perda hafidz

28
Nama: Hafidzal Imam Zeindiqa NIM : A01110097 PEMBUATAN TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH YANG DISEBABKAN OLEH PABRIK AGAR TIDAK MENCEMARI SUNGAI KAPUAS KHUSUSNYA DI KOTA PONTIANAK A. Latar belakang Kebersihan lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat disuatu daerah. Suatu daerah yang memilik tingkat kebersihan yang baik maka masyarakat yang tinggal didaerah tersebut juga akan memiliki tingkat kesehatan yang baik sehingga akan tercipta suatu masyarakat yang sejahtera. Di Kota Pontianak khususnya dapat kita lihat bahwa kurangnya akan kesadaran dari pihak pabrik akan kebersihan lingkungan, menyebabkan pencemaran lingkungan yang akhirnya berdampak kepada kesehatan masyarakat yang ada disekitar lingkungan pabrik. Permasalahan ini harus cepat ditanggapi oleh pemerintah. Salah satu cara yang baik untuk menanggulangi permasalahan ini adalah pemerintah menyediakan tempat khusus untuk membuang limbah pabrik yang ada di Kota Pontianak. Tetapi pada kenyataannya pabrik membuang limbah bekas olahannya ke sungai, dan akhirnya mencemari sungai, sehingga masyarakat yang ada disekitar menjadi resah dan terkena dampaknya.

Upload: tatang-mulyadi

Post on 30-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perda Hafidz

Nama: Hafidzal Imam Zeindiqa

NIM : A01110097

PEMBUATAN TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH YANG DISEBABKAN OLEH

PABRIK AGAR TIDAK MENCEMARI SUNGAI KAPUAS KHUSUSNYA DI KOTA

PONTIANAK

A. Latar belakang

Kebersihan lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kesejahteraan

masyarakat disuatu daerah. Suatu daerah yang memilik tingkat kebersihan yang baik maka

masyarakat yang tinggal didaerah tersebut juga akan memiliki tingkat kesehatan yang baik

sehingga akan tercipta suatu masyarakat yang sejahtera. Di Kota Pontianak khususnya dapat

kita lihat bahwa kurangnya akan kesadaran dari pihak pabrik akan kebersihan lingkungan,

menyebabkan pencemaran lingkungan yang akhirnya berdampak kepada kesehatan

masyarakat yang ada disekitar lingkungan pabrik. Permasalahan ini harus cepat ditanggapi

oleh pemerintah.

Salah satu cara yang baik untuk menanggulangi permasalahan ini adalah pemerintah

menyediakan tempat khusus untuk membuang limbah pabrik yang ada di Kota Pontianak.

Tetapi pada kenyataannya pabrik membuang limbah bekas olahannya ke sungai, dan akhirnya

mencemari sungai, sehingga masyarakat yang ada disekitar menjadi resah dan terkena

dampaknya.

Masalah yang dihadapi ini hendaknya dipikirkan lebih lanjut oleh pemerintah sehingga

pemerintah dapat mengupayakan tempat pembuangan limbah pabrik, agar sungai kapuas

tidak tercemar dan masyarakat juga menjadi nyaman karena bersihnya sungai yang sering

dipakai sebagai kebutuhan masyarakat sekitar.

Dan sungai Kapuas merupakan sungai yang mengalir ke seluruh KALBAR, apabila

permasalahan ini tidak cepat-cepat ditanggulangi maka akan lebih berbahaya lagi untuk

masyarakat seluruh KALBAR.

Page 2: Perda Hafidz

Maka dari itu pemerintah Kota Pontianak harus bergerak cepat dan tanggap dalam

menanggulangi masalah ini, agar semua masyarakat dapat merasa nyaman dalam

menggunakan air Sungai Kapuas.

Sungai Kapuas merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat yang bertempat tinggal

disekitarnya, untuk itu sebagai pemerintah sekitar, harus cepat menanggulanginya, agar

masyarakat juga menyadari, bahwa pemerintah memperhatikan mereka demi kesejahteraan

hidup mereka.

