skizofrenia.doc

77
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula- mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857- 1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok social ekonomi rendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan diruang gawat darurat atau tempat praktek 1

Upload: bayu-cahyo-oktafian

Post on 21-Jan-2016

123 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan pasien dengan skizofrenia

TRANSCRIPT

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompoksocialekonomirendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yamg menimbulkan ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan skizofrenia ?

2. Bagaimana angka kejadian skizofrenia ?

3. Bagaimana proses klinis dari skizofrenia ?

4. Apa saja gangguan yang terkait dengan skizofrenia ?

5. Apa etiologi dari skizofrenia ?

6. Apa saja jenis dari skizofrenia ?

7. Apa saja terapi bagi pasien skizofrenia ?

7. Bagaimana aplikasi proses keperawatannya ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep dasar skizofrenia.

2. Untuk mengetahui aplikasi proses keperawatan pada pasien skizofrenia.

BAB II

ISI

A. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi,emosi.gerakan,dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri ,melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti jenis kanker.Selama berpuluk-puluh tahun ,Skizofren sering disalah artikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol,dan mereka yang terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebai individu yang mengalami masalah emosional atau psikologis yang terkendali dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah. Kebanyakan individu yakin bahwa penderita Skizofrenia perlu diasingkan dari masyarakat dan dikirim ke institusi. Hanya baru-baru ini saja,komunitas kesehatan jiwa menyadari untuk belajar dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa yang memiliki berbagai tanda dan gejala dan skizofrenia merupakan penyakit yang dapat dikendalikan dengan obat.Dengan meningkatnya efektifitas antipsikotik atipikal terbaru dan kemajuan terapi berbasis di masyarakat,banyak klien dapat berhasil hidup di masyarakat. Klien yang penyakitnya diawasi dan dijaga secara medis sering kali dapat terus hidup dan kadang-kadang dapat bekerja dimasyarakat dengan dukungan mereka. Skizofrenia biasanya terdiagnosis pada masa remaja akir dan dewasa awal.Skizofrenia jarang terjadi pada masa kanak-kanak. Insiden puncak awitannya ialah 15-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita (DSM-IV-TR,2000). Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1 % dari seluruh penduduk . Di Amerika Serikat angka tersebut menggambarkan bahwa hamper 3 juta penduduk yang sedang , telah , atau akan terkena penyakit tersebut. Insiden dan prevalensi seumur hidup[ secara kasar sama diseluruh dunia ( Buchanan & Carpenter,2000).

Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama : gejala positif atau gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran, bicara, dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek sadar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman. Gejala positif dapat dikontrol dengan pengobatan, tetapi gejala negative sering kali menetap setelah gejala psikotik berkurang. Gejala negative seringkali menetap sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan dan perbaikan fungsi dalam kehidupan sehari-hari klien.Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR, 2000. Diagnose ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan :

1. Skizofrenia, tipe paranoid : ditandai dengan waham kejar ( rasa menjadi korban atau dimata-matai ) atau waham kebesaran yang berlebihan ( fokus waham agama ) atau perilaku agresif dan bermusuhan.

2. Skizofrenia, tipe tidak terorganisasi : ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi perilaku yang ekstern.

3. Skizofrenia, tipe katatonik : ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktifitas motorik yang berlebihan, negatifisme yang eksterm, mutisme, gerakan voluntir yang aneh, ekolalia, atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa katalepsi ( fleksibilitas cerea ) atau stupor. Aktifitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulasi eksternal. 4. Skizofrenia, tipe tidak dapat dibedakan : ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia campuran ( atau tipe lain ) disertai dengan gangguan pikiran, afek, dan perilaku.

5. Skizofrenia, tipe residual : ditandai dengan setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar.B. Epidemiologi

Skizofrenia cenderung menjadi penyakit menahun atau kronis maka angka insidensi penyakit ini dianggap lebih rendah dari angka frevalensi dan diperkirakan mendekati angka sepuluh ribu pertahun. Ditemukan juga bahwa life prevalensi skizofrenia diperkirakan 0,5%.(Hawari,2001) . Perkiraan resiko skizofrenia pada sustu waktu tertentu 0,5%-1%. Sekitar 15% penderita yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia, hal ini lebih sering menyerang pria daripada wanita dan kebanyakan dimulai sebelum usia 30 tahun. (Ingrametal,1995) . Perbandingan antara jenis kelamin pria dan wanita prevalensinya sama akan tetapi menunjukkan perbedaan dalam onset skizofrenia dan perjalanan penyakit. Pria mempunyai onset skizofrenia lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk pria adalah 15-25 than, dan untuk wanita usia puncaknya adalah 25-35 tahun. (kaplon dan Sadock, 1997).C. Proses Klinis

Walaupun gejala-gejala skizofrenia selalu berat, proses jangka panjang penyakit tersebut tidak selalu berupa deteriorasi yang progresif. Proses klinis skizofrenia dapat berfariasi diantara pasien.1. Awitan

Awitan Skizofrenia dapat muncul tiba-tiba atau bertahap, tetapi kebanyakan klien mengalami perkembangan tanda dan gejala yang lambat dan bertahap, misalnya menartik diri dari masyarakat, perilaku yang tidak lazim kehilangan minat untuk sekolah atau bekerja, dan sering kali mengabaikan higien. Diagnosis skizofrenia biasanya ditegakkan ketika individu mulai memperlihatkan gejala yang positif yang lebih aktif seperti waham, halusinasi, gangguan pikiran ( psikosis ). Tanpa memperhatikan kapan bagaimana gangguan ini mulai timbul dan tipe skizofrenia, ada konsekwensi yang penting dan berlangsung lama pada kebanyakan klien dan keluarga mereka. Kapan dan baimana penyakit ini berkembang tampaknya mempengaruhi hasil akhir penderita. Usia klien saat awitaan muncul tampaknya merupakan factor penting dalam menentukan seberapa baik kemajuan klien. Mereka yang menderita penyakit ini pada usia dini memperlihatkan hasil akhir yang lebih buruk daripada mereka yang mengalaminya pada usia lebih tua. Klien yang berusia lebih muda memperlihatkan penyesuaian pramorbit yang lebih buruk, tanda negative ytang lebih nyata dan gangguan kognitif yang lebih banyak daripada klien yang berusia lebih tua. Mereka yang mengalami awitan penyakit ini secara bertahap ( sekitar 50% ) cenderung mengalami proses klinis segera dan jangka panjang yang lebih buruk daripada mereka yang mengalami awitan akut dan mendadak ( Buchanan & Carpenter,2000).2. Proses Klinis Segera

Dalam beberapa tahun segera setelah awitan gejala psikotik berpola tipikal muncul. Pada satu pola, klien mengalami psikosis yang continu, dengan beberapa perubahan pada tingkat keparahan gejala, tetapi tidak pernah sepenuhnya sembuh dari psikosis. Pada pola klinis yang lain klien mengalami episode gejala episotik yang diikuti dengan relative pulih sepenuhnya dari psikosis diantara episode gejala.

3. Proses Klinis Jangka Panjang

Intensitas psikosis cenderung menurun seiring usia. Banyak klien yang mengalami gangguan jangka panjang memperoleh kembali beberapa tingkat fungsi social dan okupasional. Penyakit menjadi kurang menimbulkan gangguan pada gangguan individu dan lebih mudah diatasi, tetapi efek disfungsi yang dialami selama bertahun-tahun jarang dapatb diatasi ( Buchanan & Carpenter,2000). Pada kehidupan selanjutnya, klien ini dapat mandiri atau hidup dilingkungan kluarga yang terstruktur yang dapat berhasil dalam pekerjaan yang memiliki prospek cerah dalam lingkungan kerja yang suportif.

Antipsikotik memainkan peran penting dalam proses penyakit dan hasil akhir klien secara individual. Obat-obatan ini menyembuhkan gangguan tersebut tetapi sangat penting untuk keberhasilan penyembuhan penyakit. Semakin efektif respon klien dan kepatuhannya terhadap program pengobatan ini, semakin baik hasil akhir yang dicapai.

D. Gangguan Terkait

Gangguan lain berhubungan dengan skizofrenia, tetapi dibedakan dalam gejala yang muncul da durasi atau besarnya gangguan . DSM-IV-TR, (2000) mengategorikan gangguan ini sebagai:

Gangguan skizofreniform : klien memperlihatkan gangguan skizofrenia, tetapi selang dari 6 bulan yang diperlukan untuk memenuhi criteria diagnostic skizofrenia. Gangguan fungsi social atau okupasional mungkin terjadi atau tidak.

Gangguan skizoafektif : klien memperlihatkan gejal psikosis dan pada saat yang sama memperlihatkan semua gambaran gangguan mood, berupa depresi atau mania.

Gangguan waham : klien mengalami satu atau lebih waham yang tidak aneh yakni, suatu ide yang tidak dapat dipercaya. Fungsi psikososial tidak mengalami gangguan yang nyata, dan perilaku tidak secara jelas terlihat aneh. Gangguan psikotrik singkat : klien mengalami awitan mendadak minimal 1 gejala psikotik, misalnya waham, halusinasi atau disogranisasi bicara atau perilaku, yang berlangsung dari satu hari sampai 1 bulan. Episode gejala ini dapat atau tidak dapat memiliki stesor yang dapat diidentifikasi atau dapat dialami setelah melahirkan.

Gangguan psikotik terbagi ( folie a deux ) : suatu waham yangb sama dan dialami oleh 2 individu. Individu dengan diagnosis ini mengalami waham dalam kontek hubungan dekat dengan seseorang yang mengalami waham psikotik.

Dua diagnosis yang lain, yakni gangguan kepribadian schizoid dan gangguan kepribadian skizotipal, bukan gangguan psikotik dan tidak boleh keliru denagn skizofrenia walau kedua nama itu kelihatannya sama. Dua diagnosis tersebut dibahas pada bab gangguan kepribadian.E. EtiologiPertanyaan penting bagi peneliti dan klinisi selama meneliti skizofrenia adalah apakah skizofrenia merupakan penyakit organic yang disebabkan patologi otak secara fisik yang mendasar. Pada pertengahan pertama abad ke-20 ,peneliti difokuskan pada upaya menemukan struktur patologis tertentu yang terkait dengan penyakit tersebut,sebagian besar dilakukan melalui autopsy . Struktur patologis tersebut tidak ditemukan . Pada tahum 1950 dan 1960-an tersebut,penekanan bergeser pada pemeriksaan factor psikologis dan social sebagai factor penyebab. Ahli teori interpersonal berpendapat bahwa skizofrenia muncul akibat hubungan disfunngsional pada masa kehidupan awal dan masa remaja. Satu teori yang popular mengatakan bahwa skizofrenia terjadi akibat ibu yang cemas berlebihan,terlalu protektif atau tidak perhatian secara emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol. Tidak ada satupun dari teori interpersonal ini yang terbukti benar,tetapi walaupun penelitian terbaru menemukan jawaban tentang penyebab neurologis/neurokimia,banyak individu masih percaya bahwa skizofrenia terjadi akibat disfungsi pengasuhan anak atau dinamika keluarga. Banyak orang tua atau anggota keluarga individu terdiagnosis skizofrenia menderita karena apa yang mereka lakukan salah atau apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu mencegah penyakit tersebut ( Torrey,1995) .

