sistem pengelolaan keuangan permerintah daerah

Upload: irwansyah-hutasoit

Post on 16-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JUST GO AHEAD

TRANSCRIPT

  • Sistem Pengelolaan Keuangan Permerintah Daerah

    Sistem Akuntansi Pemerintahan

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS RIAU

    TAHUN 2014

    BAB I

    PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

    Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

    kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman

    pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

    dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

    termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.

    Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

    perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,dan pengawasan

    keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah

    kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan

    keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

    Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan

    keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem

    pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan

    pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik

    dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai

    dengan kebutuhan daerah.

    BAB II

    PEMBAHASAN

  • Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang

    disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan

    atau fungsi utama dari suatu organisasi, sedangkan prosedur-prosedur yang saling

    berhubungan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh adalah suatu urut-urutan

    pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih,

    disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi yang

    terjadi dalam suatu organisasi.

    A.Pengertian Keuangan Daerah

    Menurut Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin (2004 : 379 Dalam Arafi)

    keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

    pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk

    kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

    kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    (APBD).

    Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

    Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban

    daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

    termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban

    daerah tersebut.

    Menurut UU Nomor 58 Tahun 2005,Keuangan Daerah adalah semua hak dan

    kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai

    dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak

    dan kewajiban daerah tersebut..

    Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

    rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan

    daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan

    pemerintahan

    B.Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

    perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

  • keuangan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD

    adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama

    oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

    Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

    mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

    penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya

    segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang

    dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom

    berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah

    provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan

    bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari

    keuangan negara.

    Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan

    aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan

    keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud,

    merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan elemen pokok

    dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan

    keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi

    keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

    pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

    C.Ruang Lingkup Keuangan Daerah

    Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,

    penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang

    dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan daerah

    meliputi hal-hal dibawah ini:

    1) Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman ;

    2) Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan membayar

    tagihan pihak ketiga;

    3) Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian ini harus

    dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua penerimaan merupakan

    pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah

    yang diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih;

  • 4) Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah pengeluaran

    daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja daerah adalah

    kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;

    5) Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,

    piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga, termasuk kekayaan yang

    dipisahkan pada perusahaan daerah;

    6) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan

    tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU keuangan Negara menjelaskan

    bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola

    oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan

    kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

    Dalam pemberdayaan pemerintah daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan

    dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah :

    1. pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public

    oriented);

    2. kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumya dan anggaran

    daerah pada khususnya;

    3. desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait

    dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah

    lainnya;

    4. kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan

    keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi

    dan akuntabilitas;

    5. kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH dan PNS Daerah, baik ratio

    maupun dasar pertimbangannya;

    6. ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran

    multi-tahunan;

    7. prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih professional;

    8. prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan

    publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, dan

    transparansi informasi anggaran kepada publik;

  • 9. aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi,

    dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat

    pemerintah daerah;

    10. pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi

    anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap

    penyebarluasan informasi.

    Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

    perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

    keuangan daerah.Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan

    daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip:

    1. Tanggung jawab (accountability). Pemerintah daerah harus

    mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang

    berkepentingan sah, lembaga atau orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala

    Daerah dan masyarakat umum.

    2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan dikelola

    sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan

    baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu

    yang telah ditentukan.

    3. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya

    harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.

    4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency). Merupakan tata cara mengurus

    keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat

    direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan

    biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.

    5. Pengendalian. Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan

    harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai

    D.Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

  • 1.Kepala Daerah

    selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

    daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

    dipisahkan. Selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah Kepala daerah

    mempunyai kewenangan:

    1) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD

    2) Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah

    3) Menetapkan kuasa pengguna anggaran / barang

    4) Menetapkan bendahara penerimaan dan / atau bendahara pengeluaran

    5) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah

    6) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah

    7) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah

    8) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan

    memerintahkan pembayaran

    Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

    melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya berupa perencanaan, pelaksanaan,

    penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban serta pengawasan keuangan daerah

    kepada:

    1) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah

    2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku PPKD, dan

    3) Kepala Satuan Kerja PemerintahDaerah (SKPD) selaku pengguna anggaran /

    barang daerah

    2. Koordinator Pengelola Keuangan Daerah

    Yang dimaksud dengan koordinator adalah terkait dengan peran dan fungsi Sekretaris

    Daerah membantu Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan

    penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah dan

    bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah.

    Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam konteks

    pelaksanaan dan penatausahaan keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi dibidang

    penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD, menyiapkan pedoman

    pelaksanaan APBD, dan memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD.

  • Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas

    koordinasi dibidang:

    1) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD

    2) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah

    3) Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD

    4) Penyusunan Ranperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

    pelaksanaan APBD

    5) Tugas tugas pejabat perencana daera, PPKD, dan pejabat pengawaas keuangan

    daerah, dan

    6) Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban APBD

    Tugas tugas sebagaimana dimaksud koordinator pengelolaan keuangan daerah juga

    mempunyai tugas:

    1) Memimpin tim anggaran pemerintah daerah (TAPD)

    2) Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD

    3) Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah

    4) Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD, dan

    5) Melaksanakan tugas tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya,

    berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah

    3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

    PPKD selaku pengelola APBD mempunyai tugas sebagai berikut:

    1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah

    2) Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD

    3) Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan

    peraturan daerah

    4) Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah

    5) Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan

    APBD, dan

    6) Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

    PPKD selaku BUD berwenang:

    1) Menyusun kebijakan dann pedoman pelaksanaan APBD

  • 2) Mengesahkan DPA-SKPD

    3) Melaksanakan pemungutan pajak daerah

    4) Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD

    5) Menyimpan uang daerah

    6) Melaksanakan pemungutan pajak daerah

    7) Menyajikan informasi keuangan daerah

    8) Melakukan penagihan piutang daerah

    9) Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang miilik

    daerah

    4. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Pada SKPD

    Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah

    daerah selaku penggunaan anggaran / barang. Kepala satuan kerja perangkat daerah didalam

    melaksanakan tugasnya sebagai pengguna anggaran dibantu oleh:

    1) Pejabat kuasa pengguna anggaran

    2) Pejabat pelaksanaan teknis kegiatan (PPTK)

    3) Pejabat penata usaha keuangan (PPK)

    4) Bendahara penerimaan dan pengeluaran

    5. Pejabat pengguna anggaran

    Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kekuasaan pengguanaan anggaran

    belanja daerah, yang terdiri dari kepala satuan kerja perangkat daerah yang ditetapkan

    sebagai pengguna anggaran. Dalam konteks penyusunan, pelaksanaan dan penata usahaan,

    pengguna anggaran mempunyai tugas dan wewenang antara lain :

    1) Menyusun RKA-SKPD

    2) Menyusun DPA-SKPD

    3) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja

    4) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya

    5) Melakukan pemungutan penerimaan bukan pajak

    6) Menanda tangani SPM

    7) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya

    8) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya

  • 9) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui

    Sekretaris Daerah

    6. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran

    Pejabat pengguna anggaran atau pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas

    dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kepala Unit Kerja atau Penanggung

    Jawab Program pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran atau kuasa pengguna barang

    Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran dilaksanakan sesuai

    dengan kebutuhan. Kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya

    kepada pengguna anggaran.

    7. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

    Pejabat pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran dalam melaksanakan

    program dan kegiatan menunjuk pejabat pada SKPD selaku pejabat pelaksana teknis kegiatan

    (PPTK) yang mempunyai tugas antara lain :

    1) Mengendalikan pelaksanakan kegiatan

    2) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan

    3) Menyiapkan dokumen anggaran atas pelaksanaan kegiatan

    8. Pejabat Penata Usahaan Keuangan SKPD

    Dalam rangka melaksanakan wewenangn atas penggunaan anggaran yang dimuat

    dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha

    keuangan pada SKPD, disebut pejabat penata usahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD)

    mempunyai tugas antara lain :

    1) Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa

    2) Meneliti kelengkapann SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS gaji dan tunjangan

    PNS serta penghasilan lainnya yang diajukan oleh bendahara pengeluaran

    3) Melakukan verifikasi SPP

    4) Menyiapkan SPN

    5) Melakukan verifikasi harian atas penerimaan

    6) Melaksanakan akuntansi SKPD

    7) Menyiapkan laporan keuangan SKPD

  • 9. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

    Bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,

    meyimpan, menyetorkan, menata usaha dan mempertanggung jawabkan uang pendapatan

    daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara pengeluaran bertanggung

    jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Sehingga apabila terjadi

    kesalahan pembayaran baik mengenai jumlah maupun penerimanya menjadi tanggung jawab

    bendahara pengeluaran demikian halnya adanya kekurangan kas.

    Pada setiap SKPD ditunjuk satu bendahara pengeluaran dan apabila pada SKPD

    tersebut terdapat sumber pendapatan yang dikelola maka ditunjuk satu bendahara

    penerimaan. Dalam melaksanakan fungsinya, bendahara penerimaan dan bendahara

    pengeluaran dapat dibantu oleh beberapa pembantu bendahara yang terdiri dari kasir atau

    penyimpan uang, dan pembuat dokumen.

    10. Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

    Organisasi pengelola keuangan daerah pada satuan kerja perangkat daerah dijelaskan

    sebagai berikut :

    1) Pengguan anggaran

    2) Kuasa pengguna anggaran

    3) Pejabat pelaksanaan teknis kegiatan (PPTK)

    4) Pejabat penata keuangan (PPK)

    5) Bendahara penerima dan bendahara pengeluaran

    Tanggung Jawab

    Sebelum reformasi, tanggung jawab pengelola keuangan diatur dalam Kepres 18

    tahun 2000 menyatakan pemimpin proyek bertanggung jawab terhadap fisik dan keuangan.

    Hal tersebut terjadi karena pada saat itu pengelolaan APBD pada masing-masing satuan kerja

    dilakukan oleh pimpro sesuai dengan DIP.

    .

    E.Sumber Keuangan Daerah

  • Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

    Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan daerah

    terdiri atas :

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan

    tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan

    DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

    Struktur APBD merupakan satu kesatuan, terdiri dari :

    1) Pendapatan daerah

    2) Belanja daerah

    3) Pembiayaan daerah

    Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah

    mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.

    Surplus Anggaran

    Terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran

    belanja daerah. Dalah hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran

    pokok hutang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada

    pemerintah pusat/daerah, transfer ke dana cadangan dan sisa lebih tahun anggaran

    berjalan.

    Defisit Anggaran

    Terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran

    belanja daerah. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk

    menutup deficit tersebut yang diantaranya bersumber dari sisa lebih perhitungan

    anggaran lalu, penggunaan dana cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan

    kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau

    penerimaan piutang.

    1. Pendapatan Daerah

    Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum

    Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun

    anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

    Pendapatan daerah terdiri dari :

  • 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bertujuan untuk

    memberikan keleluasan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam

    pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi yang

    bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

    kekayaan daerah dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

    2) Dana Perimbangan

    Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai

    kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber

    pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi

    kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah sehingga merupakan sistem

    transfer dana dari Pemerintah.

    3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah

    Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah adalah pendapatan yang diterima seperti

    pendapatan hibah, dana darurat, dana bagi hasil dari provinsi, dana penyesuaian

    dari otonomi khusus dan bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah

    lain.

    2. Pendapatan Asli Daerah

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

    dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Pendapatan asli daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus

    ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk

    penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat

    sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat

    dilaksanakan.

    Sebagaimana yang diatur dalam pasa 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004,

    tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang

    menyatakan sumber-sumber PAD terdiri dari :

    1) Pajak daerah

    2) Retribusi daerah

    3) Hasil pegelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

  • 4) Lain-lain PAD yang sah

    3. Pajak dan Retribusi

    Pajak dan Retribusi dasar pemungutannya berdasarkan Undang-undang Nomor 34

    Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

    dan Retribusi Daerah. Aturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65

    Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang

    Retribusi Daerah.

    Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pajak yang dipungut

    pemerintah provinsi berbeda obyeknya dengan pajak yang dipungut oleh Pemerintah

    Kabupaten/Kota. Adapun jenis pajak yang dikelola / dipungut oleh pemerintah provinsi

    sebanyak 4 jenis yang terdiri dari :

    1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

    2) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

    3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

    4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

    Jenis-jenis pajak yang dikelola / dipungut oleh pemerintah Kabupaten/Kota adalah

    sebagai berikut :

    1) Pajak Hotel

    2) Pajak Restoran

    3) Pajak Hiburan

    4) Pajak Reklame

    5) Pajak Penerangan Jalan

    6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C

    7) Pajak Parkir

    Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi sebagaimana diatur dalam

    Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

    atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

    pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jenis retribusi

    dikelompokkan dalam retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan

    tertentu.

  • Retribusi Jasa Umum

    Retribusi jasa umum adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh

    pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat

    dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Terdiri dari :

    1) Retribusi Pelayanan Kesehatan

    2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

    3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil

    4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

    5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

    6) Retribusi Pelayanan Pasar

    7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

    8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

    9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

    10) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

    Retribusi Jasa Usaha

    Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah

    dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat

    disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan menggunakan / memanfaatkan

    kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Terdiri dari :

    1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

    2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

    3) Retribusi Tempat Pelelangan

    4) Retribusi Terminal

    5) Retribusi Tempat Usaha Parkir

    6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

    7) Retribusi Penyedotan Kakus

    8) Retribusi Rumah Potong Hewan

    9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal

    10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

    11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air

    12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair

    13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

    Retribusi Perizinan Tertentu

  • Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah

    dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

    untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan

    pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau

    fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian

    lingkungan. Terdiri dari :

    1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

    2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

    3) Retribusi Izin Gangguan

    4) Retribusi Izin Trayek

    Selain jenis retribusi yang telah disebutkan diatas dengan peraturan daerah dapat

    ditetapkan jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Undang-

    undang.

    Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan

    penagihan karena sudah kadarluarsa dapat dihapuskan melalui keputusan Kepala daerah. Hal

    yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah sehubungan dengan Pemungutan Pajak dan

    Retribusi Daerah yang diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam upaya

    meningkatkan PAD, Daerah dilarang :

    1) Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang mneyebabkan ekonomi biaya

    tinggi

    2) Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas

    penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan import / eksport.

    4. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain

    Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

    Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari :

    1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah / BUMD

    2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah / BUMN

    3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok

    usaha masyarakat

  • Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan

    penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil

    pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup :

    1) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

    2) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

    3) Jasa giro

    4) Bunga deposito

    5) Penerimaan atas tuntutan ganti rugi

    6) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

    dan/atau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap

    mata uang asing

    7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

    8) Pendapatan denda pajak dan denda retribusi

    9) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan

    10) Pendapatan dari pengembalian

    11) Fasilitas sosial dan fasilitas umum

    12) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

    13) Pendapatan dari angsuran / cicilan penjualan

    5. Dana Perimbangan

    Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

    dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan

    desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat

    dan pemerintah daerah.

    Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 jenis sumber dana merupakan pendanaan

    pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain

    karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.

    Pencantuman Dana Perimbangan dalam APBN dimaksudkan untuk memberikan kepastian

    pendanaan bagi daerah.

    Sebagaimana diatur dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

    perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan dana

    perimbangan terdiri atas :

  • Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi hasilkan kepala

    daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah

    penghasil. Dana bagi hasil terdiri dari Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan

    Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.

    Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari :

    1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

    2) Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB)

    3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam

    Negeri dan PPh Pasal 21

    Dana Bagi Hasil yang bersumber dari Sumber Daya Aalam terdiri dari :

    1) Kehutanan

    2) Pertambangan Umum

    3) Perikanan

    4) Pertambangan Minyak Bumi

    5) Pertambangan Gas Bumi

    6) Pertambangan Panas Bumi

    Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar

    daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan

    antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan

    potensi daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal

    gap) dan potensi daerah (fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi

    fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil maka akan memperoleh alokasi DAU

    relatif kecil, dan sebaliknya. Secara implicit, prinsip tersebut menegaskan fungsi

    DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

    Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan

    khusus didaerah tertentu yang merupaka urusan daerah dan sesuai dengan prioritas

    nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan

    dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu untuk mendorong percepatan

    pembangunan daerah.

    6. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

    Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup yaitu :

  • 1) Hibah / Bantuan dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan Lembaga /

    Organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat / perorangan, dan lembaga luar

    negeri yang tidak mengikat;

    2) Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat

    bencana alam dan krisis solvabilits;

    3) Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

    4) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

    5) Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya;

    F.Belanja Daerah

    Meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi

    ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak

    akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut

    :

    1) Fungsi

    2) Organisasi

    3) Program

    4) Kegiatan

    5) Kelompok Belanja

    6) Jenis Belanja

    Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari :

    1) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintah yang bersifat wajib dan urusan bersifat

    pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten /

    kota

    2) Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara

  • Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib, Urusan Pilihan Dan Fungsi Pengelolaan

    Keuangan Negara

    Urusan Wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan

    pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah

    daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

    masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk

    peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas

    umum yang layak serta mengembangkan sistem sosial. Klasifikasi belanja menurut

    urusan wajib mencakup :

    1) Pendidikan

    2) Kesehatan

    3) Pekerjaan Umum

    4) Perumahan Rakyat

    5) Penataan Ruang

    6) Perencanaan Pembangunan

    7) Perhubungan

    8) Lingkungan Hidup

    9) Pertanahan

    10) Kependudukan dan Catatan Sipil

    11) Pemberdayaan Perempuan

    12) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

    13) Sosial

    14) Tenaga Kerja

    15) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

    16) Penanaman Modal

    17) Kebudayaan

    18) Pemuda dan Olahraga

    19) Kasatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

    20) Pemerintahan Umum

    21) Kepegawaian

    22) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

    23) Statistik

    24) Arsip, dan

  • 25) Komunikasi dan Informatika

    Urusan Pilihan adalah meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan

    berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

    kekhasan, dan potensi keunggulan daerah yang bersangkutan antara lain

    pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, perhutanan dan pariwisata.

    Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan mencakup :

    1) Pertanian

    2) Kehutanan

    3) Energi dan Sumber Daya Mineral

    4) Pariwisata

    5) Kelautan dan Perikanan

    6) Perdagangan

    7) Perindustrian, dan

    8) Transmigrasi

    Klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan keuangan negara adalah sebagai

    berikut :

    1) Pelayanan Umum

    2) Ketertiban dan Ketentraman

    3) Ekonomi

    4) Lingkungan Hidup

    5) Perumahan dan Fasilitas Umum

    6) Kesehatan

    7) Pariwisata dan Budaya

    8) Agama

    9) Pendidikan, serta

    10) Perlindungan Sosial

    Klasifikasi Belanja Menurut Organisasi, Program dan Kegiatan

    Klasifikasi belanja menurut organisasi pemerintahan daerah seperti Kepala Daerah

    dan Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas, Badan, Lembaga

  • Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan disesuaikan dengan susunan organisasi

    pemerintahan daerah.

    Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan

    pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan organisasi pemerintahan.

    Program adalah instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang

    dilaksanakan oleh instansi pemerintah / lembaga atau masyarakat yang

    dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta

    memperoleh alokasi anggaran.

    Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa

    satuan kerja sebagai bahan dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan

    terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya.

    Kelompok Belanja dan Jenis Belanja

    Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja

    pada setiap SKPD diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja yaitu :

    Belanja Tidak Langsung

    Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi

    secara langsung oleh adanya ususlan program atau kegiatan. Karakteristik belanja

    tidak langsung yaitu :

    1) Dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun (bukan untuk setiap program atau

    kegiatan) oleh masing-masing SKPD

    2) Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit diukur atau sulit dibandingkan secara

    langsung dengan output program atau kegiatan tertentu.

    Kelompok belanja tidak langsung menurut jenis belanja terdiri dari :

    1) Belanja Pegawai

    Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan,

    serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang

    ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

    2) Belanja Bunga

  • Belanja Bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang

    dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan

    perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

    3) Belanja Subsidi

    Belanja Subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada

    perusahaan / lembaga tertentu yang menghasilkan produk dan jasa pelayanan

    umum masyarakat agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau

    oleh masyarakat banyak.

    4) Belanja Hibah

    Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk

    uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,

    dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan

    peruntukannya.

    5) Belanja Bantuan Sosial

    Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam

    bemtuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk

    peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    6) Belanja Bagi Hasil

    Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang

    bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan

    kabupaten/kota kepada pemerintah.

    7) Bantuan Keuangan

    Bantuan Keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang

    bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa

    dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota

    kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan

    dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

    8) Belanja Tidak Terduga

    Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak

    biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan

    bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.

    Belanja Langsung

    Belanja Langsung adalah belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara langsung

    oleh adanya program atau kegiatan. Karakteristik belanja langsung yaitu :

  • 1) Dianggarkan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD

    2) Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat diukur atau

    dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan yang

    bersangkutan

    3) Variabilitas jumlah setiap jenis belanja langsung dipengaruhi oleh target kinerja

    atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan yang

    bersangkutan

    Kelompok belanja langsung menurut jenis belanja terdiri dari :

    1) Belanja Pegawai

    Belanja Pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium / upah dalam

    melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

    2) Belanja Barang dan Jasa

    Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan

    barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan dan/atau pemakaian jasa

    dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.

    3) Belanja Modal

    Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

    pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunya

    nilai mnafaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan

    seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

    irigasi, jaringan dan aset tetap lainnya.

    Pembiayaan Daerah

    Pembiayaan Daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup deficit atau

    untuk memanfaatkan surplus, yang dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

    kelompok, jenis pembiayaan. Pembiayaan terdiri dari :

    Penerimaan pembiayaan, mencakup :

    1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA)

    2) Pencairan dana cadangan

    3) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

    4) Penerimaan pinjaman daerah

  • 5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman

    6) Penerimaan piutang daerah

    Pengeluaran pembiayaan, mencakup :

    1) Pembentukan dana cadangan

    2) Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah

    3) Pembayaran pokok utang

    4) Pemberian pinjaman daerah

  • BAB III

    KESIMPULAN

    Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

    penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya

    segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara

    pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

    pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

    daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah

    yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan

    pengelolaan keuangan daeran

    Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya

    berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang harus

    bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari pemerintah pusat

    yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik. Walaupun pemerintah pusat

    sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan daerah mengalami kekurangan bisa

    meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan

    pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung akan membuat kemandirian suatu

    daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi terhambat. imam moden

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arafi. 2013. Jurnal.Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Perekonomian

    Indonesia.2013.Jakarta

    Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan negara

    UU No 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi keuangan negara..

    UU No 58 Tahun Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan daerah.