Karena dari itu masalah ini harus ditanggap serius, agar masyarakat tidak kecewa dengan

pemerintah sekitar, dan menghindari hal-hal yg tidak diingankan yg akan dilakukan oleh

masyarakat.

B. Indentifikasi masalah

Yang menjadi permasalahan disini menurut latar belakang yang telah dikemukakan adalah

perlunya pemerintah menyediakan tempat pembuangan limbah pabrik, untuk menjadi tempat

pembuangan limbah agar limbah yg dibuang tidak mencemari sungai, karena selama ini

sungai telah dicemari oleh limbah pabrik, dan tempat yang disediakan adalah tempat yang

aman dan tidak mencemari alam yang ada disekitarnya.

Masalah ini tentu menjadi permasalah yang harus dipikirkan bagaimana pemecahannya oleh

pemerintah,sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang lebih lanjut dan lebih serius,

kerena sungai kapuas merupakan ikon Kalimantan Barat, yang merupakan sungai terpanjang

di Indonesia. Jika sungai kapuas tidak dijaga dengan baik, maka akan mengurangi minat dari

touris baik dalam negeri dan luar negeri untuk berkunjung ke Kota Pontianak.

Permasalahan disini merupakan permasalahan dalam konteks lingkungan hidup yang dapat

menganggu kelangsungan hidup masyarakat luas jika diabaikan begitu saja. Jadi pemerintah

harus bertindak cepat dalam menangani masalah ini, agar alam tidak semakin tercemar dan

masyarkat menjadi nyaman dan sejahtera.

Page 3: Perda Hafidz

Dan membuat lingkungan sungai Kapuas khususnya di kota Pontianak menjadi terjaga tanpa

limbah-limbah pabrik yang mencemarinya, ini juga membuat keindahan sungai Kapuas di

pandang dari touris luar dan dalam negeri menjadi indah dan menjadi daya tarik yg lebih bagi

kota Pontianak sendiri.

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari pembuatan naskah akademik ini adalah untuk memberikan gambaran yang

ringkas dan jelas supaya masalah yang telah disampaikan dapat diajukan peraturannya

sehingga masalah tersebut dapat ditanggulangi secara tepat dan cepat dan sesuai dengn

hukum yang berlaku, sehingga pemerintah dan masyarakat sama-sama dapat memecahkan

masalah sehingga dapat menciptakan kehidupan yang sejahtera di daerah tersebut.

Naskah akademik ini juga berguna sebagai pedoman dan acuan sebelum membuat peraturan

yang sah dan sesuai menurut undang-undang sehingga saat pembuatan peraturan daerah dapat

membuat peraturan yang tepat dan sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

Sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik setelah terciptanya peraturan

daerah yang telah dibuat.

D. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan naskah akademik ini adalah Penelitian Hukum

Sosiologis atau empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data

primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif dan

kriterium kebenaran koresponden serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi

dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang mutakhir. Cara kerja dari

metode yuridis sosiologis dalam penelitian tesis ini, yaitu dari hasil pengumpulan dan

penemuan data serta informasi melalui studi kepustakaan terhadap asumsi atau anggapan

dasar yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan pada penelitian tesis ini, kemudian

dilakukan pengujian secara induktif–verifikatif pada fakta mutakhir yang terdapat di dalam

masyarakat. Dengan demikian kebenaran dalam suatu penelitian telah dinyatakan reliable

tanpa harus melalui proses rasionalisasi. Pendekatan yuridis empiris mencakup penelitian

terhadap efektifitas hukum. Penelitian terhadap efektifitas hukum merupakan penelitian yang

membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat, penelitian ini sangat relevan di

negara-negara berkembang seperti Indonesia, penelitian ini mensyaratkan bahwa di samping

Page 4: Perda Hafidz

mengetahui ilmu hukum juga mengetahui ilmu sosial, dan memiliki pengetahuan dalam

penelitian ilmu sosial (social science research).