Penelitian ilmiah terbaru mulai menunjukkan bahwa skizofrenia adalah suatu tipe disfungsi otak. Pada tahun 1970-an ,peneliti mulai berfokus padasebab-sebab neurokimia yang mungkin, dan hal ini masih menjadi focus utama peneliti dan teori saat ini.Teori neirokimia/neurologis didukung oleh antipsikotik yang menbantu mengontrol gejala psikotik dan alat pencitraan saraf seperti computed tomography ( CT ) yang menunjukkan bahwa fungsi dan struktur otak individu yang mengalami skizofrenia berbeda ( Gur & Gur, 2000).Berikut ini adalah area-area minat dan penelitian saat ini :

1. Teori Biologi

Teori biologis skizofrenia berfokus pada factor genetic ,factor neuroanatomi dan neurokimia ( struktur dan fungsi otak ),serta imunovirologi ( respon tubuh terhadap pajan suatu virus ) .

2. Faktor Genetik

Kebanyakan peneliti genetic berfokus pada keluarga terdekat , seperti orang tua ,saudara kandung ,dan anak cucu untuk melihat apakah skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara genetic. Hanya sedikit penelitian yang memfokuskan pada kerabat yang lebih jauh.Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang menunjukkan bahwa kembar identik beresiko mengalami gangguan ini sebesar 50 % ,sedangkan kembar fraternal beresiko hanya 15 %. Hal ini mengiindikasikan bahwa skizofrenia sedikit diturunkan. Penelitian penting lagi menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki satu orang tua biologis penderita skizofrenia memiliki resiko 15 % ; angka ini meningkat sampai 35 % jika kedua orang tua biologis menderita Skizofrenia. Anak-anak yang memiliki orang tua biologis dengan riwayat skizofrenia tetapi diadopsi sejak lahir oleh keluarga tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki riwayat genetic dari orang tua genetic mereka. Semua penelitian ini menunjukan bahwa ada risiko genetic atau kecenderungan skizofrenia, tetapi ini bukan satu-satunya faktor: kembar identic memiliki risiko 50% walaupun gen mereka identic 100%(cancro& Lehman, 2000)

3. Faktor Neuroanatomi Dan NeurokimiaDengan perkembangan teknik pencitraan noninvasive, seperti CT scan, magnetic resonance imsging (MRI), dan positron emission tomography (PET) dalam 25 tahun terakhir, para ilmuan mampu meneliti struktur otak (neuroanatomi) dan aktivitas otak (neurokimia) individu penderita skizofrenia. Penelitian menunjukan bahwa penderita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relative lebih sedikit, hal ini dapat memperlihatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya. CT scan menunjukan pembesaran ventrikel otak dan atrofi korteks otak. Penelitian PET menunjukan bahwa ada penurunan oksigen dan metabolism glukosa dalam struktur korteks frontal otak. Riset secara konsisten menunjukan penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area frontal dan temporal individu penderita skizofrenia. Penderita ini berkolerasi dengan tanda-tanda positif skizofrenia(lobus temporalis) seperti psikosis dan tanda-tanda negative(lobus frontalis) seperti tidak memiliki kemauan atau motivasi. Tidak diketahui apakah perubahan pada lobus frontalis dan temporalis ini terjadi akibat kegagalan kedua area tersebut untuk berkembang dengan baik ataukah area tersebut mengalami kerusakan akibat virus, trauma, giziburuk , tembakau, alcohol, dan obat-obatan lain, serta stress juga sedang diteliti sebagai kemungkinan penyebab patologi yang ditemukan pada otak individu penderita skizofrenia(Buchan & carpenter, 2000)

Penelitian neurokimia secara konsisten memperlihatkan adanya perubahan system neuotransmiter otak pada penderita skizofrenia. Tampaknya terjadi malfungsi pada jaringan neuron yang mentransmisikan informasi berupa sinyal-sinyal listrik dari sel saraf melalui aksonnya dan melewati sinaps ke reseptor pasca sinaptik di sel-sel saraf yang lain. Transmisi sinyal melewati sinaps memerlukan suatu rangkaian kompleks peristiwa biokimia. Penelitian memperlihatkan kerja dopamine, serotonin, norepinefrin, asetilkolin, glutamate, dan beberapa pepida neuromodular.

Teori neurokimia yang paling terkenal saat ini mencangkup dopamine dan serotonin. Satu teori yang memperlihatkan kelebihan dopamine sebagai suatu penyebab. Teori ini dikembangkan berdasarkan dua tipe observasi.Pertama, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas pada system dopaminergic, seperti amvetamin dan levodopa, kadang-kadang menyebabkan reaksi psikotrik paranoid yang sama dengan skizofrenia (egan& Hyde, 2000). Kedua, obat-obatan yang menyeket reseptor dopamine pasca sinaptik mengurangi gejala psikotik, pada kenyataannya semakin besar kemampuan obat untuk menyekat reseptor dopamine , semakin efektif obat tersebut dalam menangani atau mengurangi gejala skizofrenia (OConnor, 1998)

Baru-baru ini serotonin ditetapkan sebagai factor neurokimia utama yang mengurangi skizofrenia. Teori tentang serotonin memperlihatkan bahwa serotonin memiliki efek modulasi pada dopamine, yang membantu mengontrol kelebihan dopamine. Beberapa individu yakin bahwa kelebihan serotonin ini berperan dalam perkembangan skizofrenia.Antipsikotik atipikal yang terbaru seperti klozapin (Clozzaril) merupakan antagonis dopamine dan serotonin. Penelitian tentang obat menunjukan bahwa klozapin dapat menghasilkan penurunan gejala psikotik secara dramatis dan mengurangi tanda-tanda negative skizofrenia (Marder, 2000, OConnor, 1998)4. Faktor ImunovirologiAda teori popular yang menyebutkan bahwa pertumbuhan patologi otak pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajaran virus ,atau respon immune tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi otak. Walaupun ilmuwan terus meneliti hal ini ,tidak banyak penelitian mampu memvalidasi teori tersebut (Egan & Hyde. 2000)

Baru-baru ini peneliti memfokuskan pada ibu hamil sebagai kemungkinan penyebab awal skizofrenia. Epidemik flu diikutidenganpeningkatankejadianskizofrenia .Epiemik flu diikutidenganpeningkatankejadianskizofrenia di Inggris, Denmark, Wales, Finlandia, dan Negara-negara lain. Suatu penelitian yang diterbitkan di new England journal of medicine melaporkan angka skizofrenia lebih tinggi pada anak-anak yang lahir didaerah padat dengan cuaca dingin, kondisi yang memungkinkan terjadinya gangguan pernafasan (montensen, et al, 1999)

F. KLASIFIKASI SKIZOFRENIA

Menurut Hawari (2001), klasifikasi gangguan skizofreniz dikelompokkan dalam 5 tipe atau kelompok yang mempunyai spessfikasi masing-masing yaitu sebagai berikut : 1)Skizofreniatipehebefrenik Skizofrenia tipe ini disebut sebagai disorganized type atau kacau-balau yang ditandai adanya gejala-gejalaantaralain: : a) inkohorensi yaitu halanpikiran yang kacau , tidak dapay mengerti apa maksudnya. b) Alam perasaan yang datar tanpa eskpresi serta tidak serasi atau setolol-tololnya. c) Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum dan menunjukan rasa tidak puas atau seyu, yanghanyadihayatisendiri. d) Waham (delusion) tidak jelas dan tidak sistematis (terpecah-pecah) tidak terorganisir sebagai kesatuan. e) Halusinasi yang terpecah-pecah yang isisnyatema tidak terorganisir sebagai satu kesatuan. f)Perilakuaneh. 2)Skizofreniatipekatatonik a) Stupor katatonik, yaitu peringanan hebat dalam reaktiva terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti patung atau diam membisu. b) Negatifa katatonik, yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa motif terhadap semua perintahatauupayauntukmengggerakkandirinya. c) kegaduhan katatonik, yaitu kegaduhan aktifitas motorik, yang nampaknya tidak bertujuan dan tidakdipengaruhiolehrangsangluar.

3)Skizofreniatipeparanoid a)Wahamkebesaran b)Halusinasimengandungisikerjaataukebesaran. c)Gangguanalampeasaandanperilaku

4)Skizofreniatiperesidual merupakan sisa-sisa dari gejala yang tidak menonjol, misalnya alam perasaanyang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan social, tingkah laku eksentrik, pikiran tidaklogisdantidakrasionalataupelonggaranasosiasipikiran.

5)Skizofreniatidaktergolongkan Tipe ini tidak dapat dimasukkan kedalam tipe-tipe skizofrenia yang lain, hanya gambaran klinisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku yang kacau.

6)Golonganskizofrenialainnya a)Skizofreniasimplek yaitu bentuk psikosis yang perkemmbangannya lambat dan perlahan-lahan dari perilaku yang aneh, ketidakmampuan menentukan tuntutan masyarakat, dan penurunan kemampuan / kemampuantotal. b)Skizofreniaskizofreniform gambaran skizofreniform ini sama dengan skizofrenia, perbedaannya adalah bahwa fase-fase perjalanan penyakitnya kurang dari 6 bulan tetapi lebih lama dari 2 minggu. c)Skizofrenialaten perilaku yang eksentrik atau tidak konsekuen dan keanehan alam perasaan yang memberi kesan sepertiskizofrenia. d)Gangguanskizoafektif gambaran klinis tipe ini adalah dinominasi oleh gangguan pada alam perasaan disertai waham dan halusinasi.

G. TERAPI

1. Psikofarmakologi

Terapi medis utama untuk skizofrenia ialah psikofarmakologi. Di masa lalu, terapi elektrokonvulsif, terapi syokinsulin, dan bedah psikosis digunakan, tetapi dengan ditemukan klorpromazin (Thorazine) pada tahun 1952, modalitas terapi lain ada semua, tetapi tidak lagi digunakan. Antipsikotik yang juga dikenal sebagai Neuroleptik, diprogramkan terutama karena keefektifannya dalam mengurangi gejala psikotrik.Obat-obatan ini tidak menyembuhkan skizofrenia, tetapi digunakan untuk mengatasi gejala penyakit tersebut.

Antipsikotik tipikal atau yang lebih dulu digunakan adalah antagonis dopamin.Antipsikotik terbaru atau antipsikotik atipikal adalah antagonis serotonin dan antagonis dopamin.Antipsikotik tipikal adalah mengatasi tanda-tanda positif skizofrenia, seperti waham, halusinasi, gangguan pikiran, dan gejala psikotiklain, tetapi tidak memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negative.Antipsikotik atipikal tidak hanya mengurangi gejala psikotik, tetapi untuk banyak klien, obat-obtan ini juga mengurangi tanda-tanda negative seperti tidak memiliki kemauan dan memotivasi, menarik diri dari masyarakat, dan anhedonia (Littrell&Littrell, 1998).

Dua antipsikotik tersedia dalam bentuk injeksi depot untuk terapi ramuan, flufenazin (prolixin), dalam sediaan dekan obat dan enantat, dan halo peridol (Haldol) dekanoat (Spratto&Woods, 2000). Media untuk injeksi depot adalah minyak wijen sehingga obat diabsorbsi dengan lambat sepanjang waktu dalam system tubuh klien.Efek obat-obatan ini berlangsung dua sampai empat minggu sehingga antipsikotik tidak perlu diberikan setiap hari.Durasi kerja obat ialah 7-28 hari untuk flufenazim dan 4 minggu untuk haloperidol.Terapi oral dengan obat-obatan ini untuk mencapai kadar dosis yang stabil memerlukan waktu beberapa minggu sebelum menggantinya dengan injeksi depet. Dengan demikian ,sediaan ini tidak cocok untuk mengatasi episode akut psikosis. Akan tetapi, sediaan ini sangat bermanfaat untuk klien yang perlu diawasi kepatuhannya meminum obat dalam jangka waktu panjang.

