sk pedoman instalasi karantina ikan 2014bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/sk kaban...

151
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 4. Peraturan . . .

Upload: others

Post on 15-Nov-2019

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEPUTUSAN

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN

PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014

TENTANG

PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);

4. Peraturan . . .

-2-

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25);

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189);

6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;

9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN.

KESATU : Menetapkan Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.

KEDUA . . .

-3-

KEDUA : Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai dasar dalam proses penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan milik pemerintah, perorangan dan badan hukum;

KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2015.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2014

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. NARMOKO PRASMADJI

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Kepegawaian Hukum dan Organisasi,

Sugiman

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang

Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai

tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya

hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu

area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah

Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Karantina

Ikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka

melindungi negara dari ancaman masuk dan tersebarnya hama dan

penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area

lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi merusak

kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang dapat mengakibatkan

penurunan produksi perikanan nasional.

Perdagangan hasil perikanan memberikan dampak positif

maupun negatif terhadap perekonomian negara, serta kelestarian

sumberdaya perikanan dan kelautan, salah satu dampak negatifnya

yaitu ikut terbawanya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) atau

Hama dan Penyakit Ikan (HPI) tertentu masuk dan tersebar ke dalam

wilayah Republik Indonesia melalui media pembawa yang

dilalulintaskan. Petugas Karantina Ikan dalam rangka mengantisipasi

resiko dari ancaman masuk dan/atau keluar, dan tersebarnya HPIK

sebagaimana diamanatkan di dalam peraturan perundangan

perkarantinaan ikan perlu melakukan tindakan karantina ikan bagi

media pembawa HPIK yang akan dilalulintaskan. Pelaksanaan

tindakan karantina ikan tersebut dapat dilakukan di tempat

pemasukan/ pengeluaran atau di luar tempat pemasukan/

pengeluaran baik di dalam maupun di luar Instalasi Karantina Ikan

(IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap

media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka:

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG

PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN

2

a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada

media pembawa.

b. Membebaskan/mensucihamakan media pembawa dari

HPIK/HPI tertentu.

c. Menjamin media pembawa telah memenuhi persyaratan

kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan.

Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai instalasi karantina

apabila telah memenuhi persyaratan, prosedur, penetapan, dan

pengelolaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya

pedoman instalasi karantina ikan untuk menjaga konsistensi

penerapan cara karantina ikan yang baik di instalasi karantina.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini

adalah :

a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan

Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan

pelaporan Instalasi Karantina Ikan.

b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan,

penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina

Ikan.

1.3. Pengertian dan Istilah

a. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut instalasi

karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas

yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan

tindakan karantina.

b. Instalasi Karantina Ikan milik Kementerian yang selanjutnya

disebut instalasi karantina Kementerian adalah instalasi

karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan

Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat

3

Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh

UPT KIPM

c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan

Hukum yang selanjutnya disebut instalasi karantina

Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina

yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah

ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan,

yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM.

d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina

ikan.

e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala

BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas

teknis di bidang karantina ikan.

f. Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut

dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan

tugas teknis di bidang karantina ikan.

g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan

yang menyatakan instalasi karantina telah memenuhi

persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan

karantina ikan.

h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan

karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah

masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina

dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam

negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam

wilayah Negara Republik Indonesia.

i. Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya

disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM.

4

j. Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI)

yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil

yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak

secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang

bekerja di lingkup BKIPM.

k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur

karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki

kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka

penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah

ditetapkan dan mendapatkan nomor registrasi sebagai

inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala

BKIPM.

l. Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut

HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum

terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di

wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat

dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang

dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut

HPI tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang

berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di

area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia,

tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang

dipersyaratkan oleh negara tujuan untuk dicegah

pemasukannya.

n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang

selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau

benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan

karantina.

o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau

seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan

hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya.

5

p. Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang

mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan

Karantina.

q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas

dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan

karantina di instalasi karantina.

r. Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang

berisikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan

penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara

efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar

biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan.

s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk

mencegah dan/ atau mengurangi resiko masuk dan

tersebarnya agen penyakit ikan.

t. Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/

mensucihamakan bagi pekerja sebelum dan sesudah

memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina.

u. Personil adalah petugas yang melaksanakan tindakan

karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau

badan hukum yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina.

1.4. Dasar Hukum

Dasar hukum perangkat perundangan penyusunan Pedoman

Penilaian Instalasi Karantina Ikan adalah :

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3482);

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air;

6

c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang

Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun

2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);

d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun

2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran

Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;

e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun

2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media

Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar

Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah

Negara Republik Indonesia;

f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun

2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan;

g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun

2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan

h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama

dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan

Sebarannya.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini meliputi klasifikasi, persyaratan,

prosedur penetapan dan perpanjangan, pengelolaan, inspeksi dan

verifikasi, pembinaan dan pelaporan IKI.

7

BAB II

KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI

Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana

dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan

tindakan karantina. Berdasarkan klasifikasinya, instalasi karantina

dibedakan menjadi :

2.1. Klasifikasi

A. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan Peruntukan

Klasifikasi instalasi karantina ikan berdasarkan

peruntukannya, terdiri dari :

a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup

b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati

c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain

B. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan Kepemilikan

Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan berdasarkan

kepemilikan dibedakan menjadi :

a. Instalasi karantina ikan milik Kementerian adalah Instalasi

Karantina yang dibangun oleh pemerintah dan

pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM.

b. Instalasi karantina ikan milik perorangan atau badan

hukum adalah milik swasta baik secara perorangan atau

badan hukum.

2.2. Sertifikasi

A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan

Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil

penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan

administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan

dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak

8

layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk

instalasi karantina dengan kriteria layak.

Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina

Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI

tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina

Ikan yang Baik (SCKIB).

B. Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik.

Sertifikasi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik

(SCKIB) didasarkan atas :

- Konsistensi persyaratan dan penerapan dokumen mutu

karantina ikan;

- Konsistensi kelayakan dan peruntukan teknis; dan

- Hasil pemeriksaan HPIK/ HPI tertentu

Berdasarkan konsistensi penerapan cara karantina di

atas maka instalasi karantina ikan dikategorikan sebagai

berikut:

a. Kategori A : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan

dan menerapkan CKIB dengan kriteria A, sehingga dapat

digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan

karantina impor, ekspor, dan/atau antar area dan sesuai

kebutuhan jenis usaha dibidang perikanan

b. Kategori B : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan

dan menerapkan CKIB dengan kriteria B, sehingga dapat

digunakan untuk tindakan karantina ikan impor, ekspor ke

Negara bersyarat tertentu dan/atau antar area sesuai

kebutuhan usaha dibidang perikanan

c. Kategori C : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan

dan menerapkan CKIB dengan kriteria C, sehingga dapat

digunakan untuk tindakan karantina ikan ekspor ke Negara

tidak bersyarat dan/atau antar area sesuai kebutuhan

usaha dibidang perikanan

9

Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan

yang baik mengacu pada pedoman CKIB.

10

BAB III

PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai IKI apabila telah

memenuhi persyaratan administrasi, manajemen, dan teknis.

Adapun persyaratan IKI adalah sebagai berikut :

3.1. Persyaratan Administrasi

3.1.1. Pengajuan permohonan penilaian instalasi karantina

Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan

hukum sebelum mengajukan permohonan penetapan instalasi

karantina, harus mengajukan permohonan penilaian instalasi

karantina kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan

persyaratan administrasi sebagai berikut :

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon

perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan

fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon

badan hukum;

b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;

d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk

media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor)

dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/

Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang

berwenang *);

e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi

perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan

melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon

perorangan atau badan hukum;

f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto

bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi

karantina;

11

g. Dokumen mutu Karantina Ikan.

*) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin pemasukan

media pembawa dan realisasi penggunaan instalasi karantina

terkait kesesuaian jumlah, jenis dan asal media pembawa yang

masuk ke dalam instalasi karantina.

3.1.2. Pengajuan permohonan penetapan instalasi karantina

Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan

hukum setelah mendapatkan rekomendasi hasil penilaian, dapat

mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina kepada

Kepala BKIPM dengan melampirkan persyaratan administrasi sebagai

berikut :

a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari UPT KIPM

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon

perorangan

c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP

penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;

d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. Dokumen mutu Karantina Ikan.

3.2. Persyaratan Manajemen

Pemilik instalasi karantina milik perorangan atau badan

hukum wajib memenuhi persyaratan manajemen sebagai berikut :

a. Struktur organisasi yang jelas dimana ada penanggung jawab

instalasi, ada petugas untuk kegiatan operasional dan petugas

pembuat rekam data beserta uraian tugas dan wewenangnya

(job description);

b. Dokumen mutu karantina ikan yang memuat :

1. Panduan Mutu;

2. Prosedur Kerja dan/ atau Instruksi kerja dan;

3. Formulir kegiatan.

c. Rekam data logbook media pembawa yang masuk dan keluar,

data kegiatan operasional dalam instalasi. Data kegiatan

12

operasional tersebut dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip

biosecurity;

d. Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk semua kegiatan

yang terkait dengan tindakan karantina di dalam instalasi

karantina;

e. Instalasi karantina mempunyai kebijakan tentang kegiatan

evaluasi atau audit internal untuk semua kegiatan yang

berkaitan dengan manajemen dan teknis instalasi karantina;

f. Instalasi karantina mempunyai sumber daya manusia (personil)

yang berpengalaman, terampil dan berlatar belakang

pendidikan perikanan atau biologi atau sejenisnya yang telah

dilatih dan disertifikasi kompetensinya serta menandatangani

pakta integritas dari otoritas kompeten yaitu BKIPM.

3.3. Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan

3.3.1. Persyaratan Umum

Persyaratan umum instalasi karantina untuk ikan hidup, ikan

mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :

A. Lokasi

Lokasi yang digunakan sebagai instalasi karantina harus layak

dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Instalasi karantina harus bebas banjir.

Sarana dan bahan pemeriksaan, sarana pengasingan dan

pengamatan, sarana perlakuan, sarana penahanan, sarana

pemusnahan, dan sarana pendukung lainnya tidak boleh

terkena banjir.

2) Mudah diakses oleh sarana transportasi.

Instalasi karantina mudah dijangkau oleh sarana transportasi

air atau darat atau udara.

3) Memiliki sumber air yang cukup dan berkualitas baik.

Instalasi karantina berada pada lokasi yang mudah

mendapatkan air berkualitas baik.

13

4) Instalasi karantina berada pada lingkungan yang tidak tercemar.

Kelayakan lokasi tersebut dimaksudkan untuk menghindari

resiko dan kerugian akibat adanya kontaminasi cemaran dari

lingkungan sekitar dan dari instalasi ke lingkungan sekitar.

5) Apabila instalasi karantina berada pada suatu farm/hatchery,

maka fasilitas instalasi karantina tersebut harus merupakan

bangunan berikut saluran air limbah yang terpisah dengan

fasilitas pematangan induk (maturation) dan pembenihan

(hatchery). Unit instalasi harus memiliki sarana pengelolaan,

sterilisasi air, dan pengolahan limbah.

B. Air

Air yang digunakan dalam proses tindakan karantina harus layak

dan sesuai dengan kebutuhan. Air harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1) Bebas dari mikroba patogen;

2) Bebas bahan pencemar fisika maupun kimia;

3) Tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu;

4) Memenuhi persyaratan standar baku mutu air sesuai yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan

Pengendalian Pencemaran Air.

C. Personil/ tenaga Kerja

Personil atau tenaga kerja di instalasi karantina adalah pekerja

yang diberi tanggung jawab untuk menangani instalasi karantina

selama berlakunya sertifikat Penetapan instalasi karantina. Adapun

penanggung jawab teknis instalasi karantina harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1) Memiliki latar belakang pendidikan di bidang perikanan atau

biologi;

2) Mempunyai kompetens pengelolaan instalasi karantina;

3) Telah dilatih dan disertifikasi kompetensinya, atau;

14

4) Memiliki keterangan kemampuan teknis pengelolaan instalasi

karantina dari Kepala UPT setempat.

3.3.2. Persyaratan Utama

A. Instalasi Karantina Ikan Hidup

Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa

ikan hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Bangunan dibuat khusus dengan tata ruang atau lay out yang

terpisah dan terdiri dari sarana : pemeriksaan, pengasingan

dan pengamatan, perlakuan, pemusnahan dan sarana

pendukung lainnya;

2) Jarak antar wadah dengan wadah atau wadah dengan dinding

diberikan koridor selebar minimal 75 cm;

3) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan

dengan jenis dan jumlah media pembawa yang akan dikenakan

tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;

4) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang

kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor;

5) Dinding harus dibuat khusus agar mudah dibersihkan serta

dapat meminimalisasi akumulasi kotoran;

6) Lantai tidak boleh berpori, dibuat dengan kemiringan tertentu

dan mengarah ke drainase, sehingga tidak memungkinkan

terjadi genangan di lantai;

7) Drainase lantai harus baik, dan lubang pembuangan harus

dilengkapi dengan saringan agar media pembawa tidak keluar;

8) Pencahayaan harus memadai intensitasnya, agar mudah dalam

pengamatan media pembawa;

9) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah

dibersihkan dan dikeringkan;

10) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi

karantina untuk mencegah kontaminasi silang dan dilengkapi

dengan foot deep bath yang berisi cairan desinfektan;

15

11) Dilengkapi dengan pintu darurat (emergency exit) dan standar

keselamatan, keamanan kerja (K3);

12) Apabila pengelolaan limbah dilakukan oleh pihak ketiga maka

perlu disertakan surat keterangan dari pihak ketiga bahwa

perusahaan pihak ketiga tersebut memiliki ijin untuk

mengelola limbah;

13) Saluran pembuangan dari ruangan/ bak/ akuarium harus

mudah dibersihkan, dan dikeringkan;

14) Dinding bak/ akuarium harus kedap air/ tidak bocor, mudah

dibersihkan dan dikeringkan;

15) Pada pintu gerbang untuk orang dilengkapi dengan foot deep

bath yang diberi cairan desinfektan dan untuk kendaraan

terdapat bak desinfektan untuk rendam roda.

Instalasi karantina ikan hidup harus dilengkapi sarana untuk

tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan

instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity.

Instalasi karantina ikan hidup Kementerian harus dilengkapi dengan

sarana paling sedikit :

1) Sarana dan bahan pemeriksaan;

2) Sarana pengasingan dan pengamatan;

3) Sarana perlakuan;

4) Sarana penahanan;

5) Sarana pemusnahan; dan

6) Sarana pendukung lainnya.

Sedangkan instalasi karantina ikan hidup perorangan atau

badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :

1) Sarana pengasingan dan pengamatan;

2) Sarana perlakuan;

3) Sarana pemusnahan; dan

4) Sarana pendukung lainnya.

16

Adapun sarana instalasi karantina ikan hidup tersebut di atas harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium

a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina

berfungsi sebagai tempat untuk melakukan rangkaian

kegiatan penentuan diagnosis penyakit dan/atau

pengukuran kualitas air.

b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta

terjaga kebersihannya.

c) Pengujian laboratorium selengkapnya terhadap adanya

HPIK/ HPI tertentu meliputi pemeriksaan parasit, virus,

bakteri dan mikotik pada media pembawa dilakukan oleh

laboratorium milik UPT KIPM.

d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh

instalasi karantina Kementerian.

2) Sarana pengasingan dan pengamatan

a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang

digunakan untuk pengasingan dan pengamatan setelah ikan

diterima di instalasi.

b) Sarana yang ada pada ruang ini berupa:

- wadah pemeliharaan (bak fiber dan/ atau aquarium

dan/ bak beton) dengan kualitas yang standar disertai

perlengkapannya.

- Bak tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,

kedap air dan mudah dibersihkan.

c) Bentuk, jumlah dan volume bak harus disesuaikan dengan

sifat biologi dan persyaratan sebagaimana masing-masing

komoditas.

d) Kegiatan pengasingan dilakukan untuk satu pemasukan/

pengeluaran (shipment) yang sama.

17

e) Area tersebut harus terjaga kebersihannya dan bebas dari

kontaminan.

3) Sarana perlakuan

a) Sarana perlakuan adalah sarana yang digunakan untuk

melakukan tindakan pengobatan setelah diketahui bahwa

media pembawa tersebut terindikasi penyakit (HPIK golongan

II).

b) Sarana yang terdapat dalam ruangan ini adalah berupa

wadah untuk media pembawa yang akan diberi perlakuan

(bak fiber/ aquarium/ bak beton) beserta perlengkapannya.

c) Wadah tersebut harus terbuat dari material yang kokoh,

kedap air dan mudah dibersihkan.

d) Peralatan yang digunakan didalam satu ruang tidak boleh

digunakan di ruangan lain

4) Sarana Penahanan

a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk

menahan media pembawa apabila ditemukan

ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap

dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media

pembawa.

b) Sarana penahanan dapat berupa bak/ akuarium atau

wadah, alat, bahan, dan ruang untuk penahanan media

pembawa.

c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina

Kementerian.

5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)

a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan

untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang

diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.

18

b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat

pembakaran dan/ atau incinerator.

6) Sarana penanganan limbah

a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan

limbah untuk menetralkan limbah yang berupa patogen atau

bahan cemaran lain yang berasal dari instalasi tersebut

sebelum dibuang melalui peresapan tanah atau ke perairan

umum.

b) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk

proses klorinasi dan/ atau perlakuan dengan pemanasan

(heat treatment) dan/ atau radiasi ultraviolet.

c) Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/ akuarium untuk

pengujian indikator biologis dengan menggunakan ikan

hidup dan tanaman air serta pompa untuk resirkulasi air.

d) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media

pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.

e) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar

atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan

dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.

7) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath dipping mat) a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk

- Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan

sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk

ke dalam lingkungan instalasi karantina.

- Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for

vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan

ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan

lebarnya jalan serta kendaraan.

- Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/

spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi

19

dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu

gerbang lingkungan instalasi.

b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)

- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan

tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan

masuk ke dalam instalasi.

- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah

lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang

berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan

ukuran pintu masuk.

- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan

spesifikasi dan kebutuhan.

c) Sarana desinfeksi tangan

- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk

desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun

keluar instalasi.

- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat

penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk

instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah

cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.

d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil

- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan

pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh

personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.

- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam

jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman

dipakai dan harus selalu bersih.

- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja

lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan

lainnya

20

8) Sarana pengelolaan air bersih dan tandon air

1) Penampungan air

Instalasi karantina yang menggunakan air berasal dari

perairan umum (laut, sungai, saluran irigasi), harus memiliki

sarana pengendapan, filtrasi dan bak tandon, yang berfungsi

untuk mengendapkan, menyaring dan menyimpan air,

sehingga diperoleh air yang bermutu, dengan kualitas dan

jumlah yang sesuai kebutuhan.

2) Pengolahan air ini dapat dilakukan secara

biologi/fisika,dan/atau kimia.

Secara biologi dapat menggunakan mikroba (penggunaan

probiotik), Secara fisika dapat menggunakan pengedapan

dan/ atau UV dan/atau ozonisasidan/ atau filter yang

menggunakan arang/karbon aktif. Secara kimia dapat

dengan cara klorinasi.

9) Pagar keliling

Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu

atau material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada

instalasi karantina berfungsi sebagai :

a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar.

b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan

kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke

dalam lingkungan instalasi.

c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.

10) Ruang ganti pakaian

a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti

pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya

yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi

bagi personil instalasi Karantina.

21

b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat

menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik

personil instalasi karantina.

c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan

kamar mandi (shower room).

