuk mengurangi perkembang biakan

nyamuk Aedes aegypti.

DAFTAR PUSTAKA

Anton.,S.2008. Hubungan perilaku tentang pemberantasan Sarang nyamuk

dan kebiasaan keluarga Dengan kejadian demam berdarah dengue Di

kecamatan medan perjuangan Kota medan tahun 2008

http://eprints.undip.ac.id/16497/1/ANTON_SITIO.pdf (21

desember 2012)

Anonim, 2011.Informasi umum penyakit Demam Berdarah Dengue. [Online].

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UM

UM_DBD_2011.pdf. [ Diakses 20 november 2012].

Anonim.2008.KataPengantar-

DepartemenKesehatanRepublikIndonesia.[Online].

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kota%20palu%202008.pd

f [Diakses tanggal 20 Nopember 2012].

Ahira.,A.(gerakan3 M demam berdarah .(online)

http://www.anneahira.com/3m-demam-berdarah.htm (diakses 12

desember 2012)

Admin. 2010. Inilah Pengertian 3M plus Yang Sesungguhnya. (online)

http://sobatsehat.com/2010/02/21/inilah-pengertian-3m-plus-yang

sesungguhnya/ (diakses 12 desember 2012)

Anonim.2012.Pengertian densita. (online)

.http://www.artidefinisi.com/2012/07/pengertian-densitas.html.

(diakses 12-desember 2012)

Anonim.,2012, pengertian larva. (online).

http://www.artidefinisi.com/2012/07/pengertian-larva.html (diakses

12 desember 2012)

Anonim, 2012.Tangani DBD Melalui Pelatihan Jumantik. (online).

http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/explore/layout/berita/18

-tepat-tangani-demam-melalui-pelatihan-kader-jumantik. (diakses 13

desember 2012)

Anonim,.2011. informasi umum penyakit demam berdarah dengue. (online)

http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UM

UM_DBD_2011.pdf (diakses 20 november 2012)

Budiayanto,.A dkk(2005) studi indeks larva nyamuk aedes aegypti dan

hubungannya dengan psp masyarakat tentang penyakit DBD dikota

Palembang sumatera selatan tahun 2005(online)

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bulbaturaja/article/do

wnload/1187/628 (diakses 9 April 2013)

Chadijah,S,. Rosmini,.Halimuddin, 2011. Peningkatan Peranserta Masyarakat

Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dbd (Psn-Dbd)

Di Dua Kelurahan Di Kota Palu, Sulawesi Tengah. [Online]. Media

Litbang Kesehatan Volume 21

Nomor.4.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/

download/82/71 [diakses 10 November 2012]

Chandra . 2010. profil kesehatan provinsi sulawesi tengah tahun 2010

Chandra. [Online]

http://chandrax.files.wordpress.com/2011/11/narasi2010full.pdf

(diakses 18 november 2012)

Dinkes Sulteng, 2011.Profil kesehatan Sulawesi tengah 2010. (online)

http://chandrax.files.wordpress.com/2011/11/narasi2010full.pdf.

(diakses 10 november 2012).

Depertemen kesehatan RI, 2009. Profil kesehatan Indonesia 2008. (online)

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan

%20Indonesia%202008.pdf. (diakses 13 desembaer 2012)

Depertemen kesehatan RI ,2012.Profil kesehatan Indonesia 2011.(online)

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATA

N_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf (diakses Desember 2012)

Fathi, dkk. 2005. Peran faktor lingkungan dan prilaku terhadap penularan

demam berdarah dengue dikota mataram, jurnal kesehatan

lingkungan, (online).

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf ( diakses 8

november 2012)

Gama.A.T.,& Betty.F.R.2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam

berdarah dengue Di Desa Mojosongokabupaten Boyolali .

EKSPLANASI.

[Online].Volume5,Nomor.2.http://www.kopertis6.or.id/journal/index

.php/eks/article/download/12/10 [diakses 10 November-2012]

Hadinegoro & Satari.,H.I 2002.Pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak &

dokter spesialis penyakit dalam tetalaksana kasus DBD. fakultas

kedokteran universitas Indonesia.

Hasyimi., 1997. Dampak PSN dalam Pencegahan DBD terhadap kepadatan

vektor di kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Cermin Dunia

Kedokteran No. 119.

