sintesis pemikiran tradisional dan modern: studi kasus...

105
SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus Peran Lora di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan Jawa Timur Skripsi Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Saniman NIM: 1113032100079 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN:

Studi Kasus Peran Lora di Desa Dempo Barat

Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan Jawa Timur

Skripsi

Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Saniman

NIM: 1113032100079

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 2: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 3: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 4: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 5: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

i

ABSTRAKSI

Skripsi ini meneliti peran lora sebagai elit di tingkat desa dan strategi yang

digunakan dalam sintesis pemikiran tradisional dan modern. Lora begitu

berkarisma dalam tatanan kehidupan masyarakat desa, sehingga dengan mudah

dia diterima oleh kalangan masyarakat. Dalam hal ini lora bisa dikatakan sebagai

miniatur dari kiai atau pengasuh pondok pesantren.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Luas cakupan wilayahnya salah satu

desa, yaitu desa Dempo Barat, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan. Teori

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepemimpinan transformasional

dan teori perubahan sosial. Teori yang pertama berguna untuk menjelaskan gaya

kepemimpinan lora yang selalu memberikan inspirasi kepada setiap individu,

memiliki karisma yang luar biasa sehingga disegani oleh masyarakat. Teori yang

kedua berguna untuk menjelaskan perubahan yang dilakukan oleh lora, baik

melalui pengajian mingguan, diversifikasi pendidikan dan merubah persepsi

masyarakat terhadap pesantren.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, lora berperan penting

dalam mengkolaborasikan antara pemikiran tradisional dan modern baik di

pesantren maupun di masyarakat. Kedua, pengajian mingguan merupakan sarana

lora dalam merubah masyarakat menuju masyarakat modern, merawat pemikiran

tradisional dan sarana regenerasi yang dilakukan oleh kiai pondok pesantren.

Ketiga dukugan kiai terhadap lora sangat baik, kiai selalu mendukung gagasan

perubahan yang dilakukan oleh lora. Keempat, perubahan di masyarakat juga

tidak lepas dari peranan pemerintah desa dan tokoh masyarakat. Kelima, secara

pemikiran lora cenderung inklusif, dia lebih terbuka menerima pemikiran yang

beragam dan tidak hanya mewarisi pemikiran-pemikiran yang sudah ada dari

sebelumnya tetapi juga memberikan nuansa baru baik di pesantren dan di

masyarakat.

Kata Kunci : Lora, Kiai, Tradisional, Modern

Page 6: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

ii

Pedoman Transliterasi

Huruf Arab

Huruf Latin

Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts te dan es ث

j Je ج

h h dengan garis bawah ح

kh ka dan ha خ

d De د

dz de dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy es dan ye ش

s es dengan garis di bawah ص

d de dengan garis di bawah ض

t te dengan garis dibawah ط

z zet dengan garis bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan غ

ha

f Ef ف

q I ق

k Ka ك

l L ل

m Em م

n En ن

w We و

ـ

ھ

h Ha

Page 7: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

iii

Kata Pengantar

Allahamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

segala nikmat dan hidayah yang telah diberkan-Nya sehigga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul: Sintesis Pemikiran Tradisional dan

Modern: Studi atas Pemikiran Lora di Desa Dempo Barat Kecamatan

Pasean Kabupaten Pamekasan Jawa Timur. Shalawat beriring salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan sahabatnya, serta umatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajarannya.

Dengan selasainya skripsi ini, maka selasai pula tugas akademis Strata I

pada jurusan Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari kampus ini. Tugas

akademis sebagai mahasiswa telah paripurna. Dengan selesainya skripsi ini yang

tentunya dengan proses tidak singkat dan berbagai tantangan yang ada. Penulis

sadar bahwa karya ini bukan murni dari pikiran penulis, tetapi juga inspirasi dari

karya-karya terdahulu yang memberikan cakrawala pengetahuan terhadap pola

dan sistematika berpikir penulis.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan untaian terima kasih dan

penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. Teristimewa kepada orang tua penulis, ayahanda tercinta Limin dan

ibunda tersayang Ummi Qulsum, yang telah menghantar penulis hingga seperti

sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran, keikhlasan dan perjuangan

hidup demi kelangsungan puteranya.

Page 8: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

iv

Penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Ridwan Lubis, MA., selaku pembimbing dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin beserta

jajarannya.

3. Syaiful Azmi, MA., selaku Ketua Program studi Studi Agama-agama.

4. Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekretaris Program studi Studi Agama-

agama.

5. Segenap dosen civitas akademika Fakultas Ushuluddin, khususnya Studi

Agama-agama yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala ilmu

dan pengetahuan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini, baik

di dalam maupun di luar kelas perkuliahan.

6. Segenap masyarakat Dempo Barat, terkhusus K.H. Qomaruddin Burhan, K.H.

Sulaiman Qurdi, Lora Zubairi, Lora M. Kholil Kawakib, Lora Ali Maksum,

Joko Pranoto, Ilyas Kurdiyanto dan Ustad Hawi yang sudah merelakan waktu

berbagi informasi dan memberikan sambutan yang hangat kepada penulis,

sehingga penulis dapat menemukan informasi yang lebih mendalam terkait

penelitian ini.

7. Kawan-kawan Studi Agama-Agama 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, tanpa mengurangi rasa bangga atas persaudaraan, pengalaman di

dalam dan luar kelas.

8. Kawan-kawan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama

periode 2016 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, tanpa mengurangi

Page 9: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

v

rasa bangga atas persaudaraan, pengalaman dan dedikasinya terhadap HMJ-

PA 2016.

9. Kawan-kawan HMI KOMFUF yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

tanpa mengurangi rasa bangga atas perkawanan, persaudaraan, pengalaman

yang telah mendidik penulis di luar kelas.

10. Kawan-kawan Forum Mahasiswa Madura (FORMAD). Terima kasih atas

solidaritasnnya yang tinggi.

11. Kawan-kawan kajian Indonesian Culture Academi (INCA), dari forum ini,

penulis banyak menimba ilmu pengetahuan.

12. Kawan-kawan Al-Falah in Campus (AF-IC) dari yang paling senior sampai

adek-adek junir. Terima kasih telah banyak memberikan masukan sampai

akhirnya skripsi ini rampung.

Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi keluarg besar

Studi Agama-Agama pada khususnya.

Billahitaufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 26 Desember 2019

Saniman

Page 10: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ....................................................................................................... i

PEDOMAN LITERASI ...................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................. 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 11

D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 12

E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 13

F. Sistematika penulisan ..................................................................... 18

BAB II PENGERTIAN KEPEMIMPINAN ISLAM DI MADURA ........... 19

A. Pengertian Tradisional ..................................................................... 19

B. Pengertian Modern ........................................................................... 23

C. Pengertian dan Jumlah Lora di Dempo Barat .................................. 29

D. Kerangka Teori: ............................................................................... 34

1. Teori Kepemimpinan Transformasiona ...................................... 34

2. Teori Perubahan Sosial ............................................................... 36

Page 11: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

vii

BAB III STRATEGI PENDEKATAN LORA ................................................ 38

A. Pengajian Mingguan ........................................................................ 38

B. Diversifikasi Pendidikan .................................................................. 41

C. Perubahan Persepsi Sosial Terhadap Pesantren ............................... 45

D. Pesantren sebagai Penggerak Perubahan ......................................... 47

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU LORA ...... 50

A. Kesinambungan dan Perubahan ....................................................... 50

B. Dukungan Kiai terhadap Perubahan ................................................ 52

C. Peranan Pejabat Pemerintah: Kepala Desa dan Kantor Urusan

Agama .............................................................................................. 54

D. Peranan Tokoh Masyarakat ............................................................. 59

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 61

A. Kesimpulan ...................................................................................... 61

B. Kritik dan Saran ............................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... 68

DAFTAR DOKUMENTASI .............................................................................

Page 12: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah Islamisasi di Madura selama ini menghasilkan beragam teori,

seperi layaknya teori atau kajian tentang proses masuknya Islam ke Indonesia.

Setidaknya ada dua pandangan yang dapat penulis jabarkan di sini. Pertama,

pandangan dari sejarawan Belanda, H. J. De Graaf dan T. H. Pigeaud, yang

menyatakan bahwa Islamisasi di Madura berkembang melalui dua proses di dua

tempat, yaitu Islamisasi di Madura Barat (Bangkalan dan Sampang) dan Islamisasi

di Madura Timur (Sumenep dan Pamekasan).1 Di mana kedua proses islamisasi

tersebut sama-sama melibatkan kalangan elite-aristokrat.

Di Madura Barat, proses Islamisasi dimulai dari seorang raja di Gili

Mandingan atau Sampang yang bernama Lembu Peteng, putra Raja Brawijaya

dari Majapahit dengan putri Islam dari Cempa.2 Menurut Sadjarah Dalem, Putri

Lembu Peteng dari Sampang itu diperistri oleh putra Maolana Ishak, menurut

legenda Islam dia adalah ayah Sunan Giri. Sehingga dapat diperkirakan bahwa

pada paruh kedua abad XV di Madura Barat para penguasa Jawa dari golongan

ningrat dan orang Islam dan seberang lautan menjalin hubungan persahabatan.

Meskipun menurut Tomes Pires, pada permulaan dasawarsa abad XVI

Raja Madura belum memeluk agama Islam. Tetapi menurut cerita Madura, pada

tahun 1450 J (1528) putra mahkota di Madura Barat telah memeluk agama

1 H.J. De Graaf dan TH. Pigeud, Kerajaaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah

Politik Abad XV dan XVI, terj Pustaka Utama Grafiti dan KITLV (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

2003), Cet V, h. 189. 2 Abd Halim Soebahar, Modernisasi Pesantre: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai

dan Sistem Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2013), h. 25.

Page 13: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

2

Islam,karena pada tahun 1527 kerajaan Majapahit diduduki oleh orang Islam.

Pada tahun 1528 penguasa di Madura Barat memutuskan mengakui raja Islam

baru di Jawa sebagai atasannya.3

Sementara Islamisasi di Madura Timur didasarkan pada cerita Sumenep

tentang adanya makam tua yang bertarikh tahun 1504 J (1582) di Kampong Pasar

Pajhinggha’an di ibu kota itu, di mana makam tersebut merupakan makam Adipati

Kanduruwun yang dikenal memiliki peranan besar di Sumenep pada seperempat

kedua dan ketiga abad XVI. Kanduruwun merupakan seorang dari keluarga seibu

dengan Sultan Trenggana dari Demak (paman Sultan Jipang). Alhasil, dari

Kanduruwun inilah Islam hadir di Madura Timur.4

Kedua, pandangan dari Dr. Abdurrahaman, sejarawan yang telah

mempublikasikan banyak tulisan-tulisan tentang sejarah Madura. Menurutnya

proses Islamisasi di Madura adalah melalui Sunan Giri, Gresik, yang merupakan

salah satu anggota Walisanga.5 Penting untuk sedikit disinggung di sini bahwa

secara umum telah diyakini bahwa penyebar agama Islam di Jawa adalah para

wali yang menurut sejarawan berjumlah Sembilan orang (Walisanga).6

Penyebaran Islam di Madura semakin meluas setelah raja-raja, sekitar

pertengahan abad XVI, memeluk agama Islam dan menyebar luasan ke pelosok-

pelosok di Madura. Terutama di Sumenep, kawasan dengan perdagangan yang

3 H.J. De Graaf dan TH. Pigeud, Kerajaaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah

Politik Abad XV dan XVI, terj Pustaka Utama Grafiti dan KITLV, h. 191. 4 Abdur Rozak, Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater sebagai

Rezim Kembar di Madura (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004), h. 45. 5 Abd Halim Soebahar, Modernisasi Pesantre: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai

dan Sistem Pendidikan Pesantren, h. 26. 6 Kesembilan wali tersebut adalah (1) Sunan Ampel, (2) Sunan Drajat, (3) Sunan Bonang,

(4) Sunan Giri, (5) Sunan Gunnung Jati, (6) Sunan Kalijaga, (7) Sunan Kudus, (8) Sunan Muria,

(9) Sunan Lemah Abang atau yang kita kenal Syekh Siti Jenar.

Page 14: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

3

paling ramai, tumbuh dan menjadi daerah Islam yang penting.7 Pada pertengahan

abad yang lalu di Sumenep terdapat 2.130 ulama Islam, lebih banyak daripada di

Madura Barat dan Pamekasan.

Selain penyebaran Islam yang dilakukan oleh Sunan Giri, tidak kalah

pentingnya untuk mengemukakan sebuah informasi yang berbeda. Sebelumnya

sudah banyak pedangang Muslim dari Gujarat yang singgah di pelabuhan pantai

Madura, terutama di Kalianget Sumenep. Penduduk pantai selatan Sumenep

mungkin sekali pada paruh abad XV mulai berkenalan dengan agama Islam.

Keyakinan akan kepercayaan baru mula-mula disebarluaskan di tempat-tempat

seperti Parindu, tempat perdagangan yang mempunyai hubungan dengan daerah-

daerah seberang.

Penyebaran agama Islam berlangsung sejalan dengan perluasan

perdagangan. Penyebaran yang pertama adalah pedagang Islam dari India

(Gujarat), Malaka, dan Sumatera (Palembang). Mereka disusul dengan pengikut

Sunan Ampel dan Sunan Giri, para wali suci Islam yang berkedudukan di dekat

kerajaan-kerajaan dangan kecil di Surabaya dan Gresik.8 Interaksi yang dilakukan

oleh penduduk lokal dengan para saudagar tentunya telah membawa pengaruh

terhadap kebudayaan dan kepercayaan masyarakat lokal.

Hal ini tampak dari sebuah kisah bahwa di suatu daerah dekat dengan

Desa Parsanga Sumenep datanglah seorang penyiar Islam – yang kemudian

dikenal dengan nama Sunan Padusan.9 Dia memberi pelajaran agama Islam

7 Hub de Jonge, Madura dalam Empat Zaman: Perdagangan, Perkembangan, Ekonomi

dan Islam (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h.241. 8 Hub de Jonge, Madura dalam Empat Zaman: Perdagangan, Perkembangan, Ekonomi

dan Islam, h.240-241. 9 Sunan Padusan merupakan seorang laki-laki keturunan Arab, ayahnya bernama Usman

Haji, anak dari Raja Sunan Ampel. Jadi secara geneologis Sunan Padusan adalah keponakan Sunan

Page 15: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

4

kepada rakyat Sumenep. Apabila seorang santri dinilainya telah mampu

mempraktikkan rukun islam, maka ia akan dimandikan dengan air yang dicampur

dengan aneka ragam bunga yang sangat wangi. Cara memandidikan inilah

kemudian dikenal dengan sebutan “edudus”.10

Sunan Pandusan kemudian pindah tempat tinggal ke Keraton Batuputih.

Dari sinilah kemudian penyebaran Islam meluas di daerah Madura. Tidak hanya

di pesisir Madura tetapi juga ke pelosok-pelosok desa. Itulah yang menyebabkan

mengapa masyarakat Madura sampai sekarang pemeluk agama Islam lebih dari

90%. Penyebaran agama Islam di Madura disertai dengan beragam representasi

kebudayaan Arab di dalamnya, seperti kesenian hadrah/rebana, gambus dan

samrah.11 Kebudayaan ini juga tersebar sampai ke polosok desa sehingga menjadi

elemen tak terpisahkan dari kebudayaan Madura itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, sangat jelas bahwa proses lahir

dan berkembangnya agama Islam di Madura tidak lepas dari tiga elemen jaringan

yang sama-sama memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat

Madura. Ketiga elemen tersebut adalah jaringan elit istana, jaringan kiai dan

ulama, dan jaringan para saudagar yang kemudian diikuti oleh kalangan warga

masyarakat.

Bila dilihat dari peran sosialnya, kiai di Madura memiliki beragam peran

atau pun keahlian, tidak saja mereka memerankan diri sebagai tokoh agama yang

mengajarkan pendidikan moral-keagamaan tetapi juga melakukan praktik

Ampel. Diketahui pula bahwa Raja yang sedang berkuasa di Sumenep (Pangeran Jokotole) juga

memeluk agama Islam dan menjadikan Sunan Padusan sebagai menantunya. 10 Abdur Rozak, Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater sebagai

Rezim Kembar di Madura, h. 46. 11 Abdurrahman, Sedjarah Madoera Selajang Pandang: Melipoeti Kaboepaten-

kaboepaten Soemenep, Pamekasan, Sampang (Sampang: Automatic The Sun, 1971), h. 17.

Page 16: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

5

perdukunan dengan cara memberikan pengobatan tradisional terhadap beberapa

penyakit dengan pertolongan doa-doa dan obat-obatan tertentu.12

Selain itu, kiai di Madura juga memberikan kontribusi dalam pergerakan

sosial keagamaan, seperti pada masa kolonialisme. Dalam praktiknya, tidak jarang

terjadi ketegangan antara kiai dengan para kolonial (Belanda), bahkan dalam

kasus KH. Samantri di Parajjan Sampang, ketegangan itu memuncak pada terjadi

pemberontakan.

Kebangkitan gerakan sosial keagamaan yang lebih sistematis dan

terorganisir dengan baik, seperti Sarikat Islam (SI) di Jawa juga merambah ke

Madura. SI di Madura berkembang dengan baik dan sangat beperan dalam

mengangkat martabat dan nasib para petani dan buruh. Meskipun gerakan SI di

Madura tidak berlangsung cukup lama, mengingat pasang surut SI di Jawa dan

kondisi internal aktivis SI di Madura sendiri sangat berperan dalam memudarnya

gerakan SI di masyarakat.13

Gerakan SI dimotori oleh komunitas kiai, bangsawan dan para haji yang

memiliki semangat keagamaan baru yang dapat menghubungkan gerakan sosial

kegamaan di perkotaan dengan pedesaan di Madura, meskipun pada akhirnya

pupus sirna akibat pasang surut SI di Jawa dan kondisi internal SI yang

berantakan.

Pasca SI sejak tahun 1926, jaringan keagamaan di Madura yang tumbuh

dan berkembang di dalam masyarakat pedesaan bahkan merambah ke kawasan

perkotaan adalah Islam kultural model Nahdlatul Ulama (NU). Di Madura, NU

12 Muthmainnah, Jembatan Suramadu: Respon Ulama terhadap Industrialisasi

(Yogyakarta: LKPSM, 1998), h. 44. 13 Abdur Rozak, Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater sebagai

Rezim Kembar di Madura, h. 51.

Page 17: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

6

tampil secara dominan dan mewarnai corak keberagamaan masyarakat. Bahkan

sikap fanatik terhadap identitas keislaman menempel lengket dengan identitas ke-

NU-an ini. Apalagi mengingat kelahiran NU secara geneologis keagamaan masih

terkait dengan seorang wali yang bernama KH. Kholil Bangkalan, yang para

murid-muridnya adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah yang

bertindak sebagai aktor utama yang membidani kelahiran NU.

Di Bangkalan dan beberapa tempat lainnya di Madura serta di beberapa

daerah di Jawa, kiai Kholil masih mempunyai pengaruh keberagamaan yang

dominan sampai saat ini, bahkan sampai keturunannya pun yaitu “Bani Kholil”,

memperoleh kedudukan kultural dengan penghormatana yang begitu tinggi oleh

sebagian besar masyarakat atas karisma dan kewaliannya.

Selanjutnya relasi antarkiai pesantren menjadi sarana Islamisasi yang

semakin mempertebal pengaruh dan otoritas kiai di tengah masyarakat. Apalagi

jaringan kiai ini tidak hanya dibingkai oleh kesadaran kesamaan identitas

keislaman, tetapi juga dibingkai dengan ikatan kekerabatan, perkawinan dan

sejenisnya.14

Menurut data yang dihimpun oleh Kuntowijoyo, pada tahun 1880 terdapat

896 orang yang sudah melaksanakan ibadah haji, kemudian pada thaun 1890

jumlah semakin meningkat menjadi 1364 orang. Selain itu jumlah pesantren di

Madura terus bertambah, sehingga Madura dikenal sebagai pulau seribu

pesantren.15 Hal ini menunjukkan bahwa kiai – dalam kapasitasnya sebagai

14 Abdur Rozak, Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater sebagai

Rezim Kembar di Madura, h. 48. 15 Abd Halim Soebahar, Modernisasi Pesantre: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai

dan Sistem Pendidikan Pesantren, h. 29-30.

Page 18: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

7

pemuka agama – memiliki peran yang sangat vital di tengah-tengah masyarakat

Madura.

Di Madura, khususnya di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean, sifat

keislaman penduduknya sangat nampak, hal ini terlihat dari berdirinya dua

pesantren yang sangat besar di satu desa tersebut, yaitu Pondok Pesantren Sumber

Baru Al-Falah dan Pondok Pesantren Al-Miftah.

Pesantren merupakan lingkungan khusus yang meringkas nilai-nilai yang

berlaku, di mana hidup sebagai ibadah, ajaran dari guru agama tidak dapat

dibantah karena ajaran tersebut bagian dari ibadah, cinta terhadap doktrin Islam,

dedikasi pada masalah-masalah agama dan kesinambungan dengan santri.16 Posisi

kiai dan juga para ustadz dianggap sesuatu yang sulit untuk dibantah oleh

kalangan masyarakat, karena masyarakat bersandar pada setiap fatwa yang

disampaikan oleh Kiai, lora maupun para ustad.

Kiai dipandang oleh masyarakat sebagai seorang karismatik. Interaksi

kekarismaan terjadi antara tokoh karisma yang unggul yang mempengaruhi

pengikutnya.17 Masyarakat dan santri selalu mendengarkan dan taat dengan apa

yang diperintahkan oleh kiai. Segala fatwa yang disampaikan akan dilakukan

selama fatwa itu bersifat positif. Selain dipandang sebagai orang yang karismatik,

Kiai juga dipandang sebagai orang yang menguasai ilmu agama dan sangat dekat

dengan Tuhan karena ketakwaan dan ketaatannya dalam beribadah. Sehingga dia

dipatuhi dan dihormati oleh masyarakat.18

16 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat: Kiai Pesantren – Kiai Langgar di Jawa

(Yogyakarta: LKiS, 1999), h. 141. 17 Hiroko Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Basalim dan Andi Muarly

Sunrawa (Jakarta : Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1987), Cet I, h. 213. 18 Soegianto, Kepercayaan, Magi dan Tradisi dalam Masyarakat Madura (Jember: Tapal

Kuda, 2003), h. 21

Page 19: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

8

Kiai tidak hanya sebagai figur yang dihormati oleh santri, tetapi juga oleh

masyarakat sekitarnya yang menjadikannya sebagai tempat untuk berkonsultasi,

baik bidang keagamaan, sosial, politik dan lain sebagainya. Meskipun beberapa

tahun terakhir sebagian masyarakat sudah tidak melakukan konsultasi kepada kiai-

kiai maupun keluarganya terkait isu-isu politik. Masyarakat mempunyai

pendangan sendiri, baik melalui media sosial maupun tokoh di sekitarnya. Tetapi

dalam kasus yang lain, kiai masih menjadi panutan dan selalu mendapatkan

penghormatan dari masyarakat.

Penghormatan masyarakat kepada kiai juga menular kepada keluarganya.

anak, isteri dan menantunya juga mendapatkan penghormatan yang sama.19 Putra

kiai biasanya mendapatkan panggilan kehormatan tertentu di kalangan santri

maupun masyarakat. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah contohnya, mereka

dipanggil dengan sebutan Gus, Lora, Bindereh, Neng, dan Kang sejak mereka

lahir.

Lumrahnya masyarakat di Madura menyebut putra kiai (kiai muda)

maupun menantunya dengan sebutan lora (laki-laki) dan Nyai (perempuan).

Berdeda dengan panggilan bagi putra kiai langgar adalah Bindhereh dan Nyai.

Panggilan semacam ini masih sangat lumrah dan mudah kita temukan di Madura.

Kepercayaan masyarakat dan realita di lapangan terhadap lora yang

memiliki karisma luar biasa dengan mudahnya diterima dan memiliki peran yang

sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat Madura, khusunya bagi pesantren

dan masyarakat sekitar dalam mensinergikan pemikiran tradisional dan modern.

19 A. Fatih Syuhud, Menuju Kebangkitan Islam Dengan Pendidikan (Malang: Pustaka Al-

Khoirot, 2012), h. 15.

Page 20: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

9

Masih banyak kita temui praktik-praktik keagamaan tradisional di Desa

Dempo Barat, seperti laki-laki memakai kopiah, sarungan, tahlilan, ngaji kitab

gundul, dan lain sebagainya. Tetapi juga kita bisa temukan perubahan-perubahan

baik dalam pesantren maupun masyarakat. Pesantren yang dulunya hanya

mempelajari agama tetapi sekarang juga mempelajari pelajaran umum.

Hal ini kita bisa lihat dengan berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), Madrasah Tsanawiyah (MTs) Unggulan, Laboratorium berbasis

Komputer, Pendididkan Amsilati dan lain sebagainya. Contoh tersebut merupakan

gagasan dan terobosan yang dilakukan oleh lora dalam mensinergikan pola

tradisional dengan modern.

Dalam masyarakat Desa Dempo Barat, sebelumnya jarang anaknya

melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan, karena bagi orang tua lulusan

pondok pesantren dengan pendidikan agama yang mempuni sudah sangat cukup.

Tetapi beberapa tahun terakhir pola pikir seperti sudah hampir punah, bahkan

orang tua selalu menyuruh anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi.

Rangsangan bagi orang tua untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke

jenjang yang lebih tinggi tidak lepas dari peran lora, dalam mengisi pengajian

rutin mingguan. Lora selalu mewanti-wanti masyarakat akan pentingnya sebuah

pendidikan bagi anaknya. Tidak hanya sebatas belajar di pesantren tetapi ke

jenjang lebih tinggi yaitu perkuliahan demi mengimbangi perkembangan zaman di

luar pesantren.

Terakhir adalah kiprah lora di luar kebiasaan sosok lora pada umumnya,

yaitu menjadi anggota DPRD Kabupaten Pamekasan. Realitas tersebut tentu

Page 21: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

10

berbanding terbalik dari corak dan kebiasaan lora yang biasanya mengajar agama

di pesantren, mengisi pengajian mingguan dan kebiasaan tradisional lainnya.

Dengan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik

untuk membahas “Sintesis Pemikiran Tradisional dan Modern: Studi Kasus

Peran Lora di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan

Jawa Timur”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah proses penggarapan skripsi ini, maka penulis

membatasi masalah hanya pada sintesis pemikiran tradisional dan modern: studi

atas pemikiran lora di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean.

Perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan dalam pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana Wacana Pemikiran Tradisional dan Modern di Desa

Dempo Barat Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan?

2. Bagaiman Proses Sintesis Pemikiran Tradisional dan Modern Bisa

Berlangsung?

3. Bagaimana Peran Lora dalam Mensinergikan Pemikiran Tradisional

dan Modern di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean Kabupaten

Pamekasan?

Page 22: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan yang

ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui sejauhmana peran Lora mensinergikan

pemikiran tradisional dan modern

b. Untuk mengetahui Wacana Lora dalam Pemikiran Tradisional dan

Moder di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean Kabupaten

Pamekasan.

c. Untuk mengetahui strategi Lora dalam memadukan pemikiran

tradisinal dengan modern.

Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dan kalangan akademis

tentang strategi Lora mensinergikan pemikiran tradisional dan

modern.

b. Sebagai salah satu referensi bagi pengelola pesantren untuk

mengembangkan dan meningkatkan pendidikan agar mampu

menjawab tuntutan modernisasi.

c. Sebagai salah satu acuan bagi kebijakan kepala desa Dempo Barat

dalam perkembangan kehidupan masyarakat khususnya di Desa

Dempo Barat Kecamatan Pasean Kabupaten Pamekasan.

Page 23: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

12

D. Tinjauan Pustaka

Tujuan adanya tinjauan pustaka yaitu untuk membuktikan orisinalitas

penelitian dan menguraikan penelitian sebelumnya yang memiliki objek penelitian

dan kajian yang relevan dengan penelitian ini.

Terdapat beberapa karya ilmiah yang membahas tentang agama dan

perubahan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut:

Sandy Melyaz, judul skripsi Pelaksanaan Integrasi Pesantren Salaf

(Tradisional) dan Khalaf (modern) di Pondok Pesantren Qotrun Nada, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini meneliti pola intergrasi pesantren

tradisional dan modern di pondok pesantren Qotrun Nada. Fokus penelitian

skripsi ini adalah bagaimana pesantren tradisional mampu menjawab tuntukan dan

perkembangan zaman pada saat ini, karena pesantren satu sisi selalu identic

dengan ilmu agama dan bahkan cendrung menolak perkembangan di luar

pesantren.

Persamaan dengan skripsi penulis adalah sama-sama membahas pola

tradisional yang mampu menyesuaikan diri dengan modernisasi. Penekannya pada

skripsi Sandy adalah pondok pesantren, berbeda dengan penulis yang titik

penekannya pada sosok lora yang pemikirannya tradisional tetapi mempu

mensinergikan dengan modernisasi.

Khafidh Nasrullah, judul tesis konsep tradisional dan modern dalam

pendidikan islam (telaah pada pemikiran Abdurrahman Wahid) UIN Walisongo.

Penelitian ini membahas konsep Gus Dur dalam mengkolaborasikan yang

tradisional dengan modern. Serta bagaimana relasi antara tradisional dan modern

dalam pendidikan Islam.

Page 24: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

13

Persamaannya dengan penulis adalah sama-sama membahas relasi antara

tradisional dengan modern. Pada tesis Khafidh penekannya adalah perspektif Gus

Dur, sedangkan penulis penekannya pada sosok kiai muda atau lora.

Perbedaannya sangat mencolok dengan skripsi penulis, mulai dari tokoh yang

diangkat dan lokasi penelitiannya yang sangat berbeda.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif,

yaitu sebuah teori yang bermaksud meneliti dan menemukan informasi seluas-

luasnya tentang pemikiran lora di Desa Dempo Barat Kecamatan Pasean dalam

sebuah permasalahan yang akan diteliti. Jadi objek penelitiannya fokus terhadap

lora yang ada di Desa Dempo Barat Kacamatan Pasean.

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Field Research, yaitu

penelitian lapangan yang dilaksanakan di Kecamatan Pasean. Sedangkan metode

penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menggunakan metode kualitatif.

Metodologi penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati.20

1. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Sosiologis

Agama tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan

sang pencipta tetapi juga mengatur hubungan sesama manusia. Agama

20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda

Karya, 1999), Cet XI, h. 3.

Page 25: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

14

yang dipercaya kemudian melahirkan sebuah tindakan atau perilaku sosial,

kemudian perilaku tersebut tumbuh dan berkembangan bersama dalam

kehidupan masyarakat. Kadang-kadang perilaku yang dilakukan oleh

seorang (lora) bisa mempengaruhi pola perilaku orang lain.

Norma dan nilai-nilai agama diduga sangat berpengaruh dalam

tindakan perilaku sosial. Perilaku seseorang terkadang tidak keluar dari

koridor norma-norma sosial maupun norma agama. Dalam hal ini

penelitian tentang agama sangatlah menarik untuk dilihat, dipaparkan dan

dijelaskan dari berbagai fenomena keagamaan. kadang juga menarik untuk

melihat pengaruh suatu fenomena satu terhadap fenomena yang lain.

Untuk menggambarkan fenomena sosial keagamaan tersebut,

penulis menggunakan pendekatan sosiologis, yaitu pendekatan yang

menggunakan logika-logika dan teori-teori sosiologi, baik sosiologi klasik

maupun sosiologi modern untuk menggambarkan fenomena sosial

keagamaan serta pengaruh dari suatu fenomena terhadap fenomena yang

lainnnya.21

b. Pendekatan Antropologis

Pendekatan antropologis mencoba memahami kebudayaan-

kebudayaan hasil karya manusia yang berhubungan dengan agama. Sejauh

mana agama mempengaruhi kebudayaan ataupun sebaliknya.22 Pendekatan

kebudayaan mencoba melihat agama sebagai inti kebudayaan.

21 H.M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktik,

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), Cet I, h. 100. 22 Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama: Dari Era Teosofi Indonesia (1901-

1940) Hingga Masa Kini, Cet I, h. 47-48.

Page 26: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

15

Pendekatan kebudayaan merupakan sudut pandang atau cara

melihat dan memperlakukan sesuai gejala yang menjadi perhatian dengan

menggunakan kebudayaan sebagai acuannya. Pendekatan kebudayaan

menurut Prof. Parsudi Suparlan (1986) adalah pedoman bagi kehidupan

masyarakat yang diyakini kebenarannya. Karena dianggap sebagai

pedoman maka kebudayaan harus berupa pengetahuan dan keyakinan-

keyakinan.23

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer adalah sumber data yang dapat memberikan

data penelitian secara langsung.24 Sumber data primer ini merupakan

sumber utama adalah wawancara langsung dengan informan yaitu lora.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder adalah data yang materinya secara tidak

langsung berhubungan dengan masalah yang diungkapkan.25 Sumber data

ini digunakan sebagai pelengkap dari sumber data primer yang berisi

tentang kajian-kajian pokok yang relevan atau yang berhubungan dengan

tema yang di angkat. Data sekunder ini berupa buku, artikel atau jurnal

ilmiah, majalah atau media lain yang mendukung.

23 H.M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan Praktik, h. 73-

75. 24 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), h.117. 25 Hadari Nawawi & Martini Hadari, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 1996), h.217.

Page 27: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

16

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah cara untuk memperoleh data dalam bentuk

mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Teknik

observasi yang penulis lakukan adalah bersifat langsung, yaitu mendatangi

setiap lora di wilayah yang telah ditentukan sebagai obyek penelitian dan

informan sebagai narasumber dari penulis.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung dengan informan, melalui

Tanya-Jawab sambil bertatap muka dengan menggunakan panduan

wawancara untuk memperoleh data yang diperlukan oleh penulis.

Wawancara dilakukan terhadap pihak yang dianggap berwenang dan

mengetahui permasalahan yang diteliti oleh penulis.

4. Analisa Data

Setelah data penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis

melakukan analisis data. Analisis data adalah proses penyusunan data agar

data tersebut dapat ditafsirkan.26 Metode analisis yang digunakan ialah

kualitatif, adalah proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya

hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Dalam penelitian

Kualitatif ini, analisa data lebih difokuskan selama proses penelitian

bersamaan dengan pengumpulan data. Sehingga dalam kenyataannya, analisa

data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah

selesai pengumpulan data.

26 Dadang Rahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000),

h.102.

Page 28: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

17

a. Proses Interpretasi

Dalam penafsiran atau interpretasi ini, penulis melakukan analisa

selama pengumpulan data dengan menggunakan beberapa bukti,

membangun beberapa bukti dan kemudian mengklarifikasinya. Setelah itu

data direduksi dan dilakukan berbagai proses pemilihan pemusatan

perhatian dan penyederhanaan data dasar. Selanjutnya dilakukan penyajian

data yang merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

b. Penyimpulan Hasil Penafsiran atau Interpretasi

Penyimpulan hasil penelitian, penulis menggunakan pola fikir

deduktif dan induktif. Deduktif adalah menarik kesimpulan dari dalil-dalil

yang sifatnya umum untuk dijadikan kesimpulan yang sifatnya khusus.

Sedangkan induktif adalah menarik kesimpulan dari yang bersifat khusus

untuk kemudian dijelaskan secara luas.

5. Sistematika Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada standar

penulisan skripsi yang berdasarkan pada buku Pedoman Akademik” yang

diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2013.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas dalam lima Bab dan Sub

Babnya, yaitu:

Page 29: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

18

Bab pertama merupakan bab Pendahuluan yang meliputi penegasan judul,

latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua Pengertian Kepemimpinan Islam di Madura terdiri dari empat

sub, yaitu membahas tentang Pengertian Tradisional, Modern, Lora

(kepemimpinan Transformasional) dan kegiatan-kegiatan Tradisional dan Modern

di Desa Dempo Barat.

Bab ketiga Strategi Pendekatan Lora terdiri dari empat sub, yaitu Tauhid

Mingguan, Diverifikasi Pendidikan, Perubahan Persepsi Sosial terhadap Pesantren

dan Pesantren sebagai Penggerak Perubahan.

BAB keempat analisis terhadap Perubahan Perilaku Lora terdiri dari

empat sub, yaitu Kesinambungan dan Perubahan, Dukungan Kiai terhadap

Perubahan, Peranan Pejabat Pemerintah dan Peranan Tokoh Masyarakat.

BAB kelima Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Saran, dan Referensi.

Page 30: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

19

BAB II

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN ISLAM DI MADURA

A. Pengertian Tradisional

1. Pengertian Tradisional

Istilah tradisional berasal dari kata tradisi. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), tradisi berarti adat kebiasaan turun-temurun

dari leluhur yang masih dijalankan oleh masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari.1 Tradisional berpegang teguh pada adat dan norma-norma

lama yang diwarisi oleh generasi sebelumnya. Kemudian menjadi

kebiasaan secara turun temurun dalam kehidupan masyarakat.

Tradisi e dhelem arte se gempang, anikoh napeh se ampon

ekalakoh deri sapphen ben dheddi kabiasaan deri kaodhieen suatu

kelompok otabeh individu se pakkun ajelen sampe sanontoh.2

(Tradisional dalam pengertian paling sederhana, merupakan

sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi kebiasaan dalam

kehidupan suatu kelompok masyarakat maupun individu yang berlangsung

sampai sekarang).

Tradisi merupakan objek kultural atau sistem ide yang diteruskan

dari masa lampau ke generasi berikutnya. Tradisi sebagai makna,

dipertahankan oleh setiap anggota masyarakat dan dikomunikasikan dari

suatu generasi kepada generasi yang lain dalam rantai makna yang

meliputi kenangan kolektif dan kebiasaan-kebiasaan untuk melakukan

sesuatu.3

1 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet IV, h.

1208. 2 Wawancara dengan Lora Ali Maksum, pada 05 September 2019. 3 Jhon Scot, Sosiologi: the Key Concepts, terj Tim Labsos FISIP UNSOED (Jakarta:

Rajawali Press, 2011), h. 294.

Page 31: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

20

Tradisi dewasa ini bermakna sebagai segala sesuatu yang secara

asasi berkaitan dengan aspek pemikiran dalam peradaban Islam. Kata itu

dipergunakan untuk mengidentifikasikan suatu ide, pemikiran atau cara

bertindak, tatanan yang tetap diteruskan pemakaiannya atau eksistensinya

dari masa lalu hingga masa kini, dengan berpegang pada norma dan adat

yang ada, melalui peran tokoh yang berkarisma, terutama dalam hal

ketekunan dan penguasaan diri yang berkadar tinggi. Kehadiran tokoh ini,

diartikan sebagai kelanjutan silsilah pewaris ilmu masa keagungan Islam

dahulu.4

Tradisional dapat diartikan sebagai masyarakat yang masih banyak

berpegang teguh dan dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat itulah

kemudian menjadi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan

manusia dalam kehidupan sosialnya. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu

kebudayaan akan hidup dan langgeng sampai dewasa ini.

Tradisional reah sesuatoh se pakkun arabet se sappen ben tak

acampor kalaben sebaru, baik deri pemikiran, budaya dhedhi pakun se

sappen se ekalakoh.5

(Tradisional adalah sesuatu hal yang masih mempertahankan pola-

pola lama dan masih belum terkontaminasi dengan hal-hal yang baru dan

pemikiran-pemikiran baru dan termasuk budaya-budaya baru jadi lebih

mempertahankan pola lama).

Dalam definisi yang lain tradisional merupakan sikap mental dalam

merespon (di dalamnya terkandung metodologi atau cara berfikir dan

bertindak) berbagai persoalan dalam masyarakat, yang selalu berpegang

teguh atau berpedoman pada nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat. Setiap persoalan dalam tindakan biasanya diselesaikan

4 Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi: Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LKiS,

2001), h. 15. 5 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019.

Page 32: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

21

berdasarkan tradisi yang berpegang teguh pada adat dan norma-norma

yang berlaku. Tradisi itulah menjadi hasil karya dari generasi lalu, yang di

dalamnya mengandung unsur kebudayaan. Tradisi merupakan manifestasi

kehidupan setiap orang dan kelompok.6

Tradisi bisa artikan sebagai kebudayaan yang berarti simpanan

akumulatif dari pengetahuan, pengalaman, kepercayan, nilai, sikap,

makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang, konsep yang

luas, dan objek material atau kepemilikan yang dimiliki dan dipertahankan

oleh sekelompok orang atau sutau generasi.7

Adapun pemakaian istilah tradisional ditujukan pada bentuk atau

model dari sesuatu hal-hal yang ditempatkan pada waktu di belakang atau

muncul pada generasi sebelumnya. Penempatan makna tradisional lebih

mengarah pada sifatnya yang terpadu, prioritaskan makna yang

komprehensif, penciptaan kondisi secara harmonis, berpegang pada

prinsip-prinsip tertentu secara kokoh.

Dengan demikian tradisional menggambarkan bahwa adanya

ketentuan adat dan bentuk tampilan sosial masyarakat, sehingga unsur

lokal dan penghayatan terhadap nilai-nilai lebih ditekankan. Keadaan

tersebut memberikan tuntutan norma dan aturan yang penuh makna dan

keterpaduan dengan menggunakan bentuk, ide dan metode yang berlaku

pada generasi sebelumnya. Sedangkan ciri khas Tradisional adalah

tingginya penghargaan akan nilai-nilai dan penghormatan, yang didorong

sepenuhnya oleh pencapaian-pencapaian tradisi generasi pemulanya.

6 Supartono Widyosiswoyo, Ilmu Budaya Dasar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), h. 31. 7 Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: LKiS,

2009), h. 9.

Page 33: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

22

Wacana pemikiran tradisional di masyarakat yaitu dengan pola

mempertahankan tradisi-tradisi yang diwarisi oleh generasi sebelumnya

yang masih relevan diaplikasikan dalam kehidupan sekarang, contohnya

adalah tahlilan, maulidan, sholawatan dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan

tersebut masih berlangsung sampai saat ini.

Berkenaan dengan acara tahlilan dalam masyarakat, para ulama

sepakat bahwa tahlilan sebetulnya bukan tradisi melainkan ajaran agama.

Adapun praktiknya yang tumbuh dan dikembangkan oleh masyarakat,

itulah wujud tradisinya.8 Sedangkan konsep dan praktiknya di Madura

dengan cara berkumpul (bil jamaah). Dengan bil jamaah sebagaimana

sabda Nabi “jika berkumpul pada suatu tempat dengan 40 orang, maka

salah satunya adalah waliyulllah”. Maka dengan adanya waliyullah, insya

Allah doa yang dipanjatkan akan diterima oleh Allah SWT.

Kedua, dengan konsep bil jamaah maka baik tahlilan, maulidan

dan sholawatan menjadi sarana untuk menjalin silaturrahmi (nyambung

bheleh) dan itu dianggap baik oleh para ulama serta dianjurkan dalam

syariat. Ketiga hubungan antar sesama semakin kokoh. Jadi para ulama

berkeyakinan bahwa di dalam agama itu terdapat unsur ukhuwah islamiah

(saudara seiman), ukhuwah watoniyah (saudara sebangsa dan senegara)

dan ukhuwah basyariah/insaniah (saudara sesama manusia).

Dengan adanya tradisi bil jamaah yang bingkai dengan kegiatan-

kegiatan keagamaan maka kegiatan seperti tersebut mestinya selalu

8 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019

Page 34: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

23

dipertahankan dan dilestarikan dalam masyarakat. Karena qoidah yang

masyhur dalam ulama khususnya ahlu sunnah wal jamaah:

لاصلحدْایدبالجذْلاخواْلصالحمْایدلقاْعلیْةظمحافلْا

(mempertahankan budaya lama yang baik dan mengadopsi budaya

baru yang lebih baik) sehingga seperti tahlilan, maulidan bil jamaah harus

betul-betul dipertahankan karena di dalamnya mengandung nilai-nilai

agama, kemanusian, keislaman dan insya Allah juga mengandung nilai-

nilai kebangsaan.9

B. Pengertian Modern

1. Pengertian Modern

Kata modern berarti sekarang. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata modern berarti sikap, cara berfikir dan cara bertindak

sesuai dengan tuntutan zaman.10 Modern adalah pemikiran yang sifatnya

selalu disesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan zaman.11

Istilah modern selalu diidentikkan dengan pembaharuan. Bisa

dikatakan sebagai antonim dari kata lama, kolot dan lain sebagainya.

Modern salah satunya disimbolkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, yang dicapai oleh manusia.12 Secara harfiah modernisasi

berarti proses menuju masa kini atau menuju masyarakat modern.13

9 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019 10 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 751. 11 Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019. 12

Ruchman Basori, The Founding Father: Pesantren Modern Indonesia, Jejak Langkah

KH. A. Wahid Hasyim (Jakarta: Inceis, 2006), h. 11. 13 Idianto Muin, Sosiologi Jilid 3 (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 20.

Page 35: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

24

Modernisasi merupakan proses perubahan yang mengikuti

perkembangan zaman baik dalam sistem sosial, politik dan ekonomi yang

telah berkembang di Eropa dan Amerika sekitar abak ke-17 sampai ke-19.

Sistem sosial yang baru kemudian menyebar ke negara-negara Eropa

lainnya serta juga ke negara-negara Amerika Selatan, Asia dan Afrika

pada abad ke-19 dan 20 ini.14

Modern reah pemikiran se teros aobe ben berkembang nurok

perkembangan zaman se bedheh, termasok tekhnologi, lingkungan. Artena

narema pemikiran-pemikiran baru se modern.15

(Modern adalah pemikiran yang dinamis dan terus berkembang

sesuai dengan perkembangan zaman yang ada, termasuk perkembangan

tekhnologi, lingkungan. Artinya menerima pemikiran-pemikiran baru yang

modern).

Istilah modern dianggap sebagai lawan dari istilah tradisional.

Kedua istilah tersebut merupakan tipe ideal dalam tatanan masyarakat

yang berbeda. Pada umumnya dalam pengertian modern tercakup ciri-ciri

masyarakat tertentu yang ditemukan sekarang ini.

Modernisme dalam masyarakat barat mengandung arti pikiran,

aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham atau adat istiadat,

institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana

baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.16

Modern lebih merupakan cara memfungsikan individu untuk

bertindak dengan cara tertentu, yang melibatkan pemikiran, perilaku,

mentalitas dan sebagainya. Dalam perkembangannya, pemaknaan kata

modern bergeser menjadi transisi dari lama ke baru. Pemakaian istilah

14 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2009), Cet IV,

h. 345 15 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019. 16 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan

(Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h.4.

Page 36: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

25

modern di sini berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai

warga masyarakat dengan didukung oleh perangkat materi-teknologinya,

untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini, karena adanya sebuah

desakan atau tantangan keadaan yang kian maju kedepan.

Istilah modernisasi sering disosialisaikan dengan kemajuan yang

berkaitan dengan gagasan bahwa perkembangan dari masyarakat primitif

menuju ke arah masyarakat maju. Dengan demikian, setruktur kebudayaan

dapat diramalkan. Selain itu cenderung disederhanakan yakni dalam

mempelajari problem yang sering digunakan suatu pembagian menjadi

dua, sperti terlihat dari pasangan konsep kaya-miskin, dan maju-

terbelakang.17

Sekarang realitas tersebut tergambarkan melalui peran teknologi

informasi dan komunikasi yang cepat, canggih dan mendunia. Sehingga

iklim tersebut selalu menuntut pertimbangan waktu dan menggunakan

bentuk, ide dan metode yang baru. Dimana proses lingkup dan intensitasya

tidak ada yang menyamai, yang melibatkan tranformasi masyarakat yang

statis dan tradisional menjadi kontinyu mampu membangkitkan,

menyerap, menopang dan memproses bentuk perubahan yang merebak.

Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat

tradisional menuju yang masyarakat modern. Modenisasi merupakan

proses masyarakat dalam memperbaharui dirinya agar menuju ciri-ciri atau

karakteristik yang dimiliki oleh masyarakat modern.18

17 Rikza Chamami, Pendidikan Neomodernisme (Semarang: Walisongo Press, 2010), h.

43. 18 Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 80.

Page 37: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

26

Ciri-ciri dari modern adalah tingginya tingkatan rasionalitas, sistem

administrasi yang baik, yaitu objektif dan efektif yang didorong

sepenuhnya oleh pencapaian-pencapaian dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi, tingkat organisasi yang tinggi (disiplin), perencanaan sosial

yang matang.19

Sikap mental progresif dan juga transformasi sosial sebagai

implikasinya. Kemodernan mengandung tiga aspek, yaitu perubahan

sosial, kemajuan, dan menonjolnya peran serta posisi rasionalitas. Hal ini

mendesak kehidupan sosial seseorang kepada suatu usaha untuk

mengendalikan, mengorganisasi, dan mempergunakan kemampuan kearah

kegiatan yang mendatangkan hasil optimal dengan menekankan tingginya

rasionalitas dan pencapaian hal-hal yang prestisius.

Berpijak dari uraian sebelumnya, dapat dipahami dalam

pembaharuan atau kemodernan mengandung lima pokok, yaitu adanya

perubahan, proses, kearah perbaikan (kualitas), objeknya jelas, terjadi di

lingkup tertentu.

Pada dasarnya proses kemodernan atau modernisasi merupakan

suatu proses yang melibatkan transformasi manusia, masyarakat dan

budayanya serta memiliki kepercayaan fundamental dalam rasionalitas dan

pemikiran ilmiah, secara kontinu mampu membangkitkan, menyerap,

menopang dan memproses segala bentuk perubahan yang merebak.

Dengan demikian menuntut adanya semangat perorangan dengan tingkat

19 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 349.

Page 38: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

27

kemandirian yang tinggi, mempunyai kemampuan menyesuaikan diri

dengan keadaan yag selalu berubah, baik dalam pemikiran dan gerakan.

Wacana pemikiran modern dalam masyarakat harus dilestarikan

agar masyarakat tidak tertinggal dengan perkembangan yang ada di luar.

Mengadopsi budaya atau metode baru yang sekiranya bisa diterima oleh

masyarakat. Contohnya dalam konsep pengajian mingguan.

Pengajian mingguan saat ini berbeda dengan pengajian yang

diwarisi oleh sosok penda’i sebelumnya. Sekarang tema-tema biasanya

masukan dari masyarakat, dan setelah ceramah ada kegiatan dialog

interaktif antara penda’i dengan anggota. Dengan tujuan agar masyarakat

lebih terbuka. Karena jika penda’i maupun tokoh masyarakat secara

pemikiran masih eksklusif atau menjaga jarak maka masyarakat akan

sungkan.20

Para tokoh masyarakat khususnya lora, harusnya tidak boleh jaga

jarak dengan masyarakat sekalipun juga harus dipahami bahwa ada

batasan-batasan etika antara masyarakat baik dengan lora maupun dengan

kiai. Dengan adanya dialog interaktif dan tema-tema dari masyarakat

diharapkan agar masyarakat tidak sungkan untuk bertanya baik tentang

ekonomi, sosial, keagamaan, pendidikan dan seterusnya sehingga

masyarakat lebih terbuka secara pemikiran.

Perubahan sistem pengajian mingguan tidak lepas dari

perkembangan zaman. Selain itu juga menjadi tuntutan bagi kehidupan

masyarakat. Konsep berdakwah dalam pengajian mingguan sekarang harus

20 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019

Page 39: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

28

berbeda dengan berdakwah sebelumnya. Sekarang pengajian mingguan

pembahasannya lebih komprehensif, lebih luas dan tidak hanya membahas

keagamaan semata tetapi juga membahas tema-tema tentang sosial, politik,

ekonomi, pendidikan dan seterusnya. Dengan seperti itu maka masyarakat

akan terbuka terhadap pentingnya pendidikan, berperan dalam politik dan

sosial dengan baik. Selain itu para tokoh masyarakat berharap agar

masyarakat tidak tertingal dengan perkembangan zaman yang ada di luar.

Tokoh masyarakat harus mendorong kemandirian masyarakat

dengan mengembangkan kehidupan masyarakat baik melalui

pengembangan pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Ajaran islam

sesungguhnya menegaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas ibadah

dengan keduniawian, yang pada akhirnya semua tersebut untuk

kepentingan akhirat (demi agama dan bangsa). Contohnya pentingnya

pendidikan sekalipun bukan ilmu agama, karena semua pasti ada

hikmahnya.

Masyarakat jangan berhenti hanya dalam persoalan upacara

keagamaan semata yang dibahas, jika hanya berhenti dalam persoalan

keagamaan maka akan tertinggal dengan perkembangan zaman.

Masyarakat tidak boleh memisahkan aktivitas keduniawian dengan akhirat,

karena hal itu bisa menyebabkan lambatnya kemajuan Islam. Sehingga

perlu adanya pembaharuan, penyadaran dan kemandirian dalam

masyarakat khususnya masyarakat desa Dempo Barat.21

21 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019

Page 40: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

29

C. Pengertian Lora

Sebelum membahas definisi lora, maka lebih baik perlu dijelaksan

pengertian kiai terlebih dahulu, karena status lora tidak terlepas dari sosok

kiai itu sendiri. Melacak asal-usul sosial kiai di Madura tentu tidak lepas dari

proses masuknya Islam ke Madura. Sebab kemunculan kiai sebagai elit sosial

di masyarakat berkaitan dengan wacana dan praktik keislaman sebagai agama

yang disebarkan melalui jaringan ulama atau Kiai.22

Kiai merupakan sebutan untuk seorang ulama atau sosok pemimpin

pondok pesantren. Penyebutan kiai sangat populer di kalangan pesantren,

tidak hanya menjadi penyangga utama dalam kelangsungan sistem

pendidikan di pesantren tetapi juga merupakan cerminan dari nilai hidup di

lingkungan pesantren dan masyarakat.23

Kiai di Madura sebagai elit masyarakat memainkan peran yang

dominan dan dihormati oleh sebagian besar masyarakat. Di lingkungan

pesantren dan masyarakat pedesaan, kiai merupakan figur yang dihormati

oleh santri maupun masyarakat yang menjadikannya sebagai figur tempat

berkeluh-kesah, konsultasi dalam berbagai bidang, baik persoalan sosial,

ekonomi maupun persoalan lainnya. Sisi lain penghormatan masyarakat tidak

hanya kepada Kiai semata melainkan juga kepada keluarganya.24

Bila dilihat dari peran sosialnya, kiai di Madura memiliki beragam

peran, tidak saja sebagai tokoh agama yang mengajarkan pendidikan moral-

22 Abdur Rozak, Menabur Kharisma Menuai Kuasa (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004),

h. 41. 23 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan

(Jakarta : PT Raja Grafinda Persada, 2008), h. 55. 24 A. Fatih Syuhud, Menuju Kebangkitan Islam dengan Pendidikan (Malang: Pustaka

Alkhoirot, 2012), h. 16.

Page 41: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

30

keagamaan tetapi juga melakukan praktik perdukunan. Orang Madura

menyebutnya sebagai kiai dhukon. Kiai ini melakukan pengobatan tradisional

melalui praktik magisme, yaitu doa-doa yang kemudian dibacakan kepada

orang yang sedang sakit, agar penyakitnya segera hilang dan tidak kambuh

lagi.25

Kiai juga menjadi agen of change dalam setiap perkembangan

kehidupan masyarakat. Karisma yang melekat dalam sosok kiai mampu

mempengaruhi setiap pola kehidupan masyakarat. Kiai berdakwah tidak

hanya melalui ucapan-ucapan yang disampaikan ketika pengajian tetapi

kemudian memberi contoh dalam kehidupan sehari-hari, dengan harapan agar

masyarakat mengikuti apa yang telah dilaksanakan kiai dalam kehidupan

sehari-harinya. Baik dalam hubungan antar sesama manusia maupun upacara

peribadatan kepada Allah SWT.

Pengakuan masyarakat terhadap sosok kiai tidak melalui pemilihan,

tetapi melalui pengakuan masyarakat tentang pengetahuan kiai baik dalam

bidang keagamaan, sosial serta dianggap lebih dekat kepada Allah SWT. jika

dibandingkan dengan masyarakat awam. Selain itu kiai dianggap menguasai

segala hal. Contohnya dalam mistisme, masyarakat biasanya meminta

petunjuk kepada kiai. Karena sosok kiai dianggap mampu menguasai

pengetahuan tentang mistisme yang kemudian melalui praktik magisme yaitu

doa-doa yang diucapkan mampu manyelesaikan persoalan tersebut.

Kiai biasanya setiap menghadiri sebuah kegiatan mendapatkan

pesangon baik dari tuan rumah maupun panitia. Dengan alasan mengharap

25 Wawancara dengan Ilyas Kurdianto pada 21 September 2019. Dia merupakan tokoh

masyarakat dan juga menjadi tenaga pengajar yaitu ustadz di dua pondok pesantren yang ada di

Desa Dempo Barat di mana penulis teliti.

Page 42: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

31

barokah dari kiai. Dan kiai juga aktif dalam berpolitik, meskipun tujuannya

bukan mencari kedudukan dalam struktur kepengurusan pemerintah

melainkan menjaga soliditas antara kiai dan masyarakat.

Di Madura kiai dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Pertama,

kiai pondok pesantren yaitu sebagai tokoh agama (yang juga berperan

menjadi kiai dhukon). Kedua kiai surau. Ketiga kiai dhukon (dukun). Secara

peran, kedua kiai tersebut (kiai pondok pesantren dan kiai surau) memiliki

peran yang sama yaitu sebagai tokoh agama, akan tetapi penghormatan

masyakat di Madura lebih cenderung kepada kiai pondok pesantren, karena

karisma dan pendidikan keagamaan lebih mempuni kiai pondok pesantren

daripada kiai surau. Sedangkan untuk kiai dhukon penghormatan masyarakat

biasa saja karena ia bukan tokoh agama, tidak memiliki pengikut dan tidak

memilik karisma sebagaimana kiai pesantren maupun kiai surau.

Maka tidak heran jika kiai pondok pesantren memiliki peran yang

dominan dalam kehidupan masyarakat. Apalagi pesantren baik secara

kelembagaan maupun individu figur kiai (beserta keluarganya) itu sendiri

menjadi role model bagi kehidupan masyarakat pedesaan di Madura.

Selanjutnya apa pengertian lora? Secara diskursus tidak begitu banyak

yang membahas apa itu lora dan bagaimana perannya. A. Fatih Sayuti dalam

bukunya menjelaskan bahwa lora merupakan putra kiai laki-laki, di Jawa

Timur dan Jawa tengah contohnya, masyarakat memanggil putra kiai dengan

sebutan gus, lora, bindereh, kang dan neng sejak mereka baru lahir.

Sedangkan putri kiai disebut dengan ning.26

26 A. Fatih Syuhud, Menuju Kebangkitan Islam dengan Pendidikan, h. 16.

Page 43: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

32

Di Madura penyebutan lora dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu,

kepada putra kiai semata, menantunya dan juga santri yang dijadikan anak

angkat yang kelak diharapkan menjadi penerus kiai.27 Secara penghormatan

dan peran, lora memiliki peran yang hampir sama dengan kiai yaitu sebagai

tokoh pemuka agama yang mengajarkan pendidikan moral-kegamaan kepada

masyarakat baik di pesantren maupun di luar pesantren.

Di Madura kiprah lora begitu masif, dia memiliki peran yang signifikan

dalam perkembangan kehidupan masyarakat, baik dalam spiritual maupun

dalam bidang yang lain. Apalagi di dalam pesantren, gagasan-gagasan tentang

perpaduan antara pendidikan tradisional dan modern begitu menonjol.

Pada awal-awal berdirinya pondok pesantren, kiai hanya fokus

mengajarkan pendidikan keagamaan, tetapi seiring berjalannya waktu, lora

melakukan trobosan baru dengan menggagas pendidikan umum, seperti

bahasa inggris, matematika, dan mata pelajaran umum lainnya.28

Pada kenyatannya, lora berperan penting dalam tatanan kehidupan

masyarakat terutama di dalam pesantren sendiri. Dia menjadi acuan dalam

berperilaku bagi para santri. Jadi para lora itu merupakan miniatur dari kiai

sehingga segala sikap dan tindakan hampir pasti diikuti oleh para santri dan

masyarakat.

Dalam tatanan masyarakat secara umum, lora sekarang berbeda dengan

lora zaman dahulu, kalau zaman dulu lora hanya mengikuti apa yang menjadi

tradisi di dalam pesantren dalam artikata pesantren yang salaf. Akan tetapi

sekarang lora-lora sudah banyak yang sarjana sehingga dengan demikian

27 Wawancara dengan Ilyas Kurdianto pada 21 September 2019. 28 Wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019. Dia adalah kepala Desa

Dempo Barat dan juga mantan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Falah di mana penulis teliti.

Page 44: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

33

baik dalam pemikiran dan sisi moralitasnya seringkali tetap dijadikan acuan

oleh masyarakat di sekitarnya.29

Sebutan lora yang disematkan kepada putra kiai, menantu (laki-laki)

maupun anak angkat kiai akan berubah menjadi kiai apabila lora tersebut

posisinya telah menggantikan sosok kiai itu sendiri. Artinya ketika kiai wafat

maka lora tersebut yang akan menggantikan posisi kiai sebagai pemimpin

pondok pesantren dan saat itu pula lah kata lora akan digantikan dengan

sebutan kiai. Meskipun terkadang masih ada sebagian masyarakat yang

menyebut lora.

Terdapat perbedaan penyebutan putra kiai pesantren dengan kiai surau.

Putra, menantu (laki-laki) maupun anak angkat kiai pesantren disebut lora.

Sedangkan putra kiai surau disebut Bindereh dan menantunya disebut ustad.

Perbedaan penyebutan antara lora dan bindereh juga berdampak pada

penghormatan masyarakat yang disematkan kepadanya. Biasanya masyarakat

lebih cenderung menghormati lora ketimbang bindereh.

Jumlah lora di desa Dempo Barat berjumlah 7 lora. Di antaranya 3 di

pondok pesantren Sumber Baru Al-Falah dan 4 di pondok pesantren Al-

Miftah. Sejauh ini pemikiran dan perilaku lora di mata masyarakat begitu

positif karena perilaku maupun pemikiran lora tidak ada yang menyimpang

dari ajaran agama.

Penyebutan lora tidak dilihat dari sejauh mana pendidikan dan peran

lora, baik di pesantren maupun di masyarakat. Akan tetapi pelabelan lora

sudah melekat pada setiap putra kiai pondok pesantren, menantunya dan

29 Wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019.

Page 45: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

34

santri yang dijadikan anak angkat oleh kiai. Pada tiga ciri-ciri itulah pelabelan

lora melakat.

D. Kerangka Teori

1. Teori Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen

yang menduduki posisi strategis dalam sistem dan hirarki kerja dan

tanggung jawab pada sebuah organisasi.30 Kepemimpinan berkaitan

dengan mobilisasi, mengarahkan dan mengkoordinasi kesetiaan orang-

orang dalam melakukan kegiatan bersama-sama.31

kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang

aktif memberikan inspirasi kepada setiap individu, berkomitmen untuk

mewujudkan visi dan misinya, mendorong pengikutnya agar aktif

mengontrol dan menyelesaikan permasalahan secara inovatif serta

berkarisma. Adapun ciri-ciri teori kepemimpinan transformasional adalah

sebagai berikut :32

• Karisma, berperilaku dengan cara mempengaruhi pengikut mereka sehinga

pengikut dapat mengagumi, menghormati dan dipercaya.

• Inspirasi, memberikan motivasi dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya

dan antusiasme yang tinggi, pemimpin mendapatkan pengikut yang aktif

terlibat dengan pola komunikasi yang intens serta menunjukkan komitmen

terhadap tujuan dan visi bersama.

30 Nasharuddin Baidan & Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2014), h. 126. 31 Hamzah Yakub, Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan (Bandung:

Diponegoro, 1984), h. 125. 32 B. J. Avolo and B. M. Bass, Transformational Leadership, Charisma and Beyond

(Binghanmron: State University of New York, 1985), h. 14.

Page 46: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

35

• Stimulasi Intelektual, mendorong pengikutnya untuk kreatif dan inovatif,

rasional dan cermat dalam menyelesaikan masalah-masalah.

• Pertimbangan Individual, memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan

masing-masing pengikut individu, memberikan nasihat dan mendengar

setiap masukan dari pengikutnya.

Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata yaitu

Kepemimpinan (leadership) yang berarti setiap tindakan yang dilakukan

oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan, dan

mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. transformasional

(transformational) yaitu mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang

berbeda. Sedangkan Formulasi dari teori Kepemimpinan Transformasional

antara lain karisma, stimulasi intelektual, perhatian yang individualisasi.33

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang memiliki

kemampuan untuk memberi inspirasi dan memotivasi para pengikut untuk

mencapai hasil-hasil yang lebih besar daripada yang direncanakan. Dengan

suatu visi, pemimpin transformasional membujuk para pengikut untuk

bekerja keras untuk mencapai tujuan bersama.

Kiai dan juga lora memiliki sebagian dari ciri-ciri dari

kepemimpinan transformasional sehingga mampu mempengaruhi

pengikutnya baik dengan karisma dan pengetahuan tentang keagamaan

yang mempuni. Sehingga lebih mudah diterima oleh kalangan masyarakat,

baik kalangan masyarakat bawah, menengah dan kalangan atas.

33 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga

Akademik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 54.

Page 47: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

36

Kiai maupun lora dianggap memiliki kemapanan dalam segala

bidang keilmuan, baik dalam keagamaan, mistisme dan sebagainya.

Dengan kemapanan keilmuan yang dimiliki, mereka juga terapkan ke

dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah agar masyarakat mempu

mengikuti apa yang dilakukan oleh kiai dan lora tersebut. Karena sosok

kiai dan lora masih menjadi role model bagi kehidupan masyakarat.

2. Teori Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan proses wajar dan akan terus- menerus

berlangsung bagi kehidupan masyarakat. Dalam kaitannya dengan

modernisasi, adanya perubahan sosial menjadi jalan atau pintu yang

membuka manusia ke arah kemajuan.

Perubahan sosial merupakan perubahan perilaku masyarakat dari

keadaan tertentu menuju keadaan yang lain melalui fungsi kebudayaan itu

sendiri.34 Charles R. Herper memusatkan perubahan sosial pada perubahan

struktur sosial, yaitu sebuah jaringan relasi sosial yang mapan, di mana

interaksi yang terjadi di dalamnya telah menjadi rutinitas dan terjadi secara

berulang-ulang.

Selain pengertian di atas, perubahan sosial dapat diartikan sebagai

perubahan suatu fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia

mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia.35

Ada beberapa tokoh yang mencoba mendefinisikan perubahan

sosial, diantaranya adalah Parsel, perubahan sosial adalah modifikasi atau

34 Abdul Syani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.

163. 35 J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:

Kencana, 2007), h.363.

Page 48: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

37

transformasi dalam pengorganisasian masyarakat. Sedangkan Macionis

mengatakan bahwa perubahan sosial adalah sebuah proses transformasi

dalam organisasi masyarakat, dalam pola pikir, dalam perilaku pada waktu

tertentu. Yang terakhir adalah menurut Ritzer, ia mengatakan bahwa

perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu,

kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.36

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan sampai sejauh ini,

lora memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi para santri

maupun masyarakat sekitar. Tindakan dalam mempengaruhi santri dan

masyarakat sekitar bisa disebut sebagai bagian dari tindakan sosial (social

action). Menurut Weber, tindakan sosial merupakan bagian dari perubahan

sosial, di mana individu mempengaruhi individu, individu mempengaruhi

kelompok maupun sebaliknnya.

Dengan demikian yang disebut dengan social action adalah

tindakan individu yang bermakna atau arti subjektif bagi dirinya dan

diarahkan kepada tindakan orang. Sehingga terjadilah interaksi yang

membawa terhadap perubahan sosial.

Menurut Weber tindakan sosial merupakan tindakan yang

diarahkan terhadap orang lain baik berupa tindakan yang bersifat batin

atau subjektif, yang memungkinkan terjadi karena adanya pengaruh positif

dari situasi tertentu.37

36 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar (Jakarta: Labotarium Sosiologi Agama,

2008), h. 180. 37 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, h. 38.

Page 49: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

38

BAB III

STRATEGI PENDEKATAN LORA

A. Pengajian Mingguan

Pengajian merupakan pengajaran (agama Islam), yaitu menanamkan

norma agama melalui dakwah.1 Pengajian mingguan berarti pengajaran

dakwah Islamiah yang dilaksanakan secara rutin setiap minggu. Di desa

Demo Barat, pengajian mingguan dilaksanakan tiga kali dengan hari yang

berbeda, yaitu setiap hari jumat, selasa dan ahad. Anggotanya berbeda-

berbeda karena jamaahnya satu pengajian terdiri dari tiga dusun (RT).

Sedangkan tema biasanya inisiatif masyarakat dengan cara meminta kepada

penda’i untuk pembahasan berikutnya. Sekarang sudah beragam tema yang

dibahas, tidak hanya membahas keagamaan tetapi juga membahas yang lain,

tentunya tema yang actual. Misalnya tentang pendidikan, sosial dan

seterusnya.

Di Madura pengajian semacam ini sangatlah lumrah dan mudah

dijumpai di masyarakat pedesaan. Masyarakat begitu antusias mengikuti

setiap pengajian, karena mereka sadar bahwa ketika mereka hadir ke

pengajian, bukan hanya sekedar ilmu yang didapat tetapi juga ngamri barokah

(mengharap barokah) dan pahala untuk bekal di akhirat.

Pengajian mingguan juga menjadi sarana dan strategi lora dalam

melakukan gerakan perubahan baik di pesantren maupun di masyarakat. Atas

sarana itulah kemudian lora maupun penda’i yang lain melakukan

1 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet IV, h.

491.

Page 50: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

39

pengarahan kepada masyarakat, baik dalam bidang keagamaan, pendidikan

maupun dalam bidang yang lainnya.

Pangajien mingguan reah benni karo sakadher ajelenakin elmu tapeh

beremah caranah tokang caramah aperrik contoh dhek masyarakat, atemmuh

langsung ben masyarakat ben semmak ben masyarakat. Tapeh salaen deri

nyebarakin agema Islam, pangajien mingguan dheddhi sarana begi lora e

dhelem arabet pemikiran tradisional.2

(Pengajian mingguan bukan hanya sebatas mengaplikasikan ilmu

pengetahuan tetapi bagaimana para penda’i memberikan contoh kepada

masyarakat, berkomunikasi secara langsung, besosialisasi dan dekat dengan

masyarakat. Terlepas dari tujuan dalam menyebarkan siar-siar Islam,

pengajian mingguan juga menjadi sarana dalam merawat pemikiran-

pemikiran tradisional).

Jadi pengajian mingguan selain sebagai siar-siar Islam tentu manjadi

sarana bagi para lora dalam merawat pemikiran-pemikiran tradisonal yang

ada di masyarakat. Sehingga apa yang telah ada dan dianggap relevan tentu

dipertahankan melalui pengajian tersebut. Meskipun satu sisi terkadang lora

melakukan perubahan cara perpikir, berprilaku yang sesuai dengan apa yang

telah dicontohkan oleh Nabi.

Pengajian mingguan di masyarakat memang sudah menjadi budaya

siar Islam sejak dulu, artinya lora menyampaikan siar-siar Islam yang

bertahan sampai sekarang melalui pengajian itu sendiri. Temanya memang

tidak selalu tentang keagamaan maupun praktiknya, tetapi juga membahas

persoalan yang lain misalnya pendidikan, ekonomi, sosial dan lain

sebagainya.3

Selain sebagai sarana siar-siar Islam, tujuan dari pengajian mingguan

juga menjadi sarana regenerasi bagi lora itu sendiri. Penunjukan lora untuk

terjun ke masyarakat bukan hanya sebatas menyampaikan siar Islam. Akan

2 Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019. 3 Wawancara dengan Ilyas Kurdiyanto pada 21 September 2019.

Page 51: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

40

tetapi bagaimana kemudian lora bisa mampu hidup mandiri dan menjalin

komunikasi yang baik dengan masyarakat.4

Pengajian mingguan di Desa Dempo Barat adalah pengajian yang

rutin dilaksakan oleh lora dengan masyarakat. Pengajian tersebut anggotanya

berbeda-beda, biasanya setiap pengajian selalu dipisah antara pengajian yang

anggota laki-laki dengan pengajian yang anggotanya perempuan. Artinya ada

pengajian yang khusus anggotanya perempuan dan ada pula pengajian yang

khusus anggota laki-laki. Tetapi penceramahnya tetap sama yaitu lora dan

harinya juga berbeda.

Jadi dalam satu minggu lora aktif mengisi pengajian sebanyak tiga

kali, yaitu hari selasa, jumat dan ahad. Kadang lebih tiga dari itu, apabila ada

kegiatan-kegiatan di masyarakat. Contohnya. walimatul ‘urs, khitan maupun

kegiatan yang lain.

Selain sebagai siar Islam, pengajian mingguan juga menjadi sarana

dalam perubahan sosial. biasanya setiap mengisi pengajian selalu ditekankan

kepada anggota maupun masyakarat di sekitar agar diaplikasikan dalam

kehidupan nyata.5 Jadi tidak hanya sebatas mendengar dan mengetahui tetapi

harus berlanjut dengan mempraktikkan apa yang telah disampaikan oleh

penceramah.

Perubahan melalui ceramah-ceramah memang tidak begitu semarak,

karena memang penekanannya pada siar-siar Islam yang tentunya masih

mempertahankan tradisi lama (yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits).

Tetapi satu sisi pendakwah khususnya lora juga menekankan pentingya

4 Wawancara dengan Sulaiman Kurdi pada 03 September 2019. Dia adalah Pengasuh

Pondok Pesantren Al-Miftah Desa Dempo Barat. 5 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019.

Page 52: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

41

pendidikan bagi kehidupan di masa yang akan datang, semangat dalam

mengelola perekonomian, menggunakan teknologi sesuai dengan semestinya,

bertani yang rajin. Dan itu semua dibungkus dengan dalil-dalil agama.

Contohnya bertani, jika bertani diniatankan karena Lillah, maka bertaninya

masyarakat akan mendapatkan balasan pahala oleh Allah SWT.6

Pengajian mingguan selain sebagai sarana siar-siar Islam, merawat

tradisional dan perubahan sosial. pengajian mingguan juga menjadi sarana

regenarasi yang dilakukan oleh kiai. Artinya mendidik lora agar mampu

memimpin pondok pesantren. Dekat dengan masyarakat, mandiri dan mampu

membawa perubahan ke arah yang lebih daripada sebelum-sebelumnya.

B. Diversifikasi Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.7 Di Madura pendidikan keagamaan sangatlah

kental dan selalu menjadi prioritas di sekolah-sekolah swasta, baik tingkat

Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar Islam (SDI dan sederajat),

Madrasah Tsanawiyah (MTs dan sederajat) dan Madrasah Aliyah (MA dan

sederajat).

Penting kiranya proses penganekaragaman pendidikan di masyarakat

khususnya di pelosok desa. Karena di luar pendidikan keagamaan juga

penting untuk dipelajari oleh setiap siswa yang sedang mengenyam

pendidikan. Tentu jangan sampai kemudian meninggalkan pendidikan

6 Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019. 7 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet IV, h. 263

Page 53: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

42

keagamaan yang sudah menjadi adat dan istiadat baik di pesantren maupun

masyarakat.

Sering sekali lora menyampaikan tentang pentingnya pendidikan di

pengajian-pengajian, tetapi tidak semua ketika menghadiri pengajian

membahas seputar pentingnya pendidikan saja, yaitu sesuai dengan kondisi.

Namun pada suatu saat itu juga dapat dikatakan cukup maksimal dalam

menyampaikan tema tentang pendidikan. Apalagi dalam kegiatan-kegiatan

yang bersifat pengajian-pengajian umum, seperti menghadiri haflatul imtihan

(perayaan akhir semester di pondok pesantren maupun sekolah diniyah) dan

rata-rata yang sifatnya pendidikan yang digelar dilembaga-lembaga memang

lebih fokus kepada persoalan pendidikan dan kesadaran untuk pentingnya

ilmu pengetahuan.8

Pada awal 90-an pendidikan di Desa Dempo Barat masih fokus

mempelajari pendidikan keagamaan saja, yaitu belajar kitab kuning (tanpa

harokat dan makna). Tetapi pada awal tahun 2000-an sudah banyak yang

berubah, di pesantren-pesantren khususnya di Desa Dempo Barat pendidikan

bagi siswa tidak hanya belajar kitab kuning tetapi juga sudah belajar

pendidikan umum lainnya, seperti Kimia, bahasa Inggris, Komputer dan

pendidikan umum lainnya.9

Diversifikasi pendidikan di Desa Dempo Barat tidak lepas dari peran

lora-lora yang ada di pesantren. Dengan latarbelakang pendidikan sarjana

dan secara pemikiran tergolong lebih terbuka dari pengasuh maka penting

kiranya pesantren juga harus menerapkan pendidikan umum.

8 Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019. 9 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019.

Page 54: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

43

Sisi lain, diversifikasi pendidikan sangatlah menguntungkan pesantren

(secara kuantitas), karena selain mengajarkan pendidikan keagamaan

pesantren juga menyediakan pendidikan umum yang dipelajari oleh santri.

Dengan demikian sangatlah mudah menarik minat siswa untuk melanjutkan

studinya di pesantren tersebut. Mengapa masih mau sekolah di sekolah negeri

jika pesantren ada matapelajaran umum?10

Diversifikasi pendidikan juga menjadi bagian dari daya saing

pesantren dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Dengan pelajaran yang

tidak hanya mengajar pendidikan keagamaan saja tentu menjadi nilai jual

pesantren untuk menarik siswa agar mau melanjutkan studinya di pesantren

tersebut.

Diversifikasi pendidikan merupakan realita di lapangan yang

berkaitan dengan sintesis pemikiran tradisional dan modernisasi. Di mana

pesantren satu sisi masih mengajarkan pendidikan keagamaan dan sisi lain

pesantren sudah mengajarkan pendidikan umum lainnya. Tentu ini tidak lepas

dari peran lora itu sendiri. Karena yang menggagas pelajaran umum adalah

lora itu sendiri, kemudian dilaksanakan musyawarah dengan pengasuh, para

guru dan pengurus pondok pesantren.11

Perkembangan pendidikan di Desa Dempo Barat begitu pesat. Perlu

diketahui juga bahwa untuk Kabupaten Pamekasan wilayah pantura12

Pendidikan yang paling bagus masyarakatnya di antaranya termasuk Desa

Dempo Barat. Itu bisa dilihat dari lembaga-lembaga pendidikan yang ada,

10 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019. 11 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019. 12 Pantura di sini terdiri dari tiga Kecamatan, yaitu Batumarmar, Waru dan Pasean.

Sedangkan lokasi di mana penulis teliti adalah di Desa Dempo Barat Kecamtan Pasean.

Page 55: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

44

kemudian kesadaran pendidikan masyarakat. Jika dibandingkan dempo barat

dengan desa-desa yang lain se-pantura maka Desa Dempo Barat adalah Desa

yang jumlah sarjananya juga paling banyak dan bahkan pelaku-pelaku

pendidikan di wilayah pantura Pamekasan rata-rata dari Desa Dempo Barat

jadi tenaga pengajarnya.13

Potret perkembangan pendidikan di Desa Dempo Barat begitu pesat

sekali bila diukur dengan rata-rata output sarjana yang sudah malang-

melintang di masyarakat. Sudah banyak sebenarnya para sarjana yang ada di

desa Dempo Barat mulai dari paling ujung barat Dempo Barat sampai dengan

ujung timur Dempo Barat sudah banyak. Artinya masyarakat sudah tidak

awam lagi, kalau boleh dibilang 69 % sudah rata-rata sarjana.

Jadi kontek pemahaman mengenai kemajuan seharusnya sudah

berhubung dengan banyaknya sarjana yang sudah output dari kampusnya

masing-masing berdasarkan latar belakang profesional organisasi yang

digeluti di kampusnya masing-masing, wajar misalnya Desa Dempo Barat ini

banyak perang opini, karena memang sudah dari sisi pendidikan di sini

banyak yang sudah sarjana yang ditularkan oleh masing-masing kampus itu

sendiri yang tentunya menginginkan perubahan yang secepatnya.14

Sedangkan pendidikan lora semuanya berlatarbelakang pesantren,

mereka alumni dari pondok pesantren yang ada di Madura. Lora-lora

sebagaimana telah penulis teliti adalah sarjana semua. Bahkan sudah ada yang

selesai S2 dan ada juga yang masih mengecam pendidikan S2 di salah satu

13 Wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019. 14 Wawancara dengan Ilyas Kurdiyanto 21 September 2019.

Page 56: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

45

perguruan tinggi di Jawa Timur. Jadi secara pemikiran lora-lora lebih inklusif

daripada kiai.

C. Perubahan Persepsi Sosial Terhadap Pesantren

Pesantren merupakan tempat para santri atau murid-murid belajar

mengaji.15 Pesantren merupakan lingkungan khusus yang meringkas nilai-

nilai yang berlaku, di mana hidup sebagai ibadah, ajaran dari guru agama

tidak dapat dibantah karena ajaran tersebut bagian dari ibadah, cinta terhadap

doktrin Islam, dedikasi pada masalah-masalah agama dan kesinambungan

dengan santri. Posisi kyai, lora dan juga para ustadz dianggap sesuatu yang

sulit untuk dibantah oleh kalangan masyarakat, karena masyarakat bersandar

pada setiap fatwa yang disampaikan oleh Kyai, Lora maupun para ustadz.

Pesantren era 90-an berbeda dengan zaman sekarang, khususnya dari

tahun 2000-an sampai sekarang. Pada tahun 90-an pondok pesantren hanya

fokus pada pendidikan keagamaan semata, yaitu belajar kitab kuning (tanpa

harokat). Berbeda dengan tahun 2000-an ke atas, di mana pesantren tidak

hanya mengajarkan pendidikan keagamaan saja melainkan juga mengajarkan

pendidikan umum, seperti Bahasa Inggris, Matematika, Komputer dan lain

sebagainya.16

Tahun 2000-an ke atas pesantren menerapkan bagaimana menjaga dan

merawat serta mengoptimalkan keberlangsungan pendidikan, artinya

diusahakan dalam lembaga, baik di sekolah maupun di pesantren supaya

programnya berjalan sebagaimana yang diharapkan. Sehingga outputnya dari

15 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet IV, h. 866. 16 Wawancara dengan Qomarudin Burhan pada 01 September 2019. Dia adalah

pengasuh pondok pesantren Sumber Baru Al-Falah Desa Dempo Barat.

Page 57: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

46

siswa dan santri yang mondok atau yang ada di formal itu benar-benar

terlihat. Output yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk kemampuan

keilmuan semata. Tetapi juga bagaimana lora dan para guru berusaha agar

pasa siswa dan santri yang sudah keluar dari lembaga, potretnya bagus baik

dari segi moral, akhlak juga spiritualnya, itu yang diupayakan. Sehingga

respon masyarakat akan bagus.17

Pesantren tidak hanya fokus mengajarkan pendidikan keagamaan saja.

Melainkan juga memberikan edukasi mata pelajaran umum kepada murid-

muridnya. Ini juga menjadi nilai jual pesantren agar menarik minat para siswa

agar mau belajar di lembaga-lembaga tersebut. Mak pas ghik ajereh kaloar

pesantren mun neng pesantren bedheh pengajaran umum? (Kenapa mesti

belajar di lembaga-lembaga umum bila di pesantren juga memberikan

pelajaran umum?).18

Penambahan mata pelajar umum juga menjadi strategi lora maupun

dewan guru yang lain agar siswa maupun orang tua siswa supaya tertarik

untuk memondokkan atau menyekolahkan anaknya ke lembaga tersebut.

Karena di pesantren sudah menyediakan pelajaran-palajaran umum selain

pelajaran keagamaan.

Setiap orang tua pada dasarnya sama menginginkan anaknya itu baik,

bukan hanya cerdas tetapi juga baik. Jika apa yang diharapkan masyarakat

tercapai ketika memondokkan anaknya maka kepercayaan masyarakat akan

semakin tinggi untuk menyekolahkan dan memondokkan anaknya.

17 Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019. 18 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019.

Page 58: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

47

Apalagi keadaaan masyarakat sekarang begitu miris ketika tidak

memiliki dasar yang mapan, aqidah yang kokoh, amaliyah yang tangguh,

maka akan mudah di ombang-ambing oleh zaman, terutama faktor

lingkungan seperti tawuran, konsumsi obat-obatan, sehingga masyarakat

menilai bahwa tempat yang paling aman memang di pesantren. Yang sudah

mengakomodir sistem tradisional dan sistem modern.19

D. Pesantren sebagai Penggerak Perubahan

Pesantren merupakan role model bagi kehidupan masyarakat. Oleh

karena itu pesantren selalu melatarbelakangi pola kehidupan masyarakat di

Desa Dempo Barat, baik dari segi ekonomi, sosial, keagamaan dan dalam

bidang yang lainnya.

Pesantren hakekatnya yaitu amar ma’ruf nahi mungkar. Kalau secara

konsisten benar-benar dilaksanakan baik dalam hablumminallah maupun

dalam hablumminannas maka akan merubah manusianya baik secara sikap,

ahlakulkarimah, mindset, dan lain-lain. Tetapi masalahnya dalam kelompok

masyarakat tidak terlepas dari gejala yang dihadapi sehingga bagaimana

sekarang eksistensi pesantren itu mampu memberikan contoh yang uswatun

hasanah kepada masyarakat, tidak mereduksi hal-hal yang sekiranya kurang

bermanfaat ditabur lagi kepada masyarakat.

Dalam konteks desa, pesantren adalah ukuran media kepada publik

yang ada di masyarakat, jadi acuan maju dan berkembangnya masyarakat

19 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019.

Page 59: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

48

adalah pondok pesantren itu sendiri.20 Karena pesantren menjadi tolak ukur

bagi kehidupan masyarakat.

Selain fokus pada edukasi kepada para siswa, pesantren juga menjadi

mesin penggerak bagi kehidupan masyarakat. Karena pesantren menjadi role

model bagi perkembangan kehidupan masyarakat. Maka tidak heran apabila

pesantren memiliki peran bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

Pesantren sudah bergerak dari tradisi-tradisi sebelumnya. Di mana

pesantren yang semula hanya fokus pada bidang keagamaan, sekarang

pesantren membuat gerakan baru yaitu membuka usaha dalam bidang

perekonomian. Contohnya adalah koperasi pondok pesantren (kapontren).

Kapontren ini diharapkan supaya masyarakat sadar bahwa, perekonomian

juga penting untuk diperhatikan oleh masyarakat. Karena ketika

perekonomian sudah mapan maka keberlagsungan hidup masyarakat juga

akan mapan.21

Memang pesantren itu tak lepas dari apa yang telah dicontoh Rosulullah

SAW. Bagaimana pesantren menjadi contoh yang baik bagi masyarakat,

karena benteng agama salah satunya adalah pesantren. Kalau pesantren sudah

tidak dipercaya oleh masyarakat maka tidak ada lagi yang mampu

membentengi agama.

Pada umumnya pesantren mengikuti apa yang telah dicontohkan

Rasulullah SAW. Baik dalam berdakwah, berkomunikasi dan berprilaku yang

baik. Jadi di pesantren itu lebih ditekankan kepada akhlak, bukan hanya

20 Wawancara dengan Ilyas Kurdiyanto pada 21 September 2019. 21 Wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019.

Page 60: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

49

belajar dan belajar saja tetapi juga berperilaku dengan akhlakul karimah. Di

samping juga ditanam rasa keimanannya kepada Allah SWT.22

Melihat kinerja dan tujuan didirikan pesantren, maka lembaga ini

identik dengan Islam. Islam itu kaffah, Islam itu menyeluruh. Politik pun

diperintahkan dalam Islam. Dalam kitab Assiasah contohnya, diajarkan

bagaimana berpolitik yang baik jadi bukan hanya mengajarkan cara solat, jadi

pesantren harus menjadi penggerak bagi masyarakat agar apa yang dilakukan

sejalan dengan risalah-risalah Islamiyah.23 Tentu sesuai dengan Al-quran dan

yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad saw.

Pesantren itu realisasinya ketika komunikasi dengan masyarakat.

Kalau komunikasi dengan masyarakat tidak baik itu pasti ada masalah di

dalam berkomunikasi dengan Allah, jadi tidak bisa dipisahkan antara ilmu

agama dan ilmu umum karena semuanya bersumber terhadap Al-Quran dan

Hadits.

22 Wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019. 23 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019.

Page 61: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

50

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU LORA

A. Kesinambungan dan Perubahan

Madura merupakan daerah di mana masyarakatnya masih aktif

melaksanakan kegiatan kebiasaan-kebiasaan lama yang sudah berlangsung

dari generasi sebelumnya. Mengubah kebiasaan tersebut dalam masyarakat

tidaklah mudah, butuh waktu yang cukup lama. Sehingga apa yang dilakukan

oleh masyarakat harus sesuai dengan nila-nilai dan norma yang berlaku dan

tentu norma-norma tersebut berlandaskan pada warisan generasi-generasi

sebelumnya.

Berbagai macam cara dilakukan oleh kiai, lora maupun tokoh

masyarakat dalam merawat tradisi baik di pesantren maupun di masyarakat

itu sendiri. Di pesantren, dalam merawat pemikiran tradisional melalui

pelajaran kitab kuning dan itu menjadi pelajaran utama. Kemudian santri juga

belajar amsilati, sebuah metode cepat bisa memahami nahwu sorof. Belajar

nahwu dan sorof agar bisa membaca dan memahami Al-Quran dengan baik

benar.1

Salaen deri jeriah, kita tak olle lepas deri agema, artena tak olle lepas

deri Al-Quran ben hadits, ben sunnah-sunnah rosul. Jeriah adalah sistem

berema caranah arabet pemikiran tradisioan sebersifat tradisional.

Saterosah esesuai akin ben budaya edimmah posisi kita apimpin.2

(Selain itu, tentu kita tidak boleh lepas dari ajaran agama, artinya dari

dasar Al-Quran dan hadist, dan sunnah-sunnah rosul. Itu adalah sistem kita

merawat pemikiran yang bersifat tradisional, dan disesuaikan juga dengan

budaya daerah di mana kita berperan sebagai pemimpin).

1 Wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019. 2 Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019.

Page 62: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

51

Sedangkan di masyarakat lebih cenderung menerima yang salaf dan

masyarakat cenderung kepada akhlak karena ukuran utamanya adalah akhlak.

Di masyarakat pula banyak ditemukan kegiatan-kegiatan yang secara

karakteristik mengarah ke salafiyah atau tradisonal. Contohnya tahlilan,

sholawatan, atau pengajian bulanan yang tema utamanya berasal dari kitab

kuning. Kegiatan tersebut masih aktif sampai sekarang dan itu menjadi bagian

dari strategi merawat pemikiran tradisional di masyarakat.

Sedangkan perubahan tentu sudah ada, yang jelas dalam dunia

pendidikan, dulu masih memakai metode-metode lama seperti sarungan,

kajian-kajian kitab kuning baik yang di pondok, atau yang di sekolah sendiri

masih membaca dan mengkaji kitab kuning yang memang peninggalan

ulama-ulama salaf, tanpa ada pendidikan-pendikan penunjang yang formal.

Tetapi seiring dengan berkembangnya zaman maka dibangun pendidikan

formal mulai dari tingkat paling bawah yaitu PAUD sampai dengan yang

paling tinggi yaitu Madrasah Aliyah dan yang sederajat.3

Ini sebetulnya pola-pola modern yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat sekarang, jadi ada perpaduan tersebut khususnya di Dempo Barat

sedangkan di masyarakat tentunya ada juga di mana sekarang masyarakat

sudah menggunakan ala-alat teknologi informasi yang canggih, semuanya

sudah menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada sekarang ini.

Sisi lain dalam pengajian, konsepnya sudah tidak seperti sebelum-

sebelumnya. Sekarang lora-lora menggunakan konsep yang berbeda di mana

tema pengajian mingguan tidak ditentukan oleh lora itu sendiri melainkan

3 Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019.

Page 63: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

52

permintaan dari anggota dan juga sudah ada sistem tanya-jawab.4 Nampak

berbeda dari karakteristik pengajian yang diwarisi oleh generasi sebelumnya

yang cenderung tema-tema pengajian ditentukan oleh pendakwah.

Tahapan-tahapan dalam mensinergikan pemikiran tradisional dan

modern dapat dilihat di lembaga pendidikan dan pengajian mingguan.

Lembaga pendidikan (pesantren) awalnya hanya mengajarkan pendidikan

keagamaan akan tetapi sekarang berkembang mata pelajaran pendidikan

umum. Dalam pengajian mingguan yang sebelumnya menggunakan pola

loma yang sifatnya monoton dan model ceramah, maka secara perlahan

berkembang menggunakan konsep dan prakti-praktik modern seperti dialog

interaktif dan tema-tama kontekstual yang sesuai dengan perkembangan

zaman

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesinambungan dalam merawat

pemikiran tradisional terwujud dalam kehidupan masyarakat. Di mana masih

banyak ditemukan praktik-praktik yang merujuk kepada pengertian

tradisional itu sendiri. Sedangkan perubahan juga dapat dilihat baik dari

meningkatnya kesadaran tentang pendidikan, perekonomian, sosial, dan

sektor-sektor yang lain. Dan itu pun tidak hanya terjadi di masyarakat

melainkan juga di pesantren sudah terjadi perubahan-perubahan yang sesuai

dengan perkembangan zaman atau kekininan yang bisa disebut dengan

modern.

4 Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019.

Page 64: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

53

B. Dukungan Kiai terhadap Perubahan

Dukungan kiai terhadap perubahan begitu baik. Hal ini ditunjukkan

dengan sikap kiai yang selalu mendukung setiap gagasan perubahan yang

dilakukan oleh lora. Selama perubahan itu bernilai baik bagi kemaslahatan

masyarakat pasti didukung tetapi kalau perubahan itu sebaliknya maka saya

perbaiki perubahan atau gagasan itu.5 Tetapi selama ini belum pernah ada

gagasan yang berseberangan dengan kiai karena asumsi kiai gagasan lora

tentang perubahan selaras dengan Al-Quran dan hadits.

Kiai selalu mendukung setiap perubahan selama perubahan tersebut

menuju ke arah yang lebih baik. Contohnya di pesantren, awalnya pesantren

hanya mengajarkan pendidikan agama, mempelajari nahwu sorof dengan

metode lama tetapi lora mempunyai gagasan perubahan dengan

menggunakan metode cepat belajar nahwu sorof yang sekarang dikenal

dengan istilah Amsilati. Amsilati ini merupakan gagasan lora yang kemudian

diterapkan di pesantren dan bahkan berlangsung sampai sekarang. Meskipun

sebetulnya amsilati tersebut mengadopsi dari luar tapi sekarang outputnya

juga jelas bagi para santri. Santri dengan mudah dan cepat bisa memahami

nahwu sorof dan tentu dengan mudah juga memahami Al-Quran.

Sedangkan dalam pendidikan formal, dulu belum ada pelajaran seperti

bahasa Inggris, komputer dan pelajaran umum lainnya, pelajaran hanya fokus

pada pembelajaran kitab kuning, nahwu shorof dan pelajaran agama.

Kemudian lora menggagas pendidikan umum tersebut dan terbukti sampai

sekarang bahwa pendidikan umum juga penting bagi para siswa. Meskipun

5 Wawancara dengan Sulaiman Qurdi pada 03 September 2019.

Page 65: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

54

pesantren sudah mendidik siswa dengan pelajaran umum tetapi pesantren

tetap mengajarkan pendidikan keagamaan kepada siswa-siswinya.6

Dari gagasan-gagasan perubahan di atas, sekiranya perubahan itu

menguntungkan bagi masyarakat dan pesantren terutama kepada agama pasti

didukung oleh kiai. Siapapun yang mempunyai gagasan selama itu baik harus

diambil. Jadi bukan hanya gagasan lora maupun ustadz yang harus diambil,

yang terpenting jangan melihat siapa yang menyampaikan tetapi lihat apa

yang disampaikan. Selama itu baik harus diambil dan diterapkan.7

C. Peranan Pejabat Pemerintah: Kepala Desa dan Kantor Urusan Agama

Pejabat pemerintah memiliki andil peranan dalam pengembangan

kehidupan masyarakat pedesaan khususnya Desa Dempo Barat, baik dari segi

pendidikan, perekonomian, sosial, politik dan seterusnya. Dengan program

kerja yang direncanakan maka dengan mudah diikuti oleh masyarakat. Tentu

program menuju masyarakat yang lebih baik daripada sebelum-sebelumnya.

Pemerintah desa dalam menata perkembangan masyarakat selalu

disesuaikan dengan perkembangan zaman, meskipun terkadang masyarakat

menganggap itu hal biasa. Contohnya dalam pembangunan infrastruktur.

Masyarakat biasanya menganggap pembangunan itu hanya semata-mata

pembangunan fisik saja padahal tidak, pembangunan itu bisa bersifat fisik dan

juga bisa bersifat spiritual. Dari sisi inilah peran ulama, tokoh masyarakat dan

juga lora baik di pesantren dan di masyarakat begitu signifikan.8

6 Wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019. 7 Wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019. 8 Wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019.

Page 66: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

55

Lora selalu memberikan bimbingan melalui kelompok-kelompok kecil

seperti halaqah dan juga kelompok tahlilan, yasinan dan yang semua itu

biasanya diisi dengan pembahasan ilmu pengetahuan baik ilmu-ilmu agama

maupun ilmu kemasyarakatan.

Peran pemerintah Desa Dempo Barat, untuk sementara ini bisa

dikatakan terbuka dan juga bisa dikatakan tertutup. Karena apabila berbicara

sistem pemerintahan bersifat relatif. Dikatakan terbuka karena pemerintah

desa membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun. Dikatakan tertutup karena kebijakan-kebijakan pemerintah desa

tidak dipublish kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak begitu tahu dan

paham apa rancangan dan program pemerintah desa baik jangka panjang

maupun jangka pendek.9

Tetapi apabila dilihat dari kebijakan dan bukti fisiknya memang sudah

ada terobosan-terobosan yang dilakukan oleh kepala desa seperti perbaikan

jalan, bantuan-bantuan seperti raskin dan ada juga beasiswa. Makanya bisa

dikatakan semi terbuka dan semi tertutup. Artinya tidak secara totalitas

terbuka dan tidak secara totalitas juga tertutup.

Dari sisi SDM, peran pemerintah dalam pendidikan begitu bagus

artinya melalui pendidikan formal yang ada baik yang dirintis oleh pondok

pesantren maupun pendidikan formal yang ada di luar. Yang jelas membantu

kepada perubahan-perubahan yang ada di masyarakat. Tetapi yang selalu

menjadi tolak ukur bagi masyarakat cenderung kepada perubahan yang

9 Wawancara dengan Ilyas Kurdiyanto pada 21 September 2019.

Page 67: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

56

bersifat fisik, itu biasanya yang menjadi acuan paling jelas dan mudah bagi

masyarakat.

Padahal perubahan yang hanya bersifat fisik tidak kekal, mungkin

hanya bisa bertahan 5 atau 10 sampai 15 tahun selebihnya sudah tidak ada.

Tetapi perubahan-perubahan dalam bentuk pemikiran dan perilaku yang baik

dan ini juga tidak bisa dirasakan dengan serta merta, perubahan-perubahan

seperti ini memakan waktu yang cukup lama dalam eksistensinya. Bisa 5

sampai 10 tahun tapi setelah itu baru mayarakat bisa merasakan

perubahannya.10

Dari segi ekonomi pemerintahan desa itu diberi kewenangan dalam

menata anggaran sendiri dan diberi keleluasaan sejak tahun 2015, jadi dalam

porsi ini untuk desa Dempo Barat masih kurang pasti menyentuh langsung

kepada sektor ekonomi, karena masyarakat di sini masih erat kaitannya

dengan yang bersifat fisik yaitu infrastruktur yang kemudian arahnya secara

tidak langsung juga akan mempengaruhi sektor ekonomi juga. Namun secara

jelas dan secara langsung bisa dikatakan masih belum optimal, karena

memang Dempo Barat volume jalannya begitu luas.11

Sektor-sektor lain tentu sudah dilaksanakan oleh pemerintah desa

dalam menunjang kemajuan perekonomian masyarakat. Program pemerintah

desa mulai tahun depan akan mengadakan pelatihan-pelatihan bahkan rencana

pemerintah desa dalam visi dan misinya akan membentuk indeks yang dapat

menunjang penghasilan masyarakat dan pemerintahan desa.

10 Wawancara dengan joko Pranoto pada 20 September 2019. 11 Wawancarra dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019.

Page 68: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

57

Jadi kehidupan masyarakat Dempo Barat tidak semuanya sudah

modern tetapi sudah mulai berubah kepada yang modern dalam segala aspek

kehidupan, untuk itu kalau dikategorikan sebagai desa yang tradisional

kiranya juga tidak, dan perlu diketahui juga sebetulnya untuk Pamekasan

wilayah pantura, pendidikan yang paling bagus masyarakatnya di antaranya

termasuk desa Dempo Barat itu bisa dilihat dari lembaga-lembaga pendidikan

yang ada kemudian kesadaran pendidikan. Jika dibandingkan dengan desa-

desa yang lain, jumlah sarjananya paling banyak dan bahkan mungkin pelaku-

pelaku pendidikan yang ada di wilayah pantura Pamekasan rata-rata dari

Dempo Barat jadi tenaga pengajarnya banyak yang didatangkan dari Dempo

Barat.12

Keberadaan kantor urusan agama (KUA) juga berperan dalam

perkembangan kehidupan masyarakat desa Dempo Barat, khususnya dalam

bidang perkawinan dan edukasi tentang haji. KUA di kecamatan Pasean

memang lebih cenderung dan fokus memperbaiki dan merubah sistem

perkawinan di desa-desa tidak terkecuali desa Dempo Barat.

Bahkan setiap bulan ada sosialisasi kepada masyarakat. Contohnya

bimbingan nikah. Jadi KUA Pasean melakukan bimbingan kepada pengantin

yang secara umur relatif muda, khususnya yang baru lulusan MA (dan

sederajat).13 Dan itu tergolong efektif dalam merubah pola pikir masyarakat.

Di mana sebelumnya masyarakat desa Dempo Barat banyak yang melakukan

pernikahan dini dengan beragam alasan akan tetapi sekarang sudah jarang ada

12 Wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019. 13 Wawancara dengan Hawi pada 21 September 2019.

Page 69: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

58

pernikahan dini dan itu tidak lepas dari peran KUA itu sendiri dalam

memberikan edukasi kepada masyarakat melalui program sosialisasi.

Selain karena faktor program sosialisasi, perubahan pola pikir

masyarakat tentang perkawinan dini juga disebabkan oleh faktor pendidikan

dan bimbingan lora, para guru/ustad maupun tokoh masyarakat serta

kesadaran dari masyarakat khususnya orang tua yang tidak mau menikahkan

anaknya di bawah umur, karena nikah di bawah umur tatanan keluarga

cenderung retak dan mudah cerai. Artinya selesaikan dulu pendidikannya

baru menikah.

Selain memperbaiki kebiasaan masyarakat dalam perkawinan dini,

KUA juga melakukan sosialisasi persoalan haji, penyuluhan pembangunan

musholah, memberikan bimbingan ke masjid-masjid terus mengisi pengajian

rutin kepada masyarakat. Bahkan dulu di KUA ada kegiatan kuliah tujuh

menit (kultum) dan ditunjuk pengurus desa untuk mengisi tausiah di

masyarakat di mana dia diamanatkan.14

Kegiatan tersebut terlihat efektif dalam merubah pola pikir masyarakat

yang hanya mewarisi pemikiran-pemikiran sebelumnya. Masyarakat sekarang

sudah sadar bahwa pernikahan dini tidak bagus bagi perkembangan

kehidupan anaknya. Karena yang paling utama dalam menata kehidupan yang

lebih mapan di masa yang akan datang tentu benahi dari pendidikan setiap

anaknya agar kemudian tidak bernasib sama dengan orang tuanya.

14 Wawancara dengan Hawi pada 21 September 2019.

Page 70: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

59

D. Peranan Tokoh Masyarakat

Selain peran pejabat pemerintah baik pemerintah desa maupun KUA

tentu juga tidak lepas dari peran tokoh masyarakat yang lebih aktif di tingkat

masyarakat akar rumput. Tokoh masyarakat di desa Dempo Barat mencakup

kiai surau, pamong (RT) dan seseorang yang ditokohkan oleh masyarakat

meskipun ia di luar dari label kiai dan pamong.

Peran tokoh masyarakat bisa dikatakan hampir sama dengan perangkat

desa yang lain, mereka juga berperan dalam melakukan perubahan-perubahan

menuju modernisasi. Baik lora maupun perangkat desa harus merangkul

tokoh-tokoh desa yang ada dan tanpa merangkul mereka kiranya mustahil

akan mengadakan perubahan menuju modernisasi.15

Sejauh ini lumayan banyak peran tokohnya masyarakat, khususnya

kepala dusun, kiai surau dan seseoarang yang ditokohkan oleh masyarakat.

Mereka berperan aktif dalam perkembangan kehidupan masyarakat baik dari

pendidikan, perkawinan dan lain sebagainya.16

Tokoh masyarakat rata-rata sam’an wa taatan kepada sistem yang

memang diakui benar atau sudah diyakini sebagai keyakinan contohnya,

pondok pesantren dan lain semacamnya. Artinya tokoh masyarakat di situ

apabila berkaitan dengan manajemen sosial pendekatan kepada masyarakat

secara sistemik dan secara organisatoris masih cenderung mengikuti apa yang

dilakukan oleh kiai, lora maupun kepala desa.17

Tokoh masyarakat merupakan figur yang disegani dalam masyarakat.

Karena mereka menjadi panutan dan tempat bertanya dalam segala hal.

15 Wawaancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019. 16 Wawancara dengan Hawi pada 21 September 2019. 17 Wawancara dengan Ilyas Kurdiyanto pada 21 September 2019.

Page 71: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

60

Meskipun secara karisma masih di bawah lora. Tetapi mereka juga memiliki

peran dalam perkembangan kehidupan masyarakat dengan ajakan-ajakan agar

berubah menuju ke arah yang lebih. Mereka juga memberi contoh kepada

masyarakat baik dari praktik-praktik keagamaan, sosial, politik, dan

sebagainya.

Jadi ada kesinambungan antara tokoh masyarakat, lora dan kepala

desa. Tokoh masyarakat biasanya lebih cenderung meniru apa yang dilakukan

oleh lora maupun pejabat pemerintah. Karena kiai surau maupun pamong

juga tidak lepas dari apa yang telah dilaksanakan oleh lora maupun pejabat

pemerintah tersebut.

Page 72: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skripsi ini merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

Wacana pemikiran masyarakat di desa Dempo Barat Kecamatan

Pasean Kabupaten Pamekasan terjadi dua corak, yaitu tradisional dan modern.

Contohnya pola pikir yang tradisional adalah berorientasi pada masa lalu,

irrasional dan bersikap pasrah, serta ekslusif. Sedangkan pemikiran yang

modern adalah masyarakat yang rasional, menilai agama tidak hanya terbatas

pada ritual-ubudiayah, tetapi memahami nilai ajaran agama sebagai dasar

aspek segala kehiduan sosial kemasyarakatan.

Proses sintesis pemikiran tradisional dan modern di desa Dempo Barat

berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Hal ini prosesnya dapat

dilihat di lembaga pendidikan dan pengajian mingguan. Lembaga pendidikan

(pesantren) awalnya hanya mengajarkan pendidikan keagamaan akan tetapi

sekarang berkembang mata pelajaran pendidikan umum. Dalam pengajian

mingguan yang sebelumnya menggunakan pola loma yang sifatnya monoton

dan model ceramah, maka secara perlahan berkembang menggunakan konsep

dan prakti-praktik modern seperti dialog interaktif dan tema-tama kontekstual

yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Peran lora dalam sintesis pemikiran tradisional dan modern melalui

berbagai kegiatan, yaitu pengajian mingguan, lembaga pendidikan, hubungan

sosial dan keterlibatan langsung dalam integrasi dengan masyarakat. Peran

Page 73: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

62

lora ini dipengaruhi oleh: pertama laratbelakang pendidikan lora, yang

semuanya adalah sarjana. Maka secara pemikiran inklusif. Sehingga lebih

terbuka dalam menerima budaya-budaya baru. Kedua adalah tantangan

zaman. Lora-lora sadar bahwa masyarakat maupun pesantren harus peka dan

mengikuti perkembangan zaman.

B. Saran

1. Oleh karena peranan lora begitu strategis dalam struktur kehidupan

masyarakat Madura maka disarankan agar keberadaan lora terus dipelihara

karena dia menjembatani antara tradisi dan modern. Dan mengikat

masyarakat agar selalu berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Islam.

2. Lora harus berupaya meningkatkan wawasan kemampuan dan

kepemimpinan sosial melalui studi formal atau pembelajaran informal.

3. Kiai seharusnya memberikan peluang kepada lora untuk secara bertahap

menggambil alih kepemimpinan agar ketika lora mengganti posisi kiai

sebagai pemimpin pondok pesantren dan pemimpin masyarakat tidak

kaku.

4. Pemerintah lokal yaitu kepala desa Dempo Barat dan Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Pasean harus menggalang kebersamaan agar

pesan pembangunan dapat diterjamahkan oleh lora. Lora seharusnya aktif

menjembatani aspirasi masyarakat kepada pemerintah lokal.

Page 74: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Sedjarah Madoera Selajang Pandang: Melipoeti

Kaboepaten-kaboepaten Soemenep, Pamekasan, Sampang. Sampang: Automatic

The Sun, 1971.

Ali, H.M. Sayuti. Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Teori dan

Praktek. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet I, 2001.

Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Aziz, Nasharuddin Baidan & Erwati. Etika islam dalam Berbisnis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama: Dari Era Teosofi

Indonesia (1901-1940) Hingga Masa Kini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet I,

2015.

Basori, Ruchman. The Founding Father: Pesantren Modern Indonesia,

Jejak Langkah KH. A. Wahid Hasyim. Jakarta: Inceis, 2006.

Bass, B. J. Avolo and B. M. Transformational Leadership, Charisma and

Beyond. Binghanmron: State University of New York, 1985.

Chamami, Rikza. Pendidikan Neomodernisme. Semarang: Walisongo

Press, 2010.

Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke

Lembaga Akademik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Page 75: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

64

Dirdjosanjoto, Pradjarta. Memelihara Umat: Kiai Pesantren – Kiai

Langgar di Jawa. Yogyakarta: LKiS, 1999.

Djamas, Nurhayati. Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca

Kemerdekaan. Jakarta : PT Raja Grafinda Persada, 2008

Hadari, Hadari Nawawi & Martini. Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press, 1996.

Horikoshi, Hiroko. Kyai dan Perubahan Sosial. terj. Umar Basalim dan

Andi Muarly Sunrawa. Jakarta : Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan

Masyarakat, Cet I , 1987.

Jonge, Hub de. Madura dalam Empat Zaman: Perdagangan,

Perkembangan, Ekonomi dan Islam. Jakarta: PT Gramedia, 1989.

Liliweri, Alo. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya.

Yogyakarta: LkiS, 2009.

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers,

2011.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya, Cet XI, 1999.

Muin, Idianto. Sosiologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Muthmainnah, Jembatan Suramadu: Respon Ulama terhadap

Industrialisasi. Yogyakarta: LKPSM, 1998.

Page 76: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

65

Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan

Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Pigeud, H.J. De Graaf dan TH. Kerajaaan Islam Pertama di Jawa:

Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, terj Pustaka Utama Grafiti dan

KITLV. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, Cet V, 2003.

Rahmad, Dadang. Metode Penelitian Agama. Bandung: CV. Pustaka Setia,

2000.

Razak, Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Labotarium

Sosiologi Agama, 2008.

Rozak, Abdur. Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater

sebagai Rezim Kembar di Madura. Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004.

Scot, Jhon. Sosiologi: the Key Concepts. terj Tim Labsos FISIP UNSOED.

Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Soebahar, Abd Halim. Modernisasi Pesantre: Studi Transformasi

Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta: LKiS, 2013.

Soegianto, Kepercayaan, Magi dan Tradisi dalam Masyarakat Madura.

Jember: Tapal Kuda, 2003.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press,

Cet IV, 2009.

Suyanto, J. Dwi Narwoko & Bagong. Sosiologi: Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana, 2007.

Page 77: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

66

Syani, Abdul. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi

Aksara, 2002.

Syuhud, A. Fatih. Menuju Kebangkitan Islam dengan Pendidikan. Malang:

Pustaka Alkhoirot, 2012.

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Cet

IV, 2007.

Wahid, Abdurrahman. Menggerakan Tradisi: Esai-Esai Pesantren.

Yogyakarta: LkiS, 2001.

Widyosiswoyo, Supartono. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia,

2009.

Yakub, Hamzah. Menuju Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan.

Bandung: Diponegoro, 1984.

Page 78: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

67

WAWANCARA

Wawancara dengan Lora Ali Maksum pada 05 September 2019.

Wawancara dengan Lora M. Kholil Kawakib pada 08 September 2019.

Wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019.

Wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019.

Wawancara dengan Sulaiman Qurdi pada 03 September 2019.

Wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019.

Wawancara dengan Ilyas Kurdiyanto pada 21 September 2019.

Wawancara dengan Hawi pada 21 September 2019.

Page 79: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

68

Transkip wawancara dengan Qomaruddin Burhan pada 01 September 2019

P. Apa definisi tradisional menurut ajunan?

Q. Tradisional adalah suatu hal yang dilakukan dan menjadi kebiasaan di masyarakat.

Kebiasaan yang mengikuti ajaran ulama khulafus salaf. Secara bahasa tradisional itu

tradisi, yang menjadi kebiasaan pendahulu kita dan masih dirawat sampai sekarang.

Tradisional identik dengan salafiyah.

Q. Mengambil sesuatu (melaksanakan) yang beru yang lebih baik tetapi tetap

menjaga masa lampau yang baik.

P. Cara merawat tradisional?

Q. Kita merawat di pesantren, melalui pelajaran kitab kuning dan itu menjadi

pelajaran utama. Kemudian santri juga belajar amsilati, sebuah metode cepat bisa

memahami nahwu sorof. belajar nahwu dan soro agar bisa membaca dan

memahami al-quran dengan baik benar. Kalau di masyarakat lebih cenderung

menerima yang salaf dan masyarakat cenderung kepada akhlak karena ukurannya

adalah akhlak.

Salaen deri jeriah, kita tak olle lepas deri agema, artena tak olle lepas deri Al-

Quran ben hadits, ben sunnah-sunnah rosul. Jeriah adalah sistem berema caranah

arabet pemikiran tradisioan sebersifat tradisional. Saterosah esesuai akin ben

budaya edimmah posisi kita apimpin. (Selain itu, tentu kita tidak boleh lepas pada

konsep-konsep agama, artinya dari dasar Al-Quran dan hadist, dan sunnah-sunnah

rosul. Itu adalah sistem kita merawat pemikiran yang bersifat tradisional, dan

disesuaikan juga dengan budaya daerah dimana kita bertugas sebagai pemimpin).

P. Pengajian mingguan atas ini siapa?

Q. Memang ini siatif kiai, agar para lora bisa belajar bermasyarakat. Kita tidak ada

mengkonsep tanya jawab tetapi kita kasih waktu bagi jamaah untuk bertanya. Setelah

memberikan materi, judulnya apa kemudian kita kasih waktu untuk bertanya. Setiap

ada pengajian pasti kita buka pertanyaan. Kadang-kadang masyarakatnya saja tidak

mau bertanya. Karena tanya jawab itulah yang lebih mudah dipahami oleh

Page 80: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

69

masyarakat. Soal tema pendidikan saya selalu sampaikan kepada masyarakat apalagi

di madrasah-madrasah. Kecuali di perkwaninan.

P. Bagaimana kiprah lora, khususnya di desa dempo barat?

Q. Selama masih ada kiai, lora sebetulnya tak bisa langsung mendahului kiai.

Masyarakat itu, siapapun yang disuruh oleh kiai dianggap sama dengan kiai. Apalagi

dakwahnya lebih mantap. Yang dinilai itu perintah kiai kepada lora karena

masyarakat masih loyal kepada kiai dan siapa saja yang diperintah oleh kiai.

P. Pesantren sampai sekarang masih menjadi role model bagi masyarakat. Bagaimana

konsep pesantren agar daya jualnya tinggi?

Q. Memang pesantren itu tak lepas dari contoh kepada rosulullah saw. Bagaimana

pesantren menjadi contoh yang baik bagi masyarakat, karena benteng agama salah

satunya adalah pesantren. Kalau pesantren sudah tidak percaya oleh masyarakat maka

tidak ada lagi yang mampu membentengi agama. Di mana pun pesantren pasti

mengikuti apa yang dicontohkan rosulullah saw. Baik acara berdkwah,

berkomunikasi. Jadi di pesantren itu lebih ditekankan kepada akhlak, bukan hanya

belajar-belajar saja tetapi juga perilaku akhlakul kariah yang baik. Di samping juga

ditanam rasa keimanannya kepada allah swt.

P. Bagaimana cara pesantren menjawab tantangan zaman?

Q. Itu harus peka, seorang pengasuh, lora di pesantren harus peka situasi. Kita

mempelajari metodi lain kemudian kita terapkan selama tidak menyimpang dari

aturan. Jadi kita kalau tidak responsive maka kita ketinggalan zaman. Contohnya kita

sekarang ada akselerasi kitab kuning, bukan hanya pelajaran ipa tetapi kita juga

menerapkan akselerasi pada kitab kuning dan sudah diterapkan di sini.

P. Bagaimana perkembangan pendidikan di desa dempo barat?

Q. Perkembangan pendidikan sangat pesat sekali. Sekarang baik yang swasta maupun

umum bersaing dengan sehat agar siswanya menjadi yang terbaik.

P. Apakah keadaan pesantren mampu merubah masyarakat dempo barat?

Q. Di manapun pesantren menjadi rujukan bagi masyarakat. Seacara logika pesantren

bisa merubah masyarakat tetapi tidak ada jaminan semua merubah.

P. Apakah pesantren hanya bergerak dalam bidang keagamaan saja di masyarakat?

Page 81: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

70

Q. Tidak, bidang sosial juga ada tentu sangat ditekankan dalam bidang sosial. karena

berbicara agama juga tidak lepas dari sosial. kalau orang tidak bersosial tidak

diterima sholatnya oleh allah.

Q. Dalam ekonomi sudah usaha, dalam alumni sudah ada usaha tetapi mesih gagal.

Kiai selalu tekankan persoalan ekonomi kepada alumni bagaimana bisa berkembang.

Tetapi kalau di pesantren sendiri sudah berjalan, karena pesantren sudah punya

koperasi pesantren dan itu menjual kepada masyarakat dan masyarakat beli di situ

mereka beramal. Karena 20% hasil dari penjualan setiap bulan dialokasikan untuk

pesantren. Dan saya berharap masyarakat bisa meniru juga bagaimana mengelola

perekonomian keluarga. Sisi lain memang itu tujuan kami, menyadarkan masyarakat

bahwa perekonomian juga penting.

P. Apakah kiai selalu mendukung setiap gagasan yang digagas oleh lora baik di

pesantren maupun masyarakat?

Q. Tidak semuanya. Sekirarnya menguntungkan bagi masyarakat dan pesantren

terutama kepada agama pasti kita dukung. Siapapun yang mempunyai gagasan selama

itu baik harus kita ambil.

P: Penanya

Q: Qomaruddin Burhan

Page 82: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

71

Transkip wawancara dengan Sulaiman Qurdi pada 03 September 2019

P. menurut anda apa yang disebut dengan tradisional dan modern?

S. tradisional adalah tradisi yang dilaksanakan dari dulu sampai dengan saat

sekarang seperti memperi pelajaran kepada masyarakat maupun kepada santri

dari pendidikan agama yang terutama, adapun pendidikan secara modern

adalah pendidikan yang memakai metode yang telah dikembangkan dari

metode pendidikan yang telah dipakai metode tradisional dari dulu.

P. respon anda terhadap kiprah lora bagaimana?

S. respon saya baik sekali, karena bagian anak-anak kita adalah penerus kita

konyol nanti apabila seorang kiai tidak ada penerusnya dan memang saya suruh

supaya anak kita ini untuk terjun langsung kepada masyarakat agar supaya

dapat dikenal dengan baik oleh masyarakat. Adapun penyampaiannya kepada

masyarakat saya serahkan kepada anak-anak kami, asalkan tidak keluar dari

ajaran islam. kadang-kadang kan para penceramah atau da’I penyampaiannya

itu tidak sama, tetapi maksudnnya itu sama dan saya juga pesan, kita menjadi

pemimpin kita menjadi penceramah,,menjadi tokoh kita harus memperbaiki

ahlakulkarimah.

P. berarti apabila lora mengisi pengajian mingguan atas inisiatif anda dan tentu

bagian dari regenerasi?

S. iya betul , dan ada sebagian memang dengan kemauan sendiri.

P. anda sendiri apabila mengisi pengajian di masyarakat pernah membahas hal-hal

diluar keagamaan, misalnya temanya itu pendidikan atau tentang ekonomi atau

bidang yang lain ?

S. pernah, karena keagamaan itu tidak akan sukses kecuali dengan ekonomi yang

tangguh bahkan ada 4 orang yang disabdakan oleh rosul, dunia ini milik 4

orang pertama milik orang yang diberi ilmu dan harta,dan harta kan berarti

ekonomi dan ilmu tampa dicari tidak akan datang dan tidak akan diperoleh

denmikian pula harta tanpa dicari dengan ilmu tidak akan maksimal jadi kedua

duanya tidak akan terpisah dan sama-sama dicari dan siapapun yang punya

harta pasti didapat dari penghasilan dan kerja kerasnya sendiri,jadi agama tidak

akan lepas dari ekonomi, dengan demikian pendidikan agama dan pendidikan

Page 83: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

72

secara keekonomian anggaplah pendidikan umum itu seimbang, apabila

pendidikan agama saja itu kurang, pendidikan umum apalagi kalau tampa

agama.

P. kalau pendidikan bagaimana menurut anda sendiri perkembangannya di desa

dempo barat?

S. pendidikan di dempo barat Alhamdulillah cukup maju, dulu waktu saya baru

keluar dari pondok pesantren dan pulang ke sini itu tidak ada sekolah lebih

tinggi dari Madrasah iptidaiyah (MI) TAHUN 1984, Alhamdulillah dengan

kesadaran masyarakat dan kesemangatan saya sendiri, saya datang dari pondok

dan saya mengajar disini dengan mengajar alquran dan setelah para santri tau

membaca alquran diperi pelajaran nahhu,sorrof, sullam safina, dan setelah itu

ada orang yang minta pada kami agar saya mengajar disalah satu lembaga dan

saya sanggup itu tempatnya di daerah gunung belanda. Saya diminta untuk

membantu disana dan disana juga sarana dan prasarana belum maksimal jadi

membangun madrasah itu agak kemudian dulu sebelum ada madrasah itu saya

mengajarnya di surau, Alhamdulillah berkat perjuangan dan kesemangatan para

ustad dan masyarakan dan juga dengan izin Allah bisa membangun sekolah dan

Alhamdulillah maju dan sampai saat ini bisa berjalan. Dan adalagi nurul huda

bersama-sama dengan ustad yang lain dan Alhamdulillah samapai saat ini juga

ada MI dan ada SD setelah itu tahu 1987 ada orang datang kesini dia bilang

“gimana kalau anda mengadakan madrasah di daerah selatan kira-kira anda

sanggup untuk mengajarnya”, akhhirnya jadi dan bekerja sama juga dengan

para tokoh disana diantaranya ust marzuki,alm munasir,ust suhan dan yang

lainnya Alhamdulillah berjalan sampai saat ini ya caranya yatu dengan

mengadakan pendekatan kepada masyarakat yang pada akhirnya juga ada ust

yanglain dan juga ada peserta didik ngaji dan peserta didik sekolah. Dan

peserta didik yang keluar dari lembaga itu dan mau meneruskan ke jenjang

yang lebih tinggi itu baru masuk kepada lembaga ini al-miftah,

P. bagaimana sampai sekarang santri dan peserta didik yang lain makin banyak,

apa yang menjadi strategi dan daya jualnya pesantren untuk itu ?

S. yang utama itu didik dengan baik, terutama dalam aklaq dan ilmu pengetahuan

agama setelah diketahui oleh masyarakat apabila ngaji dipondok pesantren ini

Page 84: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

73

cukup berhasil dan banyak menjadi ustad itu baru masyarakat mempunyai rasa

simpati untuk pondok pesantren ini.

P. terus keberadaan pesantren disini mampu tidak merubah keadaan masyarakat

umum dan dalam bidang apa yang utama yang dapat merubahnya ?

S. jelas begitu, dan yang utama kita mengajak masyarakat untuk melakukan

bidang keagamaan yang yang benar dan sesuai syariat, contohnya dalam

melakukan solat berjemaah dengan sendirinya masyarakat akan menjadi lebih

baik, disekitar pondok pesantren ini khususnya dan Alhamdulillah sampai

sekarang masyarakat disekitar pondok pesantren ini khususnya cukup senang

melaksanakan solat berjemaah.

P. kalau sektor yang lain gimana kira-kira mampu tidak ?

S. cukup mampu caranya dengan mendorong masyarakat untuk senang meminta

kepada Allah dan senag beribadah kepada Allah karena dunia itu bisa dilalui

lewat 3 perkara pertama yaitu berkasyaf dengan benar yang rajin dan giat,

kemudian berdoa kepada Allah dan yang selanjutnya bersedekah karena harta

tidak akan kurang karena disedekahkan dan bahkan bertambah, tampa ketiga

itu orang tidak akan mempunyai harta dan dengan ketiganya insyaallah akan

berhasil. Ketiganya itu juga harus di imbangi, nah itu kami dorong kepada

masyarakat agar ketiganya itu bisa dilalui, itu dalam bidang eknomi.

P. pesantren kan sudah banyak berkembang, lalu bagaimana pesantren itu

manjawab tantangan zaman misalnya di luar sudah banyak berkembang

persoalan tehnologi nah bagaimana pesantren itu menyikapinya ?

S. selama tehnologi itu tidak bertentangan dengan keagamaan tetap kita

laksanakan, tetapi kalau tidak sesuai dengan agama terutama kan peran

pesantren memberikan pendidikan agama maka tidak direlisasikan itu selagi

tidak bertentangan maka kami laksanakan itu.

P. kalau merawat tradisi atau ketradisionalan itu bagaimana caranya baik di

pesantren maupun di masyarakat?

S. caranya ya tetep menjalankan dan menjaga tradisi-tradisi yang dulu dan itu

bukan hanya dirawat itu dan apabila ada semacam kekurangan kita tambahkan

karena tidak ada sesuatupun yang sempurna kecuali Alllah.

Page 85: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

74

P. yang terakhir yaitu apakah anda selalu mendukung setiap hal-hal ataupun setiap

perubahan yang dilakukan atau di gagas oleh lora sendiri ?

S. selama perubahan itu menarik ke maslahatan itu pasti saya dukung tetapi kalau

perubahan itu malah sebaliknya maka saya cegah perubahan itu atau gagasan

itu.

P. kalau pengajian tiap minggu itu apakah polanya tetap sama artinya anda

berceramah dan masyarakat mendengarkan atau sudah berubah misalkan sistem

dialog ?

S. kadang-kadang ada Tanya jawab sesudah pengajian tersebut dan dalam

kumpulan yang lain juga ada yang bawa kitab dan saya mimpin baca kitab

mereka sambil mengartikan atupun juga memperhatikan bacaan dan yang tidak

dipahami oleh audien itu bertanya. Kalau dikalangan ibu-ibu itu tidak ada

Tanya jawab karena ibu-ibu pada saat ini bukan orang yang semuanya pintar

tetapi banyak yang bodoh karena dari bodohnya sampai tidak ada yang mau

ditanyakan justru kiai harus betul-betul paham pada situasi kalau ceramah

jangan ragu-ragu artinya harus transparan sehingga bisa dipahami oleh

masyarakat, sehingga masyarakat tidak punya rasa ragu lagi.

P: Penanya

S: Sulaiman Qurdi

Page 86: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

75

Transkip wawancara dengan Lora Zubairi pada 07 September 2019

P. menururt pandangan anda apa definisi tradisional?

Z. tradisional terkait dengan kepemimpinan adalah kepemimpinan yang emang

latar belakangnya berangkat dari pemikiran-pemikiran yang sifatnya lebih

kepada pemikiran yang berangkat dari masa rasul, kemudian diteruskan

kepada sahabat,tabiin,dan diteruskan kepada ulama sekarang yang menurut

pemikiran kami yaitu lebih terhadap tradisional sebenarnya. Walaupun

sementara apa yang digagas oleh para rosul dan penerusnya itu tidak lepas dari

modern sebenarnya, tapi yang murni memang berangkat dari ketradisionalan

yang digagas oleh para rosul tadi.

P. dan kemodernan apa menurut anda ?

Z. pemikiran modern adalah pemikiran yang sifatnya selalu disesuaikan dengan

kemajuan dan perkembangan zaman, yang arahnya lebih disesuaikan, Yang

artinya kondisionaldisesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan dari

pemikiran-pemikiran lain. Tapi pada dasarnya tidak melepas/terlepas dari

pemikiran yang tradisional.

P. jadi bagaimana merawat pemikiran yang tradisional tersebut khususnya dalam

lembaga pondok pesantren ini dan pada masyarakat ?

Z. cara merawatnya tentunya kita tidak boleh lepas pada konsep-konsep agama,

artinya dari dasar al-quran dan hadist, dan sunnah-sunnah rosul. Itu adalah

sistim untuk kita merawat pemikiran yang bersifat tradisional, dan disesuaikan

juga dengan budaya daerah dimana kita bertugas sebagai pemimpin.

P. apabila dimasyarakat bagaimana merawat pemikiran tradisional tersebut, kan

apabila di pesantren masih banyak kajian-kajian tentang al-quran dan hadist

dan kitab kuning yang menurut anda adalah bagian cara untuk merawat

pemikiran yang tradisional, dan untuk dimasyarakat apa strategi untuk merawat

yang tradisional tersebut ?

Z. untuk merawat pemikiran yang tradisional dikalangan masyarakat tentunya kita

bisa dengan melalui pengajian-pengajian seperti yang menjadi budaya di

pedesaan yang kalau perempuan ada muslimatan, da nada pengajian solawatan.

Page 87: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

76

Dan itu adalah benteng utama untuk merawat pemikiran tradisional sekaligus

untuk merawat keutuhan bangsa dan Negara.

P. apabila seperti pengajian tersebut , asumsi saya itu adalah strategi Lora untuk

mempertahankan yang tradisional dan mencoba hal yang baru artinya hal

keduanya dipadukan. dan di kajian tersebut apa sebetulnya tujuan diadakan

pengajian mingguan ?

Z. Pangajien mingguan reah benni karo sakadher ajelenakin elmu tapeh beremah

caranah tokang caramah aperrik contoh dhek masyarakat, atemmuh langsung

ben masyarakat ben semmak ben masyarakat. Tapeh salaen deri nyebarakin

agema Islam, pangajien mingguan dheddhi sarana begi lora e dhelem arabet

pemikiran tradisional. (Pengajian mingguan bukan hanya sebatas

mengaplikasikan ilmu pengetahuan tetapi bagaimana para penda’i memberikan

contoh kepada masyarakat, berkomunikasi secara langsung, besosialisasi dan

dekat dengan masyarakat. Terlepas dari tujuan dalam menyebarkan siar-siar

Islam, pengajian mingguan juga menjadi sarana dalam merawat pemikiran-

pemikiran tradisonal).

P. dalam pengajian tersebut untuk tema siapa yang menentukan apakah

masyarakat, apakah anda ?

Z. apabila pengajian untuk tema yang menentukan adalah pendakwanya dalam

artian dari pihak lora yang menjadi pendakwah, dan seorang penyampai

dakwah memang harus tau kondisi. Artinya benara-benar disesuaikan dengan

situasi, umpama pada saat memasuki bulan ramadhan penyampaiannya itu

disesuaikan dengan materi-materi yang adahubungannya dengan keutamaan

dan kewajiban bulan ramadhan, dan seperti sekarang lagi ada musim haji dan

yang kita sampaikan sesuai dengan kondisi dan seterusnya sehingga pererta

pengajian/jamaah responnya akan lebih bagus dan bisa mengamalkannya.

P. jika di masyarakat dalam pengajian-pengajian pernahkah anda membahas

tentang pentingnya pendidikan ?

Z. sering, menyampaikan tentang pentingnya pendidikan , tetapi tidak semua

ketika menghadiri pengajian-pengajian itu tidak membahas seputar pentingnya

pendidikan saja, seperti yang disampaikan tadi sesuai dengan kondisi. Namun

pada suatusaat itu juga dapat dikatakan cukup maksimal kita menyampaikan

Page 88: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

77

tentang tema pengajian maslah pendidikan. Apalagi dalam kegiatan-kegiatan

yang bersifat pengajian-pengajian umum, seperti tadi malam saya menghadiri

haflatul imtihan (perayaan akhir semester dipondokpesantren) dan rata-rata

kalau yang sifatnya pendidikan yang digelar dilembaga-lembaga ini memang

lebih fokus kepada persoalan pendidikan dan kesadaran untuk pentingnya ilmu

pengetahuan.

P. menurut anda bagaimana perkembangan pendidikan yang ada di desa Dempo

barat ini ?

Z. menurut analisis saya, didempobarat ini dari sekian desa yang ada disekitar

desa Dempo barat ini adalah termasuk satusatunya desa yang cukup banyak

perkembangan dan kemajuan. Dan bahkan diibaratkan kalau di daerah

Pamekasan, dan didaerah selatan ada daerah Pademawu yang dianggap desa

yang cukup maju dalam bidang pendidikan, maka untuk wilayah pantura

adalah Dempo barat yang maju dalam bidang pendidikan. Asumsi kami kenapa

bisa menyampaikan seperti itu, kita melihat dari masyarakat yang ada di desa

Dempo barat ini hamper berapa sekian persen yang sudah tingkat

pendidikannya mencapai sarjana dan bahkan pasca sarjana juga udah cukup

banyak di Dempo barat. Terbukti lagi dengan banyaknya lembaga-lembaga

pendidikan dan ini menjadi salah satu acuan.

P. jika berbicara pendidikan tentu berbicara tentang lembaga, dan bagaimana cara

khususnya dilembaga pesantren baik di Al-Falah dan Almiftah ini strateginya

pesantren dalam menarik perhatian orangtua anak-anak agar untuk

disekolahkan atau dimondokkan di Al-Falah, bagaimana strategi untuk itu ?

Z. untuk menarik minat dari para wali sekaligus juga anaknya strategi yang paling

bagus yang kami terapkan adalah bagaimana kita menjaga dan merawat serta

mengoptimalkan tentang keberlangsungan pendidikan, artinya diusahakan

dalam lembaga,disekolah,di pesantren, agarsupaya programnya berjalan

sebagaimana kita harapkan. Sehingga outputnya dari anak-anak yang mondok

atau yang ada diformal itu benar-benar keliatan, tetapi dalam arti output yang

kita sampaikan bukan hanya di dalam bentuk kemampuan kekeilmuan

saja,seperti di ajang-ajang lomba, tetapi juga bagaimana kita berusaha di anak

didik yang sudah keluar dari lembaga Al-Falah ini baik dari segi

Page 89: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

78

moral,akhlaknya,juga spritualnya, itu yang berusaha kami upayakan, Sehiangga

respon masyarakat akan bagus.

P. di Al-Falah sendiri kan sudah mulai terbuka baik secara pendidikan maupun

sistem yang berbau modernisasi, dan sudah banyak kurikulum-kurikulum yang

diluar basis agama, nah bagaimana strategi pesantren dalam menjawab

tantangan Zaman khususnya modernisasi ?

Z. dipesantren ini sendiri dalam menjawab tantangan zaman hubungannya dengan

kurikulum yang berkembang dalam saat ini, sehingga kami dilingkungan

pesantren sudah beberapa tahun ada semacam kepengurusan yang dikenal

dengan DMM (Dewan Makhadiyah wal Madrasiyah), dan bahkan juga ada

LPM (Lembaga Penjamin Mutu ). Dan DMM itu mengkaji,menelaah dan

mengevaluasi keberlangsungan dalam lembaga, mana yang tidak berjalan dan

dianggap lemah dan sekaligus DMM itu membuat undang-undang pesantren,

sehingga dengan undang-undang yang digarap oleh DMM dan disahkan oleh

pengasuh itu diterapkan di pondok, Alhamdulillah sampai saat ini sudah cukup

berjalan dengan baik. Kemudian yang sangat kami rasakan untuk

mengantisipasi dari tantangan zaman yang kadang-kadang bisa menggeser

terhadap masa-masa kepesantrenan, ini dengan adanya program keagamaan

yaitu amtsilati, ini sangat luar biasa karena dengan program amtsilati ini anak

pondok pesantren bukan hanya sistem pembelajaran tetapi bagaimana anak

tersebut/peserta didik yang mengikuti program tersebut dibina tentang

ubudiahnya,solat berjemaah,solat dhuha, bahkan solat tahajjudnya. Sehingga

sampai saat ini Alhamdulillah hampir semua santri itu bernuansa ciri khas

pesantren.

P. disini berbicara pesantren bisa berbicara lembaga, maupun elemen-elemen yang

ada didalamnya tersebut. Apakah keberadaan pesantren itu mampu mengubah

keadaan di masyarakat menurut anda ?

Z. ya sangat jelas pesantren dapat merobah terhadap masyarakat sekitarnya

pondok pesantren, karena dalam tinjauan agama sudah banyak dalil-dalil

apakah itu hadist yang menyatakan kemajuan suatu daerah,suatu desa,suatu

lingkungan itu ditentukan dengan pendidikannya,ditentukan dengan

pesantrennya. Apabila ada pesantren bagus dan pengelolaannya juga baik maka

Page 90: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

79

disekitarnya itu juga akan menjadi bagus itu banyak dalil-dalil dan kaidah-

kaidah yang menyampaikan semacam itu, Diantaranya orang alim itu ibaratkan

sama dengan sinar sembit bintang, akan menjadi sinar jadi itu berarti

masyarakat itu akan tersinari baik secara keilmuan,termasuk akan kemajuan

ekonominya. Dan faktanya didempo barat sampai saat ini masyarakatnya baik

dari segi perekonomiannya cukup lumayan, walaupun sementara ini memang

tidak lepas dari kiprah penguasa namun kedepannya tetap ada gagasan

bagaimana kordinasi antara lembaga dengan aparat desa khususnya juga

dengan kepala desa sendiri.dan apabila ada sinergi yang bagus insyaallah

bukan hanya keilmuan tetapi dalam segi ekonomi dan sebagainya kami akan

kembangkan.

P. berarti sejauh ini belom ada? Artinya lembaga hanya bergerak dalam bidang

keagamaan dalam masyarakat, dalam bidang yang lain belum ada.

Z. lembaga juga bergerak dalam bidang perekonomian tetapi sementara kordinasi

dengan masyarakat belum sepenuhnya namun lambat laun sudah ada, dengan

dibukanya Kopotren(koperasi pesantren), dan dibentuknya took bangunan, hal

ini kan tidak lepasa degan kordinasi bersam masyarakat.

P. mungkin pertanyaan terakhir yaitu kiranya menerima tidak apabila ada

masukan baik saran dari masyarakat,atau misalkan dari santri, tentang

perubahan di Dempo barat baik dari segi sosial ekonomi maupun yang lain ?

Z. sangat menerima karena hal ini akan lebih berpotensi untuk kemajuan agama

kemudian masyarakat hal itu yang kita harapkan. Jadi kita harapkan bukan

hanya bahagia di akherat tetapi bahagia juga di dunia.

P. baik terimakasih atas wawancaranya dan terimakasih juga sudah meluangkan

waktu buat wawancara ini

P = Penanya

Z = Zubairi

Page 91: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

80

Transkip wawancara dengan Joko Pranoto pada 20 September 2019

P. menurut anda apakah itu yang disebut dengan tradisional dan apa yang disebut

dengan modern?

J. tradisional itu kan cara-cara hidup yang masih mengacu kepada tradisi atau

kebiasaan-kebiasaan dan modern itu sendiri adalah semacam tatanan hidup

dengan memadukan antara ilmu tehnologi kedalam segala aspek kehidupan kita,

itu mungkin secara umum gambarannya

P. apabila seperti itu kan anda sendiri sampai sekarang masih jadi kepala di

madrasah aliyah dan di MA sendiri sudah ada perpaduan antara tradisional dan

modern nah bagaimana bisa berlangsung proses seperti itu artinya perubahan

kepada yang modern?

J. memang sejak saya masuk di pondok pesantren al-falah, itu memang masih

banyak cara-cara tradisional atau mungkin bisa dibilang sistem salaf yang ada di

pesantren yang dipakai tetapi saya masuk kesana dan kami mencoba untuk

memadukan itu, memasukkan ilmu pengetahuan dan tehnologi diterapkan dan

digunakan untuk kepentingan-kepentingan sekolah yang ada di pondok

pesantren itu sendiri. Dan Alhamdulillah ya walupun mungkin saya kira karena

ini mendapatkan dukungan moral yang sangat luarbiasa dari pengasuh maka

kami tidak banyak mengalami kesulitan, artinya memang tidak revolusi secara

total dan kami secara perlahan perubahannya dan saya kira pasti walupun

demikian dan lembaga kita sudah menuju kearah itu.

P. menurut anda bagaimana kiprah lora baik di pesantren maupun di masyarakat

sendiri ?

J. lora yang jelas punya peran yang luar biasa dalam tatanan kehidupan

masyarakat terutama kalau didalam pesantren sendiri karena memang beliau

sudah langsung dianggap sebagai putra pak kiai baik langsung maupun tidak

langsung yang jelas tetap menjadi acuan dalam berprilaku santri-santrinya, jadi

para lora itu kan merupakan miniature dari pak kiai sehingga segala sikap dan

tindakan diikuti oleh santri. Dalam tatanan masyarakat saya kira juga sangat

besar dalam arti kata masyarakat secara umum karena lora sekarang kan berbeda

dengan lora jaman dulu,kalau lora jama dulu itu hanya mengikuti apa yang

Page 92: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

81

menjadi tradisi didalam pesantren dalam artikata pesantren yang salaf tetapi

kalau sekarang lora-lora sudah banyak yang sarjana sehingga dengan demikian

baik dalam pemikiran-pemikirannya dan sisi moralitasnya seringkali tetap

dijadikan acuan oleh masyarakat disekitarnya.

P. kalau anda sendiri apakah pernah mengadakan sebuah kegiatan yang bekerja

sama dengan pondok pesantren al-falah maupun lora-lora tertentu ?

J. dalam menata masyarakat pasti, karena dalam menata masyarakat khususnya di

pedesaan ya ini yang perlu diluruskan pada masyarakat, kan di msyarakat

menganggap pembangunan itu hanya semata-mata pembangunan fisik saja

padahal tidak, pembangunan itu bisa bersifat fisik dan juga bisa bersifat

spritualnya nah dari sisi ini peran ulama dan peran masyarakat danjuga peran

lora di pesantren sangat luar biasa dia selalu memberikan bimbingan melalui

kelompok-kelompok kecil kholakoh lah seperti itu dan juga ada kelompok

tahlilan, yasinan dan yang semua itu biasanya diisi dengan pembahasan dengan

ilmu pengetahuan baik ilmu ilmu agama maupun ilmu kemasyarakatan. Ini

peran sertanya sangat luar biasa

P. terus bagaimana sejauh ini selama anda menjabat kepala desa, apa perubahan

yang telah dilakukan di desa baik SDM maupun SDA dan di bidang yang lain?

J. kalau dari sisi SDM saya kira peran pendidikan sangat luar biasa artinya melalui

pendidikan formal yang ada baik yang dirintis oleh pondok pesantren maupun

pendidikan formal yang ada di luar itu yang jelas sangat membantu kepada

perubahan-perubahan yang ada di masyarakat. Tetapi yang selalu menjadi tolak

ukur bagi masyarakat cendrung kepada perubahan yang bersifat fisik itu

biasanya yang menjadi acuan paling jelas dan mudah bagi masyarakat, padahal

hal yang seperti itu sangat tidak kekal sekali mungkin hanya bisa bertahan 5

atau 10 sampai 15 tahun selebihnya dari itu sudah tidak tetapi perubahan-

perubahan dalam bentuk pemikiran dan prilaku yang luar biasa dan ini juga

tidak bisa dirasakan dengan serta merta perubahan-perubahan seperti ini

memakan waktu yang cukuplam dalam eksistensinya. Bisa 5 sampai 10 tahun

tapi setelah itu baru mayarakat bisa merasakan.

P. dalam sektor ekonomi ?

Page 93: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

82

J. dari segi ekonomi pemerintahan desa itu diberi kewenangan dalam menata

anggaran sendiri itu katakanlah yang bisa leluasa hanya sejak tahun 2015, jadi

dalam porsi ini saya kira untuk dempo barat masih kurang ada yang pasti dan

jelas yang langsung menyentuh kepada sektor ekonomi, masih sangat erat

kaitannya dengan yang bersifat fisik yang bersifat infrastruktur itu memang

nanti arahnya secara tidak langsung akan mempengaruhi kepada sektor ekonomi

juga cuman secara jelas dan secara langsung saya kira masih belum, karena

memang dempo barat folume jalannya sangat luar bisa, dempo barat itu kurang

lebih sekitar kalau sekarang 35 kilometer folume jalan desanya padahal kita

hanya bisa artinya kemampuan anggaran dengan aturan menyesuaikan kepada

aturan-aturan yang ada itu kurang lebih hanya antara 3 sampai 4 kilometer kita

dalam pertahun anggarannya, jadi untuk itu desa masih perlu memikirkan

bagaimana penghasilan desa lebih dari yang sekedar ada program dari

pemerintah seperti DD dan ADD

P. terus bagaimana peranan pejabat pemerintah terhadap modernesasi khususnya

di dempo barat

J. saya kira perubahan menuju arah itu saya kira sangat vital sekali jadi semua

perangkat desa mempunyai peranan untuk itu Cuma masih kita akui bahwa

didalam kehidupan kita sehari-hari lebih-lebih kepada perangkat desa yang ada

itu masih ada yang berpendidikan secra formal masih relatif rendah tetapi untuk

itu menyangkut kepada kepada kepercayaan dari masyarakat ya ditengah-tengah

masyarakat kita tidak selalu mempunyai kepercayaan kepada mereka yang

berpendidikan tinggi yang kadang-kadang tidak jarang juga ditemui mereka

yang berpendidikan tinggi tetapi kurang mampu menyelesaikan persoalan –

persoalan yang yang ada di masyarakat.

P. kalau peran tokoh masyarakat menurut anda bagaimana di dempo barat sendiri?

J. peran tokoh masyarakat saya kira hampir sama dengan perangkat desa hampir

sama juga dengan lora, mereka juga mempunyai peran yang sangat luar biasa

karena didalam melakukan perubahan-perubahan menuju kemodernisasi ini baik

lora maupun perangkat desa harus merangkul tokoh-tokoh desa yang ada dan

tampa merangkul mereka saya kira mustahil kita akan mengadakan perubahan

menuju modernisasi.

Page 94: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

83

P. berarti sejauh ini masih relatif tradisional atau memang sudah mulai masuk

terhadap modern baik secara moral maupun secara yang lain ?

J. mungkin kesimpulannya yang perlu diluruskan, sudah seperti yang saya katakan

dari tadi memang kehidupan kita tidak semuanya sudah modern tetapi kita

sudah mulai berubah kepada yang modern dalam segala aspek kehidupan, jadi

untuk itu kalau disini dikategorikan sebagai desa yang tradisional saya kira juga

tidak, dan perlu kita kaui juga sebetulnya untuk Pamekasan wilayah pantura

kalu menurut saya pendidikan yang paling bagus masyarakatnya diantaranya

termasuk desa dempo barat itu bisa dilihat dari lembaga-lembaga pendidikan

yang ada kemudian kesadaran pendidikan masyarakat itu mungkin diantaranya

dan dempo barat dibandingkan dengan desa-desa sebelah jumlah sarjananya

juga paling banyak dan bahkan mungkin pelaku-pelaku pendidikan yang ada di

wilayah pantura pamekasan rata-rata dari dempo barat jadi tenaga pengajarnya

banyak yang didatangkan dari dempo barat.

P. jadi kesadaran pendidikan di demppo barat sangat pesat, kesadaran itu sendiri

atas dasar inisitif sendiri atau ada peranan dari pemerintah, lora ataupun dari

pengasuh dari pondok pesantren?

J. untuk itu semua lini mempunyai peran yang sangat luarbiasa jadi tidak mungkin

untuk melakukan perubahan semacam itu memang butuh kerja sama dari semua

pihak dan dari semua lini, baik dari tokoh, perangkat desa, tokoh agama, tokoh

pemuda, lebih-lebih kepada pengasuh lembaga pendidikan saya kira semuanya

mempunyai peranan yang besar untuk perubahan itu.

P. selanjutnya apakah bapak terbuka menerima gagasan-gagasan baru yang

digagas oleh lora misalnya?

J. saya kira, saya selama itu untuk perubahan terhadap tatanan masyarakat dari

siapapun itu apalagi dari lora dari siapapun kami tetap terbuka, tentu dengan

memperhatikan potensi dan yang bisa menghambat terhadap program itu sendiri

dari gagasan yang ada perlu diperhitungkan antara potensi yang ada di desa

maupun hambatan-hambatan yang akan kita hadapi.

P. apabila anda hadir mengisi sambutan ataupun hal yang lain di acara nikahan

maupun imtihan pernah tidak menyinggung tentang persoalan ekonomi,

pendidikan?

Page 95: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

84

J. pendidikan pasti ketika kami ada di even-even pendidikan kami biasanya juga

membahas tentang bagaimana pendidikan, minimal kami memberikan

penyadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya pendidikan atau setidaknya

kami memotifasi bagaimana pemikiran-pemikiran mereka tentang pendidikan

bisa lebih baik.

P: Penanya

J: Joko Pranoto

Page 96: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

85

Transkip wawancara dengan Hawi pada 21 September 2019

P. Pengertian tradisional?

H. Pemikiran yang masih menganut dan mengikuti sebelum-sebelumnya.

Contohnya pernikahan, sebelum tahun 2000-an masyarakat desa dempo barat

kebanyakan nikah dibawa umur karena dipaksa orang tua dengan alas an

ekonomi, ingin melihat kebahagiaan anaknya.

P. Perngertian modern?

H. Modern itu mengikuti perkembangan zaman. Kalau modern dalam beragama

adalah bagaimana dia berusaha agar beragama lebih baik dari sebelumnya. Dalam

pernikahan zaman sekarang jarang menikah di bawah umur, minimal tamat

Madrasah Aliyah (dan sederajat) itu lebih maju daripada sebelumnya yang

melaksanakan akad sebelum umur. Dari kemajuan itulah bisa kita kategorikan

seabagai modern kaena lebih maju daripada sebelumnya. Jadi modern yang

mengikuti kita bukan kita yang mengikuti modern.

P. Pernahkah KUA melakukan sosialisasi kepada masyarakat?

H. Sudah, bahkan setiap bulan sekarang ada sosialisasi kepada masyarakat.

Contohnya bimbingan nikah. Jadi KUA Pasean melakukan bimbingan kepada

pengantin yang secara umur relatif muda, khususnya yang baru lulusan MA (dan

sederajat).

P. Bagaimana bisa berubah pola pikir masyarakat dalam konteks pernikahan dini?

H. Selain karena factor sosialisasi, ada juga factor pendidikan dan bimbingan para

guru/ustadz maupun tokoh masyarakat serta kesadaran dari masyarakat khususnya

orang tua maka yang tidak mau menikahkan anaknya di bawa umur, karena nikah

di bawah umur tatanan keluarga cenderung retak dan mudah cerai. Artinya

selesaikan dulu pendidikannya baru menikah.

P. Pernah tidak, KUA melakukan kegiatan yang melibatkan Lora?

H. Sementara belum ada, tapi insya allah ke depan kita akan melaksanakan

kegiatan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, bukan hanya lora tepapi

juga tokoh masyarakat.

P. Apakah KUA Kecamatan Pasean hanya fokkus dalam bidang perkawinan

semata?

Page 97: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

86

H. Ada selain perkawinan, yaitu persoalan Haji, penyuluhan pembangunan

musholah, memberikan bimbingan ke masjid-masjid terus mengisi pengajian rutin

kepada masyarakat. Bahkan dulu di KUA ada kegiatan kuliah tujuh menit

(kultum) dan ditunjuk pengurus desa untuk mengisi tausiah di masyarakat di mana

dia diamanatkan.

P. Apakah KUA pernah membahas persoalan aliran Islam yang ada di desa dempo

barat?

H. Sementara belum ada. Karena itu sangatlah sensitif. Dulu itu setiap bulan

biasanya KUA mengundang kiai maupun lora yang dianggap mumpuni dalam

bidang keagamaan. tujuannya mendengar infromasi serta keluahan-keluahan

masyarakat. Tapi sekarang belum tapi saya berharap kegaitan seperti itu

dilanjutkan kembali oleh kepala KUA Pasaean.

P. Bagaimana peran tokoh masyarakat di desa dempo barat?

H. Sejauh ini lumayan banyak peran tokohnya masayrakat, khususnya kepala

dusun dan kiai surau. Mereka berperan aktif dalam perkembangan kehidupan

rakyatnya. Baik dari pendidikan, perkawinan dan lain sebagainya.

P. Bagaiman potret pendidikan di desa demp barat?

H. Sudah sangat bagus, masyarakat sudah sadar bahwa pendidikan kunci utama

dalam segala kebutuhan baik dunia maupun akhirat.

P. Lantas bagimana peran kepala desa?

H. Dalam pendidikan sudah bangat banyak perannya, kekurangannya hanya

kurang control terhadap lembaga-lembaga pendidikan yang ada di desa dempo

barat. Kalau dalam keagamaan sudah aman. Kalau persoalan perkawinan dan dia

diundang dia hadir dan biasanya memberikan sambutan. Dalam bidang

inftastruktur sudah sangat maju, jalan sudah lumayan bagus sehingga dengan

bagusnya infrastruktur juga berdampak kepada bidang yang lain khususnya

ekonomi.

P. Bagaiman bisa berlangsung sisntesi pemikiran tradisional dan modern di

pesantren-pesantren?

H. Karena pertama kesadaran para dewan guru, baik itu pengasuh maupun lora.

Mereka sadar bahwa pendidikan selain pendidikan keagamaan juga penting untuk

diterapkan di pesantren. Kedua mengikuti perkembangan zaman dan yang terakhir

Page 98: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

87

sebagai daya saing terhadap sekolah umum yang ada di kecamatan pasean. Saya

kira itu kenapa bisa berlansung elaborasi pendidikan agama dan umum di

pesantren.

P. Bagaimana Peran dan kiprah lora di masyarakat?

H. Saya kira sudah mapan dan lora-lora sudah berasimilasi dengan masyarakat.

Contonya pengajian setaip minggu dengan masyarakat. Kiprahnya luar biasa

dalam pendidikan terutama dalam mendidik moral, akhlak dan pendidikan

keagamaan. dari segi moral sudah banyak yang berubah di masyarakat.

P: Penanya

H: Hawi

Page 99: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 100: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 101: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 102: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 103: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 104: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Page 105: SINTESIS PEMIKIRAN TRADISIONAL DAN MODERN: Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49779/1/SANIM… · Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin