sintesis dan pemurnian surfaktan …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal ainun...
TRANSCRIPT
1
SINTESIS DAN PEMURNIAN SURFAKTAN DIETANOLAMIDA
BERBASIS TURUNAN MINYAK SAWIT (Crude Palm Oil)
Dr Tri Panji MS Drs Husain NashriantoMS Ainun Nurkania
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan Bogor
Jalan Pakuan PO BOX 452 Bogor Jawa Barat
ABSTRAK
Dietanolamida merupakan surfaktan dari golongan nonionik yang dapat disintesis melalui
reaksi amidasi antara metil ester dan diethnolamina atau antara asam lemak dan dietanolamina
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses sintesis ini adalah rasio mol reaktan yang
digunakan Produk surfaktan yang dihasilkan perlu dimurnikan untuk menghilangkan reaktan
sisa atau pengotor yang masih terdapat didalam produk surfaktan kasarnya Perbandingan mol
reaktan yang optimal untuk metil ester olein dan dietanolamina dalam sintesis dietanolamida
akan diteliti dan efektifitas proses pemurniannya dengan metode asetilasi akan dilakukan pada
penelitian ini Pada penelitian ini sintesis dietanolamida dari metil ester olein dan dietanolamina
berhasil dilakukan yang ditunjukkan oleh adanya serapan gugus C=O ulur amida pada spectrum
infra merah produk Rasio mol reaktan metil ester olein dietanolamina yang optimal diperoleh
pada rasio mol 115 dengan jumlah produk murninya sebesar 38370 gram dan pemurnian
terhadap dietanolamida dengan metode asetilasi tidak efektif
Kata kunci dietanolamina metil ester olein dietanolamida sintesis pemurnian asetilasi
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu
produsen minyak sawit terbesar di dunia
Sekitar 40 produk sawit yang diekspor
berupa bahan mentah dalam hal ini Crude
Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel
Oil (CPKO) sedangkan sisanya sekitar
60 berupa produk turunan sawit
misalnya minyak goreng Kemendag RI
(2013) Salah satu produk turunan sawit
yang paling penggunaannya adalah
surfaktan dietanolamida (DEA)
2
Dietanolamida merupakan surfaktan
jenis alkanolamida yang bersifat nonionik
yaitu surfaktan yang tidak bermuatan
ketika terlarutkan oleh air yang dapat
disintesis melalui dua cara yaitu (1) reaksi
antara metil ester dengan dietanolamina
dengan produk sampingnya berupa
metanol atau (2) reaksi antara asam lemak
dengan dietanolamina dengan produk
sampingnya berupa air Reaksi yang terjadi
ini disebut reaksi amidasi Menurut Billyk
et al (1992) perbandingan mol reaktan
suhu dan lama reaksi mempengaruhi
jumlah amida lemak yang dihasilkan
Pada proses amidasi penggunaan
dietanolamina harus berlebih setidaknya
dibutuhkan perbandingan mol
dietanolamina metil ester adalah 111
Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi
perbandingan mol dietanolamina semakin
baik proses berjalan US patent 3395162
(1968) Akan tetapi penggunaan
dietanolamina yang berlebih
memungkinan terdapatnya dietanolamina
yang tidak bereaksi membentuk
dietanolamida Untuk menghilangkan
dietanolamina sisa dapat dilakukan proses
pemurnian dengan metode asetilasi oleh
anhidrida asetat
Penelitian ini bertujuan untuk
memanfaatkan metil ester olein sebagai
bahan baku sintesis surfaktan
dietanolamida menentukan rasio mol
reaktan yang optimal dan mengetahui
efektifitas proses pemurnian surfaktan
dietanolamida dengan metode asetilasi oleh
anhidrida asetat
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metil ester olein hasil
produksi Surfactant and Bioenergy
Research Center dietanolamina PT DOW
dan natrium metilat PT Merck Tbk
anhidrida asetat PT Merck Tbk
dietanolamida hasil sintesis larutan
campuran etanoltoluene (11) larutan
KOH 01N larutan indikator
Phenolphtalein Kloroform Aquadest
larutan HIO4 002N larutan KI 15 larutan
Na2S2O3 002N larutan indikator
PatiKanji larutan KOH-Alkohol 05N
larutan HCl 05N Larutan campuran
Isopropanolair (8020) dan larutan
indikator Bromophenol blue
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu neraca analitik labu leher tiga atau
empat kondensor Erlenmeyer asah hot
plate magnetic stirrer termometer pompa
vakum pipet serologi buret dan penyangga
buret pipet gondok erlenmeyer gelas ukur
piala gelas dan labu semprot
Analisis Metil Ester Olein
Analisis bahan baku dilakukan
terhadap metil ester olein yang meliputi
angka asam gliserol bebas gliserol total
angka penyabunan dan kadar ester metil
Metode kerja yang dilakukan mengacu pada
SNI 71822012 tentang biodiesel
3
Angka Asam
Angka asam dinyatakan sebagai banyaknya
miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam setiap
gram lemak Sampel metil ester ditimbang
sebanyak plusmn20 gram kedalam Erlenmeyer
dan dilarutkan dengan 125 ml campuran
pelarut (etanoltoluena 11) Larutan sampel
dititrasi dengan larutan standar KOH 01 N
hingga diperoleh titik akhir berwarna pink
dengan intensitas yang sama seperti pelarut
yang dinetralisir sebelum ditambahkan
kedalam sampel dengan menggunakan
larutan indikator phenolphthalein Warna
larutan harus dapat bertahan selama 30
detik Angka asam dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka asam = A x BM KOH x N
W
Keterangan
A = volume larutan KOH untuk titrasi
sampel
N = Normalitas KOH
W = bobot contoh
Gliserol Bebas
Gliserol bebas menunjukkan jumlah
gliserol pada sampel dalam keadaan tidak
terikat dengan molekul lainnya Sampel
metil ester ditimbang sebanyak 99 gram ke
dalam piala gelas Sampel dimasukkan ke
dalam labu takar 1 L dan dibilas
menggunakan 91 ml kloroform yang diukur
dengan buret Sekitar 500 ml akuades
ditambahkan ke dalam labu takar 1L
kemudian ditutup dan dikocok kuat selama
30 ndash 60 detik Akuades ditambahkan
sampai batas garis kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan tenang hingga
lapisan kloroform dan lapisan akuatik
terpisah sempurna larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 2 ml ke dalam 2
atau 3 erlenmeyer 500 ml dan blanko
disiapkan dengan mengisi erlenmeyer
dengan 100 ml akuades Lapisan akuatik
dipipet 300 ml ke dalam piala gelas berisi
larutan asam periodat 002 N dan kemudian
dikocok Erlenmeyer ditutup selama 30
menit larutan KI 15 ditambahkan ke
dalam erlenmeyer sebanyak 2 ml kemudian
dikocok perlahan dan dibiarkan sekitar 1
menit sebelum dititrasi larutan sampel
dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 002 N yang sudah dibakukan
hingga warna coklat iodium hampir hilang
Setelah warna larutan tercapai
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi diteruskan sampai warna biru hilang
Volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi
dicatat Kadar gliserol bebas dihitung
dengan menggunakan rumus
G119887119887119904( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = Volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = Volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = Normalitas larutan Na2S2O3
4
Gliserol Total
Gliserol total menunjukkan jumlah
gliserol bebas dan glisero terikat pada
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 99 gram ke dalam sebuah
erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 ml
larutan KOH alkoholik 05 N dan
disambungkan dengan kondensor lalu
dididihkan selama 30 menit untuk
mensaponifikasi ester-ester kloroform
dmasukkan ke dalam labu takar 1 L
menggunakan buret sebanyak 91 ml
kemudian ditambahkan 25 ml asam asetat
