s_kim_0900612_chapter1

9
Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada tahun ajaran 2013/2014 negara Indonesia mulai memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013 adalah keikutsertaan Indonesia pada salah satu studi internasional Programme for International Student Assesment (PISA). Sejak tahun 2006 hasil capaian literasi sains siswa Indonesia dalam PISA selalu berada di posisi yang rendah. Hal ini disebabkan bentuk asesmen PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks aplikasi sains maupun aspek sikap sains. (BSNP, 2013) National Research Council dalam Shwartz (2006) menyatakan bahwa sekarang ini pencapaian literasi sains siswa merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan sains. Hal ini berlaku pula di negara Indonesia, dapat dilihat

Upload: arya-satya

Post on 29-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: S_KIM_0900612_Chapter1

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi

dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur

organisasi skripsi.

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Pada tahun ajaran 2013/2014 negara Indonesia mulai

memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran

yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang

dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat;

dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai

dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.

Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil bagi dirinya,

sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu

faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013 adalah keikutsertaan

Indonesia pada salah satu studi internasional Programme for International Student

Assesment (PISA). Sejak tahun 2006 hasil capaian literasi sains siswa Indonesia

dalam PISA selalu berada di posisi yang rendah. Hal ini disebabkan bentuk

asesmen PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan

hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains,

aspek konteks aplikasi sains maupun aspek sikap sains. (BSNP, 2013)

National Research Council dalam Shwartz (2006) menyatakan bahwa

sekarang ini pencapaian literasi sains siswa merupakan salah satu tujuan utama

dalam pendidikan sains. Hal ini berlaku pula di negara Indonesia, dapat dilihat

Page 2: S_KIM_0900612_Chapter1

2

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

dari acuan kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat ini. Literasi

sains didefinisikan PISA sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti

dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan

perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Pemahaman

ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan persiapan yang penting bagi generasi

muda untuk dapat hidup dalam masyarakat modern. Pemahaman ini

memungkinkan bagi individu untuk dapat berpartisipasi secara penuh dalam

masyarakat dimana ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang

signifikan. Pemahaman sains dan teknologi ini juga memberdayakan individu

untuk dapat berpartisipasi secara tepat dalam penentuan kebijakan publik dimana

masalah ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan mereka.

(OECD, 2009)

Salah satu cabang mata pelajaran sains adalah kimia, menurut Sastrawijaya

(1998) pembelajaran kimia bertujuan untuk memperoleh pengalaman tentang

berbagai fakta dan kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang

berkaitan dengan kimia, dan memiliki keterampilan dalam penguasaan

laboratorium. Pemahaman tentang konsep-konsep kimia akan membantu para

siswa untuk berpartisi pada permasalahan yang sedang dihadapi publik, karena itu

dirasa perlu adanya tes untuk mengukur kemampuan literasi kimia siswa. Salah

satu penelitian yang mengukur kemampuan literasi kimia untuk siswa Sekolah

Menengah Atas (SMA) dikembangkan oleh Shwartz (2006) di Irak. Salah satu

kerangka teoritis yang menjadi dasar dalam penelitian yang dilakukannya adalah

kemampuan siswa dalam menggunakan pemahaman mengenai konsep kimia

untuk menjelaskan fenomena.

Hasil kajian terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007

menyebutkan bahwa untuk sistem penilaian hendaknya mengadopsi bentuk tipe

soal serupa dengan PISA untuk mendorong Proses Belajar Mengajar (PBM)

berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali

kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Soal-soal PISA bukanlah

Page 3: S_KIM_0900612_Chapter1

3

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

alat untuk mengukur konteks, tetapi mengukur (kompetensi) proses sains,

pengetahuan, dan sikap sains yang disajikan terkait dengan konteks (OECD,

2009). Sementara itu, alat ukur yang dikembangkan guru biasanya hanya

menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek

konteks sains maupun aspek sikap sains. Begitu pula hasil temuan pada kumpulan

tes yang beredar di toko buku atau yang tersebar di perpustakaan sekolah

menunjukkan lebih banyak tes yang mengujikan pengetahuan sains dari aspek

kognitif dan perhitungan saja.

Tes yang ada tidak banyak menguji pemahaman konsep sains, apalagi

menguji keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses

sains dan mengatasi masalah-masalah sains (Sudiatmika, 2010). Hal ini

menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep

sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka.

