skripsi hariono s - repository.unja.ac.id s_d1b011016.pdfabstrak hariono s, faktor – faktor yang...
TRANSCRIPT
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PADI SAWAH ORGANIK DAN NON ORGANIK
DI KECAMATAN MUARA BULIAN
KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
HARIONO S
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PADI SAWAH ORGANIK DAN NON ORGANIK
DI KECAMATAN MUARA BULIAN
KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
HARIONO S
D1B011016
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah
Organik dan Non Organik di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari”
oleh Hariono S No. Mhs D1B011016 telah diuji dan dinyatakan lulus pada tanggal 27
Maret 2017 dihadapan Tim Penguji yang terdiri atas :
Ketua : Ir. Emy Kernalis, M.P
Sekretaris : Aprollita, SP, M.Si
Penguji Utama : Ir. Arsyad Lubis, M.Si
Penguji Anggota : 1. Dr. Ir. H. Saad Murdy, M.S
: 2. Pera Nurfathiyah, SP, M.Si
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr.Ir.H. Saad Murdy, M.S Pera Nurfathiyah, SP, M.Si
NIP. 19560512 198403 1 004 NIP.19780210 200801 2 022
Mengetahui
Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Ir. Emy Kernalis, M.P
NIP. 19590520 198603 2 002
ABSTRAK
HARIONO S, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik
dan Non Organik di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Dibimbing
oleh Bapak Dr. Ir. H. Saad Murdy, M.S dan Ibu Pera Nurfathiyah, SP, M.Si.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui 1) faktor – faktor yang mempengaruhi
produksi padi sawah organik dan non organik di Kecamatan Muara Bulian, 2)
mengetahui pendapatan dan penerimaan yang diterima petani padi sawah organik
dan non organik di Kecamatan Muara Bulian. Objek penelitian ini adalah petani
yang mengusahakan padi sawah organik dan non organik di Kecamatan Muara Bulian
Kabupaten Batanghari. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Metode penarikan sampel menggunakan sensus dan pemilihan
daerah penelitian secara purposive. Analisis data menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
secara nyata terhadap produksi padi sawah organik dan non organik sebanyak
empat variabel yaitu pupuk (X4), Benih (X1), tenaga kerja (X5) dan pestisida (X3).
Rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani padi sawah organik adalah Rp.
21.402.500 sedangkan petani padi sawah non organik Rp. 16.654.761. Pendapatan
yang diterima oleh petani padi sawah organik adalah Rp. 17.879.913,6 sedangkan
petani padi sawah non organik Rp. 13.089.941,3. Pendapatan dan penerimaan
petani padi sawah organik lebih besar dari petani padi sawah non organik.
Sehingga disimpulkan bahwa faktor – faktor produksi yang ada mempengaruhi
produksi padi sawah organik dan non organik di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari.
Kata Kunci: Padi Non Organik, Padi Organik, Pendapatan
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hariono S
NIM : D1B011016
Jurusan/Program Studi : Agribisnis
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini belum pernah diajukan dan tidak dalam proses pengajuan
dimanapun juga oleh siapapun juga.
2. Semua sumber kepustakaan dan bantuan dari pihak yang diterima selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini telah dicantumkan atau dinyatakan pada
bagian yang relevan dan skripsi ini bebas dari plagiatrisme.
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini telah diajukan atau dalam
proses pengajuan oleh pihak lain dan terdapat plagiatrisme di dalam skripsi
ini maka, penulis bersedia menerima sanksi dengan pasal 12 ayat (1) butir (g)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang
pencegahan dan pengulangan plagiat di perguruan tinggi yakni pembatalan
ijazah.
Jambi, Juni 2017
Yang membuat
pernyataan,
Hariono S
D1B011016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi, pada tanggal 21 Januari 1992
dengan nama Hariono S. Penulis merupakan anak pertama
dari pasangan Bapak J. Sianturi dan Ibu N. Manullang.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 42 Jambi pada Tahun 2004, dan kemudian dilanjutkan
dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 16
Jambi pada Tahun 2007, dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Jambi dan lulus pada tahun Tahun 2010.
Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Jambi dan diterima
di Program Studi Agribisnis Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian melalui Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Danau,
Kecamatan Nalo Tantan pada semester Genap tahun 2014. Pada tanggal 27 Maret
2017 penulis melaksanakan ujian skripsi yang berjudul “Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik dan Non Organik di Kecamatan Muara
Bulian Kabupaten Batanghari” dihadapan Tim Penguji dan dinyatakan lulus dengan
menyandang gelar Sarjana Pertanian (SP).
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
1. Terima kasih kepada kedua Orang Tuaku yang tercinta Bapak J. Sianturi dan
Ibuku N. Manullang serta adik – adikku Suparto Sianturi, Imelda Sianturi, dan
Sutrisno Sianturi yang telah memberikan dukungan dan semangat, serta
mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan dapat
lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
2. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. A. Riduan, M.Si selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Jambi, Kepada Ibu Ir. Emy Kernalis M.P selaku Ketua
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi, kepada Ibu Ir. Adlaida
Malik M.S selaku Sekretaris Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
3. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H. Saad Murdy, M.S selaku Dosen
Pembimbing I dan Ibu Pera Nurfathiyah, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran dalam memberikan
bimbingan, masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Terima kasih kepada Ibu Ir. Emy Kernalis, M.P selaku Ketua Penguji , Ibu
Aprollita, SP, M.Si sebagai sekretaris dan Bapak Ir. Arsyad Lubis, M.Si selaku
Penguji Utama yang telah memberikan tambahan informasi dan masukan kepada
penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi
yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan
serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung penulis dalam
penyelesaian skripsi ini dengan pemberian data-data yang dibutuhkan penulis
yaitu Bapak Atiq, Penyuluh Pertanian desa Pasar Terusan dan Malapari, dan
seluruh responden dalam penulisan skripsi ini.
7. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku (Andreas, Debora, Emma, Ria) di
pelayanan Perkantas yang menolong dan memotivasi didalam penulisan ini
8. Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Agribisnis 2011 yang telah membantu,
memberi semangat dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Terimakasih kepada bang Fernando Purba yang terus mengingatkan dan memberi
semangat untuk terus mengerjakan.
10. Terima kasih kepada Adik Kelompok Kecilku (Alber, Krielson, Andika, dan
Bintan) yang terus menguatkan didalam mengerjakan skripsi
11. Terimakasih untuk yang terkasih Ester FJ Tampubolon yang terus menolong,
memberi motivasi dan menyemangati untuk tidak malas dalam mengerjakan
skripsi
12. Serta semua pihak yang telah ikut serta membantu penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
Terima Kasih
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik dan Non
Organik di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir.
H. Saad Murdy, M.S selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan kepada Ibu Pera
Nurfathiyah, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta saran yang berguna dalam penulisan skripsi ini. Selain itu
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga tercinta, serta
seluruh teman-teman yang senantiasa memberikan kritik dan saran sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas perhatian
pembaca penulis mengucapkan terima kasih.
Jambi, Juni 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
1.3.2 Kegunaan Penelitian ................................................................. 10
II . TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11 2.1 Usahatani Padi Sawah Rawa Lebak .................................................... 11
2.2 Pertanian Nonorganik ......................................................................... 12
2.3 Pertanian Organik ............................................................................... 14
2.4 Perbedaan Usahatani Padi Sawah Nonorganik dan Organik .............. 16
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik
dan Non Organik ................................................................................. 17
2.5.1 Benih ......................................................................................... 17
2.5.2 Luas lahan ................................................................................ 17
2.5.3 Pupuk ........................................................................................ 18
2.5.4 Pestisida .................................................................................... 18
2.5.5 Tenaga Kerja ............................................................................. 18
2.5.6 Biaya ......................................................................................... 19
2.5.7 Tingkat Pendidikan Formal....................................................... 20
2.6 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani............................................... 21
2.6.1 Penerimaan Usahatani ............................................................... 21
2.6.2 Pendapatan Usahatani ............................................................... 22
2.7 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 24
2.8 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 25
2.9 Hipotesis.............................................................................................. 28
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 29 3.1 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 29
3.2 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data ............................................ 30
3.3 Metode penarikan Sampel ................................................................... 30
3.4 Metode Analisis Data .......................................................................... 32
iii
3.5 Uji Statistik ......................................................................................... 34
3.5.1 Pengujian Hipotesis secara Serempak (Uji F) ............................. 34
3.5.2 Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 35
3.5.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .............................................. 35
3.5.3.1 Normalitas ....................................................................... 36
3.5.3.2 Autokorelasi .................................................................... 36
3.5.3.3 Heteroskedastisitas .......................................................... 37
3.5.3.4 Multikolinearitas ............................................................. 38
3.6 Konsepsi Pengukuran .......................................................................... 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 41
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ........................................................ 41
4.1.1. Letak dan Batas Wilayah ................................................................ 41
4.1.2. Keadaan Penduduk ......................................................................... 42
4.1.3. Mata Pencaharian ........................................................................... 43
4.1.4. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 44
4.1.5. Keadaan Kelompok Tani ................................................................ 45
4.2. Gambaran Umum Usahatani Padi Sawah ................................................. 46
4.2.1. Usahatani Padi Sawah ..................................................................... 46
4.2.2. Luas Lahan Petani .......................................................................... 47
4.2.3. Jumlah Benih .................................................................................. 48
4.2.4. Produksi Padi Sawah Organik dan Non Organik ........................... 49
4.3. Identitas Petani Sampel ............................................................................. 50
4.3.1. Umur Petani .................................................................................... 50
4.3.2. Lama Berusahatani ......................................................................... 51
4.3.3. Jumlah Anggota Keluarga .............................................................. 52
4.3.4. Tingkat Pendidikan Formal ............................................................ 53
4.4. Keadaan Usahatani Padi Sawah ................................................................ 54
4.4.1. Penggunaan Pupuk ......................................................................... 54
4.4.2. Penggunaan Pestisida ..................................................................... 55
4.4.3. Tenaga Kerja................................................................................... 56
4.5. Biaya Padi Sawah Organik dan Non Organik ........................................... 58
4.6. Pendapatan dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non
Organik ....................................................................................................... 59
4.6.1 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non Organik ......... 59
4.6.2 Penerimaan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non Organik ........ 61
4.7.Pengujiian Asumsi Klasik .......................................................................... 63
4.7.1. Uji Normalitas ............................................................................... 63
4.7.2. Multikolinieritas ............................................................................ 64
4.7.3. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 66
4.7.4. Uji Autokorelasi ............................................................................ 66
4.8. Analisis Model Regresi Usahatani Padi Organik dan Non Organik ......... 68
4.9. Implikasi Hasil Penelitian ......................................................................... 76
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79
LAMPIRAN .................................................................................................... 82
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia (Ton) ................................ 3
2. Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah Di
Provinsi Jambi (2011 – 2015) .......................................................... 3
3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut
Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015 ....................................... 4
4. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan
di Kabupaten Batanghari Tahun 2015 ........................................................ 5
5. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Organik
di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Tahun 2010-2014 ......... 6
6. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Non
Organik di Desa Malapari Kecamatan Muara Bulian Tahun 2010-2014 ... 7
7. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Non
Organik ...................................................................................................... 15
8. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari
Tahun 2014 ................................................................................................ 43
9. Jumlah Dan Persentase Mata Pencarian di Desa Pasar Terusan dan
Malapari Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014 ....................................... 44
10. Sarana dan Prasarana Desa Pasar Terusan dan Desa Malapari
Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014 ...................................................... 45
11. Jumlah Kelompok Tani di Desa Pasar Terusan dan Malapari Kecamatan
Muara Bulian Tahun 2014 ......................................................................... 46
12. Distribusi Frekuensi Luas Lahan Petani Responden Berdasarkan
Jenis Usahatani di Daerah Penelitian Tahun 2014 ..................................... 48
13. Distribusi Frekuensi Penggunaan Benih Petani Responden di
Daerah Penelitian Tahun 2014 ................................................................... 49
14. Distribusi Jumlah Produksi Padi Sawah Organik dan Non Organik
Berdasarkan Jumlah Petani di Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014 ...... 50
15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Sampel Berdasarkan
Umur di Daerah Penelitian Tahun 2014..................................................... 51
16. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Lama Berusahatani
Petani Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2014 ....................................... 52
17. Distribusi Frekuensi Jumlah dan Persentase Anggota Keluarga
Petani Sampel Didaerah Penelitian Tahun 2014 ........................................ 53
v
18. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Formal di Daerah Penelitian Tahun 2014 .................................................. 54
19. Rata-rata Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ................................................. 55
20. Rata-rata Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ................................................. 55
21. Rata – rata penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Per Uraian Kegiatan
di Daerah Penelitian Tahun 2014 ............................................................... 57
22. Distribusi Total Biaya Pada Usahatani Padi Sawah di Daerah
Penelitian Tahun 2014................................................................................ 58
23. Distribusi Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik dan
Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ......................................... 60
24. Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ................................................. 60
25. Distribusi Penerimaan Pada Usahatani Padi Sawah Organik dan
Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ......................................... 62
26. Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ................................................. 62
27. Multikolinearitas Padi Organik .................................................................. 65
28. Multikolinearitas Padi Non Organik .......................................................... 65
29. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor – Faktor Produksi Usahatani
Padi Organik Tahun 2014 .......................................................................... 69
30. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor – Faktor Produksi Usahatani
Padi Organik Tahun 2014 .......................................................................... 73
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................................ 27
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah Menurut
Desa diKecamatan Muara Bulian diKabupaten Batanghari Tahun 2013 . 82
2. Identitas Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian Tahun 2014 .............................................................................. 83
3. Identitas Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Non Organik di Daerah
Penelitian Tahun 2014............................................................................... 84
4. Produksi, Benih, Pupuk Organik dan Pestisida Usahatani Padi Sawah
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014. ............................................... 85
5. Biaya Benih , Biaya Minyak Traktor dan Biaya Pupuk Organik di Daerah
Penelitian Tahun 2014 ............................................................................... 87
6. Produksi, Benih, Pestisida dan Pupuk Non Organik Usahatani Padi Sawah
Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ........................................ 89
7. Biaya Benih, Biaya Pupuk dan Biaya Minyak untuk Traktor Usahatani
Padi Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014 ................................ 91
8. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Organik
Didaerah Penelitian Tahun 2014 ............................................................... 93
9. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Organik
Didaerah Penelitian Tahun 2014 ............................................................... 95
10. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Non Organik
Didaerah Penelitian Tahun 2014 ............................................................... 97
11. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Organik
Didaerah Penelitian Tahun 2014 ............................................................... 99
12. Biaya Penyusutan Alat dan Pestisida Organik di Daerah Penelitian
Tahun 2014 ................................................................................................. 101
13. Biaya Penyusutan Alat dan Pestisida Non Organik di Daerah Penelitian
Tahun 2014 ................................................................................................. 103
14. Rincian Biaya , Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Organik Tahun
2014 ........................................................................................................... 105
15. Rincian Biaya , Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Non Organik
Tahun 2014 .................................................................................................. 107
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian
guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri,
meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan
kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2001).
Meningkatnya kebutuhan pangan mendorong insan pertanian untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dan mengembangkan keanekaragaman bahan pangan.
Manusia melakukan berbagai cara untuk mengembangkannya dan tidak
menyadari bahwa penggunaan pupuk anorganik dan pestisida anorganik yang
kurang bijaksana akan mengakibatkan perubahan keseimbangan, sehingga
berdampak negatif bagi manusia. Berdasarkan kondisi tersebut, manusia berusaha
mencari teknik bertanam secara aman dan baik untuk lingkungan maupun
manusia, sehingga muncul sistem pertanian organik.
Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan
pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan
kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak
terkendali. Pertanian organik pada prinsipnya menitikberatkan prinsip daur ulang
hara melalui panen dengan cara mengembalikan sebagian biomassa kedalam
tanah dan konservasi air yang mampu memberikan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan padi non organik. Kebutuhan pupuk organik dan pestisida
untuk tanaman organik dapat diperoleh dengan cara mencari dan membuat sendiri
seperti pupuk kompos. Penggunaan bahan organik ke dalam tanah atau pemberian
pupuk organik merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai solusi
2
untuk mengatasi dampak dari mahalnya harga saprodi dan juga dapat digunakan
untuk mempertahankan lahan pertanian agar tetap produktif.
Pertanian padi organik ini selain ramah lingkungan, biaya untuk usahatani
pun sangat rendah karena pupuk dan pestisida yang digunakan berasal dari alam
disekitar lingkungan petani dan bila dibeli harganya pun relatif murah, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi. Beberapa
keuntungan membudidayakan padi secara organik adalah : (1) kesehatan
konsumen; (2) penggunaan pupuk organik yang mengembalikan kesuburan tanah
dan kelestarian lingkungan; dan (3) meningkatkan pendapatan petani, karena
harga jualnya lebih tinggi dari beras konvensional (Mayrowani, 2012) maka dari
itu, pertanian padi organik patut dilirik selain harga jual yang mahal, baik untuk
kesehatan dan produk organik bebas dari residu dibandingkan produk non
organik.
Kebutuhan akan padi organik di Indonesia sendiri sangatlah tinggi dari
tahun ketahun. Terlihat dari kebutuhan pasar tahun 2005 terhadap padi organik
sekitar 550.300 kuintal dan terus meningkat hingga tahun 2009 menjadi 1.141.102
kuintal namun yang sangat disayangkan produksi padi organik tidak dapat
mengimbangi permintaan pasar yang semakin tinggi. Sampai tahun 2015, jumlah
poktan/ gapoktan beras yang sudah mendapatkan sertifikasi organik adalah 100
poktan/ gapoktan padi padi organik bersertifikat yang tersebar di 16 provinsi
(Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, DIY, Bali, NTT, NTB, Kalimatan
Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah). Untuk melihat produksi padi
organik dapat dilihat dari tabel 1.
3
Tabel 1. Produksi dan Kebutuhan Pasar Padi Organik di Indonesia
Tahun Produksi (Ton) Kebutuhan Pasar
2005 55.030 55.030
2006 55.717 66.036
2007 56.386 79.243
2008 57.051 95.091
2009 55.708 114.110 Sumber: Pertanian sehat Indonesia 2012
Jika dilihat dari segi produksi, kita dapat mengetahui dari penelitian–
penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa produksi padi sawah organik
lebih tinggi dari produksi padi sawah non organik. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Santoso (2012) di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen hasil
produksi usahatani padi organik sebesar 7,4 Ton/Ha dan produksi padi non
organik sebesar 6,5 Ton/Ha. Penelitian yang dilakukan oleh Guswulandari (2010)
di Kecamatan Sarolangun untuk hasil produksi padi organik sebesar 6,8 Ton/Ha
dan untuk padi non organik sebesar 4,9 Ton/Ha, dengan produksi yang tinggi
diharapkan usahatani padi organik mampu meningkatkan produktivitas pangan.
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah Di
Provinsi Jambi (2011 – 2015).
No Tahun
Padi Sawah
Luas Panen Produksi Produktifitas
(Ha) (Ton) (Ton/ha)
1 2011 132.523 570.553 4,30
2 2012 124.443 549.779 4,41
3 2013 129.341 589.784 4,56
4 2014 121.722 587.384 4,82
5 2015 102.207 485.989 4,75 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Tahun 2016
Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi di Indonesia dimana
tanaman pangan masih cukup banyak ditanam oleh masyarakat. Salah satu
tanaman pangan yang diproduksi di Provinsi Jambi adalah tanaman padi sawah.
Produksi padi sawah di Provinsi Jambi perlu diterapkan pertanian organik padi
4
sawah untuk meningkatkan produktifitas padi sawah. Pada tahun 2015 provinsi
Jambi memiliki luas lahan sawah seluas 102.207 Ha yang tersebar di kabupaten
yang ada di Provinsi Jambi dengan tingkat produksi sebanyak 485.989 Ton untuk
memenuhi pangan beras baik lokal maupun Nasional
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut
Kabupaten / Kota di Provinsi Jambi Tahun 2015
No Kabupaten/Kota Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 Kerinci 26.142 138.631 5,30
2 Merangin 8.482 41.189 4,85
3 Sarolangun 6.749 27.751 4,11
4 Batanghari 4.985 21.761 4,36
5 Muaro Jambi 6.368 26.614 4,17
6 Tanjab Timur 18.322 75.109 4,09
7 Tanjab Barat 9.152 41.244 4,50
8 Tebo 4.751 22.397 4,71
9 Bungo 7.001 33.905 4,84
10 Kota Jambi 392 1.873 4,77
11 Sungai Penuh 9.863 55.515 5,62
Jumlah/Total 102.207 485.989 4,75 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat produksi dan produktivitas di
daerah Kabupaten Batanghari masih rendah dari daerah yang lainnya dimana
daerah Batanghari memiliki produktivitas ke 8 dari daerah lainnya. Batanghari
memiliki 8 kecamatan dengan luas wilayah terbesar berada di kecamatan
Bajubang dan wilayah terkecil itu daerah Maro Sebo Ilir dan Muara Bulian yaitu
129,06 Km2
dan 417,97 Km2. Ada hal yang menarik di daerah Muara Bulian
sekalipun memiliki luas wilayah yang kecil, produksi padi didaerah berada di
urutan pertama dari kecamatan lainnya. Data produksi dapat dilihat dari ditabel 4.
5
Tabel 4. Luas Panen, Produksi, Produktivitas Padi Sawah Menurut
Kecamatan di Kabupaten Batanghari Tahun 2015
No Kecamatan Luas panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 Mersam 992 4.167 4,20
2 Maro Sebo Ulu 1.602 8.527 5,32
3 Batin XXIV 46 218 4,73
4 Muara Tembesi 792 2.870 3,62
5 Muara Bulian 1.592 10.145,8 6,04
6 Bajubang 4 23 8,75
7 Maro Sebo Ilir 634 2.132 3,36
8 Pemayung 411 1.860 4,52
Jumlah 6.073 29,942 5,06 Sumber: Batanghari Dalam Angka 2016
Kecamatan Muara Bulian terdiri dari 20 desa, dimana 9 desa
mengusahakan usahatani padi sawah. Desa-desa tersebut adalah Rantau Puri,
Tenam, Pasar Terusan, Napal Sisik, Malapari, Olak, Sungai Baung, Aro, dan
Muara Singgoan. Dari ke sembilan desa tersebut, desa Napal Sisik mempunyai
luas panen terbesar yaitu 455 Ha, akan tetapi produksi tertinggi di Desa Pasar
Terusan yaitu 2.215,5 Ton (Lampiran 1)
Pada survei awal Desa Pasar Terusan dan Malapari memiliki lahan padi
sawah rawa lebak dimana daerah ini memiliki rawa yang dikiri dan kanannya
terdapat sungai dan anak-anak sungai dan di kedua desa usahatani padi sawahnya
hanya 1 kali dalam setahun berproduksi. Desa Pasar Terusan memiliki luas lahan
sawah yang cukup luas. Sejak tahun 2003 petani setempat membangun dan
memperluas lahan sawahnya secara swadaya dan menggunakan dana pribadi.
