skenario6

32
1.1 Skenario SKENARIO VI Skenario Kelainan Kelenjar Saliva Seorang perempuan berumur 55 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan utama benjolan di bawah telinga kiri yang makin lama makin besar sejak 16 tahun yang lalu. Dari anamnesis dipeoleh benjolan tidak nyeri, tidak panas, tidak disertai demam. Pemeriksaan ekstra oral diperoleh telinga kiri kadang-kadang berdengung, ada trismus derajat 1, mulut tidak terasa kering. Tidak dikeluhkan wajah mencong atau kesulitan menutup mata. Regio parotis sinistra didapatkan benjolan ukuran 12x10x8 cm, kenyal padat, tidak ada bagian yang fluktuatif, tidak nyeri tekan, tidak terdapat tanda- tanda radang, permukaan licin, terfiksir pada jaringan disekitarnya. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher. Pada pemeriksaan wajah tanda-tanda kelumpuhan saraf fasialis tidak ditemukan. Pada pemeriksaan intraoral tidak ditemukan ada kelainan gigi geligi. Hasil pemeriksaan HPA tumor jinak kelenjar ludah. 1

Upload: erlita-tyarlie

Post on 06-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SKENARIO6

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario6

1.1 Skenario

SKENARIO VI

Skenario Kelainan Kelenjar Saliva

Seorang perempuan berumur 55 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan

utama benjolan di bawah telinga kiri yang makin lama makin besar sejak 16 tahun

yang lalu. Dari anamnesis dipeoleh benjolan tidak nyeri, tidak panas, tidak disertai

demam. Pemeriksaan ekstra oral diperoleh telinga kiri kadang-kadang

berdengung, ada trismus derajat 1, mulut tidak terasa kering. Tidak dikeluhkan

wajah mencong atau kesulitan menutup mata. Regio parotis sinistra didapatkan

benjolan ukuran 12x10x8 cm, kenyal padat, tidak ada bagian yang fluktuatif, tidak

nyeri tekan, tidak terdapat tanda-tanda radang, permukaan licin, terfiksir pada

jaringan disekitarnya. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher.

Pada pemeriksaan wajah tanda-tanda kelumpuhan saraf fasialis tidak ditemukan.

Pada pemeriksaan intraoral tidak ditemukan ada kelainan gigi geligi. Hasil

pemeriksaan HPA tumor jinak kelenjar ludah.

1

Page 2: Skenario6

1.2 Mapping

2

Pembengkakan

Infeksi Neoplasma

Pemeriksaan

Pemeriksaan Klinis

Klasifikasi

Dampak

Kelenjar saliva Etiologi

Pemeriksaaan Penunjang

Page 3: Skenario6

1.3 Learning Objective

1. Mengetahui dan memahami etiologi dari kelainan kelenjar saliva

2. Mengetahui dan memahami patogenesis dari kelainan kelenjar saliva

3. Mengetahui dan memahami macam-macam kelainan kelenjar saliva

4. Mengetahui dan memahami pemeriksaan klinis dan penunjang dari kelainan

kelenjar saliva

5. Mengetahui dan memahami dampak kelainan kelenjar saliva pada rongga

mulut

3

Page 4: Skenario6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelenjar Saliva

2.1.1 Kelenjar saliva merupakan organ yang memproduksi saliva. Secara

garis besar, kelenjar saliva dibagi menjadi kelenjar saliva mayor dan kelenjar

saliva minor. Kelenjar saliva mayor merupakan kelenjar saliva utama, sebab sebab

sebagian besar saliva disekresi oleh kelenjar ini.

Kelenjar saliva mayor terdiri atas terdiri dari:

1. Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar. Kelenjar parotis

memproduksi sekitar 60-65% dari keseluruhan saliva di rongga mulut.

Sekresi utama kelenjar parotis adalah berupa serus. Kadang-kadang sel

mukus ditemukan pada anak-anak, namun kelenjar ini memproduksi

murni seus pada manusia dewasa. Kelenjar parotid bermuara pada duktus

Stensens.

