skb mie level 2

23
STUDI KELAYAKAN BISNIS (MIE LEVEL MEDAN) I. PENDAHULUAN Berdasarkan kebutuhan manusia yang paling mendasar yakni kebutuhan makan, dan besarnya minat kaula muda keluar serta nongkrong di tempat makan, membuat usaha kuliner tumbuh semakin pesat di kota Medan. Usaha kuliner sendiri memiliki dampak positif yakni meningkatnya tingkat pendapatan warga medan, serta memperbanyak lapangan pekerjaan. Namun dilihat dari segi negatif dengan meningkatnya usaha kuliner, banyak pengusaha kuliner yang melakukan kecurangan dan ketidakperdulian terhadap apa yang akan mereka jual dan dampak negatif yang dirasakan oleh konsumen ataupun warga sekitar. Pengusaha juga banyak yang tidak melakukan pencatatan transaksi mereka untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan mereka. Banyak bisnis kuliner berkembang di kota Medan, namun tidak seluruhnya memiliki kelayakan untuk dijalankan atau dilanjutkan. Untuk itu kami melakukan uji kelayakan bisnis disalah satu bisnis kuliner di kota Medan. Kami melakukan penelitian studi kelayakan bisnis di “Mie Level Medan”. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat usaha tersebut, karena tempat tersebut banyak menarik peminat untuk mencoba makanannya dengan keunikan ide cita rasa 1

Upload: tessa-arthur-philip-tobing

Post on 17-Feb-2016

113 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

mie level, skb

TRANSCRIPT

Page 1: SKB MIE LEVEL 2

STUDI KELAYAKAN BISNIS

(MIE LEVEL MEDAN)

I. PENDAHULUAN

Berdasarkan kebutuhan manusia yang paling mendasar yakni kebutuhan makan, dan

besarnya minat kaula muda keluar serta nongkrong di tempat makan, membuat usaha kuliner

tumbuh semakin pesat di kota Medan. Usaha kuliner sendiri memiliki dampak positif yakni

meningkatnya tingkat pendapatan warga medan, serta memperbanyak lapangan pekerjaan.

Namun dilihat dari segi negatif dengan meningkatnya usaha kuliner, banyak pengusaha kuliner

yang melakukan kecurangan dan ketidakperdulian terhadap apa yang akan mereka jual dan

dampak negatif yang dirasakan oleh konsumen ataupun warga sekitar. Pengusaha juga banyak

yang tidak melakukan pencatatan transaksi mereka untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan

mereka.

Banyak bisnis kuliner berkembang di kota Medan, namun tidak seluruhnya memiliki

kelayakan untuk dijalankan atau dilanjutkan. Untuk itu kami melakukan uji kelayakan bisnis

disalah satu bisnis kuliner di kota Medan. Kami melakukan penelitian studi kelayakan bisnis di

“Mie Level Medan”. Alasan penulis melakukan penelitian di tempat usaha tersebut, karena

tempat tersebut banyak menarik peminat untuk mencoba makanannya dengan keunikan ide cita

rasa pedas yang memiliki tingkat - tingkatan, dan memiliki jumlah pengunjung yang banyak

setiap harinya dan terlihat memiliki prospek yang baik untuk kedepannya.

Pengujian kelayakan bisnis usaha Mie Level Medan akan dilihat dari berbagai aspek. Aspek-

aspek tersebut meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek organisasi

dan manjemen, aspek ekonomi dan keuangan, aspek produksi, aspek hukum, aspek kebersihan,

serta aspek sosial dan relijius.

1

Page 2: SKB MIE LEVEL 2

II. PEMBAHASAN

II.A. PROFIL USAHA MIE LEVEL MEDAN

Mie Level berdiri di bulan Februari 2012 yang dirintis oleh seorang mahasiswa bernama

Racmadsyah Dana yang akrab disapa Dana. Mengingat kecintaan Dana terhadap rasa pedas,

beliau membuka usaha ini dengan alasan karena tidak adanya ruang untuk pencinta rasa pedas

dalam kuliner yang ada saat itu, dan berpendapat sangat kurangnya rasa pedas dalam setiap

makanan yang disajikan dalam beberapa usaha kuliner.