Kegiatan ini dilakukan ditengah maraknya pengalihan lahan sawah menjadi lahan
kelapa sawit. Pembangunan secara besar-besaran dilakukan warga pada tahun
2011 seluas 820 hektar agar kebutuhan pangan di desa tersebut tidak kekurangan
(Tribun Jambi, 2011). Hal ini dapat dilihat perkembangan luas panen dan
produksi yang dicapai dari tahun 2010 sampai tahun 2014 pada Tabel 5.
6
Tabel 5. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah
Organik di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Tahun
2010-2014
No Tahun Luas Lahan
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 2010 636 636 3.816 6,0
2 2011 820 820 5.330 6,5
3 2012 820 797 5.260 6,6
4 2013 820 820 5.494 6,7
5 2014 820 820 5.576 6,8
Rata-rata 783,2 778,6 5.095,2 6,52 Sumber : BP3K Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014
Dari data luas panen dan produksi padi sawah organik di Desa Pasar
Terusan tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai pada tahun 2014,
terlihat bahwa rata-rata luas panen padi sawah organik sebesar 783,2 Ha dengan
produksi rata-rata sebesar 5.095,2 ton dan produktivitas rata-rata sebesar 6,52 Ton
per Ha. Jumlah produksi padi sawah organik mengalami fluktuatif yang
cenderung meningkat setiap tahunnya seiring dengan perubahan luas panen yang
juga cenderung meningkat. Peningkatan produksi padi sawah organik ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui kelebihan padi sawah
organik dari padi sawah non organik, baik dari pelaku budidayanya maupun
konsumennya. Menurut para pelaku pertanian organik, permintaan produk
pertanian organik akhir-akhir ini cenderung meningkat, termasuk beras organik
namun permintaan pasar tersebut belum dapat tercukupi sepenuhnya karena
terbatasnya petani yang menerapkan budidaya pertanian organik
Penerapan pertanian padi sawah organik sendiri sebagian besar telah
diterapkan oleh petani yang ada di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian.
Berdasarkan informasi yang didapat dari bapak Atiq.H selaku Kepala Desa di
Pasar Terusan bahwa Pertanian organik telah diterapkan sejak turun temurun.Desa
7
ini memiliki motto “malu dak behumo” sehingga, apapun profesi utama
masyarakat di desa ini, hampir seluruhnya mengusahakan padi sawah. Adapun
tujuan dari motto tersebut agar di desa ini tidak kekurangan pangan utama, yaitu
beras. Disamping hal itu, kesadaran akan kesehatan untuk produksi yang
dihasilkan, petani di desa ini menerapkan padi yang ditanaminya secara organik.
Kelompok tani yang mengusahakan padi sawah di Desa Pasar Terusan
berjumlah 6 kelompok tani, yaitu Payo Kering I, Payo Kering II, Sumber Rezeki,
Pematang Tengah, dan Kebun Berambu, serta Lopak Itik. Pada tahun 2014 ada 3
kelompok tani yang tetap mengusahakan padi sawah secara organik, yaitu Payo
Kering I, Payo Kering II, dan Sumber Rezeki sedangkan untuk 3 kelompok tani
lainnya mendapatkan bantuan pupuk kimia, yaitu pupuk urea dari pemerintah.
Tabel 6. Luas Lahan, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah
Non Organik di Desa Malapari Kecamatan Muara Bulian Tahun
2010-2014
No Tahun Luas Lahan
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 2010 475 440 2.102 4,8
2 2011 492 492 2.361 4,8
3 2012 465 440 2.102 4,8
4 2013 440 440 2.816 6,4
5 2014 460 460 2.438 5,3
Rata-rata 466,4 454,4 2.363,8 5,22 Sumber : BP3K Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014
Dari data luas panen dan produksi padi sawah non organik di Desa
Malapari dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 sampai pada tahun 2014, terlihat
bahwa rata-rata luas panen padi sawah non organik sebesar 454,4 Ha dengan
produksi rata-rata sebesar 2.363,8 ton dan produktivitas rata-rata sebesar 5,22 Ton
per Ha. Jumlah produksi padi sawah non organik mengalami naik turun setiap
tahunnya. Fluktuasinya produksi padi sawah non organik di Desa Malapari
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
8
Selanjutnya berdasarkan informasi yang didapatkan dari ibu Titin selaku
penyuluh di Desa Malapari, di tahun 2013 petani sudah pernah mencoba untuk
mengusahakan padi organik namun ada beberapa alasan petani di desa tersebut
enggan untuk tidak melanjutkan mengusahakan pertanian organik. Pertama, untuk
biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani organik lebih besar
dibandingkan usahatani non organik. Kedua, disebabkan oleh praktik-praktik
usahatani yang dilakukan oleh petani yang menggunakan pupuk kompos namun
pada pengendalian hama dan penyakit para petani masih menggunakan pestisida
kimia dimana untuk pertanian organik harus bebas dari unsur kimia.
Dalam praktek, Soekartawi (1990) mengemukakan faktor faktor yang
mempengaruhi produksi dipengaruhi oleh faktor biologi dan faktor sosial-
ekonomi. Faktor biologi yang diduga mempengaruhi produksi padi adalah luas
lahan, benih, pupuk dan obat – obatan sedangkan faktor sosial-ekonomi yang
diduga mempengaruhi produksi padi sawah adalah tingkat pendidikan formal,
tenaga kerja dan biaya. Upaya peningkatan produksi tidak akan menguntungkan
bila penggunaan input produksi tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dan
modal telah dikeluarkan petani. Petani yang rasional tentunya tidak lagi hanya
berorientasi pada produksi yang tinggi saja, namun lebih menitikberatkan pada
semakin tingginya tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh. Nicholson
(1978) dalam Agustian (2014) menyatakan bahwa petani sebagai produsen yang
rasional juga memaksimumkan keuntungan. Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik Dan Non Organik Di
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari”
9
1.2 Rumusan Masalah
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam menerapkan
usaha tani padi sawah organik dan nonorganik yaitu faktor biologi dan faktor
sosial-ekonomi. Faktor biologi yang dilihat yaitu luas lahan, benih, pupuk dan
obat – obatan sedangkan faktor sosial – ekonomi yang dilihat yaitu biaya dan
tenaga kerja. Semakin baik atau semakin tinggi faktor – faktor tersebut maka akan
berpengaruh terhadap produksi padi sawah organik dan anorganik sebab faktor –
faktor itu akan mendukung petani dalam meningkatkan produksinya dalam
berusaha tani padi sawah.
Seperti yang telah dijelaskan di atas faktor – faktor tersebut akan
berpengaruh terhadap produksi padi. Pada kenyataannya apakah faktor – faktor itu
mempengaruhi produksi padi organik maupun padi non organik di Kecamatan
Muara Bulian. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengkaji pengaruh
faktor – faktor tersebut terhadap produksi padi.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah organik dan
non organik di Kecamatan Muara Bulian?
2. Berapa besar pendapatan dan penerimaan yang diterima petani padi
sawah organik dan non organik di Kecamatan Muara Bulian?
1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
10
1. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi produksi padi
sawah organik dan non organik di Kecamatan Muara Bulian
2. Untuk mengetahui pendapatan dan penerimaan yang diterima petani
padi sawah organik dan non organik di Kecamatan Muara Bulian.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
2. Sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya bagi
pihak – pihak yang membutuhkan.
3. Menjadi pertimbangan bagi penyuluh pertanian dalam menerapkan
teknologi usahatani padi sawah organik.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usahatani Padi Sawah Rawa Lebak
Lahan rawa lebak merupakan rawa yang terdapat di kiri dan kanan sungai
besar dan anak-anaknya, dengan topografi datar, tergenang air pada musim
penghujan, dan kering pada musim kemarau. Pada keadaan air macak-macak
sampai dengan ketinggian air lebih kurang 30 cm, lahan tersebut ditanami padi
sedangkan pada kondisi kering tanaman pangan lainnya dapat ditanam. Lahan
rawa lebak diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu lahan rawa lebak dangkal
dengan kedalaman genangan air maksimum 50 cm, rawa tengahan 50 - 100 cm,
dan rawa lebak dalam lebih dari 100 cm3. (Waluyo, dkk, 2008). Daerah penelitian
merupakan lahan rawa lebak karena di sisi lahan ada sungai besar.
Usahatani padi merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi
dilapangan yang memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan untuk semua
kegiatan yang berhubungan dengan produksi usahataninya dan penerimaan yang
diperoleh dari usahataninya tersebut. Dalam usahatani terdapat empat unsur pokok
yang selalu ada unsur tersebut dikenal juga dengan istilah faktor produksi yang
terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan (Hernanto, 1989)
Menurut Mosher dalam Suratiyah (2009) Petani dalam berusahatani padi
sawah mempunyai peran sebagai manajer, juru tani dan anggota masyarakat.
Petani sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus
diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Petani harus menentukan
jenis tanaman, menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, mengusahakan
permodalan, dan sebagainya. Petani sebagai juru tani harus dapat mengatur,
melaksanakan, dan mengawasi kegiatan usahataninya, baik secara teknis maupun
13
ekonomis. Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan
keluarga akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Pada penelitian
ini daerah yang diteliti adalah rawa lebak dangkal.
2.2. Pertanian Nonorganik
Pertanian modern atau pertanian nonorganik merupakan pertanian yang
menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk
kimia, dan penggunaan mesin-mesin pertanian untuk mengolah tanah dan
memanen hasil. Paket pertanian nonorganik tersebut yang memberikan hasil
panen tinggi namun berdampak negatif terhadap lingkungan. Selain itu, residu
yang dihasilkan oleh bahan-bahan kimia yang digunakan oleh pertanian
nonorganik telah mencemari air tanah sebagai sumber air minum yang tidak baik
bagi kesehatan manusia. Hasil produk pertanian nonorganik juga berbahaya bagi
kesehatan manusia yang merupakan akibat penggunaan pestisida kimia (Sutanto,
2002).
Meningkatkan produktivitas hasil bumi, terutama pada bidang pertanian
diperlukan beberapa perlakuan seperti penambahan unsur hara yang berasal dari
luar ekosistem, pemuliaan tanaman, hingga modifikasi karakteristik dari lahan
yang disesuaikan dengan syarat tumbuh dari jenis tanaman yang dibudidayakan.
Budidaya pertanian modern atau yang lebih dikenal dengan istilah pertanian
nonorganik memerlukan pengolahan lahan dan penambahan bahan kimia sintesis
sebagai unsur hara. Penambahan unsur hara ini memiliki tujuan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman yang dirancang sedemikian rupa melalui pemuliaan
tanaman contohnya pemberian pupuk urea, NPK, TSP maka dari itu, tanaman
menjadi responsif terhadap unsur hara sehingga tanaman dapat memberikan hasil
14
yang diinginkan seperti memiliki masa panen cepat dan memberikan kuantiatas
yang tinggi. Pada budidaya pertanian anorganik yang biasanya ditanam disatu area
lahan monokultur akan didapati serngan hama ataupun penyakit, oleh sebab itu
dalam pertanian nonorganik diperlukan penggunaan bahan-bahan kimia sintesis
untuk memberantas hama dan penyakit
Pertanian konvensional berkembang secara cepat terutama dinegara –
negara Eropa, Amerika dan Asia Timur. Melalui program revolusi hijau, produksi
pangan dunia secara drastis sehingga mampu mengatasi kerawanan pangan
turutama dibenua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Peningkatan produksi pangan
tidak terlepas dari penggunaan produk teknologi moderen seperti benih unggul,
pupuk kimia, pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan pertanaman
monokultur akan tetapi pada kenyataannya program revolusi hijau hanya dapat
berhasil diwilayah dengan sumber daya tanah dan air yang baik serta infrastruktur
mendukung (Sutanto 2002).
Dari pemahaman diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pertanian non
organik adalah pertanian yang menggunakan varietas unggul dalam meningkatkan
hasil produksi dengan penambahan unsur hara dari luar ekosistem yaitu pestisida
kimia, pupuk kimia, dan penggunaan mesin-mesin pertanian. Pertanian non
organik memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap hasil produksi
namun memberikan dampak yang negatif bagi lingkungan dan juga kesehatan
bagi manusia.
2.3 Pertanian organik
Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan
lingkungan. Pertanian organik berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam
15
sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif
masih alami diikuti dengan penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.
Oleh karena dibudidayakan tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia
maka produk pertanian organik ini pun terbebas dari residu zat berbahaya
(Andoko, 2010)
Pertanian organik sering juga disebut sebagai sistem pertanian
berkelanjutan. Menurut Salikin (2003), pada tataran praktek pengelolaan pertanian
berkelanjutan dapat dikaji dari aspek penggunaan faktor produksi atau hubungan
input-output (Tabel 7).
16
Tabel 7. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Non-
Organik
No Sistem Pertanian Non-Organik Sistem Pertanian Organik
1 Lahan:
Olah Tanah Intensif (OTI).
Lahan:
- Olah Tanah Minimum (OTM).
- Olah Tanah Bermulsa (OTB).
- Olah Tanah Konservasi (OTK).
- Tanpa Olah Tanah (TOT).
2 Benih:
- Varietas unggul.
- Varietas Lokal
Benih:
- Varietas lokal.
3 Pupuk/Bahan kimia:
- Urea.
- TSP.
- NPK.
- ZPT.
- KCl.
Pupuk:
- Pupuk hijau.
- Pupuk kandang.
- Bokasi.
4 Pestisida kimia:
- Insektisida.
- Herbisida.
Pestisida:
- Pestisida alami.
- Pengendalian hama terpadu.
5 Tenaga kerja/Energi:
- Manusia.
- Traktor.
- Energi minyak bumi.
Tenaga kerja/Energi:
- Manusia.
- Hewan ternak.
- Traktor ringan.
- Energi matahari, air, angin,
biomassa.
6 Manajemen:
- Orientasi jangka pendek.
- Product oriented.
- Manajemen industrial.
Manajemen:
- Orientasi jangka panjang.
- Economic and ecological
oriented.
- Manajemen global dan
indegenius local.
Sumber : Salikin, 2003.
Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam
padi secara konvensional. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas,
penggunaan pupuk dan pestisida, tidak semua varietas padi cocok untuk
dibudidayakan secara organik. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik
17
hanyalah jenis varietas non-hibrida atau varietas alami. Agar berproduksi optimal,
jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia (Andoko, 2010)
Pertanian organik sering disebut pertanian berkelanjutan, karena dalam
membudidayakan tidak menggunakan pupuk kimia dalam pemupukan awal
maupun pemupukan susulan karena apabila digunakan pupuk kimia akan
berdampak selanjutnya terhadap lingkungan dimana tanah akan semakin lama
semakin mengeras dan dalam pemilihan varietas haruslah menggunakan varietas
alami. Dalam pemberantasan hama dan penyakit, pestisida yang digunakan juga
haruslah organik atau dengan menggunakan sistem umpan atau perangkap.
2.4 Perbedaan Usahatani Padi Sawah Nonorganik dan Organik
Menurut Andoko (2010) terdapat beberapa perbedaan yang harus
diperhatikan dalam menanam padi organik yaitu penyiapan lahan, pemberian
pupuk dan pengendalian organisme pengganggu. Pada tahap persiapan lahan,
tanah dan air yang digunakan untuk padi organik harus terbebas dari pestisida dan
kandungan kimia lainnya. Pada tahap ini petani melakukan pengolahan lahan
sawah dengan cara membajak menggunakan traktor dan kerbau. Pemberian pupuk
kandang pada usahatani padi organik dapat dilakukan dengan cara ditebarkan
merata keseluruh permukaan lahan.
Pada usahatani padi organik pupuk yang digunakan didaerah penelitian
berupa pupuk kandang dan petro-organik sedangkan pada usahatani non organik
menggunakan pupuk NPK dan Urea. Perbedaan lain antara usahatani organik dan
nonorganik terletak pada pengendalian organisme pengganggu dan pembersihan
gulma. Usahatani organik menggunakan pestisida Astonis, Explore, Supremo dan
18
Abosilin sedangkan usahatani padi nonorganik menggunakan pestisida
Dharmabas, Decis, dan DMA.
2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah Organik dan
Non Organik
Suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi output produksi. Dalam praktek, faktor – faktor yang
mempengaruhi produksi deibedakn menjadi 2 kelompok, yaitu
a. Faktor biologi seperti lahan pertanian (dimana dalam hal ini peneliti ingin
melihat luas lahannya), bibit, pupuk , obat - obatan
b. Faktor sosial – ekonomi seperti tenaga kerja, tingkat pendidikan formal
dan biaya (Soekartawi, 1990)
2.5.1. Benih
Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih yang unggul
cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Semakin unggul
benih komoditas pertanian, semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.
2.5.2 Luas Lahan
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi
komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
digarap/ditanami), maka semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh
lahan tersebut. Menurut Mubyarto (1989), lahan sebagai salah satu faktor
produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi
yang cukup besar terhadap usahatani.
2.5.3 Pupuk
Seperti halnya manusia, selain mengonsumsi nutrisi makanan pokok,
dibutuhkan pula konsumsi nutrisi vitamin sabagai tambahan makanan pokok.
19
Tanaman pun demikian, pupuk dibutuhkan sebagai nutrisi vitamin dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pupuk yang sering digunakan
adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Menurut Sutejo (dalam Rahim dan
Diah Retno, 2007), pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian
bagian – bagian atau sisa tanaman dan binatang, misal pupuk kandang, pupuk
hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk
anorganik atau yang biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah
mengalami proses di pabrik misalnya pupuk urea, TSP, dan KCL.
2.5.4 Pestisida
Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi
hama dan penyakit yang menyerangnya. Di satu sisi pestisida dapat
menguntungkan usaha tani namun di sisi lain pestisida dapat merugikan petani.
Pestisida dapat menjadi kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan pemakaian
baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain pencemaran
lingkungan, rusaknya komoditas pertanian, keracunan yang dapat berakibat
kematian pada manusia dan hewan peliharaan.
2.5.5 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dalam usahatani sebagian besar
tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai
kepala keluarga, isteri, dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari
keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian
20
secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang. (Mubyarto, 1989).
Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK)
2.5.6 Biaya
Menurut Firdaus (2008) dalam Sari (2013) mengatakan bahwa dalam
usahatani, biaya dibedakan atas biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai (riil)
adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang tunai, yang termasuk dalam
biaya tunai pada usahatani adalah biaya pembelian input seperti bibit, pupuk dan
pestisida, sewa lahan, sewa alat pertanian, biaya irigasi dan biaya tenaga kerja luar
keluarga, biaya pajak, biaya sewa gudang, dan bunga peminjaman uang
sedangkan biaya tidak tunai, yaitu biaya penyusutan alat pertanian dan biaya
tenaga kerja dalam keluarga. Apabila biaya yang tidak dibayarkan ini dihitung
sebagai biaya usahatani, maka analisis usahatani itu akan berakhir dengan angka
negatif.
Secara teori ekonomi, biaya diklasifikasikan kedalam beberapa golongan
sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan yaitu 1) biaya uang dan
biaya in natura, biaya yang berupa uang tunai misalnya upah kerja untuk
persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk
membeli pupuk, pestisida, dan lain-lain sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil,
sumbangan dan mungkin pajak-pajak yang dibayarkan dalam bentuk natura. 2)
biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa tanah yang berupa
uang sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan
langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan
sebagainya. 3) biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah
21
produk yang dihasilkan sedangkan biaya marjinal adalah biaya tambahan satu
satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2004) dalam (Lubis,
2011)
Menurut Suratiyah (2009) menyatakan bahwa untuk menghitung biaya
total dapat diformulasikan sebagai berikut :
TC = FC + VC
Dimana : TC = Total Biaya Produksi
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variabel Cost)
Dari pemahaman diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya baik biaya tetap
dan variabel seperti biaya input pembelian bibit, pupuk dan pestisida, sewa lahan,
sewa alat pertanian, biaya irigasi dan biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya
pajak, biaya sewa gudang, bunga peminjaman uang, bahkan biaya penyusutan alat
dan tenaga kerja dalam keluarga. Untuk mendapatkan total biaya maka jumlahkan
biaya tetap dan biaya variabel.
2.5.7 Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam
membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara
berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir
secara objektif yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah
kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman
atau tidak. (Soekanto, 1982)
22
Menurut Soekartawi (2005) tingkat pendidikan petani sering disebut
sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan
yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan
mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama sedangkan seseorang yang
berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi.
Dari pemahaman diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat
pendidikan formal mempengaruhi cara berpikir para petani dalam melaksanakan
adopsi inovasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seorang petani, akan
lebih cepat dalam menerima adopsi inovasi dan petani akan memiliki cara berpikir
yang lebih luas dan semakin rendah tingkat pendidikan normal maka akan lambat
dalam mengadopsi dan lebih mempertahankan kebiasaan yang sudah dilakukan.
2.6 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
2.6.1 Penerimaan Usahatani
Menurut Hernanto (1996), penerimaan usahatani adalah penerimaan dari
sumber usahatani meliputi jumlah nilai hasil penjualan serta nilai penggunaan
rumah dan yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Menurut Rahim dan Astuti (2008) penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut dapat
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
TR = Y x Py
Dimana :
TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam satu usahatani
Py = Harga Y
23
Penerimaan usahatani tidak hanya selalu diperoleh dari menjual hasil
produksi, tetapi petani dapat juga memperoleh penerimaan usahatani dengan
menjadikan hasil produksi sebagai benih untuk usahatani padi selanjutnya.
2.6.2 Pendapatan Usahatani
Daniel (2002) dalam Kusrina (2005) mengatakan pada setiap akhir panen
petani akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya. Semuanya
kemudian dinilai dalam uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima oleh petani.
Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya
usahatani. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh
apa yang disebut hasil bersih atau keuntungan.
Menurut Suratiyah (2009), pendapatan petani meliputi upah tenaga
keluarga sendiri, upah petani sebagai manajer, bunga modal sendiri, keuntungan
atau pendapatan kotor dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar.
Pendapatan tenaga keluarga merupakan selisih dari pendapatan petani dikurangi
dengan bunga modal sendiri. Pendapatan bersih adalah selisih dari pendapatan
kotor dengan biaya mengusahakan. Keuntungan atau kerugian petani merupakan
selisih dari pendapatan petani dikurangi dengan upah keluarga dan bunga sendiri.
