sintesis asam oksalat dari gula pasir windi riyadi
DESCRIPTION
Penelitian yang dilakukan adalah sintesis asam oksalat yang diperoleh dari bahan gula pasir atau sukrosa dan dari koran bekas.TRANSCRIPT
SINTESIS ASAM OKSALAT DARI GULA PASIR DAN KORAN BEKAS
Windi Riyadi
1113096000037
Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Indonesia Telp. (62-21) 7493606
Email: [email protected]
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta, Indonesia.
Abstrak
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam oksalat anhidrat
(H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam
oksalat anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan
jenis asam oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun (H2C2O4.2H2O), dengan berat
molekul 126,07 gr/mol dan melting point 101,5oC dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58
% air, bersifat tidak bau dan dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100 oC. Sintesis asam
oksalat dapat diperoleh dari bahan yang berbeda yakni, Oksidasi karbohidrat dengan HNO3, Peleburan alkali,
Fermentasi glukosa dan Sintesis dari Natrium Formiat. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan sukrosa
yang terdapat dalam senyawa sederhana gula pasir yang dijadikan sebagai bahan untuk sintesis asam oksalat.
Asam oksalat dapat disintesis menggunakan sukrosa yang terdapat pada gula pasir dengan cara hidrolisis dalam
suasana asam yang disertai pemanasan dan dioksidasi menggunakan HNO3 dan pemanasan. Pada penelitian ini
dari 10 gram gula pasir didapatkan massa kristal asam oksalat sebesar 1,92 gram dengan titik leleh 101 oC.
Rendemen yang dihasikan pada penelitian ini sebesar 11,911 %.
Kata Kunci: Sintesis Asam Oksalat, gula pasir, Koran bekas
I. PENDAHULUAN
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat.
Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik
yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen
pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah
kalsium oksalat(CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat. Asam oksalat anhidrat
(H2C2O4) yang mempunyai berat molekul 90,04 gr/mol dan mempunyai melting point 187oC. Sifat dari asam oksalat
anhidrat adalah tidak berbau berwarna putih, dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam
oksalat yang dijual di pasaran yang mempunyai rumus bangun (H2C2O4.2H2O), dengan berat molekul 126,07 gr/mol
dan melting point 101,5oC dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58 % air, bersifat tidak bau dan
dapat kehilangan molekul air apabila dipanaskan sampai suhu 100oC.
Asam oksalat terdistribusi secara luas dalam bentuk garam pottasium dan kalsium yang terdapat pada daun,
akar dan rhizoma dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air kencing manusia dan hewan
dalam bentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat dalam etanol
pada suhu 15,6oC dan etil eter pada suhu 25oC adalah 23,7 g / 100 g solvent dan 1,5 g / 100 g solvent. Makanan
yang banyak mengandung asam oksalat adalah coklat, kopi, strawberry, kacang dan bayam. ( Kirk R.E, Othmer D.F,
hal.618 – 635, 1945 )
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperatur dimana terjadinya keadaansetimbang antara fasa padat
dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing
point. Prinsipnya yaitu suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu
yang
memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat ikatannya maka semakin
tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus
akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya
intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa
molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan
lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada thermometer
yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya
harus ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya.Dalam percobaan ini dilakukan proses penentuan
titik leleh dengan tujuan menentukan titik leleh dan mengetahui kemurnian dari asam oksalat.
Dalam dunia industri asam oksalat digunakan yaitu untuk:
1. Metal Treatment
Asam oksalat digunakan pada industri logam untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada
permukaan logam yang akan di cat. Hal ini dilakukan karena kotoran tersebut dapat menimbulkan korosi pada
permukaan logam setelah proses pengecatan selesai dilakukan.
2. Oxalate Coatings
Pelapisan oksalat telah digunakan secara umum, karena asam oksalat dapat digunakan untuk melapisi logam
stainless stell, nickel alloy, kromium dan titanium. Sedangkan lapisan lain seperti phosphate tidak dapat bertahan
lama apabila dibandingkan dengan menggunakan pelapisan oksalat.
