skripsi hubungan perilaku 3m plus dengan …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes Aegypti DI KELURAHAN
BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH
NAHDAH
K111 11 621
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
RINGKASAN
Universitas HasanuddinFakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan LingkunganMakassar, Mei 2013
NAHDAH HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN BIROBULI SELATAN KOTA PALU SULAWESI TENGAH (xiii+80 Halaman +17 Tabel+2 Gambar+9 Lampiran+12 Singkatan)
Kelurahan Birobuli Selatan merupakan Wilayah kerja Puskesmas Bulili yang setiap tahun jumlah kasus DBD selalu ada. Pada tahun tahun 2008 dilaporkan sebanyak 35 penderita DBD,pada tahun 2009 terjadi 25 penderita DBD,tahun 2010 terjadi 63 penderita DBD,tahun2011 tejadi 37 penderita DBD sedangkan tahun 2012 terjadi 78 penderita DBD.Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui Hubungan perilaku 3M plus dengan densitas Larva Aedes aegypti,dan secara khusus mengetahui hubungan jenis kontainer dengan keberadaan larva, peranan jumantik serta densitas larva Aedes aegypti berdasarkan indikator House indeks dan Densityfigure
Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study. Populasi adalah seluruh rumah yang berada diKelurahan Birobuli Selatan sebanyak 1185 rumah, dengan jumlah sampel 90 rumah, sampel diambil dengan metode Proportional random sampling. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas dan data primer diperoleh dari identifikasi rumah dilakukan dengan wawancara dan menggunakan lembar observasi. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dianalisis statistic dengan uji chi Square. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh hasil nilai p = 0.002. yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan larva Aedes aegypti. ada hubungan antara sikap dengan keberadaan larva Aedes aegypti (p=0.032).Ada hubungan antara tindakan dengan keberadaan larva Aedes aegypti(p=0.035).Ada hubungan antara Jenis kontainer dengan keberadaan larva Aedes aegypti (p= 0.000), Peranan jumantik di Birobuli Selatan kota Palu belum maksimalkarena pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali setahun. Densitas larva Aedes aegypti tergolong kepadatan sedang dengan Density figure 5. Hal ini menunjukkan masih besarnya resiko penularan penyakit DBD di Kelurahan Birobuli Selatan.Disarankan pada warga masyarakat di Kelurahan Birobuli Selatan untuk lebih meningkatkan kegiatan 3M Plus.
Daftar Pustaka :36 (1999-2012) Kata kunci : 3M Plus, Densitas Larva Aedes aegypti
ABSTRACT Hasanuddin University
Faculty of Public HealthEnvironmental healthMakassar, May 2013
Nahdah “Relationship Behavior 3M Plus With Density Aedes Aegypti Larvae In Village Birobuli South City Palu , Central Sulawesi” (xiii+80 Pages+17 Tables+2 Pictures+9 Attachment +12 Resume)
The village of Birobuli south is an area of work Bulili center health that every year the number of dengue cases is always there. In 2008 were reported as many as 35 patients with DHF , in 2009 there was 25 patients with DHF, in 2010 occurred 63 DHF patients, 37 patients with DHF occurred tahun 2011 whereas in 2012 this happened 78 patients DBD.Research generally aims to determine the relationship of behavior 3M plus with density of Aedes aegypti larvae, andspecifically determine the relationship of types of containers with presence of larvae, as well as the role jumantik density of Aedes aegypti larval indices based on indicator House and density figure.
The type of research is an Observational research approach Cross sectional analytic study. Population is the entire house is the village Birobuli south many as 1185 home, with a sample of 90 homes, samples taken with proportional random sampling method. Secondary data obtained from health centers and primary data obtained from interviews conducted with identification and use of observation sheets. Data are presented in tabular form and analyzed the distribution of the test statistic Chi Square.
Based on the obtained results of the Chi Square test p-value = 0.002. whichmeans that there is a relationship between knowledge of the presence of Aedesaegypti larvae. there is a relationship between attitudes in the presence of Aedesaegypti larvae (p = 0.032). There is a relationship between the action in the presence of Aedes aegypti larvae (p = 0.035). There is a relationship between the of containers type with presence Aedes aegypti larvae (p = 0.000),Role jumantik inBirobuli southern city of Palu is not maximized because larvae monitoring only done1 time a year. Density of Aedes aegypti larvae classified as medium density withDensity figure 5.This demonstrates that the risk of transmission of dengue disease in the Village of South Birobuli still high. This demonstrates that the risk of transmission of dengue disease in the Village of South Birobuli. Advised theresidents in the Village of South Birobuli to further enhance 3M activity plus.
Bibliograf : 36 (1999-2012) Keywords : 3M Plus, Density,Larvae Aedes aegypti
KATA PENGANTAR
حِـــــــیم نِ ٱلرَّ ٰـ حۡـمَ بسِۡـــــــــمِ ٱ�ِ ٱلرَّ
Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan
3M plus dengan Densitas larva aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu Sulawesi Tengah” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin
Makassar. Teriring salam dan shalawat semoga tercurah kepada teladan dan
junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat,dan
orang-orang yang senantiasa istiqamah mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir
zaman.
Penyusunan skiripsi ini bukanlah hasil kerja keras penulis semata. Bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak merupakan kontribusi yang sangat berarti bagi
penulis. Sebab itu,dengan segala hormat dan ketulusan, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Bapak dr.H. Hasanuddin Ishak
M.Sc,Ph.D sebagai pembimbing I dan Bapak Agus Bintara Birawida S.Kel.M.Kes
sebagai pembimbing II yang dengan segala kesabaran dan kelapangan telah
meluangkan waktu dan pikiran ditengah jadwal yang padat, untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyususnan skripsi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak dr.Muh.Rum Rahim,MSc, Bapak Ruslan,SKM,MPH, Ibu Jumriani Ansar,
SKM.M.Kes, Bapak Dian Sidik Arsyad,SKM.M.Kes, Bapak Anwar SKM.M.Sc.
Sebagai tim penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi
penyempurnaan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof.Dr.dr.H.M.Alimin Maidin,MPH sebagai Dekan FKM UNHAS
beserta staf akademik dan pegawai yang telah memberikan pelayanannya
selama penulis menjalani pendidikan di FKM Unhas.
3. Bapak dan Ibu Dosen FKM Unhas, Khususnya pada bagian Kesehatan
Lingkungan atas segala ilmu yang telah diajarkan selama penulis menempuh
pendidikan di FKM Unhas.
4. Kepala Badan Perizinan Terpadu Daerah Propinsi Sulawesi Tengah,Kepala
Badan Kesbang Sulawesi Tengah, kepala dinas Kesehatan kota Palu dan staf,
kepala Puskesmas Bilili kota Palu dan staf , kepala Kelurahan Birobuli
Selatan dan staf atas bantuan dan izin yang diberikan.
5. Kepada seluruh Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini,
terima kasih telah meluangkan waktu dan informasi yang diberikan.
6. Sutriani atas segala pelayanan yang diberikan selama menempuh pendidikan
di FKM Unhas terkhusus di jurusan Kesehatan lingkungan.
7. Buat teman teman angkatan 2009 maupun Tubel 2011, Khusus teman-teman
seperjuanganku di Jurusan Kesling
8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan skripsi
ini.
Terakhir penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada ayahanda Syarifuddin, dan Ibunda Nuraini serta suami dan
anakku tercinta atas doa, dukungan dan pengorbanannya kepada penulis selama
ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan
kritikan yang membangun sangat diharapkan. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Makassar,Mei
2013
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
.................................................................................................................. ………....
i
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI………..…….……………………………........ii
RINGKASAN……………………………………………………………………...…..
iii
KATA PENGANTAR
................................................................................................................... ……..…..
iv
DAFTAR
ISI…………………………………………………………….……………...vi
DAFTAR TABEL
................................................................................................................... ……...….
vii
DAFTAR GAMBAR
................................................................................................................... …..…..…
xi
DAFTAR LAMPIRAN
................................................................................................................... ……...…
xii
DAFTAR
SINGKATAN………………………………………………………………xiii
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................................... …..……
…1
A. Latar Belakang
............................................................................................ …………
1
B. Rumusan Masalah
............................................................................................ …………
5
C. Tujuan Penelitian……
............................................................................................ …………
5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... ………
............................................................................................ …6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. ……...
................................................................................................................... ….7
A. Tinjauan Umum Tentang Demam berdarah dengue
…………...…….7
1. Pengertian demam
berdarah…………………………………….… 7
2. Faktor Penyebab meluasnya penyakit DBD
diindonesia……….. ...7
3. Mekanisme
penularan……………………………………………..9
4. Tanda dan gejala penyakit demam
berdarah…………………..….9
5. Pencegahan penyakit DBD
………………………………………..11
6. Distribusi Epidemiologi penyakit Demam
Berdarah…………....13
B. Tinjauan Umum Tentang Aedes
aegypti……………………………..14
1. Ciri- ciri nyamuk Aedes
aegypti……………………………………..14
2. Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes
aegypti………………………...15
3. Sifat-sifat Jentik Nyamuk Aedes
aegypti……………………......15
4. Sifat-sifat Kepompong Aedes
aegypti………………………......16
5. Sifat-sifat Nyamuk Aedes
aegypti………………………………16
C. Tinjauan Umum Tentang densitas larva
……………………………18
a. Survey
nyamuk……………………………………………...…19
b. Survei
larva/jentik……………………………………………..20
c. Survei dengan Perangkap Telur
(Ovitrap)…………………….22
D. Tinjauan Umum 3M
plus…………………………………………...25
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
Masyarakat…………………….27
1. Konsep perilaku …………………………………………………27
2. Bentuk perilaku………………………………………………….29
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat………30
F. Tinjauan Umum Tentang
Jumantik………………………………...34
G. Kerangka
Teori……………………………………………………..36
BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................. ……..37
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian .................................... ...........37
B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................... ...........39
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... ……...42
A. Jenis Penelitian ................................................................... ……...42
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ……………………………………....42
C. Populasi dan Sampel ............................................................ ……...42
D. Cara pengambilan sampel…………………………………………...44
E. Pemeriksaan Objek Larva
DBD………………………………….....45
F. Metode Pengambilan Data
………………………………………....45
G. Pengolahan Dan analisis data
Data………………………………....46
H. Penyajian
data………………………………………………………47
BAB V HASIL DAN
PEMBEHASAN………………………………………..48
A. Hasil………………………………………………………………..
.48
B. Pembahasan
………………………………………………………..64
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………….
79
B. Saran
………………………………………………………………80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
Tabel 1 Indeks Tingkat kepadatan
jentik……………………………………………..22
Tabel 2 Distribusi jumlah rumah dan bangunan berdasarkan RW yang akan
diteliti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu………………………….…45
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di Kelurahan Birobuli,
Tahun
2013………………………………………………………………….49
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan
Birobuli selatan, Tahun
2013………………………………………………………………....
50
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Di Kelurahan
Birobuli,Tahun
2013……………..……………………………..…………..50
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Di Kelurahan Birobuli
selatan, Tahun
2013………………………………………..………………………
………..51
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Di Kelurahan
Birobuli selatan, Tahun
2013………………………………………………...52
Tabel 8 Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 3M plus responden
per RW di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu………………………………………54
Tabel 9 Distribusi jenis Kontainer Berdasarkan Keberadaan Larva Aedes
aegypti dikelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu……………………………….…..55
Tabel 10 Distribusi Berdasarkan Keberadaan larva Aedes aegypti Di
Kelurahan Birobuli, Tahun
2013……………………………………….…….…………………..
56
Tabel 11 Densitas Larva Aedes aegypti Di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu Tahun 2013…………………………………………
Tabel 12 House indeks larva pada PJB dan Observasi di Kelurahan Birobuli
Selatan Kota
Palu…………………………………………………………………
………….57
Tabel 13 Hasil pemeriksaan jentik berkala di Kecamatan Birobuli Selatan
oleh jumantik/petugas puskesmas dari bulan Februari sampai Juni
Tahun
2012………………………………………………………………....
....................58
Tabel 14 Distribusi Keberadaan jentik Berdasarkan Pengetahuan Responden
di Kelurahan Birobuli Selatan Tahun
2013…………………………………………………….60
Tabel 15 Distribusi Keberadaan larva aedes aegypti Berdasarkan Sikap
Responden Di Kelurahan Birobuli Tahun
2013……………………………………..…………..61
Tabel 16 Distribusi Keberadaan larva aedes aegypti Berdasarkan Tindakan
RespondenDi Kelurahan Birobuli selatan Tahun
2013…………….………......62
Tabel 17 Hubungan jenis Kontainer TPA dengan keberadaan larva Aedes
aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan
………………………………………………….…63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka teori…………………………………………………………………. 36
2. Kerangka konsep variabel penelitian…………………………………................38
3. Peta lokasi penelitian
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner Penelitian
2. Master Tabel Penelitian
3. Hasil Analisis
4. Surat keterangan izin penelitian dari Dekan fakultas Kesehatan masyarakat
Universitas Hasanuddin
5. Surat izin Penelitian pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu daerah (KP2TD)
6. Pemerintah Kota Palu C.q. Badan kesatuan Bangsa,Politik and Perlindungan
Mayarakat
7. Surat keterangan Selesai Penelitian dari Kelurahan Birobuli Selatan
8. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
9. Peta lokasi penelitian
10. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR SINGKATAN
DBD : Demam Berdarah Dengue
PKM : Puskesmas
P2M : Pemberantasan Penyakit Menular
ABJ : Angka Bebas Jentik
TPA : Tempat Penampungan Air
DF : Density Figure
BI : Breteau indeks
CI : Container Indeks
HI : House Indeks
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
KO : Kriteria Objektif
DO : Definisi Operasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia dan sering
menimbulkan suatu letusan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kematian
yang besar. Di Indonesia nyamuk penular (vektor ) penyakit DBD yang
penting adalah Aedes aegypti, Aedes albopictus, dan Aedes scutellaris, tetapi
sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD adalah Aedes
aegypti (Fathy, 2005). Nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut (Zulkarnaini.,dkk, 2009)
Tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti adalah di
lingkungan yang lembab, curah hujan tinggi, terdapat genangan air di dalam
maupun luar rumah. Faktor lain penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan
yang buruk, perilaku masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada
siang hari, memegang peranan paling besar dalam penularan virus dengue
(Gama & Betty, 2010).
Berbagai upaya pemberantasan penyakit demam berdarh dengue yang
meliputi kegiatan seperti pencegahan, pelaporan, pertolongan penderita
pengendalian vektor dan pemberantasan saran nyamuk telah dilakukan,
namun ternyata hasilnya belum mampu untuk menekan kasus. Setiap tahun
terus mengalami penigkatan hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus di
Sulawesi Tengah pada tahun 2008 sebanyak 1389 kasus 17 diantarannya
meninggal, pada tahun 2009 sebanyak 952 kasus 7 diantarannya meninggal
dunia, pada tahun 2010 terjadi 2092 kasus, pada tahun 2011, terjadi 2045
kasus 31 diantaranya meninggal dunia. Oleh karena itu diperlukan
kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyakat untuk memberantas
demam berdarah dengan 3M ( menguras, menutup dan mengubur)
(Dinkes Sulteng, 2010)
Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung
lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3%
pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil
menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat,
penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga
golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus
tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80 %) akibat DBD, di
beberapa wilayah masih cukup tinggi di atas target nasional 1 % antara lain
Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu, Lampung, NTT, Jambi,
Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah (Dit PPBB -Ditjen PP dan
PL– Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Menurut Data Profil kesehatan Indonesia Tahun 2011, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012 jumlah penderita DBD di
indonesia mencapai 65.432 kasus,sekitar 596 (CFR=0,91%) diantaranya
meninggal dunia sedangkan di Provinsi Sulawesi Tengah dengan 2.045 2.045
kasus dan Meninggal 31, orang. Case Fatality Rate (%)1,52, Incidence Rate
76,16 per 100.000 Penduduk. Sementara kasus tertinggi terjadi di Kota Palu,
yakni 1.325 kasus.
