skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan...

164
SKRIPSI GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI KELURAHAN KARANGSARI RW 13, KECAMATAN NEGLASARI, TANGERANG TAHUN 2009 Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Oleh Rohmatika NIM : 105104003482 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Upload: lephuc

Post on 02-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

SKRIPSI

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI

KELURAHAN KARANGSARI RW 13, KECAMATAN NEGLASARI, TANGERANG

TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan ( S.Kep )

Oleh

Rohmatika

NIM : 105104003482

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Page 2: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI

KELURAHAN KARANGSARI RW 13, KECAMATAN NEGLASARI, TANGERANG

TAHUN 2009

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 26 Oktober 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Jamaludin, S.Kep, M.Kep Bambang P. Cadrana, SKM, M.KM

NIP. 150409469 NIP. 19690205199403 1 003

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Nopember 2009

Penguji I

NIP.

Penguji II

NIP.

Penguji III

Page 3: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rohmatika

Tempat / tanggal lahir : Serang, 5 februari 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl.raya Serang-Pandeglang, kp. Warung, Ds. Panyirapan

Kecamatan Baros, Serang-Banten 42173

Telp : (0254) 250 125

Riwayat pendidikan : MI Nurul Huda Baros (1993-1999)

MTS Nurul Huda Baros (2000-2002)

MAN 2 Model Serang (2003-2005)

Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)

Page 4: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H/2009

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Rohmatika

NIM : 105104003482

Mahasiswa program : Ilmu keperawatan

Tahun akademik : 2005

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang

berjudul :

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI

KELURAHAN KARANGSARI RW 13, KECAMATAN NEGLASARI,

TANGERANG TAHUN 2009.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima

sangsi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Nopember 2009

(Rohmatika)

Page 5: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, 28 Oktober 2009

Rohmatika

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI

KELURAHAN KARANGSARI RW13, KECAMATAN NEGLASARI, TANGERANG

TAHUN 2009.

xxi + 136 halaman, 4 tabel, 6 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Kusta di Indonesia merupakan suatu penyakit yang belum dapat diatasi secara tuntas,

salahsatu kendalanya adalah adanya anggapan yang keliru dari masyarkat yang menganggap

penyakit kusta adalah penyakit kutukan, keturunan dan menimbulkan kecacatan yang menetap.

Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa dan tidak tekun berobat. Pasien

kusta akan mengalami beberapa masalah baik secara fisik, psikologi, sosial dan ekonomi

sehingga masalah tersebut beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial. Laporan WHO

(1997) menunjukan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-3 dunia sebagai Negara yang

memiliki penderita kusta terbanyak setelah India dan Brazilia. Berdasarkan data tahun 2006-

2007 menurut Kepala Bagian Perencanaan Rekam Medik Rumah Sakit Kusta Sintanala,

Tangerang, tercatat 279 penderita pada tahun 2006 meningkat menjadi 296 orang sampai pada

tahun 2007. Penyakit infeksi ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang berarti,

terbukti dengan adanya kecenderungan peningkatan angka prevalensi kusta selama periode 2000-

2007. Konsep diri klien kusta terbentuk dari penerimaan masyarakat terhadap penderita kusta.

Namun sampai saat ini sangat sedikit penelitian yang menggali masalah konsep diri panderita

cacat kusta. Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya, sehingga

menimbulkan keresahan yang mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri, tetapi pada

keluarga, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku penerimaan penderita

terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih banyak menganggap bahwa

penyakit kusta merupakan penyakit menular, dan tidak dapat diobati.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien

dengan cacat kusta di kelurahan Karangsari RW13, kecamatan Neglasari, Tangerang. Tujuan

khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengetahuan,

persepsi konsep diri, sikap masyarakat terhadap penderita kusta yang berhubungan dengan

terjadinya Leprofobia. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karangsari RW13, Kodya

Tangerang dengan menggunakan metode kualitatif, dimana pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara mendalam dan observasi. Informan kunci adalah klien cacat kusta tingkat II

Page 6: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

sebanyak 5 orang dan informan terdiri dari petugas puskesmas Neglasari dan kelurahan

Karangsari.

Hasil penelitian menunjukan bahwa konsep diri klien cacat kusta terjadi karena persepsi

masyarakat tentang kusta dan sikap masyarakat yang takut tertular ketika melihat kecacatan

yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan juga bahwa sikap negatif terhadap kehadiran

penderita kusta adalah pernikahan dengan keluarga penderita kusta, namun dalam kegiatan sosial

seperti syukuran dan kegiatan agama umumnya menunjukan sikap positif dari masyarakat.

Umumnya informan memiliki konsep diri positif, mereka menerima kecacatannya dan mampu

mengungkapkan kepribadiannya melalui wawancara. Dengan demikian disarankan untuk

Melakukan promosi kesehatan dan upaya preventif secara terpadu melalui program pelatihan

khusus perawatan cacat kusta bagi petugas puskesmas dengan pemeriksaan kecacatan tingkat II

atau POD (Prevention Of dissability). Meningkatkan pengetahuan melalui penyuluhan serta

melibatkan penderita cacat kusta sebagai role model dalam pendidikan kesehatan. Sebaiknya

dibuat data surveilance untuk memudahkan puskesmas dalam menemukan kasus secara dini bagi

pasien terdaftar dan baru segera ditulis dalam sensus data pasien terdaftar dan baru karena dapat

mempermudah telaah dokumen. Serta penyuluhan imunisasi BCG. Lebih lanjut, pencegahan dan

perawatan cacat kusta secara dini oleh petugas kesehatan dan peran serta masyarakat merupakan

hal yang terpenting.

Daftar bacaan: 26 (1974-2008)

Page 7: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

NURSING PROGRAM STUDY

STATE ISLAMIC UNIVERSITY (UIN) OF SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Undergraduate Thesis, October 28th

2009

Rohmatika

SELF-IMAGE CONCEPTS TO CLIENTS WITH DISABILITIES OF LEPROSY

IN THE VILLAGE DISTRICT KARANGSARI, NEGLASARI RW 13,

TANGERANG 2009

xxi+136 pages, 4 tables, 6 picture, 12 appendixes

ABSTRACT

In Indonesia leprosy is a disease that can not completely resolve yet, one of the main

problems is the mistaken assumption that the community thinks of leprosy is a disease of

heredity and permanent disability. As a result of this erroneous assumption lepers feel desperate

and do not diligently seek treatment. Leprosy patients will experience some physical problems,

psychological, social and economic change so that the issue of health issues to social issues.

WHO report (1997) showed that Indonesia was on the order of the 3rd world as a country that

had the most leprosy patients after India and Brazil. Based on data from 2006-2007 according to

the Planning Section Chief Medical Record Sintanala Leprosy Hospital, Tangerang, 279 patients

were recording in 2006 increased to 296 people until the year 2007. This infectious disease is

still a public health problem which means, as evidenced by the trend of increased prevalence rate

of leprosy during the period 2000-2007. Self-concept is formed from leprosy client community

acceptance of people with leprosy. However, there is very little research that explores the

concept of sufferer self problem leprosy disability. Social impact of leprosy is so great, causing

deep anxiety. Not only the patient themselves, but on families, communities and countries. This

is the underlying concept of patient acceptance behavior of the disease, which for this condition

is still a lot of people think that leprosy is a contagious disease, and can not be treated.

The general objective of this research is to determine the concept of self-image of clients

with disabilities in leprosy in Karangsari RW13, Neglasari district, Tangerang. Specific

objectives of this research is to obtain in-depth information about the knowledge, perception of

self concept, attitudes toward leprosy patients associated with the occurrence Leprofobia. This

research was conducted in Karangsari RW13, Tangerang municipality using qualitative methods,

where data collection is done by in-depth interviews and observation. Key informants are

disabled leprosy client level II were 5 people and informants consisted of health workers and

Karangsari Neglasari village.

Page 8: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

The results showed that the concept of self-leprosy disabled clients because the public

perception of leprosy and attitudes are afraid of contracting when he saw the disability caused by

leprosy. Also found that negative attitudes toward the presence of leprosy patients is the family

wedding with lepers, but in social activities such as Thanksgiving and religious activity generally

showed a positive attitude from the community. Generally informants have a positive self-

concept, they receive a disability and able to express her personality through interviews. Thus

advisable to conduct health promotion and preventive efforts in an integrated manner through a

special training program for the treatment of leprosy disability health officers with inspection

level II disability or POD (Prevention Of disability). Increased knowledge through counseling

and involve people with disabilities of leprosy as a role model in health education. Surveillance

data should be made to facilitate the clinic in early case finding for patients newly registered and

immediately recorded in the census data and newly registered patient as it can facilitate the study

of documents. BCG immunization and counseling. Furthermore, the prevention and treatment of

leprosy disabilities at an early stage by health workers and community participation is the most

important thing.

Reference : 26 (1974-2008)

Page 9: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

SKRIPSI

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI

KELURAHAN KARANGSARI RW 13, KECAMATAN NEGLASARI, TANGERANG

TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan ( S.Kep )

Oleh

Rohmatika

NIM : 105104003482

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA 2009

Page 10: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN CACAT KUSTA DI

KELURAHAN KARANGSARI RW 13, KECAMATAN NEGLASARI, TANGERANG

TAHUN 2009

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 26 Oktober 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Jamaludin, S.Kep, M.Kep Bambang P. Cadrana, SKM, M.KM

NIP. 150409469 NIP. 19690205199403 1 003

Page 11: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Nopember 2009

Penguji I

NIP.

Penguji II

NIP.

Penguji III

NIP.

Page 12: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rohmatika

Tempat / tanggal lahir : Serang, 5 februari 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl.raya Serang-Pandeglang, kp. Warung, Ds. Panyirapan

Kecamatan Baros, Serang-Banten 42173

Telp : (0254) 250 125

Riwayat pendidikan : MI Nurul Huda Baros (1993-1999)

MTS Nurul Huda Baros (2000-2002)

MAN 2 Model Serang (2003-2005)

Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)

Page 13: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

PERSEMBAHAN

Tentang Waktu

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.

Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.

Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.

Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati. Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.

Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan. Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis

SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.

Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia ,umpama kaca mata yang bersinar-bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa

Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.

Anda bukan apa yang anda fikirkan tentang anda, tetapi apa yang anda fikirkan itulah anda

Hidup tak selalunya indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.

Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan.

Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan.

Kekayaan bukanlah satu dosa dan kecantikan bukanlah satu kesalahan. Oleh itu jika anda memiliki kedua-duanya janganlah anda lupa pada Yang Maha

Berkuasa.

Page 14: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya saya dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dengan Cacat

Kusta di Kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009”.

Shalawat dan salam senantiasa kita junjungkan kehadirat Nabi Muhammad Rasulullah SAW.

Adapun skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak dan ibu saya yang selalu mendoakan dan memberi semangat dalam setiap

waktunya.

2. Terimakasih untuk bapak dekan FKIK Prof.DR.Dr.MK Tadjudin, Sp. And

3. Pak Bambang, yang dengan sabar membimbing, memotivasi dan memberi masukan

untuk proses pengerjaan skripsi ini.

4. Pak jamaludin, terimakasih telah bersedia membimbing dan memberikan masukan

untuk skripsi ini.

5. Terimakasihku yang tak terhingga untuk ibu Tien Gartinah dan seluruh dosen program

studi ilmu keperawatan yang telah mentransfer ilmunya dan membimbing kami dalam

segala hal.

6. Terimakasih buat ibu Sri Dian (Kasi kemasyarakatan kelurahan Karangsari), ibu Alin

(Surveilance TB, kusta Puskesmas Neglasari), ibu Sri dan pak RW 13 sebagai

pembimbing lapangan, yang telah bersedia memberikan data-data untuk kelancaran

penelitian.

Page 15: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

7. Terimakasihku buat pak W, D, M, S, Su, yang telah memberikan waktunya untuk

wawancara demi kelancaran penelitian ini.

8. Adek saya satu-satunya Mubdi Hasan yang selalu memotivasi saya, semangat ya dek

lanjutkan sampai kuliah.

9. Terimakasih juga buat Edi yang telah meminjamkan buku dan memberikan semangat

dalam menyusun skripsi.

10. Teman-teman sekelasku PSIK angkatan 2005 yang kompak yang memberikan warna

warni kehidupan dan banyak memberi inspirasi.

11. Teman sekosanku yang baik dan care Neneng, Herna, Fauziah, Intan, Nisa, Ipa, Pipit,

Solehah, ka Hasni, Lita terimakasih sudah memberikan tumpangan ngprintnya, jaga

kebersamaan kita, I Love You Full…..

Demikian yang dapat penulis sampaikan, insya Allah skripsi ini dapat bermanfaat

khususnya bagi penulis yang sedang menempuh skripsi dan dapat dijadikan pelajaran bagi adik-

adik kami selanjutnya.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka bila kamu telah selesai (dari

suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada

tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyirah:6-7).”

Tim Penyusun

Rohmatika

Page 16: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR ISI

ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………...viii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………….................ix

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………………………x

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………………………………….1

1.2 Identifikasi masalah……………………………………………………….8

1.3 Perumusan masalah………………………………………………………..8

1.4 Tujuan dan manfaat penelitian…………………………………………….9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian konsep diri atau citra diri……………………………………..11

a. Dimensi-dimensi citra diri………………………………………..12

b. Peranan citra diri………………………………………………….13

2.2 Pembentukan konsep diri…………………………………………………14

2.3 Komponen konsep diri……………………………………………………20

Page 17: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

1. Citra tubuh (Body image)…………………………………………20

2. Ideal diri (Self ideal)………………………………………………23

3. Harga diri (Self esteem)……………………………………….......24

4. Peran diri (Self role)………………………………………………27

5. Identitas diri (Self identity)……………………………………….30

2.4 Teori faktor yang mempengaruhi konsep diri…………………………...31

2.5 Tindakan pada gangguan konsep diri……………………………………33

2.6 Pengaruh self concept terhadap perilaku kesehatan……………………..34

2.7 Pengertian cacat tubuh…………………………………………………..38

a. Jenis-jenis cacat tubuh…………………………………………..39

b. Derajat kelainan fisik……………………………………………40

c. Cacat tubuh pada penderita kusta……………………………….41

d. Konsep diri pada penderita cacat tubuh akibat kusta…………....43

2.8 Pengertian penyakit kusta……………………………………………….43

a. Jenis-jenis penyakit kusta……………………………………….44

b. Penyebab penyakit kusta………………………………………..45

c. Tanda dan gejala penyakit kusta………………………………..47

d. Pengobatan……………………………………………………..51

e. Pencegahan cacat kusta dan perawatannya……………………..59

f. Pelayanan rehabilitasi…………………………………………...61

2.9 Aspek sosial pada penyakit kusta………………………………………63

Page 18: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep………………………………………………………..64

3.2 Pertanyaan penelitian……………………………………………………65

3.3 Definisi istilah…………………………………………………………..66

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

4.1 Desain penelitian………………………………………………………68

4.2 Lokasi penelitian………………………………………………………68

4.3 Populasi……………………………………………………………….68

4.4 Sampel………………………………………………………………...69

4.5 Prosedur pengumpul data……………………………………………...71

4.6 Instrumen data………………………………………………………....72

4.7 Pengolahan dan analisis data…………………………………………..74

4.8 Validasi data……………………………………………………………74

4.9 Sarana penelitian……………………………………………………….75

4.10 Etika penelitian…………………………………………………………75

Page 19: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran umum wilayah penelitian……………………………..76

5.2 Gambaran penederita penyakit kusta…………………………….76

5.3 Karakteristik sosio demografi informan………………………….77

5.4 Pengetahuan tentang penyakit kusta……………………………..78

5.5 Persepsi klien kusta tentang konsep diri…………………………89

5.6 Persepsi tentang bahaya kusta………………………………….119

5.7 Sikap masyarakat terhadap klien kusta…………………………119

5.8 Penyuluhan tentang kusta………………………………………123

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan penelitian……………………………………………………. 126

6.2 Pengetahuan tentang penyakit kusta………………………………………..126

6.3 Persepsi konsep diri klien kusta…………………………………………….127

6.4 Persepsi tentang bahaya kusta………………………………………………128

6.5 Sikap masyarakat terhadap kusta……………………………………………129

6.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada klien kusta……………129

6.7 Hasil observasi terhadap informan selama wawancara……………………...131

Page 20: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan………………………………………………………………….134

7.2 Saran-saran…………………………………………………………………..136

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 21: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1.1 Jumlah penderita cacat kusta menurut tipe dan angka penemuan penderita

(NCDR) per 100.000 penduduk tahun 2000-2007 di kota Tangerang ……….3

2.1 Efek samping yang disebabkan obat dan penanganannya……………………58

4.1 Sumber informasi, metode, jumlah informan, kriteria, dan tempat…………70

5.1 Frekuensi penderita cacat kusta di RW 13 kelurahan karangsari tahun 2009...77

Page 22: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

1.1 Grafik 1 : Prevalensi dan angka penemuan penderita baru di Indonesia tahun

2007……………………………………………………………………..2

1.2 Angka penemuan penderita baru (NCDR) di Idonesia tahun 2007……..2

1.3 Grafik 2 : Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak diantara kasus baru di

Indonesia tahun 2007……………………………………………………...3

2.1 Diagram 1 : Hirarki Maslow tentang kebutuhan…………………………32

2.2 Diagram 2 : Variabel dalam Health Belief Model (HBM)………………..62

3.1 Diagram 3 : Kerangka konsep…………………………………………….65

Page 23: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR SINGKATAN

3M : Melindungi mata, Melindungi tangan, Melindungi kaki

BB : Borderline-Borderline

BL : Borderline Lepromatous

BT : Borderline Tuberkuloid

BTA : Bakteri Tahan Asam

COT : Completion Of Treatment

DADDS : Diasetil-Diamino-Difenil-Sulfon

DDS : Diamino Difenil Sulfon

DNA : Deoxyribonucleic acid

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes : Dinas Kesehatan

Ditjen : Direktur Jendral

FK UI : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

I : Indeterminate

LL : Lepromatous-Lepromatous

LI : Lepromatosa Indefinite

M.Leprae : Myobacterium Leprae

MB : Multi Basiler

MDT : Multi Drug Therapy

Page 24: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

NCDR : New Case Detection Rate

p : Proporsi

PB : Pauci Bacillary

PABA : Para Amino Benzoic Acid

PPM & PL : Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengendalian Lingkungan

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

r : Rasio

RFT : Release From Treatment

RFC : Release From Control

RNA : Ribonucleic acid

RW : Rukun Warga

TEN : Toksik Epidermal Nekrolisis

TI : Tuberkuloid Indefinitif

TT : Tuberkuloid-Tuberkuloid

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

WHO : World Health Organization

WM : Wawancara Mendalam

Page 25: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor lampiran

1. Lembar chek list

2. Pedoman wawancara mendalam informan petugas puskesmas

3. Pedoman wawancara mendalam informan petugas kelurahan Karangsari

4. Pedoman wawancara mendalam informan klien cacat kusta

5. Lembar persetujuan responden

6. Lampiran 6

7. Matriks pengetahuan informan tentang penyakit kusta

8. Matriks persepsi informan tentang penyakit kusta

9. Matriks persepsi konsep diri klien kusta, petugas puskesmas dan kelurahan

10. Matriks sikap masyarakat terhadap penderita kusta

11. Matriks penyuluhan penyakit kusta

12. Kesimpulan matriks

Page 26: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB IBAB IBAB IBAB I

PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi banyak terjadi di Negara berkembang yang mempunyai kondisi sosial

ekonomi rendah. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah penyakit kusta. Penyakit kusta pada

umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan

kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,

pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih

ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih

kurangnya pengetahuan, pengertian, dan kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang

ditimbulkannya. Laporan WHO (1997) menunjukan bahwa Indonesia berada pada urutan ke-3

dunia sebagai Negara yang memiliki penderita kusta terbanyak setelah India dan Brazilia, namun

pada tahun 2001 kondisi Indonesia dalam penanggulangan kusta sudah lebih baik, hal ini

ditunjukan dengan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia setelah India, Brazilia, dan Nepal.

Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (sampai bulan desember 2001) telah

berhasil menunjukan angka kesakitan kusta sekitar 85 % yaitu dari 107,271 orang menjadi

17,137 orang (Kompas, 2003 dan Swaranet, 2003).

Berdasarkan data tahun 2006-2007 menurut Kepala Bagian Perencanaan Rekam Medik

Rumah Sakit Kusta Sintanala, Tangerang, tercatat 279 penderita pada tahun 2006 meningkat

menjadi 296 orang sampai pada tahun 2007(Koran Tempo, 26 Juni 2008). Indonesia telah

Page 27: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

mencapai eliminasi penyakit kusta sejak bulan juni tahun 2000. Namun penyakit infeksi ini

masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang berarti, terbukti dengan adanya

kecenderungan peningkatan angka prevalensi kusta selama periode 2000-2007. Bahkan pada

tatanan global, Indonesia menjadi Negara penyumbang kusta terbesar setelah India dan Brasil.

Strategi global WHO menetapkan indikator eliminasi kusta yaitu angka penemuan

penderita (NCDR) yang menggantikan indicator utama sebelumnya yaitu angka penemuan

penderita terdaftar (prevalensi rate <1/10.000 penduduk). (Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2008) Pada

tahun 2000 NCDR menampilkan tren yang meningkat. Namun sejak tahun 2005, NCDR turun

dari 0,9 menjadi 0,83 pada tahun 2006 kembali turun, pada tahun 2007 menjadi 0,78 per 10.000

penduduk. Jumlah penderita baru yang ditemukan sepanjang tahun 2007 sebesar 17.726 dengan

rincian Pausi Basiler (PB) sebanyak 3.643 penderita dan Multi Basiler (MB) sebanyak 14.083

penderita. Sedangkan prevalensi kusta menunjukan kecenderungan peningkatan. Pada tahun

2000 prevalensi sebesar 0,86 per 10.000 penduduk menjadi 1,05 per 10.000 penduduk pada

tahun 2007. Berdasarkan distribusi per provinsi, prevalensi kusta tertinggi terdapat di provinsi

Papua Barat sebesar 9,69 diikuti oleh Maluku Utara sebesar 6,66 dan Papua sebesar 4,42 per

10.000 penduduk.

Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta di Indonesia digunakan angka proporsi

cacat tingkat II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak diantara kasus

baru, angka proporsi cacat tingkat II digunakan untuk menilai kinerja petugas dalam upaya

penemuan kasus. Angka proporsi cacat tingkat II yang tinggi mengindikasikan adanya

keterlambatan dalam penemuan penderita yang dapat diakibatkan oleh rendahnya kinerja petugas

dan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tanda-tanda dini penyakit kusta. Sedangkan

Page 28: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

indikator proporsi anak diantara kasus baru mampu mempresentasikan penularan kusta yang

masih terjadi di masyrakat.

Pada tahun 2007 kecacatan tingkat II di Indonesia mencapai 8,8%. Angka ini masih

berada diatas indikator program sebesar 5%. Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan

presentasi kecacatan tingkat II tertinggi sebesar 19,3% yang diikuti oleh Riau sebesar 18,7% dan

Sumatera Utara sebesar 17,8%. Masih adanya penularan kusta pada masyrakat di Indonesia yang

yang tercermin oleh proporsi penderita berumur 0-14 tahun menunjukan angka 10,2%.

Presentase ini juga masih diatas indicator program sebesar 5%. Presentase tertinggi berada pada

provinsi Riau sebesar 40%. Diikuti oleh Maluku Utara sebesar 20% dan Papua Barat 16,3%.

Angka penemuan penderita baru, kecacatan dan proporsi pada umur 0-14 tahun menurut provinsi

di Indonesia tahun 2007 (Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2008).

Menurut Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2008 bagian Subdit Kusta bahwa pada tahun 2007 di

kota Tangerang provinsi Banten terdapat penderita cacat kusta tingkat II yang terdaftar dengan

tipe MB sebanyak 26 orang dari 1.412.539 penduduk dan penderita baru dengan tipe MB

sebanyak 15 orang dari 1.412.539 penduduk, cacat tingkat II sebanyak 13,3%, antara usia 0-<15

tahun.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, tentang status disabilitas penduduk provinsi

Banten yang berumur 15 tahun keatas tampak secara garis besar status disabilitas pada penduduk

di provinsi Banten sangat baik (>80%), meliputi kondisi penglihatan, pendengaran, emosi,

mobilitas dan kondisi kesehatannya. Di provinsi Banten rata-rata status disabilitas dengan

kriteria “sangat bermasalah” adalah sebesar 2,1% dan “bermasalah” 21,5%. (Riskesdas, 2007).

Prevalensi disabilitas “sangat bemasalah” tertinggi terdapat di kota Cilegon (2,8%), sedangkan

kota Tangerang dengan prevalensi disabilitas “sangat bermasalah” terendah. Prevalensi

Page 29: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

disabilitas “bermasalah” tertinggi ditemukan di kabupaten Pandeglang (28,5%), sedangkan

prevalensi disabilitas “bermasalah” terendah adalah kota Serang.

