sistem pernafasan
TRANSCRIPT
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.
Pernafasan merupakan suatu mekanisme yang berperan dalam proses kehidupan, dimana
terjadi proses suplai oksigen keseluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida.
Pernafasan berperan dalam mempertahankan kelangsungan metabolism sel sehingga
diperlukan fungsi pernafasan yang adekuat, sehingga hasil yang dikeluarkan berupa
energy untuk proses metabolisme tubuh.
Hal tersebut berhubungan erat dengan sirkulasi udara dalam tubuh kita.
1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN.
1.2.1 TUJUAN UMUM.
Mengetahui, memahami dan mampu mengaplikasikan teori system pernafasan
kedalam tindakan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS.
1.2.2.1 Memahami dan mampu menjelaskan pengertian system pernafasan.
1.2.2.2 Memahami dan mampu menjelaskan anatomi system pernafasan.
1.2.2.3 Memahami dan mampu menjelaskan fisiologi system pernafasan.
1.2.2.4 Memahami dan mampu menjelaskan reflek pernafasan.
1.2.2.5 Memahami dan mampu menjelaskan regulasi pernafasan.
1.2.2.6 Memahami dan mampu menjelaskan metode fisiologi.
1
Kelangsungan proses metabolismesel
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN SISTEM PERNAFASAN.
Sistem pernafasan merupakan proses suplai oksigen keseluruh tubuh dan
pembuangan karbondioksida ( hasil dari pembakaran sel ).
Fungsi dari system pernafasan ini menjamin tersedianya oksigen untuk
kelangsungan metabolism sel – sel tubuh serta mengeluarkan karbondioksida
sebagai hasil dari metabolism sel secara terus menerus.
Oksidasi Bahan nutrisiCO2yg harus dikeluarkan oleh tubuh
2. ANATOMI SISTEM PERNAFASAN.
2.1 SISTEM PERNAFASAN BAGIAN ATAS.
2.1.1 LUBANG HIDUNG ( CAVUM NASALE ).
2
Karbohidrat,lemakdan protein + O2 CO2 + H2O + energi
Suplaioksigenadekuat energi
Cavum nasalis merupakan suatu lubang besar yang dipisahkan oleh
septum.
Hidung dibentuk oleh tulang sejati dan tulang rawan( kartilago ).
Rongga hidung mengandung rambut / fimbriae yang berfungsi sebagai
penyaring / filter kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada
permukaan mukosa hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung
sel goblet, sel ini mengeluarkan lendir yang dapat menangkap benda
asing masuk kedalam saluran pernafasan. Reseptor bau terletak pada
kribriform plate, didalamnya terdapat saraf cranial I ( nervus
olfaktorius ).
Fungsi dari hidung yaitu sebagai jalan nafas, pengatur udara, pengatur
kelembapan udara/ humidifikasi, pengatur suhu, pelindung, penyaring
udara, indra pencium dan resonator udara.
2.1.2 SINUS PARANASALIS.
Merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus diberi nama
sesuai dengan tempat dia berada yaitu: sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus spenoidalis dan sinus maxilaris.
Fungsi sinus :
Membantu menghangatkan dan humidifikasi.
Meringankan berat tulang tengkorak.
Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.
3
2.1.3 FARING.
Merupakan pipa berotot berbentuk cerobong dengan panjang kurang
lebih 13 cm, yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai
persambungan dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
( kartilago ) krikoid.
Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi 3 bagianyaitu:
Nasofaring.
Bagian faring yang terletak di belakang hidung diatas palatum
yang lembut.
Fungsi: untuk menjaga tubuh dari infasif organisme yang
masuk kehidung dan tenggorokan.
Orofaring.
Terletak dibelakang mulut di bawah palatum lunak, dimana
dinding lateralnya saling berhubungan.
Fungsi: menampung udara dari nasofaring dan makanan dari
mulut.
Laringofaring.
Merupakan bagian bawah faring yang berhubungan dengan
esophagus dan pita suara yang berada dalam trakea.
