skripsi evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa …

102
SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA BERBASIS ELETRONIK (E-VOTING) DI DESA RAPPOA KECAMATAN PA’JUKUKANG KABUPATENG BANTAENG Disusun Oleh : M A B R U R (105640226315) PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

i

SKRIPSI

EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA BERBASIS

ELETRONIK (E-VOTING) DI DESA RAPPOA KECAMATAN

PA’JUKUKANG KABUPATENG BANTAENG

Disusun Oleh :

M A B R U R

(105640226315)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

ii

EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA BERBASIS

ELETRONIK (E-VOTING) DI DESA RAPPOA KECAMATAN

PA’JUKUKANG KABUPATENG BANTAENG

SKRIPSI

Diajukan Kepala Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar Untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diajukan Oleh :

M A B R U R

Nomor Stambuk : 105640226315

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

iii

Page 4: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

iv

Page 5: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Mabrur

Nomor Stambuk : 105640226315

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipubliskan oleh orang lain atau plagiat.

Pertnyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya apabila dikemudian hari

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai

dengan aturan yang berlaku.

Makassar, 17 Desember 2019

Yang menyatakan

Mabrur

Page 6: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang menggenggam jantung ini dan masih

membiarkannya berdetak, mengalirkan nyawa dalam tubuh, sehingga satu demi

satu ibadah yang diberikan-Nya, dapat peneliti laksanakan. Syukur Alhamdulillah

peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,

hidayah, dan karunia-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan

dan kekuatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan

judul “Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis Elektronik Voting (e-

voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan Studi Jenjang Strata 1

(S1) Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai

pihak, baik sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga yang tercurah.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah dan terlimpah kepada Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir

zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun pengadaan skripsi

penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran, kritik, dan

bimbingan yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi sempurnanya

Page 7: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

vii

skripsi ini. Terwujudnya skripsi penelitian ini bukan merupakan hasil kerja

penulis semata, melainkan berkat dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, perkenankanlah penulis

untuk menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E,.M.M selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik. S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.Si dan Ibu DR. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si.,

selaku pembimbing terbaik dalam penulisan skripsi penelitian ini, yang

dengan bijak dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk

membantu menyelesaikan skripsi penelitian ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik serta Staf Tata Usaha

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberika bekal ilmu

pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di

lembaga ini.

6. Teristimewa kepada Kedua Orang tuaku: untuk Ayahanda tercinta Abd.

Malik dan Ibunda tersayang Hasnawati yang selalu memberikan perhatian,

kasih sayang dan do’a yang tulus dan telah menitipkan kepercayaan untuk

menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu

Page 8: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

viii

Pemerintahan Unismuh Makassar. Untuk itu budi yang tulus dan terima

kasihku tak pernah putus kupersembahkan kepada beliau.

7. Kepada Kelurga Besar kebanggaanku, Alm. H. Samuda dan Abd majid.

8. Kepada seluruh teman-teman yang selama ini sudah menemani hari-hariku di

Jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2015, terkhususnya untuk Big Family

IP-E, semoga Allah SWT meridhoi segala aktivitas kita.

9. Kepada seluruh teman-teman lembaga yang tercinta Mulai dari IMM

Bantaeng, HIMJIP, HPMB, BEM SOSPOL yang selalu memotivasi saya

untuk selalu berjuang untuk mencapai yang terbaik.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman, sehingga dalam penyusunan skripsi penelitian ini masih terdapat

banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, maka penulis dalam hal ini dengan

senang hati menerima berbagai masukan, saran, dan kritikan dari berbagai pihak

yang bersifat membangun agar skripsi penelitian ini menjadi lebih baik dan dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Makassar, 26 Januari 2020

Mabrur

Page 9: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

ix

ABSTRAK

Mabrur. 2020 Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis

Elektronik (E-Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang Kabupaten

Bantaeng (Dibimbing oleh Muhlis Madani dan Nuryanti Mustari)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Evaluasi Kebijakan Pemilihan

Kepala Desa Berbasis Elektronik (E-Voting) di Desa Rappoa Kecamatan

Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yakni

memberikan gambaran secara objektif terkait bagaimana keadaan sebenarnya

objek yang diteliti, dan tipe penelitian yang digunakan adalah tipe fenomenologi.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sumber data sekunder dengan jumlah Informan sebanyak 07 orang.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara

dan dokumentasi. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Reduksi data, Penyajian data, dan Penarikan kesimpulan. Pengabsahan data yang

digunakan adalah Triangulasi sumber, Triangulasi teknik dan Triangulasi waktu.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukakan bahwa Bentuk Efektifitas,

Dalam pemilihan kepala desa menggunakan metode elektronik sejauh ini sudah

efektif karena pemilihan ini dapat berjalan dengan baik dan sangat tepat pada

masyrakat karena mampu mencegah terjadinya kecurangan yang sering terjadi

pada pemilihan Kepala Desa. Bentuk Efisien, Menggunakan metode Pemilihan

Kepala Desa Berbasis Elektronik e-voting ini sangat banyak yang dapat

diminimalisir diantaranya waktu, surat suara batal dan anggaran yang dikeluarkan

hanya besar diawal pelaksanaanya saja. Bentuk Kecukupan, masyarakat yang

merasakan Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis E-Voting cukup puas

dengan diadakanya electronic voting dalam pemilihan kepala desa saat ini. Bentuk

Pemerataan, hal ini pemerintah sebagai pembuat kebijakan Pemilihan Kepala

Desa Berbasis Elektronik Voting (e-voting) meratakan semua masyarakat pemilih

baik yang mempuyai kehidupan yang normal maupun tidak normal. Bentuk

Responsivitas, Tanggapan atau respon masyarakat sangat positif. Bentuk

Ketepatan, Masyarakat merasa puas dan tepat Pemilihan kepala desa menggunkan

metode elektronik atau E-voting.

Kata kunci : Evaluasi Kebijakan, Pemilihan, E-voting

Page 10: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

x

DAFTAR ISI

Halaman Sampul .......................................................................................................i

Halaman Persetujuan ............................................. Error! Bookmark not defined.

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................... Error! Bookmark not defined.

Kata Pengantar ......................................................................................................viii

Abstrak ................................................................................................................ viiii

Daftar Isi .................................................................................................................. x

Daftar Tabel ........................................................................................................... xii

Daftar Gambar...................................................................................................... xiii

Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 8

A. Konsep Kebijakan.......................................................................................... 8

B. Implementasi Kebijakan ............................................................................. 10

C. Evaluasi Kebijakan ...................................................................................... 15

D. Undang-Undang Tentang Pemilihan Kepala Desa ..................................... 22

E. Konsep Electronic E-Voting......................................................................... 26

F. Kerangka Pikir…………………………………………………………….33

G. Deskripsi Fokus Penelitian…………………………………………………………………..…34

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 36

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 36

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ............................................................................ 36

C. Sumber Data ............................................................................................... 37

D. Informan Penelitian .................................................................................... 37

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 38

F. Tehnik Analisis Data .................................................................................... 39

Page 11: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

xi

G. Pengabsahan Data ...................................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 41

A. Deskripsi Obyek Penelitian ......................................................................... 41

B. Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis E- VOTING ................ 53

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat E-voting……………………………72

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 78

A. Kesimpulan ................................................................................................. 78

B. Saran. .......................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 81

LAMPIRAN

Page 12: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Informan penelitian...................................................................................... 38

Tabel 2: Kondisi Geografis Desa Rappoa ..................................................................... 41

Tabel 3: Jumlah Penduduk ......................................................................................... 46

Tabel 4: Jumlah Pemilih Sistem E-VOTING Dan Menual ............................................... 69

Page 13: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Cara Pemilihan E-VOTING ......................................................................... 56

Gambar 2: Proses Pemungutan Suara E-VOTING ......................................................... 58

Gambar 3: Sosialisasi Menggunakan E-VOTING ........................................................... 62

Gambar 4: Pemilih Lanjut Usia Di Dampingi Panitia ..................................................... 64

Gambar 5: Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Pemilihan E-VOTING ........................... 67

Gambar 6: Alat Yang Digunakan Dalam E-VOTING ...................................................... 75

Page 14: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi demokrasi, terbukti

dengan diberikannya kebebasan kepada setiap warga negara untuk bebas

menyatakan pendapat dan mengawasi jalannya Pemerintahan. Pernyataan tersebut

tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 yang berbunyi “Kemerdekaan berserikat

dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya

ditetapkan dengan undang-undang”. Demokrasi merupakan suatu bentuk

Pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki kesempatan yang sama atau

hak yang sama di dalam mengambil suatu keputusan guna menentukan masa

depan kehidupannya. Pengertian demokrasi itu sendiri menurut Lincoln (dalam

Gatara, 2013) adalah “Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.

Dalam Negara demokrasi pemilihan presiden dan wakil rakyat biasanya

dilakukan dengan cara voting. Voting disini merupakan cara menentukan pilihan

dengan mencoblos atau mencontreng pilihannya. Voting bisanya digunakan dalam

menentukan suat pilihan untuk mendapatkan hasil dari suatu proses pemilihan.

Dalam pelaksanaan voting, sarat akan kecurangan. Kecurangan biasanya terjadi

dalam proses penghitungan suara (penggelembungan hasil suara). Dengan

seringnya terjadi masalah dalam penggunaan voting dalam proses pemilihan

membuat kurangnya rasa percaya masyarakat terhadap hasil voting, baik dalam

pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah. Sehingga masyarakat ragu

dengan hasil dari media Eletronik yang di pakai untuk memilih pada pemilihan.

Page 15: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

2

Era reformasi ditandai dengan bergantinya UU No. 22 Tahun 1999

menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mandiri dapat

mengatur dan mengurus urusan pemerintahanya menurut asas otonomi demi

mempercepat kesejahteraan warganya melalui peningkatan dan pemberdayaan

prinsip demokrasi. Pemilihan Kepala Desa dengan regulasi terbaru sebagaimana

merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang berbunyi

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Di Era milenial di beberapa daerah di Indonesia sudah mulai mengganti

metode pemilu manual dengan menggunakan metode E-Voting sebagai alternatif

menyelenggarakan sistem pemilihan umum yang lebih efektif & efisien dari

sebelumnya yang menggunakan sistem konvensional bahkan sudah diterapkan di

tingkat terendah yaitu pemilihan kepala dusun dan kepala desa.

Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membawa perubahan

yang besar bagi manusia, termasuk cara untuk melaksanakan voting. Penggunaan

teknologi komputer pada pelaksanaan voting ini dikenal dengan istilah electronic

voting (e-voting). E-voting yaitu suatu metode pemungutan suara dan

penghitungan suara dalam pemilihan umum dengan menggunakan perangkat

elektronik. E-voting akan menjadi pilihan dalam pemilu di masa mendatang

terkait dengan keputusan Mahkamah Konsitusi yang menetapkan bahwa pasal 88

Page 16: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

3

UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah konstitusional sepanjang

tidak melanggar asas Pemilu yang luber dan jurdil maka e-voting bisa dilakukan

pada skala lebih luas di antaranya Pemilihan umum kepala daerah dan wakil

kepala daerah.

Di Indonesia sendiri penggunaan sistem e-voting telah dilaksanakan pada

tahun 2009. Kabupaten Jembarana, Bali merupakan kabupaten pertama di

Indonesia yang telah menggunakan sistem e-Voting dalam pemilihan Kepala

Dusun. Penggunaan e-voting di Kabupaten Jembrana telah menghemat anggaran

lebih dari 60 persen, seperti anggaran untuk kertas suara dam dianggap lebih

transparan dan lebih cepat.

Kemudian di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng mengeluarkan

kebijakan Pemilihan Kepala Desa dengan Sistem e-voting di 9 (Sembilan) Desa

dari 4 (empat) Kecamatan. Ke sembilan desa tersebut masing-masing Desa Bonto

Cinde, Bonto Tallasa dan Bonto Marannu di Kecamatan Ulu Ere, Desa Ulu

Galung dan Desa Barua di Kecamatan Ermes. Selain itu, e-voting juga akan

dilakukan di Desa Rappoa, Desa Pa'jukukang dan Batu Karaeng di Kecamatan

Pajukukang serta Desa Pattaneteang di Kecamatan Tompobulu. Hal ini

merupakan komitmen Pemerintah Daerah Bantaeng agar proses Pemilihan Kepala

Desa (Pilkades) dapat berlangsung cepat dan mudah serta mengurangi indikasi

kecurangan yang mungkin dilakukan oleh berbagai pihak. (bantaengkab.go.id

Program e-Voting di Kabupaten Bantaeng ini merupakan kerja sama

Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng di bawah koordinasi Badan

Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) , Badan Pengkajian dan Penerapan

Page 17: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

4

Teknologi (BPPT), Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan KPU Kabupaten

Bantaeng yang dituangkan dalam Keputusan Kepala BPM dan PEMDES

Kabupaten Bantaeng Nomor : 410/98/BPM-PD/VI/2015 tentang Penetapatan

Lokasi pendampingan Tenaga Pendamping dan Tenaga Teknis e-Voting pada

Pemilihan Kepala Desa.

Menjadi Kabupaten percontohan dalam pemungutan suara elektronik

untuk daerah selatan pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam hal ini mengatakan

bahwa dengan penerapan pemungutan suara elektronik (e-Voting) ini akan

menghemat dari segi waktu, sangat efisien, dan efektif dengan hasil yang lebih

akurat. Ditambah pula pemilihan kepala desa konon dianggap sebagai arena

demokrasi yang paling nyata di Desa, dalam Pilkades terjadi kompetisi yang

bebas, partisipasi masyarakat, pemilihan secara langsung dengan prinsip one man

one vote (satu orang satu suara).

Setiap penyelenggaraan pemilihan umum, tidak terlepas dari masalah yang

tentu saja akan menjadi kendala. Hal tersebut juga terlihat pada pemilihan umum

kepala bdesa yang menggunankan sistem baru yaitu dengan menggunakan sistem

E-Voting. kendala yang sering muncul misalnya proses pemilihan yang rumit dan

selain itu kurangnya sosialisasi dari KPUD untuk menerangkan tata cara

pemberian suara. Dahulu masyarakat harus mencoblos di TPS namun setelah

adanya E-Voting diganti dengan cara menyentuh dalam touchscreen (Menyentuh

layar Monitor), pada pemilu kepala desa yang bertujuan menghasilkan pemilihan

umum yang lebih transparan, cepat, hemat biaya dan agar dapat menjamin adanya

kompetisi yang sehat, partisipatif, mempunyai derajat keterwakilan yang lebih

Page 18: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

5

tinggi dan memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas. Hal ini hanya

bisa dicapai apabila pemilihan umum itu diselenggarakan berdasarkan asas

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Kemudian penerapan e-voting di Kabupaten Bantaeng khusunya di Desa

Rappoa, masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat sebab belum adanya standar

dan sertifikasi yang disepakati untuk sistem Electronic Voting, adanya

kemungkinan manipulasi hasil suara yang dilakukan oleh orang dalam yang

mempunyai akses ke dalam sistem maupun peretas dari luar juga bisa saja terjadi

dalam sistem yang melakukan autentikasi pemilih, berpotensi melanggar

kerahasiaan pemilihan karena bisa terlihat di dalam sistem dari beberapa

kelemahan-kelemahan tersebut berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat

terhadap sistem Electronic Voting.

Dari masalah yang terjadi diatas maka peneliti tertarik membuat penelitian

terkait “Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis Eletronik (E-

Voting) Pada Pemilihan Kepala Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang

Kabupaten Bantaeng” Sehingga kita dapat mengetahuai pemilihan kepala desa

dengan menggunakan e-voting ini sesuai dengan yang di harapakan atau tidak.