Hernanto (1998) dalam Hasugian (2014) kegiatan usahatani bertujuan
untuk mencapai dibidang pertanian. Pada akhirnya akan dinilai dengan uang yang
diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau memperhitungkan biaya
yang telah dikeluarkan. Berusahatani merupakan kegiatan untuk memperoleh
produksi dilapangan yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan
untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan produksi usahataninya dan
penerimaan yang diperoleh dari usahatani tersebut. Selisih dari keduanya
24
merupakan pendapatan usahatani karena dalam kegiatan itu seorang petani
berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja dan penanam modal pada usahatani,
maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerja sama faktor
produksi. Sejalan dengan pendapat dari Soekartawi (2002) yang mengatakan
pendapatan usahatani adalah selisih antara dan semua biaya. Jadi :
Pd = TR – TC
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya.
Dari pemahaman diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan
merupakan pengurangan total penerimaan dengan total biaya. Pendapatan adalah
tahap yang ditunggu oleh petani dimana akan dihitung diakhir panen. Petani juga
berperan dalam pengelolaan modal usahataninya dan digambarkan sebagai balas
jasa dari kerjasama faktor produksi.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Notarianto (2011) mengenai Analisis
Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi Pada Usahatani Padi Organik dan
Padi Anorganik (Studi Kasus : Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen)
menyimpulkan bahwa faktor produksi (bibit, luas lahan, pupuk, pestisida dan
tenaga kerja) terhadap produksi padi organik yang berpengaruh secara nyata dan
signifikan adalah variabel luas lahan, bibit, dan pupuk. Sedangkan variabel tenaga
kerja tidak berpengaruh signifikan. Faktor produksi (bibit, luas lahan, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja) terhadap produksi padi non organik yang berpengaruh
secara nyata dan signifikan adalah variabel luas lahan dan pupuk. Variabel bibit
dan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi
25
sedangkan variabel pestisida berpengaruh negatif dan signifikan dikarenakan para
petani yang menggunakan dosis pestisida melebihi anjuran yang disarankan.
Penelitian yang dilakukan Siwi (2009) mengenai Analisa Pendapatan dan
Persepsi Petani Pada Usahatani Padi Organik (Studi kasus : di Dusun Gadingsari,
Desa Mangunsari Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang) yang menyatakan
besarnya rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan baik pada padi organik
maupun non organik tidak terpaut banyak selisihnya dimana pada usahatani
organik biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.684.725 sedangkan pada usahatani
non organik biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.179.610. Selanjutnya bahwa
rata-rata penerimaan pada usahatani padi organik sebesar Rp. 14.062.667 dan
usahatani padi non organik sebesar Rp. 11.471.833 menunjukkan bahwa rata-rata
penerimaan padi organik lebih besar dari usahatani padi non organik. Rata – rata
pendapatan usahatani padi organik lebih besar daripada rata-rata pendapatan
petani padi non organik masing-masing sebesar Rp. 9.377.941,634 untuk padi
organik dan Rp. 7.292.223,33 untuk padi non organik. R/C ratio masing – masing
sebesar 3,4047 dan 2,8018 yang berarti usahatani padi organik lebih efisien dan
menguntungkan dibandingkan usahatani padi non organik.
Penelitian yang dilakukan Hapsari (2006) dalam Hasugian (2014)
mengenai Analisis Komparasi Padi Sistem Organik dan Padi Sistem
Konvensional (Kajian Pengembangan Usahatani Padi Organik di Wilayah
Kabupaten Ngawi) menyimpulkan bahwa pada uji regresi linear berganda untuk
usahatani padi system organik, variabel biaya benih secara nyata berpengaruh
terhadap jumlah penerimaan. Variabel luas lahan, biaya pupuk organik dan biaya
tenaga kerja secara nyata tidak berpengaruh terhadap jumlah penerimaan.
26
Variabel biaya pestisida organik berpengaruh negatif terhadap jumlah produksi
yang dihasilkan, sedangkan usahatani padi system konvensional, variabel luas
lahan secara nyata berpengaruh positif terhadap jumlah produksi. Variabel biaya
pestisida kimia (cair) dan biaya tenaga kerja secara nyata tidak berpengaruh
terhadap jumlah produksi. Variabel biaya benih, biaya pupuk kimia (padat), biaya
pestisida kimia (padat) berpengaruh negatif terhadap jumlah penerimaan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan fenomena yang kita lihat, belakang ini Indonesia sering
mengimpor beras hal ini dikarenakan produksi pangan lokal tidak mampu
mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
meningkat membuat pemerintah harus lebih memperhatikan produksi pangan
sehigga banyak program yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan
lokal. Jika hal ini terus dibiarkan maka Indonesia akan mengalami krisis pangan.
Pertanian organik merupakan salah satu program pemerintah untuk
meningkatkan produksi padi sawah yang berkelanjutan. Pertanian organik
dipercaya dapat meningkatkan produktifitas padi jika dibandingkan dengan
pertanain konvensional. Selain produktiftas yang lebih tinggi produksi padi
organik memiliki banyak keunggulan daripada produksi padi konvensional
dintaranya dalam faktor kelestarian lingkungan. Dalam jangka panjang pertanian
organik dapat melestarikan lingkungan sebab dalam pengolahannya menggunakan
bahan – bahan yang telah disediakan oleh alam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah organik dan
nonorganik dapat dipengaruhi beberapa faktor. Luas lahan, benih, pupuk, tenaga
kerja pestisida, biaya dan tingkat pendidikan formal. Berdasarkan uraian diatas
27
maka kajian faktor – faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah organik dan
nonorganik adalah luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja pestisida, biaya dan
tingkat pendidikan formal. Adapun skema kerangka pemikiran dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Padi Sawah Organik dan Nonorganik di Kecamatan Muara Bulian
Produksi Padi non
organik
Produksi Padi
Organik
Faktor – Faktor yang
mempengaruhi Produksi:
- Luas Lahan
- Pestisida
- Pupuk
- Benih
- Tenaga Kerja
- Biaya
- Pendidikan formal
Pendapatan dan
Penerimaan Petani Padi
Organik dan Non
Organik
Padi sawah organik
Padi Sawah
Padi sawah non organik
28
2.9. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu hipotesis yang akan
dibuktikan kebenarannya. Diduga bahwa
1. Faktor – faktor (luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya dan
tingkat pendidikan formal) berpengaruh terhadap produksi padi organik
dan non organik
2. Pendapatan dan penerimaan petani padi sawah organik lebih besar dari
petani padi sawah non organik.
29
II. METODOLOGI
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Malapari dan Desa Pasar Terusan
Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari. Penentuan Desa Malapari dan
Desa Pasar Terusan dilakukan secara sengaja (Purpossive) dengan pertimbangan
bahwa petani Desa Malapari mengusahakan padi sawah non organik dan Desa
Pasar Terusan petaninya mengelola usahatani padi sawah organik dan non
organik.
Adapun objek penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani
padi sawah organik dan padi sawah nonorganik. Ruang lingkup penelitian ini
yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi di Desa Pasar
Terusan dan Desa Malapari Kecamatan Muara Bulian. Penelitian dilapangan akan
dilakukan pada Bulan Agustus 2016 sampai Bulan September 2016. Data yang
diambil dalam penelitian ini adalah tahun 2014, ini dikarenakan pada tahun 2015
mengalami gagal panen dan pada tahun 2016 data belum bisa diambil dikarenakan
petani baru melaksanakan panen pada bulan Oktober. Adapun data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu :
1. Identitas dari petani sampel / responden, yang meliputi nama, umur, status,
pendidikan terakhir, dan jumlah anggota keluarga.
2. Data yang menjadi faktor - faktor yang mempengaruhi produksi padi
sawah organik yang meliputi : luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga
kerja, biaya dan pendidikan formal
3. Data lain yang mendukung dan diperlukan dalam penelitian ini.
30
3.2. Sumber dan Metode Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada petani padi sawah
organik yang berada di Desa Pasar Terusan dan petani padi sawah nonorganik
Desa Malapari di Kecamatan Muara Bulian.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari referensi, laporan hasil
penelitian ataupun berbagai bentuk informasi dari instansi yang ada kaitannya
dengan penelitian ini dengan cara mengutip dan mengadakan studi pustaka dari
buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.3. Metode Penarikan Sampel
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Muara Bulian yang terdiri
dari 20 desa, desa yang dipilih secara sengaja yaitu Desa Pasar Terusan yang
pertanian padi sawahnya adalah pertanian padi sawah organik sebanyak 445
petani dan non organik sebanyak 359 petani dan Desa Malapari yang merupakan
pertanian padi sawah non organik sebanyak 462 Petani. Penarikan sampel dalam
penelitian ini didekati dengan metode Accidental Sampling. Jumlah sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane atau
Slovin (Riduan, 2007) sebagai berikut :
n =
31
dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi petani
d2 = presisi (15%)
berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
n =
=
( ) = 40,40 responden
Dari perhitungan sampel dengan menggunakan rumus diatas, maka
diperoleh jumlah sampel sebesar 40,40 responden petani organik. Untuk sampel
non organik diambil dari Desa Malapari dan Pasar Terusan yang berjumlah 821
petani.
n =
=
( ) = 42,16 responden
Dari perhitungan diatas maka diperoleh jumlah sampel sebesar 42,16
responden dan dibulatkan menjadi 42 responden. Berdasarkan rumus diatas,
diperoleh jumlah sampel untuk masing-masing desa adalah sebagai berikut:
1. Untuk Desa Pasar Terusan yang mengusahakan padi sawah non organik
adalah sebagai berikut :
(di bulatkan menjadi 18)
2. Untuk Desa Malapari yang mengusahakan padi sawah non organik adalah
sebagai berikut:
(di bulatkan menjadi 24)
32
3.4. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif. Untuk tujuan pertama analisis yang digunakan adalah analisis yang
digunakan mengacu pada rumusan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya
dan pendidikan formal terhadap produksi padi sawah organik dan non organik dan
melihat faktor dominan dari faktor – faktor yang ada terhadap produksi di
Kecamatan Muara Bulian.
Untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel independen yang
lebih dari dua variabel terhadap variabel dependen dipergunakan persamaan
regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) Regression.
Analisis regresi berganda adalah suatu teknik statistikal yang dipergunakan untuk
menganalisis pengaruh di antara suatu variabel dependen dan beberapa variabel
independen.
1. Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan
berdistribusi normal atau tidak.
2. Uji autokorelasi : digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi.
3. Uji multikolinieritas : adanya hubungan linear antara peubah bebas
Xdalam model regresi.
4. Uji heteroskedastisitas : adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk
semua pengamatanpada model regresi . (Basuki, 2016)
33
Adapun fungsi Nilai Output Produksi padi sawah yang akan diteliti dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, X4,X5,X6,X7) (3.3)
Menurut Widarjono (2007), model linier dalam parameter tidak berarti
harus linier dalam variabel. Salah satu model regresi non linier dalam variabel
yang seringkali digunakan dalam model regresi adalah model eksponensial.
Dalam penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi
produksi Cobb-Douglas merupakan bentuk persamaan regresi non linier yang
dapat ditulis sebagai berikut :
Y = β0 X1 β1
X2 β2
X3 β3
X4 β4
X5 β5
X6 β6
e........................................ (3.4)
Persamaan (3.4) tersebut dapat diestimasi dengan cara melakukan
transformasi persamaan tersebut dalam bentuk persamaan logaritma sebagai
berikut :
1. lnYorganik = A + β1lnX1 + β2lnX2 + β3lnX3+ β4lnX4 + β5lnX5 + β6lnX6 +
β7lnX7 +µ............................................................................................................. (3.1)
2. lnYnonorganik = A +β1lnX1 +β2lnX2 +β3lnX3+ β4lnX4 + β5lnX5 + β6lnX6 +
β7lnX7 +µ ............................................................................................................. (3.2)
Dimana :
Yorganik = total produksi padi organik
(kg)
X1 = Benih padi organik (kg)
X2 = Luas lahan padi Sawah organik
(ha)
X3 = pupuk organik(Kg)
X4 = obat-obatan organik (liter)
X5 = Tenaga Kerja (HOK)
X6 = Biaya (Rp)
X7 = Pendidikan formal (tahun)
A = Konstanta
βi = Koefisien Regresi ; i = 1,2,3….7
µ = Kesalahan pengganggu
Ynonorganik = total produksi padi
nonorganik (Kg)
X1 = Benih padi non organik (kg)
X2 = Luas Lahan Padi Sawah non
organik (ha)
X3 = penggunaan pupuk non organik
(Kg)
X4 = Penggunaan obat-obatan non
organik (liter)
X5 = Tenaga Kerja (HOK)
X6 = Biaya (Rp)
X7 = Pendidikan formal (tahun)
32
3.5. Uji Statistik
3.5.1 Pengujian Hipotesis secara Serempak (Uji F)
Pengujian secara serempak menggunakan uji F. Uji F bertujuan untuk
menguji pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen secara
bersama-sama. Prosedur pengujian uji F adalah sebagai berikut:
1. Membuat hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternatif (Ha)
2. Menghitung nilai F.hitung dengan rumus:
F = ( )
( ) ( )
Dimana:
R² = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
3. Mencari nilai kritis (F tabel); df (k-1, n-k). dimana: k = jumlah parameter
termasuk intersep.
4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan
Fhitung dan F tabel. Jika: F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi
diterima, jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak.
3.5.2 Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati (1995) koefisien determinasi adalah untuk mengetahui
seberapa besar persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat yang
dapat dinyatakan dalam persentase. Besarnya persentase pengaruh semua variabel
independen terhadap nilai variabel dependen dapat diketahui dari besarnya koefisien
determinasi (R2) persamaan regresi. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara
nol sampai dengan satu. Semakin mendekati nol besarnya koefisien determinsi suatu
33
persamaan regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen
terhadap variabel dependen. Sebaliknya, Semakin mendekati satu besarnya koefisien
determinsi suatu persamaan regresi, maka semakin besar pengaruh semua variabel
independen terhadap variabel dependen
3.5.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya Normalitas,
autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas dalam hal estimasi karena bila
terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut maka uji t dan uji F yang
dilakukan sebelumnya tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan
kesimpulan yang diperoleh.
3.5.3.1 Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi terdistribusi normal atau tidak. Nilai residual
dikatakan terdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian
besar mendekati nilai rata-ratanya. Tidak terpenuhinya normalitas pada umumnya
disebabkan karena distribusi data yang dianalisis tidak normal, karena terdapat nilai
ekstrem pada data yang diambil.
Nilai ekstrem ini dapat terjadi karena adanya kesalahan dalam pengambilan
sampel bahkan karena kesalahan dalam melakukan input data atau memang
karakteristik data tersebut sangat jauh dari rata-rata. Untuk mendeteksi apakah nilai
residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan metode
analisis grafik dengan Jarque-Bera. Data dapat dikatakan terdistribusi secara normal
apabila nilai probabilitas dari Jarque-Bera lebih besar dari 0,05 (Basuki, 2016)
34
3.5.3.2 Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu (Gujarati, 1995). Menurut Widarjono
(2007) autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan
observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS,
autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel
gangguan lainnya. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan
dengan variabel gangguan adalah tidak adanya hubungan antara variabel gangguan
satu dengan variabel gangguan lainnya. Autokorelasi sering terjadi pada data runtut
waktu (time series) dan sebagian besar data time series menunjukkan adanya
autokorelasi positif daripada autokorelasi negatif, hal ini terjadi karena data time
series seringkali menunjukkan adanya trend yang sama yaitu adanya kesamaan
pergerakan naik turun. Adanya autokorelasi dalam suatu model regresi maka
estimator yang didapatkan akan mempunyai karakteristik sebagai berikut
(Widarjono,2007):
1. Estimator metode OLS masih linier
2. Estimator metode OLS masih tidak bias
3. Namun estimator metode OLS tidak mempunyai varian yang minimum lagi
(no longer best).
Untuk mendeteksi ada tidaknnya masalah autokorelasi di dalam suatu model
regresi dapat dilakukan dengan uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan
oleh Breusch dan Godfrey. Berbeda dengan Uji Durbin-Watson yang hanya berlaku
hubungan autokorelasi antar residual dalam order pertama atau autoregresif order
pertama disingkat AR(1), uji LM bisa dilakukan untuk untuk model autoregresif
35
yang lebih tinggi seperti AR(2), AR(3) dan seterusnya. Salah satu cara untuk
menguji ada atau tidaknnya masalah autokorelasi dalam model regresi adalah dengan
melihat nilai probabilitas F-statistic. Jika nilai probabilitas F-statistic lebih besar
dari 0,05 maka model dinyatakan tidak ada masalah autokorelasi. (Basuki, 2016)
3.5.3.3 Heteroskedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang berikutnya adalah
Heterokedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama (konstan).
Heteroskedastisitas sering ditemui dalam data cross section, sementara itu data time
series jarang mengandung unsur heteroskedastisitas. Konsekuensi adanya
heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir (estimator) yang diperoleh
tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel biasa, walaupun
penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya tidak bias dan bertambahnya
sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten), ini disebabkan
varians yang tidak minimum (tidak efisien).
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan Breush-
Pagan-Godfrey yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap
semua variabel penjelas. Salah satu cara untuk menguji gejala heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah dengan melihat nilai Obs*R squared. Jika nilai Obs*R
squared lebih besar dari 0,05 maka model dinyatakan tidak mengandung
heteroskedastisitas. (Suliyanto, 2011)
3.5.3.4 Multikolinearitas
Multikolinearitas mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frisch yang berarti
adanya hubungan yang linear yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau
semua variabel yang menjelaskan dari model regresi (Gujarati,1995).
36
Multikolinearitas artinya antar variabel independen yang terdapat dalam model
memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya
tinggi bahkan mendekati 1). (Algifari, 2000).
Salah satu cara untuk menguji gejala multikolinearitas dalam model regresi
adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing – masing
variabel bebas terhadap variabel terikat .Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka
model dinyatakan tidak mengandung multikolinearitas. (Suliyanto, 2011)
3.6. Konsepsi Pengukuran
Pengertian dan batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Petani padi sawah organik adalah petani yang mengusahakan usahatani padi sawah
organik.
2) Petani padi sawah nonorganik adalah petani yang mengusahakan usahatani padi
sawah nonorganik.
3) Luas lahan adalah luas areal petakan lahan yang digunakan untuk tanaman padi (Ha)
4) Biaya produksi padi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi (Rp)
5) Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam 1 kali masa
produksi, yang meliputi biaya penyusutan alat-alat produksi pertanian (Rp/ha)
6) Biaya tidak tetap adalah biaya yang penggunaannya habis dalam 1 kali masa
produksi yang meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja (Rp/ha)
7) Total biaya usahatani adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani selama satu
tahun (Rp/ha/musim tanam)
8) Tingkat pendidikan formal adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh responden
(tahun)
37
9) Penggunaan sarana produksi adalah penggunaan jumlah sarana produksi yang
digunakan pada kegiatan usahatani padi sawah / musim tanam yang meliputi bibit,
pupuk dan pestisida (kg/Ha/musim tanam)
10) Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah hari tenaga kerja yang digunakan petani
padi sawah dari dalam keluarga (HOK)
11) Tenaga kerja luar keluarga adalah jumlah hari tenaga kerja yang digunakan petani
padi sawah dari luar keluarga (HOK)
12) Penerimaan usahatani adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah
output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh
petani hasil dari penjualan produksinya (Rp).
13) Pendapatan usahatani adalah jumlah penerimaan dikurangi dengan total biaya yang
dikeluarkan petani pada usahataninya (Rp)
38
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Letak dan batas wilayah
Kecamatan Muara Bulian beribukota di Muara Bulian yang sekaligus
merupakan ibukota Kabupaten Batanghari. Kecamatan Muara Bulian beriklim
tropis. Suhu udara rata-rata di Kecamatan Muara Bulian pada tahun 2014 berkisar
antara 26,2oC sampai 27,4
oC dengan kelembaban udara rata-rata antara 81 sampai
89 %.
Kecamatan Muara Bulian terdiri dari 20 desa/kelurahan. Sridadi
merupakan desa yang terluas di Kecamatan Muara Bulian (19,09%). Di tinjau dari
jarak ke ibukota kecamatan, Pasar Terusan merupakan desa terjauh dari ibukota
kecamatan yaitu 18 Km. Kecepatan angin rata-rata di Kecamatan Muara Bulian
tahun 2014 berkisar antara 0,89 sampai dengan 1,81 Km/jam. Kecamatan Muara
Bulian merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Batanghari yang dilintasi
oleh sungai Batanghari.
Kecamatan Muara Bulian terletak pada Lintang 038’13,0” dan 1
053’08,1”
dan Bujur 103008’32,4 dan 103
024’38,9”, serta berada pada ketinggian 38 m di
atas permukaan laut (DPL). Luas wilayah kecamatan Muara Bulian adalah sebesar
417,97 Km2 (7,2 % dari total luas wilayah Kabupaten Batanghari) yang
berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan langsung dengan kecamatan Pemayung dan
Maro Sebo Ilir,
- Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kecamatan Bajubang
- Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kecamatan Pemayung
39
- Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Bajubang dan Kecamatan
Muara Tembesi
Sampel dalam penelitian ini melibatkan 2 Desa di Kecamatan Muara
Bulian yaitu Desa Pasar Terusan dan Desa Malapari karena desa ini yaitu pasar
terusan memiliki petani yang mengusahakan padi sawah organik dan non organik
dan desa malapari merupakan desa yang petaninya mengusahakan padi sawah non
organik.
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan sumber daya manusia yang sangat besar potensi dan
peranannya dalam pembangunan pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah juga sebagai
pengelola sumber daya alam yang ada. Potensi ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya. Untuk jumlah penduduk pada daerah penelitian dapat
dilihat pada tabel 8 berikut :
40
Tabel 8. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Muara Bulian Kabupaten
Batanghari Tahun 2014
No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah %
1 Singkaw ang 615 553 1,168 1.98
2 Kilangan 975 935 1,910 3.23
3 Rantau Puri 691 697 1,388 2.35
4 Sungai Buluh 1,461 1,381 2,842 4.81
5 Muara Bulian 4,453 4,430 8,883 15.02
6 Sridadi 2,701 2,593 5,294 8.95
7 Tenam 1,022 995 2,017 3.41
8 Simpang Terusan 1,140 1,086 2,226 3.76
9 Pasar Terusan 1,500 1,451 2,951 4.99
10 Napal Sisik 366 374 740 1.25
11 Malapari 1,045 995 2,040 3.45
12 Pelayangan Rambahan 760 661 1,421 2.40
13 Olak 505 488 993 1.68
14 Teratai 3,514 3,581 7,095 12.00
15 Bajubang Laut 699 685 1,384 2.34
16 Sungai Baung 1,161 1,186 2,347 3.97
17 Aro 720 666 1,386 2.34
18 Muara Singoan 560 518 1,078 1.82
19 Rengas Condong 4,714 4,440 9,154 15.48
20 Pasar Baru 1,397 1,421 2,818 4.77
Jumlah 29, 999 29,136 59,135 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Batanghari 2015
Jumlah penduduk yang bermukim di Kecamatan Muara Bulian sampai tahun
2014 mencapai 59.135 jiwa,dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar
1,54 persen/tahun terdiri dari laki-laki 29.999 jiwa dan wanita 29,136 jiwa.
