skripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan ... lilik ind… · allah dengan meninggalkan...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI
PONDOK PESANTREN DARUSSALAM METRO
Oleh:
LILIK INDRI PURWATI
NPM. 14114631
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H/2018 M
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
LILIK INDRI PURWATI
NPM. 14114631
Pembimbing I : Dra. Isti Fatonah, MA
Pembimbingan II : Muhammad Ali, M.Pd.I
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H/2018 M
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGHAFAL
AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM METRO
Oleh:
LILIK INDRI PURWATI
Fenomena yang didapati di pondok pesantren Darussalam metro yaitu ada
beberapa santri yang cepat menghafal namun juga ada yang lamban menghafal. sejalan
dengan kesibukan santri sebagai seorang mahasiswa dan juga pekerja santri tetap mau
menghafal Al-Quran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) bagaimana pelaksanaan program
menghafal Al-Quran di pondok pesantren Darussalam Metro, 2) apa saja faktor
pendukung kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam Metro, 3) apa saja faktor
penghambat kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam Metro, 4) apa saja solusi
yang diberikan untuk mengatasi faktor penghambat santri pondok pesantren Darussalam
Metro dalam menghafal Al-Quran.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sedangkan jenis dan sifat penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif lapangan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data wawancara, observasi dan dolumentasi. teknik penjamin keabsahan data
menggunakan triangulangi tehnik dan triangulasi sumber.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok
pesantren Darussalam Metro yaitu mencakup faktor pendukung dan faktor penghambat.
Faktor pendukungnya yaitu, terdiri dari faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor
internal meliputi: 1). mujahadah, 2). keinginan yang kuat, 3). motivasi dari diri sendiri 4).
jauhi maksiat dan 5). Managemen waktu yang baik, Sedangkan faktor eksternal meliputi:
1). Adanya musrif, 2). Mushaf yang sesuai, 3). Lingkungan yang baik, 4). Fasilitas yang
memadai, 5). Peraturan yang tegas. Faktornya yaitu meliputi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internalnya yaitu meliputi: 1). Maksiat, 2). Kurangnya kesadaran diri 3).
Niat yang tidak istiqomah, 4). Rasa malas, 5). Kurangnya motivasi dari diri sendiri 6).
Perasaan mudah menyerah dan 7). Tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat meliputi: 1). Aktifitas dan
kesibukkan santri yang berbeda-beda, 2). Penggunaan alat komunikasi seperti Hand
Phone yang kurang bijak, 3). Kurangnya motivasi dari luar, dan 4). Penggunaan waktu
untuk hal yang sia-sia.
Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan
menghafal Al-Quran yaitu, meliputi: 1). Managemen waktu 2). Jangan banyak alasan, 3).
Lawan rasa malas 4). Jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan menghafal Al-Quran,
5). Cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran, 6). Perbaiki hubungan dengan
Allah dengan meninggalkan maksiat, 7) cari guru yang memang sudah hafidz 30 juz 8).
Tentukan target hafalan, 9). Ciptakan lingkungan yang mendukung 10). istiqomah 11).
Belajar dari pondok-pondok tahfidz lainnya, 12). buat peraturan yang tegas 13). adanya
musrif yang siap mendampingi santri.
vii
viii
MOTTO
“Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka
Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S Al-Qomar:17).1
Rasulullah saw bersabda.
“siapa yang menghafal Al-Quran dan mengamalkannya, niscaya Allah akan
memasukkannya ke dalam surga dan menganugerahkannya hak untuk
memberikan syafaat kepada sepuluh orang keluarganya yang telah ditetapkan
sebagai penghuni neraka”.2
1Q.S Al-Qomar [54]:17
2HR. Ibnu Majah
ix
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan bahagia, keberhasilan ini penulis persembahkan kepada :
1. kedua orangtua yanng penulis sayangi, cintai dan banggakan karena Allah, bapak
Sukadi dan Ibu Ramini, yang senantiasa membesarkan, mendidik, membimbing
dengan penuh kasih sayang serta tak hentinya selalu mendoakan dalam
keberhasilan anak-anaknya.
2. Bulek Ida sekeluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
3. Saudara-saudaraku tersayang, kakakku Agus Salim, Abdul Rauf, Lina Puji
Lestari, Lita Kurniati, dan Wiwin Widayanti. yang selalu mendoakan
keberhasilanku.
4. Guru dan Dosen yang senantiasa membimbing, mengajari dan memberi nasehat
agar kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.
5. Saudari-saudariku di pondok Pesantren Darussalam Metro, yang saya sayangi
karena Allah. Terimasih telah memberikan dukungan dan doa.
6. Teman-teman angkatan 2014, semangat kawan perjalanan masih panjang.
7. Saudara dan adik-adik seperjuanganku di UKM AL-ISHLAH dan KAMMI
Komisariat IAIN Metro yang telah memberikan semangat bagi penulis untuk
selalu mendekat kepada-Nya.
8. Almamater IAIN Metro.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Sripsi ini.
Penulisan Skripsi ini adalah bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan (FTIK),
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar S.Pd.
Dalam upaya penyelesaian penyusunan Skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis
mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro,
Dr. Hj. Akla, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Metro,
Dra. Isti Fatonah, M.A dan Muhammad Ali, M.Pd.I, selaku pembimbing satu dan dua
yang telah memberi bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan memberi
motivasi. Tak lupa juga rasa sayang dan terimakasih penulis haturkan kepada Ibu dan
keluarga yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan dalam segala hal. Serta
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini.
Kritik dan saran demi perbaikan Skripsi ini sangat diharapkan dan akan diterima
sebagai bagian untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik. Pada akhirnya penulis
berharap semoga hasil penelitian yang dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan Agama Islam.
Metro, 13 Juli 2018
Penulis
Lilik Indri Purwati
NPM. 14114631
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul ......................................................................................................... i
Halaman Judul ............................................................................................................ ii
Halaman Persetujuan .................................................................................................. iii
Halaman Pengesahan .................................................................................................. iv
Abstrak ........................................................................................................................ v
Halaman Orisinalitas Penelitian .................................................................................. vi
Halaman Motto ........................................................................................................... vii
Halaman Persembahan ................................................................................................ viii
Halaman Kata Pengantar ............................................................................................. ix
Daftar Isi ..................................................................................................................... x
Daftar Lampiran .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
D. Penelitian Relevan .............................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Menghafal Al-Quran .................................................... 9
1. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Quran ........................... 9
2. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Quran .............................. 12
3. Keutaman Menghafal Al-Quran ................................................. 17
4. Metode Menghafal Al-Quran ..................................................... 19
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menghafal Al-Quran ................. 23
xii
1. Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Quran ........................ 29
2. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Quran ....................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................... 39
B. Sumber Data ...................................................................................... 40
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 41
D. Teknik Penjamin Keabsahan ............................................................. 45
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Metro .................... 47
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Metro .............. 47
2. Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Metro .................... 53
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal
Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro ....................... 55
C. Pembahasan .......................................................................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 75
B. Saran ..................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat Bimbingan Skripsi ................................................................................ 81
2. Surat Izin Pra Survey ..................................................................................... 82
3. Surat Balasan Aurvey .................................................................................... 83
4. Surat Tugas Research ..................................................................................... 84
5. Surat Izin Research ........................................................................................ 85
6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................................. 86
7. Surat Keterangan Bebas Pustaka Perpustakaan ............................................. 87
8. Surat Keterangan Bebas Pustaka Jurusan PAI ............................................... 88
9. Alat Pengumpul Data ..................................................................................... 89
10. Foto Penelitian ............................................................................................... 103
11. Data Informan ................................................................................................ 110
12. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ............................................................. 111
13. Riwayat Hidup ............................................................................................... 123
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran merupakan kitab suci yang mengandung banyak
pelajaran, petunjuk bagi umat manusia dan Al-Quran sendiri merupakan
mukjizat dan karunia terbesar yang dimiliki umat islam. Allah telah
menjamin kesucian Al-Quran dengan menjaga kemuriannya. Penjagaan
yang dilakukan oleh Allah kepada Al-Quran salah satunya adalah melalui
lisan hambanya. Sejarah telah mencatat bahwa Al-Quran telah dibaca
jutaan manusia.
Para penghafal Al-Quran adalah orang-orang yang dipilih oleh
Allah untuk menjaga kemurnian Al-Quran dari usaha-usaha
pemalsuannya. Dikarenakan para penghafal Al-Quran adalah orang-orang
yang dipilih oleh Allah, maka jumlahnya sangat sedikit. Minat untuk
menghafal Al-Quran juga jarang sekali muncul pada orang islam itu
sendiri. Oleh sebab itu dalam proses menghafal Al-Quran dibutuhkan
lembaga khusus yang menaunginya.
Proses menghafal Al-Quran biasa dilakukan di dalam sebuah
lembaga formal maupun non formal. Salah satu dari lembaga non formal
yang biasa menaungi para penghafal Al-Quran adalah pondok pesantren.
Pengembangan kemampuan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
dimaksudkan untuk membantu santri dalam menyelesaikan hafalan
Al-Quran santri. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pengembangan
2
kemampuan menghafal Al-Quran pada diri santri itu sendiri tidak berjalan
mudah. Banyak kendala yang menghambat baik dari segi sumber daya
manusia, santri, sistem yang ada, sarana prasarana, dan lain sebagainya.
Santri adalah orang yang mendalami pengajiannya di agama Islam
(dengan pergi berguru ketempat yang jauh seperti Pesantren dan lain
sebagainya), orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh3 Dalam
penelitian ini penulis meneliti santri Pondok Pesantren Darussalam sebagai
objek penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Pondok Pesantren
Darussalam, diperoleh data jumlah santri penghafal Al-Quran di Pondok
Pesantren Darussalam yaitu 27 santri yang terdiri dari 15 santri Ikhwan
dan 12 santri Akhwat, dengan 4 tenaga pengajar khusus tahfiz. Dari 4
pengajar tahfiz tersebut 2 diantaranya sudah hafal 30 juz dan 2 lainnya
masih dalam proses penyelesaian. Sedangkan data santri ditemukan, 10
dari 27 santri mengalami peningkatan kecepatan kemampuan menghafal
Al-Quran. Sedangkan 17 dari 27 santri masih mengalami kesulitan dan
lambat dalam proses menghafal Al-Quran.4
Sementara itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di pondok pesantren Darussalam Metro, penulis menemukan
fenomena yaitu banyak santri ketika di luar jam belajar lebih banyak
menghabiskan waktu sia-sia, seperti mengobrol, bermain handphone dan
jarang mengulang-ulang hafalan, namun ada juga beberapa santri yang
3Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 870. 4Wawancara Direktur Pondok Pesantren Darussalam Metro, 21 Maret 2018.
3
lebih banyak menghabiskan waktu untuk tilawah dan muroja’ah dari
sekedar mengobrol. Peneliti juga menemukan ada beberapa santri yang
lamban dalam menghafal Al-Quran namun ada juga santri yang cepat
dalam menghafal Al-Quran. Kemudian peneliti mencoba menanyakan
terkait program menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Darussalam
Metro dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan menghafal
Al-Quran santri, informan mengatakan bahwa program menghafal di
Pondok pesantren Darussalam Metro masih mengalami beberapa kendala,
kendala tersebut menyangkut kesibukan santri yang berbeda-beda ada
yang kuliah dan ada yang sudah bekerja, latar belakang santri yang
berbeda-beda, kurangnya tilawah dan murojaah membuat santri itu sendiri
kesulitan untuk meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran.
Melihat latar belakang santri yang berbeda-beda, Pondok Pesantren
Darussalam sendiri tidak menetapkan metode khusus dalam proses
menghafal Al-Quran. Namun tetap memiliki standar indikator khusus
sebelum menghafal Al-Quran. Seorang santri dikatakan mampu menghafal
Al-Quran setelah melalui proses tahsin terlebih dahulu, dengan indikator
tahsin dikatakan baik apabila santri mampu membaca Al-Quran satu
halaman tanpa salah (dilihat dari tajwid dan kelancaran membaca).
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa penelitian ini perlu
untuk dilakukan. Melihat Pondok Pesantren Darussalam sendiri
merupakan pondok Pesantren khusus mahasiswa, bahkan ada beberapa
santri yang juga sudah bekerja. Namun dengan latar belakang santri yang
4
berbeda-beda tersebut tidak menyurutkan langkah mereka untuk tetap
menghafal Al-Quran, meskipun kemampuan menghafal santri berbeda-
beda. Melihat fenomena yang terjadi di lapangan, banyak santri yang
merasa kesulitan dalam menghafal Al-Quran dan ada pula santri yang
cepat menghafal Al-Quran peneliti merasa peneitian ini penting untuk
dilakukan dengan harapan peneliti dapat menemukan jawaban terkait
faktor apa yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran sehingga
hambatan yang dirasakan para penghafal Al-Quran dapat teratasi dengan
benar. Dengan demikian penulis memfokuskan penelitian ini pada Faktor-
faktor apa saja yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran
Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat
menetapkan beberapa pertanyaan penelitian antara lain:
1. Bagaimana pelaksanaan progam menghafal Al-Quran di Pondok
Pesantren Darussalam Metro?
2. Apa saja faktor pendukung kemampuan menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam Merro?
3. Apa saja faktor penghambat kemampuan menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam Metro?
4. Apa saja solusi yang diberikan untuk mengatasi faktor penghambat
santri Pondok Pesantren Darussalam dalam menghafal Al-Quran?
5
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program menghafal Al-Quran di
Pondok Pesantren Darussalam Metro.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung kemampuan menghafal
Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat kemampuan menghafal
Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro.
4. Untuk mengetahui apa saja solusi yang diberikan untuk mengatasi
faktor penghambat santri Pondok Pesantren Darussalam dalam
menghafal Al-Quran.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti:
a. Semoga peneiltian ini bermanfaat, memberikan keberkahan serta
menjadi motivasi untuk lebih semangat dalam mencintai Al-Quran
dan menghafalkannya.
b. Dapat memberikan wawasan keilmuan dan pengetahuan mengenai
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan menghafal
Al-Quran.
2. Bagi Santri:
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat langsung, khususnya bagi
santri pondok pesantren Darussalam Metro terkait pengetahuan
6
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal
Al-Quran.
b. Sebagai motivasi agar dapat meningkatkan kemampuan menghafal
Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro.
3. Bagi Pondok Pesantren:
a. Bagi pesantren khususnya pondok pesantren Darussalam Metro.
penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi atas kelemahan-
kelemahan yang ada.
b. Senantiasa melakukan pengembangan kemampuan menghafal
Al-Quran demi tercapainya tujuan pesantren.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan memuat uraian secara sistematis mengenai hasil
penelitian terdahulu (Prior reseach) tenteng persoalan yang akan dikaji.5
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang telah membahas permasalahan
yang mirip dengan persoalan yang dikaji dalam penelitian ini, tulisan ini
dimaksudkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian yang relevan dengan
masalah yang penulis teliti saat ini. Berikut beberapa literatur yang terkait
dengan judul skripsi.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Heri Septiadi Ismanto
dengan judul Skripsi “Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal
Al-Quran dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling (Studi
Kasus Pada Beberapa Santri di Pondok Pesantren Raudlotul Quran
5Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Jurai Siwo Metro, 2016), h. 39.
7
Semarang)“. Penelitian ini bertujuan puntuk mendeskripsikan faktor-faktor
pendukung kemampuan santri dalam menghafal Al-Quran di pondok
pesantren Raudhatul Quran Kauman, Kota Semarang.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitiannya,
variabel penelitian yang dilakukan oleh Heri Septiadi Ismanto yaitu terkait
Faktor-Faktor Pendukung Kemampuan Menghafal Al-Quran dan
Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling, sedangkan dalam
penelitian ini variabel penelitiannya yaitu Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren
Darussalam Metro. Perbedaan lain yaitu penelitian sebelumnya lebih
menekankan pada implikasinya dalam bimbingan dan konseling
sedangkan penelitian ini selain mengetahui faktor yang mempengaruhi
kemampuan menghafal Al-Quran namun juga bertujuan memberikan
solusi dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan menghafal
Al-Quran.
Kedua, penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu Skripsi yang
ditulis oleh Dalimatul Fitriyah, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah di IAIN
Walisongo Semarang yang berjudul “Faktor yang mempengaruhi
Kecepatan Menghafal Al-Quran antara Santri Mukim dan Nonmukim di
Pesantren Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung”.6
6Dalimatul Fitriyah, Faktor yang mempengaruhi Kecepatan Menghafal Al-Quran antara
Santri Mukim dan Nonmukim di Pesantren Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung, IAIN
Walisongo Semarang: 2008.
8
Perbedaan penelitian Dalimatul Fitriyah dengan penelitian ini
adalah bahwa penelitian yang dilakukan oleh Dalimatul Fitriyah bertujuan
untuk mengetahui apakah ada Faktor yang mempengaruhi kecepatan
menghafal Al-Quran antara Santri Mukim dan Nonmukim di Pesantren
Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung. Sedangkan penelitian ini
bertujuan mencari perbandingan terkait Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi Kemampuan menghafal Al-Quran santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro. Selain itu variabel penelitian yang digunakanpun
berbeda, variabel penelitian sebelumnya yaitu Faktor yang Mempengaruhi
Kecepatan Menghafal Al-Quran antara santri mukim dan Nonmukim di
Pesantren Zaidatul Ma’arif Kauman Parakan Temanggung sedangkan
variabel dalam penelitian ini yaitu Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam
Metro .