B. Rumusan Masalah

Dari ulasan singkat mengenai latar belakang masalah yang telah

dipaparkan diatas, maka penulis dapat merumuskan suatu rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi kebijakan pemilihan Kepala desa Berbasis elektronik (E-

Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng?

Page 19: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

6

2. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung evaluasi kebijakan pemilihan

Kepala desa berbasis elektronik (E-voting) di Desa Rappoa Kecamatan

Pajukukang Kabupaten Bantaeng?

C. Tujuan Penelitian

Sehubung dengan rumusan masalah penelitian ini, maka dapat ditetapkan

tujuan penelitian, yaitu:

1. untuk mengetahui evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa berbasis elektronik

(E-voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

2. untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung evaluasi kebijakan

pemilihan Kepala desa berbasis elektronik (E-voting) di Desa Rappoa

Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan

masukan serta menambah pengetahuan bagi akademis dan penelitian selanjutnya

mengenai Evaluasi kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis Elektronik (E-

Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat, tentang evaluasi kebijakan

pemilihan kepala desa berbasis elektronik (E-Voting) di Desa Rappoa

Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

Page 20: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

7

b. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah mengenai dampak yang terjadi

terkhusus pada evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa berbasis elektronik

(E-Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng.

Page 21: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep kebijakan

Mustari (2015) Kebijakan publik merupakan kewenangan pemerintah

menjalankan tugas dan fungsinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan

dunia usaha pada dasarnya kebijakan pemerintah dalam menata kehidupan

masyrakat di berbagai aspek merupakan kebijakan yang berorientasi pada

kepetingan publik(masyarakat). Pengertian kebijakan ( policy) prinsip atau cara

bertindak yang dipilih untukmengarahkan pengambilan keputusan. Dalam setiap

penyusunan kebijakan publik di awali oleh perumusan masalalah yang telah

diidentifikasi kemudian pelaksaan kebijakan tersebut ditujukan untuk mengatsi

masalah yang terjadi dalam masyarakat.

Jones dalam Mustari (2015) istilah kebijakan (policy) digunakan dalam

praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau

keputusan yang sangat berbeda. Menurut James Anderson dalam Mustari (2015)

mengatakan secra umum “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjukan

perilaku seorang actor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok, maupun suatu

lembaga pemerintahan) atau sejumlah actor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Pengerttian kebijkan ini dapat digunakan dan relatif memadai untuk keperluan

pembicaraan-pembicaraan bias, namun jadi kurang memadai untuk pembicaraan-

pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis

kebijakan publik. Oleh karena itu di perlukan batasan atau konsep kebijakan

publik yang lebih tepat.

Page 22: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

9

Secara konseptual kebijakan publik merupakan pemanfaatan yang strategis

terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau

pemerintah. Menurut Dunn dalam Anistiawati (2014) mengatankan bahwa

kebijakan publik adalah suatu rangkaian pilihan-pilihan yang slaing berhubungan

yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang

menyangkut tugas pemerintahan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas,

perkotaan dan lain-lain.

Dye dalam Anggara (2014) mendifinisikan bahwa kebijakan publik adalah

segala sesuatu yang di kerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah, alas an

suatu kebijakan harus dilakukan dan manfaat bagi kehidupan bersama harus

menjadi pertimbangan yang holistic agar kebijakan tersebut mengandung manfaat

yang besar bagi warganya dan tidak menimbulkan kerugian, disinilah pemerintah

ahrus bijaksana dalam menetapakan suatu kebijakan.

Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert

eyestone dalam mustari (2015) mengatakan secara luas kebijakan publik dapat

didefinisiakan sebagai “hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkunganya”

konsep ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena yang

dimaksud kebijakan publik dapat mencakup banyak hal. Seorang pakar ilmu

politik lain, Carl friendrich mengatakan bahwa “kebijakan sebagai suatu arah

tindakan yang di usulkan oleh seorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu yang memberikan hambatan dan kesempatan-kesempatan

terhadap kebijakan yang di usulkan untuk mengunakan dan mengatasi dalam

Page 23: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

10

rangka mencapai suatu tujuan, atau merelisasikan suatu sasaran ataau suatu

maksud tertentu”(Mustari,2015).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa kebijakan

publik merupakan suatu aturan yg dikeluarkan oleh pemerintah dan di sepakati

oleh masyarakat atau sekolompok orang guna untuk mencapai suatu tujuan

tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah.

Mengacu pada pendapat diatas, maka kebijakan yang di keluarkan oleh

sesorang atau pemerintah harus di implentasikan atau diterapkan berdasarkan

yang telah susun atau dibuat dengan cermat dan terperinci sebelumnya.

B. Implemetasi Kebijakan

a. Definisi implementasi kebijakan

Menurut Grindle dalam sumardjono (2006) mengatkan bahwa

implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti

pada tingkat program tertentu. Proses implementasi baru akan dimulai apabila

tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana

telah siap dan disalurkan untuk mencapai sasaran.

Implementasi kebijkan merupakan langkah lanjutan berdasarkan suatu

kebijakan formulasi.definisi ini yang umum dipakai menyangkut kebijakan

implemntasi adalah adalah tindakan yang di lakukan baik oleh individu-individu

,pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan

pada tercapainya tujun-tujuan yang telah di gariskan dalam keputusan kebijakan”

( Mustari 2015:)

Page 24: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

11

Menurut Bressman dalam Agustino (2008) menyatakan bahwa:

Implementas kebijakan adalah suatu proses interaksi antara suatu perangkat tujuan

dan tindakan yang mampu mencapai tujuan. Implementasi kebijakan merupakan

proses lanjutan dari tahap formulasi kebijakan. Pada tahap formulasi ditetapkan

strategi dan tujuan-tujuan kebijakan sedangkan pada tahap implementasi

kebijakan, tindakan (action) diselenggarakan dalam mencapai tujuan yang

diinginkan.

b. Pendekatan Implementasi Kebijakan

Agar kebijakan implentatif, maka di kenal beberapa pendektan. Secara

teoritik empirik,pendektan-pendekatan ini dianggap memadai sebagai alat bantu

atau penguatan untuk keberhasilan implementasi kebijakan. Walau dari berbagai

pendekatan praktiknya membutuhkanpertimbangan kompherensif sehingga

pendekatan yang dipilih ,diadaptasi atau mungkin bahkan dikombinasi sesuai

kebutuhan. Untuk kepentingan implementasi kebijakan, bukan merupakan

monopoli secara liniear dari ahanya para ahli kebijakan saja. Tetapi bias dia di

adpsi dari beberapa ilmu social lain, baikbaik dari pakar ilmu politik, pakar

organisasi dan manejemen maupun dari para ahli lainya. Dengan kata

lainkepentingan yang komprehensif sejalan dengan yang di kemukakan Henry

dalam Mustari (2015) sebagai berikut

1.pendekatan politik

Pendekatan pada pendekatan ini mengacu pada-pola kekuasaan dan

pengaruh dianatardan yang terjadi dalam organisasi birokrasi. Asumsi dasarnya

tidak lepas dari proses kekuasaan yang terjadi dalam keseluruhan proses

Page 25: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

12

kebijkan publik. Misalnya adanya beberapa kelompok kepentingan penentang

kebijakan yang berusaha untuk mengganjal bahkan memboikot usaha dari

berbagai pendukung kebijakan yang ada dan serta merta dapat menjadi faktor

penghambat dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Rhodes,N (Mustari:

2015).

Dengan demikian sukses dan gagalnya suatu kebijakan publik, akhimya

dipengaruhi oleh kesediaan dan kemampuan berbagai kelompok kepentinvan

dominan yang mungkin terdiri atas berbagai koalisa kepentingan yang

memaksakan kehendak. Dalam kondisi tertentu distribusi kekuasaan dapat pula

menimbulkan kemacetan pada saat implementasa kebijakan, walaupun

sebenarnya kebijakan publik secara formal telah diarahkan

2. Pendekatan Struktural

Melalui pendekatan ini secara umum dapat dikenal: bahwa struktur yang

bersifat ozganis Nampak relevan untuk implementasi kebijakan. ini sangat

dimungkinkan sebab implementasi kebijakan senantiasa berubah, terlebih ketika

arus implementasi itu liar bukan linear.

3. Pendekatan Prosedural dan Managerial

Pendekatan prosedural struktural dianggap relevan untuk proses

implementasi kebijakan publik, namun tidak sepenting upaya untuk

mengembangkan proses dan prosedur yang tepat, termasuk dalam hal ini adalah

proses dan prosedur tatakelola beserta berbagai tehnik dan metode yang ada.

Prosedur dimaksud di antaranya terkait dengan pross penjadwalan (scheduling)

perencanaan (planning) dan pengawasan (contmIling) kebijakan publik.

Page 26: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

13

Wujud pendekatan managerial ini diantaranya dapat ditemui pada

perencanaan jaringan kerja dan pengawasan (network planning and control) atau

disebut NPC. Pendekatan ini menggambarkan suatu kerangka kerja dimana

proyek dapat direncanakan dan proses implementasinya dapat diawasi dengan

cara mengidentiflkasi berbagai tugas yang harus diselesaikan, urutan

pelaksanaan waktu bahkan anggaran yang dikeluarkan.

4. Pendekatan Perilaku

Analisis keprilakuan (behavioral analysis) pada berbagai masalah

manajemen yang paling terkenal adalah apa yang seringkali disebut para

penganut aliran organisasi sebagai organitational developmentatau

pengembangan organisasi. Pendekatan ini menekankan pada proses untuk

menimbulkan berbagai perubahan yang diingmkan dalam suatu organisasi

melalui penerapan ilmu keprilakuan.

Selain itu, pengembangan organisasi juga merupakan salahsatu bentuk

konsultasi manajemen dimana seorang konsultan bertindak selaku agen

perubahan untuk mempengaruhi seluruh budaya organisasi yang ada termasuk

pada dimensi sikap dan perilaku pejabat yang menduduki posisi kunci.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi implentasi

Menurut Metter dalam Agustino (2008) menyatakan bahwa ada enam

faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur

tingkat keberhasilannya jika dan hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan

memang realistis dengan budaya sosial yang ada di level pelaksana kebijakan.

Page 27: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

14

Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan

pada level warga, maka agak sulit merealisasikan kebijakan publik pada level

yang dikatakan berhasil.

2. Sumber Daya Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung

dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan

proses implementasi.

3. Karakteristik Agen Pelaksana Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi

organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam

implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja

implementasi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang

tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Selain itu cakupan atau luas

wilayah 17 implementasi kebijakan juga perlu diperhitungkan manakala

hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi

kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap Kecendrungan (disposition) para pelaksana Sikap penerimaan atau

penolakan dari pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau

tidaknya kinerja implementasi kebijakan. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh

karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat

yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana Koordinasi merupakan

mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik

koordinasi komunikasi diantara pihakpihak yang terlibat dalam suatu proses

Page 28: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

15

implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk

terjadi dan begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik Hal terakhir yang juga perlu

diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan adalah sejauh mana

lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang

telah ditetapkan. Karena itu lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang

kondusif juga perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan.

C. Evaluasi Kebijakan

1. Definisi evaluasi kebijakan publik

Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses siklus kebijakan publik,

menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah

sewajarya jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan lalu

dievaluasi. Dari evaluasi akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah

kebijakan, sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebij

akan dapat dilanjutkan; atau perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau bahkan'

harus dihentikan. Evaluasi juga menilai keterkaitan antara teori (kebijakan)

dengan prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah

dampak tersebut sesuai dengan yaug diperkirakan atau tidak. Dari hasil evaluasi

pula kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan atau program memberikan

manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi

sangat dibutuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, terlebih di mata

masyarakat yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.

Page 29: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

16

Sebuah kebijakan publik tidak bisa dilepas begitu saja. Kebijakan barus

diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut evaluasi

kebijakan. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan

kebij akan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Evaluasi

diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. (Mustari

2015).

Evaluasi kebijakan, setidaknya memiliki dua tugas utama yaitu untuk

menilai sejauhmana program mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan

ataukah tidak dan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan

berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Terkait hal

tersebut, ada beberapa aktivitas dalam evaluasi kebijakan. Aktivitas atau kegiatan

tersebut adalah spesifikasi (spesfication), penilaian (measurement), analisis dan

rekomendasi. Sebagaimana yang dikemukakan Jones dalam suparman (2017),

bahwa: Evaluasi, adalah kegiatan untuk menilai jasa program atau oroses

pemerintah. Itu subactivities diindentifikasi:spesifikasi, pengukuran analisisi, dan

rekomendasi mencirikan sebua bentuk evaluasi. Penjelasan dari masing-masing

dimensi spesifikasi adalah yang paling penting subaktifitas ini. Ini mengacu pada

identifikasi tujuan atau kriteria yang denganya program atau proses yang akan

dievaluasi; Spesifikasi adalah aktivitas pemicu untuk evaluasi.untuk mencapai

suatu yang di inginkan sehingga ada beberapa timbul masalah- masalah yang di

evalusi untuk mengetahuai kekurangan dan kelebihan.

Kriteria evaluasi kebijakan menurut Dunn dalam (Sujianto, 2017),

dengan hasil sebagai berikut:

Page 30: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

17

1. Efektifitas

Efektivitas adalah apabila suatu kebijakan yang telah dikeluarkan

pemerintah tepat pada sasaran dan tujuan yang diinginkan. Keinginan

pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan supaya nilai-nilai yang diinginkan

sampai kepada publik. Agar masalah-masalah yang ada dilingkungan

masyarakat dapat diatasi dengan baik.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan

tingkat efektivitas yang dikehendaki. Dimana didalam efisiensi dari sebuah

kebijakan melihat berapa sumber daya yang digunakan untuk penerapan

sebuah kebijakan. Kebijakan yang telah diimplementasikan pemerintah untuk

mengetahui seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan.

3. Kecukupan

Kecukupan adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan

tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah.

4. Pemerataan

Pemerataan adalah berkenaan dengan pemerataan distribusi

manfaat dari suatu kebijakan. Dapat dilihat dari pemerataan adalah apakah

manfaat distribusi ini merata kepada kelompok kelompok yang berbeda,

dimana ada beberapa unsur kelompok dari kebijakan yang harus diperhatikan

yaitu dengan indikator:

Page 31: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

18

a. Kelompok pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

b. Kelompok swasta sebagai objek kebijakan.

c. Kelompok masyarakat sebagai impact dari kebijakan.

5. Responsivitas

Responsivitas adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu

kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-

kelompok masyarakat yang menjadi target kebijakan. Kebijakan ingin melihat

bagaimanakah tanggapan dari masyarakat yang menjadi kelompok target

kebijakan. Indikatornya adalah respon masyarakat terhadap kebijakan.

6. Ketepatan

Ketepatan adalah berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan

tersebut tepat untuk masyarakat. Apakah kebijakan yang telah

diimplementasikan pemerintah adanya antara tujuan (hasil) yang

diperoleh, benar-benar bernilai/ bermanfaat. Untuk ketepatan alternatif

yang digunakan dapat diukur dengan indikator: ketepatan dari produk

kebijakan.

2. Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

Menurut Anderson dalam Mustari (2015) membagi evaluasi kebijakan

dalam tiga tipe, masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan

pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi, sebagai berikut:

a.) Tipe pertama Evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila

evaluasi' kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, evaluasi kebijakan

Page 32: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

19

dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu

sendiri.

b.) Tipe kedua merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya

kebijakan atau programprogram tertentu. Tipe evaluasi ini lebih membicarakan

sesuatu mengenai kejujuran atau ' efisiensi dalam melaksanakan program.

c.) Tipe ketiga Tipe evaluasi kebijakan sistematis, tipe kebijakan ini melihat

secara obyektif programprogram kebijakan yang dijalankan untuk mengukur

dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh mana tujuan tujuan telah

dinyatakan tersebut tercapai.

