sk 034291
TRANSCRIPT
i
FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN
BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG
KE KOTA SALATIGA
(Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada SMA
Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)
PANDU ADI WINATA
SK 03. 4291
JURUSAN : STATISTIKA
PEMINATAN : SOSIAL KEPENDUDUKAN
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
JAKARTA
2007
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
ii
FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN
BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG
KE KOTA SALATIGA
(Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulan g Alik pada SMA
Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007 )
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Terapan pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
Oleh:
PANDU ADI WINATA
SK 03. 4291
SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK
JAKARTA
2007
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
iii
FAKTOR MOBILITAS SISWA SLTA DARI KABUPATEN
BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG
KE KOTA SALATIGA
(Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada SMA
Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007 )
Oleh:
PANDU ADI WINATA
SK 03 4291
Mengetahui/Menyetujui,
Ketua Jurusan Statistika Pembimbing
Ir. Ekaria, M.Si. Hardius Usman, M.Si. NIP 340010878 NIP 340012052
Tim Penguji Ujian Negara
Penguji I Penguji II
Sri Budianti, M.S. Ir. Agus Purwoto, M.Si. NIP 340000714 NIP 340010894
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
iv
PRAKATA
Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang segala sesuatu ada
pada kuasa-NYA, tiada daya upaya kecuali pertolonganNYA, dan hanya atas
rahmat, kehendak, dan karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Faktor Mobilitas Siswa SLTA dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Semarang ke Kota Salatiga (Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada
SMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. Satwiko Darmesto, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Statistik,
2. Bapak Hardius Usman, M.Si., selaku dosen pembimbing atas kesediaan
dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis,
3. Ayah dan ibu tercinta, dek Irma dan keluarga besar di Ambarawa dan
Probolinggo atas semangat dan doa yang selalu mengiringi penulis,
4. Ibu Sri Budianti, M.S. dan Bapak Ir. Agus Purwoto, M.Si. selaku tim
penguji,
5. Bapak Kepala Sekolah, guru, adik-adik SMA Negeri 1 Salatiga serta
Kepala dan staf BPS Kota Salatiga,
6. Septa Noor Pradhani beserta keluarga besar, atas semangat dan doa yang
diberikan kepada penulis,
7. Teman-teman angkatan 45, KARISMA, dan PERKASSA, serta semua
pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman alumni SMU N 1 Salatiga, dan fakultas Kimia UNDIP
2003, jaga ukhuwah kita.
Penulis menyadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
penulisan skripsi ini.
Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta, September 2007
Pandu Adi Winata
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
v
ABSTRAK PANDU ADI WINATA, “Faktor Mobilitas Siswa SLTA dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang Ke Kota Salatiga (Studi Kasus Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik pada SMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)”. Dibimbing oleh HARDIUS USMAN. Mobilitas penduduk adalah hak azasi setiap individu, dan ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Hak Azasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 bahwa setiap Warga Negara Indonesia (WNI) berhak untuk secara bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejumlah penduduk terdorong untuk berpindah karena perbedaan peluang antara satu tempat dengan tempat lainnya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan. Salah satu kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pendidikan di mana pendidikan merupakan upaya peningkatan mutu modal manusia.
Kota Salatiga adalah sebuah kota yang terletak di propinsi Jawa Tengah yang wilayahnya dibatasi sepenuhnya oleh Kabupaten Semarang. Beberapa sekolah di Kota Salatiga banyak diminati baik oleh siswa dari Kota Salatiga sendiri maupun dari luar Kota Salatiga.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 2004/2005, persentase siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) lebih banyak daripada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di mana persentase siswa SLTP sebesar 25 persen, namun di tingkat SLTA, persentase siswa lebih banyak, yaitu
sebesar 35 persen. Persentase siswa SLTA yang lebih besar dari SLTP salah satunya disebabkan adanya mobilitas ulang alik siswa dari luar Kota Salatiga yang bersekolah di Kota Salatiga.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik siswa SMA N 1 Salatiga dan mengetahui faktor utama alasan siswa SMA N 1 Salatiga yang tinggal di luar Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.
Objek penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA N 1 Salatiga yang melakukan mobilitas ulang alik. Penentuan minimum sampel menggunakan teorema Slovin dan dipilih dengan sistematik linier.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis komponen utama dan analisis faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang melakukan mobilitas ulang alik adalah siswa perempuan dan secara keseluruhan, siswa pelaku mobilitas ulang alik sebagian besar berasal dari Kabupaten Semarang. Analisis faktor yang dilakukan terhadap tujuh peubah menunjukkan bahwa faktor daerah tujuan merupakan faktor utama yang menjadi alasan bagi siswa dari luar Kota Salatiga untuk bersekolah di Kota Salatiga.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
1
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar belakang .......................................................................... 1
1.2. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
1.4. Sistematika Penulisan ............................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 12
2.1. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
2.1.1. Mobilitas Penduduk ........................................................ 12
2.1.2. Migrasi ........................................................................... 17
2.2. Kajian Teori .............................................................................. 20
2.2.1. Faktor Daerah Asal dan Daerah Tujuan ......................... 20
2.2.2. Keluarga ......................................................................... 22
2.2.3. Teman ............................................................................. 23
2.2.4. Daya Tarik Kota ............................................................. 24
2.2.5. Dorongan Internal .......................................................... 24
2.2.6. Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik ............... 25
2.3. Kerangka Pikir........................................................................... 27
BAB III METODOLOGI ............................................................................... 29
3.1. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 29
3.1.1. Sumber Data................................................................... 29
3.1.2. Populasi dan Target Populasi ......................................... 29
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
2
3.1.3. Sampel............................................................................ 30
3.1.4. Waktu Pengumpulan Data ............................................. 31
3.1.5. Instrumen Penelitian....................................................... 31
3.1.6. Uji Validitas .................................................................. 33
3.1.7. Uji Reabilitas ................................................................. 37
3.2. Metode Analisis ........................................................................ 39
3.2.1. Analisis Deskriptif ......................................................... 39
3.2.2. Analisis Komponen Utama ............................................ 39
3.2.3. Analisis Faktor ............................................................... 44
3.2.4. Penerapan Analisis Komponen Utama dan Analisis
Faktor ............................................................................ 47
3.2.5. Penamaan Faktor ........................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 51
4.1. Gambaran Umum Kota Salatiga ............................................... 51
4.2. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga................................ 55
4.3. Karakteristik dan Deskripsi Siswa Pelaku Mobilitas
Ulang Alik................................................................................. 60
4.3.1. Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin................................ 60
4.3.2. Asal SLTP ..................................................................... 62
4.3.3. Lama Perjalanan............................................................. 63
4.3.4. Kendaraan yang Digunakan ........................................... 65
4.3.5. Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan
yang Digunakan dan Lama Perjalanan........................... 66
4.3.6. Keterpaksaan dan Asal Keinginan Bersekolah di Kota
Salatiga........................................................................... 67
4.3.7. Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan
yang Digunakan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu
Terakhir ........................................................................... 68
4.3.8. Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Lama
Perjalanan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu
Terakhir .......................................................................... 68
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
3
4.4. Analisis Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke
Salatiga..................................................................................... 71
4.4.1. Uji Kaiser-Myer Olkin (KMO) dan Bartlett .................. 71
4.4.2. Keluaran Matriks Anti-Image......................................... 72
4.4.3. Keluaran Komunalitas (communalities)......................... 72
4.4.4. Keluaran Total Varians yang Diterangkan (Total
Variance Explained)........................................................ 73
4.5. Penentuan Faktor Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke
Kota Salatiga ............................................................................ 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 79
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 79
5.2. Saran ......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81
LAMPIRAN ....................................................................................................... 84
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 98
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mobilitas penduduk merupakan hak azasi setiap individu, dan ini sesuai
dengan Undang-Undang (UU) Hak Azasi Manusia Nomor 39 Tahun 1999 bahwa
setiap Warga Negara Indonesia (WNI) berhak untuk secara bebas bergerak,
berpindah dan bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sejumlah penduduk terdorong untuk berpindah karena perbedaan
peluang antara satu tempat dengan tempat lainnya dalam memenuhi kebutuhan
dan keinginan. Salah satu kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pendidikan, di
mana pendidikan merupakan upaya peningkatan mutu modal manusia. Ada
hubungan antara mobilitas penduduk dengan mutu modal manusia, yaitu bahwa
salah satu alasan bagi penduduk untuk melakukan mobilitas adalah meneruskan
pendidikan guna meningkatkan mutu modal manusia. Dengan mutu modal
manusia yang baik, mengindikasikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
baik.
Pada era globalisasi saat ini keberhasilan suatu bangsa di ajang
internasional lebih ditentukan oleh keunggulan kompetitif yang dalam hal ini
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dibangun melalui pendidikan
yang baik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mengembangkan pendidikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Semua itu
berangkat dari kesadaran akan pentingnya pendidikan baik bagi pemerintah
maupun masyarakat.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
5
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dikelola oleh pemerintah dan
masyarakat. Di mana sekolah yang dikelola oleh pemerintah dikenal dengan
sekolah negeri, sedangkan yang dikelola oleh masyarakat dikenal sebagai sekolah
swasta, yang biasanya bernaung di bawah suatu yayasan atau organisasi sosial
tertentu baik yayasan yang bersifat umum maupun keagamaan.
Kota Salatiga adalah sebuah kota yang terletak di propinsi Jawa Tengah.
Wilayahnya dibatasi sepenuhnya oleh Kabupaten Semarang. Beberapa sekolah di
Kota Salatiga banyak diminati baik oleh siswa dari Kota Salatiga sendiri maupun
dari luar Kota Salatiga. Menurut Hasbullah (2006), sebuah sekolah dianggap
mempunyai daya tarik, daya saing dan daya tahan, paling tidak mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sekolah tersebut proses pembelajarannya bermutu dan hasilnya juga
bermutu. Bermutu dalam bidang akademik dan bermutu dalam
pembimbingan spiritualnya.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
6
2. Sekolah tersebut biayanya sebanding dengan mutu yang diperlihatkan.
Biasanya orang tua yang sadar akan mutu pendidikan, menganggap biaya
merupakan persoalan nomor dua. Dalam dunia bisnis ada istilah bahwa
bisnis yang bermutu itu mahal, dan yang tidak bermutu itu murah.
Pandangan ini juga berlaku dalam dunia pendidikan, bahwa untuk
menjadikan sekolah bermutu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
3. Sekolah tersebut mempunyai etos kerja yang tinggi, dalam arti komunitas
pendidikan tersebut telah mempunyai kebiasaaan untuk bekerja keras,
mandiri, tertib, disiplin, penuh tanggung jawab, objektif, dan konsisten.
Nilai-nilai budaya ini menjadi sikap dan milik seluruh anggota komunitas
pendidikan pada unit sekolah itu.
4. Sekolah tersebut dari segi keamanan secara fisik dan psikologis terjamin,
dalam arti kompleks sekolah tersebut menanamkan sikap ramah
lingkungan untuk hidup tertib, indah, rapi, aman, nyaman, dan menjadikan
seseorang betah berada di sekolah.
5. Sekolah tersebut di dalamnya terpelihara budaya dialog dan komunikasi,
serta terpelihara pendidikan religiusitasnya, moral dan akhlaknya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Salatiga menunjukkan bahwa
persentase siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada tahun ajaran
2004/2005 lebih banyak daripada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) di mana persentase siswa SLTP sebesar 25 persen, namun di tingkat
SLTA persentase siswa sebesar 35 persen. Persentase siswa SLTA yang lebih
besar dari SLTP salah satu disebabkan adanya mobilitas siswa SLTA dari luar
Kota Salatiga yang bersekolah di Kota Salatiga. Khusus untuk persentase siswa
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
7
SLTASLTPSD
Tingkat Sekolah
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
0.0%
Pe
rse
nta
se
35.0%
25.0%
40.0%
SD memang paling banyak dikarenakan intervalnya yang lebih panjang dari SLTP
dan SLTA. Di mana interval SD adalah enam tahun sedangkan SLTP dan SLTA
masing-masing hanya tiga tahun.
Gambar 1. Persentase siswa menurut tingkat sekolah di Kota Salatiga tahun ajaran 2004/2005
Sumber : BPS Kota Salatiga
Adanya mobilitas ulang alik oleh siswa dari luar Kota Salatiga diperkuat
pula dengan data dari BPS Propinsi Jawa Tengah mengenai jumlah penduduk usia
sekolah tahun ajaran 2004/2005. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun dan jumlah
penduduk usia 16-18 tahun di Kota Salatiga hampir sama. Jika tidak ada
penambahan siswa dari luar Kota Salatiga, secara logika jumlah penduduk usia
16-18 tahun harus lebih banyak dari jumlah penduduk usia 13-15 tahun.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
8
Tabel 1. Penduduk usia sekolah di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga tahun ajaran 2004/2005
Kabupaten/Kota 7-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Boyolali 102.796 48.312 55.062 95.858 302.028
Kab. Semarang 99.139 52.910 41.844 91.333 285.406
Kota Salatiga 16.218 9.036 9.018 20.844 55.116
Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah
Kejadian-kejadian seperti commuting, travelling, maupun perpindahan di
dalam propinsi dapat dikategorikan sebagai mobilitas penduduk. Pada hakekatnya,
mobilitas penduduk merupakan refleksi perbedaan pertumbuhan dan
ketidakmerataan pembangunan antara daerah satu dengan daerah lain. Orang-
orang dari daerah yang fasilitas pembangunannya kurang, biasanya akan bergerak
menuju ke daerah yang mempunyai fasilitas pembangunan yang lebih baik.
Mobilitas penduduk ke Kota Salatiga salah satunya ditunjukkan dengan
adanya mobilitas ulang alik oleh siswa SLTA dari luar Kota Salatiga yang
bersekolah di Kota Salatiga. Mereka berasal dari kabupaten-kabupaten yang
berada di sekitar Kota Salatiga, seperti Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Boyolali. Di daerah asal siswa yang melakukan mobilitas ulang alik ini, sudah ada
fasilitas-fasilitas pendidikan mulai dari SD sampai SLTA baik negeri maupun
swasta. Akan tetapi masih banyak juga siswa dari kabupaten yang bersekolah di
Kota Salatiga.
Tabel 2. Jumlah SLTA, siswa SLTA, rasio siswa:SLTA, guru dan rasio murid guru di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga tahun ajaran 2004/2005
Rasio Kabupaten/Kota SLTA Siswa SLTA Siswa SLTA :
SLTA
Guru Rasio
Siswa:Guru
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Boyolali 62 23.114 373 1805 13 Kab. Semarang 44 15.841 360 1138 14 Kota Salatiga 22 12.670 576 865 15
Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
9
Dari data tersebut mengindikasikan bahwa beban tiap SLTA di Kota
Salatiga dalam menampung siswa lebih besar daripada SLTA di Kabupaten
Boyolali dan Kabupaten Semarang. Di mana rata-rata setiap SLTA di Kota
Salatiga menampung 576 siswa, sedangkan setiap SLTA di Kabupaten Boyolali
dan Kabupaten Semarang rata-rata menampung siswa masing-masing 373 siswa
dan 360 siswa. Selain itu rasio siswa guru di Kabupaten Boyolali maupun
Kabupaten Semarang lebih kecil daripada Kota Salatiga. Hal ini berarti masih
cukup banyak kesempatan bagi siswa SLTA di Kabupaten Boyolali maupun
Kabupaten Semarang untuk menimba ilmu di daerahnya masing-masing tanpa
perlu jauh-jauh bersekolah di daerah lain.
Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, di mana sejumlah kewenangan telah diserahkan oleh Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah, memungkinkan daerah untuk melakukan kreasi,
inovasi, dan improvisasi dalam upaya membangun daerahnya, termasuk dalam
bidang pendidikan. Menurut Hasbullah (2006), kabupaten dan kota sebagai basis
pengelolaan pendidikan dalam era otonomi daerah menerima beberapa
konsekuensi, yaitu:
1. Pelimpahan kewenangan administrasi pendidikan yang lebih besar yang
diberikan kepada kabupaten dan kota untuk melaksanakan kegiatan
pembangunan sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerahnya.
2. Pelimpahan perubahan kelembagaan untuk memenuhi kebutuhan dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja di daerah.
3. Pelimpahan menyangkut perubahan dan pemberdayaan SDM yang
menekankan pada profesionalisme.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
10
4. Pelimpahan perubahan penanganan anggaran pembangunan yang dikelola
langsung dari pusat ke kabupaten dan kota.
Menurut Hasbullah (2006), dengan konsekuensi-konsekuensi tersebut,
semakin memperluas ruang gerak daerah dalam membangun pendidikannya
secara mandiri. Dengan demikian dalam era otonomi daerah, sekolah mendapat
kesempatan untuk menentukan sendiri kebijakan dalam mengelola sekolah.
Berbagai kebijakan yang dapat dilakukan oleh sekolah di antaranya:
1. Menentukan sendiri guru-guru yang akan direkrut oleh sekolah.
2. Menentukan sendiri biaya-biaya pendidikan yang harus ditanggung orang
tua siswa.
3. Menentukan sendiri metodologi pembelajaran dan kurikulum pendidikan
yang akan dipakai.
4. Menentukan sendiri kriteria dan jumlah calon siswa yang akan diterima.
Dengan kebijakan-kebijakan di atas, siswa dapat menjadi pihak yang
kurang diuntungkan. Terlebih lagi jika kebijakan mengenai kriteria dan jumlah
calon siswa yang diterima ditentukan oleh sekolah, maka hal yang dikhawatirkan
oleh siswa dari luar daerah adalah adanya pembatasan jumlah tertentu bagi siswa
yang berasal dari luar daerah untuk diterima di suatu sekolah. Dengan demikian
akan terjadi “benturan” kepentingan antara sekolah dan siswa khususnya dari luar
daerah.
Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk meneliti mobilitas yang
dilakukan siswa SLTA dari Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang ke
Kota Salatiga dengan melakukan studi kasus terhadap siswa Sekolah Menengah
Atas Negeri (SMA N) 1 Salatiga yang melakukan mobilitas ulang alik.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
11
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah
Setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya.
Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh
masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut tidak jarang sebagian masyarakat
melakukan mobilitas. Mereka ada yang melakukan perjalanan jauh melewati
batas wilayah administratif tingkat II untuk mendapatkan pendidikan yang mereka
inginkan.
Sebagai daerah yang berstatus kota, Salatiga memiliki daya tarik tersendiri
dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang berstatus Kabupaten. Pusat
perbelanjaan, perguruan tinggi serta fasilitas perkotaan lainnya dibangun di Kota
Salatiga. Hal tersebut dapat menarik penduduk dari luar daerah untuk melakukan
mobilitas ke wilayah Kota Salatiga.
Mobilitas ini lambat laun dalam kuantitas besar akan mengakibatkan
berbagai masalah. Di antaranya, kesempatan siswa yang tinggal di Kota Salatiga
untuk bersekolah di Kota Salatiga bisa menjadi berkurang akibat banyaknya siswa
luar Kota Salatiga yang bersekolah di Kota Salatiga. Dari sisi kualitas, dapat
mengakibatkan tingkat kompetitif atau persaingan di daerah asal menjadi
berkurang, di antaranya karena jumlah peminat sedikit dan banyaknya siswa
berprestasi dari kabupaten yang bersekolah di Kota Salatiga.
Masalah lain adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di
Kota Salatiga lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada
kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan
yang tampak dari penyelenggaraan pendidikan seperti ini adalah terabainya
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
12
kualitas pendidikan yang tercermin pada usaha untuk meningkatkan kualitas
peserta didik. Padahal sebagaimana hakekat pendidikan adalah memungkinkan
peserta didik untuk mengembangkan potensi dan bakatnya secara optimal.
Dalam penelitian ini dibatasi masalah pokok yang akan dijadikan bahan
penelitian skripsi ini, yaitu ingin mendapatkan faktor utama yang dapat
menjelaskan alasan siswa SMA N 1 Salatiga dari luar Kota Salatiga untuk
melakukan mobilitas ulang alik dari daerah asal ke Kota Salatiga. Selain itu
penulis ingin menggambarkan karakteristik siswa SMA N 1 Salatiga yang
melakukan mobilitas ulang alik.
Populasi survei dibatasi hanya pada siswa SMA N 1 Salatiga tahun ajaran
2006/2007 kelas X dan XI di mana target populasi adalah siswa SMA N 1
Salatiga tahun ajaran 2006/2007 kelas X dan XI yang melakukan mobilitas ulang
alik dari daerah asal ke Kota Salatiga. Alasan penulis memilih SMA N 1 Salatiga
karena siswa di sekolah tersebut banyak yang melakukan mobilitas ulang alik dari
luar Kota Salatiga, sehingga lebih efisien dari segi waktu, tenaga dan biaya dalam
memperoleh sampel yang mencukupi.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan seperti yang diuraikan sebelumnya, maka
peneliti bertujuan untuk:
1. Mengetahui karakteristik siswa SMA N 1 Salatiga yang melakukan
mobilitas ulang alik dari daerah asal.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
13
2. Mengetahui faktor utama yang dapat menjelaskan alasan siswa SMA N 1
Salatiga dari luar Kota Salatiga untuk melakukan mobilitas ke Kota
Salatiga, utamanya yang melakukan mobilitas ulang alik.
1.4 Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari lima bagian, yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang yang mendasari penulisan,
identifikasi dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini membahas tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka pikir, dan
definisi operasional peubah.
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini membahas metode pengumpulan data dan metode analisis yang
digunakan untuk mengetahui faktor utama alasan siswa SMA N 1
Salatiga yang tinggal di luar Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke
Kota Salatiga dengan menggunakan peubah-peubah yang telah
ditentukan.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan yang sesuai
dengan tujuan penulisan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
14
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari pembahasan dan analisis bab
sebelumnya serta saran-saran berdasarkan hasil penelitian
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
15
Mobilitas Penduduk (MP)
MP Horisontal (Perubahan Geografis)
MP Vertikal(Perubahan Status)
MP Non Permanen(sirkuler)
MP Permanen(migrasi)
Ulang Alik(commuting)
Nginap/mondok
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal
dan mobilitas penduduk horisontal. Mobilitas penduduk vertikal sering disebut
dengan perubahan status, dan salah satu contohnya adalah perubahan status
pekerjaan, misalnya seseorang yang mula-mula bekerja di sektor pertanian
kemudian bekerja di sektor non pertanian. Menurut Mantra (2000), skema bentuk-
bentuk mobilitas penduduk dapat disajikan pada gambar berikut:
Gambar 2. Skema bentuk-bentuk mobilitas penduduk
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
16
Mobilitas horisontal, atau sering pula disebut dengan mobilitas penduduk
geografis, adalah gerak (movement) penduduk yang melintasi batas suatu wilayah
menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu (Mantra, 2003).
Penggunan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas penduduk
horisontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasari konsepnya atas
wilayah dan waktu (space and time concept). Batas wilayah yang umum
digunakan adalah batas wilayah administrasi, misalnya propinsi, kabupaten,
kecamatan, kelurahan, pedukuhan atau dusun (Mantra, 2003).
Mantra (2000) membedakan bentuk mobilitas menjadi dua, yaitu mobilitas
permanen (migrasi) dan mobilitas non permanen (mobilitas sirkuler). Mobilitas
permanen adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain
dengan maksud menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non permanen
(mobilitas sirkuler) adalah gerak penduduk dari suatu tempat ke tempat lain
dengan tidak ada niat untuk menetap di tempat tujuan.
Mantra (2000), juga menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan
ekonomi, sosial, politik, psikologi maupun pendidikan. Apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat terpenuhi, terjadilah stres. Tinggi rendahnya stres yang
dialami oleh individu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhan.
Ada dua akibat dari stres di atas, jika stres seseorang tidak terlalu besar (masih
dalam batas toleransi), orang tersebut tidak akan pindah. Dia tetap tinggal di
daerah asal dan menyesuaikan kebutuhan dengan keadaan lingkungan yang ada.
Apabila stres yang dialami seseorang di luar batas toleransinya, orang tersebut
mulai memikirkan untuk pindah ke daerah lain di tempat kebutuhannya dapat
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
17
terpenuhi. Atau dengan ungkapan lain, seseorang akan pindah dari daerah yang
mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih rendah ke daerah yang
mempunyai nilai kefaedahan lebih tinggi di mana kebutuhannya dapat dipenuhi.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
proses mobilitas itu terjadi apabila:
1. Seseorang mengalami tekanan (stress), baik ekonomi, sosial maupun
psikologi di tempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda, sehingga suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan
sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya, sedangkan orang
lain mengatakan tidak.
2. Terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain. Apabila tempat yang satu dengan tempat yang
lain tidak ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi
mobilitas penduduk.
Menurut Mantra (2000), hubungan antara kebutuhan dan pola mobilitas
penduduk dapat disajikan dalam gambar berikut:
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
18
Gambar 3. Hubungan antara kebutuhan dan pola mobilitas penduduk
Mutu Modal Manusia
Migrasi penduduk dapat dipandang sebagai dampak dan upaya untuk
meningkatkan mutu modal manusia (Ananta, 1993). Istilah mutu modal manusia
memfokuskan perhatian pada pengolahan sumber daya manusia, yang merupakan
suatu investasi. Modal manusia tidak dapat diukur, maka digunakan mutu untuk
Kebutuhan (needs) dan aspirasi
Terpenuhi Tidak Terpenuhi (stress)
Tidak pindah
Dalam batas toleransi
Di luar batas toleransi
Tidak pindah Pindah
Mobilitas non permanen
Menginap /mondok
Komuter (ulang alik)
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
19
dapat mengukurnya, bukan jumlah modal manusia. Menurut Ananta (1985) ada
dua variabel penentu mutu modal manusia yaitu variabel antara dan variabel
lainnnya. Variabel antara secara langsung menentukan modal manusia, sedang
variabel lainnya adalah suatu variabel pada mutu modal manusia melalui variabel
antara. Variabel antara dibagi menjadi tiga komponen, yaitu pendidikan,
kesehatan dan keamanan.
Sumber daya manusia yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut
disebut dengan modal manusia. SDM perlu dibina, dibimbing, dididik, dilatih dan
dikembangkan secara optimal sehingga berdaya guna dan berhasil untuk mencapai
suatu tujuan. Pembangunan SDM pada dasarnya merupakan pembangunan
manusia sebagai subjek (human capital), objek (human resources), dan penikmat
pembangunan. Kualitas penduduk antara lain tercermin dari tingkat kesejahteraan
penduduk, tingkat pendidikan, produktivitas, dan akhlak mulia. Sementara itu
menurut Hasbullah (2006), dimensi pembangunan SDM dapat dilihat dari tiga
aspek utama yaitu kuantitas, kualitas, dan mobilitas penduduk.
Peningkatan kualitas SDM salah satu disebabkan oleh berbagai perubahan
demografis. Penurunan jumlah kelahiran akan memberikan peluang yang lebih
besar kepada rumah tangga untuk mengalokasikan pendapatannya ke sektor
pendidikan. Penurunan fertilitas memberi peluang yang lebih besar kepada rumah
tangga untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Jika tuntutan peningkatan kualitas
hidup ini tidak dapat dipenuhi oleh sarana dan prasarana di tempat asal, penduduk
cenderung berpindah ke tempat lain yang memungkinkan mereka untuk
melakukan upaya peningkatan kualitas hidup.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
20
2.1.2 Migrasi
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas. Menurut Mantra (2000), migrasi
diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu seperti yang digunakan dalam sensus
dan survei penduduk oleh BPS. Seseorang dapat disebut sebagai migran apabila
orang tersebut melintasi batas wilayah administratif seperti propinsi, kabupaten
dan sebagainya, dan bertempat tinggal di tempat tujuan minimal enam bulan. Hal
ini sesuai dengan konsep dan definisi yang digunakan oleh BPS.
Menurut definisi yang dibuat oleh BPS dalam Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 1995 dan Sensus penduduk (SP) 2000, migrasi adalah
berpindahnya penduduk dari tempat ke tempat lain melewati batas wilayah
tertentu yang dilalui dalam perpindahan tersebut. Perpindahan yang melampaui
batas desa/kelurahan saja disebut sebagai migrasi antar desa/kelurahan.
Perpindahan yang melampaui batas kecamatan disebut migrasi antar kecamatan,
perpindahan yang melampaui batas kabupaten/kota disebut perpindahan antar
kabupaten/kota, dan yang melampaui batas propinsi disebut migrasi antar
propinsi.
Ada beberapa pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian dari migrasi:
1. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal)
atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi
diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah
(negara) ke daerah (negara) lain (Singowidjojo, 2002).
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
21
2. Dari sisi sosiologi dan anthropologi: tidak hanya waktu dan wilayah yang
menjadi pertimbangan, tetapi juga perubahan pada kehidupan sosial dan
harus merupakan keputusan individu (Lewis, 1982 dalam Mantra, 2000).
3. Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari suatu negara ke
negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi yang memuat
dimensi ruang (http://www.datastatistik- indonesia.com).
4. Migrasi internal adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu
negara, misalnya antar propinsi, antar kota/kabupaten, migrasi dari
wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif lainnya
yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten/kota, seperti kecamatan dan
kelurahan/desa. Migrasi internal juga merupakan jenis migrasi yang
memuat dimensi ruang ( http://www.datastastistik- indonesia.com).
Migrasi Non Permanen
Migrasi penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk non permanen adalah
gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada
niatan menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan
sejak semula tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan, orang tersebut
digolongkan sebagai pelaku migrasi non permanen walaupun bertempat tinggal di
daerah tujuan dalam jangka waktu yang lama (Steele, 1983 dalam Mantra, 2000).
Karena migran sirkuler adalah orang yang berpindah tempat tetapi tidak
bermaksud menetap di tempat tujuan, maka migran sirkuler biasanya adalah orang
yang masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti
tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
22
mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan atau beberapa
bulan sekali ( http://www.datastastistik- indonesia.com).
Migrasi/Mobilitas Ulang Alik
Gerak penduduk yang non permanen (sirkulasi, circulation) dapat dibagi
menjadi dua yaitu ulang alik (commuting), dan menginap atau mondok di daerah
tujuan. Migrasi atau mobilitas ulang alik adalah gerak penduduk dari daerah asal
menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali ke daerah asal
pada hari itu juga (Mantra, 2000).
Pada umumnya penduduk yang melakukan mobilitas ingin kembali ke
daerah asal secepatnya sehingga jika dibandingkan frekuensi penduduk yang
melakukan mobilitas ulang alik, menginap/mondok, dan migrasi. Frekuensi
mobilitas penduduk ulang alik paling besar, kemudian disusul oleh
menginap/mondok dan migrasi.
Migran ulang alik (commuter) adalah orang yang pergi meninggalkan
tempat tinggalnya secara teratur (misal setiap hari), pergi ke tempat lain untuk
bekerja, berdagang, bersekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang
ke tempat asalnya secara teratur pula (misal pada sore atau malam hari). Migran
ulang alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak
pada waktu tertentu, misalnya pada siang hari ( http://www.datastastistik-
indonesia.com).
Secara operasional, macam-macam bentuk mobilitas penduduk diukur
berdasarkan konsep ruang dan waktu. Misalnya, mobilitas penduduk ulang alik
konsep waktunya diukur dengan enam jam atau lebih meninggalkan daerah asal
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
23
dan kembali pada hari yang sama. Menginap/mondok diukur dari lamanya
meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari, tetapi kurang dari enam bulan.
Sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal
selama enam bulan atau lebih. Kecuali orang yang sejak semula berniat menetap
di daerah tujuan (Mantra, 2000).
Berdasarkan berbagai definisi migrasi di atas, mobilitas yang dilakukan
siswa SMA N 1 Salatiga yang tinggal di luar Kota Salatiga adalah bentuk migrasi
atau mobilitas ulang alik, karena perpindahan itu melewati batas wilayah
administrasi tingkat II dari tempat tinggalnya dan kembali lagi ke tempat
tinggalnya pada hari itu juga.
2.2 Kajian Teori
Berdasarkan surveinya di Jawa Barat dikemukakan bahwa meneruskan
pendidikan, mencari pengalaman serta mengikuti orang lain merupakan faktor-
faktor determinan dalam bermigrasi (Hugo, 1978 dalam Mantra, 2003). Temuan
ini kurang lebih sama dengan yang dikemukakan oleh Suharso (1976) dalam
Mantra (2003). Lebih lanjut dapat pula diteliti faktor-faktor alasan seseorang
meneruskan pendidikan dengan melakukan mobilitas ulang alik ke suatu tempat
tertentu, yang dalam hal ini adalah Kota Salatiga.