2. Kelenjar submandibular merupakan kelenjar saliva dengan ukuran terbesar

kedua, setelah kelenjar parotis. Ukurannya sekitar setengah dari kelenjar

parotis. Kelenjar submandibula memproduksi sekitar 20-30% dari

keseluruhan saliva di rongga mulut. Sekresinya berupa campuran antara

serus dan mukus, namun yang lebih dominan adalah serus. Kelenjar

submandibula bermuara pada duktus Whartoni.

3. Kelenjar sublingual merupakan kelenjar saliva mayor yang memiliki

ukuran aling kecil dibandingkan kelenjar saliva mayor yang lain. Ukuran

kelenjar sublingual sekitar 1/5 dari ukuran kelenjar submandibula.

Kelenjar ini memproduksi sekitar 2-5% dari keseluruhan saliva di rongga

mulut. Sekresinya merupakan campuran dari seus dan mukus, akan tetapi

mukus yang lebih dominan daripada serus.. Pada kelenjar ini ditemukan

sedikit acini serus dan bermuara pada duktus Bartholin. Sel serus

menghasilkan saliva yang encer sehingga viskositasnya menjadi lebih

rendah sedangkan sel mukus menghasilkan saliva yang kental sehingga

viskositas lebih tinggi.

4

Page 5: Skenario6

Pada penjelasan disebelumnya sudah dibahasmengenai kelenjar saliva mayor

yang memproduksi sebagian besar saliva di rongga mulut. Selain itu, terdapat pula

kelenjar saliva minor.. Kelenjar lingual anterior terdapat pada permukaan anterior

lidah dekat ujung lidah dan terbagi atas kelenjar mukus anterior dan campuran

pada posterior. Kelenjar lingual posterior terdapat pada gabungan dengan lingual

tonsil dan permukaan lateral lidah. Merupakan kelenjar mukus murni. Kelenjar

serus (von ebner) mengalir kedalam saluran-saluran di sekeliling papilla

circumvallata. Kelenjar bukal dan labial ditemukan pada pipi dan bibir. Unit

terminal secretory mengandung sekresi mukus dan serus. Kelenjar palatinal

merupakan murni mukus dan ditemukan pada palatum lunak dan uvula, dan

didalam regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatina

merupakan mukus murni yang berlokasi di lipatan glossopalatina.

Kelenjar saliva diinervasi oleh serabut saraf simpatis. Serabut saraf simpatis

yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan

berjalan bersama dengan arteri yang mensuplai kelenjar saliva. Serabut saraf

simpatis berjalan bersama dengan arteri karotis eksterna yang memberikan suplai

darahpada kelenjar parotis, dan bersama arterilingualis yang memberikan suplai

darah kekelenjar submandibula, serta bersama dengan arteri fasialis yang memberi

vaskularisasi pada kelenjar sublingualis. Saraf ini menstimulasi kelenjar saliva

untuk menghasilkan sekret kental yang kaya akan kandungan bahan organik dan

anorganik.

Selain itu, kelenjar saliva juga dipersarafi oleh saraf para simpatis. Saraf ini

menstimulasi kelenjar saliva untuk menghasilkan sekret yang encer. Kelenjar

parotis mendapat inervasi parasimpatis dari nervus glosofaringeus (N. IX).

Kelenjar submandibula dan sublingualismendapatkan persarafan parasimpatis

darikorda timpani (cabang n. VII).

2.2 Kelainan Kelenjar Saliva

Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk

membantu pencernaan, mencegah mukosa di rongga mulut dari kekeringan,

memberikan perlindungan pada gigi terhadap karies serta mempertahankan

homeostasis. Kelenjar ini juga tidak terlepas dari penyakit. Penyakit yang

5

Page 6: Skenario6

mengenai kelenjar saliva kadang sulit dideteksi karena strukturnya yang kecil.