Jumlah penduduk terbesar berada didaerah Muara Bulian sebanyak 15,02 %
sedangkan untuk Pasar Terusan sebanyak 4,99 % dan Malapari sebanyak 3,45 %.
Sex ratio pada daerah Batanghari adalah 102 maka bisa disimpulkan bahwa dalam
100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki.
4.1.3 Mata Pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Pasar Terusan dan
Desa Malapari Kecamatan Muara Bulian sangat bervariasi. Sebagian besar
bermata pencarian di sektor pertanian, perkebunan sedangkan pegawai negeri,
41
swasta dan lainnya hanya sebagian kecil saja. Lebih jelasnya keadaan penduduk di
Desa Pasar Terusan dan Desa Malapari dapat dilihat pada Tabel 9 :
Tabel 9. Jumlah Dan Persentase Mata Pencarian di Desa Pasar Terusan dan
Malapari Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014
Mata Pencarian Desa
Pasar Terusan % Malapari %
Petani 940 31,85 432 21,18
Buruh Tani 1224 41,48 987 48,38
Swasta 581 19,69 445 21,81
Pedagang 91 3,08 120 5,88
Pegawai Negeri Sipil 112 3,79 54 2,65
Montir 3 0,11 2 0,1
Jumlah 2951 100 2040 100
Sumber : Data Monografi Desa Pasar Terusan dan Malapari 2014
Tabel 9 menunjukkan bahwa di daerah Pasar Terusan terdapat 31,85 %
yang bekerja sebagai petani dan buruh tani sekitar 41,48 % sedangkan didaerah
Malapari terdapat 21,18 % yang bekerja sebagai petani dan buruh tani sekitar
48,38 %. Bisa dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan penduduk di daerah
penelitian berada pada sektor pertanian.
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam proses
produksi dan pengembangan agribisnis. Sarana dan prasarana meliputi alat-alat
yang digunakan seperti transportasi (mobil, motor, perahu dan sepeda). Kondisi
sarana dan prasarana umum di Desa Pasar Terusan dan Desa Malapari.
42
Tabel 10. Sarana dan Prasarana Desa Pasar Terusan dan Desa Malapari
Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014
Sarana dan Prasarana Desa Pasar Terusan Desa Malapari
Balai Desa 1 1
TK / PAUD 6 3
SD 3 2
Polindes 3 1
Jalan Desa 3 2
Jalan Kecamatan 1 1
Lapangan Voli 2 2
Mesjid/ Mushola 7 3
Lapangan Sepakbola 1 1
Tempat pertemuan Kelompok Tani 2 1
Tempat penggilingan padi 7 3
MTS 1 1
Aliya 1 0
Sumber : Data Monografi Desa Pasar Terusan dan Malapari 2014
4.1.5 Keadaan Kelompok Tani
Jumlah kelompok tani di Desa Pasar Terusan dan Desa Malapari
Kecamatan Batanghari berjumlah 12 Kelompok Tani. Kelompok tani di Desa
Pasar Terusan terbagi menjadi 2 yaitu kelompok tani yang mengusahakan padi
sawah organik adalah Sumber Rezeki, Payo Kering I dan Payo Kering II
sedangkan kelompok tani yang mengusahakan padi sawah non organik adalah
Pematang Tengah, Lopak Itik, Kebun Berambu. Kelompok Tani di Desa Malapari
mengusahakan padi sawah non organik yaitu Pematang Tengah, Sungai Lais I,
Sungai Lais II, Tanjung Perasi, Tanah Tepulau, Pematang Manggo.
43
Tabel 11. Jumlah Kelompok Tani di Desa Pasar Terusan dan Malapari
Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014
Nama Kelompok Kelas Jumlah Anggota
Sumber Rezeki Lanjut 175 Petani
Payo Kering I Utama 87 Petani
Payo Kering II Madya 183 Petani
Pematang Tengah Lanjut 241 Petani
Lopak Itik Madya 43 Petani
Kebun Berambu Lanjut 75 Petani
Pematang Lalang Madya 69 Petani
Sungai Lais I Lanjut 82 Petani
Sungai Lais II Lanjut 89 Petani
Tanjung Perasi Madya 74 Petani
Tanah Tepulau Madya 72 Petani
Pematang Manggo Lanjut 76 Petani
Sumber : Data Monografi Desa Pasar Terusan dan Malapari 2014
4.2 Gambaran Umum Usahatani Padi Sawah
4.2.1 Usahatani Padi Sawah
Usahatani padi sawah didaerah penelitian umumnya dilakukan petani pada
lahan milik sendiri dengan rata-rata luas lahan yang dimiliki 0,4-1 Ha. Dalam
pengelolaannya tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani baik yang organik
maupun non organik adalah tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam
keluarga biasanya dipekerjakan pada saat pengolahan lahan, penyemaian,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Benih yang digunakan adalah benih
lokal dan unggul.
Pada daerah penelitian kondisi lahan sawahnya adalah adalah rawa lebak
dangkal dan sistemnya tadah hujan. Pertanian yang diterapkan didaerah Pasar
Terusan adalah memanfaatkan pupuk organik dari kotoran hewan ternak. Ini dapat
dilihat dari peraturan Desa yaitu SK Turun ke Humo, 6 bulan lepas dan 6 bulan
tangkap. Hal ini dinamakan pola integrasi antara tanaman padi dan ternak yang
keduanya akan saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Selama dilepas
44
ternak-ternak dimasukkan kedalam areal persawahan sehingga secara tidak
langsung kotoran ternak kerbau menjadi pupuk organik yang dapat menambah
kesuburan tanah dan akan meningkatkan produksi padi.
Petani di Desa Pasar Terusan sudah menggunakan pupuk organik seperti
yang digunakan dalam pertanian organik pada umumnya, atau yang diperoleh
dengan mendapatkan bantuan dari pemerintah yaitu pupuk petroorganik. Petani
didaerah ini sebagian besar sudah menyadari dampak positif dari pupuk organik
yang meningkatkan kesuburan tanah. Perbedaan kegiatan pertanian antara
Pertanian Organik dengan Non Organik didaerah penelitian adalah kegiatan
pemupukan dan pemberian pestisida. Pemberian pupuk organik menggunakan
pupuk petroorganik dan pupuk kandang sedangkan pemberian pupuk non organik
menggunakan Urea dan NPK. Pemberian pestisida organik menggunakan Astonis,
Explore, Supremo, Abosilin sedangkan pemberian pestisida non organik
menggunakan Dharmabas, DMA, dan Decis.
4.2.2 Luas Lahan Petani
Luas lahan secara tidak langsung mempengaruhi tingkat penerimaan
petani karena luas lahan berpengaruh terhdap jumlah produksi. Adapun
penyebaran petani sampel berdasarkan luas lahan usahatani padi sawah di daerah
penelitian dapat dilihat pada tabel 12 berikut :
45
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Luas Lahan Petani Responden Berdasarkan
Jenis Usahatani di Daerah Penelitian Tahun 2014
Luas Lahan
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
0 – 0,49 - 0 7 16,67
0,5 – 0,99 36 90 27 64,28
1 – 1,49 2 5 8 19,05
1,5 – 2 2 5 - 0
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Luas lahan yang luas maka produksi yang dihasilkan juga akan tinggi
walaupun dengan resiko biaya yang dikeluarkan juga akan tinggi. Pada daerah
penelitian luas lahan yang dimiliki oleh petani yang terbanyak berada pada
interval 0,5 – 0,99 Ha dimana pada usahatani padi sawah organik sebanyak 36
petani dan usahatani non organik sebanyak 27 orang sedangkan distribusi terkecil
luas lahan petani organik berada pada interval 1 – 1,49 dan 1,5 – 2 masing masing
sebanyak 2 orang dan non organik berada pada interval 0 – 0,49 sebanyak 7
orang.
4.2.3 Jumlah Benih
Banyaknya jumlah benih yang ditanam pada setiap lahan pada luas yang
sama memiliki perbedaan pada petani usahatani padi organik dan usahatani padi
non organik. Untuk mengetahui jumlah benih yang ditanam dapat dilihat pada
tabel 13 berikut.
46
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penggunaan Benih Petani Responden di
Daerah Penelitian Tahun 2014
Jumlah Benih
(Kg/Ha)
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
16 – 19 4 10 1 2,38
20 – 23 12 30 18 16,67
24 – 27 18 45 15 21,42
28 – 31 1 2,5 11 23,81
32 – 35 4 10 - 28,58
36 – 39 1 2,5 1 2,38
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Rekomendasi yang di anjurkan oleh Dinas Pertanian untuk penggunaan
benih per hektar sebanyak 25 kg/ha. Tabel 10 menunjukkan bahwa distribusi
penggunaan benih oleh petani baik pada usahatani padi sawah organik terbesar
terletak pada frekuensi 24 – 27 sebanyak 18 petani sedangkan pada usahatani non
organik terletak pada frekuensi 20 – 23 sebanyak 18 petani. Sedangkan
penggunaan benih terkecil terletak pada frekuensi 36 – 39 dan 28-31 sebanyak 1
orang pada usahatani organik dan frekuensi 16 – 19 dan 36 – 39 masing – masing
sebanyak 1 orang pada usahatani padi sawah non organik. Pada usahatani padi
sawah organik rata-rata para petani sudah menggunakan anjuran penggunaan
benih sedangkan pada usahatani padi sawah non organik di perlukan untuk
penambahan jumlah benih.
4.2.4 Produksi Padi Sawah Organik dan Non Organik
Produksi padi sawah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produksi
fisik berupa gabah kering giling dalam bentuk kilogram yang diperoleh dari petani
dari hasil panen tanaman padi. Tanaman yang dipanen adalah bulir padi yang
telah matang sesuai kriteria tingkat kematangan bulir padi. Didaerah penelitian
yaitu Desa Pasar Terusan jumlah produksi gabah kering giling masing-masing
47
petani sampel bervariasi, produksi terendah adalah 3000 Kg dan produksi tertinggi
12.500 Kg dengan rata-rata produksi petani sampel didaerah penelitian adalah
4280,5 Kg sedangkan Desa Malapari jumlah produksi gabah kering giling
masing-masing petani sampel bervariasi, produksi terendah adalah 1600 Kg dan
produksi tertinggi 6000 Kg dengan rata-rata produksi petani sampel didaerah
penelitian adalah 3330,95 Kg
Tabel 14. Distribusi Jumlah Produksi Padi Sawah Organik dan Non Organik
Berdasarkan Jumlah Petani di Kecamatan Muara Bulian Tahun 2014
Produksi
(Kg)
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
1600 < 3500 17 42,5 27 64,28
3500 < 5500 19 47,5 11 26,2
5500 < 7500 2 5 4 9,52
7500 < 9500 - 0 - 0
9500 < 11500 1 2,5 - 0
11500 < 13500 1 2,5 - 0
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
4.3 Identitas Petani Sampel
4.3.1 Umur Petani
Umur mempunyai kaitan dengan berbagai kegiatan dan kehidupan petani
bahkan dalam menjalankan usahataninya. Tingkat umur dapat mempengaruhi
terhadap kemampuan fisik petani dalam bekerja dan kemampuan dalam berfikir.
Semakin tua umur petani maka kemampuan fisiknya dalam bekerja semakin
menurun. Menurut Soekartawi (2002) menyatakan bahwa semakin muda umur
seseorang biasanya memiliki semangat untuk ingin tahu tentang hal-hal yang
belum mereka ketahui sehingga akan berusaha untuk lebih cepat dalam
melakukan adopsi inovasi walaupun belum berpengalaman dalam adopsi inovasi
tersebut. Umur petani sampel didaerah penelitian sangatlah bervariasi.
48
Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Petani Sampel Berdasarkan
Umur di Daerah Penelitian Tahun 2014
Kelompok Umur
(Tahun)
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
30-34 - 0 2 4,77
35-39 4 10 3 7,14
40-44 8 20 7 16,67
45-49 10 25 10 23,8
50-54 9 22,5 7 16,67
55-59 5 12,5 5 11,9
60-64 2 5 6 14,28
65-69 1 2,5 2 4,77
70-74 1 2,5 - 0
Jumlah 40 100 42 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer tahun 2016
Tabel 15 menunjukkan bahwa umur petani termuda pada usahatani padi
sawah organik terdapat pada frekuensi 35-39 sebanyak 4 orang dan frekuensi 30-
34 dengan usahatani padi sawah non organik sebanyak 2 orang.Umur petani tertua
pada usahatani padi sawah organik terdapat pada frekuensi 70-74 sebanyak 1
orang sedangkan usahatani padi sawah non organik terdapat pada frekuensi 65-69
sebanyak 2 petani. Distribusi umur petani padi sawah organik dan non organik
terbanyak terdapat pada frekuensi 45-49 sebanyak 10 orang. Petani dalam usia
produktif keadaan fisiknya diharapkan mampu untuk berusahatani padi sawah.
4.3.2 Lama Berusahatani
Lamanya berusahatani seseorang akan dapat dijadikan tolak ukur untuk
pengembangan kegiatan usahatani dimasa mendatang, karena jika semakin lama
seseorang bekerja diharapkan akan lebih baik dan sempurna dalam melaksanakan
tugasnya. Umumnya semakin lama seseorang berusahatani maka ia akan semakin
terampil dalam mengelola usahataninya. Distribusi lamanya petani berusahatani
dapat dilihat pada tabel 16. berikut
49
Tabel 16. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Lama Berusahatani
Petani Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2014
Lama Berusahatani
(Tahun)
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
0 – 9 - 0 1 2,38
10 – 19 8 20 13 30,95
20 – 29 17 42,5 14 33,33
30 – 39 10 25 9 21,43
40 – 49 5 12,5 5 11,91
50 – 59 - 0 - 0
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Tabel 16 menunjukkan bahwa lama berusahatani petani pada usahatani organik
dan non organik yang terbanyak sama-sama berada pada interval 20-29 tahun sebanyak
17 petani dan 14 petani sedangkan lama berusahatani yang terkecil berada pada interval
40-49 tahun pada usahatani organik sebanyak 5 petani dan pada usahatani non organik
berada pada interval 0-9 tahun sebanyak 1 orang petani.
4.3.3 Jumlah Anggota Keluarga
Anggota keluarga merupakan bagian dari keluarga baik yang berusia
produktif maupun non produktif. Suatu keluarga dengan anggota keluarga yang
relatif besar haruslah lebih banyak kepentingannya dalam usahanya untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya. Jumlah anggota keluarga responden
bervariasi, rata-rata jumlah anggota keluarga 5 orang. Jumlah anggota keluarga
terbanyak adalah 8 orang dan paling sedikit 2 orang. Untuk mengetahui jumlah
anggota keluarga petani responden dapat dilihat pada tabel 17 berikut:
50
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Jumlah dan Persentase Anggota Keluarga
Petani Sampel Didaerah Penelitian Tahun 2014
Anggota Keluarga
(termasuk KK)
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
2-3 7 17,5 4 9,52
4-5 25 62,5 26 61,9
6-7 7 17,5 9 21,43
8-9 1 2,5 3 7,15
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Tabel 17 menunjukkan bahwa distribusi jumlah anggota keluarga petani
baik pada ushatani padi sawah organik maupun usahatani padi sawah non organik
terbesar terletak pada frekuensi 4 – 5 masing – masing 25 orang dan 26 orang.
Sedangkan distribusi jumlah anggota keluarga terkecil terletak pada frekuensi
anggota keluarga 8 – 9 masing masing 1 orang dan 3 orang baik pada usahatani
padi sawah organik maupun pada usahatani padi sawah non organik.
4.3.4 Tingkat Pendidikan Formal
Salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan dan
pengetahuan seseorang adalah faktor pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang maka semakin tinggi kemampuan seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pendidikan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 18 berikut :
51
Tabel 18. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Formal di Daerah Penelitian Tahun 2014
Tingkat Pendidikan
Usahatani Organik Usahatani Non organik
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(Orang)
Persentase
(%)
Tidak Tamat SD 2 5 - 0
SD/ Sederajat 19 47,5 23 54,76
SMP/Sederajat 13 32,5 9 21,43
SMA/Sederajat 6 15 7 16,67
Perguruan Tinggi - 0 3 7,14
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa distribusi tingkat pendidikan petani baik
yang organik dan non organik banyak terdapat di tingkat SD / sederajat yakni sebanyak
19 untuk organik dan 23 untuk non organik. Distribusi terkecil pada usahatani padi sawah
organik terdapat pada tingkat Tidak Tamat SD sebanyak 2 orang sedangkan pada
usahatani non organik terdapat pada tingkat Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang.
4.4 Keadaan Usahatani Padi Sawah
4.4.1 Penggunaan Pupuk
Penggunaan pupuk pada usahatani padi organik dan non organik berbeda
satu sama lain, dimana padi organik menggunakan pupuk kandang dan
Petroorganik sedangkan pada padi non organik menggunakan pupuk urea dan
NPK. Anjuran untuk penggunaan pupuk kandang pada lahan usahatani padi
organik adalah 2000 Kg/Ha dan petroorganik 500 Kg/Ha. Sedangkan anjuran
untuk penggunaan pupuk urea pada lahan padi non organik sebanyak 150 kg/ha
dan NPK sebanyak 300 kg/ha. Rata-rata penggunaan pupuk pada usahatani
organik dan non organik didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
52
Tabel 19. Rata-rata Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Usahatani Input
Rata-rata penggunaan
Per
Petani
Per
Hektar
Anjuran
(Kg/Ha)
Tingkat
Penggunaan (%)
Padi
Organik
Kandang 18,7 24,75 2000 1,23
Petroorganik 213,5 287,7 500 57,54
Padi non
Organik
Urea 57,16 82,5 150 55
NPK 29,04 40,74 300 13,58 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Tabel 19. menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dalam usahatani padi
organik maupun non organik belum sesuai dengan anjuran baik pupuk kandang,
petroorganik pada lahan padi organik dan Urea , NPK pada lahan padi non
organik diharapkan petani dapat meningkatkan jumlah penggunaan pupuk sesuai
dengan anjuran.
4.4.2 Penggunaan Pestisida
Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit padi sawah, petani
organik didaerah penelitian menggunakan Astonis, Explore, Supremo, dan
Abosilin sedangkan untuk petani padi non organik menggunakan pestisida dengan
merk Dharmabas, Decis, dan DMA
Tabel 20. Rata-rata Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Usahatani Input
Rata-rata penggunaan
Per
Petani
Per
Hektar
Anjuran
(L/Ha)
Tingkat
Penggunaan (%)
Padi
Organik
Astonis 0,6 0,85 1,5 56,67
Explore 1,2 1,63 1 163
Supremo 1,2 1,64 1,5 109,3
Abolisin 0,7 0,81 1,5 54
Padi non
Organik
Dharmabas 0,4 0,45 1,5 30
Decis 0,6 0,8 0,5 160
DMA 0,5 0,7 1 70 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
53
Pestisida yang digunakan petani sampel padi organik dengan rata-rata
penggunaan 4,95 liter/ha dan rata-rata penggunaan pestisida petani sampel padi
non organik yang digunakan adalah 1,4 liter/ha. Penggunaan pestisida di daerah
penelitian sebagian besar digunakan untuk pengendalian gulma pada saat
pemeliharaan. Frekuensi penyemprotan yang dilakukan petani sampel pada daerah
penelitian adalah 2-3 kali. Petani padi sawah organik ada yang sudah menerapkan
anjuran penggunaan pestisida dengan baik pada pestisida Astonis dan Abolisin
sedangkan pada pestisida Supremo dan Explore petani menggunakannya terlalu
banyak. Sedangkan pada petani padi sawah non organik petani ada yang sudah
menerapkan dengan baik pada pestisida DMA. Pada pestisida Decis terlalu
banyak yang digunakan dan pada Dharmabas perlu untuk ditingkatkan jumlah
penggunaannya.
4.4.3 Tenaga Kerja
Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi sawah didaerah penelitian
bersumber dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar
keluarga (TKLK). Rata-rata penggunaan tenaga kerja didaerah penelitian dapat
dilihat pada tabel 21.
54
Tabel 21. Rata – rata penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Per Uraian Kegiatan
di Daerah Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Padi Organik Padi Non Organik
Per
Petani Per Ha Per Petani Per Ha
Pengolahan Lahan 23,98 32,15 27,4 40,77
Persemaian 10,71 13,35 13,42 18,63
Penanaman 8,3 11,47 8,98 13,29
Pemupukan 7,41 10,61 6,23 9,27
Penyiangan 9,33 13,12 8,39 13,33
Pemberantasan Hama 8,33 11,33 8,13 12,62
Panen 27,5 37,76 28,07 41,72
Pasca Panen 6,38 8,47 6,35 8,79
Jumlah 101,94 138,26 106,97 158,42 Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Tabel 21 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja pada
usahatani padi organik dan non organik yang terbesar pada saat panen dan
pengolahan lahan. Pada usahatani padi organik tenaga kerja pada proses panen
sebesar 27,5 sementara pengolahan lahan sebesar 23,98 dan padi non organik pada
proses panen sebesar 28,07 sedangkan pengolahan lahan sebesar 27,4 Pengolahan
lahan dan panen menjadi tahapan produksi dengan penggunaan tenaga kerja
paling banyak, hal ini disebabkan karena pada saat pengolahan lahan dan panen
didaerah penelitian, penggunaan tenaga kerja lebih intensif dalam mempersiapkan
media tanam untuk bibit padi yang siap dipindahkan serta melakukan penyiangan
dan pemupukan agar pertumbuhan padi lebih baik. Oleh karena itu, kegiatan
pengolahan dan panen membutuhkan curahan tenaga kerja yang paling banyak.
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja yang digunakan pada saat proses
usahatani padi sawah menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dibayar
secara harian sebesar Rp. 75.000/orang.
