skenario6
DESCRIPTION
SKENARIO6TRANSCRIPT
1.1 Skenario
SKENARIO VI
Skenario Kelainan Kelenjar Saliva
Seorang perempuan berumur 55 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan
utama benjolan di bawah telinga kiri yang makin lama makin besar sejak 16 tahun
yang lalu. Dari anamnesis dipeoleh benjolan tidak nyeri, tidak panas, tidak disertai
demam. Pemeriksaan ekstra oral diperoleh telinga kiri kadang-kadang
berdengung, ada trismus derajat 1, mulut tidak terasa kering. Tidak dikeluhkan
wajah mencong atau kesulitan menutup mata. Regio parotis sinistra didapatkan
benjolan ukuran 12x10x8 cm, kenyal padat, tidak ada bagian yang fluktuatif, tidak
nyeri tekan, tidak terdapat tanda-tanda radang, permukaan licin, terfiksir pada
jaringan disekitarnya. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher.
Pada pemeriksaan wajah tanda-tanda kelumpuhan saraf fasialis tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan intraoral tidak ditemukan ada kelainan gigi geligi. Hasil
pemeriksaan HPA tumor jinak kelenjar ludah.
1
1.2 Mapping
2
Pembengkakan
Infeksi Neoplasma
Pemeriksaan
Pemeriksaan Klinis
Klasifikasi
Dampak
Kelenjar saliva Etiologi
Pemeriksaaan Penunjang
1.3 Learning Objective
1. Mengetahui dan memahami etiologi dari kelainan kelenjar saliva
2. Mengetahui dan memahami patogenesis dari kelainan kelenjar saliva
3. Mengetahui dan memahami macam-macam kelainan kelenjar saliva
4. Mengetahui dan memahami pemeriksaan klinis dan penunjang dari kelainan
kelenjar saliva
5. Mengetahui dan memahami dampak kelainan kelenjar saliva pada rongga
mulut
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Saliva
2.1.1 Kelenjar saliva merupakan organ yang memproduksi saliva. Secara
garis besar, kelenjar saliva dibagi menjadi kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva minor. Kelenjar saliva mayor merupakan kelenjar saliva utama, sebab sebab
sebagian besar saliva disekresi oleh kelenjar ini.
Kelenjar saliva mayor terdiri atas terdiri dari:
1. Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar. Kelenjar parotis
memproduksi sekitar 60-65% dari keseluruhan saliva di rongga mulut.
Sekresi utama kelenjar parotis adalah berupa serus. Kadang-kadang sel
mukus ditemukan pada anak-anak, namun kelenjar ini memproduksi
murni seus pada manusia dewasa. Kelenjar parotid bermuara pada duktus
Stensens.
2. Kelenjar submandibular merupakan kelenjar saliva dengan ukuran terbesar
kedua, setelah kelenjar parotis. Ukurannya sekitar setengah dari kelenjar
parotis. Kelenjar submandibula memproduksi sekitar 20-30% dari
keseluruhan saliva di rongga mulut. Sekresinya berupa campuran antara
serus dan mukus, namun yang lebih dominan adalah serus. Kelenjar
submandibula bermuara pada duktus Whartoni.
3. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang memiliki
ukuran aling kecil dibandingkan kelenjar saliva mayor yang lain. Ukuran
kelenjar sublingual sekitar 1/5 dari ukuran kelenjar submandibula.
Kelenjar ini memproduksi sekitar 2-5% dari keseluruhan saliva di rongga
mulut. Sekresinya merupakan campuran dari seus dan mukus, akan tetapi
mukus yang lebih dominan daripada serus.. Pada kelenjar ini ditemukan
sedikit acini serus dan bermuara pada duktus Bartholin. Sel serus
menghasilkan saliva yang encer sehingga viskositasnya menjadi lebih
rendah sedangkan sel mukus menghasilkan saliva yang kental sehingga
viskositas lebih tinggi.
4
Pada penjelasan disebelumnya sudah dibahasmengenai kelenjar saliva mayor
yang memproduksi sebagian besar saliva di rongga mulut. Selain itu, terdapat pula
kelenjar saliva minor.. Kelenjar lingual anterior terdapat pada permukaan anterior
lidah dekat ujung lidah dan terbagi atas kelenjar mukus anterior dan campuran
pada posterior. Kelenjar lingual posterior terdapat pada gabungan dengan lingual
tonsil dan permukaan lateral lidah. Merupakan kelenjar mukus murni. Kelenjar
serus (von ebner) mengalir kedalam saluran-saluran di sekeliling papilla
circumvallata. Kelenjar bukal dan labial ditemukan pada pipi dan bibir. Unit
terminal secretory mengandung sekresi mukus dan serus. Kelenjar palatinal
merupakan murni mukus dan ditemukan pada palatum lunak dan uvula, dan
didalam regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatina
merupakan mukus murni yang berlokasi di lipatan glossopalatina.
Kelenjar saliva diinervasi oleh serabut saraf simpatis. Serabut saraf simpatis
yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan
berjalan bersama dengan arteri yang mensuplai kelenjar saliva. Serabut saraf
simpatis berjalan bersama dengan arteri karotis eksterna yang memberikan suplai
darahpada kelenjar parotis, dan bersama arterilingualis yang memberikan suplai
darah kekelenjar submandibula, serta bersama dengan arteri fasialis yang memberi
vaskularisasi pada kelenjar sublingualis. Saraf ini menstimulasi kelenjar saliva
untuk menghasilkan sekret kental yang kaya akan kandungan bahan organik dan
anorganik.
Selain itu, kelenjar saliva juga dipersarafi oleh saraf para simpatis. Saraf ini
menstimulasi kelenjar saliva untuk menghasilkan sekret yang encer. Kelenjar
parotis mendapat inervasi parasimpatis dari nervus glosofaringeus (N. IX).
Kelenjar submandibula dan sublingualismendapatkan persarafan parasimpatis
darikorda timpani (cabang n. VII).
2.2 Kelainan Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk
membantu pencernaan, mencegah mukosa di rongga mulut dari kekeringan,
memberikan perlindungan pada gigi terhadap karies serta mempertahankan
homeostasis. Kelenjar ini juga tidak terlepas dari penyakit. Penyakit yang
5
mengenai kelenjar saliva kadang sulit dideteksi karena strukturnya yang kecil.
Saat ini teknologi semakin maju, dan alat untuk mendiagnosis penyakit ini pun
semakin berkembang. Pembengkakan pada kelenjar ludah juga utama juga bisa disebabkan
infeksi bakteri, mumps atau gondongan. Selain itu, penyebab lain yang dapat memicu
pembengkakan adalah tumor kelenjar ludah baik yang jinak maupun ganas. Penyakit pada
kelenjar saliva akibat adanya infeksi mikroorganisme antara lain;
1. Parotitis merupakan penyakit infeksipada kelenjar parotis akibat virus.
Penyakitini merupakan penyebab edema kelenjarparotis yang paling
sering. Kejadianparotitis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi.
Insidens parotitis tertinggi padaanak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset
penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah
sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi berkisarantara 2 hingga 3 minggu.
Gejala lainnyaberupa demam, malaise, mialgia, sertasakit kepala.
2. Penyakit infeksi virus lainnya. Penyakit kelenjar saliva dapat disebabkan
oleh adanya infeksi cytomegalovirus, yang sering terjadi padabayi baru
lahir dan dapat menyebabkanmental retardasi serta kelainan
fisik,hepatosplenomegali, ikterik, dantrombositopenia purpura. Virus lain
yangdapat menginfeksi kelenjar saliva bisaberupa Coxackievirus A,
Echovirus, virus Influenza A serta virus Lymphocyticchorimeningitis.
Terapi pada penyakityang disebabkan karena infeksi virusberupa terapi
simtomatis.
3. Sialadenitis supuratif akut. Sebagian besar penyakit ini melibatkan
kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar submandibula.
Hal ini disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjarparotis
lebih rendah dibandingkan padakelenjar saliva lainnya. Kemungkinan
penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat adanya
obstruksi atau berkurangnya produksisaliva. Faktor predisposisi lain
terjadinya penyakit ini adalah striktur duktus atau kalkuli. Berkurangnya
produksi kelenjar saliva bisa disebabkan karena konsumsi beberapa obat.
Pasien pasca operasi juga dapat menderita penyakit ini akibat produksi
saliva yang kurang yang diikuti dengan higiene oral yang buruk. Gejala
yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini adalah
6
adanyapembengkakan yang disertai dengan rasanyeri. Bisa didapatkan
adanya saliva yangpurulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah
didapatkan dengan sedikit pemijatan di sekitar kelenjar.
3.1 PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
3.1.1 LEARNING OBJECTIVE 1
Mengetahui dan memahami etiologi dari kelainan kelenjar ludah:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan
faktor-faktor pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan
metabolisme. Kelainan herediter berhubungan dengan garis
keturunan,faktor pertumbuhan dan genetic. Untuk garis keturunan dan
genetic misalnya, jika orang tuanya memiliki neoplasia biasanya anaknya
juga mengalami hal yang sama. Hal ini disebabkan karena mereka
memiliki gen yang sama.
a. Genetik
Kelainan pada kelenjar saliva salah satunya yang dapat terjadi adalah kanker
kelenjar ludah. kanker terjadi ketika terjadi mutasi genetik pada sel kelenjar ludah
yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri ketika sel normal
seharusnya mati. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor dan dapat
menyebar ke area tubuh lain.
b. Penyakit dan gangguan tertentu
Kerusakan pada kelenjar ludah dapat disebabkan oleh penyakit dan gangguan
tertentu yang bisa menyebabkan kelenjar ludah menjadi rusak dengan demikian
mengurangi produksi ludah. Penyakit-penyakit termasuk penyakit Parkinson,
sindrom sjogren, depresi, dan nyeri kronis. Hypoplasia kelenjar parotis sering
dijumpai pada sindroma Melkersson Rosenthal, merupakan malformasi genetik
atau karena perubahan atrofi pada syaraf.
2. Faktor eksternal, merupakan factor predisposisi yang memungkinkan
terjadinya kelainan pada kelenjar saliva. Faktor eksternal memungkinkan
terjadinya kelainan pada kelenjar saliva meliputi :
7
a. Obat-obatan
Kerusakan pada kelenjar ludah juga dapat disebabkan oleh penggunan obat-
obatan tertentu, Obat-obatan yang menurunkan produksi ludah termasuk
antidepresan tertentu, antihistamin, antipsikotis, sedativ, metildopa, dan diuretik.
b. Radiasi
Kelenjar ludah seringkali rusak setelah seseorang menjalani kemoterapi atau
radiasi kepala dan leher untuk pengobatan kanker. Mulut kering biasanya
disebabkan radiasi sementara, khususnya jika radiasi tersebut berdosis tinggi,
yang biasanya disebabkan kemoterapi sementara.
c. Infeksi Virus
Kelainan kelenjar saliva yang bisa disebabkan oleh infeksi virius salah
satunya pada Mumps (Epidemic Parotitis) disebabkan oleh RNA Paramyxovirus
ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan saliva. Infeksi
Cytomegalovirus (CMV), Human CMV merupakan beta herpesvirus yang hanya
menginfeksi manusia. CMV dapat tetap laten setelah paparan pertama dan infeksi.
CMV mononukleosis biasanya terjadi pada dewasa muda disertai demam akut
dengan pembesaran glandula.
d. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri pada glandula saliva sering dijumpai yang disertai dengan
penurunan fungsi glandula. Kondisi ini sering disebut sebagai "surgical parotitis",
karena pasien pada pasca bedah menunjukkan gejala pembesaran glandula
disebabkan karena infeksi bakteri.Sebagian besar infeksi bakteri glandula terjadi
pada pasien dengan penyakit atau obat-obatan yang menyebabkan hipofungsi
glandula.
e. Merokok
Faktor risiko terjadinya tumor salah satunya adalah kebiasaan merokok. Pada
tumor Warthin perokok mempunyai risiko 4-8 kali terkena dibanding yang tidak
perokok. Selanjutnya penelitian lain mengatakan bahwa faktor risiko tersebut
8
dapat 40 kali terjadi bila orang itu perokok dibanding tidak merokok.6,7,19.
