skripsi expos facto 2

Upload: surya-laga

Post on 08-Mar-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi Expos Facto 2

TRANSCRIPT

BAB IV

39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini sangat diperlukan untuk mengembangkan potensi - potensi yang ada pada diri anak dan meningkatkan pendidikan anak ke tahap selanjutnya. Dalam menghadapi tantangan era globalisasi, anak anak merupakan sumber daya manusia yang potensial yang harus dipersiapkan dengan baik.

Keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah tempat di mana anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang memerlukan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini juga dikemukakan dalam Undang-undang RI no.23 tentang Perlindungan Anak; bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat serta bakatnya. Undang undang tersebut menjelaskan bahwa anak berhak dalam mengembangkan potensinya secara menyeluruh, tanpa ancaman, tanpa memandang status dan latar belakang keluarganya, agar anak mendapatkan kesempatan untuk tumbuh kembang secara baik sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.

Bredekamp menyebutkan bahwa pendidikan pada masa usia dini ini diakui sebagai periode yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia, pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa berikutnya. Pertumbuhan dan perkembangan anak di tahun ini berlangsung cepat. Bila anak dapat melakukan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya pada satu tahapan usia, peluang keberhasilan ditahun berikutnya akan besar. Namun bila anak gagal, maka ditahap usia berikutnya pun peluang keberhasilannya menjadi kecil.

Pemerintah saat ini berusaha keras untuk membuka wacana berpikir masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Cara-cara ini misalnya adalah pemberdayaan masyarakat sekitar, organisasi atau institusi yang ada dalam membuat program layanan pendidikan bagi anak usia dini melalui partisipasi dan peran organisasi masyarakat yang telah ada. Hasil pendataan Ditjen Pendidikan Luar sekolah Program PAUD non formal tercatat berjumlah 56.544 lembaga, yang terdiri dari 523 lembaga Taman Penitipan Anak (TPA), 20.143 lembaga Kelompok Bermain (KB), dan 35.827 lembaga Pos PAUD. Pendidikan non formal ini berkembang karena dukungan lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah. Sebagian besar lembaga ini dipelopori oleh ibu-ibu PKK, Posyandu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga keagamaan.

Dalam program PAUD ini kader PKK dapat berperan sebagai pengelola dan tutor atau tenaga pendidik. Keberhasilan program ini tergantung pada peran dan partisipasi kader PKK selain peran aktif dari seluruh komponen masyarakat lainnya, karena peran strategis PKK sebagai salah satu organisasi wanita yang sangat potensial untuk meningkatkan kepedulian akan pendidikan anak usia dini, maka PKK menjadi salah satu ujung tombak dalam mensukseskan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Namun semua itu tidaklah terlepas dari sumber daya manusia para pendidik yang berada di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini tersebut. Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu lembaga atau organisasi. Dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Himpaudi DKI Jakarta, dari 2000 tenaga pendidik PAUD nonformal Se-Jakarta hanya 10% yang berlatar pendidikan Sarjana PAUD, 50% lulusan D2 PGTK dan 40% adalah lulusan SMA. Kondisi ini semakin memprihatinkan tatkala semakin banyak PAUD yang diselenggarakan oleh PKK, dan diantaranya masih ada yang hanya merupakan lulusan SD atau SMP. Sebagai mana diketahui, pendidik merupakan faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar anak. Hal tersebut dapat tersebut dapat berjalan dengan baik apabila para ibu PKK yang dijadikan sebagai tutor PAUD dibekali oleh latar belakang pendidikan yang relevan sehingga pemahaman tentang PAUD dapat dimengerti dan diterapkan dengan baik dan benar.

Kader PKK dalam hal ini adalah ibu-ibu yang terlibat dalam kepengurusan PKK kelurahan di wilayah setempat yang peduli terhadap kesejahteraan anak Balita, ibu, keluarga dan masyarakat, yang rata-rata merupakan lulusan SLTA yang sebenarnya masih dikatakan belum layak menjadi pendidik atau guru. Hal tersebut dikarenakan latar belakang pendidikan para kader yang masih belum memenuhi kualifikasi sebagai tutor, guru atau tenaga pendidik bagi anak usia dini, dan rendahnya mutu kader PKK yang dijadikan sebagai guru, di dalam hal pemahaman PAUD, pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak usia dini merupakan salah satu kendala yang dihadapi.

Di setiap Lembaga PAUD (LPAUD) dan para guru yang berada di LPAUD tersebut tentunya menginginkan informasi serta keterampilan baru untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan lembaga pendidikannya. Keterampilan serta informasi tersebut dapat diperoleh melalui berbagai jenis pelatihan yang ditujukan bagi para guru dan pengelola PAUD. Demi peningkatan mutu para pendidik, maka tidaklah jarang Lembaga PAUD mengikut sertakan para tutor-tutornya yang berlatar belakang ibu PKK dalam pelatihan PAUD yang diadakan oleh berbagai pihak penyelenggara atau pun instansi pemerintah, dengan harapan agar dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan prilaku para tutor PAUD.

Berkebalikan dengan harapan di atas, kenyataan yang terjadi di lapangan justru kita masih sering menemukan adanya tutor PKK yang telah mengikuti program pelatihan PAUD namun masih kurang memiliki pemahaman tentang PAUD dengan baik dan benar. Seperti dalam pemberian materi pada anak didik yang sering kali hanya berfokus pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung yang dianggap lebih penting, lebih mudah dan praktis yang akhirnya para kader PKK tanpa sadar mengabaikan aspek perkembangan anak yang lain. Program pelatihan biasanya diusulkan sebagai cara atau solusi untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan sebagai penambahan keterampilan serta pemahaman baru sesuai kebutuhan tutor. Meskipun demikian, semua kekurangan pemahaman tentang PAUD tidaklah disebabkan oleh pelatihan yang tidak memadai, namun dapat karena berbagai sebab.

Pelatihan atau pembinaan yang dilaksanakan terhadap guru di Lembaga PAUD yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah meliputi kesepahaman persepsi, pengertian apakah PAUD itu, bagaimana metode mengajar yang tepat, sarana apa yang sebaiknya digunakan, menambah wawasan pengetahuan dengan berbagai informasi yang mendukung agar tutor dapat melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat. Pelatihan untuk tutor sering diadakan pembinaan yang bersifat teknis. Misalnya penguasaan pemahaman anak usia dini dan penguasaan materi yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pada anak usia dini.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat harapan dari penyelenggaraan pelatihan bagi tutor PAUD, maka perlu dikaji lebih jauh tentang pengaruh pelatihan PAUD terhadap pemahaman tutor PKK tentang PAUD. B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut:1. Apakah tutor PAUD sering di ikut sertakan pada pelatihan PAUD?

2. Apakah pelatihan PAUD bagi tutor PKK yang diadakan oleh instansi pemerintah atau penyelenggara lain kepada lembaga PAUD sudah cukup?

3. Apakah materi pelatihan PAUD dapat dipahami oleh para tutor PAUD yang berlatar belakang sebagai ibu PKK ?

4. Apakah hasil pelatihan tutor dapat meningkatkan pemahaman tentang PAUD?

5. Bagaimana tingkat pemahaman tentang PAUD oleh tutor PKK setelah mengikuti pelatihan PAUD?

C. Pembatasan masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti akan memberikan gambaran secara umum lingkup masalah yang akan dibahas dibatasi pada pengaruh pelatihan PAUD terhadap pemahaman tutor PKK tentang PAUD. Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada seseorang yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan terrtentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.Pelatihan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pelatihan PAUD yang berisikan materi meliputi tentang pengetahuan dasar PAUD, media dan sumber belajar PAUD. Adapun pelatihan yang pernah diikuti oleh para tutor atau pendidik PAUD non formal ini adalah minimal 3 kali.

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Tutor tahu apa apa saja yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang diberikan.

Sasaran penelitian ini dibatasi pada lembaga PAUD Non formal yang menggunakan tutor berlatar belakang ibu PKK sebagai tenaga pengajarnya dan telah mendapatkan pelatihan tentang kependidikan anak usia dini.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang diajukan adalah adakah pengaruh pelatihan PAUD terhadap pemahaman PAUD pada tutor PKK ?E. Kegunaan hasil penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaaat baik secara teoretis maupun praktis:

1. Secara Teoretis

Secara teoretis diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi pada pengembangan khasanah keilmuan, khususnya pada peranan pelatihan PAUD terhadap pemahaman tutor PKK tentang PAUD.2. Secara Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Instansi atau lembaga pendidikan anak usia dini, baik stuktural, non stuktural, maupun fungsional, yakni memberikan bahan masukan bagi pembinaan PKK, sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (khususnya para guru PAUD), dan menambah pengetahuan serta informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan PAUD.

b. Bagi kader PKK

Menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai bahan masukan dalam pengembangan pengajaran dilembaga PAUD, dan diharapkan pula membantu peningkatan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan para kader atau tutor PKK didalam pemahaman tentang PAUD dan peningkatan kualitas tutor PKK dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini yang bermutu.c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pemahaman PAUD pada tutor PKK di Lembaga PAUD non formal.BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Hakikat Tutor PKK

a. Pengertian Tutor PKK

Istilah tutor berasal dari bahasa inggris tutor yang berarti mengajar. Pernyataan tersebut dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki tugas mengajar atau pengajar secara individu atau kelompok. Menurut Iskandar, tutor adalah orang yang membantu proses belajar pendidikan dasar umum dan keterampilan pada pendidikan luar sekolah. Dimana orang tersebut memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bahan kajian atau pelajaran yang diajarkan. Pendapat tersebut menggambarkan seorang tutor diandaikan memiliki penguasaan terhadap bidang studi, lebih dari sekedar pengetahuan. Tutor perlu mengetahui karakteristik anak-anak sebagai orang yang belajar beserta lingkungan mereka. Karakteristik anak-anak dan lingkungannya perlu dijadikan pertimbangan dalam menyususn proses kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan yang dimaksud dengan tutor oleh usman adalah warga masyarakat yang mampu dan mau membelajarkan warga belajarnya. Tutor memiliki tiga jenis tugas, antara lain : (1) tugas profesi (2) tugas kemanusiaan, (3) tugas kemasyarakatan. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa tutor memiliki tugas pertama: tugas profesi tutor adalah meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti membangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada anak didik atau siswa. Kedua, tugas tutor dalam bidang kemanusiaan harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.

