Download - Sistem Limfa (1)
SISTEM LIMFATIK
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa
atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah..
yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan
ke dalam sistem sirkulasi.
Sistem limfatik terdiri dari dua bagian penting, yaitu pembuluh llimfa serta berbagai
macam jaringan dan organ limfoid di seluruh tubuh. Pembuluh limfa berfungsi untuk
mengangkut cairan kembali ke peredaran darah. Organ limfoid berfungsi sebagai tempat hidup
sel fagositik dan limfosit yang berperan penting untuk melawan penyakit.
Limfa berasal dari plasma darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem
peredaran darah. Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang
antara sel-sel di jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, cairan tersebut dikumpulkan dan
dikembalikan ke sistem peredaran darah melalui sistem limfa.
Sistem limfatik terdiri dari :
a. Kapiler limfe
Serangkaian tabung tak berujung dengan dinding tipis terletak pada ruang jaringan
berbagai organ dan jaringan.
b. Pembuluh Limfe
Tabung yang lebih besar ini dibentuk oleh gabungan kapiler limfe, pembuluh ini
transparan dan mempunyai banyak katup yang mempunyai gambaran berbenjol-benjol.
Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar darupa kapiler darah dan
terdiri atas selapais endotelium. Pembuluh limfe bermula dari sebagai jalinan halus
kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai
organ. Sejenis pembuluh limfe khusus disebut lakteal (kilus) dijumpai dalam vili usus
halus kecil.Pembuluh limfe superfisial mengalirkan limfe dari kulit, pembuluh limfe yang
lebih dalam mengalirkan limfe dari struktur tubuh lain. Pembuluh limfe berjalan menuju
dan memasuki kalenjer limfe. Tidak ada pembuluh limfe pada sistem saraf pusat, otot
lurik, struktut non-vaskular (kuku, kornea, rambut, tulang rawan).
c. Limfonodi
Sel-sel limfe yang bulat atau oval dikelilingi oleh kapsul. Sel ini lunak dan berwarna
merah muda keabuan, kalenjer yang mendapat aliran limfe dari paru orang yang tinggal
di kota menjadi hitam dengan deposit karbin yang dihisapnya disalamnya. Pembuluh
limfe memasuki dan meninggalkan limfonodi menghubungkan nodus yang satu dengan
nodus yang lain. Limfonodi sering disebut kalenjer limfe, tetpi itu istilah yang tidak benar
karen mereka tidak menyekresi apa-apa.
d. Daerah limfatik lain
Struktur lain dalam sistem limfatik dibentuk seluruhnya atau sebagian jaringan limfe
yang identik dengan jaringan limfonodi:
Plak peyeri dalam usus halus,
Tonsila
Tonsila nasofaringeal
Kalenjer timus
Berat total jaringan limfe dalam tubuh adalah seimbang dengan berat hati
e. Limfe
Cairan limfe berada didalam pembuluh limfe. Cairan ini sama dengan komposisi kimia
plasma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit yang mengalir disepanjang
pembuluh dari limfonodi untuk masuk ke dalam aliran darah. Pembuluh limfe yang
mengalirkan limfe dari usus halus disebut lakteal karena ketika lemak diserap dari usus,
sebagian besar mengalir di dalam pembuluh limfe tersebut dan menyebabkan berwarna
seperti susu. Limfe mengalir di sepanjang pembuluh sebagian akibat ditarik oleh tekanan
negatif didalam dada, sebagian dipompa oleh kontraksi otot.
lymphatic system
Aliran Limfe Organ Dan Jaringan
Organ dan Jaringan Tempat Dranaise
Kepala dan Leher Kalenjer dalam leher
Lengan Kalenjer dalam aksilam, kemudian ke
kalenjer dalam leher.
Payudara Kalenjer dalam aksila, kemudian kalenjer
didalam leher, kalenjer didalam dada
disepanjang d\arteria mammalia
Paru Kalenjer dalan hilum paru, pada bifukarsio
trakea, sekitar trakea.
Lambung Kalenjer disekitar ujung bawah esofagus
sepanjang curvatura mayor dan minor
Usus Halus Kalenjer mesenterika, kalenjer didepan aorta
Usus Besar Kalenjer disepanjang arteria mesenterica dan
didepan aorta
Isi Pelvis Kalenjer didekat dinding lateral pelvis dan di
depan ujung bawah aorta
Testis dan Epididimis Kalenjer didepan aorta ( di dekat asal
arteriatesticularis)
Genitalis eksterna tungkai Kalenjer di inguinal. Kalnjer di foss poplitea
dan inguinal dan didepan aorta.
Fungsi Sistem Limfatik
Fungsi sistem limfatik terdiri dari :
Drainase ruang jaringan
Cairan dan zat kimia yang melewati kapiler ke dalam ruang jaringan masuk ke dalam
kapiler. Semua kelebihan cairan interstitial dibuang ke dalam limfe. Sebagian cairan
ini direabsorpsi ke dalam darah ketika melewati kapiler di dalam limfonodi. Karbon
dan partikel lain yang terlalu besar untuk diabsorpsi ke dalam darah, diabsorpsi ke
dalam aliran limfe dan mengalir bersama dengan cairan ke dalam limfonodi.
Absorpsi lemak
Sekitar dua pertiga lemak diabsorpsi dari usus halus mengalir ke dalam pembuluh
limfe usus halus yang akibat dari warnanya yang seperti susu ketika bergabung dalam
fungsi ini disebut lakteal, dan akhirnya kedalam darah melalui cisterna chyli dan
ductus thoracicus.
Produksi limfosit
Limfosit diproduksi dalam limfonodi dan mengalir di sepanjang pembuluh limfe ke
dalam ductus thoracicus ke dalam darah.
Produksi antibodi
Limfonodi diduga merupakan tempat produksi antibodi
kelenjar limfe
Kelenjar / nodus limfe
Kecil lonjong seperti kacang
Terdapat di sepanjang pembuluh
Kerja : penyaring
Banyak dijumpai di tempat pembentuk limfosit
Kelompok utama terdapat di : Axila / ketiak, Leher, Thorak, Abdomen, Lipat paha
kelenjar limfe abdomen
aliran limfe
2 area sistem limfatik
Pembuluh / saluran limfe
Serupa vena kecil
Banyak katup
Pembuluh terkecil terdiri selapis endotelium
Khilus / lakteal = pembuluh limfe khusus dijumpai dalam vili usus kecil
Ada 2 saluran utama :
o Duktus torasikus : mengalirkan dari seluruh tubuh selain bagian kanan
o Duktus limfe kanan : mengalirkan dari kanan kepala dan leher, lengan kanan dan
dada kanan
FISIOLOGI SISTEM IMUNITAS
1.1 Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain
mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi
sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem
imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin
ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.
1.1 Mekanisme imunitas dan peran sel imun
1.1.1. Mekanisme imun
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
seltumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme
akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampaicacing parasit, serta menghancurkan
zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar
tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki
cara baru agar dapat menginfeksi organisme. organisme uniselular seperti bakteridimusnahkan
oleh sistem enzim yang melindungi terhadap infeksi virus. Mekanisme imun lainnya yang
berevolusi pada eukariota kuno dan tetap pada keturunan modern,
seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.
Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis,
dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman berkembang secara relatif baru-
baru ini, dengan adanya evolusivertebrata. Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak
jenis protein, sel, organ tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan
dinamin. Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata
mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses adaptasi
membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih efektif selama pertemuan di
masa depan dengan patogen tersebut. Proses imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
membuat patogen, termasuk virus yang menyebabkan penyakit. Penyakit defisiensi imun muncul
ketika sistem imun kurang aktif daripada biasanya, menyebabkan munculnya infeksi. Defisiensi
imun merupakan penyebab dari penyakit genetik, seperti severe combined immunodeficiency,
atau diproduksi oleh farmaseutikal atau infeksi, seperti sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS)
yang disebabkan oleh retrovirus HIV. Penyakit autoimun menyebabkan sistem imun yang
hiperaktif menyerang jaringan normal seperti jaringan tersebut merupakan benda asing. Penyakit
autoimun yang umum termasuk rheumatoid arthritis, diabetes melitus tipe 1 dan lupus
erythematosus. Peran penting imunologi tersebut pada kesehatan dan penyakit adalah bagian dari
penelitian.
1.1.2. Peran sel imun
Didalam tubuh kita terdapat mekanisme perlindungan yang dinamakan sistem imun. Ia
dirancang untukmempertahankan tubuh kita terhadap jutaan bakteri, mikroba, virus, racun dan
parasit yang setiap saat menyerang tubuh kita.
Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang semuanya siap
bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit seperti virus, bakteri, mikroba,
parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat
infeksi, untuk melakukan proses penyembuhan.
SEL-SEL SISTEM IMUN
Sel-Sel dalam Sistem Imun
1. Fagosit monokulear
Sistem fagosit monokulear terdiri atas monosit dalam sirkulasi dan makrofag dalam
jaringan
a. Monosit
Selama hematopoiesis dalam sumsum tulang, sel progenitor granulosit/monosit
berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam
sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam berbagai
fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali di organ limfoid dan organ
lainnya.
2. Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen, berbentuk khusus
yang tergantung dari alat/jaringan yang ditempati, dan dinamakan sesuai dengan lokasi jaringan
sebagai berikut :
Usus : makrofag intestinal
Kulit : sel dendritik atau sel langerhans
Paru ; makrofag alveolar, sel langerhans
Jaringan ikat ; histiosit
Hati : sel kuppfer
Ginjal : sel mesangial
Otak : sel microglia
Tulang : osteoklas
Makrofag di aktifkan oleh berbagai rangsanggan, dapat memakan, menangkap, mencerna
anti gen eksogen, seluruh mikro organisme, partikel tidak larut dan bahan endogen seperti sel
penjamu yang cedera atau mati. Makrofag sel utama fagositosis. Terdiri dari 2 macam :
makrofag bebas dan makrofag fiksasi (tinggal di organ). Sel makrofag sebagai sel APC (Antigen
Presenting Cell) yang mempunyai molekul MHC. MHC kelas I aken mengaktivasi sel Tc, Kelas
II mengaktivasi sel Th, MHC kelas III menstimulasi sistem komplemen.
b. Fagosit polimorfonuklear
Fagosit polimorfonuclear atau polimorf atau granulosit dibentuk dalam sumsum tulang dalam
kecepatan 8 juta/menit dan hidup selama 2-3 hari, sedang monosit/makrofag dapat hidup untuk
beberapa bulan sampai tahun. Granulosit merupakan sekitar 60-70% dari seluruh jumlah sel
darah putihnormal dan dapat keluar dari pembuluh darah. Granulosit dibagi menurut pewarnaan
histologik menjadi neutrofil dan eosinofil.
a. Neutrofil
Merupakan sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi. Biasanya hanya berada dalam sirkulasi
kurang dari 7-10 jam sebelum bermigrasi ke jaringan, dan hidup selama beberapa hari dalam
jaringan. Neutrofil mempunyai reseptor untuk IgGdan komplemen
b. Eosinofil
Merupakan 2-5% dari sel darah putih orang sehat tannpa alergi. Seperti neutrofil, eosinofil juga
dapat berfungsi sebagai fagosit. Eosinofil dapat pula di rangsang untuk degranulasi seperti
halnya dengan sel mast dan basofil serta melepas mediator. Eosinofil juga berperan dalam
imunitas parasit dan memiliki berbagai reseptor. Fungsi utama eosinofil adalah melawan infeksi
parasit dan dapat juga memakan antigen antibody.
Sel lain :
o Sel dendritik : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II
o Sel Langerhans : menyajikan antigen yang terikat protein MHC kelas II
Mekanisme Kerja Sel Imun :
NK cell (Natural Killer Cell).Bekerja secara non-spesifik (tanpa pengenaan lebih lanjut),
tapi buka sel fagositik. Bekerja dengan cara kontak langsung dengan sel terinfeksi. NK cell
disebut sebagai “immune surveylence” (seperti polisi dalam tubuh). Ketika NK cell menempel
pada sel terinfeksi, maka golgi dari NK cell akan mensekresi protein killer (perforin). Perforin ini
akan membentuk suatu ‘jembatan’ antara NK cell dengan sel terinfeksi, melalui ‘jembatan’ ini
terjadi pengeluaran elektrolit berlebih dari sel terinfeksi yang menyebabkan litik osmotik.
Peristiwa penyerangan dengan ‘jembatan’ ini disebut membrane attack complex.
Sel B.Secara umum berfungsi sebagai APC. Sel B akan menerima antigen kemudian melalui
MHC kelas II, antigen ini disajikan ke permukaan sel untuk mengaktivasi sel T helper. Sel T
helper akan mensekresikan sitokin yang dapat menstimulasi sel B berproliferasi menjadi sel
memori, selain itu juga mengaktifkan sel B untuk menjadi sel plasma penghasil antibodi.
Sel T. Setelah sel B berikatan dengan sel T helper, sel T helper tidak bisa langsung
teraktivasi tanpa adanya stimulasi dari Co-stimulatory sitokin. Di antara yang termasuk sitokin
adalah : IL (Interleukin I,II,..dst); interferon α,β,γ; Tumor Necrosis Factor; Prostaglandin, dll.
Non Specific Killer Cells. Yaitu : NK cell dan LAK cell; ADCC (K) cell; Activated
macrophage; Eosinophils (diaktivasi oleh IgE karena IgE mentriger/memicu eosinofil untuk
mengeliminasi cacing).
1.3 Respon imun humoral dan seluler
Respons imun alamiah: respons imun alamiah tidak memiliki spesifisitas dan memori
sehingga pertahanan tidak meningkat dengan adanya infeksi berulang. Respons ini diperankan
oleh sel fagosit dan sel NK dengan menggunakan faktor soluble yaitu lisosom, komplemen,
acute phase proteins (CRP), dan interferon. Mikroorganisme yang masuk dalam tubuh akan
melalui dua mekanisme pertahanan utama, yaitu efek destruksi oleh enzim yang bersifat
bakterisidal dan mekanisme fagositosis oleh sel-sel fagosit (gambar 4). Sel fagosit akan
mengenali berbagai mikroorganisme. Mekanisme ini akan menimbulkan respons inflamasi akibat
migrasi sel-sel yang terlibat dalam respons imun serta mengakibatkan vasodilatasi.
Respons imun adaptif terjadi melalui identifikasi dan pengenalan terhadap adanya
stimulus, misalnya bakteri dan virus. Respons ini memiliki tiga karakter utama, yaitu spesifik,
memori, dan intensitas yang bervariasi. Komponen respons imun spesifik terdiri dari respons
imun humoral dan respons imun seluler.
1. Respons Imun Humoral
Respons imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi
(klon) sama yang memproduksi antibodi spesifik dan limfosit B memori. Antibodi akan
berikatan dengan antigen untuk mengaktivasi komplemen yang mengakibatkan hancurnya
antigen tersebut. Tiga elemen penting dalam respons imun humoral, yaitu: antibodi, reseptor sel
T (T cell receptors), dan molekul MHC (Major Histocompatibility Complex).7,19 Antibodi
berfungsi untuk pertahanan host karena menjadikan mikroorganisme infektif sebagai target,
merekrut mekanisme efektor host yang dapat merusak, menetralkan toksin, dan menyingkirkan
antigen asing dari sirkulasi. TCR berinteraksi bukan dengan antigen secara keseluruhan, tetapi
dengan segmen pendek dari asam amino (antigen peptida). Fungsi TCR adalah untuk mengikat
dan mengenali kompleks antigen spesifik dengan molekul MHC. MHC berfungsi untuk
menentukan kemampuan sistem imun seseorang dalam membedakan self dan nonself, mengatur
berbagai interaksi antara berbagai jenis sel yang terlibat dalam respons imun, dan menentukan
kemampuan individu untuk bereaksi terhadap antigen spesifik dan kecenderungan untuk
menderita kelainan imunologik.
2. Respons Imun Seluler
Antibodi tidak dapat menjangkau mikroorganisme yang berkembang biak intraseluler. Oleh
karena itu, sistem imunitas tubuh mengaktivasi limfosit T untuk menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Setelah antigen eksogen diproses oleh APC, akan terbentuk fragmen
peptida yang kemudian dapat berinteraksi dengan TCR bersamaan membentuk kompleks dengan
MHC. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Th (CD4), untuk mengenal antigen bekerja
sama dengan MHC kelas II. Antigen endogen dihasilkan oleh tubuh inang. Sebagai contoh
adalah protein yang disintesis virus dan protein yang disintesis oleh sel kanker. Antigen endogen
dirombak menjadi fraksi peptida yang selanjutnya berikatan dengan MHC kelas I pada retikulum
endoplasma. Limfosit T mengeluarkan subsetnya, yaitu Tc (CD8), untuk mengenali antigen
endogen untuk berikatan dengan MHC kelas I. Sel Th1
Pada dasarnya, respons imun alamiah dan adaptif bekerja saling melengkapi. Sel-sel imun saling
berinteraksi dalam regulasi sistem imun.
Respon Imun terhadap Alergen dan Iritan
Faktor yang terpenting dalam reaksi anafilaktik adalah IgE, yang disebut antibodi
homostitotropik atau reagin. IgE mempunyai sifat khas yang tidak dimiliki oleh imunoglobulin
kelas lain yang afinitasnya tinggi pada mastosit (sel mast) dan basofil melalui reseptor Fc pada
permukaan sel bersangkutan yang mengikat fragmen Fc IgE. Sekali terikat, IgE dapat melekat
pada permukaan mastosit dan basofil selama beberapa minggu dan IgE yang terikat inilah yang
berperan besar pada reaksi anafilaktik. Selain IgE, IgG4 diketahui mempunyai kemampuan
serupa, tetapi dengan afinitas yang jauh lebih rendah. Penelitian-penelitian terakhir
mengungkapkan bahwa berbagai jenis limfokin dan sitokin dengan peran multi fungsi juga
dilepaskan pada reaksi ini sebagai akibat aktivitas mastosit oleh IgE. IL-3 dan IL-4 mungkin
mempunyai dampak autokrin pada sel mast bersangkutan dan substansi ini bersama-sama dengan
sitokin yang lain meningkatkan produksi IgE oleh sel B. Disamping itu, beberapa jenis sitokin
lain, termasuk produk golongan gen IL-8/IL-9, berperan dalam proses kemotaksis dan aktifitas
sel-sel inflamasi di daerah terjadinya alergi.
Apabila IgE yang melekat pada mastosit atau basofil, mengalami pemaparan ulang pada
alergen spesifik yang dikenalnya, maka alergen akan diikat oleh IgE demikian rupa sehingga
alergen tersebut membentuk jembatan antara 2 molekul IgE pada permukaan sel (crosslinking).
Crosslinking hanya terjadi dengan antigen yang bivalen atau multivalen tetapi tidak terjadi
dengan antigen univalen. Crosslinking yang sama hanya dapat terjadi bila fragmen Fc-IgE
bereaksi dengan anti IgE, atau bila reseptor Fc dihubungkan satu dengan lain oleh anti reseptor
Fc. Crosslinking merupakan mekanisme awal atau sinyal untuk degranulasi sel mast atau
basofil.
Segera setelah ada sinyal pada membran sel, terjadi serangkaian reaksi biokimia
intraseluler secara berurutan menyerupai kaskade, dimulai dengan aktivitas enzim
metiltransferase dan serine esterase, diikuti dengan perombakan fosfatidilinositol menjadi
inositol trifosfat (IP3), pembentukan diasilgliserol dan peningkatan ion Ca2+ intrasitoplasmatik.
Reaksi-reaksi biokimia ini menyebabkan terbentuknya zat-zat yang memudahkan fusi membran
granula sehingga terjadi degranulasi. Degranulasi mengakibatkan pelepasan mediator-mediator
yang sebelumnya telah ada di dalam sel misalnya histamin, heparin, faktor kemotaktik neutrofil
(neutrophil chemotactic factor = NCF), platelet activating factor (PAF), maupun pembentukan
berbagai mediator baru. Diantara mediator baru yang dibentuk adalah slow reacting substances
anapltylaxis yang terdiri atas substansi-substansi dengan potensi spasmogenik dan vasodilatasi
yang kuat yaitu leukotrien LTB4, LTC4, dan LTD4, disamping beberapa jenis prostaglandin dan
tromboksan. Mediator-mediator tersebut mempunyai dampak langsung pada jaringan, misalnya
histamin menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, penyempitan bronkus,
edema pada mukosa, dan hipersekresi.
Iritan yang mengenai tubuh akan memicu sel mast untuk melepaskan neuropeptida
substansi P yang akan merangsang serabut saraf C (n.trigeminus) sehingga timbul nyeri.
Substansi P terletak dalam sel saraf yang terpencar di seluruh tubuh sel dan dalam sel endokrin
khusus di usus. Neuropeptida ini dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan
merupakan neurotransmiter rasa nyeri, raba, dan temperatur.
1.4 Pembentukan anti gen antibody
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma
kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang
pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop,
sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
1.5 Fungsi dan peran anti gen antibody pada mekanisme pertahanan tubuh
Yang diartikan dengan imunokompromais ialah fungsi sistim imun yang menurun. Sistim
imun terdiri atas komponen nonspesifik dan spesifik. Fungsi masing-masing komponen atau
keduanya dapat terganggu baik oleh sebabkongenital maupun sebab yang didapat. Pada hal yang
akhir, sistim imun tersebut sebelumnya berfungsi baik. Hal inilah yang dalam praktek sehari-
hari dimaksudkan dengan imunokompromais.
Keadaan imunokompromais yang sering ditemukan di dalam klinik dapat terjadi oleh
infeksi (AIDS, virus mononukleosis, rubela dan campak), tindakan pengobatan (steroid,
penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit), neoplasma dan penyakit
hematologik (limfoma/Hodgkin, leukemi, mieloma, neutropenia, anemi aplastik, anemi sel
sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetes
melitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, splenektomi, anestesi) dan lainnya
(lupus eritematosus sistemik), hepatitis kronis)
Berbagai 'tnikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di lingkungan maupun
yang sudah ada dalam badan penderita, yang dalam keadaan normal tidak patogenik atau
memiliki patogenesitas rendah, dalam keadaan imunokompromais dapat menjadi invasif dan
menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu penderita yang imunokompromais mempunyai
risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari badan sendiri maupun yang
nosokomial dibanding dengan yang tidak imunokompromais. Untuk mengerti hal-hal yang dapat
terjadi pada keadaan imunokompromais, komponen-komponen sistim imun dan fungsinya
masing-masing, respons imun serta mekanisme eliminasi antigen perlu dimengerti dengan baik.
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis
organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan tersebut dinamakan kekebalan.
Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
1). Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit peka yang
menyerang dan menghancurkan organisme spesifik/toksin.
2). Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakit-penyakit
pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh. Kekebalan ini disebabkan oleh
proses berikut:
Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari sistem makrof
jaringan.
Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim pencernaan
Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.
Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organism asing/toksin
dan menghancurkannya.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agen
penyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini penting sebagai pertahanan
terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak mempunyai kekebalan bawaan/alamiah.
Tubuh tidak menghambat invasi pada serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu terserang menyebabkan sistem imun khusus timbul dengan kuat untuk
menahan penginvasi/toksin, sehingga timbul daya tahan sangat spesifik untuk penginvasi tertentu
dan tidak untuk penginvasi jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat memberikan proteksi
ekstrim, misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi dalam dosis 100 ribu kali jumlah
yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan tersebut. Karena alas an ini proses yang
dikenal dengan vaksinasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit tertentu.
Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis dasar kekebalan yang didapat/khusus dan berhubungan
sangat erat, yaitu:
a). Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar, yang merupakan
molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.
b). Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit yang sangat khusus
dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang mempunyai kemampuan menyerang
agen asing dan menghancurkannya.
Tiap-tiap toksin atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawa kimia spesifik
atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya. Umumnya senyawa ini adalah
suatu protein, polisakarida besar, atau kompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan
kekebalan didapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung yang
ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah antigen yang dapat
menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkan destruksi cangkokan.
Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul yang besar,
selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai prostetik yang secara teratur
timbul pada permukaan molekul besar, yang mungkin menerangkan mengapa protein dan
polisakarida hampir selalu bersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat
streokimia
ini.
Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang secara genetik
tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi atau zat kimia, kekebalan didapatnya
tidak terbentuk. Jaringan limfoid hampir selalu terletak pada nodus limfatikus, tetapi juga
ditemukan dalam jaringan limfoid khusus seperti limpa, daerah submukosa saluran
pencernaaan, dan dalam jumlah kecil pada sumsum tulang.
Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini
secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:
a). Limfosit T, bergantung jawab dalam pebentukan limfosit yang disensitisasi yang memberikan
kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam timus,
b). Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalan humoral, dimana
limfosit B dibentuk dalam hati fetus.
Limfosit bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudian terjebak oleh jala
retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit terus berproduksi dan tumbuh jaringan
limfoid seluruh tubuh.
Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses kekebalan
didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya, mekanisme kekebalan normal
mengenali jaringannya sendiri sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Bratawijaya Karnen Grana dan renganis Iris. 2010. Imunologi Dasar, edisi ke-9.
jakarta : FKUI
Julia Mardana dan wahab Samik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit
Imun.jakarta : Widya medika