skripsi. amin jaenuri. (06470058) ki. 2011

Upload: anjarpearl

Post on 10-Jul-2015

5.877 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PENGELOLAAN KELAS DALAM FILM THE RON CLARK STORY DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh: AMIN JAENURI NIM: 06470058

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011

MOTTO

Anak-anak adalah pengembara di negeri penuh misteri dan kita penunjuk jalannya ( Robert Fisher)1

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal. 1711

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Penulis Persembahkan Untuk:

Almamater Tercinta Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

vii

ABSTRAK Amin Jaenuri, Pengelolaam Kelas dalam Film The Ron Clark Story dan Implikasinya Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. 2011. Penelitian ini berangkat dari sering ditemuinya di lingkungan kelas bahwa perilaku bermasalah pada siswa akan muncul. Masalah-masalah yang kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, murid mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, bercanda sendiri, atau memakan permen di kelas. Di dalam film The Ron Clark Story guru yang mengajar dikelas sekolah Harlem juga dihadapkan seperti pada permasalahan pokok di atas, yaitu pengelolaan kelas. Terhadap masalah tersebut guru harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dan berusaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif. Untuk mengatasi hal tersebut guru harus menerapkan

teknik yang efektif dalam mengelola kelasnya serta strategi yang tepat dalam menanamkan kedisiplinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menganalisis tentang pengelolaan kelas dan kedisiplinan siswa yang efektif yang terdapat dalam film The Ron Clark Story. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yang menggunakan pendekatan seni sastra dengan teori semiotika. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi yang didasarkan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Analisis data menggunakan metode deskriptik dengan teknik analisa isi atau teks. Hasil penelitian menunjukkan: 1. Masalah perilaku siswa dalam pengelolaan kelas di dalam film The Ron Clark Story mencakup masalah individu dan masalah kelompok. 2. Teknik pengelolaan kelas ada dua yaitu teknik preventif dan kuratif. 3. Strategi penanaman kedisiplinan siswa munggunakan disiplin cooperatit control yang dibuat kesepakatan kontrak perjanjian berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama. 4. Hasil penanaman kedisiplinan siswa yaitu anak-anak mengalami perubahan sikap tingkah laku, antara lain: anak-anak sudah bisa mengikuti proses pembelajaran dengan kesadaran penuh, anak-anak mendapat nilai baik pada ujian nasional, Tayshawn berhenti mencuri, anak-anak mau mengerjakan pekerjaan rumah. anak-anak sudah bisa menghormati Mr Clark dengan baik. Kata Kunci: Pengelolaan Kelas, Film The Ron Clark Story, Kedisiplinan Siswa.

viii

KATA PENGANTAR

.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah mengajari manusia dengan perantara baca tulis tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya, tak luput shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW di mana kedatangannya sebagai pembawa kebenaran, dan Al-Quran sebagai penuntun manusia menuju jalan keselamatan. Proses penggarapan skripsi ini adalah proses pembelajaran yang berharga bagi penulis sekaligus pengayaan terhadap apa-apa yang telah didapat dari masa perkuliahan yang panjang sebagai mahasiswa. Dengan ini maka telah sampailah penulis menuju gerbang pembelajaran berikutnya yang tentu lebih terjal dan menantang dalam kehidupan. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil selama proses ini, tentu semuanya sangat patut disyukuri. Banyak pihak pula yang patut disebutkan penulis untuk menerima ucapan terima kasih yang bertubi-tubi atas bantuan dan dukungannya selama proses penyelesaian penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Bapak Dr. H. Hamruni, M.Si selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

ix

2. Dra. Nur Rohmah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus Pembimbing skripsi, terima kasih banyak atas pembekalan-

pembekalannya selama ini. 3. Dra. Wiji Hidayati, M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Drs. Edy Yusuf Nur S.S, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan-arahan di awal penyusunan skripsi. 5. Bapak-Ibu dosen KI yang telah memberikan pengajaran dan arahanarahan selama proses pembelajaran dalam perkuliahan. Juga BapakIbu TU dan Perpustakaan yang membantu segala urusan administratif skripsi ini. 6. Ayah dan Ibuku tercinta serta adikku Yuliana tersayang yang tak hentihentinya memberikan doa dan dukungannya, terima kasih atas semua perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Jazakumullah Khoiron Katsiro. Penulis menghaturkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang diberikan, semoga menjadi amal ibadah yang bermanfaat bagi kita semua. Amin. Yogyakarta, 29 Mei 2011 Penyusun

Amin Jaenuri

x

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... ii HALAMAN NOTA DINAS................................................................................. iii HALAMAN NOTA KONSULTAN .................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................................ viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 6 D. Telaah Pustaka .................................................................................... 7 E. Landasan Teori ................................................................................... 9 F. Metode Penelitian ............................................................................... 19 G. Sistematika Pembahasan..................................................................... 23 BAB II: GAMBARAN UMUM FILM THE RON CLARK STORY A. Deskripsi Umum Film ..................................................................... 24 1. Pengertian Film.......................................................................... 24 2. Sejarah Film ............................................................................... 27 3. Jenis Film ................................................................................... 29 4. Pemanfaatan Film Sebagai Media Pendidikan .......................... 37 B. Deskripsi Film The Ron Clark Story 1. Gambaran Cerita ........................................................................ 42 2. Harapan dan Tujuan Pembuatan Film ....................................... 49 3. Pesan Utama Film ...................................................................... 52

xi

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Masalah Perilaku Siswa Di Kelas Dalam Film The Ron Clark Story ............................................................................................... 62 1. Masalah Individual .................................................................... 62 2. Masalah Kelompok .................................................................... 65 B. Teknik Pengelolaan Kelas Yang efektif Dalam Film The Ron Clark Story .................................................................................... 71 1. Teknik Preventif ........................................................................ 71 2. Teknik Kuratif ........................................................................... 79 C. Strategi Penanaman Kedisiplinan Siswa Yang Efektif Dalam Film The Ron Clark Story .............................................................. 91 D. Implikasi Pengelolaan Kelas Dalam Film The Ron Clark Story Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa ............................ 97 BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 109 B. Saran-saran ...................................................................................... 112 C. Penutup ............................................................................................ 113 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 115 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 119

xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Ron Clark bersama beberapa muridnya .............................................. 49 Gambar 2. Ekspresi Ron Clark selesai pelajaran pertamanya............................... 61 Gambar 3. Ron Clark bermain lompat tali dengan muridnya ............................... 72 Gambar 4. Ron Clark membagikan kertas hasil ujian........................................... 73 Gambar 5. Ron Clark berempati kepada Badriyah ............................................... 75 Gambar 6. Anak-anak mulai berbaris untuk makan siang .................................... 76 Gambar 7. Shameika bertanya kepada Ron Clark ................................................ 78 Gambar 8. Kebiasaan Julio selalu duduk menghadap ke belakang ...................... 81 Gambar 9. Ron Clark menegaskan peraturan kepada siswanya ........................... 83 Gambar 10. Ron Clark membicarakan pelanggaran peraturan ............................. 85 Gambar 11. Ron Clark menyuruh para siswa menyalakan lilin............................ 88 Gambar 12. Ron Clark melerai Tayshawn berkelahi dengan Julio ....................... 90 Gambar 13. Ron Clark sedang menjelaskan ketentuan 1 ...................................... 92 Gambar 14. Ron Clark mengajar dengan menggunakan susu cokelat kotak ........ 103 Gambar 15. Anak-anak belajar dengan media video ............................................ 104 Gambar 16. Ron Clark membantu Tayshawn mengerjaan pekerjaan rumah........ 106

xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan mulia. Berbeda dengan makhluk lain, manusia diberi akal untuk dapat memikirkan dan memahami segala ciptaan Allah Swt dan akallah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Hal ini karena manusia diciptakan oleh Allah Swt, bukan sekedar untuk hidup kemudian mati tanpa ada pertanggungjawaban yang harus dipikulnya. Maka dari itu manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan.1Aktivitas dalam mendidik yang merupakan suatu pekerjaan memiliki tujuan dan ada sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan tersebut, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan di setiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Edisi Revisi cet 3, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005) hal. 221

1

2

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Manusia itu sendiri adalah pribadi yang utuh dan pribadi yang kompleks sehingga sulit dipelajari secara tuntas. Oleh karena itu, masalah pendidikan tak akan pernah selesai, sebab hakekat manusia itu sendiri selalu berkembang mengikuti dinamika kehidupannya. Namun tidaklah berarti bahwa pendidikan harus berjalan secara alami. Pendidikan tetap memerlukan inovasi-inovasi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai manusia, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai makhluk religius.2 Dalam kaitannya dengan hal itu, maka kegiatan pendidikan merupakan suatu proses untuk mengubah sikap manusia dari suatu kondisi tertentu terhadap kondisi lainnya. Dengan kata lain, melalui pendidikan itu perubahan akan nampak dalam proses perubahan pikiran manusia, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui. Di dalam buku Dictionary of Education disebutkan bahwa pendidikan adalah: (1) proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di masyarakat tempat ia hidup; (2) proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (terutama yang datang dari sekolah), sehingga mereka memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.3 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, 1996, (Bandung: Sinar Baru Algensindo) hal. 2 3 Anwar Idochi, Kependidikan Dalam Proses Belajar Mengajar, 1987, (Jakarta: Angkasa) hal. 12