Tutor harus mampu menjadi idola dan motivasi para peserta didiknya dalam kegiatan belajar. Ketiga,tugas tutor dalam bidang kemasyarakatan, masyarakat menempatkan tutor pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seseorang tenag pendidik diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi pengetahuan. Ini berarti bahwa tenaga pendidik berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. masyarakat menempatkan tutor pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seseorang tenag pendidik

Salah satu organisasi masyarakat di Indonesia yang berorientasi pada ibu dan anak adalah program pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK ). PKK adalah gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan perempuan sebagai motor penggeraknya menuju terwujudnya keluarga bahagia, sejahtera, maju dan mandiri. Hal tersebut menjelaskan bahwa organisasi ini lebih memfokuskan pada upaya pemberdayaan wanita yang tak hanya memfokuskan pada upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan wanita sebagai isteri tetapi juga pada peningkatan peran wanita diluar rumah, dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia, sejahtera, maju dan mandiri.

Kader PKK dalam hal ini adalah ibu-ibu yang terlibat dalam kepengurusan PKK kelurahan di wilayah setempat yang peduli terhadap kesejahteraan anak Balita, ibu, keluarga dan masyarakat. Salah satu wujud pelaksanaan program mereka adalah dengan ikut serta dalam memberikan layanan pendidikan pada anak usia dini. Tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi PKK adalah untuk meningkatkan lahir dan batin menuju terwujudnya keluarga yang berbudaya, bahagia, sejahtera, maju, mandiri, hidup dalam suasana harmonis yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kriteria angggota PKK antara lain: 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. , 2) dapat membaca dan menulis latin, 4) peduli terhadap upaya pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, 5) bersifat perorangan, tidak mewakili suatu organisasi, golongan, partai politik, lembaga atau instansi, 6) menyediakan waktu yang cukup, 7) memiliki kemauan, kemampuan dan etos kerja serta berdedikasi tinggi. Berdasarkan kriteria tersebut dapat dikatakan bahwa anggota PKK adalah seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan, memiliki kemampuan membaca dan menulis, perorangan, mau bekerja secara suka rela, beretos kerja yang baik serta berdedikasi tinggi dalam program pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.

2. Hakikat pelatihan PAUD

a. Pengertian Pelatihan

Pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui jalur formal dan nonformal. Pengembangan dan peningkatan melalui jalur non formal adalah seperti melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, workshop atau lokakarya. Pembinaan dalam bentuk pelatihan bertujuan agar menghasilkan terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap sebagaimana yang diharapkan. Para pendidik PAUD dituntut dapat memenuhi kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu pada saat ini instansi pemerintah seperti Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (Dit PTK-PNF) Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) yang mempunyai tugas untuk membina pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal agar memiliki kompetensi (pedagogi, keperibadian,social dan profesional) yang sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan,memandang perlu menyelengarakan kegiatan pelatihan Dasar untuk pendidik PAUD melalui pelatihan-pelatihan bagi tutor PAUD.

Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu.

Program pelatihan memang merupakan sumber yang efektif untuk pengembangan karyawan. Tetapi sebelum menentukan tindakan pengembangan terkaitan dengan bidang yang harus dikembangkan. Pelatihan merupakan pilihan yang sangat baik untuk dipertimbangkan dalam pembelajaran. Melalui pelatihan seseorang mendapat alat bantu, wawasan baru dan keterampilan baru. Tetapi pelatihan dirancang hanya untuk melengkapi aktivitas-aktivitas pengembangan.

Dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja yang terdapat dalam himpunan peraturan dan perundang-undangan ketenagakerjaan tahun 2000, tertera yang dimaksud dengan pelatihan :

keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktifitas, disiplin dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan baik di sektor formal maupun sektor informal.

Dari pendapat dan keputusan perundang-undangan tersebut dapat dikatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada seseorang yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi.

Menurut Arif, Tanggapan atau responsi para peserta setelah mengikuti suatu pelatihan sesungguhnya merupakan pernyataan perubahan sikap mereka. Kita dapat melihat kecenderungan respon mereka. Respon para peserta latihan setelah mengikuti suatu pelatihan dapat digolongkan atas tiga golongan: (1) respon yang bersifat kognitif. Respon ini berkaitan dengan memahami dan tidak memahami, tahu dan tidak tahu serta menyadari dan tidak menyadari terhadap apa yang telah dilatihkan, (2) respon yang bersifat afektif. Respon ini berkaitan dengan suka dan tidak suka, senang dan tidak senang terhadap apa yang telah dilatihkan, (3) respon yang bersifat psikomotorik. Respon ini berkaitan dengan dapat melaksanakan dan tidak dapat melaksanakan, bisa dan tidak bisa terhadap apa yang telah dilatihkan.

pernyataan tersebut dapat digambarkan dengan suatu contoh sebagai berikut, apabila dalam pelatihan PAUD diberikan materi tentang media bagi PAUD, tujuan materi tersebut adalah agar para peserta mampu memilih, menyiapkan, membuat dan mempergunakan media yang sesuai bagi PAUD. Tetapi setelah pelatihan tersebut berakhir dan berdasarkan beberapa hasil observasi, para tutor PAUD tersebut belum mampu memilih, membuat, mempersiapkan dan mempergunakan PAUD, maka kesimpulan pada keadaan ini adalah adanya kecenderungan bahwa peserta pelatihan belum menunjukkan adanya perubahan pada diri mereka. Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang telah mengikuti suatu pelatihan tersebut berkaitan erat dengan penguasaannya terhadap materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan. Dengan menguasai materi-materi tersebut maka tujuan untuk memperoleh kemampuan diranah kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dimiliki.

Pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang (karyawan atau sekelompok orang).Pengertian diatas adalah suatu bentuk usaha meningkatkan keterampilan dan kemampuan seseorang (pengajaran dan pelatihan ) serta mengubah perilaku dan sikapnya (pendidikan) untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi atau lembaga. Suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana pegawai mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas.

Menurut Bernardin mendefinisikan pelatihan Training is defined as any attempt to improve employee performance on a currently held job or one related to it. Pelatihan menurut pendapat tersebut didefinisikan sebagai sebuah usaha untuk meningkatkan kemampuan pekerjaan saat ini atau yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut. Diharapkan akan adanya perubahan yang spesifik dalam pengetahuan, skill, sikap atau prilaku. Proses pelatihan dapat dikatakan sebagai proses pendidikan.

Untuk mempertinggi mutu kerja para pekerja dan mencermati ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan cepat, lembaga menganggap dengan melakukan hal tersebut akan mengadakan perbaikan dalam kemampuan bekerja. Sehubungan dengan hal tersebut Cushway dalam bukunya Human Resource Management mengemukakan bahwa Pelatihan adalah proses mengajarkan keahlian dan memberikan pengetahuan yang perlu, serta sikap supaya mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan standar. Hal ini menjelaskan adanya perbedaan dengan pendidikan yang memberikan pengetahuan tentang subyek tertentu secara umum, karena pelatihan memusatkan diri pada kebutuhan khusus dalam pekerjaan.

Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hamalik yang mendefinisikan pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas dalam suatu organisasi. Dalam pendapat tersebut diatas, konsep pemberian bantuan mengandung makna yang luas. Bantuan dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas, penyampaian informasi, latihan keterampilan, pengorganisasian suatu lingkungan belajar; yang pada dasarnya peserta telah memiliki potensi dan pengalaman, motivasi untuk melakukan sendiri kegiatan latihan dan memperbaiki dirinya sendiri.

Menurut Hatfield, sebagaimana yang dikutip oleh T.Syafri menyebutkan bahwa pelatihan terbagi dua yakni:1). Pelatihan umum, pelatihan dimana karyawan memperoleh keterampilan dan dapat dipakai hampir disemua jenis pekerjaan, 2) Pelatihan khusus, merupakan pelatihan dimana para karyawan memperoleh informasi dan keterampilan yang siap pakai, khususnya pada bidang pekerjaannya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pelatihan terbagi menjadi dua alternatif yaitu pelatihan umum dan khusus, dimana masing-masing pelatihan tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan atau keinginan dari seseorang atau lembaga.

Biasanya pelatihan merujuk kepada perkembangan keterampilan bekerja yang dapat digunakan dengan segera. Pelatihan efektif dapat ditinjau dari sisi individu yakni dengan adanya perubahan berupa peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengembangan diri. Ditinjau dari aspek lembaga yaitu tercapainya kinerja perusahaan yang maksimum sebagai buah dari hasil pelatihan.

Dengan demikian dari beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan diatas secara ringkas dapat dikatakan bahwa pelatihan adalah suatu upaya yang bertujuan untuk meningkatkan, memperbaiki, mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Tujuan Pelatihan PAUD

Tujuan pelatihan dapat dirumuskan berdasarkan tujuan pendidikan nasional. Hal tersebut juga terkait dengan upaya meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Unsur-unsur tersebut perlu dimiliki oleh setiap tenaga kerja sebagai manusia indonesia seutuhnya dan perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya.

