skenario2

12
  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batuk merupakan suatu tanda mekanisme protektif yang pernah dialami oleh semua manusia. Batuk ini terjadi jika terdapat perubahan cairan mukus atau adanya infeksi organisme di larynx, trachea, ataupun bronchi. Batuk juga mengurangi adanya efek bahan-bahan racun yang ikut terhirup saat bernapas. Pengurangan atau peniadaan batuk dapat berbahaya bagi tubuh bahkan bisa menyebabkan penyakit yang fatal. Batuk bisa juga sebagai suatu tanda adanya penyakit di luar sistem respirasi dan bisa menjadi indikator penting dalam mendiagnosis suatu penyakit. Selain fungsi fisiologisnya, batuk juga bisa bersifat patologis jika batuk ini menetap, terus-menerus, dan sudah mengganggu aktivitas keseharian kita. Batuk yang seperti ini perlu ditekan frekuensinya. Dalam mendiagnosis batuk ini perlu diadakan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium dalam mendukung dugaan yang ada. Survey mengenai epidemiologi batuk di Amerika Serikat melaporkan bahwa 11% - 18% populasi umum menderita batuk yang persisten. Hasil ini meliputi perokok-perokok aktif dan orang yang mengalami alergi terhadap iritan lingkungan dan polusi udara. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan batuk? 2. Apa yang dimaksud dengan batuk berdahak? 3. Apa yang dimaksud dengan batuk karena alergi dan batuk karena bakteri? 4. Bagaimana mekanisme reflek batuk? 5. Bagaimana suatu penyakit bisa ditularkan lewat batuk? C. Tujuan

Upload: dhian-aishiteru

Post on 20-Jul-2015

114 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 1/12

 

  1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Batuk merupakan suatu tanda mekanisme protektif yang pernah

dialami oleh semua manusia. Batuk ini terjadi jika terdapat perubahan

cairan mukus atau adanya infeksi organisme di larynx, trachea, ataupun

bronchi. Batuk juga mengurangi adanya efek bahan-bahan racun yang ikut

terhirup saat bernapas. Pengurangan atau peniadaan batuk dapat berbahaya

bagi tubuh bahkan bisa menyebabkan penyakit yang fatal. Batuk bisa juga

sebagai suatu tanda adanya penyakit di luar sistem respirasi dan bisa

menjadi indikator penting dalam mendiagnosis suatu penyakit. Selain

fungsi fisiologisnya, batuk juga bisa bersifat patologis jika batuk ini

menetap, terus-menerus, dan sudah mengganggu aktivitas keseharian kita.

Batuk yang seperti ini perlu ditekan frekuensinya. Dalam mendiagnosisbatuk ini perlu diadakan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

laboratorium dalam mendukung dugaan yang ada.

Survey mengenai epidemiologi batuk di Amerika Serikat melaporkan

bahwa 11% - 18% populasi umum menderita batuk yang persisten. Hasil

ini meliputi perokok-perokok aktif dan orang yang mengalami alergi

terhadap iritan lingkungan dan polusi udara.

B.  Rumusan Masalah

1.  Apa yang dimaksud dengan batuk?

2.  Apa yang dimaksud dengan batuk berdahak?

3.  Apa yang dimaksud dengan batuk karena alergi dan batuk karena

bakteri?

4.  Bagaimana mekanisme reflek batuk?

5.  Bagaimana suatu penyakit bisa ditularkan lewat batuk?

C.  Tujuan

Page 2: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 2/12

 

  2

1.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan batuk.

2.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan batuk berdahak.

3.  Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan batuk karena alergi dan

batuk karena bakteri.

4.  Untuk menjelaskan mekanisme reflek batuk.

5.  Untuk menjelaskan mekanisme penularan suatu penyakit lewat batuk.

D.  Manfaat

1.  Untuk memahami yang dimaksud dengan batuk.

2.  Untuk memahami yang dimaksud dengan batuk berdahak.

3.  Untuk memahami yang dimaksud dengan batuk karena alergi dan batuk 

karena bakteri.

4.  Untuk memahami mekanisme reflek batuk.

5.  Untuk memahami mekanisme penularan suatu penyakit lewat batuk.

Page 3: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 3/12

 

  3

BAB II

STUDI PUSTAKA

A.  Batuk

1.  Pengertian Batuk 

Batuk adalah suatu refleks napas yang terjadi karena adanya

rangsangan reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas.

Batuk juga dapat merupakan akibat penyakit telinga atau gangguan

perut yang mengakibatkan iritasi diafragma (Sudoyo dkk, 2007).

