analisis kapasitas fiskal kabupaten maros dan pangkep

27
7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 1/27 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk menjalankan fungsi pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini berimplikasi pada kewenangan daerah untuk membangun daerahnya sesuai dengan potensi sumberdaya daerah tersebut, kewenangan daerah untuk merumuskan kebijakan dan program pembangunan. Kebijakan desentralisasi ditunjukan untuk mewujudkan kemandirian daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dimana Pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU No. 32 tahun 2004). Inti hakekat otonomi adalah adanya kewenangan daerah dalam meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan hingga secara bertahap ketergantungan kepada pemerintah pusat, khususnya dalam hal keuangan, dapat berkurang. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Implikasinya adalah untuk dapat meningkatkan kemandirian daerah maka pemerintah daerah dapat lebih efisien dan efektif dalam mengelola penerimaan Pemerintah daerah baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan, dana bagi hasil dan lain-lain pendapatan yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan mengalokasikan anggaran pada sektor-sektor yang menjadi sektor basis dari suatu daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dimana sektor basis dari Kabupaten Maros dan Pangkep adalah dari sektor pertanian. B. PERMASALAHAN Setiap Kabupaten/Kota mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing khususnya untuk sektor pertanian yang disebabkan oleh perbedaan potensi sumber 1

Upload: uchuk-pabbola

Post on 29-Oct-2015

248 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Fiskal

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 1/27

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah

daerah untuk menjalankan fungsi pemerintahan dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Hal ini berimplikasi pada kewenangan daerah untuk

membangun daerahnya sesuai dengan potensi sumberdaya daerah tersebut,

kewenangan daerah untuk merumuskan kebijakan dan program pembangunan.Kebijakan desentralisasi ditunjukan untuk mewujudkan kemandirian daerah

melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dimana Pemerintah daerah

otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat (UU

No. 32 tahun 2004). Inti hakekat otonomi adalah adanya kewenangan daerah dalam

meningkatkan kemandirian daerah dalam melaksanakan pembangunan hingga

secara bertahap ketergantungan kepada pemerintah pusat, khususnya dalam halkeuangan, dapat berkurang. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan

masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Implikasinya adalah untuk dapat meningkatkan kemandirian daerah maka

pemerintah daerah dapat lebih efisien dan efektif dalam mengelola penerimaan

Pemerintah daerah baik yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

perimbangan, dana bagi hasil dan lain-lain pendapatan yang sah menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan mengalokasikan

anggaran pada sektor-sektor yang menjadi sektor basis dari suatu daerah untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi, dimana sektor basis dari Kabupaten Maros dan

Pangkep adalah dari sektor pertanian.

B. PERMASALAHAN

Setiap Kabupaten/Kota mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama

dalam mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masingkhususnya untuk sektor pertanian yang disebabkan oleh perbedaan potensi sumber

1

Page 2: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 2/27

daya alam dan sumber daya manusia yang di miliki oleh masing-masing

Kabupaten/Kota, hal ini kemudian menimbulkan disparitas kinerja perekonomian

daerah yang harus di atasi melalui fasilitasi pelaksanaan program Pemerintah

Provinsi yang akan di laksanakan di Kabupaten/Kota berdasarkan pada kapasitas

fiskal masing-masing Kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

C. TUJUAN

Analisis Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros dan Pangkep dalam

mendorong peningkatan produksi tanaman pangan secara umum bertujuan untuk

mengatasi ketimpangan fiskal Pemerintah Kabupaten melalui pengalokasian dana

yang bersumber dari APBD Provinsi sesuai dengan kewenangan Pemerintah Provinsi

menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan mempertimbangkan

skala dan kapasitas produksi, dan alokasi anggaran untuk sektor pertanian.

Analisis Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros, Pangkep dan dalam

mendorong peningkatan produksi tanaman pangan secara khusus bertujuan untuk

memberikan rekomendasi kebijakan dalam pengalokasian anggaran yang

bersumber dari APBD Provinsi sesuai dengan kewenangan Pemerintah Provinsi

dalam meningkatkan produksi tanaman pangan di wilayah tersebut berdasarkan

indeks kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros dan Pangkep serta skala dan

kapasitas produksi, dan alokasi anggaran untuk sektor pertanian sebagai dasar

dalam mengalokasikan anggaran khususnya untuk mendorong peningkatan produksi

tanaman pangan sebagai salah satu sektor basis dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi di Kabupaten Maros dan Pangkep

D. MANFAAT KAJIAN

Melalui kajian Analisis Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros dan

Pangkep dalam mendorong peningkatan produksi tanaman pangan melalui

anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi baik yang menyangkut dana

dekonsentrasi dan pembantuan di dasarkan atas kapasitas fiskal Pemerintah

Kabupaten/Kota sehingga diharapkan dapat menciptakan azas keadilan dalam

pengalokasian anggaran agar dapat mendorong peningkatan produksi tanaman

2

Page 3: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 3/27

pangan sebagai salah satu sektor basis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di

kedua Kabupaten tersebut.

E. WAKTU PELAKSANAAN

Penyusunan kajian Analisis Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros dan

Pangkep dalam mendorong peningkatan produksi tanaman pangan di lakukan

hingga akhir Tahun 2012.

3

Page 4: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 4/27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DESENTRALISASI

Secara etimologis, kata desentralisasi berasal dari gabungan dua kata “de”

dan “sentralisasi”. Kata de berarti gerak menjauh, gerak memudar, atau

melepaskan diri seperti yang digunakan pula dalam kata de-kolonisasi, de-

birokratisasi dan lain sebagainya. Kata sentralisasi berarti pemusatan kekuasaan di

tangan pemerintah pusat. Dengan demikian secara etimologis, desentralisasi

adalah gerakan menjauh atau memudar, melepaskan diri dari sentralisasi. Dalam

Glossary World Bank dikemukakan bahwa desentralisasi adalah sebuah proses

4

Page 5: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 5/27

pemindahan tanggung jawab, kewenangan dan akuntabilitas mengenai fungsi-

fungsi manajemen secara khusus ataupun luas kepada aras yang lebih rendah

dalam suatu organisasi, sistem atau program.