3. Anodizing
Proses pengembangan asam oksalat dikembangkan di Jepang dan dikenal lebih jauh di Jerman. Pelapisan asam
oksalat menghasilkan tebal lebih dari 60 μm dapat diperoleh tanpa menggunakan teknik khusus. Pelapisannya
bersifat keras, abrasi dan tahan terhadap korosi dan cukup atraktif warnanya sehingga tidak diperlukan pewarnaan.
Tetapi bagaimanapun juga proses asam oksalat lebih mahal apabila dengan dibandingkan dengan proses asam sulfat.
4. Metal Cleaning
Asam oksalat adalah senyawa pembersih yang digunakan untuk automotive radiator, boiler, “railroad cars” dan
kontaminan radioaktif untuk plant reaktor pada proses pembakaran. Dalam membersihkan logam besi dan non besi
asam oksalat menghasilkan kontrol pH sebagai indikator yang baik. Banyak industri yang mengaplikasikan cara ini
berdasarkan sifatnya dan keasamannya.
5. Textiles
Asam oksalat banyak digunakan untuk membersihan tenun dan zat warna. Dalam pencucian, asam oksalat
digunakan sebagai zat asam, kunci penetralan alkali dan melarutkan besi pada pewarnaan tenun pada suhu
pencucian, selain itu juga asam oksalat juga digunakan untuk membunuh bakteri yang ada didalam kain.
6. Dyeing
Asam oksalat dan garamnya juga digunakan untuk pewarnaan wool. Asam oksalat sebagai agen pengatur mordan
kromium florida. Mordan yang terdiri dari 4 kromium florida dan 2% berat asam oksalat. Wool di didihkan dalam
waktu 1 jam. Kromic oksida pada wool diangkat dari pewarnaan. Ammonium oksalat juga digunakan sebagai
pencetakan Vigoreus pada wool, dan juga terdiri dari mordan (zat kimia) pewarna. ( Kirk R.E, Othmer D.F., hal.630
– 631, 1945 ).
Secara umum, ada empat macam proses pembuatan asam oksalat dengan bahan dasar yang berbeda, yaitu:
1. Sintesis dari Natrium Formiat
Pada proses pembuatan asam oksalat dari natrium formiat ini, bahan yang dipakai adalah gas CO, Ca(OH)2,
H2SO4, dan NaOH. Proses utama pembuatan asam oksalat meliputi:
Pembuatan, pemurnian dan pengempaan gas
Udara panas direaksikan dengan kokas membentuk gas batubara, yang memiliki komponen utama CO, N2, CO2,
debu dan limbah gas lainnya.
Kokas + udara panas CO + N2 +CO2 + debu + limbah gas
Selanjutnya gas batubara (CO dan N2) dimurnikan, dikeringkan dan dikempa
Proses sintesa
Gas CO bertekanan direaksikan dengan larutan NaOH pada suhu 200oC menjadi natrium formiat.
(HCOONa).NaOH + CO HCOONa
Proses Dehidrogenasi
HCOONa diuraikan menjadi Na2C2O4 dan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut :
2 HCOONa (COONa)2 + H2
Proses pengolahan plumbite
Timbal sulfat (PbSO4) bereaksi dengan Na2C2O4 menghasilkan natrium sulfat
(Na2SO4) dan PbC2O4 yang tidak larut
(COONa)2 + PbSO4 Na2SO4 + PbC2O4
Melalui pencucian dengan air, maka Na2SO4 dan PbC2O4 akan terpisahkan.
Proses pengasaman
Dalam proses pengasaman, PbC2O4 bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam oksalat H2C2O4dan PbSO4 yang
tidak larut.
PbC2O4 + H2SO4 (COOH)2 + PbSO4
Pengkristalan dan pengeringan H2C2O4
Larutan asam oksalat dipanaskan, diuapkan dan diembunkan untuk menghasilkan kristal asam oksalat.
2. Fermentasi glukosa
Proses ini menggunakan jamur untuk menguraikan glukosa menjadi asam oksalat. Jamur yang digunakan pada
proses ini adalah Aspergillus Niger yang beroperasi optimum pada pH 4,5. Produk yang diperoleh kemudian
disaring, diasamkan, dan dihilangkan warnanya. Setelah itu, produk dinaikkan konsentrasinya dengan evaporator
dan hasilnya dikristalkan. Hasil dari pengkristalan dikeringkan untuk meminimalkan kadar air dalam produk. Yield
asam oksalat tergantung dari nutrient (nitrogen) yang ditambahkan.
3. Peleburan alkali
Proses ini menggunakan bahan baku berupa bahan yang mengandung selulosa tinggi, potass serbuk gergaji,
sekam, tongkol jagung, dan lain-lain. Bahan ini dilebur dengan sodium hidroksida atau potassium hidroksida pada
suhu 240 – 285oC. Produk yang diperoleh direaksikan dengan kapur untuk mengikat oksalat dengan kalsium.
Produk ini kemudian direaksikan dengan asam sulfat untuk membentuk asam oksalat. Reaksi-reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Selulosa + NaOH → Na2C2O4 + zat lain
Na2C2O4 + Ca(OH)2 → Ca2C2O4 4 + 2 NaOH
CaC2O4 + H2SO4 → CaSO4 + H2C2O4
Konversi yang diperoleh dari proses ini kurang dari 45 % dengan kemurnian produk sebesar 60 %.
4. Oksidasi karbohidrat dengan HNO3
Cara ini ditemukan oleh Scheele pada tahun 1776. Karbohidrat yang dapat digunakan pada proses ini antara lain
yaitu berupa gula, glukosa, fruktosa, maizena, pati gandum, pati kentang, tapioka, molasses, dan lain-lain.
Karbohidrat dihidrolisis terlebih dahulu untuk mendapatkan glukosa dengan reaksi :
(C6H10O5)n + n H2O → n C6H12O6
Glukosa yang diperoleh dicampurkan dengan larutan induk asam oksalat yang mengandung } 50 % C� 2H2O4 dan
kemudian direaksikan dengan HNO3 menggunakan
katalis V2O5. Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah :
C6H12O6 + 12 HNO3 → 3 C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 NO2
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O → 12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Dalam pembuatan asam oksalat dengan proses ini, bahan dasar yang digunakan mengandung pati } 80%.�
Setelah didapatkan produk asam oksalat, dilakukan penyaringan, pemisahan, dan pengkristalan. Konsentrasi asam
oksalat yang dihasilkan mencapai 99 % sedangkan yield dapat mencapai 95 - 97 %. Proses pembuatan asam
oksalat dengan metode ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinyu. Produk Asam Oksalat yang dihasilkan
terdiri atas :
a) Sifat fisika asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
· Berbentuk kristal, berwarna putih.
b) Sifat kimia asam oksalat anhydrat (C2H2O4)
· Titik leleh : 187oC.
· Densitas : 1.897 g / cm3.
· Panas pembakaran (ΔE) pada 25oC : 245,61 kJ/mol.
· Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 25oC : 826,61 kJ/mol.
· Berat molekul : 90.04 g/mol.
· Asam oksalat dengan glycerol akan membentuk allyl alkohol.
· Asam oksalat anhydrat menyublim pada suhu 150oC tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi
karbondioksida dan asam formiat.
· Jika asam oksalat dipanaskan dengan penambahan asam sulfat akan menghasilkan karbon monoksida,
karbondioksida dan H2O. ( Kirk R.E, Othmer D.F, hal.618 – 635, 1945 )
c) Sifat fisika asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
· Berbentuk kristal, berwarna putih.
d) Sifat kimia asam oksalat dihydrat (C2H2O4.2H2O)
· Titik leleh :101,5oC.
· Densitas : 1,653 g / cm3.
· Panas pembentukan standart (ΔHf) pada 18oC : -1422 kJ/mol.
· Berat molekul : 126,07 g/mol.
· Cp pada suhu 50oC adalah 0.385.