Penelitian ini menggunakan teknik penelitian lapangan, obyek yang diteliti merupakan

kawasan padat penduduk yang berada di tepian sunga Kapuas, dan sungai Kapuas tersebut

telah tercemar oleh limbah pabrik. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan bagi masyarkat

dan menurunkan niat wisatawan untuk datang ke Kota Pontianak

Page 5: Perda Hafidz

BAB II

A. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang Ada Serta Permasalahan

yang Dihadapi Masyarakat

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan latar belakang permasalahan urgensi

pembentukan Undang-Undang Tentang Pembuangan limbah adalah: (1) Belum adanya

peraturan khusus terhadap pembuangan limbah; (2) Penataan kerja pabrik dan pembuangan

limbah; dan (3) Penjabaran lebih lanjut tentang pembuangan limbah pabrik. Mengenai

masing-masing permasalahan tersebut, berikut elaborasi masing-masing permasalahan

berdasarkan penyelenggaraan serta kondisi yang ada:

1.  Belum Adanya Peraturan Khusus terhadap Pembuangan Limbah Pabrik

Berbeda dengan Kota lain yang sama-sama diatur dalam konstitusi, Pemerintah Kota

Pontianak sebagai pengatur tata kota, tidak ada diatur secara menyeluruh dalam konsep yang

utuh dengan suatu undang-undang. Dalam pembahasan mengenai Undang-Undang suatu

Kota terdapat tiga pandangan tentang urgensi eksistensi pengaturan ini. Pandangan pertama

menyatakan bahwa UU ini tidak perlu diadakan sebab semua kewenangan Pemerintah Kota

Pontianak sudah diatur secara rinci dalam Peraturan Daerah Tahun 1989, dari sana tidak

membutuhkan penjabaran lebih lanjut pada pengaturan berupa undang-undang.

Pandangan yang kedua adalah menganggap perlunya adanya UU yang berhubungan dengan

peraturan tentang suatu Kota, namun tidak harus secara utuh, cukup pengaturan secara parsial

atau sektoral. Sedangkan, pandangan ketiga adalah pengaturan yang bersifat implementatif

Page 6: Perda Hafidz

yang menyangkut keseluruhan aspek mengenai materi yang sudah diatur dalam Peraturan

Daerah Tahun 1989.

Saat ini yang dipakai untuk mengatur tentang suatu Kota adalah pandangan yang kedua.

Pengaturan yang digunakan bersifat parsial dan tidak menyeluruh pada semua aspek dalam

satu Peraturan Daerah. Misalnya Undang-Undang Kementerian Negara, Peraturan Daerah

yang dibuat oleh Gubernur. Misalnya, Undang-Undang yang hanya mengatur tempat

pendirian pabrik. Sedangkan apabila terdapat suatu kewenangan yang belum ada pengaturan

turunan dari konstitusi Pemerintah Daerah melakukan diskresi untuk menafsirkan sekaligus

melaksanakan kewenangan tersebut.

2. Penataan Regulasi dan Organ di Bawah Pemerintah Daerah

Pengaturan yang berhubungan dengan pemerintah daerah bersifat sektoral, biasanya diadakan

dengan dua kondisi, Pertama, dengan konsep yang jelas dan pengaturan bersifat permanen,

seperti misalnya Undang-Undang Kementerian Negara dan Peraturan Daerah, tetapi ada pula

yang peraturan yang sifatnya reaktif-permanen, semisal, Komisi Hukum dan juga reaktif-ad

hoc, seperti pembentukan Satuan Tugas REDD+. Dari segi bentuknya pengaturan tentang

suatu Kota tersebar dalam berbagai bentuk secara hierarkis seperti undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan Presiden/keputusan Presiden, dan lain sebagainya. Kondisi dari

masing-masing peraturan tersebut satu sama lain ada yang memiliki keterkaitan dan ada yang

berdiri sendiri. Akibat dari kondisi tersebut seringkali terjadi overlapping pengaturan atas

suatu lembaga yang mengurusi bidang yang sama. Semua hal tersebut terjadi akibat tidak

adanya pengaturan induk Pemerintah Daerah yang berupa undang-undang yang

mengakomodir secara komprehensif.