Menurut Rondinelli & Cheema dilihat dari sudut pandang kebijakan dan

administrasi, desentralisasi dapat dimaknai sebagai : “transfer perencanaan,

pengambilan keputusan, atau otoritas administrative dari pemerintah pusat

kepada organisasinya di lapangan, unit -unit administrative lokal, organisasi semi

otonom dan organisasi parastatal, pemerintahan lokal, atau organisasi

nonpemerintah”.

Dalam konteks negara, dibedakan antara desentralisasi di negara berbentuk

federal dengan negara berbentuk kesatuan (unitaris). Dalam negara berbentuk

federal, negara bagian atau provinsi dapat ada lebih dahulu dibanding negara

federalnya, sehingga sumber kekuasaan justru berada di negara bagian atau

provinsinya. Pemerintah federal tidak boleh mencampuri urusan negara bagian

atau provinsi kecuali yang telah ditetapkan dalam konstitusi negara federal.

Dengan demikian isi urusan pemerintahan negara bagian lebih luas dibandingkan isi

urusan pemerintahan negara federalnya. Urusan pemerintahan yang ditangani oleh

pemerintah negara federal adalah urusan moneter, fiskal nasional, politik luar

negeri, peradilan tinggi, pertahanan, keamanan nasional, teknologi tinggi.

Selebihnya menjadi urusan pemerintahan negara bagian atau provinsi.

Pada negara berbentuk kesatuan atau unitaris, pemerintah pusat dibentuk

terlebih dahulu, kemudian pemerintah pusat mentransfer sebagian kekuasaannya

kepada organisasi pemerintah subnasional, organisasi semi-otonom maupun

organisasi nonpemerintah untuk mengelola sebagian fungsi-fungsi publik.

Dari penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa dalam negara unitaris,

sumber kewenangan yang ditransfer kepada daerah otonom berasal dari

pemerintah pusat. Dalam beberapa hal desentralisasi dapat mendorong

pengambilan keputusan yang lebih luwes. Dengan kata lain, desentralisiasi

memberi dukungan yang lebih konstruktif dalam pengembilan keputusan. Hal ini

sejalan dengan pendapat Douglas Mc. Gregor yang mengatakan bahwa : “ Jika kita

dapat menekan pengambilan keputusan dalam organisasi ke tingkat yang lebih

5

Page 6: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 6/27

rendah, maka kita akan cenderung memperoleh keputusan-keputusan yang lebih

baik”.Lebih lanjut Douglas Mc. Gregor (dalam Pamudji, 1984:3 menekankan

bahwa : ‘Desentralisasi bukan saja akan memperbaiki kualitas dan keputusan-

keputusan yang diambil tetapi juga akan dapat memperbaiki kualitas dari pada

pengambilan keputusan.

Pada dasarnya desentralisasi mempunyai tiga tujuan yakni tujuan politik,

tujuan administrasi serta tujuan sosial ekonomi. Pertama, tujuan politik, yakni

untuk menciptakan infrastruktur dan suprastruktur politik yang lebih demokratis,

sehingga semakin banyak rakyat sebagai pemilik kedaulatan ikut terlibat dalam

proses perumusan, pelaksanaan, serta evaluasi kebijakan publik yang dibuat oleh

pejabat publik – baik yang diangkat maupun yang dipilih. Melalui cara ini, maka

hakekat desentralisasi yakni menyelesaikan masalah setempat- oleh orang

setempat – dengan cara setempat, dapat terwujud. Kedua, tujuan administrasi,

yakni menciptakan bangunan birokrasi dan sistem pemerintahan yang dapat

memberikan pelayanan lebih cepat, murah, mudah serta menjalankan sistemnya

secara lebih efektif, efisien, “equity”( adil/setara) dan “economic”(mampu

mengungkit potensi ekonomi masyarakat menjadi kekuatan yang nyata) , Ketiga,

tujuan sosial ekonomi, yakni mampu membuat rakyat lebih sejahtera lahir dan

batin, serta mampu memupuk modal sosial sehingga masyarakat memiliki

ketahanan sosial yang tinggi, ditandai dengan tingkat konflik yang rendah.

B. DESENTRALISASI FISKAL

Pengelolaan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi maupun di tingkat

kabupaten/kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkanya UU No 22 tahun1999 dan UU No.25 tahun 1999 yang mengatur tentang otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannyakebijakan ini diperbaharui dengan

dikeluarkannya UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004. Kedua UU ini

mengatur tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Kebijakan ini merupakan  tantangan

dan peluang bagi pemerintah  daerah (pemda) dikarenakan pemda  memiliki

kewenangan lebih besar untuk mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisiendan efektif.  Kebijakan desentralisasi ditunjukan untuk mewujudkan kemandirian

6

Page 7: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 7/27

daerah. Pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan

mengurus  kepentingan masyarakat setempat menurut  prakarsa sendiri berdasar

aspirasi masyarakat (UU No. 32 tahun 2004).

Kebijakan pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan pada saat kurang tepat

mengingat hampir seluruh daerah sedang berupaya untuk melepaskan diri dari

krisis ekonomi yang dimulai pertengahan 1997 (Saragih, 2003). Akibatnya kebijakan

ini memunculkan kebijakan kesiapan (fiskal) daerah yang berbeda satu dengan

yang lain. Kebijakan ini justru dilakukan pada saat terjadi disparitas pertumbuhan

(ekonomi) yang tinggi.Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin

kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah

(Halim, 2001). Daerah-daerah yang kapasitas fiskalnya rendah, cenderung

mengalami tekanan fiskal yang kuat. Rendahnya kapasitas ini mengindikasikan

tingkat kemandirian daerah yang rendah. Daerah dituntut untuk mengoptimalkan

potensi yang dimiliki dan salah satunya dengan memberikan porsi belanja daerah

yang lebih besar untuk sektor-sektor produktif.