Sementara itu berdasarkan umur tampak bahwa status disabilitas yang merupakan sangat

masalah presentasinya meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Status disabilitas “sangat

masalah” dan menjadi “masalah” lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Sebaliknya presentasi “tidak masalah” pada laki-laki lebih tinggi. Status disabilitas di pedesaan

lebih tinggi dari pada di perkotaan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, presentasi status disabilitas “sangat masalah” yang

paling tinggi tampak pada penduduk dengan pendidikan terendah kemudian menurun sesuai

dengan bertambahnya tingkat pendidikan. Berdasarkan pekerjaan, status disabilitas “sangat

masalah” persentase tertinggi tampak pada penduduk yang tidak bekerja, jenis pekerjaan lainnya,

dan ibu rumah tangga. Persentase tertinggi status disabilitas “sangat masalah” dirasakan oleh

penduduk dengan status ekonomi pada kuintil 1, yaitu rumah tangga dengan tingkat pengeluaran

perkapita terkecil, dan menurun dengan bertambah meningkatnya status ekonomi. (Riskesdas

Provinsi Banten, 2007)

Peneliti belum mendapatkan penelitian yang khusus meneliti tentang gambaran konsep

diri pada klien dengan cacat kusta. Adapun penelitian yang yang berkaitan dengan penyakit kusta

disampaikan oleh Tarusaraya dan Halim (1996) dengan judul penelitian kecacatan pasien kusta

di RSK Sitanala Tangerang. Hasil penelitian dari 1153 penderita kusta di unit rawat jalan RSK

Sitanala Tangerang selama bulan maret 1996 adalah sebagai berikut : pasien baru yang cacat

adalah 84 dari 113 orang (74,34 %), pasien lama yang cacat adalah 761 dari 1040 orang (73,17

%), laki-laki lebih banyak cacat 618 dari 809 orang (76,39 %) dan wanita 227 dari 344 orang

(65,99 %). Hasil yang didapatkan menurut klasifikasi cacat WHO (1988) adalah cacat mata:

Page 30: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

tingkat 0 (95,32 %), tingkat I (3,56 %), tingkat II (1,12 %), cacat tangan: tingkat 0 (54,90 %),

tingkat I (12,58 %), tingkat II (32,53 %) dan cacat kaki: tingkat 0 (50,99 %), tingkat I (30,36 %),

tingkat II (18,65 %).

Selain itu juga berdasarkan abstrak penelitian yang disampaikan oleh Unarat (2000)

dengan judul Konsep Diri dan Mutu Hidup Pasien Lepra pada daerah pusat lepra lima Nakhon

Ratchasima di daerah pusat lepra lima provinsi Nakhon Ratchasima. Hasil penelitian

menunjukan bahwa dari jumlah responden yang berjumlah 54 orang terdapat sekitar 98,18 %

pasien lepra mempunyai hal konsep diri positif dan 72,2 % tingkat mutu hidup lemah atau miskin

dalam hal hubungan sosial. Wawancara yang mendalam mengungkapkan tekanan pada pasien

akibat dari kelainan bentuk fisik akibat penyakit dan cacat diri pasien lepra akan mengakibatkan

kekurangan dalam berinteraksi sosial. Korelasi antara konsep diri dan mutu hidup kuat dan

positif yaitu dengan nilai r = 0,30 dan p = 0,028. Rehabilitasi mental dan pendidikan kesehatan

dapat mempromosikan mutu hidup.

Penelitian di Madura tahun 2001 menunjukan seorang penderita kusta sub klinik manifes

menjadi kusta baru pada tahun ke 4, latihan dapat memperbaiki fungsi anggota gerak yang

mengalami deformitas. Penelitian di Liponsos tahun 1977 mengungkapkan bahwa senam

pernafasan Satria Nusantara memperbaiki fungsi saraf perifer sehingga mengurangi hipoanestesi

dan titik luka. Di indonesia studi penderita kusta dengan kecacatan masih kurang. (Buletin

penelitian kesehatan, 2006)

Kusta di Indonesia merupakan suatu penyakit yang masih belum dapat diatasi secara

tuntas, salah satu kendalanya adalah masih adanya anggapan yang keliru dari masyarakat yang

menganggap penyakit kusta sebagai kutukan Tuhan, penyakit keturunan akibat guna-guna,

sangat menular, dan tidak dapat disembuhkan sehingga banyak penderita kusta tidak mau

Page 31: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

melakukan pengobatan atau apabila sudah pernah berobat penderita kurang disiplin dalam

menjalani perawatan dan pengobatannya (Kompas, 2003).

Pasien kusta akan mengalami beberapa masalah baik secara fisik, psikologi, sosial, dan

ekonomi. Hal ini biasanya timbul akibat pasien kusta tidak ingin berobat dan terlambat berobat

sehingga menimbulkan cacat yang menetap dan mengerikan. Hal ini disebabkan karena biasanya

manifestasi klinis yang terlihat pada kulit pasien adalah bercak-bercak putih kemerahan,

benjolan-benjolan, hidung pelana, telinga memanjang, jari tangan dan jari kaki terputus, terdapat

luka-luka, dan adanya bekas amputasi, sehingga memberikan gambaran yang menakutkan,

manifestasi klinis tersebut akan menimbulkan perasaan malu, rendah diri, depresi, menyendiri,

atau menolak diri, serta masyarakat akan mengucilkan pasien kusta sehingga sulit mencari

pekerjaan akhirnya akan menimbulkan masalah psikologis, sosial, dan ekonomi.

Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikian besarnya, sehingga

menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri,

tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep

perilaku penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini

penderita masih banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit

menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan

menyebabkan kecacatan. Akibat anggapan yang salah ini penderita kusta merasa

putus asa sehingga tidak tekun untuk berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan

kenyataan bahwa penyakit kusta mempunyai kedudukan yang khusus diantara

penyakit-penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena adanya leprophobia (rasa takut

yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul karena pengertian penyebab

penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan sangat menakutkan. Dari sudut

pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya pengendalian leprophobia yang

bermanifestasi sebagai rasa jijik dan tidak rasional. Terdapat kecenderungan bahwa

Page 32: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

masalah kusta telah beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial. Leprophobia

masih tetap berurat akar dalam seleruh lapisan masyarakat karena dipengaruhi oleh

segi agama, sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan takhyul. Fhobia kusta

tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi tidak sedikit dokter-dokter yang

belum mempunyai pendidikan objektif terhadap penyakit kusta dan masih takut

terhadap penyakit kusta. Selama masyarakat kita menjauhkan penderita kusta, sudah

tentu hal ini akan merupakan hambatan terhadap usaha penanggulangan penyakit

kusta. Akibat adanya phobia ini, maka tidak mengherankan apabila penderita

diperlakukan secara tidak manusiawi di kalangan masyarakat.

Dengan kemajuan teknologi dibidang promotif, pencegahan, pengobatan serta

pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi

dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi

mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka diperlukan program

penanggulangan secara terpadu dan menyeluruh dalam hal pemberantasan,

rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial ekonomi dan kemasyarakatan bagi pederita kusta.

Untuk itu Departemen Kesehatan Republik Indonesia membuat Program

Pemberantasan Penyakit Menular yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit

kusta, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta mencegah akibat buruk

lebih lanjut sehingga memungkinkan tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Pasien kusta yang tinggal di komplek Sitanala kelurahan Karangsari RW 13,

umumnya mereka adalah mantan penderita kusta yang pernah di rawat di Rumah Sakit

Kusta Sitanala Tangerang, mereka membentuk komunitas kusta yang dapat

menjalankan kegiatan sehari-hari walaupun dengan kondisi cacat akibat kusta. Melihat

kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Page 33: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Konsep Diri Pada Klien Dengan Cacat Kusta di Kelurahan Karangsari RW 13,

Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.”

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Jelaskan gambaran karakteristik demografi pada klien dengan cacat kusta di kelurahan

Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang, meliputi: umur, pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan

2. Jelaskan gambaran karakteristik gambar diri (Body Image) pada klien dengan cacat kusta

di kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

3. Jelaskan gambaran karakteristik ideal diri pada klien dengan cacat kusta di kelurahan

Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

4. Jelaskan gambaran karakteristik harga diri pada klien dengan cacat kusta di kelurahan

Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

5. Jelaskan gambaran karakteristik penampilan peran pada klien dengan cacat kusta di

kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

6. Jelaskan gambaran karakteristik identitas personal pada klien dengan cacat kusta di

kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

7. Jelaskan gambaran aspek positif konsep diri yang dimiliki klien dengan cacat kusta di

kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Page 34: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan Gambaran Konsep Diri

pada Klien dengan Cacat Kusta di Kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari,

Tangerang Tahun 2009.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

a. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri pada klien

dengan cacat kusta di kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari,

Tangerang Tahun 2009.

2. Tujuan Khusus:

a) Mengidentifikasi gambaran karakteristik demografi pada klien dengan cacat kusta di

kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang. Meliputi: umur,

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan

b) Mengidentifikasi gambaran karakteristik gambar diri (Body Image) pada klien dengan

cacat kusta di kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun

2009.

c) Mengidentifikasi gambaran karakteristik ideal diri pada klien dengan cacat kusta di

kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

d) Mengidentifikasi gambaran karakteristik harga diri pada klien dengan cacat kusta di

kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

e) Mengidentifikasi gambaran karakteristik penampilan peran pada klien dengan cacat kusta

di kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

Page 35: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

f) Mengidentifikasi gambaran karakteristik identitas personal pada klien dengan cacat kusta

di kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang Tahun 2009.

g) Mengidentifikasi gambaran aspek positif konsep diri yang dimiliki klien dengan cacat

kusta dikelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari Tangerang Tahun 2009.

b. Manfaat Penelitian

1) Untuk klien :

Penelitian ini dapat memberikan dorongan dan masukan kepada pasien kusta

untuk meningakatkan konsep diri dan mengatahui aspek positif yang dimilikinya

2) Untuk institusi :

Hasil penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan gambaran konsep diri pada

pasien cacat kusta di dikelurahan Karang Sari RW 13, Neglasari Tanggerang.

3) Untuk peneliti :

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti untuk

melakukan penelitian lain pada masa yang akan datang.

4) Untuk penelitian akan datang :

Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan penelitian lain

dengan ruang lingkup yang sama.

5) Untuk program

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Dinkes kota Tangerang dalam

upaya menanggulangi dan mengurangi masalah cacat kusta.

Page 36: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian konsep diri atau citra diri2.1 Pengertian konsep diri atau citra diri2.1 Pengertian konsep diri atau citra diri2.1 Pengertian konsep diri atau citra diri

“Citra diri” berasal dari istilah self-concept, atau kadang-kadang disebut self-

iamage, menunjuk pada pandangan atau pengertian seseorang terhadap dirinya

sendiri. Pietrofesa dalam setiap tulisannya secara konsisten menerangkan bahwa citra-

diri meliputi semua nilai, sikap dan keyakinan terhadap diri seseorang dalam

berhubungan dengan lingkungan, dan merupakan paduan dari sejumlah persepsi diri

yang mempengaruhi dan bahkan menentukan persepsi dan tingkah laku. Pietrofesa,

dkk., secara singkat menulis,”the self-concept includes feeling about self-both physical

self and psychological self-in relation to the environment.” Atas tinjauan pelbagai

sumber lain, tampak para pakar sepakat bahwa citra diri itu berkenaan dengan

pandangan seseorang terhadap diri baik tentang fisik maupun psikisnya, dan

pandangan terhadap diri ini adalah unik sifatnya. Dengan kata lain ada kekhasan dari

orang ke orang dalam citra dirinya secara fisik dan citra dirinya secara psikologis, dan

hal demikian ini tidak lepas dari pandangan lingkungan terhadap diri seseorang.

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 2006). Hal ini temasuk persepsi individu akan

sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang

berkaitan dengan pengalaman dan objek,tujuan serta keinginannya. Sedangkan

menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara

Page 37: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal emosional intelektual, sosial dan

spiritual

Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual (psikologi keperawatan,

2004). Beberapa hal yang perlu dipahami dalam konsep diri yaitu: dipelajari melalui

pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain, berkembang secara bertahap,

diawali pada waktu bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain,

positif ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan, negativ

ditandai dengan hubungan induvidu dan hubungan social yang maladaptiv, merupakan

aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku idividu, berkembang dengan cepat

bersama-sama dengan perkembangan bicara, terbentuk karena peran keluarga

khususnya pada masa anak-anak yang mendasari dan membantu perkembangannya

a. Dimensi-dimensi citra diri

Dimensi pertama citra diri, yaitu diri sebagai dilihat oleh diri sendiri, dapat

diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut: “saya baik hati”, “saya

agresif”.sudah barang tentu, perasaan dan keyakinan seperti itu mempunyai dampak

besar terhadap apa yang diperbuat individu. Seseorang yang underachieved (hasil

rendah dibanding kemampuan) di sekolah ataupun orang yang tidak cermat memilih

karier akan memandang diri sangat tidak adekuat dan beraksi secara tidak tepat dalam

bidang-bidang tersebut.

Dimensi kedua citra diri, yaitu diri sebagai dilihat oleh orang lain atau “beginilah

saya kira orang lain memandang saya,”seperti dalam ungkapan “kakak memandang

saya sebagai seorang yang percaya diri.” Setiap individu juga mengembangkan sikap-

Page 38: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

sikap menuntut bagaimana orang lain memandang atau menganggap dirinya, lalu dia

cenderung berbuat sesuai dengan anggapan dan persepsi yang diterimanya.

Dimensi ketiga citra diri, yaitu diri-idaman, mengacu pada “tipe orang yang saya

kehendaki tentang diri saya.” Aspirasi-aspirasi, tujuan dan angan-angan semuanya

tercermin melalui diri idaman, ini agaknya terungkap dalam pertanyaan”saya

sepertinya akan menjadi orang kaya”. Diri idaman adalah perlu dalam penentuan cita-

cita hidup, sudah tentu tujuan atau ideal yang terlalu jauh atau tidak mungkin

terjangkau merupakan citra diri yang tidak sehat.

Bagian yang lebih spesifik dari citra diri menurut Eisenberg dan Delaney berkenaan

dengan apa yang diketahui dan diyakini individu. Pandangan khusus seseorang

berkenaan dengan diri meliputi penilaian deskriptif mengenai kemampuan dan

keterbatasan, minat dan bukan minat, dan pola tingkah laku dominan. Ini mencakup

pandangan terhadap diri sekarang dan harapan serta anggapan bagi masa depan.

b. Peranan citra diri

Citra diri secara umum memberikan gambaran tentang siapa seseorang itu, ini

tidak hanya meliputi perasaan terhadap diri seseorang melainkan mencakup tatanan moral

dan sikap idea dan nilai-nilai yang mendorong orang bertindak atau sebaliknya tidak

bertindak. Oleh karena citra diri itu berebeda dari orang ke orang maka citra diri dapat

dianggap sebagai penunjuk pokok keunikan individu dalam bertingkah laku. Citra diri

sebagai system sikap pandang terhadap diri seseorang dan merupakan dasar bagi semua

tingkah laku, dijelaskan secara langsung oleh Ariety (1967) bahwa”the self-concept is

Page 39: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

basic in all behavior.”bahwa citra diri juga menentukan tingkah laku untuk masa depan

seseorang terungkap dalam pernyataan Eisenberg dan Delaney.

Kaitannya dengan hubungan antar pribadi, Ariety menjelaskan lebih lanjut bahwa

perasaan, ide, pilihan-pilihan, tindakan manusia, mencapai perkembangan setinggi-

tingginya dalam suasana hubungan sosial tetapi kuncinya terletak pada kedalaman

hubungan pribadi, jika hendak ditemukan bentuk-bentuk sehat mental dan sakit mental

dalam dialog antarpribadi yang baik maka yang terdapat dalam diri individu yang sudah

lama terbentuk itulah yang terpenting guna memulai dialog. Dalam uraian Ariety ini

terungkap kesan bahwa peranan khusus citra diri adalah menunjukan gambaran mental

individu yang sehat dan yang sakit dan dapat diketahui melalui dialog antarpribadi.

2.2 Pembentukan konsep diri2.2 Pembentukan konsep diri2.2 Pembentukan konsep diri2.2 Pembentukan konsep diri

Konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan, tetapi berkembang secara bertahap,

saat bayi dapat membedakan dirinya dari orang lain, mempunyai nama sendiri, pakaian

sendiri. Anak mulai dapat mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan

sebagainya serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh kembang

anak.

Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalaman

dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap

individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia diluar dirinya.

Konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua. Pengalaman dalam

keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat

memberikan perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan

dalam keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi dan meniru

Page 40: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan pendorong yang kuat agar

individu mencapai tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas. Dengan demikian

jelas bahwa kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan

kepribadian seseorang.

Seseorang dengan konsep diri positif dapat mengeksplorasi dunianya secara

terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif

berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman.

Karakter individu dengan konsep diri yang positif:

1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang bersahabat.

2. Mampu berfikir dan membuat keputusan

3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan

Konsep diri negativ dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang

maladaptiv. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stressor,

dengan adanya stressor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping

yang bersifat membangun ataupun koping yang bersifat merusak. Koping yang

konstruktif akan menghasilkan respon yang adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri

yang positif.

Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi pembentukan dan perkembangan

konsep diri seseorang, antara lain:

a. Usia

Page 41: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia dimana

perbedaan ini lebih banyak berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan. Pada

masa kanak-kanak, konsep diri seseorang menyangkut hal-hal disekitar diri dan

keluarganya. Pada masa remaja, konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman

sebaya dan orang yang dipujanya, sedangkan remaja dan kematangannya

terlambat yang diperlakukan seperti kanak-kanak merasa tidak dipahami sehingga

cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri, sedangkan masa dewasa

konsep dirinya sangat dipengaruhi oleh status sosial dan pekerjaan dan pada usia

tua konsep dirinya lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental

maupun sosial (Febri, 1994:66)

b. Pendidikan

Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan

meningkatkan prestasinya. Jika prestasinya meningkat maka konsep dirinya akan

berubah (Febri, 1994:66)

c. Status sosial ekonomi

Status sosial seseorang memengaruhi bagaimana penerimaan orang lain

terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat memengaruhi konsep diri

seseorang, penerimaan lingkungan terhadap seseorang cenderung didasarkan pada

status sosial ekonominya. Maka dapat dikatakan individu yang status sosialnya

tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang

status sosialnya rendah. Hal ini didukung oleh penelitian Rosenberg terhadap

anak-anak dari ekonomi sosial tinggi menunjukan bahwa mereka memiliki konsep

diri yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status ekonomi

Page 42: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

rendah. Hasilnya adalah 51% anak dari ekonomi tinggi mempunyai konsep diri

yang tinggi, dan hanya 38% anak dari tingkat ekonomi rendah memiliki tingkat

konsep diri rendah (Pudjijogyanti, 1988:41)

d. Hubungan keluarga

Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan anggota

keluarganya akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin

mengembangkan pola kepribadian yang sama, bila tokoh ini sesama jenis maka

akan mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya

e. Orang lain

Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu,

bagaimana anda mengenal diri saya akan membentuk konsep diri saya, Sullivan

(dalam Rakhmat, 2005:101) menjelaskan bahwa individu diterima orang lain,

dihormati dan disenangi karena keadaan dirinya, individu akan cenderung

bersikap menghormati dan menerima dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu

meremehkan dirinya, menyalahkan, dan menolaknya ia akan cenderung tidak

menyenangi dirinya. Miyamoto dan Dornbusch (dalam Rakhmat, 2005:101)

mencoba mengkorelasikan penilaian orang lain terhadap dirinya sendiri dengan

skala lima angka dari yang paling jelek sampai yang paling baik. Yang dinilai

adalah kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, dan kesukaan orang lain

terhadap dirinya. Dengan skala yang sama mereka juga menilai orang lain,

ternyata orang-orang yang dinilai baik oleh orang lain cenderung memberikan

skor yang tinggi juga dalam menilai dirinya. Artinya harga diri sesuai dengan

penilaian orang lain terhadap dirinya.

Page 43: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

f. Kelompok rujukan (Reference group)

Yaitu kelompok yang secara emosional mengikat individu, dan berpengaruh

terhadap perkembangan konsep dirinya. Menurut Brooks dan Emmert (dalam

Rakhmat, 2005:105) cirri orang yang memiliki konsep diri negative ialah peka

terhadap kritik, responsive sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis,

cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan

bersikap psimis terhadap kompetisi, sebaliknya orang yang memiliki konsep diri

positif ditandai dengan lima hal:

1. Kemampuan mengatasi masalah

2. Merasa setara dengan orang lain

3. Menerima pujian tanpa rasa malu

4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan

dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat

5. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-

aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Hamachek (dalam Rakhmat, 2000:106) menyebutkan 11 karakteristik orang yang

mempunyai konsep diri positif:

1. Meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya.

Walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tapi ia juga merasa dirinya cukup

tangguh untuk mengubah prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru

menujukan ia salah.

Page 44: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

2. Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebih-

lebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.

3. Tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa yang akan terjadi

besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu

sekarang.

4. Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan, bahkan ketika ia

menghadapi kegagalan atau kemunduran.

5. Merasa sama dengan orang lain sebagai manusia tidak tinggi atau rendah. Walaupun

terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga, atau sikap orang

lain terhadapnya.

6. Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain,

paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.

7. Dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati, dan menerima penghargaan tanpa

merasa bersalah.

8. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.

9. Sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan

keinginan dari perasaan marah, dari sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang

mendalam sampai kepuasan yang mendalam juga.

10. Mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang meliputi pekerjaan,

permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atau sekedar mengisi waktu.

11. Peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima, dan terutama

sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang

lain.

Page 45: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Fitts juga mengemukakan (dalam Agustiani, 2006:134) bahwa konsep diri

seseorang dapat dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang memunculkan perasaan positif dan

perasaan berharga.

2. Kompetensi, dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain

Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat

mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Konsep diri yang positif adalah individu

dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam menilai

suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistik. Apabila individu

menggunakan koping yang destruktif ia akan mengalami kecemasan, sehingga

menimbulkan rasa bermusuhan yang dilanjutkan dengan individu menilai dirinya

rendah, tidak berguna, tidak berdaya, tidak berarti, takut dan mengakibatkan perasaan

bersalah. Rasa bersalah ini akan mengakibatkan kecemasan yang meningkat, proses

ini akan berlangsung terus menerus dan dapat menimbulkan respon yang maladaptiv

berupa kekacauan identitas, harga diri yang rendah, dan depersonalisasi.

2.3 Komponen konsep dir2.3 Komponen konsep dir2.3 Komponen konsep dir2.3 Komponen konsep diriiii

1. Gambaran diri atau citra tubuh (body image)

Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadri atau tidak

disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi

dan penampilan serta potensi tubuh (Suliswati, 2005)

Page 46: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Factor-faktor predisposisi klien dengan gangguan citra tubuh antara lain:

kehilangan atau kerusakan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk dan penampilan

tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit), proses patologik

penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh, prosedur pengobatan

seperti radiasi, kemoterapi, transplantasi.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,

munculnya stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor

tersebut dapat berupa :

1) Operasi.

mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri.

Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, dan lain –lain.

2) Kegagalan fungsi tubuh.

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak

mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.

3) Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh

Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa , klien mempersiapkan

penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.

4) Tergantung pada mesin.

Page 47: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan,

akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik yang enggan menggunakan

intensif care dipandang sebagai gangguan.

5) Perubahan tubuh

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan

perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang

seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan

juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.

6) Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian

sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

7) Standar sosial budaya.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-beda pada setiap

orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut

menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan

minder.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan

gejala, seperti :

1) Shock psikologis

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan

dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan sebagai reaksi

terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh

Page 48: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,

menolak dan proyeksi. Untuk mempertahankan keseimbangan diri.

2) Menarik diri

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena

tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi

pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam

perawatannya.

3) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka

muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri

yang baru.

Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh antara lain: menolak menyentuh

atau melihat bagian tubuh tertentu, menolak bercermin, tidak mau mendiskusikan

keterbatasan atau cacat tubuh, menolak usaha rehabilitasi, usaha pengobatan

mandiri yang tidak tepat, dan menyangkal cacat tubuh

Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri sebagai berikut:

a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja

b. Bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin

sekunder (mamae, menstruasi, perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi gambaran

diri.

c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis

d. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi

rasa aman dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri.

Page 49: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya, dapat

mendorong sukses dalam kehidupan.

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya,

menerima stimulus orang lain. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya

dapat mengubah citra tubuh secara dinamis, persepsi orang lain di lingkungan klien

terhadap tubuh klien turut mempengaruhi penerimaan klien pada dirinya.

2. Ideal diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan

standar pribadi yang terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang

diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa

anak-anak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan

harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu

menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dasar-dasar ideal diri.

Pada usia remaja, ideal diri akan membentuk melalui proses identifikasi pada orang tua,

guru, dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan

berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.

Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya,

kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup tinggi

supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu menuntut,

samar-samar. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu

mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau kondisi yang membuat

bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan

mental.

Page 50: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri sebagai berikut:

a. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan

b. Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain

c. Hasrat melebihi orang lain

d. Hasrat untuk berhasil

e. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistis

f. Hasrat untuk menghindari kegagalan

g. Adanya perasaan cemas dan rendah diri

3. Harga diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara

menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Harga

diri dapat diperoleh melalui orang lain dan diri sendiri yaitu dicintai, dihormati dan

dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,

sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami

kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya.

Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

gangguan harga diri, seperti :

1) Perkembangan individu

Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua

menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal

mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak

berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya

Page 51: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting

baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri,

memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang

tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak

berguna.

2) Ideal Diri tidak realistis

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk

gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak dapat dicapai,

seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan

tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya

percaya diri akan hilang.

3) Gangguan fisik dan mental

Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri

4) Sistem keluarga yang tidak berfungsi

Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun

harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan

berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu

jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak

memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.

5) Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.

Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi,

peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak

Page 52: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma

umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif

terganggu, akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial

pada trauma.

Faktor predisposisi ganguan harga diri antara lain: penolakan dari orang lain,

kurang penghargaan, pola asuh yang salah yang terlalu dilarang, terlalu dikontrol,

terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten, persaingan antar saudara,

kesalahan dan kegagalan yang berulang dan tidak mampu mencapai standar yang

ditentukan. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara

lain: mengkritik diri sendiri, merasa bersalah dan khawatir, merasa tidak mampu,

menunda keputusan, gangguan berhubungan, menarik diri dari realita, merusak diri,

membesar-besarkan diri sebagai orang penting, perasaan negative terhadap tubuh,

ketegangan peran, psimis menghadapi hidup, keluhan fisik, dan penyalahgunaan zat

Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri

akan meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi

kesempatan untuk sukses, beri penguatan atau pujian bila sukses, tanamkan “ideal”

atau harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan

untuk aspirasi atau cita-citanya dan membantu membentuk pertahanan diri untuk hal-

hal yang menggangu persepsinya.

Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga

diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut

dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan

memutuskan apakah mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah dapat

Page 53: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

berpartisipasi atau diterima diberbagi macam aktivitas sosial. Pada usia dewasa harga

diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung

lebih mampu menerima keberadaan dirinya. Hal ini didapatkan dari pengalaman

menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal

kelebihan dirinya. Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya

tantangan baru sehubungan dengan ketidakmampuan fisik, berpisah dari anak, dan

kehilangan pasangan.

Adapun cara untuk meningkatkan harga diri adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan untuk berhasil

b. Memberikan pengakuan dan pujian

c. Mananamkan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas seseorang untuk berkembang

d. Mendorong aspirasi atau cita-citanya

e. Menanggapi pertanyaan dan pendapa tdengan cara member penjelasan yang sesuai

f. Memberikan dukungan untuk aspirasi yang positif sehingga seorang memandang dirinya

diterima dan bermakna

g. Membantu pembentukan koping.

4. Peran diri (self role)

Peran diri adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh

masyarakat dihubungakan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya. Peran

memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara untuk

menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti. Setiap orang disibukkan oleh

beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan.

Page 54: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan

ideal diri.

Faktor predisposisi gangguan peran meliputi: transisi peran yang sering terjadi pada

proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat-sakit, ketegangan peran ketika

individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi,

keraguan peran ketika individu kurang pengetahuannya harapan peran yang spesifik dan bingung

tentang tingkah laku peran yang sesuai dan peran yang terlau banyak

Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu sedang diduduki individu

lain. Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang tidak jelas, sesuai

perilaku yang diharapkan. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses

peralihan mengubah nilai dan sikap. Peran berlebih terjadi jika seorang individu memiliki

banyak peran dalam kehidupannya.

Menurut Stuart dan Sundeen (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

individu terhadap peran, sebagai berikut:

a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran

b. Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap perannya

c. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya

d. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku

e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan peran, baik

yang sifatnya menetap atau sementara karena situasional. Hal ini, biasanya disebut

dengan transisi peran. Transisi peran tersebut dapat di kategorikan menjadi beberapa

bagian, seperti :

Page 55: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

1) Transisi Perkembangan

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap

perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang

berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri.

2) Transisi Situasi

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang

yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua

atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan peran yang dapat

menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau pera

berlebihan

3) Transisi sehat sakit

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan

berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat

mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas

diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor

psikologis, sosiologi atau fisiologi namun yang penting adalah persepsi klien

terhadap ancaman. (Salbiah. dunia psikologi, 2008).

5. Identitas diri (self identity)

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu

dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, individu menyadari bahwa dirinya

berbeda dengan orang lain. Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek

konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian

tujuan, atribut atau jabatan dan peran. Seseorang yang mempunyai perasaan

Page 56: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain dan

tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri

sendiri), kemampuan dan penguasaan diri.

Perubahan perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas antara lain:

tidak melakukan kode moral, kepribadian yang bertentangan, hubungan

interpersonal yang eksploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang tentang

diri, kekacauan identitas seksual, ideal diri tidak realistis, tidak mampu berempati

terhadap orang lain.

Faktor predisposisi gangguan identitas diri meliputi: ketidakpercayaan terhadap

orang lain, tekanan dari teman sebaya, dan perubahan struktur sosial.

Identitas berkembang sejak masa anak-anak bersamaan dengan perkembangan

konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,

respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri. Ciri-

ciri individu yang mempunyai identitas diri positif antara lain:

a. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain

b. Mengakui jenis kelamin sendiri

c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan

d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat

e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang, dan yang akan datang

f. Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan

2.4 Teori faktor yang mempengaruhi konsep diri

Page 57: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Menurut Stuart dan Sundeen (2006) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,

Orang yang terpenting atau yang terdekat (Significant Other) dan persepsi diri sendiri

(Self Perception)

1. Pengaruh perkembangan

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak

lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan

kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui

kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama

panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area

tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan

merealisasi potensi yang nyata.

2. Orang yang terpenting atau terdekat (Significant Other)

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,

belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri

merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi

orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya,

pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan

sosialisasi

3. Persepsi diri sendiri (Self Perception)

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi

individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk

melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek

Page 58: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif

dapat berfungsi lebih efektif dan dapat dilihat dari kemampuan interpersonal,

kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif

dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. (Salbiah. dunia psikologi,

2008).

Berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow ada 5 tingkatan

kebutuhan dasar manusia, yaitu :

DiagramDiagramDiagramDiagram 2.1 2.1 2.1 2.1

Hirarki kebetuhan dasar menurut MaslowHirarki kebetuhan dasar menurut MaslowHirarki kebetuhan dasar menurut MaslowHirarki kebetuhan dasar menurut Maslow

Hirarki Maslow tentang kebutuhan (Perry & Potter, 2005)

Page 59: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Teori Maslow yang berhubungan dengan konsep diri seseorang adalah

kebutuhan cinta dan rasa memiliki termasuk persahabatan, hubungan sosial.

Kebutuhan rasa berharga dan harga diri yang melibatkan percaya diri, merasa

berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu pernyataan

dari penerimaan yang penuh potensi dan memiliki kemampuan untuk memecahkan

masalah dan mengatasinya dengan cara realistis dan berhubungan dengan situasi

hidup. (Perry & Potter, 2005).

2.5 Tindakan pada gangguan k2.5 Tindakan pada gangguan k2.5 Tindakan pada gangguan k2.5 Tindakan pada gangguan konep diri onep diri onep diri onep diri

Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan yang

terdiri dari persepsi, keyakinan, dan pendirian. Kesadaran klien akan emosi dan

perasaannya juga hal yang penting, setelah mengevaluasi hal kognitif dan kesadaran

perasaan, klien mulai menyadari masalah dan kemudian merubah perilaku, prinsip

asuhan keperawatan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari

kemajuan klien yang meningkat dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Tindakan

keperawatan dibagi lima tingkat (Stuart dan Sundeen, 1991)

1. Memperluas kesadaran diri (ekspanded self-awareness)

2. Menyelidiki atau eksplorasi diri (self-eksploration)

Page 60: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

3. Mengevaluasi diri (self-evaluation)

4. Perencanaan realistis (realistic planning)

5. Tanggung jawab bertindak (commitment to action)

2.6 Pengaruh self concept terhadap perilaku kesehatan

Self concept kita ditentukan oleh tingkat kepuasan diri kita sendiri, terutama

bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain, apabila orang lain

melihat diri kita positif dan menerima apa yang kita lakukan kita akan meneruskan

perilaku kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negative terhadap perilaku kita

dalam jangka waktu yang lama, kita akan melakukan suatu perubahan perilaku. Oleh

karena itu secara tidak langsung self concept kita cenderung menetukan apakah kita

akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.

Self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan, karena mempengaruhi

perilaku masyarakat dan perilaku petugas kesehatan.

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom, dan untuk kepentingan pendidikan

praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu sesorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Secara

garis besar dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu

b. Memahami (comprehension)

Page 61: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Memahami sesuatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahuinya.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahuinya pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah

sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut sudah bisa membedakan,

mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan

dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan pendapat atau emosi yang bersangkutan. Newcomb, salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

Page 62: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Komponen pokok sikap

menurut Allport (1954) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana

keyakinan dan pendapat seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian orang tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan

intensitasnya, sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek)

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini adalah memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi

c. Menghargai (valuing)

Manghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus dalam arti membahasnya dengan orang lain dan

mengajak, mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya

3. Praktik (practice)

Page 63: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya,

yaitu:

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi tergantung pada

tuntutan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis maka disebut tindakan

mekanis.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tidakan yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan

tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja tetapi sudah dilakukan modifikasi

perilaku yang berkualitas. (Notoatmodjo, 2005).

2.7 Pengertian cacat tubuh

Ada tiga definisi cacat dari WHO (1980) yang perlu dketahui yaitu impairment,

disability, dan handicap.

Impairment: any loss or abnormality of psychological, physiological, or anatomical

structure or function.

Disability: any restriction or lack (resulting from an impairmet) of ability to perform an

activity in the manner or within the range considered normal for human

being.

Page 64: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Handicap: a disadvantage for a given individual, resulting from an impairment or a

disability, that limits or prevents the fulfillment of a role that is normal

(depending on age, sex, and social and culture factors) for that individual.”

(A Journal concerned with children, 1980:49-50)

impairment dapat berupa kehilangan atau rusaknya bagian tubuh, anggota tubuh

yang di amputasi, kelumpuhan yang disebabkan oleh polio, terbatasnya kapasitas paru-

paru, diabetes, keterbelakangan mental, bentuk muka yang tidak normal atau kondisi

abnormal lainnya.

Disability sebagai akibat dari impairment dapat menyebabkan seseorang

mengalami kesulitan dalam berjalan, melihat, berbicara, mendengar, membaca,

menulis, menghitung, mengangkat atau kesulitan dalam berhubungan dengan

sekitarnya.

Disability akan menjadi handicap bila mengganggu kemampuan seseorang untuk

melakukan hal-hal yang diharapkan dirinya dalam kehidupan. Orang yang mengalami

cacat fisik dapat menjadi handicap dalam hal interaksi sosialnya dengan orang lain,

menolong diri sendiri, mengkomunikasikan pikiran-pikiran dan perasaan mereka,

proses belajarnya baik didalam maupun diluar lingkungan dan dalam mengembangkan

aktivitas-aktivitas ekonominya yang mandiri.

Isherwood (1986:1) mendefinisikan cacat (disability) :”it is a weakness or filure of

some working part of the body or head.” Sehubungan dengan kelemahannya tersebut

maka menurut Isherwood seseorang penyandang cacat memerlukan usaha yang keras

untuk melakukan kegiatan penting yang kebanyakan orang dapat melakukannya

dengan mudah. Hal ini disebabkan karena tidak bekerjanya salah satu bagian dari

tubuh yang cacat.

Page 65: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Kessler (dalam Adi, 2003) menggunakan istilah physically handicapped atau

cacat tubuh, yang dimaksud dengan kecacatan adalah kerusakan bagian tubuh baik

tersembunyi atau terlihat yang menyebabkan keterbatasan tubuh individu untuk

bekerja, dan menimbulkan sikap negative dari lingkungan sosialnya. Cacat tubuh atau

cacat fisik menurut departemen kesehatan RI adalah orang yang menderita

kekurangan yang sifatnya menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian

rupa sehingga untuk keberhasilan pendidikan mereka perlu perlakuan khusus (Sumiati,

2000).

Cacat tubuh atau tunadaksa menurut Hallahan (dalam Dahlan, 1999) yaitu

seseorang yang mengalami kelainan atau kecacatan pada bentuk, fungsi, system otot,

tulang dan persendian, yang bersifat primer atau sekunder yang mengakibatkan

gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan

pribadi.

a. Jenis-jenis cacat tubuh

Di Indonesia dikenal ada dua jenis penderita cacat tubuh , yaitu yang biasa

disebut tunadaksa D dan tunadaksa D1 (Sumiati, 2000) :

1. Penderita tunadaksa D ialah orang yang menderita cacat polio atau lainnya, sehingga

mengalami tidak normalnya fungsi tulang, otot-otot atau kerjasama fungsi otot-otot. Pada

umumnya penderita ini mempunyai kemampuan kecerdasan yang normal.

2. Penderita tunadaksa D1 ialah orang yang menderita cacat akibat kerusakan otak karena

tidak berfungsinya otak, seperti penderita cerebral palsy yang mengakibatkan

kelumpuhan, kekakuan dan kurangya koordinasi motorik. Karena ada gangguan pada

otak, maka sebagian besar dari penderita ini mempunyai kemampuan kecerdasan yang

Page 66: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

tidak normal (dibawah rata-rata atau terbelakang). Dalam sampel penelitian ini penulis

mengkhususkan pada penderita tunadaksa D.

b. Derajat kelainan fisik

Penderita tunadaksa D secara fisik dapat dibedakan antara lain:

1. Kelainan pada separuh badan: tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan

kaki kiri

2. Kelainan pada kedua buah tangannya

3. Kelainan pada kedua buah kakinya

4. Kelainan pada tangan kanan dan kaki kiri

5. Kelainan pada tangan kiri dan kaki kanan

6. Kelainan pada ketiga anggota badan (kedua tangan dan sebuah kaki, atau kedua

kaki dan sebuah tangan

Cacat tubuh atau tunadaksa dapat digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu

(Dahlan, 1999) :

1. Menurut sebab cacatnya :

1) Cacat sejak lahir

2) Cacat disebabkan penyakit

3) Cacat disebabkan kecelakaan

4) Cacat disebabkan perang

2. Menurut jenis cacatnya :

1) Putus (amputasi tungkai dan lengan)

2) Cacat tulang sendi dan otot pada tungkai/lengan

3) Cacat tulang punggung

Page 67: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

4) Cerebral palsy

5) Dan lain-lain termasuk pada cacat tubuh orthopedic

3. Menurut berat ringannya cacat :

1.) Cacat ringan adalah mereka yang dapat melakukan seluruh kegiatan hidup sehari-

hari

2.) Cacat sedang adalah mereka yang dapat melakukan sebagian besar kegiatan hidup

sehari-hari

3.) Cacat berat adalah mereka yang tidak dapat melakukan sebagian besar atau

seluruh kegiatan sehari-hari

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penderita

cacat tubuh pada penelitian ini ialah penderita cacat tubuh yang disebabkan penyakit

kusta

c. Cacat tubuh pada penderita kusta

Yawalkar, 1988 dikutip dari Tarusuraya dan Halim, 1996 mengemukakan bahwa

klien kusta sering mengalami deformitas sebagai komplikasi yang berupa kecacatan

pada bagian-bagian tubuh klien, seperti:

1) Pada wajah berupa muka seperti topeng (mask face) kelopak mata tidak menutup

sempurna (lagopthalmus), alis mata tidak ada (madarosis), kulit wajah keriput seperti

orang tua (wrinkling/sagging face), pangkal hidung cekung (saddle hole), daun telinga

membesar (megalobule), ulkus kornea, kekerutan kornea, gangguan penglihatan atau

penurunan visus, fotofobia pada kasus iritis atau iridociclitis.

2) Pada tangan berupa jari-jari tangan kontraktur (claw hand), jari-jari tangan hilang

(mutilasi), jari-jari tangan memendek tetapi masih tampak sisa kuku (absorpsi), ibu jari

Page 68: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

tidak dapat diluruskan (claw thumb), otot-otot di dorsum manus antara jari satu dan dua

terlihat kolong (athrophy web), gerakan dorsofleksi pergelangan tangan tidak ada (drop

hand), kekakuan pergelangan tangan sehingga tidak dapat digerakan (wrist drop).

3) Pada kaki berupa kaki tidak dapat dorsofleksi (foot drop), jari-jari kaki menekuk ke

bawah (claw toes), tampak luka pada kaki (ulkus plantaris), bentuk kaki pendek

(absorpsi), luka pada daerah tungkai bawah akibat vaskularisasi kurang (static ulcer)

WHO 1988 dikutip dari tarusuraya dan halim, 1996 mengemukakan tentang

klasifikasi kecacatan pada kusta adalah :

1. Tangan dan kaki

1) Tingkat 0 : tidak ada anestesi, tidak tampak deformitas dan kerusakan

2) Tingkat I : terdapat anestesi tetapi tidak tampak, Deformitas dan kerusakan

3) Tingkat II : tampak deformitas/kerusakan (adanya ulkus, absorpsi, disorganisasi,

kekakuan sendi dan mobilisasi

2. Mata

1) Tingkat 0 : tidak ada masalah dengan mata akibat kusta dan tidak ada kelainan

visus

2) Tingkat I : adanya problem mata akibat kusta tetapi visus tidak terlalu buruk,

masih lebih dari 6/60

3) Tingkat II : adanya problem mata akibat kusta dan visus kurang dari 6/60, tidak

dapat menghitung jari pemeriksa dari jarak enam meter.

d. Konsep diri pada penderita cacat tubuh akibat kusta

Menurut Adler (dalam Suryabrata, 2001), manusia cenderung untuk

mengimbangi kekurangan yang dimilikinya dengan sesuatu yang lebih (kompensasi).

Page 69: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Selanjutnya Adler (dalam Suryabrata, 2001) menemukan bahwa orang yang mempunyai

organ yang kurang baik itu berusaha mengkompensasikannya dengan jalan

memperkuat organ tersebut melalui latihan-latihan yang intensif. Hubungannya dengan

rasa rendah diri, Adler memperluas pendapatnya tentang rasa rendah diri itu

mencakup segala rasa kurang berharga yang timbul karena ketidakmampuan

psikologis atau sosial yang dirasa scara subjektif, ataupun karena keadaan jasmani

yang kurang sempurna (Suryabrata, 2001). Perasaan rendah diri yang timbul karena

perasaan kurang berharga atau kurang mampu bukanlah suatu pertanda

ketidaknormalan, melainkan justru sebagai pendorong bagi segala perbaikan dalam

kehidupan manusia.

2.8 2.8 2.8 2.8 Pengertian Penyakit kustaPengertian Penyakit kustaPengertian Penyakit kustaPengertian Penyakit kusta

Kusta (lepra atau Morbus Hensen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh

infeksi Myobacterium Leprae(kapita selekta kedokteran UI, 2000). Penyakit kusta

adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta yang

menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya (Departemen Kesehatan, Dit.

Jen PPM & PL,2002).

a. Jenis-jenis penyakit kusta

Ridley dan Joping (1960) dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 2001 memperkenalkan istilah determina

spectrum pada penyakit kusta yang terdiri atas pelbagai tipe atau bentuk, yaitu:

1. TT: tuberkuloid polar, merupakan bentuk yang stabil tidak mungkin berubah

2. Ti: Tuberkoloid indefinitif, bentuk yang labil

Page 70: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

3. Borderline tuberculoid, bentuk yang labil

4. BB: Mid borderline, bentuk yang labil

5. BL: Borderline lepromatous, bentuk yang labil

6. Li: Lepromatosa indefinite, bentuk yang labil

7. LL: Lepromatosa polar, bentuk yang stabil

Tipe Ti dan Li disebut tipe borderline atau campuran, yang berarti campuran

antara tuberkuloid dan lepromatosa. BB adalah tipe campuran yang terdiri dari 50%

tuberkuloid dan 50% lepromatosa. BT dan Ti lebih banyak tuberkuloidnya, sedangkan

BL dan Li lebih banyak lepromatosanya. Tipe-tipe campuran ini adalah tipe yang labil,

yang dapat dengan bebas beralih tipe, baik kearah TT maupun LL. Tuberkuloid polar

(TT) terjadi pada penderita dengan resistensi tubuh cukup tinggi. Tipe TT adalah bentuk

yang stabil. Gambaran histopatologisnya menunjukan granuloma epiteloid dengan

banyak sel limfosit dan sel raksasa, zona epidermal yang bebas, erosi epidermis karena

gangguan pada saraf kulit yang sering disertai penebalan serabut saraf. Karena

resistensi tubuh cukup tinggi, maka infiltrasi kuman akan terbatas dan lesi yang muncul

terlokalisasi dibawah kulit dengan gejala:

1. Hipopigmentasi karena stratum basal yang mengandung pigmen rusak

2. Hipoanestesi karena ujung-ujung saraf rusak, adanya anhidrase karena kelenjar-kelenjar

keringat rusak, kadang rambut rontok karena kerusakan dipangkal rambut

3. Batas tegas karena kerusakan terbatas (Marwali Harahap, 1990).

Lepromatosa klasik (LL) terjadi pada penderita dengan imunitas tubuh lemah.

Tipe ini mudah dikenali pada penderita: lesi biasanya bilateral dengan jumlah yang

Page 71: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

banyak, permukaan lesi halus, cerah kemerahan (eritematosus), menebal dan tersebar

hampir keseluruh tubuh, tidak anestetik, tidak anhidrotik (bentuk infiltrative), dapat

berbentuk macula yang difus juga noduler yang batasnya tidak jelas. Saraf jarang

terganggu, selaput lendir hidung sering terserang. Infiltrasi di cuping telinga dan wajah

menyebabkan garis wajah menjadi kasar sehingga wajah tampak seperti singa (leonine

face). Alis dan bulu mata sering lepas, terdapat perubahan anatomis pada hidung

(hidung pelana), kadang ditemukan pembesaran kelenjar limfe dan infiltrasi pada testis.

Menurut WHO kusta dibagi menjadi multibasiler dan pausibasiler, multibasiler

berarti mengandung banyak basil, tipenya adalah BB, BL, dan LL. Pausibasiler (PB)

berarti mengandung sedikit basil, tipenya adalah TT, BT, I

b. Penyebab penyakit kusta

Penyebab penyakit kusta adalah Myobacterium Leprae yang merupakan bakteri

tahan asam, bersifat obligat intraseluler, yang ditemukan oleh G.A Hansen. Masa

membelah diri M. Leprae memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan

kuman lain yaitu 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari sampai dengan 40 tahun.

Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti.

Kira-kira 5-15% dari semua penderita kusta dapat menularkan M. leprae, sebagian

besar 95% manusia kebal terhadap kusta hanya sebagian kecil yang dapat ditulari

(5%), dari sebagian kecil ini 70% dapat sembuh sendiri dan hanya 30% yang dapat

menjadi sakit kusta (Depkes RI, 2005). Hal ini bergantung pada faktor antara lain:

1. Patogenitas kuman penyabab

2. Cara penularan

3. Hygiene dan sanitasi

Page 72: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

4. Varian genetik yang berhubungan dengan kerentanan

5. Keadaan sosial ekonomi

6. Sumber penularan

7. Daya tahan tubuh

Sumber dan cara penularan penyakit kusta saat ini adalah manusia walaupun

kuman kusta dapat hidup pada hewan seperti Armadillo, Simpanse, dan telapak kaki

tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus. Penyakit kusta paling banyak terdapat di

daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembap, kemungkinan karena

perkembangbiakan bakteri sesuai dengan iklim tersebut. Disamping itu, faktor

kebersihan individu sangat berpengaruh terhadap penyakit.

Kusta bukan penyakit keturunan, kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut,

kelenjar keringat, dan air susu ibu. Jarang didapat dalam urin. Sputum dapat banyak

mengandung M. Leprae yang berasal dari saluran napas atas, tidak semua kuman kusta

dapat menularkan penyakit. Hal ini terkait dengan resistensi tubuh penderita kusta,

keteraturan pengobatan dan jenis obat yang dipakai, serta keutuhan kuman kusta (solid

basillus). Kuman M. Leprae masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara diantaranya

melalui kulit yang tidak utuh, saluran napas, atau saluran pencernaan. Setelah masuk

kedalam tubuh kuman menuju tempat predileksinya, yaitu sel Schwann pada saraf tepi,

didalam sel inilah kuman berkembangbiak. Sel tersebut pecah dan kemudian

menginfeksi sel Schwann yang lain atau ke kulit. Perkembangan penyakit kusta ini

bergantung pada kerentanan seseorang, respon tubuh setelah masa tunas bergantung

pada derajat system imunitas seluler (celluler mediated immune) pasien, jika system

imun seluler tinggi penyakit berkembang kearah tipe tuberkuloid dan bila rendah

berkembang kearah tipe lepromatosa. M. Leprae berpredileksi di daerah yang relative

lebih dingin yaitu daerah akral dengan vaskularisasi yang sedikit.

Page 73: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

c. Tanda dan gejala penyakit kusta

Manifestasi klinik penyakit kusta biasanya menunjukan gambaran yang jelas pada

stadium yang lanjut dan diagnosis cukup ditegakkan dengan pemeriksaan fisik saja.

Penderita kusta adalah seseorang yang menunjukan gejala klinis kusta dengan atau

tanpa pemeriksaan bakteriologik dan memerlukan pengobatan. Gejala dan keluhan

penyakit bergantung pada multiplikasi dan desiminasi kuman M. Leprae, respon imun

penderita terhadap kuman M. Leprae, komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan

saraf perifer. Ada tiga tanda pasti kusta yaitu:

1) Kulit dengan bercak putih kemerahan dengan mati rasa

2) Penebalan pada saraf tepi disertai kelainan fungsinya berupa mati rasa dan kelemahan

pada otot tangan, kaki, dan mata

3) Adanya kuman tahan asam pada pemeriksaan kerokan kulit BTA positif

Adapun klasifikasi yang banyak dipakai dalam bidang penelitian adalah

klasifikasi menurut Ridley dan Jopling yang mengelompokkan penyakit kusta menjadi

lima kelompok berdasarkan gambaran klinik, bakteriologik, histopatologik, dan

imunologik yaitu:

1. Tipe tuberkuloid-tuberkuloid (TT)

Page 74: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Lesi ini mengenai kulit maupun saraf, lesi kulit bias satu atau beberapa, dapat

berupa macula atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi

yang mengalami regresi atau penyembuhan ditengah. Permukaan lesi dapat bersisik

dengan tepi yang meninggi, bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasis, gejala ini

dapat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahan otot, dan

sedikit rasa gatal.

2. Tipe borderline tuberkuloid (BT)

Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT, yakni berupa macula anestesi atau plak

yang sering disertai lesi satelit dipinggirnya, jumlah lesi satu atau beberapa, tepi

gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak jelas seperti pada tipe

tuberkuloid, gangguan saraf tidak seberat pada tipe tuberkuloid dan biasanya

asimetrik, biasanya ada lesi satelit yang terletak dekat saraf perifer yang menebal.