Saat ini teknologi semakin maju, dan alat untuk mendiagnosis penyakit ini pun

semakin berkembang. Pembengkakan pada kelenjar ludah juga utama juga bisa disebabkan

infeksi bakteri, mumps atau gondongan. Selain itu, penyebab lain yang dapat memicu

pembengkakan adalah tumor kelenjar ludah baik yang jinak maupun ganas. Penyakit pada

kelenjar saliva akibat adanya infeksi mikroorganisme antara lain;

1. Parotitis merupakan penyakit infeksipada kelenjar parotis akibat virus.

Penyakitini merupakan penyebab edema kelenjarparotis yang paling

sering. Kejadianparotitis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi.

Insidens parotitis tertinggi padaanak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset

penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah

sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi berkisarantara 2 hingga 3 minggu.

Gejala lainnyaberupa demam, malaise, mialgia, sertasakit kepala.

2.  Penyakit infeksi virus lainnya. Penyakit kelenjar saliva dapat disebabkan

oleh adanya infeksi cytomegalovirus, yang sering terjadi padabayi baru

lahir dan dapat menyebabkanmental retardasi serta kelainan

fisik,hepatosplenomegali, ikterik, dantrombositopenia purpura. Virus lain

yangdapat menginfeksi kelenjar saliva bisaberupa Coxackievirus A,

Echovirus, virus Influenza A serta virus  Lymphocyticchorimeningitis.

Terapi pada penyakityang disebabkan karena infeksi virusberupa terapi

simtomatis.

3. Sialadenitis supuratif akut. Sebagian besar penyakit ini melibatkan

kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar submandibula.

Hal ini disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjarparotis

lebih rendah dibandingkan padakelenjar saliva lainnya. Kemungkinan

penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat adanya

obstruksi atau berkurangnya produksisaliva. Faktor predisposisi lain

terjadinya penyakit ini adalah striktur duktus atau kalkuli. Berkurangnya

produksi kelenjar saliva bisa disebabkan karena konsumsi beberapa obat.

Pasien pasca operasi juga dapat menderita penyakit ini akibat produksi

saliva yang kurang yang diikuti dengan higiene oral yang buruk. Gejala

yang sering dirasakan pada penderita penyakit ini adalah

6

Page 7: Skenario6

adanyapembengkakan yang disertai dengan rasanyeri. Bisa didapatkan

adanya saliva yangpurulen pada orifisium duktus saliva, yang mudah

didapatkan dengan sedikit pemijatan di sekitar kelenjar.

3.1 PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

3.1.1 LEARNING OBJECTIVE 1

Mengetahui dan memahami etiologi dari kelainan kelenjar ludah:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan

faktor-faktor pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan

metabolisme. Kelainan herediter berhubungan dengan garis

keturunan,faktor pertumbuhan dan genetic. Untuk garis keturunan dan

genetic misalnya, jika orang tuanya memiliki neoplasia biasanya anaknya

juga mengalami hal yang sama. Hal ini disebabkan karena mereka

memiliki gen yang sama.

a. Genetik

Kelainan pada kelenjar saliva salah satunya yang dapat terjadi adalah kanker

kelenjar ludah. kanker terjadi ketika terjadi mutasi genetik pada sel kelenjar ludah

yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri ketika sel normal

seharusnya mati. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor dan dapat

menyebar ke area tubuh lain.

b. Penyakit dan gangguan tertentu

Kerusakan pada kelenjar ludah dapat disebabkan oleh penyakit dan gangguan

tertentu yang bisa menyebabkan kelenjar ludah menjadi rusak dengan demikian

mengurangi produksi ludah. Penyakit-penyakit termasuk penyakit Parkinson,

sindrom sjogren, depresi, dan nyeri kronis. Hypoplasia kelenjar parotis sering

dijumpai pada sindroma Melkersson Rosenthal, merupakan malformasi genetik

atau karena perubahan atrofi pada syaraf.