Fungsi : pada saat proses menelan dan respirasi.
2.1.4 LARING..
4
Letaknya dianterior tulang belakang ( vertebra) cervikalis ke 4 dan
cervikalis ke 6.
Laring terdiri atas :
Epiglotis.
Glotis.
Kartilago thyroid.
Kartilago krikoid.
Kartilago aritenoid.
Pita suara.
Fungsi : untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan nafas
bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya
batuk.
2.2 SISTEM PERNAFASAN BAGIAN BAWAH.
5
2.2.1 TRAKHEA.
Merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra
thorakal ke- 7 yang bercabang menjadi 2 bronchus, ujung cabang
trachea disebut karina. Sifat trakea sangat flexible, berotot dan
memiliki panjang 12 cm, dengan cincin kartilago berbentuk huruf
“ C “, terdapat epithel bersilia tegak yang mengandung banyak sel
goblet, yang mensekresikan lendir / mucus.
2.2.2 BRONCHUS.
Bronkus disusun oleh jaringan kartilago. Pada bronkus terdapat dua
cabang, yang kanan lebih pendek dibandingkan yang kiri.
Fungsi : sebagai penyalur udara yang masuk dari trachea ke
bronkiolus. Tidak terjadi pertukaran gas di bronkus. Disebut juga area
anathomical dead space.
6
2.2.3 BRONCHIOLUS.
Tidak mengandung jaringan kartilago, sehingga bronkiolus mampu
menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Merupakan
awal dari proses pertukaran gas.
2.3 SISTEM PERNAFASAN TERMINAL
2.3.1 ALVEOLI.
Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan
merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius. Seluruh unit alveoli
terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolus dan alveolar sacs
( kantong alveolus ). Terdapat 24 juta alveoli pada bayi baru lahir,
300 juta alveoli pada orang dewasa.
Fungsi : pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara kapiler
pulmoner dan alveoli.
2.3.2 PARU – PARU.
7
Terletak pada rongga dada berbentuk kerucut yang ujungnya berada
diatas tulang iga 1 dan dasarnya berada pada diafragma. Paru – paru
kanan mempunyai 3 lobus dan paru – paru kiri mempunyai 2 lobus.
Paru – paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru – paru,
esophagus, bagian dari trakea dan bronkus, serta kelenjar timus juga
terdapat pada mediastinum. Setiap paru – paru terbagi menjadi
beberapa sub bagian menjadi sekitar 10 unit terkeci l yang disebut
broncopulmonery segmens.
2.3.3 DADA, DIAFRAGMA DAN PLEURA.
Tulang dada / sternum berfungsi melindungi paru – paru, jantung dan
pembuluh darah besar / aorta. Bagian luar rongga dada terdiriatas 12
pasang costae, bagian atas dada pada daerah leher terdapat 2 otot
tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus dan sternokleidomastoid.
Selama inspirasi, memperluas rongga dada atas dan menstabilkan
dinding dada dan mengangkat sternum.
Diafragma terletak dibawah rongga dada; berbentuk seperti kubah
pada kondisi relaksasi. Pengaturan saraf diafragma terdapat pada
susunan saraf spinal pada tingkat C3, sehingga jika terjadi kecelakaan
pada saraf C3 ( nervusphrenikus ) akan mengakibatkan gangguan
ventilasi.
Pleura merupakan membrane serosa yang meliputi paru – paru. Ada 2
macam pleura yaitu pleura parietal ( lapisan luar paru – paru ) dan
8
pleura visceral ( lapisan dalamparu – paru ). Diantara kedua pleura
terdapat cairan pleura yang berfungsi mencegah perlekatan dan
pergesekan satu sama lain pada saat respirasi / bernafas. Tekanan
dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer,
2.3.4 SIRKULASI PULMONER.
Suplai darah ke dalam paru merupakan sesuatu yang unik.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu : arteri
bronkhialis dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan
darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronkhialis berasal
dari aorta thorakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior
bronkhus. Vena bronkhialis akan mengalirkan darah menuju vena
pulmonalis.
Arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kanan mengalirkan
darah vena ke paru-paru, dimana darah tersebut bagian dari pertukaran
gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutupi
alveolus merupakan kontak yang diperlukan untuk perrtukaran gas
antara alveolus dan darah.
3. FISIOLOGI PERNAFASAN.
Proses pernafasan dibagi menjadi 3 proses utama, yaitu: ventilasi pulmonal, difusi
dan transportasi.
9
3.1 VENTILASI PULMONAL
Proses keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli paru-paru.
Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru dikarenakan adanya selisih
tekanan udara diatmosfer dan alveolus serta didukung kerja mekanik otot –
otot. Selama inspirasi volume rongga dada bertambah besar karena diafragma
turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.Otot serratus, otot
scaleneus dan intercostalis externus berperan mengangkat iga, sedangkan otot
sternokleidomastoideus mengangkat sternum keatas.
Mekanisme ventilasi dimulai dari proses inspirasi. Selama inspirasi udara
bergerak dari luar kedalam trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli.Selama
ekspirasi gas yang terdapat dalam alveolus prosesnya berjalan seperti inspirasi
dengan alur terbalik. Faktor fisik yang mempengaruhi keluar masuknya udara
merupakan gabungan dari ventilasi mekanik yang terdiri atas:
3.1.1 PERBEDAAN TEKANAN UDARA
Udara mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Selama inspirasi pergerakan diafragma dan otot – otot bantu
pernafasan lainnya memperluas rongga dada sehingga menurunkan
tekanan dalam rongga dada sampai dibawah tekanan atmosfir. Hal ini
menyebabkan udara tertarik melalui trakea dan bronkus lalu masuk
hingga kedalam alveoli.Saat ekspirasi normal, diafragma relaksasi dan
paru – paru mengempis, hal ini menyebabkan penurunan luas rongga
dada.Tekanan olveoli kemudian melebihi tekanan di atmosfir sehingga
udara terdesak keluar dari paru – paru menuju atmosfir.
3.1.2 RESISTENSI JALAN UDARA
Peningkatan tekanan dari cabang bronkus dan adanya benda asing
dalam saluran nafas akan mengakibatkan udara terhambat masuk ke
dalam alveolus.
3.1.3 COMPLIAN PARU-PARU
Merupakan kemampuan paru – paru untuk mengembang dan
mengempis.Saat inspirasi paru – paru mengembang dan saat ekspirasi
paru – paru mengempis.
10
3.2 DIFFUSI
Proses difusi gas – gas melintasi membrane antara alveolus kapiler yang tipis.
kurang dari 0,5 mm. Proses pemindahan ini terjadi selisih tekanan parsial
antara darah dan fase gas. Tekanan oksigen dalam atmosfer sama dengan
tekanan laut yakni kurang lebih 149 mmHg ( 21 % dari 760 mmHg ).
Pada saat inspirasi, tekanan partial oksigen mengalami penurunan sampai
sekitar 103 mmHg, sebagai akibat dari udara yang tercampur dengan ruang
rugi anatomis pada saluran udara dengan uap air.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas melalui membrane
paru adalah:
Perbedaan tekanan dalam membrane.
Perbedaan besar area membrane paru – paru.
Ketebalan membrane.
Koefisien difusi.
3.3 TRANSPORTASI
3.3.1 TRANSPORT OKSIGEN DALAM DARAH
Sistem pengangkutan oksigen dalam tubuh terdiri atas paru – paru dan
system kardiovaskuler. Pengangkutan oksigen kejaringan tertentu
tergantung pada:
Jumlah oksigen yang masuk paru.
Pertukaran gas yang cukup pada paru.
Aliran darah ke jaringan.
Kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
3.3.2 TRANSPORT KARBONDIOKSIDA DALAM DARAH
Transport karbondioksida dari jaringan ke paru – paru yang
selanjutnya dibuang dilakukan dengan 3 cara yaitu:
10 % secara fisik larut dalam plasma.
