skizofrenia
DESCRIPTION
psikiatriTRANSCRIPT
Schizo = perpecahan / split Phrenos = mind
Terjadinya suatu perpecahan pikiran, perilaku, dan perasaan.
Gangguan Skizofenik : sekelompok gangguan jiwa berat yang umumnya ditandai oleh distorsi proses pikir dan persepsi yang mendasar, alam perasaan yang menjadi tumpul dan tidak serasi, tetapi kesadarannya tetap jernih dan kemampuan intelektual biasanya dapat dipertahankan.
SKIZOFRENIA
Prevalensi 1 – 1,5 % dari populasi di dunia. Insiden 1 / 10.000 orang per tahun. Jenis Kelamin: laki-laki = wanita
laki-laki >>> gejala negatif (fungsi sosial wanita lebih baik)
Usia: puncak onset laki-laki 15-25 thn, perempuan 25-35 thn.
Individu dengan Skizofrenia 60-70% tidak pernah menikah.
20%-50% penderita Skizofrenia mencoba bunuh diri, 10% berhasil melakukannya.
EPIDEMIOLOGI
a. Faktor genetikab. Faktor diathesis-stressc. faktor neuro-biologisd. Faktor infeksie. Hipotesis factor biokimiawif. Struktur otak
ETIOLOGI
Terdapat beberapa riwayat bahwa faktor genetik cukup mempengaruhi timbulnya penyakit skizofrenia.
Kecenderungan seseorang menderita skizofrenia berhubungan dengan kedekatan hubungan keluarga (>> pada derajat pertama dan kedua)
Kembar monozigot 4-5 x dizigot9 linkage sites: 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q dan 22q
FAKTOR GENETIK
Populasi prevalensi Persen (%)
1. Populasi umum 1%
2. Saudara kandung dengan skizofrenia 8%
3. Anak dengan salah satu orng tua dengan skizofrenia
12%
4. Kembar dua telur dari pasien skizofrenia 12%
5. Anak dengan kedua orang tua skizofrenia 40%
6. Kembar satu telur dari pasien skizofrenia 47%
Seseorang yang rentan (diatesis) terkena stresor lebih mudah menjadi skizofrenia.
Genetik : kromosom X 1, 3, 5, 11 dihubungkan dengan COMT (catechol-O-Methyl Transferase) dalam encoding dopamin.
Lingkungan emosional yang tidak stabil, stresor sosial, diskriminasi, sosial ekonomi rendah (down ward drift hipotesis) Skizofrenia >>
MODEL DIATESIS STRES
PET (positron emission tomography) aktivitas lobus frontal <<
Gejala positif; peningkatan aliran darah di daerah temporomedial
Gejala disorganisasi; peningkatan aliran darah daerah korteks singulat dan striatum
Halusinasi; perubahan aliran darah regio hipokampus, parahipokampus, amigdala.
Infeksi; perubahan anatomis SSP akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang dengan skizofrenia. Terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.
FAKTOR NEURO-BIOLOGIS
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbic dan ganglia basalis. Otak penderita skizofrenia tampak swdikit berbeda dengan orang normal, ventrikel melebar, penurunan massa abu-abu, dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktivitas metabolic, bias juga terjadi pada trauma otak setelah lahir.
MRI pelebaran daerah ventrikular III dan lateral, terutama bila gejala negatif menonjol; implikasi perubahan daerah periventrikular limbik striata, mengecilnya ukuran dari lobus frontal dan temporal.
EEG hilangnya aktivitas gamma band; melemahnya integrasi jaringan saraf di otak.
Teori neurotransmitter : hipotesis Dopamin, Serotonin (5HT), Glutamat dan NMDA, GABA, Norepineprine, Peptida/Neurotensin. Hipotesis Dopamin (D1-D5) gejala positif.