Macam-macam antipsikotik yang biasa digunakan yaitu :

a. Antipsikotik Tipikal

Klorpromazin Trifluoperazin

Tioridazin

Mesoridazin

Tiotiksen

Haloperidol

Loksapin

Molindon

Perfenazin

Trifluoperazin

b. Antipsikotik Atipikal

Klozapin

Risperidon

Olanzapin

QuetiapinEfek SampingEfek sampingan tipe sikotik signifikan dan dapat berkisar dari ketidak nyamanan ringan sampai gangguan gerakan yang permanen (Marder,2000). Karen adanya kefeksampingan ini menakutkan dan mengesalkan bagi klien, efek samping tersebut sering kali menjadi alas an utama klien menghentikan atau mengurangi dosis obat.Efek samping neurologis yang serius meliputi efek sampan ekstra piramidal (reaksi dystonia akut, akatisia, dan parkinsonisme), dyskinesia tardif, kejang, dan sindrom maligna neuroleptic.Efek samping nonneurologis mencakup sedasi, foto sensitivitas, dan gejala antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, dan hipotensiortostatik.

Efek samping Ekstrapiramidal, gangguan gerakan reversible yang dicetuskan oleh obat neuroleptic, meliputi reaksi dystonia, parkinsonisme, dan akatisia.Reaksi dystonia terhadap antipsikotik muncul pada awal proses terapi dan ditandai oleh spasme pada kelompok otot diskret seperti otot-otot mata (krisis okulogirik). Reaksi dystonia sangat menakutkan dan menyakitkan bagi klien.Terapi akut terdiri dari difenhidramin (Benardryl) uang diberikan melalui intramuscular atau intravena, atau benzotropin (Cogentin) yang diberikan melaluai intramuscular.

Akatisia ditandai oleh gerakan yang gelisah , berjalan mondar-mandir, ketidakmampuan untuk tetap tenang, dank lien menyatakan kegelisahannya. Klien merasa tidak nyaman dengan sensasi ini dan mungkin berhenti meminum antipsikotik untuk menghindari efek samping tersebut. Penyekat beta seperti propranolol terbukti paling efektif dalam mengobati akatisia, dan benzodiazepin juga terbukti berhasil dalam mengobati penyakit ini.

Diskinesia tardif, suatu efek samping antipsikotik yang muncul dengan lambat ditandai dengan gerakan involunter abnormal seperti bibir yang mengerut, menjulurkan lidah, mengunyah, mata yang berkedip-kedip dan menyeringai. Gerakan involunter ini memalukan bagi klien dan dapat membuat mereka lebih terisolasi secara sosial. Diskinesia tardif bersifat ireversibel setelah terjadi, tetapi perkembangannya dapat dihentikan dengan mengurangi atau menghentikan pemberian obat. Klozapin (Clozaril), suatu antipsikotik atipikal, belum terbukti menyebabkan efek samping ini sehingga obat ini sering direkomendasikan untuk klien yang mengalami diskinesia tardif ketika menggunakan antipsikotik tipikal.Kejang adalah efek samping yang jarang muncul terkait dengan antipsikotik. Insidenya ialah 1% pada populasi individu yang menggunakan antipsikotik. Pengecualian yang perlu diperhatikan ialah klozapin, dengan angka insiden 5%. Kejang dapat dikaitkan dengan pemberian obat dosis tinggi. Penanganannya dengan mengurangi dosis obat atau memberikan anti psikotik yang lain.

Sindrom maligna neuroleptik (SMN) adalah kondisi serius dan sering kali fatal yang terlihat pada individu yang diobati dengan antipsikotik. Sindrom ini ditandai dengan kekakuan otot, demam tinggi, peningkatan enzim otot (terutama CPK), dan leukositosis (peningkatan leukosit). Klozapin memiliki efek samping agranulositosis yang berpotensi fatal (kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah putih yang adekuat). Agranulositosis terjadi secara tiba-tiba yang ditandai dengan demam, malaise sakit tenggorokan ulseratif, dan leukopenia. Efek samping ini mungkin tidak muncul dengan segera , tetapi dapat terjadi selama kurun waktu 18-24 minggu setelah terapi dimulai. Pemberian obat tersebut harus dihentikan segera. Klien yang menggunakan antipsikotik ini harus menjalani pemeriksaan hitung sel darah putih setiap minggu. Saat ini klozapin diberikan hanya setiap tujuh hari dan bukti hitung sel darah putih dibutuhkan sebelum memberikan kembali obat tersebut.2. Terapi Tambahan

Selain terapi farmakologi, banyak mode terapi lain dapat bermanfaat bagi penderita skizofrenia. Terapi kelompok dan individual, terapi lingkungan, dan terapi keluarga dapat dilaksanakan pada klien di lingkungan rawat inap maupun lingkungan masyarakat.

Sesi terapi kelompok dan individual sering kali bersifat suportif, dengan memberi kesempatan kepada klien untuk kontak sosial dan menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain. Kelompok yang berfokus pada topik masalah seperti penatalaksanaan pengobatan, penggunaan dukungan masyarakat, dan masalah keluarga juga bermanfaat bagi klien penderita skizofrenia (Fenton&Cole, 1995).

Di lingkungan perawatan akut, suatu lingkungan yang terstruktur terbukti lebih bermanfaat bagi klien penderita skizofrenia daripada lingkungan yang tidak terstruktur atau terbuka (Slately, 1994). Lingkungan tersebut dapat menyediakan kelompok aktivitas, sumber-sumber untuk menyelesaikan konflik, dan kesempatan untuk mempelajari ketrampilan baru. Perawat juga dapat menggunakan musik dan menggambar untuk mengurangi perilaku klien menarik diri dari masyarakat, mengurangi ansietas, dan meningkatkan motivasi

Penyuluhan dan terapi keluarga diketahui mengurangi efek negatif skizofrenia sehingga mengurangi angka relaps (McFarlane, 1995). Selain itu, anggota keluarga dapat memperoleh manfaat dari lingkungan suportif yang membantu mereka melakukan koping terhadap banyak kesulitan yang terjadi ketika seseorang yang dicintai menderita skizofrenia.

APLIKASI PROSES KEPERAWATAN

PENGKAJIANSkizofrenia merupakan suatu sindrom klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi kognisi, persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi sosial, tetapi skizofrenia memengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda. Derajat gangguan pada fase akut atau fase psikotik dan fase kronis atau fase jangka panjang sangat bervariasi diantara individu. Hal ini membuat kebutuhan setiap klien dan intervensi keperawatannya juga bervariasi. Perawat tidak boleh membuat asumsi tentang kemampuan atau keterbatasan klien yang didasarkan hanya pada diagnosis medis skizofrenia.

Misalnya, perawat mungkin merawat klien di lingkungan rawat inap akut. Klien tersebut dapat terlihat takut dan mendengar suara-suara (berhalusinasi), tidak melakukan kontak mata, dan terus-menerus komat-kamit. Perawat mengatasi tanda positif atau tanda psikotik penyakit tersebut. Perawat yang lain mungkin menemui klien penderita skizofrenia di lingkungan masyarakat yang tidak mengalami gejala psikotik, tetapi kekurangan energi dalam melakukan tugas sehari-hari dan merasa kesepian dan terisolasi (tanda negatif skizofrenia). Walaupun kedua klien tersebut memiliki diagnosis medis yang sama, pendekatan dan intervensi yang dilakukan oleh perawat akan sangat berbeda.

Riwayat

Perawat mula-mula mendapatkan informasi tentang riwayat skizofrenia sebelumnya klien untuk menetapkan data dasar fungsi klien. Perawat mengajukan pertanyaan tentang bagaimana klien melakukan fungsi sebelum krisis terjadi, misalnya Bagaimana biasanya Anda menggunakan waktu? dan Dapatkah Anda menjelaskan kegiatan Anda setiap hari?

Perawat mengkaji usia klien saat awitan skizofrenia terjadi, dengan mengetahui bahwa hasil yang lebih buruk berkaitan dengan usia klien masih muda ketika awitan muncul. Mempelajari riwayat terdahulu klien masuk rumah sakit dan responya terhadap hospitalisasi juga penting.

Mengkaji Gagasan Bunuh Diri.Perawat juga mengkaji klien untuk mengetahui upaya bunuh diri sebelumnya. Sepuluh persen dari seluruh penderita skizofrenia pada akhirnya melakukan bunuh diri. Perawat dapat bertanya,Pernahkah anda mencoba bunuh diri? atau Pernahkah Anda mendengar suara-suara yang menyuruh anda menyakiti diri sendiri?

Mengkaji Sistem Pendukung. Penting bagi perawat untuk mengkaji apakah klien menggunakan sistem pendukung saat ini dengan mengajukan pertanyaan berikut kepada klien atau orang terdekat :

Apakah klien tetap berhubungan dengan keluarga atau teman-teman ?

Apakah klien menghadiri pertemuan kelompok yang terjadwal atau terapi ?

Apakah klien terlihat kehabisan uang padahal memiliki gaji ?

Apakah rencana hidup klien berubah akhir-akhir ini ?

Mengkaji Persepsi Klien. Pada akhirnya, perawat mengkaji persepsi klien tentang situasinya saat ini yakni apa yang klien yakini sebagai peristiwa atau stresor yang signifikan pada saat ini. Perawat dapat mengkaji hal tersebut dengan bertanya, Apa yang Anda lihat sebagai masalah utama saat ini? atau Apa yang Anda butuhkan untuk membantu menyelesaikan masalah saat ini?Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik

Penampilan dapat sangat bervariasi di antara klien penderita skizofrenia yang berbeda. Beberapa klien dpat terlihat normal karena mereka berbusana secara tepat, duduk di kursi dengan berbicara kepada perawat, serta tidak memperlihatkan gestur atau postur yang aneh atau tidak lazim. Klien yang lain dapat memperlihatkan perilaku yang aneh atau ganjil. Mereka dapat terlihat tidak rapi dan kusut, tampak tidak peduli dengan higiene mereka, atau mereka mungkin mereka memakai kombinasi busana yang aneh atau tidak sesuai (misalnya, memakai jaket wol yang tebal dan topi stocking pada cuaca panas).

Perilaku motorik klien secara keseluruhan juga dapat tampak aneh. Klien dapat terlihat gelisah dan tidak mampu duduk tenang, memperlihatkan agitasi dan berjalan mondar-mandir, atau mungkin tampak tidak bergerak (katatonia). Klien juga dapat memperlihatkan gestur yang tampaknya tidak bertujuan (perilaku stereotipik) dan ekspresi wajah yang aneh seperti yang menyeringai. Klien juga dapat meniru gerakan dan gestur seseorang yang ia amati (ekopraksia). Perilaku ini mungkin disertai dengan bicara melantur yang dapat dimengerti oleh pendengarnya atau dapat juga tidak.

Sebaliknya klien dapat memperlihatkan retardasi psikomotor (perlambatan umum seluruh gerakan). Klien kadang kala hampir tidak bergerak sama sekali, melengkungkan badan (posisi janin). Klien yang mengalami skizofrenia tipe katatonik dapat memperlihatkan fleksibilitas cerea : mereka mempertahnkan setiap posisi yang mereka ambil walaupun posisi tersebut tidak nyaman atau janggal.

Klien dapat memperlihatkan pola bicara yang tidak lazim. Dua pola yang tipikal yaitu skizofasia (kata-kata dan frasa campur aduk yang in koheren atau tidak berhubungan, yang tidak dimengerti oleh pendengar) dan ekolalia (mengulang atau meniru apa yang dikatakan orang lain). Kecepatan dan volume bicara mungkin lambat atau cepat : klien mungkin berbicara dengan berbisik-bisik atau hampir tidak terdengar, atau mungkin berbicara dengan suara keras atau berteriak. Latensi respons mengacu pada keragu-raguan sebelum klien berespons terhadap pertanyaan. Latensi atau keraguan ini dapat berlangsung selama 30 atau 45 detik (Cancro&Lehman, 2000) dan biasanya mengindikasikan kesulitan klien dalam kognisi dan proses pikir.