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia,

sudah diatur dalam UU RI No. 5 tahun 1975 tentang pokok-pokok pemerintahan di

daerah. Dalam prakteknya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

selama pemerintahan orde baru belum dapat mengurangi ketimpangan vertikal dan

horisontal, yang ditunjukkan dengan tingginya derajat sentralisasi fiskal dan

besarnya ketimpangan antardaerah dan wilayah (Uppal dan Suparmoko, 1986;

Sjahfrizal, 1997). Praktek internasional desentralisasi fiskal baru dijalankan pada 1

Januari 2001 berdasarkan UU RI No. 25 tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU

RI No. 33 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah. Prinsip dasar pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia

ialah “Money Follows Functions”, yaitu fungsi pokok pelayanan publik didaerahkan,

dengan dukungan pembiayaan pusat melalui penyerahan sumber-sumber

penerimaan kepada daerah.

Berdasarkan pasal 5 UU No. 33 tahun 2000 sumber-sumber penerimaan daerah

adalah pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan. Dana

Perimbangan keuangan Pusat-Daerah (PKPD) merupakan mekanisme transfer

pemerintah pusat-daerah terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam

7

Page 8: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 8/27

(DBHP dan SDA), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana

pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Anggaran daerah (SAL), pinjaman

daerah, dana cadangan daerah dan privatisasi kekayaan daerah yang dipisahkan.

Besarnya PAD dan pembiayaan daerah dapat diklasifikasikan sebagai dana non

PKPD, karena berasal dari pengelolaan fiskal daerah. Khusus pinjaman daerah

pemerintah pusat masih khawatir dengan kondisi utang negara, sehingga belum

mengijinkan penerbitan utang daerah. Idealnya semua pengeluaran pemerintah

daerah dapat dicukupi dengan menggunakan PAD-nya, sehingga daerah menjadi

benar-benar otonom. Selama tahun 2001 – 2003 peranan PAD terhadap pengeluaran

rutin dan total pengeluaran APBD semakin menurun. Menurunnya peranan PAD

terhadap pengeluaran rutin dan pengeluaran total dalam APBD mengindikasikan

bahwa terjadi peningkatan peranan mekanisme transfer dari pemerintah pusat

melalui dana perimbangan (Mahi, 2005).

Tujuan utama pemberian dana perimbangan dalam kerangka otonomi daerah

untuk pemerataan kemampuan fiskal pada tiap daerah (equalizing transfer )

(Ehtisham, 2002). Secara umum dana PKPD terdiri dari bantuan umum (block

 grant) dan bantuan khusus (spesific grant) (Davey, 1998). Penggunaan DAU, DBHP

dan DBH SDA (block grants) diserahkan pada kebijakan masing-masing daerah.

Pada awal penerapannya DAU banyak dimanfaatkan untuk membiayai pengeluaran

rutin terutama untuk belanja pegawai sebagai dampak pengalihan status pegawai

pusat menjadi pegawai pemda (Isdijoso, dan Wibowo, 2002). Sedangkan

penggunaan DAK (spesific grants) telah ditentukan oleh pemerintah pusat dengan

kewajiban daerah penerima harus menyediakan 10% dana pendamping.

Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai tujuan utama untuk

memperkuat kondisi fiskal daerah dan mengurangi ketimpangan antar daerah

(horizontal imbalance). Melalui kebijakan bagi hasil SDA diharapkan masyarakat

daerah dapat merasakan hasil dari sumber daya alam yang dimilikinya. Hal ini

karena selama pemerintahan orde baru hasil SDA lebih banyak dinikmati oleh

pemerintah pusat (Devas, 1989). Mekanisme bagi hasil SDA dan pajak bertujuan

untuk mengurangi ketimpangan vertikal (vertical imbalance) pusat-daerah.

Walaupun Indonesia terkenal sebagai daerah yang kaya akan SDA tetapi

persebarannya tidak merata di seluruh daerah. Daerah kaya SDA misalnya Riau,

Kalimantan Timur, Aceh, dan Irian Jaya akan mendapatkan dana bagi hasil yang

8

Page 9: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 9/27

relatif lebih besar jika dibandingkan dengan daerah lain yang miskin sumber daya

alam. Pada sisi yang lain Jakarta dan kota besar lainnya akan memperoleh dana

bagi hasil pajak (PBB, BPHTB, dan PPh) yang cukup besar, sebagai konsekuensi

terkonsentrasinya pusat bisnis di kota metropolitan. Phenomena seperti ini akan

berdampak terhadap meningkatnya ketimpangan fiskal antar daerah, yang pada

akhirnya melalui kebijakan ekspansi pengeluaran pemerintah daerah dapat

meningkatkan ketimpangan pendapatan antardaerah dan wilayah.

Dana Alokasi Khusus (DAK) bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Di

samping itu tujuan pemberian DAK adalah untuk mengurangi inter-jurisdictional

spillovers, dan meningkatkan penyediaan barang publik di daerah (Mahi, 2002 (c)).

Dalam perspektif peningkatan pemerataan pendapatan maka peranan DAK sangat

penting untuk mempercepat konvergensi antar daerah, karena dana diberikan

sesuai dengan prioritas nasional, misalnya DAK untuk bantuan keluarga miskin.

Dalam jangka panjang dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang

merupakan bagian dari anggaran kementerian negara/lembaga yang digunakan

untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi

urusan daerah akan dialihkan menjadi DAK (Pasal 107 UU No. 33 tahun 2000).