55
4.5. Biaya Padi Sawah Organik dan Non Organik
Total biaya produksi pada penelitian adalah biaya benih, pupuk, pestisida,
penyusutan alat dan biaya tenaga kerja. Suatu usahatani dikatakan untung apabila
biaya produksi yang di keluarkan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
penerimaan yang di peroleh oleh petani. Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi adalah dengan meminimumkan biaya produksi yang dikeluarkan pada
suatu usahatani. Petani pada daerah penelitian melaksanakan usahatani padi
sawahnya satu kali dalam setahun. Besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh
petani dapat dilihat pada tabel 22 berikut :
Tabel 22. Distribusi Total Biaya Pada Usahatani Padi Sawah di Daerah
Penelitian Tahun 2014
Jenis Biaya
Usahatani Organik Usahatani Non organik
(Rp) Persentase
(%)
(Rp) Persentase
(%)
a. Biaya Tunai
1. Benih 110.100 3,12 103.857,1 2,91
2. Pupuk 276.282 7,84 169.710 4,76
3. Pestisida 259.807,69 7,37 59.285,7 1,66
4. Upah TKLK 2.816.923 79,88 3.163.928,6 88,75
b. Biaya Diperhitungkan
1. Penyusutan Alat 45.989,5 1,31 50.658,7 1,42
2. Biaya minyak traktor 16.900 0,48 17.380.9 0,5
Jumlah 3.526.002,2 100 3.564.821 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer 2016
Tabel 22 menunjukkan bahwa biaya total yang dikeluarkan pada usahatani
non organik lebih besar dibandingkan biaya total pada usahatani organik namun
perbedaannya tidak terlalu jauh. Biaya yang lebih besar terdapat pada biaya
tenaga kerja luar keluarga dan penyusutan alat sedangkan biaya benih, pupuk, dan
pestisida lebih kecil dibandingkan usahatani organik. Dari seluruh komponen total
biaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya total yang dikeluarkan usahatani
padi sawah non organik lebih besar dibandingkan usahatani padi organik. Total
56
biaya yang dikeluarkan petani pada usahatani padi sawah organik sebesar Rp.
3.526.002,2, sedangkan untuk petani pada usahatani padi sawah non organik
sebesar Rp. 3.564.821. Hal ini sejalan dengan Siwi (2009) yang menyatakan
besarnya rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan baik pada padi organik
maupun non organik tidak terpaut banyak selisihnya dimana pada usahatani
organik biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.684.725 sedangkan pada usahatani
non organik biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.179.610.
4.6.Pendapatan dan Penerimaan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non
Organik
4.6.1 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non Organik
Keberhasilan dari usahatani dapat dilihat dari pendapatan usahatani yang
diperoleh. Pendapatan diartikan sebagai selisih antara besarnya penerimaan dan
biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperoleh petani responden adalah
jumlah produksi padi dikalikan harga gabah yang kemudian dikurangi dengan
jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Pendapatan
usahatani padi sawah petani responden padi sawah organik dan non organik
tertinggi yaitu Rp. 46.896.500 dan pendapatan terendah yaitu Rp. 5.062.500
(Lampiran 14 dan 15). Distribusi petani responden usahatani padi sawah didaerah
penelitian dapat dilihat pada tabel 23 berikut :
57
Tabel 23. Distribusi Pendapatan Pada Usahatani Padi Sawah Organik dan
Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014.
Pendapatan
(Rp)
Usahatani Padi Sawah
Organik
Usahatani Padi Sawah
Non Organik
Frekuensi
(orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(orang)
Persentase
(%)
5.062.500 < 11.038.785 - 0 15 35,71
11.038.785 < 17.015.070 25 62,5 19 45,24
17.015.070 < 22.991.335 11 27,5 7 16,67
22.991.335 < 28.967.640 2 5 1 2,38
28.967.640 < 34.943.925 - 0 - 0
34.943.925 < 40.920.210 - 0 - 0
> 40.920.210 2 5 - 0
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2016
Tabel 23 menunjukkan bahwa distribusi pendapatan usahatani padi sawah
organik terbanyak yaitu antara 11.038.785 < 17.015.070 sebanyak 25 orang
petani. Rata-rata pendapatan petani usahatani padi sawah organik yaitu Rp.
17.879.913,6 dan rata-rata pendapatan per ha adalah Rp. 23.616.383,3 (Lampiran
14). Sedangkan distribusi petani responden usahatani padi sawah non organik
berdasarkan pendapatan usahatani padi sawah non organik terbanyak yaitu antara
11.038.785 < 17.015.070 sebanyak 19 orang petani. Rata-rata pendapatan petani
usahatani padi sawah non organik yaitu Rp. 13.089.941,3 dan rata-rata per ha
adalah Rp. 18.814.523,6 (Lampiran 14). Untuk melihat perbedaan total
pendapatan pada usahatani padi sawah organik dan non organik dapat dilihat pada
Tabel 24 berikut :
Tabel 24. Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014.
Rincian Total Penerimaan Total Penerimaan
Organik Non Organik
Total Pendapatan Per Petani (Rp) 17.879.913,6 13.089.941,3
Total Pendapatan Per Hektar (Rp) 23.616.383,3 18.814.523,6 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2016
58
Tabel 24 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan total pendapatan yang
diperoleh petani usahatani padi sawah Organik dan usahatani padi sawah Non
Organik. Total pendapatan yang diperoleh petani usahatani padi sawah Organik
lebih tinggi daripada total pendapatan yang diperoleh petani usahatani padi sawah
Non Organik. Total pendapatan yang diperoleh petani usahatani padi sawah
Organik sebesar Rp. 23.639.092 per ha sedangkan total pendapatan yang
diperoleh petani usahatani padi sawah Non Organik sebesar Rp. 18.839.601,01
per ha. Hal ini sejalan dengan Siwi (2009) yang menyatakan bahwa rata – rata
pendapatan usahatani padi organik lebih besar daripada rata-rata pendapatan
petani padi non organik masing-masing sebesar Rp. 9.377.941,634 untuk padi
organik dan Rp. 7.292.223,33 untuk padi non organik.
4.6.2 Penerimaan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non Organik
Penerimaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produksi
padi dikalikan dengan harga gabah. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila
penerimaan yang diterima lebih tinggi dari total biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani padi sawah baik organik maupun non organik. Distribusi petani
responden usahatani padi sawah didaerah penelitian dapat dilihat pada tabel 25
berikut :
59
Tabel 25. Distribusi Penerimaan Pada Usahatani Padi Sawah Organik dan
Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014.
Penerimaan
(Rp)
Usahatani Padi Sawah
Organik
Usahatani Padi Sawah
Non Organik
Frekuensi
(orang)
Persentase
(%)
Frekuensi
(orang)
Persentase
(%)
8.000.000 < 15.500.000 4 10 21 50
15.500.000 < 22.500.000 24 60 13 30,95
22.500.000 < 29.500.000 9 22,5 7 16,67
29.500.000 < 36.500.000 1 2,5 1 2,38
36.500.000 < 43.500.000 - 0 - 0
43.500.000 < 50.500.000 - 0 - 0
50.500.000 < 57.500.000 1 2,5 - 0
57.500.000 < 64.500.000 1 2,5 - 0
Jumlah 40 100 42 100 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2016
Tabel 25 menunjukkan bahwa distribusi penerimaan pada usahatani
organik terbanyak yaitu antara 15.500.000 < 22.500.000 sebanyak 24 orang petani
sedangkan distribusi petani responden usahatani padi sawah non organik
berdasarkan penerimaan usahatani padi sawah non organik terbanyak yaitu antara
8.000.000 < 15.500.000 sebanyak 21 orang petani. Untuk melihat perbedaan total
penerimaan pada usahatani padi sawah organik dan non organik dapat dilihat pada
tabel 26 berikut :
Tabel 26. Total Penerimaan Usahatani Padi Sawah Organik dan Non
Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014.
Rincian Total Penerimaan Total Penerimaan
Organik Non Organik
Total Penerimaan Per Petani (Rp) 21.402.500 16.654.761,9
Total Penerimaan Per Hektar (Rp) 28.054.593,17 23.799.340,11 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2016
Tabel 26 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan total penerimaan yang
diperoleh petani usahatani padi sawah organik dan usahatani padi sawah Non
Organik. Total penerimaan yang diperoleh petani usahatani padi sawah Organik
lebih tinggi daripada total penerimaan yang diperoleh petani usahatani padi sawah
60
Non Organik. Total penerimaan yang diperoleh petani usahatani padi sawah
Organik sebesar Rp. 28.054.593,17 per ha sedangkan total penerimaan yang
diperoleh petani usahatani padi sawah Non Organik sebesar Rp. 23.799.340,11
per ha.
4.7. Pengujiian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi model analisis digunakan karena model penelitian ini
adalah dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik yang
dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji
heteroskedastisitas.
4.7.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang
telah distandarisasi pada model regresi terdistribusi normal atau tidak (Basuki,
2016). Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian statistic
Jarque Bera yang diperoleh dari pengujian terhadap nilai residual dari model
regresi.
Pengujian Normalitas Padi Organik
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: ResidualsSample 1 40Observations 40
Mean 2.27e-15Median 0.001009Maximum 0.159714Minimum -0.157974Std. Dev. 0.073377Skewness -0.187536Kurtosis 2.587516
Jarque-Bera 0.518038Probability 0.771809
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel residual model regresi
berdistribusi normal karena uji Jarque Bera menunjukkan nilai probabilitas
61
sebesar 0,771 > α, Dimana α = 5% atau 0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa
model regresi terdistribusi normal.
Pengujian Normalitas Padi Non Organik
0
2
4
6
8
10
12
-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2
Series: ResidualsSample 1 42Observations 42
Mean -2.87e-15Median 0.015961Maximum 0.225222Minimum -0.325168Std. Dev. 0.107732Skewness -0.448962Kurtosis 3.591960
Jarque-Bera 2.024199Probability 0.363455
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel residual model regresi
berdistribusi normal karena uji Jarque Bera menunjukkan nilai probabilitas
sebesar 0,3634 > α, Dimana α = 5% atau 0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa
model regresi terdistribusi normal.
4.7.2. Multikolinieritas
Multikolinieritas diuji dengan menggunakan model auxilary yaitu dengan
membandingkan bernilai R2 antara model utama yaitu model dengan hasil
produksi sebagai variabel terikat dalam model regresi dengan model dengan
model dimana masing-masing variabel independent digunakan sebagai variable
dependen. Salah satu cara untuk menguji gejala multikolinearitas dalam model
regresi adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing –
masing variabel bebas terhadap variabel terikat .Jika nilai VIF tidak lebih dari 10
maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinearitas. (Suliyanto, 2011).
Dari langkah pengujian multikolinieritas diperoleh sebagai berikut.
62
Tabel 27. Multikolinearitas Padi Organik
Variance Inflation Factors
Date: 05/26/17 Time: 09:09
Sample: 1 1234
Included observations: 40
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
BENIH 0.023977 666.2221 6.257536
LUAS_LAHAN 0.021855 14.53579 7.682013
PESTISIDA 0.004852 34.16050 2.468213
PUPUK 0.006439 632.7128 2.734671
TENAGA_KERJA 0.024423 1724.352 6.309956
BIAYA 0.020203 15142.24 9.591531
TK_FORMAL 0.004140 59.13655 1.146544
C 2.776164 9290.869 NA
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel model regresi dilihat dari
nilai centered VIF tidak lebih dari 10 maka model dinyatakan tidak mengandung
multikolinearitas.
Tabel 28. Multikolinearitas Padi Non Organik
Variance Inflation Factors
Date: 05/26/17 Time: 09:18
Sample: 1 1234
Included observations: 42
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
BENIH 0.033844 796.0456 7.329022
LUAS_LAHAN 0.025346 19.18191 7.529416
PESTISIDA 0.001886 2.022550 1.924688
PUPUK 0.008501 500.7565 3.808862
TENAGA_KERJA 0.020829 1334.578 5.826999
BIAYA 0.018793 12690.02 8.837647
TK__FORMAL 0.004491 56.56638 1.380044
C 2.833320 8502.612 NA
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa variabel model regresi dilihat dari
nilai centered VIF tidak lebih dari 10 maka model dinyatakan tidak mengandung
multikolinearitas
63
4.7.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual
untuk semua pengamatan pada model regresi. Mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan Breush-Pagan-Godfrey yaitu dengan cara
meregres logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas. Salah satu
cara untuk menguji gejala heteroskedastisitas dalam model regresi adalah dengan
melihat nilai prob. F-Statistic. Jika nilai prob. F-Statistic lebih besar dari 0,05
maka model dinyatakan tidak mengandung heteroskedastisitas. (Suliyanto, 2011)
Heteroskedasticity Test padi organik: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.861009 Prob. F(7,32) 0.1094
Obs*R-squared 11.57265 Prob. Chi-Square(7) 0.1155
Scaled explained SS 7.294569 Prob. Chi-Square(7) 0.3989
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Dari hasil uji Breusch-Pagan-Godfrey diperoleh hasil bahwa pada
persamaan dapat disimpulkan bebas heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari
besarnya prob. F-Statistic 0,1094 > α , Dimana α = 5% atau 0,05.
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.371162 Prob. F(7,34) 0.2491
Obs*R-squared 9.246303 Prob. Chi-Square(7) 0.2355
Scaled explained SS 7.852821 Prob. Chi-Square(7) 0.3458
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Dari hasil uji Breusch-Pagan-Godfrey diperoleh hasil bahwa pada
persamaan dapat disimpulkan bebas heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari
besarnya prob. F-Statistic 0,2491 > α , Dimana α = 5% atau 0,05.
4.6.4. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu
64
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Salah satu cara untuk
menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dalam model regresi adalah melihat
nilai prob.F-statistic. Jika nilai prob.F-statistic lebih besar dari 0,05 maka model
dinyatakan tidak ada masalah autokorelasi (Basuki ,2016).
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.385095 Prob. F(2,30) 0.6837
Obs*R-squared 1.001216 Prob. Chi-Square(2) 0.6062
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/26/17 Time: 09:15
Sample: 1 40
Included observations: 40
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BENIH -0.056412 0.171707 -0.328537 0.7448
LUAS_LAHAN 0.059182 0.166024 0.356469 0.7240
PESTISIDA 0.007011 0.072096 0.097247 0.9232
PUPUK -0.014626 0.083515 -0.175128 0.8622
TENAGA_KERJA -0.040840 0.166602 -0.245136 0.8080
BIAYA 0.022564 0.150375 0.150052 0.8817
TK_FORMAL 0.001032 0.065758 0.015698 0.9876
C 0.097158 1.734542 0.056014 0.9557
RESID(-1) 0.174778 0.205074 0.852270 0.4008
RESID(-2) 0.034323 0.202722 0.169313 0.8667
R-squared 0.025030 Mean dependent var -1.22E-15
Adjusted R-squared -0.267460 S.D. dependent var 0.099030
S.E. of regression 0.111490 Akaike info criterion -1.337453
Sum squared resid 0.372898 Schwarz criterion -0.915233
Log likelihood 36.74906 Hannan-Quinn criter. -1.184792
F-statistic 0.085577 Durbin-Watson stat 1.928242
Prob(F-statistic) 0.999717
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Pada hasil uji Langrange Multiplier (LM) ini diketahui bahwa nilai
prob.(F-statistic) sebesar 0,9997 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan
pengujian LM diketahui bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi.
65
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.006980 Prob. F(2,32) 0.3766
Obs*R-squared 2.486811 Prob. Chi-Square(2) 0.2884
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/26/17 Time: 09:22
Sample: 1 42
Included observations: 42
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BENIH -0.059911 0.189087 -0.316845 0.7534
LUAS_LAHAN 0.070724 0.171382 0.412667 0.6826
PESTISIDA -0.009538 0.043991 -0.216813 0.8297
PUPUK -0.017089 0.095021 -0.179850 0.8584
TENAGA_KERJA 0.006873 0.144627 0.047524 0.9624
BIAYA 0.003537 0.138982 0.025451 0.9799
TK__FORMAL 0.013037 0.068280 0.190938 0.8498
C 0.160026 1.751447 0.091368 0.9278
RESID(-1) 0.156333 0.204431 0.764724 0.4500
RESID(-2) -0.249768 0.195792 -1.275679 0.2113
R-squared 0.059210 Mean dependent var -2.87E-15
Adjusted R-squared -0.205387 S.D. dependent var 0.107732
S.E. of regression 0.118279 Akaike info criterion -1.227287
Sum squared resid 0.447676 Schwarz criterion -0.813556
Log likelihood 35.77302 Hannan-Quinn criter. -1.075638
F-statistic 0.223773 Durbin-Watson stat 1.848616
Prob(F-statistic) 0.988675
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Pada hasil uji LM ini diketahui bahwa nilai Probabilitas (F-statistic)
sebesar 0,9886 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan pengujian diketahui
bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi
4.8. Analisis Model Regresi Usahatani Padi Organik dan Non Organik
Fungsi produksi merupakan cerminan kombinasi penggunaan faktor
produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi atau output tertentu. Pendugaan
fungsi yang dilakukan adalah analisis dengan metode regresi linier berganda. Pada
66
penelitian ini fungsi produksi yang diduga adalah usahatani padi sawah organik
dan padi sawah non organik.
Hasil pendugaan parameter fungsi produksi terhadap fungsi produksi
usahatani padi sawah organik dan usahatani padi sawah non organik dengan
pendekatan model fungsi regresi linier berganda disajikan dalam tabel 29 dan
tabel 30 berikut :
Tabel 29. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor – Faktor Produksi
Usahatani Padi Organik Tahun 2014
Dependent Variable: PRODUKSI
Method: Least Squares
Date: 05/03/17 Time: 10:24
Sample (adjusted): 1 40
Included observations: 40 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BENIH 0.480406 0.154844 3.102520 0.0040
LUAS_LAHAN 0.017688 0.147835 0.119647 0.9055
PESTISIDA 0.146985 0.069660 2.110040 0.0428
PUPUK 0.340941 0.080244 4.248776 0.0002
TENAGA_KERJA 0.325383 0.156279 2.082060 0.0454
BIAYA -0.145425 0.142136 -1.023141 0.3139
TK_FORMAL 0.008072 0.064342 0.125459 0.9009
C 5.539970 1.666183 3.324948 0.0022
R-squared 0.908560 Mean dependent var 8.293695
Adjusted R-squared 0.888558 S.D. dependent var 0.327491
S.E. of regression 0.109326 Akaike info criterion -1.412104
Sum squared resid 0.382471 Schwarz criterion -1.074328
Log likelihood 36.24208 Hannan-Quinn criter. -1.289975
F-statistic 45.42250 Durbin-Watson stat 1.654681
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Tabel 29 menunjukkan hasil pendugaan parameter fungsi produksi padi
organik dengan pendekatan model fungsi produksi regresi linier berganda
menunjukkan Adj R-squared = 0.8885, hal ini berarti 88,85% variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak masuk ke dalam model analisis. Adj R-squared di pilih
67
dikarenakan jumlah variabel yang diteliti lebih dari 2 variabel. Hasil regresi
didapatkan bahwa nilai F sebesar 45,42 dengan probabilitas 0,0000, karena
probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi bisa dipakai untuk
memprediksi produksi dan bisa dikatakan luas lahan, benih, pupuk, pestisida,
tenaga kerja, biaya, dan tingkat pendidikan formal secara bersama-sama
berpengaruh terhadap produksi. Nilai C dengan probabilitas 5,53 lebih besar dari
α (0,05) dapat disimpulkan bahwa constant berpengaruh dengan tanda positif dan
signifikan terhadap produksi.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel
benih (X1) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien 0,48 dan prob
0.0040 < 0,05 pada taraf 95 % menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu)
tahun nilai X2 akan meningkatkan Y sebesar 0.48. Hal ini sejalan dengan
Notarianto (2011) bibit berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah
produksi padi. Besar koefisien bibit terhadap jumlah produksi adalah sebesar
0,281 dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1 nilai akan meningkatkan jumlah
produksi sebesar 0,281 satuan.
Variabel luas lahan (X2) berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap produksi padi dengan nilai koefisien 0,017 dan prob 0.9055 > 0,05 pada
taraf 95 %. Nilai koefisien sebesar 0,017 yang bertanda positif menunjukkan
apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai X2 akan meningkatkan Y sebesar 0,017.
Ini sejalan dengan Isyanto (2012) yang menyatakan bahwa luas lahan yang nilai
koefisien bertanda positif menunjukkan bahwa tingkat produksi akan meningkat
jika adanya penambahan luas lahan namun tidak berpengaruh signifikan. Hal ini
68
menunjukkan belum adanya penerapan teknologi inovatif yang memungkinkan
peningkatan produktivitas lahan.
Variabel pestisida (X3) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai
koefisien 0,14 dan prob 0.0428 < 0,05 pada taraf 95 % . Nilai koefisien sebesar
0,14 yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) kg
nilai X3 akan meningkatkan Y sebesar 0,14. Hal ini sejalan dengan Hasugian
(2011) bahwa penggunaan pestisida berpengaruh positif namun tidak dignifikan
terhadap produksi padi sawah dengan nilai koefisien regresinya 0,003 yang
menunjukan bahwa kontribusi penggunaan pestisida menunjukan arah positif.
Variabel pupuk (X4) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai
koefisien 0,34 dan prob 0.0002 < 0,05 pada taraf 95 % . Nilai koefisien sebesar
0,34 yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai
X4 akan meningkatkan Y sebesar 0,34. Ini sejalan dengan Notarianto (2011) yang
menyatakan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi
padi organik. Besar koefisien pupuk terhadap jumlah produksi adalah sebesar
0,209 dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1 satuan pupuk akan
meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,209 satuan
Variabel TK (X5) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien
0.32 dan prob 0.0454 < 0,05 pada taraf 95 % . Nilai koefisien sebesar 0,32 yang
bertanda positif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) kg nilai X5
akan meningkatkan Y sebesar 0,32. Hal ini sejalan dengan Mafor (2015) yang
menyatakan tenaga kerja berpengaruh pada produksi padi. Nilai koefisien regresi
46,52, menunjukan bahwa apabila jumlah tenaga kerja bertambah 1 HOK maka
produksi akan meningkat sebesar 46,52 Kg.
69
Variabel biaya (X6) berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan nilai
koefisien -0,14 dan prob 0.3139 > 0,05 pada taraf 95 %. Nilai koefisien sebesar -
0,14 yang bertanda negatif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai
X6 tidak akan meningkatkan Y sebesar 0,14. Hal ini sejalan dengan Junaidi (2014)
yang menyatakan variabel biaya berpengaruh negatif dan tidak signifikan terlihat
dari koefisien sebesar -0,030 sehingga dapat diartikan penambahan biaya tidak
akan diikuti dengan peningkatan produksi padi sebesar 0,030. Variabel biaya tidak
signifikan dikarenakan sebahagian besar modal usaha yang dikeluarkan oleh petani
digunakan untuk upah pengolahan tanah dan panen.
Variabel pendidikan formal (X7) berpengaruh positif namun tidak
signifikan dengan nilai koefisien 0,008 dan nilai prob 0.90 > 0,05 pada taraf 95 %.