STRUKTUR OTAK
Hipotesis Dopamin : Terlalu/hiperaktivitas system dopaminergik
1. Potensi berbagai obat antipsikotik terkait dengan kerja sebagai reseptor antagonis Dopamin tipe 2.
2. Obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik seperti kokain dan amfetamin psikotomimetik
Hipotesis serotonin : peningkatan serotonin pengobatan ditujukan untuk menekan reseptor serotonin 5-HT yang banyak berperan terhadap kejadian skizofrenia
FAKTOR BIOKIMIA
Gejala Positif : merefleksikan suatu ketidaksesuaian dengan fungsi-fungsi yang normal dan secara tipikal meliputi waham dan halusinasi, juga termasuk bahasa dan komunikasi yang terdistorsi atau berlebihan (bicara yang kacau) dan juga dalam perilaku (perilaku yang kacau, perilaku katatonik atau perilaku agitasi).
Gejala Negative : afek yang datar, alogia, avolisi, anhedonia dan perhatian yang terganggu. Dalam skizofrenia, simtom negatif sering dipertimbangkan sebagai suatu fungsi normal yang berkurang seperti afek yang tumpul, emotional withdrawal, rapport yang buruk, pasif dan penarikan sosial.
Gejala Afektif : perasaan tertekan, cemas, kurang tidur, perasaan tidak berharga, pemikiran tentang kematian dan bunuh diri serta perasaan bersalah.
Gejala Kognitif : secara spesifik kedalam gangguan pikiran skizofrenia dan kadang-kadang menggunakan bahasa yang aneh, termasuk inkoheren, asosiasi longgar dan
neologisme. Gejala Agresif : menunjukkan permusuhan dan gangguan dalam pengendalian impuls.
GEJALA SKIZOFRENIA
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat di bagi menjadi 3 fase:
Fase Prodromal : timbul gejala-gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejalanya hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.
Fase Aktif : gejala positif (psikotik) menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek.
Fase Residual : memiliki gejala-gejala yang sama dengan prodromal tetapi gejala positif (psikotik) sudah berkurang.
Minimal 1 gejala dibawah yang jelas, atau minimal 2 gejala dibawah ini bila kurang jelas/tajam
a. “thought echo”, “tought insertion atau withdrawal”, dan “tought broadcasting”
b. “delusion of control”, “delusion of influence”, “delusion passivity”, atau “delusional perception”
c. Halusinasi auditorik (Halusinasi yang terus-menerus berkomentar atau mendiskusikan pasien di antara mereka sendiri)
d. Waham-waham menetap yang tidak sesuai dengan budayanya
Pedoman Diagnostik PPDGJ-III
Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini yg selalu ada. Minimal 1 bulana). Halusinasi menetap.b). Arus pikiran terputus, interpolasi.c). Perilaku katatonik.d). Gejala negatif.e). Perubahan konsisten dan bermakna
dalam untuk keseluruhan dari beberapa aspek perilaku seseorang.
Pasien dengan episode depresi atau manik tetap dapat memenuhi kriteria skizofrenia, jika kriteria untuk skizofrenia ditegakkan terlebih dahulu sebelum onset dari episode mood
Perjalanan Skizofrenia terus-menerus, episodik dgn kemunduran progresif atau defisit stabil, episodik berulang, remisi komplit atau inkomplit
Periode pengamatan kurang dari 1 tahun
Tidak ada penyakit otak
Tidak ada intoksikasi atau withdrawal obat
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)
Gejala yang menonjol waham kejar yang berhubungan dengan halusinasi auditorik
Gejala yang tidak menonjol bicara terdisorganisasi, afek datar atau tidak sesuai, perilaku terdisorganisasi atau katatonik
JENIS-JENIS SKIZOFRENIA
Gejala yang menonjol Gangguan afek Mood yang dangkal dan inappropriate Halusinasi, waham ada tidak menonjol Kekacauan pembicaraan (inkoheren) Perilaku yang kacau & tidak
bertanggungjawab Adanya kecenderungan isolasi sosial Prognosis buruk gejala negatif, afek datar,
hilang kemauan Terjadi pada remaja atau dewasa muda.