Meningkatnya penerimaan daerah melalui pemberian dana PKPD dan

pengumpulan dana non PKPD pada satu sisi akan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi, tetapi pada sisi yang lain dapat memperburuk ketimpangan antardaerah.

Peningkatan penerimaan daerah akan memberikan keleluasaan untuk

mendesain kebijakan yang dapat memberikan stimulus pada pertumbuhan

ekonomi. Alokasi anggaran daerah untuk investasi akan meningkatkan kapital stok

daerah dan memperluas kesempatan kerja, sehingga akan meningkatkan kapasitas

ekonomi daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi berdampak terhadap konsumsi dan tabungan

(investasi) masyarakat sehingga akan memperbesar basis pajak daerah. Dampak

selanjutnya yaitu terjadi peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah,

sehingga penerimaan daerah akan meningkat. Pada sisi yang lain kondisi

endowment factors setiap daerah yang berbeda berdampak terhadap akselerasi

pertumbuhan ekonomi daerah, dan berpotensi memperparah ketimpangan

antardaerah dan wilayah. Terjadinya migrasi tenaga kerja dan pergerakan modal

9

Page 10: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 10/27

ke daerah core, serta tidak berjalannya mekanisme trickle down effect akan

berdampak meningkatkan ketimpangan antardaerah (Myrdal, 1957, dan Hirchman,

1958). Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan,

investasi, konsumsi, dan mekanisme transfer dana PKPD dan non PKPD terjadi

dalam hubungan simultan (Dartanto, dan Brodjonegoro, 2005). Permasalahan ini

merupakan topik utama yang akan di bahas dalam penelitian ini.

Desentralisasi fiskal terdiri dari kata desentralisasi dan fiskal. Pengertian

desentralisasi menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desentralisasi fiskal menurut Linvack dan Seddon dalam Prawirosetoto (2002)

adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian kekuasaan dan kewenangan

untuk pengambilan keputusan di bidang fiskal yang meliputi aspek penerimaan (tax 

assignment) maupun aspek pengeluaran (expenditure assignment). Selanjutnya

menurut Bastian (2001) menyatakan kebijakan fiskal adalah kebijakan yang

ditempuh oleh pemerintah dalam rangka untuk membelanjakan uangnya guna

mencapai tujuan negara dan upaya yang ditempuh oleh pemerintah dalam

mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk membiayai pembelanjaan pemerintah.

Sidik (2002) mengemukakan desentralisasi fiskal merupakan salah satu

komponen utama dari desentralisasi. Pemerintah daerah melaksanakan fungsinya

secara efektif dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan

pelayanan di sektor publik, maka daerah harus didukung sumber-sumber keuangan

yang memadai baik yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) termasuk

sucharge of taxes, bagi hasil pajak dan bukan pajak, pinjaman maupun

subsidi/bantuan dari pemerintah pusat.

C. ANGGARAN BELANJA DAERAH SEKTOR PUBLIK 

Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting

dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan

masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah.

APBN merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujuioleh Dewan Perwakilan Rakyat/DPR (UU Keuangan Negara, 2002).

10

Page 11: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 11/27

Tujuan utama proses perumusan anggaran adalah menterjemahkan

perencanaan ekonomi pemerintah, yang terdiri dari perencanaan input dan output

dalam satuan keuangan. Oleh karena itu, proses perumusan anggaran harus dapat

menggali dan mengendalikan sumber-sumber dana publik.Proses pembuatan satu

tahun anggaran tersebut dikenal dengan istilah penganggaran.

Lebih dari enam puluh tahun lalu, V.O. Key sudah mengisyaratkan bahwa

penganggaran memiliki satu masalah paling mendasar, yakni keterbatasan sumber

daya. Key (1940) mengajukan pertanyaan berikut: “on what basis shall it be

decided to allocate x dollars to activity A instead of activity B?” Keterbatasan

sumber daya yang dimiliki menyebabkan proses pembuatan keputusan

pengalokasian menjadi sangat dinamis, terlebih lagi dalam kondisi di mana

terdapat banyak pihak dengan kepentingan dan preferensi yang berbeda (Rubin,

1993).

Penganggaran setidaknya mempunyai tiga tahapan , yakni (1) perumusan

proposal anggaran, (2) pengesahan proposal anggaran, (3) pengimplementasian

anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk hukum (Samuels, 2000). Sedangkan

menurut Von Hagen (2002) penganggaran terbagi ke dalam empat tahapan, yakni

excecutive planning, legislative approval, excecutive implementation, dan ex post

accountability. Pada kedua tahapan pertama terjadi interaksi antara eksekutif dan

legislatif dan politik anggaran paling mendominasi, sementara pada dua tahap

terakhir hanya melibatkan birokrasi sebagai agent.

Penerapan otonomi daerah di Indonesia tak terlepas dari perubahan

paradigma dalam pengelolaan dan penganggaran daerah. Penganggaran kinerja

( performance budgeting) merupakan konsep dalam penganggaran yang

menjelaskan keterkaitan antara pengalokasian sumberdaya dengan pencapaian

hasil yang dapat diukur.

Dalam pembahasan anggaran, eksekutif dan legislatif membuat kesepakatan-

kesepakatan yang dicapai melalui bargaining (dengan acuan Kebijakan Umum APBD

dan Prioritas & Plafon Anggaran) sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu

peraturan daerah. Anggaran yang telah ditetapkan menjadi dasar bagi eksekutif 

untuk melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan acuan

bagi legislatif untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan penilaian kinerja

eksekutif dalam hal pertanggungjawaban kepala daerah.