3. Tipe borderline-borderline (BB)

Tipe BB merupakan tipe yang paling tidak stabil dari semua spectrum penyakit

kusta. Tipe ini disebut juga sebagai bentuk diformik dan jarang dijumpai. Lesi dapat

berbentuk macula infiltrate, permukaan lesi dapat mengkilat, batas lesi kurang jelas

dengan jumlah lesi yang melebihi tipe borderline tuberkuloid dan cenderung simetrik.

Lesi sangat bervariasi baik ukuran, bentuk maupun distribusinya. Bisa didapatkan lesi

punched out, yaitu hipopigmentasi yang oval pada bagian tengah, batas jelas yang

merupakan ciri khas tipe ini.

4. Tipe borderline lepromatous (BL)

Secara klasik lesi dimulai dengan macula, awalnya hanya dalam jumlah sedikit,

kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh badan. Macula disini lebih jelas dan

Page 75: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

lebih bervariasi bentuknya. Walau masih kecil, papel dan nodus lebih tegas dengan

distribusi lesi yang hampir simetrik dan beberapa nodus tampak melekuk pada bagian

tengah, lesi bagian tengah sering tampak normal dengan pinggir didalam infiltrate

lebih jelas dibanding pinggir luarnya, dan beberapa plak tampak seperti punched-out.

Tanda-tanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya

keringat, dan gugurnya rambut lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe

lepromatous dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat predileksi di

kulit.

5. Tipe lepromatous-lepromatous (LL)

Jumlah lesi sangat banyak, simetrik, permukaan halus, lebih eritem, mengkilat,

berbatas tidak tegas dan tidak ditemukan gangguan anestesi dan anhidrosis pada

stadium dini. Distribusi lesi khas, yakni di wajah mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping

telinga, sedangkan di badan mengenai bagian belakang yang dingin, lengan,

punggung tangan, dan permukaan ekstensor tungkai bawah. Pada stadium lanjut

tampak penebalan kulit yang progresif, cuping telinga menebal, garis muka menjadi

kasar dan cekung membentuk facies leonina yang dapat disertai madarosis, iritis, dan

keratitis. Lebih lanjut lagi dapat terjadi deformitas pada hidung. Dapat dijumpai

pembesaran kelenjar limfe, orkitis, yang selanjutnya dapat menjadi atropi testis.

Kerusakan saraf dermis menyebabkan gejala stocking dan glove anaesthesia.

Bila penyakit ini menjadi progresif, macula dan papula baru muncul, sedangkan

lesi yang lama menjadi plak dan nodul. Pada stadium lanjut serabut-serabut saraf

perifer mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang menyebabkan anestesi dan

pengecilan otot pada tangan dan kaki. Salah satu tipe penyakit kusta yang tidak

Page 76: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

termasuk dalam klasifikasi Ridley dan Jopling tetapi diterima secara luas oleh para

ahli kusta adalah tipe indeterminate (I), tipe ini ditandai dengan jumlah lesi sedikit,

asimetrik, macula hipopigmentasi dengan sisik yang sedikit, kulit sekitar normal,

lokalisasi biasanya dibagian ekstensor ekstremitas, bokong atau muka, kadang-

kadang dapat ditemukan bentuk macula hipestesi atau sedikit penebalan saraf.

Diagnosis tipe ini hanya dapat ditegakkan bila dengan pemeriksaan histopatologik

didapatkan basil atau terdapat infiltrat di sekitar saraf. Pada 20-80% kasus penderita

kusta didapatkan tipe ini merupakan tanda pertama dan sebagian besar akan sembuh

spontan.

Manifestasi klinik organ lain yang dapat diserang:

1. Mata: iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan

2. Tulang rawan: epistaksis, hidung pelana

3. Tulang dan sendi: absorbsi, mutilasi arthritis

4. Lidah: ulkus, nodus

5. Laring: suara parau

6. Testis: epididimitis akut, orkitis, atrofi

7. Kelenjar limfe: limfadenitis

8. Rambut: alopesia, madarosis

9. Ginjal: glomerulonefritis, amiloidosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial

Tempat predileksi lesi kulit yaitu di bagian tubuh yang relative lebih dingin

misalnya muka, hidung (mukosa), telinga anggota tubuh dan bagian tubuh yang

terbuka. Predileksi kerusakan saraf tepi karena Myobacterium Leprae lebih sering

menyerang saraf tepi yang terletak di superfisial yang suhunya relative lebih dingin.

Saraf tepi yang diserang dengan berbagai kelainannya yaitu:

Page 77: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

1. Nervus auricularis magnus

2. Nervus ulnaris: anestesi dan paresis atau paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari IV

3. Nervus peroneus komunis: kaki semper (drop foot)

4. Nervus medianus: anestesi dan paresisn atau paralisis otot tangan jari I, II, III dan

sebagian jari IV. Kerusakan Nervus Ulnaris dan Nervus Medianus menyebabkan jari

tangan keriting (claw finger), tangan cakar (claw hand)

5. Nervus radialis: tangan lunglai (drop wrist)

6. Nervus tibialis posterior: mati rasa telapak kaki, jari kaki keriting (claw toes)

7. Nervus facialis: lagoftalmus, mulut mencong

8. Nervus trigeminus: anestesi kornea

d. Pengobatan

Tujuan utama program pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan

rantai penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati dan menyembuhkan

penderita serta mencegah timbulnya cacat. Untuk mencapai tujuan itu sampai

sekarang strategi pokok yang dilakukan masih didasarkan atas deteksi dini dan

pengobatan penderita, yang tampaknya masih tetap diperlukan walaupun nanti vaksin

kusta yang efektif telah tersedia. Sejak dilaporkan adanya resistensi terhadap depson

baik primer maupun sekunder, pada tahun 1977 WHO memperkenalkan pengobatan

kombinasi yang terdiri dari paling tidak dua obat antikusta yang efektif. Sayangnya

anjuran ini tidak diikuti di lapangan dengan beberapa alasan. Oleh karena itu, pada

tahun 1981 WHO Study Group on Chemotherapy of Leprosy secara resmi

mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan regimen MDT (Multi Drug

Therapy).

Page 78: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Seajak januari 1982, pengobatan kusta di Indonesia mengikuti keputusan WHO

Expert Committee Meeting di Geneva (oktober 1981), yaitu dengan pengobatan

kombinasi DDS, Lampren dan Rifampisin.

A. Obat-obat antikusta

1. Sulfon

a. Dapson (4,4’-diamino difenil sulfon, DDS).

Hal-hal yang penting mengenai dapson adalah sebagai berikut:

1) Merupakan dasar terapi untuk kusta

2) Bersifat bakteriostatik, terapi cara kerjanya tidak diketahui. Dosis 100

mg bersifat bakterisidal lemah. Merupakan suatu inhibitor kompetitif

PABA dan berhubungan dengan metabolisme asam folat tetapi

sensitivitas M. Leprae yang unik terhadap depson menimbulkan

perkiraan adanya mekanisme lain yang terlibat.

3) Aman, mudah didapat dan harganya murah

4) Efek samping depson sebagai berikut: dapat timbul anemia, obat harus

dihentikan bila hitung total sel darah merah kurang dari 3,5 juta /mm3.

Jarang timbul anemia setelah terapi 4 bulan, dapat terjadi sianosis,

gangguan gastrointestinal yang rendah dan hepatitis yang ditandai oleh

anoreksia dan vomitus. Dalam hal ini obat dapat dihentikan sementara,

psikotik merupakan komplikasi yang serius tetapi jarang ditandai oleh

insomnia, mudah terangsang dan irritable. Dalam hal ini obat perlu

dihentikan, keterlibatan ginjal ditandai dengan albuminuria, erupsi

Page 79: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

kulit bervariasi dari ras morbiliformis sampai pemfigoid berat, fixed

drug eruption, dermatitis eksfoliativa, eritema multiforme, toksik

epidermal nekrolisis (TEN).

b. DADDS (diasetil-diamino-difenil-sulfon)

Merupakan depot sulfon, penggunaan intramuscular 225 mg dapat aktif

sampai lebih dari 2 bulan. Dapat digunakan di lapangan, titer plasma dengan

suntikan lebih rendah daripada dapson oral dan terapi yang lama dapat

menimbulkan resistensi, karenanya obat ini tidak boleh digunakan sebagai

obat tunggal. Sebagai tambahan untuk terapi oral, diberikan satu injeksi tiap

8-10 minggu. DADDS sering digunakan oleh leprolog Amerika Latin,

terutama pada penderita yang diragukan kepatuhannya dalam meminum obat.

Profilaksis DADDS ini efektif bila disupervisi dengan baik.

2. Rifampisin

Hal-hal yang penting mengenai rifampisin: suatu derivate semisintetik

produk fermentasi Streptomyces mediterranei, kerjanya melalui inhibisi

sintesis RNA bakteri, merupakan antikusta yang paling potensi menurunkan

indeks morfologi pada kusta lepromatosa menjadi 0 dalam 5 minggu bersifat

bakterisidal, dosis tungggal rifampisin 600 mg akan membunuh 99,9 % M.

Leprae dalam beberapa hari sehingga penderita menjadi tidak infeksius lagi,

rifampisin harus diminum sebelum makan, umumnya obat dapat ditoleransi

dengan baik, berbagai kasus resisten telah dilaporkan karenanya obat ini tidak

boleh diberikan secara tunggal, tidak direkomendasikan pada kehamilan

trisemester I, hambatan bagi negara-negara berkembang adalah harganya

Page 80: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

mahal. Efek samping terdiri dari: hematuria, erupsi kulit umumnya berupa

papula-papula eritematosa dan kadang-kadang sindrom Steven Johnson,

pusing lemah, gangguan gastrointestinal, pruritus, flu like syndrome, gagal

ginjal, nafas pendek, syok, dan purpura

3. Klofazimin (B663, Lampren)

Bahan aktif adalah turunan zat warna iminofenazin, kerjanya melalui

interaksi dengan DNA mikobakteria, bersifat bakteriostatik dan bakterisidal

lemah, sifat antikustanya mirip dengan dapson tetapi sedikit lebih lambat,

menghambat pertumbuhan dan menekan efek bakteri yang perlahan pada M.

Leprae dengan berikatan pada DNA bakteri, harus diminum pada waktu

makan atau dengan segelas susu, penting bagi penderita dengan resistensi

terhadap dapson. Efek samping terdiri dari: terjadi diskolorisasi yang

reversible dari ungu sampai coklat kehitaman pada kulit, efek ini berhubungan

dengan dosis , pigmen pada lesi kusta berwarna keabu-abuan sampai hitam,

nyeri abdominal, mual, diare, dapat dikurangi dengan minum obat saat makan,

kekeringan kulit, fisura terutama pada tulang kering, dapat dikontrol dengan

minyak, dapat menyebabkan eksaserbasi pada permulaan terapi.

4. Protionamide dan Etionamide

Keduanya mempunyai efek bakterisidal, efek keduanya hamper sama dan

dapat dipertukarkan, resistensi silang sering terjadi, digunakan bila klofazimin

tidak dapat diberikan, dosis etionamide 250-500 mg/hari, protionamide 250-

375/hari. Efek samping terdiri dari: hepatitis 40%, tetapi protionamide lebih

kurang toksik diantara kedua obat tersebut, intoleransi terhadap obat ini tinggi

Page 81: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

pada orang-orang Asia terutama pada orang Cina, oleh karena dapat

menyebabkan hepatotoksik terutama bila dikombinasi dengan rifampisin,

WHO Expert Committee on Leprosy merekomendasikan bahwa kedua obat

tersebut sebaiknya tidak dipakai sebagai komponen MDT di lapangan kecuali

terpaksa.

B. Prinsip MDT (Multi Drug Therapy = pengobatan kombinasi)

Manajemen penyakit kusta yang tepat memerlukan pengetahuan tentang tujuan terapi,

sifat-sifat obat yang digunakan dan perjalanan alamiah penyakit. Yang penting,

diperlukan kesabaran dan pengertian akan keadaan psikologik penderita. Regimen

rekomendasi MDT adalah suatu kompromi antara ide teori dan suksesnya tujuan pada

kondisi lapangan di negara miskin.

1. Keuntungan MDT

a. Mencegah resistensi obat

b. Mengobati penderita dengan resistensi terhadap dapson

c. Menghapus keperluan mengidentifikasi sensitivitas terhadap M. Leprae sebelum

terapi

d. Mengubah konsep diri terapi jangka panjang yang hanya mencegah perluasan

penyakit ke terapi jangka pendek yang menyembuhkan penyakit

e. Meningkatkan ketaatan berobat dari 50% ke 95%

f. Mencegah deformitas secara lebih efisien

g. Menurunkan jumlah kasus-kasus setiap tahunnya

h. Cepat membuat penderita menjadi tidak infeksius

Page 82: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

i. Mengurangi biaya jangka panjang pada program control kusta

2. Regimen MDT-Standar WHO

Regimen MDT pausibasiler yang diobati dengan regimen ini adalah penderita

yang termasuk dalam klasifikasi TT, BT menurut Ridley Jopling atau I dan T menurut

klasifikasi Madrid yang bakterioskopik negative sedang apabila bakterioskopik positif

digolongkan ke dalam multibasiler

Setelah pengobatan dihentikan (Release From Treatment/RFT atau Completion Of

Treatment/COT), penderita masuk dalam masa pengamatan yaitu penderita dikontrol

secara klinik dan bakterioskopik minimal sekali setahun selama 5 tahun untuk

penderita kusta multibasiler dan dikontrol secara klinik sekali setahun selama 2 tahun

untuk penderita kusta pausibasiler. Bila selama masa tersebut tidak ada keaktifan,

maka penderita dinyatakan bebas dari pengamatan (Release From Control/RFC)

C. Obat-obat baru

Dalam 5 tahun terakhir terdapat perkembangan obat-obat antikusta yang baru.

Obat-obat ini termasuk 4 fluoroquinolones tertentu, minocycline, clarithromycin.

Percobaan klinis pada penderita kusta lepromatos telah dilakukan dan ditegaskan bahwa

obat-obat baru ini sangat efektif baik secara klinik maupun mikrobiologik. Penggunaan

obat-obat baru (ofloxacin, pefloxacin, siprofloxacin, minocycline dan claritromycine)

harus digunakan dengan hati-hati dan tidak boleh digunakan sebagai monoterapi. Dalam

waktu dekat obat-obat ini mungkin dapat terbukti penting pada terapi penderita yang

intoleran terhadap satu atau lebih obat dari regimen MDT standard atau pada mereka

Page 83: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

yang terbukti resisten terutama terhadap rifampisin atau karena penyakit lain yang

bersamaan timbul yang menghalangi pengguanaan obat.

D. Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi

Pada pengobatan MDT (WHO) selama 2 tahun untuk penderita kusta tipe

multibasiler (terutama BL/LL), telah dilaporkan beberapa masalah sehubungan dengan

adanya persistensi, angka relaps yang agak tinggi, dan sisa-sisa basil lepra yang mati.

Ketidakmampuan untuk mengatasi masalah tersebut mungkin disebabkan oleh tidak

adanya atau kurangnya system imunitas seluler yang efektif. Oleh karena itu telah dicoba

untuk mengembangkan imunoterapi bersama MDT. Dalam salah satu hasil penelitian

tersebut, dilaporkan oleh Katoch et al bahwa jika dibandingkan dengan pengobatan MDT

saja, pengobatan kombinasi MDT dan BCG intradermal atau MDT dan suntikan

mikobakterium yang cepat tumbuh, yaitu Myobacterium intradermal menunjukan bahwa

pengobatan tersebut dapat ditoleransi dengan baik oleh penderita, tidak meningkatkan

terjadinya reaksi serta membantu mempercepat terbunuhnya basil yang hidup dan

membersihkan basil yang mati dari penderita kusta tipe BL/LL yang sebelumnya tidak

pernah diobati.

Tabel Tabel Tabel Tabel 2.2.2.2.1111

Efek samping yang disebabkan obat dan penangananEfek samping yang disebabkan obat dan penangananEfek samping yang disebabkan obat dan penangananEfek samping yang disebabkan obat dan penanganannyanyanyanya

Efek samping Nama obat Penanganan

Page 84: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Ringan :

a) Air seni berwarna

merah

b) Perubahan warna

kulit menjadi coklat

c) Masalah

gastrointestinal

d) Anemia

Serius :

a) Ruam kulit yang gatal

b) Alergi, urtikaria

c) Ikterus (kuning)

d) Shock, purpura, gagal

ginjal

Rifampisin

Clofazimin

Semua obat (3 obat dalam

MDT)

Dapson

Dapson

Dapson atau rifampisin

Rifampisin

Rifampisin

Reassurance

(menenangkan penderita

dengan penjelasan yang

benar)

Konseling

Obat diminum bersama

dengan makanan atau

setelah makan

Berikan tablet Fe dan

asam folat

Hentikan dapson, rujuk

Hentikan keduanya, rujuk

Hentikan rifampisin, rujuk

Hentikan rifampisin, rujuk

Page 85: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

e. Pencegahan cacat kusta dan perawatannya

Borok yang besar dan hilangnya tangan serta kaki secara perlahan-lahan yang

begitu sering terlihat pada penderita lepra, sebenarnya bukan disebabkan oleh

penyakit lepra sendiri dan hal ini dapat dicegah. Cacat ini melindungi tubuhnya

terhadap luka, karena daya rasanya telah hilang. Misalnya jika seseorang yang sehat

dengan daya tahan tubuhnya yang normal, berjalan jauh sehingga kedua belah kakinya

mulai melepuh, maka lepuhan ini menimbulkan sakit sehingga ia berhenti berjalan atau

berdiam diri. Perbuatannya ini melindungi kakinya terhadap kerusakan yang lebih

parah. Akan tetapi, pada penderita lepra yang tidak merasakan sakit, ia akan terus

berjalan sehingga lepuhan tersebut menjadi luka yang terbuka, luka ini akan mengalami

peradangan dan tidak terasa sakit, penderita tidak melindunginya atau tidak

memberikan kesempatan bagi kesembuhan lukanya. Akibatnya, infeksi secara

perlahan-lahan menjalar ke tulang dan mulai menghancurkan tulang. Terjadilah cacat

yang khas. Namun cacat ini dapat dicegah dengan:

1) Melindungi tangan dan kaki dari benda-benda yang dapat menimbulkan luka tajam, luka

memar, lepuh dan luka bakar : jangan berjalan tanpa alas sepatu atau alas kaki terutama

di tempat yang penuh kerikil atau duri, kenakan sepatu atau sandal, taruh bantalan yang

lunak di dalam sepatu dan di bawah tali sandal yang dapat menimbulkan gesekan. Jika

anda bekerja dengan menggunakan tangan atau memasak, gunakanlah sarung tangan,

jangan sekali-kali mengangkat panic atau barang-barang lain yang panas tanpa pertama-

tama melindungi tangan anda dengan sarung tangan yang tebal atau dengan lipatan kain,

hindarkan pekerjaan yang menggunakan benda-benda tajam atau panas, jangan merokok

2) Pada malam hari (atau lebih sering lagi jika anda bekerja keras atau berjalan jauh),

periksalah tangan dan kaki anda dengan cermat atau suruh orang lain memeriksanya.

Page 86: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Tindakan ini harus dilakukan setiap hari, carilah luka-luka karena terpotong, luka karena

duri, luka memar juga periksalah daerah pada lengan dan kaki yang kemerahan, panas,

bengkak, atau memperlihatkan tanda-tanda melepuh. Jika anda menemukan gejala

tersebut, istirahatkan tangan dan kaki anda sampai kulitnya benar-benar pulih kembali,

dengan cara ini kulit akan menebal (kapalan) dan menjadi lebih kuat, tidak terjadi lepuh

serta luka terbuka. Luka-luka pada penderita lepra dapat dicegah.

3) Jika anda menderita borok yang terbuka atau akan menjadi borok jagalah agar bagian

tersebut selalu bersih dan istirahatkan sampai boroknya benat-benar telah sembuh

kembali. Kemudian, berhati-hatilah agar tidak terjadi luka lagi pada daerah tersebut.

Penderita yang mempunyai risiko mendapat cacat adalah :

a. Penderita yang terlambat ditemukan dan diobati dengan MDT

b. Penderita dengan reaksi terutama reaksi reversal

c. Penderita dengan banyak bercak di kulit yang terletak dekat saraf

Pencegahan cacat sebenarnya sudah dimulai sejak dari penemuan dini penderita,

dengan komponen kegiatan berikut : penemuan dini penderita sebelum cacat,

mengobati penderita dengan MDT sampai RFT, deteksi dini adanya reaksi kusta dengan

pemeriksaan fungsi saraf secara rutin, menangani reaksi, penyuluhan, perawatan diri,

menggunakan alat bantu untuk mencegah bertambahnya kecacatan yang terlanjur

diderita, dan rehabilitasi medis. Dengan dilakukannya diagnosis dan penanganan

penyakit kusta . secara dini kecacatan dapat diegah sehingga tidak menimbulkan cacat

tubuh yang tampak menyeramkan dan cacat tidak kambuh lagi. (FK-UI, 2003). Pada

penderita yang telah mengalami kecacatan tetap dilakukan tindakan perawatan diri

dengan tujuan agar cacatnya tidak bertambah berat. Prinsip pencegahan

Page 87: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

bertambahnya cacat pada dasarnya adalah 3M, yaitu melindungi mata, tangan, dan kaki

dari trauma fisik, memerikasa mata, tangan, dan kaki secara teratur, dan melakukan

perawatan diri. Pada beberapa daerah telah terbentuk adanya kelompok perawatan diri

dimana petugas kusta memperagakan tindakan-tindakan yang harus dilakukan dan

membantu penderita untuk dapat melakukannya sendiri. (Depkes RI, 2005)

f. Pelayanan rehabilitasi

Pelayanan rehabilitasi diberikan dalam bentuk alat bantu bagi para penderita

dengan tujuan untuk mencegah kecacatan lebih parah dan memudahkan penderita

yang cacat dalam melakukan aktivitasnya. Selain itu penderita kusta yang sudah cacat

juga diberikan latihan fisioterapi untuk dapat mengembalikan fungsi gerak bagian tubuh

yang cacat (Depkes RI, 2005), kelangsungan terapi dan rehabilitasi tidak tergantung di

tangan petugas kesehatan saja, tetapi juga pada penderita itu sendiri, keluarga dan

lingkungannya, selain rehabilitasi fisik juga diperlukan rehabilitasi mental penderita

kusta sehingga penderita berperan aktif dalam pengobatan secara teratur dana dapat

menyelesaikan program pengobatan secara tuntas (FK-UI, 2003).

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Ranjit Kumar dan Abraham Verghase

mengenai stress dan depresi dikalangan penderita kusta di Haragiri India, dalam

Rentanilawati Sibagariang (2007) menyimpulkan bahwa:

1. Citra tubuh pada penderita kusta dengan cacat lebih terganggu daripada penderita kusta

tanpa cacat

2. Derajat depresi pada penderita kusta dengan cacat lebih besar dibandingkan tanpa cacat

3. Penderita yang semakin terganggu citranya akan semakin tinggi derajat depresinya.

Page 88: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Berdasarkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive

health behaviour), Becker (1974) mengembangkan teori tersebut menjadi model

kepercayaan kesehatan (health belief model). Model ini diilustrasikan seperti diagram

berikut:

Gambar Gambar Gambar Gambar 2 2 2 2.2.2.2.2

Variabel dalam Variabel dalam Variabel dalam Variabel dalam health belief modelhealth belief modelhealth belief modelhealth belief model

Variabel demografis (umur,

jenis kelamin, bangsa,

kelompok etnis)

Variabel sosial psikologis

(kepribadian, kelas social,

tekanan kelompok)

Variabel struktur

Persepsi terhadap

manfaat

pencegahan

Kurang

Page 89: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Sumber : Becker, Health Belief Model and Personal Health Behaviour, 1974

Dalam model ini dijelaskan apabila individu bertindak untuk mencegah penyakit,

ada empat variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut yaitu persepsi

terhadap kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, persepsi terhadap

keseriusan yang dirasakan dari penyakit, persepsi manfaat yang dirasakan dan

hambatan yang dirasakan dalam merubah perilaku, dan isyarat untuk bertindak.

2.9 Aspek sosial pada penyakit kusta

Dari segala jenis penyakit di dunia ini, tidak ada satu pun yang mengungguli penyakit

kusta dalam hal aspek sosialnya. Dampak sosial akibat penyakit kusta sedemikian besarnya,

Persepsi tentang

kerentanan

terhadap penyakit

Persepsi

Isarat untuk

bertindak

(kampanye media

massa, dorongan

dari orang lain)

Kemungkinan

mengambil

tindakan

pencegahan

Persepsi

terhadap

ancaman

dari

penyakit

Page 90: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam, tidak hanya pada penderita itu sendiri,

tetapi juga pada keluarga, masyarakat dan negara. Beberapa akibat yang dialami oleh penderita

kusta karena anggapan masyarakat yang takut akan penularan kusta sehingga diperlakukan tidak

manusiawi antara lain:

a. Ditolak atau ditinggalkan oleh keluarganya

b. Dipaksa bersembunyi

c. Dikucilkan atau dipasung oleh keluarganya

d. Dibuang secara paksa

e. Dikejar-kejar atau diusir dari desa

f. Dikeluarkan dari sekolah atau tempat kerjanya

g. Ditolak bekerja dalam suatu lingkukngan pekerjaan dengan berbagai macam alasan

h. Sukar menjual barang-barang dagangan atau hasil produksi mereka

i. Mendapat perlakuan kasar, bahkan kadang-kadang dihina

Page 91: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB IIIBAB IIIBAB IIIBAB III

KERANGKA KONSEPKERANGKA KONSEPKERANGKA KONSEPKERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep3.1 Kerangka konsep3.1 Kerangka konsep3.1 Kerangka konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dan teori-teori yang

menentukan terbentuknya konsep diri penderita cacat kusta serta faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri seseorang yaitu : usia,

pendidikan, status social ekonomi, hubungan keluarga, orang lain, dan kelompok

rujukan (reference group). Dan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow (teori

kebutuhan) yaitu kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan dan

harga diri serta kebutuhan aktualisasi diri. Untuk itu peneliti mengembangkan teori-

teori tersebut kedalam kerangka konsep sebagai berikut :

Page 92: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Gambar 3.1Gambar 3.1Gambar 3.1Gambar 3.1

kerangka konsepkerangka konsepkerangka konsepkerangka konsep

Karakteristik : umur,

pendidikan, pekerjaan,

pendapatan

Pengetahuan sikap,

dan persepsi tentang

konsep diri

Persepsi tentang

konsep diri klien

dengan cacat

kusta

Persepsi

tentang

kerentanan

penyakit

Persepsi

terhadap

Persepsi

terhadap

manfaat

pencegahan

dikurang

persepsi

Perlakuan

petugas

kelurahan dan

petugas

Gambaran

konsep diri

pada

penyandang

cacat kusta

Page 93: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Sumber : Becker, Health Belief Model and Personal Health Behaviour, 1974.