B. Instalasi Karantina Ikan Mati

Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media pembawa

ikan mati harus memenuhi persyaratan seperti berikut :

1) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan

dengan jenis dan jumlah ikan/media pembawa yang akan

dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;

2) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang

kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari

bahan yang bisa menutupi keseluruhan;

3) Memilki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi

media pembawa dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat

mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke

lingkungan;

4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah

dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan

limbah cair lainnya;

5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan

untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum

memasuki instalasi karantina;

6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/keluar ke instalasi

karantina untuk mencegah kontaminasi silang;

7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah

dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan

memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik

yang memadai;

22

8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup

kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan

dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan;

9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas

yang sesuai dengan jenis media pembawa (segar, beku, kering)

yang memenuhi persyaratan biosecurity;

10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah

dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass

atau plastik;

11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas cold storage

harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat;

12) Mempunyai peralatan dan program pengendalian serangga dan

tikus;

13) Untuk media pembawa berupa produk beku instalasi karantina

harus dilengkapi dengan Cold storage dengan persyaratan

adalah sebagai berikut:

a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal

temperature) kurang dari -18 °C dan sistem pendingin harus

mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi

dengan air circulator (blower)

b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan

kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar cold

storage;

c) Letak bangunan harus ditata sedemikian rupa agar

memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari,

memudahkan pengaturan drainase dan penampungan

limbah.

Instalasi karantina ikan mati harus dilengkapi sarana untuk

tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan

instalasi karantina dengan menerapkan prinsip-prinsip biosecurity.

Instalasi karantina ikan mati Kemementerian harus dilengkapi

dengan sarana paling sedikit:

23

1) Sarana dan bahan pemeriksaan;

2) Sarana pengasingan;

3) Sarana penahanan;

4) Sarana pemusnahan; dan

5) Sarana pendukung lainnya.

Sedangkan instalasi karantina ikan mati perorangan atau

badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit:

1) Sarana pengasingan;

2) Sarana pemusnahan; dan

3) Sarana pendukung lainnya

Sarana instalasi karantina ikan mati tersebut di atas harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut

1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium

a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada instalasi karantina

berfungsi sebagai tempat untuk melakukan rangkaian

kegiatan penentuan diagnosis awal penyakit ikan.

b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta

terjaga kebersihannya.

c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan organoleptik,

formalin, logam berat, dan mikrobiologi pada media

pembawa dilakukan oleh laboratorium milik UPT KIPM.

d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh

instalasi karantina Kementerian.

2) Sarana pengasingan dan pengamatan

a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang

digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan

pengamatan selama masa karantina ikan.

24

b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk

meletakkan dan menyimpan ikan selama di ruang

pengasingan dan pengamatan.

c) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan segar dan beku

diperlukan fasilitas cold storage dengan suhu diatur sesuai

dengan kebutuhan jenis komoditasnya.

d) Kapasitas volume cold storage disesuaikan dengan jumlah dan

jenis media pembawa yang akan dikenakan tindakan

karantina.

e) Instalasi karantina ikan mati untuk ikan kering, sarana ruang

harus dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara.

3) Sarana Penahanan

a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk

menahan media pembawa apabila ditemukan

ketidaksesuaian dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap

dan/ atau ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media

pembawa.

b) Sarana penahanan dapat berupa cold storage atau ruangan

dengan suhu yang dapat diatur sesuai dengan jenis

komoditasnya.

c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina

Kementerian.

4) Sarana Penanganan Limbah

a) Instalasi karantina wajib melakukan penanganan limbah.

b) Instalasi karantina yang melakukan kegiatan processing

wajib memiliki sarana pengolahan limbah cair.

c) Sarana pengolahan limbah cair berfungsi untuk menetralkan

limbah cair yang berasal dari sisa proses produksi berupa

patogen atau bahan cemaran lain sebelum dibuang melalui

peresapan tanah atau ke perairan umum.

25

d) Sarana penanganan limbah dapat berupa fasilitas untuk

proses klorinasi. Sarana lain yang dibutuhkan adalah bak/

kolam untuk pengujian indikator biologis dengan

menggunakan ikan hidup dan tanaman air serta pompa

untuk resirkulasi air.

e) Apabila instalasi karantina tidak mempunyai sarana

pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada

pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan

kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak

penampungan limbah sementara.

f) Limbah padat berupa plastik bekas kemasan dan media

pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan.

g) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar

atau dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan

dari HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.

5) Sarana pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)

a) Tempat pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan

untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang

diduga terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu, media

pembawa yang rusak/ busuk dan wadah kemasan media

pembawa.

b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat

pembakaran dan/ atau incinerator.

6) Pagar keliling

Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, atau

material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada

instalasi karantina berfungsi sebagai :

a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar

b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan

dan kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke

dalam lingkungan instalasi.

c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya.

26

7) Ruang ganti pakaian

a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti

pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya

yang khusus digunakan selama berada di dalam instalasi

bagi personil instalasi karantina.

b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat

menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik

personil instalasi karantina.

c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan

kamar mandi (shower room).

8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath

dipping mat)

a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk

- Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan

sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk

ke dalam lingkungan instalasi karantina.

- Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for

vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan

ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan

lebarnya jalan serta kendaraan.

- Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/

spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi

dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu

gerbang lingkungan instalasi.

b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)

- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan

tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan

masuk ke dalam instalasi.

- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah

lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang

berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan

ukuran pintu masuk.

27

- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan

spesifikasi dan kebutuhan.

c) Sarana desinfeksi tangan

- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk

desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun

keluar instalasi.

- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat

penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk

instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah

cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.

d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil

- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan

pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh

personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.

- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam

jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman

dipakai dan harus selalu bersih.

- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja

lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan

lainnya.

C. Instalasi Karantina Ikan Benda Lain

Bangunan dan sarana instalasi karantina untuk media

pembawa benda lain harus memenuhi persyaratan seperti berikut :

1) Luas bangunan dan sarana instalasi karantina disesuaikan

dengan jenis dan jumlah ikan/media pembawa yang akan

dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tersebut;

2) Bangunan harus tertutup, permanen atau semi permanen yang

kokoh dengan atap kuat dan tidak bocor serta atap terbuat dari

bahan yang bisa menutupi keseluruhan;

3) Memiliki bangunan yang cukup kokoh dan dapat melindungi

produk dari pengaruh luar dan kontaminasi serta dapat

28

mencegah tersebarnya HPIK keluar dari instalasi karantina ke

lingkungan;

4) Rancangan (design) lantai harus dibuat khusus agar mudah

dibersihkan serta dapat meminimalisasi akumulasi kotoran dan

limbah cair lainnya;

5) Terdapat ruang anterom atau ruang antara yang digunakan

untuk mengganti pakaian khusus bagi pekerja sebelum

memasuki instalasi karantina;

6) Hanya memiliki 1 (satu) pintu masuk/ keluar ke instalasi

karantina untuk mencegah kontaminasi silang;

7) Tersedia ruang tempat bongkar muat barang yang mudah

dibersihkan dan dikeringkan, bebas debu, tidak berlumpur dan

memiliki atap/ kanopi, dilengkapi dengan penerangan listrik

yang memadai;

8) Emplacement untuk doking/ parkir container harus cukup

kokoh dan memiliki rancang bangun yang mudah dibersihkan

dan untuk tindak pensucihamaan apabila diperlukan. ;

9) Terdiri dari ruangan atau bangunan yang dilengkapi fasilitas

yang sesuai dengan jenis media pembawa yang memenuhi

persyaratan biosecurity;

10) Pallet yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, mudah

dibersihkan dan didesinfeksi seperti metal anti karat, fiber glass

atau plastik ;

11) Semua peralatan yang digunakan di dalam fasilitas instalasi

harus terbuat dari bahan plastik atau metal anti karat (untuk

gudang bersuhu dingin).

12) Mempunyai program pengendalian serangga dan tikus.

13) Untuk media pembawa berupa produk carragenan karena

bersifat hydroskopis maka instalasi karantina dilengkapi dengan

pengatur suhu (AC) dengan persyaratan adalah sebagai berikut:

a) Mampu mempertahankan suhu bagian dalam (internal

temperature) kurang dari 22°C dan sistem pendingin harus

29

mampu mendinginkan secara merata misalnya dilengkapi

dengan air circulator (blower)

b) Harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan

kelembaban yang mudah terbaca, berada di bagian luar;

c) Letak bangunan harus ditata sedemikian rupa agar

memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari,

memudahkan pengaturan drainase dan penampungan

limbah.

Instalasi karantina benda lain harus dilengkapi sarana untuk

tindakan karantina yang harus disesuaikan dengan peruntukan

instalasi karantina benda lain dengan menerapkan prinsip-prinsip

biosecurity. Instalasi karantina ikan benda lain milik Kementerian

harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :

1) Sarana dan bahan pemeriksaan;

2) Sarana pengasingan;

3) Sarana penahanan;

4) Sarana pemusnahan; dan

5) Sarana pendukung lainnya.

Sedangkan instalasi karantina benda lain perorangan dan

badan hukum harus dilengkapi dengan sarana paling sedikit :

1) Sarana pengasingan;

2) Sarana pemusnahan; dan

3) Sarana pendukung lainnya

Adapun sarana instalasi karantina ikan benda lain tersebut di

atas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Sarana pemeriksaan/ laboratorium

a) Sarana pemeriksaan/ laboratorium pada IKI berfungsi sebagai

tempat untuk melakukan rangkaian kegiatan penentuan

diagnosis awal penyakit ikan.

30

b) Keberadaannya harus terpisah dengan ruangan lain serta

terjaga kebersihannya.

c) Pengujian laboratorium meliputi pemeriksaan fisik (kebersihan,

kemurnian, warna dan bentuk), bau, proximat, dan

kelembaban pada media pembawa dilakukan oleh laboratorium

milik UPT KIPM.

d) Sarana pemeriksaan/ laboratorium wajib dimiliki oleh IKI milik

pemerintah

2) Sarana pengasingan dan pengamatan

a) Sarana pengasingan dan pengamatan adalah sarana yang

digunakan untuk melakukan kegiatan pengasingan dan

pengamatan selama masa karantina ikan.

b) Sarana yang harus ada adalah rak atau pallet untuk

meletakkan dan menyimpan media pembawa selama di dalam

ruang pengasingan dan pengamatan.

3) Sarana Penahanan

a) Sarana penahanan adalah sarana yang digunakan untuk

menahan media pembawa apabila ditemukan ketidaksesuaian

dokumen dan/ atau dokumen tidak lengkap dan/ atau

ditemukannya HPIK/ HPI tertentu pada media pembawa.

b) Sarana penahanan dapat berupa ruangan dengan suhu yang

dapat diatur sesuai dengan jenis komoditasnya.

c) Sarana penahanan wajib dimiliki oleh instalasi karantina milik

Kementerian

4) Sarana Penanganan Limbah

a) Instalasi karantina wajib mempunyai sarana penanganan

limbah.

b) Instalasi karantina yang mengelolah bahan baku, wajib

mempunyai sarana pengolahan limbah guna menetralkan

31

limbah yang berasal dari instalasi karantina tersebut, sebelum

dibuang ke lingkungan sekitar.

c) Sarana pengolahan limbah cair dapat berupa bak pengolah

limbah yang memenuhi standar pengolahan limbah.

d) Sarana yang dibutuhkan pada ruang pengolahan limbah

adalah filter pasir apabila di dalam instalasi diasumsikan tidak

ada patogen, air diaerasi sebelum ditreatment filter pasir dan

filter biologi (minimal tanaman air).

e) Saluran pembuangan dari ruang ke sarana/ unit pengolahan

limbah harus mudah dibersihkan dan dikeringkan.

f) Apabila Instalasi karantina tidak mempunyai sarana

pengolahan limbah, maka limbah dapat diserahkan kepada

pihak ketiga yang telah tersertifikasi. Sebelum diserahkan

kepada pihak ketiga, limbah ditampung pada bak

penampungan limbah sementara.

g) Limbah padat dapat berupa plastik bekas kemasan dan media

pembawa wajib didesinfeksi dengan bahan desinfektan sebelum

digunakan kembali.

h) Media pembawa yang akan dibuang ke lingkungan sekitar atau

dimanfaatkan untuk keperluan lain wajib dibebaskan dari

HPIK/HPI tertentu yang mungkin menginfeksi.

5) Sarana Pemusnahan (pembakaran/ penimbunan)

a) Sarana pemusnahan adalah tempat khusus yang digunakan

untuk pembakaran/ penimbunan media pembawa yang diduga

terinfeksi oleh hama penyakit ikan tertentu.

b) Sarana yang ada di area ini dapat berupa tempat pembakaran

dan/ atau incinerator.

6) Pagar Keliling

Pagar dapat terbuat dari material seperti besi, tembok, bambu atau

material lainnya yang kokoh dan rapat. Pagar keliling pada IKI

berfungsi sebagai :

32

a) Pembatas instalasi karantina dengan lingkungan luar

b) Membatasi akses keluar dan masuknya manusia, hewan dan

kendaraan yang dapat membawa organisme patogen ke dalam

lingkungan instalasi.

c) Melindungi instalasi dari gangguan lainnya

7) Ruang Ganti Pakaian

a) Ruang ganti pakaian digunakan untuk tempat mengganti

pakaian, sepatu boot, masker, sarung tangan, dan lainnya yang

khusus digunakan selama berada di dalam instalasi bagi

personil instalasi karantina.

b) Sarana ruang ganti pakaian terdiri dari loker/ rak tempat

menyimpan pakaian dan barang-barang tertentu milik personil

instalasi karantina.

c) Di dalam sarana ruang ganti pakaian, dilengkapi dengan kamar

mandi (shower room).

8) Sarana Sanitasi dan Desinfektan (Toilet, wastafel, footbath

dipping mat)

a) Sarana desinfeksi kendaraan di pintu masuk

- Pada pintu masuk utama unit instalasi, harus disediakan

sarana sterilisasi bagi roda kendaraan yang akan masuk

ke dalam lingkungan instalasi karantina.

- Berupa bak celup roda kendaraan (wheel baths for

vehicles), umumnya terbuat dari semen/beton dengan

ukuran luas dan kedalaman disesuaikan dengan

lebarnya jalan serta kendaraan.

- Sarana desinfeksi dapat juga dengan cara penyemprotan/

spray dengan cairan desinfektan. Sarana desinfeksi

dibuat di bagian dalam atau di belakang pagar pintu

gerbang lingkungan instalasi.

33

b) Sarana desinfeksi alas kaki (foot dipping mat)

- Sarana desinfeksi alas kaki/ sepatu boot merupakan

tempat untuk desinfeksi alas kaki personil yang akan

masuk ke dalam instalasi.

- Berupa bak celup kaki terbuat dari semen atau wadah

lain, keset basah berdesinfektan (foot dipping mat) yang

berada di depan pintu dengan ukuran sesuai dengan

ukuran pintu masuk.

- Penggunaan jenis bahan desinfektan disesuaikan dengan

spesifikasi dan kebutuhan.

c) Sarana desinfeksi tangan

- Sarana desinfeksi tangan merupakan tempat untuk

desinfeksi tangan personil yang akan masuk maupun

keluar instalasi.

- Sarana desinfeksi tangan dapat berupa wastafel atau alat

penyemprot yang ditempatkan di depan pintu masuk

instalasi. Bahan desinfeksi yang umum dipakai adalah

cairan alkohol 70 % atau sabun antiseptik.

d) Pakaian dan perlengkapan kerja personil

- Pakaian dan perlengkapan kerja personil merupakan

pakaian dan perlengkapan yang khusus digunakan oleh

personil dalam melakukan aktivitas di dalam instalasi.

- Pakaian dan perlengkapan kerja ini harus tersedia dalam

jumlah yang cukup dan terbuat dari bahan yang nyaman

dipakai dan harus selalu bersih.

- Pakaian dapat berupa wearpack dan perlengkapan kerja

lainnya meliputi sepatu boot, sarung tangan, masker dan

lainnya.

34

3.3.3. Sarana Pendukung

Sarana pendukung instalasi karantina untuk ikan hidup,

ikan mati, dan benda lain adalah sebagai berikut :

1) Sarana Penyimpanan bahan kimia/ obat/ bahan pakan

Sarana penyimpanan bahan kimia/ obat pada instalasi

karantina berfungsi untuk menyimpan bahan kimia, obat dan

bahan pakan. Sarana ini hanya terdapat pada instalasi

karantina ikan hidup.

2) Sarana Penyimpan Peralatan

Sarana penyimpanan peralatan pada instalasi karantina

berfungsi untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan kerja

di instalasi karantina selain bahan kimia, obat dan bahan

pakan.

3) Rumah Genset

Rumah genset pada instalasi karantina terletak terpisah dari

bangunan dan ruang lainnya dan berfungsi sebagai tempat

untuk mengoperasikan genset. Sarana yang ada dalam ruang

genset adalah mesin genset dengan daya sesuai kebutuhan

berikut instalasi listrik, cerobong asap, lampu penerang dan

peralatan perawatan genset.

4) Ruang Istirahat Personil dan Kantin

Ruang istirahat personil instala dan kantin pada instalasi

karantina berfungsi sebagai tempat istirahat pada saat jam

istirahat dan makan siang personil. Sarana yang ada pada

ruang ini adalah kursi dan meja untuk makan dan beristirahat,

dispenser air minum, counter yang menyediakan makan siang

bagi personil.

35

5) Toilet dan Wastafel

Toilet dan wastafel pada instalasi karantina disediakan bagi

para personil instalasi.Toilet harus terjaga kebersihannya, pada

toilet dan pada wastafel harus tersedia sabun cuci tangan/

antiseptic serta tisu atau pengering tangan.

6) Mess Pegawai

Mess pegawai pada instalasi karantina diperuntukkan bagi

personil yang mempunyai tugas khusus yaitu tugas yang harus

dilakukan pada malam hari sampai dini hari. Sarana yang ada

pada ruang ini adalah alat penerangan, tempat tidur beserta

kasur, kamar mandi, ruang dapur dan perlengkapannya.

7) Pos Penjaga

Pos jaga instalasi karantina digunakan sebagai pos pengawas,

keamanan dan terletak di dekat pintu masuk dilengkapi

dengan penerangan listrik serta portal. Sarana yang diperlukan

seperti lampu emergensi, alat komunikasi, lampu senter, meja

dan kursi jaga. Jika diperlukan dapat dilengkapi dengan CCTV.

36

BAB IV

PROSEDUR PENETAPAN DAN PERPANJANGAN

INSTALASI KARANTINA IKAN

Instalasi karantina dapat digunakan sebagai tempat

pelaksanaan tindakan karantina apabila telah mendapatkan

penetapan oleh Menteri. Menteri memberikan kewenangan kepada

Kepala BKIPM untuk menetapkan instalasi karantina. Adapun

prosedur penetapan instalasi karantina adalah sebagai berikut :

4.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan

4.1.1. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik

Kementerian

Prosedur Penetapan instalasi karantina Kementerian adalah

sebagai berikut :

1. Kepala UPT KIPM mengajukan permohonan kepada Kepala

BKIPM dengan melampirkan dokumen mutu karantina

ikan.

2. Apabila dokumen lengkap dilakukan penilaian terhadap

instalasi karantina oleh PHPI Pusat.

3. Kepala BKIPM dalam waktu paling lama 12 (dua belas)

hari kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap

harus:

a. Menetapkan instalasi karantina dalam bentuk

Sertifikat instalasi karantina, apabila instalasi

karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau

b. Menerbitkan surat penolakan disertai dengan

alasannya dan rekomendasi perbaikan, apabila

instalasi karantina dinyatakan tidak memenuhi

persyaratan.

