ana khisma sari
DESCRIPTION
pkmdTRANSCRIPT
LAPORAN INDIVIDU
PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)
HAMIL DENGAN ANEMIA
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
Praktik Kebidanan Komunitas
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
ANA KHISMA SARI
NIM P0111105
AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN IBU PEKALONGANTAHUN 2014
Jl. Sriwijaya No. 7 Pekalongan
Telp. (0285) 7998866 4416108 FAX (0285) 4416108
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan individu yang berjudul ANEMIA PADA IBU HAMIL untuk memenuhi tugas praktik kebidanan komunitas Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) di Kelurahan Sokorejo.
Tentunya dalam menyelesaikan laporan individu ini penulis tidak hanya bekerja sendirian, melainkan juga dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu kami. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Hj.Sri Nurdijah Kasbollah selaku direktur Akademi Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan.
2. Ibu Swasti Artanti, S.SiT selaku dosen pembimbing tugas laporan individu Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.
3. Bapak Sukiman selaku Kepala Kelurahan Sokorejo Kota Pekalongan yang telah berkenan memberikan kesempatan penulis dalam melakukan pendataan penduduk kelurahan Sokorejo yang berguna dalam pembuatan pelaporan individu PBL-PKMD.
4. dr. Atika Selaku Kepala Puskesmas Sokorejo Kota Pekalongan.
5. Ibu Riza Umi N, Amd. Keb selaku Bidan Koordinator Puskesmas Sokorejo Kota Pekalongan.
6. Ketua RW, Ketua RT, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama di Kelurahan Sokorejo Kota Pekalongan
7. Ayah bunda kami, kawan-kawan dan seluruh pihak yang telah membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Harapan penulis semoga proposal ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Pekalongan, Januari 2014
PenulisDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
vii
BAB IPENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1B. Tujuan
4C. Manfaat
5
BAB IITINJAUAN TEORI
6A. Konsep Dasar Kebidanan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
62. Tipe Keluarga
63. Peranan Keluarga
74. Tugas Keluarga
85. Fungsi Keluarga
96. Bentuk Keluarga
97. Subsistem Sosial
11B. Manajemen Kebidanan Komunitas
1. Pengertian Komunitas
112. Sejarah Kebidanan Komunitas
123. Tujuan Kebidanan Komunitas
124. Unsur-unsurKebidanan Komunitas
135. Peran Bidan Komunitas
146. Masalah Kebidanan Komunitas
157. Asuhan Kebidanan Komunitas
15C. Teori Medis
1. Pengertian kehamilan
152. Pengertian anemia
163. Patofisiologi
174. Etiologi
175. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Anemia
186. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
227. Tanda dan gejala Anemia
248. Diagnostik
259. Kebutuhan Fe selama hamil
2610. Dampak Anemia dalam Kehamilan
2611. Standar Pelayanan Kesehatan
28BAB IIITINJAUAN KASUS
29A. Struktur dan Sifat Keluarga
29B. Faktor Keluarga, Sosial, dan Budaya
31C. Faktor Rumah dan Lingkungan
32D. Riwayat Kesehatan Material, Psykososial, Spiritual
33E. Riwayat Kesehatan Keluarga
34F. Analisa Data
36G. Perumusan Masalah
37
H. Prioritas Masalah
37I. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Anemia
38J. Data perkembangan
42
BAB IVPEMBAHASAN
46
BAB VPENUTUP
48
A. Kesimpulan
48
B. Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Kuesioner
2. SAP Tablet Fe
3. SAP Nutrisi
4. Leaflet Tablet Fe
5. Leaflet Nutrisi
6. Peta
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 : Daftar anggota keluarga.. 30
Tabel 3. 2: Riwayat kesehatan................... 35
Tabel 3. 3 : Riwayat persalinan yang lalu... 35
Tabel3. 4 : Prioritas masalah yang ada dalam keluarga Tn. R....... 37
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan di suatu negara. Dewasa ini AKI di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara ASEAN lainnya, antara lain Malaysia 36/100.000 KH, Singapura 6/100.000 KH, Vietnam 160/100.000 KH (Upaya Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 AKI di Indonesia yaitu 248 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2009 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2011 yaitu 108 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (WHO). AKI di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 terdapat 114 kasus dari 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebanyak 113 per100.000 kelahiran hidup, tahun 2011 sebanyak 100 per100.000 kelahiran hidup dan tahun 2015 diharapkan 62 per100.00 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2008). Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan adalah perdarahan (28%). Penyebab lain yaitu eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%), lain-lain (27%), (SDKI 2008).Penyebab terbesar kematian tersebut adalah perdarahan, sebesar 28%.Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain ibu hamil menderita anemia (Hb < 11g%) 40%, kekurangan Energi Kronis (KEK) 37%, dan lain-lain 27%. Berdasarkan hasil survey Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2008, terdapat lebih dari 30% wanita menderita anemia. Kejadian anemia pada kehamilan ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami anemia (Depkes RI, 2004).Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin.Anemia dalam kehamilan yaitu kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada TM I dan III atau kadar kurang dari 10,5 gr% pada TM II, sedangkan pada ibu yang tidak hamil kadar hemoglobinnya 12 gr%. Perbedaan nilai batas tersebut dengan ibu yang tidak hamil terjadi karena hemodilusi terutama pada TM III (Saifudin, 2006).Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5 % ibu hamil dengan anemia (Saifudin, 2006).Anemia dalam kehamilan tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan janin, misal abortus, kelainan kongenital, missed abortion, asfiksia intra uteri. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), perdarahan antepartum, dekompensasi kordis, dan komplikasi lebih lanjut, jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan kematian. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita oleh masyarakat,karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan masih di jumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Manuaba (2001) dan Mansjoer (2000) penyebab anemia secara umum adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, mal absorbsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid dan lain - lain), dan penyakit-penyakit kronik (TBC paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain), penurunan produksi (anemia defisiensibesi, anemia aplastik, dll), peningkatan penghancuran (anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, dll). Menurut Hendro (2006) dan Hartanto (2004), kejadian anemia tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kepatuhan minum zat besi, kebiasaan makan, konsumsi zat lain, infeksi, riwayat persalinan, kombinasi absorbsi tubuh yang kurang baik, kekurangan zat besi meningkat, ketidakseimbangan antara kebutuhan (untuk pertumbuhan, kehilangan darah dll), dan ketidakcukupan suplai besi dari makanan. Berdasarkan uraian penyebab anemia tersebut, karakteristik ibu merupakan faktor yang menentukan bagaimana status anemia ibu hamil karena karakteristik merupakan ciri-ciri yang melekat pada individu (Hidayat, 2009).Untuk mengatasi masalah anemia kekurangan zat besi pada ibu hamil pemerintah Depkes RI sejak tahun 1970 telah melaksanakan suatu program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan Posyandu dengan mendistribusikan tablet tambah darah, dimana 1 tablet berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25 mg asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0.25 mg asam folat). Setiap ibu hamil dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu tablet setiap hari selama masa kehamilannya dan empat puluh hari setelah melahirkan. Tablet tambah darah disediakan oleh pemerintah dan diberikan kepada ibu hamil secara gratis melalui sarana pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2003).
Kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet Fe untuk kehamilannya. Dampak konsumsi tablet Fe dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Peran serta dukungan keluarga dalam upaya peningkatan kesehatan keluarga diantaranya meliputi upaya untuk meningkatkan terhadap masalah kesehatan dan merupakan tantangan terbesar yang bertujuan membantu keluarga untuk belajar bagaimana agar bisa sehat (Arisman, 2007).Dalam rangka mempersiapkan tenaga bidan yang terampil dan bermutu dalam melaksanakan tugas seperti yang diharapkan maka perlu kiranya memberi kesempatan serta pengalaman belajar yang terarah dan terpadu kepada mahasiswa kebidanan tidak hanya di Rumah sakit tetapi juga di Puskesmas maupun di masyarakat.Sehubungan dengan hal itu salah satu pengalaman belajar yang perlu disediakan bagi mahasiswa adalah praktik asuhan kebidanan komunitas di pedesaan dengan menggunakan pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
Dari hasil pendataan di wilayah Sokorejo RW IV ditemukan beberapa kasus yang berhubungan dengan Kesehatan Ibudan Anak, antara lain : ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK), balita bawah garis merah (BGM), gangguan reproduksi berupa infertilitas dan menometroraghie. Di RW IV RT III terdapat Ibu hamil yang mengalami Anemia ringan di keluarga Tn. R,yaitu Ny. E dengan kadar Hb 9gr %.Dengan alasan tersebut, penulis memilih kasus Ibu hamil dengan Anemia Ringan sebagai tema laporan Praktik Belajar Lapangan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang asuhan kebidanan komunitas khususnya mengenai ibu hamil di Kelurahan Sokorejo.2. Tujuan khusus
a. Melakukan pendataan kepada seluruh masyarakat kelurahan Sokorejob. Menemukan permasalahan kesehatan Ibu dan Anak yang ada dalam Keluargac. Dapat memprioritaskan masalah pada salah satu keluarga yang berkaitan dengan Anemiad. Memberikan asuhan kebidanan terhadap anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan khususnya masalah Anemia.C. Manfaat1. Bagi MahasiswiMahasiswi dapat mengaplikasikan teori yang telah didapatkan selama pembelajaran dengan memberikan asuhan kebidanan secara langsung di masyarakat.2. Bagi InstitusiSebagai media untuk mencetak bidan professional dan berkompeten dalam memberikan pelayanan sesuai kewenangannya dalam meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan anak.3. Bagi Tenaga KesehatanDapat mengidentifikasi ibu hamil anemia dengan pemerikasaan 7T dalam pemeriksaan ANC sehingga kejadian anemia dalam kehamilan tidak terjadi4. Bagi Ibu HamilDapat mencari pemecahan masalah ibu hamil terutama jika terjadi kekurangan darah dalam kehamilan.BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kebidanan Keluarga
1. Definisi Keluarga
Pengertian keluarga menurut Nursejiwa, 2010 yaitu :
a. Keluargaberasal dari bahasaSansekerta"kulawarga". Kulaberarti "ras" danwargayang berarti "anggota".Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.b. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlahindividu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.2. Tipe tipe Keluarga
Ada beberapa tipe keluarga yaknikeluarga intiyang terdiri dari suami,istri, dan anak, keluarga konjugalyang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek (Nursejiwa, 2010).Delapan tipe keluarga menurut Karwati (2011) :a. Nuclear FamilyYaitu terdiri dari orang tua, anak yang masih menjadi tanggungan dan tinggal dalam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.b. Extended FamilyYaitu suatu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
c. Single FamilyYaitu suatu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.d. Serial family
Yaitu keluarga yang terdiri wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga ini
e. Composite
Yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
f. Chabitation
Yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Peran Anggota Keluarga
Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi, 2008; h. 13).
