“sistem pengelolaan hutan rakyat dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat desa tangkuli...

Upload: hajar-bsc

Post on 16-Oct-2015

394 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    1/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahHutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan

    peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

    lingkungan hidup. Hutan memiliki berbagai aspek manfaat bagi kehidupan

    berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

    Manfaat hutan diperoleh bila manfaat dan fungsi hutan terjamin eksistensinya

    sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan

    sosial dari hutan akan memberikan peranan nyata apabila pengelola sumber daya

    alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan

    pembangunan nasional berkelanjutan (Zain, 1995).

    Hutan merupakan sumber daya alam yang banyak berpengaruh terhadap

    kehidupan manusia. Manusia melakukan interaksi dengan hutan untuk memenuhi

    kebutuhan hidupnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan

    lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dan

    persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

    dipisahkan (UU RI No 41 tahun 1999 tentang kehutanan). Sehingga hutan

    merupakan sumber daya alam yang banyak memberikan pengaruh secara

    langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan manusia.

    Hutan rakyat merupakan salah satu model pengelolaan sumber daya alam

    yang berdasarkan inisiatif masyarakat. Hutan rakyat di Indonesia pada umumnya

    dikembangkan pada lahan milik masyarakat. Dalam banyak contoh di daerah-

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    2/21

    daerah Indonesia, hutan rakyat banyak yang berhasil dikembangkan oleh

    masyarakat sendiri. Demikian pula halnya dengan sumbangan produksi kayu dari

    hutan rakyat di banyak tempat di Sulawesi sudah menunjukkan signifikansi yang

    sangat nyata. Dalam hutan rakyat biasanya ditanam jenis-jenis jati, mahoni, buah-

    buahan, nangka, kelapa dan kemiri. Banyak upaya yang sudah dilakukan untuk

    mendorong perkembangan hutan rakyat di Indonesia antara lain melalui: (1)

    program penghijauan yang dilaksanakan sejak pertengahan tahun 1970-an: (2)

    program swadaya masyarakat. Dari banyak pengamatan di lapangan ternyata ada

    indikasi jelas bahwa tingkat keberhasilan justru lebih besar di program swadaya

    tersebut.

    Berbagai istilah lokal yang sering kita dengar sesungguhnya sangat

    memperkaya khasanah hutan rakyat itu sendiri. Tentu kita sepakat bahwa istilah

    itu tidak harus satu, tetapi biarkan istilah tersebut bervariasi sesuai dengan tradisi

    wilayah masing-masing. Hutan rakyat terbentuk melalui dua cara, yaitu melalui

    campur tangan kegiatan penanaman, dan berasal dari perubahan bentuk dan

    fungsi hutan alam menjadi hutan serba guna yang dikelola, diusahakan, dan

    dimanfaatkan oleh sekumpulan orang dalam sebuah peDesaan. Variasi sumber

    daya hutan seperti ini tidak statis, mereka selalu mengalami perkembangan dan

    perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya sendiri. Banyak contoh

    menunjukkan bahwa kelestarian hutan rakyat di suatu tempat sangat ditentukan

    oleh faktor-faktor : (1) kebutuhan ekonomi masyarakatnya; (2) kepatuhan

    terhadap hukum-hukum tradisional; dan (3) sistem pengaturan dan pembagian

    manfaat antar warga masyarakat; dan (4) pandangan-pandangan kebutuhan

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    3/21

    penyelamatan lingkungan (pelestarian air, pencegahan erosi, dan peningkatan

    pendapatan masyarakat).

    Penduduk Indonesia masih banyak yang tinggal di dalam dan di sekitar

    hutan. Menurut warga dari Desa-Desa tersebut pada umumnya memiliki

    pengalaman hidup di dalam hutan yang dikembangkan sebagai satu tradisi turun-

    temurun. Akhir-akhir ini tradisi tersebut mulai mendapat perhatian berbagai

    pihak guna menyingkap sistem-sistem interaksi antara mereka dengan hutan.

    Dengan kata lain, bahwa masyarakat asli (adat) yang bermukim di dalam dan di

    sekitar hutan secara turuntemurun memiliki kemampuan mengelola sumberdaya

    hutan secara berkelanjutan. Keberadaan hutan bagi masyarakat di dalam dan di

    sekitar kawasan hutan sangat penting, karena hutan merupakan sumber

    kehidupan, antara lain hutan merupakan sumber pangan, papan, obat obatan

    dan penghasilan bagi masyarakat setempat. Ketergantungan masyarakat terhadap

    hutan semakin besar sehingga diperlukan upayaupaya yang melibatkan

    masyarakat dalam kegiatan kehutanan sehingga mereka mendapatkan hasil dan

    hutan dapat terjaga dan lestari.

    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan mengangkat

    judul penelitian Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat dan Pengaruhnya

    Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba

    Kabupaten Maros. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

    para pemerintah setempat dan masyarakat di dalam maupun di luar hutan dalam

    pengelolaan sumber daya hutan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat dan tercapainya kelestarian hutan.

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    4/21

    B. Rumusan MasalahBardasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengelolaan hutan rakyat dan

    seberapa besar pengaruh ekonomi hutan rakyat berupa tambahan pendapatan

    petani dan penyerapan tenaga kerja di Desa Tangkuli Kecamatan Camba

    Kabupaten Maros.

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Mengidentifikasi kegiatan

    pengelolaan hutan rakyat dan mengetahui manfaat ekonomis hutan rakyat

    berupa tambahan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja di Desa

    Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maros.

    2. Manfaat PenelitianManfaat dari kajian ini adalah sebagai bahan masukan kepada Pemerintah

    Daerah, stake holders dan berbagai pihak pengelola yang terlibat di dalamnya

    dalam pengembangan pengelolaan hutan rakyat di Desa Tangkuli Kecamatan

    Camba Kabupaten Maros dan tersedianya informasi bagi para pembacanya.

    D. Kerangka BerpikirHutan merupakan salah satu sumber kekayaan alam kita yang mempunyai

    makna dan kepentingan tinggi bagi seluruh lapisan rakyat Indonesia.

    Pengusahaan hutan di Indonesia dimulai sekitar tahun 70-an sesuai UU No. 5

    Tahun 1967 yang masih didominasi oleh pengusaha swasta yang mengantongi

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    5/21

    izin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dari pemerintah. Namun sayangnya,

    pengusahaan hutan oleh pihak swasta ini menimbulkan dampak yang buruk bagi

    kondisi hutan di Indonesia karena hutan terus dieksploitasi secara terus-menerus

    tanpa memperhatikan kelestarian hutan itu sendiri. Selain itu, pengusahaan hutan

    dari sosial ekonomi tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan

    perekonomian masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat hanya diikutsertakan

    dalam kegiatan tertentu yang tidak memberikan kontribusi yang berarti dalam

    peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Karena keadaan yang demikian, maka pemerintah mulai melibatkan

    masyarakat dalam kegiatan pengelolaan kehutanan melalui UU No.41 Tahun

    1999. Niat baik pemerintah ini kemudian diwujudkan dengan digulirkannya

    Program Hutan Kemasyarakatan melalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P.

    37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. Melalui program ini

    diharapkan msayarakat dapat menjadi pelaku utama dalam pengelolaan hutan

    mulai dari segi pengambilan keputusan sampai dengan menikmati hasil

    pembangunan sektor kehutanan.

    Kita mengetahui bahwa tidak mudah mengadakan perubahan dalam

    masyarakat, terutama pada masyarakat peDesaan, sebab nilai-nilai sosial dan

    tradisi masyarakat peDesaan sangat bervariasi di dunia ini. Di setiap tempat dan

    setiap saat, nilai-nilai sosial dan perubahan tradisi ini menggambarkan

    penyesuaian terhadap kondisi, dimana kelompok manusia itu telah hidup turun-

    temurun.

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    6/21

    Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan merupakan suatu kelompok

    masyarakat yang dapat menjadi sumber daya yang sangat berharga untuk

    mendukung tercapainya pengelolaan hutan yang lestari. Melalui kegiatan

    pembinaan masyarakat yang tepat, maka partisipasi mereka dapat memberikan

    manfaat bagi usaha pemanfaatan dan pelestarian hutan serta mendukung

    pertumbuhan ekonomi masyarakat. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada

    bagang kerangka berpikir berikut.

    Gambar 1. Bagang Kerangka Berpikir

    E. Hipotesis PenelitianHipotesi adalah jawaban sementara terhadap rumusan maslah. Hipotesis

    dalam penelitian ini adalah diduga bahwa sistem pengelolaan hutan rakyat di

    Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maros Belum Efektit.