Adapun menurut Departemen Pendidikan Nasional, tujuan pelatihan PAUD terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pelatihan PAUD yakni untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan kepada para peserta Pelatihan Dasar Pendidik PAUD dalam rangka menciptakan Pendidik PAUD yang professional dan bermartabat. Sedangkan tujuan khusus pelatihan PAUD adalah setelah para peserta mengikuti pelatihan, peserta mendapatkan hasil untuk dapat , menjelaskan Strategi peningkatan mutu Pendidik PAUD

menjelaskan Penyelengaraan PAUD dengan pendekatan sesuai materi, menjelaskan bermain dengan anak, menjelaskan perkembangan anak, menjelaskan 3 jenis main dan penerapannya, menyusun penataan lingkungan bermain, menyusun Perencanaan dan evaluasi bermain anak. Dengan demikian pelatihan ini mengharapkan adanya sejumlah peserta pendidik PAUD yang telah dilatih mendapatkan kesepakatan/informasi yang mampu menyatukan arah, persepsi dan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mendidik anak usia dini pada jalur pendeidikan nonformal serta adanya draft rencana satuan kegiatan harian, bulanan dan tahunan pada lembaga PAUD non formal tersebut.3. Hakikat Pemahaman PAUD

a. Pemahaman

Kata pemahaman cukup luas dipakai dikalangan masyarakat. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pengetahuan merupakan tipe hasil belajar yang berada diranah kognitif tingkat rendah.Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

Hasil belajar menurut Bloom dapat digolongkan kedalam tiga ranah, yaitu 1) ranah kognitif, 2) ranah afektif, 3) ranah psikomotorik. Ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan yaitu:(a) pengetahuan, termasuk mengingat hal positif dan universal, (b) pemahaman, berhubungan dengan jenis pengertian, (c) aplikasi, penggunaan abstraksi kedalam kehidupan nyata; (d) analisis, meliputi analisis unsur-unsur, analisis keterkaitan, analisis prinsip organisasi, susunan sistematis dan stuktur yang menopang komunikasi; (e) sintesis, menyatukan unsur-unsur dan bagian untuk membentuk keseluruhan; (f) evaluasi penilaian yaitu pertimbangan-pertimbangan tentang nilai-nilai dari sesuatu tujuan tertentu. Pemahaman termasuk dalam ranah kognitif yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.Berdasarkan penjabaran tersebut, hasil belajar dapat dideskripsikan sebagai suatu kemampuan yang didapat setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar juga merupakan tingkah laku yang bersifat menetap berkat adanya pengalaman dan latihan secara terus menerus.

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi. 1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya mengartikan Bhineka Tunggal Ika, 2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, 3) tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan pemahaman ektrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pemahaman terdiri dari pemahaman tingkat terendah sampai dengan tingkat tertinggi. Tingkat terendanya adalah pemahaman terjemahaman yang dalam artian menterjemahkan kedalam arti sesungguhnya, dan pemahaman tertingginya adalah pemahaman ektrapolasi atau dampak dimana seseorang akan dapat memperluas dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.

Hal tersebut sejalan dengan Bloom dalam implikasi taksonomi hasil belajar dengan perumusan tujuan pembelajarannya, pemahaman meliputi mengubah, menjelaskan, mengikhtisarkan, menyusun kembali, menafsirkan, membedakan, memperkirakan, memperluas, menyimpulkan dan menganulir. Pernyataan tersebut mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Pemahaman tidak hanya sekedar tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat berusaha memahaminya. Aspek ini satu tingkat atau lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah.

Senada dengan pendapat itu, Winkel mendefinisikan pemahaman sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pembelajar tahu apa apa saja yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang diberikan. hal tersebut terlihat dengan Indikator dari pemahaman yang dapat diamati secara langsung seperti, kemampuan memberikan contoh, kemampuan dalam membuat definisi konsep menurut pernyataan atau simbol yang diberikan, dan kemampuan menggunakan konsep dalam bentuk mampu mengerjakan soal-soal.

Sementara itu menurut Wittig yang dikutip oleh Syah, bahwa pada setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah: (1) tahap acquisition (tahap perolehan atau penerimaan informasi), (2) tahap strorage (tahap penyimpanan informasi) dan (3) tahap retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi). Pada tahap acquisition, seorang pembelajar mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini, terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan prilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Berikutnya pada tahap strorage, seorang pembelajar secara otomatis akan mengalami proses penyimpangan, pemahaman, dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition. Selanjutnya tahap yang ketiga yaitu tahap retrieval, seorang pembelajar akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, misalkan ketika seorang pembelajar menjawab persoalan atau menyelesaikan masalah.

Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap yang paling dasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap berikutnya atau dengan kata lain keberhasilan pada tahap ini akan terjadi jika seorang pembelajar mengalami pemahaman terhadap hal-hal yang sedang dipelajarinya.

Dari beberapa definisi pemahaman tersebut, maka pemahaman dapat dikatakan sebagai suatu kondisi seseorang mampu mengungkapkan kembali, dapat memberikan contoh, mampu memberikan konsep berupa uraian, serta dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah.

b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berada pada rentangan usia lahir sampai dengan 6 tahun. Hal ini sejalan dengan undang-undang sistem pendidikan nasional yaitu:Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pada usia ini seluruh dimensi perkembangan anak baik intelektual, bahasa, motorik, emosi, sosial, minat dan bakat mengalami perkembangan yang luar biasa. Dimensi-dimensi perkembangan ini merupakan potensi yang akan mempengaruhi kualitas hidup anak dimasa depan.

Masa usia dini merupakan masa kritis dalam rentang perkembangan kehidupan seseorang. Segala hal yang diajarkan dari lingkungan akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhannya kelak. Usia dini merupakan usia keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Departemen Pendidikan Nasional yang menyatakan masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan.

Pernyataan tersebut memberikan gambaran bahwa masa peka di usia dini jangan sampai terabaikan begitu saja. Masa peka ini hanya terjadi sekali sepanjang rentang kehidupan manusia. Oleh karena itu dibutuhkan stimulasi yang tepat dan lingkungan yang kondusif agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai dengan optimal. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan anak usia dini.

Pendidikan dalam arti luas dijabarkan dalam UU RI no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai pengaruh orang dewasa yang berwujud bimbingan, arahan, dorongan atau nasehat yang diberikan kepada anak didik agar menjadi orang dewasa yang mandiri. Pendidikan menurut pendapat ini lebih ditegaskan agar anak didik dapat bertindak dan berpikir, serta memecahkan masalahnya sendiri. Apabila kemandirian tertanam dalam diri anak maka ia akan memiliki kepribadian dan prinsip hidup yang tidak mudah dipengaruhi orang lain.

Berdasarkan dua pengertian pendidikan di atas dapat diartikan bahwa pendidikan adalah suatu proses untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan atau nasehat kepada anak agar segala potensi yang ada dalam dirinya, masyarakat dan bangsanya.

Direktorat pendidikan anak usia dini mengemukakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikutnya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Pendidikan anak usia dini adalah sebuah upaya yang diberikan kepada anak usia dini dalam rangka membantu memberikan stimulasi pendidikan secara holistik dengan memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak untuk mempersiapkan anak kejenjang pendidikan dasar.

Mengingat begitu besar pengaruhnya pendidikan terhadap kehidupan seseorang maka pendidikan penting diberikan sejak usia dini. Hal tersebut didukung oleh pernyataan sebagai berikut:

during early childhood constitutes golden age to children development. This phase of life largely determines the children development from early age to adult. In spite of its importance, early childhood phase society most ignored phase. As result, this fact we must realize leads to low levels of childrens inclination to enter school.

Pengertian diatas menjelaskan bahwa masa usia dini merupakan masa atau fase emas bagi perkembangan anak, karena pada masa ini sangat menentukan bagi pengembangan anak hingga ia memasuki masa dewasa. Bahkan merupakan fase yang datangnya hanya satu kali dalam hidup manusia tersebut ketika terlewat dengan sia-sia lenyaplah pula peluang untuk berkembang pada fase berikutnya. Akibtnya berdampak terhadap lemahnya kesiapan anak memasuku jenjang persekolahan.

Para ahli berpendapat bahwa perkembangan kecerdasan anak berkembang dengan sangat cepat pada tahun-tahun awal kehidupan anak pada usia empat tahun. Kapasitas kecerdasan sudah mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan titik akumulasi 100% pada usia 18 tahun. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa perkembangan kecerdasan anak telah mencapai 50% dari kecerdasannya, sedangkan 50% lagi diperoleh selama rentangan usia 8 sampai dengan 18 tahun.

Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan pendidikan yang berwujud pemberian stimulas, bimbingan, asuhan, dari pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi dalam diri anak sesuai dengan aspek perkembangan dan kebutuhan anak khususnya anak usia dini. Dari uraian tersebut terkandung pengertian:(1) Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak.(2) Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (kordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan, daya cipta, emosi jamak dan spiritual. (3) Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak usia dini.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan bagi anak lahir sampai dengan 6 tahun. Pendidikan ini mengupayakan pemberian stimulasi, bimbingan, asuhan dan pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan dan keterampilan pada anak. selain itu penyelenggaraan pendidikan untuk pendidkan anak usia dini tetap memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak agar ada kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan kemampuan anak.Wolfang dan wolfang mengemukakan the early childhood education will not be in the students text book, or in the teacher is manual. It will come from real life experiencis digging in the groun, rooting through leaves, rocks, or even waste materials. In these ways children make discoveries and ask question which would chalengge a rosseau or an enstein. Early chilhood education must know how children think an feel.

Pengertian diatas menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini harus berasal dari pengalaman hidup yang sebenarnya, mengajarkan anak tentang keterampilan hidup melalui lingkungan sekitar akan membuat mereka menemukan berbagai jawaban tentang lingkungan. Pendidikan Anak Usia Dini juga harus memahami apa yang anak pikirkan dan rasakan. Hal tersebut akan memudahkan anak menyerap berbagai pengetahuan.