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain :
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008; h.14).
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.d. Sosialisasiantar anggota keluarga.e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya (Nursejiwa, 2010).Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Karwati, (2011) adalah :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pemeliharaan ketertinan anggota keluarga
f. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang ebih luas
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga menurut Nursejiwa (2010) adalah:a. FungsiPendidikandilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.b. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.c. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.d. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.e. FungsiAgamadilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.f. FungsiEkonomidilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.g. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.h. FungsiBiologisdilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.i. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.6. Bentuk KeluargaAda dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas.a. Berdasarkan lokasi1) Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;2) Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;3) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;4) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);5) Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;6) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;7) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri (Nursejiwa, 2010).b. Berdasarkan pola otoritas1) Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)2) Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)3) Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang (Nursejiwa, 2010).7. Subsistem sosialMenurut Nursejiwa (2010), terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).a. Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.b. Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga ,subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.c. Subsistem kakak adik adalah yang terkait dengan relasi kakak dan adik.
B. Manajemen Kebidanan Komunitas
1. Pengertian Kebidanan Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu Communitas yang berarti kesamaan, dan juga communis yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai masyarakat setempat, istilah yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa (Karwati, 2011; h. 3).
Kebidanan komunitas adalah bentuk-bentuk pelayanan kebidanan yang dilakukan di luar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang diberikan di rumah sakit dengan menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan masyarakat (Karwati, 2011; h. 3).2. Sejarah Kebidanan Komunitas
Tahun 1807 pada zaman Hindia Belanda persalinan ditolong oleh dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun 1953 terdapat Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta kemudian dibuka Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan penanggungjawab adalah bidan. Tahun 1952 diadakan pelatihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun 1967 KTB ditutup kemudian BKIA terintegrasi dengan Puskesmas, Puskesmas memberikan pelayanan di dalam dan luar gedung dalam wilayah kerja. Tahun 1990 merata semua masyarakat, kemudian pada tahun 1992 instruksi Presiden tentang perlunya mendidik Bidan untuk ditempatkan di seluruh desa sebagai pelaksana KIA (Pujiastuti, 2011; h. 3).
3. Tujuan Kebidanan Komunitas
Tujuan umum kebidanan komunitas adalah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan (Women well being) di wilayah kerja Bidan. Tujuan khusus kebidanan komunitas adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggungjawab bidan.
b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.
d. Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.
e. Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat atau terkait (Karwati, 2011; h. 9).
4. Unsur-unsur Kebidanan Komunitas
a. Bidan
Pendidikan bidan saat ini belum ada yang dikhususkan untuk kebidanan komunitas, melainkan menghasilkan tenaga bidan yang mampu bekerja di desa. Kegiatan bidan di komunitas meliputi :
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja, masa perkawinan
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, masa interval (antara dua persalinan) dalam keluarga
3) Pertolongan persalinan dirumah
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga, suami dengan kewenangan
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita (Ambarwati, 2009; h.3).
b. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan komunitas mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, penyembuhan serta pemulihan kesehatan. Kegiatan pelayanan komunitas bisa dilakukan di Puskesmas, Polindes, Posyandu, Bidan Praktek Swasta atau di rumah pasien. Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas meliputi :
1) Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan
2) Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita
3) Pengobatan sederhana bagi ibu dan balita
4) Perbaikan gizi keluarga
5) Imunisasi ibu dan anak
6) Pertolongan persalinan dirumah
7) Pelayanan KB (Ambarwati, 2009; h. 4).
c. Sasaran
Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga. Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Pelayanan ini untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera (Ambarwati, 2009; h. 4).
d. Lingkungan
Lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial, flora dan fauna. Lingkungan fisik yang kurang sehat dapat menimbulkan penyakit dalam masyarakat. Lingkungan sosial berkaitan dengan adat dan budaya serta agama dan kepercayaan. Flora dan fauna berhubungan dengan penghijauan, pemanfaatan pekarangan dengan tanaman yang bergizi (Ambarwati, 2009; h. 4).
e. Ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK)
Pelayanan kebidanan komunitas menggunakan ilmu dan teknologi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bidan dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuannya agar tidak ketinggalan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang kesehatan (Ambarwati, 2009; h. 5). 5. Peran Bidan Komunitas
Peranan bidan di komunitas meliputi :
a. Pemberian asuhan langsung.
b. Penyuluh kesehatan.
c. Penemu kasus.
d. Pelaksana tujuan.
e. Komunikator (Penghubung).
f. Konselor.
g. Anggota Tim.
h. Supervisi (Pembimbing).
i. Panutan (Rol Model) (Ambarwati, 2009; h. 5).
6. Masalah Kebidanan Komunitas
a. Kematian ibu dan bayi.
b. Kehamilan remaja.
c. Unsafe abortion.
d. Asuhan pasca keguguran.
e. Berat badan lahir rendah.
f. Penyakit menular seksual.
g. Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
h. Tingkat kesuburan.
i. Perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas (Ambarwati, 2009; h. 9).
7. Asuhan Kebidanan Komunitas
Asuhan kebidanan yang dapat diberikan bidan di komunitas berdasarkan standar pelayanan kebidanan meliputi :
a. Asuhan antenatal
b. Asuhan intranatal
c. Asuhan ibu postpartum di rumah
d. Asuhan bayi baru lahir dan neonatus
e. Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang bayi dan balita (Ambarwati, 2009; h. 81).
C. Teori Kehamilan1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai ke-9 (Ratna Dewi,2012; h. )
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008).Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Sarwono, 2009; h. 89).2. Anemia
a. Pengertian Anemia
1) Menurut Saifudin (2006:281)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada TM I dan III atau kadar kurang dari 10,5 gr% pada TM II sedangakan pada ibu yang tidak hamil kadar hemoglobinnya 12 gr%. Perbedaan nilai batas tersebut dengan ibu yang tidak hamil terjadi karena hemodilusi terutama pada TM III.
2) Menurut Manuaba (2001)
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil ini disebut potential danger to mother and child (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehtan pada lini terdepan. Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai dasarnya.
3) Menurut Tartowo (2007)
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.b. Patofisiologi
Menurut Wiknjosastro (2005), selama kehamilan, keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sum-sum tulang.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: 1) Plasma 30%
2) Sel-sel darah bertambah 18%
3) Hemoglobin bertambah 19%
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremiacardiacoutputmeningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
c. Etiologi
Menurut Manuaba (2001) dan Mansjoer (2000), penyebab anemia umum adalah: 1) Kurang gizi (malnutrisi)2) Kurang zat besi dalam diet
3) Malabsorpsi4) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5) Penyakit-penyakit kronik: TBC paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain
6) Penurunan produksi: anemia defisiensi besi, anemia aplastik, dll.
7) Peningkatan penghancuran: anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, dll.
d. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia
Menurut Hendro (2006) dan Hartanto (2004) faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil adalah:1) Karakteristik ibu hamil (Umur, tingkat pendidikan, ekonomi, paritas, dan umur kehamilan)2) Kepatuhan minum zat besi
3) Kebiasaan makan
4) Konsumsi zat lain
5) Infeksi
6) Riwayat persalinan
7) Kombinasi absorbsi tubuh yang kurang baik8) Kekurangan zat besi meningkat
Anemia kekurangan zat besi akan timbul bila kehilangan zat besi atau kebutuhan zat besi yang begitu meningkat dan tidak diimbangi dengan penyerapan dari makanan yang optimal sehingga kadar hemoglobin darah menjadi rendah.Ketidakseimbangan antara kebutuhan (untuk perumbuhan, kehilangan darah dan lain-lain)
9) Ketidakcukupan suplai besi dari makanan
Berdasarkan uraian penyebab anemia tersebut di atas, karakteristik ibumerupakan faktor yang menentukan bagaimana status anemia ibu hamil karena karakteristik merupakan ciri-ciri yang melekat pada individu. Menurut Hidayat (2009), karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti, tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Berdasarkan teori yang ada, sifat-sifat karakteristik antara lain:
a) Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini (Wahyuddin, 2004). Menurut Nining (2002) yang dikutip oleh Hendro (2006) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan status anemia, prevalensi anemia pada golongan umur 30 lebih tinggi (77,4%) daripada golongan umur 20-30 tahun (63,2%). Yang dapat memperberat terjadinya anemia adalah seringkali wanita memasuki masa kehamilan dengan kondisi dimana cadangan besi dalam tubuhnya kurang dan terbatas, bila hamil pada usia < 20, karena pada usia muda tersebut membutuhkan zat besi lebih banyak selain untuk keperluan diri sendiri juga janin yang dikandungnya. Sedangakan kehamilan dengan usia lebih dari 35 tahun ketika cadangan zat besi telah berkurang terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini akan memperberat kondisi ibu dengan adanya kehamilan, anemia pada kehamilan akan mempunyai resiko yang berarti pada kehamilan tersebut (Fahrijansah, 2008). Jika persediaan Fe minimal, maka akan meningkatkan risiko anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, 2000).b) Tingkat pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaranagar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Kategori pendidikan:
(1) Pendidikan dasar: SD-SMP
(2) Pendidikan Menengah: SMA
(3) Pendidikan tinggi: Diploma/Sarjana
Pendidikan adalah hal yang sangat penting karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang suatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan tekhnologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang. Pengetahuan di pengaruhi oleh pendidikan dan pendidikan di pengaruhi oleh banyak hal salah satunya adalah sumber informasi dan media informasi, baik media cetak maupun elektronik (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan ibu rendah diasumsikan pengetahuannya tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya peluang anemia pada ibu hamil, dan sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan tinggi, maka kemungkinan besar pengetahuan tentang gizi juga tinggi.
c) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan baik yang hidup maupun yang meninggal. Apabila dalam suatu keluarga mempunyai anak yang banyak maka akan berpengaruh pada kesakitan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam keluarga besar dan miskin. (Notoatmodjo, 2003).
Paritas menurut Oxorn (2003), diklasifikasikan sebagai berikut:
(1) Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir.
(2) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai viabilitas.
(3) Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami empat kali atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai viabilitas.
Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Wahyuddin, 2004).
Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak hilangnya zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, 2000). d) Umur kehamilan
Ibu hamil cenderung mengalami anemia pada tiga bulan terakhir kehamilan karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah melahirkan. Pada awal kehamilan, zat besi dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Ketika umur kehamilan 4 bulan keatas, volume darah dalam tubuh akan meningkat 35% ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan memerlukan tambahan zat besi 300-350 mg akibat kehilangan darah. Mulai dari kehamilan hingga persalinan, ibu memerlukan zat besi sekitar 800 mg besi atau 2-3 mg besi per hari atau dua kali lipat kebutuhan tidak hamil (Saifudin, 2006).
Dalam kehamilan darah bertambah banyak, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah yang disebut dengan hemodilusi, dan mencapai puncaknya pada umur kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2005).
Syarief Osman (1994), menunjukkan bahwa variabel dari kelompok faktor internal yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil adalah paritas ibu dan umur kehamilan.e. Klasifikasi anemia dalam kehamilan:
Menurut Varney (2006) dan Manuaba (2001) klasifikasi anemia adalah sebagai berikut:
Berdasarkan ukuran sel darah merah, secara umum anemia dikelompokkan sebagai berikut
1) Anemia mikrositik hipokrom (penurunan jumlah sel darah merah)
a) Kekurangan zat besi.
b) Talasemia.c) Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di temukan di Asia Tenggara).
d) Keracunan timah.
e) Penyakit kronis (tumor dan infeksi).2) Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)a) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat.b) Kehilangan sel darah merah akut.c) Gangguan hemolisis darah.
d) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle celldisease).
e) Gangguan pembentukan hemoglobin.
f) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase).g) Anemia hemolitik (efek samping obat)
h) Anemia hemolisis autoimun.i) Penurunan produksi sel darah merah
(1) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam jiwa).(2) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
(3) Ekspansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi-berlebihan.3) Anemia makrositik (peningkatan ukuran sel darah merah)
a) Kekurangan vitamin B12.b) Kekurangan asam folat.
c) Hipotiroid.d) Kecanduan alkohol
e) Penyakit hati dan ginjal kronis
Status anemia seorang ibu hamil ditentukan oleh kadar Hb. Sedangkan kadar Hb tersebut ditentukan oleh pembentukan sel-sel darah, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan darah adalah sebagai berikut:
1) Komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari:
a) Protein, glukosa, dan lemak
b) Vitamin B12, B6, asam folat, dan vit. C
c) Elemen dasar: Fe, ion, Cu, dan zink.
2) Sumber pembentukan darah (sum-sum tulang)
3) Kemampuan resorbsi usus halus terhadap bahan yang diperlukan
4) Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel-sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.
5) Terjadinya perdarahan kronik (menahun):
a) Gangguan menstruasi.
b) Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri, polip serviks, penyakit darah.c) Parasit dalam usus: askariasis, ankilostomiasis, taenia.
Menurut faktor-faktor pembentukan darah, anemia terbagi dalam beberapa jenis yaitu anemia defisiensi besi, anemia hipoplastik, anemia hemolitik, dan anemia megaloblastik (Manuaba, 2001). Seorang wanita yang menderita anemia, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang di peroleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati, tuberkulosis, sifilis, tumor ganas.
a. Tanda dan gejala anemia:
1) Tanda :
a. Pucat
b. Ikterus c. Hipotensi ortostatik d. Edema perifer e. Membran mukosa dan bantalan kuku pucat
f. Lidah halus (papil tak menonjol), lecet
g. Takikardia atau tekanan murmurh. Takipenea, dispnea saat beraktivitas
2) Gejala :
a) Keletihan, mengantuk
b) Kelemahan
c) Pusing
d) Sakit kepala
e) Malaise f) Pica g) Nafsu makan berkurang
h) Perubahan moodi) Perubahan pola tidur
b. Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis anemia pada kehamilan, dapat dilakukan anamnesis. Pada anamnesis, akan di dapatkan keluhan cepat lelah, mudah pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah yang lebih hebat pada kehamilan muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat di lakukan dengan menggunakan alat Sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan alat Sahli, kondisi Hb dapat di golongkan sebagai berikut :Klasifikasi Derajat Anemia Menurut (Sarwono, 2001) :
Anemi dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gram% ( < 11g%) pada trimester I dan III .
Pemeriksaan darah di lakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, perlu di lakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada setiap ibu hamil di Puskesmas.
c. Kebutuhan Fe selama hamil
Ekstra zat besi di perlukan pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah:
1) 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah.2) 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lainnya.3) 150-200 mg untuk kehamilan ektopik.
4) 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta5) 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.
Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580-1340 mg, dan 440-1050 mg di antaranya akan hilang dalam tubuh ibu pada saat melahirkan. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rat-rata 3,5-4 mg zat besi per hari. Menurut Wiknjosastro (2005), pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama kehamilan minimal di berikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan di berikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.
d. Dampak anemia dalam kehamilan
Dampak anemia dalam kehamilan dapat di golongkan menjadi :
1) Pengaruh anemia dalam kehamilan
a. Dapat terjadi abortusb. Persalinan prematurc. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim mudah terjadi infeksi
d. Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6gr %)
e. Molahidatidosaf. Hiperemesis gravidarumg. Perdarahan antepartumh. Ketuban pecah dini ( KPD )
2) Bahaya selama persalinan
a) Gangguan his, kekuatan mengejan
b) Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.c) Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.d) Kala IV dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat atonia uteri.
e) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
3) Bahaya selama nifas
a) Terjadi sub involusi uterus yang menimbulkan perdarahan post partum.
b) Memudahkan infeksi puerperium.
c) Pengeluaran ASI berkurang.
d) Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.e) Anemia masa nifas.
f) Mudah terjadi infeksi mammae.
4) Pengaruh anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nurrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain :
a) Abortusb) Kematian intrauterinc) Persalinan prematur tinggi
d) BBLR
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatalh) Intelegensi rendah
e. Standar Pelayanan Kebidanan
Standar 6 : Pengolahan Anemia Pada Kehamilan Tujuan : Menentukan anemia pada kehamilan secara dini , dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS
KELUARGA PADA Tn. R RT 03 RW04DESA SOKOREJO
KOTA PEKALONGAN
Tangggal pengkajian: 14 Januari 2014
Waktu
: 16.00 WIB
Tempat
:Desa Sokorejo RT 03 RW 04 Pekalongan
DATA DAN IDENTIFIKASI
A. Struktur dan Sifat Keluarga
1. Struktur Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn. R
b. Umur
: 34 th
c. Jenis kelamin
: Laki-laki
d. Agama
: Islam
e. Pendidikan
: SMP
f. Pekerjaan
: Buruh
g. Pendapatan
: >Rp. 1.000.000,-
h. Alamat
: Rt. 03/ Rw. 04 Desa Sokorejo
i. Suku / bangsa
: Jawa / Indonesia
j. Daftar anggota keluarga:
Tabel 3.1
No.NamaHub. Klg.L/PUmurPend.AgamaPekerjaanImunisasi
BCGPolioHep/HibDPTDT
1.
Ny. E
Istri
P
33 th
SMP
Islam
Karyawati
-
-
-
-
-
2. Amat N.Anak L 10 th SD Islam Pelajar
3.NafatulAnak P 21 bulan - Islam
k. Tipe Keluarga
: Nuclear FamilyDi keluarga Tn. R terdiri dariorang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan tinggal dalam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
l. Genogram
:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Tinggal 1 rumah
m. Hubungan antar anggota keluarga
Hubungan antara keluarga harmonis, karena mereka terlihat sangat dekat dan akrab serta saling mengerti dan mengisi satu sama lain.
