sejarah b.arab ana

Upload: linda-zuhela

Post on 18-Jul-2015

152 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Asal Muasal bahasa Arab

Pembahasan sejarah bahasa arab merupakan pemikiran yang sangat rumit dan panjang untuk ditelusuri. Dengan berbagai bentuk teori dan perbandingan dengan penemuan script kuno dan lain sebagainya, sampailah para pencinta bahasa arab kepada ketidak-adanya kesepakatan yang baik antara satu pendapat dengan pendapat lainnya. Masing-masing berdalih dan berdalil dengan kuat sehingga tidaklah jelas hingga saat ini manakah diantara beragam teori yang ada tersebut merupakan satu kebenaran atau yang paling mendekati kebenaran yang bisa diterima oleh pihak lain, atau paling tidak oleh ummat islam sendiri yang pada dasarnya merupakan pengembang dan penyebar bahasa ini. Dalam artikel ini langsung saja akan diuraikan secara ringkas mengenai beberapa pendapat yang banyak beredar dan utama dikalangan ahli bahasa, ilmuwan, arkeologi, ahli sejarah, dan kalangan umum Diantara pendapat mengenai perkembangan bahasa arab yang paling global adalah: 1. Pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Arab telah ada semenjak zaman Adam, sehingga perintis tulisan Arab dan pola kalimat bahasa Arab adalah Adam. Pendapat ini merupakan pendapat yang paling klasik dan merupakan interpretasi secara langsung dari Alquran surah Albaqarah 31, yang artinya kuranglebih sbb: Allah telah mengajari Adam pengetahuan tentang segala nama. Dari dalil ini, mereka yang berpendapat bahwa nama-nama benda dan berbagai hal atau sifat di dunia ini telah diajarkan oleh Allah kepada Adam dalam bahasa Arab. Bahkan pengikut pendapat ini yang lebih tegas menyatakan bahwa huruf Arab telah dikuasai oleh Adam tanpa belajar dan langsung dari Allah seketika, atau disebut sebagai sebuah mukjizat atau paling tidak sebagai karunia (nadzariyah at tauqif). 2. Pendapat dari ahli-ahli tulisan kaligrafi mengenai bahasa Arab menyatakan bahwa bahasa ini memang ada semenjak zaman Adam, jadi merupakan bahasa pertama yang diciptakan manusia dan kemudian berkembang menjadi berbagai bahasa baru. Baik bahasa utamanya maupun berbagai cabang yang tumbuh darinya tersebut pada akhirnya mengalami berbagai perubahan dan perkembangan sesuai dengan peradaban manusia. Pendapat ini juga menggunakan bukti-bukti sejarah dan sebagainya untuk mendukung teori mereka. Disebutkan bahwa dari berbagai penemuan yang ada diketahuai bahawa semenjak 4000 tahun sebelum masehi, baru ada manusia yang bisa

membuat membuat abjad atau bahasa tulis (sebelumnya dianggap belum ada bahasa tulis atau memang belum diketemukan bukti tertulisnya), yaitu oleh bangsa Sumeria di Mesopotamia yang membuatnya diatas batu; selanjutnya bangsa Mesir purba dengan sistem tulisan hyeroglyph; kemudian bangsa Babilonia dan Assyria di Mesopotamia yang memakai tulisan paku atau cuneiform dan dipahatkan diatas batu; begitupun bangsa Phunisia, China, Romawi, dan lain sebagainya. Mereka termasuk bangsa-bangsa yang mengawali pembangunan peradaban tinggi. Sementara itu tulisan Arab masih tergolong muda karena lahir belakangan. Ada pendapat bahwa tulisan Arab Kufi merupakan turunan terakhir dari hyeroglyph setelah melewati fase tulisan Phunisia, Musnad, dan Arami hingga kemudian mencapai jenis tulisan masa sekarang. Dengan semakin berkembangnya pendapat para ahli, teori ini terbagi menjadi beberapa kelompok utama, yaitu: a. Teori Selatan (Himyari) yang menyatakan bahwa tulisan Arab yang ada pada saat ini diadopsi dari musnad himyari atau hameir di Yaman. Orang Yaman kuno (Himyar) pindah ke Hierah, sebuah kota dintara Nejef dan Kufah pada masa dinasti Al Mundzir keturunan Tababiah suku Yaman. Dari Hierah ini, kemudian dibawa oleh pengembara bernama Harb bin Umayyah yang belajar dari kota tersebut kemudian setelah menetap di Makah mengajarkan kepada penduduk sekitarnya. Akhirnya, suku-suku di Madinah, yaitu Auz, Khajraj, dan Tsaqif ketularan. b. Teori Utara (Hieri) yang menyatakan bahwa berdasar riwayat Al Baladzuri (bernama asli Ahmad bin Yahya) yang merupakan sejarawan Arab keturunan Persia yang handal dan teruji validitasnya. Dia lahir di Baghdad dan wafat pada 892M. Ia meriwayatkan dari Abbas bin Hisyam bin Saib Al Kalby dari kakeknya dari Assyarqi Al Qathani: bahwa saya Maramir bin Murrah, Aslam putra Sadarah beserta Amir bin Jadrah yang semuanya dari Boulan, dan mereka adalah anggota kaum Thayik yang mendiami daerah Buqah, yang terletak di seberang Anbar. Kaum ini menyamakan ejaan Arab dengan ejaan Suryani. Oleh penduduk Hierah kemudian ditransfer dan dibuat formula baru. Transfer tersebut dipelopori oleh Basyar bin Abdul Malik yang lebih dikenal dengan nama Al Kindi. Ditambah lagi, Al Kindi adalah saudara penguasa Daumatul Jandal yaitu Ukaidar. Al Kindi hijrah ke Hierah dan menetap beberapa waktu sehingga dari dialah penduduk Hierah (Huron) belajar tulisan Arab. Selanjutnya dia hijrah ke Makkah dan disini beberapa tokoh bangsawan

Quraish minta diajari tata tulis dan ejaannya. Diantaranya adalah Sufyan bin Umayyah bin Abd Syams beserta Abu Kais bin Abd Manaf bin Zuhrah yang akhirnya bisa menulis Arab. Pada suatu ketika, Al Kindi dan Abu Kais melakukan kegiatan bisnis di Thaif ditemani pula Ghaylan bin Salmah At Tsaqafi yang juga belajar tulisan Arab pada Al Kindi. Dari waktu itulah kemudian baca tulis maju pesat di kota dagang tersebut. Dari riwayat tersebut diketahui bahwa tulisan Arab berawal dari tulisan Suryani yang

transformasinya menghasilkan tulisan Anbari dan tahap selanjutnya ke tulisan Hieri dan kemudian menghasilkan khat Hejazi atau Makki. c. Pendapat modern dari para sejarawan islam dan pencinta kaligrafi arab memberikan sedikit gambaran lebih mendetail tentang perkembangan tulisan dan bahasa arab terutama pada beberapa abad sebelum datangnya islam. Dalam pendapat ini, hal-hal yang menjadi titik penting adalah : 1) Suku Nabti adalah suku Arab pertama yang diperkirakan menguasai daerah Arami sekaligus terpengaruh budaya Arami dalam perjalanan waktu sehingga mereka pada akhirnya menggabungkan dua bahasa sekaligus dengan akulturasi tulisan baru yang masih nampak sentuhan awal Arami. Tulisan ini disebut sebagai tulisan Nabti. 2) Dari prasasti Utrubah dismpulkan bahwa khat Nabti merupakan transformasi dari tulisan Arami (entah apakah Aram asli atau juga sudah terkontaminasi bahasa lain), dan tulisan Arab merupakan evolusi dari jenis tulisan Nabti yang terakhir. Hal ini diperkuat atau didukung oleh prasasti atau inskripsi Al Hajar Al Khomsah (Prasati Lima Batu) yang membuka sejarah tulisan Arab sebelum islam. Prasasti tersebut jika diurutkan secara sitematik tahun pembuatannya adalah inskripsi Umm Al Jimal I, Nammarah, Zabad, Huron, dan terakhir Umm Al Jimal II. Dan semua ini dinyatakan sebagai prasasti Nabti (Naqsi Nabtiyah). a) Naqsy Umm Al Jimal I ditulis dalam dua bahasa Nabti dan Arami di kawasan Umm Al Jimal diantara Syria dan Yordan sekarang. Bertahun 250M, dianggap toggak awal lahirnya tulisan Arab. b) Naqsy Nammarah, dikawasan Huran Syria selatan, bertahun 328M dalam tulisan Nabti dengan bahasa Adnan Kuno yang