Oleh karena itu, alat ukur yang dikembangkan guru dalam pembelajaran sains,

termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan

konteks sebagai wahana untuk mencapai literasi sains siswa. Pemilihan konteks

yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria yang dirumuskan oleh Jong

(2006) yaitu: 1) Konteks yang digunakan dikenal dan relevan untuk siswa

(perempuan dan laki-laki), 2) Konteks yang digunakan tidak mengganggu

perhatian siswa terhadap konsep yang dihubungkan, 3) Konteks yang digunakan

tidak terlalu menyulitkan bagi siswa, dan 4) Konteks yang digunakan tidak

membingungkan siswa.

Baehr (1995) menyatakan bahwa konteks keramik dapat digunakan untuk

mengajarkan konsep ikatan kimia (kovalen dan ionik), elektronegativitas, material

berhidrat dan kerapatan. Materi mengenai ikatan kimia merupakan salah satu

materi yang bersifat abstrak. Sifat abstrak dari materi kimia membuat siswa

kesulitan memahaminya. Kebanyakan siswa tidak memahami konsep partikel

(atom, ion, molekul) yang terlibat dalam ikatan kimia, serta siswa kesulitan

menghubungkan antara ikatan kimia pada dengan sifat zatnya. Hal ini dapat

diatasi dengan mengkaitkan struktur zat dalam pembelajaran ikatan kimia. Hal ini

Page 4: S_KIM_0900612_Chapter1

4

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

dapat dilakukan dengan penggunaan konteks pembelajaran yang mengkaitkan

ikatan kimia, struktur zat dan sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi

dengan menggunakan konteks keramik sebagai konteks pembelajaran. Terdapat

dua jenis keramik yang kita ketahui, yakni keramik tradisional dan keramik

modern. Pada jaman dahulu keramik hanya dikenal sebagai barang lokal yang

bernilai seni. Namun, keramik di masa kini banyak digunakan dalam industri,

penggunaannya sudah lebih luas lagi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Hasil capaian literasi sains siswa di Indonesia yang selalu berada di posisi

rendah disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan PISA tidak diadaptasi

oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten

sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun

aspek sikap sains. Sistem penilaian siswa di Indonesia membutuhkan sistem

penilaian yang mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk

mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan

sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan utama dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana alat ukur konten ikatan kimia menggunakan

konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa

SMA?” Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut :

Bagaimana karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber

pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia?

Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang

dikembangkan ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas?

Bagaimana penilaian ahli terhadap kesesuaian karakteristik soal literasi sains

dalam PISA dengan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi

ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi?

Page 5: S_KIM_0900612_Chapter1

5

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik

yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai

dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti

dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks

bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber untuk membuat alat ukur penilaian

literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi

sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

Guru

Berupa contoh alat ukur penilaian literasi sains yang sesuai dengan

karakteristik soal-soal literasi sains PISA.

Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di

institusi terkait di masa yang akan datang.

Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan

dengan pengembangan alat ukur literasi sains dan dijadikan sebagai bahan

acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks dan konten

pembelajaran yang berbeda.

E. Stuktur Organisasi Skripsi

Berikut ini penjabaran urutan penulisan skripsi secara terperinci dari setiap

bab dan sub bab. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab

II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil Penelitian dan

Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.

Page 6: S_KIM_0900612_Chapter1

6

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Bab I terdiri atas lima sub bab, meliputi Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan

Struktur Organisasi Skripsi. Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil capaian

literasi sains Indonesia yang selalu berada di posisi bawah diantara negara-negara

anggota PISA yang lain. Hal ini disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan

PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya

menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek

konteks sains maupun aspek sikap sains. Berdasarkan latar belakang tersebut

maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana alat

ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk

mencapai literasi sains/kimia siswa SMA, sehingga tujuan dari penelitian yakni

untuk mendapatkan alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik

yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai

dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti

dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks

bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan untuk membuat alat ukur

penilaian literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian

literasi sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

Bab II terdiri atas sub bab Kajian Pustaka. Kajian pustaka dijabarkan kembali

ke dalam beberapa bagian, yakni kajian teoritis mengenai Literasi Sains/Kimia,

Rekonstruksi Pendidikan, Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten, Kualitas

Alat Ukur Literasi Sains, Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains, dan

Tinjauan Materi Pembelajaran Konteks Keramik dalam Konten Ikatan Kimia,

serta penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian bidang yang sedang

diteliti. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan

pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan

berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

aktivitas manusia. Untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa maka

dibutuhkan alat ukur penilaian literasi sains, dimana bersarkan hasil kajian

Page 7: S_KIM_0900612_Chapter1

7

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007, disebutkan bahwa

soal-soal yang dikembangkan hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa

dengan PISA. Hasil analisis terhadap Baehr disebutkan bahwa konteks keramik

salah satunya dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ikatan kimia, dalam

kurikulum 2013 tercantum bahwa ikatan kimia merupakan salah satu konsep yang

harus diberikan kepada siswa SMA kelas X, oleh karena itu dirasa perlu untuk

mengkonstruksi alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks keramik

pada konten ikatan kimia. Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian

yang dilakukan pada tahun 2006 Yael Shwartz, Ruth Ben-Zvi and Avi Hofstein

mengenai pencapaian literasi kimia siswa Sekolah Menengah Atas di Israel.

Penelitian ini didukung oleh beberapa jurnal terkait literasi sains yang ditulis oleh

Dolf Witte dan Kees Beers berjudul Testing of Chemical Literacy pada tahun

2003, serta artikel yang ditulis oleh Holbrook mengenai pentingnya pendidikan

sains di sekolah untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Bab III terdiri atas delapan bagian sub bab, meliputi Lokasi dan Objek/Subjek

Penelitian, Model Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen

Penelitian, Alur Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data. Fokus

dari penelitian ini adalah alat ukur yang dikonstruksi, alat ukur yang

dikembangkan kemudian diujicobakan pada siswa SMA kelas X semester ganjil

sebanyak satu kelas yang berjumlah 40 siswa, yang diambil dari salah satu SMA

di kabupaten Bogor. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstrusi

pendidikan (educational rescontruction) (Duit, et al., 2012), dan desain penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode jenis sequential

exploratory design, dimana penelitian dimulai dengan pengumpulan dan analisis

data kualitaif dengan tujuan eksplorasi dan dilanjutkan dengan pengumpulan dan

analisis data kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan

masalah maka digunakan instrumen penelitian, yang meliputi lembar kesesuaian

konteks dan konten, alat ukur penilaian literasi sains, dan lembar validasi ahli,

serta lembar penilaian kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik

soal literasi sains dalam PISA. Data mengenai karakteristik teks bacaan keramik-

Page 8: S_KIM_0900612_Chapter1

8

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan alat ukur ukur

dijelaskan melalui analisis deskriptif. Sedangkan, data dari hasil validasi

dikelompokkan lalu diolah, hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil

analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas alat ukur dan

untuk memperbaiki alat ukur yang dikembangkan, sehingga pada tahap akhir

selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga

mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki. Data kesesuaian karakteristik alat

ukur yang dikembangkan dengan alat ukut literasi sains dalam PISA ditunjukkan

dalam bentuk persentase.

Bab IV terdiri atas empat sub bab, meliputi karakteristik teks bacaan

keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi

sains/kimia pada materi ikatan kimia, validitas alat ukur penilaian literasi

sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari hasil CVR, kualitas alat ukur

penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari nilai reliabilitas,

serta penilaian ahli mengenai kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang

dikembangkan dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA. Teks bacaan

yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur literasi sains/kimia memiliki

karakteristik yakni memuat aspek konten ikatan kimia yang secara khusus

dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi

PISA 2009 dan diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks keramik

dengan tujuan agar membuatnya mudah diterima siswa Teks wacana konteks-

konten yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam penurunan kisi-kisi butir

soal. Kisi-kisi yang disusun disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam

kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009, untuk kemudian dijadikan sebagai

acuan dalam penyusunan butir soal literasi sains. Alat ukur penilaian literasi sains

yang telah dikontruksi kemudian diuji validitasnya dan reliabilitasnya, dengan

tujuan untuk mengetahui kulitas dari alat ukur. Penilaian ahli mengenai

kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan karakteristik

soal-soal PISA dikumpulkan melalui angket.

Page 9: S_KIM_0900612_Chapter1

9

Dini Rusfita Sari, 2014 Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Bab V terdiri atas dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan

terdiri atas informasi dari permasalahan yang diangkat yakni mengenai

karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber

pembuatan alat ukur penilaian literasi sains, kualitas alat ukur yang dikembangkan

dilihat dari validitas dan reliabilitasnya serta penilaian kesesuaian karakteristik

alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan soal literasi sains PISA.

Rekomendasi yang diberikan berupa saran-saran agar penelitian selanjutnya dapat

dilakukan dengan lebih baik lagi.