skripsi aal- analisis factor factor yang mempengaruhi pencabutan molar pertama permanen di rsgm...

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, karena gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dirawat. Pencabutan gigi yang ideal merupakan pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan penyangganya. (Ismardianita, 2013) Tindakan pencabutan gigi dapat menimbulkan bahaya bagi penderita, oleh karena itu dasar pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan di tempat praktek. Dalam beberapa kasus perlu dilakukan di rumah sakit, oleh karena ada pertimbangan kondisi sistemik penderita.tindakan pencabutan gigi dengan teknik yang cermat dan didasari pengetahuan serta ketrampilan merupakan faktor utama dalam melakukan pencabutan. Jaringan hidup harus

Upload: yasirecin-yasir

Post on 07-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,

karena gigi tersebut sudah tidak dapat lagi dirawat. Pencabutan gigi yang ideal

merupakan pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulkan

rasa sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan penyangganya.

(Ismardianita, 2013)

Tindakan pencabutan gigi dapat menimbulkan bahaya bagi penderita, oleh

karena itu dasar pembedahan harus dipahami, walaupun sebagian besar tindakan

pencabutan gigi dapat dilakukan di tempat praktek. Dalam beberapa kasus perlu

dilakukan di rumah sakit, oleh karena ada pertimbangan kondisi sistemik

penderita.tindakan pencabutan gigi dengan teknik yang cermat dan didasari

pengetahuan serta ketrampilan merupakan faktor utama dalam melakukan

pencabutan. Jaringan hidup harus ditangani dengan hati hati, tindakan yang kasar

akan mengakibatkan kerusakan atau bahkan kematian jaringan. (Ismardianita,

2013)

WHO menetapkan kesehatan mulut yang baik sebagai indicator kesehatan

dan merupakan salah satu tujuan global yang harus dicapai. Dimana 85% dari

populasi harus memiliki gigi yang lengkap pada usia 18 tahun. Masyarakat yang

memiliki penghasilan yang rendah, pencabutan gigi dapat menjadi alternatif yang

lebih mudah dan lebih murah. Riset kesehatan dasar pada tahun 2007 melaporkan,

1

Page 2: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

2

bahwa rata-rata kerusakan gigi penduduk Indonesia adalah lima perorang, dimana

kasus pencabutan merupakan komponen terbesar yaitu empat gigi yang sudah

dicabut atau indikasi pencabutan. (Riskesdas 2007 : Dixit et al, 2010)

Gigi posterior lebih sering dicabut dibandingkan dengan gigi anterior.

Salah satunya gigi molar pertama permanen. Gigi molar pertama adalah gigi

permanen yang pertama erupsi di rongga mulut yaitu di usia 6-7 tahun dan

beresiko terkena karies jika tidak ada langkah langkah pencegahan yang tepat.

Gigi molar pertama termasuk gigi posterior yang mempunyai ukuran

terbesar dari semua gigi yang berfungsi untuk proses pengunyahan yaitu untuk

menggiling dan menghancurkan makanan. Karena fungsinya ini maka gigi molar

pertama sangat rentan terhadap karies. Selain itu gigi molar juga berperan penting

dalam bicara dan menentukan relasi atau bentuk wajah seseorang. (Hadyanawati

2002 : Ong et al 2006 : Dixit et al, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh omer sefjan janjua et al di Pakistan tahun

2009 mengenai pencabutan gigi molar pertama permanen dengan total 470 pasien,

mengemukakan bahwa karies merupakan penyebab paling umum dengan 281

kasus pencabutan (59,8% ) pada semua kelompok usia dan jenis kelamin diikuti

dengan periodontitis yaitu sebesar 109 kasus pencabutan (23,2%) molar pertama

permanen. Molar mandibula lebih sering dicabut (62,7%) dibandingkan dengan

molar maksila (37,3%). Gigi molar mandibula kiri memiliki frekuensi yang paling

sering dicabut pada penelitian ini. (Janjua et al, 2011)

Page 3: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

3

Survey yang dilakukan di Singapore oleh Grace Ong. Jinn-Fei Yeo,

Sameer Bhole mengenai alasan dilakukan pencabutan gigi mengemukakan bahwa

dari total 272 gigi yang telah di cabut, hasilnya menunjukkan bahwa persentasi

dari pencabutan gigi yang disebabkan karena penyakit periodontal dan karies

hampir sama yaitu 35,8% dan 35,4%. Terdapat peningkatan pada kasus

periodontal yang berhubungan dengan usia yaitu pada pasien dibawah 40 tahun

76% dari kehilangan gigi karena alasan periodontal pada pasien di bawah 40

tahun. (Onget et al, 2006)

Survey yang dilakukan Lesolang RR, Motloba DP, Lalloo R pada tahun

1998-2004 menyatakan bahwa 60% dari gigi yang dicabut adalah gigi molar atas

dan molar bawah. Alasan utama dari cabut gigi adalah karies (47,9%) dan

periodontitis (22,6%). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Richard et al

pada tahun 2001 di South Wales menunjukkan dari 558 kasus cabut gigi, karies

59%, penyakit periodontal 29,1%, preprostetik 1%, alasan orthodontic 5,5%,

trauma 1,2%, keinginan pasien 2,4% dan 6,2% alasan lainnya. (Richardet al

2001 : Lesolang et al, 2005)

Berdasarkan masalah dan latar belakang diatas menimbulkan

keingintahuan yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi pencabutan molar pertama permanen di RSGM Baiturrahmah.

Page 4: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

4

1.2. Rumusan Masalah

Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pencabutan gigi molar

pertama permanen di RSGM Baiturrahmah.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencabutan molar

pertama permanen di RSGM Baiturrahmah.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab

pencabutan gigi molar pertama permanen dengan frekuensi terbesar.

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab pencabutan gigi

molar pertama permanen dengan frekuensi terbesar berdasarkan jenis

kelamin.

c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab

pencabutan gigi molar pertama permanen dengan frekuensi terbesar

berdasarkan kelompok usia.

d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab pencabutan gigi

molar pertama permanen berdasarkan region gigi molar yang dicabut.

e. Untuk memenuhi tugas akhir.