2. Sifat Keluarga
a. Dalam pengambilan keputusan yang paling berpengaruh adalah Tn. R
b. Kebiasaan hidup sehari-hari :
Dalam keluarga Tn. R mempunyai kebiasaan makan 3x dalam sehari,teratur dengan porsi makan satu piring penuh dengan nasi, tahu, tempe,sayur, daging/ayam dan kadang-kadang buah-buahan seperti pisang dan jeruk.Minum air putih, teh
c. Kebiasaan istirahat dan tidur keluarga
Dalam keluarga Tn. R mempunyai kebiasaan tidur cukup mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 05.00 wib pada malam hari dan kadang-kadang tidur siang.
3. Sarana hiburan keluarga
Keluarga Tn. R menggunakan televisi sebagai sarana hiburan dalam keluarga.
4. Pemanfaatan waktu senggang
Keluarga Tn. Rmenggunakan waktu senggang untuk mengobrol dengan keluarga dan menonton TV atau mendengarkan radio dan kadang-kadang keluarga Tn. R mengobrol bersama tetangga pada sore hari atau malam hari.
5. Eliminasi
a) Pola eliminasi
Seluruh anggota keluarga Tn. R menyatakan BAB 1x/hari dan BAK 5 x sehari di waktu pagi, sore, dan malam hari dan tidak ada keluhan.
b) Kebersihan perorangan/personal hygiene
Seluruh anggota keluarga Tn. R biasa mandi, ganti baju, dan gosok gigi 2x sehari keramas 3x seminggu.
6. Kebiasaan keluarga yang merugikan adalahtidak ada
B. Faktor Keluarga, Sosial dan Budaya
1. Penghasilan keluarga
Penghasilan keluarga yang utama yaitu dari Tn. R sebesar > Rp.1.000.000,- /bulan. Pemanfaatan penghasilan keluarga tiap bulan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan penghasilan tiap bulan relatif. Pengelolaan keuangan oleh Tn. R dan Ny. E
2. Kegiatan sosial kemasyarakatan
Keluarga Tn. R aktif dalam kegiatan sosial (arisan, tahlilan, pengajian), hubungan anggota keluarga dengan masyarakat harmonis.C. Faktor Rumah dan Lingkungan
1. Bentuk rumah
Keluarga Tn. R tinggal satu rumah dengan istri, dimana dinding terbuat dari tembok (permanen), lantai keramik, ada langit-langit, atap rumah terbuat dari genting, jenis ventilasi berupa pintu dan jendela, keadaan ventilasi cukup dan sudah memenuhi syarat kesehatan karena luasnya > 20 %. Penerangan menggunakan listrik. Cahaya matahari masuk kerumah cukup baik. Kebersihan ruangan di dalam rumah dalam keadaan kurang bersih, ada debu dan sisa makanan.
2. Perabotan rumah
Perabotan rumah ada kursi tamu, tempat tidur yang menggunakan kasur, terdapat 1 buah televisi sebagai hiburan keluarga. Untuk memasak Ny. E menggunakan kompor gas dan tempat penyimpanan perabotan dapur diletakkan di rak piring.
3. Sampah
Pembuangan sampah di tempat sampah, terletak di belakang rumah, jarak antara tempat sampah dan sumber air minum > 10 meter. Sampah di ambil oleh petugas DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan).
4. Sumber air
Keluarga Tn. Rmenggunakan sumur galiuntuk mandi dan PAM sebagai sumber air minum keluarga, memasak dan kebutuhan lainnya.
5. Penampungan air minum
Penampungan air minum ditempatkan di gentong atau ember besar dalam keadaan tertutup.
6. Jamban rumah
KeluargaTn. R mempunyai jamban sendiri dan dimanfaatkan, dengan kondisi tempat pembuangan tinja terpelihara dengan jarak < 10 meter dengan sumber air.
7. Kamar mandi
Keluarga Tn. R memiliki kamar mandi sendiri dalam keadaan bersih dan terpelihara, serta pengurasan bak mandi dan wc dilakukan setiap hari.
8. Pembuangan air limbah
Keluarga Tn. R sudah memiliki saluran pembuangan air limbah yang disalurkan ke selokan. Keadaan saluran pembuangna air limbah terbuka lancar.
9. Kandang ternak
Keluarga Tn. R memiliki kandang ternak .
10. Halaman
Keluarga Tn. R memiliki halaman rumah yang terletak dibagian depan rumah, keadaannya kurang bersih.
11. Denah rumah
U
D. Riwayat Kesehatan Material Psikososial-spiritual
1. Memenuhi kebutuhan jiwa
Keluarga Tn. R setiap harinya merasa nyaman tidak ada gangguan, masing-masing anggota keluarga merasa senang.
2. Pemenuhan status sosial
Di dalam keluargaTn. R tidak ada yang di benci dan membenci, tidak ada perasaan dikucilkan.
3. Riwayat kesehatan kemampuan ekonomi keluarga
Di dalam keluarga Tn. R berkecukupan, yang berpenghasilan Tn. R dan Ny. E.
4. Gangguan mental pada keluarga
Gangguan mental pada keluarga seperti merasa bersalah, gagal, kecewa dan tertekan tidak ada, walaupun kadang-kadang sering marah-marah dan bertengkar.
5. Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol.
Dalam keluarga Tn. R tidak ada anggotanya yang berperilaku menonjol. Semuanya wajar dan dapat menjalankan perannya masing-masing.
6. Riwayat spiritual anggota keluarga
Keluarga Tn. R mengatakan taat menjalankan sholat 5 waktu.
7. Kesadaran keluarga tentang HIV/AIDS
Keluarga Tn. R mengatakan mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS
8. Tentang petugas kesehatan
Keluarga Tn. R sangat respon terhadap petugas kesehatan sehingga apabila diberikan penyuluhan terutama tentang ibu hamil, keluarga Tn. R bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
9. Dana sehat
Keluarga Tn. R mengatakan memiliki JAMKESMAS/JAMKESDA
10. Keadaan kesehatan keluarga saat kunjungan
Dari hasil pemantauan kesehatan keluarga Tn. R saat ini dalam keadaan sehat.E. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Riwayat kesehatan anggota keluarga
Pada keluarga Tn. R tidak memiliki penyakit tertentu.
2. Kebiasaan memeriksakan diri
Keluarga Tn. R mengatakan apabila ada keluarganya yang sakit biasa memeriksakan ke tenaga kesehatan, seperti Puskesmas.
Kesehatan ibu dan anak
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Tabel 3.2
NoKehamilanUmur KehamilanJumlah PemeriksaanKeluhanCara Mengatasi
1.Pertama 9 bulan4 kali Mual muntahMakan sedikit tapi sering
2.Kedua 9 bulan 5 kaliMual MuntahMakan sedikit tapi sering
3.Hamil ini
b. Riwayat persalinan yang lalu
Tabel 3.3
NoPersalinanTempat PersalinanPenolong PersalinanKeluhanProses PersalinanKeterangan
1.Pertama Puskesmas Bidan Kenceng-kencengSpontan/
Normal -
2.Kedua Bidan Bidan Kenceng-kencengSpontan/
Normal-
c. Ibu Hamil
Dalam keluarga Tn. R ada ibu hamil yaitu Ny. E umur kehamilan 29 minggu 6 hari, HPHT 19 juni 2013, Hb ibu 9 gr % , sudah mendapatkan imunisasi TT lengkap.
d. Ibu Nifas
Dalam keluarga Tn. R tidak ada ibu nifas.
e. Ibu Menyusui
Tidak ada ibu menyusui di rumahTn. R
f. Keluarga berencana
Tidak ada anggota yang ber KB di rumahTn. R
g. Pemeriksaan Balita
Ada balita di rumahTn. R
h. Persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah
Tanggapan keluarga terhadap masalah yang di hadapi selalu dirundingkan dengan anggota keluarga secara baik-baik bersama anggota keluarga yang lain.
F. ANALISA DATA
Masalah kesehatan yang ada di keluargaTn. R disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan secara ekonomi untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Masalah-masalah yang ditemukan dalam keluargaTn. R antara lain ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi yaitu anemia.Dan dari segi lingkungan dapat disimpulkan kurangnya pengetahuan dan perhatian keluarga tentang kriteria rumah sehat. Serta kebiasaan Tn. R yang merokok. Dalam pelaksananaan pembinaan kesehatan terhadap keluarga Tn. R, tenaga kesehatan umumnya dan bidan pada khususnya harus bekerjasama dengan keluarga untuk membahas masalah yang timbul dan memikirkan alternatif pemecahan masalahnya. Dalam hal ini intervensi yang dapat diberikan bidan sebagai langkah awal adalah pemberian pendidikan kesehatan sehingga diharapkan keluarga dapat menyelesaikan masalah yang timbul secara tepat dan mandiri.G. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan yang muncul sebagian besar disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan rendahnya status ekonomi. Adapun permasalahan yang ada pada keluargaTn. R adalah sebagai berikut :a. Ibuhamil dengan resiko tinggi yaitu anemia
b. Kebiasaan merokok
c. Kesehatan Lingkungan
H. PRIORITAS MASALAH
Prioritas masalah merupakan langkah selanjutnya setelah masalah ditemukan dan ditentukan keluarga bersama dengan tenaga kesehatan yaitu bidan. Prioritas disusun karena tidak memungkinnya menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga Tn. R secara bersama-sama. Oleh karena itu priorotas disusun untuk menentukan tingkatan permasalahan agar penyelesaian lebih terfokus dan sesuai harapan serta sasaran.