dominan di awal abad ke-4M dan berbahasa Arab,

serta

beberapa Arami kuno, serta adanya penggunaan Alif Lam Ta`rif yang menjadi indikator perkembangan lebih mendekati Arab baru dibanding Umm Al Jimal I. c) Naqsy Zabad, ditemukan direruntuhan Zabad di tenggara Halep (Aleppo) antara Qinsrin dan sungai Euphrat pada sebuah batu di sebuah kanisah. Bertahun 511-512M. Memuat tiga jenis tulisan (Yunani, Suryani, dan Anbti terakhir atau yang diyakini sebagai jenis tulisan Arab kuno). Tulisannya menyerupai jenis khat kufi islami. d) Naqsy Harran, diatas pintu kanisah di Alluja, Harran, utara gunung Hurran, dalam bahasa Yunani dan Arab. Banyak kemiripan dengan khat naskhi kuno pada awal islam. Bertahun 463 N (463 kalender Nabti) pada masa kaisar Romawi Tiryanus dengan Gubernur Syria-Romawi Balma yang mengalahkan kerajaan Anbath pada tahun 102M dan menamainya sebagai distri Arab. Jadi 102 +463 = 569M, terpaut kira-kira 53 tahun sebelum hijrah. e) Naqsy Umm Al Jimal II pada abad ke-6M, merupakan nash arab kuno yang paling muda yang diketemukan. Inskripsi ini begitu dekat dengan bahasa Arab Al Qur`an, jauh dari corak Nabti dari segi lingual maupun tulisannya. 3) Jadi, disini para ahli berpendapat bahwa cikal bakal tulisan Arab adalah khat Nabti yang kemudian menyebar ke Hejaz dengan proses perpindahan yang diperkirakan sama dengan tahun-tahun pembuatan lima prasasti batu utama tersebut. Selain itu dari sana diperoleh gambaran pula adanya proses evolutif dari Nabti murni kemudian setelah bebeapa tahap menjadi tulisan Arab yang sama dengan tulisan yang dipakai menyalin Al Qur`an. Sedangkan perjalanannya, diperkirakan dengan memakai dua jalur utama, yaitu: a) Jalur I, berputar dari Hurran utara Damaskus menyusur ke selatan sampai lembah Euphrat bagian tengah kemudian sampai ke kota Hierah dan Anbar yang selanjutnya menembus daerah Daumatul Jandal lalu sampai ke Makkah dan Thaif.

b) Jalur II, bermula dari Diyar Nabti lalu ke Batra (orang Yunani menyebutnya Petra) di Yordan, lalu ke Ula yang sebelumnya bernama Didan dan merupakan daerah subur yang sering didatangi orang di utara Hejaz, lalu sampai ke Makkah dan Madinah. 3. Pendapat modern secara internasional: Dalam pembahasan pada bagian ini dapat diperoleh digambarkan lebih jelas dan mendetail, bahkan semenjak ribuan tahun sebelum masehi, dengan berbagai cabang bahasa baru, dan yang jelas pembahasannya lebih kompleks daripada sebelumnya. Menurut teori dan pendapat para ahli modern, bahasa di dunia ini pada awalnya adalah berasal dari daerah asal manusia pertama menetap, yaitu sekitar Afrika dan Asia. Dan bahasa yang lahir dari sumber ini dikemudian hari mencapai ratusan bentuk bahasa baru yang dipakai oleh sebagian besar penduduk dunia. Bahasa ini oleh para ahli dinamakan Afro-Asiatic, Afrasian, Hamito-Semitic, Lisramic, atau Erythraean, memperanakkan sekitar 400 jenis bahasa yang diantaranya memang telah punah, namun tetap saja merupakan kelompok bahasa yang paling banyak dipakai oleh penduduk bumi, yaitu dipakai di hampir seluruh Afrika, dan separuh Asia, terutama disebelah Asia selatan dan barat, serta sebagian Eropa. Sub kelompok utama dari bahasa ini adalah:

Berber Chadic Egyptian Semitic Cushitic Beja (ada yang memasukkannya ke dalam Cushitic) Omotic (ada yang memasukkannya ke dalam Cushitic)

Mengenai tempat masyarakat awal yang memakai bahasa Afro-Asiatic ini menetap, belum ada kesepakatan yang jelas antara para ahli, namun sebagian besar memperkirakan di Afrika utara, di dekat laut merah, dan di sahara. Keterkaitan setiap sub-bahasa ini diperlihatkan oleh para ahli sebagai berikut:

b-n- "build" (Ehret: *bn), attested in Chadic, Semitic (*bny), Cushitic (*mn/*mn "house"), Berber (*bn) and Omotic (Dime bin- "build, create");

m-t "die" (Ehret: *maaw), attested in Chadic (for example, Hausa mutu), Egyptian (mwt *muwt, mt, Coptic mu), Berber (mmet, pr. yemmut), Semitic (*mwt), and Cushitic (Proto-Somali *umaaw/*-am-w(t)- "die"). (Also similar to the ProtoIndo-European base *mor-/mr-. "die", evidence in favor of both the Afro-Asiatic and Indo-European language families' classification in the hypothetical Nostratic superfamily.)

s-n "know", attested in Chadic, Berber, and Egyptian; l-s "tongue" (Ehret: *lis' "to lick"), attested in Semitic (*lasaan/lisaan), Egyptian (ns *ls, Coptic las), Berber (ils), Chadic (for example, Hausa harshe), and possibly Omotic (Dime lits'- "lick");

s-m "name" (Ehret: *sm / *sm), attested in Semitic (*sm), Berber (ism), Chadic (for example, Hausa suna), Cushitic, and Omotic (though some see the Berber form, ism, and the Omotic form, sunts, as Semitic loanwords.) The Egyptian smi "report, announce" offers another possible cognate.

d-m "blood" (Ehret: *dm / *dm), attested in Berber (idammen), Semitic (*dam), Chadic, and arguably Omotic. Compare Cushitic *dm/*dm, "red".

Dalam tatana pola kalimat kerjanya, Semitic, Berber, and Cushitic (termasuk Beja) semuanya membuktikan adanya pemakaian prefix conjugation:

English he dies she dies

Arabic (Semitic) yamuutu tamuutu

Kabyle (Berber) yemmut temmut mmuten temmute

Saho (Cushitic) yagdif yagdif yagdifn tagdif

Beja

(verb

is

"arrive") iktim tiktim iktimna tiktima

they (m.) die yamuutuuna you (m. sg.) die you (m. pl.) die I die we die tamuutu

tamuutuuna amuutu namuutu

temmutem mmute nemmut

tagdifn agdif nagdif

tiktimna aktim niktim

Semua sub-kelompok dari Afro-Asiatic menunjukkan bukti adanya pemakaian causative affix s, dan bahkan imbuhan yang agak mirip ditemukan dalam kelompok lain, seperti bahasa-bahasa Niger-Congo. Sementara itu, Semitic, Berber, Cushitic (termasuk Beja), and Chadic mendukung pemakaiaan possessive pronoun suffixes.

Berdasar kepada asal awal bahasa Shemit, bahasa cabangnya banyak memiliki kesamaan bunyi kata dan arti. Contoh:

English Proto-Semitic Akkadian Arabic Hebrew Syriac Ge'ez Mehri father heart house peace tongue water *ab*lib(a)bbayt*almablibbablubb l() ab- lebb- ab libb bet a-yb

Phoenician ab-

a-wbb lib beyt, bt bet salem lshen maym

btu, btu baytalm-

byi, b bayt- lm-

salm- lm lisnmln myim

salm slm

*lin-/*lan- lin*may-/*my- m

len- lissn wn mayy- my -m

Kadangkala ada juga makna yang berbeda dari setiap akar bahasa Shemit dari satu cabang dengan cabang lainnya. Sebagai contohnya, akar kata b-y- dalam bahasa Arab mempunyai arti "putih" dan juga "telur", sedangkan di Malta bajda berarti "putih" (f. sing./satu) dan juga "telur", kemudian dalam Hebrew hanya berarti "telur". Akar kata l-b-n berarti "susu" dalam bahasa Arab, tetapi berarti "putih" dalam Hebrew. Akar kata l--m berarti "daging" dalam bahasa Arab dan kata laam berarti "daging" dalam bahasa Malta, namun berarti "roti" dalam Hebrew dan "sapi" dalam bahasa-bahasa Ethiopia; Sedangkan arti awalnya kemungkinan adalah "makanan". Kata medina berarti "kota" dalam Arab, dan "metropolis" dalam Amharic, sedangkan Hebrew berarti "negara. Semua bahasa-bahsa Shemit memiliki pola yang unik yang disebut triliteral yang biasanya terdiri dari tiga konsonan, mulai dari kata benda, kata bantu, dan kata kerja yang terbentuk dengan sisipan huruf hidup dalam bentuk prefix, suffixes, maupun infixes. Sebagai contoh, akar kata k-t-b (diartikan dengan bahasa Inggris agar lebih ringkas), "menulis", dalam bahasa Arab:

kataba means "he wrote" kutiba means "it was written" masculine kutibat means "it was written" feminine kitbun means "book" kutubun means "books" kutayyibun means "booklet" dimunitive kitbatun means "writing" ktibun means "writer" masculine ktibatun means "writer" feminine kuttbun means "writers" katabatun means "writers" maktabun means "desk" maktabatun means "library" maktbun means "written" or "postal letter"