· Cp pada suhu 100oC adalah 0.416.
Secara umum kertas koran bekas mengandung selulosa, jika selulosa dihidrolisis dengan menggunakan larutan
NaOH makan akan dihasilkan asam oksalat yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Senyawa asam oksalat
dapat digunakan secara luas sebagai zat ppenetral atau zat pengasam, bahan pembuat seluloid dan rayon, bahan
peledak, pemurni gliserol, stearin, penyamakan kulit, pembuat zat warna dan untuk keperluan laboratorium. Karena
banyaknya kertas koran bekas di Indonesia dan besarnya kegunaan asam oksalat di berbagai industri maka
pengolahan kertas koran bekas dengan larutan NaOH menjadi asam oksalat diharapkan mempunyai masa depan dan
berkembang dengan baik.
Selulosa merupakan polisakarida rantai panjang yang tersusun oleh 150 sampai 1250 unit selulosa permolekul
dengan berat molekul 50.000 sampai 400.000 sehingga membentuk serat-serat dalam tanaman. Glukosa merpakan
disakarida yang terdiri dari 2 gugus glukosa dengan bentuk ikatan (1-4). Glukosa dengan rantai sakarida lurus, tidak
bercabang terdapat terutama dalam tumbuhan pada dingding sel. Senyawa ini tidak larut dalam air, eter dan alkohol
tetapi akan terhidrolisis oleh basa kuat (NaOH).
Pembuatan asam oksalat dari bahan-bahan limbah pertanian telah bnyak dilakukan dengan cara pemecahan
memakai larutan alkali dan oksidasi dengan mengunakan larutan nitrat pekat. Peleburan zat-zat buangan yang
berasal dari hasil-hasil pertanian seperti sekam padi, otngkol jagung, kulit kacang tanah, serbuk gergaji memakai
larutan NaOH menghasilkan asam oksalat, asam asetat dan asam formiat.
II. METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah labu erlenmeyer 200 ml, gelas beaker 500 ml, gelas beaker
100 ml, gelas ukur 50 ml, gelas ukur 25 ml, batang pengaduk, pipet tetes, penangas air, pendingin es, thermometer,
corong, kertas saring cawan kristalisasi dan melting point. Pada penelitian ini digunakan gula pasir dan koran bekas
sebagai bahan utama pembuatan asam oksalat, aquadest, air es, NaOH 40%, CaCl2 jenuh, H2SO4 4N, KMnO4 0,1 N
dan asam nitrat pekat sebagai bahan kimia untuk memecah sukrosa dari gula pasir menjadi asam oksalat.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Asam Oksalat dari Gula Pasir
Sebanyak 10 gram gula pasir dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml HNO3 pekat.
Dipanaskan di atas water bath sambil diaduk secara pelahan-lahan hingga mendidih. Bila sudah timbul uap coklat
NO2, diagkat labu erlenmeyer tadi, dipindahkan untuk melanjutkan reaksi tanpa pemanasan, dibiarkan selama 15
menit. Dituangkan hasil reaksi kedalam gelas piala berukuran 100 ml, kemudian labu elenmeyer dicuci dengan 10
ml aquadest dingin dan air hasil cucian dimasukkan kedalam gelas piala lagi dan ditambahkan 10 ml HNO3 pekat.
Diuapkan di atas penangas air sampai volume cairan tinggal 10 ml. Ditambahkan 20 ml aquadest kedalam larutan di
atas, kemudian diuapkan lagi sampai volume tinggal 10 ml. Didinginkan larutan ini didalam air es sambil diaduk,
kristal asam oksalat segera terbentuk. Disaring kristal asam oksalat yang terbentuk, kemudian rekristalisasi asam
oksalat yang didapatkan dengan melarutkannya dalam air panas, lalu didinginkan. Disaring, dikeringkan dan
diperiksa titik lelehnya, titik leleh asam oksalat murni 101oC.
Pembuatan Asam Oksalat dari Koran Bekas
Koran bekas diblender, kemudian ditimbang sebanyak 15 gram. Dimasukkan kertas dalam Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 200 mL. Setelah itu, Erlenmeyer yang telah dilengkapi
pengaduk dipanaskan selama 70 menit dengan kecepatan pengadukan yang spontan. Setelah pemanasan selesai
diidinginkan dan disaring larutan, kemudian dicuci endapan dengan aquadest panas.
Pengkristalan Asam Oksalat dari Koran Bekas
Diambil 25 mL sampel larutan induk kemudian ditambahkan CaCl2 jenuh sehingga akan terjadi endapan putih
kalsium oksalat. Disaring endapan kemudian ditambahkan H2SO4 4N sebanyak 100 mL, sehingga endapan akan
terurai menjadi asam oksalat dan kalsium sulfat. Disaring hasil uraian dan diambil filtrat 25 mL kemudian
dimasukkan kedalam Erlenmeyer 50 mL dan dipanaskan sampai 70oC. Kemudian didinginkan dalam air es 24 jam,
sehingga terbentuk endapan asam oksalat yang berupa Kristal jarum berwarna putih. Disaring endapan dan
dikeringkan kedalam oven, kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sintesis Asam Oksalat dari Gula pasir
No Parameter Hasil Pengamatan
1 Massa asam oksalat yang diperoleh 3,52 gram2 Ttik Leleh asam oksalat 101oC3 Warna Kristal asam oksalat Putih Bening
Asam oksalat merupakan derivat dari asam karboksilat yang memiliki gugus karbonil ditiap ujung rantainya,
asam oksalat terdiri dari dua buah unsur karbon yang masing-masing mengikat unsur H, OH dan O. Asam oksalat
dapat disintesis dari suatu karbohidrat yaitu sukrosa yang dipecah dengan cara hidrolisis dan pemanasan membentuk
monosakarida yang kemudian dihidrolisis kembali hingga membentuk asam oksalat. Pembentukan asam oksalat ini
harus berdasarkan suhu yang tidak terlalu tinggi.
Sukrosa dapat dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa.
Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut kemudian dioksida dengan menggunakan asam nitrat
(HNO3) pekat disertai dengan kalor atau pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa asam oksalat
(La Ode,2013). Suatu gugus aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi suatu gugus karboksil. Alasan mengapa
fruktosa begitu mudah dioksidasi adalah karena dalam larutan basa fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan
dua aldehida diastereomerik serta penggunaan suatu zat-antara tautomerik enadiol (Fessenden,1982).
Pada penelitian ini, mula-mula sukrosa dihidrolisis dalam suasana asam menggunakan HNO3 pekat yang disertai
pemanasan untuk membentuk fruktosa dan glukosa. Menurut penelitian Dian Fajar,dkk, reaksi pembentukan asam
oksalat merupakan reaksi oksidasi antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat pekat (HNO3). Campuran antara
gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat akan menyebabkan larutan menjadi berwarna orange
kecoklatan. Pada penelitian, setelah terbentuknya monosakarida ini, fruktosa dan glukosa dioksidasi menggunakan
HNO3 pekat yang disertai pemanasan. Pada proses ini terbentuk uap berwarna coklat yang merupakan uap NO2
yang bersifat toksik apabila terhirup dan masuk kedalam saluran pernafasan makhluk hidup. Selama proses
pembuatan asam oksalat hingga tahap ini dilakukan didalam lemari asam agar uap NO2 yang terbentuk tidak dapat
terhirup oleh makhluk hidup. Pembentukan uap NO2 ini dikarenakan monosakarida yang berupa glukosa lah yang
dioksidasi dengan HNO3 membentuk asam oksalat dan uap NO2. Berikut ini adalah reaksinya :
C6H12O6 + 12 HNO3 → C2H2O4.2H2O + 3 H2O + 3NO + 9 NO2
4 C6H12O6 + 18 HNO3 + 3 H2O → 12 C2H2O4.2H2O + 9 NO2
Berikut ini adalah bentuk reaksi senyawa sukrosa saat dihidrolisis dalam suasana asam yang disertai
pemanasan. Terjadi pemutusan ikatan antara disakarida ini atau sukrosa dalam suasana asam membentuk
monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa. Pada proses ini larutan berwarna jingga kecoklatan.
