sistem limfa (1)

24
SISTEM LIMFATIK Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah.. yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi. Sistem limfatik terdiri dari dua bagian penting, yaitu pembuluh llimfa serta berbagai macam jaringan dan organ limfoid di seluruh tubuh. Pembuluh limfa berfungsi untuk mengangkut cairan kembali ke peredaran darah. Organ limfoid berfungsi sebagai tempat hidup sel fagositik dan limfosit yang berperan penting untuk melawan penyakit. Limfa berasal dari plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah. Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang antara sel-sel di jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, cairan tersebut dikumpulkan dan dikembalikan ke sistem peredaran darah melalui sistem limfa. Sistem limfatik terdiri dari : a. Kapiler limfe Serangkaian tabung tak berujung dengan dinding tipis terletak pada ruang jaringan berbagai organ dan jaringan. b. Pembuluh Limfe

Upload: icka-novita-sari

Post on 30-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Limfa (1)

SISTEM LIMFATIK

Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa

atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah..

yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian

dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan

ke dalam sistem sirkulasi.

Sistem limfatik terdiri dari dua bagian penting, yaitu pembuluh llimfa serta berbagai

macam jaringan dan organ limfoid di seluruh tubuh. Pembuluh limfa berfungsi untuk

mengangkut cairan kembali ke peredaran darah. Organ limfoid berfungsi sebagai tempat hidup

sel fagositik dan limfosit yang berperan penting untuk melawan penyakit.

Limfa berasal dari plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem

peredaran darah. Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang

antara sel-sel di jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, cairan tersebut dikumpulkan dan

dikembalikan ke sistem peredaran darah melalui sistem limfa.

Sistem limfatik terdiri dari :

a. Kapiler limfe

Serangkaian tabung tak berujung dengan dinding tipis terletak pada ruang jaringan

berbagai organ dan jaringan.

b. Pembuluh Limfe

Tabung yang lebih besar ini dibentuk oleh gabungan kapiler limfe, pembuluh ini

transparan dan mempunyai banyak katup yang mempunyai gambaran berbenjol-benjol.

Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar darupa kapiler darah dan

terdiri atas selapais endotelium. Pembuluh limfe bermula dari sebagai jalinan halus

kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai

organ. Sejenis pembuluh limfe khusus disebut lakteal (kilus) dijumpai dalam vili usus

halus kecil.Pembuluh limfe superfisial mengalirkan limfe dari kulit, pembuluh limfe yang

lebih dalam mengalirkan limfe dari struktur tubuh lain. Pembuluh limfe berjalan menuju

dan memasuki kalenjer limfe. Tidak ada pembuluh limfe pada sistem saraf pusat, otot

lurik, struktut non-vaskular (kuku, kornea, rambut, tulang rawan).

c. Limfonodi

Page 2: Sistem Limfa (1)

Sel-sel limfe yang bulat atau oval dikelilingi oleh kapsul. Sel ini lunak dan berwarna

merah muda keabuan, kalenjer yang mendapat aliran limfe dari paru orang yang tinggal

di kota menjadi hitam dengan deposit karbin yang dihisapnya disalamnya. Pembuluh

limfe memasuki dan meninggalkan limfonodi menghubungkan nodus yang satu dengan

nodus yang lain. Limfonodi sering disebut kalenjer limfe, tetpi itu istilah yang tidak benar

karen mereka tidak menyekresi apa-apa.

d. Daerah limfatik lain

Struktur lain dalam sistem limfatik dibentuk seluruhnya atau sebagian jaringan limfe

yang identik dengan jaringan limfonodi:

Plak peyeri dalam usus halus,

Tonsila

Tonsila nasofaringeal

Kalenjer timus

Berat total jaringan limfe dalam tubuh adalah seimbang dengan berat hati

e. Limfe

Cairan limfe berada didalam pembuluh limfe. Cairan ini sama dengan komposisi kimia

plasma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir disepanjang

pembuluh dari limfonodi untuk masuk ke dalam aliran darah. Pembuluh limfe yang

mengalirkan limfe dari usus halus disebut lakteal karena ketika lemak diserap dari usus,

sebagian besar mengalir di dalam pembuluh limfe tersebut dan menyebabkan berwarna

seperti susu. Limfe mengalir di sepanjang pembuluh sebagian akibat ditarik oleh tekanan

negatif didalam dada, sebagian dipompa oleh kontraksi otot.

Page 3: Sistem Limfa (1)

lymphatic system

Aliran Limfe Organ Dan Jaringan

Organ dan Jaringan Tempat Dranaise

Kepala dan Leher Kalenjer dalam leher

Lengan Kalenjer dalam aksilam, kemudian ke

kalenjer dalam leher.

Payudara Kalenjer dalam aksila, kemudian kalenjer

didalam leher, kalenjer didalam dada

disepanjang d\arteria mammalia

Paru Kalenjer dalan hilum paru, pada bifukarsio

trakea, sekitar trakea.

Lambung Kalenjer disekitar ujung bawah esofagus

sepanjang curvatura mayor dan minor

Usus Halus Kalenjer mesenterika, kalenjer didepan aorta

Usus Besar Kalenjer disepanjang arteria mesenterica dan

didepan aorta

Isi Pelvis Kalenjer didekat dinding lateral pelvis dan di

depan ujung bawah aorta

Testis dan Epididimis Kalenjer didepan aorta ( di dekat asal

Page 4: Sistem Limfa (1)

arteriatesticularis)

Genitalis eksterna tungkai Kalenjer di inguinal. Kalnjer di foss poplitea

dan inguinal dan didepan aorta.

Fungsi Sistem Limfatik

Fungsi sistem limfatik terdiri dari :

Drainase ruang jaringan

Cairan dan zat kimia yang melewati kapiler ke dalam ruang jaringan masuk ke dalam

kapiler. Semua kelebihan cairan interstitial dibuang ke dalam limfe. Sebagian cairan

ini direabsorpsi ke dalam darah ketika melewati kapiler di dalam limfonodi. Karbon

dan partikel lain yang terlalu besar untuk diabsorpsi ke dalam darah, diabsorpsi ke

dalam aliran limfe dan mengalir bersama dengan cairan ke dalam limfonodi.

Absorpsi lemak

Sekitar dua pertiga lemak diabsorpsi dari usus halus mengalir ke dalam pembuluh

limfe usus halus yang akibat dari warnanya yang seperti susu ketika bergabung dalam

fungsi ini disebut lakteal, dan akhirnya kedalam darah melalui cisterna chyli dan

ductus thoracicus.

Produksi limfosit

Limfosit diproduksi dalam limfonodi dan mengalir di sepanjang pembuluh limfe ke

dalam ductus thoracicus ke dalam darah.

Produksi antibodi

Limfonodi diduga merupakan tempat produksi antibodi

Page 5: Sistem Limfa (1)

kelenjar limfe

Kelenjar / nodus limfe

Kecil lonjong seperti kacang

Terdapat di sepanjang pembuluh

Kerja : penyaring

Banyak dijumpai di tempat pembentuk limfosit

Kelompok utama terdapat di : Axila / ketiak, Leher, Thorak, Abdomen, Lipat paha

kelenjar limfe abdomen

Page 6: Sistem Limfa (1)

aliran limfe

2 area sistem limfatik

Pembuluh / saluran limfe

Serupa vena kecil

Banyak katup

Pembuluh terkecil terdiri selapis endotelium

Khilus / lakteal = pembuluh limfe khusus dijumpai dalam vili usus kecil

Ada 2 saluran utama :

o Duktus torasikus : mengalirkan dari seluruh tubuh selain bagian kanan

o Duktus limfe kanan : mengalirkan dari kanan kepala dan leher, lengan kanan dan

dada kanan

Page 7: Sistem Limfa (1)

FISIOLOGI SISTEM IMUNITAS

1.1 Imunologi

            Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian

mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain

mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi

sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,

penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem

imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin

ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

1.1 Mekanisme imunitas dan peran sel imun 

1.1.1. Mekanisme imun

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi

tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta

seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme

akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampaicacing parasit, serta menghancurkan

zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar

tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki

cara baru agar dapat menginfeksi organisme. organisme uniselular seperti bakteridimusnahkan

oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang

berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern, 

seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.   

Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang  disebut defensin, fagositosis,

dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-

baru ini, dengan adanya evolusivertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak

jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan

dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata

mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi

membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di

masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.

Page 8: Sistem Limfa (1)

Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,

membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul

ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi

imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency,

atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)

yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang

hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit

autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus

erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari

penelitian.

1.1.2. Peran sel imun

Didalam tubuh kita terdapat mekanisme perlindungan yang dinamakan sistem imun. Ia

dirancang untukmempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba, virus, racun dan

parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita.

Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap

bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba,

parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat

infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.

SEL-SEL SISTEM IMUN

Page 9: Sistem Limfa (1)

Sel-Sel dalam Sistem Imun

1. Fagosit monokulear

Sistem fagosit monokulear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan makrofag dalam

jaringan

a. Monosit

Selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor granulosit/monosit

berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam

sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam berbagai

fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali di organ limfoid dan organ

lainnya.

2. Makrofag

Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen, berbentuk khusus

yang tergantung dari alat/jaringan yang ditempati, dan dinamakan sesuai dengan lokasi jaringan

sebagai berikut :

         Usus : makrofag intestinal

         Kulit : sel dendritik atau sel langerhans

         Paru ; makrofag alveolar, sel langerhans

         Jaringan ikat ; histiosit

         Hati : sel kuppfer

         Ginjal : sel mesangial

         Otak : sel microglia

         Tulang : osteoklas

Makrofag di aktifkan oleh berbagai rangsanggan, dapat memakan, menangkap, mencerna

anti gen eksogen, seluruh mikro organisme, partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel

penjamu yang cedera atau mati. Makrofag sel utama fagositosis. Terdiri dari 2 macam :

makrofag bebas dan makrofag fiksasi (tinggal di organ). Sel makrofag sebagai sel APC (Antigen

Presenting Cell) yang mempunyai molekul MHC. MHC kelas I aken mengaktivasi sel Tc, Kelas

II mengaktivasi sel Th, MHC kelas III menstimulasi sistem komplemen.

b. Fagosit polimorfonuklear

Fagosit polimorfonuclear atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam sumsum tulang dalam

kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari, sedang monosit/makrofag dapat hidup untuk

Page 10: Sistem Limfa (1)

beberapa bulan sampai tahun. Granulosit merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah sel

darah putihnormal dan dapat keluar dari pembuluh darah. Granulosit dibagi menurut pewarnaan

histologik menjadi neutrofil dan eosinofil.

a. Neutrofil

Merupakan sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi. Biasanya hanya berada dalam sirkulasi

kurang dari 7-10 jam sebelum bermigrasi ke jaringan, dan hidup selama beberapa hari dalam

jaringan. Neutrofil mempunyai reseptor untuk IgGdan komplemen

b. Eosinofil

Merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tannpa alergi. Seperti neutrofil, eosinofil juga

dapat berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat pula di rangsang untuk degranulasi seperti

halnya dengan sel mast dan basofil serta melepas mediator. Eosinofil juga berperan dalam

imunitas parasit dan memiliki berbagai reseptor. Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi

parasit dan dapat juga memakan antigen antibody.

Sel lain :

o Sel dendritik : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II

o Sel Langerhans : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II

Mekanisme Kerja Sel Imun :

         NK cell (Natural Killer Cell).Bekerja secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih lanjut),

tapi buka sel fagositik. Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell

disebut sebagai “immune surveylence” (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell menempel

pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein killer (perforin). Perforin ini

akan membentuk suatu ‘jembatan’ antara NK cell dengan sel terinfeksi, melalui ‘jembatan’ ini

terjadi pengeluaran elektrolit berlebih dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik.

Peristiwa penyerangan dengan ‘jembatan’ ini disebut membrane attack complex.

         Sel B.Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B akan menerima antigen kemudian melalui

MHC kelas II, antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk mengaktivasi sel T helper. Sel T

helper akan mensekresikan sitokin yang dapat menstimulasi sel B berproliferasi menjadi sel

memori, selain itu juga mengaktifkan sel B untuk menjadi sel plasma penghasil antibodi.

         Sel T. Setelah sel B berikatan dengan sel T helper, sel T helper tidak bisa langsung

teraktivasi tanpa adanya stimulasi dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang termasuk sitokin

adalah : IL (Interleukin I,II,..dst); interferon α,β,γ; Tumor Necrosis Factor; Prostaglandin, dll.

Page 11: Sistem Limfa (1)

         Non Specific Killer Cells. Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC (K) cell; Activated

macrophage; Eosinophils (diaktivasi oleh IgE karena IgE mentriger/memicu eosinofil untuk

mengeliminasi cacing).

1.3  Respon imun humoral dan seluler

            Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan memori

sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang. Respons ini diperankan

oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor soluble yaitu lisosom, komplemen,

acute phase proteins (CRP), dan interferon. Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan

melalui dua mekanisme pertahanan utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat

bakterisidal dan mekanisme fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan

mengenali berbagai mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi akibat

migrasi sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi. 

            Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya

stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama, yaitu spesifik,

memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun spesifik terdiri dari respons

imun humoral dan respons imun seluler.

1. Respons Imun Humoral 

Respons imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi

(klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori. Antibodi akan

berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang mengakibatkan hancurnya

antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons imun humoral, yaitu: antibodi, reseptor sel

T (T cell receptors), dan molekul MHC (Major Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi

berfungsi untuk pertahanan host karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target,

merekrut mekanisme efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan menyingkirkan

antigen asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan antigen secara keseluruhan, tetapi

dengan segmen pendek dari asam amino (antigen peptida). Fungsi TCR adalah untuk mengikat

dan mengenali kompleks antigen spesifik dengan molekul MHC. MHC berfungsi untuk

menentukan kemampuan sistem imun seseorang dalam membedakan self dan nonself, mengatur

berbagai interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam respons imun, dan menentukan

kemampuan individu untuk bereaksi terhadap antigen spesifik dan kecenderungan untuk

menderita kelainan imunologik.

Page 12: Sistem Limfa (1)

2. Respons Imun Seluler

Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang berkembang biak intraseluler. Oleh

karena itu, sistem imunitas tubuh mengaktivasi limfosit T untuk menghancurkan

mikroorganisme tersebut. Setelah antigen eksogen diproses oleh APC, akan terbentuk fragmen

peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan TCR bersamaan membentuk kompleks dengan

MHC. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Th (CD4), untuk mengenal antigen bekerja

sama dengan MHC kelas II. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh

adalah protein yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen

dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada retikulum

endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Tc (CD8), untuk mengenali antigen

endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I. Sel Th1 

Pada dasarnya, respons imun alamiah dan adaptif bekerja saling melengkapi. Sel-sel imun saling

berinteraksi dalam regulasi sistem imun.

  Respon Imun terhadap Alergen dan Iritan

            Faktor yang terpenting dalam reaksi anafilaktik adalah IgE, yang disebut antibodi

homostitotropik atau reagin. IgE mempunyai sifat khas yang tidak dimiliki oleh imunoglobulin

kelas lain yang afinitasnya tinggi pada mastosit (sel mast) dan basofil melalui reseptor Fc pada

permukaan sel bersangkutan yang mengikat fragmen Fc IgE. Sekali terikat, IgE dapat melekat

pada permukaan mastosit dan basofil selama beberapa minggu dan IgE yang terikat inilah yang

berperan besar pada reaksi anafilaktik. Selain IgE, IgG4 diketahui mempunyai kemampuan

serupa, tetapi dengan afinitas yang jauh lebih rendah. Penelitian-penelitian terakhir

mengungkapkan bahwa berbagai jenis limfokin dan sitokin dengan peran multi fungsi juga

dilepaskan pada reaksi ini sebagai akibat aktivitas mastosit oleh IgE. IL-3 dan IL-4 mungkin

mempunyai dampak autokrin pada sel mast bersangkutan dan substansi ini bersama-sama dengan

sitokin yang lain meningkatkan produksi IgE oleh sel B. Disamping itu, beberapa jenis sitokin

lain, termasuk produk golongan gen IL-8/IL-9, berperan dalam proses kemotaksis dan aktifitas

sel-sel inflamasi di daerah terjadinya alergi. 

Apabila IgE yang melekat pada mastosit atau basofil, mengalami pemaparan ulang pada

alergen spesifik yang dikenalnya, maka alergen akan diikat oleh IgE demikian rupa sehingga

alergen tersebut membentuk jembatan antara 2 molekul IgE pada permukaan sel (crosslinking).

Crosslinking hanya terjadi dengan antigen yang bivalen atau multivalen tetapi tidak terjadi

Page 13: Sistem Limfa (1)

dengan antigen univalen. Crosslinking yang sama hanya dapat terjadi bila fragmen Fc-IgE

bereaksi dengan anti IgE, atau bila reseptor Fc dihubungkan satu dengan lain oleh anti reseptor

Fc. Crosslinking merupakan mekanisme awal atau sinyal untuk degranulasi sel mast atau

basofil. 

Segera setelah ada sinyal pada membran sel, terjadi serangkaian reaksi biokimia

intraseluler secara berurutan menyerupai kaskade, dimulai dengan aktivitas enzim

metiltransferase dan serine esterase, diikuti dengan perombakan fosfatidilinositol menjadi

inositol trifosfat (IP3), pembentukan diasilgliserol dan peningkatan ion Ca2+ intrasitoplasmatik.

Reaksi-reaksi biokimia ini menyebabkan terbentuknya zat-zat yang memudahkan fusi membran

granula sehingga terjadi degranulasi. Degranulasi mengakibatkan pelepasan mediator-mediator

yang sebelumnya telah ada di dalam sel misalnya histamin, heparin, faktor kemotaktik neutrofil

(neutrophil chemotactic factor = NCF), platelet activating factor (PAF), maupun pembentukan

berbagai mediator baru. Diantara mediator baru yang dibentuk adalah slow reacting substances

anapltylaxis yang terdiri atas substansi-substansi dengan potensi spasmogenik dan vasodilatasi

yang kuat yaitu leukotrien LTB4, LTC4, dan LTD4, disamping beberapa jenis prostaglandin dan

tromboksan. Mediator-mediator tersebut mempunyai dampak langsung pada jaringan, misalnya

histamin menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, penyempitan bronkus,

edema pada mukosa, dan hipersekresi. 

Iritan yang mengenai tubuh akan memicu sel mast untuk melepaskan neuropeptida

substansi P yang akan merangsang serabut saraf C (n.trigeminus) sehingga timbul nyeri.

Substansi P terletak dalam sel saraf yang terpencar di seluruh tubuh sel dan dalam sel endokrin

khusus di usus. Neuropeptida ini dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan

merupakan neurotransmiter rasa nyeri, raba, dan temperatur.

1.4 Pembentukan anti gen antibody

Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.

Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma

kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang

pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop,

sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

1.5  Fungsi dan peran anti gen antibody pada mekanisme pertahanan tubuh

Page 14: Sistem Limfa (1)

Yang diartikan dengan imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang menurun. Sistim

imun terdiri atas komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsi masing-masing komponen atau

keduanya dapat terganggu baik oleh sebabkongenital maupun sebab yang didapat. Pada hal yang

akhir, sistim imun tersebut sebelumnya berfungsi baik. Hal inilah yang dalam praktek sehari-

hari dimaksudkan dengan imunokompromais.

Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapat terjadi oleh

infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak), tindakan pengobatan (steroid,

penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit), neoplasma dan penyakit

hematologik (limfoma/Hodgkin, leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel

sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetes

melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi, anestesi) dan lainnya

(lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)

Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di lingkungan maupun

yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam keadaan normal tidak patogenik atau

memiliki patogenesitas rendah, dalam keadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan

menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu penderita yang imunokompromais mempunyai

risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri maupun yang

nosokomial dibanding dengan yang tidak imunokompromais. Untuk mengerti hal-hal yang dapat

terjadi pada keadaan imunokompromais, komponen-komponen sistim imun dan fungsinya

masing-masing, respons imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik.

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis

organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan tersebut dinamakan kekebalan.

Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:

1). Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit peka yang

menyerang dan menghancurkan organisme spesifik/toksin.

2). Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakit-penyakit

pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh. Kekebalan ini disebabkan oleh

proses berikut:

Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari sistem makrof

jaringan.

Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim pencernaan

Page 15: Sistem Limfa (1)

Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.

Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism asing/toksin   

dan  menghancurkannya.

Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agen

penyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini penting sebagai pertahanan

terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak mempunyai kekebalan bawaan/alamiah.

Tubuh tidak menghambat invasi pada serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai

beberapa minggu terserang menyebabkan sistem imun khusus timbul dengan kuat untuk

menahan penginvasi/toksin, sehingga timbul daya tahan sangat spesifik untuk penginvasi tertentu

dan tidak untuk penginvasi jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat memberikan proteksi

ekstrim, misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi dalam dosis 100 ribu kali jumlah

yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan tersebut. Karena alas an ini proses yang

dikenal dengan vaksinasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit tertentu.

Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis dasar kekebalan yang didapat/khusus  dan berhubungan

sangat erat, yaitu:

a). Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar, yang merupakan

molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.

b). Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit yang sangat khusus

dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang mempunyai kemampuan menyerang

agen asing dan menghancurkannya.

Tiap-tiap toksin atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawa kimia spesifik

atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya. Umumnya senyawa ini adalah

suatu protein, polisakarida besar, atau kompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan

kekebalan didapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung yang

ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah antigen yang dapat

menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkan destruksi cangkokan.

Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul yang besar,

selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai prostetik yang secara teratur

timbul pada permukaan molekul besar, yang mungkin menerangkan mengapa protein dan

polisakarida hampir selalu bersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat

Page 16: Sistem Limfa (1)

streokimia

ini.

Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang secara genetik

tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi atau zat kimia, kekebalan didapatnya

tidak terbentuk. Jaringan limfoid hampir selalu terletak pada nodus limfatikus, tetapi juga

ditemukan dalam jaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran

pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum tulang.

Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini

secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:

a). Limfosit T, bergantung jawab dalam pebentukan limfosit yang disensitisasi yang memberikan

kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam timus,

b). Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalan humoral, dimana

limfosit B dibentuk dalam hati fetus.

Limfosit bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudian terjebak oleh jala

retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit terus berproduksi dan tumbuh jaringan

limfoid seluruh tubuh.

Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses kekebalan

didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya, mekanisme kekebalan normal

mengenali jaringannya sendiri sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Sistem Limfa (1)

Bratawijaya Karnen Grana dan renganis Iris. 2010. Imunologi Dasar, edisi          ke-9.

jakarta : FKUI

Julia Mardana dan wahab Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit

Imun.jakarta : Widya medika