37

Gambar 1. Prosedur penetapan instalasi karantina milik Pemerintah

4.1.2. Prosedur Penetapan Instalasi Karantina Ikan Milik

Perorangan atau Badan Hukum

Prosedur Penetapan instalasi karantina milik perorangan/

badan hukum adalah sebagai berikut :

1. Perorangan atau badan hukum sebelum mengajukan

permohonan penetapan instalasi karantina, harus

mengajukan permohonan penilaian instalasi karantina

kepada Kepala UPT KIPM setempat, dengan melampirkan

persyaratan:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon

perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan

dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk

pemohon badan hukum;

b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian

kontrak/ sewa;

d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP

(untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan

(surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk

media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat

ijin impor) dari instansi yang berwenang *);

38

e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang

membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang

bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang

perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan

hukum;

f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto

bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai

instalasi karantina;

g. Dokumen mutu Karantina Ikan

*) diperlukan dalam rangka sinkronisasi surat ijin

pemasukan media pembawa dan realisasi penggunaan

instalasi karantina terkait kesesuaian jumlah, jenis dan

asal media pembawa yang masuk ke dalam instalasi

karantina

2. Petugas verifikasi UPT KIPM melakukan verifikasi terhadap

kelengkapan kesesuaian dan keabsahan dokumen yang

dipersyaratkan. Apabila dokumen dinyatakan lengkap dan

sah, selanjutnya dilakukan penilaian terhadap instalasi

karantina oleh PHPI UPT KIPM. Apabila dokumen

dinyatakan tidak lengkap, maka dikembalikan kepada

pengguna jasa untuk dilengkapi.

3. PHPI melakukan penilaian berdasarkan Juknis Penilaian

instalasi karantina dan menyusun laporan hasil penilaian

instalasi karantina

4. Kepala UPT KIPM menerbitkan rekomendasi hasil penilaian

instalasi karantina apabila dinyatakan memenuhi

persyaratan, atau menerbitkan surat penolakan disertai

dengan alasannya dan rekomendasi perbaikan apabila

instalasi karantina tidak memenuhi syarat. Rekomendasi

tersebut diterbitkan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari

39

kerja sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan

diserahkan kepada pengguna jasa.

5. Kepala UPT melaporkan hasil evaluasi dan rekomendasi

hasil penilaian instalasi karantina kepada Kepala BKIPM

melalui Kepala Pusat Karantina Ikan. Laporan tersebut

dapat dikirimkan melalui fasilitas elektronik.

6. Perorangan atau badan hukum setelah memperoleh

rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina,

mengajukan permohonan penetapan instalasi karantina

kepada Kepala BKIPM, dengan melampirkan persyaratan:

a. Rekomendasi hasil penilaian instalasi karantina dari

UPT KIPM

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk

pemohon perorangan

c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP

penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan

hukum;

d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. Dokumen mutu Karantina Ikan.

7. Tim Evaluasi, melakukan evaluasi terhadap kelengkapan

dokumen dan rekomendasi hasil penilaian instalasi

karantina dari UPT KIPM. Apabila diperlukan dilakukan

penilaian ulang oleh PHPI.

8. Kepala BKIPM menetapkan instalasi karantina dalam

bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan, apabila instalasi

karantina dinyatakan memenuhi persyaratan; atau

menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasannya

dan rekomendasi perbaikan, apabila instalasi karantina

dinyatakan tidak memenuhi persyaratan. Sertifikat instalasi

karantina ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari

kerja sejak diterimanya permohonan penetapan instalasi

karantina secara lengkap atau sejak diterimanya hasil

penilaian instalasi karantina.

40

Gambar 2. Prosedur penetapan instalasi karantina milik perorangan atau badan hukum

4.2. Penetapan Kategorisasi Instalasi Karantina Ikan

Berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik

Penetapan kategorisasi pada Instalasi Karantina Ikan

berdasarkan Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik, dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Kategori A : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan

dan menerapkan CKIB dengan kriteria A ditetapkan oleh Kepala

BKIPM.

Perorangan/

Badan Hukum Pengajuan

permohonan

penilaian kepada Ka.

UPT KIPM

Verifikasi

kelengkapan

dokumen

Penilaian

oleh PHPI

UPT

Penolakan

dan

perbaikan

hasil

Rekomendasi hasil

penilaian IKI

Pengajuan

permohonan

penetapan IKI

kepada Ka. BKIPM

Evaluasi penerbitan

sertifikat IKI

berdasarkan

rekomendasi hasil

perbaikan

Penilaian

kelayakan oleh

PHPI Pusat

Penolakan dan

rekomendasi

perbaikan

Rekomendasi

hasil penilaian

IKI Penetapan IKI

Sertifikat IKI

Apabila diperlukan

1

9

7

6

5

4

3 2

8

41

b. Kategori B : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan

dan menerapkan CKIB dengan kriteria B ditetapkan oleh Kepala

Pusat Karantina Ikan.

c. Kategori C : instalasi karantina ikan yang memenuhi kelayakan

dan menerapkan CKIB dengan kriteria C ditetapkan oleh Kepala

UPT KIPM.

4.3. Prosedur Perpanjangan Instalasi Karantina

1. Kepala UPT KIPM atau pengguna jasa (perorangan atau

badan hukum) dapat mengajukan permohonan

perpanjangan penetapan instalasi karantina sekurang-

kurangnya 3 bulan sebelum masa berlakuknya habis.

2. Pengajuan permohonan perpanjangan instalasi karantina

harus disertai dengan fotokopi sertifikat instalasi karantina

yang akan diperpanjang dan melampirkan hasil inspeksi dan

verifikasi terakhir.

3. Kepala BKIPM mengeluarkan sertifikat perpanjangan

instalasi karantina apabila berdasarkan hasil inspeksi dan

verifikasi, instalasi karantina tersebut masih konsisten

menerapkan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan

peruntukan instalasi karantina.

4. Apabila hasil inspeksi dan verifikasi menunjukkan bahwa

instalasi karantina tidak konsisten dalam penerapan

dokumen mutu, kelayakan teknis, dan peruntukkan instalasi

karantina maka Kepala BKIPM menerbitkan surat penolakan

perpanjangan sertifikat instalasi karantina.

5. Sertifikat perpanjangan instalasi karantina ditetapkan dalam

waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya

permohonan perpanjangan instalasi karantina.

42

BAB V

PENGELOLAAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Masuknya patogen potensial dapat dicegah atau diminimalisir

dengan pengelolaan instalasi karantina yang menerapkan prinsip

cara karantina ikan yang baik (CKIB) dan biosecurity secara

konsisten sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penerapan

prinsip tersebut meliputi 3 komponen :

a. Menjaga kesehatan ikan

b. Mencegah masuknya patogen

c. Memberantas penyakit agar tidak menyebar dalam lokasi

5.1. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan

hidup

Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan

hidup harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah jenis

ikan, habitat, pola makan, kebiasaan hidup, metabolisme dan kondisi

ikan untuk memberikan lingkungan optimal pada media pembawa,

dengan memperhatikan prinsip-prinsip biosecurity sebagai berikut :

A. Media Pembawa

1) Paparan infeksi penyakit pada media pembawa dapat dicegah

dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang

terkendali.

2) Patogen dapat menyebar melalui ikan sakit, ikan liar, air,

peralatan yang berbagi pakai, kontak personel, pengunjung

dan alat angkut.

3) Penanganan media pembawa harus sesuai dengan SOP

Penanganan ikan masuk, Perawatan ikan, Pencatatan

kesehatan ikan, Perlakuan, Pengelolaan pakan, dan

Penanganan pengeluaran ikan

43

4) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi

karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan

pelepasan dikeluarkan oleh Petugas Karantina Ikan.

5) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa

berita acara pemindahan.

6) Media pembawa yang mengalami kematian massal atau

menunjukkan gejala klinis yang nyata harus mengikuti

rencana kontinjensi.

7) Penggunaan obat dan bahan kimia terhadap media pembawa

harus dicoba dalam skala kecil terlebih dahulu sebelum

diterapkan atau mengikuti rekaman yang sudah ada

sebelumnya.

8) Pemberian pakan harus diamati dalam kurun waktu awal

pemberian untuk memonitor keberterimaan pakan oleh ikan,

penolakan pakan oleh ikan harus mengikuti rencana

kontingensi

B. Personil

1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi

pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang

sudah ditetapkan oleh manajemen.

2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian

lain diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.

C. Lingkungan (Sanitasi dan desinfeksi, Pengelolaan kualitas

air, Penanganan limbah)

1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan daerah

yang bebas wabah penyakit atau setidaknya selama 5 tahun

terakhir tidak pernah mengalami kejadian wabah penyakit

ikan.

2) Lingkungan secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi

dan higienis.

44

3) Pada kondisi tertentu, seperti debit dan sumber air kurang

dari kebutuhan, keterbatasan ruang maka penggunaan

sistem resirkulasi air dapat dilakukan pada masing-masing

bak pemeliharaan (terpisah), dengan syarat hanya berlaku

setiap shipment.

4) Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran penyakit

pada seluruh wadah pemeliharaan.

5) Pengelolaan kualitas air harus memperhatikan kebutuhan

debit air dan jenis ikan yang dipelihara, setiap perubahan

drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana

kontinjensi.

6) Pengecekan terhadap fungsi dari sarana pengelolaan air

(filter, ozon, UV, dll) harus dilakukan secara berkala. Apabila

terjadi kebocoran limbah harus mengikuti rencana

kontinjensi.

D. Pengujian stress dan kohabitasi

1) Pengujian perlu dilakukan karena beberapa penyakit dapat

timbul dipicu oleh keadaan stress oleh karena itu untuk

mempermudah identifikasi penyakit terutama jenis penyakit

yang dormant atau carrier.

2) Tindakan kohabitasi untuk melihat penyebaran penyakit

antar spesies antara lain adalah :

a. Pengujian stress

Pengujian stress harus memperhatikan kondisi dan

jenis ikan, pengujian yang menimbulkan kematian

besar mengacu pada kontingensi plan.

b. Pengujian kohabitasi

Pengujian kohabitasi dilakukan menggunakan spesies

yang rentan, indigenous spesies atau spesies potensial.

45

E. Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan

Pengambilan sampel dan monitoring kesehatan ikan dilakukan

setelah pengujian dengan mempertimbangkan gejala klinis

yang nampak dan tingkat kematian yang terjadi.

F. Pengamatan perkembangan kesehatan ikan

1) Setiap perubahan yang terjadi pada ikan dan air harus

dibuat pencatatan terinci meliputi gejala klinis, perubahan

warna, pola renang dan anatomi.

2) Kejadian perubahan struktur pada ikan dijelaskan tipe lesi,

ukuran lesi, tingkat keparahan dan status penyakit.

3) Kondisi ikan yang parah mengacu pada rencana kontinjensi.

G. Penanganan kejadian wabah penyakit.

1) Kejadian wabah penyakit harus mengikuti rencana

kontinjensi yang telah dibuat untuk masing-masing

kejadian.

2) Tindakan isolasi harus dilakukan untuk mencegah

penyebaran penyakit didalam instalasi meliputi penyegelan

instalasi dan pembatasan akses masuk dan keluar media.

H. Penanganan obat dan bahan kimia.

Penyimpanan obat dan bahan kimia harus memperhatikan sifat

bahan tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet

untuk obat dan bahan kimia yang ada.

I. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI

tertentu

1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI

tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis

atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di

bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.

46

2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara

dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau

diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave

ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari

permukaan tanah.

3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan

ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan

desinfektan.

J. Penanganan Limbah

1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan

Limbah cair sisa kegiatan didesinfeksi dengan menggunakan

klorin, dan/ atau pemanasan (heat treatment), dan/ atau

radiasi ultraviolet. Selanjutnya dialirkan ke kolam

pembuangan akhir (bak resapan) yang telah diberi indikator

pengujian biologis seperti ikan hidup atau tanaman air.

2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa

Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas,

daun atau sampah lainnya dimusnahkan dengan cara

dibakar kemudian ditimbun.

3) Penanganan Limbah ikan mati/ rusak

Penanganan ikan mati/rusak yang akan diperiksa secara

laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan mati/

rusak lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian

diberi label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah

selesai masa karantina ikan yang mati/ rusak yang telah

disimpan di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara

dibakar secara sempurna atau diautoclave kemudian

ditimbun.

4) Penanganan Limbah bekas kemasan

Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali

harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air

47

bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat

digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.

K. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina

1) Jumlah dan kapasitas wadah/bak harus sesuai dengan

peruntukannya.

2) Bak terbuat dari bahan fiberglas antibocor dengan

kualitas yang baik.

3) Instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai

jadwal dengan bahan berkualitas.

4) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading

ada di dalam areal ini dan tidak semua orang memiliki

akses memasuki areal ini.

5) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan

air dan kuat serta mudah kering.

6) Sistem drainase memiliki kapasitas yang cukup dan

berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air

tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus

selalu dijaga kebersihannya sehingga tidak

memungkinkan berkembangnya mikroorganisma dan

tidak menimbulkan bau.

7) Mencegah media pembawa keluar area instalasi

karantina instalasi karantina atau masuknya binatang ke

dalam area instalasi karantina melalui saluran drainase

ataupun tempat lainnya yang memungkinkan.

8) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak

berpori/ lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin,

bebas retak dan tidak ada sambungan terbuka

9) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan,

permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,

bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding

dan panel

10) Pencahayaan harus memadai

48

11) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama

harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan

disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan

pembasmian dilakukan oleh professional

12) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu

pengangkutan lainnya.

L. Suplai air

1) Dilakukan monitoring secara rutin terhadap mutu/ kualitas

sumber air.

2) Dilakukan desinfeksi sumber air menggunakan bahan-

bahan kimia sesuai standar.

3) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi

4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten.

Program sanitasi terdiri dari : daftar areal dan ruangan

yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah

prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan

perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai

material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,

tingkat pengenceran dan aplikasi

M. Toilet dan Ruang Ganti

1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah

dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki

sistem yang dapat menutup sendiri. Memiliki ventilasi yang

memadai.

2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,

sebaiknya wastafel dilengkapi keran yang tidak

dioperasionalkan dengan tangan, sabun dispenser anti

germisidal dan fasilitas pengering tangan dan tempat

sampah yang dioperasikan dengan kaki.

3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung ke

dalam area atau ruangan dimana media pembawa

49

disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah

pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal

coldstorage.

4) Pekerja harus diberikan locker pakaian sendiri dan terpisah

dari baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu

bersih dan terlindungi

5.2. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa ikan

mati

Pengelolaan instalasi karantina mati meliputi beberapa hal

yang harus diperhatikan dan diterapkan terutama kondisi

lingkungan media pembawa dan meminimalisir penyebaran patogen.

Patogen dapat menyebar melalui vector, air limbah, air cucian,

peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak personel,

pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina mati adalah :

A. Media pembawa

1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan

terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan lainnya,

dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja yang

terkendali.

2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi

karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan

pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.

3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi tanpa

berita acara pemindahan.

4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau

menunjukkan kelainan yang nyata harus mengikuti rencana

kontinjensi.

50

B. Personil

1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi

pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang

sudah ditetapkan oleh manajemen.

2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani ikan dibagian lain

diluar otoritas yang telah ditetapkan manajemen.

C. Lingkungan

1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan lingkungan

yang secara berkala dikelola aspek sanitasi, desinfeksi dan

higienis.

2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan

kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan drastis

kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana kontinjensi.

3) Apabila terjadi kebocoran limbah, harus mengikuti rencana

kontinjensi.

D. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan

agar kondisi ikan tetap stabil dan bebas kontaminasi.

E. Penanganan bahan kimia.

Penyimpanan bahan kimia harus memperhatikan sifat bahan

tersebut dan segera dibuat Material Safety Data Sheet untuk obat

dan bahan kimia yang ada.

F. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI

tertentu

1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI

tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis

atau visual, dan laboratorium, wajib segera dimusnahkan di

bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.

51

2) Pemusnahan ikan dan kemasannya dilakukan dengan cara

dibakar dengan sempurna atau diincenerasi atau diautoclave

kemudian sisa hasil pembakaran/ autoclave ditimbun

dengan kedalaman minimal 50 cm dari permukaan tanah.

3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan

ikan tersebut segera didesinfeksi dengan menggunakan

desinfektan.

G. Penanganan Limbah

1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan

Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi

karantina mati yang dikelola sendiri (di luar kawasan

industri), dilakukan dengan desinfeksi menggunakan klorin

dan dialirkan ke kolam resapan. Pengelolaan limbah cair

pada instalasi karantina yang berada di kawasan industri,

dilakukan dengan menampung limbah cair sisa kegiatan ke

dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan ke instalasi

pengelolaan limbah milik pihak pengelola.

2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa

Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas

pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan

dengan cara dibakar kemudian ditimbun.

3) Penanganan ikan rusak

Penanganan ikan rusak yang akan diperiksa secara

laboratoris harus segera dibawa ke laboratorium. Ikan rusak

lainnya dikumpulkan dalam kantong plastik kemudian diberi

label/ identitas dan disimpan di dalam freezer. Setelah

selesai masa karantina ikan yang rusak yang telah disimpan

di dalam freezer segera dimusnahkan dengan cara dibakar

secara sempurna atau diautoclave kemudian ditimbun.

4) Penanganan bekas kemasan

Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali

harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air

52

bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat

digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.

H. Pengelolaan Sarana dan Prasarana instalasi karantina

1) Jumlah dan kapasitas wadah harus sesuai dengan

peruntukannya.

2) instalasi karantina dibersihkan secara rutin sesuai jadwal

dengan bahan berkualitas.

3) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan

air dan kuat serta mudah kering.

4) Sistem drainase memiliki kapasitas yang cukup dan

berfungsi dengan baik sehingga tidak menyebabkan air

tergenang pada saat hujan/ badai. Sistem drainase harus

selalu dijaga kebersihannya sehingga tidak

memungkinkan berkembangnya mikroorganisma dan

tidak menimbulkan bau

5) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada

didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses

memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi

dan pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah

container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam

fasilitas IKI

6) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat

dan rutin dilakukan pengecekan

7) Temperatur harus selalu rutin dikontrol

8) Termometer secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang

temperature yang sesuai. Ditempatkan dalam posisi yang

sesuai

9) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang

digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali

pakai

53

10) Media pembawa harus disusun sedemikian rupa sehingga

memungkinkan sirkulasi udara. Media pembawa tidak

boleh diletakkan langsung di lantai

11) Chiller, freezer dan cold storage harus bebas bau, jamur

dan debu

12) Dinding dan lantai ruang refrigerasi harus dapat

dibersihkan

13) Kapasitas freezer harus memadai untuk temperature yang

dikehendaki, tidak boleh ada pembentukan bunga es.

14) Volume cold storage maksimum yang dapat diisi

komoditas adalah 90%

15) Jarak antara tumpukan kardus komoditi dalam

penyimpanan di cold storage, minimal 15 cm.

16) Suhu di ruang bongkar muat pada fasilitas cold storage

maksimum <10oC.

17) Semua fasilitas diberi label dengan model tulisan yang

resmi, huruf jelas dan standar, tulisan berwarna hitam,

dengan latar belakang kuning.

18) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan

bebas hama.

19) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu

pengangkutan lainnya

20) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi

ruangan dan perlengkapan

21) Sistem drainase berfungsi dengan baik dan selalu dijaga

kebersihannya sehingga tidak memungkinkan

berkembangnya mikroorganisma serta tidak menimbulkan

bau.

22) Dinding, partisi dan pilar harus halus, tahan air, tahan

pakai, tahan korosi, bebas retak dan sambungan terbuka

di antara dinding dan panel

23) Struktur atap dan langit langit harus rata, tidak bocor,

berwarna terang dan dapat dicuci

54

24) Permukaan pintu dan bingkai pintu harus rata, tidak

bocor, dapat mencegah hama, bebas hama, berwarna

terang dan tahan korosi

25) Jendela harus berwarna terang, bingkai tahan korosi dan

diberi pelapis (glaze), pas/cocok dengan kasa insekta yang

digunakan dalam ventilasi dan memiliki bukaan 45

derajat. Sistem sirkulasi udara harus baik

26) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama

harus dilabel dan memiliki material safety data sheet dan

disimpan ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian

dilakukan oleh professional

27) Pencahayaan harus memadai

28) Lantai harus bersih dan kering

I. Suplai air

1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring

2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi

3) Pengujian kualitas air dengan baku mutu air yang

langsung dapat diminum untuk sarana cold storage pada

komoditas ikan segar dan beku dilakukan secara periodic.

4) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten.

Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan

yang dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah –

langkah prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan

perlengkapan, fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai

material safety data sheet bahan kimia yang digunakan,

tingkat pengenceran dan aplikasi

5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil

bagian kebersihan

J. Toilet dan Ruang Ganti

1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah

dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki

55

system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat

ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan

memiliki ventilasi yang memadai

2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu,

wastafel dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan

tangan, sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas

pengering tangan dan tempat sampah yang dioperasikan

dengan kaki

3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung

kedalam are atau ruangan dimana media pembawa

disimpan. Dalam jumlah yang memadai untuk jumlah

pekerja diinstalasi. Ruang ganti harus berada dalam areal

cold storage

4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari

baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih

dan terlindungi

5.3. Pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa

benda lain

Pengelolaan instalasi karantina media pembawa benda lain

meliputi beberapa hal yang harus diperhatikan dan diterapkan

terutama kondisi lingkungan media pembawa dan meminimalisir

penyebaran patogen. Patogen dapat menyebar melalui vector, air

limbah, air cucian, peralatan yang berbagi pakai, atau melalui kontak

personel, pengunjung atau kendaraan alat angkut. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam pengelolaan instalasi karantina media

pembawa benda lain.

A. Media pembawa

1) Media pembawa dapat dicegah dari kemungkinan

terkontaminasi oleh paparan vector dan kontaminan

lainnya, dengan menjaga kebersihan dan lingkungan kerja

yang terkendali.

56

2) Media pembawa tidak boleh dikeluarkan dari instalasi

karantina dengan alasan apapun sampai persetujuan

pelepasan dikeluarkan oleh petugas Karantina Ikan.

3) Media pembawa tidak boleh pindahkan dalam instalasi

tanpa berita acara pemindahan.

4) Media pembawa yang mengalami pembusukan atau

menunjukkan kelainan yang nyata harus ditangani

mengikuti rencana kontinjensi.

B. Personil

1) Personil wajib menandatangani pakta integritas yang berisi

pernyataan untuk secara konsisten menerapkan SOP yang

sudah ditetapkan oleh manajemen.

2) Personil tidak boleh bekerja atau menangani media

pembawa dibagian lain diluar otoritas yang telah ditetapkan

manajemen.

C. Lingkungan

1) Lingkungan instalasi karantina harus merupakan

lingkungan yang secara berkala dikelola aspek sanitasi,

desinfeksi dan higinis.

2) Pengelolaan kualitas air pencucian harus memperhatikan

kebutuhan debit air dan kualitas air, setiap perubahan

drastis kualitas dan kuantitas air mengikuti rencana

kontinjensi.

3) Apabila terjadi kebocoran limbah, penanganannya harus

mengikuti rencana kontinjensi (untuk instalasi yang

berintegrasi dengan unit pengolahan).

D. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel harus memperhatikan kondisi lingkungan

agar kondisi media pembawa tetap stabil dan bebas kontaminasi.

57

E. Pemusnahan media pembawa yang terinfeksi HPIK/ HPI

tertentu

1) Media pembawa yang dinyatakan terinfeksi HPIK/HPI

tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan baik secara klinis

atau visual, dan laboratoris, wajib segera dimusnahkan di

bawah pengawasan dari UPT KIPM setempat.

2) Pemusnahan media pembawa dan kemasannya dilakukan

dengan cara dibakar dengan sempurna atau diincenerasi

atau diautoclave kemudian sisa hasil pembakaran/

autoclave ditimbun dengan kedalaman minimal 50 cm dari

permukaan tanah.

3) Sarana dan air sisa yang telah mengalami kontak dengan

media pembawa tersebut segera didesinfeksi dengan

menggunakan desinfektan seperti pada pada lampiran (SOP

desinfeksi sarana dan prasarana instalasi karantina).

4) Urutan tindakan pemusnahan dapat dilihat pada SOP

pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang

terinfeksi HPIK/ HPI tertentu.

F. Penanganan Limbah

1) Penanganan limbah cair sisa kegiatan (untuk instalasi yang

berintegrasi dengan unit pengolahan)

Pengelolaan limbah cair sisa kegiatan pada instalasi

karantina media pembawa benda lain yang dikelola sendiri

(di luar kawasan industri), dilakukan dengan desinfeksi

menggunakan klorin dan dialirkan ke kolam resapan.

Pengelolaan limbah cair pada instalasi karantina yang

berada di kawasan industri, dilakukan dengan menampung

limbah cair sisa kegiatan ke dalam bak penampungan,

selanjutnya dialirkan ke instalasi pengelolaan limbah milik

pihak pengelola.

58

2) Penanganan Limbah selain Media Pembawa

Penanganan limbah selain media pembawa seperti kertas

pembungkus/ karton atau sampah lainnya dimusnahkan

dengan cara dibakar kemudian ditimbun.

3) Penanganan media pembawa yang rusak

Penanganan media pembawa yang rusak dikumpulkan

kemudian dipisahkan lalu diberi label/ identitas. Setelah

selesai masa karantina media pembawa yang rusak segera

dimusnahkan dengan cara dibakar secara sempurna atau

diautoclave kemudian ditimbun.

4) Penanganan bekas kemasan

Penanganan bekas kemasan yang akan digunakan kembali

harus dicuci dengan desinfektan dan dibilas dengan air

bersih. Bekas kemasan yang rusak dan tidak dapat

digunakan kembali dimusnahkan dengan cara dibakar.

G. Pengelolaan Sarana dan Prasarana

1) Pintu gerbang dapat dikunci. Semua tindakan loading ada

didalam areal ini dan tidak semua orang memiliki akses

memasuki areal ini. Tidak boleh ada tindakan inspeksi dan

pembongkaran di areal loading kecuali setelah wadah

container/ refrigerated telah masuk dengan aman kedalam

fasilitas instalasi karantina

2) Halaman harus memiliki konstruksi material yang tahan air

dan kuat serta dapat kering dengan system drainase cepat

dan memiliki kapasitas yang cukup untuk tidak

menyebabkan tergenang pada saat hujan/badai

3) Fasilitas docking harus kedap udara, harus selalu terawat

dan rutin dilakukan pengecekan

4) Temperatur harus selalu rutin dikontrol dan termometer

secara rutin dikalibrasi dan memiliki rentang temperature

yang sesuai. Termometer ditempatkan dalam posisi yang

sesuai

59

5) Pengontrolan fasilitas harus termasuk sabun yang

digunakan harus antiseptic, hot dan cold air, tissue sekali

pakai

6) Lantai dan tangga harus selalu dibersihkan, tidak berpori/

lubang, tidak bocor, tidak korosif, tidak licin, bebas retak

dan tidak ada sambungan terbuka.

7) Media pembawa harus disusun rapi, diberi jarak yang cukup

sehingga memungkinkan sirkulasi udara, dan tidak boleh

diletakkan langsung di lantai

8) Dinding, partisi dan pilar harus selalu dibersihkan,

permukaan halus, tahan air, tahan pakai, tahan korosi,

bebas retak dan sambungan terbuka di antara dinding dan

panel

9) Kapasitas harus memadai untuk temperature yang

dikehendaki

10) Pencahayaan harus memadai

11) Ruangan memiliki system drainase baik

12) Komoditas fish oil untuk konsumsi manusia harus disimpan

dalam cold storage dengan suhu -4oC.

13) Tempat penyimpanan palet harus terlindung,rapih dan bebas

hama.

14) Terdapat tempat penyimpanan forklift dan alat bantu

pengangkutan lainnya

15) Terdapat standar prosedur kebersihan dan sanitasi ruangan

dan perlengkapan

16) Mekanisme tempat pembuangan dapat mencegah binatang

masuk dan bau

17) Sistem sirkulasi udara harus baik

18) Menerapkan dasar pemikiran higinis

19) Pestisida dan substansi lain untuk pembasmian hama harus

dilabel dan memiliki material safety data sheet dan disimpan

ditempat terkunci dan pelaksanaan pembasmian dilakukan

oleh professional

60

H. Suplai air

1) Mutu air harus secara rutin dimonitoring

2) Pemilik harus melengkapi sarana sanitasi

3) Program sanitasi harus disetujui otoritas kompeten

4) Program sanitasi terdiri dari ; daftar areal dan ruangan yang

dibersihkan, jadwal membersihkan, langkah – langkah

prosedur pembersihan tiap tempat, ruangan dan perlengkapan,

fasilitas pencucian, lembar teknis mengenai material safety

data sheet bahan kimia yang digunakan, tingkat pengenceran

dan aplikasi

5) Deskripsi pekerjaan dan program training untuk personil

bagian kebersihan

I. Toilet dan Ruang Ganti

1) Toilet dan tempat urinary memiliki pintu masuk terpisah

dengan ruangan ganti. Semua pintu luar harus memiliki

system yang dapat menutup sendiri. Semua jendela dapat

ditutup rapat dan rapat dengan kasa nyamuk dan memiliki

ventilasi yang memadai

2) Toilet harus dilengkapi dengan tissue dan wadah tisu, wastafel

dengan keran yang tidak dioperasionalkan dengan tangan,

sabun dispenser anti germisidal dan fasilitas pengering tangan

dan tempat sampah yang dioperasikan dengan kaki

3) Ruang ganti dan toilet tidak memiliki akses langsung kedalam

are atau ruangan dimana media pembawa disimpan. Dalam

jumlah yang memadai untuk jumlah pekerja diinstalasi. Ruang

ganti harus berada dalam areal instalasi karantina

4) Pekerja harus diberikan loker pakaian sendiri terpisah dari

baju kerja, menyakinkan bahwa baju kerja selalu bersih dan

terlindungi

61

5.4. Dokumen Mutu Karantina Ikan

Instalasi karantina harus memiliki Dokumen Mutu Karantina

Ikan. Dokumen Mutu Karantina Ikan memuat:

a. Panduan mutu;

b. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja; dan

c. Formulir kegiatan

5.4.1. Panduan Mutu

Panduan mutu merupakan dokumen yang menyatakan

kebijakan mutu dan menguraikan sistem mutu pada instalasi

karantina. Manfaat panduan mutu adalah sebagai berikut:

a. Merupakan dokumen pengendali semua aspek manajemen

mutu;

b. Merupakan dokumen acuan untuk audit sistem mutu oleh

internal instalasi karantina maupun pihak eksternal

c. Merupakan acuan dalam penerapan manajemen mutu

(operasional instalasi karantina, pelatihan, inspeksi, audit

dan lainnya)

5.4.2. Prosedur kerja dan/ atau instruksi kerja

Dokumen prosedur kerja merupakan Standar Operasional

Prosedur (SOP) yang menerangkan tentang langkah-langkah kegiatan

operasional disetiap sarana instalasi karantina, yang menjelaskan

tentang pengelolaan instalasi karantina. SOP disusun dan ditetapkan

oleh penanggung jawab instalasi karantina. Setiap kegiatan yang

dilaksanakan harus berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dan

tertelusur serta tercatat pada rekaman/ formulir/ logbook kegiatan.

Adapun SOP pengelolaan instalasi karantina untuk media pembawa

hidup, mati dan benda lain meliputi :

a. SOP untuk media pembawa hidup :

1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi

karantina

62

2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana

instalasi karantina

3. SOP pelaksanaan pemasukan ikan

4. SOP pengasingan dan pengamatan

5. SOP pengelolaan limbah

6. SOP pemusnahan

7. SOP pengambilan sampel

8. SOP perlakuan

9. SOP penanganan ikan keluar

10. SOP rencana kontinjensi

b. SOP untuk media pembawa mati :

1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi

karantina ikan mati

2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana

instalasi karantina

3. SOP penanganan pemasukan ikan mati

4. SOP pengasingan dan pengamatan

5. SOP pengelolaan limbah

6. SOP pengambilan sampel

7. SOP penanganan ikan keluar.

8. SOP pemusnahan

9. SOP rencana kontinjensi

c. SOP untuk media pembawa benda lain:

1. SOP penanganan sarana, prasarana di instalasi

karantina ikan benda lain

2. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana

instalasi karantina

3. SOP penanganan pemasukan media pembawa benda lain

4. SOP pengasingan dan pengamatan

5. SOP pengelolaan limbah

6. SOP pemusnahan

63

7. SOP pengambilan sampel

8. SOP penanganan ikan keluar

9. SOP rencana kontinjensi

Penerapan SOP dalam pengelolaan instalasi karantina harus

konsisten seperti alur pada gambar 3, 4 dan 5.

Gambar 3. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi

karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan

Hidup

Persiapan Pemasukan Media Pembawa

1. SOP Penanganan sarana prasarana di IKI

2. SOP Pengelolaan Pakan Ikan di IKI 1)

3. SOP Pengelolaan Air di IKI 1)

4. SOP Desinfeksi dan sanitasi Sarana Prasarana di IKI

Pelaksanaan pemasukkan media pembawa

1. SOP Pelaksanaan pemasukan ikan hidup (aklimatisasi dan seleksi)

2. SOP Pengasingan dan pengamatan (masukkan unsur pemeliharaan, pemberian pakan

dan pengelolaan kualitas air)

3. SOP Pengelolaan Limbah

4. SOP Pemusnahan

Penanganan Ikan sakit

1. SOP Perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan

ikan

2. SOP Pengelolaan Limbah

Pengambilan Sampel (dilakukan

sebelum perlakuan) 3)

1. SOP Pengambilan sampel

Positif HPIK golongan II 4)

Penanganan Sampel Ikan

dilakukan oleh UPT KIPM 4)

1. SOP Bioassay Stressing 2)

2. SOP Infeksi Buatan

(kohabitasi, dan injeksi

suspensi)

Pengujian Laboratorium

Pelepasan

SOP Penanganan Ikan Keluar

Pemusnahan 4)

1. SOP Pemusnahan

2. SOP Pengelolaan Limbah

Negatif

Negatif

Positif HPIK Gol I 4) Positif HPIK Gol I 4)

3. SOP Pengambilan sampel (dilakukan pengambilan sampel

ulang)

Tidak dapat dibebaskan dari HPIK Gol II Tidak dapat dibebaskan dari HPIK Gol II

64

Keterangan :

1) Pilihan disesuaikan dengan jenis komoditi yang ditangani (misal :

untuk penanganan pada komoditas kekerangan dan reptil (kura-

kura))

2) Stressing dilakukan pada :

a. semua sampel ikan/ udang yang menjadi media pembawa

HPIK

b. Ikan jenis baru yang belum ada di Indonesia

c. uji bioasay dilakukan apabila hasil stressing ikan/udang

menunjukan gejala klinis terinfeksi HPIK

d. Apabila hasil uji laboratorium dari ikan yang telah dilakukan

stressing positif HPIK maka tidak perlu dilanjutkan dengan uji

infeksi buatan/ kohabitasi.

e. Bioassay dilakukan apabila diperlukan sebagai uji konfirmasi

dan uji stressing tidak menunjukkan hasil dan untuk jenis-

jenis ikan eksotik yang belum ada di Indonesia (stressing

dilakukan paling lama 3 hari).

3) Pengambilan sampel dilakukan di instalasi pada saat kemasan

dibuka

4) Apabila terjadi keadaan darurat (serangan HPIK/ HPI tertentu),

maka diberlakukan SOP rencana kontinjensi, dan segera

menghubungi petugas karantina

.: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina

: dilakukan oleh PHPI UPT KIPM

65

SDM

Gambar 4. Alur penerapan SOP pada pengelolaan instalasi

karantina untuk pemasukan media pembawa Ikan Mati

Keterangan :

1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses

pengolahan atau ganti kemasan

2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP

rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas

karantina

: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina

: dilakukan oleh PHPI UPT KIPM

Persiapan pemasukan media pembawa mati

1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI

2. SOP tata tertib personil di IKI

3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI

4. SOP Desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI

Pelaksanaan pemasukan ikan mati (impor) 2)

1. SOP penanganan pemasukan ikan mati

2. SOP pengasingan dan pengamatan

3. SOP pengelolaan limbah 1)

4. SOP pemusnahan

Pengambilan sampel dan pengujian laboratorium

1. SOP pengambilan sampel

Positif 2) negatif

Pemusnahan 2)

1. SOP pemusnahan

2. SOP pengolahan

limbah

Pelepasan

1. SOP penanganan

ikan keluar

66

Gambar 5. Alur penerapan SOP pada pengelolaan IKI untuk

pemasukan media pembawa Benda Lain 3)

Keterangan :

1) Dilakukan untuk instalasi karantina yang melakukan proses

pengolahan atau ganti kemasan (repacking)

2) Apabila terjadi keadaan darurat, maka diberlakukan SOP

rencana kontinjensi, dan segera menghubungi petugas

karantina

3) Kecuali bahan patogenik dan biologik

: dilakukan oleh pemilik instalasi karantina

: dilakukan oleh PHPI UPT

Persiapan pemasukan media pembawa benda lain

1. SOP penanganan sarana, prasarana, dan SDM di IKI

2. SOP tata tertib personil di IKI

3. SOP keselamatan dan keamanan bekerja di IKI

4. SOP desinfeksi dan sanitasi sarana dan prasarana IKI

Pelaksanaan pemasukan media pembawa benda lain 2)

1. SOP pemasukan media pembawa benda lain

2. SOP pengasingan dan pengamatan

3. SOP pengelolaan limbah 1)

4. SOP pemusnahan

Pengambilan sampel dan pengujian

laboratorium

1. SOP pengambilan sampel

Positif 2) negatif

Pemusnahan2)

1. SOP Pemusnahan

2. SOP Pengolahan Limbah

Pelepasan

1. SOP penanganan ikan

keluar

67

5.4.3. Formulir kegiatan

Formulir kegiatan adalah sarana untuk merekam/ mencatat/

mendokumentasikan data dan informasi agar seluruh kegiatan

instalasi karantina yang tercantum dalam SOP dapat tertelusur dan

sebagai bukti diterapkannya sistem mutu pada pengelolaan instalasi

karantina.

5.5. Monitoring dan Evaluasi Instalasi Karantina

Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan terhadap instalasi

karantina yang telah ditetapkan. Hal ini dalam rangka memantau

konsistensi pengelolaan instalasi karantina dalam pemenuhan

penerapan persyaratan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)

meliputi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis, dan

peruntukan instalasi karantina. Monitoring dan evaluasi dilakukan

oleh Pusat Karantina Ikan dilakukan oleh PHPI/ Pejabat Pusat

Karantina Ikan yang berkompeten dan telah memiliki sertifikat

pelatihan penerapan biosecurity dalam pengelolaan instalasi

karantina. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan selama berlakunya

Sertifikat Instalasi Karantina Ikan.

68

BAB VI

INSPEKSI DAN VERIFIKASI

Kepala UPT KIPM yang mengelola instalasi karantina

kementerian dan perorangan atau badan hukum wajib menjaga

konsistensi penerapan dokumen mutu, kelayakan teknis instalasi

karantina, dan peruntukan instalasi karantina. Untuk menjaga

konsistensi sebagaimana dimaksud di atas maka dilakukan inspeksi

dan verifikasi terhadap instalasi karantina ikan. Adapun tata cara

inspeksi dan verifikasi adalah sebagai berikut:

1. Inspeksi dan verifikasi dilakukan oleh:

a. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik kementerian,

dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali Hama dan

Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat inspektur

karantina, yang bertugas di pusat.

b. Inspeksi terhadap instalasi karantina milik perorangan atau

badan hukum, dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengendali

Hama dan Penyakit Ikan yang telah memiliki sertifikat

inspektur karantina, dengan kriteria :

1) Instalasi kategori A dan B oleh tim inspektur karantina

yang terdiri dari inspektur karantina pusat dan inspektur

karantina UPT KIPM yang ditetapkan oleh Kepala BKIPM

c.q Kepala Pusat Karantina Ikan.

