skripsi contoh analisa prilaku konsumen terhadap telur ayam
TRANSCRIPT
Tuesday, December 8, 2009
JUDUL SKRIPSI PEMASARAN 07
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TELUR AYAM RAS SEBAGAI DASAR PENETAPAN
STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN TELUR BIMA SAKTI MALANG
(DOWNLOAD LANGSUNG DISINI!)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Seiring dengan pertambahan penduduk yang diikuti meningkatnya kebutuhan akan produk
barang maupun jasa. Produk barang khususnya kebutuhan pokok masyarakat seperti telur ayam
ras. Telur ayam ras tidak pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan gizi dan kesehatan masyarakat.
Selain itu telur ayam juga digunakan untuk kebutuhan lain misalnya kosmetik dan obat-obatan.
Telur merupakan salah satu hasil dibidang industri perunggasan yang tampil sebagai potensi
ekonomi yang mempunyai masa depan cerah guna menciptakan lapangan kerja guna
meningkatkan pendapatan masyarakat. Di samping itu telur sebagai salah satu hasil dari industri
perunggasan mempunyai peranan turut serta mencerdaskan kehidupan masyarakat. Hal ini
dikarenakan telur memiliki kandungan protein dan zat-zat yang dibutuhkan oleh manusia.
Usaha dibidang peternakan ayam ras sangat berprospek di masa mendatang. Hal ini ditinjau dari
peramalan mengenai jumlah penduduk Indonesia yang teurs meningkat, dan kesadaran akan
pemenuhan kebutuhan gizi seiring dengan peningkatan semangat kemajuan di era globalisasi.
Adanya perilaku konsumen masyarakat terutama untuk kalangan menengah ke atas memberikan
pola hidup yang sangat konsumtif dengan berbagai macam tuntutan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan masyarakat akan mendorong mereka lebih selektif dalam pemenuhan konsumsi
kebutuhan gizi. Potensi dari konsumen inilah yang seharusnya menjadi sasaran utama bagi
produsen untuk meningkatkan kompetisi terhadap produk luar negeri maupun dari kalangan
pesaing dalam negeri.
Tuntutan kompetisi antar produk sudah semakin mendesak, terutama dalam merebut pangsa
pasar, tingkat kualitas produk yang sesuai dengan tuntutan pelayanan, terutama pada kalangan
menengah ke atas harus terpenuhi. Derasnya arus informasi mempengaruhi perilaku konsumen
terhadap suatu produk tertentu. Media massa cetak maupun elektronik mampu menghadirkan
informasi terbaru dalam waktu singkat dan memberikan dampak bagi perilaku konsumen
khususnya dalam tingkah laku konsumsi. Kita saat ini sudah membutuhkan analisis perilaku
konsumen dalam konsep marketing untuk menghadapi era yang penuh dengan peluang dan
tantangan.
Di dalam kompetisi usaha peternakan ayam petelur, perusahaan perlu memperhatikan selera
konsumen yang bervariasi. Selera konsumen dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : faktor internal
atau faktor yang ada dalam diri konsumen tersebut dan faktor eksternal atau faktor yang
mempengaruhi dari luar diri konsumen. Faktor eksternal ini merupakan faktor yang sulit untuk
dikendalikan sehingga pihak manajemen khususnya marketing pada perusahaan telur Bima Sakti
Malang harus mampu menganalisis situasi dan kondisi pasar dan keinginan serta kebutuhan
konsumen. Dengan memperhatikan faktor tersebut diharapkan perusahaan tetap eksis di dalam
menjalankan usahanya dan mampu bersaing dengan perusahaan yang sejenis.
Salah satu faktor utama bagi perusahaan agar mampu bersaing untuk menarik konsumen adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanannya dan kualitas telur yang diproduksi. Untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas produknya maka seyogyanya perusahaan harus
mengetahui perilaku konsumen secara mendalam, kecenderungan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya untuk selanjutnya perusahaan harus dapat mengantisipasi dan menindak
lanjuti terhadap perubahan dari perilaku konsumen tersebut dan selanjutnya dapat menyusun
strategi ke depan bagi perusahaan.
