skripsi analisis faktor-faktor risiko ...repository.stikes-bhm.ac.id/39/1/8.pdfmenempati jumlah...

120
i SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA CALON JEMAAH HAJI KABUPATEN MAGETAN BERDASARKAN SISKOHATKES Oleh: RISKA RAMADHANI 201403036 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PRODI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Upload: others

Post on 01-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    SKRIPSI

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA

    CALON JEMAAH HAJI KABUPATEN MAGETAN

    BERDASARKAN SISKOHATKES

    Oleh:

    RISKA RAMADHANI

    201403036

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • i

    SKRIPSI

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA

    CALON JEMAAH HAJI KABUPATEN MAGETAN

    BERDASARKAN SISKOHATKES

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh:

    RISKA RAMADHANI

    201403036

    PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

    PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2018

  • ii

  • iii

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Saya Persembahkan Skripsi ini teruntuk:

    1. Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas RidhoNya Saya dapat

    menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

    “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baiknya

    pelindung”

    2. Alm. Bapak, dan Ibuk yang paling berjasa dalam hal apapun.

    3. Keluarga besar saya yang tak lupa memberikan motivasi untuk saya.

    4. Teman- teman yang tak kenal lelah memberikan motivasi untuk saya.

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Riska Ramadhani

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 29 Januari 1996

    Agama : Islam

    Alamat : Ds Simbatan RT 03 RW 03 Kec. Nguntoronadi

    Kab. Magetan

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. SDN 007 Samarinda Kalimatan Timur (Tahun 2002-2008)

    2. SMPN 2 Kawedanan Magetan ( Tahun 2008-2011)

    3. SMKN Takeran Magetan ( Tahun 2011-2014)

    4. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun ( Tahun 2014- 2018)

  • vii

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

    ABSTRAK

    Riska Ramadhani

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA CALON JEMAAH HAJI KABUPATEN MAGETAN BERDASARKAN SISKOHATKES 73 halaman + 23 tabel + 4 gambar + 6 lampiran

    Hipertensi menjadi peringkat pertama penyakit yang diderita oleh jemaah haji Indonesia pada tahun 2016 sebesar 35% dan tahun 2017 sebesar 17%. Magetan merupakan salah satu Kabupaten yang angka kejadian hipertensi pada jemaah haji yang cenderung meningkat. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan faktor risiko hipertensi pada calon jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

    Jenis penelitian ini adalah epidemiologik analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh calon jemaah haji Kabupaten Magetan dengan estimasi keberangkatan tahun 2018 sebanyak 351 orang . Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji Chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.

    Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada calon jemaah haji Kabupaten Magetan adalah riwayat keluarga hipertensi (P value= 0,0001; aPOR= 7,0), Umur (P value= 0,0001; aPOR= 2,7), obesitas abdominal (P value= 0,0170; aPOR= 1,8), Dan faktor risiko yang tidak berpengaruh adalah jenis kelamin, status merokok, dan kolesterol.

    Untuk mencegah faktor risiko penyakit hipertensi pada calon jemaah haji dapat dilakukan dengan aktivitas fisik secara rutin, memperbaiki pola makan, dan cek kesehatan secara berkala sampai menjelang keberangkatan haji.

    Kata Kunci : Hipertensi, calon jemaah haji, faktor risiko Kepustakaan : 48 (2008-2018)

  • viii

    PUBLIC HEALTH PROGRAM STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

    ABSTRACT

    Riska Ramadhani ANALYSIS RISK FACTORS OF HYPERTENSION TO CANDIDATE PILGRIMAGE OF HAJJ MAGETAN REGENCY BASED ON SISKOHATKES 73 pages, 23 tables, 4 pictures, and 6 appendixes Background : Hypertension became the first rank of diseases suffered by Indonesian pilgrims in 2016 by 35 % and in 2017 by 17%. Magetan was one of the districts where the incidence of hypertension in pilgrimage of hajj increased. The purpose of this study was explained risk factors of hypertension to candidate pilgrimage of hajj in Magetan District based on SISKOHATKES. The metods of this research : The type of this study was analytic epidemiology used cross sectional design. The population of this study was all candidate pilgrimage of hajj Magetan Regency with departure estimated in 2018 as many as 351 respondens. The technique was using total sampling. The data analysis was using univariate, bivariate analysis used chi square test, and multivariate analysis used logistic regression test. The result : The results showed risk factors that affect the incidence of hypertension in candidate pilgrimage of hajj Magetan Regency was genetic (P value= 0,0001; aPOR = 7.0), age (P value= 0,0001; aPOR= 2.7), abdominal obesity (P value= 0,0170; aPOR= 1,8), and risk factors that didn’t affect the incidence of hypertension was sex, smoking, and cholesterol. Discus and Conclusion : To prevent risk factors of hypertension in pilgrimage of hajj can be done with regular physical activity, improve diet, and health checks regulary until the departure of hajj. Key word : Hypertension, candidate pilgrimage of hajj, risk factors Literature : 48 (2008-2018)

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik

    serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    Skripsi “ Analisis Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Calon Jemaah Haji

    Kabupaten Magetan Berdasarkan SISKOHATKES” ini dengan lancar dan

    tanpa suatu halangan apapun. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Zaenal Abidin S.KM, M. Kes selaku Ketua Stikes Bhakti Husada

    Mulia Madiun, dan selaku pembimbing 1.

    2. Ibu Avicena Sakufa M., SKM., M. Kes selaku Ketua Program Studi S1

    Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku

    dosen penguji.

    3. Ibu Hanifah Adriani, S.KM, M.KM selaku dosen pembimbing 2.

    4. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya proposal ini.

    Skripsi ini telah penulis susun seoptimal mungkin namun penulis

    menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena

    itu, mohon saran dan masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan laporan

    ini.

    Penulis berharap agar Skripsi ini dapat digunakan sebaik-baiknya

    sebagai bahan referensi atau dapat digunakan sebagai tambahan bahan

    pembelajaran. Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis

    mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

    Madiun, 18 Juli 2018

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ ii

    LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii

    LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

    LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... vi

    ABSTRAK .................................................................................................. vii

    ABSTRACT ................................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

    DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

    1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

    1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

    1.5. Keaslian Penellitian................................................................................ 10

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Isthithaah Kesehatan Jemaah Haji .......................................................... 15

    2.2 Pengertian Hipertensi ............................................................................. 16

    2.3 Klasifikasi Hipertensi ............................................................................. 16

    2.4 Gejala Hipertensi ................................................................................... 17

    2.5 Faktor Risiko ......................................................................................... 18

    2.6 Komplikasi Hipertensi ........................................................................... 28

    2.7 Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi ............................................... 29

    2.8 Kerangka Teori ...................................................................................... 36

  • xi

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

    3.1. Kerangka Konseptual ............................................................................. 37

    3.2. Hipotesis Penelitian................................................................................ 38

    BAB 4 METODE PENELITIAN

    4.1. Desain Penelitian ................................................................................... 39

    4.2. Populasi dan Sampel .............................................................................. 39

    4.3. Teknik Sampling .................................................................................... 40

    4.4. Kerangka Kerja Penelitian ...................................................................... 40

    4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 42

    4.6. Instrumen Penelitian .............................................................................. 44

    4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 44

    4.8. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 45

    4.9. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 46

    BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum ................................................................................... 50

    4.2 Karakteristik Responden ........................................................................ 51

    4.3 Hasil penelitian ...................................................................................... 52

    4.4 Pembahasan ........................................................................................... 59

    4.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 71

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 72

    6.2 Saran ....................................................................................................... 73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 keaslian penelitian .................................................................. 10

    Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 ................................. 17

    Tabel 2.2 Kategori IMT ......................................................................... 22

    Tabel 2.3 cut off point lingkar pinggang ................................................. 24

    Tabel 2.4 Klasifikasi kadar kolesterol total ............................................. 28

    Tabel 4.1 Definisi Operasional .............................................................. 42

    Tabel 4.2 coding data DO....................................................................... 46

    Tabel 5.1 Karakteristik Responden ......................................................... 51

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Hipertensi .................................... 52

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur ...................................................... 52

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ......................................... 52

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Hipertensi .................. 53

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Status Merokok ...................................... 53

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Obesitas Abdominal ............................... 53

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kolesterol ............................................... 54

    Tabel 5.9 Analisis bivariat umur dengan hipertensi ................................ 54

    Tabel 5.10 Analisis bivariat jenis kelamin dengan hipertensi .................. 55

    Tabel 5.11 Analisis bivariat riwayat keluarga dengan hipertensi ............. 55

    Tabel 5.12 Analisis bivariat status merokok dengan hipertensi ............... 56

    Tabel 5.13 Analisis bivariat obesitas abdominal dengan hipertensi ......... 57

    Tabel 5.14 Analisis bivariat kolesterol dengan hipertensi ....................... 57

    Tabel 5.15 Rangkuman analisis bivariat ................................................. 58

    Tabel 5.16 Hasil Analisis Multivariat ..................................................... 58

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 kerangka teori ..................................................................... 36

    Gambar 3.1 kerangka konsep penelitian ................................................. 37

    Gambar 4.1 kerangka kerja penelitian ................................................... 41

    Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan ..................................................... 50

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal

    Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari STIKES

    Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Bangkesbangpol

    Lampiran 4 Formulir Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji Tahap Kedua

    Lampiran 5 Lembar Observasi Formulir Pemeriksaan Kesehatan Haji

    Lampiran 6 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

    Lampiran 7 Form Revisi Sidang Skripsi

    Lampiran 8 Output SPSS

    Lampiran 9 Dokumentasi Observasi

  • xv

    DAFTAR SINGKATAN

    SISKOHATKES : Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan

    PPIH : Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji

    MSG : Monosodium Glutamat

    IMT : Indeks Massa Tubuh

    LDL : Low Dencity Lipoprotein

    HDL : High Dencity Lipoprotein

    DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension

    CBT : Cognitive Behavioural Therapy

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ibadah haji adalah rukun islam kelima yang merupakan kewajiban bagi

    setiap muslim yang mampu (isthithaah) menunaikannya. Dengan demikian,

    istithaah menjadi hal penting dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam

    Fiqih Islam, Istithaah (termasuk Istithaah Kesehatan) dinyatakan sebagai

    salah satu syarat wajib untuk melaksanakan ibadah haji (Muhammad dan

    Yansyah, 2013).

    Ibadah haji banyak diminati oleh umat islam di dunia. Hal ini ditandai

    dengan meningkatnya jumlah jemaah haji setiap tahunnya. Indonesia

    merupakan negara dengan populasi agama islam terbesar di dunia hal tersebut

    menjadikan Indonesia negara yang menempati peringkat pertama sebagai

    penyumbang terbesar jemaah haji dengan risiko kesehatan yang masih cukup

    tinggi. Hal ini ditunjukkan yaitu pada penyelenggaran haji tahun 2015 dan

    2016 jumlah jemaah haji risiko tinggi yaitu 64.474 (42,99%) jemaah menjadi

    67.128 (41,1%) jemaah. Berdasarkan analisis data dari laporan Panitia

    Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) tahun 2016 menunjukkan tiga penyakit

    terbanyak yang diderita jemaah haji asal Indonesia adalah Hipertensi (35%),

    Mialgia (18%), dan Salesma (12%) dari jumlah penderita rawat jalan

    (Kemenkes RI, 2016).

  • 2

    Hipertensi atau biasa disebut dengan tekanan darah tinggi adalah

    peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

    darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

    selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang

    (InfoDatin, 2014). Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak

    diderita jemaah haji Indonesia kelompok resiko tinggi. Pada tahun 2016

    jemaah haji yang menderita hipertensi sebanyak 899 (35%) dari total jumlah

    kunjungan rawat jalan dan pada 2017 sekitar 584 (17%) dari total jumlah

    kunjungan rawat jalan. Walaupun angka kejadian menurun namun penyakit

    hipertensi tetap menjadi peringkat pertama penyakit yang diderita jemaah haji

    Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir (Kemenkes RI, 2016 dan

    2017).

    Pada tahun 2017 embarkasi SUB (Surabaya) provinsi Jawa Timur

    menempati jumlah kematian tertinggi yaitu sekitar 20 (0,061%) dari jumlah

    jemaah haji 32.544 orang (Mahbib, 2017). Dengan penyebab kematian

    terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler dikarenakan komplikasi dari

    penyakit hipertensi kronik atau hipertensi tidak terkontrol. Hal ini

    ditunjukkan dengan tingginya kejadian penyakit hipertensi pada kelompok

    risiko tinggi yaitu dengan presentase 45,16% dari total jemaah haji

    (Lathifiyah, 2016).

    Kabupaten Magetan adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi

    Jawa Timur yang memiliki jumlah jemaah haji risiko tinggi dengan penyakit

    hipertensi yang semakin meningkat. Berdasarkan data dari sistem informasi

  • 3

    kesehatan haji Indonesia (SISKOHATKES), pada tahun 2016 jumlah jemaah

    haji risiko tinggi yaitu 45% dengan penderita hipertensi yaitu 49% dari total

    jemaah haji. Tahun 2017 jumlah jemaah haji risiko tinggi yaitu 49% dengan

    penderita hipertensi yaitu 14% dari total jemaah haji. Dan pada tahun 2018

    jumlah jemaah haji risiko tinggi meningkat yaitu sekitar 67% dari total calon

    jemaah haji dengan penderita hipertensi yaitu 23 % dari total calon jemaah

    haji. Pada tahun 2017 ada 1 jemaah haji yang keberangkatannya ditunda

    karena menderita penyakit kronik yaitu penyakit hipertensi dengan

    komplikasi, sehingga tidak memenuhi syarat isthithaah (Dinkes Kabupaten

    Magetan, 2016-2018).

    Tingginya angka kejadian hipertensi pada calon jemaah haji akan

    berdampak kurang baik dalam pelaksanaan ibadah haji selama di Tanah Suci.

    Karena dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan jemaah haji dalam

    menjalankan ibadah di Tanah Suci. Sehingga syarat Isthithaah merupakan

    Syarat utama dalam pelaksanaan ibadah haji (Kemenkes RI, 2017).

    Penyakit hipertensi memiliki beberapa faktor risiko yang tidak dapat

    diubah seperti umur, jenis kelamin, dan genetik. Selain itu, juga terdapat

    faktor risiko yang masih dapat diminimalisir dampaknya seperti obesitas,

    kebiasaan merokok, dan hiperkolestrolemia (Kurniadi dan Nurrahmani,

    2015).

    Semakin bertambahnya umur akan menyebabkan risiko terjadinya

    hipertensi juga semakin besar, hal ini karena perubahan struktur pembuluh

    darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi

  • 4

    kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah

    (Sari, 2017). Menurut penelitian Kartikasari menunjukkan ada hubungan

    antara umur dengan kejadian hipertensi nilai OR yaitu 5,2 (95% CI = 1,070-

    25,434) (Kartikasari, 2012).

    Jenis kelamin merupakan faktor risiko hipertensi yang tidak dapat

    diubah. Pria cenderung lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan

    dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa pria

    memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita.

    Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami peningkatan

    setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

    perubahan hormonal yang dialami wanita yang telah menopause (Sari, 2017).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni menunjukkan ada

    hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi nilai POR yaitu 12, 8 (95%

    CI= 4,389- 37,796) (Wahyuni, 2011).

    Riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor terjadinya hipertensi.

    Risiko terkena hipertensi akan lebih tinggi pada orang dengan keluarga dekat

    yaitu orang tua memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, faktor keturunan juga

    dapat berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam (NaCl) dan renin

    membran sel (Sari, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari

    menunjukkan bahwa riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor risiko

    terjadinya hipertensi nilai OR 16,5 (95% CI= 5,940-46,324) (Kartikasari,

    2012).

  • 5

    Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen

    untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan bagi penderita yang

    memiliki aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah.

    Merokok dapat memperparah kejadian hipertensi. Hasil analisis yang

    dilakukan oleh Amu, menunjukkan bahwa status pernah merokok

    berhubungan dengan hipertensi nilai OR 2,1 (95% CI= 2,06-2,21) (Amu,

    2015).

    Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh.

    (Sari, 2017). Penderita obesitas akan lebih mudah mengalami hipertensi

    karena pada penderita obesitas terjadi ketidaknormalan mekanisme kontrol

    terhadap tekanan arterial. Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dkk

    menunjukkan terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi

    nilai OR 1,82. artinya obesitas berisiko 1,82 kali menderita hipertensi

    (Sulastri dkk, 2012).

    Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis

    yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga

    tekanan darah meningkat. Kolesterol tinggi (hiperkolestrolemia) akan

    menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah dan otak. Jika kadar

    kolesterol melebihi batas normal akan menyebabkan aterosklerosis. Menurut

    penelitian yang dilakukan oleh Mariyati menunjukkan adanya hubungan yang

    signifikan antara kadar kolestrol dengan kadar hipertensi dengan nilai

    koefisien kolerasi sebesar 0,668 maka nilai ini menandakan hubungan tinggi

  • 6

    antara kadar kolestrol dengan tekanan darah pada penderita hipertensi(

    Mariyati, 2017).

    Agar tidak menderita hipertensi perlu dilakukan pencegahan dan

    pengendalian terhadap faktor risiko. Pencegahan hipertensi dapat dilakukan

    dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat

    dilakukan dengan membatasi asupan garam, menurunkan berat badan,

    menghindari minuman berkafein, rokok, dan tidak mengkonsumsi

    minuman yang beralkohol. Olah raga dianjurkan bagi penderita hipertensi.

    Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stres

    (InfoDatin, 2014).

    Penyakit hipertensi pada calon jemaah haji di Kabupaten Magetan

    cenderung meningkat setiap tahunnya. Untuk itu perlu diketahui faktor risiko

    hipertensi pada calon jemaah haji untuk melakukan pengendalian terhadap

    faktor risiko hipertensi pada calon jemaah haji. Penelitian tentang faktor

    risiko hipertensi pada calon jemaah haji belum pernah dilakukan di

    Kabupaten Magetan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

    mengenai beberapa faktor risiko hipertensi pada calon jemaah haji Kabupaten

    Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Rumusan Umum

    Beberapa faktor risiko hipertensi apa sajakah pada calon jemaah haji di

    Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES?

  • 7

    1.2.2 Rumusan Khusus

    1. Bagaimana gambaran penyakit hipertensi, karakteristik pendidikan,

    karakteristik pekerjaan calon jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan

    SISKOHATKES?

    2. Apakah umur merupakan faktor risiko hipertensi pada calon jemaah haji di

    Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES?

    3. Apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko hipertensi pada calon

    jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES?

    4. Apakah riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor risiko hipertensi

    pada calon jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan

    SISKOHATKES?

    5. Apakah merokok merupakan faktor risiko hipertensi pada calon jemaah

    haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES tahun 2018?

    6. Apakah obesitas abdominal merupakan faktor risiko hipertensi pada calon

    jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES tahun

    2018?

    7. Apakah kolesterol merupakan faktor risiko hipertensi pada calon jemaah

    haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES tahun 2018?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Menjelaskan faktor resiko hipertensi pada calon jemaah haji Kabupaten

    Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

  • 8

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Menjelaskan gambaran penyakit hipertensi, karakteristik pendidikan,

    karakteristik pekerjaan calon jemaah haji Kabupaten Magetan

    berdasarkan SISKOHATKES.

    2. Menjelaskan umur merupakan faktor risiko hipertensi pada calon jemaah

    haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

    3. Menjelaskan jenis kelamin merupakan faktor risiko hipertensi pada calon

    jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES .

    4. Menjelaskan riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor risiko

    hipertensi pada calon jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan

    SISKOHATKES.

    5. Menjelaskan merokok merupakan faktor risiko hipertensi pada calon

    jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

    6. Menjelaskan obesitas abdominal merupakan faktor risiko hipertensi pada

    calon jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

    7. Menjelaskan kolesterol merupakan faktor risiko hipertensi pada calon

    jemaah haji Kabupaten Magetan berdasarkan SISKOHATKES.

  • 9

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan

    1. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi terkait faktor resiko

    hipertensi pada calon jemaah haji.

    2. Dapat digunakan sebagai bekal pembinaan jemaah haji untuk melakukan

    pencegahan terhapat faktor resiko hipertensi.

    1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

    Sebagai sumber referensi mengenai penelitian epidemiologi penyakit

    tidak menular khususnya penyakit hipertensi pada calon jemaah haji.

    1.4.3 Bagi Masyarakat

    Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi pada calon

    jemaah haji, sehingga dapat dijadikan bekal untuk mengontrol hipertensi

    yaitu dengan mengontrol faktor risiko dan dapat mencegah terjadinya

    komplikasi akibat penyakit hipertensi.

    1.4.4 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan masukan kepustakaan dan

    informasi serta dapat meningkatkan pengetahuan mengenai faktor resiko

    hipertesnsi pada jemaah haji.

    1.4.5 Bagi Peneliti

    1. Menjadi syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat.

    2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor risiko hipertensi

    pada calon jemaah haji.

  • 10

    1.5 Keaslian Penelitian

    Di bawah ini merupakan beberapa penelitian terdahulu mengenai

    beberapa faktor risiko hipertensi yaitu :

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul Penelitian

    Nama Peneliti

    Tempat dan Tahun Penelitian

    Rancangan Penelitian

    Variabel Penelitian

    Hasil Penelitian

    Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Calon Jemaah Haji Bekasi Kloter 34 dan 54 Tahun 2017

    Anik Alfiyani

    Bekasi Tahun 2017

    Cross Sectional

    Variabel Independent: riwayat hipertensi keluarga, dukungan keluarga, kebiasaan konsumsi makanan asin, makanan berlemak, konsumsi MSG, penggunaan minyak jelantah dalam masakan, minum minuman berkafein, konsumsi daging kambing, kebiasaan olahraga, sering stres, kebiasaan merokok, patuh obat

    Hasil penelitian didapatkan faktor yang merupakan faktor risiko hipertensi yaitu faktor riwayat keluarga hipertensi (p= 0,002), kebiasaan minum minuman berkafein (p=0,036), kebiasaan konsumsi daging kambing (p=0,002).

  • 11

    Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Tempat

    dan Tahun

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    Variabel Dependent: kelompok yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi

    2 Analisis Faktor Risiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Donorojo Kabupaten Pacitan

    Ninda Nur Haryadi

    Wilayah Kerja Puskesmas Donorojo Kabupaten Pacitan Tahun 2016

    Case Control

    Variabel Independent : pola makan, olahraga, kebiasaan tidur

    Variabel Dependent : Hipertensi

    Hasil penelitian didapatkan faktor yang merupakan faktor risiko hipertensi yaitu kebiasaan tidur ( p= 0,047 OR= 2,452), dan yang bukan faktor risiko yaitu pola makan (p= 0,617),olahraga (p= 0,211).

    3 Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan

    Agnesia Nuarma Kartikasari

    Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang Tahun 2012

    Case Control

    Variabel Independent: Usia, Jenis Kelamin, Riwayat Keluarga

    Hasil penelitian didapatkan faktor yang merupakan faktor risiko hipertensi

  • 12

    Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul Penelitian

    Nama Peneliti

    Tempat dan Tahun Penelitian

    Rancangan Penelitian

    Variabel Penelitian

    Hasil Penelitian

    Kidul, Kabupaten Rembang

    Hipertensi,kebiasaan konsumsi garam, kebiasaan konsumsi lemak, kebiasaan merokok, obesitas, aktivitas fisik. Variabel Dependent: Kejadian hipertensi

    yaitu usia (p= 0,0026 OR= 11,340), riwayat keluarga (p= < 0,0001 OR= 14,378), merokok (p= 0,010 OR= 9,537), obesitas (p= 0,007 OR= 9,051).

    4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan tingkat hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II

    Lina Dwi Yoga Pramana

    Wilayah Kerja Puskesmas Demak II Tahun 2016

    Cross Sectional

    Variabel Independent: Umur, Riwayat Keluarga, Aktivitas Fisik, Asupan Garam, Obesitas Variabel Dependent: Tingkat Hipertensi

    Variabel yang berhubungan dengan tingkat hipertensi yaitu umur (p=0,026), riwayat keluarga (p=0,003), dan aktivitas fisik (p=0,013), sedangkan yang tidak berhubungan yaitu asupan garam(p=0,678), dan obesitas (0,272).

  • 13

    Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul Penelitian

    Nama Peneliti

    Tempat dan Tahun

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel Penelitian

    Hasil Penelitian

    5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan Pemeriksaan Rutin Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2014

    Budi Artiyaningrum

    Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun 2015

    Case Control

    Variabel Independent : umur, status pasangan, obesitas, konsumsi garam, konsumsi alkohol, merokok, kebiasaan minum kopi, stres, aktivitas olahraga, kepatuhan minum obat antihipertensi. Variabe Dependent: KejadianHipertensi Tidak Terkendali.

    Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak terkendali yaitu umur(p=0,022 OR= 2,956), status pasangan (p=0,001 OR=4,610), konsumsi garam (p=0,001 OR=6,333), konsumsi kopi (p= 0,033 OR=2,528), stres (p=0,0001 OR=3,095), konsumsi obat antihipertensi (p=0,010 OR=3,095), dan yang tidak berhubungan yaitu obesitas (p=0,280 OR=1,598), konsumsi alkohol (p=0,502

  • 14

    Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul Penelitian

    Nama Peneliti

    Tempat dan Tahun

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel Penelitian

    Hasil Penelitian

    OR=1,579), merokok (p=0,265 OR=1,651), dan aktivitas olahraga(p=0,509 OR=1,338).

    Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu :

    1. Variabel dependent : variabel dependent dalam penelitian ini adalah

    hipertensi pada calon jemaah haji.

    2. Variabel Independent : variabel independent dalam penelitian ini adalah

    umur, jenis kelamin, riwayat keluarga hipertensi, merokok, obesitas

    abdominal, dan kolestrol. Variabel yang berbeda dengan penelitian

    sebelumnya adalah variabel obesitas abdominal dan kolesterol. Variabel

    obesitas dalam penelitian ini berdasarkan lingkar pinggang, dan variabel

    kolesterol dalam penelitian ini menggunakan kadar kolestrol total.

    3. Tempat dan tahun penelitian : penelitian ini berlokasi di Kabupaten Magetan

    dan penelitian dilakukan pada tahun 2018.

    4. Desain penelitian : desain penelitian ini menggunakan metode Cross

    Sectional. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yang diperoleh

    melalui sistem informasi kesehatan haji (SISKOHATKES) tahun 2018, dan

    analisis data dengan analisis bivariat (chi square), dan multivariat (regresi

    logistik).

  • 15

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Isthitaah Kesehatan Jemaah Haji

    Isthitaah Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari

    aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan

    pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Jemaah Haji dapat

    menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam. Untuk menuju

    isthithaah perlu dilakukan pemeriksaan pada jemaah haji. Pemeriksaan

    kesehatan meliputi tiga tahap yaitu tahap pertama, tahap kedua, dan tahap

    ketiga(Permenkes No.15, 2016).

    Dalam pemeriksaan tahap pertama merupakan penetapan status

    kesehatan jemaah haji risiko tinggi atau tidak risiko tinggi. Yang ditetapkan

    sebagai jemaah haji risiko tinggi yaitu berusia 60 tahun atau lebih dan atau

    memiliki faktor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan(Permenkes No.15,

    2016).

    Pemeriksaan tahap kedua merupakan penetapan Isthithaah Kesehatan,

    yang meliputi :

    1. Memenuhi syarat isthithaah kesehatan haji;

    2. Memenuhi syarat isthithaah kesehatan haji dengan pendampingan;

    3. Tidak memenuhi syarat isthithaah kesehatan haji untuk sementara;

    4. Tidak memenuhi syarat isthithaah kesehatan haji.

  • 16

    Pemeriksaan tahap ketiga merupakan penetapan status kesehatan jemaah

    haji laik atau tidak laik terbang(Permenkes No.15, 2016).

    2.2 Pengertian Hipertensi

    Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

    kronis ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh

    darah arteri. Hal ini mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk

    mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Seseorang

    dikatakan mengalami tekanan darah tinggi jika pemeriksaan tekanan darah

    menunjukkan hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat,

    dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit (Sari, 2017).

    Hipertensi merupakan pemicu berbagai penyakit diantaranya yaitu

    stroke, diabetes, dan gagal ginjal. Organ yang terkait dengan penyakit fatal ini

    adalah jantung (Irianto, 2015). Hipertensi menjadi sillent killer karena pada

    sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan pada akhirnya menjadi

    stroke dan serangan jantung yang mengakibatkan penderita meninggal

    (Kurniadi, dan Nurrahmani, 2017).

    2.3 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi berdasarkan Joint National Commite (JNC) 7

    adalah sebagai berikut :

  • 17

    Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarakan JNC 7

    Klasifikasi Tekanan Darah

    Tekanan Darah Sistol (mmHg)

    Tekanan Darah Diastol (mmHg)

    Normal

  • 18

    dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun

    pada seseorang dengan tekanan darah yang normal (Utamaningsih, 2015).

    Jika hipertensi sudah dalam tahap berat atau menahun dan tidak diobati,

    bisa timbul gejala berikut: Sakit kepala, Kelelahan, Mual, Muntah, Sesak

    nafas, Gelisah, Pandangan kabur. Kadang penderita hipertensi berat

    mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi

    pembengkakan otak (Utamaningsih, 2015).

    2.5 Faktor Risiko Hipertensi

    Penyakit hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang

    memiliki potensi menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasanya

    disebut dengan faktor risiko. Beberapa faktor risiko hipertensi yaitu:

    1. Umur

    Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang tidak

    dapat diubah. Pada umumnya, semakin bertambahnya umur maka akan

    semakin besar pula risiko terjadinya hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh

    perubahan struktur pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding

    pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga

    meningkatkan tekanan darah. Menurut penelitian, terdapat kecenderungan

    bahwa pria dengan umur lebih dari 45 tahun lebih rentan mengalami

    peningkatan tekanan darah, sedangkan wanita cenderung mengalami

    peningkatan tekanan darah pada umur di atas 55 tahun (Sari, 2017).

  • 19

    Sedangkan menurut Kurniadi dan Nurrahmani, kejadian hipertensi akan

    meningkat seiring dengan pertambahan umur. Seseorang yang berumur di

    atas 60 tahun sebanyak 50-60% memiliki tekanan darah lebih besar atau sama

    dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi

    pada orang yang bertambah usianya (Kurniadi, dan Nurrahmani, 2017).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irza tahun 2009 menunjukkan

    risiko hipertensi 17 kali lebih tinggi pada responden yang berusia > 40 tahun

    dibandingkan responden berusia ≤ 40 tahun (Irza, 2009).

    2. Jenis kelamin

    Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi

    yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung lebih banyak

    menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena

    adanya dugaan bahwa pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika

    dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita

    mengalami peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut

    disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami wanita yang telah

    menopause (Sari, 2017).

    Menurut penelitian Peer dkk tahun 2013 menjelaskan prevalensi

    hipertensi lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan karena perempuan

    lebih baik dalam mengontrol hipertensi. Hal tersebut dikarenakan perempuan

    lebih mudah menerima pengobatan dan lebih mudah mengubah gaya hidup,

    sedangkan pada laki-laki lebih tertarik pada urusan pekerjaan dibandingkan

  • 20

    mengunjungi pelayanan kesehatan, terutama saat jam kerja masih

    berlangsung (Peer dkk, 2013).

    3. Riwayat Keluarga (Genetik)

    Keturunan atau genetik juga merupakan salah satu faktor risiko

    terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Risiko terkena hipertensi akan

    lebih tinggi pada orang dengan keluarga dekat memiliki riwayat hipertensi.

    Selain itu, faktor keturunan juga dapat berkaitan dengan metabolisme

    pengaturan garam (NaCl) dan renin membran sel (Sari, 2017).

    Seseorang yang memiliki orang tua dengan hipertensi memiliki risiko

    dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada seseorang yang tidak

    mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu, seseorang

    normotensi yang memiliki orang tua yang mengidap hipertensi memiliki

    reaktivitas vaskuler yang lebih tinggi terhadap stres mental maupun fisik

    dibanding seseorang dan orangtua yang memiliki tekanan darah normal. Hal

    ini berkaitan dengan timbulnya hipertensi di kemudian hari (Kurniadi, dan

    Nurrahmani, 2017).

    4. Faktor Ras (Etnis)

    Orang kulit hitam memiliki risiko hipertensi dua kali lebih besar

    dibandingkan dengan orang kulit putih. Hal tersebut diduga karena, akses

    pelayanan kesehatan yang lebih rendah, perbedaan genetik dengan kulit putih,

    aspek psikososial dan karena faktor nutrisi (Wahyuni, 2013).

  • 21

    5. Merokok

    Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya

    hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan

    oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan bagi penderita

    yang memiliki aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah.

    Merokok dapat memperparah kejadian hipertensi dan berpotensi pada

    penyakit degeneratif lain seperti stroke dan penyakit jantung.

    Pada umunya, rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya seperti

    nikotin dan kabon monoksida. Zat tersebut akan terisap melalui rokok

    sehingga masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel

    pembuluh darah arteri, serta mempercepat terjadinya aterosklerosis (Sari,

    2017).

    Risiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang diisap per hari,

    tidak tergantung pada lamnya merokok. Seseorang yang merokok lebih dari

    satu pak per hari memiliki kerentanan dua kali lebih besar daripada yang

    tidak merokok (Kurniadi, dan Nurrahmani, 2017).

    6. Obesitas

    Obesitas merupakan suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam

    tubuh. Obesitas dapat diketahui dengan menghitung Indeks Massa Tubuh

    (IMT), pengukuran lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan atas,

    tebal lipatan kulit area triseps, biseps, subskapula, suprailiaka

    (Susantiningsih, 2015).

  • 22

    IMT adalah perbandingan antara berat badan dalam kilogram dengan

    tinggi badan dalam meter kuadrat. Seseorang dikatakan mengalami obesitas

    jika berdasarkan perhitungan IMT berada di atas 25 kg/m2 (Sari, 2017). Hal

    tersebut berdasarkan klasifikasi IMT menurut Depkes RI yaitu:

    Tabel 2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

    Kategori IMT (kg/m2) Kekurangan berat badan tingkat berat 27,0

    Pengukuran obesitas berdasarkan status IMT memiliki kekurangan

    karena IMT diukur berdasarkan rasio berat badan (Kg) terhadap tinggi badan

    kuadrat (m2) tetapi tidak memperhitungkan komposisi lemak tubuh.

    Seseorang yang kurus tetapi memiliki otot yang bagus, tanpa memiliki lemak

    berlebihan bisa saja memiliki IMT >25kg/m2 (Ernestia, 2016).

    Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, obesitas dibedakan menjadi

    dua tipe, yaitu tipe android/ apple shape dan tipe ginoid/ pear shape. Tipe

    android ditandai dengan penumpukan lemak berlebihan di bagian tubuh

    sebelah atas, yaitu disekitar dada, pundak, leher, wajah, dan perut menyerupai

    buah apel. Tipe android lebih berisiko terhadap terjadinya hiperlipidemia,

    hipertensi, aterosklerosis, pada arteri coroner, serebral, dan perifer.

    Sedangkan pada tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak dibagian

    tubuh sebelah bawah, yaitu pinggul, pantat, paha, dan bagian bawah. Tipe ini

    lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android karena risiko terkena

  • 23

    penyakit degeneratif lebih kecil. Obesitas tipe android disebut juga dengan

    obesitas sentral atau obesitas abdominal (Ernestia, 2016).

    Pada obesitas abdominal penumpukan lemak lebih banyak pada daerah

    abdomen. Jika lemak abdomen ini berlebihan akan menyebabkan beberapa

    hal diantaranya menurunkan kadar adiponektin, menurunkan ambilan asam

    lemak bebas intrasel oleh mitokondria sehingga oksigen berkurang, dan

    menyebabkan akumulasi asam lemak bebas intrasel. Kelebihan asam lemak

    bebas ini dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Pada kondisi

    hiperinsulinema ini dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan

    penyerapan sodium dalam ginjal yang pada akhirnya hipertensi ( Sulastri,

    2012).

    Menurut penelitian yang dilakukan Amanda dan Martini pada Tahun

    2018 menunjukkan bahwa responden yang memiliki status obesitas

    abdominal berisiko 2,556 kali mengalami hipertensi dibandingkan responden

    yang tidak obesitas abdominal (Amanda dan Martini, 2018).

    Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas abdominal yang

    digambarkan dengan ukuran lingkar pinggang, dengan cutt-off yang berbeda

    antara pria dan wanita, juga disesuaikan dengan etnis lebih sensitif dalam

    memprediksi gangguan metabolik dan risiko kardiovaskuler (Syarifudin dan

    Nurmala, 2015). Menurut WHO ukuran lingkar pinggang sesuai etnis yaitu:

  • 24

    Tabel 2.3 Cut Off Lingkar Pinggang

    Negara/Grup Etnis Lingkar Pinggang (cm) Pada Obesitas

    Eropa Pria ≥94 Wanita ≥ 80

    Asia Selatan Populasi Cina, Melayu, dan Asia-India

    Pria ≥ 90 Wanita ≥ 80

    Jepang Pria ≥ 90 Wanita ≥85

    Sumber: WHO, 2014

    Ada dua hal yang menyebabkan seseorang terkena obesitas yaitu pola

    makan yang buruk dan kurangnya aktifitas fisik. Orang yang banyak

    mengonsumsi makanan tinggi kalori dalam bentuk gula dan lemak, ditambah

    gaya hidupnya yang tidak banyak bergerak, akan rentan untuk mengalami

    obesitas. Selain faktor makanan dan gerak fisik, obesitas juga bisa disebabkan

    oleh masalah kesehatan seperti hipotiroidisme (kurangnya produksi hormon

    oleh kelenjar tiroid), obat-obatan, atau faktor genetika (Savitri, 2016).

    Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran

    darah. Dalam hal ini, orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan

    kadar lemak dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan

    penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) (Sari, 2017).

    7. Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebihan

    Alkohol juga diketahui menjadi salah satu faktor risiko terjadinya

    hipertensi. Hal tersebut diduga akibat adanya peningkatan kadar kortisol,

    peningkatan volume sel darah merah, dan kekentalan darah yang

    mengakibatkan peningkatan tekanan darah.

  • 25

    Kafein diketahui dapat membuat jantung berpacu lebih cepat sehingga

    mengalirkan darah lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi, dalam hal ini

    kafein memiliki reaksi yang berbeda pada setiap orang (Sari, 2017). Jumlah

    kafein yang dianggap aman untuk orang dewasa sehat maksimal 400

    miligram sehari. Jumlah itu kira-kira setara dengan empat cangkir kopi seduh,

    10 kaleng cola atau dua teguk minuman energi (Savitri, 2016).

    8. Konsumsi Garam Berlebih

    Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan hipertensi. Hal tersebut

    dikarenakan garam (NaCl) mengandung natrium yang dapat menarik cairan di

    luar sel agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan cairan

    dalam tubuh. Hal inilah yang membuat peningkatan volume dan tekanan

    darah ( Sari, 2017).

    Sumber natrium yang umum adalah penyedap rasa yang mengandung

    monosodium glutamat yang dikenal dengan MSG (Widjadja, 2009).

    9. Stres

    Stres juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Kejadian

    hipertensi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki kecenderungan

    stres emosional. Keadaan seperti tertekan, murung, dendam, takut, dan rasa

    bersalah dapat merangsang timbulnya hormon adrenalin dan memicu jantung

    berdetak lebih kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah (Sari,

    2017).

    Stres adalah rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh terhadap

    perubahan di lingkungan (Widjadja, 2009). Stres dapat berhubungan dengan

  • 26

    pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal (Kurniadi, dan

    Nurrahmani, 2017).

    10. Penggunaan Alat Kontrasepsi Oral

    Peningkatan ringan tekanan darah biasa ditemukan pada perempuan yang

    menggunakan kontrasepsi oral terutama yang berusia di atas 35 tahun, yang

    telah menggunakan kontrasepsi selama 5 tahun, atau pada orang obese.

    Hipertensi ini disebabkan oleh peningkatan volume plasma akibat

    peningkatan aktivitas renin-angiostensin-aldosteron yang muncul ketika

    kontrasepsi oral digunakan. Estrogen dan progesteron sintetik yang dipakai

    sebagai pil kontrasepsi oral menyebabkan retensi natrium (Kurniadi, dan

    Nurrahmani, 2017).

    11. Kurang Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik memiliki konsep yang lebih luas dari olah raga dan dapat

    didefinisikan sebagai pergerakan otot yang menggunakan energi.

    Aktivitas fisik berpengaruh secara langsung terhadap tekanan darah

    karena latihan fisik dapat mempengaruhi tekanan darah dengan

    menormalkan proses-proses tubuh lainnya . Aktivitas fisik atau olah raga

    merupakan bentuk pemberian rangsang berulang pada tubuh. Tubuh akan

    beradaptasi jika diberi rangsangan secara teratur dengan takaran dan waktu

    yang tepat(Wahyuni, 2013).

    Latihan aerobik dengan intensitas ringan sampai sedang, seperti

    jalan atau berenang secara teratur sekitar 30-45 menit selama 3-4 kali

  • 27

    dalam seminggu dapat menurunkan hipertensi sekitar 4-8 mmHg dan

    risiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 30%

    dibandingkan dengan individu yang sedentary. Hal ini diduga karena

    latihan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan HDL

    kolesterol (Wahyuni, 2013).

    12. Hiperkolesterolemia

    Hiperkolesterolemia merupakan kelainan metabolisme lipid (lemak)

    yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,

    kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.

    Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang

    mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga

    tekanan darah meningkat (Wahyuni, 2013).

    Ketika kolesterol berlebihan merintangi arteri, risiko tekanan darah tinggi

    semakin meningkat. Orang dengan tekanan darah tinggi seringkali tidak

    hanya memiliki aterosklerosis tetapi suatu penyakit pada bagian tengah

    dinding arteri yang disebut media. Penyakit ini dikenal sebagai ateroma (zat

    berlemak), yakni pembentukan luka di lapisan arteri, serta kemunduran

    kondisi bagian tengah arteri karena tekanan darah tinggi. Ada hubungan

    langsung antara faktor-faktor ini dengan lama dan tinggi tekanan darah

    (Carlson, 2016). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dkk tahun

    2017 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar

  • 28

    kolestrol dengan tekanan darah pada penyakit hipertensi (Wahyuni dkk,

    2017). Dibawah ini merupakan klasifikasi kadar kolestrol total yaitu :

    Tabel 2.4 klasifikasi kadar kolesterol total

    Tingkat Darah (mg/dl) Klasifikasi

    Kolesterol Total Tinggi

    Sumber : Kurniadi dan Nurrahmani, 2017

    2.6 Komplikasi Penyakit Hipertensi

    Tekanan darah yang tinggi cenderung akan membawa risiko yang

    berbahaya dan dapat menimbulkan komplikasi lain efek dari tekanan darah

    tinggi. Berikut ini adalah beberapa komplikasi hipertensi yang dapat terjadi.

    1. Kerusakan dan gangguan pada otak

    Hipertensi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh sulit

    meregang sehingga darah yang ke otak kekurangan oksigen. Pembuluh darah

    otak sangat sensitif ketika semakin melemah maka menimbulkan perdarahan.

    2. Gangguan dan kerusakan mata

    Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah

    dibelakang mata. Gejalanya, yaitu pandangan kabur dan berbayang.

    3. Gangguan dan kerusakan jantung

    Akibat tekanan darah tinggi, jantung harus memompa darah dengan tenaga

    ekstra keras. Otot jantung semakin menebal dan lemah sehingga kehabisan

    energi untuk memompa lagi. Parahnya lagi, jika terjadi pemyumbatan

  • 29

    pembuluh akibat aterosklerosis. Gejalanya yaitu pembengkakan pada

    pergelangan kaki, peningkatan berat badan, dan napas yang tersengal sengal.

    4. Gangguan dan kerusakan ginjal

    Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat

    sisa yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah terlalu tinggi,

    pembuluh darah kecil akan rusak. Ginjal juga tidak mampu lagi menyaring

    dan mengeluarkan sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak segera

    tampak. Namun jika dibiarkan, komplikasinya menimbulkan masalah serius

    (Julianti dkk,2008).

    2.7 Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi

    Cara mencegah hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai macam salah

    satunya :

    1. Makanan

    Untuk menurunkan tekanan darah, mengkonsumsi makanan yang rendah

    lemak dan kaya serat seperti roti dan biji bijian utuh dan beras merah. Selain

    itu, buah dan sayuran yang tinggi kandungan seratnya juga dapat membantu

    menurunkan tekanan darah. Batasi penggunaan garam di bawah 1500

    mg/hari.

    Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension). Diet ini

    dirancang untuk membantu mengobati atau mencegah hipertensi. Diet ini

    bertujuan untuk mengurangi natrium dalam makanan. Seseorang juga harus

    makan berbagai makanan kaya nutrisi yang membantu menurunkan tekanan

    darah. Selain baik untuk mencegah hipertensi, cara makan yang sehat juga

  • 30

    bermanfaat untuk mencegah osteoporosis, kanker, penyakit jantung, stroke,

    dan diabetes. Diet ini menekankan pada konsumsi sayuran, buah dan

    makanan susu rendah lemak, biji-bijian, ikan, unggas, dan kacang-kacangan.

    Dalam diet ini hanya diperbolehkan mengonsumsi sodium hingga 1500-2300

    mg per hari (Savitri, 2016).

    2. Biasakan lidah dengan makanan yang kurang asin

    Selera seseorang sebenarnya bisa dilatih. Bila lidah terbiasa makan

    makanan yang asin, pengurangan sedikit garam akan membuat berkurang

    selera. Namun, itu hanya sementara. Setelah sekian lama, lidah akan terbiasa.

    Asupan garam yang tepat yaitu:

    1) Satu sendok teh garam setara dengan 2 gram. Jumlah ini hampir

    setengah asupan harian yang dibutuhkan.

    2) Jumlah garam yang terkandung pada makanan kemasan lebih tinggi

    dari 2,5 gram per sajian. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam

    memilih makanan kemasan, selalu periksa label untuk mengetahui

    berapa kandungan natriumnya.

    3) Untuk menurunkan tekanan darah, target ideal 6 gram per hari (setara

    dengan satu sendok teh dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang

    asupan idealnya adalah 4,5 gram per hari. Kurangi konsumsi garam di

    dalam makanan karena garam dapat meningkatkan tekanan darah.

    3. Berat Badan

    Mengurangi berat badan hanya beberapa kilo akan membuat perbedaan

    besar pada tekanan darah dan kesehatan secara keseluruhan. Jantung akan

  • 31

    bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh ketika memiliki

    berat badan yang berlebih. Selain itu resiko tekanan darah tinggi akan

    meningkat.

    Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk tubuh atau

    mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas. Penderita hipertensi boleh

    makan dalam jumlah banyak namun harus diimbangi dengan aktivitas dan

    kegiatan yang membutuhkan banyak energi (Widharto, 2007).

    4. Olahraga

    Untuk menurunkan tekanan darah dan menjaga jantung serta pembuluh

    darah dalam kondisi baik, olahraga, dan beraktivitas secara teratur perlu

    dilakukan. Olahraga sebaiknya dilakukan 7 kali perminggu dengan intensitas

    moderat sekitar 30-60 menit.

    Hidup aktif juga bisa membantu menurunkan berat badan. Olahraga yang

    paling bermanfaat untuk penderita hipertensi adalah berjalan, berjogging,

    menaiki tangga, senam, berenang, bersepeda, tenis, dan olahraga lain yang

    meningkatkan denyut nadi dan mempertahankannya sampai setidaknya 20

    menit. Olahraga non-aerobik seperti angka beban, push-up, dan sit up tidak

    dianjurkan. Namun penderita tekanan darah tinggi tidak dianjrkan bahkan

    dilarang melakukan jenis olahraga seperti: tinju, karate, gulat dan olahraga

    sejenisnya. Karena jenis olahraga tersebut justru akan memperparah

    hipertensi yang dialami.

    Walaupun belum diketahui mekanisme secara pasti, berolahraga secara

    teratur terbukti menurunkan tekanan darah. Ada kemungkinan bahwa

  • 32

    penurunan tekanan darah berkaitan dengan perubahan pola makan.

    Berolahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan

    kolestrol pada dinding pembuluh darah(Widharto,2007).

    5. Tidak Minum-Minuman Keras

    Risiko tekanan darah akan meningkat jika mengonsumsi minuman keras

    terlalu sering dan berlebihan, tapi dengan mengikuti rekomendasi yang ada,

    maka risiko tersebut bisa dikurangi.

    Minuman beralkohol dapat menyebabkan tekanan darah. Jika minuman

    keras diminum sekali tentu akan meningkatkan risiko hipertensi dan stroke.

    Selain itu, konsumsi minuman keras berlebihan dapat mengakibatkan

    kerusakan organ hati dan sistem saraf.

    6. Tidak Merokok

    Seperti halnya tekanan darah tinggi, merokok bisa membuat arteri

    menyempit. Merokok tidak menyebabkan tekanan darah tinggi secara

    langsung, tapi membuat berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan

    stroke. Jika merokok dan memiliki tekanan darah tinggi, arteri akan

    menyempit lebih cepat dan risiko terkena jantung atau paru-paru akan

    meningkat secara drastis.

    Jika seseorang merokok dan terdiagnosis hipertensi diharapkan untuk

    segera berhenti merokok. Karena, nikotin membuat darah lebih kental dan

    mudah menggumpal sehingga meningkatkan tekanan darah dan risiko

    penyakit arteri koroner. Berhenti merokok akan langsung menurunkan risiko

    hipertensi dan dua tahun setelah berhenti merokok, risiko penyakit arteri

  • 33

    koroner yang berhenti merokok dengan yang tidak pernah merokok akan

    sama.

    Beberapa cara agar terbebas dan menghindar dari rokok:

    1) Melakukan analisis atas kebiasaan-kebiasaan merokok yang telah

    dilakukan selama ini. Misalnya, kapan waktu tersering untuk merokok

    dan kapan secara otomatis ingin merokok. Hasil analisis ini akan

    membantu dalam mengerem keinginan merokok.

    2) Susun daftar alasan. Lakukan segala hal yang membuat kita tidak

    kembali merokok. Selalu ingat alasan-alasan yang mendasari kita untuk

    tidak merokok. Jika perlu susun daftar alasan itu.

    3) Langsung berhenti. Pililah sebuah hari dimana kita akan berhenti

    merokok. Pada hari itu, langsung berhenti total tanpa melakukan tahapan-

    tahapan. Umumkan rencana kita kepada orang-orang dekat agar mereka

    bisa membantu.

    4) Waspada pada hari-hari awal. Hari-hari awal akan terasa sangat berat.

    Cobalah mengalihkan perhatian dengan mengonsumsi permen atau

    permen karet tanpa gula. Sementara waktu, kurangilah kegiatan yang

    berkaitan dengan rokok (Sukmana, 2011).

    7. Kurangi Konsumsi Minuman Berkafein

    Mengurangi konsumsi minuman seperti kopi, teh, cola, dan minuman

    berenergi lain yang mengandung banyak kafein. Yang lebih penting,

    sebaiknya sumber cairan tidak hanya berasal dari minum minuman tersebut.

  • 34

    Minum lebih dari empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan risiko

    tekanan darah .

    Jumlah kafein yang dianggap aman untuk orang dewasa sehat maksimal

    400 miligram sehari. Jumlah itu kira- kira setara dengan empat cangkir kopi

    seduh, 10 kaleng cola atau dua teguk minuman berenergi.

    8. Miliki tensimeter pribadi

    Bila seseorang terdiagnosis hipertensi, sangat dianjurkan untuk memiliki

    alat pengukur tekanan darah (tensimeter) sendiri dirumah. Tekanan darah

    harus dicek pada waktu dan kondisi yang hampir sama setiap hari.

    Tensimeter di rumah sangat bermanfaat untuk memperingatkan bila

    tekanan darah naik pada tingkat yang berbahaya sehingga dapat segera

    mendapatkan pengobatan. Manfaat lainnya adalah menghemat uang, karena

    tidak harus bolak balik ke dokter. Dengan perkembangan teknologi, kini

    tensimeter sangat mudah digunakan dan semakin terjangkau harganya.

    9. Melakukan hal yang membuat relaks

    Ambil waktu untuk bersantai setiap hari dapat membantu mengontrol

    tekanan darah. Carilah beberapa teknik relaksasi yang disukai dan lakukan

    secara teratur,misalnya:

    1) Yoga, tai chi, atau manajemen stres

    2) Terapi Perilaku Kognitif (CBT). Terapi ini berfokus pada bagaimana

    pikiran dan keyakinan bisa memengaruhi cara menghadapi masalah.

    Tanyakan kepada dokter mengenai cara mendapatkan terapi ini.

  • 35

    3) Meditasi ditempat yang tenang selama 15-20 menit, bersyukur atas hal-

    hal positif dalam hidup.

    4) Dengarkan musik yang menenangkan pikiran terbukti bermanfaat bagi

    penderita hipertensi. Banyak penenlitian yang menunjukkan bahwa

    orang-orang yang mendengarkan musik untuk relaksasi dapat

    menurunkan tekanan darahnya (Savitri, 2016).

  • 36

    2.8 Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Tingkat Denyut Jantung

    IMT

    Peningkatan Cairan Tubuh

    Peningkatan Volume Plasma

    Peningkatan Hormon Adrenalin

    Abdominal

    Umur

    Jenis Kelamin

    Riwayat Keluarga

    Ras

    Perubahan Struktur

    Pembuluh Darah

    Kadar Hormon Estrogen

    Jenis Ras

    Kekakuan Dinding

    Pembuluh Darah

    Perubahan Membran Sel

    Tidak Dapat

    diubah

    Dapat diubah

    (Gaya Hidup)

    Merokok

    Obesitas

    Kolesterol

    Garam berlebih

    Alkohol & Kafein

    Stres

    Alat Kontrasepsi Oral

    Kurang Aktivitas Fisik

    Sumber : Kurniadi dan Nurrahmani, 2017

    Hipertensi

    pada Calon

    Jemaah Haji

    Aterosklerosis Peningkatan

    Tahanan Perifer

    Peningkatan Volume

    Tekanan Darah

    Resistensi Insulin

  • 37

    BAB 3

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konseptual

    Pada kerangka teori menggambarkan beberapa faktor risiko terjadinya

    hipertensi diantaranya adalah faktor yang tidak dapat diubah (umur, jenis

    kelamin, riwayat keluarga, dan ras), faktor yang dapat diubah (merokok,

    obesitas abdominal, kolestrol, garam berlebih, konsumsi alkohol dan kafein,

    stres, alat kontrasepsi oral, kurang aktivitas fisik). Namun tidak semua faktor-

    faktor tersebut diteliti. Untuk faktor yang tidak dapat diubah yang diteliti

    yaitu umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Untuk faktor yang dapat

    diubah yang diteliti yaitu merokok, obesitas abdominal, dan kolesterol.

    Beberapa faktor tidak diteliti dalam penelitian ini karena keterbatasan dari

    data yang diperoleh dari SISKOHATKES. Kerangka konseptual dalam

    penelitian ini dapat dilihat dibawah ini:

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    Variabel independent Variabel dependent

    Hipertensi Pada Calon

    Jemaah Haji

    Umur

    Jenis Kelamin

    Riwayat Keluarga Hipertensi

    Merokok

    Obesitas Abdominal

    Kolesterol

  • 38

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

    diajukan, yang kebenaran jawaban ini akan dibuktikan secara empirik dengan

    penelitian yang akan dilakukan. Suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam

    bentuk pernyataan yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih

    (Sumantri, 2011).

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

    H1 :

    1. Umur merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada calon jemaah haji

    Kabupaten Magetan tahun 2018.

    2. Jenis kelamin merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada calon

    jemaah haji di Kabupaten Magetan tahun 2018.

    3. Riwayat keluarga hipertensi merupakan faktor risiko kejadian hipertensi

    pada calon jemaah haji di Kabupaten Magetan tahun 2018.

    4. Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada

    calon jemaah haji di Kabupaten Magetan tahun 2018.

    5. Obesitas abdominal merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada

    calon jemaah haji di Kabupaten Magetan tahun 2018.

    6. Kolesterol merupakan faktor risiko kejadian hipertensi pada calon jemaah

    haji di Kabupaten Magetan tahun 2018.

  • 39

    BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologik analitik dengan desain

    cross sectional. Desain penelitian cross sectional (potong lintang) adalah

    rancangan penelitian yang mencakup semua jenis penelitian yang pengukuran

    variabel-variabel dilakukan hanya satu kali pada satu saat (Sumantri, 2011).

    Dalam penelitian ini merupakan analisis dari data yang diperoleh melalui

    sistem informasi kesehatan haji (SISKOHATKES) yang terkait dengan

    hipertensi sehingga diperoleh penjelasan mengenai beberapa faktor risiko

    kejadian hipertensi pada calon jemaah haji di Kabupaten Magetan tahun

    2018.

    4.2 Populasi dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan dikenai

    generalisasi hasil penelitian (Sumantri, 2011). Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh calon jemaah haji Kabupaten Magetan dengan estimasi

    keberangkatan tahun 2018. Jumlah calon jemaah haji Kabupaten Magetan

    dengan estimasi keberangkatan tahun 2018 adalah 351 orang.

    4.2.2 Sampel

    Sampel adalah populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur

    (Sumantri, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh calon jemaah

  • 40

    haji Kabupaten Magetan tahun 2018 yang melakukan pemeriksaan kesehatan

    tahap kedua yaitu berjumlah 351 orang calon jemaah haji.

    4.3 Teknik Sampling

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

    nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total sampling. Sampel

    jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota

    populasi sebagai responden atau sampel ( Sujarweni, 2015). Jadi sampel

    dalam penelitian ini adalah seluruh calon jemaah haji Kabupaten Magetan

    tahun 2018 yang melakukan pemeriksaan kesehatan tahap kedua yaitu

    berjumlah 351 orang calon jemaah haji.

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian

    Kerangka kerja penelitian merupakan kerangka pelaksanaan penelitian

    mulai dari pengambilan data sampai menganalisa hasil penelitian. Kerangka

    kerja dalam penelitian ini adalah:

  • 41

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

    Populasi

    Calon Jemaah Haji Kabupaten Magetan 2018 Berjumlah 351orang

    Teknik Sampling

    Total Sampling

    Sampel

    Calon Jemaah Haji berjumlah 351 orang

    Variabel Independen

    Umur, Jenis Kelamin, Riwayat

    Keluarga, Merokok, Obesitas

    Abdominal, Kolesterol.

    Variabel Dependen

    - Hipertensi pada Calon Jemaah

    Haji

    Pengumpulan Data

    Sekunder berdasarkan

    SISKOHATKES

    Pengumpulan Data

    Sekunder berdasarkan

    SISKOHATKES

    Analisis Data

    Univariat, Bivariat, dan Multivariat

    Kesimpulan

    Hasil

    Pelaporan

  • 42

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

    4.5.1 Variabel Penelitian

    A. Variabel Independen (Bebas)

    Variabel independen dalam penelitian ini adalah Umur, Jenis Kelamin,

    Riwayat Keluarga, Merokok, Obesitas Abdominal, Kolesterol.

    B. Variabel Dependen (Terikat)

    Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Hipertensi.

    4.5.2 Definisi Operasional Variabel Tabel 4.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Kategori Alat Ukur Skala data

    1 2 3 4 5

    1 Hipertensi Tekanan darah

    responden (≥

    140/90 mmHg)

    yang tercatat

    dalam

    Siskohatkes

    1. Hipertensi (≥

    140/90 mmHg)

    2. Tidak hipertensi

    (

  • 43

    Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Kategori Alat Ukur Skala data

    1 2 3 4 5

    3 Umur Umur responden

    yang dihitung

    sejak lahir

    hingga ulang

    tahun terakhir

    pada saat

    pemeriksaan

    kesehatan tahap

    kedua

    1. ≥ 60 tahun.

    2. < 60 tahun.

    (Kurniadi, dan

    Nurrahmani, 2017).

    Data sekunder

    dari siskohatkes

    Nominal

    4 Jenis Kelamin Jenis kelamin

    responden

    berdasarkan

    kondisi biologis

    1. Laki-laki

    2. Perempuan

    Data sekunder

    dari Siskohatkes

    Nominal

    5 Obesitas

    Abdominal

    Nilai lingkar

    pinggang

    responden (cm)

    berdasarkan

    pengukuran saat

    melakukan

    pemeriksaan

    kesehatan haji

    1. Obesitas

    Abdominal

    jika:

    Perempuan ≥

    80 cm, dan laki-

    laki ≥ 90 cm.

    2. Tidak obesitas

    abdominal jika:

    perempuan

  • 44

    Lanjutan Tabel 4.1 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional

    Kategori Alat Ukur Skala data

    1 2 3 4 5

    tahap kedua

    6 Merokok Kebiasaan

    merokok

    responden bulan

    terakhir saat

    pemeriksaan

    kesehatan haji

    tahap kedua

    1. Merokok

    2. Tidak Merokok

    Data Sekunder

    pemeriksaan

    kesehatan haji

    tahap kedua

    Nominal

    7 Kolesterol Kadar kolesterol

    total responden

    ketika

    melakukan

    pemeriksaan

    kesehatan haji

    tahap kedua

    1. ≥200 mg/dl

    2.

  • 45

    4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Pemeriksaan kesehatan jemaah haji tahap kedua di laksanakan pada

    bulan Februari tahun 2018. Analisis data dilaksanakan pada bulan Mei 2018.

    Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang

    bertempat di jalan Imam Bonjol No.4 Magetan.

    4.8 Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan pada saat

    pengumpulan data dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan data

    sekunder yaitu data yang diperoleh dari pencatatan rekam medis calon jemaah

    haji Kabupaten Magetan tahun 2018 yang diperoleh dari sistem informasi

    kesehatan haji Indonesia (SISKOHATKES) tahun 2018.

    Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

    1. Mendapatkan surat permohonan ijin dari Ketua STIKES Bhakti Husada

    Mulia Madiun, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Magetan,

    Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan.

    2. Melakukan observasi data rekam medik yang berkaitan dengan hipertensi.

    Dengan demikian dapat diperoleh variabel-variabel yang akan dianalisis

    sebagai beberapa faktor risiko hipertensi pada calon jemaah haji.

    3. Mencatat data-data yang dibutuhkan dari sistem informasi kesehatan haji

    (SISKOHATKES).

    4. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan

    dianalisa.

  • 46

    4.9 Pengolahan dan Analisis Data

    4.9.1 Pengolahan Data

    1. Editing

    Editing data merupakan cara untuk memastikan bahwa data yang diperoleh

    sudah lengkap, memeriksa jika terjadi kesalahan atau data belum diisi

    dalam sistem informasi kesehatan haji. Dilakukan dengan cara mengoreksi

    data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan

    informasi pada lembar formulir pemeriksaan kesehatan haji.

    2. Coding

    Coding merupakan kegiatan pemberian kode setelah proses pengeditan

    data yang bertujuan untuk mempermudah saat data akan dimasukkan

    dalam program komputer. Pengkodean dalam penelitian ini sesuai dengan

    definisi operasional. Coding dalam penelitian ini adalah:

    Tabel 4.1 Coding data berdasarkan definisi operasional

    No Variabel Coding Data 1 Hipertensi 0=Hipertensi

    1= Tidak Hipertensi 2 Riwayat Keluarga Hipertensi 0= Ada

    1= Tidak Ada 3 Umur 0= ≥ 60 tahun

    1= < 60 tahun 4 Jenis kelamin 0=laki-laki

    1=perempuan 5 Obesitas abdominal obesitas abdominal

    tidak obesitas abdominal 6 Merokok 0=merokok

    1=tidak merokok 7 Kolesterol 0= ≥200 mg/dl

    1=

  • 47

    3. Entry Data

    Entry Data merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer

    untuk selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program

    komputer.

    4. Cleaning

    Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

    data yang sudah di masukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

    5. Tabulating

    Tabulating adalah kegiatan menyusun dan meringkas data yang masuk ke

    dalam bentuk tabel-tabel.

    4.9.2 Analisis data

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan sistem komputer SPSS

    dalam melakukan analisis data. Adapun analisa data dalam penelitian ini

    yaitu:

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel

    secara mandiri, tiap variabel di analisis tanpa dikaitkan dengan variabel

    laninnya. Analisis univariat biasa juga disebut analisis deskriptif atau statistik

    deskriptif yang bertujuan menggambarkan kondisi fenomena yang dikaji.

    Dalam penelitian ini Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan

    distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian

    ini variabel yang digambarkan melalui analisis univariat adalah variabel

    independen, dan variabel dependen. Data tersebut kemudian disajikan dalam

  • 48

    bentuk tabel dengan menampilkan jumlah dan presentase masing-masing

    variabel.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat dengan uji chi-square digunakan untuk menguji hipotesis

    hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.

    Pengujian hipotesis penelitian dengan mempertimbangkan nilai signifikan (p

    value ≤ α), Prevalens Odds Rasio (POR), dan nilai Confidence Interval (CI)

    sebesar 95% (α = 0,05). Penentuan pemeriksaan hipotesis berdasarkan tingkat

    signifikansi yang diperoleh dari uji chi square yaitu:

    a) Hipotesis penelitian diterima jika nilai p≤ 0,05.

    b) Hipotesis penelitian ditolak jika nilai p> 0,05.

    Penentuan faktor risiko dari variabel independen terhadap variabel

    dependen berdasarkan interprestasi nilai POR dan CI yang diperoleh yaitu:

    a) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor risiko jika nilai POR

    > 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

    b) Variabel independen yang diteliti bukan merupakan faktor risiko jika

    nilai CI mencakup nilai 1.

    c) Variabel independen yang diteliti merupakan faktor protektif jika nilai

    POR < 1 dan nilai CI tidak mencakup nilai 1.

    3. Analisis Multivariat

    Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan secara

    bersama-sama variabel independent terhadap variabel dependent, dan variabel

    idependent mana yang merupakan yang paling berpengaruh terhadap variabel

  • 49

    dependent. Analisis multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan

    beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen secara

    bersamaan. Variabel dependen merupakan variabel kategorik, maka uji yang

    digunakan adalah uji regresi logistik.

    Prosedur yang dilakukan terhadap uji regresi logistik pemodelan

    multivariat yaitu :

    1. Pemilihan variabel berdasarkan analisis bivariat pada masing-masing

    variabel independen. Hasil analisis bivariat yang menunjukkan p ≤ 0,25

    maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dengan model analisis

    multivariat.

    2. Semua variabel yang menjadi kandidat dimasukkan bersama-sama untuk

    dipertimbangkan menjadi model. Hasil analisis variabel yang signifikan

    dengan nilai p ≤ 0,05 merupakan model terpilih. Variabel yang tidak

    signifikan dengan nilai p > 0,05 dikeluarkan dari model secara berurutan

    dari nilai p tertinggi sampai memperoleh model yang terbaik pada semua

    variabel yang signifikan dengan nilai p ≤ 0,05.

    3. Untuk melihat variabel mana yang paling besar pengaruhnya terhadap

    variabel dependen, dilihat dari exp (B) untuk variabel yang signifikan,

    semakin besar nilai exp (B) berarti semakin besar pengaruhnya terhadap

    variabel dependen yang dianalisis.

  • 50

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Magetan

    Kabupaten Magetan terletak pada 7 38’ 30” lintang selatan dan 111 20’

    30” bujur timur, dengan batas wilayah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi

    Sebelah Timur : Kabupaten Madiun

    Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri

    Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar ( Jawa Tengah )

    Dinas Kesehatan Magetan merupakan salah satu instansi kesehatan yang

    berada di Kabupaten Magetan yang membawahi 18 Kecamatan dengan 22

    Puskesmas dengan luas wilayah 688,8 km2.

    Sumber : Dinkes Kab. Magetan, 2016

    Gambar 5.1 Peta Kabupaten Magetan

  • 51

    5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan Jumlah responden yang melakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu

    sebanyak 351 calon jemaah haji dengan estimasi keberangkatan tahun 2018.

    Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini adalah

    karakteristik pendidikan dan pekerjaan responden. Karakteristik responden

    yaitu dibawah ini:

    Tabel 5.1 karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan pekerjaan

    No Variabel Jumlah (n) Persentase (%) 1 Pendidikan Tamat SD 43 12.3 Tamat SMP 58 16.5 Tamat SMA 48 13.7 Tamat PT 202 57.5 Jumlah 351 100.0 2 Pekerjaan IRT 31 8.8 Pensiunan 41 11.7 Petani 43 12.3 Pedagang 20 5.7 Pegawai Swasta/BUMN 80 22.8 PNS 125 35.6 TNI/POLRI 11 3.1 Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.1 diketahui karakteristik responden berdasarkan

    tingkat pendidikan sebagian besar adalah tamat Perguruan Tinggi dengan

    jumlah 202 (57,5%) orang, sedangkan yang terendah adalah tamat SD dengan

    jumlah 43 (12,3%) orang. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

    sebagian besar adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jumlah

    125 (35,6%) orang, sedangkan pekerjaan terendah adalah sebagai TNI/POLRI

    dengan jumlah 11 (3,1%) orang.

  • 52

    5.1.3 Analisis Univariat 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Status Hipertensi

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Hipertensi

    No Status Hipertensi Jumlah (n) Persentase (%) 1 Hipertensi 130 37.0 2 Tidak Hipertensi 221 63.0 Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat lebih banyak calon jemaah haji

    yang tidak menderita hipertensi daripada yang menderita hipertensi yaitu

    sebanyak 63% dari total jemaah haji.

    2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Umur

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Umur Responden

    No Umur Responden Jumlah (n) Persentase (%) 1 ≥ 60 Tahun 172 49.0 2 < 60 Tahun 179 51.0

    Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji

    yang berumur ≥ 60 tahun tidak jauh berbeda dengan calon jemaah haji

    yang berumur < 60 tahun.

    3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Jenis Kelamin

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

    No Jenis Kelamin Responden Jumlah (n) Persentase (%) 1 Perempuan 185 52.7 2 Laki-laki 166 47.3 Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji yang

    berjenis kelamin perempuan tidak jauh berbeda dengan proporsi calon

    jemaah haji yang berjenis kelamin laki-laki.

  • 53

    4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Riwayat Keluarga Hipertensi

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga Hipertensi

    No Riwayat Keluarga Hipertensi Jumlah (n) Persentase (%) 1 Ada 114 32.5 2 Tidak Ada 237 67.5

    Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat sebagian besar calon jemaah

    haji tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi yaitu 67.5% dari total calon

    jemaah haji.

    5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Status Merokok

    Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Status Merokok

    No Status Merokok Jumlah (n) Persentase (%) 1 Merokok 33 9.4 2 Tidak Merokok 318 90.6

    Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat sebagian besar calon jemaah

    haji tidak merokok adalah 90.6% dari total calon jemaah haji.

    6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Obesitas Abdominal

    Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Obesitas Abdominal

    No Obesitas Abdominal Jumlah (n) Persentase (%) 1 Ya 205 58.4 2 Tidak 146 41.6 Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat lebih banyak calon jemaah haji

    yang obesitas abdominal daripada yang tidak obesitas abdominal yaitu

    sebanyak 58.4% dari total calon jemaah haji.

  • 54

    7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Kadar Kolesterol

    Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total

    No Kadar Kolesterol Total Jumlah (n) Persentase (%) 1 ≥ 200 mg/dl 170 48.4 2 < 200 mg/dl 181 51.6 Jumlah 351 100.0

    Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji yang

    memiliki kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl tidak jauh berbeda dengan proporsi

    calon jemaah haji yang memiliki kadar kolesterol < 200 mg/dl.

    5.1.4 Analisis Bivariat 1. Hubungan antara variabel umur dengan kejadian hipertensi pada calon

    jemaah haji

    Tabel 5.9 hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi pada calon jemaah haji

    Umur Hipertensi Tidak Hipertensi

    Jumlah Nilai p POR (95% CI)

    n % n % n % ≥60Tahun 84 48,8 88 51,2 172 100,0 0,0001 2,8

    (1,761-4,325)

  • 55

    2. Hubungan antara variabel jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada

    calon jemaah haji

    Tabel 5.10 hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada calon jemaah haji

    Jenis Kelamin

    Hipertensi Tidak Hipertensi

    Jumlah Nilai p POR (95%CI)

    n % n % n % Perempuan 65 35,1 120 64,9 185 100,0 0,504 0,8

    (0,545-1,299) Laki-laki 65 38,7 101 60,8 163 100,0

    Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji yang

    menderita hipertensi tidak jauh berbeda antara calon jemaah haji yang berjenis

    kelamin perempuan dan laki-laki. Dengan nilai signifikansi yaitu 0,504

    menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian

    hipertensi pada calon jemaah haji. Sehingga jenis kelamin bukan merupakan

    faktor risiko hipertensi karena Nilai 95% CI mencakup nilai 1 yaitu 0,545-1,299.

    3. Hubungan antara variabel riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian

    hipertensi pada calon jemaah haji

    Tabel 5.11 hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada calon jemaah haji

    Riwayat Keluarga

    Hipertensi

    Hipertensi Tidak Hipertensi

    Jumlah Nilai p POR (95%CI)

    n % n % n % Ada 78 68,4 36 31,6 114 100,0 0,0001 7,7

    (4,673-12,716) Tidak Ada 52 21,9 185 78,1 237 100,0

    Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji yang

    hipertensi lebih banyak terjadi pada calon jemaah haji yang memiliki riwayat

    keluarga hipertensi yaitu 78 orang (68,4%) dibandingkan dengan calon

    jemaah haji yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi yaitu 46 orang

  • 56

    (25,7%). Dengan nilai signifikansi yaitu 0,0001, sehingga calon jemaah haji

    yang memiliki riwayat keluarga hipertensi berisiko 7,7 kali menderita

    hipertensi daripada calon jemaah haji yang tidak memiliki riwayat keluarga

    hipertensi dengan nilai 95% CI =4,673-12,716.

    4. Hubungan antara variabel status merokok dengan kejadian hipertensi pada

    calon jemaah haji

    Tabel 5.12 hubungan antara status merokok dengan kejadian hipertensi pada calon jemaah haji

    Status Merokok

    Hipertensi Tidak Hipertensi

    Jumlah Nilai p POR (95% CI)

    n % n % n % Merokok 14 42,4 19 57,6 33 100,0 0,628 1,3

    (0,620-2,655) Tidak

    Merokok 116 36,5 202 63,5 202 100,0

    Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji yang

    hipertensi lebih banyak terjadi pada calon jemaah yang merokok yaitu 14

    orang (42,4%) dibandingkan dengan calon jemaah haji yang tidak merokok

    yaitu 116 orang (36,5%). Dengan nilai signifikansi yaitu 0,628 menunjukkan

    tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi pada calon

    jemaah haji. Sehingga status merokok bukan merupakan faktor risiko

    hipertensi karena Nilai 95% CI mencakup nilai 1 yaitu 0,620-2,655.

  • 57

    5. Hubungan antara variabel obesitas abdominal dengan kejadian hipertensi

    pada calon jemaah haji

    Tabel 5.13 hubungan antara obesitas abdominal dengan kejadian hipertensi pada calon jemaah haji

    Obesitas Abdominal

    Hipertensi Tidak Hipertensi

    Jumlah Nilai p POR (95% CI)

    n % n % n % Ya 89 43,4 116 56,6 205 100,0 0,005 1,9

    (1,247-3,095) Tidak 41 28,1 105 71,9 146 100,0

    Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat proporsi calon jemaah haji yang

    hipertensi lebih banyak terjadi pada calon jemaah yang obesitas abdominal

    yaitu 89 orang (43,4%) dibandingkan dengan calon jemaah haji yang tidak

    obesitas abdominalyaitu 41 orang (28,1%). Dengan nilai signifikansi yaitu

    0,005, sehingga calon jemaah haji yang obesitas abdominal berisiko 1,9 kali

    menderita hipertensi daripada calon jemaah haji yang tidak obesitas

    abdominal d