2) Instalasi kategori C oleh inspektur karantina UPT KIPM

2. Inspeksi dan verifikasi dilakukan paling kurang setiap 6 (enam)

bulan.

3. Dalam hal hasil inspeksi dan verifikasi ditemukan

ketidaksesuaian, inspektur karantina wajib menerbitkan

rekomendasi perbaikan kepada :

a. Kepala BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan untuk instalasi

karantina milik kementerian dan milik perorangan atau badan

hukum dengan kategori A dan B.

69

b. Kepala UPT KIPM untuk instalasi karantina kategori C.

4. Rekomendasi perbaikan wajib ditindaklanjuti dalam jangka waktu

paling lama (7) hari kalender.

5. Inspektur karantina melaporkan hasil inspeksi dan verifikasi

dengan ketentuan :

a. untuk instalasi karantina milik kementerian dan milik

perorangan atau badan hukum kategori A dan B, laporan

hasil inspeksi ditujukan kepada kepala BKIPM c.q. Kepala

Pusat Karantina Ikan

b. untuk instalasi karantina milik perorangan atau badan

hukum kategori C laporan hasil inspeksi ditujukan kepada

Kepala UPT KIPM.

c. Kepala UPT KIPM melaporkan rekapitulasi hasil inspeksi dan

evaluasi IKI kategori A, B, dan C setiap bulan kepada Kepala

BKIPM c.q Kepala Pusat Karantina Ikan.

6. Hasil inspeksi dan verifikasi digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam perpanjangan Sertifikat Instalasi Karantina

Ikan.

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara inspeksi dan verifikasi

diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

70

BAB VII

PEMBINAAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Pembangunan instalasi karantina harus dilakukan dengan

perencanaan yang matang, dalam rangka mengantisipasi resiko

penyebaran HPIK/ HPI tertentu melalui media pembawa, orang, alat

angkut, sarana dan fasilitas yang terkontaminasi HPIK/ HPI tertentu.

Pembinaan instalasi karantina ikan dilakukan oleh Kepala

BKIPM c.q. Kepala Pusat Karantina Ikan, dalam rangka peningkatan

kompetensi pengelolaan instalasi karantina dan personil dalam

mendukung Cara Karantina Ikan yang Baik.

Kerjasama yang baik antara BKIPM sebagai regulator dan UPT

KIPM atau pemilik instalasi sebagai pelaksana di dalam pengelolaan

instalasi karantina perlu dioptimalisasi melalui kegiatan pembinaan

teknis antara lain:

1. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik

kementerian;

2. Peningkatan kompetensi pengelolaan instalasi karantina milik

perorangan atau badan hukum;

3. Peningkatan kompetensi personil penanggung jawab instalasi

karantina;

4. Standardisasi sarana dan prasarana instalasi karantina;

5. Penerapan Biosekuriti pada instalasi karantina; dan/ atau

6. Pengelolaan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan.

71

BAB VIII

PELAPORAN DAN SANKSI

Instalasi karantina milik kementerian dan perorangan atau

badan hukum wajib menyampaikan laporan penggunaan dan

pengelolaan instalasi karantina meliputi:

1. Jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi

karantina;

2. Tindakan karantina ikan yang dilakukan;

3. Hasil dari tindakan karantina ikan.

Penyampaian laporan tersebut dapat dilakukan secara manual

maupun elektronik.

6.1. Prosedur Pelaporan

a. Perorangan atau badan hukum wajib menyampaikan

laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina

kepada kepala UPT KIPM setempat.

b. Kepala UPT KIPM melakukan rekapitulasi laporan dan

melaporkannya kepada Kepala Badan.

c. Kepala UPT KIPM selain merekapitulasi dan melaporkan

penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau

badan hukum, juga wajib melaporkan penggunaan instalasi

karantina yang dikelolanya.

6.2. Sanksi

a. Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan

laporan penggunaan instalasi karantina akan dikenakan

sanksi administratif berupa :

1) Peringatan tertulis

Peringatan tertulis dilakukan paling banyak 2 (dua) kali

dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari

kalender.

72

2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina

Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga

puluh) hari kalender apabila sampai dengan

berakhirnya peringatan tertulis kedua tidak

menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina.

3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina

Pencabutan sertifikat instalasi karantina dilakukan

apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat

instalasi karantina tidak menyampaikan laporan

penggunaan instalasi karantina.

b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan

dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

73

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, J.R., Reantaso, M.B., dan Subangsinghe, R.P., 2008, A Manual of Procedures for The Quarantine of Live Aquatic Animals, Roma, Food and Agriculture Organization of United Nation.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014, Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 33 tahun 2014 tentang IKI. Jakarta

Offices des International des Epizooties (OIE), 2012, Manual of

Diagnostic Test for Aquatic Animal Disease. Paris Sekretaris Negara, 1992. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992

tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Jakarta Sekretaris Negara, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun

2002 tentang Karantina Ikan. Jakarta

73

LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan

KOP SURAT PERUSAHAAN

Nomor : Tanggal : Lampiran : Perihal : Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM ........................................... di Tempat

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik : Nama Perusahaan : Alamat Kantor : Alamat Instalasi Karantina Ikan :

Mengajukan Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : 2. Jenis Instalasi Karantina Ikan : 3. Kapasitas : 4. Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan

atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP

penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;

b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;

d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media

pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen

Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin

Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang;

e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota

atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang

74

menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di

bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum;

f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/

ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ;

g. Dokumen mutu Karantina Ikan.

Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-

benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia

menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Pemilik/ Pimpinan

Ttd dan stampel

(…………………….)

75

LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan

KOP SURAT PERUSAHAAN

Nomor : Tanggal : Lampiran : Perihal : Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di Tempat

Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik : Nama Perusahaan : Alamat Kantor : Alamat Instalasi Karantina Ikan :

Mengajukan Permohonan Penetapan Instalasi karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : 2. Jenis Instalasi Karantina Ikan : 3. Kapasitas : 4. Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :

a. Rekomendasi hasil penilaian dari UPT KIPM.

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan

c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung

jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;

d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. Dokumen mutu Karantina Ikan.

Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-

benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia

menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

76

Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Pemilik/ Pimpinan

Ttd dan stampel

(…………………….)

Tembusan Yth ; Kepala Pusat Karantina Ikan

77

LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan

KOP SURAT UPT KIPM

FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Berdasarkan permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi :

bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut :

No Dokumen

Kelengkapan dokumen

Keterangan

ada Tidak ada

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai IKI.; Dokumen mutu Karantina Ikan;

Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap / tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)

.................., ...................................... 20….

LEMBAR PENGESAHAN

JABATAN PARAF

Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM.............

Petugas, 1. ………………………….

NIP 2. ………………………….

NIP

78

LAMPIRAN 4. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan

KOP SURAT KIPM

FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENETAPAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Berdasarkan permohonan penetapan Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi :

bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut :

No Dokumen

Kelengkapan dokumen

Keterangan

ada Tidak ada

1.

2.

3.

4.

Rekomendasi hasil penilaian instalasi

karantina dari UPT KIPM;

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP),

untuk pemohon perorangan/ Fotokopi akte

pendirian perusahaan dan fotokopi KTP

penanggung jawab perusahaan, untuk

pemohon badan hukum;

Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

Dokumen mutu Karantina Ikan.

Kesimpulan :

1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap/ tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)

.................., ....................................20….

LEMBAR PENGESAHAN

JABATAN PARAF

Kepala Bidang Pengelolaan Instalasi dan Laboratorium

Petugas, 1. ………………………….

NIP 2. ………………………….

NIP

79

Lampiran 5. Format Laporan Evaluasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan

KOP SURAT UPT

LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Nomor Dokumen

: ........................

Tanggal : ...........................

Halaman : 1/3

Sesuai dengan ketentuan pada Pedoman Instalasi Karantina Ikan bahwa harus

dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan, maka setiap

hasil laporan penilaian Instalasi Karantina Ikan, dilakukan evaluasi oleh Tim

Evaluasi UPT KIPM, sebelum dilakukan penolakan, ditunda, atau direkomendasikan

oleh Kepala UPT KIPM untuk penetapan Sertifika Instalasi Karantina Ikan oleh

Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

Berdasarkan laporan hasil penilaian Instalasi Karantina Ikan oleh tim penilai

pada tanggal ............................, terhadap:

Nama Perusahaan : ................................................................

Alamat Kantor : ................................................................

Alamat Instalasi : ................................................................

Jenis Instalasi : Instalasi Karantina Ikan ........................

Jenis Media Pembawa : ............................................................

Peruntukan Instalasi : ...............................................................

Kapasitas : ...............................................................

Tim Penilai : 1. .......................

2. ......................

3. ......................

telah dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian Instalasi tersebut. Adapun hasil

evaluasinya dapat kami laporkan sebagai berikut :

Pengesahan

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh

Anggota Penanggungjawab Kepala UPT

.........................

NIP............................. NIP.

........................... Ketua

NIP. .............................

NIP. ………………………….

NIP. ……………………………

80

KOP SURAT UPT

LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Nomor Dokumen

: ...............................

Tanggal : ......................................

Halaman : 2/3

1. Persyaratan Administrasi (lengkap)

a. Fotokopi KTP atau Akta ...................................................................…….Lengkap

b. Fotokopi NPWP .................................................................................Lengkap

c. Surat Pernyataan kepemilikan / sewa .................................................Lengkap

d. Surat Ijin Impor ................................................................................ Lengkap

e. Surat Keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan ...........................Lengkap

f. Layout/ Denah IKI ...............................................................................Lengkap

g. Dokumen Mutu Karantina Ikan ...........................................................Lengkap

2. Persyaratan Teknis (Sesuai dengan Pedoman Instalasi Karantina Ikan .............)

a. Lokasi : ..............................................................................

b. Sarana instalasi telah dilengkapi fasilitas berupa;

• Ruang Karantina sebagai sarana untuk pengasingan dan pemeriksaan

untuk Media Pembawa selama masa karantina berlangsung.

• Sarana Pemeriksaan / Laboratorium berupa…………………..

• Sarana Pengasingan dan Pengamatan, berupa........................................

• Sarana perlakuan berupa…………………………………..

• Sarana penahanan berupa ..................................................

• Sarana pemusnahan berupa ………………………………………

• Sarana Sanitasi dan desinfeksi untuk Personil dan Tamu

berupa……………

• Sarana pengelolaan limbah berupa………………………………………..

Pengesahan

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh

Anggota Penanggungjawab Kepala UPT

.........................

NIP............................. NIP.

........................... Ketua

NIP. .............................

NIP. NIP.

81

KOP SURAT UPT

LAPORAN EVALUASI HASIL PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN

Nomor Dokumen

: ...............................

Tanggal : ......................................

Halaman : 2/3

3. Fasilitas

• Gedung .........................................................

• Instalasi listrik .................................................

• Air ..................................................................

4. Fasilitas pendukung dilengkapi;

• ..............................................

• ................................................

• ..................................................

5. Sanitasi dan Kebersihan lingkungan kerja ;

• .....................................................

• .....................................................

6. Sumber Daya Manusia

.......................................................

Berdasarkan Evaluasi yang telah dilakukan terhadap Laporan Hasil

Tim Penilai Kelayakan Instalasi Karantina oleh UPT KIPM, maka

terhadap ..........................., Alamat instalasi ..................................,

telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, sehingga dinyatakan layak untuk tempat

pelaksanaan tindakan karantina dalam rangka mencegah masuk,

keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan

diusulkan untuk dapat Diterbitkan rekomendasi hasil penilaian oleh

kepala UPT

Pengesahan

Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh

Anggota Penanggungjawab Kepala UPT

.........................

NIP............................. NIP.

........................... Ketua

NIP. .............................

NIP. NIP.

82

LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan

KOP SURAT UPT

Nomor :

...............,......................20..

Sifat : Penting

Lampiran : -

Perihal : Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi

Karantina Ikan

Yth. Kepala Badan Karantina Ikan

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan

di

Jakarta

Menindaklanjuti Surat Direktur..............Nomor..........tanggal........

perihal : Permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan, berdasarkan :

1. Hasil Verifikasi Dokumen :

2. Hasil penilaian

Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan yang dipersyaratkan

telah sesuai dengan:

a. Sarana Instalasi :

Sarana dan bahan pemeriksaan

Sarana pengasingan dan pengamatan

Sarana perlakuan

Sarana penahanan

Sarana pemusnahan

Sarana pengolahan limbah

b. Peruntukan Instalasi : Hidup/ Mati/ Benda Lain

Fotokopi KTP dan atau Akta pendirian perusahaan

Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;

Surat Ijin Impor

Surat keterangan dari dinas yang membidangi Kelautan dan

Perikanan

Peta lokasi, lay out dan foto bagunan/ ruangan instalasi

Dokumen Mutu Karantina Ikan

83

c. Jenis Komoditi (nama latin) : 1.

2.

3. dst

d. Kapasitas Instalasi :

e. Penanggung jawab instalasi :

Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian, maka dinyatakan LAYAK

dan MEMENUHI SYARAT untuk diterbitkan Sertifikat Instalasi Karantina

Ikan

Demikian kami sampaikan atas perhatiannya disampaikan terima

kasih.

Kepala Balai Besar/ Balai/

Stasiun KIPM

.............................

NIP.

Tembusan: Yth.

Kepala Pusat Karantina Ikan

84

Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada instalasi

karantina ikan

Nama IKI Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Penanganan Sarana dan Prasarana Instalasi Karantina Ikan

1. TUJUAN & SASARAN

SOP penanganan sarana dan prasarana IKI disusun dengan tujuan sebagai petunjuk bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan penanganan sarana dan prasarana IKI agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar

2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data.

3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Penanganan adalah segala pekerjaan yang dilakukan semenjak

sarana dan prasana berdiri dan digunakan sampai dkatakan siap untuk dijadikan tempat tindak karantina ikan (IKI)

3.2. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti bak, alat serok dan sejenisnya, blower, alat kualitas air dan sebagainya.

3.3. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung, ruang, kolam, bak permanen, tanah, dan sebagainya.

3.4. IKI adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina.

4. PENANGGUNG JAWAB

Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/ penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI

5. PROSEDUR KERJA

Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan prasarana baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang terdapat di IKI sebagai berikut :

85

1. Tata Tertib Personel IKI. 2. Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI 3. Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI 4. Pengelolaan Air IKI 5. Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI 6. Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI 7. Pemeliharaan Ikan IKI 8. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI 9. Perlakuan IKI 10. Pengelolaan Pakan IKI 11. Penanganan Ikan Keluar di IKI 12. Penanganan Limbah IKI 13. Rencana Kontingensi 14. Pemeriksaan klinis dan/atau visual 15. Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang

segar/beku/kering/bagian tubuh) 16. Pengambilan sampel media pembawa hidup 17. Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan

segar/beku/kering/bagian tubuh 18. Desinfeksi sarana dan prasarana IKI 19. Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi

hpik/hpi tertentu 20. Pengamatan peubah fisika kimia air

Prosedur penanganan sarana dan prasarana IKI sebelum masa karantina dilakukan sebagai berikut :

1. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI

secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pokok yaitu srana dan prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan tindak karantina seperti bak penampungan air baik tawar atau laut, bak pemeliharaan (induk, telur, larva, pakan alami). Sarana pokok tersebut harus dipastikan telah didesinfeksi dan terjamin biosecurity dan sanitasinya

2. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana penunjang yaitu sarana untuk menunjang tindakan karantina di IKI seperti pompa air, alat serok, alat kualitas air, aerasi, ruang genset, dan sebagainya. Sarana penunjang harus tersedia dan ditata untuk menjamin kemudahan penggunaan selama masa karantina ikan.

3. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pelengkap di IKI secara periodic oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pelengkap seperti ruang kantor, alat tulis menulis, computer dan sejenisnya.

4. Evaluasi secara menyeluruh sarana dan prasarana tersebut maksimal sudah siap dua hari sebelum pemasukan media pembawa

5. Laporkan hasil evaluasi sarana dan prasarana tersebut kepada petugas karantina sebelum dilakukan pemasukan media pembawa

86

6. REKAM DATA

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.

87

FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM PERSIAPAN BAK

NO T

GL

NO. BAK

JENIS MEDIA PEMBAWA

BAK PENAMPUNGAN AIR

BAK PEMELIHARAAN PERSONIL IKI

KET

TAWAR* LAUT* INDUK* TELUR* LARVA PAKAN ALAMI

* Apabila media pembawa air tawar/air laut *Apabila media pembawa induk/telur/larva/pakan alami

PENANGGUNG

JAWAB

………………………………..

CATATAN:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………

88

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM DESINFEKSI

NO TGL PERALATAN YANG

DIDESINFEKSI

BAHAN

DESINFEKSI

DOSIS PERSONIL

IKI

KET

PENANGGUNG

JAWAB

………………………………..

CATATAN:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………

89

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM KELENGKAPAN SARANA DAN PRASARANA

NO. TANGGAL SARANA DAN

PRASARANA

KELENGKAPAN PERSONIL IKI KET

ADA TIDAK

PENANGGUNG JAWAB

………………………………..

CATATAN:

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

90

Lampiran 8. Contoh SOP Penanganan Ikan Masuk

Nama IKI

Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Penanganan ikan Masuk

I. TUJUAN & SASARAN

Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI untuk mendapatkan penanganan ikan yang tepat dan baik.

II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi:

• Jenis Ikan

• Ukuran ikan

• Cara penanganan III. PENANGGUNG JAWAB

Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas yang ditunjuk.

IV. PROSEDUR KERJA 1.1. Peralatan & bahan

Peralatan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI, antara lain:

• Wadah/bak/aquarium penampungan

• aerator

• serok

• obat anti stress 1.2. Prosedur pelaksanaan

1. Lakukan aklimatisasi selama beberapa menit pada seluruh ikan yang baru masuk ke dalam bak/aquarium penampungan tanpa membuka kemasan

2. Buka kemasan kemudian keluarkan ikan berdasarkan jenis ikan dari dalam kemasan

3. Lakukan aklimatisasi ke dalam bak penampungan selama beberapa jam, bila diperlukan dapat ditambahkan obat anti stress

4. Masukkan ikan tersebut kedalam wadah/bak pemeliharaan berdasarkan jenis ikan

5. Selesai.

V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.

91

Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :

Penanganan Ikan Masuk pada IKI No. Tanggal Jenis ikan Ukuran

Ikan Jumlah Ikan

Obat anti stress

Dosis obat Paraf petugas

Ket*)

*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak pemeliharaan

(Tempat dan waktu)

Penanggung

jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

92

Lampiran 9. Contoh SOP Pengasingan dan Pengamatan

Nama IKI

Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengasingan dan Pengamatan

I. TUJUAN & SASARAN

1. Sebagai pedoman petugas IKI/Penanggung Jawab IKI untuk

melakukan tindakan penanganan media pembawa (MP) HPI/HPIK

hidup pada saat dikenakan pengasingan di IKI sebelum atau

sesudah MP tersebut dilalulintaskan.

2. Sasaran tindakan pengasingan terhadap pemasukan dan

pengeluaran MP HPI/HPIK adalah mencegah kemungkinan

terjadinya penyebaran HPI/HPIK selama dilakukannya tindakan

pengamatan atau pemeriksaan kesehatan lebih lanjut/deteksi

HPI/HPIK secara laboratoris.

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan MP hidup yang dikenakan

Tindakan Pengasingan di IKI, meliputi :

1. Evaluasi kesiapan sarana pengasingan dan penyiapan sarana

pengasingan;

2. Penanganan MP yang dikenakan tindakan pengasingan;

III. ISTILAH DAN DEFINISI

1. Instalasi Karantina Ikan (IKI) adalah : Tempat beserta sarana

dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk

melaksanakan tindakan karantina.