B. Permasalahan
Untuk dapat mencapai target, baik jangka pendek maupun jangka panjang dan untuk dapat
menyusun strategi perusahaan ke depan agar dapat terus eksis di dalam menjalankan usahanya
maka perusahaan harus mengadakan penelitian terhadap perubahan lingkungan baik secara
langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi kehidupan ekonomi serta perilaku
masyarakat. Perubahan pada perilaku konsumen akan berpengaruh terhadap keputusan dalam
pemilihan dan menentukan produk apa yang akan dikonsumsi, sehingga timbul masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perilaku konsumen di dalam mengkonsumsi telur ayam ras pada perusahaan telur
Bima Sakti Malang?
2. Apakah variabel kekuatan (X1), kelemahan (X2), peluang (X3), ancaman (X4), berpengaruh
terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan (Y)?
3. Variabel apakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penetapan strategi pemasaran
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat konsumen dalam memilih mengkonsumsi telur ayam ras pada
perusahaan telur Bima Sakti Malang.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel kekuatan (X1), kelemahan (X2), peluang (X3), ancaman
(X4) terhadap penetapan strategi pemasaran perusahaan (Y).
3. Untuk menganalisis variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penetapan strategi
pemasaran perusahaan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi perusahaan
Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan perusahaan telur Bima Sakti Malang untuk lebih
memahami perilaku konsumen dalam memilih dan mengkonsumsi produk telur yang diproduksi,
serta sebagai dasar strategi pemasaran yang akan digunakan oleh perusahaan telur Bima Sakti
Malang untuk memperluas pangsa pasarnya.
2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang didapat dari bangku kuliah, serta untuk melatih berpikir secara logis dan mampu menulis
serta mengintegrasikan teori-teori terutama strategi yang dapat diterapkan dalam penelitian.
3. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan acuan bagi yang berniat untuk mengembangkan tentang kaitan strategi pemasaran
dalam usaha ternak ayam petelur.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perilaku Konsumen
Istilah perilaku konsumen seringkali digunakan atau dipakai untuk menjelaskan perilaku dari
konsumen yang membeli dan menggunakan produk dan jasa. Sikap dan perilaku konsumen akan
mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat.
Swastha dan Handoko (2007:10) mengatakan : “Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat
didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tertentu”.
Engel (2004:3) menyatakan : “Perilaku konsumen adalah sebagai tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini”.
Menurut Tjiptono (2004:3) : “Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang langsung terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dna menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan itu”
Sedangkan menurut Assauri (2005:24) adalah sebagai berikut : “Perilaku konsumen merupakan
tindakan seorang individu yang langsung menyangkut pencapaian dan penggunaan produk
(barang atau jasa) termasuk proses yang mendahului dan menentukan tindakan tersebut”.
Dengan demikian berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pembeli dan konsumen untuk
mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan
keputusan. Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam
persaingan dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa.
B. Teori-teori Perilaku Konsumen
Untuk mengetahui dan memahami proses motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku
konsumen dalam melakukan pembelian, perlu dipelajari beberapa teori perilaku konsumen. Teori
perilaku konsumen terdiri dari beberapa teori, yaitu :
1. Teori Ekonomi Mikro
Teori ekonomi mikro atau teori ekonomi mikro klasik ini mendasarkan pada suatu pengertian bahwa
orang itu adalah ekonomis, rasional, dan pada setiap saat ia bertindak karena tertarik pada
sesuatu.
Teori ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu :
a. Bahwa konsumen selalu mencoba untuk memaksimumkan kepuasannya dalam batas-batas
kemampuan finansialnya.
b. Bahwa ia mempunyai pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan
kebutuhannya.
c. Bahwa ia selalu bertindak dengan rasional.
2. Teori Psikhologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam teori psikologis ini, yaitu sebagai berikut :
a. Teori belajar (learning theory), dan
b. Teori psikhoanalitis (psychoanalitic theory) (Swastha, 2006:77).
Selanjutnya penjelasan dari masing-masing bagian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Teori belajar
Teori belajar ini lebih menekankan pada tindakan penafsiran dan peramalan. Jadi, penafsiran dan
peramalan terhadap proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui tingkah laku
pembeliannya.
b. Teori psikhoanalitis
Teori psikhoanalitis ini mengemukakan bahwa tingkah laku itu dipengaruhi oleh adanya keinginan
yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Jadi, teori yang dikemukakan menyangkut
kepribadian seseorang. Tindakan seseorang yang tidak direncanakan akan mudah sekali
menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik. Namun tidak berarti bahwa akibat yang
ditimbulkan selalu tidak baik, dapat pula terjadi sebaliknya.