Sedangkan dalam bahasa Hebrew (k-t-): katati means "I wrote" katata means "you (m) wrote" katat means "you (f) wrote" kata means "he wrote" or "reporter" (m) kata means "she wrote" katanu means "we wrote" katatem (modern informal)/ktatem (traditional) means "you (plural m) wrote" kataten (modern informal)/ktaten means "you (plural f) wrote" katu means "they wrote" kateet means "reporter" (f) kataa means "article" (plural katavot ) mita means "postal letter" (plural mitavim ) mitaa means "writing desk" (plural mitavot ) ktoet means "address" (plural ktoot ) kta means "handwriting" katu means "written" (f ktua )

hiti means "he dictated" (f hitia ) hitkate means "he corresponded (f hitkata ) nita means "it was written" (m) nitea means "it was written" (f) kti means "spelling" (m) tati means "prescript" (m) meuta means "a person on one's mailing list" (meuteet f) ktuba (note: b, not ) means "ketubah (a Jewish marriage contract)" (f)

Di dalam bahasa Malta: jien ktibt means "I wrote" inti ktibt means "you wrote" (m or f) huwa kiteb means "he wrote" hi kitbet means "she wrote" ana ktibna means "we wrote" intkom ktibtu means "you (pl) wrote huma kitbu means "they wrote" huwa miktub means "it is written" kittieb means "writer" kittieba means "writers" ktieb means "book" kotba means "books"

Akar kata ini di dalam Tigrinya dan Amharic hanya bertahan dalam kata benda kitab, yang berarti "amulet", dan kata kerjanya "to vaccinate". Kata kerja di dalam bahasa Afro-Asiatic yang lain menunjukkan pola yang lebih berbeda, dengan lebih banyak menggunakan pola biconsonantal; contohnya dalam bahasa Kabyle afeg berarti "terbanglah!", sedangkan affug berarti "penerbangan", dan yufeg berarti "dia laki-laki telah terbang" (ini bisa dibandingkan dengan Hebrew uf, te'ufah dan af). Sedangkan perkembangan huruf-huruf Shemit antara lain sebagai berikut:

Diantara sub-kelompok bahasa Afro-Asiatic, bahasa yang dikemudian hari diperkirakan memperanakkan bahasa Arab dan beberapa saudaranya adalah subkelompok Shemit. Sub-kelompok bahasa ini dipakai kira-kira hingga 400 juta sebagai bahasa induk dan hampir dua kali lipatnya untuk bahasa kedua diseluruh penjuru dunia. Sedangkan cabang bahasanya yang paling banyak dipakai pada saat ini adalah bahasa Arab (250 juta pemakai sehari-hari, atau total 400 juta jika ditambah pemakai sebagai bahasa kedua), diikuti oleh bahasa Amhari (30 juta pemakai sehari-hari), Tigrinya (9 juta total pemakai), Hebrew (6 juta pemakai sehari-hari), dan banyak bahasa lainnya. Kata-kata Shemit sendiri diambil dari Shem nama anak Noah (dalam bahasa alkitab

yahudi maupun

nasrani). Shem (" renown; prosperity;

name", dalam Standard Hebrew em, Tiberian Hebrew m; Yunani , Sm; Arab .)Sub-kelompok bahasa Shemit merupakan yang pertama memiliki formasi bahasa tulis, yaitu tulisan dalam bahasa Akkadian pada awal millenium ke-3 sebelum masehi.Abad ke-14 BC diplomatic letter dalam Akkadian, ditemukan di Tell Amarna.

Seperti telah diketahui bersama bahwa sub-kelompok Shemit merupakan anggota kelompok bahasa Afro-Asiatic yang sub-kelompok lainnya (selain Shemit) merupakan bahasa yang menetap di Afrika. Sedangkan Shemit atau Proto-Shemit datang dari Afrika ke Asia, terutama Timur Tengah semenjak masa Neolitik. Namun,

beberapa ilmuwan menyatakan sebaliknya, yaitu bahasa Afro-Asiatic datang dari daerah Timur Tengah dan sub-kelompok selain Shemit mengungsi atau membentuk cabang baru di Afrika. Nmaun, dengan mengesampingkan itu semua, yang jelas bahasa Shemit ini diperkirakan telah ada di Timur Tengah semenjak millenium ke-4 sebelum masehi dan kemudian berkembang masuk ke kebudayaan Mesopotamia atau membentuk kebudayaan Mesopotamia dengan bahasa Akkadia dan Amorit ke arah barat dan mencapai daerah seperti Ebla di Syria sekarang.

Pada awal millenium ke-2, bahasa-bahasa Shemit Timur mendominasi di Mesopotamia, sedangkan bahasa-bahasa Shemit Barat menempati wilayah Syria hingga Yaman, meskipun dikemudian hari muncul bahasa Arab kuno di sebelah selatan yang bukan dari Shemit Barat tapi diperkirakan dari Shemit Selatan. Bahasa Akkadia pada saat awal millenium baru itu menjadi bahasa utama dengan pemakaian tulisan paku atau cuneiform yang diadaptasi dari bahasa Summeria, sedangkan bahasa Ebla punah bersama hancurnya kota utamanya, dan Amorit hanya diketemukan penyebutannya dalam tulisan-tulisan saja. Perkembangan bahasa-bahasa Shemit selanjutnya memberikan bentuk baru, yaitu penciptaan alphabet. Bahasa Proto-Canaan yang merupakan cabang dari Shemit Barat, pada 1500 sebelum masehi menciptakan huruf, kemudian diikuti oleh Ugarit di utara Syria kira-kira 1300 sebelum masehi, juga Arami yang berada di Syria, serta Akkadia yang juga semakin berkembang dengan terpecah menjadi dua dialek utama, yaitu dialek Babylonia dan dialek Assyria.

Pada abad ke-1 sebelum masehi,

pemakaian huruf semakin berkembang,

memberikan gambaran jelas kepada para ahli tidak saja mengenai Canaan, tetapi

juga Arami, bahasa Arab Selatan kuno, dan Ge`ez awal. Kolonikoloni Phunisia menyebarkan bahasa Canaan meliputi Mediteranian, dengan Hebrew menjadi bahasa utama dalam literatur keagamaan yaitu kitab Torah dan Tanakh. Namun, bagaimanapun juga dengan adanya perluasaan kekuasaan bangsa Assyria, bahasa Arami menjadi bahasa utama dan menyingkirkan bahasa Akkadia, Hebrew, Phunisia, dan beberapa bahasa lainnya (Hebrew bertahan karena dipakai dalam literatur keagamaan). Dalam masa yang sama di Ethiopia mulai berkembang tulisan Ge`ez yang menjadi tulisan pertama Shemit di Ethiopia.Naskah abad ke-9 BC Syriac.

Memasuki babak baru dengan lahirnya agama kristen, literatur keagamaan berganti dengan Syriac hingga abad ke-5M. Namun, dengan adanya perkembangan islam, Arami berubah dan bertansformasi bersama bahasa Arab kuno dan kebudayaan baru menjadi bahasa Arab yang pada generasi-generasi islam selanjutnya menjadi bahasa utama mulai dari Spanyol hingga Asia Tengah, Mediterania, dan juga Afrika. Dengan keistimewaan sebagai bahasa literatur keagamaan dan dukungan dari kekhalifahan, maka berkembanglah tulisan Arab yang mendominasi bahasa sehari-hari diberbagai belahan dunia dan dengan berbagai jenis khat dan variannya yang terpengaruh oleh budaya yang telah ada di setiap wilayah baru tersebut sebelumnya. Setelah kejatuhan kerajaan Nubia di Dongola pada abad ke-14M, bahasa Arab berkembang pesat di Mesir Selatan, beberapa waktu kemudian qabilah Bani Hassan membawanya ke Mauritania. Bahkan bahasa ini kemudian menapai Sudan dan Chad untuk menjadi bahasa utama penduduk setempat dengan cara damai maupun peperangan.

Sementara itu, bahasa Shemit lainnya yang telah terpeca

h

di Ethiopia dan Eritrea dengan pengaruh yang mendominasi dari Chusitic, akhirnya menjadi beberapa bahasa baru, diantaranya adalah Amhari dan Tigrinya di Ethiopia, dan Tigre di Eritrea. Selain itu juga Gurage di selatan Ethiopia, serta Harari di kota Harar. Bahasa-bahasa ini menggantikan beberapa bahasa yang ada sebelumnya seperti bahasa Gafat (Shemit) dan juga Weyto (non-Shemit), serta mengganti Ge`ez dengan jenis baru.Lembar halaman Qur`an abad ke-12M.