Irfansyah., Karim.,M.,H & Muhadi.,F.,J(2008). Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Densitas Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Banta-

Bantaeng Kecamatan Rappocini kota Makassar (Online)

.http://journal.umi.ac.id/pdfs/Faktor_faktor_yang_Mempengaruhi_De

nsitas_Jentik_Aedes_aegypti_di_Kelurahan_Banta_Bantaeng_%20%2

0Kecamatan_Rappocini_kota_Makassar.pdf .Jurnal Kesehatan

Masyarakat Madani, Vol.01 No.01, Tahun 2008 (12 desember 2012)

Ishak, H. dkk. 2012. Panduan Penulisan Skripsi: Untuk Kalangan Sendiri.

Makassar: Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas.

Kasjono ,H.S & Yasril , 2009. Tehnik sampling untuk penelitian kesehatan,

Yogyakarta, graha ilmu

Mahardika.,W. 2009. Hubungan Antara Perilaku Kesehatan Dengan Kejadian

Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal Tahun 2009.

[Online]. http://lib.unnes.ac.id/159/1/6117.pdf [diakses 7 November

2012]

Notoatmojo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta ,

Rineka Cipta

Notoatmojo.,2005. Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi ,

Jakarta,Rineke cipta.

Notoatmojo.,2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni,Jakarta, Rineke cipta.

Santoso & Budiyanto,.A 2008 .Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku

(Psp) Masyarakat Terhadap Vektor Dbd Di Kota Palembangprovinsi

Sumatera Selatan (Online)Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2,

Agustus 2008 : 732 – 739

http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%207/1-Santoso.pdf

diakses 12 desember 2012)

Soedarmo., 2005.Demam berdarah dengue pada anak.jakarta.universitas

Indonesia.

Syukur.,I.2012.pemetaan distribusi larva Aedes egypti dikelurahan

Tamalanrea indah kecamatan tamalanrea kota Makassar.Skripsi

sarjana.fakultas kesehatan masyarakat.universitas hasanuddin

Makassar.

Umiyati.,SR. 1992. Survey Vektor DBD di Perumnas Condong Catro

Kabupaten Sleman Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat VIII

(2). Hal 103-107 (online)

Pujiyanti1,.A.,Triratnawati,A.2011. Pengetahuan Dan Pengalaman Ibu

Rumah Tangga Atas Nyamuk Demam Berdarah Dengue. (online).

MAKARA, KESEHATAN, vol. 15, no. 1,

http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/792/754

(diakses 13 desember 2012)

WHO.1999. :Demam berdarah dengue.jakarta (EGC)

WHO 2004. Pencegahan dan pengendalian dengue & demam berdarah.

Jakarta (EGC)

Widagdo,.L, Husodo,B.T,. Bhinur (2008). Kepadatan Jentik Aedes aegypti

Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3m

Plus): Di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang (online) MAKARA,

KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 13-19.

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/ead246ab2a3f2206ed8e1d

eb7dff8ad289b6059a.pd (diakses7 April 2013)

Widjaja,.Y,anastasia,,H.agus.,M dan risti (2007) Tempat perkembang biakan

jentik aedes aegipty dikota palu.(online)

http://www.bp4b2donggala.litbang.depkes.go.id/jurnals/tempat2007.p

df

(diakses 15 April 2013)

Yeni. 2012. Kasus DBD di Kota Palu Mulai Menurun | Radio Republik

Indonesia ... [Online] http://www.rripalu.com/?q=content/kasus-dbd-

di-kota-palu-mulai-menurun. [diakses 18 November 2012]

Zulkarnaini, Siregar, YI, Dameria (2008).Hubungan Kondisi Sanitasi

Lingkungan Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor

Dengue Di Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue Kota Dumai

Tahun 2008. 2008. . [Online]. 2 (3)

http://lib.unri.ac.id/data/images/phocadownload/2_3__ZKN_dameria_

115-124_.pdf [diakses 12 November 2012]

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA

Aedes aegypti DI BIROBULI SELATAN KOTA PALU

SULAWESI TENGAH

A. Hari dan Tanggal :

B. Identitas Responden

1. Nomor Responden : (diisi peneliti)

2. Nama Responden :

3. Umur : Tahun

4. Pekerjaan :

5. Yang sering melakukan 3 M plus :

6. Jenis kelamin :

7. Jumlah anggota Keluarga :

8. Alamat :

RT : RT:

C. Wawancara ( Beri tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap

benar)

1. Pengetahuan

1. Apakah bapak/ibu tau apa itu 3M plus ?

a. menguras,menutup,mengubur,menggunakan abate ,memelihara

ikan pemakan jentik (3)

b. menutup,menguras,mengubur (2)

c. Tidak tau (1)