Diawali dengan minat membuka usaha namun tidak memiliki pengetahuan akan resep

suatu masakan, Dana mengajak kakaknya bernama Nurul Annisa akrab di sapa Anis) untuk

bergabung. Dari seorang Nurul Annisa lah lahir resep Mie Level. Maka, Mie Level dimiliki oleh

dua orang, yakni Dana dan Anis.

Awalnya usaha mie level ini berada di Jalan Mesjid. Mie Level yang berada di Jalan

Mesjid sangat berbeda dengan Mie Level yang kita temui sekarang. Saat di Jalan Mesjid, mereka

berdagang di emperan kios, hanya memiliki bebrapa bangku dan meja, serta hanya buka di

malam hari.

Mie level sendiri memiliki visi “Menjadikan lifestyle doyan pedas di kota Medan” dan

memiliki misi “Menyediakan ruang bagi pecinta pedas di kota Medan”. Visi dan misi ini lahir

masih dari kecintaan pemilik terhadap rasa pedas dan merasa kurang pedasnya makanan yang

disajikan tempat-tempat kuliner di kota Medan.

Dalam rangka pengembangan usahanya Dana dan Anis melakukan kerjasama dengan

M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda. Menurut kami, kerjasama ini adalah bentuk kerjasama

yang baik. Dimana Iqbal dan Ricky menyediakan tempat usaha untuk Mie Level, yakni tempat

usaha yang kini ditempati Mie Level di Jalan Ismailiyah. Dana dan Anis tidak perlu membayar

uang sewa tempat usaha, namun mengizinkan Iqbal dan Ricky menjadi penjual minuman di Mie

Level. Mie Level pindah dari Jalan Mesjid ke Jalan Ismailiyah pada pertengahan Agustus 2014.

2

Page 3: SKB MIE LEVEL 2

Pembagian manajemen dilakukan mereka dengan Dana sebagai manajer, Nurul Annisa

sebagai pengelola pembelian dan pemasokan bahan baku untuk mie dan sayuran, sementara

M.Iqbal dan Ricky bagian minuman. Mie level memiliki 17 orang karyawan, dengan pembagian

pengidang, waiters, koki, asisten koki, dan pencuci piring.

Di samping adalah logo Mie Level. Kami

berpendapat logo tersebut sesuai dengan bisnis yang

dijalankan. Rasa pedas luar biasa yang ditawarkan

dan menjadi ciri khas Mie Level digambarkan

dengan warna merah dan ada bentuk seperti tanduk

diatasnya.

II.B. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Dari segi pasar, mie level memiki konsumen utama yakni mahasiwa yang berada di kota

medan. Mie level sendiri berada pada posisi yang dekat dengan keramaian, dekat dengan Stadion

Teladan Medan, dan merupakan titik tengah beberapa Universitas dan sekolah yang ada di kota

Medan.

Pemasaran mie level dilakukan di media sosial seperti twitter dan instagram. Mie level

sendiri mengadakan lomba foto selfie pedas di instagram dengan hastag #MieLevel yang

diupload dan di tag ke akun mie level @mielevel. Pemenang lomba foto selfie tersebut akan

diberi gratis dua porsi mie level. Dengan banyaknya pengguna akun instagram dan maraknya

foto selfie, tentu cara pemasaran tersebut menarik banyak khalayak muda. Dan mie level pun

hangat menjadi perbincangan di media sosial, dan dari mulut ke mulut.

Berdasarkan hasil dari wawancara yang kami lakukan dengan pemilik Mie Level, bahkan

pengusaha dari Aceh dan Riau meminta kepada pemilik Mie Level agar diperbolehkan membuka

3

Page 4: SKB MIE LEVEL 2

cabang di Riau dan Aceh. Dari keterangan ini, terlihat baiknya prospek Mie Level untuk ke

depannya. Namun asumsi baiknya prospek ke depan ini tidak lepas dengan syarat Mie Level

harus selalu mengadakan inovasi dan evaluasi untuk perbaikan usaha.