11

Page 12: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 12/27

D. KAPASITAS FISKAL

Menurut Robert A. Simanjuntak (2007), terdapat dua hal yang menjadi isu

dalam pelaksanaan otonomi daerah yang terkait dengan sumber pembiyaan daerah

dalam melaksankan pembangunan yakni kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal

dimana selisih antara kubutuhan fiskal dan kapasitas fiskal di sebut  fiskal gap yang

menjadi patokan dalam menentukan besarnya transfer dari pemerintah pusat ke

Pemerintah daerah.

Pengertian dari Kapasitas fiskal menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah

bentuk pendapatan negara atau daerah yang di kumpulkan dari masyarakat dan

oleh pemerintahan negara atau daerah dianggap sebagai pendapatan, lalu

digunakan sebagai pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan program-program

untuk menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan suatu negara atau daerah,

peningkatan produksi dan kineja perekonomian suatu negara atau daerah, serta di

gunakan pula sebagai instrumen keseimbangan dalam perekonomian.

Dengan demikian, pengertian dari kapasitas fiskal adalah sejumlah

pendapatan yang dapat dihasilkan oleh suatu negara/daerah. Kapasitas fiskal dapat

pula diartikan sebagai kemampuan pemerintah untuk menghimpun pendapatan

berdasarkan potensi yang dimilikinya. Potensi penerimaan daerah merupakan

penjumlahan dari potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan potensi dana bagi

hasil pajak dan dana bagi hasil Sumber daya Alam (SDA) yang diterima oleh daerah.

Berdasarkan Undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan daerah, sumber kapasitas fiskal daerah terdiri dari sumber pendanaan

yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana bagi hasil, dalam undang-

undang tersebut juga disebutkan bahwa daerah dengan kapasitas fiskal yang besarakan tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh transfer dana dari pusat

dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dengan jumlah yang relatif kecil. Jika

pemerintah daerah tidak bisa memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat

karena kapasitas fiskalnya tidak mampu mendanai sesuai dengan kebutuhan maka

transfer bantuan berupa dana dari pemerintah pusat yang mereka butuhkan.

Pola transfer keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah masih

menjadi elemen penting untuk menunjang kapasitas fiskal daerah. Kapasitas fiskalpemeritah daerah sangat menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam

12

Page 13: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 13/27

melaksakan fungsinya di era otonomi daerah, seperti melaksanakan fungsi

pelayanan masyarakat, pelaksanaan pembangunan dan perlindungan masyarakat.

Pemerintah daerah dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitas fiskalnya

melalui berbagai inisiatif, langkah-langkah konkrit, terobosan dan strategi

pengembangan kapasitas fiskal dalam bentuk kebijakan daerah, dengan demikian

diharapkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat dapat lebih meningkat di

era otonomi daerah.

E. KEBUTUHAN FISKAL

Kebutuhan fiskal menurut Robby Alexander Sirait (2009) dapat diartikan

sebagai kebutuhan daerah untuk membiayai semua pengeluaran daerah dalamrangka menjalankan fungsi dan kewenangan daerah dalam penyediaan pelayanan

publik, dalam perhitungan Dana Alokasi Umum, kebutuhan fiskal daerah

merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar

umum.

Variabel-variabel kebutuhan fiskal terdiri dari Indeks Jumlah Penduduk (IP),

Indeks luas wilayah (IW), Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indeks Kemahalan

Konstruksi (IKK) dan indeks PDRB perkapita. Indeks Jumlah Penduduk (IP)merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan

publik di setiap daerah, Indeks luas wilayah (IW) mencerminkan kebutuhan atas

penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah, indeks Kemahalan Konstruksi

(IKK) merupakan gambaran tingkat kesulitan geografis yang di nilai berdasarkan

tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar daerah, indeks PDRB

perkapita merupakan variabel yang menggambarkan potensi dan aktivitas

perekonomian di suatu wilayah yang di hitung berdasarkan total output produksi

kotor dalam suatu wilayah, sedangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah

variabel yang menggambarkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas

layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan (Dirje Perimbangan Keuangan,

2004).

F. SUMBER PEMBIAYAAN DAERAH

13

Page 14: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 14/27

Untuk memberi dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah telah

diterbitkan UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah didalam rangka perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi,

dekonsentrasi, dan pembantuan. Adapun sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan

desentralisasi terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan,

Pinjaman Daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah.

Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang berasal dari APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai

kebutuhan pengeluarannya didalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan

dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut

merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan

didalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah

daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi

pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak

penting.

Salah satu sumber penerimaan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota

berdasarkan UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri atas pajak daerah,

retribusi daerah, keuntungan perusahaan daerah, dan berbagai sumber PAD

lainnya. Pajak daerah yang menjadi kewenangan provinsi terdiri atas Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak

Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB), Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah

dan Air Permukaan, Pajak Kendaraan di Atas Air, serta Bea Balik Nama Kendaraandi Atas Air.

Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam

mendanai pelaksanaan pembangunan di daerahnya masing-masing, hal ini

menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh

karena itu, untuk mengatasi ketimpangan fiskal ini Pemerintah mengalokasikan

dana yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi. Salah satu dana perimbangan dari pemerintah iniadalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya menekankan aspek

14

Page 15: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 15/27

pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan

pemerintahan (UU 32/2004). Dengan adanya transfer dana dari pusat ini

diharapkan pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD yang didapatnya

untuk membiayai belanja modal di daerahnya.

Dana transfer dari pemerintah pusat ke Pemerintah Daerah selain DAU adalah

Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai

kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas

nasional (UU No. 33 tahun 2004). DAK ini penggunaannya diatur oleh Pemerintah

Pusat dan hanya digunakan untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, keluarga

berencana, infrastruktur jalan dan jembatan, infrastruktur irigasi, infrastruktur air

minum dan sanitasi, prasarana pemerintah daerah, lingkungan hidup, kehutanan,

sarana prasarana pedesaan, perdagangan, pertanian serta perikanan dan kelautan

yang semuanya itu termasuk dalam komponen belanja modal dan Pemerintah

Daerah diwajibkan untuk mengalokasikan dana pendamping sebesar 10% dari nilai

DAK yang diterimanya untuk mendanai kegiatan fisik.