Page 7: Perda Hafidz

Akibat dari ketidakjelasan pengaturan di atas, organ di bawah Gubernur masing-masing

berdiri sendiri dengan urusan-urusan yang dilimpahkan kepadanya untuk dikerjakan. Belum

ada grand design bagaimana struktur kelembagaan dan bagaimana hubungan antar

kelembagaan di bawah Pemerintah Daerah tersebut. Ketiadaan cetak biru kepresidenan

tersebut mengakibatkan tumpang tindih kewenangan, dikarenakan pendekatan sektoral

terhadap suatu permasalahan, sehingga tidak terkoordinasikan dengan baik antar lembaga di

bawah Pemerintah Daerah.

Pelaksanaan tugas pemerintah yang seharusnya menjadi agenda yang saling terhubung satu

sama lain. Praktiknya masing-masing lembaga menonjolkan kinerja kelembagaannya,

sehingga tidak bisa dinilai kinerja pemerintahan secara menyeluruh. Dari kondisi demikian

mengakibatkan in-efisiensi dan in-efektifitas pelaksanaan tugas pemerintahan. Dalam

penyelesaian permasalahan menjadi lambat karena tidak terkondisikan dan terkoordinasikan

dengan baik. Pendekatan sektoral menjadikan birokrasi menjadi gemuk dan cenderung

menghabiskan banyak anggaran.

3.  Penjabaran Lebih Lanjut Kewenangan Presiden dalam Konstitusi

Pengaturan Pemerintah Daerah dalam UUD Tahun 1945 secara spesifik terdapat dalam Pasal

44 sampai dengan Pasal 58. Dalam masing-masing kewenangan tersebut belum semua

diturunkan dalam undang-undang, hanya sebagian yang sudah dijabarkan ke dalam bentuk

undang-undang. Hal tersebut berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan dalam praktik

ketatanegaraan, seberapa sering kewenangan tersebut digunakan. Misalnya kewenangan

membuat perjanjian antara Daerah dan Kota karena sering digunakan, maka ada undang-

undang yang mengaturnya. Berbeda halnya dengan kewenangan menyatakan tentang tata

kota atau membuat keindahan kota, belum ada undang-undang yang mengaturnya, jika suatu

Page 8: Perda Hafidz

saat ada keadaan permasalahan yang merusak pemandanga Kota dan mencemari sungai yang

ada di Kota, maka akan ada aturan Pemerintah untuk melakukan pembaharuan Peraturan

Daerah tersebut, oleh karenanya kewenangan tersebut hanya bisa dilakukan melalui diskresi.

Undang-undang yang mengatur tentang penjabaran atas kewenangan konstitusional sifatnya

terpisah-pisah. Padahal, masing-masing tidak berdiri sendiri melainkan merupakan

kewenangan konstitusional Presiden secara keseluruhan.

B. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang Akan Diatur Dalam

Undang-Undang terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat

Sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam identifikasi masalah, maka implikasi

pada penerapan sistem baru ini akan didasarkan pada indikator yang ada di atas dengan

rumusan implikasi meliputi, dampak penerapan, peluang untuk diterapkan, dan risiko apabila

diterapkannya sistem baru tersebut.

1.   Adanya Peraturan Khusus terhadap Kota Pontianak

Dari adanya Peraturan Daerah maka akan memberikan dampak adanya sistem hukum baru

bagi pengaturan Kota yang ada di Daerah tersebut dan menggantikan sistem hukum yang ada

selama ini. Sistem tersebut akan menjadi pengaturan secara utuh bagi Pemerintah Daerah

KalBar sebagaimana cabang kekuasaan yang lain. Keberadaan Peraturan Daerah, menjadi

pijakan dasar Pemerintah Daerah untuk menjalankan Tugasnya dan melaksanakan

kewenangan kewajibannya. Selain itu, Peraturan ini menjadi payung hukum bagi Pemerintah