Menurut kami, inovasi dan evaluasi bagi Mie Level sangat diperlukan. Karena dari

wawancara yang kami lakukan dengan beberapa konsumen, mereka berkunjung dan makan di

Mie Level lebih karena rasa penasaran. Yakni penasaran akan rasa pedas yang ditawarkan,

karena telah memboomingnya Mie Level di kalangan para pemuda Medan. Namun banyak

konsumen berpendapat mereka tidak merindukan rasa dari Mie Level, mereka berkunjung hanya

karena penasaran dan ingin tahu.

Sejauh ini, permintaan pelanggan akan Mie Level sangat tinggi. Dapat dibuktikan dengan

ramainya pengunjung Mie Level. Bahkan pelanggan rela antri lama dan duduk rapat-rapat demi

menikmati Mie Level. Jika kita berkunjung ke Mie Level saat menjelang maghrib hingga malam

hari, kita akan melihat antrean pengunjung yang menunggu untuk makan ditempat maupun yang

menunggu pesanan untuk dibawa pulang, dan kita akan melihat padatnya pengunjung yang

menikmati makananan.

Mengenai perkembangan pasar, pemilik Mie Level sendiri telah memiliki rencana untuk

membangun cabang Mie Level di Medan. Dalam pernyataannya, beliau (bang Dana) mengatakan

ingin ada dua Mie Level di kota Medan, sisanya jika memungkinkan, ingin membangunnya di

luar kota. Dengan niat ini, pemilik berkeliling dan mengamati pasar di Kota Medan, dan

akhirnya pemilik mengaku sejuah ini ingin membangun cabang Mie Level di Krakatau.

Sama seperti bisnis pada umumnya, berhasilnya sebuah bisnis, akan ditiru oleh orang

lain. Begitu pula dengan Mie Level. Di Medan sendiri mulai banyak tumbuh usaha dengan judul

‘level’, yakni memberikan sensasi pedas dengan berlevel atau bertingkat-tingkat. Melihat

masalah ini, pemilik Mie Level mengakui tidak masalah dengan hadirnya pesaing. Beliau hanya

akan terus menjaga kualitas produk agar pelanggan tidak lari ke tempat lain. Dan cara

mengatasinya, Mie Level saat ini tengah mengurus izin usaha dan trademark Mie Level.

Keunggulan dari Mie Level ini adalah konsistennya mereka terhadap kualitas bahan baku

dan kesenangan pelanggan. Pemilik Mie Level sendiri mengakui menutup Mie Level dalam

sehari, apabila dalam hari itu, mereka tidak mendapatkan cabai yang sesuai dengan kualitas yang

4

Page 5: SKB MIE LEVEL 2

mereka inginkan. Bahkan mereka berani menggratiskan makanan pelanggan apabila terdapat

keluhan dari pelanggan tentang makanan, dan pelanggan tersebut enggan untuk membayar

makanan tersebut.

Kelemahan dari Mie Level menurut kami, rasanya yang terlalu pedas tidak cocok untuk

banyak orang. Level 1 dari Mie Level yang disajikan saja, bahkan rasanya sangat pedas dan

membuat panas. Sehingga banyak dari konsumen tidak merindukan rasa dari Mie Level dan

tidak ingin balik lagi. Banyak dari pelanggan datang hanya karena rasa penasaran mencicipi

makanan ekstrem pedas yang dikenal sebagai Mie Level ini.

Terlihat ramainya pengunjung Mie Level Medan, yang didominasi kaula muda.

Apabila ada pelanggan yang memesan mie di atas level 5, pihak Mie Level akan

menyajikannya. Namun para pelayan dengan ramah akan menanyakan kesanggupan pelanggan

tersebut untuk memakan pesananya tersebut. Karena mie di Mie Level ini memang pedas luar

biasa. Selain itu, pihak Mie Level telah memasang spanduk dengan isi peringatan bahwa para

pelanggan sebaiknya bijak dan memesan pesanan sesuai kesanggupannya akan rasa pedas.

5

Page 6: SKB MIE LEVEL 2

II.C. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI

Pemilihan Lokasi usaha Mie level ini cukup strategis dikarenakan di daerah tersebut

dekat dengan keramaian, dimana di daerah itu dekat dengan Stadion Teladan Medan, Universitas

dan sekolah, selain itu lokasi ini merupakan lokasi yang biasanya ramai dikunjungi para pemuda-

pemudi untuk sekedar bersantai, berbelanja, atau nogkrong bersama teman-teman.

Respon masyarakat sekitar atas kehadiran mie level ini sangat baik, karena menambah

satu lagi warung kuliner di daerah itu, kemudian setiap bulannya mie level juga mengadakan

kegiatan doa dan makan bersama anak yatim. Selain itu, walaupun Mie Level sangat ramai, Mie

Level sendiri tidak membuat sekeliling tempat usaha menjadi kotor, dengan begitu tidak ada

warga yang merasa dirugikan atas kehadiran mie level.

Dalam mengelola bahan baku, mie level membagi bahan baku kedalam dua bagian, yakni

bahan baku yang tidak tahan lama dan bahan baku yang tahan lama, untuk bahan baku yang

tidak tahan lama,seperti sayuran ( termasuk cabai, bawang, timun, tomat, sawi, ceker ayam, dll)

pemilik membuat kriteria tertentu agar sampai dengan pengolahan dijamin kebersihan dan

kesegarannya. Bahan baku yang tidak tahan lama tersebut dibeli setiap harinya ke pasar, dan

seluruhnya selalu habis diolah dan terjual dalam hari tersebut. Sedangkan untuk bahan baku yang

tahan lama, mie level selalu membeli dalam jumlah yang besar dengan tujuan mendapat harga

yang lebih murah dibandingkan dengan membeli secara eceran, selain itu, mie level juga

menyediakan sebuah gudang yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan bahan baku seperti

mie instan, beras, telur, minyak goreng dll.

Mesin dan Peralatan yang digunakan dalam mengolah bahan baku, masih dilakukan

secara sederhana seperti kebanyakan usaha kuliner lainnya. Untuk pembuangan limbah dari sisa

makanan tidak dibuang sembarangan, untuk bahan baku yang mudah busuk, dimanfaatkan oleh

warga yang membutuhkan untuk memberi makan ternak, sedangkan limbah yang tidak dapat

dimanfaatkan oleh warga, limbah tersebut dikumpulkan dan diambil oleh petugas kebersihan

setiap harinya.

Kemudian dalam aspek teknologi lainnya, mie level menggunakan media sosial untuk

pemasaran, dimana media sosial dimanfaatkan dengan baik sebagai wadah mempromosikan Mie

Level.

6

Page 7: SKB MIE LEVEL 2

II.D. ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN

Dalam urusan manajemen, usaha mie level ini dimiliki oleh Rachmadsyah Dana dan

kakak perempuannya yang bernama Nurul Annisa. Pengelolaan manajemen usaha, perhitungan

laba, pembagian kerja para pekerja, dilakukan oleh Rachmadsyah Dana. Di lain sisi, pengelolaan

bahan baku,bumbu, dan pembelanjaan ke pasar setiap harinya, dilakukan oleh Nurul Annisa.

Kemudian pada pertengahan Agustus 2014, Mie Level yang awalnya berada di jalan Masjid,

memutuskan untuk pindah ke jalan Ismailiyah. Tempat usaha yang digunakan di Ismailiyah

adalah milik M. Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan, Mie Level dimiliki oleh dua orang yakni

Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Namun, pelaksanaan bisnis Mie Level yang berada di Jln.

Ismailiyah dijalankan oleh empat orang yakni Rachmadsyah Dana, Nurul Annisa, M. Iqbal

Tarigan, dan Ricky Akhiranda.

Dalam struktur organisasi, Mie Level menggunakan struktur organisasi sederhana,

dimana pemilik langsung membawahi karyawan. Karyawan Mie Level ada 17 orang. Yang

didalamnya termasuk kepala koki, kepala pengidang, kepala waitres, dan dua orang pencuci

piring.

Dalam memanajemen usaha, pemilik Mie Level memberlakukan sistem reward and

punishment. Pihak Mie Level memberikan reward berupa 2 porsi Mie Level untuk pengunjung

yang terpilih foto selfie dengan hastag #Mie Level Medan. Kemudian ada reward bagi pekerja

apabila berhasil menjual 150 mangkuk porsi Mie Level, dengan reward Rp 1.000 per mangkuk

yang dijual di atas 150 mangkuk tersebut. Kemudian punishment dikenakan kepada pekerja yang

terlambat, berupa pemotongan gaji.

II.E. ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN

Mie Level dirintis di jalan Masjid dengan modal awal Rp 800.000,- yang berasal dari

uang pribadi milik pemilik yaitu Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Tempat usaha yang

digunakan di jalan Masjid berada di emperan toko dan merupakan bekas tempat usaha milik

keluarga pemilik Mie Level, sehingga mereka tidak perlu membayar uang sewa.

7

Page 8: SKB MIE LEVEL 2

Modal awal disetorkan Rp400.000,- dari Rachmadsyah Dana dan Rp 400.000,- dari

Nurul Annisa. Mereka bersepakat mengalokasikan laba dengan 30% ditambahkan ke modal

usaha, 35% untuk Rachmadsyah Dana, dan 35% untuk Nurul Annisa.

Saat memutuskan pindah tempat usaha ke jalan Ismailiyah, pemilik menambahkan

investasi sejumlah Rp 8.000.000,- untuk menambah peralatan seperti bangku dan meja. Semakin

berkembangnya Mie Level, dulu hanya menggunakan dua kompor, sekarang mereka

menggunakan empat kompor.

Sumber pembiayaan Mie Level berasal dari sumber dana internal. Pemilik mengatakan,

selama keuangan pribadi masih mampu untuk menambah investasi, mereka tidak melakukan

pinjaman ke bank. Sejak berdirinya usaha di tahun 2012, pemilik baru sekali melakukan

pinjaman ke bank. Yakni meminjam ke Bank Sumut sebesar Rp 10.000.000,- uang ini

digunakan untuk berbagai keperluan sewaktu pindah tempat usaha dari jalan Masjid ke jalan

Ismailiyah.

Pada awal di rintis, Mie Level memperoleh laba bersih Rp 1.310.200,-, namun sekarang

mereka memproleh laba bersih mencapai 30 hingga 60 juta rupiah. Pemilik menyatakan dalam

sehari mereka mengeluarkan biaya bahan baku sebsar Rp 2.000.000,- , dan akan mencapai break

event point dengan penjualan 150 porsi Mie Level.

Mie Level tidak menggunakan jasa akuntan. Mereka melakukan pencatatan secara

sederhana. Namun dalam pencatatan mereka terlihat jelas berapa jumlah penjualan, laba, dan

biaya. Pencatatan laba dan biaya dapat dilihat perhari, perminggu, dan perbulan. Pemilik

menyatakan melakukan klasifikasi harian, mingguan, dan bulanan untuk memudahkan pemilik

melihat naik dan turunnya penjualan secara terperinci sesuai kebutuhan.

Dengan tidak menggunakan jasa akuntan, pemilik sendiri yang melakukan pencatatan,

beliau mengakui tidak mengerti dan tidak tahu pentingnya perhitungan biaya dan akumulasi

penyusutan aktiva tetap. Selain itu, biaya utilities yakni biaya air, listrik dan telepon berkisar

lebih kurang Rp 800.000,-. Dan biaya utilities ini beserta biaya gaji karyawan dibagi dua dengan

M. Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda selaku pemilik tempat dan penjual minum di usaha Mie

Level.