2. Faktor eksternal, merupakan factor predisposisi yang memungkinkan

terjadinya kelainan pada kelenjar saliva. Faktor eksternal memungkinkan

terjadinya kelainan pada kelenjar saliva meliputi :

7

Page 8: Skenario6

a. Obat-obatan

Kerusakan pada kelenjar ludah juga dapat disebabkan oleh penggunan obat-

obatan tertentu, Obat-obatan yang menurunkan produksi ludah termasuk

antidepresan tertentu, antihistamin, antipsikotis, sedativ, metildopa, dan diuretik.

b. Radiasi

Kelenjar ludah seringkali rusak setelah seseorang menjalani kemoterapi atau

radiasi kepala dan leher untuk pengobatan kanker. Mulut kering biasanya

disebabkan radiasi sementara, khususnya jika radiasi tersebut berdosis tinggi,

yang biasanya disebabkan kemoterapi sementara.

c. Infeksi Virus

Kelainan kelenjar saliva yang bisa disebabkan oleh infeksi virius salah

satunya pada Mumps (Epidemic Parotitis) disebabkan oleh RNA Paramyxovirus

ditularkan melalui kontak langsung dengan percikan saliva. Infeksi

Cytomegalovirus (CMV), Human CMV merupakan beta herpesvirus yang hanya

menginfeksi manusia. CMV dapat tetap laten setelah paparan pertama dan infeksi.

CMV mononukleosis biasanya terjadi pada dewasa muda disertai demam akut

dengan pembesaran glandula.

d. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri pada glandula saliva sering dijumpai yang disertai dengan

penurunan fungsi glandula. Kondisi ini sering disebut sebagai "surgical parotitis",

karena pasien pada pasca bedah menunjukkan gejala pembesaran glandula

disebabkan karena infeksi bakteri.Sebagian besar infeksi bakteri glandula terjadi

pada pasien dengan penyakit atau obat-obatan yang menyebabkan hipofungsi

glandula.

e. Merokok

Faktor risiko terjadinya tumor salah satunya adalah kebiasaan merokok. Pada

tumor Warthin perokok mempunyai risiko 4-8 kali terkena dibanding yang tidak

perokok. Selanjutnya penelitian lain mengatakan bahwa faktor risiko tersebut

8

Page 9: Skenario6

dapat 40 kali terjadi bila orang itu perokok dibanding tidak merokok.6,7,19.

Kebanyakan pasien tumor Warthin mempunyai riwayat merokok lebih 20

tahun.10 Pada pasien ini mempunyai riwayat kebiasaan merokok lebih dari 30

tahun.

f. Makanan

Makanan yang mengandung bahan kimia seperti MSG (penyedap masakan),

bahan pengawet makanan, bahan pewarna tekstil yang sering dibuat campuran

sirup atau makanan lain, sudah dikenal lama sebagai bahan karsinogen. Mie instan

banyak mengandung bahan pengawet dan MSG (penyedap makanan). Makan

seperti mie instant atau makanan lain yang serba instant, yang banyak

mengandung zat-zat bahan kimia merupakan bahan pemicu tumor.

3.1.2 LEARNING OBJECTIVE 2

Mengetahui dan memahami patogenesis dari kelenjar kelenjar ludah:

Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Proliferasi

sel adalah proses fisiologis yang terjadi pada hampir semua jaringan tubuh

manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. Mutasi pada DNA sel

menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma sehingga terdapat gangguan

pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik

ini dapat menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan

tumor atau neoplasma. Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk

oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi

dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada rongga mulut,

tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan jaringan liar

di dalam dan di sekitar rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat

dikembalikan dan tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada

bibir, pipi,kelenjar saliva, dan lain-lain. Jaringannya dapat terdiri dari jaringan

epitel, jaringan ikat, jaringan otot, jaringan saraf, jaringan tulang, pembuluh darah

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan

gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi

9

Page 10: Skenario6

materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan

pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-

onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel

somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami

kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali.

Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan,

yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel.

