bab ii tinjauan pustaka 2.1 piper betle l.) 2.1.1 ... -...

33
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Hijau (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Menurut Tjitrosoepomo (1988) kedudukan tanaman sirih dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikaiskan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dikotiledonaea Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper betle L. 2.1.2 Nama latin (Nama Daerah) Ranub (aceh), sereh (Gayo), Belo Batak (karo), Burangir (Mandailing), Cabai (Mentawai), Sirih (Palembang, Minangkabau), Seureuh (Sunda), Sere (Madura), Uwit (Dayak), Nahi (Bima), Malu (Solor), Mokeh (Alor), Mota (Flores), Bido (Bacan) (Dep. Kes, 1989). 2.1.3 Syarat tumbuh tanaman sirih hijau (Piper betle L.) Syarat tumbuh tanaman sirih hijau (Piper betle L.) pada dasarnya hidup subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Tanaman sirih hijau menyukai tempat yang terbuka atau sedikit terlindung, tumbuh merambat dan

Upload: vanduong

Post on 28-Feb-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sirih Hijau (Piper betle L.)

2.1.1 Klasifikasi Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

Menurut Tjitrosoepomo (1988) kedudukan tanaman sirih dalam sistematika

tumbuhan (taksonomi) diklasifikaiskan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dikotiledonaea Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper Spesies : Piper betle L.

2.1.2 Nama latin (Nama Daerah)

Ranub (aceh), sereh (Gayo), Belo Batak (karo), Burangir (Mandailing),

Cabai (Mentawai), Sirih (Palembang, Minangkabau), Seureuh (Sunda), Sere

(Madura), Uwit (Dayak), Nahi (Bima), Malu (Solor), Mokeh (Alor), Mota

(Flores), Bido (Bacan) (Dep. Kes, 1989).

2.1.3 Syarat tumbuh tanaman sirih hijau (Piper betle L.)

Syarat tumbuh tanaman sirih hijau (Piper betle L.) pada dasarnya hidup

subur dengan ditanam di atas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan

memerlukan cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Tanaman sirih hijau

menyukai tempat yang terbuka atau sedikit terlindung, tumbuh merambat dan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

11

dapat diperbanyak dengan setek batang yang sudah agak tua yang terdiri dari 4-6

ruas (Ni’mah, 2012).

2.1.4 Morfologi Sirih Hijau (Piper betle L.)

Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan

bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur,

warna hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan

bulir, warna kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan (Damayanti

dkk, 2006). Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk

daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata,

ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging

daun tipis. Permukaan daun warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya

berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar

serta berbuku-buku. Daun sirih yang subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan

panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).

Gambar 2.1 Morfologi Daun Sirih (Doc. Pribadi 2017)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

12

2.1.5 Efek Farmakologi Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena mengandung

4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen

(sisquiterpene), kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007).

Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah

satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali

lebih kuat dibandingkan fenol. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau

(Piper betle L.) disebabkan adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi

protein sel bakteri. Flavonoid selain berfungsi sebagai antibakteri dan

mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang

mempunyai daya antibektri lima kali lipat dari fenol biasa terhadap

Staphylococcus aureus. Estragol mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap

Shigella sp. Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat sebagai antiseptik, anti

peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu penyembuhan luka (Zahra

dan Iskandar, 2007).

2.2 Pengolahan obat herbal

2.2.1 Rebusan

Merebus tanaman merupakan cara yang sangat mudah dan sudah lazim

dilakukan di masyarakat. Tujuan merebus tanaman obat adalah untuk

memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tanaman ke dalam larutan air,

kemudian diminum untuk pengobatan. Proses merebus obat herbal juga perlu

mendapat perhatian khusus. Hal ini dikarenakan faktor merebus juga dapat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

13

mempengaruhi kualitas obat herbal yang dihasilkan. Faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas obat herbal dalam proses perebusan tersebut di antaranya:

1). Jika bahan dan alat yang digunakan unutk merebus tidak sesuai dengan

standart yang telah ditentukkan maka hasil rebusan obat herbal tersebut justru

dikhawatirkan tidak higienis, kemungkinan justru tercampur dengan obat kimia

lain yang berasal dari alat dan bahan sewaktu merebus. Contohnya, jika merebus

menggunakan panci dari besi atau alumunium maka hampir dapat dipastikan

rebusan tersebut telah terkontaminasi dengan bahan logam atau zat besi (Fe) dan

alumunium (Al) yang bersumber dari alat tersebut. Dengan demikian, kualitas

hasil rebusan obat herbal tersebut menjadi menurun. Oleh karena itu, dianjurkan

menggunakan wadah dari stainless stell (Sundari dkk, 2015).

2). Alat yang diguankan untuk memanaskan (kompor), adalah alat yang mudah

diatur volumenya. Maksudnya agar sewaktu proses perebusan berlagsung

temperatur panas dapat diatur sesuai kebutuhan. Cara merebus yang di anjurkan

adalah jika rebusan bahan obat telah mendidih biarkan selama 5-10 menit,

kemudian api dikecilkan sampai kurang lebih dari 15 menit hingga rebusan tersisa

sesuai kebutuhan. Setelah itu, disaring, didinginkan dan kemudian siap

dikonsumsi (Sundari dkk, 2015).

2.3 Tinjauan Umum tentang Disentri

2.3.1 Definisi Disentri

Disentri adalah infeksi akut yang mengakibatkan radang pada kolon,

disebabkan kuman genus Shigella yang ditandai gejala diare, adanya lendir dan

darah dalam tinja serta nyeri perut dan teresmus. Disentri basiler adalah infeksi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

14

usus besar oleh bakteri patogen genus Shigella. Infeksi hanya menimbulkan

kelainan setempat yaitu di dalam usus dan tidak menyebar kebagian tubuh

lainnya. Penyakit ditandai dengan koitis dengan demam dan diare berdarah yang

berat (Widyasanti dkk, 2016).

2.3.2 Penyebab Disentri

Shigella dysenteriae merupakan penyebab penyakit yang paling ganas dan

menimbulkan epidemi hebat didaerah tropis dan sub tropis. Hal ini disebabkan

oleh kemampuannya membentuk endotoksin dan eksotoksin. Toksin ini memiliki

efek multipel yaitu neurotroksin, enterotoksin (Puspitasari dan Mukono, 2013).

2.3.3 Patologi Disentri

Shigella dysenteriae masuk melalui mulut dan dengan cepat mencapai usus,

di dalam usus besar mereka memperbanyak diri dengan cepat. Toksin yang

dikeluarkannya akan menimbulkan mikosa usus pada spesies yang ganas bahkan

akan menimbulkan ulserasi mukosa (Widyasanti dkk, 2016).

2.3.4 Gejala Klinik

Penderita diare pada umumnya mendadak akan mengalami panas badan

sampai 42oC dan mengeluh gangguan perut, kadang-kadang mual dan muntah,

beberapa jam akan terjadi diare yang dapat mencapai 20 kali dalam waktu 24 jam,

mula-mula tinja berbentuk sedikit air dan lendir, kemudian pada keadaan lanjut

hanya terdiri dari lendir berdarah yang mengandung eskudat seluler dan banyak

kuman, nyeri perut juga akan semakin hebat (Puspitasari dan Mukono, 2013).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

15

2.3.5 Diagnosis

Dasar untuk menentukan diagnosis disentri basiler adalah dengan

memperhatikan gejala klinik dan pemeriksaan mikroskopis atas tinja. Biakan tinja

sebaiknya berasal dari hapusan rektum akan dapat menentukan dengan pasti

kuman penyebab penyakit. Pada infeksi akut, pemeriksaan proktoskopis

menunjukan radang mukosa usus membengkak dan sebagian besar menutup

eksudat, ulkus-ulkus dapat pula dijumpai. Infeksi kronis, terlihat parur pada kolon,

proses ulserasi tidak aktif (Puspitasari dan Mukono, 2013).

2.3.6 Epidiomologi

Disentri basiler banyak terdapat di seluruh dunia, terutama dinegara

berkembang dengan keseluruhan lingkungan yang kurang dan penghuni yang

padat. Disentri mudah menyebar pada kondisi lingkungan yang jelek. Kematian

terutama pada anak dibawah umur 5 tahun. Penularan lewat oral melalui makanan

dan minuman yang tercemar, sebagai vektor adalah serangga terutama lalat.

Genus shigella mampu menginvasi sel epithel usus, menyebabkan infeksi dan

penyakit meskipun inokulumnya kecil (Puspitasari dan Mukono, 2013).

2.3.7 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan meliputi penjagaan hygiene dan sanitasi

lingkungan, perlu mencuci tangan sebelum makan, persediaan air minum tidak

boleh terkontaminasi, pemakaian jamban yang baik, menjaga pembuatan makanan

dan penyimpanannya, sejauh ini belum ada vaksin yang efektif (Bangkele dkk,

2015).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

16

2.4 Bakteri

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme (makhluk) kecil yang

tidak dapat dilihat secara kasat mata. Organisme kecil itu disebut bakteri. Jadi,

bakteri merupakan organisme kecil yang tidak dapat terlihat dengan kasat mata.

Struktur bakteri yaitu tidak dapat melihat jasad yang ukurannya kurang dari 0,1

mm. Ukuran bakteri biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), 1 mikron adalah

0,001 mm (Nursyirwani dan Amolle, 2007).

Peran Bakteri dalam lingkungan hidup pada saat ini yang telah dikembangkan

antara lain adalah sebagai jasad yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi lingkungan. Peranan mikroorganisme dalam lingkungan hidup

yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan limbah, bioremediasi, kontrol

hama tanaman, industry dan pertambangan, pangan, biotekhnologi modern dan

rekayasa genetik, serta farmasi dan kesehatan. (Nursyirwani dan Amolle, 2007).

2.5 Bakteri Shigella dysenteriae

2.5.1 Klasiifikasi Shigella dysenteriae

Menurut (Jawetz, 2001), klasifikasi dari bakteri Shigella dysenteriae

adalah termasuk dalam

Kingdom : Prokaryotae Divisi : Graciliccetus Kelas : Scotobacteria Ordo : Eubacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Spesies : Shigella dysenteriae

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

17

Menurut Waluyo (2004), dijelaskan bahwa bakteri Shigella dysenteriae

mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Protista Kategori : Kategori Besar 1 Nama Kategori : Eubacteria Gram Negative dengan Dinding Sel Grup : 5 Nama Grup : Bakteri batang gram negative fakultatif an-aerob Sub grup : 1 Famili : Enterobacteriaceae Genus : Shigella

Spesies : Shigella dysenteriae

Distribusi di seluruh dunia 5-15% dari semua kasus diare dapat

dihubungkan dengan shigella sp. Infeksi dimana dua-pertiga dari semua kasus dan

kematian terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Shigella Flexneri yang paling

umum dinegara-negara berkembang dimana ada kebersihan yang buruk dan air

minum bersih yang terbatas, namun wabah biasanya disebebkan oleh Shigella

dysenteriae. S. Sonnei adalah yang paling umum dinegara maju. Infeksi yang

paling umum terjadi selama musim hujan didaerah tropis. Kelompok resiko tinggi

termasuk anak-anak dan pria homoseksual (Novianti, 2015).

Gambar 2.2 Shigella dysenteriae ( Stearns, 2004)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

18

2.5.2 Morfologi dan Struktur Shigella dysenteriae

Shigella berasal dari famili Enterobacteriaceae, yang merupakan bakteri

gram negatif yang bersifat patogen berbentuk batang, non-motil dan tidak

berkapsul, shigella termasuk bakteri fakultatif anaerob yang tidak memfermentasi

laktosa, atau memfermentasi laktosa secara perlahan-lahan, dapat menghasilkan

cytotox in kuat dikenal sebagai Shigatoxin.