Daerah dalam lingkup Pemerintahannya dan bagi masyarakat luas menjadi tolok ukur dalam

melaksanakan agenda-agenda pemerintahan. Peluang untuk pembentukan Peraturan Daerah

Page 9: Perda Hafidz

ini untuk terwujud sangat tinggi, karena dukungan diperoleh dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi sebab agenda untuk penyusunan Peraturan ini merupakan agenda dalam

penguatan sistem Pemerintahan dan penerapan check and balances. Jika Peraturan Daerah ini

ada, maka memiliki risiko akan terbatasinya kewenangan yang dimiliki Pemerintah. Dalam

hal menjalankan tugasnya, Pemerintah Daerah bisa menjalankan diskresi dalam

menerjemahkan Tugasnya tersebut, maka dengan diatur Tugasnya tersebut dalam Peraturan

Daerah, Pemerintah terikat hanya pada apa yang tertulis dalam Peraturan Daerah.

2.   Penataan Regulasi dan Organ di Bawah Pemerintah Daerah

Dengan adanya Peraturan Daerah sebagai induk bagi segala pengaturan Provinsi dan Kota,

maka hal ini akan memberikan dampak dalam sistem hukum dalam pengaturan semua

lembaga yang berada di bawah lingkup Pemerintah Daerah KalBar. Semua pengaturan akan

mengacu dan merujuk pada Peraturan Daerah ini. Sebagai aturan Pemerintah Daerah yang

utuh, maka segala pokok pengaturan yang terpisah dalam lingkup sektoral akan masuk

menjadi muatan dalam pengaturan yang ada dalam Peraturan Daerah. Dampak yang lebih

luas adalah menghilangkan overlapping dalam pengaturan dan organ di bawah Pemerintah

Daerah. Peluang untuk menjadikan Peraturan Daerah sebagai induk dari semua pengaturan

Pemerintah Daerah dapat diwujudkan. Selama ini pengaturan tentang Peraturan Daerah yang

dibuat dengan sifat reaktif dan sektoral. Dengan menjadikannya sebagai aturan induk maka

setiap permasalahan regulasi dan organ Pemerintah Daerah akan didesain secara menyeluruh.

Resiko dari Peraturan Daerah dijadikan sebagai induk pengaturan Provinsi dan Kota adalah

terhadap Peraturan-peraturan yang sudah ada maka harus masuk materi muatannya pada

Peraturan Daerah ini. Padahal Peraturan-peraturan yang mengatur tersebut notabene adalah

Peraturan yang baru dan belum lama berlakunya. Selain itu, penataan pemerintahan ini akan

membuat perombakan struktur yang sudah mapan, sehingga harus memulai dengan yang baru

Page 10: Perda Hafidz

dan sangat dimungkinkan untuk menghapus atau menggabung organ yang sudah ada.

Akibatnya harus pula memikirkan tenaga yang sebelumnya menempati lembaga yang dihapus

atau digabungkan akan dipindahkan ke mana dan penyesuaian kualifikasi kemampuan yang

dimiliki.

3.  Penjabaran Lebih Lanjut Kewajiban Pemerintah Daerah

Dengan keberadaan Peraturan Daerah yang materi muatannya menjabarkan kewajiban

Pemerintah Daerah yang ada di konstitusi hal tersebut akan memberikan kepastian hukum

bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan kewenangannya. Hal tersebut karena Peraturan

Daerah ini mengatur bagaimana mekanisme melakukan tugas dan kewajiban Pemerintah

Daerah. Dengan mengatur materi muatan sebagai penjabaran tugas dan kewajiban

pemerintah daerah maka akan menjadikan kewenangan tersebut utuh dalam satu kesatuan,

tidak lagi terpecah-pecah ke dalam berbagai peraturan-peraturan dan mengharuskan semua

kewenangan untuk diatur di dalamnya. Peluang untuk melakukan penjabaran Tugas dan

kewajiban Pemerintah Daerah ke dalam Peraturana Daerah sangat besar terlaksana. Dengan

penjabaran Tugas dan kewajiban Pemerinrah Daerah ke dalam Peraturan Daerah, maka

berisiko untuk membatasi ruang gerak Pemerintah Daerah. Penjabaran dari tugas dan