Tumor diklasifikasikan sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat

jinak dan tidak menyebar ke jaringan di sekitarnya. Sebaliknya, maligna

disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastasis, yaitu menyebar dan

menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut sebagai kanker

> Neoplasma terjadi akibat adanya mutasi pada gen yang berperan dalam

siklus sel. Beberapa contoh mutasi pada gen yang memicu terjadinya neoplasma :

> Mutasi pada gen protooncogen oncogen

Protooncogen berperan dalam mengirim sinyal-sinyal yang memberi respon

positif thdp pertumbuhan. Adanya mutasi pada gen ini menyebabkan produksi

berlebih pada growt factor sehingga menyebabkan neoplasma

> Mutasi pada gen pengatur apoptosis. Contohnya, yaitu adanya mutasi pada p53

p53 menyebabkan ekspresi protein Bax, protein Bax yang merupakan protein

proapoptisis sehingga jika ada mutasi p53, ekspresi Bax terganggu dan

menyebabkan sel menjadi hidup lebih lama.

10

Page 11: Skenario6

Skema terjadinya neoplasma

3.1.3 LEARNING OBJECTIVE 3 dan 4

Mengetahui dan memahami macam-macam kelainan kelenjar ludah serta

pemeriksaan klinis dan penunjang:

Macam-macam :

a. Tumor jinak non odontogen yang berasal dari kelenjar ludah

1. Plemorphic adenoma

Merupakan tumor jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh

dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Paling sering terjaadi di kelenjar

parotis. Secara mikroskopik plemorphic adenoma menunjukkan campuran

proliferasi jaringan epitel dalam daerah jaringan myxoid,mucoid,atau chondroid.

Campuran jaringan sel-sel eitel dengan beberapa matriks mesenkim inilah yang

disebut tumor campur (mixed tumor). Plemorphic adenoma mempunyai kapasitas

untuk tumbuh membesar dan berubah menjadi malignant membentuk carcinoma.

Etiologi :

11

Page 12: Skenario6

- Penyebab Adenoma Pleomorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara

pasti diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik.

- Insiden tumor ini ditemukan meningkat 15-20 tahun setelah paparan

radiasi

- Simian Virus 40 diduga mempengaruhi perkembangan Adenoma Pleomorfik

karena mempengaruhi Gangguan pada regulasi siklus sel karena transkripsi

yang dikode oleh genom virus

Gambaran klinis :

Massa tumor tunggal, keras, bulat, mobile (dapat digerakkan), pertumbuhan

lambat, tanpa rasa sakit, nodul tunggal. Jika tumor ini bertambah besar mungkin

terjadi kelumpuhan nervus fasialis.

Pemeriksaan HPA :

- Campuran jaringan epitel dengan beberapa matriks mesenkim oleh

karena itu dikenal dgn mixed tumor

- Matriks jaringan tersusun oleh mukoid, myxoid, dan kartilago atau hyalin

- Komponen jaringan epitel, tdd 2 tipe :sel-sel mioepitel dan sel-sel duktus

- Sel-sel duktus membentuk tubulus, dukus, atau sktuktur rongga kistik

12

Adenoma plemorfik pada kelenjar parotis

Page 13: Skenario6

(a) Tubulus atau formasi duktus pada Adenoma Pleomorfik. lnner epitel

terdiri dari sel Kuboidal dengan sitoplasma eusinopilic (ujung panah) Susunan

tubulus bisa dilihat. Di antara stroma terdapat sel mioepitel dengan sitoplasma

jernih membentuk spindle mioepitel , tetapi lipatan mioepitel tidak dapat

digambarkan

Pemeriksaan CT Scen

Tampilan CT-Scan Pleomorfik menunjukkan :

1.batas lesi jelas

2.pinggiran tumor halus

3.tumor dengan ukuran cukup besar seperti lobular

4.intensitas signal intermediet atau tinggi

2. Whartin’s Tumor

Merupakan tumor jinak kelenjar liur yang paling umum dijumpai di antara

tumor-tumor monomorfik lainnya dan paling umum terjadi pada kelenjar ludah

parotis. Tumor ini dapat terjadi secara bilateral sekitar 15% dari total kasus dan

13

Page 14: Skenario6

lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding wanita. Lesi ini terjadi umumnya

setelah usia 30 tahun dan paling sering pada usia 50 tahun.