Kebanyakan pasien tumor Warthin mempunyai riwayat merokok lebih 20
tahun.10 Pada pasien ini mempunyai riwayat kebiasaan merokok lebih dari 30
tahun.
f. Makanan
Makanan yang mengandung bahan kimia seperti MSG (penyedap masakan),
bahan pengawet makanan, bahan pewarna tekstil yang sering dibuat campuran
sirup atau makanan lain, sudah dikenal lama sebagai bahan karsinogen. Mie instan
banyak mengandung bahan pengawet dan MSG (penyedap makanan). Makan
seperti mie instant atau makanan lain yang serba instant, yang banyak
mengandung zat-zat bahan kimia merupakan bahan pemicu tumor.
3.1.2 LEARNING OBJECTIVE 2
Mengetahui dan memahami patogenesis dari kelenjar kelenjar ludah:
Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Proliferasi
sel adalah proses fisiologis yang terjadi pada hampir semua jaringan tubuh
manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. Mutasi pada DNA sel
menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat gangguan
pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik
ini dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan
tumor atau neoplasma. Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut,
tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan liar
di dalam dan di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat
dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada
bibir, pipi,kelenjar saliva, dan lain-lain. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan
epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah
Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan
gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi
9
materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan
pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-
onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel
somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami
kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali.
Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan,
yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel.
Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat
jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna
disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan
menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut sebagai kanker
> Neoplasma terjadi akibat adanya mutasi pada gen yang berperan dalam
siklus sel. Beberapa contoh mutasi pada gen yang memicu terjadinya neoplasma :
> Mutasi pada gen protooncogen oncogen
Protooncogen berperan dalam mengirim sinyal-sinyal yang memberi respon
positif thdp pertumbuhan. Adanya mutasi pada gen ini menyebabkan produksi
berlebih pada growt factor sehingga menyebabkan neoplasma
> Mutasi pada gen pengatur apoptosis. Contohnya, yaitu adanya mutasi pada p53
p53 menyebabkan ekspresi protein Bax, protein Bax yang merupakan protein
proapoptisis sehingga jika ada mutasi p53, ekspresi Bax terganggu dan
menyebabkan sel menjadi hidup lebih lama.
10
Skema terjadinya neoplasma
3.1.3 LEARNING OBJECTIVE 3 dan 4
Mengetahui dan memahami macam-macam kelainan kelenjar ludah serta
pemeriksaan klinis dan penunjang:
Macam-macam :
a. Tumor jinak non odontogen yang berasal dari kelenjar ludah
1. Plemorphic adenoma
Merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh
dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Paling sering terjaadi di kelenjar
parotis. Secara mikroskopik plemorphic adenoma menunjukkan campuran
proliferasi jaringan epitel dalam daerah jaringan myxoid,mucoid,atau chondroid.
Campuran jaringan sel-sel eitel dengan beberapa matriks mesenkim inilah yang
disebut tumor campur (mixed tumor). Plemorphic adenoma mempunyai kapasitas
untuk tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant membentuk carcinoma.
Etiologi :
11
- Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara
pasti diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik.
- Insiden tumor ini ditemukan meningkat 15-20 tahun setelah paparan
radiasi
- Simian Virus 40 diduga mempengaruhi perkembangan Adenoma Pleomorfik
karena mempengaruhi Gangguan pada regulasi siklus sel karena transkripsi
yang dikode oleh genom virus
Gambaran klinis :
Massa tumor tunggal, keras, bulat, mobile (dapat digerakkan), pertumbuhan
lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Jika tumor ini bertambah besar mungkin
terjadi kelumpuhan nervus fasialis.
Pemeriksaan HPA :
- Campuran jaringan epitel dengan beberapa matriks mesenkim oleh
karena itu dikenal dgn mixed tumor
- Matriks jaringan tersusun oleh mukoid, myxoid, dan kartilago atau hyalin
- Komponen jaringan epitel, tdd 2 tipe :sel-sel mioepitel dan sel-sel duktus
- Sel-sel duktus membentuk tubulus, dukus, atau sktuktur rongga kistik
12
Adenoma plemorfik pada kelenjar parotis
(a) Tubulus atau formasi duktus pada Adenoma Pleomorfik. lnner epitel
terdiri dari sel Kuboidal dengan sitoplasma eusinopilic (ujung panah) Susunan
tubulus bisa dilihat. Di antara stroma terdapat sel mioepitel dengan sitoplasma
jernih membentuk spindle mioepitel , tetapi lipatan mioepitel tidak dapat
digambarkan
Pemeriksaan CT Scen
Tampilan CT-Scan Pleomorfik menunjukkan :
1.batas lesi jelas
2.pinggiran tumor halus
3.tumor dengan ukuran cukup besar seperti lobular
4.intensitas signal intermediet atau tinggi
2. Whartin’s Tumor
Merupakan tumor jinak kelenjar liur yang paling umum dijumpai di antara
tumor-tumor monomorfik lainnya dan paling umum terjadi pada kelenjar ludah
parotis. Tumor ini dapat terjadi secara bilateral sekitar 15% dari total kasus dan
13
lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita. Lesi ini terjadi umumnya
setelah usia 30 tahun dan paling sering pada usia 50 tahun.
Etiologi penyebab dari tumor ini jga belum diketahui secara pasti, namun
merokok diduga dapat menyebabkan munculnya whartin’s tumor
Gambaran klinis :
Biasanya terjadi pada kelenjar parotis, tumbuhnya lambat dan bersimpai , tumor ini
tampak rata, lunak pada daerah parotis dan terasa sakit.
Gambaran mikroskopis :
Berbentuk glandula yang diposahkan celah-celah yang cenderung membentuk
kistik, rongga kistik dilapisi sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis (bilayer)
Tumor whartin,menunjukkan proliferasi sel-sel onkosit lapis (1) yang melapisi
struktur seperti rongga kistik (2) yang tertanam dalam stroma jaringan limfoid.
Pemeriksaan CT Scen
menunjukkan suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari
lobus parotis.
14
B. Tumor ganas rongga mulut berasal dari epitel kelenjar ludah
1. Karsinoma mukoepidermoid
Umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor,yaitu kelenjar ludah parotis.
Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor dan yang paling sering
melibatkan kelenjar ludah minor di palatum. Tumor tumbuhnya lambat dan
berasal dari sel epithelium duktus dan berpotensi bermetastasis. Bedasarkan jenis
kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Gambaran klinis
Gambaran mikroskopis
Dibedakan atas low grade yang mempunyai masa kenyal dan mengandung
solid proliferasi sel tumor,pembentuk struktur seperti duktus, intermediate grade
ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan
sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mukus, dan high grade
ditandai dengan populasi sel-sel pleomorpik dan tidak terlihat sel-sel
berdiferensiasi. Gambaran mikroskopis menunjukkan campuran sel skuamos,sel
kelenjar penghasil mukus,dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel ini berasal
dari duktus yang mengalami metaplasia.
15
Gambaran HPA karsinoma mucoeoidermoid tipe well differentiated. Terlihat
cystic space yang berisi sekresimukus (1) yang dilapisi sel-sel intermediate (sel
duktus) (2) bercampur dengan proliferasi sel skuamos (3) dengan adanya keratin
dan bentukan seperti duktus (4)
2. Karsinoma adenoid kistik
merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang
tumbuhnya ng lokal invasif, dan kambuh setelah operasi. Sepertiga kejadian
terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul pada kelenjar
ludah atau rongga mulut tetapi bisa timbul pada kelenjar lakrimalis,bagian bawah
dari saluran pernafasan,nasopharinx,rongga hidung dan sinus paranasalis.
Gambaran klinis :
berbentuk bundar, oval, diameter umumnya 2 – 4 cm, batas tegas, kapsul
umumnya tidak utuh, mudah menginfiltrasi jaringan sekitar. Konsistensi agak
keras dan rapuh, penampang irisan homogen, berwarna putih kelabu atau kuning
kelabu.
Gambaran mikroskopis :
Mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi. Sel-sel tumor berukuran kecil,
mempunyai sitoplasma yang jelas dan tumbuh dalam suatu massa yang padat atau
berupa kelompok kecil. Tumor kemungkinan berasal dari sel-sel yang
berdiferensiasi ke sel-sel duktus intercalated dan ke sel mioepithelium. Tumor ini
cenderung infiltrasi ke spasia perineural sehingga sering menimbulkan rasa sakit.