Kewajiban Pemerintah Daerah sangat dimungkinkan untuk mempersempit makna dari tugas

dan kewajiban Pemerintah Daerah, sehingga dalam hal ini kebijakan yang dihasilkan karena

penyempitan kewenangan itu tidak memberikan hasil yang maksimal. Maka dari itu,

penjabaran lebih lanjut tentang tugas dan kewajiban Pemerintah Daerah harus tetap sejalan

dengan semangat konstitusi.

Karena dari itu Pemerintah Daerah harus tetap sejalan dengan organ yang ada dibawahnya,

karena koordinasi pemrintah daerah dan pemerintah kota harus tetap terjaga dengan baik,

Page 11: Perda Hafidz

agar Peraturan Daerah yang dibuat akan berfungsi baik bagi masyarakat yang ada di Kota

Pontianak, dan berjalan sebagaimana mestinya.

C. Solusi dari masalah yang dibahas dalam naskah akademik ini

Untuk membuat suatu peraturan yang baru masyarakat tidak akan langsung dapat paham dan

langsung dapat menjalankannya sehingga untuk itulah diperlukannya usaha dari pemerintah

untuk membuat masyarakat sadar dan paham bagaimana peraturan tersebut diterapakan

dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pembinaan kesadaran hukum ini dapat dilakukan

dengan beberapa cara yakni :

1. Sikap moral kunci kesadaran hukum, Jika masyarakat menganggap bahwa hukum

dipraktekkan pemerintah kepadanya dirasa baik dalam menjalin keberlangsungan

hidupnya, tentunya rakyat akan berperan sesuai hukum itu dan sebaliknya, jika hukum

secara substansial merugikan ataupun tingkah laku masyarakatnya kurang taat, maka

perlikau yang diharapkan sulit terwujud dan akhirnya muncul peran yang kontradiktif

terhadap hukum. Dari segi sosial, perilaku yang menyimpang itu lebih disebabkan oleh

moral (mores) yang tidak sejalan dengan kehendak hukum . Summer mengatakan bahwa

moral masyarakat selalu berada lebih dulu daripada adanya hukum, sehingga dapat

digeneralisasikan jika moral masyarakat baik, maka tingkat kepatuhannya terhadap hukum

juga baik , tetapi jika moral masyarakat buruk tentu perilakunya paradoks terhadap hukum.

Agar perilaku sejalan dengan kehendak tertulis harus ada perubahan secara evolutif,

perlahan dan bertahap serta berkesinambungan terhadap perilaku sosial masyarakat yang

umumnya lewat saluran pendidikan khusunya pendidikan hukum.

Page 12: Perda Hafidz

2. Motivasi bertingkah laku

Dalam menghadapi nilai baru, perilaku sosial mayarakat cenderung menganut atau

menyikapinya tergantung dari 3 faktor yaitu:

1. Apakah norma itu sudah diketahui ?

2. Serasi tidaknya dengan perilaku sosial setempat ?

3. Apakah si pemegang peran digerakkan oleh motivasi yang menyimpang ?

Dari uraian sidemen tersebut ada bebrapa faktor yang menarik untuk dikaji selain faktor

sosialisasi, sinkronisasi tetapi juga faktor psikologis yakni dorongan dari dalam untuk

berkonstribusi atau tisaj berkonfron terhadap nilai baru.

3. Pertimbangan Pembuatan Hukum

Pembuatan hukum itu merupakan suatu rencana bertindak. Dengan memperhatikan berbagai

factor dalam kehidupan masyarakat, maka pembinaan kesadaran hukum tidak boleh

dilakukan secara sepotong-sepotong, parsial. Melainkan memperhatikan berbagai factor yang

terkait dengannya..

Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha yang sistematis meliputi

tekhnik-tekhnik perundang-undangan yang dipakai. Dengan harapan proses pertimbangan

pembuatan hukum tersebut mampu mengakomodir nilai dan kehendak-cita-cita masyarakat

atau cita-cita bersama.

Page 13: Perda Hafidz

4. Pembinaan kesadaran hukum

Pada dasarnya kesadaran hukum itu merupakan control; agar hukum dibuat dan dilaksanakan

sebaik mungkin. Oleh karena itu perlu adanya usaha-usaha kearah pembinaan kesadaran

hukum yang berorientasi kepada usaha-usaha menanamkan, memasyarakatkan dan

melembagakan nilai-nilai yang mendasari peraturan tersebut.

Kesadaran untuk memerlukan hukum sebagai sarana yang disengaja untuk mencapai tujuan-

tujuan yang dikehendaki merupakan keinginan bersama sebagai sarana merealisasikan

kebijaksanaa-kebijaksanaan Negara, dalam bidang ekonomi, politik, social budaya dan

hankam sesuai dengan skala perioritas yang telah ditentukan

Page 14: Perda Hafidz

PERATURAN PEMERINTAH DAERAH

KOTA PONTIANAK

NOMOR 13 TAHUN 2013

TENTANG PEMISAHAN TEMPAT PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK DENGAN SUNGAI KAPUAS YANG ADA DI KOTA PONTIANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA PONTIANAK,

Menimbang : a. Bahwa didaerah kota Pontianak yang mempunyai sungai Kapuas yang dikenal sebagai sungai terpanjang di Indonesia, dan sungai Kapuas tersebuta sehari - hari dapat dijadikan sebagai lalu lintas air dan kehidupan masyarka yang bertempat tinngal di tepian sungai kapuas.

b. Bahwa peraturan yang mengatur tentang pemisahan antara tempat pembuangan limbah pabrik dengan sungai Kapuas belum pernah dibuat dan diatur oleh pemerintah daerah kota Pontianak sehingga dibuatnya peraturan daerah tentang hal ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada;

c. Bahwa peraturan daerah tersebut merupakan peraturan yang harus dibuat dan diberlakukan secepatnya sehingga dapat membantu pemerintah daerah kota Pontianak agar limbah pabrik tidak tercemar di sungai kapuas tersebut;

d. Bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk mengatur tentang pemisahan pembuangan limbah pabrik dengan sungai Kapuas yang ada di kota Pontianak.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, pasal 28H ayat (1), dan pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

2. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209),

Page 15: Perda Hafidz

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Pontianak

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah,

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

9. Peraturan Pemeritah Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah

10. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2006 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

11. Peraturan Pemerintah Kota Pontianak Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak tahun 2003-2013

12. Peraturan Pemerintah Kota Pontianak Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

13. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Susunan Pembentukan Oragnisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak

Dengan Persetujuan Bersama

Dewan Perwakilan Rakyat Kota Pontianak

Dan

Wali Kota PontianakMEMUTUSKAN:

Menetapkan : Peraturan Daerah Pemisahan Tempat Pembuangan Limbah dan Sungai Kapuas

Page 16: Perda Hafidz

BAB. IKETENTUAN UMUM

PASAL 1

Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kota Pontianak2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Daerah3. Wali Kota adalah Walikota Pontianak4. Dewan Perwakilan Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah5. Cairan Merkuri adalah limbah atau sisa kegiatan sehari-hari pabrik dan atau dari

proses pengolahan bahan – bahan pabrik yang berbentuk cairan yang berasal dari bahan organik yang tidak digunakan

6. Kebersihan adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan upaya kebersihan termasuk sarana, prasarana serta personal agar semua benda yang dikategorikan sebagai limbah dan tiap sesuatu yang menurut sifatnya harus dibuang, dapat dijalankan dan diurus penyelanggaraan dengan baik sehingga akan tercapai suatu lingkungan hidup yang bersih, sehat dan indah