3

Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan diartikan bahwa peserta didik pada hakekatnya belum siap, tetapi perlu dipersiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjuk pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan yang nyata. Penyiapan ini dikaitkan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik, warga bangsa dan calon pembentuk keluarga baru, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak dikemudian hari.4 Sekolah adalah salah satu lembaga formal yang bertanggung jawab atas pendidikan siswa. Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengembangkan potensi siswa agar mampu hidup mandiri di tengahtengah masyarakat. Situasi dan kondisi sekolah mencerminkan keadaan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan sekolah tersebut. Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa, oleh siswa sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sisi lain, guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran guru dalam mendidik siswa menjadi salah satu ukuran keberhasilan pendidikan di sekolah. Sistem pendidikan yang baik selalu menempatkan guru sebagai kurikulum berjalan. 4

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, 1995, (Jakarta : Bumi Aksara) hal. 2

4

Artinya, guru tidak hanya dituntut dapat menyampaikan materi saja, tetapi juga menjadi sumber inspirasi, pedoman bersikap sosial dan acuan tingkah laku. Guru menjadi hidden curriculum yang tidak pernah kehabisan akal dan cara untuk mendidik siswa. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada seperti yang ditulis Madri M. dan Rosmawati, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal, yaitu: (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam curahan waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan.5 Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu diciptakan suasana kelas yang mendukung proses belajar mengajar yang dapat membantu efektifitas proses belajar mengajar, yaitu: memanggil setiap murid dengan namanya, selalu bersikap sopan kepada murid, memastikan bahwa anda tidak menunjukkan sikap pilih kasih terhadap murid tertentu, merencanakan dengan jelas apa yang anda lakukan dalam setiap pelajaran, mengungkapkan kepada murid-murid tentang apa yang ingin anda capai dalam pelajaran ini, dengan cara tertentu melibatkan setiap murid selama pelajaran, berikan kesempatan bagi murid untuk saling berbicara, mengutarakan maksud anda melaksanakan hal yang

Madri M. dan Rosmawati, Pemahaman Guru Tentang Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, ( Jurnal Pembelajaran, Desember 2004 ), Vol. 27 No. 03, hal. 274.5

5

telah anda katakan kepada murid, bersikaplah konsisten dalam menghadapi murid-murid.6 Mengelola kelas merupakan tugas guru untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan jika terjadi gangguan selama proses belajar mengajar. Sebagai contoh guru harus menghentikan tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian di kelas, memberikan penghargaan kepada siswa yang menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan guru serta penetapan norma-norma atau aturan kelompok yang produktif. Sering ditemui bahwa di lingkungan kelas perilaku bermasalah pada siswa akan muncul. Masalah-masalah yang kerap muncul biasanya mengganggu aktifitas belajar di kelas. Misalnya, murid mungkin ribut sendiri, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin, bercanda sendiri, atau memakan permen di kelas. Guru harus menghadapinya dengan cara efektif dan tepat waktu. Di dalam film The Ron Clark Story guru yang mengajar di kelas sekolah Harlem juga dihadapkan seperti pada permasalahan pokok di atas, yaitu pengelolaan kelas. Terhadap masalah tersebut guru harus

mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dan berusaha untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif. Untuk masalah kedisiplinanpun pada awalnya para siswa sering melakukan keramaian, kericuhan, perkelahian di kelas, keluar masuk kelas, sebab sebagian besar siswa ingin berkuasa dan belum mempunyai kesadaran Mary Underwood, Pengelolaan Kelas Yang Efektif Suatu Pendekatan Praktis, (Yogyakarta: Arcan, 2000), hal. 39.6

6

diri yang positif serta tidak tanggung jawab terhadap kewajiban yang telah diberikan oleh guru. Kemudian setiap selesai pelajaran, penataan meja, kursi tidak tertata rapi dan sampah-sampah belum terbuang ketempatnya dan siswa sering sibuk bicara sendiri dengan temannya ketika guru menjelaskan materi di depan kelas. Sehingga, guru memberikan peraturan terhadap siswa di kelas agar para siswa tertib dalam proses pembelajaran. Melihat fenomena di atas selanjutnya penulis mencoba mengadakan penelitian tentang pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam film The Ron Clark Story dengan judul Pengelolaan Kelas Dalam Film The Ron Clark Story Dan Implikasinya Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa B. Rumusan Masalah Sebagaimana latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan yang perlu dikaji dan dituangkan ke dalam karya ilmiah ini, yaitu: 1. Bagaimana bentuk masalah perilaku siswa di kelas dalam film The Ron Clark Story? 2. Bagaimana teknik guru mengelola kelas dalam film The Ron Clark Story? 3. Bagaimana strategi yang diterapkan untuk penanaman kedisiplinan siswa dalam film The Ron Clark Story? 4. Bagaimana implikasi pengelolaan kelas dalam film The Ron Clark Story terhadap penanaman kedisiplinan siswa? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

7

Yang menjadi tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah: a. Untuk mengetahui masalah perilaku siswa di kelas dalam film The Ron Clark Story b. Untuk memahami dan menganalisis teknik pengelolaan kelas yang efektif dalam film The Ron Clark Story c. Untuk mengetahui strategi penanaman kedisiplinan siswa yang efektif dalam film The Ron Clark Story d. Untuk mengetahui implikasi pengelolaan kelas dalam film The Ron Clark Story terhadap penanaman kedisiplinan siswa 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritik akademik, dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam merumuskan pengelolaan kelas yang baik dan efektif khususnya dalam mengelola kelas dari segi pengkontrolan tingkah laku siswa dalam kelas. b. Secara praktis, dapat memberikan masukan kepada para guru tentang pentingnya pengelolaan kelas sebagai penunjang kelancaran kegiatan belajar D. Telaah Pustaka Setelah mengadakan penelusuran, sejauh ini penulis belum

menemukan judul seperti yang penulis susun, sehingga penulis mencoba untuk menelaah film The Ron Clark Story yang berkaitan dengan pengelolaan kelas dalam sebuah karya tulis ilmiah.

8

Tetapi, ada beberapa penelitian terdahulu yang dekat dengan yang dikaji penulis mengenai pengelolaan kelas, yaitu: Skripsi saudari Sri Utami Hadiningsih yang berjudul Pengelolaan Kelas Yang Efektif Dalam Pembelajaran Quran Dan Hadits Di MtsN Prambanan Sleman (Studi Kasus Kelas VIII Semester Genap 2007/2008) yang mengulas pengelolaan kelas yang efektif dalam pembelajaran Quran dan Hadits yang menitik beratkan pada keterampilan guru dalam pengelolaan kelas yang efektif dan pembelajaran bukan penataan dan pengaturan kelas. Skripsi saudari Dian Novitasari yang berjudul Efektivitas Pengelolaan Kelas Oleh guru Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta II) yang membahas tentang tujuan pengelolaan kelas, efektivitas pengelolaan kelas XI, serta beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam efektivitas pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru PAI MAN Yogyakarta II. Skripsi saudara Lilik Budianto yang berjudul Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Diniyah Awaliyah Masjid Baitul Makmur Jetis Yogyakarta yang membahas tentang cara mengelola kelas yang besar dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam yang menitik beratkan pada pengelolaan proses pembelajaran. Dari telaah yang dilakukan di atas, memberikan ulasan mengenai efektivitas dan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru PAI dalam pembelajaran. Namun untuk judul skripsi dengan tema serupa dengan apa yang penulis bahas, sejauh yang penulis ketahui belum ada penelitian yang

9

mengangkat persoalan-persolan dan muatan-muatan yang terkandung dalam film The Ron Clark Story. Selanjutnya penulis akan membahas secara spesifik tentang Pengelolaan Kelas dalam Film The Ron Clark Story dan Implikasinya Terhadap Penanaman Kedisiplinan Siswa. Oleh karena itu penulis berusaha mengadalan penelitian mengenai hal tersebut hingga menjadi karya ilmiah dengan kajian yang komprehensif. E. Landasan Teori 1. Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.7 Pengertian pengelolan kelas menurut Suharsimi Arikunto adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.8 Tujuan pengelolaan kelas menurut Hasibuan dan Moedjiono adalah:

Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996) hal. 195-196 8 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) hal. 67-687

10

a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya. b. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, bukan kemarahan. c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku sesuai dengan aktivitas kelas.9 Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi

permasalahan dengan kegiatan-kegiatan di dalam kelasnya. Salah satu masalah tersebut yaitu yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu mengenali permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu: mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok, Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu, memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud. Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan dan masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan antara J. J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), hal. 839

11

kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.10 Masalah perorangan didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Masalah kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi,

anggotanya akan aktif, puas, bergairah dan belajar dengan baik. Adapun cara atau teknik pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan tindakan pengelolaan kelas. Tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Menurut Nurhadi upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana kelas yang kondusif dapat dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. 11 Teknik preventif adalah teknik untuk mencegah timbulnya tingkah laku anak yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran, sedangkan teknik Rulam, Masalah Pengelolan Kelas, http://www.infodiknas.com/bab-2-masalahmasalah-pengelolaan-kelas/ acces 17 Desember 2010 11 Muljani A Nurhadi, Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Yogyakarta: IKIP, 1983), Hal. 16310