2. Petugas IKI adalah pegawai / karyawan yang bekerja di IKI dan

ditetapkan berdasarkan surat keputusan.

3. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang

diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,

karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk

93

mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK

di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan.

4. Pengamatan adalah tindakan mendeteksi lebih lanjut terhadap

HPIK dan/atau HPI pada Media Pembawa yang diasingkan.

IV. PENANGGUNG JAWAB

Pengelola pelaksanaan kegiatan penanganan MP hidup yang

dikenakan tindakan pengasingan di IKI, merupakan Petugas Karantina

yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala UPT KIPM.

V. PROSEDUR KERJA

Petugas IKI/ penanggungjawab IKI wajib memahami tentang prosedur

penanganan media pembawa hidup yang dikenakan tindakan

pengasingan di IKI. Penanganan media pembawa hidup yang

dikenakan tindakan pengasingan di IKI :

1. Lakukan evaluasi kesiapan dan laksanakan kegiatan penyiapan

sarana pengasingan;

2. Berita Acara (BA) penyerahan MP dari Pemilik kepada Penanggung

Jawab IKI;

3. Registrasi ulang MP pada saat pelaksanaan kegiatan adaptasi/

aklimatisasi suhu terhadap MP dan air wadah penampungan/

pemeliharaan;

4. Penandaan/ pengumuman identitas di setiap wadah penampungan/

pemeliharaan yang dipergunakan;

5. Pelepasan atau pemasukan MP dengan membuka kemasannya di

permukaan air masing-masing wadah/sarana yang telah diberi

tanda/pengumuman oleh petugas dalam ruang pengasingan;

6. Petugas IKI segera melakukan tindakan pengamatan;

7. Pengamatan kesehatan dan pengelolaan kualitas air dilakukan

setiap hari selama masa karantina di ruang pengasingan

berlangsung;

8. Petugas IKI melakukan kegiatan pemeliharaan MP sesuai dengan

pedoman pemeliharaan yang telah ditetapkan selama masa

karantina berlaku;

94

9. Petugas IKI mengakhiri kegiatan pemeliharaan setelah masa

karantina berakhir dengan adanya hasil analisis terhadap hasil uji

laboratories berupa rekomendasi penerbitan Sertifikat Kesehatan

VI. REKAM DATA

Setiap kegiatan atau kejadian dalam penanganan MP hidup yang

dikenakan tindakan pengasingan di IKI dilakukan pencatatan dalam

Lembar (Form) penanganan MP hidup selama masa berlaku tindakan

pengasingan.

95

FORM PERLAKUAN DAN PENGAMATAN

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM IKAN MASUK

NO TGL NO. BAK JENIS

MEDIA PEMBAWA

JUMLAH HIDUP SAKIT MATI PERSONIL IKI

KETERANGAN

PENANGGUNG JAWAB

………………………………..

CATATAN:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………

96

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM PENGECEKAN KUALITAS AIR

NO TGL NO. BAK

JENIS MEDIA PEMBAWA

JUMLAH

KUALITAS AIR PERSONIL IKI

KET

SAL* DO NITRAT

NITRIT SUHU

pH

* media pembawa air laut

PENANGGUNG JAWAB

………………………………..

CATATAN:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………

97

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM PEMBERIAN PAKAN

NO. NO.

BAK

JENIS

MEDIA

PEMBAWA

JUMLAH JENIS

PAKAN

JAM PEMBERIAN

PAKAN

PERSONIL

IKI

KET

09.00 15.00

PENANGGUNG JAWAB

………………………………..

CATATAN:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………

98

NAMA PERUSAHAAN :

ALAMAT :

FORM PERLAKUAN

NO. TANGGAL NO.BAK JENIS

MEDIA

PEMBAWA

JUMLAH INDIKASI JENIS

OBAT

PERSONIL

IKI

KET

PENANGGUNG JAWAB

………………………………..

CATATAN:

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

99

Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama Masa Karantina

Nama IKI

Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Pemeliharaan dan Perawatan ikan

I. TUJUAN & SASARAN

SOP pemeliharaan dan perawatan Ikan disusun sebagai petunjuk

bagi petugas karantina ikan dan penanggungjawab IKI dalam

melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di IKI dengan dukungan

media pemeliharaan yang optimal

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup SOP pemeliharaan Ikan mencakup komponen

penunjang media pemeliharaan ikan berupa sumber air yang

berkualitas, dan pengamatan kesehatan ikan.

III. PENANGGUNG JAWAB

Pelaksana kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Ikan adalah

penanggungjawab instalasi karantina milik pihak ketiga

IV. ISTILAH DAN DEFINISI

1.1. Stress adalah kondisi di luar kemampuan batas toleransi

yang disebabkan oleh salah satu atau lebih faktor eksternal

(fisika, kimia atau biologi).

1.2. Pengelolaan kualitas air adalah aktivitas penyediaan dan

pemeliharaan kondisi lingkungan perairan (fisika, kimia dan

biologi) yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan

kuantitas) bagi jenis ikan yang ada di dalamnya.

1.3. Pengelolaan pakan adalah aktivitas penyediaan dan

pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar

(kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara,

dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan

ikan (feeding habit & feeding periodicity).

1.4. Apparent satiation adalah metoda pemberian pakan yang

jumlahnya hanya didasarkan pada selera makan ikan semata

100

V. PROSEDUR KERJA

5.1. Peralatan & bahan

Peralatan dan bahan yang diperlukan pada kegiatan

pemeliharaan dan perawatan ikan antara lain:

� alat tangkap/serok

� wadah ikan (bak/akuarium/fiber glass) dan perlengkapannya

� aerator

� pakan ikan

� alat pengukur kualitas air

� alat tulis

5.2. Prosedur Kerja

Kegiatan Pemeliharaan ikan dilakukan terhadap ikan–ikan yang

telah melewati masa aklimatisasi , dan masa karantina,serta

tidak menunjukkan gejala klinis terinfeksi / terinfestasi

penyakit., maupun yang telah sembuh setelah perlakuan.

Adapun faktor penting yang harus diperhatikan dalam

pemeliharaan ikan antara lain:

1. Pengelolaan kualitas air , yaitu dengan pemakaian sumber air

yang berkualitas ( bebas patogen dan memenuhi baku mutu

air),

2. Penggunaan peralatan dan sarana pemeliharaan bebas

petogen,

3. Pakan berkualitas, dan

4. Pengelolaan kesehatan ikan

5.2.1. Pengelolaan kualitas air

Pengelolaan kualitas air yang akan digunakan sebagai media

hidup ikan, adalah sbb:

1. Air yang akan digunakan adalah air segar yang telah dipersiapkan lebih dari 24 jam sebelum ikan dimasukkan ke dalamnya, telah di filter maupun disucihamakan , dan tidak mengandung bahan toksikan (chlorine, kapur, dll).

2. Selalu dilakukan pengontrolan kualitas air melalui pengukuran parameter kualitas air secara berkala, baik terhadap air sumber maupun air pemeliharaan ikan.

3. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan tropis secara umum dapat dilhat pada Tabel 1. Manipulasi beberapa parameter kualitas air agar tetap stabil pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan yang dipelihara dapat dilakukan secara fisikis, kimiawi, maupun biologis. Misalnya untuk menaikkan dan mempertahankan suhu air pada kisaran tertentu, dapat digunakan heater (thermoregulator).

101

4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress.

Tabel 1. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk

kehidupan ikan

Parameter Kisaran konsentrasi

Suhu 26 – 32 oC

pH 6,5 – 8.5

Oksigen terlarut (O2) 75% kejenuhan, > 4 ppm

Karbondioksida (CO2) ± 1,5 ppm dan tidak lebih dari

15 ppm

Ammonia (NH3) < 0,02 ppm

Alkalinitas (kesadahan dalam CaCO3)

Minimum 20 ppm

Hidrogen sulfida (H2S) < 0,003 ppm

Nitrat (NO3) < 1,00 ppm

Nitrit (NO2) < 1,00 ppm

Total Suspended Solid (TSS) < 80 ppm

5.2.2. Peralatan, sarana pemeliharaan ikan dan bahan

Peralatan dan sarana pemeliharaan yang digunakan harus

memadai untuk seluruh pemeliharaan ikan. Bahan seperti obat-

obatan/ atibiotik, desinfektan atau bahan uji kualitas air, juga

harus tersedia dalam jumlah cukup.

1. Pastikan bahwa peralatan dan bahan yang diperlukan

selama proses pemeliharaan dan perawatan ikan telah

tersedia, baik kualitas maupun kuantitasnya.

2. Gunakan peralatan dan wadah pemeliharaan /perawatan

ikan dari bahan berkualitas, dan telah didesihfeksi

sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian

3. Bahan –bahan seperti desinfektan ( Clorin. KMNO4,)

antibiotk, dll yang mendukung dalam pemeliharaan ikan

tersedia dalam jumlah cukup, dan diletakkan dalam

lemari khusus.

5.2.3. Pemberian Pakan berkualitas

Pakan yang digunakan harus terjamin kualitasnya. Pakan

hidup/alami, pakan segar, dan pakan olahan harus melalui

pengelolaan yang baik dalam hal penyimpanan, agar tidak

terjadi penurunan kualitas dan kontaminasi penyakit pada ikan

melalui pakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pemberian dan penyimpanan pakan sbb :

102

5.6. Pemberian pakan

Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan secara apparent satiation.

5.7. Pengelolaan pakan

Pengelolaan pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan

dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang

dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan &

periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity).

Kualitas pakan ikan umumnya lebih diutaman pada jenis

sediaan (pakan hidup atau buatan), kadar protein, food

convertion ration (FCR), serta palability & stability. Sedangkan

kuantitas pakan umumnya lebih didasarkan pada stadia

ikan, berkisar antara 3-10% bobot tubuh ikan/hari.

5.8. Penyimpanan Pakan

1. Pakan harus disimpan di tempat khusus, sesuai dengan

jenis pakan. Pakan alami/hidup seperti artemia atau ikan-

ikan berukuran lebih kecil dipelihara dalam keadaaan

hidup di dalam wadah / bak khusus, sedangkan cyste.

Artemia pada umumnya disimpan kering (dalam kemasan

kaleng)dan disimpan di lemari dan diberi label/kode

2. Pakan segar seperti ikan rucah untuk tujuan diberikan

sebagai pakan ikan,atau yang masih tersisa disimpan pada

suhu dingin atau beku di dalam referigerator dan diberi

label/kode

3. Pakan olahan seperti pelet atau fish meal, disimpan dalam

kondisi kering, di dalam lemari atau di atas rak terbuka

5.2.4. Pengelolaan Kesehatan ikan

Selama masa pemeliharaan ikan, pengelolaan kesehatan ikan

harus selalu dilakukan melalui monitoring secara berkala

terhadap status kesehatan ikan, diagnosa secara klinis

dan/atau visual yang dilanjutkan secara laboratoris apabila

diperlukan, serta tindakan perlakuan apabila terjadi infeksi

patogen yang secara definitif dapat dikontrol; baik secara fisikis,

kimiawi maupun biologis. Apabila ditemukan adanya indikasi

gejala infeksi patogen, maka segera kumpulkan informasi

antara lain :

103

- Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati

- Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek,

nafsu makan dll

dan segara lakukan pengambilan sejumlah ikan sakit (sampel)

untuk mengujian laboratoris. Pengamatan gejala klinis pada

ikan, dan kemungkinan penyebabnya seperti Pada Tabel 2.

Tabel 2. Gejala klinis umum penyakit ikan, kemungkinan penyebab serta tindak lanjut diagnosa

Gejala klinis Kemungkinan penyebab

Kematian mendadak beberapa ekor ikan dalam tempo yang singkat dengan gejala klinis yang tidak jelas. Ikan yang bertahan hidup menggantung di permukaan air/diam di dasar dan hilang keseimbangan. Ikan sangat lemah dan tidak mau makan.

1) Keracunan akut. Periksa kemungkinan adanya infeksi parasit atau bakteri, apabila negatif maka segeralah ganti air 75% atau lebih dengan asumsi terjadi keracunan. Ambil air dan analisis lebih lanjut di laboratorium

2) Kadar oksigen rendah. Periksa kadar oksigen pada saat level oksigen terlarut minimal

3) Infeksi bakteri atau virus perakut. Diagnosa lanjut perlu dilakukan

Ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras dan melesat “flashing” atau berkilap ketika menggosok sisi badan lainnya, terkadang meloncat ke permukaan air.

Indikator adanya iritasi di kulit atau insang 1) Dapat disebabkan akibat kadar

ammonia tinggi, nitrit yang meningkat atau pH rendah/tinggi Fluktuasi harian pH air yang tinggi juga dapat mengakibatkan iritasi. Periksa kualitas air.

2) Iritasi dapat pula disebabkan oleh infeksi ekto parasit seperti cacing, Ichthyophthirius, Trichodina dll. pada kulit/insang. Periksa lendir/sirip dan insang secara mikroskopis.

Ikan berenang normal, tapi nampak kesulitan bernafas (terlihat dari gerakan tutup insang) Ikan terlihat megap-megap, berkumpul di dekat sumber aerasi.

1) Kadar oksigen terlarut sangat rendah, periksa kadarnya pada saat level terendah (pagi hari)

2) Kualitas air yang buruk mengakibatkan hiperplasia insang, ekses produksi lendir atau keracunan nitrit. Periksa ammonia, nitrit dan pH

3) Indikator adanya tahap awal infeksi penyakit pada insang. Bila kondisi berlanjut, periksa parasit atau

104

kondisi insang 4) Anemia. Insang terlihat pucat

Ikan secara individual terpisah dari kelompoknya, bernafas normal, tidak mau makan, tampak kusam atau ada area yang kusam di kulitnya. Tidak nampak adanya gejala klinis yang nyata.

Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut 1) Ikan mungkin menderita akibat

infeksi parasit. Periksa kulit/llendir/sirip dan insang

2) Ikan mungkin menderita infeksi patogen internal

3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik. Isolasi dan identifikasi

4) Periksa kualitas air

Beberapa ikan tampak lemah, tidak mau makan atau makan sangat sedikit. Ikan terlihat malas, beberapa siripnya sobek atau rombeng.

Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia,

nitrit, pH 2) Polusi bahan organik 3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit

di kulit/llendir/sirip dan kondisi insang

4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik, isolasi dan identifikasi serta periksa adanya pendarahan, luka atau borok

Ekses lendir di insang dan/atau kulit. Lendir kecoklatan atau menggumpal, kemungkinan diikuti dengan menggosok-gosokkan badan serta “flushing”, megap-megap dan/atau lemah.

1) Infeksi ekto parasit. Periksa kulit/lendir/sirip dan insang

2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci

Luka atau borok di kulit Kemerahan atau peradangan di permukaan badan atau sirip Insang terkuak, pembengkakan, luka yang tidak sembuh dalam tempo 1 – 2 hari.

1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat bersih dengan sedikit peradangan. Umumnya akan sembuh dalam beberapa hari, tetapi berisiko adanya infeksi sekunder

2) Iritasi jaringan yang terfokus biasanya disebabkan oleh infeksi ekto parasit. Periksa parasit secara mikroskopis

3) Infeksi bakteri. Isolasi dan identifikasi

4) Kualitas air bermasalah, termasuk kadar bahan organik yang tinggi. Periksa beberapa parameter kunci.

105

Luka kemerahan atau putih di badan yang terfokus

Infeksi ekto parasit yang berukuran relatif besar seperti Argulus, Lernaea, Alitropus atau lintah. Parasit-parasit tersebut biasanya dapat diamai dengan mata telanjang

Insang geripis Sirip sobek, terbelah atau rombeng. Mungkin ujungnya berwarna keputihan dan/atau kemerahan pada bagian pangkal.

1) Infeksi bakteri 2) Infeksi ekto parasit. Periksa

kulit/lendir/sirip dan insang secara mikroskopis

3) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci

4) Kerusakan fisik 5) Terlalu padat 6) Infeksi jamur 7) Infeksi bakteri Columnaris

Perut ikan membengkak (dropsy). Mungkin sisik terkuak, dan kemerahan di badan atau sirip. Mungkin mata melotot (exophthalmos)

1) Infeksi virus 2) Infeksi bakteri sistemik,

mengakibatkan pembengkakan perut “dropsy”. Dapat dibedakan dari tomour melalui bentuk, simetri dan bila diraba (keras atau cair)

3) Neoplasm (tumour). Dapat ditentukan dari ukuran, bentuk (biasanya asimetri) dan apabila diraba terasa keras

4) Penyakit yang menginfeksi hati atau ginjal Lakukan diagnosa lanjut secara laboratoris

5) Infeksi parasit internal (endo parasit) 6) Masalah genetis 7) Masalah pencernaan. Lakukan

autopsi terhadap saluran pencernaan

Ikan mengalami masalah pernafasan, megap-megap. Pada insang terdapat jaringan/sel yang mati (necrosis), ada bercak-bercak abnormal, dan ekses lendir.

1) Infeksi bakteri di insang 2) Infeksi virus 3) Infeksi parasit di insang

Bintik-bintik putih kecil di kulit dan sirip, ikan tampak seperi ditaburi garam. Umumnya lendir tampak lebih tebal.

Infeksi Ichthyophthirius. Diagnosa definitif dapat dilakukan melalui pemeriksaan secara mikroskopis

Putih atau putih kecoklatan seperti gumpalan kapas di kulit atau sirip. Biasanya diikuti oleh pembengkakan atau erosi kulit.

1) Infeksi jamur 2) Infeksi bakteri Columnaris. Periksa

sampel untuk pemeriksaan mikroskopis yang diindikasikan adanya bakteri yang berukuran relatif panjang dan bergerak meluncur (Flexibacter sp.)

106

Pembengkakan di kulit.

1) Infeksi kista parasit. Periksa secara mikroskopis dari sampel yang diambil dari lokasi bengkak

2) Kerusakan fisik 3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti

dengan luka atau sisik terkuak 4) Tumour internal.

Ada “sesuatu” yang tumbuh di kulit/sirip

Tumour atau infeksi virus seperti: 1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti

lilin meleleh menempel di sirip/kulit 2) Papiloma, seperti kutil yang terus

membesar, berbentuk bulat halus atau seperti bunga kol, berwarna putih, merah muda atau merah

3) Lymphocystis, ukuran bervariasi, kutil berwarna putih atau merah muda di kulit/sirip/insang. Periksa secara mikroskopis terhadap irisan kutil tersebut

4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi tersebut, namun sering sembuh dengan sendirinya. Namun tetap berisiko terjadinya infeksi sekunder

Kornea mata berwarna keruh (berkabut)

1) Kerusakan fisik 2) Defisiensi nutrisi 3) Kualitas air buruk 4) Infeksi bakteri

Bentuk badan yang abnormal, tulang belakang bengkok.

1) Penggunaan organophosphate 2) Nutrisi tidak seimbang 3) Masalah genetik 4) Kerusakan otot/fisik 5) Keracunan

Hilang keseimbangan dan ikan tidak mampu diam dengan posisi yang benar (ikan terlihat baik pada saat berenang, tetapi gerakannya akan tampak abnormal pada saat berhenti berenang)

1) Masalah pada gelembung renang (infeksi bakteri atau virus)

2) Penyakit pada organ internal seperti hati, ginjal atau organ pencernaan

Lemah, bobot tubuh menurun, terjadi kematian secara kronis. Mungkin terlihat adanya cacing yang menggantung atau keluar dari anus

Parasit internal. Periksa sampel darah dan kotoran secara mikroskopis

Ikan (mas/koi) terlihat bersih, gerakan seperti nervous atau megap-megap Beberapa hari sebelumnya

107

nafsu makan normal, namun mendadak hilang nafsu makan pada hari-hari berikutnya Terdapat bercak putih atau kerusakan pada lamella insang, mungkin diikuti pendarahan di sirip/badan, lepuh atau luka Terjadi kematian sporadis dalam tempo singkat (1 – 7 hari)

Infeksi Koi Herpes Virus.