2. Apakah bapak/ibu tau tentang perlunya 3M plus ?

a. Untuk mencegah perkembang biakan nyamuk aedes aegypti (3)

b. Untuk menghindari gigitan nyamuk (2)

c. Tidak tahu (1)

3. Apakah bapak/ibu tahu ciri-ciri nyamuk aedes aegypti ?

a. Kecil,warna hitam belang-belang (3)

b. mengigit pada siang hari (2)

c. Besar , berwarna hitam (1)

4. Apakah bapak/ibu tahu dimana nyamuk aedes aegypti biasanya

beristirahat?

a. Pakaian (3)

b. Dinding (2)

c. Tidak tau (1)

5. Nyamuk DBD menggigit pada saat kapan ?

a. Pagi hari dan sore hari (3)

b. Siang hari (2)

c. Tidak tahu (3)

6. Apakah bapak/ ibu mengetahui tempat perkembang biakan nyamuk

aedes aegupti ?

a. Tempat penampungan air ( bak mandi/ wc,tempayan )yang tidak

kontak dengan tanah (3)

b. Kaleng bekas, ban, botol, plastic bekas,pot bunga, tempat minum

hewan piaraan,talang kulkas (2)

c. Selokan,got, parit dan rawa-rawa (1)

7. Bagaimana Cara untuk mencegah gigitan nyamik DBD pada saat tidur

?

a. menggunakan kelambu (3)

b. menggunakan anti nyamuk (2)

c. menggunakan kipas angin (1)

8. Bagaimana Cara memberantas sarang nyamuk aedes aegypti ?

a. menutup,menguras,mengubur,menabur, abate,memakai obat nyamuk

(3)

b. menutup,menguras,mengubur (2)

c. Membakar sampah (1)

2. Sikap

1. Apakah bapak /ibu setuju apabila sarang nyamuk Aedes aegypti

dibasmi?

a. Sangat setuju (3)

b. Setuju (2)

c. Tidak setuju (1)

2. Setujukah bapak ibu dalam menghindari gigitan nyamuk aedes aegypti

dilakukan dengan 3 M (menutup,menuras, mengubur)

a. Sangat setuju (3)

b. Setuju (2)

c. Tidak setuju (1)

3. Setujukah bapak ibu dengan menggunakan kelambu/obat nyamuk

pada waktu tidur dapat mencegah gigitan nyamuk aedes aegypti

a. Sangat setuju (3)

b. Setuju (2)

c. Tidak setuju (1)

4. Apakah penyuluhan dan pemeriksaan jentik nyamuk oleh petugas

perlu dilakukan

a. Sangat setuju (3)

b. Setuju (2)

c. Tidak setuju (1)

3.Tindakan

1. Bagaimana cara bapak/ibu membersihkan tempat penampungan

airnya?

a. menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali,

dengan menggunakan sikat dan sabun (3)

b. menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali,

dengan membuang saja airnya (2)

c. menguras airnya pada saat kotor……. (1)

2. BagaimanaTindakan bapak / ibu dalam menghindari nyamuk DBD

di tempat penyimpanan air?

a. menutup tempat penampungan air rapat-rapat (3)

b. Menutup tempat penampungan air (2)

c. Tidak menutup (1)

3. Bagaimana tindakan bapak/ibu membuang sampah

b. membuang sampah pada tempatnya dan membakarnya jika sudah

penuh (3)

c. membuang ditempat sampah (2)

d. lain- lain sebutkan (1)

4. Bagaimanakah tindakan bapak ibu dalam mengantung pakaian

setelah habis dipakai ?

a. tidak menggantung baju dalam waktu yang lama (3)

b. mengantung baju sebelum dicuci (2)

c. menggantung baju dalam waktu yang lama (1)

5. Apakah bapak ibu Memakai kelambu pada waktu tidur?

a. memakai kelambu saat tidur pada pagi dan sore hari dan kelambu

masih dalam kondisi sempurna (3)

b. memakai kelambu pada saat malam hari saja (2)

c. tidak memakai kelambu (1)

6. Bagaimana Tindakan bapak ibu dalam menghindari gigitan nyamuk

a. memakai lotion anti nyamuk pada saat pergi keluar rumah dan

tidur pada pagi sampai sore hari (3)

b.memakai obat nyamuk pada malam hari (2)

c. tidak memakai penolak nyamuk (1)