3. Teori Sosiologis
Teori psikologis yang telah kita bahas di muka, ditujukan dan dipusatkan pada individu yang
dikaitkan dengan tingkah laku mereka. Jadi, lebih mengutamakan perilaku kelompok, bukannya
perilaku individu. Analisisnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan kelompok, seperti keluarga,
teman-teman sekerja, perkumpulan olah raga, dan sebagainya.
4. Teori Anthropologis
Seperti halnya pada teori sosiologis, teori anthropologis ini juga menekankan tingkah laku
pembelian dari suatu kelompok masyarakat. Namun, kelompok-kelompok masyarakat yang lebih
diutamakan dalam teori anthropologis ini bukannya kelompok kecil seperti keluarga, tetapi
kelompok besar atau kelompok yang ruang lingkupnya sangat luas.
Termasuk dalam kelompok besar ini antara lain :
a. Kebudayaan (kelompok paling besar)
b. Subkultur (kebudayaan daerah), dan
c. Klas-klas sosial
Di sini, manajemen dapat menggunakan teori anthropologis dalam mempelajari akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut terhadap tingkah laku konsumen.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membuat keputusan pembeliannya.
Faktor-faktor tersebut sebagian besar tidak dapat dikendalikan oleh pemasaran, tetapi harus
diperhatikan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen untuk mengambil keputusan adalah :
1. Faktor lingkungan eksternal, meliputi :
a. Kebudayaan dan kebudayaan khusus (culture dan subculture)
b. Kelas sosial (social class)
c. Kelompok sosial dan kelompok referensi
d. Keluarga (Swastha dan Handoko, 2007:58)
2. Faktor lingkungan internal, meliputi:
Motivasi, pengamatan, belajar, kepribadian dan konsep diri, dan sikap. (Swastha dan Handoko,
2007:77).
Penjelasan masing-masing faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebudayaan dan kebudayaan khusus
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari
generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.
Simbul tersebut dapat bersifat tidak kentara (seperti: sikap, pendapat, kepercayaan, nilai, bahasa,
agama) atau dapat pula bersifat kentara (seperti: alat-alat, perumahan, produk, karya seni dan
sebagainya). Swastha, 2007:82).
Salah satu faktor penentu perilaku konsumen adalah budaya, dimana perilaku ini tercermin pada cara
hidup, kebiasaan dan tradisi dalam permintaan akan bermacam-macam barang atau jasa.
2. Kelas sosial
Adanya lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu, tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Pembentukan kelas sosial ini biasanya didasarkan pada kekayaan, kekuasaan,
kehormatan dan ilmu pengetahuan.
Menurut Swastha (2006:82) pembentukan kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga golongan yaitu :
a. Golongan atas
Yang termasuk dalam kelas ini antara lain : pengusaha-pengusaha kaya, pejabat-pejabat.
b. Golongan menengah
Yang termasuk dalam kelas ini antara lain : karyawan instansi pemerintah, pengusaha menengah.
c. Golongan rendah
Yang termasuk dalam kelas ini antara lain: buruh-buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak, dan
pedagang kecil.
Pengertian kelas sosial menurut Alma (2005:56) merupakan : “Kelompok masyarakat yang
mempunyai tingkat tertentu yang memiliki nilai dan sikap yang berbeda dari kelompok tingkatan
lain”.
Sedangkan ciri-ciri kelas sosial menurut Kotler (2006:111) adalah sebagai berikut :
a. Orang-orang dalam kelas sosial tertentu cenderung bertingkah laku sama.
b. Menurut kelas sosial, orang-orang diperingkat untuk menempati kelas atas atau kelas bawah.
c. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu variabel nilai dan lain sebagainya.
d. Orang bisa naik ke kelas sosial yang lebih tinggi atau jatuh ke kelas sosial yang lebih rendah.
3. Kelompok sosial dan kelompok referensi
Reference group merupakan grup primer, sekunder atau pemberi aspirasi (Alma, 2005:57). Grup
primer adalah para anggota yang saling berkomunikasi satu sama lain. Grup sekunder adalah
organisasi yang tidak terlalu banyak berinteraksi tatap muka dengan individu, seperti organisasi
berikat pekerja, organisasi keagamaan, organisasi profesi, dan sebagainya yang membuat aturan-
aturan, kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Dalam hal ini, manajer pemasaran perlu mengetahui siapa yang menjadi pelopor opini dari suatu
kelompok, sebab pelopor opini ini dapat mempengaruhi para anggota kelompok bersangkutan.
4. Keluarga
Keluarga dibedakan menjadi “Keluarga inti, menunjukkan lingkup keluarga yang meliputi dari ayah,
ibu dan anak-anak yang hidup bersama. Serta keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan
orang-orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut, seperti kakek, nenek,
paman, bibi dan menantu”. (Swastha dan Handoko, 2007:70).
Dalam pasar konsumen, maka keluargalah yang banyak melakukan pembelian. Peranan setiap
anggota dalam membeli berbeda-beda menurut macam barang tertentu yang dibelinya. Oleh
karena itu, manajer pemasaran perlu mengetahui sebenarnya siapa anggota keluarga yang
bertindak sebagai pengambil inisiatip, penentu, pembeli atau siapa yang mempengaruhi suatu
keputusan dalam membeli.
Sedangkan penjelasan faktor-faktor internal adalah sebagai berikut :
1. Motivasi
Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif atau motivasi. Motif adalah
keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Motif yang ada pada seseorang akan
mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan.
Menurut Swastha dan Handoko (2007:78) motif dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Motif fisiologis, yang merupakan motif alamiah (biologis), seperti lapar, haus dan seks.
b. Motif psikologis: yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori dasar, yaitu:
1) Motif kasih sayang (affectional motive), motif untuk menciptakan dan memelihara kehangatan,
keharmonisan dan kepuasan batiniah (emosional) dalam berhubungan dengan orang lain.
2) Motif mempertahankan diri (ego-defensive motive), motif untuk melindungi kepribadian,
menghindari luka fisik atau psikologis, menghindari untuk tidak ditertawakan dan kehilangan
muka, mempertahankan prestise, mendapatkan kebanggaan diri.
3) Motif memperkuat diri (ego-bolstering motive), motive untuk mengembangkan kepribadian,
berprestasi, menaikan prestise dan pengakuan orang lain.
2. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu proses dimana konsumen (manusia) menyadari dan menginterprestasikan
aspek lingkungannya. Atau dapat dikatakan sebagai proses penerimaan dan adanya rangsangan
(stimuli) di dalam lingkungan internal dan eksternal, sehingga pengamatan bersifat aktif.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Pengalaman
dapat diperoleh dari semua perbuatannya di masa lampau atau dapat pula dipelajari.
3. Belajar
belajar didefinisikan sebagai “Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat
adanya pengalaman”. (Swastha dan Handoko, 2007:85).
Proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan sebuah proses belajar, dimana hal ini
sebagai bagian dari hidup konsumen. Proses
belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu
kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen merasa dikecewakan oleh produk
yang kurang baik.
4. Kepribadian dan konsepsi diri
“Kepribadian didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk
bertingkah laku. Sebenarnya, pengaruh sifat kepribadian konsumen terhadap pandangan dan
perilaku pembelinya adalah sangat umum” (Swastha, 2006:85).
Unsur-unsur kepribadian individu menurut Swastha dan Handoko (2007:89) adalah :
a. Pengetahuan
Yaitu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata
terkandung dalam otaknya. Hal ini akan menimbulkan suatu gambaran, pengamatan (persepsi),
apresiasi, konsep dan fantasi terhadap segala hal yang diterimanya dari lingkungan melalui
pancainderanya.
b. Perasaan
Suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai
keadaan positif dan negatif.
c. Dorongan naluri
Yaitu kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia, yang sering disebut
“drive”. Macam-macam dorongan naluri, antara lain dorongan untuk mempertahankan hidup,
dorongan sex, dorongan untuk mencari makan, dorongan untuk berinteraksi dengan sesamanya.
5. Sikap
Sikap dan kepercayaan merupakan faktor yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku
pembelian konsumen. Sikap itu sendiri mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan juga
mempengaruhi sikap. Salah satu yang menonjol di sini adalah perasaan emosional baik positif
maupun negatif.
D. Pengertian Strategis
Menurut pendapat Igor Ansoff (2005:15) strategi sebagai berikut:
Strategy management is a systematic approach to a major and increasingly important responsibility
of general management to position and relate the firm to invorman in a way wich will assure it’s
continued succes and make it secure from surprice.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah suatu sistem pendekatan
utama dan tanggapan yang berkembang menjadi penting, yaitu untuk menempatkan dan
menghubungkan suatu perusahaan kepada lingkungan yang akan menjamin kesuksesan yang
berkesinambungan dari perusahaan itu dan menghindarkannya dari hal-hal yang tidak
diharapkan.
E. Pengertian Pemasaran
Menurut pendapat Kotler (2007:8) pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain”.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan interaksi di dalam proses sosial
dan manajerial antara individu dan kelompok untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan
mereka. Sedangkan kegiatan yang ada di dalam pemasaran tersebut meliputi : menciptakan
sesuatu, menawarkan sesuatu, serta menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
F. Pengertian Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dikembangkan perusahaan harus dapat memberikan gambaran dalam
memanfaatkan peluang peluang yang ada pada kegiatna pemasaran perusahaan.
Pengertian strategi pemasaran menurut Assauri (2005:154) adalah sebagai berikut :
“Strategi pemasaran merupakan suatu rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang
pemasaran yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat
tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan”.
Definisi lainnya yang juga dikemukakan oleh Tjiptono (2007:6) adalah sebagai berikut :
“Suatu alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut”
Definisi di atas menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kemampuan
perusahaan dan peluang pemasaran.
G. Strategi Daur Usia Produk
Strategi pemasaran suatu produk secara berkala perlu ditinjau kembali, selama menjalani daur
usianya. Konsep PLC besar faedahnya terutama sebagai kerangka untuk menyusun strategi
pemasaran yang efektif pada berbagai tahap dalam daur usia suatu produk.
1. Tahap perkenalan
Tahap perkenalan dimulai pada saat produk baru mulai disediakan untuk dibeli oleh khalayak ramai
di pasaran. Sebelum perkenalan itu suatu produk telah menempuh masa perkembangan yang
cukup lama yang mungkin mencakup tahap pemasaran uji coba di beberapa kota, namun belum
mengalami peluncuran secara besar-besaran. Perkenalan suatu produk secara nyata pada satu
atau beberapa pasaran memakan waktu, dan pertumbuhan penjualannya lazimnya berjalan
lamban.
2. Tahap pertumbuhan
Bila produk baru itu dapat memuaskan para pembeli, maka volume penjualan akan meningkat
dengan pesat. Golongan inovator ini akan melanjutkan pembelian, dan sejumlah besar konsumen
yang konvensional akan mengikuti teladan mereka, terutama bila ada cerita orang yang
menguntungkan. Mereka akan memasuki ciri-ciri baru pada produknya dan akan memperluas
pasarannya. Dengan bertambahnya jumlah pesaing, akan bertambah pula jalur penyalurannya,
dan penjualan dari pabrik akan melonjak untuk memenuhkan pipa salurannya (channel of
distribution). Harga-harga cenderung akan mantap atau akan turun sedikit, selama permintaan
pasaran meningkat dengan pesat. Masing-masing perusahaan akan mempertahankan belanja
promosi pada taraf yang sama atau hanya dinaikkan sedikit sekedar untuk menanggapi
persaingan dan untuk memberi penyuluhan kepada pasaran. Volume penjualan meningkat
dengan pesat, dan dengan demikian akan menurunkan perbandingan rasio promosi: penjualan.
3. Tahap kedewasaan
Pada suatu saat tertentu laju pertumbuhan penjualan akan menjadi lamban, dan produk akan
memasuki tahap kedewasaan. Lazimnya tahap ini akan bertambah lebih lama daripada tahap-
tahap sebelumnya, dan tahap ini merupakan tantangan yang paling hebat untuk pihak manajer
pemasaran. Tahap kedewasaan itu dapat dibagi lagi dalam tiga fase. Fase pertama disebut
kedewasaan pertumbuhan. Pada fase ini laju pertumbuhan volume penjualan mulai merosot,
disebabkan oleh kejenuhan saluran distribusi. Tidak lagi tersedia saluran distribusi yang baru,
namun masih ada juga kaum pembeli yang kesiangan yang memasuki pasaran. Yang kedua
adalah fase kedewasaan yang mantap, yang pada saat itu volume penjualan mulai mendatar atas
dasar perkapita, disebabkan oleh kejenuhan pasaran. Fase yang ketiga adalah kedewasaan yang
mengusang. Dalam fase ini volume penjualan secara mutlak akan merosot, karena sebagian
pelanggan mulai beralih kepada produk pengganti lainnya.
Dalam tahap kedewasaan ini terdapat tiga macam strategi dasar, yaitu :
a. Modifikasi pasaran
b. Modifikasi produk
c. Penyesuaian bauran pemasaran
4. Tahap kemerosotan
Sebagian terbesar dari bentuk dan merek dari suatu produk pada waktunya akan menginjak suatu
tahap kemerosotan penjualan yang berkesinambungan. Dengan merosotnya volume penjualan
dan jumlah laba, beberapa perusahaan akan mengundurkan diri untuk mengalihkan sumber daya
kepada usaha yang lebih menguntungkan. Maka perusahaan yang masih tersisa mengurangkan
jumlah penawaran produknya. Mereka beralih kepada segmen-segmen pasaran yang lebih kecil
dan kepada saluran niaga yang marjinal. Anggaran promosinya dikurangi. Bahkan harga
penjualan akan diturunkan pula untuk menahan kemerosotan permintaan pasaran. Setiap
perusahaan menghadapi berbagai tugas dan pengambilan keputusan untuk menjamin
penganggaran produk-produknya yang usang secara mantap. Tugas-tugas tersebut antara lain:
a. Mengidentifikasi produk pemasaran
b. Menentukan strategi pemasaran
c. Keputusan melepaskan produk
H. Pengertian Analisis SWOT
Menurut Freddy Rangkuti (2007:19) : “SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths
dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threts yang dihadapi dunia bisnis”.
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2007:18) : “Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan”.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (ooprtunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weaknesses).
Analisis SWOT merupakan identifikasi yang sistematis dari faktor-faktor ini dan dari strategi yang
menggambarkan pedoman yang terikat antara mereka yakni untuk mengetahui posisi perusahaan
pada saat ini dan mendatang atau dengan kata lain diperlukan untuk menentukan strategi dan
taktik perusahaan agar mawas diri dan tahu diri dalam memasuki dunia usaha yang bersaing.
Faktor dasar dari analisis SWOT yakni mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal. Ini dapat
didefinisikan sebagai berikut :
1. Kekuatan (strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, ketrampilan dan keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan pasar
yang dimiliki suatu perusahaan.
Karena kekuatan merupakan suatu kompetensi yang berbeda dan memberikan perusahaan suatu
keunggulan komperatif dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya keuangan, citra,
kepemimpinan pasar hubungan pembeli/pemasok dan faktor-faktor lain.
2. Kelemahan (weaknesses)
Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan
yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.
3. Peluang (opportunities)
Suatu peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan eksternal
perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan utama merupakan salah satu dari peluang dapat
berupa identifikasi dari segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan-perubahan dalam
keadaan bersaing akan peraturan perubahan teknologi dan hubungan pembeli dan pemasok yang
diperbaikkan dapat menunjukkan peluang bagi peruahaan.
4. Ancaman (threats)
Suatu ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan.
Ancaman adalah rintangan-rintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan oleh
perusahaan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli dan
pemasok utama yang meningkat, perubahan teknologi dan peraturan yang baru atau yang divisi
dapat merupakan ancaman bagi keberhasilan suatu perusahaan.
Menurut William F Glueck dan Lawrance R. Jauch (2004:208) sebagai berikut:
Dengan membandingkan ETOP dan SAP anda akan menemukan petunjuk tentang alternatif strategi
untuk menutupi kesenjangan. Jika terdapat peluang lingkungan yang besar dengan kemampuan
internal untuk mendapatkan manfaat daripadanya, maka alternatif ekspansi mungkin dilakukan.
Kalau ancaman lingkungan kelihatannya merupakan tekanan terberat, maka mungkin cara untuk
meningkatkan potensi harga ialah dengan penciutan. Kalau tidak terdapat kesenjangan (atau
kesenjangan tidak penting, atau yakin bahwa kesenjangan itu masih dapat dikendalikan)
memungkinkan untuk mengejar pendekatan yang mantap (stabilitas)
Gambar 1
Analisis SWOT
T
S
W
Internal
elur merupakan
kebutuhan pokok yang
selalu dikonsumsi
masyarakat.
Heiginis karena yang
dikonsumsi hanya putih
dan kuning telur.
Merupakan salah satu
sumber nutri yang
murah.
Praktis dan fleksibel
karena gampang
disajikan, mudah
disimpan serta mudah
diolah dengan bahan
lain.
Telur tidak bisa disimpan
terlalu lama.
Mudah pecah sehingga dalam
proses pengiriman barang
harus hati-hati.
Kerugian akan timbul apabila
telur yang telah sampai
ditangan konsumen rusak.
Sulitnya memenuhi selera
konsumen karena telur
dihasilkan oleh ayam dan
bukan mesin produksi.
S
Eksternal
O
egment pasar yang luas
bawah-menengah-atas.
Permintaan selalu
bertambah seiring
pertambahan jumlah
penduduk.
Telur tidak mempunyai
produk life cycle.
Konsumen mudah
membeli karena
tersedia di banyak
tempat.
Harga pasar yang fluktuatif.
Adanya sumber nutrisi yang
lain: ikan dan ayam.
Adanya alergi pada sebagian
orang yang mengkonsumsi
telur ayam ras.
Susah membedakan tingkat
kualitas telur dengan harga
yang relatif sama.
T
I. Strategi Bersaing Porter
1. Peningkatan kapasitas produksi
Menurut Porter (2005:285) : “Perusahaan biasanya mempunyai sejumlah pilihan untuk menambah
kapasitas yang harus diperbandingkan. Selain itu, untuk menentukan arus kas masuk yang akan
datang dari kapasitas baru perusahaan pada ukuran serta saat pengambilan keputusn mengenai
kapasitas yang diambil oleh setiap pesaing, selain juga pada sejumlah faktor lain. Biasanya juga
ada ketidakpastian mengenai kecenderungan masa depan dalam teknologi, di samping juga
bagaimana keadaan permintaan masa depan”.
Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya di dalam pengambilan keputusan
untuk menambah kapasitas perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu :
a. Menentukan arus kas yang akan datang
b. Meramalkan laba yang akan datang
c. Kapasitas yang diambil oleh pesaing
d. Kecenderungan perubahan teknologi di masa depan
e. Keadaan permintaan masa depan
2. Informasi pelayanan purna jual
Menurut Porter (2005:276) : “Menyediakan pelayanan (service) untuk suatu produk di samping
menjual produk itu sendiri memungkinkan perusahaan untuk mendiferensiasikan dirinya sendiri,
meskipun produknya tidak lebih unggul dibandingkan produk pesaing”. Dari definisi di atas
maka perusahaan dapat merancang strateginya akan produk yang mereka pasarkan dikenal
konsumen dan konsumen dapat mengetahui karakteristik produk yang diproduksi oleh
perusahaan.
3. Perbaikan saluran distribusi dari produsen ke konsumen
Menurut Porter (2005:276) : “Integrasi maju memecahkan masalah jalur masuk ke saluran distribusi
dan menghilangkan tawar menawar yang dimiliki oleh saluran”.
Dari pernyataan di atas menunjukkan betapa pentingnya masalah saluran distribusi. Karena dengan
adanya saluran distribusi yang baik dari produsen ke konsumen, produk akan sampai pada
konsumen akan lebih cepat dan produk yang diterima konsumen akan lebih murah. Karena
tawar-menawar yang dimiliki oleh saluran dapat dikurangi.
4. Antisipasi perusahaan untuk mengatasi harga yang fluktuatif
Menurut Porter (2005:272) : “Karena penjualan dari bisnis hulu diturunkan dari penjualan bisnis
hilir, faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi di keseluruhan rangkaian. Fluktuasi dapat
disebabkan oleh siklus bisnis, oleh perkembangan persaingan atau pasar dan sebagainya”.
Untuk dapat mengatasi harga yang fluktuatif perusahaan memperhatikan faktor pemasok bahan
baku, saluran distribusi, pesaing serta penawaran dan permintaan pasar akan produk yang
dihasilkan perusahaan.
J. Hipotesis Penelitian
Sehubungan dengan teori yang diuraikan, maka dapat dikemukakan mengenai kerangka pikir
konspetual dan kerangka hipotesis.
Gambar 2
Kerangka Pikir Konsep
Dari kerangka pikir konsep di atas, dapat diketahui kerangka hipotesis sebagai berikut :
Gambar 3
Kerangka Hipotesis
Dari model di atas, dapat disusun hipotesis statistik sebagai berikut :
H1 = Diduga variabel-variabel kekuatan (X1), kelemahan (X2), peluang (X3), ancaman (X4) secara
bersama-sama mempunyai hubungan bermakna terhadap penetapan strategi pemasaran
perusahaan.
H2 = Diduga peluang (X3) merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penetapan
strategi pemasaran perusahaan.