pedoman skripsi ushuluddin

30
PANDUAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS USHULUDDIN IAIN SUNAN AMPEL Copyright Fadjrul Hakam Chozin PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran 1. Skripsi merupakan salah satu bentuk karangan ilmiah yang disusun mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi program Sarjana Strata Satu (S-1). 2. Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Penelitian dimaksud dilaksanakan dengan memenuhi prinsip metodologi ilmiah di bawah bimbingan seorang Dosen Pembimbing yang memenuhi syarat akademis. 3. Skripsi harus mencerminkan tingkat akademik dan penguasaan keilmuan yang kualitatif. Hal ini diharapkan dapat membawa citra akademik yang baik bagi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel. B. Ketentuan Umum 1. Setiap mahasiswa program Sarjana (S-1) pada semua jurusan di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel wajib menyusun skripsi untuk mengakhiri studinya. 2. Pengajuan program skripsi dapat dimulai sekurang-kurangnya setelah mahasiswa menyelesaikan beban studinya minimal 120 sks dengan IPK minimal 2.00. 3. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang sesuai dengan disiplin Jurusan yang ditekuni mahasiswa. 4. Skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia sedikitnya 60 halaman diketik dua spasi pada kertas ukuran kuarto. 5. Struktur, isi dan format skripsi disusun berdasarkan Panduan Penulisan Skripsi ini. 6. Untuk kepentingan akademik serta pengendalian mutu, maka skripsi mahasiswa diuji dan dipertahankan secara ilmiah di depan Tim Penguji Skripsi. C. Proses Pengajuan Judul Skripsi 1. Mahasiswa mengajukan rencana judul skripsi kepada Ketua Jurusan (melalui Sekretaris Jurusan). 2. Proposal Penelitian mencakup: a. Judul Penelitian b. Latar Belakang Masalah c. Rumusan Masalah d. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah (jika perlu) e. Tujuan dan Kegunaan Penelitian f. Telaah Pustaka g. Landasan Teori h. Hipotesis (jika ada) i. Metode Penelitian; disesuaikan apakah penelitian empirik atau non-empirik, mencakup antara lain: populasi sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. j. Jadwal Penelitian (sebutkan lama waktu penelitian dan tahapan-tahapannya) k. Daftar Pustaka; hanya memuat buku yang dijadikan acuan proposal 3. Setelah rencana diterima, dipertimbangkan dan disetujui Ketua Jurusan, selanjutnya ditunjuk dosen pembimbing.

Upload: muhammad-aceh

Post on 18-Jun-2015

2.038 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Skripsi Ushuluddin

PANDUAN PENULISAN SKRIPSI FAKULTAS USHULUDDIN

IAIN SUNAN AMPEL Copyright Fadjrul Hakam Chozin

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran 1. Skripsi merupakan salah satu bentuk karangan ilmiah yang disusun mahasiswa dalam

rangka menyelesaikan studi program Sarjana Strata Satu (S-1). 2. Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian mandiri terhadap suatu masalah yang

dilakukan secara seksama dan terbimbing. Penelitian dimaksud dilaksanakan dengan memenuhi prinsip metodologi ilmiah di bawah bimbingan seorang Dosen Pembimbing yang memenuhi syarat akademis.

3. Skripsi harus mencerminkan tingkat akademik dan penguasaan keilmuan yang kualitatif. Hal ini diharapkan dapat membawa citra akademik yang baik bagi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel.

B. Ketentuan Umum 1. Setiap mahasiswa program Sarjana (S-1) pada semua jurusan di Fakultas Ushuluddin

IAIN Sunan Ampel wajib menyusun skripsi untuk mengakhiri studinya. 2. Pengajuan program skripsi dapat dimulai sekurang-kurangnya setelah mahasiswa

menyelesaikan beban studinya minimal 120 sks dengan IPK minimal 2.00. 3. Tema skripsi diangkat dari permasalahan yang sesuai dengan disiplin Jurusan yang

ditekuni mahasiswa. 4. Skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia sedikitnya 60 halaman diketik dua spasi pada

kertas ukuran kuarto. 5. Struktur, isi dan format skripsi disusun berdasarkan Panduan Penulisan Skripsi ini. 6. Untuk kepentingan akademik serta pengendalian mutu, maka skripsi mahasiswa diuji

dan dipertahankan secara ilmiah di depan Tim Penguji Skripsi. C. Proses Pengajuan Judul Skripsi 1. Mahasiswa mengajukan rencana judul skripsi kepada Ketua Jurusan (melalui Sekretaris

Jurusan). 2. Proposal Penelitian mencakup:

a. Judul Penelitian b. Latar Belakang Masalah c. Rumusan Masalah d. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah (jika perlu) e. Tujuan dan Kegunaan Penelitian f. Telaah Pustaka g. Landasan Teori h. Hipotesis (jika ada) i. Metode Penelitian; disesuaikan apakah penelitian empirik atau non-empirik,

mencakup antara lain: populasi sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

j. Jadwal Penelitian (sebutkan lama waktu penelitian dan tahapan-tahapannya) k. Daftar Pustaka; hanya memuat buku yang dijadikan acuan proposal

3. Setelah rencana diterima, dipertimbangkan dan disetujui Ketua Jurusan, selanjutnya ditunjuk dosen pembimbing.

Page 2: Pedoman Skripsi Ushuluddin

2

4. Penunjukan dosen pembimbing dapat dilakukan dengan syarat mahasiswa sudah memprogram penulisan skripsi (apabila dalam satu semester tidak dapat menyelesaikan skripsi, mahasiswa wajib memprogram kembali pada semester berikutnya).

5. Penunjukan Dosen Pembimbing dilakukan dengan (1) Surat Tugas Sementara Ketua Jurusan, dan (2) Surat Keputusan Dekan.

6. Atas dasar penunjukan tersebut, Dosen Pembimbing melaksanakan bimbingan dimulai dengan (1) penetapan rencana pertemuan (hari, jam, tempat) pembimbingan; (2) penyusunan rencana kerja (time schedule), serta (3) meminta mahasiswa terbimbing menyusun proposal penelitian berdasarkan format yang berlaku (lihat sub Proposal Penelitian).

7. Mahasiswa dengan status cuti kuliah tidak berhak mendapat layanan bimbingan skripsi.

D. Bimbingan Skripsi 1. Pembimbing skripsi bertugas memberikan bimbingan tentang relevansi materi, teknik

dan prosedur penelitian, serta teknik penulisan karya ilmiah sesuai dengan judul yang telah disetujui Ketua Jurusan.

2. Kewajiban Dosen Pembimbing sebagai berikut: a. Membimbing mahasiswa dalam menyelesaikan/menyempurnakan proposal

penelitian. b. Membimbing mahasiswa dalam pelaksanaan penelitian. c. Membimbing mahasiswa dalam menyelesaikan penulisan skripsi. d. Membantu, membuka pemikiran, dan atau meluruskan jalan pikiran mahasiswa

selama ujian skripsi berlangsung. e. Membimbing mahasiswa dalam menyempurnakan skripsi (setelah ujian) berdasarkan

masukan Tim Penguji Skripsi. 3. Proses bimbingan dilakukan secara teratur dalam batas waktu maksimal 2 semester

atau satu tahun terhitung sejak ditetapkan oleh Ketua Jurusan. 4. Apabila dalam waktu yang telah ditetapkan skripsi belum bisa diujikan, Dosen

Pembimbing berkewajiban melapor kepada Ketua Jurusan. 5. Semua kegiatan bimbingan harus dicatat (didokumentasikan) dalam kartu konsultasi. 6. Demi tertibnya administrasi bimbingan, setiap awal semester dilakukan pembaharuan

SK Dekan dengan tanpa melakukan perubahan dosen dan mahasiswa bimbingannya.

E. Pelaksanaan Ujian Skripsi 1. Pengaturan kegiatan ujian a. Fakultas menyelenggarakan ujian skripsi sebanyak 3 (tiga) kali (gelombang), yakni pada

tengah semester (Gelombang I), menjelang ujian akhir semester (Gelombang II), dan setelah ujian akhir semester (Gelombang III). Ujian skripsi Gelombang III hanya diperuntukkan bagi (1) mahasiswa yang mengikuti program kuliah reguler maupun perbaikan pada semester yang berjalan, serta (2) mahasiswa yang mengulang ujian skripsi (ujian ke-2).

b. Setiap awal tahun akademik, Jurusan mengeluarkan kalender akademik khusus mengenai pelaksanaan ujian skripsi.

c. Pendaftaran dapat dilakukan setiap saat dan paling akhir 1 bulan sebelum pelaksanaan ujian. Pengumuman jadwal dan tim penguji dikeluarkan 3 minggu sebelum pelaksanaan ujian.

2. Persyaratan Ujian a. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif pada semester ujian skripsi diselenggarakan. b. Telah selesai dan lulus seluruh mata kuliah. c. Telah memperoleh Piagam SKEK.

Page 3: Pedoman Skripsi Ushuluddin

3

3. Prosedur Pendaftaran Ujian a. Pendaftaran dilakukan melalui Bagian Akademik dengan menyerahkan 4 eksemplar

naskah skripsi yang sudah diketik rapi, sudah disetujui oleh dosen pembimbing, dan dimasukkan dalam stopmap snellecheter.

b. Melampirkan Foto Copy Transkrip Nilai Sementara dan bukti perolehan SKEK. 4. Tim penguji terdiri atas: Ketua, Sekretaris dan dua orang anggota penguji.

5. Prosedur Pelaksanaan Ujian

a. Ujian berlangsung dalam waktu ±60 menit. b. Mahasiswa diberi waktu sekitar 15 menit untuk mempresentasikan pokok-pokok pikiran

yang terkandung dalam skripsi mengenai: 1) Permasalahan 2) Penjelasan ringkas isi skripsi 3) Metodologi Penelitian 4) Hasil Penelitian/Temuan penelitian

c. Setiap penguji diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atas hal-hal yang terkandung dalam skripsi (sebagaimana poin b di atas) serta aspek lainnya.

d. Setelah ujian selesai, Ketua dan anggota Tim Penguji bermusyawarah dan membuat kesimpulan mengenai pelaksanaan ujian mencakup (1) materi skripsi, (2) metodologi penelitian termasuk format/tata tulisan dan bahasa, serta (3) kemampuan mahasiswa mempertahankan skripsi.

6. Standar Penilaian Ujian a. Penilaian ujian skripsi dilakukan oleh Tim Penguji sesuai dengan kriteria yang berlaku. b. Penilaian masing-masing penguji diberikan terhadap keseluruhan komponen dan

konsistensinya sejak awal hingga akhir ujian. c. Aspek-aspek penilaian:

1) Metodologi Penelitian (bobot 30%) dengan cakupan: (a) Kejelasan pendekatan yang dipergunakan. (b) Kejelasan corak kualitatif atau kuantitatifnya. (c) Untuk kuantitatif: populasi, sampel, TPD dan analisis statistiknya harus sesuai

judul dan permasalahannya. (d) Untuk Kualitatif: fokus penelitian, pendekatan, penentuan informan, teknik

analisis, validitas dan reliabilitas teknik pengumpulan data. (d) Konsistensi dalam penggunaan Teknik Penulisan Ilmiah.

2) Keluasan dan Kedalaman Materi (bobot 30%), intinya menyangkut penguasaan penulisan skripsi seputar materi penelitian dan pembahasannya. Indikatornya terlihat dari : (a) Sumber pustaka yang menjadi pendukung. (b) Orisinalitas peneliti dalam memperoleh data dan pengolahannya (untuk penelitian

lapangan) (c) Kemampuan tata bahasa tulis dalam penyajian deskripsi. (d) Kesesuaian antara judul dan isi skripsi. (e) Analisis pada setiap persoalan yang terkait dengan judul dan khazanah keilmuan

yang tersimpul dalam seluruh uraian yang ada. (f) Kecermatan dalam analisis.

3) Kemampuan Mempertahankan Skripsi secara Obyektif (bobot 40 %) yang penilaiannya difokuskan pada aspek : (a) Dapat menguraikan dengan jelas atas seluruh isi skripsi yang ditulisnya, apabila

diminta untuk menjelaskannya. (b) Daya nalar yang jelas, mudah dipahami, rasional dan tidak berbelit-belit (c) Mengakui kesalahan jika memang salah, dan secara jujur siap memperbaiki.

Page 4: Pedoman Skripsi Ushuluddin

4

7. Hasil Ujian

a. Ujian skripsi dinyatakan “Lulus” apabila nilai minimal dari 3 aspek penilaian (butir 6-c)

mendapat nilai 2. b. Nilai Ujian diambil dari nilai rata-rata penilaian masing-masing penguji. c. Hasil Ujian dinyatakan dengan nilai akhir (kumulatif) sebagai berikut:

Interval Nilai

Nilai Huruf

Status

3.5 - 4 = 4 2.5 – 3.4 = 3 2 – 2.4 = 2

1.5 – 1.9 = 1 0 – 1.4 = 0

A B C D E

Lulus Amat Baik

Lulus Baik Lulus Cukup Lulus Kurang Tidak Lulus

d. Rumus Penghitungan Nilai Akhir Skripsi (NAS) :

NPb+Npu1+Npu2 NAS = ------------------------------ (Pb+Pu)

dimana nilai masing-masing penguji diperoleh (MPx30)+(Mx30)+(KMx40) dengan rumus = --------------------------------------- 100 Keterangan : NAS : Nilai Akhir Skripsi MP : Metode Penelitian Npb : Nilai Pembimbing M : Materi Npu1 : Nilai Penguji 1 KM : Kemampuan Mempertahankan Npu2 : Nilai Penguji II Pb : Jumlah Pembimbing Pu : Jumlah Penguji

e. Hasil Ujian (Lulus/Tidak Lulus) disampaikan setelah pelak-sanaan ujian, tetapi tidak

diberitahukan Angka Penilaiannya (A,B,C atau D). f. Angka Penilaian ( A,B,C atau D) baru diberitahukan setelah skripsi selesai

disempurnakan dan disetujui oleh Tim Penguji. g. Mahasiswa diberi kesempatan paling lama 15 hari untuk memperbaiki skripsi sesuai

dengan saran Tim Penguji.

8. Pengesahan Skripsi 1. Pengesahan Skripsi dibuktikan dengan penandatanganan oleh Dekan setelah terlebih

dahulu ditandatangani Tim Penguji Skripsi. 2. Skripsi dibuat sedikitnya rangkap 5 dan setelah mendapat pengesahan, skripsi dijilid

sesuai dengan ketentuan kemudian diserahkan masing-masing dua rangkap ke Fakultas dan Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, selambat-lambatnya 1 bulan setelah ujian.

3. Penyerahan hasil skripsi dalam bentuk disket kepada Ketua Laboratorium Jurusan. 4. Sebagai bukti penyerahan skripsi, mahasiswa mendapat bukti penerimaan skripsi yang

dapat dipergunakan untuk pendaftaran wisuda.

Page 5: Pedoman Skripsi Ushuluddin

5

OBJEK PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dapat dilakukan dalam dua jenis: 1. Penelitian non empirik atau dunia ide, yakni penelitian terhadap konsep-konsep,

pemikiran-pemikiran, tesa-tesa filsafat, pandangan hidup, prinsip-prinsip hidup yang diungkapkan seseorang (lisan atau tertulis) atau lazim disebut penelitian literer.

2. Penelitian empirik, yakni penelitian terhadap fakta sosial masyarakat dan fakta sejarah atau terkadang disebut bukti sejarah. Jenis ini lazim disebut penelitian lapangan.

B. Objek Kajian Jurusan Akidah Filsafat memiliki dua objekpenelitian , yakni filsafat, dan akidah. Pertama, objek penelitian filsafat: 1) Ontologi. Ontologi menjawab pertanyaan “what”, atau substansi sesuatu. Ia terkait

dengan konsep-konsep metafisis, yakni konsep yang membahas cara pandang dunia yang dengan konsep ini mudah dikomunikasikan kepada pihak lain. Ontologi meliputi wilayah teologia, kosmologia dan antropologia. Misalnya, apa konsep Karl Marx tentang bagaimana mengubah dunia, apa substansi doktrin ide Plato, apa substansi doktrin Positivisme dan neo Positivisme, termasuk penelitian terhadap teori-teori sosial-budaya dll.

2) Epistemologi. Epistemologi menjawab pertanyaan “how”, yakni bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Karena itu ia digunakan untuk meneliti proses diperolehnya pengetahuan insaniah, sumber pengetahuan, metode dan teknik-teknik mendapatkan pengetahuan, dan teori-teori kebenaran; koherensi, korespondensi, pragmatis dan kebenaran reliji. Misalnya, epistemologi Platonis, Neo-Platonis, Aristotelian, Kantian, Positivisme, Hermeneutik, analitik, Fenomenologi, dekonstruksi, metode arkheologi, geneologi; termasuk diskusi tentang kemungkinan diaplikasikan metode ilmu kealaman diterapkan untuk ilmu-ilmu sosial humaniora, yang melahirkan pendapat dari kelompok yang anti naturalistik metodologi dan yang pro naturalistik metodologi serta yang bersikap moderat. Contoh, penelitian terhadap doktrin epistemologi al-Ghazali yang Platonis dan unsur Paripatetik di dalamnya, epistemologi Ibn ‘Arabi yang iluminatif Neo Platonis, epistemologi Madzhab Frankfurt, dan lain-lain.

3) Aksiologi. Aksiologi menjawab pertanyaan “apa kegunaan pengetahuan”. Ia terkait dengan masalah etika dan estetika. Ia digunakan untuk meneliti sistem tata nilai, karakter nilai, tipe-tipe nilai, kriteria nilai, dan status metafisik nilai dan sumber nilai apakah otoritarian ataukah humanitarian, tata nilai dan perubahan sosial, fakta, nilai dan penilaian.

Kedua, objek penelitian akidah 1) Penelitian terhadap doktrin tauhid-kalam-teologi, misalkan doktrin al-Asy’ari tentang

teori kasb, tentang doktrin sifat dan zat, tentang qada dan qodar, keadilan, doktrin al-Maturidi, doktrin Wasil bin Atho, al-Jubba’i dan seterusnya.

2) Penelitian terhadap tokoh-tokoh ilmu kalam dikaitkan dengan kondisi sosial, budaya, dan politik pada saat itu. Apakah suatu doktrin itu menguatkan satu kekuasaan politik tertentu ataukah tidak.

3) Penelitian terhadap Teologi. Itu bisa dikerjakan untuk teologi dalam makna tradisional maupun makna kontemporer dengan munculnya “teologi pembebasan”. Dalam konteks kontemporer, lokus kajian teologi diubah kepada fokus kajian terhadap “sabda Tuhan” dan tidak kepada Tuhan itu sendiri. Penelitian teologi kontemporer memfokuskan pada masalah apakah sabda Tuhan itu konteks dengan perkembangan sosial-budaya, ekonomi, politik, keamanan, lingkungan dstnya.

Page 6: Pedoman Skripsi Ushuluddin

6

Jurusan Perbandingan Agama memiliki objek penelitian mengenai: 1. Norma ajaran, doktrin, atau dogma, misalnya doktrin trinitas dalam Kristiani, doktrin

kesabaran atau kejujuran (dalam Islam, Hindu, Kristen dll), doktrin pengabdian (dalam Islam, Kristen, Hindu dll).

2. Pengamalan orang atas norma ajaran agama, misalnya qurban, salat, kebaktian, upacara-upacara ritual, suluk tasawuf.

3. Institusi-lembaga agama, misalnya NU, Muhammadiyah, PGI. 4. Sarana-sarana ibadah agama, misalnya gereja, masjid, kakbah. 5. Simbol-simbol agama, misalnya salib, lilin, pakaian (jubah, mukena dll), atau ungkapan-

ungkapan agama, seperti, astaghfirullah, subhanallah dll.

Jurusan Tafsir Hadis memiliki objek penelitian: 1. Al Quran sebagai mushaf (pembukuan, bacaan, tulisan dll), pembaca mushaf (qiroah

sab’ah, lisan Arab). 2. Kitab tafsir, penafsiran, mufasir (tokoh), misalnya penelitian terhadap penafsiran

Muhammad Abduh tentang bernegara. 3. Hadis sebagai Kitab (teks-naskah), penafsiran, kritik kehujahan (matan, sanad, rawi);

termasuk memahami teks-teks hadis secara kontekstual atau syarah-syarah hadisnya, seperti hadis bernegara, hadis bermasyarakat, hadis tentang ekonomi, hadis tentang ilmu pengetahuan dan seterusnya.

4. Kajian terhadap realitas sosial dan keagamaan dari segi tafsir atau hadis.

Page 7: Pedoman Skripsi Ushuluddin

7

PENERAPAN METODOLOGI

A. Sumber Masalah Penelitian

Untuk membantu memperoleh masalah yang layak dan menarik untuk diteliti, seorang peneliti harus menelaah buku untuk menguasai teori-teori ilmiah atau tesa-tesa filsafat yang ada. Usahakan telaah terhadap buku yang sesuai dengan disiplin Anda. Seorang peneliti juga bisa memperoleh bantuan melalui diskusi dengan sesama teman, atau bila perlu dengan bantuan pembimbing.

Pertanyaan utama yang diajukan oleh sebagian mahasiswa adalah bagimana menemukan suatu masalah yang layak untuk diteliti. Meskipun tidak ada kaidah yang pasti untuk menemukan suatu persoalan, kiranya perlu dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan pijakan untuk menemukan masalah penelitian.

Pertama, bersandarkan atas pengalaman, yakni keseluruhan pengalaman berdasarkan pengamatan terhadap fenomena di lapangan. Dari pengamatan ini ditemukan adanya kenyataan yang bertentangan dengan ajaran-ajaran yang diyakini sebagai kebenaran. Adanya kesenjangan antara “apa yang senyatanya terjadi” dengan ”apa yang seharusnya” dan ini akan melahirkan masalah penelitian. Ada gejala anomie, melaise, patologis, disfungsional dan lain-lain.

Kedua, deduksi dari teori. Sumber masalah kedua ini dapat diperoleh dengan cara membaca buku yang memuat konsep dan teori-teori ilmiah sesuai minat dan kemampuan. Hasil kajian terhadap konsep dan teori ilmiah yang ada dalam literatur akan dapat digunakan sebagai pijakan merumuskan hipotesis penelitian. Selanjutnya, hipotesis diverifikasi dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Dalam hal ini dapat mempertanyakan apakah hipotesis yang dikemukakan diterima (memiliki kesesuaian) atau ditolak (tidak sesuai) dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Ketiga, membaca hasil penelitian terdahulu (orang lain). Peneliti menemukan teori atau tesa yang dipandang ahistoris; misalnya klasifikasi sosial-agama menjadi santri, periyayi dan bangan yang untuk saat ini sudah tidak relevan, sesuatu yang ahistoris.

Keempat, jika yang diteliti konsep pemikiran atau tesa filsafat (penelitian literer). Sebagai contoh, peneliti memandang ada ruang terbuka untuk mempertanyakan tesa filsafat tertentu, misalnya tesa historisme-materialisme atau teori struktur sosial Marxian. Tesa Marcus atau Sartre tentang eksistensi manusia; tentang peran keberadaan di dunia ini, tesa Hegel atau Marx tentang arah dan tujuan sejarah. Atau masalah yang menarik karena adanya perbedaan pendapat antar para filosuf dalam suatu tema, misalnya tentang Adanya Tuhan, tentang rantai kenabian, tentang ekonomi, doktrin politik, tentang pluralisme agama atau budaya, tentang peranan kontrol sosial dalam bernegara, tentang suatu fatwa hukum, tentang penafsiran terhadap suatu ayat atau suatu kata dalam sebuah ayat dan lain sebagainya. B. Pertimbangan-pertimbangan Lain tentang Masalah

Sebuah penelitian dapat bertitik tolak dari masalah atau dari fokus (upon which) dari

pemikiran seorang filosuf, ilmuwan atau tokoh. Masalah bisa berupa kejutan budaya (cultural shock), diskrepansi atau kesenjangan atau

disfungsi, perbedaan atau perselisihan pendapat atau konsep, kondisi abnormal, gejala anomi, malise sosial dan lingkungan, patologis, adanya dominasi-dominasi, adanya sensor dan pencekalan, hasil penelitian yang sudah ahistoris menyusul perkembangan sosial budaya, tesa-tesa filsafat atau teori-teori sosial budaya yang layak dipersoalkan, ditengarai ada “tanah kosong” yang belum terjawab oleh penelitian atau kajian yang telah ada. Masalah yang benar-benar “dimasalahkan“ dalam penelitian perlu memiliki unsur yang menggerakkan peneliti untuk membahasnya.

Fokus menggambarkan jawaban dari pertanyaan upon which, yang dari pemikiran seorang filosuf, misalnya, yang menjadi pusat kajian atau penelitian. Ambil contoh, seorang peneliti tertarik untuk meneliti pemikiran al-Ghazali padahal pemikiran al-Ghazali

Page 8: Pedoman Skripsi Ushuluddin

8

mencakup banyak konsep, seperti teologi, filsafat, etika, politik, pendidikan dan lain-lain. Dari beberapa konsep pikir tersebut, seorang peneliti harus menjatuhkan pilihannya pada fokus penelitiannya.

Pedoman yang dipandang dapat membantu pemilihan masalah antara lain: a. Asas manfaat, dan memberi sesuatu yang baru. Artinya, pemecahan masalah itu akan

dihasilkan sesuatu yang berguna, yang berarti, dan penting. Asas signifikansi akan lebih tinggi nilainya, apabila pemecahan itu menghasilkan sesuatu yang baru.

b. Menarik dan mampu dilaksanakan peneliti. Asas ini penting, sebab akan mendorong peneliti mengerjakan secara sungguh-sungguh. Sulit dibayangkan, peneliti melakukan sesuatu yang dia sendiri tidak tertarik. Namun peneliti harus pula mengukur kemampuan diri dalam menjawab permasalahan itu.

c. Tersedianya data, bahan dan kemungkinan analisisnya. Kesulitan yang kerap dihadapi peneliti adalah tersedianya data dan bahan. Oleh sebab itu sebelum menetapkan masalah, aspek ini hendaknya mendapat perhatian.

d. Spesifik, khas, dan unik. Asas ini berasumsi, bahwa masalah yang terlalu umum dan luas akan mengakibatkan batas-batas masalah menjadi tidak jelas..

Pedoman lain menunjukkan beberapa hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan masalah. a. Apakah benar problem yang ditentukan itu belum pernah dicari jawabannya? (Orisinalitas

Masalah). b. Apakah problem yang ditentukan itu benar-benar menarik pada waktu penelitian

dikerjakan? (Aktualitas Masalah). c. Apakah problem yang ditentukan itu memenuhi jawaban lima macam kata ganti penanya

secara retoris: apa, dimana, mengapa, bilamana, dan bagaimana ? (Filosofi Keilmuan). d. Apakah problem yang dipilih itu mempunyai relevansi dengan gerak pembangunan?

(relevansi, manfaat praktis). e. Apakah dana yang tersedia cukup memadai untuk mencari jawaban problem yang

ditentukan itu sehingga dapat menghasilkan suatu pengetahuan yang bulat? (tersedianya dana).

Asas spesifik, khas dan unik tersebut menunjukkan bahwa pembatasan topik menjadi penting. Topik yang terlampau umum dan luas biasanya akan menghasilkan tulisan yang kabur, istilah-istilah yang tidak cermat, atau pembahasan yang tidak jelas alur pikirannya. Oleh sebab itu, topik yang terlalu luas dan umum perlu dipersempit ruang lingkupnya.

Pembatasan topik dapat dilakukan menurut tempat, menurut waktu (periode atau zaman), maupun menurut hubungan kausal (sebab-akibat). Dapat pula dibatasi menurut pembagian bidang kehidupan manusia, mulai masalah politik, ekonomi, sosial, agama, kebudayaan, ilmu pengetahuan, hingga masalah kesenian. Ada pula yang membatasi topik melalui penetapan objek material dan objek formal. C. Perumusan Masalah

Setelah pokok masalah dipilih dan ditentukan, seorang peneliti merumuskan masalah tersebut dalam pernyataan deskriptif atau dalam bentuk kalimat tanya. Perumusan semacam ini diperlukan, oleh karena sebuah topik kadang kala dapat dijadikan dua, tiga atau empat tulisan berbeda. Masing-masing tulisan dengan topik yang sama itu dapat memiliki pokok pikiran yang berbeda. Misalnya, topik lembaga sosial keagamaan.

Peneliti pertama, misalnya, dengan menggunakan teori fungsionalisme-struktural, meneliti lembaga sosial keagamaan yang di dalamnya terdapat figur sentral yang dominan sehingga lembaga ini tidak berjalan sesuai kerangka teori.

Peneliti kedua menggunakan teori konflik dan melihat dominasi figur melahirkan konflik dalam fungsi maupun konflik struktural. Nilai-nilai keagamaan yang diwarisi dan diakui serta dimiliki oleh setiap anggota dalam lembaga tersebut ternyata tidak efektif pada dataran praktis.

Peneliti ketiga menggunakan landasan teori kritik ideologi yang melihat dominasi tertentu melahirkan sensor terhadap orang lain atau pencekalan terhadap pihak-pihak

Page 9: Pedoman Skripsi Ushuluddin

9

tertentu yang tidak mendukung; lahirnya kubu-kubu dan persaingan tidak sehat bahkan terjadi penyimpangan komunikasi medium bahasa.

Peneliti keempat menggunakan kerangka teori teologis. Keyakinan bahwa Tuhan senantiasa mengawasi gerak hati manusia akan menciptakan sistem kontrol dalam diri manusia berfungsi secara baik. Dengan sistem kontrol yang fungsional ini niscaya akan menjadikan manusia senantiasa terjaga dari kecenderungan berperilaku buruk, perilaku yang dalam syariat Islam dikategorikan sebagai perbuatan dosa. Pertanyaan yang muncul, apakah keyakinan secara ideal ini menjamin secara aktual objektif menciptakan sebuah lembaga keagamaan yang ideal. Ini berarti, sebuah lembaga yang didirikan atas dasar agama Islam, misalnya, terjamin tidak terjadi penyimpangan, berjalan harmonis, stabil, tidak ada perbedaan apalagi konflik. Jika ternyata kondisi ideal tidak terjadi, peneliti akan mencari faktor-faktor penyebab tidak idealnya lembaga keagamaan tersebut.

Misalkan rumusan dalam bentuk pernyataan, “Determinisme-kultural dalam sistem perubahan sosial di Desa Tanggulangin”. Rumusan juga dapat disusun dalam bentuk pertanyaan, “Apakah ada determinisme-kultural yang mempengaruhi perubahan sosio kultural di Desa Tanggulangin?”.

Contoh lagi, “Doktrin materialisme historis Karl Marx tidak bisa menjawab dimensi eksistensi manusia”, atau dalam kalimat tanya, “Apakah doktrin Karl Marx tentang materialisme historis menjawab peroalan eksistensi manusia secara tuntas?”.

Contoh lagi, “Unsur-unsur peripatetik dalam penafsiran Sayed Husain al-Tabatabai terhadap ayat Al Quran …”, atau, “Adakah unsur peripatetik dalam penafsiran al-Tabatabai?”.

Contoh lagi, “Tesa Schoun atau Howards tentang pluralisme agama mengandung proposisi-proposisi yang terbuka untuk kriktik”, atau, “Bagaimanakah konsep pluralisme Schoun dan bisakah dilakukan kritik atasnya?”.

D. Penerapan Metodologi Penelitian 1. Penentuan Pendekatan

Ada banyak pendekatan penelitian yang dapat dipergunakan. Meski fokus atau masalah yang dipilih sama, namun dengan pendekatan yang berbeda akan menghasilkan penelitian berbeda pula. Pendekatan yang dimaksud di sini adalah madzhab epistemologi yang dipilih untuk dioperasionalkan dalam penelitian.

Secara garis besar, penelitian non-empirik bisa menggunakan pendekatan historis-spekulatif, hermeneutik, dan filsafat analitik. Sedangkan penelitian empirik menggunakan pendekatan positivisme, filsafat analitik, dan hermeneutik (hermeneutik fenomenologi, hermeneutik kritik, dan hermeneutik tradisional).

2. Metode Penelitian

Pada garis besarnya, metode penelitian dibagi menjadi dua, yakni metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Penelitian empirik-lapangan baik kualitatif maupun kuantitatif menerapkan metode pengumpulan data dengan cara berbeda dari penelitian literer. 1) Metode pengumpulan data

Untuk jenis penelitian empirik-lapangan, pengumpulan data dilakukan dengan metode (1) observasi (partisipan non-partisipan), (2) wawancara atau interview, (3) penyebaran daftar pertanyaan atau angket, dan atau (4) dokumentasi. Lainnya, penelitian empirik menggunakan pupolasi dan sample.

Penelitian non-empirik menggunakan metode telaah pustaka. Setelah data terkumpul, diadakan seleksi dengan kriteria relevansi data dengan tema yang dibahas.

Seleksi data sebenarnya bisa untuk penelitian empirik ataupun non-empirik. Seorang peneliti harus secara cermat melakukan seleksi terhadap data yang akan dikumpulkan maupun yang sudah terkumpul dengan mempertanyakan tingkat relevansi data dengan

Page 10: Pedoman Skripsi Ushuluddin

10

tema yang dibahas. Jika data itu memang tidak memiliki relevansi sama sekali, maka data itu tidak perlu diambil, demikian sebaliknya.

2) Metode analisis data Analisis berarti menjelaskan. Analisis data berarti menjelaskan data-data yang

diperoleh lewat penelitian, baik data berupa fakta atau bukti fisik maupun data yang berupa persepsi masyarakat, persepsi kelompok lain atau pihak lain, persepsi tokoh dan lain-lain. Data fisik misalnya bangunan, peninggalan sejarah, atau konstruksi sebuah bangunan. Data yang berupa persepsi masyarakat, persepsi kelompok tertentu, tokoh formal atau informal dalam masyarakat beragama berbeda-beda dan atau bahkan terjadi perbedaan yang tajam antara satu pihak dengan pihak lain.

Analisis berarti menjelaskan, yakni: a. To explain is to remove perplexity (ambigiu, samar-samar, membingungkan. b. To explain is to change the unknown to the known. c. To explain is to give etc causes.

Data fisik, misalnya berupa bangunan masjid. Seorang peneliti berkesempatan membuat analisis tentang bangunan masjid dengan menjelaskan beaya, tenaga pekerja, penggerak, konsep-konsep atau ide-ide dibangunnya masjid, hambatan-hambatan proses pembangunan, tokoh-tokoh yang bermusyawarah dan seterusnya. Dengan analisis, data fisik tidak merupakan data mati, tetapi menjadi sesuatu yang hidup dan mempunyai makna dan peran bagi kelompok masyarakat beragama.

Persepsi masyarakat bisa berbeda-beda dalam merespon suatu tema atau kondisi, baik kondisi politik, pemilihan kepala pemerintahan, pemilihan anggota dewan, kondisi ekonomi, kondisi kehidupan beragama, kondisi anak muda maupun kondisi pembangunan dan lainnya. Demikian pula, persepsi tersebut bisa emosional atau rasional, cenderung ke pihak satu dengan mengabaikan yang lainnya, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, motivasi-motivasi, interes-interes dan lain-lain.

Tidak jarang peneliti juga mengambil data dari buku atau kitab yang mengungkapkan konsep pemikiran seseorang apakah ulama, sarjana ataukah filosuf. Pemikiran seseorang diambil oleh peneliti juga sering masih membutuhkan analisis guna memperjelas dan mempertegas kandungan yang ada dalam konsep itu. Misalnya, peneliti mengambil pikiran Russell bahwa abad modern dicirikan dengan menguatnya ilmu (sciences). Peneliti harus menganalisis tentang apa yang dimaksud dengan modern, abad modern itu pada tahun berapa, dan seterusnya.

Analisis bisa beragam; analisis asal usul konsep, analisis makna bahasa, analisis perubahan-perubahan makna, analisis simbolis, analisis isi (content analysis), analisis faktor, analisis fungsi dan struktur, analisis peran atau status, analisis kritik dan lain-lain.

Page 11: Pedoman Skripsi Ushuluddin

11

TEKNIK PENGETIKAN

A. Format Pengetikan Skripsi 1. Standar Teknis 1) Skripsi diketik di atas kertas kuarto putih 70 gram berukuran 21,5 x 28 cm pada satu

muka, dengan batas margin kiri dan atas empat sentimeter (4 cm), margin kanan dan bawah tiga cm (3 Cm). Jumlah halaman skripsi minimal 60 dan terhitung dari nomor halaman satu pada Bab Pendahuluan sampai dengan nomor halaman terakhir dalam daftar pustaka.

2) Pengetikan skripsi dalam format spasi ganda. Sedang unsur kutipan langsung yang terdiri atas lebih dari tiga baris, catatan kaki, daftar pustaka, teks dalam tabel, dan abstrak diketik satu spasi.

3) Pengetikan dengan komputer menggunakan huruf Times New Roman ukuran 14 untuk judul skripsi dan judul bab, ukuran 12 untuk subbab dan tubuh karangan, serta ukuran 10 untuk kutipan langsung lebih tiga baris dan catatan kaki serta isian tabel.

4) Pengetikan paragraf dan subjudul hendaknya tidak dimulai atau ditempatkan pada bagian akhir halaman yang hanya memuat kurang dari tiga baris. Bagian paragraf yang kurang dari tiga baris ditempatkan pada halaman berikutnya.

5) Jarak judul bab dengan awal teks empat spasi. Jarak tiga spasi digunakan untuk memisahkan akhir teks dengan subbab baru, serta teks sebelum dan sesudah tabel.

6) Jarak satu spasi selalu diberikan di belakang tanda titik, titik dua, titik koma, koma, dan tanda tanya. Setelah tanda tanya tidak diperlukan tanda baca titik.

7) Kutipan ayat Al Quran dan Hadis serta lafal Arab lainnya, ditulis lengkap dengan huruf naskh beserta harakatnya tanpa digarisbawahi. Kutipan itu ditulis dengan jarak dua spasi dari teks yang mendahului dan teks terjemahan yang mengikutinya. Sementara itu, teks terjemahan ayat-ayat Al Quran dan Hadis sebagai kutipan langsung dipisahkan dalam jarak dua spasi dari kutipan ayat sebelumnya.

8) Istilah yang belum lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, termasuk transliterasi dari kata Arab dan istilah asing dicetak miring (Italic) atau digarisbawahi perkata.

2. Penomoran 1) Nomor-nomor halaman pada bagian awal skripsi menggunakan angka Romawi kecil

ditempatkan pada posisi tengah bawah. 2) Nomor-nomor halaman berupa angka Arab ditempatkan pada posisi kanan atas, dengan

jarak tiga cm dari atas dan dua cm dari teks. Khusus nomor halaman pada awal bab, ditempatkan pada posisi tengah bawah.

3) Nomor halaman pertama berupa angka Arab satu (1) dimulai pada Bab Pendahuluan. Nomor-nomor halaman setelah daftar pustaka tetap dicantumkan di sudut kanan atas berupa angka Arab. Jadi, nomor halaman lampiran tetap merupakan kelanjutan nomor halaman sebelumnya.

4) Nomor halaman Bab diletakkan pada posisi tengah bawah diketik dengan jarak dua cm dari bawah dan satu cm dari teks akhir halaman.

5) Lambang huruf Yunani, matematika, statistik, atau lambang tertentu yang tidak dapat ditulis menggunakan komputer dapat ditulis menggunakan alat tulis tangan dengan tinta warna hitam.

3. Pengetikan marginasi kanan Pengetikan hendaknya tidak mengutamakan bentuk lurus pada margin kanan hingga

mengorbankan konsistensi jarak atau spasi antarkata dalam kalimat. Rata kanan dapat dibentuk dengan cara melakukan pemenggalan suku kata secara cermat tanpa mengurangi kelaziman jarak spasi antarkata.

Page 12: Pedoman Skripsi Ushuluddin

12

3. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan 1) Mengosongkan bidang ketikan, kecuali halaman akhir bab. 2) Memotong tabel menjadi dua bagian bila tabel dapat disatukan dalam satu halaman. 3) Menempatkan subjudul dan kepala tabel pada akhir halaman. 4) Menambah spasi antarkata untuk meratakan margin kanan. 5) Memenggal kata transliterasi, misalnya kata shadiqul tidak dipenggal menjadi sha -

diqul. 6) Menyertakan tanda tertentu pada setiap akhir bab, dan menggunakan tanda-tanda tertentu

(penghubung: -- ; victory= V, bulatan= o dll) untuk menandai suatu rincian.

4. Penjilidan 1) Skripsi dijilid menggunakan karton tebal, warna sampul sesuai dengan warna dasar

lambang fakultas (Ushuluddin= biru tua) 2) Untuk memudahkan pelacakan identitas suatu skripsi, pada punggung skripsi

dicantumkan nama mahasiswa dan judul skripsi. 3) Skripsi digandakan minimal 4 (empat) eksemplar, dan satu eksemplar untuk mahasiswa

yang bersangkutan. 4) Pita penyekat yang digunakan untuk menandai halaman tertentu dapat disertakan sesuai

dengan warna sampul skripsi. Akan tetapi, kertas kosong sebagai penyekat antarbab tidak boleh disertakan.

B. Struktur dan Penomoran Bab dan Subbab.

Penulisan bab, subbab dan sub-subbab diatur sebagai berikut : 1. Kata “bab” diikuti angka Romawi sesuai dengan urutan serta judul bab ditulis dengan

huruf kapital pada bagian tengah atas tanpa tanda titik dan garis bawah. Penulisan nomor bab dan judul bab dapat dilakukan penebalan huruf (Bold).

2. Nomor Subbab menggunakan huruf kapital, misalnya A, B, C dan seterusnya diakhiri tanda titik, dilanjutkan dengan judul subbab, tanpa diakhiri tanda titik. Penulisan judul sub-bab diawali huruf kapital pada semua kata konseptual (kata tugas menggunakan huruf kecil), dapat dilakukan penebalan huruf (Bold), tanpa diakhiri tanda titik.

3. Nomor sub-subbab ditandai dengan angka Arab, misalnya: 1, 2, 3 dan seterusnya diakhiri tanda titik, dilanjutkan judul sub-subbab, diakhiri tanda titik. Penulisan judul sub-subbab diawali huruf kapital pada kata pertama, dapat dilakukan dengan huruf miring (Italic), tanpa diakhiri tanda titik.

4. Bila masih terdapat Sub-subbab lagi ditandai dengan huruf kecil, misalnya: a, b, c dan seterusnya diakhiri tanda titik. Penulisan judul dengan huruf miring diakhiri tanda titik. Jika masih ada sub-subbab lagi maka digunakan angka Arab yang diakhiri kurung tutup. Semua kata dalam subbab mulai nomor 2 di atas sampai dengan 5 diawali dengan huruf kapital. Sedangkan “garis bawah” diletakkan pada tiap kata (subbab/sub-subbab).

Perhatikan contoh pada halaman 25.

C. Kutipan Kutipan adalah penggunaan sumber dalam suatu tulisan, terdiri atas kutipan langsung

dan kutipan tidak langsung. Sedangkan kutipan tidak langsung atau disebut parafrase adalah kutipan yang berupa isi pokok pikiran dari sumber rujukan yang ditulis dengan bahasa pengutip.

Page 13: Pedoman Skripsi Ushuluddin

13

1. Kutipan Langsung Kutipan langsung berupa teks asli dari sumber rujukan tanpa ada perubahan. Untuk

memastikan keakuratan terjemahan dengan teks asli, kutipan langsung dari sumber rujukan yang tidak berbahasa Indonesia perlu ditulis teks aslinya, misalnya: teks Al Quran, Hadis, atau teks dokumentatif.

Contoh Penomoran Subbab:

BAB III

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI

A. Sikap Budaya dan Psikologis xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

1. Warisan leluhur xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

a. Budaya malu. xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

xx 1) Sumber agama.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

2) Sumber adat.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx a) Unsur-unsur adat

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxx (1) Tingkah laku manusia

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxx (a) Tingkah laku terpuji

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxx

Berdasarkan sumbernya, kutipan langsung yang terdiri atas satu sampai dengan tiga

baris ditulis dengan cara : 1. Diapit tanda petik ganda, 2. Jarak antarbaris dua spasi, dan 3. Disatupadukan dalam teks.

Contoh : Menurut Koentjaraningrat, “Nilai gotong royong sering menghambat karena

menimbulkan gagasan bahwa kemajuan suatu komunitas juga harus dinikmati bersama dan merata”. Sedangkan kutipan langsung yang lebih dari tiga baris ditulis dengan cara:

1. Tidak diapit dengan tanda petik ganda, 2. Jarak baris satu spasi.

Page 14: Pedoman Skripsi Ushuluddin

14

3. Disajikan terpisah dari teks yang mendahului dengan jarak dua spasi dengan ukuran huruf 10.

4. Dimulai pada ketukan ketujuh terhitung dari tepi teks kutipan. Contoh : Dalam penulisan karya ilmiah di perguruan tinggi, Sudjana berpendapat bahwa: Banyak ragam cara dan notasi menulis karya ilmiah, bahkan telah ada yang dibakukan di

perguruan tinggi. Dengan adanya pembakuan tersebut, baik mahasiswa maupun para pembimbing sama-sama mempunyai wawasan dan kesatuan bahasa mengenai tata cara, teknik penulisan, maupun kerangka isi tulisannya.

2. Kutipan tidak langsung Kutipan tidak langsung atau disebut parafrase adalah kutipan yang berupa isi pokok

pikiran dari sumber rujukan yang ditulis dengan bahasa pengutip. Jika sumber kutipan ditulis dalam bahasa asing (Arab, Inggris, atau bahasa asing yang lain) kutipan tidak langsung dapat ditulis dengan bahasa Indonesia. Kutipan semacam ini ditulis dengan cara : 1. Diintegrasikan dalam teks tanpa diapit tanda petik. 2. Jarak spasi ganda sehingga tampak seolah-olah bukan kutipan.

Contoh : Berbahasa dan bernalar merupakan dua aktivitas yang tidak dapat dipisahkan. Berkenaan dengan itu, ketika seseorang berbahasa, ia sesungguhnya sedang mengaktualisasikan hasil proses bernalar. Oleh karena itu, ketidakjelasan pesan yang disampaikan seseorang melalui bahasa dapat disebabkan oleh ketidakteraturan proses penalaran.1 Dengan demikian, pemberdayaan potensi dasar seseorang perlu diarahkan kepada …

Dalam bentuk-bentuk kutipan itu, pada akhir kutipan ditandai dengan angka Arab

sebagai nomor kutipan yang diketik naik setengah spasi dan tanpa diakhiri dengan tanda titik atau kurung tutup. C. Catatan Kaki

Catatan kaki merupakan cara menandai identitas sumber rujukan, sekaligus merupakan salah satu bukti bahwa penulis benar-benar memiliki sifat amanah. Bentuk penandaan ini digunakan agar pembaca dapat mengetahui identitas sumber rujukan secara langsung pada halaman tempat kutipan berada.

Prinsip-prinsip penulisan catatan kaki sebagai berikut: 1. Dipisahkan dari teks sebelumnya dengan jarak dua spasi dengan menggunakan garis

sepanjang 15 spasi dari margin kiri. 2. Antar catatan kaki dalam suatu halaman, serta antara catatan kaki pertama dengan garis

pemisah berjarak satu spasi. 3. Penomoran dengan angka Arab, dimulai dari margin kiri pada ketukan ketujuh (tujuh

karakter). Bagian selanjutnya ditulis sejajar dengan margin kiri. 4. Penomoran catatan kaki dimulai dan diurutkan perbab. Artinya, setiap berganti bab,

catatan kaki selalu dimulai dengan nomor satu. 5. Penempatan catatan kaki tidak boleh melampaui margin bawah. Jadi, tulisan catatan kaki

paling akhir pada suatu halaman berjarak tiga sentimeter (3 cm) dari sisi kertas terbawah. 6. Nama pengarang ditulis sesuai dengan aslinya (tidak mendahulukan nama belakang).

Segenap gelar akademik yang berada di depan dan/atau belakang nama seseorang tidak dicantumkan dalam catatan kaki. Perhatikan contoh berikut ini :

3M.Quraish Shihab, Wawasan Al Quran (Bandung: Mizan, 1998), 97. 4Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna,1999),

142.

Page 15: Pedoman Skripsi Ushuluddin

15

Pengarang pada catatan kaki nomor 3 tersebut sebenarnya memiliki gelar

Prof.Dr.H.M.Quraish Shihab, MA. Akan tetapi, gelar nama pengarang itu tidak boleh dicantumkan pada catat-an kaki.

Penataan unsur-unsur catatan kaki dalam naskah dipengaruhi oleh sumber pustaka

yang dijadikan bahan rujukan serta frekuensi penggunaannya. Dalam panduan ini dicantumkan 18 pola penataan unsur catatan kaki sebagai berikut :

1. Catatan kaki dengan sumber buku teks yang pertama digunakan (nomor 1) ditata dalam

urutan: nama penulis (ditulis sesuai aslinya tanpa mendahulukan nama akhir), tanda koma, judul buku (ditulis dalam cetakan miring -- Italic atau digarisbawahi perkata apabila menggunakan ketik manual), kurung buka, tempat-kota terbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, kurung tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik.

Contoh: 3Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the

Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada Press, 1983), 45.

2. Jika kutipan kedua langsung mengikuti kutipan pertama, unsur catatan kaki yang ditulis

berupa kata Ibid (singkatan dari ibidem) dalam bentuk cetakan miring (Italic) atau digarisbawah, tanda titik, tanda koma, langsung nomor halaman sumber kutipan bila kutipan kedua berbeda dengan nomor halaman kutipan pertama. Perhatikan contoh berikut ini.

4Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the

Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada Press, 1983), 45.

5Ibid., 32. 6Ibid.

3. Jika kutipan sudah diseling sumber lain, unsur catatan kaki yang dicantumkan adalah

nama akhir penulis, tanda koma, kata awal judul buku, tanda titik tiga, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik. Perhatikan Contoh berikut:

7Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah-Skripsi-Tesis-Desertasi (Bandung: Sinar Baru, 1991), 105. 8Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over Bayan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town (Yogyakarta: Gajahmada Press, 1983), 45.

9Sudjana, Tuntunan Penyusunan …, 106.

4. Jika seorang pengarang memiliki dua karya tulis atau lebih dan disebutkan untuk pertama kali secara berurutan dalam nomor catatan kaki, nama penulis urutan kedua diganti dengan kata idem. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kata idem dengan kata atau angka yang mengakhiri catatan kaki sebelumnya. Perhatikan contoh berikut ini :

10Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 12; Idem,

Rahasia-rahasia Shalat (Bandung: Karisma, 1984), 89.

5. Jika sebuah sumber kutipan berasal dari buku yang ditulis oleh pengarang Arab Klasik dan Pertengahan dan pengarang tersebut dikenal pembaca melalui satu nama, meskipun

Page 16: Pedoman Skripsi Ushuluddin

16

sebenarnya memiliki nama-nama lebih dari satu maka unsur nama dalam catatan kaki yang ditulis berupa nama yang terkenal saja. Perhatikan contoh berikut ini :

11al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din (Damaskus: Dar al-Fikr, 1980), 98.

6. Berbeda dengan itu, jika secara kebetulan nama pengarang yang satu sama dengan nama

pengarang lain yang buku atau artikelnya digunakan sebagai sumber kutipan, nama diri (given name) perlu disebutkan dalam catatan kaki. Perhatikan contoh berikut ini:

12Abu Hamid al-Ghazali, Al-Mustashfa min ‘Ilm al-Usul, vol. 2 (Kairo: Matba’at

Bulaq, 1976), 89. 13Muhammad al-Ghazali, Al-Sunnah al-Nabawaiyah Bayna Ahl al-Fiqh wa Ahl al-

Hadith (Kairo: Dar al-Shuruq, 1990), 78.

7. Jika sumber kutipan berasal dari Al Quran, unsur catatan kaki yang ditulis berupa kata Al Quran tanpa dicetak miring atau garis bawah, tanda koma, nomor surat, titik dua, nomor ayat, dan tanda titik (nomor surat dan nomor ayat menggunakan angka Arab, bukan angka Romawi). Jika dalam satu nomor catatan kaki terdapat dua atau lebih kutipan Al Quran, unsur catatan kaki yang ditulis sama dengan kutipan pertama tanpa menyebutkan kata Al Quran lagi. Di antara kedua catatan kaki itu dicantumkan tanda titik koma sebagai pemisah. Catatan kaki untuk kutipan selanjutnya ditulis kata ibid, tanda titik, tanda koma, nomor surat, tanda titik dua, nomor ayat, dan tanda titik. Jika sudah diseling sumber lain, kata “Al Quran” ditulis kembali seperti di awal. Perhatikan contoh berikut ini :

14Al Quran, 2:34; 12:4. 15Ibid., 5: 14. 16Sudjana, Tuntunan Penyusunan …, 106. 17Al Quran, 12:13.

8. Kutipan Hadis Nabi harus diambil dari sumber aslinya, misalnya Shahih Bukhari, Muslim, atau kitab-kitab lainnya.

9. Kutipan atas kutipan, catatan kaki ditulis sumber pertama dan sumber kedua yang dipisahkan tanda titik-koma. Misalnya, mengutip karya al-Nawawi (sumber pertama) melalui atau bersumber buku Muhammad Kabul (sumber kedua).

18al-Nawawi, al-Majmu’, Sharh al-Muhadhadhab, vol. 5 (t.t.: al-Maktabah al-Salafiyah, 1950), 34; Muhammad Kabul, Riwayat Kesabaran Sahabat (Surabaya: Bina Ilmu, 1985), 16.

10. Jika sebuah sumber kutipan dari buku terjemahan dari bahasa asing, penulisan unsur catatan kaki sesuai dengan teknik penulisan catatan kaki sebagaimana umumnya, namun judul buku ditulis sesuai hasil terjemahannya, bukan judul aslinya. Setelah itu, tanda koma, kata “ter” (singkatan terjemahan) yang diakhir tanda titik dan diikuti nama penerjemahnya dalam urutan nama asli. Perhatikan contoh berikut ini:

19C. Snouk Hurgronje, Islam di Hindia Belanda, ter. Siswanto Gunawan (Jakarta:

Bhatara Aksara, 1983), 45.

11. Jika kutipan berasal dari artikel dalam sebuah buku, unsur catatan kaki yang ditulis berupa nama pengarang sesuai dengan urutan aslinya, tanda koma, tanda kutip buka, judul artikel tanpa cetakan miring dan garis bawah, tanda kutip tutup, tanda koma, judul buku yang ditulis miring atau digarisbawahi perkata, tanda koma, kata “ed” yang berati ‘editor’, nama editor dalam urutan sesuai dengan aslinya, tanda kurung buka, tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, tanda kurung tutup,

Page 17: Pedoman Skripsi Ushuluddin

17

tanda koma, nomor halaman tanpa didahului halaman, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini:

20Abdus Subhan, “Social and Religious Reform Movements in the 19th Century Among the Muslims”, dalam Social and Religious Movement, ed. S.P. Sen (Calcutta: Institut of Historical Studies, 1979), 485.

12. Jika kutipan dari artikel sebuah jurnal, unsur catatan kaki yang dicantumkan berupa nama pengarang sesuai dengan susunan aslinya, tanda koma, tanda kutip buka, judul artikel tanpa cetakan miring dan tanpa garis bawah, tanda kutip tutup, tanda koma, nama jurnal yang dicetak miring atau digaris bawahi, tanda koma, nomor jurnal dalam bentuk angka Arab, kurung buka, bulan, dan tahun penerbitan, kurung tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini :

21George Maksidi, “The Hanbali School and Sufism”, Humaniora Islamica, 2

(Januari, 1974 ), 61.

13. Jika sumber kutipan dari Encyclopaedia, unsur catatan kaki berupa nama penulis Entry, tanda koma, tanda kutip buka, judul Entry, tanda kutip tutup, tanda koma, nama Ency-clopaedia, vol. ‘volume’, tanda titik, ed. ‘editor’, tanda koma, et. al. (jika diperlukan), kurung buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun penerbitan, tanda kurung tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini :

21A.J. Wensink, “Kufr,” The Encyclopaedia of Islam, vol. 7, ed. M. Th. Houtsma, et.

al. (Leiden: E.J. Brill, 1987), 234.

14. Jika sebuah buku ditulis, diedit atau diterjemahkan oleh dua orang, maka dua nama tersebut harus disebutkan. Akan tetapi, jika penerjemah terdiri atas lebih dari tiga orang, maka nama yang disebutkan adalah pengarang pertama yang diikuti dengan et. al., pengganti nama-nama lain yang tidak disebutkan.

22Fazlur Rahman, “Revival and Reform in Islam,” dalam The Cambridge History of

Islam, vol 2, ed. P.M. Holt et. al. (Cambridge :University Press, 1970), 632-638.

15. Kutipan yang diambil dari skripsi, tesis, dan disertasi yang tidak diterbitkan, unsur catatan kaki yang ditulis berupa nama penulis dalam bentuk urutan asli, tanda koma, tanda kutip buka, judul skripsi, tesis, atau disertasi tanpa dicetak miring dan tanpa garis bawah, tanda kutip tutup, tanda koma, tanda kurung buka, kata Skripsi, Tesis, atau Disertasi, tanda koma, nama perguruan tinggi, tempat perguruan tinggi, tahun penulisan skripsi, tesis, atau disertasi, tanda kurung tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini :

22Nurcholish Madjid, “Ibn Taymyya on Kalam and Falsafa: A Problem of Reason

and Revelation in Islam,” (Disertasi, Chicago University, 1984), 45.

16. Jika unsur identitas-tempat, nama, tahun penerbitan—tidak ada dalam sebuah buku atau jurnal, maka harus dicantumkan tanda t.t. (tanpa tempat [penerbit]), t.p. (tanpa [nama] penerbit), atau t.t. (tanpa tahun [penerbitan]). Tanda tanya (?) juga dapat dicantumkan bila ada unsur identitas yang diragukan. Perhatikan contoh berikut ini :

23al-Nawawi, al-Majmu’, Syarh al-Muhadhadhab, vol. 5 (t.t.: al-Maktabah al-

Salafiyah, 1950), 34. 24H,A.R. Gibb, Modern Trends in Islam (Chicago: t.p., 1947), 67.

Page 18: Pedoman Skripsi Ushuluddin

18

25S.D. Gtein, Studies in Islamic History and Institutions (Leiden: E.J. Brill, t.t), 34. 26Abd Chalik, Dinamika Islam (Surabaya: ?, 2001), ?

17. Sebagai catatan, cara penulisan sumber Arab dengan sumber non-Arab sedikit berbeda.

Dalam penulisan identitas sumber, misalnya, eksistensi transliterasi Arab-Indonesia harus diterapkan secara tepat sesuai dengan aslinya. Akan tetapi, nama tempat penerbitan disesuaikan dengan nama Indonesia. Khusus buku-buku Arab terbitan lama yang tidak disebutkan nama kota, nama tempat terbit diganti nama negara. Perhatikan contoh berikut ini :

27Ibn Shalah, Fata<wa< wa Masa<’il Ibn Shala<h fi al-Tafsi<r wa al-Hadi<ts wa Ushul al-Fiqh, vol 1 (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1986), 57.

18. Catatan kaki yang berasal dari sumber wawancara, cara menulis adalah nama orang yang diwawancarai, koma, kedudukan/ statusnya, koma, kata “Wawancara” dicetak miring, koma, tempat wawancara, koma, tanggal bulan tahun, titik. Contoh: 28Abdul Karim, Kepala Desa Sumberejo, Wawancara, Sumberejo, 25 Februari 2003.

Perhatikan: 1. Singkatan hal, p, atau hlm yang berarti ‘halaman’ tidak boleh ditempatkan di depan

nomor halaman sumber kutipan. 2. Nomor catatan kaki tidak diakhiri tanda titik. 3. Antara nomor catatan kaki dengan huruf pertama nama pengarang sumber rujukan tidak

berspasi. D. Daftar Pustaka

Daftar Pustaka dicantumkan sebagai sumber referensi agar pembaca dapat mengetahui keseluruhan sumber rujukan yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Dengan cara itu, pembaca yang ingin menyelidiki dan/atau mengidentifikasi sumber rujukan aslinya dapat mepergunakan daftar pustaka sebagai referensi langsung. Itulah sebabnya, sumber referensi yang tidak dikutip dalam karangan tidak boleh dicantumkan dalam daftar pustaka.

Penulisan daftar pustaka dimulai dari margin kiri, tidak diberi nomor urut. Bila satu sumber pustaka memerlukan dua-tiga baris, maka baris kedua dan seterusnya dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri. Nama penulis disusun berurutan menurut abjad, gelar akademik seseorang tidak boleh dicantumkan. Masing-masing sumber pustaka ditulis dalam satu spasi, sedang antar sumber pustaka ditulis dalam jarak dua spasi. Sesuai dengan variasi konvensi penulisan notasi ilmiah, penulisan daftar pustaka lebih didasarkan pada jenis sumber sebagai bahan rujukan.

Dalam panduan ini dipergunakan sepuluh contoh sumber rujukan. (1) Rujukan dari buku, dalam daftar pustaka dicantumkan nama pengarang dengan

mendahulukan nama akhir, tanda koma, nama depan dan tengah yang diakhiri tanda titik, tahun penerbitan, tanda titik, judul buku termasuk subjudul (jika ada) yang dicetak miring atau digarisbawahi perkata, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, tanda titik. Namun jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber diterbitkan oleh orang-orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama, tahun penerbitan diikuti huruf a, b, c, dan seterusnya. Identitas tahun itu diakhiri tanda titik dan ditata sesuai dengan urutan abjad nama pengarang buku. Lihat contoh berikut ini :

Page 19: Pedoman Skripsi Ushuluddin

19

Cornet, L. and Weeks, K. 1985a. Planning Career Ladders: Lessons froms the States, Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. and Weelks, K. 1985b. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues-

1985, Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse. Huda, Syamsul. 2002. Kultus Kiai: Kultur dan Tradisi Santri, Surabaya: Elkaf . Strunk, W., Jr. and White, E.B. 1979. The Elements of Style (3rd-ed.), New York:

Macmilan.

(2) Sejenis dengan cara menulis rujukan dari sumber buku tersebut, bentuk “ed” untuk buku yang ditulis seorang editor dan “eds” untuk buku yang ditulis beberapa editor ditempatkan di antara nama dan tahun penerbitan. Perhatikan contoh berikut ini: Amiruddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan

Sastra, Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3. Letheridge, S. and Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Billingual Education: Teaching as a

Second Language, New York: Praeger.

(3) Kutipan dari artikel dalam jurnal, dalam daftar pustaka ditulis nama pengarang, tahun penerbitan, tanda titik, judul artikel tanpa cetak miring dan garis bawah per kata, nama jurnal yang ditulis huruf awal huruf kapital, kecuali kata tugas, digaris-bawahi, tanda koma, jurnal tahun ke berapa, dan nomor jurnal yang ditempatkan dalam kurung, titik dua, dan nomor halaman jurnal. Perhatikan contoh berikut : Loekisno. 2001. Teodisme Islami, al-Afkar, 1 (1): 33—47.

(4) Kutipan dari artikel dalam majalah atau koran, dalam daftar pustaka dicantumkan nama pengarang dengan mendahulukan nama akhir, tanda koma, nama depan, dan tengah, tanda titik, tanggal bulan tahun terbit yang diakhir tanda titk, judul artikel tanpa dicetak miring atau garis bawah per kata, nama majalah atau koran yang digarisbawahi, tanda koma, nomor halaman. Contoh : Suryadarma, S:V.C. 1990. Prosesor dan Interfase: Komunikasi Data. Info Komputer, IV

(4): 46-48. Huda, M. 1991. 13 November 2001. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering, Jawa

Pos, hlm. 6.

(5) Sumber rujukan berupa koran tanpa pengarang, dalam daftar pustaka ditulis nama koran tanpa digarisbawahi atau cetak miring, tahun penerbitan, tanda koma, tanggal dan bulan penerbitan koran, tanda titik, judul karangan dalam koran yang ditulis dengan huruf awal kapital, kecuali kata tugas dan digarisbawahi, tanda titik, kata halaman yang disingkat hlm, tanda titik, nomor halaman, dan tanda titik. Contoh : Jawa Pos. 1985, 22 April. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

(6) Sumber rujukan dari dokumen resmi pemerintah yang diterbit-kan oleh suatu penerbit tanpa pengarang, atau tanpa nama lembaga, dalam daftar pustaka dicantumkan nama dokumen yang ditempatkan pada bagian awal, digarisbawahi, dan diakhiri tanda titik,

Page 20: Pedoman Skripsi Ushuluddin

20

tahun terbit, tanda titik, tempat terbit, tanda titik dua, dan nama penerbit, dan tanda titik. Contoh : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

(7) Sumber rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut, dalam daftar pustaka dicantumkan nama lembaga tanpa garis bawah per kata dan cetakan miring, tanda titik, tahun terbit, tanda titik, judul karangan digarisbawahi per kata, tanda titik, tempat, penerbitan sumber rujukan, tanda titi dua, nama lembaga tertinggi penerbitan sumber rujukan tersebut. Contoh : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan

Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(8) Sumber rujukan dari buku terjemahan, dalam daftar pustaka ditulis nama pengarang asli yang ditempatkan pada posisi paling depan, tanda titik, tahun penerbitan karya asli, tanda titik, judul terjemahan, tanda titik, nama penerjemah, tanda titik, tahun penerjemahan, tanda titik, nama tempat penerbitan, tanda titik dua, nama penerbit terjemahan, tanda titik. Contoh :

Ary, D. Jacobs, L.C. dan Razavieh, A (.tt). Pengantar Penelitian Pendidikan. Ter. Arief

Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

(9) Sumber rujukan dari makalah seminar, penataran, atau lokakarya, dalam daftar pustaka dicantumkan nama pengarang, tanda titik, dilanjutkan dengan tahun penyajian (bila ada), tanda titik, judul makalah digarisbawahi, tanda titik, kata-kata Makalah disajikan dalam…, diikuti nama pertemuan, tanda koma, nama kota tempat pertemuan, tanda koma, tanggal dan nama bulan pelaksanaan seminar. Perhatikan contoh berikut : Karim, Z. 1987. Tatakota di Negara-negara Berkembang, Makalah disajikan dalam

Seminar Tatakota, BAPPEDA Jawa Timur, Surabaya, 1-2 September.

(10) Sumber rujukan dari skripsi, tesis, dan disertasi, dalam daftar pustaka dicantumkan nama penulis, tanda titik, tahun yang tercantum pada sampul depan, tanda titik, judul, skripsi, tesis, atau disertasi, tanda titik, kata skripsi, atau disertasi yang diikuti kata tidak diterbitkan, tanda koma, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, serta nama perguruan tinggi, dan tanda titik. Perhatikan contoh berikut ini : Simuh. 1983. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsito: Studi terhadap

Serat Hidayat Jati. Disertasi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga.

Catatan: Sesuai dengan karakteristik nama seseorang, penulisan daftar pustaka harus

memperhatikan: a. Nama utama ditentukan pada nama akhir seseorang, misalnya, Waluyo Condronegoro

ditulis Condronegoro, Waluyo diakhiri tanda titik. b. Initial yang tidak diketahui kepanjangannya ditulis tanpa perubahan, misalnya, Mawardi

W.R. tetap ditulis Mawardi W.R. c. Nama yang didahului kata sandang ditulis sesuai dengan aslinya, misalnya, Sri

Herlambang tetap ditulis Sri Herlambang. d. Nama Arab biasanya menggunakan nama keluarga belakang misalnya, Abdullah Ibn

Mas’ud ditulis Ibn Mas’ud Abdullah,

Page 21: Pedoman Skripsi Ushuluddin

21

e. Nama Arab juga menggunakan nama nisbah di belakang nama aslinya, misalnya, Abdullah Ibn Idris Asy-Syafi’iy ditulis Asy-Syafi’iy, Abdullah Ibn Idris diakhiri tanda titik.

f. Nama Arab menggunakan nama suku, misalnya, Abdullah Al-Haddad ditulis Al-Haddad, Abdullah diakhiri tanda titik.

g. Nama keluarga atau marga nama-nama Inggris ditulis lebih dulu, misalnya, John F. Kennedy ditulis Kennedy, F. John diakhiri tanda titik.

h. Nama Cina baru, misalnya Tumiran Ho San ditulis Ho San, Tumiran diakhiri tanda titik. i. Nama Cina ortodoks, misalnya, Tan Jou Hok ditulis Tan, Jou Hok. E. Pedoman Transliterasi Berikut ini adalah skema transliterasi Arab-Latin yang ditetapkan dalam panduan ini :

N0 Arab Latin No Arab Latin th ط a 16 ا 1 zh ظ b 17 ب 2 ‘ ع t 18 ت 3 gh غ ts 19 ث 4 f ف j 20 ج 5 q ق h 21 ح 6 k ك kh 22 خ 7 l ل d 23 د 8 m م dz 24 ذ 9

n ن r 25 ر 10 w و z 26 ز 11 h هـ s 27 س 12 ‘ ء sy 28 ش 13 y ي sh 29 ص 14 dl ض 15

1. Vokal tunggal (monoftong) yang dilambangkan dengan harakat, ditranslitersikan sebagai

berikut : a. Tanda fathah ( َ ) dilambangkan dengan huruf a b. Tanda kasrah ( ِ ) dilambangkan dengan huruf i c. Tanda dammah ( ُ ) dilambangkan dengan huruf u.

2. Vokal rangkap (diftong) yang dilambangkan secara gabungan antara harakat dan huruf, ditransliterasikan sebagai berikut : a. vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan huruf au seperti syaukani. b. vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan huruf ai, seperti ‘umairi, zuhaili.

3. Vokal panjang (madd) ditransliterasikan dengan menuliskan huruf vokal disertai coretan horizontal (macron) diatasnya, contoh : Fala>h, haki>m, manshu>r.

4. Syaddah ditransliterasikan dengan menuliskan huruf yang bertanda syaddah dua kali (dobel) seperti, thayyib, sadda, ranna dsb.

5. Alif-Lam (Lam ta’rif) tetap di transliterasikan sebagaimana aslinya meskipun bergabung dengan huruf syamsiyyah, antara Alif-Lam dan kata benda, dihubungkan dengan tanda penghubung, misalnya, al-qalam, al-kitab, al-syams, al-ra’d dsb.

Page 22: Pedoman Skripsi Ushuluddin

22

Lampiran:

PROPOSAL PENELITIAN

Proposal penelitian merupakan sebuah rencana untuk melaksanakan penelitian ilmiah. Proposal harus menggambarkan kelayakan rencana, baik menyangkut materi (permasalahan), pendekatan keilmuan yang dipergunakan, metodologi yang hendak diterapkan, hingga kemungkinan ketersediaan data, waktu, tenaga, dan beaya. Dari proposal ini dapat dinilai perlu tidaknya (penting-tidak) penelitian dilaksanakan. Proposal disusun dengan sistematika berikut: 1. Judul Penelitian 2. Latar Belakang Masalah 3. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah (jika perlu) 4. Rumusan Masalah 5. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 6. Telaah Pustaka 7. Landasan Teori 8. Hipotesis (jika ada) 9. Metode Penelitian 10. Jadwal Penelitian 11. Daftar Pustaka 1. Judul Penelitian ditulis dengan huruf kapital simetri di bagian teratas. Kalimat judul disusun

dengan memperhatikan: a. Dapat mencerminkan isi, objek, pendekatan serta variabel penelitian. b. Menggunakan kalimat pernyataan, deskriptif, dan tidak lebih dari satu kalimat; kecuali apabila

menggunakan sub-judul yang ditulis dalam tanda kurung. c. Tidak menggunakan kata-kata seperti, “Studi tentang…”, “Kajian tentang…” dan yang serupa.

Dalam menentukan judul penelitian-skripsi hendaknya diperhatikan: a. Judul yang akan dibahas masih dalam jangkauan kemampuan, waktu dan beaya yang tersedia

bagi peneliti. b. Tersedianya bahan atau data secukupnya untuk membahas judul dimaksud. c. Judul itu penting untuk dibahas. d. Judul yang dipilih menarik minat untuk diteliti dan dibahas.

2. Latar Belakang Masalah disusun berdasarkan studi pendahuluan (lapangan dan atau kepustakaan) mengenai masalah yang diteliti. Unsur-unsur yang dimasukkan dalam latar belakang masalah antara lain: a. Penjelasan tentang bagaimana suatu masalah dihadirkan atau dipermasalahkan. b. Penjelasan mengenai jalan pemikiran peneliti dalam melihat atau mensikapi masalah. c. Penjelasan (bagaimana) pendekatan yang dipergunakan untuk menilai dan menjawab masalah. d. Sebagai background, unsur ini dapat pula memuat penjelasan bahwa permasalahan itu berada

dalam suatu konteks kehidupan manusia, suatu lingkup pengetahuan atau keilmuan, serta kaitan masalah dimaksud dengan teori-teori yang sudah mapan.

e. Penjelasan mengapa masalah itu timbul, apakah karena adanya kesenjangan antara teori atau idea dengan kenyataan, atau karena adanya pertentangan pemikiran, adanya konflik dan sebagainya.

f. Penjelasan atau uraian tentang mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti.

3. Identifikasi Masalah menguraikan ciri-ciri atau karakteristik masalah. Suatu contoh, masalah urbanisasi dapat diidentifkasi: status tanah hunian, jenis pekerjaan, penghasilan yang membuka akses peningkatan status sosial dan kemungkinan mendapat fasilitas kredit, solidaritas antarsesama dan lainnya. Semua masalah yang sudah teridentifikasi tersebut tidak mungkin diteliti oleh seseorang dengan satu disiplin ilmu tertentu. Karena keterbatasan ini, maka peneliti dimungkinan melakukan pembatasan masalah, yakni penegasan hanya memilih (identifikasi) masalah tertentu yang akan diteliti.

Page 23: Pedoman Skripsi Ushuluddin

23

4. Rumusan Masalah disusun berdasarkan pokok (dan atau pilihan) masalah yang sudah ditetapkan. Hal-hal yang harus diperhatikan: a. Disusun dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat pernyataan (statemen). b. Memuat suatu ungkapan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi. c. Memberikan gambaran masalah spesifik untuk diteliti dari sudut suatu disiplin ilmu. d. Mencerminkan kemungkinan cara memperoleh jawaban yang akan didapat. Misalnya, secara

implisit (tersamar-tidak langsung) tergambar bahwa penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan atau kepustakaan, akan menguji sebuah teori-hipotesis (atau mengembangkan teori-hipotesis?), atau hendak menemukan teori dan hipotesis baru.

5. Tujuan Penelitian disusun dengan mengacu Rumusan Masalah. Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Tujuan penelitian merupakan tujuan keilmuan, bukan tujuan pribadi peneliti. b. Tujuan penelitian harus berkait dengan permasalahan (bahkan urutan pun harus sesuai dengan

pernyataan masalah).

6. Kegunaan Penelitian ditulis selaras dengan Tujuan Penelitian, harus menggambarkan manfaat pentingnya penelitian yang dirancang itu dilaksanakan. Kegunaan-manfaat bisa berupa manfaat teoritis, atau sekaligus juga manfaat praktis (tidak semua penelitian menuntut adanya kegunaan praktis).

7. Telaah Pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan dan penegasan mengenai kekhasan

penelitian yang hendak dikerjakan. Kekhasan penelitian ini akan tampak dengan menunjukkan bahwa buku-buku, buletin, skripsi, atau tesis yang ditelaah belum atau tidak menjawab persoalan yang diajukan oleh peneliti. Telaah pustaka akan membantu menemukan masalah serta memperkirakan pendekatan dan teori yang akan dipilih dalam penelitian. Telaah pustaka dideskripsikan sebagai berikut 1. Judul buku, nama penulis, penerbit,

Isi pokok buku … (Uraikan secara ringkas pokok-pokok isi buku yang ditelaah)

2. Judul skripsi-tesis, nama penulis, universitas, tahun Isi pokok tesis …..

Dari telaah buku tersebut, peneliti masih melihat adanya “tanah kosong” atau ada persoalan belum dijawab oleh buku atau tesis yang disebutkan. Seandainya sudah dijawab. Namun dengan menggunakan pendekatan lain masih terbuka pendekatan baru bagi masalah yang diajukan.

8. Landasan Teori Teori yang dijadikan landasan penelitian disarankan yang relevan dengan pokok masalah. Apakah pokok masalah terkait dengan fakta sosial ataukah tindakan sosial, atau konsep pemikiran seorang filosuf. Peneliti memiliki pilihan-pilihan teori kemudian menentukan pilihannya, misalkan memilih teori fungsionalisme Malinowski, memilih teori strukturalisme Levi Strausses, teori Radclif Brown, teori Pareto, Teori Durkheim, teori Habermas, teori Ricoeur dan lain-lain.

9. Hipotesis (jika ada). Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mengacu pada teori yang dipilih dalam penelitian. Hipotesis disusun dengan memperhatikan: a. Relevan dengan teori yang telah ada. Hipotesis harus mengacu pada teori yang dijadikan

landasan dalam penelitian. b. Kalimat berbentuk deskriptif-deklaratif (pernyataan). Misalnya, Makin banyak rangsangan

diberikan pada satu unit dalam struktur sosial, makin …; atau Makin tinggi rasa individualis, makin cenderung kepada…; makin dominan fungsi laten makin tersisih fungsi manifes. Ungkapan hipotesis di atas jelas memiliki acuan pada teori tertentu. Dan dengan hipotesis dan teori yang jelas, maka jenis data yang akan digali sudah tergambar di dalamnya.

c. Ungkapan kalimat dalam hipotesis membuka peluang untuk dibuktikan kebenaran atau ketidakbenarannya melalui kuantifikasi data.

Page 24: Pedoman Skripsi Ushuluddin

24

10. Metode Penelitian memuat penjelasan seluruh proses yang hendak dilakukan, mulai peletakan lokus masalah, pendekatan yang diterapkan, pengumpulan data, hingga analisis data. Semua penjelasan disusun secara eksplisit dan berurutan: a. Populasi dan sampel (untuk penelitian lapangan) menguraikan jumlah populasi, cara

pengambilan sampel, serta jumlah sampel yang ditetapkan. b. Sumber data menguraikan penjelasan dari mana data-data akan diperoleh, mungkin

menggunakan sumber kepustakaan, atau harus mendapatkan dari lapangan (ini tergantung masalah penelitian, serta karakter data). Jika menggunakan sumber kepustakaan, maka hanya memuat sumber pokok (primer), yaitu judul dan penulis buku yang menjadi sumber utama.

c. Metode pengumpulan data, disesuaikan dengan karakter data, menjelaskan cara memperoleh data dan penggunaan alat (instrumen) pengumpulan data.

d. Metode analisis data memuat penjelasan data-data yang terhimpun akan dianalisis dengan menggunakan metode tertentu. Penelitian kuantitatif menggunakan bantuan tabulasi atau analisis statistik. Sedangkan penelitian kuanlitatif menggunakan metode analisis kualitatif, misalnya analisis faktor, analisis domain, analisis isi, analisis bahasa, analisis konsep dan sebagainya. Varian metode analisis lain disesuaikan dengan metode yang berlaku pada disiplin ilmu yang dikaji.

11. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian dalam proposal menjelaskan urutan waktu penyelesaian penelitian serta materi kegiatan. Misalnya penelitian ini dikerjakan selama satu tahun dan dibagi menjadi tiga tahap. 1. Tahap pertama: tiga bulan, yang dikerjakan adalah:

a. Studi pustaka pemantapan teori, b. Merancang data yang akan digali, c. Konsultasi pembimbing, dan d. Melaksanakan penelitian awal; penggalian data.

2. Tahap kedua: lima bulan, yang dikerjakan adalah: a. Menseleksi data dan analisis, b. Menyempurnakan data yang kurang, c. Laporan awal, d. Konsultasi, dan lain-lain.

3. Tahap ketiga: empat bulan, yang dikerjakan adalah: a. Laporan hasil penelitian tahap kedua, b. Konsultasi, c. Penyempurnaan tulisan setelah konsultasi, dan d. Laporan akhir hasil penelitian.

12. Daftar Pustaka

Daftar pustaka hanya memuat buku yang dipergunakan untuk menyusun proposal, ditulis sesuai petunjuk penulisan daftar pustaka.

Page 25: Pedoman Skripsi Ushuluddin

25

Lampiran 1: Contoh Sampul Luar

MEMAHAMI TRADISI UPACARA SEDEKAH BUMI

(Tindakan dan Ucapan)

SKRIPSI

OLEH LAILATUL MUNIROH

NIM.E01399217

LOGO IAIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

JURUSAN AKIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2002

Page 26: Pedoman Skripsi Ushuluddin

26

Lampiran 2: Contoh Sampul Dalam Skripsi

MEMAHAMI TRADISI UPACARA SEDEKAH BUMI (Tindakan dan Ucapan)

Skripsi Diajukan kepada

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenehui salah satu persyaratan

dalan menyelesaikan program S-1 Ilmu Aqidah Filsafat

Oleh LAILATUL MUNIROH

NIM.E01399217

Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Pebruari 2000

Page 27: Pedoman Skripsi Ushuluddin

27

Lampiran 3: Contoh Persetujuan Pembimbing Skripsi

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang disusun oleh Lailatul Muniroh ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, ………………. Pembimbing, NAMA NIP.

Lampiran 4: Contoh Pengesahan Tim Penguji

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi yang disusun oleh Lailatul Muniroh ini telah dipertahankan di depan

Tim Penguji Skripsi.

Surabaya,……………………….

Mengesahkan, Fakultas Ushuluddin

Institut Agama Islam Sunan Ampel Surabaya Dekan,

Dr.H.Abdullah Khozin Afandi, MA.

NIP.150190692

Tim Penguji: Ketua,

DRS.MA’SHUM, M.Ag. NIP.

Skretaris,

DRS. SUHERMANTO, M.Hum.

NIP.

Penguji I,

DRS.H.A.MARZUKI NIP.

Penguji II,

DRS.MUSLIH FUADIE, M.Ag. NIP.

Page 28: Pedoman Skripsi Ushuluddin

28

Lampiran 5: Contoh Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-

Nya, perencanaan dan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program S-1, dapat

terlaksana dengan lancar. Seiring dengan itu, penulis sangat berterima kasih kepada kedua orangtua

atas segala pengorbanan dan doa restunya.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh juga karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu,

penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

Bapak……….selaku Dekan, Bapak… …………selaku ketua Jurusan, Bapak/ Ibu………..selaku

pembimbing, serta ….

Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat

balasan yang sebaik mungkin dari Allah SWT.

Penulis (tanpa ditulis nama)

Lampiran 6: Contoh Daftar Isi Halaman SAMPUL DALAM ………………..………………………………… i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI …………………………. ii PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI…………………………… iii ABSTRAK……………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR………………………………………………. v DAFTAR ISI……………………………………………………… vi DAFTAR TABEL (Jika ada)………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR (Jika ada)……………………………………. viii DAFTAR LAMPIRAN (Jika ada)…………………………………… ix DAFTAR LAINNYA (Jika ada)…………………………………….. x DAFTAR TRANSLITERASI .……………………………………… xi BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1 B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ………………………….. 9 C. Rumusan Masalah ……………………………………………… 10 D. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 10 E. Kegunaan Penelitian …………………………………………… 11 F. Landasan Teori dan Hipotesis ………………………………… 12 G. Telaah Pustaka ………………………………………………... 13 H. Metodologi Penelitian …………………………………………. 15 I. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 17 BAB II ….. BAB III BAB IV …

Page 29: Pedoman Skripsi Ushuluddin

29

Lampiran 7: Contoh Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1.1 Tabel 1: Latar Belakang Tokoh Setempat ……………………… 7 2.1 Tabel 2: Komposisi Jenis Pekerjaan ……………………………. 20 2.2 ………………………………………… ………… ……… ….. 23 3.1 ……………………………………………… …….. …….. …… 39 3.2 …………………………………………… ……… …….. ……. 45

Lampiran 8: Contoh Format Surat Pengajuan Rencana Penelitian Skripsi

Surabaya, Kepada, Yth.Bp.Ketua Jurusan AF/PA/TH *

Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Ampel

Surabaya Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : N I M : Dengan ini mengajukan rencana penyusunan skripsi judul: “Pengajian Tafsir di Masjid Nurul Iman Porong Sidoarjo”. Penjelasan: Pengajian Tafsir di Masjid Nurul Iman Porong Sidoarjo diasuh oleh Ust.H.Abdurrahim

Nur, mantan Dekan Fak.Ushuluddin IAIN Sunan Ampel. Pengajian dilaksanakan setiap Ahad pagi, diikuti jamaah umum secara rutin. Metode Tafsir yang disajikan adalah Maudhui, dengan pendekatan Mantiqi. Satu tema pengajian disajikan antara satu hingga sepuluh kali, tergantung ruang lingkup tema.

Permasalahan: 1) Bagaimana profil Ust.H.Abdurrahim Nur? 2)Bagaimana Ust.H.Abdurrahim Nur menyajikan tema

pengajian? 3)Bagaimana Ust.H.Abdurrahim Nur memberikan argumentasi atas penyajian materi

pengajian? W a s s a l a m, Nama NIM. Keterangan: * diisi sesuai jurusan

Page 30: Pedoman Skripsi Ushuluddin

30

Lampiran 9: Catatan tentang Motto

Motto merupakan ungkapan pilihan dalam bentuk kalimat pendek yang digunakan seseorang, keluarga, bangsa, atau institusi sebagai penuntun (guide) atau aturan perilaku serta ekspresi tujuan ideal. Motto semakna juga dengan semboyan, suatu ungkapan pendek yang menyemangati, dan karena itu dipergunakan kata-kata bertenaga (the word is power).

Suatu motto tidak pernah berdiri sendiri tanpa konteks. Dalam sajian karya tulis, motto senantiasa berkait dengan materi atau pokok bahasan. Contoh: a. Motto relevan dengan pokok bahasan b. Motto tidak relevan dengan pokok bahasan 1. Eksistensi Harta Benda Menurut al-Ghazali

a. Orang tidak perlu memperbesar lemari penyimpan uang, sebab yang lebih diperlukan adalah melapangkan ruang hati dalam dada.

b. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Tuhanmu, agar kamu mendapat rahmat dan kemuliaan. (QS:)

2. Makna Hadis Tentang Manusia Bermanfaat dalam Pandangan Eksistensialisme

a. Tidaklah sama orang berusia pendek namun memiliki goresan riwayat panjang, berbanding orang berusia panjang namun goresan riwayatnya cukup beberapa kalimat. Atau : Jadilah engkau manusia yang, jika engkau mati, jarum jam pun enggan berputar!

b. Sungguh celaka orang yang khusuk menegakkan salat namun tak pernah peduli nasib anak yatim dan kaum masakin.