3.2 P3.2 P3.2 P3.2 Pertanyaan penelitianertanyaan penelitianertanyaan penelitianertanyaan penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana konsep diri pada klien dengan cacat

kusta di kelurahan Karangsari RW 13, kecamatan Neglasari, Tangerang?

3.3 Definisi istilah3.3 Definisi istilah3.3 Definisi istilah3.3 Definisi istilah

Definisi istilah kerangka konsep diatas adalah sebagai berikut :

1. Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Seseorang

yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya, hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwanya (Hurlock, 1998 dalam

Nursalam 2001)

2. Pendidikan merupakan sebuah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. (Meliono, irmayanti, 2007)

3. Pekerjaan merupakan cara mencari nafkah bukan sumber dari segala keuangan (Erich

dalam Nursalam, 2001)

Page 94: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

4. Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam

suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti

keadaan semula. (Rustam, 2002)

5. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya seperti : mata, hidung, telinga, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2005)

6. Sikap adalah pendapat, kecenderungan, kesiapan atau kesediaan yang mempengaruhi

tingkah laku (Ahmadi, 2002)

7. Persepsi tentang kerentanan penyakit adalah apa yang dirasakan tentang mudahnya

terkena (tertular) penyakit.

8. Persepsi terhadap keseriusan penyakit adalah apa yang dirasakan terhadap keseriusan

atau kegawatan penyakit.

9. Persepsi tentang konsep diri klien dengan cacat kusta adalah persepsi individu akan sifat

dan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain, nilai yang berkaitan dengan

pengalaman, tujuan serta keinginannya.

10. Persepsi terhadap manfaat dan hambatan pencegahan adalah pertimbangan tentang

manfaat dan hambatan dalam mengambil suatu tindakan pencegahan.

11. Perlakuan petugas kelurahan adalah perlakuan atau tindakan yang dilakukan petugas

kelurahan dalam mengenali sifat dan konsep diri klien dalam melayani masyarakatnya.

12. Perlakuan petugas kesehatan adalah perlakuan atau tindakan petugas kesehatan dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan pada penderita cacat kusta.

Page 95: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

13. Gambaran konsep diri pada penderita cacat kusta adalah gamabaran yang menjelaskan

semua hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri

yang berkaitan dengan konsep diri (Suliswati, 2005)

Page 96: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB IVBAB IVBAB IVBAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIANMETODE DAN PROSEDUR PENELITIANMETODE DAN PROSEDUR PENELITIANMETODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian yang

digunakan adalah deskriptif sederhana (Dempsey, 2002) yaitu menggambarkan apa

yang ada sekarang atau untuk menyebutkan pertanyaan riset yang didasarkan pada

status keadaan sekarang dan menghasilkan data kualitatif yang berupaya untuk

memperoleh informasi yang mendalam tentang pengetahuan, kepercayaan, persepsi

dan sikap penderita cacat kusta tentang konsep diri. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan telaah dokumen dan wawancara mendalam.

4.2 Lokasi penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian yang sebenarnya, peneliti akan melakukan uji

coba wawancara mendalam terhadap dua orang informan di Padarincang, Serang pada

bulan juni tahun 2009. Dan penelitian yang sebenarnya akan dilaksanakan di kota

Tangerang, provinsi Banten, kecamatan Neglasari, desa Karangsari RW 13 yang

memiliki kriteria : jumlah penderita cacat kusta terbanyak dan penemuan penderita

secara aktif lebih banyak daripada penemuan penderita secara pasif.

4.3 Populasi4.3 Populasi4.3 Populasi4.3 Populasi

Page 97: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan

diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki subjek atau objek tersebut (Aziz alimul hidayat, 2003). Adapun karakteristik populasi

dalam penelitian ini adalah klien dengan cacat kusta tingkat II, tipe MB dan PB, usia 40 tahun

keatas, di kelurahan Karangsari RW 13, Kecamatan Neglasari, Tangerang.

4.4 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih dengan cara ditetapkan

secara langsung (purposive sampling technique) yaitu cara pengambilan sampel untuk

tujuan tertentu. Pemilihan sampel penelitian berdasarkan atas prinsip kesesuaian dan

kecukupan. Kesesuaian artinya sampel dipilih berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

yang berkaitan dengan penyakit kusta, dan kecukupan artinya sampel dipilih dengan

berbagai variasi kategori yang terkait dengan penelitian seperti umur, pendidikan,

pendapatan dan pekerjaan. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka ditetapkan 2

kelompok informan, yaitu :

1. Kelompok informan kunci (informan yang mengetahui banyak tentang konsep diri

cacat kusta) yang berjumlah 5 orang klien yang cacat kusta.

2. Kelompok informan pendukung yang berjumlah 2 orang terdiri dari 1 orang petugas

puskesmas dan 1 orang petugas kelurahan.

Pada tabel berikut dapat dilihat sumber informasi, metode, jumlah informan,

kriteria pemilihan informan, dan tempat pengumpulan data

Page 98: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Tabel 4Tabel 4Tabel 4Tabel 4.1.1.1.1

Sumber informasi, metode, jumlah informan, kriteria dan tempatSumber informasi, metode, jumlah informan, kriteria dan tempatSumber informasi, metode, jumlah informan, kriteria dan tempatSumber informasi, metode, jumlah informan, kriteria dan tempat

Sumber

informasi

Metode Jumlah Kriteria Tempat WM

Informan

pendukung :

1. Petugas

puskesma

s

2. Petugas

kelurahan

Karang

Sari

WM

WM

1

1

Pengelola

program kusta

di puskesmas

Pengelola Kasi

kemasyarakatan

Puskesmas

Neglasari

Kantor

kelurahan

Karangsari

Informan kunci:

Klien dengan

cacat kusta

WM

5

Klien dengan

cacat

kusta(dalam

tahap

pengobatan dan

RFT)

Kantor RW 13

Karangsari

Page 99: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

4.5 Prosedur pengumpul data

Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan lues. Metode dan teknik

pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam disesuaikan dengan

masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti (Poerwandari, 1998).

1. Pengumpul data

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan juni 2009, pengumpulan data dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Sebelum melakukan

pengumpulan data dilakukan pertemuan untuk membekali dan mendiskusikan tujuan

penelitian, menyamakan persepsi tentang pedoman wawancara mendalam, rancangan

penelitian, metode kualitatif dan materi tentang penyakit kusta.

2. Tahap pengumpulan data

1) Tahap persiapan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus ijin penelitian ke pihak-

pihak terkait, selanjutnya akan mengadakan pertemuan dengan informan kunci dan

informan pendukung untuk menjelaskan tujuan penelitian, kriteria, jumlah informan

yang dipilih, dan menyesuaikan jadwal.

2) Tahap pelaksanaan pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap yaitu : Pertama, akan dilakukan uji coba

pedoman wawancara mendalam, dari hasil uji coba dilakukan beberapa perbaikan

Page 100: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

untuk menyempurnakan pedoman wawancara dalam hal : bahasa yang digunakan,

tingkat pemahaman informan terhadap pertanyaan, pendalaman dan penggalian

terhadap isi pertanyaan. Kedua, akan melakukan wawancara dan telaah dokumen

monitoring pengobatan kombinasi (MDT) di puskesmas untuk menentukan informan

penderita kusta yang cacat baik dalam tahap pengobatan maupun lepas pengobatan

yang akan di wawancarai. Ketiga, melakukan wawancara mendalam dengan petugas

kelurahan bagian Kasi kemasyarakatan. Keempat melakukan wawancara mendalam

dengan klien cacat kusta, disediakan tempat tersendiri dalam proses wawancara untuk

menghindari petugas dan warga lain yang ingin menyaksikan proses wawancara

tersebut.

4.6 Instrumen data

1) Observasi

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi yang dibuat dalam

bentuk catatan lapangan yang berfungsi untuk mencatat hal-hal penting yang relevan

dengan permasalahan penelitian yang tidak didapatkan dalam wawancara. Catatan ini

berisi kondisi fisik subjek, penampilan subjek, sikap subjek selama proses wawancara

berlangsung, ekspresi verbal dan non verbal, hambatan yang muncul dan kejadian-

kejadian penting yang mungkin terjadi selama wawancara berlangsung. Proses observasi

ini dilakukan peneliti bersamaan dengan wawancara yang sudah direncanakan.

2) Wawancara

Wawancara mendalam merupakan salah satu instrumen yang digunakan peneliti dalam

melakukan teknik pengumpulan data kualitatif, wawancara dilakukan oleh peneliti

Page 101: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

dengan informan kunci dan informan pendukung. Kerangka pedoman wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang mempengaruhi peningkatan dan

perkembangan konsep diri yang terdiri dari :

1. Citra tubuh

a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol

b. Bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin

sekunder

c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis

d. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh

2. Citra diri

a. Cita-cita

b. Harapan,

c. Tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang ingin dicapai

3. Harga diri

a. Kemampuan kognitif

b. Penerimaan sosial

c. Kemampuan fisik

d. Nilai diri secara global

4. Penampilan peran

a. Penerimaan individu dalam kelompok sosial

b. Peran serta individu dalam masyarakat

5. Identitas diri

a. Mengakui jenis kelamin sendiri

Page 102: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

b. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan

c. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat

d. Mempunyai tujuan hidup yang bernilai dan dapat direalisasikan.

4.7 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap berikut : mengumpulkan

semua data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam dalam bentuk

catatan dan dilengkapi dengan informasi yang diperoleh dari rekaman kaset, data yang sudah

dikumpulkan segera dianalisis, tidak menunggu sampai semua pengumpulan data selesai.

Terlebih dahulu dibuat transkripnya. Untuk memudahkan pengkategorian data, selanjutnya

melakukan kategorisasi data yaitu mengelompokkan data dengan memberikan tanda pada

data yang memiliki karakteristik atau pola yang sama. Hasil pengkategorian kemudian dibuat

dalam bentuk matrik atau diagram. Proses pengolahan data akan menggunakan program EZ-

Text untuk membantu proses analisis data, analisis data yang digunakan adalah analisis isi

atau content analysis.

4.8 validasi data

Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan triangulasi. Pada penelitian ini

akan dilakukan triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber yaitu melakukan

cross check data yang diperoleh dari beberapa sumber informasi (informan). Dan

triangulasi metode yaitu penelitian dilakukan dengan menggunakan wawancara

mendalam. Untuk uji validitas, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan

informan yang memiliki kriteria sama namun di tempat yang berbeda. (Sudarti

Kresno, 1999)

Page 103: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

4.9 Sarana penelitian

Sarana yang diperlukan dalam penelitian ini adalah alat-alat tulis, lembar observasi dan

tape recorder untuk pedoman wawancara. Selain itu juga diperlukan surat ijin penelitian.

4.10 Etika penelitian

Penelitian yang dilakukan telah mendapat ijin dari ketua RW 13 kelurahan Karang Sari,

Neglasari, Tangerang melalui surat pengantar dari kepala Dinkes kota Tangerang. Sebelum

melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan pendekatan terhadap informan berupa

wawancara sesuai dengan kriteria dan aspek pedoman wawancara, peneliti menjelaskan hak-

hak klien dalam penelitian meliputi : tujuan penelitian, manfaat penelitian, jaminan

kerahasiaan informan, dan terbebas dari bahaya seperti rasa nyeri, peneliti selanjutnya

meminta kerelaan informan penelitian untuk menandatangani lembar informed consent

sebagai bukti kesediaan informan. Kerahasiaan data dan informasi informan dijamin

sepenuhnya oleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas informan dan tempat

penelitian hanya untuk pengolahan data. Data akan disimpan dalam lemari terkunci dan

dijaga kerahasiaannya.

Page 104: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran umum wilayah penelitian

Kelurahan Karangsari merupakan salah satu dari 7 kelurahan yang berada di

kecamatan Neglasari kota Tangerang, yang memiliki luas wilayah 240,81 Hektar terdiri

dari 15 RW dan 52 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 19.726 jiwa terdiri dari laki-

laki 10.729 jiwa dan perempuan 9.447 jiwa, meliputi laki-laki 10.040 jiwa dan

perempuan 9.330 jiwa artinya terdapat kenaikan sebesar 356 jiwa atau 1,84%. Batas

wilayah kelurahan Karangsari adalah sebelah utara berbatasan dengan kelurahan

Karangsari, sebelah selatan dengan sungai Cisadane, sebelah timur dengan kelurahan

Karanganyar, sebelah barat dengan kelurahan Mekarsari. Di karangsari RW 13

merupakan komunitas kusta terbanyak jumlah penderitanya yang biasa disebut kampung

pengemis, mereka tinggal di area komplek Sitanala, dengan jumlah penduduk antara lain:

yatim piatu sebanyak 31 orang, jompo 149 orang, Ex kusta 985 orang dan pra-KS 127

orang.

5.2 Gambaran penderita penyakit kusta

Pada tahun 2007 di kota Tangerang provinsi Banten terdapat penderita cacat kusta tingkat

II yang terdaftar dengan tipe MB sebanyak 26 orang dari 1.412.539 penduduk dan penderita baru

dengan tipe MB sebanyak 15 orang dari 1.412.539 penduduk, cacat tingkat II sebanyak 13,3%,

antara usia 0-<15 tahun. Di kelurahan Karangsari RW 13 terdapat penderita cacat kusta tingkat II

sebanyak 443 orang yang tersebar di 5 RT. Distribusi dan jumlah penderita cacat kusta menurut

Page 105: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

RW 13 di wilayah kelurahan Karangsari pada tahun 2009, sedangkan jumlah penderita cacat

kusta paling banyak adalah di RT 05.

RT Jumlah penderita cacat kusta

01

02

03

04

05

103 orang

68 orang

55 orang

105 orang

112 orang

(Data PMKS wilayah kelurahan karangsari tahun 2008)

5.3 Karakteristik sosio demografi informan

Dalam penelitian ini, seluruh informan berjumlah 7 orang yang terdiri dari 5 orang

cacat kusta yang sedang pengobatan dan RFT (informan kunci), 1 orang petugas

puskesmas Neglasari, dan 1 orang petugas kelurahan Karangsari (informan pendukung).

5.3.1 Umur

Umur informan kunci berkisar antara 40-60 tahun dengan rata-rata umur 50 tahun.

Sedangkan umur informan di kalangan petugas puskesmas berkisar antara 25-46

tahun, dengan rata-rata berumur 35 tahun. Dan umur dikalangan petugas kelurahan

berkisar antara 40-50 tahun, dengan rata-rata umur 40 tahun.

5.3.2 Pendidikan

Sebagian besar informan kunci berpendidikan SD dan selebihnya berpendidikan

SLTA, pendidikan dikalangan petugas puskesmas lebih tinggi yaitu D3 keperawatan

Page 106: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

dan S1 kesehatan masyarakat. Dan pendidikan dikalangan petugas kelurahan lebih

tinggi yaitu S1 sosial.

5.3.3 Pekerjaan

Pekerjaan informan kunci (klien cacat kusta) sebagian besar adalah tukang sapu,

tukang parkiran, dagang, buruh, pengemis, dan tukang becak. Sedangkan pekerjaan

petugas puskesmas adalah sebagai petugas kusta, TB dan surveilans di puskesmas.

Petugas kulurahan bekerja di bagian Kasi Kemasyarakatan.

5.3.4 Pendapatan

Pada umumnya pendapatan informan kunci (klien cacat kusta) sebagian besar rata-

rata dibawah 500.000/bulan, sedangkan dikalangan petugas puskesmas dan kelurahan

rata-rata pendapatan diatas 1 juta/bulan.

5.4 Pengetahuan tentang penyakit kusta

5.4.1 Pengetahuan tentang penyebab penyakit kusta

Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua informan baik penderita kusta maupun

petugas kesehatan dan kelurahan mengetahui bahwa penyebab kusta yaitu kuman

Mycobacterium Leprae. Sebagian besar informan berpendapat bahwa lingkungan

kotor, kebersihan diri kurang terjaga dan kontak langsung dengan penderita. Seperti

ungkapan berikut:

Ny. A (petugas kusta di puskesmas)

“penyebab yang pasti sich adalah Mycobacterium Leprae, jadi pemeriksaannya juga

di laboratorium, diambil dari kerokan kulit belakang telinga, itu dilakukan oleh

orang yang sudah dilatih tentang kusta.”

Kasus Tn.D (45 tahun)

Page 107: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“Saya dulu kena tahun 1971, dari rumah emang udah cacat tapi kaki masih normal.

Karena saya kurang hati-hati, ga jaga kebersihan, jorok lah trus dilingkungan saya

juga waktu itu ada yang kusta sampe kaki saya semper atau kalau di medis namanya

dropfoot yah, makanya sampe sekarang kena ke urat syaraf.”

Kasus Tn.S (41 tahun)

“Saya menderita kusta SD kelas 5, waktu itu saya berobat ke RSCM tapi karena kerja

di batik, cape, lama kelamaan tangan mati rasa jadi kiting sampe sekarang.

Penyebabnya mungkin saya ketularan sama temen, waktu itu maen bareng, pake alat

mandi bareng, biasa lah anak kecil.temen saya dulunya kusta tipe L makanya jadi

ketularan.”

Kasus Tn.Su (55 tahun)

“dulu kena kusta tahun 1966, waktu itu kelas 6 SD saya ketularan temen yang lagi

reaksi dan kurang merawat diri.”

Sedangkan selebihnya tidak tau penyebab secara pasti. Seperti ungkapan berikut:

Kasus Tn.W

”saya ga tau penyebab pastinya, di keluarga saya juga ga ada yang kusta. Ya nasib

kali terima ja lah keadaannya udah begini, mau di apain lagi.”

“penyebab secara awam saya ga tau karena timbulnya juga lama.”

Umumnya mereka mengetahui penyebab kusta dari teman dan petugas

kesehatan. Karena kekurangtahuan informan terhadap penyebab dan pengobatan yang

tidak teratur maka timbulah kecacatan yang menetap. Beberapa informan mengatakan

awalnya badan panas, pegal-pegal, keram, kesemutan, dan kemungkinan tertular dari

penderita yang pernah sakit. Seperti ungkapan: ” ” ” ” dulunya muka jadi panas, merah-

merah terus pake lengkuas di gososk-gosok. Tangan kaya kesemutan, mati rasa gitu.”

Page 108: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Umumnya mereka mengetahui adanya kusta setelah diperiksa oleh petugas

kesehatan dan mereka berobat ke sitanala dengan kondisi sudah cacat. Mereka malu

dengan penyakitnya dan cacat yang ada di kaki, jari tangan terputus-putus serta hidung

pelana kemudian mengasingkan diri dari keluarga. Karena kebanyakan dari mereka

adalah pendatang. Setelah berobat di sitanala dan dinyatakan sembuh, mereka

menetap di kampung kusta sampai sekarang. Seperti ungkapan:

“pertama kali tau waktu itu saya baca koran tentang kusta dan operasi gratis untuk

cacat kusta, setelah saya baca tanda-tanda cacat kusta ko ada kemiripan. Saya suruh

datang ke sitanala terus dioperasi cabut tulang kaki.”

5.4.2 Pengetahuan tentang tanda dan gejala kusta

Bercak putih, mati rasa, merah seperti panu dan mutilasi (tangan kiting) adalah tanda-

tanda kusta yang diketahui oleh semua informan. Gambaran ini menjelaskan bahwa

pengetahuan informan tntang tanda-tanda kusta sudah sangat baik, sesuai tanda utama

penyakit kusta dan tanda lanjut kecacatan. Seperti beberapa kutipan:

Ny. A (petugas puskesmas

“pertama kali adanya bintik putih di lipatan paha, tangan. Kalo ga kerasa waktu

di periksa berarti kusta.”

Kasus Tn.D (45 tahun)

“saya tau ada kaya panu ditangan, hilang rasa, adanya dipaha.lama kelamaan jadi

banyak dan ahirnya cacat, ini udah susah disembuhkan. Beban juga sih, sampe

tangan saya diumpetin karena malu.”

Page 109: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Kasus Tn.W

“tandanya kaya panu gitu, mati rasa, Cuma bedanya ga berkeringat aja jadi kaya

pulau.”

Kasus Tn.S

“gejalanya seperti panu, bercak-bercak putih adanya di punggung, pas diperiksa

pake kapas itu malah ga kerasa.”

Kasus Tn.M

“gejalanya sama kaya ada panu, bercak putih tapi ga gatal, semuanya sama sich

gejalanya.”

Kasus Tn.Su

“gejalanya merah-merah, kaya panu, trus saya pake lengkuas supaya sembuh tapi

makin melebar bercaknya. Saya kan tipe L, MB itu gejalanya meriang, keriput, alis

hilang, bulu mata ilang, kuping melebar, mata ga bisa menutup.”

Pengetahuan ini sebagian besar diperoleh informan dari pengalaman dan penyluhan

petugas kesehatan. Sebagian kecil informan mengetahui adanya tanda kusta dari

penderita yang sudah meninggal. Seperti ungkapan: ”dulu ada penderita kusta yang

pernah dirawat di sitanala terus meninggal, tanda gejalanya sama persis kaya gitu.”

5.4.3 Pengetahuan tentang cara penularan

Pengetahuan tentang cara penularan penyakit kusta dikalangan informan kusta

cukup baik. Sebagian informan kusta mengetahui bahwa penyakit kusta menular

melalui kontak langsung dan lama dengan penderita, jika mereka sedang reaksi dan

ketahanan tubuh kita sedang tidak baik maka kusta itu akan menular. Mereka

Page 110: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

berpendapat bahwa kusta dapat menular dengan bersalaman, bersentuhan kulit dalam,

minum bekas penderita kusta. Seperti ungkapan:

Ny. A (petugas puskesmas)

“cara penularannya adalah kontak langsung dengan penderita selama 5-10 tahun,

jadi kontak langsung dan lama. Cara penularan sendiri belum tentu secara geografis,

karena tangerang banyak pendatang ada yang dari pesisir. Atau belum tentu daerah

tropis bisa potensial kusta, faktor kebersihan diri juga suatu cara penularan yang

resisten seperti droplet , jadi udah kaya TBC ja, bedanya kalau TBC cepet

penularannya.”

Kasus Tn.Su

“cara penularannya dari persentuhan kulit pas lagi reaksi, apa lagi tipe L kaya saya

itu penularannya tinggi.”

Kasus Tn. D

“kalau kita ga berobat secara teratur pasti kusta menular, supaya ga menular ke

orang lain saya minum obat DDS.”

Sebagian kecil informan kusta tidak mengetahui cara penularan penyakit, mereka

menganggap bahwa ada hubungannya dengan penyakit keturunan. Seperti ungkapan

berikut:

Kasus Tn. W

” saya ga tau cara penularannya dari mana, dikeluarga saya juga ga ada. Heran

saya juga.”

Kasus Tn. S

Page 111: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“kalo saya ga tau cara penularannya, tiba-tiba udah sakit ja makanya sampe terjadi

cacat seperti sekarang. Mungkin dari temen kenanya karena waktu itu temen saya

tipe L dan bapaknya juga kena dan dijauhi katanya penyakit besar.”

Kasus Tn. M

“sebenernya kusta itu tidak menular kalo kitanya berobat, kaya gini ja ngobrol belum

tentu ketularan, Cuma orang kesehatan ja yang tau penularannya.”

Pengetahuan yang kurang juga didapatkan dari informan petugas kelurahan,

semua berpendapat penyakit kusta dapat menular melalui bersalaman, bedekatan

dengan penderita. Seperti ungkapan: ”kalau habis bersalaman sama mereka cuci

tangan atau pake pembersih antikuman supaya kumannya ga nempel.”

Lain halnya dengan petugas puskesmas, mereka mengetahui cara penularan kusta

dengan pasti. Hanya fobia terhadap kusta lah yang sulit teratasi sehingga mereka

dikucilkan. Seperti ungkapan:

“ketika datang ke kampung kusta, tetap ada stigma bahwa jika kita bersalaman

dengan penderita pasti menular padahal kalau mereka berobat rutin kuman kusta

ga akan menular, kita jaga ketahanan tubuh.ok lah kusta sekarang bisa tertular

melalui droplet.kita harus proteksi diri, kusta menular ketika lagi reaksi, tidak

berobat, itu yang gampang tertular pada orang lain.”