16
Gambaran HPA Karsinoma adenoid kistik menunjukkan pertumbuhan cribriform
di antara celah mirip cystic yang berisi bahan basofilik (1). Cystic space
merupakan pseudocyst yang dikelilingi oleh sel-sel mioepitelium (2).
C. kelainan kelenjar ludah yang berasal dari infeksi bakteri
1. Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis yang
dapat diserati adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Biasanya sistem duktus
terjadi kerusakan,. Pembentukan abses dapat terjadi didalam kelenjar maupun
duktus. Sering terdapat batu tunggal atau multiple (Gordon, 1996).
Sialadenitis merupakan keadaan klinis yang lebih sering daripada
pembengkakan parotid rekuren dan berhubungan erat dengan penyumbatan batu
duktus submandibularis. Penyumbatan tersebut biasanya hanya sebagian dan oleh
karena itu gejala yang timbul berupa rasa sakit postpradial dan pembengkakan.
Kadang-kadang infeksi sekunder menimbulkan sialadenitis kronis pada kelenjar
yang tersumbat tersebut, tetapi jarang terjadi. Kadang-kadang pembengkakan
rekuren disebabkan oleh neoplasma yang terletak dalam kelenjar sehingga
penyumbatan duktus (Gordon,1996).
Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi tetapi dapat berkembang tanpa
penyebab yang jelas. Peradangan kronis dapat terjadi pada parenkim kelenjar atau
duktus seperti batu (sialolithiasis) yang disebabkan karena infeksi (sialodochitis)
dari Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians atau pneumococcus. Selain
itu terdapat komponen obstruksi skunder dari kalkulus air liur dan trauma pada
17
kelenjar. Faktor risiko yang dapat mengakibatkan sialadenitis antara lain
dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegine oral yang tidak tepat
misalnya pada orang tua, orang sakit, dan operasi (Gordon, 1996).
Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi
pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada pasien sakit kronis
dengan xerostomia,dan pasien dengan sindrom Sjogren, dan pada mereka yang
melakukan terapi radiasi pada rongga mulut.
Jadi, etiologi paling umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus
organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.
Gambaran Klinis (Berdasarkan Klasifikasi Sialadenitis)
a. Sialadenitis akut
Sialadenitis akut secara klinik terlihat sebagai pembengkakan atau
pembesaran glandula dan salurannya dengan disertai nyeri tekan dan rasa tidak
nyaman serta sering juga diikuti dengan demam dan lesu. Regio yang terkena
sangat nyeri bila dipalpasi dan sedikit terasa lebih hangat dibandingkan daerah
dekatnya yang tidak terkena. Pemeriksaan muara duktus akan menunjukkan
adanya peradangan, dan jika terlihat ada aliran saliva, biasanya keruh dan purulen.
Pasien biasanya demam dan hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis yang
merupakan tanda proses infeksi akut. (Gordon, 1996).
b. Sialadenitis kronis
Sialadenitis kronis seringkali timbul apabila infeksi akut telah menyebabkan
kerusakan atau pembentukan jaringan parut atau perubahan fibrotic pada
glandula. Palpasi pada glandula saliva mayor yang mengalami keradangan kronis
18
dan tidak nyeri merupakan indikasi dan seringkali menunjukkan adanya
perubahan atrofik dan kadang-kadang fibrosis noduler. Tampaknya glandula yang
terkena tersebut rentan atau peka terhadap proses infeksi lanjutan. (Gordon, 1996).
Gejalanya adalah pembengkakan kelenjar liur yang nyeri intermiten dan
kronik terutama apabila makan. Pembengkakan biasanya bilateral dan kadang
disertai infeksi akut.
c. Sialadenetis supuratif akut
Sialadenitis supuratif akut jarang terjadi pada glandula submandibularis, dan
jika ada, seringkali disebabkan oleh sumbatan duktus dari batu saliva atau oleh
benturan langsung pada duktus. (Gordon, 1996).Selain adanya pembengkakan
parotis akut pada parotitis, terdapat juga eritema pada kulit, nyeri, lemah, trismus,
produksi duktus purulen, indurasi, demam atau kombinasi dari gejala-gejala ini.
