sirih hijau (piper betle) rosita handayani, 1006659546, universitas indonesia

27
1 BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia, tanaman sirih telah banyak digunakan sejak abad 18an. Sirih dimanfaatkan untuk dikunyah daunnya atau yang dalam kebudayaan Jawa dikenal dengan istilah nginang dan dipercaya dapat digunakan untuk merawat kesehatan gigi. Pada pengunyahan campuran daun sirih, biji pinang (Areca catechu) dan kapur akan merubah arekolin menjadi arekaidin sehingga dapat menyebabkan terjadinya stimulasi syaraf pusat. Masyarakat awam hanya tahu bahwa makan sirih akan bermanfaat bagi kesehatan gigi. Padahal khasiat makan sirih jauh lebih banyak lagi. Khasiat daun sirih antara lain antibiotik, antiseptik dan stimulan. Secara tradisional, masyarakat memanfaatkan daun sirih untuk obat batuk, obat kumur, mengobati gusi dan hidung berdarah, menghilangkan bau badan dan untuk ibu-ibu yang ingin berhenti menyusui anaknya, daun sirih bisa mengurangi produksi air susu. Tanin dalan biji pinang atau gambir yang digunakan untuk makan sirih, berkhasiat memperkuat selaput rongga mulut dan tenggorokan. Sementara kapurnya akan menetralkan rongga mulut dan perut. Di Asia, ekstrak daun sirih diketahui mempunyai aktivitas antioksidan. Tanaman lokal yang mempunyai aktivitas ini berasal dari spesies P.betle yang dievaluasi manfaatnya dengan uji in vitro seperti : pengujian menggunakan DPPH radical scavengung activity, superoxide radical scavenging activity dalam riboflavin/NBT system, hydroxy radical scavenging activity dan hambatan peroksida lemak yang diinduksi dengan FeSO 4 dalam kuning telur. Sirih(Piper betle L.). Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai daya antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung didalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel. Isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol dan Caryophyllen, kavikol, kavibekol, estragol, terpinen (Sastroamidjojo, 1997). Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk mengurangi sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997). Selain itu didalam daun sirih

Upload: rosita-handayani

Post on 02-Aug-2015

1.126 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

Di Indonesia, tanaman sirih telah banyak digunakan sejak abad 18an. Sirih

dimanfaatkan untuk dikunyah daunnya atau yang dalam kebudayaan Jawa dikenal

dengan istilah nginang dan dipercaya dapat digunakan untuk merawat kesehatan

gigi. Pada pengunyahan campuran daun sirih, biji pinang (Areca catechu) dan

kapur akan merubah arekolin menjadi arekaidin sehingga dapat menyebabkan

terjadinya stimulasi syaraf pusat. Masyarakat awam hanya tahu bahwa makan

sirih akan bermanfaat bagi kesehatan gigi. Padahal khasiat makan sirih jauh lebih

banyak lagi. Khasiat daun sirih antara lain antibiotik, antiseptik dan stimulan.

Secara tradisional, masyarakat memanfaatkan daun sirih untuk obat batuk, obat

kumur, mengobati gusi dan hidung berdarah, menghilangkan bau badan dan untuk

ibu-ibu yang ingin berhenti menyusui anaknya, daun sirih bisa mengurangi

produksi air susu. Tanin dalan biji pinang atau gambir yang digunakan untuk

makan sirih, berkhasiat memperkuat selaput rongga mulut dan tenggorokan.

Sementara kapurnya akan menetralkan rongga mulut dan perut.

Di Asia, ekstrak daun sirih diketahui mempunyai aktivitas antioksidan.

Tanaman lokal yang mempunyai aktivitas ini berasal dari spesies P.betle yang

dievaluasi manfaatnya dengan uji in vitro seperti : pengujian menggunakan DPPH

radical scavengung activity, superoxide radical scavenging activity dalam

riboflavin/NBT system, hydroxy radical scavenging activity dan hambatan

peroksida lemak yang diinduksi dengan FeSO4 dalam kuning telur. Sirih(Piper

betle L.). Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai daya

antibakteri. Kemampuan tersebut karena adanya berbagai zat yang terkandung

didalamnya. Daun sirih mengandung 4,2 % minyak atsiri yang sebagian besar

terdiri dari Chavicol paraallyphenol turunan dari Chavica betel. Isomer Euganol

allypyrocatechine, Cineol methil euganol dan Caryophyllen, kavikol, kavibekol,

estragol, terpinen (Sastroamidjojo, 1997).

Karvakol bersifat sebagai desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan

sebagai antiseptik, euganol dan methyl-euganol dapat digunakan untuk

mengurangi sakit gigi (Syukur dan Hernani, 1997). Selain itu didalam daun sirih

2

juga terdapat flavanoid, saponin, dan tannin. Menurut Mursito (2002) saponin dan

tannin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai

bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan

melawan infeksi pada luka. Flavanoid selain berfungsi sebagai bakteriostatik juga

berfungsi sebagai anti inflamasi. Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih

antara lain mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol

yang mempunyai daya antibakteri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap

Staphylococcus aureus.

Daya hambat terhadap pertumbuhan Staphyllococcus aureus dan Entamoeba

coli minyak atsiri yang diperoleh dengan metode ekstraksi lebih kuat dari pada

minyak atsiri yang diperoleh secara destilasi. Sediaan pasta gigi dengan

konsentrasi 0,5 % mempunyai daya antiseptik terhadap Streptococcus alpha(Siti

Sundari,1990). Minyak atsiri daun pada pengenceran 1:10.000 dapat mematikan

Paramoecium caudatum dalam jangka waktu 5 menit; sedangkan pada

pengenceran 1:4000 dapat menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae.

Pengenceran 1:3000 dan 1:2000 dapat menghambat berturut-turut Salmonella

typhosum, Shigella flexneri dan Escherichia coli, Micrococcus pyogenes var.

Aureus (Backer, 1968). Krotepoksida mempunyai potensi sitotoksik. Senyawa

fenolik bungan Piper betle dapat berefek pada sekresi katekolamin(Hwang,1996)

Selama ini di masyarakat dikenal ada empat varietas tanaman sirih. Pertama

sirih hijau yang banyak tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTT.