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Menghafal Al-Quran
Keutamaan dan kemuliaan yang didapatkan dari seorang penghafal
Al-Quran sudah tidak diragukan lagi, baik keutamaan dihadapan Allah
maupun dihadapan manusia. Namun, melihat banyaknya keutamaan yang
didapatkan dari seorang penghafal Al-Quran tidak menjadikan setiap
orang mau dan merasa mampu untuk menghafalkannya, dengan berbagai
macam alasan, salah satu alasannya adalah karena sulitnya Al-Quran itu
sendiri untuk dihafal.
Padahal Allah sendiri telah memudahkan Al-Quran untuk dihafal
dan diambil pelajaran, sebagaimana terdapat dalam Firman Allah SWT:
“Dan Sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S Al-Qomar:17).7
Demikian itu terjadi karena di dalam lafadz-lafadz dan kalimat
serta ayat-ayatnya terkandung harmoni, kenikmatan dan kemudahan yang
membuatnya mudah dihapalkan bagi orang yang ingin menghapalnya.8
1. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Quran
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemampuan berasal
dari kata mampu yang mendapat imbuhan ke-an yang berarti
7Q.S Al-Qomar [54]:17
8Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), h. 135.
10
“kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kekayaan”9. Sumber lain
mengatakan bahwa kemampuan adalah “kapasitas seorang individu
untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.”10
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan tertentu sesuai dengan keahlian yang
dimiliki.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kata menghafal dari
kata hafal yang artinya telah masuk diingatan atau dapat mengucapkan
di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Sedangkan
menghafal artinya berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat.11 Menghafal pada dasarnya merupakan bentuk atau bagian dari
“proses mengingat yang mempunyai pengertian menyerap atau
meletakkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif”.12
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa menghafal adalah proses mengingat dengan berusaha
melafalkan tanpa melihat catatan sehingga dapat mengucapkannya di
luar kepala.
Al-Quran menurut Etimologi diambil dari kata qara’a yang
mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah berarti
9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 628. 10
Robin, Stephn, Judge, “Pengertian Kemampuan” dalam Wikipwdia.org diunduh pada
27 Maret 2018. 11
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, h. 338. 12
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfa Beta, 2003), h. 128
11
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam
suatu ucapan yang tersusun rapih. 13
Pengertian Al-Quran juga dikemukakan dari sumber lain
disebutkan bahwa kata “Al-Quran” merupakan kata jadian dari kata
dasar qara’a (membaca). Sebagian dari ulama, diantaranya Al-Zujaj,
menjelaskan bahwa kata Al-Quran merupakan kata sifat yang berasal
dari kata dasar “al-qar’“ yang artinya menghimpun.14
Sedangkan pengertian Al-Quran menurut terminologi adalah
“kalam Allah yang diturunkan Nabi-Nya, yang lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat membacanya bernilai ibadah yang diturunkan
secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah Al-
Fatihah sampai akhir surah An-Naas.15
Sumber lain menyebutkan bahwa, Definisi ini juga
mengisyaratkan tentang fungsinya, dimana ia adalah bukti
kemukjizatan yang ditransformasikan dengan sanad yang paling
kokoh, yakni sanad mutawatir mutlak.16
Jadi Al-Quran merupakan kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw, melalui perantara malaikat Jibril,
diturunkan secara mutawatir, membacanya bernilai Ibadah, dimulai
dari surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Naas.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan menghafal Al-Quran adalah
kecakapan memelihara atau menjaga Al-Quran dengan cara
13
Manna’ Khalil Al-Qattab, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, (Jakarta: Pustaka Utera
AntarNusa, 1994), h. 15. 14
Rosihan Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013), h. 31-32 15
Ibid, h. 11 16
Abdul Shabur Syahin, Saat Al-Quran Butuh Pembelaan, (Jakarta: ERLANGGA, 2006),
h. 2
12
melafalkan dan meresapkan ayat-ayat Al-Quran ke dalam pikiran
sebagai proses mengingat, dan lancar dalam melafalkannya di luar
kepala, serta hafalan dapat dimunculkan saat dibutuhkan.
2. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Quran
Kemampuan menghafal Al-Quran seseorang dapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu: kelancaran, kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu
tajwid dan fashahah.
a. Kelancaran dalam menghafal Al-Quran
“Salah satu ingatan yang baik yaitu siap, bisa memproduksi
hafalan saat dibutuhkan”17 dan diantara syarat menghafal Al-Quran
yaitu, teliti serta menjaga hafalan dari lupa. Sehingga kemampuan
menghafal Al-Quran bisa dikataan baik apabila orang yang
menghafal Al-Quran bisa menghafalnya dengan benar dan sedikit
kesalahan.
b. Kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid
Seorang penghafal Al-Quran harus mampu membaca Al-Quran
sesuai kaidah ilmu tajwid, diantaranya:
1) Makharijul huruf (tempat keluarnya huruf)
2) Shifatul huruf (sifat atau keadaan ketika membaca huruf)
3) Ahkamul huruf (hukum atau kaidah bacaan)
17
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 128.
13
4) Ahkamul mad wa qashr (hukum panjang dan pendeknya
bacaan)18
c. Fashahah
1) Al-wafu wa al-ibtida’ (kecepatan berhenti dan memulai bacaan
Al-Quran)
2) Mura’atul huruf wa al-harakat (menjaga keberadaan huruf dan
harakat)
3) Mur’aatul kalimah wa al-ayat (menjaga dan memelihara
keberadaan kata dan ayat).19
Sumber lain disebutkan terdapat empat indikator yang harus
dimiliki para penghafal Al-Quran, yaitu Indikator Makhraj dan Sifat
huruf, Tajwid, Garib dan Fashahah.20
Sedangkan dalam sumber yang lain disebutkan, terdapat empat
indikator yang menjadi acuan kemampuan menghafal Al-Quran yaitu
Tahfidz, Tajwid, Kefasihan dan adab.21 Adapun penjelasan keempat
faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Tahfidz
Penilaian tahfidz difokuskan terhadap kebenaran susunan
ayat yang dihafal, kelancaran dalam melafalkan ayat, dan
18
Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qira’atil Quran, Pedoman Bagi Qari-Qari’ah Hafidh
Hafidhah dan Hakim dalam MTQ (Semarang: Binawan, 2015), h. 356-357. 19
Ibid., h. 198. 20
Bairus Salim, Qtest System (Sebuah System Tes untuk Mengukur Kompetensi
Membaca Al-Quran), (Lampung: Laduny, 2015), h. 60-62. 21
Podoluhur: Proposal dalam www.podoluhur.blogspot.com, yang diunduh pada 13 Maret
2018.
14
kesempurnaan hafalan. Dengan kata lain, tidak ada satu huruf,
bahkan ayat Al-Quran yang terlewatkan dalam hafalan.
Tahfidz di sini juga tetap memperhatikan kesuksesan tahsin
tilawahnya, indikasi tahsin tilawah yang sukses dapat dibagi menjadi
dua idikasi. pertama adalah indikasi Imani, artinya perubahan dan
peningkatan iman yang terjadi setelah proses mempelajari Al-Quran.
kedua indikasi Ada-i (kemampuan), artinya perubahan dan
peningkatan kemampuan membaca Al-Quran setelah proses
belajar.22
b. Tajwid
Tajwid menurut bahasa artinya membaguskan. sedangkan
menurut istilah “mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya
dengan memberi hak dan mustahaknya” yang dimaksud dengan hak
huruf adalah sifat asli yang selalu bersama dengan huruf tersebut.
seperti Al-Jahr, Istila’, istifal dan lain sebagainya.23
Tajwid adalah “suatu ilmu yang menguraikan dan
mempelajari tentang cara membaca Al-Quran dengan baik dan
benar”.24 Didalamnya banyak mengadaung beberapa pengertian
terkait hukum-hukum bacaan dalam Al-Quran yang harus dipahami
bagi seorang penghafal Al-Quran.
22
Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafizh, Pedoman Dauroh Al-Quran, (Jakarta: Markaz Al-
Quran), h. 147. 23
Ibid, h. 11. 24
Imam Al Hakim Wicaksono, Pemahaman Ilmu Tajwid (Pedoman Tata Cara Membaca
Al-Quran dengan Baik dan Benar), (Surakarta: SENDANG ILMU, 2005), h. 7.
15
Indikator tajwid difokuskan dalam menilai kesempurnaan
bunyi bacaan al-Qur’an menurut aturan hukum tertentu. Aturan
tersebut meliputi tempat keluarnya huruf (makhorijul huruf), sifat-
sifat huruf (shifatul hurf), hukum tertentu bagi huruf (ahkamul hurf),
aturan panjang pendeknya suatu bacaan al-Qur’an (mad), dan hukum
bagi penentuan berhenti atau terusnya suatu bacaan (waqof).
c. Kefasihan
Indikator kefasihan dalam menghafal Al-Qur’an difokuskan
dalam menilai bacaan al-Qur’an dengan memperhatikan ketepatan
berhenti dan memulai bacaan sesuain dengan hukumnya, serta
menilai bacaan yang dilantunkan secara tartil dengan
memperhitungkan suara yang indah. Tartil maknanya adalah
perlahan, termaksuk didalamnya memperhatikan potongan Ayat
permulaanya dan kesempurnaan maknanya, di mana sang pembaca
merenungkan apa yang sedang ia baca.25
d. Adab
Bagi orang yang membaca Al-Quran dianjurkan untuk
memperhatikan terlebih dahulu adab-adab dalam membaca Al-
Quran. Adapun adab-adab dalam membaca Al-Quran diantaranya:
1) Membaca Al-Quran sesudah berwudhu, karena ia termasuk
zikrullah yang paling utama.
2) Membacanya di tempat yang suci dan bersih.
3) Membacanya dengan khusyu’ tenang dan penuh khidmat.
4) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.
25
Khalid BinAbdul Karim al-Lahim, Begini Cara Mengamalkan Al-Quran, (Jakarta: At-
Tazkia, 2010), h. 139.
16
5) Membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Quran.
6) Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali pada
permulaan surah At-Taubah.
7) Membacanya dengan tartil.
8) Tadabur / memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya.
9) Membacanya dengan jahr.
10) Membaguskan bacaaan dengan suara yang merdu.26
Sumber lain menjelaskan, adapun adab-adab sebelum
memulai membaca Al-Quran yaitu:
1) Dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Quran.
2) Berwudhu sebelum membaca Al-Quran.
3) Memilih tempat yang bersih untuk membaca Al-Quran.
4) Menghadap kiblat ketika membaca Al-Quran.
5) Bersiwak sebelum membaca Al-Quran.
6) Ber-ta’awudz sebelum membaca Al-Quran.
7) Membaca Al-Quran dengan menghadirkan niat dalam hati.
8) Mengulang-ulang ayat-ayat adzab.
9) Menangis ketika membaca Al-Quran
10) Memperindah suara bacaan Al-Quran.27
Memperindah suara bacaan Al-Quran di sini selaras dengan
sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban,
“perindahlah Al-Quran dengan suara-suara kalian”. Artinya bacaan
Al-Quran selain harus sesuai dengan kaidah ilmu tajwid bacaan
tersebut harus juga diperhatikan keindahan irama bacaan sehingga
akan terdengar lebih menarik untuk diperdengarkan.
Berdasarkan beberapa teori yang kemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat empat hal yang menjadi indikator
kemampuan menghafal Al-Quran yaitu, Tahfiz, Tajwid, Fashahah
(kefasihan), dan Adab.
26
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. h. 32-34 27
Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqah Al-Quran (Belajar dari Tradisi
Ulama), (Solo: AQWAM, 2015), h. 162-168.
17
3. Keutamaan Menghafal Al-Quran
Menghafal Al-Quran memiliki banyak keutamaan dan
kemuliaan, barang siapa berhubungan dengan Al-Quran maka ia
akan mulia. Al-Quran diturunkan pada bulan yang mulia yaitu bulan
suci ramadhan, Al-Quran diturunkan kepada Rasul yang mulia yaitu
Rasulullah saw. Rasul sendiri memilih mendahulukan para
sahabatnya dalam berbagai hal karena hafalan Al-Quran yang
mereaka miliki. Apabila beliau mengutus suatu delegasi maka beliau
memilih yang paling banyak hafalannya, apabila seseorang ingin
menjadi imam sholat, maka akan didahulukan yang paling banyak
hafalannya.
Nabi menjelaskan bahwa Al-Quran akan mengangkat
kedudukan penghafalnya pada hari kiamat. Seperti hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi saw. Bersabda: “Al-Quran
akan datang pada hari kiamat seraya berkata, ‘wahai Rabb,
muliakanlah ia, pakaikanlah ia mahkota kehormatan,’ Lalu berkata
lagi, ‘wahai Rabb tambahkanlah, ‘maka ia dihiasi dengan
keagungan. Kemudian berkata lagi ‘wahai Rabb ridhailah ia, ‘lalu
dikatakan, ‘bacalah dan naiklah, maka akan ditambahkan untukmu
setiap ayat’.
Adapun sumber lain menyebutkan keutamaan-keutamaan
yang didapatkan oleh para penghafal Al-Quran yaitu:
1. Tingginya Kedudukan Penghafal Al-Quran
2. Perbendaharaan yang menakjubkan
18
3. Mendapatkan beberapa kemuliaan bagi penghafal Al-Quran
4. Penghafal Al-Quran bersama para malaikat
5. Penghafal Al-Quran akan diutamakan di dunia dan di akhirat.28
Terdapat tujuh fadilah atau keutamaan menghafalkan
Al-Quran yang dikemukakan dari sumber yang berbeda, yaitu:
a. Menggugurkan kewajiban
b. Pahala yang luarbiasa banyaknya
c. Menjadi manusia yang mulia
d. Memberikan syafa’at dihari kiamat
e. Menjadi kebanggaan allah swt.
f. Tidak diganggu setan
g. Memberi syafa’at bagi orang tuanya.29
Sumber lain juga menyebutkan keutamaan membaca dan
mengamalkan Al-Quran yaitu:
1) Al-Quran sebagai obat hati
2) Setiap satuhuruf Al-Quran mengandung 10 pahala
3) Hafal Al-Quran melahirkan kebahagiaan
4) Terapi Ibu Hamil dengan bacaan Al-Quran
5) Al-Quran sebagai budi pekerti
6) Al-Quran merupakan pedoman kehidupan30
Keutamaan lain bagi penghafal Al-Quran adalah Allah
memberikan sanjungan kepada penghafal Al-Quran. Sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah SWT:
...
Artinya “sebenarnya Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di
dalam dada orang-orang yang diberi Ilmu...” (QS. Al-Ankabut:49)
Maksudnya dalam hati para ulama dan penghafal Al-Quran.
kedua golongan ini adalah orang-orang yang istimewa bagi Al-
Quran, kandungan Al-Quran itu sendiri merupakan ayat-ayat nyata
28
Ibid., h. 30-52 29
Abdul Raziq, Belajar Al-Quran Bertajwid Tanpa Teori Tajwid Diiringi Irama Murotal
Timur Tengah dengan Metode BILQIS (Bimbingan Ilmu Al-Qur’an Intensif), (Tangerang: Nizhan
Press, 2015), h. 1 30
Romadhoni Massul, Metode Cepat menghafal dan memahami Ayat-Ayat Suci Al-Quran,
(Yogyakarta: Lafal Indonesia, 2014), h. 114-121
19
yang dipenuhi dengan mukjizat, di mana ayat-ayat Al-Quran itu
akan senantiasa terjaga dalam dada para penghafalnya, tidak seperti
kitab-kitab yang lainnya.31
Keutamaan menghafal Al-Quran seperti yang dituliskan di
atas merupakan sisi kebermanfaatan yang bisa diraih dari seorang
penghafal Al-Quran, kemuliaan tersebut menunjukkan bukti
kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya yang istiqomah menjaga
kalam-Nya.
Menghafal Al-Quran merupakan tanggung jawab yang
besar hal ini sebanding dengan kemuliaan yang akan didapatkan
seseorang yang konsisten menghafalkan dan mengamalkan Al-
Quran. Bahkan disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari bahwa
“sebaik-baik manusia diantara kalian adalah orang yang belajar Al-
Quran dan yang mengajarkannya”. Sudah semestinya seorang
penghafal Al-Quran mampu untuk mengamalkan kandungan Al-
Quran yang dia bawa sehingga Al-Quran benar-benar akan
membawanya menuju kemuliaan.
4. Metode Menghafal Al-Quran
Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah
yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk
melakukan suatu pekerjaan.32 Sedangkan metode hafalan dalam
khazanah Islam merupakan bagian integral dalam proses menuntut
31
Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqoh Al-Qur’an (Belajar dari Tradisi
Ulama), (Solo: Aqwam, 2015), h 51. 32
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Kalam, 2012), h. 2-3.
20
ilmu.33 Menurut kamus bahasa Indonesia metode merupakan cara
yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu
maksud.34
Melihat dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode adalah sebuah jalan yang harus
ditempuh untuk menuju kepada tujuan yang ingin dicapai. Dalam
hal menghafal Al-Quran metode yang digunakanpun beraneka
ragam, semua itu disesuaikan dengan gaya belajar dan tingkat
kecepatan dalam penyerapan hafalan setiap penghafal Al-Quran.
Setiap penghafal Al-Quran umumnya memiliki metode
tersendiri dalam menghafalkan Al-Quran, melihat kemampuan
setiap individu berbeda-beda dalam menghafal Al-Quran. Namun,
secara umum metode yang biasa digunakan dalam menghafal Al-
Quran yaitu, 1) metode wahdah, 2) metode kitabah, 3) metode
sima’i, 4) metode gabungan, 5) metode jama’.
Beberapa metode tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Metode Wahdah
Metode ini cara menghafalkannya yaitu dengan membacanya
per ayat, satu ayat bisa diulang hingga 10x untuk kemudian
dilanjutkan keayat berikutnya setelah dirasa ayat tersebut
sudah hafal.
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penulis terlebih
dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik
kertas yang telah disediakan.Kemudian ayat tersebut dibacakan
hingga lancar dan benar bacaannya lalu dihafalkan.
33
Ibid h. 52 34
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, h. 649.
21
c. Metode Sima’i
Sima’i artinya mendengar. yang dimaksud dengan metode ini
adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya.
d. Metode Gabunagan
metode ini merupakan gabungan dari metode-metode yang
pertama dan kedua, yakni metode Wahdah dan metode
Kitabah. Hanya saja kitabah di sini lebih memiliki fungsional
sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya.
e. Metode Jama’
Penerapan metode ini ialah dengan cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yaitu ayat dihafal dibaca secara
bersama-sama, dipimpin oleh instruktur.35
Ada beberapa metode lain yang biasa digunakan oleh
seorang penghafal Al-Quran, diantaranya:
1) Muroja’ah,
Selain usaha yang rutin untuk menambah hafalan Al-Quran,
maka seharusnya kita bisa meluangkan waktu untuk
mengulangi hafalan yang sudah pernah dihafal.36 Murajaah
atau mengulangi hafalan dan mempelajari Al-Quran memiliki
kontribusi besar terhadap kekekalan hafalan di dalam dada.37
Muroja’ah yaitu metode menghafal dengan cara mengulang-
ulang bacaan yang dihafal. Metode ini biasanya digunakan
untuk menjaga hafalan agar lebih melekat dalam ingatan.
Sumber lain mengatakan “terus mengulang-ulang bacaan
akan memindahkan surah-surah dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang. Salah satu ciri memori jangka pendek
35
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. h. 63-66 36
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran (Rahasia Sukses Gemilang
Para Hafiz Quran), (Surakarta: iyad Books, 2014), h. 134 37
Tim Yayasan Muntada Islami, Panduan Mengelola Sekolah Tahfizh, (Surakarta: Al-
Aqwam, 2012), h. 48-49.
22
adalah bisa menghafal dengan cepat, namun cepat lupa pula.
Sementara memori jangka panjang memerlukan waktu cukup
lama untuk memasukkan informasi, dan dalam saat yang
bersamaan memori ini menyimpan segala informasi dalam
jangka panjang.38
Seperti yang kita ketahui bahwa, langkah utama untuk
memasukkan informasi ke dalam memori otak adalah dengan
seringnya dilakukan pengulangan. Semakin sering dibaca dan
diulang-ulang maka akan semakin memperkuat hafalan.
Melihat beberapa penjelasan terkait metode yang digunakan
dalam menghafal Al-Quran tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap penghafal Al-Quran, tentunya menginginkan waktu yang
cepat serta hafalannya menancap kuat dimemori otak dalam proses
menghafalkan Al-Quran. Hal tersebut bisa terlaksana apabila
penghafal Al-Quran menggunakan metode yang tepat, serta
mempunyai ketekunan, rajin, istiqomah dalam menjalani
prosesnya.
Metode-metode tersebut merupakan langkah-langkah untuk
memudahkan proses menghafal Al-Quran, dan masih banyak lagi
metode-metode lain yang bisa dilakukan untuk membantu proses
menghafal Al-Quran. Namun dari beberpa pengalaman yang
dirasakan para penghafal Al-Quran dan juga beberapa ulama
38
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), (Solo: PQS PUBLISHING, 2014), h. 57.
23
mengatakan bahwa metode terbaik dalam menghafal Al-Quran
adalah dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT
dan menjauhi maksiat.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal
Al-Quran
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal
Al-Quran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adanya keinginan atau semangat yang menggebu untuk menghafal
2. Menempuh upaya-upaya dalam menghafal
3. Keyakinan bahwa Allah telah memilih anda untuk menghafal kitab-
Nya
4. Berusaha menjauhi semua orang yang bisa membebani tekad
5. Memanfaatkan semua waktu
6. Mengkhayal
7. Memiliki azam yang kuat
8. Menetapkan batas waktu untuk mengkhatamkannya
9. Antusias untuk segera menyelesaikan hafalan Al-Quran
10. Menundukkan semua rintangan
11. Menjadikan ibadah sebagai salah satu media penolong dalam
menghafal.39
Sumber lain menyebutkan terkait faktor yang mempengaruhi
kemampuan menghafal Al-Quran ada beberapa kaidah sebelum menghafal
Al-Quran yang harus diperhatikan seseorang penghafal Al-Quran. Kaidah-
kaidah utama dalam menghafal Al-Quran yaitu:
1. Ikhlas
2. Tekad yang Kuat dan Bulat
3. Mengetahui nilai amalan yang anda lakukan
4. Mengamalkan hafalan
5. Meninggalkan dosa
6. Berdoa
7. Memahami makna ayat dengan benar
8. Menguasai ilmu tajwid yang benar
9. Mengulang-ulang bacaan
10. Sholat dengan membaca ayat-ayat yang sudah dihafal40
39
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, (Solo: Zanzam, 2011), h. 85 40
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), h. 33-60.
24
Kaidah-kaidah sebelum memulai menghafal Al-Quran tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a) Ikhlas
Orang yang menghapal Al-Quran harus ikhlas dan
memurnikan niat ketika mempelajarinya, memurnikan tujuan karena
mengharap wajah Allah, mempelajari dan mengajarkannya, karena
Allah semata.41 Inilah kaidah utama dalam menghafal Al-Quran,
karena ketika seseorang melakukan amalan bukan karena Allah,
amalannya terhapus.42
Ikhlas merupakan amalan hati dan hati itu sendiri merupakan
alat untuk memahami Al-Quran. Hati berada ditangan Allah yang
Maha membolak-balikkan hati. Oleh sebab itu seorang hamba
hendaknya memohon kepada Rabbnya agar dibukakan hati untuk Al-
Quran, agar ia dapat menggali segala kekayaan yang terkandung
dalam Al-Quran.43
Cukup sekedar menghadirkan niat yang baik dan
memperbaruinya. Jadi, langkah pertama adalah selalu memperbarui
niat. Hendaknya niatmu dalam menghafal Al-Quranul Karim untuk
meringkuh ridha Allah dan memperoleh pahala-Nya.44
Ikhlas menjadi tolak ukur yang terpenting karena ikhlas adalah
amalan hati yang paling berat namun besar pula pahala yang diraih.
41
Yusuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Quran, h. 135. 42
Ibid. 43
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah Cara Mengamalkan Al-Quran, (Jakarta:
Pusaka at-Tazkia, 2010), h. 14 44
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, (Solo: Zamzam, 2011), h. 55.
25
Ikhlas bersumber dari niat yang tulus semakin ikhlas seseorang dalam
menghafal maka akan semakin mudah untuk menghafalnya.
b) Tekad yang kuat dan bulat
Menghafal Al-Quran hanya mampu dilakukan oleh mereka
yang punya tekad. Mereka yang punya tekad memiliki ciri utama
yang sangat jelas secara sederhananya adalah tekad yang kuat.45
Menghafal Al-Quran bukan perkara kecil di tilik dari pahalanya di sisi
Allah, tekad kuat menghafal Al-Quran dan membutuhkan cobaan
serta ujian.46 Seorang penghafal Al-Quran harus memiliki tekat yang
kuat dalam menghafalkan Al-Quran karena untuk mencapai tingkatan
hafalan yang baik membutuhkan mujahadah yang optimal agar
tercapai cita-cita yang diinginkan.
c) Mengetahui nilai amalan yang anda lakukan
Setiap amalan yang diketahui fadhilah yang didapatkan dari
mengamalkannya akan mendapat dorongan yang kuat untuk
melaksanakannya. karena motivasi atau dorongan merupakan kunci
untuk bisa melakukan berbagai macam aktifitas.47
Seorang penghafal Al-Quran akan semakin termotivasi untuk
menyelesaikan hafalannya ketika orang tersebut mengetahui
keutamaan yang akan didapatkan dari menghafal Al-Quran.
45
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), h. 41. 46
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 88. 47
Ibid., h. 43
26
d) Mengamalkan hafalan
Membaca, memahami dan mengamalkan Al-Quran adalah kunci
ilmiah bagi perubahan dan kemajuan.48 Seperti generasi salafus shalih
mereka menyadari betul bahwa Al-Quran diturunkan bukan hanya
dihafalkan secara tekstual namun juga dipraktikkan dalam kehidupan.
Mengamalkan hafalan menjadi wajib bagi para penghafal Al-Quran,
mengingat Al-Quran itu sendiri sebagai petunjuk bagi pembacanya
oleh karena itu wajib baginya untuk mengamalkan petunjuk Al-Quran
yang sudah dihafalkannya.
e) Meninggalkan dosa
Bermaksiat kepada Allah akan menjadikan manusia semakin
jauh dari Allah SWT. Menjadi seorang hamba yang sholeh dan
bertaqwa kepada Allah dengan menjauhi maksiat akan menjadikan
seorang hamba semakin dicintai oleh Allah SWT. Ibnu Umar r.a
berkata “seorang hamba tidak akan sampai pada hakikat taqwa
sehingga dia meningalkan apa saja yang mengganjal didalam dada”.49
Meninggalkan dosa merupakan bukti ketaqwaan seorang
hamba kepada Allah SWT. Oleh sebab itu seorang penghafal
Al-Quran hendaknya meninggalkan segala bentuk dosa yang akan
menghalangi Al-Quran yang akan masuk ke dalam dada para
penghafal Al-Quran dan dapat menjauhkan dirinya dari rahmat Allah
SWT.
48
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah Cara Mengamalkan Al-Quran, h. 2 49
Ahmad Farid, Quantum Taqwa (hakikat, keutamaan dan karakter orang-orang
bertaqwa), (Solo: Pustaka Arafah, 2008), h. 105.
27
f) Berdoa
Doa adalah ibadah. Doa adalah salah satu rahasia para
pembawa Al-Quran. Mereka berdoa kepada Allah setiap waktu.
Memanfaatkan wattu-waktu mustajab dalam berdoa, seperti pada
waktu sahur, setiap kali sujud, ketika menanti satu shalat ke shalat
berikutnya, ketika turun hujan, ketika bulan ramadhan dan lain
sebagainya. Mereka berdoa agar Allah berkenan menolong mereka
dalam merenungi ayat-ayat Al-Quran, menghafalkan dan
mengamalkan Al-Quran.50
Berdoa adalah senjata umat muslim, dan berdoa merupakan
salah satu ibadah yang dicintai Allah SWT. Maka memperbanyak doa
akan menjadi jurus ampuh bagi para penghafal Al-Quran, semakin
banyak ia dalam berdoa akan sangat membantu dalam
mengaktualisasikan impianya untuk menghafalkan 30 juz Al-Quran,
tanpa mengesampingkan pentingnya ikhtiar yang harus dilaluinya.
g) Memahami makna ayat dengan benar
Menghafal Al-Quran dengan berusaha memahami makna ayat
sebelumnya, akan sangat membantu memudahkan proses menghafal.51
Seorang penghafal Al-Quran ketika ia mampu memahami makna ayat
Al-Quran dengan baik maka akan sangat membantu proses menghafal
Al-Quran itu sendiri.
h) Menguasai ilmu tajwid yang benar
Membaca Al-Quran dengan tajwid yang benar lebih penting
dari pada menghafal Al-Quran. Sebab, tanpa tajwid yang benar maka
seorang pembaca Al-Quran akan terjatuh pada banyak kesalahan
makna dan arti.52
50
Majdi Ubaid Al-Hafidz, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran (Rahasia Hafal Al-
Quran dengan Metode Belajar Paling Modern), Solo: AQWAM, 2015, h. 60. 51
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran (Rahasia Sukses Gemilang
Para Hafiz Quran), h. 58. 52
Ibid., h. 52.
28
Penguasaan Ilmu tajwid menjadi syarat wajib bagi para
pengafal Al-Quran, karena untuk menghafal harus mampu memahami
ilmu tajwid agar tidak salah dalam melafalkan bacaan dan tidak
merubah arti bacaan Al-Quran itu sendiri.
i) Mengulang-ulang bacaan
Seperti diketahui, langkah utama untuk memasukkan
informasi ke dalam memori jangka panjang adalah melalui
pengulangan.53 Pengulangan bacaan Al-Quran harus terus dilakukan
karna pengulangan bacaan hafalan Al-Quran merupakan bentuk
penjagaan hafalan itu sendiri sekaligus menguatkan hafalan al-Quran.
j) Sholat dengan membaca ayat-ayat yang sudah dihafal
Barang siapa yang membaca Al-Quran dalam sholat, siang dan
malam ia akan mendapatkan jawabannya dengan cepat dan kuat. Ia
akan berhati-hati terhadap kitab Allah.54 Menyimak bacaan ayat-ayat
yang anda hafal saat sholat akan memperkuat hafalan.55 Membaca
Ayat yang sudah dihafal dapat membantu dalam melekatkan hafalan
kedalam memori otak, sehingga para hafidz biasa membacanya ketika
sholat. Terlebih pada sholat malam atau qiyamul lail.
Sumber lain menambahkan kaidah utama yang bisa dilakukan
seorang penghafal Al-Quran yaitu dengan “tilawah secara rutin”.
Menghafal itu adalah proses menyimpan hasil penglihatan dan
pendengaran. Maka semakin banyak kita membaca dan
53
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran, h. 57. 54
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah Cara Mengamalkan Al-Quran, h. 95-96. 55
Abdul Muhsin et al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran, h. 60.
29
mendengarkan Al-Quran, insyaAllah akan semakin cepat pula kita
menghafal Al-Quran.56
Beberapa kaidah di atas hendaknya diperhatikan dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, mengingat menghafal Al-Quran
bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukaan. Dari keseluruhan
kaidah tersebut harus benar-benar tertanam dalam hati dan di
aplikasikan dalam kehidupan agar tercipta penghafal Al-Quran yang
tidak hanya hafal secara lahiriah namun juga secara bathiniah.
1. Fator-faktor pendukung dalam menghafal Al-Quran
Terdapat beberapa faktor pendukung kemampuan menghafal
Al-Quran, yaitu usia yang ideal, manajemen waktu dan tempat
menghafal.57 Adapun uraian ketiga faktor tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Usia yang Ideal
Seorang penghafal yang berusia relatif masih muda jelas
akan lebih potensial daya serap dan resapnya terhadap materi-
materi yang dibaca atau dihafal atau didengar dibanding dengan
mereka yang berusia lanjut, kendati tidak bersifar mutlak. dalam
hal ini usia dini lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap
sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal.
56
Umar Al-Faruq, 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran, 2014, h. 48. 57
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. h. 56-61.
30
2) Menejemen Waktu
Agar kita sanggup menghafal, kita harus mengatur urusan-
urusan kita supaya kita bisa menyediakan waktu yang cukup untuk
melangsungkan hafalan.58 Bagi mereka yang menempuh program
khusus menghafal Al-Quran dapat mengoptimalkan seluruh
kemampuan dan memaksimalkan seluruh kapasitas waktu yang
dimilikinya, sehingga dia akan cepat menyelesaikan program
menghafanya. sebaliknya, bagi mereka yang menghafal Al-Quran
di samping kegiatan-kegiatan lain, seperti sekolah, bekerja dan
kesibukan lain maka dia harus pandai-pandai memanfaatkan waktu
yang ada. Justru di sini diperlukan menejemen waktu yang baik.
Adapun waktu-waktu yang baik untuk menghafal yaitu:
1) Waktu sebelum terbit fajar
2) Setelah fajar hingga terbit matahari
3) Setelah bangun dan tidur siang
4) Setelah sholat
5) Waktu diantara maghrib dan isya’59
Uraian di atas tidak berarti bahwa waktu yang selain tersebut
tidak baik untuk membaca, atau menghafal Al-Qur’an setiap saat
baik-baik saja untuk menghafal, karena pada prinsipnya
kenyamanan dan ketepatan dalam memanfaatkan waktu relatif dan
bersifat subyektif, seiring dengan kondisi psikologis yang variatif.
58
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 61. 59
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h. 59-60.
31
Jadi, pada prinsipnya setiap waktu yang dapat mendorong
munculnya ketenangan dan terciptanya konsentrasi adalah baik
untuk menghafal.
3) Tempat Menghafal
Menghafal diperlukan tempat yang ideal untuk
berkonsentrasi. itulah sebabnya diantara para penghafalada yang
cenderung mengambil tempat di alam bebas, atau tempat terbuka,
tempat yang luas seperti di masjid atau di tempat-tempat lain yang
lapang, sunyi dan sepi.
Metode paling tepat dalam menentukan tempat adalah
engkau dudu didepan tembok putih dan bersih. Misalnya engkau
duduk di dalam masjid paling depan dan mengarahkan
pandangamu ke depan.60
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tempat
yang ideal untuk menghafal yaitu:
a) Jauh dari kebisingan
b) Bersih dan suci dari kotoran dan najis
c) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara
d) Tidak terlalu sempit
e) Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan f) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakni
jauh dari telepon, atau ruang tamu, atau tempat itu bukan
tempat yang biasa untuk mengobrol.61
Menurut Majdi Ubaid Al-Hafidz faktor-faktor pendukung
dalam menghafal Al-Quran, yaitu:
60
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 63. 61
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, h h. 61.
32
a. Memperbaiki bacaan sebelum menghafal.
b. Menggunakan satu mushaf dari satu cetakan.
c. Menggunakan ukuran mushaf yang mudah untuk dibawa.
d. Memilih waktu yang tepat untuk menghaal.
e. Menghindari waktu-waktu yang kurang ideal untuk menghafal,
yaitu setelah makan, pulang kerja, dan saat larut malam.
f. Mengutamakan menyambung (antar ayat) dari menghafal.
g. Mampu menyambung dari awal sampai akhir sebelum
berpindah dari surat lain.
h. Memperhatikan ayat-ayat yang mirip.
i. Menentukan target hafalan setiap hari.
j. Menghafal dari surat yang disukai.
k. Memanjakan dan memberi penghargaan kepada diri sendiri
setiap selesai menghafal juz atau surat tertentu.
l. Melazimi khoaqoh tahidz.
m. Menghadiri majlis Tahfidz.
n. Mengetahui mekanisme pembelajaran tahfidz.
o. Mencari lokasi yang tepat untuk menghafal.
p. Memanfaatkan berbagai kesempatan untuk menghafal.62
Faktor-faktor Pendukung dalam menghafal Al-Quran lainnya
disebutkan:
1. Membaca hafalan dalam shalat sunnah
2. Membaca disetiap waktu khususnya saat menunggu shalat
3. Bacaan menyelidik
4. Mendengar kaset bacaan Al-Quran yang sesuai dengan
tajwid
5. Hanya menggunakan satu mushaf dalam menghafal
6. Memaksimalkan kemampuan indra.63
Sumber lain menambahkan dalam menentukan target hafalan
perlu adanya komtmen atas target bacaan, target bacaan itu kita
baca mengalir secara alamiyah dari detik-detik waktu yang kita
lalui dalam kehidupan kita, batasan waktu yang diperkenankan
62
Majdi Ubaid Al-Hafidz, 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran, h. 169-184 63
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 125-120.
33
adalah batas waktu secara global, misalnya pada waktu malam,
pagi, siang dan sore hari.64
Melihat beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa,
menghafal Al-Quran hendaknya memperhatikan segala aspek
pendukung dalam menghafal Al-Quran. Diantaranya
memperhatikan usia yang ideal dalam menghafal, manajemen
waktu yang baik, menentukan tempat yang ideal, menghafal
dengan satu mushaf, memaksimalkan kemampuan indra, dan
membacanya setiap waktu baik dalam shalat maupun di luar shalat.
2. Faktor penghambat dalam menghafal Al-Quran.
Banyak dari penghafal Al-Quran mengatakan “menghafal
Al-Quran itu sulit, dan lebih sulit lagi memantapkan hafalan
Al-Quran” atau ada yang mengatakan “aku ingin menghafalkan
Al-Quran tapi aku tidak memiliki waktu”. Penyebabnya dari
anggapan tersebut adalah ada sesuatu yang disebut wahn
(khayalan) yang bercokol di dalam pikiran. Juga biasa dinamakan
justifikasi diri yang berdampak buruk pada penghafal Al-Quran.65
Macam-macam manifestasi penghalang dalam menghafaal
Al-Quran disebutkan:
a. Beralih ke Bidang yang Lain
Yakni beralih memperhatikan hal lain seperti hadits, syair
atau internet. Upaya ini dilakukan seseorang untuk meraih
sukses dalam satu bidang untuk menutupi ketidakmampuan
dalam bidang lain.
64
Marsudianto, 40 Hari Bersama Al-Quran (Upaya membudayakan Tilawah Al-Quran),
(Lampung: Coqelat Visitama, 2014). h. 13. 65
Amjad Qasim, Sebulan Hafal Al-Quran, h. 80.
34
b. Mengaku telah hafal Al-Quran
Kasus seperti ini banyak terjadi di zaman sekarang.
Engkau bias melihat seorang lelaki atau wanita mengklaim
telah hafal Al-Quran sehingga dihormati dan diberi uang saku.
Padahal sebenarnya ia belum hafal.
c. Melangkah Mundur dengan Alasan Tawadhu’
Yakni melangkah mundur dengan alas an tawadhu’, ada
bisikan jiwa atau lainnya. Misalnya engkau melihat seorang
murid mengalami penurunan drastis dalam hal semangat
menghafal dan mengulanginya, setelah sebelumnya ia begitu
bergairah, giat dan bersemangat.
d. Motivasi dan Semangat Mandeg
Yakni motivasi dan semangat Mandeg pada saat tertentu, tidak
bergeser dari batas ini meskipun muncul rangsangan-
rangsangan lain dan kendati ada berbagai stimulus.66
Hambatan-hambatan tersebut sering menjadi bayang-
bayang tersendiri bagi penghafal Al-Quran. Terlebih Al-Quran
sendiri merupakan mushaf tebal yang berisi sekitar 604 halaman
yang banyak di antara kita merasa tidak sanggup untuk
menghafalnya. Namun segala hambatan tersebut dapat di atasi
ketika kita dapat meyakinkan kepada diri sendri bahwa tidak ada
yang tidak mungkin jika Allah berkehendak serta mengetahui akan
keutaman-keutamaan yang akan diperoleh bagi para penghafal
Al-Quran.
Kesulitan dalam melakukan suatu amal perbuatan akan
sebanding dengan pahala yang akan didapatkan, oleh karenanya
semakin sulit hambatan yang harus dilalui maka akan semakin
besar pula pahala yang akan didapatkan, hal ini sesuai dengan
66
Ibid., h. 81-82.
35
firman Allah dalam QS. Ar-Rahman: 60 yang artinya “tidak ada
balasan untuk kebaikan selain kebaikan”.
Faktor penghambat dalam menghafal juga dijelaskan dalam
sumber lain, yaitu:
a. Akibat Dosa dan Maksiat
Hati yang cenderung pada kemaksiatan tidak mungkin
wadah Al-Quran, setiap kali seorang hamba melakukan dosa
pasti berimbas pada hati.67 Disebutkan dalam kitab Ta’alim
muta’alim bahwa yang dapat merusak hafalan adalah banyak
berbuat maksiat, banyak dosa, banyak susah, prihatin
memikirkan harta, dan terlalu banyak bekerja.”68
Karna Al-Quran adalah cahaya ilmu, dan ilmu tidak akan
masuk kedalam hati seorang hamba yang hatinya gelap dan
penuh dengan dosa, maka jalan terbaik adalah taubat kepada
Allah SWT. Dengan taubat yang sebenar-benarnya,
b. Niat yang bukan Ikhlas Karena Allah
Kewajiban seorang penuntut ilmu adalah berjuang untuk
mengikhlaskan niatnya dalam menuntut ilmu, yaitu hanya
mengharapkan keridhaan Allah.69
Hal ini sesuai dengan hadis
Rasulullah saw “sesungguhnya amal itu tergantung dengan
niat, dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan apa yang
67
Abdul Muhsin et. Al, Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran, h. 48. 68
Ash-Syeikh az_Zarnuji, Terjemah Ta’alim Muta;alim (Buku Panduan Bagi Kita untuk
menuntut Ilmu yang benar), (Surabaya: MUTIARA ILMU, 2012), h. 100. 69
Abu Yahya Badru Salam, Niat Penentu Amal, (Naashirussunnah, 2012), h.99.
36
ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya dan
barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia cari atau
wanita yang ingin ia nikahi hijrahnya sesuai dengan
tujuannya.” (HR. Mutafaq’alaih). Oleh karena itu menjadi
penting untuk diperhatikan apakah niat kita dalam menghafal
Al-Quran sudah benar-benar ikhlas ataukah bulum, karena
keikhlasan dalam niat melakukan suatu amalan akan sangat
menentukan terhadap hasil yang akan dicapai.
c. Kekenyangan
Imam As-Syafi’I pernah mengatakan “aku tidak pernah
kenyang sejak usia 12 tahun kecuali sekali, lalu aku
membuangnya. Sebab kenyang itu membuat badan jadi berat,
menghilangkan kepandaian, mengundang tidur, dan
melemahkan pelakunya beribadah”70
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
sebelumnya bahwa saat-saat terburuk untuk menghafal adalah
saat ketika perut dalam keadaan kenyang. Kekenyangan akan
membuat seseorang malas dalam beribadah dan dapat memicu
rasa kantuk sehingga saat kekenyangan otak sulit untuk
berkonsentrasi.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa menghafal merupakan pekerjaan yang
mulia, melihat dari keutamaan yang akan didapatkan para
70
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim, Beginilah cara mengamalkan Al-Quran. (Jakarta:
Pusaka at-Tazkia, 2010), h. 167.
37
penghafal Al-Quran menjadikan menghafal sebagai salah satu
ibadah yang memiliki kedudukan tinggi dihadapan Allah SWT.
Kemampuan menghafal Al-Quran adalah kecakapan
memelihara atau menjaga Al-Quran dengan cara melafalkan
dan meresapkan ayat-ayat Al-Quran ke dalam pikiran sebagai
proses mengingat, dan lancar dalam melafalkannya di luar
kepala, serta hafalan dapat dimunculkan saat dibutuhkan.
Sedangkan indikator seorang dalam menghafal Al-Quran yaitu,
dapat dilihat dari tahfidz, tajwid, kefasihan dan adab.
Metode menghafal Al-Quran itu sendiri merupakan
langkah yang harus dilalui seorang penghafal Al-Quran dalam
menyelesaikan hafalan Al-Quran. Ada meberapa metode yang
bisa dilakukan diantaranya, metode wahdah, kitabi, simai,
gabungan dan jama’.
Kemampuan menghafal sangat tergantung dari faktor
yang mempengaruhinya. Diantara faktor yang mempengarui
dalam menghafaal Al-Quran, yaitu ada factor pendukung
menghafal Al-Quran dan ada pula faktor yang menghambat
dalam menghafal Al-Quran. faktor-faktor pendukung
menghafal diantaranya, usia yang ideal, manajemen waktu,
memilih tempat yang ideal untuk menghafal dan
memaksimalkan potensi indra. Sedangkan faktor penghambat
menghafal Al-Quran meliputi, beralih ke bidang lain, merasa
38
telah hafal Al-Quran, melangkah mundur dengan alasan
tawadhu’, motivasi dan semangat yang Mandeg.
Hal yang menjadi point penting dalam menghambat
hafalan itu sendiri yaitu niat yang tidak ikhlas karena Allah,
akibat perbuataan dosa dan juga kekenyangan. Keseluruhan
faktor tersebut hendaknya diperhatikan sebelum seseorang
berniat ingin menghafalkan Al-Quran karena menghafal
Al-Quran adalah pekerjaan yang mulia dan tidak mudah untuk
dilakukan. oleh karena itu menghafal Al-Quran membutuhkan
kesungguhan dan keikhlasan agar menghafal menjadi suatu
ibadah yang benar-benar dapat mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dan mendapatkan Ridho-Nya.
BAB III
METODOLOGI PENELTIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesanteran Darussalam
Metro ini akan dilakukan menggunakan jenis penelitian lapangan (field
research), yaitu jenis penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di
lapangan, seperti dilingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan
organisasi kemasyarakatan serta lembaga pendidikan71.
Sifat penelitian yang akan dilakukan adalah deskriptif kualitatif,
dimana sifat penelitian ini lebih cenderung menggunakan analisis.
Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah72
.
Berdasarkan penjelasan di atas penelitian deskriptif kualitatif
adalah penelitian yang digunakan untuk mencari informasi dan kejadian
yang terjadi untuk mendapatkan data terhadap persoalan yang sebenarnya,
berangkat dari data, kemudian diuraian dengan memanfaatkan teori yang
ada dan berakhir dengan teori. Maka dapat diasumsikan bahwa sifat dan
jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif lapangan.
71
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h. 4. 72
Ibid, h. 6.
40
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh, merupakan hasil pencatatan baik yang berupa fakta dan angka
yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi73. Sumber data penelitian
ini mencakup sumber data primer dan sekunder yakni sebagai berikut:
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang langsung dan segera
diperoleh dari sumber data untuk tujuan penelitian74
. Sumber data
primer dalam penelitian ini adalah para asatid dan santri pondok
pesantren Darussalam.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah bahan-bahan atau data yang menjadi
pelengkap atau penunjang dari sumber data primer75
. Data ini
diperoleh dari pihak-pihak yang tidak berkaitan langsung dengan
penelitian, tetapi berhubungan dengan objek penelitian. Sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah, tokoh agama setempat, Direktur
dan Sekretaris pondok, Serta buku-buku yang terkait dengan judul
penulis, seperti buku yang ditulis oleh Abdul Muhsin dengan judul
“Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran), buku yang
73
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV,
(Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h.129. 74
Winario Suratman, Pengantar Penenelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik,
(Bandung:Tarsito, 1985), h.163. 75
Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.32
41
ditulis oleh Abdul Raziq dengan judul “Belajar Al-Quran Bertajwid
Tanpa Teori Tajwid Diiringi Irama Murotal Timur Tengah dengan
Metode BILQIS (Bimbingan Ilmu Al-Qur’an Intensif), buku yang
ditulis Ahsin W. Al-Hafidz dengan judul “Bimbingan Praktis
Menghafal Al-Qur’an dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran
Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat berfungsi sebagai
instrumen utama yang terjun kelapangan serta berusaha sendiri
mengumpulkan data melalui observasi maupun wawancara dan interview
secara lebih rinci, teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan data yang sangat penting
dalam penelitian komunikasi. Wawancara adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan.
Sugiyono menjelelaskan bahwa wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan untuk mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden yang
sedikit.76
76
Ibid., h. 194
42
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
wawancara terpimpin. Wawancara dapat dilakukan seecara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face
to face) maupun dengan menggunakan telepon.77 Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini yakni wawancara tidak terstruktur,
dimana wawancaraa dilakukan peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancaa yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara sistimatis dan
lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman yang digunakan
hanyalah garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Responden yang penulis wawancara adalah tokoh agama, direktur dan
sekretaris pondok pesantren Darussalam, serta para asatid dan santri
pondok pesantren Darussalam.
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data
primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara
dengan santri dan juga ustaz untuk mendapatkan data terkait informasi
mengenai bagaimana proses menghafal santri di pondok pesantren
Darussalam, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan
menghafal santri serta solusi yang dilakukan dalam mengatasi faktor
penghambat santri dalam menghafal Al-Quran di pondok Darussalam
Metro. Sedangkan untuk mencari data sekunder seperti informasi terkait
sejarah berdirinya pondok pesantren Darussalam Metro serta tujuan
didirikannya pondok pesantren Darussalam Metro, dalam hal ini
77
Ibid., h. 194.
43
waawancara dilakukan dengan Direktur pondok pesantren Darussalam,
tokoh agama dan sekretaris pondok pesantren Darussalam Metro.
2. Observasi
Metode observasi ialah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penulisan78. Dalam
hal ini observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.79 Secara sederhana
observasi berarti bagian dalam pengumpulan data langsung dari
lapangan. Dalam observasi peneliti ditutut agar mampu merasakan dan
memahami terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti sehingga
peneliti mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta)
dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi
yang digunaan, maka observasi yang digunakan dapat dibedakan
menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.80
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipan dimana pengamatan dilakukan terhadap suatu
aktivitas yang mengharuskan peneliti ikut secara aktif dalam aktifitas
yang akan diteliti tersebut.
Observasi dilakukan untuk mencocokan data yang diperoleh
melalui wawancara dengan kenyataan dilapangan. Dalam hal ini
observasi dilakukan terhadap seluruh santri dan ustad serta mengamati
78
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 158. 79
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 187. 80
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2012), h. 204.
44
terkait akifitas yang dilakukan dalam proses menghafal Al-Quran di
pondok pesantren Darussalam Metro. Observasi ini dilakukan untuk
mendapatkan data terkaiit bagaimana proses menghafal yang dilakukan
di pondok pesantren Darussalam Metro, Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kemampuan menghafal santri Darussalam Metro serta
solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan
menghafal santri Darussalam Metro.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-
dokumen, baik berupa buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.81
Data dari dokumentasi sangat bermanfaat bagi penulis sebagai
penyokong informasi dalam penelitian. Dokumen yang diperlukan
dalam penelian ini berupa profil dan sejarah berdirinnya pondok
Pesantren Darussalam, Visi Misi serta Tujuan didirikannya pondok
pesantren Darussalam Metro, serta dokumentasi terkait aktifitas
menghafal santri pondok pesantren Darussalam Metro, serta
dokumentasi terkait jumlah keseluruhan santri dan juga ustad yang
mengajar di pondok pesantren Darussalam Metro.
81
Ibid.,h.145.
45
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Penelitian yang kredibel memerlukan penjamin keabsahan data
agar data yang ada dipertangungjawabkan demi menjaga keaslian dan
keabsahan data dalam penelitian ini maka, untuk menjamin hal tersebut
penulis menggunakan triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas
ini diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber, dengan
berbagai cara dan berbagai waktu.82
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik yakni teknik untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda-beda. Sedangkan
trianguasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh
melalui berbagai sumber. Teknik yang digunakan antara lain observasi
partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.
E. Teknik Analisis Data
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi menjelaskankan bahwa
analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan dipahami83. Analisis data merupakan salah satu
prosedur yang harus ada dalam kegiatan penelitian. Proses ini sangat
berkaitan erat dengan proses-proses sebelumnnya.
82
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &
D, h. 372. 83
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1987), h.263
46
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber yang dikumpulkan. Dengan analisis
kualitatif diharapkan terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan
serta dapat “menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain84”. Jadi bentuk analisis
ini dilakukan merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-
angka statistik atau bentuk angka lainnya.85
84
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), Edisi Revisi, h.248. 85
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2006), h. 106.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Metro
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 09 Juni 2018
dengan Direktur Pondok Pesantren Darussalam Metro, pondok
pesantren Darussalam Metro awalnya adalah sebuah masjid yang
didirikan sekitar tahun 1980, selanjutnya berkembang menjadi pusat
kegiatan keislaman pelajar dan mahasiswa sekitar masjid pada tahun
1998. Kegiatan tersebut meliputi ta’lim, tasqif, kajian bahasa Arab dan
kegiatan kegiatan keislaman lainnya.
Maraknya kegiatan keislaman di masjid Darussalam
disebabkan lokasi berada di wilayah yang strategis, yaitu berdekatan
dengan beberapa sekolah dan perguruan tinggi. Melihat hal tersebut,
maka pengurus masjid, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat
berinisiasi untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang berbasis
pelajar khususnya mahasiswa dengan mengoptimalkan sumber daya
yang ada. Oleh sebab itu, kemudian dibentuklah sebuah pondok
dengan nama “Pondok Pesantren Darussalam” pada tahun 2007.
Pondok Darussalam telah terdaftar dalam akte notaris Selvi Fitria Liu,
SH. No 3 Tahun 2007.
48
Pondok Pesantren Darussalam Mempunyai Visi yaitu,
“menjadikan Pondok Pesantren yang mampu mencetak generasi
Qurani, sebagai penggerak dakwah di tengah masyarakat dan akrab
teknologi”.
Adapun Misi Pondok Pesantren Darussalam yaitu:
a) Mendalami Tahsin, Tahfidz, dan Tafsir Al Quran.
b) Mendalami bahasa Arab
c) Mendalami ilmu ilmu Syari’ah
d) Menggerakkan aktifitas dakwah di masyarakat
Adapun alamat lengkap Pondok Pesantren Darussalam yaitu, Jl.
Kemiri No. 02 15 A Iring Mulyo Metro Timur kota Metro (kode Pos
34111) belakang IAIN Metro, dengan letak geografis:
1) Utara: berbatasan di depan kos-kosan putri
2) Selatan: berbatasan di belakang Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Metro
3) Barat: berbatasan kanan jalan bersampingan dengan dengan SMP
Negeri 4 Metro
4) Timur: berbatasan bersampingan dengan SMKN 1 Metro
49
Terkait letak geografis pondok pesantren Darussalam, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gambar .1
Denah Lokasi Pondok Pesantren Darussalam Metro
gg
jln
ggghhhhhhhhhh
Toilet SMK N 1
Metro
Masjid
Darussalam
Kamar Mandi
Halaman
Pondok
Jalan 15 A
Kampus 1 IAIN Metro
Kantor
Pondok
Ruang
Wirausaha
Lat. 1 Lokasi Belajar Santri
kamar
Ustadz
Tempat
Wudhu
50
Adapun terkait struktur kepengurusan Pondok Pesantren Darussalam
Metro dapat dilihat dalam gambar berikut:
Gambar .2
Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Darussalam Metro
Muhammad Ramadan Habibi, Lc. MA
Direktur Pondok
Mujirul Hasan
Sekretaris Pondok
M. Hummam, S.Pd.I
Bendahara Pondok
Mustaqim, M.Pd.I
Pendidikan dan
Kurikulum
Bairussalim, M.Pd.I
Humas
Asatidz
Ust. Muhammad Ramadhan Habibi, Lc.MA
Ust. Mujirul Hasan
Ust. Muhammad Hummam, M.Pd.I
Ust. Mustaqim, M.Pd.I
Ust. Bairussalim, M.Pd.I
Ust. Adri Yusro, S.Pd
Ust. Mulyono
51
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren
Darussalam Metro dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel .1
Sarana Prasarana yang Ada di Pondok Pesantren Darussalam Metro
No Fasilitas Keterangan
1 Asrama akhwat 2 Ruang
2 Asrama ikhwan 2 Ruang
3 Ruang Belajar Lantai 1
4 Kediaman ustadz 1 Gedung
5 Kantor 1 Ruang
6 Masjid 1 Gedung
7 Ruang Wirausaha 1 Ruang
8 Kamar mandi 6 kamar
9 Meja belajar 30 buah
10 Papan tulis 4 buah
Adapun terkait keadaan ustadz dan santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal
09 juni 2018 kepada Direktur sekaligus Ustadz pengajar Tahfidz di
pondok Darussalam yaitu ustadz Muhammad Ramadhan Habibi, beliau
menyatakan bahwa saat ini santri pondok pesantren Darussalam berjumlah
27 santri yang terdiri dari 15 santri ikhwan dan 12 santri. Terdapat 4 santri
di samping menghafal, mereka juga bekerja. Pondok Pesantren
Darussalam Metro memiliki 4 tenaga pengajar khusus Tahfidz, 2
diantaranya sudah hafiz 30 juz dan yang lainnya masih dalam proses
penyelesaian. Sedangkan data santri ditemukan, 10 dari 27 santri
mengalami peningkatan percepatan kemampuan menghafal Al-Quran.
Sedangkan 17 dari 27 santri masih mengalami kesulitan dan lambat dalam
proses menghafal Al-Quran. Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu
52
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari diri santri itu sendiri sedangkan faktor eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar santri Pondok Pesantren Darussalam. untuk lebih
jelasnya terkait keadaan ustadz dan santri dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel .2
Keadaan Ustadz di Pondok Pesantren Darussalam Metro
No Nama Bidang Studi
1 Ust. Muhammad Ramadhan Habibi,
Lc.MA Tafsir & Tahfidz
2 Ust. Mujirul Hasan Tahfidz
3 Ust. Muhammad Humam, S.Pd.I Bahasa Arab &
Tahfidz
4 Ust. Mustaqim, M.Pd.I Fiqih
5 Ust. Bairussalim Aqidah Akhlak
6 Ust. Adri Yusro, S,Pd.I Bahasa Arab &
Tahfidz
7 Ust. Mulyono, S.Pd.I Bahasa Arab
53
Tabel .3
Keadaan Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro
No Nama /
Inisial
Status
Kemampuan
menghafal Al-
Quran
Pekerja Mahasiswa Baik Kurang
baik
1 HA - √ √ -
2 Ha - √ √ -
3 MN - √ √ -
4 DN - √ - √
5 LI - √ √ -
6 EM √ - - √
7 RR √ √ - √
8 AK √ - - √
9 MS - √ √ -
10 Mt - √ - √
11 SH - √ √ -
12 RM - √ - √
13 WS √ - - √
14 MB - √ - √
15 Wg - √ - √
16 NR - √ - √
17 MA - √ √ -
18 Lt - √ - √
19 Tq - √ √ -
20 BN - √ - √
21 AA √ √ - √
22 UH √ - - √
23 WN √ √ - √
24 Ak - √ - √
25 Tr - √ √ -
26 AN - √ √ -
27 UL √ √ - √
2. Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Metro
Pondok Pesantren Darussalam Metro awal mulanya
merupakan Pondok Pesantren yang memfokuskan pembelajaran pada
kajian kitab saja. Namun pada tahun 2013 Pondok Pesantren
54
Darussalam Metro menambahkan program menghafal Al-Quran. Hal
tersebut dilakukan dengan melihat beberapa pertimbangan, diantaranya
di masyarakat saat ini sangat dibutuhkan tenaga penghafal Al-Quran
yang mulai jarang ditemukan, Sehingga Pondok Pesantren Darussalam
Metro berupaya melahirkan santri yang tidak hanya paham terkait
keilmuan yang didapatkan dari kajian kitab, namun santri juga mampu
menghafal Al-Quran. Namun program menghafal yang diadakan
di Pondok Pesantren Darussalam Metro hanya diakukan pada malam
hari saja, tidak seperti pondok tahfidz pada umumnya yang melakukan
kegiatan pembelajaran pada siang dan malam hari. Sehingga saat ini
Pondok Pesantren Darussalam Metro disebut Pondok pesantren semi
tahfiz.
Pondok Pesantren Darussalam Metro dikatakan pondok semi
tahfiz dikarenakan Pondok Pesantren Darussalam Metro memang
dalam sistem pembelajarannya tidak full kegiatan menghafal Al-
Quran, terdapat kegiatan lain seperti kajian kitab. Kitab yang biasa
dipelajari di Pondok Pesantren Darussalam Metro adalah kitab Fiqih,
Tauhid, Aqidah Ahlak dan Bahasa Arab. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di pondok pesantren Darussalam sendiri hanya dilakukan
pada malam hari, yakni pada ba’da maghrib sampai dengan pukul
22.00 WIB, dan selepas sholat subuh sampai dengan pukul 06.30 WIB.
Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan, Melihat mayoritas yang
menjadi santri di pondok pesantren Darussalam Metro merupakan
55
mahasiswa dan pekerja, oleh karena itu kegiatan santri saat siang hari
lebih banyak memakan waktu di luar pondok, oleh sebab itu
diberlakukanlah jadwal tersebut untuk memudahkan santri dalam
beraktifitas baik dalam bekerja maupun dalam proses menempuh
perkuliahan.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-
Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro
Hasil wawancara dengan santri dan asatidz Pondok Pesantren
Darussalam Metro
Berangkat dari wawancara dan observasi tentang Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-Quran Santri Pondok
Pesantren Darussalam Metro dari 6 responden dimana sampel diambil
dengan tehnik purposive sampling. Adapun hasil dari wawancara sebagai
berikut:
Mengenai hal ini para santri dan ustadz mempunyai jawaban
masing-masing terkait Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Menghafal Al-Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro
mengatakan bahwa:
1) Dilihat dari Pelaksanaannya
Sebelum santri mulai menghafal Al-Quran, dalam pondok
Pesantren biasanya dilakukan tes bacaan terlebih dahulu untuk
melihat kapasitas bacaan santri. Begitupun dengan santri pondok
56
pesantren Darussalam Metro, berdasarkan Hasil wawancara dengan
beberapa santri dan para asatidz pondok pesantren Darussalam
Metro menyatakan bahwa:
“Santri harus melakukan tahsin terlebih dahulu yaitu
memperbaiki bacaan Al-Quran santri dengan memperhatikan
kelancaran membaca Al-Quran dan menyesuaikan tajwidnya.
Selain itu, sebelum menghafal Al-Quran santri diharuskan
memperbanyak tilawah Al-Quran dalam sehari minimal satu juz.
Santri dapat dikatakan lulus tahsin dan bisa mulai menghafal Al-
Quran apa bila santri dapat membaca Al-Quran satu halaman tanpa
salah sedikitpun.”(W/U.1/F.1/09/06/2018)
Berdasarkan apa yang disampaikan U.1 di atas, bahwa
pelaksanaan menghafal Al-Quran di pondok pesantren Darussalam,
Sebelum santri mulai menghafal Al-Quran maka santri diwajibkan
mengikuti tahsin terlebih dahulu dan memperbanyak tilawah Al-
Quran minimal satu hari satu juz. Setelah tilawah rutin dilakukan
dan santri dapat membaca Al-Quran dengan baik sesui kaidah
tajwid dan santri dapat membaca Al-Quran satu halaman tanpa
salah barulah kemudian santri dapat mulai menghafal Al-Quran.
Sedangkan saat ditannya dengan pertannyaan yang sama yang
diajukan dengan sumber yang berbeda menyatakan bahwa:
“Pelaksanaan dalam proses menghafal Al-Quran di pondok
pesantren Darussalam Metro, yaitu mengaji dilakukan selepas
sholat maghrib. Untuk santri ikhwan jadwal setoran hafalan
dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yakni ba’da maghrib dan
ba’da subuh. Dengan target hafalan minimal 3 baris dalam satu kali
setor. Sehingga hafalan yang didapatkan dalam sehari minimal
setengah halaman atau 6-7 baris. Sedangkan untuk santri akhwat
jadwal setoran hanya dilakukan satu kali dalam sehari yakni ba’da
sholat subuh. Dengan target hafalan minimal setengah halaman
setoran hafalan baru dalam sehari. Karena pondok pesantren
57
Darussalam sendiri menargetkan santri untuk dapat menghafal Al-
Quran dalam setahun minimal 1 juz Al-Quran”.
(W/U.2/F.1/10/06/2018)
Berdasarkan apa yang disampaikan U. 2 menyatakan bahwa
dalam kegiatan menghafal Al-Quran dilakukan selepas sholat
maghrib dan ba’da subuh, sedangkan bagi santri akhwat hanya
dilakukan selepas sholat subuh. Dengan target hafalan yang sama
yaitu dalam sehari minimal setengah halaman. Hal tersebut
dilakukan untuk mencapai target hafalan dalam satu tahun minimal
1 juz Al-Quran.
Sedangkan saat ditanyakan kepada santri dengan
pertanyaan yang sama terkait bagaimana proses pelaksanaan
menghafal Al-Quran santri di pondok pesantren Darussalam Metro,
menyatakan bahwa:
“Pelaksanaan program menghafal Al-Quran di pondok
pesantren Darussalam Metro masih kurang dalam hal managemen
waktu, santri hanya diberikan waktu setoran di pagi hari sedangkan
bagi santri yang tidak sampai target hafalan tidak diberikan
hukuman yang tegas sehingga santri tersebut sulit berkembang
dalam hal menghafal Al-Quran”. (W/S.1/F.1/11/06/2018)
Berdasarkan apa yang disampaikan S.1 mengemukakan
bahwa dalam hal proses pelaksanaan menghafal Al-Quran di
pondok pesantren Darussalam masih kurang terkait managemen
waktu. Hal ini dikarenakan tidak adanya waktu khusus dalam
menghafal, yang ada hanyalah waktu setoran hafalan dan waktu
tersebut relatif sempit. Dan juga tidak adanya ketegasan hukuman
untuk para santri yang belum bisa mencapai target hafalan
58
menjadikan santri itu sendiri sulit untuk mengembangkan
kemampuan menghafalnya.
Sedangkan saat ditanyakan dengan santri yang berbeda,
menyatakan bahwa:
“Kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Darussalam dapat dikatakan belum efektif dan efisien, dikarenakan
tidak adanya peraturan yang mengkhususkan santri untuk fokus
pada satu waktu untuk menghafal menjadikan santri terbiasa
menghafal sekehendak hatinya.”(W/S.2/F.1/19/06/2018)
Berdasarkan wawancara Str. 2 di atas, menyebutkan bahwa,
tidak adanya peraturan khusus terkait waktu dalam menghafal
Al-Quran menjadikan santri tersebut merasa bahwa menghafal
Al-Quran bisa dilakukan sesuka dan sekehendak hatinya artinya
tidak ada paksaan berupa peraturan yang mengikat santri dan
mendorong santri itu sendri agar mampu meningkatkan hafalannya.
Sejalan dengan jawaban yang dikemukaan oleh S.2 di atas,
terkait bagaimana kegiatan menghafal Al-Quran di Pondok
Pesantren Darussalam, santri lain menjawab dengan jawaban yang
sama, informan menyatakan bahwa:
“Di Pondok Pesantren Darussalam dalam hal menghafal
Al-Quran masih belum efektif, karena tidak adanya peraturan yang
mengkhususkan santri untuk fokus pada satu waktu untuk
menghafal”. (W/S.3/F.1/20/06/2018)
Hal yang sama juga dikemukakan dengan sumber yang
berbeda, menyatakan bahwa:
59
“kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Darussalam belum berjalan secara terstruktur dan efektif, terkait
managemen waktupun masih harus diperhatikan, karena tidak
adanya waktu khusus yang ditentukan pondok untuk menghafal
menjadikan santri itu sulit untuk mengembangkan kemampuan
menghafalnya” (W/S.4/F.1/21/06/2018).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti
mengamati kegiatan menghafal Al-Quran sudah berjalan dengan
lancar hanya saja yang perlu diperhatikan yaitu terkait kehadiran
ustadz selaku musrif belum berjalan maksimal, terkadang ustadz
selaku musif tidak selalu hadir untuk menyimak hafalan santri.