2.2.1 Faktor Daerah Asal dan Daerah Tujuan
Faktor-faktor konstektual atau kemasyarakatan perlu diperhitungkan
dalam niat bermigrasi, seperti karakteristik daerah tujuan, ikatan kekeluargaan,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan kebudayaan di daerah tujuan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
24
Penghalang antara
Tempat/ daerah asal Tempat/ daerah tujuan
- + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 – - + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 -
- + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 – - + - + 0 – 0 + + - 0 - - 0 – 0 + + - -+ + 0 - + - 0 -
Senada dengan hal tersebut, faktor- faktor yang mempengaruhi orang
mengambil keputusan untuk bermigrasi dan faktor- faktor migrasi menurut Lee
(1976) dapat disingkat menjadi empat hal sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
3. Rintangan-rintangan yang menghambat
4. Faktor-faktor pribadi
Gambar 4. Faktor tempat/daerah asal dan tempat/daerah tujuan serta penghalang antara dalam migrasi
Keterangan:
+ = faktor pendorong
- = faktor penarik
0 = faktor yang netral
Ada tiga hal secara skematis terlihat pada gambar 4 di atas bahwa dalam
setiap daerah tentu ada faktor yang mempengaruhi orang untuk berpindah tempat
serta ada pula faktor lain yang tidak menyenangkan hingga mereka terpaksa
meninggalkan daerah asalnya. Faktor- faktor itu terlihat dalam gambar sebagai
tanda positif (+) dan negatif (-). Faktor lain yang ditunjukan dengan tanda 0
adalah faktor-faktor yang pada dasarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Beberapa faktor + dan - itu mempengaruhi kebanyakan orang dengan cara yang
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
25
hampir sama. Misalnya, hampir setiap orang tertarik pada suatu lingkungan yang
aman dan nyaman, tetapi tidak menyukai lingkungan yang tidak aman dan tidak
nyaman.
Faktor negatif di daerah asal dapat dapat mendorong seseorang untuk
bermigrasi, sebaliknya faktor- faktor yang positif di daerah tujuan merupakan
penarik orang-orang untuk datang. Positif atau negatif suatu keadaan tergantung
faktor pribadi orang yang memandang. Faktor penghalang antara adalah faktor
yang terletak di daerah asal dan daerah tujuan yang menghalangi seseorang untuk
melakukan migrasi. Faktor- faktor di daerah asal dan daerah tujuan dapat tercermin
pada lingkungan di daerah asal dan lingkungan di Kota Salatiga.
Penelitian yang dilakukan Tritjahjo (1996), menunjukkan bahwa
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di Salatiga merupakan
kekuatan sentripetal yang menarik penduduk Desa Sukoharjo (Kecamatan
Pabelan, Kabupaten Semarang) untuk melakukan mobilitas ke Kota Salatiga
khususnya mereka yang masih sekolah di SLTA.
2.2.2 Keluarga
Menurut Elspeth Young (1994), adanya kerabat dan saudara yang sudah
terlebih dahulu pindah di tempat tujuan akan mendorong seseorang untuk
melakukan migrasi. Dengan adanya kerabat yang berada di tempat tujuan, akan
meyakinkan seseorang yang hendak bermigrasi ke tempat di mana kerabat atau
saudaranya berada, karena diharapkan kerabat atau saudara akan memberikan
perlindungan di tempat tujuan dan bantuan informasi mengenai tempat tujuan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
26
Dalam suatu studi di Iran, ditemukan bahwa kesempatan ekonomi dan
pendapatan yang tinggi bukanlah motif yang terpenting bagi migran, melainkan
nilai budaya, agama, dan adanya keluarga di tempat tujuan (Chemere, 1978).
Dorongan dari keluarga untuk bersekolah di Kota Salatiga hingga
menyebabkan siswa melakukan migrasi ulang alik juga patut diperhitungkan.
Umumnya ketika siswa baru lulus SLTP, orang tua dan anggota keluarga lainnya
turut memberikan pendapat mengenai tempat yang akan dipilih untuk melanjutkan
sekolah ke tingkat yang lebih tinggi.
2.2.3 Teman
Kenyataan menunjukkan bahwa pengambilan keputusan seseorang untuk
melanjutkan sekolah di suatu tempat dipengaruhi juga oleh teman. Teman tidak
sebatas pada teman sewaktu SMP tetapi juga teman bermain, dan teman yang
sudah terlebih dahulu bersekolah di Salatiga.
Kontribusi dari migran terdahulu di kota sangat besar dalam membantu
migran baru yang berasal dari desa atau daerah yang sama dengan mereka,
terutama pada tahap awal dari mekanisme penyesuaian diri di daerah tujuan.
Migran terdahulu ini bisa seorang anggota keluarga atau teman.
Informasi mengenai daerah tujuan dari migran yang sudah melakukan
migrasi merupakan faktor penentu yang cukup penting bagi seseorang untuk
pindah, sebab hal ini paling tidak akan memperjelas dan mempertegas daerah
mana yang akan dituju (Mabogunje, 1970, dalam Mantra, 2003).
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
27
2.2.4 Daya Tarik Kota
Migration Intentions Model mencakup tiga faktor yang mempengaruhi
migrasi. Salah satu dari tiga faktor itu adalah latar belakang struktural.
Karakteristik kota, apakah metropolitan, kota besar, kota besar, kota sedang,
masing-masing mempunyai daya tarik sendiri terhadap para migran dari luar kota
(Simmons, 1986).
Berkaitan dengan teori migrasi yang dikemukakan oleh Lee (1976)
mengenai faktor penarik migrasi. Faktor penarik merupakan faktor-faktor yang
dipengaruhi oleh keadaan di daerah tujuan, di antaranya adalah aktifitas yang
beragam di kota besar seperti banyaknya tempat hiburan dan kebebasan
melakukan aktifitas gaya hidup.
Salatiga adalah sebuah daerah yang berstatus kota yang wilayah
geografisnya dikelilingi oleh daerah yang berstatus sebagai kabupaten. Daya tarik
kota dengan beragam fasilitas perkotaan, cenderung lebih tinggi daripada
kabupaten.
2.2.5 Dorongan Internal
Lee (1976) menekankan bahwa faktor-faktor pribadi adalah faktor
terpenting di antara ketiga faktor lainnya yang mempengaruhi migrasi seperti
faktor- faktor di daerah asal, faktor- faktor di daerah tujuan, dan rintangan yang
menghambat. Kepekaan pribadi, kecerdasan, kesadaran tentang kondisi di tempat
lain mempengaruhi evaluasinya tentang keadaan di tempat asal.
Model Place Utility menerangkan bahwa individu merupakan makhluk
rasional yang mampu memilih yang terbaik di antara alternatif-alternatif yang ada
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
28
(Wolpert, 1965). Individu mampu membandingkan tempat tinggal yang ada
dengan yang diharapkan berdasarkan pertimbangan untung rugi. Faktor individu
sangat penting, karena dialah yang menilai positif dan negatifnya suatu daerah, dia
pula yang memutuskan apakah akan pindah dari daerah asalnya atau tidak. Kalau
pindah, daerah mana yang akan dituju.
2.2.6 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik
Dalam Value Expectancy Model oleh De Jong (1881), niat bermigrasi
dipengaruhi oleh berbagai jenis nilai dan harapan yang akan didapatkan di tempat
tujuan seperti kekayaan, status, kemandirian, dan moralitas yang lebih baik.
Seorang migran ketika memutuskan untuk bermigrasi tentunya berharap apa yang
dia dapatkan di tempat tujuan akan lebih baik dari yang ia dapatkan jika dia tidak
bermigrasi.
Mendapatkan lingkungan yang lebih baik, seperti iklim, perumahan,
sekolah dan fasilitas lainnya merupakan salah satu faktor penarik dalam
bermigrasi (Lee, 1976). Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
yang lebih baik juga merupakan faktor penarik migrasi (http://www.datastatistik-
indonesia.com).
Definisi Operasional
Berdasarkan teori-teori yang mendukung alasan melakukan migrasi ulang
alik ke suatu tempat, maka peubah-peubah dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai berikut:
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
29
1. Lingkungan daerah asal yaitu meliputi lingkungan kemasyarakatan,
kualitas pendidikan, tingkat kompetitif, suasana belajar di daerah asal
siswa-siswa yang melakukan mobilitas ulang-alik. Daerah asal yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah Kabupaten Semarang dan Kabupaten
Boyolali.
2. Lingkungan Kota Salatiga yaitu meliputi lingkungan kebudayaan,
masyarakat, kondisi keamanan, serta keadaan pendidikan di Kota Salatiga.
Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada lingkungan pendidikan di Kota
Salatiga.
3. Keluarga yaitu meliputi meliputi adanya dorongan keluarga untuk
memilih bersekolah di Kota Salatiga, adanya kerabat/keluarga yang
tinggal di Salatiga, adanya keluarga/kerabat yang sudah berhasil dalam
karir setelah bersekolah di Salatiga, serta adanya keluarga/kerabat yang
juga bersekolah di Kota Salatiga.
4. Teman yaitu meliputi adanya teman yang tinggal di Kota Salatiga, adanya
teman-teman sewaktu SLTP yang juga ingin bersekolah di Salatiga dan
adanya rekomendasi dari teman untuk memilih bersekolah di Kota
Salatiga.
5. Daya tarik kota yaitu meliputi kemudahan transportasi dan adanya
fasilitas-fasilitas perkotaan seperti pusat perbelanjaan, bioskop, dan
restoran.
6. Dorongan internal yaitu meliputi minat atau kemauan dari diri sendiri dan
merasa ada tantangan untuk bersekolah di Kota Salatiga
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
30
· Lingkungan daerah asal · Lingkungan Kota Salatiga · Keluarga · Teman · Daya tarik kota · Dorongan internal · Harapan mendapat sesuatu yang
lebih baik
7. Harapan mendapatkan sesuatu yang lebih baik yaitu meliputi harapan
siswa yang melakukan mobilitas ulang alik untuk mendapatkan
pendidikan yang kualitasnya lebih baik, harapan untuk memperluas
pergaulan serta memperoleh teman yang banyak.
Dari tujuh peubah yang digunakan, akan dibentuk peubah baru yang
memiliki dimensi yang lebih kecil, atau yang disebut dengan faktor.
2.3 Kerangka Pikir
Gambar 5. Kerangka pikir
Siswa yang tinggal di luar Kota Salatiga tetapi bersekolah di Kota Salatiga
dengan melakukan mobilitas ulang alik, disebut migran ulang alik. Mereka
melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga untuk meneruskan pendidikan
guna meningkatkan mutu modal manusia. Petanyaan dalam menelaah masalah
ini adalah: “Faktor- faktor utama apa yang dapat menjelaskan alasan siswa
melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga?”. Sehubungan dengan
pertanyaan ini maka berdasarkan teori-teori migrasi, disusun peubah-peubah yang
sekiranya dapat menjelaskan alasan siswa untuk melakukan mobilitas ulang alik
ke Kota Salatiga. Peubah-peubah tersebut adalah:
1. Lingkungan daerah asal
Faktor utama alasan melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
31
2. Lingkungan Kota Salatiga
3. Keluarga
4. Teman
5. Daya tarik kota
6. Dorongan internal
7. Harapan mendapat sesuatu yang lebih baik
Peubah-peubah tersebut masih belum dapat menjelaskan faktor utama apa
yang dapat menjelaskan alasan siswa SLTA dari luar Kota Salatiga melakukan
mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga. Maka melalui analisis komponen utama
yang akan dilanjutkan dengan analisis faktor, dari tujuh peubah tersebut akan
diperoleh faktor utama yang dapat menjelaskan alasan siswa SLTA dari luar Kota
Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Salatiga dengan menggunakan
metode penelitian survei. Metode penelitian survei adalah metode penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1995). Metode penelitian survei
dilakukan untuk mengumpulkan data primer faktor utama alasan siswa melakukan
mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.
3.1.1 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yang dikumpulkan
dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan metode penelitian survei yaitu
melalui penelitian pendahuluan (uji coba kuesioner) dan penelitian sebenarnya.
3.1.2 Populasi dan Target Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA N 1
Salatiga. Sementara itu target populasi adalah siswa kelas X dan XI SMA N 1
Salatiga yang melakukan mobilitas ulang alik. Penelitian ini tidak mencakup kelas
XII karena sedang melakukan persiapan menghadapi UAN. Untuk mendapatkan
target populasi, dilakukan listing terlebih dahulu. Berdasarkan hasil listing, dari
795 siswa kelas X dan XI, ada 308 siswa dari luar Kota Salatiga yang melakukan
mobilitas ulang alik yang tersebar ke 21 kelas yaitu 10 kelas pada jenjang kelas X
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
33
dan 11 kelas pada jenjang kelas XI. Dari populasi yang berjumlah 308 siswa
tersebut diambil sampel untuk dijadikan unit analisis penelitian ini.
3.1.3 Sampel
Dari 308 siswa yang melakukan mobilitas ulang alik tersebut diambil
sampel untuk dijadikan unit analisis penelitian ini. Karena ukuran populasi
diketahui maka dalam penentuan minimum sampel dapat digunakan teorema
Slovin (Umar, 2002) dengan rumus sebagai berikut:
21 Ne
Nn
+= (1)
di mana :
n = jumlah sampel
N = total populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian terhadap standar deviasi yang dapat
ditolerir (pada penelitian ini digunakan sebesar 10%).
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah minimum sampel sebesar 76
siswa. Pada penelitian ini digunakan sampel sebesar 100 siswa. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penarikan
sampel secara sistematik linier (liniear systematic sampling). Penarikan sampel
secara sitematik linier akan mempermudah penarikan sampel, karena dengan
hanya menggunakan satu angka random, maka angka random berikutnya akan
mengikuti intervalnya (Purwanto, 2003). Interval sampel didapat dengan rumus
berikut:
n
NI = (2)
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
34
di mana:
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
Penarikan sampel dilakukan dengan cara sistematik linier. Langkah-
langkah penarikan sampel secara sistematik linier adalah sebagai berikut:
1. Hitung interval sesuai rumus di atas. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
interval sebesar 3,08.
2. Tentukan satu angka random yang lebih kecil atau sama dengan interval.
Angka random ini disebut R1. Angka random berikutnya adalah:
R2 = R1 + I
R3 = R2 + I = R1 +2I, dan seterusnya
Rn=R1 +(n-1)I
3.1.4 Waktu Pengumpulan Data
Secara keseluruhan pengumpulan data dilakukan awal bulan Februari
hingga pertengahan bulan April 2007. Lamanya waktu pengumpulan data
terutama selain karena harus dilakukan listing dan uji coba kuesioner, juga
dikarenakan peneliti harus menyesuaikan jadwal pelajaran Bimbingan dan
Konseling. Ketika ada jadwal pelajaran Bimbingan dan Konseling, peneliti
melakukan pengambilan data terhadap siswa yang telah terpilih sebagai sampel.
3.1.5 Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Untuk itu harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
35
dalam penelitian biasa dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian
pada dasarnya adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati, yang secara spesifik disebut variabel penelitian
(Sugiyono, 1994). Pada penelitian ini digunakan instrumen penelitian yang berupa
kuesioner yang diberikan kepada siswa yang terpilih sebagai sampel.
Kuesioner yang juga sering dikenal sebagai angket, pada dasarnya
merupakan sebuah daftar pernyataan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden), dengan demikian dapat diketahui tentang keadaan atau data diri,
pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain- lain (Arikunto, 2002).
Isi kuesioner ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3. Salah satu metode
pengukuran yang digunakan pada kuesioner tersebut adalah dengan menggunakan
skala Likert. Skala Likert adalah salah satu cara yang paling sering digunakan
dalam menentukan skor. Seluruh pernyataan adalah pernyataan yang bernilai
positif. Pemberian skor skala pada masing-masing pernyataan dilakukan sebagai
berikut:
· Untuk jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 5
· Untuk jawaban setuju (S) diberi skor 4
· Untuk jawaban cukup setuju (CS) diberi skor 3
· Untuk jawaban tidak setuju (TS) diberi skor 2
· Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
Penyusunan butir-butir pernyataan menggunakan referensi penelitian yang
hampir serupa dengan penelitian ini dan juga berdasarkan teori- teori migrasi.
Selain pengukuran dengan menggunakan skala Likert di atas, dalam kuesioner
tersebut juga ditambahkan beberapa pertanyaan yang sangat berguna untuk
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
36
melakukan analisis deskriptif. Kuesioner yang diberikan pada siswa dalam
penelitian ini berupa daftar pernyataan yang tercakup dalam tiga blok sebagai
berikut:
1. Blok I berisi pertanyaan tentang identitas responden.
2. Blok II berisi pertanyaan tentang keterangan responden.
3. Blok III berisi pernyataan tentang peubah-peubah yang menjadikan alasan
siswa yang tinggal di luar Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke
Kota Salatiga yang terdiri atas 27 pernyataan. Dalam kuesioner ini
digunakan tujuh peubah.
3.1.6 Uji Validitas
Dalam proses penelitian, salah satu hal penting yang perlu dilakukan
dalam menghimpun pendapat melalui daftar pertanyaan berupa angket atau
kuesioner, adalah uji instrumen atau alat ukur. Ada dua syarat penting yang
berlaku pada sebuah angket, yaitu validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas
dan reliabilitas adalah proses menguji butir-butir pernyataan yang ada dalam
sebuah angket, apakah isi dari butir-butir pernyataan tersebut valid dan reliabel.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrumen
yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Jadi, instrumen
yang valid dan reliabel merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel. Namun yang perlu dipahami menurut Sugiyono
(1994) bahwa tidak otomatis dengan menggunakan instrumen yang telah diuji
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
37
validitas dan reliabilitasnya, hasil data penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal
ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti, dan kemampuan orang
yang menggunakan instrumen. Oleh karena itu, peneliti harus mampu
mengendalikan objek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Nurgiyantoro (2000) menyatakan validitas (validity, kesahihan) berkaitan dengan
permasalahan “apakah instrumen yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu
memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut”. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah
alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Ada sejumlah cara untuk mempertimbangkan kadar validitas sebuah
instrumen. Salah satunya adalah validitas yang pertimbangannya lewat analisis
rasional yaitu validitas isi dan validitas konstruk.
Validitas isi (content validity) adalah validitas yang mempertanyakan
bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi bahan yang
diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Di sisi lain, validitas konstruk
(construc validity), mempertanyakan apakah butir-butir pernyataan dalam
instrumen itu telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan. Uji
validitas konstruk dewasa ini juga sering dilakukan lewat program komputer
yaitu dengan menggunakan analisis faktor.
Karena instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh
peneliti, maka dilakukan pula uji validitas dan reliabilitas, dengan asumsi bahwa
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
38
instrumen yang telah melalui proses tersebut akan menghasilkan data yang
dipercaya kebenarannya. Untuk uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian
digunakan bantuan perangkat SPSS versi 13.
Adapun langkah- langkah dalam pengujian validitas adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden.
Sangat disarankan agar jumlah responden untuk uji coba minimal 30
orang, dengan jumlah ini maka distribusi skor akan lebih mendekati
kurva normal. Dalam penelitian ini n untuk uji coba kuesioner = 30.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4. Menghitung korelasi antara skor masing-masing pernyataan dengan skor
total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yang
rumusnya adalah sebagai berikut:
( )( )
( )( ) ( )( )2222 YYnXXn
YXXYnrxy
å-åå-å
åå-å= (3)
dimana:
xyr = korelasi product moment Pearson
n = jumlah sampel
X = skor butir pernyataan tiap responden
Y = skor total butir pernyataan tiap responden
5. Dasar pengambilan keputusan adalah
· Bila nilai r > rtabel dengan derajat bebas (n-2) , maka butir tersebut
valid dan dapat dimasukkan ke dalam kuesioner. Butir yang
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
39
signifikan/valid berarti bahwa pernyataan-pernyataan tersebut
memiliki validitas isi yang baik atau dalam bahasa statistik berarti
terdapat konsistensi internal dalam pernyataan-pernyataan tersebut.
· Bila nilai r < rtabel dengan derajat bebas (n-2), maka item tersebut tidak
valid dan tidak dapat dimasukkan ke dalam kuesioner. Bila nilai r
negatif maka berarti pernyataan tersebut bertentangan dengan
pernyataan lainnya, artinya pernyataan tersebut tidak konsisten dengan
pernyataan lainnya (Singarimbun,1995).
Dalam kaitannya dengan masalah komputasi koefisien korelasi antara butir
pernyataan dengan skor total tes, sedikitnya jumlah butir pernyataan akan
mengakibatkan terjadi overestimasi terhadap korelasi yang sebenarnya.
Overestimasi ini disebabkan terlalu besarnya kontribusi masing-masing buitr
pernyataan dalam ikut menentukan skor tes (Azwar, 2003). Akibatnya akan terjadi
spurious overlap, (Guilford, 1956 dalam Azwar, 2003), yaitu terjadinya
overestimasi terhadap korelasi antara butir pernyataan yang bersangkutan dengan
skor total tes.
Semakin sedikit butir pernyataan yang ada dalam tes, akan semakin besar
overlap yang terjadi. Bila jumlah butir pernyataan dalam tes lebih dari 30, maka
umumnya efek spurious overlap tidak begitu besar dan karenanya dapat
diabaikan. Sedangkan jika jumlah butir pernyataan dalam dalam tes kurang dari 30
maka efek spurious overlap perlu diperhitungkan. Untuk itu agar diperoleh
informasi yang lebih akurat mengenai korelasi antara butir pernyataan dengan skor
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
40
total tes diperlukan suatu rumusan koreksi terhadap efek spurious overlap (Azwar,
2003). Formula koreksi terhadap efek spurious overlap adalah:
( )xiixix
ixxy
ixi
ssrss
ssrr
222)(
-+
-=- (4)
Di mana:
=- )( ixir Koefisien korelasi butir pernyataan dengan skor total setelah
dikoreksi dari efek spurious overlap.
xyr = Koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total sebelum
dikoreksi
is =
2
n
n
xx
i
iåå
÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
Deviasi standar skor suatu butir pernyataan
xs =
2
n
n
YYå
å÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
Deviasi standar skor total tes
3.1.7 Uji Reliabilitas
Reabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai
asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki realibilitas yang tinggi
disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun realibilitas
mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keandalan, keajegan,
kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam
konsep reabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Menurut Singarimbun (1995) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur (kuesioner) dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
41
Artinya, suatu alat pengukur jika dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang
sama dan hasil pengukuran yamg diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur
tersebut dapat dikatakan reliable.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menghitung indeks
reliabilitas adalah metode konsistensi internal. Indeks reliabilitas dapat
ditunjukkan melalui besarnya nilai Cronbach Alpha (α ).
Formulasi untuk menghitung α adalah sebagai berikut:
÷÷ø
öççè
æ å-
-=
2
2
11 s
sa i
k
k (5)
di mana:
r = koefisien reabilitas yang dicari
k =jumlah butir pernyataan (soal)
2
is =
2
n
n
xx
i
iåå
÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
= varians butir pernyataan ke- i
å ix = jumlah skor jawaban responden untuk butir pernyataan ke- i
2s =
2
n
n
YYå
å÷÷
ø
ö
çç
è
æ-
varians total skor tes
Menurut Arikunto (1993), koefisien korelasi reliabilitas ditentukan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
· Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi
· Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
· Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup tinggi
· Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
42
3.2 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif untuk mengetahui karakteristik siswa terutama dalam melakukan
mobilitas ulang alik, analisis komponen utama dan analisis faktor untuk
mengetahui faktor utama alasan siswa SMA N 1 Salatiga yang tinggal di luar
Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga.
Pengolahan data pada penulisan ini menggunakan program aplikasi
statistik Social Package for Social Science (SPSS) version 13.
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang memaparkan data hasil
pengamatan tanpa diadakan pengujian hipotesis. Analisis ini bertujuan untuk
menggambarkan karakteristik dari siswa pelaku mobilitas ulang alik, serta
menggambarkan keadaan umum Kota Salatiga dan SMA N 1 Salatiga. Analisis
deskriptif adalah metode analisis sederhana yang bertujuan untuk mempermudah
penafsiran dan penjelasan dengan analisis tabel, grafik atau diagram. Analisis
deskriptif ini digunakan sebagai pendukung untuk menambah dan mempertajam
analisis yang dilakukan, membantu memahami masalah yang diteliti serta
memberikan gambaran umum tentang suatu fenomena yang terjadi.
3.2.2 Analisis Komponen Utama
Analisis Komponen Utama (AKU) adalah suatu teknik penyusutan data
(data reduction) di mana tujuannya adalah untuk mengurangi banyaknya dimensi
peubah yang saling berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang tidak
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
43
berkorelasi dengan mempertahankan sebanyak mungkin keragaman dalam
himpunan data tersebut. Semua peubah dari AKU merupakan peubah bebas.
Langkah awal untuk melakukan analisis statistika dengan analisis
komponen utama adalah melakukan pengujian terhadap matriks korelasi.
Pengujian Hipotesis Matriks Korelasi
Matriks Korelasi
Misalkan matriksnya adalah: pxpR =
úúúúúú
û
ù
êêêêêê
ë
é
1
1
1
1
321
33231
22321
11312
L
MMMM
L
L
L
ppp
p
p
p
rrr
rrr
rrr
rrr
Semua diagonal utama = 1 dan di luar diagonal utama ¹ 1, (0 1££ xixjr ). Korelasi
( xixjr ) diperoleh dengan rumus:
( ) ( )å åå å
ååå--
-=
2222 xjxjnxixin
xjxixixjnrxixj (6)
Uji Bartlett
Uji ini digunakan untuk melihat apakah matriks korelasi bukan
merupakan matriks identitas. Langkah- langkahnya adalah:
Hipotesis :
0H : Matriks korelasi merupakan matriks identitas
1H : Matriks korelasi bukan merupakan matriks identitas.
Statistik uji:
( ) ( )R
pn ln
6
5212
úû
ùêë
é +---=c (7)
Di mana: n = jumlah observasi
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
44
p = jumlah peubah
R = determinan dari matriks korelasi
Keputusan :
Uji Bartlett akan menolak 0H jika, 2/)1(,22
-> ppobs acc
Jika perhitungan menggunakan program SPSS, 0H akan ditolak apabila
angka signifikansi <a yang telah ditentukan. Jika matriks korelasi bukan
merupakan matriks identitas, maka penyusutan dimensi terhadap peubah ganda
tersebut bermakna untuk dilakukan analisis dengan Komponen Utama.
Misalkan vektor peubah acak asal X’= ( )pXXXXX ,......,,,, 4321 . Dengan
matriks matriks korelasi dapat diturunkan akar ciri-akar cirinya di mana
0....21 ³³³³ plll dan vektor ciri-vektor cirinya yaitu peee ,......,, 21 .
úúúúú
û
ù
êêêêê
ë
é
=
ip
i
i
i
e
e
e
eM
2
1
, i=1,2,..p
Melalui matriks korelasi, nilai akar ciri (eigen values) sebanyak jumlah peubah (p
peubah) diperoleh dengan perhitungan:
0=- IR l
l = akar ciri
I = matrik identitas
Dari nilai akar ciri, dapat diperoleh vektor ciri (eigen vector) yang diperoleh dari
persamaan ciri:
0)( =- ijeIR l
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
45
Vektor ciri tersebut merupakan koefisien dari kombinasi linier atau disebut juga
sebagai koefisien dari persamaan komponen utama
Kombinasi linier dari peubah asal adalah:
XeXeXeXeY pp 112211111 ... =+++=
XeXeXeXeY pp 222221122 ... =+++=
XeXeXeXeY pp 332231133 ... =+++=
..
..
XeXeXeXeY ppppppp =+++= ...2211
dengan varians masing-masing
iiYVar l=)( (8)
di mana: i = 1, 2,... , p
il = akar ciri dari komponen utama ke-i
Jumlah seluruh akar ciri adalah
å=
p
ii
1
l plll +++= ...21 ; di mana plll ³³³ ....21
Penyusutan dimensi dari peubah asal dilakukan dengan mengambil
sejumlah kecil komponen yang mampu menerangkan bagian terbesar keragaman
data. Jika jumlah komponen yang diambil sebanyak m komponen, m<p, maka
persentase keragaman yang dapat diterangkan oleh masing-masing komponen
adalah:
pip
i ,...,2,1;...21
=+++ lll
l (9)
Dan persentase keragaman kumulatif yang diterangkan oleh m komponen adalah:
%100
1
21 ´+++
å»
m
ii
m
l
lll L
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
46
Bila banyaknya komponen utama yang terbentuk sama dengan jumlah peubah
asli maka total keragaman yang dapat diterangkan adalah 1. Kriteria penetapan
banyak KU dapat dilihat dari:
1. Kriteria persentase keragaman kumulatif dari komponen utama
Keragaman total KU = =å=
)(1
p
iiYVar plll +++ ...21 å
=
=p
ii
1
l (10)
Menurut Morison (1990), banyak komponen utama yang sudah memadai
apabila komponen utama tersebut mempunyai persentase keragaman kumulatif
tidak kurang dari 75% keragaman data. Jhonson & Wischern (1992)
mengisyaratkan komponen utama dengan persentase kumulatif 80-90, dapat
menggambarkan data asalnya. Sedangkan menurut Supranto (2004) ekstraksi
faktor dihentikan kalau kumulatif persentase varians sudah mencapai paling
sedikit 60 atau 75 persen dari seluruh varians peubah asli.
2. Kriteria Akar Ciri
Pemilihan Komponen utama berdasarkan pendekatan akar ciri yang
nilainya >1
Peubah baru yang disebut dengan komponen utama mempunyai ciri:
· Tertata berdasarkan pentingnya dan mempunyai ragam sebesar akar ciri
ke-i yang berurut dari yang terbesar ke yang terkecil. Ragam suatu peubah
merupakan sifat yang penting yang digunakan dalam analisis, makin besar
ragam suatu komponen utama maka makin penting komponen utama
tersebut dalam menerangkan keragaman data. Dari beberapa peubah baru
tersebut terurut keragamannya, diharapkan peubah baru pertama akan
dapat menjelaskan dengan baik keragaman yang ada dalam data asal.
· Antar komponen utama tidak saling berkorelasi.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
47
3. Berdasarkan pengalaman atau penelitian sebelumnya
Jumlah faktor yang diekstrak tergantung dari peneliti berdasarkan teori,
hipotesis maupun penelitian yang sudah ada.
3.2.3 Analisis Faktor Analisis faktor merupakan kelanjutan dari analisis komponen utama. Dari
sejumlah komponen utama yang terpilih oleh AKU, akan dijadikan dasar untuk
analisis faktor. Analisis ini untuk mendapatkan faktor dominan dalam
menjelaskan suatu masalah, yang pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan
sejumlah kecil faktor dominan yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman data.
2. Faktor-faktor tersebut saling bebas.
3. Tiap-tiap faktor dapat diinterpretasikan.
Adapun perbedaannya dengan analisis komponen utama adalah:
1. Pada analisis komponen utama, tujuan utama adalah untuk memilih
sejumlah peubah baru (yang disebut komponen utama) yang menjelaskan
total variasi dalam set data sebesar-besarnya.
2. Pada analisis faktor, tujuan utama adalah memilih faktor-faktor yang
dapat menjelaskan keterkaitan (interrelationship) antar peubah asli.
Kegunaan Analisis Faktor antara lain:
1. Untuk meneliti keterkaitan peubah-peubah dalam suatu set data.
2. Menyederhanakan deskripsi dari suatu set data (peubah) yang banyak dan
saling berkorelasi menjadi set data lain yang ringkas tanpa ada korelasi.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
48
Sebelum melakukan analisis faktor, perlu dilakukan uji Kaiser-myer
Olkin (KMO). Uji KMO digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut dapat
dianalisis lebih lanjut atau tidak dengan analisis faktor. Rumusan uji KMO
adalah:
KMO = ;22
2
å ååå
åå
¹ ¹
¹
+ij ij
iji
iji
ijij
i
ar
r
i=1,2,…..p ; j=1,2,….,p (11)
Di mana: ijr = koefisien korelasi sederhana antara peubah i dan j
ija = koefisien korelasi parsial antara peubah i dan j
Penilaian uji KMO dari matriks antar peubah adalah sebagai berikut:
a. 0,9 < KMO £ 1,00, data sangat baik untuk analisis faktor
b. 0,8 < KMO £ 0,9, data baik untuk analisis faktor
c. 0,7 < KMO £ 0,8, data agak baik untuk analisis faktor
d. 0,6 < KMO £ 0,7, data lebih dari cukup untuk analisis faktor
e. 0,5 < KMO £ 0,6, data cukup untuk analisis faktor
f. KMO £ 0,5, data tidak layak untuk analisis faktor
Model analisis faktor:
1121111111 ... em ++++=- mm FlFlFlX
2222212122 ... em ++++=- mm FlFlFlX
…..
mmpmpppp FlFlFlX em ++++=- ...2211
Atau dalam notasi matrik:
1111 pxmxpxmpxpx FLX em +=-
Di mana:
X = vektor variabel asal
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
49
=jF faktor umum ; j = 1,2,… .,m ; m<p
ie = faktor spesifik ; 1,2,… …, p
ijL = koefisien faktor pembobot = loading factor
m = rata-rata peubah
Model (X-m) = LF + e adalah linier dalam faktor bersama. Bagian dari Var (Xi)
yang dapat diterangkan oleh m faktor bersama disebut komunalitas (communality) ke-i. Sedangkan bagian dari Var (Xi) karena faktor spesifik disebut varian spesifik ke-i.
Var(Xi) = iimiii lll ys ++++= 22
21
2 ... = iih y+2 (12)
Di mana : ih 2 = communality ke-i dan iy = varian spesifik ke- i.