Batuk di pagi hari menunjukkan bronchitis kronik (batuk perokok),

pada malam hari menunjukkan asma atau dapat persisten setelah

infeksi saluran napas oleh virus dengan bronkus yang hiper-responsif.

Batuk dapat kering atau mengeluarkan sputum (produktif). Pada

seorang perokok, batuk persisten, perubahan karakter, atau batuk sapi

(bovine cough, akibat palsi nervus laringeus rekuren) menunjukkan

perkembangan karsinoma bronkus. Batuk di pagi hari dan produksi

sputum selama 3 bulan dalam setahun selama lebih dari 1 tahun

menunjukkan bronchitis kronik. Sputum mukopurulen kuning atau

hijau terjadi pada infeksi dada, dan bila sputum banyak serta berbau

busuk dapat menunjukkan bronkiektasis. Sputum berbusa merah muda

khas untuk edema paru (Ward dkk, 2008).

2.  Mekanisme Refleks Batuk 

Bronkus dan trakea sangat sensitif terhadap sentuhan ringan, sehingga

bila terdapat benda asing atau penyebab iritasi lainnya walaupun

dalam jumlah yang sangat sedikit akan menimbulkan refleks batuk.

Laring dan karina (tempat trakea bercabang menjadi bronkus) adalah

yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli

bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif seperti

gas sulfur dioksida atau klorin. Impuls aferen yang berasal dari

saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke medulla

Page 4: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 4/12

 

  4

otak. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh

lintasan neuronal medulla, yang menyebabkan efek sebagai berikut :

Pertama, kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi secara cepat. Kedua,

epiglottis menutup; dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat

udara dalam paru. Ketiga, otot-otot abdomen berkontraksi dengan kuat

mendorong diafragma, sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya, seperti

interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat. Akibatnya,

tekanan dalam paru meningkat secara cepat sampai 100 mm Hg atau

lebih. Keempat, pita suara dengan epiglottis sekonyong-konyong

terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru ini

meledak keluar. Tentu saja, udara ini kadang-kadang dikeluarkan

dengan kecepatan 75-100 mil per jam. Hsl ysng penting adalah

kompresi kuat pada paru yang menyebabkan bronkus dan trakea

menjadi kolaps melalui invaginasi bagian yang tidak berkartilago kea

rah dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-benar

mengalir melalui celah-celah bronkus dan trakea. Udara yang

mengalir dengan cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing

apa pun yang terdapat dalam bronkus atau trakea (Guyton and Hall,

2007).

B.  Polusi Lingkungan

1.  Polusi udara Luar-Ruang

Udara lingkungan di negara industri tercemar oleh campuran gas dan

partikel polutan, terutama di kota dan sekitar daerah industri berat

dibandingkan dengan di daerah yang belum berkembang, yang

penduduknya sedikit dan alamnya relatif belum tercemar. Beberapa hal

perlu mendapat penekanan :

Ozon mungkin merupakan polutan udara yang paling sulit diatasi.

Kadar di beberapa kota sering melebihi batas atas EPA. Toksisitasnya

sebagian berkaitan dengan kemampuannya membentuk radikal bebas,

yang pada gilirannya mencederai lapisan saluran napas disertai

Page 5: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 5/12

 

  5

pelepasan mediator peradangan. Setelah terpajan, orang sehat akan

mengalami gejala pernapasan ringan (penurunan fungsi paru dan

nyeri), tetapi zat ini terutama berbahaya bagi pengidap asma atau

emsifema.

Partikel udara yang menjadi bahaya besar adalah partikel dengan

diameter kurang dari 10µm, apa pun komposisinya. Partikel yang lebih

besar disaring di lubang hidung atau tertangkap dan dievakuasi oleh

“escalator” mukosilia. Partikel yang lebih halus tetap di aliran udara

hingga mencapai rongga udara yang rentan, tempat partikel tersebut

difagositosis oleh makrofag dan neutrofil yang kemudian melepaskan

berbagai mediator. Mediator ini memicu reaksi peradangan saluran

napas. Partikel halus inilah yang juga berperan penting membentuk 

kabut asap.

Walaupun polutan secara tersendiri mengganggu fungsi paru,

kombinasi polutan memiliki efek yang lebih kuat. Sebagai contoh,

ozon kadar rendah mungkin dapat ditoleransi, tetapi akan mengganggu

fungsi paru apabila berkombinasi dengan partikel polutan. Karena

polutan jarang ditemukan tersendiri, kombinasi yang terbentuk benar-

 benar merupakan “ramuan ampuh”. 