Terkait indikator peniaian sendiri sesuai dengan ketentuan yang
sudah ditetapkan. Namun terkait managemen waktu peneliti
melihat santri sendiri kurang mampu mengatur dan menggunakan
waktu dengan baik dikarenakan pondok pesantren Darussalam
Sendiri belum menetapan waktu khusus untuk santri menghafal Al-
Quran.(O/P/F.1/09/06/2018)
Berdasarkan dan wawancara dari beberapa sumber dapat
disimpulkan bahwa kegiatan menghafal Al-Quran di pondok
pesantren Darussalam belum sepenuhnya efektif, melihat beberapa
pertimbangan terkait managemen waktu yang masih kurang baik
bagi santri. Karena tidak adanya waktu khusus bagi santri untuk
menghafal Al-Quran serta belum adanya peraturan yang mengikat
berupa hukuman (iqob) yang tegas bagi santri yang memang belum
mampu mencapai target hafalan. Namun pondok pesantren
Darussalam sendiri tetap memiliki indikator khusus bagi santri
60
sebelum menghafal Al-Quran, di mana santri diwajibkan untuk
lulus tahsin terlebih dahulu dan mampu merutinkan tilawah
minimal 1 hari 1 juz serta mampu membaca Al-Quran satu
halaman tanpa ada kesalahan. Target hafalan yang harus dicapai
bagi santri yaitu mampu menghafal minimal 1 juz dalam 1 tahun.
2) Dilihat dari Faktor Pendukung dalam Meningkatkan Kemampuan
Menghafal Al-Quran
Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-
Quran menjadi hal yang penting untuk diketahui, terlebih bagi
ustadz pengajar tahfidz dan santri itu sendiri. Agar proses
menghafal Al-Quran dapat berjalan maksimal. Mengenai hal
tersebut, Berikut beberapa hasil wawancara yang dilakukan terkait
pertanyaan “apa saja faktor pendukung dalam meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Quran santri di pondok pesantren
Darussalam Metro” informan menyatakan bahwa:
“adanya musrif yang selalu siap ketika santri ingin setoran,
mushaf yang sesuai, lingkungan yang saling memotivasi dalam
menghafal, dan adanya kedisiplinan.”(W/S.1/F.2/11/06/2018)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikatakan
bahwa faktor pendukung dalam menghafal Al-Quran santri yaitu,
adanya musrif yang selalu siap untuk menerima setoran, mushaf
yang sesuai dengan standar yang biasa digunakan para penghafal
Al-Quran, lingkungan yang saling memotivasi dalam menghafal
61
Al-Quran, serta adanya kedisiplinan bagi santri, terlebih dalam hal
managemen waktu menghafal Al-Quran.
Sedangkan dalam wawancara dengan sumber lain dengan
pertanyaan yang sama menyebutkan bahwa:
“adanya fasilitas yang memadai, managemen waktu yang
baik serta kehadiran musrif yang siap setiap saat untuk menerima
setoran”.(W/S.2/F.2/19/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, dapat dikatakan bahwa
faktor pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-
Quran santri yaitu, diperlukan adanya fasilitas yang memadai,
dalam hal ini bisa mencakup tempat yang nyaman dan sarana
prasarana pendukung lainnya. Kemudiaan adanya managemen
waktu yang baik, serta kehadiran musrif yang siap menerima
setoran setiap saat menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Selanjutnya wawancara dilakukan dengan sumber yang
berbeda menyatakan bahwa:
“memperbanyak waktu untuk menghafal Al-Quran, adanya
peraturan yang tegas bagi santri untuk tertib dan mengikuti
peraturan yang sudah ditetapkan, misalkan santri harus bangun
lebih awal untuk sholat tahajud pada pukul 02.30 kemudian
dilanjutkan menghafal Al-Quran, dan yang terpenting adalah
mujahadah dalam menghafal Al-Quran serta berusaha semaksimal
mungkin untuk menjauhi maksiat.” (W/S.3/F.2/20/06/2018).
Hal yang serupa juga dikemukakan dari sumber yang
berbeda menyatakan bahwa:
“meluangkan lebih banyk waktu untuk menghafal Al-
Quran, harus ada peraturan yang tegas bagi santri untuk siap
mengikuti peraturan, mujahadah dan jauhi maksiat”
(W/S.4/F.2/21/06/2018)
62
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor
pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran
santri yaitu, perlu pemperbanyak waktu untuk menghafal Al-
Quran, adanya peraturan yang tegas bagi santri untuk tertib
mengikuti peraturan yang ditetapkan, dan yang terpenting dalam
hal ini adalah adanya kesungguhan tekat atau mujahadah dalam
menghafal Al-Quran serta berusaha semaksimal mungkin
untuk taat dengan meninggalkan maksiat yang akan mempengaruhi
kualitas hafalan Al-Quran.
Sedangkan dalam wawancara yang dilakukan dengan
sumber yang berbeda menyebutkan bahwa:
“adanya motivasi yang kuat baik dari luar maupun dari
dalam diri sendri, adanya lingkungan yang mendukung dalam
menghafal Al-Quran, serta kehadiran musrif yang fokus dan siap
menerima setoran setiap saat”. (W/U.1/F.2/09/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor
pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran
yaitu, perlu adanya motivasi yang kuat baik motivasi dari dalam
diri sendiri maupun motivasi dari luar, adanya lingkungan yang
mendukung, serta kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima
setoran setiap saat menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.
Sejalan dengan pendapat di atas, pendapat yang sama juga
disampaikan dari sumber lain, yang menyatakan bahwa:
“kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima setoran
setiap saat, motivasi yang kuat baik dari luar maupun dari dalam
diri sendri, adanya lingkungan yang baik dan mendukung dalam
63
menghafal Al-Quran, serta memperbanyak tilawah dan
murojaah hafalan yang sudah dimiliki akan sangat mendukung
kemampuan menghafal Al-Quran santri”.
(W/U.2/F.2/10/06/2018)
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti melihat
pondok pesantren sendiri telah menetapkan peraturan terkait usaha
untuk meningkatkan hafalan santri dengan metode tasmi’ dan
murojaah guna menguatkan hafalan yang sudah ada. Namun disini
peneliti melihat target yang dicapai santri untuk tasmi satu juz
dalam sekali duduk belum sepenuhnya terlaksana, banyak santri
yang masih belum lancar saat memperdengarkan hafalan didepan
santri lain, murojaahpun masih jarang dilakukan, hanya beberapa
santri yang memang konsisten melakukan murojaah mandiri setiap
harinya (O/P/F.2/10/06/2018).
Berdasarkan observasi dan beberapa wancara di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Quran santri Pondok Pesantren
Darussalam yaitu, adanya musrif yang selalu siap ketika santri
ingin setoran, mushaf yang sesuai yaitu yang biasa digunakan para
penghafal Al-Quran, lingkungan yang saling memotivasi
dalam menghafal, adanya managemen waktu yang baik, adanya
fasilitas yang memadai seperti asrama pondok, aula, ruang belajar
untuk setoran hafalan, mushola dan lain sebagainya, adanya
peraturan yang tegas bagi santri yang tidak mampu mencapai target
hafalan Al-Quran, adanya sikap mujahadah dalam menghafal Al-
64
Quran serta berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi
maksiat, adanya motivasi yang kuat baik dari luar maupun dari
dalam diri sendri untuk menghafal Al-Quran, memuroja’ah dan
memperbanyak tilawah Al-Quran.
3) Dilihat dari Faktor Penghambat dalam meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Quran
Perlu untuk diperhatikan terkait faktor penghambat dalam
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam
Metro, melihat kemampuan menghafal Al-Quran yang baik tidak
akan bisa berjalan dengan maksimal jika belum mampu
mempertimbangkan faktor yang menjadi penghambat dalam
menghafal Al-Quran. Berikut petikan wawancara terkait
pertanyaan “apa saja faktor penghambat dalam meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren
Darussalam Metro” informan menyatakan bahwa:
“masih melakukan maksiat, masih melakukan hal-hal yang
tidak perlu seperti mengobrol, bercanda berlebihan, sering main
serta kurangnya kesadaran diri untuk mencoba meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Quran”. (W/S.1/F.3/11/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor
penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-
Quran santri Darussalam Metro yaitu, Maksiat, melakukan hal
yang sia-sia, serta kurangnya kesadaran santri itu sendiri akan
perlunya meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran.
65
Sedangkan dalam wawancara yang dilakukan dengan
sumber yang berbeda menyatakan bahwa:
“niat yang tidak istiqomah, malas, tidak adanya target dari
santri itu sendiri”. (W/S.2/F.3/19/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor
yang menjadi penghambat dalam meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Quran santri Pondok Pesantren Darussalam Metro
yaitu, niat yang tidak istiqomah, dalam hal ini yaitu niat yang
benar-benar muncul dari diri sendiri untuk istiqomah menghafal
Al-Quran sampai dengan selesai, rasa malas, serta tidak adanya
target dari santri itu sendiri untuk menyelesaikan hafalan Al-Quran.
Selanjutnya wawancara dilakukan dari sumber yang
berbeda menyatakan bahwa:
“aktifitas dan kesibukan santri yang berbeda-beda, serta
penggunaan alat komunikasi seperti Handphone yang kurang
bijak”. (W/S.3/F.3/20.06/2018)
Hal yang serupa juga dikemukakan dari sumber yang
berbeda, yang menyatakan bahwa:
“hal yang menjadi hambatan bagi santri dalam menghafal
Al-Quran karena para santri memiliki kesibukan yang berbeda-
beda bahkan ada juga yang bekerja, dan yang terpenting itu di
pondok pesantren Darussalam harus diatur masalah penggunaan
Handphone” (W/S.4/F.4/21/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa, faktor
penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-
Quran santri Pondok Pesantren Darussalam yaitu, adanya aktifitas
66
dan kesibukan santri yang berbeda-beda, dalam hal ini santri
memiliki kesibukan seperti kuliah dan bekerja, serta kurang bijak
dalam penggunaan alat komunikasi peserti Handphone, yang dapat
mengurangi waktu bersama Al-Quran.
Selanjutnya wawancara dilakukan dengan sumber yang
berbeda menyatakan bahwa:
“malas, kurang motivasi, belum merasuk ke dalam hati,
mudah menyerah, maksiat, serta penggunaan waktu untuk hal yang
sia-sia”. (W/U.1/F.3/09/06/2018)
Sejalan dengan jawaban di atas, sumber lain menyatakan
dengan jawaban yang sama, bahwa:
“perasaan malas, motivasi yang masih kurang, kurang sabar
sehingga membuatnya mudah menyerah, maksiat, serta
penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia dapat menghambat
kemampuan santri dalam menghafal Al-Quran”.
(W/U.2/F.3/10/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa faktor
penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-
Quran santri Darussalam Metro yaitu, rasa malas, kurang sabar,
kurangnya motivasi untuk menghafal Al-Quran, belum merasuk ke
dalam hati maksudnya bacaan Al-Quran belum benar-benar masuk
ke dalam hati, maksiat yang masih dilakukan, serta penggunaan
waktu untuk hal yang sia-sia..
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti melihat saat
proses menghafal Al-Quran dilakukan bersama-sama, peneliti
melihat beberapa santri masih mengobrol saat kegiatan menghafal
67
Al-Quran dilakukan, namun ada beberapa santri juga yang tetap
fokus menghafal. (O/P/F.3/11/06/2018)
Berdasarkan hasil observasi dan beberapa wawancara di
atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor penghambat
dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam Metro yaitu, maksiat, kurangnya
kesadaran diri untuk mencoba meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Quran, niat yang tidak istiqomah, malas, tidak
adanya target dari santri itu sendiri, aktifitas santri yang berbeda-
beda, serta penggunaan alat komunikasi seperti Hand Phone yang
kurang bijak, kurangnya motivasi, perasaan putus asa, serta
penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia.
4) Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat
kemampuan menghafal Al-Quran
Kesulitan santri dalam menghafal Al-Quran di pondok
pesantren Darussalam Metro tidaklah mudah untuk diatasi,
mengingat dalam hal ini banyak hambatan yang harus dilalui santri
itu sendiri dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran.
Berikut petikan wawancara yang dilakukan terkait pertanyaan
mengenai “apa saja solusi yang bisa diberikan dalam mengatasi
faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal
68
Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro”, informan
menyatakan bahwa:
“jangan banyak alasan, jangan malas walaupun lingkungan
tidak mendukung, jika terlalu sibuk dan tidak punya banyak waktu,
maka jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan menghafal
Al-Quran, cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran, cari
tau keutamaan menghafal Al-Quran, perbaiki hubungan dengan
Allah dan tinggalkan maksiat,cari guru tahfidz yang memang
sudah hafal 30 juz Al-Quran ”. (W/U.1/F.4/09/06/2018)
Sejalan dengan pendapat di atas, ketika diwawancarai
dengan pertanyaan yang sama, sumber lain menyebutkan bahwa:
“jangan terlalu banyak alasan, jangan malas untuk
menghafal, muroja’ah dan tilawah Al-Qur’an walaupun lingkungan
tidak mendukung, perbaiki hubungan dengan Allah dengan
meninggalkan maksiat, buat peraturan tegas bagi santri yang
memang tidak mampu mecapai target hafalan, kurangi penggunaan
handphone”. (W/U.2/F.4/10/06/2018)
Berdasarkan wawancara di atas, menyatakan bahwa solusi
yang bisa diberikan dalam mengatasi faktor penghambat santri
pondok pesantren Darussalam dalam menghafal Al-Quran yaitu,
jangan terlalu banyak alasan, dalam hal ini alasan menjadikan
seseorang malas dalam mengerjakan aktifitas apapun tak terkecuali
menghafal Al-Quran. Jangan malas, walaupun lingkungan
tidak mendukung, jadikan setiap awal aktifitas dengan menghafal
Al-Quran, cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran
seperti mengetahui keutamaan menghafal Al-Quran, perbaiki
hubungan dengan Allah dan tinggalkan maksiat, kurangi
penggunaan hadphone, upayakan untuk mencari ustadz yang
memang sudah hafidz 30 juz Al-Quran secara keseluruhan.
69
Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti menemukan
fenomena dilapangan santri memiliki kesibukan yang memang
cukup padat, terlebih lagi bagi santri yang juga sudah bekerja,
mereka harus membagi waktu antara kuliah, bekerja dan juga
menghafal Al-Quran. dan beberapa santri juga mengikuti kegiatan
organisasi, baik organisasi internal maupun eksternal kampus,
santri juga memiliki jadwal kuliah yang cukup padat. Namun
dibalik kesibukan santri yang cukup padat tersebut santri masih
dapat melakukan muroja’ah bersama pada waktu yang sudah
ditentukan dari Pondok Pesantren Darussalam.
(P/O/F.4/10/06/2018)
Berdasarkan hasil observasi dan beberapa wawancara di
atas, dapat disimpulkan bahwa solusi yang bisa diberikan dalam
mengatasi faktor penghambat santri pondok pesantren Darussalam
dalam menghafal Al-Quran yaitu, managemen waktu yang baik,
jangan banyak alasan, jangan malas walaupun lingkungan tidak
mendukung, jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan
menghafal Al-Quran, cari motivasi-motivasi untuk menghafal Al-
Quran, perbaiki hubungan dengan Allah, tinggalkan maksiat,
tingkatkan kedisiplinan, tentukan target hafalan, captakan
lingkungan yang mendukung dalam menghafal Al-Quran,
komitmen untuk selalu menghafal Al-Quran, belajar dari pondok-
pondok tahfidz lainnya, batasi penggunaan alat komnikasi seperti
70
Hand Phone, harus ada ustadz atau pengurus yang fokus
mendampingi santri terutama santri akhwat serta berupaya mencari
guru tahfidz yang memng sudah hafidz 30 juz secara keseluruhan.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi di pondok
pesantren Darussalam Metro, menyatakan bahwa Program menghafal
Al-Quran merupakan program yang wajib dijalankan oleh santri-santri
pondok pesantren Darussalam Metro, meskipun pondok pesantren
Darussalam tergolong pondok pesantren Semi Tahfidz, namun program
menghafal Al-Quran sangat ditekankan di sini. Melihat Visi dan Misi
pondok pesantren Darussalam itu sendiri sangat berkaitan erat dengan
dakwah di masyarakat. Oleh karena itu memiliki hafalan Al-Quran sangat
membantu dalam proses penyebaran dakwah Islam.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang di telah dilakukan dapat
diambil data yang akan disajikan dalam bentuk narasi.
Berdasarkan hasil analisi peneliti yang diambil dari sumber primer
dan sekunder, menyimpulkan bahwa kegiatan menghafal Al-Quran di
pondok pesantren Darussalam belum sepenuhnya efektif, melihat beberapa
pertimbangan terkait managemen waktu yang masih kurang baik bagi
santri. Karena tidak adanya waktu khusus bagi santri untuk menghafal Al-
Quran serta belum adanya peraturan yang mengikat berupa hukuman
(iqob) yang tegas bagi santri yang memang belum mampu mencapai target
hafalan. Namun pondok pesantren Darussalam sendiri tetap memiliki
71
indikator khusus bagi santri sebelum menghafal Al-Quran, di mana santri
diwajibkan untuk lulus tahsin terlebih dahulu dan mampu merutinkan
tilawah minimal 1 hari 1 juz serta mampu membaca Al-Quran satu
halaman tanpa ada kesalahan. Target hafalan yang harus dicapai bagi
santri yaitu mampu menghafal minimal 1 juz dalam 1 tahun.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam Metro yaitu mencakup faktor pendukung
dan faktor penghambat. Faktor pendukung dan penghambat dalam
meningkatkan kemampuan menghafal Al-Quran santri Darussalam Metro
meliputi Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor
yang muncul dari dalam diri santri itu sendiri, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang muncul dari luar diri santri.