20 % berikatan dengan gugus amino pada hemoglobin dalam
sel darah merah. Hemoglobin yang berkaitan dengan
karbondioksida disebut karbaminohemoglobin.
70 % ditransport sebagai bikarbonat plasma.
11
Kelarutan karbondioksida dalam darah kira – kira 20 kali lebih
besar daripada kelarutan oksigen, dimana terjadi difusi dalam sel
darah merah dengan cepat dan mengalami hidrasi menjadi H2CO3,
yang -disebabkan adanya aktivitas enzim anhidrase karbonat,
disosiasi hasil yang terjadi H + dan HCO -3 ,reaksi tersebut dapat
digambarkan adanya keseimbangan asam dan basa, yang juga
dipengaruhi oleh fungsi paru dan homoestasis karbondioksida.
3.3.3 KURVA DISOSIASI OKSIHEMOGLOBINE
Oksihemoglobin adalah struktur terikatnya oksigen pada hemoglobin.
Pengaruh PaO2 terhadap oksihemoglobin tidak digambarkan dengan
fungsi garis lurus, karena pengaruh tekanan oksigen dalam pembuluh
darah tidak bersifat langsung atau proporsinya bukan perbandingan
1 : 1. Gambaran kurva dalam kondisi PO2 sebesar 60 – 100 mmHg
akan menghasilkan kurva datar ( plateau ) dengan saturasi 90 %, jika
PO2< 40 – 50 kurva yang digambarkan terlihat curam.Hal ini
menginformasikan bahwa daya hemoglobin untuk mengangkut oksigen
menurun sehingga oksigen mudah lepas.
Ada 3 faktor penting yang mempengaruhi kurva ikatan disosiasi
oksihemoglobin yaitu : pH, suhu, konsentrasi 2,3 difosfogliserat.
- PO2 ↑ + Hb = HbO2 ← pH ↓, suhu ↓ atau
- PO2 ↓ + O2 → pH ↑ dan suhu ↓
12
4. REFLEK PERNAFASAN
Ada 2 yaitu :
4.1 Reflek Batuk.
Mekanisme terjadinya reflek batuk dimulai dari terangsangnya
bagian – bagian yang peka pada saluran pernafasan. Rangsang ditangkap oleh
sensor taktil dan kemoreseptor aferen melalui nervus vagus menuju pusat
pernafasan yaitu medulla oblongata.Selanjutnya pusat pernafasan
memerintahkan tubuh untuk melakukan reflek batuk agar benda asing dapat
dikeluarkan. Tubuh merespon dengan menginspirasi udara keparu – paru,
menutup glottis, menutup pita suara agar udara inspirasi tertahan didalam
paru – paru. Udara tersebut akan menimbulkan tekanan dalam alveolus
sehingga otot – otot abdomen dan intercostalis interna berkontraksi dengan
kuat lalu secara mendadak terjadilah ekspirasi. Ekspirasi yang kuat mendadak
membuat epiglottis dan pita suara terbuka yang disebut dengan batuk ( volume
tekanan = 100 mph ).
4.2 Reflek bersin.
Reseptor yang digunakan pada reflek bersin adalah reseptor taktil dihidung,
yang diteruskan ke nervus trigeminus selanjutnya dibawa ke pusat pernafasan
di medulla oblongata. Urutan mekanisme reflek bersin sama dengan reflek
batuk.
5. REGULASI PERNAFASAN
Kontrol dari pengaturan pernafasan dilakukan oleh system saraf dan kadar /
konsentrasi gas – gas yang ada di dalam darah. Pusat pernafasan di medulla
oblongata mengatur :
Rate impuls respirasi rate.
Amplitudo impuls tidal volume.
Pusat inspirasi dan ekspirasi: posterior medulla oblongata.
Pusat kemoreseptor : anterior medulla oblongata.
Pusat apneu dan pneumothorak : pons varoli.
13
6. METODE FISIOLOGIS
Metode fisiologis dengan menggunakan spirometer. Spirometer adalah alat untuk
mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan dicatat dalam grafik
volum per waktu.
Tujuan :
- mengukur volume paru secara statis dan dinamik
- menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
Bentuk spirogram adalah hasil dari spirometri. Beberapa hal yang menyebabkan
spirogram tidak memenuhi syarat :
1. Terburu-buru atau penarikan nafas yang salah
2. Batuk
3. Terminasi lebih awal
4. Tertutupnya glottis
5. Ekspirasi yang bervariasi
6. Kebocoran
Spirometer menghasilkan gambaran fungsi paru sebagai berikut:
6.1 Tidal volume ( TV )
Volume udara yang masuk dan keluar paru – paru dalam kondisi istirahat.
N = +500 cc.
6.2 Inspirasi reserve volume ( IRV )
Volume yang masuk pada saat inspirasi maksimal setelah inspirasi secara
biasa.
Laki – laki = 3300 cc, perempuan = 1900 cc.
14
6.3 Ekspirasi Reserve Volume ( ERV )
Volume udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dalam paru – paru melalui
kontraksi otot – otot ekspirasi setelah ekspirasi secara biasa.
N: laki – laki = 1000 cc, perempuan = 700 cc.
6.4 Residual Volume ( RV )
Udara yang masih tersisa dalam paru – paru setelah ekspirasi maksimal.
N : laki – laki = 1200 cc, perempuan 1100 cc.
6.5 Inspirasi Capasiti ( IC )
Jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal.
Normalnya = 3600 ml.
IC = IRC + TV
6.6 Fungsional Residual Capasiti ( FRC )
Jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidak normal.
Normalnya = 2400 ml.
FRC = ERV + RV
6.7 Vital Capasiti ( VC )
Jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal.
Seharusnya 80 % TLC. Normal = 4800 ml.
VC = IRC + TV + ERV
6.8 Total Lung Capasiti ( TLC )
Jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah
inspirasi maksimal.
TLC = VC + RV, normal: laki – laki = 6000 cc, perempuan = 4200 cc.
6.9 Ruang Rugi ( Anatomical Dead Space )
Area disepanjang saluran nafas yang tidak terlibat proses pertukaran gas
( 150 cc ).
15
7. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI
PERNAFASAN.
Pada umumnya frekuensi pernafasan normal pada manusia berkisar 15-18x/menit.
Cepat atau lambatnya frekuensi pernafasan manusia dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu:
7.1 Usia.
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang
dewasa. Hal itu disebabkan volume paru paru yang relatif kecil dan sel-sel
tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua
juga memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otototot dada dan
diafragma tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih
sedikit.
7.2 Jenis kelamin.
Frekuensi pernapasan wanita pada umumnya lebih banyak daripada laki-laki.
Hal ini disebabkan wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih
kecil dari laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak.
7.3 Suhu tubuh.
Semakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin
cepat.Dilingkungan yang panas, tubuh mengalami peningkatan metabolisme
untuk mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih
banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini
membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan
16
menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak
untuk meningkatkan frekwensi pernafasan.
7.4 Lingkungan.
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan
berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah
panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung
meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan
yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan
jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
7.5 Aktifitas fisik.
Orang yang banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi
dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan kegiatan (santai/tidur).
Oleh karena itu, tubuh memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi
biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan
frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.
7.6 Posisi tubuh.
Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh
yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga
untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan
diproduksi banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya
meningkat.
Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian
besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan
jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar
sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah.
7.7 Status Kesehatan.
Pada orang yang sehat, sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
17
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-
penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap
oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas
tersebut ke dan dari sel.
7.8 Narkotika.
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan
obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman
pernapasan.
Frekuensi pernapasan rata-rata normal menurut usia :
• Bayi baru lahir : 40- 60 x/menit.
• 1 - 11 bulan: 30x/menit
• 2 tahun: 25x/menit
• 4 - 12 tahun: 19 – 23x/menit
• 14 - 18 tahun: 16 - 18x/menit
• Dewasa: 12 - 20x/menit
• Lansia ( >65 tahun ) Jumlah respirasi meningkat bertahap, kita pun menjadi
lemas. (Junior, 2009)
18
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah mempelajari tentang anatomi dan fisiologi pernafasan ini, kami penulis
membuat suatu kesimpulan bahwa :
1. Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktifitas mekanisme yang berperan
dalam proses suplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan pembuangan berupa
karbondioksida serta energi ilkan.
2. Saluran respirasi digolongkan menjadi 2 berdasarkan letaknya, yaitu :
2.1 Saluran respirasi bagian atas, dengan fungsi utama sebagai :
2.1.1 Air conduction ( penyalur udara ), sebagai saluran yang meneruskan udara
menuju saluran nafas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2.1.2 Protection ( perlindungan ), sebagai pelindung saluran nafas bagian bawah
agar terhindar dari masuknya benda asing
2.1.3 Warming, filtrasi dan humidifikasi, sebagai bagian yang menghangatkan,
menyaring dan memberi kelembapan udara yang dihirup
2.2 Saluran respirasi bagian bawah
2.2.1 Saluran udara konduktif , sering disebut juga tracheobronchial tree yang
terdiri dari trakhea, bronchus dan bronchiolus
2.2.2 Saluran respiratorius terminal, berfungsi sebagai penyalur ( konduksi ) gas
masuk dan keluar dari satuan respiratorius terminal yang juga merupakan
tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
3. Secara garis besar pernafasan dibagi menjadi 2 yaitu :
3.1 Pernafasan dalam / internal : pertukaran gas antar organel sel yang
menggambarkan proses metabolisme intraselluler sampai menghasilkan suatu
energi
3.2 Pernafasan external/luar : absorbsi oksigen dan pembuangan karbondioksida
dengan urutan sebagai berikut : ventilasi, difusi, transportasi
19
3.2 SARAN.
Agar respirasi dapat berlangsung dengan normal, diperlukan beberapa faktor yang
menunjang, yaitu :
1. Suplai oksigen yang adekuat
Tempat yang tinggi tidak mengubah komposisi udara, tetapi menyebabkan
tekanan oksigen ( PO2 ) menurun, reaksi yang ditimbulkan biasanya berupa
keluhan : nyeri kepala, mua, sesak, lemah, palpitasi, mengantuk dan penglihatan
kabur, hal ini bisa disebut juga “ Mountain Sickness “
Adapun faktor yang berperan dalam oksigenasi :
1.1 Peningkatan ventilasi alveolus
1.2 Penyesuaian komposisi asam basa dan cairan tubuh
1.3 Peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan curah jantung
2. Saluran udara yang utuh
Pernfasan dapat terganggu dan tidak dapat berjalan lancar apabila saluran udara
yang mengalirkan oksigen dari udara melalui trakheobronkhial menuju membran
alveolus kapiler dalam kondisi terhambat. Hambatan tersebut dapat berupa :
tenggelam, benda asing dsbnya
3. Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal
Kelemahan fungsi dinding dada akan mempengaruhi pola pernafasan. Penyebab
utama terganggunya fungsi tersebut adalah trauma / fraktur tulang iga, penyakit
syaraf lainnya ( GBS, Myastenia Gravis )
4. Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama berfungsi membentuk unit
pernafasan terminal dalam jumlah yang cukup
5. Jumlah haemoglobine yang adekuat untuk membawa oksigen ke sel – sel tubuh
6. Suatu sistem sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif
7. Berfungsinya pusat pernafasan secara normal
20
DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pearce, Anatomy dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta, 2008
Heni Rokhaeni, SMIp, CCRN, et all, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, edisi pertama, Bidang Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional, Harapan Kita, Jakarta, 2001
Irman Soemantri, Keperawatan Medical Bedah, Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan gangguan Sistem Pernafasan, Salemba Medika, Jakarta, 2007
Jan Tambayong, dr, Anatomy dan Fisiologi untuk Keperawatan, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2001
WF. Ganong, Buku ajar Fisiology kedokteran, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008
21