sinopsis sang pencerah ahmad dahlan

3
Secara keseluruhan film Sang Pencerah bagus ditinjau dari segi kandungan, alur cerita, seni penataan musik, dan cara memerankan dapat menikmati nonton film Sang Pencerah, mampu memberikan atensi terhadap film tersebut. Muhammad Darwis (nama KH Ahmad Dahlan) sebelum ke Mekkah) selalu bertanya di dalam hatinya. Mengapa agama yang diyakininya sebagai rahmatan lilalamin (rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam) justru tidak nampak. Secara fakta banyak sekali masyarakat yang terlantar dan seakan-akan dibiarkan,orang-orang miskin dibiarkan melarat seakan sudah menjadi takdir mereka. Tidak ada yang tergerak hatinya untuk memperbaiki hidup dan kehidupan mereka. Pemahaman agama juga bercampur aduk dengan kepercayaan mistik berlebih-lebihan. Sesajen berbagai jenis makanan terbuang begitu saja. Upacara tahlilan sangat berlebihan. Bahkan mereka yang sudah kehilangan saudaranya juga harus melaksanakan tahlilan yang berlebihan, membuat masyarakat menjadi sedih lahir dan batin. Masyarakat menganggap bahwa tahlilan adalah kewajiban agama. Ahmad Dahlan merasa yakin bahwa ini bukan atas beragama. Pasti ada kesalahan pemahaman terhadap agama yang sebenarnya untuk rahmatan lilalamin. Ketika Ahmad Dahlan membahas semua itu dengan ayahandanya yang diperankan oleh Ikrangera, sang ayah tidak sepenuhnya menerima. Dikatakannya bahwa agama itu bukan soal akal saja, tetapi juga harus dengan hati. Ahmad Dahlan tetap tidak bisa menerima situasi demikian, Inilah yang menjadi awal perjuangannya. Ahmad Dahlan lalu pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah al Mukaramah. Di sanalah Ahmad Dahlan sempat membaca pemikiran-pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Muhammad Abduh (1849-1905) pemikir modern dari Mesir yang menekankan betapa pentingya akal. Seperti yang dituangkan di

Upload: egi-munandar

Post on 30-Sep-2015

55 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Secara keseluruhan film Sang Pencerah bagus ditinjau dari segi kandungan, alur cerita, seni penataan musik, dan cara memerankan dapat menikmati nonton film Sang Pencerah, mampu memberikan atensi terhadap film tersebut.

Muhammad Darwis (nama KH Ahmad Dahlan) sebelum ke Mekkah) selalu bertanya di dalam hatinya. Mengapa agama yang diyakininya sebagai rahmatan lilalamin (rahmat atau kebaikan bagi seluruh alam) justru tidak nampak. Secara fakta banyak sekali masyarakat yang terlantar dan seakan-akan dibiarkan,orang-orang miskin dibiarkan melarat seakan sudah menjadi takdir mereka. Tidak ada yang tergerak hatinya untuk memperbaiki hidup dan kehidupan mereka.

Pemahaman agama juga bercampur aduk dengan kepercayaan mistik berlebih-lebihan. Sesajen berbagai jenis makanan terbuang begitu saja. Upacara tahlilan sangat berlebihan. Bahkan mereka yang sudah kehilangan saudaranya juga harus melaksanakan tahlilan yang berlebihan, membuat masyarakat menjadi sedih lahir dan batin. Masyarakat menganggap bahwa tahlilan adalah kewajiban agama. Ahmad Dahlan merasa yakin bahwa ini bukan atas beragama. Pasti ada kesalahan pemahaman terhadap agama yang sebenarnya untuk rahmatan lilalamin.

Ketika Ahmad Dahlan membahas semua itu dengan ayahandanya yang diperankan oleh Ikrangera, sang ayah tidak sepenuhnya menerima. Dikatakannya bahwa agama itu bukan soal akal saja, tetapi juga harus dengan hati. Ahmad Dahlan tetap tidak bisa menerima situasi demikian, Inilah yang menjadi awal perjuangannya. Ahmad Dahlan lalu pergi menunaikan ibadah haji ke Mekah al Mukaramah. Di sanalah Ahmad Dahlan sempat membaca pemikiran-pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.

Muhammad Abduh (1849-1905) pemikir modern dari Mesir yang menekankan betapa pentingya akal. Seperti yang dituangkan di dalam Surah Al-Baqarah (30-34) tentang kejadian manusia, jelas sekali bahwa kelebihan manusia di atas makhluk hidup lainnya adalah karena kekuatan akalnya. Akal-fikiran itulah yang membuat manusia layak menjadi khalifatul-fil-ardli (pemimpin di muka bumi). Abduh berprinsip bahwa kebebasan berpikir untuk selalu bertanya dan berinovasi adalah modal kemajuan sebuah negara. Negara maju, menurut Abduh, adalah negara yang pandai menggunakan otaknya. Dengan demikian, ilmu pengetahuan terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Itulah kelebihan orang Barat ketimbang Timur. Dalam konteks ini barangkali Abduh berpendapat "saya melihat Islam di negara Barat, tetapi sedikit Muslim. Dan saya melihat banyak Muslim di Timur, tetapi tidak ada Islam".

Rupanya pemikiran Abduh sejalan dengan apa yang dipikirkanAhmad Dahlan. Tidak heran kalau Ahmad Dahlan sering berpendapat bahwa guru agama bukanlah yang menentukan segalanya. Kebenaran harus bersama-sama dicari, bukan hanya milik guru. Dengan bekal nalar yang kuat ditambah pengetahuan agama yang semakin banyak selama di Makkah al-Mukaramah, Ahmad Dahlan semakin memiliki modal untuk melakukan perubahan. Sepulang dari Mekah, Ahmad Dahlan dijadikan Imam Masjid di Kauman dan berhak memberikan tausiah. Ceramah-ceramahnya agak berbeda dengan para kiai umumnya waktu itu yang sangat menekankan penerimaan tanpa banyak bertanya, Ahmad Dahlan justru menekankan betapa pentingnya akal, bertanya dan diskusi adalah modal awal untuk maju. Dengan bekal pengetahuannya tentang ilmu bumi dan penggunaan kompas, AD mempertanyakan arah sholat yang sudah bertahun-tahun diterima sebagai suatu kebenaran. Inipun membuat hampir semua jamaah terutama para kiainya tersinggung. Mereka tidak mau menerima penjelasan berbasis ilmu pengetahuan yang dipakai Ahmad Dahlan. Perjuangannya semakin mendapat tantangan dan tidak jarang KHAD dikategorikan orang kafir. Akan tetapi Ahmad Dahlan semakin kuat bahwa perubahan harus dilakukan. Maka Ahmad Dahlan mempelajari organisasi-organisasi modern yang mengajak pada perubahan, terutama Budi Utomo. Dari situ muncullah inspirasi pendirian Muhammadiyah. Maka lahirlah Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1912.http://www.antaranews.com/berita/220957/resensi-sang-pencerah-mengenal-pendiri-muhammadiyah