Pola bicara yang tidak lazim pada klien penderita skizofrenia :

Clang association adalah ide yang saling berkaitan dan didasarkan pada suara atau irama, bukan pada makna.

Contoh : Saya akan minum pil kalau saya mengendarai mobil, tetapi jika nama sayan bukan jill, saya tidak akan usil.

Neologisme adalah kata-kata yang dibuat oleh klien.

Contoh : Saya takut terhadap grittiz. Jika ada grittiz di sini, saya akan lari. Apakah Anda grittiz?

Verbigerasi adalah pengulangan stereotip kata atau frasa yang mungkin bermakna atau mungkin tidak bagi pendengar.

Contoh : Saya ingin pulang, pulang, pulang, pulang.

Ekolalia ialah klien meniru atau mengulang apa yang perawat katakan.

Contoh : Perawat: Dapatkah Anda mengatakan kepada saya bagaimana perasaan Anda, bagaimana perasaan Anda?

Bahasa muluk-muluk (stilted language) yaitu penggunaan kata-kata atau frasa yang muluk-muluk berlebihan, dan membesar-besarkan.

Contoh : Dapatkah Anda berbaik hati sebagai wakil Florence Nightingale, melakukan sesuatu yang penuh hormat kepada saya dengan memberi sedikit minuman, mungkin dalam bentuk air segar yang jernih?

Perseverasi adalah terus-menerus membicarakan satu topik atau gagasan dan pengulangan kalimat, frasa, atau kata, secara verbal walaupun orang lain berusaha mengubah topik tersebut.

Contoh : Perawat :Bagaimana tidur Anda akhir-akhir ini? Klien: Saya rasa ada orang yang terus mengikuti saya. Perawat: Dimana Anda tinggal? Klien:Ditempat saya, ada orang yang terus mengikuti saya. Perawat: Apa yang suka Anda lakukan pada waktu luang? Klien:Tidak ada karena orang-orang mengikuti saya.

Skizofasia adalah kombinasi kata dan frasa campur aduk yang tidak berhubungan atau inkoheren dan tidak dimengerti oleh pendengar.

Contoh : Jagung, kentang, melompat, bermain-main, rumput, lemari.

Mood Dan Afek

Klien penderita skizofrenia melaporkan dan memperlihatkan berbagai variasi mood dan afek. Pasien skizofrenia seringkali digambarkan mengalami afek datar(tidak ada ekspresi wajah) atau afek tumpul(memperlihatkan sedikit ekspresi wajah yang dapat diamati). Ekspresi wajah yang tipikal sering kali disebut sebagai ekspresi wajah seperti topeng. Afek juga dapat digambarkan sebagai afek bodoh yang ditandai dengan tertawa terbahak-bahak tanpa alasan yang jelas. Klien dapat memperlihatkan ekspresi atau emosi tidak tepat yang tidak sesuai dengan konteks situasi. Ketidaksesuaian ini memiliki rentang dari ringan atau tidak kentara sampai tidak tepat secara keseluruhan. Misalnya, klien mungkin tertawa dan menyeringai ketika menceritakan kematian seorang anggota keluarga atau menangis terisak ketika membicarakan tentang cuaca.

Klien mungkin menyatakan rasa depresi dan tidak merasa senang atau gembira dalam kehidupannya (anhedonia). Sebaliknya, ia mungkin mengatakan bahwa ia merasa maha mengetahui dan maha kuasa dan sama sekali tidak peduli terhadap lingkungan atau situasi. Keadaan yang lebih sering terjadi adalah klien melaporka perasaan sejahtera berlebihan selama episode psikotik atau pemikiran waham dan tidak memiliki energi atau perasaan senang selama fase kronis atau fase jangka panjang penyakit.

Proses Dan Isi Pikir

Skizofrenia sering kali disebut sebagai gangguan pikiran karena merupakan gambaran utama panyakit ini. Proses pikir dikaji melalui komunikasi verbal yang disimpulkan dari ucapan klien. Isi pikir disampaikan melalui apa yang dikatakan klien sebenarnya. Pada skizofrenia, proses pikir klien terganggu, kontinuitas pikiran dan proses informasi terganggu (Cancro&Lehman, 2000). Klien dapat secara tiba-tiba berhenti berbicara di tengah-tengah kalimat dan tetap diam selama beberapa detik sampai satu menit (bloking pikiran). Klien juga dapat mengatakan bahwa ia yakin orang lain dapat membaca pikirannya (siar pikir) atau orang lain menempatkan pikiran ke dalam pikiran klien yang berlawanan dengan keinginan klien (sisip pikir).

Klien juga dapat memperlihatkan pemikiran tangensial : klien beralih ke topik yang tidak berhubungan, dengan tidak pernah menjawab pertanyaan semula yang diajukan :

Perawat:Bagaimana tidur Anda akhir-akhir ini?

Klien: Oh, saya mencoba tidur pada malam hari. Saya suka mendengar musik untuk membantu saya tidur. Saya paling suka mendengarkan musik country-barat. Apa yang anda suka? Dapatkah saya meminta sesuatu untuk dimakan segera? Saya lapar.

Perawat:Dapatkah Anda mengatakan kepada saya bagaimana Anda tidur?

Sirkumstansial dapat terlihat jika klien menjelaskan rincian yang tidak perlu atau keluar dari topik, tetapi pada akhirnya memberi informasi yang diminta :

Perawat:Bagaiman tidur Anda akhir-akhir ini?

Klien:Oh, saya tidur lebih awal supaya saya cukup istirahat. Saya suka mendengar musik atau membaca buku sebelum tidur. Sekarang saya sedang membaca buku misteri yang bagus. Mungkin saya akan menulis cerita misteri suatu hari nanti. Tapi itu tidak membantu, membaca maksud saya. Saya hanya tidur dua atau tiga jam pada malam hari.Miskin isi ( alogia ) merupakan tidak adanya makna atau substansi yang sebenarnya dalam ucapan klien :

Perawat : Bagaimana tidur anda akhir-akhir ini ?

Klien : Ehm, saya rasa, saya tidak tahu, sulit luntuk menjelaskannya .

Waham

Klien skizofrenia biasanya mengalami waham (keyakinan yang salah, dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam realitas) dalam fase psikotik penyakit. Karakteristik umum waham skizofrenia ialah klien memegang keyakinan ini dengan kepastian total, langsung, dan segera. Karena klien percaya pada ide waham, ia akan bertindak sesuai dengan ide tersebut. Misalnya, klien yang mengalami waham kejar mugkin akan bersikap curiga dan tidak percaya serta berhati-hati dalam membuka informasi pribadi, ia mungkin merasa ruangan atau berbicara dengan nada suara berbisik dan hampir tidak terdengar.

Tema atau isi waham bervariasi. Keyakinan waham ini tidak digoyahkan oleh informasi atau fakta dari luar dan yang bertentangan. Apabila ditanya mengapa meyakini ide yang mustahil tersebut ,klien sering sekali menjawab, saya hanya tau itu .

Mula- mula perawat mengkaji isi dan kedalaman waham untuk mengetahui perilaku yang diharapkan dan mencoba menetapkan realitas bagi klien. Perawat harus cermat ketika mengkaji informasi tentang keyakinan waham klien agar tidak mendukung atau menentang mereka. Perawat dapat meminta klien untuk menjelaskan apa yang ia yakini,dengan mengajukan pertanyaan seperti, Dapatkah Anda menjelaskannya kepada saya ? atau Katakan kepada saya apa yang sedang Anda pikirkan tentang hal itu.

Jenis-Jenis Waham1. Waham kejar/paranoid adalah keyakinan klien bahwa orang lain berencana untuk membahayakan atau memata-matai,mengikuti ,mengejek, atau merendahkan klien dengan cara tertentu. Klien kadang-kadang tidak dapat mendefinisikan siapa orang lain ini. Contoh : klien mungkin akan berpikir makanannya telah diracuni atau kamarnya terpasang alat pendengar. Kadang kadang yang dimaksud dengan penganiaya adalah pihak pemerintah, FBI, atau organisasi berwenang lainnya. Kadang-kadang individu tertentu,bahkan anggota keluarga,dapat disebut penganiaya.

2. Waham kebesaran dicirikan dengan klien menagatakan bahwa dirinya memliki hubungan dengan orang-orang terkenal atau selebriti, atau keyakinan klien bahwa ia terkenal atau mampu mencapai prestasi tinggi. Contoh : klien mungkin menyatakan bahwa ia bertunangan dengan bintang film terkenal atau memliki hubungan dengan beberapa tokoh masyarakat, misalnya menyatakan bahwa ia adalah Putri Presiden Amerika Serikat, bahwa ia telah menemukan obat kanker.

3. Waham Agama sering kali berkutat sekitar kedatangan Kristus yang kedua kali atau tokoh agama yang lain atau nabi. Waham agama ini muncul secara tiba-tiba sebagai bagian psikosis yang klien alami dan bukan bagian keyakinan agamanya atau keyakinan agama orang lain. Contoh : klien menyatakan bahwa ia adalah Imam Mahdi atau nabi yang diutus Tuhan ;yakin bahwa Tuhan berkomunikasi secara langsung dengan dirinya , atau ia memliki misi keagamaan khusus dalam kehidupan atau kekuatan keagamaan khusus.

4. Waham somatik biasanya merupakan keyakinan yang samar dan tidak realistis tentang kesehatan atau fungsi tubuh klien. Informasi lfaktual atau pemeriksaan diagnostik tidak mengubah keyakinan ini. Contoh : seorang klien pria mungkin berkata bahwa ia hamil atau klien mungkin melaporkan bahwa ususnya busuk atau atau ada cacing diotaknya.

5. Waham referensi atau gagasan rujukan ,mencakup keyakinan klien bahwa tayangan televisi ,musik ,atau artikel surat kabar memiliki makna khusus bagi dirinya. Contoh : klien mungkin melaporkan bahwa presiden berbicara langsung dengannya dalam bayangan berita ,atau pesan-pesan khusus dikirim melalui artikel surat kabar.

Sensorium Dan Proses Intelektual

Salah satu gejala utama psikosis skizofrenia ialah adanya halusinasi (persepsi senspori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas). Halusinasi dapat melibatkan pancaindera dan sensasi tubuh. Halusinasi dapat mengancam dan menakutkan bagi klien walaupun kilen lebih jarang melaporkan halusinasi sebagai pengalaman yang menyenangkan. Mula-mula klien merasakan halusinasi sebagai pengalaman yang nyata, tetapi kemudian dalam proses penyakit tersebut , ia dapat mengakuinya sebagai halusinasi. Halusinasi berbeda dengan ilusi,yang merupakan persepsi yang salah tentang stimulus lingkungan aktual. Misalnya , ketika berjalan melewati hutan, seseorang berpikir bahwa ia melihat seekor ular disisi jalan, tetapi saat diamati lebih dekat, ternyata hanya sebuah tongkat berlekuk. Hal ini adalah suatu ilusi yang dikoreksi oleh realitas atau informasi aktual. Halusinasi tidak memliki dasar realitas.

Berikut ini adalah berbagai jenis halusinasi ( Cancro &Lehman, 2000) :

Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering adalah suara orang, berbicara kepada klien atau membicarakan klien. Mungkin ada satu atau banyak suara ,dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak dikenal. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling sering terjadi. Halusinasi perintah suara-suara yang menyuruh klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau orang lain dan dianggap berbahaya.