12

kuratif adalah teknik untuk menanggulangi perilaku anak yang mengganggu kegiatan belajar. Penerapan teknik preventif dilakukan guru adalah dengan maksud tersedianya suatu kondisi yang nyaman dan aman bagi anak untuk beraktivitas di kelas. Teknik kuratif merupakan tindakan korektif yang dilakukan guru terhadap perilaku anak yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi kelangsungan aktivitas anak di dalam kelas. Dalam teknik kuratif ini tindakan penanggulangan yang dilakukan guru bisa saat terjadi gangguan, dan tindakan penyembuhan terhadap perilaku anak yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berulang-ulang. Semua rangkaian kegiatan pengelolaan kelas ini dilakukan guru dengan maksud untuk menyediakan kondisi yang optimal bagi proses pembelajaran anak di kelas atau tersedianya kondisi yang kondusif bagi pembelajaran anak sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Kemampuan pengelolaan kelas sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tanpa kemampuan pengelolaan kelas yang efektif, segala kemampuan guru yang lain dapat menjadi netral dalam arti kurang memberikan pengaruh atau dampak positif terhadap pembelajaran siswa. Kemampuan pengelolaan kelas sering juga disebut kemampuan menguasai kelas dalam arti seorang guru harus mampu mengontrol atau mengendalikan perilaku para muridnya sehingga mereka terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Tiada gunanya seorang guru menguasai bahan pelajaran, tidak bermanfaat kemampuannya menciptakan kegiatan-kegiatan belajar

13

yang menarik sesuai dengan pokok bahasan, tiada gunanya dia mengetahui jenis pertanyaan yang perlu ditanyakan atau kemampuannya menjelaskan pelajaran secara gamblangnya jika segala yang diupayakan guru itu tidak diperhatikan muridmuridnya12 Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengaturan kelas dan pembelajaran itu sendiri.13 Hal ini dikarenakan keberhasilan dalam arti tercapainya suatu tujuan instruksional sangat tergantung pada kemampuan guru mengatur kelas. Kelas yang baik secara kondusif akan selalu menciptakan situasi belajar anak tanpa beban dan selalu merasa menikmati dalam setiap mengikuti proses belajar mengajar tanpa merasa adanya suatu tekanan. Menguasai tidaknya suasana kelas dari seorang guru akan berpengaruh terhadap proses interaksi edukatif yang ada. Banyak terjadi keributan kelas, penuh ketegangan itu semua karena antara lain guru tidak menguasai kelas. Suasana kelas yang baik harus diciptakan oleh guru, agar terwujud interaksi edukatif yang baik. Misalnya dalam menempatkan murid ditempat duduknya, mengarahkan kegiatan belajar, membantu murid, menghargai sikap dan pendapat murid, semuanya ini harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip individualitas . Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan 12 13

E. C. Wragg, Pengelolaan Kelas. Pent: Aswan Jasin, (Jakarta: Grasindo, 1996), hal. 1 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Rajawali, 1987), hal. 70

14

oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial

dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas. 2. a. Disiplin Menurut Marika Subrata kata disiplin berasal dari bahasa Yunani yang berarti murid mengikuti guru, maka dengan disiplin ini diharapkan peserta didik tunduk dan mengikuti peraturan dan menjauhi larangan tertentu. Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa kedisiplinan adalah penerapan tata tertib yang dilakukan dengan tegas.

15

Sedangkan menurut The Liang Gie, mengatakan bahwa dengan berdisiplin akan membuat seseorang memiliki kecakapan cara-cara belajar yang baik, juga disiplin merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik. Disiplin merupakan suatu aturan pendidikan, disiplin menunjuk pada sejenis ketertiban aturan dalam mencapai standar yang tepat atau mengikuti peraturan yang tepat dalam berperilaku atau beraktivitas. Timbulnya sikap perilaku disiplin bukan merupakan peristiwa mendadak yang terjadi seketika. Perilaku disiplin pada diri seorang tidak dapat timbul tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan itupun dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Disiplin tidak datang begitu saja tanpa perlu adanya pembentukan yang dimulai sejak dini, dengan memberikan tata tertib kepada anak untuk dipatuhi. Dimana aturan-aturan atau tata tertib tersebut disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Sehingga ketika anak tersebut dewasa, maka kedisiplinan itu akan terbentuk dengan sendirinya. Sebab dari semula memang dipersiapkan untuk mentaati perintah atau tata tertib yang sudah ditetapkan. Hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya.14 Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat

14

Drs. D. Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) hal. 61

16

laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Tidak saja disiplin itu menghendaki dilaksanakannya segala peraturan dengan murni sampai dalam hal yang kecil-kecil tidak boleh menyimpang sedikitpun, tetapi disiplin menghendaki adanya sanksi, yaitu kepastian atau keharusan dijatuhkan hukuman pada siapapun yang berani melanggar atau mengabaikan peraturan yang sudah ditetapkan. Pada umumnya sanksi itu dilakukan secara keras dan mutlak. b. Disiplin kelas Disiplin kelas dapat diartikan sebagai tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas dan teknik yang digunakan guru untuk membangun atau memelihara keteraturan dalam kelas. Disiplin kelas perlu diajarkan atau ditanamkan pada siswa karena alasan berikut: 1) Agar siswa mampu mendisiplinkan diri sendiri 2) Disiplin merupakan pusat berputarnya kehidupan sekolah 3) Disiplin yang tinggi akan menuju kepada terciptanya iklim belajar yang kondusif 4) Tingkat ketaatan yang rendah akan menjurus kepada tidak terjadinya belajar yang diharapkan 5) Jumlah siswa dalam satu kelas umumnya banyak 6) Kebiasaan berdisiplin di sekolah diharapkan menghasilkan kebiasaan berdisiplin di masyarakat

17

7) Tingkat ketaatan siswa atau disiplin siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang cukup kompleks dan saling berkaitan, yang dapat dibedakan atas faktor fisik, sosial dan psikologis Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan acuan untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas, yaitu: Pertama adalah perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar. Kedua adalah mengajarkan kepada siswa bagaimana mengikuti aturan. Hal ini harus dimulai sejak dini agar dalam mengembangkan pola-pola disiplin yang efektif pada siswa dapat tercapai dengan maksimal. Ketiga adalah merespon secara tepat dan konstruktif ketika masalah timbul. Sehingga masalah yang timbul akan dapat dikurangi dan terselesaikan dengan baik pula.15 Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator keberhasilan disiplin kelas siswa adalah sebagai berikut: 1) Mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik 2) Menghormati dan menghargai guru 3) Mau mengerjakan pekerjaan rumah 4) Melaksanakan perintah-perintah guru 3. Implikasi Dalam Kamus Ilmiah Populer dijelaskan bahwa arti implikasi adalah keterlibatan atau pelibatan.16 Demikian juga dalam Kamus Besar Bahasa 15

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002) hal. 303

18 Indonesia, implikasi diartikan dengan keterlibatan atau keadaan terlibat.17 Artinya ada proses pengaruh mempengaruhi dari satu sistem terhadap sistem yang lain. Pengertian lain implikasi adalah dampak dan pengaruh. 18 Dalam hal ini yang dimaksud implikasi oleh penulis adalah keterlibatan atau dampak serta pengaruh dari pengelolaan kelas dalam film The Ron Clark Story terhadap kedisiplinan siswa. 4. Film Pengertian film sebagaimana terdapat dalam ensiklopedia umum berarti gambar hidup.19 Film merupakan serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak, gambar objek itu memperlihatkan suatu seri gerakan atau moment yang berlangsung secara terus menerus, kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dengan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan suatu gambar.20 Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa film adalah media audio-visual yakni suatu media yang mendayagunakan indera penglihatan (vision) dan juga pendengaran karena menggunakan suara. Harus diakui bahwa film menduduki posisi strategis yang secara disadari atau tidak, sangat dimungkinkan akses yang dihasilkan dari tontonan Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994) hal. 246 17 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet 2, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) hal. 273 18 Peter Salim dan Salim Ninth Collegiate, English Indonesia Dictionary, cet 1, (Jakarta: Modern English Press, 2002) hal. 730 19 Ensiklopedi Umum, cet 91 (Yogyakarta: Kanisius, tt) hal. 328 20 Ensiklopedia Nasional Indonesia, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989) hal. 30516

19

film tidak hanya berhenti di situ saja, namun akan terus terbawa. Film bukan hanya menghasilkan fantasi bahkan dapat menjadi sugesti bagi orang-orang yang menontonnya. Film sebagai karya seni budaya yang merupakan media pandangdengar yang pembinaan dan pengembangannya diarahkan nilai-nilai budaya bangsa. Sehingga dalam era globalisasi dan reformasi ini dapat menangkal pengaruh negatif yang dapat merugikan kepentingan perkembangan masyarakat dan bangsa. Pertunjukan film disamping sebagai komoditas ekonomi juga berfungsi sebagai sarana penerangan (entertainment), pendidikan (edukasi), dan hiburan (rekreasi). Oleh karena itu film dapat dimanfaatkan sebagai media publikasi atau penyuluhan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang program pembangunan disegala bidang.21 Dalam penelitian ini, film berfungsi sebagai sarana pendidikan (edukasi) yang mana di dalamnya terkandung muatan-muatan pembelajaran. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur. Literatur yang diteliti tidak hanya terbatas pada buku-buku saja, tetapi dapat juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah-majalah, jurnal dan surat kabar. Penekanan penelitian Suparno Permadi, Film Keliling Sebagai Sarana Penyuluhan Dan Publikasi, 1999, Jurnal Penelitian Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Komunikasi IPTEK-Kom, edisi no 5 hal. 5521