Menurut Suharto dalam Mustari (2015), model-model yang umumnya

digunakan dalam analisis kebijakan Dublik adalah:

a. adalah bentuk kebijakan yang aktif . Model Proses pada konsekuensi

mengarahkan kajiannya konsekuensi kebij akan se . diterapkan. Model ini

dapat disebut Juga model prediktif.

b. Model Retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan terhadap

akibatakibat kebijakan setelah kebijakan diimplementasikan. Model ini biasa

disebut model evaluatif, karena. banyak melibatkan belum suatu kebijakan

pendekatan evaluasi terhadap dampak-dampak kebijakan yang sedang atau

telah diterapkan.

c. Model Integratif adalah model perpaduan antara kedua model diatas. Model

ini kerap disebut sebagai model komprehensif atau model holistik, karena

analisis dilakukan terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan yang mungkin

timbul, baik sebelum maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan.

Page 33: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

20

3. Tujuan Evaluasi Kebijakan

Evaluasi memiliki beberapa tujuan menurut Subarsono dalam Mustari

(2015) yang dapat dirinci sebagai berikut:

a.) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat

diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

b.) Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat

diketahui beberapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.

c.) Mengujur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan

evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran (output) dari

suatu kebijakan.

d.) Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan

untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun

dampak negatifnya. .

e.) Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan, evaluasi juga bertujuan untuk

mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi,

dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian

target.

f.) Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan

akhir dari evaluasi kebijakan adalah untuk memberikan masukan bagi proses

kebijakan kedepan agar dihasilkan kebijakankebijakan yang lebih baik.

4. Tahapan Evaluasi Kebijakan

Tahap evaluasi kebijakan publik menurut Subarsono (2005) sebagai

berikut :

Page 34: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

21

a.) Spesifikasi adalah mengidentifikasi tujuan tujuan serta kriteria-kriteria yang

harus dievaluasi dalam suatu proses atau kebijakan tertentu. Spesifikasi

adalah merupakan cara. dimana manfaat harus dinilai atau dipertimbangkan.

b.) Pengukuran (measurement), secara sederhana mengacu pada pengumpulan

infonnasi yang relevan dengan tujuan kebijakan.

c.) Analisis adalah penyerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan

guna 'membuat kesimpulan.

d.) Rekomendasi, merupakan suatu penentuan apa yang seharusnya dilakukan

selanj utnya.

5. Hambatan Evaluasi Kebijakan

Berbeda dengan tahapan proses kebijakan publik yang lain relatif

mendapat banyak perhatian, maka tahap evaluasi kebijakan sering kurang

mendapat perhatian, baik dari kalangan implementator maupun stekholder yang

lain. Suatu program sering hanya berhenti pada tahap implementasi , tanpa diikuti

tahap evaluasi. Berikut ini diidentifikasi berbagai kendala dan hambatan dalam

melakukan evaluasi kebijakan.

a.) Kendala psikologis, banyak aparat pemerintah masih alergi terhadap

kegiatan evaluasi, karena dipandang berkaitan dengan prestasi dirinya.

Apabila evaluasi menunjukkan kurang baik, bisa jadi akan menghambat

karier mereka. Sehingga banyak aparat memandang kegiatan evaluasi bukan

merupakan bagian penting dari proses kebijakan publik. Evaluasi hanya

dipahami sebagai kegiatan tambahan yang boleh dilakukan atau tidak.

Page 35: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

22

b. Kendala politis. Evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena alasan

politis. Masing-masing kelompok bisa jadi saling menutupi kelemahanya dari

implementasi suatu program dikarenakan ada deal atau bargaining politik

tertentu. Briant dan b) White, (1987).

c. Kendala ekonomis, kegiatan evaluasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit,

seperti biaya untuk pengumpulan dan pengolahan data, biaya untuk para staf

administrasi, dan biaya paraevaluator. Proses evaiuasi akan mengalami

hambatan apabila tanpa dukungan finansial.

d. Kendala teknis, evaluator sering dihadapkan pada masalah baik tersedianya

cukup data dan informasi yang up to date, disamping itu, data yang ada

kualitasnya kurang baik, karena supply data kepada suatu instansi yang lebih

tinggi dari instansi yang lebih rendah hanya dipandang sebagai pekerjaan

rutin dan formalitas tanpa memperhinmgkan substansinya.

D. Undang-undang tentang Pemilihan Kepala Desa

a. Permendagri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa

Dalam Bab 2 Pemilihan Kepala Desa disebutkan bahwa (Pasal 2)

Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara serentak satu kali atau dapat

bergelombang. (Pasal 3) Pemilihan Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh desa pada wilayah

Kabupaten/Kota.

Pasal 4 Ayat (1) menyatakan bahwa Pemilihan Kepala Desa secara

bergelombang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilaksanakan dengan

mempertimbangkan:

Page 36: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

23

1. Pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan Kepala Desa di

wilayahKabupaten/Kota;

2. kemampuan keuangan daerah; dan/atau;

3. ketersediaan PNS di lingkungan Kabupaten/Kota yang memenuhi

persyaratan sebagai penjabat Kepala Desa.

Dalam Ayat (2) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagai

mana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam

jangka waktu 6 (enam) tahun. Batas waktu Pilkades bergelombang di batasi

dengan waktu paling lama dua tahun dijelaskan dalam Ayat (3) Pemilihan Kepala

Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan

interval waktu paling lama 2 (dua) tahun.

a) Bagian Persiapan Pemilihan Kepala Desa terdapat dalam pasal 7 - 9

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun

2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.Persiapan pemilihan di Desa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, terdiri atas kegiatan:

pemberitahuan badan permusyawaratan desa kepada kepala desa tentang

akhir masa jabatan yang disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir

masa jabatan;

b) pembentukan panitia pemilihan kepala desa oleh badan permusyawaratan

desa ditetapkan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah

pemberitahuan akhir masa jabatan;

Page 37: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

24

c) laporan akhir masa jabatan kepala desa kepada bupati/walikota disampaikan

dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberitahuan akhir masa

jabatan;

d) perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada bupati/walikota

melalui camat atau sebutan lain dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari

setelah terbentuknya panitia pemilihan; dan

e) persetujuan biaya pemilihan dari bupati/walikota dalam jangka waktu 30

(tiga puluh) Hari sejak diajukan oleh panitia.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Desa

Pada bagian ketiga Pemungutan Suara pasal 50 dikatakan bahwa:

1. Pelaksanaan pemungutan suara pemilih Kepala Desa bersifat langsung,

umum, bebas, rahasia, berjalan jujur dan adil,

2. Pemungutan suara dilaksanakan dengan menggunakan surat suara dan/atau

menggunakan alat elektronik (e-voting),

3. Bentuk surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh panitia

dengan susunan gambar berdasarkan nomor urut calon,

4. Pemungutan suara dipimpin ketua panitia pemilihan dan dihadiri oleh BPD,

para calon kepala desa, tim fasilitasi kecamatan dan kabupaten,

5. Pemberian suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan alat

yang telah disediakan oleh panitia,

6. Panitia pemilihan kepala desa dapat memberikan pelayanan kepada pemilih

tuna netra dan cacat fisik lainnya dalam memberikan suaranya

Page 38: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

25

7. Panitia pemilihan menentukan batas waktu pelaksanaan pemungutan suara

sesuai kondisi desa dengan tidak menutup kemungkinan adanya

kesepakatan para calon secara tertulis untuk mengakhiri pelaksanaan

pemungutan suara sebelum waktu yang ditentukan atau melebihi waktu

yang ditentukan.

c. Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Pada Bab II tentang Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Desa, pasal 2 :

1) Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara serentak dengan

menggunakan metode e-Voting,

2) Pemilihan Kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan bergelombang selama

3) tiga kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun. (3) Pelaksanaan pemilihan

Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh desa pada setiap ge lombang,

4) Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

a. Gelombang I (pertama) dilaksanakan pada Tahun 2015 terdiri dari 9

Desa.

b. Gelombang II (kedua) dilaksanakan pada Tahun 2017 terdiri dari 25

Desa;

c. Gelombang III (ketiga) dilaksanakan pada Tahun 2019 terdiri dari 12

Desa;

Page 39: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

26

5) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Kepala Desa dalam penyelenggaraan

pemilihan kepala desa serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (4),

Bupati menunjuk Penjabat Kepala Desa,

6) Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berasal dari

Pegawai Negeri Sipil di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng.

E. Konsep electronic voting (E-voting)

a. Pengertian E-Voting

Umumnya cara memilih adalah dengan mencoblos atau menandai di kertas

suara. Akan tetapi, seiring perkembangan teknologi, terdapat teknik lain, yaitu E-

voting. E-voting mengacu pada sistem dimana pemilih memberikan suaranya

menggunakan sistem elektronik, bukan kertas suara (atau mesin mekanik untuk

mencoblos kertas suara). Setelah direkam, suara elektronik disimpan secara digital

dan ditransfer dari setiap mesin pemungutan suara elektronik ke sistem

penghitungan (Sanjay & Ekta, 2013).

Kemudian E-Voting (electronic voting) adalah metode pengambilan suara

dengan menggunakan media elektronik atau perangkat elektronik (Ilmiah 2014).

E-voting merupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

pemberian suara secara elektronik, sehingga memiliki kemampuan untuk

mempercepat tabulasi data.

Pendapat Lain mengatakan bahwa e-voting merupakan metode

pemungutan suara yang unik karena dapat diakses dimana saja, hal tersebut

tentunya membantu masyarakat, terutama masyarakat perantauan yang tidak bisa

pulang kampung saat pemilihan umum dan dengan sistem ini masyarakat tidak

Page 40: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

27

perlu pulang kampung untuk melakukan pemungutan suara. E-voting bertujuan

meningkatkan partisipasi, menurunkan biaya pemilu dan meningkatkan akurasi

hasil (Qadah dan Taha, 2013). Sistem e-voting memungkinkan terselenggaranya

pemilu yang lebih sederhana dan mengurangi total biaya pemilu secara signifikan

(Dwumfuo dan Paatey, 2014).

Melalui sistem e-voting, penggunaan kertas dapat ditekan sesedikit

mungkin. Sistem e-voting dapat dilihat sebagai “proses bisnis” dari rangkaian

proses pemilihan umum, dan diharapkan dapat menekan penggunaan kertas dalam

pemungutan suara.

Definisi lain dikemukakan oleh Cetinkaya & Cetinkaya, (2015) yang

mengungkapkan bahwa “E-voting refers to the use of computers or computerised

voting equipment to cast ballots in an election”, yang menyatakan e-voting

mengacu pada penggunaan komputer atau peralatan voting yang terkomputerisasi

untuk memberikan suara dalam pemilihan umum. Sedangkan Sanjay & Ekta,

(2013) E- voting adalah alat elektronik sederhana yang digunakan untuk merekam

suara pemilih untuk menggantikan kertas suara dan kotak suara yang digunakan

sebelumnya dalam sistem pemungutan suara konvensional.

a. Model-model E- voting

Teknologi e-voting muncul pertama kali di Amerika Serikat pada tahun

1889. Di tahun itu, Jacob H. Myers mematenkan mesin pemilihan umum

pertama yang diberi nama Lever Voting Machine. Kemudian mesin tersebut

disebut dengan Myers Automatic Boots. Mesin ini ditujukan untuk mencegah

Page 41: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

28

terjadinya penggelembungan suara, mempercepat proses perhitungan suara,

dan mengurangi suara yang tidak sah.

Dalam perkembangan e-voting terdapat banyak model mesin yang

telah dipergunakan. Misalnya saja, ada yang disebut dengan teknologi

pencatatan langsung secara elektronik (direct recording elecronic / DRE).

Cara memilih menggunakan mesin itu adalah dengan memilih calon yang

sudah tercetak pada satu display dan dikirim pada mesin pemilih atau bisa

juga ditampilkan pada layar komputer. Pemilih hanya menekan tombol pada

display atau alat yang mirip.

Lain hanya dengan Riera & Brown, (2014) sistem pemungutan suara

elektronik dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok utama yaitu pertama,

sistem pemilihan menggunakan DRE namun proses pemungutan suara tetap

dilakukan di suatu tempat pemungutan suara, yang memungkinkan pemilih

untuk memberikan surat suara mereka langsung melalui mesin (biasanya

dengan menggunakan alat layar sentuh). Pemilih harus pergi ke tempat

pemungutan suara, dan mereka diidentifikasi dengan cara konvensional.

Kedua, sistem pemilihan elektronik jarak jauh sepenuhnya memanfaatkan

potensi TIK. Pemilih masih menggunakan antarmuka pengguna grafis seperti

pada DRE, meskipun pemberian suara dilakukan secara jarak jauh, seperti

dari rumah menggunakan komputer pribadi seseorang, atau dari kios

komputer di kedutaan atau di rumah sakit. Ide dasar di balik sistem ini adalah

untuk memindahkan informasi digital (suara) melalui jaringan komunikasi

dibanding mewajibkan orang untuk pindah ke lokasi pemungutan suara.

Page 42: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

29

Kersting & Baldersheim, (2014) menyebut bahwa e-voting secara garis

besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu internet voting dan non-internet

voting. Internet voting dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) jenis, yakni:

1. Internet poll site voting.

Pada jenis ini, internet digunakan untuk mengirim data dari tempat

pemungutan suara (TPS) kepada otoritas penyelengara pemilu lokal,

regional, dan pusat. Jenis voting ini bekerja pada komputer publik dan

sama dengan sistem voting dengan menggunakan mesin. Koneksi dari TPS

kepada kantor pusat penyelenggaraan Pemilu kebanyakan menggunakan

Internet.

2. Kiosk voting.

Dalam jenis ini, pemilih memiliki kesempatan untuk menggunakan

komputer khusus yang ditempatkan di tempat-tempat publik, seperti

perpustakaan, sekolah atau mall. Karena proses pemilihan tidak bisa di

kontrol oleh pihak penyelenggara Pemilu, diperlukan instrumen khusus

untuk pengesahan secara elektronik, seperti contohnya tanda tangan secara

digital atau smart card, pemeriksaan sidik jari, dan lain sebaginya.

3. Internet voting.

Adalah penggunaan hak pilih dengan menggunakan media internet.

Dengan internet voting, pemilih dapat menggunakan hak pilih di rumah

sendiri atau juga di tempat kerja (kantor). Teknologi internet voting

memerlukan program software dan instrumen lainnya, seperti smart card.

Page 43: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

30

Sedangkan, yang termasuk ke dalam non-internet voting

memerlukan alat elektronik lainnya, diantaranya mesin voting, sms taxt-

voting, telephone voting, dan interactive digital television voting.

b. Keunggulan E- Voting

Mesin pemungutan suara elektronik dimaksudkan untuk mengurangi

kesalahan dan mempercepat proses penghitungan. Keuntungan dari e-voting

daripada sistem konvensional/ surat suara menurut Sanjay & Ekta, (2013) antara

lain:

1. Menghilangkan kemungkinan suara yang tidak sah dan diragukan, yang

dalam banyak kasus merupakan akar penyebab kontroversi dalam

pemilihan umum;

2. Membuat proses penghitungan suara jauh lebih cepat daripada sistem

konvensional;

3. Mengurangi jumlah kertas yang digunakan sehingga menghemat banyak

pohon yang membuat proses menjadi ramah lingkungan;

4. Mengurangi biaya pencetakan hampir nol karena hanya satu lembar kertas

suara yang diperlukan untuk setiap Polling.