Koefisien dari komponen utama yang diperoleh biasanya masih sulit untuk
diinterpretasikan. Oleh karena itu perlu dilakukan rotasi terhadap matrik loading L
atau faktor pembobot untuk meningkatkan daya interpretasi. Rotasi yang
dilakukan adalah rotasi varimax. Hal ini dilakukan dengan cara merotasi matrik
loading L yang menghasilkan matrik loading baru L*, yaitu:
L* pxm =L pxm .T mxm
Di mana T adalah matrik transformasi yang dipilih sehingga TT’=T’T=1.
Dari perumusan di atas terlihat jelas bahwa rotasi merupakan suatu upaya
untuk menghasilkan matrik loading baru baru yang lebih mudah untuk
diinterpretasikan dengan cara mengalikan matrik loading awal dengan suatu
matrik transformasi yang bersifat orthogonal.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
50
Rotasi varimax merupakan rotasi yang membuat jumlah varians loading
faktor dalam masing-masing faktor akan menjadi maksimum. Metode rotasi ini
adalah memaksimalkan faktor pembobot dan mengakibatkan korelasi peubah-
peubah dengan suatu komponen utama kurang lebih mendekati 1, dan dengan
komponen yang lain mendekati nol, sehingga mudah diinterpretasikan.
3.2.4 Penerapan Analisis Komponen Utama dan Analisis Faktor
Dalam penelitian ini ada tujuh peubah awal yang masih saling
berkorelasi, yang kemudian akan direduksi dimensinya menjadi peubah baru
yang tidak saling berkorelasi dan disebut dengan faktor atau komponen
utama (principal component). Peubah awal tersebut antara lain:
1x = Lingkungan Daerah Asal
2x = Lingkungan Kota Salatiga
3x = Keluarga
4x = Teman
5x = Daya Tarik Kota
6x = Dorongan Internal
7x = Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik
Untuk membentuk peubah awal menjadi faktor atau kompon en utama,
maka harus dilakukan analisis komponen utama dan analisis f aktor. Langkah
awal analisis itu adalah denghan membuat ma trik korelasi (R). Namun
sebelumnya, korelasi dari tiap-tiap peubah ( xixjr ) disajikan sebagai berikut:
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
51
xi x j
x1
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x1 1 r12 r13 r14 r15 r16 r17
x2 r12 1 r23 r24 r25 r26 r27
x3 r13 r23 1 r34 r35 r36 r37
x4 r14 r24 r34 1 r45 r46 r47
x5 r15 r25 r35 r45 1 r56 r57
x6 r16 r26 r36 r46 r56 1 r67
x7 r17 r27 r37 r47 r57 r67 1
Nilai korelasi ( xixjr ) dapat dihitung dengan rumus:
( ) ( )å åå åå åå
--
-=
2222 xjxjnxixin
xjxixixjnrxixj , sehingga dapat diperoleh matriks
korelasi:
úúúúúúúúú
û
ù
êêêêêêêêê
ë
é
=
1
1
1
1
1
1
1
675747372717
675646362616
575645362515
474645352414
373635342313
272625242312
171615141312
rrrrrr
rrrrrr
rrrrrr
rrrrrr
rrrrrr
rrrrrr
rrrrrr
R pxp
Matriks korelasi ini harus merupakan matriks yang bukan identitas, oleh
karenanya harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan Uji Bartlett. Jika
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
52
matriksnya terbukti bukan merupakan matriks identitas maka analisis selanjutnya
dapat dilakukan.
Untuk menentukan banyaknya komponen utama yang terbentuk, peneliti
menggunakan kriteria akar ciri yang lebih besar atau sama dengan satu ( 1³l ).
Melalui matriks korelasi akan diperoleh nilai akar ciri sebanyak jumlah peubah (p
peubah), dengan perhitungan:
0=- IR l , di mana R = matriks korelasi
I = matriks identitas.
Masing-masing akar ciri mempunyai vektor ciri ( ije ) sebanyak p akar ciri
yang diperoleh dengan perhitungan:
0)( =- ijeIR l , di mana R = matriks korelasi
I = matriks identitas
Dari p akar ciri yang diperoleh, akan didapat 1³l sebanyak k, yang
berarti terbentuk k komponen utama ( kY ):
pp xexexeY 12121111 ... +++=
pp xexexeY 22221212 ... +++=
. . . . . . . . . . . . pkpkkk xexexeY +++= ...2211
Setelah terbentuk komponen utama, akan dihitung KMO untuk mengetahui
apakah analisis faktor layak digunakan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
53
3.2.5 Penamaan Faktor
Penamaan faktor didasarkan pada peubah-peubah yang mendominasi
tersebut. Syarat penamaan bersifat subyektif, bahkan ada juga faktor yang tidak
diberi nama karena peubah-peubah yang dominan pada faktor tidak memiliki ciri
yang khas.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Salatiga
Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang,
Jawa Tengah. Kota Salatiga beriklim tropis dan berhawa sejuk. Secara geografis
berada di daerah kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil antara lain
Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong sehingga tidak mengherankan jika
sekitar 65 persen relief Kota Salatiga merupakan daerah bergelombang. Kota
Salatiga dibatasi beberapa kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten
Semarang. Batas-batas tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara :
- Kecamatan Pabelan: Desa Pabelan dan Desa Pejaten.
- Kecamatan Tuntang : Desa Kesongo dan Desa Watu Agung.
b. Sebelah Timur :
- Kecamatan Pabelan : Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo dan Desa
Glawan.
- Kecamatan Tengaran : Desa Bener, Desa Tegal Waton dan Desa
Nyamat.
c. Sebelah Selatan :
- Kecamatan Getasan : Desa Sumogawe, Desa Samirono dan Desa Jetak.
- Kecamatan Tengaran : Desa Patemon dan Desa Karang Duren.
d. Sebelah Barat :
- Kecamatan Tuntang : Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten dan
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
55
Desa Gedongan.
- Kecamatan Getasan : Desa Polobogo.
Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi empat kecamatan yaitu
Argomulyo, Tingkir, Sidorejo dan Sidomukti. Dari empat kecamatan itu terbagi
dalam 22 kelurahan. Luas wilayah Kota Salatiga pada tahun 2005 sebesar 56.781
km². Luas yang ada terdiri dari 8.036 km² (14,15 persen) lahan sawah dan 46.788
km² (82,40 persen) bukan lahan sawah, sisanya merupakan lahan lainnya.
Menurut penggunaannya, sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan
sawah berpengairan teknis (46,54 persen).
Tahun 2005, jumlah penduduk Kota Salatiga sebesar 176.090 jiwa. Jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki- laki. Hal
ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki- laki terhadap
jumlah penduduk perempuan) sebesar 93,88 persen. Penduduk Kota Salatiga
belum menyebar secara merata di seluruh wilayah Kota Salatiga. Umumnya,
penduduk lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan. Secara rata-
rata, kepadatan penduduk Kota Salatiga tercatat sebesar 2.578 jiwa setiap
kilometer persegi. Tahun 2005, rata-rata penduduk per rumah tangga di Kota
Salatiga tercatat sebesar 4,61 jiwa.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
56
SLTASLTPSD
Tingkat Sekolah
70
60
50
40
30
20
10
0
Pe
rse
nta
se
17.99%15.83%
66.19%
Gambar 6. Persentase jumlah sekolah menurut tingkat sekolah di Kota Salatiga tahun 2005
Sumber: BPS Kota Salatiga
Suatu penyelenggaraan pendidikan membutuhkan sarana dan prasana
sekolah baik yang disediakan oleh swasta maupun pemerintah. Jumlah SLTA baik
negeri maupun swasta di Kota Salatiga pada tahun 2005 berjumlah 25 sekolah.
Dari hasil pengolahan di atas, persentase SD merupakan yang terbanyak di Kota
Salatiga yaitu sebesar 66,19 persen, di tingkat SLTP paling sedikit yaitu 15,83
persen, akan tetapi di tingkat SLTA lebih besar dari SLTP yaitu sebesar 17,99
persen. Keadaan ini wajar karena dengan masuknya siswa SLTA dari Kabupaten
di sekitar Kota Salatiga, tentunya akan menambah jumlah murid dan
membutuhkan sarana tempat belajar yang lebih banyak.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
57
40.0%
25.0%
35.0%
SLTA
SLTP
SDTingkat Sekolah
Gambar 7. Persentase guru menurut tingkat sekolah di Kota Salatiga tahun 2005
Sumber: BPS Kota Salatiga
Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Dari hasil pengolahan mengenai persentase guru menurut tingkat sekolah
di Kota Salatiga tahun 2005, terlihat bahwa persentase guru yang terbanyak
adalah di tingkat SLTA sementara guru di tingkat SLTP hanya 25 persen, paling
sedikit dibandingkan dengan persentase guru di tingkat SD dan SLTA yang
masing-masing mempunyai persentase 35 persen dan 40 persen. Banyaknya guru
di tingkat SLTA ini, disesuaikan jumlah murid dan jumlah SLTA yang memang
lebih banyak dibandingkan SLTP agar kegiatan belajar mengajar menjadi lancar.
Selain itu proses kegiatan belajar mengajar pada tingkat SLTA membutuhkan
guru yang lebih spesifik untuk suatu mata pelajaran, di mana seorang guru
biasanya hanya mengajar satu mata pelajaran tertentu, sehingga membutuhkan
jumlah guru yang lebih banyak. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di tingkat
SD, di mana seorang guru dapat mengajar beberapa mata pelajaran.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
58
4.2 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga
SMA N 1 Salatiga didirikan pada tanggal 1 agustus 1954 dengan lokasi
semula bertempat di Jl. Diponegoro no 39 Salatiga. Namun seiring dengan
perubahan waktu maka SMA N 1 Salatiga dipindahkan ke Jl. Kemiri no 1
Salatiga. Lokasi SMA N 1 Salatiga memang cukup strategis. Bertempat di
kawasan pintu kota dekat dengan jalan utama Semarang-Solo, sehingga
memudahkan sarana transportasi bagi siapa saja yang ingin mengunjungi SMA N
1 Salatiga. Selain itu SMA N 1 Salatiga diminati oleh siswa di luar Kota Salatiga
yang umumnya berasal dari Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali.
SMA N 1 Salatiga ditunjuk oleh Dirjen Dikmenum sebagai Sekolah
piloting untuk pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) bersama 40
sekolah di seluruh Indonesia, dan sekarang ditunjuk lagi sebagai sekolah rintisan
Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) bersama 10 Sekolah di Jawa
Tengah. Ini merupakan suatu prestasi besar besar sekaligus amanat yang
dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan visi dan misi SMA N 1 Salatiga
serta tujuan bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
SMA N 1 Salatiga dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Berikut adalah fasilitas yang tersedia di SMA N 1 Salatiga:
1. 30 ruang kelas
Tiap ruang kelas memiliki daya tampung untuk 40 siswa dilengkapi
dengan white board dan lemari yang berisi dengan perlengkapan
penunjang KBM.
2. Enam ruang lab Ilmu Pengetahuan alam (IPA)
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
59
Masing-masing mata pelajaran (mapel) IPA memiliki 2 lab
· Lab Fisika.
Lab fisika selain dilengkapi dengan bahan dan peralalatan praktikum fisika
(Mekanika, Gelombang, Optik, Listrik Magnet) juga dilengkapi dengan
fasilitas TV, VCD player dan CD pembelajaran dari Departemen
Pendidikan Nasional
· Lab Kimia
Lab Kimia selain dilengkapi bahan dan peralatan penunjang praktikum
kimia, juga dilengkapi dengan media pembelajaran elektronik berupa CD
pembelajaran. Adapun praktikum yang dapat dilaksanakan di lab Kimia
SMA N 1 Salatiga adalah sebagai berikut:
1. Untuk kelas X
a. Perubahan materi
b. Pemisahan campuran
c. Uji larutan elektrolit
2. Untuk kelas XI
a. Kalorimeter
b. Membuat larutan
c. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Untuk kelas XII
a. Penurunan titik beku
b. Titrasi yodiometri
c. Elektrolisis
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
60
· Lab Biologi
Lab Biologi SMA N 1 Salatiga menempati dua ruang, selain itu lab biologi
dilengkapi dengan peralatan dan bahan penunjang praktek biologi seperti
manakin organ tubuh dan tengkorak, mikroskop, dan peralatan peraga
lainnya.
· Dua ruang lab Bahasa
Menempati gedung berlantai dua. Satu ruangan merupakan ruang lab
bahasa dengan fasilitas TV, VCD player, CD pembelajaran, dan
perlengkapan lab bahasa. Satu ruang lagi dilengkapi dengan 40 unit
komputer yang terjaring dengan sebuah unit komputer server.
· Tiga ruang multimedia
Perlengkapan standar ruang multimedia di SMA N 1 Salatiga adalah OHP,
white board, TV, VCD player, komputer yang terhubung dengan internet
dan LCD proyektor. Ruang multimedia ini digunakan untuk pembelajaran
dan pelatihan siswa dalam rangka persiapan untuk mengikuti lomba- lomba
karya siswa yang membutuhkan ketrampilan presentasi.
· Empat Ruang Lab Komputer
Satu Ruang lab Komputer dasar dengan 40 unit komputer Pentium III
dengan ruang ber AC.
Satu Ruang lab Komputer Internet dengan 20 unit komputer Pentium IV
dengan ruang ber AC.
Satu Ruang lab Komputer IPA dengan 20 unit komputer.
Satu Ruang lab Komputer pelatihan dengan 9 unit komputer Pentium IV.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
61
· Perputakaan
Perpustakaan SMA N 1 Salatiga dilengkapi dengan lebih dari 5000
eksemplar koleksi buku sastra, filosofi, pengetahuan alam, pengetahuan
sosial, agama dan ensiklopedia serta ditunjang dengan berlangganan
majalah serta beberapa surat kabar lokal. Ruang perpustakaan juga
dilengkapi dengan TV dan VCD player serta CD bahan ajar serta 1 unit
komputer yang terhubung dengan internet.
· Kantin
SMA N 1 Salatiga dilengkapi dengan 4 kantin untuk menunjang
kebutuhan siswa dan guru selama proses KBM berlangsung.
· Koperasi
Koperasi SMA N 1 Salatiga selain melayani kebutuhan siswa, dan guru
juga melayani kebutuhan masyarakat di sekitar SMA N 1 Salatiga.
Koperasi SMA N 1 Salatiga bergerak dalam bidang konsumsi (kebutuhan
siswa dan umum) dan simpan pinjam (untuk guru dan karyawan).
Koperasi memiliki dua kios yaitu satu kios berada di dalam lingkungan
sekolah (untuk melayani kebutuhan siswa dan guru) dan satu kios lagi
berada di bagian depan SMA N 1 Salatiga.
· Masjid
Masjid SMA N 1 Salatiga dikelola oleh siswa di bawah tanggung jawab
guru agama. Selain digunakan untuk ibadah sering juga digunakan untuk
pusat kegiatan siswa yang berkaitan dengan keagamaan. Masjid SMA N 1
Salatiga juga dilengkapi mini perpustakaan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
62
· Ruang Ibadah
Ruangan ini digunakan untuk guru dan siswa Kristiani untuk beribadah.
· Lapangan Olah Raga
· Lapangan Basket
· Ruang Serba Guna
Ruangan dengan daya tampung 400 orang ini sering digunakan untuk
ruang olahraga indoor, pentas seni dan rapat orangtua /wali siswa dengan
pihak sekolah dan komite.
· Kamar Kecil
Terdapat 20 unit kamar kecil untuk siswa dan 5 unit untuk guru dan
karyawan. Jumlah ini memang cukup banyak namun ini merupakan hal
yang relatif karena mengingat jumlah karyawan, guru dan siswa lebih dari
1.000 orang.
· Tempat Parkir
SMA N 1 Salatiga memiliki tiga lokasi parkir di lingkungan sekolah. Dua
lokasi untuk parkir siswa, dan satu lokasi untuk kendaraan guru karyawan
serta tamu yang berkunjung.
· Mobil Sekolah
SMA N 1 Salatiga juga memiliki satu unit mobil operasional sekolah yang
digunakan untuk keperluan guru, karyawan dan siswa.
· Motor Sekolah
Selain mobil, SMA N 1 Salatiga juga memiliki motor operasional yang
digunakan untuk mobilitas para guru maupun karyawan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
63
Mulai tahun ajaran 2006/2007 SMA N 1 Salatiga menambah beberapa
ekstrakurikuler wajib dalam menunjang kegiatan siswa sepulang sekolah,
diantaranya adalah, ekstrakurikuler perakitan komputer dan pelatihan internet.