Etiologi penyebab dari tumor ini jga belum diketahui secara pasti, namun

merokok diduga dapat menyebabkan munculnya whartin’s tumor

Gambaran klinis :

Biasanya terjadi pada kelenjar parotis, tumbuhnya lambat dan bersimpai , tumor ini

tampak rata, lunak pada daerah parotis dan terasa sakit.

Gambaran mikroskopis :

Berbentuk glandula yang diposahkan celah-celah yang cenderung membentuk

kistik, rongga kistik dilapisi sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis (bilayer)

Tumor whartin,menunjukkan proliferasi sel-sel onkosit lapis (1) yang melapisi

struktur seperti rongga kistik (2) yang tertanam dalam stroma jaringan limfoid.

Pemeriksaan CT Scen

menunjukkan suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari

lobus parotis.

14

Page 15: Skenario6

B. Tumor ganas rongga mulut berasal dari epitel kelenjar ludah

1. Karsinoma mukoepidermoid

Umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor,yaitu kelenjar ludah parotis.

Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor dan yang paling sering

melibatkan kelenjar ludah minor di palatum. Tumor tumbuhnya lambat dan

berasal dari sel epithelium duktus dan berpotensi bermetastasis. Bedasarkan jenis

kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Gambaran klinis

Gambaran mikroskopis

Dibedakan atas low grade yang mempunyai masa kenyal dan mengandung

solid proliferasi sel tumor,pembentuk struktur seperti duktus, intermediate grade

ditandai dengan masa tumor yang lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan

sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mukus, dan high grade

ditandai dengan populasi sel-sel pleomorpik dan tidak terlihat sel-sel

berdiferensiasi. Gambaran mikroskopis menunjukkan campuran sel skuamos,sel

kelenjar penghasil mukus,dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel ini berasal

dari duktus yang mengalami metaplasia.

15

Page 16: Skenario6

Gambaran HPA karsinoma mucoeoidermoid tipe well differentiated. Terlihat

cystic space yang berisi sekresimukus (1) yang dilapisi sel-sel intermediate (sel

duktus) (2) bercampur dengan proliferasi sel skuamos (3) dengan adanya keratin

dan bentukan seperti duktus (4)

2. Karsinoma adenoid kistik

merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang

tumbuhnya ng lokal invasif, dan kambuh setelah operasi. Sepertiga kejadian

terjadi pada kelenjar ludah mayor. Tumor ini tidak hanya timbul pada kelenjar

ludah atau rongga mulut tetapi bisa timbul pada kelenjar lakrimalis,bagian bawah

dari saluran pernafasan,nasopharinx,rongga hidung dan sinus paranasalis.

Gambaran klinis :

berbentuk bundar, oval, diameter umumnya 2 – 4 cm, batas tegas, kapsul

umumnya tidak utuh, mudah menginfiltrasi jaringan sekitar. Konsistensi agak

keras dan rapuh, penampang irisan homogen, berwarna putih kelabu atau kuning

kelabu.

Gambaran mikroskopis :

Mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi. Sel-sel tumor berukuran kecil,

mempunyai sitoplasma yang jelas dan tumbuh dalam suatu massa yang padat atau

berupa kelompok kecil. Tumor kemungkinan berasal dari sel-sel yang

berdiferensiasi ke sel-sel duktus intercalated dan ke sel mioepithelium. Tumor ini

cenderung infiltrasi ke spasia perineural sehingga sering menimbulkan rasa sakit.

16

Page 17: Skenario6

Gambaran HPA Karsinoma adenoid kistik menunjukkan pertumbuhan cribriform

di antara celah mirip cystic yang berisi bahan basofilik (1). Cystic space

merupakan pseudocyst yang dikelilingi oleh sel-sel mioepitelium (2).

C. kelainan kelenjar ludah yang berasal dari infeksi bakteri

1. Sialadenitis

Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis yang

dapat diserati adanya batu (sialolith) atau penyumbatan. Biasanya sistem duktus

terjadi kerusakan,. Pembentukan abses dapat terjadi didalam kelenjar maupun

duktus. Sering terdapat batu tunggal atau multiple (Gordon, 1996).