20

kepustakaan adalah ingin menemukan berbagai teori, hukum, prinsip, pendapat, gagasan, dan lain-lain dalam suatu hal.22 Penelitian kepustakaan digunakan untuk memecahkan masalah penelitian yang bersifat konseptual-teoritis, baik tentang tokoh pendidikan atau konsep pendidikan tertentu seperti tujuan, metode, dan lingkungan pendidikan.23 Penelitian ini terutama dilakukan melalui media audio visual yaitu DVD film The Ron Clark Story. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan semiotik, yaitu pendekatan yang memperhatikan tanda tersirat maupun tersurat dalam karya sastra. Tanda tersebut dianggap mewakili objek secara representatif. Tanda sekecil apapun dalam semiotik tetap diperhatikan. Tanda-tanda tersebut akan tampak pada tindak komunikasi manusia lewat bahasa, baik lisan maupun isyarat. Dalam penelitian ini, komunikasi yang dimaksud yaitu komunikasi antara guru (Ron Clark) dengan siswanya maupun antara siswa dengan siswa lainnya yang terdapat dalam film The Ron Clark Story. Pada prinsipnya melalui pendekatan ini, karya sastra akan mudah dipahami arti yang tersirat di dalamnya. Namun, arti dalam pandangan semiotik adalah meaning of meaning atau disebut juga makna (signifinance). Roman Jocobson juga berpendapat bahwa komunikasi sastra diawali oleh addresser (pengirim) mengirimkan pesan (message) kepada addresee Sarjono, dkk, Panduan Penulisan Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008) hal. 20 23 Ibid, hal. 2122

21

(penerima pesan). Agar komunikasi lebih efektif, pesan tersebut memerlukan konteks.24 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan semiotik merupakan pendekatan dalam karya sastra yang diharapkan mampu memberikan gambaran manfaat sehingga mengubah penonton sampai kepada efek komunikasi yang memberi ajaran dan kenikmatan serta menggerakkan audience melakukan kegiatan yang bertanggung jawab sesuai dengan tanda-tanda (semiotik) baik itu secara lisan (dialog film The Ron Clark Story) maupun isyarat (adegan film The Ron Clark Story) yang mereka lihat melalui tayangan film tersebut. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, maka penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.25 Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah pengumpulan data yang didasarkan atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.26

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi Model Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka widyatama, 2003), hal. 67 25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bina Usaha 1980) , hal.202 26 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT Hamidi Offset, 1997), hal. 55-5624

22

Adapun sumber data yang digunakan penulis meliputi: a. Sumber Data Primer yaitu DVD film The Ron Clark Story b. Sumber Data Sekunder yaitu : 1) Ahmad Rohani H. M, dan H Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995) 2) J. J Hasibuan, dkk, Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Mikro, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1994) 3) Lary J Koenig, Smart Dicipline : Menanamkan Disiplin dan Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) 4) Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997) 5) Tulus Tuu, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004) 4. Analisis Data Dalam studi ini analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik analisa isi atau teks.27 Secara terperinci, langkah-langkah analisa yang dimaksud adalah: a. Merekam dan memutar film yang dijadikan penelitian. b. Mentransfer rekaman kedalam bentuk tulisan. 27

Lexy J. Molcong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2002)

hal 163

23

c. Mentransfer gambar kedalam tulisan. d. Menganalisa isi dan metode, untuk diklasifikasikan berdasarkan pembagian yang telah ditentukan. e. Mengkomunikasikan dengan buku-buku yang relevan. G. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran pembahasan secara menyeluruh dan sistematis dalam skripsi ini, akan disusun sistematika sebagai berikut: Bab I, sebagai pentingnya jawaban ilmiah dalam penulisan skripsi, maka pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian yang menerangkan cara-cara yang ditempuh dalam penelitian, setelah itu dilanjutkan dengan sistematika pembahasan. Pada Bab II, merupakan pintu gerbang untuk memasuki penelitian tentang film The Ron Clark Story. Di sini dibahas tentang deskripsi secara umum film The Ron Clark Story, sekilas pengertian film, sejarah pembuatan film, jenis film, pemanfaatan film sebagai media pendidikan, gambaran cerita, tujuan pembuatan film, dan pesan utama dari film The Ron Clark Story. Bab III mendeskripsikan tentang hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengelolaan kelas dalam film The Ron Clark Story serta implikasinya terhadap penanaman kedisiplinan siswa. Bab IV, merupakan bab terakhir berisi kesimpulan yang merupakan intisari dari keseluruhan pembahasan skripsi ini, dengan beberapa pesan dan penutup.

24

BAB II DESKRIPSI UMUM FILM THE RON CLARK STORY A. Deskripsi Umum Film 1. Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yang terbuka, cakupan pemirsanya yang tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan mesyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsanya bukan saja menjadikan film sebagai media alat untuk mempengaruhi (to influence) terhadap perkembangan pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan-pesan yang disampaikan melalui media ini jauh lebih intensif jika dibandingkan dengan media komunikasi lain. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling spektakuler yang melahirkan berbagai kemungkinan. Pertama, dalam pengertian kimia fisik dan teknik, film berarti selaput halus. Pengertian ini dapat dicontohkan, misalnya pada selaput tipis cat atau pada lapisan tipis yang biasa dipakai untuk melindungi benda-benda seperti dokumen (laminasi). Dalam fotografi dan sinematografi film berarti bahan yang dipakai untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan foto. Kedua, film juga mempunyai pengertian paling umum, yaitu untuk menamakan serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak. Gambar

25

obyek itu memperlihatkan suatu serial gerakan atau momen yang berlangsung secara terus-menerus, kemudian diproyeksikan ke dalam sebuah layer dengan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan sebuah gambar hidup.28 Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layer terlihat gambar itu hidup. Film itu bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinyu.29 Film juga merupakan serangkaian gambar-gambar yang diambil dari obyek yang bergerak memperlihatkan suatu serial peristiwa-peristiwa gerakan yang berlaku secara berkesinambungan, yang berfungsi sebagai media hiburan, pendidikan, dan penerangan. Sebagai salah satu media informasi maka film secara otomatis akan membawa dampak (side effect), baik itu positif maupun negatif kepada penontonnya.30 Menurut Dr. Phil Astrid Susanto, film adalah gambar yang bergerak dikenal dengan gambar hidup dan memang gerakan itu merupakan unsur pemberi hidup kepada suatu gambar, namun betapapun sempurnanya dan modernnya teknik yang dipergunakan belum mendekati kenyataan hidup sehari-hari sebagaimana film. Untuk meningkatkan kesan dan dampak dari film, suatu film diiringi suara yang dapat berupa dialog 28

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990). Jld. V, hal. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve: 1980), hal.

30529

hal.4830

1007

26

atau musik sehingga dialog atau musik merupakan alat bantu penguat ekspresi, di samping suara musik, warna yang mempertinggi tingkat nilai kenyataan pada film sehingga unsur sungguh-sungguh terjadi sedang dialami oleh khalayak pada saat film diputar makin terpenuhi.31 Film juga dimasukkan ke dalam kelompok komunikasi massa. Selain mengandung aspek hiburan, juga memuat pesan edukatif. Namun aspek sosial kontrolnya tidak sekuat pada surat kabar atau majalah serta televisi yang memang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta di dalam film ditampilkan secara abstrak, di mana tema cerita bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dalam film, cerita dibuat secara imajinatif. Film sebagai alat komunikasi massa baru dimulai pada 1901, ketika Ferdinand Zecca membuat film The Story of Crime di Perancis dan Edward S. Porter membuat film The Life of An American Fireman tahun 1992.32 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa film pada dasarnya merupakan serangkaian gambar yang diambil dari obyek bergerak, yang kemudian menghasilkan serial peristiwa-peristiwa secara kontinyu dan berfungsi sebagai media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan penerangan serta diiringi dengan unsur ekspresi penguat seperti musik, dialog dan juga warna sehingga mampu membuat film itu menjadi serealistis mungkin. Tema cerita dalam film biasa berangkat dari fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Phil Astrid Susanto, Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung,1992) hal. 247 Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa: Dalam Pendangan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), cet II, hal. 2732 31

27

2. Sejarah Film Sejak awal abad ke-19 dilakukan berbagai percobaan untuk menciptakan sebuah pesawat yang dapat memancarkan gambar yang dapat bergerak. Langkah pertama ke arah cinematografi dilakukan oleh E. Muybridge, seorang petualang Inggris yang berimigrasi ke California pada tahun 1849. Awalnya adalah kegemaran bertaruh balapan kuda. Pada tahun 1977, Muybridge menempatkan 12 kamera sepanjang jalur lapangan, dan melewatinya merentangkan tali-tali menyeberangi jalur. Setiap kuda diabadikan oleh satu kamera. Muybridge

merealisasikan semua gerakan asli dan memproyeksikannya dengan lentera ajaib. Selama 20 tahun sejak itu, Muybridge meneruskan pengambilan gambar bergerak. Pada tahun 1882 seorang Perancis bernama Etienne Jules Marey, mengambil gambar bergerak dengan satu kamera. Ide ini diambil dari ide Muybridge. Marey membuat sebuah senapan yang dapat menampilkan 12 gambar dalam satu detik.33 Perkembangan film bergerak dan berlanjut dengan cepat, apalagi setelah penemuan film negatif transparan. Perkembangan terus berlanjut dengan ditemukannya mesin-mesin sinema pertama. Pada tahun 1888, Thomas A. Edison menemukan kamera gambar bergerak yang bernama kinematografi. Kemudian tahun 1985 dua bersaudara Perancis, Auguste dan Louis Lumiere (dikenal dengan Lumiere bersaudara),

mengembangkan penemuan Edison sehingga ditemukan peralatan yang 33

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990) Jld. V, hal 308-

309

28

dapat

mengambil

gambar

bergerak

(film),

memperbanyak,

serta

memproyeksikan ke layer (screen play). Penemuan-penemuan terus berkembang, apalagi setelah penemuan Lumiere mengundang banyak peminat produser film kerena

keberhasilannya menyajikan film yang baik saat itu. Pada awal abad ke20, produksi film Perancis mempunyai peranan di dunia, bahkan merupakan pembuat film kolosal pertama hasil karya Charles Pathe. Pada Perang Dunia I, banyak sekali indrustri perfilman Eropa dan pasaran internasional mengalami kehancuran, dan memungkinkan perfilman Amerika Serikat mencapai keberhasilan. Ketika perang berakhir, Hollywood mendominasi perfilman dunia. Teknologi perfilmanpun mencapai kesempurnaan, sampai kemudian ditemukan teknologi yang mampu memadukan gambar dan suara (1926-1930), suatu penemuan yang menandakan berakhirnya periode film bisu. Kemudian teknologi film berwarna semakin memacu gairah para masyarakat film. Juga

berkembangnya film-film untuk siaran televisi dan film-film tiga dimensi. Dalam teknologi suara muncul teknologi dolby stereo yang membuat suara film bermunculan di semua sisi gedung bioskop. Perkembangan dunia perfilman memacu masyarakat film untuk membuat festival-festival film yang umumnya diadakan secara periodik. Di Amerika serikat misalnya diadakan kompetisi piala Oskar, Academy

29

Award, di Perancis Festival Film Cannes, dan di Indonesia Festifal Film Indonesia yang memperebutkan piala citra.34 3. Jenis Film Film dalam batasan sinematografi sepanjang sejarahnya

memberikan keluasan tema bila dilihat dari isi dan sasaran tujuannya. Di dalam pedoman pelaksanaan FFI (Festifal Film Indonesia) yang ditetapkan oleh Menteri Penerangan dengan SK 27/A/Kep/Menpen/83 pada tanggal 14 Maret 1983 ada beberapa jenis film, diantaranya: 1) Film dokumenter 2) Film ilmu pengetahuan/pendidikan 3) Film kartun 4) Film yang tidak digolongkan sebagi film cerita.35 Terlepas dari empat jenis film di atas, di bawah ini penulis akan menguraikan secara detail bebagai jenis film, diantaranya: a) Film Instruktif Film instruktif dibuat dengan isi berupa pengarahan yang berkaitan dengan sebuah pekerjaan atau tugas. Bentuk film bisa berupa animasi, boneka atau film yang diperankan oleh aktor atau aktris.36

Ibid, hal. 310 Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru, (Jakarta: Lembaga Komunikasi Massa Islam Indonesia, 1989), hal. 10 36 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990) Jld. V, hal 30535 34

30

b) Film Penerangan Film penerangan merupakan film yang memberi kejelasan suatu hal, misalnya film yang mengisahkan pentingnya program keluarga berencana atau film pembangunan lainnya. Biasanya film ini diperankan oleh para pemain dengan imbuhan dialog yang berisi penjelasan. Atau dapat juga filmnya ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar dengan tambahan keterangan berupa narasi (cerita) yang dibacakan.37 c) Film Gambar (Animasi) Film gambar atau animasi dibuat dari gambar-gambar tangan (ilustrasi). Gambar ini dibuat satu-persatu dengan memperhatikan kesinambungan gerak sehingga ketika diputar rangkaian gerak dalam gambar itu muncul sebagai satu gerakan dalam film. Film animasi yang popular adalah film-film Walt Disney, seperti Donal Duck, dan Sleeping Beauty.38 d) Film Boneka Film boneka biasanya ditampilkan dengan pemain berupa boneka. Kadang-kadang beberapa boneka dimainkan oleh seorang dalang sekaligus di atas panggung. Panggung dapat bercitra realistis (suatu kenyataan) bisa pula fantasi (khayalan). Pelopor film boneka adalah Emile Cole. Contoh tayangan film ini misalnya film seri TVRI si Unyil dan produk Muppet show. Atau ada juga 37 38

Ibid, hal. 305 Ibid, hal 305

31

sekarang acara wayang kulit dan wayang golek yang disiarkan oleh salah satu stasiun suasta setiap sabtu malam.39 e) Film Iklan (TV Commersial) Film iklan merupakan film yang mempropagandakan produk-produk tertentu. Yang ditawarkan produk benda atau jasa. Film iklan semua dimainkan oleh bintang-bintang ternama untuk menarik minat penontonnya sehingga diharapkan dapat menaikkan omset produk itu. Misalnya Jackie Chan mengiklankan produk Hitachi, Andi Matalata mengiklankan susu Dancow.40 Film ini dapat pula berupa animasi atau film boneka. Di Indonesia penayangan film iklan banyak dilakukan pada gedung bioskop. Pada tahun 1970-an TVRI mempunyai program penanyangan iklan, tetapi kemudian acara tersebut dihentikan. Para pengusaha tidak perlu khawatir untuk mempropagandakan produknya, karena selain bioskop sekarang telah muncul stasiun swasta yang sebagian acaranya memang diperuntukkan bagi penayangan iklan. Selain itu, film ini diproduksi untuk penyebaran informasi, baik tentang produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat atau jenis (public service announcement/SPA). Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara eksplisit. Artinya ada stimulus audio-visual yang jelas tentang produk 39 40

Ibid, hal. 305 Ibid, hal 306

32

tersebut. Sedangkan iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya menampilkan produk secara implisit.41 f) Program Televisi (TV Programme) Program ini diproduksi untuk komsumsi masyarakat televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (tv series), film televisi/FTV (popular lewat saluran televisi SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program

pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, TV quiz, talkshow, dan liputan/berita.42 g) Video Klip (Music Video) Sejatinya video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium Televisi.

Dipopulerkan pertama kali lewat saluran MTV tahun 1981. Di Indonesia, video klip ini kemudian berkembang sebagai bisnis yang menggiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi swasta. Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Untuk Menjadi Produser, (Yogyakarta: Panduan, 2004),cet. II, hal. 14 42 Ibid, hal. 1441

33

Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core bisnis) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahunnya.43 h) Film Cerita Pendek (Short Films) Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau kelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran Televisi.44 i) Film Cerita Panjang (Feature-Length Films) Film cerita panjang adalah film yang berisi kisah manusia (roman) yang dari awal sampai akhir merupakan suatu keutuhan cerita dan dapat memberikan kepuasan emosi kepada penontonnya. Film cerita dapat diputar di gedung bioskop atau dibuat untuk acara televisi. Sebuah film cerita biasanya dimainkan oleh sejumlah pemeran (aktor atau aktris) dengan dukungan pemain lain. Film

43 44

Ibid, hal. 14 Ibid, hal. 13

34 cerita dapat berupa satu film dengan satu masa putar,45 dengan durasi dari 60 menit dan lazimnya berdurasi 90-100 menit. Bahkan ada juga yang berdurasi hingga 180 menit, seperti halnya film-film produksi India.46 Feature-Length Films biasanya dapat pula berupa film serial dengan masa putar lebih dari satu kali. Film serial misalnya ditujukan untuk penayangan film Televisi, seperti film-film sinetron yang disiarkan oleh berbagai televisi suasta saat ini. j) Film Dokumenter (Film Jurnal) Film jurnal biasanya dibuat untuk mendukung sebuah cerita. Film ini juga bisa diartikan sebagai film dokumenter, misalnya film-film yang ditayangkan dalam acara Dunia dalam Berita TVRI.47 Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumeire bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata dokumenter kembali digunakan oleh pembuat film dari kritikus film asal Inggris John Grierson untuk film Moana tahun 1926 karya Robert Flaherty, Grierson berpendapat mempresentasikan 45

dokumenter merupakan cara kreatif Sekalipun Grierson mendapat

realitas.