Page 5: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

5

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bidang Institusi

a. Memberikan gambaran mengenai alasan pencabutan gigi molar

pertama permanen di RSGM Baiturrahmah.

b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan gigi dalam merencanakan

program pencegahan kehilangan gigi permanen.

1.4.2. Bidang Akademis

Untuk menambah informasi dan sebagai bahan perbandingan untuk

peneliti lain.

1.4.3. Bagi Peneliti

a. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan di bidang

kedokteran gigi terutama di bagian bedah mulut.

b. Untuk menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian.

Page 6: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Molar Pertama Permanen

Gigi molar tetap pertama merupakan gigi tetap permanen pertama yang

erupsi pada lengkung rahang pada umur sekitar 6-7 tahun, gigi molar pertama

dianggap penting dalam perkembangan oklusi. Gigi molar pertama permanen juga

merupakan kunci oklusi tetap dari gigi geligi tetap lainnya dan fungsinya sangat

penting dalam pengunyahan.

Molar pertama adalah gigi ke enam dari garis median. Pada umumnya gigi

ini adalah gigi paling besar dari semua gigi, letaknya distal dari gigi molar 2. Gigi

ini terdiri dari molar pertama atas dan molar pertama bawah. (Budipramana 2001 ;

Balogh dan fehrenbach, 2006)

Karena perannya sangat penting dalam lengkung rahang dan berperan

besar dalam pengunyahan menyebabkan gigi molar pertama permanen paling

berisiko terkena karies, dibandingkan dengan gigi tetap lainnya. Karena bentuk pit

dan fissurnya yang dalam sehingga sisa makanan dan plak lebih mudah terkumpul

di daerah tersebut sehingga sulit dibersihkan.

Gigi molar pertama permanen mandibula lebih rentan terkena karies

dibandingkan gigi molar pertama maksila. (Budipramana, 2001 ; Hadnyanawati,

2002)

Bila gigi tersebut terkena karies, dapat berakibat pencabutan,yang

menimbulkan resiko baru seperti perubahan posisi gigi, mempengaruhi oklusi,

6

Page 7: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

7

sendi rahang, dan proses mastikasi yang berdampak pada penyerapan nutrisi

makanan. (Lilis S, 2013)

2.1.1. Anatomi Gigi Molar Pertama Permanen

Gigi terdiri atas dua bagian yaitu mahkota gigi atau korona dan akar

gigi atau radiks. Bagian terluar mahkota gigi dilapisi oleh email, email

disebut juga dengan enamel. Di bagian dalam email terdapat tulang gigi atau

dentin dan pada bagian yang paling dalam terdapat pulpa. Pada pulpa

terdapat kapiler, arteri, vena dan saraf. Bagian terluar akar gigi tidak

memiliki email, tetapi memiliki semen. Bagian akar gigi tertanam dalam

tulang rahang yang ditutupi oleh gusi atau gingival.

Gigi molar satu mandibula adalah gigi ke-6 dari garis median. Pada

umumnya gigi ini merupakan gigi terbesar di rahang bawah. Gigi ini

mempunyai 5 cups yang tumbuh baik yaitu 2 cups bukal (cups mesio lingual

dan cups disto bukal), 1 cups distal dan 2 cups lingual (cups mesio lingual

dan disto lingual). Mempunyai 2 akar yang tumbuh baik yaitu 1 mesial dan

1 distal, yang lebar buko lingual dan pada apeksnya jelas terpisah. Kadang

kadang terdapat 3 akar yaitu 2 mesial dan 1 distal. (Itjingningsih WH, 1995 :

29)

2.1.1.1. Bagian-Bagian Gigi Molar Pertama Permanen

Gigi molar pertama permanen mempunyai beberapa bagian,yaitu :

a. Akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang

rahang dikelilingi oleh jaringan periodontal.

Page 8: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

8

b. Mahkota gigi, adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.

c. Cups adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada

mahkota. (Sihotang, 2010)

Gambar 1. Permukaan Oklusal Gigi M1 Permanen

2.1.1.2. Bentuk Gigi Molar Pertama Permanen

Mahkota gigi molar mempunyai empat atau lima cuspid mayor,

terdapat dua cuspid dengan lebar sama yang terletak di bagian lingual.

Mesiodistal gigi molar mandibula lebih luas daripada bukolingual.

Sedangkan gigi molar maksila molar mandibula lebih luas daripada

bukolingual.

Gigi molar maksila memiliki bagian bucolingual yang lebih luas.

Sehingga dari pandangan oklusal, mahkota gigi molar mandibula persegi

panjang, dengan empat sisi, atau pentagonal dengan lima sisi. Gigi molar

pertama permanen merupakan gigi yang besar dan kuat dari seluruh gigi di

rongga mulut. (Baloght dan Fehrenbach 2006 : Janjua et al, 2011)

Page 9: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

9

2.1.1.3. Permukaan-Permukaan Gigi

Nama nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi

adalah :

a. Permukaan oklusal : permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi

pre-molar.

b. Permukaan mesial : permukaan paling dekat garis tengah tengah tubuh.

c. Permukaan lingual : permukaan paling dekat lidah di rahang

bawah, di rahang atas disebut permukaan palatal.

d. Permukaan distal : permukaan paling jauh dari garis tengah.

e. Permukaan bukal : permukaan paling dekat bibir dan pipi.