Pada saat ini, bahasa Arab dipakai oleh orang Arab, Persia, sebagian besar penduduk Mauritania hingga Oman, separuh Afrika, Asia, dan sedikit Eropa. Meskipun pada saat ini telah terjadi banyak kemunduran dalam dunia islam yang terpecah-pecah setelah kehancuran khilafah, namun dalam bentuk literatur keagamaan masih tetap terjaga. Sedangkan bahasa Shemit lainnya di Timur Tengah yang masih dipakai adalah bahasa Hebrew yang dalam bahasa lamanya disebut Hebrew (Ibri), sekarang dengan standard modern disebut Ivrit. Beberapa etnis minoritas terutama Assyria, tetap berusaha memakai bahasa Arami di sekitar pegunungan utara Iraq, sedangkan Syriac dipakai oleh orang kristen ortodox iraq dalam literatur keagamaan mereka. Benarlah pendapat yang mengatakan bahawa Shemit adalah bahasa yang paling banyak dipakai oleh penduduk dunia. Selain itu, sub-kelompok ini juga kaya dengan bahasa-bahasa baru dan istimewa, dipakai dalam berbagai jenis literatur keagamaan.

Ahli-ahli bahasa Shemit telah bertahun-tahun lamanya menganalisis berbagai data dan naskah kuno yang telah diketemukan untuk melakukan pemetaan struktur dan memahami perkembangannya sehingga pada akhirnya diperoleh pembagian atau pengklasifikasian secara lebih mendetail dan jelas. Perkembangan setiap tahunnya mengalami kemajuan yang pesat dengan semakin banyak ditemukannya naskah kuno

dan berhasil dibacanya bahasa-bahasa kuno yang menjelaskan peradaban masa lalu. Pengklasifikasian oleh beberapa ahli Shemit yang dianggap paling valid adalah karya Robert Hetzron pada 1976 dan dilanjutkan oleh John Huehnergard dan Rodgers pada 1997. Klasifikasi berdasarkan kepada penelitian yang dikembangkan oleh Robert Hetzron ini merupakan hasil analisis yang paling banyak diterima oleh berbagai kalangan modern saat ini, meskipun tentu saja masih ada pula pendapat lainnya. Beberapa ahli bahasa Shemit seperti Alexander Militarev mempunyai pandangan yang berbeda (klasifikasi oleh Alexander Militarev dapat dilihat dalam box photo dengan format .jpg). Berikut ini adalah klasifikasi Shemit atau pembagian bahasa-bahasa Shemit berdasarkan kepada hasil kerja Robert Hetzron yang telah dikembangkan dan diperbaharui hingga beberapa tahun terakhir ini:East Semitic languages Akkadian language extinct Eblaite language extinct

West Semitic languagesCentral Semitic languagesNorthwest Semitic languages

Amorite language extinct Ugaritic language extinct Canaanite languages

o o o o

Ammonite language extinct Moabite language extinct Edomite language extinct Hebrew languages

o

Biblical Hebrew language extinct Mishnaic Hebrew language extinct Medieval Hebrew language extinct Mizrahi Hebrew language live descendants Sephardi Hebrew language live descendants Ashkenazi Hebrew language live descendants Samaritan Hebrew language extinct Modern Hebrew live descendants

Phoenician language extinct

Aramaic languages

Punic extinct

o

Western Aramaic languages

Nabataean Aramaic language extinct Western Middle Aramaic languages

o Arabic languages

Jewish Middle Palestinian Aramaic language extinct Samaritan Aramaic language extinct Christian Palestinian Aramaic language extinct

Western Neo-Aramaic language live descendants Biblical Aramaic language extinct Hatran Aramaic language extinct Syriac language live descendants Jewish Middle Babylonian Aramaic language extinct Chaldean Neo-Aramaic language live descendants Assyrian Neo-Aramaic language live descendants Senaya language live descendants Koy Sanjaq Surat live descendants Hertevin language live descendants Turoyo language live descendants Mlahs language extinct Mandaic language live descendants Judo-Aramaic language live descendants

Eastern Aramaic languages

Old North Arabian (extinct) Arabic language

o

Fusha (literally "eloquent"), the written language, divided by specialists into:

Classical Arabic the language of the Qur'an and early Islamic Arabic literature, Middle Arabic, a generic term for premodern post-classical efforts to write Classical Arabic, characterized by frequent hypercorrections and occasional lapses into more colloquial usage. Not a spoken language.

Modern Standard Arabic modern literary (non-native) language used in formal media and written communication throughout the Arab World, differing from Classical Arabic mainly in numerous neologisms for concepts not found in medieval times, as well as in occasional calques on idioms from Western languages.

o

Numerous Modern Arabic spoken dialects, roughly divided by the Ethnologue into:

Eastern Arabic dialects

Arabian Peninsular dialects

Dhofari Arabic Oman/Yemen Hadrami Arabic Yemen Hijazi Arabic Saudi Arabia Najdi Arabic Saudi Arabia

Omani Arabic Sana'ani Arabic Yemen Ta'izzi-Adeni Arabic Yemen Judeo-Yemeni Arabic

Bedouin/Bedawi Arabic dialects Eastern Egyptian Bedawi Arabic Peninsular Bedawi Arabic Arabian Peninsula

Central Asian dialects Tajiki Arabic Uzbeki Arabic Saidi Arabic Upper Egypt Baharna Arabic Bahrain Gulf Arabic Persian Gulf (all bordering countries) Shihhi Arabic UAE

Egyptian Arabic Cairo and Delta region Gulf dialects includes speakers in Iran

Levantine Arabic dialects Cypriot Maronite Arabic North Levantine Spoken Lebanon, Syria

Israel

Lebanese Arabic

South Levantine Spoken Jordan, Palestinian Authority, West Bank,

Iraqi Arabic Iraq

Palestinian Arabic

North Mesopotamian Arabic Northern Iraq, Syria Judeo-Iraqi Arabic Sudanese Arabic

Maghrebi Arabic dialects Algerian Arabic Saharan Arabic Shuwa Arabic Chad Hassaniya Arabic Mauritania and Saharan area Libyan Arabic Judeo-Tripolitanian Arabic Libyan dialect Andalusi Arabic Old Iberian Arabic extinct Siculo-Arabic Sicily - extinct

Maltese language separate language from, but ultimately derived from Arabic and member of the Arabic family of languages/dialects

Moroccan Arabic Judeo-Moroccan Arabic Tunisian Arabic Judeo-Tunisian Arabic

Several Jewish dialects, typically with a number of Hebrew loanwords, are grouped together with classical Arabic written in Hebrew script under the imprecise term Judeo-Arabic.

South Semitic languagesWestern South Semitic

Old South Arabian languages extinct, formerly believed to be the linguistic ancestors of modern South Arabian and Ethiopian Semitic languages (for which see below)

o o o o

Sabaean language extinct Minaean language extinct Qatabanian language extinct Hadhramautic language extinct

Ethiopic languages (Ethio-Semitic, Ethiopian Semitic):

o

North

oSouth

Ge'ez language (Ethiopic) extinct, liturgical use in Ethiopian Orthodox and Eritrean Orthodox Churches Tigrinya language - national language of Eritrea Tigr language Dahlik language "newly discovered"

Transversal

Amharic-Argobba

Amharic language national language of Ethiopia Argobba language

Harari-East Gurage Harari language East Gurage

Outer

Selti language (also spelled Silt'e) Zway language (also called Zay) Ulbare language Wolane language Inneqor language

n-group:

tt-group:

Gafat language extinct Soddo language (also called Kistane) Goggot language Mesmes language extinct Muher language West Gurage

Masqan language (also spelled Mesqan)

CPWG

Central Western Gurage:

Ezha language

Chaha language

Gura language

Gumer language

Peripheral Western Gurage:

Gyeto language

Ennemor language (also called Inor)

Eastern South Semitic

Endegen language

These languages are spoken mainly by tiny minority populations on the Arabian peninsula in Yemen and Oman.

Bathari language Harsusi language Hobyot language Jibbali language (also called Shehri) Mehri language Soqotri language on the islands of Soqotra, Abd el Kuri and Samha (Yemen)and in the UAE.

Bahasa Arab, seperti juga bahasa-bahasa Shemit lainnya, memiliki banyak kesamaan gramatik dan huruf. Namun, kurang dari beberapa abad setelah kemunculannya, ahli grammar arab melakukan perombakan pada huruf-hurufnya, dengan alasan pengajaran mulailah dilakukan bentuk peletakan huruf yang hampir sama bentukya bersambung dengan huruf sebelumnya. Begitu pula dalam urutan huruf-hurufnya. Hal ini menciptakan arahan baru dan membedakannya dengan cara penulisan bahasabahasa saudaranya yang tetap menggunakan urutan gaya lama atau disebut urutan gaya Levantine ataupun urutan angka (urutan ini biasa untuk menggantikan angka). Berikut ini adalah urutan baru bahasa Arab dan perbandingannya dengan beberapa bahasa lainnya yang tetap menggunakan urutan lama:

(Yunani waw = digamma)

Demikianlah gambaran mengenai perkembangan bahasa Arab dan pembahasannya secara lebih mendetail mengenai perubahannya dari awal bahasa Shemit. Semoga berguna bagi segenap pembaca, dan tidak lupa selalu penulis tekankan, analisislah setiap wacana dengan kepala dingin dan objektifitas tinggi sehingga dapat memaksimalkan perbaikan pada pola pikir dan pengetahuan kita. Amin. Apabila ada kesalahan dan kekurangan, penulis mohon adanya tanggapan dan masukan informasi baru agar data dan artikel yang dibaca ini semakin lengkap dan valid. Terimakasih. Data ini diperoleh dari berbagai sumber rujukan.