7. Bagaimana Tindakan bapak ibu untuk memberantas nyamuk

ditempat penampungan air ?

a. menabur bubuk Abate sesuai takaran dan aturan (1sdm peres (±10

gram) untuk 100 liter air) pada tempat penampungan air (3)

b. menaburkan abate seadanya (2)

c. tidak memberi apa apa (1)

5. Lembar Observasi

1. Tempat penampungan air memiliki penutup

a. Ada,kondisi baik (3)

b. Ada kondisi rusak (2)

c. Tidak ada penutup (1)

2. Penutup penampungan air rapat

a. Tertutup rapat (3)

b. Penutup longgar (2)

c. Tidak memiliki penutup (1)

3. Ditemukan jentik pada TPA

a. Tidak ditemukan jentik pada TPA (3)

b. Ditemukan jentik 1 pada TPA (2)

c. Ditemukan jentik lebih dari 1 pada TPA (1)

4. Ditemukan jentik pada non TPA

a. Tidak ditemukan jentik (3)

b. Ditemukan jentik 1 pada non TPA (2)

c. Ditemukan jentik lebih dari 1 pada non TPA (1)

5. Ditemukan jentik ditempat sampah responden

a. Tidak ditemukan jentik (3)

b. Ditemukanjentik 1 (2)

c. Ditemukan jentik lebih dari 1 (1)

6. Rumah responden menggunakan kasa

a. Ada, kondisi bagus (3)

b. Ada, kondisi buruk (2)

c. Tidak memakai kasa (1)

7. Ada pakaian tergantung dirumah responden

a. Tidak ada tergantung (3)

b. Ada, tergantung sementara (2)

c. Ada tergantung lama (1)

8. Responden memelihara ikan pemakan jentik

a. Memelihara ikan pemakan jentik (3)

b. Memelihara ikan bukan pemakan jentik (2)

c. Tidak memelihara ikan (1)

9. Responden memiliki kelambu didalam rumah

a. Memiliki, kondisi bagus (3)

b. Memiliki kondisi buruk (robek) (2)

c. Tidak memiliki (1)

LEMBAR OBSRVASI KEPADATAN LARVA DAN JENIS WADAH PENYIMPANAN AIR

Nama : Alamat : RT/RW : 1.TPA No Jenis TPA Jumlah Keberadaan

larva Kondisi

Terbuka Tertutup Penutup longar

1 Drum

2 Tampayan

3 Bak

4 Embar plastik

2. NON TPA

No Jenis TPA Jumlah Keberadaan larva

1 Penadah kulkas

2 Penadah dispenser

3 Pot bunga 4 Tempat minum hewan

5 Botol bekas 6 Ban bekas

7 Kaleng bekas

HASIL ANALISIS

Alamat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid RW I 14 15.6 15.6 15.6