    Pemerintah Desa Tangkuli

    Sistem Pengelolaan

    Hutan Rakyat

    Potensi Tanaman

    Hutan Rakyat

    Masyarakat Pengelolah Hutan

    Perekonomian Masyarakat Desa

    Tangkuli Kecamatan Camba

    Kabupaten Maros

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    7/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. HutanHutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan

    peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

    lingkungan hidup. Hutan merupakan sumber daya alam yang banyak berpengaruh

    terhadap kehidupan manusia. Menurut Undang-Undang Kehutanan No.41 tahun

    1999 tentang kehutanan menyatakan bahwa hutan adalah suatu kesatuan

    ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

    didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan

    yang lainnya tidak dapat dipisahkan (Awang, 2002).

    John A.Helms (1998) memberi pengertian hutan suatu ekosistem yang

    dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar, seringkali

    terdiri dari tegakan-tegakan yang beragam ciri-cirinya seperti komposisi jenis,

    struktur, kelas umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup

    padang rumput, sungai-sungai kecil, ikan, dan satwa liar. Definisi tersebut dan

    beberapa defenisi lain menekankan komponen pohon yang dominan terhadap

    komponen lainnya dari ekosistem itu, dan mensyaratkan adanya (akibat dari

    pohon-pohon itu) kondisi iklim (iklim mikro) dan ekologis yang berbeda dengan

    kondisi luarnya (UU No 41, 1999). Penekanan hutan sebagai suatu ekosistem

    mengandung maksud bahwa di dalam hutan terjadi hubungan saling tergantung

    satu komponen dengan komponen lainnya yang terjalin sebagai suatu sistem.

    Satu komponen dari sistem itu rusak (atau tidak berfungsi) menyebabkan

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    8/21

    komponen lain terganggu, dan akibatnya sistem itu tidak dapat berjalan normal.

    Hutan itu apabila hutan rusak akan mengganggu sistem yang lebih besar itu

    (Suharjito, 2000).

    B. Hutan Bagian Sumber Daya AlamSecara umum klasifikasi sumber daya alam (SDA) terbagi ke dalam

    bentuk yaitu: (1) lahan pertanian, (2) hutan dengan aneka ragam hasilnya, (3)

    lahan alami untuk keindahan, rekreasi atau untuk penelitian ilmiah, (4) perikanan

    darat dan perikanan laut, (5) sumber mineral bahan bakar dan non bahan bakar,

    (6) sumber energi non mineral, misalnya panas bumi, tenaga surya, angin, sumber

    tenaga air, gelombang pasang, dan sebagainya. Sumber daya alam dapat

    dibedakan terhadap keadaan antara sumber daya yang dapat diperbarui atau dapat

    diisi kembali atau tidak akan habis dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui

    atau dipulihkan kembali sebagaimana keadaan semula. Umumnya

    dikelompokkan sebagai renewable resources dan non-renewable resources.

    Contoh renewable resources adalah : hutan, perikanan, hasil pertanian dan lain-

    lain. Sedangkan contoh non-renewable resources seperti : biji mineral, bahan

    bakar fosil, dan sebagainya (Reksohadiprodjo, 1988).

    Pemerintah di dalam mengajukan Nota Keuangan dan Rencana Anggaran

    Belanja Negara, biasanya membagi jenis-jenis sumber daya alam secara sektoral

    dimasukkan ke dalam rincian berikut : (a) sumber daya pertanian meliputi :

    tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengairan

    (b) sektor pertambangan meliputi : minyak bumi, gas bumi, batu bara, aspal,

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    9/21

    nuklir, dan bahan galian lainnya. Sumber daya ini selanjutnya akan dijadikan

    masukan bagi industri dan jasa (Zain, 1995).

    Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan

    peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

    lingkungan hidup. Telah diterima sebagai kesepakatan internasional, bahwa hutan

    yang berfungsi penting bagi kehidupan dunia, harus dibina dan dilindungi dari

    berbagai tindakan yang berakibat rusaknya ekosistem dunia. Hutan memiliki

    berbagai manfaat bagi kehidupan, yaitu : berupa manfaat langsung yang

    dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut diperoleh

    apabila hutan terjamin eksistensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal.

    Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari hutan akan memberikan peranan

    nyata apabila pengelolaan sumber daya alam berupa hutan seiring dengan upaya

    pelestarian guna mewujudkan pembangunan nasional berkelanjutan (Zain, 1995).

    C. Pengertian dan Konsepsi Kehutanan Masyarakat di IndonesiaKonsepsi kehutanan masyarakat (community forestry) sebenarnya relatif

    baru karena community forestry (CF) muncul sebagai tanggapan dari kegagalan

    konsep indusrialisasi kehutanan yang populer pada sekitar tahun 1960-an. Yang

    menarik, penggagas CF justru ekonom kehutanan yang merasa bersalah karena

    terlibat dalam inisiatif industrialisasi kehutanan. Orang itu bernama Jack

    Westoby (Munggoro, 1998). Ia kemudian tercatat sebagai salah seorang yang

    banyak terlibat dalam gagasan tema pokok Kongres Kehutanan Dunia VIII yang

    diselenggarakan pada tahun 1978 di Jakarta : Forest for People. Kristalisasi

    pikiran-pikirannya tentang CF ini kemudian banyak dipublikasikan FAO. Dan

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    10/21

    kemudian pada tahun 1983, secara resmi FAO mendefinisikan CF sebagai :

    konsep radikal kehutanan yang berintikan partisipasi rakyat, artinya rakyat

    diberi wewenang merencanakan dan memutuskan sendiri apa yang mereka

    kehendaki. Hal ini berarti memfasilitasi mereka dengan saran dan masukan yang

    diperlukan untuk menumbuhkan bibit, menanam, mengelola dan melindungi

    sumber daya hutan milik mereka dan memperoleh keuntungan maksimal dari

    sumber daya itu dan memanennya secara maksimum. CF didedikasikan sebagai

    gagasan untuk meningkatkan keuntungan langsung sumber daya hutan kepada

    masyarakat peDesaan yang miskin (Awang dkk, 2001).

    Beberapa tahun terakhir ini, konsepsi kehutanan masyarakat (CF) sering

    dikonfrontasikan dengan konsep perhutanan sosial yang merupakan terjemahan

    dari social forestry (SF). Konsepsi SF lebih dikonotasikan sebagai bentuk

    pengusahaan kehutanan yang dimodifikasi supaya keuntungan yang diperoleh

    dari pembalakan kayu didistribusikan kepada masyarakat lokal. Dan kemudian di

    Indonesia Perum Perhutani sebagai salah satu pelopor SF di Indonesia

    mendefinisikan bahwa SF adalah : Suatu sistem dimana masyarakat lokal

    berpartisipasi dalam manajemen hutan dengan tekanan pada pembuatan hutan

    tanaman. Tujuan sistem SF adalah reforestasi yang jika berhasil akan

    meningkatkan fungsi hutan, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan

    kesejahteraan sosial (Awang dkk, 2001).

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    11/21

    D. Hutan RakyatBanyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengenal dan

    mengerti hutan rakyat. Sudut pandang yang sering digunakan adalah sudut

    pragmatisme, geografis, dan sistem tenurial (kepemilikan). Pandangan

    pragmatisme melihat hutan yang dikelola rakyat hanya dari pertimbangan

    kepentingan pemerintah saja. Semua pohon-pohonan atau tanaman keras yang

    tumbuh di luar kawasan hutan negara langsung diklaim sebagai hutan rakyat.

    Pandangan geografis menggambarkan aneka ragam bentuk dan pola serta sistem

    hutan rakyat tersebut, berbeda satu sama lain tergantung letak geografis, ada yang

    di dataran rendah, medium, dan dataran tinggi, dan jenis penyusunnya berbeda

    menurut tempat tumbuh, dan sesuai dengan keadaan iklim mikro. Pandangan

    sistem tenurial berkaitan dengan status misalnya statusnya hutan negara yang

    dikelola masyarakat, hutan adat, hutan keluarga, dan lain-lain (Awang dkk, 2002).

    Menurut statusnya (sesuai dengan Undang-Undang Kehutanan), hutan

    hanya dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu : (1) hutan negara, hutan yang

    berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah ; dan (2) hutan hak adalah

    hutan yang dibebani hak atas tanah yang biasanya disebut sebagai hutan rakyat.

    Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas lahan milik rakyat, baik petani

    secara perorangan maupun bersama-sama. Ada banyak pendapat yang

    mengatakan bahwa hutan rakyat terbentuk dari kegiatan swadaya masyarakat

    dengan maksud untuk menghasilkan kayu dan hasil-hasil lainnya secara

    ekonomis dengan memperhatikan unsur-unsur keberlanjutan dan perlindungan

    dalam rangka memenuhi kebutuhan kehidupan keluarga dan sosial. Hutan rakyat

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    12/21

    dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan (UU No.41/1999)

    adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi ini

    diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di

    atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dari sudut pandang

    pemerintah mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan hutan rakyat karena

    ada dukungan progam penghijauan dan kegiatan pendukung seperti demplot dan

    penyuluhan. Hutan rakyat atau hutan milik adalah semua hutan yang ada di

    Indonesia yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai oleh pemerintah, dimiliki

    oleh masyarakat, proses terjadinya dapat dibuat oleh manusia, dapat juga terjadi

    secara alami, dan dapat juga karena upaya rehabilitasi tanah kritis

    (Hardjosoediro, 1980 ; Jaffar, 1993).

    Sebagian besar penulis artikel dan peneliti tentang hutan rakyat sepakat

    bahwa secara fisik hutan rakyat itu tumbuh dan berkembang di atas lahan milik

    pribadi, dikelola dan dimanfaatkan oleh keluarga, untuk meningkatkan kualitas

    kehidupan, sebagai tabungan keluarga, sumber pendapatan dan menjaga

    lingkungan. Hutan rakyat adalah hutan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh

    organisasi masyarakat baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan adat,

    maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

    ekosistem kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan,

    satuan usaha tani semusim, peternakan, barang dan jasa, serta rekreasi alam.

    Bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia sebagai inisiatif masyarakat adalah

    antara lain : hutan rakyat sengon, hutan rakyat jati, hutan rakyat campuran, hutan

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    13/21

    rakyat suren di Bukit Tinggi (disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang,

    2001).

    Istilah hutan rakyat sudah lebih lama digunakan dalam program-program

    pembangunan kehutanan dan disebut dalam Undang-Undang Pokok Kehutanan

    (UUPK) tahun 1967 dengan terminologi hutan milik. Di Jawa, hutan rakyat

    dikembangkan pada tahun 1930-an oleh pemerintah kolonial. Setelah merdeka,

    pemerintah Indonesia melanjutkan pada tahun 1952 melalui gerakan Karang

    Kitri. Secara nasional, pengembangan hutan rakyat selanjutnya berada di bawah

    payung program penghijauan yang diselenggarakan pada tahun 1960-an dimana

    Pekan Raya Penghijauan I diadakan pada tahun 1961. Sampai saat ini hutan

    rakyat telah diusahakan di tanah milik yang diakui pada tingkat lokal (tanah

    adat). Di dalam hutan rakyat ditanam aneka pepohonan yang hasil utamanya bisa

    beraneka ragam. Untuk hasil kayu misalnya, sengon (Paraserianthes falcataria),

    jati (Tectona grandis), akasia (Acacia sp), mahoni (Swietenia mahagoni) dan lain

    sebagainya. Sedang yang hasil utamanya getah antara lain kemenyan (Styrax

    benzoin), damar (Shorea javanica). Sementara itu yang hasil utamanya berupa

    buah antara lain kemiri (Aleuritas molucana), durian, kelapa dan bambu

    (Suharjito dan Darusman, 1998).

    Secara formal ditegaskan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dibangun

    di atas lahan milik. Pengertian semacam itu kurang mempertimbangkan

    kemungkinan adanya hutan di atas tanah milik yang tidak dikelola rakyat,

    melainkan oleh perusahaan swasta. Penekanan pada kata rakyat kiranya lebih

    ditujukan kepada pengelola yaitu rakyat kebanyakan, bukan pada status

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    14/21

    pemilikan tanahnya. Dengan menekankan pada kata rakyat membuka peluang

    bagi rakyat sekitar hutan untuk mengelola hutan di lahan negara. Apabila istilah

    hutan rakyat yang berlaku saat ini akan dibakukan, maka diperlukan penegasan

    kebijakan yang menutup peluang perusahaan swasta (menengah dan besar)

    menguasai tanah milik untuk mengusahakan hutan (Suharjito dan Darusman,

    1998). Hardjosoediro (1980) menyebutkan hutan rakyat atau hutan milik adalah

    semua hutan yang ada di Indonesia yang tidak berada di atas tanah yang dikuasai

    oleh pemerintah, hutan yang dimiliki oleh rakyat. Proses terjadinya hutan rakyat

    bisa dibuat oleh manusia, bisa juga terjadi secara alami, tetapi proses hutan rakyat

    terjadi adakalanya berawal dari upaya untuk merehabilitasi tanah-tanah kritis.

    Jadi hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik rakyat, dengan

    jenis tanaman kayu-kayuan, yang pengelolaannya dilakukan oleh pemiliknya atau

    oleh suatu badan usaha, dengan berpedoman kepada ketentuan yang telah

    digariskan oleh pemerintah.

    Menurut Jaffar (1993), sasaran pembangunan hutan rakyat adalah lahan

    milik dengan kriteria :

    1. Areal kritis dengan keadaan lapangan berjurang dan bertebing yangmempunyai kelerengan lebih dari 30%.

    2. Areal kritis yang telah diterlantarkan atau tidak digarap lagi sebagai lahanpertanian tanaman pangan semusim.

    3. Areal kritis yang karena pertimbangan-pertimbangan khusus seperti untukperlindungan mata air dan bangunan pengairan perlu dijadikan areal tertutup

    dengan tanaman tahunan.

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    15/21

    4. Lahan milik rakyat yang karena pertimbangan ekonomi lebih menguntungkanbila dijadikan hutan rakyat daripada untuk tanaman semusim.

    Sedangkan tujuan pembangunan hutan rakyat adalah (Jaffar, 1993) :

    1. Meningkatkan produktivitas lahan kritis atau areal yang tidak produktif secaraoptimal dan lestari.

    2. Membantu penganekaragaman hasil pertanian yang dibutuhkan masyarakat.3. Membantu masyarakat dalam penyediaan kayu bangunan dan bahan baku

    industri serta kayu bakar.

    4. Meningkatkan pendapatan masyarakat tani di peDesaan sekaligusmeningkatkan kesejahteraannya.

    5. Memperbaiki tata air dan lingkungan, khususnya pada lahan milik rakyatyang berada di kawasan perlindungan daerah hulu DAS.

    E. Pola Hutan RakyatSecara fisik hutan rakyat memiliki pola tanam yang sangat beragam.

    Namun demikian sebagian besar hutan rakyat yang ada di lapangan pada

    umumnya menggunakan pola tanam campuran (wanatani), yakni campuran

    antara tanaman pangan dan tanaman kayu-kayuan. Menurut Munawar (1986),

    hutan rakyat dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam berdasarkan pola tanam,

    yaitu :

    a. Penanaman di sepanjang batas milik.b. Penanaman pohon di teras bangku.c. Penanaman pohon di seluruh lahan milik.

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    16/21

    Pola-pola tersebut secara arif dikembangkan masyarakat sesuai dengan

    tingkat kesuburan lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Tujuan pengembangan

    pola seperti yang telah disebutkan di atas adalah dalam rangka meningkatkan

    produksi lahan secara optimal, baik ditinjau dari nilai ekonomi maupun ekologi.

    Sementara itu berdasarkan Rencana Pengembangan Hutan Rakyat yang disusun

    oleh Kanwil Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, pola-pola hutan rakyat

    meliputi kayu-kayuan, buah-buahan, HMT (Hijauan Makanan Ternak) dan

    campuran, kebun, pangan dan hortikultura serta tegalan (Munawar, 1986).

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    17/21

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan Juli 2014.

    Lokasi kegiatan penelitian adalah Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten

    Maros karena desa ini adalah desa yang memiliki hutan rakyat yang memiliki

    potensi ekonomi.

    B. Metode Pengumpulan Data1. Pengambilan Sampela. Sampel Desa

    Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah

    metode purposive sampling (penarikan contoh secara bertujuan), yang mana

    dalam hal ini desa yang diambil adalah Desa Tangkuli Kecamatan Camba

    Kabupaten Maros.

    b. Sampel RespondenDari 387 Kepala Keluarga seluruh penduduk desa ini, diambil jumlah

    responden kasus dalam penelitian ini sebanyak 10 Kepala Keluarga karena saat

    ini hanya terdapat 15 Kepala Keluarga yang merupakan pemilik hutan rakyat.

    2. Teknik dan Tahapan Pengambilan DataPengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan sebagai berikut :

    a. Identifikasi jenis dan inventarisasi tanaman hutan yang dibudidayakanmasyarakat di wilayah studi.

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    18/21

    b. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman hutan rakyat yang adadi lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses pengelolaannya.

    c. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap para pelaku(aktor utama) yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam

    pengelolaan tanaman hutan rakyat.

    d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya diedit danditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan

    analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif

    sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk

    mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan hutan rakyat.

    Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara tabulasi.

    Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan

    dengan wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang

    diperoleh dari setiap responden meliputi :

    a. Identifikasi diri responden.b. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman hutan rakyat.c. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman hutan rakyat atau

    teknis budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan

    pemanenan) serta waktu kegiatan tersebut dilakukan.

    d. Metode penjualan hasil kayu yang dilakukan petani dan harga jualnya.e. Potensi tanaman hutan rakyat yang dibudidayakan yang meliputi jenis,

    sebaran diameter, tinggi pohon, luas bidang dasar, dan volume tegakan.

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    19/21

    Data potensi tegakan diukur dengan membuat 3 plot contoh berbentuk

    lingkaran dengan jari-jari 17,8 meter dan luas masing-masing plot 0,1 ha pada

    masing-masing lahan pemilik hutan rakyat (responden). Lalu dihitung jumlah

    pohon dalam plot dan diukur diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang

    pohonnya.

    C. Teknik Analisis DataPenaksiran potensi kayu tanaman hutan rakyat dimulai dengan perhitungan

    potensi tanaman hutan rakyat yang dimiliki oleh setiap sampel responden pada

    desa/wilayah kajian. Data dari hasil inventarisasi kayu di tanaman hutan rakyat

    kemudian dapat dihitung parameter-parameter tegakannya yang meliputi jenis

    pohon, jumlah pohon, luas bidang dasar (lbds), dan volume per satuan luas.

    Lbds dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Lbds = 0,25 x x Di2

    Dimana :

    Lbds : luas bidang dasar tegakan (m2)

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Awang, S.A., Santoso, H., Widayanti, W.T., Nugroho, Y., Kustomo, Sapardiono.

    2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Pustaka Kehutanan

    Masyarakat, Yogyakarta: DEBUT 2001.

    Awang, S.A., Andayani, W., Himmah, B., Widayanti, W.T., Affianto, A. 2002.

    Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE-Yogyakarta.

    Yogyakarta

    Darusman, D dan Didik Suharjito, 1998. Kehutanan Masyarakat: Beragam Pola

    Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan. Institut PertanianBogor. Bogor

    Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1998. Buku Panduan Kehutanan

    Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan

    Perkebunan. Jakarta

    Fandeli, C. 1985. Keanekaragaman Flora Berkayu di Pekarangan Penduduk

    Desa Daerah Tingkat II Sieman dan Bantul dan Beberapa Faktor

    yang Mempengaruhi. Tesis S-2, Pasca Sarjana, Universitas Gadjah

    Mada. Yogyakarta

    Hardjosoediro, S. 1980. Pemilihan Jenis Tanaman Reboisasi dan Penghijauan

    Hutan Alam dan Hutan Rakyat.Lokakarya Pemilihan Jenis Tanaman

    Reboisasi. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta

    Lakitan, B. 1995. Hortikultura : Teori, Budidaya, dan Pasca Panen. P.T.Raja

    Grafindo Persada. Jakarta

    Munggoro, W. Dhani. 1998. Sejarah dan Evolusi Pemikiran Komuniti Forestri,

    Seri Kajian Komuniti Forestri, Seri 1 Tahun 1 Maret 1998

    Prabowo, S.A. 1998.Hutan Rakyat : Sistem Pengelolaan dan Manfaat Ekonomis.

    Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat

    Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Reksohadiprodjo, S. 1988. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. Penerbit

    BPFE. Yogyakarta

    Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta

  • 5/26/2018 Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Tangkuli Kecamatan Camba Kabupaten Maro

    21/21

    Sanudin, 2006. Kajian Kelembagaan Social Forestry Pada Hutan Rakyat di

    Sumatera Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

    Aek Nauli. Pematang Siantar

    Suparyono, dan Agus.S, 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi.

    P.T.Penebar Swadaya. Jakarta

    Zain, A.S. 1998. Aspek Pembinaan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Rineka

    Cipta. Jakarta