Menurut Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Palu, dari data yang ada kasus DBD di Kota Palu sejak
Januari 2012 hingga awal November sebanyak 837 kasus 6 orang
diantaranya meninggal dunia. Kasus tersebut terbanyak terjadi pada bulan
Februari 205 kasus sedangkan Januari hanya 175 kasus dan Maret
kembali menurun yakni 158 kasus. Penurunan kasus DBD yang cukup
signifikan mulai terjadi pada bulan April hanya 83 kasus, kemudian Mei 64
kasus, Juni 42 kasus, Juli 43 kasus,Agustus 29 kasus dan bulan September 27
kasus (Yeni, 2012). Berdasarkan data dari puskesmas Bulili, kasus Demam
Berdarah di Kelurahan Birobuli Selatan tahun 2008 terjadi 35 penderita
DBD, pada tahun 2009 terjadi 25 penderita DBD, tahun 2010 terjadi 63
penderita DBD, tahun2011 tejadi 37 kasus penderita DBD sedangkan tahun
2012 terjadi 78 penderita DBD.
Kota Palu yang merupakan daerah perkotaan dengan peningkatan arus
transportasi dan kepadatan penduduk yang cukup tinggi dimana Kepadatan
penduduk Kota Palu Tahun 2008 tercatat 781 jiwa/km², dengan luas wilayah
Kota Palu 395,06 km² . Secara administratif, Kota Palu dengan wilayah
seluas 395,06 km2 adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah yang berada
pada kawasan dataran Lembah Palu dan Teluk Palu yang secara astronomis
terletak antara 0,35 - 0,56″ Lintang Selatan dan 119,45- 120,1″ Bujur Timur,
tepat berada dibawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0 – 700 meter dari
permukaan laut (Dinkes palu, 2008)
Keberadaan larva yang digambarkan dengan angka bebas jentik pada
tahun 2008 sebesar 83,7% yang masih dibawah angka standar nasional
yaitu < 95%.Di Kota Palu upaya penanggulangan penyakit demam
berdarah telah dilakukan melalui serangkaian kegiatan yaitu pemeriksaan
jentik berkala yang dilakukan minimal 3 bulan sekali, abatisasi selektif dan
abatisasi massal yang dilakukan di kelurahan endemis DBD, fogging
fokus/pengasapan pada wilayah yang ada kasus DBD, penyuluhan / sosialisasi
penyakit DBD melalui media elektronik dan media cetak, pertemuan
Pokjanal DBD tingkat Kota Palu dengan melibatkan sektor terkait guna
mengevalusi program pemberantasan penyakit DBD serta pemantapan
kelurahan percontohan PSN-DBD (Dinkes palu, 2008).
Keberhasilan program pencegahan DBD bergantung pada cara
masyarakat memandang nyamuk sebagai penyebab serta memahami
pentingnya upaya pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di
lingkungan masing-masing, terutama dengan langkah langkah 3M plus yang
benar (Pujiyanti & Triratnawati, 2011)
Chadijah,dkk (2005) , menyatakan bahwa kebutuhan air yang
mendesak serta suplai air yang tidak lancar dari PDAM setempat , khususnya
di daerah perumahan menyebabkan masyarakat selalu menyediakan wadah
dalam jumlah yang banyak didalam dan diluar rumah. Banyaknya tempat
penampungan air yang rata-rata tidak ditutup telah menjadi tempat
perkembang biakan Aedes aegypti diwilayah ini dan menyebabkan angka
kesakitan yang selalu tinggi sepanjang tahun diwilayah kota Palu.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Perilaku 3 M plus dengan densitas larva Aedes
aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu Sulawesi Tengah”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini, untuk mengetahui hubungan
perilaku 3M plus dengan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli
Selatan kota Palu, Sulawesi Tengah.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Perilaku 3M plus dengan Densitas larva
Aedes aegypti dikelurahan Birobuli Selatan kota Palu Sulawesi Tengah.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan Perilaku ( Pengetahuan, Sikap, Tindakan) 3 M
(menutup,menguras,mengubur) Plus menabur larvasida,menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, tidak mengantung pakaian
dalam waktu yang lama, menyemprot dengan insektisida) dengan
densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu.
b. Mengetahui Hubungan jenis kontainer dengan densitas larva Aedes
aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu dengan densitas larva
Aedes aegypti
c. Mengetahui Peranan jumantik dalam menurunkan HI,BI,CI, dalam
peningkatan Angka bebas jentik dan densitas larva Aedes aegypti di
Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Sebagai informasi dan
bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program kesehatan
bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegah penyakit DBD
agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program
pemberantasan penyakit menular (P2M).
2. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan larva Aedes aegypti melalui 3 M
Plus.
3. Bagi Peneliti menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam
melakukan penelitian ilmiah terhadap hubungan 3 M Plus dengan densitas
larva Aedes aegypti yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus
DBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum tentang Demam Berdarah
1. Pengertian Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang
berbahaya yang ditandai dengan demam mendadak, perdarahan baik
dikulit maupun dibagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan shok dan
kematian
2. Faktor Penyebab meluasnya penyakit DBD diindonesia antara lain:
a. Faktor Manusia dan Sosial Budaya
1). Faktor manusia, kepadatan penduduk sangat berpengaruh pada
kejadian kasus DBD, makin padat penduduk makin tinggi kasus
DBD di kota tersebut. Hal ini karena berkaitan dengan
penyediaan infra struktur yang kurang memadai seperti
penyediaan sarana air bersih, sarana pembuangan sampah,
sehingga terkumpul barang bekas yang dapat menampung air dan
menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti,
penular DBD.
2). Mobilitas manusia : perpindahan manusia dari satu kota ke kota
lain mempengaruhi penyebaran penyakit DBD.
3). Perilaku manusia : kebiasaan menampung air untuk keperluan
sehari-hari seperti menampung air hujan, air sumur, harus
membeli air didalam bak mandi, membuat bak mandi atau
drum/tempayan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk .
4). Kebiasaan menyimpan barang bekas atau kurang memeriksa
lingkungan terhadap adanya air yang tertampung didalam
wadah2 dan kurang melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS (
Menguras, Menutup dan Mengubur PLUS menaburkan Larvasida
, memelihara ikan pemakan jentik dan lain-lain. )
b. Faktor agen dan lingkungan
1). Faktor agen/ virus DBD : ada 4 serotipe yang tersebar luas di
seluruh wilayah Indonesia, dan bersirkulasi sepanjang tahun,
Dipertahankan siklusnya didalam tubuh nyamuk
2). Faktor nyamuk penular, yaitu Aedes aegypti yang tersebar luas
diseluruh pelosok tanah air, populasinya meningkat pada saat
musim hujan.
3). Faktor lingkungan: Musim hujan meningkatkan populasi nyamuk,
namun di Indonesia musim kering pun populasinya tetap banyak
karena orang cenderung menampung air dan di daerah sulit air
orang menampung air di dalam bak air atau drum, sehingga
nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun
3. Mekanisme penularan
Merujuk dari depkes RI 2005 dalam widiaekawati (2009)
menjelaskan mekanisme penularan DBD yaitu Seseorang yang di dalam
darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD.
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam
darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya
virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh
nyamuk, termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah
menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan
kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik).
Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.
Oleh karena itu, nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus
dengue menjadi penular sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena
setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah
akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah
yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
4. Tanda dan gejala penyakit demam berdarah
a. Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus
menerus
berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian
naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
b. Tanda-tanda perdarahan
Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya
berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu
atau lebih manifestasi perdarahan. Petekie merupakan tanda
pendarahan yang tersering ditemukan. Tanda ini dapat muncul pada
hari-hari pertama demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang
ditemukan, sedangkan perdarahan gastrointestinal biasanya
menyertairenjatan. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan
konjungtiva serta hematuri.
c. Pembesaran hati (hepatomegali)
Sifat pembesaran hati:
1. Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan
penyakit
2. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
3. Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus
d. Renjatan (syok)
Tanda-tanda renjatan:
1. Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
tangan dan kaki
2. Penderita menjadi gelisah
3. Sianosis di sekitar mulut
4. Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
5. Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang
Sebab renjatan: karena perdarahan, atau karena kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang terganggu.
e. Trombositopeni
Jumlah trombosit ≤ 100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-
7
sakit, pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa
jumlah
trombosit dalam batas normal menurun. Pemeriksaan dilakukan pada
saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiga hari
sampai suhu turun.
f. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
Meningkatnya nilai hematokrit (Ht) ≥20% menggambarkan
hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang
peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan
hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit
mendahului peningkatan hematokrit (Depkes RI, 2005: 2 dalam
Mahardika 2009).
5. Pencegahan penyakit DBD
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya yaitu nyamuk Aedes aegypti pengendalian nyamuk tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat yaitu :
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengendalian sampah
padat, memodifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh :
1) Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-kurangnya
sekali seminggu.
2) Mengganti menguras vas bunga dan tempat minum burung
seminggu sekali.
3) Menutup dengan rapat tempat penampungan air
4) Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas disekitar
rumah dan lain sebagainnya
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang)
c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan :
1) Pengasapan / foging yaitu dengan menggunakan malathion dan
fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu.
2) Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-
lain.
6. Distribusi Epidemiologi penyakit Demam Berdarah
Distribusi epidemiologi penyakit demam berdarah dengue terdiri atas :
a. Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah
jika dilihat dari segi orangnya adalah sebagai berikut :
1). Umur
Penyakit DBD paling sering ditemukan pada anak-anak yang
berumur 15 tahun (usia sekolah) hal ini disebabkan karena pada
pagi hari yaitu antara pukul 09.00-15.00 anak-anak banyak berada
disekolah atau didalam rumah dimana puncak aktif nyamuk yaitu
pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.
2). Jenis kelamin
Rata – rata orang yang menderita menderita demam berdarah
dengue adalah wanita, hal ini dikarenakan wanita lebih banyak
berada dirumah pada pagi hari sehingga rentan terkena DBD.
b. Time (waktu)
Rata – rata penyakit demam berdarah dengue lebih banyak terjadi
pada musim penghujan, hal ini dikarenakan pada musim penghujan
sering terjadi genangan – genangan air yang merupakan tempat
perkembang biaknya jentik-jentik yang dapat menyebabkan penyakit
DBD.
c. Place (tempat)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus
DBD adalah sebagai berikut :
1). Umurnya nyamuk ini berada pada daerah pemukiman yang padat
penduduknya dimana tempat perindukannya pada genangan
bersih buatan manusia didaerah pemukiman.
2). Lingkungan biologik yang mempengaruhi yaitu banyaknya
tanaman hias dan tanaman pekarangan yang dapat mempengaruhi
kelembaban dan pencahayaan didalam rumah dan halamannya.
B. Tinjauan Umum Tentang Aedes aegypti
Aedes aegypty adalah spesies nyamuk tropis yang ditemukan dibumi,
biasannya antara garis lintang 35U dan 35S, berhubungan dengan musim
dingin isotherm 10C, Aedes aegypty juga dibatasi oleh ketinggian dan
biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1000 meter (WHO, 1999)
1. Ciri-ciri nyamuk aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan ukuran nyamuk rumah (Culex), mempunyai warna dasar yang
hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badannya, terutama pada
kaki dan dikenal dari bentuk morfologi yang khas sebagai nyamuk yang
mempunyai gambaran lire (Lyre form) yang putih pada punggungnya.
Probosis bersisik hitam, palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih
perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur
bersisik putih pada permukaan posterior dan setengan basal, anterior dan
tengah bersisik putih memanjang. Tibia semuanya hitam. Tarsi belakang
berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat dan kelima
berwarna putih. Sayap berukuran 2,5 – 3,0 mm bersisik hitam, Aedes
aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu: telur – larva – pupa –
nyamuk dewasa (Sitio, 2008). Telur, larva, dan pupa nyamuk Aedes
aegypti tumbuh dan berkembang di dalam air. Genangan yang disukai
sebagai tempat perindukan nyamuk ini berupa genangan air yang
tertampung di suatu wadah yang disebut kontainer atau tempat
penampungan air (TPA).
2.Sifat-sifat Telur Nyamuk Aedes aegypti
a). Setiap kali nyamuk betina bertelur, mengeluarkan telur ± 100 butir
yang
diletakkan satu-satu pada diniding bejana
b). Telur warna hitam, ukuran ± 0,8 mm, di tempat kering (tanpa air) dapat
bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik dalam
waktu
kurang 2 hari setelah terendam air.
3. Sifat-sifat Jentik Nyamuk Aedes aegypti
a). Jentik yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar, panjang
0,5-1 cm
b). Selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari
bawah ke atas permukaan air untuk bernapas, kemudian turun kembali
ke bawah dan seterusnya.
c). Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan
air.
Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air.
d). Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang menjadi kepompong.
e). Jentik memerlukan 4 tahap perkembangan, pengaruh makanan, suhu
menentukan kecepatan perkembangan, perkembangan jentik imago
kondisi optimal perlu waktu 7 hari.
4. Sifat-sifat Kepompong Aedes aegypti
a).Berbentuk seperti koma, gerakan lambat, sering berada di permukaan
air
b).Setelah 1-2 hari kepompong menjadi nyamuk baru
5. Sifat-sifat Nyamuk Aedes aegypti
a). Berwarna hitam dan belang-belang ( loreng ) putih pada seluruh
tubuhnya
b). Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat-tempat
umum ( pasar, sekolah, masjid, gedung-gedung dan sebagainya )
c). Mampu terbang sampai 100 meter
d). Nyamuk betina aktif menggigit (menghisap) darah pada pagi hari
sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari
bunga/tumbuhan yang mengandung gula
e). Umur nyamuk rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian dapat hidup sampai
2-3
bulan
f). Nyamuk Aedes aegypti betina menghisap darah manusia setiap 2 hari.
Protein dari darah tersebut diperlukan untuk pematangan telur yang
dikandungnya. Setelah menghisap darah, nyamuk akan mencari
tempat hinggap untuk beristirahat
g). Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda tergantung seperti
pakaian,kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat berkembang
biak. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.
h). Setelah masa istirahat selesai, nyamuk lain akan meletakkan telurnya
pada dinding bak, tempayan, drum, kaleng, ban bekas yang berisi air.
Biasanya sedikit di atas permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan
mencari mangsanya untuk menghisap darah dan seterusnya
(Mahardika, 2009)
Nyamuk Aedes aegypti betina suka bertelur diatas permukaan air pada
dinding vertical bagian dalam tempat-tempat yang berisi sedikit air. Air harus
jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air yang dipilih
ialah tempat air didalam dan dekat rumah. Larva Aedes aegypti umumnya
ditemukan di drum, tempayang, gentong atau bak mandi dirumah keluarga
Indonesia yang kurang diperhatikan kebersihannya. Di daerah yang
sumurnya berair asin atau persediaan air minumnnya tidak terdapat secara
teratur (Soedarmono, 2005 ). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Santoso di Palembang tahun 2005 bahwa sebagian besar larva
Aedes aegypti 76 % ditemukan pada TPA yang terletak di dalam rumah dan
24 % sisanya ditemukan pada kontainer yang terletak di luar rumah.
Perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan
makanan ,kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum, waktu yang
dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan
belangsung selama 7 hari termasuk 2 hari menjadi pupa. Tapi pada suhu
rendah akan membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk
dewasa (WHO,2004). Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap
darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Umur
nyamuk betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1 ½
bulan, tergantung suhu dan kelembaban udara disekelilingnya .