glasial menggunakan gelas ukur Setelah 30
menit dinding kondensor dibilas dengan
akuades dan erlenmeyer diangkat Larutan
dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam
labu takar yang berisi kloroform dan asam
asetat glasial dengan menggunakan 500 ml
akuades sebagai pembilas Larutan dikocok
kuat selama 30 ndash 60 detik akuades
Ditambahkan hingga tanda tera lalu
dihomogenkan dan didiamkan hingga
lapisan klorofom dan lapisan akuatik
terpisah sempurna Larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 6 ml kedalam 2
buah erlenmayer 500 ml dan disiapkan dua
blanko dengan mengisi masing-masing 50
ml akuades ditambah 6 ml larutan asam
periodat 002 N lapisan akuatik dipipet
sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer yang
berisi larutan asam periodat 002 N
kemudian dikocok perlahan supaya
tercampur dengan baik Erlenmeyer ditutup
dan dibiarkan selama 30 menit Jangan
tempatkan campuran ini di bawah cahaya
terang atau terpaan langsung sinar matahari
larutan KI 15 ditambahkan sebanyak 3
ml dikocok perlahan dan kemudian biarkan
selama 1 menit sebelum dititrasi larutan
campuran tersebut ditirasi dengan larutann
standar Na2S2O3 002 N sampai warna
coklat hampir hilang kemudian
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat
hilang Volume titran yang dibutuhkan
dalam titrasi dicatat Kadar gliserol total
dapat dihitung dengan rumus
G119905119905119897( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = colume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = normalitas larutan Na2S2O3
Angka Penyabunan
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 4 gram ke dalam erlenmeyer 250
ml kemudian ditambahkan 50 ml larutan
KOH alkoholik 05 N berlebih terukur
dengan pipet Disiapkan dan lakukan
analisis blanko secara serempak dengan
analisis contoh tanpa menggunakan contoh
Disambungkan erlenmeyer dengan
kondensor berpendingin udara dan didihkan
5
perlahan selama 1 jam Setelah waktunya
terpenuhi bilas kondensor dengan akuades
lalu dilepaskan dari erlenmeyer
Ditambahkan 1 ml larutan indikator
phenolphthalein ke dalam erlenmeyer dan
titrasi dengan larutan HCL 05N hingga
warna merah jambu hilang Dicatat volume
HCl yang dibutuhkan dalam titrasi Angka
penyabunan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka penyabunan =561 (B minus C)N
m
Keterangan
B = volume larutan HCl 05 N untuk
titrasi blanko
C = colume larutan HCl 05 N untuk
titrasi contoh
N = normalitas larutan HCl 05 N
m = bobot contoh
Kadar Ester Metil
Kadar ester metil dapat dihitung
menggunakan rumus
ester = 100(119860119904 minus 119860119886 minus 1827G119905119905119897)
A119904
Keterangan
As = angka penyabunan (mgg)
Aa = Angka asam (mgg)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel
Sintesis Dietanolamida
Proses sintesis dietanolamida
dilakukan menggunakan metil ester olein
dietanolamina dan natrium metilat sebagai
katalis reaksi dengan beberapa
perbandingan mol reaktan metil ester olein
dietanolamina yaitu 11 1 125 115
1175 dan 12 Kondisi reaksi
menggunakan suhu pemanasan 140 oC
kecepatan pengadukan 150 ndash 200 rpm lama
reaksi 4 jam dan jumlah katalis natrium
metilat 05
Pemurnian Dietanolamida
Dietanolamida yang telah disintesis
dimurnikan dengan penambahan anhidrida
asetat sebanyak 5 dengan kondisi proses
yang digunakan yaitu suhu pemanasan 70 oC tekanan vakum lama waktu 2 jam
Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektrofotometer Infra Merah
Gugus fungsional dietanolamida
ditentukan dengan menggunakan Fourier
Transform Infrared Spektrofotometer
(FTIR) Bruker tensor 37 Sejumlah tertentu
sampel ditambahkan KBr kemudian dibuat
pelat film tipis Pelat ditempatkan dalam
tempat sampel alat spektroskopi inframerah
untuk kemudian dianalisis
6
Analisis Dietanolamina Sisa
Analisis ini bertujuan untuk
menghitung kadar dietanolamina sisa yang
tidak bereaksi di dalam dietanolamida
Sampel dietanolamida ditimbang sebanyak
35 ndash 45 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml
kemudian dilarutkan dengan larutan
Isopropanolair (8020) sebanyak 110 ml
larutan sampel dititrasi dengan HCL 05N
hingga diperoleh titik akhir berwarna
kuning dengan menggunakan indikator
Bromophenol blue
kadar dietanolamina = V x N x MW
bobot x10
keterangan
V = Volume titran yang digunakan untuk
titrasi sample
N = Normalitas larutan standar HCl 05 N
MW= Bobot molekul Diethanolamina
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Metil Ester Olein
Metil ester merupakan suatu
senyawaan ester yang dapat dihasilkan dari
proses transesterifikasi suatu trigliserida
dan atau dari proses esterifikasi suatu asam
lemak Metil ester yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil produksi
Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC) yang menggunakan metode
transesterifikasi olein Standar yang
menjadi acuan adalan SNI 71822012
tentang Biodiesel Kualitas metil ester
disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Kualitas Metil Ester Olein
Parameter
uji Satuan Standar Hasil
Angka
asam
mg-
KOHg Maks 06 028
Gliserol
bebas
massa Maks 002 011
Gliserol
total
massa Maks 024 028
Angka
Penyabunan
mg-
KOHg - 25577
Kadar ester
metil
massa Min 965 979
Nilai angka asam yang diperoleh
memenuhi persyaratan SNI 71822012
yaitu maksimal sebesar 06 mg KOHg
sampel Dari hasil analisis diperoleh nilai
angka asam sebesar 028 mg KOHg
sampel hal ini menandakan proses
transesterifikasi optimal sehingga
menyisakan 028 mg asam lemak bebasnya
Kenaikan angka asam pada biodiesel salah
satunya disebabkan oleh adanya reaksi
hidrolisis Reaksi hidrolisis dapat terjadi
karena kandungan air dalam biodiesel
masih cukup tinggi Hal ini berkaitan
dengan proses pencucian dan pengeringan
biodiesel yang belum optimal atau proses
penyimpanan yang kurang baik sehingga
sejumlah air masih tersisa dalam biodiesel
Dari hasil analisis kadar gliserol
bebas yang diperoleh sebesar 011 nilai
ini lebih besar dibandingkan persyaratan
yang diberikan yaitu sebesar 002
Tingginya kadar gliserol bebas dapat
disebabkan oleh tahap settling yang kurang
cermat dan proses pencucian yang kurang
efektif yaitu dari kurangnya jumlah air
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
2
Dietanolamida merupakan surfaktan
jenis alkanolamida yang bersifat nonionik
yaitu surfaktan yang tidak bermuatan
ketika terlarutkan oleh air yang dapat
disintesis melalui dua cara yaitu (1) reaksi
antara metil ester dengan dietanolamina
dengan produk sampingnya berupa
metanol atau (2) reaksi antara asam lemak
dengan dietanolamina dengan produk
sampingnya berupa air Reaksi yang terjadi
ini disebut reaksi amidasi Menurut Billyk
et al (1992) perbandingan mol reaktan
suhu dan lama reaksi mempengaruhi
jumlah amida lemak yang dihasilkan
Pada proses amidasi penggunaan
dietanolamina harus berlebih setidaknya
dibutuhkan perbandingan mol
dietanolamina metil ester adalah 111
Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi
perbandingan mol dietanolamina semakin
baik proses berjalan US patent 3395162
(1968) Akan tetapi penggunaan
dietanolamina yang berlebih
memungkinan terdapatnya dietanolamina
yang tidak bereaksi membentuk
dietanolamida Untuk menghilangkan
dietanolamina sisa dapat dilakukan proses
pemurnian dengan metode asetilasi oleh
anhidrida asetat
Penelitian ini bertujuan untuk
memanfaatkan metil ester olein sebagai
bahan baku sintesis surfaktan
dietanolamida menentukan rasio mol
reaktan yang optimal dan mengetahui
efektifitas proses pemurnian surfaktan
dietanolamida dengan metode asetilasi oleh
anhidrida asetat
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metil ester olein hasil
produksi Surfactant and Bioenergy
Research Center dietanolamina PT DOW
dan natrium metilat PT Merck Tbk
anhidrida asetat PT Merck Tbk
dietanolamida hasil sintesis larutan
campuran etanoltoluene (11) larutan
KOH 01N larutan indikator
Phenolphtalein Kloroform Aquadest
larutan HIO4 002N larutan KI 15 larutan
Na2S2O3 002N larutan indikator
PatiKanji larutan KOH-Alkohol 05N
larutan HCl 05N Larutan campuran
Isopropanolair (8020) dan larutan
indikator Bromophenol blue
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu neraca analitik labu leher tiga atau
empat kondensor Erlenmeyer asah hot
plate magnetic stirrer termometer pompa
vakum pipet serologi buret dan penyangga
buret pipet gondok erlenmeyer gelas ukur
piala gelas dan labu semprot
Analisis Metil Ester Olein
Analisis bahan baku dilakukan
terhadap metil ester olein yang meliputi
angka asam gliserol bebas gliserol total
angka penyabunan dan kadar ester metil
Metode kerja yang dilakukan mengacu pada
SNI 71822012 tentang biodiesel
3
Angka Asam
Angka asam dinyatakan sebagai banyaknya
miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam setiap
gram lemak Sampel metil ester ditimbang
sebanyak plusmn20 gram kedalam Erlenmeyer
dan dilarutkan dengan 125 ml campuran
pelarut (etanoltoluena 11) Larutan sampel
dititrasi dengan larutan standar KOH 01 N
hingga diperoleh titik akhir berwarna pink
dengan intensitas yang sama seperti pelarut
yang dinetralisir sebelum ditambahkan
kedalam sampel dengan menggunakan
larutan indikator phenolphthalein Warna
larutan harus dapat bertahan selama 30
detik Angka asam dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka asam = A x BM KOH x N
W
Keterangan
A = volume larutan KOH untuk titrasi
sampel
N = Normalitas KOH
W = bobot contoh
Gliserol Bebas
Gliserol bebas menunjukkan jumlah
gliserol pada sampel dalam keadaan tidak
terikat dengan molekul lainnya Sampel
metil ester ditimbang sebanyak 99 gram ke
dalam piala gelas Sampel dimasukkan ke
dalam labu takar 1 L dan dibilas
menggunakan 91 ml kloroform yang diukur
dengan buret Sekitar 500 ml akuades
ditambahkan ke dalam labu takar 1L
kemudian ditutup dan dikocok kuat selama
30 ndash 60 detik Akuades ditambahkan
sampai batas garis kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan tenang hingga
lapisan kloroform dan lapisan akuatik
terpisah sempurna larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 2 ml ke dalam 2
atau 3 erlenmeyer 500 ml dan blanko
disiapkan dengan mengisi erlenmeyer
dengan 100 ml akuades Lapisan akuatik
dipipet 300 ml ke dalam piala gelas berisi
larutan asam periodat 002 N dan kemudian
dikocok Erlenmeyer ditutup selama 30
menit larutan KI 15 ditambahkan ke
dalam erlenmeyer sebanyak 2 ml kemudian
dikocok perlahan dan dibiarkan sekitar 1
menit sebelum dititrasi larutan sampel
dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 002 N yang sudah dibakukan
hingga warna coklat iodium hampir hilang
Setelah warna larutan tercapai
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi diteruskan sampai warna biru hilang
Volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi
dicatat Kadar gliserol bebas dihitung
dengan menggunakan rumus
G119887119887119904( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = Volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = Volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = Normalitas larutan Na2S2O3
4
Gliserol Total
Gliserol total menunjukkan jumlah
gliserol bebas dan glisero terikat pada
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 99 gram ke dalam sebuah
erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 ml
larutan KOH alkoholik 05 N dan
disambungkan dengan kondensor lalu
dididihkan selama 30 menit untuk
mensaponifikasi ester-ester kloroform
dmasukkan ke dalam labu takar 1 L
menggunakan buret sebanyak 91 ml
kemudian ditambahkan 25 ml asam asetat
glasial menggunakan gelas ukur Setelah 30
menit dinding kondensor dibilas dengan
akuades dan erlenmeyer diangkat Larutan
dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam
labu takar yang berisi kloroform dan asam
asetat glasial dengan menggunakan 500 ml
akuades sebagai pembilas Larutan dikocok
kuat selama 30 ndash 60 detik akuades
Ditambahkan hingga tanda tera lalu
dihomogenkan dan didiamkan hingga
lapisan klorofom dan lapisan akuatik
terpisah sempurna Larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 6 ml kedalam 2
buah erlenmayer 500 ml dan disiapkan dua
blanko dengan mengisi masing-masing 50
ml akuades ditambah 6 ml larutan asam
periodat 002 N lapisan akuatik dipipet
sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer yang
berisi larutan asam periodat 002 N
kemudian dikocok perlahan supaya
tercampur dengan baik Erlenmeyer ditutup
dan dibiarkan selama 30 menit Jangan
tempatkan campuran ini di bawah cahaya
terang atau terpaan langsung sinar matahari
larutan KI 15 ditambahkan sebanyak 3
ml dikocok perlahan dan kemudian biarkan
selama 1 menit sebelum dititrasi larutan
campuran tersebut ditirasi dengan larutann
standar Na2S2O3 002 N sampai warna
coklat hampir hilang kemudian
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat
hilang Volume titran yang dibutuhkan
dalam titrasi dicatat Kadar gliserol total
dapat dihitung dengan rumus
G119905119905119897( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = colume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = normalitas larutan Na2S2O3
Angka Penyabunan
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 4 gram ke dalam erlenmeyer 250
ml kemudian ditambahkan 50 ml larutan
KOH alkoholik 05 N berlebih terukur
dengan pipet Disiapkan dan lakukan
analisis blanko secara serempak dengan
analisis contoh tanpa menggunakan contoh
Disambungkan erlenmeyer dengan
kondensor berpendingin udara dan didihkan
5
perlahan selama 1 jam Setelah waktunya
terpenuhi bilas kondensor dengan akuades
lalu dilepaskan dari erlenmeyer
Ditambahkan 1 ml larutan indikator
phenolphthalein ke dalam erlenmeyer dan
titrasi dengan larutan HCL 05N hingga
warna merah jambu hilang Dicatat volume
HCl yang dibutuhkan dalam titrasi Angka
penyabunan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka penyabunan =561 (B minus C)N
m
Keterangan
B = volume larutan HCl 05 N untuk
titrasi blanko
C = colume larutan HCl 05 N untuk
titrasi contoh
N = normalitas larutan HCl 05 N
m = bobot contoh
Kadar Ester Metil
Kadar ester metil dapat dihitung
menggunakan rumus
ester = 100(119860119904 minus 119860119886 minus 1827G119905119905119897)
A119904
Keterangan
As = angka penyabunan (mgg)
Aa = Angka asam (mgg)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel
Sintesis Dietanolamida
Proses sintesis dietanolamida
dilakukan menggunakan metil ester olein
dietanolamina dan natrium metilat sebagai
katalis reaksi dengan beberapa
perbandingan mol reaktan metil ester olein
dietanolamina yaitu 11 1 125 115
1175 dan 12 Kondisi reaksi
menggunakan suhu pemanasan 140 oC
kecepatan pengadukan 150 ndash 200 rpm lama
reaksi 4 jam dan jumlah katalis natrium
metilat 05
Pemurnian Dietanolamida
Dietanolamida yang telah disintesis
dimurnikan dengan penambahan anhidrida
asetat sebanyak 5 dengan kondisi proses
yang digunakan yaitu suhu pemanasan 70 oC tekanan vakum lama waktu 2 jam
Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektrofotometer Infra Merah
Gugus fungsional dietanolamida
ditentukan dengan menggunakan Fourier
Transform Infrared Spektrofotometer
(FTIR) Bruker tensor 37 Sejumlah tertentu
sampel ditambahkan KBr kemudian dibuat
pelat film tipis Pelat ditempatkan dalam
tempat sampel alat spektroskopi inframerah
untuk kemudian dianalisis
6
Analisis Dietanolamina Sisa
Analisis ini bertujuan untuk
menghitung kadar dietanolamina sisa yang
tidak bereaksi di dalam dietanolamida
Sampel dietanolamida ditimbang sebanyak
35 ndash 45 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml
kemudian dilarutkan dengan larutan
Isopropanolair (8020) sebanyak 110 ml
larutan sampel dititrasi dengan HCL 05N
hingga diperoleh titik akhir berwarna
kuning dengan menggunakan indikator
Bromophenol blue
kadar dietanolamina = V x N x MW
bobot x10
keterangan
V = Volume titran yang digunakan untuk
titrasi sample
N = Normalitas larutan standar HCl 05 N
MW= Bobot molekul Diethanolamina
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Metil Ester Olein
Metil ester merupakan suatu
senyawaan ester yang dapat dihasilkan dari
proses transesterifikasi suatu trigliserida
dan atau dari proses esterifikasi suatu asam
lemak Metil ester yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil produksi
Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC) yang menggunakan metode
transesterifikasi olein Standar yang
menjadi acuan adalan SNI 71822012
tentang Biodiesel Kualitas metil ester
disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Kualitas Metil Ester Olein
Parameter
uji Satuan Standar Hasil
Angka
asam
mg-
KOHg Maks 06 028
Gliserol
bebas
massa Maks 002 011
Gliserol
total
massa Maks 024 028
Angka
Penyabunan
mg-
KOHg - 25577
Kadar ester
metil
massa Min 965 979
Nilai angka asam yang diperoleh
memenuhi persyaratan SNI 71822012
yaitu maksimal sebesar 06 mg KOHg
sampel Dari hasil analisis diperoleh nilai
angka asam sebesar 028 mg KOHg
sampel hal ini menandakan proses
transesterifikasi optimal sehingga
menyisakan 028 mg asam lemak bebasnya
Kenaikan angka asam pada biodiesel salah
satunya disebabkan oleh adanya reaksi
hidrolisis Reaksi hidrolisis dapat terjadi
karena kandungan air dalam biodiesel
masih cukup tinggi Hal ini berkaitan
dengan proses pencucian dan pengeringan
biodiesel yang belum optimal atau proses
penyimpanan yang kurang baik sehingga
sejumlah air masih tersisa dalam biodiesel
Dari hasil analisis kadar gliserol
bebas yang diperoleh sebesar 011 nilai
ini lebih besar dibandingkan persyaratan
yang diberikan yaitu sebesar 002
Tingginya kadar gliserol bebas dapat
disebabkan oleh tahap settling yang kurang
cermat dan proses pencucian yang kurang
efektif yaitu dari kurangnya jumlah air
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
3
Angka Asam
Angka asam dinyatakan sebagai banyaknya
miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menetralkan asam lemak bebas dalam setiap
gram lemak Sampel metil ester ditimbang
sebanyak plusmn20 gram kedalam Erlenmeyer
dan dilarutkan dengan 125 ml campuran
pelarut (etanoltoluena 11) Larutan sampel
dititrasi dengan larutan standar KOH 01 N
hingga diperoleh titik akhir berwarna pink
dengan intensitas yang sama seperti pelarut
yang dinetralisir sebelum ditambahkan
kedalam sampel dengan menggunakan
larutan indikator phenolphthalein Warna
larutan harus dapat bertahan selama 30
detik Angka asam dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka asam = A x BM KOH x N
W
Keterangan
A = volume larutan KOH untuk titrasi
sampel
N = Normalitas KOH
W = bobot contoh
Gliserol Bebas
Gliserol bebas menunjukkan jumlah
gliserol pada sampel dalam keadaan tidak
terikat dengan molekul lainnya Sampel
metil ester ditimbang sebanyak 99 gram ke
dalam piala gelas Sampel dimasukkan ke
dalam labu takar 1 L dan dibilas
menggunakan 91 ml kloroform yang diukur
dengan buret Sekitar 500 ml akuades
ditambahkan ke dalam labu takar 1L
kemudian ditutup dan dikocok kuat selama
30 ndash 60 detik Akuades ditambahkan
sampai batas garis kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan tenang hingga
lapisan kloroform dan lapisan akuatik
terpisah sempurna larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 2 ml ke dalam 2
atau 3 erlenmeyer 500 ml dan blanko
disiapkan dengan mengisi erlenmeyer
dengan 100 ml akuades Lapisan akuatik
dipipet 300 ml ke dalam piala gelas berisi
larutan asam periodat 002 N dan kemudian
dikocok Erlenmeyer ditutup selama 30
menit larutan KI 15 ditambahkan ke
dalam erlenmeyer sebanyak 2 ml kemudian
dikocok perlahan dan dibiarkan sekitar 1
menit sebelum dititrasi larutan sampel
dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 002 N yang sudah dibakukan
hingga warna coklat iodium hampir hilang
Setelah warna larutan tercapai
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi diteruskan sampai warna biru hilang
Volume titran yang dibutuhkan dalam titrasi
dicatat Kadar gliserol bebas dihitung
dengan menggunakan rumus
G119887119887119904( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = Volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = Volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = Normalitas larutan Na2S2O3
4
Gliserol Total
Gliserol total menunjukkan jumlah
gliserol bebas dan glisero terikat pada
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 99 gram ke dalam sebuah
erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 ml
larutan KOH alkoholik 05 N dan
disambungkan dengan kondensor lalu
dididihkan selama 30 menit untuk
mensaponifikasi ester-ester kloroform
dmasukkan ke dalam labu takar 1 L
menggunakan buret sebanyak 91 ml
kemudian ditambahkan 25 ml asam asetat
glasial menggunakan gelas ukur Setelah 30
menit dinding kondensor dibilas dengan
akuades dan erlenmeyer diangkat Larutan
dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam
labu takar yang berisi kloroform dan asam
asetat glasial dengan menggunakan 500 ml
akuades sebagai pembilas Larutan dikocok
kuat selama 30 ndash 60 detik akuades
Ditambahkan hingga tanda tera lalu
dihomogenkan dan didiamkan hingga
lapisan klorofom dan lapisan akuatik
terpisah sempurna Larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 6 ml kedalam 2
buah erlenmayer 500 ml dan disiapkan dua
blanko dengan mengisi masing-masing 50
ml akuades ditambah 6 ml larutan asam
periodat 002 N lapisan akuatik dipipet
sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer yang
berisi larutan asam periodat 002 N
kemudian dikocok perlahan supaya
tercampur dengan baik Erlenmeyer ditutup
dan dibiarkan selama 30 menit Jangan
tempatkan campuran ini di bawah cahaya
terang atau terpaan langsung sinar matahari
larutan KI 15 ditambahkan sebanyak 3
ml dikocok perlahan dan kemudian biarkan
selama 1 menit sebelum dititrasi larutan
campuran tersebut ditirasi dengan larutann
standar Na2S2O3 002 N sampai warna
coklat hampir hilang kemudian
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat
hilang Volume titran yang dibutuhkan
dalam titrasi dicatat Kadar gliserol total
dapat dihitung dengan rumus
G119905119905119897( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = colume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = normalitas larutan Na2S2O3
Angka Penyabunan
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 4 gram ke dalam erlenmeyer 250
ml kemudian ditambahkan 50 ml larutan
KOH alkoholik 05 N berlebih terukur
dengan pipet Disiapkan dan lakukan
analisis blanko secara serempak dengan
analisis contoh tanpa menggunakan contoh
Disambungkan erlenmeyer dengan
kondensor berpendingin udara dan didihkan
5
perlahan selama 1 jam Setelah waktunya
terpenuhi bilas kondensor dengan akuades
lalu dilepaskan dari erlenmeyer
Ditambahkan 1 ml larutan indikator
phenolphthalein ke dalam erlenmeyer dan
titrasi dengan larutan HCL 05N hingga
warna merah jambu hilang Dicatat volume
HCl yang dibutuhkan dalam titrasi Angka
penyabunan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka penyabunan =561 (B minus C)N
m
Keterangan
B = volume larutan HCl 05 N untuk
titrasi blanko
C = colume larutan HCl 05 N untuk
titrasi contoh
N = normalitas larutan HCl 05 N
m = bobot contoh
Kadar Ester Metil
Kadar ester metil dapat dihitung
menggunakan rumus
ester = 100(119860119904 minus 119860119886 minus 1827G119905119905119897)
A119904
Keterangan
As = angka penyabunan (mgg)
Aa = Angka asam (mgg)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel
Sintesis Dietanolamida
Proses sintesis dietanolamida
dilakukan menggunakan metil ester olein
dietanolamina dan natrium metilat sebagai
katalis reaksi dengan beberapa
perbandingan mol reaktan metil ester olein
dietanolamina yaitu 11 1 125 115
1175 dan 12 Kondisi reaksi
menggunakan suhu pemanasan 140 oC
kecepatan pengadukan 150 ndash 200 rpm lama
reaksi 4 jam dan jumlah katalis natrium
metilat 05
Pemurnian Dietanolamida
Dietanolamida yang telah disintesis
dimurnikan dengan penambahan anhidrida
asetat sebanyak 5 dengan kondisi proses
yang digunakan yaitu suhu pemanasan 70 oC tekanan vakum lama waktu 2 jam
Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektrofotometer Infra Merah
Gugus fungsional dietanolamida
ditentukan dengan menggunakan Fourier
Transform Infrared Spektrofotometer
(FTIR) Bruker tensor 37 Sejumlah tertentu
sampel ditambahkan KBr kemudian dibuat
pelat film tipis Pelat ditempatkan dalam
tempat sampel alat spektroskopi inframerah
untuk kemudian dianalisis
6
Analisis Dietanolamina Sisa
Analisis ini bertujuan untuk
menghitung kadar dietanolamina sisa yang
tidak bereaksi di dalam dietanolamida
Sampel dietanolamida ditimbang sebanyak
35 ndash 45 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml
kemudian dilarutkan dengan larutan
Isopropanolair (8020) sebanyak 110 ml
larutan sampel dititrasi dengan HCL 05N
hingga diperoleh titik akhir berwarna
kuning dengan menggunakan indikator
Bromophenol blue
kadar dietanolamina = V x N x MW
bobot x10
keterangan
V = Volume titran yang digunakan untuk
titrasi sample
N = Normalitas larutan standar HCl 05 N
MW= Bobot molekul Diethanolamina
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Metil Ester Olein
Metil ester merupakan suatu
senyawaan ester yang dapat dihasilkan dari
proses transesterifikasi suatu trigliserida
dan atau dari proses esterifikasi suatu asam
lemak Metil ester yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil produksi
Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC) yang menggunakan metode
transesterifikasi olein Standar yang
menjadi acuan adalan SNI 71822012
tentang Biodiesel Kualitas metil ester
disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Kualitas Metil Ester Olein
Parameter
uji Satuan Standar Hasil
Angka
asam
mg-
KOHg Maks 06 028
Gliserol
bebas
massa Maks 002 011
Gliserol
total
massa Maks 024 028
Angka
Penyabunan
mg-
KOHg - 25577
Kadar ester
metil
massa Min 965 979
Nilai angka asam yang diperoleh
memenuhi persyaratan SNI 71822012
yaitu maksimal sebesar 06 mg KOHg
sampel Dari hasil analisis diperoleh nilai
angka asam sebesar 028 mg KOHg
sampel hal ini menandakan proses
transesterifikasi optimal sehingga
menyisakan 028 mg asam lemak bebasnya
Kenaikan angka asam pada biodiesel salah
satunya disebabkan oleh adanya reaksi
hidrolisis Reaksi hidrolisis dapat terjadi
karena kandungan air dalam biodiesel
masih cukup tinggi Hal ini berkaitan
dengan proses pencucian dan pengeringan
biodiesel yang belum optimal atau proses
penyimpanan yang kurang baik sehingga
sejumlah air masih tersisa dalam biodiesel
Dari hasil analisis kadar gliserol
bebas yang diperoleh sebesar 011 nilai
ini lebih besar dibandingkan persyaratan
yang diberikan yaitu sebesar 002
Tingginya kadar gliserol bebas dapat
disebabkan oleh tahap settling yang kurang
cermat dan proses pencucian yang kurang
efektif yaitu dari kurangnya jumlah air
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
4
Gliserol Total
Gliserol total menunjukkan jumlah
gliserol bebas dan glisero terikat pada
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 99 gram ke dalam sebuah
erlenmeyer kemudian ditambahkan 100 ml
larutan KOH alkoholik 05 N dan
disambungkan dengan kondensor lalu
dididihkan selama 30 menit untuk
mensaponifikasi ester-ester kloroform
dmasukkan ke dalam labu takar 1 L
menggunakan buret sebanyak 91 ml
kemudian ditambahkan 25 ml asam asetat
glasial menggunakan gelas ukur Setelah 30
menit dinding kondensor dibilas dengan
akuades dan erlenmeyer diangkat Larutan
dalam erlenmeyer dipindahkan ke dalam
labu takar yang berisi kloroform dan asam
asetat glasial dengan menggunakan 500 ml
akuades sebagai pembilas Larutan dikocok
kuat selama 30 ndash 60 detik akuades
Ditambahkan hingga tanda tera lalu
dihomogenkan dan didiamkan hingga
lapisan klorofom dan lapisan akuatik
terpisah sempurna Larutan asam periodat
002 N dipipet sebanyak 6 ml kedalam 2
buah erlenmayer 500 ml dan disiapkan dua
blanko dengan mengisi masing-masing 50
ml akuades ditambah 6 ml larutan asam
periodat 002 N lapisan akuatik dipipet
sebanyak 100 ml ke dalam erlenmeyer yang
berisi larutan asam periodat 002 N
kemudian dikocok perlahan supaya
tercampur dengan baik Erlenmeyer ditutup
dan dibiarkan selama 30 menit Jangan
tempatkan campuran ini di bawah cahaya
terang atau terpaan langsung sinar matahari
larutan KI 15 ditambahkan sebanyak 3
ml dikocok perlahan dan kemudian biarkan
selama 1 menit sebelum dititrasi larutan
campuran tersebut ditirasi dengan larutann
standar Na2S2O3 002 N sampai warna
coklat hampir hilang kemudian
ditambahkan 2 ml larutan indikator pati dan
titrasi dilanjutkan hingga warna biru tepat
hilang Volume titran yang dibutuhkan
dalam titrasi dicatat Kadar gliserol total
dapat dihitung dengan rumus
G119905119905119897( minus 119887) =2302 (B minus C)N
W
W =berat contoh times ml contoh
900
Keterangan
B = volume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
blanko
C = colume larutan Na2S2O3 untuk titrasi
contoh
N = normalitas larutan Na2S2O3
Angka Penyabunan
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya mg KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
sampel Sampel metil ester ditimbang
sebanyak 4 gram ke dalam erlenmeyer 250
ml kemudian ditambahkan 50 ml larutan
KOH alkoholik 05 N berlebih terukur
dengan pipet Disiapkan dan lakukan
analisis blanko secara serempak dengan
analisis contoh tanpa menggunakan contoh
Disambungkan erlenmeyer dengan
kondensor berpendingin udara dan didihkan
5
perlahan selama 1 jam Setelah waktunya
terpenuhi bilas kondensor dengan akuades
lalu dilepaskan dari erlenmeyer
Ditambahkan 1 ml larutan indikator
phenolphthalein ke dalam erlenmeyer dan
titrasi dengan larutan HCL 05N hingga
warna merah jambu hilang Dicatat volume
HCl yang dibutuhkan dalam titrasi Angka
penyabunan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka penyabunan =561 (B minus C)N
m
Keterangan
B = volume larutan HCl 05 N untuk
titrasi blanko
C = colume larutan HCl 05 N untuk
titrasi contoh
N = normalitas larutan HCl 05 N
m = bobot contoh
Kadar Ester Metil
Kadar ester metil dapat dihitung
menggunakan rumus
ester = 100(119860119904 minus 119860119886 minus 1827G119905119905119897)
A119904
Keterangan
As = angka penyabunan (mgg)
Aa = Angka asam (mgg)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel
Sintesis Dietanolamida
Proses sintesis dietanolamida
dilakukan menggunakan metil ester olein
dietanolamina dan natrium metilat sebagai
katalis reaksi dengan beberapa
perbandingan mol reaktan metil ester olein
dietanolamina yaitu 11 1 125 115
1175 dan 12 Kondisi reaksi
menggunakan suhu pemanasan 140 oC
kecepatan pengadukan 150 ndash 200 rpm lama
reaksi 4 jam dan jumlah katalis natrium
metilat 05
Pemurnian Dietanolamida
Dietanolamida yang telah disintesis
dimurnikan dengan penambahan anhidrida
asetat sebanyak 5 dengan kondisi proses
yang digunakan yaitu suhu pemanasan 70 oC tekanan vakum lama waktu 2 jam
Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektrofotometer Infra Merah
Gugus fungsional dietanolamida
ditentukan dengan menggunakan Fourier
Transform Infrared Spektrofotometer
(FTIR) Bruker tensor 37 Sejumlah tertentu
sampel ditambahkan KBr kemudian dibuat
pelat film tipis Pelat ditempatkan dalam
tempat sampel alat spektroskopi inframerah
untuk kemudian dianalisis
6
Analisis Dietanolamina Sisa
Analisis ini bertujuan untuk
menghitung kadar dietanolamina sisa yang
tidak bereaksi di dalam dietanolamida
Sampel dietanolamida ditimbang sebanyak
35 ndash 45 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml
kemudian dilarutkan dengan larutan
Isopropanolair (8020) sebanyak 110 ml
larutan sampel dititrasi dengan HCL 05N
hingga diperoleh titik akhir berwarna
kuning dengan menggunakan indikator
Bromophenol blue
kadar dietanolamina = V x N x MW
bobot x10
keterangan
V = Volume titran yang digunakan untuk
titrasi sample
N = Normalitas larutan standar HCl 05 N
MW= Bobot molekul Diethanolamina
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Metil Ester Olein
Metil ester merupakan suatu
senyawaan ester yang dapat dihasilkan dari
proses transesterifikasi suatu trigliserida
dan atau dari proses esterifikasi suatu asam
lemak Metil ester yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil produksi
Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC) yang menggunakan metode
transesterifikasi olein Standar yang
menjadi acuan adalan SNI 71822012
tentang Biodiesel Kualitas metil ester
disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Kualitas Metil Ester Olein
Parameter
uji Satuan Standar Hasil
Angka
asam
mg-
KOHg Maks 06 028
Gliserol
bebas
massa Maks 002 011
Gliserol
total
massa Maks 024 028
Angka
Penyabunan
mg-
KOHg - 25577
Kadar ester
metil
massa Min 965 979
Nilai angka asam yang diperoleh
memenuhi persyaratan SNI 71822012
yaitu maksimal sebesar 06 mg KOHg
sampel Dari hasil analisis diperoleh nilai
angka asam sebesar 028 mg KOHg
sampel hal ini menandakan proses
transesterifikasi optimal sehingga
menyisakan 028 mg asam lemak bebasnya
Kenaikan angka asam pada biodiesel salah
satunya disebabkan oleh adanya reaksi
hidrolisis Reaksi hidrolisis dapat terjadi
karena kandungan air dalam biodiesel
masih cukup tinggi Hal ini berkaitan
dengan proses pencucian dan pengeringan
biodiesel yang belum optimal atau proses
penyimpanan yang kurang baik sehingga
sejumlah air masih tersisa dalam biodiesel
Dari hasil analisis kadar gliserol
bebas yang diperoleh sebesar 011 nilai
ini lebih besar dibandingkan persyaratan
yang diberikan yaitu sebesar 002
Tingginya kadar gliserol bebas dapat
disebabkan oleh tahap settling yang kurang
cermat dan proses pencucian yang kurang
efektif yaitu dari kurangnya jumlah air
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
5
perlahan selama 1 jam Setelah waktunya
terpenuhi bilas kondensor dengan akuades
lalu dilepaskan dari erlenmeyer
Ditambahkan 1 ml larutan indikator
phenolphthalein ke dalam erlenmeyer dan
titrasi dengan larutan HCL 05N hingga
warna merah jambu hilang Dicatat volume
HCl yang dibutuhkan dalam titrasi Angka
penyabunan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus
Angka penyabunan =561 (B minus C)N
m
Keterangan
B = volume larutan HCl 05 N untuk
titrasi blanko
C = colume larutan HCl 05 N untuk
titrasi contoh
N = normalitas larutan HCl 05 N
m = bobot contoh
Kadar Ester Metil
Kadar ester metil dapat dihitung
menggunakan rumus
ester = 100(119860119904 minus 119860119886 minus 1827G119905119905119897)
A119904
Keterangan
As = angka penyabunan (mgg)
Aa = Angka asam (mgg)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel
Sintesis Dietanolamida
Proses sintesis dietanolamida
dilakukan menggunakan metil ester olein
dietanolamina dan natrium metilat sebagai
katalis reaksi dengan beberapa
perbandingan mol reaktan metil ester olein
dietanolamina yaitu 11 1 125 115
1175 dan 12 Kondisi reaksi
menggunakan suhu pemanasan 140 oC
kecepatan pengadukan 150 ndash 200 rpm lama
reaksi 4 jam dan jumlah katalis natrium
metilat 05
Pemurnian Dietanolamida
Dietanolamida yang telah disintesis
dimurnikan dengan penambahan anhidrida
asetat sebanyak 5 dengan kondisi proses
yang digunakan yaitu suhu pemanasan 70 oC tekanan vakum lama waktu 2 jam
Analisis Gugus Fungsi dengan
Spektrofotometer Infra Merah
Gugus fungsional dietanolamida
ditentukan dengan menggunakan Fourier
Transform Infrared Spektrofotometer
(FTIR) Bruker tensor 37 Sejumlah tertentu
sampel ditambahkan KBr kemudian dibuat
pelat film tipis Pelat ditempatkan dalam
tempat sampel alat spektroskopi inframerah
untuk kemudian dianalisis
6
Analisis Dietanolamina Sisa
Analisis ini bertujuan untuk
menghitung kadar dietanolamina sisa yang
tidak bereaksi di dalam dietanolamida
Sampel dietanolamida ditimbang sebanyak
35 ndash 45 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml
kemudian dilarutkan dengan larutan
Isopropanolair (8020) sebanyak 110 ml
larutan sampel dititrasi dengan HCL 05N
hingga diperoleh titik akhir berwarna
kuning dengan menggunakan indikator
Bromophenol blue
kadar dietanolamina = V x N x MW
bobot x10
keterangan
V = Volume titran yang digunakan untuk
titrasi sample
N = Normalitas larutan standar HCl 05 N
MW= Bobot molekul Diethanolamina
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Metil Ester Olein
Metil ester merupakan suatu
senyawaan ester yang dapat dihasilkan dari
proses transesterifikasi suatu trigliserida
dan atau dari proses esterifikasi suatu asam
lemak Metil ester yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil produksi
Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC) yang menggunakan metode
transesterifikasi olein Standar yang
menjadi acuan adalan SNI 71822012
tentang Biodiesel Kualitas metil ester
disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Kualitas Metil Ester Olein
Parameter
uji Satuan Standar Hasil
Angka
asam
mg-
KOHg Maks 06 028
Gliserol
bebas
massa Maks 002 011
Gliserol
total
massa Maks 024 028
Angka
Penyabunan
mg-
KOHg - 25577
Kadar ester
metil
massa Min 965 979
Nilai angka asam yang diperoleh
memenuhi persyaratan SNI 71822012
yaitu maksimal sebesar 06 mg KOHg
sampel Dari hasil analisis diperoleh nilai
angka asam sebesar 028 mg KOHg
sampel hal ini menandakan proses
transesterifikasi optimal sehingga
menyisakan 028 mg asam lemak bebasnya
Kenaikan angka asam pada biodiesel salah
satunya disebabkan oleh adanya reaksi
hidrolisis Reaksi hidrolisis dapat terjadi
karena kandungan air dalam biodiesel
masih cukup tinggi Hal ini berkaitan
dengan proses pencucian dan pengeringan
biodiesel yang belum optimal atau proses
penyimpanan yang kurang baik sehingga
sejumlah air masih tersisa dalam biodiesel
Dari hasil analisis kadar gliserol
bebas yang diperoleh sebesar 011 nilai
ini lebih besar dibandingkan persyaratan
yang diberikan yaitu sebesar 002
Tingginya kadar gliserol bebas dapat
disebabkan oleh tahap settling yang kurang
cermat dan proses pencucian yang kurang
efektif yaitu dari kurangnya jumlah air
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
6
Analisis Dietanolamina Sisa
Analisis ini bertujuan untuk
menghitung kadar dietanolamina sisa yang
tidak bereaksi di dalam dietanolamida
Sampel dietanolamida ditimbang sebanyak
35 ndash 45 gram ke dalam Erlenmeyer 250 ml
kemudian dilarutkan dengan larutan
Isopropanolair (8020) sebanyak 110 ml
larutan sampel dititrasi dengan HCL 05N
hingga diperoleh titik akhir berwarna
kuning dengan menggunakan indikator
Bromophenol blue
kadar dietanolamina = V x N x MW
bobot x10
keterangan
V = Volume titran yang digunakan untuk
titrasi sample
N = Normalitas larutan standar HCl 05 N
MW= Bobot molekul Diethanolamina
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Metil Ester Olein
Metil ester merupakan suatu
senyawaan ester yang dapat dihasilkan dari
proses transesterifikasi suatu trigliserida
dan atau dari proses esterifikasi suatu asam
lemak Metil ester yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari hasil produksi
Surfactant and Bioenergy Research Center
(SBRC) yang menggunakan metode
transesterifikasi olein Standar yang
menjadi acuan adalan SNI 71822012
tentang Biodiesel Kualitas metil ester
disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Kualitas Metil Ester Olein
Parameter
uji Satuan Standar Hasil
Angka
asam
mg-
KOHg Maks 06 028
Gliserol
bebas
massa Maks 002 011
Gliserol
total
massa Maks 024 028
Angka
Penyabunan
mg-
KOHg - 25577
Kadar ester
metil
massa Min 965 979
Nilai angka asam yang diperoleh
memenuhi persyaratan SNI 71822012
yaitu maksimal sebesar 06 mg KOHg
sampel Dari hasil analisis diperoleh nilai
angka asam sebesar 028 mg KOHg
sampel hal ini menandakan proses
transesterifikasi optimal sehingga
menyisakan 028 mg asam lemak bebasnya
Kenaikan angka asam pada biodiesel salah
satunya disebabkan oleh adanya reaksi
hidrolisis Reaksi hidrolisis dapat terjadi
karena kandungan air dalam biodiesel
masih cukup tinggi Hal ini berkaitan
dengan proses pencucian dan pengeringan
biodiesel yang belum optimal atau proses
penyimpanan yang kurang baik sehingga
sejumlah air masih tersisa dalam biodiesel
Dari hasil analisis kadar gliserol
bebas yang diperoleh sebesar 011 nilai
ini lebih besar dibandingkan persyaratan
yang diberikan yaitu sebesar 002
Tingginya kadar gliserol bebas dapat
disebabkan oleh tahap settling yang kurang
cermat dan proses pencucian yang kurang
efektif yaitu dari kurangnya jumlah air
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
7
pencuci (air hangat) atau banyaknya
pencucian yang dilakukan tidak cukup
untuk menghilangkan kandungan gliserol
bebas
Kadar gliserol total menunjukkan
jumlah keseluruhan gliserol baik dalam
keadaan terikat ( mono- di- dan trigliserida)
maupun dalam keadaan bebas di dalam
biodiesel Kadar gliserol terikat diperoleh
dari selisih kadar gliserol total dengan
gliserol bebas Gliserol terikat
menunjukkan jumlah gliserol yang masih
terikat dalam bentuk mono-di- dan
trigliserida di dalam biodiesel Dalam
proses transesterifikasi trigliserida
merupakan reaktan utama sedangkan
monogliserida dan digliserida merupakan
zat antara dari reaktan Sehingga semakin
tinggi kadar gliserol terikat menunjukkan
bahwa reaksi belum berlangsung sempurna
Angka penyabunan dinyatakan
sebagai banyaknya (miligram) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram
lemak atau minyak Angka ini
menunjukkan berat molekul lemak dan
minyak secara kasar minyak yang tersusun
oleh asam lemak berantai karbon pendek
berarti mempunyai bobot molekul yang
relatif kecil dan akan mempunyai angka
penyabunan yang besar dan begitu pula
sebaliknya bila minyak mempunyai berat
molekul yang besar maka angka
penyabunannya relatif kecil
Kadar ester metil menunjukkan
jumlah asam organik yang bersenyawa
sebagai ester metil yang dihasilkan pada
proses transesterifikasi trigliserida
Semakin tinggi kadar ester metil maka
konversi trigliserida menjadi metil esternya
dapat dianggap semakin baik Batasan
minimum kandungan ester metil dalam
biodiesel yaitu sebesar 965 sedangkan
dari hasil analisis diperoleh kadar ester
metil sebesar 979 sehingga metil ester
yang dihasilkan memenuhi persyaratan SNI
71822012
DIETANOLAMIDA KASAR
Produk surfaktan yang dihasilkan
semuanya berupa larutan kental berwarna
coklat dan tak berbau Produk yang
disimpan pada kondisi suhu ruang dalam
waktu yang lama akan membeku tetapi jika
dipanaskan akan mencair kembali Reaksi
amidase yang terjadi disajikan dalam
Gambar 1
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
8
Gambar 1 Reaksi amidasi metil ester dengan dietanolamina
Dari reaksi amidasi pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa hanya dibutuhkan 1 mol
dietanolamina untuk bereaksi dengan 1 mol
metil ester Penambahan dietanolamina
selebihnya hanya untuk menggeser
kesetimbangan ke arah produk agar produk
yang tebentuk lebih banyak
Keberhasilan sintesis dietanolamida
dari metil ester dominan C181 dengan
dietanolamina dapat ditunjukkan oleh
spektrum infra merah Hal ini terlihat dari
munculnya puncak serapan pada panjang
gelombang tertentu yang berbeda saat
dibandingkan dengan bahan baku
Spektrum infra merah untuk produk
dietanolamida hasil sintesis yang
dibandingkan dengan reaktan disajikan
dalam Gambar 2
Spektrum metil ester memperlihatkan
adanya serapan yang tajam dan doublet
pada 2854 cm-1 dan 2925 cm-1 yang
menunjukkan ciri dari gugus C-H ulur
simetris dan C-H ulur asimetris Gugus
tersebut mencirikan gugus alkana rantai
panjang Puncak serapan yang tajam juga
terdapat pada 1743 cm-1 yang menunjukkan
ciri dari gugus C=O ulur untuk ester
Sedangkan pada spektrum dietanolamina
terlihat adanya serapan yang lebar dan kuat
pada kisaran 3550 - 3350 cm-1 yang
menunjukkan serapan dari gugus N-H ulur
asimetris dan serapan pada 1664 cm-1
menunjukkan serapan dari gugus C-N ulur
milik senyawa amina sekunder
Spektrum inframerah untuk produk
dietanolamida menunjukkan adanya
beberapa penambahan ataupun pergeseran
serapan puncak yang mirip satu sama
lainnya Secara garis besar keseluruhan
perbandingan memperlihatkan penambahan
puncak serapan pada 1600-1670 cm-1 yang
bertumpuk dengan 1664 cm-1 Spektrum
serapan tersebut merupakan serapan gugus
C=O ulur untuk amida tersier dan juga
terdapat penurunan intensitas puncak
serapan yang berderet dengan 1743 cm-1
hal ini disebabkan oleh terjadinya
penurunan jumlah atau kandungan C=O
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
9
ester karena telah berubah menjadi C=O
amida
Gambar 2 Spektrum Infra Merah Reaktan dan Produk Dietanolamida
=metil ester = dietanolamina
=11 =1125 = 115 = 1175 =12
DIETANOLAMIDA HASIL
PEMURNIAN
Pemurnian surfaktan dietanolamida
dilakukan dengan cara asetilasi oleh
anhidrida asetat Anhidrida asetat
merupakan suatu bahan kimia yang cukup
reaktif Anhidrida asetat akan bereaksi
dengan dietanolamina sisa membentuk
dietanolamida dan asam asetat sebagai hasil
samping reaksinya
Dietanolamina sisa atau bebas
merupakan dietanolamina yang tidak ikut
bereaksi dengan metil ester membentuk
dietanolamida Prinsip analisis
dietanolamina sisa adalah dengan
menetralkan dietanolamina dengan HCl
yang terlebih dahulu dilarutkan dengan
campuran Isopropanol air (8020)
sehingga dihasilkan garam klorida dari
dietanolamina Hasil analisis dietanolamina
sisa disajikan dalam Gambar 3
C-H
C=O Amida tersier
C=O ester
C=O Amina
sekunder
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
10
Gambar 3 Hasil analisis dietanolamina sisa sebelum dan sesudah pemurnian
Berdasarkan Gambar 3 seiring
dengan bertambahnya rasio mol reaktan
maka dietanolamina sisa yang diperoleh
yang semakin meningkat Kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida setelah dimurnikan
mengalami penurunan untuk rasio mol 115
1175 dan 12 Penurunan konsentrasi
dietanolamina tertinggi terdapat pada rasio
mol 12 yaitu sebesar 111 Hal ini
menunjukan bahwa proses pemurnian
masih belum optimal karena penurunan
kandungan pengotor hanya sebesar 111
Sedangkan pada paten disebutkan bahwa
proses pemurnian dengan menggunakan
metode ini dapat menurunkan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida hingga jumlahnya mencapai
05
Pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan produk yang murni Jumlah
produk murni diperoleh dengan
mengurangkan jumlah produk kasar dengan
jumlah dietanolamina sisa terkandung
didalamnya Jumlah produk murni untuk
masing-masing perbandingan mol reaktan
disajikan dalam Tabel 5 Berdasarkan Tabel
5 jumlah produk murni yang diperoleh
berkisar antara 363 ndash 383 gram dengan
jumlah produk murni tertinggi diperoleh
pada rasio mol reaktan 115 yaitu sebesar
38370 gram
Tabel 2 Jumlah Produk Murni Dietanoalmida
Rasio
mol
Produk
kasar
(gram)
Dietanolamina
sisa (gram)
Produk
murni
(gram)
11 3809 1727 36363
1125 41592 3469 38123
115 44661 6291 38370
1175 46243 8910 37333
12 48811 11900 36911
446
830
1424
1874
2423
441
866
1347
1827
2312
000
500
1000
1500
2000
2500
3000
11 1125 115 1175 12
(
per
sen
)
rasio mol reaktan
Analisis Dietanolamina Sisa
Sebelum pemurnian setelah pemurnian
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Sintesis dietanolamida berbasis produk
turunan sawit yaitu etil ester olein C181
berhasil dilakukan
2 Rasio mol reaktan yang efektif adalah
rasio mol metil ester dietanolamina
115 dengan jumlah produk murni
38370 gram
3 Pemurnian yang dilakukan tidak efektif
untuk meminimalisir kandungan
dietanolamina sisa pada surfaktan
dietanolamida
Saran
1 Perlu dilakukannya analisis lebih lanjut
untuk memastikan keberadaan
komponen surfaktan dietanolamida
dengan metode GC-MS
2 Perlu dilakukannya proses pemurnian
surfaktan dietanolamida dengan metode
lain yang lebih efektif misalnya dengan
metode ekstraksi pelarut
DAFTAR PUSTAKA
Billyk A GB Raymond Jr George JP
Stephen HF Michael JH 1992 A
Novel Technique for the preparation of
secondary fatty amides in Journal
American Oil Chemistry of Society
Volume 69 Number 5
Badan Pusat Statistik 2014 Daftar tabel
perkebunan
httpwwwbpsgoidSubjekviewid5
4subjekViewTab3|accordion-daftar-
subjek3 Diakses pada tanggal 16
Desember 2014 pukul 1447 WIB
Badan Standarisasi Nasional 2012 Standar
Nasional Indonesia 71282012
BIODIESEL BSN Jakarta
Boiteux JP Bernard B Chesnay L
Lecocu N Loussayre F 1992 Process
For the Preparation of purified fatty
alkyl diethanolamides products
obtained according to said process and
their use United States Patent number
5108661
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1992
Kimia Organik Edisi ketiga Aloysius
Hadyana P Jakarta Erlangga
Gerpen JHV Hammond EG Johnson LA
Marley SJ YuL LiI dan Monyem A
1996 Determining the influence of
contaminants on Biodiesel Properties
Final report prepared for The Iowa
Soybean promotion Board Iowa state
University 28 p
Gerpen JV Shanks B Pruszko R Clements
D dan Knothe G 2004 Biodiesel
Production Technology National
Renewable Energy Laboratory
Colorado 106 p
Hambali E Suryani A dan Rivai M 2012
Teknologi Surfaktan dan Aplikasinya
Cetakan Pertama PT penerbit IPB
Press Bogor
HuiYH 1996 Baileyrsquos Industrial Oil and
Fat Products 5th Edition Volume5
John Wiley amp SonsIncNew York
Jatmika A 1998 Aplikasi Enzim Lipase
dalam Pengolahan Minyak sawit dan
Minyak Inti Sawit untuk produk
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay
12
pangan warta pusat penelitian kelapa
sawit 6(1) 31-37
Jungermann E 1979 Fat-based Surface-
Active Agent Baileyrsquos Industrial Oil
and Fat Products Vol I 4th edition
John Wiley and Son New York
Kementrian Perdagangan RI 2013
Market Brief Kelapa Sawit dan
Olahannya IPTC Hamburg
Hamburg
KetarenS 1986 Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan UI Press
Jakarta
Lotero E Y Liu DE Lopez K
Suwannakarn DA Bruce amp JG
Goodwin Jr 2004 Synthesis of
Biodiesel via Acid Catalysis
[terhubung berkala]
wwwscienzechimicheuniprit [12
February2007]
Lamberti Vincent Teaneck NJ 1968
Process for the preparation of amides
United State patent number 3395162
Mistry BD 2009 A Handbook of
Spectroscopic Data Jaipur (IN)
Oxford Book Company
Meher LC VSS Dharmagadda SN Naik
2004 Optimization of alkali-
catalyzed transesterification of
Pongamia pinnata oil for production of
biodiesel Article in press
Panji Tri 2012 Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul Edisi
Pertama Yogyakarta Graha Ilmu
Probowati A PC Giovanni D Ikhsan
2012 Pembuatan surfaktan dari minyak
kelapa murni (VCO) melalui proses
amidasi dengan katalis NaOH dalam
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri
Vol 1 No 1 Tahun 2012 Halaman 424-
432 Universitas Diponegoro
Rieger M 1985 Surfactant in cosmetics
Surfactant Science Series Marcel
Dekker Inc New York 488p
Singarimbun BPL 2012 Pemanfaatan
surfaktan berbasis minyak kelapa sawit
dalam formulasi herbisida berbahan
aktif glifosat Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor Bogor
Tim penerbit 2002 Kamus istilah pangan
dan nutrisi Cetakan 1
YogyakartaKanisius
Vaughan JG 1970 The Structure and
Utilization of Oil Seeds Richard Clay
Ltd Bungay