Halusinasi penglihatan dapat mencakup melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama sekali ,misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal ,atau mungkin sesuatu yang bentuknya rusak, misalnya melihat monster yang menakutkan padahal yang dilihat adalah perawat. Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi kedua yang paling sering terjadi.

Halusinasi penciuman meliputi mencium aroma atau bau padahal tidak ada. Bau tersebut dapat berupa bau tertentu seperti urine atau feses ,atau bau yang sifatnya lebih umum, misalnya bau busuk atau bau yang tidak sedap. Jenis halusinasi ini sering kali ditemukan pada klien demensia,kejang atau stroke.

Halusinasi taktil mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap ke seluruh tubuh. Halusinasi taktil paling sering ditemukan pada klien yang mengalami putus alkohol.

Halusinasi pengecapan mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut ,atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkinseperti rasa tertentu.

Halusinasi kenestik meliputi laporan klien bahwa ia merasakan fungsi tubuh yang biasanya tidak dapat dideteksi. Contohnya yaitu sensasi pembentukan urine atau impuls yang ditransmisikan melalui otak.

Halusinasi kinestetik terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi gerakan tubuh. Gerakan tubuh yang kadang kala yang tidak lazim. Misalnya melayang diatas tanah.

Selama episode psikosis, klien biasanya mengalami disorientasi terhadap waktu dan kadang-kadang terhadap tempat. Dalam bentuk disorientasi yang paling ekstrem ,depersonalisasi ,klien merasa terpisah dari perilaku mereka. Walaupun klien dapat menyebutkan nama mereka dengan benar, mereka merasa seolah-olah tubuh mereka milik orang lain ,atau roh mereka terpisah dari tubuh mereka. Sulit untuk megkaji proses intelektual klien yang menderita skizofrenia sekaligus psikotik. Klien ini biasanya memperlihatkan fungsi intelektual yang buruk karena pikirannya terganggu. Walaupun demikian,perawat tidak boleh berasumsi bahwa klien memiliki kapasitas intelektual yang terbatas karena proses pikir yang terganggu. Mungkin saja klien tidak mampu fokus, berkonsentrasi atau memberi perhatian yang cukup untuk menunjukan kemampuan intelektualnya secara akurat. Pengkajian akurat tentang kemampuan intelektual klien lebih mungkin dilakukan ketika proses pikir klien lebih jelas.

Kilen sering mengalami kesulitan berpikir abstrak dan sering berespon dengan cara yang sangat harfiah terhadap orang lain dan lingkungan. Misalnya ketika diminta untuk menginterpretasi pepatah, satu setik jahitan menghemat sembilan jahitan, klien mungkin menjelaskan pepatah tersebut dengan mengatakan, Saya perlu menjahit pakaian saya. Klien tidak memahami apa yang dikatakannya dan dapat dengan mudah keliru menginterpretasikan instruksi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius dalam pemberian obat. Misalnya ,perawat mungkin mengatakan kepada klien, penting untuk meminum semua obat Anda. Klien mungkin kliru menginterpretasikan pernyataan perawat dan minum semua persediaan obat pada satu waktu. Penilaian Dan Daya Tilik

Penilaian pada klien skizofrenia sering kali terganggu. Karena penilaian didasarkan pada kemampuan untuk menginterpretasi lingkungan dengan benar, klien yang mengalami gangguan proses pikir dan yang keliru menginterpretasi lingkungan akan mengalami kesulitan besar dalam melakukan penilaian. Kadang-kadang ketidakmampuan untuk melakukan penilaian ini sangat parah sehingga klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri akan keamanan dan perlindungan dan menempatkan dirinya dalam keadaan bahaya. Kesulitan ini memliki rentang dari gagal memakai baju hangat dalam cuaca dingin sampai gagal mencari perawatan medis walaupun ia sangat sakit. Klien juga mungkin gagal mengenali kebutuhan untuk tidur atau makan.

Daya tilik juga dapat sangat terganggu, terutama pada awal proses penyakit, ketika klien, keluarga dan teman-teman tidak dapat memahami apa yang terjadi. Semakin lama beberapa klien dapat mempelajari penyakitnya, mengantisipasi masalah , dan mencari bantuan yang tepat sesuai kebutuhan. Akan tetapi,pada klien yang gagal memahami skizofrenia sebagai masalah kesehatan jangka panjang yang membutuhkan penatalaksanaan yang konsisten ,penyakit tersebut menyebabkan kesulitan kronis.

Konsep Diri

Deteriorasi konsep diri merupakan masalah utama pada skizofrenia. Frasa kehilangan batasan ego menjelaskan keadaan kurangnya kesadaran klien yang jelas tentang dimana tubuh ,pikiran ,serta pengaruhnya berakhir dan di mana aspek-aspek tersebut dimulai pada benda mati dan makhluk hidup lain ( Cancro & Lehman ,2000). Kehilangan batasan ego ini terbukti dengan adanya depersonalisasi (terpisah dari diri sendiri atau perilaku sendiri), derealisasi(objek di dalam lingkungan menjadi lebih kecil atau lebih besar, atau tampak tidak dikenal), dan gagasan rujukan. Klien mungkin yakin bahwa mereka menyatu dengan orang atau objek lain, mugkin tidak mengakui bagian-bagian tubuh mereka sebagai milik mereka,atau gagal mengetahui apakah mereka pria atau wanita. Gangguan tersebut merupakan sumber banyak perilaku yang janggal, misalnya tidak berpakaian (telanjang) atau melakukan masturbasi di depan umum, berbicara tentang diri sendiri sebagai orang ketiga, atau secara fisik menyatu dengan objek di dalam lingkungan. Gangguan citra tubuh juga dapat terjadi.

Peran Dan Hubungan

Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan ego. Sulit untuk berhubungan dengan orang lain ketika konsep diri tidak jelas. Klien juga mengalami masalah dalam hal kepercayaan dan keintiman, yang mengganggu kemampuannya untuk membina hubungan yang memuaskan. Harga diri rendah, salah satu tanda negatif skizofrenia, lebih lanjut menyulitkan kemampuan klien untuk berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Klien tidak percaya diri, merasa asing atau berbeda dengan orang lain, dan tidak percaya bahwa mereka adalah individu yang berharga. Akibatnya klien menghindari orang lain.

Klien mungkin sangat frustasi dalam upaya memenuhi perannya dalam keluarga dan masyarakat. Prestasi di sekolah atau tempat kerja dapat sangat terganggu karena klien mengalami kesulitan berpikir dengan jernih ,mengingatkan, memusatkan perhatian, dan berkonsentrasi serta kurang motivasi. Klien yang menderita skizofrenia pada usia muda mengalami lebih banyak kesulitan karena mereka tidak mengalami lebih banyak kesulitan karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk berhasil dalam area-area ini sebelum penyakit timbul.

Sulit bagi klien untuk memenuhi peran dalam keluarga , seperti sebagai seorang anak laki-laki , atau perempuan atau sebagai saudara kandung. Anggota keluarga sering merasa takut atau malu terhadap perilaku klien atau yakin apa yang diharapkan jika perilaku klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan. Keluarga juga dapat merasa bersalah atau bertanggungjawab , dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan di rumah yang penuh cinta dukungan. Klien juga dapat merasa bahwa ia telah mengecewakan keluarganya karena ia tidak dapat mandiri atau berhasil dalam hidup.

Pertimbangan Fisiologis Dan Perawatan Diri

Klien skizofrenia dapat mengalami defisit peawatan diri yang signifikan. Tidak memperhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dasar dalam kehidupan sehari-hari.

Klien juga dapat gagal untuk mengenali sensasi seperti rasa lapar atau haus, dan mereka mungkin tidak mendapat asupan makanan atau cairan yang adekuat. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan konstipasi. Konstipasi juga merupakan efek samping antipsikotik yang biasa terjadi sehingga masalah menjadi semakin buruk. Paranoia atau rasa takut berlebihan bahwa makanan dan cairan telah diracuni merupakan hal yang umum dan dapat membuat klien tidak mau makan. Apabila klien mengalami agitasi dan mondar-mandir, ia mungkin tidak mampu duduk cukup lama untuk makan.

Klien kadang kala mengalami polidipsia (asupan air yang berlebihan) , yang meneybabkan terjadinya intoksikasi air. Kadar natrium serum dapat menjadi rendah yang membahayakan dan menyebabkan kejang. Polidipsia biasanya terlihat pada klien yang mengalami skizofrenia selama bertahun-tahun dan menjalani terapi antipsikotik jangka panjang (May, 1995).

Masalah tidur juga bisa terjadi. Klien terstimulasi oleh halusinasi yang menyebabkan insomnia. Pada kesempatan lain, klien curiga dan yakin ada bahaya yang mengancamnya jika mereka tidur. Seperti area perawatan diri lainnya, klien tidak dapat memersepsikan dengan benar atau mengenali isyarat fisik seperti keletihan.

Untuk membantu klien hidup dalam masyarakat , perawat mengkaji keterampilan hidup sehari-hari dan kemampuan fungsional klien. Keterampilan-keterampilan seperti memiliki tabungan di bank dan membayar tagihan, membeli makanan dan menyiapkan makanan, serta menggunakan angkutan umum , sering kali merupakan tugas yang sulit bagi klien skizofrenia. Ia mungkin tidak pernah mempelajari keterampilan tersebut atau tidak dapat melakukannya dengan konsisten.ANALISA DATA

Data pengkajian pada klien skizofrenia harus dianalisis untuk menentukan prioritas dan menetapkan rencana perawatan yang efektif. Tidak semua klien memiliki masalah dan kebutuhan yang sama, juga tidak setiap klien mengalami semua masalah yang dapat terjadi pada penderita skizofernia. Juga terdapat berbagai tingkatan keluarga dan dukungan masyarakat serta layanan yang tersedia, yang memengaruhi perawatan dan hasil akhir klien.

Analisis data pengkajian umumnya dibagi menjadi dua kategori utama : data yang terkait dengan tanda positif penyakit dan data yang terkait dengan tanda negatif penyakit. Diagnosis keperawatan NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau tanda positif,antara lain : Risiko Perilaku Kekerasan : terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain.

Perubahan Proses Pikir

Perubahan Sensori/ Persepsi

Gangguan Identitas Pribadi

Hambatan komunikasi verbal

Diagnosis keperawatan NANDA yang didasarkan pada pengkajian tanda negatif dan kemampuan fungsional meliputi :

Defisit Perawatan Diri

Isolasi sosial

Defisit Aktivitas Pengalihan

Perubahan Pemeliharaan Kesehatan

Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Terapeutik

IDENTIFIKASI HASIL

Klien yang mengalami episode skizofrenia akut dan psikotik mungkin ditangani di lingkungan intensif seperti unit rawat inap rumah sakit. Selama fase terapi ini, fokus keperawatan adalah menstabilkan proses pikir dan orientasi realitas klien serta kebutuhan akan keselamatan. Hal ini juga merupakan waktu untuk mengevaluasi sumber, membuat rujukan ,dan memulai perencanaan untuk rehabilitasi klien dan mengembalikannya ke masyarakat.