Selanjutnya berdasarkan UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1, pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut.

Melalui undang-undang tersebut ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun dengan menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional, sesuai dengan keunikan dan tahapan perkembangan anak usia dini.c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha melatih dan mengembangkan diri. Kata pendidikan merupakan makna yang luas dari pengajaran. Begitu pula dengan kata pembelajaran yang memiliki arti sama dengan instruction dan lebih luas pula artinya dari pengajaran. Kata pembelajaran berarti menjadikan anak mau dan senang belajar, sedangkan pembelajaran lebih mengaktifkan anak belajar dimana pun ia berada.

Tujuan pendidikan memegang peranan penting sebab tujuan akan memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Tujuan ini membuat apa yang ingin dicapai setelah kegiatan pendidikan berlangsung. Tujuan kegiatan pendidikan anak usia dini dijabarkan menjadi dua tingkatan tujuan yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum PAUD yaitu meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal dan tujuan khusus PAUD yaitu: (a) meningkatkan pertumbuhan fisik anak (tubuh anak), (b)mengembangkan fungsi-fungsi psikis anak (kognitif, bahasa, sosial, moral, motorik, minat, kreativitas, dan sebagainya), (c) membentuk sikap. Pernyataan tersebut diatas memiliki arti bahwa pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini adalah mengupayakan pengembangan seluruh aspek kepribadian anak dengan meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, prilaku, pengetahuan, dan keterampilan yang diberikan dalam suatu kegiatan kepada anak.

Adapun tujuan umum dan khusus Pendidikan Anak Usia Dini menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah: Kegiatan pendidikan bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus adalah kegiatan pendidikan secara khusus bertujuan agar: a) anak mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan tuhan dan mencintai sesama, b) anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima ransangan sensorik (panca indera), c) anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif yang bermanfaat untuk berfikir dan belajar, d) anak mampu berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat, e) anak mampu mengenal lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan menghargai keragaman sosial dan budaya. Serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki, f) anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif.

Dapat dideskripsikan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini ini adalah memberikan stimulasi pada diri anak melalui pendidikan yang diberikan secara menyeluruh, dalam arti bahwa pendidikan itu dapat menstimulasi semua aspek perkembangan anak yang diterima melalui rangsangan intelektual anak, dan akan menjadi dasar bagi pendidikan-pendidikan berikutnya.

Morrison mengungkapkan tujuan yang terkandung dalam Pendidikan Anak Usia Dini yaitu:

All programs of early childhood education should have goal to guide activities an on which to base teaching methodologies. Without goals, it is easy to end up teaching just about anything without knowing why. Early childhood education set minimum goals in at least a few of these areas: social an interpersonal skills, building self image, academics, thinking, learning readiness, language and nutrition.

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas, Pendidikan Anak Usia Dini haruslah memiliki tujuan disemua program dan aktivitasnya. Tanpa tujuan maka pendidikan yang dilakukan tidak akan ada artinya.

Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini biasanya terdiri dari beberapa tujuan yaitu: mengembangkan kemampuan interpersonal dan sosialisasi, kemampuan menolong diri sendiri dan intrapersonal, membangun konsep diri, akademik, pemikiran, belajar mempersiapkan diri, belajar bahasa dan pemenuhan gizi anak.

Hilderbrand mengemukakan sepuluh tujuaan utama dalam pendidikan anak usia dini yang senada dengan pendapat diatas diantaranya:

1) Growing in independence, 2) Learning to give, share and receive affection, 3) Learning to get a long with others, 4) Developing self control, 5) Learning nonsexist human roles, 6) Beginning to understand ones own body, 7) Learning and practicing large and small motor skills, 8) Beginning to understand and control physical world, 9) Learning new words and understanding others, 10) Developing a positive feeling about ones relationship to the world.

Tujuan-tujuan tersebut memfokuskan kepada pentingnya mengembangkan sosialisasi anak terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan tersebut meliputi; bagaimana anak belajar untuk menyayangi sesama, belajar berbagi dan menerima, mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian, memahami perbedaan dirinya dan orang lain atau teman sebayanya. Selain itu anak belajar untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya baik intelektual, bahasa, motorik, mental, emosi dan sosial.

Tujuan tersebut mengandung makna bahwa anak dapat belajar dengan optimal dalam lingkungan yang merdeka atau memberikan kebebasan anak untuk berekspresi. Pendidikan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak dan bukanlah pemaksaan. Dengan begitu seluruh potensi anak dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang wajar, nyaman dan menyenangkan.

d. Pemahaman PAUD

Pemahaman dapat dikatakan sebagai suatu kondisi seseorang dalam kemampuanya mengungkapkan kembali, memberikan contoh, memberikan konsep berupa uraian, serta dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah.

Keterkaitan antara pemahaman dan pengetahuan dikemukakan oleh Blooms yaitu pengetahuan dan pemahaman lahir sebagai akibat proses belajar: (1) Kognitif, yang berhubungan dengan pengetahuan teori, pemahaman fakta, prinsip dan penerapannya. Tujuan ini dibagi atas ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi, (2) Afektif, menunjukkan pada tujuan sehubungan dengan sikap, nilai, aspirasi dan penyesuaian, (3) Psikomotorik, kemampuan yang menekankan kepada keterampilan motorik atau gerakan

Pendidikan Anak Usia Dini pada dasarnya merupakan pendidikan yang berwujud pemberian stimulas, bimbingan, asuhan, dari pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi-potensi dalam diri anak sesuai dengan aspek perkembangan dan kebutuhan anak khususnya anak usia dini. Dari uraian tersebut terkandung pengertian:(1) Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. (2) Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (kordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan, daya cipta, emosi jamak dan spiritual. (3) Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak usia dini.

Berdasarkan penjabaran tersebut, pemahaman tentang PAUD adalah kemampuan menggunakan konsep dalam bentuk mampu mengerjakan soal-soal, serta dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini. B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan berkaitan dengan variabel pelatihan yaitu Hubungan Antara Pelatihan Tutor Paket B Dan Motivasi Kerja Sebagai Tutor Paket B Di Kelompok Belajar Pada SKB Cibinong. Yang menyimpulkan bahwa terdapatnya hubungan positif antara hasil pelatihan tutor paket B dan motivasi kerja sebagai tutor paket B. Implikasi yang ditimbulkan dari hasil penelitian tersebut adalah bahwa pencapaian hasil pelatihan yang optimal merupakan prioritas yang harus dicapai dalam proses pembelajaran dalam pelatihan tutor paket B, agar tutor dapat menyelenggarakan kegiatan pembelaran di kelompok belajarnya serta dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang mendukung kelancaran pelaksaan program belajar.

Selain itu, hasil penelitian yang lain adalah dari Agustina dengan judul Pelatihan Guru Dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Kerja Guru. Hasil dari penelitian ini menyebutkan besarnya derajat hubungan antara pelatihan terhadap sikap kerja guru dapat dilihat dari koefisien korelasi product moment. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya pengaruh yang positif dari pelatihan terhadap sikap kerja guru.C. Kerangka Berpikir

Dengan mengacu pada deskripsi teoretis yang telah dikemukakan dapat diketahui bahwa pelatihan sangat penting diadakan karena akan memainkan peran untuk meningkatkan standar pemahaman dan kemampuan seseorang. Dengan diadakan pelatihan maka pemahaman, kemampuan dan pengetahuan bertambah sehingga dapat menambah produktivitas seseorang.

Pelatihan dilaksanakan dalam suatu lembaga, hal ini diadakan dengan harapan karyawan atau guru tersebut dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Ini tentunya akan menunjang produktifitas guru (lembaga pendidikan). Pelatihan PAUD ini pun bertujuan agar para tutor dapat memberikan pengajaran yang benar dan tepat bagi peserta didiknya sesuai dengan materi yang mereka pelajari pada saat pelatihan.

Keadaan ini terkadang tidak sesuai dengan harapan lembaga. Dengan adanya sebagian orang yang harus didorong untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan. Dalam hal inilah suatu lembaga perlu mengadakan suatu pelatihan. Dalam proses pelatihan bisa saja terjadi guru atau pekerja ada yang mengikuti dengan sungguh sungguh disamping itu ada juga peserta pelatihan yang kurang berminat atau bermalas-malasan.

Keadaan ini nantinya akan menghasilkan kondisi yang berbeda dalam penyerapan materi yang diberikan pada saat pelatihan. Oleh karena itu, lembaga semestinya mengadakan evaluasi setelah berakhirnya pelatihan, untuk mengetahui apakah ada perubahan pemahaman pada guru sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman awal yang berkisar hanya pada pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya mengartikan PAUD.D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari deskripsi teoretis dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: pelatihan Pendidikan Anak Usia Dini berpengaruh positif terhadap pemahaman tutor PKK tentang Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris pengaruh pelatihan PAUD terhadap pemahaman Tutor PKK tentang PAUD

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di PAUD nonformal yang berlokasi di kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2009

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ex Post Facto. Penelitian ini bersifat Ex Post Facto, karena penelitian tidak langsung mengendalikan variabel bebas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana yaitu:

Ex Post Facto adalah metode penelitian yang menunjukkan kepada perlakuan atau manipulasi variabel bebas (x) yang terjadi sebelumnya, sehingga peneliti tidak perlu memberikan perlakuan lagi, hanya tinggal melihat efeknya pada variabel terikat.