Tabel 3.4
Prioritas masalah dalam keluargaTn. R adalah sebagai berikut :
MasalahAnggotaJumlah skorPrioritas
ABC
Ibu Hamil Anemia76821I
Kebiasaan merokok76619II
Kesehatan Lingkungan65718III
Berdasarkan prioritas masalah kesehatan pada keluarga Tn. R adalah sebagai berikut :
Prioritas I : Ibuhamil dengan resiko tinggi yaitu anemia
Prioritas II: Kebiasaan merokok
Prioritas III : Kesehatan Lingkungan
ASUHAN SESUSAI DENGAN SOAP
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI TRIMESTER III
PADA NY. E G3 P2 A0 UMUR 33 TAHUN DENGAN ANEMIA RINGAN
DI RT 03 RW 04 KELURAHAN SOKOREJO TAHUN 2014
Tanggal : 14 Januari 2013
Waktu
: 16.00 WIB
Tempat:Rumah ibu
SUBJEKTIF
IDENTITAS
Nama ibu: Ny. E
Nama suami: Tn. R
Umur
: 33 th
Umur
: 34th
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku bangsa: Jawa/indonesia
Suku bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan: SMP
Pendidikan: SMP
Pekerjaan: Karyawati
Pekerjaan: Wiraswasta
Penghasilan:Rp. 800.000,-
Penghasilan :Rp1.000.000,-
Alamat
: RT. 03 RW. 04 Kelurahan Sokorejo Pekalongan
SUBJEKTIF
Tanggal : 14 Januari 2014
Jam : 16.05 WIB
Ibu mengatakan kalau malam kadang tidak bisa tidur
Riwayat Obstetri
Hamil ini
HPHT
: 19 Juni 2013
HPL
: 26 Maret 2014
Umur Kehamilan
: 29 minggu 6 hari
Tidak ada riwayat penyakit DM, Asma, Jantung, Hipertensi, dan tidak ada riwayat alergi obat.
Kebutuhan Sehari-hari
Ny. E makan 3x sehari dengan porsi setengah piring, jenisnya nasi, tempe, sayur dan ikan, Ny. E kalau malam kadang tidak bisa istrahat dan aktivitas Ny. E tiap hari sebagai karyawan dan sebagai Ibu Rumah Tangga.
Data Sosial Budaya dan Pengetahuan
Ny. E mengatakan tidak ada pantang makan seperti makan udang, cumi-cumi dan Ny. E tidak mengetahui tentang keadaan yang di alaminya sekarang, Ny. E tidak tahu manfaat dari Tablet Fe, tanda-tanda bahaya kahamilan, cara mengolah bahan makanan yang benar, dan pemeriksaan HB (Hemoeglobin).
OBJEKTIF
Tanggal : 14 Januari 2014
Jam : 16.10 WIB
K/u Baik TD 100/70 Mmhg, N 82x/menit S 36,7 0C, R 20x/menit, konjungtiva pucat, puting susu menonjol, TFU 29 cm, puki, preskep, konvergen, TBJ 2635 gram, DJJ 130X/menit, HB 9 gram%.
ASSESMENT
Tanggal : 14 Januari 2014
Jam : 16.05 WIB
Ny. E umur 33 tahun G3 P2 A0 umur kehamilan 29 minggu 6 haridengan anemia ringan.
PLANNING
Jam : 16.10 WIB : Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keluhan yang di alami ibu saat ini di karenakan HB ibu rendah atau biasa disebut Anemia
Jam : 16.12 WIB: Memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia dalam kehamilan. Anemia merupakan kekurangan sel darah merah dalam tubuh Hb normal pada ibu hamil : 11gr%, anemia ringan : Rp.1000.000
III. FAKTOR LINGKUNGAN
A. PERUMAHAN
1. Status rumah:
(1) Milik sendiri
(2) Kontrak
(3) Sewa bulanan
(4) Numpang
2. Jenis bangunan
(1) Permanen
(2) Semi permanen
(3) Non permanen
3. Apakah dirumah terdapat jendela / lubang angina ?
(1) Ya
(2) Tidak
4. Jika ya berapa luas jendela / lubang angina seluruhnya ?
(1) < 20 % luas jendela lantai
(2) > 20 % luas jendela lantai
5. Apakah jendela dibuka setiap hari ?
(1) Ya
(2) Kadang-kadang
(3) Tidak pernah
6. Cahaya:
(1) Baik > 25 cm dari jarak baca
(2) Kurang < 25 cm dari jarak baca
7. Vector yang banyak disekitar rumah dan membahayakan kesehatan:
(1) Lalat
(2) Nyamuk
(3) Kecoa
(4) Anjing
(5) Unggas
(6) Kucing
(7) Tikus
8. Kebersihan didalam rumah
(1) Bersih
(2) Tidak bersih
9. Bila tidak bersih, disebabkan oleh:
(1) Banyak sisa makanan
(2) Debu
(3) Sampah
10. Kebersihan halaman rumah :
(1) Bersih
(2) Tidak bersih
B. SUMBER AIR
1. Dari mana asal sumber air ?
(1) Sumur gali
(2) Sumur bor
(3) Ledeng
(4) Sungai
2. Apakah sumber air minum diambil dari sumber air tersebut ?
(1) Ya
(2) Tidak
3. Tempat penyimpanan air:
(1) Tertutup
(2) Terbuka
4. Pengurasan tempat penempungan air ( sesuai dengan 3 M ):
(1) Setiap hari
(2) < 7 hari
(3) > 7 hari
(4) Tidak pernah dilakukan
5. Adakah jentik-jentik dalam penampungan air ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
6. Penggunaan air minum:
(1) Dimasak
(2) Tidak dimasak
7. Kualitas sumber air:
(1) Berbau
(2) Berasa
(3) Berwarna
(4) Sehat
8. Jarak sumber air dari tempat penampungan limbah:
(1) < 10 m
(2) > 10 m
C. PEMBUANGAN LIMBAH
1. Apakah rumah mempunyai saluran pembuangan air limbah ?
(1) Ya
(2) Tidak
2. Jika tidak, dimana tempat pembuangan limbah ?
(1) Got
(2) Sungai
(3) Selokan
(4) Bak penampungan
(5) Dibuang sembarangan
(6) Dan keterangan lain, keterangan :.
3. Jika ya,bagaimana kondisi saluran pembuangan air limbah ?
(1) Tertutup lancer
(2) Tertutup tergenang
(3) Terbuka lancer
(4) Terbuka tergenang
D. PEMBUANGAN SAMPAH
1. Cara pembuangan sampah keluarga :
(1) Dibakar
(2) Ditimbun
(3) Dibuang di sungai / selokan
(4) Dibuang disembarang tempat
(5) Dan lain-lain, keterangan :.