5.4.4 Pengetahuan tentang cara mencegah penularan kusta

Pengetahuan informan tentang cara mencegah kecacatan kusta cukup baik. Mereka

berpendapat bahwa kusta dapat dicegah dengan minum obat secara teratur dan jika

ada luka maka ada perawatan diri untuk luka kusta. Mereka juga sudah faham dan

menerapkannya di rumah tentang cara perawatan diri untuk mencegah cacat

selanjutnya. Seperti ungkapan:

Page 112: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Kasus Tn. D

“mencegahnya dengan minum obat MDT dan penyuluhan itu yang penting, karena

selama ini orang ga tau banyak kusta makanya saya sering penyuluhan kalau lagi

ngamen di bis.”

Kasus Tn.W

“cara mencegahnya yaitu dengan menjaga kebersihan diri, dan minum obat secara

teratur.”

Kasus Tn.Su

“tangan, kaki saya kan kena juga dropfoot dan pernah dirawat. Dan sekarang saya

punya bengkel las.kan kalau kita ngelas, pegang besi panas kan ga kerasa jadi saya

pake sarung tangan khusus, kaca mata supaya ga kebakar, namanya juga mati rasa

kesundut rokok aja kita ga kerasa.”

Kasus Tn. S

“kalau udah cacat kaya gini cara mencegahnya ya pake alat pelindung, misal pake

sarung tangan khusus supaya ga kena panas, kan kita mati rasa.”

Petugas puskesmas juga mengetahui benar tentang cara pencegahan kusta dan

cacat yang ditimbulkannya, mereka sering mengadakan penyuluhan tentang perawatan

diri untuk cacat kusta dan latihan fisioterapi seperti menggerakkan jari-jari tangan,

membuka menutup syaraf mata. Untuk pencegahan secara dini terhadap anak kecil,

pihak puskesmas menganjurkan agar balitanya di imunisasi BCG, karena kuman kusta

tipenya sama dengan kuman TBC. Seperti ungkapan:

“kalau ada penyuluhan kita sering informasikan bagaimana perawatan luka dan cacat,

mereka kita mandirikan supaya bias melakukannya di rumah, pertama sediakan air

sedeng di Waskom, trus rendam kaki dan gosok pake batu apung, kemudian usap pake

handuk terus keringkan dan pakein lotion atau minyak. Kalau ada borok dan mati rasa

maka petugas menyarankan kalau masak pake sarung tangan atau ceumpal. Dan kalau

Page 113: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

dimata ga bisa merem, melotot terus kalau tidur maka pakai kaca mata hitam. Ada juga

pelatihan untuk pemeriksaan kecacatan namanya POD (Prevention Of Disability).”

Lain halnya dengan petugas kelurahan, mereka belum faham betul tentang

pencegahan kusta. Petugas kelurahan lebih memfokuskan bagaimana mereka bisa

berjalan dengan kaki yang cacat. Dan pihak kelurahan memfasilitasi pembuatan kaki

palsu supaya mereka hidup mandiri tanpa harus memanfaatkan kecacatannya dengan

menjadi pengemis. Seperti unkapan:

“untuk bantuan intern agar mereka bisa berjalan adalah pembuatan kaki palsu, kita

punya posyandu barangkali pihak puskesmas dan PKK sudah memberikan

penyuluhan kusta, kita disini hanya memfasilitasi warga kusta untuk hidup

bersosialisasi dan mandiri.”

5.4.5 Pengetahuan tentang cara pengobatan

Pengetahuan tentang cara pengobatan kusta dikalangan petugas kesehatan masih

belum bisa disembuhkan karena mereka yakin walaupun sudah tidak mendapatkan

obat lagi, mereka akan mengalami kecacatan, hal ini terjadi karena penderita merasa

sudah sembuh dan tidak perlu berobat lagi walaupun cacatnya masih ada. Selain itu

persediaan obat di puskesmas terbatas karena biasanya penderita berobat langsung ke

sitanala. Seperti ungkapan:

“pengobatannya itu selama 9 bulan sampai 1 tahun, relative yah, kalau PB

pengobatannya sebentar tapi kalau MB lama. Untuk cacatnya mungkin hanya

bisa dengan perawatan saja, kan kalau sudah cacat ga bisa seperti semula lagi

paling dengan operasi. Kebetulan di puskesmas ini pasien kustanya sedikit,

biasanya mereka langsung berobat ke sitanala.”

Page 114: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Pengetahuan tentang pengobatan dikalangan informan kusta sangat baik,

karena mereka rutin berobat dan jarak pelayanan ke tempat mereka dekat. Seperti

ungkapan:

Kasus Tn. D

“kalau dulu caranya minum obat DDS tapi kan sekarang udah bagus yah ada MDT,

dulu tuh kalau minum lampren jadi hitam mukanya. MDT biasanya 6 bulan

pengobatan. Dari situ kita ga khawatir bakal tertular.”

Kasus Tn. W

“cara pengobatannya ya langsung berobat dengan rutin, apa lagi sitanala kan deket

sama tempat tinggal kita.”

Kasus Tn. S

“waktu itu saya berobat ke RSCM, karena saya telat berobat jadi kaya gini,

tangan jadi kiting dan sampai sekarang sudah 20 tahun ga berobat.”

Kasus Tn. Su

“pertama kali saya berobat di puskesmas, waktu itu dikasih tau sama temen katanya

ada rumah sakit kusta di mojokerto, karena waktu itu saya masih disana,6 bulan saya

berobat di mojokerto sampai perawatnya takut ngasih obat ke saya. Mulai

pengobatan di sitanala tahun 1981 krena kaki saya luka, itu juga saran dari temen.

Kebetulan pas mau berobat dokternya ga ada lagi misi. Saya dirawat selama 10

bulan karena kaki saya dropfoot dan 3 kali di operasi.”

Awalnya penderita kusta datang ke sitanala hanya untuk berobat saja, tapi lama

kelamaan setelah mereka sembuh, mereka menetap disana sampai beranak pinak.

Seperti ungkapan:

Ny. S (Petugas kelurahan)

Page 115: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“awalnya mereka datang ke sitanala untuk berobat, dan tinggal di RS untuk

bertahun-tahun. Kalau yang sudah sembuh tapi cacat, mereka tinggal di kampung

kusta dan mengurus surat pindah .”

5.5 Persepsi klien kusta tentang konsep diri

Kasus Tn. D

5.5.1 Citra diri

Untuk gambaran diri secara fisik, mereka belum menerima secara utuh keadaan

fisiknya, karena mereka tau pasti orang akan mengasingkan kusta karena fobia kusta

yang sampai sekarang di takuti masyarakat, ada kalanya cacat kusta belum diakui

betul dalam peranannya di masyarakat seperti mengikutsertakan mereka dalam

olahraga cacat seindonesia. Seperti ungkapan:

“saya pernah waktu itu mengikuti kegiatan olahraga cacat se Indonesia,

keikutsertaan kami tidak diakui dalam acara itu, jadi kita Cuma mengikuti tapi tidak

dinilai. Malahan yang ikut orang tuna netra, yang cacat kakinya tapi kami kenapa

tidak diakui, mungkin karena kami cacat kusta dan mereka cacat karena bawaan.”

Karena keterbatasan fisik, banyak diantara mereka yang memanfaatkan

kecacatannya dengan meminta-minta. Itu semua umtuk memenuhi kebutuhan setiap

hari. Masalah kusta bukan hanya masalah kesehatan saja tetapi sudah menjadi masalah

sosial dan ekonomi.

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita cacat

kusta?

“setelah saya tau ini kusta pa lagi sekarang sudah cacat dan susah disembuhkan

maka saya umpetin tangan saya kalau keluar karena malu diliatain orang, tapi

sekarang mah ga malu, tangan juga ga di kantongin lagi.”

Page 116: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita cacat

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“saya malu, awalnya ini beban yang harus saya terima tapi sekarang mah

nerima ja keadaannya, mungkin takdir.”

Bagaimana orang lain memandang diri bapak/ibu dengan kondisi cacat kusta?

“kalau temen-temen disini sih karena sama-sama kusta jadi nerima ja, kalau

di luar pasti orang lain takut sama kita karena cacatnya kecuali orang yang

sudah faham mereka nerima, ya kaya neng gini bisa ngobrol.”

Dengan keterbatasan fisik yang dimiliki bapak/ibu sekarang, menurut bapak/ibu

bagaimana penerimaan diri terhadap kondisi sekarang?

“saya mah ikhlas aja, karena udah nasibnya kaya gini. Cuma yang saya sering

sampaikan pas penyuluhan jangan sampai keluarga bapak terkena kusta,

untuk itu pencegahan lebih penting karena kalau uadah cacat ga bisa

sembuh lagi.”

Bagaimana pendapat bapak/ibu, tentang gambaran diri secara fisik?

“keadaan saya yang cacat, ya harus saya terima. Memang dulu fisik saya ga

kaya gini tapi ini juga kesalahan saya dan orang tua juga ga tau makanya

berobat telat dan dianggap enteng jadinya cacat.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mencegah cacat selanjutnya?

“supaya masyarakat tau cara mencegahnya jadi penkes penting dan

perawatan diri untuk cacat kan harus pake pelindung supaya terhindar dari

panas.”

5.5.2 Ideal diri

Page 117: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Siapa yang pertama kali bapak/ibu beritahu tentang keadaan tersebut? Alasannya?

“pertama kali yang saya kasih tau oarang tua.”

Dengan keadaan seperti sekarang, apa pekerjaan yang bapak/ibu lakukan? Alasannya:

“saya ngamen di bis kalideres dan sering penyuluhan juga, karena itu yang bisa saya

lakukan sekarang, mau kerja juga ga bakal diterima lah karena kusta.”

Dengan keterbatasan fisik sekarang, bagaimana upaya bapak/ibu untuk mencapai cita-

cita?

“ya kerja apa ja, paling ngamen. Emang dulu saya frustasi jadinya mabok-

mabokan karena ga kerja, minder, malu tapi sekarang saya harus menghidupi

keluarga ya walaupun ngamen.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengisi waktu luang di rumah?

“paling nonton tv.”

Menurut bapak/ibu, bagaimana bapak/ibu memandang masa depan?

“saya optimis aja, karena tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga. Saya

ga mau anak saya kena kusta makanya kalau ada borok sedikit, saya langsung

periksakan.”

Apa harapan bapak/ibu tentang masa depan?

“harapan saya semoga anak cucu kita tidak terkena kusta.”

Dengan kondisi seperti sekarang, prestasi apa yang pernah bapak/ibu raih?

“kalau prestasi sebenarnya sih blm pernah Cuma saya pernah diundang untuk

penyuluhan di leprosi kaya perhimpunan lepra.”

Seperti apa sebenarnya sosok diri ideal yang bapak/ibu harapkan?

seperti orang tua saya yang bertanggung jawab sama keluarga.”

Page 118: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

5.5.3 Harga diri

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita penyakit

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“awalnya saya malu, minder dan ga terima karena ini beban, kalau ketemu orang

lain saya umpetin tangannya.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi rasa malu?

“pernah frustasi sampai mabok-mabokan dulu karena malu tapi sekarang untuk

mengatasi itu saya ngamen dan penyuluhan. Percaya diri saja lah.”

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita penyakit

kusta? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri di rumah, mengasingkan diri)

“saya kan dari cianjur, disana juga ga da kusta makanya saya bingung ini ketularan

dimana. Pas tau ini kusta saya pergi ke tangerang sama istri sampai sekarang saya

pisah dari orang tua.”

Bagaimana bapk/ibu dalam menyikapi dan menerima keadaan ini dengan tidak melihat

keatas tetapi kebawah?

“terima aja lah, saya ikhlas.”

Dengan kondisi seperti sekarang, bagaimana perasaan bapak/ibu jika orang lain

memperhatikan bapak/ibu ketika dilingkungan ramai?

“sebenarnya malu dengan kondisi kaya gini, tapi kan orang lain juga tau kita orang

kusta jadi biasa-biasa saja.”

Page 119: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

5.5.4 Penampilan peran

Bagaimana perlakuan keluarga terhadap bapak/ibu? (probing : mengasingkan alat

makanan, alat mandi, tidur di kamar, tidak didengarkan pendapatnya, tidak boleh

mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perkawinan terganggu)

“karena tau saya kusta, jadi keluarga memisahkan barang yang saya pakai supaya

ga ketularan, saya juga ngerti sih itu untuk pencegahan juga.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga terhadap bapak/ibu dalam kegiatan sehari-hari?

“teman atau tetangga sih kalau di sitanala sendiri perlakuannya baik, karena kan

mereka juga sama-sama kusta, kalau diluar orang lain mungkin ga bakal nerima kita

pa lagi kerja.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap bapak/ibu dalam kegiatan

sosial dan agama? (probing : tidak diundang dalam pesta, tidak boleh ikut dalam

kegiatan keagamaan, tidak pernah dikunjungi, tidak boleh membantu orang lain yang

sedang hajatan, tidak mendapatkan pekerjaan, tidak mau membeli barang hasil kerja

penderita)

“kita kan disini juga ada kegiatan seperti ada hajatan kita bantuin, tapi kalau di luar

tidak boleh kerja seperti yang lain paling jadi tukang kebersihan atau parkir.”

Menurut bapak/ibu, apa yang menyebabkan tetangga/masyarakat melakukan itu?

“menurut saya karena cacat kustanya yang buat mereka mengasingkan kita,

ditakuti karena penyakit menularnya. Karena orang kesehatan ja masih takut sama

kusta.”

Bagaimana dukungan keluarga dan orang terdekat?

Page 120: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“alhamdulillah isteri dan kedua anak saya yang selalu memberikan semangat untuk

bisa bekerja.”

Bagaimana perlakuan orang lain terhadap diri bapak/ibu?

“mereka biasa-biasa ja yah, tapi ada juga yang takut. Kalau yang faham mereka

menerima kita dengan baik.”

Ketika suatu masalah menimpa keluarga bapak/ibu, kemudian bapak/ibu memberikan

solusi dari masalah tersebut, apa yang dilakukan oleh keluarga?

“selagi pendapat kita bisa diterima ya ga apa-apa, mereka nerima ko pendapat kita.”

5.5.5 Identitas diri

Apa pekerjaan bapak/ibu sebelum menderita cacat kusta?

“buruh, waktu itu saya masih tinggal di cianjur.”

Bagaimana bapak/ibu mencukupi kebutuhan sehari-hari?

“kalau sekarang dengan kondisi cacat kerjaan saya tiap hari ya ngamen di bis, ya

mau gimana lagi namanya juga cacat kusta.”

Apa tujuan hidup bapak/ibu?

“tujuan hidup saya sekarang supaya keluarga dan anak saya jangan sampe terkena

kusta, sebisa mungkin mencegah secara dini, makanya kalau anak saya borokan

sedikit aja langsung di periksa, takutnya kusta.”

Sebagai pemimpin keluarga, menurut bapak apa peran bapak dalam keluarga dan

masyarakat?

“kalau di keluarga saya kan sebagai kepala keluarga jadi harus menapkahi dan

mendidik anak. Kalau di masyarakat saya kan ngajarin anak-anak kusta itu da misi

dari belanda.”

Page 121: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Jika ada kegiatan di desa, apa peran serta bapak dalam kegiatan tersebut?

“ya ikut bantuin misal jadi panitia acara, ya kita sich ikut serta dalam kegiatan disini-

sini aja.”

5.5.6 Konsep diri positif

Jika ada masalah, apa upaya bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut?

“ya saya mencoba untuk besabar dan menerima, karena dulu saya ga terima saya

kusta, hampir frustasi lah, kaya orang dibuang gitu aja, rasanya pingin kabur aja

karena ditempat kaya gini.”

Menurut bapak/ibu, apa kelebihan dan kekurangan yang di miliki bapak/ibu?

“kalau kelebihan mungkin dari cara komunikasi sehingga saya suka ngajarin ke

orang lain tentang kusta kaya penyuluhan lah. Kalau kekurangan mungkin saya

orangnya tidak percaya diri.”

Jika bapak/ibu mengeluarkan pendapat dalam setiap acara kemudian tidak disepakati,

apa penilaian bapak/ibu dalam menyikapi hal tersebut?

“ya saya sich nerima aja pendapat orang, mungkin pendapat orang lain lebih baik

dari saya.”

Jika ada orang lain yang membeda-bedakan status sosial, apa tanggapan bapak/ibu

terhadap masalah tersebut?

“biasa saja, karena kita emang hidup di lingkungan orang kusta dan kita juga tau

diri, terima kenyataan saja.”

Page 122: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Jika ada tetangga/masyarakat yang memerlukan bantuan bapak ibu, apa yang

bapak/ibu lakukan?

“ya membantunya, seperti waktu itu saya membantu anak-anak kusta tapi misi dari

dokter india.”

Uapaya apa saja yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan konsep diri positif?

“ya mungkin kalau sekarang dengan cara mendekatkan diri pada tuhan, kita juga

menjaga lingkungan jangan sampai terjerumus kedua kalinya, memandang hidup ini

kalau dikatakan berat emang berat tapi harus dijalanin, intuk itu saya harus percaya

diri, optimis dan mampu membesarkan anak-anak saya, tidak mudah frustasi.”

Kasus Tn. WKasus Tn. WKasus Tn. WKasus Tn. W

5.5.1 Citara diri

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita cacat

kusta?

“waktu itu saya berobat kampung, terus ke sitanala dinyatakan kusta.”

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita cacat

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“awalnya malu tapi sekarang terima saja, kita ambil hikmahnya saja.”

Bagaimana orang lain memandang diri bapak/ibu dengan kondisi cacat kusta?

Page 123: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“bagi saya ga jadi masalah orang lain mau memandang apa terserah, itu hak

mereka. Wajar-wajar aja mereka takut ga apa-apa. Hanya itu kita harus percaya

diri. Kebanyakan mereka kan ga tau jadi kita harus beri penjelasan.”

Dengan keterbatasan fisik yang dimiliki bapak/ibu sekarang, menurut bapak/ibu

bagaimana penerimaan diri terhadap kondisi sekarang?

“oh, saya menerima karena ini ada hikamhnya yaitu saya bisa bebas berinteraksi

dengan orang lain, mungkin kalau saya tidak disini orang lain akan menjauhi

saya.”

Menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai? Apa lasannya?

“sebenarnya keadaan cacat seperti inipun saya menyukai saja karena ini tubuh

saya sendiri yang harus dijaga.”

Bagaimana pendapat bapak/ibu, tentang gambaran diri secara fisik?

“oh, bagi saya itu ga jadi masalah. Ya itu lah kita harus percaya diri, kita ambil

sisi positifnya.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mencegah cacat selanjutnya?

“kalau penderita kusta sendiri maunya dari fikiran sendiri maksudnya apa yang

membahayakan diri ya kita harus waspada, karena kita megang yang panas ga

kerasa.”

5.5.2 Ideal diri

Siapa yang pertama kali bapak/ibu beritahu tentang keadaan tersebut?

“keluarga saya dan isteri.”

Dengan keadaan seperti sekarang, apa pekerjaan yang bapak/ibu lakukan? Alasannya:

Page 124: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“pekerjaan setiap hari pedagang buah keliling di sekitar sini sudah 20 tahun,

kalau diluar ga bebas.”

Dengan keterbatasan fisik sekarang, bagaimana upaya bapak/ibu untuk mencapai cita-

cita?

“ya optimis dan bekerja untuk orang lain.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengisi waktu luang di rumah?

“paling nonton tv lah.”

Menurut bapak/ibu, bagaimana bapak/ibu memandang masa depan?

“masa depan ya harus dicapai sekarang, mungkin masa depan saya adalah

anak-anak saya dan harus optimis.”

Apa harapan bapak/ibu tentang masa depan?

“pertama, harapan saya terutama pada penderita kusta yang lain harus jaga

nama baik jangan sampai berbuat onar. Kedua harus percaya diri.”

Dengan kondisi seperti sekarang, prestasi apa yang pernah bapak/ibu raih?

“saya sampai sekarang mengelola raskin selama 6 tahun karena dipercaya

kelurahan, membantu masyarakat dalam membuat akte, KTP.”

Seperti apa sebenarnya sosok diri ideal yang bapak/ibu harapkan?

“yang saya kagumin banyak sekali, terutama pemimpin yamg mengabdi ke

masyarakat.”

5.5.3 Harga diri

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita penyakit

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

Page 125: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“saya menerimanya dengan lapang dada.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi rasa malu?

“ya saya optimis bahwa saya mampu, jadi nagapain harus malu, kita terima

kondisi kaya gini.”

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita penyakit

kusta? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri di rumah, mengasingkan diri)

“mengasingkan diri dari keluarga karena asli saya dari palembang jadi saya

pergi ke sitanala untuk berobat.”

Bagaimana bapk/ibu dalam menyikapi dan menerima keadaan ini dengan tidak melihat

keatas tetapi kebawah?

“ya kita bersifat lapang dada, keadaannya udah kaya gini mau diapain lagi, yang

pasti optimis dan mampu.”

Dengan kondisi seperti sekarang, bagaimana perasaan bapak/ibu jika orang lain

memperhatikan bapak/ibu ketika dilingkungan ramai?

“biasa saja, itu hak mereka, mau liat kita kaya gimana saya percaya diri saja,

selama mereka tidak mengganggu.”

5.5.4 Penampilan peran

Bagaimana perlakuan keluarga terhadap bapak/ibu? (probing : mengasingkan alat

makanan, alat mandi, tidur di kamar, tidak didengarkan pendapatnya, tidak boleh

mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perkawinan terganggu)

“kalau mereka tidak memisahkan barang yang saya pakai, mau itu tempat makan

atau alat mandi karena mungkin orang tua saya belum tau kusta.”

Page 126: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Bagaimana perlakuan teman/tetangga terhadap bapak/ibu dalam kegiatan sehari-hari?

“kalau disini ga masalah tetapi di kampung saya juga ga masalah, mereka baik-

baik dan emang kita sama-sama kusta jadi kalau ada yang memerlukan bantuan

ya saya tolongin, kebetulan saya juga bantu warga untuk jamkesmas.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap bapak/ibu dalam kegiatan

sosial dan agama? (probing : tidak diundang dalam pesta, tidak boleh ikut dalam

kegiatan keagamaan, tidak pernah dikunjungi, tidak boleh membantu orang lain yang

sedang hajatan, tidak mendapatkan pekerjaan, tidak mau membeli barang hasil kerja

penderita)

“dalam kegiatan agama saya diikut seratakan, misalnya ada panitia keagamaan

kita ikut serta.”

Menurut bapak/ibu, apa yang menyebabkan tetangga/masyarakat melakukan itu?

“ya itu lah kejujuran dan peran aktif, contoh saya kan ikut membantu mereka

dalam jamkesmas karena mereka punya tapi ga tau cara menggunakannya, jadi

bukan masyarakat sini saja tapi yang lain juga saya bantu.”

Bagaimana dukungan keluarga dan orang terdekat?

“mereka mendukung apa yang saya lakukan dan memberi solusi karena mereka

mengerti kondisi saya.”

Bagaimana perlakuan orang lain terhadap diri bapak/ibu?

“ga masalah, saya anggap itu hak mereka.”

Ketika suatu masalah menimpa keluarga bapak/ibu, kemudian bapak/ibu memberikan

solusi dari masalah tersebut, apa yang dilakukan oleh keluarga?

“selama itu baik mereka menerima solusi saya karena sebagai orang tua kita

juga menasihati anak dan kalau ada kritikan ya kita terima.”

Page 127: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

5.5.5 Identitas diri

Apa pekerjaan bapak/ibu sebelum menderita cacat kusta?

“dulu saya kerja di konveksi di yayasan permata.”

Bagaimana bapak/ibu mencukupi kebutuhan sehari-hari?

“ya kalau tiap hari saya jualan buah-buahan di sekitar sini untuk mencukupi

kebutuhan setiap hari.”

Apa tujuan hidup bapak/ibu?

“tujuan hidup saya bagaimana kita berbuat baik pada orang lain dan optimis

menjalani hidup untuk mengabdikan diri di masyarakat.”

Sebagai pemimpin keluarga, menurut bapak apa peran bapak dalam keluarga dan

masyarakat?

“sebagai orang tua ya kita memberikan nasihat pada anak.”

Jika ada kegiatan di desa, apa peran serta bapak dalam kegiatan tersebut?

“ngurus akte, jamkesmas. Dan kalau ada kegiatan ikut serta misal jadi panitia

acara.”

5.5.6 Konsep diri positif

Jika ada masalah, apa upaya bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut?

“ya kita diskusikan masalah tersebut, dan hak mereka untuk berpendapat jadi

kita terima.”

Menurut bapak/ibu, apa kelebihan dan kekurangan yang di miliki bapak/ibu?

Page 128: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“saya hanya bisa membantu masyarakat dengan semampunya dan kita

dipercayai oleh masyarakat ya harus kita jalani, mungkin kekurangan saya

banyak, sebagai manusia ada salah dan lupa.”

Jika bapak/ibu mengeluarkan pendapat dalam setiap acara kemudian tidak disepakati,

apa penilaian bapak/ibu dalam menyikapi hal tersebut?

“saya terima saja mungkin pendapat saya kurang baik, dan saya terima kritikan.”

Jika ada orang lain yang membeda-bedakan status sosial, apa tanggapan bapak/ibu

terhadap masalah tersebut?

“bagi saya ga apa-apa, itu hak mereka, paling menghindar.”

Jika ada tetangga/masyarakat yang memerlukan bantuan bapak ibu, apa yang

bapak/ibu lakukan?

“ya kita bantu mereka dan tidak membedakan itu kusta atau bukan, karena saya

sendiri ngurus jamkesmas tidak orang kusta saja tapi orang luar juga saya

bantuin.”

Uapaya apa saja yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan konsep diri positif?

“mengabdi kepada masyarakat, percaya diri dan optimis.”

Kasus Tn. SKasus Tn. SKasus Tn. SKasus Tn. S

5.5.1 Citra diri

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita cacat

kusta?

“saya menderita kusta sejak kelas 5 SD, pertamanya berobat tapi ga sembuh-

sembuh sampai cacat terus dibawa ke orang pintar tapi tangan malah kiting.

