topeng babakan cirebon 1900-1990

12
128 Volume 15 No. 2 Desember 2016 Pembelajaran Tari Solah Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata Di Kecamatan Selo Boyolali Dwi Rahmani TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990 Toto Sudarto Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Abstrak Topeng Babakan Cirebon dalam perjalanannya telah menjadi suatu tonggak yang ikut mewarnai perjalanan sejarah tari di Jawa Barat. Penelitian ini mengungkap perubahan dan perkembangan Topeng Babakan dari tahun 1900 sampai 1990. Kajian terhadap permasalahan tesis ini menggunakan metodologi sejarah, dengan bantuan ilmu sosial dan kebudayaan. Topeng Babakan merupakan seni pertunjukan rakyat yang dalam penyajiannya masih berkaitan dengan upacara-upacara tradisi, seperti ngunjung, mapagsri, ngarot dan lain-lain. Penyebarannya di Jawa Barat bermula dari pertunjukan yang dilakukan secara berkeliling atau bebarang (ngamen) pada awal abad ke-20. Hal ini menarik perhatian kaum menak (bangsawan) untuk mempelajari ketrampilan para dalang topeng Cirebon. Perkembangan berikutnya tarian ini banyak mempengaruhi bentuk tari-tarian yang ada di wilayah Priangan dan Jawa Barat secara umum. Pasang surut kegiatan pementasan TopengBabakanbanyak dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat yang mudah berubah seiring dengan perkembangan zaman serta teknologi informasi. Kata kunci: Topeng Babakan, bebarang, perubahan dan perkembangan. Abstract Throughuot the course of its journey, topeng babakan Cirebon has became a milestone, which has coloured the course of the history of dancein West Java. This research discovers the changes and developments in topeng babakan from 1900 to 1990. The study of the subject of this tesis used a historical approach, with the aid of social and cultural studies. Topeng Babakan is a performing folk art, the performance of which is still related to traditional ceremony such as ngunjung, mapag sri, ngarot, and so on. It spread through West Java, begining as a traveling show or bebarang (troupe of performing beggars) at the start of the 20th century.This drew the attention of the aristocrats or menak, to learn the of Cirebon masked theater. In it subsequent development, this dance greatly influenced other dance forms in the Priangan region and in West Java in general. The rise and fall of topeng babakan performance activities was largely influenced by developments of the age, and developments technology and communication. Keyword: topeng babakan, bebarang, changes, and developments. PENDAHULUAN Kesenian topeng merupakan salah satu kesenian yang termasuk kedalam seni pertunjukan yang masih memiliki kaitan dengan kehidupan sosial baik dimasa lampau maupun masa sekarang. Topeng saat sekarang erat hubungannya dengan tari, yang sejak zaman Mataram Kuna telah

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

128 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Pembelajaran Tari Solah Sekolah Menengah Kejuruan Pariwisata Di Kecamatan Selo Boyolali Dwi Rahmani

TOPENG BABAKAN CIREBON1900-1990

Toto SudartoInstitut Seni Indonesia (ISI) SurakartaJalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Abstrak

Topeng Babakan Cirebon dalam perjalanannya telah menjadi suatu tonggak yangikut mewarnai perjalanan sejarah tari di Jawa Barat. Penelitian ini mengungkap perubahandan perkembangan Topeng Babakan dari tahun 1900 sampai 1990. Kajian terhadappermasalahan tesis ini menggunakan metodologi sejarah, dengan bantuan ilmu sosial dankebudayaan. Topeng Babakan merupakan seni pertunjukan rakyat yang dalam penyajiannyamasih berkaitan dengan upacara-upacara tradisi, seperti ngunjung, mapagsri, ngarot danlain-lain. Penyebarannya di Jawa Barat bermula dari pertunjukan yang dilakukan secaraberkeliling atau bebarang (ngamen) pada awal abad ke-20. Hal ini menarik perhatian kaummenak (bangsawan) untuk mempelajari ketrampilan para dalang topeng Cirebon.Perkembangan berikutnya tarian ini banyak mempengaruhi bentuk tari-tarian yang ada diwilayah Priangan dan Jawa Barat secara umum. Pasang surut kegiatan pementasanTopengBabakanbanyak dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat yang mudah berubahseiring dengan perkembangan zaman serta teknologi informasi.

Kata kunci: Topeng Babakan, bebarang, perubahan dan perkembangan.

Abstract

Throughuot the course of its journey, topeng babakan Cirebon has became a milestone,which has coloured the course of the history of dancein West Java. This research discovers thechanges and developments in topeng babakan from 1900 to 1990. The study of the subject of thistesis used a historical approach, with the aid of social and cultural studies. Topeng Babakan is aperforming folk art, the performance of which is still related to traditional ceremony such asngunjung, mapag sri, ngarot, and so on. It spread through West Java, begining as a travelingshow or bebarang (troupe of performing beggars) at the start of the 20th century.This drew theattention of the aristocrats or menak, to learn the of Cirebon masked theater. In it subsequentdevelopment, this dance greatly influenced other dance forms in the Priangan region and in WestJava in general. The rise and fall of topeng babakan performance activities was largely influencedby developments of the age, and developments technology and communication.

Keyword: topeng babakan, bebarang, changes, and developments.

PENDAHULUANKesenian topeng merupakan salah satu

kesenian yang termasuk kedalam senipertunjukan yang masih memiliki kaitan

dengan kehidupan sosial baik dimasa lampaumaupun masa sekarang. Topeng saatsekarang erat hubungannya dengan tari,yang sejak zaman Mataram Kuna telah

Page 2: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

129Volume 15 No. 2 Desember 2016

dikenal dengan sebutan Wayang Wwang,Manapukan atauHatapuk, Manapal (R.M.Soedarsono, 1977: 5-6). Menurut Th. Pigeaudada dua macam Topeng di Cirebon yaituGrootMaskespel dan KleineMaskerspel (Th.Pigeaud, 1938:110-113). Groot Maskerspeladalah pertunjukan topeng denganmembawakan cerita, sedangkan KleineMaskerspel adalah pertunjukan topeng yanghanya menyajikan tari-tarian tunggal.Pertunjukan topeng dengan membawakancerita Wayang Purwa di Cirebon disebutWayangwong, pertunjukan topeng yanghanya menyajikan tari-tarian tunggal daritokoh-tokoh cerita Panji disebut TopengBabakan. Sunan Kalijaga pada mulanyamenciptakan topeng terdiri dari sembilan jenisdengan meniru boneka wayang gedhog, yaitu:Panji Kasatriyan, Candrakirana, Gunungsari,Andaga, Raton (seorang raja), Klana, Danawa(raksasa), Reco (sekarang disebut Tembem),dan Turas (sekarang disebut Penthul)(Ibid:42).

Pada awal abad ke-16 tokoh penyebaragama Islam di Cirebon yaitu SunanGunungjati dibantu oleh Sunan Kalijaga,dalam usaha mereka mengumpulkan rakyatagar mau mendengar khotbah-khotbahdiantaranya dengan menggunakan tarian(Soedarsono, 1972: 112). Kerajaan Jawa Baratsaat ini terbagi menjadi dua yaitu kesultananCirebon dan kesultanan Banten. Di IstanaCirebon berkembang drama tari topeng yangdisebut Wayang Wong atau wayang orangyang lebih sering mementaskan ceritaMahabarata, sedangkan di Istana Bantenberkembang drama tari raket yangmementaskan cerita Panji. Selain pertunjukanwayang wong d istana Cirebon, juga dikalangan rakyat jelata terdapat drama taritopeng yang disebut topeng babakan, yang

merupakan pertunjukan rakyat yangdilakukan di jalan-jalan dan di pasar-pasardengan memungut bayaran kepadapenontonnya. Adapun cerita yang seringdibawakan adalah cerita Panji atauDamarwulan (Ibid:114).

Konteks sosial pertunjukan topengCirebon pada dasarnya selalu berkaitandengan upacara-upacara tradisi. Upacara-upacara itu seperti: perkawinan, khitanan,mapagsri, ngunjung, memitu, ngarot, dan lain-lain. Pada saat ini pertunjukan topengbabakanyang berkaitan dengan upacara-upacaratersebut jarang dilaksanakan lagi. Gejalapenurunan frekwensi pertunjukan tersebutmulai tampak sekitar tahun 1990. Didugafaktor penyebab menurunnya frekwensipertunjukan tersebut adalah kurangnyaanimo masyarakat yang lebih memilihbentuk-bentuk kesenian lain.

Dari uraian topengbabakan tersebut diatas maka kajian dalam penelitian inimenggunakan kajian sejarah denganpendekatan ilmu-ilmu sosial. Kajian iniberfokus pada perkembangan maupunperubahan yang terjadi pada topeng babakan.Kajian ini berusaha merekonstruksi sejarahperkembangan topeng Cirebon khususnyatopengbabakan. Pendekatan ilmu-ilmu sosialakan menjadi analisis dalam rekonstruksi.Ilmu-ilmu sosial itu akan menjadi analisisdalam merekonstruksi tersebut. Ilmu-ilmusosial itu antara lain sosiologi dankebudayaan. Pada kesempatan ini tidak akanmenggunakan teori akan tetapi akanmenggunakan konsep ilmu-ilmu bantu untukmembantu metode sejarah yang dilakukandalam penelitian ini. Penelitian inimenggunakan metodologi sejarah denganmemperhatikan perkembangan tari topengbabakan secara diakronis, yang menawarkan

Page 3: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

130 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Topeng Babakan Cirebon 1900 -1990 Toto Sudarto

bukan saja sebuah struktur dan fungsinya,melainkan suatu gerak dalam waktu darikejadian-kejadian yang kongkrit harusmenjadi tujuan utama (Kuntowijoyo,1994:37).

Pembahasana. Cirebon sebagai Gambaran Umum

Kabupaten Cirebon merupakanbagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yangterletak di bagian timur dan merupakan batas,sekaligus sebagai pintu gerbang denganpropinsi Jawa Tengah. Letak datarannyamemanjangdari barat laut ke tenggara.Dilihat dari permukaan tanah/datarandibedakan menjadi dua bagian. Pertamadaerah dataran rendah, umumnya terletaksepanjang pantai utara Pulau Jawa yaitukecamatan Gegesik, Kapetakan,Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara,Cirebon Barat, Weru, Astanajapura,Lemahabang, Karangsembung, Waled,Ciledug dan Kecamatan Losari. Sebagiankecamatan lagi termasuk pada daerahdataran sedang dan tinggi yaitu KecamatanBeber, Babakan, Cirebon Selatan, Sumber,Palimanan, Plumbon, Ciwaringin, danKecamatan Susukan.

Cirebon merupakan salah satupelabuhan penting di pesisir utara Jawadalamkegiatan pelayaran dan perdagangan dikepulauan Indonesia maupun mancanegara.Daerah pesisir merupakan daerah yangpaling awal dalam persentuhan denganbudaya asing dari pada daerah pedalaman.Sebagai kota pelabuhan juga Cirebonmerupakan bertemunya berbagai golongansosial dan bermacam-macam kebudayaan.Peninggalan-peninggalan purbakala,kesenian, maupun warisan non fisikmerupakan bukti masuknya aneka ragam

kebudayaan dari berbagai penjuru duniaseperti: Eropah, Arab, Cina dan India.

Kebudayaan yang tumbuh danberkembang di Cirebon banyak terpengaruhioleh akulturasi budaya pendatang denganpenduduk asli setempat. Namun demikiansebagai wilayah yang merupakan perbatasanantara Jawa Barat yang mayoritas Sundadengan wilayah Jawa Tengah yang berbahasaJawa. Cirebon berkembang sendiri dengankultur yang khas, yang merupakanpercampuran antara keduanya, Parapendatang dan penduduk asli salingberadaptasi, saling mengisi dan menerimadalam pelaksanaan kehidupan merekasehari-hari. Para pelaku kesenian di Cirebonterutama bentuk-bentuk kesenian tradisionalpada umumnya menyebut primadonamereka dengan sebutan dalang.Kata dalangtidak hanya diberlakukan kepada orangyang memainkan wayang saja. Akan tetapikata ini juga digunakanuntuk menyebut or-ang yang memiliki keahlian tertentu ataupemimpin kelompok di bidang kesenianlainnya. Penari topeng juga disebut dalangtopeng, pemimpin rombongan genjringdisebut dalang genjring, penari atau pemainberokan (barongan) disebut dalangberokan,dan juga berlaku untuk kesenian lainnya.

b. Topeng CirebonIstilah topeng yang hidup dikalangan

masyarakat Cirebon terbentuk dari kata yangtidak sama artinya. Adapun dua kata yangmemberi istilah topeng itu ialah ketop-ketopyang artinya berkilau-kilau, dan gepeng yangartinya pipih. Istilah ini diambil dari duabenda yang berkilau-kilau dan pipih dariuang logam, tergantung pada bagian depanpenutup kepala penari (Maman Suryaatmaja,1980:25). Dalam percakapan sehari-hari pada

Page 4: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

131Volume 15 No. 2 Desember 2016

masyarakat Cirebon, apabila kata topengdikaitkan dengan nama seseorang biasanyadipergunakan sebutan bagi penari topengyang bersangkutan, seperti topeng Suji,topang Jana, topeng Keni, topeng Dasih dansebagainya. Apabila kata topengdihubungkan dengan nama sebuah tempat,maka hal itu akan menunjukkan tempat asaldari rombongan/grup ataupun tempattinggal dari dalang yang bersangkutan,seperti topeng Palimanan adalah rombongantopeng yang berasal dari daerah Palimanan.Demikian juga dengan topeng Losari, topengSlangit, topeng Gegesik, topeng Kalianyar,topeng Indramayu dan sebagainya.

Terkait dengan pertunjukan Topeng diCirebon banyak dikenal dengan topengbabakan yang biasanya pentas di wilayahCirebon. Istilah topeng babakan sendirimemang menunjuk pada salah satu bentukpertunjukan topeng khas daerah ini. Topengbabakan adalah bentuk pertunjukan topengyang hanya menampilkan bagian-bagianatau babak-babak sebuah lakon tidak secarautuh. Fungsi Topeng Babakan berkaitandengan upacara tradisi seperti khitanan,perkawinan, mitoni, ngunjung, mapag sri,ngarot, sedangkan sebagai hiburan nampakpada barangan/bebarang.

c. Topeng Babakan tahun 1900- 1942Pada akhir abad ke-19 tari topeng di

Jawa Barat terdapat dibeberapa daerahseperti Serang, Anyer, Pandeglang, Lebak,Cicalengka, Bogor, Karawang, Sukabumi,Tasikmalaya, Limbangan,Sukapura danJakarta (Serrurier,1896:Tabel A). Sejak awaltahun 1900, Sumedang, Garut, Bandung, danTasikmalaya sering didatangi rombongantopeng (serupa wayang orang) dari Cirebon,Dalangnya ada dua yaitu Wentar dan Koncer.

Dalam perjalanan keliling (bebabrang) merekatidak hanya mengadakan pertunjukan tetapiadakalanya memberikan pelajaran kepadasiapa saja yang menginginkannya (TjetjeSomantri, 1953:2-4). Pada tahun 1918,Wentar dan Koncar menyusun tari yangdisebut Pamindo Campuran. Tarian inimemperlihatkan berbagai rangkaian geraktari Topeng Cirebon yang menggambarkankarakter Anjasmara, Layang Seta, LayangKumitir, dan Menakjingga (Tjetje Somantri,Op.,Cit:31). Tarian ini kemudian lebih dikenaldengan sebutan Topeng Koncaran.

Pada sekitar tahun 1940-an Nesih/Dasih dan Amih yang merupakan anak-anakdari Wentar (dalang topeng terkenal dariPalimanan) pernah diundang secara khususuntuk memberikan pelajaran tari TopengCirebon kepada Rd. Ono LesmanaKartadikusumah yang saat itu menjabatlurah Desa Kutakulon di Sumedang (1934-1937). Hal ini karena ketertarikan Rd. OnoLesmana Kartadikusumah sebagai pendiriPerkumpulan Seni Tari Sunda “SekarPusaka” pada tari topeng yang pernah iapelajari dari Resna pada kursus tari yangdiselenggarakan tahun 1924 di pendhapakabupaten Sumedang atas prakarsa bupatiR.A.A. Kusumahdilaga (Anis Sujana,1993:99). Rd.Ono Lesmana Kartadikusumahkemudian melahirkan tari-tarian hasilkaryanyayang merupakan gubahan-gubahan dengan mengambil dasar darigerak-gerak tari yang pernah ia pelajari dariguru-gurunya (Wawancara Rd. EffendiKartadikusumah, 6 Juni 1999).

Sampai akhir pemerintahan Belandakesenian Topeng Cirebon banyak digemarimasyarakat. Pada perhelatan-perhelatankeluarga seperti pada khitanan danperkawinan, kesenian menjadi suatu

Page 5: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

132 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Topeng Babakan Cirebon 1900 -1990 Toto Sudarto

keharusan untuk ditanggap. Pertunjukantopeng pada acara-acara tersebut biasadisebut dengan topeng hajatan. Pertunjukanseperti ini ada juga yang menyebutnyadengan namatopeng dinaan, karenapertunjukannya berlangsung dari jam 8.00hingga pukul 16.00. Pada masapemerintahan Hindia Belanda ini rata-ratabayarannya sekitar 3 gulden. Sedangkanuntuk topeng barangan perbabak (lebihkurang 10 menit)bayarannya sekitar 20 cent(R.I. Maman Suryaatmadja, 1980: 69).

d. Topeng Babakan Tahun 1942- 1945Pada hari penutup sejarah Belanda

yang memerintah di Jawa selama tiga ratuslima puluh tahun, ialah tanggal 9 MaretTahun 2603 (1942), pada lapangan pesawatterbang di Kalijati, yang letaknya di dekatkota Bandung, dilangsungkan pertemuanantara Letjen Imamura, Panglima tertinggiBalatentara Dai Nippon dengan GubernurJendral Hindia Belanda Stakenborghtentang penyerahan tentara Belanda(S.Mijosi,”Peristiwa Achir SedjarahPemerintah Belanda Di Indonesia” dalam AsiaRaya, Djakarta, 29 Maret 2603). SetelahJepang menguasai Indonesia, maka munculKeimin Bunka Sihosjo(Pusat Kebudayaan)yang bertugas menguasai semua cabang-cabang kesenian. Kegiatan dalam bidangkesenian diserahkan kepada bangsaIndonesia, walaupun kenyataannya masihdibawah naungan tentara Jepang (Tb.O.Martakusumah, “Pandangan tentang TariSunda pada dewasa ini”, 4 Mei 1972).

Pada masa pemerintahan Jepang diIndonesia, topeng babakan hanyadilaksanakan pada pertunjukan bebarang saja.Topeng barangan diperuntukan bagi calondalangtopeng, yaitu penari dalam taraf proses

belajar, sedangkan dalang topeng bertindaksebagai pemimpin rombongan sambilmenabuh salah satu instrument, biasanyamemukul kecrek. Jalur bebarang yangdilakukan Mini (dalang topeng yangmerupakan keturunan dari Wentar,Palimanan) adalah daerah-daerah bagianselatan dan barat Cirebon, yaitu dariJatiwangi, Kadipaten, Majalengka, Sumedangdan Bandung (Soleh, wawancara di Bongas 9Juli 1999).

Bebarang dilakukan oleh Tarmibersama Kewes (dalang topeng dari daerahKreo) ke daerah kabupaten Bandung, antaralain ke Ciparay, Manggahang, Majalaya,Jalan Kopo, bahkan sampai ke Garut danCiamis. Perjalanan bebarang dilakukan hingga3 sampai 4 bulan (Risyani, 1984/1985:18). Bagikelompok topeng Losari bebarang seringdilakukan kewilayah Jawa Tengah antara laindaerah Brebes, Tegal, Pekalongan (Sawitri,wawancara di Losari 12 Mei 1999).Sedangkan bebarang yang dilakukan olehrombongan dari Slangit adalah daerahMajalengka dan Sumedang (Bulus,wawancara di Slangit 19 Agustus 1999).

e. Topeng Babakan Tahun 1945- 1950Setelah bangsa Indonesia memperoleh

kemerdekaannya yang diproklamirkan pada17 Agustus 1945 banyak gejolak politik, satudiantaranya adalah Darul Islam (D.I), yangdipimpin Kartosuwiryo yang inginmendirikan Negara Islam. Gejolak inimengakibatkan ketidaktenteramanpenduduk di Jawa Barat khususnya diwilayah Priangan. Mereka memberi tekanan,kekerasan, dan pengaruh kepada masyarakatagar mau menjadi pengikut politiknya(P.J.Droouglever, 1992: 325). Daerah Priangantempat Kartosuwiryo bergerak, sejak dahulu

Page 6: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

133Volume 15 No. 2 Desember 2016

akibat tekanan kolonial memang merupakandaerah yang subur dengan gerakanradikalisme agraria (Kuntowijoyo, 1994: 33).

Situasi ekonomi pada tahun 1940hingga tahun 1950 berada dalam keadaanyang suram, sehingga kesempatan kerjatidak terbuka seluas sekarang. Keadaan inimenjadikan topengsebagai satu-satunyatumpuan hidup yang sedikit banyak dapatmengatasi kebutuhan hidup sehari-hari bagikalangan dalang topeng Cirebon. Topengadalah satu-satunya yang diandalkan olehkeluarga dalang topeng. Terbukti darikenyataan yang menunjukan bahwa rata-rata mereka tidak mempunyai pekerjaan lainkecuali sebagai seniman topeng, baik sebagaidalang maupun nayaga. Dari latar belakangtersebut, maka dapat digambarkan betapapentingnya kedudukan topeng bagi keluargadalang topeng Cirebon sebagai penyanggakehidupan sehari-hari. Seorang dalang topengsenantiasa menghusahakan keturunannyaagar menjadi pewarisnya. Topeng danwayang dalam kehidupan tradisi di Cirebonselalu berdampingan erat, karena telahmenjadi kebiasaan pada setiap hajat(kenduri) dalam perayaan perkawinan,khitanan, memitu atau mitoni, puput puser,gusaran (potong gigi) atau sebagai pelepassuatu janji yang telah diikrarkan yang disebutkaulan, siang hari mementaskan topengmalam harinya mementaskan wayang(R.I.Maman Suryaatmaja,Op. Cit.,: 38).

f. Topeng Babakan Tahun 1950- 1965Pada awal tahun 1950-an Partai

Komunis Indonesia mendirikan Lekra(Lembaga Kebudayaan Rakyat), dasarorganisasi ini adalah menghidupkan kembalikebudayaan rakyat. Konsepsi KebudayaanRakyat, Seni untuk rakyat, dan Politik

sebagai Panglima (“Berita Dari Pers” dalamBudaja Th. Ke-IV, April/Mei 1955: 240).Perkembangan politik di tanah air ternyatajuga mempunyai dampak terhadapperkembangan seni pertunjukan. Beberapaseni pertunjukan yang mampu meraihpenonton banyak ditunggangi oleh partai inisebagai propagandanya (R.M. Soedarsono,1998: 45).

g. Topeng Babakan Tahun 1965- 1990Penumpasan pemberontakan PKI 1965

oleh ABRI dan rakyat merupakan awal ordebaru untuk melaksanakan pembangunannasional Indonesia disegala bidang untukmenyelamatkan negara dari kebangkrutanmasa orde lama. Gerakan pemberontakanPKI pada 30 September 1965 menimbulkanbeberapa masalah penting dalam kehidupanpolitik dan kebudayaan Indonesia. Sekitartahun 1967 masa peralihan Orla- Orba, partaiagama (Islam) menjadi kekuatan politis yangamat kuat. Seni tradisi rakyat menjadi tidakberfungsi, karena sekelompok masyarakatberanggapan bahwa segala bentuk keseniantradisional rakyat dianggap “maksiat”.Kelompok-kelompok kesenian yangbernapaskan agama Islam bermunculan,seperti tagoni atau kasidah. Khotbahkeagamaan dari seorang kyai Islam menjadisemacam tontonan (yang ditanggap orang)sebagai pengganti pertunjukan-pertunjukankesenian dalam upacara-upacara atauperayaan- perayaan selamatan (EndoSuwanda, 1990:49). Para seniman tradisirakyat yang terlibat dalam organisasi Lekraatau PKI, ditangkap kemudian ditahan, dandilarang melakukan pertunjukan (Ibid).

Menanggapi permasalahan yangdihadapi oleh kesenian tradisi rakyatkhususnya topeng babakan, pemerintah

Page 7: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

134 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Topeng Babakan Cirebon 1900 -1990 Toto Sudarto

daerah kabupaten Cirebon pada peringatanhari kemerdekaan 17 Agustus 1969mengadakan lomba/festival tari topengCirebon diawali dari tingkat kecamatankemudian tingkat kabupaten Cirebon (Padatingkat kecamatan Sujana juara I, sedangkanpada tingkat kabupaten juara II). Sebagaiupaya menggali nilai-nilai yang terkandungdalam kesenian yang sementara waktuterhenti akibat bergejolak politik di negarakita ini, pemerintah mengadakan FestivalRamayana (tanpa topeng) dari Jawa Baratyang dipertunjukan dalam rangka FestivalRamayana Tingkat Nasional ini, adalahmerupakan langkah awal dalam usahamengungkapkan kembali nilai-nilai tarianklasik yang kini terpendam desekitar wilayahCirebon (R.I.Maman Surjaatmadja,1970:243).

Dalam festival Ramayana tingkatInternasional yang diikuti oleh para pesertadari Negara Birrma, India, Khmer, Malaysia,Muangthai, Nepal, Pilipina, Singapura, SriLanka, dan Indonesia (gaya: Yogyakarta,Surakarta, Bali dan Sunda) yangdiselenggarakan pada tanggal 31 Agustus- 10September 1971 di Pandaan Jawa Timur. Parapenari (gaya Sunda) dalam festival kali iniadalah penari dari Bandung dan Cirebon.Seniman-seniman Jawa Barat ditantanguntuk dapat menerapkan kembali watak-watak dalam topeng Cirebon kedalam ceritaRamayana (“Festival RamayanaInternasional” dalam Kujang, Tahun ka-XVINo.821, 8 Oktober 1971).

Pemerintah daerah Jawa Barat dalamusaha untuk membangkitkan kembalikesenian tradisi yang telah tenggelam sejakgejolak politik yang diakibatkan G. 30.S.PKI,mengadakan Pasanggiri Ibing t ingkatNasional yang diselenggarakan tanggal 16-

17 Maret 1972 di gedung Merdeka Bandung.Adapun tari yang diperlombakan adalah:rumpun: tari topeng Cirebon, Ibing Keurseus,tari wayang, dan tari kreasi R.Tjetje Somantri.Pada pasang giri tersebut keluar sebagai juaraumum adalah Suji dari Palimanan denganmenyajikan topeng Tumenggung (“NenekJuara Umum” dalam Pikiran Rakyat, 18Maret 1972).

Endo Suwanda pada bulan Juli 1977diserahi tugas oleh Dewan Kesenian Jakarta(DKJ) membawa rombongan topengbabakanyang didalamnya berintikan dalang-dalangtopeng terkenal seperti, Suji (60 tahun) dariPalimanan, Sujana (Jana) (40 tahun) dan Keniadik Jana (30 tahunan) dari Slangit untukmentas bersama dalam satu sajian diTaman Ismail Marzuki, Jakarta. Untukmenyesuaikan kondisi yang berbeda konteksia terpaksa memotong waktu dan koreografibeberapa jenis tarian supaya tidak memakanwaktu lebih dari dua jam. Penyajian ini terasasekali bahwa nilai dan bentuk keseniantersebut sudah tertantang oleh situasi dankondisi masa kini yang menghendakikepraktisan. Sudah barang tentu pula, nilai-nilai uang utuh dan hakiki kesenian tersebutboleh dikatakan sudah memudar padapertunjukan waktu itu. Oleh karena secaratradisi untuk tari Panji saja dibutuhkan wakturelatif lama yang kemungkinan melebihiseperempat atau separuh dari waktu yangsudah dijatahkan oleh penyelenggara yaituselama dua jam. Beberapa seniman/ kritikustari seperti Sardono dan Sal Murgiyanto dariAkademi Tari Lembaga Pusat KesenianJakarta (LPKJ) memberi ulasan dari hasilpenyajian itu sebagai berikut.

Pada topeng babakan ini kita lihat satucontoh terbaik dari jenis tari yangmenggunakan topeng. Topengmerupakan ½ elemen pokok dan pola-

Page 8: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

135Volume 15 No. 2 Desember 2016

pola gerak dan bagian tubuhmerupakan unsur yang menguatkankekuatan ekspresi dari topeng. Sujimembuktikan dirinya sebagai penariyang mampu mengungkapkan nilaiyang ada pada tari gaya Cirebon yangbelum ada tandingan …..(Sardono W.Kusumo, “Topeng Cirebon Teater TariYang Meruapkan Bau Tanah” dalamKompas, 26 Juni 1977).

Banyak yang dipelajari dari TopengCirebon ini. Sebagai tontonan ia memangberbobot oleh karenanya perlu mendapatperhatian. Pemeo yang menyatakan seolah-olah tarian istana selalu lebih unggul darirakyat, tidak selamanya berlaku (SalMurgiyanto, 1993:93-96).

Topeng Babakan di Losari telah 20 tahuntidak aktif semenjak Sumitra meninggaldunia tahun 1961. Putra- putrinya yangberjumlah 11 orang ditinggalkan dengankemampuan nopeng (menari topeng), akantetapi dalam waktu yang lama tersebar danberkelana untuk memenuhi kebutuhanhidup. Setelah sekian tahun tenggelam padatahun 1978 rombongan topeng Losarimendapat undangan pentas sebagai kaul ataunazar pada acara khitanan di Jatipiring Brebes(Juju Masunah, 1996/1997: 115). Pementasandi Jatipiring merupakan awal kebangkitanTopeng Losari. Pementasan berikutnyaadalah tahun 1979 di Sanggar Pringgading,Plumbon, kabupaten Cirebon. Maka mulaitahun 1980 sampai 1993, para seniman,peneliti, wartawan dari luar Cirebon datangke Losari dengan berbagai tujuan masing-masing (Ibid: 116)

Pada tahun 1982 topeng Losarimengadakan pagelaran di Taman IsmailMarzuki. Anak-anak Sumitra yang telahberumur lebih dari setengah abad berkumpulkembali, yang dalam kerentaannya masih

mencengangkan penonton Jakarta. Di dalamtubuh- tubuh usia senja ini, tersimpankemampuan artistik yang sulit dicari taranya.Konsep estetik topeng Noh (Jepang) yangterkenal itu agaknya berlaku pula bagitontonan rakyat kita ini. Jika seorang penarimuda mengandalkan daya pikatnya padahana (bunga) yaitu ketrampilan dankebagusan lahiriyah, maka seorang penaritua telah tercerap ketrampilan tersebutsebagai milik, lebih mengandalkan yugenyakni kematangan batin atau penghayatan.Topeng Losari kini bangkit kembali (SalMurgiyanto, 1993:124-126). Pada tanggal 8Februari 1982 Topeng Lasari diundang olehASKI Surakarta untuk mengadakanpergelaran.

Walaupun telah melakukanpertunjukan dimana-mana kehidupanseniman rakyat ini masih tidak beranjak. Jikatidak ada tanggapan, mereka kebanyakanmereka bekerja sebagai buruh tani, kulibangunan, jualan di warung, bahkan adapula yang mengandalkan hidupnya darimengumpulkan puntung rokok. Keseniantopeng Losari barangkali bisa menjadi contohsoal dari seni tradisi rakyat yang memilikilingkup budaya kompleks. Keseniantradisional rakyat ini berakar pada aspek-aspek tradisional yang sering tak terjelaskanoleh kerangka kebudayaan sekarang, tetapisementara itu menghadapi hari depanyang suram. Kesenian ini dalamperkembangannya, memang merupakankesenian milik rakyat, dalam arti interaksibudaya dan toleransi masyarakat sekitarterhadap kesenian ini berlangsung secaraintensif.

Topeng Losari merupakan teater tradisirakyat yang bersifat total, lebih dari sekedarseni pertunjukan. Kesenian ini merupakan

Page 9: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

136 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Topeng Babakan Cirebon 1900 -1990 Toto Sudarto

suatu ungkapan penuh penghayatan dariolah tubuh sekaligus olah rohani lengkapdengan upacara- upacara. Hal itu misalnyatampak pada saat membaca mantra sebelummenari. Latihan- latihan fisik yang kerasdengan penuh disiplin serta olah spiritualyang lain (puasa 35 hari, mandi air Bunga)atau lewat laku mengembara sebagai jelatahingga berbulan- bulan. Tradisi yang bersifatspiritual agaknya tak terwariskan terhadapgenerasi sekarang (Ardus M.Sawega, “TariTopeng Losari Lebih dari Sekedar SeniPertunjukan” dalam Kompas, 4 Februari1983).

PENUTUPTopengbabakan Cirebon berkembang

seiring dengan perkembangan masyarakatpendukungnya yang agraris. Padamasyarakat golongan ini, ritual yangberkaitan dengan siklus pananaman padiataupun pertanian ladang menjadi suatubagian penting yang harus dilaksanakan. Halini sangat erat berkaitan dengan sistemkepercayaan masyarakat akan kekuatantertentu di luar kemampuan dirinya yang bisamembantu dalam kehidupannya sehari-hari.Apabila kita melihat pada masa yang lebihjauh, penyembahan terhadap nenek moyangtelah menjadi suatu bagian sistemkepercayaan yang tidak dapat kita lupakandari perjalanan suku- suku bangsa yang adadi Indonesia ini. Bahkan sisa- sisa darifenomena kebudayaan tersebut masih kitajumpai sampai sekarang.

Uraian dari bab-bab terdahulu telahmemberi gambaran betapa Topeng BabakanCirebon sebagai salah satu bentuk senipertunjukan tari yang hidup danberkembang di daerah itu, dalamperjalanannya turut mewarnai kehidupan

tari di Jawa Barat. Keindahan serta ke halusanpenampilan tari yang dibawakan oleh parapenarinya menjadi suatu wacana yang cukupluas di kalangan dunia tari saat itusampai sekarang. Kepiawaian seorangdalang topengdalam mempertunjukkanketrampilam menarinya telah mempesonapara penggemar tari dari wilayah lain di luarCirebon, terutama para menak (bangsawan)Sunda yang pada awal abad XX sangatmenggandrungi seni tari sebagai salah satusarana hiburan bagi kalangan tersebut.Penyebaran pengetahuan serta ketrampilanmenari dari para dalang topeng berlangsungsecara intensif melalui undangan para menakyang ingin belajar menari kepadanya.

Sebagaimana diketahui naik turunnyaperekonomian sebagai akibat dari perubahanpemerintahan mulai dari Hindia Belanda,Jepang, zaman kemerdekaan yang diwarnaidengan gejolak politik, sangat mempengaruhipada kondisi ekonomi rakyat. Hali iniberpengaruh juga pada keadaan ekonomipendukung kesenian sebagai salah satubagian dari kelompok masyarakat. Paradalang topeng dimasa-masa sulit mengadakanperjalanan dari suatu daerah ke daerahlainnya untuk mendapatkan uangsebagai penyambung hidupnya. Ia besertakelompoknya memainkan beberapa nomorpertunjukan tari topeng yang terbagi dalambeberapa babak sebagai satu tarian tersendiri,ataupun mempertunjukan kebolehannyasecara utuh apabila yang berminat untukmenyaksikannya. Pertunjukan bebarang(ngamen) secara berkeliling itulah yangmenjadi pemicu menyebarnya topeng diJawa Barat sekaligus mempengaruhi bentuk-bentuk tari yang telah ada dan menjadi miliksuatu kelompok masyarakat di luarCirebon.

Page 10: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

137Volume 15 No. 2 Desember 2016

Perkembangan yang terjadi padabentuk kesenian ini adalah denganberubahnya fungsi dari penyajian keseniantersebut. Pada awalnya ia disajikan padaupacara-upacara ritual baik individu ataupunhajatnya suatu kelompok masyarakat,kemudian karena kebutuhan ekonomi iaberkembang menjadi suatu bentuk sajianyang murni bersifat pertunjukan semata.Melalui pertunjukan bebarang yangdikunjungi hampir seluruh wilayah Priangandan Jawa Barat secara umum, kesenian inimemberikan pengaruh pada beberapabentuk tari yang telah ada. Bahkan Prianganyang semula tidak memiliki tarian topengkemudian melahirkan tari topeng Sundayang diberi nama dengan Tari TopengPriangan. Beberapa ahli tari Sunda bahkanmenciptakan beberapa bentuk tari topengyang berbeda menurut seleranya masing-masing. R.Tjetje Somantri menciptakanTopeng Koncaran dan Menak Jingga, sertabeberapa tarian lain yang mengambil dasargerak Topeng Cirebon. R.Nugraha Sudiredjamenciptakan tari Topeng Tumenggung,Kencana Wungu, dan Topeng Tiga Karakteryang merupakan kombinasi dari KencanaWungu, Patih dan Klana. R.Ono LesmanaKartadikusumah menciptakan tari TopengKlana dengan versinya sendiri. R.I MamanSurjaatmadja menciptakan tari Topeng Klanaberdasarkan gerak tari topeng yangdipelajarinya dari Amih (anak Wentar), danlain-lainnya. Hal ini menggambarkan bahwatari Topeng Cirebon telah mengalamidiversifikasi (pengembangan) bentuk aslinyamenjadi beberapa bentuk turunannya dalamversi Sunda. Bentuk-bentuk tari topengSunda begitu dikalangan orang Sundabahkan masih digemari di kalangan tari diJawa Barat sampai sekarang.

Pasang surut kegiatan kesenian sangaterat dengan masyarakat pendukungnya.Sedangkan kondisi masyarakat bergantungpula pada permasalahan-permasalahan yangterjadi dilingkungan pemerintahan sebagaipenyelenggara negara. Hal ini memberigambaran bahwa soal-soal kebudayaanadalah soal yang kompleks yang salingberkaitan satu sama lainnya. Faktorkebijakan para pemimpin dari pusat sampaike daerah sangat berpengaruh pada tahappelaksana di lapangan. Tentunya hal ini akanberpengaruh pada pasang surutnya kegiatankesenian di daerah yang pembinanya padabeberapa masa dilimpahkan kepadaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaanmelalui tangan penilik kebudayaan. Faktorkepentingan dan kewenangan secara individudari para penilik kebudayaan di daerah jugamempengaruhi perkembangan keseniantradisional di daerah itu sendiri. Akan tetapikita tidak dapat memfonis begitu saja kepadapara penilik kebudayaan yang secarabirokratis mereka hanya ditunjuk untukmelakukan tugasnya, sedangkanpengetahuan serta kemampuannya dalambidang kebudayaan sangat terbatas.

Faktor lain yang ikut mempengaruhiberkurangnya pertunjukan topeng dimasyarakat adalah dengan begitu gencarnyapengaruh globalisasi informasi yang sudahtidak dapat ditawar-tawar lagi. Kecanggihanalat komunikasi dan sistem informasi telahmerambah keseluruh tatanan kehidupanmasyarakat, sampai kepelosok-pelosokterpencil. Hal ini menyebabkan perubahantatanan kehidupan yang ada di masyarakat.Tentunya hal ini berpengaruh pula padaanimo masyarakat terhadap keseniantradisi yang sebelumnya menjadi bagianyang sangat erat dengan kehidupan

Page 11: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

138 Volume 15 No. 2 Desember 2016

Topeng Babakan Cirebon 1900 -1990 Toto Sudarto

berkeseniannya. Kehidupan ritual yangberkaitan dengan sistem pertanian mulaiberubah dengan kemajuan teknologipertanian yang pesat. Bentuk-bentuk upacararitual yang berakar pada sistem kepercayaanlama mulai ditinggalkan. Masyarakat lebihmemilih bentuk kesenian lain yangmenghibur secara langsung dapatmelepaskan mereka dari kepenatankehidupan keseharian. Unsur-unsur filosofiserta tatanan nilai-nilai kehidupan dari sebuahpertunjukan sudah tidak menarik lagi untukdibicarakan. Kajian terhadap Topeng Babakandapat dipahami sebagai fenomena sejarahtentang maju mundurnya sebuah bentukkesenian tradisional yang hidup danberkembang di masyarakat, khususnya bagimasyarakat di daerah Cirebon, dan JawaBarat secara umum.

DAFTAR PUSTAKAAnis Sujana.1993. “Tayuban Di Kalangan Bupati Dan

Priyayi Di Priangan Pada Abad Ke-19Dan Ke-20", Tesis, Program StudiSejarah. Yogyakarta: Fakultas PascaSarjana Universitas Gadjah Mada.

Drooglever P.J. dan M.J.B. Schouten.1992. Officiele Bescheiden Betreffende De

Nederlands-Indonesische Betrekkingen1945- 1950, Vol.CXXI, Nederland: ‘s-Gravenhage.

Endo Suwanda.1990. “Seniman Cirebon Dalam Konteks

Sosialnya” dalam Seni PertunjukanIndonesia, Tahun I No,1., Surakarta:Yayasan Masyarakat Musikologi Indo-nesia.

Juju Masunah.1996/1997. “Sawitri Seniman Topeng Cirebon

di Tengah Perubahan Sosial Budaya”,

Tesis S2, Yogyakarta: UniversitasGadjah Mada.

Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT.

Tiara Wacana.Maman Surjaatmadja.1980. “Topeng Cirebon Dalam

Perkembangan Serta PeranannyaDalam Masyarakat Jawa BaratKhususnya Di Daerah Cirebon”,Bandung: Laporan Penelitian, ASTIBandung.

Maman Surjaatmadja dan Atja.1970 “Dramatari Ramayana Nasional Gaya

Sunda”, Yogyakarta: SeminarDramatari Ramayana Nasional.

Pegeaud, Th.1938 Javaanse Volksvertoningen, Batavia:

Volkslectuur.Risyani, et. Al.1984/1985 “Pertunjukan Topeng Cirebon

Suatu Studi Tentang Tata CaraPenyajian Topeng Hajatan”, Bandung;Proyek Pengembangan ASTIBandung.

Sal Murgianto.1993. “Tontonan Cirebon”, dalam Ketika

Cahaya Memudar Sebuah Kritik Tari,Jakarta: Deviri Ganan.

Serrurier.1896. De Wajang Poerwa, Leiden:

Boekhanden En Drukkerij.Soedarsono, RM.1972. Jawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan

Drama Tari Tradisional Di Indonesia,Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Soedarsono, RM.1998. Seni Pertunjukan Indonesia di Era

Globalisasi, Jakarta: Direktorat Jendral

Page 12: TOPENG BABAKAN CIREBON 1900-1990

139Volume 15 No. 2 Desember 2016

Pendidikan Tinggi DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, 1998.

Martakusumah, Tb. O.1972. “Pandangan Tentang Tari Sunda Pada

Dewasa Ini”, 4 Mei.Kompas, Jakarta, 26 Juni 1977Pikiran Rakyat, Bandung, 18 Maret 1972.Pikiran Rakyat, Bandung, 5 November 1974.

NARASUMBERR. Effendi Kartadikusumah, 60 tahun,

Sumedang, Seniman Tari.Sawitri, 75 tahun, Losari, dalang Topeng

Losari.Soleh, 75 tahun, Bongas, Bodor pada grup

Dasih/ Nesih.