Lebih jauh beberapa manfaat dalam penerapan e- voting dijabarkan oleh

Riera & Brown, (2014) diataranya adalah:

1. Mempercepat perhitungan suara.

2. Lebih akurat hasil perhitungan suara.

3. Menghemat biaya pengiriman surat suara.

4. Menghemat biaya pencetakan kertas suara.

Page 44: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

31

5. Kertas suara dapat dibuat dalam beberapa versi bahasa.

6. Menyediakan akses informasi yang lebih banyak berkenaan dengan pilihan

suara.

7. Menyediakan akses yang lebih baik bagi kaum yang mempunyai

keterbatasan fisik (cacat).

8. Menyediakan akses bagi masyarakat yang mempunyai keterbatasan waktu

untuk mendatangi tempat pemilihan suara (TPS); dan

9. Dapat mengendalikan pihak yang tidak berhak untuk memilih misalnya

mereka yang dibawa umur.

c. Kelemahan E- Voting

Namun, di samping itu sejumlah keunggulan-unggulan di atas, e-voting juga

mengandung beberapa kelemahan.

Pertama, jika terjadi kondisi di mana petugas pemilu tidak memiliki

pengetahuan yang memadai tentang e-voting sehingga pelaksanaan e-voting gagal.

Mengkhawatirkan apabila teknologi e-voting gagal, makan akan mengurangi

legitimasi terhadap pemilu. (Moynihan, 2015)

Kedua, bagi sejumlah kelompok pemilih (seperti kelompok pemilih usia

lanjut), e-voting berpotensi tidak disukai. (Roseman & Stephenson, 2014) dalam

Pemilihan Gubernur dinegara bagian Georgia, Amerika Serikat, menujukkan

bahwa ternyata pemilihan dengan menggunakan teknologi tinggi (e-voting) tidak

cukup disukai oleh para calon pemilih yang termasuk katagori berusia tua (di atas

65 tahun). Mesin e-voting juga bisa sangat sulit untuk beberapa pemilih untuk

digunakan. Jika seluruh suara yang ditampilkan kepada pemilih (sebuah alat yang

Page 45: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

32

menampilkan “seluruh wajah”), mesin e-voting mungkin besarnya seukuran

lemari es. Keberadaan mesin seperti itu, bagi pemilih cacat, misalnya tuna netra,

atau yang lebih pendek tubuhnya dibandingkan dengan mesin e-voting akan

mengalami kesulitan fisik dalam menggunakan mesin e-voting.

Ketiga, persoalan mendasar adalah mengenai jaminan akan kerahasiaan.

Faktor penggunaan teknologi dalam sistem e-voting (misalnya menggunakan

mesin) membuat timbul pertanyaan akan jaminan kerahasiaan pilihan pemili

(Wolchok, Wustrow, & Halderman, 2015).

Keempat, yakni jaminan akan keamanan dan kebebasan dalam memilih

(free and fair). Menurut (Kersting & Baldersheim, 2014), sebuah pemilihan yang

bebas dicirikan dengan tidak adanya manipulasi dalam proses pemilihan.

Problemnya kemudian, bila dalam pemilihan dengan unsur konvensional, adalah

sesuatu yang normal bahwa unsur kerahasiaan, kebebasan dan keamanan

ditanggung oleh penyelenggaraan Pemilu, maka dalam pemilihan dengan sistem

e-voting (terutama jika pemilihan itu menggunakan internet), siapa yang

bertanggung jawab dan sampai sejauh mana juga tiga unsur tersebut dapat

dijamin? Sampai saat ini, (Kersting & Baldersheim, 2014) menilai bahwa jawaban

atas pertanyaan tersebut masih menjadi perdebatan.

Strategi untuk memanipulasi suara dengan menggunakan metode e-voting

misalnya, menggunakan benda asing untuk memastikan mesin mati atau tidak

bekerja, yang bisa menyebabkan pendukung potensial dari kandidat lainnya gagal.

Juga, seseorang yang memiliki akses terhadap mesin e-voting bisa memanipulasi

Page 46: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

33

total perolehan suara sebelum, selama, dan setelah pemilu. (Alvarez, Hall, &

Trechsel, 2014)

F. Kerangka Pikir

Menurut Uma mengemukakan bahwa” kerangka fikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang

telah diidentifikasi sebagai hal penting, dengan demikian maka kerangka fikir

adalah sebuah pemahaman dan paling mendasar dan menjadi dan pondasi bagi

setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dan penelitian yang

akan di lakukan . Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyusun skema

kerangka konseptual berikut.

Bagan Kerangka Pikir

ss

Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Bebasis eletronik (E-voting)

Di Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng

Kriteria Evaluasi Kebijakan

1. Effectiveness (Efektivitas )

2. Effeciency (Efisiensi)

3. Adequacy (kecukupan)

4. Leveling out (Perataan)

5. Responsivitay (Responsiviti)

6. Accuracy (ketepatan)

Hasil Evaluasi kebijakan

Faktor

Pendukung

1. dukungan dari

Pemerintah

2. Perangkat

Elektronik

Faktor

Penghambat

SDM Kurang

Memadai

Page 47: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

34

G. Deskripsi focus penelitia

1. Efektifitas

Efektivitas adalah apabila suatu kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah

tepat pada sasaran dan tujuan yang diinginkan. Keinginan pemerintah dalam

mengeluarkan kebijakan supaya nilai-nilai yang diinginkan sampai kepada publik.

Agar masalah-masalah yang ada dilingkungan masyarakat dapat diatasi dengan

baik.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat

efektivitas yang dikehendaki. Dimana didalam efisiensi dari sebuah kebijakan

melihat berapa sumber daya yang digunakan untuk penerapan sebuah kebijakan.

Kebijakan yang telah diimplementasikan pemerintah untuk mengetahui seberapa

banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

3. Kecukupan

Kecukupan adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan tingkat

efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan

adanya masalah.

4. Perataan

Pemerataan adalah berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat dari suatu

kebijakan. Dapat dilihat dari pemerataan adalah apakah manfaat distribusi ini

merata kepada kelompokkelompok yang berbeda, dimana ada beberapa unsur

kelompok dari kebijakan yang harus diperhatikan yaitu dengan indikator:

a. Kelompok pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

Page 48: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

35

b. Kelompok swasta sebagai objek kebijakan.

c. Kelompok masyarakat sebagai impact dari kebijakan.

5. Responsivitas

Responsivitas adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat

yang menjadi target kebijakan. Kebijakan ingin melihat bagaimanakah tanggapan

dari masyarakat yang menjadi kelompok target kebijakan. Indikatornya adalah

respon masyarakat terhadap kebijakan.

6. Ketepatan

Ketepatan adalah berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan tersebut tepat

untuk masyarakat. Apakah kebijakan yang telah diimplementasikan pemerintah

adanya antara tujuan (hasil) yang diperoleh, benar-benar bernilai/ bermanfaat.

Untuk ketepatan alternatif yang digunakan dapat diukur dengan indikator:

ketepatan dari produk kebijakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Electronic Voting.

1.faktor pendukung adalah semua faktor yang turut mendorong

,menyokong,melancarkan, menunjang, membantu dan sebagainya terjadinya

sesuatu.

2. faktor penghambat adalah semua jenis faktor yang sifatnya menghambat atau

bahkan menghalangi dan menahan terjadinya sesuatu.

Page 49: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan lokasi penelitian

Waktu Penelitian ini dilaksankan lebih 2 dua bulan setelah seminar

proposal. Lokasi penelitian dilakukan pada Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang

Kabupaten Bantaeng. Adapun Alasan peneliti memilih lokasi tersebut, karena

Desa Rappoa merupakan salah satu desa yang telah melaksanakan pemilihan

kepala desa dengan sistem e-voting.

B. Jenis dan tipe penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, adalah penelitian untuk

menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan

situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan

kondisi objektif dilapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar

focus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan Sugiyono (2012). Proses

penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap

narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam memahami bahasa

dan tafsiran mereka. Untuk itu peneliti harus terjun dalam lapangan dalam waktu

yang cukup lama.

2.Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi menurut Kuswarno (2009),

fenomenologi adalah studi yang mempelajari fenomena seperti penampakan,

Page 50: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

37

segala hal yang muncul dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan

makna yang kita miliki dalam pengalaman kita. Fenomenologi tidak hanya

sekedar fenomena, akan tetapi pengalaman dari sudut pandang orang pertama atau

yang mengalaminya secara langsung.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini di jaring dari sumber data primer dan

sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang di gunakan untuk

menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dangan fokus yang dikaji.

Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan

untuk melengkapi data primer yang di kumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai

upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan. Data sekunder terutama

diperoleh melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Adapun teknik pengumpulan informan dalam penelitian ini berdasarkan

purposive sampling atau sengaja memlih orang yang di anggap memberikan

informasi yang akurat sesuai maksud penelitian yaitu tentang, evaluasi kebijakan

pemilhan kepala Desa Berbasis Elektronik Voting (e-voting) Pada Pemilihan

Kepala Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng”. Adapun

informan tersebut adalah:

Page 51: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

38

Tabel 1. Informan Penelitian

Nama Inisial Jabatan Ket

1. Chaeruddin Arsyad CA Kepala Dinas 1

2. Kamaruddin KM Kepala badan

Pemerintah Desa

1

3. Faisal Ismail FI Ketua BPD Desa

Rappoa

1

4. Saharuddin SA Ketua Panitia 1

5. Sumarni Sahir SS Sekretaris Panitia 1

6. Asmawati AS Masyarakat 1

7. Muh Takim MT Masyarakat 1

8. Samsul Bahri SS Masyarakat 1

Total Informan 8 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang di gunakan oleh penulis dalam penelitian

ini meliputi:

1. Observasi, yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan langsung

yang secara sistematis terhadap penelitian tentang evaluasi kebijakan

pemilihan kepla desa berbasis eletronik (e-voting)

2. Wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara bebas

terstruktur, artinya peneliti mengadakan wawancara langsung dengan unsur

pemerintah daerah, kecamatan, peneyelenggara e-voting , dan masyarakat,

dan wawancara bebas artinya peneliti bebas mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Studi pustaka, yaitu pengambilan data dengan membaca literature atau hasil-

Hasil penelitian yang relevan dengan evaluasi kebijakan pemilihan kepla desa

berbasis eletronik (e-voting).

Page 52: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

39

F. Teknik Analisis Data

Pengujia dataMenurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2012)

penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Hal-hal yang dilakukan

dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

1. Reduksi data, dalam tahap ini penulis melakukan pemilihan, dan pemusatan

perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang

diperoleh.

2. Penyajian data, penulis mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun

untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau

penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk

teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan, penulis berusaha menarik kesimpulan dan melakukan

verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari

lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur

kausalitas dari fenomena, dan droposisi.

G. Keabsahan Data

Sugiyono (2012), Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat

menghasilkan penelitian yang bermutuatau data yang kredibel, oleh karena itu

peneliti melakukan pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :

1. Perpanjangan Masa Penelitian

Page 53: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

40

Peneliti akan melakukan perpanjangan masa pengamatan jika data

yang dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu peneliti dengan

melakukan pengumpulan data, pengamatan dan wawancara kepada informan

baik dalam bentuk pengecekan data maupun mendapatkan data yang belum

diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti menghubungi kembali para

informan dan mengumpulkan data sekunder yang masih diperlukan.

2. Pencermatan Pengamatan

Data yang diperoleh peneliti dilokasi penelitian akan diamati secara

cermat untuk memperoleh data yang bermakna. Oleh karena itu, peneliti akan

memperhatikan dengan secara cermat apa yang terjadi dilapangan sehingga

dapat memperoleh data yang sesungguhnya.

3. Triangulasi

Untuk keperluan triangulasi maka dilakukan tiga cara yaitu :

a. Triangulasi Sumber yaitu Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh

sebelumnya.

b. Triangulasi Teknik yaitu Pengumpulan data yang diperoleh dari satu

sumber dengan menggunakan bermacam-macam cara atau teknik tertentu

untuk diuji keakuratan dan ketidak akuratannya.

c. Triagulasi Waktu yaitu Triagulasi waktu berkenan dengan waktu

pengambilan data yang berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat dan

kredibel dari setiap hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan.

Page 54: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitan

a. Keadaan Geografis Desa

Desa Rappoa adalah desa ada di kecamatan pa’jukukang, yang terletak

dibagian selatan Kabupaten Bantaeng dengan jaraka ± 3 km dari kota Bantaeng

,luas wilayah ± 3,2 km2 dengan batas-batas wilayah.

Kondisi Geografis Desa Rappoa adalah sebagai berikut:

Batas adminatrasi dan batas fisik Desa Rappo Kecamatan Pajukukang

adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara dengan Wilayah Desa Biangloe

Sebelah Timur dengan Wilayah Desa Lumpangan

Sebelah Barat dengan Wilayah Kelurahan Lamalaka

Sebelah Selatan dengan Wilayah Laut Flores

Desa Rappoa terdiri dari 5 Dusun, 10 Rukun keluarga (RK),dan 11 Rukun

Tetangga (RT).

Wilayah Desa Rappoa trletak pada ketinggian 250 meter dari permukaan

laut, berada disamping Laut Flores, dan memiliki tanah yang cukup subur yntuk

lahan pertanian sawah dan lautnya di manfaatkan untuk pembudidayaan rumput

laut. Iklim Desa Rappoa pada umumnya memiliki suhu rata-rata sebesar berkisar

antara 22º cm sampain 35º dengan tingkat curah hujan 65 mm/tahun . Curah hujan

hanya dapat terbilang sedang dai terdapat 2 musim yaitu musim hujan dan musim

kemarau. Musim hujan dimulai sejak bulan Desember-Februari dan di manfaatkan

Page 55: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

42

pada musim ini petani juga biasanya petani menanam palawija (kacang tana,

kedelai, jagung dan kacang hijau) dan bagi petani rumput laut biasanya

melakukan pembibitan.

b. Hidrologi Dan Tata Air

Masyarakat Desa Rappoa menggunakan dua macam sumbe mata air untuk

memenuhi kebutuhan mereka, yaitu PDAM dan sumur biasa . pemenuhan air

untuk lahan pertanian bersumber dari air hujan dan air palappa yang bersumber

dari kampong bonto- bonto . sedangkan pemenuhan air bersih sehari-hari

mengunakan air PDAM dan sebagian warga memanfatkan air sumur. Air PDAM

paling banyak diakses oleh Dusun Rappoa, Dusun sapa-sapa dan air sumur paling

abnyak digunakan oleh Dusun Boddong, Tonrokassi dan Kampung Toa. Namun

untuk sumur warga sendiri,masih ada yang kurang jerni terutama bagi warga yang

tinggal pesisi pantai.di Desa Rappoa juga terdapat satu juga sumber mata air yang

yang disebut dengan nama Bungung Rappoa yang airnya cukup jerni dan layak

dikomsumsi untuk masyarakat khususnya di Dusun Kampung Toa, dan menurut

masyarakat Desa Rappoa sumur tersebut menjadi kebanggan masyarakat Desa

Rappoa Karena ketika Desa Rappoa tengah dalam kedaan musim kemarau, sumur

tersebut adalah salasatuya sumru yang tidsak kering bahkan air berkelimpahan,

dan konon, sumur sudah ada sejak jaman Majapahit.

c. Kondisi Umum Demografi Daerah

Jumlah penduduk Desa Rappoa sebanyak 1.617 jiwa dengan jumlah

rumah tangga 378 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk perempuan 808 jiwa

sedangkan laki-laki 809 jiwa. Jumlah penduduk Desa Rappoa.

Page 56: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

43

d. Kondisi Ekonomi

Penduduk Desa Rappoa pada umumnya bermtat pencahrian sebagai petani

sawah dan rumput laut,dasar pertanian dalah pertanian sawah dan rumput kaut.