RW II 13 14.4 14.4 30.0

RW III 22 24.4 24.4 54.4

RW IV 12 13.3 13.3 67.8

RW V 16 17.8 17.8 85.6

RW VI 13 14.4 14.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

13 2 2.2 2.2 2.2

15 3 3.3 3.3 5.6

16 1 1.1 1.1 6.7

17 3 3.3 3.3 10.0

18 3 3.3 3.3 13.3

19 2 2.2 2.2 15.6

20 2 2.2 2.2 17.8

22 2 2.2 2.2 20.0

27 1 1.1 1.1 21.1

28 3 3.3 3.3 24.4

30 3 3.3 3.3 27.8

31 1 1.1 1.1 28.9

32 1 1.1 1.1 30.0

33 2 2.2 2.2 32.2

34 1 1.1 1.1 33.3

35 2 2.2 2.2 35.6

36 1 1.1 1.1 36.7

37 1 1.1 1.1 37.8

38 4 4.4 4.4 42.2

40 7 7.8 7.8 50.0

41 2 2.2 2.2 52.2

42 5 5.6 5.6 57.8

43 2 2.2 2.2 60.0

44 1 1.1 1.1 61.1

45 6 6.7 6.7 67.8

47 6 6.7 6.7 74.4

48 1 1.1 1.1 75.6

50 5 5.6 5.6 81.1

51 3 3.3 3.3 84.4

52 2 2.2 2.2 86.7

54 2 2.2 2.2 88.9

58 59 60 65 69 75 80 Total

1 1 4 1 1 1 1

90

1.1 1.1 4.4 1.1 1.1 1.1 1.1

100.0

1.1 1.1 4.4 1.1 1.1 1.1 1.1

100.0

90.0 91.1 95.6 96.7 97.9 98.9

100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

- 3 3.3 3.3 3.3

BUMN 1 1.1 1.1 4.4

DOSEN 2 2.2 2.2 6.7

GURU 1 1.1 1.1 7.8

HONORER 1 1.1 1.1 8.9

IRT 41 45.6 45.6 54.4

KARYAWAN SWASTA 1 1.1 1.1 55.6

MAHASISWA 7 7.8 7.8 63.3

PEGAWAI 1 1.1 1.1 64.4

PEGAWAI SWASTA 1 1.1 1.1 65.6

PELAJAR 8 8.9 8.9 74.4

PENSIUNAN 4 4.4 4.4 78.9

PENSIUNAN PNS 1 1.1 1.1 80.0

PNS 4 4.4 4.4 84.4

SWASTA 9 10.0 10.0 94.4

WIRASWASTA 5 5.6 5.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 19 21.1 21.1 21.1

perempuan 71 78.9 78.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

V_Tahu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Cukup 49 54.4 54.4 54.4

Kurang 41 45.6 45.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

V_Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Positif 40 44.4 44.4 44.4

Negatif 50 55.6 55.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

V_Tindakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Baik 44 48.9 48.9 48.9

Buruk 46 51.1 51.1 100.0

Total 90 100.0 100.0 1. frekwensi & cara pengurasan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 58 64.4 64.4 64.4

2 11 12.2 12.2 76.7

3 21 23.3 23.3 100.0

Total 90 100.0 100.0 2. kondisi tempat penyimpanan air

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 29 32.2 32.2 32.2

2 54 60.0 60.0 92.2

3 7 7.8 7.8 100.0

Total 90 100.0 100.0 3. Tindakan buang sampah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 46 51.1 51.1 51.1

2 40 44.4 44.4 95.6

3 4 4.4 4.4 100.0

Total 90 100.0 100.0 3. Tindakan buang sampah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 46 51.1 51.1 51.1

2 40 44.4 44.4 95.6

3 4 4.4 4.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

4. gantung pakaian habis pakai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 30 33.3 33.3 33.3

2 54 60.0 60.0 93.3

3 6 6.7 6.7 100.0

Total 90 100.0 100.0 5. pakai kelambu wktu tidur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 4 4.4 4.4 4.4

2 21 23.3 23.3 27.8

3 65 72.2 72.2 100.0

Total 90 100.0 100.0 6. cara hindari gigitan nyamuk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1 19 21.1 21.1 21.1

2 45 50.0 50.0 71.1

3 26 28.9 28.9 100.0

Total 90 100.0 100.0 7.tindakan berantas jentik di penampungan air

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1 27 30.0 30.0 30.0

2 27 30.0 30.0 60.0

3 36 40.0 40.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Jentik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Negatif 46 51.1 51.1 51.1

Positif 44 48.9 48.9 100.0

Total 90 100.0 100.0

Crosstab

Alamat * V_Pengetahuan Crosstabulation

Count

V_Pengetahuan

Total Cukup Kurang

Alamat RW I 7 7 14

RW II 6 7 13

RW III 12 10 22

RW IV 5 7 12

RW V 11 5 16

RW VI 8 5 13

Total 49 41 90

Alamat * V_Sikap Crosstabulation

Count

V_Sikap

Total Positif Negatif

Alamat RW I 7 7 14

RW II 4 9 13

RW III 9 13 22

RW IV 6 6 12

RW V 7 9 16

RW VI 7 6 13

Total 40 50 90

Alamat * V_Tindakan Crosstabulation

Count

V_Tindakan

Total Baik Buruk

Alamat RW I 9 5 14

RW II 6 7 13

RW III 11 11 22

RW IV 5 7 12

RW V 6 10 16

RW VI 7 6 13

Total 44 46 90

Alamat * Jentik Crosstabulation

Count

Jentik

Total Negatif Positif

Alamat RW I 10 4 14

RW II 6 7 13

RW III 9 13 22

RW IV 6 6 12

RW V 12 4 16

RW VI 3 10 13

Total 46 44 90

Alamat * V_Pengetahuan * Jentik Crosstabulation Count

Jentik

V_Pengetahuan

Total Cukup Kurang

Negatif Alamat RW I 7 3 10

RW II 5 1 6

RW III 6 3 9

RW IV 4 2 6

RW V 8 4 12

RW VI 3 0 3

Total 33 13 46

Positif Alamat RW I 0 4 4

RW II 1 6 7

RW III 6 7 13

RW IV 1 5 6

RW V 3 1 4

RW VI 5 5 10

Total 16 28 44

V_Tahu * Jentik

Crosstab

Jentik Total

Negatif Positif

V_Tahu

Cukup Count 33 16 49

% within V_Tahu 67.3% 32.7% 100.0%

Kurang Count 13 28 41

% within V_Tahu 31.7% 68.3% 100.0%

Total Count 46 44 90

% within V_Tahu 51.1% 48.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.347a 1 .001