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990) Jld. V, hal 306-

307 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Untuk Menjadi Produser, (Yogyakarta: Panduan, 2004),cet. II, hal. 13 47 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990) Jld. V, hal 30546

35

tantangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.48 Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Film dokumenter juga berisikan segala sesuatu sesuai aturan dengan apa yang dilihat. Biasanya film ini berupa peristiwa penting yang diperkirakan tak akan terulang kembali. Film dokumenter dibuat dengan perhitungan matang, dengan editing, dengan credit title (daftar para pembuat film), dan sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya Dokudrama (docudrama). Dalam dokudrama terjadi reduksi realita demi tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama realita tetap jadi konsep pegangan. Kini dokumenter menjadi trend tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Untuk Menjadi Produser, (Yogyakarta: Panduan, 2004),cet. II, hal. 11-12 48

36

hanya itu, film dokumenter juga membawa keuntungan dalam jumlah yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan saluran Televisi Discoveri Channel mantap mentasbihkan diri sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program dokumenter tentang keragaman alam dan budaya. Selain untuk komsumsi televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan luar negeri. Sampai nafas penghabisannya di tahun 1992, Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian jenis film dokumenter. Di Indonesia produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh stasiun pertama yaitu, Televisi Republik Indonesia (TVRI). Beragam film dokumenter tentang kebudayaan, flora dan fauna di Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi suasta tahun 1990, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli oleh TVRI. Semua televisi melihat banda-benda di sekililingnya seakan-akan ikut sedih. Juga sebaliknya, bila manusia sedang dalam kegembiraan bungabungapun ikut gembira seperti dia. Secara logis sebenarnya hal itu tidak mungkin, yang perlu adalah seniman itu memberi sugesti kepada pembaca untuk mentafsirkan ke arah maksudnya. Jadi kenyataan dalam seni adalah kenyataan yang mungkin ada, bukan

37

sesuatu yang harus pernah terjadi. Untuk mengetahui dan mengatakan segalanya itu memerlukan alat yang berupa bahasa, yang dijadikan sedemikian rupa kenyataan itu menjadi intensif. Segala yang hendak diungkapkan seniman/penyair baik cita-cita, perasaan serta tafsir pengarang terhadap kejadian-kejadian dan sebagainya, baik diungkapkan secara terang-terangan atau

tersembunyi dinamakan isi sastra. 3. Pemanfaatan Film Sebagai Media Pendidikan Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan mengajar terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya tidak tersedia, atau alasan lain. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan masingmasing diketahui oleh para pengajar. Media sebagai alat bantu mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis mediapun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi.49

49

H. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 109

38

Pemilihan

media

pembelajaran

sekurang-kurangnya

dapat

mempertimbangkan lima hal yaitu: a. Tingkat kecermatan representasi b. Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkan c. Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya d. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkan, dan e. Tingkat biaya yang diperlukannya50 Brunner mengemukakan dalam bahwa pengembangan suatu pembelajaran teori harus pembelajarannya bergerak dari

pengalaman langsung ke representasi ikon (seperti dalam gambar, dan film) selanjutnya ke representasi simbolik (seperti kata atau simbolsimbol).51 Banyak hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang: proses yang terjadi dalam tubuh manusia atau dalam suatu industri, kejadian-kejadian alam, tata cara kehidupan di negara asing,

pertambangan, mengajarkan keterampilan, sejarah orang-orang besar, dan lain sebagainya.52 Pentingnya pemanfaatan film dalam pendidikan sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang, dan sebagian lagi didasarkan oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan penyampaian pesan secara unik. Ringkasnya 50

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002),

hal. 152 Ibid, hal. 153 Asnawir dan M. Basyirusin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal. 9552 51

39

terlepas dari dominasi penggunaan film sebagai alat hiburan dalam sejarah film, tampaknya ada semacam aneka pengaruh yang menyatu dan mendorong kecenderungan sejarah film menuju ke penerapannya yang bersifat deduktif propagandanis, atau dengan kata lain bersifat manipulatif.53 Film merupakan suatu media yang mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan antara lain: 1) Film sangat baik menjelaskan suatu proses, bila perlu menggunakan Slow Motion 2) Setiap murid dapat belajar sesuatu dari film, baik yang pandai maupun yang kurang pendai. 3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian yang telah lalu. 4) Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luas dapat dibawa masuk ke kelas. 5) Film dapat menyajikan teori ataupun praktek dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya. 6) Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya. 7) Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu. 53

Denis Mc Quil, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1996)

hal. 14

40

8) Film dapat memikat perhatian anak didik. 9) Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, hal-hal yang abstrak menjadi jelas. 10) Film dapat mengatasi keterbatasan daya indra kita. 11) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak didik.54 Sebuah film sebaiknya harus dipilih terlebih dahulu agar sesuai dengan pelajaran yang diajarkan, untuk pendidik harus menyeleksi film yang tersedia dan lebih dulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. Agar penonton jangan memandang film itu sebagai hiburan, sebelumnya pada mereka ditugaskan untuk memperhatikan hal-hal tertentu sesudah itu dapat dites berapa banyak yang dapat mereka serap dari film itu. Penggunaan film dalam pendidikan benyak memberikan manfaat, antara lain: a) Dalam film terpadu antara gerak pandang dengar yaitu kegiatan melihat benda dan obyek yang bergerak dan kegiatan mendengar berbagai suara dari padanya berlaku secara serempak atau sekaligus pada saat yang bersamaan.

Arief S Sadiman dkk, Media Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 1993), hal. 7154

41

b) Film dapat menarik perhatian melalui penggunaan gerak dan mengarahkan pandang kepada gambar-gambar seraya menyimak suara yang dikeluarkan. c) Dapat membantu mengatasi hambatan intelek untuk mempelajari sesuatu. Misalnya, bagi murid yang kurang pandai membaca atau sulit memahami konsep yang rumit, maka melalui film pengertianpengertian itu lebih jelas dan mudah dipahami atau

dikomunikasikan secara efisien. d) Dapat membantu menghadirkan atau menciptakan kembali masa lampau. Sejarah masa lampau, kini, atau sedang berlangsung menjadi lebih hidup dan dapat meyakinkan melalui penggambaran film, penonton seolah-olah turut menjadi pelaku sejarah dan sering kali menimbulkan kenangan emosional. e) Dapat membentuk pengalaman kebersamaan dengan menjebatani latar belakang yang berbeda daripada anggota kelompok. Misalnya, sebuah film yang mengisahkan dramatis, dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan dan menjadi masalah bersama untuk didiskusikan. Komunikasi antara kelompok biasanya membuktikan adanya pengaruh dari pengalaman bersama yang diperoleh dari film yang ditontonnya tadi. f) Merupakan garis depan untuk berbagi pengalaman belajar murid. Demonstrasi yang diperhatikan dalam film oleh seorang ahli secara teliti, cermat dan meyakinkan akan dirasakan murid seolah-olah ia

42

sendiri yang mengalami dan melakukannya, padahal itu hanya dilihat dalam film. g) Mengatasi keterbatasan-keterbatasan jasmaniah dalam belajar, melalui film murid dapat mempelajari dan mengalami hal-hal yang berada di luar kemampuan jasmaniahnya. Misalnya. Mempelajari kehidupan di dasar laut, mempelajari kehidupan keras di padang pasir dan di tambang-tambang atau kehidupan di rimba yang seram dan menakutkan. h) Beberapa film tertentu dapat digunakan sebagai alat penilaian, karena fleksibilitas film, yaitu dapat dipertunjukkan sebagian atau menghentikan putarannya pada saat-saat yang dikehendaki. Film dapat dijadikan alat yang baik dalam menilai beberapa aspek belajar siswa.55 B. Deskripsi Film The Ron Clark Story 1. Gambaran Cerita (sinopsis) Film yang disutradarai Randa Haines ini berdasarkan kisah nyata tentang seorang guru yang gigih dan sabar menghadapi murid-muridnya yang super nakal dan susah untuk diatur. Ron Clark (dibintangi oleh Matthew Perry) adalah seorang guru bantu dari pinggiran kota asalnya, North Carolina. Empat tahun dia mengajar di North Carolina dan menjadi guru berprestasi yang mengantar anak-anaknya mendapat nilai baik. Setelah empat tahun mengajar, Ron Clark diberhentikan karena dia hanya Zakiyah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 225-22955

43

sebagai guru bantu dan pihak sekolah mulai mengurangi tenaga pengajarnya. Ron Clark memutuskan untuk mencari pekerjaan mengajar di sebuah sekolah di kota New York karena menurutnya New York sangat membutuhkan guru sekolah dasar. Setelah dia pindah ke New York, dia tinggal di sebuah hotel sederhana. Dari penjaga hotel tersebutlah dia meminta buku daftar sekolah di kota New York. Satu persatu dia mendatangi sekolah tersebut, namun beberapa kali ditolak karena mereka sudah tidak membutuhkan guru lagi. Untuk mengisi waktu sambil mencari sekolah lain, Ron Clark bekerja sebagai pramusaji restoran makanan dimana mereka harus mengenakan kostum artis film. Perjalanan selanjutnya dia diterima di sekolah Inner Harlem Elementary School (IHES). dimana siswa dipisahkan sesuai dengan potensi mereka. Sebenarnya kepala sekolah Mr Turner ingin

menugaskannya di kelas terbaik, terutama karena keamanan kerja Mr Turner tergantung pada nilai tes yang bagus. Namun, Mr Clark bagaimanapun ingin mengambil kelas yang paling dirugikan. Dia cepat belajar bahwa itu akan menjadi tantangan bagi dirinya untuk dapat memperbaiki para siswanya. Tetapi harus belajar pula bahwa dia harus memahami siswanya, baik secara individu maupun kolektif, pada tingkat permasalahannya untuk bisa sampai diterima mereka sebelum dia dapat mengajarnya dengan bahan standar. Kelas yang dipegang Mr Clark adalah kelas yang siswanya super nakal dengan keinginan belajar yang rendah.