Sumbernya alam yang dihasilkan seperti padi, jagung, kacang kedelai, kacang

ijo,dan kacng tanah serta rumput laut.

Sebagai warga berdangan hasil tanaman seperti berdagan eceran.

Perekonomian cukup laancar karena jarak desa mingguan ± 1 km, ada dua macam

petani (pemilik dan penggarap). Selain itu,sebagian masyrakat Desa Rappoa ada

yang bergelut di bidang pemerintah (PNS).

Jenis mata pencaharian pokok masyarakat Desa Rappoa berdasarkan

penjajakan terdir dari; PNS, Pengusaha, Pedagang, Petani/Peternak, Nelayan,

Petukangan, Sopir, Buru Tani , Buru Bangunan, Tukang Becak, Guru Honor dan

Guru Kontrak.

e. Potensi Daerah

Beberapa potensi unggulan sebagai konstribusi secara nyata terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Rappoa adalah:

a) Rumput Laut

Desa Rappoa merupakan desa yang terletak diwilayah pesisir

pantai.hal ini merupakan satu faktor yang melatar belakangi sebgaian besar

merupakan seorang nelayang dan petani rumput laut. Rumput laut yang

membutuhkan waktu panen sekitar 40 hari setelah pembibitan itu

terkadang dapat mencapai hasilpanen dengan berat 200-700 kg dalam

sekali panen. Dua jenis rumput laut yang dihasilkan yakni Euchema

Page 57: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

44

Spinosum dan Euchema Cottoni. Kedua jenis rumput laut ini uuga

diekspor hingga keluar Makassar baik Nasional seperti Surabaya hingga

Internasional Cina, Jepang,dan Singapura.

b) Pertanian

Potensi unggulan yang ada di Desa Rappoa untuk meningkatkan

endapatan penduduk pada dasarnya adalah petani, dikarenakan lahan yang

ada di Desa Rappoa sangat luas dan subur. Potensi untuk tanaman lahan

kering dan di manfaatkan dalam musim kering (padi, jagung, kedelai,

kacang tanah, dan kacang hijau). Lahan pertanian di DEsa Rappoa sangat

luas, pusatnya terletak di Dusun Kampung Toa. Selain menyusun metode

pertanian alami juga didukung irigasi yang naik, Desa Rappoa berhasil

menghasilkan hasil panen berkualitas hingga tiga kali panen dalam

setahun. Selain padi, hasil panen Desa Rappoa juga terdapat Melon

Organik, Lombok, Tomat, Beras Merah.

c) Peternakan

Kabupaten Bantaeng terkenal unggul akan siminasi buatannya, tak

terkecuali di Desa Rappoa. Dengan siminasi buatan, peternak-peternak di

desa dapat menghasilkan sapi-sapi unggul selain itu, potensi unggulan

yang ada di Desa Rappoa untuk meningkatkan pendapatan perkapita

penduduk pada dasarnya juga sebagai peternak di karenakan masyarakat di

Desa Rappoa banyak yang memiliki ternak yang di gunakan sebagai usaha

budidaya untuk pembibitan dan penggemukan (sapi, kambing, dll). Pada

dasarnya ada masyarakat yang memiliki kedudukan sebagai pemilik

Page 58: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

45

ternak dan sebagai pengembala ternak yang mana mereka memperoleh

upah dari bagi hasil antara pemilik ternak dan pengembala ternak.

d) Perikanan

Potensi unggul yang ada di Desa Rappoa untuk meningkatkan

potensi penduduk juga sebagai nelayan, dikarenakan Desa Rappoa

merupakan desa yang terletak di daerah pesisir pantai. Hal ini manfaatkan

oleh masyarakat Desa Rappoa untuk memancing dan menangkap ikan

yang kemudian di jual kembali ke masyarakat.

e) Parawisata

Dalam bidang parawisata, Desa Rappoa memiliki potensi wisata

yang berbasis alam dan budaya. Salah satunya terletak di Dusun Kampung

Toa yakni kerap di sapa dengan Bungun Rappoa, Bungun Rappoa sendiri

artinya adalah sumur tua. Sumur ini ada sejak zaman majapahit dan biasa

di gunakan oleh masyarakat sebagai tempat melakukan aktivitas sehari-

hari seperti mencuci, mandi, dan mengambil air lainnya. Sumur air ini juga

kerap di datangi oleh orang-orang dari desa sebelah untuk sekedar di

kunjungi karena airnya yang sangat jernih walau di musim kemarau

sekalipun.

f. Jumlah dan Persebaran Penduduk

Berdasarkan pendataan yang dilakukan di Desa Rappoa pada tahun 2018 ,

penduduk Desa Rappoa berjumlah 161 jiwa yang tersebar di 5 Dusun. Jumlah

Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Dusun.

Page 59: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

46

Informasi mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin penting

diketahui terutama untuk mengetahui banyaknya orang yang tinggal di suatu

jumlah wilayah pada waktu tertentu sehingga dapat digunakan untuk

merencanakan pelayanan sosil ekonomi seperti pendidikan, kesehatan, sandang

pangan dan papan serta kebutuhan social dasar lainnya sesuai dengan jenis

kelamin penduduk. Di bawah di sajikan data mengenai jumlah dan proporsi

penduduk di Desa Rappoa menurut jenis kelaminyang tinggal di wilayah dusun

tertentu.

Tabel 3 Jumlah dan Proporsi menurut jenis kelamin Per Dusun Desa

Rappoa.

No Dusun

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1. Boddong 170 177 347

2. Kampung Toa 132 128 260

3. Rappoa 235 241 476

4. Sapa-sapa 108 119 227

5. Tonro kassi 161 146 307

Jumlah 806 811 1617

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Desa Rappoa terdiri dari 806 laki-

laki dan 811 perempuan. Secara keseluruhan total penduduk Desa Rappoa

dominan oleh perempuan dengan selisih 5 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk

Desa Rappoa secara keseluruhan, jumlah terbesar di kuasai oleh Dusun Boddon

dengan jumlah jiwa 347 dan jumlah penduduk terendah berada di Dusun Sapa-

Sapa dengan 227 jiwa.

Page 60: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

47

g. Kualitas Penduduk

a) Sarana Pemerintah

Desa rappoa terdapat dua fasilitas perkantoran yaitu fasilitas desa

rappoa dan balai benih perikanan yang keduanya terletak di Dusun

Rappoa.

b) Sarana kesehatan

1) Poskesdes

Sarana kesehatan sudah memadai karena desa sudah memiliki

satu poskesdes dengan tenaga medis dua orang bidang Sri Wahyuni

Mangsur A.Md,Keb dan Harisa, A.Md.Keb yang melayani 5 Dusun.

Bagi BUMIL yang akan melahirkan biasanya di bantu bidang dan

kadang-kadang bidan bersama-sama dengan dukun. Bagi masyarakat

yang biasanya berobat di puskesmas kassi-kassi yang jaraknya ±5KM

dari Desa Rappoa.

2) Posyandu

Terdapat 1 posyandu di Dusun Tonrokassi dan sedang di

usulkan dua posyandu permanen lagi didusunain. Posyandu ini

memeliki 25 kader terlatih yang senang tiasa mengikuti pelatihan demi

peningkatan pelayanan kepada masyrakat khususnya bagi ibu hamil dan

balita sekali. Kegiataanya anatar lain,imunisasi, penimbangan balita,

penyuluhan kesehatan dan sweping.

3) Alat kontrasepsi

Masih ada pasang usia subur pus (PUS) yang belum atau tidak

Page 61: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

48

ber-KB sehingga akan dilakukan pengadaan alat kontrasepsi gratis bagi

PUS.

c) Sarana Pendidikan

I. Play grup

1 unit play grup bernama” Bina Bakti” terletak di Dusun

Kampung Toa. Sekolah yang muridnya yang berusia antara 3-5 tahun.

II. SD

Terdapat 1 unit Sekolah Dasar 41 Rappoa terletak di jalan poros

provinsi di Dusun Rappoa dengan jumlah siswa total 200 laki-laki 97

orang dan perempuan 103 orang .guru PNS 11 orang, Sukarela 6 orang,

bujang sekolah satu orang dan satpam 1 orang, total 19 orang (3 laki-

laki dan 16 perempuan).

III. Madrasa Diniya, Taqmiliyah, Awaliyah Rappoa

1 Unit sekolah MADIN yang terletak di Dusun Rappoa dengan

Kepala Sekolah bernama Madrasa Ibtidaiyah Muhammadiyah Rappoa

dengan sarana terdiri dari 4 ruangan kelas dan satu ruangan kantor.

IV. Taman Kanak-Kanak

Terdapat 1 unit sekolah taman kanak-kanak Aisiyah yang

terletak di Dusun Sapa-Sapa. Jumlah siswa total 27 orang laki-laki 12

dan perempuan 15 orang. Terbagi menjadi 2 kelas, kelas A ( laki-laki 8

dan perempuan 2 orang). Kepala Sekolah Bernam Sulaeha, S. dan

mempuyai 6 orang guru perempuan yang senantiasa mendampingi

murid-murid.

Page 62: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

49

V. Keaksaraan Fungsional

Terdapat pula 10 kelompok belajar buta aksara yang di sebut

KF (keaksaraan Fungsional). Kelompok belajar ini memiliki sarana

tempat dan fasilitas yang permanen sehingga prosesnya dilakukan di

bawa kolong rumah secara bergantian.

VI. Kondisi Perumahan Dan Pemukiman Penduduk

Kondisi rumah penduduk pada umumnya adalah bagunan rumah

bawa dan rumah atas ( panggung) yang tersusun rapi di kiri kanan jalan.

Ukuran rumah ada yang kecil dan ada yang besar sehingga berbeda-

beda bentuk rumahnya.

h. Visi dan Misi Desa Rappoa

1. Visi

Visi kepemimpinan Desa Rappoa tahun 2015-2021, yang

mencerminkan gambaran peran dan kondisi Desa kedepan yang di

kehendaki serta menjadi itikad, tekad kehendak dan sekaligus merupakan

untuk pencapaian visi daerah dalam 6 ( enam ) tahub kedepan yang

merupakan kehendak bersama.

Dalam pandangan kami visi Desa Rappoa dapat dirumuskan sebagai

berikut:

“ Menjadikan Desa Rappoa sebagai desa mandiri seutuhnya yang

bermartabat, Religius, dan terdepan dengan kemuliaan bersama pada

tahun 2021”

Page 63: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

50

Desa mandiri berarti adanya suatu tatanan kehidupan desa yang kokoh

yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar sederajat dengan Desa dengan

wilayah sekitar dan atau diantara Desa lain yang telah maju, dengan

mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan yang bertumpu pada pribadi

dalam lingkunga sendiri.

Kumuliaan bersama berarti adanya suatu perikehidupan bersama yang

lebih muliah desa yang di tandai oleh berkembangnya kualitas hidup

manusia yang tangguh, pencapaiannya kemakmuran yang adil dan merata,

serta terbentuknya kelembaggan yang kokoh, dan terciptanya praktik

pemerintah yang baik, kuat dan demokratis.

2. Misi

Sedangkan misi kepemimpinan kepala Desa Rappoa kedepan, dalam

pandangan kami, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengembangkan kelembagaan pemerintah desa yang baik, amanah, dan

demokratis .

2. Mendorong serta memfasilitasi tumbuh kembangnya kelembagaan dan

keberdayaan masyarakat pada semua bidang kehidupan dengan

memberikan perhatian seksama kepada pembagunan perekonimian desa

yang memicu pertumbuhan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

3. Memfasilitasi pengembangan kapasitas setiap penduduk desa agar

mampu meningkatkan produktivitasnya secara baik serta mampu

menyalurkan pendapat dan aspirasinya pada semua bidang kehidupan

secara bebas dan mandiri.

Page 64: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

51

Daftar Bagan Desa Rappoa

KEPALA DESA IRWAN DARFIN

SEKETARIS

HUSNI MUBARAK

KEPALA SEKSI PEMERINTAHAN

KEPALA SEKSI

PELAYANAN

KAUR

KEUANGAN

KEPALA SEKSI

KESEJAHTERAAN

KAUR PERENCANAAN

KAUR PERSURATAN

DAN KEASIPAN

KEPALA DUSUN

KAMPUNG TOA

KEPALA DUSUN

TONROKASSI

KEPALA DUSUN

SAPA-SAPA

KEPALA DUSUN

BODDONG

KEPALA DUSUN

RAPPOA

Page 65: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

52

B. Evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa berbasis Electronic Voting di

Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng?

Evaluasi Kebijakan adalah kegiatan yang menyangkut estimasi atau

penilaian kebijakan yang mencangkup subtansi, implementasi dan dampak.

Evaluasi kebijakan yaitu untuk menilai sejauhmana program mencapai tujuan atau

dampak yang diinginkan ataukah tidak dan untuk menilai keberhasilan atau

kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Permasalahan pemilihan kepala desa berbasis elektonic voting keterbatasan

alat yang dipakai untuk memilih sangat terbatas dan sangat bergantung pada

tenaga listrik dan ketakutan masyarakat, kecurangan terjadi pada saat listrik

padam.

Evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa berbasis Electronic Voting Pada

penilitian ini dapat dilihat dari enam (6) Kriteria Evaluasi Kebijakan yaitu: ( 1)

Efektifitas (2) Efisiensi (3) Kecukupan (4) Pemerataan (5) Responsivitas (6)

Ketepatan. Adapun hasil penelitian terkait Evaluasi kebijakan pemilihan Kepala

Desa berbasis Elektronik (E-Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang

Kabupaten Bantaeng sebagai berikut:

1. Efektifitas

Efektivitas adalah apabila suatu kebijakan yang telah dikeluarkan

pemerintah tepat pada sasaran dan tujuan yang diinginkan. Keinginan pemerintah

dalam mengeluarkan kebijakan supaya nilai-nilai yang diinginkan sampai kepada

Page 66: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

53

publik. Agar masalah-masalah yang ada dilingkungan masyarakat dapat diatasi

dengan baik.

Kebijakan pemilihan Kepala Desa dengan menggunakan metode

Electronic Voting yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Bantaeng sangat

efektif dibandingkan dengan menggunakan metode menual karena mampu

meminimalisir diantaranya waktu, biaya dan mampu mengantisipasi terjadinya

kecurangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa Kabupaten

Bantaeng yang mengemukakan bahwa:

“ Menggunakaan Electronic Voting lebih efektif menyalurkan aspirasi

masyarakat didalam pemilahan kepala desa. Serta dapat mencegah tingkat

kecurangan kepada pemilihan kepala Desa” (Hasil wawancara CA pada

tanggal 21 0ktober 2019).

Sesuai hasil wawancara yang di dikemukakan oleh penulis bahwa

menggunakan Electronic Voting sangat efektif bagi pemilihan Kepala Desa

karena dapat mencegah kecurangan yang sering terjadi pada saat pemilihan

Kepala Desa. Hal tersebut didukung dari pernyataan Kepala Bidang Pemerintah

Desa Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng

yang mengatakan bahwa:

“E-Voting yang dilakukan berbasis teknologi secara otomatis itu kita

mendekatkan kepada masyarakat terkait ke teknologi etik yang kedua dari

sisi biaya itu di anggap efektif . kalau persolan irit kan ada pengadaanya ya

kalau belanja alat kan Cuma sekali kalau beli kertas kan sekali pakai.