Continuity Correctionb 9.965 1 .002

Likelihood Ratio 11.595 1 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 11.221 1 .001

N of Valid Cases 90

Alamat * V_Sikap * Jentik Crosstabulation Count

Jentik V_Sikap Total

Positif Negatif

Negatif Alamat RW I 6 4 10

RW II 3 3 6

RW III 4 5 9

RW IV 5 1 6

RW V 6 6 12

RW VI 2 1 3

Total 26 20 46

Positif Alamat RW I 1 3 4

RW II 1 6 7

RW III 5 8 13

RW IV 1 5 6

RW V 1 3 4

RW VI 5 5 10

Total 14 30 44

V_Sikap * Jentik

Crosstab

Jentik Total

Negatif Positif

V_Sikap

Positif Count 26 14 40

% within V_Sikap 65.0% 35.0% 100.0%

Negatif Count 20 30 50

% within V_Sikap 40.0% 60.0% 100.0%

Total Count 46 44 90

% within V_Sikap 51.1% 48.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.558a 1 .018

Continuity Correctionb 4.603 1 .032

Likelihood Ratio 5.625 1 .018

Fisher's Exact Test .021 .016

Linear-by-Linear Association 5.497 1 .019

N of Valid Cases 90

Alamat * V_Tindakan * Jentik Crosstabulation

Jentik

V_Tindakan

Total Baik Buruk

Negatif Alamat RW I 8 2 10

RW II 4 2 6

RW III 5 4 9

RW IV 4 2 6

RW V 5 7 12

RW VI 2 1 3

Total 28 18 46

Positif Alamat RW I 1 3 4

RW II 2 5 7

RW III 6 7 13

RW IV 1 5 6

RW V 1 3 4

RW VI 5 5 10

Total 16 28 44

V_Tindakan * Jentik

Crosstab

Jentik Total

Negatif Positif

V_Tindakan

Baik Count 28 16 44

% within V_Tindakan 63.6% 36.4% 100.0%

Buruk Count 18 28 46

% within V_Tindakan 39.1% 60.9% 100.0%

Total Count 46 44 90

% within V_Tindakan 51.1% 48.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.405a 1 .020

Continuity Correctionb 4.469 1 .035

Likelihood Ratio 5.461 1 .019 Fisher's Exact Test .023 .017

Linear-by-Linear Association 5.345 1 .021 N of Valid Cases 90

Kontainer * Larva Crosstabulation TPA

Larva Total

Tidak ya

Kontainer

Bak Count 34 8 42

% within Kontainer 81.0% 19.0% 100.0%

Drum Count 3 7 10

% within Kontainer 30.0% 70.0% 100.0%

ember Count 75 11 86

% within Kontainer 87.2% 12.8% 100.0%

gentong Count 8 6 14

% within Kontainer 57.1% 42.9% 100.0%

tempayan Count 32 4 36

% within Kontainer 88.9% 11.1% 100.0%

Total Count 152 36 188

% within Kontainer 80.9% 19.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 25.533a 4 .000

Likelihood Ratio 20.503 4 .000

N of Valid Cases 188

DOKUMENTASI PENELITIAN

Tempat-tempat perindukan nyamu

Peta Lokasi penelitian Kelurahan Birobuli Selatan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nahdah

Tempat/Tanggal Lahir : Soppeng 30 Agustus 1983

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Griya Atirah permai Makassar

Pendidikan : a. SDN 244 Lawo Tahun 1996

b. SMPN 2 Watan Soppeng 1999

c. SMAN 3 Watan Soppeng 2002

d. AKL-Muhammadiyah Makassar 2005

e. Diterima di FKM Unhas pada Tahun 2011

Nama Orang tua : a. Ayah : Syarifuddin

b. Ibu : Nuraini

Anak ke : 2 (dua) dari 6 (enam) bersaudara