skripsi ana 1-6

Upload: inisial-dexa-medicine

Post on 10-Jul-2015

1.255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Belajar dan mengajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan guru bersifat pengajaran dan kegiatan siswa bersifat belajar. Kedua jenis sifat pengajaran ini saling berkaitan, bahkan dalam kegiatan pengajaran untuk menggerakan kegiatan belajar siswa. Proses pembelajaran di sekolah itu tidak selalu berjalan mulus atau lancar, banyak hal yang menjadi faktor penentu kelancaran suatau proses pembelajaran, antara lain guru sebagai pengajar, siswa sebagai subjek pembelajaran, tempat berlangsungnya pembelajaran dan fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam proses pembelajaran dan kurikulum yang digunakan. Agar siswa senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan memanfaatkan potensi kelas yang ada. Oleh karena itu sangat di butuhkan kedisiplinan yang tinggi terhadap semua siswa agar mereka mempunyai keinginan untuk maju dan meraih prestasi yang otimal. Kedisiplinan merupakan hal penting dalam suatu kegiatan. Seseorang tidak dapat menyelesaikan suatu kegiatan dengan hasil optimal tanpa sikap disiplin. Disiplin adalah suatu sikap yang mengharuskan seseorang untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, patuh atas keputusan dan perintah, serta

2

ketepatan dalam menghargai waktu. Disiplin di sekolah sangat diperlukan untuk menciptakan keteraturan dan ketertiban. Maka dibuatlah tata tertib sekolah. Dalam praktek akhir-akhir ini tata tertib mulai menurun fungsinya. Hal ini disebabkan, disiplin yang terbentuk adalah disiplin yang terpaksa, bukan karena kesadaran namun karena takut pada hukuman. Oleh karena itu sekolah perlu menumbuhkan sikap disiplin di kalangan siswanya.

Kedisiplinan tidaklah merupakan suatu paksaan dari luar, namun harus dari dalam diri orang tersebut. Dalam proses pendidikan, anak diharapkan mampu memahami kedisiplinan agar mereka dapat bekerja sama dengan orang lain. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam pelaksanaannya kegiatan bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok. Dalam situasi tertentu di mana suatu masalah tidak dapat ditanggani secara individual, situasi kelompok dapat dimanfaatkan untuk menyelanggarakan layanan bimbingan bagi siswa. Yang menjadi sasaran dalam bimbingan kelompok pada hakikatnya sama dengan sasaran dalam bimbingan pada umumnya yakni individu. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari konselor dan wali kelas di sekolah tersebut ternyata masih banyak siswa di SMK Mambaul Falah Kudus

3

tahun pelajaran 2011/2012 yang kurang disiplin dalam belajar pada waktu kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung, dan menurut informasi dari beberapa orang tua siswa bahwa anaknya kalau belajar di rumah selalu menunggu perintah dari orang tuanya . Keadaan semacam itu perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya, kemudian mendorong siswa tersebut mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan yaitu belajar. Keadaan yang seperti itu harus segera ditanggulangi agar tidak

menjadi berkepanjangan. Untuk mengatasi masalah belajar perlu pemberian bantuan atau pertolongan yang dapat dilakukan melalui bimbingan belajar. Individu yang dimaksud di sini bisa berupa individu sebagai bagian dari kelompok, sebagai media untuk memberikan layanan bantuan kepada individu. Ketika masalah ini cukup serius sehingga tidak mampu

diselesaikannya sendiri, sudah selayaknya hal ini menjadi tanggung jawab guru untuk membantu meningkatkan kemampuan anak dalam meningkatan dan memiliki kesadaran akan kedisiplinan (intrapersonal). Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar (2001: 124) bahwa guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri, menyelesaikan masalahnya sendiri, dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal inilah yang menimbulkan dorongan bagi konselor untuk

memberikan bantuan melalui layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi (intrapersonal). Ada

4

beberapa alternatif yang bisa ditempuh. Salah satu dari alternatif tersebut adalah melalui pemberian layanan bimbingan kelompok, seperti yang diungkapkan Prayitno (2004: 2) tujuan umum bimbingan kelompok adalah meningkatkan komunikasi peserta layanan bimbingan kelompok. Dari uraian tersebut peneliti ingin memberikan bantuan kepada siswa yang memiliki kesadaran akan kedisiplinan yang rendah untuk ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Karena dengan layanan bimbingan kelompok akan terjadi komunikasi, dan pembahasan tentang permasalahan yang diangkat (kedisiplinan), dengan demikian anak akan dapat belajar bagaimana caranya untuk memiliki sikap disiplin. Suasana kelompok dapat menjadi wahana masing-masing anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai reaksi, informasi dari anggota yang lain untuk kepentingan dirinya yang berkaitan dengan pengembangan diri. Hubungan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan dapat memberikan manfaat bagi para anggotanya. Sebagaimana diperjelas oleh Prayitno (2004: 1) layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian informasi dan bantuan pada sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok guna mencapai suatu tujuan tertentu Dinamika merupakan tingkah laku individu yang secara langsung mempengaruhi individu lain secara timbal balik. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk membantu siswa meningkatkan kedisiplinan dalam diri siswa. Dengan layanan bimbingan kelompok siswa dapat saling berinteraksi dalam menyelesaikan

5

suatu masalah antar anggota kelompok dengan menyatukan jawaban melalui pemikiran berbagai latar belakang yang mendasari pendapat baik dari pengetahuan, pengalaman, serta ketrampilan berfikir yang memunculkan rasa empati antar individu dan memunculkan ide-ide baru yang nantinya diharapkan dapat memberikan peningkatan dalam kedisiplinan siswa. Dalam upaya membantu meningkatkan kedisiplinan siswa, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Bimbingan

Kelompok Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas X SMK Mambaul Falah Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh yang layanan Bimbingan Kelompok terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas X SMK Mambaul Falah Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012?. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah

mendapatkan layanan bimbingan kelompok dalam kegiatan bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah Kudus tahun pelajaran 2011/2012. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh layanan bimbingan kelompok

terhadap kedisiplinan pribadi siswa kelas XI IPS 2 di SMA Muhammadiyah Kudus tahun pelajaran 2011/2012.

6

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan pemikiran khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling, serta sebagai bahan acuan untuk penelitian yang lebih lanjut lagi. 2. Kegunaan Praktis 1. Bagi Kepala Sekolah Dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai acuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif dalam rangka mengembangkan kedisiplinan siswa. 2. Bagi Konselor Dapat digunakan oleh konselor sekolah sebagai acuan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan kedisiplinan siswa. 3. Bagi Siswa Dapat digunakan siswa sebagai acuan untuk mengembangkan kedisiplinan siswa baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

1.5. Definisi Operasional Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas XI SMA Mambaul Falah

7

Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012., maka definisi operasionalnya dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Bimbingan Kelompok. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh seorang peneliti secara kelompok, maka diharapkan para peserta bimbingan kelompok mendapatkan suatu pemahaman baru dalam hal ini adalah mengenai kedisiplinan, diharapkan siswa dapat

memperbaiki kedisiplinannya. 2. Kedisiplinan Disiplin adalah sikap patuh kepada waktu dan peraturan yang ada. Dari pengertian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa disiplin itu mengandung dua makna yaitu patuh waktu dan juga peraturan atau tata tertib. Patuh pada waktu, tentunya kita sering mendengar kata disiplin waktu. Disiplin memiliki arti demikian ketika kita dihadapkan pada waktu dalam melakukan sesuatu artinya dalam melakukan sesuatu tersebut kita memiliki sebuah tanggungjawab kepada waktu. Contoh realnya seperti ini, sebagai pelajar kita tentu mengetahui jam masuk sekolah kita sehingga kita sebisa mungkin untuk datang ke sekolah lebih awal agar tidak terlambat. Dari contoh tersebut kita dapat mengetahui kalau seorang pelajar yang disiplin itu memiliki tanggung jawap pada waktu yang berupa jam masuk sekolah.

8

Berdasarkan uraian kedua uraian tentang bimbingan kelompok dan kedisiplinan tersebut maka, peneliti ingin mengunakan layanan bimbingan kelompok dalam kaitanya untuk membantu para siswa yang mengalami masalah dengan kedisiplinan.

9

BAB 11 KAJIAN TEORI

2.1 Bimbingan Kelompok 2.1.1 Pengertian Bimbingan Kelompok Peningkatan dan pencapaian mutu pendidikan tidak cukup di lakukan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memenuhi tuntutan dunia kerja dan nilai-nilai ekonomi, tetapi harus disertai dengan pengembangan kemampuan siswa dalam menolong dirinya sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan untuk mencapai standar yang diharapkan. Pengembangan kemampuan siswa untuk menolong dirinya sendiri perlu ada strategi yang sistematis untuk membantu siswa agar mampu memahami diri ,memahami lingkungan, dan merencanakan masa depan melalui pengambilan keputusan yang efektif salah satunya melaui layanan bimbingan kelompok. Rahardjo (2004: 12) Bimbingan kelompok adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada sekelompok individu (siswa/klien) melalui prosedur dengan memanfaatkan kelompok dan dinamika kelompok. Natawidjaja (2003: 64) bimbingan kelompok adalah layanan yang

diberikan kepada sekelompok individu guna mengatasi permasalahan yang relatif sama sehingga mereka tidak mengalami hambatan untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekelompok individu untuk

10

membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pribadi guna meningkatkan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir jabatan, dan pengambilan keputusan serta dapat mengembangkan segenap potensi yang dimiliki melalui kegiatan kelompok. 2.1.2 Tujuan Bimbingan Kelompok Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai

suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Menurut Prayitno (2004: 23) secara umum layanan bimbingan kelompok memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menolong klien dalam kelompok agar mereka dapat menolong dirinya sendiri. 2. Membantu klien memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. 3. Menolong agar mempunyai dasar yang kuat menuju kematangan dalam berbagai bidang. 4. Menolong mereka yang mempunyai pola hidup tidak seimbang, baik fisik, mental emosi dan kehidupan sosial 5. Belajar merumuskan rencana hidup jangka panjang. 6. Belajar menyusun tujuan yang seimbang antara jangka pendek dan jangka panjang. 7. Belajar mengembangkan kriteria untuk pemilihan pengalaman. 8. Belajar mempraktekkan pengetahuan dan rencana perbuatan. 9. Belajar menilai kemajuan dan merumuskan tujuan sesuai dengan kebutuhan.

11

Menurut Rahardjo (2004: 14) secara umum layanan bimbingan kelompok memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menolong klien dalam kelompok agar mereka dapat menolong dirinya sendiri. 2. Membantu klien memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Menolong agar mempunyai dasar yang kuat menuju kematangan dalam berbagai bidang. 4. Menolong mereka yang mempunyai pola hidup tidak seimbang baik fisik, mental, emosi dan kehidupan sosial. 5. Belajar merumuskan rencana hidup jangka panjang. 6. Belajar menyusun tujuan yang seimbang antara jangka pendek dan jangka panjang. 7. Belajar mengembangkan kriteria untuk pemilihan pengalaman. 8. Belajar mempraktekkan pengetahuan dan rencana perbuatan. 9. Belajar menilai kemajuan dan merumuskan tujuan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Ifdil (2010) tujuan Bimbingan kelompok ada dua, yaitu umum dan khusus. 1. Tujuan umum Mengembangkan kepribadian siswa dimana berkembang kemampuan sosialisasinya, komunikasinya, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan nilai ilmu dan agama. 2. Tujuan khusus Membahas topik yang mengandung masalah actual, hangat dan menarik perhatian anggota kelompok. Sedangkan menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004: 547) tujuan bimbingan kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerjasama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.

12

Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa tujuan layanan bimbingan kelompok adalah untuk membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa, memberikan pandangan baru, mendorong siswa untuk meningkatkan harga dirinya dengan merencanakan, merumuskan pola hidup yang lebih baik. 2.1.3 Manfaat Bimbingan Kelompok Pada hakekatnya layanan bimbingan kelompok adalah membantu para siswa memiliki keterampilan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pekerjaan, jabatan atau karir yang utama dimasa depan. Untuk mencapai itu, para siswa perlu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya serta dapat mengambil suatu keputusan yang bermakna bagi dirinya. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2007:565) manfaat bimbingan kelompok adalah siswa menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi, sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor, lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama; lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok daripada dengan konselor yang mungkin dianggap berbeda dengan kita-kita ini, diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian mendapat latihan-latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok yang akan di butuhkan selama hidupnya, lebih menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman daripada bila pendapat yang sama diketengahkan oleh seorang konselor saja, tertolong untuk mengatasi masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung kepada konselor Menurut Traxler dalam (Rahardjo, 2004: 17) layanan bimbingan kelompok mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bimbingan kelompok menghemat waktu.

13

2. Adanya kegiatan-kegiatan bimbingan konseling yang lebih tepat diselenggarakan dalam kegiatan bimbingan kelompok dan kurang tepat bila diberikan ke dalam konseling individual 3. Kegiatan bimbingan kelompok dapat membantu guru pembimbing untuk mengenal adanya kebutuhan (need) dan masalah (problem) pada anak. 4. Kegiatan bimbingan kelompok seperti diskusi, permainan, pemikiran bersama, pemecahan masalah bersama, kunjungan kelompok, dan lain-lain dapat menimbulkan penyelenggaraan watak (therapeutic character) 5. Bimbingan kelompok dapat merupakan persiapan ataupun langkah pertama ke arah konseling individual. Berdasarkan uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan,

meningkatkan kerjasama, pengalaman dan tingkah laku kelompok 2.1.4 Jenis-jenis Kelompok Dalam kegiatan bimbingan dan konseling kelompok kelompok-kelompok yang dipergunakan sebagai wadah atau wahana bagi layanan bimbingan dan konseling kelompok melalui pendekatan kelompok ialah kelompok-kelompok sekunder, psikologikal, tidak terorganisasikan dan informal. Prayitno (2004: 24) menguraikan bahwa dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kelompok melalui pendekatan kelompok ada dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Mengenai kedua jenis kelompok tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kelompok Bebas Dalam kelompok bebas anggota-anggota kelompok melakukan kegiatan kelompok tanpa penugasan tertentu, dan kehidupan kelompok itu memang tidak disiapkan secara khusus sebelumnya, kelompok bebas memberikan

14

kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi kehidupan kelompok itu.

2.

Kelompok Tugas Dalam kelompok tugas arah arah dan isi kegiatan kelompok ditetapkan

terlebih dahulu. Dalam kelompok tugas perhatian diarahkan kepada satu titik pusat, yaitu menyelesaikan tugas. Semua anggota kelompok hendaknya mencurahkan perhatian untuk tugas yang dimaksudkan itu. Semua pendapat, tanggapan, reaksi dan saling hubungan antar semua anggota hendaknya menjurus kepada penyelesaian tugas itu dengan setuntas mungkin. Dalam penelitian ini, menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan kelompok tugas. Dimana permasalahan atau topik yang akan dibahas dalam kelompok nanti ditentukan oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok akan memegang kendali seluruhanya dalam bimbingan kelompok. Permasalahan yang akan dibahas dalam kelompok tugas ini berkaitan dengan tujuan awal penelitian, yakni untuk meningkatkan interpersonal siswa. 2.1.5 Aspek-aspek Bimbingan Kelompok

2.1.5.1 Pemimpin Kelompok `Dalam layanan bimbingan kelompok dapat dilakukan melalui kelompok yang sifat dan tujuannya berbeda-beda, didalam setiap kelompok itu peranan pemimpin kelompok amatlah penting dan menentukan, peranan pemimpin itu disesuaikan dengan sifat dan tujuan kelompok itu.

15

Prayitno (2004: 35) mengemukakan bahwa peranan pemimpin kelompok adalah sebagai berikut:peranan pemimpin kelompok penting dalam bimbingan kelompok adalah : 1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. 2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian kepada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok itu baik perasaan anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. 3. Pemimpin kelompok mengarahkan kelompok dalam diskusi. 4. Pemimpin kelompok perlu memberikan tanggapan (umpan balik) terhadap berbagai hal yang terjadi dalam kelompok. 5. Sebagai pengatur lalu lintas jalannya bimbingan kelompok. 6. Sifat dan kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok. Ciri kepemimpinan kelompok dapat berpengaruh besar pada kehidupan kelompok bersangkutan. Kepemimpinan kelompok harus bersifat dan bersikap ing ngarso tuladha, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani yaitu dalam kaitannya bimbingan kelompok adalah sebagai pimpinan kelompok harus dapat memimpin dan membimbing, serta memberi semangat bagi para anggota kelompok. 2.1.5.2 Anggota kelompok Aspek kedua dari layanan bimbingan kelompok adalah anggota kelompok sesuai dengan arti dari kelompok bahwa merupakan berkumpulnya dua orang atau lebih untuk berinteraksi, dengan demikian anggota kelompok sangat penting dalam kehidupan kelompok. Keinginan keanggotaan suatu kelompok dapat dibagi menjadi dua macam yaitu kelompok tertutup dan kelompok terbuka. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan kelompok tertutup, di mana yang menjadi

16

anggotanya adalah siswa yang telah dipilih dengan ciri-ciri yang sama atau hampir sama mengenai perkembangan sosial di sekolah dengan teman sebaya. Winkel (2004: 561) menyatakan bahwa kelompok tertutup terdiri atas mereka yang mengikuti kegiatan kelompok sejak permulaan dan tidak menerima anggota baru sampai kegiatan kelompok berhenti. 2.1.6 Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

1. Penyeleksian Anggota Supaya bimbingan kelompok berjalan dengan lancar, maka perlu diadakan penyeleksian anggota, sehingga tujuan dari bimbingan dapat tercapai. Syarat-ayarat untuk menjadi anggota kelompok menurut Santoso (2004: 16) 1.1 Sebaiknya individu yang normal. 1.2 Sebaiknya jumlah relatif seimbang. 1.3 Dalam satu kelompok, saudara atau sahabat dipisah. 1.4 Kelompok dapat saja sama atau berbeda dalam hal minat, masalah, tingkat umur asal tidak terlalu jauh berbeda. Selain syarat-syarat diatas, perlu adnya kontrak yang jelas agar proses bimbingan dapat berjalan efektif. Kontrak tersebut mengenai waktu, tempat, jumlah pertemuan, aturan main dan kesukarelaan menjadi anggota. 2. Jumlah Anggota Kelompok Pada bimbingan kelompok, jumlah anggota tergantung dari macam dan tujuan dari bimbingan kelompok yang dilaksanakan. Latipun (2001:

17

156) mengemukakan bahwa, bimbingan kelompok pada umumnya memiliki jumlah anggota berkisar 5-8 orang atau 4-12 orang. 3. Waktu Pertemuan Waktu yang diperlukan dalam bimbingan kelompok tergantung dari anggota kelompok, yaitu dari tingkatan umur anggota bimbingan kelompok. Santoso (1987: 17) menjelaskan bahwa pedoman yang dapat dipakai untuk lingkungan pendidikan adalah : 3.1 Siswa Sekolah Dasar : 30-45 menit

3.2 Siswa Sekolah Menengah Tingkat Pertama : 60-90 menit 3.3 Siswa Sekolah Menengah Tingkat Atas : 90-120 menit

Waktu pertemuan bimbingan kelompok dibatasi karena yang paling utama adalah faktor kemampuan konsentrasi dari anggota kelompok. Apabila tampak kemampuan konsentrasi dari anggota

kelompok mulai berkurang atau sudah tidak dapat berkonsentrasi dengan baik lagi maka proses bimbingan kelompok tidak produktif. Pertemuan dapat diadakan dalam 1 minggu 2 kali ( biasanya ini maksimum) dan yang sering dilakukan 1 minggu 1 kali. Jika dalam 1 minggu diadakan 2 kali pertemuan diharapakan jarak pertemuan yang satu dengan pertemuan berikutnya tidak terlalu dekat atau jauh jaraknya. Misalnya dapat hari senin & kamis atau hari selasa & jumat. 4. Jenis Kelompok Santoso (1999: 17) menjelaskan bahwa pedoman yang dapat dipergunakan dalam bimbingan kelompok yaitu :

18

Kelompok Terbuka Anggota kelompoknya dapat terjadi perubahan atau dapat berubahubah selama proses konseling. Anggota kelompok boleh saja keluar, tidak lagi mengikuti pertemuan berikutnya. Sebaliknya dapat juga terjadi penambahan anggota baru dengan persetujuan dari anggota kelompok terlebih dahulu. Kelompok Tertutup Jenis kelompok ini tidak memungkinkan adanya penambahan anggota baru bila proses bimbingan sudah berjalan. Jadi pada kelompok ini anggota kelompok dari pertemuan awal sampai akhir jumlah anggotanya tetap sama. Dan tidak diperkenankan ada anggota kelompok yang keluar atau mengundurkan diri 5. Tempat Pertemuan Pedoman umum yang dapat dipakai untuk menentukan tempat yang baik adalah tempat yang paling enak dirasakan oleh anggota kelompok. Kelompok tidak merasa terganggu selama pertemuan bimbingan. Sebaiknya ruangan yang dipakai tidak terlalu sempit, jika memadai kursi dapat diatur dalam bentuk lingkaran. Karena dengan posisi ini semua peserta dapat memperhatikan satu sama lain. 2.1.7 Materi Bimbingan Kelompok Melalui dinamika dalam layanan bimbingan kelompok dapat dibahas berbagai hal yang berguna bagi siswa. Menurut Sukardi (2008: 65) menjelaskan materi layanan bimbingan kelompok meliputi: 1. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat, cita-cita serta penyalurannya. 2. Pengenalan kelemahan diri dalam penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya. 3. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat, teman sebaya, di sekolah dan luar sekolah dan kondisi peraturan sekolah. 4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, di sekolah dan di rumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.

19

5. Pengembangan tekhnik-tekhnik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian sesuai dengan kondisi isik, sosial dan budaya. 6. Orientasi dan informasi karir, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan. 7. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan. 8. Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan Berdasarkan kutipan materi layanan bimbingan kelompok tersebut di atas, maka materi yang di berikan pada siswa kelas X SMK Mambaul Falah Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012, yaitu mengenai bagaimana cara memberikan penyadaran, melatih dan mengembangkan sikap disiplin dalam diri siswa SMK Mambaul Falah Dawe Kudus. 2.1.8 Tahap-tahap Bimbingan Kelompok Menurut Prayitno (1999: 110) kegiatan layanan bimbingan kelompok berlangsung dalam beberapa tahap, ada empat tahap kegiatan yang perlu dilalui dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok. Oleh krena itu dari keempat tahap layanan bimbingan kelompok tersebut diantaranya sebagai berikut: Tahap pembentukan, Tahap peralihan, Tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Dan diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap pembentukan Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan dan pelibatan diri anggota kedalam kelompok, dengan tujuan agar anggota memahami maksud layanan bimbingan kelompok. Pemahaman anggota kelompok akan

memungkinkan anggota kelompok aktif berperan dalam layanan bimbingan kelompok, yang selanjutnya dapat menumbuhkan minat pada diri mereka untuk mengikutinya. Pada tahap ini pula bertujuan untuk menumbuhkan

20

suasana saling mengenal, percaya, menerima dan membantu teman-teman yang ada dalam kelompok. Pemimpin kelompok harus mampu merangsang dan memantapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana yang diinginkan. Selain itu pemimpin kelompok harus mampu merangsang dan menggairahkan seluruh anggota kelompok untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok dapat aktif menjelaskan tujuan kegiatan, menumbuhkan rasa saling mengenal, menumbuhkan sikap saling mempercayai dan saling menerima yang dimulai dari pembahasan tentang tinglah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. 2. Tahap peralihan Tahap ini merupakan tahap transisi dan tahap pembentukan ketahap kegiatan. Dengan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan oleh anggota kelompok, anggota kelompok dapat memilih kegiatan layanan bimbingan kelompok bebas atau layanan bimbingan kelompok tugas. Setelah jelas kegiatan apa yang harus dilaksanakan, sehingga tidak muncul keraguraguan atau belum siapnya anggota dalam melaksanakan kegiatan dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh setiap anggota kelompok. Pada tahap ini pemimpin kelompok perlu menawarkan pada anggota kelompok tentang kesiapan melalui kegiatan selanjutnya yaitu dengan membuka diri secara wajar dan tepat. 3. Tahap kegiatan

21

Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Kegiatan kelompok pada tahap ini tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil baik, maka tahap ketiga ini akan berlangsung dengan lancar, dan pemimpin kelompok mungkin sudah lebih santai dan membiarkan para anggota kelompok melakukan kegiatan tanpa banyak campur tangan pemimpin kelompok. Keadaan kelompok pada tahap ini benar-benar sedang mengarah pada pencapaian tujuan. Kelompok tersebut sedang berusaha menghasilkan sesuatu yang berguna bagi para anggota kelompoknya, sehingga tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini : 3.1 Terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan dipikirkan, dan

dialami oleh anggota kelompok 3.2 Terbahasnya masalah atau topik yang dikemukakan secara

mendalam dan tuntas 3.3 Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam

membahas masalah atau topik, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan. Pada tahap ini kegiatan layanan bimbingan kelompok akan tampak secara jelas, apakah kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan layanan bimbingan kelompok bebas atau kegiatan layanan bimbingan kelompok tugas, sehingga rangkaian kegiatannya disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok yang bersangkutan.

22

4. Tahap pengakhiran Tahap ini merupakan tahap penutup dari seluruh rangkaian kegiatan bimbingankelompok, dengan sasaran telah tercapainya suatu pemecahan masalah oleh kelompok tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap pengakhiran ini adalah: 4.1 Terungkapnya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan kelompok 4.2 Terungkapnya hasil kegiatan layanan bimbingan kelompok yang telah dicapai. 4.3 Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut. 4.4 Tetap terasakan hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan ini perlu ada suatu kegiatan yang terencana dengan baik : 1. Pemberitahuan dari pemimin kelompok bahwa kegiatan akan berakhir. 2. Pemimpin kelompok dan seluruh anggota kelompok

mengemukakan kesan-kesan dan hasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan selanjutnya. 4. Mengemukakan pasan dan harapan.

23

5. Kegiatan penutupan yang biasanya diakhiri dengan doa bersama kepada Allah SWT.

2.1.9

Analisis dan Tindak Lanjut Hasil penilaian kegiatan layanan perlu dianalisis untuk mengetahui lebih

lanjut kemajuan para peserta dan penyelenggaraan layanan. Dalam analisis itu konselor sebagai pemimpin dan pembimbing kelompok perlu meninjau kembali secara cermat hal-hal tertentu yang agaknya amat perlu diperhatikan, seperti: penumbuhan dan jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas sebagai peserta, homogenitas dan heterogenitas anggota kelompok, kedalaman dan keluasan pembahasan, kemungkinan keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimunculkan dalam kelompok, masalah waktu, tempat, perlunya nara sumber lain, dan lain sebagainya. Dalam analisis tersebut satu hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahasnya sebelumnya. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui pertemuan layanan bimbingan kelompok selanjutnya, atau melalui bentuk-bentuk layanan lainnya. Arah, bentuk dan isi kegiatan tindak lanjut itu tidak lain adalah untuk sepenuhnya memberikan pelayanan secara tuntas kepada siswa tidak berhenti ditengah jalan, ataupun tidak lengkap. 2.1.10 Teknik-teknik Bimbingan Kelompok

24

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti yang disebutkan oleh Tatiek Romlah (2001: 87) Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu, antara lain : pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah (problem solving), permaianan peranan (role playing), permainan simulasi (simulation games), karyawisata (field trip), penciptaan suasana keluarga (home room). Dari beberapa teknik di atas dapat diperoleh beberapa teknik yang bisa digunakan untuk membentuk konsep diri positif siswa antara lain : a. Teknik pemberian informasi Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, penilaian. b. Diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin. 2.2. 2.2.1 Kedisiplinan Pengertian Kedisiplinan Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut

25

disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Prawirosentono (1999: 31) mengemukakan bahwa secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Robert E. Quin Cs dalam Prawirosentono (1999 : 32) mengatakan : Discipline implies obedience and respect for the agreement between the firm and its employee. Discipline also involves sanction judiciously applied. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara sekolah dan siswa. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Siswa yang memiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan teratur. Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal belajar. Disiplin akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur. 2.2.2 Tujuan Kedisiplin Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

26

Disiplin difokuskan untuk mengoreksi penampilan siswa agar peraturan sekolah dapat diberlakukan secara konsisten. Tidak bersifat menghakimi dalam memberlakukan hukuman atas tindakan indisipliner. Tujuan disiplin antara lain sebagai berikut: 1. Menata kehidupan bersama, tujuan disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau di masyarakat. Dengan begitu, hubungan antar individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar. 2. Membangun kepribadian, lingkungan yang berdisiplin baik, sangat

berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apabila seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur tenang, tenteram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 3. Melatih kepribadian, sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk semerta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membangun kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. 4. Pemaksaan, diri pendapat itu, disiplin daapt terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kemajuan dan kebaikan dirinya. Sebaliknya, disiplin itu dapat terjadi karena adanya paksaan dari luar.

27

2.2.3

Terbentuknya Kedisiplin Lemhamnas (1995: 15) bahwa disiplin tidak terjadi dengan sendirinya,

melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan pera pelaku. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. Dalam membentuk disiplin harus ada pihak lain kearah tingkah laku yang diinginkan. Secara garis besar terbentuknya disiplin (Lemhanas, 1997: 15). adalah sebagai berikut. 1. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkank, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi dan ganjaran serta ukuman sesuai dengan perbuatan para pelaku. 2. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Hal ini tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, dan pengalaman atau pengenalan dari meteladanan lingkungan. 3. Disiplin itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap sseseorang di dalam system nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Disiplin akan tumbuh bila melalui latihan pendidikan atau penanaman kebaiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu yang harus dimulai sejak ada dalam

28

lingkungan keluarga, pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang menjadikan bentuk disiplin yang semakin kuat. 4. Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Disiplin yang tidak bersumber pada hati nurani manusia akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama atau lekas pudar. Dari uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembentukan disiplin harus melalui proses yang panjang, dimulai sejak dini dalam keluarga dan dilanjutkan sekolah. Hal penting dalam pembantukan itu adalah kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi, telsadan, lingkungan disiplin, dan latihan. 2.2.4 Cara Mengembangkan Kedisiplin Disiplin adalah sebuah kata yang sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. Memerlukan sebuah komitmen yang tinggi untuk bisa melakukannya. Pavlina (2006) Adapun cara untuk mengembangkan sikap disiplin adalah sebagai berikut: 1. Lakukan sedikit demi sedikit namun konsisten Proses itu perlu, dan mungkin sulit merubah sesuatu dalam waktu seketika, namun dengan melakukannya secara bertahap, diharapkan bisa melakukan sesuatu yang tampaknya berat. 2. Jangan Menunda Buatlah daftar hal-hal yang dinginkan dengan segera dan jangan coba untuk menunda. Kebiasaan menunda akan melemahkan komitmen individu untuk berdisiplin dan tentunya akan berefek pada hal lain. 3. Memvisualisasikan Tujuan Akhir Visualisasi akan membantu individu untuk tetap semangat terhadap apa yang ingin anda capai. Tujuan akhir umumnya membuat seseorang tidak mudah menyerah karena tahu apa yang memang ingin dia dapatkan. 4. Miliki Seorang Penasehat/Pelatih

29

Seorang penasehat atau pelatih akan membantu siswa tetap berada di jalur yang benar. Dengan memilikinya, selalu ada orang yang memantau perkembangan siswa. 5. Berlatihlah Untuk Menolak Kesenangan Secara Instan Meninggalkan kesenangan jangka pendek untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar adalah salah satu unsur kecerdasan emosional. Jika ingin berdisiplin, berlatihlah untuk menolak sesuatu yang menyenangkan yang merusak disiplin. Dan bisa melatihnya dengan selalu memberikan batasan terhadap kesenangan jangka pendek. 6. Unsur-unsur Disiplin Sebelum seseorang memiliki sikap disiplin maka akan didahului oleh serangkaian sikap yang akan mendorong terbentuknya sikap disiplin. Sikapsikap inilah yang kemudian disebut sebagai unsur-unsur disiplin. Unsur-unsur disiplin meliputi tiga hal, antara lain: 1) Pemahaman yang tidak baik mengenai sistem peraturan, perilaku, norma,criteria dan standart sehingga menumbuhkan pengertian yang mendalam. 2) Sikap mental (mental attitude). Sikap mental merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil dan pengembangan dari latihan, pengendalian pekiran, dan pengendalian watak. 3) Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukan kesungguhan hati untuk menaati segala hal secara harmat dan tertib. Jadi, disiplin dapat dibedakan menjadi disiplin dalam hal sikap mental, disiplin berkata-kata, disiplin belajar, disiplin bertindak. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukan perilaku disiplin atau tidak disiplin. Hurlock (1999: 74) mengemukakan unsur-unsur disiplin yang diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. 2.2.5 Jenis-jenis Kedisiplinan Leman. 2000. Menjelaskan bahwa jenis-jenis kedisiplinan sebagai berikut: 1. Disiplin Otoriter Adalah bentuk disiplin yang tradisional yang berdasar pada ungkapan kuno menghemat cambukan berarti memanjakan anak. Pada model disiplin ini, orang tua atau pengasuh memberikan anak peraturanperaturan dan anak harus mematuhinya. Tidak ada penjelasan pada anak mengapa ia harus mematuhi , dan anak tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang aturan itu. Anak harus mentaati peraturan itu, jika tidak mau dihukum. Biasanya hukuman

30

yang diberikan pun agak kejam dan keras, karena dianggap merupakan cara terbaik agar anak tidak melakukan pelanggaran lagi di kemudian hari. Seringkali anak dianggap sudah benar-benar mengerti aturannya, dan ia dianggap sengaja melanggarnya, sehingga anak tidak perlu diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya lagi. Jika anak melakukan sesuatu yang baik, hal ini juga dianggap tidak perlu diberi hadiah lagi, karena sudah merupakan kewajibannya. Pemberian hadiah malahan dipandang dapat mendorong anak untuk selalu mengharapkan adanya sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat. 2. Disiplin yang lemah Disiplin model ini biasanya timbul dan berkembang sebagai kelanjutan dari disiplin otoriter yang dialami orang dewasa saat mereka menjadi anak-anak. Akibat dahulu orang tua anak tidak suka diperlakukan dengan model disiplin yang otoriter, maka ketika orang tua memiliki anak, dididiknya dengan cara yang sangat berlawanan. Menurut teknik disiplin ini, anak akan belajar bagaimana berperilaku dari setiap akibat perbuatannya itu sendiri. Dengan demikian anak tidak perlu diajarkan aturan-aturan, anak tidak perlu dihukum bila salah, namun juga tidak diberi hadiah bila berperilaku sosial yang baik. 3. Disiplin Demokratis Disiplin jenis ini, menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa aturan-aturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Walaupun anak masih sangat muda, tetapi dari padanya tidak diharapkan kepatuhan yang buta. Diupayakan agar anak memang mengerti alasan adanya aturan-aturan itu, dan mengapa ia diharapkan mematuhinya. Hukuman atas pelanggaran yang dilakukan, disesuaikan dengan tingkat kesalahan, dan tidak lagi dengan cara hukuman fisik. Sedangkan perilaku sosial yang baik, dan sesuai dengan harapan, dihargai terutama dengan pemberian pengakuan sosial dan pujian. Persepsi yang sering keliru adalah pengertian istilah pemberian hadiah. Kadang orang tua beranggapan bahwa memberikanhadiah selalu berupa memberi mainan, permen, coklat, atau hadiah lain yang berupa benda. Sebenarnya hadiah juga dapat berupa bukan benda, misalnya berupa pengakuan atau pujian pada anak. Para orang tua yang menggunakan cara disiplin demokratis, tidak mau banyak memberi hadiah berupa benda. Mereka khawatir hal ini akan

31

memanjakan anak atau takut cara ini dianggap sebagai bentuk penyuapan yang merupakan teknik disiplin yang buruk. Pelanggaran berupa bentuk ringan dari ketidaktaatan pada aturan atau perbuatan yang keliru sangat sering terjadi pada masa prasekolah. Pelanggaran ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, ketidaktahuan anak bahwa perilakunya itu tidak baik atau tidak dibenarkan. Anak mungkin saja sudah diberi tahu berulang kali dan ia pun hafal kata-kata aturannya itu, tetapi ia tidak mengerti konsep yang dikandung dari aturan itu, dan kapan ia harus menerapkannya. Sebagai contoh, anak bisa mengerti bahwa mencuri adalah tidak boleh, tetapi anak belum tentu tahu bahwa mencontek juga termasuk mencuri. Hal kedua yang sering juga menjadi penyebab anak melanggar adalah anak belajar bahwa sengaja tidak patuh dalam hal yang kecil-kecil umumnya akan mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pada perilaku yang baik. Jadi kadang anak yang merasa diabaikan, demi menarik perhatian orang tuanya, sengaja berbuat salah dengan harapan akan memperoleh perhatian lebih. Dan ketiga, pelanggaran dapat disebabkan oleh kebosanan. Bila anak tidak memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang, maka kadang kala anak ingin membuat kehebohan. Atau kadang bias juga ia hendak menguji kekuasaan orang dewasa dengan melihat seberapa jauh nantinya anak dapat melakukan sesuatu tanpa dihukum. 2.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplin Menurut Hasan Basri (2000: 74) ada dua faktor yang membantu tegaknya disiplin dalam kehidupan seseorang yaitu factor internal dan eksternal.

32

1. Faktor Intenal Keadaan yang dapat dianggap sebagai isi dari faktor internal adalah: 1.1 Taraf kesadaran diri. Taraf kesadaran diri adalah kesadaran yang

tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang tanpa paksaan dari pihak manapun. Ini meupakan hal yang cukup ampuh untuk mewujudkan disiplin. 1.2 Motivasi intrinsik. Merupakan suatu bentuk dorongan untuk

menjalankan suatu bentuk kepatuhan tata tertib tanpa adanya pengaruh dari luar. 1.3 Perasaan bertanggung jawab. Jika seseorang sudah memiliki

perasaan bertanggung jawab terhadap dirinya maka akan melakukan tugasnya dengan rasa disiplin tinggi. Karena merasa ada sebuah beban yang harus dipikul sebagai suatu tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup. 1.4 Perasaan malu. Jika seseorang telah memiliki perasan malu maka

tidak akan melakukan pelanggaran. Secara otomatis akan melaksanakan segala sesuatu dengan lebih baik. Ia akan merasa malu jika melakukan pelanggaran terhadap tata tertib. 1.5 Nilai tertentu yang ingin dimasyarakatkan seseorang dan

sebagainya. Nilai ini bisa berupa nilai disiplin dalam mematuhi sebuah tata tertib yang dibuat oleh sekolah akan disosialisasikan untuk diketahui yang pada akhirnya membawa kepatuhan. 2. Faktor Eksternal.

33

Hal-hal yang dapat mendukung sebagai faktor eksternal adalah sebagai berikut: 2.1 Presentasi yang ketat. Ketatnya presentasi dapat menekan

seseorang untuk dapat mematuhi tata tertib dengan tanpa terkecuali. Sehingga disiplin yang terwujud adalah karena pihak luar berupa tekanan. 2.2 Hukum yang adil. Hukuman yang adil ternyata merupakan senjata yang ampuh untuk dapat membuat tegaknya disiplin 2.3 Motivasi luar. Dorongan dari pihak luar sebagai motivasi dapat berupa pemberian ganjaran atau hadiah. 2.4 Upah atau gaji yang cukup. Jika seseorang telah bekerja maka upah atau gaji yang cukup dapat memicu tumbuhnya disiplin yang lebih baik. 2.5 Lingkungan tempat belajar yang menyenangkan. Tumbuhnya disiplin ditempat belajar berawal dari lingkungan yang menyenangkan terlebih dahulu. Jika tempat menyenangkan maka semangat belajar akan lebih bergairah 2.6 Teman yang persuasif dan menyenangkan. Teman memegang peran penting juga. Karena jika teman tidak menyenangkan maka suasana akan tidak kondusif untuk berkegiatan, bekerjasama dan menciptakan ide-ide baru. Setelah menyimak beberapa pandapat dari para tokoh diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa kedisiplinan dilihat dari sudut pandang faktor internal dam eksternal, disiplin adalah suatu proses belajar mengembangkan kebiasaan-kebiasaan, penguasaan diri, dan mengakui

34

tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat. Maka kedisiplinan anak didik dalam mengikuti suatu kegiatan pun akan menimbulkan sikap tanggung jawab, atau disiplin dalam menghadapi pelajaran atau dalam belajarnya.

2.3 Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Kedisiplinan Siswa Disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan, disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang. Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu

35

saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah. Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Tujuan layanan bimbingan kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Selain itu bimbingan kelompok bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia. Selain itu Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk

memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan ataupun pengambilan keputusan tertentu. Bimbingan kelompok merangsang minat para siswa dalam

mengembangkan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka alami, hal yang mendasari mereka adalah adanya kesamaan

36

tentang pemasalahan yang mereka hadapi. Selain itu dalam bimbingan kelompok ada penerapan dinamika kelompok yang bertujuan untuk membuat suasana kebersamaan dan keakraban antara anggota kelompok. Dan dalam bimbingan kelompok pemberian bantuan kepada para peserta bimbingan juga bertujan untuk memberikan bantuan kepada peserta didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak. Dengan bimbingan kelompok, siswa dapat mengembangkan kedisiplinan secara efektif. Selain itu juga membantu siswa mengembangkan kemampuan tingkah laku dan hubungan sosial naik dirumah, sekolah maupun masyarakat. Sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dalam kehidupannya. Dengan demikian bimbingan kelompok sangat penting bagi perkembangan kedisiplinan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Bimbingan kelompok

berpengaruh besar terhadap kedisiplinan siswa. Dengan kedisiplinan siswa akan menjadi pribadi yang matang, mandiri dan mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal. 2.4 Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2005: 62).

37

Mengacu pada landasan teori di atas hipotesis yang di rumuskan dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh yang positif dan signifikan layanan

bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa kelas X di SMK Mambaul Falah Piji Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini mengungkap tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa kelas X di SMK Mambaul Falah Piji Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu menggunakan angka-angka dari hasil perhitungan atau pengukuran. Menurut Margono (2000: 105) menjelaskan pendekatan kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.

38

Sedangkan menurut Kosiram (2010: 172) penelitian kuantitatif adalah suatu proses pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisa keterangan mengenai apa yang ingin mereka ketahui. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan pengumpulan data atau proses menemukan pengetahuan yang berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui kemudian diolah secara statistik agar dapat ditafsir dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa. Setelah itu akan dibandingkan bagaimana kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan bimbingan kelompok. 3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian merupakan dasar utama dalam penelitian karena berbagai macam bahan pertimbangan diperoleh dan digali dari subjek penelitian tersebut. Adapun yang menjadi subjek penelitian dalam hal ini adalah 8 siswa dari 30 siswa kelas X di SMK Mambaul Falah Piji Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 yang memiliki kedisiplinan rendah. Kesepuluh siswa inilah yang selanjutnya akan diberi layanan bimbingan kelompok. 3.3 Data Dan Sumber Data 3.3.1 Populasi Menurut Sugiyono, (2006: 59) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

39

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek penelitian. Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK Mambaul Falah Piji Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah seluruhnya sebanyak 30 siswa.

3.3.2 Sampel Menurut Sugiyono (2006: 59) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Lebih lanjut Arikunto (2006: 117) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi kesimpulan yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil dari karakteristik yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengggunakan teknik purpossive sample (sampel bertujuan). Menurut Arikunto (2002: 177) purpossive sample (sampel bertujuan) adalah sampel yang diambil dengan cara mengambil subyek bukan berdasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan pada tujuan tertentu. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 8 siswa dan dijadikan sebagai subjek penelitian yang diambil dari 30 siswa penskoran angket yang memiliki tingkat kedisiplinannya rendah. 3.3.3 Variabel Penelitian berdasarkan

40

Menurut Arikunto (2006: 116), variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Dalam penelitian ini terdapat beberapa jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. (Independent Variable) Variabel bebas atau independent variable adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 1994: 50). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (variabel terikat atau Y) (Sugiyono, 2006: 21). Jadi berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Dari pernyataan tersebut, maka yang menjadi variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok. 2. (Dependent Variable) Variabel terikat atau dependent variable adalah gejala atau faktor atau unsur yang dengan sengaja dikendalikan agar tidak mempengaruhi variabel bebas (Nawawi, 1994: 51). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas atau X. Variabel Terikat atau Variabel Y Variabel Bebas atau Variabel X

41

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kedisiplinan sebagai variabel Y. 3.4 Tehnik Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian alat pengumpul data menentukan kualitas data yang akan dikumpulkan dan pada akhirnya kualitas data akan menentukan kualitas penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket tentang kedisiplinan siswa sebagai metode utama, sedangkan dokumentasi dan observasi sebagai pendukung. 3.4.1 Angket Dilihat dari cara menjawab, kuesioner dibagi menjadi tiga (Arikunto, 2005: 128) yaitu : 1. Kuesioner tertutup (closed questionaire) Kuesioner ini menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang tertutup, karena responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. 2. Kuesioner terbuka (open questionaire) Kuesioner ini mempergunakan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka, yaitu responden diberikan kesempatan yang bebas dalam menjawab pertanyaan yang telah disediakan. 3. Kuesioner terbuka tertutup (open and closed questionaire) Kuesioner ini mempergunakan kedua pertanyaan yang digabung (pertanyaan terbuka dan tertutup) baik dalam suatu item atau dalam keseluruhan item. Dilihat dari cara memberikannya kuesioner dibagi menjadi 2 : 1. Kuesioner langsung Kuesioner langsung adalah kuesioner yang langsung diberikan kepada responden yang ingin diselidiki/ditanyakan. 2. Kuesioner tidak langsung

42

Kuesioner dikatakan kuesioner tidak langsung karena untuk mendapatkan jawaban yang dibutuhkan perantara sehingga jawaban yang diperoleh tidak didapat dari sumbernya langsung. Dilihat dari bentuknya kuesioner dibagi menjadi 4 : 1. Kuesioner pilihan ganda sama dengan kuesioner tertutup 2. Kuesioner isian sama dengan kuesioner terbuka 3. Check list yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek () pada kolom yang sesuai. 4. Rating scale (skala bertingkat) adalah sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya dari sangat setuju sampai tidak setuju. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup yaitu responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, menjawab sesuai dengan keadaan dan langsung diberikan kepada responden.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Kedisiplinan Variabel Indikator Kedisiplinan Kepatuhan Diskriptor Sebelum melaksanakan dan dalam pengakhiran proses kegiatan belajar didahului dengan berdoa. Melakukan petunjuk, bimbingan, arahan dari guru dan pembimbing. Menerima pendapat orang lain. Memiliki rasa tanggung jawab sebagai murid dalam menjaga fasilitas sekolah. Mengikuti kegiatan sebagai tanggung jawab sebagai murid. Nomor Item 1

2, 3, 4, 5, 6, 7

Menghargai

8,9 10,11,12

Menghormati

13,14

43

Tepat waktu

Ketaatan

Menghormati guru yang sedang mengajar dan memperhatikan materi yang di sampaikan Berangkat dan pulang tepat waktu Menerjakan tugas sekolah tepat waktu Menaati tata tertib sekolah Menaati setiap peraturan yang sudah disepakati bersama

15,16

17, 18 19 20, 21, 22, 23, 24, 25. 26, 27, 28, 29, 30.31

Tabel 3.2 Skor Penilaian Hasil Angket Jawaban Selalu Sering Kadang Tidak Pernah Skor Jawaban 4 3 2 1

3.4.2

Observasi Menurut Sugiyono (2006: 162) menjelaskan bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks terhadap suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan (secara inderawi) yang

44

direncanakan, tersusun secara sistematis dari berbagai proses biologis dalam rangka pemahaman terhadap subjek yang diamati. Dalam penelitian ini menggunakan observasi partisipasif yaitu observer ikut serta dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Langkah-langkah observasiMenurut Rahardjo dan Gudnanto (2011: 51) agar observasi berjalan dengan baik Langkah-langkah yang perlu diperhatiakan dalam observasi antaralain: 1. 2. 3. 4. 5. 3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kasahihan angket, validitas dan reliabilitas angket. 3.5.1 Uji Validitas Angket Hadi (2004: 123) menjelaskan uji validitas ada beberapa jenis yaitu: face validiy, logical validity, factorial validity, content validity,dan empirical validity. Kelima jenis tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Face validity yaitu alat ukur yang kelihatannya mengukur apa yang hendak diukur. Validitas ini mempunyai kelemahan karena kurang menekankan kepada tujuan pokok dari pengukuran itu sendiri. Tetapkan tujuan observasi Pastikan dan pahami materi observasi Gali variabel-variabel observasi Gali pula sub variabel tetapkan indikator.

45

2. Logical validity yaitu validitas yang bertitik tolak dari konstruksi teoritik tentang faktor-faktor yang hendak diukur oleh suatu alat pengukur. 3. Faktorial validity yaitu suatu penelitian terhadap alat pengukur dari segi apakah item yang disangka mengukur faktor-faktor tertentu benarbenar dapat memenuhi fungsinya yang dimaksud. 4. Content validity yaitu suatu alat pengukur yang berusaha menggali sesuatu yang di dalamnya terdapat item tentang apa yang sudah diketahui responden. 5. Emperical validity yaitu suatu alat yang didasarkan atas kesesuaian antara apa yang dinyatakan oleh hasil pengukuran dengan keadaan yang senyatanya. Dalam penelitian ini menggunakan logical validity. Hal ini dikarenakan angket yang dibuat bertitik tolak dari suatu konstruksi teoritik tentang variabel yang hendak diukur oleh suatu tes. Dalam penelitian ini untuk mencari validitas item-item angket digunakan rumus teknik Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam (Arikunto, 2006: 425) sebagai berikut :

rxy =

{N . x

N . xy ( x )( y )2

( x)

2

}{N . y

2

( y )

2

}

Keterangan : N = X = Y = X =

Jumlah skor Jumlah skor X (skor butir / item) Jumlah skor Y (skor total) Jumlah skor X kuadrat

46

Y rxy

= Jumlah skor Y kuadrat = Koefisien korelasi antara X dan Y

Berdasarkan uji coba instrument yang telah dilakukan dan analisis dengan menggunakan rumus product moment pada taraf signifikasi 5% dan N = 30 dan dikonsultasikan dengan r table 0,32 maka instrumen yang digunakan valid karena r hitung = 0,77 > r tabel Dari 40 item pada setiap instrumen terdapat 9 item yang tidak valid, yaitu no 2,3,10,13,18,20,21,24,36. Item yang tidak valid tersebut tidak digunakan dalam instrument penelitian karena setiap indikator sudah terdapat item yang mewakili. Dengan demikian item yang digunakan dalam instrument peneletian terdapat 30 item..

3.5.2

Uji Reliabilitas Angket Setelah angket penelitian diketahui validitasnya, selanjutnya

dianalisis tentang reliabilitasnya. Reliabilitas adalah alat pengukur menunjukkan kesamaan hasil pengukuran, sekiranya alat pengukur yang sama itu digunakan oleh orang lain dalam waktu yang sama atau waktu yang berbeda. Menurut Hadi (2004: 142) Agar suatu alat pengukuran data bisa reliabel maka dapat dilakukan uji reliabilitas melalui berbagai jenis teknik yaitu teknik ulangan, teknik bentuk paralel dan belah dua. Pengertian dari teknik tersebut yaitu :

47

1. Teknik ulangan yang disebut juga teknik singgle test double trial yaitu alat pengukur yang sama diberikan kepada sejumlah subyek yang sama pada saat yang berbeda, dalam kondisi-kondisi pengukuran yang relatif sama. 2. Teknik bentuk paralel yang disebut juga teknik double test double trial yaitu teknik ini sekelompok item disjikan kepada sejumlah subyek, kelompok item ini disebut bentuk I. Kepada subyek itu juga dengan atau tanpa tenggang waktu diberikan sekelompok item lainnya yang dipandang seimbang dengan kelompok item yang pertama. Kelompok item yang kedua disebut bentuk II. Hasil dari kedua bentuk ini kemudian dikorelasikan untuk memperoleh koefisien realibilitas. 3. Teknik belah dua yang disebut juga teknik singgle test singgle trial yaitu instrumen alat pengukur diberikan kepada sejumlah subyek, kemudian item dari instrumen itu dibagi dua, dan skor dari setengah instrumrn dikorelasikan dengan skor dari setengah item sisanya. Berpijak dari uraian di atas penulis menggunakan teknik belah dua genap-gasal ialah membelah instrumen menjadi dua kelompok, yaitu item yang bernomor genap-ganjil. Alasan menggunakan teknik belah dua karena prosedurnya mudah dilaksanakan dan efisiensi waktu, biaya dan tenaga. Menurut Arikunto (2005 : 225) menjelaskan untuk mengetahui reliabilitas angket menggunakan rumus sebagai berikut :

48

rxy =

{N . x

N . xy ( x )( y )2

( x)

2

}{N . y

2

( y )

2

}

Keterangan : N = X = Y = X =

Jumlah skor Jumlah skor X (skor butir / item) Jumlah skor Y (skor total) Jumlah skor X kuadrat

Y rxy

= Jumlah skor Y kuadrat = Koefisien korelasi antara X dan Y

Arikunto (2005 : 227) menambahkan setelah diketahui r hitung, untuk mencari koefisien reliabilitas menggunakan rumus Sperman-Brown sebagai berikut : 2xr r11 = 1 + r Keterangan : r11 = Reliabilitas Instrumen

r = rxy sebagai indeks korelasi antara dua belah instrument Berdasarkan hasil analisis reliabilitas ujicoba angket kedisiplinan diketahui r hitung = 0,77 > r tabel 5% 0,32 maka angket dinyatakan reliabel dan maka dapat digunakan dalam penelitian. 3.6 Analisis Data Analisis data atau pengolahan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian terutama bila dalam penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diselidiki.

49

1.

Analisis Prosentase Penelitian ini menggunakan rumus persentase sebagai berikut :NP = Jumlah Skor Riil x100 % Jumlah Skor Maksimal

Keterangan NP Jumlah skor riil Jumlah skor maksimal

: : Nilai persentase : Jumlah skor yang diperoleh responden dalam menjawab pertanyaan : Jumlah skor yang paling banyak/tertinggi dari hasil hitung pertanyaan angket (Arikunto, 2004: 246). Uji t (t-test)

2.

Untuk melaksanakan analisis data yang telah terkumpul dengan menggunakan uji t (t-test). Dengan uji t akan diperoleh perbandingan sebelum dan sesudah diberi layanan Bimbingan Kelompok. Menurut Hadi (2004: 487), rumusnya sebagai berikut :

Keterangan : Md test) Xd x2 N d. b. : Deviasi masing-masing subyek (d - Md) : Jumlah kuadrat deviasi : Subyek pada sample : Ditentukan dengan N 1 : Mean dari perbedaan pre test dan pos test (post test-pre

50

51

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Data Dalam mendiskripsikan data mengenai pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa kelas X SMK Mambaul Falah Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012, maka harus melalui tahapan mulai dari penyusunan data serta analisis data penelitian yang kemudian akan diinterprestasikan dalam pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok. Hasil pengisian angket kedisiplinan siswa kelas X SMK Mambaul Falah Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 sebelum bimbingan kelompok sebanyak 30 siswa. Data dari skor angket kedisiplinan siswa sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok, hasilnya dapat dijabarkan sebagai berikut : Tabel 4.1 Skor Angket Kedisiplinan Siswa Kelas X SMK Mambaul Fallah Dawe Kudus Tahun Pelajaran 2011/2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Responden EK FD IQ NF SM AK AU AZ = 10 Skor Pre test 75 73 74 72 75 72 76 76 593 Skor Post test 86 96 87 83 85 100 105 83 725

52

5. Analisis Datas 5.1. Teknik Analisis Prosentase Data dari skor angket kedisiplinan siswa kelas X SMK Mambaul fallah Dawe Kudus tahun pelajaran 2011/2012 sebelum adanya layanan bimbingan kelompok hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.2 Pencapaian Skor Angket Kedisiplinan Layanan Bimbingan Kelompok No 1. 2. 3. 4. Interval 93 100 86 92 79 85 72 78 Jumlah Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Jumlah 6 11 3 10 30 Prosentase 20 % 36,7 % 10 % 33.3% 100 % Sebelum Pemberian

Data di atas menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi ada 6 siswa dengan prosentase 20 %, kategori tinggi ada 11 siswa dengan prosentase 36,7 %, kategori sedang ada 3 siswa dengan prosentase 10 %, dan kategori rendah ada 10 siswa dengan prosentase 33,3 %. Dari kesepuluh siswa yang masuk dalam kategori rendah diberi layanan bimbingan kelompok. Setelah diberi layanan bimbingan kelompok sebanyak 6 kali, maka hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.3 Pencapaian Skor Angket Kedisiplinan Sesudah Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok No 1. 2. 3. 4. Interval Kategori 93 100 Sangat Tinggi 86 92 Tinggi 79 85 Sedang 72 78 Rendah Jumlah Jumlah 8 2 0 0 10 Prosentase 80 % 20 % 0% 0% 100 %

53

Setelah dilakukan perlakuan dan diberi angket sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok tentang kedisiplinan maka hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi ada 8 siswa dengan prosentase 80 %, kategori tinggi ada 2 siswa dengan prosentase 20 %, kategori sedang ada 0 siswa dengan prosentase 0%, dan kategori rendah ada 0 siswa dengan prosentase 0 %. Untuk hasil perolehan skor angket kedisiplinan sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dapat dilihat perbedaan prosentase skor secara keseluruhan pada tabel berikut : Tabel 4.4 Perolehan Skor Angket Kedisiplinan Secara Keseluruhan No 1. 2. Pengumpulan Data Sebelum Bimbingan Kelompok Sesudah Bimbingan Kelompok Skor Maksimal Skor Perolehan 1200 1200 593 725 49,42 % 60,41 % Prosentase

Skor maksimal diperoleh dari 4 (nilai tertinggi) x 30 (item soal) x 10 (subjek) = 1200. Sedangkan skor perolehan didapat dari hasil skor angket yang diisi oleh siswa. Maka prosentasenya sebagai berikut : Nilai prosentase (NP) sebelum =593 x100 % 1200

= 49,42 % Nilai prosentase (NP) sesudah =725 x100 % 1200

= 60,41 % Dari penjabaran hasil angket kedisiplinan di atas, dapat diketahui adanya perubahan pada pencapaian kedisiplinan siswa kelas X SMK

54

Mambaul fallah Dawe Kudus tahun pelajaran 2011/2012 sebelum dan sesudah diberi layanan bimbingan kelompok sebanyak 8 kali secara keseluruhan yaitu dari 49,42 % menjadi 60,41%. 5.2. Uji t Uji signifikansi parameter individual (uji statistik) pada dasarnya akan membandingkan kedua hasil data yang diperoleh dari angket sebelum dan sesudah diberi layanan bimbingan kelompok. Perbedaan yang diperoleh dapat diketahui dengan cara membandingkan nilai statistik t dengan nilai t tabel. Tabel 4.5 Cara Menentukan Gain (d) Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N = 10 Pre test 75 73 74 72 75 72 76 76 75 73 593X 1 = 74 ,2

Post test 86 96 87 83 85 100 105 83 86 96 725X 2 = 94 ,1

Gain (d) (Post test Pre test) 11 23 13 11 10 28 29 7 11 23 d = 166

Md =

dN= 166 = 16 ,6 10

Tabel 4.6 Cara Menentukan Xd dan X2d adalah sebagai berikut : Subjek D Xd (d - Md) X2d

55

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N= 10

11 23 13 11 10 28 29 7 11 23 d = 166

-6 6 -4 -6 -7 11 12 - 10 -6 6

12 12 16 12 49 121 144 100 12 12 502

Tes signifikansi dengan uji t adalah sebagai berikut :t= Md d N ( N 1)16 ,6 502 8(8 1)

x

2

t=

t=

16 ,6 502 5616 ,6 9

t=

t=

16 ,6 3

t = 5,533

Adapun nilai statistik t hasil perhitungan adalah (5,533) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai t tabel (2,228), maka hipotesis yang

56

menyatakan bahwa variabel bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis yang didapat, kemudian dikonsultasikan dengan tabel uji t N = 10 taraf signifikansi 5% = 2,228. Ternyata hasil perhitungan lebih besar dari harga tabel (5,533> 2,228) maka dapat dikatakan signifikan.

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang mengungkap tentang pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa kelas X SMK Mambaul fallah Dawe Kudus tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan

perolehan angket siswa kedisiplinan sebelum layanan bimbingan kelompok menunjukkan bahwa prosentase siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi ada 6 siswa (20 %), kategori tinggi ada 11 siswa (36,7 %), kategori sedang ada 3 siswa (10 %), dan kategori rendah ada 10 siswa (33,3 %). Dari kesepuluh siswa yang memperoleh skor rendah diberi layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kedisiplinannya. Setelah diberi layanan bimbingan kelompok, siswa diberi angket lagi dan diperoleh hasil angket kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi ada 8 siswa (80 %), kategori tinggi ada 2 siswa (20 %),

57

kategori sedang ada 0 siswa (0%), dan kategori rendah ada 0 siswa (0 %). Dari hasil sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok, dapat dilihat ada 2 siswa yang naik kategori ke dalam kategori tinggi. Sedangkan ada 8 siswa yang naik kategori ke dalam kategori sangat tinggi. Di samping itu diketahui juga adanya peningkatan pada skor terendah dan tertinggi perolehan angket kedisiplinan. Pada hasil angket sebelum layanan bimbingan kelompok, skor terendahnya adalah 72 dan skor tertinggi adalah 76. Sedangkan hasil sesudah layanan bimbingan kelompok, skor terendahnya adalah 83 dan skor tertinggi adalah 105. Untuk hasil angket kedisiplinan, skor keseluruhan sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok prosentasenya sebesar 49,42 %, setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok sebanyak 8 kali, perolehan skor angket kedisiplinan siswa secara keseluruhan menjadi 60,41 %. Jadi terdapat peningkatan skor sebesar 11 %. Dari analisis uji data dengan menggunakan rumus T-tes, hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar hasil angket sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan t hitung = 5,533 lebih besar dari t tabel taraf signifikansi 5 % untuk N = 10 adalah 2,228. Dari hasil angket kedisiplinan sesudah layanan bimbingan kelompok yang telah diberikan kepada siswa diketahui bahwa siswa kelas X SMK Mambaul fallah Dawe Kudus tahun pelajaran 2011/2012 mampu

58

berkedisiplinan keidisiplinannya.

lebih

baik.

Siswa

mengalami

peningkatan

dalam

Menurut Soegeng Prijodarminto (1994: 23) Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan, disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tingkah lakunya sehari-hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang. Disiplin sebagai alat dan sarana untuk membentuk, mengendalikan dan menciptakan pola perilaku seseorang sebagai pribadi yang berada dalam satu lingkungan atau kelompok tertentu. Disiplin muncul terutama karena adanya kesadaran batin dan iman kepercayaan bahwa yang dilakukan itu baik dan bermanfaat bagi diri dan lingkungan. . Perubahan dari siswa dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil uji t yaitu ada perbedaan antara sebelum dan sesudah layanan bimbingan kelompok. Perubahan siswa juga terlihat dari meningkatnya kedisiplinan terutama dengan teman sekelompoknya, mampu menghargai perbedaan dalam kelompoknya, dalam saling terbuka, belajar bekerjasama mampu dalam

kelompoknya

menyelesaikan

masalah,

memberikan

59

pengertian terhadap orang lain, dan mampu mengambil keputusan yang tepat. Dalam layanan bimbingan kelompok perubahan kedisiplinan siswa dapat dilihat dari aspek-aspek yang diobservasi yaitu kesungguhan dalam mengikuti kegiatan, keberanian mengemukakan pendapat, membahas pendapat anggota kelompok, memberikan penjelasan, menyimpulkan perbedaan dalam kelompok yang terus meningkat baik dari layanan bimbingan kelompok pertama sampai layanan bimbingan kelompok kedelapan. Hal ini dikarenakan rasa kebersamaan dan kekompakan dalamberbagai kegiatan. Mereka merasa satu sama lain adalah saudara sehingga saling menyayangi, mencintai dan menghormati serta menghargai. Pentingnya kerjasama dalam kelompok juga sangat mendukung terwujudnya dinamika kelompok. Nilai disiplinnya adalah agar siswa tidak mengedepankan egonya masing-masing.

Hipotesis penelitian yang berbunyi Ada pengaruh yang positif dan signifikan layanan bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa kelas X SMK Mambaul fallah Dawe Kudus tahun pelajaran 2011/2012 dapat diterima kebenarannya.

60

BAB VI PENUTUP

6.1.

KESIMPULAN Berdasarkankan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Setelah memperoleh bimbingan kelompok sebanyak 8 kali, hasil

analisis prosentase angket kedisiplinan siswa dalam layanan bimbingan kelompok menunjukkan bahwa siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi ada 8 siswa (80 %), kategori tinggi ada 2 siswa (20 %), kategori sedang ada 0 siswa (0%), dan kategori rendah ada 0 siswa (0 %). 2. Hasil analisis uji beda dengan T-tes menunjukkan perolehan t

hitung = 5,533 lebih besar dari t tabel untuk N = 10 taraf signifikansi 5 % = 2,228. Jadi, hipotesis yang berbunyi Ada pengaruh positif dan

61

signifikan layanan bimbingan kelompok terhadap kedisiplinan siswa kelas X SMK Mambaul fallah Dawe Kudus tahun pelajaran 2011/2012 dapat diterima kebenarannya. 6.2. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran : 1. Kepada Sekolah kepala sekolah dapat memberikan kebijakan dalam memfasilitasi guru pembimbing dalam malaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling supaya dapat berjalan dengan maksimal. 2. Kepada Guru Pembimbing (Konselor) Diharapkan guru pembimbing (konselor) dapat membantu siswa dalam mengubah perilakunya menjadi positif melalui penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling sehingga siswa dapat memahami, mencegah, dan mengentaskan masalah dirinya melalui layanan bimbingan kelompok.

62

DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. --------2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta Basri. Hasan. Faktor Dalam Disiplin Diri. 2000. Jakarta: PT Gramedia. Crow and Crow.1990.Faktor yang mempengaruhi Disiplin.http.//www.geogle.com Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Gunawan, Yusuf. 2004. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hadi, Sutrisno. 2004. Methodologi Research 1,2,3,4. Yogyakarta: YPFP-UGM. Hamalik, Oemar 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara.Hurlock. 1999. Discipline. Jakarta: Erlangga Hurlock . 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kosiram, Moh. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif-kuantitatif. Yogyakarta: UIN-MALANG PRESS (Anggota IKAPI). Lemhamnas. 1999. Pentingnya Disiplin. Jakatra: PT Bumi Aksara. Leman. Martin. 2000. Majalah 'Anakku' ed.4. -----Mungin Eddy Wibowo. 2005. Konseling di Sekolah. Semarang: FIP BK Nawawi, H. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Natawijaya Rachman. 2003. Bimbingan Kelompok : Jakarta : PT. Bumi Aksara Pavlina Steve. 2006. Self-Discipline. http://www.stevepavlina.com/blog/2005/06/self-discipline/ Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negri Padang.

63

Prayitno dan Amti, Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Prawirosentono. 1999. http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/08/pengertiandisiplin.html#ixzz1Iieehqfh Rahardjo, Susilo. 2004. Bimbingan Kelompok. Kudus : FKIP BK UMK. (Bahan Kuliah). Rasdiyanah. Andi. 1998. Melatih Kedisiplinan Sejak Dini. Jakarta: PT Gramedia Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Singgih D Gunarsa. 2009. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: PT. PBK Gunung Mulia Siswandi. Cara Melatih www.Google.com/webhp Kedisiplinan Belajar Siswa. http//

Suryabrata. 1998. Cara Melatih Kedisiplinan Belajar. Bandung: Nuansa Persada Suryadi. 2006. Kiat Jitu dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota. Sukardi, Dewa Ketut. 1998. Layanan Bimbingan Kelompok dan Dinamika Kelompok (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta: Ghalia Indonesia Sukardi, Dewa Ketut. 2004. Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta: Ghalia Indonesia ---------- 2008. Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan dan Konseling di Sekolah . Jakarta: Rineka Cipta

64

ANGKET KEDISIPLINAN Pengantar :

1. Angket ini ditujukan kepada saudara dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan kedisiplinan saudara berhubungan dengan penelitian yang akan kami laksanakan. 2. Angket ini bersifat rahasia, datanya hanya untuk kepentingan siswa yang bersangkutan. 3. Angket ini mohon di isi sesuai dengan keadaan saudara yang sebenarnya 4. Setiap jawaban yang anda berikan merupakan bantuan yang berharga bagi penelitian ini. 5. Atas partisipasinya disampaikan terimakasih. Petunjuk Pengisian : 1. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan dengan teliti. 2. Jawablah dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban A, B, C, atau D sesuai dengan keadaan diri saudara. 3. Mohon semua pertanyaan dijawab, dan tidak ada yang terlewatkan.

SELAMAT MENGERJAKAN

65

ANGKET KEDISIPLINAN

Nama Kelas No. Absen

: : :

I. PETUNJUK PENGISIAN JAWABAN 1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif jawaban dengan cermat. 2. Isilah jawaban saudara dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu jawaban sesuai dengan sikap saudara. II. PERTANYAAN 1. Saya berdoa saat memulai dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 2. Dalam menjaga kebersihan kelas maupun lingkungan, saya berusaha menjaga kebersihan lingkungan. Di antaranya tidak boleh membuang sampah sembarangan. a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 3. Saya mengerjakan tugas dari bapak/ibu guru sebaik-baiknya

66

a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 4. Saya menjaga kebersiahan kelas dalam melaksanakan piket harian a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 5. Saya mengenakan seragam OSIS dengan tertib a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 6. Saya berpendapat belajar adalah kewajiban yang harus dijalankan siswa. a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 7. Saya mengikuti setiap senam pagi bersama pada hari jumat di sekolah. a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

67

8. Saya menjaga fasilitas perpustakaan di sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 9.Saya berusaha mengikuti kegiatan OSIS tepat waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 10. Saya mendengarkan pelajaran yang diberikan guru a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 11. Saya mengikuti pelajaran dengan serius di kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 12. Saya membawa buku paket dalam setiap mengikuti pelajaran a. Selalu b. Sering c. Kadang

68

d. Tidak pernah 13. Saya berangkat sekolah tepat waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

14.Saya mengerjakan tugas sekolah tepat waktu a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 15. Saya suka mencoret-coret dinding sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 16. Saya mengikuti kegiatan pramukadengan tertib a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 17. saya berkelahi dengan teman sekelas a. Selalu

69

b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 18. saya membawa handphone kamera ke sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 19. Saya membawa buku porno ke sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 20. Saya berbicara jujur pada teman-teman di sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 21. Saya membawa senjata tajam ke sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 22. Saya adalah orang yang suka mengambil barang orang lain

70

a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

23. Saya menjaga nama baik sekolaha. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 24. Saya merawat alat-alat praktek sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

25. Saya meminta uang secara paksa pada teman sekolaha. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

26. Saya berbicara hormata dan santun pada siapa saja di sekolaha. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

27. Saya masuk sekolah sebelum bel berbunyi

71

a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

28. Saya memakai topi sekolah saat upacaraa. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

29. Saya memakai kaos kaki ke sekolaha. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

30. Saya berpakaian seragam dengan lengkapa. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

31. Saya mengikuti pelajaran di kelasa. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah

72