2. Keadaan tempat penampungan sampah :
(1) Terpelihara
(2) Tidak terpelihara
E. KEPEMILIKAN KANDANG TERNAK
1. Apakah keluarga memiliki kandang ternak ?
(1) Ya
(2) Tidak
2. Bila ya, dimana lokasi kandang ternak dengan rumah induk ?
(1) Di luar rumah
(2) Menempel dengan rumah
(3) Di dalam rumah
3. Bila ya bagaiman kondisinya ?
(1) Terpelihara
(2) Tidak terpelihara
4. Bila mempunyai hewan ternak, bagaimana pemanfaatan kotorannya ?
(1) Di tamping sembarang tempat
(2) Ditimbun
(3) Dibuang
F. PEMBUANGAN TINJA
1. Dimanakah keluarga membuang tinja ?
(1) WC
(2) Sungai
(3) Sembarang tempat
2. Bagaimana kondisi tempat pembuangan tinja ?
(1) Terpelihara
(2) Tidak terpelihara
3. Berapakah jarak tempat pembuangan tinja dengan sumber air ?
(1) >10 m
(2) < 10 m
IV. KOMUNIKASI, TRANSPORTASI, DAN INFORMASI
1. Melalui apakah keluarga menerima informasi tentang kesehatan ?
(1) TV
(2) Koran / majalah di puskesmas / posyandu
(3) Edaran dari desa
(4) Radio penyuluhan
(5) Papan pengumuman RW/ desa
2. Bagaiman cara keluarga pergi ke sarana kesehatan ?
(1) Jalan kaki
(2) Naik angkutan umum
(3) Naik kendaraan pribadi
V. Pelayanan kesehatan dan sosial
1. Apakah keluarga mendapat informasi tentang kesehatan ?
(1) Ya
(2) Tidak
2. Jika yadarimana ?
(1) Radio/ TV/ internet
(2) Buku/ majalah/ Koran
(3) Tenaga kesehatan
3. Bila ada anggota keluarga yang sakit, bagaimana cara mengatasinya ?
(1) Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
(2) Berobat kedukun
(3) Diobati sendiri
(4) Dibiarkan saja
4. Bila dibiarkan, alasannya ?
(1) Jauh dari pelayanan kesehatan
(2) Tidak tahu manfaatnya
(3) Merasa tidak perlu
(4) Tidak mampu biaya
(5) Takut
5. Adakah posyandu ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
6. Bila, ada, jenisnya ?
(1) Ibu hamil, bayi dan balita
(2) Lansia
7. Adakah anggota keluarga yang menjadi kader kesehatan ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
8. Jika ada, jenis kegiatan kader ?
(1) Kader posyandu bayi dan balita
(2) Kader posyandu lansia
(3) Kader KB
9. Apakah kader aktif mengikuti kegiatan ?
(1) Ya
(2) Tidak
10. Jika tidak, alasannya ?
(1) Tidak ada waktu
(2) Posyandu tidak aktif
(3) Malas
11. Apakah kader sudah mendaapt pelatihan ?
(1) Sudah
(2) Belum
12. Jka sudah, apakah jenis pelatihannya ?
(1) Deteksi dini bumil berisiko
(2) Sistem 5 meja dalam posyandu
(3) Imunisasi
(4) Deteksi dini tumbang bayi balita
(5) Senam hamil
(6) Senam lansia
(7) Pengisian KMS
13. Adakah anggota keluarga yang menjadi dukun beranak ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
14. Jika ada, apakah sudah mendapat pelatihan ?
(1) Sudah
(2) Belum
15. Jika sudah, apakah jenis pelatihannya
(1) Pertolongan persalinan 3 B
(2) Deteksi bumil berisiko
(3) Perawatan bayi
16. Apakah memiliki dukun kit ?
(1) Ya
(2) Tidak
17. Jika ya, bagaimana kondisinya ?
(1) Lengkap
(2) Tidak lengkap
18. Apakah setiap menolong persalinan didampingi oleh bidan ?
(1) Ya
(2) Kadang-kadang
(3) Tidak
19. Jika tidak, alasannya ?
(1) Bidan tidak mengetahui
(2) Bidan tidak ada
(3) Bidan tidak bersedia
(4) Bidan sibuk
20. Jika mendapat kesulitan menolong persalinan, apakah yang dilakukan ?
(1) Ditangani sendiri
(2) Minta bantuan dukun lain
(3) Minta bantuan bidan
(4) Dirujuk ke RS
VI. KESEHATAN IBU DAN KELUARGA BERENCANA
A. KESEHATAN IBU HAMIL
1. Apakah ada ibu hamil dalam keluarga
(1) Ada
(2) Tidak
Bila ada, lakukan pemeriksaan fisik dan laborat. Catat hasilnya
2. Jika ya, berapa umur kehamilannya ?
(1) TM I ( 0-12 minggu )
(2) TM II ( >12- 28 minggu )
(3) TM III ( >28-40 minggu )
3. Apakah bumil memiliki KMS ?
(1) ya
4. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak pernah periksa
(2) Merasa tidak perlu
(3) Hilang
5. Apakah ibu hamil melakukan ANC ?
(1) Ya
(2) Tidak
6. Jika ya, dimana ?
(1) Nakes
(2) Dukun
7. Berapa kali melakukan ANC ?
(1) TM I sebanyak..kali
(2) TM II sebanyakkali
(3) TM III sebanyakkali
8. Jika tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Menganggap tidak penting
(3) Tidak punya waktu
(4) Tidak mampu biaya
9. Bagaiman status imunisasi TT bumil ?
(1) Lengkap
(2) Belum lengkap
(3) Tidak mendapat imunisasi TT
10. Bila belum lengkap/ tidak mendapat imunisasi TT, alasannya ?
(1) Jarak TT sebelumnya belum cukup
(2) Tidak tahu manfaatnya
(3) Takut efek samping
11. Apakah ibu mengkonsumsi tablet Fe ?
(1) Ya
(2) Tidak
12. Bila ya, apakah diminum secara teratur ?
(1) Ya
(2) Tidak
13. Apakah ibu tahu cara minum tablet Fe ?
(1) Ya
(2) Tidak
14. Bila tidak mengkonsumsi tablet Fe, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Tidak diberi
(3) Takut efek samping
15. Apakah ibu hamil mengkonsumsi gizi seimbang ?
(1) Ya
(2) Tidak
16. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu
(2) Tidak ada biaya
(3) Budaya
17. Apakah ibu tahu cara mengolah makanan dengan benar ?
(1) Tahu
(2) Tidak tahu
18. Apakah ibu hamil melakukan senam hamil ?
(1) Ya
(2) Tidak
19. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Takut akibat senam hamil
(3) Tidak sempat
(4) Tidak ada wadah
20. Apakah bumil melakukan perawatan payudara ?
(1) Ya
(2) Tidak
21. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Tidak tahu caranya
(3) Tidak sempat
22. Apakah ibu tahu tanda bahaya kehamilan ?
(1) Tahu
(2) Tidak tahu
23. Apakah bumil mempunyai resiko tinggi ?
(1) Ya
(2) Tidak
24. Bila ya, jenisnya ?
(1) Anemia
(2) Penyakit kronis
(3) Jarak kehamilan > 3 tahun
(4) Usia < 20 tahun dan > 35 tahun
(5) Riwayat obstetric buruk
(6) Tinggi badan < 150 cm
B. KESEHATAN BUFAS (0-40 hari)
1. Adakah bufas dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Bila ada pertolongan ditolong oleh siapa ?
(1) Dukun
(2) Bidan
(3) Tenaga kesehatan yang lain
3. Pengeluaran pervaginam berupa..
(1) Merah / rubra (1-2 hari)
(2) Coklat / sanguinolenta (3-7 hari)
(3) Kekuningan / serosa (>7-14 hari)
(4) Putih / alba (> 14 hari)
4. Bau pengeluaran pervaginam.
(1) Amis
(2) Busuk
5. Bagaiman kontraksi uterus ?
(1) Keras
(2) Lembek
6. Apakah TFU sesuai dengan masa nifas ?
(1) Ya
(2) Tidak
7. Apakah ASI sudah keluar ?
(1) Ya
(2) Tidak
8. Jika belum,apa yang anda lakukan ?
(1) Dibiarkan
(2) Dipompa
(3) Diurut
(4) Ke tenaga kesehatan
9. Apa ibu sudah menyusui ?
(1) Ya
(2) Tidak
10. Bila ya, apakah dengan teknik yang benar ?
(1) Ya
(2) Tidak
11. Apakah ada keluhan saat menyusui ?
(1) Ya
(2) Tidak
12. Bila ya, apakah jenis keluhannya ?
(1) ASI tidak lancar
(2) Payudara bengkak
(3) Payudara nyeri
(4) Putting tidak menonjol
(5) Bayi bingung putting
(6) Bayi tidak mau menetek / menyusu
13. Apakah ibu meklakukan perawatan payudara setelah melahirkan ?
(1) Ya
(2) Tidak
14. BIla tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Merasa tidak perlu
(3) Tidak sempat
15. Apakah ibu tahu ASI eksklusif ?
(1) Ya
(2) Tidak
16. Bila ya, apakah ibu memberikan ASI eksklusif ?
(1) Ya
(2) Tidak
17. Bila tidak, alasannya ?
(1) Dilarang suami
(2) Budaya
(3) ASI tidak lancar
(4) Kelainan papilla mammae
(5) Sibuk kerja
18. Apakah ibu mengkonsumsi gizi seimbang ?
(1) Ya
(2) Tidak
19. Jika tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu
(2) Tidak ada biaya
(3) Budaya
20. Apakah ibu mengkonsumsi vitamin A ?
(1) Ya
(2) Tidak
21. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Merasa tidak perlu
(3) Tidak diberi nakes
22. Apakah ibu mengkonsumsi tablet Fe ?
(1) Ya
(2) Tidak
23. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaatnya
(2) Merasa tidak perlu
(3) Tidak diberi nakes
24. Apakah bufas berisiko tinggi ?
(1) Ya
(2) Tidak
25. Bila ya, jenisnya ?
(1) Febris puerperalis
(2) Mastitis
(3) Engorgement
(4) Tromboplabitis
(5) Pre-eklamsia
(6) Eklamsia
(7) Perdarahan
(8) Infeksi
C. IBU MENETEKI (> 40 hari 2 tahun)
1. Adakah buteki dalam keluarga (dalam masa meneteki) ?
(1) Ada
(2) Tidak
2. Jika ada, apakh ibu meneteki ?
(1) Ya
(2) Tidak
3. Jika ya, berapa usia anak yang disusui ?
(1) > 6 minggu 6 bulan
(2) > 6 bulan- 2 tahun
4. Berap[a kali menyusui dalam sehari ?
(1) Terjadwal
(2) Tidak terjadwal
5. Apakah ibu tahu cara menyusui yang benar ?
(1) Ya
(2) Tidak
6. Jika tidak meneteki, alasannya ?
(1) Dilarang suami
(2) Budaya
(3) Sibuk kerja
(4) ASI tidak lancer
(5) Kelainan putting susu
(6) Menderita sakit
7. Apakah ibu mengkonsumsi gizi seimbang ?
(1) Ya
(2) Tidak
8. Jika tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu
(2) Tidak mampu biaya
(3) Budaya
D. KELUARGA BERENCANA
1. Adakah pasangan usia subur (PUS) dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak
2. Jika ada, apakah PUS menjadi akseptor KB ?
(1) Ya
(2) Tidak
3. Bila ya, jjenis alat kontrasepsi ?
(1) Konndom
(2) Suntik
(3) Norplant
(4) Pil
(5) IUD
(6) Kontap
4. Dimana memperoleh layanan KB ?
(1) Posyandu
(2) Puskesmas
(3) Bidan
(4) RS
(5) Dokter kandungan
(6) Apotik
5. Bila tidak menjadi akseptor KB, alasannya ?
(1) Hamil
(2) Dlarang suami
(3) Ingin punya anak lagi
(4) Takut efek samping
(5) Alas an penyakit
6. Adakah PUS pernah drop out ?
(1) Ya
(2) Tidak
7. Bila ya, alasannya ?
(1) Tidak cocok
(2) Dilarang agama
(3) Dilarang suami
(4) Ingin punya anak lagi
(5) Takut akibat
(6) Adanya penyakit
8. Apakah ada keluhan saat menggunakan kontrasepsi ?
(1) Ya
(2) Tidak
9. Bila ya jenis keluhannya ?
(1) Pusing
(2) Haid terganggu
(3) Mual
(4) Obesitas
(5) Keputihan 10. Bila ya, apa tindakan yang dilakukan ?