Contoh hasil yang tepat pada terapi fase psikotik dan akut adalah :

1. Klien tidak akan mencederai diri sendiri atau orang lain.

2. Klien akan membangun hubungan dengan realitas.

3. Klien akan berinteraksi dengan orang lain di dalam lingkungan.

4. Klien akan mengungkapkan pikiran dan perasaanya dengan cara yang aman.

5. Klien akan berpartisipasi dalam intervensi terapeutik yang diprogramkan.

Setelah krisis atau gejala psikotik akut distabilkan, fokus selanjutnya ialah mengembangkan kemampuan klien untuk hidup mandiri dan berhasil dalam masyarakat. Hal ini biasanya membutuhkan perawatan tindak lanjut yang berkesinambungan dan partisipasi keluarga klien dan layanan dukungan masyarakat. Pencegahan atau pengenalan dini serta terapi gejala relaps adalah bagian penting dalam keberhasilan rehabilitasi. Upaya mengatasi tanda negatif skizofrenia yang umumnya tidak dipengaruhi oleh pengobatan , merupakan tantangan utama bagi klien dan pemberi keperawatan. Contoh hasil terapi untuk perawatan yang berkesinambungan setelah gejala akut distabilkan antara lain :

1. Klien akan berpartisipasi dalam program terapi (termasuk obat-obatan dan janji tindak lanjut )

2. Klien akan mempertahankan rutinitas tidur serta asupan makanan dan cairan yang adekuat.

3. Klien akan memperlihatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas perawatan diri.

4. Klien akan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.

5. Klien akan mencari atau menerima bantuan untuk memenuhi kebutuhannya,jika diindikasikan.

Perawat harus menyadari keparahan skizofrenia dan efeknya yang berat dan kadang kala merusak kehidupan klien dan keluarga mereka. Hal yang juga sama penting ialah menghindari mengobati klien sebagai kasus keputusasaan, seseorang yang tidak lagi mampu memiliki hidup yang bermakna dan memuaskan. Berharap terlalu tinggi atau terlalu rendah terhadap klien tidak akan membantu. Pengkajian yang cermat dan berkesinambungan diperlukan sehingga terapi dan intervensi yang tepat dapat memenuhi kebutuhan klien serta mengatasi kesulitan klien ketika membantunya mencapai tingkat fungsi yang optimal.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL1.Gangguanpersepsisensori : halusinasi 2. Gangguan proses pikir 3. Kerusakan komunilasi verbal 4. Isolasi social 5. Defisit perawatann diri 6. Ansietas 7. Koping individu tidak efektif 8. Ketidak seimbangan nutrisi INTERVENSI

1. Meningkatkan Keamanan Klien Dan Orang LainKeamanan klien maupun perawat merupakan prioritas saat memberikan perawatan untuk klien skizofrenia. Klien dapat mengalami paranoid dan curiga terhadap perawat dan lingkungan serta dapat merasa terancam dan terintimidasi. Walaupun perilaku klien mungkin mengancam bagi perawat, klien juga merasa tidak aman dan dapat berkeyakinan bahwa kesejahteraannya terancam. Oleh karena itu perawat harus mendekati klien dengan cara yang tidak mengancam. Menuntut atau menjadi pihak yang otoriter hanya akan meningkatkan rasa takut klien. Memberi klien ruang pribadi yang besar biasanya meningkatkan rasa aman.

Klien yang merasa ketakutan atau agitasi berpotensi membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. Perawat harus mengobservasi tanda-tanda peningkatan agitasi atau peningkatan perilaku, misalnya klien semakin sering mondar-mandir, berbicara atau berteriak dengan keras,dan memukul atau menendang benda-benda. Intervensi dilakukan untuk melindungi klien, klien,perawat dan orang lain di dalam lingkungan. Hal ini dapat mencakup pengobatan ,memindahkan klien ke lingkungan yang tenang dan sedikit stimulus ,dan dalam situasi yang ekstrem menggunakan seklusi atau restrein sementara.

2. Membangun Hubungan TerapeutikMembangun rasa percaya antara klien dan perawat juga membantu menghilangkan rasa takut klien. Mula- mula klien dapat menoleransi kontak hanya selama lima atau sepuluh menit pada satu waktu. Diperlukan waktu untuk membangun hubungan terapeutik dan perawat harus bersikap sabar terhadap klien. Perawat harus memberi keterangan yang jelas langsung, dan mjdah dimengerti. Bahasa tubuh harus melibatkan kontak mata tetapi tidak membelalak,postur tubuh yang rileks ,dan ekspresi wajah yang memperlihatkan perhatian dan kepedulian yang tulus. Menyebutkan nama Anda kepada klien dan memanggil nama klien akan membantu membangun rasa percaya pada klien dan mengorientasikan klien terhadap realitas.

Respons klien terhadap penggunaan sentuhan harus dikaji secara cermat. Kadang-kadang sentuhan yang lembut dapat menunjukan perhatian dan kepedulian. Akan tetapi, pada kesempatan lain, klien mungkin keliru menginterpretasikan sentuhan perawat sebagai sesuatu yang mengancam dan akhirnya tidak diharapkan. Ketika perawat duduk dekat klien ,apakah klien pindah atau menatap jauh kedepan ?Apakah klien ketakutan atau waspada terhadap keberadaan perawat ? apabila ya , berati klien tidak dapat ditenangkan melalui sentuhan,melainkan klien justru merasa ketakutan atau terancam dengan sentuhan tersebut.

Komunikasi Terapeutik. Berkomunikasi dengan klien yang mengalami gejala psikotik dapat menjadi sulit dan membuat frustasi. Perawat mencoba memahami dan mengerti apa yang klien katakan, tetapi hal ini dapat menjadi sulit jika klien berhalusinasi , berada diluar realitas, atau relatif membisu. Perawat harus mempertahankan komunikasi nonverbal dengan klien, terutama ketika komunikasi verbal tidak berhasil. Komunikasi dpat dilakukan dengan meluangkan waktu bersama klien, mungkin berupa periode waktu diam yang cukup lama. Keberadaan perawat merupakan kontak dengan realitas bagi klien dan juga dapat menunjukan perhatian dan kepedulian perawat yang tulus terhadap klien. Memanggil nama klien, menyebutkan hari dan waktu, dan memberi komentar tentang lingkungan merupakan cara-cara yang bermanfaat untuk melanjutkan kontak dengan klien yang mengalami masalah orientasi realitas dan komunikasi verbal. Klien yang ditinggal sendirian selama periode waktu yang lama menjadi lebih psikosis sehingga kontak yang sering dan meluangkan waktu bersama klien merupakan hal yang penting walaupun perawat tidak yakin bahwa klien menyadari keberadaan perawat.

Mendengarkan klien dengan aktif merupakan keterampilan yang penting bagi perawat dalam upaya berkomunikasi dengan klien yang kata-katanya tidak teratur atau tidak masuk akal. Perawat harus berupaya menentukan makna yang klien coba sampaikan, bukan mengabaikan apa yang klien katakan karena kata-katanya tidak jelas. Mendengarkan klien untuk mengetahui tema pembicaraan atau pernyataan yang berulang, mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi ,serta mengkaji makna pernyataan klien adalah teknik-teknik yang bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman perawat.

Perawat harus membiarkan klien mengetahui ketika maksud yang disampaikannya tidak jelas. Berpura-pura mengerti atau sekedar menyetujui atau mengikuti apa yang klien katakan tidak akan pernah bermanfaat . tindakan ini tidak jujur dan merusak hubungan saling percaya antar perawat dan klien.

Perawat : bagaimana perasaan anda hari ini ?

Klien : tidak kelihatan

Perawat : dapatkah anda menjelaskan maksud kata-kata Anda kepada saya ? (meminta klarifikasi )

Klien : oh, tidak apa-apa.

Perawat : saya ingin tahu apa yang Anda rasakan, saya hanya tidak yakin saya memahami anda . (menawarkan diri/meminta klarifikasi )

Klien : itu tidak terlalu berati

Perawat : coba saya lihat apakah saya dapat memahaminya. Apakah anda merasa terabaiakan , bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar mendengarkan anda ? ( menyatakan hal yang tersirat dalam ucapan klien )a. Intervensi Untuk Pikiran WahamKlien yang mengalami waham secara mutlak menyakini waham tersebut dan tidak dapat diyakinkan bahwa hal tersebut salah atau tidak benar. Waham tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku klien. Misalnya, jika waham klien adalah bahwa ia telah diracuni, ia akan curiga dan tidak percaya serta kemungkinan akan menolak memberi informasi dan meminum obat.

Perawat tidak boleh secara terbuka me;awan waham klien atau berbedat dengan klien tentang keyakinan waham. Perawat juga tidak boleh menguatkan keyakinan waham dengan mengikuti apa yang klien katakan. Tanggung jawab perawat adalah menghadirkan dan mempertahankan realitas dengan membuat pertanyaan sederhana seperti saya tidak melihat bukti tentang hal itu (menyajikan realitas)atau saya tidak melihat begitu (menyatakan keraguan). Saat antipsikotik mulai memberi efek terapeutik, mungkin bagi perawat untuk mendiskusikan ide ide waham dengan klien dan mengidentifikasi cara cara waham mengganggu kehidupan klien sehari hari.

Perawat juga dapat membantu klien meminimalkan efek pemikiran waham dalah kehidupannya. Teknik distraksi, misalnya mendengarkan musik, menonton televisi, menulis atau berbicara dengan teman, dapat bermanfaat bagi klien. Tindakan langsung, seperti berbicara positif dengan diri sendiri, berfikir positif, dan mengabaikan pikiran waham, juga dapat bermanfaat (Murphy & Moller, 1993)b. Intervensi Untuk HalusinasiDalam mengintervensi halusinasi, perawat perlu mempertahankan fokus pada sesuatu yang nyata dan membantu klien berespons lebih terhadap realitas dari pada terhadap halusinasi. Mula mula perawat harus menentukan apa yang klien alami yakin, apa yang dikatakan oleh suara suara atau apa klien lihat. Tindakan ini akan meningkatkan pemahaman perawat tentang sifat perasaan dan perilaku klien. Pada halusinasi perintah, klien mendengar suara suara yang menyuruhnya atau mengarahkannya untuk melakukan sesuatu, sering kali menyakiti dirinya sendiri dan orang lain. Karena alasan ini perawat harus mendapatkan penjelasan tentang isis halusinasi sehingga tindakan kewaspadaan dapat dilakukan untuk melindungi klien dan orang lain bila diperlukan. Perawat dapat mengatakan, saya tidak mendengar suara apapun; apa yang anda dengar? (menyatakan realitas/ meminta klarifikasi). Hal ini juga membantu perawat memahami bagaimana menghilangkan rasa takut atau paranoia klien. Misalnya, klien mungkin melihat hantu atau gambar seperti monster, dan perawat dapat berespon: saya tidak melihat apapun, tetapi anda pasti merasa ketakutan. Anda aman disini disini rumah sakit (menyajikan realitas / menerjemah dalam bentuk perasaan). Perasaan seperti ini mengakui perasaan takut klien, tatapi menyakini bahwa klien tidak ada sesuatu yang akan membehayakannya.

Klien tidak selalu melaporkan dan mengidintifikasi halisinasi. Kadang kadang perawat harus menyimpulkan dari perilaku klien sedang berhalusinasi. Contoh perilaku yang sering kali memunculkan halusinasi yaitu klien mendengarkan secara bergantian dan berbicara ketika tidak ada orang, tertawa tanpa ada alasan yang jelas, dan berkomat kamit atau menggerakkan bibir tanpa ada suara yang terdengar.

Strategi yang membantu dalam interveb=nsi halusinasi adalah melibatkan klien dalam aktifitas yang berdasarkan realitas seperti bermain kartu, terapi okupasi, atau mendengarkan musik. Sulit bagi klien untuk memberi perhatian terhadap halusinasi dan aktifitas yang berdasarkan realitas pada saat yang sama sehingga tehnik mendistraksikan klien ini sering kali bermanfaat.