VI. REKAM DATA

Hasil kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan harus direkam

sesuai dengan formulir standar. Seluruh informasi yang tertuang

dalam formulir tersebut merupakan informasi yang akan digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan karantina selanjutnya.

VII. PELAPORAN

Hasil pemeliharaan dan perawatan ikan harus dituangkan dalam

bentuk laporan yang ditandatangani oleh petugas pelaksana.

Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran

tindak lanjut, dan formulir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan

merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir hasil

pemeliharaan dan perawatan ikan.

108

KOP SURAT

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN IKAN

Nomor: ________________ Tanggal : _______________

Nama pemilik :__________________________________________ Instansi/perusahaan : __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________

Jenis ikan : ukuran : No. Wadah : Hari ke-

Hari & Tanggal

Jumlah (ekor/kg)

Jenis dan jumlah

pakan/hari

Parameter kualitas air

Kematian (ekor)

Diagnosa Penyakit

Petugas Ket*)

A B C D Nama Paraf

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

*) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum termuat dalam formulir ini. Catatan:_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

109

KOP SURAT

PENGAMATAN KESEHATAN IKAN DAN TINDAKAN

Nomor: ________________ Tanggal : _______________

Nama pemilik : __________________________________________ Instansi/perusahaan: __________________________________________ Alamat : __________________________________________ Telepon/Fax : __________________________________________

Jenis ikan : Stadia : No. Wadah :

No. Hari&

Tanggal Jumlah Ikan

Gejala Klinis

Nafsu Makan

Respon Terhadap Rangsang

Pergerakan Ikan

Tindakan Paraf Petugas

Ket *) Jml kematian

1.

2.

3

4

5

6

7

110

Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan

Nama IKI Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan

I. TUJUAN & SASARAN

SOP perlakuan dan perkembangan kesehatan ikan di IKI disusun sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dan penangungjawab instalasi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan di IKI

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan meliputi perlakuan pada ikan sakit, obat dan dosis ikan, pengamatan kesehatan ikan (gejala klinis, perubahan tingkah laku dll), pengukur kualitas air, dan pencatatan

III. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Obat Ikan adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala klinis dan luka pada ikan.

3.2. Dosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan untuk dipakai sebagai obat dalam atau obat luar.

3.3. Gejala Klinis adalah ada atau tidaknya infeksi HPI/HPIK pada ikan yang didasarkan pada pengamatan gejala atau perubahan abnormalitas secara visual.

IV. PENANGGUNG JAWAB

Pelaksana kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI adalah petugas karantina dan penanggungjawab IKI yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI

V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan, sarana dan bahan

Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain: 1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air 2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium) 3. Aerator 4. Serok 5. Media pemeliharaan (air) 6. Obat ikan /antibiotik

111

5.2. Prosedur pelaksanaan Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/ pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah :

5.2.1. Perlakuan / pengobatan pada ikan

1. Ikan yang diduga terpapar penyakit HPIK golongan II , dipisahkan dan segera dipindahkan ke bak khusus yang dilengkapi dengan aerasi, dan dipelihara menggunakan peralatan tersendiri

2. Amati dan catat adanya gejala klinis pada tubuh, kelainan tingkah laku, dan ketidaknormalan lainnya.

3. Segera lakukan diagnosa terhadap penyebab penyakit ikan , tentukan jenis obat dan dosis yang akan diberikan, dan analisis terhadap interaksi obat yang akan digunakan serta metode perlakuan/pengobatan yang akan dilakukan ( deeping atau bathing, long bathing, oles dan oral )

4. Lakukan perlakuan/pengobatan sesuai dengan metode yang telah ditentukan

5. Setelah perlakuan/pengobatan dengan deeping atau bathing, ikan dipindahkan ke dalam bak baru berisi air bersih

6. Apabila diberi perlakuan /pengobatan dengan metode long bathing, oles dan oral, ikan

7. Tidak perlu dipindahkan kedalam wadah baru 8. Selama masa pengobatan lakukan pengamatan terhadap

perkembangan kesehatan ikan 9. Setelah perlakuan/pengobatan selesai, lakukan pengamatan

terhadap perkembangan hasil pengobatan 10. Setelah ikan sehat kembali, dapat digabungkan dengan ikan

lainnya 11. Apabila masih terdapat ikan yang belum dapat disembuhkan,

maka pengobatan ikan dapat dilakukan menggunakan jenis obat dan metode lainnya. Apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga, maka dilakukan pemusnahan.

5.2.2. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan

Pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan selama masa pengobatan (no. 6, sub bab 5.2.1). Tahapan yang dilakukan sbb : 1. Amati dan catat adanya awal gejala klinis / ketidaknormalan

tubuh /perubahan warna tubuh/ perubahan tingkah laku atau kepekaan terhadap rangsang paada ikan, sebelum pengobatan diberikan

2. Lakukan pengamatan perkembangan kesehatan ikan, satu hari setelah perlakuan (pemberian obat) sampai dengan selesai pengobatan, dan catat perubahan yang terjadi.

3. Apabila gejala klinis pada ikan berkurang atau ikan dapat disembukan, maka pengobatan tersebut efektif, tetapi apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga lakukan seperti pada no 10 sub bab 5.2.1.

112

4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air secara berkala.

VI. REKAM DATA

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.

113

FORM PERLAKUAN PADA IKAN Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Alamat IKI : Gejala klinis : Dugaan infeksi penyakit : No. Hari/

Tanggal Nomor

Wadah/bak Jenis Ikan

Jumlah Ikan

Jenis Obat

Metode Pengobatan & dosis (ppm)

Petugas Ket *)

Catatan : *) waktu / lama perlakuan( pemberian obat) (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

114

FORM PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama 3 hari Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di IKI

No. Hari /Tanggal/ jam

Jenis ikan dan ukuran ikan

Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala klinis/ kelainan tingkah laku)

Paraf petugas

Ket*)

Sebelum pengobatan Setelah pengobatan (hari ke)

1 Senin 2/8/ 2010 09.00

Mas koki/ 7 cm

Pendarahan pada pangkal sirip ekor

Insang pucat Sirip grepes

2 Selasa/ 3/8/2010 09.00

Mas koki/ 7 cm

…………………………. Hari ke 1

3 Rabu/ 4/8/2010 09.00

……………………………………

Hari ke 2

dst

*) Keterangan diisi dengan waktu pengobatan (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

115

Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI

Nama IKI Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengelolaan Air Tawar

I. TUJUAN & SASARAN Prosedur Operasional Standar / SOP pengelolaan air tawar pada IKI bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal media pemeliharaan ikan sesuai dengan jenis dan masing masing stadia. Sasaran yang hendak dicapai adalah meminimalisir gangguan lingkungan bagi kelangsungan hidup ikan

II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan air: adalah sumber air, filterisasi, aerasi/ netralisasi/ dekhlorinasi dan pengukuran kualitas air.

III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Declorinisasi Proses penghilangan klorin dalam air dengan cara pemberian aerasi secara terus menerus.

3.2. Filterisasi Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat

IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.

V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI antara lain: � bak penampungan air/tandon � air tawar � filtrasi � aerasi/blower

5.2. Prosedur pelaksanaan 5.2.1. Sumber Air

Sumber air dapat berasal dari air sungai, air tanah, dan air pam. Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan filterisasi, dan dilanjutkan dengan perlakuan fisika (misalnya :ozon dan uv) dan/ atau perlakuan kimia (misalnya: chlor) untuk meminimalkan kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar.

116

5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi. Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb : 1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah

disiapkan 2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan

khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam air

3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan sisa-sisa bahan organik

4. Air siap untuk dilakukan filterisasi

5.2.3. Filterisasi

Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan proses pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika, karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih.

2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup, kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih, tidak berbau dan pH netral.

3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak penampungan/tendon.

4. Air siap untuk digunakan 5.2.4.Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air antara lain meliputi pengukuran suhu air, oksigen terlarut (DO), drajat keasaman (pH), salinitas, dan kadar amoniak. 1. Pengukuran suhu

• Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur suhunya

• Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam thermometer

• Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat hasilnya

• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore

2. Pengukuran oksigen terlarut (DO) • Masukkan DO meter yang sudah dikalibrasi kedalam air yang

akan diukur DO nya

• Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada DO meter

117

• Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut didalam air, dan catat hasilnya

• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore

3. Pengukuran drajat keasaman (pH) • Masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi /kertas lakmus

kedalam air

• Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada pH meter atau perubahan warna pada kertas lakmus

• Amati perubahan yang terjadi pada pH meter, atau bandingkan perubahan warna pada kertas lakmus, bandingkan dengan indikator pH, dan catat hasilnya

• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore

4. Pengukuran salinitas

• Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah dikalibrasi

• Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas didalam refraktometer, dan catat hasilnya

• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore

5. Pengukuran amoniak menggunakan kit

• Ambil 5 ml air yang akan diukur, dan masukan ke dalam tabung KIT amoniak (sesuai manual pabrikan)

• Tetesi dengan reagen amoniak

• Cocokkan warna yang timbul dengan kartu warna

• Tentukan hasil pengukuran amoniak, dan catat hasilnya

VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan air pemeliharaan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.

118

Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :

Persiapan Pengelolaan Air Sebelum Pakai Pada IKI

No. Tanggal Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan*)

*) keterangan diisi dengan penggunaan desinfektan, dosis dan waktu.

(Tempat dan waktu)

Penanggung

jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

119

Lampiran 13. Contoh SOP Pengelolaan Pakan di IKI

Nama IKI

Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengelolaan Pakan

I. TUJUAN & SASARAN Pedoman dalam pengelolaan pakan IKI harus memperhatikan jenis, jumlah dan komposisi yang tepat untuk masing – masing jenis ikan.

II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan pakan ini antara lain:

• Jenis pakan (alami dan buatan, stadia,)

• Cara persiapan pakan

• Waktu pemberian pakan

• Jumlah pakan

• Cara Pemberian Pakan

• Perhitungan FCR (Food Conversion Ratio)

III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1 Pakan Alami Pakan yang berasal dari alam

3.2 Pakan Buatan Pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia

IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan pakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.

V. PROSEDUR KERJA

Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami dan atau buatan.

5.1. Peralatan & bahan

Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pemberian pakan pada IKI antara lain:

� Pakan alami � Pakan buatan � Wadah pakan ikan � Alat ukur

5.2. Prosedur Pelaksanaan 5.2.1. Pakan Alami

1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Panen pakan alami yang telah dikultur 3. Cuci pakan alami dengan menggunakan air bersih atau pelarut lain

untuk menghilangkan kotoran dan mikroba

120

4. Pakan alami siap untuk digunakan 5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan 6. Selesai.

5.2.2 Pakan Buatan

1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Gunakan pakan buatan yang tersedia 3. Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti

antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang 4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan

berdasarkan kebutuhan 5. Selesai.

VI. REKAM DATA

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan pakan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.

121

Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :

Pengelolaan Pakan pada IKI

No. Tanggal Waktu Pemberian

Nomor wadah/bak

Jenis Jumlah Keterangan*)

*) Keterangan diisi dengan pakan alami atau buatan

(Tempat dan waktu)

Penanggung

jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

122

Lampiran 14. Contoh SOP Penanganan Ikan Keluar

Nama IKI Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENANGANAN IKAN KELUAR

I. TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari IKI

II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI meliputi: Konfirmasi, Jenis dan Ukuran Ikan, Status Kesehatan Ikan, dan Pengemasan

III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari iki adalah petugas yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI.

IV. PROSEDUR KERJA 4.1. Peralatan & bahan Peralatan bahan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI antara lain:

• wadah penyortiran dengan lubang ukuran tertentu

• wadah penampung

• aerator

• serok 4.2. Prosedur pelaksanaan

1. Lakukan pengurangan air pada wadah/bak pemeliharaan sampai dengan tinggal 1/3 bagian

2. Ambil ikan dengan menggunakan serok secara perlahan 3. Pisahkan ikan berdasarkan jenis ikan, ukuran dan jenis kelamin

ikan. Untuk memisahkan ikan ukuran benih dengan menggunakan ember yang mempunyai lubang ukuran tertentu, sedangkan untuk ikan berukuran besar dapat dilakukan dengan menggunakan serok

4. Masukkan ikan yang telah dilakukan penyortiran kedalam wadah/bak sesuai dengan ukuran dan jenis ikan yang telah diberi es untuk menurunkan suhu

5. Ikan yang sudah dipisah–pisahkan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi oksigen sesuai kebutuhan

6. Ikan dikemas rapi menggunakan styrofoam/ kardus/ plastik, pada bagian samping dapat diberikan es batu pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI

123

V. REKAM DATA

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.

124

Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Alamat IKI :

KEGIATAN PENANGANAN IKAN SELAMA MASA KARANTINA SEBELUM

KELUAR DARI IKI

No. Tanggal Nomor Wadah/bak

Ukuran/ Jumlah ikan

Status Kesehatan

Jumlah Ikan

Paraf petugas

Ket*)

*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak hasil sortir (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

125

Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan

Nama IKI

Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMUSNAHAN

I. TUJUAN DAN SASARAN

Sebagai petunjuk bagi Petugas karantina /Penanggung Jawab IKI UPT

KIPM /Badan hukum/pihak ketiga untuk melakukan tindakan

pemusnahan terhadap media pembawa HPI/HPIK yang tidak memiliki

dokumen yang lengkap dan atau media pembawa yang terinfeksi HPIK

gol I dan gol II yang tidak bisa disembuhkan.

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup POS pemusnahan media pembawa HPI/HPIK di IKI

meliputi :

1. Persiapan pelaksanaan tindakan pemusnahan.

2. Prosedur dan pelaksanaan tindakan pemusnahan.

3. Berita acara pemusnahan.

III. ISTILAH DAN DEFINISI

1. Instalasi Karantina Ikan (IKI) adalah : Tempat beserta sarana

dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk

melaksanakan tindakan karantina.

2. Petugas IKI adalah Pegawai / karyawan yang bekerja di IKI

dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan.

3. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan

dimasukkan ke dalam negeri atau suatu Are di dalam wilayah

Negara Republik Indonesia.

4. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan

Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)

dan/atau Hama dan Penyakit Ika (HPI);

126

5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa

sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya;

6. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang

diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,

karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk

mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK

di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’.

IV. PENANGGUNG JAWAB

Pelaksanaan pemusnahan media pembawa HPI/HPIK dilakukan oleh

personil IKI dibawah pengawasan Petugas Karantina yang ditunjuk

melalui Surat Tugas yang ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM.

V. PROSEDUR KERJA

Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan

apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang

jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus

untuk melakukan proses pembakaran. Abu sisa pembakaran

kemudian ditimbun kembali untuk menghindari tersebarnya

HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut.

Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal

pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan,

jenis,jumlah, indikasi pemusnahan, penanggung jawab instalasi.

V. REKAM DATA

Setiap kegiatan pemusnahan wajib melakukan pencatatan pada lembar

(form) pemusnahan.

127

Lampiran . Form pemusnahan media pembawa

Nama Perusahaan :

Alamat Perusahaan :

PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA PADA IKI

No. Tanggal Media Pembawa Jumlah Indikasi Paraf

Petugas

Penanggung

Jawab IKI

Penanggung Jawab

……………………

Catatan:

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………

128

Lampiran 16. Contoh SOP Pengelolaan Limbah

Nama IKI

Inisial IKI/Tahun

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Pengelolaan Limbah

I. TUJUAN & SASARAN

SOP pengelolaan limbah bagi petugas karantina dan penanggungjawab

IKI dalam melakukan kegiatan pengelolaan limbah agar dilaksanakan

secara tepat dan sesuai standar

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup untuk kegiatan Pengelolaan Limbah meliputi :

� Peralatan dan bahan penanganan limbah

III. ISTILAH DAN DEFINISI

3.1. Limbah karantina ikan adalah semua jenis dan bentuk bahan

buangan pelaksanaan kegiatan tindak karantina yang meliputi

pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan media

pembawa.

3.2. Limbah padat adalah semua jenis dan bentuk bahan padat yang tidak

terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan

tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan

media pembawa.

3.3. Limbah cair adalah semua jenis dan bentuk bahan buangan cair yang

tidak terpakai lagi dan harus dikeluarkan dari tempat pelaksanaan

tindakan pengasingan, pengamatan, perlakuan, dan penahanan

media pembawa.

3.4. Limbah gas adalah semua jenis dan bahan gas berbahaya yang

dikeluarkan instalasi karantina ikan sebagai hasil samping reaksi

kimia atau pembakaran dan penguapan bahan kimia. Pathogen yang

tersebar di udara tidak diklasifikasikan ke dalam limbah gas.

3.5. Pengelolaan limbah adalah upaya mengeliminasi bahan buangan

berbahaya dari instalasi karantina ikan agar limbah dapat dibuang

dengan aman ke lingkungan atau dimanfaatkan untuk tujuan lain.

3.6. Laboratorium adalah tempat termasuk fasilitas yang digunakan

untuk kegiatan pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan,

perlakuan, dan penahanan media pembawa.

3.7. Desinfektan adalah bahan kimia dan/atau organik yang memiliki

kemampuan merusak dan membunuh organisma, sehingga dapat

129

digunakan dalam proses suci hama terhadap kontaminasi

mikroorganisma.

IV. PENANGGUNG JAWAB

Pelaksana kegiatan pengelolaan limbah adalah

petugas/penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas

kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik

IKI

V. PROSEDUR KERJA

Mekanisme pelaksanaan tindak karantina terhadap media pembawa

antara lain adalah pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,

perlakuan, penahanan dan mungkin pemusnahan. Keseluruhan

tindakan tersebut sangat terkait dengan potensi ada serta tersebarnya

patogen infeksius yang tergolong HPIK pada media pembawa; maka

semua limbah dari kegiatan tersebut harus dikelola hingga dianggap

aman untuk dibuang ke lingkungan.

5.1. Peralatan & bahan

Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pengelolaan limbah

laboratorium karantina ikan antara lain:

� disinfektan

� bak penampung limbah dan disinfeksi

� bak oksidasi, filtrasi dan hewan uji

� autoclave/incinerator/tempat pembakaran

� tempat sampah

� fume hood (lemari asam) dan/atau lemari asap, jika memungkinkan.

� botol BOD

� spectroquant dan/atau atomic absorption spectrohotometer (AAS)

dan/atau high precisssion liquid chromatograph (HPLC) –

(disesuaikan dengan volume dan intensitas kegiatan pengelolaan

limbah di laboratorium) jika memungkinkan.

5.2. Prosedur pelaksanaan

52.1. Pengelolaan atau Penanganan limbah padat

1. Sediakan tempat sampah di setiap ruang secara mandiri untuk

limbah padat. Ukuran/volume tempat sampah disesuaikan dengan

volume limbah padat harian dan senantiasa tertutup. Semua

personil/operator di setiap ruang harus secara disiplin membuang

limbah padat di wadah yang telah disediakan.

130

2. Limbah padat seperti kertas dan selain media pembawa sebaiknya

dibuang tiap hari dan dibakar secara sempurna.

3. Pada Instalasi Karantina Ikan untuk media pembawa ikan yang

mati saat pengangkutan atau selama dalam IKI dilaporkan kepada

petugas karantina ikan (UPT KIPM) untuk dilakukan pemeriksaan

untuk mengetahui penyebab kematian atau dapat dimusnahkan.

4. Ikan yang mati dimasukkan di dalam kantong plastik dan diberikan

labeling yang memuat data informasi tentang shipment, spesies, no

wadah/bak/kolam/aquarium dan tanggal kematian kemudian

disimpan di dalam refrigerator/ freezer sebelum dilakukan

pemeriksaan.

5. Ikan yang mati dapat dimusnahkan menggunakan autoclave,

dikubur dalam-dalam dan diberi desinfektan, atau di incenerator.

6. Apabila incinerator tidak tersedia, pembakaran limbah padat dapat

dilakukan dalam lubang tanah sesuai prosedur pemusnahan media

pembawa dan kemasannya. Pastikan bahwa pembakaran

berlangsung sempurna hingga limbah menjadi abu.

7. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik sesuai

dengan persetujuan dari otoritas kompeten dapat digunakan

kembali atau dimusnahkan dengan melihat kondisi dari bekas

kemasan tersebut.

8. Bekas kemasan seperti kardus, steroform atau plastik yang akan

digunakan kembali harus dikelola dengan cara dibasuh dengan

menggunakan sodium hipoklorit dosis 20 ppm atau direndam

dengan menggunakan Copper sulphate 0,1 ppm selama kurang lebih

1 jam atau bahan lain yang aman.

5.2.2. Pengelolaan limbah cair

1. Semua fasilitas pemeriksaan teknis, pengasingan, pengamatan,

perlakuan, dan penahanan media pembawa harus dihubungkan

dengan instalasi pipa yang bemuara ke bak penampung limbah

(Diagram 3). Saluran terbuka tidak disarankan untuk mengalirkan

limbah. Diamater pipa tempat saluran dari setiap unit laboratorium

bermuara, minimal harus berukuran sama dengan jumlah pipa

yang bermuara dikalikan diameternya untuk menjamin tidak ada

penimbunan massa limbah dalam pipa.

2. Sebelum dibuang, semua jenis limbah cair harus didisinfeksi

dengan cara direndam selama 1 hari menggunakan khlorin pada

dosis 5 mL/L atau dapat dengan dosis yang lain sesuai waktu

pemaparan. Setiap sumber khlorin yang diperdagangkan memiliki

kadar khlorin yang berbeda karena itu dosis sumber khlorin harus

131

disesuaikan dengan kandungan khlorin yang tertera dalam

kemasan.

3. Bak penampung limbah dapat juga digunakan sebagai bak

desinfeksi karena itu dapat dilengkapi dengan disinfectan diffuser

dan agitator seperti turbo jet atau air-O2 untuk menjamin kontak

sempurna antara disinfektan dengan mikroba target. Effektifitas

diffuser di cek secara berkala dengan mengamati perkembangan

populasi patogen yang akan dimusnahkan. Satu diffuser memadai

untuk tiap ton air limbah.

4. Disinfectan diffuser dapat dibuat dari pipa pvc diameter 3 inchi

panjang 50 cm yang ditutup dikedua ujungnya. Di sepanjang pipa

di buat lima lubang kecil, begitu juga masing-masing tutup ujung

pipa dilubangi. Sebelum ditutup pipa diisi campuran pasir kering

dengan disinfektan seperti kaporit yang mengandung khlorin

dengan perbandingan 1:1. Setelah ditutup gantung diffuser di dekat

pipa pemasukan limbah ke bak disinfeksi sedemikian rupa sehingga

khlorin secara perlahan-lahan berdifusi kedalam air limbah.

5. Dari bak disinfeksi, air limbah dialirkan melalui pipa atas ke bak

oksidasi yang diaerasi menggunakan diffuser untuk memungkinkan

proses nitrifikasi terjadi dan pertumbuhan phytoplankton

berlangsung. Pada ujung akhir bak oksidasi ditempatkan rakit

fitoremediasi seluas maksimum 30 % luas bak.

6. Rakit untuk fitoremediasi dibuat dari kerangka pvc diameter 2 inch,

bagian tengah kerangka dilengkapi keranjang yang diisi arang

sebagi media tumbuh tanaman sebagai fitoremediator. Tanaman

tertentu seperti eceng gondok (Eichornia crasipes) dan spesies

Salvinia sp. tidak memerlukan media padat untuk tumbuh diatas

air dan merupakan penyerap bahan beracun seperti logam berat

yang effektif. Pandan (Pandanus sp.) merupakan fitoremediator

yang sekaligus dapat berfungsi menetralkan aroma limbah.

7. Apabila limbah tercampur dengan air laut maka fitoremediator

dalam bentuk tanaman tingkat tinggi sebaiknya dihilangkan.

Vegetasi mangrove sebetulnya fitoremediator yang efektif tapi sulit

menumbuhkannya dalam kolam.

8. Air dari bak aerasi dialirkan ke bak filter merata dipermukaan

sehingga air merembes menembus filter ke bak ikan uji karena gaya

gravitasi. Bak filter harus dilengkapi dengan pipa untuk back wash

supaya filter tidak tersumbat hingga tidak dapat berfungsi benar.

Cek fungsi filter tiap pagi hari, kalau tersumbat lakukan back wash,

kembalikan air back wash ke bak disinfeksi. Luas bak filter tidak

lebih dari 20 % luas bak oksidasi.

9. Cek oksigen terlarut, BOD, COD, alkalinitas, dan pH air yang keluar

dari bak filter tiap hari. Alirkan air dari bak filter ke bak tempat

132

pemeliharaan ikan seperti Tilapia sp. dan kerang seperti Anadonta

sp. Bandeng (Chanos chanos) dan kerang hijau (Perna viridis)

sebagaif filter feeder dapat dipelihara bila limbah tercampur air laut.

Amati kematian ikan dan kerang tiap hari dan ketahui penyebab

kematian kalau ada. Cek kandungan logam berat daging kerang

secara rutin tiap 2 minggu.

10. Air limbah yang telah dikelola dialirkan ke lingkungan bila

ikan tidak sakit dan mampu bereproduksi serta daging kerang tidak

mengandung logam berat diatas ambang yang diperbolehkan.

Pemeriksaan kandungan logam berat dan bahan karsinogen dapat

dilakukan di laboratorium yang menggunakan AAS, HPLC dan

Spectroquant atau di lapangan menggunakan kit.

11. Dalam hal instalasi tidak memiliki cukup lahan untuk

fasilitas pengolahan limbah, prosedur seperti diatas dapat

dilaksanakan menggunakan bak fiberglass yang besarnya

disesuaikan dengan kapasitas limbah dan sarana pendukung yang

tersedia.

12. Apabila disinfektan yang digunakan larutan khlorin maka

aerasi selama 6 jam sudah memadai untuk menetralkan khlor

sehingga air limbah layak untuk dibuang ke perairan umum. Tetapi

kalau larutan formalin yang digunakan untuk disinfeksi, aerasi

harus dilakukan sampai alkalinitas mencapai 50 mg CaCO3/L atau

larutan formalin tidak terdeteksi menggunakan kit antilin.

13. Selain bak penampung limbah sebaiknya juga disediakan

lubang tanah tertutup rapat untuk menampung sludge dan limbah

cair yang telah dikelola.

VI. REKAM DATA

Hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah direkam sesuai

dengan formulir. Seluruh informasi yang tertuang dalam formulir

tersebut akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan

selanjutnya.

VII. PELAPORAN

Hasil kegiatan pengelolaan limbah harus dituangkan dalam bentuk

laporan hasil pelaksanaan pengelolaan limbah yang ditandatangani

oleh petugas pelaksana. Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan

sementara serta saran tindak lanjut, dan formulir hasil pengelolaan

limbah merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir

pelaksanaan kegiatan.

133

Diagram 1. Garis besar alur pengelolaan limbah

Limbah

Limbah padat

Limbah

cair

Bekas

Kemasan/Lim

bah Padat

lainnya

Ikan yang Mati

Air

Dimusnahkan

(dibakar/diincen

erator,

diautoclave,

dikubur dalam-

daalam

Disinfeksi

OksidasiFil

trasi

Sludge Timbun Kompos

T

a

n

a

m

a

n

p

e

l

i

n

d

u

n

g

Perairan

Disinfeksi

O2

O2

134

Tabel 1. Desinfektan dan Prosedur Penangan Limbah

No. Alat/ Bahan Perlakuan

Fungsi Dosis / Ukuran

Aplikasi Keterangan

1. Klorin Mendesinfeksi limbah cair

5 mL/L

Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan

20 ppm > 60 menit Sodium Hipoklorit

Mendesinfeksi limbah cair

50 ppm

> 30 menit Sodium Hipoklorit

Mendesinfeksi limbah cair, bekas kemasan

>200 ppm

Direndam kurang lebih 1 jam

Sodium Hipoklorit

Mensterilisasi air yang akan digunakan kembali

>200 ppm

Konsentrasi 0.3 gr/L air kemudian dilakukan agutisasi minimal 10 menit dan diulang minimal selama 1 jam

Kalsium Hipoklorit

2. Oxytretacycline Mendesinfeksi peralatan, filter

10 ppm Direndam sabanyak 5-7 kali dalam sehari

3. Copper Sulfat Mendesinfeski ikan yang mati, bekas kemasan

0.1 Direndam

4. Formalin Mendesinfeksi ikan yang mati, bekas kemasan

50-100 ppm

Direndam 30-60 menit

30-50 ppm

Direndam pada air yang diaerasi selama 1 jam

50-100 ppm

Direndam pada air yang diaerasi

135

secara kuat-kuat selama 30-60 menit

5. Aldehid

Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,

0,5 mL/m3 atau 0,5 mg/L 0,1 mL/m3 atau 0,1 mg/L >1,5%

Rentang jam .

6. Pengoksidasi

Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,

0,02 %.

Rentang menit 0,5 – 2 jam

7. Halogen Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,

1,0-5,0%. 10-30 menit

8. Fenol Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,

0,1-5,0% 10-30 menit

9. Garam (A.K)

Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,

0,1-5,0%

10-30 menit

10. Biguanida

Mendesinfeksi sarana dan prasana seperti bak, seser, net,

Rentang jam

11. Ultra violet Mendesinfeksi limbah cair

>130 mWs/cm2

Spekrum 190-280 nm

12. Pemansan Mendesifeski limbah cair

85 °C kurang lebih 30 menit

13. Incenerator Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan

14. Dikubur dalam-dalam

Memusnahkan ikan yang mati

136

atau bekas kemasan

15. Autoclave Memusnahkan ikan yang mati atau bekas kemasan

137

Tabel 2. Beberapa bahan aktif dari golongan disinfektan yang dapat

digunakan untuk disinfeksi berbagai sarana dan prasarana

laboratorium.

Golongan Disinfektan Bahan Kimia

Aldehid Alkohol Pengoksidasi Halogen Fenol Garam (A.K) Biguanida

Formaldehid, glutaraldehid dan glioksal Etanol, propanol dan isopropanol Peroksida dan peroksigen seperti hidrogen peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil peroksida, kalium permanganat. Berbasis iodium: larutan iodium, iodofor, povidon iodium, Gugus klor: Kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin Fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol. Benzalkonium klorida, bensatonium klorida, dan setilpiridinium klorida Klorheksidin

138

KOP SURAT

REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH

Waktu sampling (h/b/t) :

Tindak karantina :

Penanggung jawab :

Pelaksana :

Kegiatan Frekwensi Disarankan Hasil Keterangan*)

Limbah padat Pemisahan limbah Limbah organik Disposable item Bahan tidak terbakar

Tiap hari Tiap hari Sesuai kegiatan Sesuai kegiatan

Dibakar Incinerator Sterilisasi

Spesifikasi Pupuk Abu Dikubur

Pengolahan limbah cair Pengukuran volume limbah Penentuan disinfektan Identifikasi pathogen Periksa disinfectan diffuser Pembuangan sludge

Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan Seminggu sekali Kalau diperlukan

Kaporit Ditimbun

Efektif Nihil Berfungsi Pupuk

Analisa air limbah hasil olahan Temperatur (oC) pH Salinitas Oksigen terlarut (mg/L)

Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Tiap pagi Sebelum ke

26-28 6,5-8,5 0 - 35 >4 > 50 < 25

Dalam kisaran Dalam kisaran Dalam kisaran

139

Alkalinitas (mg CaCO3/L) BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen (mg/L)-N Total fosfor (mg/L )-P

lk Sebelum ke lk Sebelum ke lk Sebelum ke lk

< 125 10 1,0

Diatas ambang Diatas ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang Bawah ambang

Pengoperasian, pemeliharaan Pompa Aerator Filter Penggantian fitoremediator

Tiap hari Tiap hari Tiap hari Kalau diperlukan

Berfungsi Berfungsi Berfungsi Kompos

Kegiatan akhir Periksa logam berat (µg/L) Periksa bahan karsinogen Periksa kematian ikan+kerang Pengaliran limbah

Sebelum ke lk Sebelum ke lk Tiap hari Limbah aman

1,0-8,0

Bawah ambang TTD Nil

Limbah gas Periksa fungsi fume hood Periksa fungsi lemari asam Periksa fungsi incinerator

Tiap hari Tiap hari Tiap hari

Berfungsi Berfungsi Berfungsi

140

KOP SURAT

REKAMAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

No.

Hari&Tanggal

No.

Bak/Kolam

Jenis Kegiatan

Jumlah

Petugas

Paraf

Petugas

Keterangan*)

1. Sabtu,07/02/14 Kolam

limbah L1

Desinfeksi menggunakan

Clorin dengan

konsentrasi 5 mg/L pada

bak penampungan

limbah

1 orang Direndam

selama 1 hari

2 Minggu,

08/02/14

Kolam

Limbah L1

Aerasi limbah secara

kuat

1 orang 6 jam

Jakarta, ...........

Pengelola/Penanggung Jawab,

....................................................

141

KOP SURAT

REKAMAN PENGELOLAAN/ PENANGANAN IKAN MATI

No.

Hari&Tanggal

Jenis Kegiatan

Jumlah

Petugas

Paraf Petugas

Keterangan*)

1. Senin, 04/03/13 pemusnahan ikan

mati

1 orang

2. 4 orang

Jakarta, ...........

Pengelola/Penanggung Jawab,

.....................................................

142

KOP SURAT

PENANGANAN BEKAS KEMASAN

No.

Hari &

Tanggal

Jenis Kegiatan Metode

Jumlah

Petugas

Paraf Petugas Keterangan*)

1. Senin,

04/03/13

Desinfeksi

Stereoform

Chlorin dibasuh

dengan klorin 5

ppm

1 orang 20 pcs

2. Senin,

04/03/13

Pemusnahan plastic

bekas kemasan

Dibakar secara

sempurna

kemudian abu

dikubur dalam-

dalam

4 orang 40 psc

Jakarta, ...........

Pengelola/Penanggung Jawab,

.....................................................

143

KOP SURAT

PENGAMATA KUALITAS AIR PADA BAK PENGELOLAAN LIMBAH

No Hari &

Tanggal

No.

Bak Limbah

Parameter

Paraf

Petugas

Temperatur

(oC)

pH

Salinitas Oksigen terlarut

(mg/L)

Alkalinitas (mg

CaCO3/L)

BOD5 (mg/L)-O2 COD (mg/L)-O2 Total nitrogen

(mg/L)-N

1. Senin,

04/03/1

3

L1

144

Lampiran 17. Jenis dan Daftar Obat Ikan sesuai dengan Klasifikasinya LAMPIRAN : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

KEP.20/MEN/2003 Tentang Klasifikasi Obat Ikan JENIS DAN DAFTAR OBAT IKAN SESUAI DENGAN KLASIFIKASINYA

I. JENIS-JENIS OBAT KERAS A. Antibiotika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya : 1. Albucid, sodium; 2. Ampicillin, sodium; 3. Ampicillin Thrihydrate; 4. Aureomycin; 5. Bacitracin; 6. Carbenicilin disodium; 7. Cephaloridine; 8. Chlortetracycline; 9. Cloxacillin, sodium; 10. Colistin Sulfate; 11. Cycloserine; 12. Doxycline Hyclate; 13. Emtrysidina; 14. Enrofloxacin; 15. Erythromycin; 16. Fosfomicina; 17. Furpyridinol; 18. Gentamycin sulfate; 19. Griseofulvin; 20. Kanamycin; 21. Lincomycin; 22. Methacillin sodium; 23. Neomycin; 24. Novobiocin; 25. Oleandomycin; 26. Oxolinic Acid (Quinolon); 27. Paromomycin; 28. Penicilin, Potasium; 29. Polymyxin B, Sulfate. B. Sulfonamida tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya : 1. Albucid, sodium; 2. Sulfadiazine; 3. Sulfadimethoxine Sodium; 4. Sulfamethazine, Sodium; 5. Sulfamonomethxine; 6. Sulfanilamide; 7. Sulfisoxazole; 8. Trimethoprim. C. Obat-obat anti bakteri yang lain tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam-garamnya 1. Acriflavine (hydrochloride dan neutral); 2. Basic Bright Green, Oxalate; 3. Benzentonium chlorida;

145

4. Cloxacillin, Sodium; 5. Merthiolate; 6. Nifurpyrinol; 7. Nifurprazine HCL. D. Obat-obat antelmintika tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: - Antimony Potassium tartrate. E. Obat-obat anti protozoa tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya : - Acetarsone. F. Obat-obat anesthesi tersebut di bawah ini serta derivat-derivat dan garam garamnya: 1. Ether; 2. MS-22 (tricaine methanesulfonate); 3. Propoxate; 4. Quinaldine sulfate. G. Vaksin : 1. Vaksin Aeromonas; 2. Vaksin Vibrio. H. Imunostimulan (Sediaan Biologi) : 1. LPS; 2. Glucan I. Hormon: 17 – Methyl II. JENIS-JENIS OBAT BEBAS TERBATAS A. Desinfektan : 1. Acriflavine; 2. Benzalkonium chloride; 3. Boric acid; 4. Calcium hypochlorite (kaporit); 5. Chloramine - B; 6. Copper sulfate; 7. Formalin (37-40%); 8. Iodophors; 9. Paraformaldehyde; 10. Phenoxethol; 11. Silvol; 12. Sodium hypochloride; 13. Sodium Peroxide Pyrophosphate; 14. Sodium Thiosulfate. B. Antiseptik: 1. Betanaphthol; 2. Chloramine - T; 3. Potassium permanganate (PK, KMn04). D. Antibakteri :

146

1. Atabrine, hyrochloride; 2. Basic Bright Green, oxalate; 3. Malachite Green, zinc free oxalate. E. Antelmentika: 1. Niclosamide; 2. Picric Acid. F. Feed Additive (imbuhan pakan ikan/udang) : 1. Avilamisina; 2. Avoparsina; 3. Bacitracin zink; 4. Enramisina; 5. Flavomisina; 6. Hygromycin B; 7. Kitasamycin; 8. Kolistin sulfat feed grade; 9. Lasalosid; 10. Linkomisina hidroklorida; 11. Maduramisina; 12. Monensin (natrium) 13. Narasina; 14. Nistatina; 15. Salinomycin (natrium); 16. Spiramycin (base, embonat); 17. Tiamulin hidrogen fumarat; 18. Tilocyn; 19. Virginiamycin; 20. Aklomide; 21. Amrolium; 22. Butynorate; 23. Clopidol; 24. Decoquinate; 25. Ethopabate; 26. Halquinaol; 27. Olakuinol; 28. Sulfanitran. III. JENIS-JENIS OBAT BEBAS A. Desinfektan dan Antiseptik : 1. Calcium chloride; 2. Calcium Nitrate; 3. Lysol; 4. Rivanol; 5. Hydrogen Peroxida (H202) dengan konsentrasi kurang dari 3%. B. Antiprotozoa : 1. Calcium Carbonate (Ca C03); 2. Sodium Chloride (Na Cljgaram dapur). C. Antelmintika : - Garlic. IV. ZAT AKTIF YANG DILARANG BEREDAR DAN DIPERGUNAKAN SEBAGAI OBAT IKAN 1. Nitrofuran, termasuk Furazolidone dan derivat-derivatnya;

147

2. Ronidozol; 3. Dapson; 4. Chloramphenicol, termasuk derivat-derivatnya dan garam-garamnya; 5. Cholichicin; 6. Chlorpromazone; 7. Trichlorfon; 8. Dimetildazole; 9. Metronidazole; 10. Aristolochia spp.

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. NARMOKO PRASMADJI