Page 129: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Akhirnya saya berobat ke RSCM, tapi karena kitingngya sudah keras, saya ke

sitanala.”

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita cacat

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“saya sich ga nyalahin nasib, ya terima saja walaupun malu, waktu SMA saya

dikatain sama teman-teman sampai berantem, lulus SMA saya kerja di batik karena

ga kuat, kecapean, terus cacatnya makin parah ahirnya saya berhenti.”

Bagaimana orang lain memandang diri bapak/ibu dengan kondisi cacat kusta?

“kalau di sitanala ga ada masalah tapi diluar bermasalah karena orang lain liat saya

ya kusta, pandangannya negatif. saya juga minder kalau orang ngeliatin. Jalannya

juga ga gagah. Kita punya keahlian juga orang lain tetep mandang kita sebagai

cacat kusta yang menular gitu.”

Dengan keterbatasan fisik yang dimiliki bapak/ibu sekarang, menurut bapak/ibu

bagaimana penerimaan diri terhadap kondisi sekarang?

“kalau disini saya sehat, nerima keadaan seperti ini tapi kalau diluar tetap saja hati

kecil saya malu karena walaupun saya sudah percaya diri tetap saja mereka

menjauhi kita, jadi kalau diluar saya belum bisa menerima cacat saya, karena cacat

kusta beda sama cacat polio.”

Menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai? Apa lasannya?

“kalau sekarang cacat apa yang di sukai, ga ada. Karena kaya gini jadi terima saja

lah, mau suka atau ga terpaksa kita suka toh ini badan kita sendiri, kita sakit karena

disayang Tuhan.”

Bagaimana pendapat bapak/ibu, tentang gambaran diri secara fisik?

Page 130: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“kalau disini saya sehat tapi kalau diluar saya sakit. fisik saya ya cacat, tangan pada

kiting, ga bagus lah. Walaupun saya punya keahlian juga percuma karena orang lain

tetep saja malihat fisik saya cacat kusta.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mencegah cacat selanjutnya?

“ya perlindungan diri saja supaya ga kena panas karena kita kan mati rasa.”

5.5.2 Ideal diri

Siapa yang pertama kali bapak/ibu beritahu tentang keadaan tersebut? Alasannya?

“yang pertama kali tau saya sendiri dan orang tua, karena masih tinggal serumah

tapi orang tua ga tau ini penyakit apa.”

Dengan keadaan seperti sekarang, apa pekerjaan yang bapak/ibu lakukan?

“sekarang ya buruh, jadi tukang sapu.”

Dengan keterbatasan fisik sekarang, bagaimana upaya bapak/ibu untuk mencapai cita-

cita?

“saya kan punya keahlian mba, dipercaya rumah sakit ikut kursus keterampilan.

Saya bisa ngotak-ngatik elektronik, komputer. Kalau diluar ya sia-sia walaupun

punya keahlian tapi ga di pakai jadi kita pabriknya tapi ga bisa memproduksi hasil

dari kemampuan kita, karena fobia kusta.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengisi waktu luang di rumah?

“selain nonton tv, saya juga ngurus koperasi masjid jadi bendahara. Karena bagi

saya masjid bukan hanya tempat ibadah tapi sebagai pusat kegiatan sosial.”

Page 131: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Menurut bapak/ibu, bagaimana bapak/ibu memandang masa depan?

“masa depan ya harus dijalani sekarang caranya kita bekerja dan bisa menghidupi

keluarga.”

Apa harapan bapak/ibu tentang masa depan?

“harapan saya bagi pemerintah, tolonglah karyakan kami untuk kerja di mana saja.

Ya walaupun kita disini bisa kerja jadi tukang sapu, parkir. Jangan memandang kita

kusta sebelah mata.”

Dengan kondisi seperti sekarang, prestasi apa yang pernah bapak/ibu raih?

“mungkin kalau prestasi yang ada penghargaan seperti piala, medali saya belum

pernah tapi kalau dari segi yang lain saya dipercaya sebagai sekertaris RT, pernah

dipercaya sebagai kepengurusan lingkungan RW, bendahara, pembayaran listrik,

koperasi masjid.”

Seperti apa sebenarnya sosok diri ideal yang bapak/ibu harapkan?

“sosok pemimpin yang baik dan bertanggung jawab.”

5.5.3 Harga diri

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita penyakit

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“minder sama temen-temen karena dikatain terus.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi rasa malu?

“ya menghindar palagi orang lain memandang kita negatif.”

Page 132: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita penyakit

kusta? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri di rumah, mengasingkan diri)

“menjauh dari keluarga, karena takut tertular.”

Bagaimana bapak/ibu dalam menyikapi dan menerima keadaan ini dengan tidak melihat

keatas tetapi kebawah?

“ya saya terima saja, sudah nasibnya kaya gini. Walaupun kita sudah percaya diri

tapi tetap saja orang takut tertular.”

Dengan kondisi seperti sekarang, bagaimana perasaan bapak/ibu jika orang lain

memperhatikan bapak/ibu ketika dilingkungan ramai?

“dalam hati kecil saya malu, tapi sekarang biarin saja lah orang ngeliatin juga biasa-

biasa saja.”

5.5.4 Penampilan peran

Bagaimana perlakuan keluarga terhadap bapak/ibu? (probing : mengasingkan alat

makanan, alat mandi, tidur di kamar, tidak didengarkan pendapatnya, tidak boleh

mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perkawinan terganggu)

“orang tua ya biasa ja memperlakukan anaknya, karena saya cacatnya sedari kecil

jadi orang tua belum tau kusta itu menular.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga terhadap bapak/ibu dalam kegiatan sehari-hari?

Page 133: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“temen waktu kecil ada yang baik dan ada juga yang iseng ngatain saya kusta,

makanya suka berantem sama temen. Tapi kalau untuk sekarang karena tinggal

dilingkungan orang kusta jadi perlakuan mereka baik, tolong menolong, dan kalau

diluar mungkin perlakuan mereka agak riskan gitu deketin kusta.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap bapak/ibu dalam kegiatan

sosial dan agama? (probing : tidak diundang dalam pesta, tidak boleh ikut dalam

kegiatan keagamaan, tidak pernah dikunjungi, tidak boleh membantu orang lain yang

sedang hajatan, tidak mendapatkan pekerjaan, tidak mau membeli barang hasil kerja

penderita)

“kalau dilingkungan kita sendiri perlakuan mereka baik Cuma kita kadang bersaing

dengan teman sendiri dalam berdagang, kalau diluar sitanala kita tidak mendapat

pekerjaan, kerja kita terbatas seperti jadi tukang sapu, parkir, itu emang sudah

ketentuan wali kota Tangerang.”

Menurut bapak/ibu, apa yang menyebabkan tetangga/masyarakat melakukan itu?

“fobia terhadap kusta itu yang menyebabkan perlakuan selama ini, dan mungkin

orang yang tau kusta juga masih takut sehingga mereka enggan mengkaryakan

kita.”

Bagaimana dukungan keluarga dan orang terdekat?

“alhamdulillah istri dan keluarga menerima keadaan saya dan mereka mendukung

saya.”

Bagaimana perlakuan orang lain terhadap diri bapak/ibu?

“ya kalau orang lain diluar sitanala sebenarnya perlakuannnya biasa saja Cuma

mereka masih takut sama kusta.”

Page 134: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Ketika suatu masalah menimpa keluarga bapak/ibu, kemudian bapak/ibu memberikan

solusi dari masalah tersebut, apa yang dilakukan oleh keluarga?

“keluarga memberikan peluang untuk kita berpendapat, mereka menghargai

pendapat saya.”

5.5.5 Identitas diri

Apa pekerjaan bapak/ibu sebelum menderita cacat kusta?

“belum kerja kan masih kecil waktu itu.”

Bagaimana bapak/ibu mencukupi kebutuhan sehari-hari?

“setiap hari saya jadi petugas kebersihan kota, kaya nyapu. Dan selebihnya saya

juga mba punya keahlian benerin elektronik jadi ada penghasilan tambahan untuk

biaya hidup tiap hari.”

Apa tujuan hidup bapak/ibu?

“tujuan saya sekarang menjaga anak-anak saya supaya tidak kena kusta, saya suka

ingetin istri untuk imunisasi. Biar saya saja yang kena, usaha untuk bekal hidup,

sudah deh tinggal siap mati.”

Sebagai pemimpin keluarga, menurut bapak apa peran bapak dalam keluarga dan

masyarakat?

“sebagai kepala keluarga dan kalau dimasyarakat ikut peran serta dalam

masyarakat seperti saya jadi pengurus masjid.”

Jika ada kegiatan di desa, apa peran serta bapak dalam kegiatan tersebut?

“ikut membantu, kaya panitia paguyuban kematian, pernikahan.”

5.5.6 Konsep diri positif

Page 135: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Jika ada masalah, apa upaya bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut?

“ya kita diskusikan supaya kelar masalahnya.”

Menurut bapak/ibu, apa kelebihan dan kekurangan yang di miliki bapak/ibu?

“dari sisi fisik saya banyak kekurangan, kalau kelebihannya mungkin bisa benerin

elektronik, komputer juga saya bisa benerin.”

Jika bapak/ibu mengeluarkan pendapat dalam setiap acara kemudian tidak disepakati,

apa penilaian bapak/ibu dalam menyikapi hal tersebut?

. “ya kita terima saja, itu hak mereka mau nerima atau ga.”

Jika ada orang lain yang membeda-bedakan status sosial, apa tanggapan bapak/ibu

terhadap masalah tersebut?

“ya saya ngerti dan tau diri bahwa ga bakalan orang lain nerima kita karena kita

kusta. Pasti perbedaan status itu ada di masyarakat.”

Jika ada tetangga/masyarakat yang memerlukan bantuan bapak ibu, apa yang

bapak/ibu lakukan?

“saya bantuin lah.”

Uapaya apa saja yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan konsep diri positif?

“saya tetap optimis dan percaya diri“saya tetap optimis dan percaya diri“saya tetap optimis dan percaya diri“saya tetap optimis dan percaya diri.”.”.”.”

Kasus Tn. MKasus Tn. MKasus Tn. MKasus Tn. M

5.5.1 Citra diri

Page 136: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita cacat

kusta?

“awalnya kan saya ga tau ini kusta, waktu itu saya suruh periksa ke sitanala tapi pas

lama ga berobat lukanya makin parah dan saya mengasingkan diri ke tangerang sampai

sekarang.”

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita cacat

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“ya malu, ga nyaman saja kalau ketemu orang lain, tapi sekarang mah saya biasa-biasa

saja, mau diliatin terserah.”

Bagaimana orang lain memandang diri bapak/ibu dengan kondisi cacat kusta?

“biasa-biasa saja, malahan saya kasih tau kalau saya ini cacat kusta. Waktu itu

pernah ngamen di bis, saya tunjukin ciri-ciri kusta sama oarang yang ada di bis,

dan alhamdulillah mereka mau mendengarkan dam menghargai saya.”

Dengan keterbatasan fisik yang dimiliki bapak/ibu sekarang, menurut bapak/ibu

bagaimana penerimaan diri terhadap kondisi sekarang?

“saya nerima saja keadaannya begini, walaupun sudah berobat tapi kan cacatnya

ga ilang. Kita juga mencari uang dengan meminta-minta bukan karena malas tapi

karena keterpaksaan dengan keadaan kaya gini.”

Menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai?

“apa yang mau disukai, orang cacat kaya gini, kusta pula.”

Bagaimana pendapat bapak/ibu, tentang gambaran diri secara fisik?

“ini kan tubuh saya, kalau secara fisik mungkin banyak kekurangan, mati rasa lah,

megang panas ga kerasa, jari kaki pada kiting sehingga jalan juga ga gagah gitu.”

Page 137: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mencegah cacat selanjutnya?

“kalau sekarang kan lama ga minum obat lagi, paling kalau untuk cacatnya saya

pake sarung tangan kulit.”

5.5.2 Ideal diri

Siapa yang pertama kali bapak/ibu beritahu tentang keadaan tersebut? Alasannya?

“orang tua, karena waktu itu masih tinggal sama orang tua.”

Dengan keadaan seperti sekarang, apa pekerjaan yang bapak/ibu lakukan? Alasannya:

“dulu saya berjualan ikan basah, tapi ga ada yang mau beli karena mungkin

pedagangya kusta ahirnya jualan saya ga habis, sekarang saya ngamen di bis

kalideres, lumayan buat kebutuhan sehari-hari mah cukup.”

Dengan keterbatasan fisik sekarang, bagaimana upaya bapak/ibu untuk mencapai cita-

cita?

“cita-cita apa, saya cacat gini. Paling sekarang mah ngamen saja. Kalau keinginan

semua orang juga pingin tapi saya mah tau diri.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengisi waktu luang di rumah?

“paling nonton tv, nongkrong di warung.”

Menurut bapak/ibu, bagaimana bapak/ibu memandang masa depan?

“masa depan saya sekarang adalah anak isteri, anak saya jangan sampai nasibnya

kaya saya, alhamdulillah anak ga kusta.”

Apa harapan bapak/ibu tentang masa depan?

“harapan saya bagi pemerintah khususnya, tolonglah karyakan kami misalnya

kerja di pabrik korek asal jangan pabrik makanan saja. Harapan saya bagi petugas

Page 138: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

kesehatan coba ada imunisasi kusta, kan anak cucu kita bisa di imunisasi supaya

ga nular.”

Dengan kondisi seperti sekarang, prestasi apa yang pernah bapak/ibu raih?

“kalau prestasi dengan penghargaan piala atau piagam belum pernah, tapi saya

pernah ikut lomba catur se RW, pernah ikut seminar kusta Se-ASEAN, olah raga

YPAC Indonesia, saya ngurusin beasiswa pendidikan.”

Seperti apa sebenarnya sosok diri ideal yang bapak/ibu harapkan?

“pemimpin yang mau dekat dengan rakyat seperti kita-kita ini.”

5.5.3 Harga diri

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita penyakit

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“malu, dan masyarakat ga nerima kita.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi rasa malu?

“kalau saya sih cuek saja, paling nundukin kepala.”

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita penyakit

kusta? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri di rumah, mengasingkan diri)

“berobat dan ahirnya mengasingkan diri dari keluarga, karena disini kan temen-

temennya kusta semua.”

Page 139: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Bagaimana bapk/ibu dalam menyikapi dan menerima keadaan ini dengan tidak melihat

keatas tetapi kebawah?

“saya terima saja, orang mau bilang apa saya anggap wajar, toh hidup juga kan ada pro

dan kontra.”

Dengan kondisi seperti sekarang, bagaimana perasaan bapak/ibu jika orang lain

memperhatikan bapak/ibu ketika dilingkungan ramai?

“cuek saja, yang penting kita ga mengganggu mereka.”

5.5.4 Penampilan peran

Bagaimana perlakuan keluarga terhadap bapak/ibu? (probing : mengasingkan alat

makanan, alat mandi, tidur di kamar, tidak didengarkan pendapatnya, tidak boleh

mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perkawinan terganggu)

“keluarga sih sejauh ini masih menghargai saya, tidak ada perlakuan khusus atau

dijauhi, biasa saja kaya yang lain.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga terhadap bapak/ibu dalam kegiatan sehari-hari?

“kalau di sitanala sendiri teman atau tetangga baik-baik saja, tapi kalau di luar itu

yang jadi beban, istilahnya kita belum berani diluar kecuali jadi pengemis di lampu

merah.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap bapak/ibu dalam kegiatan

sosial dan agama? (probing : tidak diundang dalam pesta, tidak boleh ikut dalam

kegiatan keagamaan, tidak pernah dikunjungi, tidak boleh membantu orang lain yang

sedang hajatan, tidak mendapatkan pekerjaan, tidak mau membeli barang hasil kerja

penderita)

Page 140: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“kalau disini kita sosialnya baik dengan yang lain, ada kegiatan agama, hajatan ya

saling membantu tapi kalau diluar orang belum menerima kita, mereka masih takut

kusta, jadi sosialnya yang bermasalah.”

Menurut bapak/ibu, apa yang menyebabkan tetangga/masyarakat melakukan itu?

“fobia masyarakat terhadap kusta itu yang sulit dihindari.”

Bagaimana dukungan keluarga dan orang terdekat?

“mereka mendukung dan menerima saya apa adanya.”

Bagaimana perlakuan orang lain terhadap diri bapak/ibu?

“mereka memperlakukan orang kusta dipandang rendah karena penyakitnya itu,

kan beda dengan cacat karena bawaan atau polio, mereka banyak yang orang

kaya, dihargai seperti tuna rungu itu kan orang kaya semua.”

Ketika suatu masalah menimpa keluarga bapak/ibu, kemudian bapak/ibu memberikan

solusi dari masalah tersebut, apa yang dilakukan oleh keluarga?

“kita diskusikan masalahnya, kalau pendapat kita ga diterima ya ga apa-apa.”

5.5.5 Identitas diri

Apa pekerjaan bapak/ibu sebelum menderita cacat kusta?

“karena kena kustanya waktu kecil jadi belum kerja.”

Bagaimana bapak/ibu mencukupi kebutuhan sehari-hari?

Page 141: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“dengan ngamen, dikit-dikit jualan, bantuin RW.”

Apa tujuan hidup bapak/ibu?

“membesarkan anak, menjadi lebih baik, siap mati deh.”

Sebagai pemimpin keluarga, menurut bapak apa peran bapak dalam keluarga dan

masyarakat?

“sebagai kepala keluarga yang mencari uang buat anak isteri, kalau di masyarakat

ya bantuin warga kalau membutuhkan, ikut peran serta di kantor RW.”

Jika ada kegiatan di desa, apa peran serta bapak dalam kegiatan tersebut?

“missal ada kawinan kita jadi panitianya atau ngurusin bayaran paguyuban

kematian.”

5.5.6 Konsep diri positif

Jika ada masalah, apa upaya bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut?

“masalah dalam kehidupan kan wajar, kita harus terima caranya kita omongin baik-

baik supaya tau inti masalahnya.”

Menurut bapak/ibu, apa kelebihan dan kekurangan yang di miliki bapak/ibu?

“banyak kekurangan apa lagi cacat, tangan saja ga bias megang, nulis. Kalau

kelebihan saya paling bisa maen catur.”

Jika bapak/ibu mengeluarkan pendapat dalam setiap acara kemudian tidak disepakati,

apa penilaian bapak/ibu dalam menyikapi hal tersebut?

“terserah mereka, mau menerima atau menolak kita terima saja.”

Page 142: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Jika ada orang lain yang membeda-bedakan status sosial, apa tanggapan bapak/ibu

terhadap masalah tersebut?

“status sosial kan ada di masyarakat jadi wajar lah kalau mereka memandang kita

jijik, jadi mau ngomong apa juga saya anggap wajar.”

Jika ada tetangga/masyarakat yang memerlukan bantuan bapak ibu, apa yang

bapak/ibu lakukan?

“ya kita bantuin, saya juga membantu masyarakat dalam hal beasiswa pendidikan.”

Uapaya apa saja yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan konsep diri positif?

“untuk hidup lebih baik, supaya ekonomi baik juga dan bisa membantu orang

lain, jadi kalau sekarang saya ga punya materi, yah dijalanin saja lah.”

Kasus Tn. SuKasus Tn. SuKasus Tn. SuKasus Tn. Su

5.5.1 5.5.1 5.5.1 5.5.1 Citra diriCitra diriCitra diriCitra diri

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita cacat

kusta?

“awalnya kan masih luka, bercak kemerahan gitu terus di gosok pake lengkuas,

malah tambah merah, kan saya kustanya tipe L, saya ke puskesmas. lama

kelamaan kuping jadi melebar, saya berobat ke RS Mojokerto setengah tahun,

terus dioperasi.”

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita cacat

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

Page 143: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“ya malu mba, alis mata sudah botak, bulu mata ilang, mata kaya katarak, kuping

ewer-eweran karena sudah beberapa kali dioperasi, Cuma tangan saja yang ga

kiting. Kan yang diserang saraf tepi.”

Bagaimana orang lain memandang diri bapak/ibu dengan kondisi cacat kusta?

“alhamdulillah orang ga pada takut sama saya malah kasian sama saya, dan saya

disarankan berobat, malahan waktu saya dirawat di sitanala itu perawatnya yang

takut, sampai ngasih obat saja dari atas.”

Dengan keterbatasan fisik yang dimiliki bapak/ibu sekarang, menurut bapak/ibu

bagaimana penerimaan diri terhadap kondisi sekarang?

“ Kalau teman disini menerima dengan baik karena senasib sepenanggungan.

Kalau orang luar ngerti berarti mereka menerima kita, dilingkungan sendiri ga

masalah tapi diluar kan ada, ga nerima kita.”

Menurut bapak/ibu, bagian tubuh mana yang paling bapak/ibu sukai? Alasannya?

“semua saya suka karena ini tubuh saya, saya nerima apa adanya dengan fisik

saya toh anak saya ganteng berarti kan bapaknya ganteng.”

Bagaimana pendapat bapak/ibu, tentang gambaran diri secara fisik?

“fisik saya sudah ga kuat karena sudah tua, muka peot, alis mata ga ada, bulu

mata ilang, kuping ewer-eweran, tangan kiting. Ya itu kalau tipe L.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mencegah cacat selanjutnya?

“saya kan buka bengkel las, pasti nyentuh ma yang panas-panas jadi saya pake

kaca mata las, sarung tangan supaya ga kena tangan yang mati rasa.”

5.5.2 Ideal diri

Siapa yang pertama kali bapak/ibu beritahu tentang keadaan tersebut? Alasannya?

Page 144: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“pertamanya saya ga tau, pas tau langsung saya kasih tau orang tua bahwa ini

penyakit besar(kusta). Kebetulan isteri saya Ex Kusta juga tapi tipe BL, yang

tangnnya pada kiting.”

Dengan keadaan seperti sekarang, apa pekerjaan yang bapak/ibu lakukan? Alasannya:

“sekarang ngewarung, dulu saya buka bengkel las karena ga kuat jadi

ngewarung saja di rumah.”

Dengan keterbatasan fisik sekarang, bagaimana upaya bapak/ibu untuk mencapai cita-

cita?

“ya saya berusaha semampunya, saya tertarik dengan pribahasa’banyaklah

sudah yang hilang dari hidup ini tapi satu yang tidak akan hilang yaitu harapan,

karena walaupun saya cacat masih punya harapan atau cita-cita.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengisi waktu luang di rumah?

“jaga warung, nonton tv.”

Menurut bapak/ibu, bagaimana bapak/ibu memandang masa depan?

“masa depan saya adalah anak, anak saya kuliah jadi pandangan saya dengan

masa depan sewaktu-waktu anak saya sukses, dan kita harus optimis.”

Apa harapan bapak/ibu tentang masa depan?

“supaya lebih baik karena harapan itu ga akan hilang, semoga anak saya jadi

sarjana kesehatan, sukses. Orang tua Cuma berdoa saja buat anak.”

Dengan kondisi seperti sekarang, prestasi apa yang pernah bapak/ibu raih?

“kalau prestasi yang diukur dengan piala ga pernah tapi kalau kemampuan saya

senang hitung-hitungan.”

Seperti apa sebenarnya sosok diri ideal yang bapak/ibu harapkan?

Page 145: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“banyak figur dalam hidup saya, yang saya harapkan adalah sosok isteri saya

yang sabar dan semangat.”

5.5.3 Harga diri

Bagaimana perasaan bapak/ibu, ketika pertama kali mengetahui menderita penyakit

kusta? (probing : malu, cemas, takut, depresi, merasa tidak akan nyaman bertemu

orang lain)

“malu, tapi sekarang saya nerima.”

Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi rasa malu?

“nutupin muka saya, karena kan lukanya lebar terus kebanyakan di muka kaya

pulau gitu makanya saya gosok paksa pake lengkuas.”

Apa yang bapak/ibu lakukan, ketika mengetahui bahwa bapak/ibu menderita penyakit

kusta? (probing : menjauh dari keluarga, mengurung diri di rumah, mengasingkan diri)

“mengasingkan diri dari keluarga di mojokerto dan sampai sekarang tinggal di

sitanala tangerang.”

Bagaimana bapk/ibu dalam menyikapi dan menerima keadaan ini dengan tidak melihat

keatas tetapi kebawah?

“saya terima saja, walaupun orang lain takut sama kusta yang pasti ga saling

ganggu.”

Dengan kondisi seperti sekarang, bagaimana perasaan bapak/ibu jika orang lain

memperhatikan bapak/ibu ketika dilingkungan ramai?

“wajar saja mereka ngeliatin kita atau jijik, tapi kalau yang sudah tau dan kenal

kita mereka biasa saja tuh. Kita harus terima bahwa fobia kusta sulit dihindari.”

Page 146: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

5.5.4 Penampilan peran

Bagaimana perlakuan keluarga terhadap bapak/ibu? (probing : mengasingkan alat

makanan, alat mandi, tidur di kamar, tidak didengarkan pendapatnya, tidak boleh

mengerjakan pekerjaan rumah tangga, perkawinan terganggu)

“semua barang yang habis saya pakai itu dipisahkan, dicuci terutama buat anak,

karena anak saya sehat jadi saya harus jaga supaya ga ketularan. Anak saya kan

sudah punya pacar dan rencananya mau nikah tapi karena cewe itu bukan orang

kusta jadi saya khawatir dengan penerimaan keluarga si cewe, saya ga setuju.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga terhadap bapak/ibu dalam kegiatan sehari-hari?

“mereka baik, karena kita senasib sepenanggungan. Kalau diluar orang takut

sama kita kecuali yang sudah ngerti, mereka baik sama kita.”