Nilai koefisien sebesar 0,008 yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi
penambahan 1 (satu) nilai X8 akan meningkatkan Y sebesar 0,008. Hal ini sejalan
dengan Isyanto (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan petani berpengaruh
namun tidak signifikan terhadap produksi padi dengan nilai koefisien yang bernilai
0,013 dan bertanda positif.
70
Tabel 30. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor – Faktor Produksi
Usahatani Padi Non Organik Tahun 2014
Dependent Variable: PRODUKSI
Method: Least Squares
Date: 05/03/17 Time: 10:31
Sample (adjusted): 1 42
Included observations: 42 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BENIH 0.496172 0.183968 2.697062 0.0108
LUAS_LAHAN 0.141526 0.159203 0.888965 0.3803
PESTISIDA 0.134360 0.043429 3.093750 0.0039
PUPUK 0.206953 0.092200 2.244618 0.0314
TENAGA_KERJA 0.443043 0.144321 3.069838 0.0042
BIAYA -0.271439 0.137088 -1.980033 0.0558
TK__FORMAL 0.028076 0.067018 0.418938 0.6779
C 7.731349 1.683247 4.593117 0.0001
R-squared 0.897327 Mean dependent var 8.018978
Adjusted R-squared 0.876188 S.D. dependent var 0.336213
S.E. of regression 0.118303 Akaike info criterion -1.261490
Sum squared resid 0.475851 Schwarz criterion -0.930505
Log likelihood 34.49128 Hannan-Quinn criter. -1.140171
F-statistic 42.44962 Durbin-Watson stat 1.707670
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Tabel 30 menunjukkan hasil pendugaan parameter fungsi produksi padi
non organik dengan pendekatan model fungsi produksi regresi linier berganda
menunjukkan Adj R-squared = 0. 8761, hal ini berarti 87,61% variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak masuk ke dalam model analisis. Dari regresi didapatkan
bahwa nilai F sebesar 42,44 dengan probabilitas 0,0000. Karena probabilitas lebih
kecil dari 0,05 maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi produksi dan
bisa dikatakan luas lahan, benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya dan tingkat
pendidikan formal secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi padi.
Nilai C dengan probabilitas 0,0001 lebih kecil dari α (0,05) dapat disimpulkan
71
bahwa constant berpengaruh dengan tanda positif dan signifikan terhadap
produksi.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dapat ditentukan bahwa variabel
benih (X1) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien 0,49 dan
prob 0.0108 < 0,05 pada taraf 95 %. Nilai koefisien sebesar 0,49 yang bertanda
positif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai X1 akan
meningkatkan Y sebesar 0,49. Hal ini sejalan dengan Notarianto (2011) bibit
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi. Besar koefisien
bibit terhadap jumlah produksi adalah sebesar 0,281 dapat diartikan bahwa setiap
peningkatan 1 satuan bibit akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,281
satuan.
Variabel luas lahan (X2) berpengaruh positif namun tidak signifikan
dengan nilai koefisien 0,14 dan prob 0,3803 > 0,05 pada taraf 95 %. Nilai
koefisien sebesar 0,14 yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi
penambahan 1 (satu) nilai X2 akan meningkatkan Y sebesar 0,14. Hal ini sejalan
dengan Notarianto (2011) yang menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap jumlah produksi padi anorganik. Besar koefisien luas
lahan terhadap jumlah produksi padi anorganik adalah sebesar 0,537 dapat
diartikan bahwa setiap penambahan 1 satuan luas lahan garapan akan diikuti
dengan kenaikan jumlah produksi sebesar 0,537 satuan
Variabel pestisida (X3) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai
koefisien 0,13 dan prob 0.0039 < 0,05 pada taraf 95 %. Nilai koefisien sebesar
0,13 yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai
X3 akan meningkatkan Y sebesar 0,13. Hal ini sejalan dengan Hasugian (2011)
72
bahwa penggunaan pestisida berpengaruh positif namun tidak dignifikan terhadap
produksi padi sawah dengan nilai koefisien regresinya 0,003 yang menunjukan
bahwa kontribusi penggunaan pestisida menunjukan arah positif
Variabel pupuk (X4) berpengaruh positif dan signifikan dengan nilai
koefisien 0,20 dan prob 0.031 < 0,05 pada taraf 95 %. Nilai koefisien sebesar 0,20
yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai X4
akan meningkatkan Y sebesar 0,20. Hal ini sejalan dengan Isyanto (2012) yang
menyatakan pupuk non organik mempunyai koefisien positif dan nilai koefisien
penggunaan pupuk non organik yang bertanda positif menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk kimia tersebut perlu ditambah. Variabel tenaga kerja (X5)
berpengaruh dan signifikan dengan nilai koefisien 0,44 dan prob 0.0042 < 0,05
pada taraf 95 %. Nilai koefisien 0,44 yang bertanda positif menunjukkan apabila
terjadi penambahan 1 (satu) nilai X5 akan meningkatkan Y sebesar 0,44. Hal ini
sejalan dengan Notarianto (2011) yang menyatakan variable tenaga kerja
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap jumlah produksi padi anorganik.
Variabel jumlah tenaga kerja yang tidak efisien disebabkan para petani
mempunyai cara masing-masing dalam penggunaan input jumlah tenaga kerja
sesuai dengan pengalaman dan kebiasaannya masing-masing.
Variabel biaya (X6) berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan nilai
koefisien -0,27 dan prob 0.0558 > 0,05 pada taraf 95 %. Nilai koefisien sebesar -
0,27 yang bertanda negatif menunjukkan apabila terjadi penambahan 1 (satu) nilai
X6 tidak akan meningkatkan Y sebesar 0,27. Hal ini sejalan dengan Junaidi (2014)
yang menyatakan variabel biaya berpengaruh negatif dan tidak signifikan terlihat
dari koefisien sebesar -0,030 sehingga dapat diartikan penambahan biaya tidak
73
akan diikuti dengan peningkatan produksi padi sebesar 0,030. Variabel biaya tidak
signifikan dikarenakan sebagian besar modal usaha yang dikeluarkan oleh petani
digunakan untuk upah tenaga kerja luar keluarga pada pengolahan tanah dan
panen.
Variabel pendidikan formal (X7) berpengaruh positif namun tidak
signifikan dengan nilai koefisien 0.02 dan prob 0.6779 > 0,05 pada taraf 95 % .
Nilai koefisien sebesar 0.02 yang bertanda positif menunjukkan apabila terjadi
penambahan 1 (satu) nilai X8 akan meningkatkan Y sebesar 0.02. Hal ini sejalan
dengan Isyanto (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan petani berpengaruh
namun tidak signifikan terhadap produksi padi dengan nilai koefisien yang
bernilai 0,013 dan bertanda positif.
4.9. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa hasil analisis
regresi linier berganda pada produksi padi sawah di Kecamatan Muara Bulian
menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi
sawah organik sebanyak empat variabel yaitu pupuk (X4), Benih (X1), tenaga
kerja (X5) dan pestisida (X3) sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara
nyata yaitu luas lahan (X2), biaya (X6) dan pendidikan formal (X7). Faktor-faktor
yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi sawah non organik
sebanyak empat variabel yaitu pupuk (X4), benih (X1), tenaga kerja(X5), pestisida
(X3), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara nyata yaitu biaya (X6),
luas lahan (X2)dan pendidikan formal (X7)..
Usahatani padi sawah organik sendiri memiliki kelebihan yang dirasakan
petani yaitu memperoleh hasil produksi yang lebih tinggi sehingga meningkatkan
74
penerimaan yang lebih bagi petani sedangkan pada usahatani non organik
produksi padi lebih rendah daripada padi sawah organik. Melihat hal ini
diharapkan petani padi sawah non organik dapat melihat kelebihan pada usahatani
organik untuk menjadi pertimbangan untuk memperoleh produksi yang lebih.
Maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan juga kepada
pemerintah setempat atau lembaga terkait agar dapat memberikan masukan
kepada para petani non organik didaerah penelitian dalam mengembangkan
usahatani padi sawah organik guna meningkatkan penerimaan para petani.
75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah organik adalah
variabel jumlah benih (X1), pupuk organik (X4), TK (X5) dan pestisida
organik (X3) sedangkan pada usahatani padi sawah non organik faktor –
faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah non organik adalah
variabel jumlah benih (X1), pupuk (X4), TK (X5) dan pestisida (X3)
2. Rata – rata penerimaan yang diterima oleh petani padi sawah organik
adalah Rp. 21.402.500 sedangkan petani padi sawah non organik Rp.
16.654.761. Pendapatan yang diterima oleh petani padi sawah organik
adalah Rp. 17.879.913,6 sedangkan petani padi sawah non organik Rp.
13.089.941,3. Pendapatan dan penerimaan petani padi sawah organik lebih
besar dari petani padi sawah non organik.
5.2 SARAN
1. Usahatani padi sawah organik sangat menjanjikan diharapkan petani
didaerah penelitian dapat beralih ke padi sawah organik.
2. Agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penyuluh, peneliti maupun
perangkat desa didaerah penelitian untuk dikembangkan padi sawah
organik
77
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori kasus dan Solusi. BPFE Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta
Andoko, A. 2010.Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Asih. 2010. Digilib.unila.ac.id/7451/16/BAB%20II.pdf (diunduh pada tgl 13
maret 2016)
Badan Pusat Statistik. 2016. Jambi Dalam Angka 2016. BPS Provinsi
Jambi.Jambi.
. 2016. Kecamatan Muara Bulian Dalam Angka 2016.BPS Provinsi
Jambi.Jambi.
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (BP3K). 2014. Data
Kelompok Tani dan Data Produksi Tahun 2014. BP3K Kecamatan Muara
Bulian.Muara Bulian.
Basuki, AT. 2016. Analisis Regresi. Rajawali Press. Jakarta
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta
Eliyas, Sebastian Saragih. 2008. Pertanian Organik :Solusi Hidup Harmoni dan
Berkelanjutan, Penebar Swadaya, Jakarta :Penebar Swadaya
Firdaus, Muhammad dkk. 2008. Swasembada Beras Dari Masa ke Masa. IPB
Press. Bogor.
Guswulandari, Sanidia. 2010. Analisis Keuntungan Aplikasi Teknologi SRI Pada
Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Sarolangun. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Jambi. (Tidak di publikasikan)
Gujarati. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta
Hapsari, Ike Aprilia. 2006. Analisis komparasi usahatani padi sistem organik dan
padi sistem konvensional (Kajian pengembangan usahatani padi organik
di wilayah kabupaten ngawi). Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Malang.
78
http://eprints.umm.ac.id/6149/1/ANALISIS_KOMPARASI_USAHA_TA
NI_PADI_SISTEM_ORGANIK_DAN_PADI_SISTEM_KONVENSION
AL.pdf. (Diakses 27 desember 2014)
Hasugian, Julia Kristina. 2014. Analisis Komparasi Usahatani Padi Organik dan
Non Organik di Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Jambi (Tidak di publikasikan)
Hernanto,Fadholi. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
http://repository.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/494/T1_522007009_BAB
%20II.pdf?sequence=3 diaksespadatanggal 27 desember 2014
Hutauruk, E.H. 2009. Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Petani Terhadap
Tingkat Produktivitas Tanaman Kopi dan Kontribusinya Terhadap
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis. Universitas
Sumatera Utara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf
Ida. 2011. Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani Karet Didesa Panerokan
Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari. Proposal Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Jambi.
Isnaini, M. 2006, Pertanian Organik :Untuk Keuntungan Ekonomi dan
Kelestarian Bumi, Kreasi Wacana.Yogyakarta.
Isyanto, AY. 2012. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Pada
Usahatani Padi di Kabupaten Ciamis. Jurnal. Universitas Galuh.
http://www.unigal.ac.id/ejurnal/html/index.php?naon=165 (diakses 12
Januari 2017)
Junaidi, 2014. Analisis Produksi, Distribusi dan Pendapatan Petani dan Dampak
program Optimalisasi lahan terhadap Produksi Padi Sawah di Kabupaten
Muaro Jambi. Jurnal. Universitas Jambi
Maftuhin, K. 2016. Pengaruh Pertanian Organik Terhadap Produksi Dan
Pendapatan Usahatani Padi di Kota Batu (Studi Kasus di Desa Pendem
dan Desa Dadaprejo Kecamatan Junrejo Kota Batu) Jurnal. Fakultas
Pertanian. Universitas Islam Malang.
http://www.academia.edu/29579625/Perbandingan_Pertanian_Organik_da
n_Anorganik (diakses 12 Januari 2017)
79
Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Uns Pres. Surakarta
Mayrowani, Henny.2012. PengembanganPertanianOrganik DiIndonesia.
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE30-2b.pdf (diakses 12
oktober 2015).
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta
Notarianto, Dipo. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor- Faktor Produksi
Pada Usahatani Padi Organik dan Padi Anorganik (Studi Kasus :
Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen). Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Diponegoro.
Novita, Sari. 2014. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan
Tingkat Penerapan Teknologi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Proposal Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Jambi (Tidak di publikasikan)
Purwasasmita, Mubiar dan Alik Sutaryat. 2012. Padi SRI Organik Indonesia.
Penebar Swadaya. Depok
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Rifai, Mien. 2003. Kamus Biologi Umum. Balai Pustaka. Jakarta
Riduan. 2007. Metode Penarikan Sampel. Penerbit Gahlia. Jakarta
Salikin, KA. 2003. Sistem pertanian Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta
Sari Wahyuni, Nilam. 2013. Analisis Usahatani Padi Organik Kelompok Tani
Usaha Sepakat di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro
Jambi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jambi (Tidak di
publikasikan)
Sayid. 2006. Digilib.unila.ac.id/7451/16/BAB%20II.pdf (diunduh pada tgl 13
maret 2016)
Santoso, NK. 2012. Analisis Komparasi Usahatani Padi Organik dan Anorganik
di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Fakultas Pertanian.
Universitas Kristen Satya Wancana.
http://repository.library.uksw.edu/handle/123456789/494. (diakses
80
12 oktober 2015
Siwi, P. 2009. Analisa Pendapatan dan Persepsi Petani Pada Usahatani Padi
Organik (studi Kasus di Dusun Gadingsari Desa Mangunsari
Kec.Sawangan Kab. Magelang). Jurnal. Fakultas Pertanian.Universitas
Tidar Magelang. http://Jurnal.utm.ac.id (Diakses 27 Desember 2016)
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb – Douglas . Raja Grafindo Persada. Jakarta
. . 2001. Agribisnis, Teori dan Aplikasi. Raja GrafindoPersada. Jakarta
. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta
. 2005.Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia.
Malang
Soekanto, Soerjono. 1982.Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sugihen, Bahrein T. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Rajawali Pers.
Jakarta
Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Andi.
Jakarta
Suratiyah, Ken. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutanto R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan.Kanisius, Yogyakarta.
Tribun Jambi. 2011. Petani Iuran Memperluas Areal Sawah.
http://jambi.tribunnews.com/2011/05/10/petani-iuran-memperluas-areal-
sawah (diakses pada 31 Oktober 2015).
Waluyo, dkk. 2008. Fluktuasi Genangan Air Lahan Rawa Lebak Dan Manfaatnya
Bagi Bidang Pertanian Di Ogan Komering Ilir. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sumatera Selatan
Winangun, Y. W. 2005. Membangun Karakter Petani Organik dalam Era
Globalisasi. Kanisius Media, Yogyakarta.
Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis, Edisi Kedua.Yogyakarta : Fakultas Ekonomi UII
82
Lampiran 1.Luas Panen, Produksi, Dan Produktivitas Tanaman Padi Sawah Menurut
Desa di Kecamatan Muara Bulian Di Kabupaten Batanghari Tahun 2015
No Desa
Padi Sawah
Luas Panen Produksi Produktifitas
(Ha) (Ton) (Ton/Ha)
1 Singkawan - - -
2 Kilangan - - -
3 Rantau Puri 30 154,5 5,15
4 Sungai Buluh - - -
5 Muara Bulian - - -
6 Sridadi - - -
7 Tenam 25 136,75 5,47
8 Sim. Terusan - - -
9 Pasar Terusan 820 5.166 6,30
10 Napal Sisik 50 307 6,14
11 Malapari 582 4394,1 6,55
12 Pelayangan Rambahan - - -
13 Olak - - -
14 Teratai - - -
15 Bajubang Laut 10 71 7,10
16 Sungai Baung - - -
17 Aro - - -
18 Muara Singoan 15 101,25 6,75
19 Rengas Condong - - -
20 Pasar Baru - - -
Jumlah 1.592 10.145,8 6,04 Sumber : Muara Bulian dalam Angka Tahun 2016
83
Lampiran 2. Identitas Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah
Penelitian Tahun 2014
No Nama Jenis
Kelamin Pendidikan
Umur
(Tahun)
Jumlah
Anggota
Keluarga
(Termasuk KK)
Lama
Berusahatani
(Tahun)
Status Lahan Luas
Lahan
1 Safrizal P SMP 43 4 orang 25 Milik Sendiri 1,1
2 Edi P SD 52 4 orang 31 Milik Sendiri 0,9
3 Idham Kholik P SD 50 5 orang 30 Milik Sendiri 0,86
4 Muktar P SD 59 3 orang 42 Milik Sendiri 1,3
5 M. Amin P SMA 47 4 orang 27 Milik Sendiri 0,56
6 Kusnan P SD 61 4 orang 42 Milik Sendiri 0,65
7 H.Imran Hamid P SMP 63 8 orang 30 Milik Sendiri 0,82
8 Hayan P SMA 46 5 orang 10 Milik Sendiri 0,75
9 Mariana W SD 51 5 orang 15 Milik Sendiri 0,69
10 Pahri P TTSD 53 5 orang 25 Milik Sendiri 0,75
11 A.Rahman P SD 59 3 orang 40 Milik Sendiri 1,75
12 Ambali P SD 72 7 orang 45 Milik Sendiri 0,5
13 Pahmi P SD 54 3 orang 35 Milik Sendiri 0,55