Daunnya berwarna hijau tua dengan kandungan minyak asiri cukup tinggi apabila

tumbuh di lokasi terbuka. Bentuk daun sirih hijau agak bulat. Pada kondisi yang

ekstrim kering, sirih hijau akan menghasilkan buah. Sirih hijau inilah yang juga

banyak dibudidayakan di Taiwan dan Thailand. Kedua sirih kuning dengan daun

berwarna hijau kekuningan. Apabila tumbuh di lokasi terbuka, pucuk daun sirih

hijau akan benar-benar berwarna kuning cerah. Bentuk daun sirih kuning lebih

ramping dengan ujung yang lebih runcing. Sirih kuning lebih sulit berbuah dan

banyak dibudidayakan di Sumatera dan Jawa Barat. Ketiga sirih kaki merpati

yang berdaun kuning dengan tulang daun berwarna merah. Sirih kaki merpati

dibudidayakan sebagai tanaman hias. Keempat sirih hitam yang cukup langka dan

3

dikoleksi masyarakat untuk bahan obat/jamu. Dari empat varietas sirih tadi, yang

pembudidayaannya cukup luas hanyalah sirih hijau.

Meskipun mampu menghasilkan buah/biji, namun budidaya sirih selalu

dilakukan dengan benih yang berasal dari setek batang. Batang sirih sendiri ada

dua macam. Pertama batang yang menghasilkan akar panjat (akar lekat). Batang

ini biasanya menjalar di tanah atau memanjat di tebing/batang tumbuhan lain.

Batang ini juga menghasilkan daun yang kandungan minyak asirinya sangat

rendah. Kedua batang yang tidak memiliki akar panjat. Batang ini akan

menghasilkan cabang, ranting, daun dan bunga serta buah. Daun dari batang inilah

yang layak panen karena mengandung minyak asiri cukup tinggi. Untuk produksi

benih, yang digunakan adalah batang dengan akar panjat. Meskipun batang yang

tidak berakar panjat juga bisa disetek, hasilnya tidak mungkin digunakan untuk

benih. Sirih relatif sangat mudah diperbanyak. Stek yang berasal dari batang yang

berakar panjat, bisa langsung ditanam di lokasi. Namun untuk budidaya dalam

skala luas, sebaiknya benih terlebih dulu disemai dalam keranjang bambu,

polybag kecil, kantung plastik bening maupun wadah lain. Baru setelah benih

tumbuh cukup subur dipindah ke lokasi penanaman.

Di Indonesia, belum ada kebun sirih dalam skala yang cukup luas. Untuk

keperluan industri sekalipun, daun sirih masih dikumpulkan oleh para tengkulak

dari tanaman penduduk yang hanya merupakan tumbuhan di pekarangan rumah

atau batas kebun. Apabila tidak diberi irigasi teknis, maka panen daun sirih hanya

bisa dilakukan selama musim penghujan. Kandungan minyak asiri daun yang

dipanen pada musim penghujan, justru sangat rendah. Sementara pada musim

kemarau produksi daun akan rendah, padahal kandungan minyak asirinya justru

tinggi. Itulah sebabnya budidaya sirih secara komersial harus disertai dengan

pengairan teknis.

4

BAB II

KLASIFIKASI DAN TATA NAMA 2.1.Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Urticales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L

Sinonim : Cnavica auriculata Miq.; C. betle Miq. (Sumber : warintek.go.id)

Nama betel dari bahasa Portugis - betle, berasal sebelumnya dari bahasa

Malayalam di negeri Malabar yang disebut vettila. Dalam bahasa Hindi lebih

dikenali pan atau paan dan dalam bahasa Sunskrit pula disebut sebagai tambula.

Dalam bahasa Sinhala Sri Lanka disebut bulat. Sedangkan dalam Bahasa Thai

pula disebut sebagai plu.

2.2.Tata nama

Sumatera : furu kuwe, puro kuro (Enggano), ranub (Aceh), blo, sereh

(Gayo),blo (Alas), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba), burangir

(Angkola,Mandailing), ifan, tafou (Simalungun), afo, lahina (Nias), cabai

(Mentawai), ibun, serasa, seweh (Lubu), sireh, sirieh, sirih, suruh (Palembang,

Minanagkabau), canbai (Lampung). Jawa : seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa),

sere (Madura).Bali : base, sedahNusatenggara : nahi (Bima), kuta (Sumba), mota

(Flores), orengi (Ende), taa (Sikka), malu (Solor), mokeh (Alor).Kalimantan :

uwit (Dayak), buyu (Bulungan), uduh sifat (Kenya), sirih(Sampit), uruesipa

(Seputan). Sulawesi : ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili (Buol),

bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi (Talaud) Maluku : ani-ani (Hok),

papek, raunge, rambika (Alfuru), nein (Bonfia), kakinuam (Waru), kamu (Pirau,

Sapalewa), amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias), garmo (Buru), bido

(Macan).Irian : reman (Wendebi), manaw (Makimi), namuera (Saberi), etouwon

(Armahi), nai wadok (Saarmi), mera (Sewan), mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi

(Sawa), freedor (Awija), dedami (Marind). Nama Asing : ju jiang (Cina)

5

BAB III

MORFOLOGI, HABITAT, DAN PENYEBARAN TANAMAN

3.1.Morfologi Tanaman

Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat dan bersandar pada batang

pohon lain, tingginya dapat mencapai 5 – 15 m.

Batang : berkayu lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur,

berwarna merah coklat

Daun : merupakan daun tunggal, tumbuh berseling. Pangkal daun

berbentuk jantung atau agak bundar asimetris, ujung daun runcing, tepi dan

permukaan daun rata, pertulangan menyirip. Warna daun bervariasi, dari kuning,

hijau sampai hijau tua. Daun sirih berbau aromatis.

Gambar 3.1. Batang dan daun sirih. Sumber : http://www.tradewindsfruit.com/betel_leaf.htm

Bunga : tersusun dalam bentuk bulir, merunduk, panjang 5 – 15 cm,

sendiri sendiri di ujung cabang dan di ketiak daun.

Buah : buni, bulat, berdaging, berwarna kuning hijau, menyambung

manjadi bulat panjang.

Gambar 3.2 : Buah sirih. Sumber : http://dedet-produksi.blogspot.com/2010/11/perbanyakan-

tanaman-sirih-dengan-stek.html

Biji : berbentuk bulat.

Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jaenis berdasarkan bentuk daun,

aroma dan rasa. Jenis

rasanya kurang tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan

warna kuning di beberapa bagian, dan rasa dan bau lebih kuat), sirih cengke (daun

kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh), sirih

dan digunakan sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang

dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasadnya kurang

pedas.

Akar : Tunggang, buiat, coklat

ujungnya, yang sering terlihat adalah akar sekunder yang

merupakan akar yang muncul sebagai akibat dari penjalaran batang

di bawah tanah

Sumber :

3.2.Habitus dan Penyebaran

3.2.1 Habitat dan tempat penyebaran

Sirih ditemukan dibagian timur pantai Afrika, disekitar pulau Zanzibar,

daerah sekitar sungai indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang,

kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di

Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati

atau hutan hujan sampai ketinggian 300m diat

memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus,

subur dan pengairan yang baik.

gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang

berbentuk bulat.

Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jaenis berdasarkan bentuk daun,

aroma dan rasa. Jenis-jenis tersebut adalah sirih jawa (berdaun hijau tua dan

rasanya kurang tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan

warna kuning di beberapa bagian, dan rasa dan bau lebih kuat), sirih cengke (daun

kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh), sirih hitam (rasanya sangat kuat

dan digunakan sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang

dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasadnya kurang

Tunggang, buiat, coklat kekuningan. Akar utama sulit

ujungnya, yang sering terlihat adalah akar sekunder yang

merupakan akar yang muncul sebagai akibat dari penjalaran batang

di bawah tanah

Gambar 3.3 : Batang dan akar sekunder sirih.

Sumber : http://www.tradewindsfruit.com/betel_root.htm

Habitus dan Penyebaran

Habitat dan tempat penyebaran

temukan dibagian timur pantai Afrika, disekitar pulau Zanzibar,

sungai indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang,

kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di

Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati

atau hutan hujan sampai ketinggian 300m diatas permukaan laut. Unutk

memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus,

subur dan pengairan yang baik. Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah

gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang

6

Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jaenis berdasarkan bentuk daun,

adalah sirih jawa (berdaun hijau tua dan

rasanya kurang tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan

warna kuning di beberapa bagian, dan rasa dan bau lebih kuat), sirih cengke (daun

hitam (rasanya sangat kuat

dan digunakan sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang

dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasadnya kurang

. Akar utama sulit ditemukan

ujungnya, yang sering terlihat adalah akar sekunder yang

merupakan akar yang muncul sebagai akibat dari penjalaran batang

http://www.tradewindsfruit.com/betel_root.htm

temukan dibagian timur pantai Afrika, disekitar pulau Zanzibar,

sungai indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang,

kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di

Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati

as permukaan laut. Unutk

memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus,

Sirih hidup subur dengan ditanam di atas tanah

gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang

7

mencukupi. Daun Sirih (Piper Betle) sejak lama dikenal oleh nenek moyang kita

sebagai daun multi khasiat. Selain untuk ramuan tradisional, daun sirih paling

banyak dipakai untuk nyirih atau nginang (Jawa). Daun sirih dicampur dengan

pinang (jambe) dan kapur dikunyah. Biasanya kelengkapan untuk 'nginang'

tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan kapulaga. Kebiasaan

nyirih ini ternyata bisa memperkuat gigi dan menjauhkan mulut dari berbagai

macam penyakit mulut semisal sariwan, gusi pecah dan sakit radang tenggorokan

Terkandung Minyak atsiri dalam daun sirih yakni fenol betel dan kavikol

menimbulkan aroma yang harum. Dua bahan ini bisa berfungsi sebagai antiseptis

alami karena mengandung komponen fenol alami. Rasa sirih itu sendiri

disebabkan oleh kandungan fenol dan bahan-bahan terpene yang

menyebabkannya pedas. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih ialah

kalsium nitrat, sedikit gula dan tannin

3.2.2 Syarat Tumbuh

Tanaman sirih dapat tumbuh baik di daerah dengan iklim sedang sampai

basah. Sirih dapat ditemui mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi

dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman sirih menyukai

tempat tempat yang mendapat cahaya matahari penuh. Sirih dapat tumbuh pada

berbagai jenis tanah dengan struktur sedang. Sebaiknya sirih ditanam pada tanah

yang subur, berhumus, kaya akan hara dan gembur.

8

BAB IV

IDENTIFIKASI SIMPLISIA

4.1.Makroskopik

Serbuk : Warna cokelat tua, berbau khas sirih.

Rajangan : Batang kering beruas, berbau khas sirih, sering dijumpai akar

sekunder pada ruas batang.

4.2. Mikroskopik

4.2.1. Penampang melintang batang

Gambar 4.2.1 : Penampang melintang batang

Keterangan gambar : 1. Rambut penutup, 2. Epidermis, 3. Korteks(Parenkim), 4.

Sklerenkim, 5. Pembuluh vaskuler perifer, 6. Kambium vaskuler, 7. Perisikel, 8.

Hipodermis(Kolenkim), 9. Floem, 10. Xilem, 11. Stele, 12. Jaringan dasar dan

parenkim, 13. Kambium

Pada penampang secara melintang terlihat jelas epidermis yang terdiri dari

selapis sel berbentuk sel yang agak panjang. Rambut penutup ditemukan berupa

13

9

sel tunggal. Bagian sklerenkim berwarna lebih gelap daripada sel-sel

disekelilingnya, terdiri dari 2-4 lapis sel yang melingkar mengelilingi pembuluh

vaskuler. Hipodermis terdiri dari sel-sel berukuran kecil yang berkelompok,

berwarna lebih gelap dan letaknya berdekatan dengan epidermis. Floem dapat

dibedakan jelas dari xylem karena dibatasi oleh kambium

4.2.2. Penampang Membujur

Gambar 4.2.2 : Penampang membujur batang sirih

Keterangan : 1. Epidermis, 2. Korteks, 3. Endodermis, 4. Berkas

pembuluh penebalan jala. 5. Berkas pembuluh penebalan spiral, 6. Pusat(Stele)

dengan penebalan jala

Pada pengamatan mikroskopis tampak terdapat epidermis berupa selapis

sel berbentuk persegi panjang dengan ujung yang tumpul. Pada bagian yang lebih

dalam terdapat 2-3 lapis korteks dan diikuti oleh endodermis yang terlihat seperti

serat. Fragmen pembuluh terlihat jelas berupa penebalan berbentuk jala dan

spiral. Pada pusat(stele) terdapat penebalan berbentuk jala tanpa spiral.

10

4.2.3. Pengamatan Serbuk

Gambar 4.2.3 : Mikroskopis serbuk sirih

Keterangan : 1. Kelenjar minyak berwarna cokelat tua, 2. Fragmen

pembuluh dengan penebalan jala, 3. Fragmen pembuluh dengan penebalan spiral,

4. Parenkim, 5. Epidermis, 6. Sel gabus

Pengamatan serbuk secara mikroskopis memperlihatkan adanya kelenjar

minyak berwarna cokelat tua dalam jumlah banyak. Fragmen-fragmen pembuluh

terlihat jelas dengan penebalan bentuk spiral dan jala. Sel epidermis terdiri dari

selapis sel, namun sulit dibedakan dari bagian korteks, terdapat sel gabus dengan

lapisan-lapisan tipis berserat halus.

11

BAB V

KANDUNGAN KIMIA, CARA ISOLASI, DAN PENGGUNAAN SECARA

TRADISIONAL, SERTA BERDASARKAN PENELITIAN

5.1 Kandungan Kimia

Tabel 5.1. Kandungan kimia pada Sirih

No Kandungan Kimia Persentase

1 minyak atsiri 1% - 4,2 %, 2 hidrosikavikol 3 kavikol 7,2 – 16,7% 4 kavibetol 2,7 – 6,2% 5 allypyrokatekol 0 – 9,6% 6 karvakrol 2,2 – 5,6% 7 eugenol 26,8 –-42,5% 8 eugenol methyl ether 4,2 – 15,8% 9 p-cymene 1,2 – 2,5% 10 cineole 2,4 – 4,8% 11 caryophyllene 3,0 – 9,8% 12 cadinene 2,4 -15,8% 13 estragol 14 terpenena, seskuiterpena, tripterpenoid , fenil

propane, terpinil asetat, kadinen

15 tannin 16 diastase 0,8 – 1,8%, 17 metileugenol 18 pirokatekin 19 1,8-sineol, 20 b-sitosterol 21 gula, pati

Andarwulan (1995) telah menyelidiki karakteristik antioksidan daun sirih,

terutama pemisahan komponen dalam oleoresin daun sirih dengan kromatografi

lapis tipis. Peneliti tersebut menemukan bahwa ekstrak oleoresin daun sirih

kuning mempunyai aktivitas antioksidan, dimana daun sirih yang diekstrak

dengan heksan kemudian dengan etanol menunjukkan aktivitas antioksidan relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan BHA dan daun sirih yang diekstrak metanol

serta daun sirih yang diekstrak dengan heksan kemudian dengan metanol

12

Gambar 5.1 : Struktur kimia senyawa yang terkandung dalam sirih

5.2 Cara ekstraksi

Ekstrak daun sirih adalah ekstrak yang dibuat dari daun tumbuhan Piper

betle L, suku Piperaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 9% dan

flavonoid tidak kurang dari 0, 3%.

Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 95%.

Satu bagian serbuk kering daun sirih dimasukkan ke dalam maserator, ditambah

10 bagian etanol 95%, direndam selama 6 jam sambil sesekali diaduk, kemudian

didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan

jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan

dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang

diperoleh ditimbang dan dicatat. Rendemen tidak kurang dari 10,2 %. Cara ini

digunakan terutama untuk mengekstraksi antioksidan. Pada cara ini ekstraksi

antioksidan dilakukan dengan etanol karena etanol merupakan pelarut organik

yang bersifat polar sehingga diharapkan komponen antioksidan fenolik terekstrak

sebanyak mungkin. Dari penelitian Susanto (1995) diketahui bahwa fraksi polar

dari ekstrak antioksidan daun sirih mempunyai aktivitas antioksidan serta total

fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi nonpolarnya

13

5.3 Isolasi senyawa

Daun/batang sirih yang sudah dipotong-potong sebanyak ±10 kg, dimasukkan

ke dalam dandang yang telah diisi air. Alat destilasi uap kemudian dirangkai

dengan merangkaikan pendingin (kondensor). Dandang kemudian dipanaskan dan

dijaga agar tidak menggunakan temperatur yang tinggi. Air dialirkan ke

kondensor dan dijaga agar air terus mengalir. Temperatur kondensor dijaga tetap

dingin dengan menambahkan es, sehingga minyak yang menguap semuanya

terembunkan dan tidak lepasm ke udara. Destilat yang diperoleh merupakan

campuran minyak dengan air yang selanjutnya dipisahkan dalam corong pisah.

Untuk pemisahan sempurna, destilat ditambahkan natrium klorida (NaCl) agar

minyak yang teremulsi terpisah. Fase air ditampung dengan erlenmeyer, untuk

dipisahkan lagi karena kemungkinan masih mengandung sedikit minyak yang

teremulasi. Fase air ini ditambahkan lagi dengan NaCl kemudian dipisahkan

dalam corong pisah. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semua

minyak terpisahkan. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur

dengan sedikit air, kemudian ditambahkan kalsium klorida anhidrat dan

didekantasi. Sebanyak 10 mL minyak astiri yang diperoleh kemudian dituangkan

ke dalam corong pisah, ditambahkan 15 mL n-heksana dan dipartisi dengan 15

mL metanol-air (7:3) secara bertahap, kemudian dikocok. Campuran didiamkan

beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan cairan yang terpisah. Lapisan

kemudian dipisahkan dan ditampung. Fraksi yang diperoleh adalah fraksi n-

heksana dan fraksi metanol. Fraksi metanol kemudian dipartisi lagi dengan 15 mL

kloroform secara bertahap dan dikocok, maka terbentuk dua lapisan cairan yang

terpisah. Lapisan kemudian dipisahkan sehingga’diperoleh dua fraksi yaitu fraksi

metanol dan fraksi kloroform. Ketiga fraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan

dengan menggunakan rotary vacuum evaporator. Minyak yang diperoleh

kemudian digunakan untuk uji antiradikal bebas dan dianalisis senyawanya

dengan GC-MS.

14

Gambar 5.2.2 : Skema ekstraksi untuk isolasi. Ilustrasi oleh : Rosita Handayani

Destilat

Daun/Batang±10 kg

Fase Minyak Fase Air

Fase Minyak

Fase Air

Minyak atsiri

Fraksi n-heksana

Fraksi metanol

Fraksi metanol

Fraksi Kloroform

Potong-potong, masukkan dandang destilasi Lakukan destilasi uap

Pisahkan campuran minyal-air dengan corong pisah Tambahkan NaCl

Tambahkan NaCl, pisahkan dengan corong pisah, lakukan berulang-ulang hingga minyak-air terpisah Digabung Tambahkan dnegan CaCl2

anhidrat Dekantasi

Tuang pada corong pisah. Tambah 15 ml n-heksana Partisi dengan metanol-air(7:3) secara bertahap. Kocok

Partisi dengan 15 ml kloroform, kocok

Pekatkan dengan rotary vacum evaporator

Ektstrak untuk uji anti radikal dengan GC-MS

15

Cara Isolasi

Bahan

• Sampel (Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih

segar atau batang sebanyak 10,00 kg. Sampel dibersihkan dan dipotong

kecil-kecil, kemudian didestilasi uap, sehingga diperoleh destilat 13,0 mL)

� kalsium klorida anhidrat, natrium klorida, nheksana,

� kloroform, metanol, akuades, dan

� DPPH.

Alat

� seperangkat alat destilasi

� uap, corong pisah, erlenmeyer, neraca analitik,

� gelas ukur, botol tempat minyak atsiri,

� aluminium foil, rotary vacuum evaporator,

� spektrofotometer ultraviolet-tampak, dan

� seperangkat alat GC-MS.

Langkah kerja

1. Batang/daun sirih direbus sampai terdapat uap dari hasil rebusan tersebut

(didestilasi)

Gambar 5.2.3 : Alat destilasi uap.

Sumber : http://kimiamagic.blogspot.com/2010/02/destilasi.html

16

2. Uap hasil destilasi dialirkan ke kondensor.

3. Suhu kondensor dijaga agar tetap dingin dengan menambahkan es agar

minyak yang menguap dapat diembunkan

4. Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dengan air yang

selanjutnya dipisahkan dalam corong pisah.

5. Untuk pemisahan sempurna, destilat ditambahkan natrium klorida (NaCl)

agar minyak yang teremulsi terpisah.

6. Fase air ditampung dengan Elenmeyer, untuk dipisahkan lagi karena

kemungkinan masih mengandung sedikit minyak yang teremulasi.

7. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semua minyak

terpisahkan.

8. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur dengan

sedikit air, kemudian ditambahkan kalsium klorida anhidrat dan

didekantasi.

9. Minyak astiri yang ditambahkan n-heksana dan dipartisi dengan 15 mL

metanol-air (7:3) secara bertahap, kemudian dikocok.

10. Fase minyak yang diperoleh kemungkinan masih bercampur dengan

sedikit air, kemudian ditambahkan kalsium klorida anhidrat dan

didekantasi.

11. Minyak astiri yang ditambahkan n-heksana dan dipartisi dengan 15 mL

metanol-air (7:3) secara bertahap, kemudian dikocok.

12. Ketiga fraksi dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator.

13. Minyak yang diperoleh kemudian dianalisis kandungan senyawanya

dengan alat GC MS

17

Gambar 5.2.4 : Gambar kromatogram senyawa pada ekstrak sirih menggunakan alat GC-MS

Kromatogram di atas menunjukkan 27 puncak yang terdeteksi. Masing-

masing puncak kemudian dianalisis dalam spektrometer massa. Hasil analisis

minyak atsiri daun sirih dengan GC-MS sesuai dengan literatur yang

menyebutkan bahwa kandungan minyak atsiri daun sirih adalah beberapa turunan

senyawa fenol (Heyne, 1987; Moeljatno, 2003). Spektrum massa masing-masing

puncak setelah dicocokkan dengan database merujuk senyawasenyawa seperti

pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil analisis senyawa pada sirih menggunakan GC-MS

Puncak Waktu retensi (menit) Senyawa yang diduga Puncak 1 5,00 Bisiklo[3.1.0]-2-metil-5-(1-metiletil) Puncak 2 5,21 Alpha pinen Puncak 3 5,62 Kampen Puncak 4 6,24 Bisiklo[3.1.0]-hek-2-sen-4-metil-1-(1-metiletil) Puncak 5 6,65 Beta pinen Puncak 6 7,02 3-heksen-1-ol-asetat Puncak 7 7,30 Bisiklo [4.1.0] hep-2-ten, 3,7,7,-trimetil Puncak 8 7,49 1-metil-2-(1-metiletil) benzena Puncak 9 7,61 Beta pellandren Puncak 10 7,67 Eukaliptol Puncak 11 8,28 1,4-sikloheksadiena- 1-metil-4-(1-metiletil) Puncak 12 8,92 Sikloheksena-1-metil-4-(1-metiletileden) Puncak 13 9,13 Bisiklo[4.1.0]-hep-3-ten-3,7,7-trimetil Puncak 14 10,67 4-metil-1-(1-metiletil)-3-sikloheksen-1-ol Puncak 15 11,02 P-alil-anisol Puncak 16 11,89 4-(2-propenil) fenol Puncak 17 13,34 Fenol 4-(2-propenil) asetat Puncak 18 13,75 2-metoksi-4-(1-propenil) fenol Puncak 19 13,86 Alpha kuben

18

Puncak 20 14,26 1-etenil-1-metil-2,4-bis(1-metiletenil) sikloheksana Puncak 21 14,49 Kariofilen Puncak 22 14,95 Alpha kariofilen Puncak 23 15,21 1,2,3,4,4a,5,6,8a-oktahidro-7-metil-4-metilen-1-(1-etietil)naftalen Puncak 24 15,30 1-metil-5-metilen-8-(1-metietil) 1,6-siklodekadiena Puncak 25 15,38 Dekahidro-4a-metil-1-metilen-7-(1-metiletenil)naftalen Puncak 26 15,49 Dekahidro-4a-metil-1-metilen-7-(1-metiletiliden)naftalen Puncak 27 15,77 3-alil-6-metoksifenil aseta

5.4 Penggunaan tradisional

Sirih sering dipakai untuk tujuan pengobatan pada hidung berdarah (mimisen-

Jawa), mulut berbau, mata sakit, radang tenggorokan(Koensoemardiyah, 1992).

Daun dikunyah bersama kapur (injet-Jawa) bersama biji pinang untuk penguat

gigi dan stimulansia; Campuran tersebut berasa pedas, adsringent; menyebabkan

air ludah berwarna merah dan gigi menjadi berwarna hitam(Duke, 1985) Banyak

digunakan untuk pengobatan penyakit asma, rheumatic arthritis, rhumatalgia,

luka-luka.

Cara pemakaian di masyarakat

Mengobati batuk

Daun sirih 6 lembar, daun jintan 10 lembar, buah kapulogo 6 buah, kayu manis 2

jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air

bersih 3 gelas, sehingga hanya tinggal kurang lebih ¾ nya, sesudah dingin

disaring lalu diminum ( 3 x sehari masing-masing ¾ gelas). Selain bagian daun,

bagian batang yang masih muda juga dapat digunakan

Mengobati kapala pusing

Daun sirih beserta batangnya 10 lembar, daun incok 20 lembar, daun lidah buaya

½ pelepah, kulit mesoyi 2 jari, ganti 2 jari, jintan-putih 1 sendok teh, dicuci dan

ditumbuk halus-halus, diramas dengan cuka 3 sendok makan, untuk menggosok

punggung, tengkuk, leher, dahi dan pelipis (1-2 x sehari sebanyak yang

diperlukan)

Mengobati asma

Daun sirih 8 lembar, daun akar -gamat 12 lembar, biji buah putat 20 buah, lada

putih 30 butir, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diramas dengan minyak kayu

putih 3 sendok teh, untuk melumas dada dan leher (1 - 2 x sehari sebanyak yang

diperlukan kalau serangan penyakitnya datang).

19

Menghilangkan bau badan

Rebus 5 lembar daun sirih segar dengan 2 gelas air, hingga tinggal 1 gelas.

Minum siang hari.

Mimisan atau keluar darah dari hidung

Selembar daun sirih muda, cuci, tekuk dua, gulung, masukkan ke hidung yang

berdarah, sampai darah berhenti mengalir. Usahakan agar penderita tetap duduk

tegak, agar darah tidak megnalir ke belakang rongga hidung.

Koreng atau gatal-gatal

20 lembar daun seirih yang tua, rebus dengan 3-4 gelas air, gunakan air rebusan

daun sirih yang hangat untuk mencuci bagian yang terkena koreng atau gatal.

Obat sariawan

1-2 lembar daun sirih dibersihkan, lalu kunyah hingga lumat, biarkan sebentar di

mulut, tempat terkena sariawan..

Mengurangi jerawat

Basuh wajah dengan air rebusan daun sirih.

Menguatkan gigi agar tidak mudah tanggal

Kunyah daun sirih dengan pinang dan kapur.

5.5 Penggunaan berdasarkan penelitian

5.5.1 Sebagai obat antimalaria

Hasil penelitian keamanan dan khasiat preklinik dengan menggunakan ramuan

buah sirih, mayana, madu dan telur dalam bentuk tradisional yang berasal dari

Sulawesi Utara, adalah, ramuan buah sirih, mayana, madu dan telur (perbandingan

30%:5%:30%:30%) berdasarkan uji toksisitas akut oral sampai dengan pemberian

6,328 ml/200 g bb tidak menunjukkan efek toksik. Pemberian ramuan tersebut

secara berulang selama 3 bulan dengan dosis terbesar 6,25 ml/200 bg bb. tidak

menunjukkan gejala toksik. Hasil uji khasiat antimalaria dengan dosis 0,562 ml/30

g bb dapat menekan perkembangan P. berghei dalam darah mencit. Ramuan juga

dapat menurunkan suhu tikus sampai dengan 2° C pada pemberian dosis 3,75 ml

!~OO g bb. Kandungan kimia buah si rih adalah steroid, tanin, terpenoid,

flavonoid dan turunan kinon dengan zat identitas arecolin. Selain data penelitian :

yang telah dilakukan data penelitian yang lain menyebutkan bahwa sirih

20

mempunyai kandungan kimia arecoline pada seluruh bagian tanaman dan

berkhasiat sebagai antibakteri(Prayogo, Suwondo, Sundari, 1992).

5.5.2 Anti kanker

Daun/batang muda sirih dipilih, dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dengan

diangin-anginkan pada suhu kamar agar senyawa yang terkandung tidak rusak.

Kemudian 180 gram daun sirih kering dimasukkan ke dalam 3 labu Erlenmeyer,

masing-masing labu 60 gram. Kemudian direndam dengan etanol 96 % masing-

masing 600 ml, maserasi selama 48 jam. Setelah itu, cairan dalam labu

Erlenmeyer disaring menggunakan kain flannel dan diuapkan dengan diangin-

anginkan sampai kering. Setelah kering, 500 mg ekstrak pekat dilarutkan dalam

10 ml air laut sehingga kadarnya 50.000 µg/ml (larutan A). Dari larutan A ini

dibuat:

- Larutan B: 1 ml larutan A ditambah 9 ml air laut, sehingga kadarnya 5000

µg/ml.

- Larutan C: 1 ml larutan B ditambah 9 ml air laut, sehingga kadarnya 500 µg/ml.

- Larutan D: 1 ml larutan C ditambah 9 ml air laut, sehingga kadarnya 50 µg/ml.

Pada hari pertama penelitian, dilakukan pemilihan dan penetasan terhadap telur

Artemia salina Leach. Penetasan dilakukan dengan cara merendam telur tersebut

dalam wadah berisi air laut secukupnya. Telur diletakkan di bagian yang gelap,

sedangkan bagian lain diterangi dengan sinar lampu. Setelah 24 jam perendaman,

telur menetas dan larva udang bergerak ke bagian yang terang. Kondisi ini

dibiarkan sampai larva udang berumur 48 jam. Larva udang yang telah berumur

48 jam dimasukkan ke dalam seri tabung uji (flakon) yang berisi ekstrak etanol

daun sirih yang telah disiapkan (larutan A, B, C, D dan kontrol) masing-masing

sebanyak 10 ekor. Masing-masing tabung uji ditambahkan 1 tetes ragi (3 mg

dalam 5 ml air laut) sebagai makanan udang. Volume tabung uji dicukupkan

dengan air laut hingga 5 ml. Semua tabung uji diletakkan di bawah penerangan

selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva udang yang mati.

Tabel 5.5.2. Uji toksisitas ekstrak etanol daun sirih (Piper betle) terhadap

larva Artemia salina

21

Data dari tabel 5.3.2 menunjukkan bahwa derajat lethalitas berbanding lurus

dengan konsentrasi ekstrak yang diberikan. Mortalitas maksimal terlihat

padakonsentrasi 10.000 µg/ml sedangkan mortalitas minimal terlihat pada

konsentrasi 10 µg/ml. Pemberian ekstrak etanol daun sirih bersifat sitotoksik

terhadap larva Artemia salina Leach yang ditunjukkan dengan harga LC 50 <1000

µg/ml, sehingga membuktikan adanya aktivitas antikanker dari ekstrak etanol

daun sirih menurut metode Brine Shrimp Lethality Test (BLT). (Arya, 2008.

“Skrining Awal Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn) sebagai Antikanker

dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BLT)”)

5.5.3. Sebagai obat keputihan dengan melawan Candida albican

Hasil penelitian Sundari dan Winarno (1996) menunjukkan bahwa daun sirih

merupakan salah satu bahan alami yang mengandung 13 zat yang dapat

mengobati keputihan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

sirih (Piper Betle L.) yang berwarna hijau tua, isolat kamir Candida albicans,

Sabauroud’s cair, aquades, alkohol, dan Larutan NaCl 0,9%.

Persiapan Ekstrak Daun Sirih

Daun sirih 100 gram digerus, kemudian ditambahkan 100 ml aquades, lalu

disaring dan disentrifuge selama 20 menit kemudian diambil supernatannya.

Selanjutnya dibuat larutan uji dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, 20%.

Pembuatan Suspensi Candida albicans

Khamir stok C albicans di peroleh dari laboratoriun kesehatan Bandar Lampung

di inkubasi selama 24 jam pada agar miring, dibuat suspensi dengan akuades steril

dan dihitung jumlah selnya tiap ml suspensi. Kemudian dilakukan pengenceran

untuk memperoleh suspensi yang mengandung 105 sel/ml.

Uji Dilusi Tabung

22

Enam tabung reaksi (a, b, c, d, e, f) di isi dengan 2ml media sabaoround cair + 0,5

ml suspensi khamir C.albicans sebanyak 105 sel/ml. Masing-masing tabung diberi

larutan uji 2,5 ml dengan konsentrasi 100%, 80%, 60%, 40%, 20%, kontrol dan

dilakukan ulangan sebanyak 4 kali. Kemudian di inkubasi pada suhu 370C selama

24 jam. Kemudian setelah diinkubasi selama 24 jam dilakukan penyaringan

dengan kertas saring lalu residu yang di dapat dikeringkan menggunakan oven

pada suhu 103 – 1050C. Selanjutnya kertas saring ditimbang. Selisih berat kertas

saring awal dan akhir dinyatakan sebagai berat kering sel. Dari data ke dua uji di

atas dianalisis dengan uji BNT pada taraf 1 % .

Gambar 5.5.3 : Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak sirih terhadap jumlah sel

Candida albicans.

Dari hasil penelitian yang tampak pada tabel dapat terlihat jumlah sel dipengaruhi

oleh ekstrak daun sirih. Bahkan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 20%

sekalipun sudah dapat memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah sel

Candida albican. Hal ini dapat diketahui dengan cara membandingkan jumlah sel

akhir pada kontrol, dimana ekstrak dengan konsentrasi 20% dapat mengurangi

populasi sebanyak 1.648.000 namun konsentrasi efektif untuk mendapatkan efek

maksimal adalah 80% dan 100%.(Nurul,Aditya, 2010 “ Uji Fungistatik Ekstrak

Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Candida Albicans)

23

5.5.4. Efek biotransformasi dan sitotoksik, dimiliki oleh hydroxychavicol (HC;

1-alil-3,4-dihydroxybenzene), merupakan komponen katekolik dalam daun sirih

dan perantara utama metabolit safrol pada tikus dan manusia, dipelajari dalam

hepatosit tikus terisolasi yang baru. Pemaparan dari hepatosit kepada HC

disebabkan tidak konsentrasi saja (0,25-1,0 mM) - dan waktu (0-3 jam)-

tergantung kematian sel disertai oleh hilangnya ATP seluler, kolam nukleotida

adenin, mengurangi glutation, dan tiol protein, tetapi juga akumulasi disulfida

glutathione dan malondialdehid, menunjukkan peroksidasi lipid. (Yoshio,

Toshinari, Suzuki, Kazuo, Hidemi, Akio, 2009. “Biotransformation and cytotoxic

effects of hydroxychavicol, an intermediate of safrole metabolism, in isolated rat

hepatocytes”)

5.5.5. Antihiperlipidemia

Efek pemberian ekstrak sirih telah diselidiki pada tikus Wistar yang otaknya

diinduksi oleh etanol. Tikus yang dipengaruhi etanol menunjukkan peningkatan

tingkat lipid, peroksidasi lipid, dan gangguan dalam pertahanan antioksidan.

Setelah induksi percobaan toksisitas (yaitu, periode awal 30 hari), Ekstrak sirih

cair secara bersamaan diberikan dalam tiga dosis berbeda (100, 200, dan 300 mg

kg-1) selama 30 hari bersama dengan dosis harian alkohol. Pemberian ekstrak

P.betle secara bersamaan mengakibatkan penurunan yang signifikan dari tingkat

lipid (asam lemak bebas, kolesterol, dan fosfolipid) dan penanda peroksidasi lipid

seperti zat asam reaktif thiobarbituric dan hidroperoksida. Selanjutnya efek

antioksidan, efek mengurangi glutation, efek seperti vitamin C dan vitamin E,

superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase, juga meningkat pada

pemberian ekstrak secara bersamaan. Dosis yang lebih tinggi dari ekstrak (300

mg/kg) lebih efektif.(R. Saravanan,2003.”Effect of Piper betle Leaf Extract on

Alcoholic Toxicity in the Rat Brain”.Journal of Medicinal Food) dan .(

Pushpavalli G, Veeramani C, Pugalendi KV.,2009 “Effect of Piper betle on

plasma antioxidant status and lipid profile against D-galactosamine-induced

hepatitis in rats”)

24

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

a. Sirih dengan nama latin Piper betle L. termasuk tumbuhan merambat dari

familia Piperaceae

b. Ciri makroskopis dapat diketahui dari bentuk daun seperti hati dengan ujung

runcing dan baunya yang khas. Secara mikroskopis, identifikasi dilakukan

dengan melihat penampang melintang batang yang menunjukkan penampang

seperti dikotil pada umumnya, memiliki berkas pembuluh bertipe kolateral

tertutup dimana antara xylem dan floem dibatasi dengan keberadaan kambium,

pada serbuk ditemukan kelenjar minyak berwarna cokelat tua berjumlah

banyak

c. Senyawa yang dimiliki oleh daun sirih ditemukan pada setiap bagian tanaman

lain, termasuk batang, namun dalam kadar yang berbeda.

d. Sirih mengandung senyawa : Karvakrol, Kavibetol, Pirokatekin, Kavikol,

Estragol, 1,8 Sineol, Kadinen, Saponin, Terpenoid dan senyawa-senyawa

minor lain

e. Senyawa yang terkandung dalam sirih mempunyai kegunaan sebagai :

antibakteri, antioksidan, anti inflamasi, anti malaria, anti hiperlipidemia,

astringent, stimulansia, mengobati mimisan, dan manfaat-manfaat lain yang

belum diteliti lebih lanjut.

6.2.Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat sirih untuk

mengobati penyakit-penyakit tertentu yang selama ini masih terbatas pada

penggunaan tradisional

b. Perlu dikembangkan metode untuk mengektraksi sirih, baik metode baru

maupun metode hasil kombinasi dari metode-metode yang sebelumnya

telah ada untuk mendapatkan ekstrak senyawa dalam sirih dalam jumlah

yang lebih banyak

25

DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan dan Nuri. 2000. Phenolic synthesis in selected root cultures, and

seeds. Food Science Study Program. Post Graduated Program. Bogor

Agricultural University, Bogor. 70 hal.

Backer, C.A., And Bakhuizen, R.C.B., 1968, Flora of Java, Vol II & III,

P.Noordhoff, Groningen.

Duke, JA; 1985, CRC Handbook of Medicinal Herbs. CRC Press, Inc., Boca

Raton, Florida, p.378-380.

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, (terjemahan) jilid II, Yayasan

Sarana Wanajaya, Jakarta, p. 622-627.

Hwang, Lucy Sun; Wang Chin Kun; Sheu, Ming Yen; Kao Lung Sen, 1996,

"Phenolic compunds of Piper betel flower as flavoring and neuronal activity

modulating agents, ACS Symp.Ser., V.506, N-phenolic Compd. Food their

Eff. Health I, p.200-213.

Ingram, L. O. 1981. Mechanism of lysis of E. coli by ethanol and other chaotropic

agents. Journal of Bacteriology. 146 (1): 331-335.

Koensoemardiyah; 1992," Modifikasi penyulingan minyak atsiri berbagai macam

daun sirih, efektivitas antibakteri dan susunan kimianya", Laporan

Penelitian DPP-UGM No. UGM/5887/M/09/01: Yogyakarta

Mardisiswojo. S, Mangunsudarso R.H., 1965, Tjabe Pujang Warisan Nenek

Mojang, cetakan I, penerbit Prapantja., Jakarta., P.45

Pelczar, M. J. and R. D. Reid. 1979. Microbiology. M. C. Graw Hill Book Co.

New York.

Prayogo, B. Pelayanan Sirih untuk Pelayanan Kesehatan Primer. Warta

Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. I. No.I., 1992

Pushpavalli G, Veeramani C, Pugalendi KV.,2009, Effect of Piper betle on plasma

antioxidant status and lipid profile against D-galactosamine-induced

hepatitis in rats

Rostiana, O., S. M. Rosita, dan D. Sitepu. 1991. Keanekaragaman genotipa sirih

(Piper betle Linn) asal dan penyebaran. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I

(1) : 16-18.

26

R. Saravanan,2003.”Effect of Piper betle Leaf Extract on Alcoholic Toxicity in

the Rat Brain”.Journal of Medicinal Food

Saeed, Sheikh A., Farnaz, Samina., Simjee, Rukhsana; Malik Abdul., 1996,

"Triterpenes and -sitosterol from Piper betel; Isolation, antiplateled and

antiinflamatory effects" Journ. Biochem. Soc, Trans, Vol 21, No.4, p.462 S

Sastrahidayat I.R; Soemarno D.S.MS; 1986, Budidaya Tanaman Tropika, Penerbit

Usaha Nasional, Surabaya. P.118

Schneider, G; 1985, Parmazeutische Biologie 2. Aufl. BI-Wissenschafts-verlag

Mannheim. P.405

Siti Sundari, Koensoemardijah, Nusratini; 1990, "Pemanfaatan minyak daun sirih

dalam sediaan pasta gigi, daya antiseptika dan stabilitas pastanya"., DPPM

Laporan Penelitian UGM, No.263/P4M/DPPM/BDXXV 1989. Yogyakarta.

Sundari, D dan Winarno, W. 1996. Komponen Penyusun Jamu Keputihan. Cermin

Dunia Kedokteran No. 108. Jakarta.

Sundari,S., Koenseomarduah, Nusratini. Minyak Atsiri Daun sirih dalam Pasta

Gigi : Stabilitas Fisis clan Daya Antibakteri. Wa11a Tumbuhan Obat

Indonesia. Vol. I. No.I ., 1992

Suwondo, S., dkk. Aktivitas Antibakteri Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap

Bakteri Gingivatis dan Bakteri Pembentuk Plak atau Karies Gigi

(Streptococcus mutans). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. I. No.I.,

1992

Yin, M.L., Liu J., Chen Z.L., Long K., Zeng H.W., 1991, "Some new PAF

Antagonistic Neolignans from Piper betel"., Planta Med, Vol 57, Suppl. 2.

A.66.

Yoshio, Toshinari, Suzuki, Kazuo, Hidemi, Akio, 2009. “Biotransformation and

cytotoxic effects of hydroxychavicol, an intermediate of safrole metabolism,

in isolated rat hepatocytes”

27

LAMPIRAN

Beberapa produk pasar yang memanfaatkan sirih

Gambar mikroskopis batang sirih secara melintang