Mengajarkan klien untuk berbicara dengan suara keras terhadap suara suara tersebut dapat membentu mengatasi halusinasi pendengaran (Murphy & Moller, 1993). Klien harus melakukan ini ditempat yang relatif pribadi, bukan ditempat umum. Kemampuan menyatakan penolakan dapat membantu klien merasa kuat dan mampu menghadapi halusinasi.c. Intervensi Untuk kerusakan komunikasi verbal

Bina hubungan saling percaya

Beri kesempatan klien untuj bicara

Dengarkan pembicaraan klien lalu identifikasi tema yang berkaitan

Kaji kemampuan klien menilai pesan pembicaraan orang lain

Kaji kemampuan klien menangkap dan menerima pesan non verbal dari lawan bicara

Latihan daya ingat untuk mengungkapkan perasannya secara verbal atau non verbal.d. Intervensi Untuk Isolasi Sosial

Bina hubungan saling percaya

Dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapinya

Berikan perasaan aman dan nyaman pada klien

Bantu klien mengidentifikasi kelebihan, hambatam, dan kesulitan dalam komunikasi dengan orang lain

Dukung klien mengembangkan hubungan yang telah terbina

Lebatkan klien dalam proses soaialisasie. Intervensi Untuk Defisit Perawatan Diri Bina hubungan saling percaya

Diskusika bersama klien keuntungandan manfaat kebersihan diri

Bantu klien menentukan tindakan untuk perawat klien

Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan kegiatan sehari-hari

Kaji perasaan klien setelah perawatan dirinya terpenuhi.f. Intervensi Untuk Ansietas

Bina hubungan saling percaya

Tenangkan klien

Kaji kecemasan klien

Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan

Berusaha memahami klien

Gunakan pendekatan sentuhan verbalisasi untuk meyakinkan perasaan klien tidak sendiri dan mengajukan pertanyaan

Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan

Bantu klien mengidentifikasi yang dapat menimbulkan cemas

Tentukan klien untuk mengambil keputusan

Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relakasasi barikan pengobatab untuk menurunkan kecemasan.g. Intervensi Untuk Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan

Bina hubungan saling percaya

Monitor perubahan berat badan

Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan

Monitor kulit dan pigmentasi

Monitor turgor kulit Monitor mual muntah

Monitor kalori dan intake cairanKOPING TERHADAP PERILAKU YANG SECARA SOSIAL TIDAK TEPAT

Klien skizofrenia sering kali mengalami kehilangan batas ego dan hal ini menimn=bulkan kesulitan bagi mereka sendiri dan orang lain didalam lingkungan dan masyarakat. Perilaku janggal atau aneh yang terjadi mencakup perilaku menyentuh orang lain tanpa memberi peringatan sebelumnya atau tanpa diundang, masuk kelingkungan tempat tinggal orang lain, berbicara atau membelai benda mati, dan berperilaku yang secara sosialtidak tepat seperti tidak berpakaian, masturbasi, atau buang air kecil ditempat umum. Klien juga mungkin mendekati oarang lain dan membuat pertanyaan yang bersifat profokatif, menghina, atau seksual. Perawat perlu mempertimbangkan kebutuhan orang lain juga kebutuhan klien dalam situasi ini.

Melindungi klien merupakan tanggung jawab perawat yang utama dan hal ini mencakup melindungi klien dari balas dendam orang lain yang mungkin pernah diganggu oleh klien dan mendapatkan perilaku klien yang secara sosial tidak dapat diterima. Mengarahkan kembali klien untuk menjauhi situasi atau orang lain dapat menghentikan perilaku yang diharapkan dan mencegah klien melakukan perilaku intrusif lebih lanjut. Perawat juga harus mencoba melindungi hak privasi dan martabat klien. Membawa klien kekamarnya atau ketempat yang tenang dengan sedikit orang dan stimulasi sering kali membantu. Melibatka klien dalam aktifitas yang tepat juga diindikasikan. Misalnya, jika klien telanjang didepan orang lain, perawat mungkin bertanya, ayo ke kamarmu dan kamu dapat memakai bajumu lagi (mendorong kolaborasi/mengarahkan kembali keaktifitas yang tepat). Apabila klien membuat pertanyaan verbal kepada orang lain, perawat dapat meminta klien untuk berjalan jalan sebentar atau pergi ketempat lain untuk mendengarkan musik. Perawat harus menghadapi perilaku yang secara sosial tidak tepat dengan sikap tidak menghakimi dan berorientasi pada fakta. Hal ini berarti membuat pernyataan faktual tanpa nada suara memarahi atau berbicara kepada klien seolah olah ia seorang anak yang nakal.

Beberapa perilaku dapat sangat ofensif atau mengancam sehingga orang lain berespon dengan teriak atau mengejek klien atau bahkan melakukan tindakan agresif. Walaupun melakukan perlindungan fisik untuk klien merupakan pertimbangan pertama perawat, juga penting membantu orang lain yang mendapat imbas perilaku klien tersebut. Perawat biasanya dapat memberikan pernyataan sederhana dan faktual kepada orang lain yang tidak membocorkan rahasia klien. Perawat dapat membuat pernyataan seperti anda tidak melakukan sesuatu yang membuat berperilaku seperti itu. Kadang kadang penyakit yang diderita seseorang membuatnya bertindak dengan cara yang aneh dan membuat tidak nyaman. Yang penting dilakukan adalah tidak mentertawakan perikaku yang merupakan bagian dari penyakit orang itu(menyajikan realitas/memberi informasi).

Perawat harus menyakinkan keluarga klien bahwa perilaku ini adalah bagian dari penyakit klien dan tidak secara personal diarahkan kepada mereka. Situasi tersebut memberikan kesempatan untuk memberi penyuluhan kepada anggota keluarag tentang skizofrenia dan membantu menghilangkan perasaan bersalah, malu atau tanggung jawab.

Klien harus diintegrasikan kembali kedalam lingkungan terapi segera setelah ia dapat melakukannya. Klien tidak boleh merasa dikucilkan atau dihukum karena perilakunya yang tidak tepat. Jumlah stimulasi yang terbatas harus diberikan secara bertahap. Misalnya, ketika klien merasa nyaman dan memperhatikan perilaku yang tepat kepada perawat, satu atau dua oarang yang lain dapat dilibatkan dalam suatu aktifitas yang sedikit terstruktur bersama klien. Keterlibatan klien ditingkatkan secara bertahap kedalam kelompok kecil, kemudian kelompok yang lebih besar dan kurang terstruktur jika klien mampu menoleransi peningkatan stimulasi tanpa dekompensasi.PENYULUHAN KLIEN DAN KELUARGA

Koping terhadap skizofrenia merupakan penyesuaian utama baik bagi klien maupun keluarga mereka. Memahami penyakit, perlu melanjutkan pengobatan dan tindak lanjut, dan ketidakpastian prognosis atau pemulihan merupakan isu isu yang penting.klien dan keluarga perlu membantu mengatasi gangguan emosi yang disebabkan oleh skizofrenia. Lihat penyuluhan klien dan keluarga: Skizofrenia untuk poin poin penyuluhan.

Mengidentifikasi dan menangani kebutuhan kesehatan diri sendiri merupakan perhatian utama bagi setiap indifidu, tetapi hal ini merupakan tantangan khusus bagi klien skizofrenia karena kebutuhan kesehatan mereka untuk menangani kebutuhan kesehatan tersebut dapat terganggu. Perawat harus membatu klien untuk mengangani penyakit dan kebutuhan kesehatan dengan cara semandiri mungkin. Hal ini dapat dicapai hanya melakui penyuluhan dan dukungan yang berkesinambungan.

Memberikan penyuluhan kepada klien dan onggota keluarga untuk mencegah atau menangani relaps merupakan bagian esensial dalam rencana keperawatan yang komprehensif. Hal ini mencakup memberi informasi faktual tentang skizofrenia, mengidentifikasi tanda 0 tanda awal relaps, dan mengajarkan praktik kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis. Murphy dan Moller (1993) mengidentifikasi pemicu gejala atau faktor faktor yang meningkatkan risiko relaps, dalam area kesehatan klien, lingkungan dan sikap atau perilaku klien. Identifikasi dini faktor faktor resiko ini terbukti mengurangi frekuensi relaps; ketika relaps tidak dapat dicegah, identfikasi dini memberikan landasan intervensi untuk menangani kekambuhan tersebut. Misalnya, jika perawat menemukan bahwa klien letih atau kurang tidur atau tidak mendapat nutrisi yang cukup, intervensi untuk meningkatkan istirahat dan nutrisi dapat mencegah relaps atau meminimalkan intensitas serta durasinya.

Perawat dapat menggunakan daftar faktor risiko relaps dengan berbagai cara. Faktor risiko ini dapat dimasukkan dalam penyuluhan pulang sebelum klien meninggalkan lingkungan rawatinap sehingga klien dan keluarga mengetahui apa yang operlu diperhatikan dan kapan mencari bantuan.perawat juga dapat menggunakan daftar tersebut ketika mengkaji klien dilingkungan rawat jalan atau lingkungan klinik, atau ketika menangani klien dalam program dukungan masyarakat. Perawat juga dapat memberi penyuluhan kepada personel tambahan yang mungkin menangani klien sehingga mereka mengetahui kapan harus menghubungi profesional kesehatan jiwa. Meminum obat obatan sesuai program, mengikuti tindak lanjut secara teratur, dan menghindari alkohol dan obat obatab lain dikaitkan dengan hari riwayat inap yang lebih sedikit dan lebih singkat. Selain itu, klien yang dapat mengidentifikasi dan menghindari situasi yang menimbulkan stress mungkin jarang mengalami ralaps. Menggunakan daftar faktor risiko relaps merupakan suatu cara untuk menhkaji kemajuan klien di masyarakat.

Keluarga mengalami berbagai respon terhadap penyakit yang diderita oleh orang yang mereka cintai. Beberapa anggota keluarga mungkin merasa maluatau ketakutan terhadap perilaku klien yang aneh atau mengancam. Mereka khawair klien mengalami relaps. Mereka mungkin merasa bersalah karena memiliki perasaan ini, atau merasa takut akan kesehatan jiwa atau kesejahteraan mereka sendiri. Apabila klien mengalami masalah yang berulang dan masalah berat yang terkait skizofrenia, anggota keluarga dapat menjadi letih secara emosional atau bahkan menjauhi klien, merasa bahwa mereka tidak lagi dapat menghadapi situasi tersebut. Anggota keluarga memerlukan dukungan dan penyuluhan yang berkelanjutan, termasuk meyakinkan bahwa mereka bukan penyebab skizofrenia. Berpartisipasi dalam organisasi seperti Alliance for the Mentally III dapat membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan Tuhan mereka yang berkelanjutan.

Mengajarkan perawatan diri dan nutrisi yang tepat

Higiene personal yang buruk dapat menjadi masalah bagi klien ketika mereka mengalami gejala psikotik dan juga selama proses penyakit karena apati kurang energi. Ketika klien mengalami psikotik, ia mungkin kurang memperhatikan higiene atau mungkin tidak mampu mempertahankan perhatian atau konsentrasi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas berhias. Perawat mungkin perlu mengarahkan klien melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mandi, keramas, berpakaian, dan sebagainya. Perawat harus memberikan arahan dengan pernyataan yang singkat dan jelas untuk meningkatkan kemampuan klien dalam menyelesaikan tugas. Perawat harus memberikan waktu yang lama kepada klien untuk bersias dan higiene serta tidak boleh membuat klien tergesa-gesa atau terburu-buru. Klien di dorong untuk menjadi lebih mandiri sesegera mungkin yakni ketika ia terorientasi dengan lebih baik terhadap relita dan lebih mampu mempertahankan konsentrasi dan perhatian yang dibutuhkan untuk tugas-tugas ini.