Sialadenitis merupakan keadaan klinis yang lebih sering daripada

pembengkakan parotid rekuren dan berhubungan erat dengan penyumbatan batu

duktus submandibularis. Penyumbatan tersebut biasanya hanya sebagian dan oleh

karena itu gejala yang timbul berupa rasa sakit postpradial dan pembengkakan.

Kadang-kadang infeksi sekunder menimbulkan sialadenitis kronis pada kelenjar

yang tersumbat tersebut, tetapi jarang terjadi. Kadang-kadang pembengkakan

rekuren disebabkan oleh neoplasma yang terletak dalam kelenjar sehingga

penyumbatan duktus (Gordon,1996).

Etiologi

Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi tetapi dapat berkembang tanpa

penyebab yang jelas. Peradangan kronis dapat terjadi pada parenkim kelenjar atau

duktus seperti batu (sialolithiasis) yang disebabkan karena infeksi (sialodochitis)

dari Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians atau pneumococcus. Selain

itu terdapat komponen obstruksi skunder dari kalkulus air liur dan trauma pada

17

Page 18: Skenario6

kelenjar. Faktor risiko yang dapat mengakibatkan sialadenitis antara lain

dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegine oral yang tidak tepat

misalnya pada orang tua, orang sakit, dan operasi (Gordon, 1996).

Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi

pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada pasien sakit kronis

dengan xerostomia,dan pasien dengan sindrom Sjogren, dan pada mereka yang

melakukan terapi radiasi pada rongga mulut.

Jadi, etiologi paling umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus

organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.

Gambaran Klinis (Berdasarkan Klasifikasi Sialadenitis)

a. Sialadenitis akut

Sialadenitis akut secara klinik terlihat sebagai pembengkakan atau

pembesaran glandula dan salurannya dengan disertai nyeri tekan dan rasa tidak

nyaman serta sering juga diikuti dengan demam dan lesu. Regio yang terkena

sangat nyeri bila dipalpasi dan sedikit terasa lebih hangat dibandingkan daerah

dekatnya yang tidak terkena. Pemeriksaan muara duktus akan menunjukkan

adanya peradangan, dan jika terlihat ada aliran saliva, biasanya keruh dan purulen.

Pasien biasanya demam dan hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis yang

merupakan tanda proses infeksi akut. (Gordon, 1996).

b. Sialadenitis kronis

Sialadenitis kronis seringkali timbul apabila infeksi akut telah menyebabkan

kerusakan atau pembentukan  jaringan parut atau perubahan fibrotic pada

glandula. Palpasi pada glandula saliva mayor yang mengalami keradangan kronis

18

Page 19: Skenario6

dan tidak nyeri merupakan  indikasi dan seringkali menunjukkan adanya

perubahan atrofik dan kadang-kadang fibrosis noduler. Tampaknya glandula yang

terkena tersebut rentan atau peka terhadap proses infeksi lanjutan. (Gordon, 1996).

Gejalanya adalah pembengkakan kelenjar liur yang nyeri intermiten dan

kronik terutama apabila makan. Pembengkakan biasanya bilateral dan kadang

disertai infeksi akut.

c. Sialadenetis supuratif akut

Sialadenitis supuratif akut jarang terjadi pada glandula submandibularis, dan

jika ada, seringkali disebabkan oleh sumbatan duktus dari batu saliva atau oleh

benturan langsung pada duktus. (Gordon, 1996).Selain adanya pembengkakan

parotis akut pada parotitis, terdapat juga eritema pada kulit, nyeri, lemah, trismus,

produksi duktus purulen, indurasi, demam atau kombinasi dari gejala-gejala ini.

Bakteria yang sering dikulturkan pada saliva yang purulen adalah Staphylococcus

aureus, Streptococcus pneumonia, Escheria coli dan Haemophilus influenza.

3.1.4 LEARNING OBJECTIVE 5

Mengetahui dan memahami dampak kelainan kelenjar saliva pada rongga

mulut,

Pembengkakan pada kelenjar ludah juga utama juga bisa disebabkan infeksi

bakteri, mumps atau gondongan. Selain itu, penyebab lain yang dapat memicu

pembengkakan adalah tumor kelenjar ludah baik yang jinak maupun ganas.