44

Sebagian anak di kelas Mr Clark berasal dari keluarga tidak mampu dan bermasalah. Mr. Clark adalah seorang guru muda yang energik, kreatif, dan idealistik dalam mengajar di sekolah. Langkah awal sebelum mulai mengajar, dia mendatangi rumah siswa-siswanya dan berbicara dengan orang tua serta melihat kondisi untuk mengetahui latar belakang dari siswanya. Dan ternyata dari hal tersebut dapat diketahui bahwa kebanyakan para orang tua tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Hari pertama mengajar di kelas, dia begitu keheranan melihat siswa-siswanya yang tingkah lakunya kurang baik. Baru masuk kelas disorakin, diajak belajar tidak mau, tingkah laku seperti preman, sampah bertebaran di mana-mana, dinding dicorat-coret, bahkan mobilnyapun juga ikut dicoret menggunakan cat. Mr Clark kemudian memperbaiki kondisi kelasnya,

menghilangkan coretan-coretan, dan sedikit merubah tatanan menjadi lebih baik. Namun justru kepala sekolah melarang hal tersebut, karena menurutnya kelas hanya bisa ditata menurut keinginannya. Di akhir pelajaran dia pergi ke luar mengejar siswa membawa lodong dan menyuruh anak-anak untuk membuang permen karetnya di tempat tersebut dan tidak di sembarang tempat. Pada pertemuan selanjutnya Mr Clark mulai membuat peraturanperaturan agar anak merubah sikapnya. Namun para siswa

45

mengacuhkannya dan papan tulisan peraturan tersebut dilempari buku hingga terjatuh di bawah. Setelah istirahat beberapa siswa sedang bertaruh terhadapnya bahwa dia tidak akan lama lagi berhenti mengajar dan keluar dari sekolah. Saat para siswa makan siang, mereka mulai dibiasakan dengan tertib untuk berbaris mengambil antrian makanan. Salah satu siswa mengacuhkan hal tersebut dan langsung menuju tempat makanan berada, sedangkan Shameika memotong barisan dan menuju ke barisan paling depan agar dia mendapat giliran paling awal. Menghadapi ini, Mr Clark tidak memarahinya tetapi memberikan nasehat kepadanya bahwa perbuatan tersebut tidak baik supaya anak-anak terbisa dengan kedisiplinan. Tidak mudah untuk mengambil hati anak-anak yang selalu kompak ingin mengusir guru yang mengajar di kelasnya. Bahkah Mr Clark pernah kehilangan kendali memarahi seorang muridnya dan karena hal tersebut dia merasa begitu bersalah sampai memutuskan untuk berhenti mengajar. Namun, seorang teman Marissa Vega menganjurkan agar Clark tidak menyerah. Sehingga dia tersadarkan akan amanah yang sedang dia pegang, dia tidak boleh melalaikannya. Karenanya, dia memulai kembali lembaran baru dan melupakan lembaran lamanya yang dirasa gagal dalam mendidik. Di lembaran barunya, dia menggunakan kreativitasnya dalam mengajar. Berbagai ide muncul di otaknya, awalnya dia menegaskan kalau

46

seisi kelas itu adalah keluarga dan harus saling menghormati. Dia juga menambahkan peraturan dan hukuman yang diterapkan di kelas. Meskipun pertama kalinya selalu ditolak murid-muridnya, dia tetap memberlakukan peraturan dan hukuman itu hingga tidak ada satupun yang berani melanggar. Pada kesempatan lain Mr Clark menyediakan minuman coklat dalam jumlah yang sangat banyak yang akan dihabiskannya di dalam kelas jika murid-muridnya yang selama ini tidak bisa diam di kelas, ataupun bercerita panjang lebar yang tak ada kaitannya dengan mata pelajaran sekolah bisa diam dan memperhatikan penjelasan pelajaran tata bahasanya. Di mana resiko yang harus diterima Mr Clark adalah kemungkinan muntah di hadapan murid-muridnya karena terlalu banyak minum coklak, setiap penjelasan pelajaran lima belas detik dan anak-anak mau diam mendengarkannya maka Mr Clark meminum satu kotak susu coklatnya. Tekad yang sudah kuat dan ketulusan hati seorang Clark ternyata menjadikannya mampu bertahan hingga kotak minuman terakhir, dan tentu saja hal ini menjadikan murid-muridnya menyimak pelajaran dengan baik dan salah satu murid bisa menjawab pertanyaan mengenai pelajaran tersebut. Mr Clark juga masuk ke dalam dunia murid-muridnya. Di waktu istirahat, dia ikutan main lompat tali bersama mereka. Dia bertaruh pada anak-anak jika dia bisa melakukannya maka para murid harus mempelajari sesuatu darinya. Ternyata Mr Clark berhasil melakukan lompat tali dari

47

beberapa kegagalan diawalnya dan murid-murid bertepuk tangan untuk itu. Dia juga memasukkan metode baru dalam menghafal, yaitu dengan musik. Materi sejarah presiden Amerika dibawakan Mr Clark dengan

menyanyikan menggunakan irama Rap. Murid-murid tampak suka dan mengikuti nyanyiannya dan Mr Clark telah berhasil mengambil hati mereka. Mr Clark siap membantu anak-anak dalam menyelesaikan tugas. Bahkan dia sampai memberikan no telp dan bisa dihubungi kapanpun waktunya 24 jam setiap hari kepada siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan tugasnya. Shemaika adalah salah satu siswa yang dibantu mengerjakannya. Dia mendatangi rumahnya agar dia menunjukan pekerjaan rumah karena di sekolah dia belum menyerahkannya. Setelah diperlihatkan ternyata ada beberapa yang perlu diperbaiki dan Shemeika harus melakukannya. Baru saja mulai mengerjakan, kedua adik-adiknya telah datang dari penitipan anak-anak. Maka tugas untuk membuat makanan adik-adiknya dikerjakan oleh Mr Clark sementara Shemeika melanjutkan menyeleseikan tugas pekerjaan rumahnya. Namun ibu Shemeika kembali kerja malah mengusirnya dan tidak menyukai campur tangann Mr Clark. Keesokan hari dia melaporkan kepada kepala sekolah bahwa perbuatan itu telah meresahkannya, dia meminta kepala sekolah agar diperhentikan. Mr Clark berhasil meyakinkan Ibu Shemeika bahwa

anaknya seorang yang berpotensi dan dia berjanji bisa meluluskannya agar

48

dia bisa melanjutkan ke sekolah favorit kelak. Sehingga Ibu Shemeika sudah bisa menerimanya. Dalam perjuangannya mengubah sikap murid-muridnya yang bertingkah laku buruk dan tidak antusias dalam belajar menjadi murid yang pintar dan berakhlak baik, tentu saja tidak mudah baginya. Banyak sekali tekanan-tekanan yang datang kepadanya, dicaci maki murid, orang tua siswa, sampai kepala sekolah. Rintangannyapun tidak kalah banyaknya, ketika dia sakit parah, dia bertekad harus tetap mengajar. Namun baru sebentar menjelaskan pelajaran, dia jatuh pingsan dan di bawa ke rumah sakit. Kata dokter dia menderita penyakit pneumonia dan harus beristirahat selama dua minggu. Waktu ujian nasional kurang sebulan lagi, maka Mr Clark tidak bisa tinggal diam, dia meminta bantuan temannya merekamnya untuk pembelajaran anak-anak di kelas. Sehingga murid-muridnya belajar di kelas dari Mr Clark yang ada di dalam rekaman video. Begitulah dia berupaya dengan pikiran dan usaha fisiknya untuk menghadapi berbagai kemungkinan. Atas perjuangannya yang dia korbankan dengan jiwa dan tenaganya itu, dia berhasil mengubah sikap murid-muridnya. Semula sikap muridnya tidak suka kepadanya, sekarang mereka sudah menerima dengan baik. Setelah masuk kelas dari kesembuhannya, terjadi dialog yang cukup menarik antara Mr Clark dengan anak-anak. Dialog ini menunjukkan bahwa sebenarnya anak-anak hanya kurang percaya diri saja

49

dalam menghadapi ujian nasional. Mr Clark juga mengatakan bahwa apa yang telah mereka capai pada titik itu, terutama perubahan sikap mental, jauh lebih berharga dari ujian nasional. Keberhasilan anak-anak dalam memperbaiki perilakunya membuat ujian nasional bukan masalah yang terlalu besar. Ujian nasionalpun berjalan, para siswa mengikuti ujian tersebut dengan sebaik-baiknya. Dan para guru merasa cemas, khawatir jika murid mereka ada yang tidak lulus termasuk Mr Clark. Namun setelah diumumkan hasil ujiannya, ternyata semuan murid Mr Clark lulus dengan nilai baik. Bahkan kelas Mr Clark diberitahukan langsung oleh Mr Turner berhasil menjadi kelas dengan nilai tertinggi dari kelas-kelas yang lain.

Gambar 1. Ron Clark bersama beberapa muridnya 2. Harapan dan Tujuan Pembuatan Film Setiap produser film dan penulis skenario, ketika membuat film serta menayangkannya baik dalam bentuk film di televisi, bioskop, kepingan cakram padat (VCD/DVD) dan sejenisnya, mempunyai harapan

50 dan tujuan yang hendak dicapai,56 sebagaimana pembuatan The Ron Clark Story ini, berdasarkan pada salah satu kelas Inner Harlem Elementary School dan Ron Clark sebagai pengampunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai, adapun yang menjadi tujuan dibuatnya film ini selain untuk menghasilkan materi ada hal lain yang dapat diambil pelajaran yaitu sebagai seorang pelajar, dapat lebih menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lainnya terlebih kepada gurunya, tidak hanya mementingkan dan memikirkan diri sendiri. Untuk seorang guru dapat lebih memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masingmasing peserta didik sehingga tahu akan keragaman bentuk perilakunya, dan juga sebagai pendidik hendaknya bisa menanamkan kedisiplinan para siswanya yang bisa membentuk perilaku yang baik, sehingga bisa menjalani kehidupan di sekolah, di rumah dan di masyarakat dengan baik. Setelah diketahui akar permasalahan yang dihadapi masingmasing murid, sebagai seorang guru hendaknya mampu memilah jalan mana yang layak ditempuh untuk ikut atau berperan serta dalam menyeleseikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh muridmuridnya, untuk menghadapi itu semua diperlukan pemikiran yang cerdas dan tepat guna, jika di dalam kelas terdapat masalah antar murid, yang menjadi kunci penengahnya (mediator) adalah pendidik itu sendiri. Atas dasar inilah, maka merupakan sebuah amanah yang cukup berat bagi seorang pendidik untuk dapat mengatasi segala permasalahan Adnan,CommersialBreak,http://adnanscript.blogspot.com/2008_12_01_archive.html.G oogle acces 05 Januari 201156

51

yang ada di kelas, guna terciptanya pembelajaran yang baik, meski guru bukanlah satu-satunya orang yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya para murid, tetapi setidaknya sebagai seorang guru dapat ikut serta memperlancar para murid untuk menuju masa depan yang lebih cerah, meski hanya sekedar membantu dan membimbing para murid setiap saat, ketika para murid membutuhkan. Seperti telah disebutkan sebelumnya, guru bukanlah satu-satunya faktor penentu sukses atau tidaknya para murid, melainkan hanya sebagai fasilitator untuk peserta didiknya, yang menentukan berhasil atau tidaknya para murid itu ditentukan oleh masing-masing murid tersebut. Seberapa besarkah keinginan para murid untuk menggapai cita-citanya atau seberapa besarkah ia mempunyai tekad dan melakukan perubahan lebih baik di masa depannya. Itu semua tergantung dengan kemauan dan keinginan (kembali) pada masing-masing individu.57 Dalam gambaran film The Ron Clark Story jelas tersampaikan bahwa bukan saja fungsi hiburan dan penerangan saja yang ditonjolkan tetapi lebih kuat pada proses pendidikan dan pengajaran, yaitu pentingnya mengelola kelas dengan efektif. Dan jelas sekali bahwa film The Ron Clark Story juga menunjukkan bahwa guru adalah orang yang terpercaya untuk mengubah kesadaran dan memulihkan tingkah laku para peserta didik.

57

http://www.psb-psma.org/content/blog/peran-guru-sebagai-fasilitator acces 15 Januari

2011

52

3. Pesan Utama Film a. Jiwa pengajar sebagai karakter guru Tugas guru sebagai pengajar merupakan suatu pekerjaan yang tidak sederhana dan mudah. Sebaliknya, mengajar sifatnya sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mendampingi para siswanya menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa para siswa yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga menuntut materi, metode, dan pendekatan yang berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya. Demikian pula halnya dengan kondisi para siswa, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan behwa proses belajar itu mengandung variasi. Cara penangkapan siswa terhadap materi pelajaran tidak sama. Cara belajar juga beragam. Belajar sendiri dipengaruhi oleh beragam aspek yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Rumitnya aspek yang harus dipertimbangkan ketika

melaksanakan tugas mengajar, menjadikan tidak semua orang mau dan mampu untuk menjadi guru. Hanya orang yang memenuhi kriteria yang

53

tepat saja yang seharusnya tepat untuk menduduki posisi sebagai seorang guru.58 Ron Clark adalah sosok yang tepat mengemban tugas guru sebagai pengajar. Dia mendedikasikan kehidupannya untuk membantu anak-anak supaya menjadi siswa yang berhasil. Indikasi dari keberhasilan itu selain nilai ujian nasional siswanya terbaik diantara siswa kelas lainnya, dia juga mampu merubah sikap para siswanya menjadi lebih bermoral dan disiplin. Tidak seperti guru lain yang memilih menyerah ketika menghadapi para siswa sekolah dasar Harlem yang bertingkah laku buruk, Ron Clark justru tertantang untuk menghadapi dan berusaha merubahnya supaya menjadi siswa yang berhasil. Ron Clark adalah guru yang penuh semangat, tidak mudah menyerah untuk mengajari siswa-siswanya. walaupun kondisi para siswanya sungguh sangat di luar dugaan, mereka kurang menaruh perhatian terhadap pembelajaran di kelas. Untuk itu, Ron Clark melakukan usaha dengan berbagai cara untuk mengatasi hal tersebut. Pada mulanya ia datangi orang tua siswa. Hal itu bertujuan untuk memperoleh gambaran latar belakang para siswanya satu persatu. Usaha selanjutnya yaitu menata dan membuat ruang kelas serapi mungkin. Hal itu dilakukan setelah para siswa mengacak-acak kelas yang menunjukkan sikap tidak suka dan ingin mengusir guru yang Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 1658

54

mengajarnya. Namun Mr Clark tidak lantas diam diri, ia rela meluangkan waktunya untuk memperbaiki kelas tersebut hingga membuatnya lebih rapi dari sebelumnya. Karena pengajarannya belum sekalipun berhasil pada awal pembelajaran, maka usaha Mr Clark yaitu merubah metode konvensional yang biasa guru lakukan pada kelasnya namun tidak membuat siswa tertarik untuk belajar tersebut dengan metode baru yang mungkin tidak biasa, namun mampu membuat siswa belajar dengan baik di kelas. Metode baru tersebut mungkin agak aneh, akan tetapi sungguh sangat efektif dilakukan untuk menghadapi para murid yang berlaku buruk sebab pembelajaran lebih menarik dan menantang. Setelah pembelajaran berlangsung dengan baik ia menolong murid yang nilainya kurang baik ketika diadakan ujian. Ron Clark sampai memberikan no telp dan menyuruh siswa menghubunginya ketika para siswa menemui kesulitan dalam belajarnya kapanpun waktunya. Usaha-usaha Ron Clark sungguh sangat luar biasa, ia bekerja keras demi anak-anak didiknya. Bahkan sempat ia jatuh sakit hingga harus beristirahat. Namun ia tidak lantas bersantai dalam peristirahatan, ia sempatkan mengajarnya dengan menggunakan rekaman video. Begitulah, usaha Ron Clark patut untuk diapresiasi, ia sungguh menaruh perhatian penuh terhadap siswanya. Guru senantiasa dihadapkan pada peningkatan kualitas pribadi dan sosialnya. Jika hal ini dapat dipenuhi maka keberhasilan lebih cepat diperoleh, yaitu mampu melahirkan peserta didik yang berbudi luhur,

55

memiliki karakter sosial dan profesional sebagaimana yang menjadi tujuan pokok pendidikan itu sendiri. Karakter pribadi dan sosial bagi seorang guru dapat diwujudkan sebagai berikut: 1. 2. 3. Guru hendaknya pandai, mempunyai wawasan luas Guru harus selalu meningkat keilmuannya Guru meyakini bahwa apa yang disampaikan itu benar dan bermanfaat 4. 5. 6. Guru hendaknya berpikir obyektif dalam menghadapi masalah Guru hendaknya mempunyai dedikasi, motivasi dan loyalitas Guru harus bertanggung jawab terhadap kualitas dan kepribadian moral 7. 8. 9. Guru harus mampu merubah sikap siswa yang berwatak manusiawi Guru harus menjauhkan diri dari segala bentuk pamrih dan pujian Guru harus mampu mengaktualisasikan materi yang

disampaikannya 10. Guru hendaknya banyak inisiatif sesuai perkembangan iptek59 b. Pentingnya Mengenal Masalah Perilaku Anak Berbagai bentuk perilaku anak akan ditemui oleh guru di sekolah, seperti anak agresif, tidak bisa tenang dan suka bertengkar, pemalu dan lebih suka menyendiri, suka menangis, dan suka memukul. Perilaku-perilaku tersebut merupakan tanda bagi guru bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri anak, atau dengan kata lain mereka 59

Thoifuri, Guru Inisiator, (Semarang: Rasail Media group, 2008), hal. 4

56

sedang menghadapi masalah. Guru perlu mengerti bahwa perilaku tersebut ada sebab atau latar belakangnya. Oleh karena itu guru perlu mengetahui penyebab dari masalah-masalah yang dihadapi anak tersebut. Demikian halnya dengan berbagai bentuk perilaku anak tersebut juga terdapat dalam film The Ron Clark Story. Jason adalah siswa yang agresif, tidak suka tenang dan selalu mencari perhatian dari seorang guru. Ia selalu menjadi siswa yang pertama yang mencoba melanggar peraturan yang diberikan oleh seorang guru. Ia suka duduk di atas kursi dan menghadap kebelakang dalam kelas ketika guru menjelaskan pelajaran pada siswa-siswanya. Sedangkan Shameika adalah siswi yang berpengaruh cukup kuat diantara para siswasiswinya. Ia suka berkelompok dengan beberapa orang siswi dan

menjadi ketua darinya. Ketika tidak menyenangi seseorang siswa yang lain ataupun guru maka teman-teman anggotanya itu juga akan mengikuti sikap sepertinya. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelaspun, hanya Shameikalah yang paling gemar melawan dan menentang apa yang menjadi kehendak gurunya. Lain hal