Kalau masalah harga memang mahal alat tapi lebih efektif ini. Didalam

menyalurkan aspirasi masyrakat di dalam pilkades, dapat meminimalisir

tingkat kecurangan, meminimalisir terjadinya suara batal di dalam

pemilihan pilkades. jadi dalam hal ini hak hak konsitusi masyrakat itu

dapat di akomodir secara baik. Kalau kita pakai kertas peluang untuk batal

itu banyak” (Hasil wawancara KM 21 Oktober 2019)

Page 67: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

54

Wawancara diatas menjelaskan bahwa menggunakan Electronic Voting

sangat efektif bagi pemilihan desa karena sangat membantu dalam pengelolaan

keuangan dikarenakan anggaran untuk membeli kertas dan lain-lain bisa

dialihkan keperluan lainnya.

Dalam hal ini ketika kita menggunakan pemilihan kepala Desa Berbasis E-

Voting itu sangat banyak yang bisa kita minimalisir diantarnya waktu, suara batal,

dan yang paling penting itu adalah tingkat kecurangan yang yang terjadi di

lapangan. Sebab yang yang menjadi pemicu konflik yang paling besar itu adalah

kecurangan yang terjadi pada saat pemelihan dan lebih utama itu pada saat

pengitungan suara.

Oleh karena itu dengan adanya pemlihan Kepala Desa dengan

menggunakan Electronic Voting sangat mengurangi terjadinya konflik antara

pendukung calon kepala desa yang satu dengan yang lain. Karena sistem ini hasil

penghitungan suara langsung kita ketahui hasilnya setelah pemilhan sehingga

pemicu konflik itu sangat berkurang berbeda dengan menggunakan metode

pemilhan kepala desa secara menual yang proses penghitungan suaranya itu harus

di hitung satu persatu. seperti yang di kemukakan oleh Ketua panitia pemilihaan

kepala desa berbasis Electronic Voting berikut wawancara informan.

”Seperti kita ketahui bahwa ketika kita memakai metode pemilhan dengan

cara menual maka akan banyak menimbulkan pemicu konflik dikarenakan

pada saat pengituhan suara itu di bacakan satu persatu semua pendukung

bersuara ketika kita sebut namanya atau nomornya yg di pilih sehingga

dapat membuat ketersinggungan antara pendukung yang satu dengan

pendukung yang lainya.”(Hasil Wawancara SA, 23 Oktober 2019).

Page 68: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

55

Gambar 1.1 cara pemilihan e-voting

Dari pembahasan dan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

kelebihan pemilihan kepala Desa menggunakan Electronic Voting pemerintah

hanya mengeluarkan anggaran yang besar diawal pelaksanaanya, karena

perangkat ataupun alat yang sudah dibeli biasa digunakan dalam pemilihan kepala

desa selanjutnya berbeda dengan menggunakan proses manual, anggaran yang

dikeluarkan pemerintah cukup besar yang digunakan untuk proses pencetakan

kertas suara, distribusi kertas suara, dan lain-lain.

Berdasarakan pengamat penulis dapat disimpulkan bahwa Kebijakan

Pemilihan Kepala Desa Berbasis Electronic Voting ini memang sangat efektif

sebagaimana tujuan dari E-Voting itu yaitu untuk mencegah terjadinya

kecurangan seperti pemilih ganda yang dapat memilih lebih dari satu kali karena

Page 69: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

56

terdaftar di DPT lebih dari satu kali itu kecurangan yang sering terjadi dengan

menggunakan pemilahan menual. Dengan menggunakan electronic Voting

kecurangan pemilih ganda itu tidak terjadi lagi karena pemilih harus membawa

ktp yang di cek dengan menggunakan E-ktp sehingga yang sudah memilih akan

kelihatan bahwa dia sudah memilih. pengumutan suara yang dengan biaya yang

hemat dan penghitungan suara yang cepat dengan menggunakan system yang

aman dan mudah untuk dilakukan audit. Dari 8 Desa yang menggunakan

pemilihan Kepala Desa menggunakan Electronic Voting. Termasuk Desa Rappoa

itu sendiri tidak ada satupun yang pemilihan yang berlangsung lama semuanya

selesai sebelum menjelang malam. Biasanya menggunakan yg masih

konvensional pemilahan Kepala Desa selesai di malam hari. Belum lagi

banyaknya kertas suara yang banyak batal.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat

efektivitas yang dikehendaki. Dimana didalam efisiensi dari sebuah kebijakan

melihat berapa sumber daya yang digunakan untuk penerapan sebuah kebijakan.

Kebijakan yang telah diimplementasikan pemerintah untuk mengetahui seberapa

banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Efesiensi yang dimaksud adalah segala pelayanan dan pelaksanaan yang

dilakukan dengan menggunakan Electronic Voting dalam pemilihan kepala Desa

biar tepat waktu dan dapat menghemat biaya dibandingkan dengan jika dilakukan

secara manual. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan

Page 70: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

57

dengan Kepala Badan Permusyawaratan Desa Rappoa yang mengemukakan

bahwa:

“Menggunakan metode E-Voting itu sangatlah bagus karena proses

pemilihannya itu cepat dan tidak terlalu banyak membuang-buang waktu

begitupun pada saat penghitungan suara itu hasilnya langsung dapat dilihat

tanpa dihitung satu persatu. (wawancara dengan FI, tanggal 23 Oktober

2019)

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa menggunakan E-Voting

sangat menghemat waktu karena menggunakan E-Voting lebih cepat selesai

dibandingkan dengan menggunakan metode manual yang harus menghitung

berulang dan harus teliti dalam melihat kertas suara. Hal tersebut didukung dari

pernyataan salah satu masyarakat yang mengatakan bahwa:

“Bagus menggunakan E-Voting ini, karena beda dengan pemilihan

sebelumnya yang memakai waktu yang cukup lama dalam pemilihan, terus

banyak juga kecurangan, dan hasilnyapun kadang tidak akurat.

(Wawancara dengan MT, Tanggal 24 Oktober 2019)

Wawancara diatas menunjukkan bahwa, menggunakan Electronic Voting

sangat bagus dari pada manual karena lebih memudahkan perhitungan, hasilnya

lebih akurat, dan cepat. Hanya 5 menit hasilnya langsung terinput. Sebagaimana

hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Badan Pemberdayaan

Masyarakat & Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng yang mengemukakan

bahwa:

“Terkait sistem pemilihan dan penghitungan suara itu sangat bagus

mengapa karena setelah semua memilih hasil bisa di buka tanpa di hitung

lagi satu persatu dan juga ini penghitungan suara yang bagus karena tidak

memicu konflik sedangkan kalau pemilihan secara menual itu pada saat

penghitungan suara sangat rawan terjadi kericuhan dan perpecahan karena

pada saat penghitungan suara calon a dan calon b saling teriak teriak kalau

namanya yang di hitung sebagai suara sah” (Hasil wawancara CA pada

tanggal 21 Oktober 2019).

Page 71: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

58

Gambar 2.1 proses pemungutan suara E-Voting

Dari pembahasan dan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

dalam pemilihan kepala desa dengan menggunakan E-Voting pemerintah hanya

mengeluarkan anggaran yang besar diawal pelaksanaanya, karena perangkat

ataupun alat yang sudah dibeli bisa digunakan dalam pemilihan kepala desa

selanjutnya berbanding terbalik dengan menggunakan pemilihan manual,

anggaran yang dikeluarkan pemerintah cukup besar yang digunakan untuk proses

pencetakan kertas suara, spidoldan lain-lainnya.

Dari segi waktu pelaksanaan pemilihan desa menggunakan E-Voting lebih

efesien dibandingkan dengan menggunakan manual. Hal ini dilihat dari hasil

wawancara dan data yang di dapatkan peneliti yang mengatakan bahwa pemilihan

menggunakan E-Voting lebih cepat prosesnya, proses pemilihan maupun

perhitungan suara dibanding dengan menggunakan manual yang proses

perhitungan suara memakan waktu yang cukup lama dari segi biyaya memang

awalnya anggaran yang digunakan pada awal memang banyak yang dikeluarkan

untuk membeli alat sekitaran 1 meliar tetapi lama digunakan sampai sekitaran 10

kali atau bahkan lebih sedangakan pemilihan secara konpensional mengeluarkan

Page 72: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

59

anggaran sekitran 5 ratus juta untuk membeli kertas surat suara setiap kali

pemilihan.

Berdasarkan pengamat penulis, dapat disimpulkan bahwa pemilihan

Kepala Desa menggunakan Electronic Voting sangat efisien, mulai dari segi

waktu yang sangat cepat proses pemilihanya apalagi pada saat penghitungan suara

dan aggaran yang dikelurkan sangat banyak tetapi bisa di pakai beberapa kali

untuk pemelihan kepala Desa selanjutnya dan yang paling penting itu dapat

mengurangi terjadinya kecurangan sehingga tidak ada yang terjadi keributan pada

saat pemilihan sedang berlangsung hingga selesai sehingga dengan menggunakan

metode ini sangat efisien.

3. Kecukupan

Kecukupan adalah berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan

tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah.

Kecukupan yang peneliti maksud adalah seberapa jauh meteode pemilhan

kepala desa ini memenuhi kebutuhan atau memuaskan dan sebagainya terkait

dengan pemilihan Kepala Desa Berbais Electronic Voting di Rappoa.

Sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Badan

Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng yang

mengemukakan bahwa:

“Menurut saya sebagai pemerintah daearah terkait dengan respon

masyarakat mengenai pemilihan dengan menggunakan E-Voting ini cukup

baik dan memuaskan hati masyarakat. walapun tehnik pemilihan ini baru

pertama kali diadakan akan tetapi antusias masyarakat sangat begitu

mendukung sekali walapun ada sebagaian orang yang masih E-Voting ini

Page 73: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

60

terutama yang kalangan tua yang memang kurang pengetahuanya tentang

computer. (Hasil wawancara CA pada tanggal 21 Oktober 2019)

Wawancara diatas menjelaskan bahwa masyarakat menerima dengan baik

pemilihan menggunakan Electronic Voting ini meskipun baru pertama kali

diterapkan. Hal tersebut didukung Salah satu staf Pemberdayaan Masyarakat &

Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng yang mengemukakan bahwa:

“Awalnya masyarakat ragu-ragu dan was-was akan hasil akhirnya apakah

tidak terjadi kecurangan pada saat proses penghitungan suara. Namun

penjelasan Panitia penyelengara dan Komite Pemilihan Umum mampu

menyakinkan masyarakat sehingga masyrakat tidak ragu lagi. (Hasil

wawancara KM pada tanggal 21 Oktober 2019)

Wawancara diatas menjelaskan bahwa Dengan adanya kebijakan

pemerintah daearah Kabupaten Bantaeng dengan menggunakan pemilihan Kepala

Desa Berbasis Electronic Voting respon masyarakat sangat cukup puas karena

menggunakan metode pemilihan ini sangat cepat proses pemilihanya walapun

metode ini pertama di terapkan Di Kabupaten Bantaeng khususnya di Desa

Rappoa. Hal tersebut didukung salah satu pernyataan masyarakat yang

mengatakan bahwa:

“Awalnya saya ragu-ragu tidak bisa memilih dengan menggunakan metode

ini karena saya sendiri tidak perna memegang alat-alat Electronic Voting

apalagi komputer. Tetapi berkat bimbingan dan sosialisasi panitia

pelaksana pemilihan mengajarkan cara menggunakanya sampai menjelang

hari pemilihan saya pun mampu melakukannya walapun pada saat

memasuki lokasi pemilihan sangat was-was”. (Wawancara dengan MT,

Tanggal 24 Oktober 2019)

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Dengan

menggunakan pemilihan kepala desa berbasis E-Voting sangat cukup baik, karna

proses pemilihannya itu cukup cepat terutama pada saat perhitungan suara. Tidak

mesti dihitung satu persatu lagi kertas suara dibidik suara. Hal ini terbukti dari

Page 74: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

61

hasil wawancara yang dilakukan dari pihak pemerintah, tenaga teknis, maupun

masyarakat mengatakan dengan menggunakan Electronic Voting pemilihan

berjalan cukup cepat dibandingkan menggunakan manual, meskipun beberapa kali

terkendala dengan alat yang mudah panas dan mengakibatkan sistem langsung

error namun kendala tersebut langsung cepat diatasi oleh pihak tenaga teknis yang

berjaga dilokasi pemilihan. Masyarakat juga mengatakan dengan menggunakan

manual pemilihan berjalan cukup lama, karena dengan surat suara yang besar

mengakibatkan lambatnya dalam memilih.

Berdasarkan pengamat penulis, dapat disimpulkan bahwa menggunakan

pemilihan Kepala Desa menggunakan Electronic Voting cukup baik diterapkan di

masyarakat. Karena kebanyakan masyarakat itu sudah tidak mau menunggu

berlama-lama pada saat proses pemilihan. Walapun melihat respon masyarakat

yang ragu-ragu awalnya tidak tahu menggunkan E-Voting di karenakan ini ini

pertama kali dilakukan Di Kabupaten Bantaeng. Tetapi upaya yang dilakukan

panitia pelaksana dan pemerintah tetap melakukan sosialisasi menggunakan E-

Voting . masyarakat Dengan di terapkanya E-Voting ini proses pemilihan yang

cepat dan dan hasil perhitungan suara yang dapat dilihat hasilnya secara

bersamaan tanpa dihitung satu persatu lagi. Proses ini yang paling diinginkan

masyarakat. Sehingga dapat dikatan bahwa masyrakat merasa cukup puas dengan

adanya Pemilihan menggunakan sistem Electronic Voting pada pemilihan Kepala

Desa Di Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng.

Page 75: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

62

Gambar 3.1 sosialiasi menggunakan e-voting

4. Pemerataan

Pemerataan adalah berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat dari

suatu kebijakan. Dapat dilihat dari pemerataan adalah apakah manfaat distribusi

ini merata kepada kelompok kelompok yang berbeda, dimana ada beberapa unsur

kelompok dari kebijakan yang harus diperhatikan.

Pemerataan yaitu memperlakukan semua pihak yang terkait dalam

pemilihan desa secara rata, baik dari pemilih pemula sampai pemilih lanjut usia

(Lansia). Dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa yang berbasis Electronic

Voting semua masyarakat bisa mendapatkan perlakuan yang sama.

Pada Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa

Kab.Bantaeng berkomitmen pada perannya untuk melakukan pemilihan Desa

berbasis Electronic Voting. Pemungutan suara secara Electronic voting dalam

pemilihan Desa pada saat ini merupakan pilihan yang inovatif dan sangat penting

dalam melaksanakan salah satu pilar demokrasi yang berkualitas, dalam rangka

mewujudkan kedaulatan rakyat untuk memilih pemimpin. Dengan peran desa

yang semakin menantang dan menjanjikan dan dipimpin oleh kepala desa yang

Page 76: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

63

wajib mengembangkan demokrasi desa, maka pemilihan kepala desa dengan

Electronic Voting diharapkan dapat meningkatkan kualitas demokrasi dan

menghasilkan Kepala Desa sesuai pilihan masyarakat yang terbaik . Hal tersebut

sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Kepala Badan

Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng yang

mengemukakan bahwa:

“Di dalam pemelihan itu tidak semua warga itu normal. Maka di dalam

ketidak normalan itu di berikan hak ruang untuk di dampingi tetapi tidak

bisa di wakilkan. Beda di wakilkan dan di damping. Boleh ada

pendampingan karena hak konsitusi. Dan alat pemilihannya tetap sama

yaitu menggunakan E-voting”. (Hasil wawancara CA pada tanggal 21

0ktober 2019)

Wawancara diatas menjelaskan bahwa tidak semua orang itu memiliki

kehidupan yang normal dan tidak semua orang mahir menggunakan alat

Electronic Voting, tetapi panitia mentoleransi dan siap mendampingi bagi pemilih

yang tidak normal atau memang tidak paham akan pemilihan secara elektronik ini.

seperti yang di kemukakan oleh Ketua panitia pemilihaan kepala desa berbasis

electronic voting sebagai berikut:

“Sebagai ketua panitia saya dan teman-teman panitia juga mengikuti

kursus atau bimbingan sebelum di mandat sebagai panitia pemilihan.

pemilihan menggunakan metode E-voting . Semua pemilih memakai

metode ini dan tidak ada yang di bedakan semua sama rata”. (SA, 23

Oktober 2019).

Wawancara diatas menjelaskan bahwa semua pemilih yang berada

didaearah pemilihan Kepala Desa Rappoa semua itu menggunakan metode

pemilihan Berbasis Electronic Voting (e-voting) tanpa membedakan satu sama

lain. Baik dari pemilih yang kehidupanya yang normal maupun yang cacat fisik

atau tidak normal.

Page 77: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

64

Gambar 4.1 pemilih lanjut usia di damping panitia

Hal tersebut didukung Salah satu staf Pemberdayaan Masyarakat &

Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng yang mengemukakan bahwa:

“Mendengar kata E-voting yang pertama ada dikepala masyarakat merasa

was-was apalagi yang namanya orang tua yang pengetahuannya yang

masih minim bahkan sama sekali tidak tau terkait masalah tekhnologi tapi

dengan kerja keras semua stakholder dengan melakukan sosialisasi yang

begitu baik sehingga masyarakat mulai paham dengan metode E-voting

dengan cara disentuh”. (Hasil wawancara KM pada tanggal 21 Oktober

2019)

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

yang mengunnakan pemilihan elektronik berbasis e-Voting ini mengaku cukup

puas dengan diterapkannya electronic voting dalam pemilihan kepala desa saat ini.

Karena dengan menggunakan e-voting masyarakat mengaku cukup mudah dan

cepat dalam memilih dan dalam pemilihan semua rata menggunakan metode

pemilihan berbasis elektronik ini.

Berdasarkan pengamat penulis, dapat disimpulkan bahwa Pemilihan

kepala Desa Berbasis Elektronik E-voting (e-voting ) ini diberlakukan kesemua

Page 78: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

65

masyarakat pemilih yang mempuyai hak pilih tanpa membedakan-bedakan mulai

dari pemilih pemulah, penyandang disabilitas dan usia lanjut. Sehingga bisa

dikatakan bahwa semua pemilih diratakan dengan satu alat pilih yaitu

menggunakan e-voting.

5. Responsivitas

Responsivitas merupakan kemampuan untuk mengenal kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan

program-program sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara

singkat responsivitas merupakan daya tanggap pemberi pelayanan kepada

keinginan dan harapan masyarakat. Responsivitas sangat di butuhkan karena hal

tersebut merupakan bukti dari kemampuan pemberi layanan mengenali kebutuhan

masyarakat.

Dalam mencapai kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemilihan

kepala desa yang menggunakan elektronik berbasis E-Voting , maka diperlukan

adaya responsivitas atau daya tanggap. Responsivitas ini berkaitan dengan

kemampuan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan maupun keinginan

masyarakatnya, sehingga pelayanan yang diberikan dapat sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh masyarakat.

Pemerintah yang baik yaitu pemerintah yang siap tanggap dalam

menghadapi masalah masalah yang dihadapi oleh parah masyarakat ketika mau

melakukan pemilihan. Pihak pemerintah berusaha untuk mengatasi masalah

masyarakat yang tidak tau memilih dengan menggunakan pemilihan elektronik.

Page 79: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

66

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua panitia

yang mengemukakan bahwa:

“Menurut saya tanggapan masyarakat cukup baik, karena masyarakat baru

pertama kali memilih dengan menggunakan elektronik. Kalau keluhan

sejauh ini masih wajar saja dan bisa di atasi. Hanya satu dua orang yang

mengeluh dengan komputer yang cepat panas dan langsung macet. Namun

hal itu biasa terjadi namanya saja baru di coba pertama kali” (Hasil

Wawancara SA, 23 Oktober 2019)

Wawancara diatas menjelaskan bahwa masyarakat memberikan respon

yang baik atas pemilihan elektronik berbasis E-voting ini. Meskipun pemilihan

menggunakan elektronik ini baru pertama kali dilaksanakan di desa ini tatapi

masyarakat sudah merespon dengan baik. Didukung dengan pernyataan salah satu

masyarakat yang mengatakan bahwa:

“Pemilihan electronic voting ini memang baru dilaksanakan kali ini dalam

pilkades, saya merasa sangat puas dengan adanya program ini karena cara

pemilihannya yang cepat tidak perlu menunggu waktu lama untuk melihat

hasilnya. Kalau menggunakan manual kemarin, kami cukup lama antri

menunggu karena harus menunggu warga yang akan mencoblos di dalam

bilik. Apalagi dengan kertas suara yang besar, dan dilipat lagi. Kalau

seumuran kami ya cepat saja melakukannya, kalau orang tua yang diatas

umur 50 tahun pasti lama buka kertas suara. Itu yg mengakibatkan lama di

antrian. Kami senang dan sangat puas dengan menggunakan e-voting

kemarin kami memilih tinggal tekan saja, tidak perlu waktu lama dan

untuk lansia pun tidak sulit lagi dalam memilih, saya pribadi sangat

mengapresisai pemilihan kali ini” (Hasli Wawancara AS pada tanggal 24

Oktober 2019).

Wawancara diatas menjelaskan bahwa bahwa pemilihan menggunakan

electronic berbasis E-voting,masyarakat cukup puas. karena dengan menggunakan

electronic berbasis E-voting pemilihan berjalan cukup cepat dibandingkan

menggunakan manual. Dan masyarakat sangat mengapresiasi pemilihan kepala

desa menggunakan elektronik berbasis E-voting tersebut.

Page 80: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

67

Gambar 5.1 pemerintah dan masyarakat pemilih menggunkan evoting

Hal tersebut Didukung dengan pernyataan salah satu masyarakat yang

mengatakan bahwa:

“Bagus menggunakan E-Voting ini, karena beda dengan pemilihan

sebelumnya yang memakan waktu yang cukup lama dalam pemilihan,

banyak juga kecurangan , dan hasilnya pun terkadang tidak akurat harus

dihitung dua kali. Kalau menggunakan E-voting lebih cepat karena hanya

tekan dua kali langsung selesai dan hasilnya langsung terhitung otomatis

jadi tidak ada kecurangan, meskipun sempat mengeluh karna alat yang tiba

tiba macet, tapi tidak masalah karena panitia sudah mengatasi itu semua

dan hasil pemilihat tidak hilang tetap tersimpan.” (Hasil wawancara SB

pada tanggal 24 Oktober 2019)

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan

menggunakan elektronik berbasis E-Voting sudah dapat di kategorikan cukup

puas untuk diterapkan. Hal ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan oleh

masyarakat yang mengatakan dengan menggunakan electronic berbasis E-voting

pemilihan berjalan cukup cepat dibandingkan menggunakan manual, meskipun

Page 81: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

68

beberapa kali terkendala dengan alat yang mudah panas dan mengakibatkan

sistem langsung error namun kendala tersebut langsung cepat diatasi oleh panitia

yang berjaga dilokasi pemilihan. Masyarakat juga mengatakan dengan

menggunakan manual pemilihan berjalan cukup lama, karena dengan surat suara

yang besar mengakibatkan lambatnya dalam memilih.

Berdasarkan pengamatan penulis, dapat disimpulkan bahwa menggunakan

Elektronik Voting Dalam pemilihan Kepala Desa Rappoa mendapatkan respon

yang baik dimasyarakat karena masyrakat sangat penasaran dan ingin mencoba

dalam menggunakan hak pilih mereka menggunakan Electronic Voting dibuktikan

pada saat waktu pemilihan masyarakat rela antri untuk memberikan hak suara

mereka. Tingkat partisipasi masyarakat menggunakan sistem electronic voting

berjalan dengan maksimal dari pada yang menggunakan sistem manual seperti

yang dipaparkan pada table sebagai berikut:

Table 4.1 Pemilihan umum sistem Electronic Voting tahun 2015

Metode Pemilihan Menual 2010 E-voting 2015

Jumlah DPT 1.370 1.617

Jumlah Pemilih 1.009 1.420

Jumlah Tidak Memilih 361 197

Sumber: wawancara kamaruddin kepala bagian pemerintahanan desa

Berdasarkan table diatas bahwa tingkat antusias masyarakat menggunakan

sistem Electronic Voting lebih banyak dari pada menggunakan sistem coblos

manual. Dengan menggunakan Electronic Voting itu mengalami kenaikan jumlah

pemilih dari tahun 2010 dengan menggunakan pemilihan menual dengan jumlah

Page 82: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

69

DPT 1.370 dan yang datang memilih 1.009 yang tidak datang memilih sekitar

361 atau 30% orang dan mengalami kenaikan jumlah pemilih pada tahun 2015

pada saat menggunkan Electronic Voting dengan jumlah DPT 1617 dan yang

datang memilih 1420 yang tidak memilih sebanyak 197 atau cuman 10% yang

tidak ikut memilih. Sehingga pemilihan pada tahun 2010 itu sebanyak 30% yang

tidak memilih dan pada tahun 2015 itu Cuma 10 % yang tidak hadir.

6. Ketepatan

Ketepatan merupakan kemampuan mengarahkan sesuatu dengan sadar

kepada objek yang dikehendaki. Ketepatan yaitu berkenaan dengan pertanyaan

apakah kebijakan tersebut tepat untuk masyarakat. Apakah kebijakan yang telah

diimplementasikan pemerintah adanya antara tujuan (hasil) yang diperoleh, benar-

benar bernilai/ bermanfaat. Untuk ketepatan alternatif yang digunakan dapat

diukur dengan indikator: ketepatan dari produk kebijakan.

Upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten Bantaeng dalam pemilihan

Kepala Desa Berbasis Eletronik Voting ( e-voting) sangatlah tepat dikalangan

masyarakat dikarenakan dengan menggunakan metode ini itu sangatlah evektif

dan efisen. Sesuai dengan Tanggapan masyarakat yang mengaku puas akan

kinerja e-voting tersebut. Hal ini diutarakan oleh salah satu masyarakat yang

mengatakan bahwa:

“Menurut saya pemilihan kali ini sangatlah menarik dan saya rasa ini

sangat tepat diadakan di Desa Rappoa karena sangat cepat pemilihannya

dan melatih masyarakat untuk menggunakan alat-alat elektronik”. (Hasil

wawancara AS 24 Oktober 2019)

Page 83: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

70

Wawancara diatas menjelaskan bahwa masyarakat sangat menyukai

metode pemilihan ini dan menurut masyarakat menggunakan pemilihan elektronik

sangat tepat. Didukung dari salah satu masyarakat yang mengatakan bahwa:

“Kalau pendapat saya tentang menggunakan e-voting itu lebih cepat

karena hanya tekan dua kali langsung selesai dan hasilnya langsung

terhitung otomatis jadi tidak ada kecurangan. Jadi menggunakan E-voting

ini sangat tepat dan puas akan hasilya”. (Hasil Wawancara SB 24 Oktober

2019.

Wawancara diatas menjelaskan bahwa masyarakat lebih senang

menggunakan E-voting karena sangat gampang di gunakan dan cepat. Hal ini

dapat dilihat dari hasil wawancara dan data yang di dapatkan peneliti dikatakan

bahwa pemilihan menggunakan E-voting lebih cepat proses pemilihan maupun

penghitungan suara dibandingkan dengan menggunakan manual yang memakan

waktu yang cukup lama dalam proses penghitungan suara. seperti yang di

kemukakan oleh Sekertaris panitia pemilihaan Kepala Desa berbasis Electronic

Voting (e-voting) yang mengatakan bahwa:

“Kami panitia pelaksana pemilihan kepala Desa Rappoa berbasis

elektronik Voting (e-voting) sangat senang melihat kondisi masyarakat

yang begitu antusias dan turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan

pemilihan Kepala Desa. Dan kami rasa pemilihan kali ini berjalan dengan

lancar meskipun ini baru pertama kali dilakukan di Desa Rappoa ini.

(Hasil Wawancara SS Tanggal 23 Oktober 2019)

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

merasa puas dan tepat metode ini dilaksanakan di Desa Rappoa walaupun metode

ini baru pertama kali diadakan tetapi masyarakat sangat tinggi antusiasnya.

Karena pemilihan menggunakan elektronik berbasis e-voting sangat cepat

prosesnya dan sangat tepat digunakan.

Page 84: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

71

Bedasarakan pengamat penulis, dapat disimpulkan bahwa pemilihan

Kepala Desa berbasis Electronic Voting pada pemilihan Kepala Desa Rappoa

sangat tepat untuk di terapkan pada pemilihan Kepala Desa Di Kabupaten

Bantaeng khsusunya Di Desa Rappoa itu sendiri karena maraknya kejadian

pilkades yang berakhir ricuh akibat pihak pendukung saling pasang dada atau

berteriak pada saat penghitungan kertas surat suara pada tahun-tahun sebelumnya

saat menggunakan pemilihan secara menual. Berbeda dengan menggunkan

Electronic Voting hasilnya perhitungan suara sekaligus langsung dilihat sehingga

mengurangi terjadinya konflik. Ada beberapa Desa di bantaeng yang melakukan

pemilihan Kepala Desa menggunakan Electronic Voting tidak ada satupun Desa

yang terjadi konflik sehingga pemilihan berjalan dengan lancar sampai selesai

pemilihan. Pemilihan ini akan diterapakan lagi pada pemilihan serentak Kepala

Desa pada tahun 2018 mendatang.

Hasil dari evaluasi kebjiakan pemilihan kepala Desa berbasis electronic

Evoting itu sesuai dengan hasil yang telah di capai maka akan diterapkan kembali

pada pemilihan kepala Desa berbasis electrinik Voting Di kabupateng bantaeng

pada pemilihan Kepala Desa serentak Pada tahun 2019 terdiri dari 20 Desa

karena di anggap mampu menyelesaikan masalah yang terjadi pada saat pemilihan

sehingga pemerintah Kabupaten Bantaeng kembali akan memakai sistem

Electronic Voting ini.

Page 85: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

72

C. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Evaluasi kebijakan

pemilihan kepala desa berbasis elektronik (E- Voting) di Desa Rappoa

Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng

1. Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang Pendukung Evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa

berbasis elektronik (E- Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pajukukang

Kabupaten Bantaeng

a. Dukungan Dari Pemerintah

Adanya dukungan pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam

penyiapan anggaran kegiatan pelaksanaan pimilihan kepala Desa Berbasis

Eletronik Voting (e-voting). Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan

Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa Berbasis Eletronik Evoting :

“Kami dari panitia penyelenggara pemilihan tidak mengeluarkan

biaya sedikitpun bahkan sepeserpun karena semua ditanggung oleh

pemerintah Kabupaten Bantaeng”.(Hasil wawancara SA 23 Oktober

2019)

Dalam Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 15 tahun 2015 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa pada Bab IV mengenai

Pembiayaan pasal 39 disebutkan bahwa (1) Dana penyelenggaraan

pemilihan kepala desa di tanggung oleh Pemerintah Kabupaten bersama

Pemerintah Desa dan tidak dibenarkan dibebankan kepada calon, (2) Dana

dari Pemerintah Kabupaten dialokasikan dalam APBD untuk biaya

administrasi, operasional tim/panitia kabupaten, dan peralatan

penyelenggaraan pemilihan kepala desa, (3) Dana yang bersal dari

Pemerintah Desa ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja desa

Page 86: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

73

(APBDesa) untuk kebutuhan operasional panitia pemilihan dan pelaksanaan

pemungutan dan penghitungan suara, (4) Biaya 79 pemilihan kepala desa

dipergunakan secara efisien sejak persiapan sampai pelantikan, (5) Apabila

penggunaan dana diluar ketentuan maka dikenakan sanksi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat di simpulkan bahwa

segala sesuatu yang berkaitan dengan pemilihan yang menggunakan

anggaran yang cukup. itu semua ditanggung oleh Pemerintah tanpa harus

dibebankan kepada panitia maupun calon Kepala Desa. Untuk menunjang

keberhasilan Kebijakan Eletronik Voting (voting).