Kemampuan terbangnya berkisar antara 40-100 m dari tempat perkembang
biakannya (Hadinegoro, 2002).
Aedes aegipti suka beristirahat ditempat yang gelap ,lembab dan
tersembunyi didalam rumah atau bangunan, termasuk dikamar tidur, kamar
mandi, maupun dapur . Tempat istirahat yang mereka suka adalah dibawah
furniture, benda yang tergantung seperti baju, korden, serta di dinding
(WHO,2004).
C. Tinjauan Umum Tentang Densitas Larva
Pengertian Densitas adalah Kepadatan populasi (Anonim) sedangkan
Pengertian Larva adalah Tingkat kehidupan suatu hewan sesudah menetas
dari telur (Anonim). Untuk mengetahui kepadatan (densitas) populasi
nyamuk Aedes aegypti disuatu lokasi dapat dilakukan beberapa survey
dirumah yang dipilih secara acak (Sitio, 2008)
a. Survei nyamuk
Survey nyamuk dilakukan dengan cara penagkapan nyamuk umpan
orang didalam dan luar rumah Sampling Vektor nyamuk dewasa dapat
memberikan data yang berharga untuk mengetahui kecenderungan
populasi musiman, dinamika penularan, resiko penularan dan evaluasi
terhadap usaha pemberantasan nyamuk.
Beberapa cara untuk survey nyamuk dewasa:
1. Landing Bitting collection (LBR)
nyamuk dilakukan dengan cara penangkapan nyamuk dengan umpan
orang di dalam atau diluar rumah masing-masing 20 menit per rumah.
Angka hasil tangkapan yang menggunakan jaring tangan atau
aspirator waktu nyamuk melekat atau hinggap pada umpan disebut
landing bitting rate.
Jumlah penangkapan x jumlah jam penangkapan LBR =
Jumlah Aedes aegypti betina tertangkap umpan orang
2. Resting Collection
Pada periode inaktif, nyamuk dewasa istirahat di dalam rumah
terutama di kamar tidur dan di tempat yang gelap seperti tempat
gantungan pakaian dan tempat-tempat terlindung. Jumlah nyamuk
dewasa yang tertangkap istirahat dengan aspirator per rumah atau
jumlah nyamuk dewasa yang tertagkap istirahat dengan aspirator per
jam per rumah disebut resting rate.
Jumlah rumah yang diperiksa Resting rate = x 100%
Aedes aegypti yang tertangkap aspirator
b. Survei larva/jentik
Survei larva/jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1). Single larva
Cara ini dilakukan dengan mengambil 1 jentik di setiap tempat
genangan air yang ditemukan jentik untuk identifikasi lebih lanjut
jenis jentiknya.
2). Visual
Survey ini cukup dilakukan dengan melohat ada tidaknya jentik
disetiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya (Syukur,
2012)
Jumlah populasi larva nyamuk Aedes aegypti berhubungan erat
dengan meningkatnya kasus DBD (Sudibyo, 2012). Densitas larva Aedes
aegypti disuatu lokasi dapat diukur dengan menggunakan parameter ABJ
menurut Santoso & Budiyanto (2008).
Jumlah rumah tanpa jentik ABJ (Angka Bebas Jentik) = ---------------------------------------- X 100 %
Jumlah rumah diperiksa
Sedangkan Kepadatan populasi nyamuk (Density Figure) diperoleh dari
gabungan dari HI, CI dan BI :
Jumlah rumah yang ditemukan jentik (+)
House Indeks (HI) = X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa
Jumlah kontainer dengan jentik (+) Container Indeks (CI) = X 100
% Jumlah Kontainer yang diperiksa
Jumlah kontainer dengan jentik (+) Breteau Indeks (BI) = X 100
Jumlah rumah yang diperiksa
Angka bebas jentik dan House indeks lebih menggambarkan luasnya
penyebaran nyamuk disuatu wilayah. Tidak ada teori yang pasti berapa angka
bebas jentik dan House indeks yang dipakai standar, hanya berdasarkan
kesepakatan, disepakati house indeks minimal 5% yang berarti presentase
rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak boleh melebihi 5% atau 95%
rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif
Pengukuran kepadatan Aedes aegypti dapat digunakan untuk
mengetahui ambang batas kritis yang merupakan indikator adanya ancaman
wabah penyakit demam Berdarah. Oleh ahli WHO telah ditetapkan bahwa
daerah dengan Densitas figure diatas 5 (Breteu Index > 50 ) besar sekali
kemungkinan terjadinya transmisi penyakit Demam berdarah, sedangkan
Densitas figure dibawah 5 (Breteau index < 50) kemngkinan transmisi
penyakit demam berdarah dianggap kecil sekali.
Kepadatan populasi nyamuk (Density Figure) diperoleh dari gabungan
dari HI, CI, dan BI dengan kategori kepadatan jentik penentuannya sebagai
berikut :
a. Density Figure = 1 menunjukkan kepadatan rendah
b. Density Figure = 2 - 5 menunjukkan kepadatan sedang
c. Density Figure = 6 - 9 menunjukkan kepadatan tinggi
Untuk lebih jelasnya angka index tingkat kepadatan jentik Aedes
aegypti berdasarkan beberapa Indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel
1:
Tabel 1 Index tingkat kepadatan jentik
Tingkat kepadatan
House indeks
Container indeks
Breteau indeks
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 – 3 4 – 7
8 – 17 18 – 28 29 – 37 38 – 49 50 – 59 69 – 76
77+
1 – 3 3 – 5 6 – 9
10 – 14 15 – 20 21 – 27 28 – 31 32 – 40
41+
1 – 4 5 – 9
10 – 19 20 – 34 35 – 49 50 – 74 75 – 99
100 – 199 200 +
(Sumber : Santoso 2008)
c. Survei dengan Perangkap Telur (Ovitrap)
Ovitrap adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya
Aedes aegypti dan Aedes albopictus di mana kepadatan populasinya
rendah dan survey jentik kebanyakan tidak produktif, misalnya jika BI<
5. Ovitrap standar adalah gelas dengan mulut lebar dengan volume
sekitar 0,5 liter, dicat hitam bagian dalamnya dilengkapi dengan
hardboard atau kertas filter yang dijepitkan secara vertikal pada dinding
gelas. Gelas diisi dengan air sebagian dan diletakkan kira-kira di daerah
habitatnya, umumnya di dalam atau di sekitar rumah
Untuk mengukur kepadatan nyamuk dengan indikator kepadatan
telurnya dengan ovitrap, dapat dilakukan dengan cara meletakkan ovitrap
di dalam dan di luar rumah di tempat yang gelap dan lembab. Setelah
satu minggu dilakukan pemeriksaan ada atau tidak telur nyamuk di kertas
filter dan dilakukan pengukuran kepadatan telurnya. Ada tidaknya telur
serta banyak sedikitnya telur tergantung faktor bionomik nyamuk. Untuk
mengetahui gambaran kepadatan populasi nyamk penular serta lebih
tepat, maka telur-telur tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlahnya
pada masing ovitrap (Sitio, 2008)
Kondisi sanitasi lingkungan rumah tangga yang mempengaruhi
densitas larva Aedes aegipty adalah :
1. Kondisi penyediaan air hal ini didukung oleh penelitian Dameria di Dumai
tahun 2008 bahwa rata-rata kondisi penyediaan air bersih rumah tangga
menunjukkan kondisi baik (1,0%), sedangkan yang kondisi penyediaan air
bersih rumah tangganya cukup (35,3%) dan kurang (63,7%). Hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan air rumah tangga masih belum mencukupi.
Masalah kecukupan air pada rumah tangga sangat penting kaitannya
dengan pengendalian vektor dengue. Jika persediaan air tidak mencukupi
maka orang akan menyimpan air dalam berbagai wadah. Kebiasaan
penyimpanan air untuk keperluan rumah tangga yang mencakup gentong,
baik terbuat dari tanah liat, semen maupun keramik serta drum penampung
air yang tidak rapat akan menjadi tempat perkembangan vektor dengue.
2. Tempat sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab
penyakit (bacteri patogen) dan juga binatang serangga pemindah/penyebar
penyakit (vektor) (Notoatmojo, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Irfansyah di Kelurahan Banta-bantaeng kota
Makassar tahun 2005 bahwa ditemukanya jentik pada 13 (10,8%)
pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat di lokasi penelitian
mengakibatkan hasil analisis statistik menunjukkan ada pengaruh yang
bermakna kondisi pengelolaan sampah terhadap densitas jentik Aedes
aegypti.
3. Wadah produktif non TPA, batasan pengertian terhadap konteiner
bukan tempat penampungan air sebagai tempat-tempat yang biasa
menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti tempat
minum hewan piaraan, vas bunga, perangkap semut, penampungan air
dispenser, tanaman hias, dan lain-lain.
Hal ini dibuktikan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah di
Makassar, Meskipun jumlahnya sedikit hanya 6% yang ditemukan jentik
dari 100 wadah yang diteliti, tetapi dari hasil analisis statistik ditemukan
bahwa kondisi wadah produktif non TPA mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap densitas jentik Aedes aegypti.
4. Praktik rumah tangga dalam PSN-DBD , Praktik rumah tangga dalam
pemberantasan nyamuk DBD memiliki peran yang sangat
mempengaruhi/dominan terhadap keberadaan jentik vektor dengue hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh damiria dkk didumai yaitu
Rata-rata upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) yang
dilakukan oleh keluarga menunjukkan baik (2,0%). Rumah tangga yang
praktik PSN-DBDnya dinyatakan cukup sebesar 35,3%. Dan rumah
tangga yang praktik PSN-DBDnya dinyatakan kurang sebesar 62,7%.
Kondisi ini menggambarkan bahwa kegiatan pengendalian vektor DBD
dengan PSN-DBD oleh masyarakat masih sangat kurang sehingga hal ini
berpotensi terhadap penularan penyakit DBD.
d. Tinjauan Umum Tentang 3 M Plus
Dalam pengertiannya 3M plus adalah menguras, menutup, mengubur/
menimbun plus memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida (admin, 2010). Menurut Hadinegoro, 2002 Cara ini yang
dilakukan masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular demam
berdarah yaitu 3 M:
1. Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate ketempat
penampungan air bersih (TPA)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (TPA)
3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik, dan barang
bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi
sarang nyamuk Aedes aegypti.
Sedangkan 3 M plus merupakan kombinasi dari 3 M itu sendiri yang
dikemukakan oleh ahira yaitu :
1. Memelihara ikan pemakan jentik dikolam. hal ini dimaksudkan agar kolam
terbebas dari nyamuk sumber penyebab demam berdarh dengue.
2. Menyebarkan bubuk abate pada tempat penampungan air seperi vas bunga
atau tempat penampungan air.
3. Memasang kasa nyamuk dirumah, agar nyamuk tidak dapat leluasa masuk
kedalam rumah.
4. Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
5. Menggunakan obat oles pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk
kimia. Sebenarnya cara ini kurang dianjurkan karena efek bahan kimia
yang bersifat racun.
6. Melakukan pemeriksaan jentik secara berkala
7. Melakukan foging ( pengasapan ), jika dalam jarak tertentu ditemukan
kasus demam berdarah.
Adapun pokok-pokok 3M menurut Hadinegoro, 2002 meliputi ;
1. Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat
kabar, dan lain-lain, penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap
muka oleh kader didesa termasuk kader dasawisma , tokoh masyarakat dan
agama.
2. Kerja bakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan termasuk
tempat tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, setiap
minggu,baik dirumah,disekolah maupun ditempat umum lainnya.
3. Kunjungan dari rumah kerumah untuk memeriksa jentik ditempat yang
dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan menaburkan
bubuk abate apabila masih ditemukan jentik nyamuk.
e. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Masyarakat
1. Konsep prilaku
Menurut Notoatmodjo, 2007 Prilaku dari pandangan biologis
merupakan suatu kegiatan atau aktifitas orgnisme yang bersangkutan, jadi
perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan ,
berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya.
Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif
untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit (Depkes RI, 2002 dalam Mahardika 2009).
Seorang ahli kesehatan Becker (Notoatmodjo, 2007)
mengklarifikasikan perilaku kesehatan yaitu :
1). Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Termasuk tindakan- tindakan untuk mencegah penyakit,
kebersihan, perorangan memilih makanan, sanitasi, dan
sebagainnya.
2). Perilaku sakit (illness behavior)
Segala sesuatu tindakanatau kegiatan yang dilakukan oleh individu
yang merasa sakit,untuk merasakan dan mengenal keadaan
kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau
pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab
penyakit, serta usaha- usaha mencegah penyakit tersebut.
3). Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping
berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri juga
berpengaruh terhadap orang lain. Terutama kepada anak-anak yang
belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kesehatannya.
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
Perilaku ini antara lain mencakup
a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya
komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan
kesehatan.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor yang menyangkut
segi-segi hygiene pemeliharaan tehnik, dan penggunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan rumah sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya
d. Perilaku yang sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun
limbah cair. Termasuk di dalamnya system pembuangan sampah dan
air limbah serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.
e. Perilaku yang sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vektor) dan sebagainya.
Kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti
menampung air hujan, air sumur, harus membeli air didalam bak mandi,
membuat bak mandi atau drum/tempayan sebagai tempat perkembang
biakan nyamuk . Kebiasaan menyimpan barang bekas atau kurang
memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang tertampung didalam
wadah dan kurang melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS ( Menguras,
Menutup dan Mengubur plus menaburkan Larvasida , memelihara ikan
pemakan jentik dll. (Kemenkes RI, 2011)
2. Bentuk prilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme
atau seseorang terhadap rangsang (stimulus) dari luar objek tersebut.
Respon ini terbentuk dua macam yaitu ;
a). Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri
mansia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain,
misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
b). Bentuk aktif adalah apabila itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
Menurut Benyamin bloom (1908) membagi perilaku kedalam 3 domain
(ranah/ kawasan) yaitu :
a). Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(Knowledge).
b). Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (attitude).
c). Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)
Hal- hal yang mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu :
1). Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a). Faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensi, minat kondisi
fisik
b). Faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana
c). Faktor upaya belajar, misalnya Strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai
hasil penggunaan pancainderanya Tingkat pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know), yang termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu tentang speifik seluruh bahan yang
dipelajari atau merangsang yang diterima,oleh sebab itu tahu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension). Orang yang telah paham objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari
c. Aplikasi, aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya.
d. Analysis, merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur dan masih ada kaitan satu sama lain.
e. Sintesis, suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formuasi yang lama.
f. Evaluasi, yaitu berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu cerita yang
ditentukan sendiri menggunakan cerita yang telah ada.
2. Sikap (Atitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berapa batasan lain
tentang sikap antara lain, sikap sesorang terhadap objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu
aspek lingkungan sekitarnya. Dari batasan-batasan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa sikap adalah merupakan penilaian tentang keadaan
sekitar yang ditunjukkan dengan perasaan. Sikap mempunyai 3
komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Tingkatan sikap pada seseorang terdiri dari:
a. Menerima: diartikan bahwa orang (subjek), mau memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek)
b. Merespon (responding): memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan adalah
indikasi dari sikap, terlepas dari benar atau salah adalah berarti
orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing): mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible): bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah
merupakan sikap yang paling tinggi
Pengukuran sikap dilakukan dengan langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat reponden. Pengukuran perilaku dapat dilakukan
secara tidak langsung, yakni dengan cara wawancara terhadap kegiatan
yang telah dilakukan beberapa jam, hari, minggu, bulan yang lalu.
Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan responden.
Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dibidang kesehatan
adalah pendidikan, penghasilan, norma-norma yang dimiliki, nilai yang
ada pada dirinya, kebiasaan serta keadaan sosial budaya yang
berperilaku. Jika faktor ini bersifat menguntungkan maka diharapkan
akan muncul perilaku yang baik.
3. Praktik atau tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas.
Tingkat-tingkat praktik atau tindakan :
a). Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
b). Rasespon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
dengan contoh.
c). Mekanisme
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
d). Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik.
f. Tinjauan Umum Tentang Jumantik
Jumantik adalah juru pemantau jentik yang bertugas memeriksa
genangan-genangan air di dalam maupun luar rumah, menemukan larva yang
terdapat di dalam tempat-tempat yang dapat menampung air,
mengindentifikasi rumah-rumah yang tidak berpenghuni dan mengajak
pemilik rumah atau bangunan untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur.
Peran Jumantik atau kader sangat penting untuk menggerakkan peran
serta masyarakat dalam gerakan Pengendalian DBD. Jumantik adalah salah
satu ujung tombak dari pengendalian DBD. Kecepatan dan ketepatan di
dalam mengenali gejala demam dan DBD tentu saja akan mengurangi resiko
kematian akibat DBD (Anonim, 2012). Jumantik merupakan salah satu
bentuk pemberdayaan masyarakat agar ada solusi untuk menekan populasi
jentik Aedes aegypti, karena jumantik bertugas melakukan pemeriksaan jentik
secara berkala dan terus menurus. Terjadinya peningkatan ABJ dan
penurunan HI, BI dan CI dengan memberdayakan jumantik. Pemberdayaan
jumantik dalam PSN-DBD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan ABJ dan penurunan House Index dalam Bentuk PSM (peran
serta masyarakat), hasil penelitian Chadijah,dkk (2005) tentang
pengendalian DBD di dua kelurahan di kota Palu dengan memberdayakan
jumantik dalam PSN DBD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan ABJ dan penurunan angka House Index (HI)
Gambar 1
Kerangka Teori
Rumah/bangunan
Musim
Kasus Demam berdarah
Prilaku rumah tangga Peran Jumantik
Cuaca
1. Penyediaan air bersih 2. Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga 3. Wadah produktif non
TPA 4. Praktek rumah tangga
dalam PSN-DBD (3M plus)
House index (HI)
Counter Index (CI)
Breteau index (BI)
Pecahayaan Kelembaban
Larva aedes aegypty
Sumber : Zulkarnaini.,dkk, 2009 (modifikasi)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar pemikiran variabel penelitian
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
ialah penyakit yang di sebabkan oleh virus dengue yang di tularkan dari
orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan sampai saat ini
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian
Kabupaten/Kota di Indonesia karena insidennya masih tinggi dan sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Mengingat bahwa kasus DBD
semakin meluas maka perlu peran sektor dan masyarakat itu sendiri untuk
memberantas penyakit DBD melalui pemberantasan nyamuk dan jentiknya
melaui peran serta ibu rumah tangga dan peran jumantik (juru pemantau
jentik) dalam peningkatan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan penurunan House
index (HI), Brteau Index(BI) dan Container Index (CI).
Dalam penelitian ini akan digambarkan beberapa hal sehubungan
dengan densitas larva Aedes aegypti, yang secara rinci variabel-variabel yang
akan diteliti sebagai berikut :
1. Perilaku (Pengetahuan, Sikap, Tindakan) 3 M plus (menutup, menguras,
mengubur, Plus Menaburkan bubuk abate, Memasang kasa nyamuk
dirumah Menggunakan kelambu. Menggunakan obat oles pencegah
nyamuk atau menyemprot nyamuk, Menghindari kebiasaan menggantung
pakaian
2. Jenis Kontainer tempat perkembang biakan larva Aedes aegypti
3. Peran serta jumantik dalam menurunkan HI,BI,CI, dalam peningkatan
Angka bebas jentik.
4. Densitas larva Aedes aegypti yang terdapat pada penampungan air TPA,
non TPA..
Pola fikir variabel :
Keterangan : =Variabel bebas
Perilaku 3 M plus
Peran serta jumantik
Densitas larva
Aedes aegipty
1. Menguras 2. Menutup 3. Mengubur
PLUS 4. Menaburkan bubuk abate 5. Memasang kasa nyamuk
dirumah 6. Menggunakan kelambu. 7. Menggunakan obat oles
pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk
8. Menghindari kebiaasaan menggantung pakaian
Jenis kontainer
= Variabel Terikat
Gambar 2 Kerangka konsep Penelitian
B. Definisi operasional dan Kriteria objektif
Untuk mendapatkan persamaan pengertian dalam penelitian ini maka peneliti
memberikan definisi operasional :
a. Perilaku 3M Plus
1. Pengetahuan Adalah ingatan dan pemahaman responden tentang
pengertian 3 M plus, perlunya 3M plus dilakukan, ciri-ciri nyamuk,
waktu menggigit, kesenangan tempat beristirahat nyamuk, tempat
perkembang biakan nyamuk, upaya pencegahan dan pemberantasan
sarang nyamuk 3M plus (Menguras, menutup, mengubur, memakai
kelambu, memelihara ikan pemakan jentik, menaburkan bubuk abate,
memasang kasa nyamuk, memakai lotion anti nyamuk atau memakai
obat nyamuk). Yang digali melalui pertanyaan wawancara yang
mendalam untuk memberi kesempatan kepada responden untuk
mengeluarkan keseluruhan kesan dalam pikirannya
Kriteria objektif :
a. Cukup jika jawaban yang diketahui responden mencapai skor > 50%
b. Kurang jika tidak mencapai 50%
2. Sikap Adalah respon atau reaksi responden tentang 3M plus yang
diukur dengan menanyakan pendapat responden tentang PSN
dengan 3 M plus, melalui panduan suatu kuesioner.
Kriteria objektif:
a. Positif jika jawaban yang diberikan menunjukkan positif / sangat
setuju responden mencapai skor > 50 %
b. Negatif jika jawaban yang diberikan menunjukkan negative / tidak
setuju < 50 %
3. Praktek/tindakan adalah out come responden dalam melakukan 3M
plus (menguras,mengubur,menutup,kebiasaan menggantung pakaian,
penggunaan lotion anti nyamuk dan obat nyamuk, menaburkan bubuk
abate ) serta diukur dengan observasi Larva Aedes aegypti langsung
di kediaman reponden.
Kriteria objektif :
a. Baik jika jawaban yang diberikan mencapai skor > 50 %
b. Buruk jika jawaban yang diberikan mencapai skor < 50 %
b. Jenis Kontainer dengan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan
Birobuli Selatan Kota Palu dengan Densitas Larva Aedes aegypti
Kriteria objektif :
TPA : Tempat penampungan air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari seperti drum,bak
mandi,gentong,tempayang,ember.
Non TPA : Tempat penampungan air yang bukan untuk keperluan
sehari-hari seperti vas bunga,ban bekas,pot bunga,ban bekas,
botol bekas, tempat minum hewan peliharaan,talang kulkas
dan talang dispenser.
c. Peran serta jumantik bertugas memeriksa genangan air di dalam maupun
luar rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat
yang dapat menampung air dan mengajak pemilik rumah atau bangunan
untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara
teratur.
a. Maksimal apabila PJB dilakukan terus menerus dan Density figure
dan ABJ sesuai standar yang ditetapkan WHO.
b. Tidak maksimal apabila PJB hanya dilakukan setahun sekali dan
Density figure dan ABJ sesuai standar yang ditetapkan WHO.
d. Densitas larva Aedes aegypti adalah adanya larva Aedes aegypti yang
ditemukan pada setiap wadah yang dapat menampung air. Densitas larva
dapat diukur dengan rumus House index, Container index dan breteau
index.
HI adalah % rumah yang positif larva Aedes aegypti
CI adalah kontainer yang positif larva Aedes aegypti
BI adalah jumlah wadah / kontainer yang positif larva Aedes aegypti
per rumah yang diperiksa.
Kriteria objektif :
a. Positif : jika ditemukan larva Aedes aegypti serta HI dan BI nya
diatas angka 2 adalah padat
b. Negative : jika tidak ditemukan larva Aedes aegypti serta HI dan BI
nya dibawah angka 2 adalah tidak padat
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian observasional
analitik dengan pendekatan Cross sectional study dengan maksud untuk
melihat hubungan 3M plus dengan densitas larva Aedes aegypti di Birobuli
Selatan kota Palu Sulawesi Tengah.
B. Waktu dan lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Februari 2013 Adapun lokasi penelitian berada di Kelurahan Birobuli Selatan
wilayah kerja Puskesmas Bulili kota Palu , jumlah Rumah 1185, Jumlah
penduduk 11037, dengan jumlah kepala keluarga 1311. Dengan
pertimbangan bahwa kasus penyakit Demam berdarah diwilayah tersebut
selalu ada setiap tahun dan bahkan biasa menyebabkan kejadian luar biasa
(KLB).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah di kelurahan Birobuli
Selatan Kecamatan Palu Selatan sebanyak 1185 rumah.
2. Sampel
Besarnya sampel agar sampel yang diambil dalam penelitian dapat
mewakili populasi maka ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan
menggunakan rumus Lamesshow yaitu:
n=NZ
2pq
d2�N-1�+Z2pq
Keterangan:
n = jumlah sampel keseluruhan
N =besarnya populasi
p = perkiraan proporsi kejadian variabel yang diteliti = 0,5
q =1-p=1- 0,5= 0,5
Z =derajat kepercayaan (1,96)
d =tingkat ketelitian yang diinginkan (0,1)
maka besarnya sampel adalah :
n =NZ2pq
d2(N-1)+Z2pq
n =1185×(1,96)2×0,5×0,5
(0,1)2(1185-1)+(1,96)2 × (0,5)×(0,5)
n =2070×3,8416×0,25
0,01× 1184 + 0,9604
n = 113.074
21.8004
n = 88,90 = 90 rumah
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 90 sampel yang terdiri dari
rumah dan banggunan.
D. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proportional
random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi
secara acak proporsional, dalam hal ini sampel setiap rumah dan
bangunan diambil pada setiap RW agar pertimbangan sampel dari tiap –
tiap rumah dan bangunan disetiap RW dapat terwakili.
Adapun cara pengambilan sampel untuk tiap - tiap rumah dan
bangunan disetiap RW digunakan rumus :
Nh = ��
� x n
Keterangan :
Nh : jumlah sampel setiap kelompok
N : besarnya populasi
NH : banyaknya elemen dari tiap kelompok
n : jumlah sampel
Sehingga dari rumus tersebut didapat bahwa jumlah sampel rumah
dan bangunan untuk setiap RW adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Distribusi jumlah rumah dan bangunan berdasarkan RW yang akan
diteliti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu
No
Nama RW
Jumlah rumah dan
bangunan
Jumlah sampel per RW
1 2 3 4 5 6
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6
182 173 291 156 220 163
14 13 22 12 16 13
Jumlah 1185 90
E. Pemeriksaan objek larva
1. Periksa bak mandi, gentong, ember plastic, drum dan tempat – tempat
penampungan air lainnya.
2. Jika tidak tampak tunggu sampai 1 menit, jika ada jentik akan muncul
kepermukaan air
3. Ditempat yang gelap agar menggunakan senter
F. Metode Pengambilan Data
1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara kepada responden dengan
mengunakan kuesioner dan malakukan pengamatan langsung pada
penampungan air dan tempat sampah. Penelitian dilakukan dengan
cara mengadakan kunjungan kerumah warga yang termasuk sampel.
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kantor Dinas Kesehatan Kota Palu,
Puskesmas Bulili dan instansi terkait lainnya
G. Pengolahan data dan analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
komputer melalui program SPSS yang sesuai.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan tabulasi data dan hipotesis.
Analisis data di lakukan analisis univariat yaitu analisis distribusi
frekwensi dan presentase data presentase tunggal terkait dengan tujuan
penelitian dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan
variabel dependen dengan independen dalam bentuk tabulasi silang
(crosstab) dengan menggunakan system komputerisasi program SPSS.
H0 akan diuji dengan kemaknaan 0,05. uji statistik yang digunakan
adalah uji statistik Chi-Square.
Dengan interpretasi sebagai berikut :
1. Jika p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, dengan demikian
ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.
2. Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, dengan demikian
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.
H. Penyajian data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekwensi dan crosstab yang disertai dengan penjelasannya masin-masing.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu.
Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 28 Januari sampai dengan 24
Februari 2013. Pegumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara primer
dimana peneliti bertemu dan melakukan wawancara langsung kepada para
responden dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan melakukan
observasi untuk mendeteksi keberadaan larva. Data yang telah terkumpul
selanjutnya dilakukan screening data untuk memeriksa kebenaran informasi
sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini diperoleh 90
responden.
Setelah dilakukan pengolahan data, dilakukan analisis univariat yaitu
analisis distribusi frekwensi dan presentase data presentase tunggal terkait
dengan tujuan penelitian dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui
hubungan variabel dependen dengan independen dalam bentuk tabulasi silang
(crosstab) dengan menggunakan system komputerisasi program SPSS. H0
akan diuji dengan kemaknaan 0,05.uji statistic yang digunakan adalah uji
statistik Chi-Square sebagai berikut :
1. Analisis Univariat Variabel Penelitian
Analisis univariat hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk Tabel
distribusi Variabel independen dan variabel Dependen yang disertai
dengan tabel. Dengan tujuan untuk mengetahui besarnya variabel
independen dan variabel Dependen. Deskripsi variabel penelitian terdiri
dari variabel dependen yaitu keberadaan larva dan variabel independen
yaitu Perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) 3M plus ( menguras,
menutup, mengubur Plus Menaburkan bubuk abate, Memasang kasa
nyamuk dirumah ,Menggunakan kelambu, Menggunakan obat oles
pencegah nyamuk atau menyemprot nyamuk, Menghindari kebiaasaan
menggantung pakaian.
a. Umur
Pada Tabel 3 dibawah ini dapat diamati distribusi responden
berdasarkan umur responden :
Tabel 3
Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Di Kelurahan Birobuli Selatan , Tahun 2013
Umur Responden Jumlah (n) Persen (%)
10 – 19 14 15.56 20 – 29 8 8.89 30 – 39 16 17.78 40 – 49 30 33.33 50 – 59 14 15.56 60 – 69 6 6.67
70 + 2 2.22 Jumlah 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden paling dominan
pada umur 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 30 responden (33.33%)
sedangkan yang paling sedikit adalah umur 70+ tahun yaitu sebanyak 2
responden (2.22%)
b. Jenis Kelamin
Pada Tabel 4 dibawah ini dapat diamati distribusi responden
berdasarkan jenis kelamin :
Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Kelurahan Birobuli Selatan, Tahun 2013
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Laki-laki 19 21.1 Perempuan 71 78.9
Jumlah 90 100.0 Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 71 responden (78.9%).
c. Perilaku (Pengetahuan, sikap, Tindakan) 3M Plus
1. Distribusi pengetahuan responden mengenai pelaksanaan 3 M plus
Pada Tabel 5 dibawah ini dapat diamati distribusi
responden berdasarkan pengetahuan responden :
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Di Kelurahan Birobuli,Tahun 2013
Pengetahuan Jumlah (n) Persen (%)
Cukup 49 54.4 Kurang 41 45.6 Jumlah 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
mempunyai pengetahuan yang cukup adalah sebanyak 49
responden (54.4%) sedangkan yang kurang 41 responden (45.6%).
2. Distribusi sikap responden mengenai pelaksanaan 3M plus
Pada Tabel 6 dibawah ini dapat diamati distribusi
responden berdasarkan Sikap responden :
Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Di Kelurahan
BirobuliSelatan Tahun 2013
Sikap Jumlah (n) Persen (%)
Positif 40 44.4
Negatif 50 55.6
Jumlah 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
mempunyai sikap yang positif dengan jumlah responden sebanyak
40 orang (44.4%) sedangkan yang memiliki sikap negative
sebanyak 50 responden (55.6%).
3. Tindakan
Pada Tabel 7 menunjukkan sebanyak 46 responden (51.1%)
bertindak buruk sedangkan yang bertindak baik sebanyak 44
responden (48.9%)
Tabel 7
Distribusi Berdasarkan Tindakan di Kelurahan Birobuli Selatan
Tahun 2013
Tindakan Jumlah (n) Persen (%)
Baik
Buruk
44
46
48.9
51.1
Jumlah 90 100.0
Sumber : Data primer, 2013
Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa
untuk tindakan 3M plus dari 90 responden yang melakukan
pengurasan TPA terdapat 21 responden (23.3 %) yang melakukan
pengurasan TPA dengan frekwensi 1 Minggu sekali dengan sikat,
dan terdapat 11 responden (12.2%) yang melakukan pengurasan 1
minggu sekali dengan membuang airnya saja sedangkan 58
responden (64.4%) melakukan pengurasan pada TPA pada saat
airnya sudah kotor.
Untuk kondisi TPA dari 90 responden, terdapat 7 (7.8%)
responden menutup rapat TPA airnya, 54 (60.0%) responden
memiliki penutup TPA yang longgar dan 29 (32.2%) responden
yang tidak memiliki penutup. Untuk tindakan membuang sampah
dirumah responden terdapat 4 (4.4%) responden yang membuang
sampah di tempatnya dan membakarnya jika sudah penuh,dan
terdapat 40 (44.4%) responden membuang sampahnya ditempat
sampah,sedangkan 46 (51.1%) responden membuang sampahnya
ditempat lain.
Untuk responden yang menggantung pakaian setelah habis
pakai terdapat 6 (6.7%) responden yang tidak menggantung lama
pakaian dan terdapat 54 (60.0%) responden yang mengantung
pakaian sebelum dicuci,sedangkan terdapat 30 (33.3%) responden
yang menggantung pakaian dalam waktu yang lama.
Untuk responden yang memakai kelambu pada waktu tidur
terdapat 4 (4.4%) responden yang memakai kelambu pada pagi dan
sore hari waktu tidur,dan terdapat 21 (23.3%) responden yang
menggunakan kelambu pada waktu malam hari saja sedangkan 65
(75.2%) responden tidak pakai kelambu pada waktu tidur.
Untuk menghindari gigitan nyamuk terdapat 19 (21.1% )
responden memakai lotion anti nyamuk pada saat pergi keluar
rumah dan pada saat tidur pagi dan sore hari, dan 45 (50.0%)
responden hanya menggunakan lotion atau anti nyamuk pada
malam hari saja, sedangkan 26 (28.9%) yang tidak memakai anti
nyamuk apapun. Untuk tindakan responden memberantas jentik
nyamuk di TPA terdapat 27 (30.0%) responden yang menabur
abate di TPA sesuai takaran,dan 27 (30.0%) responden
menaburkan abate seadannya,sedangkan 36 (40.0) responden tidak
memberikan abate di TPA .
Tabel 8 Distribusi Pengetahuan, Sikap dan Tindakan 3M plus
responden per RW di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu
RW
Pengetahuan
Sikap Tindakan
Cukup Kurang Positif Negatif Baik Buruk
1 2 3 4 5 6
7 6
12 5
11 8
7 7
10 7 5 5
7 4 9 6 7 7
7 9
13 6 9 6
9 6
11 5 6 7
5 7
11 7
10 6
Total 49 41 40 50 44 46
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 8 daapat dilihat distribusi responden
berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden per RW, 90
responden dari RW 1 sampai RW 6 ada 49 responden yang memiliki
pengetahuan cukup,40 responden memiliki sikap positif dan tindakan
yang baik sebanyak 44 responden, sedangkan responden yang
pengetahuan kurang sebanyak 41, memiliki sikap yang negative
sebanyak 50 responden serta memiliki tindakan yang buruk ada 46
responden.
d. Jenis Kontainer tempat perkembang biakan larva Aedes aegypti
Pada tabel 9 dibawah ini dapat diamati jenis kontainer
berdasarkan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli
Selatan Kota Palu :
Tabel 9
Distribusi jenis kontainer Berdasarkan Keberadaan Larva Aedes
aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu
Jenis Kontainer
Keberadaan larva Total Positif Negatif
n % n % n % Bak mandi 8 19.0 34 81.0 42 100.0 Drum 7 70.0 3 30.0 10 100.0 Ember 11 12.8 75 87.2 86 100.0 Gentong 6 42.9 8 57.1 14 100.0 Tempayan 4 11.1 32 88.9 36 100.0 Ban bekas 2 50.0 2 50.0 4 100.0 Botol bekas 2 33.3 4 66.7 6 100.0 Kaleng bekas 1 33.3 2 66.7 3 100.0 Pot bunga 3 42.9 4 57.1 7 100.0 Tempat minum hewan
1 33.3 2 66.7 3 100.0
Talang dispenser 2 11.8 15 88.2 17 100.0
Talang kulkas 2 33.3 4 66.7 6 100.0 Vas bunga 0 0.0 1 100 1 100.0
Total 49 20.9 186 79.1 235 100.0
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa dari 235 kontainer
yang diperiksa sebanyak 49 kontainer positif terdapat larva dan 186
kontainer tidak terdapat larva. Jenis kontainer positif terdapat larva
paling banyak yaitu ember 11 (12.8%). Sedangkan untuk jenis
kontainer tidak terdapat larva paling banyak juga ember yaitu 75
(87.2%).
e. Keberadaan densitas Larva Aedes aegypti
Pada Tabel 9 dibawah ini dapat diamati distribusi berdasarkan
variabel keberadaan larva yang dilakukan di Kelurahan Birobuli
Selatan :
Tabel 10 Distribusi Berdasarkan Keberadaan larva Aedes aegypti
Di Kelurahan Birobuli, Tahun 2013
Keberadaan Jentik Jumlah (n) Persen (%)
Positif 44 48.9
Negatif 46 51.1
Jumlah 90 100.0
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
memiliki larva Aedes aegypti di rumahnya yaitu sebanyak 44
responden (48.9%) sedangkan yang tidak memiliki larva yaitu
sebanyak 46 responden (51.1%).
Indeks kepadatan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli
Selatan dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11 Densitas Larva Aedes aegypti Di Kelurahan Birobuli Selatan Kota
Palu Tahun 2013
RW
sampel per RW
Rumah positif larva
Jumlah kontainer
Jumlah positif larva
HI CI Density figure
1 2 3 4 5 6
14 13 22 12 16 13
4 7 13 6 4 10
39 29 53 31 49 34
6 6
17 8 5 7
28,6 53,9 59 50 25 77
15,4 20,6 32 25,9 10,2 20,5
4,5 6,5 6,5 6,5 4
6,5
Jumlah 90 44 235 49 48,8 20,7 5,5 Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan Tabel 11 diatas, dari 90 rumah yang diperiksa
ditemukan 44 rumah yang positif terdapat jentik Aedes aegypti, dan
235 kontainer yang diperiksa ditemukan 49 kontainer yang positif
terdapat larva Aedes aegypti.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat terlihat House
indeks 48.8, Container indeks 20.7, Hal ini berarti densitas larva
Aedes aegypti terbilang padat (kepadatan sedang) dengan nilai Density
Figure berada pada angka 5 sesuai peraturan WHO.
Tabel 12 House indeks larva pada PJB dan Observasi di Kelurahan
Birobuli Selatan Kota Palu
RW
PJB
House indeks (%)
Sampel
House indeks
(%)
1 2 3 4 5 6
78 64
195 97 86 82
6,4 17,2 9,1 11,3 16,2 15,9
14 13 22 12 16 13
28,6 53,9 59 50 25 77
Total 602 12 90 48,8
Sumber : Data primer 2013
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat house indeks PJB tertinggi
pada RW 2 yaitu 17,2 dan terendah pada RW 1 yaitu 6,4 sedangkan
pada observasi tertinggi di RW 6 yaitu 77 dan terendah di RW 5 yaitu
25.
f. Peran serta jumantik
Secara teoritis dinyatakan bahwa, angka bebas jentik (ABJ)
akan berbanding terbalik dengan angka kesakitan DBD. Bila ABJ nya
rendah maka kemungkinan besar angka kesakitannya akan tinggi,
karena risiko penularannya pun tinggi. Angka bebas jentik ini sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor selain perilaku, sikap, nilai-nilai
lainnya dan juga keadaan curah hujan. Oleh karena itu kebijakan
dalam pelaksanan PSN-DBD menetapkan bahwa, ABJ dengan nilai
ambang batas 95 %, apabila ABJ kurang dari angka tersebut maka,
risiko penularan DBD akan tinggi dan harus menjadi perhatian semua
pihak. Adapun hasil pemeriksaan jentik di tempat-tempat pemukiman
penduduk oleh petugas di puskesmas Bulili pada bulan Februari
sampai juni yaitu :
Tabel 13 Hasil pemeriksaan jentik berkala di Kecamatan Birobuli Selatan
oleh jumantik/petugas puskesmas dari bulan Februari sampai Juni Tahun 2012
RW
PJB
Rumah positif larva
Jumlah kontainer diperiksa
Jumlah kontainer
positif larva
HI
CI
Density Figure
1 2 3 4 5 6
78 64
195 97 86 82
5 11 18 11 14 13
82 138 293 127 142 119
5 12 18 12 16 13
6,4 17,2 9,1 11,3 16,2 15,9
6 8,7 6
9,5 11,3 10,9
3 3 3 3 4 4
Total 602 72 901 76 12 8,4 3,3
Sumber : Data sekunder 2012
Berdasarkan data dari petugas jumantik yang ada di Puskesmas
Bulili pada tahun 2012 jumlah rumah yang diperiksa di Kelurahan
Birobuli Selatan adalah 602 rumah dan ditemukan 72 rumah yang positif
larva Aedes aegypti, dari 901 kontainer yang diperiksa ditemukan positif
terdapat larva yaitu 76 kontainer dimana House indeks 12 dan kontainer
indeks 8,4 maka didapatkan Density Figure adalah 3 Hal ini berarti
densitas jentik terbilang padat (kepadatan sedang) dengan sesuai
peraturan WHO dan dari data tersebut dapat dihitung angka bebas jentik
(ABJ) di Kelurahan Birobuli Selatan yaitu :
Jumlah rumah tanpa Jentik ABJ = x 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa 530 = x 100% = 88,04 % 602
Pemantauan Jentik Berkala yang dilaksanakan di Kelurahan
Birobuli Selatan pada bulan februari 2012 sampai bulan juni 2012
menunjukkan hasil masih rendahnya ABJ di pemukiman penduduk,
menunjukan bahwa, peran serta jumantik belum maksimal karena
pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun tidak
mencakup semua rumah warga. Begitu pula peran masyarakat dalam
mendukung gerakan PSN-3M plus masih belum memadai karena adanya
ketergantungan masyarakat terhadap pelaksanaan fogging sebagai satu-
satunya metode pemberatasan DBD yang dianggap paling baik dari pada
pelaksanaan PSN (3 M Plus) akan menjadi kendala dalam pemberantasan
DBD secara umum.
2. Analisis Statistik Variabel
Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan antar variabel dependen dan variabel independen. Seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa variabel dependen pada
penelitian ini adalah Keberadaan Jentik. Sedangkan variabel independen
yang diteliti hubungannya dengan variabel dependen.
1. Hubungan perilaku (Pengetahuan,sikap,tindakan) 3M plus dengan
keberadaan larva Aedes aegypti
a. Pengetahuan dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti
Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan
secara signifikan dengan keberadaan jentik pada penelitian ini
tergambar pada tabel dibawah ini:
Tabel 14 Distribusi Keberadaan Jentik Berdasarkan Pengetahuan
Responden Di Kelurahan Birobuli Tahun 2013
Sumber: Data Primer, 2013
Tabel 14 menunjukkan bahwa yang yang memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 49 responden. Yang terdiri dari, yang
keberadaan jentiknya negatif sebanyak 33 responden (67.3%) dan yang
Pengetahuan
Keberadaan Jentik Jumlah
p Negatif Positif
n % n % n %
Cukup 33 67.3 16 32.7 49 100.0
0.002 Kurang 13 31.7 28 68.3 41 100.0
Jumlah 46 51.1 44 48.9 90 100.0
keberadaan jentiknya positif yaitu sebanyak 16 responden (32.7%).
Sedangkan pengetahuan yang kurang sebanyak 41 responden yang
terdiri dari keberadaan larva Aedes aegypti. yang negative sebanyak 13
responden (31.7%) sedangkan yang positif 28 responden (68.3%). Dari
uji statistic menggunakan uji chi square diperoleh hasil nilai p = 0.002.
yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
keberadaan larva Aedes aegypti.
a. Sikap dengan Keberadaan larva Aedes aegypti
Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel
sikap merupakan salah satu faktor yang berhubungan secara signifikan
dengan keberadaan larva Aedes aegypti pada penelitian ini tergambar
pada tabel dibawah ini:
Tabel 15 Distribusi Keberadaan larva Aedes aegypti Berdasarkan Sikap
Responden Di Kelurahan Birobuli Tahun 2013
Sumber: Data primer 2013
Sikap Keberadaan Jentik
Jumlah p Negatif Positif
n % n % n % Positif 26 65.0 14 35.0 40 100.0
0.032 Negatif 20 40.0 30 60.0 50 100.0 Jumlah 46 51.1 44 48.9 90 100.0
Tabel 15 menunjukkan bahwa yang yang memiliki sikap
positif sebanyak 40 responden. Yang terdiri dari, yang keberadaan
larva Aedes aegypti nya negatif sebanyak 26 responden (65.0%) dan
yang keberadaan larva Aedes aegypti nya positif yaitu sebanyak 14
responden (35.0%). Sedangkan sikap yang negatif sebanyak 50
responden yang terdiri dari keberadaan larva Aedes aegypti yang
negative sebanyak 20 responden (40.0%) sedangkan yang positif 30
responden (60.0%). Dari uji statistic menggunakan uji chi square
diperoleh hasil nilai p = 0.032. yang berarti bahwa ada hubungan
antara sikap dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
b. Tindakan dengan Keberadaan larva Aedes aegypti
Hasil analisis bivariat untuk menganalisis apakah variabel
tindakan merupakan salah satu faktor yang berhubungan secara
signifikan dengan keberadaan larva Aedes aegypti pada penelitian ini
tergambar pada tabel dibawah ini:
Tabel 16
Distribusi Keberadaan larva Aedes aegypti Berdasarkan Tindakan
Responden Di Kelurahan Birobuli Selatan Tahun 2013
T
a
T
abel 16 menunjukkan bahwa yang yang memiliki tindakan yang baik
sebanyak 44 responden. Yang terdiri dari, yang keberadaan larvanya
negatif sebanyak 28 responden (63.6%) dan yang keberadaan larvanya
Tindakan Keberadaan Jentik
Jumlah p Negatif Positif
n % n % n % Baik 28 63.6 16 36.4 44 100.0
0.035 Buruk 18 39.1 28 60.9 46 100.0 Jumlah 46 51.1 44 48.9 90 100.0
positif yaitu sebanyak 16 responden (36.4%). Sedangkan tindakan yang
buruk sebanyak 46 responden yang terdiri dari keberadaan larvanya yang
negative sebanyak 18 responden (39.1%) sedangkan yang positif 28
responden (60.9%). Dari uji statistic menggunakan uji chi square
diperoleh hasil nilai p = 0.035. yang berarti bahwa ada hubungan antara
tindakan dengan keberadaan larva Aedes aegypti.
2. Jenis kontainer dengan keberadaan larva Aedes aegypti
Hubungan tingkat responden tentang pelaksanaan 3M plus dengan
keberadaan larva Aedes aegypti dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17 Hubungan jenis Kontainer TPA dengan keberadaan larva Aedes
aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu Jenis kontainer Keberadaan larva Total Uji statistik
Positif Negatif n % n % n %
P= 0.000 Bak Drum Ember Gentong Tempayan
8 7 11 6 4
19.0 70.0 12.8 42.9 11.1
34 3 75 8 3
81.0 30.0 87.2 57.1 88.9
42 10 86 14 36
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Jumlah 36 19.1 152 80.9 188 100,0
Sumber : Data Primer 2013
Tabel 17 menunjukkan bahwa keberadan larva yang positif paling
banyak pada ember dan bak mandi yaitu 11 (12.8%) dan 8 (19.0).Dari hasil
uji chi sguare diperoleh hasil nilai P=0.000 yang berarti ada hubungan antara
jenis kontainer dengan keberadaan larva Aedes aedypti
B. PEMBAHASAN
1. Perilaku 3M Plus dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti
a. Pengetahuan 3M plus Responden dengan Keberadaan larva
Dari Hasil Penelitian yang telah dilakukan pada 90 responden
di Kelurahan Birobuli Selatan Tahun 2013 tentang Pengetahuan
Responden terhadap 3M plus secara umum. Distribusi responden
dilihat dari tingkat Pengetahuan sebanyak 49 orang (54.4%)
memiliki Pengetahuan Baik dan 41 orang (45.6%) dengan
pengetahuan kurang.
Hasil uji statistik untuk mengetahui besarnya kolerasi antara
variabel pengetahuan PSN-3M Plus dengan keberadaan larva Aedes
aegypti Di Kelurahan Birobuli selatan Tahun 2013 dengan hasil p =
0,002, ini berarti terdapat hubungan antara variabel Pengetahuan
PSN 3M plus dengan keberadaan Larva.
Responden dengan pengetahuan baik tetapi masih positif
larva , berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat dari frekwensi
pengetahuan bahwa masih terdapat responden yang salah dalam
menjawab pertanyaan. Dari hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
masih ada responden yang kurang pengetahuan dalam hal tempat
perindukan nyamuk dan berapa hari sekali tempat tersebut harus
dikuras untuk mencegah dijadikannya tempat penampungan air
tersebut sebagai tempat yang potensial berkembangnya nyamuk.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Santoso dan Budiyanto (2008) mengenai hubungan pengetahuan
sikap dan perilaku masyarakat terhadap vector di kota Palembang
dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan vector DBD ( p value =0,000). Selain itu menurut hasil
penelitian yang dilakukan MuliaIdris Ramly (2003) di kota Jambi
bahwa Pengetahuan Responden yang tinggi tentang pemberantasan
Sarang Nyamuk (DBD) terkait erat dengan perubahan Perilaku
masyarakat terhadap pemberantasan nyamuk Aedes aegypti, dimana
masyarakat yang berpengetahuan baik tentang PSN – DBD sebesar
65 %. Hasil penelitian yang dilakukan Laksmono dikelurahan
Grondol Wetan, semarang menyatakan bahwa sebagian besar
responden yakni sekitar 73,3 % dari total responden memiliki
pengetahuan yang kurang, Sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sri wahyuni Tahun 1999 dikelurahan Padang Bulan
yang menyatakan bahwa mayoritas responden yang memiliki tingkat
pengetahuan Cukup. Hal ini menunjukan bahwa tingkat Pengetahuan
Masyarakat mengenai PSN masih belum dikatakan cukup baik
khususnya bagi masyarakat yang berada di luar daerah perkotaan
(Kelurahan) karena akses informasi 3 M dan sebagainya masih
belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat.
Pengetahuan Baik dan Kurang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti sumber Informasi dan faktor pendidikan serta
sektor lingkungan semakin banyak orang mendapatkan informasi
baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga dari petugas
kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang.
Menurut Depkes RI (2005) Bahwa pengetahuan baik diproleh
dari proses pembelajaran yang baik. Dengan demikian penyebab
tingginya angka responden yang memiliki angka kurang baik, salah
satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa diterima responden saat
mendapatkan pendidikan.
Sehingga dapat disimpulkan responden yang berpengetahuan
kurang baik mampu ditingkatkan untuk menjadi lebih baik lagi,
berdasarkan hasil pengamatan hal ini bisa jadi disebabkan kurangnya
minat masyarakat untuk menonton, membaca dan mendengarkan
hal-hal yang berhubungan dengan layanan kesehatan khususnya
mengenai PSN atau pemberantasan jentik. Pengetahuan Responden
terhadap upaya pemberantasan sarang Nyamuk khususnya
pelaksanaan 3 M
( Menguras, menutup, mengubur/menimbun) adalah untuk
mengetahui sejauh mana responden mengetahui cara-cara untuk
memberantasnya sehingga kejadian penyakit DBD atau malaria
dapat ditekan.
Menurut Notoatmodjo (1993) perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari dengan pengetahauan. Untuk itu diperlukan partisipasi aktif
dari seluruh masyarakat dan keluarga secara bersama-sama yang
berkesinambungan untuk melakukan Gerakan 3 M ( Menguras,
Menutup, Mengubur) di sekitar lingkungannya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1993).
Penelitian Rogers (1974) dalam (Notoatmodjo, 1993)
mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku
baru, di dalam diri orang tersebut telah terjadi beberapa proses yang
berurutan antara lain (1) Awareness (kesadaran), dimana orang
tersebut menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (obyek), 2) Interest, dimana orang mulai tertarik kepada
stimulus, (3) Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap orang
tersebut sudah lebih baik lagi, (4) Trial, dimana orang telah mencoba
perilaku baru dan (5) Adoption dimana subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Namun
demikian dari penelitian selanjutnya Roger smenyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas.
b. Sikap dengan Keberadaan larva
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 90 Responden di
Kelurahan Birobuli selatan tahun 2013 tentang Sikap terhadap PSN
dengan keberadaan jentik nyamuk secara umum sikap responden
dapat terlihat pada tabel distribusi menurut sikap responden terlihat
bahwa sikap baik oleh responden sebanyak 40 orang(44.4 %) dan
sikap yang kurang sebanyak 50 orang (55.6%).Sikap yang kurang
mengenai PSN pada responden lebih besar dibandingkan sikap yang
baik.
Hasil uji statistik untuk mengetahui besarnya kolerasi antara
variabel Sikap responden terhadap PSN dengan keberadaan larva Di
Kelurahan Birobuli selatan dengan hasil p = 0,032 berarti terdapat
hubungan antara variabel Sikap terhadap PSN dengan keberadaan
larva. Berdasarkan data hasil penelitian mengenai sikap tentang
tempat penampungan air yang tidak mungkin dikuras diberi abate
masih banyak responden yang menyatakan sikap kurang baik . Hal
ini akan memicu tindakan yang kurang untuk pencegahan penyakit
DBD dengan membersihkan tempat penampungan air dari jentik
nyamuk maupun telurnya. Padahal salah satu cara PSN – DBD pada
tempat penampungan air yang tidak mungkin dikuras yaitu dengan
abate dan atau ikanisasi. Selain itu pada pernyataan tentang sikap
pengasapan lebih efektif dari 3M, lebih banyak responden yang
menunjukan sikap kurang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Trinasari mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di wilayah kerja
Puskesmas Kanten Pelembang Tahun 2009. Yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan Kejadian DBD ( OR=
4,991 ).
Selain itu sejalan pula dengan penelitian fitrajaya mengenai
“Pengetahuan dan sikap masyarakat Kelurahan Tanjung Hulu
terhadap pemberantasan Sarang Naymuk (PSN DBD) Di Kota
Pontianak Tahun 2002” yang mana hasilnya adalah responden yang
bersikap positif lebih banyak atau cendrung melaksanakan PSN
(76,8%) lebih besar dibandingkan dengan responden yang bersikap
negatif (62,5%).
Sikap merupakan merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek yang
manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Newcomb,salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 1997).
Hal ini sesuai dengan teori Green (1980) Notoatmodjo (2003)
bahwa sikap berhubungan dengan Motivasi individu atau kelompok
dalam melakukan sesuatu, dengan demikian sikap positif dapat
memotivasi individu dalam melakukan kegiatan pemberantasan
jentik nyamuk sehingga angka kejadian DBD dapat dikurangi.
Diharapkan sikap yang baik dari masyarakat didukung
dengan perilaku pemberantasan jentik sebagai upaya pencegahan
DBD sehingga angka kejadian DBD dapat dikurangi. Kemaknaan
antara sikap dengan tindakan PSN-DBD mungkin saja terjadi karena
biasanya semakin positif sikap atau pandangan seseorang terhadap
suatu hal seperti misalnya sikap terhadap pemberantasan jentik,
maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan dalam hal tersebut.
c. Tindakan dengan Keberadaan larva
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 90 responden di
Kelurahan Birobuli selatan Tahun 2013 secara umum dapat dilihat
pada tabel distribusi menurut Tindakan responden. Terlihat bahwa
Tindakan baik oleh responden tentang PSN- DBD sebanyak 76
orang (46,9 %) dan tindakan yang negative sebanyak 46 orang
(51,1%). Tindakan kurang mengenai PSN-DBD lebih dominan
dibandingkan tindakan yang positif mengenai PSN-DBD (3M
plus).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Umiyati SR 1992
mengenai faktor yang berhubungan dengan keberadaan vector. Hasil
uji statistik untuk mengetahui besarnya kolerasi antara variabel
Tindakan responden dalam PSN DBD dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti dengan hasil p = 0,035 ini berarti terdapat hubungan
antara variabel Tindakan PSN-DBD dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti.
Sampai sekarang belum jelas hubungan antara kepadatan
populasi Aedes aegypti / Aedes albopictus dengan timbulnya wabah.
Ada wabah DBD meskipun populasi nyamuk Aedes aegypti rendah
atau sebaliknya (M Hasyimi, 1997).
Mengingat kebiasaan masyarakat yang masih kurang paham
mengenai PSN dalam hal ini 3M plus, sehingga perlu kegiatan
pengendalian vektor yang dianggap murah, aman, mudah serta
mempunyai nilai keberhasilan yang tinggi bila dilakukan secara
serentak dan berkesinambungan hal ini guna mensukseskan Program
Gerakan PSN DBD adalah keseluruhan kegiatan masyarakat dan
pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai
pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus.
Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari
keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan
bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta perilaku
sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera.
Gerakan PSN DBD ini bertujuan untuk membina peran serta
masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam
memberantas jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan
penyakit DBD dapat dicegah. Adapun sasaran utama gerakan PSN
DBD adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat umum
melakukan PSN DBD serta menjaga kebersihan lingkungan di
rumah dan lingkungannya masing-masing secara terus menerus.
Secara garis besar sasaran gerakan PSN DBD tercapainya angka
bebas jentik (ABJ) > 95% di Kecamatan endemis dan Kecamatan
sporadis DBD, dan > 80%di seluruh wilayah.
Secara umum tindakan diketahui adalah respon atau reaksi
individu terhadap stimulasi baik berasal dari dalam dirinya. Respon
atau reaksi individu terhadap stimulasi atau rangsangan terdiri
daridua bentuk yakni respon yang berupa tindakan yang dapat di
lihatdari luar dan dapat diukur di sebut sebagai perilaku yang tampak
(overt behavior). Dan juga respon yang berupa tindakan yang tidak
dapat dilihat langsung disebut sebagai perilaku yang tidak tampak
(covert behavior).
Dalam (Notoadmojo, 2007). Tindakan memiliki tingkatan-
tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah :
persepsi(perception), respon terpimpin (guided response),
mekanisme (Mecanisme ) dan adaptasi (Adaptation). Suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk terwujudkannya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor
fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain
misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain
(Notoatmodjo, 1997)
2. Jenis kontainer dengan keberadaan larva
Jenis kontainer yang diperiksa pada 90 rumah yang berada di
Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu terdiri dari TPA dan Non TPA .
Jenis TPA terdiri dari bak,drum,ember,gentong,tempayan sedang Non
TPA yaitu ban bekas,botol bekas,kaleng bekas,pot bunga,tempat minum
hewan talang dispenser talang kulkas,dan vas bunga.
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa dari 235 kontainer yang
diperiksa sebanyak 49 kontainer positif terdapat larva dan 186 kontainer
tidak terdapat larva. Jenis kontainer positif terdapat larva paling banyak
yaitu ember 11 (12.8%). Sedangkan untuk jenis kontainer tidak terdapat
larva paling banyak juga ember yaitu 75 (87.2%).
Dari uji statistik menggunakan Chi square diperoleh nilai p=
0.000 yang berarti ada hubungan antara jenis kontainer dengan
keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan.
Kebersihan kontainer merupakan faktor penting menyangkut .
membersihkan wadah/kontainer dapat dilakukan dengan pengurasan
yang rutin akan mengurangi habitat perkembang biakan nyamuk Aedes
aegypti. wadah TPA paling tinggi positif terdapat larva hal ini
disebabkan karena TPA merupakan tempat penampungan air untuk
keperluan sehari hari maupun bukan untuk keperluan sehari hari serta
membersihkan wadah belum menjadi kebiasaan yang kontinyu atau
rutin, teknik pengurasan yang kurang tepat, waktu pengurasan lebih dari
satu minggu dan lingkungan ruang maupun air yang mendukung
perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Agus,dkk di kota Palu (2007). Dari hasil statistic menggunakan Chi
square diperoleh nilai P=0.002 yang menunjukkan ada hubungan antara
jenis kontainer dengan keberadaan larva didaerah endemis DBD di kota
Palu.
3. Peranan jumantik
Berdasarkan Data dari jumantik di puskesmas Bulili Tahun
2012 dari 602 rumah yang diperiksa terdapat 72 rumah yang terdapat
larva, dan dari 901 kontainer yang diperiksa terdapat 76 positif larva
sehingga angka bebas jentik dikelurahan Birobuli selatan adalah
88.04% sedangkan standar Angka bebas jentik nasional yaitu > 95 %.
Sehingga dalam hal ini Peran serta jumantik belum maksimal karena
pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun tidak
mencakup semua rumah warga hal ini dapat menyebabkan adanya
kejadian DBD tiap tahun diwilayah tersebut. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Chadijah (2011) di Kelurahan
Palupi menunjukkan ABJ sebesar 68%, dan terjadi peningkatan pada
saat survei jentik akhir menjadi 89%. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan ABJ, walaupun masih dibawah ABJ nasional yang
diharapkan sebesar 95%. Hasil uji T berpasangan mendapatkan hasil
yaitu pemberdayaan jumantik dalam PSN DBD memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap peningkatan ABJ dan penurunan angka HI
(p=0,00).
Di Sulawesi Tengah, khususnya beberapa tahun terakhir,
kegiatan Jumantik (juru pemantau jentik) dapat dikatakan tidak ada.
Padahal jumantik merupakan salah satu bentuk pemberdayaan
masyarakat agar ada solusi untuk menekan populasi jentik Aedes
aegypti, karena jumantik bertugas melakukan pemeriksaan jentik secara
berkala dan terus menurus. sehingga pemantauan jentik itu dilakukan
oleh Petugas kesehatan yang ada di Puskesmas.