14 M. Yusuf P SMP 47 5 orang 27 Milik Sendiri 0,52
15 Maria W SD 48 5 orang 28 Milik Sendiri 0,57
16 Pasoludin P SD 50 4 orang 30 Milik Sendiri 0,56
17 Emiyati W SMP 39 3 orang 20 Milik Sendiri 0,66
18 M.Amin A P SMP 44 6 orang 21 Milik Sendiri 0,75
19 Sabli P SMA 48 6 orang 30 Milik Sendiri 0,55
20 Linda Wati W SD 37 4 orang 18 Milik Sendiri 0,58
21 Fauzi P SD 43 4 orang 25 Milik Sendiri 0,5
22 Mawardi P SMP 44 5 orang 19 Milik Sendiri 0,57
23 Mustafa Kamal P SMA 45 5 orang 21 Milik Sendiri 0,84
24 Hazizah W SMP 46 3 orang 20 Milik Sendiri 0,87
25 Hambali P SMP 50 4 orang 26 Milik Sendiri 0,6
26 Abdullah Azaid P SD 67 2 orang 20 Milik Sendiri 0,9
27 Idham Syar P SMA 38 4 orang 10 Milik Sendiri 0,8
28 Muzammil P SMP 41 4 orang 20 Milik Sendiri 0,85
29 Mustafa Khalil P SD 43 5 orang 21 Milik Sendiri 0,67
30 Azman P SMP 41 5 orang 20 Milik Sendiri 0,68
31 Yarsi P TTSD 53 5 orang 30 Milik Sendiri 0,95
32 Ahmadun P SMP 37 4 orang 10 Milik Sendiri 2
33 Edi Herianto P SD 59 4 orang 40 Milik Sendiri 0,51
34 Maimunah W SD 51 6 orang 30 Milik Sendiri 0,89
35 Muis P SMP 42 6 orang 21 Milik Sendiri 0,5
36 Fahri P SD 48 5 orang 30 Milik Sendiri 0,5
37 Atiq P SMP 49 6 orang 28 Milik Sendiri 0,55
38 H.Arrahman P SD 59 6 orang 15 Milik Sendiri 0,9
39 Syargawi P SD 55 2 orang 35 Milik Sendiri 0,8
40 Satibi P SMA 49 5 orang 15 Milik Sendiri 1
Jumlah
Rata-rata
1983 183 1025 1027 30,55
49,575 4,575 25,625 25,675 0,76
84
Lampiran 3. Identitas Petani Sampel Usahatani Padi Sawah Non Organik di Daerah
Penelitian Tahun 2014
No Nama Jenis
Kelamin Pendidikan
Umur
(Tahun)
Jumlah Anggota
Keluarga
(Termasuk KK)
Lama
Berusahatani
(Tahun)
Status Lahan Luas
Lahan
1 Nasa'i P S1 38 5 orang 10 milik sendiri 1,3
2 Ramli P S1 52 4 orang 10 milik sendiri 0,95
3 Nadjah W SD 55 5 orang 20 milik sendiri 0,45
4 Malik P SMP 62 6 orang 24 milik sendiri 0,65
5 Sanusi P SD 50 6 orang 34 milik sendiri 0,6
6 Susilawati W SD 40 4 orang 11 milik sendiri 0,75
7 Muzam P SD 36 3 orang 13 milik sendiri 0,65
8 Mustopa P SD 46 6 orang 20 milik sendiri 0,4
9 habibullah P D1 47 6 orang 20 milik sendiri 1
10 Ahmad P SMP 40 4 orang 21 milik sendiri 0,6
11 sadli yusuf P SMA 39 5 orang 21 milik sendiri 1
12 Supdianto P SMA 40 4 orang 24 milik sendiri 0,6
13 Aminah P SD 53 4 orang 31 milik sendiri 0,45
14 Syamsuri P SMA 48 4 orang 30 milik sendiri 0,8
15 Agusmi P SMA 56 6 orang 29 milik sendiri 0,45
16 Sudirman P SD 48 4 orang 18 milik sendiri 0,85
17 Pauzan P SMP 41 3 orang 15 milik sendiri 0,65
18 Suyanto P SMP 63 6 orang 34 milik sendiri 0,55
19 a. Kadir P SMA 41 4 orang 16 milik sendiri 0,85
20 Periyanto P SMP 36 3 orang 11 milik sendiri 0,64
21 Muhsin P SD 45 4 orang 16 milik sendiri 0,55
22 Husin P SMP 54 5 orang 24 milik sendiri 0,7
23 Hilman P SMP 48 3 orang 28 milik sendiri 0,4
24 Patima W SD 40 4 orang 10 milik sendiri 0,7
25 Nurmalah W SMP 51 4 orang 22 milik sendiri 0,85
26 Sarbani P SD 59 4 orang 34 milik sendiri 0,6
27 Harizal P SMP 52 7 orang 26 milik sendiri 0,55
28 Yasip P SD 50 4 orang 10 milik sendiri 0,53
29 Effendi P SD 37 4 orang 7 milik sendiri 0,55
30 Saiful P SD 48 4 orang 30 milik sendiri 0,54
31 Mukhtar P SD 45 4 orang 15 milik sendiri 0,45
32 Mustofa P SD 56 7 orang 20 milik sendiri 0,5
33 Emsidan P SD 60 5 orang 40 milik sendiri 1
34 m.nasir P SD 66 6 orang 40 milik sendiri 1,1
35 Maswi P SD 67 5 orang 45 milik sendiri 0,9
36 Zuhri P SD 34 4 orang 14 milik sendiri 0,5
37 Yusuf P SD 50 4 orang 30 milik sendiri 0,7
38 Asmani P SD 62 8 orang 42 milik sendiri 1,2
39 Rodaini P SD 60 8 orang 40 milik sendiri 1,1
40 Amin P SMA 64 4 orang 35 milik sendiri 0,7
41 jamanhuri P SD 56 8 orang 35 milik sendiri 1
42 m. Taufik P SMA 49 4 orang 20 milik sendiri 0,45
Jumlah
Rata-rata
2084 202 995 29,76
49,62 4,8 23,69 0,71
85
Lampiran 4. Produksi, Benih, Pupuk Organik dan Pestisida Usahatani Padi Sawah Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Respon
den
Produksi Jumlah
Benih
Jumlah
Pupuk
Kandang
(Kg)
Jumlah
Pupuk
Petroorganik
(Kg)
Pestisida
Astonis
Pestisida
Explore
Pestisida
Supremo
Pestisida
Abosilin
Jumlah
(L)
1 3500 26 80 80 0,5 1 0 0,5 2
2 3300 26 0 160 1 1 1 0,5 3,5
3 5160 16 30 300 0,5 2 2 1 5,5
4 3400 23 20 100 0,5 1 0 0 1,5
5 3400 12 40 180 0,5 1 1 1 3,5
6 3900 16 0 280 0,5 1 1 0,5 3
7 4900 20 20 140 0,5 1 2 1 4,5
8 4500 17 0 280 0,5 1 1 1 3,5
9 4150 16 0 240 0,5 1 0 0,5 2
10 4200 16 20 68 0,5 1 1 1 3,5
11 10200 40 40 240 1,5 2 2 2 7,5
12 3400 16 60 60 1 1 2 0,5 4,5
13 3300 13 0 200 0,5 1 1 1 3,5
14 3100 14 0 200 0,5 1 2 0 3,5
15 3450 14 0 200 0,5 1 1 1 3,5
16 3400 14 0 200 0,5 1 2 0 3,5
17 3950 15 40 280 0,5 1 1 0,5 3
18 4500 18 20 200 0,5 1 1 0,5 3
19 3300 14 0 200 0,5 1 1 0 2,5
20 3500 14 0 200 0,5 1 1 0 2,5
21 3800 16 60 60 1 1 2 0,5 4,5
22 3400 14 0 200 0,5 1 0 0 1,5
23 5000 20 0 300 0,5 2 2 1 5,5
24 5200 20 0 320 0,5 2 2 1 5,5
25 3000 12 0 200 0,5 1 2 0 3,5
26 3300 16 40 300 1 1 2 1 5
27 3500 16 40 320 0,5 1 1 1 3,5
28 4860 20 40 240 0,5 2 0 1 3,5
29 4000 15 0 240 0,5 1 0 0,5 2
86
30 3900 15 0 240 0,5 1 0 0,5 2
31 5700 23 40 160 1,5 2 2 1 6,5
32 12500 48 50 640 2 4 4 2 12
33 3050 12 0 200 0,5 1 1 0 2,5
34 5300 21 50 180 0,5 2 1 1 4,5
35 3300 18 0 240 0,5 1 1 0 2,5
36 3000 16 0 200 0,5 1 1 0,5 3
37 3300 13 0 200 0,5 1 1 0 2,5
38 3000 17 0 200 0,5 1 0 1 2,5
39 3600 16 40 80 0,5 0 1 1 2,5
40 6000 26 80 80 0,5 1 0 1 2,5
Jumlah
Rata-rata
171220 736 810 8.408 22,5 49 46 26,5 147
4280,5 18,4 18,71 213,53 1,11 1,23 1,17 0,67 3,71
87
Lampiran 5. Biaya Benih , Biaya Minyak Traktor dan Biaya Pupuk Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Respon
den
Harga
Pupuk
Kandang
(Rp/Kg)
Harga Pupuk
Petroorganik
(Rp/Kg)
Biaya
Pupuk
Kandang
(Rp/Kg)
Biaya Pupuk
Petroorganik
(Rp/Kg)
Total Biaya
Pupuk
(Rp/Kg)
Harga Benih Biaya Benih
Total biaya
minyak pada
traktor
1 500 1250 40000 100000 140000 6000 156000 20000
2 500 1250 0 200000 200000 6000 156000 22000
3 500 1250 15000 375000 390000 6000 96000 20000
4 500 1250 10000 125000 135000 6000 138000 27000
5 500 1250 20000 225000 245000 6000 72000 11000
6 500 1250 0 350000 350000 6000 96000 16000
7 500 1250 10000 175000 185000 6000 120000 15000
8 500 1250 0 350000 350000 6000 102000 16000
9 500 1250 0 300000 300000 6000 96000 15000
10 500 1250 10000 85000 95000 6000 96000 15000
11 500 1250 20000 300000 320000 6000 240000 33000
12 500 1250 30000 75000 105000 6000 96000 13000
13 500 1250 0 250000 250000 6000 78000 11000
14 500 1250 0 250000 250000 6000 84000 12000
15 500 1250 0 250000 250000 6000 84000 11000
16 500 1250 0 250000 250000 6000 84000 11000
17 500 1250 20000 350000 370000 6000 90000 15000
18 500 1250 10000 250000 260000 6000 108000 15000
19 500 1250 0 250000 250000 6000 84000 11000
20 500 1250 0 250000 250000 6000 84000 12000
21 500 1250 30000 75000 105000 6000 96000 13000
22 500 1250 0 250000 250000 6000 84000 12000
23 500 1250 0 375000 375000 6000 120000 15000
24 500 1250 0 400000 400000 6000 120000 13000
25 500 1250 0 250000 250000 6000 72000 14000
26 500 1250 20000 375000 395000 6000 96000 22000
27 500 1250 20000 400000 420000 6000 96000 20000
28 500 1250 20000 300000 320000 6000 120000 21000
29 500 1250 0 300000 300000 6000 90000 20000
88
30 500 1250 0 300000 300000 6000 90000 20000
31 500 1250 20000 200000 220000 6000 138000 20000
32 500 1250 25000 800000 825000 6000 288000 40000
33 500 1250 0 250000 250000 6000 72000 11000
34 500 1250 25000 225000 250000 6000 126000 22000
35 500 1250 0 300000 300000 6000 108000 11000
36 500 1250 0 250000 250000 6000 96000 12000
37 500 1250 0 250000 250000 6000 78000 11000
38 500 1250 0 250000 250000 6000 102000 20000
39 500 1250 20000 100000 120000 6000 96000 18000
40 500 1250 40000 100000 140000 6000 156000 20000
Jumlah
Rata-rata
20.000 50.000 405.000 10.510.000 10.915.000 240.000 4.404.000 676000
987,5 2.468,75 9.358,97 266.923,07 276.282,051 6000 110.100 16900
89
Lampiran 6. Produksi, Benih, Pestisida dan Pupuk Non Organik Usahatani Padi Sawah Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Responden Produksi
Jumlah
Benih
Jumlah
Pupuk urea
(Kg)
Jumlah
Pupuk NPK
(Kg)
Dharmabas Decis DMA Jumlah
(L)
1 5000 28 60 50 1 1 1 3
2 3100 22 60 45 0 0 0,5 0,5
3 2500 10 40 20 0 0,5 0 0,5
4 2500 15 55 30 0 1 0 1
5 2650 14 50 25 0 0 0,5 0,5
6 3100 16 55 25 0 0,5 0,5 1
7 3400 17 75 30 0 0 1 1
8 2500 10 35 20 0 0,5 0,5 1
9 5800 26 110 100 0,5 1 1 2,5
10 2500 17 40 20 0 0,5 0,5 1
11 4000 26 75 35 0,5 1 1 2,5
12 2700 17 50 20 0 0,5 0,5 1
13 2650 16 40 20 0 0,5 0,5 1
14 4000 17 60 30 0,5 0,5 1 2
15 1800 11 35 20 0,5 0,5 0 1
16 3500 18 40 20 0 1 0,5 1,5
17 3500 18 55 25 1 1 0,5 2,5
18 2700 16 45 20 0 0,5 0,5 1
19 3300 24 82 40 0,5 1 1 2,5
20 3300 17 60 25 0 0,5 0,5 1
21 3500 17 60 25 0 0,5 1 1,5
22 4000 18 55 30 0,5 1 0,5 2
23 1600 11 37 15 0 0,5 0,5 1
24 3300 17 55 25 0 0,5 1 1,5
25 3500 19 55 32 0,5 0,5 0,5 1,5
26 2900 17 30 25 0,5 0,5 0 1
27 2850 15 50 30 0 0,5 0 0,5
28 1600 16 45 25 0,5 0 0 0,5
29 2000 13 30 15 0,5 0 0,5 1
30 2800 12 45 25 0 0,5 0 0,5
31 2000 14 40 15 0,5 0 0 0,5
90
32 2650 14 45 20 0,5 0,5 0 1
33 5600 22 85 40 1 1 1 3
34 4800 24 87 48 0,5 1 0,5 2
35 5000 18 85 35 0,5 1 0,5 2
36 2650 14 45 15 0,5 0,5 0 1
37 2850 15 50 20 0 0,5 0,5 1
38 6000 25 90 45 1 0,5 1 2,5
39 5500 29 85 35 0,5 1 1 2,5
40 2800 15 60 30 1 0,5 0 1,5
41 4500 18 85 35 0,5 0,5 0,5 1,5
42 3000 9 60 15 0,5 0,5 0,5 1,5
Jumlah
Rata-rata
139900 727 2401 1220 14 24 21 59
3330,9 17,31 57,16 29,04 0,33 0,57 0,5 1,4
91
Lampiran 7. Biaya Benih, Biaya Pupuk dan Biaya Minyak untuk Traktor Usahatani Padi Non Organik di Daerah Penelitian Tahun
2014
Nomor
Responden Harga Benih Biaya Benih
Harga Pupuk
urea
(Rp/Kg)
Harga Pupuk
NPK
(Rp/Kg)
Biaya Pupuk
urea
(Rp/Kg)
Biaya Pupuk
NPK
(Rp/Kg)
Total Biaya Pupuk
(Rp/Kg)
Total Biaya
Minyak Pada
Traktor
(Rp)
1 6000 168000 1800 2300 108000 115000 223000 25000
2 6000 132000 1800 2300 108000 103500 211500 23000
3 6000 60000 1800 2300 72000 46000 118000 14000
4 6000 90000 1800 2300 99000 69000 168000 18000
5 6000 84000 1800 2300 90000 57500 147500 18000
6 6000 96000 1800 2300 99000 57500 156500 18000
7 6000 102000 1800 2300 135000 69000 204000 18000
8 6000 60000 1800 2300 63000 46000 109000 12000
9 6000 156000 1800 2300 198000 230000 428000 23000
10 6000 102000 1800 2300 72000 46000 118000 17000
11 6000 156000 1800 2300 135000 80500 215500 22000
12 6000 102000 1800 2300 90000 46000 136000 14000
13 6000 96000 1800 2300 72000 46000 118000 14000
14 6000 102000 1800 2300 108000 69000 177000 22000
15 6000 66000 1800 2300 63000 46000 109000 12000
16 6000 108000 1800 2300 72000 46000 118000 21000
17 6000 108000 1800 2300 99000 57500 156500 17000
18 6000 96000 1800 2300 81000 46000 127000 13000
19 6000 144000 1800 2300 147600 92000 239600 20000
20 6000 102000 1800 2300 108000 57500 165500 20000
21 6000 102000 1800 2300 108000 57500 165500 12000
22 6000 108000 1800 2300 99000 69000 168000 17000
23 6000 66000 1800 2300 66600 34500 101100 10000
24 6000 102000 1800 2300 99000 57500 156500 20000
25 6000 114000 1800 2300 99000 73600 172600 20000
26 6000 102000 1800 2300 54000 57500 111500 14000
27 6000 90000 1800 2300 90000 69000 159000 12000
28 6000 96000 1800 2300 81000 57500 138500 13000
29 6000 78000 1800 2300 54000 34500 88500 12000
92
30 6000 72000 1800 2300 81000 57500 138500 13000
31 6000 84000 1800 2300 72000 34500 106500 10000
32 6000 84000 1800 2300 81000 46000 127000 12000
33 6000 132000 1800 2300 153000 92000 245000 22000
34 6000 144000 1800 2300 156600 110400 267000 24000
35 6000 108000 1800 2300 153000 80500 233500 23000
36 6000 84000 1800 2300 81000 34500 115500 11000
37 6000 90000 1800 2300 90000 46000 136000 20000
38 6000 150000 1800 2300 162000 103500 265500 25000
39 6000 174000 1800 2300 153000 80500 233500 22000
40 6000 90000 1800 2300 108000 69000 177000 22000
41 6000 108000 1800 2300 153000 80500 233500 22000
42 6000 54000 1800 2300 108000 34500 142500 13000
Jumlah 252000 4362000 75600 96600 4321800 2806000 7127800 730000
Rata-rata 6000 103857,1 1800 2300 102900 66809,52 169709,52 17.380.9
93
Lampiran 8. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Organik Didaerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Responden
Pengolahan
lahan
(HOK)
Persemaian
(HOK)
Penanaman
(HOK)
Pemeliharaan
Panen
(HOK)
Pasca
Panen
(HOK)
Total
HOK
Total Biaya
Tenaga
Kerja
(Rp)
Pemupukan
(HOK)
Penyiangan
(HOK)
Pemberantasan
Hama
(HOK)
1 23,1 0 0 0 0 0 15,4 0 38,5 2887500
2 20,6 0 0 0 0 0 15,4 0 36 2700000
3 15,4 7,7 0 0 0 0 15,4 0 38,5 2887500
4 18 0 0 0 0 0 18 7,7 43,7 3277500
5 12,8 0 0 0 0 0 12,8 0 25,6 1920000
6 12,8 0 0 0 0 0 15,4 0 28,2 2115000
7 12,8 7,7 0 0 0 0 28,3 0 48,8 3660000
8 12,8 0 0 0 0 0 23,1 0 35,9 2692500
9 12,8 0 0 0 0 0 15,4 0 28,2 2115000
10 20,6 0 0 0 0 0 23,1 0 43,7 3277500
11 33,4 15,4 0 0 0 10,3 36 0 95,1 7132500
12 10,3 0 0 0 0 0 12,8 0 23,1 1732500
13 10,3 0 0 0 0 0 12,8 0 23,1 1732500
14 10,3 0 0 0 0 0 10,3 0 20,6 1545000
15 12,8 0 0 0 0 0 12,8 0 25,6 1920000
16 10,3 0 0 0 0 0 12,8 0 23,1 1732500
17 15,4 0 0 0 0 0 10,3 0 25,7 1927500
18 15,4 0 0 0 0 0 12,8 0 28,2 2115000
19 10,3 0 0 0 0 0 10,3 0 20,6 1545000
20 10,3 0 0 0 0 0 12,8 0 23,1 1732500
21 10,3 0 0 0 0 0 12,8 0 23,1 1732500
22 10,3 0 0 0 0 0 10,3 0 20,6 1545000
23 15,4 7,7 0 0 0 0 25,7 0 48,8 3660000
24 15,4 7,7 0 0 0 0 30,8 0 53,9 4042500
94
25 12,8 0 0 0 0 0 12,8 0 25,6 1920000
26 15,4 0 0 0 0 0 12,8 0 28,2 2115000
27 30,9 0 0 0 0 0 25,7 0 56,6 4245000
28 20,6 7,7 0 0 0 0 18 0 46,3 3472500
29 15,4 0 0 0 0 0 18 0 33,4 2505000
30 12,8 0 0 0 0 0 12,8 0 25,6 1920000
31 15,4 7,7 0 0 0 0 20,6 7,7 51,4 3855000
32 46,3 38,6 0 0 0 10,3 48,8 7,7 151,7 11377500
33 12,8 0 0 0 0 0 10,3 0 23,1 1732500
34 15,4 7,7 0 0 0 0 25,7 0 48,8 3660000
35 12,8 0 0 0 0 0 12,8 0 25,6 1920000
36 12,8 0 0 0 0 0 10,3 0 23,1 1732500
37 15,4 0 0 0 0 0 10,3 0 25,7 1927500
38 25,7 0 0 0 0 0 10,3 0 36 2700000
39 18 0 0 0 0 0 15,4 0 33,4 2505000
40 25,7 0 0 0 0 0 21,4 0 47,1 3532500
Jumlah 660,1 107,9 0 0 0 20,6 691,6 23,1 1.503,3 112.747.500
Rata-Rata 16,33 2,76 0 0 0 0,53 17,33 0,59 37,55 2.816.923,07
95
Lampiran 9. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Organik Didaerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Responden
Pengolahan
lahan
(HOK)
Persemaian
(HOK)
Penanaman
(HOK)
Pemeliharaan
Panen
(HOK)
Pasca
Panen
(HOK)
Total HOK
Total Biaya
Tenaga
Kerja Dalam
Keluarga
(Rp)
Pemupukan
(HOK)
Penyiangan
(HOK)
Pemberantasan
Hama
(HOK)
1 10,3 10,3 13,7 6,85 10,3 6,85 10,3 10,3 78,9 5917500
2 6,85 6,85 10,3 6,85 10,3 6,85 10,3 6,85 65,15 4886250
3 12,8 8,6 8,6 8,6 12,8 4,3 12,8 4,3 72,8 5460000
4 10,3 7,7 7,7 5,1 7,7 12,8 10,3 7,7 69,3 5197500
5 6,85 6,85 6,85 10,3 6,85 6,85 6,85 3,42 54,82 4111500
6 3,42 6,85 6,85 10,3 6,85 6,85 6,85 3,42 51,39 3854250
7 6,85 13,7 13,7 6,85 6,85 6,85 13,7 6,85 75,35 5651250
8 8,6 12,8 8,6 8,6 8,6 8,6 12,8 8,6 77,2 5790000
9 12,8 12,8 12,8 4,3 12,8 12,8 8,6 4,3 81,2 6090000
10 12,8 8,6 12,8 8,6 12,8 8,6 12,8 8,6 85,6 6420000
11 10,3 10,3 10,3 10,3 15,4 10,3 12,8 5,1 84,8 6360000
12 6 12 6 6 6 6 12 6 60 4500000
13 7,7 7,7 7,7 5,1 7,7 5,1 7,7 5,1 53,8 4035000
14 8,6 4,3 8,6 4,3 12,8 4,3 12,8 4,3 60 4500000
15 8,6 4,3 8,6 4,3 12,8 8,6 12,8 4,3 64,3 4822500
16 6,85 10,3 6,85 6,85 10,3 6,85 10,3 3,42 61,72 4629000
17 7,7 7,7 10,3 5,1 7,7 5,1 7,7 5,1 56,4 4230000
18 5,1 8,6 8,6 10,3 8,6 10,3 8,6 5,1 65,2 4890000
19 5,1 8,6 8,6 10,3 8,6 10,3 8,6 5,1 65,2 4890000
20 6,85 3,42 6,85 6,85 10,3 6,85 10,3 3,42 54,84 4113000
21 6,85 3,42 6,85 6,85 10,3 6,85 10,3 3,42 54,84 4113000
22 8,6 8,6 8,6 12,8 12,8 8,6 12,8 4,3 77,1 5782500
23 8,6 12,8 8,6 8,6 8,6 12,8 12,8 8,6 81,4 6105000
96
24 7,7 7,7 7,7 7,7 7,7 10,3 7,7 7,7 64,2 4815000
25 3,42 6,85 10,3 6,85 10,3 6,85 10,3 3,42 58,29 4371750
26 7,7 10,3 7,7 7,7 7,7 10,3 7,7 7,7 66,8 5010000
27 10,3 6,85 6,85 6,85 13,7 6,85 10,3 6,85 68,55 5141250
28 6,85 10,3 6,85 6,85 10,3 6,85 10,3 6,85 65,15 4886250
29 8,6 4,3 4,3 8,6 8,6 8,6 8,6 4,3 55,9 4192500
30 8,6 4,3 4,3 8,6 8,6 8,6 8,6 4,3 55,9 4192500
31 8,6 12,8 8,6 4,3 8,6 8,6 8,6 8,6 68,7 5152500
32 20,6 20,6 20,6 13,7 20,6 13,7 24 10,3 144,1 10807500
33 6,85 3,42 6,85 3,42 10,3 6,85 10,3 3,42 51,41 3855750
34 10,3 10,3 5,1 10,3 10,3 10,3 5,1 5,1 66,8 5010000
35 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 10,3 5,1 46 3450000
36 4,3 4,3 4,3 8,6 4,3 4,3 4,3 4,3 38,7 2902500
37 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 10,3 5,1 46 3450000
38 10,3 10,3 10,3 5,1 5,1 5,1 10,3 5,1 61,6 4620000
39 7,7 5,1 7,7 5,1 5,1 7,7 7,7 7,7 53,8 4035000
40 12,8 4,3 12,8 8,6 4,3 4,3 8,6 8,6 64,3 4822500
Jumlah 333,24 329,01 342,8 296,47 373,45 312,7 407,8 232,04 2627,51 197063250
Rata-Rata 8,280513 8,172051 8,438462 7,426154 9,311538 7,842308 10,19231 5,685641 65,34897436 4901173,077
97
Lampiran 10. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Non Organik Didaerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Responden
Pengolahan
lahan
(HOK)
Persemaian
(HOK)
Penanaman
(HOK)
Pemeliharaan
Panen
(HOK)
Pasca
Panen
(HOK)
Total
HOK
Total Biaya
Tenaga Kerja
(Rp) Pemupukan
(HOK)
Penyiangan
(HOK)
Pemberantasan
Hama
(HOK)
1 25,7 18 10,3 0 0 0 25,7 10,3 90 6750000
2 15,4 0 0 0 0 0 18 0 33,4 2505000
3 12,9 0 0 0 0 0 12,8 0 25,7 1927500
4 15,4 0 0 0 0 0 20,6 0 36 2700000
5 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
6 18 0 0 0 0 0 20,6 0 38,6 2895000
7 18 15,4 0 0 0 0 23,1 0 56,5 4237500
8 10,3 7,7 0 0 0 0 15,4 0 33,4 2505000
9 28,3 20,6 15,4 0 0 0 30,9 10,3 105,5 7912500
10 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
11 23,1 18 12,9 0 0 0 23,1 0 77,1 5782500
12 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
13 12,9 0 0 0 0 0 15,4 0 28,3 2122500
14 20,6 12,9 0 0 0 0 20,6 0 54,1 4057500
15 10,3 0 0 0 0 0 10,3 0 20,6 1545000
16 18 12,9 0 0 0 0 18 0 48,9 3667500
17 15,4 0 0 0 0 0 20,6 0 36 2700000
18 12,9 0 0 0 0 0 12,9 0 25,8 1935000
19 23,1 20,6 0 0 0 0 28,3 10,3 82,3 6172500
20 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
21 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
22 20,6 15,4 0 0 0 0 20,6 0 56,6 4245000
23 10,3 0 0 0 0 0 15,4 0 25,7 1927500
24 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
98
25 20,6 12,9 0 0 0 0 20,6 0 54,1 4057500
26 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
27 12,9 0 0 0 0 0 15,4 0 28,3 2122500
28 12,9 0 0 0 0 0 15,4 0 28,3 2122500
29 12,9 0 0 0 0 0 12,9 0 25,8 1935000
30 12,9 0 0 0 0 0 12,9 0 25,8 1935000
31 15,4 0 0 0 0 0 15,4 0 30,8 2310000
32 12,9 0 0 0 0 0 15,4 0 28,3 2122500
33 25,7 18 0 0 0 0 25,7 10,3 79,7 5977500
34 25,7 18 0 0 0 0 28,3 0 72 5400000
35 20,6 0 0 0 0 0 20,6 0 41,2 3090000
36 12,9 0 0 0 0 0 15,4 0 28,3 2122500
37 12,9 0 0 0 0 0 15,4 0 28,3 2122500
38 28,3 0 0 0 0 0 28,3 0 56,6 4245000
39 28,3 0 0 0 0 0 30,8 0 59,1 4432500
40 12,9 0 0 0 0 0 12,9 0 25,8 1935000
41 20,6 0 0 0 0 0 23,1 0 43,7 3277500
42 12,8 0 0 0 0 0 12,8 0 25,6 1920000
Jumlah 720,2 190,4 38,6 0 0 0 781,4 41,2 1771,8 132.885.000
Rata-Rata 17,15 4,53 0,92 0 0 0 18,6 0,98 42,18 3.163.928,5
99
Lampiran 11. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Non Organik Didaerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Responden
Pengolahan
lahan
(HOK)
Persemaian
(HOK)
Penanaman
(HOK)
Pemeliharaan
Panen
(HOK)
Pasca
Panen
(HOK)
Total
HOK
Total Biaya
Tenaga
Kerja
Dalam
Keluarga
(Rp)
Pemupukan
(HOK)
Penyiangan
(HOK)
Pemberantasan
Hama
(HOK)
1 8,6 8,6 4,3 4,3 8,6 8,6 12,8 4,3 60,1 4507500
2 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 51,37 3852750
3 8,6 8,6 8,6 4,3 8,6 4,3 8,6 4,3 55,9 4192500
4 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 10,3 5,1 46 3450000
5 5,1 5,1 10,3 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 46 3450000
6 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 51,37 3852750
7 7,7 7,7 5,1 5,1 7,7 7,7 5,1 5,1 51,2 3840000
8 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 5,1 40,8 3060000
9 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 10,3 15,4 10,3 87,5 6562500
10 3,42 6,85 3,42 3,42 3,42 3,42 6,85 3,42 34,22 2566500
11 8,6 8,6 8,6 8,6 4,3 4,3 12,8 8,6 64,4 4830000
12 6,85 3,42 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 51,37 3852750
13 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 54,82 4111500
14 6,85 10,3 6,85 3,42 6,85 3,42 10,3 3,42 51,41 3855750
15 5,1 5,1 5,1 5,1 10,3 5,1 5,1 5,1 46 3450000
16 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 54,82 4111500
17 5,1 5,1 5,1 5,1 7,7 7,7 2,5 2,5 40,8 3060000
18 5,1 5,1 5,1 5,1 10,3 10,3 5,1 5,1 51,2 3840000
19 13,7 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 10,3 6,85 68,55 5141250
20 5,1 5,1 5,1 5,1 7,7 7,7 7,7 5,1 48,6 3645000
21 6,85 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 54,82 4111500
22 17,1 12,8 12,8 8,6 12,8 12,8 17,1 8,6 102,6 7695000
23 7,7 5,1 5,1 5,1 7,7 7,7 2,5 2,5 43,4 3255000
100
24 13,7 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 65,1 4882500
25 13,7 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 61,67 4625250
26 13,7 10,3 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 65,12 4884000
27 12 12 12 6 12 6 12 6 78 5850000
28 10,3 6,85 6,85 3,42 6,85 10,3 6,85 3,42 54,84 4113000
29 10,3 6,85 6,85 3,42 10,3 6,85 6,85 3,42 54,84 4113000
30 10,3 6,85 3,42 3,42 10,3 10,3 6,85 3,42 54,86 4114500
31 13,7 10,3 6,85 6,85 6,85 6,85 6,85 3,42 61,67 4625250
32 12 6 12 6 12 6 12 6 72 5400000
33 21,4 12,8 12,8 8,6 17,1 12,8 17,1 8,6 111,2 8340000
34 15,4 15,4 10,3 10,3 10,3 10,3 20,6 10,3 102,9 7717500
35 17,1 12,8 12,8 8,6 17,1 12,8 12,8 8,6 102,6 7695000
36 10,3 6,85 6,85 3,42 10,3 10,3 6,85 3,42 58,29 4371750
37 6,85 6,85 6,85 3,42 6,85 10,3 6,85 3,42 51,39 3854250
38 20,6 13,7 13,7 13,7 3,7 13,7 20,6 13,7 113,4 8505000
39 20,6 20,6 13,7 13,7 3,7 13,7 20,6 13,7 120,3 9022500
40 10,3 6,85 6,85 3,42 10,3 10,3 6,85 3,42 58,29 4371750
41 20,6 13,7 13,7 6,85 13,7 13,7 13,7 6,85 102,8 7710000
42 6,85 6,85 6,85 3,42 6,85 10,3 6,85 3,42 51,39 3854250
Jumlah 435,97 362,12 330,29 261,88 348,27 341,64 388,5 229,24 2697,91 202.343.250
Rata-Rata 10,38 8,62 7,86 6,23 8,29 8,13 9,25 5,45 64,23 4.817.696,4
101
Lampiran 12. Biaya Penyusutan Alat dan Pestisida Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Respo
nden
Penyusutan alat Total Biaya
Penyusutan
(Rp)
Astonis Explore Supremo Abosilin Total
(Rp/L) Parang Cangkul Sabit Handsprayer
1 10000 6250 5000 8000 29.250 30.000 125.000 0 21.875 176875
2 15000 5000 3333 18000 41.333 60.000 125.000 32.500 21.875 239375
3 10000 6250 7500 28000 51.750 30.000 250.000 65.000 43.750 388750
4 10000 7500 3333 28000 48.833 30.000 125.000 0 0 155000
5 10.000 6250 3333 28000 47.583 30.000 125.000 32.500 43.750 231250
6 12500 6250 8333 18000 45.083 30.000 125.000 32.500 21.875 209375
7 20000 5000 3333 28000 56.333 30.000 125.000 65.000 43.750 263750
8 10000 7500 1667 28000 47.167 30.000 125.000 32.500 43.750 231250
9 10000 5000 3333 18000 36.333 30.000 125.000 0 21.875 176875
10 10000 7500 3333 28000 48.833 30.000 125.000 32.500 43.750 231250
11 20000 5000 10000 38000 73.000 90.000 250.000 65.000 87.500 492500
12 25000 7500 5000 28000 65.500 60.000 125.000 65.000 21.875 271875
13 25000 7500 10000 18000 60.500 30.000 125.000 32.500 43.750 231250
14 12500 5000 10000 28000 55.500 30.000 125.000 65.000 0 220000
15 6667 5000 10000 18000 39.667 30.000 125.000 32.500 43.750 231250
16 20000 6250 5000 28000 59.250 30.000 125.000 65.000 0 220000
17 10000 6250 10000 28000 54.250 30.000 125.000 32.500 21.875 209375
18 10000 5000 5000 18000 38.000 30.000 125.000 32.500 21.875 209375
19 15000 7500 3750 8000 34.250 30.000 125.000 32.500 0 187500
20 8333 5000 10000 8000 31.333 30.000 125.000 32.500 0 187500
21 10000 6250 5000 8000 29.250 60.000 125.000 65.000 21.875 271875
22 10000 15000 5000 18000 48.000 30.000 125.000 0 0 155000
23 6667 5000 3333 28000 43.000 30.000 250.000 65.000 43.750 388750
24 20000 5000 7500 18000 50.500 30.000 250.000 65.000 43.750 388750
25 15000 7500 3333 18000 43.833 30.000 125.000 65.000 0 220000
102
26 15000 6250 5000 18000 44.250 60.000 125.000 65.000 43.750 293750
27 15000 6250 3750 18000 43.000 30.000 125.000 32.500 43.750 231250
28 10000 7500 3333 8000 28.833 30.000 250.000 0 43.750 323750
29 20000 7500 10000 28000 65.500 30.000 125.000 0 21.875 176875
30 10000 5000 10000 28000 53.000 30.000 125.000 0 21.875 176875
31 20000 7500 10000 28000 65.500 90.000 250.000 65.000 43.750 448750
32 7500 5000 5000 8000 25.500 120.000 500.000 130.000 87.500 837500
33 15000 6250 5000 8000 34.250 30.000 125.000 32.500 0 187500
34 20000 5000 10000 8000 43.000 30.000 250.000 32.500 43.750 356250
35 7500 5000 3333 28000 43.833 30.000 125.000 32.500 0 187500
36 10000 5000 3333 28000 46.333 30.000 125.000 32.500 21.875 209375
37 10000 6250 5000 28000 49.250 30.000 125.000 32.500 0 187500
38 10000 5000 3333 28000 46.333 30.000 125.000 0 43.750 198750
39 15000 5000 5000 8000 33.000 30.000 0 32.500 43.750 106250
40 5000 3333 3333 28000 39.666 30.000 125.000 0 43.750 198750
Jumlah 521667 247083 230829 840000 1839579 1530000 6125000 1495000 1159375 10309375
Rata-
rata 13041,68 6177,075 5770,725 21000 45989,475 38461,5
153846,
1 38333,33 29166,67 259807,7
103
Lampiran 13. Biaya Penyusutan Alat dan Pestisida Non Organik di Daerah Penelitian Tahun 2014
Nomor
Responden
Penyusutan alat Total Biaya
Penyusutan
(Rp)
Dharmabas Decis DMA Total
(Rp/L) Parang Cangkul Sabit Handsprayer
1 5000 6250 5000 18000 34250 40000 40000 50000 130000
2 10000 6250 3333 28000 47583 0 0 25000 25000
3 15000 6250 7500 28000 56750 0 20000 0 20000
4 10000 7500 3333 18000 38833 0 40000 0 40000
5 10000 6250 3333 28000 47583 0 0 25000 25000
6 10000 7500 8333 18000 43833 0 20000 25000 45000
7 15000 7500 8333 28000 58833 0 0 50000 50000
8 20000 15000 8333 28000 71333 0 20000 25000 45000
9 20000 15000 10000 18000 63000 20000 40000 50000 110000
10 20000 15000 10000 28000 73000 0 20000 25000 45000
11 20000 5000 10000 38000 73000 20000 40000 50000 110000
12 15000 7500 5000 28000 55500 0 20000 25000 45000
13 20000 7500 10000 18000 55500 0 20000 25000 45000
14 15000 5000 10000 18000 48000 20000 20000 50000 90000
15 6667 5000 10000 18000 39667 20000 20000 0 40000
16 6667 5000 10000 18000 39667 0 40000 25000 65000
17 6667 6250 10000 28000 50917 0 40000 25000 65000
18 10000 5000 5000 18000 38000 0 20000 25000 45000
19 20000 7500 3750 8000 39250 20000 40000 50000 110000
20 20000 15000 10000 28000 73000 0 20000 25000 45000
21 20000 15000 10000 8000 53000 0 20000 50000 70000
22 6667 15000 5000 18000 44667 20000 40000 25000 85000
23 6667 15000 3333 28000 53000 0 20000 25000 45000
24 6667 15000 7500 28000 57167 0 20000 50000 70000
25 15000 7500 3333 28000 53833 20000 20000 25000 65000
104
26 15000 6250 5000 28000 54250 20000 20000 0 40000
27 10000 6250 5000 18000 39250 0 20000 0 20000
28 10000 7500 5000 8000 30500 20000 0 20000
29 20000 7500 10000 28000 65500 20000 0 25000 45000
30 10000 5000 10000 28000 53000 0 20000 0 20000
31 10000 7500 10000 28000 55500 20000 0 20000
32 7500 5000 5000 8000 25500 20000 20000 0 40000
33 15000 6250 5000 28000 54250 40000 40000 50000 130000
34 20000 5000 10000 28000 63000 20000 40000 25000 85000
35 7500 7500 5000 28000 48000 20000 40000 25000 85000
36 10000 7500 5000 28000 50500 20000 20000 0 40000
37 15000 6250 5000 28000 54250 0 20000 25000 45000
38 15000 5000 3333 28000 51333 40000 20000 50000 110000
39 15000 5000 5000 8000 33000 20000 40000 50000 110000
40 10000 3333 3333 28000 44666 0 20000 0 20000
41 10000 7500 10000 18000 45500 20000 20000 25000 65000
42 5000 7500 10000 28000 50500 20000 20000 25000 65000
Jumlah 535.002 334.583 292.080 966.000 2.127.665 480000 960000 1.050.000 2490000
Rata-rata 12.738,14 7.966,26 6.954,28 23.000 50.658,69 11428,57 24000 25.609,75 59285,7
105
Lampiran 14. Rincian Biaya , Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Organik Tahun 2014
Nomor
Responden
Produksi
(Kg)
Jumlah
Produksi
(Kg/Ha)
Biaya
(Rp)
Biaya
(Rp/Ha)
Penerimaan
(Rp)
Penerimaan
(Rp/Ha)
Pendapatan
(Rp)
Pendapatan
(Rp/Ha)
1 3500 3181,81 3409625 3081477,273 17500000 15909090,91 14090375 944655334.7
2 3300 3666,67 3352708 3700786,667 16500000 18333333,33 13147292 23616383.37
3 5160 6000 3858000 4462790,698 25800000 30000000 21942000 944655334.7
4 3400 2615,38 3745333 2860256,154 17000000 13076923,08 13254667 23616383.37
5 3400 6071,42 2532833 4503273,214 17000000 30357142,86 14467167 944655334.7
6 3900 6000 2831458 4331473,846 19500000 30000000 16668542 23616383.37
7 4900 5975,60 4300083 5225710,976 24500000 29878048,78 20199917 944655334.7
8 4500 6000 3444917 4571889,333 22500000 30000000 19055083 23616383.37
9 4150 6014,49 2739208 3948127,536 20750000 30072463,77 18010792 944655334.7
10 4200 5600 3763583 4998110,667 21000000 28000000 17236417 23616383.37
11 10200 5828,57 8303000 4725714,286 51000000 29142857,14 42697000 944655334.7
12 3400 6800 2289875 4553750 17000000 34000000 14710125 23616383.37
13 3300 6000 2363250 4276818,182 16500000 30000000 14136750 944655334.7
14 3100 5961,53 2166500 4143269,231 15500000 29807692,31 13333500 23616383.37
15 3450 6052,63 2535917 4429678,947 17250000 30263157,89 14714083 944655334.7
16 3400 6071,42 2356750 4188839,286 17000000 30357142,86 14643250 23616383.37
17 3950 5984,84 2666125 4016856,061 19750000 29924242,42 17083875 944655334.7
18 4500 6000 2745375 3640500 22500000 30000000 19754625 23616383.37
19 3300 6000 2111750 3819545,455 16500000 30000000 14388250 944655334.7
20 3500 6034,48 2297333 3940229,31 17500000 30172413,79 15202667 23616383.37
21 3800 7600 2247625 4469250 19000000 38000000 16752375 944655334.7
22 3400 5964,91 2094000 3652631,579 17000000 29824561,4 14906000 23616383.37
23 5000 5952,38 4601750 5460416,667 25000000 29761904,76 20398250 944655334.7
24 5200 5977,01 5014750 5749137,931 26000000 29885057,47 20985250 23616383.37
25 3000 5000 2519833 4176388,333 15000000 25000000 12480167 944655334.7
26 3300 3666,66 2966000 3271111,111 16500000 18333333,33 13534000 23616383.37
27 3500 4375 5055250 6294062,5 17500000 21875000 12444750 944655334.7
28 4860 5717,64 4286083 5017744,706 24300000 28588235,29 20013917 23616383.37
29 4000 5970,14 3157375 4682649,254 20000000 29850746,27 16842625 944655334.7
30 3900 5735,29 2559875 3735110,294 19500000 28676470,59 16940125 23616383.37
106
31 5700 6000 4747250 4976052,632 28500000 30000000 23752750 944655334.7
32 12500 6250 13393500 6676750 62500000 31250000 49106500 23616383.37
33 3050 5980,39 2287250 4463235,294 15250000 29901960,78 12962750 944655334.7
34 5300 5955,05 4457250 4983426,966 26500000 29775280,9 22042750 23616383.37
35 3300 6600 2570333 5118666 16500000 33000000 13929667 944655334.7
36 3000 6000 2346208 4668416 15000000 30000000 12653792 23616383.37
37 3300 6000 2503250 4531363,636 16500000 30000000 13996750 944655334.7
38 3000 3333,33 3317083 3663425,556 15000000 16666666,67 11682917 23616383.37
39 3600 4500 2878250 3575312,5 18000000 22500000 15121750 944655334.7
40 6000 6000 4086916 4066916 30000000 30000000 25913084 23616383.37
Jumlah
Rata-rata
171.220 218.436,7 140903454 172.584.248,1 826.100.000 1.092.183.727 715.196.546 944.655.334,7
4.280,5 5.610,91 3526002.2 4.416.279,102 21.402.500 28.054.593,17 17.879.913,6 23.616.383,3
109
Lampiran 15. Rincian Biaya , Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Padi Non Organik Tahun 2014
Nomor
Responden
Produksi
(Kg)
Produksi
(Kg/Ha)
Biaya
(Rp)
Biaya
(Rp/Ha)
Pendapatan
(Rp)
Pendapatan
(Rp/Ha)
Penerimaan
(Rp)
Penerimaan
(Rp/Ha)
1 5000 3846,15 7305250 5619423,07 17669750 13592115.38 25000000 19230769,23
2 3100 3263,15 2921083 3074824,21 12555917 13216754.74 15500000 16315789,47
3 2500 5555,55 2182250 4849444,44 10303750 22897222.22 12500000 27777777,78
4 2500 3846,15 3036833 4672050,76 9445167 14531026.15 12500000 19230769,23
5 2650 4416,66 2614083 4356805 10617917 17696528.33 13250000 22083333,33
6 3100 4133,33 3236333 4315110,66 12245667 16327556 15500000 20666666,67
7 3400 5230,76 4652333 7157435,38 12329667 18968718.46 17000000 26153846,15
8 2500 6250 2790333 6975832,5 9697667 24244167.5 12500000 31250000
9 5800 5800 8669500 8669500 20307500 20307500 29000000 29000000
10 2500 4166,66 2648000 4413333,33 9835000 16391666.67 12500000 20833333,33
11 4000 4000 6337000 6337000 13641000 13641000 20000000 20000000
12 2700 4500 2648500 4414166,66 10837500 18062500 13500000 22500000
13 2650 5888,88 2437000 5415555,55 10799000 23997777.78 13250000 29444444,44
14 4000 5000 4474500 5593125 15503500 19379375 20000000 25000000
15 1800 4000 1799667 3999260 7188333 15974073.33 9000000 20000000
16 3500 4117,64 3998167 4703725,88 13480833 15859803.53 17500000 20588235,29
17 3500 5384,61 3080417 4739103,07 14402583 22157820 17500000 26923076,92
18 2700 4909,09 2241000 4074545,45 11246000 20447272.73 13500000 24545454,55
19 3300 3882,35 6705350 7888647,06 9774650 11499588.24 16500000 19411764,71
20 3300 5156,25 2695500 4211718,75 13784500 21538281.25 16500000 25781250
21 3500 6363,63 2700500 4910000 14787500 26886363.64 17500000 31818181,82
22 4000 5714,28 4650667 6643810 15332333 21903332.86 20000000 28571428,57
23 1600 4000 2192600 5481500 5797400 14493500 8000000 20000000
24 3300 4714,28 2695667 3850952,85 13784333 19691904.29 16500000 23571428,57
25 3500 4117,64 4462933 5250509,41 13017067 15314196.47 17500000 20588235,29
26 2900 4833,33 2617750 4362916,66 11868250 19780416.67 14500000 24166666,67
27 2850 5181,81 2430750 4419545,45 11807250 21467727.27 14250000 25909090,91
110
28 1600 3018,86 2407500 4542452,83 5579500 10527358.49 8000000 15094339,62
29 2000 3636,36 2212000 4021818,18 7776000 14138181.82 10000000 18181818,18
30 2800 5185,18 2218500 4108333,33 11768500 21793518.52 14000000 25925925,93
31 2000 4444,44 2576000 5724444,44 7414000 16475555.56 10000000 22222222,22
32 2650 5300 2399000 4798000 10839000 21678000 13250000 26500000
33 5600 5600 6538750 6538750 21439250 21439250 28000000 28000000
34 4800 4363,63 5959000 5417272,72 18017000 16379090.91 24000000 21818181,82
35 5000 5555,55 3564500 3960555,55 21412500 23791666.67 25000000 27777777,78
36 2650 5300 2412500 4825000 10826500 21653000 13250000 26500000
37 2850 4071,42 2447750 3496785,71 11782250 16831785.71 14250000 20357142,86
38 6000 5000 4821833 4018194,16 25153167 20960972.5 30000000 25000000
39 5500 5000 4983000 4530000 22495000 20450000 27500000 25000000
40 2800 4000 2266666 3238094,28 11711334 16730477.14 14000000 20000000
41 4500 4500 3729500 3729500 18748500 18748500 22500000 22500000
42 3000 6666,66 2232000 4960000 12755000 28344444.44 15000000 33333333,33
Jumlah
Rata-rata
139.900 199.914,4 148.992.465 208.309.042,5 549.777.535 790.209.990,3 522.188.535 999.572.284,7
3.330,95 4.759,86 3.547.439,64 4.959.739,10 13.089.941,3 18.814.523,6 16.654.761,9 23.799.340,11