Semit adalah sebuah bahasa yang dinisbatkan kepada syam putra nuh yang diriwayatkan bahwa nabi Nuh mempunyai tiga anak yakni Ham (Hamiyah), Yafit (Aramiyah) Dan Syam (Semit). Semit juga di nisbatkan kepada bangsa-bangsa Aramia, Punesia, Ibrani, Babilonia, Arab, Yaman dan bahasa-bahasa yang menjadi keturunan mereka. Kalau melihat dari letak geografisnya, pertama kita mengenal adanya semit utara: terletak pada wilayah timur laut terdapat bahasa Akadia kira-kira th 3000 SM, sedangkan pada wilayah barat daya laut terdapat bahasa Kanaan (bahasa Ibrani, Punesia, Moobite, Ugaritic, Amorite dan Aramia). Kedua bahasa semit selatan; terletak pada wilayah tenggara terdapat bahasa Yaman Kuno dan Etopia dan wilayah barat daya terdapat bahasa arab

Sedangkan kalau kita melihat ciri-ciri bahasa semit secara singkat dapat diketahui sebagai berikut: a. penjelasan beberapa akar kata beberapa terdiri dari dua akar akar suku kata kata (dua berikut; bunyi).

beberapa akar kata terdiri dari satu bunyi dan bunyi lain yang lemah (Qaala, radda).

Beberapa akar kata terdiri dari duia bunyi, bunyi kedua dibaca ulang (tamma. Radda). b. hampir tidak ditemukan didalam bahasa semit kata-kata yang berasal dari akar kata yang berbeda. c. bunyi yang mati (sukun) mempunyai arti penting yang melebihi pungsi bunyi lemah. d. hanya dikenal dua waktu untuk kata kerja (verb/piil) yakni lampau (sudah berlalau) dan masih berjalan (mudhari dan mustaqbal).

e. menambah kata ta' untuk mengubah kata benda dan kata sifat mejadi feminim. f.terdapat kosakata yang sama antara bahasa bahasa semit.

# Rumput-Rumpun Bangsa Bahasa Semit Semua pengkaji filologi dan linguistik Arab percaya bahawa bahasa Arab berasal dari rumpun bahasa Semit (dalam bahasa Ibri dinamakan SEM). Malah terdapat beberapa pandangan ahli linguistik Arab yang mengatakan kemungkinan bahasa pertama yang dituturkan oleh orang-orang Samiyyah ini juga adalah bahasa Arab Kuno (al- 'arabiyyah al-qadimah) (Ali Abd. Al-WahidWafi, T.thn: 15). Bahasa Arab juga merupakan satu-satunya bahasa Semit dengan jumlah penutur yang paling banyak melebihi 150 juta (Bernard Comrie 1998:24). rumpun bahasa Semit disebut sebagai bahasa Mroasia. Bahasa Mroasia dituturkan oleh kira-kira 175 juta orang yang berbeda dari segi etnik dan ras. Pada hari ini, ia meliputi sebahagian besar Timur Tengah di seluruh Mrika Utara, sebahagian besar Mrika Timur Laut dan suatu kawasan yang agak besar yang boleh secara kasar ditakrifkan sebagai barat laut Mrika Tengah. Cabang-cabang utama bagi bahasa Mroasia adalah seperti bahasa Mesir, bahasa Semit, bahasa Kush, bahasa Omo, Berber dan bahasa Chad (Bernard Comrie 1998:3) (Rajah 1). 136 PertanikaJ. Soc. Sci. & Hum. Vol. 12 No.2 2004 Sejarah dan Asal-usul Bahasa Arab: Satu Kajian Linguistik Sejarah utara dan Semit barat bahagian selatan. Bagi bahasa Semit Barat bahagian utara dituturkan oleh penutur bahasa Kaananit (utara dan selatan) dan bahasa Aramaik. Manakala bahasa Semit Barat bahagian selatan dituturkan oleh penutur bahasa Etiopia dan bahasa Arab. Bahasa Arab pula terbahagi kepada 2 iaitu bahasa Arab utara dan bahasa Arab selatan (bahasa Yaman Kuno) (Ahmad Muhd. Qaddur 1999:65). Bagi bahasa Arab utara inilah yang masih dituturkan sehingga ke hari ini. Ahli bahasa Arab berpendapat bahawa unsur unsur yang terdapat dalam bahasa Arab itu banyak menyerupai rumpun bahasa Semit seperti bahasa Aramaik, Kanaanit dan lainnya, namun sebenarnya ia amar sukar untuk dianalisis dan ditentukan secara tepat. Kesukaran ini disebabkan penempatan yang terawal bagi orangorang Samiyyah masih menjadi perbincangan hangat di kalangan ahli sejarah dan tidak dapat dipastikan dengan tepat hingga ke hari ini. Penulis mendapati kebanyakan pengkaji bahasa Arab percaya bahawa orang-orang Samiyyah pemah menetap di semenanjung Arab. penulis menghuraikan antara

pandangan ahli-ahli sejarah Arab mengenai penempatan awal orang orang Samiyyah dan mereka telah membagikan penempatan tersebut kepada kawasan berikut:

1YamanKuno

Bahasa Yaman Kuno muncul kira-kira abad 9-6 SM. Melihat dari segi historisnya Yaman merupakan tempat kerajaan besar yang terdiri dari bangsa Minaen, Sabaen, Himyar, Qathaban, Hadraumaut, dan Awsan (penguasa perdagangan). Bahasa Yaman Kuno berbeda dari bahasa Arab ketika kita melihatnya dari segi; dialeknya, kaidahnya, pemaknaan kata dan gaya bahasanya.

Dialek bahasa ini antara lain sebagai berikut: -Dialek Ma'in - Dialek Saba'iyah - Dialek Qathaniyah - Dialek Hadramiyyah. Ketika menulis mereka menggunakan tulisan khot musnad yakni sebuah tulisan saduran atau anak tulisan Kana'an.

2. Etiopia Bahasa Etiopia merupakan bahasa bangsa Semit yang berpindah dari wilayah tenggara menuju negeri seberang yakni wilayah Etiopia. Di sanalah mereka membaur dengan suku Haam kuno. Tidak ada data sejarah yang dapat memastikan kapan bangsa Semit ini berpindah ke Etiopia, namun para ahli memperkirakan, imigrasi mereka terjadi dalam waktu lama sebelum masehi.yang ketika itu bahasa mereka disebut bahasa Jazia dan naskah tentang bahasa ini yang telah berhasil ditemukan pada tahun 350 M. Bahasa Jazia tidak berumur panjang karena pada abad ke 12 M terjadi kemelut politik di kalangan bangsa Jazi yang mengakibatkan bahasa persatuan mereka menjadi bahasa-bahasa daerah. Dan bahasa daerah yang paling menonjol adalah bahasa Amharia yaitu bahasa daerah yang sangat kental diwarnai oleh bahasa Hamia. Hal ini terlihat dalam struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Semit.

3. Aramia Bahasa Aramia pada masa kejayaannya membentang dari wilayah timur yang terletak didaerah Mesopotamia sampai kewilayah barat di semenanjung Sinai. Melihat dari bukti yang telah berhasil

ditemukan adalah ukiran kuno bukit Halaf di pinggir sungai Khabur pada tahun 900-850 SM. Ukiran Raja Banammu I 800-750 SM, ukiran Raja Banammu II tahun 750-700 SM. Kemudian perkembangan berikutnya menyusul di mana raja Daryuis I dari Persia tahun 521-485 SM menggunakan bahasa Aramia untuk menulis Antologi tentang Persia. Oleh karena itu pada masa ini bahasa Aramia disebut Aramia Negara sebagaimana ditemukan pada ukiran Bihastun yang ditemukan di Iran pada paruh pertama abad 19. Termasuk yang ditulis dengan bahasa Aramia Negara adalah beberapa bagian dalam Perjajian Lama yakni pasal Danial, pasal Azra, dan pasal Irmia. Orang-orang Samiri juga berbicara dengan bahasa Aramia. Mereka adalah sekelompok orang Yahudi yang hanya percaya pada Taurat (Perjanjian Lama) saja. Yang juga ditulis dengan bahasa Aramiaadalah ukiran Nabatia, ukiran Tadammuria, dan ukiran-ukiran di gurun Sinai yang dibuat pada abad IV SM sampai abad ke I SM. Yang termasuk rumpun bahasa Aramia adalah bahasa Minda'ia yang merupakan dialek kelompok kristen yang masih hidup hingga kini di Irak Tenggara. Bahasa ini merupakan bahasa Aramiamurni yang kosa kata dan strukturnya sama sekali berbeda dengan bahasa Ibrani atau bahasa-bahasa Semit yang lain. Bahasa Aramia yang terpenting adalah bahasa Suryania. Bangsa Aramia menamakan diri mereka sebagai bangsa Suryan. Setelah terjadinya imigrasi bangsa Arab ke kawasan sekitarnya dalam rangka penyebaran Islam, bahasa Aramia pun mengalami kemunduran bahkan akhirnya menjadi punah di kawasan yang tadinya menggunaklan bahasa Aramia, kecuali di beberapa wilayah pegunungan terpencil seperti desa al-Makhlulah dekat Damaskus dan desa Tuur Abidin di Irak dan kawasa lain yang masih menggunakan bahasa Aramia modern yang telah bercampur aduk dengan ungkapanungkapan Arab, Turki, Kurdi dan lainnya. Kalau melihat dari dialeknya. Terdapat beberapa dialek dari bahasa ini sebagai berikut; - Dialek Mendeen - Dialek Harraniyah (Irak Utara) - Dialek Suryaniyah . Peninggalannya yang lain berupa aurat, wirid (mantra) ditulis dengan pahatan dan tablet yakni tanah liat yang dibakar dan diberi tulisan. Nuuqus /pahatan yang terkenal ialah maalik hamaah abad ke 8 SM. Dan nama kota yang terkenal adalah Petra yakni sekarang sudah menjadi reruntuhan kota kuno di sebelah barat yordania yang terkenal dengan bangunan dan kuburannya yang di pahat dari tebing-tebing cadas. 4 Akadia Wilayah bahasa Akadia terletak di antara sungai Tigris dan sungai Euprat. Bahasa Akadia merupakan nama yang diberikan oleh bangsa Babilonia yang menetap di kawasan selatan sungai Tigris dan

Eufrat untuk menyebut bahasa Babilonia dan bahasa Asyuria. Sedangkan para ilmuan modern menyebut bahasa Akkadia sebagai dialek-dialek Babilonia dan Asyuria. Kata Akkad merupakan nama sebuah kota yang dibangun raja Babilonia di bagian utara negeri tersebut pada tahun 2350 SM sebagai ibu kota negara, dan ini merupakan negara Semit pertama yang terdapat di kawasan sungai Tigris dan Euprat (Mesopotamia). Sebelumnya, pada abad ke 36 SM bangsa semit melakukan migrasi kewilayah Irak Selatan (Mesopotamia) secara bertahap dan berulang-ulang. Sebelum mereka datang ke wilayah Mesotopotamia, wilayah ini telah dihuni oleh bangsa Sumeria yang telah memiliki peradaban yang sangat maju, baik dari segi bahasa maupun sastranya. Mereka sudah memiliki tulisan sendiri yakni tulisan paku (cunaiform). Seiring dengan beriringnya waktu, lambat laun bangsa pendatang semit mampu menguasai wilayah tersebut dan mendirikan negara dengan mengambil tempat di Mesopotamia yang bernama Akad (bahasa Sumeria) atau Kindah menurut semit, ibu kota kerejaan akhirnya menetap di wilayah Babilonia. Pada sekitar abad 25 SM terjadi lagi migrasi oleh bangsa semit ke wilayah Mesopotamia utara dan menaklukan penduduknya disana. Dan kemudian bangsa semit ini mendirikan sebuah kerajaan yang beribukota di Assur. Pada masa itu terjadi pergolakan pemakaian bahasa antara bahasa penduduk lokal dan bahasa semit sebagai bahasa penjajah tetapi akhirnya dimenangkan oleh bahasa semit, namun pengaruh asli bahasa lokal masih kelihatan dan para pakar linguistic menamai bahasa ini dengan bahasa Akadia atau bahasa Babilonia-Assuria (Babilonia Assyurian). Bahasa Akadia juga digunakan oleh bangsa-bangsa yang tinggal di mesopotamia, bahkan raja Mesir sekitar abad 15 SM melakukam surat menyurat dengan raja-raja di wilayah ini dengan menggunakan bahasa Akadia demikian juga bangsa-bangsa yang terdapat di asia kecil spt India. Melihat dari segi letak geografisnya bangsa Babilonia tinggal di wilayah Mesopotamia selatan sedangkan bangsa Syiria tinggal diwilayah utara Mesopotamia. Terdapat pengaruh bahasa Sumeria terhadap bahasa Akadia sebagai berikut: - banyak terdapat istilah-istilah kosakata yang baru masuk - terjadi perubahan bunyi karena terpengaruh bahasa asing. Ya' dan wawu yang terletak di awal kata menjadi hilang. - pengaruh itu yang membedakan bahasa akadia dari bahasa-bahasa semit yang lain. Mereka mempunya tiga bentuk waktu dalam kata kerja(fiil/verba) madhy tam , mudari dan mustakbal juga ada kata kerja yang masih berlangsung. Iksudu (selesai perang), ikasadu (akan berperang), dan kasadu (berperang terus/sedang berperang).

Periodesasi bahasa Akadia; 1. yakni masa sebelum adab ke 20 SM, di bawah kekuasaan bangsa Babilonia. 2. dari akhir abad ke 20 SM sampai akhir 17 atau awal abad 16SM. Masa ini ditandai oleh kemuduran Babilonia dan naiknya kekuasaan Assyiria. Kekuasaan ini berlangsung sampai thn th 606 SM. 3. Dari akhir abd ke 7 sampai abad ke 6 SM. Masa ini di tandai oleh kebangkitannya bangsa Babilonia thn 626 SM. 4. dari abad ke 6 sampai awal abad 4 SM. Yaitu sampai berkuasanya bahasa Aramia. Sedangkan tulisan bangsa Akadia mereka mereka mengambil dari bangsa Sumeria, sedangkan sebagai peradaban tinggi yang terkenal dari bangsa ini adalah adanya The Hanging Garden. Disamping itu terdapat ukiran-ukiran yang menggambarkan sebagian dari sejarah yang ketika itu telah mengalami kemajuan dalam peradaban. Memang kita mengetahui sejarah tentang Babilonia dan Asyuria melalui Perjanjian Lama namun kita tidak memiliki naskah tentang bahasa kedua kerajaan besar ini. Orang yang pertama kali melakuan penggalian arkeologis terhadap kawasan antara sungai Tigris dan sungai Euprat ini adalah Botta, konsul Perancis di Mosul pada tahun 1842 M yang telah melalukan penggalian di desa Kharasbat dekat Mosul. Dalam penggalian itu dia menemukan bagian dari istana Sarjun II salah seorang raja Asyuria pada abad ke 8 SM. Penemuan itu terjadi pada bulan Maret 1843 M. 5. Kanaan Bangsa Kanaan tinggal diwilayah barat daya jazirah arab, sekitar wilayah Palestina dan Suriah. Sedangkan pada masa keemasannya bangsa ini mampu menaklukan dan menguasai wilayah yang mencapai pantai selatan eropa dan afrika utara. Pada masa itu terjadi peperangan yang berlangsung selama hamper 120 tahun antara bangsa Kanaan dan bangsa Romawi (264-146 SM) yaitu diwilayah Kartago (Carthange). Kanaan (Kananiyah) terbagi menjadi Kananiyah Utara dan Kananiyah Selatan. Yang utara diwakili oleh bahasa Ugaritik, yaitu sebuah dialek Kananiyah kuno, dipakai di kota Ugarit yang terletak lebih dari 12 km sebelah utara Latakia pantai Siria. Bahasa Ugaratik ini ditemukan pada tahun 1929 M secara kebetulan ditemukan oleh seorang petani tengah mencangkul tanahnya dengan tenang di wilayah Minah Bidhah, pantai utara Syiria. Ketika dilakukan penggalian, banyak sekali artefak2 ditemukan disana seprti kuburan-kuburan, piring-piring, pisau belati, vas-vas yang terbuat dari tanah liat dll. Terlihatlah dengan jelas kota Minah al-Bidhah, di dekatnya ditemukan banyak kuburan lain. Di bawah bukit itu tampak kota kuno Ugarit, yang dulu dalam sejarahnya pada ribuan tahun ke belakang, merupakan pusat dari sebuah negara besar dengan peradaban yang besar pula. Di sana ditemukan ratusan prasasti yang dengan mudah dapat dibaca oleh para ilmuwan karena mirip dengan prasasti-prasasti berbahasa Akadia,

yaitu dengan tulisan paku. Namun bedanya yang ditemukan ini ditulis dengan sistem abjad sehingga mudah membacanya, sementara yang berbahasa Akadia dengan sistem suku kata.

Sementara itu, bahasa Kananiyah Selatan mencakup bahasa Ibrani. Dan teks terpenting yang tertulis dengan bahasa ini adalah Kitab Perjanjian Lama yang meliputi kitab Taurat-nya Musa, Mazmurnya Sulayman, Daud, dll. Dari bangsa kanaan inilah lahir dua bahasa yakni bahasa punesia dan bahasa ibrani. 6. Punesia Bangsa Punesia tinggal disebuah daerah yang terletak antara pegunungan Libanon dan Laut Tengah. Mereka termasuk keturunan bangsa semit yang berasal dari daerah selatan Kaukasia. Bangsa Punesia muncul sekitar abad 6-7 SM. Yang terkenal sebagai bangsa pelaut dan pedagang. Disepanjang pantai phunesia terdapat kota-kota pelabuhan yang didirikan seperti Tripolis, Sidon dan Tyre. Mereka juga mendirikan koloni daganng di pantai laut tengah, sedangkan kota Karthago di afrika utara, adalah merupakan pangkalan armada dagang yang terbesar. Bangsa Punesia memberikan konstribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan yakni abjad / alpabet, adalah tulisan/simbol yang disetiap hurupnya mewakili bunyi. Abjad ini terdapat tiga macam bentuk yakni; 1. pictograph simbol gambar yang paling kuno 2. ideograph, simbol yang melambangkan ide (hierogliph) 3. alphabet, tuliusan modern yang setiap hurufnya mewakili bunyi. Bahasa ini diketahui lewat prasati diwilayah mereka seperti Sur, Saida, Jubaik, Byblos dan wilayah laut tengah seperti Cypruss dll. Prasasti tertua mereka berasal dari abad ke 9 dan 10 SM, akan tetapi sebagian prasasti yang di temuklan berasal dari abad ke 5 SM dan masa sesudahnya. Dialek yang ada adalah dialek Punique, yaitu dialek bahasa yang ada di wilayah Carthagena, dilaut tengah. dalam perkembangannya bahasa ini hilang karena dikalahkan oleh bahasa Aramia sebelum abad pertama sebelum masehi. 7. Ibrani Bahasa ini merupakan bahasa yang paling terkenal dan yang paling tersebar luas di muka bumi ini. Bahkan bahasa ini telah menghasilkan berbagai ilmu, baik agama, seni, sejarah, filsafat dll. Dan bahasa ini pula dianggap sebagai bahasa yang paling kaya dalam hal ilmu-ilmu tersebut. Bahasa ini juga memiliki posisi yang paling penting karena menjadi bahasa agama yang diturunkan oleh nabi nabi allah, yang diklaim bahwa bahasa ini milik bani israel, bukan seluruh bahasa ibrani. Bahasa ini berasal dari lembah sinai kemudian menguasai Kanaan dan menguasai Palestina sekitar abad ke 13 SM.

Sumber bahasa Ibrani yang paling awal bagi kita adalah Kasidah Daburah ( ) yang kembali pada masa milenium kedua SM, yang juga merupakan masa jayanya sastra, yang beritanya sampai kepada kita melalui para nabi. Dari masa ini kita memiliki sumber prasastri berupa lempengan komemoratif yang ditemukan di pintu masuk Terusan Salwan dekat Bait al-Maqdis. Prasasti itu berisi enam baris yang bercerita tentang kisah akhir penggalian terusan itu pada abad VII SM. Tetapi yang jelas sumber pokok bahasa ini merajuk pada tiga sumber rujukan : - buku-buku agama, perjanjian lama seperti taurat , talmud dll. - Prasati-prasati - bahasa yang digunakan oleh pendeta yahudi. Penjara Babilonia dan penghancuran Baitul Maqdis oleh Nebukadnezar pada tahun 586 SM merupakan pengalaman keras bagi bahasa Ibrani. Mereka yang diasingkan di Babilonia memang tidak kehilangan bahasa mereka, bahkan mereka semakin teguh memegang ajaran agama mereka, lebih dari sebelumnya. Oleh karena itu pada masa pengasingan di Babilonia ini banyak karya sastra indah yang ditulis. Ketika bangsa Ibrani kembali dari pengasingan mereka di Babilonia pada tahun 538 SM, mereka menemukan bahasa Ibrani tetap berkembang di Palestina, dan tetap menjadi bahasa Palestina untuk kurun waktu yang tidak sebentar. Namun abad IV dan abad-abad berikutnya, banyak membawa faktor degradasi bahasa Ibrani. Hal ini diperparah oleh kebiasaan lelaki Yahudi menikah dengan wanita-wanita non-Yahudi, yang tidak mengerti bahasa Ibrani. Sedangkan priodesasinya yang pertama dari abad ke 13 SM-5 SM dan yang kedua dari abad ke 5 SM sampai akhir abad ke 4 SM. Masa ini di tandai oleh kitab-kitab perjanjian lama spt kitab yunus, zakaria dll. Dan tulisannya diambil dari tulisan Punesia. 8. Arab Secara etimologis Arab artinya padang pasir, tanah gundul dan gersang yang tiada air dan tanamannya. Sebutan dengan istilah ini sudah diberikan sejak dahulu kala kepada jazirah Arab, sebagaimana sebutan yang diberikan kepada suatu kaum yang disesuaikan dengan daerah tertentu atau nama dari leluhur terdahulu, lalu mereka menjadikan namanya sebagai tempat tinggal. Melihat dari letak geografisnya, Bahasa Arab terbagi menjadi dua wilayah yaitu bahasa Arab Selatan dan bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara. Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu bahasa Sabuia dan bahasa Mainia. Tentang bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak yang merujuk pada abad ke 12 SM sampai abad ke 6 M. Sedangkan bahasa Arab Utara merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini dan masa-masa yang akan datang

tetap dipakai karena Al-Qur`an turun dan menggunakan bahasa ini. Bahasa ini mengalami penyebaran yang demikian luas bukan hanya di kalangan bangsa Arab saja tetapi juga di kalangan kaum muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari prespektif silsilah keturunannya, para sejarawan membagi kaum-kaum Arab menjadi tiga bagian, yaitu: - Arab Ba'idah, Kaum-kaum Arab terdahulu yang sudah punah dan tidak mungkin sejarahnya bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti d, Tsamud, Thasm, Judais, 'Imlaq dan lain-lainnya. - Arab 'Aribah, Kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Qahthaniyah. - Arab Musta'ribah yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Isma'il, yang disebut pula 'Adnaniyah. Tempat kelahiran Arab 'Aribah atau kaum Qahthan adalah negeri Yaman, lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan suku, yang terkenal adalah dua kabilah: Kabilah Himyar, yang terdiri dari beberapa suku terkenal, yaitu Zaid Al-Jumhur, Qudh'ah dan Saksik. Bani Kahlan, yang terdiri dari beberapa suku terkenal yaitu Hamadan, Anmar, Thayyi', Madzhaj, Kindah, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj, anak keturunan Jafnah raja Syam dan lain-lainnya. Sukusuku Kahlan banyak yang hijrah meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru Jazirah menjelang terjadinya banjir besar saat mereka mengalami kegagalan dalam perdagangan.

Rumpun bahasa AfroasiatikDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

AfroasiaticHorn of Africa, North Africa, Sahel, Southwest Asia, West Africa, East Africa One of the world's major

Distribusi geografis:

Klasifikasi

genetik:

language families Semitic group Egyptian Berber group

Pembagian:

Chadic group Cushitic group (unity debated) Omotic group (inclusion debated)[1]

ISO 639-2 dan 639-5: afa

Peta yang menunjukkan distribusi bahasa-bahasa Afro-Asia

Rumpun bahasa Afroasiatik ialah rumpun bahasa dengan anggota hampir 240 bahasa dan 285 juta penutur yang tersebar di daerah Afrika Utara, Afrika Timur, Sahel, dan Asia Barat Daya. Nama lain yang diberikan bagi rumpun bahasa ini adalah Afrasia, Hamito-Semitik (tidak dipakai lagi), Lisramic (Hodge 1972), Erythraean (Tucker 1966). Ke dalamnya termasuk bahasa-bahasa tertulis klasik yang bersejarah panjang, bahkan terpanjang, seperti bahasa Arab, bahasa Ibrani, bahasa Amharik, dan bahasa Koptik. Bahasa Arab memiliki pengaruh kuat terhadap bahasa Melayu/bahasa Indonesia karena penggunaannya sebagai bahasa kitab suci agama Islam. Satu-satunya bahasa Afroasiatik yanag dijadikan bahasa resmi di Uni Eropa adalah bahasa Malta. Subrumpunbahasa ini ialah:

Bahasa-bahasa Berber Bahasa-bahasa Chadik Bahasa-bahasa Egiptik/Koptik Bahasa-bahasa Semitik Bahasa-bahasa Kushitik Bahasa Beja (subklasifikasi kontroversial; secara luas diklasifikasikan sebagai bahasa Kushitik) Bahasa-bahasa Omotik (kontroversial; kadang-kadang diperdebatkan sebagai Afroasiatik luar)

