skripsi diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh...
TRANSCRIPT
FUNGSI PESTA LOMBAN SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI RAKYAT
MASYARAKAT PESISIR KABUPATEN JEPARA
DALAM MENYAMPAIKAN PESAN DAKWAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Iin Afriyanti
107051002443
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/ 1433 H
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Iin Afrivanti
n70st002443
Di Bawah Bimbingan,
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H/2011M
01998031032
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul "Fungsi Pesta Lomban Sebagai Merlia Kornunikasi
Rakyat Masyarakat Pesisir Kabupaten Jepara dalam Menyampaikan pesan
Dakwah" telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada XX Desember 2An. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah saru syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, XX Desember 2011
Sidang Munaqasah
Anggota,
Anggota,
Penguji I
NIP. 1971081
150215384
Prof. Dr. H.NIP. 19621
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya yang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2011
Iin Afriyanti
i
ABSTRAK
Iin Afriyanti
Fungsi Media Komunikasi Rakyat Masyarakat Pesisir: Pesta Lomban Kabupaten
Jepara Sebagai Media Penyiaran Islam
Jepara merupakan kabupaten paling utara di Propinsi Jawa Tengah, letaknya di
bibir pantai utara. Walaupun demikian, masyarakat Jepara sebagian besar
bermatapencaharian tukang kayu dan pengrajin ukiran. Terlepas dari pencaharian pokok,
ada sebagian masyarakat Jepara, khususnya masyarakat pinggir pantai, merupakan
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Salah satu wujud komunikasi massa
masyarakat nelayan dalam ikatan shilaturrahmi adalah melalui tradisi Pesta Lomban.
Pokok pertanyaan skripsi ini adalah bagaimana fungsi media komunikasi
masyarakat pesisir Kabupaten Jepara dalam Pesta Lomban sebagai media penyiaran
Islam? Pertanyaan turunannya adalah sejauh mana Pesta Lomban masuk kategori media
rakyat yang mengangkat kearifan lokal? Apa fungsi komunikasi yang dilakukan oleh
masyarakat pesisir Kabupaten Jepara dalam Pesta Lomban? Serta apa fungsi Pesta
Lomban dalam penyiaran Islam berdasarkan kearifan lokal?.
Fungsi media komunikasi masyarakat pesisir dalam Pesta Lomban yaitu untuk
meningkatkan solidaritas antara masyarakat dan pemerintah. Diadakannya Pesta Lomban
untuk menyampaikan maksud syukur masyarakat kepada Allah SWT dengan simbol
larung kepala kerbau ke tengah laut telah diberi do’a dahulu oleh modin. Setelah di
larung, kepala kerbau kemudian diperebutkan oleh masyarakat untuk dimasak dan
dimakan oleh keluarga ini sesuai dengan kearifan lokal.
Komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dan pemerintah
menggunakan media rakyat yang dikemas dengan arif. Media rakyat memiliki berbagai
fungsi antara lain adalah sebagai saluran alternatif; penyeimbang antara perkotaan dengan
pinggiran; membantu menjembatani antara pusat dan pinggiran; pencegahan kekecewaan;
fasilitas keswadayaan; berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan, dan pengawasan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif deskriptif dengan memberi
gambaran dahulu dan kemudian dianalisis secara apa adanya. Pengumpulan data
dilakukan dengan observasi partisipan, dan wawancara, serta dokumentasi. Setelah itu
baru penulis menyimpulkan hasil temuan di lapangan.
Pesta Lomban yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan dengan
menggunakan media larung kerbau dan ketupat, jelas ini tidak Islami apabila ditujukan
selain kepada Allah SWT. Namun pemerintah dan ulama’ mengemas media tersebut
secara arif dengan memanjatkan do’a sebelum media tersebut digunakan. Pada upacara
Pesta Lomban pemerintah menghimbau masyarakat agar terus bersyukur dan beribadah
kepada Allah SWT, dalam kesempatan ini pula pemerintah menjelaskan program-progam
demi kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan.
Jadi Pesta Lomban merupakan media komunikasi antara masyarakat dan
pemerintah. Dalam Pesta Lomban terdapat media komunikasi masyarakat pesisir. Media
yang digunakan adalah kepala kerbau dan ketupat. fungsinya sebagai simbol maksud
bersyukur terhadap Sang Khalik, serta terhadap sesama manusia, antara pemerintah dan
masyarakat. Media ini menjadi bukti komunikasi sosial dan juga media penyiaran Islam.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah ‘Azza Wajalla, dan kesejahteraan serta kedamaian
semoga dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang paling mulia dan sebaik-baik
manusia, yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga beliau yang suci, para
sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan
kebaikan hingga hari pembalasan.
Nikmat dan anugerah yang tak pernah berhenti diberikan Allah SWT
untuk penulis, do’a dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis
selama penelitian ini, sehingga kesulitan yang dihadapi dapat teratasi. Hasilnya
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Sebagai rasa syukur, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini, di antaranya adalah:
1. Kepada orang tua tersayang, Bapakku Fadholi dan Ibuku Siti
Mukarromah, yang selalu membuat penulis bangga menjadi anak kalian,
terimakasih atas kasih sayang yang tak pernah putus, selalu tercurah untuk
penulis, do’a untuk penulis tak pernah kalian hentikan di sepanjang sujud.
2. Bapak Prof. Andi Faisal Bakti, M.A, Ph.D, selaku Pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk
dengan sabar selama penulisan skripsi ini.
iii
3. Mbak Khoir, Mbak Juli, Mas Agung, Mas Fatir, dukungan kalian
membangkitkan motivasi penulis untuk selalu semangat, bersabar untuk
menjadi yang terbaik. Semangat 2011 yang selalu menjadi motto hidup
kita. Aku sayang dan bangga memiliki panutan seperti kalian.
4. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,
M.A, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal,
M.A, dan Pudek III Drs. Study Rizal LK, M.A, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal.
5. Bapak Jumroni M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
dan Ibu Umi Musyarofah, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam.
6. Kak Rara, selaku staff LSM C 3 Hurria pimpinan Pembimbing yang tak
henti-hentinya memberi arahan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen, Staf Perpustakaan Fakultas dan Umum, staf administrasi
dan staf karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.
8. Ibu Dra. Roudhonah, M.A, selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.
iv
9. Adik-adikku sayang Syarifah Hidayatullah dan Annisa Fadliyah, serta
keluarga besar yang senantiasa menyemangati penulis dan menjadi
motivasi penulis agar selalu menjadi panutan yang berkualitas.
10. Keluarga Bapak Sulaiman dan Bapak Warid yang menjaga penulis di saat
bapak pulang ke Jepara.
11. Bapak H. Ali Irfan Mukhtar B.A, Bapak Eko Kasiono S. Sos, Bapak K.H
Arifin, serta Staf karyawan BAPPEDA Jepara dan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Jepara yang telah memberi pengetahuan, dan
informasi kepada penulis tentang penelitian Pesta Lomban ini.
12. Sahabat terbaik yang penulis amat sayangi Didih Sairoh, Anggi Ria, Tiara
Ayu Sari Dewi, Siti Qori’atun Sholihah, Nur Fauzia, Melia Rizka
terimakasih atas kehadiran kalian yang telah memberi warna sekaligus
memberi pelajaran, selalu mendengarkan curhat, memberi masukan positif
dan dengan ikhlas meminjamkan uang dan laptop untuk penuntasan skripsi
ini.
13. Teman-teman KPI C dan D angkatan 2007 penulis bangga memiliki
teman-teman seperti kalian. Teman yang sangat perhatian, ringan tangan
membantu penulis baik materi maupun non materi.
14. Sahabat-sahabati PMII KOMFAKDA yang selalu memberi pelajaran
hidup, memberi warna kekeluargaan yang sangat erat, memberi dukungan,
dan membuat penulis merasa hidup lebih berarti dan bermanfaat sehingga
penulis bangga menjadi diri sendiri.
v
15. Teman-teman KKN Cibeureum 2010, yang tak henti-hentinya memberi
semangat kepada penulis untuk selalu bersemangat di setiap keadaan
apapun.
Pada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tanpa
mengurangi rasa hormat, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari
segala kesalahan dan kekurangan. Saran dan kritik yang membangun selalu
penulis harapkan dari anda pembaca budiman, sehingga menjadi catatan kebaikan
untuk penulis dalam mengembangkan ilmu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik tersebut penulis
kembalikan, semoga Allah membalas jasa dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Alhamdulillahirabbi’aalamin.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
Iin Afriyanti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi, Batasan Masalah, Rumusan Masalah dan Pernyataan
Penelitian .................................................................................. 5
C. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
D. Tujuan, Manfaat, dan Bingkai Penelitian ................................ 8
E. Metodologi ............................................................................... 12
F. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 15
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II : KAJIAN TEORI
A. Fungsi Media Komunikasi ....................................................... 18
B. Media Komunikasi Rakyat Masyarakat Pesisir ....................... 20
C. Media Penyiaran Islam............................................................. 25
BAB III : GAMBARAN UMUM
A. Masyarakat Kabupaten Jepara ................................................. 28
B. Pesta Lomban ........................................................................... 33
vii
BAB IV : HASIL TEMUAN DAN PEBAHASAN
A. Pesta Lomban Sebagai Media Komunikasi Rakyat dan Kearifan
Lokal ......................................................................................... 43
B. Fungsi Media Komunikasi Rakyat dalam Penyiaran Islam
Berdasarkan Kearifan Lokal .................................................... 53
C. Pesta Lomban Berfungsi Sebagai Komunikasi Masyarakat
Pesisir ........................................................................................ 65
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................. 67
B. Saran......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lima pulau besar dan
17.000 pulau yang membentang dari timur, selatan, barat dan sampai utara. Lima
pulau tersebut adalah Papua, Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Dengan
kata lain, Indonesia adalah Negara yang heterogen dari segi suku, agama, ras, dan
antar golongan. Masing-masing daerah ini mempunyai ciri khas tersendiri. Sehingga
berbeda pula pola, konteks, dan sistem komunikasinya.
Sistem komunikasi dalam masyarakat Indonesia akan sangat ditentukan oleh
corak, bentuk, dan keragaman masyarakat Indonesia itu sendiri. Karena itu sistem
komunikasi Indonesia mempunyai pengertian sekelompok orang, pedoman dan
media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide,
gagasan, simbol, lambang, menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk
mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah
pesan itu menjadi sumber informasi. Masyarakat pesisir juga melakukan
komunikasi. Komunikasi yang mereka lakukan untuk 1) pengawasan lingkungan, 2)
menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menganggapi
lingkungan, 3) mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi berikutnya.1
1 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada), hal. 4.
2
Propinsi Jawa Tengah beribukota di Semarang, memiliki beberapa karesidenan,
salah satunya adalah Karesidenan Pati meliputi Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus,
Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati.2
Kabupaten Jepara adalah kabupaten paling utara di Propinsi Jawa Tengah. Sebelah
barat dan utara berbatasan dengan Laut Jawa.3
Walaupun Kabupaten Jepara terletak di bibir pantai utara, masyarakat Jepara
sebagian besar bermata pencaharian tukang kayu dan pengrajin ukiran. Mereka
mengolah kayu jati menjadi bahan-bahan perabot rumah tangga, seperti lemari,
tempat tidur, kursi dan lain sebagainya yang kemudian diukir. Memang ciri dari
furniture atau mebel Jepara adalah ukiran. Ukiran yang dominan adalah bermotif
daun yang menjalar.
Terlepas dari mata pencaharian pokok masyarakat Jepara sebagai pengrajin
kayu berukir, ada sebagian masyarakat Jepara khususnya masyarakat pinggir pantai
atau pesisir merupakan masyarakat bermata pencaharian pencari ikan di laut, atau
yang lebih dikenal dengan nelayan.
Wujud komunikasi masyarakat pesisir utara Kabupaten Jepara adalah tradisi
Pesta Lomban. Pesta ini merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan yang biasanya
diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal atau 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.4
2 “Karisidenan,” diakses melalui http://jv.wikipedia.org/wiki/Karesidenan_Pati pada tanggal
11 Juni 2011 3Jepara Dalam Angka 2010, (Jepara: Badan Pusat Statistik dan BAPPEDA Kabupaten
Jepara), hal. 3. 4Pemerintah Kabupaten Jepara, Legenda Jepara, (Jepara: BAPPEDA Jepara), hal. 67-68.
3
Tradisi Pesta Lomban pada awalnya adalah pestanya masyarakat nelayan di wilayah
Kabupaten Jepara. Namun dalam perkembangannya pesta ini telah menjadi milik
masyarakat Jepara pada umumnya.
Tradisi yang berasal dari masyarakat pesisir yang bermata pencaharian
nelayan mampu mengundang perhatian masyarakat luar Jepara. Mereka ikut serta
dalam pelaksanaan tradisi ini. Seperti masyarakat kabupaten Kudus, Demak, dan Pati
sehingga Pesta Lomban menjadi sumber pendapatan daerah (pemasukan dana).5
Pada saat pesta Lomban berlangsung, semua pasar di Jepara tertutup tidak ada
pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai Kartini. Pesta
Lomban berlangsung sejak jam 06.00 pagi sampai selesai dimulai dengan upacara
pelepasan kepala kerbau atau sering disebut dengan larung kepala kerbau dari TPI
(Tempat Pelelangan Ikan) di pantai desa Ujung Batu. Upacara ini dipimpin oleh
pemuka agama (modin) desa Ujung Batu dan dihadiri oleh Bapak Bupati Jepara dan
para pejabat kabupaten lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan lempar-lemparan
kupat (ketupat)6 atau sering disebut dengan sawat-sawatan kupat oleh masyarakat.
Mengemas dengan arif dalam Pesta Lomban menjadi faktor yang perlu di
perhatikan oleh pemerintah dan tokoh agama Islam. Karena kepercayaan dengan
melarung kepala kerbau dan sawat-sawatan kupat merupakan bentuk kepercayaan
lama dan bukan Islam oleh masyarakat nelayan dan sangat didukung oleh pemerintah
5Hasil wawancara pribadi dengan Bpk H. Ali Irfan Mukhtar, B.A (mantan Wakil Bupati
Kabupaten Jepara), pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman Beliau. 6Kupat atau ketupat terbuat dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur) setelah
dianyam dengan model tertentu sebagai tempat beras kemudian dikukus.
4
dan masyarakat Jepara. Namun, nampaknya ada proses islamisasi terhadap upacara
itu.
Dalam Pesta Lomban terdapat upacara yang menggunakan kepala kerbau untuk
menyampaikan rasa syukur kepada Sang Khalik, Allah SWT atas nikmat yang
diberikan kepada para nelayan. Terdapat pula sawat-sawatan kupat (ketupat) untuk
menyampaikan rasa saling memaafkan antar nelayan. Media komunikasi rakyat
masyarakat Jepara, khususnya masyarakat nelayan Desa Ujung Batu memiliki fungsi
media komunikasi yang sangat efektif digunakan oleh masyarakat dan sangat
didukung oleh Pemda Jepara karena terdapat hiburan, informasi dan bahkan pesan
Islam yang disampaikan dan diterima dalam Pesta Lomban ini.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui media
komunikasi rakyat yang dilaksanakan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Jepara
dalam tradisi Pesta Lomban. Lebih khusus lagi, penelitian ini mengangkat judul:
“Fungsi Pesta Lomban Sebagai Media Komunikasi Rakyat Masyarakat Pesisir
Kabupaten Jepara dalam Menyampaikan Pesan Dakwah.”
5
B. Identifikasi, Batasan Masalah, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sejauh mana
media komunikasi masyarakat pesisir di Kabupaten Jepara melalui Pesta Lomban
berfungsi sebagai media penyiaran Islam. Subyek penelitian adalah media
komunikasi rakyat yaitu larung (menghanyutkan) kepala kerbau dan sawat-sawatan
(lempar-lemparan) kupat (ketupat) dalam Pesta Lomban sebagai suatu wujud kearifan
lokal.
2. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas, maka penelitian ini terbatas pada objek media
komunikasi masyarakat pesisir utara Jawa Tengah yaitu pada media komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat Jepara khususnya dalam Pesta Lomban sebagai media
penyiaran Islam.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah utamanya sebagai berikut: bagaimana fungsi media komunikasi
rakyat masyarakat pesisir Kabupaten Jepara dalam Pesta Lomban sebagai media
penyiaran Islam?
Adapun pertanyaan turunan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pesta Lomban dapat dikategorikan media komunikasi rakyat
yang mengangkat kearifan lokal?
6
2. Apa fungsi komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
Kabupaten Jepara dalam Pesta Lomban?
3. Apa fungsi Pesta Lomban dalam penyiaran Islam berdasarkan kearifan
lokal?
4. Pernyataan Penelitian
Media komunikasi rakyat yang digunakan dalam Pesta Lomban yang
dilaksanakan oleh masyarakat pesisir Kabupaten Jepara adalah pelarungan kepala
kerbau dan sawat-sawatan ketupat. Media ini berfungsi untuk meningkatkan
silaturrahmi, menambah rasa solidaritas antara masyarakat dan pemerintah setempat,
serta pengemasan media secara Islam merupakan bentuk ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT. Ini semua menjadi bukti bahwa Pesta Lomban memiliki fungsi
media komunikasi sosial sekaligus sebagai media penyiaran Islam.
C. Tinjauan Pustaka
Dari pengamatan peneliti di lingkungan UIN Jakarta, peneliti tidak menemukan
peneliti skripsi yang objeknya sama dengan proposal skripsi ini. Saya menemukan
skripsi mengenai akulturasi budaya dengan judul: “Akulturasi Budaya antara Tradisi
Sunda Wiwitan dengan Islam dalam Bentuk Ritual Sesajen Desa Narimbang
Kabupaten Sumedang.” Penelitian ini ditulis oleh Pipit Pitriani mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2010.
7
Penelitian ini mengidentifikasikan pada ranah perubahan makna dalam ritual
sesajen yang terjadi karena percampuran budaya antara tradisional Sunda Wiwitan
dengan Islam di daerah Narimbang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Peneliti ini
pun merumuskan masalah dengan pertanyaan: apa makna yang masih dilakukan
oleh masyarakat desa Narimbang sekarang? Bagaimana proses perubahan makna
pada sesajen itu terjadi? Apakah motif tertentu setelah terjadi perubahan makna
tersebut? Serta adakah komponen fisik yang berubah dari sesajen tersebut?.7
Hasil dari penelitian yang ditulis oleh penulis skripsi tersebut menyimpulkan
bahwa proses perubahan makna yang terjadi sudah berlangsung lama. Namun,
perubahan ini bukan bersifat tetap, karena merupakan siasat agar masyarakat
berkenan meninggalkan sesajen, dan menyembah Allah SWT semata. Penulis juga
merumuskan tiga hasil temuan yang pertama bentuk peneguhan tradisi, yang kedua
adanya bentuk akulturasi dan ketiga adanya bentuk Islamisasi.
Perbedaan penelitian saya dengan penelitian yang ditulis Pipit adalah dari cara
pengidentifikasian masalah. Bila penelitian Pipit terfokus pada perubahan makna
atau unsur inti yang ada pada ritual sesajen yang telah terakulturasi dengan Islam,
maka penelitian saya berfokus pada fungsi media komunikasi yaitu pada media
komunikasi rakyat masyarakat pesisir utara Jawa Tengah dalam tradisi Pesta
Lomban Kabupaten Jepara sebagai media penyiaran Islam.
7Pipit Pitriani, Akulturasi Budaya Antara Tradisi Sunda Wiwitan dengan Islam dalam Bentuk
Ritual Sesajen di Desa Narimban, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang,(Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2010), hal. 4-5.
8
D. Tujuan, Manfaat, dan Bingkai
1. Tujuan
1.1. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana fungsi media komunikasi rakyat masyarakat
pesisir Kabupaten Jepara dalam Pesta Lomban sebagai media penyiaran
Islam.
b. Untuk mengetahui sejauh mana Pesta Lomban masuk kategori media
rakyat dan kearifan lokal.
c. Untuk mengetahui fungsi komunikasi yang dilakukan masyarakat pesisir
dalam Pesta Lomban.
d. Untuk mengetahui fungsi dari Pesta Lomban dalam penyiaran Islam
berdasarkan kearifan lokal.
1.2. Tujuan Umum
Menelusuri media komunikasi yang digunakan oleh masyarakat pesisir
sehingga mahasiswa KPI, muballigh, dan para da’i-da’iyah masa depan dapat
menggunakan sebagai media penyiaran Islam.
2. Manfaat penelitian
2.1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi wilayah
kajian ilmu komunikasi khususnya mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia
dan mata kuliah Komunikasi Antaragama dan Budaya. Masyarakat pesisir
yang bermata pencaharian nelayan sebagai wilayah kajian ilmu dakwah.
9
Penelitian ini erat kaitannya dengan fungsi media rakyat, agama, dan
kemasyarakatan, sehingga dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa dalam
berdakwah di masyarakat di kemudian hari, khususnya yang berkaitan dengan
nilai-nilai kearifan lokal, dan juga diharapkan sebagai perbandingan studi-
studi selanjutnya.
2.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kesadaran dan pemahaman
kepada mahasiswa dan masyarakat untuk lebih memanfaatkan nilai-nilai
kebudayaan sebagai saluran dalam berdakwah serta untuk lebih
mengoptimalkan nilai-nilai kearifan lokal dalam melakukan dakwah.
10
3. Bingkai Penelitian
Agar penelitian terlihat sederhana maka disusun bingkai sebagai berikut:
Bagan I.1 Fungsi Media Rakyat Pesta Lomban
(Sumber: Nurudin, 2007: 102-104)
11
Bagan I.1 di atas menjelaskan bahwa masyarakat Jepara khususnya
masyarakat nelayan Desa Ujung Batu mengadakan Pesta Lomban yang di dalamnya
terdapat atraksi-atraksi yang menggunakan suatu media. Sebelum Islam, media ini
dipercayai masyarakat memiliki kekuatan yang dapat menyampaikan pesan kepada
roh halus penguasa laut. Media yang dipercayai ini berupa sesembahan sesajen yaitu
kepala kerbau yang biasanya dihanyutkan atau dilarungkan ke laut agar dimakan oleh
penguasa laut tersebut. Sebelum dilarung terlebih dahulu dimantrai oleh orang yang
dipercayai masyarakat dekat dengan roh halus, orang ini yang sering disebut dengan
Dukun si Penjaga Laut. Tujuannya adalah agar roh halus memberi keselamatan saat
mencari ikan di laut, serta masyarakat nelayan memperoleh banyak ikan.
Pesta Lomban Kabupaten Jepara kini dikemas dalam Islam, sesuai dengan
kearifan lokal. Pengemasan dengan arif atau bijak yakni dengan tujuan semata-mata
untuk beribadah kepada Allah SWT dengan mengharapkan limpahan rizki serta
sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT
selama satu tahun. Sebelum Pesta Lomban dimulai, ulama’ atau modin8 mengajak
masyarakat untuk berdo’a. Do’a yang berisikan harapan agar diberi keselamatan,
mendapat rizki dari Allah SWT, memohon ampun (beristighfar), dan meminta maaf
atas kesalahan yang dilakukan selama satu tahun. Kemudian modin dan pemerintah
menyampaikan informasi yang dikemas pada nilai keislaman, dan simbol Islami
seperti pembukaan pidato mengucapkan kalimat hamdallah dan sholawat atas nabi.
Selain itu para pembicara menyampaikan pesan-pesan pembangun masyarakat Islam.
8Sebutan lain oleh masyarakat untuk ulama’.
12
Pemerintah dan modin melakukan komunikasi kepada masyarakat yang
berfungsi untuk: 1) pengawasan lingkungan, 2) menghubungkan bagian-bagian yang
terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungan, 3) mewariskan pengetahuan
dari generasi ke generasi berikutnya. Untuk menyampaikan informasi agar sampai
kepada masyarakat, pemerintah dan modin memerlukan media atau perantara. Media
masyarakat atau media rakyat ini merupakan suatu kebutuhan umum, suatu adaptasi
yang berguna, yang diharapkan dapat memperoleh informasi dan pendidikan, sebagai
wujud partisipasi rakyat, sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinteraksi dengan
masyarakat lainnya.
Dari pengertian media rakyat di atas, maka jelaslah bahwa media rakyat
memiliki fungsi yaitu sebagai saluran alternatif; penyeimbang antara perkotaan
dengan pinggiran; membantu menjembatani antara pusat dan pinggiran; pencegahan
kekecewaan; fasilitas keswadayaan; berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan,
dan pengawasan. Hal ini akan dibahas lebih detail di bab-bab selanjutnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Tempat, Subjek dan Objek Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jepara, terletak paling utara
di Propinsi Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Ujung Batu, kecamatan Jepara
dan di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara.
13
b. Subjek Penelitian
Pesta Lomban Kabupaten Jepara dan masyarakat pesisir utara Jawa
Tengah, yaitu masyarakat Kabupaten Jepara. Tokoh masyarakat, baik
pemerintah maupun ulama’ lokal (modin) di Kabupaten Jepara.
c. Objek penelitian
Fungsi Pesta Lomban sebagai media komunikasi rakyat dalam
menyampaikan pesan dakwah.
2. Informan atau Responden
Dalam penelitian ini perlu adanya informan atau responden. Untuk itu
penelitian ini menggunakan teknik bola salju yaitu dengan mewawancarai orang
yang benar-benar menguasai permasalahan dalam penelitian, kemudian peneliti
meminta rujukan untuk mendapatkan informasi dari informan lainnya. Begitulah
seterusnya sehingga sekiranya sudah tidak muncul lagi informasi baru yang
bervariasi.9
Dalam penelitian ini informan yang peneliti temui yaitu K.H. Ali Irfan
Mukhtar, B.A sebagai mantan wakil Bupati Jepara, K.H Arifin sebagai tokoh agama
Islam sekaligus sesepuh Desa Ujung Batu, dan Eko Kasiono, S.Sos sebagai Kepala
Bidang Kebudayaan Kabupaten Jepara.
9Burhan Bungin, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media,
Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana
Media Group, 2007), hal. 156-157.
14
2.1 Pendekatan
Dengan menggunakan pendekatan kulitatif penelitian ini dapat
mendeskripsikan dengan memberi gambaran dahulu, kemudian dianalisis secara apa
adanya, setelah itu baru menyimpulkan hasil temuan di lapangan.
Proses pengumpulan dan analisis informasi sebagai berikut:
a) Observasi Partisipasi
Pengamatan langsung dilakukan peneliti dengan mengamati kegiatan pra-
acara Pesta Lomban, saat Pesta Lomban, serta pascapesta yang dilakukan oleh
masyarakat Kabupaten Jepara khususnya masyarakat pesisir Desa Ujung Batu.
Pesta Lomban jatuh pada tanggal 6 September 2011, maka pengamatan partisipasi
di lakukan pada tanggal 5 September sampai tanggal 6 September 2011.
Observasi dilakukan di kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Jepara, di Desa Ujung Batu, yakni di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Tempat ini
merupakan tempat pelaksanaan Pesta Lomban.
b) Wawancara
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan K.H Ali Irfan Mukhtar
B.A,yaitu mantan wakil Bupati Jepara, K.H Arifin, yaitu tokoh Agama Islam di
Desa Ujung Batu, dan Eko Kasiono, S. Sos. sebagai Kepala Bidang Kebudayaan
Kabupaten Jepara yang memiliki perhatian, pengetahuan sejarah, serta perannya
dalam perkembangan Pesta Lomban. Pertanyaan dalam wawancara yang
15
dilakukan yaitu terkait dengan Pesta Lomban sebagai media komunikasi rakyat
dalam penyampaian pesan dakwah.
c) Dokumentasi
Studi ini dilakukan terutama untuk memanfaatkan dokumen berikut: foto-foto
saat pelaksanaan Pesta Lomban, buku-buku yang terkait dengan teori dan Pesta
Lomban, dan catatan jurnal tentang sistem media komunikasi masyarakat pesisir
yaitu masyarakat Kabupaten Jepara dalam tradisi Pesta Lomban. Guna menambah
referensi mengenai data Pesta Lomban juga dilakukan penelusuran melalui dunia
cyber/website di antaranya http://id.wikipedia.org/wiki/, http://wordpress.com,
http://sosbud.kompasiana.com/, http://www.hendromartojo.info/,
http://republika.co.id:8080/koran/, http://blog.beswandjarum.com. Kemudian
penulis menggunakan analisa deskriptif artinya dari data yang terkumpul penulis
menafsirkan dengan jalan menemukan kategori-kategori dalam data yang
berkaitan dengan teori untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Dari data-data yang sudah diperoleh, maka peneliti mempelajari berkas-berkas
yang telah terkumpul kemudian peneliti melakukannya dengan cara: editing yaitu
mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga
keseluruhan berkas itu dapat dinyatakan baik. Peneliti kemudian mengklasifikasi
dengan unit analisis seperti bagan I.1 yaitu pertama Pesta Lomban sebagai media
komunikasi rakyat dan kearifan lokal, kedua fungsi media komunikasi rakyat
16
dalam penyiaran Islam berdasarkan kearifan lokal, dan ketiga Pesta Lomban
berfungsi sebagai komunikasi masyarakat.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam skripsi ini, penulis berusaha
membuat sistematika khusus berdasarkan kesamaan dan hubungan yang ada,
skripsi ini terdiri atas lima Bab:
Pada bab pendahuluan, penulis mengemukakan latar belakang masalah,
identifikasi, pembatasan, perumusan masalah dan pernyataa penelitian, tinjauan
pustaka, tujuan, manfaat, bingkai, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian,
informan atau responden, metodologi, dan yang terakhir adalah sistematika
penulisan.
Bab berikutnya adalah membahas fungsi media komunikasi, sistem media
komunikasi masyarakat pesisir menjelaskan pengertian fungsi media komunikasi,
pengertian media rakyat atau media masyarakat, dan menjelaskan fungsi media
masyarakat. Media penyiaran Islam, bentuk dan fungsi mengakhiri bab II ini.
Adapun gambaran umum masyarakat Kabupaten Jepara ditempatkan pada bab
III yang terdiri atas sejarah singkat kabupaten Jepara, letak geografis, sifat dan
karakteristik masyarakat Jepara, khususnya masyarakat desa Ujung Batu
Kabupaten Jepara. Kemudian gambaran umum tentang Pesta Lomban meliputi:
latar belakang terjadinya Pesta Lomban, gambaran Pesta Lomban, gambaran
17
Pesta Lomban zaman dahulu dan Pesta Lomban zaman sekarang, proses upacara
Pesta Lomban merupakan sub bab terakhir bab ini.
Bab IV merupakan hasil temuan dan pembahasan tentang fungsi media
komunikasi masyarakat pesisir dalam Pesta Lomban Kabupaten Jepara sebagai
media penyiaran Islam. Bab ini meliputi makna Pesta Lomban, larung kepala
kerbau, dan yang terakhir sawat-sawatan kupat yang dikaitkan dengan media
rakyat dan fungsinya dalam penyiaran Islam.
Akhirnya, bab penutup sebagai bab V, meliputi simpulan dan saran.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Fungsi Media Komunikasi
Sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu systema, yang berarti suatu
keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian dan hubungan yang
berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Dalam buku
Sistem Komunikasi Indonesia, Nurudin menjelaskan bahwa Tatang M. Amirin
pernah meringkas berbagai macam definisi sistem yaitu sekumpulan unsur yang
melakukan kegiatan atau menyusun skema dengan tata cara melakukan suatu
kegiatan pemprosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan dan hal ini
dilakukan dengan cara mengolah data atau energi atau barang (benda) di dalam
jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi atau barang (benda).10
Dengan demikian sistem komunikasi biasa didefinisikan sekelompok orang,
pedoman, media yang menyusun skema dan melakukan suatu kegiatan mengolah,
menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam
membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan, dan saling pengertian satu
sama lainya dengan mengolah pesan tersebut menjadi sumber informasi.
10
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2007), hal. 3-4.
19
Hakikat sistem komunikasi adalah suatu pola yang saling melengkapi antar
sistem dalam sistem komunikasi.11
Hubungan antar unsur bersifat satu dan tak
terpisahkan satu sama lain. Ini berarti unsur yang lebih rendah memberikan andil
yang sangat besar bagi berjalanya sistem yang lebih besar. Sistem komunikasi tidak
akan berjalan dengan baik apabila tidak menggunakan media tertentu. 12
Media berasal dari kata medium yaitu alat yang digunakan untuk
berkomunikasi, agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih banyak dan
luas.13
Media juga merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat saluran atau media. Ada yang
menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi
antar pribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Dalam komunikasi
massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima
yang sifatnya terbuka, di mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan
mendengarnya.14
Sistem media komunikasi merupakan media atau perantara yang digunakan
untuk memindahkan ungkapan dari sumber kepada penerima yang telah tersusun
untuk digunakan dalam suatu kegiatan yang terdiri atas mengolah, kemudian
menyimpan, dan akhirnya menuangkan pendapat atau ide, gagasan, simbol, dan
11
Ibid., hal. 12-13. 12
Ibid., hal. 13. 13
Roudhonah, Ilmu komunikasi, ( Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007), cet. 1, hal. 46. 14
Hafied cangara, Pengantar ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), ed. 1, hal. 23.
20
lambang menjadi suatu pesan untuk mencapai satu kemufakatan dan saling
pengertian dengan mengolah pesan tersebut menjadi sumber informasi.
Komunikasi yang dilakukan oleh modin dan pemerintah ke masyarakat
dalam kegiatan Pesta Lomban menggunakan media berupa simbol yaitu kepala
kerbau dan kupat memiliki fungsi komunikasi. Fungsi komunikasi tersebut adalah
1) pengawasan lingkungan, 2) menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari
masyarakat untuk menanggapi lingkungan, 3) mewariskan pengetahuan dari generasi
ke generasi berikutnya. Agar fungsi ini efektif digunakan, maka modin dan
pemerintah menggunakan media yang erat dan disukai oleh masyarakat.
B. Media Komunikasi Rakyat Masyarakat Pesisir
Ilmu komunikasi adalah bagian dari ilmu sosial. Dengan demikian sistem
komunikasi Indonesia menjadi subsistem dari sistem Indonesia. Artinya bahwa corak
sistem komunikasi dalam masyarakat Indonesia akan sangat ditentukan oleh corak,
bentuk, dan keragaman masyarakat Indonesia itu sendiri. Misalnya sistem sosial jika
lebih dioperasionalkan dengan memasukan sistem kepercayaan masyarakat, akan
mempunyai arti bahwa kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat akan ikut
memberi warna proses dan bentuk komunikasinya.15
Kearifan lokal merupakan kebijaksanaan setempat yang biasanya berkaitan
dengan budaya. Irwan Abdullah mengungkapkan pandangan Jhon Haba mengenai
kearifan lokal. Menurutnya kearifan lokal merupakan mengacu pada kekayaan
15
Opcit., hal. 6-7.
21
budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat yang kemudian
dikenal, dipercayai, dan diakui sebagai elemen penting yang mampu mempertebal
solidaritas diantara warga masyarakat.16
Komunikasi yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga budaya dikemas dengan arif atau bijaksana agar tidak terselewengkan,
dengan cara disukai oleh masyarakat. Dalam hal ini komunikasi dalam budaya yang
dilakukan oleh masyarakat pesisir telah disesuaikan dengan kearifan lokal.
Perairan pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat
dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air
laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan
benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti
sedimentasi dan aliran air tawar.17
Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok
orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.
Masyarakat pesisir yang hidup dari sumber daya laut seperti nelayan, buruh,
pembudidaya, dsb.18
16
Irwan Abdullah, dkk, Agama Dan Kearifan Lokal dalam tantangan Global, (Yogyakarta:
Sekolah Pasca sarjana UGM & Pustaka Pelajar, 2008), cet. 1, hal. 7. 17
Sodik, Moch., Khoirudin Nasution, dan Ahmad Arifin, Nelayan Muslim dan Pengelolaan
Ekosistem Lautan di Pantai Utara Jawa: Studi Kasus Nelayan Muslim Jepara, diakses pada tanggal 31
Januari 2011. 18
Sholeh Rifai, “Sosiologi Masyarakat Pesisir”, diakses melalui
http://blog.beswandjarum.com/solehrifai/2009/07/03/sosiologi-masyarakat-pesisir/ pada tanggal 31
Januari 2011.
22
Sistem komunikasi masyarakat pesisir tidak akan berjalan dengan baik
manakala tidak menggunakan media tertentu. Media masyarakat pesisir, merupakan
media rakyat juga. Di Indonesia terdapat istilah “media komunikasi rakyat” yang
memiliki lima pengertian.19
Pertama media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang
lebih luas dari kebutuhan semua khalayaknya. Kedua media masyarakat adalah
adaptasi media untuk digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan, apapun yang
tujuannya ditetapkan masyarakat. Ketiga media masyarakat adalah media yang
memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk memperoleh informasi, dan
pendidikan, bila mereka menghendaki kesempatan itu. Keempat Media masyarakat
adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan,
produksi, dan pelaksana. Dan yang terakhir, media masyarakat adalah sarana bagi
masyarakat untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.
Masyarakat pesisir Kabupaten Jepara yaitu masyarakat Desa Ujung Batu yang
kebanyakan menggantungkan sumber kehidupan perekonomiannya pada pemanfaatan
sumberdaya laut, melakukan kegiatan dalam kurun waktu setahun sekali untuk
mengungkapkan suatu pesan. Kegiatan tersebut yang disebut dengan Pesta Lomban.
Untuk melaksanakan Pesta Lomban, masyarakat Desa Ujung Batu menggunakan
19
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 2007), hal.
102-104.
23
media rakyat. Media rakyat ini memiliki fungsi atau kegunaan suatu hal.20
Jadi sistem
komunikasi di dalamnya mencakup media yang memiliki berbagai fungsi.
Fungsi media rakyat yang pertama adalah Memberi saluran alternatif sebagai
sarana bagi rakyat untuk mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka. Kedua
berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dalam isi
media. Ketiga membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran
sehingga mampu mencegah timbulnya rasa kecewa, rasa puas diri, dan keterasingan
dikalangan penduduk daerah pedesaan. Keempat memberi fasilitas berkembangnya
keswadayaan, kemampuan menolong diri sendiri dan kemampuan mengambil
keputusan sendiri. Fungsi kelima merupakan berguna bagi umpan balik, sistem
pemantauan, dan pengawasan suatu proyek tertentu.
Wujud nyata media asli Indonesia adalah media komunikasi tradisional
(folklor). Bentuk-bentuk folklor : 1) cerita prosa rakyat, 2) ungkapan rakyat, 3) puisi
rakyat, 4) nyanyian rakyat, 5) teater rakyat, 6) gerak isyarat, 7) alat pengingat, dan 8)
alat bunyi-bunyian.21
Dalam Pesta Lomban ini, semua kategori folklor dipenuhi.
Pemerintah Kabupaten Jepara mengutip penjelasan tentang folklor dari
Sardanto Cokrowinato mengemukakan ciri folklor adalah penyebaran dan pewarisan
yang dilakukan secara lisan, disiarkan melalui tuturkata dari mulut ke mulut; bersifat
tradisional; bentuknya beraneka ragam karena disebarkan secara lisan;bersifat
20
Departemen Pendidikan Nasional., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), ed. 3, hal. 322. 21
Opcit., hal. 114.
24
anonim, pencipta tidak diketahui; berbentuk, berumus, dan berpola; bersifat pralogis;
menjadi milik bersama masyarakat; bersifat polos dan lugu; dan dapat saling
memengaruhi karena timbulnya bisa bersamaan antara daerah satu dengan daerah
lain. Folklor memiliki sifat-sifat didaktis, kepahlawanan, keagamaan, pemujaan, adat,
sejarah dan humoris. Folklor berfungsi sebagai alat pencerminan angan-angan rakyat;
sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga kebudayaan; sebagai alat pendidikan;
sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma masyarakat dipatuhi; sebagai sumber
informasi dalam upaya menggali nilai-nilai , gagasan dan keyakinan masyarakat. 22
Jadi media komunikasi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat desa
atau pinggiran adalah folklor, karena tradisi masyarakat biasa dilakukan
penyebarannya secara lisan, gerak isyarat, atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian.
Seperti halnya dengan masyarakat pesisir Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Jepara
setiap setahun sekali melaksanakan Pesta Lomban yang di dalamnya terdapat
berbagai acara yang sangat disukai seperti penyajian tari Kridojati (bercerita tentang
seni ukir) oleh masyarakat nelayan dan juga menyangkut kepercayaan masyarakat
pembuangan kepala kerbau sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas nikmat,
mereka bergembira yang ditunjukan dengan lempar-lemparan kupat oleh antar
masyarakat nelayan. Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara juga ikut serta, melebur
menjadi satu dengan masyarakat dalam Pesta Lomban, sehingga tidak ada lagi
kesenjangan antara Pemerintah dan masyarakat Jepara khususnya masyarakat pesisir
Desa Ujung Batu. Pesta Lomban ini mencakup semua ciri floklor di atas.
22Pemerintah Kabupaten Jepara, Legenda Jepara, (Jepara: BAPPEDA Jepara), hal. 4.
25
C. Media Penyiaran Islam
Pengertian dakwah dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab “da’wah”. Da’wah
mempunyai makna memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon,
menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan,
mendoakan, menangisi, meratapi.23
Pengertian Dakwah ini memiliki banyak padanan
kata di antaranya adalah tabligh dan Al-Amr bi Al-Ma’ruf.
Arti asal tabligh adalah menyampaikan, dalam aktivitas dakwah, tabligh berarti
menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Moh. Ali Aziz dalam bukunya yang
berjudul “Ilmu Dakwah” menerangkan bahwa Amrullah Ahmad menjelaskan
perbedaan dakwah dan tabligh sebagai berikut:24
“Tabligh adalah bagian dari sistem dakwah Islam. Kegiatan dakwah adalah
usaha bersama orang yang beriman dalam merealisasikan ajaran Islam ke
dalam seluruh aspek kehidupan yang dilakukan melalui lembaga-lembaga
atau organisasi-organisasi. Sedangkan tabligh adalah usaha menyampaikan
dan menyiarkan pesan Islam yang dilakukan oleh induvidu maupun
kelompok baik secara lisan maupun tulisan.”
Sedangkan Al-Amr bi Al-Ma’ruf artinya memerintahkan kepada kebaikan, yaitu
kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang diperintahkan dalam ajaran Islam.25
Yaitu mengajak kepada Tauhidullah (beribadah hanya kepada Allah) dan
meninggalkan penyembahan kepada selain Allah.26
23
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Media Grafika, 2009), ed. revisi, hal. 6. 24
Ibid., hal. 21. 25
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. 1, hal. 9. 26
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Fatwa-Fatwa Terkini 2, (Jakarta: Darul Haq,
2003), hal. 205.
26
Prof. Andi Faisal Bakti menjelaskan pengertian dakwah dalam sebuah artikel
yang berjudul “Prof Andi Faisal Bakti, Da’I Harus Menaklukan Media” sebagai
berikut:27
“Dakwah adalah usaha untuk mengajak manusia agar bersama-sama
membangun dunia ini dengan penuh kedamaian (salam), keadilan, cinta, kasih,
etika, dan akhlak yang luhur. Demi mencapai masyarakat berkeadaban yang
hormat-menghormati satu sama lain, mengedepankan musyawarah (deliberasi)
di atas sunatullah melalui empat tingkatan (level). Pertama, menyampaikan
(tabligh) pesan Islam dengan bahasa yang mudah dicerna, sebagaimana firman
Allah (QS 36:17), "Tiadalah bagi kita kecuali menyampaikan dakwah dengan
jelas". Namun, soal pemahaman mengenai apa yang disampaikan terpulang
kepada penerima. Kedua, perubahan (taghyir). Pelaku dakwah berusaha untuk
mengubah suatu kondisi seseorang atau masyarakat ke kondisi yang lebih baik.
Namun, soal perubahan itu juga bergantung pada penerima dakwah, karena ini
soal pilihan seseorang, yakni berkaitan dengan diri atau jiwa (nafs). Allah tidak
akan mengubah nasib satu kaum, kecuali bila kaum itu mengubah apa yang ada
pada diri/jiwa mereka. Ketiga, peningkatan dan kemajuan (progress) seseorang
atau umat, atau lebih tepat lagi soal pembangunan kemanusiaan (human
development), kualitas hidup yang cerdas, tercerahkan, dan teremansipasi. Hal
ini berkaitan dengan amar makruf nahi mungkar, sebagaimana firman Allah
SWT, "Kalian adalah umat terbaik yang tampil di depan manusia dengan
memerintahkan yang baik dan melarang yang buruk.” Keempat, etika dan tata
susila. Hal ini berkaitan dengan akhlak. Pelaku dakwah dan siapa saja tidak
boleh melakukan hasutan, cemoohan, serta gibah.”
Media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
perantara, tengah atau pengantar. Dalam bahasa Inggris media merupakan bentuk
jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Media adalah alat yang
menghubungkan pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada
27
Andi Faisal Bakti, “Da’I Harus Menaklukan Media,” diakses melalui
http://republika.co.id:8080/koran/0/134642/Prof_Andi_Faisal_Bakti_Dai_Harus_Menaklukkan_Media
pada tanggal 2 Desember 2011.
27
komunikan(penerima pesan). Dalam bahasa Arab media sama dengan wasilah atau
dalam bentuk jamak wasail yang berarti alat atau perantara.28
Media penyiaran Islam adalah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan
dakwah kepada mitra dakwah. Macam-macam media penyiaran Islam menurut A.
Hasjmy menyebutkan:29
Media dakwah dan sarana dakwah atau alat dakwah dan medan dakwah ada enam
macam, yaitu: mimbar (podium) dan khitabah (pidato/ceramah); qalam (pena) dan
kitabah (tulisan); masrah (pementasan) dan malhamah (drama); seni suara dan
seni bahasa; madrasah dan dayah (surau); serta lingkungan kerja dan usaha.
Jadi media penyiaran Islam adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau
menyiarkan pesan Islam dari orang atau kelompok kepada orang atau kelompok
penerima pesan Islam. Dalam penelitian ini media komunikasi rakyat yang dilakukan
untuk dakwah Islam oleh masyarakat Jepara dalam Pesta Lomban terdapat dalam
kategori mimbar dan pidato; drama dalam bentuk pertunjukan (sawat-sawatan
ketupat dan tari-tarian); serta lingkungan kerja dan usaha atu bisnis. Ulama’ dan
Pemerintah dalam upacara Pesta Lomban mengajak masyarakat Jepara, khususnya
masyarakat nelayan untuk beribadah dan selalu bersyukur kepada Allah atas rizki
yang diperoleh dari hasil usaha dan kerjanya saat di laut. Semua yang dilakukan
untuk menjadikan masyarakat ke dalam kondisi yang lebih baik, sehingga masyarakat
Jepara khususnya masyarakat nelayan berkualitas hidup yang cerdas akhlaknya dan
sejahtera hidupnya.
28
Opcit., hal. 403. 29
Ibid., hal. 405.
28
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Masyarakat Kabupaten Jepara
1. Sejarah Singkat Kabupaten Jepara
Nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara
yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat permukiman para
pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Mula-mula Jepara dipimpin oleh Aryo
Timur (1470), kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-
1521). Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Falatehan yang berkuasa pada tahun
1521-1536, oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada
menantunya yaitu pangeran Hadiri suami dari Ratu Retno Kencono. Namun pada
tahun 1549 Pangeran Hadiri dibunuh oleh Aryo Penangsang, kekuasaan kemudian
dipegang oleh Ratu Retno Kencono yang mendapat gelar Nimas Ratu Kalinyamat.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), kerajaan Jepara
berkembang pesat menjadi bandar niaga utama di pulau Jawa dan menjadi pangkalan
Angkatan Laut. Selain itu, Ratu Kalinyamat berjasa dalam membudayakan seni ukir
yang sekarang jadi andalan utama ekonomi Jepara, yaitu perpaduan seni ukir
Majapahit dengan seni ukir Patih Bandar Duwung yang berasal dari Cina. Mengacu
pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga
Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan masyhur, maka penetapan hari jadi
29
kota Jepara mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara, yang
bertetapan dengan tanggal 12 Rabiul Awal tahun 956 H. atau 10 April 1549 M.
Sekarang Drs. H. Hendro Martojo, M.M adalah Bupati Kabupaten Jepara.30
2. Letak Geografis
Jepara sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah terletak pada 5o43’20,67”
sampai 6o47’25,83” lintang selatan dan 110
o9’48,02” sampai 110
o58’37,40” bujur
timur. Sebelah barat dan utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Demak. Jarak terdekat dari Ibu kota kabupaten adalah Kecamatan
Tahunan yaitu 7 kilometer dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimun Jawa.
Dipandang dari ketinggian permukaan tanah dari permukaan laut, wilayah Kabupaten
Jepara terletak mulai dari 0 meter sampai dengan 1.301 meter. Kecamatan Jepara
berada pada ketinggian permukaan 0 meter sampai 46 meter. Desa Ujung Batu
Kecamatan Jepara merupakan desa yang terletak di pesisir pantai.31
Berikut gambar
peta Kabupaten Jepara.
30 Jepara Dalam Angka 2010, (Jepara: Badan Pusat Statistik dan BAPPEDA Kabupaten
Jepara), hal. xxxvii-xxxix.
31 Ibid., hal. 3.
30
Gambar III.1 Peta Kabupaten Jepara Jawa Tengah
(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/peta_pulau_jepara)32
Dari Gambar III.1 nampak bahwa letak Kabupaten Jepara sebelah barat dan
utara berbatasan dengan Laut Jawa. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Kudus dan Kabupaten Pati, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Demak. Karena letak Kabupaten Jepara tepat di bibir pantai, masyarakat Jepara yang
bertempat tinggal di sepanjang pantai dinamakan dengan masyarakat pesisir.
3. Masyarakat Pesisir Desa Ujung Batu Kabupaten Jepara
Wilayah pesisir sebagai suatu perairan antara daratan dan lautan yang
merupakan sumber daya potensial di Indonesia. Masyarakat pesisir adalah kelompok
orang yang bermukim di wilayah pesisir mempunyai mata pencaharian dari sumber
daya alam atau jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut. Sifat dan karakteristik nelayan
32
Peta Kabupaten Jepara, diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/peta_pulau_jepara
pada tanggal 13 Oktober 2011.
31
khas, nelayan mempunyai dinamika kehidupan yang dipengaruhi oleh lingkungan,
musim, dan pasar.33
Menurut K.H. Ali Irfan Mukhtar, B.A, masyarakat pesisir terlebih masyarakat
nelayan Jepara memiliki tabiat kasar, namun religius dan suka berpesta. Desa Ujung
Batu merupakan salah satu desa yang berkecamatan di Jepara Kabupaten Jepara.
Desa ini berlokasi di pesisir utara Kabupaten Jepara, masyarakatnya pun mayoritas
sebagai nelayan yang memiliki karakteristik masyarakat pinggir laut atau masyarakat
pesisir yang sangat dipengaruhi lingkungan. Tabiat masyarakat pesisir Jepara yang
pertama, cenderung kasar, namun tak berarti kasar dalam arti hal negatif, buruk atau
bahkan tercela. Kasar di sini bermaksudkan suara, keras untuk memanggil atau
berbicara dengan nelayan lainnya karena bersaing dengan suara ombak laut. Kedua
adalah religius atau beragama. Masyarakat Jepara sebagian besar memeluk agama
Islam. 34
Keadaan ini dapat dilihat dari data dalam tabel-tabel berikut:
33Safri Burhanuddin, Kewirausahaan Pemuda Bahari, (Jakarta: Deputi Bidang
Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olah Raga, Kementerian Negara Pemuda Dan Olah Raga, 2004),
hal. 14-16.
34
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk K.H. Ali Irfan Mukhtar, B.A (mantan Wakil Bupati
Kabupaten Jepara), pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman Beliau.
32
Table III.1 Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Prasarananya Tahun 2005
Kecamatan Masjid Langgar Mushola Gereja
protestan
Gereja
katholik
Wihara
Budha
Kedung 30 12 336 _ 12 1
Pecangan 42 232 32 6 10 _
Kalinyamatan 42 220 2 _ 13 _
Welahan 29 141 10 _ 34 _
Mayong 59 152 7 2 1 _
Nalumsari 54 194 5 1 _ _
Batealit 62 170 14 3 1 _
Tahunan 52 304 12 2 _ _
Jepara 54 236 5 _ _ _
Mlonggo 103 111 10 1 1 _
Bangsri 101 406 20 1 _ _
Kembang 100 455 4 9 _ _
Keling 176 _ 4 10 _ 1
Karimun Jawa 4 4 1 _ 14 1
Jumlah 916 2.989 462 35 86 3
(Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Jepara Tahun 2005).
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Jepara
merupakan pemeluk agam Islam dapat dilihat dari jumlah tempat ibadah yang ada.
Tabel III.1 memperlihatkan bahwa tempat ibadah umat Islam merupakan yang
terbanyak jumlahnya. Pada tabel terlihat jumlah masjid sebanyak 916 bangunan,
langgar35
sebanyak 2.989 bangunan dan musholla sebanyak 462 bangunan.
Sementara itu, jumlah tempat ibadah pemeluk agama lainnya bahkan tidak mencapai
setengah jumlah tempat ibadah umat Islam yang ada di sana.
35
Langgar merupakan tempat sholat sekaligus tempat belajar mengaji yang dipimpin oleh
seorang ustadz ini yang membedakan dengan mushola yang merupakan tempat sholat saja.
33
Data tentang banyaknya jumlah masjid, musholla dan langgar yang ada di
Jepara, seperti tampak pada tabel di atas, adalah fakta yang menunjukkan banyaknya
pemeluk agama Islam di Jepara. Artinya mayoritas penduduk Kabupaten Jepara
adalah pemeluk agama Islam. Dan tentunya masyarakat Desa Ujung Batu yang
berkecamatan di Jepara mayoritas beragama Islam pula.36
Masyarakat nelayan Jepara melakukan kegiatan bersenang-senang atau
berpesta ini sesuai dengan tabiat terakhir menurut K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A.
Umumnya masyarakat Jepara suka bersenang-senang. Masyarakat Jepara dan
masyarakat nelayan berpesta dalam kurun waktu satu tahun sekali yang dikenal
dengan Pesta Lomban.37
B. Pesta Lomban
1. Latar Belakang
Istilah Lomban oleh sebagian masyarakat Jepara disebutkan dari kata
“Lomba-lomba” yang berarti masyarakat nelayan masa itu bersenang-senang
melaksanakan lomba-lomba laut yang seperti sekarang masih dilaksanakan setiap
pesta Lomban, namun ada sebagian mengatakan bahwa kata-kata lomban berasal dari
kata “Lelumban” atau brsenang-senang. Semuanya mempunyai makna yang sama
yaitu merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhan
sebulan penuh.
36
Zamroni, Pemetaan Tipologi Pemilih PPP Kabupaten Jepara ; Sebuah Strategi
Pemenangan Pemilihan Umum,(Semarang: UNDIP, 2007), hal. 48-52.
37Hasil wawancara pribadi dengan Bpk K.H. Ali Irfan Mukhtar, B.A (mantan Wakil Bupati
Kabupaten Jepara), pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman Beliau.
34
Pesta Lomban di Jepara sejarahnya adalah pestanya masyarakat nelayan di
wilayah Kabupaten Jepara. Namun dalam perkembangannya pesta ini telah menjadi
budaya masyarakat Jepara umumnya. Acara ini merupakan acara puncak dari pekan
Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 Syawal atau satu minggu setelah hari
raya Idul Fitri. Dan pesta inilah saat yang dinantikan oleh masyarakat Jepara. Bahkan
merupakan tradisi awal mulai melakukan aktivitas pekerjaan. Baik masyarakat Jepara
yang merantau ke luar kota maupun bekerja di sekitar rumah sendiri.38
Keberadaan situasi ini sudah merupakan kebudayaan masyarakat Jepara yaitu
tidak akan memulai pekerjaan atau usahanya sebelum ada pelaksanaan acara lomban.
Bagi para pekerja perantauan di luar Jepara tidak kembali ke tempat bekerjanya
sebelum mengikuti puncak acara Lomban. Kenyataannya dari para pengusaha mebel,
pengrajin, dan para pekerja masih belum memulai aktivitasnya jika acara Pesta
Lomban tersebut belum terlewati.
Pesta Lomban saat Syawal ini oleh masyarakat Jepara sering disebut dengan
nama Bodo Kupat. Karena pada saat itu masyarakat Jepara mulai dari pelosok desa
sampai ke perkotaan merayakannya dengan memasak ketupat dan lepet. Disertai
dengan masakan opor ayam, rendang daging, oseng-oseng, dan lainnya.
Ketupat dan lepet tersebut merupakan hidangan khas pada hari itu, sehingga
bisa dikatakan pada acara itulah masyarakat Jepara menikmati semuanya. Ketupat ini
terbuat dari beras yang dibungkus dari daun kelapa muda atau sering disebut janur,
38
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Selayang Pandang Pesta Rakyat: Pesta Lomban dan
Kupat, (Jepara, 2008), hal. 1.
35
rasanya seperti nasi atau lontong. Sedangkan lepet terbuat dari beras ketan yang
diramu dengan kelapa muda dan diberi garam sehingga rasanya gurih walaupun
dimakan tanpa lauk. Ketupat dan lepet ada sebagian orang yang mempunyai
kepercayaan bisa digunakan sebagai sesaji tolak balak, sehingga kadang-kadang
hewan-hewan piaraan seperti kerbau dan sapi diberi kalungan kupat atau lepet agar
terhindar dari mara bahaya segala macam penyakit. Bahkan untuk meramaikannya
kadang-kadang kendaraan, mobil juga dipasang ketupat lepet sebagai tanda hari
kebesaran bodo kupat.
Selain hidangan ketupat dan lepet untuk meramaikan acara tersebut
masyarakat Jepara juga menyediakan makanan kecil. Masing-masing keluarga
mempersiapkan diri bersama anak-anak dengan pakaian serba baru untuk berangkat
menyaksikan Pesta Lomban di Pantai Kartini. Pantai Kartini atau Pemandian Kartini
inilah yang merupakan pusat acara ritual berlangsung. Di sana telah siap berbagai
atraksi kebudayaan pesta nelayan.
Dengan ragam dan budaya atraksi rakyat nelayan inilah masyarakat Jepara
menyempatkan untuk datang dan melihat dari dekat keberadaan Pesta Lomban yang
berada di kota Jepara ini. Bahkan acara ini sudah tersohor sampai luar kota Jepara,
seperti Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak, Kabupaten Pati dan Kabupaten
Rembang. Biasanya pada hari inilah sepanjang jalan kota Jepara padat dengan lalu
lintas.
36
Keramaian pada hari itu tidak hanya seputar di Pantai Kartini saja namun juga
terdapat di tempat lain kawasan Jepara seperti Pantai Tirta Samudra Bandengan,
Benteng Portugis Keling, Pantai Teluk Awur dan Pantai Bondo. Para pengunjung dari
luar kota Jepara di samping melihat acara tersebut, juga mereka menyempatkan diri
melihat dan bahkan membeli kerajinan ukir Jepara.39
Jadi, acara ini memberi efek
pada ekonomi, bisnis, dan pariwisata daerah.
2. Pesta lomban Zaman Dahulu
Pesta Lomban ini telah berlangsung lebih dari satu abad yang lampau. Cerita
ini bersumber dari tulisan tentang Lomban yang dimuat dalam Majalah Kalawarti
berbahasa Melayu bernama Slompret Melayu yang terbit dari Semarang pada paro
kedua abad ke XIX edisi tanggal 12-17 Agustus 1883 yang menceritakan keadaan
Lomban pada waktu itu. Dan ternyata berbeda dengan apa yang dilaksanakan para
nelayan pada zaman sekarang.40
Diceritakan dalam tulisan tersebut bahwa pusat keramaian pada waktu itu
berlangsung di Teluk Jepara dan berakhir di Pulau Kelor. Pulau Kelor sekarang inilah
yang disebut “Pemandian Kartini” atau Taman Rekreasi Pantai Kartini.
Karena proses pendangkalan, maka lama kelamaan antara Pulau Kelor dan
daratan Jepara bergandengan menjadi satu. Pulau Kelor ini dulu pernah menjadi
kediaman seorang bangsawan Melayu yang bernama Encik Lanang. Pulau ini
39
Legenda Jepara, (Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2009), hal. 69. 40
Ibid., hal. 69.
37
dipinjamkan Pemerintahan Hindia Belanda kepada Encik Lanang atas jasanya dalam
membantu Hindia Belanda dalam perang di Bali.41
Pesta Lomban kala itu memang sangat menggembirakan bagi masyarakat
nelayan. Pesta ini dimulai pagi hari sekitar jam 06.00 WIB. Penduduk pagi hari
tersebut yang menjadi peserta Lomban bergegas masing-masing menuju ke
perahunya. Mereka mempersiapkan diri sambil membawa “amunisi” guna senjata
dalam perang teluk. Amunisi logistik berupa makanan dan minuman yang berupa
ketupat, lepet, kolang kaling, telur busuk, terompet, mercon, kentongan dan bahkan
untuk menyempurnakan keramaian dibawa pula beberapa petasan untuk dijadikan
ajang “darr... derr...dorr...”, sehingga suasananya seperti perang beneran.42
Perang ini
mengingatkan peperangan antara Hindia Belanda dengan Penduduk Jepara di pantai
kelor (Pantai Kartini).43
Beberapa perahu nelayan dihias dengan berbagai cara dan awak kapal pun
siap siaga beramai-ramai untuk untuk kekuatan berlomba mengarungi samudra
dengan berbagai rintangan. Keberangkatan armadanya menuju ke medan perang
diiringi dengan gamelan dengan tembang “Kebo Giro”. Gamelan yaitu alat musik
yang terdiri dari kendang, bonang, bonang penerus, demung, saron, peking/gamelan,
41
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Selayang Pandang Pesta Rakyat: Pesta Lomban dan
Kupata,. (Jepara, 2008), hal. 4. 42
Ibid., hal. 4. 43
Hasil Wawancara pribadi dengan Bpk Eko Kasiono, S.Sos yang sekarang menjabat sebagai
Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara pada tanggal 7
Juni 2011.
38
kenong dan kethuk, slenthem, gender, gong, gambang, rebab, siter, suling.44
Suasana
perang yang semakin gencar itu berakhir setelah dilerai oleh pengusaha Jepara kala
itu (Sekarang Bupati Jepara), dan akhirnya semua pasukan perang diajak bersama-
sama mendarat ke Pulau Kelor untuk makan.
Di samping itu, suasana Pulau Kelor ramai oleh para penonton dan pedagang
yang juga menjajakan dagangannya. Ada atraksi juga pembuatan ketupat tanpa harus
mengambil daun janurnya dari pohon kelapa. Jadi saat itu para peserta atraksi dengan
lihai memperlihatkan pembuatan ketupat dengan janur yang masih menempel pada
batangnya. Selain pesta-pesta tersebut para peserta Pesta Lomban tidak lupa berziarah
ke makam orang Melayu yang dimakamkan di Pulau Kelor. Sebelum senja tiba Pesta
Lomban berakhir dan para penonton maupun peserta Pesta Lomban pulang ke rumah
masing-masing.45
3. Pesta Lomban Sekarang
Pesta Lomban masa kini tetap dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan,
bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal
ini nampak pada partisipasi masyarakat dalam menyambut Pesta Lomban. Dua atau
satu hari sebelum Pesta Lomban berlangsung, pasar-pasar di Kota Jepara terlihat
ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk
44
Kompasiana, “gendingan, Dahulu dan Kini,” diakses melalui
http://sosbud.kompasiana.com/2011/09/27/gendingan-dahulu-dan-kini/ pada tanggal 3 Desember 2011. 45
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Selayang Pandang Pesta Rakyat: Pesta Lomban dan
Kupata,. (Jepara, 2008), hal. 5.
39
mempersiapkan Pesta Lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan ketupat
dengan janur (bahan pembuat ketupat dan lepet) menjajakan ayam guna melengkapi
lauk-pauknya.
Kesibukan Lomban berpusat di Pantai Kartini Jepara, meskipun puncak acara
ritualnya berlangsung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ujung Batu lima ratus meter
sebelah utara Pantai Kartini. Upacara ini dipimpin oleh Pemuka Agama (Modin)
Desa Ujung Batu dan dihadiri oleh Muspida Kab. Jepara. Dalam upacara Pesta
Lomban ini terdapat pelepasan kepala kerbau ke tengah laut. Setelah dilepas dengan
do’a, pelarungan kepala kerbau dipimpin langsung oleh Bupati Jepara. Dalam hal ini,
Bupati merupakan orang yang paling dinomorsatukan oleh masyarakat Jepara.
Pelarungan kepala kerbau dimulai sejak H. Sidiq menjabat sebagai Lurah di
Desa Ujung Batu sekitar tahun 1920. Beliau mengajak masyarakat nelayan untuk
mengadakan selametan di pinggir pantai saat acara Pesta lomba sebelum dimulai.
Dengan menyembelih hewan kerbau, yang daging mentahnya dibagikan ke
masyarakat. Kemudian kepala kerbau ditaruh di replika kapal untuk dilarung.46
Saat pelarungan itulah masyarakat nelayan beramai-ramai menyertai dengan
perahunya yang dihiasi dengan berbagai warna. Tua muda ikut menyaksikan acara
tersebut ke tengah laut dengan suka cita saling menceburkan diri, ada yang berlomba
renang di tengah ombak lautan Pantai Jepara, guna mendapatkan kepala kerbau yang
46
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Arifin pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman pribadi
beliau di Desa Ujung Batu.
40
dilarung. Upacara pelarungan ini terbuka untuk umum dan dibuka seluas-luasnya.
Siapa saja boleh mengikuti prosesi tersebut, dengan membeli tiket parkir.47
Bahkan masyarakat nelayan di sekitar Desa Ujung Batu dangan sengaja
menyediakan transportasi perahunya untuk mengangkut yang ingin menyaksikan
prosesi pelarungan ke tengah laut. Perahu-perahu tersebut sengaja disewakan
perorang kepada masyarakat umum atau para wisatawan yang ingin menyaksikan
berlangsungnya acara pelarungan dan acara perang teluk di tengah lautan, serta jalan-
jalan mengelilingi Pulau Panjang.48
4. Proses Upacara Pesta Lomban
a. Pra Pesta Lomban
Tanggal 5 September 2011 M. atau tanggal 6 Syawal 1432 H. dilakukan
pemotongan satu hewan kerbau. Kepalanya dilarungkan dan daging kerbau untuk
dibagikan secara mentah kepada masyarakat nelayan Desa Ujung Batu di TPI
(Tempat Pelelangan Ikan) Ujung Batu Jepara.
Panitia berziarah ke makam Encik Lanang di Kelurahan Bulu / Pantai Kartini
pada pukul 15:30 WIB (ba’da Ashar). Kemudian dilanjutkan berziarah ke makam Ki
Ronggo Mulyo (ba’da Maghrib) di Ujung Batu Jepara. Malamnya pergelaran wayang
kulit semalam suntuk di TPI Ujung Batu dan di TPI-TPI lain, seperti TPI Desa
Demangan dan TPI Kecamatan Mlonggo.
47
Seharga Rp.5000 untuk kendaraan beroda empat, dan Rp.3000 untuk kendaran beroda dua. 48
Harga sewa adalah Rp.5000.
41
b. Pesta Lomban
Tanggal 6 September 2011 M atau 7 Syawal 1432 H prosesi larungan kepala
kerbau. Upacara pemberangkatan kepala kerbau yang dimulai pada pukul 06.00 WIB.
Upacara dihadiri oleh Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah), SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) se-Kabupaten, Pak Camat, Pak Lurah dan masyarakat.
Sebelum ke tempat upacara rombongan terlebih dahulu disambut tarian Gambyong
(selamat datang) dan tarian Kridojati (bercerita tentang seni ukir). Adapun susunan
acara sebagai berikut:
Yang pertama adalah pembukaan. Pembukaan ini dengan membaca bacaan
Basmallah yang dipimpin oleh pembawa acara. Acara yang kedua merupakan
pembacaan ayat suci Al-qur’an yang dibacakan oleh Bpk. Amir Said. Ketiga
merupakan sambutan. Sambutan terdiri atas ketua panitia Pesta Lomban, setelah itu
sambutan dari ketua HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia), dan sambutan
yang terakhir adalah sambutan dari Bapak Bupati Jepara dilanjutkan dengan
pemotongan tumpeng menandakan bahwa Pesta Lomban dimulai. Penutup upacara
dengan do’a dari Bpk. Ruslim (modin), diawali dengan tahlilan, istighfar (memohon
ampun) kemudian Do’a.
Tepat pada pukul 08.00 WIB larung kepala kerbau di laksanakan. Cucuk
Lampah mengawali pemberangkatan replika kapal terbuat dari kayu atau kain atau
gabus yang berisi kepala kerbau dan makanan menuju kapal pengangkut diiringi
Bupati dan rombongan. Pemberangkatan ini diiringi dengan Syair Jawa yang berisi
42
tentang harapan nelayan. Pelarungan kepala kerbau dilaksanakan di tengah laut.
Larungan terdiri dari kepala kerbau, dan makanan lainnya seperti kerupuk upil49
,
pisang, bubur beras dan lain-lain. Nelayan dan wisatawan yang ingin menyaksikan
dan merebut kepala kerbau ke tengah laut langsung berjumlah kurang lebih 200
orang, dan berlayar menggunakan tigapuluh perahu baik yang besar maupun yang
kecil.
Sementara kepala kerbau dan makanan dilarung ke tengah laut, para peserta
Pesta Lomban yang lain menuju ke Teluk Jepara untuk bersiap melakukan perang
teluk atau perang kupat atau sawat-sawatan kupat. Untuk melakukan perang ini
berbagai macam amunisi disiapkan, amunisi ini terdiri dari ketupat dan lepet.
Makanan-makanan ini berhamburan mengenai sasaran dari perahu ke perahu lain.
Perang ini usai bersamaan dengan selesainya Bupati Jepara beserta rombangan
melarung kepala kerbau di tengah laut. Kemudian rombangan merapat ke dermaga di
pantai begitu pula dengan semua peserta perang, sesampainya di darat mereka
beristirahat dan makan bekal bawaan masing-masing. Di sini para peserta dihibur
dengan berbagai atraksi. Seperti penampilan teatrikal oleh seniman Jepara yang
bercerita tentang penguasa Jepara yang pertama yaitu Ratu Kalinyamat.
49
Kerupuk yang terbuat dari tepung dan digoreng menggunakan pasir.
43
Namun mulai tahun 2010 perang ketupat ini tidak diselenggarakan perang
ketupat, berikut ujar disampaikan Khaeron Syarifudin Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Jepara.50
“Mulai tahun kemarin, perang ketupat ditiadakan, dan juga lomban kali ini
diganti dengan pesta ketupat dipantai kartini, karena itu akan lebih bermanfaat.”
Sampai pada akhirnya acara Pesta Lomban selesai di tandai dengan
pemotongan kupat oleh Bupati Jepara. Kemudian disusul dengan perebutan kupat
oleh masyarakat Jepara sebagai tanda ucapan syukur dan untuk memulai aktivitas
kerja baik nelayan, maupun profesi-profesi lain.
c. Pasca Pesta Lomban
Walaupun acara Pesta Lomban sudah usai, namun kemeriahan Pesta Lomban
masih tetap berlangsung sampai malam di Pantai Kartini yang sekarang lebih
dikenal dengan Taman Rekreasi Kartini. Pengunjung yang datang dalam acara
Pesta Lomban di Pantai Kartini mencapai 40.000 orang wisatawan.51
50
Bivie Thohir Prayoga, “Hari ini Pesta Lomban Jepara,” diakses melalui
http://www.hendromartojo.info/cetak.php?id=1301Situs resmi bupati jepara hendro martojo.info pada
tanggal 5 Desember 2011.
51
Legenda Jepara, (Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2009), hal. 71.
44
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Pesta Lomban Sebagai Media Komunikasi Rakyat dan Kearifan Lokal
1. Pesta Lomban Merupakan Kebutuhan Masyarakat Jepara
Pesta Lomban yang biasanya dilaksanakan pada hari kedelapan bulan
Syawal atau satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri tahun ini, tahun 2011 M atau
1432 H lebih dipercepat, yaitu pada tanggal 6 Syawal, karena Bupati Jepara dan
Wakil Bupati Jepara menghadiri undangan halal bihalal di Semarang, dari
Gubernur Jawa Tengah. Selain itu juga Pantai Kartini, tempat berlangsungnya
Pesta Lomban sudah di kontrak P.T Sukun mulai tanggal 5 September 2011
sampai dengan tanggal 11 September 2011. Ini semua memang telah disiapkan
sebelumnya, demikian yang disampaikan Khaeron Syarifudin Kepala Dinas
Pariwisata Kabupaten Jepara.49
Tradisi Pesta Lomban yang dilaksanakan oleh masyarakat nelayan dalam
perkembangan saat ini telah menjadi budaya masyarakat Jepara pada umumnya.
Pesta ini sangat dinantikan oleh masyarakat Jepara, masyarakat Jepara tidak akan
memulai aktivitas pekerjaan atau usahanya sebelum ada pelaksanaan Pesta
Lomban. Bagi para pekerja perantauan di luar Jepara tidak kembali ke tempat
bekerjanya sebelum mengikuti puncak acara Lomban. Kenyataannya dari para
pengusaha meubel, pengrajin, dan para pekerja masih belum memulai aktivitasnya
jika acara lomban tersebut belum terlewati. Ini semua atas berkah yang telah
49
Bivie Thohir Prayoga, “Hari ini Pesta Lomban Jepara,” diakses melalui
http://www.hendromartojo.info/cetak.php?id=1301Situs resmi bupati jepara hendro martojo.info
pada tanggal 5 Desember 2011.
45
diberikan oleh Allah SWT dalam kurun satu tahun sekali. Dalam kesempatan ini
pula masyarakat berharap untuk memperoleh keselamatan selama mengais rizki.
Pantai Kartini atau masyarakat lebih mengenal dengan Pemandian Kartini
merupakan tempat berlangsungnya Pesta Lomban. Masing-masing keluarga
mempersiapkan diri bersama anak-anak dengan pakaian serba baru untuk
berangkat ke Pantai Kartini menyaksikan Pesta Lomban yang di dalamnya
terdapat berbagai atraksi kebudayaan pesta nelayan. Ribuan masyarakat memadati
baik tua, muda, anak-anak semua tumpah ruah dalam meriahnya Pesta Lomban.
Tidak perduli harga tiket untuk masuk dari tahun ke tahun terus naik.50
Mobil dan
motor tak kalah ramai memadati area sampai-sampai untuk parkir mencapai dua
kilometer dari Pantai kartini karena parkir di dalam pantai sudah penuh sesak.
Tidak hanya masyarakat Jepara namun ternyata Pesta Lomban didatangi
pula dari luar daerah Jepara seperti Kabupaten Kudus, Kabupaten Demak,
Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang, karena memang Pesta Lomban sudah
tersohor sampai luar kota Jepara. Tidak heran banyak wisatawan luar kota yang
memeriahkan Pesta ini. Sehingga pendapatan daerah pun ikut meningkat. Dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut:
50
Yaitu harga Rp.10.000 untuk anak-anak dan Rp.15.000 untuk orang dewasa.
46
Tabel IV. 1 Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2003-2011
Tahun anggaran Pendapatan (Rp)
2003 340.918.728.000
2004 368.576.816.000
2005 404.182.246.000
2006 547.399.120.000
2007 681.954.997.000
2008 731.045.136.000
2009 762.710.335.000
2010 861.177.300.000
2011 978.512.731.000
(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_jepara).51
Tabel IV. 1 memperlihatkan bahwa pendapatan daerah Kabupaten Jepara
dari tahun 2003 sampai pada tahun 2011 terus meningkat. Dapat dilihat seperti
pada tahun 2011 mencapai Rp.978.512.731.000 yang lebih banyak dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 2010 di peroleh sebesar Rp.861.177.300.000 Begitu juga
dengan tahun- tahun sebelumnya yang diperoleh pendapatan lebih sedikit dari
tahun-tahun berikutnya.
51
“Angggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara,” diakses melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_jepara pada tanggal 5 Oktober 2011.
47
2. Pesta Lomban Bentuk Adaptasi Media Sesuai dengan Tujuan Masyarakat
Jepara
Di dalam Pesta Lomban terdapat berbagai atraksi kebudayaan nelayan di
antaranya adalah larung kepala kerbau, tari-tarian, dan sawat-sawatan kupat yang
di dalamnya terdapat maksud yang ingin diungkapkan oleh masyarakat nelayan.
Semua atraksi ini dilakukan di Pantai Kartini yang berada tepat paling utara
Kabupaten Jepara, berbatasan langsung dengan laut. Penyesuaian alat atau media
dalam atraksi terwujud dalam beberapa bentuk. Seperti replika perahu
pengangkut kepala kerbau dan makanan yang akan dilarung atau dihanyutkan ke
laut. Pelarungan kepala kerbau dan makanan dalam replika perahu ini oleh
masyarakat nelayan untuk mensyukuri hasil laut.52
Untuk mengikuti proses pelarungan ini masyarakat nelayan Desa Ujung
Batu menggunakan perahu dari yang kecil sampai besar dan dihiasi secantik
mungkin agar terkesan meriah dan ceria. Seperti yang terlihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar IV.1 perahu-perahu yang dihias berlayar mengikuti pelepasan kepala
kerbau
52
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A. pada tanggal 7 Juni 2011
di kediaman pribadi beliau.
48
Bahkan masyarakat nelayan di sekitar Desa Ujung Batu berinisiatif
menyediakan penyewaan transportasi perahunya dengan harga yang terjangkau,
untuk mengangkut siapa saja yang ingin menyaksikan pelarungan ke tengah laut.
Perahu ini memang sengaja dibisniskan kepada masyarakat umum atau para
wisatawan. Pengusaha perahu ini mengambil manfaat dari upacara pelarungan
tersebut untuk para wisatawan yang ingin bersenang-senang.
3. Masyarakat Jepara Berkesempatan Memperoleh Informasi dalam tradisi
Pesta Lomban
Sebelum pemberangkatan kepala kerbau dan makanan ke tengah laut,
serangkaian acara sambutan telah mendahului. Sambutan pertama dari ketua
panitia Pesta Lomban, dalam kesempatan tersebut beliau menjelaskan maksud
dari makna Pesta Lomban yaitu sebagai wahana mempromosikan wisata bahari.
Berikut paparnya:
“Indonesia memiliki sedikitnya 165 obyek wisata pantai, 161 obyek wisata
tirta lainnya seperti sungai, danau, taman laut, bendungan, rekreasi bahari,
air terjun, pemandian sumber air panas dan sebagainya. Salah satu obyek
wisata bahari yang dimiliki oleh Kabupten Jepara adalah Pantai Kartini,
pantai tempat mendarat setelah rombongan Bupati melarung kepala kerbau
ke tengah laut. Dalam Pantai Kartini terdapat wahana tempat bermain
anak, tempat pemandian dan yang menjadi kebanggan adalah akuarium
berbentuk kura-kura. Di pantai ini juga berbagai atraksi dan hiburan
dilaksanakan untuk memeriahkan Pesta Lomban.”
Sambutan yang lain pernah diuraikan dari Mantan Wakil Bupati, K.H. Ali
Irfan Mukhtar B.A. dalam sambutan tersebut beliau menjelaskan bahwa larungan
kepala kerbau yang dilakukan setiap pesta Lomban merupakan simbol perjuangan
dan pengorbanan bagi warga nelayan sebagai wujud ungkapan syukur kepada
49
Allah yang telah melimpahkan rizki nelayan dalam lautan.53
Dalam kesempatan
itu juga Wakil Bupati Sudiyatno, memaparkan rencana dari Pemerintah
Kabupaten Jepara untuk melakukan berbagai langkah di antaranya melengkapi
sarana dan prasarana objek wisata yang ada. Selain itu juga untuk melakukan
promosi melalui berbagai media sehingga objek wisata di Jepara bisa lebih
membahana ke seluruh penjuru Nusantara maupun Mancanegara. Khususnya
terhadap berlangsungnya Pesta Lomban dalam setiap tahunnya terus dikemas
sedemikian rupa sehingga dapat menarik pengunjung.54
Kegiatan mempromosikan
Pesta Lomban agar pemerintah dan masyarakat mendapat keuntungan merupakan
kegiatan bisnis. Bisnis merupakan kegiatan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Pada acara ini Bupati Jepara Hendro Martojo, M.M, menjelaskan dengan
detail maksud dari Pesta Lomban ini kepada masyarakat Jepara, Bupati juga
memberikan ucapan selamat kepada nelayan Jepara. Berikut paparnya ketika
memberikan sambutan pada upacara pemberangkatan larung kepala kerbau:
“Pesta Lomban merupakan wujud syukur masyarakat Jepara khususnya
masyarakat nelayan Jepara kepada Allah SWT yang telah memberi
kondisi badan yang sehat dalam melakukan pekerjaan. Memperoleh rizki
yang banyak, mampu mensejahterakan keluarga yang berkecukupan,
dengan gizi yang cukup, sehinggga tingkat kecerdasan anak-anak Jepara
terpenuhi untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.”
Beliau juga mengungkapkan bahwa Pemda telah mengupayakan
kesejahteraan nelayan sebaik mungkin dengan membangun dua ratus rumah
susun. Pembiayaan pembangunan rumah susun yang dinamakan “Rumah Susun
Nawa” merupakan hasil dari subsidi selama satu tahun. Rumah susun ini
53
Legenda Jepara, (Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2009), hal. 71. 54
Ibid., hal 72.
50
diperuntukkan kepada warga yang berpenghasilan rendah sehingga diharapkan
masyarakat lebih dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Tak ketinggalan
beliau memberi selamat kepada KUD (Koperasi Unit Desa) nelayan yang telah
mendapatkan pengayoman dari pemerintah sehingga diharapkan kehidupan
masyarakat nelayan akan semakin baik dan bagus dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarganya. Ini semua sesuai dengan ajaran Islam yaitu
mengupayakan kesejahteraan masyarakat, berarti pemerintah telah melakukan
amal sholeh.
4. Pesta Lomban Menampung Partisipasi Masyarakat Sebagai perencanaan,
Produksi dan Pelaksanaan
Dua atau satu hari sebelum Pesta Lomban berlangsung, pasar-pasar di
Kota Jepara terlihat ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu
rumah tangga sibuk mempersiapkan Pesta Lomban sebagai hari raya kedua.
Pedagang bungkusan ketupat atau janur (bahan pembuat ketupat dan lepat)
banyak ditemui di pasar tradisional Jepara. Begitu juga penjual ayam tak kalah
ramai di pasar. Ini karena semua warga masyarakat Jepara mulai dari pelosok desa
sampai perkotaan memasak ketupat dan lepet disertai dengan masakan opor ayam,
rendang daging, dll untuk dibawa ke Pantai Kartini guna dimakan bersama-sama
dengan keluarga sambil mengikuti Pesta Lomban.
5. Pesta Lomban Sebagai Sarana Masyarakat Untuk Menyatakan Sesuatu
kepada Masyarakat lain
Masyarakat nelayan desa Ujung Batu Kabupaten Jepara melaksanakan
Pesta Lomban dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan dan keberkahan
laut. Dalam hal ini masyarakat dapat menyampaikan rasa syukur kepada Allah,
51
Sang Khalik atas apa yang telah diberikan selama satu tahun. Rasa ini terwujud
dalam bentuk melarungkan kepala kerbau ke laut.
Pelarungan terbuka untuk siapa saja yang ingin menyaksikan. Karena itu
masyarakat selain masyarakat nelayan Desa Ujung Batu ikut meramaikan dengan
maksud mendapatkan hiburan dan bersenang-senang. Sehingga Pemerintah
Kabupaten Jepara juga sangat mendukung pesta ini. Bahkan Bupati Jepara,
Hendro Martojo, M.M merupakan orang yang memimpin pelarungan kepala
kerbau ke tengah laut.
Pemerintah, Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah), SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) se-Kabupaten, Pak Camat, Pak Lurah, nelayan dan
masyarakat di tempat upacara pelarungan kepala kerbau, terlebih dahulu disambut
dengan tari-tarian. Tari penyambutan pertama berfungsi mengungkapkan selamat
datang kepada para rombongan, dan tari yang kedua menceritakan tentang seni
ukir, tarian ini merupakan tari khas yang berasal dari Jepara. Kemudian acara
dilanjutkan dengan pelepasan kepala kerbau dan makanan ke tengah laut.
Pelepasan kepala kerbau atau larung kepala kerbau dan makanan dalam
Pesta Lomban ini mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Jepara khususnya
masyarakat nelayan, Seperti yang dituturkan oleh Bupati Jepara, Hendro Martojo,
M.M.
“Selamat Hari Nelayan, sepuluh ribu rakyat nelayan berpesta. Bersyukur
atas rizki yang diterima, badan yang sehat, rizki yang banyak sehingga
mampu mensejahterakan keluarga sehingga dapat beribadah kepada Allah
SWT selama satu tahun. Mari berdo‟a memohon kepada Allah SWT, agar
kita kembali memiliki badan yang sehat, mendapatkan rizki yang barokah
dengan simbol kepala kerbau.”
52
Sementara kepala kerbau dilarung ketengah laut, perang ketupat atau
sawat-sawatan kupat mulai berlangsung. Atraksi sawat-sawatan kupat atau
lempar-lemparan ketupat dilaksanakan oleh masyarakat pesisir untuk mengingat
dan mengungkapkan suatu maksud kepada sesama. Saling melempar ketupat antar
masyarakat memiliki beberapa maksud di antaranya adalah mengingatkan
peperangan antara Hindia Belanda dengan penduduk Jepara di Pantai Kelor yang
sekarang dikenal dengan Pantai kartini.55
Dari uraian di atas Pesta Lomban yang dilaksanakan setiap setahun sekali
pada hari ke delapan bulan Syawal menjadi perayaan yang wajib diikuti oleh
masyarakat Jepara. Lewat berbagai atraksi yang memerlukan media rakyat seperti
larung kepala kerbau dan makanan, tari-tarian, dan sawat-sawatan kupat, semua
ini tanpa adanya tulisan pengesahan Pesta Lomban biasa dilaksanakan.
Penyebaran pun hanya lewat lisan, turun-temurun. Dengan begitu masyarakat
Jepara mengungkapkan kebutuhan maksud, tujuan, dan harapan mereka kepada
Sang Khalik dan sesama manusia.
Tradisi Pesta Lomban yang dilakukan nelayan sudah dikenal, dipercayai
dan diakui sangat penting dan mampu mempertebal solidaritas warga masyarakat
nelayan sendiri, masyarakat Jepara dan Pemerintah Kabupaten Jepara. Semua ini
merupakan kearifan lokal yaitu pengemasan dengan bijaksana. Agar tidak
diselewengkan oleh pemerintah dengan cara disukai rakyat sehingga dapat
menjadi daya tarik sendiri bagi warga masyarakat yang mengikuti kegiatan Pesta
Lomban. “Kita kemas Pesta Lomban yang telah menjadi event wisata Jepara
55
Hasil Wawancara pribadi dengan Bpk Eko Kasiono, S.Sos yang sekarang menjabat
sebagai Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara pada
tanggal 7 Juni 2011.
53
dengan sebaik-baiknya sehingga mempunyai daya tarik sendiri bagi wisatawan.”
Papar K. H. Ali Irfan Mukhtar B.A pada saat memberi sambutan acara Pesta
Lomban.56
B. Fungsi Media Komunikasi rakyat Dalam Penyiaran Islam Berdasarkan
Kearifan Lokal
Fungsi media komunikasi rakyat pada Pesta Lomban dalam penyiaran
Islam berdasarkan kearifan lokal nembahas tentang:
1. Memberi Saluran Alternatif Sebagai Sarana Untuk Mengungkapkan
Kebutuhan dan Kepentingan Masyarakat
Media rakyat merupakan alat perantara yang digunakan oleh sumber
(rakyat atau masyarakat) untuk mengirim pesan kepada penerima (rakyat atau
masyarakat lain). Media rakyat masyarakat nelayan Desa Ujung Batu Jepara
dalam tradisi Pesta Lomban yaitu pada larung kepala kerbau dan sawat-sawatan
kupat.57
Sehari sebelum Pesta Lomban dilaksanakan pemotongan satu hewan
kerbau. Kerbau ini biasanya didapat dari hasil swadaya masyarakat nelayan.
Kepala kerbau dilarungkan dan daging kerbau disebar untuk dibagikan ke warga
masyarakat nelayan Desa Ujung Batu Kabupaten Jepara.58
Larung berarti
membiarkan hanyut, atau menghanyutkan.59
Sebelum kepala kerbau dilarung,
kepala kerbau disimpan di dalam sebuah replika kapal kemudian dihanyutkan atau
56
Legenda Jepara, (Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2009), hal. 71. 57
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A pada tanggal 7 Juni 2011
di kediaman pribadi beliau. 58
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Arifin pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman
pribadi beliau di Desa Ujung Batu. 59
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), hal. 642.
54
dilarung oleh Bapak Bupati yang sebelumnya diberi do‟a secara Islam oleh Bpk.
Ruslim yaitu pemuka agama (Modin) Desa Ujung Batu. Do‟a tersebut didahului
dengan pembacaan surat Alfatihah, kemudian Tahlil dan kemudian do‟a minta
keselametan serta do‟a minta bertambah rizki dari laut. Pak Ruslim (modin)
mengakhiri do‟a sekaligus sebagai tanda kepala kerbau siap dilarung.
“Ya Allah kami mohon terimalah kehadiran kami dalam acara upacara
pelarungan kepala kerbau ini. Di sini dengan kerendahan hati memohon agar
diberi keselamatan bagi para nelayan dan masyarakat Jepara. Ya Allah
ringankan dan ampunilah dosa kami, dosa para nelayan, dosa masyarakat
Jepara, dan dosa pemerintah Kabupaten Jepara. Ya Allah Yang Maha
Pengampun, ampunilah dosa saudara-saudara kami para nelayan, yang telah
mendahului kami, meninggal saat mencari rizki dari-Mu di laut. Amin.”
Kepala kerbau yang akan dilarung tidak sendirian namun ada makanan
lain yang ikut pula dilarung. Makanan ini terdiri atas ayam dekemdan jajan
pasar.60
Kepala kerbau dan makanan ini sebagai lambang ungkapan rakyat kepada
Sang Khalik. Ini merupakan keyakinan masyarakat Jepara dan masyarakat
nelayan Desa Ujung Batu khususnya. Kepercayaan terhadap pelarungan kepala
kerbau dan makanan ini memang sangat mendarah-daging bagi masyarakat,
karena takut pendapatan nelayan kurang makmur. Kalau komunitas nelayan
sedikit penghasilannya, sedikit pula penghasilan bagi masyarakat dan Pemerintah
Daerah Jepara.61
Mantan Wakil Bupati, K.H. Ali Irfan Mukhtar B.A menjelaskan bahwa
larungan kepala kerbau dan makanan yang dilakukan setiap Pesta Lomban
merupakan simbol perjuangan dan pengorbanan bagi warga nelayan sebagai
wujud ungkapan syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rizki kepada
60
Ayam yang di bumbui kemudian di diamkan kemudian di masak secara ungkep. 61
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Eko Kasiono, S.sos selaku Kepala Bidang
Kebudayaan Kabupaten Jepara di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara pada
tanggal 7 Juni 2011.
55
nelayan dari dalam lautan. “Dengan larungan tersebut kita panjatkan do‟a kepada
Allah semoga kedepan kehidupan nelayan bisa baik,” paparnya ketika memberi
sambutan pada upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau untuk dilarung ke
tengah lautan.62
Selain alasan di atas ternyata hewan kerbau juga sangat menentukan
kemakmuran bagi nelayan. Pernah menggunakan hewan sapi, namun ternyata
pendapatan nelayan kurang makmur, dan lebih makmur hewan kerbau.63
Mempercayai pembuangan kepala kerbau dan makanan ke laut dengan
harapan memperoleh kemakmuran, dalam Islam ini merupakan hal yang mubadzir
dan syirik. Seperti Firman Allah dalam Surat Al-Isra‟ ayat 26-27:
Yang artinya:
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Firman Allah tentang syirik Surat An-Nisa‟ (4) ayat 116, yang artinya:
“Sesungguhnya Tuhan tidak mengampuni dosa mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu dan mengampuni (dosa) selain dari itu bagi siapa yang Dia kehendaki, dan
62
Legenda Jepara, (Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2009), hal. 71. 63
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Arifin pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman
pribadi beliau Desa Ujung Batu.
56
siapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan
kesesatan yang jauh”.
Tabzir atau pemborosan dipahami oleh ulama‟ dalam arti pengeluaran
yang bukan hak, karena itu jika seseorang menafkahkan atau membelanjakan
semua hartanya dalam kebaikan atau haq, maka dia bukanlah seorang pemboros.64
Sedangkan syirik merupakan perbuatan, anggapan atau itikad menyekutukan
Allah SWT.65
Membuang dengan sengaja makanan ke laut tanpa ada yang hak
mendapat makanan tersebut dan memercayai larung kepala kerbau dengan
harapan memperoleh rizki yang banyak jelas ini perbuatan mubadzir dan syirik.
Menurut K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A pelarungan kepala kerbau dan
makanan bukanlah hal yang yang mubadzir dan syirik, karena semuanya itu
tergantung niat. Niat tersebut adalah niat melarung kepala kerbau dan makanan
sebagai wujud ungkapan syukur kepada Allah yang telah melimpahkan rizki
kepada nelayan dari dalam lautan.66
Amal Baik Tergantung Niat67
عن أمير انمؤمنين أبي حفص عمر بن انخطاب رضي اهلل عنه قال سمعت رسىالهلل صهً اهلل عهيه وسهم
فمن كانت هجرته إنً اهلل ورسىنه فهجرته إنً اهلل , وإنما نكم امرئ ما نىي , إنما األعمال باننيات ” يقىل
متفق عهيه” ومن كانت هجرته إنً دنيا يصيبها و امرأة ينكحها فهجرته إنً ما هاجر إنيه , ورسىنه
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu
„anhu, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang
64
M. Quroish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 7,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 449. 65
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jil. 5,(Jakarta: PT Ichtia Baru
Van Hoeve, 1997), cet. 4, hal. 16. 66
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A pada tanggal 7 Juni 2011
di kediaman pribadi beliau. 67
“Amal baik tergantung niat,” http://belajarcepatbacaalquranalbayan.wordpress.com/2009/12/07/amal-baik-tergantung-niat/
diakses pada tanggal 7 Juli 20011.
57
hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-
Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena
seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa
yang ditujunya”. (HR: Mutafaqun„alaih)
Alasan lainnya adalah tak lama setelah Bupati menghanyutkan kepala
kerbau dan makanan yang berada dalam replika kapal, para nelayan
memperebutkan kepala kerbau dan makanan yang telah hanyut di laut.68
Perebutan kepala kerbau dan makanan oleh para nelayan dianggap sebagai rizki.
Jadi, kepala kerbau itu tidak terhanyut dan terbuang percuma, tetapi diambil lagi
oleh para nelayan, dimasak kembali dan dimakan bersama keluarga di rumah.
Begitu juga dengan daging kerbau dibagikan kepada nelayan yang telah menerima
kupon penerima daging adalah rizki.69
Selain larung kepala kerbau, terdapat pula atraksi di mana kupat (ketupat)
adalah makanan yang menjadi media rakyat lambang pesan masyarakat terhadap
masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa, atraksi yang menggunakan media kupat
ini dinamakan sawa-sawatan kupat. Ketupat adalah makanan yang terbuat dari
beras yang dibungkus dari daun kelapa muda atau janur. Masyarakat Jepara
memercayai bahwa ketupat dapat digunakan sebagai alat untuk tolak balak,
maksudnya adalah jika ketupat ini dipasang pada perabot, kendaraan, dan bahkan
hewan piaraan maka sang pemilik akan jauh dari sial dan bencana.70
Kepercayaan terhadap ketupat sebagai penolak sial dan marabahaya ini
juga merupakan suatu kemusyrikan sesuai dengan Hadis Nabi berikut:
“Sesungguhnya jampi-jampi, jimat, tiwalah itu termasuk perbuatan syirik.” (HR.
68
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A pada tanggal 7 Juni 2011
di kediaman pribadi beliau. 69
Ibid. 70
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Selayang Pandang (Pesta Lomban dan Kupat),
(Jepara. 2008), hal. 2.
58
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, dan beliau menshahihkannya).71
Makna dari hadist ini menurut ahli ilmu, bahwa jampi-jampi (ruqyah) yang berisi
kata-kata yang tidak diketahui maknanya, nama-nama setan, atau serupa itu
dilarang. Tiwalah adalah sejenis sihir, atau sebagian ulama‟ mengartikan dengan
memisahkan dan menghubungkan. Sedangkan jimat (tamimah) adalah sesuatu
yang digantungkan pada anak-anak untuk menangkal „ain atau Jin. Adakalanya itu
digantungkan pada orang dewasa, adakalanya digantungkan pada unta dan
sejenisnya. Apa yang digantungkan pada binatang ternak, ini merupakan syirik
kecil yang hukumnya haram.72
Dalam Pesta Lomban terdapat atraksi sawat-sawatan atau lempar-
lemparan ketupat. Hal ini dilaksanakan oleh masyarakat pesisir untuk mengingat
dan mengungkapkan suatu maksud kepada sesama. Saling melempar ketupat antar
masyarakat memiliki beberapa maksud. Pertama adalah sebagai pengingat
perjuangan masyarakat Jepara melawan penjajah. Pada masa pemerintahan Ratu
Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi bandar niaga utama di
pulau Jawa dan menjadi pangkalan Angkatan Laut. Ratu Kalinyamat dikenal
mempunyai jiwa patriotisme yang sangat tinggi anti penjajahan, hal ini dibuktikan
dengan pengiriman kapal perang ke Malaka untuk menggempur Portugis 1551
dan 1574. Untuk itulah Ratu mengirim 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara,
yang diberangkatkan dari teluk Jepara. Sekarang teluk Jepara tersebut masih
kawasan desa Ujung Batu tempat di mana Pesta Lomban dilaksanakan. 73
71
“Jimat,” diakses melalui http://fadhlihsan.wordpress.com/2010/04/12/hukum-jimat-
bertuliskan-ayat-al-quran/ diakses pada tanggal 7 Juli 2011. 72
Syaikh Abdul aziz, Fatwa-Fatwa Terkini 3, (Jakarta: Darul Haq, 2004), hal. 313-314. 73
Jepara Dalam Angka 2010, (Jepara: Badan Pusat Statistik dan BAPPEDA Kabupaten
Jepara), hal. XXXIX.
59
Kedua adalah sebagai pengungkapan rasa salah (lepat) antar masyarakat
Jepara. Ketupat dilempar jika mengenai orang lain berarti saling bermaaf-maafan.
Jika orang yang melempar kupat ini dan mengenai orang lain saat Pesta Lomba
berarti orang ini mengungkapkan pengakuan salah dan meminta agar dimaafkan
agar kelak di akhirat nanti ditempatkan di surga.
Kupat berasal dari kata ngaku lepat yang artinya mengaku salah atau
pengakuan salah. Ketupat terbuat dari beras yang di bungkus dengan daun kelapa
muda atau janur. Janur sendiri mempunyai pengertian jannatun nur, yang artinya
cahaya surga.74
Kebiasaan orang Jepara untuk menikmati ketupat kalau dibelah
harus miring. Ini memiliki pengertian sebagai lambang membelah hati agar aib
tidak untuk dipermalukan. Agar selalu dapat menjaga diri dari kesalahan pada
hari-hari berikutnya. Ini hanya kepercayaan masyarakat Jepara saja.75
Dari penjelasan diatas sawat-sawatan kupat hanya memboroskan makanan
saja. Padahal pemborosan itu adalah teman syaitan termaktub dalam surat Al-Isra‟
ayat 27. Namun K. H. Ali Irfan Mukhtar, B.A, mengatakan bahwa ini bukanlah
hal yang mubadzir tetapi lempar-lemparan ketupat merupakan perebutan rizki,
ketupat yang dilempar kemudian diambil untuk dimakan dan ini merupakan media
untuk mengungkapkan maksud masyarakat kepada masyarakat lainya.76
Semua
yang dilakukan oleh masyarakat Jepara adalah tergantung niat, seperti hadits
riwayat Mutafaqun‟alaih di atas.
Sawat-sawatan ketupat sebagai ungkapan masyarakat Jepara ke
masyarakat Jepara lainnya, dengan media ketupat atau ketupat ini yang memang
74
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk H. Ali Irfan Mukhtar, B.A (mantan Wakil Bupati
Kabupaten Jepara) pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman Beliau. 75
Ibid. 76
Ibid.
60
sangat dipercaya oleh masyarakat menolak sial. Dalam Islam media penyiaran
Islam yang menyampaikan ungkapan pesan Islam dari induvidu atau kelompok
kepada orang atau kelompok penerima pesan Islam. Jadi ketupat ini adalah media
penyiaran Islam. Karena ia sebagai tradisi syukuran masyarakat Jepara khususnya
masyarakat nelayan Desa Ujung Batu, yang dapat memperkuat keakraban dan
solidaritas Islam antar masyarakat.
Jadi baik larung kepala kerbau dan sawat-sawatan kupat merupakan suatu
wujud bagi masyarakat Jepara khususnya masyarakat nelayan untuk
mengungkapkan rasa kebutuhan, kepentingan yang ditujukan kepada Allah SWT,
juga kepada penguatan solidaritas masyarakat. Rizki yang didapat dari pembagian
daging, perebutan makanan, kepala kerbau, dan ketupat yang dilempar
memberikan pesan bahwa apa yang didapat wajib disyukuri karena semua itu dari
Allah SWT.
Syukur merupakan ucapan, perbuatan, dan sikap terimakasih atau pujian.
Dalam ilmu Tasawuf syukur mempunyai pengertian ucapan, sikap, perbuatan
terimakasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat serta
karunia yang diberikan-Nya.77
Ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur‟an:
77
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jil. 5, (Jakarta: PT Ichtia Baru
Van Hoeve, 1997), cet. 4, hal. 17.
61
Yang artinya:
12. Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal
dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari
karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.
13. Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berfikir. (Al-Jatsiyah: 12-13).
2. Penyeimbang Pemihakan Kepada Perkotaan, dan Jembatan Kesenjangan
Antara Pusat dan Pinggiran Sekaligus Pencegah Rasa Kecewa, Rasa Puas
Diri dan Keterasingan
Pesta Lomban mula-mulanya pesta masyarakat nelayan, namun dalam
perkembangan saat ini Pesta Lomban, merupakan acara yang wajib diikuti oleh
masyarakat Jepara sehingga Pesta Lomban tidak hanya milik masyarakat nelayan
namun telah menjadi milik masyarakat Jepara seutuhnya mulai dari pelosok
sampai perkotaan.
Pemda Jepara tak luput dari keterlibatan Pesta Lomban ini. Bahkan Pemda
Kabupaten Jepara merupakan panitia selain masyarakat nelayan desa Ujung Batu.
Keterlibatan Pemda Jepara mengikuti Pesta Lomban yaitu pada upacara sebelum
pemberangkatan pelarungan kepala kerbau ke laut. Keterlibatan pemda atas
kepanitiaan, pelaksana, dan sampai evaluasi Pesta Lomban. Dari hal inilah terlihat
bahwa masyarakat nelayan, masyarakat Jepara dan Pemda Kabupaten Jepara
membaur jadi satu dalam Pesta Lomban. Dengan mengadakan Pesta Lomban
dapat menjadi kesempatan bagi masyarakat Jepara, khususnya masyarakat nelayan
62
bertemu langsung dan bersilaturrahmi dengan Pemda mulai dari unsur Muspida,
SKPD se-kabupaten, Camat, Lurah dan Lembaga lainya.78
Jadi, antara pusat atau pemerintah dengan masyarakat pesisir tidak ada lagi
jembatan pemisah antara kedua belah pihak. Dalam Pesta Lomban antara
masyarakat pesisir dan masyarakat lain seimbang tidak ada pemihakan antara
perkotaan dan pinggiran atau pesisir. Sehingga masyarakat pesisir tidak merasa
kecewa dengan Pemerintah karena tidak ada rasa keterasingan lagi.
3. Pesta Lomban Memberi Fasilitas Keswadayaan Masyarakat, Berguna
sebagai Umpan Balik dan Pengawasan Suatu Proyek Tertentu
Hewan kerbau yang disembelih dan kepalanya dilarung sedangkan
dagingnya dibagikan ke warga merupakan hasil swadaya masyarakat nelayan
Desa Ujung Batu. Mereka iuran seikhlasnya sampai kira-kira mampu untuk
membeli seekor kerbau. Ini semua demi upacara pelarungan kepala kerbau yang
memang menjadi inti dari Pesta Lomban. Jika pelarungan kepala kerbau diganti
dengan hewan lainnya nelayan mempercayai pendapatan ikan kurang makmur dan
lebih makmur dengan kepala kerbau. Jadi daging hewan kerbau sangat
berpengaruh terhadap perkembangan ikan.79
Pendapatan nelayan yang kurang akan memengaruhi pendapatan Pemda.
Karena itu Pemda sangat mendukung Pesta Lomban ini yang di dalamnya terdapat
pelarungan kepala kerbau. Selain itu juga Pesta Lomban menjadi kesempatan
emas bagi pemerintah dan masyarakat untuk saling silaturrahmi, menyampaikan
78
Hasil wawancara pribadi dengan Bpk. Eko Kasiono, S.sos selaku Kepala Bidang
Kebudayaan Kabupaten Jepara di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara pada
tanggal 7 Juni 2011. 79
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Arifin pada tanggal 7 Juni 2011 di kediaman
pribadi beliau Desa Ujung Batu.
63
capaian program dan rencana ke depan. Peristiwa ini sangat tepat waktunya
setelah lebaran Idul Fitri.
Dalam kesempatan Pesta Lomban ini juga pemerintah Jepara
berkesempatan memaparkan rencana untuk melengkapi sarana dan prasarana
objek wisata. Melakukan promosi khususnya untuk Pesta Lomban agar lebih
dikenal baik dalam nusantara sendiri maupun mancanegara. Menjadikan Pesta
Lomban sebagai monumental baik warga Jepara, bahkan internasional.
Pemerintah berusaha meningkatkan citra nelayan di mata nasional dengan
mengupayakan kesejahteraan nelayan sebaik mungkin, salah satunya adalah
membangun rumah susun dengan nama “Rumah Susun Nawa” bagi para nelayan.
Selain memaparkan rencana diatas Pemda Jepara juga menanggapi
berbagai usulan dari Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI)
Kabupaten Jepara, Sudiyatno, Wakil Bupati Jepara berjanji akan merealisasikan
secara bertahap sesuai dengan kemampuan Pemerintah termasuk pondok boro dan
perbaikan TPI. Berbagai permohonan warga nelayan telah terpenuhi di antaranya
bantuan kapal yang telah beroperasi dan sebentar lagi pabrik es juga segera
dimulai.80
Ketua HNSI juga berkesempatan mengemukakan harapan dan rasa syukur
saat memberi sambutan pada upacara pelepasan pelarungan itu.
“Hari ini merupakan kesempatan bagi kami, para nelayan, untuk
bersilaturrahmi dengan masyarakat Jepara umumnya dan khususnya
bersilaturrahmi dengan pemerintah. Terlaksananya acara Pesta Lomban,
merupakan bentuk rasa syukur para nelayan selama satu tahun karena diberi
keselamatan, rizki yang cukup oleh Sang Khalik. Dalam kesempatan ini pula
kami mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Jepara karena
telah terlaksananya pembangunan sektor untuk nelayan, seperti kios-kios ikan
yang dapat dijumpai di sepanjang jalan Desa Ujung Batu. Namun, kami juga
80
Legenda Jepara, (Jepara: Pemerintah Kabupaten Jepara & Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, 2009), hal. 7.
64
masih mempunyai harapan agar kehidupan para nelayan lebih diperhatikan
lagi.”
Dari uraian di atas terlihat bahwa Pesta Lomban memiliki fungsi media
komunikasi yang sangat efektif digunakan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat nelayan Desa Ujung Batu. Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun
sangat mendukung karena peristiwa ini merupakan kesempatan pemerintah untuk
lebih dekat, bersilaturrahmi, memaparkan berbagai rencana, menaggapi usulan
dan lain sebagainya, serta pemerintah terlibat dalam acara ini baik dalam
kepanitiaan maupun pelaksanaan. Sehingga masyarakat nelayan dapat merasa
puas, tidak kecewa, tidak ada kesenjangan, sehingga seimbang antara masyarakat
pesisir dan masyarakat lainya.
Masyarakat pesisir melakukan syukuran atas nikmat yang diberikan Allah
dengan menyelenggarakan Pesta Lomban sebagai media komunikasi rakyat yang
di dalamnya terdapat pelarungan kepala kerbau dan lempar ketupat. Baik larung
kepala kerbau dan lempar ketupat, dikemas dengan do‟a secara Islam.
Pengemasan secara Islam merupakan kearifan lokal Jepara, baik masyarakat
Jepara, nelayan dan didukung oleh Pemerintah Jepara.81
81
Hasil wawancara pribadi dengan K.H Ali Irfan Mukhtar, B.A pada tanggal 7 Juni 2011
di kediaman pribadi beliau.
65
C. Pesta Lomban Berfungsi Sebagai Komunikasi Masyarakat Pesisir
1. Pengawasan Lingkungan
Pengawasan atau pemeliharaan merupakan usaha masyarakat untuk
menjaga agar lingkungan tetap terjaga yang didasarkan pada karakteristik
wilayah, kebutuhan faktual dari masyarakat kawasan pesisir. Dengan demikian
dapat mendukung upaya peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir, sekaligus
tetap mendukung keberlanjutan produksi dan kelestarian sumberdaya laut terlebih
pada sumberdaya perikanan. Ada beberapa usaha pengawasan yang dilakukan
oleh masyarakat pesisir Kabupaten Jepara seperti tidak menggunakan alat
penangkap ikan yang dapat merusak terumbu karang, dan mensyukuri hasil laut
yang didapat selama satu tahun dengan melarung kepala kepala kerbau ke tengah
laut dalam tradisi Pesta Lomban dan berharap kepada Allah SWT memberi
sumberdaya ikan yang lebih melimpah, serta selalu memelihara hubungan dan
berkomunikasi dengan baik dengan pemerintah.
2. Menghubungkan Bagian-Bagian yang Terpisah dari Masyarakat untuk
Menanggapi Lingkungan.
Penikmat kemeriahan Pesta Lomban tidak hanya sekitar masyarakat
pesisir saja. Masyarakat nelayan dan masyarakat yang bukan nelayan otomatis
bercampur aduk dalam ramainya pesta yang hanya berlangsung satu tahun sekali
itu. Masyarakat Jepara umumnya dengan senang hati berbondong-bondong ke
pantai demi ikut serta dalam meriahnya Pesta Lomban. Tidak peduli latar
belakang, karakteristik wilayah dan status sosial yang berbeda, tujuan mereka satu
yaitu menikmati Pesta lomban.
66
Secara tidak langsung komunikasi sosial terjadi. Hal-hal yang tersambung
antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat Jepara, antara penjual es, penyewa
kapal dengan pembeli, antara satu desa dengan desa yang lain, bahkan antara desa
dan kota luar Jepara pun dapat terjadi, tidak ketinggalan pula masyarakat yang
menempati daerah pegunungan rela turun ke pesisir pantai. Hal-hal yang sulit
terjadi pada hari biasa dapat tersambung dan terhubung dalam meriahnya Pesta
Lomban.
3. Mewariskan Pengetahuan dari Generasi ke Generasi Berikutnya
Generasi merupakan pewaris nilai-nilai luhur budaya. Generasi muda
sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa sekaligus sumber potensi bagi
pembangunan nasional yang perlu dikembangkan dan diberdayakan, terutama
partisipasinya dalam pembangunan di kawasan pesisir khususnya dan
pembangunan kebaharian umumnya. Dalam hal ini pemerintah bekerjasama
dengan berbagai pihak seperti Pramuka Saka Bahari Jepara yang anggotanya
kebanyakan adalah pemuda dan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) se-
kabupaten Jepara.
Pada Pesta Lomba anggota pramuka ikut aktif dalam menjaga keamanan
dan ketertiban pelaksaan Pesta Lomban. Mulai dari upacara pemberangkatan
kepala kepala kerbau sampai pada selesainya Pesta Lomban. Sebagian lagi
anggota pramuka didaulat untuk ikut rombongan Bupati melepas kepala kerbau ke
tengah laut. Ini semua untuk mewariskan pengetahuan akan tradisi Pesta Lomban
kepada generasi muda.
67
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Masyarakat pesisir utara Jawa yaitu masyarakat Jepara sistem media
komunikasi yang digunakan terlihat pada media komunikasinya yang
biasanya ada dalam Pesta Lomban yang mengangkat kearifan lokal. Pesta
Lomban diadakan dalam kurun waktu satu tahun sekali seminggu setelah
lebaran Syawal. Media tersebut adalah larung kepala kerbau yang
mempunyai arti bahwa masyarakat berkomunikasi dengan Sang Khalik
dengan larung (menghanyutkan) kepala kerbau. Kepala kerbau yang telah
dilarung, diperebutkan lalu di masak, setelah itu dimakan bersama
keluarga. Dengan tujuan bahwa diharapkan untuk mendapat berkah
kemakmuran pendapatan laut dan untuk menolak balak segala kesialan
serta mara bahaya. Karena siapa yang bersyukur kepada Allah, maka ia
akan ditambahkan rizkinya oleh Allah SWT. Media lainnya adalah media
ketupat. Dalam atraksi sawat-sawatan kupat yaitu sebagai alat pengingat
peperangan yang terjadi antara masyarakat dengan penjajah pada masa
pemerintahan Ratu Kalinyamat. Selain itu juga ketupat ini dilempar ke
sesama nelayan atau masyarakat Jepara lainnya yang diharapkan semua
kesalahan bisa dimaafkan dan saling memaafkan (mengingat masih bulan
Syawal). Lepet artinya kesalahan yang diperbuat, maka lepet harus
dilemparkan dan bermaaf-maafan antara satu dengan yang lainya.
68
2. Fungsi media komunikasi rakyat masyarakat pesisir nampak dalam Pesta
Lomban karena Pesta Lomban ini menjadi perantara komunikasi antara
masyarakat Jepara khususnya masyarakat nelayan Ujung Batu dengan
pemerintah Daerah Jepara. Pesta ini menjadi ajang silaturrahmi selama
dalam kurun waktu satu tahun tepat saat hari ke delapan bulan Syawal
setelah Idul Fitri. Namun tahun 2011 ini diadakan pada tanggal 6 Syawal
karena memang sudah dipersiapkan sebelumnya.
3. Dalam Pesta Lomban, media rakyat sebagai suatu lambang ungkapan
masyarakat dan juga sebagai simbol maksud bersyukur terhadap Sang
Khalik, serta terhadap sesama manusia. Media larung kepala kerbau dan
sawat-sawatan menjadi bukti media komunikasi sosial dan media
penyiaran Islam. Terbukti sebagai media penyiaran Islam karena adanya
pengemasan do’a Islam secara lisan, adanya ungkapan rasa syukur, media
untuk saling maaf memaafkan, adanya penguatan silaturrahmi, dan
solidaritas keislaman. Media komunikasi sosial antara Pemerintah Daerah
dengan masyarakat, antara pebisnis dengan pembeli, antara desa dan kota,
antara pesisir dan pegunungan, antara kaya dan miskin, semuanya lebur
dalam komunikasi dan penyampaian pesan penyiaran Islam. Hal ini telah
menjadi tradisi masyarakat Jepara, dan dalam perkembangannya saat ini
menjadi budaya yang sarat dengan kearifan lokal masyarakat Jepara.
Acara ini sangat didukung oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Jepara.
69
4. Dari uraian di atas Pesta Lomban merupakan media komunikasi
masyarakat pesisir yang memiliki fungsi media komunikasi rakyat antara
masyarakat dan pemerintah setempat. Semua ini merupakan kearifan lokal
yaitu media dalam Pesta Lomban kepala kerbau dan sawat-sawatan
dikemas secara Islam. Pengemasan dengan bijaksana agar tidak
diselewengkan oleh pemerintah dengan cara disukai rakyat sehingga dapat
menjadi daya tarik sendiri dan penguatan rasa syukur kepada Allah SWT
bagi warga masyarakat yang mengikuti kegiatan Pesta Lomban.
70
B. SARAN
Dengan melihat tantangan dan peluang dakwah pada masa sekarang yang
cukup bermacam-macam dan kompleks, ada beberapa saran yang ingin peneliti
sampaikan dalam skripsi ini:
1. Sebaiknya mahasiswa KPI, muballigh, dan para da’i-da’iyah masa depan
dapat menggunakan tradisi masyarakat pesisir sebagai media penyiaran Islam
2. Ada baiknya mahasiswa KPI sebagai peneliti komunikasi lebih mengkaji
fungsi media komunikasi rakyat khususnya masyarakat pesisir. Media
komunikasi yang digunakan masyarakat pesisir sangat kompleks tapi cukup
bermanfaat, sehingga perlu penelitian yang lebih mendalam lagi.
3. Kepada Pemerintah untuk turut andil dalam melestarikan kebudayaan dan adat
istiadat dengan terus mendukung kegiatan tersebut dan juga lebih mengemas
secara arif agar tetap berjalan dengan lancar tanpa ada kesenjangan sosial dan
rasa kecewa dari pihak manapun.
4. Kepada masyarakat Jepara diharapkan selalu menjaga kelestarian budaya
yang diwarisi supaya tidak hilang seiring perkembangan zaman, agar anak
cucu mengetahui dan melaksanakan terus menerus tradisi tersebut.
5. Pemotongan kepala kerbau yang dipersembahkan kepada sesuatu memang
jelas tidak Islami. Namun, karena kerbau dilarung atau dilepaskan kemudian
diperebutkan dan yang mendapat kepala kerbau mendapatkannya untuk
dimasak dan dimakan bersama-sama sebagai wujud pernyataan kesyukuran
71
kepada Allah SWT. Maka ini bisa diteruskan karena ini hanyalah sebuah
budaya lokal pesisr Indonesia yang tidak termasuk ibadah ritual.
6. Apabila menginginkan supaya upacara ini semakin Islami, dalam rangka
penyebaran agama Islam maka pelaksanaanya seharusnya bertemu dengan
ritual-ritual Islami yang sah menurut syara’ seperti didahulukan dengan
pengajian Al-qur’an dengan terjemahan yang berkaitan dengan Pesta Lomban,
mengundang kiai atau ustadz yang berceramah tentang syukur kepada Allah
SWT. Serta diskusi agama atau sesi pertanyaan setelah ceramah, maka
upacara ini nampak benar bahwa aspek Islam menonjol. Apalagi bila pejabat-
pejabat yang datang meramaikan acara ini juga menyampaikan sambutannya
dengan tema syukur dan pesan-pesan pada masyarakat supaya mereka
semakin memperhatiakn aspek keislaman. Tentu upacra ini bisa diramaikan
dengan kesenian Islami. Seperti qosidah, hadroh, gambus, kalu perlu
dipertandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, Irwan dkk. Agama Dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global, cet. 1. Yogyakarta:
Sekolah Pasca sarjana UGM & Pustaka Pelajar. 2008.
Aziz, Abdul. Fatwa-Fatwa Terkini 2. Jakarta: Darul Haq. 2003.
Aziz, Abdul. Fatwa-Fatwa Terkini 3. Jakarta: Darul Haq. 2004.
Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah, edisi Revisi. Jakarta: Media Grafika. 2009.
Badan Pusat Statistik dan BAPPEDA Kabupaten Jepara. Jepara Dalam Angka 2010. Jepara:
Badan Pusat Statistik. 2010.
Bungin, Burhan. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public
Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta:
Kencana Media Group. 2007.
Burhanuddin, Safri. Kewirausahaan Pemuda Bahari, Jakarta: Deputi Bidang Kewirausahaan
Pemuda dan Industri Olah Raga, Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga. 2004.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, ed. 1. Jakarta: Raja Grafindo. 2007.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam Jil. 5, cet. 4. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve. 1997.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007.
Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara. Selayang Pandang Pesta Rakyat: Pesta Lomban dan
Kupatan. Jepara: 2008.
Lexy J, Maleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2009.
Munir Amin, Samsul. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009.
Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2007.
Pemerintah Kabupaten Jepara. Legenda Jepara. Jepara: BAPPEDA Jepara. 2009.
Pitriani, Pipit. Akulturasi Budaya Antara Tradisi Sunda Wiwitan dengan Islam dalam Bentuk
Ritual Sesajen di Desa Narimban, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2010.
Quraish Shihab, Muhammad. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 7,
Jakarta: Lentera Hati. 2002.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi, Cet. 1. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Zamroni. Pemetaan Tipologi Pemilih PPP Kabupaten Jepara ; Sebuah Strategi Pemenangan
Pemilihan Umum. Semarang: UNDIP. 2007.
Internet:
Angggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Jepara diakses melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_jepara pada tanggal 5 Oktober 2011.
Dalil tentang Syirik diakses melalui http://fadhlihsan.wordpress.com/2010/04/12/hukum-jimat-
bertuliskan-ayat-al-quran/ pada tanggal 7 Juli 2011.
Dalil tentang niat diakses melalui
http://belajarcepatbacaalquranalbayan.wordpress.com/2009/12/07/amal-baik-
tergantung-niat/ pada tanggal 7 Juli 2011.
Dalil tentang syukur diakses melalui http://id.shvoong.com/books/guidance-self-
improvement/1973692-akhlak-terhadap-allah-swt/#ixzz1ZmrnHqCw pada tanggal 4
Oktober 2011.
Gendingan, Dahulu dan Kini, diakses melalui
http://sosbud.kompasiana.com/2011/09/27/gendingan-dahulu-dan-kini/ pada tanggal
3 Desember 2011.
Hari ini Pesta Lomban Jepara, diakses melalui
http://www.hendromartojo.info/cetak.php?id=1301Situs resmi bupati jepara hendro
martojo.info pada tanggal 5 Desember 2011.
Kabupaten Jepara diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jepara pada tanggal
31 Januari 2011.
Pengertian karesidenan Pati diakses melalui http://jv.wikipedia.org/wiki/Karesidenan_Pati pada
tanggal 11 Juni 2011.
Peta Kabupaten Jepara, diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/peta_pulau_jepara pada
tanggal 13 Oktober 2011.
Prof Andi Faisal Bakti, Da’I Harus Menaklukan Media diakses melalui
http://republika.co.id:8080/koran/0/134642/Prof_Andi_Faisal_Bakti_Dai_Harus_Me
naklukkan_Media pada tanggal 2 Desember 2011.
Sodik, Moch., Khoirudin Nasution, dan Ahmad Arifin. Nelayan Muslim dan Pengelolaan
Ekosistem Lautan di Pantai Utara Jawa: Studi Kasus Nelayan Muslim Jepara. Di
akses pada tanggal 31 Januari 2011.
Sosiologi Masyarakat Pesisir di akses melalui
http://blog.beswandjarum.com/solehrifai/2009/07/03/sosiologi-masyarakat-pesisir/
pada tanggal 31 Januari 2011.
Ukiran jepara, kategori adat, tradisi pesta lomban, diakses melalui htpp/www.google.com.
pada tanggal 8 Desember 2010.
Wawancara
1) K. H. Ali Irfan Mukhtar, B.A. Jabatan, sebagai Mantan Wakil Bupati Kabupaten Jepara
Tempat di kediamannya. Pukul 18.30 WIB – 19:30 WIB, pada tanggal 7 Juni 2011
2) Eko Kasiono, S.Sos. Jabatan sebagai Kepala Bidang Kebudayaan. Tempat di Dinas
Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Jepara. Pukul 11:40 WIB – 13:30 WIB, pada
tanggal 7 Juni 2011.
3) K.H Arifin. Jabatan sebagai Tokoh/ Sesepuh Desa Ujung Batu. Tempat di Kediaman
Bapak K.H Arifin di Desa Ujung Batu. Pukul 08.30 WIB - 09.30 WIB, pada tanggal 7
Juni 2011.