(1) Berhenti menggunakan
(2) Ganti alkon
(3) Tetap menggunakan alkon yang sama
11. Bagaimana peran suami dalam penggunaan alkon ?
(1) Mendukung
(2) Tidak mendukung
VII. NEONATUS, BAYI DAN BALITA
A. NEONATUS (usia 0-1 tahun)
1. Adakah neonatus dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak
2. Usia sekarang.
3. Berat badan lahir.
Berat badan sekarang.
4. Apakah bayi telah mendapat imunisasi ?
(1) Ya
(2) Tidak
5. Apakah bayi telah mendapatkan imunisasi ?
(1) Sudah
(2) Belum
6. Jika sudah, jenis imunisasi yang telah didapat ?
(1) HB
(2) BCG
(3) Polio 1
7. Apakah dilakukan perawatan tali pusat ?
(1) Ya
(2) Tidak
8. Bila ya, bagaimana caranya ?
(1) Sesuai anjuran nakes
(2) Tidak sesuai anjuran nakes
9. Bila tidak sesuai anjuran nakes, alasanya ?
(1) Takut
(2) Tidak tahu caranya
10. Adakah risiko tinggi neonetus ?
(1) Ya
(2) Tidak
11. Bila ya, jenisnya ?
(1) BGM
(2) Neonates dengan penyakit
(3) Tetanus neonatorum
(4) BBLR
B. BAYI ( 1-12 bulan)
1. Adakah bayi dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Berapa frekuensi kunjungan ke posyandu ?
(1) Tiap bulan
(2) Kadang-kadang
(3) Tidak pernah
3. Bila tidak, alasannya ?
(1) Bekunjung ke yankes
(2) Berkunjung ke dukun
(3) Tidak sempat
(4) Tidak tahu manfaat
(5) Merasa tidak perlu
(6) Tidak mampu biaya
4. Apakah bayi mempunyai KMS ?
(1) Ya
(2) Tidak
5. Jika ya, apakah ibu dapat membaca KMS ?
(1) Ya
(2) Tidak
6. Jika tidak, alasannya ?
(1) Hilang
(2) Tidak diberi nakes
(3) Merasa tidak perlu
(4) Merasa tahu manfaat
7. Bagaimana status gizi bayi menurut KMS ?
(1) Baik
(2) Cukup
(3) Kurang
8. Apakah bayi mendapat vitamin A ?
(1) Ya
(2) Tidak
9. Jika ya diberikan pada usia berapa ?
(1) < 6 bulan
(2) > 6 bulan
10. Jika tidak, alasannya ?
(1) Tidak diberi
(2) Tidak tahu manfaat
(3) Belum cukup umur
(4) Takut efek samping
11. Bagaimana status imunisasi bayi sesuai umur ?
(1) Belum / tidak lengkap
(2) Lengkap
12. Bila belum / tidak lengkap, apa jenis imunisasinya ?
(1) BCG
(2) Polio I
(3) HB I
(4) Polio II
(5) HB II
(6) DPT II
(7) Polio III
(8) DPT III
(9) Polio IV
(10) HB III
(11) Campak
13. Apakah bayi sedang menderita penyakit ini ?
(1) Ya
(2) Tidak
14. Jika ya, jenis keluhannya apa ?
(1) Panas
(2) Diere
(3) Batuk pilek
(4) Sesak nafas
(5) Gatal-gatal
15. Apakah bayi termasuk resiko tinggi ?
(1) Ya
(2) Tidak
16. Jika ya, jenisnya ?
(1) BGM
(2) Bayi dengan penyakit
(3) Cacat bawaan
C. BALITA (1- 5 tahun )
1. Adakah balita dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Jika ada, berapa jumlahnya ?
Cacat : umur.
Berat badan.
3. Apakah melakukan kunjungan keposyandu ?
(1) Ya
(2) Tidak
4. Jika ya, bagaimana frekuensinya ?
(1) Tiap bulan
(2) Kadang-kadang
(3) Tidak pernah
5. Jika tidak pernah, alasannya ?
(1) Ke nakes lain
(2) Berkunjung ke dukun
(3) Tidak mempunyai biaya
(4) Tidak sempat
(5) Merasa tidak perlu
6. Apakah balita mempunyai KMS ?
(1) Ya
(2) Tidak
7. Jika ya, apakah ibu bisa membaca KMS ?
(1) Ya
(2) Tidak
8. Jika tidak, alasannya ?
(1) Hilang
(2) Tidak diberi nakes
(3) Merasa tidak perlu9. Untuk balita usia < 2 tahun, apakah mendapat PMT ?
(1) Ya
(2) Tidak
10. Jika ya, bagaimana pengadaanya ?
(1) Membeli
(2) Membuat sendiri
(3) Diberi saat diposyandu
11. Jika tidak, alasannya ?
(1) Anak tidak mau
(2) Tidak mampu
(3) Tidak tahu
(4) Budaya / kebiasaan
(5) Malas memberikan
12. Apakah balita mendapat vitamin A ?
(1) Ya
(2) Tidak
13. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaat
(2) Tidak sempat
(3) Tidak mampu
(4) Merasa tidak perlu
(5) Tidak ada pelayanan dari nakes
14. Apakah ada balita sakit saat ini ?
(1) Ya
(2) Tidak
15. Bila ya, jenis keluhannya ?
(1) Panas
(2) Diare
(3) Batuk pilek
(4) Sesak nafas
(5) Gatal-gatal
16. Apakah balita termasuk resiko tinggi ?
(1) Ya
(2) Tidak
17. Bila ya, jenisnya?
(1) BGM
(2) Bayi dengan penyakit
(3) Cacat bawaan
D. ANAK USIA SEKOLAH
1. Adakah anak usia sekolah dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Bila ada, berapa jumlahnya,..,umur.
3. Bagaimana status gizi dilihat dari kesesuaian berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan usia ?
(1) Baik
(2) Cukup
(3) Kurang
4. Bagaimana pola makanannya ?
(1) Teratur
(2) Tidak teratur
5. Apakah sudah mendapat imunisasi booster ?
(1) Ya
(2) Tidak 6. Bila ya, berapa sekali ?
(1) 1 kali
(2) 2 kali
7. Adakah anak yang sakit saat ini ?
(1) Ya
(2) Tidak
8. Bila ya, jenis keluhannya ?
(1) Panas
(2) Diare
(3) Batuk pilek
(4) Sesak nafas
(5) Gatal-gatal
E. REMAJA (usia > 12-18 tahun)
1. Adakah remaja dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Bila ya, berapa jumlahnya ?
Jenis kelaminnya..
Umur..
3. Bila perempuan, sudahkah menstruasi?
(1) Ya
(2) Tidak
4. Adakah keluhan saat menstruasi ?
(1) Ya
(2) Tidak
5. Apakah aktif dalam organisasi ?
(1) Ya
(2) Tidak
6. Bila tidak, alasannya ?
(1) Malu
(2) Tidak ada waktu
(3) Merasa tidak perlu
(4) Tidak ada wadahnya7. Apakah remaja mengetahui usia reproduksi ?
(1) Ya
(2) Tidak
8. Apakah remaja mengetahui tentang fungsi reproduksi ?
(1) Ya
(2) Tidak
9. Apakah remaja mengetahui tenttang penyakit menular seksual ?
(1) Ya
(2) Tidak
10. Apakah remaja mengetahui tentang akibat penggunaan NAPZA ?
(1) Ya
(2) Tidak
11. Adakah remaja yang sakit saat ini ?
(1) Ya
(2) Tidak
12. Jika ya, jenis keluhannya ?
(1) Panas
(2) Diare
(3) Batuk pilek
(4) Sesak nafas
(5) Gatal-gatal
F. SENIUM ATAU KLIMAKTERIUM (usia 45-55 tahun)
1. Adakah ibu yang sudah senium / klimakterium dalam keluarga ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Jika ada, berapa usiannya ?
(1) < 45 tahun
(2) > 45 tahun
3. Apakah ibu mengalami keluhan ?
(1) Ya
(2) Tidak 4. Jika ya, jenis keluhannya ?