Ekstrakurikuluer perakitan komputer diwajibkan pada siswa yang berada di kelas
XI. Tujuan dari ekstrakurikuler ini adalah meningkatkan pemahaman siswa dalam
bidang Teknologi Informasi (TI), mengingat pada suatu pelajaran mereka sudah
dikenalkan dengan program-program TI. Maka untuk menunjang pengetahuan
mereka akan komputer, diadakan ekstrakurikuler perakitan komputer dengan
harapan siswa mampu merakit komputer, memahami kerusakan yang sering
terjadi pada komputer baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak
(software).
Untuk semester pertama siswa dilatih merakit dan meng-install dengan
panduan guru pembimbing, kemudian hasil pelatihan itu mereka lanjutkan di
semester kedua dengan mengadakan satu unit komputer untuk kelas kemudian
digunakan untuk model pelatihan sekaligus penilaian. Pengadaan satu unit
komputer ini dilakukan dengan cara swadaya siswa sehingga melibatkan siswa
untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan dan penggunaan komputer tersebut
hingga mereka lulus dari SMA N 1 Salatiga.
4.3 Karakteristik dan Deskripsi Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik 4.3.1 Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Siswa SMA Negeri 1 Salatiga kelas X dan XI yang diteliti sebagai
responden berjumlah 100 siswa, terdiri dari siswa yang berasal dari Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Boyolali.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
64
Tabel 3. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut tempat tinggal dan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Tempat Tinggal Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Kab. Semarang 31 (31%) 59 (59%) 90 (90%)
Kab. Boyolali 4 (4%) 6 (6%) 10 (10%)
Total 35 (35%) 65 (65%) 100 (100%)
Dari hasil pengolahan dapat diketahui bahwa persentase siswa
berdasarkan jenis kelamin adalah 35 persen laki- laki dan 65 persen perempuan.
Ini berarti sebagian besar responden adalah perempuan. Penduduk laki- laki secara
relatif memang lebih banyak melakukan perpindahan daripada penduduk
perempuan. Namun demikian, proporsi migran wanita mulai meningkat. Sebuah
penelitian di Amerika Latin (Todaro, 1983 dalam Syafiuddin, 1985),
menunjukkan bahwa dewasa ini perempuan merupakan mayoritas dalam arus
migrasi.
Daerah asal siswa dilihat dari kabupaten tempat tinggal yang bersangkutan
terdiri dari Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali. Dari hasil pengolahan
terlihat bahwa sebagian besar siswa berasal dari Kabupaten Semarang yaitu
sebesar 90 persen, jauh di atas Kabupaten Boyolali yang hanya 10 persen. Hal ini
sesuai dengan the seven laws of population mobility (Ravenstein,1885 dalam
Manacika, 2001) yang menyatakan bahwa banyak migran berpindah ke jarak yang
dekat. Dari segi jarak, Kabupaten Semarang lebih dekat daripada Kabupaten
Boyolali, karena secara geografis Kota Salatiga dikelilingi sepenuhnya oleh
wilayah Kabupaten Semarang. Dengan demikian arus migrasi dari Kabupaten
Semarang ke Kota Salatiga bisa terjadi dari segala arah.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
65
4.3.2 Asal SLTP
Beberapa siswa yang melakukan mobilitas ulang alik ternyata sudah
melakukannya semenjak di tingkat sekolah sebelumnya yaitu ketika bersekolah di
SLTP.
Tabel 4. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut asal SLTP dan tempat tinggal.
Tempat Tinggal Asal SLTP
Kabupaten Boyolali Kabupaten Semarang Total
(1) (2) (3) (4)
Kabupaten Boyolali 8 11 19
Kabupaten Semarang 1 56 57
Kota Salatiga 1 22 23
Lainnya 0 1 1
Total 10 90 100
Dari hasil pengolahan di atas menunjukkan bahwa dari 90 siswa yang
tinggal di Kabupaten Semarang, 22 orang di antaranya telah melakukan mobilitas
ulang alik ke Kota Salatiga sejak bersekolah di tingkat SLTP. Sementara itu
siswa yang tinggal di Kabupaten Boyolali dan telah melakukan mobilitas ulang
alik ke Kota Salatiga sejak SLTP hanya satu orang. Akan tetapi ternyata ada juga
siswa dari Kabupaten Semarang yang sejak dari SLTP sudah melakukan mobilitas
ulang alik ke Kabupaten Boyolali.
Tabel 5. Jumlah siswa asal Kabupaten Semarang yang melakukan mobilitas ulang alik ke Kabupaten Boyolali sejak SLTP menurut kecamatan
Hal ini terjadi karena Kabupaten Semarang juga berbatasan langsung
dengan Kabupaten Boyolali sehingga beberapa siswa SLTP yang tinggal di
Asal Kecamatan
Tengaran Kaliwungu Total
(1) (2) (3)
9 2 11
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
66
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali ada yang
melakukan mobilitas ulang alik ke Kabupaten Boyolali. Hal tersebut ditunjukkan
pada hasil pengolahan yang ada pada tabel 7 yang memperlihatkan bahwa dari 11
siswa yang melakukan mobilitas ulang alik ke Kabupaten Boyolali sejak SLTP,
semua siswa berasal dari Kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Boyolali, yaitu Kecamatan Tengaran dan Kaliwungu.
Tabel 6. Jumlah siswa asal Kabupaten Semarang yang melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga sejak SLTP menurut kecamatan
Asal Kecamatan
Getasan Pabelan Tuntang Tengaran Lainnya Total
(2) (3) (6) (7) (8) (9)
1 5 5 4 7 22
Hasil pengolahan yang ditunjukkan tabel 8, menunjukkan bahwa dari 22
siswa yang melakukan mobilitas ulang alik dari Kabupaten Semarang ke Kota
Salatiga sejak SLTP, 15 di antaranya tinggal di Kecamatan yang berbatasan
langsung dengan wilayah Kota Salatiga, seperti Kecamatan Getasan, Pabelan,
Tuntang dan Tengaran, sementara hanya 7 siswa saja yang tinggal di Kecamatan
yang tidak berbatasan langsung dengan wilayah Kota Salatiga. Hal ini
menunjukkan bahwa semenjak SLTP, sebagian besar siswa sudah melakukan
mobilitas ulang alik meskipun pada jarak yang relatif dekat.
4.3.3 Lama Perjalanan Lama perjalanan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap siswa.
Apalagi bagi siswa SMA N 1 Salatiga yang terikat dengan waktu, di mana jam
pelajaran dimulai sejak pukul 07.00 pagi. Lama perjalanan yang dialami siswa
sangat bervariasi tergantung jauh dekatnya daerah asal dengan daerah yang dituju
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
67
dan fasilitas transportasi untuk menuju ke daerah tujuan migran. Lamanya
perjalanan juga dapat mengindikasikan jarak yang ditempuh, artinya semakin
lama waktu perjalanan, biasanya semakin jauh pula jarak yang ditempuh
meskipun tidak semuanya demikian karena hal tersebut bergantung pada hal-hal
lain seperti kelancaran transportasi.
Dari hasil pengolahan terlihat bahwa sebanyak 58 persen siswa menempuh
perjalanan kurang dari atau sama dengan setengah jam. Dan hanya ada satu persen
saja yang melakukan perjalanan selama dua jam.
2 jam1 jam0,75 jam<=0,5 jam
Lama Perjalanan
60
50
40
30
20
10
0
Pe
rse
nta
se
1.0%
18.0%23.0%
58.0%
Gambar 8. Persentase lama perjalanan siswa pelaku mobilitas ulang alik
Semakin lama waktu perjalanan yang ditempuh, semakin sedikit jumlah
migran. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cenderung berpindah tempat ke jarak
yang terdekat sesuai dengan the seven laws of population mobility oleh
Ravenstein (1885) dalam LDFEUI (2000) yang menyatakan bahwa migran
berpindah ke jarak yang terdekat.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
68
Tabel 7. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut keaktifan di organisasi sekolah dan lama perjalanan
Lama Perjalanan Keaktifan di Organisasi <=0,5 jam 0,75 jam 1 jam 2 jam Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aktif 24 11 7 1 43 (43%)
Tidak aktif 34 12 11 0 57 (57%)
Total 58 (58%) 23 (23%) 18 (18%) 1 (1%) 100
Mengikuti organisasi sekolah dapat menjadi wadah penyaluran bakat dan
minat, selain itu dapat mempererat rasa kebersamaan di antara siswa. Namun bagi
siswa pelaku mobilitas ulang alik, harus didukung dengan kesiapan mental
maupun fisik Karena sebagai siswa pelaku mobilitas ulang alik, harus
mempertimbangkan jarak antara rumah ke sekolah serta waktu perjalanan dari
rumah ke sekolah. Dengan aktif di organisasi, akan menyita waktu dan tenaga
yang tidak sedikit, apalagi banyak kegiatan organisasi dilaksanakan setelah pulang
sekolah. Dilihat dari segi keaktifan di organisasi sekolah, berdasarkan hasil
pengolahan terlihat bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 57 persen siswa, tidak
pernah/sedang aktif di organisasi sekolah. Dari 43 responden yang aktif di
organisasi sekolah, sebagian besar menempuh perjalanan ulang alik selama £
setengah jam yaitu sebanyak 24 orang.
4.3.4 Kendaraan yang Digunakan Kendaraan merupakan faktor yang turut berpengaruh pada lama perjalanan
yang ditempuh. Dari hasil pengolahan terlihat bahwa 86 persen siswa
menggunakan kendaraaan umum untuk melakukan mobilitas ulang alik,
sedangkan 14 persen siswa menggunakan kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
69
yang digunakan biasanya adalah sepeda motor. Sementara untuk kendaraan umum
biasanya dengan menggunakan bus jurusan Solo-Semarang.
14.0%
86.0%
Kendaraan Pribadi
Kendaraan Umum
Kendaraan YangDigunakan
Gambar 9. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut kendaraan yang digunakan
4.3.5 Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan yang
Digunakan dan Lama Perjalanan
Berdasarkan tabel persentase siswa menurut kendaraan yang digunakan
dan lama perjalanan, terlihat bahwa dari 86 siswa yang menggunakan kendaraan
umum, 53,49 persen di antaranya melakukan perjalanan dalam waktu £ setengah
jam.
Tabel 8. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut kendaraan yang digunakan dan lama perjalanan
Lama Perjalanan Kendaraan Yang Digunakan <=0,5 jam 0,75 jam 1 jam 2 jam Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kendaraan Umum
46 (53,49%)
21 (24,41%) 18 (20,9%) 1 (1,2%)
86 (100%)
Kendaraan Pribadi
12 (85,71%) 2 (14,29%) 0 (0%) 0 (0%)
14 (100%)
Persentase ini lebih kecil ketika dibandingkan dengan waktu perjalanan
yang ditempuh oleh responden yang menggunakan kendaraan pribadi. Di mana
85,71 persen responden yang menggunakan kendaraan pribadi, menempuh
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
70
perjalanan dalam waktu £ setengah jam. Keadaan ini wajar karena dengan
menggunakan kendaraan pribadi, waktu yang dibutuhkan selama perjalanan lebih
sedikit. Bahkan berdasarkan tabel 10, tidak ada siswa yang menggunakan
kendaraan pribadi dengan menempuh waktu satu jam dan dua jam. Dapat
dikatakan bahwa menggunakan kendaraan pribadi lebih efisien dari segi waktu
sehingga dapat memperkecil peluang untuk terlambat masuk sekolah.
4.3.6 Keterpaksaan dan Asal Keinginan Bersekolah di Kota Salatiga.
Setiap keputusan yang telah diambil harus dijalankan dengan baik.
Bersekolah di tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal bukanlah suatu hal
yang mudah. Perlu adanya kesadaran dari diri sendiri maupun dorongan orang tua
agar siswa tetap bersemangat belajar.
Tabel 9. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut keterpaksaan dan asal keinginan untuk sekolah di Kota Salatiga.
Terpaksa Bersekolah di Salatiga
Asal Keinginan Bersekolah di
Salatiga Ya Tidak
Total
(1) (2) (3) (4)
Diri Sendiri 0 51 51 (51%)
Orang Tua 2 15 17 (17%) Diri Sendiri dan Orang Tua
1 28 29 (29%)
Lainnya 1 2 3 (3%)
Total 4 (4%) 96 (96%) 100 (100%)
Adanya keterpaksaan untuk bersekolah di suatu tempat tertentu dapat
mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti menurunnya prestasi belajar,
atau munculnya dorongan untuk membolos sekolah. Dari tabel di atas terlihat
bahwa ternyata 96 persen responden tidak merasa ada paksaan untuk mengenyam
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
71
pendidikan di Salatiga. Keinginan bersekolah di Kota Salatiga sebagian besar
berasal dari sendiri.
4.3.7 Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Kendaraan yang
Digunakan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu Terakhir Siswa yang menggunakan kendaraan pribadi akan lebih leluasa dalam hal
perjalanan dibandingkan dengan yang menggunakan kendaraan umum. Bahkan
dengan jarak tempuh yang sama, perjalanan siswa yang menggunakan kendaraan
umum akan lebih lama daripada siswa yang menggunakan kendaraan pribadi.
Sehingga peluang siswa yang menggunakan kendaraan pribadi untuk terlambat
masuk sekolah akan lebih kecil daripada siswa yang menggunakan kendaraan
umum.
Tabel 10. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut kendaraan yang digunakan dan keterlambatan dalam dua minggu terakhir.
Pernah Terlambat Dalam Dua Minggu Terakhir Kendaraan Yang
Digunakan Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4)
Kendaraan Umum 25 61 86
Kendaraan Pribadi 2 12 14
Total 27 73 100
Dari hasil pengolahan terlihat bahwa dari 86 siswa yang menggunakan
kendaraan umum, 25 diantaranya pernah terlambat dalam dua minggu terakhir,
sementara dari 14 siswa yang menggunakan kendaraan pribadi, hanya ada dua
orang siswa yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
72
4.3.8 Siswa Pelaku Mobilitas Ulang Alik Menurut Lama Perjalanan dan Keterlambatan dalam Dua Minggu Terakhir
Dari hasil pengolahan terlihat bahwa hampir setengah dari total 27 siswa
yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir, melakukan perjalanan dari
tempat tinggalnya selama setengah jam yaitu sebanyak 13 siswa. Hanya enam
orang saja yang pernah terlambat dari 18 siswa yang melakukan perjalanan selama
satu jam. Di antara siswa yang melakukan perjalanan selama satu jam dan dua
jam, tidak ada seorangpun yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir, hal
ini menunjukkan adanya disiplin yang cukup baik dari siswa tersebut.
Tabel 11. Jumlah siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut lama perjalanan dan keterlambatan dalam dua minggu terakhir
Pernah Terlambat Dalam Dua Minggu Terakhir Total
Lama Perjalanan ya Tidak
(1) (2) (3) (4)
<=5 jam 13 45 58
0,75 jam 8 15 23
1 jam 6 12 18
2 jam 0 1 1
Total 27 73 100
Bemacam-macam alasan mengapa siswa yang melakukan mobilitas ulang
alik ini terlambat masuk sekolah. Dari gambar 10 terlihat bahwa 44,44 persen
siswa yang pernah terlambat dalam dua minggu terakhir mempunyai alasan bahwa
keterlambatan itu karena masalah transportasi.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
73
7.41% 3.7%
25.93%
62.96%
Pers
en
tase
70.0%
60.0%
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
Jumlah Keterlambatan Dalam Dua MingguTerakhir
4 kali3 kali2 kali
0.0%
1 kali
14.81%
44.44%40.74%
Per
sen
tase
50.0%
40.0%
30.0%
20.0%
10.0%
Alasan Terlambat
LainnyaTransportasiSusah
0.0%
BangunKesiangan
Gambar 10. Persentase alasan keterlambatan siswa pelaku mobilitas ulang alik
Di samping masalah transportasi, ada juga 40,74 persen siswa yang pernah
terlambat dalam dua minggu terakhir beralasan bahwa keterlambatan itu
dikarenakan bangun kesiangan dan 14,81 persen siswa yang pernah terlambat
dalam dua minggu terakhir mengatakan alasan lainnya. Alasan lainnya di
antaranya adalah karena banyak tugas yang belum dikerjakan, sehingga mereka
terpaksa mengerjakan terlebih dahulu di rumah menjelang berangkat sekolah.
Gambar 11. Persentase siswa pelaku mobilitas ulang alik menurut banyaknya keterlambatan dalam dua minggu terakhir
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
74
Sementara itu berdasarkan gambar 11 mengenai banyaknya keterlambatan
dalam dua minggu terakhir, terlihat bahwa sebagian besar siswa yang pernah
terlambat, hanya mengalami satu kali terlambat dalam dua minggu terakhir
dengan persentase sebesar 62,96 persen. Persentase siswa yang terlambat terus
menurun sampai pada jumlah keterlambatan sebanyak empat kali, di mana
persentase siswa yang terlambat sebanyak empat kali dalam dua minggu terakhir
hanya 3,7 persen.