/ JEPFIRR \ PEMIERINTAH KABUPATEN JEPARA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHJl, Pattimura No. 4 Telp. (0291) 592478,597749, Fax (0291) 592478 Ext 816
Pesawat 801, 802, 803, 804 s/d 816JEPARA 59416
SURAT REKOMENDASI RESEARCH / SURVEY
Nomor i 072lo8lT
Berdasarkan Surat Dekan Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor Un.01/F5/KM.0L312972120I1 tanggal 11 Mei
2011tentang Permohonan Ijin Penelitian, maka dengan ini diberikan Rekomendasi kepada :
Denqan ketentuan-ketentuan sebaqai berikut :
1. Pelaksanaan reseai'cir/survey tidak disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapatmengganggu stabilitas Pemerintah;
2. Sebelum melaksanakan research/survey langsung kepada responden harus terlebih dahulumelaporkan kepada Penguasa Wilayah setempat;
3. Setelah reseach/survey selesai, supaya menyerahkan hasilnya kepada BAPPEDA Kabupaten
Jepara;4. Surat Rekomendasi research/survey lni berlaku tanggal 30 Mei 2011 s/d
30 Agustus 2011
Dikeluarkan di : JeparaPada tanqqal : 30 Mei 2011
1. Nama2. Pekerjaan3, NIM4. Alamat5. Penanggung jawab6. Maksud dan tujuan
research/survey
7. Lokasi
Tenrtrusan :
1. Ka. Bakesbangpollinmas Kab. Jepara2. Ka, Dinas/Instansi vanq terkait dalam penelitian ini
IIN AFRIYANTIMahasiswar07051002443Jl. Ratu Kalinyamat RT.03/04 Tahunan JeparaDr. Arief Subhan,MAUntuk melakukan penelitian guna penyusunan skripsi denganjudul :
"SISTEM MEDIA KOMUNIKASI MASYARAKAT PESISIR: PESTA
LOMBAN KABUPATEN ]EPARA SEBAGAI MEDIA PENYIARANISUM'
Kabupaten Jepara
An.KEPALA BAPPEDA KABUPATEN JEPARA
, ",*ffiP.#S uP7{BANG
199703 1 004
tr
PEMERINTAH KABUPATEN TEPARADINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
Jl. AR. HAKIM No.51 Telp. ( 0291)591219JEPARA
SURAT REKOMENDASI RESERCH / SURVEYNOMOR: A72l9t3
Berdasarkan Surat Kepala BAPPEDA Kabupaten Jepara Nomor. 07210857tanggal 30 Mei 2011 tentang Surat Rekomendasi Research/Survey, maka dengan inidiberikan rekomendasi kepada :
1. Nama2. Pekerjaan3. NIM4. Alamat5. penanggung Jawab6. Maksud dan tujuan
research/survey
7. Lokasi
Iin ArifiyantiMahasiswa107051002443Jl. Ratu Kalinyamat Rt 03 Rw 04 Tahunan JeparaDr. Arief Subhan.MAUntuk melakukan penelitian guna penyusunan skripsidenganjudul :..SISTEM MEDIA KOMTINIKASI MASYARAKATPESISIR : PESTA LOMBAN KABUPATEN JEPARASEBAGAI MEDIA PENYIARAN ISLAM "Kabupaten Jepara
Denean ketentuan ketentuan sebagai berikut :
1. Pelaksanaim research/survey tidak disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapatmengganggu stabilitas Pemerintah;
2- Sebelum melaksanakan research / survey langsung kepada responden harus terlebihdahufu melaporkan kepada Penguasa Wilayah Setempat;
3. Setelah research / survey selesai, supaya menyerahkan hasilnya kepada DisparbudKabupaten Jepara;
4. Surat Rekomendasi research/survey ini berlakutanggal 30 Mei 2011 s/d 30 Agustus20lI
Dikeluarkan di : JeparaPadatanggal : 7 Jvru2}ll
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Ali Irfan Mukhtar, B.A
Jabatan : Mantan Wakil Bupati Kabupaten Jepara
Tempat : Kediaman Bpk H. Ali Irfan Mukhtar, B.A
Pukul : 18.30 WIB – 19:30 WIB
Wawancara:
1. Bagaimana proses masyarakat pesisir khususnya di Kabupaten Jepara
melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan?
Masyarakat pesisir terlebih masyarakat nelayan Jepara memiliki tabiat
kasar, namun religius dan suka berpesta.
Kasar bukan berarti sifat negatif namun suara yang keras untuk memanggil
atau bebicara dengan nelayan lain karena suara ombak laut lebih keras.
Sifat kasar ini juga yang menjadikan lempar ketupat itu ada.
Religius atau beragama para nelayan ini dulunya adalah Hindu dan kini
para nelayan sebagian besar telah memeluk agama Islam.
Suka berpesta, kalau mendapat hasil ikan yang melimpah, para nelyan
akan pesta.
2. Apa yang melatarbelakangi adanya Pesta Lomban?
Masyarakat nelayan suka berpesta. Pesta Lomban diadakan karena untuk
bersenang-senang setelah capek puasa, terus lebaran. Diadakan 7 hari
setelah hari raya Idul Fitri.
3. Apa makna Pesta Lomban bangi masyarakat?
Bagi nelayan : Ucap rasa syukur kepada sang Maha Kuasa
atas diberikan.
Masyarakat Jepara : hiburan untuk bersenang-senang semata
Pemerintah : Pesta Lomban tidak hanya mampu
mendatangkan wisatawan dari jepara saja, tapi mampu juga
mendatangkan dari luar kota sekitar (Kudus, Demak, Pati, dsb)
sehingga Pesta Lomban menjadi sumber pendapatan daerah
(pemasukan dana).
4. Apa saja media komunikasi masyarakat pesisir dalam Pesta Lomban dan
apa maknanya?
Larung kepala kerbau, dilaksanakan karena untuk diperebutkan
nelayan agar senang. Karena kepala kerbau ini setelah dihanyutkan
ke laut dengan sesajen lainnya, seperti jajan pasar adalah …. Yang
memang diperebutkan saja.
Lempar-lemparan kupat, juga sebagai perebutan rezeki saja dan
juga merupakan lambang. Kupat (ngaku lepat) adalah pengakuan
salah. Kupat terbuat dari daun kelapa muda (janur = jannatun nur),
kupat kalau dibelah harus miring karena sebagai lambing
membelah hati agar aib tidak untuk dipermalukan.
5. Dapatkah media tesebut sebagai media penyiaran Islam?
Baik larung kepala kerbau dan lempar kupat lepet hanya dikemas dengan
doa secara Islam. Jadi ini bukan dakwah untuk menyiarkan agama Islam.
Hanya tradisi syukuran masyarakat nelayan
6. Tidakkah membuang kepala kerbau dan sesajen lain itu adalah hal yang
mubazir dan termasuk sirik?
Semua tergantung niat, tidak mubazir karena kepala kerbau dan sesajen
yang di buang kemudian untuk diperebutkan nelayan sebagai rezeki.
Begitu juga dengan daging kerbau juga dibagikan kepada nelayan.
7. Lalu bagaimana dengan kearifan lokal yang ada di Jepara?
Mengemas dengan arif, agar tidak diselewengkan oleh pemerintah dengan
cara yang disukai rakyat. Kearifan lokal sesuai dengan nilai Aswaja yaitu
Tasamuh (toleransi), tasawuth (moderat), ta’adul (adil), dan tawazun
(seimbang). Tradisi Pesta Lomban tetap ada karena bentuk kepercayaan
lama masyarakat nelayan dan didukung oleh pemerintah beserta
masyarakat Jepara.
Jepara, 07 Juni 2011
Mengetahui,
H. Ali Irfan Mukhtar, B.A
HASIL WAWANCARA
Nama : Eko Kasiono, S.Sos
Jabatan : Kepala Bidang Kebudayaan
Tempat : Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kabupaten Jepara.
Pukul : 11:40 WIB – 13:30 WIB
Wawancara:
1. Bagaimana proses acara Pesta Lomban Di Kabupaten Jepara?
a. Satu minggu setelah Idul Fitri dilakukan pemotongan 1 hewan
kerbau. Kepalanya dilarungkan dan daging kerbau untuk perayaan
pesta nelayan dan masyarakat di TPI (Tempat Pelelangan Ikan)
Ujung Batu Jepara.
b. Ke makam Encik Lanang di Kelurahan Bulu / Pantai Kartini pada
pukul 15:30 WIB (ba’dal ashar).
c. Ke makam Ki Ronggo Mulyo (ba’dal maghrib) di Ujung Batu
Jepara
d. Malammya pergelaran wayang kulit di TPI Ujung Batu Jepara.
e. Pagi hari larungan sesaji dengan iringan lagu tembang gamelan
Kebogiro. Larungan terdiri dari kepala kerbau, jajan pasar dan
lainnya. Dikemas dalam replika perahu terbuat dari kayu/ kain/
gabus.
f. Upacara dihadiri oleh Muspida, SKPD se-Kabupaten, Pak Camat,
Pak Lurah dan masyarakat. Sebelumnya ke tempat upacara
diadakan terlebih dahulu disambut tarian Gambyong (selamat
datang) dan tarian Kridojati (bercerita tentang seni ukir).
g. Lomba nelayan seperti lorodan (panjat pinang)
h. Sawat-sawatan kupat & lepet (lempar-lemparan ketupat & jajan
lepet)
2. Apa makna Pesta Lomban bagi masyarakat nelayan?
Untuk keselamatan dan berkah nelayan yang dilaksanakan dalam kurun
waktu satu tahun ( dilaksanakan satu tahun sekali).
3. Apa makna sawat-sawatan kupat?
Sawat-sawatan ini mengingatkan peperangan antara Hindia Belanda
dengan penduduk Jepara di Pantai Kelor yang sekarang dikenal dengan
Pantai Kartini.
4. Apa makna tradisi Pesta Lomban bagi pemerintah Jepara?
Tradisi Pesta Lomban merupakan tradisi pelestarian dari nenek moyang
yang sangat di dukung oleh Pemda, kalau nelayan komunitasnya sedikit
penghasilan, sedikit pula bagi masyarakat dan Pemda. Dan sebagai ajang
silaturahmi antara pemerintah dan masyarakat. Khususnya masyarakat
nelayan.
5. Siapa panitia Pesta Lomban?
Kecamatan Jepara, Kelurahan Ujung Batu dan para nelayan.
6. Menurut Bapak Pesta Lomban ini merupakan sistem media komunikasi
masyarakt pesisir?
Tentu saja, karena dengan mengadakan Pesta Lomban kesempatan bagi
masyarakat Jepara, khususnya masyarakat nelayan bertemu dengan
pemerintah ( Unsur Muspida, SKPD, Pak Camat dan lembaga Lainnya).
Jepara, 07 Juni 2011
Mengetahui,
Kepala Bidang Kebudayaan
Eko Kasiono, S.Sos
HASIL WAWANCARA
NAMA : K.H Arifin
JABATAN : Tokoh/ Sesepuh Desa Ujung Batu
TEMPAT : Kediaman Bapak K.H Arifin di Desa Ujung Batu
PUKUL : 08.30 WIB - 09.30 WIB
Wawancara:
1. Apa makna Pesta Lomban bagi masyarakat nelayan Ujung Batu?
Mensyukuri hasil laut yang di dapat selama setahun. Selain itu juga Pesta
Lomban ini merupakan acara untuk bersenang-senang habis puasa
Ramadhan, setelah 7 hari raya Idul Fitri saat Syawalan.
2. Apa yang melatarbelakangi diadakanya Pesta Lomban?
Pada waktu H. Sidiq menjabat sebagai Lurah di Desa Ujung Batu. Beliau
dan masyarakat Ujung Batu ingin mengadakan selametan di pinggir
pantai. Kemudian berinisiatif menghias 1 perahu, terus para nelayan
bersantai dan bersenag-senang lama-lama para nelayan menggunakan
perahu kecil sampai besar. Itu semua untuk menikmati Nikmat Gusti Allah
kepada nelayan.
3. Dalam Pesta Lomban terdapat kegiatan apa saja Pak?
Ada Larung Kepala Kerbau yang bermaksud mencari berkah. Biasanya
swadaya dari masyarakat nelayan untuk disembelih, terus dagingnya di
sebar untuk dibagikan ke masyarakat. Kemudian kepala kerbau di taruh di
replika kapal dibuang Pak Bupati setelah itu para nelayan berebut untuk
mengambil kepala kerbau tersebut. Ada juga sawat-sawatan (lempar-
lemparan) kupat ini untuk mengingat sejarah orang Jepara perang dengan
orang Belanda. Selain itu juga untuk kupat digunakan untuk saling
bermaaf-maafan. Karena kata kupat itu terdiri dari kata “Kulo Lepat” (saya
salah).
4. Mengapa harus Kepala kerbau yang dilarung Pak?
Pernah daging sapi tapi ternyata kurang makmur pendapatan ikan nelayan.
Dan lebih makmur kepala kerbau. Ini kepercayaan para nelayan saja.
5. Siapa panitia dari Pesta Lomban?
KUD Nelayan Ujung Batu dan Pemda Kabupaten Jepara.
6. Apakah kegiatan yang ada di Pesta Lomban dapat dijadikan media Islam
Pak?
Pesta Lomban Cuma tradisi, bukan media Islam.
Jepara, 07 Juni 2011
Mengetahui,
K.H Arifin
http://www.hendromartojo.info/cetak.php?id=1301Situs resmi bupati jepara hendro martojo.info
Rubrik : Berita
Hari ini Pesta Lomban Jepara
Selasa, 06 September 11 - by : Bivie Thohir Prayoga
Meskipun lebaran jatuh pada Rabu (31/8) namun Pemerintah Kabupaten Jepara menggelar Pesta
Lomban pada hari ini Selasa (6/9) . Pesta Lomban yang selalu diselenggarakan seminggu pasca Hari Raya
Idul Fitri, namun tahun ini dimajukan sehari karena memang telah disiapkan sebelumnya, demikian
disampaikan Khaeron Syarifudin Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara.
Pesta lomban di Jepara pada awalnya adalah pestanya masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara,
namun dalam perkembangan pesta ini telah menjadi milik masyarakat Jepara umumnya. Pesta ini
merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan.
Pesta Lomban oleh masyarakat Jepara sering pula disebut Bakda / Bada Lomban atau Bakda / Bada
Kupat Yang disebut Bada Kupatan karena pada saat itu masyarakat Jepara merayakannya dengan
memasak Kupat dan lepet.
Pesta Lomban diawali dengan pelarungan kepala kerbau ketengah laut oleh Bupati Jepara, sementara
itu peserta Pesta Lomban menuju ke Teluk Jepara untuk melakukan perang laut dengan amunisi
beraneka macam ketupat, lepet, Kolang-kaling. Setelah selesai Perang Teluk, mereka mendarat dan
memakan bekal yang dibawa dari rumah.
“mulai tahun kemarin, perang ketupat ditiadakan, dan juga lomban kali ini diganti dengan pesta ketupat
dipantai kartini, karena itu akan lebih bermanfaat”, ujar Khaeron.
Setelah prosesi larung sesaji, masyarakat mendapat berbagai hiburan dan dapat menikmati fasilitas yang
ada dikawasan Pantai Kartini. Pusat pesta lomban ada ditiga titik yaitu Pantai Kartini, Pantai Bandengan
dan Pantai Benteng Portugis. (Bivie Thohir Prayoga)
Situs resmi bupati jepara hendro martojo.info : http://www.hendromartojo.info
Versi Online : http://www.hendromartojo.info/?pilih=news&aksi=lihat&id=1301
Situs resmi bupati jepara hendro martojo.info
Rubrik : Berita
Hari ini Pesta Lomban Jepara
Selasa, 06 September 11 - by : Bivie Thohir Prayoga
Meskipun lebaran jatuh pada Rabu (31/8) namun Pemerintah Kabupaten Jepara menggelar Pesta
Lomban pada hari ini Selasa (6/9) . Pesta Lomban yang selalu diselenggarakan seminggu pasca Hari Raya
Idul Fitri, namun tahun ini dimajukan sehari karena memang telah disiapkan sebelumnya, demikian
disampaikan Khaeron Syarifudin Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara.
Pesta lomban di Jepara pada awalnya adalah pestanya masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara,
namun dalam perkembangan pesta ini telah menjadi milik masyarakat Jepara umumnya. Pesta ini
merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan.
Pesta Lomban oleh masyarakat Jepara sering pula disebut Bakda / Bada Lomban atau Bakda / Bada
Kupat Yang disebut Bada Kupatan karena pada saat itu masyarakat Jepara merayakannya dengan
memasak Kupat dan lepet.
Pesta Lomban diawali dengan pelarungan kepala kerbau ketengah laut oleh Bupati Jepara, sementara
itu peserta Pesta Lomban menuju ke Teluk Jepara untuk melakukan perang laut dengan amunisi
beraneka macam ketupat, lepet, Kolang-kaling. Setelah selesai Perang Teluk, mereka mendarat dan
memakan bekal yang dibawa dari rumah.
“mulai tahun kemarin, perang ketupat ditiadakan, dan juga lomban kali ini diganti dengan pesta ketupat
dipantai kartini, karena itu akan lebih bermanfaat”, ujar Khaeron.
Setelah prosesi larung sesaji, masyarakat mendapat berbagai hiburan dan dapat menikmati fasilitas yang
ada dikawasan Pantai Kartini. Pusat pesta lomban ada ditiga titik yaitu Pantai Kartini, Pantai Bandengan
dan Pantai Benteng Portugis. (Bivie Thohir Prayoga)
Situs resmi bupati jepara hendro martojo.info : http://www.hendromartojo.info
Versi Online : http://www.hendromartojo.info/?pilih=news&aksi=lihat&id=1301
Foto 1. Tempat upacara larung kepala kerbau di TPI Desa Ujung Batu
Foto 2. Penulis berfoto dengan penari di depan gerbang TPI Desa Ujung Batu Jepara
Foto 3. Bupati dan rombongan tiba di tempat Foto 4. Tari Gambyong dan Tari Kridojati
Foto 5. Pemberangkatan replika kapal yang berisi kepala kerbau dan makanan ke tengah laut
Foto 6. Salah satu pejabat pemerintah melihat kepala kerbau di atas kapal saat perjalanan ke
tengah laut
Foto 7. Pembacaan do’a sebelum kepala kerbau di
larung
Foto 8. Replika kapal yang berisi kepala kerbau dan makanan di larung saat di tengah laut
Foto 10. Setelah kembali ke daratan Bupati di sambut
berbagai atraksi kerakyatan, kemudian Bupati memotong
kupat atau ketupat sebagai tanda usainya Pesta Lomban.
Foto 9. Salah seorang masyarakat mendapatkan replika kapal yang telah dihanyutkan
Foto 11. Masyarakat dengan suka cita merebut sisa kupat yang di potong Bupati