4. Densitas Larva
Pada penelitian yang dilakukan di Kelurahan Birobuli Selatan
kota Palu, diperoleh hasil yaitu dari 90 rumah responden yang diperiksa
diketahui positif jentik 44 rumah. Sedangkan 235 kontainer/wadah yang
diperiksa terdapat 49 positif larva
Kepadatan larva Aedes aegypti yang digunakan sebagai dasar
berfikir adalah kepadatan jentik yang digambarkan dengan berbagai
indeks (HI,BI,dan CI). Dan dengan indeks ini kemudian dikorelasikan
dengan angka Density figure yang ditetapkan oleh WHO.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa dari 90 rumah responden yang diperiksa ,didapatkan House
indeks (HI) 48.1% Container indeks (CI) 20.9%, dan Breteau indeks
(BI)54.4%, sehingga nilai Density figure berada pada angka 5
menunjukkan kepadatan sedang, dengan kepadatan sedang akan
mempengaruhi penyebaran distribusi penyakit DBD sehingga
memungkinkan terjadinya penyakit DBD tiap tahunnya selalu ada. Para
ahli dari WHO telah menetapkan indikator adanya ancaman wabah
dengue apabila daerah-daerah dengan Density figure diatas 5, ini berarti
besar sekali kemungkinan terjadinya transmisi penyakit demam
berdarah dengue, sedangkan apabila Density figure 1 , maka
kemungkinan transmisi penyakit demam berdarah dengue dianggap
kecil sekali. Hal ini didukung dengan kurang maksimalnya pelaksanaan
kegiatan 3M plus sehingga sering ditemukan kasus DBD diwilayah
Kelurahan Birobuli selatan. Dari 90 rumah yang diperiksa diketahui
Angka Bebas jentiknya (ABJ) sebesar 51,1% masih jauh dari standar
nasional (>95%). Dengan ABJ yang jauh dari standar yang diharapkan,
dapat dilihat dari jumlah kasus penderita DBD yang terus menerus ada
setiap tahunnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pemberantasan
vektor Demam Berdarah secara maksimal sebelum penyebaran penyakit
semakin bertambah luas.
Hasil penelitian yang dilakukan Syukur (2012), didapatkan 114
rumah dimana ditemukan 40 rumah yang positif larva Aedes aegypti,
jumlah kontainer 317 dimana ditemukan 54 positif larva Aedes aegypti
sehingga diperoleh House indeks 35,1%, container indeks 17.0 %, dan
Breteau indeks 47,1% yang tergolong dalam Density figure 5 tergolong
kepadatan sedang.
Mengigat kepadatan populasi vektor pada daerah tersebut cukup
tinggi maka disarankan kepada penduduk setempat agar melakukan
tindakan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk melalui
kegiatan 3M plus secara teratur dan berkesinambungan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Birobuli Selatan Kota palu
Sulawesi Tengah yang dilaksanakan mulai tanggal 24 Januari sampai
dengan 12 februari 2013. Adapun hal yang menjadi keterbatasan dalam
penelitian ini dalam memperoleh hasil yang tepat dan akurat antara lain :
1. Keterbatasan peneliti dalam merancang instrument penelitian
(Kuesioner) sehingga memungkinkan terjadinya bias pada hasil yang
diperoleh
2. Tidak ditelitinya beberapa faktor variabel yang dapat mempengaruhi
keberadaan larva Aedes aegypti seperti suhu, kelembaban, curah hujan,
musim dan kondisi lingkungan
3. Masih adanya responden yang kurang respon saat pengambilan data
primer dengan menggunakan kuesioner dan ketika melakukan
observasi didalam rumah. Hal ini disebabkan oleh kurang mengertinya
responden maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan walaupun
peneliti sudah berusaha menjelaskan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Hubungan perilaku 3 M plus dengan
keberadaan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubungan antara Perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) 3M
plus dengan keberadaan densitas larva Aedes aegypti di Kelurahan
Birobuli Selatan Kota Palu.
2. Terdapat hubungan Jenis kontainer di TPA dengan keberadaan larva
Aedes aegypti di Kelurahan Birobuli Selatan kota Palu. Jenis wadah
paling banyak ditemukan larva Aedes aegypti yaitu pada ember yaitu 11 (
12.8%)
3. Peranan jumantik dalam menurunkan HI,BI,CI, dalam peningkatan Angka
bebas jentik dan densitas larva Aedes aegypti di Birobuli Selatan kota
Palu belum maksimal, Dari perhitungan House indeks dan kontainer
indeks maka didapatkan Density figure adalah 3 Hal ini berarti densitas
larva terbilang padat (kepadatan sedang) dengan nilai Density figure
berada pada angka 3 Sesuai peraturan WHO dan ABJ (angka bebas jentik)
di Kelurahan Birobuli selatan adalah 88.04% sedangkan standar Angka
bebas jentik nasional yaitu > 95 % hal ini disebabkan karena
pemantauan jentik hanya dilakukan 1 kali dalam setahun itupun tidak
mencakup semua rumah warga hal ini dapat menyebabkan adanya
kejadian DBD tiap tahun diwilayah tersebut. .
4. Densitas larva Aedes aegypti pada hasil observasi masuk dalam kategori
kepadatan sedang dengan Density figure 5. Hal ini masih menunjukkan
masih besarnya resiko penularan penyakit DBD di Kelurahan Birobuli
Selatan.
B. Saran
1. Kepada pemerintah dan instansi yang terkait dalam hal ini Dinas
Kesehatan untuk mengintensifkan kegiatan pemberantasan Vektor
demam berdarah sehingga populasi nyamuk dapat diturunkan dan
ditiadakan.
2. Kepada warga masyarakat di Kelurahan Birobuli Selatan agar lebih
meningkatkan kegiatan 3M plus untuk mengurangi perkembang biakan
nyamuk Aedes aegypti.
DAFTAR PUSTAKA
Anton.,S.2008. Hubungan perilaku tentang pemberantasan Sarang nyamuk
dan kebiasaan keluarga Dengan kejadian demam berdarah dengue Di
kecamatan medan perjuangan Kota medan tahun 2008
http://eprints.undip.ac.id/16497/1/ANTON_SITIO.pdf (21
desember 2012)
Anonim, 2011.Informasi umum penyakit Demam Berdarah Dengue. [Online].
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UM
UM_DBD_2011.pdf. [ Diakses 20 november 2012].
Anonim.2008.KataPengantar-
DepartemenKesehatanRepublikIndonesia.[Online].
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kota%20palu%202008.pd
f [Diakses tanggal 20 Nopember 2012].
Ahira.,A.(gerakan3 M demam berdarah .(online)
http://www.anneahira.com/3m-demam-berdarah.htm (diakses 12
desember 2012)
Admin. 2010. Inilah Pengertian 3M plus Yang Sesungguhnya. (online)
http://sobatsehat.com/2010/02/21/inilah-pengertian-3m-plus-yang
sesungguhnya/ (diakses 12 desember 2012)
Anonim.2012.Pengertian densita. (online)
.http://www.artidefinisi.com/2012/07/pengertian-densitas.html.
(diakses 12-desember 2012)
Anonim.,2012, pengertian larva. (online).
http://www.artidefinisi.com/2012/07/pengertian-larva.html (diakses
12 desember 2012)
Anonim, 2012.Tangani DBD Melalui Pelatihan Jumantik. (online).
http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/explore/layout/berita/18
-tepat-tangani-demam-melalui-pelatihan-kader-jumantik. (diakses 13
desember 2012)
Anonim,.2011. informasi umum penyakit demam berdarah dengue. (online)
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/INFORMASI_UM
UM_DBD_2011.pdf (diakses 20 november 2012)
Budiayanto,.A dkk(2005) studi indeks larva nyamuk aedes aegypti dan
hubungannya dengan psp masyarakat tentang penyakit DBD dikota
Palembang sumatera selatan tahun 2005(online)
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bulbaturaja/article/do
wnload/1187/628 (diakses 9 April 2013)
Chadijah,S,. Rosmini,.Halimuddin, 2011. Peningkatan Peranserta Masyarakat
Dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dbd (Psn-Dbd)
Di Dua Kelurahan Di Kota Palu, Sulawesi Tengah. [Online]. Media
Litbang Kesehatan Volume 21
Nomor.4.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/
download/82/71 [diakses 10 November 2012]
Chandra . 2010. profil kesehatan provinsi sulawesi tengah tahun 2010
Chandra. [Online]
http://chandrax.files.wordpress.com/2011/11/narasi2010full.pdf
(diakses 18 november 2012)
Dinkes Sulteng, 2011.Profil kesehatan Sulawesi tengah 2010. (online)
http://chandrax.files.wordpress.com/2011/11/narasi2010full.pdf.
(diakses 10 november 2012).
Depertemen kesehatan RI, 2009. Profil kesehatan Indonesia 2008. (online)
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan
%20Indonesia%202008.pdf. (diakses 13 desembaer 2012)
Depertemen kesehatan RI ,2012.Profil kesehatan Indonesia 2011.(online)
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATA
N_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf (diakses Desember 2012)
Fathi, dkk. 2005. Peran faktor lingkungan dan prilaku terhadap penularan
demam berdarah dengue dikota mataram, jurnal kesehatan
lingkungan, (online).
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-01.pdf ( diakses 8
november 2012)
Gama.A.T.,& Betty.F.R.2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam
berdarah dengue Di Desa Mojosongokabupaten Boyolali .
EKSPLANASI.
[Online].Volume5,Nomor.2.http://www.kopertis6.or.id/journal/index
.php/eks/article/download/12/10 [diakses 10 November-2012]
Hadinegoro & Satari.,H.I 2002.Pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak &
dokter spesialis penyakit dalam tetalaksana kasus DBD. fakultas
kedokteran universitas Indonesia.
Hasyimi., 1997. Dampak PSN dalam Pencegahan DBD terhadap kepadatan
vektor di kecamatan Pulogadung Jakarta Timur. Cermin Dunia
Kedokteran No. 119.
Irfansyah., Karim.,M.,H & Muhadi.,F.,J(2008). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Densitas Jentik Aedes aegypti di Kelurahan Banta-
Bantaeng Kecamatan Rappocini kota Makassar (Online)
.http://journal.umi.ac.id/pdfs/Faktor_faktor_yang_Mempengaruhi_De
nsitas_Jentik_Aedes_aegypti_di_Kelurahan_Banta_Bantaeng_%20%2
0Kecamatan_Rappocini_kota_Makassar.pdf .Jurnal Kesehatan
Masyarakat Madani, Vol.01 No.01, Tahun 2008 (12 desember 2012)
Ishak, H. dkk. 2012. Panduan Penulisan Skripsi: Untuk Kalangan Sendiri.
Makassar: Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unhas.
Kasjono ,H.S & Yasril , 2009. Tehnik sampling untuk penelitian kesehatan,
Yogyakarta, graha ilmu
Mahardika.,W. 2009. Hubungan Antara Perilaku Kesehatan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cepiring Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal Tahun 2009.
[Online]. http://lib.unnes.ac.id/159/1/6117.pdf [diakses 7 November
2012]
Notoatmojo., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta ,
Rineka Cipta
Notoatmojo.,2005. Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi ,
Jakarta,Rineke cipta.
Notoatmojo.,2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni,Jakarta, Rineke cipta.
Santoso & Budiyanto,.A 2008 .Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku
(Psp) Masyarakat Terhadap Vektor Dbd Di Kota Palembangprovinsi
Sumatera Selatan (Online)Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2,
Agustus 2008 : 732 – 739
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%207/1-Santoso.pdf
diakses 12 desember 2012)
Soedarmo., 2005.Demam berdarah dengue pada anak.jakarta.universitas
Indonesia.
Syukur.,I.2012.pemetaan distribusi larva Aedes egypti dikelurahan
Tamalanrea indah kecamatan tamalanrea kota Makassar.Skripsi
sarjana.fakultas kesehatan masyarakat.universitas hasanuddin
Makassar.
Umiyati.,SR. 1992. Survey Vektor DBD di Perumnas Condong Catro
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat VIII
(2). Hal 103-107 (online)
Pujiyanti1,.A.,Triratnawati,A.2011. Pengetahuan Dan Pengalaman Ibu
Rumah Tangga Atas Nyamuk Demam Berdarah Dengue. (online).
MAKARA, KESEHATAN, vol. 15, no. 1,
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/download/792/754
(diakses 13 desember 2012)
WHO.1999. :Demam berdarah dengue.jakarta (EGC)
WHO 2004. Pencegahan dan pengendalian dengue & demam berdarah.
Jakarta (EGC)
Widagdo,.L, Husodo,B.T,. Bhinur (2008). Kepadatan Jentik Aedes aegypti
Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3m
Plus): Di Kelurahan Srondol Wetan, Semarang (online) MAKARA,
KESEHATAN, VOL. 12, NO. 1, JUNI 2008: 13-19.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/ead246ab2a3f2206ed8e1d
eb7dff8ad289b6059a.pd (diakses7 April 2013)
Widjaja,.Y,anastasia,,H.agus.,M dan risti (2007) Tempat perkembang biakan
jentik aedes aegipty dikota palu.(online)
http://www.bp4b2donggala.litbang.depkes.go.id/jurnals/tempat2007.p
df
(diakses 15 April 2013)
Yeni. 2012. Kasus DBD di Kota Palu Mulai Menurun | Radio Republik
Indonesia ... [Online] http://www.rripalu.com/?q=content/kasus-dbd-
di-kota-palu-mulai-menurun. [diakses 18 November 2012]
Zulkarnaini, Siregar, YI, Dameria (2008).Hubungan Kondisi Sanitasi
Lingkungan Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor
Dengue Di Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue Kota Dumai
Tahun 2008. 2008. . [Online]. 2 (3)
http://lib.unri.ac.id/data/images/phocadownload/2_3__ZKN_dameria_
115-124_.pdf [diakses 12 November 2012]
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN DENSITAS LARVA
Aedes aegypti DI BIROBULI SELATAN KOTA PALU
SULAWESI TENGAH
A. Hari dan Tanggal :
B. Identitas Responden
1. Nomor Responden : (diisi peneliti)
2. Nama Responden :
3. Umur : Tahun
4. Pekerjaan :
5. Yang sering melakukan 3 M plus :
6. Jenis kelamin :
7. Jumlah anggota Keluarga :
8. Alamat :
RT : RT:
C. Wawancara ( Beri tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap
benar)
1. Pengetahuan
1. Apakah bapak/ibu tau apa itu 3M plus ?
a. menguras,menutup,mengubur,menggunakan abate ,memelihara
ikan pemakan jentik (3)
b. menutup,menguras,mengubur (2)
c. Tidak tau (1)
2. Apakah bapak/ibu tau tentang perlunya 3M plus ?
a. Untuk mencegah perkembang biakan nyamuk aedes aegypti (3)
b. Untuk menghindari gigitan nyamuk (2)
c. Tidak tahu (1)
3. Apakah bapak/ibu tahu ciri-ciri nyamuk aedes aegypti ?
a. Kecil,warna hitam belang-belang (3)
b. mengigit pada siang hari (2)
c. Besar , berwarna hitam (1)
4. Apakah bapak/ibu tahu dimana nyamuk aedes aegypti biasanya
beristirahat?
a. Pakaian (3)
b. Dinding (2)
c. Tidak tau (1)
5. Nyamuk DBD menggigit pada saat kapan ?
a. Pagi hari dan sore hari (3)
b. Siang hari (2)
c. Tidak tahu (3)
6. Apakah bapak/ ibu mengetahui tempat perkembang biakan nyamuk
aedes aegupti ?
a. Tempat penampungan air ( bak mandi/ wc,tempayan )yang tidak
kontak dengan tanah (3)
b. Kaleng bekas, ban, botol, plastic bekas,pot bunga, tempat minum
hewan piaraan,talang kulkas (2)
c. Selokan,got, parit dan rawa-rawa (1)
7. Bagaimana Cara untuk mencegah gigitan nyamik DBD pada saat tidur
?
a. menggunakan kelambu (3)
b. menggunakan anti nyamuk (2)
c. menggunakan kipas angin (1)
8. Bagaimana Cara memberantas sarang nyamuk aedes aegypti ?
a. menutup,menguras,mengubur,menabur, abate,memakai obat nyamuk
(3)
b. menutup,menguras,mengubur (2)
c. Membakar sampah (1)
2. Sikap
1. Apakah bapak /ibu setuju apabila sarang nyamuk Aedes aegypti
dibasmi?