(Sihotang, 2010)

2.1.2. Fungsi Gigi Molar Pertama Permanen

Gigi molar pertama permanen merupakan gigi yang paling penting di

rongga mulut dan memegang peranan penting dalam proses pengunyahan

dan sebagai pedoman erupsi gigi permanen posterior. Selain itu gigi geligi

juga berperan penting pada waktu bicara dan menentukan bentuk wajah

seseorang. (Hadnyanawati ; 2002)

Gigi ini juga dapat mempertahankan dimensi vertikal wajah,

diantaranya menjaga hubungan dimensi vertikal, mencegah protusi dagu,

dan menjaga penampilan. Gigi molar pertama permanen juga dapat menjaga

kontinuitas lengkung gigi sehingga menjaga posisi gigi lainnya tetap berada

pada lengkung gigi yang normal, fungsi gigi molar pertama permanen yang

terakhir berperan dalam estetik wajah, yaitu dengan menjaga pipi sehingga

Page 10: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

10

tetap normal dan menjaga posisi dagu agar memiliki jarak yang proporsional

dengan hidung. (Marit, 2007)

2.2. Pencabutan Gigi Permanen

Pencabutan gigi adalah prosedur yang menyatukan prinsip prinsip

pembedahan dan banyak prinsip prinsip fisik dan mekanik. Ketika prinsip prinsip

tersebut diaplikasikan secara benar, maka gigi dapat tercabut secara utuh dari

prosesus alveolar tanpa akibat selanjutnya. (Hupp et al, 2008)

2.2.1. Indikasi Pencabutan

Gigi dicabut dengan berbagai alasan, seperti :

a. Karies.

b. Pulpitis Irreversible.

c. Nekrosis Pulpa.

d. Penyakit Periodontal.

e. Gigi Impaksi.

f. Gigi Berlebih (Supernumery Teeth).

g. Keperluan Orthodontic.

h. Gigi Fraktur.

(Ismardianita, 2013 )

2.2.1.1. Karies

Karies merupakan alasan yang paling sering diterima untuk

melakukan pencabutan gigi yang tidak mungkin lagi bisa untuk di restorasi,

dan karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel,

Page 11: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

11

dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik

dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan. Tandanya adalah

adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh

kerusakan bahan organiknya. (Ismardianita 2013 ; Bakar 2012)

Penyakit karies gigi merupakan masalah utama dalam rongga

mulut. Menurut survey yang dilakukan dimana anak umur 8-10 tahun

merupakan satu kelompok yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut

karena umumnya anak anak pada umur tersebut masih mempunyai perilaku

dan kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi. (Sinta

Silaban, 2011)

Karies gigi merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan

prevalensi penyakit tersebut meningkat pada jaman modern. Peningkatan

tersebut dihubungkan dengan perubahan pola dan jenis makanan.

Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai fenomena gunung es. Karies gigi

disebabkan oleh erosi atau pengikisan jaringan keras yaitu enamel dan

dentin oleh asam. (Ramadhan, 2010)

Data global juga menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut

menjadi masalah dunia yang dapat mempengaruhi kesehatan secara umum

dan kualitas hidup. National Institution of Health di Amerika Serikat

melaporkan bahwa karies gigi menjadi penyakit kronis yang paling sering

diderita anak umur 5-17 tahun, yang kasusnya lima kali lebih banyak

dibanding asma dan tujuh kali dari demam akibat alergi. Jika tidak diobati,

karies gigi dapat menyebabkan sakit, gangguan penyerapan makanan,

Page 12: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

12

memengaruhi pertumbuhan tubuh anak dan hilangnya waktu sekolah. (Data

global, 2007)

Riset kesehatan dasar tahun 2007 dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia menunjukkan sebanyak 89% anak-anak di bawah usia

12 tahun mengalami karies gigi. Selain itu 43,4% masyarakat Indonesia

berusia 12 tahun ke atas mempunyai karies aktif dan 67,2% memiliki

pengalaman karies. Data terbaru yang dirilis oleh Oral Health Media Centre

pada April 2012, memperlihatkan sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan

hampir semua orang dewasa di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi.

(Riskesdas, 2007)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2007) propinsi Aceh

tahun 2007, menunjukkan prevalensi penduduk bermasalah gigi dan mulut

sebesar 30,5%. Sebesar 59,1% penduduk berumur 12 tahun keatas,

mengalami karies pada giginya yang belum ditangani/ karies aktif untreated,

pada laki laki 41,2% dan perempuan 40,9%, di perkotaan 39,5% dan di

perdesaan 41,5 % prevalensi karies aktif meningkat dengan bertambahnya

umur.

Hingga saat ini, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di

Negara maju maupun berkembang. Indeks karies di Indonesia saat ini

berkisar 2,2 untuk semua kelompok,sedangkan indeks karies di negara-

negara berkembang adalah 1,2. Target indeks karies yang ditetapkan oleh

WHO untuk tahun 2010 adalah 1,0.

Page 13: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

13

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004,

prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan tergolong lebih tinggi

jika dibandingkan dengan Negara berkembang lainnya. Karies menjadi salah

satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia.

Prevalensi edentolus di Indonesia dilaporkan mencapai 24% pada usia >65

tahun, sedangkan target pencapaian pada tahun 2020 adalah meningkatnya

jumlah individu yang mempunyai >21 gigi asli pada usia 35-44 tahun dan

65-74 tahun.

SKRT tahun 2001 menunjukan bahwa motivasi untuk menambal

gigi masih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi

yang belum ditangani dan memerlukan penambalan atau pencabutan

mencapai 82,5% dan ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan.

(Sondang dan Hamada, 2008)

Terjadinya karies pada permukaan licin yang dapat terlihat secara

klinis dibutuhkan waktu lebih kurang 18 bulan. Karies pada tahap awal tidak

menimbulkan rasa sakit namun pada tahap lanjut dapat menimbulkan rasa

sakit, baik pada gigi yang terkena karies maupun daerah di sekitar gigi

tersebut. Rasa sakit ini awalnya didahului oleh sakit yang ringan pada saat

gigi berkontak dengan makanan dan minuman panas ataupun dingin.

Jika kavitas dan invasi bakteri semakin dalam pada email dan

dentin gigi, rasa sakit akan muncul sesekali dan semakin tajam. Jika invasi

bakteri sampai ke pulpa maka akan menyebabkan rasa sakit yang berdenyut.

Invasi bakteri pada pulpa yang terjadi terus menerus akan menyebabkan

Page 14: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

14

jaringan pulpa menjadi nekrosis. Keadaan nekrosis biasanya tidak

menimbulkan rasa sakit, namun keadaan ini akan berlanjut menjadi abses,

akhirnya gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi dan harus dicabut.

(Tampubolon, 2005)

a. Etilogi Karies Gigi

Faktor etiologi karies terdiri atas faktor etiologi primer yang

langsung mempengaruhi biofilm dan faktor modifikasi yang tidak langsung

mempengaruhi biofilm. Terdapat empat faktor utama yang memegang

peranan yaitu faktor host, mikroorganisme, substrat dan waktu. Yang

digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.

Karies dapat terjadi, jika keempat faktor tersebut harus saling

mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik,

substrat yang sesuai dan waktu yang lama. Faktor resiko terjadinya karies

adalah pengalaman karies, oral hygine, penggunaan flor, jumlah bakteri,

saliva dan pola makan. ( Sondang dan Hamada, 2008 )

Gambar 2. Skema Karies Sebagai Penyakit Multifaktorial

Page 15: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

15

b. Patogenesis Karies

Proses terjadinya karies dimulai dari interaksi biofilm dan dengan

jaringan gigi sehingga menghasilkan lesi pada gigi. aktifitas metabolic pada

biofilm tidak dapat dilihat secara langsung, namun lesi karies dapat tampak

secara nyata. Terdapat beberapa mikroorganisme yang berperan terhadap

terjadinya karies yang disebut dengan bakteri kariogenik.

Bakteri kariogenik dapat mengubah gula menjadi asam

(asidorgenik), produksi ekstraseluler dan intraseluler polysakarida yang

terdapat pada plak, dimana intraseluler polysakarida dapat digunakan

sebagai energy dan dapat berubah menjadi asam, sehingga terjadi penurunan

PH saliva. Terdapat 300 bakteri pada plak. Bakteri yang terdapat pada

biofilm selalu mengalami metabolisme sehingga menyebabkan fluktuasi PH.

PH turun yang menyebabkan kehilangan mineral gigi yang disebut

dengan demineralisasi, sedangkan pada peningkatan PH terjadi

remineralisasi. Akumulasi demineralisasi dan remineralisasi dapat

menyebabkan kehilangan mineral gigi dan lesi karies akan terlihat.

Proses demineralisasi pada jaringan keras gigi akan menyebabkan

kerusakan matriks organic gigi. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi

bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke

jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri. Banyak factor yang

mempengaruhi proses metabolic seperti komposisi dan ketebalan plak,

sekresi saliva dan komposisi saliva, makanan dan konsentrasi ion floride,

akan memberikan kontribusi kehilangan mineral gigi dan kecepatan

Page 16: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

16

terjadinya lesi (Kidd 2005 ; Fejerskov dan Kidd 2008 ; Sondang dan

Hamada, 2008).

c. Klasifikasi Karies

Lesi karies dapat diklasifikasikan dengan berbagai jenis. Lesi karies

berdasarkan letak anatomis dapat ditemukan pada pit dan fisur atau pada

permukaan gigi yang halus. Lesi dimulai dari email (karies email) hingga

sampai ke dentin dan sementum akar (karies akar). Karies primer merupakan

karies pada gigi yang belum direstorasi, sedangkan lesi karies yang muncul

setelah tambalan disebut karies sekunder (karies rekuren).

Karies residual merupakan demineralisasi dari jaringan gigi sebelum

gigi ditambal. (Kidd, 2005) Lesi karies juga bisa diklasifikasikan

berdasarkan aktifitasnya. Lesi karies yang progresif disebut lesi karies aktif.

Sedangkan lesi karies yang terbentuk lebih awal dan kemudian berhenti

disebut lesi karies inaktif (arrested). Konsep klasifikasi karies berdasarkan

aktifitasnya ini diperlukan untuk menentukan perawatan, lesi karies aktif

memerlukan perawatan. (Kidd, 2005)

Karies rampan merupakan karies aktif dengan berbagai jenis pada

pasien yang sama, sehingga melibatkan permukaan gigi yang awalnya tidak

terkena karies. Hal ini dapat terlihat pada gigi permanen pada usia remaja

yang disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk dan mengkonsumsi

makanan yang mengandung kariogenik. Karies rampan dapat terjadi pada

orang dengan reduksi saliva (hyposalivation) misalnya pada orang dengan

radiasi kelenjar saliva. (Kidd, 2005)

Page 17: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

17

d. Permukaan Gigi Yang Mudah Terserang Karies

Permukaan gigi yang mudah terserang karies adalah pit dan fisur

pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar. Pit bukal molar dan pit

palatal insisivus, permukaan halus di daerah aproksimal sedikit kebawah di

titik kontak, email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi

gingival, permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat

melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingival, tepi tumpatan terutama

tumpatan yang mengemper dan permukaan gigi yang berdekatan dengan

gigi tiruan dan jembatan.

Pit dan fisur, merupakan daerah dengan frekuensi perkembangan

karies paling tinggi, sehingga merupakan karies yang paling sering dijumpai

pada orang muda sebelum terjadi resesi gingival. Resesi gingival yang

dialami ada pasien usia lanjut dapat merupakan lokasi utama terjadinya

karies. Kerentanan lokasi permukaan gigi dipengaruhi oleh berbagai factor

misalnya letak gigi yang tidak beraturan, kesukaran pembersihan permukaan

gigi. (Kidd dan Smith, 2002)

2.2.1.2. Pulpitis Ireversible

Pulpitis merupakan peradangan pulpa yang dapat berlangsung akut

maupun kronik. Perjalanan lesi karies pada dentin yang lambat, sehingga

menimbulkan stimulus pada pulpa yang berasal dari toksin bakteri, panas

dan tekanan osmotic dari lingkungan sekitarnya. Jika proses karies berlanjut

maka akan menyebabkan bakteri dapat mencapai pulpa sehingga pulpa

Page 18: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

18

terekspos oleh karies sehingga terjadi peradangan akut yang bersifat local

dan kemudian akan berkembang menjadi peradangan kronik. (Kidd, 2005)

Pulpitis irreversible adalah suatu keadaan inflamasi yang persisten,

dapat simptomatik atau asimtomatik yang disebabkan suatu rangsang yang

berbahaya. Pulpitis irreversible dapat berlangsung akut ataupun kronis.

Pulpitis irreversible menyebabkan vitalitas jaringan pulpa tidak dapat lagi

dipertahankan, tetapi gigi masih dapat dipertahankan di dalam rongga mulut

setelah dilakukan perawatan endodontic. (Tarigan, 2006)

Gigi yang mengalami nekrosis pulpa ataupun pulpitis irreversible

yang tidak dapat dilakukan perawatan endodontic, maka harus dilakukan

pencabutan gigi permanen. Keadaan yang menyebabkan perawatan

endodontic tidak dapat dilakukan,misalnya pada gigi yang memiliki akar

pendek, saluran akar yang mengalami klasifikasi, gigi yang panjang

mahkotanya sama atau lebih dari panjang tulang pendukung akar sehingga

harus dilakukan pencabutan gigi permanen.

Gigi yang tidak dapat direstorasi baik dengan tumpatan maupun

dengan mahkota pasak, atau telah dilakukan perawatan endodontic namun

gagal karena tidak dapat mengurangi rasa sakit ataupun drainase juga harus

dilakukan pencabutan gigi permanen. Pencabutan juga dilakukan bila pasien

menolak perawatan endodontic berkaitan dengan alasan social-ekonomi dan

tingkat pendidikan pasien. (Tampubolon 2005 ; Hupp et al, 2008) Pulpitis

irreversible terbagi menjadi :

Page 19: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

19

a. Pulpitis Irreversible Akut

Rasa sakit yang timbul karena panas atau dingin atau rasa sakit yang

timbul secara spontan, bisa beberapa menit atau berjam-jam, rasa sakit tetap

ada walupun iritasi telah hilang. Etiologi pulpitis irreversible adalah bakteri

yang masuk ke pulpa melalui proses penjalaran karies gigi, rangsangan

kimia, termal dan mekanis. (Widyawati, 2010)

Pulpitis irreversible memiliki gejala diantaranya rasa sakit pada

permulaan akan bertambah dengan rangsangan berupa perubahan

temperature secara tiba tiba terutama dingin, rangsangan manis atau asam,

tekanan dari sisa makanan yang masuk kedalam kavitas, rasa sakit akan

bertambah jika penderita dalam keadaan berbaring. Rasa sakit biasanya

berlangsung agak lama walaupun penyebab telah dihilangkan.biasanya rasa

sakit yang dikeluhkan berupa sakit menurusuk, tajam atau menyentak

nyentak. (Widyawati, 2010)

Secara klinis dapat terlihat adanya karies yang dalam dan meluas

sampai ke pulpa dimana pulpa sudah terbuka. Pemeriksaan lain berupa

pemeriksaan termal, perkusi, palpasi dan mobilitas tes normal. (Tarigan,

2006)

b. Pulpitis Irreversible Kronis

Pulpitis irreversible kronis terbagi menjadi dua :

1. Pulpitis Irreversible Kronis Asimptomatik

Pulpitis irreversible akut karena reaksi inflamasi dapat menghasilkan

mikroabses. Merupakan peradangan akut dari jaringan pulpa yang sangat

Page 20: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

20

nyeri dan disertai pembentukan mikroabses.secara mikroskopis terlihat

pulpa terbuka dan terlihat daerah abses atau suatu daerah nekrotik.

Pulpa berusaha melindungi diri dan membatasi daerah mikroabses

dengan jaringan fibrosa. Bila hal ini terjadi dibawah tumpatan atau karies

lama, perasaan nyeri jadi sangat hebat dan secara histologis dijumpai

mikroorganisme bersama sama limfosit, sel plasma dan makrofag (pulpitis

akut supuratif). Bila proses karies berlanjut dan menembus pulpa maka akan

terlihat suatu daerah ulserasi atau pulpitis ulseratif kronis.

Disini terjadi pembentukan ulkus pada permukaan jaringan pulpa

disekitar daerah perforasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada orang yang

masih muda usia karena daya tahan tubuh masih baik (pulpitis ulseratif

kronis). Rasa sakit tidak begitu hebat walaupun pulpa terbuka, kadang

kadang tidak terasa kecuali bila ada makanan yang masuk kedalam kavitas/

melalui tumpatan yang bocor. Walaupun demikian rasa sakitnya tidaklah

begitu hebat, hal ini disebabkan karena jaringan saraf pada bagian

permukaan telah mengalami degenerasi. (Widyawati, 2010)

2. Pulpitis Hiperplastik Kronik (Pulpa Polip)

Polip pulpa merupakan hasil dari peradangan jaringan pulpa yang

terbuka (pada usia muda) yang ditandai dengan pembentukan jaringan

granulasi, kadang kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena

iritasi tingkat rendah yang berlangsung lama. (Tarigan 2006 ; Widyawati,

2010)

Page 21: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

21

Pulpitis merupakan kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri

telah menginvasi jaringan pulpa. Atap pulpa mempunyai pensyarafan

terbanyak dibanding bagian lain pada pulpa, sehingga saat di invasi oleh

bakteri maka akan menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut.

(Tarigan, 2006)

2.2.1.3. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan

dari radang pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara

tiba tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi sebagian atau

seluruhnya. Nekrosis pulpa terjadi akibat inflamasi kecuali jika diikuti oleh

trauma mekanis maka jaringan pulpa akan dengan cepat rusak sebelum

terjadinya inflamasi. (Tarigan 2006 ; Widyawati, 2010) Nekrosis pulpa

terbagi menjadi dua tipe yaitu :

A. Nekrosis koagulasi yaitu bagian jaringan yang dapat larut mengendap

atau jaringan berubah menjadi padat. Pengejuan (caseation) adalah suatu

bentuk nekrosis koagulasi dimana terjadi perubahan jaringan menjadi

masa seperti keju yang terdiri dari protein yang mengental, lemak dan

air. (Tarigan 2006 ; Widyawati, 2010)

B. Nekrosis likuefaksi yaitu perubahan jaringan pulpa kedalam masa lunak

atau cair oleh enzim proteolitik. Hasil akhir dari dekomposisi pulpa

adalah HgS, protein, substansi lemak, air, dan karbondioksida. Hasil

lanjutan seperti indol, skatol, putresin dan kadaverin menimbulkan

busuk yang keluar dari saluran akar. Keadaan demikian disebut gangren

Page 22: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

22

pulpa yaitu kemudian jaringan pulpa gigi dalam keadaan membusuk

karena invasi bakteri. (Tarigan 2006 ; Widyawati, 2010)

Gejala gejala nekrosis pulpa :

1. Gigi dengan nekrosis pulpa pada umumnya tidak memberikan keluhan.

2. Biasanya ditandai dengan :

a. Perubahan warna gigi, mula mula kelihatan perubahan translusensi

gigi tersebut, kemudian berubah warna dari keabu-abuan sampai

kecoklat-coklatan.

b. Pada waktu preparasi kavitas tidak terasa apa-apa, sehingga sampai

kamar pulpa tertembus dan biasanya disertai dengan bau busuk.

3. Gigi dapat terasa sakit bila minum air hangat/ panas, karena adanya

ekspansi dari gas dalam ruang pulpa/ saluran akar yang menyebabkan

tekanan pada ujung syaraf sensoris dari jaringan vital didekatnya.

(Widyawati, 2010)

2.2.1.4. Penyakit Periodontal

Salah satu alasan yang umum yang digunakan pada pencabutan

gigi adalah periodontitis yang hebat dan meluas. Jika pada periodontitis

kronis yang hebat telah ada, maka akan terjadi kehilangan tulang dan

mobility gigi yang bersifat irreversible. Situasi ini menyebabkan gigi

hypermobile harus dicabut. (Hupp et al, 2008)

Penyakit periodontal memiliki prevalensi yang tinggi pada

beberapa populasi. Studi epidemiologi menunjukan bahwa penyakit

periodontal merupakan penyebab kedua kehilangan gigi. Penyakit

Page 23: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

23

periodontal merupakan salah satu penyakit yang meluas dalam kehidupan

masyarakat, sehingga mereka menganggap bahwa penyakit ini sebagai

sesuatu yang tidak dapat dihindari.

Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga mengalami

perkembangan yang lambat dan jika tidak dirawat dapat menyebabkan

kehilangan gigi. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal

adalah gingivitis dan periodontitis. Periodontitis dijumpai pada usia antara

20-40 tahun dengan perkembangan penyakit yang lambat.

Pada periodontitis proses peradangan sudah sampai ke jaringan

yang lebih dalam dan apabila tidak dirawat maka akan dapat menyebabkan

kehilangan gigi. (Situmorang 2005 ; Moreira et al, 2007)

a. Etiologi

Faktor-faktor etiologi penyakit gingival dan periodontal dapat

diklasifikasikan dengan berbagai cara. Berdasarkan peranannya dalam

menimbulkan penyakit, faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan atas:

faktor etiologi primer berupa dental plak (plak bakteri), dan faktor etiologi

sekunder (faktor pendorong) yang mempengaruhi efek dari faktor etiologi

primer.

Penumpukan plak dental sudah dapat terlihat dalam 1-2 hari setelah

seseorang tidak melakukan prosedur hygiene oral. Plak tampak sebagai

masa globular berwarna putih, keabua-abuan, atau kuning. Umumnya

dijumpai pada sepertiga gingival permukaan gigi, karena pada daerah

tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan.

Page 24: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

24

Penumpukan plak lebih sering terjadi pada retakan,pit, fisur permukaan pada

gigi, dibawah restorasi yang mengemper, dan sekitar gigi yang erupsi tidak

teratur. (Daliemunthe, 2008)

b. Patogenesis

Periodontitis hampir selalu didahului oleh gingivitis. Perubahan

gingivitis menjadi periodontitis diduga dimodifikasi oleh potensi patogenik

plak atau daya tahan penjamu. Daya tahan penjamu yang dimaksud

mencakup aktifitas imunologis dan mekanisme yang berkaitan dengan

jaringan lainnya seperti derajat fibrosis gingiva, kemungkinan juga lebar

gingiva cekat dan reaksi fibrogenesis dan osteogenesis yang berlangsung

disekitar lesi inflamasi.

Namun, pada periodontitis terjadi pembentukan saku periodontal,

kehilangan tulang dan pola kerusakan tulang, trauma oklusi, migrasi

patologis, mobility gigi dan resesi gingiva. Penjalaran penyakit periodontal

berjalan lambat namun kontinu. Pembentukan saku periodontal merupakan

langkah awal terjadinya periodontitis, dimana saku periodontal mengalami

periode tenang (quiescence) dan periode eksaserbasi (eksaserbation).

Periode tenang ditandai dengan berkurangnya respon inflamasi dengan

sedikit atau tanpa kehilangan tulang dan perlekatan jaringan ikat.

Periode eksaserbasi dimulai dari keberadaan plak yang tidak melekat

(yang dibentuk oleh bakteri anaerob, motil dan gram negative), dimana telah

terjadi kehilangan tulang dan pendalaman saku. Periode eksaserbasi ini

dapat berlangsung dalam beberapa hari, minggu, bulan dan kemudian diikuti

Page 25: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

25

oleh periode tenang yang dinamakan periode remisi. Periode tenang dan

eksaserbasi ini juga dikenal dengan periode aktifitas dan inaktifitas. Secara

klinis periode aktif ditandai dengan proses peradangan gingival spontan atau

pada probing dan jumlah eksudat yang lebih banyak.

Secara histopatologis, epitel terlihat licin dan ulserasi dan infiltratnya

didominasi oleh sel-sel plasma dan leukosit polymorphonukleus.

Pengamatan bakteriologis dangan mikroskopis lapangan gelap menunjukan

proporsi yang tinggi dari organism motil dan spirochaeta. Setelah beberapa

waktu kehilangan tulang dapat terlihat secara radiografis. (Daliemunthe,

2008)

c. Pemeriksaan Klinis

Pengukuran klinis pada penyakit periodontal yang termasuk indikasi

untuk pencabutan gigi meliputi : mobility gigi, hilangnya perlekatan dan

furkasi merupakan kriteria utama dalam menentukan pencabutan pada gigi

yang mengalami penyakit periodontal. Pengukuran pada gigi dengan

prognosis yang buruk :

1. Jarak dari cemento enamel junction (CEJ) ke sulkus gingiva dengan

menggunakan probe William’s, kerusakan periodontal diperkirakan 5,0

mm atau lebih melalui pemeriksaan klinis yang dilakukan.

2. Derajat mobiliti gigi, hanya gigi dengan derajat III (mobility hebat

faciolingual dan atau mesiodistal, kombinasi dengan perpindahan secara

vertikal) yang diindikasikan untuk pencabutan.

Page 26: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

26

3. Derajat furkasi berdasarkan klasifikasi Glickman’s, hanya furkasi derajat

IV yang diindikasikan untuk pencabutan. (Chrysanthakopoulos : 2011)

d. Penjalaran Penyakit Pulpa Dapat Kejaringan Periodontal

Pulpa yang mengalami infeksi berat atau nekrosis dapat

menyebabkan peradangan periodontal melalui saluran akar atau tubulus

dentin. Kerusakan jaringan periodontal yang disebabkan oleh penyebaran

penyakit pulpa dapat bersifat bacteria, mekanis dan kimiawi. Dalam proses

peradangan, yang paling berperan adalah perubahan jaringan pulpa yang

terkena infeksi yang umumnya bersifat kronis.

Protein mengalami denaturasi dan toksin yang dibebaskan pada

proses pengrusakan pulpa dapat menjalar dan menimbulkan reaksi yang

bersifat infeksi pada jaringan periodontal. Eksudat yang dihasilkan

menentukan tulang penyangga sehingga dapat mengakibatkan resorbsi

tulang. Gambaran radiografi dapat membantu menegakkan diagnosis pada

periapeks yang menunjukan adanya granuloma, abses atau kista. (Tarigan,

2006)

2.2.1.5. Indikasi Lainnya

Indikasi pencabutan gigi selain yang disebutkan diatas adalah

sebagai berikut : gigi yang retak, gigi terpendam, gigi supernumerary, terapi

radiasi, gigi yang terlibat dalam rahang yang patah. (Hupp et al, 2008)

2.2.2. Kontra Indikasi Pencabutan

Secara umum, kontraindikasi pencabutan gigi dibagi atas

kontraindikasi lokal dan kontraindikasi sistemik. Pasien dengan

Page 27: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

27

kontraindikasi yang bersifat sistemik meliputi kondisi pasien yang tidak

memungkinkan untuk mendapatkan terapi bedah. Pasien dengan

kontraindikasi sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk dilakukan

pencabutan (bukan berarti pencabutan merupakan kontraindikasi mutlak).

Pencabutan bisa dilakukan dengan syarat pasien sudah berada dalam

pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol

dengan baik. Ini penting diperhatikan untuk menghindari terjadinya

komplikasi, baik sebelum, saat maupun setelah dilakukan pencabutan.

Dengan berkonsultasi, bisa didapatkan rekomendasi atau izin dari

dokter spesialis mengenai waktu yang tepat untuk melakukan pencabutan

tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan pasien serta tindakan

pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan pencabutan.

(Ismardianita, 2013)

2.2.2.1. Kontra Indikasi Sitemik

Kontraindikasi sistemik dapat mencegah pencabutan karena

keadaan sistemik pasien seperti kemampuan tubuh pasien untuk

mengkompromi pembedahan tersebut. Salah satu kontraindikasi sistemik

yang disebut dengan penyakit metabolisme berat yang tidak terkontrol

seperti diabetes yang berat dan penyakit ginjal dengan uremia berat. Pasien

dengan diabetes yang ringan atau diabetes berat yang terkontrol dengan baik

bisa dirawat seperti pasien yang normal. (Hupp et al, 2008)

Pasien dengan leukemia yang tidak terkontrol dan lymphoma tidak

boleh melakukan pencabutan gigi sampai keganasannya dapat terkontrol.

Page 28: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

28

Komplikasi yang berpotensi adalah infeksi karena sel darah putih tidak

berfungsi dan pendarahan yang parah sebagai hasil dari jumlah platelet yang

inadekuat. (Hupp et al, 2008)

Kehamilan merupakan kontraindikasi yang bersifat relative. Pasien

yang hamil pada trimester pertama dan trimester ketiga kemungkinan harus

menunda pencabutan yang akan dilakukannya. Akhir trimester pertama dan

bulan pertama dari trimester akhir lebih aman daripada pertengahan

trimester bagi pasien yang akan melakukan pencabutan sederhana tanpa

komplikasi, tapi untuk prosedur pembedahan yang lebih ekstensi sebaiknya

ditunda sampai pasien melahirkan.

Pasien dengan gangguan pendarahan hebat, seperti hemophilia, atau

kerusakan platelet hebat tidak boleh dilakukan pencabutan sampai

koagulophaty telah kembali normal. Pasien yang sedang mendapat berbagai

macam pengobatan jika melakukan pembedahan maka harus selalu

diperhatikan. (Hupp et al, 2008)

2.2.2.2. Kontra Indikasi Lokal

Ada banyak kontra indikasi lokal untuk pencabutan gigi. Namun

yang paling penting dan paling kritis adalah riwayat terapi kanker.