Bakteria yang sering dikulturkan pada saliva yang purulen adalah Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumonia, Escheria coli dan Haemophilus influenza.
3.1.4 LEARNING OBJECTIVE 5
Mengetahui dan memahami dampak kelainan kelenjar saliva pada rongga
mulut,
Pembengkakan pada kelenjar ludah juga utama juga bisa disebabkan infeksi
bakteri, mumps atau gondongan. Selain itu, penyebab lain yang dapat memicu
pembengkakan adalah tumor kelenjar ludah baik yang jinak maupun ganas.
Adanya penyakit pada kelenjar saliva dapat menyebabkan beberapa dampak pada
kondisi rongga mulut. Salah satunya adalah xerostomia merupakan keadaan ini bukan
merupakan suatu penyakit, melainkan tanda atau gejala dari proses patofisiologi
yang terjadi dan disebabkan oleh berbagai macam faktor, semisal gangguan pada
19
sistem syaraf, medikasi, gangguan kelenjar ludah, terapi radiasi terutama pada
leher dan kepala. Pada kondisi normal, produksi saliva adalah 500-1500 ml/hari
dan rata-rata saliva yang ada di rongga mulut adalah 1 ml. Seseorang dikatakan
menderita xerostomia jika produksi salivanya kurang dari setengah standar normal
produksi saliva.
Xerostomia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang bersifat
reversibel dan ireversibel. Reversibel yaitu kekeringan mulut masih dalam taraf
rendah dan bersifat sementara. Ini biasanya terjadi pada pasien yang menderita
gangguan emosi, gangguan keseimbangan cairan elektrolit, bernafas
menggunakan mulut dalam jangka waktu cukup lama, merokok, dan
mengonsumsi obat-obatan tertentu. Sedangkan ireversibel yaitu kekeringan mulut
berada pada taraf permanen yang bisa disebabkan oleh pasien yang menderita
sindroma Sjogren, sarkoidosis, setelah terapi radiasi, obstruksi kelenjar saliva, dan
kerusakan syaraf autonom.
Penyakit yang menyerang kelenjar saliva dapat berakibat pada berkurangnya
saliva, yang akan menimbulkan berbagai gejala dalam mulut seperti terjadinya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri sialanenitis bakterial. Kelenjar-kelenjar
ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-
langit. Sekitar 99,5% air ludah terdiri dari air dan sisanya terdiri atas zat-zat
seperti kalsium, fosfor, natrium, dan magnesium. Di samping itu juga terdapat
mucin, enzima-enzima seperti enzima amylase.
Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan
menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum
mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista dan tumor kelenjar
saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada
struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi
sekresi saliva.
Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat
mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva
rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.
20
Selain yang sudah dijabarkan sebelumnya, ada juga dampak lain dari penyakit
pada kelenjar saliva, yaitu adanya bau mulut Ludah sangat berguna dalam
mensuplai O2 ke semua bagian rongga mulut . Bahkan selapis tipis biofilm dapat
menyebabkan kondisi anaerob di rongga mulut. Ludah dapat membasahi lapisan
ini dan membentuk kondisi aerob yang tidak menguntungkan bagi bakteri.
berbagai kondisi yang dapat menurunkan produksi ludah akan meningkatkan
aktivitas bakteri. Terkadang saluran kelenjar ludah tersumbat oleh batu atau
tumor, contoh : pada parotis supuratif akan keluar cairan purulen atau nanah yang
menyebabkan bau mulut.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakeem AH, Hazarika B, Pradhan SA, Kannan R. Primary pleomorphic
adenoma of minor salivary gland in the parapharngeal space. Word J Surg
Oncol 2009; 12(7):85.
2. Syafriadi, M. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik
Rongga Mulut. Yogyakarta: Andi Offset. 2008.
3. Pagare SS, Krishnamurthy V, Dua S. 2008. Submandibular Sialolithiasis:
A Case Report. Scientific Journal 2: 1-5.
4. Tamin S dan Yassi D. 2010. Penyakit Kelenjar Saliva dan Peran
Sialoendoskopi untuk Diagnostik dan Terapi. J.THT UI: 1-16.
5. Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991
22