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
2. Setujukah bapak ibu dalam menghindari gigitan nyamuk aedes aegypti
dilakukan dengan 3 M (menutup,menuras, mengubur)
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
3. Setujukah bapak ibu dengan menggunakan kelambu/obat nyamuk
pada waktu tidur dapat mencegah gigitan nyamuk aedes aegypti
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
4. Apakah penyuluhan dan pemeriksaan jentik nyamuk oleh petugas
perlu dilakukan
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
3.Tindakan
1. Bagaimana cara bapak/ibu membersihkan tempat penampungan
airnya?
a. menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali,
dengan menggunakan sikat dan sabun (3)
b. menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali,
dengan membuang saja airnya (2)
c. menguras airnya pada saat kotor……. (1)
2. BagaimanaTindakan bapak / ibu dalam menghindari nyamuk DBD
di tempat penyimpanan air?
a. menutup tempat penampungan air rapat-rapat (3)
b. Menutup tempat penampungan air (2)
c. Tidak menutup (1)
3. Bagaimana tindakan bapak/ibu membuang sampah
b. membuang sampah pada tempatnya dan membakarnya jika sudah
penuh (3)
c. membuang ditempat sampah (2)
d. lain- lain sebutkan (1)
4. Bagaimanakah tindakan bapak ibu dalam mengantung pakaian
setelah habis dipakai ?
a. tidak menggantung baju dalam waktu yang lama (3)
b. mengantung baju sebelum dicuci (2)
c. menggantung baju dalam waktu yang lama (1)
5. Apakah bapak ibu Memakai kelambu pada waktu tidur?
a. memakai kelambu saat tidur pada pagi dan sore hari dan kelambu
masih dalam kondisi sempurna (3)
b. memakai kelambu pada saat malam hari saja (2)
c. tidak memakai kelambu (1)
6. Bagaimana Tindakan bapak ibu dalam menghindari gigitan nyamuk
a. memakai lotion anti nyamuk pada saat pergi keluar rumah dan
tidur pada pagi sampai sore hari (3)
b.memakai obat nyamuk pada malam hari (2)
c. tidak memakai penolak nyamuk (1)
7. Bagaimana Tindakan bapak ibu untuk memberantas nyamuk
ditempat penampungan air ?
a. menabur bubuk Abate sesuai takaran dan aturan (1sdm peres (±10
gram) untuk 100 liter air) pada tempat penampungan air (3)
b. menaburkan abate seadanya (2)
c. tidak memberi apa apa (1)
5. Lembar Observasi
1. Tempat penampungan air memiliki penutup
a. Ada,kondisi baik (3)
b. Ada kondisi rusak (2)
c. Tidak ada penutup (1)
2. Penutup penampungan air rapat
a. Tertutup rapat (3)
b. Penutup longgar (2)
c. Tidak memiliki penutup (1)
3. Ditemukan jentik pada TPA
a. Tidak ditemukan jentik pada TPA (3)
b. Ditemukan jentik 1 pada TPA (2)
c. Ditemukan jentik lebih dari 1 pada TPA (1)
4. Ditemukan jentik pada non TPA
a. Tidak ditemukan jentik (3)
b. Ditemukan jentik 1 pada non TPA (2)
c. Ditemukan jentik lebih dari 1 pada non TPA (1)
5. Ditemukan jentik ditempat sampah responden
a. Tidak ditemukan jentik (3)
b. Ditemukanjentik 1 (2)
c. Ditemukan jentik lebih dari 1 (1)
6. Rumah responden menggunakan kasa
a. Ada, kondisi bagus (3)
b. Ada, kondisi buruk (2)
c. Tidak memakai kasa (1)
7. Ada pakaian tergantung dirumah responden
a. Tidak ada tergantung (3)
b. Ada, tergantung sementara (2)
c. Ada tergantung lama (1)
8. Responden memelihara ikan pemakan jentik
a. Memelihara ikan pemakan jentik (3)
b. Memelihara ikan bukan pemakan jentik (2)
c. Tidak memelihara ikan (1)
9. Responden memiliki kelambu didalam rumah
a. Memiliki, kondisi bagus (3)
b. Memiliki kondisi buruk (robek) (2)
c. Tidak memiliki (1)
LEMBAR OBSRVASI KEPADATAN LARVA DAN JENIS WADAH PENYIMPANAN AIR
Nama : Alamat : RT/RW : 1.TPA No Jenis TPA Jumlah Keberadaan
larva Kondisi
Terbuka Tertutup Penutup longar
1 Drum
2 Tampayan
3 Bak
4 Embar plastik
2. NON TPA
No Jenis TPA Jumlah Keberadaan larva
1 Penadah kulkas
2 Penadah dispenser
3 Pot bunga 4 Tempat minum hewan
5 Botol bekas 6 Ban bekas
7 Kaleng bekas
HASIL ANALISIS
Alamat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid RW I 14 15.6 15.6 15.6
RW II 13 14.4 14.4 30.0
RW III 22 24.4 24.4 54.4
RW IV 12 13.3 13.3 67.8
RW V 16 17.8 17.8 85.6
RW VI 13 14.4 14.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
13 2 2.2 2.2 2.2
15 3 3.3 3.3 5.6
16 1 1.1 1.1 6.7
17 3 3.3 3.3 10.0
18 3 3.3 3.3 13.3
19 2 2.2 2.2 15.6
20 2 2.2 2.2 17.8
22 2 2.2 2.2 20.0
27 1 1.1 1.1 21.1
28 3 3.3 3.3 24.4
30 3 3.3 3.3 27.8
31 1 1.1 1.1 28.9
32 1 1.1 1.1 30.0
33 2 2.2 2.2 32.2
34 1 1.1 1.1 33.3
35 2 2.2 2.2 35.6
36 1 1.1 1.1 36.7
37 1 1.1 1.1 37.8
38 4 4.4 4.4 42.2
40 7 7.8 7.8 50.0
41 2 2.2 2.2 52.2
42 5 5.6 5.6 57.8
43 2 2.2 2.2 60.0
44 1 1.1 1.1 61.1
45 6 6.7 6.7 67.8
47 6 6.7 6.7 74.4
48 1 1.1 1.1 75.6
50 5 5.6 5.6 81.1
51 3 3.3 3.3 84.4
52 2 2.2 2.2 86.7
54 2 2.2 2.2 88.9
58 59 60 65 69 75 80 Total
1 1 4 1 1 1 1
90
1.1 1.1 4.4 1.1 1.1 1.1 1.1
100.0
1.1 1.1 4.4 1.1 1.1 1.1 1.1
100.0
90.0 91.1 95.6 96.7 97.9 98.9
100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
- 3 3.3 3.3 3.3
BUMN 1 1.1 1.1 4.4
DOSEN 2 2.2 2.2 6.7
GURU 1 1.1 1.1 7.8
HONORER 1 1.1 1.1 8.9
IRT 41 45.6 45.6 54.4
KARYAWAN SWASTA 1 1.1 1.1 55.6
MAHASISWA 7 7.8 7.8 63.3
PEGAWAI 1 1.1 1.1 64.4
PEGAWAI SWASTA 1 1.1 1.1 65.6
PELAJAR 8 8.9 8.9 74.4
PENSIUNAN 4 4.4 4.4 78.9
PENSIUNAN PNS 1 1.1 1.1 80.0
PNS 4 4.4 4.4 84.4
SWASTA 9 10.0 10.0 94.4
WIRASWASTA 5 5.6 5.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 19 21.1 21.1 21.1
perempuan 71 78.9 78.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
V_Tahu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Cukup 49 54.4 54.4 54.4
Kurang 41 45.6 45.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
V_Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Positif 40 44.4 44.4 44.4
Negatif 50 55.6 55.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
V_Tindakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Baik 44 48.9 48.9 48.9
Buruk 46 51.1 51.1 100.0
Total 90 100.0 100.0 1. frekwensi & cara pengurasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 58 64.4 64.4 64.4
2 11 12.2 12.2 76.7
3 21 23.3 23.3 100.0
Total 90 100.0 100.0 2. kondisi tempat penyimpanan air
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 29 32.2 32.2 32.2
2 54 60.0 60.0 92.2
3 7 7.8 7.8 100.0
Total 90 100.0 100.0 3. Tindakan buang sampah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 46 51.1 51.1 51.1
2 40 44.4 44.4 95.6
3 4 4.4 4.4 100.0
Total 90 100.0 100.0 3. Tindakan buang sampah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 46 51.1 51.1 51.1
2 40 44.4 44.4 95.6
3 4 4.4 4.4 100.0
Total 90 100.0 100.0
4. gantung pakaian habis pakai
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 30 33.3 33.3 33.3
2 54 60.0 60.0 93.3
3 6 6.7 6.7 100.0
Total 90 100.0 100.0 5. pakai kelambu wktu tidur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 4 4.4 4.4 4.4
2 21 23.3 23.3 27.8
3 65 72.2 72.2 100.0
Total 90 100.0 100.0 6. cara hindari gigitan nyamuk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
1 19 21.1 21.1 21.1
2 45 50.0 50.0 71.1
3 26 28.9 28.9 100.0
Total 90 100.0 100.0 7.tindakan berantas jentik di penampungan air
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 27 30.0 30.0 30.0
2 27 30.0 30.0 60.0
3 36 40.0 40.0 100.0
Total 90 100.0 100.0
Jentik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Negatif 46 51.1 51.1 51.1
Positif 44 48.9 48.9 100.0
Total 90 100.0 100.0
Crosstab
Alamat * V_Pengetahuan Crosstabulation
Count
V_Pengetahuan
Total Cukup Kurang
Alamat RW I 7 7 14
RW II 6 7 13
RW III 12 10 22
RW IV 5 7 12
RW V 11 5 16
RW VI 8 5 13
Total 49 41 90
Alamat * V_Sikap Crosstabulation
Count
V_Sikap
Total Positif Negatif
Alamat RW I 7 7 14
RW II 4 9 13
RW III 9 13 22
RW IV 6 6 12
RW V 7 9 16
RW VI 7 6 13
Total 40 50 90
Alamat * V_Tindakan Crosstabulation
Count
V_Tindakan
Total Baik Buruk
Alamat RW I 9 5 14
RW II 6 7 13
RW III 11 11 22
RW IV 5 7 12
RW V 6 10 16
RW VI 7 6 13
Total 44 46 90
Alamat * Jentik Crosstabulation
Count
Jentik
Total Negatif Positif
Alamat RW I 10 4 14
RW II 6 7 13
RW III 9 13 22
RW IV 6 6 12
RW V 12 4 16
RW VI 3 10 13
Total 46 44 90
Alamat * V_Pengetahuan * Jentik Crosstabulation Count
Jentik
V_Pengetahuan
Total Cukup Kurang
Negatif Alamat RW I 7 3 10
RW II 5 1 6
RW III 6 3 9
RW IV 4 2 6
RW V 8 4 12
RW VI 3 0 3
Total 33 13 46
Positif Alamat RW I 0 4 4
RW II 1 6 7
RW III 6 7 13
RW IV 1 5 6
RW V 3 1 4
RW VI 5 5 10
Total 16 28 44
V_Tahu * Jentik
Crosstab
Jentik Total
Negatif Positif
V_Tahu
Cukup Count 33 16 49
% within V_Tahu 67.3% 32.7% 100.0%
Kurang Count 13 28 41
% within V_Tahu 31.7% 68.3% 100.0%
Total Count 46 44 90
% within V_Tahu 51.1% 48.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.347a 1 .001
Continuity Correctionb 9.965 1 .002
Likelihood Ratio 11.595 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.221 1 .001
N of Valid Cases 90
Alamat * V_Sikap * Jentik Crosstabulation Count
Jentik V_Sikap Total
Positif Negatif
Negatif Alamat RW I 6 4 10
RW II 3 3 6
RW III 4 5 9
RW IV 5 1 6
RW V 6 6 12
RW VI 2 1 3
Total 26 20 46
Positif Alamat RW I 1 3 4
RW II 1 6 7
RW III 5 8 13
RW IV 1 5 6
RW V 1 3 4
RW VI 5 5 10
Total 14 30 44
V_Sikap * Jentik
Crosstab
Jentik Total
Negatif Positif
V_Sikap
Positif Count 26 14 40
% within V_Sikap 65.0% 35.0% 100.0%
Negatif Count 20 30 50
% within V_Sikap 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 46 44 90
% within V_Sikap 51.1% 48.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.558a 1 .018
Continuity Correctionb 4.603 1 .032
Likelihood Ratio 5.625 1 .018
Fisher's Exact Test .021 .016
Linear-by-Linear Association 5.497 1 .019
N of Valid Cases 90
Alamat * V_Tindakan * Jentik Crosstabulation
Jentik
V_Tindakan
Total Baik Buruk
Negatif Alamat RW I 8 2 10
RW II 4 2 6
RW III 5 4 9
RW IV 4 2 6
RW V 5 7 12
RW VI 2 1 3
Total 28 18 46
Positif Alamat RW I 1 3 4
RW II 2 5 7
RW III 6 7 13
RW IV 1 5 6
RW V 1 3 4
RW VI 5 5 10
Total 16 28 44
V_Tindakan * Jentik
Crosstab
Jentik Total
Negatif Positif
V_Tindakan
Baik Count 28 16 44
% within V_Tindakan 63.6% 36.4% 100.0%
Buruk Count 18 28 46
% within V_Tindakan 39.1% 60.9% 100.0%
Total Count 46 44 90
% within V_Tindakan 51.1% 48.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.405a 1 .020
Continuity Correctionb 4.469 1 .035
Likelihood Ratio 5.461 1 .019 Fisher's Exact Test .023 .017
Linear-by-Linear Association 5.345 1 .021 N of Valid Cases 90
Kontainer * Larva Crosstabulation TPA
Larva Total
Tidak ya
Kontainer
Bak Count 34 8 42
% within Kontainer 81.0% 19.0% 100.0%
Drum Count 3 7 10
% within Kontainer 30.0% 70.0% 100.0%
ember Count 75 11 86
% within Kontainer 87.2% 12.8% 100.0%
gentong Count 8 6 14
% within Kontainer 57.1% 42.9% 100.0%
tempayan Count 32 4 36
% within Kontainer 88.9% 11.1% 100.0%
Total Count 152 36 188
% within Kontainer 80.9% 19.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 25.533a 4 .000
Likelihood Ratio 20.503 4 .000
N of Valid Cases 188
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nahdah
Tempat/Tanggal Lahir : Soppeng 30 Agustus 1983
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Griya Atirah permai Makassar
Pendidikan : a. SDN 244 Lawo Tahun 1996
b. SMPN 2 Watan Soppeng 1999
c. SMAN 3 Watan Soppeng 2002
d. AKL-Muhammadiyah Makassar 2005
e. Diterima di FKM Unhas pada Tahun 2011
Nama Orang tua : a. Ayah : Syarifuddin
b. Ibu : Nuraini
Anak ke : 2 (dua) dari 6 (enam) bersaudara