Apabila klien mengalami defisit higiene dan berhias akibat apati atau kurangnya energi untuk melaksanakan tugas, perawat dapat memvariasikan pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian klien di area ini. Klien paling mungkin melakukan tugas higiene dan berhias jika tugas tersebut menjadi bagian rutinitas hariannya. Membangun suatu struktur bersama klien yang menggabungkan hal-hal yang disukainya memberi kesempatan lebih besar untuk berhasil daripada jika klien menunggu untuk memutuskan tentang tuas higiene atau melakukannya secara acak . Misalnya, klien mungkin lebih suka untuk mandi dan keramas pada hari Senin, Rabu, dan Jumat setelah bangun tidur di pagi hari. Rencana ini digabungkan ke dalam rutinitas harian klien dan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini memungkinkan klien menghindari membuat keputusan setiap hari tentang apakah ia ingin mandi atau merasa ingin melakukannya pada hari tertentu.

Nutrisi dan cairan yag adekuat sangat penting bagi kesejahteraan fisik dan emosional kllien. Pengkajian pola makan dan preferensi klien secara cermat memungkinkan perawat menentukan apakah klien membutuhkan bantuan di area ini. Seperti pada setiap tipe defisit perawatan diri, perawat memberi bantuan jika dibutuhkan, kemduian secara bertahap meningkatkan kemandirian klien segera setelah ia dapat melakukannya.

Ketika klien berada di dalam masyarakat, asupan nutrisi yang tidak adekuat juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor selain penyakit klien, misalnya kekurangan uang untuk membeli makanan, kurang pengetahuan tentang diet bergizi, transportasi yang tidak adekuat, atau kemampuan untuk menyiapkan makanan terbatas. Pengkajian yang seksama tentang kemampuan fungsional klien untuk hidup dalam masyarakat akan membantu perawat merencanakan intervensi yang tepat. Lihat bagian berikutnya tentang perawatan berbasis masyarakat.

Mengajarkan keterampilan sosial.

Klien dapat diisolasi dari orang lain karena berbagai alasan. Anggota keluarga atau masyarakat dapat merasa ketakutan atau malu akibat perilaku atau pernyataan aneh klien yang mengalami waham atau halusinasi. Klien yang curiga atau tidak percaya dapat menghindari kontak dengan orang lain. Pada waktu yang lain, klien mungkin tidak memiliki keterampilan sosial atau keterampilan percakapan yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Terakhir, masih ada stigma yang berkaitan dengan gangguan jiwa, terutama pada individu yang tanda-tanda positif penyakitnya tidak hilang dengan pengobatan.

Perawat dapat membantu klien mengembangkan keterampilan sosial memalui penyuluhan, model peran, dan praktik. Klien tidak dapat membedakan topik yang dapat dibicarakan dengan perawat dan topik yang sesuai untuk percakapan di bus. Perawat dapat membantu klien mengembangkan keterampilan sosial melalui penyuluhan, model peran dan praktik. Klien tidak dapat membedakan topik yang dapat dibicaraakan dengan perawat dari topik yang sesuai untuk percakapan di bus. Perawat dapat membantu klien mempelajari topik sosial yang netral, misalnya cuaca atau peristiwa lokal, yang cocok dibicarakan untuk setiap percakapan. Klien juga dapat memperoleh manfaat dari belajar bahwa ia harus menceritakan rincian tertentu penyakitnya, misalnya isi waham atau halusinasi, hanya dengan pemberi perawatan kesehatan.

Menjadi model atau mempraktikkan keterampilan sosial bersama klien dapat membantunya mengalami keberhasilan yang besar dalam interaksi sosial. Keterampilan tertentu, misalnya kontak mata, mendengar dengan penuh perhatian, dan berbicara secara bergantian, dapat meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri klien dalam bersosialisasi. Intervensi keperawatan untuk klien skizofrenia diringkas dalam suatu kotak.

Penatalaksanaan pengobatan

Mempertahankan program pengobatan sangat penting untuk keberhasilan terapi pada klien skizofrenia. Gagal meminum obat sesuai program adalah salah satu alasan yang paling sering dikemukakan untuk rekurensi gejala psikotik dan kembali masuk rumah sakit (Marder, 2000). Kliens yang berespons baik terhadap antipsikotik dan mempertahankan program pengobatan tersebut dapat menjalani hidup yang relatif normal dengan relaps hanya sesekali. Klien yang tidak berespon baik terhadap agens antipsikotik dapat mengjadapi ide-ide waham dan halusinasi seumur hidup, tanda-tanda negatif, dan gangguan yang nyata. Banyak klien menemukan diri mereka berada diantara dua hal yang ekstrem ini.

Ada banyak alasan mengapa klien tidak dapat mempertahankan program pengobatan. Perawat harus menentukan hambatan dalam mematuhi pengobatan pada setiap klien. Klien kadang-kadang mungkin bemaksud meminum ibat-obatan sesuai program, tetapi mengalami kesulitan mengingat kapan dan apakah obat sudah diminum. Mereka mungkin menemui kesulitan mematuhi jadwal rutin pemberian obat. Ada beberapa metode untuk membantu klien mengingat kapan hrus minum obat. Salah satunya ialah dengan menggunakan kotak pil berisi kompartemen selama beberapa hari dalam satu minggu dan beberapa kali dalam sehari. Setelah kotak diisi, kemungkinan dengan bantuan dari perawat atau manajer kasus, klien sering kali tidak lagi mengalami kesulitan. Juga bermanfaat untuk membuat suatu bagan berisi semua waktu pemberian obat sehingga klien dapat menyilangnya setiap kali minum obat. Intervensi keperawatan untuk klien skizofrenia

Meningkatkan keamanan klien dan orang lain serta hak privasi dan martabat

Membangun hubungan terapeuik dengan membina rasa percaya:

gunakan komunikasi terapeutik (mengklarifikasi perasaan dan pernyataan ketika isi bicara dan pikiran mengalami disorganisasi atau membingungkan).

Intervensi untuk waham:

jangan melawan waham secara terbuka atau berdebat dengan klien.

tetapkan dan pertahankan realitas untuk klien.

gunakan teknik distraksi.

ajarkan klien berbicara positif, dan mengabaikan keyakinan waham.

Intervensi untuk halusinasi:

Bantu menghadirkan dan mempertahankan realitas melalui kontak yang sering dan komnikasi dengan klien.

Dapatkan penjelasan tentang halusinasi untuk melindungi klien dan orang lain.

Pemahaman perawat tentang halusinasi

Membantunya mengetahui cara menenangkan atau meyakinkan klien.

Libatkan klien dalam aktivitas yang berdasarkan realitas seperti bermain kartu, terapi okupasi, atau mendengarkan musik.

Koping terhadap perilaku yang secara sosial tidak tepat:

Arahkan kembali klien untuk menjauhi situasi masalah.

Hadapi perilaku klien yang tidak tepat dengan sikap tidak menghakimi dan berorientasi pada fakta; berikan pernyataan faktual; jangan memarahi klien.

Yakinkan orang lain bahwa perilaku atau komentar klien yang tidak tepat bukan salahya(tanpa membocorkan rahasia klien.

Coba integrasikan kembali klien ke dalam lingkungan terapi segera mungkin.

Jangan membuat klien merasa dihukum atau dikucilkan karena perilakunya yang tidak tepat.

Ajarkan ketrampilan sosial melalui penyuluhan, model peran, dan praktik.

Penyuluhan klien dan keluarga (lihat kotak)

Membentuk sistem dukungan masyarakat dan perawatan

Klien juga dapat memiliki hambatan praktis dalam mematuhi pengobatan, misalnya dana yang tidak adekuat untuk memperoleh obat--obatan yang mahal, kurangnya transportasi, kurang pengetahuan tentang cara menebus obat yang diresepkan, atau tidak mampu merencanakan untuk memperoleh resep yang baru sebelum suplai obat saat ini habis. Semua hambatan ini biasanya dapat diatasi setelah hambatan diidentifikasi.

Klien kadang-kadang memutuskan untuk mengurangi atau menghentikan obat-obatan karena efek samping obat yang tidak nyaman atau memalukan. Efek samping ya tidak diinginkan sering kali dilaporkan sebagai alasan klien berhenti minum obat(Marder,2000). Ada intervensi yang dapat membantu mengontrol beberapa efek samping yang tidak nyaman ini(lihat tabel 13-2), misalnya mengonsumsi diet yang tepat dan minum cairan yang cukup, menggunakan pelunak feses untuk menghindari konstipasi, mengisap permen untuk mengurangi mulut kering, atau menggunakan tabir surya agar terhindar dari terbakar sinar matahari. Beberapa efek samping seperti mulut kering dan pandangan kabur membaik sejalan dengan waktu atau jika dosis obat dikurangi. Obat dapat digunakan untuk menghilangkan efek samping neurologis yang bisa terjadi seperti efek samping ekstrapiramidal atau akatisia.

Klien malu untuk melaporkan beberapa efek samping,misalnya efek samping yang mempengaruhi fungsi seksual, dan klien mungkin mengonfirmasi adanya efek samping tersebut hanya jika perawat menanyakan secara langsung hal tersebut kepada mereka. Klien mungkin perlu menghubungi dokter atau pemberi perawatan primer untuk memperoleh reseptipe antipsikotik yang berbeda.

Klien kadang kala menghentikan pengobatan karena ia tidak suka ide minum obat atau yakin bahwa pengobatan tidak diperlukan. Klien mungkin memiliki keninginan untuk minum obat-obatan ketika mengalami gejala psikotik, tetapi yakin bahwa obat-obatan tersebut tidak diperlukan ketika ia merasa sehat. Dengan menolak minum obat, klien menyangkal keberaaan atau keparahan skizofrenia. Masalah ketidakpatuhan ini jauh lebih sulit untuk diatasi. Perawat dapat mengajarkan klien tentang skizofrenia, sifat penyakit kronis dan pentingnya obat-obatan untuk mengatasi gejala dan mencegah rekurensi. Misalnya, perawat dapat mengatakan, "Obat ini membantu Anda berpikir lebih jernih" atau "Dengan meminum obat ini, membuat Anda jarang mendengar lagi suaa-suara yang mengganggu didalam pikiran".

Bahkan setelah diberi penyuluhan, beberapa klien terus menolak untuk meminum obat. Mereka mungkin memahami hubungan antara pengobatan dan pencegahan relaps hanya setelah gejala psikotiknya kambuh. Beberapa klien masih tidak mengerti pentingnya meminum obat secara konsisten dan bahkan setelah berkali-kali relaps terus mengalami psikosis serta masuk rumah sakit dengan cukup sering.

EVALUASIEvaluasi rencana keperawatan harus dipertimbangkan dalam konteks setiap klien dan keluarga. Pengkajian yang berkelanjutan memberi data data untuk menentukan apakah hasil akhir klien secara individual tercapai. Persepsi klien tentang keberhasilan terapi juga berperan dalam evaluasi. walaupun semua hasil dicapai, perawat harus bertanya apakah klien merasa nyaman atau puas dengan kualitas hidupnya.

Secara global, evaluasi terapi skizofrenia didasarkan pada hal-hal berikut:

Apakah gejala psikotik klien hilang? Jika tidak, dapatkah klien melaksanakan hidupnya sehari-hari walaupun beberapa gejala psikotik menetap?

Apakah klien memahami program pengobatan? Apakah ia mematuhi program pengobatan?

Apakah klien memiliki kemampuan fungsional yang diperlukan untuk idup dimasyarakat?

Apakah ada sumber masyarakat yang adekuat untuk membantu klien berhasil hidup didalam masyarakat?

Apakah ada rencana setelah