8

Page 9: SKB MIE LEVEL 2

Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa hanya menjual makanan, sedangkan minuman

dijual oleh Ricky Akhiranda dan M.Iqbal Tarigan. Laba dan bon pesanan antara makanan dan

minuman juga dipisahkan untuk emmpermudah perhitungan.

Contoh pencatatan yang dilakukan pemilik Mie Level menggunakan Microsoft office excel.

9

Page 10: SKB MIE LEVEL 2

II.F. ASPEK HUKUM

Dari sejak awal di rintis, usaha Mie Level ini dimiliki oleh dua orang, yaitu Rachmadsyah

Dana dan Nurul Annisa. Rachmadsyah Dana adalah pencetus ide juga sekaligus sebagai

pengelola manajemen usaha, sedangkan Nurul Annisa sebagai pembuat resep dan mengatur

10

Page 11: SKB MIE LEVEL 2

pembelanjaan di pasar setiap harinya. Pada pertengahan Agustus tahun lalu, Dana dan Nurul

sebagai pemilik Mie Level memutuskan pindah tempat usaha dan sekaligus memperbesar

usahanya. Untuk keputusan itu, mereka bekerjasama dengan dua orang untuk bergabung dalam

menjalankan usaha di Jalan Ismailiyah, yakni M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda.

Izin usaha Mie Level sendiri sedang dalam tahap proses pengurusan. Dimana dalam

proses pengurusan legalitas ini, tidak hanya izin usaha, namun juga di urus, trade mark, logo, dan

npwp. Dalam izin usaha yang sedang di urus, pemilik Mie Level akan dinyatakan ada dua orang

yakni Rachmadsyah Dana dan Nurul Annisa. Kemudian pemilik menjelaskan, setelah surat izin

ini selesai, mereka akan membuat surat keterangan bekerjasama dengan M.Iqbal Tarigan dan

Ricky akhiranda. Sehingga M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda bukanlah pemilik Mie Level.

Mereka hanya ikut bergabung bekerja sama menjual minum di Mie Level dengan memberikan

tempat usaha tanpa uang sewa.

II.G. ASPEK PRODUKSI

Dalam aspek produksi mengenai bahan baku, Mie level bekerja sama dengan Indofood

dalam hal bahan baku mie. Mie Level mengambil mie dari Indofood 100 kotak setiap kali

pengambilan, dan melakukan pembayaran dua minggu setelah pengambilan barang tersebut.

Dengan kerja sama ini, Mie Level mendapat potongan sebesar 3% dari pihak Indofood.

Sedangkan dalam hal cabai, Mie level menggunakan cabai rawit 10-30 Kg per harinya.

Pihak Mie Level sendiri memiliki kualifikasi dan spesifikasi khusus untuk cabai rawit yang

digunakan. Mereka tidak akan membeli cabai yang tidak sesuai dengan keinginan. Bahkan

pemilik Mie Level berani menutup usahanya dalam sehari apabila tidak mendapatkan cabai yang

sesuai seperti yang diinginkan. Pihak Mie Level mengakui melakukan hal tersebut karena

menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, apabila cabai yang digunakan tidak bagus,

maka kuah mie yang disajikan juga terlihat tidak semenarik apabila cabainya bagus.

Saat pertama di rintis, Mie Level hanya menjual 16 porsi mie dalam sehari. Namun

sekarang, Mie Level dapat menjual hingga 200 porsi mie dalam sehari.

Proses produksi mie level dilakukan dengan kerja sama yang baik. Proses pencucian

piring dilakukan oleh dua orang pekerja. Pencucian sayur juga dilakukan dengan baik. Setalah

11

Page 12: SKB MIE LEVEL 2

dicuci, sayuran dipotong untuk kemudian di bawa ke dapur. Penempatan lokasi pencucian,

pemotongan, penyeluran mie, dan dapur juga memiliki alur yang baik. Cabai yang digunakan

dalam proses pemasakan telah dihaluskan (diblender) terlebih dahulu. Pemilik telah terlebih

dahulu menakar, apabila 10 buah cabai rawit, akan menjadi berapa sendok apabila dihaluskan.

Prinsip takaran ini yang kemudian dijadikan patokan koki dalam memasak. Karena setiap level

mie, menggunakan takaran cabai yang berbeda. Mie level 1 menggunakan 10 cabai rawit, mie

level 2 menggunakan 20 cabai rawit, mie level 3 menggunakan 30 cabai rawit, dan begitu

seterusnya.

Pesanan dimasak oleh koki dengan menggunakan empat kompor. Setiap koki standar nya

memegang 2 bon. Jika keadaan sedang sangat ramai, setiap koki emmegang maksimal 3 bon

pesanan makanan. Untuk minuman sendiri. Dimiliki oleh M.Iqbal Tarigan dan Ricky Akhiranda

yang juga merupakan pemilik tempat lokasi usaha di jalan Ismailiyah.

Berikut bagan proses produksi Mie Level :

Pertama, sayuran dicuci bersih di tempat pencucian. Kemudian sayuran di potong untuk

di bawa ke dapur pemasakan. Di lain sisi, mie diselur untuk kemudian di bawa ke dapur

pemasakan. Sayur yang telah di potong dan mie yang sudah di selur kemudian dimasak sesuai

pesanan pelanggan. Kemudian masuk proses plating, dan terakhir disajikan ke pelanggan.

12

Page 13: SKB MIE LEVEL 2

II.H. ASPEK SOSIAL DAN RELIGIUS

Dalam urusan aspek sosial dan religius, Mie Level selalu menyisihkan sebahagian dari

labanya untuk mengadakan doa bersama dan makan bersama dengan anak-anak yatim. Acara ini

diselenggarakan sekali dalam sebulan, dan dilaksanakan pada hari Jumat. Di tempat usaha Mie

Level ini, tidak dibangun mushollah. Namun disediakan tempat sholat di dalam rumah lengkap

dengan sajadah dan mukenah.

Sesuai dengan keadaan yang kami amati, tidak banyak karyawan maupun pengunjung

yang melaksanakan ibadah sholat. Namun terlepas daripada itu, kita ketahui bahwa keimanan

dan pelaksanaan ibadah seorang umat, adalah urusan dan tanggung jawab umat itu sendiri

terhadap Tuhannya. Karena dari pihak Mie Level sendiri sudah menyiapkan tempat dan

perlengkapan sholat, serta tidak melarang karyawannya dalam menunaikan ibadah sholat. Hal ini

kami lihat saat ada beberapa karyawan yang melaksanakan ibadah sholat dan menghentikan

pekerjaannya untuk sementara waktu.

II.I ASPEK KEBERSIHAN

Kebersihan yang ditunjukkan oleh Mie Level,

sangat baik. Kami sendiri telah melakukan pengecekan

kebersihan dari tempat makan, dapur, hingga kamar

mandi. Jika di banyak ditempat makan lain biasanya kita

melihat tisu-tisu berserakan di meja dan di lantai, kita

tidak akan menemukan pemandangan serupa disini. Di

Mie Level, lantai, meja, dan kursi bersih dari tisu-tisu

kotor.

Kebersihan makanan dan dapur juga dapat kami

pastikan baik. Kami sendiri telah melakukan pengecekan

13

Page 14: SKB MIE LEVEL 2

di tempat pencucian piring, bagaimana pemotongan sayur, dan bagaimana proses pamasakan.

Sayur-sayur yang telah dicuci dan dibersihkan terlihat bersih dan segar. Kita tidak menemukan

timun yang jelek maupun selada yang layu.

Namun seperti pepatah, tak ada gading yang tak

retak, tak ada yang sempurna. Kebersihan kamar

mandi Mie Level tidak sebaik kebersihan mereka

terhadap bagian yang lainnya. Kamar mandi terasa

agak licin dan kotor kekuning-kuningan. Alangkah

baiknya jika kamar mandi yang mereka sediakan juga

sama bersihnya dengan tempat-tempat lainnya, maka

akan sangat baik kebersihan di Mie Level ini.

14

Page 15: SKB MIE LEVEL 2

III. PENUTUP

III.A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada usaha Mie Level, dan dilihat dari

berbagai aspek yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, kami menyimpulkan bahwa Mie Level

layak untuk dijalankan dan dilanjutkan. Mie level juga memiliki prospek yang bagus karena

minat pengunjung yang cukup tinggi.

Mie level merupakan usaha kuliner yang memiliki keunggulan dalam menciptakan ruang

untuk pecinta pedas. Mie level juga merupakan usaha yang tidak hanya mementingkan aspek

laba yang dihasilkan, namun juga memikirkan bagaimana aspek sosial dijalankan seperti dalam

sebulan sekali mie level melakukan makan bersama anak yatim.

Mie level juga telah melakukan hal yang baik dalam pengelolaan karyawan, yakni

dengan memberikan ruang kepada karyawan melakukan ibadah sholat dan memberikan reward

kepada karyawannya. Dalam pengelolaan bahan baku, mie level juga telah melakukan dengan

baik, yakni dengan menjaga kebersihan dalam proses produksi dan memiliki kriteria tertentu

dalam pemilihan bahan baku. Dengan berbagai aspek yang telah dinilai di atas, kami

menyimpulkan bisnis mie level layak untuk dilanjutkan dalam prospek ke depannya.

III.B. SARAN

Setelah melakukan observasi dan menarik kesimpulan kelayakan Mie Level Medan, kami

mengajukan beberapa saran berikut :

a. Saran kami untuk usaha Mie Level agar melakukan pencatatan keuangan yang lebih jelas,

agar laba yang dihasilkan dapat lebih jelas dan terperinci.

b. Mie Level sebaiknya melakukan pencatatan aktiva yang dimiliki dan biaya penyusutan atau

amortisasinya beserta akumulasinya.

c. Mie level juga sebaiknya melakukan inovasi yang lebih lagi, hal ini disebabkan dengan

adanya beberapa komentar pengunjung yang mengatakan bahwa datang ke mie level hanya

karena penasaran. Ada baiknya jika mie level melakukan inovasi dalam rasa, sebaiknya

15

Page 16: SKB MIE LEVEL 2

Mie Level dapat menciptakan rasa yang membuat pengunjung kangen atau ingin kembali

berkunjung ke Mie Level.

d. Selain itu Mie Level sebaiknya melakukan inovasi jenis mie yang digunakan. Karena

beberapa pelanggan mengeluhkan dan tidak menyukai indomie (mie instan) yang

belakangan banyak khalayak menyebutnya tidak baik bagi kesehatan.

e. Mie Level juga sebaiknya menjaga kebersihan kamar mandi, karena kamar mandi yang

digunakan tidak cukup bersih.

f. Sebaiknya Mie Level juga menambah lahan parkir karena kurangnya lahan parkir yang ada.

Namun dalam hal ini, kami sangat memaklumi, karena memang mengingat tidak besarnya

badan jalan di Jln. Ismailiyah. Serta keterbatasan tempat yang dimana Mie Level harus

menambah jumlah bangku dan kursi, namun juga harus tetap menyediakan lahan parkir.

g. Sebaiknya pemilik Mie Level membedakan uang bisnis dengan uang pribadi. Yakni tidak

membayar keperluan pribadi dari kas Mie Level. Contohnya pembayaran bpjs atau

sejenisnya.

h. Sebaiknya Mie Level membuat inovasi dalam kemasan. Seminimalnya dengan

memberikan logo (cap Mie Level) pada kemasan pesanan pelanggan yang di bawa pulang.

16