Pencabutan pada area radiasi akan menyebabkan osteonekrosis. Gigi yang

menjadi tempat tumbuhnya tumor, terutama tumor malignan, tidak harus

dicabut. Prosedur pembedahan pada ekstraksi dapat menyebabkan

penyebaran sel dank arena hal itu akan mempercepat proses metastasis.

Pasien dengan perikoronitis berat karena molar tiga terpendam tidak boleh

Page 29: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

29

dicabut sampai perikoronitisnya telah dilakukan perawatan. Kontra indikasi

lokal yang terakhir adalah abses dentoalveolar akut. (Hupp et al, 2008)

Page 30: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif, yaitu

untuk mengetahui faktor faktor apa sajakah yang mempengaruhi pencabutan gigi

molar pertama permanen di RSGM Baiturrahmah Padang periode Januari sampai

Desember 2012.

3.2. Populasi

Semua rekam medis pasien yang mengunjungi bagian bedah mulut yang

telah melakukan pencabutan gigi molar pertama permanen di RSGM

Baiturrahmah periode Januari sampai Desember 2012 dengan jumlah total 588

rekam medis.

3.3. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total

sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian sesuai

dengan criteria inklusi. (Sabri dan Hastono : 2010)

Rumus besar sampel adalah :

n = N

1+N (d2)

n = 556

1 + 556 (0.05)2

N = 232,630

Page 31: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

31

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi adalah 556

d = Presisi atau derajat kepercayaan yang diinginkan pada penelitian ini

digunakan 5% atau 0,01.

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel minimal sebanyak

233 kasus pencabutan gigi molar pertama permanen. (Nasir dan Muhith ; 2011)

kriteria inklusi penelitian pasien yang melakukan pencabutan gigi molar pertama

permanen periode Januari sampai Desember 2012. Sedangkan kriteria ekslusi

penelitian ini adalah pasien yang kehilangan gigi molar pertama permanen.

3.4. Variabel

Variabel penelitian = infeksi karies, pulpitis irreversible, nekrosis pulpa,

penyakit periodontal, fraktur dan indikasi lainnya.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Skala

Pencabutan gigi Merupakan suatu tindakan untuk

mengeluarkan gigi dari soketnya.

Nominal

Gigi molar pertama

permanen

Merupakan gigi permanen yang pertama

kali erupsi di dalam rongga mulut dan

berperan sebagai kunci oklusi.

Nominal

Usia Lama hidup pasien dalam tahun sampai usia

terakhir yang di tulis pasien di dalam rekam

Ordinal

Page 32: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

32

medis.

Jenis kelamin Laki-laki dan Perempuan Nominal

Karies Gigi permanen yang memerlukan

pencabutan dengan penyebab utama berupa

karies tanpa penyakit pulpa termasuk radiks,

gigi yang sudah mengalami perawatan

endodontic

Nominal

Pulpitis irreversible Karies yang tidak terawat dan menembus

jaringan pulpa sehingga vitalitas jaringan

pulpa tidak dapat lagi dipertahankan lagi.

Termasuk pulpa polip dan pulpitis

irreversible kronis pulpa terbuka.

Nominal

Nekrosis pulpa Nekrosis pulpa adalah kematian yang

merupakan proses lanjutan dari radang

pulpa akut maupun kronis atau terhentinya

sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat

trauma. Nekrosis pulpa dapat terjadi

sebagian atau seluruhnya. Termasuk

didalamnya gangrene pulpa dan gangrene

radik.

Nominal

Penyakit periodontal Penyakit yang mengenai jaringan

pendukung yang menyebabkan kegoyangan,

abses periodontal atau nyeri jaringan

periodontal.

Nominal

Penyebab lain Semua penyebab pencabutan gigi permanen

selain karies, pulpitis irreversible, nekrosis

pulpa, penyakit periodontal, termasuk

didalamnya fraktur, gigi dengan lesi

patologis, trauma, perikoronitis, impaksi,

malposisi gigi dan lain-lain.

Nominal

Page 33: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

33

3.6. Persyaratan Etik

Berisi izin untuk melakukan penelitian yang akan dilampirkan pada

halaman lampiran dan surat selesai penelitian.

3.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di ruangan rekam medis RSGM Baiturrahmah

padang. Rekam medis yang diambil terhitung dari Januari sampai Desember 2012.

Pemilihan tempat penelitian berguna untuk efektifitas jarak dan waktu dalam

penelitian sehingga mempermudah dalam pengumpulan data.

3.8. Alat dan Bahan

Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang dikumpulkan melalui

rekam medis pasien RSGM Baiturrahmah Padang yang telah melakukan

pencabutan gigi molar pertama permanen periode Januari sampai Desember 2012.

3.9. Cara Kerja

1. Menentukan jumlah populasi yaitu semua pasien yang melakukan

Pencabutan gigi permanen di bagian bedah mulut RSGM Baiturrahmah.

2. Menentukan kriteria sampel yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu

Pasien yang melakukan pencabutan gigi molar pertama permanen yang

Tercatat dalam rekam medis periode Januari sampai Desember 2012.

3. Mencari besar sampel minimal yang akan diambil sebagai subjek

Penelitian dengan menggunakan rumus.

Page 34: SKRIPSI AAL- Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pencabutan Molar Pertama Permanen Di RSGM Baiturrahmah

34

4. Menentukan teknik pengambilan sampel, yaitu total sampling.

5. Mengumpulkan rekam medis periode Januari sampai Desember 2012

yang memenuhi kriteria.

6. Mencatat faktor penyebab pencabutan yang terdapat pada rekam medis

Pasien.

7. Mengumpulkan hasil dan mengolah data.

3.10. Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

PASIEN

RSGM BAITURRAHMAH

Rekam Medis

Pasien Dengan Yang Melakukan Pencabutan M1 Permanen Sebanyak 280 Kasus Pencabutan

Penyebab Pencabutan

Karies Penyakit Periodontal

Penyebab Lainnya

Kumpulkan Hasil

Analisa Data