Adanya penyakit pada kelenjar saliva dapat menyebabkan beberapa dampak pada

kondisi rongga mulut. Salah satunya adalah xerostomia merupakan keadaan ini bukan

merupakan suatu penyakit, melainkan tanda atau gejala dari proses patofisiologi

yang terjadi dan disebabkan oleh berbagai macam faktor, semisal gangguan pada

19

Page 20: Skenario6

sistem syaraf, medikasi, gangguan kelenjar ludah, terapi radiasi terutama pada

leher dan kepala. Pada kondisi normal, produksi saliva adalah 500-1500 ml/hari

dan rata-rata saliva yang ada di rongga mulut adalah 1 ml. Seseorang dikatakan

menderita xerostomia jika produksi salivanya kurang dari setengah standar normal

produksi saliva.

Xerostomia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang bersifat

reversibel dan ireversibel. Reversibel yaitu kekeringan mulut masih dalam taraf

rendah dan bersifat sementara. Ini biasanya terjadi pada pasien yang menderita

gangguan emosi, gangguan keseimbangan cairan elektrolit, bernafas

menggunakan mulut dalam jangka waktu cukup lama, merokok, dan

mengonsumsi obat-obatan tertentu. Sedangkan ireversibel yaitu kekeringan mulut

berada pada taraf permanen yang bisa disebabkan oleh pasien yang menderita

sindroma Sjogren, sarkoidosis, setelah terapi radiasi, obstruksi kelenjar saliva, dan

kerusakan syaraf autonom.

Penyakit yang menyerang kelenjar saliva dapat berakibat pada berkurangnya

saliva, yang akan menimbulkan berbagai gejala dalam mulut seperti terjadinya

infeksi yang disebabkan oleh bakteri sialanenitis bakterial. Kelenjar-kelenjar

ludah tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-

langit. Sekitar 99,5% air ludah terdiri dari air dan sisanya terdiri atas zat-zat

seperti kalsium, fosfor, natrium, dan magnesium. Di samping itu juga terdapat

mucin, enzima-enzima seperti enzima amylase.

Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang mempengaruhi kelenjar saliva dan

menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Sialodenitis kronis lebih umum

mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan

degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista-kista dan tumor kelenjar

saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada

struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi

sekresi saliva.

Sindrom Sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang dapat

mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar saliva

rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.

20

Page 21: Skenario6

Selain yang sudah dijabarkan sebelumnya, ada juga dampak lain dari penyakit

pada kelenjar saliva, yaitu adanya bau mulut Ludah sangat berguna dalam

mensuplai O2 ke semua bagian rongga mulut . Bahkan selapis tipis biofilm dapat

menyebabkan kondisi anaerob di rongga mulut. Ludah dapat membasahi lapisan

ini dan membentuk kondisi aerob yang tidak menguntungkan bagi bakteri.

berbagai kondisi yang dapat menurunkan produksi ludah akan meningkatkan

aktivitas bakteri. Terkadang saluran kelenjar ludah tersumbat oleh batu atau

tumor, contoh : pada parotis supuratif akan keluar cairan purulen atau nanah yang

menyebabkan bau mulut.

21

Page 22: Skenario6

DAFTAR PUSTAKA

1. Hakeem AH, Hazarika B, Pradhan SA, Kannan R. Primary pleomorphic

adenoma of minor salivary gland in the parapharngeal space. Word J Surg

Oncol 2009; 12(7):85.

2. Syafriadi, M. Patologi Mulut Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik

Rongga Mulut. Yogyakarta: Andi Offset. 2008.

3. Pagare SS, Krishnamurthy V, Dua S. 2008. Submandibular Sialolithiasis:

A Case Report. Scientific Journal 2: 1-5.

4. Tamin S dan Yassi D. 2010. Penyakit Kelenjar Saliva dan Peran

Sialoendoskopi untuk Diagnostik dan Terapi. J.THT UI: 1-16.

5. Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991

22