Gambar 2.3 Morfologi Shigella dysenteriae (Baer, 1999)

Bagian-bagian dari struktur bakteri Shigella dysenteriae dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Dinding sel

Dinding sel Shigella dysenteriae mempunyai lapisan membran luar yang

meliputi peptidoglikan. Kehadiran membran ini menyebabkan dinding sel

kaya akan lipid 11-22%. Lapisan membran luar (outer wall layer)

mempunyai struktur sebagian unit membran yang terdiri dari fosfolipid,

membran plasma, polisakarida dan protein. Lipid dan polisakarida

berhubungan erat dan membentuk struktur khas yang dinamakan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

19

lipopolisakarida LPS. Lapisan luar bersifat impermeabel terhadap molekul

besar, namun dapat melarutkan molekul kecil seperti oligosakarida,

monosakarida dan asam amino. Hal ini disebabkan oleh protein yang disebut

porin, setiap molekul didapatkan porin yang khusus, porin berfungsi sebagai

reseptor bakteriofag dan bakteriosin (Waluyo, 2004).

b. Membran Sel

Membran sel atau membran sitoplasma merupakan struktur yang tipis yang

meliputi sel. Struktur ini terdiri dari fosfolipida (20-30%) dan protein (60-

70%). Fosfolipida ini merupakan struktur dasar dari membran sel. Fosfolipida

terdiri dari bagian yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik yang berdekatan

sehingga membentuk dua lapis. Embran sel merupakan pembatas antara

sitoplasma dan lingkungan luar. Fungsi utama membran sitoplasma adalah

permeabilitas selektif dan transfer bahan pelarut, transfer dekston dan

fosforilsi oksidatif, eksresi eksoenzim hidrolitik, menghasilkan reseptor dan

protein lain, menghasilkan enzim serta membawa molekul yang berfungsi

dalam biosentesa DNA, polimer dinding sel dan lipid membran. Membran

sitoplasma dalam keadaan 50% cair, untuk membantu agar sel bakteri dapat

tumbuh normal dan selain itu apabila terjadi kerusakan pada struktur ini,

maka akan terjadi gangguan pada keutuhan sel sehingga mengakibatkan

kematian (Jawetz, 2001). Komponen membran yang lain adalah Ca2+,

dimana tanpa ion ini membran akan kehilangan kemampuannya untuk

mengangkut bahan-bahan terlarut ke dalam sitoplasma atau organel-organel

sel tanpa ion ini membran akan bocor dimana bahan-bahan yang sudah di

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

20

angkut ke dalam sitoplasma atau organel akan merembes keluar. Fungsi

kalsium pada membran ini adalah mengikat bagian hidrofilik fosfolopida satu

sama lain dengan gugusan dari molekul protein pada permukaan. Pada

gambar membrane sel bakteri Shigella dysenteriae (gambar 2.3) terlihat

bahwa molekul-molekul protein seolah menempel atau menyisip pada 2

lapisan lipida penyusun utama mebrane, beberapa protein atau bagian

molekul yang bersifat hidrofilik akan menyusup ke bagian internal

membrane. Molekul protein yang menembus ke lapisan dalam lipid pada

semua membrane bagian lipid yang bersifat hidrofilik akan melekat pada

molekul-molekul air dan berada pada permukaan kedua sisi membrane,

sedangkan bagian asam lemak akan terdorong kebagian internal membran.

Asam-asam lemak pada bagian internal akan saling tarik menarik. Hal ini

menyebabkan membran tersusun dari 2 lapisan lipid (Stearns, 2001). Fungsi

membrane pada dasarnya adalah mengatur lalu lintas molekul air dan ion atau

sneyawa-senyawa yang terlarut dalam iar untuk keluar masuk sel atau

organel-organel sel (Jawetz, 2001).

c. Ribosom

Ribosom merupakan badan yang mengandung asam ribonukleat dan

mengatur sintesis protein. Ribosom terdiri dari RNA (60%) dan protein (40%).

Ribosom mempunyai ukuran tertentu dan dinyatakan dalam unit sedimentasi

konstan (kecepatan suatu zat melalui cairan jika disentrifugasi secara cepat).

Unit sedimentasi adalah (S) prokariot mempunyai ribosom berukuran 70S,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

21

makin cepat ribosom disedimentasi berarti makin besar molekulnya (Jawetz,

2001).

d. Mesosom

Bakteri gram negatif inolasi pada daerah DNA, pembelahan sel atau

pembentukan spora. Proses ini dikaitkan dengan pembentukkan septum

sewaktu pembelahan sel, dikatakan pula bahwa mesosom adalah mebrane

sitoplasma, dengan cara melipat kearah dalam atau invasi ke dalam

sitoplasma, di duga bahwa mesosom erfungsi dalam sintesis dinding sel dan

pembelahan nukleus. Adapun fungsi dari mesosom adalah sebagai berikut:

respirasi dan penggertakan energi, pengaturan sel, tempat pencantelan

nukleus sewaktu replikasi, pengambilan DNA sewaktu proses transformasi

(Jawetz, 2001).

e. Sitoplasma

Dinding sel bagian bawah terletak suatu lembaran tipis yang disebut

membran sitoplasma. Membran ini sangat penting karena mengendalikan

transpor substansi kimiawi untuk memudahkan ion-ion mineral, gula asam-

asam amino, elektron serta metabolik-metabolik lain melintasi membran

(Jawetz, 2001).

f. Daerah Nuklues (Inti)

Bahan nukleus atau DNA didalam sel bakteri menempati posisi dekat pusat

sel dan terikat pada sistem mesosom membran sitoplasma. Bahan ini

merupakan seluruh alat genetik atau genom bakteri dan terdiri dari kromosom

tunggal dan bundar tempat semua gen berpautan. Bahan nukleus bakteri ini

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

22

disebut tubuh kromatin, nuleotida, atau kromosom bakteri (Pelczar dan Chan,

1998).

2.6 Pembenihan dan Reaksi Biokimia Shigella dysenteriae

Shigella membentuk koloni yang tidak meragikan laktosa atau meragikan

laktose secara lambat (18-24 jam), apabila ditumbuhakn pada medium diferensial

yang biasa digunakan untuk isolasi bakteri enteric. Semua spesies nonmetil tidak

memproduksi gas dari glukosa. Faktor-faktor ini yang membedakan genus

Shigella dari Salmonella. Kebalikan dari E. coli,Shigella tidak memproduksi lisin

dekarboksilase dan tidak menggunakan asetat sebagai sumber karbon (Novianti,

2015).

2.7 Daya Tahan Shigella dysenteriae

Shigella kurang tahan terhadap agens fisis dan kimia dibandingkan bakteri

enterik yang lain dan disinfektan pada umumnya dapat membunuh

mikroorganisme ini pada konsentrasi yang lazim digunakan. Konsentrasi asam

yang tinggi akan menganggu pertumuhan bakteri ini, sehingga diperlukan media

yang dapat dengan baik untuk transport bahan pemeriksaan dan untuk

menumbuhkan mikroorganisme. Shigella dapat beradaptasi dengan suhu rendah

jika kelembabannya cukup, dan dapat hidup lebih dari 6 bulan dalam air pada

suhu kamar.

2.8 Patogenesis dan Patologi

Shigella menyebar melalui oral-fecal route, dan transmisi biasanya melalui

salah satu dari tiga mekanisme yaitu: konsumsi makanan yang terkontaminasi

(dicuci dengan air yang terkontaminasi, kebersihan yang buruk, umumnya dalam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

23

sayuran mentah, ayam, dan kerang serta air minum yang tercemar, kemudian

menular melalui kontak hubungan seksual melalui anal. Shigella dapat

menyebabkan penyakit dengan cara menginvasi dan mereplikasi dilapisan sel

kolon, awalnya menempel dan menginvasi sel. Infeksi mungkin ringan dan tanpa

gejala, tetapi paling sering ditandai dengan infeksi usus akut pada pencernaan,

menyebabkan diare berair ringan sampai berat atau shigellosis, ditandai dengan

mual parah, perut kram dan muntah, demam, tenesmus, anoreksia dan tinja

mengandung darah dan lendir (Puspitasari dan Mukono, 2013).

2.8.1 Sumber Infeksi

Sumber infeksi pada bakteri Shigella dysenteriae disebarkan dari manusia

ke manusia melalui oral-fecal route, yang mempakan reservoir adalah karir yang

mengeluarkan mikroorganisme ini melalui tinjanya. Stadium karir ini berakhir 1-4

minggu setelah sakit dari karier, organisme disebarkan oleh lalat, jari-jari tangan,

makanan, air, susu, dan tinja. Disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri

Shigella dysenteriae dapat ditularkan melalui makanan, jari, tinja, dan lalat dari

orang ke orang, karena manusia adalah inang utama yang diketahui dari Shigella

yang patogen. Usaha pengedalian harus diarahkan pada pembersihan bak dari

sumbernya dengan cara: (1) Pengendalian sanitasi air, makanan, pembuangan

sampah dan pengendalian lalat. (2) Isolasi penderita dan disinfektan ekskreta, (3)

Penemuan kasus-kasus sub klinik dan pembawa bakteri, khususnya pada para

pengurus makanan (Jawetz, 2001).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

24

2.8.2 Toksin

Shigella dysenteriae memproduksi eksotoksin yang disebut shigella toksin,

toksin ini mempunyai 1 Sub-unit A dan 5 Sub-Unit B. Sub-unit B berikatan pada

glikolipid (GB3) pada sel host dan memfasilitasi sub-unit A untuk masuk ke

dalam sel. Manifestasi primer dari aktivitas toksik adalah dengan rusaknya epitel

intestinal dan pada beberapa kecil pasien Shigella toxin dapat memediasi

kerusakkan dari sel endotelial glomerular pada pasien gagal ginjal (Bangkele dkk,

2015).

2.9 Pembelahan, Perkembangan dan Pertumbuhan Bakteri

Reproduksi bakteri pada perkembangbiaknnya yaitu secara aseksual dan

seksual, namun, yang paling banyak terjadi yaitu aseksual atau disebut sebagai

pembelahan biner. Menurut Waluyo (2007), pembelahan biner yaitu satu sel induk

membelah menjadi 2 sel anak, dan begitu seterusnya. Selain pembelahan biner,

ada juga yang disebut pemelahan ganda (multiple fission), dan perkuncupan

(budding). Reproduksi bakteri terjadi secara pembelahan biner. Perbanyakan sel

ini ditentukkan oleh waktu regenerasi. Menurut Waluyo (2007), pembelahan biner

terjadi pada bakteri yaitu pembelahan biner melintang. Pembelahan biner

melintang yaitu suatu proses reproduksi aseksual setelah pembentukkan sel

melintang maka satu sel tunggal membelah menjadi 2 sel anak.

Perkembangbiakan secara seksual umumnya terjadi pada jamur dan mikroalga,

serta secara terbatas terjadi pada beberapa bakteri yaitu secara Oogami (sel betina

lebih besar daripada sel jantan), dan Isogami (sel jantan dan sel betina memiliki

bentuk yang sama).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

25

Pertumbuhan merupakan pertambahan komponen suatu sel hidup. Umur sel

jasad renik ditentukan segera setelah proses pembelahan sel selesai, sedangkan

kultur ditentukkan waktu atau lama inkubasi. Ukuran sel tergantung dari keceptan

pertumbuhannya, semakin baik zat nutrisi di dalam subtrat tempat tumbuhnya,

mengakibatkan pertumbuhan sel semakin cepat dan ukuran sel semakin besar.

Perkembangan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung dalam

pertumbuhan bakteri dengan ketersediaanya nutrien yang baik, air, suhu, pH,

oksigen, dan potensial oksidasi reduksi, adanya zat-zat penghambat, dan adanya

jasad renik yang lain. Adapun faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bakteri dapat tumbuh dengan baik apabila sumber zat yang diperlukan

tercukupi. Tumbuh kembang bakteri salah satunya dipengaruhi oleh nutrisi

yang dapat memberikan asupan pendukung untuk tumbuh. Menurut Waluyo

(2010), pada peralatan makanan memiliki berbagai macam pertumbuhan

bakteri, diantaranya Escherichia coli, Enterobacter aerogenesis, khamir, dan

kapang dapat tumbuh dengan baik pada medium yang mengandung glukosa

sebagai sumber organik. Organisme streptokoki, stapilokoki, dan berbagai

organisme heterotrof lainnya membutuhkan kandungan nitrogen lainnya

seperti asam amino, purin, pirimidin. Vitamin merupakan faktor yang terjadi

jika organisme tipe pemilih dan sukar tumbuh.

2. Tersedianya Air

Bakteri membutuhkan air dalam kehidupannya. Komponen sel terdapat (70-

80%) pada pertumbuhan Bakteri. Keadaan ada yang tidak memungkinkan

yaitu pengaruh adanya solut dan ion yang mengikat air di dalam lautan,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

26

koloid hidrofilik (gel) sebanyak 3-4% dapat menghambat pertumbuhan

bakteri dalam medium dan air dalam bentuk kristal es juga tidak dapat

digunakan oleh jasad renik.

3. Nilai pH

Nilai medium sangat mempengaruhi jenis bakteri yang tumbuh, biasanya

tumbuh pada kisaran pH 3-6 unit. Menurut Waluyo (2010), ada suhu

optimum pertumbuhan bakteri mampu pada pH 6.5-7.5, sedangkan pada pH

di bawah 5.0 dan di atas 8.5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik kecuali

bakteri asam asetat (Acetobacter suboxydans) dan bakteri yang mengoksidasi

sulfur.

4. Suhu

Bakteri memiliki suhu tersendiri yaitu suhu optimum, minimum, dan

maksimum untuk pertumbuhannya. Menurut Waluyo (2007), kelompok

bakteri dalam pertumbuhan jasad renik digolongkan menjadi psikrofil,

mesofil, dan termofil. Jenis kapang dan khamir pada umumnya tergolong

mesofil. Bakteri dalam penyimpanan lemari es termasuk psikrofil, sedangkan

disimpan dalam keadaan panas termasuk bakteri termofil.

5. Tersedianya Oksigen

Ketersedian oksigen menyebabkan pengaruh beberapa macam bakteri yang

tumbuh. Bakteri dibedakan menjadi beberapa sifat yaitu aerob, anaerob,

anaerob fakultatif dan mikroaerofil. Ketersediaan oksigen dalam bahan

pangan dipengaruhi oleh daya oksidasi dan reduksi (O-R) dari bahan pangan

tersebut. Bakteri yang dapat tumbuh pada sifat anaerob salah satunya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

27

Clostiridium, sedangkan yang tumbuh pada sifat aerob kapang dan khamir,

serta bakteri bersifat aerob yaitu Salmonella, Shigella, Pseudomonas, dan

sebagainya.

2.10 Antimikroba

Penggunaan umum istilah antimikroba merupakan bahan penghambat

pertumbuhan mikroorganisme, bila digunakan dalam menghambat kelompok

organisme khusus maka sering digunakan istilah antibekterial atau antifungal.

Menurut Volk dan Whehler (1998), antimikroba merupakan komposisi kimia

yang berkemampuan dalam menghambat pertumbuhan atau mematikan

mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk

mengendalikan mikroorganisme, yang dimaksud pengendalian adalah segala

kegiatan yang dapat mnenghambat, membasmi atau menyingkirkan

mikroorganisme. Menurut Pelczar (1998), tujuan utama pengendalian adalah

mencegah penyakit atau infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang

terinfeksi, mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme.

Menurut Waluyo (2004), sifat antimikroba yaitu mneghambat atau

membunuh patogen tanpa merusak hospes, bersifat bateriosidal dan bakteriostatik,

tidak menyebabkan resistensi terhadap kuman atau bakteri, bersprektum luas,

tidak bersifat alergenik atau tidak menimbulkan efek smaping bila digunakan

dalam jangka waktu yang lama, tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh, larut

dalam air dan stabil, kadar bakterisidal di dalam tubuh tetap tercapai dan bertahan

untuk waktu yang lama. Tetrasiklin adalah antibiotika berspektrum luas yang

mengeluarkan efek bakteriostatis. Antibiotika ini menghambat sintesis protein

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

28

dengan terikat pada sub unit ribosom 30s, dengan demikian mencegah penempelan

asam amino yang membawa tRNA (Volk dan Wheler, 1998). Zona hambat

bakteri pada Shigella dysenteriae yang dihasilkan oleh tetrasiklin yaitu sebesar

19,75% mm. Penggunaan tetrasiklin sebagai obat disentri memang lebih cepat

dalam menghambat ataupun menekan hidup bakteri di dalam tubuh manusia tetapi

efek dari penggunaan tetrasiklin pada gastroinsestinal adalah reaksi yang buruk.

Masalah ini dapat berkaitan dengan efek iritasi yang langsung disebebkan oleh

tetrasiklin. Efek lainnya aalah fotosintasi, yaitu kulit menjadi peka terhadap

cahaya, menjadi kemerah-merahan, gatal-gatal, dan lain sebagainya (Putri dkk,

2015).

Menurut Setiabudi (2011), mekanisme resistesi bakteri terhadap

antimikroba ada beberapa macam, yaitu a) perubahan tempat kerja obat pada

mikroba, b) mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke

dalams sel, c) inaktivasi obat oleh mikroba, d) mikroba membentuk jalan pintas

untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba, dan e) meningkatkan

produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

2.11 Cara kerja Zat Antimikroba

Menurut Pelzcar dan Chan (1998), mekanisme kerja zat antimikroba dalam

melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut: Cara kerja

antimikroba dapat digolongkan menjadi lima kelompok ditunjukkan pada gambar

3, yaitu:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

29

1. Merusak dinding sel

Struktur dinding sel dirusak dengan cara menghambat pembentukkan atau

mengubahnya setelah selesai terbentuk.

2. Perubahan permeabilitas sel

Membrane sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu didalam sel

serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Membran

memelihara integritas komponen-komponen selular. Kerusakan pada

membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau

matinya sel.

3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat.

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein

dan asam nukleat dalam keadaan ini, yaitu mendenaturasi protein dan asam-

asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat mengakibatkan koagulasi

(denaturasi) ireversibel (tak dapat balik) komponen-komponen selular yang

vital.

4. Menghambat kerja enzim

Enzim yang ada pada sel merupakan sasaran potensi bagi berkerjanya suatu

penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi

biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya

metabolisme atau matinya sel.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

30

5. Menghambatnya sintesis asam nukleat dan protein

DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting didalam proses

kehidupan normal sel. Halatau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan total sel.

Gambar 2.4 Cara Kerja Antimikroba (Natanel, 2016).

a. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba

Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Berbeda

dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman patogen

harus mensintetis sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk

kebutuhan hidupnya. Apabila antimikroba menang bersaing dengan PABA

untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog

asam folat yang nonfungsional. Akibatknya, kehidupan mikroba akan

terganggu (Setiabudi, 2011).

b. Antimikroba yang menghambat sintetis dinding sel mikroba

Bakteri mempunyai lapisan luar yang rigid, yakni dinding sel yang berfungsi

untuk mempertahankan bentuk mikroorganisme dan pelindung sel bakteri,

2

4

5 3

1

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

31

yang mempunyai tekanan osmotik internal yang tinggi. Trauma pada dinding

sel atau pengambatan pembentukannya menimbulkan lisis pada sel (Jawetz,

2001).

c. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba

Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma yang berperan

sebagai barier permeabilitas selektif, membawa fungsi transport aktif dan

kemudian mengontrol komposisi internal sel. Jika fungsi integritas membran

sitoplasma dirusak, makromolekul dan ion keluar dari sel, kemudian sel

rusak/ terjadi kematian. Membran sitoplasma bakteri dan fungi mempunyai

struktur yang berbeda, dibandingkan sel binatang dan dapat dengan mudah

dikacaukan oleh agen terentu (Jawetz, 2001).

d. Antimikroba yang menghambat sintetis protein sel mikroba

Kehidupan sel mikroba perlu mensintetis berbagai protein. Sintetis protein

berlangsung diribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri,

ribosoom terdiri atas 2 sub unit yang berdasarkan konstanta sedimentasi

dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Berfungsi pada sintetis protein,

kedua komponen ini bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom

70S (Setiabudi, 2011). Cara kerja antimikroba dalam menghambat sintetis

protein adalah melalui ikatan dengan ribosom 30S/50S (Jawetz, 2001).

e. Antimikroba yang menghambat sintesa asam nukleat sel mikroba

Antimikroba ini bekerja dengan menghambat sintetis mRNA pada proses

transkripsi atau menghambat replikasi DNA pada proses pembelahan sel

(Dzen, 2003).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

32

2.12 Mekanisme Air Rebusan dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri

Kandungan bahan aktif dari daun sirih hijau (Piper betle L.) adalah minyak

atsiri komponen utamanya terdiri dari bethel phenol, kavikol dan turunannya yang

berkhasiat sebagai antibakteri. Kedua zat tersebut merupakan kandungan terbesar

minyak atsiri yang ada dalam daun sirih hijau (Piper betle L.) yaitu sekitar 60-

80%. Senyawa ini dapat mendenaturasi protein sel bakteri, merusak membran sel

yang terdiri dari fosfolipid, protein, lipida, dan enzim-enzimnya yang berfungsi

untuk gerakan aktifitas transport zat-zat yang dibutuhkan, apabila suatu zat aktif

masuk kedalam sel melalui membran sel maka akan mengikat posfolipid yang

merupakan penyusun utama membran sel. Apabila sel rusak maka akan

mengakibatkan plasmolisis yaitu keluarnya cairan sel dan komponen-komponen

penting yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain. Padahal protein-

protein bersama-sama komponen lain seperti lipida berfungsi melaksanakan

permeabilitas membran dan aktifitas transport membran sehingga membran

berfungsi normal (Hermawan dkk, 2007).

Kerusakan dinding sel dan membran sel mengakibatkan keluarnya bahan

metabolit dari dalam sel, menghambat energi (Volk dan Wheeler, 1998).

Membran sitoplasma melaksanakan metabolisme energi dalam sel-sel prokariotik,

sehingga jika membran sitoplasma rusak maka metabolisme energi tidak akan

berlangsung. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan sel untuk tumbuh dan

akhirnya menyebabkan kematian sel.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

33

2.13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Zat Antimikroba

Faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba dalam

menghambat atau membasmi organisme patogen. Semuanya harus

dipertimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba menurut Pelczar

(1998) adalah sebagai berikut:

1. Konsentrasi atau Intensitas Zat Antimikroba

Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi daya

antimikrobanya, artinya banyak bakteri yang akan terbunuh lebih cepat bila

konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.

2. Jumlah Mikroorganisme

Semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada maka semain banyak pula

waktu yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme tersebut.

3. Suhu

Kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikkan keefektifan suatu

disinfektan atau bahan mikrobial lain. Hal ini disebabkan karena zat kimia

merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia dan reaksi kimia dipercepat

dengan meningkatkan suhu.

4. Spesies Mikroorganisme

Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda

terhadap suatu bahan kimia tertentu.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

34

5. Adanya Bahan Organik

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia

antimikroba dengan cara menginaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya bahan

organik dalam campuran zat antimikroba dapat mengakibatkan:

a. Penggabungan zat entimikroba dengan bahan organik membentuk produk

yang tidak bersifat antimikroba.

b. Penggabungan zat antimikroba dengan bahan organik menghasikan suatu

endapan sehingga entimikroba tidak mungkin lagi mengikat

mikroorganisme.

c. Akumulasi bahan organik pada permukaan mikroba menjadi suatu

pelindung yang akan mengganggu kontak antara zat antimikroba dengan

sel.

6. Keasaman atau Kebasaan (pH)

Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi pada

suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan

mkroorganisme yang hidup pada pH basa.

2.14 Uji Kepekaan terhadap Antimikroba (In Vitro)

Uji kepekaan bakteri terhadap obat-obatan secara in vitro bertujuan untuk

mengetahui obat antimikroba yang masih dapat digunakan untuk mengatasi

infeksi oleh mikroba tersebut. Uji kepekaan terhadap obat antimikroba pada

dasarnya dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu metode dilusi dan metode difusi.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

35

2.14.1 Metode Dilusi

Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimal) dan

KBM (Kadar Bunuh Minimal) dari obat antimikroba. Prinsip dari dilusi yaitu,

menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu

sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diisi dengan

antimikroba yang telah diencerkan secara serial. Selanjutnya seri tabung di

inkubasi pada suhu tertentu selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan

pada tabung. Konsentrasi mikroba pada tabung yang ditunjukan dengan hasil

biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM

dari antimikroba. Selanjutnya, biakan dari semua tabung yang jernih

diinokulasikan pada media agar padat, diinokubasikan dan keesokan harinya

diamati ada tidaknya koloni mikroba yang tumbuh. Konsentrasi terendah

antimikroba pada biakan padat yang ditunjukan dengan tidak adanya pertumbuhan

koloni mikroba adalah KMB dari mikroba terhadap bakteri uji (Dzen, 2003).

2.14.2 Metode Difusi

Tes difusi menggunakan disk kertas saring atau tablet yang mengandung

agen antimikroba. Sebuah plate yang telah ditanami pada seluruh permukaan

dengan bakteri isolate dan disk diletakkan pada permukaan agar plate, setelah

diinkubasi plate diuji untuk zona hambatan pertumbuhan sekitar masing-masing

disk berhubungan dengan konsentrasi jangakauan dari obat dalam serum. Oleh

karena itu, zona hambatan untuk antibiotik yang berbeda bervariasi, makin besar

zona hambatan makin peka isolate tersebut. Zona hambatan tersebut dibandingkan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

36

dengan acuan zona hambatan organisme, kepekaan tes isolate digambarkan

dengan suseeptible (S), atau resistant (R) (Pratiwi, 2008).

2.15 Metode Pengujian Daya Antimikroba

Uji daya antimikroba bertujuan mengetahui obat antimikroba dapat

digunakan untuk mengatasi infeksi mikroba. Salah satu cara menguji kepekaan

terhadap suatu antimikroba secara in vitro dilakukan melalui difusi cakram.

Prinsip dari difusi cakram yaitu antimikroba dengan konsentrasi tertentu

dijenuhkan kedalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas yang

mengandung obat tertentu ditanam pada media pembenihan agar padat yang telah

dicampur dengan mikroba yang diuji, selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37o C

selama 18-24 jam, selanjutnya diamati daya area zona jernih disekitar kertas

cakram yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. Berikut ini adalah

tabel klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Ahn dkk (1994)

dalam Cahyono dkk (2012).

Tabel. 2.1 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri

Diameter Zona Hambat Respon Hambatan Pertumbuhan

> 20 mm Kuat

16-20 mm Sedang

10-15 mm Lemah

2.16 Tinjauan Tentang Sumber Belajar Biologi

2.16.1 Sumber Belajar Biologi

Biologi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang makhluk

hidup dan lingkungannya. Dalam memperlajari biologi diperlukan suatu sumber

belajar agar mempermudah siswa dalam memperoleh informasi yang

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

37

dibutuhkannya. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.29

tahun 2003 pembelajarn merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkugan belajar, tujuan dalam proses

pembelajaran dapat tercapai dengan baik apabila komponen-komponen dalam

pembelajaran dapat terpenuhi, beberapa komponen ini diantaranya manusia dan

penggunaan media atau sumber-sumber belajar. Sumber belajar merupakan segala

sesuatu yang dapat memudahkan peserta didik dalam memperoleh sejumlah

informasi, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar

mengajar.

Menurut Rakhmadona (2009) sumber belajar adalah bahan yang mencakup

media belajar, alat peraga, alat permainan untuk memberi informasi maupun

berbagai ketrampilan kepada anak dan orang dewasa yang berperan mendampingi

anak dalam belajar. Sumber belajar dapat berupa tulisan (tulisan tangan atau hasil

cetak), gambar, foto, narasumber, benda-benda alamiah dan benda-benda hasil

budaya yang tersedia disekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk

membantu optimalisasi hasil belajar. Masalah yang terdapat dalam proses

pembelajaran adalah kurang tersedianya buku teks yang berkualitas sehingga

siswa sulit memahami buku yang dibacanya dan buku-buku teks tersebut sering

membosankan. Berdasarkan permasalahn tersebut, dapat diterapkan sistem

pembelajaran handout yang memberi kepercayaan pada kemampuan siswa unutk

belajar mandiri. Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai sumber belajar

biologi handout dalam perencanaan pembelajaran Biologi Materi Archabacteria

dan Eubacteria.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

38

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

pembelajaran tersebut adalah dengan menngunakan suatu bahan ajar yang dapat

menunjang sikap aktif dan kritis siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan

mereka secara mandiri. Bahan ajar tersebut hendaknya juga memotivasi siswa.

Selain itu, bahan ajar yang digunankan juga harus sesuai dengan karakteristik

siswa Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah handout.

Menurut Depdiknas (2008) dalam Sari dan Husna (2014) ada beberapa

langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun handout. Langkah-langkah

tersebut antara lain melakukan analisis kurikulum, menentukan judul handout

sesuai dengan kompetensi dan materi yang akan dicapai, mengumpulkan referensi

sebagai bahan penulisan, menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan jelas

dalam menulis handout, mengevaluasi hasil tulisan, dan menggunakan berbagai

sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout.

Unsur-unsur handout memuat beberapa unsur, yaitu kompetensi dasar,

ringkasan materi, soal-soal, sumber bacaan. Menurut Prastowo (2011)

dikelompokan menjadi dua jenis yakni handout mata pelajaran praktik dan

handout mata pelajaran nonpraktik.

1. Handout Mata Pelajaran Praktik

Susunan handout pada mata pelajaran praktik meiliki ketentuan sebagai

berikut:

a. Terdiri atas langkah-langkah kegiatan atau proses yang harus dilakukan

peserta didik, yakni langkah demi langkah dalam memilih, merangkai dan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

39

menggunakan alat atau instrumen yang akan digunakan dalam kegiatan

praktik.

b. Pengalaman dan ketrampilan peserta didik sangat diharapkan dalam

penggunaan alat atau instrumen praktik (harus mutlak benar). Salah dalam

merangkai atau menggunakan akan berakibat fatal, kerusakan atau bahkan

kecelakaan.

c. Perlu bahkan seringkali dilakakukan pre-test terlebih dahulu sebelum

peserta didik memasuki ruangan laboratorium, untuk mnegetahui sejauh

mana peserta didik telah siap dengan segala apa yang akan dilakukan

dalam praktik tersebut.

d. Penggunaan alat evaluasi (reported sheet) sangat diperlukan untuk umpan

balik dan melihat tingkat ketercapain tujuan serta kompetensi-kompetensi

yang harus dikuaasi dan dicapai oleh setiap peserta didik.

e. Keselamatan kerja dilaboratorium perlu dibudayakan dalam kegiatan

praktik.

f. Format identitasnya sama dengan penjelasan sebelumhya, sedangkan isi

handout disesuaikan dengan kekhususan materinya.

2. Handout Mata Pelajaran Nonpraktik

Jenis mata pelajaran nonpraktik, susunan handoutnya memiliki ketentuan

sebagai berikut:

a. Jenis acuan handout adalah SAP (Satuan acuan Pembelajaran)

b. Format handout:

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

40

1) Bebas (slide, transparan, paper based) dan dapat berbentuk narasi alimat

tetapi singkat atau skema/ Flowchart dan gambar.

2) Tidak perlu memakai header maupun footer untuk setiap slide, cukup

halaman pertama saja yang menggunakannya.

3) Konten (isi) handout terdiri atas overview materi dari rincian materi.

2.16.2 Pedoman Pembuatan Handout nonpraktik sebagai Sumber Belajar

Biologi

Salah satu sumber belajar yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar

adalah bahan ajar handout. Handout merupakan sumber belajar tertulis yang

didalamnya berisikan berbagai konsep penting dari suatu bagian dalam satu materi

pembelajaran atau materi secara lengkap (Sanaky, 2011). Majid (2005)

menyatakan, bahwa handout merupakan bahan tertulis yang disiapkan oleh

seorang guru untuk memperkaya pengetahuan siswa. Materi sajian yang terdapat

di dalamnya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan

materi yang diajarkan. Handout memiliki fungsi yang sangat penting dalam

pembelajaran, yaitu mengacu pada kemudahan siswa untuk mendapatkan

informasi saat mengikuti pembelajaran, sehingga dengan demikian tujuan

pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Berdasarkan pengertian diatas dapat kita

ketahui bahwa handout termasuk media atau bahan pembelajaran cetak yang

diberikan oleh guru kepada siswa saat mengikuti pelajaran yang berguna untuk

mempermudah siswa dalam memperoleh informasi dan merupakan bahan ajar

yang praktis dan ekonomis.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

41

Menurut Sanaky (2011), handout berisikan pokok-pokok pikiran utama

dari materi ajar yang disampaikan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan

ketika membuat handout, yaitu :

1. Berisi materi-materi yang pokok saja, bukan uraian detail materi.

2. Biasanya dibuat untuk tiap bab/materi pokok/pokok bahasan.

3. Bukan dibuat untuk setiap kali pertemuan, karena handout bukan rencana

pembelajaran.

4. Dapat disajikan dalam bentuk transparansi, power point dengan LCD.

5. Meski ringkas, handout mampu memberikan informasi penting tentang bahan

ajar tersebut.

Menurut Rumelean (2014), komponen handout terdiri dari:

1. Identitas handout: Nama sekolah, nama mata pelajaran, pertemuan ke,

handout ke, jumlah halaman dan mulai berlakunya handout.

2. Materi pokok/materi pendukung pembelajaran yang akan disampaikan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan membuat handout nonpraktik

dengan memenuhi aspek diatas kemudian mengaitkan hasil penelitian pada materi

tingkat SMA kelas X semester gasal yaitu keanekaragaman hayati.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piper betle L.) 2.1.1 ... - …eprints.umm.ac.id/36809/3/jiptummpp-gdl-niniksulas-50043-3-babii.pdf · yaitu sebagai daur ulang elemen vital, penanganan

42

2.17 Kerangka Konsep

Dinding sel mengkerut/tidak terbentuk

sempurna

Kematian

Disentri Shigella dysenteriae

Penyebab

Menyebabkankan

1. Tidak Sesuai indikasi

2. Dosis tidak yang sesuai

3. Pemberian interval

Penggunaan antimikroba tidak tepat

Permeabilitas membran berkurang

Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)

Senyawa Fenol: kavikol

Merusak dinding sel: mengkikat mukosa

kulit/ jarigan sehingga membran kering

Merusak membran

sel

Membran mengalami denaturasi protein

Tidak terlindung dari lingkungan

Plasmolisis

Keluarnya cairan sitoplasma bersama bahan penting lainnya dan masuknya

bahan dari luar kedalam

Metabolisme sel terhambat

Pembentukkan energi terhambat

Kematian bakteri Shigella

dysenteriae

Pemanfaatan Sumber Belajar biologi berupa Handout