Bahasa Ongota sering dianggap sebagai rumpun Afro-Asiat, namun pengklasifikasiannya termasuk keluarga ini menyisakan kontroversi sebagian (karena sedikitnya data). Sementara Harold Fleming mengusulkan bahwa itu merupakan cabang bebas dari Afro-Asia nonOmotik. Tak secara umum disetujui pada di mana Proto-Afro-Asia diucapkan; Afrika (misal, Igor Diakonoff, Lionel Bender) telah sering mengusulkan, terutama Ethiopia berdasarkan pada perbedaan besar bahasa-bahasa Afro-Asianya, namun di pesisir Laut Merah barat dan Sahara juga telah dikemukakan (misal, Christopher Ehret). Alexander Militarev mengusulkan bahwa tempat aslinya ialah di Levant (secara spesifik, ia mengidentifikasikan mereka dengan budaya Natufia). Bahasa-bahasa Semit ialah hanya subkeluarga Afro-Asia yang berdasar di luar Afrika; bagaimanapun, dalam masa sejarah atau sejarah yang dekat, beberapa penutur bahasa Semit menyeberang dari Arab Selatan kembali ke Ethiopia, maka beberapa bahasa Ethiopia modern (seperti bahasa Amharik) ialah bahasa Semit daripada termasuk kelompok substrata Kushitik atau Omotik. (Minoritas akademisi, seperti A. Murtonen (1967), menentang pandangan ini, mengusulkan bahwa bahasa Semit mungkin berasal dari Ethiopia.) Bahasa berintonasi ditemukan pada cabang bahasa Omotik, Chadik, dan Kushitik Selatan & Timur Afro-Asia, menurut Ehret (1996). Cabang bahasa Semit, Berber dan Mesir tak berintonasi.

[sunting] Ciri-ciri umumCiri-ciri umum bahasa Afro-Asia termasuk:

sistem dua gender dalam kata tunggal, dengan feminin ditandai dengan suara /t/. Tipologi PSO dengan kecenderungan SPO. seperangkat konsonan tegas, yang dengan berbagai cara dicapai dengan glotalisasi, pharyngealisasi, atau implosif, dan morfologi templatis yang mana kata-kata dengan perubahan internal seperti prefiks dan sufiks.

Beberapa sanak termasuk:

b-n- "membangun" (Ehret: *bn), dibuktikan dalam bahasa Chadik, Semit (*bny), Kushitik (*mn/*mn "rumah") dan Omotik (Dime bin- "membangun, membuat"); m-t "meninggal" (Ehret: *maaw), dibuktikan dalam bahasa Chadik (misal Hausa mutu), Mesir (mwt, mt, Koptik mu), Berber (mmet, jamak. yemmut), Semit (*mwt), dan Kushitik (ProtoSomali *umaaw/*-am-w(t)- "meninggal") s-n "tau", dibuktikan dalam bahasa Chadik, Berber, dan Mesir; l-s "lidah" (Ehret: *lis' "menjilat"), dibuktikan dalam bahasa Semit (*lasaan/lisaan), Mesir (ns, Koptik las), Berber (iles), Chadik (mis. Hausa harshe), dan kemungkinan Omotik (Dime lits'- "menjilat"); s-m "nama" (Ehret: *sm / *sm), dibuktikan dalam bahasa Semit (*sm), Berber (isem), Chadik (misal Hausa suna), Kushitik, dan Omotik (meski bentuk Berber, isem, dan bentuk Omotik, sunts, kadang-kadang ditolak sebagai kata pinjaman Semit.) Bahasa Mesir smi "laporan, pengumuman" mungkin juga bersaudara. d-m "darah" (Ehret: *dm / *dm), dibuktikan dalam Berber (idammen), Semit (*dam), Chadi,kan Omotik (diperdebatkan). Kushitik *dm/*dm, "merah", mungkin bersaudara.

Dalam sistem verbal, Semitic, Berber, dan Cushitik (termasuk Beja) seluruh keterangan tersedia buat konjugasi prefiks:Bahasa Indonesia ia (lelaki) meninggal ia (perempuan) meninggal Bahasa Arab (Semit) yamuutu Kabyle (Berber) yemmut Saho (Cushitik; kata kerjanya Beja (kata kerjanya ialah "membunuh") ialah "datang") yagdif iktim

tamuutu

temmut mmuten temmute temmutem mmute

yagdif yagdifn tagdif tagdifn agdif

tiktim iktimna tiktima tiktimna aktim

mereka meninggal yamuutuuna kamu meninggal kalian meninggal saya meninggal tamuutu tamuutuuna amuutu

kami meninggal

namuutu

nemmut

nagdif

niktim

Afiks kausatif s tersebar luas (ditemukan dalam seluruh subkeluarganya), namun juga ditemukan di kelompok lain, seperti bahasa-bahasa Niger-Kongo. Akhiran kata ganti kepemilikan didukung bahasa Semit, Berber, Kushitik (termasuk Beja), dan Chadik.

[sunting] Sejarah klasifikasiTerkadang pelajar pertengahan 2 atau lebih cabang Afro-Asia bersama; sudah di abad ke-9, tata bahasawan Ibrani Judah ibn Quraysh dari Tiaret, Aljazair merasakan hubungan antara Berber dan Semit (yang kemudian dikenalnya melalui Bahasa Arab, Bahasa Ibrani, dan Bahasa Aram.) Pada 1800-an, orang-orang Eropa mulai mengusulkan hubungan begitu; demikian pada 1844 Th. Benfey keluarga bahasa yang termasuk bahasa Semit, Berber, dan Cushitik (dikenal kemudian sebagai "bahasa Ethiopia"). Pada tahun yang sama, T. N. Newman mengusulkan hubungan antara bahasa Semit dan Hausa, namun ini akan menyisakan perdebatan panjang dan ketidakpastian. Keluarga bahasa "Hamito-Semit" tradisional dinamai Friedrich Mller pada 1876 dalam Grundriss der Sprachwissenschaftnya, dan ditetapkan mendirikan kelompok bahasa Semitic plus grup "Hamitic" yang memuat bahasa Mesir, Berber, dan Kushitik; kelompok Chadik tak termasuk. Sebagian klasifikasi ini didasarkan pada antropologi non-linguistik dan argumen rasial. Leo Reinisch (1909) mengusulkan hubungan Kushitik dan Chadik, saat meminta lebih banyak pertalian jauh dengan bahasa Mesir dan Semit, demikian bayangan Greenberg; namun secara besar usulannya diabaikan. Marcel Cohen (1947) menolak gagasan subkelompok "Hamitic" yang berbeda, dan memasukkan Hausa (bahasa Chadik) perbandingan kosakata Hamito-Semitnya. Joseph Greenberg (1950) menegaskan penolakan Cohen mengenai "Hamitic", menambahkan (dan mensubklasifikasikan) bahasa Chadik, dan mengajukan nama baru Afro-Asia untuk keluarga itu; klasifikasinya tentang itu sampai menjadi hampir secara universal diterima. Pada 1969, Harold Fleming mengajukan pengenalan bahasa Omotik sebagai cabang ke-5, daripada (seperti yang sebelumnya dipercaya) subkelompok Kushitik, dan ini menjadi secara umum diterima. Beberapa pelajar, termasuk Harold Fleming dan Robert Hetzron, sejak itu telah menanyakan pencantuman tradisional bahasa Beja dalam Cushitik, namun pandangan ini belum mendapatkan penerimaan umum. Ada persetujuan kecil pada subklasifikasi 5 atau 6 cabang yang disebutkan; bagaimanapun, Christopher Ehret (1979), Harold Fleming (1981), dan Joseph Greenberg (1981) semuanya setuju jika bahasa Omotik cabang pertama yang terpisah dari lainnya. Sebaliknya, Ehret mengelompokkan bahasa Mesir, Berber, dan Semit bersama dalam subkelompok Afro-Asia Utara; Paul Newman (1980) mengelompokkan bahasa Berber dengan Chadik dan Mesir pada rumpun Semit, saat pertanyaan pencantuman bahasa Omotik; Fleming (1981) membagi rumpun Afro-Asia non-Omotik, atau "Erythraean", dalam 3 kelompok, Kushitik, Semit, dan lainnya; ia kemudian menambahkan bahasa Semit dan Beja pada yang lain-lainnya itu, dengan Ongot sebagai cabang ke-3 sementara; dan Lionel Bender (1997) menyokong "Makro-Cush" menyusun Berber, Kushitik, dan Semit, saat menganggap bahasa Chadik dan Omotik sebagai yang terjauh dari cabang lainnya. Vladimir Orel dan Olga Stolbova (1995) mengelompokkan bahasa Berber dengan Semit, Chadik dengan bahasa Mesir, dan membagi Kushitik ke dalam 5 atau lebih subkeluarga tersendiri dari rumpun Afro-Asia, yang

melihatnya sebagai Sprachbund daripada subkeluarga yang benar. Alexander Militarev (2000), pada basis leksikostatistik, mengelompokkan bahasa Berber dengan Chadik dan keduanya, lebih jauh lagi, dengan bahasa Semit, sebagai pada bahasa Kushitik dan Omotik.