G. SEKTOR BASIS

Suatu perencanaan pembangunan ekonomi diperlukan penentuan kegiatan

kegiatan di antara sektor-sektor perekonomian. Pada dasarnya, masing-masing

sektor tidak berdiri sendiri melainkan saling berkaitan. Kemajuan suatu sektor

tidak akan terlepas dari dukungan yang diberikan oleh sektor lainnya sehingga

sebenarnya keterkaitan antarsektor ini dapat dimanfaatkan untuk memajukanseluruh sektor yang terdapat dalam perekonomian. Dengan melihat keterkaitan

antarsektor dan memperhatikan efisiensi serta efektivitas yang hendak dicapai

dalam pembangunan, maka sektor yang mempunyai keterkaitan tinggi dengan

banyak sektor pada dasarnya merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatian

lebih (Nazara; 2009).

Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam

dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis.Deliniasi wilayah dilakukanberdasarkan konsep perwilayahan yaitu konsep homogenitas, nodalitas, dan

15

Page 16: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 16/27

administrasi (Hendayana;  2003). Dijelaskan oleh Rusastra, dkk bahwa yang

dimaksud kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik

berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor keluar dari lingkungan

masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan internasional

(Hendayana; 2003).Konsep efisiensi teknis maupun efisiensi ekonomis sangat

menentukan dalam pertumbuhan basis suatu wilayah. Sedangkan kegiatan non-

basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasa

diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi

masyarakat tersebut. Konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan, dan kualitas

hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini.

Soepono (1993) juga menjelaskan bahwa studi basis ekonomi regional

umumnya berupaya untuk mengenali aktivitas ekonomi wilayah, kemudian

meramalkan pertumbuhan dan mengevaluasi dampak aktivitas ekonominya. Basis

ekonomi dari sebuah komunitas terdiri atas aktivitas-aktivitas yang menciptakan

pendapatan dan kesempatan kerja utama pada sektor yang menjadi tumpuan

perekonomian. Studi basis ekonomi menemukenali sumber utama dari pendapatan

dan kesempatan kerja sebagai basis ekonomi dari suatu wilayah. Semua

pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh sektor dasar. Sebaliknya pendapatan dan

kesempatan kerja non basis ditentukan oleh pendapatan dan kesempatan kerja

sektor basis.

Meski perkembangan tiap sektor ekonomi terus terjadi sehingga berakumulasi

pada peningkatan output, tidak serta merta mencerminkan pemerataan

pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja. Maka sektor ekonomi basis

perlu didorong untuk meningkatkan pemerataan pendapatan dan penyediaan

kesempatan kerja. Oleh karenanya sektor ini mesti mendapatkan perhatian

pemerintah karena memiliki dasar yang kuat sebagai penopang kegiatan

perekonomian. Melalui upaya ini, pemerintah diharapkan mampu menurunkan

jumlah pengangguran, meningkatkan distribusi pendapatan, dan mengurangi angka

kemiskinan (Yamin; 2005).

Pengertian sektor basis pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk

perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun

nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan

unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan

16

Page 17: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 17/27

negara lain. Sedangkan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai

sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor

yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau pasar domestik.

Apabila sektor tersebut menjadi sektor basis maka sektor tersebut harus

mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi

sektor non basis maka sektor tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut ke

daerah lain (Azhar, dkk; 2001 dan Antara; 2005). 

Prospek pertumbuhan output di sektor basis sangatlah penting, selain dapat

berpengaruh kepada proyeksi kesempatan kerja untuk satu periode di masa yang

akan datang pada sektor itu sendiri maupun yang lain. Kondisi ini menyebabkan

perlunya campur tangan pemerintah guna menitikberatkan program pembangunan

pada sektor yang berpotensi untuk dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Prioritas tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja untuk

mengurangi jumlah pengangguran yang cederung semakin meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

BAB III. METODOLOGI ANALISIS

A. DASAR PEMIKIRAN

Desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan kepada

daerah untuk mengelola dan membangun daerahnya sesuai dengan potensi

daerahnya masing-masing dimana tiap daerah mempunyai potensi yang berbeda

karena adanya perbedaan topografi, sumberdaya alam, kegiatan ekonomi serta

jumlah penduduk. Hal ini kemudian berimplikasi pada perbedaan kemampuangan

keuangan dan Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah dan selanjutnya

mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari sesuatu kebijakan publik atau

karena pengaruh eksternal yang tak dapat dikendalikan, sehingga menimbulkan

kecenderungan perubahan-perubahan baru yang boleh jadi mengarah pada

17

Page 18: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 18/27

pemerataan, atau sebaliknya mengarah pada disparitas antar daerah yang makin

melebar.

Setiap Kabupaten/Kota mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama

dalam mendanai kegiatan-kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing yang

disebabkan oleh perbedaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia

yang di miliki oleh masing-masing Kabupaten/Kota, hal ini kemudian menimbulkan

perbedaan alokasi penerimaan daerah baik yang berasal dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana perimbangan, dana bagi hasil dan lain-lain pendapatan yang

sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga

menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu Kabupaten/Kota dengan

Kabupaten/Kota lainnya.