OH
(S)
(S)OH
(S)
HO
(R)
O
HO
O
(R)
(R)
OH(S)
OH
(S)
HO
(R)HO
O
sucrose
HO
(S)
OH
(R)
HO
(R)
OH
HOO
fructose
O
(R)
HO
(S)
OH
(R)
HO
(R)
OH
HO
glucose
Setelah terbentuk monosakarida dari suatu sukrosa, masing-masing monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa
dioksidasi dengan HNO3 pekat yang disertai pemanasan membentuk suatu hidroksi aldehida yang reaksinya
berkelanjutan membentuk tiga asam oksalat dan adanya uap NO2 yang berwarna coklat.
HO
(S)
OH
(R)
HO
(R)
OH
HOO
fructose
H+ , HNO3
H+ , HNO3
Δ
O
OH
O
HO
oxalic acid
O
(R)
HO
(S)
OH
(R)
HO
(R)
OH
HO
glucose
Pada pembentukan asam oksalat ini ada penambahan aquadest dingin yang berguna untuk melarutkan sisa sisa
asam oksalat yang menempel pada labu Erlenmeyer yang kemudian ditambahkan HNO3 pekat kembali agar benar-
benar terbentuk asam oksalat. Dengan adanya penambahan HNO3 pekat ini juga disertai pemanasan beberapa menit
yang kemudian didinginkan menggunakan air dingin agar terbentuk oksalat hidrat atau Kristal asam oksalat. Kristal
asam oksalat ini berwarna putih bening yang berbentuk seperti jarum yang sangat lancip.
Berdasarkan perhitungan secara teoritis, 10 gram sukrosa dapat menghasilkan 16,1148 gram asam oksalat,
sedangkan asam oksalat pada penelitian ini didapatkan massa yang sebesar 1,92 gram. Rendemen yang dihasilkan
adalah sebesar 11,911 %. Dan setelah diukur titik leleh Kristal asam oksalat ini didapatkan sebesar 101oC. Jika
dibandingkan dengan penelitian Dian Fajar,dkk, memiliki titik leleh asam oksalat sebesar 98 oC, sedangkan pada
penelitian ini asam oksalat yang didapatkan memiliki tingkat kemurnian yang hampir sama dengan titik leleh asam
oksalat murni yaitu 101oC.
Reaksi selulosa yang dihidrolisis menjadi glukosa lalu glukosa terhidrolisis menjadi asam oksalat.
H+ , HNO3
Δ3
H+ , HNO3
H2O
(R)
(S)
(R)
(R)
HO
OH
HO
HO
OH
OH
(2R,3S,4R,5R)-2,3,4,5,6-pentahydroxyhexanol
O
(R)
HO
(S)
OH
(R)
HO
(R)
OH
HO
glucose
O
OH
O
HO
oxalic acid
Pada penelitian ini tidak bisa dibandingkan Kristal asam oksalat dari gula pasir dengan koran bekas karena
pada penilitian ini tidak didapatkan Kristal asam oksalat dari koran bekas. Hal ini dikarenakan dilakukan prosedur
kerja yang tidak sesuai.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Massa asam oksalat hidrat yang diperoleh sebesar 1,92 gram2. Besar rendemen yang dihasilkan sebesar 11,911 %
DAFTAR PUSTAKA
Dian Fajar Septi, Endah Susilowati, Isti Arza.Sintesis Asam Oksalat.UIN Syarif Hidayatullah,Jakarta.
Fessenden.1982.Kimia Organik Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Kirk R.E, Othmer D.F.1945. hal.618 – 635
Kirk R.E, Othmer D.F.1945.hal.630 – 631, 1945
Sumarlin, La Ode.2013.Dasar-Dasar Biomolekul dan Konsep Metabolisme.Jakarta:Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah.
Selulosa
NaOH , ΔNaOH , Δ