Dalam penelitian ini variabel bebas pelatihan PAUD tidak dikendalikan secara langsung, karena variabel tersebut telah terjadi pada tutor PKK sebelumnya.D. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah tutor PKK yang mengajar pada lembaga PAUD nonformal diwilayah Kelurahan Cawang, Jakarta Timur.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang dimaksud untuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampel. Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dimana tiap anggota yang berada didalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

Sampel penelitian yang terjangkau adalah tutor PKK yang mengajar di PAUD nonformal dan pernah mengikuti pelatihan PAUD minimal 3 kali. Dari beberapa kelurahan yang ada di kecamatan Kramat Jati dilakukan random sampling. Dari satu kecamatan dipilih satu kelurahan, yakni kelurahan Cawang. Dari kelurahan Cawang tersebut terdapat 7 RW yang memiliki PAUD Non formal kemudian diambil sampel penelitian sebanyak 30 orang tutor yang diambil secara proposional random sampling, yaitu dari satu PAUD dibagi secara proposional / seimbang kedalam 30 orang.

Selanjutnya tiap tutor PKK yang mengajar pada setiap PAUD diberi nama. Nama anggota tersebut kemudian diundi (sistem acak sederhana), nama anggota yang keluar dalam undian akan dijadikan sampel dengan kategori satu PAUD hanya satu dua kali undi karena sampel penelitian yang diinginkan hanya sebanyak 30 orang tutor dari 7 PAUD.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini pada dasarnya berfokus pada yang dikemukakan oleh Arikunto, yaitu: Apabila subjek penelitinya kurang dari 100, maka lebih baik diambil senua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah sebjeknya besar, maka dapat diambil antara 10 15% atau 20 25% atau lebih, sesuai dengan kemampuan peneliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Definisi Konseptual

Pemahaman yang dimaksud pada tutor PKK adalah aspek kognitif yaitu sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pembelajar tahu apa-apa saja yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang diberikan. Hal tersebut dapat diamati secara langsung seperti, kemampuan dalam menggunakan konsep dalam bentuk mampu mengerjakan soal-soal, serta dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini.

Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada seseorang yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan terrtentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi. Pelatihan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pelatihan PAUD yang berisikan materi meliputi tentang pengetahuan dasar PAUD, media dan sumber belajar PAUD.2. Definisi Operasional

a. Pemahaman PAUD adalah skor (nilai) total tentang kemampuan pemahaman tutor dalam mengerjakan tes soal pemahaman awal yang meliputi indikator terjemahan. Skor ini diperoleh dari observasi hasil tes para tutor yang mengikuti pelatihan PAUD sebanyak 3 kali dan tutor yang kurang mengikuti pelatihan PAUD. Semakin tinggi skor yang diperoleh tutor maka pemahaman tentang PAUD semakin meningkat.b. Kegiatan pelatihan PAUD adalah tutor yang mengikuti kegiatan pelatihan PAUD berdasarkan dokumentasi. Jumlah tutor yagng mengikuti pelatihan PAUD adalah sebanyak 15 orang.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai variabel terikat, yaitu pemahaman tutor PKK tentang PAUD yang mencakup pemahaman awal atau terjemahan menggunakan pedoman instrumen tes. Tes pemahaman menggunakan pilihan ganda, karena merupakan tes yang bersifat objektif, dimana nilai-nilainya dilakukan secara pasti, tanpa melibatkan intervensi subjektifitas dari penilai.

Instrumen ini terdiri atas 15 soal pilihan ganda dengan skor 1 (satu) untuk jawaban yang benar dan skor 0 (nol) untuk jawaban yang salah.

Adapun kisi kisi instrumen pemahaman tutor PKK tentang PAUD yang dibuat berdasarkan definisi konseptual adalah sebagai berikut:Tabel. 1Kisi kisi Pemahaman PAUD

VariabelAspekIndikatorNo.soalJumlah

Pemahaman Ibu PKK tentang PAUD Terjemahan

1. Tutor PKK Dapat memahami tentang pengertian PAUD

2. Tutor PKK Dapat memahami tujuan PAUD

3. Tutor PKK memberikan bahan ajar sesuai usia anak

4. Tutor PKK dapat membuat rencana kegiatan yang sesuai dengan usia anak

5. Tutor PKK pandai menyampaikan materi kepada anak dengan berbagai cara atau metode

6. Tutor PKK dapat menyiapkan sarana apa saja yang dibutuhkan oleh anak usia dini1,2,5

3, 8, 14

11,7

9, 10, 12

4

6, 13, 153

3

2

3

1

3

1. Uji Persyaratan Instrumen

Suatu alat pengumpulan data (alat ukur) dapat dikatakan baik apabila alat ukur itu valid atau reliabel. Alat ukur yang digunakan sebagai pedoman penilaian hasil tes pemahaman PAUD dalam penelitian ini perlu diuji validitas dan reabilitasnya. a. Uji Validitas

instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur atau mengungkapkan data dari variabel yang diambil secara tepat. Hal ini berarti bahwa hasil penelitian dengan menggunakan instrumen tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan ketepatannya. Untuk mendapatkan validitas instrumen, maka instrumen yang akan digunakan dibuat berdasarkan indikator dari variabel penelitian. Instrumen tersebut kemudian dikonsultasikan kepada para ahli yang berwenang didalamnya termasuk pembimbing skripsi untuk mendapatkan saran, koreksi dan beberapa pertimbangan.

Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis butir instrumen dan membandingkan rhitung dengan rtabel. Rumus yang digunakan untuk menguji tingkat validitas adalah dengan menggunakan rumus korelasi point biseral (r pbis).

r pbis =

KETERANGAN :

r bis= koefisien korelasi Point Biseral

Mp= nilai rata-rata (mean) dari skor (nilai) akhir subjek yang menjawab betul untuk item yang dicari validitasnya

Mt= nilai rata-rata (mean) dari skor (nilai) keseluruhan test atau total skor

St= standar deviasi skor total

p= proporsi subjek yang menjawab betul item yang dicari/dihitung validitasnya

q= 1 p atau proporsi sisa

Adapun syarat bahwa butir soal dikatakan valid adalah jika rhitung > rtabel. Namun apabila rhitung < rtabel maka butir soal dikatakan drop atau tidak valid. Responden sebagai peguji instrumen berjumlah 15 orang, dengan demikian rtabel yang digunakan sebagai kriteria penerimaan kepercayaan 95% adalah 0,444. Dari perhitungan validitas sejumlah 20 terdapat 5 butir nomor yang drop sedangkan sisanya yaitu 15 soal yang valid digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas berhubungan dengan keajegan hasil pengukuran. Reliabilitas menunjuk pada suatu penelitian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengukur data, karena instrumen tersebut sudah baik. Melalui pengujian tingkat reliabilitas sebuah instrumen, maka akan didapat sebuah instrumen yang baik, dan mampu menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Untuk menguji tingkat reliabilitas dalam instrumen penelitian ini digunakan rumus Kuder Richardson yaitu:KR20 =

Keterangan:

KR 20 = kuder richardson number 20

N = banyaknya pertanyaan

P = proporsi yang memberikan tanggapan positif

Q = 1 p

2x = varian dari total

Sebuah instrument dapat dikatakan reliable atau tetap adalah apabila diatas 0,70. Adapun kriteria kereabilitasan sebuah instrumen menurut Balian adalah sebagai berikut:

Tabel.2 Interpretasi

Besarnya nilai rInterpretasi

0,90 s/d 1,00Luar Biasa Bagus (Excellent)

0,85 s/d 0,89Sangat Bagus (Very Good)

0,80 s/d 0,84 Bagus (Good)

0,70 s/d 0,79Cukup (Fair)

Kurang dari 0.70Kurang (Poor)

Dari kategori tersebut maka ralibitas instrument setelah soal yang drop diabaikan, adalah 0,88 masuk kedalam kategori sangat bagus F. Teknik Analisis Data

Tehnik analisa data merupakan prosedur penelitian yang digunakan untuk proses data agar data mempunyai makna untuk menjawab masalah masalah dalam penelitian ini dan menguji hipotesis. Data data tersebut dianalisa secara bertahap melalui tiga tahap. Pertama, dilakukan pengolahan data awal untuk mencari rata-rata, median modus, simpangan baku (standar deviasi), nilai maksimum, dijekaskan dalam deskripsi data.

Kedua, dilakukan pengujian prasyaratan analisis yakni uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk menguji normalitas sampel penelitian sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Liliefors. Apabila hasil pengujian ini menunjukkan bahwa L hitung < L tabel, maka data yang diuji berasal dari data yang berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk melihat homogen tidaknya sampel dari kelompok penelitian. Pengujian homogenitas diperoleh dari perbandingan kuadrat simpangan baku (varian) terbesar dan terkecil menggunkan uji fisher. Apabila pengujian menunjukkan F hitung < F tabel maka populasi memiliki varian yang homogen.

Ketiga, dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan pengujian perbedaan dua rata-rata yakni dengan uji t. Data didapat dari hasil post test kelompok control dan kelompok eksperimen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi = 0,05. Adapun rumus uji t tersebut adalah sebagai berikut:

thitung =

dengan

s =

Keterangan:

X1

= Nilai rata-rata kelompok eksperimen

X2

= Nilai rata-rata kelompok kontrol

n1

= Jumlah responden kelompok eksperimen

n2

= Jumlah responden kelompok kontrol

s1

= Simpangan baku kelompok eksperimen

s2

= Simpangan baku kelompok kontrol

jika thitung < ttabel maka hipotesis alternatif ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengadaan pelatihan terhadap pemahaman tutor PKK tentang PAUD. Namun jika thitung (2,44) ttabel (2,132) maka hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pengadaan pelatihan PAUD terhadap pemahaman tutor PKK tentang PAUD diwilayah Kelurahan Cawang, Jakarta Timur.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan untuk melihat tinggi rendahnya nilai hasil tes Pemahaman PAUD pada Tutor PKK. Pada penelitian ini data hasil tes PAUD yang dijadikan sampel adalah 30 orang yang diambil dari jumlah keseluruhan PAUD non formal yang ada di Kelurahan Cawang Jakarta Timur. Dari keseluruhan jumlah sampel 30 orang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen berjumlah 15 orang tutor yang mengikuti pelatihan sebanyak lebih dari 3 kali dan kelompok kontrol berjumlah 15 orang tutor yang mengikuti pelatihan PAUD kurang dari 3 kali. Berikut ini adalah data hasil penelitian pada kelompok eksperimen (tutor pelatihan) dan kelompok kontrol (tutor kurang pelatihan) :

1. Data Tentang Nilai Hasil Tes Pemahaman PAUD Pada Kelompok EksperimenDeskripsi data kelompok eksperimen sebagaimana terlihat pada tabel 1, menunjukkan bahwa nilai rerata untuk kelompok eksperimen adalah 13,33; median 8; modus 45; skor maksimum 15; nilai minimum 10; standar deviasi 1,35; dan jumlah Nilai data mentah (sum) adalah 200. Jika data tersebut disajikan dalam bentuk el distribusi frekuensi, maka hasilnya sebagai berikut :Tabel. 3

Distribusi Frekuensi Data Kelompok Nilai Hasil Tes PAUD

Tutor PKK Yang Mengikuti Pelatihan

NilaiFTitik TengahFF

KumulatifRelatif

10 11 210,500,13

12 13 512,570,33

14 15 814,5150,53

16 - 17016,5150

Jumlah15

Dari data tersebut, diperoleh jumlah responden yang berada pada kelas rata-rata adalah 5 orang atau 0.33%. Responden yang mendapat hasil tes dibawah rata-rata berjumlah 2 orang atau 0.13%. Sementara responden yang mendapat hasil tes diatas rata-rata berjumlah 8 orang atau 0.53%. Jika data tersebut dinyatakan dalam bentuk grafik histogram maka akan terlihat sebagai berikut :

Grafik.1

Dari grafik tersebut dapat terlihat responden yang menjawab dalam interval 1 berjumlah 2 orang. Interval 2 dengan jumlah responden 5 orang, dan interval 3 dengan jumlah responden 4 orang.

2. Data Tentang Nilai Hasil Tes Pemahaman PAUD Pada Kelompok Kontrol

Deskripsi data kelompok kontrol sebagaimana terlihat pada tabel 1, menunjukkan bahwa nilai rerata untuk kelompok kontrol adalah 12; median 12; modus 13; skor maksimum 14; skor minimum 9; standar deviasi 1,56; dan jumlah skor data mentah (sum) adalah 180. Jika data tersebut disajikan dalam bentuk Tabel distribusi frekuensi, maka hasilnya sebagai berikut :Tabel. 4

Distribusi Frekuensi Data Kelompok Nilai Hasil Tes PAUD

Tutor PKK Yang kurang Mengikuti Pelatihan

NilaiFrekuensiTitik TengahFF

KumulatifRelatif

9 1039,500.2

11 12511,580.33

13 14713,5150.53

15 16015,5150

Jumlah15

Dari data tersebut, diperoleh jumlah responden yang berada pada kelas rata-rata adalah 5 orang atau 0.33%. Responden yang mendapat hasil tes dibawah rata-rata berjumlah 3 orang atau 0.2 %. Sementara responden yang mendapat hasil tes diatas rata-rata berjumlah 7 orang atau 0.53 %. Jika data tersebut dinyatakan dalam bentuk grafik maka akan terlihat sebagai berikut :

Grafik.2

Nilai Batas NyataHistogram Nilai Hasil Tes Pemahaman PAUD Kelompok Kontrol

(Kurang Pelatihan)

Dari grafik tersebut dapat terlihat responden yang menjawab dalam interval 1 berjumlah 3 orang. Interval 2 dengan jumlah responden 5 orang, dan interval 3 dengan jumlah responden 7 orang.B. Pengujian Persyaratan Pengolahan DataData yang sudah diolah sebagai data mentah yang dijabarkan dalam deskripsi data merupakan data yang akan digunakan pada pengujian hipotesis. Namun sebelum menguji hipotesis, perlu dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas sebagai persyaratan dari analisis data. Hal ini bertujuan untuk melihat kenormalan dan kehomogenan data.

1. Uji Normalitas Nilai Hasil Tes Pemahaman PAUD Pada Kelompok Eksperimen

Uji normalitas ini menggunakan rumus Liliefors. Adapun langkah-langkah melakukan uji tersebut ialah dengan mencari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, dan mengurutkan data terendah sampai data tertinggi. Kemudian mencari nilai Zi yaitu dari pengurangan Xi (data yang sudah diurutkan) dengan mean lalu dibagi standar deviasi. Lalu mencari nilai Zi pada tabel F untuk mengisi kolom F(Zi). Setelah nilai Zi didapat maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai S(Zi) dengan membagi proporsi data Z dengan data keseluruhan (sifat kumulatif). Kemudian menentukan nilai Lhitung yang diambil dari nilai tertinggi data [F(Zi) S(Zi)]. Dikatakan normal jika Lhitung < Ltabel.

Dari hasil penelitian pada kelompok eksperimen di dapat Lhitung sebesar 0,1112 dan dengan = 0,05, n = 15 dari nilai kritis Liliefors di dapat Ltabel sebesar 0,2200 oleh karenanya Lhitung < Ltabel atau 0,1112 < 0,2200 maka Ho diterima. Dan kesimpulannya data nilai hasil tes pemahaman PAUD pada kelompok kelompok eksperimen, yaitu tutor PKK yang mengikuti pelatihan PAUD berdistribusi normal. 2. Uji Normalitas Data Nilai Hasil Tes Pemahaman PAUD Kelompok KontrolSedangka dari hasil penelitian pada kelompok kontrol di dapat Lhitung sebesar 0,1003 dan dengan = 0,05, n = 15 dari nilai kritis Liliefors di dapat Ltabel sebesar 0,2200, oleh karenanya Lhitung < Ltabel atau 0,1003 < 0,2200 maka Ho diterima. Dan kesimpulannya data nilai hasil tes pemahaman PAUD pada kelompok kelompok kontrol, yaitu tutor PKK yang kurang mengikuti pelatihan PAUD berdistribusi normal. 3. Pegujian Homogenitas Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Dikemukakan sebelumnya bahwa syarat analisi data untuk menguji hipotesis yaitu dengan menguji normalitas dan homogenitas setiap kelompok. Uji homogenitas adalah pengujian terhadap kesamaan sampel, dengan tujuan untuk melihat keseragaman setiap varians sampel-sampel dari setiap kelompok. Hal ini menjadi sangat penting dilakukan untuk mengeneralisasikan hasil penelitian.

Adapun pengujian homogenitas yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan rumus Fisher, yakni membandingkan kuadrat varian terbesar dengan kuadrat varian terkecil. Kemudian membandingkannya dengan Ftabel. Langkah pertama-tama pengujian ini yaitu merumuskan hipotesis. Kemudian menghitung Fhitung dengan membandingkan kuadrat varian terbesar dengan varian terkecil. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan taraf signifikansi = 0,05, dan mencari Ftabel. Ftabel didapat dari data daftar I. Adapun pembilang merupakan varian terbesar dikurang 1, dan penyebut, varian terkecil kurang 1. Sampel yang homogen ditentukan dengan kreteria Fhitung < Ftabel.

Setelah melakukan langkah-langkah tersebut maka didapat, Fhitung = 1,341 dan Ftabel = 3,70. Hal ini menunjukkan bahwa sampel varian homogen karena Fhitung < Ftabel. . atau 1,341 < 3,70.C. Pengujian Hipotesis Penelitian Statistik parametis yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata dua sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio adalah dengan menggunakan t-test model separated varians ataupun model polled varians dengan criteria pengujian jika thitung > ttabel terima Ha (terdapat perbedaan), sebaliknya jika thitung > ttabel, maka tolak Ha (tidak terdapat perbedaan). Dari hasil perhitungan dengan n1 = n2 = 15, dk = n1 + n2 2 = 28 dan taraf kesalahan = 5% diperoleh bahwa thitung = 2,44 dan ttabel = 2,132 dengan demikian di dapat thitung > ttabel, atau 2,44 > 2,132 berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh pelatihan PAUD terhadap Pemahaman Tutor PKK tentang PAUD di Kelurahan Cawang Jakarta Timur.D. Pembahasan Hasil PenelitianPemahaman dapat dikatakan sebagai suatu kondisi seseorang dalam kemampuannya mengungkapkan kembali, memberi contoh, memberikan konsep berupa uraian, serta dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah. Pengetahuan dan pemahaman lahir sebagai akibat proses belajar seseorang.Pendidikan anak usia dini pada dasarnya merupakan pendidikan yang berwujud pemberian stimulus, bimbingan, asuhan, dari pembelajaran yang dapat mengembang, memberikan konsep berupa uraian, serta dapat menggunakankan potensi-potensi dalam diri anak sesuai dengan aspek perkembangan dan kebutuhan anak khususnya pada anak usia dini. Intinya bahwa pendidikan anak pada usia dini adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan, daya cipta, emosi jamak, dan spiritual.Pengembangan dan peningkatan sumberdaya manusia dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Pengembangan dan peningkatan yang dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tentang PAUD, Pembinaan dalam pelatihan bertujuan agar menghasilkan suatu perubahan pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada diri seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Program pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu program pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia yang efektif sesuai dengan pengembangan bidang pekerjaan yang diembannya. Umumnya pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti oleh seseorang berkaitan erat dengan peningkatan potensi dan kemampuannya. Oleh karenanya terkait dengan judul penelitian yang penulis uraikan diprediksi bahwa sekelompok tutor PKK yang diberikan atau banyak mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang pemahaman Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) akan lebih memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan dengan rekan tutor PKK lainnya yang tidak diberikan diberikan pendidikan dan pelatihan mengenai PAUD atau kapasitas pendidikan dan pelatihannya kurang.Dari pengolahan data hasil nilai tes tentang pemahaman PAUD terhadap beberapa responden pada kelompok tutor PKK yang diberikan pelatihan PAUD lebih dari 3 kali dengan kelompok tutor PKK yang mengikuti pelatihan PAUD kurang dari 3 kali diperoleh data hasil perhitungan t tes dengan taraf kesalahan 5 % ( ( = 0,05 ) yaitu thitung > ttabel adalah 2,44 > 2,132, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada tutor PKK terhadap pemahaman PAUD, yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Namun demikian dari nilai hasil tes yang tidak terlampau berbeda jauh menandakan bahwa masih terjadi kemungkinan bahwa tutor PKK yang mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang pemahaman PAUD belum tentu menjadi lebih baik, bila dalam pelaksanaan pelatihan individu yang bersangkutan tidak mengikutinya dengan baik.E. Keterbatasan Penelitian Penelitian menyadari bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya sampai pada kebenaran yang mutlak. Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, diantaranya adalah:

1. Bahwa penelitian ini hanya dilakukan di sebagian kecil lokasi PAUD yang berada di satu kelurahan, yaitu kelurahan Cawang, Jakarta Timur sehingga generalisai hanya berlaku untuk populasi yang berkarakteristik sama dengan sampel penelitian ini. 2. Hanya melihat pada hasil tes tutor PKK tentang pengetahuan dan pemahaman awal tentang PAUD dari segi ranah kognitif saja tanpa melihat ranah lain. 3. Pemilihan sampel dilakukan tanpa melihat karakteristik gaya belajar peserta dalam pelaksanaan pelatihan dan merupakan dari latar belakang pendidikan yang berbeda.4. Instrumen yang digunakan sebatas butir soal yang berhubungan dengan sub pokok bahasan yaitu pada mengetahui dan memahami tentang pengetahuan dasar PAUD, media dan sumber belajar PAUD. 5. Variabel terikat yaitu nilai hasil tes pemahaman awal tentang PAUD tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh variable bebas yaitu pengetahuan tentang PAUD, tetapi ada variabel-variabel lain yang juga mempengaruhi nilai hasil tes peserta, seperti kondisi kemauan dan motivasi belajar ataupun kondisi fisik peserta / tutor PKK. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini mengkaji pengaruh kegiatan pelatihan PAUD terhadap pemahaman Tutor PKK tentang pemahaman PAUD yang dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen adalah para Tutor PKK yang mengikuti pelatihan tentang PAUD sebanyak lebih dari 3 kali dan kelompok kontrol yaitu para Tutor PKK yang mengikuti pelatihan tentang PAUD kurang dari 3 kali.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, diketahui bahwasannya pelaksanaan kegiatan pelatihan PAUD yang diikuti oleh para Tutor PKK yang mengikuti pelatihan lebih dari 3 kali memiliki hasil pemahaman tentang PAUD yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok Tutor PKK yang kurang mengikuti kegiatan pelatihan PAUD kurang dari 3 kali. Hal ini diketahui dari hasil perhitungan di dapat nilai hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen adalah 13,33 sedangkan pada Tutor PKK kelompok Kontrol memiliki nilai rata-rata pemahaman tentang PAUD sebesar 12. Selain itu dari hasil perhitungan uji t (t-test) diketahui bahwa t hitung > t tabel dengan taraf kesalahan ( = 5 % dk n1 + n2 2 = 28 dan n = 30 yaitu diketahu bahwa harga t tabel adalah 2,13 dibandingkan dengan harga t hitung sebesar 2,44, maka dapat dinyatakan bahwa harga t hitung lebih besar dari harga t tabel, yaitu 2,44 > 2,13 sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh pelatihan PAUD terhadap Pemahaman Tutor PKK tentang PAUD di Kelurahan Cawang Jakarta Timur.

Bagaimanapun juga pelaksanaan kegiatan pelatihan PAUD yang diberikan dan diikuti Tutor PKK tentang pemahaman PAUD yang lebih banyak (intensif) memiliki pengaruh yang positif terhadap pemahaman tentang PAUD, dibandingkan dengan Tutor PKK yang diberikan kegiatan pelatihan PAUD yang kurang intensif, meskipun selisih hasil nilai rata-rata yang tidak begitu besar namun demikian tetap lebih baik. Sedangkan kurangnya pemahaman tentang PAUD yang diberikan pada Tutor PKK dengan kegiatan pelatihan yang kurang intensif dapat dikatakan tidak sepenuhnya memberikan pengaruh yang negatif terhadap nilai hasil tes pemahaman PAUD, oleh karena bagaimanapun juga hasil tes tentang pemahaman PAUD yang diberikan oleh kedua kelompok tersebut sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, antara lain kemampuan instruktur dalam menyampaikan materi-materi pelatihan, kualitas dan kuantitas materi pelajaran, fasilitas belajar saat pelatihan, serta kondisi peserta pelatihan.B. Implikasi

Melihat hasil yang diperolah dari data penelitian yang telah peneliti laksanakan, maka diperoleh beberapa gambaran (deskripsi) yang dapat diimplikasikan, yaitu bahwa sesungguhnya terdapat pengaruh pelatihan PAUD terhadap pemahaman Tutor PKK tentang PAUD di wilayah kelurahan Cawang, Jakarta Timur. Peneliti berharap bahwa pelatihan PAUD tidak hanya dipandang dari hasil yang dicapai melainkan sebagai awal dari pengembangan kearah kompetensi dan tanggung jawab profesi tutor.

Faktor pendukung tercapainya nilai hasil tes pemahaman PAUD yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan tidak terlepas dari beberapa faktor, antara lain terpenuhinya kemampuan instruktur dalam pengelolaan pelatihan, ketersediaan bahan ajar, penyajian pelatihan serta tak kalah penting adalah aspek media pelatihan.

Sedangkan faktor kendala atau lemahnya hasil tes pemahaman PAUD tutor yang tidak mengikuti kegiatan pelatihan atau kurang pelatihan pada kelompok kontrol kaitannya dengan tidak tercapainya nilai hasil tes pemahaman PAUD yang lebih baik dari kelompok tutor yang mengikuti pelatihan PAUD dapat pula disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi peserta pelatihan, maupun faktor kesempatan tutor dalam mendapatkan pelatihan secara intensif. C. Saran

Selama pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan, disadari banyak sekali terdapat kekurangan kekurangan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, yang bagaimana pun juga merupakan suatu kewajaran sekaligus pembelajaran bagi diri penulis. Disamping itu juga banyak pula terdapat hal-hal yang dirasakan oleh penulis perlu diberikannya masukan dan saran tidak hanya bagi pihak PAUD diwilayah kelurahan Cawang, Jakarta Timur, namun juga pada pihak lain yang terkait. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal yang antara lain adalah sebagai berikut:a. Bagi instansi atau lembaga yang berkaitan dengan PAUD hendaknya senantiasa memperhatikan peranan pelatihan tentang PAUD dan materi pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan para tutor dilapangan yang berasal dari PKK dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dalam pemahaman tentang kependidikan anak usia dini untuk menjadi lebih baik dan berkualitas, yang diimbangi dengan kesiapan merespon terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pelatihan.

b. Bagi tutor PKK harus menyadari bahwa pelatihan PAUD dapat menambah pengetahuan, dan wawasan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan, serta pemahaman tentang PAUD. Sehingga kader PKK harus memperhatikan aspek-aspek pencapaian tujuan pembelajaran tentang PAUD melalui pelatihan dan memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang diberikan pada saat pelatihan berlangsung.

c. Peneliti selanjutnya, mengingat penelitian ini merupakan penelitian awal maka dapat menjadi bahan kajian dan masukan untuk memecahkan masalah pada penelitian selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam yang terkait dengan pengaruh kegiatan pelatihan PAUD terhadap pemahaman tentang PAUD.

DAFTAR PUSTAKA

Acuan menu pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini ,Departemen Pendidikan Nasional; 2002

Arikunto,Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta: Rieneka Cipta,1998

Barry,Chusway, Human Resource Management Sumber Daya Manusia Jakarta: Elex Media Komputindo,2000

Bernardin,H.John, Human Resouce Management:An Experiential Approach, New York: Mcgraw-Hill Companies,2001

Bredekamp, Sue, Copie, Carol, DevelopMentally Appropriate Practice In Early Childhood Programs,Washington DC:NAEYC publication,1997

Direktorat PAUD.Direktorat Jendral PLS Dan Pemuda, Departemen Pendidikan Nasional, 2002 Early Chilhood Care And Development In Indonesia, Early Childhood Development Forum, 2004

Hamalik,Oemar, Pengembangan SDM Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan: Pendekatan Terpadu,Jakarta: Bumi Aksara,2005

Himpunan Peraturan Dan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan, Jakarta: Association Of Labour Legislation,2008

Mulia Nasution. Manajemen Personalia Aplikasi Dalam Perusahaan, Jakarta:Djambatan,2000

Notoatmodjo,Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta:Rineka Cipta

Petunjuk Teknis Bagi Tim PKK RW. Provinsi DKI Jakarta.2008.