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK(F20.1)
Gejala motorik yang menonjol hiperkinesia/stupor, kepatuhan otomatis/negativism
Min. 2 gejala : stupor, gaduh gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu, negativisme, rigiditas, fleksibilitas cerea, pengulangan kata/kalimat, command automatism
SKIZOFRENIA TAK TERINCI (F20.3) Atypical skizofrenia Memenuhi kriteria Skizofrenia tetapi tidak
memenuhi salah satu subtipe F20.0-F20.2
SKIZOFRENIA KATATONIK(F20.2)
Adanya episode depresi akibat skizofrenia yang diderita Beberapa gejala skizofrenia ada tapi tidak mendominasi Bila gejala skizofrenia tidak ada lagi Episode depresi (F32.-) Bila gejala skizofrenia menonjol subtipe skizofrenia yang sesuai
(F20.0-F20.3)
SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5) Ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lalu dan
memenuhi diagnosa skizofrenia namun tidak lagi menunjukan gejala-gejala psikotik
Pasien menunjukan gejala-gejala negatif, residual, atau keduanya
Kronis atau merupakan transisi menuju remisi sempurna Gejala negatif yang menonjol perlambatan psikomotor,
aktivitas menurun,afek tumpul, sikap pasif, tdk inisiatif, kemiskinan kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
DEPRESI PASCA SKIZOFRENIA (F20.4)
Adanya perubahan perilaku yang bermakna kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, penarikan diri secara sosial
Gejala negatif dari skizofrenia residual tanpa didahului gejala klinik psikotik (tanpa riw. Halusinasi, waham, dll)
SKIZOFRENIA SIMPLEKS (F20.6)
Indikasi utama perawatan di RS :1. Untuk tujuan diagnosis2. Menstabilkan medikasi3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh
diri atau membunuh4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak
sesuai5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
dasar
PERAWATAN DI RS
Antipsikotik Elektrokonfulsif (ECT) Terapi Psikososial :
- Psikoterapi individual - Psikoterapi keluarga
TERAPI SOMATIK
1. Antipsikotik generasi I (APG I) (konvensional, typical) :Beberapa obat yang sering dipergunakan : Chlorpromazine : dosis oral 100-1600 mg, IM 25-500 mgTrifluoperazine : dosisi oral 4-40 mg. IM 4-10 mgHaloperidol : dosis oral 5-20 mg, IM 5-20 mgTheoridazine : dosis oral 200-800 mg
2. Antipsikotik generasi II (APG II) (inkonvensional, atypical) :Clozapin : dosis 12,5-25 mgRisperidon : dosis 1-6 mgOlanzapin : dosis 7,5-30 mgQuetiapin : dosis 300 mg
Terdapat 2 kelompok antipsikotik, yaitu :
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
waktu paruh : 12-14 jam (pemberian obat 1-2 x per hari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping obat (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu menggangu kualits hidup
PENGATURAN DOSIS
Pemberian dosis pada obat anti psikosis ini dengan cara ;Mulai dengan "dosis awal" sesuai dengan dosis anjuran yang dinaikan setiap 2-3 hari --> pemberian tersebut dinaikan hingga mencapai "dosis efektif" (mulai timbul peredaran sindrom psikosis) --> dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan --> "dosis optimal" --> dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) --> diturunkan setiap 2 minggu --> "dosis maintenance" --> dipertahankan 6 bulan - 2 tahun (diselingi "drug holiday" 1-2 hari/minggu) -->tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) --> stop
Pencegahan dilakukan melalui pendekatan biologic dan psikososial secara holistic
Terdapat tiga bentuk pencegahan primer:
1. Pencegahan universal2. Pencegahan selektif3. Pencegahan terindikasi
PENCEGAHAN