Penyusunan kajian analisis Kapasitas fiskal Kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Selatan di dasarkan pada peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

nomor 129/PMK.02/2005 tentang peta kapasitas fiskal dalam rangka penerusan

pinjaman luar negeri Pemerintah kepada daerah dalam bentuk hibah, hal ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa penerimaan Kabupaten/Kota dalam

penyusunan APBD sudah melalui mekanisme yang telah baku sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, namun kemampuan keuangan

Pemerintah Kabupaten/Kota masih terbatas dalam rangka pelaksanaan

pembangunan di daerah, dan oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan memerlukan pemetaan kapasitas fiskal Kabupaten/Kota agar pengalokasian

bantuan keuangan atau melaksanakan tugas-tugas dekonsentrasi dan pembantuan

di Kabupaten/Kota berdasarkan kewenangan Pemerintah Provinsi tidak

menimbulkan disparitas pembangunan daerah antar Kabupaten/Kota. Kerangka

pemikiran dalam penyusunan analisis Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros,

Pangkep dan dalam mendorong peningkatan produksi tanaman pangan sebagai

berikut:

18

OTONO

MI

DESENTRALISA

SI FISKAL

KAPASITAS

FISKAL

RENDA

SEDAN

 TINGGI

PEMBANGUNAN

SEKTOR

PERTANIAN TIDAK 

Page 19: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 19/27

B. PENGUMPULAN DATA

Dalam penyusunan kajian analisis kapasitas fiskal Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Selatan menggunakan data sebagai berikut:

a. Data Total Penerimaan Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan (DAU), dana bagi hasil dan

pendapatan lain yang sah selama kurun waktu 2005-2011

b. Data Belanja Pegawai masing-masing Kabupaten/Kota tahun 2005-2011

c. Data jumlah penduduk miskin masing-masing Kabupaten/Kota tahun 2005-

2011;

d. Data Alokasi APBD Provinsi untuk sektor pertanian di Kabupaten Maros,

Pangkep dan

e. Data Alokasi APBD Kabupaten Maros, Pangkep dan untuk sektor pertanian

f. Data Luas lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Maros, Pangkep

dan .

g. Data Jumlah Produksi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Maros,

Pangkep dan .

Tahapan analisis Kapasitas fiskal Pemerintah Kabupaten Maros, Pangkep dan

dalam mendorong peningkatan produksi tanaman pangan adalah sebagai berikut:

19

PAD,

DBH,DAU,

POTENSI

DAERAH

KETIMPANGAN

PENDAPATAN

MASYARAKAT DI

KAB/KOTA

DATA PAD,DBH,DAU,

LPKAB.MAROS,PANGKE

P,BARRU

DATAPRODUKSI TANAMAN

PANGANKAB.MAROS,PANGKE

P,

DATAALOKASI

DANASEKTOR TP

DI APBDKAB.MAROSPANGKEP,

DATAPDRB

KAB.MAROS,PANGKE

P,BARRU

ANALISIS

KAPASITASFISKAL

KAB.MAROS,PANGKE

P,

ANALISIS SEKTOR BASIS

KAB.MAROS,PANGKEP,BARRU

ANALISIS

HUBUNGAN ANTARAALOKASI

DANA DAN JUMLAH

PRODUKSI

Page 20: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 20/27

C. TEHNIK ANALISIS DATA

Penghitungan kapasitas fiskal didasarkan pada data realisasi APBD tahun

anggaran sebelumnya, sedangkan penghitungan indeks kapasitas fiskal

Kabupaten/Kota dibagi dengan rata-rata kapasitas fiskal Kabupaten/Kota di

Provinsi Sulawesi Selatan. Demikian pula penghitungan indeks kapasitas fiskal

kabupaten/kota dilakukan dengan menghitung kapasitas fiskal masing-masing

kabupaten/kota dibagi dengan rata-rata kapasitas fiskal seluruh kabupaten/kota.

Berdasarkan indeks tersebut, Kabupaten Maros, Pangkep dan dikelompokkan

dalam tiga kategori yaitu daerah kategori kapasitas fiskal sangat tinggi, tinggi,

sedang dan rendah.

Selanjutnya di lakukan analisis sektor basis dengan menggunakan data produksi

tanaman pangan di Kabupeten Maros, Pangkep dan guna memberikan informasi

sejauh mana sektor pertanian tanaman pangan berkontribusi nyata dalam

mendorong peningkatan kinerja perekonomian di Kabupeten Maros, Pangkep dan ,

selain itu juga di lakukan analisis alokasi di sektor tanaman pangan dalam APBD

Kabupeten Maros, Pangkep dan selama tahun 2005-2011 dan kemudian tahap

selanjutnya adalah menganalisis trend kenaikan jumlah produksi dari sektor basis

dan alokasi anggaran di sektor tanaman pangan di Kabupeten Maros, Pangkep dan

selama tahun 2005-2011 sebagai tahap akhir untuk memberikan rekomendasi

kebijakan alokasi dana untuk sektor pertanian pangan di Kabupeten Maros,

Pangkep dan yang berasal dari APBD Provinsi Sulawesi Selatan

 

20

REKOMENDASI KEBIJAKANALOKASI DANA SEKTOR

PERTANIAN DI KAB.MAROS,PANGKEP, BARRU DARI APBD

Page 21: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 21/27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Gambaran Umum Pendapatan Daerah Kabupaten Maros dan Pangkep

Kabupaten Maros

Total penerimaan Pemerintah Kabupaten Maros yang meliputi Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan pendapatan lain-lain

yang sah dalam kurun waktu tahun 2005-2011 menunjukkan trend peningkatan

setiap tahunnya yang masih di dominasi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) dengan

kontribusi rata-rata 76,70 persen pertahun, disusul dana bagi hasil 8,91 persen,

PAD yang sebesar 7,49 persen dan penerimaan lain-lain yang sah 6,90 persen, dan

pertahun, selengkapnya pada grafik di bawah ini:

21

Page 22: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 22/27

Sumber: Diolah dari APBD Kabupaten/Kota 2005-2009 APBD-Realisasi,2010 APBD Perubahan, 2011 APBD Pokok.

Total Belanja Pemerintah Kabupaten Maros dalam kurun waktu tahun 2005-

2011 rata-rata mencapai Rp. 389.758.480.990 pertahun.

Kabupaten Pangkajene Kepulauan

Total penerimaan Pemerintah Kabupaten Pangkajene kepulauan yang

meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU)

dan pendapatan lain-lain yang sah dalam kurun waktu tahun 2005-2011

menunjukkan trend peningkatan setiap tahunnya dan masih di dominasi oleh Dana

Alokasi Umum (DAU) dengan kontribusi rata-rata 73,29 persen pertahun, disusul

oleh PAD yang sebesar 12,34 persen, penerimaan lain-lain yang sah 8,07 persen,

dan dana bagi hasil 6,30 persen pertahun, selengkapnya pada grafik di bawah ini:

22

Page 23: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 23/27

Sumber: Diolah dari APBD Kabupaten/Kota 2005-2009 APBD-Realisasi,2010 APBD Perubahan, 2011 APBD Pokok.

Total Belanja Pemerintah Kabupaten Pangkajene kepulauan dalam kurun

waktu tahun 2005-2011 rata-rata mencapai Rp. 412.818.038.322 pertahun.

IV.2. Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros dan Pangkep

Kapasitas fiskal diartikan sebagai kemampuan pemerintah untuk menghimpun

pendapatan berdasarkan potensi yang dimilikinya. Potensi penerimaan daerah

merupakan penjumlahan dari potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan potensi

dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil Sumber daya Alam (SDA) yang diterima

oleh daerah, semakin besar kapasitas fiskal Kabupaten/Kota berarti kemampuan

pemerintah Kabupaten/Kota untuk membiayai kebutuhan dana dalam rangkapelaksanaan pembangunan semakin meningkat, nilai kapasitas fiskal di peroleh dari

indeks kapasitas fiskal dengan kategori sebagai berikut:

a. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya lebih dari 1 atau sama dengan 1

(indeks ≥ 1) merupakan Daerah yang termasu kategori kapasitas fiskal tinggi;

b. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya antara 0,5 atau sama dengan 0,5

sampai dengan 1 (0,5≤indeks<1) merupakan Daerah yang termasuk kategori

kapasitas fiskal sedang;

23

Page 24: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 24/27

c. Daerah yang indeks kapasitas fiskalnya kurang dari 0,5 (indeks<0,5)

merupakan Daerah yang termasuk kategori kapasitas fiskal rendah.

Kabupaten Maros

Kapasitas fiskal Kabupaten Maros selama kurun waktu tahun 2005-2009 masih

berada pada kategori kapasitas fiskal yang rendah walaupun mengalami fluktuasi

pada periode tahun 2005-2009, namun pada periode 2010-2011 kapasitas fiskal

Kabupaten Maros menunjukkan trends peningkatan yang signifikan dimana hal ini

sangat ditunjang oleh posisi Kabupaten Maros yang sangat strategis dan merupakan

salah satu daerah penyangga Kota Makassar, perkembangan Kapasitas fiskal

Kabupaten Maros dapat dilihat pada gambar 4.13 berikut dibawah:

Hasil analisis kapasitas fiskal Kabupaten Maros menunjukkan bahwa selama

kurun waktu tahun 2005-2009, Pemerintah Kabupaten Maros belum mampu

mengelola penerimaan dari sumber-sumber pendapatannya berdasarkan potensi

yang dimilikinya secara optimal, namun pada periode 2009-2011 Pemerintah

Kabupaten Maros telah mengelola penerimaan dari sumber-sumber pendapatannya

dengan efisien dan efektif mengingat potensi pertanian, perikanan, perkebunan,

kepariwisataan yang dapat dikembangkan dan ditunjang oleh letaknya yang

strategis sehingga dengan kapasitas fiskal yang dimilikinya Pemerintah Kabupaten

Maros tidak lagi tergantung dari dana transfer Pemerintah pusat di masa yang akan

datang.

24

Page 25: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 25/27

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

Kapasitas fiskal Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selama kurun waktu

tahun 2005-2009 masih berada pada kategori kapasitas fiskal yang rendah

walaupunn mengalami fluktuasi pada periode tahun 2005-2009, namun pada

periode 2010-2011 kapasitas fiskal Kabupaten Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan menunjukkan trends peningkatan yang signifikan, seperti pada gambar

4.14 berikut dibawah:

Hasil analisis kapasitas fiskal Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 2005-2009, Pemerintah Kabupaten

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan belum mampu mengelola penerimaan dari

sumber-sumber pendapatannya berdasarkan potensi yang dimilikinya secara

optimal, namun pada periode 2009-2011 Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan telah mengelola penerimaan dari sumber-sumber pendapatannya

dengan efisien dan efektif sehingga tingkat ketergantungan pemerintah Kabupaten

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dari dana transfer Pemerintah pusat dapat

berkurang secara bertahap di masa yang akan datang.

25

Page 26: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 26/27

IV.3. Analisis Sektor Basis Kabupaten Maros dan Pangkep

Untuk menganalisis Sektor Basis Kabupaten Maros dan Pangkep di gunakan

metode Location Quotient (LQ) yang menghasilkan menghasilkan tiga kriteria

yaitu:

1) LQ>1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber

pertumbuhan.Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak

saja dapat memenuhi kebutuhan wilayah bersangkutan akan tetapi juga

dapat diekspor keluar wilayah

2) LQ=1; artinya komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan

komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah

sendiri dan tidak mampu untuk diekspor

3) LQ<1; artinya komoditas juga termasuk non basis. Produksi komoditas di

suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu

pasokan dari luar.

IV.4. Analisis Hubungan antara Kapasitas fiskal dan Peningkatan Produksi

Pertanian Kabupaten Maros dan Pangkep

26

Page 27: Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

7/14/2019 Analisis Kapasitas Fiskal Kabupaten Maros Dan Pangkep

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-kapasitas-fiskal-kabupaten-maros-dan-pangkep 27/27

27