Faktor pendukung dalam meningkatkan kemampuan menghafalan
Al-Quran santri di pondok pesantren Darussalam Metro meliputi: 1).
mujahadah, 2). keinginan yang kuat, 3). motivasi dari diri sendiri 4). jauhi
maksiat dan 5). Managemen waktu yang baik. Sedangkan faktor eksternal
yang mendukung kemampuan menghafal santri pondok pesantren
Darussalam Metro meliputi: 1). Adanya musrif, 2). Mushaf yang sesuai,
3). Lingkungan yang mendukung, 4). Fasilitas yang memadai, 5). Adanya
peraturan yang tegas.
Faktor-faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro yaitu
meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu
72
meliputi: 1). Maksiat, 2). Kurangnya kesadaran diri untuk meningkatkan
kemampuan menghafal Al-Quran, 3). Niat yang tidak istiqomah, 4). Rasa
malas, 5). Kurangnya motivasi dari diri sendiri 6). Perasaan mudah
menyerah dan 7). Tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penghambat meliputi: 1).
Kesibukkan santri yang berbeda-beda, 2). Penggunaan alat komunikasi
seperti Hand Phone yang kurang bijak, 3). Kurangnya motivasi dari luar,
dan 4). Penggunaan waktu untuk hal yang kurang bermanfaat atau sia-sia.
Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat
kemampuan menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam
Metro yaitu, meliputi: 1). Managemen waktu dengan baik, 2). Jangan
banyak alasan, 3). Lawan rasa malas 4). Jadikan setiap awal aktifitas
dimulai dengan menghafal Al-Quran, 5). Cari motivasi-motivasi untuk
menghafal Al-Quran, 6). Perbaiki hubungan dengan Allah dengan
meninggalkan maksiat, 7) cari guru yang memang sudah hafidz 30 juz 8).
Tentukan target hafalan, 9). Ciptakan lingkungan yang mendukung dalam
menghafal Al-Quran, 10). istiqomah 11). Belajar dari pondok-pondok
tahfidz lainnya, 12). buat peraturan yang tegas, contohnya terkait
penggunaan Hand Phone, 13). Harus ada ustadz atau pengurus yang fokus
mendampingi santri dalam menghafal Al-Quran
Merujuk dari teori yang penulis ambil yaitu teori yang dituliskan oleh
Abdul Muhsin dengan judul buku “orang sibukpun bisa mengafal Al-
Quran” bahwa terdapat 10 faktor yang mempengaruhi kemampuan
73
menghafal Al-Quran, yaitu 1) ikhlas, 2) tekad yang kuat dan bulat, 3)
mengetahui nilai amalan yang dilakukan, 4) mengamalkan hafalan, 5)
meninggalkan dosa, 6) berdoa, 7) memahami makna ayat dengan benar, 8)
menguasai ilmu tajwid, 9) mengulang-ulang hafalan, 10) membaca
hafalansaal sholat.
Berangkat dari teori yang dikemukakan oleh abdul muhsin di atas,
penulis menemukan teori tersebut sangat relevan dengan keadaan di
lapangan. Dalam hal ini peneliti menemukan teori baru terkait faktor-
faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran yaitu dapat
dilihat dari faktor pendukung dan faktor penghambat. dan keduanya
terbagi lagi kedalam faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal
yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran yaitu: managemen
waktu yang baik dan motivasi yang tinggi dari diri sendiri. sedangkan
faktor eksternal yaitu adanya musrif, mushaf yang sesuai, lingkungan yang
mendukung, fasilitas yang memadai dan adanya peraturan yang tegas.
Terkait faktor penghambat kemampuan menghafal Al-Quran dalam
hal ini juga terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang menghambat kemampuan menghafal Al-Quran
adalah, kurangnya kesadaran diri untuk meningkatkan kemampuan
menghafal, rasa malas, kurangnya motivasi dari diri sendiri, perasaan
mudah menyerah, dan tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal meliputi, kesibukkan santri yang berbeda-beda,
74
penggunaan handphone yang kurang bijak, kurangnya motivasi dari luar,
dan penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan secara mendalam terhadap
data hasil penelitian di lapangan, penelitian ini menghasilkan temuan dan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren Darussalam belum
sepenuhnya efektif, melihat beberapa pertimbangan terkait managemen
waktu yang masih kurang baik. Karena tidak adanya waktu khusus bagi
santri untuk menghafal Al-Quran serta belum adanya peraturan yang
mengikat berupa hukuman (iqob) yang tegas bagi santri yang memang
belum mampu mencapai target hafalan. Namun pondok pesantren
Darussalam sendiri tetap memiliki indikator khusus bagi santri sebelum
menghafal Al-Quran, di mana santri diwajibkan untuk lulus tahsin terlebih
dahulu dan mampu merutinkan tilawah minimal 1 hari 1 juz serta mampu
membaca Al-Quran satu halaman tanpa ada kesalahan. Target hafalan
yang harus dicapai bagi santri yaitu mampu menghafal minimal 1 juz
dalam 1 tahun.
2. Faktor yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam Metro yaitu mencakup faktor pendukung
dan faktor penghambat. Dalam hal ini Faktor pendukungnya yaitu, terdiri
dari faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: 1).
mujahadah, 2). keinginan yang kuat, 3). motivasi dari diri sendiri 4). jauhi
76
maksiat dan 5). Managemen waktu yang baik. Sedangkan faktor eksternal
meliputi: 1). Adanya musrif, 2). Mushaf yang sesuai, 3). Lingkungan yang
baik, 4). Fasilitas yang memadai, 5). Adanya peraturan yang tegas.
3. Faktor-faktor penghambat dalam meningkatkan kemampuan menghafal
Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro yaitu meliputi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya yaitu meliputi: 1).
Maksiat, 2). Kurangnya kesadaran diri untuk meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Quran, 3). Niat yang tidak istiqomah, 4). Rasa malas, 5).
Kurangnya motivasi dari diri sendiri 6). Perasaan mudah menyerah dan
7). Tidak adanya target hafalan dari santri itu sendiri. Sedangkan faktor
eksternal yang menjadi penghambat meliputi: 1). Aktifitas dan
kesibukkan santri yang berbeda-beda, 2). Penggunaan alat komunikasi
seperti Hand Phone yang kurang bijak, 3). Kurangnya motivasi dari luar,
dan 4). Penggunaan waktu untuk hal yang sia-sia.
4. Solusi yang diberikan dalam mengatasi faktor penghambat kemampuan
menghafal Al-Quran santri pondok pesantren Darussalam Metro yaitu,
meliputi: 1). Managemen waktu dengan baik, 2). Jangan banyak alasan,
3). Lawan rasa malas 4). Jadikan setiap awal aktifitas dimulai dengan
menghafal Al-Quran, 5). Cari motivasi-motivasi untuk menghafal
Al-Quran, 6). Perbaiki hubungan dengan Allah dengan meninggalkan
maksiat, 7) cari guru yang memang sudah hafidz 30 juz 8). Tentukan
target hafalan, 9). Ciptakan lingkungan yang mendukung dalam
menghafal Al-Quran, 10). istiqomah 11). Belajar dari pondok-pondok
77
tahfidz lainnya, 12). buat peraturan yang tegas, contohnya terkait
penggunaan Hand Phone, 13). Harus ada ustadz atau pengurus yang fokus
mendampingi santri dalam menghafal Al-Quran.
B. Saran
Berikut ini beberapa saran yang berkenaan dengan penelitian ini yaitu:
1. Saran kepada santri, teruslah semangat dalam menghafal Al-Quran,
berusaha mengatasi segala hambatan, istiqomah, jangan mudah menyerah,
maksimalkan waktu untuk menghafal dan tinggalkan hal yang sia-sia.
2. Kepada asatidz, mencoba untuk fokus dan luangkan lebih banyak waktu
bagi santri dalam mengajarkan dan mendampingi santri dalam menghafal
Al-Quran serta lebih tegas terhadap santri yang belum mampu mencapai
target hafalan yang sudah ditentukan.
3. Kepada Pondok Pesantren Darussalam Metro, hendaknya melakukan
perbaikan sistem terkait peraturan dalam proses pembelajaran untuk tegas
terhadap santri maupun musrif. Serta batasi peraturan terkait penggunaan
handphone berupaya untuk mencari musrif yang memang benar-benar
sudah hafidz dan hafidzoh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Abdur Rauf Al-Hafizh. Pedoman Dauroh Al-Quran. Jakarta: Markaz Al-
Quran.
Abdul Muhsin et.al. Orang Sibukpun Bisa Menghafal Al-Quran (Rahasia, Cara dan
Kisah Orang-Orang Sibuk menjadi Penghafal Al-Quran). Solo: PQS
PUBLISHING, 2014.
Abdul Raziq. Belajar Al-Quran Bertajwid Tanpa Teori Tajwid Diiringi Irama
Murotal Timur Tengah dengan Metode BILQIS (Bimbingan Ilmu Al-
Qur’an Intensif). Tangerang: Nizhan Press, 2015.
Abdul Shabur Syahin. Saat Al-Quran Butuh Pembelaan. Jakarta: ERLANGGA, 2006.
Abu Yahya Badru Salam. Niat Penentu Amal. (Naashirussunnah, 2012
Ahmad Farid. Quantum Taqwa (hakikat, keutamaan dan karakter orang-orang
bertaqwa). Solo: Pustaka Arafah, 2008.
Ahsin W. Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: BUMI
ANGKASA, 2000.
Ash-Syeikh az-Zarnuji. Terjemah Ta’alim Muta;alim (Buku Panduan Bagi Kita
untuk menuntut Ilmu yang benar). Surabaya: MUTIARA ILMU, 2012.
Burhan Bungin. Analisis Data Penelitian Kaualitatif Pemahaman Filosofis Dan
Metodologis Kearah Penguasn Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Cik Hasan Bisri, Penuntun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Hidayatullah. Agar Al-Quran Menjadi Motivasi Hidup Anda. Jakarta: Pustaka
Ikadi, 2012.
Imam Al Hakim Wicaksono. Pemahaman Ilmu Tajwid (Pedoman Tata Cara
Membaca Al-Quran dengan Baik dan Benar). Surakarta: SENDANG
ILMU, 2005.
Joko Subagyo. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 2006.
Khalid Bin Abdul Karim al-Lahim. Beginilah cara mengamalkan Al-Quran. Jakarta:
Pusaka at-Tazkia, 2010.
79
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Majdi Ubaid Al-Hafidz. 9 Langkah Mudah Menghafal Al-Quran (Rahasia Hafal Al-
Quran dengan Metode Belajar Paling Modern). Solo: AQWAM, 2015.
Marsudianto. 40 Hari Bersama Al-Quran (Upaya membudayakan Tilawah Al-Quran).
Lampung: Coqelat Visitama, 2014.
Muhamad Yunus. Kamus Arab Indonesia. Ciputat: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,
2007.
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam, 2012.
Romadhoni Massul. Metode Cepat menghafa dan memahami Al-Quran. Yogyakarta:
Lafal Indonesia, 2014.
Rosihan Anwar. Ulum Al-Quran. Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013.
S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqah Al-Quran (Belajar dari Tradisi
Ulama). Solo: AQWAM, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. dan R&D. Bandung: ALFABETA,
2014.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi
IV. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta, 2003.
Umar Al-Faruq. 10 Jurus Dahsyat Menghafal Al-Quran (Rahasia Sukses
Gemilang Para Hafiz Quran). Surakarta: iyad Books, 2014.
80
HASIL WAWANCARA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
A. PETUNJUK WAWANCARA
1. Wawancara
2. Selama penelitian berlangsung peneliti mencatat dan mendeskripsikan
hasil wawancara.
3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah
mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,
sampai memperoleh keterangan yang diinginkan.
B. IDENTITAS
Informan : Direktur pondok pesantren Darussalam,
sekertaris, Asatid dan Santri pondok pesantren
Darussalam.
Waktu Pelaksanaan :
C. PERTANYAAN
No. Materi Petikan Wawancara
1. Bagaimana
pelaksanaan
progam
menghafal
Al-Quran di
Pondok
Pesantren
Darussalam
Metro?
“Santri harus melakukan tahsin terlebih dahulu yaitu
memperbaiki bacaan Al-Quran santri dengan
memperhatikan kelancaran membaca Al-Quran dan
menyesuaikan tajwidnya. Selain itu, sebelum
menghafal Al-Quran santri diharuskan
memperbanyak tilawah Al-Quran dalam sehari
minimal satu juz. Santri dapat dikatakan lulus tahsin
dan bisa mulai menghafal Al-Quran apa bila santri
dapat membaca Al-Quran satu halaman tanpa salah
sedikitpun”. (W/U.1//09/06/2018/h.55)
Pelaksanaan dalam proses menghafal Al-Quran di
81
pondok pesantren Darussalam Metro, yaitu mengaji
dilakukan selepas sholat maghrib. Untuk santri
ikhwan jadwal setoran hafalan dilakukan sebanyak 2
kali dalam sehari yakni ba’da maghrib dan ba’da
subuh. Dengan target hafalan minimal 3 baris dalam
satu kali setor. Sehingga hafalan yang didapatkan
dalam sehari minimal setengah halaman atau 6-7
baris. Sedangkan untuk santri akhwat jadwal setoran
hanya dilakukan satu kali dalam sehari yakni ba’da
sholat subuh. Dengan target hafalan minimal
setengah halaman setoran hafalan baru dalam sehari.
Karena pondok pesantren Darussalam sendiri
menargetkan santri untuk dapat menghafal Al-Quran
dalam setahun minimal 1 juz Al-Quran”.
(W/U.2/10/06/2018/h.56)
“Pelaksanaan program menghafal Al-Quran di
pondok pesantren Darussalam Metro masih kurang
dalam hal managemen waktu, santri hanya diberikan
waktu setoran di pagi hari sedangkan bagi santri
yang tidak sampai target hafalan tidak diberikan
hukuman yang tegas sehingga santri tersebut sulit
berkembang dalam hal menghafal Al-Quran”.
(W/S.1/11/06/2018/h.56)
“Kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Darussalam dapat dikatakan belum efektif dan
efisien, dikarenakan tidak adanya peraturan yang
mengkhususkan santri untuk fokus pada satu waktu
untuk menghafal menjadikan santri terbiasa
menghafal sekehendak hatinya.”
(W/S.2/19/06/2018/h.57)
“Di Pondok Pesantren Darussalam dalam hal
menghafal Al-Quran masih belum efektif, karena
tidak adanya peraturan yang mengkhususkan santri
untuk fokus pada satu waktu untuk menghafal”.
(W/S.3/20/06/2018/h.58)
“kegiatan menghafal Al-Quran di pondok pesantren
Darussalam belum berjalan secara terstruktur dan
efektif, terkait managemen waktupun masih harus
diperhatikan, karena tidak adanya waktu khusus
yang ditentukan pondok untuk menghafal
menjadikan santri itu sulit untuk mengembangkan
kemampuan menghafalnya”
(W/S.4/21/06/2018/h.58).
2. 1. Apa saja faktor
pendukung “adanya musrif yang selalu siap ketika santri ingin
setoran, mushaf yang sesuai, lingkungan yang saling
82
dalam
peningkatan
kemampuan
menghafal Al-
Quran di pondok
pesantren
Darussalam?
memotivasi dalam menghafal, dan adanya
kedisiplinan”. (W/S.1/11/06/2018/h.59)
“adanya fasilitas yang memadai, managemen waktu
yang baik serta kehadiran musrif yang siap setiap
saat untuk menerima
setoran”.(W/S.2/19/06/2018/h.60)
“memperbanyak waktu untuk menghafal Al-
Quran, adanya peraturan yang tegas bagi santri
untuk tertib dan mengikuti peraturan yang sudah
ditetapkan, misalkan santri harus bangun lebih awal
untuk sholat tahajud pada pukul 02.30 kemudian
dilanjutkan menghafal Al-Quran, dan yang
terpenting adalah mujahadah dalam menghafal Al-
Quran serta berusaha semaksimal mungkin untuk
menjauhi maksiat.” (W/S.3/F.2/20/06/2018/h.60)
“meluangkan lebih banyk waktu untuk menghafal
Al-Quran, harus ada peraturan yang tegas bagi santri
untuk siap mengikuti peraturan, mujahadah dan
jauhi maksiat” (W/S.4/F.2/21/06/2018/h.60)
“adanya motivasi yang kuat baik dari luar maupun
dari dalam diri sendri, adanya lingkungan yang
mendukung dalam menghafal Al-Quran, serta
kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima
setoran setiap saat”. (W/U.1/09/06/2018/h.61)
“kehadiran musrif yang fokus dan siap menerima
setoran setiap saat, motivasi yang kuat baik dari luar
maupun dari dalam diri sendri, adanya lingkungan
yang baik dan mendukung dalam menghafal Al-
Quran, serta memperbanyak tilawah dan murojaah
hafalan yang sudah dimiliki akan sangat mendukung
kemampuan menghafal Al-Quran santri”.
(W/U.2/10/06/2018/h.62)
3. Apa saja yang
menjadi Faktor
penghambat
dalam
peningkatan
kemampuan
menghafal Al-
Quran di
pondok
Darussalam?
“masih melakukan maksiat, masih melakukan hal-
hal yang tidak perlu seperti mengobrol, bercanda
berlebihan, sering main serta kurangnya kesadaran
diri untuk mencoba meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Quran”. (W/S.1//11/06/2018/h.63)
“niat yang tidak istiqomah, malas, tidak adanya
target dari santri itu sendiri”. (W/S.2/19/2018/h.63)
“aktifitas dan kesibukan santri yang berbeda-beda,
serta penggunaan alat komunikasi seperti Hand
Phone yang kurang bijak”. (W/S.3/20/2018/h.64)
“hal yang menjadi hambatan bagi santri dalam
menghafal Al-Quran karena para santri memiliki
kesibukan yang berbeda-beda bahkan ada juga yang
83
bekerja, dan yang terpenting itu di pondok pesantren
Darussalam harus diatur masalah penggunaan
Handphone” (W/S.4/F.4/21/06/2018/h.64)
“malas, kurang motivasi, belum merasuk ke dalam
hati, mudah menyerah, maksiat, serta penggunaan
waktu untuk hal yang sia-sia”.
(W/S.4/21/06/2018/h.65)
“perasaan malas, motivasi yang masih kurang,
kurang sabar sehingga membuatnya mudah
menyerah, maksiat, serta penggunaan waktu untuk
hal yang sia-sia dapat menghambat kemampuan
santri dalam menghafal Al-Quran”.
(W/U.2/10/06/2018/h.65)
4. Apa saja solusi
yang diberikan
untuk mengatasi
faktor
penghambat
santri Pondok
Pesantren
Darussalam
dalam
menghafal Al-
Quran?
jangan banyak alasan, jangan malas walaupun
lingkungan tidak mendukung, jika terlalu sibuk dan
tidak punya banyak waktu, maka jadikan setiap awal
aktifitas dimulai dengan menghafal Al-Quran, cari
motivasi-motivasi untuk menghafal Al-Quran, cari
tau keutamaan menghafal Al-Quran, perbaiki
hubungan dengan Allah dan tinggalkan maksiat,cari
guru tahfidz yang memang sudah hafal 30 juz
Al-Quran. (W/U.1/F.4/09/06/2018/h.67)
jangan terlalu banyak alasan, jangan malas untuk
menghafal, muroja’ah dan tilawah Al-Qur’an
walaupun lingkungan tidak mendukung, perbaiki
hubungan dengan Allah dengan meninggalkan
maksiat, buat peraturan tegas bagi santri yang
memang tidak mampu mecapai target hafalan,
kurangi penggunaan handphone.
(W/U.2/F.4/10/06/2018/h.68)
Peneliti,
Lilik Indri Purwati
NPM. 14114631
84
HASIL OBSERVASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
A. PETUNJUK OBSERVASI
1. Observasi
2. Selama penelitian berlangsung peneliti mencatat dan mendeskripsikan
hasil observasi.
3. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah
mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,
sampai memperoleh keterangan yang diinginkan.
B. IDENTITAS
Informan : Direktur pondok pesantren Darassalam,
sekertaris, Asatid dan Santri pondok pesantren
Darussalam.
Waktu Pelaksanaan : ……………………………
C. OBSERVASI
No Materi Hasil Observasi
1. Mengobservasi bagaiman
proses pelaksanaan progam
menghafal Al-Quran di Pondok
Pesantren Darussalam Metro
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan peneliti mengamati
kegiatan menghafal Al-Quran
sudah berjalan dengan lancar hanya
saja yang perlu diperhatikan yaitu
terkait kehadiran ustadz selaku
musrif belum berjalan maksimal,
terkadang ustadz selaku musif
tidak selalu hadir untuk menyimak
hafalan santri. Terkait indikator
peniaian sendiri sesuai dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan.
85
Namun terkait managemen waktu
peneliti melihat santri sendiri
kurang mampu mengatur dan
menggunakan waktu dengan baik
dikarenakan pondok pesantren
Darussalam Sendiri belum
menetapan waktu khusus untuk
santri menghafal Al-Quran.
(O/P/F.1/09/06/2018/h.58)
2. Mengobservasi faktor yang
mempengaruhi kemampuan
menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam
Metro
Berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti melihat pondok
pesantren sendiri telah menetapkan
peraturan terkait usaha untuk
meningkatkan hafalan santri
dengan metode tasmi’ dan
murojaah guna menguatkan
hafalan yang sudah ada. Namun
disini peneliti melihat target yang
dicapai santri untuk tasmi satu juz
dalam sekali duduk belum
sepenuhnya terlaksana, banyak
santri yang masih belum lancar saat
memperdengarkan hafalan didepan
santri lain, murojaahpun masih
jarang dilakukan, hanya beberapa
santri yang memang konsisten
melakukan murojaah mandiri
setiap harinya
(O/P/F.2/10/06/2018/h.62).
3. Mengobservasi faktor
penghambat kemampuan
menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam
Metro
Berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti melihat saat
proses menghafal Al-Quran
dilakukan bersama-sama, peneliti
melihat beberapa santri masih
mengobrol saat kegiatan menghafal
Al-Quran dilakukan, namun ada
beberapa santri juga yang tetap
fokus menghafal.
(O/P/F.3/11/06/2018/h.66)
4 Mengobservasi faktor
pendukung kemampuan
menghafal Al-Quran santri
pondok pesantren Darussalam
Metro
Berdasarkan observasi yang
dilakukan, peneliti menemukan
fenomena dilapangan santri
memiliki kesibukan yang memang
cukup padat, terlebih lagi bagi
santri yang juga sudah bekerja,
86
mereka harus membagi waktu
antara kuliah, bekerja dan juga
menghafal Al-Quran. dan beberapa
santri juga mengikuti kegiatan
organisasi, baik organisasi internal
maupun eksternal kampus, santri
juga memiliki jadwal kuliah yang
cukup padat. Namun dibalik
kesibukan santri yang cukup padat
tersebut santri masih dapat
melakukan muroja’ah bersama
pada waktu yang sudah ditentukan
dari Pondok Pesantren Darussalam.
(P/O/F.4/10/06/2018/h.68-69)
Peneliti,
Lilik Indri Purwati
NPM. 14114631
87
PEDOMAN DOKUMENTASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
A. PETUNJUK PELAKSANAAN
1. Untuk mendapatkan dokumentasi Peneliti tujukan kepada Kepala TPA
dan Guru bahkan masyarakat bila diperlukan.
2. Waktu pelaksanaan wawancara sewaktu-waktu masih dapat berubah
mengikuti perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan,
sampai memperoleh keterangan yang diinginkan.
B. IDENTITAS
Informan : Direktur pondok pesantren Darussalam,
sekertaris, Asatid dan Santri pondok pesantren
Darussalam.
Waktu Pelaksanaan : ……………………………
No Data yang Ingin di Ambil
Kondisi
Ada Tidak
Ada
1. Letak Giografis pondok pesantren Darussalam 15 A
Iring Mulyo Metro Timur Kota Metro
2. Sejarah berdirinya pondok pesantren Darussalam
Metro
3. Visi dan Misi pondok pesantren Darussalam Metro
4. Keadaan sarana dan prasarana
5. Data jumlah asatid pondok pesatren Darussalam Metro
6. Data jumlah santri pondok pesantren Darussalam
7. Struktur kepengurusan pondok pesantren Darussalam
Metro
8. Makna logo pondok pesantren Darussalam Metro
9. Catatan dan foto kegiatan santri
10 Catatan dan foto asatid
88
KODING
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
Petikan wawancara dengan Ustadz/Guru Pondok Pesantren Darussalam 15 A Iring
Mulyo Metro Timur Kota Metro.
Tanggal…..Bulan…..Tahun……
Narasi wawancara dengan ustadz dan santri di Pondok Pesantren Darussalam
Metro menggunakan koding-koding.
a. Pada tanggal 09 Juni 2018 Saya telah menemui ustadz Pondok Pesantren
Darussalam Metro dan mengajukan pertanyaan dalam:
W/U.1/F.1/09/06/2018
Keterangan koding:
W Wawancara
U.1 Wawancara kepada ustadz yang pertama di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan pertama
09/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
b. Pada tanggal 10 Juni 2018 saya telah menemui ustadz Pondok Pesantren
Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:
W/U.2/F.2/10/06/20418
Keterangan koding:
89
W Wawancara
U.2 Wawancara kepada ustadz yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.2 Fokus pada pertanyaan kedua
10/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
c. Pada tanggal 11 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:
W/S.1/F.1/11/06/2018
Keterangan koding:
W Wawancara
S.1 Wawancara kepada santri yang pertama di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
11/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
d. Pada tanggal 19 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:
W/S.2/F.1/19/06/2018
Keterangan koding:
W Wawancara
S.2 Wawancara kepada santri yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
19/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
e. Pada tanggal 20 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:
90
W/S.2/F.1/20/06/2018
Keterangan koding:
W Wawancara
S.2 Wawancara kepada santri yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
20/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
f. Pada tanggal 21 Juni 2018 saya telah menemui santri Pondok Pesantren
Darussalam Metro dan mengajukan pertannyaan dalam:
W/S.2/F.1/21/06/2018
Keterangan koding:
W Wawancara
S.2 Wawancara kepada santri yang kedua di Pondok Pesantren
Darussalam Metro
F.1 Fokus pada pertanyaan yang diajukan pertama
21/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
91
Keterangan Observasi terkait aktifitas menghafal Al-Quran santri di Pondok
Pesantren Darussalam Metro 15 A Iring Mulyo Metro Timur Kota Metro.
Tanggal…..Bulan…..Tahun……
Aktifitas observasi dengan ustadz dan santri di Pondok Pesantren Darussalam
Metro menggunakan koding-koding.
a. Pada tanggal 09 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas
menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait
aktifitas dalam:
O/P/F.1/09/06/2018
Keterangan koding:
O Observasi
P Peneliti
F.1 Fokus pada pertanyaan pertama
09/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
b. Pada tanggal 10 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas
menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait
aktifitas dalam:
O/P/F.2/10/06/2018
92
Keterangan koding:
O Observasi
P Peneliti
F.2 Fokus pada pertanyaan kedua
10/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
c. Pada tanggal 11 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas
menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait
aktifitas dalam:
O/P/F.3/11/06/2018
Keterangan koding:
O Observasi
P Peneliti
F.3 Fokus pada pertanyaan ketiga
11/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
d. Pada tanggal 10 Juni 2018 Saya telah melakukan observasi terhadap aktifitas
menghafal Al-Quran santri di Pondok Pesantren Darussalam Metro terkait
aktifitas dalam:
O/P/F.4/10/06/2018
93
Keterangan koding:
O Observasi
P Peneliti
F.4 Fokus pada pertanyaan keempat
10/06/2018 Waktu pelaksanaan wawancara (tanggal/bulan/tahun)
Metro, Juli 2018
Peneliti
Lilik Indri Purwati
NPM. 14114631
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Isti Fatonah, M.A Muhammad Ali, M.Pd.I
NIP. 19670531 199303 2 003 NIP. 19780314200710 1 003
94
DOKUMENTASI FOTO PONDOK PESANTREN DARUSSALAM METRO
Foto Asrama Ikhwan dan Masjid Pondok Pesantren Darussalam Metro
Foto Asrama Akhwat Pondok Pesantren Darussalam Metro
95
Foto Menunjukkan Suasana Wawancara dalam Proses Penelitian di Pondok
Pesantren Darussalam Metro
Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan
Ustadz Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.01/Ust.01/22/06/2018)
Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan
santri ikhwan Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.02/Str.1/22/06/2018)
96
Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan
santri akhwat Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.03/Str.2/22/06/2018)
Gambar di atas menunjukkan peneliti sedang mewawancarai salah satu Informan
santri akhwat Pondok Pesantren Darussalam Metro (W.03/Str.2/22/06/2018)
97
Foto Suasana Pembelajaran di Pondok Pesantren Darussalam Metro
Gambar di atas menunjukkan suasana pembelajaran tahsin tahfidz di pondok
pesantren Darussalam Metro
Gambar di atas menunjukkan santri sedang melakukan tasmi’ di pondok pesantren
Darussalam Metro
98
Gambar Foto Bersama dengan Beberapa Santri Akhwat, Tokoh Agama dan
Tokoh Masyarakat
99
STRUKTUR KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN DARUSSALAM
METRO
Muhammad Ramadan Habibi, Lc. MA
Direktur Pondok
Mujirul Hasan
Sekretaris Pondok
M. Hummam, S.Pd.I
Bendahara Pondok
Mustaqim, M.Pd.I
Pendidikan dan
Kurikulum
Bairussalim, M.Pd.I
Humas
Asatidz
Ust. Muhammad Ramadhan Habibi, Lc.MA
Ust. Mujirul Hasan
Ust. Muhammad Hummam, M.Pd.I
Ust. Mustaqim, M.Pd.I
Ust. Bairussalim, M.Pd.I
Ust. Adri Yusro, S.Pd
Ust. Mulyono
100
DATA KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
No Nama /
inisial
Status
Kemampuan
menghafal Al-
Quran
Pekerja Mahasiswa Baik Kurang
baik
1 HA - √ √ -
2 Ha - √ √ -
3 MN - √ √ -
4 DN - √ - √
5 LI - √ √ -
6 EM √ - - √
7 RR √ √ - √
8 AK √ - - √
9 MS - √ √ -
10 Mt - √ - √
11 SH - √ √ -
12 RM - √ - √
13 WS √ - - √
14 MB - √ - √
15 Wg - √ - √
16 NR - √ - √
17 MA - √ √ -
18 Lt - √ - √
19 Tq - √ √ -
20 BN - √ - √
21 AA √ √ - √
22 UH √ - - √
23 WN √ √ - √
24 Ak - √ - √
25 Tr - √ √ -
26 AN - √ √ -
27 UL √ √ - √
101
SARANA PRASARANA YANG ADA DI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
No Fasilitas Keterangan
1 Asrama akhwat 2 Ruang
2 Asrama ikhwan 2 Ruang
3 Ruang Belajar Lantai 1
4 Kediaman ustadz 1 Gedung
5 Kantor 1 Ruang
6 Masjid 1 Gedung
7 Ruang Wirausaha 1 Ruang
8 Kamar mandi 6 kamar
9 Meja belajar 30 buah
10 Papan tulis 4 buah
102
DATA INFORMAN
No Nama Informan Jabatan Keterangan
1 M. Ramadhan Habibi Direktur Ust. 1
2 Mujirul Hasan Sekretaris Ust. 2
3 Miftah Nurhidayati Santri Str. 1
4 Sri Haryati Santri Str. 2
5 Novyan Ristanto Santri Str. 3
103
KEADAAN USTADZ DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM
METRO
No Nama Bidang Studi
1 Ust. Muhammad Ramadhan Habibi,
Lc.Ma Tafsir & Tahfidz
2 Ust. Mujirul Hasan Tahfidz
3 Ust. Muhammad Humam, S.Pd.I Bahasa Arab &
Tahfidz
4 Ust. Mustaqim, M.Pd.I Fiqih
5 Ust. Bairussalim Aqidah Akhlak
6 Ust. Adri Yusro, S,Pd.I Bahasa Arab &
Tahfidz
7 Ust. Mulyono, S.Pd.I Bahasa Arab
104
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN
MENGHAFAL AL-QURAN SANTRI PONDOK PESANTREN
DARUSSALAM METRO
OUTLINE
Halaman Sampul
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Abstrak
Halaman Orisinalitas Penelitian
Halaman Motto
Halaman Persembahan
Halaman Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Masalah
F. Pertanyaan Penelitian
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
H. Penelitian Relevan
BAB II LANDASAN TEORI
C. Kemampuan Menghafal Al-Quran
5. Pengertian Kemampuan Menghafal Al-Quran
6. Indikator Kemampuan Menghafal Al-Quran
7. Keutaman Menghafal Al-Quran
8. Metode Menghafal Al-Quran
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menghafal Al-Quran
3. Faktor Pendukung dalam Menghafal Al-Quran
4. Faktor Penghambat dalam Menghafal Al-Quran
105
BAB III METODE PENELITIAN
F. Jenis dan Sifat Penelitian
G. Sumber Data
H. Teknik Pengumpulan Data
I. Teknik Penjamin Keabsahan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darussalam Metro
3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Metro
4. Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Metro
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-
Quran Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro
C. Pembahasan
BAB V PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Saran
106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Metro, Mei 2018
Mahasiswa yang Bersangkutan,
Lilik Indri Purwati
NPM. 14114631
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Isti Fatonah, M.A Muhammad Ali, M.Pd.I
Nip. 19670531 199303 2 003 NIP. 19780314200710 1 003
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
RIWAYAT HIDUP
Lilik Indri Purwati dilahirkan di Rawajitu pada tanggal 17
Agustus 1994, anak keempat dari pasangan Bapak Sukadi dan
Ibu Ramini.
Pendidikan dasar penulis tempuh di MI Al-Kautsar
dan selesai pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di MTs Mamba’ul Ulum, dan
selesai pada tahun 2010, kemudian melanjutkan pendidikan di MA Da’iyatul
Waton, dan selesai pada tahun 2013, kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN
Metro dimulai pada semester I TA 2014/2015.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi internal
kampus yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Al-Ishlah dan Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI, penulis juga mengikuti salah satu organisasi
eksternal kampus yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Komisariat IAIN Metro.