2.  Polusi Udara Dalam-Ruang

Seiring dengan semakin “tertutupnya” rumah kita dari lingkungan

maka potensi terjadinya polusi udara dalam-ruang meningkat. Polutan

tersering adalah asap tembakau, tetapi terdapat zat penyebab lain

seperti karbon monoksida dan nitrogen dioksida. Bioaerosol mungkin

terdiri atas mikroba yang dapat menyebabkan infeksi seperti penyakit

legionnaire, pneumonia virus, dan common cold  serta allergen yang

kurang berbahaya, tetapi tetap mengganggu yang berasal dari serpihan

kulit hewan, kutu debu rumah, dan jamur dan kapang penyebab

rhinitis, iritasi mata, dan bahkan asma (Kumar dkk, 2007).

C.  Pemeriksaan Dahak

Page 6: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 6/12

 

  6

Pewarnaan gram dan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) adalah

suatu tindakan rutin. Kultur mikrobakteri dan jamur. Pemeriksaan ini

dilakukan pada pasien yang didapatkan adanya kelainan foto toraks

berupa infiltrate di apeks atau kavitas atau pada pasien

imunokompromis. Pemeriksaan sitologi dilakukan pada pasien batuk 

yang dicurigai juga menderita kanker paru. Pewarnaan silver pada

dahak untuk mencari Pneumocytis carinii pada pasien

imunokompromis (Sudoyo dkk, 2007).

D.  Tatalaksana Batuk

Bila batuk akut diperkirakan bisa berkomplikasi, maka pemberian

obat penekan batuk dapat diberikan misalnya kodein fosfat 15-30 mg

dan dapat diulangi setiap 6 jam.

Untuk tatalaksana batuk kronik, pengobatan terhadap penyebabnya

adalah terapi terbaik. Tetapi menekan batuknya untuk sementara akan

mengurangi pasienan pasien.

Antitusif . 1). Obat yang bekerja di sentral, bekerja dengan

menekan batuk di bidang integrative medulla atau area yang lebih

tinggi. Obat yang paling sering dipakai adalah kodein fosfat, diberikan

15-30 mg secara oral setiap 6 jam. Dekstrometorfan, 15-30 mg setiap

4-6 jam, juga dapat diberikan. 2). Obat yang bekerja di perifer,

menaikkan ambang rangsang reseptor iritan di saluran napas dengan

menganestesi atau menutupnya (coating). Agen ini (benzonatat,

anestetik topikal) tersedia sebagai obat-obatan tanpa resep, tetapi

hanya dianjurkan untuk mengontrol batuk yang parah.

Mukolitik. Pemberian asetilsistein telah terbukti bermanfaat

mencairkan secret yang kental. Tiga hingga 5 mL larutan 20 % dapat

diuapkan dengan nebulizer setiap 4-6 jam. Satu hingga 2 mL larutan

20 % dapat diinfus secara langsung ke dalam selang trakeostomi atau

dengan bronkoskopi untuk membantu melarutkan plak mucus.

Berhati-hati dengan pasien hiperreaktif bronkus karena asetilsistein

bersifat mengiritasi dan dapat menyebabkan bronkospasme akut.

Page 7: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 7/12

 

  7

Hidrasi. Secara oral (minum air) atau melalui infuse amat

membantu mengencerkan dahak sehingga mudah dibatukkan.

Ekspektoran. Secara luas tersedia sebagai obat yang dapat dibeli

tanpa resep (Sudoyo dkk, 2007). 

Page 8: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 8/12

 

  8

BAB III

PEMBAHASAN

Pada skenario 2 blok 4 ini, ditulis bahwa Irfan, seorang pasien berusia 17

tahun akhir-akhir ini batuk. Teman sekampusnya banyak yang batuk juga. Dia

bertanya kepada seorang dokter, apakah batuk berdahaknya ini karena tertular

alergi atau bahkan karena bakteri. Untuk itu perlu diketahui bagaimana

mekanisme reflek batuk terlebih dahulu.

Batuk adalah suatu tanda mekanisme protektif yang pernah dialami oleh

individu yang sehat, karena batuk juga merupakan mekanisme pertahanan tubuh

yang normal. Batuk juga merupakan suatu refleks napas yang terjadi karena

adanya rangsangan reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas. Batuk 

 juga dapat merupakan akibat penyakit telinga atau gangguan perut yang

mengakibatkan iritasi diafragma. Tabel di bawah ini, merupakan penyebab-

penyebab batuk.

Penyakit Saluran Napas Akut Penyakit Kardiovaskular 

Faringitis Edema paru

Laringitis Infark paru

Bronkitis Iritan lingkungan 

Bronkiolitis gas

Penyakit Saluran Napas Kronis debu

Bronkitis perubahan temperatur

Bronkiektasis Benda asing 

Penyakit Parenkimal saluran napas

Pneumonia membran timpanik 

Abses Neoplasma 

Parasit karsinoma paru

Penyakit Interstisial metastasis tumor

Granulomas Alergi 

Fibrosing alveolitis demam karena alergi jerami

Alveolar proteinosis rhinitis vasomotor

Page 9: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 9/12

 

  9

Asma bronkial 

Jika batuk tersebut menetap dan berlebihan artinya frekuensinya meningkat

maka hal ini bisa berbahaya dan harus ditekan. Batuk ini kadang-kadang

berhubungan dengan paparan suatu keadaan lingkungan (hawa dingin, debu, asap,

dan lainnya) atau mungkin karena adanya gejala terkait seperti sakit telinga,

hidung tersumbat, sakit tenggorok, dan sebagainya (Sudoyo dkk, 2007).

Melihat skenario di atas, besar kemungkinan Irfan mengalami batuk 

berdahak akibat adanya infeksi bakteri. Karena melihat banyaknya teman Irfan

yang batuk juga. Selain itu, batuk Irfan menghasilkan dahak. Batuk berdahak inibersifat sputum mukopurulenta, artinya bahwa dahak yang ikut serta dalam

batuknya tersebut bersifat kental dan sedikit keruh. Hal ini dikarenakan adanya

kelainan saluran napas bawah yang biasanya diakibatkan oleh infeksi bakteri.

Sehingga, hal ini bersifat menular bila si sakit tidak menutup mulutnya saat batuk 

atau dari orang lain yang sistem imunnya sedang turun.

Beberapa organisme yang menyebabkan penyakit saluran pernapasan tidak 

dapat bertahan hidup di luar tubuh. Jadi, penularannya bergantung pada

pemindahan asal udara yang cepat dari satu orang ke orang lain. Kita harus ingat

bahwa udara bukan merupakan media atau tempat hidup organisme jasad renik 

tapi udara hanya merupakan alat transport atau pembawa. Sedangkan media hidup

 jasad-jasad renik itu sendiri berada di air baik air di atmosfer, air di atas

permukaan tanah, bahkan air di bawah permukaan tanah (Irianto, 2006).

Pertahanan tubuh atau sawar tubuh yang utama adalah kulit dan mukosa,

 jika pertahanan pertama ini tidak bisa membendung infeksi bakteri yang ada maka

muncullah proses inflamasi (rubor, kalor, oedema, dolor, function laesa). Jika

inflamasi ini masih belum bisa membendungnya maka infeksi tersebut akan

menjalar ke kelenjar limfe (limphogen) baru kemudian masuk ke dalam darah

bercampur menjadi satu (hematogen). Apabila bakteri yang semula masuk ke

dalam saluran napas tidak bisa dibendung oleh sawar tubuh tadi maka akan

menjalar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Untuk itu refleks batuk 

merupakan cara pertama mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.

Page 10: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 10/12

 

  10

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

1. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh normal.

2. Batuk bisa bersifat fisiologis dan patologis jika keberadaanya sudah

menggagu aktivitas seseorang.

3. Batuk bisa disebabkan karena adanya alergen dan bisa karena adanya

infeksi mikroorganisme.

4. Dahak batuk (sputum) bisa bermacam-macam sesuai dengan jenis batuk 

yang diderita.

B. Saran

1.  Jika mengalami batuk karena adanya infeksi oleh bakteri atau

mikroorganisme lainnya hendaknya menutup mulutnya dengan kain

atau masker, agar orang lain tidak tertular oleh kita.2.  Jangan mengadakan kontak apa pun dengan orang yang sedang batuk 

karena infeksi bakteri untuk sementara waktu.

3.  Selalu menjaga kondisi tubuh agar sistem imunnya selalu baik untuk 

mengurangi dampak tertular oleh infeksi mikroorganise lain, terutama

pada musim dingin.

Page 11: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 11/12

 

  11

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A. C. and Hall A.J., 2007.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :

EGC.

Irianto Koes., 2006. Mikrobiologi. Bandung : Yrama Widya.

Kumar Vinay.dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Sudoyo Aru W. dkk., 2007.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Ward Jeremy P. T. dkk., 2008. At a Glance Sistem Respirasi. Jakarta : Erlangga.

Page 12: SKENARIO2

5/17/2018 SKENARIO2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario2 12/12

 

  12