Bagaimana perlakuan teman/tetangga/masyarakat terhadap bapak/ibu dalam kegiatan

sosial dan agama? (probing : tidak diundang dalam pesta, tidak boleh ikut dalam

kegiatan keagamaan, tidak pernah dikunjungi, tidak boleh membantu orang lain yang

sedang hajatan, tidak mendapatkan pekerjaan, tidak mau membeli barang hasil kerja

penderita)

“sampai saat ini mereka menerima kita, missal ada acara dikelurahan kita ikut

serta, ada hajatan kita bantuin. Tapi kalau diluar saja kita tidak mendapatkan

pekerjaan.”

Menurut bapak/ibu, apa yang menyebabkan tetangga/masyarakat melakukan itu?

“penyebabnya karena kita punya penyakit besar/kusta, orang kan cara

memandangnya karena faktor fobia yang dusah ilang sampai sekarang itu hak

mereka untuk takut, wajar lah.”

Bagaimana dukungan keluarga dan orang terdekat?

Page 147: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“mereka mendukung saya sepenuhnya, anal dan isteri juga itu harapan saya.”

Bagaimana perlakuan orang lain terhadap diri bapak/ibu?

“seperti dikelurahan mereka menerima saya seperti orang sehat biasa, baik lah.”

Ketika suatu masalah menimpa keluarga bapak/ibu, kemudian bapak/ibu memberikan

solusi dari masalah tersebut, apa yang dilakukan oleh keluarga?

“kita diskusikan, nasehatin anak. Dulu saya pernah bilang sama anak kalau mau

menikahi cewe itu kamu harus siap resiko penolakan dari keluarganya.”

5.5.5 Identitas diri

Apa pekerjaan bapak/ibu sebelum menderita cacat kusta?

“ga kerja, karena masih sekolah.”

Bagaimana bapak/ibu mencukupi kebutuhan sehari-hari?

“kalau kebutuhan seharinya ya dari warungan, kalau buat biayain anak kuliah ya

dari gaji isteri sebagai PNS di gizi sitanala.”

Apa tujuan hidup bapak/ibu?

“membesarkan anak, membiayai anak kuliah supaya sukses dan siap mati deh.”

Sebagai pemimpin keluarga, menurut bapak apa peran bapak dalam keluarga dan

masyarakat?

Page 148: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“di keluarga sebagai kepala keluarga yang nasihatin anaknya, nyemangatin

isteri. Di masyarakat saya dipercaya kelurahan untuk ngurusin Raskin,

mengurus kartu multi guna ke puskesmas, membantu RW, ngurus iuran

paguyuban kematian.”

Jika ada kegiatan di desa, apa peran serta bapak dalam kegiatan tersebut?

“ikut membantu acara, seperti panitia hajatan, ketua bengkel las.”

5.5.6 Konsep diri positif

Jika ada masalah, apa upaya bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut?

“kita diskusikan, beri saran. Saya sih demokratis saja terserah selagi itu baik

kenapa ga.”

Menurut bapak/ibu, apa kelebihan dan kekurangan yang di miliki bapak/ibu?

“banyak kekurangan, tapi saya cepet dalam menghitung matematika, saya pingin

jadi guru matematika.”

Jika bapak/ibu mengeluarkan pendapat dalam setiap acara kemudian tidak disepakati,

apa penilaian bapak/ibu dalam menyikapi hal tersebut?

“kalau ada pendapat dan saran saya terima, masalah tidak diterima itu resiko.

saya pro aktif saja.”

Jika ada orang lain yang membeda-bedakan status sosial, apa tanggapan bapak/ibu

terhadap masalah tersebut?

“saya menerima perbedaan itu, keadaannya sudah kaya gini kita akui kita cacat.

Kalau ga nerima mau ngadu kesiapa coba, kan ga ada pengadilan kusta.”

Jika ada tetangga/masyarakat yang memerlukan bantuan bapak ibu, apa yang

bapak/ibu lakukan?

Page 149: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

“kita bantu, saya juga bantu ngurusin Raskin untuk warga lain yang bukan

kusta.”

Uapaya apa saja yang bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan konsep diri positif?

“selalu optimis menjalani hidup dan punya harapan yang ga akan hilang.”

Menurut pandangan petugas puskesmas, konsep diri penderita kusta masih

tetap pada stigma masyarakat yang takut kusta, sampai sekarang untuk bekerja di luar

mereka kesulitan, akhirnya kecacatan itu dimanfaatkan untuk menjadi pengemis. Hal

itu yang meyebabkan konsep diri mereka negatif karena adanya leprofobia. Seperti

ungkapan berikut:

“ketika kita datang ke RW 13, pasti kan orang akan enggan bersalaman atau

mendekatinya, artinya bahwa stigma terhadap kusta itu ada karena mereka takut

tertular, padahal kalau sudah berobat maka kuman kusta ga nular asalkan

imunitas kita baik.”

Tidak semua orang takut kusta dan menjauhinya, berbeda dengan petugas

puskesmas. Pada saat pemerikasaan fisik, mereka melakukan pemeriksaan seperti

biasa, pada pasien kusta disebut POD (prevention of disability). Seperti ungkapan:

“untuk petugas puskesmas sendiri, kalau ada pasien kusta datang kita tanya

riwayatnya kemudian periksa ada bercak atau tidak, mati rasa ga pas disentuhin

kapas. Itu deteksi kustanya, atau potensial kusta. Kalau kecacatan periksanya

pakai POD caranya pasien mengadahkan tangannya untuk menjepit kertas,

kemudian kita tarik kalau misal lunglai, lepas pas ditarik berarti cacat.

Pemeriksaan ini juga dimulai dari mata, kaki. Terutama persendian.”

Perlakuan berbeda terlihat pada petugas kelurahan dan tokoh masyarakat,

mereka hidup dan berinteraksi seperti orang sehat, tidak memandang itu kusta.

Page 150: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Diantara penderita kusta ada yang bekerja di kelurahan. Hal inilah yang membuat

penderita kusta tidak dikucilkan lagi sehingga konsep diri yang dibangun mereka

terbentuk dengan baik tanpa harus memanfaatkan kecacatan. Seperti ungkapan:

“kan di kelurahan juga ada penderita cacat kusta yang sudah sembuh dan

mereka berbaur dengan yang lain, mereka sudah diterima dimasyarakat, kalau

kelurahan sendiri mereka membina kader PKK dari warga kusta, kita ikutin

mereka untuk jadi kader penjaringan.”

Banyak peneyebab dari perlakuan masyarakat itu sendiri, mereka yang sudah

sembuh dan tidak menular lagi di beri pekerjaan sebagai tukang sapu atau becak. Hal

ini salahsatu program kota tangerang dalam upayanya menangani warga kusta untuk

bekerja. Seperti ungkapan:

“ada juga yang dipekerjakan untuk jadi petugas kebersihan, becak,

perbengkelan, tukang jahit. Ada juga yang berhasil, dia jadi kepala sekolah

khusus kusta, jadi pendapat saya tentang perlakuan tersebut kalau sesuatu yang

negatif harus dirubah image nya supaya orang lain tau dan tidak mengucilkan

kusta, jangan menyinggung perasaan, kita merubah suatu dari yang tidak tau

menjadi tau. Jagan jadi provokator untuk menjauhi kusta. Salah satu upaya kita

terhadap pengaruh perlakuan itu adalah merubah stigma itu dengan penyuluhan.

5.6 Persepsi tentang bahaya kusta

Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta yang

menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Akibat dari penyakit kusta yang

ditimbulkan tidak hanya menjadi masalah kesehatan saja tetapi sudah menjadi masalah

sosial dan ekonomi. Dampak sosial akibat penyakit kusta sedemikian besarnya sehingga

Page 151: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

menimbulkan keresahan mendalam bagi masyarakat. Seperti ungkapan: “saya jualan ikan

basah tapi orang tetep saja ga mau beli produk kita, jijik katanya. Waktu itu saya ikut olah

raga yang diadakan YPAC, karena terbentur masalah fobia jadi kita hadir tapi ga

dianggap jadi peserta katanya cacat kusta.” Sebagian orang berpendapat bahwa kusta

menular dan berbahaya apabila dalam keadaan reaksi dan tidak minum obat, serta anak-

anak yang tidak di imunisasi BCG akan tertular. Berbeda dengan yang diungkapkan oleh

petugas puskesmas bahwa: “sekarang kusta bisa nular lewat udara atau droplet, jadi kita

harus memakai masker pada saat periksa supaya ga bahaya.”

5.7 Sikap masyarakat terhadap penderita kusta

5.7.1 Sikap dalam kehidupan sehari5.7.1 Sikap dalam kehidupan sehari5.7.1 Sikap dalam kehidupan sehari5.7.1 Sikap dalam kehidupan sehari----harihariharihari

Dalam hal pergaulan setiap hari, warga kusta yang terdapat di lima RT mereka hidup

bertetangga seperti biasa, karena daerah tersebut adalah komunitas kusta. Hampir sebagian

informan bersikap setuju, karena di RT 01 dan 02 merupakan warga non kusta sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, mereka bergabung seperti biasa, hidup bermasyarakat, tidak

ada perbedaan status sosial. Seperti ungkapan berikut: “kita tidak punya hak untuk

membedakan tempat tinggal warga kusta dengan yang non kusta, kalau mereka sudah

tinggal di karangsari hak mereka menggunakan fasilitas adalah sama, mereka hidup

bergabung seperti biasa.” Dan banyak masyarakat luar karangsari yang tidak setuju, karena

mereka takut tertular kusta. Seperti ungkapan: “datangnya saja ke karangsari ga mau takut

ketularan apa lagi ngedeketin atau salaman kan nyentuh kulit, bagus sih mereka dilokalisir

supaya ga nularin juga.”

5.7.2 Sikap dalam pernikahan anggota keluarga dengan keluarga penderita kusta

Page 152: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Sebagian informan tidak setuju anaknya dinikahkan dengan keluarga penderita

kusta, hal ini disebabkan oleh fobia masyarakat terhadap kusta. Mereka melarang

anaknya berhubungan dengan keluarga penderita. Seperti pernyataan berikut: “anak saya

kan cowo punya pacar anak dari keluarga non kusta, mereka mau menikah tapi saya ga

setuju karena ga mungkin keluarga cewenya mau nerima kita, harus tau resikonya.

Sampai sekarang hubungan mereka tidak diketahui keluarga si cewe. Saya nyaranin

sama anak meningan kamu jangan nikah sama dia, nanti kita ditolak.”

Ada juga pendapat informan yang menyetujui adanya pernikahan dengan penderita kusta.

Seperti pernyataan petugas kelurahan: “warga kita juga ada yang nikah dengan

penderita, mereka tinggal di luar sitanala dan beranak pinak, alhamdulillah anaknya

juga sehat.”

5.7.3 Sikap terhadap partisipasi penderita kusta dalam kehidupan sosial

Sebagian besar informan bersikap setuju dan mendukung peran serta penderita

kusta dalam perannya di masyarakat. Jika penderita kusta ikut berpartisipasi dalam

kegiatan sosial misal kerja bakti lingkungan dan membangun kantor RW, mereka juga

membantu kelurahan dalam mengurus Raskin, KTP, akte, kartu multiguna, dan iuran

paguyuban kematian. Hal ini mendorong penderita kusta diakui keberadaannya di

masyarakat.” Seperti pernyataan: “ kalau dari pihak kelurahan lebih memfokuskan pada

kehidupan sosial, misal memfasilitasi penderita untuk membuat kaki palsu, menyediakan

keterampilan supaya mereka mandiri. Dan ada juga yang ikut membantu kelurahan

dalam mengurus raskin, kartu multi guna.”

Page 153: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Diantara mereka ada yang dipercaya menjadi kader posyandu untuk membantu

puskesmas dalam penjaringan penyakit, mereka juga di ikutsertakan sebagai PKK.

Pernyataan sikap dikalangan petugas kesehatan dan kelurahan mayoritas menunjukan

sikap setuju.

5.7.4 Sikap terhadap keikutsertaan penderita kusta dalam kegiatan agama

Tidak hanya kegiatan sosial saja mereka dilibatkan, namun dalam kegiatan agama

mereka juga ikut terlibat. Misal menjadi panitia dalam acara isra miraj, maulid nabi yang

diadakan di kelurahan. Seperti pernyataan: “kita juga libatkan panitia dari penderita

kusta, mereka ada yang kerja disni.”

Mayoritas petugas kelurahan dan masyarakat setuju jika mereka dilibatkan, dalam

masyarakat juga ketika ada riungan di RT lain mereka di undang. Mayoritas penduduk

kusta beragama islam, selebihnya beragama kristen, budha. Mereka hidup berdampingan,

jika ada kegiatan agama mereka ikut membantu, misalnya ada misi berupa donatur dari

komunitas budha. Seperti ungkapan: “walaupun mereka beragama islam, ketika ada misi

keagamaan seperti membangun sekolah, kantor RW dari donatur komunitas agama lain,

mereka ikut membantu.”

5.7.5 Sikap dalam pelayanan kesehatan di puskesmas

Petugas puskesmas menunjukan sikap ramah pada semua penderita kusta, tidak

ada perlakuan yang membedakan dengan penderita penyakit lain. Pada saat pemeriksaan

fisik mereka menggunakan alat pelindung diri, seperti ungkapan: “pas kita lagi meriksa

ya seperti biasa, kita jalani sesuai prosedur POD tapi ini hanya bisa dilakukan oleh

wasor kusta yang sudah terlatih. Jadi ga ada perlakuan khusus.”

Page 154: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Sebagian petugas kesehatan juga ada yang fobia kusta, ketika mereka memberikan obat

dan enggan memeriksa penderita kusta. Seperti ungkapan: “saya pernah dirawat

setengah tahun di rumah sakit kusta Mojokerto, waktu itu perawatnya mau ngasih obat

lewat atas jadi tangan ga mau nyentuh karena takut.”

5.7.6 Sikap tokoh masyarakat terhadap perlakuan masyarakat

Tokoh masyarakat merupakan orang yang paling berpengaruh di masyarakat.

Mereka menunjukan sikap setuju dan membantu penderita kusta. Tokoh masyarakat

diberikan penyuluhan tentang kusta supaya tidak ada stigma negatif dimasyarakat

tentang kusta. Seperti ungkapan: “seorang kepala sekolah, beliau bertekad untuk

membantu orang kusta dan menerima ex kusta untuk sekolah seperti anak lainnya.”

Perlakuan tokoh masyarakat tersebut menunjukan bahwa dalam status sosialnya tidak ada

yang dibedakan, karena itu hak manusia untuk mendapatkan pendidikan.

5.8 Penyuluhan tentang kusta

5.8.1 Informa5.8.1 Informa5.8.1 Informa5.8.1 Informasi tentang penyakit kusta yang pernah diberikan melalui penyuluhansi tentang penyakit kusta yang pernah diberikan melalui penyuluhansi tentang penyakit kusta yang pernah diberikan melalui penyuluhansi tentang penyakit kusta yang pernah diberikan melalui penyuluhan

Kepada informan petugas puskesmas ditanyakan tentang informasi yang

sering disampaikan dalam penyuluhan, penyuluhan biasanya diadakan pada saat

posyandu atau pada saat penjaringan, pihak puskesmas mengadakan

penyuluhan khusus kusta. Biasanya informasi yang disampaikan adalah tanda

gejala kusta, cara penularan, dan pengobatan. Jika penyuluhan untuk cacat

kusta pihak puskesmas menginformasikan tentang cara perawatan diri. Seperti

ungkapan: “kebanyakan mereka, sudah pada tau tanda gejalanya. Kita juga

penkes tentang perawatan diri misalnya terus ngingetin suruh pakai sarung

tangan kalau lagi megang yang panas-panas, pakai kacamata kalau lagi

Page 155: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

bepergian. Banyak yang kesunut rokok, katanya tau-tau sudah kena jari, ga ada

rasa.” Mereka juga melaporkan jika ada anggota keluarganya yang mnederita

kusta sesuai tanda gejala kusta harus segera dilaporkan ke puskesmas. Tidak

hanya penderita yang diinformasikan tentang kusta, kader juga ikut dilibatkan,

mereka diberi penjelasan oleh petugas puskesmas.

5.8.2 Metode dan media penyuluhan

Pada umumnya media yang biasa dipakai oleh petugas puskesmas adalah lembar

balik, poster bergambar, dan contoh penderitanya. Metode yang dipakai dalam

penyuluhan adalah metode tanya jawab atau diskusi dengan melihat gambar, pakai LCD,

karena itu metode yang efektif. Seperti ungkapan: “kalau penyuluhan biasanya pakai

poster atau lembar balik terus kita suruh pasien menunjukan bercak, karena kan ada

gambarnya jadi mereka langsung tau. Metodenya juga biasanya tanya jawab supaya

gampang diingat saja. Ada juga penyuluhan secara individu, itu dilakukan kalau lagi

pemeriksaan fisik saja.”

Penyuluhan kusta biasanya diadakan dua bulan sekali baik oleh petugas puskesmas

maupun wasor kusta, jika ada posyandu atau pengajian biasanya diadakan penyuluhan.

5.8.3 Tempat dan petugas penyuluhan

Pada umumnya semua informan mendapatkan penyuluhan di posyandu atau pada

saat penjaringan, biasanya diadakan di paguyuban atau kantor kelurahan. Yang

menyampaikan penyuluhan adalah petugas puskesmas, wasor kusta, dan promkes. Bagi

pemegang progaram pemberantasan penyakit menular itu dapat memberikan penyuluhan.

Page 156: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Seperti ungkapan: “terakhir bulan januari kita penyluhan khusus kusta, yang diadakan di

karang sari, pada saat itu ada penjaringan penyakit kulit pada anak sekolah sekalian kita

penyuluhan kusta.”

Semua petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan, kadangkala terhambat oleh

jadwal penyuluhan yang tidak tetap. Untuk itu dibuat jadwal penyuluhan dimasing-

masing kelurahan agar informasi mengenai kusta tersampaikan kepada masyarakat.

Petugas kusta sebelmnya mendapatkan pelatihan kusta dari depkes, banyak diantara

petugas kusta yang sudah memiliki keterampilan dalam hal mendeteksi tingkat kecacatan

sesuai prosedur POD (Prevention Of Dissability)

Page 157: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 keterbatasan penelitian

beberapa keterbatasan yang tidak dapat dihindarkan dalam penelitian ini, antara

lain :

1. Tidak ada penderita dengan cacat tingkat II yang sedang menjalani

pengobatan sehingga informasi ini digali dari informan dengan cacat tingkat II

yang sudah tidak dalam pengobatan lagi atau RFT (Release From Treatment)

2. Data penderita kusta dari puskesmas tidak ada sehingga monitoring data nihil,

karena puskesmas hanya membuat rujukan ke rumah sakit kusta sitanala

3. Berdasarkan rencana penelitian, wawancara untuk klien kusta akan dilakukan

di rumah tapi karena sesuatu hal yang tidak memungkinkan kondisi maka

wawancara dilakukan di kantor RW dengan di bimbing oleh ketua RW 13

4. Peneliti belum menemukan Riskesdas tentang konsep diri penderita cacat

kusta, adapun Riskesdas yang berkaitan dengan judul tersebut adalah status

disabilitas atau ketidakmampuan dalam fungsi tubuh, individu, sosial di

provinsi Banten tahun 2007.

Page 158: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

5. Walaupun jumlah kusta terbanyak dari 33 provinsi adalah di jawa timur,

namun karena kondisi tempat yang tidak memungkinkan maka penelitian

dilakukan di Tangerang.

6.2 Pengetahuan tentang penyakit kusta

Dalam penelitian ini, semua informan baik petugas puskesmas, maupun

penderita cacat kusta mengetahui penyebab kusta yaitu Mycobacterium Leprae.

Sebagian informan juga mengetahui tanda utama pada kusta, mereka mengenali

gejala tersebut dari petugas kesehatan atau media masa. Berdasarkan hasil

evaluasi model penanggulangan penyakit kusta di daerah endemis dengan

pendekatan sosial budaya di Banyusangkah kabupaten Bangkalan Madura oleh

Sunanti Zalbawi bahwa Terjadi kenaikan pengetahuan tentang penyakit kusta,

semua masyarakat yang tidak tahu tentang penyebab penyakit tersebut 48,5%

menjadi 12,7%. Kepercayaan masyarakat bahwa kusta merupakan penyakit

karena kutukan Tuhan masih ada, namun sebagian besar keperyaan tersebut mulai

hilang dari 10,6% menjadi hanya 2,7%. Demikian pula pengetahuan penyebab

kusta, semula masyarakat yang mengetehui bahwa penyakit tersebut karena

kuman 24,2% menjadi 43,7%.

6.3 Persepsi konsep diri klien kusta

6.4 Persepsi tentang bahaya kusta

6.5 Sikap masyarakat terhadap kusta

6.6 Penyuluhan tentang kusta

6.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri positif pada klien kusta

Page 159: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu . Psikologi Sosial cetakan kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2002

Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 4.

Jakarta: FKUI.

Becker, Marshall H . The Health Belief Model and Personal Health Behaviour.

New Jersey : Charles B.Slack. 1974

Buletin penelitian kesehatan. Faktor Sosioekonomi dan Kegiatan Tertentu Yang Berhubungan

dengan Derajat Kecacatan dan Kadar Imunoglobulin Penderita Cacat Kusta Bebas Obat di

Liponsos Benowo, Surabaya Tahun 2006. Jakarta: Depkes RI

Damayekti, Nurika. Gambaran Konsep Diri Pada Remaja Penyandang Cacat,

Skripsi FPsi-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006

Departemen Kesehatan R. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Banten Tahun 2007.

Jakarta. 2008

Ditjen PP&PL. Buku Pedoman Program P2 Kusta Bagi Petugas Puskesmas 2007.

Jakarta : Depkes RI. 2007

Ditjen PP&PL. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta 2002. Jakarta: Depkes RI. 2002

Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI. 2007

Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. 2002

Hidayat, Aziz alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah edisi 1.

Jakarta : Salemba Medika. 2003

Hidayatullah, Sayful. Gambaran Konsep Diri Waria,

Skripsi Fpsi-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008

Katagori, Yusnita. Gambaran Self-Esteem Remaja Yang Berperilaku Konsumtif Dalam

Pembelian Aksesoris, Skripsi Fpsi-UIN Syarif Hidayatullah. 2006

Keliat, Budi anna. Gangguan Koping, Citra Tubuh, dan Seksual Pada Klien Kanker.

Page 160: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Jakarta : EGC. 1998

Keliat, Budi anna. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC. 1992

Mappiare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi edisi 1. 2006

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Notoatmodjo, Sokidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. 2005

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2000

Rahariyani, Dwi luthfia. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen.

Jakarta : EGC. 2007

Raymond. Kualitatif.

Diunduh dari http://rumahbelajarpsikologi.com. Diakses tanggal 25 november 2009 jam

06:47,

Rusmianingsih, Nining. Gambaran Tingkat Harga Diri Klien Kusta di RSK Sitanala Tangerang

Tahun 2003, 2003

Proposal Penelitian FIK-Universitas Indonesia

Sibagariang, Renta nilawati. Stigma Masyarakat Terhadap Penderita Kusta.

Tesis FKM-Universitas Indonesia. 2007

Suliswati. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. 2005

Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. 2004

Stuart, W. Gail. Keperawatan Jiwa edisi 5. Jakarta : EGC. 2006

Unarat. Konsep Diri dan Mutu Hidup Pasien Lepra Pada Daerah Pusat Lepra 5, Nakhon

Ratchasima.

Diunduh dari http://www.grad.cmu.ac.th/abstract/2000/95/abstract/9505023.htm. Diakses

tanggal 21 Februari 2009 jam 15.00, 2000.

Worner, David. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada Dokter.

Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. 2000

Page 161: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

PROGRESS REPORT

BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Rohmatika

NIM : 105104003482

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Gambaran Konsep Diri Pada Klien Dengan Cacat Kusta di

Kelurahan Karangsari RW13, Tangerang 2009

Dosen Pembimbing : 1. Jamaludin, S.Kep, M.Kep

2. Bambang P. Cadrana, S.KM, MKM

No Hari/Tanggal Kegiatan Paraf

1. Selasa, 10-03-2009 Judul sudah

disetujui

2. Selasa, 17-03-2009 Bab I dan bab II di

revisi, membuat

kerangka teori

3. Jumat, 20-03-2009 Bab III perlu

diperbaiki, konsul

dengan

pembimbing 2

4. Jumat, 03-04-2009 Bab I-III perlu

diperbaiki,

penggantian

metode jadi

penelitian kualitatif

5. Minggu, 19-04-2009 Bab III diperbaiki

6. Minggu, 03-05-2009 Perbaiki pedoman

wawancara, bab IV

direvisi

7. Kamis, 14-05-2009 Melengkapi daftar

isi, tabel dan

gambar

8. Sabtu, 13-06-2009 ACC untuk

persiapan seminar

proposal

9. Minggu, 14-06-2009 Konsul power point

Page 162: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

seminar proposal

10. Selasa, 16-06-2009 ACC untuk maju

seminar proposal

11. Minggu, 19-07-2009 Pengetikan hasil

rekaman cetak

miring, Konsul

hasil uji validitas

12.

13.

14.

15

16..

Kamis, 10-09-2009

Senin, 05-10-2009

Minggu, 18-10-2009

Minggu, 25-10-2009

Jumat, 06-11-2009

Pembahasan,

gabungan hasil

penelitian dikaitkan

dengan teori,

informasi yang

diperoleh

dicantumkan,

pengetikan kata-

kata salah dan

kurang diperbaiki

Perbaikan hasil

penelitian,

pembahasan dan

saran

Perbaikan BAB

VII, ACC maju

sidang

Revisi abstrak,

tanda tangan ACC

sidang

ACC untuk sidang

skripsi

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Jamaludin, S.Kep, M.Kep Bambang P.Cadrana,SKM,MKM

Page 163: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing
Page 164: Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1900/1/89415... · Skripsi dengan judul ... Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing