sistem komputerisasi haji

21
SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU BIDANG KESEHATAN Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan merupakan kegiatan pengamatan/surveilans yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam suatu siklus musim haji dengan menggunakan sistem komputerisasi, meliputi pengumpulan data-data tentang kejadian yang berhubungan dengan status kesehatan jemaah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi, yang diikuti dengan kegiatan pengolahan dan analisis data serta penafsiran dan penyebarluasan hasil analisis tepat waktu kepada stakeholder untuk pencegahan dan pengendalian. Hasil surveilans kesehatan haji pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa masalah kecepatan, ketepatan (validitas) dan kelengkapan data kesehatan haji merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan cepat dalam rangka penanggulangan berbagai masalah kesehatan haji. Beberapa masalah yang timbul antara lain banyaknya formulir yang harus dilengkapi diberbagai tingkat dirasakan menghambat waktu pelayanan kepada jemaah, sementara disisi lain catatan yang dibuat menunjukkan kinerja para petugas, masalah lain adalah duplikasi pada pencatatan yang dilakukan diberbagai tempat menyebabkan persepsi yang tidak sama dan multiinterpretasi terhadap data yang ada, ketidak seragaman

Upload: lisa-hidayati-dainir

Post on 05-Dec-2014

608 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem Komputerisasi Haji

SISTEM KOMPUTERISASI HAJI

TERPADU

BIDANG KESEHATAN

Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan merupakan kegiatan

pengamatan/surveilans yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam

suatu siklus musim haji dengan menggunakan sistem komputerisasi, meliputi

pengumpulan data-data tentang kejadian yang berhubungan dengan status kesehatan

jemaah haji baik di Indonesia maupun di Arab Saudi, yang diikuti dengan kegiatan

pengolahan dan analisis data serta penafsiran dan penyebarluasan hasil analisis tepat

waktu kepada stakeholder untuk pencegahan dan pengendalian.

Hasil surveilans kesehatan haji pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa

masalah kecepatan, ketepatan (validitas) dan kelengkapan data kesehatan haji merupakan

hal penting dalam pengambilan keputusan cepat dalam rangka penanggulangan berbagai

masalah kesehatan haji. Beberapa masalah yang timbul antara lain banyaknya formulir

yang harus dilengkapi diberbagai tingkat dirasakan menghambat waktu pelayanan kepada

jemaah, sementara disisi lain catatan yang dibuat menunjukkan kinerja para petugas,

masalah lain adalah duplikasi pada pencatatan yang dilakukan diberbagai tempat

menyebabkan persepsi yang tidak sama dan multiinterpretasi terhadap data yang ada,

ketidak seragaman dalam menegakkan diagnosis, analisis surveilans yang sangat

sederhana dan lambat sehingga kerap tidak mampu memenuhi kebutuhan pengambil

kebijakan.

Departemen agama sebagai koordinator penyelenggaraan haji dan subdit kesehatan haji

departemen kesehatan yang bertanggung jawab terhadap bidang kesehatan telah

melakukan banyak perbaikan, tidak hanya dalam hal penyediaan sarana pelayanan

kesehatan kepada jemaah haji tetapi juga perbaikan dalam ketepatan diagnosis, serta

sarana alat pencatatan dan pelaporan serta cara analisis, dengan mempertimbangkan

berbagai faktor antara lain regulasi kesehatan internasional dan dengan memperhatikan

berbagai perubahan yang terjadi. Buku manual surveilans kesehatan haji ini diharapkan

menjadi acuan bagi semua petugas kesehatan berkaitan dengan mekanisme “data

kesehatan haji”.

Page 2: Sistem Komputerisasi Haji

BIMBINGAN TEKNIS PENCATATAN DAN PELAPORAN

MELALUI APLIKASI SISKOHATKES

Tujuan yang diharapkan dengan adanya Siskohatkes adalahtersedianya data dan

informasi epidemiologi kesehatan haji sebagai dasar pengambilan keputusan dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan haji dalam

mewujudkan kemandirian jemaah haji pada bidang kesehatan. Adapaun tujuan khusus

yang hendak dicapai adalah :

A. Terkumpulnya data individual jemaah haji Indonesia meliputi data demografi, status

kesehatan, data kesakitan, dan kematian di Indonesia.

B. Terkumpulnya data kesakitan, kematian dan data ingkungan di kloter.

C. Terkumpulnya data kesakitan dan kematian di sector dan BPHI.

D. Terlaksananya pengolahan dan penyajian data epidemiologi kesehatan haji dalam

bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lanjut menurut variabilitas data. (di

semua lini).

E. Terdesiminasinya hasil pengolahan dan penyajian data epidemiologi beserta hasil

analisis epidemiologi lanjut dan rekomendasi kepada program terkait di berbagai jenjang

birokrasi, pusat riset/kajian serta sektor terkait lainnya.

A. Aplikasi SISKOHATKES

Tujuan dari aplikasi ini adalah membantu petugas untuk mengetahui laporan harian dan

kejadian-kejadian penting yang dialami oleh jemaah haji sehingga pelaporan dan

pemantauan jemaah haji dapat lebih cepat dan akurat. Teknologi yang digunakan untuk

pengembangan aplikasi ini, pengembang menggunakan Gammu. Gammu adalah

sekumpulan script programming yang berisi utilitas dan library untuk dapat bekerja

dengan handphone dari berbagai merk dan jenis. Mendukung berbagai macam model

tetapi fungsi dasar tetap dapat berjalan dengan baik. Dapat digunakan untuk phonebook,

pesan (SMS, MMS,dll) calender, radio serta kamera. Pada intinya aplikasi ini berlaku

pada semua tingkatan, mulai dari pusat, propinsi, kota dan Puskesmas. Menggunakan

versi gammu-1.25.0, aplikasi dapat diinstal ke server/PC yang berplatform Linux ataupun

Windows.

Page 3: Sistem Komputerisasi Haji

PENCATATAN DAN PELAPORAN MELALUI APLIKASI

SISKOHATKES

Alur Kegiatan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu

Kesehatan

Berdasarkan atas konsep surveilans, maka alur kegiatan surveilans kesehatan haji pada

prinsipnya mengikuti siklus tidak terputus sepanjang tahun, berbagai definisi, perubahan

terhadap risk factor dan risk groups akan terus dilakukan penyesuaian mengikuti

perkembangan, begitu pula teknik analisis dan cara diseminasi akan selalu di up date

mengikuti teknologi terkini. Berikut merupakan bagan alur kegiatan Siskohatkes dalam

penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia.

A. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Awal dari kegiatan surveilans kesehatan haji adalah melakukan pengumpulan data

tentang masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Secara garis besar data yang harus

dikumpulkan meliputi:

a. Data Rutin : adalah data yang secara berkala dikumpulkan untuk

kepentingan deteksi masalah kesehatan dan laporan eksekutif untuk

kepentingan penanggulangan masalah kesehatan haji. Data rutin terdiri

dari :

1) Data dasar (baseline data) : merupakan set data karakteristik individu

jemaah haji berdasarkandata siskohat Depag terdiri dari : nama, no porsi,

no paspor, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, BB, TB, pendidikan,

pekerjaan, asal provinsi, asal kabupaten, gol. darah, data risti berdasarkan

hasil pemeriksaan kesehatan di puskesmas/Rumah sakit di kab/kota, hasil

pemeriksaan terakhir di embarkasi, nomor kloter, embarkasi, tanggal

berangkat, no maktab, no rumah/pondokan.

2) Data harian : data yang dikumpulkan dan dilaporkan perhari di setiap

tingkat administratif. Data harian yang dikumpulkan meliputi :

Page 4: Sistem Komputerisasi Haji

a) Embarkasi : Data risti berdasarkan hasil pemeriksaan

kesehatan di puskesmas/rumah sakit di kab/kota, data

kumulatif jumlah pemeriksaan kesehatan di embarkasi,

data waktu dan jumlah jemaah saat pemberangkatan

dan pemulangan, data rawat jalan, rawat inap dan

jemaah wafat di embarkasi/deb haji berdasarkan

provinsi dan kab/kota.

b) Kloter : Data kunjungan rawat jalan berdasarkan jenis

penyakit, bila ada jemaah di kloter meninggal dunia

dilakukan pengisian verbal otopsi dan penentuan

CoD oleh dokter kloter

c) Sektor : Jumlah populasi at risk, kondisi faktor risiko

tingkat kloter, proporsi penyakit rawat jalan dikloter

berdasarkan kunjungan harian, data individu jemaah

rawat jalan dan rawat inap di sektor.

d) Daker : Laporan harian pelayanan kesehatan kantor

daerah kerja terdiri dari :

ringkasan eksekutif sesuai standar disertai lampiran

Jumlah jemaah haji (populasi at risk) jumlah kunjungan

rawat jalan sektor, data individu rawat inap di BPHI

dan RSAS, data individu jemaah haji meninggal dan

verifikasi verbal otopsi.

e) PPIH Bidang Kesehatan Arab Saudi : Laporan harian

penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi.

f) Sekretariat Tim penyelenggaraan kesehatan haji Depkes

: Laporan harian penyelenggaraan kesehatan haji.

b. Data tidak rutin : Data yang dikumpulkan untuk kepentingan

penanggulangan cepat dan audit terhadap masalah kesehatan diberbagai

level. Data tidak rutin terdiri dari data laporan kasus dan KLB sesuai

standar pelaporan penanggulangan kasus dan KLB pada jemaah haji

Indonesia, data kematian dan pengisian form verbal otopsi, data kehamilan

Page 5: Sistem Komputerisasi Haji

dan kelahiran, data jemaah yang harus divaksinasi ulang, data jemaah

yang harus diganti lembar K3JH-nya dll.

c. Data Faktor Risiko dan Lingkungan : Data proporsi jemaah berisiko

dan kondisi lingkungan yang dikumpulkan 1 kali saja oleh petugas kloter

diberbagai etape perjalanan haji dan petugas sansur diwilayah kerjanya

masing-masing. (see. Lamp 2). Data yang dikumpulkan meliputi proporsi

usila di kloter, proporsi jemaah dengan penyakit Kronik tertentu

(Hipertensi, DM, PJK, MCI, Asma, PPOK, Obesitas/kahexia, CRF,

Kanker, Hepatitis Kronik) data jarak pondokan dll (see. Lamp ).

d. Data Kajian Epidemiologi : Data yang dikumpulkan secara sistematis

dengan melalui metoda tertentu untuk kepentingan evaluasi dan penentuan

kebijakan kesehatan haji.

2. Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data surveilans kesehatan haji bersifat zero reporting (dilaporkan walau

tidak ada kasus), segera, harian, dan mingguan. Beberapa data faktor risiko dan penyakit

yang potensial menyebabkan terjadinya KLB membutuhkan waktu pelaporan yang cepat

dan tepat. Meningitis adalah contoh kasus yang membutuhkan informasi yang cepat dan

tepat karena memerlukan tindakan yang cepat untuk mengatasi penyebaran dan demikian

juga penanggulangan segera karena sangat fatal (berbahaya). Untuk membuat persepsi

yang sama tentang ”waktu” maka dibuatlah definisi sebagai berikut :

a. Tahun pada musim haji dihitung berdasarkan tahun hijrah dimana 9 Zulhijjah

sebagai hari wukuf terjadi, atau tahun masehi ketika hari wukuf.

b. Rentang Masa Operasional Kesehatan Haji adalah : Waktu yang dihitung mulai

dari hari pertama jemaah masuk ke asrama haji sampai dengan hari terakhir

jemaah meninggalkan debarkasi haji.

c. Hari : Terdapat 2 definisi hari yang berbeda antara Indonesia dan Arab Saudi :

1) 1 hari (24 jam) di Arab Saudi dihitung sejak jam 18.00 WAS sampai dengan

jam 17.59 WAS hari berikutnya.

Page 6: Sistem Komputerisasi Haji

2) 1 hari (24 jam) di Indonesia dihitung sejak jam 24.00 WIB sampai dengan jam

23.59 WIB hari berikutnya.

Untuk menyamakan definisi tentang waktu, maka waktu pengumpulan data ditentukan

sebagai berikut :

a. Data Rutin :

1) Data dasar (baseline data) : di kumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem

komputerisasi 1 kali setiap tahun pada bulan Jumadil Akhir dan di up-date

secara berkala sampai dimulainya operasional penyelenggaraan haji.

2) Data harian :

a) Embarkasi : Dikumpulkan sejak jemaah masuk ke asrama haji

embarkasi, dientry segera setelah dikumpulkan, dianalisis dan

dilaporkan setiap hari pada jam 21.00 WIB.

b) Kloter : Dikumpulkan setiap hari dan dilaporkan setiap jam 18.00

WAS, dientry dan analisis oleh sansur sektor pada jam 19.00

WAS.

c) Sektor : Data agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam 20.00

WAS.

d) Daker : Data agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam 22.00

WAS.

TUH : Data Agregat dianalis dan dilaporkan setiap jam 24.00 WAS.

b. Data tidak rutin : Dilapokan maksimal 24 jam sejak kasus pertama KLB dan

kematian terjadi.

c. Data faktor risiko dan lingkungan : dilaporkan maksimal 24 jam setelah berada

di wilayah/lingkungan tertentu.

d. Data kajian epidemiologi : Mengikuti time-schedule yang direncanakan.

Berikut definisi operasional beberapa data yang dikumpulkan berdasarkan waktu:

a. Rawat jalan di embarkasi/deb, kloter, sektor dan BPHI : kunjungan jemaah

untuk melakukan pengobatan pada petugas kesehatan di poliklinik emb/deb,

kloter, sektor dan BPHI.

Page 7: Sistem Komputerisasi Haji

b. Rawat inap di RS Rujukan emb/deb, sektor, BPHI dan RSAS : Perawatan yang

dilakukan pada jemaah haji Indonesia sekurangnya 6 jam.

c. Rujukan jemaah haji : perawatan yang dilakukan pada jemaah haji Indonesia

sekurangnya 2 jam dan dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan lain untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

d. KLB dan musibah massal : Kondisi diluar situasi normal yang menimbulkan

korban sakit ataupun meninggal dilaporkan selambatnya 24 jam dari kasus

pertama.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data surveilans kesehatan haji melalui sms, e-mail, fax atau

telephon. menjemput langsung data ke lapangan.

4. Sarana pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan selama operasional haji merupakan sumber data surveilans

kesehatan haji. Jenis pelayanan kesehatan haji secara bertingkat sebagai berikut :

a. Embarkasi/debarkasi : Tim pemeriksa kesehatan, poliklinik embarkasi/deb,

Rumah Sakit rujukan di emb/deb.

b. Kloter/penerbangan : TKHI dan TKHD terdiri dari minimal 1 dokter dan 2

perawat.

c. Sektor : Klinik rawat jalan dan rawat inap terdiri dari setidaknya 20 tempat tidur

di klinik sektor.

d. Daker : Balai Pengobatan Haji Indonesia, Rumah Sakit Arab Saudi

Di Indonesia terdapat 12 embarkasi haji dan 2 embarkasi antara serta Rumah Sakit

Rujukan haji. Di Arab Saudi Terdapat 480 – 510 kloter pada setiap masa operasional haji,

sarana pelayanan kesehatan yang tersedia adalah pelayanan kesehatan dasar dan

pemantauan faktor risiko. Pada level diatasnya terdapat 20 sektor terdiri dari 5 sektor di

Madinah dan 15 sektor di Mekkah dan pada tingkat wilayah kerja terdapat 3 daerah kerja

terdiri dari Daker Mekkah, Madinah dan Jeddah. Kesemua pelayanan kesehatan di Arab

Saudi dibawah koordinasi Teknis Urusan Haji bertempat di Jeddah.

Page 8: Sistem Komputerisasi Haji

Pengumpulan data rutin berasal dari setiap kloter, sementara pelayanan kesehatan tingkat

sektor dan Daker dilengkapi dengan laporan dan pengamatan tentang kasus rujukan dan

kunjungan rawat inap. Data yang dikumpulkan pada tingkat kloter, di rekap di sektor dan

kemudian data dari masing -masing sektor direkap sebagai laporan daker oleh petugas

surveilans di daker. (lihat bagan 2)

5. Sarana Alat Pencatatan

Sarana dan alat pencatat terdiri dari berbagai formulir sebagaimana terlampir. Seluruh

status Kesehatan dan diagnosis ditegakkan dengan menggunakan ICD X sebagai standar

diagnosis kesakitan dan kematian untuk beberapa penyakit terbanyak berdasarkan

pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Telah dilakukan penyesuaian template system

komputerisasi terhadap formulir yang tersedia. Untuk mempercepat pengumpulan data

dan analisis, subdit kesehatan haji melakukan persiapan dengan memberikan pelatihan

komputer bagi seluruh tenaga surveilans, sehingga sistem surveilans dapat dikerjakan

dengan berbasis komputer, artinya data cleaning (data yang sudah “bersih”) hanya dientri

ke komputer yang telah dilengkapi dengan program template dan juga tampilan analisis

sederhana yang dapat segera muncul. Data kunjungan kloter akan dikirimkan melalui

SMS 1 kali sehari pada jam 18.00 WIB - 19.00 WIB melalui template yang diinstall pada

handphone petugas kesehatan kloter.

6. Pelaksanaan Siskohatkes

Penjelasan berikut ini merupakan pekerjaan yang secara operasional dilakukan oleh

berbagai unsur dalam surveilans :

a. Embarkasi / Debarkasi Haji, pada saat jemaah masuk asrama haji

embarkasi/deb dilakukan rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan jemaah

lalu dilakukan pemeriksaan dokumen BKJH dan kartu ICV. Keseluruhan data

rekapitulasi jumlah dan jadual pemberangkatan, hasil pemeriksaan BKJH berupa

diagnosis dan status kelayakan, data faktor risiko dan lingkungan asrama

embarkasi/deb jemaah yang berobat ke poliklinik embarkasi/deb, data jemaah

Page 9: Sistem Komputerisasi Haji

yang dirujuk ke RS Rujukan serta data jemaah yang meninggal dunia dilakukan

pencatatan dan pengisian verbal otopsi dimasukkan ke dalam sistem.

b. Kloter

1) Data faktor risiko dan lingkungan : Laporan Assessement Kondisi awal kloter

dilaporkan kepada unit PRL KKP embarkasi/deb, sansur sektor di Madinah

dan sansur sektor di Mekkah.

2) Data harian : Laporan Harian, Kloter bertanggung jawab terhadap rekapitulasi

kunjungan di kloter (KHAKK) Lembar tersebut dilaporkan setiap hari paling

lambat pada jam 18.00 WAS kepada sansur sektor dimana kloter berada. Pada

kondisi armina terutama Arafah dan Muzdalifah laporan KHAKK diberikan

pada sansur di BPHI Mina. Data kumulatif kunjungan harian kloter dapat

dikirimkan melalui SMS.

3) Bila terjadi KLB/musibah massal petugas kloter harus melaporkan kejadian

tersebut kepada petugas sansur selambatnya 12 jam dari kasus pertama dan

langsung melakukan penanganan sementara. (KHAIn).

4) Bila terjadi kematian maka petugas kloter harus mengisi lembar otopsi verbal

dan COD ketentuan dan cara pencatatan terlampir. (KHAVA) dan

(KHACOD).

c. Sansur dan perawat daker melakukan entry terhadap jemaah Rawat Inap di

BPHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, data kematian jemaah yang terjadi di

wilayahnya. Data Rawat inap dapat dientry melalui SMS yang templatenya

diinstall pada handphone petugas.

d. Petugas Perbekalan Farmasi melakukan entrain terhadap data pemakaian obat.

Page 10: Sistem Komputerisasi Haji

HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H

Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai

prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu

ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status

kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor

risiko kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua)

tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit

pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung

jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji

Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H.

Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh

kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah

haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas

Juwangi dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1.

 

Page 11: Sistem Komputerisasi Haji

HASILKEGIATAN SURVEILANS HAJI TAHUN 2011M/1432H

Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai

prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Untuk itu, upaya pertama yang perlu

ditempuh adalah pemeriksaan kesehatan yang merupakan upaya identifikasi status

kesehatan sebagai landasan karakterisasi, prediksi dan penentuan cara eliminassi faktor

risiko kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan di Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H dilaksanakan 2 (dua)

tahap, yaitu tahap pertama di 29 puskesmas dan tahap kedua di 3 (tiga) rumah sakit

pemerintah yang telah ditunjuk sebagai rujukan. Untuk vaksinasi meningitis masih

dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali selain sebagai penanggung

jawab pemeriksaan kesehatan haji. Berikut gambaran hasil pemeriksaan kesehatan haji

Kabupaten Boyolali tahun 2011M/1432H.

Jamaah haji Kabupaten Boyolali sebanyak 745 jamaah yang tersebar di seluruh

kecamatan dan puskesmas. Dari 29 puskesmas dapat dilihat pada grafik bahwa jamaah

haji terbanyak di Puskesmas Boyolali I ada 69 jamaah dan paling sedikit di Puskesmas

Juwangi dengan 2 jamaah haji. Selanjutnya dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik

Berdasarkan jenis kelamin proporsi jamaah pria 362 orang (49%) lebih sedikit

dibandingkan jamaah haji wanita 383 orang (51%) dan 68% adalah wanita usia subur

Page 12: Sistem Komputerisasi Haji

(WUS). Kemudian dari penyebaran jamaah haji menurut golongan umur bahwa

golongan umur 41 - 59 tahun (48%) memiliki proporsi tertinggi, disusul golongan

umur ≥ 60 tahun (41%), dan terendah golongan umur ≤ 40 tahun (11%). Dilihat dari

jenis pekerjaan bahwa jamaah haji Kabupaten Boyolali tahun 2011 26% adalah

PNS/ABRI, 17% wiraswasta/pengusaha, dan 57% pekerjaan lainnya. Selanjutnya

dapat dilihat pada grafik 2,3,4, dan 5.

Page 13: Sistem Komputerisasi Haji

Jemaah haji risiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi berisiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji. meliputi :- Jemaah haji lanjut usia.- Jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari

Indonesia berdasarkan peraturan kesehatan yang berlaku.- Jemaah haji wanita hamil.- Jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau

penyakit tertentu lainnya.Jemaah haji mandiri (M) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.Jemaah haji observasi (O) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat.Jemaah Haji Pengawasan (P) adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan / obat dan orang lain.Jemaah haji tunda (T) adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.

Dari hasil pemeriksaan tahap pertama didapatkan hasil 65,23% jamaah haji mandiri, 33,83%

observasi, dan 0,94% jamaah haji dalam kategori pengawasan. Pada pemeriksaan tahap

pertama juga ditemukan resiko tinggi sebanyak 285 jemaah dengan rincian antara lain 37%

jamaah haji adalah usila (umur > 60 th), 9,99% hypertensi, 7,4% penyakit endokrin dan juga

ditemukan risti lainnya. Selanjutnya lihat pada grafik 6 dan 7.

Page 14: Sistem Komputerisasi Haji