(1) Nyeri sendi / tulang
(2) Hot fluses ( panas didada )
(3) Emosi syabil / irritable
(4) Kekuatan otot
(5) Kering daerah vagina (dispareuni)
(6) Pandangan kabur
5. Bagaimana memenuhi kebutuhan hubungan seksual ?
(1) Masih melakukan
(2) Sama sekali tidak melakukan
6. Jika masih melaksanakan, apakah ada nyeri saat senggama ?
(1) Ya
(2) Tidak
G. LANSIA (> 55 tahun )
1. Adakah lansia dalam keluarga ini ?
(1) Ada
(2) Tidak ada
2. Jika ada, usia berapa ?
(1) > 55 tahun
(2) > 70 tahun
3. Apakah lansia saat ini menderita sakit ?
(1) Ya
(2) Tidak
4. Bila ya, jenis keluhannya ?
(1) Sesak nafas
(2) Panas
(3) Nyari tulang / sendi
(4) Pusing
(5) Batuk pilek
(6) Gatal
(7) Diaere
(8) Konstipasi
(9) Lain-lain,sebutkan
BILA ADA POSYANDU LANSIA
5. Apakah lansia mengunjungi posyandu ?
(1) Ya
(2) Tidak
6. Jika ya, bagaimana frekuensi kunjungannya ?
(1) Rutin
(2) Tidak rutin
7. Jika tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu manfaat
(2) Merasa tidak perlu
(3) Tidak ada yang mengantar
8. Apakah lansia memiliki KMS ?
(1) Ya
(2) Tidak
9. Bila tidak, alasannya ?
(1) Tidak tahu
(2) Merasa tidak perlu
(3) Tidak ada saran / tidak diberi Nakes
10. Apakah lansia rutin memeriksakan kesehatannya ?
(1) Ya
(2) Tidak
11. Jika ya, dimana ?
(1) Sarana pelayanan kesehatan
(2) Dukun / alternatife
12. Bagaimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari ?
(1) Mandiri
(2) Dengan bantuan minimal
(3) Dengan bantuan penuh
13. Prilaku hidup yang tidak sehat pada lansia ?
1. Merokok
2. Miras
3. Mengkonsumsi makanan tertentu saja
4. Tidak menjaga personal hygiene
14. Apakah ada risiko tinggi pada lansia ?
(1) Ya
(2) Tidak
15. Bila ya, jenisnya ?
(1) Lansia dengan penyakit
(2) Lansia dengan umur > 70 tahun dan hidup sendiri
Lampiran 2
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
ANEMIA RINGAN
Pokok Bahasan
: Kehamilan dengan anemia ringan
Sub Pokok Bahasan
: Tablet fe
Sasaran
: Ny. E
Hari/Tanggal
: Minggu, 19 januari 2012
Waktu
: 16.30 WIB
Tempat : Di rumah ibu, Kelurahan Sokorejo , RT 03 RW 04I. Tujuan Instruksi Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang tablet fe selama 30 menit diharapkan Ny. Edapat mengerti dan memahami tentang tablet fe.II. Tujuan Instruksi Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang tablet fe selama 30 menit diharapkan Ny. E :a. Menjelaskan kembali pengertian tablet feb. Menjelaskan kembalimakanan yang mengandung zat besic. Menjelaskan kembali cara minum tablet fed. Menjelaskan kembali pentingnya tablet fe selama hamile. Menjelaskan kembali efek samping tablet fef. Menjelaskan kembali cara menyimpan tablet feg. Menjelaskan kembali kebutuhan dosis tablet fe selama hamilIII. Materi
1. Pengertian tablet fe2. Makanan yang mengandung zat besi3. Cara minum tablet fe4. Pentingnya tablet fe selama kehamilan5. Efek samping tablet fe6. Cara menyimpan tablet fe7. Kebutuhan dosis tablet fe selama kehamilan.IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media
1. Leaflet
VI. Kegiatan Penyuluhan
TahapKegiatan PenyuluhanRespon AudienceMetodeMedia
Pembukaan (5 menit)
a. Salam
b. Perkenalan
c. Appersepsi
d. Menyampaikan tujuan pendidikan kesehatan Mendengar dan menjawabCeramah
Kegiatan Inti (10 menit)
a. Menjelaska pengertian tablet feb. Menjelaskan makanan yang mengandung zat besic. Menjelaskan cara minum tablet fed. Menjelaskan pentingnya tablet fe selama hamile. Menjelaskan efek samping tablet fef. Menjelaskan cara menyimpan tablet feg. Menjelaskan kebutuhan dosis tablet fe selama hamilh. Memberi kesempatan ibu untuk bertanyai. Menyimpulkan jawaban bersamaMemperhatikan, bertanya, dan menjawab
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
Ceramah
leaflet
leaflet
leaflet
leaflet
Penutup (15 menit)
a. Evaluasi dengan cara memberi pertanyaan kepada audiens.
1. Apa pengertian tablet fe2. Jelaskan makanan yang mengandung zat besi3. Jelaskan cara minum tablet fe
4. Jelaskan pentingnya tablet fe selama hamil5. Sebutkan efek samping tablet fe6. Menjelaskan cara penyimpanan tablet fe7. Menjelaskan kebutuhan dosis tablet fe selama hamilb. Ibu menyimpulkan materi yang disampaikan oleh penyuluh.c. Merencanakan tindak lanjut.
d. SalamMemperhatikan
Menjawab
Menjawab
Menjawab
Menjawab
Menjawab
Memperhatikan
MenjawabTanya jawab
Tanya jawab
Tanya jawab
Tanya jawab
Tanya jawab
Tanya jawab
Ceramah
VII. Evaluasi
Memberikan beberapa pertanyaan kepada ibu tentang anemia sedang meliputi:
1. Apa pengertian tablet fe itu?2. Jelaskan makanan yang mengandung zat besi?3. Jelaskan cara minum tablet fe?4. Jelaskan pentingnya tablet fe selama hamil?5. Jelaskan efek samping dari tablet fe?6. Jelaskan cara menyimpan tablet fe dengan benar?7. Jelaskan kebutuhan tablet fe selama hamil?Dan ibu mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar.MATERITABLET BESI SELAMA KEHAMILAN
A. Pengertian tablet besi
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sisten pertahanan tubuh.
Saat hamil, kebutuhan zat besi meningkat mencapai dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena selama hamilvolume darah meningkat hingga 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan zat besi.
Dalam keadaan tidak hamil, kebutuhan zat besi biasanya dipengaruhi dari menu makan yang sehat dan seimbang. Tetapi dalam kehamilan,suplai zat besi dari makanan masih belum mencukupi sehingga diperlukan suplemen berupa tablet besi.
B. Manfaat tablet besi bagi ibu hamil
Tablet besi selama kehamilansangat penting karena dapat membantu proses pembentukan sel darah merah sehingga dapat mencegah terjadinya anemia/ penyakit kekurangan darah.
Kekurangan zat besi (anemian defisiensi zat besi)selama hamil dapat berdampak tidak baik bagi ibu maupun janin. Perdarahan yang banyak sewaktu melahirkan berefek lebih buruk pada ibu hamil yang anemia. Kekurangan zat besi juga mempengaruhi pertumbuhan janin sehingga saat lahir, berat badannya di bawah normal ( BBLR). Akibat lain dari anemia defisiensi besi selam hamil adalah bayi lahir premature.C. Kebutuhan / dosis zat besi selama kehamilan
Tablet besi atau tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Penanggulan anemia pada balita diberikan preparat besi dalam bentuk sirup.
D. Efek samping tablet besi
Pemberian preparat tablet besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare dan sulit buang air besar atau sembelit. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan untuk minum tablet besi atau sirup besi setelah makan pada malam hari. Setelah minum tablet besi atau sirup zat besi biasanya kotoran (feses) berwarna kehitaman. Hal ini merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan.
E. Waktu dan cara minum tablet besi yang benar
Penyerapan besi dapat maksimal apabila saat minum tablet atau sirup zat besi dengan memakai air minum yang sudah dimasak. Selain itu tablet besi sebaiknya diminum pada malam hari setelah makan sebelum tidur untuk mengurangi efek mual.
Tablet besi baik dikonsumsi jika bersamaan dengan vitamin C untuk membantu penyerapan dari zat besi ini. Tablet besi sebaiknya tidak dikonsumsi dengan teh atau kopi karena dapat menghambat penyerapannya.
F. Bahan-bahan makanan yang mengandung zat besi
Sumber makanan yang banyak mengandung zat besi terdapat dalam bahan makanan hewani, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau tua misalnya daging, unggas, ikan, kerang, telur, sereal, bayam dan lain-lain. Vitamin C dianggap dapat membantu penyerapan zat besi di usus terutama zat besi yang berasal dari tumbuhan. Sebaliknya teh, kopi dan kalsium dianggap dapat mengurangi penyerapan zat besi jika dikonsumsi dalam dua jam setelah makan makanan kaya zat besi.
Kekurangan pemenuhan Fe oleh tubuh memang sering dialami sebab rendahnya tingkat penyerapan Fe di dalam tubuh terutama dari sumber Fe nabati yang hanya diserap 1-2 %. Penyerapan Fe asal bahan makanan hewani dapat mencapai 10-20%. Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe nabati (non heme). Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, zinc, asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A karena makanan sumber zat besi umumnya adalah vitamin A.Lampiran 3
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
ANEMIA RINGAN
Pokok Bahasan
: Kehamilan dengan anemia ringan
Sub Pokok Bahasan
: Nutrisi bagi ibu hamil
Sasaran
: Ny. E
Hari/Tanggal
: Minguu, 19 januari 2014
Waktu
: ? WIB
Tempat : Di rumah ibu, Kelurahan Sokorejo, RW 03 RT 04VIII. Tujuan Instruksi Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Nutrisi bagi ibu hamil selama 30 menit diharapkan Ny. Edapat mengerti dan memahami tentang Nutrisi bagi ibu hamil.IX. Tujuan Instruksi Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Nutrisi bagi ibu hamil selama 30 menit diharapkan Ny. E :1. Menyebutkan kembali pengertian nutrisi dalam kehamilan dengan baik.
2. Menyebutkan kembali penyebab kurang nutrisi pada ibu hamil
3. Menyebutkan kembali 3 dari 7 tanda dan gejala kurangnya nutrisi pada ibu hamil
4. Menyebutkan kembali akibat dari kekurangan nutrisi pada ibu hamil.
5. Menyebutkan kembali cara untuk mengatasi masalah nutrisi pada ibu hamil.
6. Menyebutk