Berdasarkan pengamat penulis, dapat disimpulkan bahwa bahwa

pemilihan Kepala Desa menggunakan Electronic voting sangat sangat

mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng mulai dari

penganggaran alat dan melakukan pelatihan kepada panitia pemilih sampai

dibuatkan Peraturan daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 5 tahun 2015.

Sehingga dikatakan bahwa salah satu faktor pendukung Electronic Voting

itu adalah dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bantaeng.

` Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 5 Tahun 2015

Tentang Desa Pada bagian ketiga Pemungutan Suara pasal 50 dikatakan

bahwa: (1) Pelaksanaan pemungutan suara pemilih Kepala Desa bersifat

langsung, umum, bebas, rahasia, berjalan jujur dan adil, (2) Pemungutan

suara dilaksanakan dengan menggunakan surat suara dan/atau menggunakan

alat elektronik (e-voting), (3) Bentuk surat suara sebagaimana dimaksud

Page 87: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

74

pada ayat (2) diatur oleh panitia dengan susunan gambar berdasarkan nomor

urut calon, (4) Pemungutan suara dipimpin ketua panitia pemilihan dan

dihadiri oleh BPD, para calon kepala desa, tim fasilitasi kecamatan dan

kabupaten, (5) Pemberian suara dilaksanakan dalam bilik suara dengan

menggunakan alat yang telah disediakan oleh panitia, (6) Panitia pemilihan

kepala desa dapat memberikan pelayanan kepada pemilih tuna netra dan

cacat fisik lainnya dalam memberikan suaranya (7) Panitia pemilihan

menentukan batas waktu pelaksanaan pemungutan suara sesuai kondisi desa

dengan tidak menutup kemungkinan adanya kesepakatan para calon secara

tertulis untuk mengakhiri pelaksanaan pemungutan suara sebelum waktu

yang ditentukan atau melebihi waktu yang ditentukan.

b. Perangkat Elektronik atau Infrastruktur Telekomunikasi

Dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Berbasis Elektronik

Voting (e-voting) yang paling berpengaruh itu adalah alat Elektronik akan

menjadi faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan electronic voting.

Dengan tersedianya infrastruktur yang telah disediakan oleh pemerintah

akan menunjang tercapainya target atau prioritas dalam pengembangan

electronic voting. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Kepala

Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemerintah Desa Kabupaten Bantaeng

mengatakan bahwa:

“Terdapat infrastruktur berupa 4 Bilik Suara, 4 Perangkat Komputer,

4 Printer Pos, dan 1 laptop yang digunakan untuk mengelola

program E-Voting dalam pemilihan kepala desa di Desa Rappoa”.(

Hasil wawancara KM pada tanggal 21 0ktober 2019)

Page 88: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

75

Gambar 6.1 alat yang di pakai memilih (Electronic Voting)

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa tersebut diatas

infrastruktur telekomunikasi dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa

Berbasis Elektronik Voting Di Desa Rappoa sangat cukup memadai, tetapi

perlu di siapakan penambahan sarana yang diperlukan sebagai bahan

pembantu jika ada kekurangan.

Berdasarkan pengamat penulis, dapat disimpulkan bahwa alat yang

di gunakan untuk melakukan Pemilihan Kepala Desa berbasis Electronic

Voting itu menggunakan media Elektronik atau Infrastruktur

Telekomunikasi yang harus mempuyai kualitas yang sangat bagus sehingga

pada saat proses pemilihan tidak terjadi lagi kendala terkait alat untuk

memilih dan dapat berjalan dengan lancar.

Page 89: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

76

2. Faktor Penghambat

Faktor-faktor yang Penghambat Evaluasi kebijakan pemilihan kepala desa

berbasis elektronik (E- Voting) di Desa Rappoa Kecamatan Pa’jukukang

Kabupaten Bantaeng.

Rendahnya kualitas SDM yang dimiliki masyarakat

Faktor yang menghambat terhadap kesuksesan penyelenggaraan

electronic voting adalah faktor sumber daya manusia. Karena SDMlah yang

menggerakkan sumber daya lainnya. Sebaik apapaun infrastruktur, tetapi jika

tidak dikelola dengan baik oleh SDM yang berkompeten maka hasilnya pun

tidak akan maksimal. Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan

masyarakat dari Desa Rappoa.

“Menurut saya panitia masih belum bekerja maksimal, contohnya saja dalam

hal sosialisasi ke masyarakat. Jumlah panitia dengan jumlah warga tidak

sebanding, banyak juga warga yang tidak mengetahui dengan adanya

sosialisasi yang diadakan panitia dan juga banyak orang tua yang berusia

lanjut yang belum tau menggunakan alat tersebut.‖ (Hasil wawancara BA

pada tanggal 24 October 2019).

Hasil wawancara diatas menjelaskan jumlah masyarakat pemilihan

tidak sebanding dengan dengan jumlah panitia pada saat pemilihan dan masih

banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya sosialisasi pemilihan

kepala Desa berbasi Electronic Voting dan banyak juga orang yang lanjut usia

yang belum paham tentang cara menggunakan metode ini.

Hal lainnya pun diungkapkan oleh Ketua BPD (Badan

Permusyawaratan Desa) Di Desa Rappoa:

Page 90: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

77

“yang menjadi kendala pada pemilihan berlangsung, menumpuknya antrian

warga ditahap awal. Karena masih banyak warga yang belum tau

menggunakan pemilihan dengan e-voting. Apalagi warga yang sudah

berusia lanjut yang sama sekali tidak mengetahui dengan teknologi

elektronik. Jadi kami dari pihak panitia harus mendampingi warga tersebut

satu persatu kedalam bilik. Banyak juga warga pada saat sosialisasi yang

diadakan panitia banyak yang tidak datang. Sehingga itu juga yang menjadi

masalah berikutnya” (Hasil wawancara FI pada tanggal 23 Oktober 2019).

Dari hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa pada saat pemilihan

berlangsung banyak warga yang antri di tahap awal karena banyak warga

yang belum paham menggunakan Electronic Voting. Terutama masyarakat

yang berusia lanjutharus didampingi oleh panitia satu persatu kedalam bilik

suara dan pada saat sosisalisasi banyak yang tidak hadir.

Menurut hasil pengamatan penulis di lapangan, ditemukan bahwa

jumlah panitia dengan warga yang ada masih belum memadai. Hal ini

terbukti dengan masih banyaknya warga yang belum mengetahui tentang

sosialisasi yang diadakan panitia tentang penggunaan alat e-voting. Dan

kurangnya kerjasama dari panitia dengan pihak pejabat Desa terkait

sosialisasi yang diadakan. Waktu yang di lakukan untuk sosialisasi pun

terbilang cukup cepat, karena sosialisasi hanya diadakan 2 kali. Dan dari

pihak panitia pun tidak mendatangi langsung kerumah warga yang rumahnya

jauh dari tempat sosialisasi di kantor Desa Rappoa. Banyak juga manula yang

tidak mengetahui sama sekali tentang e-voting ini, sehingga menimbulkan

kelambanan dalam proses pemilihan di TPS.

Page 91: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan diolah pada pembahasan sebelumnya,

adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi kebijakan pemilihan Kepala Desa berbasis electronic Voting

Menunjukkan 6 indikator yaitu: 1) Efektifitas, Dalam pemilihan kepala desa

menggunakan metode elektronik sejauh ini sudah efektif karena pemilahan ini

dapat berjalan dengan baik dan sangat tepat pada masyarakat karena mampu

mencegah terjadinya kecurangan yang sering terjadi pada pemilihan Kepala

Desa. 2) Efisien, Menggunakan metode Pemilihan Kepala Desa Berbasis

Electronic Voting ini sangat banyak yang dapat diminimalisir diantaranya

waktu, surat suara batal dan anggaran yang dikeluarkan hanya besar diawal

pelaksanaanya, karena perangkat atau alat yang sudah dibeli bisa dipakai

kembali pada pemilihan selanjutnya. 3) Kecukupan, masyarakat yang

merasakan Kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis E-Voting cukup puas

dengan diadakanya electronic voting dalam pemilihan kepala desa saat ini.

Karena dengan menggunakan e-voting masyarakat merasakan prosesnya itu

cukup mudah dan cepat dan hasil penghitungan suara itu tidak perlu menunggu

waktu yang cukup lama. 4) Pemerataan, hal ini pemerintah sebagai pembuat

kebijakan Pemilihan Kepala Desa Berbasis Electronic Voting meratakan semua

masyarakat pemilih baik yang mempuyai kehidupan yang normal maupun

tidak normal. Dan panitia pelaksana mentoleransi dan siap mendampingi bagi

Page 92: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

79

pemilih yang tidak normal atau memang tidak paham akan pemilahan secara

Elektronik Voting. 5) Responsivitas, Tanggapan atau respon masyarakat

positif dilihat dari masyarakat yang mengatakan bahwa menggunakan

electronic berbasis E-voting pemilihan berjalan cukup cepat dibandingkan

menggunakan manual yang cukup lama proses pemilihannya. 6) Ketepatan,

Masyarakat merasa puas dan tepat Pemilihan kepala desa menggunkan metode

elektronik atau E-voting.

2. Faktor pendukung dan penghambat

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Evaluasi kebijakan pemilihan Kepala Desa

berbasis elektronik (E-Voting) di Desa Rappoa diantaranya faktor pendukung

yaitu adaya dukungan dari pemerintah dan adanya Perangkat Elektronik atau

Infrastruktur Telekomunikasi. Sedangkan faktor penghambat yaitu Rendahnya

kualitas SDM yang dimiliki masyrakat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas dan hasil analisis pada bab-bab

sebelumnya maka peneliti memberikan saran yaitu:

1. Dalam menerapkan electronic voting dalam pemilihan kepala desa di Desa

Rappoa Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng agar bisa lebih

maksimal. Selain itu perlu adanya sosialisasi yang lebih efektif dilakukan agar

masyarakat desa bisa mengetahui tentang penggunaan electronic voting

tersebut.

2. Sehubungan dengan faktor penghambat penerapan electronic voting di Desa

Pa’jukukang yaitu sumber daya manusia, maka diperlukan adanya penambahan

Page 93: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

80

aparat dari panitia maupun peran serta kepala dusun untuk ikut berperan dalam

meningkatkan kualitas demokrasi di pemilihan kepala desa

berikutnya.Diharapan masyarakat mampu berpartisipasi aktif dalam pemilihan

Kepala Desa berbasis Electronic Voting.

3. Serta perlu adanya penambahan perangkat elektronik di Desa Rappoa, karena

jumlah DPT di desa ini berjumlah 1.617 sedangkan perangkat yang tersedia

hanya 4 komputer..

Page 94: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

83

81

DAFTAR PUSTAKA

Agustiono, 2008 dasar- dasar kebijakan publik, bandung: Alfabeta.

Alvarez . dkk 2009 Voting internet dalam perspektif komparatif: Kasus estonia.

PS - Ilmu Politik dan Politik, Science and Politics. Vol. 3 No.3.Hlm 497–

505.

Anggara, S. (2014). Kebijakan Publik” Bandung : CV pustaka Setia.

Anistiawati, M. L. (2014). Implementasi Kebijakan Penerapan Elektronik Voting

(E-voting) dalam Pemilihan Kepala Desa (Studi Kasus: Pemilihan Kepala

Desa di Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo Kabupaten

Jembrana). Citizen Charter, 1(2).

Cetinkaya, O.,Cetinkaya, D.2007. Masalah verifikasi dan validasi dalam

pemungutan suara

Dewi, N. S. (2016). Efektivitas Sistem Electronic Voting dalam Pemilihan Kepala

Desa di Desa Pa’jukukang Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten

Bantaeng (Doctoral dissertation). elektronik. Jurnal Elektronik E-

Government. Vol.5. No.2.Hlm 117–126.

Dwumfou, paatey (2011) Desain sistem Voting Elektronik.jurnal penelitian

teknologi informasi.

Kersting, N,Baldersheim, H.2004.. Voting dan Demokrasi Elektronik. Jurnal

Elektronik E-Government Vol.5. No.2.Hlm 117–126.

Mustari, Nuryanti. (2015) Formulasi,implementasi,dan evaluasi kebijakan

publik.penerbit buku leutika prio.

Moynihan, D.P. (2014) membangun Evoting yang aman, keamanaan dan sistem

teori. Tinjauan administrasi publik..

Permandagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang pemilihan kepala Desa.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 5 Tahun 2015 tentang Desa.

Popoveniuc, S. (2009). Kerangka kerja untuk pemilihan elektronik berbasis

mixnet yang aman. Teknik. Vol.1 No.1.Hlm 212.

Riera A., Brown P.2003. Membawa Confidene ke Voting Elektronik. Jurnal

Elektronik E-Government. Vol.1 Hal.1. Hlm 43-50

Page 95: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

82

Roseman, G. H., Stephenson, E. F.2005. Efek teknologi pemungutan suara

terhadap jumlah pemilih: Apakah komputer menakuti orang tua ?. Pilihan

Umum. Vol.5. No.5.Hlm 39-47.

Sanjay, Ekta W.2011. Analisis Sistem Voting Elektronik di Berbagai Negara.

Jurnal Internasional Teknik Ilmu Komputer. Vol.3 No.5. Hlm 1825–1830.

Sugiyono, 2013. metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif. Bandung Alfabeta.

Sumardjono, M. S. (2006). Kebijakan pertanahan: antara regulasi dan

implementasi. Penerbit Buku Kompas.

Sujianto,S (2017). Evaluasi implentasi Kebijakan Tentang Tatanan

kebandarudaraan Nasional (Studi Pada Bandar udara sultan syarif kasim

II)

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang pemerintah Daerah.

Undang –Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Wolchok, S., Wustrow, E., Halderman, J. A.2010. Analisis Keamanan Mesin

Voting Elektronik India. Faktor manusia. Hlm 1–14.

Page 96: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

Scanned by CamScanner

Page 97: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

Scanned by CamScanner

Page 98: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

Scanned by CamScanner

Page 99: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

Scanned by CamScanner

Page 100: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

Scanned by CamScanner

Page 101: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

Scanned by CamScanner

Page 102: SKRIPSI EVALUASI KEBIJAKAN PEMILIHAN KEPALA DESA …

RIWAYAT HIDUP

MABRUR, Lahir pada tanggal 11 November

1996, di Kabupaten Bantaeng. Penulis

merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, dari

pasanganAbdul Malik dan Hasnawati. Penulis

pertama kali masuk pendidikan formal di MIS

Ma’ arif Cedo 2002 sampai tahun 2008. Pada

tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan

ke SMPs Ddi Mattoanging dan tamat pada tahun

2011.

Setelah tamat di SLTP penulis melanjutkan ke jenjang SMK Negeri 1 Bantaeng

dan tamat pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik jurusan Ilmu Pemerintahan melalui seleksi penerimaan Mahasiswa

Baru. Pada tahun 2020 penulis mendapatkan gelar S.IP. jurusan ilmu

pemerintahan dengan penelitian berjudul Evaluasi Kebijakan Pemilihan Kepala

Desa Berbasis Elektronik Voting Pada Pemilihan Kepala Desa Rappoa Kecamatan

Pajukukang Kabupateng Bantaeng, semoga dengan hasil penelitian ini dapat

memberikan kontribusi bagi pemerintah dan penulis dapat mengimplementasikan

di masyarakat apa yang penulis dapatkan dari selama belajar di Universitas

Muhammadiyah Makassar.