Pupuh Fathturohman Dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2007

Rumsari,Yuniarti, Pengaruh Pelatihan Empati Terhadap Perkembangan Pemahaman Empati Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling, Skripsi,Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Jakarta,2001

S.Morrison,George, Early Chilhood Education To Day: Fourth Edition London: Merril Publishing Company,1988

Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998

Sudjana, Metode Statistik, Bandung Tarsito,2000,

Sudjana,Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:Remaja Rosdakarya,2005

Supranto,J, Statistik, Jakarta: Erlangga,2001

Syafri,T, Manajemen SDM, Jakarta : Galia Indonesia, 2000

Syah,Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Tim pengembang PAUD UNJ, Seminar Internasional Dan Pertemuan FIP/Jurusan Ilmu Pendidikan Se-Indonesia serta Dies Natalis UNP ke 51, Bukit Tinggi, 2005

TP PKK. Pedoman Gerakan PKK, Jakarta Melati Jaya, 2001

Usman,Moh.Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2001

UU Sistem Pendidikan Nasional, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Fokusmedia

UU RI Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, Indonesia Legal Center Publishing,2004

Verna Hilderbrand, Introduction To Early Childhood Education 4th Edition, Newyork : Mcmillan Publishing Company,1998

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Pt Gramedia, 1999

Wolfang,Charles and Mary.H.Wolfang, School For Young Children: Developmentally Appropriate Practice, Boston: Allyn & Bacon,1992

http://one1thousand100education.wordpress.com/2007/07/21

http://72.14.203.132/translet/atdmt.com/2009

LAMPIRAN.2

INSTRUMEN PEMAHAMAN PAUD

NamaTutor

:

Asal lembaga PAUD :

Alamat PAUD :Petunjuk :

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b atau c , atau pada jawaban yang dianggap benar.

1. PAUD merupakan kepanjangan dari....

a. pendidikan anak-anak dini usia

b. pendidikan anak usia dini

c. pendidikan anak dini usia

2. Rentangan usia yang dikategorikan dalam PAUD sesuai dengan UU Sisdiknas adalah....

a. 2 6 tahun

b. 0 8 tahun

c. 0 6 tahun

3. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini didasarkan atas prinsip prinsip Pendidikan Anak Usia Dini. Berikut ini yang bukan merupakan salah satu prinsip PAUD adalah....

a. berorientasi pada kebutuhan anak

b. kegiatan belajar dengan paksaan

c. mengembangkan kecakapan hidup anak.

4. Berikut ini adalah salah satu metode pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini kecuali....

a. demonstrasi

b. pemberian tugas

c. mengisi kolase

5. Usia 3 5 tahun adalah masa yang penting bagi perkembangan anak karena di usia itu disebut dengan masa ....

a. masa sulit

b. masa keemasan

c. usia sekolah

6. Berikut ini adalah sarana yang dibutuhkan oleh anak usia dini, kecuali....

a. puzzle gambar

b. piala bergilir

c. papan tulis

7. PAUD merupakan salah satu pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah dan berada di jalur....

a. informal

b. formal

c. non formal

8. Di bawah ini adalah Tujuan dari PAUD, kecuali....

a. mengembangkan kemampuan interpersonal dan sosialisasi, belajar mempersiapkan diri, belajar bahasa dan pemenuhan gizi anak.

b. suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak dini melalui pemberian rangsangan pendidikan membantu pertumbuhan, jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan dasar.

c. upaya yang diberikan kepada anak dengan maksud anak didik dapat membaca lancar, menulis dan berhitung saat masuk ke sekolah dasar.

9. Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan yang merangsang kemampuan berbahasa anak, kecuali...

a. menyanyikan lagu anak-anak

b. mengucapkan syair sederhana

c. memasangkan kepingan puzzle

10. Pembuatan rencana kegiatan merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh guru PAUD yang bertujuan agar....

a. memudahkan kepala PAUD melihat situasi sekitar tempat belajar

b. KBM berjalan efektif sesuai dengan acuan pembelajaran PAUD

c. orang tua kagum pada guru PAUD dalam memberikan materi

11. Dibawah ini adalah beberapa aspek perkembangan anak yang harus diketahui oleh guru PAUD, antara lain adalah....

a. Kognitif, motorik, bahasa, sosial-emosional, dan moral agama

b. Sosial-emosional, Membaca, menulis dan berhitung

c. Kognitif, bahasa, moral agama dan sosial-emosional

12. Berikut ini adalah urutan komponen yang terdapat dalam pembuatan satuan kegiatan harian, yaitu...

a. waktu, kegiatan (pembukaan, inti, penutup),metode, media dan penilaian

b. waktu,media, kegiatan (pembukaan, inti, penutup), metode dan penilaian

c. kegiatan (pembukaan, inti, penutup), penilaian, metode dan media

13. Dibawah ini yang merupakan kegiatan untuk merangsang kemampuan motorik halus dan dapat dilakukan oleh anak usia dini yaitu.....

a. finger painting

b. melompat tali

c. mengucap syair

14. Anak belajar melalui interaksi sosial, baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya. Pernyataan tersebut adalah merupakan prinsip dari....

a. pendidikan anak usia dini

b. perkembangan anak

c. prinsip pengajaran

15. Finger painting adalah salah satu teknik menggambar yang merupakan kegiatan untuk merangsang imajinasi dan motorik halus anak. Perlengkapan yang harus disediakan oleh seorang guru sebelum memulai kegiatan tersebut adalah,....

a. kertas gambar, celemek dan cat air

b. kertas gambar, pensil dan penggaris

c. kertas gambar, crayon dan kuas kecil

Lampiran.5

Menghitung KR20

Diketahui:

N : 15

: 2,88

2 :16,9

Rumus Kuder Richardson :

KR20 =

=

= (1,07) (1 0,1704)

= (107) (0,8289)

= 0,88

Kesimpulan :

Dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa KR20 termasuk dalam kategori (0,85 0,89). Maka instrument memiliki realibilitas yang sangat bagus.Interval KoefisienKriteria

0,90 s/d 1,00Luar biasa bagus (excellent)

0,85 s/d 0,89Sangat bagus (very good)

0,80 s/d 0,84 Bagus (good)

0,70 s/d 0,79Cukup (fair)

Kurang dari 0.70Kurang (poor)

Lampiran. 6

Perhitungan Validitas Butir Soal No. 2

Diketahui :

N : 15

Mp : 26

Mt : 14,45

St : 1,986

p : 0,9

q : 0,1

Rumus Point Biseral:

rpbis =

=

=

= (5,8157) (3)

= 17,44 dibulatkan menjadi 17,4Dari data tersebut, diperoleh rhitung = 17,4 sedangkan rtabel untuk n=15 dan = 0,05 adalah 0,44 berarti rhitung > rtabel, berarti data tersebut valid. Lampiran.7

Lampiran. 8

Lampiran. 9

Tabel Perhitungan Rata-Rata, Variant, Dan Simpangan Baku

Skor Hasil Pemahaman PAUD Kelompok Eksperimen (Pelatihan)

No.(x1)X1 x1(x1 x1)2

111- 2,335,43

211-2,335,43

312-1,331,77

412-1,331,77

512- 0,330,11

613- 0,330,11

713- 0,330,11

813- 0,330,11

9140,660,45

10140,660,45

11140,660,45

12140,660,45

13151,672,79

14151,672,79

15151,672,79

20025,33

X 113,33

Rata rata x1 =

=

=13,33

Varians (s2) =

=

= 1,811

(SD)= s2

= 1,811

= 1,345

Dibulatkan menjadi 1,35

Modus = 14

Median = 8

Lampiran. 10

Tabel Perhitungan Rata-Rata, Variant, Dan Simpangan Baku

Skor Hasil Pemahaman PAUD Kelompok kontrol (kurang Pelatihan)

No.(x1)X1 x1(x1 x1)2

19-37

210-24

310-24

411-11

511-11

611-11

71200

81200

9131 1

10131 1

11131 1

1213 1 1

131424

141424

151424

18034

X 112

Rata rata x1 =

=

=12

Varians (s2)=

=

= 2,43

(SD)= s2

= 2,43

= 1,558

Dibulatkan menjadi 1,56

Modus = 13

Median =12

Lampiran. 11Perhitungan Daftar Distribusi Skor Kelompok Eksperimen

1. Rentangan Rentangan = Data Terbesar Data Terkecil

= 15 11

= 42. Banyaknya Interval kelas

K = 1 + (3,3) log n

= 1 + (3,3) log 15

= 1 + (3,3) 1,17

= 1 + 3,86

= 4,86 5

3. Panjang Interval Kelas

P = Rentang : Kelas

= 4 : 5

= 0,8 1

NilaiTitik TengahFrekuensiF

KumulatifRelatif

10 1110.5200.13

12 1312.5570.33

14 1514.58150.53

16 1716.50150

Jumlah15

Lampiran. 12Perhitungan Daftar Distribusi Skor Kelompok kontrol 1. Rentangan Rentangan = Data Terbesar Data Terkecil

= 14 9

= 52. Banyaknya Interval kelas

K = 1 + (3,3) log n

= 1 + (3,3) log 15

= 1 + (3,3) 1,17

= 1 + 3,86

= 4,86 5

3. Panjang Interval Kelas

P = Rentang : Kelas

= 5 : 5

= 1

NilaiTitik TengahFrekuensiF

KumulatifRelatif

9 - 109,5300.13

11 12 11,5570.33

13 14 13,57150.53

15 16 15,50150

Jumlah 15

Lampiran. 13Analisis Uji Normalitas Pemahaman PAUD Kelompok EksperimenNFZiF(Zi)S(Zi)F(Zi) - S(Zi)

112-1.730.04180.13330.0915

122- 0.990.16110.266670.1056

133- 0.24 0.40520.46670.0615

1450.490.68790.80.1121

1531.230.888810.1112

Dari hasil perhitungan didapat Lhitung = 0,1112 dengan

Ltabel untuk n = 15 adalah 0,2200

Jika Lhitung > Ltabel artinya distribusi data tidak normal

Jika Lhitung < Ltabel artinya distribusi data normal

Ternyata Lhitung < Ltabel atau 0,1112 < 0,2200, maka

data berdistribusi data normal

Analisis Uji Normali