7. Pemisahan limbah pabrik dan sungai adalah Kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan pencemaran alam

8. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat penampungan limbah pabrik sebelum dikelola, agar tidak mencemari lingkungan

9. Tempat pembuangan akhir yang disingkat TPA adalah lokasi/tempat penampungan, pengolahan dan pemusnahan limbah pabrik kemedia lingkungan secara aman

10. Pemisahan limbah pabrik dan sungai kapuas adalah upaya yang meliputi kegiatan mengurangi pencemaran lingkungan

Page 17: Perda Hafidz

BAB II

PENGOLAHAN KEBERSIHAN/LIMBAH

PASAL 2

(1) Kegiatan pembinaan dan pengendalian terhadap pengolahan dan pelayanan limbah/kebersiahan dilaksanakan dinas terkait.

(2) Pengolahan limbah oleh dinas terkait sebagaimana dimaksud ayat (1), meliputi :a. Pemeliharan kebersihan lingkungan pada pusat-pusat kota, pasar, jalan-jalan

umum, saluran-saluran umum, beram jalan, tempat-tempat umum dan tempat lain yang berhubungan dengan limbah dan kebersihan.

b. Pengaturan dan penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

c. Pengumpulan dan pengangkutan limbah dari sumbernya ke Tempat Penampungan Sementara dan atau Tempat Pembuangan Akhir.

d. Pemusnahan dan pemanfaatan dengan cara-cara yang tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan.

PASAL 3

Klasifikasi tempat penghasil dan sumber limbah, meliputi :a. Pemukiman;b. Daerah komersial;c. Daerah institusi; d. Fasilitas umum;e. Kawasan industrif. Kawasan pengerjaan bangunan,pemugaran,dan pembongkaran;g. Kawasan rumah sakiti/puskesmas/rumah bersalin;h. Kegiatan pertanian

PASAL 4

Pengurangan limbah dilakukan meliputi :a. Penetapan sasaran dalam jangka waktu tertentu dalam pengurangan limbah;b. Memfasilitasi kegiatan pembuangan limbah yang tepat dan jauh dari pemukiman

masyarakat.

PASAL 5

(1) Penyaluran limbah dilakukan mulai dari sumbernya(2) Pengelola tempat penampungan sementara wajib menyalurkan limbah ke tempat

pembuangan

Page 18: Perda Hafidz

(3) Pengelolaan kawasan perumahan dalam bentuk kuster, fasilitas umum, fasilitas sosial wajib melakukan pembuangan limbah yang dihasilakan oleh kluster, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang bersangkutan.

PASAL 6

(1) Pembuangan limbah dan tempat penyimpanan sementara ketempat pembuangan menggunakan alat angkut yang telah disediakan.

(2) Persyaratan tekhnis alat angkut sebagaimana yang ada pada ayat (1) ditentukan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam bidang perhubungan

PASAL 7

(1) Penetapan Lokasi Pembuangan limbah disesuaikan dengan tata ruang Kota Pontianak(2) Penetapan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota

PASAL 8

(1) Dinas teknis berkewajiban memberikan pelayanan dibidang perlimbahan(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi pengalokasian limbah

PASAL 9

(1) Setiap orang wajib memelihara kebersihan dengan cara membatasi, mengurangi, dan menangani limbah yang berwawasan ligkungan

(2) Kewajiban dimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kebersihan bangunan dan pencemaran limbah.

BAB III Ketentuan Pidana

PASAL 10

(1) Barang siapa melanggar Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000,000,- (seratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah tindakan pelanggaran.

Page 19: Perda Hafidz

BAB IVKetentuan Penutup

PASAL 11

Perturan daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam lembar Daerah Kota Pontianak.

Ditetapkan di Pontianak19 Maret 2013

WALI KOTA PONTIANAK TTD

SUTARMIDJI, SH. MH

Diundangkan di Pontianak19 Maret 2013

Sekertaris Daerah Kota Pontianak

HAFIDZAL IMAM ZEINDIQA