4.4 Analisis Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke Salatiga
Analisis komponen utama dan analisis faktor merupakan suatu rangkaian
analisis di mana analisis faktor merupakan kelanjutan dari analisis komponen
utama.
4.4.1 Uji Kaiser-Myer Olkin (KMO) dan Bartlett Analisis komponen utama dapat dilanjutkan ke analisis faktor jika ukuran
kecukupan sampel terpenuhi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12. Uji KMO dan Bartlett
Dari lampiran output SPSS diketahui bahwa nilai KMO adalah sebesar
0,594. Dengan demikian data cukup baik untuk dianalisis menggunakan analisis
faktor. Dengan Bartlett’s Test of Sphericity Approx Chi-Square sebesar 143,112
pada derajat bebas 21 dan tingkat signifikansi 0,000. Taraf signifikansi jauh di
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,594
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
143,112
Df 21
Sig. ,000
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
75
bawah alpha 0,05 (eror yang dijelaskan sebesar 5 persen), maka hipotesis bahwa
variabel tidak saling berkorelasi ditolak, berarti peubah-peubah yang digunakan
memang berkorelasi, serta matrik korelasi bukan merupakan matrik identitas. Hal
ini menunjukkan bahwa peubah-peubah sudah cukup untuk dilakukan analisis
faktor.
4.4.2 Keluaran Matriks Anti-Image Langkah selanjutnya dalam analisis komponen utama adalah melihat
matriks Anti-image yang dipakai untuk melihat peubah mana saja yang
dikeluarkan karena tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
Pada diagonal utama terdapat nilai Measure of Adequacy Sampling (MSA).
Peubah yang memiliki MSA di bawah 0,5 tidak akan dianalisis lebih lanjut.
Tabel 13. Nilai MSA peubah
Peubah Nilai MSA
(1) (2)
Lingkungan Daerah Asal 0,684
Lingkungan Kota Salatiga 0,600
Keluarga 0,596
Teman 0,577
Daya Tarik Kota 0,529
Dorongan Internal 0,631 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik 0,618
Dari keluaran Matriks Anti-Image, ternyata semua peubah memiliki nilai
MSA ³ 0,5 sehingga analisis komponen utama dapat dilanjutkan dengan
melibatkan semua peubah tersebut.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
76
4.4.3 Keluaran Komunalitas (communalities) Untuk melihat seberapa besar keragaman data variabel awal yang dapat
dijelaskan oleh komponen utama yang terbentuk, digunakan komunalitas
(communalities).
Tabel 14. Komunalitas Peubah Komunalitas
(1) (2)
Lingkungan Daerah Asal 0,559
Lingkungan Kota Salatiga 0,814
Keluarga 0,762
Teman 0,746
Daya Tarik Kota 0,779
Dorongan Internal 0,522 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik 0,664
Dari hasil keluaran komunalitas, peubah dorongan internal menunjukkan
nilai komunalitas terkecil, yaitu sebesar 0,522, artinya sekitar 52,2 persen varians
dari peubah dorongan internal yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk,
sedang 47,8 persen varians dari peubah dorongan internal dijelaskan oleh faktor-
faktor lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
Sementara nilai komunalitas terbesar ditunjukkan oleh peubah lingkungan
Kota Salatiga yaitu sebesar 0,814, artinya sekitar 81,4 persen varians dari peubah
keluarga yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk sementara 18,6 persen
lainnya dijelaskan oleh komponen lain. Semakin besar nilai dari komunalitas
maka semakin baik analisis komponen utama karena semakin besar karakteristik
variable asal yang dapat diwakili oleh komponen utama yang terbentuk.
Keseluruhan nilai komunalitas peubah di atas 0,5. Berarti peubah-peubah yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki hubungan yang relatif kuat dengan
komponen utama yang terbentuk.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
77
4.4.4 Keluaran Total Varians yang Diterangkan (Total Variance Explained)
Dari tujuh peubah yang digunakan, akan dibentuk komponen utama atau
faktor. Untuk mengetahui banyak faktor yang terbentuk dapat dilihat dari tabel
Total Variance Explained (lampiran). Dari tabel tersebut dapat dilihat akar ciri
yang dihasilkan oleh setiap komponen utama yang terbentuk. Dalam penelitian ini
pembentukan faktor didasarkan pada nilai akar ciri (eigen value) yang lebih besar
dari 1. Maka dengan melihat akar ciri yang menunjukkan peran setiap komponen
terhadap total keragaman/varians, diperoleh tiga komponen utama yang
mempunyai akar ciri lebih dari 1. Ketiga komponen mampu menerangkan
keragaman total sebesar 69,905 persen.
Tabel 15. Total varians yang diterangkan (total variance explained) Sebelum Rotasi Sesudah Rotasi
Komponen Eigen Value Varians Kumulatif Varians Kumulatif
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 2,404 34,346 34,346 24,986 24,987
2 1,262 18,029 52,375 23,335 47,321
3 1.180 16,852 69,227 21,906 69,227
Komponen pertama dapat menerangkan keseluruhan keragaman peubah
sebesar 34,346 persen, komponen kedua sebesar 18,029 persen dan komponen
ketiga sebasar 16,852 persen. Sehingga dengan tiga komponen utama yang
terbentuk dapat menerangkan keragaman peubah asli sebesar 69,227 persen.
Persentase kumulatif keragaman yang hanya sebesar 69,227 persen
mengindikasikan bahwa masih terdapat beberapa faktor lain yang belum tercakup
dalam penelitian ini. Setelah dilakukan rotasi, proporsi keragaman data yang
dijelaskan oleh tiap komponen menjadi lebih merata. Komponen utama yang
pertama mampu menerangkan keragaman data sebesar 34,346 persen menurut
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
78
metode ekstraksi dengan analisis komponen utama (sebelum rotasi), dan dengan
analisis faktor (setelah rotasi), keragaman data awal dapat dijelaskan sebesar
24,987 persen.
Komponen utama kedua menerangkan keragaman data awal dengan
proporsi sebesar 18,029 persen (sebelum rotasi), sementara sesudah rotasi
komponen kedua mampu menerangkan keragaman data awal dengan proporsi
sebesar 23,335 persen.
Komponen utama ketiga mampu menerangkan keragaman data sebesar
16,852 persen menurut metode ekstraksi dengan analisis komponen utama
(sebelum rotasi), dan dengan analisis faktor (setelah rotasi), keragaman data awal
dapat dijelaskan sebesar 21,906 persen. Dengan makin meratanya proporsi
keragaman data setelah dilakukan rotasi menunjukkan bahwa keseragaman data
awal yang dijelaskan oleh masing-masing komponen utama menjadi maksimal.
4.5 Penentuan Faktor Alasan Melakukan Mobilitas Ulang Alik ke Kota Salatiga
Setelah terbentuk komponen utama, maka dapat dilihat hubungan antara
peubah awal dengan masing-masing komponen utama. Dari Keluaran matriks
komponen terlihat bahwa peubah-peubah terdistribusi ke dalam tiga faktor yang
terbentuk (lampiran). Angka-angka pada keluaran tersebut adalah faktor
pembobot (loading factor), yang menunjukkan besar korelasi antara peubah asal
dengan faktor satu atau faktor dua. Kadang besar korelasi suatu peubah dengan
faktor hampir sama atau tidak jauh berbeda terhadap faktor lain. Untuk itu perlu
dilakukan proses rotasi atas faktor yang terbentuk, sehingga dapat memperjelas
kedekatan suatu peubah asal yang dominan terhadap suatu faktor. Metode yang
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
79
biasa digunakan dalam melakukakan rotasi adalah rotasi varimax. Dengan
menggunakan rotasi varimax membuat korelasi peubah hanya dominan terhadap
salah satu faktor.
Pengelompokkan peubah ke dalam suatu faktor dilakukan dengan cara
melihat nilai loading factor, kemudian dicari nilai yang paling besar (dalam hal ini
nilai positif maupun negatif diabaikan), dan nilai loading factor terbesar itulah
yang menjadi acuan pengelompokkannya. Nilai-nilai loading factor selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 5 pada bagian rotated component matrix.
Tabel 16. Faktor-faktor yang terbentuk berdasarkan total keragaman, akar ciri, dan peubah-peubah yang membentuk faktor
Komponen/Faktor
Total Keragaman
(%) Kumulatif
Keragaman Akar Ciri
Peubah-peubah yang Membentuk
Faktor Loading Factor
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Lingkungan Kota Salatiga
0,829 1 34,346 34,346 2,386
Daya Tarik Kota 0,882
Keluarga 0,845 2 18,029 52,375 1,335
Teman 0,848
Lingkungan Daerah Asal
0,693
Dorongan Internal 0,587 3 16,852 69,227 1,173
Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Bak
0,794
Dari tabel di atas, telah dikelompokkan masing-masing peubah menurut
faktor. Faktor satu menjelaskan keragaman data awal sebesar 34,346 persen dan
mempunyai korelasi yang kuat dengan dua peubah yaitu Lingkungan Kota
Salatiga, dan daya tarik kota. Dari kedua peubah tersebut, yang cocok untuk
penamaan faktor pertama adalah faktor penarik, karena memuat peubah-peubah
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
80
yang dapat menarik minat siswa untuk melakukan mobilitas ulang alik dari daerah
asal ke Kota Salatiga.
Untuk faktor kedua, menjelaskan keragaman data awal sebesar 18,029
persen dan mempunyai korelasi yang erat dengan dua peubah yaitu keluarga dan
teman. Penamaan yang cocok untuk faktor dua adalah faktor keluarga dan teman.
Seperti telah diketahui, keluarga dan teman inilah yang memberikan informasi
mengenai daerah tujuan serta memberikan bantuan dalam menyesuaikan diri di
daerah tujuan.
Kemudian faktor ketiga memuat peubah lingkungan daerah asal, dorongan
internal serta harapan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Faktor ketiga
ini mampu menjelaskan keragaman data awal sebesar 16,852 persen. Penamaan
yang cocok untuk faktor ini adalah faktor dorongan internal, karena memuat
peubah-peubah yang dapat mendorong siswa untuk melakukan mobilitas ulang
alik. Lingkungan daerah asal juga menjadi pendorong siswa untuk melakukan
mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga apalagi jika lingkungan daerah asal tersebut
kondisinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa, khususnya dari
segi pendidikan. Untuk itu demi mereka rela melakukan mobilitas ulang alik ke
Kota Salatiga demi mengharapkan memperoleh sesuatu yang lebih baik.
Dari ketiga faktor yang terbentuk, sebenarnya faktor yang paling utama
dalam menjelaskan alasan siswa melakukan mobilitas ulang alik adalah faktor 1
yaitu faktor daerah tujuan. Hal ini ditunjukkan dari total keragaman dari faktor 1
yang lebih besar dari faktor 2 maupun faktor 3.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
81
Tabel 17. Matrik transformasi komponen (component transformation matrix)
Pada tabel di atas, angka pada diagonal utama, yaitu diagonal antara
komponen satu dengan komponen satu, diagonal antara komponen dua dan
komponen dua, serta diagonal antara komponen tiga dan komponen tiga
menunjukkan angka di atas 0,5. Hal ini membuktikan bahwa ketiga faktor yang
terbentuk sudah tepat karena mempunyai korelasi yang erat.
komponen 1 2 3
1 ,670 ,515 ,535
2 -,496 ,846 -,194
3 -,553 -,135 ,822
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan baik dengan analisis deskriptif maupun
dengan analisis komponen utama dan analisis faktor, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa pelaku mobilitas ulang alik adalah perempuan
dengan domisili sebagian besar dari Kabupaten Semarang. Kendaraan
umum adalah sarana tranportasi yang banyak digunakan untuk melakukan
mobilitas ulang alik.
2. Beberapa siswa SMA N 1 Salatiga sudah melakukan mobilitas ulang alik
ke Kota Salatiga sejak bersekolah di SLTP.
3. Waktu yang paling lama dilakukan siswa untuk melakukan mobilitas
ulang alik adalah dua jam, namun itu hanya sebagian kecil saja. Sebagian
besar melakukan perjalanan selama £ setengah jam.
4. Meskipun siswa melakukan mobilitas ulang alik dengan menempuh
perjalanan yang cukup lama, namun sebagian besar dari mereka tidak
merasa terpaksa untuk sekolah di Kota Salatiga. Bahkan hampir setengah
dari jumlah responden yaitu sebesar 43 persen pernah atau sedang aktif
dalam organisasi sekolah.
5. Berdasarkan hasil analisis komponen utama dan analisis faktor, faktor
utama alasan siswa untuk melakukan mobilitas ulang alik ke Kota Salatiga
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
83
adalah faktor daerah tujuan. Faktor ini terdiri dari 2 peubah yaitu
lingkungan Kota Salatiga dan daya Tarik kota.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diajukan saran-saran sebagai
berikut:
1. Perlunya dilakukan peningkatan pembangunan pendidikan di Kabupaten
sekitar Kota Salatiga khususnya tingkat SLTA, baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas agar siswa SLTA lebih tertarik untuk bersekolah di
daerah asalnya sehingga arus mobilitas ke Kota Salatiga dapat dikurangi.
2. Dalam usaha meningkatkan pembangunan pendidikan, ada baiknya
pemerintah kabupaten mengadakan survei sendiri untuk meneliti lebih
dalam faktor-faktor daerah tujuan yang menarik minat siswa dari
kabupaten untuk bersekolah di Kota Salatiga, sehingga nantinya dapat
membantu dalam penentuan kebijakan program pembangunan di
kabupaten.
3. Penelitian ini dilakukan pada satu sekolah, untuk itu dalam penelitian
selanjutnya dapat dilakukan penelitian terhadap lebih dari satu sekolah,
sehingga nantinya dapat dilakukan generalisasi terhadap faktor utama
alasan siswa SLTA dari luar Kota Salatiga melakukan mobilitas ulang alik
ke Kota Salatiga.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
84
DAFTAR PUSTAKA
Ananta A. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ananta A, Hatmaji SH. 1985. Mutu Modal Manusia. Jakarta: Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ananta A. 1988. Peningkatan Mutu Modal Manusia Penduduk Indonesia: Suatu
Analisis Kebijakan. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ariadi. 2002. Analisis Migrasi Komuter Dari Bogor, Tangerang dan Bekasi ke DKI
Jakarta Tahun 2001 [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Azwar S. 2003. Reabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pusat Statistik. 2005. Jawa Tengah Dalam Angka: BPS Propinsi Jawa
Tengah. . 2005. Salatiga Dalam Angka: BPS Kota Salatiga. Danny T. 1996. Tekanan Ekonomi dan Mobilitas Pedesaan [Laporan Penelitian].
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana. Daryanto. 1996. Kependudukan. Bandung: Tarsito. Ekaria. 2004. Analisis Multivariate (Multivariate Analysis). Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Statistik dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Hasbullah. 2006. Otonomi Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Johnson RA and Wichern DW. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis,
Fifth edition. Prentice_hall.Inc.
Lee ES. 1976. Suatu Teori Migrasi. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gajah Mada.
Manacika IK. 2001. Diktat Mata Kuliah: Fertilitas dan Mortalitas serta Migrasi
dan Urbanisasi. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Mantra IB. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
85
. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Morrison, Donald F. 1978. Multivariate Statistical Method, Second Edition.
McGraw-Hill.Inc. Munir R. 2000. Migrasi dalam Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nasir M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indah.
Morrison, Donald F. 1978. Multivariate Statistical Methods Second Edition. Tokyo: Mc. Graw-Hill.
Nasution ME, Hardius U. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan M. 2004. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-
Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Purwanto J. 2003. Dasar-dasar Metode Penarikan Sampel. Jakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Statistik. Santoso S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. _______. 2003. Buku Latihan SPSS Satistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. 2005. Pedoman Penyusunan Skripsi Jurusan
Statistik Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia. Singarimbun M, Sofyan E. 1995. Metode Penelitian Survei. Cetakan Kedua.
Jakarta: LP3ES.
Sofiana A. 2003. Analisis Faktor Alasan Mahasiswa STIS Dalam Memilih Daerah Penempatan (Studi Kasus Mahasiswa STIS Angkatan 42 Asal Pulau Jawa dan Bali) [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
Sudjarwo. 2004. Buku Pintar Kependudukan. Jakarta: PT Grasindo. Sugiyono. 1999. Statistik untuk Penelitian. Cetakan Kedua. Bandung: CV.
Alfabeta. _______. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV. Alfabeta.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
86
Supranto J. 2004. Analisis Multivariat (Arti & Interpretasi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Syafiuddin LO, dkk. 1985. Migrasi dan Ketenagakerjaan: diseminarkan dalam
rangka seminar “Migrasi dan Pembangunan”. Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Todaro MP. 1991. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Terjemahan) edisi
ketiga. Jakarta: Erlangga. Undang Undang RI. 2007. Undang Undang RI no 39 Tahun 1999 Tentang HAM.
Jakarta: CV. Karya Gemilang. Umar H. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Widada NHT. 2003. Karakteristik Pelaku Mobilitas Ulang Alik Pekerja Bebas
Sektor Non Pertanian Di Desa Bokoharjo [Skripsi]. Jakarta Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
Wirawan, Mantra IB. 1988. Migran Sirkuler serta Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penduduk Mengadakan Mobilitas (Studi Kasus Kota Sidoarjo) [Tesis]. Yogyakarta: Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
87
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Propinsi Jawa Tengah
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
88
Lampiran 2. Kuesioner Listing
S E K O L A H T I N G G I I L M U S T A T I S T I K Jl. O tto I s kand ardin at a N o. 64 C, Jakart a – 13330
Telep on : (021) 8197577, 8508812, 8191437, F aks: 8197577 e-m ail: s tis @ jak a rta .w as an tar a.n et .id
Kuesioner listing Khusus diisi oleh siswa yang bertempat tinggal di luar Kota Salatiga. Kelas:
No. Nama Tempat tinggal Commuter atau Kos
Terima Kasih
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
89
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
S E K O L A H T I N G G I I L M U S T A T I S T I K
Jl. O tto I s kand ardin at a N o. 64 C, Jakart a – 13330 Telep on : (021) 8197577, 8508812, 8191437, F aks: 8197577
e-m ail: s tis @ jak a rta .w as an tar a.n et .id
SURVEI FAKTOR MOBILITAS ULANG ALIK SISWA SLTA DARI
KABUPATEN BOYOLALI DAN KABUPATEN SEMARANG KE KOTA SALATIGA
(Studi kasus Pada Siswa SMA Negeri 1 Salatiga Kelas X dan XI Tahun Ajaran 2006/2007)
PETUNJUK PENGISIAN SECARA UMUM
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam kuesioner/angket ini
2. Kuesioner/angket ini untuk tujuan penelitian , dan bukan suatu test, oleh karena itu tidak ada jawaban yang salah maupun yang benar
3. Jawablah sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di sekitar kamu.
4. Jawablah dengan sejujurnya karena hasil dari kuesioner/angket in i tidak akan mempengaruhi prestasi belajar kamu.
5. Petunjuk pengisian BLOK I dan BLOK II
a. Isilah kotak kosong dengan nomor sesuai jawaban kamu. b. Isilah titik-titik sesuai dengan keadaan yang ada.
6. Petunjuk pengisian BLOK III ™ Kategori jawaban yang digunakan pada BLOK III adalah sebagai berikut:
SS (sangat setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut selalu/hampir selalu sesuai dengan kenyataan pada diri anda S (setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut sesuai dengan kenyataan pada diri anda CS (cukup setuju) jika maksud butir pernyataaan tersebut kadang sesuai dengan kenyataan pada diri anda TS (tidak setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan pada diri anda STS (sangat tidak setuju), jika maksud butir pernyataaan tersebut selalu/hampir selalu tidak sesuai dengan kenyataan pada diri anda ™ Berilah tanda checklist ( ) di kotak jawaban yang sudah
disediakan yang sesuai dengan nomor soal
-SELAMAT BEKERJA-
RAHASIA K U E S I O N E R NO. RESPONDEN:
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
90
Blok I. Identitas Responden
1. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
2. Asal SMP : ...................................
3. Commuter atau Kos?, (Bagi yang tidak bersekolah di SLTP di daerah asal)
1. Commuter 2. Kos
4. Tempat Tinggal Sekarang : Kecamatan................... Kabupaten....................
Blok II. Keterangan Responden
1. Apakah anda pernah/sedang aktif dalam organisasi di sekolah ini?
1. Ya 2. Tidak
2. Bersekolah di Salatiga keinginan dari: 1. Diri sendiri 2. Orang Tua 4. Lainnya
3 Jika jawaban di atas selain 1, apakah anda merasa terpaksa bersekolah di Salatiga?
1. Ya 2. Tidak
4. Berapa lama perjalanan menuju Sekolah?
.............. jam
5. Alat transportasi yang paling sering digunakan menuju sekolah?
1. Kendaraan umum 2. Kendaraan Pribadi 3. Lainnya
6. Apakah anda sering terlambat menuju ke sekolah?
1. Ya 2. Tidak
7. Alasan apa yang paling sering
menyebabkan anda terlambat? 1. Bangun Kesiangan 2. Transportasi susah 3. Lainnya, sebutkan…..
8. Berapa kali anda terlambat dalam dua minggu terakhir? .............. kali
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
91
Blok III. Berikan pendapat anda mengenai pernyataan berikut, sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi bersekolah di Salatiga
Pernyataan SS S CS TS STS
1 Lingkungan Daerah Asal
1.1 Kualitas pendidikan, khususnya SLTA di daerah asal masih lebih rendah dibandingkan dengan SMA ini.
1.2 Tingkat kompetitif di SLTA-SLTA daerah saya masih kurang dibandingkan dengan di Salatiga.
1.3 Suasana belajar yang kurang mendukung di SLTA daerah saya dapat menjadi pertimbangan saya dalam memilih SMA ini.
2 Lingkungan Kota Salatiga
2.1 Lingkungan kemasyarakatan di Salatiga merupakan faktor penarik untuk memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah.
2.2 Lingkungan kebudayaan di Salatiga dapat menjadi pertimbangan dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah.
2.3 Kondisi keamanan daerah menjadi pertimbangan dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah
2.4 Lingkungan pendidikan yang bagus dan kondusif di Salatiga merupakan pertimbangan saya untuk bersekolah di Salatiga.
2.5 Salatiga layak disebut sebagai kota Pendidikan.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
92
3 Keluarga
3.2 Adanya kerabat atau keluarga yang tinggal di Salatiga dapat menjadi faktor yang mendorong bersekolah di Salatiga
3.3 Adanya keluarga yang sudah berhasil dalam karir setelah bersekolah di Salatiga dapat menjadi pendorong dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah
3.4 Adanya keluarga atau kerabat yang juga bersekolah di Salatiga dapat menjadi merupakan faktor pendorong anda untuk bersekolah di Salatiga
4 Teman
4.1 Adanya teman yang tinggal di daerah Salatiga dapat menjadi alasan dalam memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah.
4.2 Pemilihan Salatiga sebagai tempat bersekolah dipengaruhi oleh teman-teman di SMP yang juga ingin bersekolah di Salatiga
4.3 Adanya rekomendasi teman untuk bersekolah di Salatiga bisa menjadi pertimbangan anda untuk memilih Salatiga sebagai tempat bersekolah
5 Daya Tarik Kota
5.1 Adanya fasilitas-fasilitas kota di Salatiga menjadi faktor yang mendorong saya untuk bersekolah di Salatiga
5.2 Saya tertarik dengan suasana kota Salatiga
5.3 Mudahnya mendapatkan sarana transportasi di Salatiga merupakan pertimbangan dalam memilih Salatiga .
5.4 Adanya sarana atau pusat perbelanjaan di daerah Salatiga merupakan pertimbangan saya bersekolah di Salatiga.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
93
TERIMA KASIH
6 Dorongan Internal
6.1 Keputusan dalam memilih untuk bersekolah di Salatiga berasal dari minat atau kemauan diri sendiri.
6.2 Bersekolah di tempat yang cukup jauh dari rumah merupakan tantangan bagi saya.
6.3 Sejak awal bersekolah di SMP, saya sudah memiliki rencana untuk bersekolah di Salatiga.
7 Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik
7.1
Saya bersekolah di Salatiga berharap mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik
7.2 Saya berharap apa yang saya dapatkan di Salatiga lebih baik daripada jika saya bersekolah di daerah saya sendiri.
7.3
Dengan bersekolah di Salatiga saya berharap dapat memperluas pergaulan
7.2 Dengan bersekolah di Salatiga saya berharap dapat memperoleh teman yang banyak.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
94
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Pernyataan 1. Validitas butir pernyataan dari peubah Lingkungan Daerah Asal
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00001 11,4667 4,809 0,628 0,532 0,361 Valid
VAR00002 11,3667 5,551 0,629 0,565 0,361 Valid
VAR00003 11,6333 4,171 0,575 0,564 0,361 Valid
VAR00004 11,4333 6,530 0,184 0,797 0,361 Tidak Valid Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,694 4
Validitas dan reabilitas setelah penghilangan butir pertanyaaan yang tidak valid:
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00001 7,6000 3,421 0,586 0,780 0,361 Valid
VAR00002 7,5000 3,638 0,760 0,657 0,361 Valid
VAR00003 7,7667 2,530 0,655 0,745 0,361 Valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,797 3
Dari uji validitas yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa 3 butir pernyataan
lingkungan daerah asal dapat dikatakan valid. Hal ini terlihat dari nilai corrected
item total correlation yang lebih besar dari nilai r (korelasi) tabel untuk tingkat
signifikansi 5%, yaitu lebih besar dari 0,361. Berdasarkan hasil uji reliabilitas
yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,797 yang
menunjukkan koefisien reliabilitasnya tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
95
butir-butir pernyataan tersebut reliabel untuk digunakan dalam penelitian
selanjutnya.
2. Validitas butir pernyataan dari peubah Lingkungan Kota Salatiga
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00005 14,2000 5,959 0,476 0,647 0,361 Valid
VAR00006 14,3000 5,872 0,599 0,603 0,361 Valid
VAR00007 14,5667 5,771 0,490 0,641 0,361 Valid
VAR00008 13,8333 6,489 0,369 0,689 0,361 Valid
VAR00009 13,9000 5,817 0,393 0,688 0,361 Valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,703 5
3. Validitas butir pernyataan dari peubah Keluarga
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00010 8,8667 6,740 0,311 0,758 0,361 Tidak Valid
VAR00011 9,9667 5,826 0,512 0,640 0,361 Valid
VAR00012 9,0667 4,961 0,713 0,504 0,361 Valid
VAR00013 9,3000 6,217 0,488 0,656 0,361 Valid Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,712 4
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
96
Validitas dan reabilitas setelah penghilangan butir pertanyaaan yang tidak valid:
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00011 6,4333 3,220 0,616 0,643 0,361 Valid
VAR00012 5,5333 3,154 0,616 0,643 0,361 Valid
VAR00013 5,7667 3,702 0,535 0,733 0,361 Valid
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,758 3
Dari uji validitas yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa 3 butir pernyataan
keluarga dapat dikatakan valid. Hal ini terlihat dari nilai corrected item total
correlation yang lebih besar dari nilai r (korelasi) tabel untuk tingkat signifikansi
5%, yaitu lebih besar dari 0,361. Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah
dilakukan, maka diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar 0,758 yang
menunjukkan koefisien reliabilitasnya tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa
butir-butir pernyataan tersebut reliabel untuk digunakan dalam penelitian
selanjutnya.
4. Validitas butir pernyataan dari peubah Teman
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00014 6,1333 3,706 0,421 0,834 0,361 Valid
VAR00015 5,8333 2,489 0,665 0,565 0,361 Valid
VAR00016 5,5667 3,289 0,699 0,556 0,361 Valid
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
97
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,750 3
5. Validitas butir pernyataan dari peubah Daya Tarik Kota
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00017 10,0333 6,792 0,367 0,780 0,361 Valid
VAR00018 10,7333 4,547 0,742 0,585 0,361 Valid
VAR00019 10,9667 4,861 0,543 0,695 0,361 Valid
VAR00020 11,0667 3,789 0,621 0,665 0,361 Valid Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,751 4
6. Validitas butir pernyataan dari peubah Dorongan Internal
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00021 7,7000 3,045 0,699 0,568 0,361 Valid
VAR00022 8,0667 4,133 0,530 0,771 0,361 Valid
VAR00023 8,2333 2,185 0,650 0,669 0,361 Valid Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,762 3
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
98
7. Validitas butir pernyataan peubah Harapan Mendapat Sesuatu Yang Lebih Baik
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted r tabel Status
VAR00024 13,4000 2,800 0,617 0,757 0,361 Valid
VAR00025 13,3333 2,782 0,627 0,752 0,361 Valid
VAR00026 13,4333 2,806 0,703 0,720 0,361 Valid
VAR00027 13,4333 2,806 0,548 0,794 0,361 Valid Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,805 4
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
99
KMO and Bartlett's Test
,594
143,112
21
,000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Communalities
1,000 ,559
1,000 ,814
1,000 ,762
1,000 ,746
1,000 ,779
1,000 ,522
1,000 ,664
Lingkungan Daerah Asal
Lingkungan Kota Salatiga
Keluarga
Teman
Daya Tarik Kota
Dorongan Internal
Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik
Initial Extraction
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Anti-image Matrices
,889 -,063 -,022 -,065 ,077 -,011 -,184
-,063 ,447 -,121 -,059 -,315 -,185 -,025
-,022 -,121 ,668 -,318 ,022 -,058 ,118
-,065 -,059 -,318 ,700 ,060 ,075 -,128
,077 -,315 ,022 ,060 ,575 ,080 -,050
-,011 -,185 -,058 ,075 ,080 ,733 -,233
-,184 -,025 ,118 -,128 -,050 -,233 ,767
,684a -,100 -,029 -,083 ,108 -,013 -,223
-,100 ,600a -,221 -,105 -,621 -,324 -,043
-,029 -,221 ,596a -,466 ,036 -,083 ,165
-,083 -,105 -,466 ,577a ,095 ,105 -,174
,108 -,621 ,036 ,095 ,529a ,123 -,076
-,013 -,324 -,083 ,105 ,123 ,631a -,311
-,223 -,043 ,165 -,174 -,076 -,311 ,618a
Lingkungan Daerah Asal
Lingkungan Kota Salatiga
Keluarga
Teman
Daya Tarik Kota
Dorongan Internal
Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik
Lingkungan Daerah Asal
Lingkungan Kota Salatiga
Keluarga
Teman
Daya Tarik Kota
Dorongan Internal
Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
LingkunganDaerah Asal
LingkunganKota Salatiga Keluarga Teman
Daya TarikKota
DoronganInternal
HaparanMendapatkanSesuatu Yang
Lebih Baik
Measures of Sampling Adequacy(MSA)a.
Lampiran 5. Hasil Output Analisis Komponen Utama dan Analisis Faktor
Factor Analysis
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
100
Total Variance Explained
2,404 34,346 34,346 2,404 34,346 34,346 1,749 24,986 24,986
1,262 18,029 52,375 1,262 18,029 52,375 1,563 22,335 47,321
1,180 16,852 69,227 1,180 16,852 69,227 1,533 21,906 69,227
,786 11,225 80,452
,659 9,420 89,872
,422 6,027 95,898
,287 4,102 100,000
Component1
2
3
4
5
6
7
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
,381 ,138 ,628
,817 -,221 -,312
,572 ,611 -,248
,525 ,685 ,017
,589 -,423 -,503
,599 -,318 ,249
,531 -,267 ,558
Lingkungan Daerah Asal
Lingkungan Kota Salatiga
Keluarga
Teman
Daya Tarik Kota
Dorongan Internal
Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik
1 2 3
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis.
3 components extracted.a.
Rotated Component Matrixa
-,161 ,228 ,693
,829 ,276 ,224
,217 ,845 -,017
,003 ,848 ,162
,882 ,014 -,016
,421 ,006 ,587
,180 -,028 ,794
Lingkungan Daerah Asal
Lingkungan Kota Salatiga
Keluarga
Teman
Daya Tarik Kota
Dorongan Internal
Haparan MendapatkanSesuatu Yang Lebih Baik
1 2 3
Component
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Rotation converged in 5 iterations.a.
Component Transformation Matrix
,670 ,515 ,535
-,496 ,846 -,194
-,553 -,135 ,822
Component1
2
3
1 2 3
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
101
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur pada tanggal
27 Maret 1985 dari pasangan Budi Sucahyo dan Sulastri dengan nama Pandu
Adi Winata dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada SD Negeri
Sudirman Ambarawa, Jawa Tengah, kemudian tahun 2000 menyelesaikan
pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 2 Ambarawa. Pada tahun 2003,
penulis lulus dari SMU Negeri 1 Salatiga dan pada tahun yang sama mendapat
kesempatan mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.
Akhirnya pada tahun keempat atau tahun 2007, penulis menyelesaikan
pendidikan program DIV di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta.
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com
102
This watermark does not appear in the registered version - http://www.clicktoconvert.com